PENGEMBANGAN LKPD MENULIS CERPEN BERBASIS KEARIFAN …digilib.unila.ac.id/55676/3/TESIS TANPA BAB...
Transcript of PENGEMBANGAN LKPD MENULIS CERPEN BERBASIS KEARIFAN …digilib.unila.ac.id/55676/3/TESIS TANPA BAB...
PENGEMBANGAN LKPD MENULIS CERPEN BERBASIS KEARIFAN
LOKAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI
TESIS
Oleh
HUSNUL HOTIMAH
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
THE DEVELOPMENT OF LKPD WRITING SHORT STORIES
BASED ON LOCAL WISDOM
FOR CLASS XI HIGH SCHOOL STUDENTS
By
HUSNUL HOTIMAH
Abstract
The limitations of teaching materials are one of the problems faced by teachers in
the learning process, especially learning to write short stories. From these
problems, the purpose of this research is to produce a product in the form of
LKPD (Student Activity Sheet) to write local wisdom based short stories for high
school students of class XI. This is intended to help students explore ideas and
ideas in a short text form. The development of teaching materials is based on the
needs of students who have difficulty developing ideas in writing short story texts.
The use or basis of local wisdom is intended to make it easier for students to
develop their ideas and ideas into short story text.
This research uses Research and Development (R & D) research and development
methods. The research was carried out by adapting seven of the ten steps in
research and development. This research was conducted through observation,
interviews, and questionnaires at three schools in Lampung Province, namely Al-
Huda Jati Agung High School, South Lampung, Tri Sukses Natar High School,
South Lampung, and Abung Barat 1 State High School North Lampung
2018/2019 academic year. Validation of product design is carried out by relevant
experts / experts and peer evaluations are then tested on students at the school.
he results show that, (1) Products that have been developed are LKPD (Student
Worksheets) writing short stories based on local wisdom, (2) expert testing
(material testing, practitioner testing, and media testing) with feasibility of 87%,
88%, and 86%, (3) based on trials in schools, teachers and students from three
schools gave feasibility assessments to LKPD writing short stories based on local
wisdom. The results of the assessment show that the teaching material / material
in the form of LKPD writing short stories based on local wisdom is appropriate
for use in learning short story text in class XI.
Keywords: LKPD, Writing Short Story, Local Wisdom.
Oleh
Husnul Hotimah
ABSTRAK
Keterbatasan bahan ajar menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh guru
dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis cerpen. Dari
permasalahan tersebut diperlukan tujuan penelitian ini ialah menghasilkan produk
berupa LKPD (Lembar Kegiatan Peserta Didik) menulis cerpen berbasis kearifan
lokal untuk siswa kelas XI SMA. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa
dalam menggali ide dan gagasannya ke dalam sebuah bentuk teks cerpen.
Pengembangan bahan ajar didasarkan kebutuhan siswa yang kesulitan untuk
mengembangkan ide dalam menulis teks cerpen. Penggunaan atau basis kearifan
lokal dimaksudkan untuk memudahkan siswa mengembangkan ide dan
gagasannya menjadi tulisan teks cerpen.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan Research and
Development (R & D). Penelitian dilaksanakan dengan mengadaptasi tujuh dari
sepuluh langkah dalam penelitian dan pengembangan. Penelitian ini dilaksanakan
melalui observasi, wawancara, dan penyebaran angket pada tiga sekolah di
Provinsi Lampung yaitu SMA Al-Huda Jati Agung Lampung Selatan, SMA Tri
Sukses Natar Lampung Selatan, dan SMA Negeri 1 Abung Barat Lampung Utara
tahun pelajaran 2018/2019. Validasi rancangan produk dilakukan oleh ahli/pakar
yang relevan dan penilaian teman sejawat kemudian diujicobakan kepada peserta
didik di sekolah tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) Produk yang telah dikembangkan adalah
LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) menulis cerpen berbasis kearifan lokal, (2)
telah dilakukan uji ahli (uji materi, uji praktisi, dan uji media) dengan kelayakan
yakni 87%, 88%, dan 86%, (3) berdasarkan uji coba di sekolah, guru dan siswa
dari tiga sekolah memberikan penilaian kelayakan kepada LKPD menulis cerpen
berbasis kearifan lokal. Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa materi/bahan
ajar berupa LKPD menulis cerpen berbasis kearifan lokal layak digunakan dalam
pembelajaran teks cerpen kelas XI.
Kata kunci: LKPD, Menulis Cerpen, Kearifan Lokal.
PENGEMBANGAN LKPD MENULIS CERPEN BERBASIS KEARIFAN
LOKAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI
PENGEMBANGAN LKPD MENULIS CERPEN BERBASIS KEARIFAN
LOKAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI
Oleh
HUSNUL HOTIMAH
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi, Lampung Utara pada tanggal 16 Januari 1994.
Penulis adalah anak ke enam dari enam bersaudara pasangan Akhim Tatang
Wahyu dan Nurhaidah.
Jenjang akademik penulis pertama kali dimulai dengan menempuh pendidikan di
TK Islam Ibunurusyd Kotabumi Lampung Utara pada tahun 1999 dan selesai pada
tahun 2000, Sekolah Dasar (SD) Islam Ibnurusyd Kotabumi Lampung Utara pada
tahun 2000 dan selesai pada tahun 2006, kemudian melanjutkan di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Kotabumi Lampung Utara pada tahun 2006 dan selesai pada
tahun 2008. Memasuki jenjang berikutnya, penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 15 Bandar Lampung pada tahun 2008 dan
menamatkannya pada tahun 2011. Pada tahun yang sama (2011), penulis diterima
sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, STKIP-PGRI Bandar
Lampung dan menyelesaikan pendidikannya pada 2015.
Pada tahun 2016, penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan Strata 2 di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, Program Studi Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kini, penulis menjadi tenaga pendidik di
SMA Negeri 10 Bandar Lampung dan SMA Negeri 1 Abung Barat Lampung
Utara.
MOTO
,٤, :٥:
٨: ,٧: ,٦: آ
Artinya:
“ 4. Yang mengajar (manusia) dengan pena”
“ 5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”
“ 6. Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas”
“ 7. Apabila melihat dirinya serba cukup”
“ 8. Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali-mu”
(Qs. Al-„Alaq ayat 4-8)
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat yang telah diberikan
Allah SWT, penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada orang-orang
terkasih berikut.
1. Ayahanda tercinta Hi. Akhim Tatang Wahyu dan Ibundaku tersayang Hj.
Nurhaidah dengan segala limpahan kasih sayang, yang mendoakan tiada henti
agar aku selalu diberikan kemudahan dan kelancaran oleh Allah Subhanahu
Wataala dalam belajar dan motivasi terbesarku untuk meraih cita-cita, serta
pengorbanan yang tidak akan mungkin terbalaskan.
2. Kakak-kakakku Wahyu Bakti, Dian Nugraha, Firmasyah, dan Aan
Andriansyah serta mbakku Meilisa kalianlah yang selalu memberikan motivasi
dan semangat hidupku.
3. Keluarga besarku, atas motivasi yang telah diberikan dan doa yang terus
terucap untuk keberhasilanku.
4. Sahabat dan teman-temanku yang selalu memberikan doa dan dukungan.
5. Dosen-dosen tercinta yang telah bersedia memberikan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat.
6. Almamater tercinta Universitas Lampung.
SANWACANA
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Pengembangan LKPD Menulis Cerpen Berbasis Kearifan Lokal untuk Siswa
Kelas XI SMA”. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Magister pada Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan,Universitas Lampung.
Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai
pihak dalam proses penyelesaian tesis ini. Sebagai wujud rasa hormat, penulis
menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.
1. Prof. Dr.Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung;
2. Prof. Drs. Mustofa, M.A,Ph.D. selaku Direktur PascasarjanaUniversitas
Lampung;
3. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas lampung;
4. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni dan selaku Pembimbing I tesis, terima kasih atas bimbingan yang telah
Bapak berikan selama ini;
5. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia dan selaku selaku validator untuk bahan ajar dari
unsur materi pembelajaran yang telah memberikan dorongan, bimbingan,
nasihat, dan kritik serta dukungan dalam penyelesaian tesis ini;
6. Dr. Siti Samhati, M.Pd., selaku Pembimbing II, terima kasih atas kesabaran,
semangat, dan bimbingan yang telah Ibu berikan kepada penulis selama ini;
7. Dr. Farida Ariyani, M.Pd., selaku pembahas I, terima kasih atas kesabaran,
masukan dan saran yang telah Ibu berikan kepada penulis selama ini;
8. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku pembahas II, terima kasih atas
nasihat dan saran yang telah Bapak berikan kepada penulis;
9. Dr. Riswandi, M.Pd., selaku validator untuk bahan ajar dari unsur media
pembelajaran;
10. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Program Magister Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Lampung yang telah membekali penulis dengan
ilmu pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan;
11. Rekan-rekan Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia angkatan 2016 yang selalu memberikan semangat dan motivasi
kepada penulis;
12. Meilisa, M.Pd, selaku guru bahasa Indonesia SMAN 2 Bandar Lampung
sekaligus validator praktisi;
13. Kh.Parjilah, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia SMA Al-Huda Jati Agung
terima kasih telah memberikan saran dan masukan serta telah membantu
selama proses penelitian;
14. Hepi Rosanti, S.Pd., guru Bahasa Indonesia di SMA Tri Sukses Natarterima
kasih telah memberikan saran dan masukan serta telah membantu selama
proses penelitian;
15. Desmiati, S.Pd., guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Abung Barat terima kasih
telah memberikan saran dan masukan serta telah membantu selama proses
penelitian;
16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam kelancaran penyusunan
tesis ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya
serta kemuliaan atas kebaikan dan pengorbanan bagi kita semua. Semoga tesis ini
bermanfaat untuk kemajuan pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Amin.
Bandar Lampung, 16 Juli 2018
Penulis
Husnul Hotimah
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vii
MOTO ................................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ................................................................................................. ix
SANWACANA ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xvi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 10
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Hakikat Bahan Ajar ................................................................................... 11
2.1.1 Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar ................................. 12
2.1.2 Bentuk Bahan Ajar .......................................................................... 14
2.1.3 Struktur Bahan Ajar ........................................................................ 19
2.1.2.1 LKPD .................................................................................. 20
2.1.2.2 Kriteria Kualitas Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ...... 22
2.1.2.3 Langkah-Langkah Menyusun LKPD .................................. 24
2.1.2.4 Tujuan LKPD ..................................................................... 26
2.1.2.5 Syarat-Syarat LKPD .......................................................... 27
2.2 Hakikat Menulis ......................................................................................... 29
2.2.1 Tujuan Menulis ............................................................................... 30
2.2.2 Manfaat Menulis ............................................................................. 32
2.2.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Menulis ............................................ 33
2.2.4 Keterampilan Menulis ..................................................................... 34
2.2.5 Tahap Menulis ................................................................................. 35
2.3 Cerita Pendek (Cerpen) .............................................................................. 36
2.3.1 Ciri-Ciri Cerita Pendek .................................................................... 38
2.3.2 Unsur Instrinsik ............................................................................... 39
2.3.3 Unsur Ekstrinsik .............................................................................. 42
2.3.4 Teknik Penulisan Cerpen ................................................................ 43
2.4 Hakikat Kearifan Lokal ............................................................................. 46
2.4.1 Pengertian Kebudayaan ................................................................... 46
2.4.2 Kearifan Lokal ................................................................................. 47
2.4.3 Kearifan Lokal dalam Budaya Lampung ........................................ 51
2.4.4 Piil Pesinggiri dalam Konteks Teks ................................................ 56
2.4.5 Kebudayaan Lampung dalam Pembelajaran ................................... 58
BAB III. METODE PENGEMBANGAN
3.1 Model Pengembangan ................................................................................ 62
3.2 Prosedur Pengembangan ............................................................................ 64
3.2.1 Studi Pendahuluan ............................................................................ 66
3.2.2 Proses Pengembangan Produk ......................................................... 68
3.2.2.1 Uji Praktisi atau Teman Sejawat .......................................... 68
3.2.2.2 Uji Ahli atau Pakar .............................................................. 68
3.2.2.3 Uji Lapangan dalam Kelompok Kecil ................................. 69
3.2.2.4 Uji Lapangan dalam Kelompok Besar ................................. 69
3.3 Data, Instrumen, dan Subjek Penelitian ..................................................... 70
3.3.1 Sumber Data ..................................................................................... 70
3.3.2 Instrumen .......................................................................................... 70
3.3.3 Subjek Penelitian .............................................................................. 82
3.4 Teknik Analisis Data .................................................................................. 83
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 86
4.1.1 StudiPendahuluan ............................................................................. 86
4.1.1.1 Potensi Pengembangan LKPD ............................................. 87
4.1.1.2 Pengumpulan Data Pengembangan LKPD .......................... 94
4.1.2 Pengembangan Produk Awal ........................................................... 98
4.1.3 Evaluasi dan Revisi .......................................................................... 101
4.1.3.1 Hasil Uji Ahli ....................................................................... 102
4.1.3.2 Hasil Uji Teman Sejawat/Praktisi ........................................ 105
4.1.3.3 Uji Coba Produk LKPD ....................................................... 110
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 120
4.2.1 Pengembangan LKPD Berbasis Kearifan Lokal .............................. 120
4.2.2 Evaluasi Penggunaan LKPD ............................................................ 124
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan..................................................................................................... 130
5.2 Saran........................................................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kisi-kisi Angket Wawancara Guru terhadap Kebutuhan LKPD ................... 86
3.2 Kisi-kisi Angket Wawancara Siswa terhadap Kebutuhan LKPD .................. 87
3.3 Kisi-kisi Angket Uji Ahli atau Pakar ............................................................. 88
3.4 Instrumen Evaluatif Formatif LKPD Menulis Cerpen ................................... 89
3.5 Kisi-kisi Instrumen Teman Sejawat atau Praktisi Uji Coba LKPD ............... 91
3.6 Instrumen Penilaian Teman Sejawat/Praktisi. ............................................... 92
3.7 Instrumen Uji Coba LKPD kepada Siswa sebagai Pengguna. ....................... 95
3.8 Penilaian Kelayakan Pengembangan LKPD. ................................................. 98
3.9 Konversi Penilaian Pengembangan LKPD. ................................................... 99
4.1 Analisis Hasil Wawancara Guru Tentang Kebutuhan Bahan Ajar ................ 102
4.2 Analisis Hasil Wawancara Siswa Tentang Kebutuhan Bahan Ajar ............... 106
4.3 Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar ....................................................... 110
4.4 Hasil Evaluasi Pakar/Ahli Materi Terhadap LKPD Menulis Narasi Berbasis
Cerita Rakyat Lampung ................................................................................. 117
4.5 Hasil Evaluasi Pakar/Ahli Media Terhadap LKPD Menulis Narasi Berbasis
Cerita Rakyat Lampung ................................................................................. 119
4.6 Hasil Evaluasi Teman Sejawat/Praktisi Terhadap LKPD Menulis Narasi
Berbasis Cerita Rakyat Lampung................................................................... 121
4.7 Kategori Skala Likert Penilaian Kelayakan Pengembangan LKPD.............. 123
4.8 Kisi-kisi Uji Coba Kelayakan Produk LKPD................................................ 125
4.9 Hasil Uji Penggunaan LKPD pada Kelompok Kecil..................................... 127
4.10 Hasil Uji Penggunaan LKPD Kelas Besar di SMP Al-Huda Jati Agung... 129
4.11 Hasil Uji Penggunaan LKPD Kelas Besar di SMP Tri Sukses Natar......... 130
4.12 Hasil Uji Penggunaan LKPD Kelas Besar di SMPN 2 Bandar Lampung.. 132
4.13 Uji Penggunaan LKPD pada Kelas Besar................................................... 134
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
3.1 Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research and Development (R&D)
Menurut Borg dan Gall .................................................................................. 79
3.2 Tahapan-Tahapan R&D Adaptasi Borg dan Gall .......................................... 81
4.1 Bahan Ajar Bahasa Indonesia pada Kompetensi Inti (KI 4) Keterampilan
Menulis ........................................................................................................... 112
4.2 Desain Struktur Fisik Produk Awal LKPD. ................................................... 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki peran sentral dalam pembelajaran intelektual, sosial, dan emosional peserta
didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan
budaya orang lain, mengemukakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan
kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.
Keberhasilan guru dalam menjalankan tugasnya dapat memengaruhi proses pembelajaran di
kelas. Pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan asal-asalan melainkan harus dilakukan
dengan perencanaan yang baik. Proses merencanakan pembelajaran ini bukan hanya dimulai
dengan menyusun RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) melainkan proses sistematis
yang dilakukan dari tahap penentuan kebutuhan hingga menguji keefektifan desain
pembelajaran yang dikembangkan. Salah satu langkah dalam mengembangkan desain
pembelajaran adalah dengan mengembangkan bahan ajar atau materi pembelajaran.
Bahan ajar merupakan komponen penting dalam kurikulum. Selain itu, materi pembelajaran
atau bahan ajar merupakan hal penting dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah
satu kegiatan dalam meningkatkan kompetensi dan hasil belajar peserta didik adalah
merancang bahan ajar. Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan
guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Daryanto dan
Dwicahyo, 2014: 171). Ketersediaan bahan ajar sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan ajar
yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Bahan ajar yang dikembangkan harus
2
disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran. Karakteristik tersebut meliputi
lingkungan sosial, budaya, geografis, maupun tahapan perkembangan siswa. Dengan
demikian, yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan bahan ajar di sekolah yakni
karakteristik siswa dan kebutuhan siswa sesuai kurikulum, yaitu menuntut adanya partisipasi
dan keaktifan siswa lebih banyak dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, guru hendaknya
menyiapkan diri dalam menyajikan bahan ajar yang dapat memudahkan peserta didik dalam
belajar dan sebagai sarana penunjang pembelajaran agar mencapai tujuan secara maksimal.
