PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8369/1...mempelajari...
Transcript of PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAMe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8369/1...mempelajari...
PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN ISLAM:
Teoretis dan Praktis
Dr. Miftahuddin, M.Ag.
Editor: Dr. Ilyya Muhsin, M.Si.
MRI | 2020
ii
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM: Teoretis dan Praktis
Penulis : Dr. Miftahuddin, M.Ag. ISBN : 978-623-93424-5-6 Editor : Dr. Ilyya Muhsin, M.Si. Penyunting : Ahmad Faidi Desain sampul dan Tata letak : Sepli Penerbit : The Mahfud Ridwan Institute Redaksi : The Mahfud Ridwan Institute Jl. KH. Ahmad Sholeh Km. 04, RT.002 RW.001, Dsn.Bandungan, Ds. Gedangan, Kec. Tuntang, Semarang, Jawa Tengah 50773, Telp:(0298)3433250 Email : [email protected] Cetakan pertama, Mei 2020 v + 168 halaman; 15 x 23 cm Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas
curahan rahmat-Nya penulisan buku ini dapat selesai.
Buku ini penulis susun sebagai bentuk
pertanggungjawaban akademik, di mana penulis berkecimpung
mengajar Matakuliah Pengembangan Kurikulum PAI pada
FTIK IAIN Salatiga. Materi-materi pada buku ini merupakan
sistematisasi dari hand out perkuliahan yang penulis susun,
kemudian penulis perdalam kajiannya secara lebih
komprehensif. Dengan demikian buku ini dapat digunakan
sebagai salah satu rujukan atau referensi perkuliahan mata
kuliah Pengembangan Kurikulum maupun sebagai acuan dalam
implementasi kurikulum.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di sana sini masih
terdapat banyak keterbatasan dan kekurangan, bahkan mungkin
kekeliruan. Kepada pihak-pihak yang telah membantu
penerbitan buku ini disampaikan terima kasih.
Salatiga, 20 Pebruari 2020
Penulis,
Dr. Miftahuddin, M.Ag.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………..................
DAFTAR ISI ………………………………………................
DAFTAR BAGAN ………………………….……..................
iii
iv
v
BAB I PENDAHULUAN ……………...…...................... 1
BAB II HAKEKAT KURIKULUM
A. Definisi Kurikulum ……….............................
B. Elemen-elemen Kurikulum ….........................
C. Kurikulum dan Pembelajaran ........................
D. Kurikulum sebagai Disiplin Ilmu ....................
E. Konsepsi-konsepsi Kurikulum .......................
F. Jenis-jenis Organisasi Kurikulum ...................
5
7
11
13
15
24
BAB III PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Definisi Pengembangan Kurikulum ................
B. Asas-asas Pengembangan Kurikulum .............
C. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum .....
D. Aksioma dalam Pengembangan Kurikulum ....
E. Model-Model Pengembangan Kurikulum .......
F. Evaluasi Kurikulum .........................................
29
30
32
33
35
52
BAB IV KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
A. Tujuan Kurikulum Pendidikan Islam .............
B. Isi Kurikulum Pendidikan Islam ....................
C. Strategi Kurikulum Pendidikan Islam ............
D. Evaluasi Kurikulum Pendidikan Islam ............
59
64
89
94
BAB V
IMPLEMENTASI KURIKULUM
PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengembangan Program ...............................
B. Pelaksanaan Pembelajaran .............................
C. Evaluasi Hasil Belajar ....................................
99
135
137
BAB VI KESIMPULAN .................................................... 152
DAFTAR PUSTAKA ............................................................
GLOSARI ...............................................................................
BIOGRAFI PENULIS ..............................................................
156
161
166
v
DAFTAR BAGAN
Bagan 1-1.
Bagan 1-2.
Bagan 2-1.
Bagan 2-2.
Bagan 2-3.
Bagan 2-4.
Bagan 3-1.
Bagan 3-2.
Bagan 3-3.
Bagan 3-4.
Bagan 3-5.
Bagan 3-6.
Bagan 3-7.
Bagan 3-8.
Bagan 3-9.
Bagan 4.
Bagan 5.
Elemen kurikulum Kerr ...............................
Elemen kurikulum Herrick ...........................
Model dualistic ............................................
Model interlocking .......................................
Model concentric .........................................
Model cyclical ..............................................
Model Tayler ...............................................
Model Leyton Soto ......................................
Model Taba .................................................
Model Saylor dan Alexander .......................
Model Oliva .................................................
Model Wheeler .............................................
Model Audrey dan Nicholls .........................
Model Skilbeck .............................................
Model Praktis-Miftahuddin............................
Pengembangan Model Pembelajaran
Tematik K-13 ................................................
Ruang lingkup penilaian autentik ..................
8
9
11
12
12
13
38
38
40
42
43
44
46
47
52
104
139
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan bagian penting aktivitas
pendidikan dari zaman ke zaman. Kurikulum dalam dunia
pendidikan dapat diibaratkan sebagai jantung, yang akan
menentukan denyut nadi kehidupan pendidikan. Dapat
dinyatakan bahwa jika kurikulum dalam sebuah lembaga
pendidikan tersusun secara baik, maka hasil pendidikan pada
lembaga tersebut juga akan menjadi baik, sebaliknya jika
kurikulumnya tidak tersusun secara baik, maka dapat
diramalkan bahwa hasil pendidikan dari lembaga tersebut akan
tidak baik pula. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Neil
(1990:81) bahwa kurikulum merupakan jantungnya sekolah.
Dalam dataran realitas, sering dijumpai pelaksanaan
pendidikan yang seolah-olah tanpa kurikulum tertentu yang
direncanakan secara sistematis. Namun jika dicermati secara
lebih mendalam, pastilah setiap aktivitas pendidikan memiliki
muatan kurikulum tertentu. Tentu yang dimaksud di sini adalah
kurikulum dalam makna umum. Sebagai contoh, sebuah
pesantren salaf kelihatannya tidak menyusun kurikulum secara
teratur, namun sebenarnya kalau ditilik mendalam pastilah
pesantren tersebut memiliki karakteristik bahkan keunggulan
keilmuan tertentu yang ditanamkan oleh kyai kepada para
santrinya, termasuk muatan-muatan kurikulum tersembunyi
(hidden curriculum) yang diajarkan oleh seorang kyai melalui
keteladanan. Dalam konteks sepeti ini kurikulum biasanya tidak
diformalkan, namun dirancang secara informal oleh para
pengasuh atau kyai.
Kurikulum dalam makna formal sebagaimana yang
dijumpai di lembaga-lembaga pendidikan modern biasanya lebih
teratur dan sistematis, baik dalam penyusunan, pelaksanaan
maupun evaluasinya. Ini dikarenakan tuntutan formal yang
diberikan oleh masyarakat pengguna lulusan lembaga-lembaga
pendidikan formal tersebut. Masyarakat pengguna pendidikan
formal berharap agar ada standarisasi hasil pendidikan bagi
PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN ISLAM:
Teoretis dan Praktis
Dr. Miftahuddin, M.Ag.
Editor: Dr. Ilyya Muhsin, M.Si.
MRI | 2020
ii
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM: Teoretis dan Praktis
Penulis : Dr. Miftahuddin, M.Ag. ISBN : 978-623-93424-5-6 Editor : Dr. Ilyya Muhsin, M.Si. Penyunting : Ahmad Faidi Desain sampul dan Tata letak : Sepli Penerbit : The Mahfud Ridwan Institute Redaksi : The Mahfud Ridwan Institute Jl. KH. Ahmad Sholeh Km. 04, RT.002 RW.001, Dsn.Bandungan, Ds. Gedangan, Kec. Tuntang, Semarang, Jawa Tengah 50773, Telp:(0298)3433250 Email : [email protected] Cetakan pertama, Mei 2020 v + 168 halaman; 15 x 23 cm Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas
curahan rahmat-Nya penulisan buku ini dapat selesai.
Buku ini penulis susun sebagai bentuk
pertanggungjawaban akademik, di mana penulis berkecimpung
mengajar Matakuliah Pengembangan Kurikulum PAI pada
FTIK IAIN Salatiga. Materi-materi pada buku ini merupakan
sistematisasi dari hand out perkuliahan yang penulis susun,
kemudian penulis perdalam kajiannya secara lebih
komprehensif. Dengan demikian buku ini dapat digunakan
sebagai salah satu rujukan atau referensi perkuliahan mata
kuliah Pengembangan Kurikulum maupun sebagai acuan dalam
implementasi kurikulum.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di sana sini masih
terdapat banyak keterbatasan dan kekurangan, bahkan mungkin
kekeliruan. Kepada pihak-pihak yang telah membantu
penerbitan buku ini disampaikan terima kasih.
Salatiga, 20 Pebruari 2020
Penulis,
Dr. Miftahuddin, M.Ag.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………..................
DAFTAR ISI ………………………………………................
DAFTAR BAGAN ………………………….……..................
iii
iv
v
BAB I PENDAHULUAN ……………...…...................... 1
BAB II HAKEKAT KURIKULUM
A. Definisi Kurikulum ……….............................
B. Elemen-elemen Kurikulum ….........................
C. Kurikulum dan Pembelajaran ........................
D. Kurikulum sebagai Disiplin Ilmu ....................
E. Konsepsi-konsepsi Kurikulum .......................
F. Jenis-jenis Organisasi Kurikulum ...................
5
7
11
13
15
24
BAB III PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Definisi Pengembangan Kurikulum ................
B. Asas-asas Pengembangan Kurikulum .............
C. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum .....
D. Aksioma dalam Pengembangan Kurikulum ....
E. Model-Model Pengembangan Kurikulum .......
F. Evaluasi Kurikulum .........................................
29
30
32
33
35
52
BAB IV KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
A. Tujuan Kurikulum Pendidikan Islam .............
B. Isi Kurikulum Pendidikan Islam ....................
C. Strategi Kurikulum Pendidikan Islam ............
D. Evaluasi Kurikulum Pendidikan Islam ............
59
64
89
94
BAB V
IMPLEMENTASI KURIKULUM
PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengembangan Program ...............................
B. Pelaksanaan Pembelajaran .............................
C. Evaluasi Hasil Belajar ....................................
99
135
137
BAB VI KESIMPULAN .................................................... 152
DAFTAR PUSTAKA ............................................................
GLOSARI ...............................................................................
BIOGRAFI PENULIS ..............................................................
156
161
166
v
DAFTAR BAGAN
Bagan 1-1.
Bagan 1-2.
Bagan 2-1.
Bagan 2-2.
Bagan 2-3.
Bagan 2-4.
Bagan 3-1.
Bagan 3-2.
Bagan 3-3.
Bagan 3-4.
Bagan 3-5.
Bagan 3-6.
Bagan 3-7.
Bagan 3-8.
Bagan 3-9.
Bagan 4.
Bagan 5.
Elemen kurikulum Kerr ...............................
Elemen kurikulum Herrick ...........................
Model dualistic ............................................
Model interlocking .......................................
Model concentric .........................................
Model cyclical ..............................................
Model Tayler ...............................................
Model Leyton Soto ......................................
Model Taba .................................................
Model Saylor dan Alexander .......................
Model Oliva .................................................
Model Wheeler .............................................
Model Audrey dan Nicholls .........................
Model Skilbeck .............................................
Model Praktis-Miftahuddin............................
Pengembangan Model Pembelajaran
Tematik K-13 ................................................
Ruang lingkup penilaian autentik ..................
8
9
11
12
12
13
38
38
40
42
43
44
46
47
52
104
139
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
2
lulusan. Menindaklanjuti harapan ini lembaga pendidikan formal
harus menyusun kurikulumnya secara sistematis dan terukur.
Berangkat dari kebutuhan formal itulah, maka telaah
mendalam tentang kurikulum mendapat perhatian serius dari
para pemikir pendidikan sejak zaman dahulu, sampai pada
zaman modern sekarang ini. Berbagai teori tentang kurikulum
muncul dan berkembang seiring dengan perkembangan tuntutan
masyarakat atas peran pendidikan. Perubahan dan aneka teori itu
sebenarnya sebagai bahagian tak terpisahkan dari berubahnya
kurikulum dari zaman ke zaman sebagai buah dari perubahan
masyarakat.
Dalam tradisi pendidikan umum pembahasan mengenai
kurikulum secara panjang lebar dapat dijumpai secara luas, baik
yang dikembangkan oleh para pakar kurikulum di negara-negara
maju maupun berkembang. Banyak pula dijumpai teoretisi
kurikulum umum yang secara spesifik mengupas kajian-kajian
teoritik tentang kurikulum. Begitu pun banyak dijumpai
fakultas-fakultas di berbagai universitas mengembangkan kajian
teoretis maupun praktis tentang kurikulum. Para mahasiswa di
fakultas-fakultas pendidikan atau keguruan juga diwajibkan
mempelajari teori-teori kurikulum dari berbagai literatur
kurikulum umum.
Dampak dari hal di atas, kajian-kajian mengenai
kurikulum umum menjadi semakin berkembang pesat. Hasil-
hasil penelitian tentang kurikulum terus bertambah, sehingga
mudah dijumpai kajian ilmiah atau buku-buku tentang teori
pengembangan kurikulum.
Pada sisi lain, pengembangan teori kurikulum
pendidikan Islam relatif lebih lambat perkembangannya. Hal ini
setidaknya dilatari oleh dua faktor: (1) karakteristik pendidikan
Islam itu sendiri; dan (2) tradisi pengembangan kurikulum
dalam makna manhaj (pendekatan) dan thariqah (metode)
kurang mendapat perhatian khusus dari para intelektual muslim.
Dari sisi faktor pertama, karakteristik pendidikan Islam lebih
menekankan pada dimensi aqidah, ibadah dan akhlak. Sehingga
yang lebih ditekankan adalah kurikulum dalam makna al-madah
(materi) atau al-„ilm (ilmu), misalnya ilmu aqidah, ilmu fiqh,
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
3
ilmu tasawuf, dan lain-lain. Sementara faktor kedua, para
intelektual muslim tidak membincang secara spesifik metode
mengajar.
Dalam tradisi intelektual Islam (terutama klasik), kitab
yang mengkaji secara khusus dan mendetail mengenai
kurikulum dalam makna thariqah, hampir-hampir sulit
dijumpai. Adalah Imam al-Zarnuziy (w. 1223 M), yang secara
khusus dan detail mengurai bagaimana metode belajar bagi para
pelajar, sebagaimana ditulis dalam kitab Ta‟lim al-Muta‟allim:
Thariq al-Ta‟allum. Ulama belakangan yakni Hadharatus
Syaikh KH. Hasyim Asy‘ari (w. 1947 M) juga menulis karya
Adab al-„Alim wa al-Muta‟allim yang memuat secara detail
metode pembelajaran dengan pendekatan akhlak tasawuf.
Sementara intelektual lain pada umumnya hanya mengulas
metode secara sepintas atau menjadi bahagian dari karyanya,
misalnya: Ibn Miskawaih (w. 1030 M) dalam Tahdzib al-
Akhlak, dan Imam al-Ghazaliy (w.1111 M) dalam Ayyuha al-
Walad.
Dalam perkembangan tradisi keilmuan selanjutnya
karya-karya yang secara spesifik membincang pengembangan
kurikulum juga kurang berkembang. Hal ini karena para
pendidik muslim lebih familiar menggunakan teori-teori
kurikulum umum yang ada, daripada menggali dari khasanah
intelektual Islam sendiri. Hal ini mudah dipahami karena
disamping sejak belajar di universitas pada umumnya para
mahasiswa sebagai calon pendidik muslim telah diorientasikan
untuk menguasai teori-teori kurikulum umum, namun juga
karena keterbatasan literatur kurikulum pendidikan Islam.
Berangkat dari latar belakang itulah, maka pembahasan
tentang kurikulum pendidikan Islam, menjadi urgen untuk
dilakukan guna menambah kekayaan khazanah keilmuan
pendidikan Islam. Sungguhpun begitu, untuk kepentingan
komparasi, uraian pada bagian-bagian awal pembahasan buku
ini akan dimulai dengan dimensi teoretis kurikulum umum.
Sedangkan pada bagian-bagian akhir diurai kurikulum
pendidikan Islam.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
4
Perlu diberikan kerangka kerja atau pembatasan dan
sekaligus penjelasan bahwa yang dimaksud kurikulum dalam
pembahasan ini adalah segala sesuatu yang diberikan oleh
institusi pendidikan baik formal maupun non formal, baik yang
berkaitan dengan tujuan (maqasid), isi atau materi (madah),
pendekatan (manhaj), metode (thariqah), serta evaluasi (hisab).
Pendidikan Islam adalah sistem yang diselenggarakan untuk
menanamkan nilai-nilai Islam kepada para pelajar, baik
kelembagaan, mata pelajaran, maupun penyelenggaraanya.
Dengan kata lain, baik terminologi kurikulum maupun
pendidikan Islam, diberi cakupan makna yang luas.
Dari paparan di atas, buku ini dimaksudkan lebih
merupakan buku teks yang memberikan uraian komprehensif
mengenai kurikulum pada wilayah teoretis dengan memadukan
teori-teori yang sudah dikembangkan oleh para pemikir Barat
dengan teori-teori yang dikembangkan oleh para intelektual
muslim. Penulis menyadari tentu saja tidak mudah melakukan
hal tersebut, karena adanya perbedaan epistemologis maupun
aksiologis antara keduanya. Namun keterbatasan itu akan
ditutupi dengan pandangan yang similar pada aspek
ontologinya.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
5
BAB II
HAKEKAT KURIKULUM
Membincang mengenai hakekat kurikulum dalam dunia
pendidikan dapat diibaratkan seperti membincang hakekat jiwa
dalam diri manusia. Kurikulum merupakan inti dari pendidikan
karena dengan kurikulum subyek pendidikan akan dipandu
menuju arah atau tujuan pendidikan. Untuk menguraikan
hakekat kurikulum dalam dunia pendidikan, dilakukan telaah
beberapa sub pembahasan: (a) definisi kurikulum; (b) elemen-
elemen kurikulum; (c) kurikulum dan pembelajaran; (d)
kurikulum sebagai disiplin ilmu; (e) konsepsi-konsepsi
kurikulum; dan (f) jenis-jenis organisasi kurikulum.
A. DEFINISI KURIKULUM
Dalam rentang waktu yang panjang kurikulum
dimaknakan secara bervariasi oleh para ahli. Variasi
pemaknaan itu dilatari oleh pandangan – pandangan filosofis
maupun spesialisasi keilmuan dari para ahli. Menurut Peter F.
Oliva (1982:5-6), setidaknya ada 13 titik tekan makna yang
diberikan oleh para ahli yang menyebabkan keunikan dari
masing-masing ta‟rif, yakni:
1. kurikulum adalah apa saja yang diajarkan di sekolah;
2. kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran;
3. kurikulum adalah isi pelajaran;
4. kurikulum adalah program pembelajaran;
5. kurikulum adalah seperangkat materi pembelajaran;
6. kurikulum adalah tata urutan pelatihan atau kursus;
7. kurikulum adalah seperangkat pencapaian tujuan
pembelajaran;
8. kurikulum adalah tahapan pendidikan;
9. kurikulum adalah apa saja yang diberikan oleh sekolah,
termasuk kegiatan-kegiatan di luar kelas, bimbingan, dan
hubungan interpersonal antar warga belajar;
10. kurikulum adalah apa saja yang diajarkan baik di dalam
maupun di luar sekolah di bawah pengawasan sekolah;
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
6
11. kurikulum adalah apa saja yang direncanakan oleh
personil sekolah; dan
12. kurikulum adalah pengalaman-pengalaman belajar siswa
secara individu sebagai hasil dari sistem persekolahan.
Dari beberapa definisi tersebut, secara kategoris dapat
dipilah menjadi dua bagian, pertama definisi yang bersifat
luas, dan kedua bersifat sempit. Definisi yang bersifat luas
secara umum menyatakan bahwa kurikulum merupakan
program pembelajaran dan pemberian pengalaman-
pengalaman belajar yang diberikan oleh sekolah baik di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah guna mencapai
tujuan pendidikan. Penganut definisi ini antara lain: Hollis L.
Caswell dan Doak S. Cambell. Caswell dan Cambell
(1935:66) berpendapat, kurikulum merupakan: “all the
experiences children have under the guidance of teachers”.
Pendapat ini diperkuat oleh Ronald C. Doll (1978:6) yang
menyatakan:
“curriculum as the formal and informal content and
process by which learners gain knowledge and
understanding, develop skills, and alter attitude,
appreciations, and the values under the auspices of the
school”.
Sementara definisi yang bersifat sempit menyatakan
bahwa kurikulum adalah rencana pembelajaran. Ahli
kurikulum yang bersepakat dengan definisi ini antara lain
Hilda Taba. Hilda Taba (1962:10) menyatakan ―curriculum is
a plan for learning”. Senada dengan Hilda Taba, J. Galen
Saylor dan William M. Alexander (1974:6) menyatakan: “we
defined curriculum as the plan for providing sets of learning
opportunities…”.
Menurut Oliva (1982: 8-9) telaah mengenai definisi
kurikulum juga dapat dibedakan dari tiga segi penekanan,
yakni: tujuan (purposes), konteks (context), dan strategi
(strategies). Dari segi tujuan, kurikulum dimaknakan sebagai
sarana untuk mewariskan kebudayaan pada sebuah
masyarakat. Dari segi konteks kurikulum lebih dimaknakan
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
7
sebagai sarana bagi peserta didik untuk berinteraksi dengan
masyarakat (sekaligus) untuk mengubah masyarakat menuju
tatanan yang lebih baik. Adapun dari segi strategi, kurikulum
merupakan proses pembelajaran.
Berangkat dari beberapa sudut pandang definisi tersebut
di atas, maka untuk kepentingan operasional pembahasan,
selanjutnya akan digunakan definisi kurikulum dalam
pengertian luas serta penekanan ketiga segi yakni: tujuan,
konteks, dan strategi. Dengan demikian cakupan ta‟rif
kurikulum meliputi: tujuan pembelajaran, pengalaman-
pengalaman belajar, isi dan materi pelajaran, maupun rencana
pembelajaran itu sendiri.
B. ELEMEN – ELEMEN KURIKULUM
Ibarat rangkaian elektronik, kurikulum memiliki elemen-
elemen yang satu sama lain saling berhubungan dan memiliki
ketergantungan. Jika elemen satu rusak maka elemen lain
akan tidak berfungsi bahkan ikut rusak. Elemen-elemen
tersebut tersusun sebagai satu kesatuan yang tidak bisa
dipisah-pisahkan. Dengan kata lain, elemen-elemen yang ada
dalam kurikulum berfungsi sebagai sebuah sistem yang saling
mendukung satu sama lain.
Menurut Hilda Taba (1962:10) elemen-elemen
kurikulum itu meliputi empat hal:
1. perumusan tujuan umum dan tujuan khusus;
2. pemilihan dan pengorganisasian materi pelajaran;
3. pelaksanaan proses belajar mengajar; dan
4. program evaluasi.
Sementara Albert I. Oliver, sebagaimana dikutip Peter F.
Oliva (1982:7) menyatakan bahwa kurikulum itu memuat
empat elemen dasar, yakni:
1. program pembelajaran;
2. program pemberian pengalaman;
3. program pelayanan bimbingan; dan
4. kurikulum tersembunyi (hidden curriculum).
Selanjutnya John F. Kerr dalam bukunya Changing The
Curriculum, sebagaimana dipetik Soetopo dan Soemanto
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
8
(1996:24-25) menyatakan bahwa sebuah kurikulum
sedikitnya harus memuat empat hal:
1. Objectives (tujuan), di mana tujuan ini bersumber dari
murid, masyarakat, dan ilmu pengetahuan. Sedangkan
arah dan tujuannya meliputi: cognitive domains, affective
domains, dan psychomotor domain.
2. Knowledges (pengetahuan), terdiri dari konsep dan
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang diintegrasikan,
diurutkan, dan diulang-ulang.
3. School Learning Experiences (pengalaman belajar di
sekolah), termasuk di dalamnya: metode, isi pembelajaran,
kesiapan pembelajar, perbedaan individu, dan hubungan
pendidik-pembelajar, maupun msyarakat sekolah-
masyarakat umum.
4. Evaluation (evaluasi), melalui tes, wawancara maupun
pengukuran lain dapat dikumpulkan sejumlah informasi
yang dapat dipergunakan dalam pengambilan keputusan
tentang kurikulum.
Jika digambarkan dalam bentuk bagan, maka
keterhubungan antar elemen kurikulum menurut Kerr adalah
sebagai berikut:
____________________________________________ Bagan 1-1. Elemen Kurikulum Kerr
Senada dengan Kerr, Heerick dalam Toward Improved
Curriculum Theory sebagaimana dikutip Taba (1962:425)
menggambarkan secara skematis keterhubungan antar elemen
dalam kurikulum sebagai berikut:
School learning experiences
Knowledge
Evaluation
Objectives
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
9
_________________________________________________ Bagan 1-2. Elemen Kurikulum Herrick
1. Objectives (tujuan)
Tujuan haruslah menggambarkan apa saja yang akan
dicapai, baik tujuan umum maupun khusus. Tujuan-tujuan
khusus merupakan penjabaran dari tujuan umum, sehingga
harus sesuai dan sejalan dengan tujuan umum.
2. Subject Matter (mata pelajaran)
Mata pelajaran merupakan isi atau materi yang diajarkan
kepada para pembelajar. Materi harus sesuai dengan
tujuan, karena hakekat materi adalah pengalaman belajar
yang harus dipelajari siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Method and Organization (metode dan organisasi)
Metode dan organisasi yang dimaksud di sini adalah cara
pengorganisasian kurikulum dan metode penyajiaannya
yang dikemas dalam bentuk strategi pembelajaran.
4. Evaluation (evaluasi)
Evaluasi merupakan proses untuk menilai sejauhmana
keberhasilan sebuah kurikulum, terutama pada tahap
implementasi. Sasaran evaluasi meliputi aspek-aspek:
tujuan, materi, metode dan instrumen evaluasi itu sendiri.
Method and Organizations
Subject Matter
Evaluation
Objectives
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
10
Dari berbagai pendapat para ahli kurikulum tentang
elemen-elemen tersebut, secara ringkas dapat ditarik benang
merah bahwa setiap kurikulum harus dapat menjawab empat
hal sekaligus: (1) hendak diarahkan ke mana kurikulum itu;
(2) bahan apa yang hendak digunakan untuk mencapai arah
yang dituju tersebut; (3) bagaimana cara dan strategi untuk
mencapainya; dan (4) bagaimana mengukur tingkat
keberhasilan arah yang telah dicanangkan.
Jawaban atas pertanyaan hendak diarahkan ke mana
(pertanyaan pertama), akan mewujud dalam rumusan tujuan.
Tujuan ini akan menjadi panduan bagi seluruh pihak yang
terkait dengan implementasi kurikulum. Oleh karena itu
jawaban yang mewujud dalam rumusan tujuan tersebut
haruslah jelas, mudah dipedomani dan dapat diukur.
Pertanyaan kedua, memerlukan jawaban adanya materi
pembelajaran yang memadahi bagi pencapaian tujuan yang
dicanangkan. Oleh karenanya materi kurikulum harus disusun
secara sistematis, adequate, dan menyeluruh guna menjamin
ketercapaian tujuan kurikulum.
Tentang pertanyaan dengan cara dan strategi apa untuk
mencapai tujuan kurikulum, maka akan ditemukan jawaban
elemen kurikulum yang tidak kalah pentingnya dengan
elemen lain yakni, metode dan strategi implementasi. Metode
dan strategi menjadi hal yang sangat penting karena akan
menentukan efektifitas pencapaian tujuan.
Adapun pertanyaan tentang bagaimana mengukur tingkat
keberhasilan sebuah kurikulum, membutuhkan evaluasi.
Evaluasi kurikulum diperlukan guna mengetahui tingkat
ketercapaian atas apa yang telah ditetapkan. Dalam kaitan ini
evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil.
Berdasar uraian di atas dapat dirumuskan bahwa secara
umum, setiap kurikulum memiliki empat elemen pokok
yakni: (1) tujuan; (2) materi; (3) strategi; dan (4) evaluasi.
Kurikulum dapat dikatakan baik jika masing-masing elemen
memiliki kesesuaian dan keterhubungan satu sama lain
sebagai sebuah sistem.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
11
C. KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
Tidaklah mungkin membincang kurikulum dalam dunia
pendidikan tanpa dibarengi dengan pembahasan mengenai
pembelajaran. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua
entitas yang ada dalam dunia pendidikan. Secara sederhana
biasanya kurikulum diidentikkan sebagai materi, sedangkan
pembelajaran merupakan cara. Namun tentu tidak
sesederhana itu pembedaan sekaligus keterkaitan antara
kurikulum dan pembelajaran. Ada beberapa pertanyaan yang
dapat diajukan terkait hubungan kurikulum dengan
pembelajaran: apakah kurikulum dan pembelajaran
merupakan dua entitas yang terpisah sama sekali atau yang
satu menjadi bahagian yang lain, lalu bagaimana model
hubungannya?
Peter F. Oliva (1962:12) mencatat setidaknya ada empat
model keterhubungan kurikulum dengan pembelajaran,
sebagaimana ditunjukkan dalam bagan berikut ini:
1. Model Dualistic
Kurrikulum Pembelajaran
___________________________________________________ Bagan 2-1. Model Dualistic
Menurut model ini, kurikulum dan pembelajaran
dipandang sebagai dua entitas yang berbeda. Kurikulum
berada pada satu sisi, sementara pembelajaran berada pada
sisi lain. Keduanya terpisah satu sama lain, tidak memiliki
keterhubungan.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
12
2. Model Interlocking
Kurikulum Pembelajaran Pembelajaran Kurikulum ___________________________________________________ Bagan 2-2. Model Interlocking
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang
berbeda, di mana ada bahagian-bahagian tertentu dari
kurikulum dan pembelajaran yang saling bersentuhan. Jadi
kurikulum dan pembelajaran bukanlah dua hal yang
terpisah sama sekali.
3. Model Concentric A B
______________________________________________ Bagan 2-3. Model Concentric
Model concentric menyatakan bahwa kurikulum dan
pembelajaran merupakan dua hal, di mana yang satu
menjadi bahagian yang lain. Pada Model A, pembelajaran
merupakan bagian dari kurikulum atau dengan kata lain
pembelajaran ada di dalam wadah besar kurikulum.
Sementara pada model B, kurikulum menjadi bahagian
Kurikulum
Pembelajaran
Kurikulum
Pembelajaran
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
13
dari pembelajaran. Kurikulum merupakan hal-hal yang
diajarkan dalam proses pembelajaran.
4. Model Cyclical
___________________________________________________ Bagan 2-4. Model Cyclical
Kurikulum dan pembelajaran ditempatkan sebagai
dua hal yang saling mendukung secara siklus. Kurikulum
dipandang sebagai acuan bagi proses pembelajaran.
Pembelajaran dievaluasi, hasilnya digunakan sebagai
acuan dalam perbaikan kurikulum. Proses ini berlangsung
secara terus-menerus menjadi suatu siklus yang tersusun
dan terencana secara simultan dan sistematis.
D. KURIKULUM SEBAGAI DISIPLIN ILMU
Salah satu pertanyaan mendasar tentang kurikulum
adalah apakah kurikulum merupakan ilmu mandiri atau
bukan? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu diuraikan
dahulu unsur-unsur disiplin ilmu, sekaligus dianalisis apakah
kurikulum memenuhi unsur-unsur tersebut atau tidak.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan apakah
kurikulum merupakan disiplin ilmu mandiri atau bukan.
Sebagaimana dinyatakan oleh Oliva (1962:15), setiap
disiplin ilmu sekurang-kurangnya memiliki tiga unsur: (1)
memiliki seperangkat prinsip-prinsip dan bangunan teoritik
(a set of theoritical constructs or principles); (2) memiliki
batang tubuh ilmu dan keterampilan-keterampilan (a body of
knowledge and skills); (3) memiliki banyak teoretisi dan
praktisi (theoreticians and practitioners).
Kurikulum Pembelajaran
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
14
1. a Set of Theoritical Constructs or Principles.
Kurikulum dibangun di atas sejumlah prinsip-prinsip yang
berisi: ruang lingkup (scope), relevansi (relevance),
integrasi (integration), tata urutan (sequence), artikulasi
(articulation), dan tranferabilitas (transferability).
Kurikulum juga merupakan konstruksi, konsep, dan
verbalisasi gagasan- gagasan yang kompleks. Konsep-
konsep kurikulum itu misalnya tentang tujuan-tujuan dan
tata urutan pembelajaran, karir pendidikan, pendidikan di
ruang terbuka, dan pendekatan dalam pembelajaran.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kurikulum
merupakan verbalisasi atas gagasan-gagasan yang
kampleks mengenai tujuan, isi, strategi, dan evaluasi
pembelajaran yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip
yang jelas.
2. a Body of Knowledge and Skills.
Batang tubuh kurikulum merupakan adaptasi dan
gabungan dari berbagai disiplin ilmu lainnya, seperti:
sosiologi, psikologi, filsafat, manajemen, supervisi, dan
lain-lain. Dapat dicontohkan misalnya, pemilihan materi
pembelajaran bagi siswa pada saat menyusun kurikulum,
diperlukan adopsi dari ilmu filsafat, komunikasi,
psikologi, sosiologi, dan lain-lain. Contoh lain, untuk
menyusun pendekatan kurikulum yang bercorak
essensialis, diperlukan ilmu bantu filsafat, psikologi, dan
sosiologi. Dengan demikian dapat ditarik benang merah
bahwa kurikulum memiliki batang tubuh sendiri yang
sumbernya berasal dari berbagai disiplin ilmu lainnya.
3. Theoreticians and Practitioners.
Ilmu kurikulum disusun dan dikembangkan oleh para ahli
kurikulum (curriculum specialist) dan para pegiat
kurikulum (curriculum workers). Tugas utama para ahli
kurikulum adalah merancang sebuah kurikulum yang
disesuaikan dengan perkembangan masyarakat di mana
kurikulum itu berada. Dengan kata lain ahli kurikulum
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
15
merupakan think tank (tangki pemikir) bagi perbaikan dan
penyempurnaan kurikulum. Para pemikir kurikulum ini
biasanya merupakan tim kerja (team work) yang unsur-
unsurnya terdiri atas berbagai pakar disiplin ilmu, seperti:
filosof, psikolog, sosiolog, pakar supervisi, pakar
komunikasi, sejarahwan, peneliti, analis, dll. Adapun tugas
para pegiat kurikulum adalah mengimplementasikan
konsep atau naskah kurikulum dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Dalam hal ini
kelompok guru menjadi faktor utama. Guru merupakan
kelompok profesional yang menjadi ujung tombak dari
implementasi kurikulum. Di tangan kelompok guru lah
pada akhirnya berhasil atau tidaknya konsep-konsep dan
gagasan-gagasan ideal kurikulum ditentukan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum
merupakan disiplin ilmu mandiri karena memiliki unsur-
unsur unik yang dipersayaratkan sebagai ilmu mandiri.
