Pengembangan Kurikulum Dan Buku Teks

20
PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN BUKU TEKS : PELUANG DAN TANTANGAN BAGI SEKOLAH ISLAM TUGAS MATA KULIAN ILMU PENDIDIKAN OLEH : ANIQ DARAJAT FAKULTAS PASCASARCANA

description

kurikulum dan buku teks

Transcript of Pengembangan Kurikulum Dan Buku Teks

PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN BUKU TEKS : PELUANG DAN TANTANGAN BAGI SEKOLAH ISLAM

TUGAS MATA KULIANILMU PENDIDIKAN

OLEH :ANIQ DARAJAT

FAKULTAS PASCASARCANAPROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAMUNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR1436 H / 2015 MBAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPerkembangan pendidikan Islam saat ini menunjukkan peningkatan yang cukup pesat terutama bila diukur dengan banyaknya lembaga pendidikan Islam yang didirikan. Munculnya sekolah islam berkualitas, baik yang berlabel sekolah islam terpadu, sekolah islam unggulan ataupun label lainnya. Fenomena perkembangan lembaga pendidikan Islam ini adalah kemajuan yang patut kita syukuri.Namun, di sisi yang lain, benyaknya lembaga pendidikan Islam tersebut belum diiringi dengan peningkatan dari sisi kualitas konsep dan konten kurikulum yang diajarkan. Selama ini sebagian besar sekolah Islam mengajarkan materi pelajaran seusai tuntutan kurikulum nasional. Padahal cukup banyak peneliti yang telah melakukan analisis terhadap kurikulum nasional sampai pada kesimpulan bahwa kurikulum tersebut masih mengadopsi konsep ilmu yang lahir dari peradaban Barat yang sekuler, belum lagi bila dihadapkan dengan kenyataan bahwa banyak konten buku teks untuk sekolah-sekolah yang sangat rendah kualitasnya, bahkan mengandung muatan yang justru berbahaya dan dapat merusak pendidikan itu sendiri.Meski sudah diupayakan untuk memasukkan tujuan berupa peningkatan sikap spiritual dalam komptensi inti pertama, namun di sisi lain kurikulum 2013 masih mengandung banyak problematika terutama dari sisi konsep ilmu dan pendidikan karakter. Dalam analisisnya terhadap konten kurikulum 2013, Dr. Erma Pawitasari mengungkapkan bahwa Kurikulum 2013 masih bersifat sekuler :Kurikulum 2013 disusun untuk memperbaiki karakter bangsa. Nilai-nilai kebajikan yang selama ini dibebankan pada pelajaran Agama saja kini harus diajarkan pada seluruh mata pelajaran. Saya sangat mendukung tujuan mulia ini. Saya bahkan sudah sering menuliskan kritik terhadap pemisahan nilai dari pelajaran umum. Namun, tujuan untuk memperbaiki akhlak ini tidak akan tercapai karena beberapa alasan berikut:1. Nilai yang diintegrasikan merupakan nilai-nilai sekular, bukan nilai-nilai Islam. Nilai-nilai sekular tidak akan mampu mengubah mentalitas dan perilaku masyarakat karena dorongan untuk berbuat baik atau dorongan untuk mematuhi hukum tidak disebabkan adanya keimanan kepada pengawasan Allah SWT. Selain itu, nilai-nilai sekular saling mengkontradiksi satu sama lain sehingga tidak dapat digunakan sebagai pegangan ...2. Nilai-nilai kebajikan tidak diberikan mengikuti metode Islam[footnoteRef:2] [2: http://www.suara-islam.com/read/index/6746/Kurikulum-2013-Masih-Sekular-%5BBag-2%5D diakses pada tanggal 26 Juni 2013]

