MODIFIKASI PENGADUK TANGKI SEKSI 200 PADA FASILITAS …
Transcript of MODIFIKASI PENGADUK TANGKI SEKSI 200 PADA FASILITAS …
ISSN 1979-2409 Modifikasi Pengaduk Tangki Seksi 200 Pada Fasilitas Pilot
Conversion Plant (PCP) (Putra Oktavianto, Amar Ma’rup, Yatno DAS., A.Rojak, Anwar)
11
MODIFIKASI PENGADUK TANGKI SEKSI 200 PADA FASILITAS PILOT CONVERSION PLANT (PCP)
Putra Oktavianto, Amar Ma’ruf, Yatno Dwi Agus, Abdul Rojak, Anwar
Muchsin
Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional, Setu, Banten Indonesia, 15346
Abstrak
Seksi 200 menyediakan larutan yang digunakan di Pilot Conversion Plant (PCP). Dalam
melakukan pencampuran larutan – larutan dalam tangki pencampur, digunakan sebuah
pengaduk yang berupa batang pengaduk panjang dengan ujung pengaduk berupa pisau besi
(blade). Saat kondisi tangki isi penuh, beban dan tenaga pengadukan akan merata pada batang
pengaduk, akan tetapi saat pengaduk dipakai saat kondisi tangki hanya diisi sedikit maka
beban dan tenaga pengadukan hanya akan tertumpu pada ujung pengaduk. Hal ini
menyebabkan kebengkokan pada batang pengaduk dan menyebabkan ujung pengaduk yang
berupa pisau besi (blade) mengenai dinding tangki. Sehingga bisa menyebabkan kebocoran.
Untuk mengatisipasi hal tersebut, maka dilakukan modifikasi pada pegaduk dengan
menambahkan pipa kelongsong sebagai pelapis dan pipa penahan pada batang pengaduk
sehingga putaran pengaduk pada saat kondisi apapun tidak akan menyebabkan kebengkokan
batang pengaduknya. Setelah dilakukan modifkasi sesuai dengan gambaran ilustrasi yang ada,
pengaduk yang dimodifikasi dipasang kembali ke dalam tangki. Dan dengan modifikasi ini akan
menghinadri kerusakan pada tangki yang dapat membahayakan operator apabila tangki
mengalami kebocoran.
Kata kunci : PCP, Pisau besi, Modifikasi pengaduk, Kebengkokan, Kebocoran
Abstrack
Section 200 provides solutions used in the Pilot Conversion Plant (PCP). In mixing the solutions
in the mixing tank, a mixer in the form of a long stir bar is used with a stirring tip in the form of an
iron blade. When the condition of the tank is full, the load and stirring power will be evenly
distributed on the stirring rod, but when the stirrer is used when the condition of the tank is filled
only a little, the stirring load and power will only be concentrated on the tip of the stirrer. This
results in bending of the stirring rod and causing the stirring tip in the form of an iron blade on
the tank wall. So that it can cause leakage. To anticipate this, modifications are made to the
stirrer by adding a cladding pipe as a coating and retaining pipe on the stirring rod so that the
stirring rotation at any time will not cause the bending rod to bend. After modification in
accordance with the existing illustration, the modified stirrer is put back into the tank. And with
this modification will avoid damage to the tank that can endanger the operator if the tank has a
leak.
Keywords: PCP, Iron Blade, Stirring Modification, Bend, Leakage
No. 24 / TH XIII April 2020 ISSN 1979-2409
12
I. PENDAHULUAN
Pilot Conversion Plant (PCP) adalah salah satu fasilitas yang terdapat di
Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) yang berfungsi untuk melakukan proses
pemurnian dan konversi dari bahan baku yellow cake menjadi serbuk UO2 berderajat
nuklir dengan kapasitas produksi 100 kg serbuk UO2 per hari (kapasitas desain).
