PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN …p4tksb-jogja.com/arsip/images/WI/Pengembangan Media...
Click here to load reader
Transcript of PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN …p4tksb-jogja.com/arsip/images/WI/Pengembangan Media...
1
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN
BAHAN DAUR ULANG (RECYCLE) UNTUK PEMBELAJARAN MATA
PELAJARAN DESAIN PRODUK DI SMK NEGERI 1 KALASAN
Oleh: Sri Karyono ABSTRAK Judul penelitian dan pengembangan ini adalah Pengembangan Media Pembelajaran Dengan Menggunakan Bahan Daur Ulang (Recycle) Untuk Pembelajaran Mata Pelajaran Desain Produk Di SMK Negeri 1 Kalasan”)
Tujuan Penelitian dan pengembangan ini adalah: Untuk mengetahui prosedur pengembangan dan tingkat kelayakan media pembelajaran dengan menggunakan bahan daur ulang (Recycle) untuk mata pelajaran desain produk di SMKN 1 Kalasan.
Jenis penelitian ini ádalah penelitian pengembangan. Subyek penelitian ini yaitu Guru SMKN 1 Kalasan yang mengajar disain produk, terdiri dari 3 orang guru disain produk sebagai responden dalam uji coba kelompok kecil, dan 12 orang guru pengampu desain produk dan guru produktif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket yang harus didiisi oleh responden. Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian dan pengembangan ini, secara garis besar adalah sebagai berikut : (1) Pada tahap prosedur pengembangan media pembelajaran dilakukan tiga tahap, yaitu: tahap desain, tahap produksi, dan tahap evaluasi. (2) Pada tingkat kelayakan media pembelajaran disain produk ini dilakukan tahapan uji coba yang meliputi validasi ahli, uji coba kelompok kecil dan uji lapangan. Hasil akhir dari uji coba tersebut diperoleh tingkat kelayakan dalam kriteria katagori Amat Baik dilihat dari: aspek pedagogi dalam kategori Amat Baik dengan skor rerata 4,24, aspek kualitas materi pembelajaran dalam kategori Amat Baik dengan skor rerata 4,35, dan aspek tampilan dalam kategori Amat Baik dengan rerata 4,21.
Kata Kunci : Pengembangan media, daur ulang (recycle), mata pelajaran desain produk A. Pendahuluan Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan saintifik pada proses pembelajarannya
dengan 5 langkah (Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi/Eksperimen,
Mengasosiasi/mengolah informasi, dan Mengkomunikasikan). Pendekatan pembelajaran
yang didesain agar responden aktif mencari tahu tidak diberi tahu.
Pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum 2013 menuntut konsekwensi kepada guru
untuk menyiapkan sumber belajar yang lebih banyak dan variatif selain buku-buku
referensi, termasuk guru harus menyiapkan Media Pembelajaran yang dapat merangsang
responden untuk belajar lebih aktif dan termotivasi untuk belajar dengan rasa senang.
Mata Pelajaran Desain Produk pada Kurikulum 2013 adalah mata pelajaran yang
terdapat pada Program Keahlian Kriya yang merupakan mata pelajaran yang bertujuan
memberikan wawasan, pengalaman dan berkarya kepada peserta didik dalam membuat
desain produk kriya dengan bahan kayu, logam, kulit, keramik, tekstil, plastik dan lain
lain. Mata pelajaran ini merupakan kelas bersama dari paket keahlian di Program
Keahlian Kriya (Paket Keahlian Desain produk, Logam, Tekstil, Keramik, dan Kulit).