Dari sisi yang lain yaitu isi (konten) kurikulum 2013, disinyalir adanya materi dalam buku teks yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam: Di sisi lain, Kurikulum 2013 tetap mengajarkan nilai-nilai buruk yang dilarang agama. Dua contoh yang ingin saya tunjukkan adalah materi evolusi (Biologi SMA) dan materi bunga majemuk. Dalam kompetensi Biologi kelas XII disebutkan: Membedakan teori evolusi pada kompetensi ini, teori evolusi Darwin dan teori-teori lain Darwin masih tetap dianggap sebagai salah satu rujukan. Implikasinya, teori penciptaan manusia dihadapkan dengan teori evolusi Darwin tanpa ada arahan untuk menunjukkan kelemahan teori Darwin. Dalam kompetensi Matematika kelas XII disebutkan: Menunjukkan perilaku jujur dan bertanggungjawab dalam menerapkan konsep dan aturan matematika keuangan terkait bunga majemuk dan anuitas dalam memecahkan masalah nyata dan Menganalisis konsep dan prinsip matematika keuangan terkait bunga majemuk, angsuran, dan anuitas serta menerapkannya dalam memecahkan masalah keuangan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Kurikulum 2013 tetap mendukung sistem keungan ribawi.Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa nilai-nilai karakter yang hendak ditanamkan melalui Kurikulum 2013 justru banyak bertentangan dengan Islam.[footnoteRef:3] [3: http://www.suara-islam.com/read/index/6746/Kurikulum-2013-Masih-Sekular-%5BBag-2%5D diakses pada tanggal 26 Juni 2013]

Dalam tulisan lain, Dr. Adian Husaini juga menyoroti adanya infiltrasi sekularisme dalam Kurikulum 2013:... Hanya saja, setelah mencermati sejumlah buku ajar dari Kurikulum 2013 yang digunakan di berbagai sekolah, kita menemukan masih dominannya pengajaran paham sekularisme, yang secara terang-terangan membuang ajaran Islam dan mempromosikan paham-paham materialisme, positivisme, relativisme, dan pluralisme. Bahkan, secara tegas dan sistematis, ada buku ajar yang menyingkirkan Islam dan ajaran-ajarannya...... Akan tetapi, anehnya, dalam pembahasan tentang sejarah manusia Indonesia tersebut, tidak ada sama sekali rujukan wahyu Allah. Semua pembahasan hanya berlandaskan empirisisme dan rasionalisme. Jelas, di benak penulis buku ajar ini, ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang penciptaan alam semesta dan sejarah penciptaan manusia dan juga asal-usul manusia, tidak dianggap sebagai sumber ilmu, sehingga tidak dimasukkan ke dalam kategori ilmiah.Di halaman 77, 92, dan 93 ditampilkan lukisan nenek moyang bangsa Indonesia yang memperlihatkan sebuah keluarga homo erectus yang katanya berumur sekitar 900 tahun yang lalu, dimana mereka dilukiskan sebagai manusia purba yang mulutnya monyong dan bertelanjang bulat. Pada bagian rangkuman (hal. 81) dikutip pendapat Charles Darwin (1809-1882) yang menyatakan, bahwa: Manusia sekarang adalah bentuk sempurna dari sisa-sisa kehidupan purbakala yang berkembang dari jenis hominid, bangsa kera.Dikatakan dalam buku ini, bahwa pendekatan agama dan pendekatan sains (ilmu pengetahuan) dalam upaya memahami realitas alam semesta adalah berbeda. Agama berada dalam tingkat eksistensial dan transendental (soal rasa, soal hati), sedangkan sains berada dalam tingkat faktual (soal pembuktian empiris). Dengan kata lain, agama dan sains memiliki otonomi masing-masing. Itu tidak berarti keyakinan keagamaan tidak rasional. Perasaan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu tetap dapat dijelaskan secara rasional. Singkatnya, agama dan sains (ilmu pengetahuan) tidak perlu dicampuradukkan. (hal. 81).

Isi buku teks yang demikian tentunya menjadi keprihatinan bagi kita semua. Meski tujuan dan konsep awalnya tampak baik, namun hal tersebut tidak diturunkan dalam tataran praktis, yaitu buku teks. Konten ini masih mewakili pandangan atau worldview sekuler dan sayangnya masih muncul dalam buku teks kurikulum 2013.