Kegiatan produksi serbuk UO2 di PCP dilaksanakan pada 12 subsistem (seksi) yang
terintegrasi, yaitu seksi 100 (Penanganan Yellow Cake, penghancuran dan
pengayakan), seksi 200 (suply larutan), seksi 300 (Pelarutan), seksi 400 (Pemurnian
Uranil Nitrat), seksi 500 (penyegaran TBP-kerosene), seksi 600 (Pemekatan Uranil
Nitrat), seksi 700 (Penanganan limbah), seksi 800 (Pelarutan gagalan), seksi 900
(Pengendapan uranium dan pemisahan), seksi 1000 (Pengolahan air induk), seksi
1100 (Pengeringan, kalsinasi dan reduksi) dan seksi 1200 (Penganan gas buang) [1].
Seksi 200 bukan merupakan seksi yang melakukan proses seperti seksi
lainnya,akan tetapi seksi ini merupakan seksi yang juga penting dalam terlaksananya
proses yang terjadi di PCP. Seksi 200 menyediakan larutan untuk keperluan proses
seperti penyiapan larutan umpan untuk keperluan semua proses mulai proses
pelarutan serbuk Yellow Cake (YC) hingga proses pengendapan. Larutan kimia yang
harus tersedia di seksi 200 adalah asam nitrat (HNO3) pekat (14.3 - 14.6 M) untuk
proses pelarutan, asam nitrat encer (0,10 - 0.05 M) untuk proses re-ekstraksi, TBP-
Kerosin (30%-70%) untuk proses ekstraksi, NH4OH (8,0 M) untuk proses pengendapan
ADU, Na2CO3 (1,0 – 0,1 M) regenerasi TBP dan air bebas mineral (ABM) [2]. Larutan
tersebut disiapkan/dibuat dalam tangki pada seksi 200 yang dilengkapi dengan
pengaduk untuk pencampuran larutan antara larutan kimia tersebut dengan air bebas
mineral (pengadukan cair-cair) dan juga untuk mempercepat reaksi. Pengaduk pada
seksi 200 berupa baling-baling berbentuk pisau besi (blade) dari pelat SS dengan tuas
dari pipa SS pejal panjang 1,35 meter dan digerakan oleh motor penggerak.
Kualitas hasil proses yang dilakukan di PCP harus tetap terjaga, oleh karena itu
pengaduk harus selalu dalam keadaan baik dan pengoperasiannya sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur yang ada. Saat volume larutan dalam tangki sedikit
(kurang dari 50% kapasitas tangki), dikarenakan pemakaian larutan hanya sedikit
dalam melakukan proses sehingga pengisian tangki jarang sampai tangki penuh. Ini
dapat berakibat saat pengaduk berputar, beban hanya akan berada pada ujung
pengaduk. Sehingga pangkal pengaduk bisa mengalami pembengkokan. Hal ini juga
karena adanya pengaruh dari besarnya tenaga saat pengadukan. Tenaga pengadukan
ISSN 1979-2409 Modifikasi Pengaduk Tangki Seksi 200 Pada Fasilitas Pilot
Conversion Plant (PCP) (Putra Oktavianto, Amar Ma’rup, Yatno DAS., A.Rojak, Anwar)
13
yang dibutuhkan tergantung pada bentuk dan ukuran propeler & blade, kecepatan
putar blade (rpm), kekentalan cairan dan jumlah cairan yang diaduk [3].