Barang bekas/limbah atau barang daur ulang merupakan barang yang menjadi
persoalan lingkungan oleh siapa saja mulai dari kelompok masyarakat terkecil keluarga,
sampai tingkat negara. Issue lingkungan yang terus menjadi konsen dari negara-negara
maju dan masih menjadi persoalan yang rumit pemecahannya bagi Indonesia karena
kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang masih jauh dari harapan. Barang limbah
dari bahan plastik, logam, kayu, kain, kertas, kulit yang berasal dari kemasan produk,
atau sisa bahan industri masih banyak belum dimanfaatkan dalam pembuatan produk
kriya. Masih banyak bahan tersebut dibuang menjadi sampah atau di jual kepada
pedagang rosokan yang dikumpulkan untuk di daur ulang.Barang bekas atau limbah
tersebut mudah diperoleh diseliling kita, demikian juga SMKN Kalasan baik berupa
kertas, plastik, potongan kayu, potongan kulit dan masih banyak lagi yang dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran disain produk. Pemanfaatan
limbah dalam mata pelajaran disain produk sangat sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran ini yang menuntut adanya kreatifitas dalam memanfaatkan teknik, prosedur,
dan bahan terutama bahan bekas/limbah
Hasil surve yang dilakukan, di SMK Negeri 1 Kalasan menunjukkan bahwa
media pembelajaran untuk pembelajaran Mata Pelajaran Desain Produk belum
menggunakan media pembelajaran yang sesuai terutama media pembelajaran yang
terbuat dari limbah atau bahan bekas. Guru mata pelajaran Desain Produk yang
berjumlah 6 orang dalam mengajar hanya menggunakan media yang berupa, photo,
gambar dan karya seadanya, dan gambar-gambar yang ditayang dalam penyampaian
materi, guru belum menyediakan Media Pembelajaran berupa produk yang dirancang
sebagai media pembelajaran dengan tahapan dan proses desainn yang benar.
Berdasarkan uraian dan permasalahan tersebut diatas maka penulis tertarik untuk
untuk mengadakan penelitian model Penelitian dan Pengembangan (R &D) dengan
judul “Pengembangan Media Pembelajaran Dengan Menggunakan Bahan Daur
Ulang (Recycle) Untuk Pembelajaran Mata Pelajaran Desain Produk Di SMK
Negeri 1 Kalasan”
B. Tinjauan Teori 1. Pengertian Media Pembelajaran Dasar semua proses belajar adalah pengalaman, dan proses belajar yang paling
efektif serta permanen diperoleh dari pengalaman yang bersifat konkrit dan langsung.
Namun demikian, pengalaman semacam ini tidak selalu dapat diberikan kepada
responden. Untuk itu perancang sistem Pedagogi harus dapat memilih pengganti
pengalaman tadi dengan simbol dalam bentuk kata-kata, baik yang diucapkan maupun
yang tertulis. Hanya sayangnya simbol dalam bentuk kata tidak dapat memberikan
pengalaman yang bersifat realistik dan hidup yang dapat mengoptimalisasikan proses
belajar responden. Oleh karena itu perlu dicarikan suplemen dan penguatan dalam
bentuk lain, yaitu dengan pemakaian media.
Media sebagai alat bantu mengajar seringkali dibicarakan sebagai bagian yang
seharusnya dimanfaatkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Meskipun begitu,
media sering terabaikan dengan berbagai alasan, misalnya terbatasnya waktu untuk
membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, biaya tidak tersedia,
dan berbagai alasan lain. Hal-hal tersebut sebenarnya tidak perlu muncul, karena ada
banyak jenis media yang dapat digunakan, disesuaikan dengan kondisi waktu,
keuangan, maupun materi yang akan disampaikan. Setiap jenis media memiliki
karakteristik dan kemampuan dalam menayangkan pesan dan informasi.
Menurut Gagne dan Briggs dalam Azhar Arsyad, (2006) secara implisit
mengatakan bahwaMedia Pembelajaran/pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang antara lain terdiri atas
buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai),
foto, gambar, grafik, televisi, dan computer.
