PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS ANALOGI …digilib.unila.ac.id/59247/3/TESIS TANPA BAB...

102
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS ANALOGI KONTEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA (Tesis) Oleh IMAS SETIANA ESTI GALIH PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS ANALOGI …digilib.unila.ac.id/59247/3/TESIS TANPA BAB...

  • PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS ANALOGI

    KONTEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

    UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

    BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

    (Tesis)

    Oleh

    IMAS SETIANA ESTI GALIH

    PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

    http://www.kvisoft.com/pdf-merger/

  • Imas Setiana Esti Galih

    ii

    ABSTRAK

    PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS ANALOGI

    KONTEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN

    BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

    Oleh

    Imas Setiana Esti Galih

    Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar lembar kerja siswa

    berbasis analogi konten untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di

    SMA. Penelitian menggunakan jenis penelitian R&D dengan model

    pengembangan Borg & Gall. Instrumen yang digunakan menggunakan kuesioner

    dan tes kognitif. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data review ahli,

    sedangkan tes kognitif digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan berpikir

    kritis siswa. Hasil validasi ahli menurut para ahli dari segi materi atau isi terhadap

    LKS fisika berbasis analogi konten mendapat nilai 83,5%. Kemudian hasil

    validasi ahli desain atau konstruksi terhadap LKS fisika berbasis analogi konten

    mendapat nilai 95%. Oleh sebab itu LKS fisika berbasis analogi konten dari aspek

    isi dan konstruksi memiliki kriteria valid dan layak digunakan. Kepraktisan

    terhadap LKS fisika berbasis analogi konten mendapat respon positif dari siswa

    dengan skor 89%. Hasil uji N-Gain kemampuan berpikir kritis siswa di kelas

    eksperimen sebesar 0,6 dengan kategori cukup efektif lebih tinggi dari kelas

  • Imas Setiana Esti Galih

    iii

    kontrol sebesar 0,2 dengan kategori kurang efektif. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa pembelajaran LKS berbasis analogi konten efektif meningkatkan

    kemampuan berpikir kritis siswa SMA.

    Kata Kunci: Bahan ajar, LKS fisika, Analogi Konten.

  • Imas Setiana Esti Galih

    iv

    ABSTRACT

    DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEETS BASED ON ANALOGY

    CONTENT IN PHYSICAL LEARNING TO IMPROVE ABILITY

    CRITICAL THINKING OF HIGH SCHOOL STUDENTS

    By

    Imas Setiana Esti Galih

    This study aims to develop students worksheets based on content analogy to

    improve students' critical thinking skills in high school. The study used a type of

    R&D research with the Borg & Gall development model. The instrument used

    was a questionnaire and cognitive test. Questionnaires used to collect expert

    review data, while cognitive tests used to collect students' critical thinking skills

    data. The results of expert validation according to experts in terms of material or

    content to the analogy-based physics worksheets content got a value of 83.5%.

    Then the result of the validation of the design or construction expert on the

    analogy-based physics worksheets content gets a value of 95%. Therefore

    worksheets physics based analogy of content from the aspect of content and

    construction has valid criteria and is suitable for use. Practicality towards

    worksheets physics based analogy of content gets a positive response from

    students with a score of 89%. N-Gain test results of students' critical thinking

    skills in the experimental class by 0.6 with a quite effective category higher than

  • Imas Setiana Esti Galih

    v

    the control class of 0.2 with the less effective category. The results showed that

    the content analogy based worksheets learning was effective in increasing the

    critical thinking skills of high school students.

    Keywords: Teaching materials, physics student worksheets, Content Analogy.

  • PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS ANALOGI

    KONTEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN

    BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

    Oleh

    Imas Setiana Esti Galih

    Tesis

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

    MAGISTER PENDIDIKAN

    Pada

    Program Pascasarjana Magister Pendidikan Fisika

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan

    Universitas Lampung

    PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

    FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    2019

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Baradatu, Way Kanan pada tanggal 23 Januari 1992. Penulis

    merupakan anak pertama dari tiga bersaudara sebagai putri dari pasangan Bapak

    Riyadi dan Ibu Susilowati. Adapun kedua adik penulis, yaitu Waskita Nuidar

    Inayati dan Muchlas Al Ma’ruf.

    Penulis menempuh pendidikan formal pada tahun 1997 di TK Islam Setianegara

    Way Kanan diselesaikan tahun 1998, SD Negeri 1 Setianegara Baradatu Way

    Kanan diselesaikan tahun 2004, SMP Negeri 1 Baradatu Way Kanan diselesaikan

    tahun 2007, SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Lampung Utara diselesaikan tahun

    2010, dan Pendidikan Fisika di Universitas Lampung diselasaikan 2014. Pada

    tahun yang sama penulis bekerja sebagai pengajar di SMPN 4 Baradatu dan SMK

    YP 17 Baradatu selama 4 tahun.

    Pada tahun 2015 penulis melanjutkan penddikan di Program Studi Magister

    Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan di Universitas Lampung. Maret 2017 penulis menikah dengan Titis

    Karno Anggoro Wijaya dan dikaruniai seorang putra bernama Aizar Nahiz Zahin

    Wijaya.

  • v

    MOTTO

    Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan ?

    (Q. S Ar – Rahman, ayat 13)

    Kesuksesanmu bergantung dari doa & kerja kerasmu..

    Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar

    (Q. S Ar Rum, ayat 60)

  • PERSEMBAHAN

    Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.

    Segala Puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

    Kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta & kasih sayang kepada

    keluarga penulis.

    Bapak (Riyadi) dan Mamak (Susilowati) tercinta yang telah membesarkan,

    mendidik, mencurahkan kasih saying, dan selalu mendoakan kebahagiaan dan

    keberhasilan penulis.

    Suami (Titis Karno Anggoro Wijaya) dan ananda (Aizar Nahiz Zahin Wijaya)

    yang selalu sabar mendampingi, mendukung dan mendoakan serta memberikan

    cinta kasih dan sayangnya, kalian adalah semangat bagi penulis.

    Bapak (Mindar) dan Ibu (Siti) mertua tercinta yang telah memberikan dukungan

    dan selalu mendoakan keberhasilan penulis.

    Adik penulis Waskita dan Muchlas yang saat ini berjuang dalam meraih

    kesuksesan di almamater yang sama.

    Keluarga besar dan sahabat yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu

    keberhasilan penulis.

    Para pendidik yang penulis hormati.

    Almamater tercinta.

    Jazzakumullah khoiron katsiran atas semuanya.

  • xiii

    SANWACANA

    Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis ungkapkan rasa syukur kepada Allah

    SWT, atas limpahan rahmat-Nya penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Sholawat

    beserta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada

    keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya dan yang kita harapakan sayfa’at kelak

    di hari kiamat. Amin

    Tesis dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika

    SMA Berbasis Analogi Konten pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan

    Kamampuan Berpikir Kritis Siswa SMA” adalah salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Unversitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

    terimakasih kepada:

    1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung,

    2. Bapak Prof. Drs. Mustofa Usman, M.A., PhD., Selaku Direktur Pascasarjana

    FKIP Unila;

    3. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas

    Lampung, beserta staf dan jajarannya;

    4. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Prodi Magister

    Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lampung dan selaku dosen ahli yang

  • xiv

    meluangkan waktunya untuk menilai validitas LKS yang saya kembangkan,

    terimakasihatas saran-saran sehingga menjadi perbaikan tesis ini.

    5. Bapak Dr. Abdurahman, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

    pembimbing I dalam penulisan tesis, terimakasih atas bimbingannya,

    motivasi, waktu dan pemikirannya sehingga dapat terselesaikannya tesis ini

    dengan baik.

    6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku dosen Pembimbing II dalam

    penulisan tesis ini, terimakasih atas saran-saran, motivasi, dan waktu yang

    diberikan untuk penyelesaian tugas akhir ini.

    7. Dr. I Wayan Distrik, M.Si., selaku tim penguji, dosen pembahas tesis, dan

    dosen ahli materi terimakasih atas saran-saran dan waktunya demi perbaikan

    tesis ini menjadi lebih baik.

    8. Ibu Dr. Kartini Herlina, M.Si., selaku penguji 2 yang banyak memberikan

    kritik dan masukan yang bersifat positif dan kontruktif, terimakasih atas saran

    dan waktunya demi perbaikan tesis ini menjadi lebih baik.

    9. Bapak dan Ibu dosen di Program Pascasarjana Magister Pendidikan Fisika

    FKIP Unila, yang telah memberikan ilmu pengetahuannya serta membuka

    wawasan kependidikan kepada saya. Serta kepada seluruh staf dan Tenaga

    kependidikan di FKIP Unila, terimaksih atas pelayanan dan bantuannya

    dalam urusan akademik.

    10. Bapak Parmin, S.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Baradatu Way Kanan yang

    telah memberikan izin penelitian dan bantuanya untuk keperluan penelitian

    ini.

  • xv

    11. Rekan-rekan seperjuangan angkatan tahun 2015: Lutfi, Ulil, Asih, Mbak

    Erlida, Yudha, Kak Iwan, Mba Tuti, Mba Mela, Novinta, Kak Saiful, Kak

    Ferico dan Kak Bayu di Program Pascasarjana Magister Pendidikan Fisika

    FKIP Unila yang senantiasa memberikan motivasi dan saling berbagi cerita

    baik canda-tawa maupun susah-senang, semoga kenangan kita tercatat

    sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT.

    12. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik doa, waktu,

    tenaga, dan pikirannya demi terselesaikannya tesis ini.

