PENGEMBANGAN LKS LISTRIK STATIS BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54618/3/TESIS TANPA BAB...
Transcript of PENGEMBANGAN LKS LISTRIK STATIS BERBASIS …digilib.unila.ac.id/54618/3/TESIS TANPA BAB...
PENGEMBANGAN LKS LISTRIK STATIS BERBASISMULTIREPRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
METAKOGNISI DAN PEMECAHANMASALAH
Tesis
Oleh
HELDA YANTI
PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LKS LISTRIK STATIS BERBASISMULTIREPRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN METAKOGNISI DANPEMECAHAN MASALAH
Oleh
Helda Yanti
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKS yang memenuhi unsur
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dalam meningkatkan kemampuan
metakognisi dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Metode penelitian
menggunakan model R & D yang meliputi, studi pendahuluan digunakan untuk
mengkaji kurikulum, mengkaji teori yang relevan, melakukan penyebaran angket;
langkah perencanaan dan pengembangan digunakan untuk menyusun LKS,
menyusun perangkat pembelajaran, lembar pengamatan, angket dan lembar validasi
ahli; langkah uji lapangan digunakan untuk melakukan uji coba terbatas dan uji coba
luas. Subjek penelitian ini adalah guru fisika dan 35 siswa SMA/MA di Bandar
Lampung. LKS berbasis multirepresentasi REAL yaitu LKS yang menerapkan fase-
fase REAL diantaranya fase recognizing (mencari konsep target dengan konsep
analogi atau konsep yang mirip), fase explaining (menjelaskan konsep target melalui
beberapa representasi), fase applying (menerapkan konsep yang telah diperoleh ke
dalam pemecahan masalah berbagai soal), dan fase looking back (melihat kembali
melalui refleksi diri). Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS hasil pengembangan
memenuhi untuk: 1) uji kevalidan yaitu valid isi 78% dan konstruk 80%; 2)
kepraktisan yang ditunjukkan dengan skor rerata keterlaksanaan pembelajaran dalam
kategori sangat tinggi 81,5 dan respon positif siswa; 3) keefektifan yang ditunjukkan
dengan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan kategori sangat baik
81.3, indikator aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran termasuk dalam
kategori sangat aktif 80,56, dan terdapat peningkatan secara signifikan kemampuan
metakognisi dan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah menggunakan LKS
berbasis multirepresentasi.
Kata kunci: Multirepresentasi, kemampuan metakognisi, pemecahan masalah
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF STATIC ELECTRICAL WORKSHEETS BASED ON
MULTIREPRESENTATION TO INCREASE METAKOGNITIONAL
ABILITY AND PROBLEM SOLVING
By Helda Yanti
This study aims to develop worksheets that meet the elements of validity,
practicality, and effectiveness in improving students' metacognition ability and
problem solving. The research method uses a R & D model which includes four steps,
namely a preliminary study used to review the curriculum, examine relevant theories,
conduct questionnaires; planning and development steps are used to compile LKS,
compile learning tools, observation sheets, questionnaires and expert validation
sheets; Field test steps are used to conduct limited trials and extensive trials; and the
step of dissemination. The subjects of this study were physics teachers and 35 high
school students in Bandar Lampung. REAL multi-representation worksheets are LKS
that apply REAL phases including recognizing phase (looking for a target concept
with analogous concepts or similar concepts), explaining phase (explaining the target
concept through multiple representations), applying phase (applying the concepts that
have been obtained into the solution problems of various problems), and the phase of
looking back (looking back through self reflection). The results showed that the
development worksheets were fulfilled for: 1) validity test which was valid for 78%
content and 80% construct; 2) practicality as indicated by the average score of
learning achievement in the very high category of 81.5 and the positive response of
students; 3) effectiveness shown by the teacher's ability to manage learning with very
good categories 81.3, indicators of student activity during learning included in the
very active category of 80.56, and there was a significant increase in students'
metacognition ability and problem solving abilities after using multi representation
worksheets.
Keynote: multirepresentation, metacognition ability, problem solving
PENGEMBANGAN LKS LISTRIK STATIS BERBASIS
MULTIREPRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN METAKOGNISI
DAN PEMECAHAN MASALAH
Oleh
Helda Yanti
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 05 juli 1993, di desa Sukarami Kecamatan Balik
Bukit Kabupaten Lampung Barat .Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara.
Buah cinta dari pasangan bapak Sabli dan ibu Suhaini. Penulis memulai jenjang
pendidikan formalnya di sekolah Dasar (SD) Negeri 02 Sukarame pada tahun 1999-
2005, Madrasah Tsanawiah (MTs) Negeri 01 Liwa pada tahun 2005-2008, dan
Madrash Aliyah (MA) Negeri 01 Liwa pada tahun 2008-2011 dan di tahun 2011
penulis melanjutkan pendidikan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan
Lampung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan pada Program Studi Pendidikan Fisika
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Agama Islam
Negeri (SMBPTAIN) diselesaikan pada tahun 2015. Kemudian pada tahun 2016,
penulis melanjutkan pendidikan Magister Pendidikan Fisika Universitas Lampung.
Penulis telah mengajar di SMP Gajah Mada Bandar Lampung pada bidang studi IPA.
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatpahala (dari amal) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari dosa) yang dikerjakannya”
(Qs. Al Baqarah : 286)
Belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan bahwa ilmu yang takdikuasai akan menjelma di dalam diri manusia menjadi sebuah ketakutan, belajar dengan keras
hanya bisa dilakukan oleh sesorang yang bukan penakut. ( Anwar Fuadi )
I can if I think I can (Helda Yanti)
PERSEMBAHAN
Tesis ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ibunda Suhaini dan Ayahanda almarhum Sabli
yang telah membesarkan, membimbing, dan mengasuh penulis dengan penuh
kasih sayang, serta selalu mendoakan penulis agar terwujud cita-cita yang
mulia, menjadi manusia yang berguna bagi Agama, Bangsa dan Negara.
2. Adik tercinta Rika Diana yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik
moral maupun material dalam menyelesaikan studiku diperguruan tinggi.
3. Keponakan-keponakanku tercinta Neta Darista dan Evan Pirnando, dan kakak
sepupu yang aku sayangi, Matsetibi dan Yulida yang telah memberikan
semangat dan keinginan memberikan hasil yang terbaik dalam hidupku.
4. Sahabatku tersayang yang selalu menemani dan memberikan semangat untuk
keberhasilan penulis.
5. Para pendidik yang kuhormati.
6. Almamater tercinta.
SANWACANA
Puji syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT atas segala hikmat dan berkat-
Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Prof. Mustofa, M.A.,Ph.D. selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Lampung.
3. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
5. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister
Pendidikan Fisika sekaligus pembahas I yang telah memberikan arahan dan
dukungan.
6. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing I yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan
penulis selama penulisan tesis.
7. Bapak Dr. Undang Rosidin M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah
memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan tesis.
8. Ibu Dr. Kartini Herlina, M.Si., selaku pembahas II sekaligus validator II yang
telah memberikan saran dan masukan.
9. Bapak Dr. Abdurahman, M.Si., selaku validator III yang telah memberikan
saran dan masukan.
10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Magister Pendidikan Universitas Lampung.
11. Dewan guru serta siswa-siswi SMA Gajah Mada Bandar Lampung atas
bantuan dan kerjasamanya.
12. Teman-teman seperjuangan Magister Pendidikan Fisika Angkatan 2016
13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis berdoa semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan
mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga tesis ini dapat
bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung, November 2018
Penulis
Helda Yanti
xv
DAFTAR ISI
HalamanCOVER ..............................................................................................................iABSTRAK .........................................................................................................iiCOVER DALAM ..............................................................................................viSURAT PERNYATAAN ..................................................................................viiMENYETUJUI..................................................................................................viiiMENGESAHKAN ............................................................................................ixRIWAYAT HIDUP ...........................................................................................xMOTTO .............................................................................................................xiPERSEMBAHAN..............................................................................................xiiSANWACANA ..................................................................................................xiiiDAFTAR ISI......................................................................................................xvDAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xviiDAFTAR TABEL ......................................................................................... ..xixDAFTAR GAMBAR ........................................................................................xx
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ......................................................................................1B. Rumusan Masalah.................................................................................8C. Tujuan ..................................................................................................8D. Manfaat Penelitian ................................................................................9E. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Dan Permasalahan Pada Pembelajaran Listrik Statis ...........11B. Lembar Kerja Siswa (LKS) ..................................................................12C. Multirepresentasi...................................................................................13D. Kemampuan Metakognisi .....................................................................15E. Kemampuan Pemecahan Masalah ........................................................17F. Desain LKS Berbasis Multiple Representasi ........................................19G. Kerangka Berfikir .................................................................................23H. Penelitian Yang Relevan.......................................................................25
III. METODE PENELITIANA. Desain Penelitian dan Pengembangan ..................................................29
1. Studi pendahuluan ............................................................................ 292. Perencanaan dan pengembangan.....................................................293. Uji lapangan .....................................................................................304. Desiminasi........................................................................................31
B. Lokasi dan Subjek Penelitian................................................................33C. Tehnik Pengumpulan Data....................................................................33
xvi
D. Teknik Analisis Data.............................................................................351. Tahap studi pendahuluan .................................................................352. Tahap perencanaan dan pengembangan..........................................35
a. Analisis data validasi rancangan produk .....................................35b. Teknik analisis uji validitas dan reliabilitas instrumen ................36
3. Tahap uji lapangan...........................................................................38a. Uji coba skala terbatas ...................................................................38b. Uji coba skala luas.........................................................................40
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pengembangan..............................................................461. Studi Pendahuluan .............................................................................462. Hasil Perencanaan dan Pengembangan Produk..................................47
a. Perencanaan ...................................................................................47b. pengembangan ...............................................................................49
1) Produk LKS…………………………………………………..492) Hasil uji validitas LKS……………………………….………513) Uji validitas instrumen tes…………………………..………..524) Uji reliabilitas……………………………………….………..53
3. Hasil Uji Coba Lapangan ...................................................................53a. Uji skala coba terbatas ...................................................................53b. Uji skala luas..................................................................................55
1) Uji kepraktisan……………………………………………....56a) Uji keterlaksanaan………………………………………56b) Tanggapan siswa………………………………………...57
2) Uji Efektivitas……………………………………………….58a) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran…….58b) Aktivitas siswa selama pembelajaran…………………..59c) Hasil tes………………………………………………...60
c. Produk Akhir..................................................................................65B. Pembahasan .............................................................................................67
1. Validasi LKS .....................................................................................662. Kepraktisan Pembelajaran dengan Menggunakan LKS Berbasis
Multiple Representasi .........................................................................673. Keefektivan LKS Berbasis Multirepresentasi .................................68