Menurut Rosi dan breidle ( wina sanjaya: 2007), media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan
sebagainayapendidikan/pembelajaran adalah alat yang dipakai sebagainya.. Pengertian-pengertian diatas menunjukan bahwa media pembelajaran
merupakan semua alat atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan tujuan untuk mendukung menyampaikan materi ajar oleh guru kepada
responden sehingga dapat merangsang fikiran, perhatian dan minat responden
sehingga proses pembelajaran berjalan lebih efektif dan atraktif. Media pembelajaran
mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan
responden. Ini bisa berupa perangkat keras, seperti komputer, televisi, projektor, dan
perangkat lunak yang digunakan dalam perangkat-perangkat keras itu. Dengan
menggunakan batasan-batasan diatas, guru atau pengajar juga termasuk media
pembelajaran. Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran, dan perasaan pebelajar (responden) dalam kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
2. Pengembangan Media Pembelajaran. Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran desain produk
terdiri atas tiga langkah besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi
dan penilaian. Sementara itu, dalam rangka melakukan desain atau rancangan
pengembangan program media. Arief Sadiman, dkk, memberikan urutan langkah-
langkah yang harus diambil dalam pengembangan program media menjadi 6 (enam)
langkah sebagai berikut:
a. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik responden Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang
dimiliki responden dengan apa yang diharapkan.
Setelah menganalisis kebutuhan responden, maka juga perlu menganalisis
karakteristik respondennya, baik menyangkut kemampuan pengetahuan atau
keterampilan yang telah dimiliki responden sebelumnya. Cara mengetahuinya
bisa dengan tes atau dengan yang lainnya. Langkah ini dapat disederhanakan
dengan cara mengenalisa topic-topik materi ajar yang dipandang sulit dan
karenanya memerlukan bantuan media. Pada langkah ini sekaligus pula dapat
ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk rangsangan
indera mana yang diperlukan (audio, visual, gerak atau diam).
Adanya kebutuhan tersebut seyogyanya menjadi dasar pijakan dalam membuat
media pembelajaran, sebab dengan dorongan kebutuhan inilah media dapat
berfungsi dengan baik. dan media yang digunakan responden, haruslah relevan
dengan kemampuan yang dimiliki responden.
b. Merumuskan tujuan intruksional (Instructional objective) Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tujuan
dapat memberikan arah tindakan yang kita lakukan. Dalam proses belajar
mengajar, tujuan Pedagogi merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan dapat
memberikan arah kemana responden akan pergi, bagaimana ia harus pergi kesana,
dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan ini
merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan
responden setelah ia mengikuti proses Pedagogi tertentu. Tujuan Pedagogi harus
berorientasi kepada responden. Artinya tujuan Pedagogi itu benar-benar harus
menyatakan adanya prilaku responden yang dapat dilakukan atau diperoleh
setelah proses belajar dilakukan. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang
operasional, artinya kata kerja itu menunjukkan suatu prilaku/perbuatan yang
dapat diamati atau diukur.
c. Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya
tujuan
Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau
keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi
yang disusun adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari
kegiatan proses belajar mengajar tersebut. Setelah daftar butir-butir materi dirinci
maka langkah selanjutnya adalah mengurutkannya dari yang sederhana sampai
kepada tingkatan yang lebih rumit, dan dari hal-hal yang konkrit kepada yang
abstrak.
d. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu sebelum
naskah program ditulis. Dan alat pengukur ini harus dikembangkan sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai dan dari materi-materi pembelajaran yang disajikan.
Bentuk alat pengukurnya bisa dengan tes, pengamatan, penugasan atau cheklist
prilaku Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika
melakukan tes uji coba dari program media yang dikembangkannya. Misalkan
alat pengukurnya tes, maka responden nanti akan diminta mengerjakan materi tes
tersebut. Kemudian dilihat bagaimana hasilnya. Apakah responden menunjukkan
penguasaan materi yang baik atau tidak dari efek media yang digunakannya atau
dari materi yang dipelajarinya melalui sajian media. Jika tidak maka dimanakah
letak kekurangannya. Dengan demikian, maka responden dimintai tanggapan
tentang media tersebut, baik dari segi kemenarikan maupun efektifitas
penyajiannya.
e. Menulis naskah media Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media
rancangan yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah
disusun secara baik seperti yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi
pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu
dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah program media.