Kurikulum memiliki prinsip-prinsip dan konstruksi teoretis
yang unik, memiliki batang tubuh ilmu yang unik serta
memiliki teoretisi dan praktisi khusus.
E. KONSEPSI-KONSEPSI KURIKULUM
Kurikulum dalam dunia pendidikan memiliki peran yang
penting. Peran penting itu terkait dengan orientasi atau arah
pendidikan itu sendiri. Orientasi dari masing-masing lembaga
pendidikan dapat dipandu dengan kurikulum tertentu. Oleh
karenanya jika dicermati, tiap kurikulum itu memiliki
karakteristiknya sendiri-sendiri. Kurikulum yang satu
berbeda secara konsepsional dengan kurikulum lainnya.
Perbedaan tersebut bermula dari cara pandang filosofis
tentang hakekat kurikulum. Cara pandang filosofis tentang
hakekat kurikulum yang beraneka ragam itulah yang
dimaksud dengan konsepsi-konsepsi kurikulum, atau dapat
pula disebut mazhab-mazhab kurikulum.
Menurut John D. Mc. Neil (1990:3), ada empat konsepsi
kurikulum, yakni: (1) kurikulum humanistik; (2) kurikulum
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
16
rekonstruksi sosial; (3) kurikulum subyek akademik; dan (4)
kurikulum teknologik.
1. Kurikulum Humanistik (the Humanistic Curriculum)
Kurikulum humanistik memandang bahwa tugas utama
kurikulum adalah untuk humanisasi atau pemuliaan
martabat manusia sebagai individu yang bebas dan
merdeka. Penganut madzhab ini meyakini bahwa manusia
sebagai individu memiliki kebebasan untuk berkembang
sesuai dengan jati dirinya sendiri. Ia bebas beraktualisasi
untuk menjadi dirinya sendiri.
Menurut pandangan humanistik, tujuan kurikulum
adalah untuk mengembangkan potensi individu (self
actualization) agar berkembang secara optimal tanpa
diintervensi oleh pihak-pihak manapun secara ketat.
Dalam konteks ini bahkan pendidik tidak mengarahkan
tujuan peserta didik pada arah tertentu, namun
membiarkan arah perkembangannya secara bebas dan
mandiri. Tugas pendidik hanyalah menjaga agar
perkembangan peserta didik tidak mengarah pada hal-hal
yang negatif. Dengan kata lain pendidik hanya
membuatkan ‗kanal‘ bagi perkembangan peserta didik,
sementara peserta didik dibiarkan menemukan jati dirinya
sendiri.
Pembelajaran dalam pandangan humanistik
menggunakan pendekatan partisipatif. Peserta didik
dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran sehingga
pendidik hanyalah menjadi fasilitator dari proses
pembelajaran. Tugas pendidik adalah menciptakan situasi
belajar yang memungkinkan peserta didik belajar sesuai
dengan minat dan gaya belajarnya sendiri. Peserta didik
difasilitasi untuk belajar mandiri mengerjakan tugas-tugas
belajarnya sendiri.
Kurikulum humanistik menempatkan individualitas
manusia sebagai sentral dari kurikulum. Peserta didik
sebagai individu diposisikan pada arus utama seluruh
upaya pengembangan kurikulum. Perkembangan individu
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
17
mendapatkan perhatian utama. Kedirian (self) menjadi ciri
menonjol dari pandangan humanistik. Kurikulum tidak
perlu diseragamkan, tetapi dibuka ruang bagi peserta didik
memilih sesuai dengan minat masing-masing, sehingga ia
akan berproses menjadi diri sendiri.
Pengembangan individu dalam pandangan humanistik
diarahkan pada aspek-aspek kepribadian secara
menyeluruh. Dapat dinyatakan di sini bahwa
pengembangan kepribadian peserta didik diutamakan
mengarah pada pembentukan sikap mental individu yang
mandiri dan bebas. Dengan sikap mental yang mandiri dan
bebas, maka diharapkan akan tumbuh kepribadian yang
baik.
Karakteristik lain dari kurikulum humanistik adalah
adanya kreativitas dan kesahajaan. Kaum humanis sangat
menekankan kreatifitas dan kesahajaan dalam hidup.
Pendidik membantu peserta didik untuk secara kreatif
memanfaatkan potensi lingkungan yang ada untuk sumber
maupun bahan belajar. Dengan demikian pembelajaran
tidak harus selalu menggunakan teknologi tinggi, tetapi
dapat menggunakan teknologi sederhana atau tepat guna.
Menurut Neil (1990: 9) ada beberapa kiat yang dapat
dipakai oleh para pendidik yang bila ingin menerapkan
madzhab kurikulum humanis, yakni: (1) be natural and
authentic; (2) respect to your student; dan (3) listen your
student comprehensively.
Kurikulum humanistik menuntut konteks hubungan
emosional antara guru dan siswa. Guru harus memberikan
kehangatan dan kenyamanan emosi siswa selama
pembelajaran berlangsung. Guru juga harus memotivasi
siswa untuk membangun rasa saling percaya satu dengan
lainnya. Pembelajaran dilaksanakan secara alamiah, tidak
dimanipulasi. Siswa belajar dengan kesukarelaan. Guru
humanis tidak memaksa siswa untuk melakukan sesuatu
yang mereka tidak mau mengerjakan.
Guru humanis menerapkan metode pembelajaran yang
mengintegrasikan emosi, pikiran, dan tindakan siswa.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
18
Pengalaman belajar diberikan melalui beberapa tahapan
sebagai berikut (Neil, 1990:36):
a. Merencanakan kegiatan untuk menunjukkan masalah
dan pembatasannya dengan mengambil pengalaman
siswa yang belum tercapai, misalnya harga diri dan
pengakuan sukses dari temannya.
b. Memasukkan materi pelajaran dengan muatan orientasi
agar terbentuk rasa ingin tahu, sehingga siswa mau
belajar secara alami tanpa terbebani.
c. Melaksanakan pembelajaran yang menarik dan
bermanfaat secara langsung bagi siswa, dengan
memberikan pengalaman baru dan menyenangkan.
d. Memberikan tugas tambahan untuk melengkapi
kepuasan belajar siswa.
Dalam hal evaluasi, guru humanis lebih
mengutamakan penilaian proses dari pada hasil. Penilaian
lebih bersifat subyektif karena tidak mengukur apa hasil
dari pembelajaran dalam bentuk ukuran-ukuran tertentu,
namun lebih pada perkembangan apa yang terjadi atas diri
siswa, misalnya menjadi lebih terbuka dan independen.
Beberapa kekuatan konsepsi kurikulum humanistik
dapat ditunjukkan di sini. Pertama, memberi kebebasan
tumbuhkembangnya siswa secara natural dan otentik
sesuai dengan jati diri kemanusiaannya. Kedua,
mengintegrasikan emosi, pikiran, dan tindakan siswa
sehingga menjadikan kepribadian siswa utuh, tidak
menjadi kepribadian yang terpecah (split personality).
Ketiga, pola relasi guru dengan siswa maupun antar siswa
bersifat egaliter dan wajar tanpa manipulasi sebagai wujud
dari penghargaan terhadap harkat dan matrabat manusia
seutuhnya. Singkat kata, kurikulum humanistik memiliki
kekuatan untuk mengatasi permasalahan manusia seperti
konflik, kekerasan, radikalisme, dan peperangan walaupun
dalam skala jangka panjang.
Beberapa kelemahan sekaligus kritik yang sering
dialamatkan terhadap konsepsi kurikulum humanistik,
sebagai berikut (Neil, 1990:26). Pertama, terlalu
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
19
berlebihan dalam proses, sehingga melupakan program
yang akan dicapai baik dalam jangka pendek maupun
panjang. Kedua, kurikulum humanis tidak benar-benar
menaruh perhatian pada pengalaman individu
sebagaimana yang ingin ditujunya, karena dalam
praktiknya individu tergantung pada rangsangan seragam
dalam pengalaman belajarnya. Ketiga, bahwa kurikulum
humanis lebih akan menghasilkan orang bercorak
individualis sebagai akibat dari terlalu tingginya otonomi
dan independensi yang diberikan kepada siswa. Keempat,
bahwa teori yang mendukung kurikulum humanistik tidak
mencukupi terutama teori psikologi.
2. Kurikulum Rekonstruksi Sosial (the Social
Reconstructionist Curriculum)
Kurikulum rekonstruksi sosial muncul sebagai kritik atas
kurikulum humanistik. Menurut madzhab
rekonstruksionis, tugas utama kurikulum bukanlah untuk
individu atau self, namun untuk masyarakat (society).
Theodore Brameld, salah satu tokoh utama madzhab
rekonstruksionis, sebagaimana ditulis Neil (1990:31)
menyatakan bahwa kurikulum harus menolong individu
untuk bukan hanya mengembangkan diri mereka secara
social, namun juga mempelajari bagaimana harus
berpartisipasi di dalam perencanaan sosial. Para ahli
rekonstruksi tidak menginginkan rumusan kurikulum yang
berlebihan mengenai kebebasan individu yang berlebihan
sebagaimana para ahli humanistik.
Menurut madzhab rekonstruksionis, kurikulum
mengemban misi untuk melakukan perbaikan atau
rekonstruksi masyarakat. Jadi menurut konsep kaum
rekonstruksionis, kurikulum harus lebih mengutamakan
masyarakat ketimbang individu. Mengapa masyarakat
perlu diperbaiki, asumsinya karena dalam setiap
masyarakat pasti ada kesenjangan atau masalah (problem).
Dengan demikian tujuan kurikulum menurut kaum
rekonstruksionis adalah melakukan rekonstruksi
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
20
masyarakat dari keadaan yang tidak adil menjadi
masyarakat yang adil.
Pendekatan pembelajaran dalam implementasi
kurikulum menggunakan penyelesaian masalah (problem
solving) dan hadap masalah (problem possing).
Pembelajaran ditekankan pada analisis sosial atas
masalah-masalah masyarakat. Dalam kaitan ini
pembelajaran menitikberatkan pada tema- tema
ketimpangan yang ada di masyarakat, lalu dianalisis secara
kritis dengan mengurai cabang-cabang masalah untuk
menemukan inti masalah (core problem).
Beberapa contoh tema yang lazim dikemukakan oleh
kaum rekonstruksionis antara lain: kesenjangan ekonomi,
ketimpangan pendidikan, ketidakadilan gender,
ketidakadilan atas kaum minoritas, dan tema-tema
perjuangan kelas sosial lainnya. Tema-tema tersebut
disajikan oleh pendidik kepada peserta didik untuk
didiskusikan secara bersama-sama. Dengan demikian
kaum rekonstruksionis lebih mengutamakan pembelajaran
tematik, bukan pembelajaran berbasis mata pelajaran
tertentu.
Implikasinya bagi pendidik yang ingin
mengembangkan konsepsi kurikulum rekonstruksi sosial
ini, ia harus memenuhi persayaratan sebagai berikut: (a)
berwawasan luas dalam berbagai mata pelajaran; dan (b)
memehami secara mendalam fenomena masyarakat baik
dalam skala lokal, nasional, maupun internasional
sekaligus dapat mengkorelasikan fenomena-fenomena
tersebut. Singkat kata, pendidik rekonstruksionis
disyaratkan mampu memahami persoalan-persoalan
masyarakat serta menguasai ilmu-ilmu analisis sosial yang
memadahi.
Contoh cukup awal dari penerapan kurikulum
rekonstruksi sosial ini adalah yang dilaksanakan pada
tahun 1940-an pada sekolah di Holtville, Alabama, sebuah
SMA di pedalaman yang dikonsolidasikan dengan suatu
daerah miskin, untuk dikondisikan menjadi sebuah
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
21
kehidupan daerah yang lebih baik. Pada sekolah ini para
siswa ditantang mempelajari situasi masyarakat mereka,
dimana mereka menemukan penekanan yang berlebihan
atas hasil bumi penduduk setempat sehingga menyebabkan
kemiskinan (Neil, 1990:32).
Contoh yang baik dewasa ini dari teori dan praktik
kurikulum rekonstruksi sosial adalah apa yang dilakukan
oleh Paulo Freire. Ia memusatkan perhatiannya pada
kegiatan kultural membangun kesadaran (concientation)
terutama untuk negeri Amerika Latin. Sungguhpun begitu
ia mendorong penggunaan kurikulum rekonstruksi
sosialnya tersebut untuk di-diseminasikan pada negara
dunia ketiga lainnya.
3. Kurikulum Subyek Akademik (the Subject Academic
Curriculum)
Berbeda dengan madzhab rekonstruksi sosial, mazhab
subyek akademik lebih menitikberatkan tujuan kurikulum
untuk melakukan pengembangan intelektualitas peserta
didik. Kurikulum yang baik adalah yang dapat mendorong
para peserta didik berkembang rasionalitasnya.
Kecerdasan intelektual peserta didik menjadi fokus utama
dari seluruh upaya pengembangan kurikulum.
Pembelajaran menurut cara pandang madzhab subyek
akademik menggunakan pendekatan rasional ilmiah.
Pendekatan rasional ilmiah yakni pendekatan yang
menitikberatkan pada penguasaan konsep-konsep, teori-
teori, dan preposisi-preposisi. Para peserta didik
difokuskan pembelajarannya pada menghafal rumus-
rumus, menyusun konsep-konsep, mendalami dan
sekaligus menguji teori-teori. Bagi kaum subyek akademis
kebenaran diukur dari hasil uji hipotesis.
Implikasi dari implementasi kurikulum subyek
akademik, para guru dituntut untuk mengajarkan mata
pelajaran tertentu secara mendalam. Para peserta didik
diharapkan dapat menguasai spesialisasi mata pelajaran
tertentu. Pada perkembangan berikutnya diharapkan
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
22
muncul teoretisi-teritisi maupun ilmuwan yang ahli dalam
bidang tertentu dan dapat mengembangkan teori-teori
yang ada demi kemajuan dunia ilmu.
Dapat dinyatakan di sini bahwa pendidik yang
berwatak subyek akademik memiliki beberapa keunikan
sebagai berikut: (1) menguasai banyak teori; (2) banyak
melakukan penelitian untuk menguji hipotesis; dan (3)
memiliki spesialisasi mata pelajaran tertentu.
Para ahli akademik berupaya mengembangkan
kurikulum yang membekali para siswa memasuki dunia
pengetahuan dengan konsep dasar dan metode untuk
mengamati, mencatat hubungan, menganalisis data, dan
menarik kesimpulan. Bagi penganut kurikulum ini, pelajar
akan dioreintasikan menjadi akademisi atau ahli ilmu
seperti ahli fisika, ahli kimia, ahli biologi, ahli sejarah
dengan memperdalam disiplin-disiplin ilmu tersebut.
Kelemahan dari kurikulum subyek akademik ini
antara lain para siswa kurang mahir menghubungkan
disiplin ilmu dengan perkembangan kehidupan sosial di
sekelilingnya. Kelemahan lainnya yakni adanya
kecenderungan menempatkan para pelajar sebagaimana
orang dewasa tentang bahan pelajaran. Kurikulum ini
punya kecenderungan tidak cukup memberi perhatian pada
dimensi-dimensi kejiwaan anak misalnya untuk
bersosialisasi dan memikirkan hal-hal yang ada di
lingkungannya.
4. Kurikulum Teknologik (the Tecnological Curriculum)
Kurikulum teknologik pada dasarnya merupakan adaptasi
dari cara kerja dan prinsip-prinsip teknologi yang dibawa
ke ranah kurikulum. Cara kerja teknologi yang paling
menonjol adalah mekanistik, ajeg. Semua produk
teknologi para umumnya bekerja dengan cara yang
mekanistik, tetap, dan tidak berubah.
Kurikulum teknologik meyakini bahwa peserta didik
merespons pelajaran, jika ia terlebih dahulu diberi
stimulus. Jadi pembelajaran teknologis menggunakan
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
23
prinsip-prinsip stimulus-respons learning. Semakin baik
dan positif stimulus diberikan kepada peserta didik, maka
akan semakin baik dan positif pula respon yang muncul,
begitu sebaliknya. Kurikulum teknologis berasumsi bahwa
semakin banyak penggunaan alat-alat teknologi akan
semakin mendorong peningkatan hasil pembelajaran.
Tujuan kurikulum teknologis adalah untuk
membentuk peserta didik yang trampil melakukan sesuatu
yang hasilnya tampak nyata (an empirical emphasis).
Kurikulum harus mengajarkan keterampilan hidup yang
nyata dan dapat dilihat secara empiris, misalnya dapat
membuat mesin, mengolah zat-zat kimia, merangkai
komponen teknologi, dan lain-lain sesuai dengan bidang
yang ditekuninya.
Secara khusus kaum teknologis sangat menekankan
pembelajaran melalui uji ilmiah di laboratorium. Dengan
uji laboratorium akan ditemukan kebenaran ilmiah yang
bersifat pasti, tidak berubah-ubah. Dengan menekuni uji
laboratorium seorang yang berwawasan teknologis
diharapkan mampu menciptakan temuan-temuan baru
pada bidang sains dan teknologi.
Kaum teknologis sangat mengagungkan keajegan,
keteraturan, penggunaan teknologi dalam pembelajaran.
Proses dan hasil belajar diukur dengan seberapa banyak
para peserta didik dapat menguasai teknologi dan bahkan
menciptakan teknologi baru. Jadi indikator keberhasilan
belajar adalah penguasaan teknologi, terutama teknologi
maju.
Secara khusus, kaum teknologis menerapkan beberapa
prinsip dalam merancang kurikulum, yakni: (a) tujuan
yang disadari, dimana para siswa diberitahu tentang apa
pentingnya pelajaran dan tentang hal apa yang harus
mereka pelajari; (b) praktik yang sesuai, dimana semua
siswa diberi kesempatan mempraktikkan apa yang
dipelajari sebagaimana yang ditetapkan dalam tujuan; dan
(c) pengetahuan tentang hasil, berupa umpan balik untuk
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
24
mengetahui apakah tanggapan mereka telah mencukupi
dan memenuhi syarat pencapaian tujuan (Neil, 1990: 58).
Lebih lanjut, ahli teknologis menrekomendasikan
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam meberikan
tugas-tugas kepada para siswa, sebagai berikut: (a)
menentukan sebuah konsep yang diketahui; (b)
mengetahui contoh konsep dan bukan konsep; (c)
menggabungkan dua buah konsep yang diketahui menjadi
prinsip; dan (d) menggabungkan prinsip yang diketahui
menjadi strategi untuk menyelesaikan masalah baru (Neil,
1990:59).
Bagi guru berwatak teknologis, hal-hal berikut ini
patut dicatat: (1) menjaga keteraturan dalam pembelajaran;
(2) mahir menggunakan teknologi canggih; (3) berpikir
berdasarkan sesuatu yang empiris; dan (4) mendorong
siswa untuk memiliki keterampilan nyata. Secara umum
guru teknologis perlu memperhatikan perkembangan
teknologi yang terjadi dari waktu ke waktu.
F. JENIS-JENIS ORGANISASI KURIKULUM
Yang dimaksud dengan organisasi kurikulum dalam
uraian ini adalah pola atau bentuk penyusunan atau penataan
bahan pelajaran dalam kurikulum. Pola penyusunan bahan
pelajaran ini terkait erat dengan tujuan program pendidikan
yang hendak dicapai pada suatu institusi pendidikan.
Penyusunan pola bahan pelajaran juga akan menentukan cara
penyampaian bahan tersebut. Jadi ada saling keterkaitan
antara tujuan program dengan cara mengorganisasi bahan
sekaligus cara penyampaiannnya.
Menurut S. Nasution (1986:144-170), setidaknya ada
tiga jenis pengorganisasian kurikulum yang lazim digunakan,
yakni: (1) separated subject curriculum; (2) correlated
subject curriculum; dan (3) integrated curriculum.
1. Separated Subject Curriculum
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
25
Yang dimaksud dengan separated subject curriculum
adalah penyusunan bahan pelajaran (subject matter) dalam
sebuah kurikulum dengan cara memisahkan mata
pelajaran satu dari yang lainnya. Dengan kata lain masing-
masing mata pelajaran (subject) berdiri sendiri dan
terpisah dengan yang lain. Sebagai contoh, mata pelajaran
Bahasa Arab, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Fiqh
disajikan sebagai sebuah mata pelajaran sendiri-sendiri.
Contoh lainnya, mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan
Ekonomi disusun dan diajarkan terpisah satu sama lain,
walaupun mata pelajaran-mata pelajaran tersebut
serumpun.
Dalam dunia pendidikan jenis separated subject
curriculum ini telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno.
Orang Yunani pada zaman dahulu telah mengajarkan
berbagai bidang studi seperti: kesusasteraan, filsafat,
matematika, musik dan atletik. Bangsa Romawi
mengadopsi lalu memodifikasi matapelajaran-
matapelajaran tersebut menjadi dua kategori bidang studi,
yakni: (1) trivium (gramatika, retorika, dan logika); dan
(2) quadrivium (aritmatika, geometri, astronomi, dan
musik). Bidang studi-bidang studi inilah yang kemudian
menjadi pilar dari matapelajaran pendidikan umum, yang
juga lazim dikenal dengan istilah the seven liberal arts (S.
Nasution, 1986:145).
Jenis pengorganisasian kurikulum menggunakan pola
separated subject curriculum seperti ini memiliki beberapa
kelebihan sekaligus kelemahan. Beberapa kelebihannya
yakni: (a) pemahaman siswa mengenai subject matter
tertentu lebih mendalam; (b) siswa yang berminat pada
matapelajaran tertentu dapat meningkat motivasinya untuk
terus belajar secara mendalam, sehingga akan mudah
dalam mengarahkan spesialisasi kepakaran atau keahlian;
dan (c) mudah bagi guru untuk menerapkan, karena relatif
sederhana proses pembelajarannya.
Adapun kelemahan-kelemahan dari separated subject
curriculum, yakni: (a) pemahaman siswa kurang
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
26
komprehensif ketika dihadapkan pada realitas; (b) bagi
siswa yang tidak berminat pada matapelajaran tertentu
akan merasa terbebani dengan matapelajaran tersebut; dan
(c) ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa kurang
dapat diintegrasikan dalam pembelajaran.
2. Correlated Subject Curriculum
Correlated Subject Curriculum merupakan jenis
organisasi kurikulum, di mana mata pelajaran yang
serumpun dikorelasikan menjadi mata pelajaran tersendiri,
sementara yang bukan serumpun dipisahkan. Sebagai
contoh, matapelajaran-mata pelajaran serumpun seperti
Alqur‘an Hadits, Fiqh, Aqidah Akhlak, dan Sejarah
Kebudayaan Islam, dikorelasikan ke dalam matapelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI). Contoh lainnya,
matapelajaran-matapelajaran ekonomi, sejarah, dan
geografi dikorelasikan ke dalam matapelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Demikian juga matapelajaran-
matapelajaran Biologi, Kimia, dan Fisika digabungkan
menjadi satu ke dalam matapelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA).
Beberapa kelebihan pengorganisasian kurikulum
dengan korelasi antara lain: (a) jenis pengorganisasian
kurikulum ini merupakan jalan tengah di mana terdapat
korelasi matapelajaran serumpun, jadi tidak memisahkan
sama sekali antara pelajaran satu dengan yang lain; (b)
ketersediaan guru-guru correlated sudah relatif merata;
dan (c) kedalaman materi pada rumpun ilmu masih dapat
dipertahankan.
Beberapa kelemahan yang mungkin akan dijumpai
antara lain: (a) masih terpisahnya kajian aktual per rumpun
ilmu, di mana hal ini menyebabkan pemahaman siswa
masih cenderung parsial; (b) jika dikaitkan dengan
perkembangan global dimana perlu kolaborasi antar
berbagai rumpun ilmu, maka model ini kurang sesuai; dan
(c) secara teknis masih dijumpai beberapa guru mengalami
keterbatasan penguasaan rumpun ilmu.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
27
3. Integrated Curriculum
Integrated Curriculum merupakan cara menyusun
kurikulum di mana matapelajaran-matapelajaran yang ada
diintegrasikan menjadi satu kesatuan. Jenis organisasi ini
meniadakan batas-batas mata pelajaran. Jadi masing-
masing matapelajaran sudah tidak dimunculkan satu per
satu, namun sudah dilebur atau diintegrasikan menjadi
satu, masuk ke dalam sebuah tema.
Cara penyajian kurikulum dilakukan dengan tematik,
yakni mengedepankan tema-tema tertentu. Tema-tema
dihadirkan menjadi muatan utama kurikulum, untuk
dianalisis dengan berbagai Subject Matter terkait. Sebagai
contoh, tema kebersihan dikaji melalui integrasi
matapelajaran Pendidikan Agama, Ilmu Pengetahuan
Sosial, dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Integrated curriculum diyakini memiliki beberapa
kelebihan mendasar yakni: (a) dapat menghasilkan
pemahaman mengenai hal-hal aktual di tingkat lokal
maupun global secara komprehensif; (b) dapat lebih
meningkatkan motivasi belajar siswa karena didekatkan
dengan tema-tema masyarakat dan alam sekitar; (c) dapat
mengintegrasikan ranah kognitif, psikomotorik, maupun
afektif dalam diri siswa; dan (d) dapat mendukung
pendidikan karakter.
Sungguhpun secara fundamental integrated
curriculum memiliki beberapa kelebihan, namun pada sisi
tertentu memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (a)
memerlukan ketersediaan guru yang memiliki wawasan
komprehensif dan cakap mengintegrasikan berbagai
disiplin ilmu, sementara hal itu masih menjadi kendala di
banyak sekolah; (b) bagi beberapa guru pembelajaran
tematik lebih menyulitkan; dan (c) memerlukan sarana
prasarana pembelajaran yang lebih memadahi di mana
tidak semua sekolah sanggup memenuhinya.
Kurikulum integrasi telah mendapatkan tempat dalam
sistem pendidikan dewasa ini di banyak negara termasuk
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
28
Indonesia. Kurikulum 2013 (K-13) yang diberlakukan di
Indonesia merupakan penerapan dari konsep integrated
curriculum. Beberapa konsep utama dari K-13 yakni: (a)
mengintegrasikan KI-1-Sikap Spiritual, KI-2-Sikap Sosial,
KI-3 Keterampilan, dan KI-4 Pengetahuan ke dalam
Standar Kompetensi Lulusan atau SKL; (b) penguatan
pendidikan karakter terintegrasi dalam semua tema
pembelajaran; dan (c) melakukan pembelajaran berpusat
pada pembelajar atau student centered.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
29
BAB III
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pengembangan kurikulum merupakan sebuah hal yang
niscaya dilakukan sepanjang pendidikan berlangsung.
Pengembangan kurikulum memiliki dinamika seiring dengan
dinamika pendidikan itu sendiri. Konseptualisasi dari
pengembangan kurikulum telah dilakukan oleh para ahli dari
masa ke masa. Untuk menelaahnya, dilakukan pembahasan
dengan sistematika: (a) definisi pengembangan kurikulum; (b)
asas-asas pengembangan kurikulum; (c) prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum; (d) aksioma dalam pengembangan
kurikulum; (e) model-model pengembangan kurikulum; dan (f)
evaluasi kurikulum.
A. DEFINISI PENGEMBANGAN KURIKULUM
Istilah ‗pengembangan kurikulum‘ sering dibedakan
artinya dengan beberapa istilah senada lain, misalnya:
‗perbaikan kurikulum‘, ‗perubahan kurikulum‘, maupun
‗pembinaan kurikulum‘. Pembedaan makna istilah tersebut
biasanya lebih dimaksudkan untuk memberikan titik tekan
apa yang dimaksudkan. Istilah ‗perbaikan kurikulum‘ lebih
menekankan pada upaya sistematis untuk merevisi
sebahagian kurikulum yang diberlakukan pada suatu lembaga
tertentu. Sementara istilah ‗perubahan kurikulum‘
dititikberatkan pada usaha yang dilakukan untuk mengganti
sebuah kurikulum setelah melalui upaya pengkajian yang
mendalam atas kesesuaian kurikulum dengan suatu keadaan
masyarakat. Istilah ‗pembinaan kurikulum‘ biasanya
dilekatkan pada peningkatan efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan kurikulum di suatu sekolah atau lembaga
pendidikan tertentu.
Secara umum sebenarnya terdapat substansi yang sama
dari beberapa istilah tersebut, yakni upaya sistematis untuk
menjadikan kurikulum mengalami peningkatan lebih baik,
baik dengan cara mengubah semua, memperbaiki sebagian,
atau meningkatkan efisiensi dan efektifitas implementasi.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
30
Menurut hemat penulis, semua penekanan dari istilah-istilah
tersebut dapat dimasukkan substansi maknanya pada istilah
‗pengembangan kurikulum‘. Dengan demikian istilah
‗pengembangan kurikulum‘ telah mewadahi beberapa
penggunaan istilah di atas. Pengembangan kurikulum
didalamnya juga dapat dimulai dari eksperimen para guru
dalam mengimplementasikan aspek tertentu dari kurikulum,
untuk selanjutnya dijadikan dasar pengembangan. Hal ini
senada dengan pandangan Taba (1962: 23) sebagai berikut:
“there is reasonable ground for believing that if the sequence
in the curriculum development were reversed-that if, firs,
teacher were invited to experiment with specific aspects of
curriculum and then on the basis of these experiment
curriculum development would acquire a new dynamic”.
B. ASAS-ASAS PENGEMBANGAN KURIKULUM
Ibarat hendak mendirikan sebuah bangunan, langkah
terpenting pertama adalah memperhatikan kerangka atau
pondasi yang hendak digunakan. Jika pondasi bangunan kuat,
maka keseluruhan bangunan juga akan menjadi kuat dan
dapat bertahan lama. Sebaliknya, jika pondasinya tidak kuat
maka bangunan akan mudah roboh dan cepat rusak. Begitu
pula jika hendak membangun kurikulum, langkah pertama
yang diperhatikan adalah memperhatikan dengan seksama
pondasi atau asas-asas yang digunakan.
Menurut S. Nasution (1986:4-8), ada beberapa asas yang
diperhatikan dalam pengembangan kurikulum, yakni: (1) asas
filosofis; (2) asas organisatoris; (3) asas psikologis; dan (4)
asas sosiologis. Secara khusus dapat ditambahkan di sini asas
yang ke-5 yakni asas agama. Ada dua alasan mengapa asas
agama perlu ditampilkan sendiri, yakni: (1) agama –terutama
Islam—tidak dapat disamakan begitu saja dengan filsafat;
dan (2) terutama untuk konteks Indonesia asas ini sangat
urgen mengingat kondisi bangsa Indonesia yang religius.
Asas-asas tersebut harus menjadi pilar penyangga dari
kurikulum agar kurikulum dapat diimplementasikan sesuai
dengan tujuan yang dicanangkan.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
31
1. Asas Filosofis, yang dimaksud adalah dasar filsafat. Hal
ini mengandung makna bahwa dalam melakukan
pengembangan kurikulum berpijak pada nilai-nilai filsafat
yang dianut oleh suatu masyarakat di mana kurikulum itu
akan diimplementasikan. Dalam konteks masyarakat
Indonesia, nilai-nilai filsafat yang dianut adalah sila-sila
dari Pancasila. Oleh karenanya pengembangan kurikulum
di Indonesia harus bertumpu dan tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
demokrasi atau kerakyatan serta keadilan.
2. Asas Organisatoris, merupakan dasar dalam penyusunan
kurikulum. Asas ini menyatakan bahwa dalam menyusun
kurikulum dilakukan secara teratur menurut skope, tata
urutan, maupun hirarkhinya. Skope atau ruang lingkup
kurikulum yang hendak disusun dipastikan dapat
mencakup kebutuhan siswa, masyarakat pengguna, dan
sesuai dengan ruang lingkup disiplin ilmu. Tata urutan
kurikulum disusun dengan memperhatikan tingkat
kesulitan, kompleksitas, dan ketersediaan materi.
Penyusunan tingkat kesulitan misalnya diurutkan dari
yang mudah menuju yang lebih sulit dan seterusnya.
Begitu pun dalam hal kompleksitas, diurutkan dari yang
sederhana ke yang kompleks.
3. Asas Psikologis, atau berlandaskan pada aspek kejiwaan
para pembelajar. Aspek psikologis dari para pembelajar
dijadikan pijakan dalam perumusan kurikulum. Kurikulum
pada suatu jenjang pendidikan disesuaikan dengan taraf
perkembangan peserta didik pada jenjang tersebut.
Penyusunan tujuan, materi, strategi, dan evaluasi dalam
kurikulum disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
pada level tertentu. Hal ini penting untuk memastikan
bahwa kurikulum yang disusun tepat sasaran dan sesuai
dengan fase perkembangan.
4. Asas Sosiologis, atau asas masyarakat. Asas ini
menyatakan bahwa pengembangan kurikulum harus
mendasarkan diri pada dinamika masyarakat di mana
kurikulum itu akan diberlakukan. Hal ini mengisyaratkan
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
32
bahwa kurikulum yang baik adalah yang dibangun di atas
kebutuhan masyarakat setempat. Oleh karenanya
kurikulum baik jika dimplementasikan pada suatu
masyarakat, namun belum tentu baik diimplementasikan
pada masyarakat yang berbeda. Dalam hal ini aspek
lokalitas menjadi perlu diperhatikan. Kurikulum berbasis
masyarakat lokal diperlukan untuk menjembatani
sekaligus memenuhi ekspektasi masyarakat akan
pemenuhan kebutuhan kurikulum pada khususnya maupun
kebutuhan pendidikan pada umumnya.
5. Asas Agama, atau nilai-nilai agama. Asas ini menyatakan
bahwa dalam membangun dan mengembangkan
kurikulum, disesuaikan dengan landasan normatif yang
dituntunkan oleh agama. Dalam konteks Islam, bahwa
dalam menyusun kurikulum didasarkan pada nilai-nilai
dan semangat yang terdapat dalam al-Qur‟an dan al-
Sunnah. Dengan demikian kurikulum yang disusun diberi
kerangka atau pondasi ayat-ayat al-Qur‟an maupun al-
Hadits. Dalam konteks ini, terdapat tiga model kerangka:
Pertama, labelisasi muatan materi ajar dengan ayat-ayat
al-Qur‟an dan al-Sunnah. Kedua, internalisasi ayat-ayat
al-Qur‟an dan al-Sunnah ke dalam materi ajar. Ketiga,
interkoneksi ayat-ayat al-Qur‟an dengan materi ajar
melalui riset dimana ayat digunakan sebagai grand theory
(Miftahuddin, 2019:339).
C. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
Secara umum pengembangan kurikulum dilaksanakan
dengan menggunakan prinsip-prinsip: (1) fleksibel; (2)
kontinou; (3) komprehensif; dan (4) efektif dan efisien.
Secara singkat penjelasan masing-masing sebagai berikut:
1. Fleksibel, artinya bahwa dalam pengembangan kurikulum
harus memperhatikan fleksibilitas dalam implementasinya.
Fleksibilitas tersebut mencakup aspek isi, strategi, dan
pengembangan instrumen pembelajarannya.
2. Kontinouitas mencakup dua hal: pertama
keberlangsungan materi pembelajaran antar jenjang
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
33
pendidikan. Kedua keberlangsungan antar materi dalam
berbagai tingkatan kelas.
3. Komprehesif, artinya menyeluruh, di mana kurikulum
yang disajikan kepada para siswa hendaknya bersifat
mencakup semua segi keilmuan terkait secara menyeluruh.
4. Efektif artinya berhasil guna dan berdaya guna. Efisien
artinya dengan sumber daya minimal menghasilkan
produk yang maksimal.
D. AKSIOMA DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
Aksioma merupakan pernyataan kebenaran yang tidak
perlu dibuktikan. Jadi pernyataan tersebut benar dengan
dengan sendirinya. Contohnya, api itu panas, es itu dingin,
dan seterusnya. Pernyataan-pernyataan seperti itu disebut
aksioma karena tidak perlu dibuktikan sudah benar dengan
sendirinya.
Dalam pengembangan kurikulum juga terdapat beberapa
aksioma yang menjadi prinsip dasar tanpa perlu
diperdebatkan, karena sudah memiliki bukti kebenaran alami.
Aksioma-aksioma dalam pengembangan kurikulum dengan
demikian merupakan pernyataan-pernyataan kebenaran
mengenai kurikulum yang secara common sense dapat
diterima, tanpa perlu diperdebatkan.
Menurut Oliva (1982:23-30) terdapat sepuluh aksioma
dalam pengembangan kurikulum, sebagai berikut.
1. Inevitability of Change: perubahan merupakan hal yang
perlu dan tak terhindarkan, karena melalui perubahan
itulah kehidupan tumbuh dan berkembang. Beberapa isu
perubahan yang begitu cepat antara lain: (a) persoalan
lingkungan; (b) sumber daya energi; (c) nilai dan
moralitas; (d) krisis masyarakat perkotaan dan sub urban;
(e) perubahan dalam kehidupan keseharian dan struktur
kekeluargaan. Perubahan-perubahan tersebut menuntut
adanya perubahan kurikulum untuk menyesuaikan bahkan
menuntun perkembangan kehidupan masyarakat.
2. Curriculum as a Product of Its Time: kurikulum sekolah
bukan sekedar cerminan zaman, namun lebih merupakan
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
34
produk zaman. Pengembangan kurikulum sekolah
merupakan hasil dialektika antara sekolah dan masyarakat
pada suatu era tertentu. Jadi kurikulum sejatinya
merupakan nafas zaman, gambaran peradaban suatu era.
3. Concurrent Change: perubahan kurikulum yang
dilakukan pada waktu sebelumnya dapat terjadi bersamaan
dengan perubahan kurikulum yang lebih baru pada waktu
berikutnya. Perubahan kurikulum merupakan kelanjutan
dari perubahan pada waktu sebelumnya.
4. Change in People: perubahan kurikulum merupakan buah
dari perubahan masyarakat. Seiring dengan perubahan
individu-individu yang ada di masyarakat, maka
kurikulum menyesuaikan perubahan tersebut agar
kurikulum senantiasa sesuai dengan tuntutan masyarakat.
5. Cooperative Endeavor: pengembangan kurikulum akan
lebih efektif jika dilakukan secara bersama-sama oleh para
pihak terkait. Para pihak tersebut antara lain: para ahli
kurikulum dan para praktisi kurikulum termasuk di
dalamnya pendidik, tenaga kependidikan, supervisor, dan
masyarakat pendidikan.
6. Decision-Making Process: pengembangan kurikulum
pada dasarnya merupakan proses pengambilan keputusan
atas berbagai pilihan: (a) pilihan diantara berbagai disiplin
ilmu; (b) pilihan metodologi yang digunakan; dan (c)
pilihan dalam hal organisasi.
7. Continuous Process: pengembangan kurikulum
merupakan proses yang berkelanjutan dan tiada akhir.
Sepanjang peradaban manusia terus berkembang maka
proses pengembangan kurikulum akan terus berlangsung.
Sebagaimana dimaklumi peradaban manusia akan terus
mengalami perkembangan, maka tentu saja pengembangan
kurikulum tidak pernah akan berhenti.
8. Comprehensive Process: pengembangan kurikulum
merupakan proses yang komprehensif, tidak parsial.
Tahapan maupun cakupan dalam pengembangan
kurikulum dilakukan secara menyeluruh tidak sebahagian.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
35
9. Systematic Development: pengembangan kurikulum yang
dilakukan secara sistematis dan terencana akan lebih
efektif dibandingkan dengan yang hanya trial and error
atau coba-coba.
10. Starting from the Existing Curriculum: perencana
kurikulum memulai pekerjaan mengembangkan kurikulum
dari dimana kurikulum itu berada, sebagaimana guru
memulai mengajar dari dimana siswa itu berada.
Pengembangan kurikulum perlu memperhatikan lokalitas
dan kontekstualitas dengan sekolah dan masyarakat pada
umumnya.
E. MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Model adalah pola atau contoh sesuatu. Dengan
demikian yang dimaksud dengan model pengembangan
kurikulum adalah pola yang dipakai dalam menyusun dan
mengimplementasikan kurikulum. Terdapat banyak model
atau pola tentang langkah-langkah dalam pengembangan
kurikulum yang ditawarkan oleh para ahli.
1. Model Tayler
Menurut Ralp W. Tayler, langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam mengembangkan kurikulum meliputi:
a. tentative general objectives: menentukan tujuan umum
yang bersifat sementara. Langkah awal dari tahap ini
adalah menelaah sumber-sumber pengambilan tujuan
meliputi: (a) siswa, (b) masyarakat, dan (c)
matapelajaran. Tujuan umum sementara diambil
dengan melakukan telaah atas kebutuhan belajar siswa,
tingkat perkembangan dan minat siswa. Dari sumber
masyarakat, ditelaah aspek kesesuaian dengan
perkembangan masyarakat, kegunaannya bagi
masyarakat serta kesesuaian dengan kondisi sosial yang
ada. Sementara dari sumber mata pelajaran ditelaah
kesesuaian kurikulum dengan disiplin keilmuan
maupun matapelajaran yang dikembangkan. Pada tahap
ini diidentifikasi sebanyak mungkin tujuan kurikulum
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
36
yang akan dikembangkan. Pengembang kurikulum
memiliki keleluasaan untuk mencantumkan banyak hal
pada langkah pertama ini. Namun tidak semua yang
dicantumkan pada tujuan umum yang bersifat
sementara ini nantinya akan dipakai, karena akan
dilakukan screening atau penyaringan agar didapatkan
tujuan yang precise atau pasti. Penyaringan dilakukan
dengan menggunakan dua parameter: (a) philosophy of
education, dan (b) psychology of learning.
b. precise instructional objectives: perumusan tujuan
pembelajaran yang bersifat pasti. Setelah tujuan-tujuan
umum yang bersifat sementara disaring menggunakan
tiga parameter sebagaimana tersebut pada langkah
pertama di atas, maka dirumuskan tujuan pembelajaran
yang bersifat pasti. Jadi tujuan pembelajaran yang
bersifat pasti merupakan kristalisasi dari tujuan-tujuan
umum yang bersifat sementara.
c. selection of learning experiences: menyeleksi
pengalaman-pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan secara pasti pada langkah kedua.
Penyeleksian pengalaman-pengalaman belajar terlebih
dahulu dimulai dengan mengidentifikasi pengalaman-
pengalaman belajar apa saja yang sekiranya dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Setelah semua teridentifikasi barulah diseleksi mana
yang akan digunakan, mana yang dieliminasi.
d. organization of learning experiences: mengorganisasi
pengalaman belajar. Sesudah pengalaman belajar yang
akan disajikan terseleksi mana yang benar-benar
digunakan, lalu langkah keempat yakni mengatur tata
urutan pengalaman belajar mana yang didahulukan
mana yang diakhirkan. Pengorganisasian pengalaman
belajar ini merumuskan sequence kegiatan dan materi
belajar agar secara sistematis dan komprehensif dapat
mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
e. direction of learning experiences: pelaksanaan dari
pengalaman belajar yang telah tersusun dalam bentuk
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
37
kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan tetap mengacu tata urutan
pengalaman belajar yang sudah ditetapkan. Langkah
kelima ini dapat dinyatakan sebagai bagian yang sangat
penting dari langkah-langkah pengembangan
kurikulum, karena pada langkah ini seluruh desain
kurikulum diimplementasikan.
f. evaluation of learning experiences: mengevaluasi
pengalaman belajar. Langkah terakhir dari
pengembangan kurikulum yakni menilai apakah
pengalaman belajar yang diimplementasikan telah
dapat mencapai tujuan yang ditetapkan atau belum.
Evaluasi ini disamping berfungsi sebagai tolok ukur
keberhasilan, sekaligus juga dimaksudkan sebagai
starting point mengambil keputusan untuk
menyempurnakan tujuan.
Screen
Tentative General Objectives
Student Society Subject
Screen
Philosophy of
education Psychology
of learning
Precise instructional
objectives
Selection of learning experiences
Organization of
learning experiences
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
38
_________________________________________________________
Bagan 3-1. Model Tayler
2. Model Leyton Soto
Mario Leyton Soto menyampaikan tiga bagian utama
dalam pengembangan kurikulum di mana masing-masing
bagian berhubungan satu sama lainnya.
a. Basic elements, merupakan elemen-elemen dasar yang
terlebih dahulu harus dikaji secara mendalam. Elemen-
elemen dasar mencakup: philosophy (telaah filosofis),
psychology (telaah psikologis), dan sources (telaah
sumber-sumber). Telaah sumber-sumber berupa: the
learner (pelajar), contemporary life (kehidupan
kontemporer), dan subject matter (matapelajaran).
b. Basic processes, proses-proses dasar dalam
pengembangan kurikulum, meliputi: selecting
objectives (seleksi tujuan), organizing objectives
(organisasi tujuan), dan evaluating experiences
(evaluasi perilaku akhir).
c. Fundamental concepts, konsep-konsep fundamental
dalam pengembangan kurikulum mencakup: objectives
(tujuan khusus), activities (aktivitas-aktivitas
pembelajaran), dan experiences (pengalaman-
pengalaman belajar). Experiences merupakan perilaku
yang dinyatakan dalam tujuan khusus yang merupakan
terminal behavior atau perilaku akhir yang akan
dicapai, sedangkan activities merupakan kegiatan-
kegiatan dimana siswa diarahkan untuk mencapai
perilaku akhir.
Direction of learning
experiences
Evaluation of
learning experiences
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
39
I. Basic elements
II. Basic processes
III. Fundamental Concept
_____________________________________________________________
Bagan 3-2. Model Leyton Soto
3. Model Taba
Hilda Taba menyusun langkah-langkah pengembangan
kurikulum sebagai salah satu model pengembangan
kurikulum sebagai berikut:
a. diagnosis of needs: mendiagnosa kebutuhan-kebutuhan
belajar siswa dimana kurikulum akan ditujukan.
b. formulation of objectives: merumuskan tujuan-tujuan
terinci yang hendak dicapai. Dalam merumuskan tujuan
Organization
Evaluation
Selection
Philosophy Psychology
Sources: 1. The learner
2. Contemporary
life 3. Subject Matter
Activities
Experiences Objectives
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
40
pengembang kurikulum harus mendasarkan diri pada
langkah pertama yakni berbasis pada kebutuhan-
kebutuhan belajar siswa.
c. selection of content: pemilihan isi pelajaran berupa
materi yang akan dipelajari dipilih sesuai dengan
tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan.
d. organization of content: pengorganisasian materi atau
bahasan pelajaran berupa kegiatan mengurutkan materi
dan menentuan skope atau cakupan materi.
e. selection of learning experiences: pemilihan
pengalaman belajar yang akan dilakukan oleh para
siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Pengalaman
belajar merupakan seperangkat strategi pembelajaran
yang dicanangkan.
f. organization of learning activities: pengorganisasian
aktivitas-aktivitas belajar menjadi tahapan-tahapan
pembelajaran atau sekenario pembelajaran.
g. determination of what to evaluate and of the ways and
means of doing it: penentuan atas apa, bagaimana cara,
dan alat apa yang akan dipakai dalam melakukan
evaluasi.
Formulation of objectives
Diagnosis of needs
Selection of content
Organization of content
Selection of learning experiences
Organization of learning activities
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
41
_______________________________________________ Bagan 3-3. Model Taba
4. Model Saylor and Alexander
Langkah-langkah pengembangan kurikulum menurut
Model Saylor dan Alexander sebagai berikut:
a. Bases (external variables): langkah pendahuluan bagi
pengembang kurikulum adalah memperhatikan dasar-
dasar atau variabel-variabel eksternal. Variabel-variabel
eksternal tersebut berupa: legal requirements (peraturan
perundang-undangan), educational research (riset
pendidikan), region acreditation standards (standar
akreditasi nasional), views of community groups
(pandangan kelompok-kelompok masyarakat), dan lain-
lain.
b. goals, objectives and domains: langkah selanjutnya
yakni menetukan tujuan-tujuan umum dan tujuan-
tujuan khusus. Tujuan-tujuan umum tersebut harus
mencakup empat domain utama, yakni: personal
development (pengembangan individu), human
relations (hubungan antar manusia), continued learning
skills (keterampilan-keterampilan melanjutkan belajar),
dan specialization (spesialisasi).
c. curriculum designing: memutuskan desain kurikulum
dengan memperhatikan masukan dari stakeholders.
Para perencana kurikulum memiliki tanggungjawab
untuk memastikan bahwa kurikulum yang dirancang
dapat diimplementasikan dengan mudah.
d. curriculum implementation: mengimplementasikan
kurikulum dalam pembelajaran di kelas atau di luar
kelas. Implementasi kurikulum ini menjadi tugas para
guru. Para guru harus mengelaborasi kurikulum ke
dalam proses pembelajaran mencakup strategi
pembelajaran, sumber-sumber belajar, dan mendorong
fleksibilitas siswa dalam belajar.
Determination of what to evaluate
and of the ways and means of doing it
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
42
e. curriculum evaluation: merumuskan prosedur evaluasi
untuk menentukan kemajuan belajar para siswa oleh
guru. Dalam evaluasi ini juga termasuk evaluasi
terhadap rencana kurikulum itu sendiri yang
dilaksanakan oleh para pengembang kurikulum. Data-
data evaluasi ini sangat penting untuk membuat
keputusan mengenai perencanaan kurikulum yang akan
datang.
(Feedback)
__________________________________________________________
Bagan 3-4. Model Saylor dan Alexander
Goals, objectives
and domains
Curriculum designing
___________________
Decisions as to design(s)
made by the responsible curriculum planning
group(s) for a particular
school center. Various priof decisions by
political and social
agencies may limit the
final design(s).
Curriculum implementation
(instruction)
____________________
Decisions as to
instructional modes made by the responsible
teacher(s). the curriculum
plan includes alternative modes with suiggestions as
to resources, media,
organization, thus encouraging flexibility,
and more freedom for the
teacher(s) and students.
Curriculum evaluation
____________________
Decision as to evaluative
procedures for determining learner
progress made by the
responsible teacher(s). Decisions as to evaluative
procedures for the
evaluating curriculum plan made by the
responsible planning
group. Evaluative data became bases for decision
making in further
planning.
Bases (external variables)
Curriculum plan (Arrangement of internal variables by planners responsible for plans to
achieve within each curriculum domain selected and the entire plan, the
particular goals and objectives of each domain and the total plan)
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
43
5. Model Oliva
Peter F. Oliva (1982:168), merumuskan langkah-langkah
pengembangan kurikulum meliputi:
a. statement of philosophy: merumuskan pandangan
filosofis tentang kurikulum khususnya dan pendidikan
pada umumnya, sebagai dasar penentuan tujuan.
b. statement of goals: merumuskan tujuan-tujuan umum
yang akan dicapai dari pengembangan kurikulum.
c. statement of objectives: merumuskan tujuan-tujuan
khusus pembelajaran yang bersifat rinci.
d. design of plan: mendesain rencana pembelajaran
dimana di dalamnya terdapat sperangkat instrumen atau
perangkat pembelajaran.
e. implementation: pelaksanaan pembelajaran sebagai inti
dari penerapan kurikulum. Dalam implementasi
dilakukan berbagai aktivitas pembelajaran sebagaimana
yang sudah didesain pada langkah sebelumnya.
f. evaluation: melakukan evaluasi atas apa yang sudah
diimplementasikan sebagai bahan pertimbangan atau
data untuk perencanaan kurikulum pada masa
mendatang.
________________________________________________ Bagan 3-5. Model Oliva
Oliva (1982:169) menyempurnakan modelnya di atas
dengan menambahkan beberapa rincian pada semua
langkah, dari semula enam langkah (sebagaimana bagan 3-
5) menjadi dua belas langkah.
6. Model Wheeler
D. K. Wheeler menyusun model pengembangan
kurikulum melingkar dimana langkah sesudahnya
merupakan kelanjutan untuk mencapai sebelumnya secara
Statement
of
philosophy
Statement
of
goals
Statement
of
objectives
Design of
plan Implementation Evaluation Evaluation
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
44
simultan. Tahapan-tahapan pengembangan kurikulum
cyclical menurut Wheeler sebagai berikut:
a. Selection of aims, goals, and objectives: menentukan
tujuan akhir atau outcome yang akan dihasilkan, tujuan
umum untuk mencapai tujuan akhir, dan tujuan khusus
untuk mencapai tujuan umum.
b. Selection of learning experiences: menyeleksi
pengalaman belajar untuk membantu pencapaian tujuan
akhir, tujuan umum, dan tujuan khusus.
c. selection of content: memilih isi dari tipe-tipe tertentu
yang dapat mendukung pengalaman belajar yang
diperlukan.
d. organization and integration of learning experience
and content: mengorganisasi sekaligus
mengintegrasikan pengalaman belajar dengan isi
pelajaran dalam proses pembelajaran guna mencapai
tujuan.
e. evaluation: evaluasi menyeluruh pada setiap fase,
dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang
dijumpai untuk mengukur tingkat keberhasilan.
____________________________________________ Bagan 3-6. Model Wheeler
(1) Selection of aims, goals, and objectives
(5) evaluation
(4) Organization and integration of learning experience and content
(3) Selection of content
(2) Selection of learning experiences
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
45
7. Model Audrey dan Nicholls
Audrey dan Howard Nicholls mengembangkan model
kurikulum yang ringkas, jelas, dan situasional. Model
yang dikembangkannya lebih menggunakan pendekatan
rasional dalam menyusun kurikulum karena secara tegas
menyebutkan hal utama yang harus dilakukan oleh para
pengembang kurikulum adalah melakukan rasionalisasi
atas situasi yang berkembang pada saat kurikulum akan
diberlakukan. Oleh sebab itu, model Audrey dan Nicholls
sering disebut model rasional. Menurut model ini terdapat
lima langkah berkesinambungan dalam pengembangan
kurikulum, sebagai berikut:
a. situasional analysis: melakukan analisis situasi untuk
mendiagnosis kebutuhan peserta didik dan situasi sosial
masyarakat agar kurikulum yang dirancang responsif
terhadap tuntutan perkembangan masyarakat.
b. selection of objectives: menyeleksi tujuan berdasar
analisis kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
c. selection and organizing of content: memilih dan
menata isi kurikulum berdasarkan tujuan pada langkah
sebelumnya.
d. selection and organization of methods: memilih dan
mengorganisir metode dalam rangka
mengimplementasikan penyampaian isi kurikulum
kepada siswa.
e. evaluation: mengevaluasi langkah-langkah yang telah
ditempuh untuk mengetahui tingkat ketercapaian
tujuan.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
46
_________________________________________ Bagan 3-7. Model Audrey dan Nicholls
8. Model Skilbeck
Malcolm Skilbeck mengembangkan model kurikulum
yang lebih dinamis atau interaktif (dynamic or interactive
models). Langkah-langkahnya, sebagai berikut:
a. analyse the situation: menganalisis situasi yang
melingkupi pengembangan kurikulum, terutama
kebutuhan-kebutuhan belajar siswa dan perkembangan
zaman.
b. define objectives: menentukan tujuan kurikulum
sebagai panduan menuju arah yang akan dicapai.
c. design the teaching-learning program: mendesain
program pembelajaran yang akan dilaksanakan secara
bersama oleh guru dan siswa serta sumber-sumber
belajar terkait.
d. interpret and implement the program: menerjemahkan
dan mengimplementasikan program yang telah didesain
sebelumnya dalam kegiatan nyata baik di kelas maupun
di luar kelas.
e. assess and evaluate: melakukan penilaian atas
implementasi program dan evaluasi menyeluruh atas
semua tahapan untuk digunakan sebagai bahan
perbaikan selanjutnya.
(1) Situational analysis
(2) Selection of objectives
(3) Selection and organizing of content
(4) Selection and organization of methods
(5) Evaluation
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
47
_____________________________________________Bagan 3-8. Model Skilbeck
Dari beberapa model yang dirumuskan oleh para ahli
tersebut, penulis melakukan ijtihad untuk menyusun model yang
lebih praktis dan mudah digunakan, namun tetap sistematis dan
komprehensif dalam langkah-langkahnya. Model tersebut agar
lebih mudah dikenal dinamakan model praktis. Model praktis
dalam pengembangan kurikulum meliputi tiga fase:
1. Fase Pertama, designing of curriculum atau penyusunan
kurikulum. Fase ini mencakup beberapa langkah secara
simultan dan dinamis. Pada fase ini langkah-langkah yang
ditempuh oleh pengembang kurikulum meliputi:
a. Langkah 1: melakukan analisis faktor. Langkah awal
pengembangan kurikulum adalah menganalisis
berbagai faktor yang melingkupi kurikulum baik pada
ranah filosofis maupun empiris. Beberapa hal terkait
dengan ranah filosofis, yakni: (a) melakukan telaah
filosofis mengenai hakekat pendidikan menggunakan
disiplin ilmu filsafat pendidikan dan psikologi
pendidikan; (b) melakukan telaah konsepsi kurikulum
apa yang dianut dengan memanfaatkan alat bantu teori-
teori kurikulum itu sendiri maupun teori-teori ilmu
sosial dan humaniora secara integratif. Adapun telaah
ranah empiris meliputi: (a) telaah peraturan perundang-
undangan yang berlaku baik pada tingkat daerah,
nasional maupun internasional; (b) telaah terhadap
(1) Analyse the situation
(2) Define objectives
(3) Design the teaching-learning program
(4) Interpret and implement the program
(5) Assess and evaluate
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
48
perkembangan kekinian berupa dinamika sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan keagamaan; (c) telaah
perkembangan disiplin keilmuan kontemporer; dan (d)
telaah atas kebutuhan belajar peserta didik dikaitkan
dengan tuntutan dunia kerja, maupun tuntutan
pendalaman ilmu dan teknologi oleh masyartakat.
Rumusan telaah atas hal-hal yang bersifat filosofis dan
praktis pada langkah pertama ini dituangkan dalam
naskah akademik penyusunan kurikulum.
b. Langkah 2: merumuskan tujuan akhir, tujuan umum,
dan tujuan khusus. Sesudah analisis atas berbagai faktor
di atas, maka langkah selanjutnya yakni perumusan
tujuan akhir, tujuan umum, dan tujuan khusus. Tujuan
akhir merupakan out put dan out come dari kurikulum
suatu lembaga pendidikan. Sebagai contoh out come
dari kurikulum Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
(PTKI) yakni terbentuknya lulusan berupa guru agama
Islam yang profesional. Untuk mencapai tujuan akhir
tersebut, perlu disusun beberapa tujuan umum yang
berisi kompetensi-kompetensi yang harus dicapai oleh
para peserta program. Contoh tujuan umum pada FTIK
misalnya lulusan memiliki kompetensi paedagogik,
kompetensi akademik, dan kompetensi profetik sebagai
guru agama Islam. Setelah itu kompetensi-kompetensi
tersebut dijabarkan dalam tujuan kurikulum yang lebih
khusus.
c. Langkah 3: menyeleksi dan mengorganisasi program
pengalaman belajar. Setelah tujuan akhir, tujuan umum,
dan tujuan khusus ditetapkan, selanjutnya menuju
langkah 3 yakni seleksi dan organisasi program
pengalaman belajar. Menyeleksi dan melakukan
penataan atas program pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan pada langkah 2. Program pengalaman
belajar merupakan seperangkat tindakan yang
menggambarkan kompetensi lulusan sebagaimana yang
diidealkan dalam tujuan. Melanjutkan contoh pada
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
49
penyusunan naskah kurikulum FTIK (pada contoh
langkah 2), maka berdasar kompetensi dan
penjabarannya, lalu diidentifikasi dan disusun program
pengalaman belajar apa saja yang dapat mengantarkan
mahasiswa mencapai kompetensi-kompetensi tersebut.
Misalnya untuk dapat mencapai kompetensi
paedagogik dengan penjabaran terampil mengajar,
maka diberikan program pengalaman belajar berupa:
praktik ceramah di kelas, praktik mikro teaching di
laboratorium, praktik pengalaman lapangan di
sekolah/madrasah, penugasan magang calon guru
mandiri di sekolah/madrasah.
d. Langkah 4: menyeleksi dan mengorganisasi isi atau
materi pelajaran. Isi atau materi pelajaran merupakan
seperangkat materi yang dipelajari para peserta didik
baik secara terstruktur maupun mandiri sebagai bekal
unjuk kerja dalam melaksanakan program pengalaman
belajar pada langkah 3. Sebagai ilustrasi, para
mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam
(PAI) FTIK sebelum melakukan program pengalaman
belajar, maka mereka harus menguasai seperangkat
materi: teori-teori didaktik-metodik, teori-teori
psikologi, teori-teori pendidikan, dan ilmu agama Islam
sebagai core bisnis keilmuan PAI. Isi pelajaran tersebut
dipersyaratkan mendalam, komprehensif, dan up to
date.
e. Langkah 5: mendesain evaluasi kurikulum dan
pembelajaran. Langkah akhir pada fase I yakni
menyusun desain evaluasi kurikulum dan pembelajaran.
Desain evaluasi kurikulum yang disusun mengacu
kepada model-model evaluasi kurikulum yang telah
dikembangkan oleh para ahli. Selanjutnya secara
spesifik, juga perlu didesain evaluasi pembelajaran
sebagai acuan pada pengembangan program
pembelajaran (langkah 6) dan pelaksanaannya (langkah
8).
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
50
2. Fase Kedua, implementing of curriculum atau pelaksanaan
kurikulum dalam bentuk pembelajaran. Pada fase II,
terdapat tiga langkah utama yakni: pengembangan
program pembelajaran (langkah 6), pelaksanaan
pembelajaran (langkah 7), dan evaluasi hasil belajar
(langkah 8).
a. Langkah 6: pengembangan program pembelajaran.
Langkah 6 sering diistilahkan dengan perencanaan
pembelajaran atau penyusunan desain pembelajaran.
Langkah ini berisi kegiatan menjabarkan naskah
kurikulum ke dalam perangkat pembelajaran, seperti
penyusunan/penyempurnaan silabus, penyusunan
Rencana Pembelajaran/Rencana Perkuliahan,
menyusun instrumen penilaian, dan lain-lain.
b. Langkah 7: pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan
pembelajaran merupakan implementasi desain
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Langkah
ini merupakan langkah inti dalam implementasi
kurikulum. Pada langkah ini diperlukan kecakapan
khusus berupa mengejawantahkan desain pembelajaran
ke dalam situasi nyata pembelajaran. Seperangkat
kompetensi, indikator kompetensi, tujuan
pembelajaran, integrasi antar kompetensi, skenario
pembelajaran (langkah dan strategi), serta alat dan
media pembelajaran yang sudah dituangkan dalam
desain pembelajaran harus diimplementasikan, dengan
memperhatikan kondisi riil yang berkembang.
c. Langkah 8: evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar
merupakan penilaian hasil belajar para peserta didik.
Penilaian didasarkan pada desain dan instrumen
penilaian yang telah disusun pada langkah 6 dengan
memperhatikan proporsionalitas kompetensi sikap
spiritual, sikap sosial, keterampilan dan pengetahuan.
Hasil dari langkah ini berfungsi disamping untuk
menyampaikan laporan kemajuan belajar, juga untuk
menjadi data utama dalam melakukan penyempurnaan
pembelajaran maupun evaluasi kurikulum pada fase III.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
51
3. Fase Ketiga, evaluating of curriculum atau penilaian
kurikulum. Terdapat empat langkah yang satu sama lain
saling berinteraksi dalam fase evaluasi kurikulum (fase
III), yakni: evaluasi konteks (langkah 9), evaluasi input
(langkah 10), evaluasi proses (langkah 11), dan evaluasi
produk (langkah 10).
Peralihan fase I ke dua terdapat uji coba implementasi
pada satuan pendidikan percontohan. Hal ini perlu untuk
mengetahui kelayakan sebuah kurikulum sebelum
diberlakukan secara masif pada suatu organisasi
pendidikan tertentu yang menaungi banyak satuan
pendidikan, maupun pada pemberlakukan secara regional
bahkan nasional.
Fase-fase pengembangan kurikulum model
praktis (fase I-III) beserta langkah-langkahnya (langkah 1-
10) mempersyaratkan feed back atau umpan balik pada
setiap fase maupun langkah, agar satu sama lain saling
mengontrol dan berhubungan.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
52
I. Designing of curriculum (Penyusunan naskah kurikulum)
II. Implementing of curriculum (Pembelajaran)
III. Evaluating of curriculum (Penilaian kurikulum)
___________________________________________________ Bagan 3-9. Model Praktis-Miftahuddin
F. EVALUASI KURIKULUM
Kemmis (1980:1) mendefinisikan evaluasi kurikulum
sebagai sebuah proses untuk memberikan gambaran dan
menyediakan informasi guna membuat penilaian dan
keputusan tentang kurikulum. Dengan demikian hakekat
evaluasi kurikulum meliputi dua aspek, pertama merupakan
usaha untuk mengumpulkan data tentang keberhasilan
standar kompetensi (tujuan) kurikulum, dan kedua
merupakan usaha untuk memperbaiki kurikulum. Adapun
obyek evaluasi kurikulum meliputi: tujuan atau standar
Pengembangan program
pembelajaran
Analisis
faktor:
filosofis
dan
empiris
Tujuan
Akhir Seleksi dan
organisasi
program
pengalaman
belajar
Evaluasi
hasil belajar
Pelaksanaan
pembelajaran
Tujuan
Umum
Tujuan
Khusus
Evaluasi
konteks
Evaluasi
input
Evaluasi
proses
Evaluasi
produk
Seleksi dan
organisasi
isi pelajaran
Desain
evaluasi
kurikulum
dan
pembelajaran
1 2 3 4 5
u
m
p
a
n
b
a
l
i
k
Uji coba implementasi
pada satuan pendidikan
percontohan
Refleksi
atas uji coba
implementasi
6 7 8
9 10 11 12
u
m
p
a
n
b
a
l
i
k
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
53
kompetensi, isi atau materi pokok, strategi dan proses
pembelajaran, media, komponen pendukung, dan out comes.
Menurut Kemmis (1980: 3-8) ada tujuh prinsip yang
harus diperhatikan dalam program evaluasi kurikulum.
1. The Principle of Rationality as Reasonableness: Siswa
bertindak secara wajar sesuai dengan situasi dan kondisi
mereka sendiri. Siswa perlu diberi alasan rasional atas
pengembangan program evaluasi beserta faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Siswa dalam hal ini diarahkan
untuk secara kritis melakukan program evaluasi dengan
melakukan identifikasi atas fokus evaluasi dan
lingkungan eksternal yang mungkin dapat
mempengaruhinya.
2. The Principle of Autonomy and Responsibility: setiap
orang yang berkaitan dengan program evaluasi memiliki
otonomi dan tanggung jawab atas hasil dari program
tersebut. Evaluasi kurikulum merupakan program
bersama dari individu-individu yang memiliki otonomi
dan tanggung jawab tersebut. Guru perlu mengutamakan
aspek akuntabilitas atas kerja bersama para siswa.
3. The Principle of Community Self-Interest: Pada saat
pengembangan kurikulum dilaksanakan disana terdapat
self-interest dalam kelompok. Guru memiliki tanggung
jawab untuk menyampaikan kepada siswa bahwa tingkat
kesamaan maupun konflik nilai-nilai dan minat yang ada
dalam kelompok harus dikelola dengan sebaik-baiknya.
4. The Principle of Plurality of Value-Perspectives: Bahwa
dalam penilaian terdapat pluralitas perspektif atas nilai.
Rentang perbedaan perspektif atas nilai menjadi relevan
dalam menilai suatu program. Sebuah penilaian harus
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan perspektif ini dan
juga harus bertanggungjawab terhadap implikasi
perbedaan tersebut.
5. The Principle of the Self-Critical Community: Internal
Evaluation, Evaluation Consultancy, Meta-Evaluation,
External and Independent Evaluation: Debat kritis
tentang sifat dan nilai suatu program sudah ada di dalam
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
54
dan di sekitar komunitas programnya. Ini adalah tugas
evaluasi program untuk memperbaiki debat ini dan
meningkatkan daya dukungnya pada tindakan program.
Konsultasi evaluasi dapat menyediakan alat tambahan
untuk tujuan ini. Upaya meta-evaluasi dapat membantu
meningkatkan kualitas kontribusi evaluasi program.
Evaluasi eksternal dapat berkontribusi pada debat kritis
dengan meningkatkan kesadaran terhadap serangkaian
nilai dan minat tertentu yang relevan dengan suatu
program; seharusnya tidak dianggap sebagai alternatif
untuk proses kritis diri. Evaluasi independen dapat
membantu memanfaatkan self-critical program ketika
komunitas program tersebar atau terbelah oleh
kontroversi. Self-critical oleh komunitas program adalah
dasar utama untuk evaluasi program; upaya evaluasi
lainnya memperluasnya dengan cara yang berbeda tetapi
tidak menggantikannya.
6. The Principle of Propriety in the Production and
Distribution of Information: Proses evaluasi pasti
mempengaruhi persoalan ekonomi, politik, dan informasi
dalam suatu program produksi dan distribusi informasi
tentangnya. Karena informasi dan argumen membenarkan
atau melegitimasi keputusan, evaluasi memengaruhi
distribusi kekuasaan dan sumber daya dalam situasi
program. Peserta program dan pengamat yang berminat,
hidup dengan konsekuensi penggunaan dan
penyalahgunaan informasi evaluasi. Suatu evaluasi harus
memiliki prinsip-prinsip prosedur yang eksplisit yang
mengatur pelaksanaannya dan proses-proses produksi dan
distribusi informasinya.