a. Kemampuan guru mengelola pembelajaran………………….......68b. Aktivitas siswa…………………………………………………...70c. Hasil uji tes kemampuan metakognisi dan pemecahan masalah....71
V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan..................................................................................................77B. Saran........................................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Angket Analisis Kebutuhan .........................................................................842. Rekapitulasi Analisis Hasil Angket Kebutuhan...........................................873. Desain LKS Listrik Statis Berbasis Multirepresentasi.................................914. Story Board Desain LKS Berbasis Multirepresentasi..................................945. Kisi – Kisi Penyusunan Instrumen Lembar Validasi Konstruk ...................996. Instrumen Validasi Aspek Konstruksi .........................................................1027. Hasil Penilaian Uji Ahli Aspek Konstruksi .................................................1048. Kisi-Kisi Penyusunan Instrument Lembar Validasi Isi ...............................1069. Lembar Validasi Aspek Isi...........................................................................10810. Hasil Penilaian Uji Ahli Aspek Isi...............................................................11011. Lembar Observasi Keterlaksanaan LKS......................................................11212. Rekapitulasi Keterlaksanaan LKS Uji Terbatas ..........................................11413. Rekapitulasi Keterlaksanaan LKS Uji Luas ................................................11614. Instrumen Tanggapan Siswa ........................................................................11715. Rekapitulasi Tanggapan Siswa Pada Uji Coba Terbatas .............................12016. Rekapitulasi Respon Siswa Pada Uji Skala Luas.........................................12217. Lembar Pengamatan Kemampuan Guru ......................................................12418. Rekapitulasi Kemampuan Guru Uji Terbatas ..............................................12619. Rekapitulasi Kemampuan Guru Uji Luas ....................................................12820. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ..........................................................13121. Rekapitulasi Aktivitas Siswa Uji Coba Terbatas .........................................13222. Rekapitulasi Aktivitas Siswa Uji Coba Luas ...............................................13323. Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Aktivitas Siswa Per Aspek............................13424. Kisi-Kisi Intrumen Tes Kemampuan Metakognisi ......................................13525. Instrumen Tes Kemampuan Metakognisi ....................................................13626. Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Metakognisi .........................................13827. Kisi-Kisi Intrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah .........................14028. Kisi-Kisi Intrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah .........................14129. Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah .......................................14230. Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Pemecahan Masalah.............................14331. Kunci Tes ...................................................................................................14432. Hasil Outpus Spss Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Kemampuan
Metakognisi..................................................................................................15133. Hasil Outpus Spss Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Kemampuan
Pemecahan Masalah.....................................................................................15434. Rekapitulasi Pretest Kemampuan Metakognisi ...........................................15635. Rekapitulasi Posttest Kemampuan Metakognisi..........................................158
36. Rekapitulasi Nilai N Gain Kemampuan Metakognisi..................................16037. Rekapitulasi Nilai N Gain Indikator Kemampuan Metakognisi..................16238. Rekapitulasi pretest kemampuan pemecahan masalah ................................16339. Rekapitulasi posttest kemampuan pemecahan masalah...............................16540. Rekapitulasi nilai N Gain indikator kemampuan pemecahan masalah.......16741. Produk Akhir................................................................................................168
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kegiatan Guru Dan Siswa dalam Model REAL. .........................................212. Tafsiran Skor (Persentase) Lembar Validasi ..............................................363. Klasifikasi Korelasi Uji Validitas ................................................................374. Klasifikasi Koefesien Reliabilitas................................................................385. Kriteria Tingkat Keterlaksanaan ..................................................................396. Kriteria Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ...........................................407. Kriteria Interpretasi N-Gain .........................................................................438. Masalah Jenis Data dan Analisis Data .........................................................459. Keterangan Outline Pada LKS.....................................................................4810. Hasil Penilaian Uji Ahli ...............................................................................5111. Hasil Rekomendasi Perbaikan Uji Ahli .......................................................5212. Nilai Koefesien Korelasi Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan
Metakognisi ................................................................................................5313. Nilai Koefesien Korelasi Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah ................................................................................................5314. Hasil Uji Coba Produk Awal .......................................................................5415. Rata-Rata Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
Menggunakan LKS Berbasis Multirepresentasi ..........................................5816. Rata-Rata Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembalajaran ..........5917. N-Gain Indikator Kemampuan Metakognisi................................................6118. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Metakognisi ..........................................6119. Paired Sample Test Kemampuan Metakognisi ............................................6220. N-Gain Indikator Pemecahan Masalah ........................................................6321. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah ............................6422. Paired Sample Test Kemampuan Pemecahan Masalah ...............................64
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Bagan Kerangka Berpikir.............................................................................252. Desain Penelitian .........................................................................................313. Diagram Alir Rancangan Penelitian Dan Pengembangan ...........................324. Hasil Uji Keterlaksanaan Produk Pada Uji Skala Luas ..............................575. Hasil Penilaian Uji Validasi Isi dan Konstruk .............................................666. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran ...................................697. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa ..............................................................718. Peningkatan Rerata Nilai Indikator Metakognisi........................................719. Peningkatan Rerata Nilai Indikator Pemecahan Masalah ............................74
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini kita berada pada abad 21 yang ditandai dengan perkembangan teknologi
yang pesat, sehingga sains dan teknologi merupakan salah satu landasan penting
dalam pembangunan bangsa. Pembelajaran sains diharapkan dapat menghantarkan
peserta didik memenuhi tuntutan abad 21. kemampuan yang diperlukan untuk
memenuhi tuntutan abad 21, yaitu: 1) keterampilan belajar dan berinovasi yang
meliputi berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah, kreatif dan inovatif,
serta mampu berkomunikasi dan berkolaborasi; 2) terampil untuk menggunakan
media, teknologi, informasi dan komunikasi (TIK); 3) kemampuan untuk
menjalani kehidupan dan karir, meliputi kemampuan beradaptasi, luwes,
berinisiatif, mampu mengembangkan diri, memiliki kemampuan sosial dan
budaya, produktif, dapat dipercaya, memiliki jiwa kepemimpinan, dan tanggung
jawab (Kemendikbud 2016)
Peningkatan mutu pendidikan dewasa ini merupakan suatu kebutuhan yang tidak
dapat ditunda-tunda lagi. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan
oleh sumber daya manusia yang berkualitas yang hanya dapat dihasilkan lewat
pendidikan yang berkualitas pula. Dalam pendidikan formal ada beberapa mata
pelajaran yang harus dipelajari untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan.
salah satunya adalah pembelajaran fisika
2
Fisika telah berkembang baik teori maupun penerapannya dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bahkan dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Materi fisika secara garis besarnya terdiri
atas 2 bagian, yaitu fisika klasik dan fisika modern. Fisika klasik adalah
bagian fisika yang proses atau kejadiannya dapat diamati langsung dengan
indera manusia, seperti kinematika, optika, suhu dan kalor, dan dinamika
(Distrik, 2016). Fisika modern adalah bagian fisika yang bersifat abstrak
yang sulit dipahami secara mikro, artinya gejala alam tersebut tidak langsung
dapat diamati dengan indera manusia karena tidak bisa dilihat, didengar atau
dipegang, materi ini sebagian besar terdapat pada materi kelistrikan,
kemagnetan, gelombang elektromagnetik, fisika kuantum, dan teori kinetik
gas
Materi kelistrikan mulai diperkenalkan di SMA pada kelas XII semester 1
yang membahas tentang dasar-dasar elektrostatika yang terdiri atas gaya
listrik, medan listrik, potensial listrik, dan energy potensial listrik. Salah satu
kompetensi inti yang harus dicapai dalam kurikulum 2013 yaitu kompetensi
pengetahuan, yaitu siswa diharapkan dapat memahami, menerapkan,
menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanu-siaan,
kebangsaan, kenega-raan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
3
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
(kemendikbud 2016)
Berdasarkan kompetensi inti pada kurikulum 2013 salah satu kecerdasan
yang akan dibidik adalah kecerdasan metakognitif. kemampuan metakognisi
mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah
(Distrik, 2013 ). Anak yang memiliki strategi metakognitif akan segera sadar
bahwa dia tidak mengerti persoalan dan mencoba mencari jalan keluar.
Pentingnya penerapan metakognisi dalam pembelajaran telah dilaporkan oleh
beberapa peneliti. Kipnis dan Hofstein dalam Simanjutak (2012) menyatakan
metakognisi dianggap sebagai suatu komponen penting dalam pembelajaran
sains sehingga perlu dikembangkan kepada siswa, sebab dalam pengajaran
sains ditemukan bahwa proses-proses metakognisi memberikan pelajaran
yang penuh arti atau belajar dengan pemahaman Penerapan metakognisi akan
membuat siswa mampu mempelajari ilmu pengetahuan dan membentuk siswa
yang mandiri.
Pengembangan kecakapan metakognisi pada siswa merupakan suatu tujuan
pendidikan yang sangat berharga, karena kecakapan itu dapat membantu
mereka menjadi pelajar yang dapat mengatur diri sendiri dan bertanggung
jawab terhadap kemajuan belajar diri sendiri serta beradaptasi terhadap
strategi belajar untuk mencapai tuntutan tugas. Pemikiran diatas didukung
oleh Winn dan Snyder dalam Simanjutak, 2012 yang menyatakan bahwa
ketika siswa semakin terlatih menggunakan strategi metakognisi, mereka
menjadi percaya diri dan menjadi pembelajar yang mandiri. Kemandirian
4
merujuk pada kepemilikan ketika menyadari bahwa mereka dapat memenuhi
kebutuhan intelektual sendiri dan menemukan banyak informasi oleh tangan
mereka sendiri. Siswa yang memiliki kemampuan metakognisi akan segera
sadar saat tidak mengerti permasalahan, dia akan selalu mencari pemecahan
masalahnya.
Keterampilan metakognisi harus diajarkan untuk membangun struktur
pengetahuan, meningkatkan kebiasaan berpikir, dan memandu siswa untuk
meningkatkan pengembangan kognitif, proses berpikir dalam pemecahan
masalah. Pemecahan masalah merupakan hal yang tak kalah pentingnya
dengan kemampuan metakognisi, pemecahan masalah juga perlu mendapat
perhatian para pendidik terutama untuk membantu siswa agar dapat
mengembangkan kemampuannya memecahkan masalah. siswa yang dapat
mengelola kegiatan kognitifnya dengan baik, memungkinkan dapat
menangani tugas dan memecahkan masalah dengan baik pula. Perbedaan
kemampuan fisika memungkinkan adanya perbedaan proses metakognisi
yang dilakukan siswa ketika melakukan pemecahan masalah.
Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh
siswa. Bahkan tercermin dalam konsep kurikulum berbasis kompetensi.
Tuntutan akan kemampuan pemecahan masalah dipertegas secara eksplisit
dalam kurikulum tersebut yaitu, sebagai kompetensi dasar yang harus
dikembangkan dan diintegrasikan pada sejumlah materi yang sesuai.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti diketahui
bahwa; keterampilan siswa dalam memprediksi, merencanakan, memonitor
5
dan mengevaluasi sangat rendah padahal banyaknya ragam pemecahan dan
cara pemecahan yang dihasilkan seseorang pada saat memecahkan masalah
akan sangat ditentukan oleh seberapa baik seseorang memprediksi,
merencanakan, memonitor dan mengevaluasi proses berpikir dan hasil
berpikirnya ketika membuat rencana pemecahan masalah.
Untuk meningkatkan kemampuan metakognisi dan pemecahan masalah
siswa, Pada saat pelaksanaan pembelajaran diperlukan suatu bahan ajar yang
dapat menunjang proses pembelajaran seperti modul, LKS, buku paket, buku
elektronik dan lain-lain. LKS dapat dijadikan sebagai panduan untuk
mengembangkan proses pembelajaran pada aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Penggunaan LKS dalam pembelajaran IPA terutama fisika
sangat sesuai dengan hakikat pembelajaran fisika yang lebih menekankan
pembelajaran pada proses dibandingkan pembelajaran yang mengacu pada
hasil akhir atau produk.
Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah sebagian besar guru
menggunakan LKS yang siap pakai dari penerbit daripada mempersiapkan
sendiri. LKS siap pakai dari penerbit sudah cukup baik tetapi tidak semua
sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah ataupun lingkungan sosial budaya
siswa, seperti LKS hanya berupa latihan soal dengan representasi verbal
untuk menghitung matematisnya saja, tampilan dalam LKS tidak berwarna
dan kurang disertai dengan gambar-gambar kejadian serta percobaan yang
jelas dari permasalahan kehidupan sehari-hari. Hal ini membuat siswa cepat
bosan dan tidak tertarik untuk menggunakan LKS tersebut. Pembelajaran
pada materi listrik statis sasaran utamanya adalah mengembangkan
6
kemampuan berpikir siswa terhadap materi kemagnetan secara menyeluruh
baik dalam skala makroskopik, mikroskopik dan simbolik.
Pemahaman siswa terhadap materi listrik statis ditunjukkan oleh
kemampuannya menstranfer dan menghubungkan antara fenomena
makroskopik, mikroskopik dan simbolik. Ketidakmampuan
merepresentasikan salah satu dari tiga level tersebut, akan berpengaruh
terhadap yang lainnya. Penjelasan secara verbal melalui teks yang telah
dibuat akan menjadi lebih mudah dipahami jika penjelasan melalui teks
dilengkapi dengan gambar atau grafik yang bersesuaian dengan materi
tersebut. Siswa dapat menggunakan representasi untuk mendukung
pemahaman ketika mereka memecahkan masalah atau mempelajari konsep-
konsep baru. Agar mahir dalam pemecahan masalah, maka dapat digunakan
beberapa representasi atau multirepresentasi.
Multirepresentasi adalah upaya pengungkapan kembali suatu konsep yang
sama dalam berbagai bentuk representasi yang berbeda. Penerapan
multirepresentasi dalam fisika dimaksudkan untuk menggambarkan
fenomena fisikadalam berbagai bentuk atau sajian, sehingga mudah
dipahami. LKS berbasis multirepresentasi merupakan lembar-lembar yang
harus dikerjakan oleh siswa secara multirepresentasi yang disertai sebuah
permasalahan dari kejadian kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan LKS
multirepresentasi ini memembantu siswa mengembangkan kemampuan
berfikir dan pemecahan masalah dari masalah kejadian yang faktual menuju
konseptual dalam fisika. Hal ini sangat perlu dalam pembelajaran adanya
7
keterkaitan antara materi bidang studi dengan kejadian di lingkungan yang
sesuai dengan bidang studi tersebut.
Berdasarkan hasil analisis angket yang diberikan kepada siswa kelas XII IPA
I SMA Gajah Mada Bandar Lampung diketahui sebanyak 78,8% siswa di
kelas tersebut menyatakan bahwa kesulitan dalam memahami materi listrik
statis, 60,6 % dari siswa mengatakan bahwa materi listrik statis memiliki
materi yang abstrak dan rumit dan 42,42% mengatakan materi kelistrikan
memiliki materi yang komplek dan rumit. Untuk mengatasi hal tersebut
berdasarkan angket yang diberikan sebanyak 87,88% siswa mengharapkan
adanya media pembelajaran berupa LKS yang memuat materi dalam bentuk
verbal, persamaan, dan gambar( LKS multirepresentasi). Karena menurut
mereka yaitu Sebanyak 45,45% siswa mengatakan LKS yang digunakan
kurang memenuhi harapan siswa dan kurang membantu siswa dalam proses
pembelajaran fisika.
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka pengembangan LKS berbasis
multirepresentasi dapat digunakan untuk meningkatkan metakognitif siswa
pada materi Listrik statis sebagai alternatif dalam pembelajaran fisika.
Pengembangan LKS ini dimaksudkan untuk mendukung model pembelajaran
yang berbasis multirepresentasi. Pembelajaran berbasis multirepresentasi
harus didukung oleh LKS dan media pembelajaran lainnya yang
memungkinkan siswa belajar sendiri atau berkelompok dengan bimbingan
guru yang mengampu pelajaran fisika. LKS yang disajikan dikemas dengan
urutan mengikuti strategi “REAL”, yaitu mengenali (reconizing) konsep,
8
menjelaskan (explaining) konsep dengan beberapa representasi, menerapkan
(applying) konsep melalui contoh solusi, dan melihat kemabali (looking back)
hubungan antara konsep. Dengan demikian materi yang bersifat abstrak
lebih mudah dipahami oleh siswa. Dengan demikian sangat dipandang perlu
untuk melakukan pengembangan LKS materi listrik statis berbasis
multirepresentasi untuk meningkatkan kemampuan metakognisi dan
pemecahan masalah.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian
pengembangan ini adalah;
1. Bagaimana validitas LKS listrik statis berbasis multirepresentasi untuk
meningkatkan kemampuan metakognisi dan pemecahan masalah?
2. Bagaimana kepraktisan LKS listrik statis berbasis multirepresentasi untuk
meningkatkan kemampuan metakognisi dan pemecahan masalah?
3. Bagaimana Keefektifan LKS listrik statis berbasis multirepresentasi untuk
meningkatkan kemampuan metakognisi dan pemecahan masalah?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian adalah untuk
mendeskripsikan:
1. Validitas LKS listrik statis berbasis multirepresentasi untuk meningkatkan
kemampuan metakognisi dan pemecahan masalah.
2. Kepraktisan LKS listrik statis berbasis multirepresentasi untuk
meningkatkan kemampuan metakognisi dan pemecahan masalah
9
3. Keefektifan LKS listrik statis berbasis multirepresentasi untuk
meningkatkan kemampuan metakognisi dan pemecahan masalah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah
1. Bagi siswa, LKS listrik statis berbasis multirepresentasi ini diharapkan
mampu menjadi sarana untuk meningkatkan metakognisi dan pemecahan
masalah siswa.
2. Bagi guru, LKS yang telah dikembangkan dapat menjadi salah satu
referensi guru dalam menggunakan dan mengembangkan media
pembelajaran yang berorientasi meningkatkan kemampuan metakognisi
dan pemecahan masalah siswa.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan LKS Berbasis
multirepresentasi dengan model REAL untuk meningkatkan kemampuan
metakognisi dan pemecahan masalah siswa SMA
2. Kompetensi Dasar materi yang dikembangkan yaitu memformulasikan
muatan listrik, gaya listrik, potensial listrik pada berbagai kasus..
3. Materi yang disajikan dalam LKS ini adalah materi fisika SMA/MA
kelas XII semester ganjil yaitu pokok bahasan listrik statis yang
disesuaikan dengan Standar Isi Kurikulum 2013.
4. Multirepresentasi yang dimaksudkan adalah merepresentasi ulang konsep
yang sama dengan format yang berbeda, termasuk verbal, gambar, grafik,
dan matematik (Prain & Waldrip, 2007).
10
5. Indikator dari kemampuan metakognisi meliputi pengetahuan
metakognisi dan ketrampilan metakognisi. Pengetahuan metakognisi
meliputi kemampuan deklaratif, proseduran dan kondisional, sedangkan
ketrampilan metakognisi meliputi ketrampilan prediksi, perencanaan,
monitoring dan evaluasi
6. Indikator dari kemampuan pemecahan masalah meliputi membuat
pemodelan, menganalisis, menafsir, dan memvalidasi.
7. Uji produk penelitian pengembangan dilakukan oleh ahli desain, ahli
isi/materi, dan uji coba produk di lapangan.
8. Subjek penelitian pengembangan adalah siswa kelas XII SMA di Bandar
Lampung.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Diskripsi dan Permasalahan Pada Pembelajaran Materi Listrik Statis
Materi listrik statis mulai diperkenalkan pada Siswa SMA semester I kelas XII
(kurikulum 2013). Paparan materi yang diajarkan pada tingkat SMA terbatas pada
aspek aljabar, yaitu berorientasi pada ruang lingkup konsep-konsep dasar dengan
memanfaatkan matematika untuk mengungkapkan penomena alam secara kuantitatif
kecuali pada subtopik medan listrik oleh muatan terdistribusi pada suatu bahan,
diperkenalkan kalkulus untuk menghitung medan listrik yang terdistribusi dalam bahan
dalam dimensi tinggi.
Listrik statis merupakan salah satu materi Fisika yang memilki peluang penggunaan
multirepresentasi dalam proses pembelajaran. Ada beberapa Konsep-konsep pada topik
elektrostatika yang memerlukan multirepresentasi seperti pada konsep muatan listrik
yang dapat dijelaskan secara (1) verbal tentang Jenis muatan dan Bagaimana benda
menjadi bermuatan , (2) gambar berupa Simbol muatan listrik, (3) grafik Gaya listrik
yang dialami muatan, dan (4) matematik dengan menggunakan rumus matematik besar
Gaya listrik yang dialami muatan. Ada juga konsep Medan listrik yang juga dapat
dijelaskan secara (1) verbal tentang Konsep medan listrik, (2) gambar berupa Gambar
garis-garis medan listrik, (3) grafik berupa Grafik kuat medan terhadap jarak, dan (4)
matematik berupa Persamaan medan listrik. Serta masih banyak konsep-konsep listrik
statis yang seharusnya dijelaskan secara multirepresentasi.
12
Ada beberapa permasalahan dalam pembelajaran materi listrik statis, yaitu kesulitan
dalam memahami konsep abstrak dan menerapkan dalam pemecahan masalah.
Kesulitan ini mungkin disebabkan konsep-konsep dasar tidak dipahami dengan baik
dan kurangnya guru mengeplorasi kemampuan metakognisi Siswa. Pada hal
kemampuan metakognisi mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan
masalah (Distrik, 2015)
Materi listri statis sulit dipahami, karena materinya abstrak dan kompleks serta
melibatkan matematika yang rumit (Mur et al, 2004) Kesulitan ini dapat dilihat dari
kemampuan Siswa dalam memahami konsep dan kemampuan pemecahan masalah yang
berhubungan dengan materi listrik statis. Kesulitan dalam memahami konsep listrik dan
magnet juga dikemukan oleh (Demirci, 2004).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam materi listrik statis
memiliki materi yang abstrak, kompleks dan rumit sehingga siswa sulit memahami dan
memecahkan masalah yang ada dalam materi tersebut, sehingga diperlukan sumber
belajar yang dapat menjelaskan materi yang abstrak tersebut kedalam berbagai bentuk
representasi.
B. Lembar Kerja Siswa
LKS (lembar kerja siswa) biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas
kompetensi dasar yang akan dicapainya.(Depdiknas; 2004). (Dahar,2006)
mengungkapkan bahwa lembar kerja Siswa adalah lembar kegiatan yang berisikan
informasi dan instruksi dari guru kepada siswa agar siswa dapat mengerjakan sendiri
suatu aktivitas belajar, melalui praktik atau penerapan hasil belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
13
LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan
belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan
guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar.
dalam lembar kerja siswa (LKS) siswa akan mendapatkan uraian materi, tugas, dan
latihan yang berkaitan dengan materi yang diberikan. dengan menggunakan LKS dalam
pengajaran akan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk ikut aktif
dalam pembelajaran. Dengan demikian guru bertanggung jawab penuh dalam memantau
Siswa dalam proses belajar mengajar.