Naskah program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita dalam
memproduksi media. Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar
dan merekam suara. Karena naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu
diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang harus direkam. Dalam teknis
penulisannya, naskah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan.
Tahapan dalam pembuatan atau penulisan naskah adalah berawal dari adanya ide
dan gagasan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Selanjutnya
pengumpulan data dan informasi, penulisan sinopsis dan treatment, penulisan
naskah, pengkajian naskah atau revisi naskah, revisi naskah sampai naskah siap
diproduksi.
Ada beberapa macam bentuk naskah program media, namun pada prinsipnya
mempunyai maksud yang sama, yaitu sebagai penuntun dan usaha memproduksi
media pembelajaran. Naskah program media terdiri dari urutan gambar, caption
atau grafis yang perlu diambil dengan alat kamera dan suara atau bunyi yang
diambil dengan alat perekam suara. Lembaran naskah tersebut dibagi menjadi dua
kolom, di sebelah kiri terdiri dari gambar, caption atau grafis. Sedangkan di
sebelah kanan berisi narasi atau percakapan yang dibaca narator atau pelaku, dan
suara lain yang diperlukan.
f. Mengadakan penilaian (evaluasi media) dan revisi Penilaian media adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat
efektifitas dan kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan
dari program tersebut. Sesuatu program media yang oleh pembuatnya dianggap
telah baik, tetapi bila program itu tidak menarik, atau sukar dipahami atau tidak
merangsang proses belajar bagi responden yang ditujunya, maka program
semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik. Evalusi media pembelajaran adalah
suatu tindakan proses atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk
menentukan nilai dari segala media atau alat yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media
yang dibuat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau
tidak.
Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, pertanyaan pokok yang
sering muncul adalah apa yang harus dievaluasi. Ini berarti, setiap evaluator
untuk melihat kembali fungsi dan prinsip penggunaan media. Tes atau uji coba
tersebut dapat dilakukan baik melalui perseorangan atau melalui kelompok kecil
atau juga melalui tes lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran yang
sesungguhnya dengan menggunakan media yang dikembangkan. Sedangkan
revisi adalah kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu
mendapatkan perbaikan atas hasil dari tes.
Apabila dikaitkan dengan tujuan evaluasi sebagaimana yang telah dikemukakan,
maka ada berbagai jenis evualuasi terhadap media pembelajaran. Berdasarkan
prosesnya, evaluasi media ini terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data
tentang efektifitas dan efisien bahan-bahan pembelajaran (dalam hal ini
medianya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut
dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang
bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.Dalam bentuk finalnya, setelah media
tersebut diperbaiki dan disempurnakan, maka data akan dikumpulkan untuk
menentukan apakah media tersebut patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu
atau media tersebut benar-benar efektif seperti yang dilaporkan. Jenis evaluasi
inilah yang kemudian disebut dengan evaluasi sumatif.
Ada 3 tahapan dalam mengevaluasi atau menilai suatu media pembelajaran
diantaranya adalah :
1) Evaluasi satu lawan Satu Pada tahap ini seorang designer memiilih beberapa orang responden (tidak
lebih dari tiga orang) yang dapat mewakili populasi target dari media yang
dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media
itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan responden mempelajarinya,
sementara pengembang (developer) mengamatinya.
2) Evaluasi kelompok kecil Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-12 orang responden yang
dapat mewakili populasi target. Jumlah 10 merupakan jumlah minimal, sebab
kalau kurang dari jumlah tersebut data yang diperoleh kurang dapat
menggambarkan populasi target. Sabaliknya jika lebih dari 12, data atau
informasi melebihi yang diperlukan, akbibatnya kurang bermanfaat untuk
dianalisis dalam kelompok kecil.