Pengembangan bahan ajar dapat memberikan manfaat bagi guru agar tidak lagi bergantung
kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh dan bahan ajar lebih mudah serta
singkat untuk dicerna oleh peserta didik. Selain itu, pengembangan bahan ajar juga dapat
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar secara mandiri dan mengurangi
ketergantungan terhadap kehadiran guru, serta memberikan kemudahan dalam mempelajari
kompetensi yang harus dikuasai. Dengan demikian, peranan bahan ajar sebagai salah satu
komponen pembelajaran sangat penting dalam usaha meningkatkan hasil belajar bagi peserta
didik.
Terdapat beberapa jenis bahan ajar, seperti handout, modul, LKPD (lembar kerja peserta
didik), brosur, leaflet, dan lain sebagainya. Sejalan dengan pernyataan tersebut, bahan ajar
yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar berupa LKPD. Menurut
Prastowo (2012:204) LKPD merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembaran-
lembaran yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk yang harus dilaksanakan oleh peserta
didik. Lembar kerja peserta didik adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik.Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah
untuk menyelesaikan suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan yang jelas
kompetensi yang akan dicapai (Madjid, 2013: 176).
3
Mengembangkan bahan ajar referensinya dapat diperoleh dari berbagai sumber baik berupa
pengalaman ataupun pengetahuan sendiri, ataupun penggalian informasi dari narasumber baik
orang ahli maupun teman sejawat. Demikian pula referensi dapat kita peroleh dari buku-
buku, media masa, internet, dll. Namun demikian, kalaupun bahan yang sesuai dengan
kurikulum cukup melimpah bukan berarti kita tidak perlu mengembangkan bahan sendiri.
Bagi siswa, bahan ajar yang terlalu banyak membuat mereka bingung, untuk itu maka guru
perlu membuat bahan ajar untuk menjadi pedoman bagi siswa.
Selanjutnya, ketersediaan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah
ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran yang membuat
siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk menjelaskannya. Kesulitan tersebut
dapat saja terjadi karena materi tersebut abstrak, rumit, asing, dsb. Mengatasi kesulitan ini
maka perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan
disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa
menggambarkan sesuatu yang abstrak tertentu, misalnya dengan penggunaan gambar, poto,
bagan, skema, dll. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang
sederhana, sesuai dengan tingkat berpikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami.
Alasan pengembangan bahan ajar berupa LKPD disesuaikan dengan analisis kebutuhan yang
telah dilakukan oleh penulis pada studi pendahuluan. Studi pendahuluan dilakukan di SMA
Al-Huda Jatiagung Lampung Selatan, SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan, dan SMA
Negeri 1 Abung Barat Lampung Utara dengan teknik wawancara dan observasi.
Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan hasil wawancara angket pada tiga sekolah bahwa
ketersedian bahan ajar LKPD yang digunakan di dua sekolah pada studi pendahuluan yang
peneliti lakukan belum ada,tetapi ada satu sekolah yang menggunakan LKPD hanya saja
LKPD yang digunakan bukan buatan guru mata pelajaran, LKPD yang digunakan juga belum
4
melengkapi materi mengenai cerpen. Kesesuaian dengan standar kompetensi pembelajaran
bahwa panduan kegiatan belajar siswa yang menggunakan buku cetak yang telah disediakan
oleh pihak sekolah sudah sesuai dengan KI dan KD pembelajaran menulis cerpen hanya saja
pada penyajian bahan ajar yang digunakan di sekolah pada panduan langkah-langkah menulis
cerpen kurang aplikatif.
Pada pengayaan materi menulis cerpen guru menggunakan lembar kerja yang telah
disediakan oleh guru mata pelajaran tetapi ada pula satu sekolah yang menggunakan
pengayaan materi dengan LKPD yang telah mereka gunakan. Masih banyak kendala ketika
memberikan materi menulis cerpen bagi guru walaupun ada panduan yang telah mereka
gunakan karena panduan yang mereka gunakan masih kurang jelas mengenai materi menulis
cerpen, maka perlu adanya LKPD khusus menulis cerpen untuk menunjang kegiatan
pembelajaran peserta didik dalam menulis cerpen serta harus ada upaya dan alternatif dalam
memberikan motivasi bagi siswa agar menulis cerpen dapat menyenangkan dan lebih mudah
peserta didik mempelajarinya. Hal ini menunjukkan bahwa selama ini siswa belum
memperoleh hasil yang maksimal pada materi menulis cerpen. Guru bidang studi bahasa
Indonesia juga menjelaskan siswa memang kurang memiliki minat dengan keterampilan
menulis. Hal tersebut disebabkan siswa juga tidak memiliki kecakapan dalam
mengembangkan ide dan gagasannya ke dalam sebuah tulisan.
Guru biasanya memberikan tema secara bebas dalam pembelajaran menulis cerpen kepada
siswa dengan harapan siswa lebih bebas dalam mengekspresikan ide ke dalam sebuah cerpen,
akan tetapi siswa justru semakin tidak tearah dalam menentukan ide cerita, tokoh dan konflik
yang terjadi dalam cerita. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, guru mata
pelajaran yang ada di sekolah tersebut menyetujui bahwa peneliti membuat LKPD menulis
cerpen berbasis kearifan lokal supaya peserta didik dapat lebih mudah menentukan ide, topik
5
serta dapat menuangkan ide tersebut ke dalam sebuah tulisan berdasarkan pengetahuan yang
mereka miliki serta dapat melestarikan kearifan lokal yang ada di Lampung. Selain
kekurangtertarikan siswa pada materi tersebut, bahan ajar yang digunakan guru pada materi
cerpen juga masih belum maksimal. Guru hanya menyampaikan materi secara sekilas tanpa
penjelasan mendalam terutama mengenai teknik menulis dan menemukan ide untuk menulis.
Oleh karena itu, minat belajar siswa terhadap materi menulis cerpen masih rendah, maka
hasil belajar siswa pun dikategorikan rendah. Bahan ajar yang digunakan guru dalam
menyampaikan materi pun hanya berupa satu buah buku paket tanpa adanya bahan penunjang
lainnya tetapi ada pula yang menggunakan bahan ajar yang lainnya. Menyikapi persoalan
tersebut maka menulis cerpen dengan bermediakan kearifan lokal sangat diperlukan.
Menulis cerpen berdasarkan kearifan lokal sekitar ini akan membuat siswa lebih memahami
dan dapat mendalami ketika peserta didik menuangkan ide-ide yang mereka dapatkan dari
lingkungan sekitar mengenai kearifan lokal. Serta peserta didik dapat pula mengenal budaya-
budaya Lampung seperti legenda-legenda Lampung, khas Lampung, ritual-ritual Lampung,
kebudayaan Lampung, makanan khas Lampung, dll. Kenyataan tersebut akan mempermudah
siswa dalam belajar menulis cerita pendek (cerpen) karena menjadi sebuah strategi
pembelajaran yang dibimbing oleh guru. Karena penulis meneliti di daerah Lampung, maka
kearifan lokal yang akan dibahas pada penelitian adalah di daerah Lampung.
Kenyataannya peserta didik ketika dihadapkan dengan situasi mengenai budaya-budaya lokal
di lingkungan sekitar yang disusun menjadi sebuah model pembelajaran menulis, ternyata
masih banyak ditemukan berbagai faktor penghambat proses pembelajaran menulis cerpen
tersebut. Hal ini terjadi karena lingkungan belum sepenuhnya dipahami oleh peserta didik
sebagai sebuah potensi bahan tulisan, keterbatasan guru dalam memahami langkah-langkah
pembelajaran menulis, keterbatasan kemampuan menganalisis sebab akibat suatu peristiwa
6
yang dialami dan keterbatasan kemampuan memahami apa, siapa, di mana, apabila, mengapa
dan bagaimana menyusun unsur instrinsik cerpen. Oleh karena itu, untuk menguasai
keterampilan menulis cerpen ternyata masih memerlukan penekanan penerapan model
pembelajaran menulis cerpen yang teruji, memenuhi kriteria pemodelan menulis, dan yang
lebih utama adalah dapat mempermudah kegiatan menulis cerpen dalam proses pembelajaran
berbasis kearifan lokal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar yang didasarkan dari kearifan
lokal yang terdapat di daerah penelitian. Kearifan lokal sendiri adalah unsur bagian dari
tradisi masyarakat suatu daerah, yaitu nilai-nilai dari alam untuk mengajak dan mengajarkan
tentang bagaimana “membaca” potensi alam dan menuliskannya kembali sebagai tradisi yang
diterima secara universal oleh masyarakat. Kearifan lokal juga bisa bearti nilai tradisi untuk
menyelaraskan kehidupan manusia dengan cara menghargai, memelihara dan melestarikan
alam lingkungan. Dapat dipahami bahwa kearifan lokal adalah pengetahuan yang
dikembangkan oleh para leluhur secara turun-temurun dalam menyiasati lingkungan hidup
sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan
serta meneruskan itu dari generasi ke generasi. Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu
muncul lewat cerita-cerita, legenda-legenda, nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan
atau hukum setempat.
Berdasarkan permasalahan yang ada, pengembangan bahan ajar dalam menulis cerpen bisa
dilandasi oleh kearifan lokal yang terdapat di Lampung. Selain sebagai salah satu untuk
mengembangkan LKPD dalam materi pembelajaran menulis cerpen, penulis juga tertarik
untuk mengangkat kearifan lokal yang penting dan bermanfaat terlebih ketika masyarakat
lokal termasuk siswa yang mewarisi sistem pengetahuan tersebut mau menerima hal itu
sebagai bagian dari kehidupan mereka.
7
Pentingnya mengembangkan LKPD menulis cerpen berbasis kearifan lokal agar siswa lebih
mudah memahami dan mengetahui bagaimana menulis cerpen yang baik dan benar,
mengetahui budaya-budaya lokal serta memudahkan peserta didik dalam melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan LKPD menulis cerpen berbasis kearifan lokal.
Pembelajaran menulis cerita pendek merupakan salah satu materi yang terdapat dalam silabus
Kurikulum 2013 khususnya kelas XI semester ganjil. Cerita pendek sebagai salah satu karya
sastra yang berbentuk prosa merupakan hal yang sangat populer di kalangan masyarakat.
Suyanto (2012: 46) mengartikan cerita pendek sebagai cerita berbentuk prosa yang pendek.
Pendek memiliki arti yang sangat relatif, dalam hal ini bisa diartikan habis dibaca sekali
duduk.
Teks cerita pendek tertera pada silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu pada
Kompetensi Inti 4 (KI 4) mencoba, mengolah, dan menyajikan dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori dan kompetensi
dasar (KD) 3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan
cerita pendek, (KD) 4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita dengan memperhatikan unsur-unsur
pembangun cerpen. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut diperlukan kesiapan yang
baik dan juga maksimal dari guru untuk membelajarkan teks cerita pendek di kelas.
Penelitian tentang pengembangan pernah dilakukan oleh Dina Ramamadhanti, Irfani Basri,
Abdurrahman dengan judul Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis
Contextual Teaching and Learning (CTL).Dalam penelitian ini yang dikembangkan adalah
bahan ajar modul menulis cerpen dan hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut bahwa
8
buku teks pelajaran Bahasa Indonesia yang digunakan dalam pembelajaran bermanfaat untuk
memudahkan guru memberikan materi yang diajarkan. Penelitian selanjutnya juga dilakukan
oleh Agus Wismanto yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar Bermuatan Budi Pekerti
Pada Pembelajaran Menulis Cerpen. Dalam penelitian ini yang dikembangkan adalah
mengembangkan bahan ajar yang mengandung tema etika pada siswa ketika menulis cerita
pendek. Hasil yang diperoleh dalam penelitian tersebut mendeskripsikan karakteristik cerita
pendek dalam belajar menulis cerpen yang mengandung nilai-nilai etika bagi siswa dandapat
digunakan gurusebagai alternatif model pembelajaran di sekolah untuk mengetahui
perkembangan yang dialami peserta didik, melatih kerja sama antar peserta didik, memberi
perhatian pada peserta didik, meningkatkan efektivitas proses pengajaran dan memahami
etika tersebut.
Kemudian diteliti juga olehWiryanti, dkk dengan judul Materi Ajar Teks Deskriptif
Berbudaya Lokal Guna Mendukung Pembelajaran Memahami Teks Tanggapan Deskriptif
Siswa VII di SMPN 1 Singaraja. Penelitani ini menjelaskan tentang penelitian pengembangan
materi ajar teks deskriptif yang dikembangkan sesuai dengan kurikulum 2013 dan dilandasi
oleh budaya lokal buleleng memiliki tingkat validitas materi ajar berkualifikasi baik sangat
efektif dalam tahap uji lapangan tergolong sangat baik. Ketiga penelitian tersebut mempunyai
persamaan yaitu mengenai pengembangan bahan ajar dan penulis juga melakukan
pengembangan bahan ajar berupa LKPD. Akan tetapi, penelitian sebelumnya ini berbeda
dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis karena penelitian sebelumnya membahas
mengenai berbasis CTL, budi pekerti dan budaya lokal guna mendukung pembelajaran
menulis cerpen sedangkan penulis membahas mengenai berbasis kearifan lokal. Dari ketiga
penelitian tersebut dipandang perlu untuk dijadikan acuan bagi peneliti dalam melakukan
penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah dan rincian atas, penulis merasa perlu untuk
9
meneliti Pengembangan LKPD Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Kearifan LokalPada
Siswa Kelas XI SMA.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah pengembangan produk berupa LKPD pembelajaran menulis cerpen
berbasis kearifan lokal untuk siswa kelas XI SMA?
2. Bagaimanakah kelayakan LKPD pembelajaran menulis cerpen berbasis kearifan lokal
siswa kelas XI SMA?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
1. Mendeskripsikan pengembangan bahan ajar berupa LKPD menulis cerpen berbasis
kearifan lokal untuk siswa kelas XI SMA.
2. Mendeskripsikan kelayakan LKPD pembelajaran menulis cerpen berbasis kearifan
lokal untuk siswa kelas XI SMA?
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.
Adapun manfaat tersebut, yaitu sebagai berikut.
a. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
mengembangkan bahan ajar mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran
menulis cerpen dan menambah perbendaharaan bahan ajar yang berbasis kearifan lokal
pada pembelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMA.
10
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian pengembangan ini dibedakan menjadi tiga, yaitu bagi
peserta didik, bagi guru, dan bagi sekolah. Secara terinci diuraikan sebagai berikut.
1. Manfaat bagi peserta didik, hasil penelitian pengembangan ini dapat membantu
peserta didik agar mampu menulis cerpen berbasis kearifan lokal.
2. Manfaat bagi guru, hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai
alternatif atau bahan rujukan untuk pembelajaran menulis, khususnya cerita pendek
(cerpen) dan memberikan informasi tentang bagaimana menulis cerpen berbasis
kearifan lokal pada siswa SMA.
3. Manfaat bagi sekolah, hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai
bahan pengambilan kebijakan sekolah berkaitan dengan bahan ajar, khususnya bahan
ajar yang berbasis kearifan lokal untuk pembelajaran Bahasa Indonesia.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut.
1. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XI SMA Al-Huda Jati Agung Lampung
Selatan, SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan, dan SMA N 1 Abung Barat Lampung
Utara tahun pelajaran 2018/2019
2. Objek penelitian ini adalah pengembangan LKPD berbasis kearifan lokal dan kemampuan
menulis cerpen siswa kelas XI SMA.
3. Lokasi uji kelompok besar dalam penelitian ini dilaksanakan di SMA Al-Huda Jati Agung
Lampung Selatan, SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan, dan SMA N 1 Abung Barat
Lampung Utara.
4. Waktu penelitian ini adalah tahun pelajaran 2018/2019.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Hakikat Bahan Ajar
Pengembangan LKPD pembelajaran menulis teks cerpen berbasis kearifan lokal
untuk peserta didik kelas XI SMA merupakan sebuah penelitian pengembangan
bahan ajar. Sebelum melakukan kegiatan pengembangan tersebut diperlukan
pemahaman terhadap hakikat dari bahan ajar.
Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau
instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan
ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud
bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar adalah
seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak
sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan bahan ajar yang sesuai
dengan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru
atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang
dimaksudkan berupa bahan tertulis dan tidak tertulis (Madjid, 2013: 173).
Dijelaskan juga oleh (Daryanto dan Dwicahyono, 2014: 171). Bahan ajar adalah
seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak
12
sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk
belajar guru harus memiliki atau menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan:
1. kurikulum
2. karakteristik sasaran
3. tuntutan pemecahan masalah belajar.
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar
terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa
dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara
terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri atas pengetahuan (fakta, konsep,
prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai (Depdiknas, 2006: 3). Atas
dasar definisi ini, bahan ajar dapat pula diartikan sebagai seperangkat fakta,
konsep, prinsip, prosedur, dan atau generalisasi yang dirancang secara khusus
untuk memudahkan pengajaran. Secara lebih sempit bahan ajar juga biasanya
disebut sebagai materi pembelajaran. Materi pembelajaran dengan demikian dapat
dikatakan sebagai program yang disusun guru untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif terhadap pembelajaran yang
diturunkan dari kurikulum yang berlaku.
2.1.1 Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar dibuat untuk tujuan-tujuan pembelajaran yang lebih baik dan agar
tercapai situasi belajar siswa yang lebih berkualitas. Abidin (2014: 263)
mengemukakan bahwa bahan ajar juga memiliki fungsi penting bagi
pembelajaran. Beberapa fungsi bahan ajar tersebut adalah sebagai berikut.
13
(1) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
diajarkan kepada siswa.
(2) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya dipelajari/dikuasainya.
(3) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Dijelaskan pula oleh Widaryanti (2013: 1-2) bahwa penyusunan bahan ajar
tentunya memiliki tujuan. Adapun tujuan penyusunan bahan ajar adalah sebagai
berikut.
(1) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai
dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
(2) Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping
buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
(3) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Lebih lanjut, dijelaskan olehnya bahwa selain memiliki tujuan dalam
penyusunannya, bahan ajar juga memiliki sejumlah manfaat, baik manfaat bagi
guru maupun bagi peserta didik. Berikut penjabarannya.