Cara pandang terhadap agama dan sains semacam itu jelas-jelas bersifat sekular. Itu jelas keliru. Cara berpikir semacam ini juga merupakan dogma yang diyakini oleh ilmuwan sekular. Itu merupakan kesalahan epistemologis, yang memisahkan panca indera dan akal sebagai sumber ilmu, dengan khabar shadiq (true report) dalam hal ini wahyu Allah sebagai sumber ilmu. Padahal, dalam konsep keilmuan Islam, ketiga sumber ilmu itu diakui dan diletakkan pada tempatnya secara harmonis. Dalam Kitab Aqaid Nasafiah kitab aqidah tertua yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dikatakan bahwa sebab manusia meraih ilmu ada tiga, yaitu: panca indera, akal, dan khabar shadiq.[footnoteRef:4] [4: http://www.hidayatullah.com/kolom/catatan-akhir-pekan/read/2014/06/09/22971/infiltrasi-sekularisme-dalam-kurikulum-2013.html#.U6ymObG8TAs diakses pada tangal 27 Juni 2014 ]

Ringkasnya, Ilmu pengetahuan yang diajarkan sebagai tuntutan kurikulum nasional adalah ilmu pengetahuan yang berangkat dari pandangan hidup Barat, yang tak mungkin lepas dari nilai-nilai, pola pikir yang ada dalam peradaban Barat. Ini merupakan tantangan besar bagi lembaga pendidikan Islam, yang berusaha menanamkan pandangan hidup Islami kepada murid-muridnya, tetapi terpaksa mengajarkan ilmu pengetahuan yang terbangun dari pandangan hidup Barat yang materialis dan sekuler. Lebih memprihatinkan lagi, bila mencermati kasus populer di media tentang buku teks yang bermasalah. Benar-benar kita akan dibuat tercengang dengan muatan yang terdapat dalam buku paket tersebut. Sebagai contoh adalah konten bahasa kasar dalam buku Bahasa Indonesia untuk SMP Lagi-lagi, bahasa yang tidak pantas digunakan kembali termuat di buku referensi pelajaran Bahasa Indonesia, kelas 7 SMP, yang kini beredar di Garut. Bahasa kasar itu muncul di cerpen halaman 220-225 dalam buku yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayan. Dalam buku itu misalnya, kata Sekretaris PGRI Sukakarya Garut, Ma'mun Gunawan, ada kata-kata yang tidak patut dan tidak pantas untuk dibaca oleh siswa. Seperti"Bangsat! Kurang ajar! Bajingan! Sambar gledek lu!". Tentu saja, selain karena bahasa tersebut kasar, akan terbangun persepsi pada siswa bahwa kata-kata tersebut merupakan bahasa Indonesia yang santun karena termuat dalam buku pelajaran bahasa Indonesia dan diucapkan oleh seorang polisi desa.[footnoteRef:5] [5: http://www.rmol.co/read/2013/09/02/124031/Ditemukan-Kata-kata-Kasar-dan-Tidak-Sopan-dalam-Buku-Pelajaran-Bahasa-Indonesia- diakses pada tanggal 30 Mei 2015]

Ada pula konten pornografi yang masuk dalam buku pelajaran untuk SD sebagaimana termuat dalam berita berikut :

Buku pelajaran sekolah dasar bermuatan materi porno yang beredar di Kota Bogor menuai kecaman para orang tua murid. Mereka pun menggeruduk Dinas Pendidikan Kota Bogor, Rabu, 10 Juli 2013 kemarin. Cerita yang seharusnya dikonsumsi dewasa itu berjudul "Anak Gembala dan Induk Serigala", tercantum dalam halaman 57-60. Buku yang diterbitkan CV Graphia Buana ini beredar sejak Maret 2013.Kisahnya, seorang laki-laki yang berhubungan dengan seorang perempuan di tempat prostitusi. Tentu saja, banyak kalimat vulgar yang tidak selayaknya dibaca siswa SD berumur 11-12 tahun.[footnoteRef:6] [6: http://metro.tempo.co/read/news/2013/07/11/083495538/Begini-Konten-Porno-dalam-Buku-SD-di-Bogor diakses pada tanggal 30 Mei 2015]