7. The Principle of Appropriateness: Desain evaluasi
merupakan hal yang praktis. Evaluasi harus sesuai dengan
pengaturan program, responsif terhadap masalah program,
dan relevan dengan komunitas program dan pengamat
yang berminat. Desain evaluasi harus dinegosiasikan
ulang ketika studi berlangsung dengan
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
55
mempertimbangkan perubahan keadaan, masalah dan
minat, dan dengan mengingat konsekuensinya sendiri.
Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa evaluasi
kurikulum yang akurat harus memenuhi beberapa
persyaratan, mencakup:
1. berorientasi pada kompetensi lulusan;
2. berkesinambungan;
3. komprehensif ;
4. berfungsi ganda sebagai penilaian dan pengambilan
keputusan; dan
5. berorientasi pada standar yang ditetapkan
Ada beberapa model evaluasi kurikulum, antara lain:
Model CIPP dan CDPP, Model EPIC, Model CEMREL,
Model Atkinson, Model Stake, dan Model CSE.
1. Model CIPP/CDPP dari Stufflebeam
Menurut Stufflebeam (2007: 3-7) evaluasi kurikulum
mencakup penilaian terhadap empat aspek utama, yakni:
a. Context: penilaian yang berkaitan dengan kebutuhan-
kebutuhan siswa, sarana-prasarana, dan lingkungan
secara deskriptif maupun komparatif;
b. Input/Design: penilaian yang diharapkan dapat
memebrikan informasi mengenai sumber-sumber
belajar, desain pembelajaran, strategi dan kegiatan
pembelajaran termasuk pembiayaan, dalam menunjang
pencapaian tujuan pembelajaran;
c. Process: penilaian pada saat kegiatan pembelajaran
dilaksanakan, sehingga dapat diketahui kekurangan-
kekurangan desain pembelajaran yang telah disusun;
dan
d. Product: penilaian atas kualitas hasil dan signifikansi
program terhadap peserta didik. Penilaian product
digunakan untuk mengukur sejauhmana gap antara
idealita dan realita telah dapat didekatkan.
2. Model EPIC (Evaluative Program Innovative
Curriculum)
Model EPIC menekankan aspek-aspek evaluasi kurikulum
pada aspek-aspek:
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
56
a. Perilaku: meliputi penilaian aspek kognitif,
psikomotorik, dan afektif;
b. Pembelajaran: meliputi penilaian terhadap organisasi,
materi, metode, alat-sumber, biaya; dan
c. Institusi: penilaian terhadap SDM lembaga (siswa,
pendidik, tenaga kependidikan, kepala sekolah,
supervisor) termasuk keluarga dan masyarakat.
3. Model CEMRELL (Central Midwestern Regional
Education Laboratory)
Model CEMRELL menitikberatkan program evaluasi
kurikulum pada beberapa hal:
a. Fokus evaluasi menekankan pada aspek: siswa,
mediator, dan material;
b. Peranan evaluasi adalah menilai proses yang
dilaksanakan dan produk atau hasil yang dicapai ; dan
c. Data, artinya penilaian didasarkan pada data yang
bersumber dari skala respon melalui angket dan
observasi.
4. Model Atkinson
Model Atkinson lebih fokus pada aspek-aspek berikut
dalam menerapkan program evaluasi kurikulum:
a. Stuktur, yakni penilaian yang berhubungan dengan
perencanaan sekolah dan organisasi sekolah;
b. Proses, yakni penilaian yang berkaitan dengan proses
pembelajaran yang sedang berlangsung; dan
c. Produk, yakni penilaian yang mencakup perilaku
sebagai hasil belajar siswa.
5. Model Countenance dari Robert E. Stake
Stake (1967:233) menggambarkan program evaluasi
kurikulum ke dalam tiga fase program, yakni:
a. Antecedents (Pendahuluan) adalah keadaan yang ada
sebelum pembelajaran yang mungkin berhubungan
dengan hasil, seperti: karakteristik siswa dan guru, isi
kurikulum, materi pembelajaran, konteks masyarakat,
dan lain-lain.
b. Transaction (Transaksi) adalah proses pembelajaran
yang berlangsung, meliputi: arus komunikasi, alokasi
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
57
waktu, tahapan pembelajaran, situasi sosial pada saat
pembelajaran, keadaan cuaca, dan lain-lain.
c. Outcomes (Hasil) adalah efek dari program, mencakup:
pencapaian pengetahuan siswa, sikap, keterampilan
motorik, efek pada guru dan lembaga, dan lain-lain.
6. Model CSE (Center for the Study of Evaluaation)-
UCLA.
Marvin Alkin sebagaimana dikutip Neil (1990:234)
menyatakan bahwa model ini mencakup lima tahap:
a. Tahap pertama, pemilihan masalah. Tahap ini
dilakukan untuk menentukan kebutuhan pendidikan dan
mengenali tujuan pendidikan. Pemilihan masalah
dilakukan dengan membandingkan antara apa yang
ideal dengan apa yang tidak ideal dari program
pendidikan sehingga ditemukan kesenjangan.
b. Tahap kedua, pemilihan program. Setelah diketahui
kebutuhan pendidikan, tahap selanjutnya pemilihan
program untuk mengatasi kesenjangan yang telah
ditemukan pada tahap pertama.
c. Tingkat ketiga, modifikasi program. Program yang
telah direncanakan dan dilaksanakan pada tahap kedua,
dianalisis secara seksama. Setiap perubahan dari
rencana harus dinyatakan apa adanya.
d. Tingkat keempat, pengubahan program. Hasil dari
langkah keempat digunakan sebagai dasar untuk
mengubah dengan program baru dari program yang
belum menunjukkan kemajuan atau bisa juga membuat
program inovasi atas program yang sudah ada
kemajuan.
e. Tingkat kelima, sertifikasi atau adopsi program. Tahap
ini merupakan akhir dari evaluasi, untuk menentukan
apakah program telah dapat disertifikasi untuk diadopsi
atau disebarluaskan atau belum.
Dari beberapa model evaluasi yang disampaikan oleh
para ahli kurikulum tersebut, dapat disimpulkan bahwa
secara umum aspek-aspek yang dijadikan sasaran evaluasi
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
58
meliputi: (a) input: siswa, guru, dan sarana prasarana; (b)
proses: pembelajaran di kelas dan di luar kelas; dan (c)
produk: kualitas lulusan dan dampaknya bagi sekolah
maupun masyarakat.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
59
BAB IV
KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Kurikulum pendidikan Islam telah mengalami beberapa
fase perkembangan sejak zaman awal kebangkitan, masa
kejayaan, masa kemunduran, maupun masa kemoderenan.
Menurut hemat penulis, rujukan paling ideal kurikulum
pendidikan Islam adalah apa yang digagas oleh para pemikir
muslim masa kejayaan. Ada beberapa argumentasi yang dapat
diajukan untuk mendukung pendapat di atas. Pertama,
eksperimentasi kurikulum oleh para ilmuwan muslim abad
pertengahan telah membawa peradaban Islam saat itu pada
puncak kejayaan keilmuan di dunia Islam. Kedua, kemajuan
intelektualisme Islam pada masa kejayaan tersebut telah
menyebar ke berbagai penjuru dunia termasuk Eropa. Ketiga,
warisan khazanah kurikulum pendidikan Islam pada masa
kejayaan masih dipakai sebagai rujukan utama hingga dewasa
ini baik di kalangan intelektual muslim sendiri maupun Barat.
Oleh karenanya uraian-uraian kurikulum pendidikan
Islam pada bagian ini lebih banyak merujuk pada pemikiran
kurikulum masa kejayaan Islam. Tinjauannya dikelompokkan ke
dalam beberapa bagian: (a) tujuan kurikulum; (b) isi kurikulum;
(c) strategi dan metode; dan (c) evaluasi.
A. TUJUAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Kajian mengenai tujuan kurikulum pendidikan Islam
tidak bisa dilepaskan dari tujuan ideal pendidikan Islam itu
sendiri. Hal ini mengandung makna bahwa tujuan kurikulum
pendidikan Islam tidak lain adalah tujuan yang merealisasi
idelitas Islami, yang hakekatnya adalah mengandung nilai
perilaku manusia yang berbakti kepada Allah. Dengan
demikian, tujuan akhir kurikulum pendidikan Islam adalah
merealisasikan ―ubudiyah‖ kepada Allah di dalam kehidupan
manusia baik individu maupun masyarakat (An-Nahlawiy,
1989: 142).
Para pemikir muslim baik klasik maupun kontemporer,
punya kesamaan pandang mengenai formulasi tujuan
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
60
pendidikan Islam sejak zaman Rasulullah sampai sekarang,
yang secara garis besar bertujuan untuk membentuk
kepribadian muslim yang utuh dengan mengembangkan
kesalehan individual dan sosial.
Menurut Al-Ghazali sebagaimana dikutip Sulaiman
(1986:24), tujuan umum pendidikan Islam adalah untuk
membentuk insan kamil dalam dua dimensi : (1) insan kamil
yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan (2)
insan kamil yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup
di dunia dan di akherat.
Dalam versi lain Iqbal dalam A.M. Saefudin (1990:111)
memberikan kriteria insan kamil dengan kriteria insan yang
beriman, yang di dalam dirinya terdapat kekuatan, wawasan,
perbuatan dan kebijaksanaan serta mempunyai sifat-sifat
yang tercermin dalam pribadi Nabi, berupa akhlaq al-
karimah. Tahapan untuk mencapai insan kamil itu diperoleh
melalui ketaatan terhadap hokum-hukum Allah. Pencapaian
pada tataran ini merupakan bentuk tertinggi kesadaran diri
tentang pribadi dan kekhalifahan ilahi.
Ibn Khaldun (1981:33) merumuskan tujuan pendidikan
Islam terbagi atas dua macam : (1) tujuan yang berorientasi
ukhrowi yaitu membentuk seorang manusia yang patuh
melakukan kewajiban pada Allah; dan (2) tujuan yang
berorientasi keduniaan, yaitu membentuk manusia yang
mampu menghadapi segala bentuk kehidupan yang beragam
dan bermanfaat bagi orang lain.
Ali Ashraf, salah seorang pemikir muslim kontemporer,
menawarkan formulasi tujuan pendidikan Islam secara umum
adalah terwujudnya penyerahan mutlak kepada Allah, pada
tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan pada
umumnya. Tujuan umum pendidikan Islam itu, menurut Ali
Ashraf (1989: 130) dapat dirinci menjadi tujuan-tujuan
khusus yaitu:
1. Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin
mendalam serta mengembangkan pemahaman yang
rasional mengenai Islam dalam konteks kehidupan
modern.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
61
2. Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan
kebajikan, baik pengetahuan praktis, kekuasaan,
kesejahteraan, lingkungan sosial dan pembangunan
nasional.
3. Mengembangkan kemampuan pada diri anak didik untuk
menghargai dan membenarkan superioritas komperatif
kebudayaan dan peradaban Islami di atas semua
kebudayaan lain.
4. Memperbaiki dorongan emosi melalui pengalaman
imajinatif, sehingga kemampuan kreatif dapat berkembang
dan berfungsi mengetahui norma-norma Islam yang benar
dan yang salah.
5. Membantu anak yang sedang tumbuh untuk belajar
berpikir secara logis dan membimbing proses
pemikirannya dengan berpijak pada hipotesis dan konsep-
konsep pengetahuan yang dituntut.
6. Mengembangkan wawasan relasional dan lingkungan
sebagaimana yang dicita-citakan dalam Islam, dengan
melatih kebiasaan yang baik.
7. Mengembangkan, menghaluskan dan memperdalam
kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa
lisan.
Rumusan tujuan pendidikan Islam senada, dinyatakan
oleh Muh. Athiya al-Abrasy dalam al-Tarbiyah al-Islamiyah
wa Falasifatuha. Menurut Al-Abrasy (1969: 74), ada lima
tujuan mendasar dalam pendidikan Islam, yaitu:
1. Untuk membantu pembentukan akhlak mulia.
2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
3. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-
segi kemanfaatannya.
4. Menumbuhkan ruh ilmiah di kalangan pelajar dan
memuaskan rasa ingin tahu pelajar dan memungkinkan ia
mengkaji ilmu secara obyektif.
5. Menyiapkan pelajar dari segi profesionalitas, teknis dan
perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi tertentu,
teknis tertentu supaya ia dapat mencari rezeki dan hidup
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
62
dengan mulia di samping memelihara segi kerohanian dan
keagamaan.
Kongres Pendidikan Islam se-dunia tahun 1980 di Islam
abad, sebagaimana ditulis H.M. Arifin (1991: 132)
menyatakan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut:
―Pendidikan harus ditujukan kearah pertumbuhan yang
berkeseimbangan dari kepribadian manusia yang
menyeluruh melalui latihan spiritual, kecerdasan dan
rasio, perasaan dan pancaindera. Oleh karenanya
pendidikan harus memberikan pelayanan kepada
pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya yaitu
aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah,
linguistik, baik secara individual maupun secara kolektif,
serta mendorong semua aspek itu kea rah kebaikan dan
pencapaian kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan
terletak di dalam sikap penyerahan diri sepenuhnya
kepada Allah pada tingkat individual, masyarakat dan
pada tingkat kemanusiaan pada umumnya.‖
Secara lebih spesifik, Mehdi Nakosteen menggaris
bawahi apa yang telah dirumuskan oleh para pendidik
Muslim mengenai Tujuan Pendidikan Islam abad
pertengahan. Menurut Nakosten (1996:54-55), tujuan
pendidikan Islam pada abad pertengahan adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan keagamaan, berdasarkan pada :
a. al-Qur‘an sebagai sumber pengetahuan ;
b. landasan ruhamyah dalam pendidikan ;
c. tawakal kepada Allah;
d. akhlak agama;
e. menomorduakan mata kuliah ―sekuler‖ daripada mata
kuliah agama;
f. manusia adalah sederajat di hadapan Allah dan
manusia;
g. meninggikan Muhammad di atas seluruh para Nabi;
h. mempercayai enam rukun iman; dan
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
63
i. mempercayai serta mengamalkan perintah-perintah
agama.
2. Tujuan keduniaan, diantaranya :
a. menggali semua ilmu pengetahuan;
b. memberikan kesempatan yang sama kepada semua
orang untuk belajar; dan
c. menempatkan ilmu pengetahuan dalam posisi penting
bagi kehidupan manusia.
Dari rumusan-rumusan tujuan pendidikan Islam tersebut,
baik yang dikemukakan oleh para pemikir Islam klasik
maupun kontemporer tersebut dapat penulis simpulkan
bahwa sejak masa awal Islam, sampai masa sekarang , tujuan
pendidikan Islam diletakkan dalam kerangka membentuk
kepribadian muslim yang utuh dengan menekankan dimensi
tauhid sebagai pangkal tolaknya. Acuan yang digunakan oleh
para pemikir muslim dalam menetapkan tujuan pendidikan
Islam, antara lain Q.S Ali Imran: 102 dan 164, sebagai
berikut:
وا الله ح وا ات ق ن ين آم ا الذ ي ه ا أ م ي ت ن ل وأ ن إ وت ه ول ت ات ق ق ت ون م ل س م
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan
janganlah sekali-kali kamu sekalian mati melainkan dalam
keadaan Islam” (QS. Ali Imran: 102).
م ه س ف ن ن أ ول م م رس يه عث ف ذ ب ين إ ن ؤم م ى ال ل ن الله ع د م ق لوا ان ن ك ة وإ م اب والك ت ك م ال ه لم ع م وي يه زك ه وي ت ا م آي ه ي ل و ع ل ت ي
ين ب ل م ل ي ض ف ل ل ب ن ق مArtinya:“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada
orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara
mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
64
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan
al-hikmah. Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu,
mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali
Imran: 164).
Landasan lainnya berupa hadits Nabi SAW tentang
tujuan pendidikan dalam Islam juga sering dikutip oleh para
pendidik muslim, antara lain:
ابعثت لتم مكارم ال خلل أن“Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad SAW) diutus untuk
menyempurnakan akhlak” (HR. Bukhari)
B. ISI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Telaah tentang isi kurikulum pendidikan Islam diuraikan
melalui kajian tentang klasifikasi ilmu sebagai kekayaan
kurikulum Islam, dan isi kurikulum pada lembaga-lembaga
pendidikan Islam klasik.
1. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Untuk memahami isi kurikulum pendidikan Islam klasik
secara lebih komprehensif dalam konteks perkembangan
pendidikan Islam, perlu kiranya dikaji lebih dahulu
pembagian Imu pengetahuan menurut para Ilmuwan
muslim.
a. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut al-Farabi
(w.950 M)
Al-Farabi lahir pada tahun 870 M dan meninggal pada
tahun 950 M. Nama lengkapnya adalah Abu Nasr al-
Farabi. Ia lahir di Wasij, sebuah dusun dekat Farab, di
Transoxiana, Turki. Pendidikan dasarnya ialah
keagamaan dan bahasa. Ia mempelajari fiqh, Hadis, dan
tafsir Al-Qur‘an, bahasa Arab, bahasa Turki dan Persi.
Pada usia lima puluh tahun ia mengunjungi Baghdad
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
65
untuk memperdalam filsafat. Ia belajar logika kepada
Ibn Yunus. Karena prestasinya yang gemilang di
bidang ini, maka ia memperoleh gelar Guru Kedua
(Madkour, dalam MM. Syarif, 1996: 56).
Karya-karyanya dapat dibagi menjadi dua, yang
pertama mengenai logika dan yang kedua mengenai
bidang-bidang lain seperti fisika, matematika,
metafisika, dan politik.
Mengenai klasifikasi ilmu pengetahuan, terdapat
dalam karyanya yang berjudul Ihsha al-Ulum. Seyyed
Hossein Nasr (1986:43-45) menyimpulkan klasifikasi
ilmu pengetahuan menurut Al-Farabi sebagai berikut:
1) Ilmu Bahasa:
a) Sintaksis;
b) Gramatika;
c) Pengucapan dan Tuturan; dan
d) Puisi
2) Logika :
a) Pembagian;
b) Definisi; dan
c) Komposisi
3) Sains Persiapan :
a) Aritmatika ;
b) Geometri ;
c) Optika ;
d) Ilmu tentang langit;
e) Musik ;
f) Ilmu tentang timbangan; dan
g) Ilmu perindustrian.
4) Fisika dan Metafisika
Fisika:
a) Ilmu tentang prinsip-prinsip yang mendasari
benda-benda alam;
b) Ilmu tentang sifat dan cirri elemen, dan prinsip
yang mengatur kombinasi benda menjadi elemen;
c) Ilmu tentang pembentukan dan kerusakan benda;
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
66
d) Ilmu tentang reaksi yang terjadi pada elemen-
elemen dalam membentuk ikatan ;
e) Ilmu tentang benda-benda ikatan yang terbentuk
dari Empat Elemen dan sifat-sifatnya ;
f) Ilmu mineral;
g) Ilmu tumbuh – tumbuhan ; dan
h) Ilmu hewan
Metafisika:
(1) Ilmu tentang hakekat benda ;
(2) Ilmu tentang prinsip-prinsip sains khusus dan
sains pengamatan ; dan
(3) Ilmu tentang benda yang bukan fisik, kualitas-
kualitas dan cirri-cirinya yang akhirnya menuju
kepada ilmu tentang kebenaran, yaitu mengenai
Allah SWT, yang salah satu nama-Nya ialah al-
Haq (kebenaran).
5) Ilmu Kemasyarakatan;
a) Ilmu Hukum; dan
b) Retorika
b. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut al-Ghazaliy
(w.1111 M)
Imam al-Ghazaliy merupakan salah seorang pendidik
muslim yang besar pada abad pertengahan Islam. Nama
lengkapnya adalah Abu hamid Muhammad bin
Muhammad al-Ghazaliy. Ia dilahirkan di kota Tunisia,
sebuah kota di Khusaran, Persia, pada tahun 45 H atau
1058 M.
Pada masa kanak-kanak al-Ghazaliy belajar Ilmu
agama kepada Ahmad bin Muhammad al-Radzikandi di
Thusia, kemudian belajar kepada Abi Nashr al-
Islamailiy di Jurjaniy. Sesudah itu al-Ghazaliy pindah
ke Naisabur untuk belajar kepada seorang ahli agama
kenamaan pada masanya, yaitu al-Juwainiy, Imam al-
Haramain (w. 478 H atau 1085 M). Dari beliau ini dia
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
67
belajar Ilmu Kalam, Ilmu Ushul dan Ilmu pengetahuan
agama lainnya (Sulaiman, 1986:14).
Setelah al-Juwainiy (gurunya) meninggal dunia, ia
pergi ke Istana Nidham al-Mulk yang menjadi perdana
menteri Sultan Bani Saljuk. Oleh karena kepandaian
dan keluasan wawasannya, maka al-Ghazaliy diangkat
menjadi guru besar di Universitas Baghdad, pada tahun
484 H atau 1091 M.
Setelah empat tahun mengajar, al-Ghazaliy
meninggalkan kota Baghdad, lalu pergi ke Mekah
untuk menunaikan ibadah haji. Setelah itu dia menuju
ke Syam untuk bergabung dengan jami‘ unawiy, sebuah
jama‘ah yang kehidupannya serba ibadah. Dari sinilah
al-Ghazaliy mulai masuk ke kehidupan sufi, dengan
melatih diri menjauhi barang-barang yang terlarang,
meninggalkan kemewahan hidup dan mendalami
masalah-masalah kerohanian.
Karya – karya al-Ghazaliy yang terkenal antara
lain: al-Basith, al-Wasith, al-Wajiz, Khulashah ilm al-
fiqh, al-Munqil fi ‗ilm al-Jadal, Ma‘khadzal-Khalat,
Lubab al-Nadz Tahsin al-Ma‘akhidz dan al-Mabadi wa
al-Ghayat fi fannil khalaf (Sulaiman, 1986: 14). Karya
– karyanya yang lain yang sangat monumental adalah
al-Munqidz min al-dlalal, Tahafut al falasifah.
Imam al-Ghazaliy juga menulis tentang pendidikan
dan pengajaran dalam sejumlah karyanya, yakni :
Fatihat al-Kitab, Ayyuha al Walad dan Ihya‘ Ulum al-
Din. Ketiga kitab inilah yang terutama menjadi obyek
utama telaah peneliti atas klasifikasi ilmu pengetahuan
dan kurikulum pendidikan Islam menurut al-Ghazaliy.
Al-Ghazaliy secara panjang lebar mengurai
klasifikasi ilmu pengetahuan dalam karya besarnya,
Ihya‘ ‗Ulum al-Din. Kitab ini terbagi menjadi empat
juz (bagian). Juz pertama khusus membahas tentang
ilmu pengetahuan dan berbagai cabangnya. Juz kedua
membahas tentang muamalah (hubungan antar
manusia). Sedangkan juz yang ketiga dan keempat,
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
68
membahas tentang caracara pembinaan akhlak yang
terpuji dan mengobati akhlak yang tercela. Mengenai
klasifikasi ilmu, al-Ghazaliy membaginya sebagai
berikut:
1) Klasifikasi ilmu berdasarkan sifatnya, terbagi atas:
a) Ilmu pengetahuan yang tercela secara mutlak,
baik sedikit maupun banyak.
b) Ilmu pengetahuan yang terpuji, baik sedikit
maupun banyak, akan tetapi kalau banyak lebih
terpuji.
c) Ilmu pengetahuan yang dalam kadar tertentu
terpuji, tetapi jika mendalaminya tercela.
Ilmu pengetahuan yang tercela secara mutlak
ialah Ilmu pengetahuan yang tidak dapat diharapkan
kegunaannya, seperti Ilmu Sihir, Tulisan-tulisan
azimat, Ilmu Nujum dan Ilmu Meramal Nasib (Al-
Ghazaliy, 1991:9).
Sedangkan ilmu yang terpuji secara mutlak,
meliputi pelajaran-pelajaran agama dan berbagai
macam ibadah. Ilmu pengetahuan jenis ini dapat
mensucikan jiwa, melepaskan diri dari perbuatan-
perbuatan tercela, membantu mengetahui kebaikan
dan mengerjakannya, memberitahukan manusia
mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta mencari
ridha-Nya dan mempersiapkan dunia ini untuk
kehidupan kekal di akhirat (Al-Ghazaliy, 1991:12).
Adapun Ilmu yang dalam kadar tertentu terpuji
adalah pengetahuan yang sekiranya manusia
mendalami dan mempelajarinya dapat menyebabkan
kekacauan pikiran dan keraguan. Bahkan dalam
tataran tertentu dapat menjadikan orang yang
mendalaminya menjadi kufur atau ingkar. Ilmu
pengetahuan jenis ini antara lain, Ilmu Ketuhanan
dan Ilmu Filsafat (Al-Ghazaliy, 1991:14).
2) Klasifikasi ilmu berdasarkan hukum
mempelajarinya, terbagi atas :
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
69
a) Ilmu yang fardlu „ain, yakni ilmu yang wajib
dipelajari oleh setiap individu muslim. Ilmu ini
mencakup Ilmu Agama dengan cabang –
cabangnya, seperti Al-Qur‘an dan ilmu untuk
beribadah. Alasan ditetapkannya hukum fardlu
„ain ini adalah karena barang siapa yang
mengetahui hal-hal yang wajib, maka dia telah
mengetahui fardlu ‟ain (Al-Ghazaliy, 1991: 14).
b) Ilmu yang fardlu kifayah, yakni setiap ilmu yang
diperlukan untuk menegakkan urusan dunia,
seperti ilmu kedokteran, ilmu hitung, ilmu
perindustrian dan ilmu pertanian (Al-Ghazaliy,
1991:16). Disebut fardlu kifayah, karena jenis ini
harus ada yang mempelajarinya, karena
merupakan ilmu-ilmu yang dibutuhkan oleh suatu
masyarakat.
3) Klasifikasi ilmu berdasarkan kekhususan
kedudukannya, terdiri atas dua macam, yakni : ilmu
syariat dan ilmu ghoiru syariat. Ilmu syariat terbagi
menjadi empat macam, yakni:
a) Ilmu Ushul (Ilmu Pokok);
b) Ilmu Furu‟ (Ilmu Cabang) ;
c) Ilmu Muqaddimah (Ilmu Pengantar); dan
d) Ilmu Mutammimah (Ilmu Pelengkap).
Ilmu Ushul, meliputi : Al-Qur‟an, Hadith, Ijma‟
dan Atsar Sahabat. Sedangkan ilmu furu‟ mencakup
: ilmu fiqh dan ilmu akhlak (Al-Ghazaliy, 1991:16).
Menurut al-Ghazaliy, untuk mempelajari ilmu ushul
dan ilmu furu‟, orang harus mempelajari dahulu
ilmu-ilmu muqaddimah (ilmu-ilmu pengantar) yakni
„ilmu al-lughah (ilmu bahasa) dan ilmu nahwu (ilmu
gramatika) (Al-Ghazaliy, 1991:16). Ilmu-ilmu
pelengkap (ilm al-mutammimah) adalah ilmu-ilmu
yang berkaitan dengan ilmu Al-Qur‘an. Misalnya,
ilm Makharij al-Hurj wa al-Fadz (Tempat keluar
huruf dan kata), „ilm al-Tafsir dan „ilm ushul a-Fiqh
(Al-Ghazaliy, 1991:16).
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
70
Adapun ilmu yang ghairu-syari‟at, dibagi
menjadi tiga bagian: (1) ilmu-ilmu yang terpuji ; (2)
ilmu-ilmu yang diperbolehkan ; dan (3) ilmu-ilmu
yang tercela. Ilmu-imu yang terpuji meliputi : Ilmu
Berhitung, Ilmu Pertanian, Ilmu Kedokteran dan
Ilmu Perindustrian. Ilmu-ilmu yang diperbolehkan,
yaitu ilmu kebudayaan, seperti ilmu sastra, sejarah
dan puisi-puisi yang baik. Yang terakhir, jenis ilmu
yang tercela, meliputi: Ilmu Sihir, Tulisan-tulisan
azimat dan Mantera-mantera, serta sebagian cabang
ilmu filsafat (Al-Ghazaliy, 1991:12).
Dengan demikian bidang studi yang
dicanangkan oleh al-Ghazaliy, menurut tingkatan
keutamaannya, tersusun sebagai berikut:
a) Tingkat pertama, Al-Qur‘an dan ilmu-ilmu
pengetahuan agama seperti fiqh, Hadith dan
Tafsir;
b) Tingkat kedua, Ilmu Bahasa Arab dan Ilmu
Nahwu, serta Ilmu Makhrij al-Hurf wa al-Fadz
yang diabaikan kepada ilmu pengetahuan agama;
c) Tingkat ketiga, yang hukum mempelajarinya
fardlu kifayah, seperti Ilmu Kedokteran,
Matematika dan Ilmu Perusahaan; dan
d) Tingkat keempat, Ilmu Kebudayaan seperti seni
sastra, sejarah, syair-syair, sebagian Ilmu Filsafat,
seperti Ilmu Pasti, Logika dan sebagian Ilmu
kedokteran yang tidak termasuk dalam Ilmu
Metafisika, Ilmu Managemen, dan Ilmu Etika
(Sulaiman, 1986:38).
c. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut Ibn Khaldun
(w. 1406 M)
Ilmuwan besar Ibn Khaldun, dilahirkan di Tunisia
pada tanggal 23 Mei 1332 M atau pada tanggal 1
Ramadhan 732 H. Ia adalah salah seorang ilmuwan
muslim yang sangat terkenal baik di lingkungan tradisi
keilmuwan Timur maupun Barat. Nama lengkapnya
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
71
Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin Ibn Khaldun (Wafi,
1985:3).
Pada masa kecilnya, mula-mula ia mempelajari Al-
Qur‘an dan menghafalnya. Selain mempelajari Al-
Qur‘an, ia juga mempelajari ilmu-ilmu agama lainnya
dan ilmu-ilmu umum. Ali Abdul Wahid Wafi menulis :
―Dia juga mempelajari ilmu-ilmu syariat, antara
lain : hadits, tafsir, ushul, tauhid, dan fiqh
bermazhab Imam Maliki, juga mempelajari ilmu-
ilmu bahasa seperti : nahwu‟, sharaf, balaghah
dan kesusasteraan, ia juga mempelajari logika,
filsafat, serta ilmu-ilmu fisika, dan matematika
(Wafi, 1985:11).
Ibn Khaldun belajar kepada beberapa orang guru,
antara lain, Muhammad bin Abdil Muhaimin al-
Hadrami, seorang ahli Hadits dan ilmu bahasa
keturunan Hadramaut, Abu Abdillah Muhammad bin
Ibrahim al-Abiliy, seorang ahli ilmu rasional mulai dari
filsafat sampai musik (Wafi, 1985:18).
Ibn Khaldun menulis beberapa Kitab yang saling
berkaitan satu sama lainnya. Dia menulis al-‗Ibar yang
menghapus cukup panjag lebar mengenai sejarah. Kitab
tersebut didahului dengan pembahasan tentang masalah
– masalah sosial manusia, yang kemudian terkenal
dengan Muqaddimah Ibn Khaldun, yang terdiri atas
tujuh halaman pada pengantarnya dan pendahuluan
kecil sebanyak tiga puluh halaman, kitab ini terdidri
atas enam bab.
Beberapa waktu kemudian, Ibn Khaldun
menambahkan beberapa bab baru, yang kemudian
dinamakan kitab al-‗Ibra wa Diwan al-Mubtada‘ wa al-
kabar fi ayyami al-‗Arab wa al-‗Ajam wa al-Bar-bar wa
man ‗Asarahan min Dzawi al-Sultan al-Akbar
(Sulaiman, 1987:23).
Ibn Khaldun juga merefisi kitab biografinya al-
Ta‘rif yang semula diberi nama al-Ta‘rif Bi Ibni
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
72
Khaldun Muallifu Hadza al-Kitab. Kedalam kitab
autobiografinya itu ia banyak memuaskan tambahan
baru, revisi dan perbaikan-perbaikan sejak pertama
kitab itu ditulis, hingga tahun 807 H. dengan demikian
bertambah teballah kitab itu dan karena isinya makin
lengkap, ia memberi nama baru pengganti nama semula
dengan al-Ta‘rif bi Ibn Khaldun Muallifu Hadza al
Kitab wa Rihlatuhu Gharban wa Syarqan (Wafi,
1985:72).
Dalam kitabnya Muqadimmah, Ibn Khaldun
mengklasifikasi ilmu pengetahuan ke dalam dua
kelompok besar; yakni:
1) Ilmu naqli (traditional science); dan
2) Ilmu tabi‟i (rational science).
Ilmu-ilmu naqli adalah ilmu-ilmu yang diperoleh
manusia dari Tuhan, kesemuanya berdasarkan kepada
wahyu, sehingga akal tidak bisa berperan terhadap
ilmu-ilmu naqli kecuali hanya sekedar menganalogikan
antara yang furu‘ dan ushul.
Menurut Ibn Khaldun, ilmu naqli merupakan ilmu
yang bersumber kepada Al-Qur‘an dan Hadith. Oleh
karena itu Ibn Khaldun (1981:371-372) menyusun
ilmu-ilmu naqli ke dalam cabang-cabang sebagai
berikut:
1) Al-Qur‟an dan Hadith
Dengan mempelajari Al-Qur‘an dan Hadith,
manusia dapat mengetahui hukum-hukum Allah
yang bersumberkan dari Al-Qur‟an, Hadith, Ijma‟
dan Qiyas.
2) „Ulum Al-Qur‟an
Ilmu cabang ini terdiri atas “Ilm al-Tafsir, ilm al-
Qiraat dan fan al Rasm, yaitu ilmu yang
mempelajari letak huruf-huruf Al-Qur‘an dalam al-
Mushaf dan penulisannya.
3) „Ulum al Hadith
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
73
Ilmu ini mempelajari hal ikhwal yang berkenaan
dengan hadith, seperti sanad, rawi dan tentang
shahih, hasan dan dha‟ifnya sebuah hadith.
4) Ushul al-Fiqh
Ushul al-Fiqh adalah ilmu yang mempelajari
tentang cara-cara penentuan hukum Islam.
5) Fiqh
Fiqh adalah ilmu yang mempelajari tentang hokum-
hukum Allah berkaitan dengan perbuatan mukallaf,
seperti : wajib, haram, sunnah, makruh dan mubah.
6) „Ilm al Kalam
Ilmu Kalam adalah ilmu yang mengandung
argumentasi-argumentasi tentang keimanan dengan
dalil-dalil akal serta penolakan terhadap para
pembuat bid‟ah yang menyimpang dari keyakinan-
keyakinan aliran salaf dan ahli sunnah.