    Semoga segala kebaikan, bantuan, dukungan, doa, waktu, tenaga, dan

    pemikirannya yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan pahala dan

    berkah dari Allah SWT. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat baik bagi

    pembaca dan praktisi pendidikan. Amin

    Bandar Lampung, Agustus 2019

    Imas Setiana Esti Galih

  • xvi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    COVER .......................................................................................................................... i

    ABSTRAK .................................................................................................................. ii

    COVER DALAM ...................................................................................................... vi

    MENYETUJUI .......................................................................................................... vii

    MENGESAHKAN .................................................................................................... viii

    SURAT PERNYATAAN ......................................................................................... ix

    RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... x

    MOTTO ....................................................................................................................... xi

    PERSEMBAHAN ...................................................................................................... xii

    SANWACANA ........................................................................................................... xiii

    DAFTAR ISI .............................................................................................................. xvi

    DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xix

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xx

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xxi

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 9 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 11 E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 12

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Lembar Kerja Siswa ............................................................................ 13 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa sebagai Bahan Ajar ...................... 13 2. Komponen Lembar Kerja Siswa...................................................... 15 3. Tujuan Lembar Kerja Siswa ............................................................ 16 4. Fungsi Lembar Kerja Siswa ............................................................ 17 5. Langkah-Langkah Lembar Kerja Siswa .......................................... 18

    B. Penalaran Analogi ................................................................................ 20 1. Pengertian Analogi .......................................................................... 20 2. Tipe Penalaran Analogi ................................................................... 24 3. Komponen Penalaran Analogi ......................................................... 25 4. Kelebihan Analogi ........................................................................... 30 5. Contoh Analogi ............................................................................... 32

  • xvii

    C. Model Inkuiri (Inquiri) ....................................................................... 34 1. Pengertian Inkuiri .......................................................................... 34 2. Karakteristik Inkuiri ...................................................................... 36 3. Komponen Inkuiri ......................................................................... 37 4. Langkah-langkah Model Inkuiri .................................................... 37 5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri .................................. 39

    D. Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................... 40 1. Macam-Macam Kemampuan Berpikir ......................................... 41 2. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis ........................................ 42 3. Karakteristik Kemampuan Berpikir Kritis .................................... 43 4. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ........................................... 45

    E. Teori Belajar yang Mendukung Pengembangan Produk .................... 48 F. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 51

    III.METODE PENELITIAN

    A. Desain Pengembangan ......................................................................... 55 B. Subjek Penelitian ................................................................................. 59 C. Sumber Data ........................................................................................ 59 D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 60

    1. Angket Analisis Kebutuhan ........................................................... 60 2. Angket Instrumen Kepraktisan LKS ............................................. 60 3. Lembar Penilaian Keefektivan LKS .............................................. 61

    E. Analisis Instrumen Penelitian .............................................................. 62 1. Validitas ........................................................................................ 62 2. Reliabilitas ..................................................................................... 62

    F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 63 1. Teknik Kuisioner atau Angket ...................................................... 63 2. Teknik Tes ..................................................................................... 63

    G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 64 1. Kevalidan ...................................................................................... 64 2. Analisis Statistik ............................................................................ 67

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian .................................................................................... 69 1. Analisis Kebutuhan ....................................................................... 69 2. Perencanaan Produk dan Desain ................................................... 72 3. Pengembangan Draft Produk ........................................................ 74

    a. Analisis Konten ........................................................................ 74 b. Penyusunan LKS ...................................................................... 74

    4. Uji Lapangan Awal ....................................................................... 81 a. Validasi Isi ............................................................................... 82 b. Validasi Konstruksi .................................................................. 83

    5. Revisi Produk ................................................................................ 84 6. Uji Lapangan Besar ....................................................................... 88 7. Hasil Belajar Siswa ....................................................................... 90

    a. Gain Hasil Belajar .................................................................... 90 b. Hasil Uji Normalitas ................................................................. 91

  • xviii

    c. Hasil Uji Beda .......................................................................... 91 B. Pembahasan........................................................................................ 93

    1. Kevalidan LKS Fisika Berbasis Analogi Konten .......................... 94 2. Kepraktisan LKS Fisika Berbasis Analogi Konten ....................... 96 3. Keefektifan LKS Fisika Berbasis Analogi Konten ....................... 98 4. Kendala dan Keterbatasan Penelitian ............................................ 101

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ........................................................................................ 103 B. Saran .................................................................................................. 103

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Deskriptor Komponen Penalaran Analogi ................................................ 27 2. Analogi Planet dengan Atom .................................................................... 33 3. Perbandingan Analogi dalam Fisika ......................................................... 33 4. Indikator Model Inkuiri ............................................................................. 38 5. Kriteria & Indikator Kemampuan Berpikir Kritis..................................... 46 6. Rumusan Berpikir Kritis ........................................................................... 47 7. Desain Pretest-Posttest ............................................................................. 57 8. Indeks Reliabilitas ..................................................................................... 63 9. Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban ................................................. 64 10. Kriteria Tingkat Kevalidan ....................................................................... 65 11. Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas ................... 66 12. Persentase Kelayakan Bahan Ajar ............................................................ 66 13. Nilai Rata-rata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya .......................... 68 14. Hasil Analisis Kebutuhan ......................................................................... 71 15. Penyusunan Konten pada LKS ................................................................. 75 16. Hasil Validasi oleh Ahli Isi ....................................................................... 82 17. Hasil Validasi oleh Ahli Konstruksi ......................................................... 83 18. Hasil Rekomendasi Perbaikan oleh Para Ahli .......................................... 85 19. Hasil N Gain ............................................................................................ 90 20. Hasil Uji Normalitas ................................................................................. 91 21. Hasil Uji Beda ........................................................................................... 92

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Interaksi Aspek-aspek Pembelajaran ...................................................... 13 2. Hirarki Berpikir ....................................................................................... 20 3. Penalaran dengan Analogi dalam Memecahkan Masalah....................... 26 4. Model dari Analogi serta Pemetaannya .................................................. 30 5. Alur Kerangka Berpikir Pengembangan ................................................. 53 6. Flow Chart Penelitian ............................................................................. 58 7. Alur Pelaksanaan Penelitian.................................................................... 70 8. Pertanyaan Pengantar pada LKS ............................................................. 76 9. Materi Pengantar .................................................................................... 77 10. Tabel Gerak Rotasi dan Gerak Translasi ................................................ 78 11. Analogi Konsep dan Analogi Target serta Hubungannya ...................... 79 12. Menganalogikan Soal Gerak Translasi ke Gerak Rotasi ........................ 80 13. Soal Penutup pada LKS .......................................................................... 81 14. Diagram Validasi .................................................................................... 84 15. Grafik Respon Siswa terhadap Kepraktisan LKS ................................... 89 16. Rata-rata Hasil Pretest dan Posttest ........................................................ 93

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Kisi-kisi Instrumen Angket Guru .............................................................. 117 2. Angket Analisis Kebutuhan Guru ............................................................ 118 3. Kisi-kisi Instrumen Angket Siswa ............................................................ 122 4. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ............................................................ 123 5. Hasil Analisis Kebutuhan Guru ................................................................ 125 6. Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ............................................................... 129 7. Kisi-kisi Lembar Penilaian Ahli Materi .................................................... 131 8. Angket Validasi Ahli Materi .................................................................... 132 9. Kisi-kisi Lembar Penilaian Ahli desain .................................................... 137 10. Angket Validasi Ahli Desain .................................................................... 138 11. Rekapitulasi Validasi Ahli Desain ............................................................ 142 12. Rekapitulasi Validasi Ahli Materi............................................................. 145 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................................... 148 14. Soal Pretest &Posstest .............................................................................. 153 15. Kunci Jawaban Pretest dan Posttest ......................................................... 158 16. Validitas Isi Pretest& Posstest .................................................................. 159 17. Reliabilitas Pretest dan Posttest ................................................................ 173 18. Kisi-kisi Angket Respon Siswa ................................................................ 175 19. Angket Respon Siswa ............................................................................... 176 20. Hasil Kepraktisan Produk ......................................................................... 178 21. Hasil Pretest Posttest ................................................................................ 184 22. Hasil N Gain ............................................................................................. 186 23. Uji Normalitas ........................................................................................... 188 24. Uji Beda .................................................................................................... 189 25. Foto Penelitian ......................................................................................... 190

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan dunia pendidikan.

    Dalam dunia pendidikan di Indonesia, kurikulum sudah berganti beberapa kali.

    Mulai dari kurikulum 1947 hingga kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan

    perbaikan dari kurikulum sebelumnya yakni kurikulum KTSP. Kurikulum 2013

    disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan.

    Melalui kurikulum 2013, siswa diharapkan memiliki kompetensi sikap,

    keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih lebih kreatif, inovatif, dan lebih

    produktif, sehingga dapat menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di

    zamannya, dan memasuki masa depan yang lebih baik.

    Pada kurikulum 2013 ini guru sebagai pendidik dituntut untuk lebih meningkatkan

    kinerjanya. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari pendidik ini sangat

    diperlukan agar dapat melaksanakan kurikulum 2013 sesuai dengan amanat

    kurikulum. Guru selaku pendidik merupakan faktor penting dalam keberhasilan

    dari tujuan kurikulum 2013, dan penentu dari keberhasilan hasil belajar siswa.

    Oleh karena itu, guru harus selalu berupaya untuk menyelenggarakan proses

    belajar yang berkualitas agar siswa dapat mencapai prestasi belajar yang

    maksimal (Gunawan, 2013).

  • 2

    Pada kurikulum 2013 ini siswa dituntut untuk memiliki empat kemampuan, salah

    satunya yakni kemampuan berpikir kritis. Menurut Syah, Haryani & Wijayanti

    (2016) kemampuan berpikir kritis mempunyai peranan yang sangat strategis

    dalam membangun kecakapan mental siswa dalam menghadapi permasalahannya.

    Berkaitan dengan pembelajaran sains khusunya fisika, siswa tidak hanya dituntut

    untuk paham pada konsep semata, namun lebih jauh siswa dapat memiliki

    kemampuan berpikir kritis. Adapun kemampuan tersebut sangat penting

    dikembangkan, karena akan mengarahkan pola bertindak setiap individu dalam

    masyarakatnya kelak (Carlgren, 2013; Tiruneh et al., 2014).