Tenaga pengadukan yang sama pada kondisi berbeda (tangki isi penuh dan
tangki isi sedikit) tentu akan memberikan efek yang berbeda. Pada saat kondisi tangki
isi penuh, tenaga pengadukan akan merata pada batang pengaduknya, sedangkan
pada kondisi tangki isi sedikit, tenaga pengadukan hanya pada bagian yang terendam
larutan sehingga batang pengaduk akan bisa terjadi pembengkokan. Pembengkokan
pengaduk ini sangat berbahaya karena ujung pengaduk yang berupa pisau besi
(blade) akan mengenai dinding tangki saat berputar. Hal ini akan menyebabkan
benturan antara ujung pengaduk dengan dinding tangki dapat menyebabkan dinding
tangki bocor serta proses pengadukan berkurang. Kebocoran tangki juga akan
berbahaya bagi operator karena berisi larutan kimia. Maka dari itu perlu dilakukan
modifikasi terhadap pengaduk agar tidak terjadi pembengkokan walaupun pengaduk
digunakan hanya untuk mengaduk larutan dalam tangki dengan volume yang sedikit.
II. DASAR TEORI
Jenis Pengaduk
Pengaduk dalam tangki memiliki fungsi seperti propeler yang menghasilkan laju
volumetrik tertentu pada tiap kecepatan putar dan input daya. Profil aliran dan derajat
turbulensi merupakan aspek penting yang mempengaruhi kualitas pencampuran.
Rancangan pengaduk sangat dipengaruhi oleh jenis aliran, laminar atau turbulen.
Aliran laminar biasanya membutuhkan pengaduk yang ukurannya hampir sebesar
tangki itu sendiri. Hal ini disebabkan karena aliran laminar tidak memindahkan
momentum sebaik aliran turbulen. Pencampuran di dalam tangki pengaduk terjadi
karena adanya gerak rotasi dari pengaduk dalam fluida. Gerak pengaduk ini memotong
fluida tersebut dan dapat menimbulkan arus yang bergerak keseluruhan sistem fluida
tersebut. Oleh sebab itu, pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam
suatu operasi pencampuran fasa cair dengan tangki pengaduk. Pencampuran yang
baik tergantung pada bentuk dan dimensi pengaduk yang digunakan, karena akan
mempengaruhi keefektifan proses pencampuran, serta daya yang diperlukan.
Berdasarkan aliran yang dihasilkan, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan:
1. Pengaduk aliran aksial, yang akan menimbulkan aliran yang sejajar dengan sumbu
putaran
2. Pengaduk aliran radial, yang akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial
dan radial terhadap bidang rotasi pengaduk.
No. 24 / TH XIII April 2020 ISSN 1979-2409
14
3. Pengaduk aliran campuran, yang merupakan gabungan dari kedua jenis pengaduk
diatas[6].
Sedangkan menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan:
1. Baling
2. Dayung
3. Turbin
Pengaduk yang digunakan pada tangki seksi 200 di PCP adalah jenis
pengaduk baling.
Gambar 1. Jenis impeler (a) baling (b) turbin (c) disk turbin
Jenis pengaduk baling - baling merupakan impeler aliran aksial berkecepatan
tinggi untuk zat cair berviskositas rendah. Propeler kecil biasanya berputar pada
kecepatan motor penuh, yaitu 1150 atau 1750 putaran/menit, sedang propeler besar
berputar pada 400-800 putaran/menit. Arus yang meninggalkan propeller mengalir
melalui zat cair menurut arah tertentu sampai dibelokkan oleh lantai atau dinding
bejana. Jenis yang paling banyak dipakai adalah propeler kapal berdaun tiga, sedang
propeler berdaun empat, bergigi, atau dengan rancang lain digunakan untuk tujuan
khusus. Selain itu, kadang dua atau lebih propeler dipasang pada satu poros, biasanya
dengan arah putaran yang sama. Namun bisa juga dipasang dengan arah yang
berlawanan, atau secara tolak/tarik sehingga menciptakan area fluida yang sangat
turbulen di antara kedua propeler tersebut.