(1) Manfaat bagi Guru
Manfaat bagi guru di antaranya diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan
kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik tidak lagi
bergantung kepada buku teks yang terkadang sulit diperoleh; memperkaya
karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, menambah
14
khasanah pengetahuan dan pemahaman guru dalam menulis bahan ajar;
membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dan peserta
didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya; dan
menambah angka kredit DUPAK (Daftar Usulan Pengusulan Angka Kredit)
jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
(2) Manfaat bagi Peserta Didik
Manfaat bagi peserta didik antara lain dapat menciptakan kegiatan
pembelajaran menjadi lebih menarik, kesempatan untuk belajar secara
mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru dan
mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus
dikuasainya.
2.1.2 Bentuk Bahan Ajar
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi
empat kategori, yaitu:
a. Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kegiatan
siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model atau maket.
b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact
diskaudio.
c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk dan
film.
d. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti
CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) interaktif
(Madjid, 2013: 174).
15
Selanjutnya pada penelitian ini hanya akan dibahas tentang bahan ajar cetak yaitu
lembar kerja peserta didik (LKPD). Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam
berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan
mendatangkan beberapa keuntungan, yaitu:
a) bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan
bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana
yang sedang dipelajari;
b) biaya untuk pengadaannya relatif sedikit;
c) bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah;
d) susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi
individu;
e) bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja;
f) bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan
aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa;
g) bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai
besar;
h) pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri (Madjid, 2013: 175).
Madjid (2013: 175) mengemukakan bahwa jenis bahan ajar cetak, antara lain
handout, buku, lembar kegiatan siswa, poster, brosur, dan leaflet. Berikut
penjelasan secara lengkap.
a. Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambilkan dari
beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau KD
16
dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat
diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara download dari internet,
atau menyadur dari sebuah buku.
b. Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari
pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya
hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil
imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi. Buku adalah sejumlah lembaran
kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai
bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis
terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku yang baik adalah buku yang
ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan
secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku
juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya.
c. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi
paling tidak berisi tentang komponen dasar bahan ajar, menggambarkan KD yang
akan dicapai peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik,
menarik, dan dilengkapi ilustrasi.
d. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar Kegiatan Siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa
17
petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang
diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya.
Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta
didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain
yang terkait dengan materi tugasnya. Keuntungan adanya lembar kegiatan bagi
guru, yakni memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sedangkan
bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan
suatu tugas tertulis. Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus
memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah
KD dikuasai oleh peserta didik.
e. Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan
dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi
lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi
Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, brosur dapat dimanfaatkan
sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang harus dikuasai
oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik karena
bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak,
maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur
akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
18
f. Leaflet
Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat
dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat
serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang
dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.
g. Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus atau proses ataugrafik
yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih
menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan
tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam
kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart
didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart
harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan
tentang KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan
untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai contoh
wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan
lingkungannya.
h. Foto atau Gambar
Foto atau gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang
baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto atau gambar siswa
dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat
19
20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto atau gambar yang didesain secara
baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam
menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa
petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.
2.1.3 Struktur Bahan Ajar
Dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan dalam strukturnya antara bahan
ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain. Guna mengetahui perbedaan-
perbedaan dimaksud dapat dilihat pada matrik berikut ini:
Tabel 2.1 Struktur Bahan Ajar Cetak (Printed)
No. Komponen Ht Bu Ml LKPD Bro Lf Wch F/Gb Mo/M
1. Judul √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Petunjuk
belajar
- √ √ - - - - -
3. KD/MP - √ √ √ √ √ ** ** **
4. Informasi
pendukung
√ √ √ √ √ ** ** **
5. Latihan - √ √ - - - - - -
6. Tugas/L.kerja - √ √ - - - ** **
7. Penilaian - √ √ √ √ √ ** ** **
Ht: handout, Bu:Buku, Ml:Modul, LKPD:Lembar Kegiatan Peserta Didik,
Bro:Brosur, Lf:Leaflet, Wch:Wallchart, F/Gb:Foto/ Gambar, Mo/M:
Model/Maket (Depdiknas, 2008:18)
Berdasarkan beberapa jenis bahan ajar tersebut maka yang dibahas dan dijadikan
bahan ajar adalah jenis LKPD atau disebut juga dengan LKS. Pembahasannya
sebagai berikut.
20
2.1.2.1 LKPD
Istilah LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) atau biasa disebut dengan LKS
(Lembar Kerja Siswa) merupakan sebuah perangkat pembelajaran yang
berperan penting dalam pembelajaran. LKPD dan LKS merupakan dua hal yang
sama, yaitu berupa lembar kerja yang harus dikerjakan oleh peserta didik atau
siswa. Menurut Depdiknas (2008: 23) lembar kegiatan peserta didik/siswa adalah
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar
kegiatan siswa akan memuat paling tidak; judul, KD yang akan dicapai, waktu
penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas,
informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang
harus dikerjakan.
Menurut Prastowo (2012: 204) LKPD merupakan suatu bahan ajar cetak yang
berupa lembaran-lembaran yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk yang harus
dilaksanakan oleh peserta didik. Dalam hal ini tugas-tugas tersebut sudah
disesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dicapai.
Jadi, berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa LKPD merupakan
sebuah kumpulan lembaran-lembaran kertas yang berisi materi, tugas-tugas yang
harus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, serta langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam pembelajaran. Tugas-tugas yang diberikan dalam LKPD harus
jelas dan sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga kompetensi dasar dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat tercapai dengan baik, sesuai dengan
apa yang diharapkan.
21
Menurut Prastowo (2012: 205) dalam menyiapkan LKPD, ada beberapa syarat
yang mesti dipenuhi oleh pendidik. Pendidik harus cermat, serta memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk bisa membuat LKPD yang
bagus. Sebuah LKPD harus memenuhi kriteria yang berkaitan dengan tercapai
atau tidaknya sebuah kompetensi dasar yang harus dikuasi dan dipahami oleh
peserta didik.
Berdasarkan pengertian di atas LKPD memiliki beberapa fungsi. Menurut
Prastowo (2012: 205) LKPD memiliki 4 fungsi sebagai berikut.
1. Sebagai bahan ajar yang meminimalkan peran pendidik, tetapi lebih
mengaktifkan peserta didik.
2. Sebagai bahan ajar yang mempermudah untuk memahami materi yang
diberikan.
3. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.
4. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.
Selain sebagai media pembelajaran, LKPD juga mempunyai fungsi lain sebagai
berikut:
1. merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau
memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan pembelajaran,
2. dapat digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu
penyampaian topik,
3. dapat untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai oleh peserta
didik,
4. dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas,
22
5. membantu peserta didik dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar,
6. dapat membantu meningkatkan minat peserta didik jika LKPD disusun secara
rapi, sistematis, mudah dipahami oleh peserta didik sehingga menarik perhatian
peserta didik,
7. dapat menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik dan meningkatkan
motivasi belajar, serta rasa ingin tahu,
8. dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau klasikal
karena peserta didik dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kelompok,
9. dapat melatih peserta didik menggunakan waktu seefektif mungkin, dan
10. dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah.
Terkait dengan penyusunan sebuah LKPD tentunya memiliki tujuan. Berikut
beberapa tujuan penyusunan LKPD adalah sebagai berikut.
1. Memudahkan peserta didik dalam memahami materi-materi yang diajarkan
dalam pembelajaran.
2. Memberikan tugas-tugas yang menunjang pemahaman peserta didik terhadap
materi yang diberikan.
3. Menjadikan peserta didik lebih mandiri.
4. Meringankan tugas pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.
2.1.2.2 Kriteria Kualitas Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Dalam sebuah pembelajaran, LKPD memiliki peranan yang sangat penting,
karena LKPD merupakan pedoman pendidik dalam melakukan kegiatan
pembelajaran dan pemberian tugas-tugas kepada peserta didik. LKPD yang
disusun harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut ini, yaitu syarat didaktik,
23
syarat konstruksi, dan syarat teknik (Rohaeti, 2008: 3).LKPD yang berkualitas
harus memenuhi syarat-syarat didaktik dapat dijabarkan sebagai berikut.
a) Mengajak peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.
b) Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep.
c) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan peserta didik
sesuai dengan ciri KTSP.
d) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan
estetika pada diri peserta didik.
e) Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi.
LKPD yang berkualitas harus memenuhi syarat-syarat konstruksi sebagai berikut.
a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak.
b) Menggunakan struktur kalimat yang jelas.
Selain itu, LKPD juga harus memenuhi kriteria teknik, baik dari segi tulisan,
gambar, maupun penampilan. Berikut penjelasannya.
(1) Dari segi tulisan maka LKPD harus dapat menggunakan huruf cetak dan tidak
menggunakan huruf latin atau romawi. Gunakan huruf tebal yang agak besar
untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah. Gunakan kalimat
pendek, tidak boleh lebih dari satu kata dalam satu baris.Gunakan bingkai
untuk menentukan kalimat perintah dan jawaban peserta didik dan usahan agar
besarnya huruf dan gambar sesuai.
(2) Dari segi gambar, gambar yang baik dalam LKPD adalah gambar yang dapat
menyampaikan isi dari materi pelajaran yang disampaikan atau sedang
dipelajari agar peserta didik lebih memahami materi yang di sampaikan.
(3) Dari segi penampilan, LKPD harus menarik karena anak akan melihat LKPD
24
dan lebih tertarik pada sampulnya. Maka LKPD dibuat semenarik mungkin.
2.1.2.3 Langkah-Langkah Menyusun LKPD
LKPD merupakan hal penting yang menunjang pembelajaran, maka dari itu
penyusunan LKPD harus dilakukan secara baik dan LKPD yang disusun harus
inovatif dan kreatif. Penyusunan LKPD harus memperhatikan langkah-langkah
dan kaidah penyusunan LKPD yang baik. Menurut Prastowo (2012: 212) langkah-
langkah dalam menyusun LKPD adalah sebagai berikut.
(1) Melakukan Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKPD.
Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang
memerlukan bahan ajar LKPD. Materi yang digunakan ditentukan dengan cara
melakukan analisis terhadap materi pokok, pengalaman belajar, serta materi
yang diajarkan.
(2) Menyusun Peta Kebutuhan LKPD
Peta kebutuhan LKPD sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKPD
yang harus ditulis serta melihat urutan LKPD-nya. Menyusun peta kebutuhan
diambil dari hasil analisis kurikulum dan kebutuhan yang diperlukan dalam
pembelajaran sesuai dengan hasil analisis. Hal-hal yang biasa dianalisis untuk
menyusun peta kebutuhan diantaranya, SK, KD, indikator pencapaian, dan
LKPD yang sudah digunakan.
(3) Menentukan Judul LKPD
Judul ditentukan dengan melihat hasil analisis standar kompetensi dan
kompetensi dasar, materi-materi pokok, atau dari pengalaman belajar yang
terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dikembangkan
25
menjadi sebuah judul LKPD. Jika kompetensi dasar tersebut tidak terlalu
besar.
(4) Penulisan LKPD
Dalam penulisan LKPD terdapat langkah-langkah yang harus diperhatikan.
Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun LKPD.
a) Merumuskan Kompetensi Dasar
Untuk merumuskan kompetensi dasar dapat dilakukan dengan melihat
pada kurikulum yang berlaku. Kompetensi dasar merupakan turunan dari
standar kompetensi. Untuk mencapai kompetensi dasar peserta didik harus
mencapai indikator-indikator yang merupakan turunan dari kompetensi
dasar.
b) Menentukan Alat Penilaian
LKPD yang baik harus memiliki alat penilaian untuk menilai semua yang
sudah dilakukan. Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja
peserta didik. Alat penilaian dapat berupa soal pilihan ganda dan soal
essai. Penilaian yang dilakukan didasarkan pada kompetensi peserta didik,
maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Penilaian
Acuan Patokan (PAP). Dengan demikian, pendidik dapat melakukan
penilaian melalui proses dan hasilnya.
c) Menyusun Materi
Sebuah LKPD di dalamnya terdapat materi pelajaran yang akan dipelajari.
Materi dalam LKPD harus sesuai dengan kompetensi dasar yang akan
dicapai. Ketika menyusun materi untuk LKPD ada beberapa hal yang
harus diperhatikan. Materi LKPD dapat berupa informasi pendukung dan
26
gambaran umum mengenai ruang lingkup materi yang akan dipelajari.
Materi dalam LKPD dapat diambil dari berbagai sumber seperti, buku,
majalah, jurnal, internet, dan sebagainya. Tugas-tugas yang diberikan
dalam LKPD harus tuliskan secara jelas guna mengurangi hal-hal yang
seharusnya dapat dilakukan oleh peserta didik.
d) Memperhatikan Struktur LKPD
Langkah ini merupakan langkah terakhir yang dilakukan dalam
penyusunan LKPD. Guru terlebih dahulu harus memahami segala sesuatu
yang akan kita gunakan dalam penyusunan LKPD, terutama bagian dasar
dalam penyusunan LKPD sebelum melakukan penyusunan LKPD.
Komponen penyusun LKPD harus sesuai, apabila salah satu komponen
penyusun LKPD tidak sesuai maka LKPD tidak akan terbentuk.
2.1.2.4 Tujuan LKPD
Menurut Hamdani (2011: 74) lembar kerja pesertadidik merupakansalah satu
jenis alat bantupembelajaran. Tujuan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang
dikeluarkan Depdiknas (2009: 18) dijelaskan bahwa LKPD bertujuan untuk (1)
mengaktifkan peserta didik dalam proses kegiatan pembelajaran, (2) membantu
peserta didik mengembangkan konsep, (3) melatih peserta didik untuk
menemukan dan mengembangkan keterampilan proses, (4) sebagai pedoman
guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran, (5)
membantu peserta didik dalam memperoleh informasi tentang konsep yang
dipelajari melalui proses kegiatan pembelajaran secara sistematis, (6) membantu
peserta didik dalam memperoleh catatan materi yang dipelajari melalui kegiatan
pembelajaran. Menurut Kurt (dalam Töman., dkk, 2013: 174), lembar kerja yang
27
terdiri dari bahan kegiatan individu peserta didik yang dilakukan pada saat
belajar topik dan juga memungkinkan peserta didik untuk mengambil tanggung
jawab untuk pembelajaran mereka sendiri dengan langkah-langkah dan proses
yang diberikan terkait dengan kegiatan tersebut. Menurut Lee (2014: 96), bahwa
lembar kerja dapat berguna dalam hal prestasi akademik.
2.1.2.5 Syarat-Syarat LKPD
Menurut Siddiq (2008), penyusunan LKPD harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Syarat didaktik, Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) sebagai salah satu
bentuk sarana berlangsungnya proses belajar mengajar haruslah memenuhi
persyaratan didaktik, artinya suatu LKPD harus mengikuti asas belajar-
mengajar yang efektif, yaitu memperhatikan adanya perbedaan individual,
sehingga LKPD yang baik itu adalah yang dapat digunakan baik oleh siswa
yang lamban, yang sedang maupun yang pandai, menekankan pada proses
untuk menemukan konsep- konsep sehingga LKPD dapat berfungsi sebagai
petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu, memiliki variasi stimulus
melalui berbagai mediadan kegiatan siswa, dapat mengembangkan
kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri
siswa, pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi
siswa (intelektual, emosional dan sebagainya), bukan ditentukan oleh materi
bahan pelajaran.
b. Syarat konstruksi,yang dimaksud dengan syarat konstruksi adalah syarat-
syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa
28
kata, tingkat kesukaran,dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat
guna dalam arti dapat dimengerti oleh siswa. Syarat konstruksi LKPD
yang baik adalah:
1. Menggunakan bahasayang sesuai dengan tingkat kedewasaan siswa
dan menggunakan struktur kalimat yang jelas;
2. Memiliki taat urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka dan tidak mengacu
pada buku sumber yang diluar kemampuan keterbacaan siswa;
3. Menyediakan ruang yang cukup untuk memberi keleluasaaan pada
siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKPD,
menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek, lebih banyak
menggunakan ilustrasi dari pada kata-kata;
4. Memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari pelajaran itu
sebagai sumber motivasi, mempunyai identitas untuk memudahkan.
c. Syarat teknis, dari segi teknis memiliki beberapa pembahasan yaitu:
1. Tulisan
Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau
romawi, menggunakan huruf tebal yang agak besar, bukan huruf biasa
yang diberi garis bawah, menggunakan tidak lebih dari 10 kata dalam
satu baris, menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah
dengan jawaban siswa, mengusahakan agar perbandingan besarnya huruf
dengan besarnya gambar serasi.
29
2. Gambar
Gambar yang baik untuk LKPD adalah yang dapat menyampaikan
pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada penguna LKPD.
Lebih penting adalah kejelasan isi atau pesan dari gambar itu secara
keseluruhan.
3. Penampilan
Penampilan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah LKPD. Apabila
suatu LKPD ditampilkan dengan penuh kata-kata, kemudian ada
sederetan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, hal ini akan
menimbulkan kesan jenuh sehingga membosankan atau tidak menarik.
Apabila ditampilkan dengan gambarnya saja, itu tidak mungkin karena
pesannya atau isinya tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKPD
yang memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan.
2.2 Hakikat Menulis
Keterampilan menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang
mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis,
seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud
dan tujuannya. Seperti yang dikemukakan oleh(Tarigan, 2008: 22) bahwa
menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa
dan gambaran grafik itu.
30
Menurut Dalman, (2012: 4) menulis adalah proses penyampaian pikiran, angan-
angan, perasaan dalam bentuk lambang atau tanda atau tulisan yang bermakna.
Dalam kegiatan menulis terdapat suatu kegiatan merangkai, menyusun,
melukiskan suatu lambang atau tanda atau tulisan berupa kumpulan huruf yang
membentuk kata, kumpulan kata membentuk kelompok kata atau kalimat,
kumpulan kata membentuk paragraf, dan kumpulan paragraf membentuk wacana
atau karangan yang utuh dan bermakna.