    Pembelajaran fisika pada hakikatnya merupakan suatu proses belajar fisika,

    dimana pembelajaran fisika lebih menekankan pada keterampilan proses sehingga

    siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori, dan sikap

    ilmiah yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas hasil belajar siswa. Dalam

    pembelajaran fisika, proses membangun sendiri pengetahuan bagi siswa amat

    penting. Siswa hanya akan mengerti dengan sungguh-sungguh dan mempunyai

    kompetisi dalam bidang fisika yang digeluti bila siswa sendiri yang dapat aktif

    belajar, mengolah, mencerna, dan merumuskannya dipikirannya sendiri (Suparno,

    2013), tanpa ada keterlibatan, siswa cenderung tidak termotivasi atau terinspirasi

    oleh sains (Abdurrahman, 2015).

    Pembelajaran fisika memiliki tujuan diantaranya mengembangkan pengetahuan,

    pemahaman, dan kemampuan analisis siswa terhadap lingkungan dan sekitarnya.

    Pembelajaran fisika pada siswa diharapkan tidak hanya untuk menguasai konsep

    tetapi juga menerapkan konsep yang telah mereka pahami dalam penyelesaian

  • 3

    masalah fisika. Menurut Prince & Felder (2007), pembelajaran berbasis masalah

    dapat lebih efektif daripada pengajaran sains tradisional dalam meningkatkan

    prestasi akademik dan pengembangan pemikiran, pemecahan masalah, dan

    keterampilan laboratorium. Namun, pembelajaran dalam kelas cenderung

    menekankan pada penguasaan konsep dan mengesampingkan kemampuan

    pemecahan masalah fisika siswa (Heolwarth, Moelter, RDA, 2005).

    Pada pembelajaran fisika, kemampuan menyelesaikan masalah siswa masih

    tergolong rendah. Ketika siswa dihadapkan pada masalah atau mengerjakan soal,

    siswa cenderung menggunakan persamaan matematis sebagai jalan keluar

    menyelsaikan masalah, tanpa analisis terlebih dahulu, dan menebak rumus yang

    digunakan serta menghafal contoh soal yang telah dikerjakan untuk mengerjakan

    soal-soal lain. Oleh sebab itu siswa mengalami kesulitan bila dihadapkan pada

    masalah yang lebih kompleks. Siswa mampu menyelesaikan permasalahan

    kuantitatif sederhana namun kurang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan

    masalah yang lebih kompleks (Redish, 2005). Siswa mengalami kesulitan karena

    strategi yang diajarkan dalam pembelajaran hanya untuk menyelesaikan masalah

    yang membutuhkan perhitungan matematis semata (Ogilvie, 2009).

    Pembelajaran fisika di kelas masih berorientasi pada menghafal rumus dan

    konsep, dan tidak memberikan makna yang berarti bagi siswa. Padahal, salah satu

    tujuan pembelajaran fisika adalah menciptakan manusia yang dapat memecahkan

    masalah kompleks dengan cara menerapkan pengetahuan dan pemahaman mereka

    pada situasi sehari-hari (Walsh, Howard, & Bowe (2007). Ada beberapa faktor

    yang mempengaruhi kesulitan pemecahan masalah siswa. Menurut Ikhwanuddin

  • 4

    & Purwantoro (2010), kesulitan pemecahan masalah disebabkan oleh pemahaman

    yang lemah tentang prinsip dan aturan fisika, kekurangan dalam memahami soal,

    dan tidak cukup motivasi dari siswa.

    Pengetahuan fisika harus dipahami dengan cara sedemikian rupa sehingga

    memungkinkannya untuk digunakan dalam pemecahan masalah (Mustafa, 2006).

    Untuk mengatasi permasalahan siswa dalam memecahkan masalah maka

    dibutuhkan suatu bahan ajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    aktif dalam pembelajaran seperti halnya memecahkan masalah. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat membantu siswa dalam

    memecahkan masalah dengan melatih siswa dalam mengidentifikasi masalah

    kemudian menerapkan konsep yang sesuai untuk memecahkan masalah secara

    sistematis (Yeung, 2010; Neo & Neo, 2005). Pembelajaran berbasis masalah juga

    melatih siswa untuk menentukan strategi pemecahan masalah (Lozano et al, 2015)

    kemudian menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang relevan sesuai dengan

    masalah yang akan diselesaikan (Kumar & Refaei, 2013). Dalam menyelsaikan

    masalah yang ada, kemampuan berpikir sangat diperlukan di samping kemampuan

    berhitung, kemampuan manipulasi dan observasi, kemampuan komunikasi, serta

    kemampuan merespon suatu masalah secara kritis. Oleh sebab itu kemampuan

    berpikir kritis siswa harus dilatih untuk mengembangkan olah pikir siswa dengan

    cara merangsang cara berpikir mereka dalam menyelesaikan masalah untuk

    membangun suatu konsep (Nasir, Harjono & Sridana, 2015).

    Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di 3 SMA di Baradatu

    Kabupaten Way Kanan menyatakan bahwa; Pertama, proses pembelajaran yang

  • 5

    berlangsung belum merangsang siswa untuk berpikir kritis, proses pembelajaran

    yang dilakukan oleh 5 guru menggunakan metode ceramah dan latihan soal saja, 5

    guru masih sering menerapkan pembelajaran konvensional dalam menyampaikan

    materi fisika yang sulit, dan 5 guru tidak membuat LKS sendiri untuk kegiatan

    belajar. Kedua, sebanyak 76% siswa mengaku mereka sering mengalami kesulitan

    dalam memahami pembelajaran fisika karena konsepnya yang sulit dipahami, dan

    sebanyak 80% siswa setuju bahwa mereka harus membuka catatan karena tidak

    paham mana rumus yang harus digunakan dalam menyelsaikan soal. Mereka ingin

    rumus dalam pembelajaran fisika ditampilkan dengan cara yang lebih sederhana

    agar dapat memahami konsep fisika dengan baik.

    Sebanyak 3 guru mengalami kesulitan dalam membuat sendiri bahan ajar seperti

    LKS dalam pembelajaran fisika. LKS yang digunakan oleh guru masih berbasis

    konvensioanal dengan materi yang sangat minim dan belum dapat

    mengembangkan aktivitas siswa secara maksimal. Kegiatan dalam LKS

    kebanyakan memindahkan jawaban dari materi yang ada di awal halaman

    sehingga siswa cenderung pasif dalam pembelajaran dan selama pembelajaran

    tersebut tidak melatih kemampuan berpikir kritis siswa dan tidak meningkatkan

    minat siswa untuk mencari infomasi baru yang berkaitan dengan materi. Dengan

    pembelajaran semacam ini, pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi tidak

    berbekas dan kurang melatihkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga proses

    pembelajaran menjadi tidak konseptual dan bermakna. Pembelajaran tersebut juga

    belum sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, yaitu pembelajaran menggunakan

    pendekatan student centre dan peran guru sebagai fasilitator. Selain itu tuntutan

  • 6

    kompetensi dasar yang belum terpenuhi menjadi salah satu masalah yang harus

    dipecahkan oleh guru, salah satunya adalah materi gerak rotasi.

    Tuntutan kompetensi dasar yang ingin dicapai pada materi gerak rotasi adalah

    menerapkan hingga membuat karya mengenai konsep rotasi. Namun pada

    kenyataanya kompetensi dasar tersebut belum terpenuhi. Ada beberapa alasan

    yang mendasari hal tersebut. Pertama: hasil observasi menunjukkan 88% siswa

    menyatakan materi gerak rotasi cukup sulit dipahami. Hal ini didukung penelitian

    yang dilakukan Remoldini & Singh, (2005); Ian, (2011) menyatakan bahwa salah

    satu materi fisika yang menjadi kesulitan siswa adalah konsep dinamika rotasi.

    Escudero, Moreira, & Caballero (2009) mengatakan bahwa kesulitan siswa

    tentang konsep rotasi terletak pada peranan moment inersia terhadap energi rotasi,

    dan pengaruh torsi terhadap percepatan sudut. Selanjutnya dalam penelitian

    Supriyanto, Djudin & Tiur (2014), siswa masih mengalami kesulitan dalam

    memahami konsep gerak rotasi dan siswa mengalami miskonsepsi pada materi

    tersebut. Selanjutnya penelitian Amnirullah (2015), secara umum kesulitan yang

    dialami siswa yaitu pada topik pembahasan rotasi dan momentum sudut, yang

    dipengaruhi oleh penguasaan konsep pada gerak linier dan kesulitan siswa dalam

    memahami besaran baru yang terdapat pada gerak rotasi. Kedua: sebanyak 5 guru

    menyatakan kurangnya alokasi waktu untuk membelajarkan materi secara mantap

    serta mengkaji penerapannya dalam kehidupan.

    Berdasarkan permasalahan tersebut, maka solusi yang diberikan adalah dengan

    mengembangkan bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS dipilih

    karena LKS dapat membantu siswa untuk melatih kemampuan proses ilmiah dan

  • 7

    memberikan dampak positif terhadap kemampuan proses ilmiah siswa dalam

    pelajaran (Putri & Widiatmoko, 2013). Astuti & Setiawan (2013) juga

    mengungkapkan bahwa LKS dapat meningkatkan kemampuan proses siswa.

    Kemudian Pratiwy, Novia & Amali (2014) mengungkapkan bahwa LKS dapat

    membantu meningkatkan aktivitas, motivasi, dan hasil belajar siswa.

    Karakteristik LKS adalah siswa dapat secara mandiri melakukan aktivitas belajar.