7) „Ilm al-Tasawwuf
Ilmu ini asal usulnya karena seseorang tekun
beribadah, menyerahkan diri hanya kepada Allah
dan meninggalkan kemewahan dunia.
8) Ilm Ta‟bir al-Ru‟ya (interpretasi mimpi)
Ilmu ini sudah dikenal sejak lama di kalangan ulama
salaf dan khalaf. Seperti dicontohkan dalam Al-
Qur‘an bagaimana Nabi Yusuf menafsirkan mimpi.
Demikian ilmu-ilmu naqli yang harus dipelajari
oleh peserta didik dalam pandangan Ibn Khaldun.
Sedangkan cabang-cabang ilmu tabi‟i (rational
sciences) yang harus dipelajari oleh para pelajar adalah
sebagai berikut :
1) Mantiq (Ilmu Logika)
Ilmu logika adalah ilmu yang memelihara otak
manusia dari kesalahan. Ia merupakan norma-norma
untuk mengetahui yang benar dari yang salah
berdasarkan batasan-batasan dan argumentasi yang
tepat (Khaldun, 1981:419).
2) Al-Tabi‟iyah (Ilmu Fisika)
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
74
Yaitu ilmu yang membahas tentang benda ditinjau
dari dimensi gerak dan diamnya benda-benda itu.
Oleh karena itu ilmu ini juga mempelajari tentang
gerak benda-benda, seperti mata air yang mengalir ;
gempa bumi, awan, uap air, guntur, kilat dan lain
sebagainya (Khaldun, 1981: 493). Ibn Khaldun
membagi ilmu fisika ini ke dalam dua cabangi ilmu,
yakni Ilmu kedokteran dan Ilmu Pertanian.
3) Ilmu Metafisika
Cabang ilmu ini mempelajari tentang wujud yang
mutlak, yakni yang berkaitan dengan jasmani dan
rohani. Ilmu metafisika juga mempelajari tentang
kondisi-kondisi jiwa setelah terpisah dari tubuh dan
proses kembalinya kepada asal usul jiwa (Khaldun,
1981:496).
4) Ilmu Matematika
Yaitu ilmu yang membahas tentang ukuran. Ilmu ini
terdiri atas : Ilmu Geometri, Aritmatika, dan Aljabar,
Ilmu Musik dan Ilmu Astronomi (Khaldun, 1981:
482-485). Senada dengan al-Ghazali, Ibn Khaldun
(1981:531) juga membagi ilmu berdasarkan
manfaatnya bagi anak didik ke dalam empat bagian:
a) Ilmu – ilmu syara‟, yakni ; tafsir, hadith, fiqh dan
ilmu kalam.
b) Ilmu – ilmu rasio, seperti : ilmu fisika dan ilmu
metafisika
c) Ilmu – ilmu bantu syara‟, seperti : Bahasa Arab
dan Ilmu Hitung
d) Ilmu – ilmu bantu rasio, seperti logika.
d. Klasifikasi Ilmu Menurut Ibnu Sina (w. 1037 M)
Ibnu sina merupakan seorang ahli filsafat dan ahli
kedokteran yang sangat terkenal. Ia dilahirkan pada
tahun 985 Masehi di Afsyenah, dekat Bukhara.
Sungguhpun kebesaran nama Ibnu Sina adalah atas jasa-
jasanya dalam bidang kedokteran, namun sebenarnya ia
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
75
juga menaruh perhatian yang sangat besar kepada
masalah pendidikan.
Karya-karyanya yang terkenal adalah Qanun
(Aturan Pengobatan) dan Kitab al-Syifa‟ (Buku
Penyembuhan).
Qanun merupakan ikhtisar pengobatan Islam.
Sedangkan Kitab al-Syifa‟ memuat ilmu-ilmu kedokteran
dan kealaman logika serta matematika (Nasr, 1986: 31).
Ibnu Sina sebagaimana ditulis Arifin (1991:90)
mengklasifikasikan ilmu ke dalam dua golongan besar :
1) „Ilm al-Nadlari (Ilmu Teoretis); dan
2) „Ilm al-„Amaliy (Ilmu Praktis).
Yang termasuk ke dalam ilmu teoretis ialah ilmu
alam dan ilmu matematika. Kedua ilmu ini hakekatnya
merupakan Ilmu Ilahi, karena mengandung i‘tibar
tentang wujud kejadian alam dan isinya. Dengan
memahami i‘tibar tersebut maka manusia akan sampai
kepada pemahaman mengenai Pencipta (al-Khaliq).
Adapun ilmu yang ‗amaliy adalah ilmu yang
membahas tentang tingkah laku manusia dilihat dari segi
tingkah laku individualnya. Ilmu yang membahas
tentang tingkah laku manusia ditinjau dar sudut pandang
individualnya, dinamakan dengan ilmu akhlak.
Sedangkan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dilihat dari perspektif hubungan antar manusia disebut
dengan ilmu politik.
Ilmu filsafat mencakup baik ilmu akhlak maupun
ilmu politik. Ilmu filsafat tujuannya adalah untuk
mengetahui hakekat segala sesuatu, menurut kemampuan
maksimal manusia. Secara toeoritis filsafat bertujuan
untuk menyempurnakan jiwa melalui ilmu pengetahuan.
Sedangkan tujuan praktisnya adalah menyempurnakan
jiwa melalui amal perbuatan. Tujuan pertama adalah
mengetahui yang baik (haq) dan tujuan yang kedua
adalah menuju kepada ma‘rifat (Arifin, 1991:90).
Dari pandangan Ibnu Sina di atas jelaslah bahwa
ilmu itu punya dua dimensi, yakni teoretis dan praktis.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
76
Ilmu teoretis memberikan pengetahuan kepada manusia
mengenai hakekat alam semesta, sehingga manusia akan
sampai kepada pemahaman mengenai Sang Pencipta.
Sedangkan dimensi praktisnya, manusia akan bergaul
secara baik dengan sesamanya baik dalam konteks
individual maupun sosial.
Secara lebih sistematis A.S. Tritton (1957:133)
menulis klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Ibnu Sina
itu diklasifikasikan ke dalam ilmu teoretis dan ilmu
praktis.
1) Ilmu teoretis, meliputi:
a) Ilmu Fisika (tabi‟i) :
b) Ilmu Matematika (Riyadi) ; dan
c) Ilmu Ketuhanan (ilahi).
2) Ilmu Praktis, meliputi:
a) Ilmu Etika;
b) Ilmu Ekonomi;
c) Ilmu Politik; dan
d) Ilmu Agama-agama.
2. Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam
Definisi operasional mengenai kurikulum yang dijadikan
bingkai dalam karya ini adalah daftar mata pelajaran yang
secara umum diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan
Islam klasik. Lembaga-lembaga Pendidikan Islam yang
dimaksud adalah lembaga-lembaga formal pada saat itu,
yakni : Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar
(elementary) dan masjid serta madrasah sebagai lembaga
pendidikan (advance) (Nashabe, 1989 :30).
a. Kurikulum Lembaga Pendidikan Dasar
Mata pelajaran-mata pelajaran pokok yang terdapat
pada lembaga pendidikan dasar Islam pada masa klasik
meliputi:
1) Mata Pelajaran Al-Qur‘an dan Dasar-dasar Agama.
Pelajaran membaca sekaligus menghafal al-Qur‘an
merupakan kurikulum wajib yang diberikan oleh
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
77
guru kepada murid-muridnya. Diceritakan dari
Adhim, bahwa Al-Mufaddal bin Yazid melihat
seorang anak bersama ibunya seorang Badui.
Tertarik dengan anak tersebut, ia bertanya kepada
ibunya tentang anaknya. Jawab ibunya sebagai
berikut:
―…bila ia telah berumur lima tahun saya akan
menyerahkan kepada seorang guru, supaya
gurunya mengajarkan menghafalkan dan
membaca Al-Qur‘an, kemudian ia mengajarkan
syair kepadanya sehingga ia dapat mengerti
artinya. Dengan demikian ia akan suka dengan
kebanggaan bangsanya dan memelihara warisan
nenek moyang. Bila ia dewasa, saya akan
mengajarkan menunggang kuda hingga ia
terlatih baik. Dan ia akan naik kuda, memanggul
senjata dan memberikan pertolongan kepada
orang yang meminta bantuan.‖ (Fahmi,
1990:59).
Mempelajari Al-Qur‘an bagi kalangan muslim
merupakan sesuatu yang membanggakan dan
sesuatu yang mulia, sehingga sejak dekade pertama
sejarah Islam hingga masa – masa berikutnya
pelajaran Al-Qur‘an selalu masuk ke dalam
kurikulum pendidikan dasar Islam.
Mengenai metode mengajarkan Al-Qur‘an
kepada anak-anak di lembaga pendidikan dasar
Islam ini pada umumnya menggunakan metode
imla‘ (dikte). Mula-mula guru membacakan ayat Al-
Qur‘an, kemudian siswa mengulang kembali apa
yang dibacakan guru sehingga siswa hafal di luar
kepala dan agar siswa tidak mudah lupa. Agaknya
pelajaran Al-Qur‘an ini memang menjadi pelajaran
yang mutlak harus ada dalam kurikulum pendidikan
dasar dalam Islam masa itu, mengingat tujuan
pendidikan dasar Islam itu sendiri. Tujuan
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
78
pendidikan dasar Islam itu adalah untuk
memperkenalkan pelajar dengan ilmu membaca dan
menulis Al-Qur‘an serta lebih khusus dengan
prinsip-prinsip agama. Ibn Khaldun, dalam
Muqaddimah-nya, yang memuat studi luas tentang
pendidikan ilmiah, mengupas bagaimana cara siswa
harus belajar Al-Qur‘an, yaitu subyek utama dan
paling penting, yang diajarkan kepada anak-anak,
sewaktu mereka belajar pada pendidikan dasar
formal. Ibn Khaldun menulis:
―Harus diketahui bahwa pengajaran Al-Qur‘an
bagi kanak-kanak adalah lambang Islam. Kaum
muslimin melaksanakan pengajaran tersebut di
semua kotanya, karena hal itu diyakini dengan
keyakinan yang kukuh kepada ajaran Islam dan
bagian-bagiannya mengenai imam yang
ditafsirkan dari ayat-ayat Al-Qur‘an dan Hadith
tertentu. Al-Qur‘an adalah dasar pengajaran,
pondasi semua kebiasaan yang akan dimiliki
kelak. Sebabnya ialah segala yang diajarkan
pada masa muda seseorang akan tertanam lebih
dalam pada dirinya. Ini (Al-Qur‘an) adalah
dasar semua ilmu nantinya. Kesan pertama yang
diterima hati adalah pondasi semua kebiasaan.
Ciri pondasi adalah menentukan keadaan
bangunan. (Nasr, 1986: 49).
Model pengajaran Al-Qur‘an bagi anak-anak di
lembaga pendidikan dasar, secara lebih detail
berbeda menurut perbedaan orientasi masing-
masing.
Model Maghribi hanya mengajarkan mata
pelajaran Al-Qur‘an saja kepada anak-anak di
lembaga pendidikan dasarnya. Sehingga dalam
lembaga pendidikan ini tidak diajarkan mata
pelajaran lain seperti hadith, fiqh atau pun puisi.
Konsekuensinya murid mahir Al-qur‘an atau gagal
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
79
sama sekali. Bagi murid yang gagal biasanya tidak
akan belajar ilmu lainnya. Model pengajaran Al-
Qur‘an seperti ini pada umumnya menghasilkan
anak-anak yang pandai membaca dan menghafal Al-
Qur‘an. Hasilnya adalah, bangsa Maghribi lebih
menguasai Al-Qur‘an dan lebih baik menghafal Al-
Qur‘an daripada kelompok muslim lainnya (Nasr,
1986:49).
Model Spanyol, memberikan mata pelajaran Al-
Qur‘an berdampingan dengan subyek lain. Anak-
anak juga diberi mata pelajaran puisi dan
mengarang. Mereka mengajarkan kepada anak-anak
bahasa Arab dan menulis tulisan Arab halus (khat).
Mereka tidak menekankan pengajaran Al-Qur‘an
lebih dari mata pelajaran tersebut. Nyatanya mereka
lebih memperhatikan tulisan tangan dari mata
pelajaran lainnya. Konsekuensinya, mata pelajaran
Al-Qur‘an kurang dikuasai secara mendalam oleh
anak-anak Spanyol (Nasr, 1986:50).
Bangsa Afrika Utara biasanya menggabungkan
pengajaran Al-Qur‘an bagi anak-anak dengan
pengajarn Hadis. Mereka juga mengajarkan norma-
norma dasar ilmiah dan problema ilmiah tertentu.
Namun mereka menekankan pelajaran Al-Qur‘an
lebih dari yang lainnya.
Bangsa Timur, mementingkan pengajaran Al-
Qur‘an dan norma dasar pengetahuan agama.
Mereka pada umumnya tidak menggabungkan
pengajaran Al-Qur‘an dengan pengajaran menulis.
Sehingga mereka lebih mahir Al-Qur‘an dari yang
lainnya. Namun di sisi lain mereka tidak mempunyai
keahlian bahasa Arab (Nasr, 1986:50).
2) Mata Pelajaran Puisi
Pada umumnya mata pelajaran puisi diberikan di
sekolah-sekolah dasar Islam pada masa klasik Islam
untuk mengagungkan warisan nenek moyang bangsa
Arab. Belajar puisi – puisi kuno, merupakan
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
80
kebanggaan bagi para orang tua yang menginginkan
kelestarian kebudayaan mereka.
Dikisahkan, Khalifah harun al-Rasyid
memerintahkan kepada guru anaknya, sebagai
berikut:
―Aku serahkan anakku, buah sulbiku, aku
memberimu kekuasaan atasnya dan buatlah ia
patuh kepadamu. Karenanya kamu harus
membuktikan diri sebagai orang yang layak
menerima kedudukan ini. Ajarilah dia Al-
Qur‘an, sejarah, puisi, hadis dan penghargaan
terhadap kefasihan bahasa. ….Jangan biarkan
waktu berlalu tanpa pelajaran yang bermanfaat
baginya. Jangan buat ia sedih. Jangan terlalu
baik padanya, sebab dengan begitu ia akan
menjadi malas. Didiklah ia dengan lemah
lembut, tetapi kalau itu tidak cukup engkau
boleh memperlakukannya dengan keras‖.
(Shalabi, 1945: 51).
Mata pelajaran puisi merupakan salah satu mata
pelajaran yang ditekankan di dalam lembaga
pendidikan dasar Islam. Mata pelajaran ini diberikan
dengan metode dikte. Dengan metode ini diharapkan
anak-anak dapat menghafal puisi-puisi yang
diajarkan oleh guru.
3) Mata Pelajaran Menulis dan Membaca
Pada masa awal Islam, pendidikan kuttab
berlangsung di rumah-rumah para guru atau di
pekarangan sekitar masjid. Materi utamanya adalah
tulis baca. Mengingat pada masa awal Islam tersebut
belum banyak umat Islam yang dapat menulis dan
membaca. Maka tidak mengherankan kalau diantara
para guru kuttab itu berasal dari non Muslim.
Sungguhpun pada abad pertengahan kondisi
sudah jauh berubah, namun mata pelajaran tulis-baca
masih ditemui hampir di seluruh sekolah dasar
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
81
Islam. Tujuannya adalah untuk dapat memahami Al-
Qur‘an dan hadis serta dasar-dasar pengetahuan
agama Islam (Tritton, 1957:15).
Pelajaran tulis-baca ini pada umumnya adalah
puisi dan pepatah-pepatah Arab yang mengandung
nilai-nilai tradisi yang baik. Dengan demikian, mata
pelajaran tulis-baca dikaitkan langsung dengan mata
pelajaran syair dan puisi. Dengan begitu, mereka
akan mendapatkan kemahiran dalam baca-tulis
sekaligus pendidikan sastra.
4) Mata Pelajaran Khusus
Yang dimaksud di sini adalah mata pelajaran-mata
pelajaran seperti: berenang, memanah dan
menunggang kuda. Mata pelajaran-mata pelajaran
ini jarang dijumpai pada sekolah dasar Islam
kebanyakan. Mata pelajaran-mata pelajaran khusus
ini biasanya diajarkan pada lingkungan istana.
Sebagai contoh, di istana Harun al-Rasyid,
anak-anak di lingkungan istana mendapatkan
pelajaran-pelajaran khusus tersebut (Tritton, 57: 5).
b. Kurikulum Lembaga Pendidikan Tinggi
Sepanjang masa klasik Islam, penentuan kurikulum
pendidikan tinggi Islam berada di tangan ulama.
Mereka adalah kelompok orang-orang yang berilmu
luas dan diterima secara otoritatif dalam soal-soal
agama dan hukum (Az-Zarnuziy, tt.:13). Keyakinan
para ulama ini biasanya sangat kokoh dan bersumber
pada wahyu sebagai inti dari semua pengetahuan. Oleh
karena itu tidak mengherankan kalau ilmu-ilmu agama
mendominasi kurikulum lembaga pendidikan tinggi
Islam. Sungguhpun begitu ilmu-ilmu yang dipandang
ilmu umum pun juga dapat ditemui diajarkan di
beberapa lembaga pendidikan Islam abad pertengahan.
Cakupan kurikulum lembaga pendidikan tinggi
Islam pada seputar abad pertengahan dapat diketahui
dengan jelas dari berbagai sumber. Diantaranya adalah
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
82
dari Kitab al-Fihrist (indeks) oleh Ibn al-Nadim pada
tahun 988 M. Sumber kedua adalah karya-karya
Ikhwan al-Shafa, sebuah perkumpulan sufi yang
mengabdikan diri bagi peningkatan pendidikan di dunia
Islam, yang mengembangkan program pendidikannya
secara menyeluruh dalam serangkaian Risalah.
Pendekatan ensiklopedik mereka terhadap pendidikan
Islam, muncul dalam bentuk kompilasi di sebagian
besar dunia Islam pada abad ke-11. Fredrich Dieterici
sebagaimana dikutip Stanton (1990:45-46)
mengemukakan kesimpulan berikut sehubungan dengan
kurikulu pendidikan Islam yang dikemukakan oleh
Ikhwan al-Shafa.
Disiplin-disiplin Umum : tulis baca, arti kata dan
gramatika, ilmu hitung, sastra : sajak dan puisi, ilmu
tentang tanda-tanda dan isyarat, ilmu sihir dan jimat,
kimia, sulap, dagang dan keterampilan tangan, jual beli,
komersial, pertanian, dan peternakan, serta biografi dan
kisah-kisah. Ilmu-ilmu Agama : Ilmu Al-Qur‘an, tafsir,
hadith, fiqh, dzikir, zuhud, tasawuf, dan syahadah.
Ilmu-ilmu Filosofis: matematika, logika, ilmu
angka-angka, geometri, astronomi, musik, aritmatika,
dan hokum-hukum geometri, ilmu-ilmu alam dan
antropologi: zat bentuk, ruang, waktu dan gerakan,
kosmologi: produksi, peleburan dan elemen-elemen,
meteorologi dan mineraologi: esensi alam dan
manifestasinya, botani, zoologi, anatomi dan
antropologi; persepsi inderawi, embriologi: manusia
sebagai mikrokosmos, perkembangan jiwa, tubuh dan
jiwa, pilologi, psikologi yakni pemahaman dunia
kejiwaan dan sebagainya dan teologi-doktrin esoteris
Islam susunan alam spiritual, serta ilmu tentang alam
gaib.
Dari daftar mata pelajaran yang disusun oleh
Ikhwan al-Shafa tersebut, agaknya disiplin ilmu-ilmu
agama masih mendominasi kurikulum lembaga
pendidikan tinggi Islam.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
83
Untuk memperkuat tesa tersebut, berikut ini
ditampilkan kurikulum tiga madrasah –sebagai model
lembaga pendidikan tinggi Islam pada abad
pertengahan--, yakni: Madrasah Nizhamiyah, Madrasah
Imam Abu Hanifah dan Madrasah Munstansiriyah di
Baghdad.
1) Madrasah Nizhamiyah, Baghdad
Madrasah ini mulai dibangun pada tahun 1065 M.
Madrasah ini terletak di sebelah timur sungai Tigris.
Pada tahun 1067 M Madrasah ini diresmikan
penggunaannya. Dalam dokumen pendirian
madrasah disebutkan bahwa Nizham al-Mulk
memberikan wakaf untuk membiayai madrasah
tersebut untuk kepentingan para penganut Mazhab
Syafi‘i. Oleh karena itu seluruh fasilitas madrasah
diperuntukkan bagi kepentingan Mazhab Syafi‘i.
Ibn Jawziy menulis bahwa mudarris (orang
yang mengajar), waidh (orang yang memberikan
ceramah-ceramah), para pustakawan, muqri (orang
yang mengajarkan Al-Qur‘an) maupun nahwi (ahli
Nahwu) haruslah pengikut Mazhab Syafi‘i (Asyari,
1994:59). Para pengajar di madrasah ini adalah
sarjana-sarjana besar dengan reputasi tinggi, seperti,
Abu Ishaq Al-Syiraziy (w.1083 M), Al – Ghazaliy
(w. 111 M) dan Al-Kiya Al-Harrasi. Abu Zakariya
Al-Fibrizi (w.1109 M) pernah menjadi pustakawan
madrasah ini, sambil mengajar sastra dan bahasa
Ara. Sementara itu Abu Bakar al-Furaki (w. 1085
M) dan Ibn Qusyayriy (w. 1077 M) tercatat pernah
menjadi wa‟idh di madrasah ini.
Madrasah Nizhamiyah di Baghdad ini menjadi
model bagi madrasah-madrasah berikutnya.
Misalnya tahun 1189 M, Shalahudin mendirikan
madrasah seperti ini di Yerussalem. Dinasti-dinasti
Almuwahhidun pada waktu hamper sama
membangun beberapa madrasah di Afrika Utara
(Nasr, 1986:53).
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
84
Adapun kurikulum yang diajarkan di Madrasah
Nizhamiyah berpusat pada disiplin ilmu-ilmu
agama, yang berorientasi pada paham Sunni. Ilmu
Al-Qur‘an menjadi poros dari pengajaran ilmu
agama. Disiplin-disiplin yang perlu untuk
memahami dan menjelaskan makna Al-Qur‘an
tumbuh sebagai bagian inti dari pengajaran, yakni
hadith dan tafsir. Tantangan utama dalam
mempelajari hadis adalah keharusan maghafal
ratusan hadis dan keharusan untuk mampu memilih
hadis yang tepat guna menjawab permasalahan
hukum. Tafsir memegang peranan yang sangat
penting dalam memahami Al-Qur‘an. Seni pidato
juga merupakan bagian penting dari pendidikan
ilmu-ilmu agama, sebab kemampuan untuk
menyampaikan ceramah yang menarik dan ilmiah
merupakan salah satu peran inti ulama dalam
pendidikan. Kemahiran berbicara di tengah publik
mengandung semua aspek pendidikan dan
pengalaman. Logika dan gramatika melatarbelakangi
disiplin hadith dan tafsir. Di samping itu hadith dan
tafsir juga tergantung pada pengetahuan sejarah dan
geografi, serta kesadaran tentang sistem pemerintah
dan sistem sosial (Stanton, 1990:43).
Jika disistematikakan maka kurikulum yang
diajarkan di Madrasah Nizhamiyyah adalah sebagai
berikut:
a) Al-Qur‘an ;
b) Hadis ;
c) Tafsir ;
d) Retorika;
e) Logika;
f) Gramatika;
g) Sejarah ; dan
h) Geografi.
Dengan demikian yang bisa ditarik dari
kurikulum Madrasah Nizhamiyyah ini adalah bahwa
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
85
ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu tidak diajarkan
secara terpisah, tetapi ilmu yang satu digunakan
untuk mendukung dan menberi penjelasan ilmu yang
lainnya, yang akhirnya bermuara pada Al-Qur‘an
sebagai porosnya ilmu pengetahuan.
2) Madrasah Imam Abu Hanifah, Baghdad
Pembangunan Madrasah Imam Abu Hanifah ini
dimulai pada bulan Desember 1066 M dan selesai
pada bulan April 1067 atau hanya selama kurang
lebih 6 bulan (Asyari, 1994:61). Dilihat dari
lamanya masa pembangunan madrasah ini, hampir
bisa dipastikan bahwa bangunan Madrasah ini tidak
lebih megah dari Madrasah Nizhamiyyah yang
dibangun selama 2 tahun. Komplek madrasah ini
meliputi sebuah masjid, perpustakaan dan ruang
belajar serta komplek makam fuqaha mazhab
Hanafi.
Madrasah Imam Abu Hanifah berjalan dengan
baik selama lebih kurang dua abad, yakni sejak
berdirinya pada 1067 M sampai dengan 1258 M
dimana Baghdad jatuh ke tangan Hulagu dari
Mongol.
Madrasah Imam Abu Hanifah dibangun di
samping makam Imam Abu Hanifah di Baghdad.
Sesuai dengan nama dan lokasinya, maka dapat
segera disimpulkan bahwa madrasah ini khusus
diperuntukkan bagi penganut mazhab Hanafi.
Madrasah ini dalam pengajarannya lebih
menekankan pada mata pelajaran fiqh. Di samping
itu juga diajarkan mata pelajaran-mata pelajaran
keagamaan yang lain. Menurut informasi Al-Jawzy,
madrasah ini merupakan pusat berkumpulnya para
fuqaha penganut Mazhab Hanafi (Asyari, 1994:61).
Sehingga wajar bila diskusi-diskusi mengenai fiqh
tumbuh subur dalam madrasah ini.
Apa yang dapat dipetik dari madrasah ini adalah
bahwa kurikulum yang ditekankan adalah yang
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
86
mendukung kepentingan mazhab Hanafi. Pola
kurikulum ini identik dengan Madrasah
Nizhamiyyah, dimana madrasah yang disebut
belakangan ini berupaya mempertahankan tradisi
Mazhab Syafi‘i. Lebih jauh dapat dinyatakan bahwa
dengan belajar dari model pengembangan kurikulum
di Madrasah Nizhamiyyah dan Madrasah Imam Abu
Hanifah, didapatkan suatu fakta bahwa kurikulum
yang diberlakukan pada lembaga pendidikan Islam
abad pertengahan itu sangat diwarnai oleh latar
belakang sosial politik dan keagamaan masyarakat
pendukungnya.
3) Madrasah Mustansihriyah, Baghdad
Madrasah ini mengambil nama dari pendirinya, al-
Mustanshir (w. 1242 M). Pembangunannya butuh
waktu sepuluh tahun, suatu indikasi yang
menunjukkan kemegahan bangunan madrasah ini.
Fasilitas yang tersedia mencakup ruang kuliah,
asrama, aula, kolam, dapur umum dan gudang.
Madrasah ini juga dilengkapi dengan perpustakaan,
sebuah dar Al-Qur‟an, sebuah dar al-Hadith, sebuah
rumah sakit dan sebuah apotek (Nashabe, 1989:43-
46). Khalifah al-Mustanshir mendirikan madrasah
ini untuk kepentingan empat mazhab: Syafi‘i,
Maliki, Hambali dan Hanafi. Untuk itulah Madrasah
al–Mustanshiriyah mempunyai empat ruang kuliah,
masing – masing untuk satu mazhab (Nashabe,
1989:44). Dari sini kita dapat menarik kesimpulan
bahwa Madrasah al-Mustanshiriyah mempunyai
misi untuk mengakomodir keempat mazhab sunni,
melalui dunia pendidikan.
Hisham Nashabe (1989:142) membagi sejarah
Madrasah al-Mustanshiriyah ke dalam tiga periode:
Pertama, sejak berdirinya sampai akhir
kekhalifahan Bani Abbasiyah (1233 M, sampai
dengan 1258 M). Periode ini merupakan periode
yang paling gemilang dari Madrasah al-
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
87
Mustanshiriyah, di mana khalifah menaruh perhatian
yang sangat besar terhadap keberadaan madrasah ini.
Pada periode ini banyak ulama-ulama terkenal yang
diangkat menjadi guru di Madrasah
Mustanshiriyyah, antara lain : Ibn Fadhlan (w. 1233
M), Al-Farghani (w.1234 M), Ibn Yusuf Al-Jauziy
(w.1255 M) dan Abu Hasan Al-Maghribiy (w. abad
ke-13 M).
Periode kedua adalah di bawah kekuasaan
Ilkham Mongol pada tahun 1258 M sampai dengan
1337 M. Pada periode ini Madrasah
Mustanshiriyyah mengalami keruntuhan yang sangat
tajam, akibat sistem politik Mongol yang menekan
lembaga-lembaga pendidikan Islam. Dikisahkan
pada periode ini banyak guru-guru yang terbunuh,
sebagian besar buku-buku perpustakaan dirampas
serta banyak staf guru yang berpindah ke daerah-
daerah lain seperti Damaskus, kairo dan Mekah yang
relatif stabil. Singkatnya, pada saat itu Madrasah
Mustansiriyah merosot cukup drastis (Nashabe,
1989:78-85).
Periode ketiga, dari jatuhnya kekuasaan Mongol
pada 1338 M sampai pertengahan abad ke-18 M.
Periode ini merupakan periode tenggelamnya
Madrasah Mustanshiriyah. Secara perlahan-lahan
Madrasah yang pernah Berjaya ini, tenggelam dan
tidak ditemui lagi kegiatan ilmiahnya, sungguhpun
bangunan fisiknya masih bertahan sampai
pertengahan abad 18 M (Nashabe, 1989:91-100).
Informasi yang dapat diperoleh mengenai
kurikulum Madrasah Mustansiriyyah adalah yang
diajarkan pada periode pertama. Adapun kurikulum
yang diajarkan meliputi:
a) Al-Qur‘an ;
b) Hadis ;
c) Tafsir ;
d) Fiqh : Ushul dan Furu‘ ;
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
88
e) Bahasa Arab dan Kaligrafi ;
f) Aritmatika ;
g) Geometri ;
h) Ilmu Kedokteran ; dan
i) Puisi (Nashabe, 1989:126).
Dengan mengkaji tiga buah madrasah sebagai
model institusi pendidikan tinggi Islam maupun
kajian atas lembaga-lembaga pendidikan Islam,
maka dapat ditarik garis umum bahwa kurikulum
pendidikan Islam pada abad pertengahan terfokus
kepada pelajaran-pelajaran linguistik, ilmu-ilmu
naqliyyah dan ilmu-ilmu „aqliyyah.
Hamid Hasan Bilgrami dan Syed Ali Ashraf
(1985:31), menyatakan bahwa secara umum,
kurikulum pendidikan Islam pada abad pertengahan
meliputi:
a) Ilmu Bahasa dan Ilmu Naqliyyah:
(1) Ilmu Bahasa Arab (al-Lughah);
(2) Gramatikan (al-Nahwu wa al-Sharf);
(3) Retorika (al-Balaghah);
(4) Literatur (al – Adab);
(5) Membaca Al-Qur‘an (al-Qira‟ah);
(6) Tafsir (al-Tafsir) ;
(7) Hadis (al-Hadith) ;
(8) Hukum Islam (al-Fiqh) ;
(9) Ushul Fiqh (Ushul al-Fiqh); dan
(10) Teologi (al-Tawhid, al-Kalam dan al-Ushul
al Din).
b) Ilmu Akal atau Ilm al-„Aqliyyah
(1) Matematika (al-Riyadiyyah);
(2) Mawaris ( al-Fara‘id); dan
(3) Logika (al- Mantiq).
Sungguhpun begitu banyak ilmuwan muslim
yang mempelajari Filsafat, Astrologi, Geometri,
Ilmu Kedokteran, Farmasi, dan beberapa ilmu
kealaman yang lain.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
89
C. STRATEGI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Berbagai strategi telah digunakan dalam
mengimplementasikan materi kurikulum pendidikan Islam
sejak masa Rasulullah, pada masa klasik Islam, bahkan masih
dipraktikkan sampai sekarang. Beberapa metode yang lazim
digunakan dalam praktik pendidikan Islam menurut pendapat
Abdul Rahman an-Nahlawiy sebagaimana dikutip oleh al-
Syaibany (1979:41) sebagai berikut: (a) hiwar; (b) qishah; (c)
amtsal, (d) uswah hasanah, (e) pembiasaan, (f) ibrah dan
mauidhah; dan (g) targhib dan tarhib.
1. Metode Hiwar
Metode hiwar atau percakapan antara pendidik dengan
peserta didik dalam menyampaikan materi untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam. Dalam tradisi muslim,
metode hiwar ini merupakan metode yang tergolong
paling awal sekaligus paling lazim digunakan. Jenis-jenis
metode hiwar ini ada 5 macam, sebagai berikut:
a. Hiwar Khithabi, yakni percakapan antara Allah SWT
sebagai al-Khaliq dengan para Nabi dan Rasul sebagai
makhluq. Contoh hiwar khitabi ini misalnya dapat
dijumpai pada saat Allah SWT bercakap-cakap dengan
Nabi Musa AS, Nabi Ibrahim AS, dan Nabi
Muhammad SAW. Peristiwa tersebut diabadikan dalam
al-Qur‘an misalnya pada Surat an-Nisa‘: 164.
b. Hiwar Washfi, yakni percakapan antara Allah SWT
dengan malaikat atau makhluk ghaib lainnya. Misalnya
percakapan Allah SWT dengan malaikat tentang orang-
orang dzalim yang dinyatakan dalam Surat as-
Shaffat:27-28.
c. Hiwar Qashashi, yakni metode percakapan yang
dipetik dari kisah-kisah yang ceritanya jelas, seperti
kisah Nabi Syuaib dan kaumnya sebagaimana
dilukiskan dalam Surat Hud: 84-85.
d. Hiwar Jadali, yakni percakapan untuk memantapkan
argumentasi tentang menegakkan kebenaran atau
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
90
menolak kebatilan, seperti terdapat pada Surat an-
Najm:1-5.
e. Hiwar Nabawi, yakni metode percakapan yang
digunakan olen Nabi dalam mendidik agama Islam
kepada para sahabat.
2. Metode Qishah
Metode qishah merupakan metode yang diajarkan dalam
al-Qur‘an maupun Hadits Nabi. Metode ini secara turun
temurun dilangsungkan oleh para pendidik muslim
generasi selanjutnya. Metode kisah dalam tradisi Islam
terutama digunakan untuk mendidik aspek akhlak dan
penalaran siswa. Secara normatif al-Qur‘an menyatakan
bahwa tujuan kisah adalah untuk menjadi pelajaran atau
„ibrah bagi ulul albab atau orang-orang yang terus berfikir
dengan akal sehatnya (Q.S. Yusuf:111), sebagai berikut:
اب ب رة لول الل ب م ع ه ص ص ان ف ق د ك ق ا ل يث د ان ح ا ك مرى ت ف ء ول ي ي ل ش يل ك ص ف ه وت ي د ين ي ي ب يق الذ د ص ن ت ك
ون ن ؤم وم ي ق ى ورحة ل د وه
Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat penfgajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al-Qur‟an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya
dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang beriman” (Q.S. Yusuf:111).