Dari pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah
mengungkapkan ide atau gagasannya dalam bentuk karangan secara leluasa.
Dalam hal ini, menulis itu membutuhkan skemata yang luas sehingga si penulis
mampu menuangkan ide, gagasan, pendapatnya dengan mudah dan lancar.
2.2.1 Tujuan Menulis
Komunikasi dapat terjadi melalui tulisan, karena tulisan bisa dikatakan sebagai
media penghubung maksud dan tujuan antara si penulis dengan si pembaca.
Seperti yang dikatakan oleh Hugo Hartig dalam Tarigan (2008: 25) bahwa ada
beberapa tujuan menulis seperti berikut ini.
1. Tujuan Penugasan (Assignment Purpose)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak memunyai tujuan sama sekali. Penulis
menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri. Misalnya, siswa
menulis rangkuman buku, sekertaris membuat laporan.
31
2. Tujuan Altruistik (Altruistik purpose)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan
para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan
dan penalarannya dan ingin membuat hidup para pembaca lebih menyenangkan
dengan karyanya.
3. Tujuan Persuasif (Persuasive Purpose)
Tulisan ini bertujuan untuk meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan yang
diutarakan.
4. Tujuan Informasional (Informasional Purpose)
Tulisan ini bertujuan untuk memberi informasi atau keterangan atau penerangan
kepada para pembaca.
5. Tujuan Pernyataan Diri (Self-Ekspressive Purpose)
Tulisan ini bertujuan untuk memperkenalkan diri sang pengarang kepada
pembaca.
6. Tujuan Kreatif (Creative Purpose)
Tujuan penulisan ini berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Namun,
keinginan penulis disini lebih cenderung kepada keinginan untuk mencapai norma
dan nilai estetika/ seni/ keindahan yang ideal.
7. Tujuan Pemecahan Masalah (Problem-Solving Purpose)
Dalam tulisan ini, penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis
menjelaskan secara detil tentang pikiran-pikiran, ide-ide dan gagasannya sendiri
agar dimengerti oleh pembaca.
32
2.2.2 Manfaat Menulis
Tarigan (2008: 16) mengemukakan ada empat manfaat dari menulis, yaitu:
1. Menulis menyenangkan dalam hal penjelajahan diri pribadi. Kegiatan menulis
dapat menjadi hal yang sangat menyenangkan karena dengan menulis,
seseorang mampu menjelajahi potensi dirinya.
2. Menulis membuat kita sadar akan kehidupan. Dalam kegiatan menulis,
kepekaan dan keterbukaan pikiran akan lingkungan sekitar dapat membuat
seseorang menyadari makna kehidupan sebenarnya.
3. Menulis membantu kita memahami diri kita lebih baik. Salah satu dari tujuan
menulis adalah untuk pernyataan diri. Dengan menulis, seseorang mampu
menyelami kepribadiannya sendiri dan secara tidak langsung, seorang penulis
dapat memahami kepribadiannya sendiri.
4. Menulis membantu memecahkan masalah. Salah satu tujuan dari menulis itu
adalah untuk memecah masalah. Tidak semua masalah dapat terselesaikan
dengan cara berbicara atau berdebat. Menulis bisa menjadi satu alternatif
untuk memecahkan masalah jika tidak memungkinkan untuk berbicara.
Pada dasarnya ketika seseorang menulis, orang tersebut menciptakan sebuah
karya yang mengungkapkan pikiran dan perasaannya tentang sesuatu yang ia
alami sendiri dan tidak pernah terpikirkan oleh orang lain. Ketika seseorang
menuangkan idenya kedalam berbagai bentuk tulisan seperti cerpen, karangan dan
lainnya, pada prinsipnya ia sedang mengalami proses kreativitas.
33
2.2.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Menulis
Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
pembelajaran membaca. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran
keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Keterampilan
menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar, berbicara, dan membaca.
Badudu (1992: 17) mengemukakan yang perlu diperhatikan dalam menulis, yaitu
1. Menggunakan kata dalam kalimat secara tepat makna,
2. Menggunakan kata dengan bentuk yang tepat,
3. Menggunakan kata dalam distribusi yang tepat,
4. Merangkaikan kata dalam frasa secara tepat,
5. Menyusun klausa atau kalimat dengan susunan yang tepat,
6. Merangkaikan kalimat dalam kesatuan yang lebih besar (paragraf) secara
tepat dan baik,
7. Menyusun wacana dari paragraf-paragraf dengan baik,
8. Membuat karangan (wacana) dengan corak tertentu, deskripsi, narasi,
eksposisi, persuasi, argumentasi,
9. Membuat surat (macam-macam surat),
10. Menyadur tulisan (pidato menjadi prosa),
11. Membuat laporan (penelitian, pengalaman, dan sesuatu yang disaksikan),
12. Mengalihkan kalimat (aktif menjadi pasif dan sebaliknya, kalimat langsung
menjadi kalimat tak langsung),
13. Mengubah wacana (wacana percakapan menjadi wacana cerita atau
sebaliknya).
34
2.2.4 Keterampilan Menulis
Untuk dapat menulis secara efektif, penulis perlu melakukan langkah-langkah
sebagai berikut.
1. Seorang penulis harus mempunyai aturan dalam menulis serta jelas objek
tulisannya,
2. Sebelum menulis harus terlebih dahulu menyusun kerangka karangan,
3. Merumuskan tujuan penulisan,
4. Tulisan selalu berfokus pada topik,
5. Untuk memperjelas ide-ide yang abstrak gunakan contoh,
6. Gunakan kata atau kalimat yang tepat dan jelas,
7. Hindari bias gender dan penggunaan kata ganti orang pertama yang
berlebihan.
Langkah penulisan diatas perlu diperhatikan oleh seorang penulis agar hasil
tulisannya lebih efektif karena dalam karangan ada lima unsur yang dimiliki
karangan tersebut,yaitu:
1. Isi karangan : hal atau gagasan yang dikemukakan;
2. Bentuk karangan: susunan atau cara menyajikan isi kedalam pola kalimat;
3. Tata bahasa: penggunaan tata bahasa dan pola kalimat yang tepat;
4. Gaya pilihan struktur dan kosakata untuk memberikan nada atau warna
terhadap karangan;
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca.
Keterampilan menulisdapat diklasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang
berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam
melaksanakan keterampilan menulis dan hasil produk menulis itu. Klasifikasi
35
keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang kedua menghasilkan pembagian
produk menulis atas empat kategori, yaitu: karangan narasi, eksposisi, deskripsi,
dan argumentasi.
2.2.5 Tahap Menulis
Menulis dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau
pendapat secara tertulis, ini berarti menulis adalah suatu aktivitas yang
membutuhkan proses dalam pengerjaannya. Dalman (2014: 15) menyatakan
bahwa proses menulis ada 3 tahap, tahap-tahap tersebut sebagai berikut.
1. Tahap Prapenulisan (Persiapan)
Tahap ini merupakan tahap pertama, tahap prapenulisan atau tahap persiapan
adalah ketika pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi,
merumuskan masalah, menetukan fokus, mengolah informasi, menarik
tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi,
membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya kognitifnya yang akan
diproses selanjutnya. Pada tahap prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih
topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan dan
informasiyang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam
bentuk karangka karangan.
2. Tahap Penulisan
Pada tahap penulisan, kita mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat
dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang
telah kita pilih dan kita kumpulkan. Seperti yang kita ketahui, struktur
karangan terdiri atas bagian awal, isi, dan akhir. Awal paragraf berfungsi
untuk memperkenalkan dan sekaligus menggiring pembaca terhadap pokok
36
tulisan kita, bagian ini sangat menentukan. Karena itu, upayakan awal
karangan semenarik mungkin. Isi karangan menyajikan bahasan topik atau
ide utama karangan, berikut hal-hal yang menjelaskan atau mendukung ide
tersebut, seperti contoh, ilustrasi, informasi, bukti, atau alasan. Akhir
karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada ide-ide inti dan
penekanan ide-ide penting. Bagian ini berisi simpulan, dan ditambah
rekomendasi atau saran bila diperlukan.
3. Tahap Pascapenulisan
Tahap ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita
hasilkan. Kegiatanya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi).
Kegiatan penyuntingan dan perbaikan dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
a. Membaca keseluruhan karangan.
b. Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki atau memberi catatan bila ada
hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, disempurnakan.
c. Melakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan.
2.3 Cerita Pendek (Cerpen)
Cerita pendek adalah fiksi pendek yang selesai dibaca dalam “sekali duduk”.
Cerita pendek hanya memiliki satu arti, satu krisis dan satu efek untuk
pembacanya. Pengarang cerpen hanya ingin mengemukakan suatu hal secara
tajam. Inilah sebabnya dalam cerpen amat dituntut ekonomi bahasa. Segalanya
harus terseleksi secara ketat, agar apa yang hendak dikemukakan sampai pada
pembacanya secara tajam. Ketajaman inilah tujuan dari penulisan cerita pendek
(Sumardjo, 2007: 202). Menurut Thahar (1999: 1) Cerita pendek, atau yang lebih
37
populer dengan akronim cerpen, merupakan salah satu jenis fiksi yang paling
banyak ditulis orang. Cerpen mempunyai pembaca dan pendengar yang disiarkan
melalui radio. Dengan kata lain, menulis cerpen merupakan lahan pekerjaan
produktif dan memiliki prospek masa depan yang cerah. Menurut Thahar (1999:
2) cerpen dapat dibaca sambil menunggu atau sekadar membunuh waktu yang
membosankan, kalau kebetulan ada bacaan berupa majalah atau koran, maupun
kumpulan cerpen.
Pengertian cerita pendek yang dikemukakan oleh Priyatni, (2012: 127) bahwa
cerpen adalah cerita yang panjangnya kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap,
isinya padat, lengkap, memiliki kesatuan, dan mengandung efek kesan yang
mendalam. Sedangkan unsur-unsur pembangunanya, pada dasarnya sama dengan
novel. Selain cerpen, saat ini juga dikenal istilah novelet. Dilihat dari jumlah kata,
novelet tentunya lebih panjang daripada cerpen, namun lebih pendek dari pada
novel. Rupanya ada kecenderungan untuk menyajikan cerita yang tidak terlalu
pendek, seperti cerpen, namun juga tidak terlalu panjang seperti novel, dan karya
yang demikian ini dinamai novelet.
Sejalan dengan pendapat di atas, bahwa Kosasih (2012: 34) mengemukakan cerita
pendek (cerpen) merupakan cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk
pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada
umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit
atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500-5.000 kata. Karena itu, cerita
pendek sering diungkapkan dengan cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk.
Oleh karena itu, cerita pendek pada umumnya bertema sederhana. Jumlah
38
tokohnya terbatas. Jalan ceritanya sederhana dan latarnya meliputi ruang lingkup
yang terbatas.
Berdasarkan pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah cerita
pendek yang wujud fisiknya berbentuk pendek yang hanya dibaca sekali duduk
saja.
2.3.1 Ciri-Ciri Cerita Pendek
Cerita pendek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) cerita pendek singkat,
padu, dan intensif, (2) unsur utama cerita pendek adalah adegan, tokoh, dan gerak
(3) bahasa cerita pendek haruslah tajam, sugestif, dan menarik perhatian, (4) cerita
pendek haruslah mengandung interprestasi pengarang tentang konsepsinya
mengenai kehidupan, (5) cerita pendek harus mempunyai seorang pelaku utama,
(6) cerita pendek bergantung pada situasi , (7) cerita pendek memberikan satu
kebulatan efek, (8) dalam cerita pendek harus menimbukan perasaan pada
pembaca, (9) cerita pendek menyajikan satu emosi (Tarigan, 2011: 180).
Dijelaskan pula oleh Sugiarto (2015: 110) bahwa cerpen bukanlah sekadar cerita
pendek (singkat). Cerpen adalah salah satu karya fiksi yang memiliki ciri-ciri
yang membedakannya dengan bentuk fiksi prosa lainnya. Adapun ciri-ciri khas
sebuah cerpen adalah sebagai berikut.
a. Hanya mengungkapkan satu masalah tunggal sehingga sering dikatakan
hanya mengandung satu ide yang disebut ide pusat,
b. Pemusatan perhatian kepada satu tokoh utama pada satu situasi tertentu,
c. Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari, baik pengalaman sendiri maupun
orang lain,
39
d. Umumnya sangat ekonomis dalam penggunaan kata-kata dan kata-kata
tersebut adalah kata-kata yang sering digunakan dan dikenal masyarakat,
e. Biasanya bisa meninggalkan kesan mendalam efek pada perasaan pembaca.
2.3.2 Unsur Instrinsik
Cerpen dibangun oleh unsur-unsur intrinsik sebagai unsur dasarnya. Kosasih
(2012: 34) memaparkan sebagai berikut.
(1) Alur
Alur (plot) merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk sebab akibat.
Secara umum, alur terbagi ke dalam bagian-bagian berikut.
a) Pengenalan situasi cerita (exposition). Dalam bagian ini, pengarang
memperkenalkan para tokoh, menata adegan, dan hubungan antar tokoh.
b) Pengungkapkan peristiwa (complication). Dalam bagian ini, disajikan
peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan,
ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.
c) Menuju pada adanya konflik (rising action). Terjadi peningkatan perhatian
kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai situasi yang
menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.
d) Puncak konflik (turning point). Bagan ini disebut pula sebagai klimaks.
Inilah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan. Pada bagian ini
pula, ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya. Misalnya, apakah
dia berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.
e) Penyelesaian (ending)
Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib-nasib
yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Namun
40
ada pula cerpen yang penyelesaian akhir ceritanya itu diserahkan kepada
imajinasi pembaca. Jadi, akhir ceritanya itu dibiarkan menggantung, tanpa
ada penyelesaian.
(2) Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan
karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Di dalam penokohan terdapat beberapa
aspek penokohan yaitu teknik analitik atau penggambaran langsung,
penggambaran fisik dan perilaku tokoh, penggambaran lingkungan kehidupan
tokoh, penggambaran tata kebahasaan tokoh, pengungkapkan jalan pikiran
tokoh.
(3) Latar
Latar atau setting merupakan tempat dan waktu berlangsungnya kejadian
dalam cerita. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan
pembaca terhadap jalannya cerita ataupun pada karakter tokoh. Macam-
macam latar yaitu latar tempat dan latar waktu.
(4) Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita
menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan,
kekuasaan, kasih sayang, kecemberuan dan sebagainya. Tema jarang
dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat memberikan tema
suatu cerpen, seorang pembaca harus terlebih dahulu mengenali unsur-unsur
instrinsik yang dipakai oleh pengarang untuk mengembangkan cerita fiksinya.
41
(5) Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Amanat tersirat
di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang
diungkapkan. Karena itu, amanat selalu berhubungan dengan tema cerita itu.
Sejalan dengan pendapat Suyanto (2012: 46) cerita pendek dibangun oleh unsur-
unsur yang saling terpadu. Unsur-unsur tersebut adalah tokoh dan penokohan,
alur, latar, gaya bahasa, dan sudut pandang.
(1) Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku cerita. Tokoh tidak selalu berwujud manusia, tapi
tergantung pada siapa atau apa yang diceritakannya itu dalam cerita. Watak
atau karakter adalah sifat dan sikap para tokoh tersebut. Adapun penokohan
atau perwatakan adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan watak-
wataknya itu dalam suatu cerita.
(2) Alur dan pengaluran
Alur dianggap sama dengan jalan cerita. Pendefinisian itu sebenarnya tidak
tepat. Jalan cerita adalah peristiwa demi peristiwa yang terjadi susul
menyusul. Lebih dari itu adalah rangkaian peristiwa yang saling berkaitan
karena hubungan sebab akibat.
(3) Latar
Latar dalam cerita dapat diklasifikasikan menjadi: (1) latar tempat, yaitu latar
yang merupakan lokasi tempat terjadinya peristiwa cerita, baik itu nama kota,
jalan, gedung, rumah, dan lain-lain; (2) latar waktu, yaitu latar yang
42
berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa cerita; (3) latar sosial, yaitu
keadaan yang berupa adat istiadat, budaya, nilai-nilai/ norma, dan sejenisnya
yang ada di tempat peristiwa cerita.
(4) Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan bahasa seorang pengarang untuk
mencapai efek estetis dan kekuatan daya ungkap. Untuk mencapai hal tersebut
pengarang memberdayakan unsur-unsur style tersebut, yaitu dengan diksi
(pemilihan kata), pencitraan (penggambaran sesuatu yang seolah-olah dapat
diindera pembaca), majas, dan gaya retoris.
(5) Penceritaan
Penceritaan, atau sering disebut juga sudut pandang, yakni dilihat dari sudut
mana pengarang (narator) bercerita, terbagi menjadi 2, yaitu pencerita intern
dan pencerita ekstern. Pencerita intern adalah pencerita yang hadir di dalam
teks sebagai tokoh. Cirinya adalah dengan memakai kata ganti aku. Pencerita
ekstern bersifat sebaliknya, ia tidak hadir dalam teks (berada di luar teks) dan
menyebut tokoh-tokoh dengan kata ganti orang ketiga atau menyebut nama.
(6) Tema
Tema adalah ide atau gagasan yang disampaikan pengarang dalam ceritanya.
Tema ini akan diketahui setelah seluruh unsur prosa-fiksi itu dikaji.
2.3.3 Unsur Ekstrinsik
Cerpen memiliki unsur ekstrinsik selain unsur intrinsiknya. Dijelaskan oleh
Nurgiyantoro (2010: 10) cerpen dan novel sebagai karya fiksi mempunyai
persamaan. Keduanya dibangun oleh unsur-unsur pembangun yang sama.
Keduanya dibangun dari dua unsur intrinsik dan ekstrinsik. Cerpen dan novel
43
sama-sama memiliki unsur peristiwa, plot, tema, tokoh, latar, sudut pandang, dan
lain lain. Hal serupa juga dikemukakan oleh Sukada (2013: 56) bahwa aspek
intrinsik karya sastra ialah analisis mengenai karya sastra itu sendiri, tanpa
melihat kaitannya dengan data di luar cipta sastra tersebut. Kaitannya terhadap
aspek ekstrinsik hanyalah dalam hubungan menetapkan nilai isinya.