    Dengan lembar kerja siswa dapat belajar dalam menerapkan apa yang telah

    mereka pelajari (Kibara, 2010). Pembelajaran menggunakan LKS juga efektif

    dalam meningkatkan hasil belajar pengetahuan, sikap dan kemampuan siswa

    dalam proses pembelajaran (Annafi, 2015). Pemberian LKS yang banyak memuat

    tentang fenomena konsep dan ditambah dengan latihan-latihan soal yang

    bertingkat akan memudahkan siswa dalam mengasah kemampuan analisis siswa,

    sehingga dapat mengasah kemampuan berpikir kritis siswa (Yildirim et al., 2011;

    Kim, 2012; Chukwuyenum, 2013). Mengingat pentingnya LKS sebagai bahan ajar

    yang dapat melatih kemampuan siswa maka perlu adanya inovasi berupa format

    LKS yang dapat membimbing siswa untuk memahami konsep,dan membantu

    siswa dalam mengembangkan konsep yang sedang dipelajari. LKS berbasis

    analogi konten merupakan pilihan tepat untuk pembelajaran fisika karena

    memberi peluang besar kepada siswa untuk belajar lebih kritis dalam memahami

    konsep fisika dan diharapkan dapat menggantikan LKS konvensional.

    LKS berbasis analogi konten dirancang dengan uraian materi, contoh soal dan

    latihan soal yang harus dikerjakan siswa sehingga memberi kesempatan kepada

    siswa melatih kemampuan berpikir kritis dalam menyelsaikan persoalan yang ada.

  • 8

    Jadi proses pembelajaran berpusat pada siswa, mereka dituntun untuk

    mengkonstruksi pengetahuan yang mereka dapat dari hasil pengamatan tersebut,

    sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan sumber belajar. Dalam

    pendekatan konstruktivis, pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan

    oleh siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk

    membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk

    memindahkan pengetahuan (Suparno, 1997).

    Pemilihan analogi sebagai dasar dalam LKS karena analogi merupakan alat

    representasi yang dapat membantu siswa dalam melatih kemampuan berpikir

    kritis siswa pada pembelajaran fisika. Sebagaimana yang diungkapkan Jonane

    (2015), bahwa pemikiran analogi mendukung pengembangan keterampilan

    berpikir siswa. Melalui representasi analogi, siswa dapat mengembangkan dan

    mengoptimalkan keterampilan berpikir mereka dengan membangun pengetahuan

    (Rahmawati, 2017). Fikri, Wiyanto & Susilo (2012) juga mengungkapkan bahwa

    analogi dapat membantu siswa memvisualisasikan konsep-konsep abstrak,

    mengatur pemikiran mereka tentang suatu topik tertentu, dan belajar topik

    bermakna. Selain sebagai alat yang berfokus pada konsep yang abstrak, analogi

    merupakan alat berfikir yang ampuh untuk menghasilkan ide-ide baru (Kim &

    Horii, 2015).

    Analogi memainkan peran penting dalam sains, sebagaimana Duit, Komorek &

    Wilbers (2001) menjelaskan bahwa analogi dapat menjadi alat yang ampuh untuk

    membimbing siswa dari konsepsi pra-instruksional mereka ke konsep sains. Disisi

    lain, penggunaan analogi dalam pembelajaran fisika perlu mendapat perhatian

  • 9

    khusus dari guru agar tidak terjadi kesalahan dalam penyampaian konsep yang

    rumit (Chiu & Lin, 2005; Oliva, 2005; Podolefsky & Finkelstein, 2006). Oleh

    sebab itu penggunaan analogi dalam LKS yang dikembangkan menggunakan

    model inkuiri sebagai wadah dalam melatih kemampuan berpikir kritis siswa pada

    pembelajaran fisika. Melalui model pembelajaran inkuiri yang ada pada LKS

    berbasis analogi konten ini, siswa belajar bukan dengan cara mengingat materi

    yang disampaikan guru, melainkan hasil mencari dan menemukan sehingga lebih

    mudah tertanam dalam pikiran mereka.

    Berdasarkan masalah tersebut, maka peneliti melakukan penelitian terhadap LKS

    fisika berbasis analogi konten yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir

    kritis siswa dan menumbuhkan sikap positif siswa terhadap penggunaan LKS,

    serta dapat menjadi alternatif pembelajaran yang menarik dan dapat dipelajari

    dengan mudah oleh siswa SMA.

    B. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah diperlukannya LKS berbasis

    analogi konten pada pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan

    berpikir kritis siswa SMA. Adapun pertanyaan penelitian terdiri atas:

    1. Bagaimana kevalidan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis analogi konten

    dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

    siswa SMA?

  • 10

    2. Bagaimana kepraktisan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis analogi konten

    dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

    siswa SMA?

    3. Bagaimana keefektivan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis analogi konten

    dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

    siswa SMA?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui kevalidan dari Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis analogi konten

    dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

    siswa SMA.

    2. Mendeskripsikan kepraktisan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis analogi

    konten dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir

    kritis siswa SMA.

    3. Mendeskripsikan keefektivan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis analogi

    konten dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir

    kritis siswa SMA.

  • 11

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pemanfaatan ini diantaranya:

    1. Bagi siswa

    a. Menghasilkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis analogi konten dalam

    pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

    SMA.

    b. Memberikan pengalaman yang berbeda.

    c. Tersedianya bahan ajar yang bervariasi bagi siswa sehingga dapat memotivasi

    siswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan efektif dalam proses pembelajaran

    untuk mencapai penguasaan kompetensi.

    d. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap pelajaran fisika.

    2. Bagi guru

    a. Mengembangkan kemampuan kreativitas guru dalam mengembangkan bahan

    ajar

    b. Memberikan alternatif pemecahan masalah dalam keterbatasan bahan ajar pada

    pelajaran Fisika

    3. Bagi Peneliti

    Sebagai tambahan ilmu dan pengalaman belajar untuk bekal di masa mendatang.

  • 12

    E. Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

    1. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan bahan ajar yang tervalidasi

    yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan model pembelajaran berbasis pada

    model pembelajaran analogi.

    2. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai alat

    atau sarana untuk memperjelas pembelajaran yang berbasis pada model

    pembelajaran analogi.

    3. Analogi dalam penelitian ini merupakan suatu model yang digunakan di LKS

    sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

    4. Materi pokok yang disajikan dalam pengembangan ini adalah materi Gerak

    Rotasi pelajaran Fisika pada siswa kelas XI sesuai standar BSNP.

    5. Kemampuan berpikir kritis siswa merupakan kemampuan siswa dalam

    berpikir kritis untuk pembentukan konsep sebagai hasil dari suatu interaksi dari

    tindak belajar dan tindak mengajar. Indikator kemampuan berpikir kritis yang

    ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu siswa dapat mengidentifikasi masalah,

    mencari persamaan dan perbedaan, mengidentifikasi atau menangani

    ketidakrelevanan, me-review, dan menerapkan. Kemampuan berpikir kritis

    akan diperoleh dari hasil belajar menggunakan LKS fisika berbasis analogi

    yaitu hasil posttest siswa.

    6. Karakteristik LKS yakni berupa kevalidan, kepraktisan dan keefektifan dalam

    pembelajaran.

    7. Model pembelajaran menggunakan inquiry learning.

  • 13

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Lembar Kerja Siswa

    1. Pengertian Lembar Kerja Siswa sebagai Bahan Ajar

    Bahan ajar menurut Chomsin, Widodo & Jasmadi (2008) merupakan seperangkat

    sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode,

    batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan

    menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai

    kompetensi atau sub-kompetensi dengan segala kompleksitasnya. Tujuan dari

    penyusunan bahan ajar menurut Majid (2006) adalah (1) membantu siswa dalam

    mempelajari sesuatu; (2) memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran;

    (3) agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik; dan (4) menyediakan

    berbagai jenis bahan ajar.

    Gambar 1. Interaksi Aspek-Aspek Pembelajaran (Abdurrahman, 2015)

    Interaksi pada Gambar 1, kita dapat melihat bahwa pada proses pembelajaran,

    guru, siswa dan bahan ajar merupakan satu kesatuan untuk tercapainya hasil

    pembelajaran yang baik. Bahan ajar menjadi salah satu media pendukung dalam

    Guru

    Bahan Ajar Siswa

  • 14

    proses interaksi belajar antara guru dan siswa. Salah satu bahan ajar yang dapat

    digunakan adalah LKS.

    LKS merupakan lembaran-lembaran berisi petunjuk, tuntunan pertanyaan yang

    harus dikerjakan oleh siswa agar dapat memperluas serta memperdalam

    pemahamannya terhadap materi yang dipelajari (Depdiknas, 2008). Sejalan

    dengan itu Arafah, Ridlo & Bambang (2012) mengungkapkan bahwa LKS

    merupakan acuan dan alat yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan

    pembelajaran. LKS berisi lembar kegiatan siswa dan soal-soal latihan, dan juga

    memuat ringkasan materi. Trianto (2011) juga menyatakan LKS adalah panduan

    siswa dalam melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Dapat

    berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun aspek

    pembelajaran lain, dalam bentuk panduan eksperimen maupun demonstrasi.

    LKS menurut Rohaeti, Widjajanti & Padmaningrum (2009) merupakan salah satu

    sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam

    kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut Kaymakci (2012), dalam

    penelitiannya ia mengatakan bahwa lembar kerja siswa merupakan salah satu

    bahan yang paling penting untuk mencapai tujuan dalam aktivitas pendidikan.

    Pembelajaran pada lembar kerja difokuskan pada pengetahuan dan informasi,

    serta mengabaikan komponen penting lainnya dalam pendidikan seperti nilai-nilai

    dan kemampuan dari sebuah subjek.

    Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa LKS merupakan salah

    satu bahan ajar yang dapat membantu guru dalam proses pembelajaran di kelas,

    LKS juga dapat dijadikan alat bantu dalam melaksanakan proses pembelajaran

  • 15

    dimana LKS dapat digunakan secara mandiri oleh siswa dan dalam

    pelaksanaannya LKS dapat digunakan sebagai penunjang dan dapat dimodifikasi

    dengan beberapa metode pembelajaran.

    2. Komponen Lembar Kerja Siswa

    Lembar kegiatan siswa memiliki enam komponen yaitu petunjuk belajar,

    kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, lembar

    kegiatan, dan evaluasi (Prastowo, 2011). Adapun pengertiannya dijelaskan

    sebagai berikut:

    a. Petunjuk belajar

    Komponen petunjuk belajar berisi langkah bagi guru untuk menyampaikan

    bahan ajar kepada siswa dan langkah bagi siswa untuk mempelajari bahan ajar.

    b. Kompetensi yang akan dicapai

    Bahan ajar berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator

    pencapaian hasil belajar yang harus dicapai siswa.

    c. Informasi pendukung

    Informasi pendukung berisi berbagai informasi tambahan yang dapat

    melengkapi bahan ajar sehingga siswa semakin mudah untuk menguasai

    pengetahuan yang akan diperoleh.

    d. Latihan-latihan

    Komponen latihan merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada siswa

    untuk melatih kemampuan setelah mempelajari bahan ajar.

  • 16

    e. Lembar kegiatan

    Lembar kegiatan adalah beberapa langkah prosedural cara pelaksanaan

    kegiatan tertentu yang harus dilakukan siswa berkaitan dengan praktik.

    f. Evaluasi

    Komponen evaluasi berisi sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada siswa

    untuk mengukur kompetensi yang berhasil dikuasai setelah mengikuti proses

    pembelajaran.

    3. Tujuan Lembar Kerja Siswa

    Alternatif tujuan pengemasan materi pembelajaran dalam bentuk LKS menurut

    Depdiknas (2008) adalah :

    a. LKS membantu siswa untuk menemukan konsep;

    b. LKS mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkrit,

    sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. LKS memuat

    apa yang (harus) dilakukan siswa, meliputi melakukan, mengamati, dan

    menganalisis;

    c. LKS membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep

    yang telah ditemukan;

    d. LKS berfungsi sebagai penuntun belajar;

    e. LKS berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku;

    f. Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika membaca buku

    Tujuan penyusunan dan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) menurut

    Prastowo (2011) untuk pembelajaran adalah sebagai berikut:

  • 17

    a. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan

    materi yang diberikan;

    b. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi

    yang diberikan;

    c. Melatih kemandirian belajar siswa;

    d. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa;

    e. LKS berfungsi sebagai penguatan LKS berfungsi sebagai petunjuk praktikum.

    4. Fungsi Lembar Kerja Siswa

    Fungsi dari penyusunan dan penggunaan Lembar Kegiatan Siswa menurut

    Prastowo (2011) dalam pembelajaran secara umum adalah sebagai berikut:

    a. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih

    mengaktifkan siswa;

    b. Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang

    diberikan;

    c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih;

    d. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.

    Fungsi LKS adalah untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi

    pelajaran yang didapat. Selain itu, LKS berfungsi untuk menuntun siswa berbagai

    kegiatan yang perlu diberikannya serta mempertimbangkan proses berfikir yang

    bagaimana yang ditumbuhkan pada diri siswa. Berdasarkan fungsi ini maka

    kedudukan guru sebagai pengelola proses belajar tidak dapat digantikan oleh

    adanya lembar kerja karena keberadaan LKS hanya membantu dalam kemudahan

  • 18

    dan kelancaran aktivitas pada saat proses belajar mengajar serta interaksi antara

    guru dan murid. LKS juga dapat digunakan untuk memancing siswa agar terlibat

    aktif dengan materi yang dibahas.

    5. Langkah-Langkah Lembar Kerja Siswa

    Langkah-langkah dalam membuat LKS sendiri menurut Depdiknas (2008)

    membutuhkan pemahaman sendiri. Adapun langkah-langkahnya, yaitu: 1)

    menganalisis kurikulum, langkah ini bertujuan untuk mengetahui materi mana

    yang memerlukan LKS; 2) menyusun peta kebutuhan LKS, langkah ini bertujuan

    untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dengan mempertimbangkan

    sekuensi atau urutan pembuatan LKS; 3) Menentukan judul-judul LKS, judul

    LKS berdasarkan kompetensi dasar (KD) pada kurikulum; 4) Penulisan LKS,

    penulisan LKS dapat dilakukan dengan perumusan kompetensi dasar yang harus

    dikuasai dan penentuan alat penilaian.

    Penggunaan lembar kerja siswa memiliki banyak keuntungan, diantaranya

    membantu siswa untuk belajar secara lebih mandiri, dan memudahkan guru dalam

    proses pembelajaran. Menurut beberapa penelitian, lembar kerja siswa memiliki

    banyak pengaruh terhadap siswa, diantaranya terjadi peningkatan hasil belajar

    siswa. Sartiyah & Yulianti (2015) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa yang

    mendapat pembelajaran menggunakan LKS lebih tinggi daripada siswa yang

    mendapat pembelajaran tanpa LKS, LKS juga dapat mengembangkan karakter

    siswa khusunya disiplin, jujur, rasa ingin tahu dan komunikatif.

  • 19

    LKS layak digunakan sebagai panduan belajar dan dapat mengembangkan

    karakter serta meningkatkan hasil belajar (Setyorini & Dwijanati, 2014). LKS

    juga dapat membantu siswa untuk melatih kemampuan proses ilmiah dan

    memberikan dampak positif terhadap kemampuan proses ilmiah siswa dalam

    pelajaran (Putri & Widiyatmoko, 2013). Astuti & Setiawan (2013) juga

    mengungkapkan bahwa LKS dapat meningkatkan kemampuan proses siswa.

    Kemudian Pratiwy, Novia & Amali (2014) mengungkapkan bahwa LKS dapat

    membantu meningkatkan aktivitas, motivasi, dan hasil belajar siswa. Ia

    mengungkapkan bahwa LKS sangat membantu siswa dalam kegiatan

    pembelajaran, dengan bantuan LKS siswa dapat mempelajari materi dengan lebih

    baik.

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa LKS

    merupakan salah satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk membantu guru dan

    siswa dalam proses pembelajaran, dimana LKS berisi kompetensi yang ingin

    dicapai, materi, petunjuk praktikum, dan evaluasi pembelajaran. Selain itu LKS

    dapat membantu para siswa dalam meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil

    belajar siswa. LKS sebagai salah satu bahan ajar penunjang pembelajaran di kelas

    yang telah dikembangkan oleh peneliti bertindak sebagai bahan ajar yang

    memberikan inovasi dalam memahami materi gerak rotasi dengan bantuan dari

    materi gerak translasi yang pernah dipelajari oleh siswa. Proses mengingat materi

    sebelumnya dan mengaitkan dengan materi yang masih awam bagi mereka,

    membuat siswa menggali kemampuan berpikir kritis mereka terhadap materi

    pelajaran.

  • 20

    B. Penalaran Analogi

    1. Pengertian Penalaran Analogi

    Penalaran (reasoning) diartikan sebagai proses berpikir khususnya berpikir logis

    atau berpikir memecahkan masalah. Kamus Besar Indonesia menjelaskan

    penalaran sebagai proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera

    (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.

    Penalaran juga berkaitan erat dengan proses berpikir dalam mengambil suatu

    kesimpulan dan merupakan ciri dari kegiatan matematika. Krulick, Rudnick dan

    Milou (2003) mengungkapkan bahwa penalaran merupakan bagian dari proses

    berpikir, namun seringkali berpikir dan bernalar digunakan secara sinonim.

    Keterkaitan antara berpikir dan bernalar disajikan pada Gambar 2 berikut:

    Gambar 2 . Hirarki Berpikir (Krulick & Rudnick, 2003)

    Penalaran analogi menurut Gust & Kunhnberger (2006) adalah kemampuan

    penting dari kognisi manusia, karena analogi dapat digunakan untuk menjelaskan

    banyak aspek kreativitas kognitif, produktivitas, dan adaptivitas. Penalaran

    analogi dalam arti lebih luas, dapat diartikan sebagai penalaran yang berdasarkan

    kesamaan, sedangkan penalaran analogi dalam arti sempit diartikan sebagai

    penalaran tentang hubungan antara unsur-unsur kesamaan (Antal, 2004). Glyyn

    Kreatif

    Kritis

    Dasar

    Ingatan (recall)

    Berpikir Tingkat

    Tinggi Penalaran Penalaran

  • 21

    (2007) mengungkapkan bahwa analogi merupakan cara membandingkan materi

    ajar dengan konsep yang dikenal siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga

    memudahkan pemahaman siswa. Selain mencari keserupaan di antara dua hal

    yang berlainan, analogi juga menarik kesimpulan atas dasar keserupaan tersebut.

    Dengan demikian analogi dapat digunakan sebagai penjelasan atau sebagai dasar

    penalaran (Rahman & Maarif, 2014).

    Analogi adalah alat representasi untuk memahami sesuatu yang abstrak atau

    belum diketahui (sebagai domain target), dengan menggunakan pengetahuan lain

    yang telah dimiliki siswa (sebagai domain dasar) berdasarkan kesemilaran

    (Suseno, 2014). Pemikiran analogi (metaforis) adalah kemampuan untuk

    meminjam ide dari suatu konteks dan menggunakannya di konteks yang lain, atau

    meminjam satu solusi dari suatu masalah yang terkait, atau “melihat suatu

    kesamaan” atau “melihat suatu hubungan” antara suatu situasi dengan yang lain

    (Davis, 2012). Sementara itu Martin (2003) dalam tulisannya menyatakan bahwa

    analogi merupakan pembelajaran yang menekankan pemahaman konsep dari

    materi yang diajarkan melalui berbagai ilustrasi yang sesuai dengan materi yang

    diajarkan. Pemilihan ilustrasi yang akan digunakan sebaiknya merupakan sesuatu

    yang sudah dikenal atau bahkan melekat pada diri siswa agar siswa lebih mudah

    memahami materi yang diajarkan.