Penggunaan LKS sebagai alat bantu pengajaran akan dapat mengaktifkan Siswa. LKS
biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu
tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan
dicapainya. LKS juga harus dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait
dengan materi tugasnya (Madjid, 2007)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa Lembar Kerja Siswa
(LKS) adalah lembaran kertas yang intinya berisi informasi dan instruksi dari guru
kepada Siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu kegiatan belajar melalui praktek
atau mengerjakan tugas dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan untuk
mencapai tujuan pengajaran” LKS akan sangat bermanfaat dalam hal mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah Siswa.
C. Multirepresentasi
Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat
menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu d alam suatu cara (Goldin,
2002). Representasi merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan, atau
menyimbolkan objek dan/atau proses. Multirepresentasi juga berarti merepresentasi
14
ulang konsep yang sama dengan format yang berbeda, termasuk verbal, gambar, grafik,
dan matematik (Waldrip al, 2006). Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa
multirepresentasi adalah suatu cara menyatakan suatu konsep melalui berbagaicara dan
bentuk. Multirepresentasi memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai pelengkap,
pembatas interpretasi, dan pembangun pemahaman (Ainsworth, 1999).
Fungsi pertama adalah multirepresentasi digunakan untuk memberikan representasi
yang berisi informasi pelengkap atau membantu melengkapi proses kognitif. Kedua,
satu representasi digunakan untuk membatasi kemungkinan kesalahan menginterpretasi
dalam menggunakan representasi yang lain. Ketiga, multirepresentasi dapat digunakan
untuk mendorong Siswa membangun pemahaman terhadap situasi secara mendalam.
Multirepresentasi adalah model yang mempresentasi ulang konsep yang sama dalam
beberapa format yang berbeda-beda( Angell, C et al.,2007). (Rosengrant, D et al, 2007)
mengatakan bahwa representasi adalah sesuatu yang dapat disimbolkan atau simbol
pada suatu obyek ataupun proses. Mereka menambahkan bahwa dalam fisika
representasi bisa berupa kata, gambar, diagram, grafik, simulasi komputer, persamaan
matematika dan sebagainya.
Ada tiga fungsi utama dari multirepresentasi, yaitu sebagai pelengkap dalam proses
kognitif, membantu membatasi kemungkinan kesalahan interpretasi lain, dan
membangun pemahaman konsep dengan lebih mendalam (Ainsworth,1999). Selain tiga
fungsi utama di atas, multirepresentasi juga berfungsi untuk menggali perbedaan-
perbedaan dalam suatu informasi yang dinyatakan oleh masing-masing interpretasi.
Multirepresentasi cenderung digunakan untuk saling melengkapi dimana representasi
tunggal tidak memandai untuk memuat semua informasi yang disampaikan.
15
Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada lima alasan penting mengapa
multirepresentasi sangat baik untuk digunakan dalam pembelajaran fisika, yaitu:
1. Pembelajaran multirepresentasi membantu pembelajar yang memiliki latar belakang
kecerdasan yang berbeda. Karena representasi yang dibuat berbeda-benda
memberikan kesempatan belajar yang optimal bagi setiap jenis kecerdasan.
2. Kuantitas dan konsep-konsep yang bersifat fisik seringkali dapat divisualisasikan
dan dipahami lebih baik dengan menggunakan representasi.
3. Membantu mengonstruksikan representasi lain yang lebih abstrak.
4. Penalaran kualitatif seringkali terbantu dengan menggunakan representasi kongkret.
5. Representasi matematik yang abstrak dapat digunakan untuk penalaran kuantitatif
dimana representasi matematik dapat digunakan untuk mencari jawaban kuantitatif
terhadap soal.
Dengan demikian multirepresentasi adalah suatu cara yang mewakili, melambangkan
atau menyatakan suatu konsep dengan memadukan representasi verbal, matematis,
gambar, dan grafik. Sehingga diharapkan Pembelajaran dengan Multiple representasi
juga dapat meningkatkan kemampuan metakognisi dan pemecahan masalah.
D. Kemampuan Metakognisi
Metakognisi dibedakan menjadi pengetahuan metakognisi, keterampilan metakognisi,
dan konsepsi metakognisi atau keyakinan metakognisi (Desoete et al, 2001).
Selanjutnya Brown dalam (Rahman, 2011) menjabarkan pengetahuan metakognisi
menjadi pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional sedangkan regulasi
kognisi terdiri atas perencanaan, monitoring, dan evaluasi.
Keterampilan metakognisi didefinisikan sebagai pengendalian individu pada proses
berpikirnya sendiri. (Desoete et al, 2001) ; membagi eksekutif kontrol atau
keterampilan metakognisi menjadi empat bagian yang terdiri atas memprediksi,
16
merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi. Kemampuan metakognisi dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengetahuan metakognisi (deklaratif,
prosedural, dan kondisional) dan keterampilan metakognisi (prediksi, perencanaan,
monitoring, dan evaluasi). Model ini sudah pernah digunakan oleh (Desoete et al,
2001) dalam penetiannya yang berjudul "Matacognition and Mathematical Problem
Solving in Grade 3”.
Flavell dalam Simanjutak, 2012 menyarankan bahwa sekolah yang baik harus menjadi
tempat ideal bagi perkembangan metakognisi, dengan alasan bahwa begitu banyak
pembelajaran kesadaran diri akan berlangsung. Di sekolah, anak-anak mempunyai
kesempatan berulangkali untuk memonitor dan mengatur kognisi mereka, juga memiliki
pengalaman metakognisi yang begitu banyak serta berkesempatan untuk memperoleh
pengetahuan metakognisi tentang diri, tugas, dan strategi. metakognisi memiliki peranan
penting dalam keberhasilan belajar, oleh karena itu penting mempelajari aktivitas dan
pengembangan metakognisi untuk menentukan bagaimana siswa dapat diajar sehingga
mereka dapat menerapkan sumber-sumber pengetahuan dengan lebih baik melalui
pengontrolan metakognisinya.
Ada beberapa assessment dalam mengukur metakognisi salah satunya adalah
Assessment yang dikembangkan oleh Desoete et al lebih mengarah pada penguasaan
materi dan strategi yang digunakan dalam menyelesaikan tugas tersebut, sehingga dalam
pengukurannya dapat digunakan tes. Data kemampuan metakognisi Siswa dalam materi
listrik dan magnet, diukur menggunakan assessment yang dikembangkan oleh (Desoete
et al, 2001).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metakognisi sebagai kemampuan
seseorang dalam belajar, yang mencakup bagaimana sebaiknya belajar dilakukan, apa
17
yang sudah dan belum diketahui, yang terdiri atas tiga tahapan yaitu perencanaan
mengenai apa yang harus dipelajari, bagaimana, kapan mempelajari, pemantauan
terhadap proses belajar yang sedang ia lakukan, serta evaluasi terhadap apa yang telah
direncanakan, dilakukan, dan hasil dari proses tersebut.
E. Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah suatu proses terencana yang perlu dilaksanakan agar
memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak didapat
dengan segera (Saad et al, 2008). Ruseffendi, 2001 mengemukakan bahwa suatu soal
merupakan soal pemecahan masalah bagi seseorang bila ia memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk menyelesaikannya, tetapi pada saat ia memperoleh soal itu ia belum
tahu cara menyelesaikannya. Dalam kesempatan lain (Ruseffendi, 2001) juga
mengemukakan bahwa suatu persoalan itu merupakan masalah bagi seseorang jika:
pertama, persoalan itu tidak dikenalnya. Kedua, siswa harus mampu menyelesaikannya,
baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuannya, terlepas daripada apakah akhirnya ia
sampai atau tidak kepada jawabannya. Ketiga, sesuatu itu merupakan pemecahan
masalah baginya, bila ia ada niat untuk menyelesaikannya.
Polya mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari
suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai.
(Sujono, 1988) melukiskan masalah matematika sebagai tantangan bila pemecahannya
memerlukan kreativitas, pengertian dan pemikiran yang asli atau imajinasi. Berdasarkan
penjelasan tersebut, sesuatu yang merupakan masalah bagi seseorang, mungkin tidak
merupakan masalah bagi orang lain atau merupakan hal yang rutin saja
18
Pemecahan masalah merupakan salah satu tipe keterampilan intelektual yang menurut
(Gagne, et al, 1992) lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks dari tipe keterampilan
intelektual lainnya. (Gagné, et al, 1992) berpendapat bahwa dalam menyelesaikan
pemecahan masalah diperlukan aturan kompleks atau aturan tingkat tinggi dan aturan
tingkat tinggi dapat dicapai setelah menguasai aturan dan konsep terdefinisi. Demikian
pula aturan dan konsep terdefinisi dapat dikuasai jika ditunjang oleh pemahaman
konsep konkrit. Setelah itu untuk memahami konsep konkrit diperlukan keterampilan
dalam memperbedakan. proses pemecahan masalah versi (polya, 1985) disampaikan
dengan strategi thinking aloud pair problem solving.
Adapun Pemecahan masalah yang digunakan oleh Savage & Williams (1990)
terdiri atas tiga langkah, yaitu: 1) mempersiapkan model, yaitu mempersiapkan
model maksudnya adalah menguraikan/menggambarkan atau menjabarkan
variabel-variabel yang diketahui baik dalam bentuk gambar, grafik maupun
uraian, 2) menganalisis masalah, yaitu mengkaji rumus-rumus yang akan
digunakan dalam menyelesaikan masalah dan menyelesaikan masalah tersebut
secara berurutan, 3) menafsir dan memvalidasi, yaitu membuat interpretasi atau
kesimpulan terhadap peristiwa/kejadian berdasarkan data atau hasil perhitungan.
Mengacu pada pendapat-pendapat di atas, pemecahan masalah dapat dilihat dari
berbagai pengertian merupakan upaya mencari jalan keluar yang dilakukan dalam
mencapai tujuan pemecahan masalah. Juga memerlukan kesiapan, kreativitas,
pengetahuan dan kemampuan serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Di
samping itu pemecahan masalah merupakan persoalan-persoalan yang belum dikenal;
serta mengandung pengertian sebagai proses berpikir tinggi dan penting dalam
pembelajaran fisika.
19
F. Desain LKS Berbasis Multirepresentasi
Desain LKS untuk mengajarkan materi listrik statis, mengacu pada kajian teori yang
dipilih, karakteristik materi, tujuan yang ingin dicapai, perilaku pengajar, dan
struktur kelas atau lingkungan belajar (Arends, 1997) Pembelajaran dengan LKS
multiple representasi membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir dan
pemecahan masalah (Maharani, dkk: 2015). LKS berbasis multiple representasi
menggunakan model ”REAL” karena itu struktur materi yang disajikan dalam LKS
adalah:
1. Mengenali (recognizing) konsep kunci (konsep-konsep pokok yang penting) pada
setiap pokok/sub pokok bahasan materi listrik statis. Secara lengkap memahami konsep
meliputi memahami situasi objek atau peristiwa yang dijelaskan oleh prinsip atau teori
(rumus) dan keberlakuan umum dari situasi objek atau peristiwa tersebut.