Kosasih (2012: 46) di dalam cerpen mempunyai nilai-nilai yang terkandung dalam
isi teks. Adapun nilai-nilai yang terkandung sebagai berikut
a. Nilai-nilai budaya berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan, dan hasil karya
cipta manusia.
b. Nilai-nilai moral berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk yang menjadi
dasar kehidupan manusia dan masyarakatnya.
c. Nilai agama berkaitan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
Allah dan utusan-utusannya.
d. Nilai politik berkaitan dengan cara manusia dalam meraih kekusasan.
2.3.4 Teknis Penulisan Cerpen
Menurut Sugiarto (2015: 132) Teknis penulisan cerpen didasarkan pada tahap
penulisan sebagaimana yang akan dijelaskan. Berikut teknis penulisan cerpen
langkah demi langkah.
1. Memilih Bahan
Tahap pertama adalah memilih bahan, memilih bahan yang dimaksud dalam
teknis penulisan ini bukan sekadar memilih, melainkan memilih sekaligus
menuliskannya. Bahan cerpen tak perlu muluk-muluk atau yang aneh-aneh.
Cukup cari bahan cerita yang ada disekitar kita. Sebuah peristiwa yang benar-
benar terjadi.
44
2. Membuat Judul
Judul merupakan hakikat sebuah cerita (cerpen). Judul memberi gambaran
terhadap apa yang akan diceritakan dan berkaitan erat dengan elemen-elemen
yang membangun cerita. Dengan demikian, judul bisa mengacu kepada tema,
latar, tokoh, konflik, akhir cerita dan sebagainya. Judul bisa dibuat sebelum
ataupun sesudah cerpen ditulis. Bahkan, ketika sedang menulis cerpen pun
kita bisa membuat judul jika memang saat itu berkelebat sebuah ide judul
yang menarik. Meskipun demikian, saran yang lebih baik judul dibuat
sebelum cerpen ditulis.
Berikut beberapa hal teknis yang harus diperhatikan berkaitan dengan judul
cerpen.
a. Judul dan nama pengarang ditulis di awal cerpen, bukan di akhir cerpen.
Artinya, judul dan nama pengarang harus ditulis terlebih dahulu sebelum
isi cerpen.
b. Judul sebaiknya singkat (tidak terlalu panjang), mudah dibaca atau
diucapkan, mudah dipahami, serta mudah diingat.
c. Judul sebaiknya menggambarkan isi cerpen dan menarik minat pembaca.
d. Perhatikan cara penulisan huruf kapital. Dalam menulis judul, huruf
pertama semua kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata depan dan
kata hubung (di, ke, dari, dan, yang, untuk). Jika kata depan dan kata
hubung ini terletak di awal judul, huruf pertama kata-kata ini juga ditulis
dengan huruf kapital.
45
3. Menulis Opini
Setelah memilih bahan dan membuat judul, langkah selanjutnya adalah
menulis opini berdasarkan pada bahan yang telah kita pilih.
4. Berkhayal
Cerpen merupakan karya fiksi. Meskipun ide cerpen berasal dari peristiwa
nyata, cerpen tetaplah dianggap sebagai karya fiksi. Dengan demikian, unsur
imajinasi atau khayalan merupakan unsur yang sangat penting. Karena
imajinasi adalah unsur yang sangat penting, sebagai penulis cerpen kita
dituntut untuk pandai-pandai berimajinasi. Tidak hanya itu, kita juga dituntut
untuk dapat mengolah imajinasi tersebut sedemikian rupa dan menuliskan
kembali dalam bahasa yang sederhana sehingga akan memberi kenikmatan
kepada pembaca ketika membaca cerpen yang kita tulis.
5. Mengembangkan Khayalan
Langkah kelima dalam menulis cerpen adalah mengembangkan khayalan.
Setelah menentukan sudut pandang penceritaan terhadap bentuk kasar cerpen,
tiba saatnya mengembangkan imajinasi berdasarkan bentuk kasar tersebut.
Cara paling sederhana adalah menuliskan imajinasi apa saja yang terlintas di
kepala berkaitan dengan bentuk kasar cerpen. Agar lebih mudah, tulislah
imajinasi-imajinasi tersebut dalam bentuk daftar kalimat.
Setelah diperoleh daftar kalimat berdasarkan imajinasi, susunlah daftar
kalimat tersebut secara berurutan. Setiap kalimat bisa dikembangkan menjadi
satu atau beberapa paragraf. Dengan demikian, kalimat-kalimat tersebut tidak
lain adalah draf atau kerangka cerpen yang akan kita tulis.
46
6. Baca Ulang
Langkah terakhir dalam menulis cerpen adalah membaca ulang cerpen yang
telah kita tulis. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika membaca
ulang sebuah cerpen yang kita tulis adalah sebagai berikut.
a. Periksa penggunaan tanda baca
b. Periksa urutan cerita
c. Jika pembacaan ulang telah dilakukan, simpan cerita yang sudah “jadi”
selama beberapa waktu lamanya. Pada lain kesempatan, baca kembali
cerpen yang telah “jadi” tersebut. Mungkin ada hal-hal baru yang perlu
ditambahkan. Jika memang hal-hal baru itu akan semakin membuat
cerpen tersebut lebih baik, tak masalah memasukkan hal-hal baru tersebut.
Mengubah atau memperbaiki cerpen yang sudah “jadi” agar lebih baik
bukanlah hal yang dilarang. Tentu dengan catatan bahwa cerpen tersebut
belum dipublikasikan di media.
2.4 Hakikat Kearifan Lokal
2.4.1 Pengertian Kebudayaan
Menurut Wiranata (2011: 95), kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu
buddhayah, bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan
demikian, kebudayaan adalah hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Dalam
bahasa Latin makna ini sama dengan colere yang berarti mengolah, mengerjakan,
terutama menyangkut tanah. Konsep tersebut lambat laun berkembang menjadi
segala upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam.
47
Dalam Wiranata (2011: 95) dikemukakan beberapa definisi tentang kebudayaan.
Beberapa definisi tentang kebudayaan, di antaranya:
1. E.B. Tylor (1871)
Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
2. R. Linton (1947)
Kebudayaan adalah konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah
laku, yang unsur pembentukkannya didukung dan diteruskan oleh anggota
masyarakat tertentu.
3. W.H. Kelly dan C. Kluckhohn (1952)
Kebudayaan adalah pola hidup yang tercipta dalam sejarah, yang eksplisit,
implisit, rasional, nonrasional, yang terdapat pada setiap waktu sebagai
pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia (Wiranata, 2011: 95).
2.4.2 Kearifan Lokal
Menurut Aminudin (2013: 8), bila dilihat dari kamus Inggris-Indonesia,
pengertian kearifan lokal terdiri atas dua kata, yaitu kearifan (wisdom) dan lokal
(lokal). Lokal yang berarti setempat, sementara wisdom berarti kebijaksanaan.
Dengan demikian, kearifan lokal merupakan gagasan-gagasan atau nilai-nilai,
pandangan setempat atau (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai
baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
48
Menurut Wagiran (2012: 332), lingkup kearifan lokal dibagi menjadi delapan,
yaitu 1) norma-norma lokal yang dikembangkan, seperti pantangan dan kewajiban,
2) ritual dan tradisi masyarakat serta makna dibaliknya, 3) lagu-lagu rakyat,
legenda, mitos,dan cerita rakyat yang biasanya mengandung pelajaran atau pesan-
pesan tertentu yang hanya dikenali oleh komunitas lokal, 4) informasi data dan
pengetahuan yang terhimpun pada diri sesepuh masyarakat, tetua adat, pemimpin
spiritual, 5) manuskrip atau kitab-kitab suci yang diyakini kebenarannya oleh
masyarakat, 6) cara-cara komunitas lokal dalam memenuhi kehidupannya sehari-
hari, 7) alat bahan yang dipergunakan untuk kebutuhan tertentu, dan 8) kondisi
sumber daya alam atau lingkungan yang biasa dimanfaatkan dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Rahyono (dalam Yani Paryono, 2017: 213) kearifan lokal adalah kecerdasan
manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui
pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal merupakan hasil dari, masyarakat
tertentu melalui pengalaman tertentu mereka dan belum tentu dialami oleh
masyarakat yang lain. Hal senada juga diungkapkan oleh (Apriyanto dalam Yani
Paryono, 2017: 213) bahwa kearifan lokal merupakan berbagai nilai yang
diciptakan, dikembangkan, dan dipertahankan oleh masyarakat yang menjadi
pedoman hidup mereka.
Keempat pendapat tersebut sejalan dengan UU RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menyatakan bahwa kearifan lokal
merupakan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat antara
lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari. Dengan demikian,
kearifan lokal dapat dipahami sebagai ide-ide dan pengetahuan setempat yang
49
bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik dan berbudi luhur, yang dimiliki,
dipedoman dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakat.
Hadikusuma (dalam Ariyani, 2017: 14) Masyarakat Adat secara garis besar terbagi
dalam dua kelompok adat, yakni kelompok sai batin dan kelompok adat pepadun.
Kedua kelompok masyarakat adat ini memiliki kebudayaan yang luar biasa
kayanya, dengan nilai-nilai luhur yang sangat tinggi lagi mulia.
Kearifan lokal juga merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak
dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal biasanya
diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari
mulut ke mulut. Kearifan lokal di masyarakat dapat berwujud apa saja seperti ada
di dalam cerita rakyat, peribahasa, lagu, dan permainan rakyat. Kearifan lokal
sebagai suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat lokal tertentu melalui
kumpulan pengalaman dalam mencoba dan diintegrasikan dengan pemahaman
terhadap budaya dan keadaan alam suatu tempat. Oleh karena itu, nilai-nilai
kearifan lokal memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Kearifan lokal adalah bentuk warisan peradaban yang dilakukan secara terus
menerus dari generasi, ke generasi.
2. Kearifan lokal dianggap mampu untuk mengendalikan berbagai pengaruh dari
luar.
3. Kearifan lokal biasanya menyangkut nilai dan moral pada masyarakat
setempat.
4. Kearifan lokal tidak tertuliskan, namun tetap diakui sebagai kekayaan dalam
berbagai segi pandangan hukum, dan
5. Kearifan lokal ialah bentuk sifat yang melekat pada seseorang berdasarkan
pada asalnya.
50
Dalam kearifan lokal terkandung pula kearifan budaya lokal. Kearifan budaya
lokal sendiri adalah pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu dengan
sistem kepercayaan, norma, dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan
mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama. Kearifan lokal adalah budaya
luhur yang diciptakan nenek moyang lewat sebuah pengalaman yang akhirnya
menjadi sebuah pola-pola tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (2002:
45) bahwa kearifan lokal (tradisional) adalah semua bentuk pengetahuan,
keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang
menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.
Sistem nilai berupa konsepsi yang hidup dalam alam pikiran masyarakat sebagai
sesuatu yang amat bernilai dalam kehidupan.Wujudnya dapat berupa adat istiadat,
tata hukum, atau norma-norma yang mengatur langkah dan tindak budaya yang
adab. Itulah yang biasa dinamakan dengan kearifan lokal (Faruk, 1994: 71).
Wagiran (2012: 333) mengatakan bahwa upaya pengembangan pendidikan
kearifan lokal tidak akan terselenggara dengan baik tanpa peran serta
masyarakat secara optimal. Keikut sertaan berbagai unsur dalam masyarakat
dalam mengambil prakarsa dan menjadi penyelenggara program pendidikan
merupakan kontribusi yang sangat berharga yang perlu mendapat perhatian dan
apresiasi. Berbagai bentuk kearifan lokal yang merupakan daya dukung bagi
penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan dalam masyarakat antara lain
sebagai berikut.
1. Kearifan lokal masyarakat dalam bentuk peraturan tertulis,
2. Kearifan lokal dalam menjaga keharmonisan hubungan antar sesama manusia,
3. Kearifan lokal yang berkaitan dengan seni.
51
4. Kearifan lokal dalam sistem anjuran (tidak tertulis), tetapi disepakati dalam
rapat yang dihadiri unsur-unsur masyarakat untuk mewujudkan kecerdasan
warga.
2.4.3 Kearifan Lokal dalam Budaya Lampung
Setiap masyarakat pasti memiliki adat dan budaya. Kebudayaan diwariskan secara
turun-temurun dari generasi-kegenerasi. Kebudayaan wajib untuk dijaga dan
dilestrarikan.
a. Bahasa
Kastri (2016: 67) mengemukakan bahwa kata “Tabik Pun” sebagai salam
pembuka, secara harfiah, tabik pun artinya hormat saya, sedangkan pun artinya
orang-orang yang terhormat. Secara keseluruhan tabik pun berarti „hormat saya
kepada orang orang yang terhormat‟. Biasanya salam hormat ini dijawab oleh
hadirin dengan kata ya pun. Ya pun artinya „ya, hormat kami juga‟. Dalam rangka
pelestarian kearifan lokal Lampung, pemerintah Provinsi Lampung berperan serta
menuangkan hal ini ke dalam peraturan daerah. Masyarakat Lampung pun patut
merasa bangga pada Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Pemeliharaan Kebudayaan Lampung dan sejak dikeluarkannya Pergub No. 39
Tahun 2014 pada Bab 1 Pasal 1 No. 8 yang menegaskan Muatan Lokal Wajib
adalah kompetensi wajib yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah.
b. Piil Pesenggiri
Kastri (2016: 44) memaparkan Piil Pesenggiri sebagai Falsafah Hidup Lampung.
Bentuk kearifan lokal Lampung yang khas mengandung nilai budaya luhur adalah
52
piil pesenggiri. Piil pesenggiri ini mengandung pandangan hidup masyarakat yang
diletakkan sebagai pedoman dalam tata pergaulan untuk memelihara kerukunan,
kesejahteraan, dan keadilan. Piil pesenggiri merupakan harga diri yang berkaitan
dengan perasaan kompetensi dan nilai pribadi atau merupakan perpaduan antara
kepercayaan dan penghormatan diri. Seseorang yang memiliki piil pesenggiri
yang kuat berarti mempunyai perasaan penuh keyakinan, penuh tanggung jawab,
berkompeten, dan sanggup mengatasi masalah-masalah kehidupan. Relevan
dengan pendapat Kastri, Umar Rusdi (dalam Siska, 2017: 28) menjelaskan
terdapat kutipan yang menandakan kekhasan orang Lampung. Kutipan tersebut
berbunyi seperti di bawah ini.
“ tandonou ulun Lappung, wat Piil Pesenggiri, you balak piil ngemik malou
ngigau diri. Ulah nou bejuluk you beadek, iling mewari ngejuk ngakuk nemui
nyimah. Ulah nou pandai you nengah you nyappur, nyubali jejamou begawiy
balak, sakai sambayan” ( Umar Rusdi, dkk. dalam Siska, 2017: 28)
Terjemahannya :
Tandanya orang Lampung, ada Piil Pesenggiri, ia berjiwa besar, mempunyai
malu, menghargai diri-karena lebih, bernama besar dan bergelar. Suka bersaudara,
beri memberi terbuka tangan. Karena pandai, ia ramah suka bergaul. Mengolah
bersama pekerjaan besar, tolong menolong. ( Umar Rusdi, dkk. dalam Siska,
2017: 28)
Rusdi (dalam Siska, 2017: 28) ada lima unsur Piil Pesenggiri antara lain sebagai
berikut.
1. Piil Pesenggiri, keharusan hidup bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu diri dan
kewajiban.
2. Sakai-sambaian, keharusan hidup berjiwa sosial, tolong-menolong tanpa
pamrih dan gotong royong.
53
3. Nemui-nyimah, keharusan berlaku sopan santun terhadap sesama anggota
masyarakat, terbuka tangan baik moril maupun materil kepada siapa saja.
4. Nengah-nyappur, keharusan ikut bergaul dalam masyarakat ikut memberikan
sumbangan pikiran, pendapat dan inisiatif bagi kebaikan hidup bersama.
5. Bejuluk-beadek, keharusan berjuang meningkatkan derajat kehidupan, bertata
tertib dan bertata krama.
Bagan 2.2 Piil Pesinggiri
Sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Rusdi, Kastri (2016: 44) dalam
Peraturan Gubernur Lampung No. 31 tahun 2009 pasal 4 d dikatakan bahwa piil
pesenggiri pada hakikatnya merupakan nilai dasar yang melekat pada setiap
anggota masyarakat Lampung yang intinya terletak pada keharusan untuk
mempunyai/memiliki hati nurani yang positif (bermoral tinggi atau berjiwa besar)
sehingga senantiasa dapat hidup secara logis, etis, dan estetis.
c. Sistem Penyembangan
Secara terminologi menurut Maria (dalam Kalik, 2003: 16) penyembangan yakni
orang yang mewarisi jabatan kepemimpinan dalam ruang lingkup tertentu.
Penyembangan memiliki tingkatan-tingkatan tertentu, antara lain sebagai berikut.
a) Penyembang Marga, yakni seorang pimpinan yang memiliki ruang lingkup
tingkat marga dan tiap marga itu terdiri dari beberapa kampung/ desa.
Piil Pesinggiri
Sakai
Sambayan
Nemui-
Nyimah
Nengah-
Nyappur
Bejuluk
Beadek
54
b) Penyembang Tiyuh, yaitu pimpinan adat tingkat kampung berada pada posisi
satu tingkat dibawah penyembang Marga dan hanya terdiri dari beberapa klik/
suku/ kebudayan/ jurai (keturunan).
c) Penyembang Suku/ Kebudayan, pemimpin adat dari satu keturunan sebagai
elemen dari satu masyarakat kampung.
d. Berbagai Nama Acara Makan
Junayah (dalam Kastri, 2016: 51) menjelaskan adanya berbagai nama acara makan
di Provinsi Lampung, antara lain sebagai berikut.