    Analogi adalah penjelasan suatu konsep atau topik dengan cara menganalogikan

    dengan suatu peristiwa yang mudah dimengerti oleh siswa (Suparno, 2007).

    Kemudian Azmi (2017) mengungkapkan bahwa penalaran analogi merupakan

    proses penarikan kesimpulan sementara dengan cara membandingkan keserupaan

  • 22

    proses antara suatu ide/konsep yang telah diketahui dengan ide/konsep yang

    belum diketahui. Sedangkan Smaldino, et. al (2008) mengungkapkan bahwa

    analogical visual convey a concept or topic by showing something else and

    implying a similarity.

    Arends (2001) menyatakan bahwa berpikir analogi merupakan salah satu strategi

    belajar dengan cara menelaah keserupaan di antara gejala atau ide yang

    sebenarnya berbeda. Melalui kemampuan berpikir analogi siswa dapat

    menghubungkan antara kesamaan dari pengetahuan yang telah dimiliki dengan

    permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Pengetahuan yang sudah dimiliki akan

    mengantarkan siswa dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Isoada dan

    Katagiri (2012) menyatakan bahwa analogical thinking is an extremely important

    method of thinking for establishing perspectives and discovering solutions”.

    Analogi memainkan peran penting dalam proses pembejaran sains sekolah

    melalui pengajaran yang kreatif dan inovatif oleh guru sains, serta pelatihan

    kemampuan berpikir dan pembentukan kepribadian siswa melalui tindak kritis,

    logis, dan analitis (Hasanah, 2008). Nurdiana (2013) juga menyatakan bahwa

    analogi dapat digunakan untuk mengembangkan kreasi dan inovasi pembelajaran

    sains dalam arti sesungguhnya. Analogi dapat berperan sebagai salah satu strategi

    mengajarkan konsep dalam berbagai pokok bahasan fisika (Irawati, 2012).

    Fadhillah, Darsikin & Muslimin (2017) mengatakan bahwa analogi analogi dapat

    diterapkan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran fisika. Fathurohman

    (2014) mengungkapkan bahwa konsep abstrak dalam fisika dapat menjadi

    masalah bagi para siswa dalam mengidentifikasi konsep yang ada didalamnya,

  • 23

    kecuali bila konsep tersebut dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Fadhillah,

    Darsikin & Muslimin (2017) mengungkapkan bahwa dengan strategi analogi,

    guru dapat membantu para siswa membangun pengertian-pengertian, konsep-

    konsep baru yang dianggap rumit dan abstrak dari konsep yang telah diketahui

    dengan baik.

    Analogi memiliki peran dimana siswa dituntut untuk dapat mencari keserupaan

    atau keterkaitan sifat dari dua konsep yang sama atau berbeda melalui

    perbandingan, selanjutnya menarik kesimpulan dari keserupaan tersebut,

    Kariadinata (2012). Holyoak (dalam English, 2004) berpendapat bahwa inti dari

    penggunaan analogi dalam pembelajaran untuk memecahkan masalah adalah

    siswa menerapkan pengetahuan yang sudah diketahui untuk memecahkan masalah

    yang baru. Analogi menurut Suseno & Setiawan (2012) merupakan suatu

    alternatif yang dapat digunakan untuk menjadikan situasi baru yang terasa rumit

    atau aneh menjadi lebih akrab bagi siswa. Pendapat lain juga diungkapkan oleh

    Khairurrijal, Abdullah & Surtiyen (2009), bahwa analogi merupakan proses

    pembanding keserupaan-keserupaan antara dua konsep yang berbeda.

    Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa analogi merupakan cara

    memperlakukan suatu sifat atau gejala yang sama dengan sifat atau gejala yang

    diperoleh sebelumnya untuk mendapatkan kesimpulan dari masalah yang mereka

    hadapi.

  • 24

    2. Tipe Penalaran Analogi

    Penalaran analogi menurut English (2004) dibedakan menjadi tiga macam, yaitu

    penalaran dengan analogi klasik, penalaran dengan analogi masalah dan penalaran

    dengan analogi pedagogik:

    a. Penalaran dengan Analogi Klasik

    Beberapa psikolog menyarankan bahwa bentuk analogi klasik merupakan cara

    yang efisien dan efektif untuk contoh proses penalaran dan untuk mengukur

    penalaran verbal, kemampuan inferensial, dan kecerdasan analitik.

    b. Penalaran Analogi Masalah

    Penalaran analogi masalah adalah penalaran analogi dalam bentuk soal cerita.

    Penalaran analogi masalah biasa digunakan dalam berpikir analogi untuk

    mengatasi tugastugas pemecahan masalah. Pada jenis ini, penalar harus

    mengenali kesamaan dalam struktur relasional antara masalah yang diketahui

    (disebut basis atau sumber) dan masalah baru (target), yaitu suatu "keselarasan

    struktural" atau "pemetaan" antara dua masalah yang harus ditemukan.

    c. Penalaran Analogi Pedagogik

    Penalaran analogi ini dirancang untuk memberikan representasi konkret dari

    ide-ide abstrak. Artinya, analogi ini berfungsi sebagai sumber nyata dari siswa

    yang dapat membangun representasi mental dari gagasan abstrak atau proses

    yang sedang disampaikan.

    Terdapat dua pola berpikir analogi pada siswa jenjang sekolah menengah yaitu

    berpikir analogi induktif dan berpikir analogi deduktif yang terdiri dari tiga

    kemampuan dalam memahami konsep yaitu kemampuan translasi, interpretasi,

  • 25

    dan eksplorasi. Siswa dengan pola berpikir analogi induktif menggunakan

    kemampuan eksplorasi sedangkan kemampuan translasi dan interpretasi

    digunakan siswa dengan pola berpikir analogi deduktif (Erma, Sunyoto &

    Supriyadi, 2014).

    Secara umum, Mundiri (2000) mengemukakan bahwa terdapat dua macam

    analogi yaitu:

    a. Analogi Deklaratif

    Analogi deklaratif adalah analogi yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu

    yang belum diketahui atau masih samar, dengan menggunakan hal yang sudah

    dikenal.

    b. Analogi Induktif

    Analogi induktif adalah analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsip

    dari dua hal yang berebeda, selanjutnya ditarik kesimpulan bahwa apa yang

    terdapat pada hal pertama terdapat pula pada hal yang kedua.

    3. Komponen Penalaran Analogi

    Proses berpikir analogi adalah cara berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah

    target dengan menggunakan masalah sumber. English (2004) menyatakan bahwa

    komponen dari proses berpikir analogi meliputi empat hal yaitu:

    a. Encoding (Pengkodean)

    Mengidentifikasi masalah sumber dan masalah target dengan mencari ciri-ciri

    atau struktur kedua masalah.

  • 26

    b. Inferring (Penyimpulan)

    Mencari hubungan yang terdapat pada masalah sumber atau dikatakan mencari

    hubungan “ rendah “ (low order).

    c. Mapping (Pemetaan)

    Mencari hubungan yang sama antara masalah sumber dan masalah target atau

    membangun kesimpulan dari kesamaan hubungan antara masalah sumber dan

    masalah target. Mengidentifikasi hubungan yang lebih tinggi.

    d. Applying (Penerapan)

    Melakukan pemilihan jawaban yang cocok. Hal ini dilakukan untuk

    memberikan konsep yang cocok (membangun keseimbangan) antara masalah

    sumber dengan masalah target.

    Potetential

    Source Target

    Mapping

    Mapping

    Gambar 3. Penalaran dengan Analogi dalam Memecahkan Masalah

    Menurut Ruppert (2013), komponen penalaran analogi terdiri dari empat

    komponen yaitu structuring (penataan), mapping (pemetaan), applying

    (menerapkan), verifying (memverifikasi) yang disajikan dalam Tabel 1 berikut ini.

    Known

    Problem

    New

    Problem

    Known

    Relational

    Structure

    Unknown

    Relational

    Structure

    Known

    Solution

    Procedure

    Unknown

    Solution

    Procedure

  • 27

    Tabel 1. Deskriptor Komponen Penalaran Analogi

    Komponen Deskriptor

    structuring

    (penataan)

    Mengidentifikasi setiap bentuk-bentuk yang ada pada

    masalah sumber dengan pengkodean atribut atau

    karakteristiknya dan membuat kesimpulan dari hubungan-

    hubungan yang identik pada kode semua masalah sumber.

    mapping

    (pemetaan)

    Mencari hubungan-hubungan yang identik antara masalah

    sumber dan masalah target kemudian membangun

    kesimpulan dari kesamaan/keidentikkan hubungan antara

    masalah sumber dan masalah target.

    applying

    (menerapkan)

    Proses penerapan hasil kesimpulan dari masalah sumber ke

    masalah target untuk menyelesaikan masalah target.

    verifying

    (memverifikasi)

    Memeriksa kembali kebenaran terhadap penyelesaian

    masalah target dengan mengecek kesesuaian masalah target

    dengan masalah sumber.

    Ruppert (2013)

    Proses penalaran dalam permasalahan analogi menurut Clement (1998) melewati

    empat tahapan, yaitu:

    a. Generating the analogy, yaitu proses merepresentasikan kondisi dan

    kemungkinan-kemungkinan kesesuaian antara permasalahan awal dengan

    permasalahan target.

    Dalam tahap ini diidentifikasi kesesuaian dari hal-hal yang diberikan sebagai

    kondisi awal yang dalam permasalahan awal dan permasalahan target.

    b. Evaluating the analogy relation, yaitu proses memeriksa kembali dengan detail

    kesesuaian hubungan analogi antara permasalahan awal dengan permasalahan

    target dan menentukan hubungan analogi yang tepat diantara keduanya.