2. Membimbing siswa menjelaskan (explaining) konsep kunci (konsep yang dikaji)
dengan beberapa cara (multirepresentasi). Multirepresentasi sangat penting dalam
pembelajaran, karena representasi dapat menunjukkan memori, pikiran, dan penalaran.
Suatu masalah dapat direpresentasikan secara verbal, visual, gambar atau secara
simbolik. Representasi dikategorikan kedalam dua kelompok, yaitu representasi internal
dan representasi eksternal. Representasi internal merupakan pemahaman oleh masing-
masing individu terhadap materi atau peristiwa yang diamati atau dipelajarinya.
Sedangkan representasi eksternal digambarkan sebagai situasi fisik yang terstruktur
yang dapat dilihat sebagai perwujudan ide-ide fisik seperti tulisan, gambar, diagram,
grafik, tabel atau persamaan matematik.
21
3. Menerapkan (applying) konsep dalam pemecahan masalah dengan
menggunakan contoh solusi. Pemberian contoh solusi terhadap suatu
permasalah yang kompleks dan rumit sangat membantu siswa untuk
membimbing ke arah penyelesaian masalah dengan tepat. Contoh-contoh
merupakan bantuan yang lebih efektif dalam pemecahan masalah daripada
prosedur-prosedur umum itu sendiri atau petunjuk-petunjuk atas materi
instruksi (Ringenberg & VanLehn, 2006). Sedangkan menurut Chick (2007)
contoh adalah perwakilan tertentu dari sebuah prinsip umum, yang dipilih
untuk menggambarkan atau menjelajahi prinsip itu.
4. Melihat kembali (looking back) semua aktivitas selama pembelajaran melalui
refleksi diri.
Secara lengkap kegiatan guru dan siswa dalam model “REAL”, Disajikan dalam
tabel yang dikemukan oleh Distrik (2016) seperti pada Tabel 1
Table 1. Kegiatan Guru dan Siswa dalam Model REAL
Nama fase SintakPembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan siswa
R (Recognizing MengenalikonsepmelaluiAnalogi.
Menuliskan konseptarget yang akandibaca.
Mengenali konseptarget dan fitur-fiturnya
Membimbing siswamengenali konsepanalogi.
Mengingat kembalikonsep analogi yangmempunyaikemiripan dengankonsep target
Membimbing siswauntuk membuathubungan antarakonsep target dan
konsep analogi
Membuathubungan antarafitur-fitur konseptarget dan analogidengan mengisiLKSyang sudah
22
Nama fase SintakPembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan siswa
disediakanMembimbing siswauntuk membuathubungan antarakonsep target dankonsep analogi.
Membuat hubunganantara fitur-fiturkonsep target dananalogi denganmengisi LKS yangsudah disediakan.
E(Explanning)
Menjelaskankonsep melaluibeberapaRepresentasi
Membimbing siswamelakukanpercobaan/pengamatangambar analogi.
Melakukanpercobaan ataupengamatanterhadap gambaranalogi.
Membimbing siswamenjelaskan konsepanalogi berdasarkanhasil pengamatan
Menjelaskankonsep- konsepanalogi melaluigambar, verbal,fiktorial, maupunsimbolik.
Membimbing siswamenjelaskan konseptarget melalui lembarkerja siswa.
Menjelaskankonsep targetsecara, verbal,fiktorial,maupunsimbolik
Memfasilitasi siswauntuk berdiskusi.
Berdiskusi dalamkelompok,melakukankomunikasi antarakelompok,mengkaji masalah-masalah dalamLKS yang belumjelasatau sulit dipahami
A (Applying) Menerapkankonsepmengikuticontoh solusi
Memberi beberapapermasalahan untukdipecahkan, denganmenerapkan konsepyang sudah dipahami
Mengenalimasalah dengancermat, mencariinformasi untukmenyelesaikanmasalahdan memilih strategi.
Memberikan contohsolusi untukmembimbing siswa
Memecahkanmasalah denganmengikuti
23
Nama fase SintakPembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan siswa
dalam menyelesaikanTugasnya
langkah-langkahpemecahanmasalahdalam contoh solusi
Membimbing siswadalam menerapkankonsep untukmemecahkan masalahyang rumit
Memecahkanmasalah denganmenerapkan konsepyang sesuai.
L (Lookingback)
Melihatkembali semuaaktivitasselamapembelajaranmelaluirefleksi diri.
Membimbing siswamelakukan presentasi,menyampaikan hasilpengamatan atautemuan lainnyaselama prosespembelajaran.
Salah satu kelompoktampil di depan kelas,menyampaikan hasilpengamatan atautemuan lainnyaselama prosespembelajaran
Membimbing siswamelakukan koreksiterhadap hasilpengamatan atautemuan lainnya
Mendiskusikan hasilpengamatan atautemuan lainnya
Membimbing siswauntuk mengenalikekurangan dankelebihannya dalammemahami danpenerapan konsepdalam pemecahanmasalah.
Mengidentifikasikekurangan dankelebihan dalammemahami danmenerapkan konsepdalam pemecahanmasalah
(Sumber: Distrik, 2016)
G. Kerangka Berfikir
Pembelajaran fisika menggunakan LKS multirepresentasi dengan tepat dapat
melatih kemampuan metakognisi dan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Kemampuan metakognisi meliputi pengetahuan metakognisi dan ketrampilan
metakognisi. Pengetahuan metakognisi meliputi kemampuan deklaratif,
24
procedural dan kondisional) dan keterampilan metakognisi meliputi keterampilan
memprediksi, merencanakan, memonitoring dan mengevaluasi) Sedangkan
kemampuan pemecahan masalah meliputi menampilkan model, menganalisis
berdasarkan model yang ditempilkan, dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil
analisis.
Penggunaan model pembelajaran yang belum tepat dapat menyebabkan rendahnya
kemampuan metakognisi dan pemecahan masalah siswa. Diantara berbagai model
pembelajaran, model pembelajaran multirepresentasi “REAL” merupakan model
pembelajaran yang diharapkan dapat membantu melatih kemampuan metakognisi
dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Melalui model pembelajaran
multirepresentasi “REAL” siswa tidak hanya sekadar menghafal rumus, tetapi
lebih kepada bagaimana siswa mengerti dan memahami konsep-konsep fisika
yang bersifat abstrak dan kompleks. Sehingga pemilihan materi yang akan
disajikan dalam LKS yang akan dikembangkan harus banyak berkaitan dengan
listrik statis
Kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan standar isi dan standar proses.
Dimana dalam standar isi memuat kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar
(KD) yang harus dicapai siswa. Agar siswa dapat mencapai KI dan KD tersebut
maka perlu didukung dengan standar proses yang memuat tentang perencanaan
pembelajaran dan bahan ajar yang digunakan. Salah satu dari bahan ajar yang
digunakan adalah LKS. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengembangkan LKS
listrik statis berbasis multirepresentasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan metakognisi siswa dan kemampuan pemecahan masalah siswa.
25
Secara skematis kerangka pikir penelitian terdapat pada Gambar 1
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir
H. Penelitian yang Relevan
Pengembangan LKS listrik statis berbasis multirepresentasi pada dasarnya
memiliki kesamaan dengan pengembangan media cetak lainnya seperti
LKS listrik statis berbasismultipel representasimenggunakan model“REAL”1. mengenali
(recognizing) konseptarget melalui analogi.
2. Menjelaskan(explaining) konsepmenggunakan denganberbagai representasi.
3. Menerapkan(applying) konsepdalam menyelesaikanmasalah sesuai contohsolusi.
4. Melihat kembali(looking back)aktivitas siswa melaluirefleksi diri.
Kajian teoritis:
Dahar,2006 mengungkapkanbahwa lembar kerja Siswaadalah lembar kegiatan yangberisikan informasi daninstruksi dari guru kepadasiswa agar siswa dapatmengerjakan sendiri suatuaktivitas belajar, melaluipraktik atau penerapan hasilbelajar untuk mencapai tujuanpembelajaran.
Menurut Ainsworth (2008)multi representasi merupakansuatu cara yang digunakanuntuk memperlihatkan suatumateri ataupun konsep dengancara yang berbeda-beda, baikitu melalui gambar, teks,diagram, persamaan, dan lainsebagainya.
Memecahkan masalah secaraefektif menuntut siswa untukmengidentifikasi,mendefinisikan, danmemecahkan masalah denganmenggunakan logika, sertaberpikir kritis dan kreatif(Crebert et al, 2011).
Kajian Empiris:
kemampuan metakognisimempunyai pengaruhpositif terhadap kemampuanpemecahan masalah(Distrik, 2013 ).
Kipnis dan Hofstein dalamSimanjutak (2012)menyatakan metakognisidianggap sebagai suatukomponen penting dalampembelajaran sains
Dengan pembelajaranmenggunaka Multipelrepresentasi siswa dapatmerepresentasi ulangkonsep yang sama denganformat yang berbeda,termasuk verbal, gambar,grafik, dan matematik(Waldrip al, 2006).
Hipotesis LKS berbasis multipelrepresentasi menggunakanmodel“REAL” diduga dapatmeningkatkan kemampuanmeakognisi dan Kemampuanpemecahan masalah siswa
Indikator kemampuanmetakognisi
1. Deklaratif2. Kondisonal3. Procedural4. Prediksi5. Perencanaan6. Monitoring7. evaluasi
Indikator PemecahanMasalah1. Membuat model2. Analisis model3. Memverifikasi atau
memvalidasi
26
handout, modul dan buku ajar. Telah banyak dilakukan penelitian mengenai
modul sebagai media dan sumber belajar.
Penelitian yang telah dilakukan oleh (Maharani et al, 2015) yang
mengembangkan LKS multirepresentasi berbasis pemecahan masalah pada
pembelajaran fisika SMA memenuhi kritria baik dari segi kevalidan dan LKS
tersebut juga dapat meningkatkan keterampilan masalah siswa, dengan
kriteria baik dari semua indikator keterampilan pemecahan masalah yang di
ukur. Penelitian ini dianggap relevan dengan penelitian penulis dikarenakan
sama-sama mengembangkan LKS Multirepresentasi, namun perbedaannya
adalah penelitian Maharani menyusun LKS tersebut hanya meninjau
keterampilan pemecahan masalah saja.
Penelitian oleh (Setyandaru et al., 2017) tentang pengembangan modul
pembelajaran berbasis multirepresentasi pada pembelajaran fisika di
SMA/MA mendapatkan data sebagai berikut: (1) validitas modul berbasis
multirepresentasi termasuk dalam kategori cukup valid, (2) kemampuan
Multirepresentasi siswa yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini
berkategori tinggi, (3) respon Siswa yang didapatkan dalam penelitian ini
adalah positif untuk semua aspek.
Ramadhani, 2016 mengembangkan modul pembelajaran kelas X SMK
berbasis multirepresentasi amendapat hasil penelitian bahwa modul tersebut
sangat layak digunakan untuk meningkatkan hasil belajar. artinya modul
tersebut sangat layak digunakan berdasarkan beberapa komponen kelayakan.
27
Yusup, M, 2009 meneliti tentang multirepresentasi dalam pembelajaran fisika
mengungkapkan bahwa multirepresentasi merupakan strategi pembelajaran
yang memberikan kesempatan baik kepada guru maupun siswa dalam
mepresentasikan konsep dalam berbagai cara dan bentuk. Penggunaanya
dalam proses pembelajaran sebaiknya ditunjang dengan media yang
medukung dan direncanakan dengan baik. Dengan multirepresentasi
diharapkan siswa dapat lebih menyenangi fisika karena bukan hanya rumus-
rumus yang diberikan tetapi juga cara lain untuk memahami suatu konsep.