3) Evaluasi Lapangan Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu
dilakukan. Evaluasi lapangan diusahakan situasinya semirip mungkin dengan
situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah media
yang dibuat sudah mendekatki kesempurnaan. Namun dengan hal itu masih
harus dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan media yang
kita buat itu diuji. Jika semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan
telah dianggap tidak ada lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya
adalah media tersebut siap untuk diproduksi. akan tetapi bisa saja terjadi
setelah dilakukan produksi ternyata setalah disebarkan atau disajikan ada
beberapa kekurangan dari aspek materi atau kualitas sajian medianya
(gambar atau suara) maka dalam kasus seperti ini dapat pula dilakukan
perbaikan (revisi) terhadap aspek yang dianggap kurang.
3. Pembelajaran disain Produk. Media pemebelajaran dikembangkan dalam penelitian ini adalah media
pembelajaran desain produk untuk kelas X SMK Seni dan Budaya dengan bahan
memanfaatkan bahan daur ulang yang ada disekitar sekolah. Ruang materi yang
dibahas pada mata pelajaran Desain Produk meliputi deskripsi desain produk,
wawasan produk kriya, dan membuat desain produk kriya dalam pembelajaran desain
dan produksi kriya
a. Tujuan Mata pelajaran Desain Produk bertujuan untuk membentuk karakteristik siswa
dalam mensyukuri nikmat Tuhan, dengan memahami desain produk dan mampu
mengelolanya untuk pengembangan pribadi secara berkesinambungan serta
kelestarian lingkungan hidup.
b. Ruang Lingkup Materi 1) Desain produk kriya, yang meliputi: pengertian dan ruang lingkup desain
produk kriya, wawasan produk kriya, jenis-jenis metode proses desain, tahapan
proses desain, pembuatan desain produk kriya dan penyusunan portofolio
2) Pembuatandesain produk kriya, yang meliputi: identifikasi kebutuhan desain
produk, analisis kebutuhan desain produk, dan proses desain produk sesuai
tahapan proses desain yang benar
c. Prinsip-prinsip Belajar, Pembelajaran dan Asesmen Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013
mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah
diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pendekatan scientific merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan sehingga akan memperoleh hasil yang diinginkan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific
appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk
semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat
mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural.
Proses pembelajaran tersebut diatas merupakan ciri dari pendekatan scientific.
Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan
masyarakat, guru bukan satu-satunya sumber belajar. Sikap tidak hanya diajarkan
secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan.
B. METODE PENGEMBANGAN 1. Model Pengembangan Penelitian pengembangan adalah jenis penelitian untuk menghasilkan dan
memvalidasi suatu produk. Penelitian dan pengembangan (Reseach and
Development/R&D)adalahsuatu proses untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang sudah ada.
Pada penelitian ini, pengembangan yang akan dilakukan adalah untuk
menghasilkan produk baru yaitu produk Media Pembelajaran untuk pembelajaran mata
pelajaran mata pelajaran Desain Produk pada kelas 10, Semester 2, pada Paket
Keahlian Desain dan Produksi Kriya. Produk media tersebut berupa prototipe desain
produk kriya yang terbuat dari bahan limbah/daur ulang kayu, logam, plastik, botol,dll.
Adapun KD/Kompetensi Dasar yang dijadikan acuan dalam pengembangan media ini
adalah KD nomor 4.3. Membuat desain produk kriya sesuai tahapan proses desain yang
benar.
2. Prosedur Pengembangan Media Prosedur/langkah-langkah dalam penelitian pengembangan ini akan
menerapkan 10 langkah yang mengacu pada buku yang ditulis oleh Sugiyono
(2011:298), bahwa langkah-langkah Research and Development (R&D) ada sepuluh
langkah sebagai berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain
produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Ujicoba produk, (7) Revisi produk,
(8) Ujicoba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi massal.
Skema langkah-langkah pengembangan media ( Sumber : Sugiyono (2013:414 ) 3. Teknik Pengumpulan Data Jenis data pada penelitian ini adalah terdiri dari data kuantitatif yang diperoleh dari
angket evaluasi media yang dilakukan oleh ahli media, ahli materi, kelompok kecil guru
pengampu dan kelompok besar guru pengampu mata pelajaran disain produk di SMKN 1
Kalasan. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data, yaitu:(1) lembar validasi
ahli media, (2) lembar validasi ahli materi pembelajaran; dan (3) Angket renpon guru.