ISSN 1979-2409 Modifikasi Pengaduk Tangki Seksi 200 Pada Fasilitas Pilot
Conversion Plant (PCP) (Putra Oktavianto, Amar Ma’rup, Yatno DAS., A.Rojak, Anwar)
15
Jenis aliran di dalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis
impeler, karakteristik fluida, ukuran dimensi (proporsi) tangki, sekat dan kecepatan
putar. Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangki mempunyai tiga komponen arah
dan pola alir keseluruhan di dalam tangki itu bergantung pada variasi dari ketiga
komponen arah kecepatan tersebut dari satu lokasi ke lokasi lain. Komponen
kecepatan yang pertama adalah komponen radial yang bekerja pada arah tegak lurus
terhadap poros impeler. Komponen kedua ialah komponen longitudinal yang bekerja
pada arah pararel dengan poros. Komponen ketiga adalah komponen tangensial atau
rotasional yang bekerja pada arah singgung terhadap lintasan lingkar di sekeliling
poros. Dalam keadaan biasa, dimana poros impeller terpasang vertikal, komponen
radial dan tangensial berada dalam satu bidang horizontal dan komponen
longitudinalnya vertikal. [7].
III. TATA KERJA/METODOLOGI
Tangki yang pengaduknya akan dimodifikasi merupakan tangki pada seksi 200
yang sering dan masih digunakan dalam proses di PCP seperti tangki V-203, V-204, V-
206, dan V-208. Pengaduk dilepas terlebih dahulu dari tangkinya beserta
motornya, baru dilakukan modifikasi pada pengaduk tersebut. Pada saat pelepasan
pengaduk juga melepas supply aliran listrik yang digunakan untuk menggerakan rotor
yang terhubung dengan batang pengaduknya.
No. 24 / TH XIII April 2020 ISSN 1979-2409
16
Gambar 2. Pengaduk Sebelum dimodifikasi
Modifikasi yang dilakukan adalah dengan melapisi batang pengaduk dengan
pipa kelongsong yang dimasukan dalam batang pengaduk tersebut. Panjang pipa
pelapis tersebut hanya sampai beberapa centimeter diatas pengaduknya sehingga ada
jarak antara ujung pipa pelapis dengan ujung batang pengaduk. Kemudian pada ujung
pipa pelapis tersebut dipasang semacam besi penyangga yang panjangnya sampai
menyentuh dinding (yang menyentuh langsung dinding berupa bantalan agar tidak
merusak dinding tangki) sehingga saat pengaduk dijalankan maka besi penyangga
tersebut sebagai penahan gerakan dari pengaduk. Karena diameter / volume tangki
yang berbeda, maka sebelum pemasangan besi penahannya harus diukur terlebih
dahulu diameter masing - masing tangki sehingga saat dipasang kembali, besi
penahan pas menyentuh dinding tangki.
ISSN 1979-2409 Modifikasi Pengaduk Tangki Seksi 200 Pada Fasilitas Pilot
Conversion Plant (PCP) (Putra Oktavianto, Amar Ma’rup, Yatno DAS., A.Rojak, Anwar)
17
Gambar 3. Ilustrasi gambar modifikasi pengaduk yang akan dilakukan
Setelah batang pengaduk beserta rotornya dikeluarkan dari tangki maka
dilakukan pemasangan pipa pelapis sesuai dengan ilustrasi pada gambar 3.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Seperti pada ilustrasi hasil modifikasi pada gambar 3, dapat kita lihat bahwa
dengan adanya pipa pelapis yang dipasang pada batang pengaduk akan menjaga
ruang gerak dari batang pengaduk ditambah dengan adanya pipa penahan yang
disentuhkan ke dinding tangki sehingga akan menahan gerakan dari pipa pelapis yang
bergeser karena gerakan batang pengaduk yang berputar. Jadi baik pada saat volume
tangki penuh maupun sedikit, dengan kecepatan putaran pengaduk yang konstan
(tidak ada setting pengatur kecepatannya) maka pipa pelapis akan mengurangi efek
pembengkokan yang terjadi pada batang pengaduk serta membuat tenaga
pengadukan akan tetap merata walaupun kondisi tangki dalam keadaan isi penuh
maupun isi sedikit.