Anderson, 2006 menyelidiki bagaimana metakognisi siswa mempengaruhi
pemahaman dan mengkonstruksi pengetahuan. Hasil dari penelitian adalah
metakognisi dapat mempengaruhi pemahaman dan mengkonstruksi
pengetahuan karena mengembangkan dimensi kesadaran siswa untuk
meningkatkan kapasitas belajar yang bermakna. Hasil penelitian tersebut
didukung oleh (Gok, 2010) yang melakukan penelitian dengan tujuan
mereview problem solving dan kemampuan metakognisi siswa. Hasil dari
penelitian ini didapatkan bahwa metakognisi merupakan faktor penting dalam
pemecahan masalah
Hasil penelitian Panaoura, A, 2004 menunjukkan bahwa siswa yang terampil
dalam mengetahui dan mengatur kognisinya (menilai metakognisinya) serta
menyadari kemampuannya akan menunjukkan kemampuan berpikir yang
lebih strategis dalam memecahkan masalah daripada mereka yang tidak
menyadari cara kerja sistem kognisinya.
28
Hasil penelitian McLoughlin, C, 2003 menunjukkan bahwa pemecahan
masalah yang efektif dapat diperoleh dengan memberi kesempatan kepada
siswa untuk menerapkapkan strategi metakognitif ketika memecahkan
masalah. Jelas sekali bahwa terdapat korelasi antara metakognisi dan
pemecahan masalah. (Suhandi dan Wibowo 2012) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa multirepresentasi yang digunakan dalam program
pembelajaran konseptual interaktif memiliki efektivitas yang tergolong tinggi
dalam menanamkan pemahaman konseptual.
Berdasarkan penelitian tersebut, maka peneliti mengembangkan produk LKS
listrik statis berbasis multirepresentasi untuk menumbuhkan kemampuan
metakognisi dan pemecahan masalah siswa sehingga siswa dapat belajar
secara mandiri maupun kelompok. Dalam LKS ini nantinya akan dilengkapi
dengan materi dan soal-soal pemecahan masalah pada materi listrik statis
dengan beberapa representasi seperti di representasikan secara verbal, rumus,
grafik dan gambar, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi
listrik statis yang sangat rumit dan abstrak. Pengembangan LKS ini juga
diharapkan dapat membantu siswa dalam menumbuhkan kemampuan
metakognisi dan pemecahan masalah siswa.
29
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yaitu
mengembangkan lembar kerja peserta didik listrik statis berbasis
multirepresentasi untuk meningkatkan Kemampuan metakognisi dan
pemecahan masalah peserta didik kelas XII. Metode yang digunakan dalam
penelitian pengembangan adalah Research and Development (R&D).
Desain pengembangan ini mengacu pada tahapan penelitian yang
dikemukakan oleh Borg & Gall (2003) . Model Borg & Gall terdiri atas 10
tahapan kegiatan dan dikelompokkan menjadi empat tahapan dengan
melakukan penyesuaian seperlunya, yaitu;
1. Studi Pendahuluan
Tahap awal, peneliti melakukan kajian terhadap kurikulum dan kajian
pustaka untuk memperoleh informasi mengenai media pembelajaran
berupa LKS berbasis multirepresentasi. Peneliti juga melakukan observasi
lapangan untuk memperoleh data tentang metakognisi dan pemecahan
masalah peserta didik pada materi listrik statis.
2. Perencanaan dan pengembangan
Berdasarkan studi literatur, maka disusun draft LKS yang terdiri dari sajian
teks materi dan soal-soal latihan. Dalam tahap ini yang pertama kali
dilakukan adalah menganalisis konten atau materi pembelajaran Fisika yang
30
digunakan dalam LKS, lalu menyusun tugas kinerja yang harus dilakukan
peserta didik. Kemudian menyusun story board LKS berbasis multiple
representasi sesuai dengan model pembelajaran REAL. Peneliti juga
Menyusun perangkat pembelajaran sebagai komponen pendukung
pengembangan LKS yang mencakup tentang penyusunan rencana
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. LKS dan perangkat pembelajaran
yang telah disusun selanjutnya disebut draft awal (prototipe I). Penyusunan
draft LKS (protipe I) selanjutnya divalidasi oleh ahli. Validasi produk
pengembangan tersebut difokuskan pada validasi isi dan konstruk. LKS
dan perangkat pembelajaran yang telah divalidasi selanjutnya disebut
prototipe II.
3. Uji lapangan
Langkah-langkah dalam tahap ini yaitu:
a. Uji coba skala terbatas.
prototipe II LKS berbasis multirepresentasi yang berhasil
dikembangkan dan telah diuji oleh ahli (validasi ahli), kemudian
dilakukan uji kelompok kecil. melakukan uji coba kelompok kecil guna
mengetahui kepraktisan LKS yang dilihat dari keterlaksanaan LKS
telah diterapkan dengan benar.
berdasarkan hasil uji coba kelompok kecil yang telah dilakukan
sebelumnya, lalu dilakukan revisi atau penyempurnaan terhadap desain
LKS, sehingga desain LKS yang dikembangkan berikutnya adalah
sebuah LKS yang siap untuk dilakukan uji coba kelompok lebih luas,
31
b. Uji Coba Skala Luas
Uji coba skala luas memiliki tiga tujuan yang hendak diungkap dalam
langkah ini, yaitu (1) menguji kepraktisan LKS berbasis multiple
representasi yang dilihat dari keterlaksaan LKS saat diterapkan dalam
pembelajaran menggunakan model REAL. (2) meningkatkan
kemampuan metakognisi dan pemecahan masalah siswa, (3)
menyimpulkan apakah LKS yang dikembangkan lebih efektif
memberikan dampak terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah siswa dan kemampuan metakognisi dilihat dari hasil tes siswa.
Desain yang digunakan dalam uji lapangan adalah pretest-posttest group
design (Sugiyono, 2015). Bentuk design penelitian ditampilkan pada
Gambar 2.
Kelasexsperimen
O1 X O2
O1 adalah pre-test dan O2 post-test,X perlakuan dengan LKS berbasis multirepresentasi
Gambar 2. Desain Penelitian
4. Diseminasi
Pada tahap desiminasi dilakukan penyebaran produk, dan submit jurnal
baik nasional maupun international. Penyebaran produk memerlukan biaya
tinggi dan kebijakan politik, sehingga tahapan ini tidak dilaksanakan
kecuali seminar dan submit jurnal.
32
Alur penelitian pengembangan menurut Distrik (2016) ditampilkan pada
Gambar 3
ditampilkan pada Gambar 3.
Urutan Siklus Kegiatan Hasil Pilihan
Gambar 3. Diagram Alir Rancangan Penelitian dan Pengembangan
Studi Literatur1.Kajian urikulum2. Teori Belajar
Studi Lapang1.Respon Peserta didik2.Analisis Kemampuan
Kebutuhan1.Sumber Belajar
Uji Coba ke i, i ≥ 1
RevisiTidak
Valid?
1. Menyusun Silabus2. Menetapkan KI3.Menetapkan Tujuan
1.MerumuskanIndikator
Merancang model danperangkatPembelajaran
Validasi Ahli ke i; i ≥ 1
Draf II
Draf IIi
LKS dan Perangkat yangValid, Praktis dan Efektif
Revisi
Draf I ( LKS danPerangkat)
Praktis danEfektif ?
StudiPendahuluan
Perencanaan danPengembangan
Uji Lapangan
Diseminasi
Draf Iiya
ya
tidak
33
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi dan Subjek penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling, sekolah dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti
mengenai kualitas dan lokasi sekolah. Lokasi penelitian dilaksanakan di
SMA Gajah Mada Bandar Lampung, peserta didik kelas XII IPA. Peneliti
memilih kelas XII karena LKS yang akan dikembangkan berdasarkan
materi kelas XII yaitu listrik statis. Subjek dalam penelitian adalah siswa
kelas XII IPA 1 yang diajar menggunakan LKS berbasis multirepresentasi
dengan mengikuti langkah REAL (Distrik, 2016)
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian pengembangan ini, dilakukan dengan tiga
metode pengumpulan data yaitu:
1. Angket
Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah angket analisis
kebutuhan yaitu menggunakan angket berupa daftar pertanyaan yang
dilakukan pada tahap studi pendahuluan untuk mengetahui apakah
diperlukan sumber belajar berupa LKS berbasis multirepresentasi di SMA
Gajah Mada Lampung. Selanjutnya digunakan juga angket validasi ahli
yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kelayakan produk,
berdasarkan validasi konstruk dan validasi isi materi pada produk yang
telah dikembangkan. serta digunakan juga angket respon siswa untuk
mengetahui respon siswa terhadap LKS yang telah dikembangkan.
2. Lembar pengamatan
Lembar pengamatan pada penelitian ini berupa lembar pengamatan
34
kepraktisan yaitu untuk mengetahui keterlaksanaan LKS listrik statis
berbasis multiple representasi dalam pembelajaran yang mengikuti
langkah REAL. Digunakan juga Lembar pengamatan untuk mengetahui
keefektifan produk yaitu lembar pengamatan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran
3. Tes
Tes yang digunakan adalah tes kemampuan metakognisi dan tes
kemampuan pemecahan masalah. Metode tes khusus digunakan untuk
mengetahui tingkat efektivitas produk yang dihasilkan sebagai bahan ajar.
Pretes diberikan sebelum pelaksanaan pembelajaran. Kemudian produk
digunakan sebagai sumber belajar bagi peserta didik. Peserta didik
menggunakan LKS listrik statis untuk belajar mandiri dan meningkatkan
Kemampuan metakognisi dan pemecahan masalah peseta didik. Setelah
selesai pembelajaran peserta didik diberi soal post test. Hasil posttest
dianalisis ketercapaian tujuan pembelajaran yang harus terpenuhi. Nilai tes
juga digunakan untuk mengukur kemampuan metakognisi dan pemecahan
masalah peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
menggunakan LKS berbasis multirepresentasi materi listrik statis.
Tes yang digunakan berupa tes tertulis yang dilaksanakan sebelum
(pretest) dan setelah (posttest) pembelajaran dilangsungkan. Instrumen
tes merupakan soal-soal tes kemampuan metakognisi dan pemecahan
masalah. Tes disusun dalam tipe uraian berdasarkan indikator-indikator
kemampuan metakognisi dan pemecahan masalah.
35
D. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dijelaskan dalam tiga tahap studi, yaitu
tahap studi pendahuluan, pengembangan, dan uji coba lapangan.
1. Tahap studi pendahuluan, temuan atau fakta-fakta tentang implementasi
pembelajaran yang dilaksanakan saat ini dan serta data respon siswa yang
diperoleh terhadap pentingnya pengembangan LKS berbasis
multirepresentasi dideskripsikan dalam bentuk persentase, lalu dianalisis
atau diinterpretasikan secara kuantitatif. Sehingga, analisis yang
digunakan dalam tahap ini disebut deskriptif kuantitatif.