1. Nyuak Mengan „mengundang makan‟. Kata kerja cuak berarti undang; nyuak
berarti „mengundang makan‟.
2. Tandang Mengan „bertandang makan‟ atau „berwisata makan‟. Acara ini
dilakukan bersama-sama pergi ke suatu tempat dilakukan di sekitar desa,
seperti di tepi sungai, di pinggir sawah atau ladang, atau di tengah kebun.
3. Mengan Balak „makan besar‟ ialah makan dengan beragam menu (biasanya
menu yang disukai bersama). Mengan balak „makan besar‟ hampir sama
dengan tandang mengan „bertandang makan‟.
4. Mengan-mengan „makan-makan‟ bertujuan untuk menjalin keakraban atau
sekadar mencari kesenangan‟. Agar acara mengan-mengan „makan-makan‟ itu
berlangsung menyenangkan, biasanya lauk makan diberitahukan sebelumnya
atau disepakati lebih dahulu oleh orang-orang yang ikut serta.
5. Pangan „makan bersama‟. Pangan berarti „makan bersama besan, sanak
saudara pengantin perempuan, dan para tamu undangan‟. Pangan „makan
bersama‟ itu hanya dilakukan dalam gawei „upacara adat pernikahan‟ yang
dilangsungkan di tempat pengantin laki-laki.
55
6. Ngundah (ken) Mengan „menyajikan makan‟ untuk orang yang berkunjung
(dilakukan ketika ada orang yang dihormati atau tamu dekat). Acara itu
diadakan sebagai penghargaan, persahabatan, persaudaraan, atau keakraban di
antara yang menyajikan makan dan yang disajikan makanan.
e. Kesenian
a. Sastra Lisan Lampung
Sujadi (2013: 111) menjelaskan sastra lisan Lampung biasanya menjadi bagian
yang penting dari khazanah budaya etnis Lampung. Beberapa sastra lisan
Lampung adalah sebagai berikut.
1. Sesikun adalah peribahasa dalam bahasa Lampung yang memiliki arti kiasan.
Fungsinya sebagai alat pemberi nasihat, motivasi, sindiran, celaan, sanjungan,
dan perbandingan.
2. Seganing adalah ungkapan yang dikemukakan secara samar-samar untuk
mengasah pikiran, biasanya digunakan dalam permainan.
3. Memang adalah perkataan atau ucapan yang dapat mendatangkan daya gaib
yang dipercaya dapat menyembuhkan, dapat mendatangkan musibah, dan
sebagainya.
4. Warahan adalah suatu cerita yang pada dasarnya disampaikan secara lisan; bisa
berbentuk epos, sage, fabel, legenda, dan mitos.
b. Lagu-lagu Rakyat
Sujadi (2013: 54) mengemukakan bahwa lagu rakyat Lampung di antaranya;
Lipang Lipang Dang, Sang Bumi Ruwa Jurai, Tepui-tepui, Angon Lesoh,
Ngegham, Sughat Lappung, Pung Kelapo Kupung, Bumi Lampung, Puncak Sai
56
Indah, Cangget Agung, Tigham Pupaghda, Menganai Toho, Tanoh Lada, dan
Penyandangan.
a) Cerita Rakyat
Provinsi Lampung memiliki banyak cerita rakyat, Sujadi (2013: 53)
mengemukakan budaya lisan merupakan pilar istimewa dari budaya Lampung.
Judul cerita rakyat Lampung misalnya, 1) Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat, 2)
Ompung Silamponga, 3) Asal Usul Danau Ranau, 4) Sumur Bandung, dan 5)
Buaya Perompak.
2.4.4 Piil Pesinggiri dalam Konteks Teks
Mahsun (dalam Ariyani, 2017: 16) menyebutkan bahwa teks merupakan jalan
menuju pemahaman tentang bahasa. Itu sebabnya, teks menurutnya merupakan
bahasa yang berfungsi atau bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu
dalam konteks situasi. Secara inti maksudnya adalah ungkapan pernyataan suatu
kegiatan sosial yang bersifat verbal.
Batasan tersebut mengandung pengertian bahwa setiap pemakaian bahasa selalu
memiliki tujuan. Tujuan yang dimaksudkan di sini tentu tujuan sosial, karena
bahasa tidak lain merupakan sarana untuk melaksanakan proses sosial. Bahasa
yang digunakan dengan tujuan sosial tertentu itulah yang melahirkan teks.
Mahsun (Ariyani, 2017: 16).
Piil pesinggiri dirumuskan oleh masyarakat adat Lampung dalam rangka
mencapai tujuan sosial tertentu. Dalam konteks ini, piil pesinggiri kita posisikan
sebagai teks. Setiap teks yang merupakan wujud dari proses sosial yang
57
berlangsung dalam konteks situasi tertentu memiliki muatan nilai-nilai atau
norma-norma kultural. Sejalan dengan pandangan ini, Parsons (dalam Mahsun,
2014: 4) menyatakan bahwa sistem budaya (nilai atau norma) akan mengontrol
sistem tingkah laku manusia melalui sistem sosial dan sistem kepribadian, yang
secara skematis diperlihatkan sebagai berikut.
Bagan 2.3 Bagan Sistem Budaya
(Sumber: Mahsun (dalam Ariyani, 2017: 17)
Sistem tingkah laku inilah yang konkret dan teramati. Bahasa sebagai sistem
tingkah laku, dalam hal ini tingkah laku verbal, memiliki energi untuk
melaksanakan apa yang diperintahkan sistem di atasnya karena bahasa tidak
hanya menjadi salah satu unsur kebudayaan manusia tetapi juga merupakan
wadah kebudayaan itu sendiri apa yang tergambar baik pada sistem kepribadian,
sistem sosial, maupun sistem budaya. Bagaimana wujud sistem kepribadian, yang
menjadi refleksi sosial dan sistem budaya sebagai sistem diatasnya, bahasa tidak
hanya dapat merefleksikannya tetapi juga perekam tentang informasi yang
terdapat pada sistem-sistem diatas tersebut. (Ariyani, 2017: 17).
Sistem Budaya
Sistem Sosial
Sistem Kepribadian
Sistem Tingkah Laku
58
Budaya piil pesinggiri, bisa dimaknai sebagai sistem nilai, atau pandangan hidup
bagi orang Lampung. Menurut Koentaraningrat (dalam Ariyani, 2017: 18), sistem
nilai budaya merupakan tingkat paling tinggi dan paling abstrak dari adat istiadat.
Hak itu disebabkan karena nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai
sesuatu yang ada dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat Lampung yang
mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup sehingga dapat
berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi pada
kehidupan para warga masyarakat Lampung.
Pelestarian budaya Piil Pesinggiri merupakan sebentuk upaya kesadaran
masyarakat dalam menyikapi segala kemungkinan, tantangan terhadap gempuran
budaya, baik dari dalam kondisi (multikultural) maupun dalam konteks budaya
globalisasi. Ariyani (2017: 18).
2.4.4 Kebudayaan Lampung dalam Pembelajaran
Berdasarkan prinsip pengembangan kurikulum nilai-nilai kearifan lokal dapat
dimasukkan dalam pembelajaran. Salah satunya adalah pembelajaran Bahasa
Indonesia untuk materi menulis cerpen. Pemillihan tema kebudayaan Lampung
sebagai bagian dari kekayaan budaya nasional dapat menjadi daya tarik sekaligus
penyampaian nilai moral atau kebanggaan terhadap budaya khususnya Lampung
dengan mengadaptasi nilai-nilai luhur dalam kehidupan modern. Dengan
demikian, pengenalan budaya dan karakteristik kearifan lokal dapat disampaikan
melalui cerpen untuk memberikan makna kearifan lokal dan menambahkan
wawasan cinta kebangsaan, diantaranya terkait dengan tema pariwisata, kuliner,
adat budaya dan lainnya.
59
Menurut Manurung (2013: 113), dalam era modern, pembelajaran bahasa yang
berperspektif kearifan lokal disekolah-sekolah dapat
1. Mengembangkan dan menumbuhkan nilai-nilai positif manusia, seperti
suka menolong, berbuat baik, beriman, dan bertakwa;
2. Mengajarkan pesan moral kepada manusia,terutama pemimpin, agar
berbuat yang sesuai dengan harapan masyarakat, mencintai keadilan,
kebenaran, dan kejujuran;
3. Mendorong orang untuk bekerja keras demi kepentingan dirinya dan
kepentingan bersama;
4. Memperkukuh dan menumbuh kembangkan karakter pribadi, identitas dan
ketahanan bangsa yang positif, tangguh, dan kuat, demi mencapai cita-cita
bangsa dan negara.
Pengembangan pendidikan bertema nilai-nilai budaya lokal yang bertujuan untuk
meningkatkan wawasan siswa dengan mempertahankan nilai luhur budaya
kedaerahan dapat diterapkan. Pada pembelajaran menyusun teks cerpen,
kehadiran permasalah kontekstual tentang nilai-nilai kearifan lokal, khususnya
kebudayaan Lampung yang dialami dan berada disekitar siswa, seharusnya dapat
membantu mengarahkan siswa untuk mengembangkan ide mengikuti tahapan
menyusun cerpen berdasarkan tujuan penyampaian cerpennya. Nilai-nilai kearifan
lokal Lampung yang disisipkan dalam menyusun naskah teks cerpen akan
memberi makna pada pelestarian kebudayaan daerah dan menambahkan wawasan
cinta kebangsaan. Pengayaan materi menyajikan nilai-nilai kearifan lokal
Lampung dapat meliputi kekayaan pariwisata, kuliner, norma adat, serta
kebudayaan daerah.
60
Pemilihan tema mengenai keterkaitan budaya sebagai daya tarik dalam dunia
pariwisata yang dikemas dengan apik dalam suatu kegiatan terjadwal juga
merupakan bagian dari mengenalkan kearifan lokal Lampung. Hal ini sebagai
objek wisata budaya seperti peninggalan sejarah dan purbakala berupa candi,
patung, prasasti dan situs purbakala ataupun berupa peninggalan-peninggalan
budaya yang terdapat dalam museum serta karya-karya kesenian yang dikemas
dalam acara-acara pariwisata. Di Lampung, selain Festival Krakatau yang
menampilkan keragaman seni budaya daerah, beberapa acara-acara pariwisata
serupa yang bertajuk festival juga dilakukan oleh setiap kota atau kabupaten di
Provinsi Lampung. Sebagai contoh lain, Festival Teluk Semaka (Tanggamus),
Festival Stabas (Lambar), Festival Kotabumi Bettah (Lampura), Festival Way
Kambas (Lamtim), dan sebagainya.
Tabel 2.2 Peta Konsep Pengembangan LKPD Menulis Cerpen Berbasis
Kearifan Lokal Lampung untuk Siswa Kelas XI SMA
Kompetesi Inti 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
Kompetensi Dasar
3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita
pendek dalam buku kumpulan cerita pendek,
4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita dengan
memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut
diperlukan kesiapan yang baik dan juga
maksimal dari guru untuk membelajarkan teks
cerita pendek di kelas.
61
Indikator Bahan Ajar 1. Analisis kebutuhan bahan ajar (analisis SK-KD-
Indikator).
2. Analisis sumber belajar.
3. Pemilihan dan penentuan bahan ajar.
Indikator Teks
Cerpen
1. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman
penulis.
2. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa
peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa
semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
3. Berdasarkan konflik karena tanpa konflik
biasanya cerita tidak menarik.
4. Memiliki nilai estetika.
Indikator Kearifan
Lokal
1. Norma-norma lokal yang dikembangkan, seperti,
pantangan dan kewajiban.
2. Ritual dan tradisi masyarakat serta makna
dibaliknya.
3. Lagu-lagu rakyat, legenda, mitos, dan cerita
rakyat yang biasanya mengandung pelajaran atau
pesan-pesan tertentu yang hanya dikenali oleh
komunitas lokal.
4. Informasi data dan pengetahuan yang terhimpun
pada diri sesepuh masyarakat, tetua adat,
pemimpin spiritual.
5. Manuskrip atau kitab-kitab suci yang diyakini
kebenarannya oleh masyarakat.
6. Cara-cara komunitas lokal dalam memenuhi
kehidupannya sehari-hari.
7. Alat-bahan yang dipergunakan untuk kebutuhan
tertentu, dan.
8. Kondisi sumber daya alam/ lingkungan yang
biasa dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Indikator LKPD 1. Melakukan analisis kurikulum; KI, KD, indikator
dan materi pembelajaran.
2. Menyusun peta kebutuhan bahan ajar.
3. Menentukan judul bahan ajar.
4. Menulis bahan ajar.
5. Menentukan alat penilaian.
62
BAB III
METODE PENGEMBANGAN
3.1 Model Pengembangan
Penelitian ini adalah pengembangan LKPD menulis cerpen berbasis kearifan
lokaluntuk siswa SMA kelas XI. Bahan ajar yang berupa Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) tersebut diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan hasil
belajar siswa mengenai materi menulis cerpen. Pengembangan bahan ajar ini
didasarkan pada penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya
Research and Development (R&D). Metode penelitian dan pengembangan ini
merupakan metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu melalui
analisis kebutuhan serta menguji keefektifan produk tersebut.
Hasil dari penelitian pengembangan tidak hanya pengembangan sebuah produk
melainkan juga untuk menemukan pengetahuan baru atau jawaban atas
permasalahan praktis. Metode penelitian dan pengembangan juga didefinisikan
sebagai suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2011: 297).
Selanjutnya, penelitian pengembangan atau research and development (R&D)
adalah sebuah strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk
memperbaiki praktik (Sukmadinata, 2009). Penelitian pengembangan juga
diartikan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu
produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat
63
dipertanggung jawabkan (Sujadi, 2003: 164).
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Richey and Klein (2007: 1), pengembangan
adalah proses penerjemahan spesifikasi desain kedalam bentuk fisik yang
berkaitan dengan desain belajar sistematik, pengembangan dan evaluasi
memproses dengan maksud menetapkan dasar empiris untuk mengkreasikan
produk pembelajaran dan non-pembelajaran yang baru atau model peningkatan
pengembangan yang sudah ada. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu
digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji
keefektifan produk tersebut agar dapat berfungsi di masyarakat luas maka
diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan prosuk tersebut.
Dari beberapa pendapat pakar di atas, penulis menentukan model pengembangan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development (R&D)
Borg and Gall yang selanjutnya lebih dikenal dengan research and development
(R&D) dengan langkah-langkah diadaptasi oleh peneliti. Dalam model RDR
dikelompokkan menjadi tiga kegiatan, yakni penelitian pendahuluan, penelitian
pengembangan, dan penelitian uji efektivitas. Namun, dalam penelitian ini peneliti
hanya mengembangkan dua kegiatan yakni penelitian pendahuluan dengan
menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif dan penelitian pengembangan
produk. Pada tahap penelitian pengembangan, peneliti mendesain model yang
berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk pembelajaran menulis cerpen
berbasis kearifan lokal. Penggunaan penelitian Research and Development (R&D)
sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni mengembangkan bahan ajar LKPD.
64
3.2 Prosedur Pengembangan
Prosedur dalam penelitian ini adalah mengikuti prosedur penelitian dan
pengembangan menurut Borg & Gall yang terdiri atas sepuluh langkah (tahap).
Sepuluh tahap tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Bagan 3.1 Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research and
Development(R&D) menurut Borg dan Gall
Prosedur dalam penelitian ini adalah mengikuti penelitian pengembangan menurut
Borg dan Gall yang terdiri atas sepuluh tahapan, Tahap (1) pengumpulan
informasi dan kajian literer; (2) penyusunan desain dan model pengembangan; (3)
pengumpulan data lapangan; (4) analisis data awal; (5) penyusunan model
pengembangan; (6) uji coba lapangan; (7) workshop penyusunan model; (8)
review pakar; (9) penyempurnaan model; (10) penyusunan model. Namun, jika
penelitian mengikuti kesepuluh tahapan tersebut tentu menyulitkan bagi peneliti
dari segi waktu dan pembiayaan. Mengutip pendapat Borg and Gall “Yang terbaik
Research
and
Information
Collecting
Planning Develop
Preliminary
Form of
Product
b
Prelimi-
nary Field
Resting
Main
Product
Revision
Main Field
Testing
Operational
product
revision
Operational
field testing
Final
product
revision
Final
product
revision
65
adalah melakukan proyek dengan skala kecil yang hanya melibatkan sedikit
rancangan pembelajaran yang asli, Anda perlu menghidari penggunaan media
pembelajaran yang mahal seperti film. Cara lain untuk memperkecil proyek
adalah membatasi pengembangan hanya beberapa langkah dari tahapan
penelitian dan pengembangan” (Borg and Gall, 1989: 798).Atas dasar ini, peneliti
memodifikasi kesepuluh tahapan pengembangan tersebut di atas menjadi 7
tahap. Hal ini dilakukan dengan alasan dari segi kemampuan, biaya dan waktu
peneliti serta disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Langkah-langkah hasil
modifikasi tersebut dibagi menjadi 3 tahapan utama, yaitu:
1) penelitian pendahuluan,
2) pengembangan bahan ajar, dan
3) pengembangan produk bahan ajar.
Tiga tahapan tersebut di dalamnya terdapat tahapan-tahapan, yaitu (1) studi
pendahuluan; (2) membuat rancangan desain produk; (3) mengembangkan bentuk
produk awal; (4) melalukan uji awal (penilaian praktisi);(5) melakukan revisi
awal; (6) melakukan uji pakar atau ahli; (7) melakukan revisi kedua; (8)
melakukan uji coba kelompok kecil; (9) Revisi ketiga; (10) uji coba kelas besar
dan, (11) tahap pengembangan produk.
66
Bagan 3.2 Tahapan-tahapan R & D Adaptasi dari Borg and Gall
3.2.1 Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh informasi awal tentang
kebutuhan, kondisi, dan kelayakan guna untuk pengembangan bahan ajar menulis
tekscerpen. Hasil studi diperlukan untuk mendesain dan mengembangkan produk
yang akan dilaksanakan. Studi pendahuluan dilaksanakan di SMAAl-Huda Jati
Agung Lampung Selatan, SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan, dan SMA
Negeri 1 Abung Barat Lampung Utara. Studi pendahuluan dilakukan dengan
teknik sebagai berikut.