3. Metode Amtsal
Metode amtsal atau perumpamaan adalah metode
pembelajaran dengan mengangkat perumpamaan dari alam
sekitar, misalnya hewan dan tumbuh-tumbuhan. Metode
ini dapat mempermudah pemahaman siswa dalam hal-hal
yang abstrak agar lebih dapat dipahami secara kongkrit.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
91
Sebagai contoh untuk menggambarkan sifat sesembahan
orang-orang kafir, digambarkan dengan hewan laba-laba.
Perumpamaan seperti ini terdapat dalam al-Qur‘an Surat
an-Ankabut:41. Contoh lainnya dalam menggambarkan
sifat orang yang suka memberi manfaat kepada orang lain
digambarkan dengan hewan lebah, sebagaimana terdapat
dalam Surat an-Nahl: 69:
ل ل ل ربك ذ ب ي س ك ل اس رات ف ل الثم ن ك ي م ل ن ث ك يرج ملناس اء ل ف يه ش ه ف وان ل ف أ ل راب مت ا ش ون ط ن ف ذ ب ك إ ل
رون ك ف ت وم ي ق ة ل ي ل
Artinya: “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)
buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah
dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar
minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan” (QS. an-Nahl: 69).
4. Metode Uswah Hasanah
Metode uswah hasanah atau metode keteladalan adalah
metode yang digunakan oleh para pendidik muslim dengan
memberi contoh ucapan, sikap, dan tindakan yang baik
kepada para siswanya. Metode ini banyak digunakan untuk
mengajarkan ibadah dan akhlak kepada para siswa
terutama para siswa di tingkat dasar. Metode ini diyakini
efektif karena pada tingkat pendidikan dasar,
kecenderungan meniru oleh anak terhadap gurunya sangat
tinggi.
5. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan dilakukan dengan mengulang-ulang
apa yang sudah dipelajari secara terus menerus setiap
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
92
harinya bahkan setiap saat. Misalnya pendidikan ibadah
salat, dilakukan dengan metode pembiasaan semenjak
siswa masih berusia dini. Begitu juga pelajaran Baca Tulis
Al-Qur‘an dapat dilakukan dengan metode ini. Dalam
tradisi pendidikan Islam, metode ini lazim dilaksanakan
oleh para Kyai di pesantren. Para santri dibiasakan untuk
membaca dzikir keras secara bersama-sama seusai jamaah
shalat maktubah.
6. Metode ‘Ibrah dan Mauidhah
Metode „Ibrah adalah penyampaian pelajaran dengan cara
melatih daya berpikir kritis atas suatu kasus atau peristiwa
yang terjadi agar yang positif dapat diikuti, sementara
yang negatif untuk dihindari. Metode „ibrah membutuhkan
kemampuan penalaran dan analisis sosial yang tinggi.
Metode mauidzah adalah pemberian nasehat untuk
melakukan hal yang baik dan meninggalkan yang buruk,
bisa nasehat itu melalui lisan maupun perbuatan nyata.
7. Metode Targhib dan Tarhib
Metode targhib yakni penyampaian pelajaran untuk
mendorong peserta didik menjadi insan yang baik dengan
cara menyampaikan janji Allah SWT bahwa di akherat
orang yang beriman dan beramal sholeh akan mendapat
kebahagiaan di surga. Sedangkan metode tarhib
sebaliknya, menyampaiakan pelajaran dengan
menyampaikan informasi ancaman Allah SWT di akherat
kelak bagi insan yang tidak beriman dan berbuat
kerusakan.
Disamping beberapa metode sebagaimana
dikemukakan oleh Abdul Rahman an-Nahlawy tersebut,
dalam tradisi Islam juga terdapat beberapa metode lainnya
yakni: (a) imla‟; (b) halaqah; dan (c) mujadalah.
8. Metode Imla’ (Dikte)
Metode pengajaran yang paling utama adalah membaca
Al-Qur‘an melalui dikte, dimana siswa mengulang
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
93
kembali apa yang didektekan guru agar hafal diluar kepala
dan agar siswa tidak mudah lupa. Begitulah tradisi lisan
pada abad 1 H berlangsung terus, sehingga mendorong
siswa untuk menghafal Al-Qur‘an dan materi-materi lain
seperti puisi-puisi Arab kuno.
Sejak masuknya tradisi tulis pada abad 11 H
maka pelajaran menulis mulai sangat digemari oleh anak-
anak. Para guru mengajarkan bagaimana menulis secara
rapi. Pelajaran menulis terutama untuk materi-materi syair.
Kegiatan mengajar dilaksanakan dengan penuh
kerendahan hati. Sebuah pelajaran yang dapat dimengerti
dan siswa diberikan kepada mereka, ditambah dan
dilengkapi dengan rincian sepanjang proses belajar.
Kesalahan siswa dapat diperbaiki, tetapi tidak pernah
dengan keras. Tidak pernah ditemukan bukti bahwa guru
di sekolah Islam pada masa klasik, menyakiti siswa secara
fisik maupun ucapan karena kemalasan atau kegagalan
dalam belajar (Stanton, 1990:23).
9. Metode Halaqah (Seminar)
Berbagai halaqah dalam suatu masjid memberikan
pelajaran agama, meliputi: hadith, tafsir, fiqh, ushul fiqh,
nahwu, sharaf dan satra Arab. Ilmu-ilmu yang dianggap
bukan ilmu agama tidak termasuk dalam pengajaran
syaikh di halaqah masjid. Meski tidak ada batasan resmi,
sebuah halaqah biasanya terdiri dari 20 mahasiswa
(Syalabi, 1945:23). Kegiatan pengajaran di halaqah masjid
ini berlangsung sebagai berikut:
―Sang syaikh membuka perkuliahan dengan doa
singkat, lau mengemukakan komentar umum tentang
topik bahasan sambil menghubungkan dengan topik
yang telah dibahas sebelumnya. Metode imla‟ (dikte)
biasanya memainkan peranan penting tergantung pada
bidang kajian dan topik bahasan. Hadith adalah kajian
yang paling banyak menggunakan dikte. Dalam hal
ini pelajar menyalinnya dengan sangat hati-hati agar
terhindar dari periwayatan yang keliru. Tetapi untuk
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
94
kajian fiqh dan kalam, misalnya penyalinan kata demi
kata tidak menjadi syarat mutlak.‖ (Syalabi, 1945:73).
10. Metode Mujadalah (Diskusi)
Metode mujadalah merupakan metode diskusi antara
murid dengan guru, maupun antar murid. Dalam tradisi
Islam mujadalah atau diskusi dengan argumentasi yang
sistematis dan ilmiah menjadi salah satu metode yang telah
melahirkan kemajuan ilmu dalam Islam. Dalam tradisi
pendidikan Islam di pesantren, mujadalah telah menjadi
metode utama dengan istilah bahtsul masail. Dalam
bahtsul masail, kyai menentukan tema apa yang
didiskusikan. Selanjutnya para santri mencari sebanyak
mungkin referensi tentang tema tersebut, lalu para santri
menyampaikan pendapat masing-masing berdasar pada
referensi-referensi dari kitab-kitab mu‟tabarah yang telah
dikumpulkannya tersebut. Pada akhir mujadalah biasanya
kyai menyampaikan conclution remark tema mujadalah
tersebut, dengan mengambil salah satu hujjah yang
disempurnakan atau membuat hujjah baru jika hujjah para
santri belum benar.
D. EVALUASI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Dalam tradisi Islam, evaluasi kurikulum dilakukan
dengan cara mujadalah (perdebatan) dan ujian lisan. Cara ini
lazim digunakan untuk menentukan apakah siswa sudah
dapat dinyatakan lulus atau belum mengenai matapelajaran
tertentu. Bentuk kelulusan seorang pelajar diberikan dengan
memberikan ijazah (lisensi) untuk mengajarkan ilmu yang
telah dikuasai sekaligus untuk melanjutkan ke jenjang kajian
yang lebih tinggi. Dalam tradisi muslim klasik, lisensi ini ada
yang berbentuk khusus artinya setiap satu buku dari
matapelajaran tertentu diberi satu lisensi, ada pula yang
berbentuk umum, artinya seluruh matapelajaran yang
diberikan guru setelah dikuasai secara menyeluruh diberikan
satu lisensi (Tritton, 1957:42).
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
95
Dalam tradisi muslim kontemporer, tradisi evaluasi
berkembang dengan sistem imtihan atau ujian yang diberikan
oleh para syaikh atau ustadz kepada para murid. Imtihan
dalam evaluasi pendidikan Islam kontemporer menempati
fungsi sebagai muraja‟ah (umpan balik) atas pelaksanaan
ta‟lim (pembelajaran) yang telah dilaksanakan. Ramayulis
(2002:210) menyatakan kegunaan dari muraja‟ah antara lain:
1. Ishlah, yakni memperbaiki komponen kurikulum termasuk
perbaikan perilaku, wawasan dan kebiasaan para siswa.
2. Tazkiyah, penyucian terhadap program-program yang
telah dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan tujuan
untuk menjadikan siswa sampai pada tujuan mulia
pendidikan Islam atau belum.
3. Tajdid, yaitu memperbaharui hal-hal yang belum baik
untuk lebih mengefektifkan pencapaian tujuan sekaligus
menyesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa dan
perkembangan zaman.
4. al-Dakhil, berupa memberi masukan sekaligus sebagai
laporan kepada para orang tua atas kemajuan belajar para
siswa dimana hal ini bisa diwujudkan dalam bentuk buku
raport, sertifikat, ijazah, dan lain-lain.
Dalam melakukan evaluasi pendidikan, para pendidik
muslim menempatkan akhlak al-karimah sebagai prinsip-
prinsip utama, antara lain berupa:
1. al-Shidq (obyektif), dimana dalam melakukan evaluasi
para pendidik muslim mengedepankan kebenaran berdasar
fakta dan data penilian yang ada. Hal ini diyakini memiliki
landasan normatif dalam Firman Allah SWT:
ين ق ع الصاد وا م ون وا الله وك وا ات ق ن ين آم ا الذ ي ه ا أ ي
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah
kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang
yang benar” (QS. At-Taubah:119)
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
96
2. al-Amanah (jujur), pendidik muslim dalam melaksanakan
evaluasi dilandasi oleh sikap kejujuran. Landasan etik
yang digunakan yakni Firman Allah SWT:
ن م أ رك م أ ن الله ي ل إ ات إ ان ؤدوا الم م ت ت كم ا ح ذ ا وإ ه ل ه أل د ع ال وا ب م ن تك ين الناس أ ه ب م ب ك ظ ع ا ي م ع ن الله ن إ
يرا ا بص يع ان س ن الله ك إ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaikbaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha mendengar lagi Maha melihat” (QS. An-Nisa:58).
3. al-„Adl (adil), dalam melakukan evaluasi bersikap adil.
Landasan moral yang digunakan antara lain, sebagai
berikut:
وى لت ق رب ل ق و أ وا ه ل د اع
Artinya: ―Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa”(Q.S. Al-Maidah: 8).
4. al-Ikhlas (ikhlas), dalam memberikan penilaian dilandasi
oleh prinsip keikhlasan dan ketulusan. Prinsip ini
disandarkan pada Q.S Al-An‘am: 142, sebagai berikut:
ين م ال ع له رب ال اي ومات ل ي ومي ك س ت ون ل ن ص ل إ ق
Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya salatku, ibadatku,
hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam” (Q.S. Al-An‘am: 162)
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
97
BAB V
IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Implementasi kurikulum merupakan suatu proses
penerapan program atau desain kurikulum ke dalam praktik
pembelajaran. Implementasi kurikulum dengan demikian
merupakan pelaksanaan dari naskah kurikulum dalam situasi
pembelajaran nyata. Kurikulum dalam wujud naskah masih
disebut sebagai kurikulum potensial, sedangkan jika sudah
diimplementasikan dinyatakan sebagai kurikulum aktual.
Kurikulum aktual inilah yang sejatinya menempati peranan
strategis dalam mendukung keberhasilan belajar siswa pada
khususnya dan keberhasilan pendidikan pada umumnya.
Kurikulum potensial atau naskah kurikulum yang ada tidaklah
banyak berguna jika tidak diiringi dengan implementasi yang
baik. Lebih jauh dapat dinyatakan bahwa sebaik apapun naskah
kurikulum disusun, namun jika implementasinya tidak baik,
maka menjadi tidak banyak manfaatnya.
Implementasi kurikulum sebagai bagian tak terpisahkan
dari fase pengembangan kurikulum (sebagaimana telah
dijelaskan pada Bab III) membutuhkan peran utama guru atau
pendidik. Pendidik menjadi ujung tombak implementasi
kurikulum yakni berupa aktivitas melaksanakan program
pembelajaran. Nana Syaodih Sukmadinata sebagaimana dikutip
Maunah (1997:86) menyatakan bahwa betapapun bagusnya
suatu naskah kurikulum, tetapi hasilnya sangat tergantung pada
apa yang dilakukan guru dan murid di kelas. Sejalan dengan
pernyataan tersebut, Sudjana (1989:27) memberi penegasan
bahwa baiknya seperti apa pun kurikulum yang disusun, belum
menjamin menghasilkan lulusan yang terbaik seperti yang
diinginkan kurikulum.
Implementasi kurikulum yang dilakukan oleh para
pendidik tergantung pada pemberlakuan kurikulum oleh
pemerintah pada setiap masanya. Oleh karena itu istilah-istilah
praktis (bahkan beberapa konsep dasar) yang digunakan pada
setiap kurikulum memiliki kekhasan. Sebagaimana dimaklumi
bahwa perjalanan kurikulum di Indonesia telah mengalami
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
98
beberapa kali perubahan atau penyempurnaan. Tercatat dalam
kurun dua dasawarsa terakhir setidaknya telah terjadi
perubahan/penyempurnaan kurikulum tiga kali, yakni tahun
2004 pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), lalu disempurnakan tahun 2006 menjadi Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK), dan pada tahun 2013 diberlakukan
Kurikulum 2013 (K-13).
Pada kurikulum 2013, pemerintah --dalam hal ini
Kementerian Pendidikan Nasional dan kementerian terkait--
telah menerbitkan peraturan tentang kurikulum. Sampai saat ini
telah terbit beberapa peraturan sebagai dasar implementasi
kurikulum, yakni:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor
13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan.
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah;
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah;
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Pendidikan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 tentang Penilaian Hasil
Belajar oleh Satuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar
oleh Pemerintah;
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
99
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 34 Tahun 2018 tentang Standar Nasional
Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2018 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58
Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2018 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59
Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah
11. Peraturan Menteri Agama Nomor 183 Tahun 2019 tentang
Kurikulum PAI dan Bahasa Arab pada Madrasah.
12. Peraturan Menteri Agama Nomor 184 Tahun 2019 tentang
Pedoman Implementasi Kurikulum pada Madrasah.
Sungguhpun secara regulasi telah mengalami
penyempurnaan beberapa kali namun landasan utama
implementasi kurikulum tetap mengacu pada Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada
Bab X Pasal 36 ayat 1 dinyatakan: ―pengembangan kurikulum
dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional‖. Pada ayat 2:
―kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik‖.
Demikian pula walaupun secara teknis penekanan istilah-
istilah pada kurikulum 2004, kurikulum 2006, maupun
kurikulum 2013 berbeda, namun secara umum implementasi
kurikulum mencakup tiga kegiatan utama yakni pengembangan
program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi
hasil belajar.
A. PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN
Pengembangan program pembelajaran merupakan kegiatan
pendidik dalam mengelaborasi naskah kurikulum ke dalam
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
100
desain pembelajaran. Weil (1996: 1) menyatakan bahwa
desain pembelajaran merupakan rencana yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan kurikulum,
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas. Secara lebih spesifik dapat dinyatakan
bahwa desain pembelajaran merupakan perencanaan
pembelajaran yang dituangkan ke dalam naskah persiapan
pendidik sebelum memulai pembelajaran. Jadi perencanaan
pembelajaran merupakan proses penyusunan materi
pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penentuan
pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran serta
penilaian dalam suatu alokasi waktu tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Secara teoretis terdapat beberapa model desain
pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, yang
menjadi landasan pengembangan desain pembelajaran dalam
pelaksanaan kurikulum. Beberapa model yang sering
digunakan menjadi rujukan antara lain: model Dick & Carey,
model Glasser, model ASSURE-Smaldino & James, model
Gerlach & Ely, model Kemp, model ADDIE-Reiser &
Mollenda, model Degeng, model ISD-Gagne & Briggs, dan
lain-lain.
Pada implementasi kurikulum 2013, pengembangan
program pembelajaran disesuaikan dengan spirit
pembelajaran tematik, pendekatan saintifik, dan penilaian
autentik. Langkah-langkah dalam mengembangkan program
pembelajaran kurikulum 2013 sebagai berikut:
1. Pendahuluan atau pra pengembangan.
Pada langkah pendahuluan ini dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Pada langkah awal ini terlebih dahulu dilakukan
pengembangan indikator dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Beberapa hal yang harus dilakukan
saat menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam indikator antara lain: (a) indikator
disesuaikan dengan karakteristik siswa; (b) indikator
disesuaikan dengan karakteristik matapelajaran; (c)
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
101
indikator dirumuskan dalam kata kerja operasional; (d)
indikator merupakan hal yang dapat diukur.
b. Pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator di dalam tema. Langkah berikutnya yakni
memetakan standar kompetensi, dan kompetensi dasar,
yang tertuang dalam dokumen kurikulum untuk
menetukan tema. Kegiatan ini bertujuan memperoleh
gambaran secara menyeluruh atas standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator dari berbagai
matapelajaran yang akan diintegrasikan ke dalam tema
tertentu.
c. Penetapan tema dan jaringan tema. Sesudah melakukan
penentuan tema berdasarkan pada standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator pada langkah
sebelumnya, selanjutnya dilakukan penetapan jaringan
tema yang dapat menghubungkan kompetensi dasar dan
indikator ke dalam tema pemersatu. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penetapan tema antara lain:
(a) memperhatikan tata urutan dari mudah ke sulit,
sederhana ke kompleks, dan kongkrit ke abstrak; (b)
tema harus mendorong terjadinya proses berpikir siswa;
dan (c) ruang lingkup tema disesuaikan dengan tingkat
perkembangan, minat, dan kebutuhan belajar siswa.
2. Penyusunan silabus.
Allen, dalam Nunan (1988:6) menyatakan: syllabus refers
to that subpart of curriculum which is concerned with a
specification of what units will be taught”. Silabus
memuat seperangkat unit atau tema yang akan
dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Jadi dapat
dinyatakan bahwa silabus merupakan garis besar program
pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 dengan
pembelajaran tematik, silabus memuat uraian garis besar
hal-hal berikut:
a. Standar kompetensi lulusan. Kompetensi merupakan
seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab
yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
102
tugas di bidang tertentu (SK Mendiknas No.
045/U/2002). Kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar
nasional yang telah disepakati (UU No. 20/2003,
penjelasan pasal 35:(1). Standar kompetensi lulusan
adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan (Permendikbud No. 20/2016). Dalam
menyusun silabus, penulisan standar kompetensi
lulusan mengutip dari naskah kurikulum pada peraturan
perundang-undangan tersebut.
b. Kompetensi dasar, merupakan jabaran dari standar
kompetensi lulusan yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap minimal yang harus dikuasai
dan dapat diperagakan oleh siswa pada masing-masing
standar kompetensi. Para guru mengambil uraian
kompetensi dasar ini dari naskah kurikulum yang ada.
c. Indikator, merupakan kemampuan-kemampuan yang
lebih spesifik yang dapat dijadikan sebagai ukuran
untuk menilai ketuntasan belajar. Indikator yang
dirumuskan harus memuat kecakapan khusus dan
terukur. Indikator harus dijabarkan oleh para guru dari
kompetensi dasar.
d. Alat, media dan sumber belajar. Silabus memuat
penjelasan secara garis besar alat, media, dan sumber
bahan yang digunakan dalam mendukung pencapaian
kompetensi dasar dan indikator.
e. Pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan
seperangkat tindakan belajar yang diskenario untuk
menjadi rambu-rambu kegiatan bagi para siswa baik di
kelas, laboratorium, dan di luar kelas. Silabus memuat
secara ringkas pengalaman belajar yang hendak
diberikan kepada para peserta didik.
f. Penilaian. Pada penyusunan silabus, dicantumkan
secara garis besar jenis, prosedur, dan instrumen
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
103
penilaian yang akan digunakan untuk menilai hasil
belajar peserta didik.
3. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
RPP pada pembelajaran tematik memuat beberapa
komponen, yakni:
a. Identitas mata pelajaran, mencakup: nama
matapelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester,
dan alokasi waktu.
b. Kompetensi dasar dan indikator, dimana kompetensi
dasar diambil dari dokumen kurikulum lalu dijabarkan
menjadi indikator.
c. Materi pokok, berisi garis besar isi materi atau
seperangkat bahan ajar (a set of materials) yang akan
disajikan.
d. Strategi pembelajaran, berisi skenario pembelajaran
(scenario of learning) secara terinci, mulai dari
kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup.
e. Alat dan media. Alat merupakan perangkat keras yang
digunakan untuk mendukung pembelajaran (hardware
tools of learning), sedangkan media merupakan
perangkat lunak dalam pembelajaran (software tools of
learning).
f. Sumber bahan, berupa rujukan atau referensi yang
digunakan untuk menyusun bahan pelajaran dan
penyajian pengalaman belajar guna mendukung
pencapatan kompetensi dasar dan indikator. Dengan
kata lain, sumber bahan merupakan sumber belajar
(sources of learning). Dari sumber-sumber tersebut
bahan ajar dipersiapkan. Bahan ajar dapat berupa: (a)
bahan cetak seperti: hand out, buku, modul, lembar
kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart; (b) audio visual
seperti: video/film, VCD, animasi, tayangan TV; (c)
audio seperti: radio, kaset, CD audio; (d) visual seperti:
foto, gambar, maket; dan (e) multi media seperti: CD
interaktif, internet, dan ICT.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
104
g. Penilaian dan tindak lanjut. Penilaian meliputi:
prosedur, instrumen, dan kriteria yang digunakan.
Tindak lanjut berisi tugas atau tindakan apa yang
diharapkan dilakukan siswa seusai pembelajaran.
Dari uraian di atas, pengembangan program
pembelajaran tematik pada K-13 dapat digambarkan langkah-
langkahnya sebagai berikut:
_____________________________________________ Bagan 4. Pengembangan Program Pembelajaran Tematik K-13
Berikut ini diberikan contoh silabus dan RPP sebagai
gambaran untuk memperjelas uraian tentang keduanya.
Pemetaan
SK(L), KD, indikator
Penentuan
tema dan
jaringan tema
Penyusunan
silabus
Penyusunan
RPP
Penjabaran
SK(L), KD
ke indikator
TEMA
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
105
CONTOH 1.
SILABUS TEMATIK KELAS I
Tema 8: Peristiwa Alam
K-13 (TAMBAHAN MUATAN IMTAQ)
Satuan Pendidikan : SD
Kelas : I (satu)
Kompetensi Inti :
KI
1
: Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
KI
2
: Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
dan guru
KI
3
: Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah
KI
4
: Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
PPKn Kompetensi
Dasar Materi
Pembelajaran Kegiatan
Pembelajaran Metode
Pembelajaran Media
Pembelajaran Jenis dan bentuk
Penilaian
Sumber dan Bahan Ajar
Muatan
Imtaq
3.1 Mengenal simbol sila-sila Pancasila dalam lambang negara “Garuda Pancasila”
Subtema 1
- Sila kelima Pancasila
- Contoh sikap sila kelima Pancasila
Subtema 1
- Menghafal dan membacakan bunyi sila kelima di depan
Ceramah, Diskusi, Penugasan, Eksplorasi dan Demonstrasi
Teks Pancasila, Power point
Pengamatan: Kerjasama, percaya diri, toleransi Pengetahuan:
Buku tematik terpadu bupena Buku pemerintah
QS. AnNur
ayat 40, QS
Attakwir
ayat 6
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
106
4.1 Menceritakan simbol-simbol sila Pancasila pada Lambang Garuda sila Pancasila 3.2 Mengidentifikasi aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah 4.2 Menceritakan kegiatan sesuai dengan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah
kelas
- Menuliskan teks sila Pancasila dari sila pertama sampai kelima
- Menceritakan pengalamannya mengenai bersikap adil kepada teman
- Melengkapi huruf yang hilang dari teks sila kelima Pancasila
ulangan, latihan, PR Keterampilan: Proyek, produk, portofolio, praktik
buku guru dan buku siswa
Subtema 2
- Aturan menghemat air
Subtema 2
- Mengetahui cara mencuci tangan
- Mengetahui aturan-aturan menghemat air
- Menceritakan aturan menghemat air di rumah
- Mengetahui hal yang harus dilakukan
Ceramah, Diskusi, Penugasan, Eksplorasi dan Demonstrasi
Gambar cara mencuci tangan, Power point
Pengamatan: Kerjasama, percaya diri, toleransi Pengetahuan: ulangan, latihan, PR Keterampilan: Proyek, produk, portofolio, praktik
Buku tematik terpadu bupena Buku pemerintah buku guru dan buku siswa
QS. Al
A‟raf ayat
130, QS.
AlMulk
ayat 30
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
107
untuk menghemat air
Subtema 3
- Aturan makan
Subtema 3
- Menyebutkan aturan makan di rumah
- Menuliskan aturan ketika makan di rumah dan menceritakan pengalamannya menerapkan aturan makan tersebut kepada teman-teman yg lain
- Menceritakan aturan ketika makan bersama dengan keluarga di rumah
- Menentukan sikap yang sesuai dengan aturan ketika makan dengan
Ceramah, Diskusi, Penugasan, Eksplorasi dan Demonstrasi
Power point Pengamatan: Kerjasama, percaya diri, toleransi Pengetahuan: ulangan, latihan, PR Keterampilan: Proyek, produk, portofolio, praktik
Buku tematik terpadu bupena Buku pemerintah buku guru dan buku siswa
QS.
AlBaqarah
ayat 22
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
108
berdiskusi bersama teman dan menceritakan hasil diskusi tersebut di depan kelas
Subtema 4
- Bekerjasama
Subtema 4
- Menceritakan pengalaman bekerja sama di rumah
- Menuliskan dan menceritakan pengalaman bekerjasama di rumah dengan percaya diri di depan kelas
- Menampilkan percakapan tentang bekerjasama di depan kelas dengan percaya diri
Ceramah, Diskusi, Penugasan, Eksplorasi dan Demonstrasi
Gambar cara mencuci tangan, Power point
Pengamatan: Kerjasama, percaya diri, toleransi Pengetahuan: ulangan, latihan, PR Keterampilan: Proyek, produk, portofolio, praktik
Buku tematik terpadu bupena Buku pemerintah buku guru dan buku siswa
QS. Al
Ankabut
ayat 14,
QS. ArRum
ayat 41,
QS. Al
An‟am ayat
63
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
109
Bahasa Indonesia
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Metode
Pembelajaran
Media
Pembelajaran
Jenis dan
bentuk
Penilaian
Sumber dan
Bahan Ajar
Muatan
Imtaq
3.7 Menentukan
kosakata yang
berkaitan
dengan
peristiwa siang
dan malam
melalui teks
pendek
(gambar,
tulisan,
dan/atau syair
lagu) dan/ atau
eksplorasi
lingkungan
4.7
Menyampaikan
penjelasan
dengan
kosakata
Bahasa
Indonesia dan
dibantu dengan
Subtema 1
- Kosa kata yang
berkaitan
dengan
peristiwa
- Kalimat yang
berkaitan
dengan
peristiwa
- Menulis tegak
bersambung
Subtema 1
- Mewarnai
kata-kata
yang
berkaitan
dengan
malam hari
- Membaca
teks
mengenai
peristiwa
pada siang
hari
- Memasangka
n benda
sesuai dengan
namanya
dengan tepat
- Mengetahui
kata yang
berhubungan
dengan siang
Ceramah,
Diskusi,
Penugasan,
Eksplorasi dan
Demonstrasi
Power point Pengamatan
:
Kerjasama,
percaya diri,
toleransi
Pengetahua
n: ulangan,
latihan, PR
Keterampila
n:
Proyek,
produk,
portofolio,
praktik
Buku
tematik
terpadu
bupena
Buku
pemerintah
buku guru
dan buku
siswa
QS. AnNur
ayat 40, QS
Attakwir
ayat 6
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
110
bahasa daerah
mengenai
peristiwa siang
dan malam
dalam teks tulis
dan gambar
3.8
Merinci
ungkapan
penyampaian
terima kasih,
permintaan
maaf, tolong,
dan pemberian
pujian, ajakan,
pemberitahuan,
perintah, dan
petunjuk
kepada orang
lain dengan
menggunakan
bahasa yang
santun secara
lisan dan
tulisan yang
dapat dibantu
hari
- Menuliskan
kata yang
tepat sesuai
dengan
gambarnya
- Membaca
percakapan
mengenai
permainan
- Menyebutkan
permainan
yang dapat
dilakukan di
dalam dan di
luar rumah
- Membuat
kalimat
menggunakan
sebuah kata
dan
menuliskanny
a dengan
tegak
bersambung
- Menceritakan
kegiatan yang
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
111
dengan
kosakata bahasa
daerah
4.8
Mempraktikan
ungkapan
terima kasih,
permintaan
maaf, tolong,
dan pemberian
pujian, dengan
menggunakan
bahasa yang
santun kepada
orang lain
secara lisan dan
tulis
ada pada
gambar
dengan
percaya diri
- Menuliskan
perbedaan
siang dan
malam
berdasarkan
bacaan di
buku
- Menyusun
kalimat
menjadi
sebuah cerita
- Meneritakan
kegiatan yang
dilakukan
pada pagi
hingga malam
hari di depan
kelas
Subtema 2
- Kegiatan di
musim kemarau
- Kalimat pujian
Subtema 2
- Membicaraka
n dengan
teman
Ceramah,
Diskusi,
Penugasan,
Eksplorasi dan
Demonstrasi
Power point Pengamatan
:
Kerjasama,
percaya diri,
toleransi
Buku
tematik
terpadu
bupena
QS. Al
A‟raf ayat
130, QS.
AlMulk
ayat 30
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
112
- Kalimat ajakan mengenai
permainan
yang biasanya
dimainkan
pada musim
kemarau
- Menuliskan
kalimat
pujian
- Menuliskan
tanggapan
dari ungkapan
kalimat
pujian
- Menemukan
kalimat
pujian pada
percakapan
yang
diperagakan
- Menuliskan
kalimat
pujian
berdasarkan
bacaan
- Menuliskan
contoh
Pengetahua
n: ulangan,
latihan, PR
Keterampila
n:
Proyek,
produk,
portofolio,
praktik
Buku
pemerintah
buku guru
dan buku
siswa
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
113
kalimat
ajakan
- Membuat
kalimat
ajakan dan
mempraktikk
annya dengan
temannya
- Membuat dan
menuliskan
kalimat
ajakan yang
sesuai dengan
cerita
Subtema 3
- Kegiatan di
musim hujan
- Kosa kata yang
berkaitan
dengan
peristiwa
- Kalimat pujian
dan ungkapan
terima kasih
- Kalimat yang
berkaitan
Subtema 3
- Menceritakan
kegunaan dari
air hujan
- Menuliskan
nama benda
sesuai dengan
gambarnya
- Memilih
kalimat
pujian yang
sesuai dengan
Ceramah,
Diskusi,
Penugasan,
Eksplorasi dan
Demonstrasi
Power point Pengamatan
:
Kerjasama,
percaya diri,
toleransi
Pengetahua
n: ulangan,
latihan, PR
Keterampila
n:
Proyek,
Buku
tematik
terpadu
bupena
Buku
pemerintah
buku guru
dan buku
siswa
QS.
AlBaqarah
ayat 22
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
114
dengan
peristiwa
gambar
- Memberi
pujian kepada
teman yang
berhasil
melakukan
sesuatu
- Menuliskan
ungkapan
pujian dan
menuliskan
tanggapan
dari pujian
tersebut
sesuai dengan
percakapan
- Menentukan
kata yang
tepat untuk
melengkapi
suatu kalimat
pujian
- Menuliskan
kalimat
pujian
berdasarkan
teks cerita
produk,
portofolio,
praktik
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
115
- Mengurutkan
gambar
menjadi
sebuah cerita
dan
menuliskan
kalimat yang
sesuai dengan
gambar-
gambar
tersebut
Subtema 4
- Ucapan terima
kasih dan tolong
- Kalimat yang
berkaitan
dengan
peristiwa
- Kosa kata yang
sesuai dengan
peristiwa
Subtema 4
- Membaca
teks
mengenai
bencana alam
- Mengetahui
kapan harus
mengucapkan
terima kasih
ketika
diberikan
bantuan
- Membuat
ungkapan
terima kasih
Ceramah,
Diskusi,
Penugasan,
Eksplorasi dan
Demonstrasi
Power point Pengamatan
:
Kerjasama,
percaya diri,
toleransi
Pengetahua
n: ulangan,
latihan, PR
Keterampila
n:
Proyek,
produk,
portofolio,
praktik
Buku
tematik
terpadu
bupena
Buku
pemerintah
buku guru
dan buku
siswa
QS. Al
Ankabut
ayat 14,
QS. ArRum
ayat 41,
QS. Al
An‟am ayat
63
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
116
sesuai dengan
bacaan
- Menuliskan
percakapan
berdasarkan
teks cerita
dan
memerankann
ya di depan
kelas
- Mengetahui
apa yang
harus
diucapkan
ketika
meminta
bantuan
- Menuliskan
kalimat
ungkapan
permintaan
tolong sesuai
dengan
gambar
- Menyebutkan
dan
menceritakan
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
117
jenis-jenis
bencana alam
berdasarkan
gambar
- Menentukan
ungkapan
permintaan
tolong dan
menuliskanny
a
- Membuat
percakapan
sederhana
tentang
kegiatan
membantu
korban
bencana alam
dan
menampilkan
nya di depan
kelas
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
118
Matematika
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Metode
Pembelajaran
Media
Pembelajaran
Jenis dan
bentuk
Penilaian
Sumber
dan Bahan
Ajar
Muatan
Imtaq
3.9
Membandingkan
panjang, berat,
lamanya waktu,
dan suhu
menggunakan
benda/ situasi
konkret
4.9
Mengurutkan
benda/
kejadian/keadaan
berdasarkan
panjang, berat,
lamanya waktu,
dan suhu
Subtema 1
- Mengukur
panjang benda
Subtema 1
- Mengukur
panjang benda
dengan jengkal
dan depa
- Mengurutkan
benda dari
yang paling
panjang
- Mengetahui
perbedaan
hasil
pengukuran
panjang benda
Ceramah,
Diskusi,
Penugasan,
Eksplorasi dan
Demonstrasi
Power point Pengamatan
:
Kerjasama,
percaya diri,
toleransi
Pengetahua
n: ulangan,
latihan, PR
Keterampila
n:
Proyek,
produk,
portofolio,
praktik
Buku
tematik
terpadu
bupena
Buku
pemerintah
buku guru
dan buku
siswa
QS. AnNur
ayat 40, QS
Attakwir
ayat 6
Subtema 2
- Mengukur berat
benda
Subtema 2
- Menulis hasil
pengukuran
berat benda
Ceramah,
Diskusi,
Penugasan,
Eksplorasi dan
Demonstrasi
Power point Pengamatan
:
Kerjasama,
percaya diri,
toleransi
Buku
tematik
terpadu
bupena
QS. Al A‟raf
ayat 130,
QS. AlMulk
ayat 30
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
119
pada tabel
- Menentukan
berat benda
yang paling
berat, yang
paling ringan,
dan
mengurutkann
ya
Pengetahua
n: ulangan,
latihan, PR
Keterampila
n:
Proyek,
produk,
portofolio,
praktik
Buku
pemerintah
buku guru
dan buku
siswa
Subtema 3
- Mengukur
waktu
Subtema 3
- Membedakan
kegiatan yang
berlangsung
sebentar dan
lama, serta
mengurutkann
ya
- Menentukan
lama dan
sebentarnya
suatu kegiatan
- Mengukur
waktu
melakukan
Ceramah,
Diskusi,
Penugasan,
Eksplorasi dan
Demonstrasi
Power point Pengamatan
:
Kerjasama,
percaya diri,
toleransi
Pengetahua
n: ulangan,
latihan, PR
Keterampila
n:
Proyek,
produk,
portofolio,
Buku
tematik
terpadu
bupena
Buku
pemerintah
buku guru
dan buku
siswa
QS.