4. Teknik Analisis Data Data kuantitatif yang dikumpulkan melalui lembar validasi oleh ahli materi, ahli media,
angket respon guru, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakann Media
Pembelajaran yang telah dikembangkan yang dianalisis dengan statistik deskriptif
kemudian dikonfersi ke data kualitatif dengan sekala 5, yaitu:
Skor 5 = Sangat Baik Skor 4 = Baik Skor 3 = Cukup Skor 2 = Kurang Skor 1 = Sangat Kurang C. Pembahasan dan hasil pengembangan 1. Data Penelitian Dimuka telah dijelaskan bahwa penelitian pengembangan ini melalui 10 tahap. Data
yang didapatkan pada penelitian adalah pada tahap uji coba. Kegiatan uji dicoba yang
dilakukan meliputi validasi ahli, uji kelompok kecil dan uji kelompok lebih besar.
Adapun aspek-aspek yang dilakukan pada tahap uji copa media pembelajaran disain
produk ini meliputi aspek pedagogi terdiri 10 indikator, aspek materi terdiri 7
indikator dan aspek tampilan terdiri 11 indikator.
a. Validasi ahli Materi Validasi yang dilakukan ahli materi mendapat dua data yaitu aspek pedagogi
dengan sekor rata-rata 4,2 dan aspek Isi sekor rata-rata 4,4
b. Validasi ahli media Validasi yang dilakukan ahli media mendapat satu data yaitu spek tampilan denga
sekor rata –rata 4,55
c. Uji Coba kelompok kecil Pada uji coba kelompok kecil ini dilakukan oleh 3 responden guru pengampu
dengan melakukan uji coba tiga aspek yaitu aspek pedagogi dan aspek isi. Data
dari kelompok kecil tersebut skor rata-rata untuk aspek pedagogi : 4,2 , Aspek Isi :
4,5 dan aspek 4,4.
d. Uji lapangan Uji lapangan dilkukan oleh semua guru yang mengampu mata pelajaran ditambah
guru pengampu mata pelajaran produktif dengan total jumlah 12 orang. Data yang
diperoleh dari uji coba ini pada aspek pedagogi rata-rata : 4,24, aspek isi ; 4,35
dan aspek tampilan : 4,25
2. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil evaluasi oleh ahli materi dan ahli media digunakan
untuk memperbaiki media pembelajaran mata pelajaran desain produk sebelum
diujicoba untuk tahap berikutnya. Data hasil evaluasi kualitas Pedagogi dan kualitas
isi dilakukan oleh ahli materi dan data hasil evaluasi kualitas tampilan dan kualitas
pemrograman dilakukan oleh ahli media. Selanjutnya data tersebut akan dianalisis
secara diskriptif seperti berikut ini :
a. Analisis pada Validasi ahli materi Pada data hasil validasi ahli materi diperoleh data aspek pedogogi dengan sekor
rata-rata 4,2 hal ini menunjukan berdasar konfersi ke data kualitatif dengan sekala
5, menunjukan bahwa angka tersebut termasuk dalam katagori Amat Baik.
Pada aspek isi meurut validasi ahli materi menunjukan sekor-rata-rata : 4,4
berdasar konversi ke dat kualitatif sekala 5, aspek isi ini termasuk dalam katagori
Amat Baik.
b. Analisis pada validasi Ahli media Pada data hasil validasi ahli media diperoleh data aspek tampilan dengan sekor
rata-rata 4,5 hal ini menunjukan berdasar konfersi ke data kualitatif dengan sekala
5, menunjukan bahwa angka tersebut termasuk dalam katagori Amat Baik.