    Dalam tahap ini dilakukan analisis lebih detail mengenai kesesuaian yang telah

    ditemukan dalam tahap generating the analogy untuk diidentifikasi masalah

    yang bersesuaian dalam permasalahan awal dan permasalahan target.

    c. Understanding the analogy case, yaitu proses menguji/ menganalisis tiap-tiap

    komponen dalam permasalahan awal untuk dapat memahami permasalahan

    target dengan baik.

  • 28

    Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian masalah awal serta dianalisis masing-

    masing kesesuaian dalam permasalahan awal dan permasalahan target untuk

    dapat menentukan metode penyelesaian yang tepat untuk menyelesaikan

    masalah target.

    d. Transferring findings, yaitu proses mentransfer kesimpulan atau metode

    penyelesaian dari permasalahan awal ke permasalahan target.

    Dalam tahap ini, metode penyelesaian masalah target yang telah didapatkan

    dalam tahap understanding the analogy case digunakan untuk menyelesaikan

    permasalahan target.

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Fikri, wiyanto & Susilo ( 2012)

    yang mengungkapkan bahwa analogi sejatinya terdiri dari empat tahap

    pelaksanaan, yaitu:

    a. Mengulas kembali konsep rujukan dan memperkenalkan konsep target pada

    saat bersamaan;

    b. Mengidentifikasi dan memetakan beberapa kemiripan atribut pada kedua

    konsep;

    c. Menceritakan batasan analogi antara kedua konsep, dan

    d. Menarik kesimpulan.

    Pembelajaran menggunakan analogi tentunya memiliki langkah-langkah dalam

    pelaksanaannya. Glynn (1995) menyatakan 6 langkah yang harus dilakukan

    pengajar untuk menarik atau memperoleh sebuah analogi, yaitu:

    a. Mengenalkan konsep target. Konsep target adalah konsep yang tidak umum

    atau tidak diketahui dengan baik dan akan diajarkan kepada para siswa.

  • 29

    b. Mereview atau mengulas lengkap konsep analogi. Konsep analog adalah

    konsep yang umum atau diketahui dengan baik dan biasanya telah lebih dahulu

    diajarkan kepada para siswa.

    c. Mengidentifikasi atau mencari fitur-fitur atau atribut-atribut relevan antara

    target dan analogi. Mengumpulkan seluruh fitur atau atribut baik dari konsep

    target dan konsep analog untuk diidentifikasi.

    d. Memetakan keserupaan antara konsep-konsep analog dan target. Proses

    pembandingan seluruh fitur/atribut yang diperoleh tersebut disebut pemetaan.

    Jika terdapat banyak fitur/atribut serupa, sebuah analogi dapat ditarik atau

    diambil. Makin banyak fitur/atribut serupa berarti analoginya makin baik.

    e. Mengidentifikasi atau mencari keadaan pengecualian yang mana analogi

    tersebut tidak bekerja. Fitur-fitur atau atribut-atribut yang tidak serupa

    merupakan pengecualian dari analogi tersebut.

    f. Mengambil kesimpulan–kesimpulan tentang konsep-konsep target.

    Pada proses pembelajaran, keenam tahap operasi model TWA tersebut

    dapat saja dimodifikasi, namun prinsip keenam tahap operasi tersebut harus

    tergambarkan. Jika ada tahap yang dilewati, maka besar kemungkinan terjadi

    miskonsepsi pada siswa. Menurut Glynn (1995) kesalahan konsep tersebut dapat

    dihindari jika kepada siswa dijelaskan tentang keterbatasan-keterbatasan analogi.

    Loc & Uyen (2014) menyatakan bahwa dalam penggunaan analogi siswa harus

    mengenal konsep sasaran dan meninjau konsep analog. Kegunaan masalah

    sumber (konsep analog) adalah sebagai informasi dalam hal mengaitkan dan

    membandingkannya dengan masalah target (konsep sasaran) sehingga dapat

  • 30

    diterapkan struktur masalah sumber pada masalah target tersebut. Apabila

    perbandingan antara analog dengan target semakin banyak kemiripannya maka

    siswa semakin mudah memahami pengetahuan baru. Analogi dan target dapat

    dilihat pada Gambar 4.

    Gambar 4. Model dari Analogi serta Pemetaannya (Harrison & Coll, 2013)

    4. Kelebihan Analogi

    Gust & Kunhnberger (2006) menjelaskan bahwa dengan keterampilan penalaran

    analogi dapat menjadikan pembelajaran di kelas menjadi efektif. Kelebihan

    penalaran analogi yang lain jika dilakukan dalam pembelajaran yaitu: (1)

    penalaran analogi dapat meningkatkan kreativitas siswa, (2) konsep-konsep

    matematika abstrak dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa, (3) menggunakan

    contoh analogi mengembangkan kemampuan penalaran dan motivasi pada saat

    pemecahan masalah, (4) siswa dapat memperkenalkan dan memberikan contoh

    penalaran analogi lain melalui contoh analogi matematika, dan (5) penalaran

    analogi dibuat untuk belajar mendalam dan mengingat konsep-konsep matematika

    untuk jangka panjang.

    Atribut analog 1

    Atribut analog 2

    .......

    Atribut analog n

    Analogi

    Memetakan ide 1

    Memetakan ide 2

    .......

    Memetakan ide n

    Atribut target 1

    Atribut target 2

    ......

    Atribut target n

    Analog Target

    Objek atau pernyataan

    yang familiar

    Objek atau konsep

    saintifik

  • 31

    Beberapa kelebihan mengajar menggunakan analogi menurut Boo & Toh (1997),

    yakni:

    a. Sebagai alat untuk mengajarkan perubahan konseptual;

    b. Analogi menyediakan visualisasi dan pemahaman pada konsep yang abstrak

    yang merujuk pada contoh-contoh dalam kehidupan nyata;

    c. Analogi mungkin memicu minat belajar siswa karenanya memiliki efek

    motivasi;

    d. Analogi menuntut guru untuk mempertimbangkan prakonsepsi siswa terhadap

    materi yang akan diajarkan serta dapat mengeleminasi atau mengurangi

    miskonsepsi pada materi yang diajarkan.

    Beberapa kelebihan analogi menurut Sulistina & Rahayu (2005), yaitu;

    a. Sebagai jembatan psikologi siswa dalam memahami konsep-konsep fisika yang

    bersifat abstrak;

    b. Memvisualisasi konsep-konsep fisika yang abstrak;

    c. Menimbulkan rasa ingin tahu dan meningkatkan kreativitas siswa; dan

    mendorong terjadinya kegiatan pembelajaran yang bermakna.

    Analogi memiliki peran penting dalam pembelajaran.Vendetti (2015)

    mengusulkan pemberian bimbingan yang sistematis berdasarkan pengalaman

    dalam penggunaan analogi akan mendukung pengembangan sistem penalaran

    yang kuat dan mempromosikan pemahaman yang mendalam tentang konsep-

    konsep di berbagai disiplin kepada siswa. Penalaran analogi juga memberikan

    keuntungan ataupun manfaat bagi guru. Hal ini diungkapkan oleh Rahmawati &

    Pala (2017), dimana penalaran analogi memberikan kesempatan pada guru untuk

  • 32

    melatih kemampuannya dalam mengaitkan atau membandingkan dua materi yang

    memiliki keserupaan konsep maupun prosesnya dalam membuat suatu soal atau

    masalah. Oleh karena itu diharapkan tidak hanya siswa yang paham dalam

    penggunaan analogi dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran fisika, namun

    sebaiknya guru juga diharapkan dapat lebih mempunyai kamampuan dalam

    penalaran analogi.

    5. Contoh Analogi

    Contoh analogi dalam fisika seperti yang disebutkan Podolefsky (2004) antara

    lain:

    a. Coulomb’s law is like Newton’s law of gravitation.

    b. The electric field is like a temperature field.

    c. Storing energy in a capacitor is like stretching a spring (or lifting a book).

    d. The flow of electric current is like water in a garden hose.

    e. An emf device is a charge pump.

    f. The magnetic field is like the electric field (they are both vector fields).

    g. The earth is a huge magnet.

    h. An inductor, capacitor, resistor circuit is like a mass, spring, viscous system.

    i. Particles are like sending a letter, while waves are like making a telephone

    call.

    Menurut Podolefsky, beberapa analogi ada yang komunikatif dan generatif.