1. Dokumentasi
Studi ini dilakukan dengan menelaah dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan
dengan bahan ajar yang LKPD dalam pembelajaran menulis tekscerpen.
Membuat
Prototipe
bahan ajar
Penilaian
teman
sejawat
Uji pakar
atau ahli
Revisi
2
Uji coba
kelas
terbatas Revisi 3 Uji Coba
kelas besar Revisi 4
Proses
pengembangan
produk
Produk bahan
ajar
Produk
akhir
Revisi
1
Kajian
konseptual Studi
lapangan
Analisis
kebutuhan
Tahap I
Penelitian
pendahuluan
67
Dokumentasi dilakukan pada perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP,
buku paket siswa, media, kondisi guru, siswa, dan perpustakaan sekolah.
2. Observasi
Teknik observasi lapangan dilakukan dengan mengamati langsung proses
pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh deskripsi kegiatan
guru dalam metode atau teknik pembelajaran, menggunakan memanfaatkan
bahan ajar, menggunakan media, mengevaluasi pembelajaran, dan sikap siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
3. Angket
Pemberian angket ditujukan kepada guru dan siswa. Tujuan penyebaran angket
untuk mendapatkan deskripsi tentang kondisi pembelajaran dan bahan ajar.
4. Wawancara
Wawancara dan diskusi dilakukan dengan guru, siswa, dan kepala sekolah
untuk mengetahui secara langsung kondisi pembelajaran yang dilakukan
berkaitan dengan pendekatan yang digunakan dan motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
Fokus utama dalam studi pendahuluan adalah mendapatkan deskripsi kebutuhan
bahan ajar menulis tekscerpen. Dasar yang digunakan adalah penyebaran angket
tentang perlunya bahan ajar menulis tekscerpen. Hasil observasi, wawancara, dan
angket tersebut dianalisis dengan teknik triangulasi untuk mendapatkan deskripsi
yang tepat tentang kondisi pembelajaran dan bahan ajar. Hasil analisis kebutuhan
berupa deskripsi bahan ajar yang diperlukan, yaitu bahan ajar LKPD berbasis
kearifan lokal yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa SMA. Hasil studi
68
pendahuluan dijadikan landasan untuk menetapkan desain produk bahan ajar
LKPD berbasis kearifan lokal.
3.2.2 Proses Pengembangan Produk
Setelah desain produk bahan ajar LKPD berbasis kearifan lokal, selanjutnya
adalah proses pembuatan produk awal. Pembuatan produk awal ini didasari oleh
desain struktur yang dihasilkan pada tahap studi pendahuluan, setelah dibuat
produk awal bahan ajar LKPD berbasis kearifan lokal, langkah selanjutnya adalah
melakukan pengujian serangkaian proses pengembangan produk. Proses
pengembangan melalui beberapa tahapan, yaitu uji praktisi atau teman sejawat, uji
ahli atau pakar yang relevan dengan bidang kajian, uji lapangan skala kelompok
kecil dan skala luas atau kelas besar.
3.2.2.1 Uji Praktisi atau Teman Sejawat
Uji teman sejawat dilakukan untuk memperoleh masukan sebanyak mungkin dari
praktisi atau teman sejawat, yaitu guru Bahasa Indonesia. Praktisi adalah orang
yang sering diajak diskusi untuk memberi penilaian, kritik, saran, dan masukan-
masukan yang berguna untuk perbaikan (revisi) bahan ajar yang dikembangkan
sampai siap diujikan pada tahap selanjutnya. Adapun penilaiannya meliputi
bahasa, kesesuaian isi, kemenarikan penyajian dan kegrafikan diukur
menggunakan angket yang diisi oleh guru. Hasil observasi selanjutnya dianalisis
secara deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif.
3.2.2.2 Uji Ahli atau Pakar
Pelaksanaan uji ahli atau pakar dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari
ahli atau pakar yang memiliki kompetensi pada bidang yang relevan. Dalam hal
69
ini adalah ahli di bidang materi Bahasa dan Sastra Indonesiadan ahli teknologi
pendidikan. Hasil uji ahli atau pakar berupa komentar, kritik, saran, dan koreksi
terhadap penilaian produk pengembangan. Uji ahli dilakukan dengan diskusi,
wawancara, dan angket. Penilaian ahli atau pakar untuk merevisi desain produk
sampai produk layak digunakan.
3.2.2.3 Uji Coba Lapangan dalam Kelompok Kecil
Uji lapangan dalam kelompok kecil melibatkan 10 siswa kelas XI yang diambil
secara acak. Uji lapangan dalam kelompok kecil dan revisi dilakukan kolaborasi
antara peneliti dan guru berbekal saran dan komentar dari siswa sebagai pengguna
bahan ajar. Uji coba lapangan dalam kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui
respon siswa mengenai kelayakan penggunaan LKPD melalui angket uji
kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKPD. Hasil uji lapangan kelompok
kecil akan dimanfaatkan untuk merevisi rancangan produk LKPD sebelum
diujikan dalam kelompok besar.
3.2.2.4 Uji Coba Lapangan dalam Kelompok Besar
Uji coba ini dilakukan di tiga sekolah berbeda yaitu SMA Al-Huda Jati Agung
Lampung Selatan, SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan, dan SMA Negeri 1
Abung Barat. Uji coba kelompok besar juga dilakukan pada guru dan berupa
angket. Hasil uji coba dan revisi produk dilakukan bersama antara peneliti dan
kolaborasi dengan teman sejawat. Uji coba pada kelas besar untuk mengetahui
kelayakan produk bahan ajar.
70
3.3 Data, Instrumen, dan Subjek Penelitian
Data penelitian ini yakni pertama, data kualitatif. Data kualitatif yang berupa data
deskriptif yakni berisi komentar, kritik, saran, koreksi, dan penilaian yang
diberikan oleh praktisi dan pakar terhadap produk. Data deskriptif juga berupa
ujaran (lisan dan tulis) dari guru, siswa, perilaku guru dan siswa, dan sikap guru
dan siswa dalam proses pembelajaran. Data reflektif berupa komentar dan
interpretasi atau tafsiran atas data deskriptif tersebut oleh peneliti.
3.3.1 Sumber Data
Dalam penelitian ini terdapat dua kategori sumber data penelitian. Pertama,
sumber data kebutuhan produk bahan ajar LKPD berbasis kearifan lokal, terdiri
atas siswa kelas XISMA Al-Huda Jati Agung Lampung Selatan, siswa kelas XI
SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan, siswa kelas XI SMA Negeri 1 Abung
Barat Lampung Utara, dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengampu
pada kelas XI sebanyak 3 orang guru tempat dilaksanakan uji bahan ajar. Kedua,
sumber data validasi produk yang akan menilai produk bahan ajar dari praktisi
dan pakar ahli/pakar dari Universitas Lampung.
3.3.2 Instrumen
Instrumen penelitian digunakan untuk menilai kelayakan LKPD menulis teks
cerpen berbasis kearifan lokal. Instrumen yang digunakan berbentuk kuesioner
atau angket. Penelitian ini menggunakan lembar angket tentang kelayakan LKPD
pembelajaran menulis teks cerpen berbasis kearifan lokal yang telah disusun.
71
Penelitian ini menggunakan angket berbentuk Skala Likert untuk mengetahui
penilaian ahli materi, ahli media, ahli praktisi, guru, dan siswa terhadap kelayakan
LKPD menulis cerpen. Angket berbentuk Skala Likert menggunakan 5 dan 4
kategori penilaian. Skala Likert untuk penilaian untuk ahli, guru dan siswa
menggunakan 5 kategori. Lembar angket yang diberikan kepada ahli, guru dan
siswa berbeda. Perbedaan terletak pad abutir penilaiannya saja. Penilaian
dilakukan terhadap 4 aspek kriteria, yaitu aspek kelayakan isi, kebahasaan, sajian,
dan kegrafisan. Aspek kriteria kelayakan bahan ajar pembelajaran menulis teks
cerpen berbasis kearifan lokal ini menggunakan penilaian kelayakan materi ajar
yang dikembangkan berdasarkan panduan pengembangan bahan ajar Departemen
Pendidikan Nasional tahun 2008 (Depdiknas, 2008: 29).
Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk
ceklis ataupun pilihan ganda (Sugiyono, 2015: 135), penelitian ini menggunakan
bentuk ceklis (√) pada kolom yang tersedia. Berikut ini koesioner yang digunakan
untuk ahli, guru, dan siswa.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Wawancara Guru terhadap Kebutuhan LKPD
No INDIKATOR Jumlah
Soal
No
Soal
A Ketersediaan Bahan Ajar
Apakah Bapak/Ibu menggunakan bahan ajar sebagai
panduan siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis
cerpen?
1 1
Jika ada, apakah bahan ajar tersebut buatan sendiri?
1 2
Jika tidak ada, apa panduan pembelajaran menulis cerpen
yang biasa digunakan?
1 3
B Kesesuaian dengan Standar Kompetensi Pembelajaran
Apakah panduan kegiatan belajar siswa yang digunakan
sudah sesuai dengan KI dan KD pembelajaran menulis
cerpen?
1
4
72
Jika tidak sesuai, apa kekurangan panduan kegiatan tersebut
yang masih harus diperbaiki atau dilengkapi?
1 5
Bahan ajar tidak hanya memuat teori saja, tetapi bisa
diaplikasikan dalam praktek?
1 6
C Penyajian
Apakah bahan ajar yang digunakan memudahkan
Bapak/Ibu dalam mencapai tujuan belajar siswa yaitu
mampu mengidentifikasikan struktur dan ciri kebahasaan
pada teks cerpen?
1 7
Apakah bahan ajar yang digunakan memberikan panduan
langkah-langkah belajar menulis cerpen secara kontekstual?
1
8
Adakah Bapak/Ibu mengalami kendala menggunakan
panduan yang ada?
1 9
Jika ada, kendala apa yang mendasari kesulitan
mengajarkan menulis cerpen kepada siswa?
1 10
C Pengayaan Materi
Apakah panduan kegiatan belajar siswa yang digunakan
memberikan pengayaan materi?
1 11
Jika ada, pengayaan seperti apa yang disajikan dalam materi
menulis cerpen ini?
1 12
Jika tidak ada, pengayaan seperti apa yang diinginkan
dalam pembelajaran menulis cerpen?
1 13
Apakah Bapak/Ibu membutuhkan panduan kegiatan dalam
bentuk LKPD untuk membantu membelajarkan materi
menulis cerpen pada siswa?
1 14
D Penambahan Kearifan Lokal
Apakah Bapak/Ibu setuju jika ada pembelajaran LKPD
yang dilengkapi dengan kearifan lokal khususnya pada
materi menulis cerpen?
1 15
Selain pada guru, wawancara juga dilakukan pada siswa untuk mengetahui
kebutuhan LKPD sebagai panduan pembelajaran menulis cerpen.
73
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Wawancara Siswa terhadap Kebutuhan LKPD
No INDIKATOR Jumlah
Soal
No
Soal
A Ketersediaan LKPD
Apakah Anda menggunakan bahan ajar sebagai panduan
dalam kegiatan pembelajaran menulis cerpen?
1 1
Jika tidak ada, apa panduan pembelajaran menulis cerpen
yang biasa digunakan?
1 2
B Kesesuaian dengan Standar Kompetensi Pembelajaran
Apakah panduan kegiatan belajar sesuai dengan tujuan
pembelajaran menulis cerpen?
1
3
Jika tidak sesuai, apa kekurangan panduan kegiatan tersebut
yang masih harus diperbaiki atau dilengkapi?
1 4
C Penyajian
Apakah bahan ajar yang digunakan memudahkan siswa
dalam mencapai tujuan belajar siswa yaitu mampu
mengidentifikasikan struktur dan ciri kebahasaan pada teks
cerpen?
1 5
Apakah Anda mengalami kendala dalam
mengidentifikasikan struktur teks cerpen dengan
menggunakan panduan yang ada?
1
6
Jika ada, kendala apa yang mendasari kesulitan khususnya
dalam mengidentifikasikan struktur teks cerpen?
1 7
Apakah Anda membutuhkan panduan kegiatan dalam
bentuk LKPD khususnya pada materi menulis cerpen?
1 8
D Pengayaan Materi
Apakah panduan kegiatan belajar yang Anda gunakan
memberikan pengayaan materi?
1 9
Jika ada, pengayaan seperti apa yang disajikan dalam materi
menulis cerpen?
1 10
Jika tidak ada, pengayaan seperti apa yang diinginkan
dalam pembelajaran menulis cerpen?
1 11
Apakah Anda membutuhkan panduan kegiatan dalam
bentuk LKPD untuk membantu mempelajari materi menulis
cerpen?
1 12
Validasi pakar/ahli melalui angket uji pakar/ahli untuk menilai kelayakan LKPD
yang dihasilkan. Angket berupa lembar instrumen evaluasi formatif LKPD
menulis cerpenberbasis kearifan lokalmengacu pada panduan penyusunan bahan
ajar Depdiknas (2008:16).
74
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Uji Ahli atau Pakar
No INDIKATOR Jumlah
Soal
No
Soal
A Kelayakan Isi
Kesesuaian LKPD dengan KI dan KD 1 1
Kesesuaian LKPD dengan indikator
1 2
Kesesuaian kegiatan pembelajaran dan manfaat untuk
penambahan wawasan pengetahuan
1 3
Kesesuaian dengan kebutuhan pembelajaran menulis cerpen
1 4
Kesesuaian LKPD dengan kebutuhan guru atau siswa 1 5
Kesesuaian kegiatan terkait sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan
1
6
Kesesuaian bahan ajar menggunakan kalimat-kalimat yang
efektif
1 7
Kesesuian LKPD dengan penggunaan kalimat-kalimat
efektif dan paragraf-paragraf yang tidak terlalu panjang
1 8
Kesesuian LKPD yang tidak hanya memuat teori saja, tetapi
bisa diaplikasikan dalam praktik lembar kerja peserta didik
1 9
Langkah-langkah dalam LKPD sudah membimbing siswa
berlatih menulis cerpen berbasis kearifan lokal
1 10
B Kebahasaan
Keterbacaan tulisan 1 11
Kejelasan informasi pembelajaran 1 12
Kejelasan tujuan pembelajaran
1 13
Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia 1 14
Penggunaan bahasa yang tidak menimbulkan penafsiran
ganda
1 15
Kejelasan cara penggunaan LKPD 1 16
C Kemenarikan Penyajian
Kesesuaian isi materi secara menarik dan menyenangkan 1 17
Kombinasi antara gambar dan tulisan pada sampul (cover)
LKPD menarik
1 18
Kesesuaian materi yang disajikan secara runtut 1 19
LKPD disusun dengan memandu siswa bekerja sama
dengan temannya
1 20
75
Materi disajikan dengan petunjuk kegiatan melakukan secara
jelas
1 21
Pertanyaan-pertanyaan dalam LKPD sudah menuntun siswa
untuk menemukan konsep
1 22
D Kegrafikan
Ketepatan tata letak, ilustrasi, gambar, tabel dan foto 1 23
Ketepatan memilih ukuran huruf, dan kesesuian desain
tampilan/karakter/ simbol/ logo, penggunaan warna
1 24
Penggunaan font (jenis dan ukuran) 1 25
Tabel 3.4 Instrumen Evaluasi Formatif LKPD Menulis Cerpen
No. INDIKATOR PENILAIAN
Jawaban Tanggapan/
Saran
Perbaikan
TS
(1)
KS
(2)
S
(3)
SS
(4)
A Kelayakan Isi
1 Kesesuaian LKPD dengan KI dan
KD
2 Kesesuaian LKPD dengan indikator
3 Kesesuaian kegiatan
pembelajaran dan manfaat untuk
penambahan wawasan
pengetahuan
√
4 Kesesuaian dengan kebutuhan
pembelajaran menulis cerpen
5 Kesesuaian LKPD dengan kebutuhan
guru dan siswa
6 Kesesuaian kegiatan terkait sikap
sosial, pengetahuan, dan
keterampilan
7 Kesesuaian bahan ajar menggunakan
kalimat-kalimat yang efektif
8 KesesuaianLKPD dengan
penggunaan kalimat-kalimat efektif
dan paragraf-paragraf yang tidak
terlalu panjang
9 Kesesuaian LKPD yang tidak hanya
memuat teori saja, tetapi bisa
diaplikasikan dalam parkatik lembar
kerja peserta didik
10 Langkah-langkah dalam LKPD
sudah membimbing siswa berlatih
menulis cerpen berbasis kearifan
lokal
B Kebahasaan
76
11 Keterbacaan tulisan
12 Kejelasan informasi pembelajaran
13 Kejelasan tujuan pembelajaran
14 Kesesuaian dengan kaidah bahasa
Indonesia
15 Penggunaan bahasa yang tidak
menimbulkan penafsiran ganda
16 Kejelasan cara penggunaan LKPD
C Kemenarikan Penyajian
17 Kesesuaian isi materi secara menarik
dan menyenangkan
18 Kombinasi antara gambar dan tulisan
pada sampul (cover) LKPD menarik
19 Kesesuain materi yang disajikan secara
runtut
20 LKPD disusun dengan memandu siswa
bekerja sama dengan temannya
21 Materi disajikan dengan petunjuk
kegiatan melakukan secara jelas
22 Pertanyaan-pertanyaan dalam LKPD
sudah menuntun siswa untuk
menemukan konsep
D Kegrafikan
23 Ketepatan tata letak, ilustrasi,
gambar, tabel dan foto
24 Ketepatan memilih ukuran huruf, dan
kesesuaian
desaintampilan/karakter/simbol/logo,
penggunaan warna
25 Penggunaan font (jenis dan ukuran)
Sumber Instrumen Evaluasi Formatif LKPD (Depdiknas, 2008: 16)
Penilaian dilakukan dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang paling
sesuai berdasarkan kriteria 1 = tidak sesuai, 2 = kurang sesuai, 3 = sesuai, 4 =
sangat sesuai. Selain penilaian, validator ahli atau pakar juga memberikan saran
perbaikan LKPD sehingga layak digunakan.