c. Analisi pada Uji coba Kelompok kecil Pada data hasil uji coba kelompok kecil diperoleh data aspek pedogogi dengan
sekor rata-rata 4,2 aspek isi sekor rata-rata 4,6 dan aspek tampilan sekor rata-rata
4,4. Dengan data tersebut apabila dikonversikan ke data kualitatif dengan sekala 5
adalah sebagai berikut;
1) Aspek pedagogi dengan sekor rata-rata 4,2 termasuk akatagori Amat Baik 2) Aspek isi dengan sekor rata-rata 4,6 termasuk dalam katagori Amat Baik 3) Aspek tampilan dengan sekor rata-rata 4,4 termasuk dalam katagori Amat Baik d. Analisi pada Uji coba Kelompok kecil Pada data hasil uji coba kelompok kecil diperoleh data aspek pedogogi dengan
sekor rata-rata 4,2 aspek isi sekor rata-rata 4,6 dan aspek tampilan sekor rata-rata
4,4. Dengan data tersebut apabila dikonversikan ke data kualitatif dengan sekala 5
adalah sebagai berikut;
1) Aspek pedagogi dengan sekor rata-rata 4,2 termasuk akatagori Amat Baik 2) Aspek isi dengan sekor rata-rata 4,6 termasuk dalam katagori Amat Baik 3) Aspek tampilan dengan sekor rata-rata 4,4 termasuk dalam katagori Amat
Baik
e. Analisi pada Uji coba Lapangan/kelayakan. Pada data hasil uji lapangan diperoleh data aspek pedogogi dengan sekor rata-rata
4,4 aspek isi sekor rata-rata 4,2 dan aspek tampilan sekor rata-rata 4,4. Dengan
data tersebut apabila dikonversikan ke data kualitatif dengan sekala 5 adalah
sebagai berikut;
1) Aspek pedagogi dengan sekor rata-rata 4,2 termasuk akatagori Amat Baik 2) Aspek isi dengan sekor rata-rata 4,4 termasuk dalam katagori Amat Baik 3) Aspek tampilan dengan sekor rata-rata 4,2 termasuk dalam katagori Amat
Baik
Hasil kelayakan media pembelajaran disain produk apabila dvisualisasikan dalam
grafik adalah sebagai berikut:
3. Revisi Media Pembelajaran a. Revisi Pertama Berdasarkan analisis data validasi oleh ahli materi dan ahli media pembelajaran
pengembang melakukan beberapa revisi. Hasil revisi tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Menyesuaikan materi sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dengan cara
menyederhanakan produk media sesuai dengan kemampuan dasar yang
dimuliki siswa contoh yang dilakukan dengan membuat bentuk dan konstruksi
yang lebih sederhana.
2) Memperjelas sekema dalam flow chart agar mudah keterbacaannya dengan
cara memberikan nomor pada tiap-tiap proses
3) Memperbaiki foto dengan cara menonjolkan dan memperjelas bagian-bagian
yang akan dipelajari siswa.
b. Revisi kedua Setelah dilakukan perbaikan dari hasil evaluasi ahli maka proses selanjutnya
dilakukan uji coba terhadap kelompok-kecil. Hasil uji coba mendapat masukan
terkait dengan produk yang diuji cobakan. Adapaun revisi yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Memberikan lebih banyak lagi contoh-contoh media pembelajaran disain
produk yang lebih sederhana dan memungkinkan untuk dapat dikerjakan oleh
siswa tanpa menggunakan teknik khusus yang diharpkan siswa dapat
mengerjakan.
2) Menyederhanalkan flow chart sehingga memudahkan peserta didik untuk
dapat memahami proses disain.
D. Kajian Produk Akhir. Produk pengembangan Media Pembelajaran Dengan Menggunakan Bahan Daur
Ulang (Recycle) Untuk Pembelajaran Mata Pelajaran Desain Produk Di SMK Negeri 1
Kalasan telah dilakukan revisi baik dari ahli materi, ahli media, pada uji coba kelompok
kecil dan uji coba lapangan. Sebagian responden baik dari pendapat ahli materi, ahli
media dan guru SMK SB menyatakan bahwa media pembelajaran tersebut baik ditinjau
dari sisi: Pedagogi, materi dan tampilan/fisik.