    Sebagai sebuah contoh adalah analogi model atom Rutherford yang sering

    digunakan untuk mengenalkan model atom kepada siswa. Sehingga analogi tidak

  • 33

    hanya berguna untuk para fisikawan tetapi juga para guru. Lebih jauh lagi, hukum

    Coulomb sering dianalogikan dengan hukum Newton tentang gravitasi. Arus

    listrik sering diperumpamakan sebagai air yang mengalir melalui pipa, dan

    sebagainya. Di bawah ini terdapat contoh analogi atom dan tata surya:

    Tabel 2. Analogi Planet dengan Atom

    System Matahari (Analog) Atom ( Target)

    Matahari Nucleus

    Planet Electron

    Planet mengitari matahari Electron mengitari inti

    Matahari lebih besar daripada planet Inti lebih besar daripada elektron

    Podolefsky (2004)

    Beberapa contoh analogi fisika dari hasil penelitian Prastowo (2011), diantaranya:

    Tabel 3. Perbandingan Analogi dalam Fisika

    Perbandingan

    antara medan

    gravitasi dan

    medan

    elektrostatika

    Sifat Yang

    Dibandingkan Medan Gravitasi

    Medan

    Elektrostatik

    Sumber

    Kekuatan

    Sifat konservatif

    Interaksi

    Perbandingan

    antara Hukum

    II Newton dan

    Hukum Ohm

    Sifat Yang

    Dibandingkan

    Hukum II

    Newton Hukum Ohm

    Bentuk matematis

    Tetapan kesetimbangan

    Sifat tetapan Resistansi gerak Resistansi listrik

    Sifat persamaan Bukti kekekalan

    energi

    Bukti kekekalan

    energi

    Perbandingan

    antara aliran

    fluida dan

    aliran arus

    listrik

    Sifat Yang

    Dibandingkan Aliran Fluida Aliran Listrik

    Penyebab Beda tekanan Beda potensial

    Sifat aliran

    Dari potensial

    tinggi ke potensial

    rendah

    Dari potensial

    tinggi ke potensial

    rendah

    Sifat persamaan Bukti kekekalan

    energi

    Bukti kekekalan

    energi

  • 34

    Berdasarkan penjabaran tentang analogi di atas, dapat disimpulkan bahwa analogi

    merupakan kemampuan melihat hubungan-hubungan, tidak hanya hubungan

    benda-benda tetapi juga hubungan antara ide-ide. Melalui analogi guru dapat

    memberikan penjelasan kepada siswa dengan membandingkan sebuah konsep

    yang akan dipelajari dengan pembelajaran yang pernah dipelajari siswa dengan

    mencari persamaan dan perbedaan dari kedua hal yang dibandingkan. Dalam hal

    ini analogi yang digunakan oleh guru harus pernah dirasakan oleh semua siswa

    sehingga konsep yang dipelajari atau diajarkan oleh guru dapat tersampaikan

    dengan baik kepada siswa.

    C. Model Inkuiri (Inquiry)

    1. Pengertian Inkuiri

    Kata inkuiri sering dinamakan heuriskin yang berasal dari bahasa yunani, yang

    memiliki arti saya menemukan. Inkuiri merupakan model pembelajaran yang

    membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari

    jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan yang dirumuskan. Inkuiri

    adalah model pembelajaran dimana siswa menemukan dan menggunakan berbagai

    macam sumber-sumber informasi dan ide-ide untuk menambah pemahaman

    mereka tentang suatu masalah, topik atau isu (Kuhlthau, Maniotes & Caspari,

    2007). Kemudian Kardi (2003) mendefinisikan inkuiri adalah model

    pembelajaran yang dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti

    masalah dan pertanyaan berdasarkan fakta. Model inkuiri menekankan pada

    proses mencari dan menemukan, peran siswa dalam model ini adalah mencari dan

  • 35

    menemukan sendiri pemecahan masalah dalam suatu materi pelajaran sedangkan

    guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.

    Menurut Ambarsari, Santosa & Maridi (2013), inkuiri merupakan pembelajaran

    kelompok dimana siswa diberi kesempatan untuk berfikir mandiri dan saling

    membantu dengan teman yang lain. Dalam pembelajaran dengan penemuan,

    siswa didorong untuk belajar sebagaian besar melalui keterlibatan aktif dengan

    konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki

    pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan

    prinsip-prinsip untuk diri mereka (Nurhadi, 2004). Secara umum inkuiri

    merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi,

    merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber informasi

    lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang

    telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan

    alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta

    membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya, (Ibrahim, 2007).

    Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa model inkuiri

    adalah model pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk lebih aktif

    dalam pembelajaran, dimana siswa dapat menemukan atau meneliti masalah

    berdasarkan fakta untuk memperoleh data, sedangkan guru hanya sebagai

    fasilitator dan pembimbing siswa dalam belajar. Model pembelajaran inkuiri

    memberikan pengalaman yang nyata kepada siswa sehingga dapat menumbuhkan

    kemampuan berpikir kritis dan daya ingat yang lebih kuat.

  • 36

    2. Karakteristik Inkuiri

    Kegiatan penemuan termasuk suatu pelajaran yang direncanakan sedemikian rupa

    sehingga siswa menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip melalui proses

    mentalnya sendiri, misalnya mengamati (Sund & Trowbridge, 1973). Dalam

    pengajaran inkuiri siswa-siswa mempelajari gejala ilmiah dengan kegiatan

    semangat seorang ilmuwan.

    National Science Educational Standard (NRC, 2000) menyatakan lima ciri

    esensial dari inkuiri, antara lain: siswa tertarik pada pertanyaan-pertanyaan yang

    berorientasi ilmiah, siswa memberikan prioritas terhadap pembuktian yang

    membuat mereka mengembangkan dan mengevaluasi penjelasan-penjelasan

    terhadap pertanyaan-pertanyaan berorientasi ilmiah, siswa menyusun penjelasan

    dari bukti terhadap pertanyaanpertanyaan berorientasi ilmiah, siswa mengevaluasi

    penjelasannya berdasarkan penjelasanpenjelasan alternatif, khususnya yang

    mereflesikan pemahaman ilmiah, dan siswa berkomunikasi dan menilai

    penjelasan yang mereka ajukan.

    Pembelajaran yang hanya berpusat pada guru (teachercentered) menjadikan siswa

    relatif pasif karena pembelajaran hanya didominasi oleh guru. Materi yang didapat

    siswa hanya berupa hafalan jangka pendek.Proses Pembelajaran yang berorientasi

    terhadap target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat

    jangka pendek, namun gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan-

    persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Depdiknas, 2006).

  • 37

    3. Komponen Inkuiri

    Pembelajaran inkuiri memiliki beberapa komponen. Sebagaimana yang

    dikemukakan Ball & Garton (2005) bahwa pembelajaran dengan inkuiri memiliki

    5 komponen yang umum yaitu:

    a. Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka

    yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu

    fenomena.

    b. Student Engangement. Keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan

    dalam menciptakan sebuah produk dalam mempelajari suatu konsep.

    c. Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja

    berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan.

    d. Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa

    diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan

    pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Melalui

    produk-produk ini guru melakukan evaluasi.

    e. Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber

    belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan

    ahli, dan lain sebagainya.

    4. Langkah-langkah Model Inkuiri

    Dalam pembelajaran berbasis inkuiri, siswa diberi tantangan seperti pertanyaan

    yang harus dijawab, observasi atau kumpulan data yang akan ditafsirkan, maupun

    hipotesis yang akan diuji serta capaian pembelajaran yang diinginkan (Prince &

  • 38

    Felder (2007). Adapun tahapan-tahapan inkuiri menurut Sudrajat (2008), proses

    inkuiri yaitu; (a) merumuskan masalah, (b) mengembangkan hipotesis, (c)

    menguji jawaban tentative, (d) menarik kesimpulan, (e) menerapkan kesimpulan

    dan generalisasi.

    Menurut Gulo, (2004), kemampuan-kemampuan yang dituntut pada setiap tahap

    dalam proses inkuiri tertuang dalam tabel berikut.

    Tabel 4. Indikator Model Inkuiri

    Tahap Inkuiri Kemampuan yang dituntut

    1. Merumuskan masalah 1. Kesadaran terhadap masalah 2. Melihat pentingnya masalah 3. Merumuskan masalah

    2. Merumuskan jawaban

    sementara (hipotesis)

    1. Menguji dan menggolongkan jenis data yang dapat diperoleh

    2. Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis

    4. Merumuskan hipotesis

    3. Menguji jawaban

    tentatif

    1. Merakit peristiwa a. Mengidentifikasikan peristiwa b. yang dibutuhkan. c. Mengumpulkan data d. Mengevaluasi data

    2. Menyusun data a. Mentranslasikan data b. Menginterpretasikan data c. Mengklasifikasikan

    3. Analisis data a. Melihat hubungan b. Mencatat persamaan dan perbandingan c. Mengidentifikasikan tren, sekuensi

    dan keteraturan

    4. Menarik kesimpulan 1. Mencari pola dan makna hubungan 2. Merumuskan kesimpulan

    5. Menerapkan

    kesimpulan &generalisasi

    1. Diharapkan menemukan hal baru yang sejenis

    6. Menulis laporan 1. Membuat draf 2. Merevisi laporan final

    Berdasarkan pendapat para ahli di atas,peneliti mengadopsi langkah-langkah

    pembelajaran yang disebutkan, yaitu orientasi, merumuskan masalah,

    http://ainamulyana.blogspot.co.id/2015/12/model-pembelajaran-inkuiri.htmlhttp://ainamulyana.blogspot.com/2015/12/model-pembelajaran-inkuiri.html

  • 39

    merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan

    kesimpulan.

    5. Kelebihan dan Kekurangan Model Inkuiri

    Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang

    sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, inkuiri sebagai

    sebagai model pembelajaran memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

    Kelebihan model pembelajaran inkuiri dikemukakan oleh Sund & Trowbridge

    (1973), yaitu: (1) Meningkatkan potensi intelektual siswa; (2) Memperoleh

    pengetahuan yang bersifat penyelidikan; (3) Memperpanjang proses ingatan; (4)

    Memahami konsep-konsep sains dan ide-idenya dengan baik; (5)Pengajaran

    terpusat pada siswa; (6) Menghindarkan siswa belajar dengan hafalan.

    Suryobroto (2009) menyatakan bahwa kelebihan model pembelajaran Inkuiri

    antara lain, dapat membantu siswa mengembangkan penguasaan keterampilan dan

    proses kognitif siswa, membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa

    merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-

    kadang kegagalan, memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai

    dengan kemampuan, siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi

    untuk belajar, strategi ini berpusat pada siswa, misalkan memberi kesempatan

    kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru

    menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum

    diketahui.

  • 40

    Selain kelebihan, model pembelajaran inkuiri memiliki kelemahan. Menurut

    Tabani (2014), kelemahan model pembelajaran inkuiri yaitu: (1) Sulit mengontrol

    kegiatan dan keberhasilan siswa, (2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh

    karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar, (3) Kadang-kadang dalam

    mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru

    sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, dan (4) Selama

    kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi

    pelajaran, maka startegi ini tampaknya akan