2. Tahap perencanaan dan Pengembangan
a. Analisis data validasi rancangan produk
Teknik analisis data validasi rancangan produk yang dikembangkan
menggunakan lembar kesesuaian isi dan konstruk LKS. Tahap ini
dilakukan dengan cara mengkode atau klasifikasi data. Validasi
kesesuaian isi dan konstruk LKS dilihat dari hasil lembar validitas yang
diisi oleh pakar.
Kegiatan dalam teknik analisis data validasi kesesuaian isi dan
konstruk LKS dilakukan dengan cara:
1) Mengkode atau klasifikasi data
2) Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat
3) Memberi skor jawaban validator
4) Mengolah jumlah skor jawaban validator
5) Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
36
% = ∑ × 100% (Sudjana, 2005)
Keterangan:
%Xin = Persentase jawaban lembar Validasi LKS∑S = Jumlah skor jawabanSmaks = skor maksimum
6) Menghitung rata-rata persentase lembar validasi untuk mengetahui
tingkat kesesuaian isi dan konstruk LKS dengan rumus sebagai
berikut:% = ∑% × 100% (Sudjana, 2005)
Keterangan:% = rata-rata persentase jawaban lembar validasi LKS∑% = jumlah persentase jawaban lembar validasi LKS= jumlah pernyataan validasi
7) Menafsirkan persentase jawaban lembar validasi secara
keseluruhan dengan menggunakan tafsiran menurut Arikunto
(2010)
Tabel 2. Tafsiran Skor (Persentase) Lembar ValidasiPersentase Kriteria
80,1% - 100% Sangat tinggi60,1% - 80% Tinggi40,1% - 60% Sedang20,1% - 40% Rendah0,0% - 20% Sangat rendah
b. Teknik analisis uji validitas dan reliabilitas instrumen
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui dan mengukur apakah
instrumen yang digunakan telah memenuhi syarat dan layak digunakan
sebagai pengumpul data. Instrumen yang diuji coba adalah instrumen untuk
menilai kemampuan metakognisi dan kemampuan pemecahan masalah
37
siswa. Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid
dan reliabel (Arikunto, 2016).
1) Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen tes (Arikunto, 2016). Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur indikator yang seharusnya
diukur. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus Product
Moment Pearson. Analisis validitas produk dilakukan dengan
menggunakan software SPSS Statistics 21. Penafsiran koefisien korelasi
untuk uji validitas menurut Arikunto (2016), ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi Koefisien Korelasi Uji Validitas
Koefisien Korelasi Interpretasi0,90 < rxy ≤ 1,00 Korelasi sangat tinggi (sangat valid)0,70 < rxy ≤ 0,90 Korelasi tinggi (valid)0,40 < rxy ≤ 0,70 Korelasi sedang (cukup valid)0,20 < rxy ≤ 0,40 Korelasi rendah (kurang valid)0,00 < rxy ≤ 0,20 Korelasi sangat rendah (sangat kurang
valid)rxy ≤ 0,00 Tidak berkorelasi (tidak valid)
Kriteria instrumen tes berkualitas baik apabila minimal tingkat validitas
yang dicapai adalah kategori sedang. Jika tingkat ketercapaian di bawah
kategori sedang, maka soal tes perlu dilakukan revisi atau diganti.
Instrumen yang sudah diperbaiki selanjutnya diuji cobakan kembali
sampai memperoleh hasil minimal termask dalam kategori sedang.
2) Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kekonsistenan
38
instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data.
Sebuah instrumen disebut reliabel jika instrumen tersebut mampu
memberikan hasil yang dapat dipercaya atau konsisten. Instrumen tes
yang diuji reliabilitasnya adalah tes kemampuan metakognisi dan tes
kemampuan pemecahan masalah. Uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Analisis reliabilitas produk
dilakukan dengan menggunakan software SPSS Statistics 21 yang
kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan derajat reliabilitas alat
evaluasi menurut Arikunto (2016) yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Interpretasi0,80 < r11 ≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi0,60 < r11 ≤ 0,80 Derajat reliabilitas tinggi0,40 < r11 ≤ 0,60 Derajat reliabilitas sedang0,20 < r11 ≤ 0,40 Derajat reliabilitas rendah
r11≤ 0,40 Derajat reliabilitas sangat rendah
Kriteria instrumen tes memiliki derajat reliabilitas yang baik, jika tingkat
ketercapaian di bawah kategori sedang, maka soal perlu direvisi.
3. Tahap Uji Lapangan.
Pada tahap uji lapangan beberapa pendekatan analisis yang digunakan
yaitu:
a. Uji coba skala terbatas, pengambilan data dengan teknik observasi
sehigga dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Kepraktisan LKS ditentukan oleh keterlaksanaan LKS. Untuk analisis
keterlaksanaan LKS, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ini:
39
1) menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk
setiap aspek pengamatan, kemudian dihitung persentase
ketercapaian dengan rumus:
% = ∑ × 100%Keterangan:% = persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek
pengamatan∑J = jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh
pengamat padaN = skor maksimal (skor ideal)
2) Menghitung rata-rata persentase ketercapaia untuk setiap aspek
pengamatan dari dua orang observer.
3) Menafsirkan data dengan kriteria ketercapaian pelaksanaan
pembelajaran menurut Ratumanan (2003), seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria Tingkat KeterlaksanaanPersentase Kriteria
00,0 - 20,0 Sangat rendah20,1 - 40,0 Rendah40,1- 60,0 Sedang60,1- 80,0 Tinggi80,1- 100,0 Sangat tinggi
Keefektivan diukur dengan lembar pengamatan aktivitas siswa
Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diukur dengan
menggunakan lembar observasi oleh observer. Analisis deskriptif
terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menghitung persentase aktivitas siswa dengan rumus:
40
% = × 100%Keterangan:Pa = persentase aktivitas siswa dalam belajar di kelas.Fa = frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang muncul.Fb = frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang diamati.
2) Menghitung jumlah persentse aktivitas siswa yang relevan dan
yang tidak relevan dengan pembelajaran dan menghitung rata-
ratanya. Kemudian menafsirkan data dengan menggunakan
kriteria (Ratumanan, 2003) sebagaimana Tabel 6.
Tabel 6. Kriteria Aktivitas Siswa Selama PembelajaranInterval Kriteria
00,0 - 20,0 Tidak aktif20,1 - 40,0 Kurang aktif40,1 - 60,0 Cukup aktif60,1 - 80,0 Aktif80,1 - 100,0 Sangat aktifKriteria keaktifan siswa selama pembelajaran, jika tingkat
pencapaian aktivitas siswa selama pembelajaran minimal kategori
aktif. Jika tingkat pencapaian aktivitas siswa selama pembelajaran
di bawah kategori aktif, maka dilakukan revisi berdasarkan
masukan dari pengamat.
b. Uji coba skala luas
Uji kelompok lebih luas dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif
pada uji keterlaksanaan, aktivitas siswa dan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran dan pada analisis instrument tes di analisis
dengan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian quasi
experiment, dengan membandingkan hasil pada kondisi sebelum
dengan sesudah menggunakan LKS berbasis multirepresentasi.
Analisis hasil tes kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
41
metakognisi dilakukan dengan analisis deskriptif dan inferensial.
1) Kepraktisan
Kepraktisan LKS ditentukan oleh keterlaksanaan LKS. Untuk analisis
keterlaksanaan LKS, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ini:
- menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk
setiap aspek pengamatan, kemudian dihitung persentase
ketercapaian dengan rumus:
% = ∑ × 100%Keterangan:% = persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek
pengamatan pada pertemuan ke-i∑Ji = jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh
pengamat pada pertemuan ke-iN = skor maksimal (skor ideal)
- Menghitung rata-rata persentase ketercapaia untuk setiap aspek
pengamatan dari dua orang observer.
- Menafsirkan data dengan kriteria ketercapaian pelaksanaan
pembelajaran menurut Ratumanan (2003).
2) Keefektivan
Keefektivan diukur dengan lembar pengamatan aktivitas siswa
selama pembelajaran
a) Aktivitas siswa
Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diukur
dengan menggunakan lembar observasi oleh observer.
Analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa dalam
pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
42
berikut.
- Menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap
pertemuan dengan rumus:
% = × 100%Keterangan:Pa = persentase aktivitas siswa dalam belajar di kelas.Fa = frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang muncul.Fb = frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang diamati.
- Menghitung jumlah persentse aktivitas siswa yang relevan
dan yang tidak relevan dengan pembelajaran untuk setiap
pertemuan dan menghitung rata-ratanya. Kemudian
menafsirkan data dengan menggunakan kriteria
(Ratumanan, 2003)
Kriteria keaktifan siswa selama pembelajaran, jika tingkat
pencapaian aktivitas siswa selama pembelajaran minimal
kategori aktif. Jika tingkat pencapaian aktivitas siswa selama
pembelajaran di bawah kategori aktif, maka dilakukan revisi
berdasarkan masukan dari pengamat.
b) Analisis instrument tes
Analisis deskriptif yaitu menghitung rata-rata pretes, postes, dan N-
gain. Skor setiap soal tes kemampuan metakognisi adalah minimum 1
dan maksimum 4. Rata-rata pretes dan postes kemampuan
metakognisi dapat dihitung dengan rumus:
Skor total = × 25
43
Sedangkan soal tes kemampuan pemecahan masalah, skor setiap soal
minimum 1 dan maksimum 5. Rerata pretes dan postes kemampuan
pemecahan masalah dapat dihitung dengan rumus:
Skor total = × 20Skor gain yaitu perbandingan gain aktual dengan gain maksimum.
Gain aktual yaitu selisih skor posttest terhadap skor pretest. Rumus
N-Gain adalah sebagai berikut:
− = − −Kriteria interpretasi N-gain yang dikemukakan oleh Meltzer dalam
Abdurrahman, dkk. (2011: 35) seperti pada Tabel 7.
Tabel 7. Kriteria Interpretasi N-gain
Besarnya Gain Kriteria Interpretasig > 0,7 Tinggi0,3 < g ≤ 0,7 Sedangg ≤0,3 Rendah
Kriteria keefektifan LKS dikatakan efektif, jika tingkat pencapaian N-gain
minimal kategori sedang. Untuk mengetahui perbedeaan hasil pretest dan
posttest digunakan uji paired sample T test berikut:
a) Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji sebaran data memiliki distribusi
normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji
statistik non-parametrik yaitu uji Kolmogorov-Smirnov yang terdapat pada
program SPSS IBM 21.0.
b) Uji paired sample T
44
Paired sample t-test digunakan untuk menguji perbedaan dua sampel yang
ber-pasangan, yaitu pengujian yang dilakukan pada kelas eksperimen
untuk mengetahui perbedaan hasil pre-test dan post-test siswa sebelum
belajar menggunakan LKS berbasis multirepresentasi dan setelah
menggunakan LKS berbasis multirepresentasi. Adapun hipotesis
penelitiannya sebagai berikut:
Hipotesis pertama:
H0 : Tidak ada perbedaan kemampuan metakognisi siswa sebelum
dan setelah pembelajaran menggunakan LKS berbasis
multirepresentasi
H1 : Ada perbedaan kemampuan metakognisi siswa sebelum dan
setelah pembelajaran menggunakan LKS berbasis
multirepresentasi
Hipotesis kedua:
H0 : Tidak ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa
sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan LKS berbasis
multirepresentasi
H1 : Ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa sebelum
dan setelah pembelajaran menggunakan LKS berbasis
multirepresentasi
Secara singkat masalah dalam penelitian, data yang diperlukan, dan cara
analisis data ditampilkan pada Tabel 8.