Dalam mewujudkan media Pembelajaran telah dilakukan serangkai proses dari
penyiapan naskah, pembuaatan media pembelajaran, validasi ahli materi, validasi ahli
media, uji coba kelompok kecil dan uji lapangan yang dilanjutkan dengan revisi-revisi
sesuai dengan saran-saran responden yang disampaikan hingga akhirnya terwujud media
pembelajaran ini. Akan tetapi meskipun telah dilakukan revisi yang sesuai dengan saran
dan masukan responden, namun pada kenyataan media pembelajaran ini masih banyak
kelemahan-kelemahan masih dirasakan beberapa bagian yang kurang tepat. Oleh karena
itu bagi para pengembang yang akan mengembangkan media pembelajaran disain produk
ini sangat disarankan untuk memperhatikan saran-saran diatas.
E. Simpulan Kesimpulan tentang Produk 1. Pengembangan Media Pembelajaran Dengan Menggunakan Bahan Daur Ulang
(Recycle) Untuk Pembelajaran Mata Pelajaran Desain Produk Di SMK Negeri 1
Kalasan pada dasarnya dilakukan pada tiga tahapan utama yaitu :
a. Tahap desain b. Tahap produksi c. Tahap evaluasi. 2. Berdasarkan data dan analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa Media
Pembelajaran Dengan Menggunakan Bahan Daur Ulang (Recycle) Untuk
Pembelajaran Mata Pelajaran Desain Produk Di SMK Negeri 1 Kalasan ini memiliki
tingkat kelayakan ditinjau dari :
a. Aspek pedagogi dinyatakan Amat baik dengan sekor rata-rata berdasar analisis
data memperoleh 4,24 pada skala 1-5
b. Aspek Materi dinyatakan Amat baik dengan sekor rata-rata berdasar analisis data
memperoleh 4,35 pada skala 1-5
c. Aspek fisik/tampilan dinyatakan Amat baik dengan sekor rata-rata berdasarkan
analisisi data 4,21 pada skala 1-5
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar (2005). Media Pembelajaran. Jakarta. PT. Grasindo, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Borg, W.R. (1987). The Educational Research and Development, Center for Educational Research and Inovation, New York: Pearson Education. Inc.
Gall, Meredith D.& Borg, Walter R..(2003). Educational Research, an Introduction; Seventh Edition, New York: Allyn&Bacon
Kemendikbud : (2013). KurikulumSekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), versi keterbacaan.inar Baru Algensindo, Bandung.
Nana Sudjan dan Ahmad Rivai : Media Pengajaran, S Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Sadiman,S, Rahardjo, Haryono, (2005). Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, . Sugiyono, (2007). Media Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan
R&D), Alfabeta, Bandung. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Wina Sanjaya,(2007). Strategi Pembelajaran, Kencana Prenada media group, Jakarta Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran wikimedia.org/wiki/ Daur-ulang http://alamendah.org/2011/01/22/pengertian-dan-proses-daur-ulang/ http://alamendah.org/2010/07/01/3r-reuse-reduce-recycle-sampah/ Referensi: bandung.detik.com; http://www.poskota.co.id BIODATA PENULIS Nama : Drs. Sri Karyono, M.Pd NIP : 19600930 198503 1001 Pangkat/Golongan : Pembina Tk I/IVb Jabatan : Widyaiswara Madya Unit Kerja : PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta Bidang Keahlian : Kriya Kayu Email : [email protected]
Potensi dan masalah media di sekolah
Kajian kurikulum (KD, dan RPP)
Kajian bahan & Proses Desain Produk Kriya
Validasi desain media oleh ahli materi dan ahli media
Uji kelayakan media Produksi prototipe media
Revisi Desain media
Validasi produk mediaoleh ahli materi, ahli media &Guru
Uji coba pemakaian media
Revisi Produk Media
Produksi media secara massal
PEDAGOGI Isi Tampilan
4.2 4.4 4.2
UJI COBA KELAYAKAN MEDIA PEMBELAJARAN