No. 24 / TH XIII April 2020 ISSN 1979-2409
18
Pengaduk yang sudah mengalami pembengkokan adalah pada pengaduk
tangki V-206,sehingga pada pengaduk ini diperbaiki dengan diluruskan terlebih dahulu
sebelum di modifikasi. Tangki V-206 merupakan tangki penampung Natrium Carbonat
(Na2CO3) dengan volume total tangki 700L. Besar blade pada ujung pengaduk sama
seperti pengaduk yang lainnya, hanya saja panjang batang pengaduknya saja yang
berbeda. Sehingga dengan batang pengaduk yang panjang, pada saat dilakukan
pengadukan untuk larutan saat volumenya sedikit kemungkinan bengkoknya akan
lebih besar dibandingkan dengan pengaduk pada tangki yang volume totalnya kecil
seperti V-203 dan V-204 (volumenya hanya 300L). Terbukti pengaduk pada tangki V-
206 inilah yang mengalami pembengkokan terlebih dahulu. Sedangkan pada pengaduk
tangki V-203, V-204 dan V-208 dimodifikasi sebagai antisipasi agar tidak mengalami
pembengkokan karena sering dipakai dalam proses. Pada tangki V-206 yang
digunakan sebagai penampung Natrium Carbonat (Na2CO3) ini digunakan pengaduk
dengan panjang 1,5 m dan diameter 1 inchi dengan bahan material adalah stainless
stell. Dengan berat jenis larutan Natrium Carbonat adalah 2540 gr/L maka jika volume
dalam tangki V-206 sebanyak 700 L (isi full) maka berat beban dari larutan Natrium
Carbonat adalah 1715 kg. Jadi dalam kondisi tangki diisi penuh, pengaduk akan
mengaduk larutan dengan beban sekitar 1715 kg dimana beban tersebut akan diterima
oleh semua bagian pengaduk. Sedangkan jika tangki diisi sebanyak 200 L maka
berat beban Natrium Carbonat adalah 490 kg. Akan tetapi karena volume larutan
dalam tangki hanya 200 L, maka larutan berada di tangki bagian bawah dimana hanya
ujung pengaduk saja yang akan mengaduk beban ini sehingga jika dilakukan terus
menerus terjadilah pembengkokan pada batang pengaduknya seperti yang di tunjukan
pada Gambar 4. Jika dilihat dari kekuatan bahan, jenis stainless stell yang dipakai
adalah SS 316 yang mempunyai kekuatan tarik sekitar 75 ksi, maka jika volumenya
terisi penuh masih mampu untuk menahan beban dari larutan Natrium Carbonatnya.
Sedangkan apabila tangki hanya terisi 200 L maka pengaduk kemungkinan besar
memang lama kelamaan tidak akan kuat untuk mengaduk beban yang hanya diterima
oleh ujung pengaduk saja.
ISSN 1979-2409 Modifikasi Pengaduk Tangki Seksi 200 Pada Fasilitas Pilot
Conversion Plant (PCP) (Putra Oktavianto, Amar Ma’rup, Yatno DAS., A.Rojak, Anwar)
19
Gambar 4. Gambar pengaduk Tangki V-206 yang telah bengkok
Setelah dilakukan modifikasi yang dilakukan di bengkel CR-04 dengan
penambahan pipa pelapis dan pipa penahan pada batang pengaduk. Pipa – pipa ini
dibuat dari bahan stainless steel sehingga akan tahan terhadap suhu tinggi, korosi
serta bahan kimia. Setelah pipa pelapis dan pipa penahan telah dirangkai pada batang
pengaduk, maka pengaduk siap dipasang kembali ke dalam tangki untuk dilakukan uji
fungsi terhadap modifikasi pengaduknya untuk menguji tingkat keberhasilan dari
modifikasi yang telah dilakukan.