AlBaqarah
ayat 22
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
120
suatu kegiatan
dengan
berhitung dan
menuliskan
hasilnya pada
tabel
praktik
Subtema 4
- Mengukur suhu
benda
Subtema 4
- Membandingk
an suhu benda
dan
menuliskannya
pada tabel
- Mengurutkan
benda dari
yang paling
hangat ke yang
paling dingin
dan meuliskan
hasilnya pada
tabel
- Mengurutkan
benda dari
yang paling
panas dan
menuliskan
hasilnya pada
Ceramah,
Diskusi,
Penugasan,
Eksplorasi dan
Demonstrasi
Power point Pengamatan
:
Kerjasama,
percaya diri,
toleransi
Pengetahua
n: ulangan,
latihan, PR
Keterampila
n:
Proyek,
produk,
portofolio,
praktik
Buku
tematik
terpadu
bupena
Buku
pemerintah
buku guru
dan buku
siswa
QS. Al
Ankabut
ayat 14, QS.
ArRum ayat
41, QS. Al
An‟am ayat
63
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
121
buku
SBdP
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Metode
Pembelajara
n
Media
Pembelajaran
Jenis dan
bentuk
Penilaian
Sumber
dan Bahan
Ajar
Muatan
Imtaq
3.2
Mengenal elemen
musik melalui
lagu
4.2
Menirukan
elemen musik
melalui lagu
3.3
Mengenal gerak
anggota tubuh
melalui tari
4.3
Meragakan gerak
anggota tubuh
melalui tari
Subtema 1
- Menyanyikan
lagu dengan
memperhatikan
tinggi rendah
nada
Subtema 1
- Menyanyikan
lagu Bintang
Kejora
- Menyanyikan
lagu Suka Hati
Ceramah,
Diskusi,
Penugasan,
Eksplorasi
dan
Demonstrasi
Power point Pengamatan
:
Kerjasama,
percaya diri,
toleransi
Pengetahua
n: ulangan,
latihan, PR
Keterampila
n:
Proyek,
produk,
portofolio,
praktik
Buku
tematik
terpadu
bupena
Buku
pemerintah
buku guru
dan buku
siswa
QS. AnNur
ayat 40, QS
Attakwir
ayat 6
Subtema 2
- Memperagakan
gerak anggota
Subtema 2
- Menari
berdasarkan
Ceramah,
Diskusi,
Penugasan,
Eksplorasi
Power point Pengamatan
:
Kerjasama,
percaya diri,
Buku
tematik
terpadu
bupena
QS. Al
A‟raf ayat
130, QS.
AlMulk
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
122
3.1
Mengenal karya
ekspresi dua dan
tiga dimensi
4.1
Membuat karya
ekspresi dua dan
tiga dimensi
3.4
Mengenal bahan
alam dalam
berkarya
4.4
Membuat karya
dari bahan alam
tubuh melalui
tari
hitungan
- Menirukan
gerakan daun
kelapa
dan
Demonstrasi
toleransi
Pengetahua
n: ulangan,
latihan, PR
Keterampila
n:
Proyek,
produk,
portofolio,
praktik
Buku
pemerintah
buku guru
dan buku
siswa
ayat 30
Subtema 3
- Kreasi
menggunakan
bahan-bahan
yang ada di
sekitar
Subtema 3
- Membuat kreasi
perahu dari
Styrofoam
- Membuat
hiasan
berbentuk
pelangi dari
kertas karton
warna-warni
Ceramah,
Diskusi,
Penugasan,
Eksplorasi
dan
Demonstrasi
Steorofoam, lem,
lidi, kertas lipat,
Power point
Pengamatan
:
Kerjasama,
percaya diri,
toleransi
Pengetahua
n: ulangan,
latihan, PR
Keterampila
n:
Proyek,
produk,
Buku
tematik
terpadu
bupena
Buku
pemerintah
buku guru
dan buku
siswa
QS.
AlBaqarah
ayat 22
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
123
portofolio,
praktik
Subtema 4
- Berkarya
menggunakan
tanah liat
Subtema 4
- Membuat kreasi
dari tanah liat
Ceramah,
Diskusi,
Penugasan,
Eksplorasi
dan
Demonstrasi
Power point Pengamatan
:
Kerjasama,
percaya diri,
toleransi
Pengetahua
n: ulangan,
latihan, PR
Keterampila
n:
Proyek,
produk,
portofolio,
praktik
Buku
tematik
terpadu
bupena
Buku
pemerintah
buku guru
dan buku
siswa
QS. Al
Ankabut
ayat 14,
QS. ArRum
ayat 41,
QS. Al
An‟am ayat
63
________________________________________________________________________________
Dipetik dan dimodifikasi dari Silabus Ubaidah Guru SD Islam Al Azhar 22 Salatiga atas seizin penyusun.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
124
CONTOH 2.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
K-13 - Revisi 2017
Satuan Pendidikan: _____________________________
Kelas / Semester : I (Satu) / 2
Tema 8 : Peristiwa Alam
Sub Tema 1 : Cuaca
Pembelajaran : 1
Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan (6 x 35 menit)
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI 1: Menerima dan menjalankan agama yang dianutnya.
KI 1: Memiliki perilaku jujur, didiplim, dan tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, dan guru.
KI 1: Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati mendengar, melihat, membaca, dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
KI 1: Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR (KD) & INDIKATOR
Bahasa Indonesia
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
125
Kompetensi Dasar (KD)
3.1 Mengenal teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pancaindra, wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang dan malam dengan
bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu
pemahaman.
4.1 Mengamati dan menirukan teks deskriptif tentang anggota tubuh dan panca indra, wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang dan
malam secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu
penyajian.
Indikator :
- Mengidentifikasi suasana berbagai cuaca dari teks deskriptif yang dibaca
- Mengelompokkan kosakata terkait kondisi pada cuaca cerah dan cuaca hujan
- Menirukan teks deskriptif sesuai petunjuk/conoth guru
Matematika
Kompetensi Dasar (KD)
3.3 Mengenal dan memprediksi pola-pola bilangan sederhana menggunakan gambar gambar/benda konkret.
4.4. Mendeskripsikan, mengembangkan, dan membuat pola yang berulang.
Indikator :
- Menentukan baris bilangan yang merupakan pola bilangan
- Melengkapi pola bilangan
- Membuat Pola Bilangan
SBdP
Kompetensi Dasar (KD)
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
126
3.1 Mengenal cara dan hasil karya seni ekspresi
4.1 Menggambar ekspresi dengan mengolah garis, warna, dan bentuk berdasarkan hasil pengamatan di lingkungan
Indikator :
- Membedakan suasana siang dan malam yang cerah
- Menggambar ekspresi hasil pengamatan terhadap suasana siang dan malam yang cerah
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
- Dengan membaca puisi, siswa dapat mengidentifikasi ciriciri cuaca cerah dengan tepat.
- Dengan membaca puisi, siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri cuaca hujan dengan tepat.
- Setelah melakukan permainan, siswa dapat mengelompokkan kosakata yang berkaitan dengan cuaca cerah dengan benar.
- Setelah melakukan permainan, siswa dapat mengelompokkan kosa-kata yang berkaitan dengan cuaca hujan dengan benar.
- Dengan membaca cerita pendek, siswa dapat membedakan warna cerah dan tidak cerah dengan tepat.
- Setelah membaca cerita, siswa dapat mewarnai gambar menggunakan warna cerah dan tidak cerah dengan tepat.
- Dengan berhitung, siswa dapat membaca pola bilangan dengan benar.
- Setelah melanjutkan pola bilangan, siswa dapat melengkapi pola bilangan dengan benar.
- Setelah berlatih melengkapi pola bilangan, siswa dapat membuat pola bilangan dengan benar.
D. MATERI PEMBELAJARAN
- Mengenal Cuaca Hujan, Berawan, Mendung, Dan Cerah
- Membaca Cerita Mengenai Cuaca Cerah pada Siang dan Malam Hari
- Mengenal Pola Bilangan 50-75
- Menggambar suasana cuaca saat cerah pada siang dan malam hari
E. METODE PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
127
- Pendekatan : Saintifik
- Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan ceramah
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan - Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo‘a menurut agama dan
keyakinan masing-masing.
- Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa
kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran
- Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang ‖Peristiwa Alam‖.
- Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati,
menanya, mengeksplorasi, mengomunikasikan dan menyimpulkan
10 menit
Inti Langkah-langkah kegiatan bagian satu:
- Siswa bersama guru bernyanyi lagu Tik-Tik Bunyi Hujan ciptaan Ibu Sud.
- Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang cuaca. Cuaca adalah keadaan udara
di suatu tempat pada waktu tertentu. Indonesia adalah negara yang memiliki dua
musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Indonesia memiliki empat cuaca, yaitu
cuaca cerah, cuaca berawan, cuaca mendung dan cuaca hujan. Cuaca cerah adalah
cuaca saat langit terang dan matahari bersinar tidak terlalu panas. Cuaca berawan
adalah saat di langit banyak awan dan angin bertiup. Cuaca mendung adalah saat
langit berawan hitam dan angin bertiup lebih kencang. Cuaca hujan adalah saat
30 menit
X 35 JP
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
128
hujan turun dan matahari hampir tidak bersinar. (Mengamati)
- Siswa mengamati puisi cuaca cerah dan cuaca hujan yang tertera di buku siswa.
- Siswa menyimak guru membaca puisi dengan intonasi yang benar.
- Siswa secara bersamaan membaca puisi. (Mengasosiasi)
- Siswa dibagi menjadi 4 kelompok. (Mengekplorasi)
- Setiap kelompok membaca puisi secara bergantian.
- Siswa secara berkelompok berdiskusi mengenai perbedaan kedua puisi tersebut
serta menjawab pertanyaan di buku siswa.
- Setiap kelompok diminta maju ke depan kelas untuk menceritakan hasil diskusinya
mengenai ciri-ciri cuaca cerah dan cuaca hujan. (Mengkomunikasikan)
- Siswa diajak bermain menebak kata mengenai cuaca cerah dan hujan.
- Guru menyiapkan empat lingkaran yang dibuat di halaman sekolah. Keempat
lingkaran tersebut dibuat berseberangan. Dua lingkaran masing-masing bertuliskan
hujan dan cerah. Sementara dua lingkaran di seberangnya masing masing berisi 10
kartu dengan warna berbeda (merah dan biru). Setiap kartu bertuliskan 1 kata yang
berhubungan dengan cuaca cerah dan cuaca hujan (misalkan basah, hangat, langit
terang, angin sepoi, angin kencang, dingin, jas hujan, payung, hujan, langit gelap,
langit biru, dan lain lain). (Mengekplorasi)
- Setiap kelompok diminta menentukan urutan pemain pertama, kedua, dan
seterusnya.
- Pemain pertama dari kelompok pertama dan kelompok kedua akan mengambil satu
kartu kata dan berlari ke lingkaran di seberangnya serta meletakkan kartu kata
tersebut sesuai dengan cuaca yang cocok (misalkan meletakkan kartu kata basah di
lingkaran hujan).
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
129
- Kegiatan yang sama dilakukan pemain kedua, ketiga, dan seterusnya pada
kelompok satu dan dua.
- Jika kelompok pertama dan kedua telah selesai, permainan dilanjutkan untuk
kelompok ketiga dan keempat.
- Selama menunggu giliran bermain, siswa lainnya dengan tertib menunggu sambil
memberikan semangat kepada temannya yang sedang bermain. (Mengasosiasi)
- Guru melakukan perhitungan skor. Perhitungan skor ditentukan dengan banyaknya
kartu kata yang tepat diletakkan sesuai lingkaran. Pemain yang tepat meletakkan
kartu kata akan mendapatkan skor 5.
- Kelompok dengan skor tertinggi adalah pemenangnya. Guru mengumumkan
pemenang permainan.
- Siswa bersama guru menutup kegiatan dengan menyampaikan rasa syukur bahwa
Tuhan telah menciptakan bumi lengkap dengan cuaca cerah dan hujan sehingga
makhluk hidup dapat nyaman tinggal di bumi dan manusia dapat melakukan
banyak aktivitas. (Mengkomunikasikan)
Langkah-langkah kegiatan bagian dua:
- Kegiatan diawali dengan menjawab pertanyaan guru. (Menanya):
―Bagaimana perasaanmu saat cuaca cerah?‖
―Apa yang kamu lakukan saat malam cerah?‖
- Siswa mendengarkan penjelasan guru bahwa saat siang hari cuaca cerah langit
berwarna biru, angin bertiup pelan, dan sinar matahari terasa hangat. Kita dapat
mengamati burung-burung terbang. Sementara pada malam hari yang cerah, kita
dapat memandang ke langit yang bertaburan bintang. Bintang-bintang terlihat
sangat indah dan udara malam pun sejuk. (Mengamati)
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
130
- Siswa diminta membaca dua paragraf cerita pendek tentang cuaca cerah pada siang
hari dan cuaca cerah pada malam hari yang ada pada buku siswa.
- Siswa menuliskan perbedaan dari kedua paragraf tersebut di buku siswa.
(Mengekplorasi)
- Jawaban diarahkan untuk menemukan perbedaan warna pada kedua cerita pendek
tersebut.
- Siswa diminta mengamati dua gambar di buku siswa.
- Siswa mewarnai kedua gambar dengan warna yang sesuai. Warna-warna cerah
digunakan untuk gambar suasana siang dan warna-warna tidak cerah digunakan
untuk gambar suasana malam. (Mengasosiasi)
- Setelah mewarnai, siswa diminta mengamati pola bilangan dalam bentuk gambar.
Siswa menghitung dan melengkapi pola bilangan. (Mengamati)
- Siswa mendengarkan penjelasan guru bahwa pola bilangan dapat dilengkapi
dengan cara melakukan penjumlahan bilangan dua. Contoh:
- 2 + 2 = 4
- 4 + 2 = 6
- 6 + 2 = 8
- atau
- 1 + 2 = 3
- 3 + 2 = 5
- 5 + 2 = 7
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
131
- Siswa melengkapi pola bilangan dengan kisaran bilangan 50 sampai 75. Guru
dapat memberikan arahan. Jika siswa belum selesai, latihan dapat dilanjutkan di
rumah. (Mengasosiasi)
- Siswa membuat pola bilangan dengan menyusun gambar benda-benda langit.
- Siswa dan guru menutup kegiatan dengan rasa syukur atas karunia Tuhan. Cuaca
cerah dan cuaca hujan adalah karunia Tuhan. (Mengkomunikasikan)
Penutup - Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari
- Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil
ketercapaian materi)
- Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya
tentang pembelajaran yang telah diikuti.
- Melakukan penilaian hasil belajar
- Mengajak semua siswa berdo‘a menurut agama dan keyakinan masing-masing
(untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran).
15 menit
G. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
- Buku Pedoman Guru Tema : Peristiwa Alam Kelas 1 (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2013).
- Buku Siswa Tema : Peristiwa Alam Kelas 1 (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013).
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
132
- Buku Siswa Tema : Peristiwa Alam Kelas 1 (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013).
- Cerita pendek
-
H. PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
1. Penilaian sikap
No Nama Siswa
Perubahan Tingkah Laku
Percaya Diri Disiplin Kerjasama
BT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM
1 Ekal
2 Aisy
3 Zidan
4 ………
Keterangan:
BT : Belum Terlihat
MT : Mulai Terlihat
MB : Mulai Berkembang
SM : Sudah Membudaya
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
133
Berilah tanda centang (✓) pada kolom yang sesuai
2. Penilaian pengetahuan
Instrumen penilaian:tes tertulis (buku siswa)
3. Penilaian keterampilan
- Unjuk kerja mengelompokkan kata
Rubrik penilaian kegiatan mengelompokkan kata
No Kriteria Baik Sekali (4) Baik (3) Cukup (2) Perlu
Bimbingan (1)
1 Kemampuan
mengelompokkan
kata
Mengelompokkan
10 kata dengan
tepat
Mengelompokkan
8-9 kata dengan
tepat
Mengelompokkan
6-7 kata dengan
tepat
Mengelompokkan
5 kata atau
kurang dengan
tepat
2 Kerja sama
kelompok
Seluruh anggota
kelompok terlihat
aktif dan saling
mendukung
Setengah atau
lebih anggota
kelompok terlihat
aktif dan saling
mendukung
Setengah atau
kurang anggota
kelompok terlihat
aktif dan saling
mendukung
Seluruh anggota
kelompok terlihat
pasif
- Unjuk kerja mewarnai
Rubrik penilaian kegiatan mewarnai
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
134
Rubrik Penilaian Kegiatan Mewarnai
No Kriteria Baik Sekali (4) Baik (3) Cukup (2)
Perlu
Bimbingan
(1)
1 Kemampuan
mewarnai
Memenuhi empat aspek
(teknik penarikan garis warna
searah, warna menutupi
seluruh objek gambar,
menunjukkan kemampuan
gradasi warna, dan hasil kerja
rapi)
Hanya
memenuhi
tiga dari
empat aspek
Hanya
memenuhi
dua dari
empat aspek
Hanya
memenuhi
satu aspek
2 Ketepatan waktu
menyelesaikan
kegiatan
mewarnai
Lebih cepat dari waktu yang
disediakan
Tepat waktu Terlambat
maksimal
lima menit
Terlambat
lebih dari
lima menit
______________________________________________________________
RPP dipetik dari https://www.izalmuslim.com/2017/08/rpp-tematik-kelas-1-sampai-kelas-6-sdmi.html, diunduh pada 29 April
2020
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
135
B. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Pelaksanaan pembelajaran merupakan hal yang urgen dalam
rangkaian langkah implementasi kurikulum. Pelaksanaan
pembelajaran merupakan pengejawantahan dari
pengembangan program pembelajaran yang telah disusun
dalam RPP.
Pembelajaran sendiri pada hakekatnya merupakan
proses interaksi antar peserta didik maupun dengan
lingkungan belajar termasuk pendidik dan sumber-sumber
belajar lainnya. Dengan demikian sejatinya tugas pendidik
dalam hal ini adalah menciptakan suasana belajar yang
kondusif. Melalui penciptaan suasana pembelajaran yang
kondusif, diharapkan tujuan belajar sebagaimana yang
ditetapkan pada standar kompetensi maupun indikator dapat
tercapai bahkan dapat terlampaui.
Pada skenario pembelajaran kurikulum 2013, secara
umum pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga
segmen atau tahapan kegiatan. Sungguhpun begitu skenario
tersebut tidak harus selalu berlangsung kaku, namun bisa
saja diimplementasikan secara fleksibel. Tiga segmen
kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran dimaksud,
sebagai berikut:
1. Kegiatan pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan pengantar
untuk memasuki kegiatan inti. Kegiatan pendahuluan
sekurang-kurangnya meliputi empat hal pokok:
a. Orientasi: guru memusatkan perhatian siswa pada
bahan yang akan dipelajari dengan berbagai cara,
misalnya menunjukkan benda yang menarik,
memberikan ilustrasi, menampilkan animasi,
menyampaikan cerita, dan lain-lain. Orientasi juga
dapat berupa permainan ice breaking agar perhatian
siswa terpusat ke kelas. Namun harus diingat
waktunya jangan terlalu lama.
b. Apersepsi: guru menyampaikan apersepsi awal
dengan cara menyampaikan keterhubungan materi
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
136
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari atau
menanyakan hal-hal yang telah dilakukan siswa
terkait materi yang akan dipelajari. Misalnya pada
saat pembahasan materi salat jamaah, guru
mengajukan pertanyaan apersepsi ―apakah anak-anak
tadi saat subuh melaksanakan salat berjamaah?‖.
c. Motivasi: guru menyampaikan tujuan pembelajaran
atau kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan
tersebut. Dengan mengetahui tujuan dan mafaat
materi yang dipelajari diharapkan muncul motivasi
yang kuat pada diri siswa.
d. Pemberian acuan: siswa diberi acuan mengenai tema
yang akan dipelajari, berbagai matapelajaran yang
mendukung tema, serta bagaimana mekanisme
pembelajaran yang akan berlangsung. Guru berusaha
agar proses pemberian acuan berlangsung secara
partisipatif sehingga belajar siswa lebih
menyenangkan karena merasa menjadi bagian dari
pengambil keputusan dalam kontrak belajar.
2. Kegiatan inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai kompetensi dasar dan indikator. Beberapa kiat
untuk para pendidik dalam melaksanakan kegiatan inti
agar efektif dan efisien dalam penerapannya:
a. Pembelajaran hendaknya dilaksanakan secara
interaktif, menyenangkan, menantang siswa untuk
belajar dan inspiratif.
b. Strategi dan metode pembelajaran hendaknya
disesuaikan dengan karakteristik siswa dan tema yang
disampaikan.
c. Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik
(scientific approach) dengan unsur-unsur: mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi,
dan mengkomunikasikan (Permendikbud No. 81
A/2013).
d. Pembelajaran hendaknya mengintegrasikan berbagai
kompetensi (sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan,
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
137
dan keterampilan) serta mengintegrasikan
matapelajaran. Sebagai contoh, tema menjaga
kebersihan dapat diintegrasikan melalui matapelajaran
akidah akhlak, fiqh, biologi, dan sosiologi.
e. Pembelajaran seyogyanya dilaksanakan dengan team
teaching pendidik lintas matapelajaran. Hal ini dapat
membantu komprehensivitas pembahasan tema.
3. Kegiatan penutup
Kegiatan penutup merupakan segmen akhir
pembelajaran. Alokasi waktu kegiatan penutup relatif
sedikit jika dibandingkan kegiatan inti. Beberapa
kegiatan pada tahap ini mencakup:
a. Guru membimbing peserta didik untuk membuat
simpulan secara partisipatif.
b. Guru mengarahkan peserta didik untuk menemukan
manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil
pembelajaran yang telah berlangsung.
c. Pemberian umpan balik (feed back) atas proses dan
hasil belajar yang telah dilaksanakan.
d. Pemberian tes atau tugas terstruktur serta arahan
tindaklanjut pembelajaran. Tindaklanjut yang
diberikan dapat berupa perbaikan atau pengayaan bagi
peserta didik serta pemberian arahan pengembangan
atau penerapan atas pengalaman belajar.
e. Pemberian informasi rencana kegiatan pertemuan
berikutnya.
C. EVALUASI HASIL BELAJAR
Penilaian hasil belajar dalam implementasi kurikulum
dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan
pemerintah. Dalam hal ini terdapat beberapa prinsip yakni:
shahih, obyektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan
berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, dan
akuntabel (Permendikbud No. 23/2016, pasal 5).
Dalam konteks pembahasan ini, evaluasi hasil belajar
lebih dimaksudkan sebagai evaluasi hasil belajar yang
dilaksanakan oleh pendidik. Pendidik memiliki kewajiban
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
138
menilai proses dan hasil belajar para siswa untuk mengukur
pencapaian yang sudah diperoleh. Untuk kepentingan
tersebut, pendidik melakukan pengumpulan dan pengolahan
informasi melalui prosedur yang telah ditetapkan.
Menurut Permendikbud No. 23/2016 pasal 13, prosedur
penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik
dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP
yang telah disusun.
2. Menyusun kisi-kisi penilaian.
3. Membuat instrumen penilaian beserta pedoman
penilaian.
4. Melakukan analisis kualitas instrumen.
5. Melakukan penilaian.
6. Mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil
penilaian.
7. Melaporkan hasil penilaian
8. Memanfaatkan laporan hasil penilaian.
Evaluasi pada kurikulum 2013 menganut model
penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan penilaian
yang asli, nyata, valid dan reliabel atas proses dan hasil
belajar peserta didik. Kunandar (2014:36) menyatakan
bahwa autentik merupakan keadaan yang sebenarnya yaitu
kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa.
Guilkers. Et.al., (2004:69) menyatakan: “authentic
assessment is an assessment requiring students to use the
same competencies, or combinations of knowledge, skill, and
attitudes, that they need to apply in their criterion situation
in professional life”. Permendikbud No. 104 tahun 2014
tentang Pedoman Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
mengartikan penilaian autentik sebagai bentuk penilaian
yang menghendaki siswa menampilkan sikap, menggunakan
pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh dari
pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi
sesungguhnya.
Pada penilaian autentik, penilaian dilakukan baik
terhadap proses maupun hasil belajar peserta didik. Oleh
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
139
karenanya penilaian autentik menggabungkan kegiatan
pembelajaran guru-siswa, motivasi dan keterlibatan peserta
didik, dengan kecakapan siswa.
Penilaian autentik juga mempersyaratkan keutuhan
ranah pembelajaran meliputi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Masing-masing ranah memiliki teknik
penilaian tersendiri. Untuk menilai ranah sikap dapat
digunakan: observasi, penilaian diri, penilaian antar peserta
didik, dan jurnal. Adapun teknik penilaian pengetahuan
dapat berupa: tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.
Sedangkan penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan
tes praktik, produk, proyek, dan portofolio (Permendikbud
No. 23/2016, pasal 9). Ruang lingkup penilaian autentik
dapat digambarkan sebagai berikut.
________________________________________ Bagan 5. Ruang lingkup penilaian autentik
Berikut penjelisan masing-masing ranah dan bentuk-
bentuknya beserta beberapa contohnya.
1. Penilaian Sikap
Pengetahuan
Keterampilan
Sikap
a. Observasi
b. Penilaian diri
c. Peni antarpeserta didik
d. Jurnal
a. Praktik
b. Produk
c. Proyek
d. Portofolio
a. Tes tertulis
b. Tes lisan c. Penugasan
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
140
Penilaian sikap merupakan jenis penilaian terhadap sikap
spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2). Jenis penilaian
sikap meliputi: observasi, penilaian diri, penilaian antar
peserta didik, dan jurnal.
a. Observasi.
Observasi merupakan tindakan mengamati secara
langsung maupun tidak langsung menggunakan
indera terhadap sikap siswa selama proses
pembelajaran baik di kelas, maupun di luar kelas,
bahkan di rumah. Observasi difokuskan pada
indikator perilaku yang akan dinilai. Dalam
pelaksanaan observasi diseyogyakan berkolaborasi
dengan para pendidik lain maupun orang tua agar
dapat berlangsung secara berkesinambungan.
Instrumen yang digunakan untuk observasi
berupa lembar observasi yang berbentuk rubrik atau
skala sikap (rating scale).
Contoh instrumen observasi:
Lembar Observasi
Penilaian Sikap Ketekunan Beribadah Nama Peserta Didik : ____________________
Kelas/Semester : ____________________
Tema/Sub tema : ____________________
Sikap : Ketekunan Beribadah
No. ASPEK YANG
DINILAI
PILIHAN
JAWABAN
Catatan
1 2 3
1. Melaksanakan salat
dhuhur
2. Berdoa sebelum
pelajaran
3. Mengucapkan salam
4. Membaca al-Qur‘an
5. Mengikuti pelajaran
agama
6. Berbusana muslim
Keterangan:
____________________________________
____________________________________
Skor:
1 – 3
Kriteria:
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
141
____________________________________
____________________________________
____________________________________
____________________________________
____________________________________
____________________________________
_________________
3 = ya,
selalu
2 = kadang-
kadang
1 = tidak
pernah
b. Penilaian diri
Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan
oleh peserta didik terhadap dirinya sendiri
berdasarkan kriteria yang telah disusun oleh pendidik
dalam lembar penilaian diri. Lembar penilaian diri
dalam penggunaannya dipadukan dengan instrumen
lain seperti lembar penilaian antar teman. Lembar
penilaian diri memiliki fungsi ganda disamping
sebagai penilaian juga sekaligus untuk mengarahkan
dan memotivasi sikap positif peserta didik.
Contoh instrumen penilaian diri:
Lembar penilaian diri
Penilaian Sikap Kejujuran
Nama Peserta Didik : ____________________
Kelas/Semester : ____________________
Tema/Sub tema : ____________________
Sikap : Kejujuran
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda cek (v) sesuai dengan sikap kamu sehari-hari
secara apa adanya.
No. ASPEK YANG DINILAI PILIHAN
JAWABAN
1 2 3 4
1. Apakah kamu selalu berkata jujur?
2. Jika mengerjakan ujian apakah
dikerjakan dengan jujur?
3. Jika mendapat PR untuk tugas
sendiri, apakah selalu dikerjakan
sendiri?
4. Jika diberi uang untuk mengisi
kotak infak madrasah, apakah
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
142
ditunaikan?
5. Jika diminta belanja, apakah uang
sisa (jika ada) dikembalikan?
6. Jika terlambat masuk, apakah
mengatakan alasan sesuai
kenyataan?
Jumlah skor
Keterangan Skor:
1 – 4
Kriteria:
4 = selalu: selalu melakukan
3 = sering: sering melakukan, kadang-kadang tidak
2 = kadang-kadang: sering tidak melakukan, kadang-kadang
melakukan
1 = tidak pernah: tidak pernah melakukan
c. Penilaian antar peserta didik
Penilaian antar peserta didik merupakan penilaian
yang dilakukan oleh peserta didik yang satu terhadap
peserta didik lainnya atas kompetensi sikap tertentu
menggunakan lembar yang telah dipersiapkan.
Penilaian antar peserta didik ini disamping dapat
menjadi bahan penilaian bagi peserta didik yang
dinilai, namun juga dapat digunakan untuk melatih
sikap obyektif peserta didik yang menilai.
Contoh instrumen penilaian antar peserta didik:
Lembar penilaian antar peserta didik
Penilaian sikap tawadlu’
Nama Peserta Didik : ____________________
Kelas/Semester : ____________________
Tema/Sub tema : ____________________
Sikap : Tawadlu‟
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda cek (v) sesuai dengan sikap teman kamu sehari-
hari secara apa adanya.
No. ASPEK YANG DINILAI PILIHAN
JAWABAN
1 2 3 4
1. Apakah temanmu senantiasa
mengucapkan salam saat bertemu
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
143
bapak/ibu guru?
2. Jika bertemu dengan bapak/ibu guru,
apakah temanmu berjabat
tangan/mencium tangan?
3. Jika akan bertanya pelajaran di kelas,
apakah temanmu tunjuk jari dengan
sopan?
4. Jika berkata-kata dengan bapak/ibu
guru, apakah temanmu menggunakan
kata-kata yang baik dan sopan?
5. Jika diperintah bapak/ibu guru untuk
mengerjakan tugas, apakah temanmu
mengerjakan dengan baik?
6. Jika diberi nasehat oleh bapak/ibu
guru, apakah temanmu
mengindahkannya?
Jumlah skor
Keterangan Skor:
1 – 4
Kriteria:
4 = selalu: selalu melakukan
3 = sering: sering melakukan, kadang-kadang tidak
2 = kadang-kadang: sering tidak melakukan, kadang-kadang
melakukan
1 = tidak pernah: tidak pernah melakukan
d. Jurnal
Jurnal merupakan catatan guru atas sikap peserta
didik baik di dalam maupun di luar kelas yang
memuat informasi sikap dan perilakunya sehari-hari.
Jurnal digunakan guru terutama untuk mencatat
kejadian-kejadian khusus berupa kelebihan dan atau
kekurangan peserta didik terkait sikap dan perilaku
belajarnya.
Contoh instrumen jurnal: Lembar jurnal
Nama Peserta Didik : ____________________
Kelas/Semester : ____________________
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
144
HARI,
TANGGAL
KEJADIAN NILAI
Rabu, 28
April 2020
Menunjukkan sikap empati spontan
berupa membantu temannya yang
jatuh terpeleset.
A
Jumat, 30
April 2020
Menunjukkan sikap tanggungjawab
berupa sanggup memimpin
pembacaan naskah doa pada
upacara bendera
B
dst.
Keterangan nilai:
A = sangat baik: kejadian mencerminkan sikap yang sangat
baik
B = baik: kejadian mencerminkan sikap baik
C = cukup: kejadian mencerminkan sikap cukup baik
D = kurang: kejadian mencerminkan sikap kurang dan atau
tidak baik
2. Penilaian Pengetahuan
Penilaian ranah pengetahuan merupakan hal yang telah
lazim dilaksanakan oleh para pendidik. Jenis penilaian
pengetahuan meliputi:, tes tertulis, tes lisan dan
penugasan.
a. Tes tertulis
Tes tertulis merupakan pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang disampaikan kepada peserta didik untuk
dijawab secara tertulis. Secara garis besar tes tertulis
terdiri atas: (a) tes obyektif, dan (b) tes essay. Tes
obyektif merupakan tes yang jawabannya sudah
disediakan sesuai yang diminta, siswa tinggal
memilih atau memasangkan atau memberi jawaban
singkat yang sudah diarahkan dalam soal tersebut.