1. Angket penilaian teman sejawat atau praktisi untuk menilai kelayakan
penggunaan LKPD dalam pembelajaran.
77
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Teman Sejawat/ Praktisi Uji Coba LKPD
No INDIKATOR Jumlah
Soal
No
Soal
A Bahasa
LKPD menggunakan bahasa yang mudah dipahami 1 1
LKPD menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai
dengan EYD
1 2
LKPD menggunakan kalimat-kalimat yang efektif
1 3
LKPD menggunakan paragraf-paragraf yang tidak terlalu
panjang
1 4
B Isi Bahan Ajar
Materi yang disajikan sistematis 1
5
LKPD relevan dengan perkembangan zaman
1 6
Materi pembelajaran disajikan dengan memasukkan
kearifan lokal (pada kegiatan siswa menulis cerpen)
1 7
LKPD tidak hanya memuat teori saja tetapi bisa
diaplikasikan dalam praktik
1 8
Materi dalam LKPD disajikan secara kontekstual sesuai
dengan lingkungan belajar
1 9
LKPD memudahkan dalam memahami materi pelajaran 1
10
C Kemenarikan Penyajian
LKPD menyajikan materi secara menarik dan
menyenangkan
1 11
Contoh-contoh dalam LKPD sesuai dengan lingkungan
dan masalah anak didik
1 12
Materi disajikan secara runtut
1 13
Materi yang disajikan melibatkan siswa secara aktif
1 14
Materi yang disajikan sesuai dengan kompetensi dasar
yang ada dalam kurikulum
1 15
Bahan ajar memuat glosarium
1 16
Bahan ajar yang disusun sudah memandu siswa bekerja
sama dengan temannya
1 17
Materi disajikan dengan petunjuk cara melakukan secara
jelas
1 18
78
Bahan ajar terdapat perintah menyelelesaikan tugas secara
kelompok
1 19
Bahan ajar mengajak siswa untuk melakukan kesimpulan
tentang materi yang dibahas
1 20
Bahan ajar mengajak siswa untuk merefleksi diri tentang
pemahaman yang didapat
1 21
D Kegrafikan
Bahan ajar memenuhi kelengkapan fisik anatomi buku,
sampul, perwajahan awal
1 22
Bahan ajar memuat daftar pustaka dan glosarium
1 23
Bahan ajar memiliki ilustrasi dan penggunaan warna yang
sesuai
1 24
Bahan ajar membangkitkan motivasi untuk belajar
1 25
Tabel 3.6 Instrumen Penilaian Teman Sejawat / Praktisi Uji Coba LKPD
Indikator Aspek Pilihan Jawaban
1 2 3 4
Bahasa LKPD menggunakan bahasa yang
mudah dipahami.
LKPD menggunakan bahasa
Indonesia yang sesuai dengan kaidah
EBI.
LKPD menggunakan kalimat-
kalimat yang efektif.
LKPD menggunakan paragraf-
paragraf yang tidak terlalu panjang.
Isi LKPD Materi yang disajikan sistematis.
Materi pembelajaran disajikan
dengan memanfaatkan
alamsekitar/pengalaman siswa (pada
kegiatan siswa menulis cerpen).
LKPD tidak hanya memuat teori
saja, tetapi bisa diaplikasikan dalam
praktik.
Materi dalam LKPD disajikan secara
kontekstual sesuai dengan
lingkungan belajar.
LKPD memudahkan dalam
79
Indikator Aspek Pilihan Jawaban
1 2 3 4
memahami materi pelajaran.
Kemenarikan
Penyajian
Bahan ajar menyajikan materi secara
menarik dan menyenangkan.
Contoh-contoh dalam bahan ajar
sesuai dengan lingkungan dan
masalah anak didik.
Materi disajikan secara runtut.
Materi yang disajikan melibatkan
siswa secara aktif.
Materi yang disajikan sesuai dengan
kompetensi dasar yang ada dalam
kurikulum.
Bahan ajar memuat glosarium.
Bahan ajar menimbulkan motivasi
belajar bagi anak.
Bahan ajar disusun dengan memandu
siswa bekerja sama dengan
temannya.
Materi disajikan dengan petunjuk
cara melakukan secara jelas.
Bahan ajar terdapat perintah
menyelesaikan tugas secara
kelompok.
Bahan ajar mengajak siswa untuk
melakukan kesimpulan tentang
materi yang dibahas.
Bahan ajar mengajak siswa untuk
merefleksi diri tentang pemahaman
yang didapat.
Kegrafisan LKPD memenuhi kelengkapan fisik
anatomi buku, sampul, perwajahan
awal.
Memuat daftar pustaka dan
glosarium.
Bahan ajar memiliki ilustrasi dan
penggunaan warna yang sesuai.
LKPD membangkitkan motivasi
untuk belajar.
Penilaian oleh teman sejawat atau praktisi yaitu guru Bahasa Indonesia yang
dilakukan dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang paling sesuai
80
berdasarkan kriteria 1 = tidak sesuai, 2 = kurang sesuai, 3 = sesuai, 4 = sangat
sesuai. Selain penilaian, guru sebagai pengguna LKPD juga memberikan saran
perbaikan sehingga LKPD yang dikembangkan layak untuk digunakan.
2. Angket uji coba produk LKPD sebagai bahan ajar dalam pembelajaran
menulis cerpenyang diberikan kepada siswa. Angket diberikan untuk
mengetahui tanggapan siswa terhadap LKPD yang telah dihasilkan melalui
dua tahap, yaitu uji kelas kecil dan uji kelas besar atau kelas pembelajaran
sebenarnya. Tanggapan siswa pada kelas kecil menjadi masukan perbaikan
sebelum diujicobakan pada kelas pembelajaran.
Penilaian angket dilakukan menggunakan skala likert dengan kriteria TM
(Tidak Menarik/Sesuai) = 1, KM (Kurang Menarik/Sesuai) = 2, M
(Menarik/Sesuai) = 3, SM (Sangat Menarik/Sesuai) = 4.
Tabel 3.7 Instrumen Uji Coba LKPD kepada Siswa sebagai Pengguna
No Pertanyaan
Pilihan Jawaban
Keterangan TM
(1)
KM
(2)
M
(3)
SM
(4)
A. Kemenarikan LKPD
1.
Apakah variasi penggunaan huruf
(ukuran, bentuk, jenis dan warna)
membuat LKPD menarik dipelajari?
2. Apakah ilustrasi yang ada membuat
LKPD menarik dipelajari?
3. Apakah desain lay out membuat
LKPD menarik dipelajari?
4. Apakah penggunaan variasi warna
membuat LKPD menarik dipelajari?
5. Apakah dengan penggunaan
gambar-gambar membuat LKPD
81
No Pertanyaan
Pilihan Jawaban
Keterangan TM
(1)
KM
(2)
M
(3)
SM
(4)
menarik dipelajari?
6. Apakah kesesuaian permasalahan
membuat LKPD menarik dipelajari?
7. Apakah dengan adanya contoh
membuat LKPD menarik dipelajari?
8. Apakah kesesuaian gambar
membuat LKPD menarik dipelajari?
9.
Apakah soal-soal latihan dan tes
formatif dalam LKPD menarik
untuk dikerjakan?
10. Apakah format keseluruhan LKPD
membuat LKPD menarik dipelajari?
B. Kemudahan Penggunaan
11.
Apakah cakupan isi LKPD
mempermudah Anda menggunakan
bahan ajar?
12.
Apakah kejelasan isi LKPD
mempermudahAnda menggunakan
bahan ajar?
13.
Apakah alur penyajian LKPD
mempermudah Anda menggunakan
bahan ajar?
14.
Apakah bahasa yang digunakan
dalam LKPD dapat dipahami secara
jelas sehingga mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
15.
Apakah kejelasan pemaparan materi
LKPD mempermudah Anda
menggunakan bahan ajar?
16.
Apakah petunjuk/perintah/panduan
dalam LKPD dapat dipahami
maksudnya secara jelas sehingga
mempermudah Anda menggunakan
bahan ajar?
17. Apakah pertanyaan-pertanyaan
82
No Pertanyaan
Pilihan Jawaban
Keterangan TM
(1)
KM
(2)
M
(3)
SM
(4)
dalam LKPD dapat Anda pahami
maksudnya secara jelas sehingga
mempermudah penggunaan bahan
ajar?
C. Kemanfaatan LKPD Pembelajaran
18.
Apakah LKPD membantu Anda
meningkatkan minat mempelajari
materi?
19.
Apakah LKPD membantu Anda
mempelajari materi secara lebih
mudah?
20.
Apakah evaluasi (soal latihan)yang
ada membantu Anda mengetahui
kemampuan konsep yang Anda
kuasai?
3.3.3 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan tiga tahap pokok
penelitian. Tiga tahap pokok tersebut, yaitu subjek penelitian pada tahap studi
pendahuluan, tahap pengembangan, dan tahap implementasi. Adapun dalam tahap
pendahuluan dilakukan di tiga sekolah, yaitu SMAAl-Huda Jati Agung Lampung
Selatan, SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan, dan SMA Negeri 1 Abung
Barat Lampung Utara guna memperoleh informasi awal tentang kebutuhan bahan
ajar, kondisi pembelajaran dan penggunaan bahan ajar, dan kelayakan
dilakukannya pengembangan bahan ajar. Setelah itu, uji kelompok kecil dilakukan
di SMA Negeri 1 Abung Barat. Adapun uji kelompok besar akan dilaksanakan di
SMA Al-Huda Jati Agung Lampung Selatan, SMA Tri Sukses Natar Lampung
Selatan, dan SMA Negeri 1 Abung Barat.
83
3.4 Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, tahap terakhir adalah analisis data yaitu dengan
menggunakan deskriptif kualitatif. Analisis data yang dilakukan adalah menelaah
RPP dan buku paket digunakan, lembar angket siswa dan guru, lembar validitas
untuk uji ahli.
a. Analisis Telaah Buku Paket yang Digunakan
Tahap ini untuk mengetahui materi teks cerpen yang seharusnya diajarkan
untuk siswa SMA kelas XI.
b. Analisis Lembar Angket Ahli Materi, Ahli Media, Reviewer (Guru Bahasa
Indonesia) diubah dari bentuk kualitatif menjadi kuantitatif dengan ketentuan
sebagai berikut. Aturan pemberian skor di bawah ini sesuai menurut
Sugiyono (2015: 135).
Tabel 3.8 Aturan Pemberian Skor untuk Ahli Materi, Ahli Media,
Ahli Praktisi dan Guru
Kategori Skor
TS (Tidak Sesuai) 1
KS (Kurang Sesuai) 2
S (Sesuai) 3
SS (Sangat Sesuai) 4
Tabel 3.9 Aturan Pemberian Skor untuk Penilaian Siswa
Kategori Skor
Tidak Menarik (TM) 1
Kurang Menarik (KM) 2
Menarik (M) 3
Sangat Menarik (SM) 4
84
c. Setelah data terkumpul, kemudian dihitung skor rata-rata setiap aspek
kriteria yang dinilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sudjana,
2010: 109).
Keterangan:
X = skor rata-rata
n = jumlah penilaian
d. Setelah menghitungskor rata-rata seluruh kriteria penilaian, kemudian
diubah ke dalam hasil persentase atau proporsi. Skor persentase diperoleh
dengan cara menghitung rata-rata jawaban berdasarkan instrumen
penilaian menurut ahli materi. Ahli media, 3 guru Bahasa Indonesia, dan
siswa SMA kelas XI. Rumus menghitung persentase kelayakan bahan ajar
yaitu:
Skor dari perhitungan tersebut akan menunjukkan tingkat kelayakan bahan ajar
“LKPD Menulis Teks Cerpen berbasis Kearifan Lokal” dari ahli media, ahli
materi, ahli praktisi, guru dan siswa dari tiga sekolah yaitu kelas XI SMA Al-
Huda Jati Agung Lampung Selatan, SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan, dan
SMA N 1 Abung Barat Lampung Utara. Hasil persentase skor tersebut kemudian
diubah kedalam data kualitatif dengan menggunakan interpretasi skor menurut
Riduwan& Sunarto (2009: 23)
85
Tabel 3.10 Kriteria Tingkat Kelayakan
Rentang Skor
(%) Kriteria
0%-20% Sangat Kurang Layak
21%-40% Kurang Layak
41%-60% Cukup Layak
61%-80% Layak
81%-100% Sangat Layak
(Sumber: Riduwan & Sunarto, 2009: 23)
131
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan mengenai pengembangan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) menulis cerpen berbasis kearifan lokal dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk bahan ajar berupa LKPD
menulis cerpen berbasis kearifan lokal yang secara umum mampu memenuhi
kebutuhan bahan ajar LKPD menulis cerpen untuk siswa kelas XI SMA di
SMA Al Huda Jati Agung Lampung Selatan, SMA Tri Sukses Natar Lampung
Selatan, dan SMA Negeri 1 Abung Barat Lampung Utara.
2. LKPD yang dikembangkan dalam penelitian ini telah divalidasi oleh pakar/ahli
di bidang materi dan media. Selain itu, LKPD juga diujikan kepada guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia selaku praktisi. Uji coba produk pada kelas kecil,
dan uji coba produk pada kelas besar dilakukan sebagai bentuk evaluasi
rancangan produk LKPD. Uji kelayakan LKPD oleh praktisi, guru Bahasa
Indonesia pada kelas XI di SMA Al-Huda Jati Agung Lampung Selatan, SMA
Tri Sukses Natar Lampung Selatan, dan SMA Negeri 1 Abung Barat Lampung
Utara didapat skor rata-rata 91 dengan kategori layak. Adapun uji penggunaan
LKPD responden siswa diperoleh nilai sebesar 86,56 dengan kategori layak.
Dengan demikian, LKPD menulis cerpen berbasis kearifan lokal ini layak
untuk digunakan sebagai bahan ajar untuk siswa kelas XI SMA.
131
5.2 Saran
Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi guru dan sekolah, LKPD cerpen tidak harus didapat dengan membeli akan
tetapi dapat dibuat dan diciptakan sendiri. Oleh sebab itu, seorang guru harus
terus menggali potensi diri dan potensi yang ada di lingkungan sekitar. Jadi,
diharapkan dengan penulisan LKPD cerpen berbasis kearifan lokal ini dapat
membuka cakrawala pendidik untuk membuat LKPD cerpen berbasis kearifan
lokal, demi meningkatkan minat belajar peserta didiknya dan mengetahui
mengenai kearifan lokal Lampung melalui pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia.
2. Bagi peserta didik, LKPD sangat penting untuk mempermudah peserta didik
dalam menulis cerpen dan mengetahui mengenai kearifan lokal Lampung serta
melestraikan keragaman kebudayaan Lampung.
3. Bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis, dapat
menggunakan LKPD yang telah dikembangkan sebagai referensi guna
menambah wawasan bagi peneliti tentang LKPD berbasis kearifan lokal pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis cerpen.
4. LKPD ini juga memberikan sebuah pandangan bahwa dalam pembuatan bahan
ajar sebaiknya juga memperhatikan kondisi geografis setiap wilayah yang akan
menggunakannya, sehingga siswa juga memiliki pengalaman yang tidak jauh
berbeda dengan realita dan materi dalam LKPD tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum
2013. Bandung: PT Refika Aditama.
Aminudin. 2013. Menjaga Lingkungan Hidup dengan Kearifan Lokal. Bandung:
CV. Titian Ilmu.
Ariyani, Farida. 2017. Repsentasi Dua Budaya Dalam Bingkai Adat Perkawinan
Lampung (Lampung-Jawa). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Badudu. J.S. 1992. Mahir Berbahasa Indonesia Petunjuk Guru Bahasa Indonesia.
Semarang: Thoha Putra.
Borg danGall. 2003. Educational Research an Introduction, Seventh Editions.
University of Oregon. United State of America.
Dalman. 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Daryanto dan Dwicahyono. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran.
Yogyakarta: Gava Media.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:
Dirjendikdasmen.
Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadikusuma, Hilman. 1996. Adat Istiadat Daerah Lampung. Bandar Lampung:
CV Arian Jaya.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PustakaSetia.
Keraf, Gorys. 2002. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Kosasih, E. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersatra. Bandung: Yrama Widya.
Majid, Abdul. 2013. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Manurung, Rosida Tiurma. 2013. “Kearifan Lokal Bahasa dan Sastra dalam
Masyarakat Lintas Budaya”. Jurnal Zenit. Volume 2 Nomor 2 Agustus
2013.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogjakarta: Diva Press.
Priyatni, Endah Tri. 2012. Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumardjo, Jakob. 2007. Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sujadi, Firman. 2013. Lampung Sai Bumi Ruwa Jurai. Jakarta: Cita Insan Madani.
Suyanto, Edi. 2012. Perilaku Tokoh Dalam Cerpen Indonesia. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Tarigan, H.G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Tarigan, H.G. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Thahar, Harris Effendi. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa.
Widaryanti, Erma. (2013) Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar.
http://ermawidaryanti.blogspot.co.id/2013/04/tujuan-dan-manfaat-
penyusunan-bahan-ajar.html
Wagiran. 2012. Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Hamemayu
Hayuning Bawana (Identifikasi Nilai-Nilai Karakter Berbasis Budaya)
Jurnal Pendidikan Karakter Tahun II, Nomor 3.
Wiranata, I Gede A.B. 2011. Antropologi Budaya Lampung. Bandung: Citra
Aditya Bai.
Yunus, dkk. 2013. Keterampilan Menulis. Tangerang: Universitas Terbuka.
Syani, Abdul. 2013: http//staff.unila.ac.id/abdulsyani. (diakses 20 Januari 2018:
20.08)
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/bsp/article/view/5019(diakses 23 September
2017: 07.08 WIB)
https://www.kamerabudaya.com/2017/11/inilah-5-tarian-tradisional-dari-
lampung-dan-penjelasannya.html(diakses 24 September 2018: 10.00)