45
Tabel 8. Masalah, Jenis Data, dan Analisis DataAnalisisVariabel
Jenis Data Kategori Analisis Data
KarakteristikLKS listrk statisberbasismultirepresentasimodel “REAL”
Hasil pengamatankemampuan gurudalam mengelolapembelajaran
Baik Deskriptif,teknik persentase
Hasil pengamatanketerlaksanaanLKS
Baik Deskriptif,teknik persentase
Hasil pengamatanaktivitas siswa
Aktif Deskriptif,teknik presentase
Validitas Hasil penilaianproduk
Valid Deskriptif,teknik persentase
Hasil tes Valid Inferensial,correlationproduct moment,alfa cronbach
Kepraktisan KeterlaksanaanLKS
Tinggi Deskriptif,teknik persentase
Respon siswaterhadap LKS
Positif Deskriptif,teknik persentase
Keefektifan Hasilpengamatanaktivitas siswa
Aktif Deskriptif,teknikpersentase
Hasil tespemahamankonsep danpemecahanmasalah
Terdapatperbedaanantarapretestdanposttest,
Peningkatan(<g>), Pairedsample t-test.
77
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan LKS berbasis
multirepresentasi REAL hasil pengembangan sebagai berikut:
1. valid, bahwa LKS berbasis multirepresentasi model REAL memiliki kevalidan yang
tinggi, yaitu valid isi rata-rata 78 dan valid konstruk rata-rata 80.
2. Praktis, bahwa LKS dengan keterlaksanaan rata-rata 81,5 termasuk dalam kategori
sangat tinggi, hal ini menunjukkan bahwa LKS berbasis multirepresentasi model
“REAL” mudah diterapkan oleh guru dalam pembelajaran pokok bahasan listrik statis
dan Respon siswa positif terhadap LKS dengan rata-rata 87 yang termasuk dalam
kategori sangat tinggi
3. Efektif, ditinjau dari kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran termasuk
katagori sangat baik dengan rata-rata 81,33, aktivitas siswa selama pembelajaran
katagori sangat aktif rata-rata 80,56 dan peningkatan hasil kemampuan metakognisi
dan kemampuan pemecahan masalah meningkat secara signifikan dengan hasil N gain
berturut-turut 0,78 yang termasuk dalam kategori tinggi dan 0,68 yang termasuk dalam
kategori rendah.
78
B. Saran
1. Guru disarankan menggunakan LKS berbasis multirepresentasi model REAL untuk
meningkatkan kemampuan metakognisi dan pemecahan masalah siswa pada materi
listrik statis sehingga dapat melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan
metakognisi dan pemecahan masalah siswa itu sendiri dan menemukan suatu konsep
berdasarkan suatu permasalahan.
2. Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keefektifan LKS
dalam lingkup lebih luas
79
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, H., & Indrawati Y. I. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja GuruMatematika Dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada SekolahMenengah Atas Kota Palembang. Jurnal Bisnis dan Manajemen. 4 (7), 24-31.
Adinata, I. W., Maharta N,. & Nyeneng, I. D. P. (2015). Pengembangan Komik PembelajaranFisika Berbasis Desain Grafis. Jurnal Pembelajaran Fisika. 3 (5), 15 - 16.
Angell, C., O. Guttersrud, & EK. Henriksen. (2007). Multiple representations as a frameworkfor a modelling approach to physics education. Department of Physics, University ofOslo, NORWAY, & Per Morten Kind, School of Education, Durham University.
Ainsworth, S. (1999). “The Functions of Multiple Representations”. Computers and Education.33 (2), 131-152.
Anderson, D. & Nashon, S. (2006). Predators of Knowledge Construction: Interpreting Students’Metacognition in an Amusement Park Physics Program. Wiley Periodicals Inc. ScienceEducation DOI 10.1002/sce.
Arends, R.I. (1997). Classroom Instruction and Management. McGraw Hill Companies Inc.New York.
Arikunto, Suharsimi. (2016). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Bumi Aksara. Jakarta
Borg and Gall. (2003). Educational Research, An Introduction. Longman Inc. New York andLondon
Chick, H. L. (2007). Teaching and learning by example. Mathematics: Essential research,essential practice, 1, 3-21.
Dahar. R.W. (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta
Demirci, N. & Cirkinoglu, A. (2004). Detremining Student Preconception/ misconception inElectricity and Magnetism. Journal of Turkish Science Education. 1(2), 51-54.
Departemen Pendidikan Nasional .(2004). Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar SekolahMenengah Atas. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan menengahumum.
80
Desoete, A., Roeyers, H., & Buysse. (2001). Metacognition and Mathematical problem Solvingin grade 3. Journal of Learning disabilities Academic Rearch Library. 34 (5), 435-49.
Distrik, I. W. (2016). Model Pembelajaran "REAL" untuk meningkatkan kemampuanmetakognisi pemahaman konsep, dan metakognisi listrik dan magnet pada siswa calonguru fisika. Disertasi. Universitas Negeri Surabaya.
Distrik, I. W. (2013). Pemahaman Konsep dan Keterampilan Pemecahan Masalah MahasiswaCalon Guru Pendidikan Fisika pada Materi Listrik Magnet. Prosiding seminar Nasional.
Distrik, I.W., Budi, J., & Z. A. Imam, S. (2015). The Roles Of Analogy And Representation InImproving Concept Understanding On Electricity And Magnetism. InternationalConference on Education Research and Innovation. 370-376.
Gagne, R.M.(1992). The Condition of Learning and Theory of Instruction. Rinehart & Winston.New York
Gok, T. (2010). The General Assessment of Problem Solving Proscesses and Metacognition inPhysics Education. Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education. 2 (2), 110-122.
Goldin, G.A. (2002). Representation in Mathematical Learning and ProblemSolving. Dalam L.DEnglish (Ed). Handbook of International research in Mathematics Education (IRME).New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. ISBN 978-0-805-83371-3
Gunel, M., Hand, B., & Gunduz, S. (2006). Comparing Student Under-standing of QuantumPhysics When Embedding Multimodal Re-presentations into Two Different WritingFormats: Presentation Format Versus Summary Report Format. Wiley Periodicals, Inc.90 (6), 1092–1112
Khusniati, M. (2012). Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan IPAIndonesia, 1(2), 204-210.
Madjid, A. (2007). Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru).PT. Remaja Rodakarya. Bandung
Maharani, D., Prihandono, T., Lesmono , A D. (2015). pengembangan LKS berbasismultirepresentasi berbasis pemecahan masalah pada pembelajaran Fisika. JurnalPembelajaran Fisika universitas jember. 4 (3), 236-242.
McLoughlin, C. & Hollingworth, R. (2003). Exploring a Hidden Dimension of Online Quality:Matacognitive Skill Development. in 16th ODLAA Biennial Forum ConferenceProceedings.
Mur J. Usón A.; Letosa J. (2004). Teaching Electricity and magnetism in electrical engineeringcurriculum: applied methods and trends. In International confrence on Engenneringeducation, Gainesville Florida.
81
Nurulsari, N., Abdurrahman., dan Suyatna, A. (2017). Development of soft scaffolding strategyto improve student’s creative thinking ability in physics. Journal of Physics: ConferenceSeries 909, 1-8.
Panaoura, A. & Philippou, G. (2004). The Measurement of Young Pupils’ Metacognitive Abilityin Mathematics: The Case of Self-Representation and Self—Evaluation. In Proceedingsof CERME. 4, 1-10
Permadi, D., Suyatna, A., Suyanto, E. (2013). Pengembangan Modul Berbasis Multi RepresentasiPada Materi Termodinamika. Jurnal pembelajaran fisika FKIP Universitas Lampung.1(5), 109-121
Polya, G. (1985). How to Solve it: A New Aspect of Mathematic Method (2nd ed). Princenton.Princenton University Press. New Jersey.
Rahman ur Fazal. (2011). Assessment of Science teachers Mateacognitive Awareness and itsimpact on the Performance of Students . Desertation of Doctor of Departement ofsecondary teacher Education Faculty of Education Allama Iqbal Open UniversityIslamabab.
Ramadhani,W P. (2016) . Pengembangan modul pembeljaran fisika kelas X berbasismultirepresentasi. Tidak diterbitkan. Digital repository universitas jember. Universitasjember
Ratumanan, T.G. & Laurens, T. (2003). Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan dengan KurikulumBerbasis Kompetensi. Unesa University Press. Surabaya.
Ringenberg, M. A., & VanLehn, K. (2006). Scaffolding problem solving with annotated,worked-out examples to promote deep learning. In Intelligent tutoring systems (pp. 625-634).
Rosengrant, D., E. Etkina & AV. Heuvelen. (2007). “An Overview of Recent Research onMultiple Representations”.Rutgers, The State University of New Jersey GSE, SeminaryPlace New Brunswick NJ, 08904. 883 (10), 149-152
Ruseffendi, E.T. (2001). Dasar-dasar Penelitian Pendidikandan Bidang Non-Eksakta Lainnya.PT. Tarsito. Bandung
Saad,N.Ghani, S& Rajendran N.S (2008). The Sources of Pedagogical Content Knowledge(PCK) Used by Mathematics Teacher During Instructions: A Case Study Departement ofMathematics. Universiti Pendidikan Sultan Idris.
Sakti, I. (2013). Pengaruh Media Animasi Fisika dalam Model Pembelajaran Langsung (directinstruction) terhadap Minat Belajar dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa di SMA NegeriKota Bengkulu. Prosiding SEMIRATA 2013, 1(1), 64-65.
Savage, M. & Williams, J. (1990). Mechanics in Action: modelling and practical Investigation.
82
Cambridge university Press New York port Chester Melbourne Sydney.
setiandaru,T A., Wahyuni, S., Putra, P D A (2017). Multirepresentasi pada pembelajaran fisika diSMA/MA. Jurnal Pembelajaran Fisika. 6 (3), 223-230.
Simanjutak, M. P. (2012). Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Dasar Berbasis ProblemSolving untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi dan Pemahaman KonsepMahasiswa. Disertasi doctor, tidak diterbitkan, Bandung; Universitas PendidikanIndonesia.
Sudjana, N. (2005). Dasar-dasar proses belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo. Bandung
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).Alfabeta. Bandung
Suhandi dan Wibowo, F.C. (2012)., A. Pendekatan Multirepresentasi dalam PembelajaranUsaha-Energi dan Dampak terhadap Pemahaman Konsep Mahasiswa. Jurnal PendidikanFisika Indonesia. 8 (1), 1-7
Sujono .(1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Proyek PengembanganLPTK, Depdikbud. Jakarta
Sunyono., Yuanita, L., Ibrahim, M. .(2015).Supporting Students in Learning with MultipleRepresentationto Improve Student Mental Modelson Atomic Structure Concepts.ScienceEducationInternational .ICASE.26,(2 ), 104-125.
Waldrip, B., Prain, V., dan Carolan, J. (2006). Learning Junior Secondary Science throughMulti-Modal Representations. Electronic Journal of Science Education. 11 (2), 36-47
Yusup,M. (2009). Multirepresentasi dalam pembelajaran fisika.. Jurnal seminar nasionalUNSRI. Palembang; FKIP UNSRI.1 (2), 1-7.