Bentuk-bentuk tes obyektif berupa: benar-salah
(true-false test), menjodohkan (matching test),
pilihan ganda (multiple choise test), dan
melengkapi/isian (completion test). Tes essay
merupakan tes yang berisi pertanyaan dimana siswa
dituntut untuk memberikan jawaban uraian. Tes
bentuk essay ada dua macam yakni essay bebas dan
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
145
essay terbatas/terikat. Essay bebas memberikan
ruang pendapat yang luas bagi siswa dalam
meberikan uraian, sedangkan essay terikat
memberikan batasan uraian siswa dengan acuan
tertentu yang lebih spesifik. Dalam penilaian autentik
ranah pengetahuan, seyogyanya pendidik lebih
banyak menggunakan bentuk essay ini karena dapat
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
meng-eksplore gagasan mengenai tema secara lebih
komprehensif.
Contoh instrumen tes tertulis:
Soal Essay
Nama Peserta Didik : ____________________
Kelas/Semester : ____________________
Tema/Sub tema : ____________________
NO PERTANYAAN NILAI
1. Uraikan pandangan anda tentang dampak
pandemi covid-19 terhadap kehidupan
keagamaan muslim?
2. Bagaimana sikap yang seharusnya dilakukan
oleh seorang muslim dalam menghadapi
wabah covid-19?
3. dst.
4.
Keterangan nilai:
A = sangat baik: jawaban memiliki kualitas sangat baik
B = baik: jawaban memiliki kualitas baik
C = cukup: jawaban memiliki kualitas cukup
D = kurang: jawaban memiliki kualitas kurang
b. Tes lisan.
Tes lisan merupakan seperangkat pertanyaan yang
disampaikan secara lisan kepada peserta didik. Tes
lisan digunakan untuk mengukur pemahaman atau
kemampuan analisis peserta didik terhadap suatu
fenomena, atau mengembangkan teori dalam contoh
kehidupan sehari-hari. Instrumen tes lisan berupa
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
146
daftar pertanyaan tentang kompetensi pengetahuan
yang akan ditagih dari peserta didik.
Contoh instrumen tes lisan: Daftar Pertanyaan
Nama Peserta Didik : ____________________
Kelas/Semester : ____________________
Tema/Sub tema : ____________________
NO PERTANYAAN NILAI
1. Sebutkan contoh sikap birrul walidain dalam
kehidupan sehari-hari?
2. Jelaskan manfaat shalat bagi kehidupan
seorang muslim?
3. dst.
4.
Keterangan nilai:
A = sangat baik: jawaban memiliki kualitas sangat baik
B = baik: jawaban memiliki kualitas baik
C = cukup: jawaban memiliki kualitas cukup
D = kurang: jawaban memiliki kualitas kurang
c. Penugasan
Pendidik dapat memberikan penugasan sebagai salah
satu bentuk tes tulis. Penugasan merupakan
pemberian tugas dari pendidik kepada peserta didik
berupa menjawab daftar pertanyaan yang
pengerjaannya dilakukan di luar kelas dan atau diluar
jam pelajaran.
Instrumen penugasan disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran terutama untuk memperkaya wawasan
atas materi yang telah dipelajari di kelas.
Penugasan dari guru kepada para siswa harus
memperhatikan beberapa hal: (a) tugas tidak
membebani terlalu berat kepada siswa, (b) tugas
berisi materi esensial yang dikembangkan dari
pembelajaran di kelas, dan (c) tugas yang diberikan
menantang dan merangsang anak untuk
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
147
mengembangkan konsep baru atau (bahkan) teori
yang sudah dipelajari di kelas.
Contoh instrumen penugasan: Soal Penugasan
Nama Peserta Didik : ____________________
Kelas/Semester : ____________________
Tema/Sub tema : ____________________
NO PERTANYAAN NILAI
1. Catatlah dengan seksama proses metamorfosis
kepompong menjadi kupu-kupu!
2. Uraikan makna keagungan Allah SWT dalam
proses metamorfosis kepompong menjadi
kupu-kupu!
3. Carilah dalil al-Qur‘an yang menjelaskan
tanda-tanda keagungan Allah SWT dalam
setiap proses penciptaan!
4. dst.
5.
Keterangan nilai:
A = sangat baik: jawaban memiliki kualitas sangat baik
B = baik: jawaban memiliki kualitas baik
C = cukup: jawaban memiliki kualitas cukup
D = kurang: jawaban memiliki kualitas kurang
3. Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan merupakan penilaian untuk
mengetahui kecakapan peserta didik dalam menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya pada tugas tertentu.
Keterampilan peserta didik mencakup keterampilan
abstrak (berpikir) dan keterampilan kongkrit (kinestetik).
Jenis penilaian keterampilan mencakup: praktik, produk,
proyek, dan portofolio.
a. Praktik
Praktik atau unjuk kerja/kinerja merupakan penilaian
yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan
tuntutan kompetensi. Contoh praktik antara lain:
praktik ibadah, praktik olah raga, menyanyi,
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
148
membaca puisi, dan lain-lain. Pendidik mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan praktik
tersebut menggunakan lembar observasi daftar cek
(check list), skala penilaian (rating scale) dalam
bentuk rubrik.
Contoh instrumen lembar observasi tes dalam bentuk
daftar cek: Tema/Sub tema : ____________________
Kelas/Semester : ____________________
Kegiatan : Praktik salat
NO ASPEK YANG DIUKUR YA TDK
1. Dapat melafalkan bacaan niat salat
2. Dapat melakukan takbiratul ihram
3. Dapat melafalkan bacaan surat al-fatihah
4. Dapat melakukan gerakan ruku‟
5. Dst.
Keterangan skor:
Ya = 1
Tidak = 0
b. Produk
Penilaian produk merupakan penilaian atas karya-
karya siswa dalam menghasilkan produk teknologi
dan atau seni seperti sarana kebersihan (misalnya
cairan hand sanitizer, sabun antiseptik, dan
sebagainya), alat-alat teknologi (misalnya robot,
mesin ramah lingkungan, dan sebagainya), dan karya
seni (misalnya lukisan, miniatur, dan sebagainya).
Contoh instrumen rubrik penilaian produk Tema/Sub tema : ____________________
Kelas/Semester : ____________________
Kegiatan : Pembuatan miniatur ka’bah
Petunjuk :
Buatlah miniatur ka‘bah secara kelompok dengan kriteria:
indah, rapi, kuat, terbuat dari bahan yang ramah lingkungan,
dan fleksibel untuk dipindahkan!
ASPEK KRITERIA DAN SKOR
1 2 3
Keindahan Produk Produk Produk
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
149
produk tampak
kurang indah
tampak
cukup indah
tampak indah
Kerapian
produk
Produk
kurang rapi
Produk cukup
rapi
Produk rapi
Kekuatan
produk
Produk
kurang kuat
Produk cukup
kuat
Produk kuat
Bahan ramah
lingkungan
Bahan kurang
ramah
lingkungan
Bahan cukup
ramah
lingkungan
Bahan ramah
lingkungan
Fleksibel
dipindahkan
Produk sulit
dipindahkan
Produk cukup
dapat
dipindahkan
Produk
mudah
dipindahkan
c. Proyek
Penilaian proyek merupakan penilaian terhadap satu
unit kegiatan atau tugas-tugas belajar (learning task)
yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun
waktu tertentu. Unit kegiatan proyek berupa
investigasi mulai dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian-pengolahan data, dan
penyajian data. Penilaian proyek dilakukan dalam
bentuk rubrik.
Contoh instrumen rubrik penilaian proyek Tema/Sub tema : ____________________
Kelas/Semester : ____________________
Kegiatan : Penelitian kelompok tentang
pesantren kilat
Petunjuk :
Lakukan proyek penelitian kelompok tentang pelaksanaan
pesantren kilat di desa Baldah Thayyibah, dengan tahap-tahap:
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan!
ASPEK KRITERIA DAN SKOR
1 2 3
Perencanaan Jika tidak
ada
perencanaan
tertulis yang
disusun
Jika ada
perencanaan
tertulis tapi
belum jelas
Jika ada
perencanaan
tertulis dan
jelas untuk
dijadikan
acuan
pelaksanaan
Pengumpulan
data
Jika data
yang
Jika data
yang
Jika data
yang
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
150
dikumpulka
n tidak
lengkap
dikumpulka
n agak
lengkap
dikumpulka
n lengkap
Pengorganisasia
n-pengolahan
data
Jika
dilaksanaka
n secara
serampanga
n
Jika
dilaksanaka
n secara
cukup baik
Jika
dilaksanaka
n secara
baik
Penyajian data Jika
penyajian
data
kualitas dan
tampilannya
rendah
Jika
penyajian
data
kualitas dan
tampilannya
cukup
Jika
penyajian
data
kualitas dan
tampilannya
baik
d. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian yang
dilaksanakan untuk mengukur keseluruhan
kompetensi keterampilan peserta didik termasuk
penugasan perseorangan dan atau kelompok baik di
dalam maupun di luar kelas. Penilaian ini dilakukan
dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta
didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-
intergratif untuk mengetahui minat, perkembangan,
prestasi, dan kreatifitas dalam kurun waktu tertentu.
Ada beberapa tipe portofolio yakni portofolio
dokumentasi, portofolio proses, dan portofolio
pameran. Portofolio dokumentasi menyajikan
informasi terutama produk atau hasil prestasi belajar
yang didokumentasikan dari waktu ke waktu,
contohnya dokumentasi hasil kejuaraan siswa.
Portofolio proses yakni portofolio yang menunjukkan
tahapan belajar dan menyajikan catatan
perkembangan siswa dari waktu ke waktu, contohnya
portofolio kerja. Pertofolio pameran yakni
sekumpulan hasil karya peserta didik yang terseleksi
yang akan dipamerkan secara umum kepada publik.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
151
Rubrik Penilaian Portofolio Proses
Nama Peserta Didik : ____________________
Kelas/Semester : ____________________
Tema/Sub tema : Keterampilan menghafal Al-Qur‘an surat-surat
pendek
NO KETERAMPILAN PERIO-
DE
KRITERIA
Makhraj Tajwid Taghanni
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1. Menghafal S. An-
Nas sd. S. Al-Ihlas
Minggu
I
2. Menghafal S. Al-
Lahab sd. Al-
Kautsar
Minggu
II
3. Menghafal S. Al-
Ma‘un sd. Al-
Qurasy
Minggu
III
dst.
Keterangan nilai:
1 = kurang baik
2 = baik
3 = sangat baik
Dari uraian tentang implementasi kurikulum pendidikan
Islam dapat ditarik benang merah bahwa pada lembaga
pendidikan Islam terutama madrasah telah dikembangkan
langkah-langkah implementasi secara terstruktur mulai program
pembelajaran, pelaksanaan, dan evaluasi. Implementasi tersebut
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku,
baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, maupun Keputusan Menteri
Agama yang terkait dengan kurikulum.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
152
BAB VI
KESIMPULAN
Telaah atas kurikulum pendidikan Islam dalam makna luas
yang meliputi aspek-aspek tujuan, materi, strategi, dan evaluasi
sejatinya telah menemukan titik terangnya baik pada wilayah
teoretis maupun praktis. Secara teoretis maupun praktis, para
intelektual muslim telah melakukan konseptualisasi sekaligus
elaborasi praktis mengenai tujuan, materi, strategi, dan evaluasi
kurikulum pendidikan Islam.
Dari penelusuran atas pandangan para intelektual muslim
dapat disimpulkan bahwa tujuan kurikulum pendidikan Islam
yakni membentuk kepribadian muslim yang utuh dengan
menekankan dimensi tauhid sebagai pangkal tolaknya.
Kepribadian muslim yang utuh dalam bahasa Al-Qur‘an disebut
taqwa yakni yang salih hubungannya dengan Allah, dengan
manusia, dan alam semesta. baik sebagai individu maupun
anggota masyarakat. Jadi tujuan akhir kurikulum pendidikan
Islam yakni membentuk manusia sempurna atau insan kamil
yang memiliki kesalehan individu dan sosial sekaligus.
Untuk mencapai tujuan kurikulum pendidikan Islam
tersebut, para pendidik muslim menyampaikan materi utama
kurikulum pendidikaan Islam meliputi: kesatuan ilmu yang
bersumber dari wahyu (revealed knowledge) dengan ilmu yang
bersumber dari akal (acquired knowledge). Dalam
operasionalisasinya para pendidik muslim mengajukan ragam
formula untuk melakukan penyatuan kedua jenis ilmu tersebut.
Pertama, melakukan labelisasi muatan materi kurikulum dengan
ayat-ayat al-Qur‘an dan al-Sunnah. Kedua, melakukan
internalisasi ayat-ayat al-Qur‘an dan al-Sunnah ke dalam muatan
materi kurikulum. Ketiga, melakukan interkoneksi ayat-ayat al-
Qur‘an dan al-Sunnah dengan materi ajar melalui riset dimana
teks digunakan sebagai grand theory.
Strategi pembelajaran yang lazim digunakan dalam
kurikulum pendidikan Islam, dalam rentang sejarah tradisi
muslim terus mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan
zaman. Inovasi startegi pembelajaran yang dilakukan bersifat
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
153
menyempurnakan dimana strategi terdahulu dimodifikasi
dengan perkembangan media teknologi kekinian atau
melakukan kombinasi berbagai strategi lama dengan strategi
baru. Sebagai contoh strategi dalam pengembangan kurikulum
pendidikan Islam kontemporer sungguhpun sudah menerapkan
berbagai strategi kekinian misalnya e-learning non-tatap muka,
namun masih tetap dikombinasikan dengan strategi halaqah atau
seminar tatap muka. Hal ini dimaksudkan agar kelemahan
strategi kekinian e-learning non-tatap muka yakni miskin
dimensi ta‘dib-nya, dapat ditutupi dengan seminar tatap muka
yang kaya dengan dimensi ta‘dib dan (bahkan) barakah ilmu.
Evaluasi kurikulum pendidikan Islam dalam tradisi
pendidikan Islam dahulu sampai sekarang tetap
mempertahankan ujian (imtihan) pada tiga ranah secara
menyeluruh. Tiga ranah tersebut yakni sikap berupa akhlak al-
karimah, pengetahuan berupa kedalaman ilmu seorang murid,
dan keterampilan berupa kecakapan hidup di tengah-tengah
masyarakat. Evaluasi kurikulum dalam tradisi pendidikan Islam
sangat menekankan dimensi kemanfaatan ilmu bagi masyarakat.
Agar ilmu yang telah diperoleh seusai ujian formal di lembaga
pendidikan lebih aplikatif, para murid diberi tugas atau ujian
tambahan oleh para ustadz untuk mengamalkan dan
mengabdikan ilmu di masyarakat. Dalam tradisi evaluasi
kurikulum pendidikan Islam hal tersebut merupakan evaluasi
yang hakiki.
Pada wilayah implementasi kurikulum pada lembaga
pendidikan Islam (terutama pendidikan formal seperti
madrasah), mengikuti tahapan sebagaimana yang dirumuskan
dalam peraturan perundang-undangan, misalnya: (a) Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 35 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014
Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah, (b) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2018 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59
Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
154
Atas/Madrasah Aliyah, dan/jo., (c) Peraturan Menteri Agama
Nomor 184 Tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi
Kurikulum pada Madrasah. Secara garis besar kegiatan
implementasi kurikulum meliputi tiga tahap yakni
pengembangan program pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
Pengembangan program pembelajaran telah disusun
secara sistematis dengan acuan dasar agama Islam yakni al-
Qur‘an dan al-Sunnah yang disesuaikan dengan pedoman teknis
pelaksanaan kurikulum oleh pemerintah sesuai peraturan
perundan-undangan. Wujud nyata dari hal ini yakni penerapan
kurikulum 2013 dengan muatan imtaq (iman dan taqwa) sebagai
pilar utamanya, masuk dalam penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Muatan imtaq menyiratkan makna
internalisasi nilai-nilai al-Qur‘an dan al-Sunnah ke dalam
program pembelajaran sebagai langkah awal implementasi
kurikulum.
Pelaksanaan pembelajaran pada lembaga pendidikan Islam
formal dilaksanakan mengacu pada pengembangan program.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan scenario pembelajaran
yang telah dirancang sebelumnya. Keunikan pelaksanaan
pembelajaran pendidikan Islam yang tentu saja tidak ditekankan
pada lainnya yakni posisi guru sebagai teladan ibadah dan
moral. Oleh karenanya peran guru dalam pelaksanaan
pembelajaran sangat strategis karena guru disamping sebagai
pelaksana pembelajaran juga sekaligus sebagai panduan peserta
didik dalam ketaatan beribadah dan kesalehan moral.
Evaluasi pembelajaran dilaksanakan mengacu para
panduan penilaian yang telah dirinci para rencana pelaksanaan
pembelajaran. Evaluasi mencakup ranah sikap, pengetahuan,
dan keterampilan sekaligus memberikan tambahan motivasi
kemanfaatan ilmu sebagai bagian dari kurikulum tersembunyi
(hidden curriculum). Penilaian juga tetap mengedepankan
prinsip-prinsip sebagaimana yang disebutkan dalam rencana
pembelajaran, dengan penekanan kejujuran dan keadilan sebagai
landasan etik yang utama.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
155
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara
epiatemologis kurikulum pendidikan Islam dibangun di atas
landasan al-Qur‘an dan al-Sunnah dan tradisi para pendidik
muslim (‗ulama) sebagai penerus misi profetis kenabian
Rasulullah SAW. Secara ontologis dapat pula dinyatakan bahwa
kurikulum pendidikan Islam memiliki seperangkat batang tubuh
pengetahuan (a body of knowledge) tersendiri, berupa: ghayah
(kompetensi-tujuan), madah (isi-materi), manhaj (pendekatan-
strategi), thariqah (metode-teknik), dan imtihan (evaluasi-ujian)
yang telah berkembang dalam tradisi muslim klasik dan
kontemporer.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
156
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasy, M. Athiya, 1969, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa
Falasifatuha, Kairo: Isa al-Baby al-Halabi.
Al-Attas, Syed Muhammad Al-Naquib (ed.), 1979, Aims and
Objectives of Islamic Education, Jeddah: Hodder and
Stoughton King Abdul Aziz University.
Al-Ghazaliy, 1991, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad,
Ihya‟ „Ulum al-Din, juz I, Mesir: Dar al Fikr.
An-Nahlawi, Abdurrahman, 1989, Ushul al-Tarbyahl al-
Islamiyah wa Asaalibuha, terj. H. Noer Ali, Bandung:
Diponegoro.
Al-Syaibany, Omar Mohammad al-Toumy, 1979, Falsafah
Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan
Bintang.
Asyari, Hasan, 1994, Menyingkap Zaman Keemasan Islam :
Kajian atas Lembaga – Lembaga Pendidikan, Bandung,
Mizan.
Arifin, H. M., 1991, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, Jakarta.
Ashraf, Sayid Ali, 1985, New Horizons in Muslim Education,
Cambridge: Hodder and Stoughton.
Az-Zarnuzi, tt., Ta‟limul Muta‟alim Thariqut Ta‟allum, Mesir:
Dar al-Fikr.
Bilgrami, Hamid Hasan & Syed Ali Ashraf, 1985, The Concept
of an Islamic University, Cambridge : Hodder And
Soughton.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
157
Fahmi, Asma Hasan, 1990, Sejarah Pendidikan Islam, Bulan
Bintang, Jakarta.
Guilkers, J.T.M, Bastiens, T.J, & Kirschner, P.A., 2004, ―A Fife
Dimensional Framework for Authentic Assessment‖,
dalam Educational Technology, Research and
Development: 52(3): ProQuest: 67.
Kemmis, Stephen, 1980, Seven Principles for Program
Evaluation in Curriculum Development and Innovation,
dalam https://files.eric.ed.gov/ diunduh 19 Maret 2020
Khaldun, Ibn, 1981, The Muqaddimah: An Introduction to
History, diterjemahkan oleh Franz Rosenthal dari
Muqaddimah, Princeton: Princeton University Press.
Kunandar, (2014), Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar
Siswa Berdasarkan Kurikulum 2013, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Madkour, Ibrahim, ―Al-Farabi,‖ dalam M.M. Syarif (ed), 1996,
Para Filosof Muslim, Bandung: Mizan. Seyyed Nossein
Nasr, Sains dan Peradaban dalam Islam, terj. J.
Mahyudin, Bandung: Pustaka.
Maunah, Binti, 2009, Pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi : Implementasi pada Tingkat Pendidikan
Dasar (SD/MI), Yogyakarta: Teras.
Miftahuddin, 2003, Menggagas Kurikulum Pendidikan Islam
Humanis, Salatiga: STAIN Salatiga Press.
__________, 2019, Model-model Integrasi Ilmu Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam, Yogyakarta: Diandra.
Nashabe, Hisham, 1989, Muslim Educational Institution: A
General Survey Followed by a Monographic Study of al-
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
158
Madrasah al-Mustansiriyah in Baghdad, Libraire Du
Luban, Beirut.
Nakosteen, Mehdi, 1996, History of Islamic Origin of Western
Education, A.D. 800-1350 with an Introduction to
Medieval Muslim Education, terj. Joko S. Kahhar dan S.
Abdullah, Surabaya: Risalah Gusti.
Nasr, Seyyed Hossein, 1986, Sains dan Peradaban dalam Islam,
diterjemahkan oleh J. Mahyudin dari Science and
Civilization in Islam, Bandung: Pustaka.
Nasution, S., 1986, Asas-Asas Kurikulum, Bandung: Jemmars.
Neil John D. Mc., 1990, Curriculum : A Comprehensive
Introduction, Illionis: Scott, Foresman/Little, Brown
Higher Education.
Nunan, David, 1988, Syllabus Desain, New York: Oxford
University Press.
Oliva, Peter F., 1982, Developing the Curriculum, Boston:
Little, Brown and Company.
Ramayulis, 2002, Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam
Mulia
Saefuddin, A. M., 1990, Desekularisasi Pemikiran : Landasan
Islamisasi, Bandung: Mizan.
Soetopo, Hendyat dan Wasty Soemanto, 1996, Pembinaan dan
Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Bina Aksara.
Syalabi, Ahmad, 1945, History of Muslim Education, Dar al-
Kasyaf.
Stake, Robert E., 1967, the Countenance of Educational
Evaluation, Columbia University: Teacher College.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
159
Stanton, Charles M., 1990, Higher Learning in Islam : The
Classical Period, A.D. 700- 1300, Rowman & Little
Publishers Inc.
Stufflebeam, Daniel L., 2007, CIPP Evaluation Model
Checklist, dalam https://kwschochconsulting.com/ diunduh
19 Maret 2020.
Sudjana, Nana, 1989, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Sinar Baru.
Sulaiman, Fathiyah Hasan, 1986, Sistem Pendidikan versi Al-
Ghazali, terj. Fathur Rahman, Bandung: Al-Maarif. Taba, Hilda, 1962, Curriculum Development : Theory and
Practice, New York: Harcourt, Brace & World, Inc.
Guilkers, J.T.M, Bastiens, T.J, & Kirschner, P.A., 2004, ―A Fife
Dimensional Framework for Authentic Assessment‖,
dalam Educational Technology, Research and
Development: 52(3): ProQuest: 67.
Tritton., A. S., 1957, Muslim Education in Middle Ages,
London: Luzac Co. Ltd.
Wafi, Ali Abdul, 1985, Ibn Khaldun : Riwayat dan Karyanya,
terj. Ahmadi Thoha, Jakarta: Grafiti Press.
Weil, Marsha & Bruce Joyce, 1996, Models of Teaching, New
Jersey: Allyn and Bacon.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
160
SK Mendiknas No. 045/U Tahun 2002 tentang Kurikulum Inti
Pendidikan Tinggi.
Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum.
Permendikbud No. 194 Tahun 2014 tentang Pedoman Penilaian
Hasil Belajar oleh Pendidik.
Permendikbud No. 23Tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Pendidikan.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
161
GLOSARI
Acquired knowledge adalah pengetahuan yang berasal dari
penalaran manusia atau yang lazin disebut ilmu umum.
Akhlaq al-karimah adalah sikap terpuji/mulia yang akan dicapai
dalam kurikulum pendidikan Islam
Aksioma kurikulum adalah pernyataan kebenaran tentang
kurikulum yang tidak perlu dibuktikan atau sudah benar
dengan sendirinya, misalnya: perubahan kurikulum
merupakan keniscayaan.
Asas kurikulum adalah landasan yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum, mencakup: filosofis,
organisatoris, psikologis, sosiologis, dan agama.
Curriculum specialists adalah ahli kurikulum yang nerancang
suatu naskah kurikulum yang biasanya merupakan tim
kerja pakar lintas disiplin ilmu.
Curriculum workers adalah para pegiat kurikulum yang
bertugas mengimplementasikan kurikulum yang biasanya
terdiri atas para pemangku kebijakan dan para guru atau
pendidik.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan
sumber-sumber dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.
Hidden curriculum adalah kurikulum tersembunyi yang tidak
diajarkan secara eksplisit dan terstruktur namun
dibekalkan kepada peserta didik melalui pembiasaan.
Humanistic Curriculum adalah salah satu madzhab kurikulum
yang memandang bahwa hakekat kurikulum adalah
melakukan proses humanisasi.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
162
Ilmu agama adalah jenis ilmu yang berupa matapelajaran
agama yang dikembangkan dari sumber Al-Qur‘an dan
Hadis
Ilmu umum adalah jenis ilmu yang berupa mata pelajaran
umum yang dikembangkan dari sumber pemikiran
rasional.
Imla’ adalah metode dikte yang lazim dipergunakan pada
pembelajaran di lembaga pendidikan masa terdahulu.
Implementasi kurikulum adalah penerapan naskah kurikulum
dalam bentuk pembelajaran.
Imtihan adalah salah satu model penilaian dalam pendidikan
Islam dengan memberikan ujian baik secara tertulis, lisan,
maupun praktik.
Indikator adalah penanda pencapaian standar kompetensi
berupa perubahan tingkah laku (sikap, pengetahuan, dan
keterampilan) yang dapat diukur.
Insan kamil adalah kondisi manusia sempurna yang diidealkan
dan menjadi tujuan akhir kurikulum pendidikan Islam.
Kompetensi adalah seperangkat kemampuan cerdas untuk dapat
melakukan sesuatu secara bertanggungjawab yang
(diharapkan) dimiliki oleh peserta didik.
Kompetensi dasar adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan sikap minimal yang harus dicapai oleh
peserta didik untuk menunjukkan bahwa standar
kompetensi telah dikuasai.
Kompetensi inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki peserta
didik pada jenjang tertentu, meliputi: sikap spiritual (KI-
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
163
1), sikap sosial (KI-2), pengetahuan (KI-3), dan
keterampilan (KI-4).
Konsepsi kurikulum adalah cara pandang filosofis tentang
tentang hakekat kurikulum, atau sering pula disebut
madzhab kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan strategi yang dirancang untuk mencapai tujuan
pendidikan, jadi didalamnya mencakup purposes, context,
dan strategies.
Kyai adalah pendidik pada lembaga pendidikan Islam salaf
terutama pesantren di kawasan Jawa, Indonesia.
Model adalah pola atau contoh yang digunakan untuk
mengembangkan sesuatu setelah melalui kajian yang
mendalam, misalnya: model pengembangan kurikulum,
model pengembangan evaluasi, model desain
pembelajaran, dan lain-lain.
Ontologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan bentuk
atau wujud ilmu pengetahuan.
Organisasi kurikulum adalah cara menata matapelajaran dalam
kurikulum, yakni: terpisah, korelasi, dan integrasi.
Outcome adalah lulusan suatu program kurikulum jenjang
tertentu yang telah dapat berdaya guna baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun melanjutkan jenjang
program kurikulum berikutnya.
Output adalah lulusan suatu program kurikulum pada jenjang
pendidikan tertentu.
Pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik, pendidik,
dan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
164
Penilaian adalah kegiatan terencana untuk mengukur
ketercapaian sesuatu baik proses maupun hasilnya,
misalnya penilaian kurikulum, penilaian belajar, penilaian
kinerja, dan lain-lain.
Pesantren salaf adalah lembaga pendidikan Islam tradisional
yang berkembang di Indonesia sejak zaman walisongo
dimana lembaga ini pada umumnya tidak mengikuti
standar kurikulum nasional.
Portofilio adalah instrumen penilaian ranah keterampilan yang
berisi rekaman panjang peserta didik mengenai proses dan
produk belajarnya, dimana didalamnya terdapat tiga
bentuk utama, yakni: dokumentasi, produk, dan pameran.
Praktis adalah hal yang menggambarkan pelaksanaan atau
praktik dari teori-teori kurikulum.
Revealed knowledge adalah pengetahuan yang berasal dari
wahyu Tuhan atau yang lazim disebut ilmu agama.
Santri adalah peserta didik pada lembaga pendidikan Islam
salaf terutama pesantren di kawasan Jawa, Indonesia.
Standar kompetensi lulusan adalah deskripsi pengetahuan,
ketrerampilan dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa
menyelesaikan suatu jenjang satuan pendidikan.
Standar kompetensi matapelajaran adalah deskripsi
pengetahuan, ketrerampilan dan sikap yang harus dikuasai
setelah siswa menyelesaikan matapelajaran atau tema
tertentu.
Taqwa adalah kondisi peserta didik yang memiliki kesalehan
individual dan sosial sekaligus, sebagai hasil dari
kurikulum pendidikan Islam.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
165
Teoretis adalah bersifat teori, yakni telaah yang berkutat pada
seperangkat konsep, preposisi, dan teori kurikulum.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
166
Biografi Penulis Dr. Miftahuddin, M.Ag., adalah dosen pada Program
Pascasarjana IAIN Salatiga, menekuni bidang Ilmu Pendidikan
Islam.
Ia lahir pada 22 September 1970, dari pasangan H. Ahmad
Ismun-Hj. Siti Khairiyah, sebuah keluarga guru ngaji di Desa
Karang Tengah, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah. Ia tumbuh besar bersama ketiga adik
perempuannya, yakni: Umi Mardliyyah, Sarini Masrurah, dan
Tasliyatul Muhimmah. Pada tahun 1993 menikah dengan Hj.
Zahrotul Muna, dan (tahun 1998) dikaruniai seorang putri
bernama Silvia Salwa Salsabila.
Pada masa kecil ia belajar ngaji al-Qur‟ān dan kitab-kitab
‗kecil‘ dari ayahnya H. Ahmad Ismun. Ia menamatkan
pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Karang Tengah tahun
1982, lalu melanjutkan sekolah ke Madrasah Tsanawiyah Negeri
(MTsN) Salatiga, lulus tahun 1985, sembari ngaji di Pondok
Pesantren Arribatun Najah (asuhan alm.Bpk. KH. Muhson al-
Hafidz), Kauman Salatiga. Setelah tamat, melanjutkan sekolah
di SPG Negeri Salatiga, lulus tahun 1988. Kuliah S1- nya
diselesaikan pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di
Salatiga, tahun 1992. Tahun 1992 nyantri di Pondok Pesantren
Edi Mancoro (asuhan Bpk. KH. Mahfudh Ridwan, Lc.).
Menamatkan S2 di IAIN Walisongo Semarang, tahun 2000,
mengambil Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam (PPI). Ia
menyelesaikan kuliah S3 pada Jurusan Islamic Studies IAIN
Walisongo Semarang (lulus tahun 2014)
Ia pernah mengikuti beberapa pelatihan antara lain:
pelatihan TOEFL-LIA Jakarta Juli sd. Nopember 1999, TOT
Manajemen Efektif dan Pembelajaran Aktif-CDie IAIN
Yogyakarta Juli sd. September 2006, dan Pelatihan/Orientasi
Hak Asasi Manusia-Balitbang Depag RI tahun 2010. Pelatihan
Pengadaan Barang dan Jasa, bersertifikat L4, tahun 2010.
Beberapa karya tulisnya antara lain: Menggagas
Kurikulum Pendidikan Islam Humanis (2003); Sekolah Untuk
Sangu Mati (tulisan bersama, 2006); Orang Kaya Tak Perlu
Dibela (tulisan bersama, 2009); Model Sekolah Kaum Dhuafa‘
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
167
(2010); Politik Pendidikan Islam Hindia Belanda (2010); Model-
model Integrasi Ilmu (2019); dan beberapa karya makalah yang
dipublikasikan di beberapa jurnal.
Ia memiliki pengalaman jabatan pada STAIN/IAIN
Salatiga sebagai berikut: pernah menjadi Ketua Program D2
(2001-2003), dan Ketua Program Studi PAI (2004-2006) pada
Jurusan Tarbiyah; Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan (2006-
2010); serta Wakil Ketua Bidang Administrasi Umum (2010 –
2014) pada STAIN Salatiga. Tahun 2017-2010 menjadi
Sekretaris Senat IAIN Salatiga.
Pengalaman organisasi yang pernah ia alami antara lain:
Ketua Umum Senat Mahasiswa/Dewan Mahasiswa Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga, (1990-1991); Ketua I
PMII Kota Salatiga (1991-1992); Ketua Lembaga Pendidikan
Maarif NU Kota Salatiga (2002-2007); Sekretaris I MUI Kota
Salatiga (2008-2013); Pengurus Yayasan Pesantren Luhur
(2008-2013) dan Sekretaris Umum PCNU (2008-2013). Ia juga
pernah menjadi Ketua Panwas Pilkada Kota Salatiga (2006) dan
Timsel KPU Kota Salatiga (2010).
Saat ini menjadi Ketua Dewan Pendidikan Kota Salatiga
(2017–2022), Sekretaris Umum MUI Kota Salatiga (2018–
2023), Wakil Ketua PCNU (2018-2023), Pengurus FKUB Kota
Salatiga (2017-2022), Penasehat Lembaga Pendidikan Ma‘arif
NU Kota Salatiga (2014-2019), Dewan Penasehat Forum
Persaudaran Bangsa Indonesia Kota Salatiga (2016-2021),
Dewan Penasehat Forum Persatuan Panjat Tebing Indonesia
Kota Salatiga (2013-2018), Dewan Penasehat Persatuan Pecinta
Alam Kota Salatiga (2016-2020), Wakil Sekretaris KONI Kota
Salatiga (2018-2023), dan Ketua Umum Yayasan al-Hikmah
Salatiga (2016-sekarang).
Beberapa penghargaan/piagam yang pernah diterimanya
antara lain: wisudawan terbaik Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang tahun 1992, piagam sertifikat ahli
pengadaan nasional (L4) dari LKPP tahun 2010, dan
Penghargaan Satya Lencana Karya Satya 20 Tahun dari
Presiden RI tahun 2015.
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 2020
168
Beberapa kegiatan yang pernah diikuti di luar negeri
(seminar/riset/visiting) antara lain: (a) International Seminar on
Islamic Movement-Asia Institiute Melbourne University,
Australia, tahun 2009; (b) Group Advance Research: Religious
Pactise Among Muslims Communities in China-STAIN Salatiga
Coorporate with Commite of ‗Ulama Mosque Ninjie-Beijing,
China (2012); dan (c) Visiting Montana State University for the
U.S. Arabic Distance Learning Network (USADLN) Program-
Montana State University U.S., tahun 2013.