Dari hasil uji fungsi yang telah dilakukan, modifikasi yang dilakukan bisa
dikatakan berhasil karena dengan adanya modifikasi penambahan pipa pelapis dan
pipa penahan tidak merubah fungsi kerja dari pengaduk itu sendiri sehingga pengaduk
bisa digunakan sesuai dengan fungsinya. Selain itu dengan adanya penambahan pipa
pelapis dan pipa penahan maka pembengkokan yang mungkin terjadi pada batang
pengaduk akan bisa dihindari. Selama uji fungsi juga telah diamati hasil larutan dari
pencampuran yang telah dilakukan untuk menghindari adanya bahan lain yang ikut
tercampur dalam larutan karena terbawa dari penambahan pipa pelapis dan pipa
penahan yang dilakukan. Dan hasil yang didapat dari pengamatan tersebut adalah
tidak adanya bahan lain yang ikut tercampur sehingga modfikasi ini layak dilakukan.
No. 24 / TH XIII April 2020 ISSN 1979-2409
20
Gambar 5. Gambar pipa pelapis dan pipa penahan yang dipasang pada batang
pengaduk
Gambar 6. Gambar pengaduk yang telah dimodifikasi
ISSN 1979-2409 Modifikasi Pengaduk Tangki Seksi 200 Pada Fasilitas Pilot
Conversion Plant (PCP) (Putra Oktavianto, Amar Ma’rup, Yatno DAS., A.Rojak, Anwar)
21
V. KESIMPULAN
Dari modifikasi yang telah dilakukan bisa kita simpulkan bahwa dengan
penambahan pipa pelapis dan pipa penahan pada pengaduk tangki seksi 200 akan
menjaga putaran pengaduk pada kondisi yang tetap walaupun dalam kondisi tangki isi
penuh maupun tangki isi sedikit, hal ini juga akan membuat tenaga pengadukan tetap
merata saat kondisi tangki dalam keadaan apapun sehingga kerusakan pada tangki
yang dapat membahayakan operator apabila tangki mengalami kebocoran bisa
dihindari.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Ir. RR. Ratih Langenati, M.T
selaku Ka. BFBBN dan bapak Ir. Anwar Muchsin selaku Kepala Kelompok proses
PCP yang sudah memberikan dukungan dan arahan untuk kegiatan ini. Terima kasih
kepada semua rekan IEBE yang telah membantu kelancaran kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] IEBE-PTBN, “Laporan Analisis Keselamatan IEBE Rev. ke-7”, No. Dok. KK32J09002, 2012
[2] PTBBN, “Standar Operasional Prosedur Proses Pembuatan Zat Kimia dan Pelarut Organik
(seksi 200) Pilot Conversion Plant”, No. Dok. SOP 002.003/BN.02.04/BBN.2.1 , 2016 [3] Marsis, W.P, Saputro, D “Analisis Reaktor Alir Tangki Pengaduk Pada Kapasitas 20 M
3
dengan Temperatur 152 0C” Sintek Jurnal : Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Universitas
Muhammadiyah Jakarta, p-ISSN 2088-9038, e-ISSN 2549-9645, , 2008. [4] Fellows, P.J, “Food Processing Technology Principles and Practice” United Kingdom: Ellis
Horwood Ltd, 1988. [5] Muhammad, E.M, “Studi Pengaruh Kecepatan Impeler Terhadap Aliran Fluida dalam
Fermentor Bioethanol Secara Visualisasi” Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Surabaya, 2017.
[6] Geankoplis C. J, “Transport Processes and Unit Operations 3rd Edition” Pretince-Hall
International, Inc. 2003. [7] Purwanto, D “Pengaruh Desain Impeller, Baffl Ve, dan Kecepatan Putar pada Proses Isolasi
Minyak Kelapa Murni Dengan Metode Pengadukan” Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta, 2008.
No. 24 / TH XIII April 2020 ISSN 1979-2409
22