Selain contoh di atas, sebenarnya masih banyak kasus buku paket yang bermasalah, seperti buku paket yang mencantumkan materi kontroversial, seperti bolehnya banci menjadi imam shalat[footnoteRef:7], mengajarkan pacaran sehat[footnoteRef:8], memuat ajaran syiah[footnoteRef:9] dan ilustrasi yang menghina sahabat Nabi[footnoteRef:10] [7: http://www.harianterbit.com/hanteriptek/read/2015/03/06/21439/33/22/Buku-Agama-Banci-Boleh-Jadi-Imam-Sholat-Harus-Ditarik-Dari-Peredaran diakses pada tanggal 30 Mei 2015] [8: http://news.metrotvnews.com/read/2014/10/15/305130/ditemukan-buku-paket-ajarkan-pacaran-sehat-di-ciamis diakses pada tanggal 30 Mei 2015] [9: http://news.fimadani.com/read/2014/08/13/buku-pendidikan-agama-islam-terbitan-erlangga-berbau-paham-syiah/ diakses pada tanggal 30 Mei 2015] [10: http://www.antaranews.com/berita/488119/menag-akan-tarik-lks-menghina-sahabat-nabi. diakses pada tanggal 30 Mei 2015]

Demikianlah potret buram implementasi kurikulum dan konten buku paket di negara kita. Ini adalah kenyataan yang sungguh mengkhawatirkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan Islam dihadapkan pada tugas berat, yaitu melakukan kajian mendalam terhadap kurikulum nasional, mengidentifikasi unsur-unsur yang bertentangan dengan pandangan hidup Islam, kemudian melakukan proses Islamisasi terhadap kurikulum tersebut. Berikutnya, upaya ini tampaknya baru akan menimbulkan pengaruh yang signifikan bila disertai dengan penyediaan buku teks atau modul pembelajaran yang telah melalui proses islamisasi. Karena betapapun upaya maksimal telah dilakukan untuk menyusun kurikulum, para guru di lapangan akan kesulitan jika tidak dusuplai dengan bahan ajar semisal buku teks atau modul yang memadai.

BAB IIPENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PERAN SEKOLAH ISLAM

A. PENGERTIAN KURIKULUMKurikulum sangat penting dalam disiplin ilmu pendidikan. Ia dianggap sebagai ratu dalam disiplin tersebut, sebagaimana ilmu Fisika dalam bidang ilmu sains alam. Secara mudah, kurikulum dapat difahami sebagai perancangan pengalaman pembelajaran walaupun pembahasan mengenai definisinya akan lebih luas dan kompleks. Perancangan pendidikan dipandu oleh falsafah, kepercayaan dan latar belakang sebuah negara. Dari kurikulum, makna pendidikan mengalir kepada pelajar melalui proses pengajaran dan pembelajaran serta penilaian. Kurikulum yang tepat akan menghasilkan tujuan yang dikehendaki walaupun ia mungkin yang terjadi adalah sebaliknya. Perbaikan pendidikan yang tidak melibatkan aspek kurikulum dianggap sebagai perubahan minimalis atau bersifat tambal sulam.[footnoteRef:11] [11: Noor Hisham Md Nawi, Dr. Islamisasi Kurikulum Pendidikan Islam di Institusi Pendidikan Guru; Tribulasi dan Cadangan. Pusat Pengajian Bahasa & Pembangunan Insaniah. Universiti Malaysia Kelantan.]

Menurut pandangan modern, kurikulum lebih dari sekedar rencana pelajaran atau bidang studi. Kurikulum adalah semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidkan di sekolah, atau dengan kata lain kurikulum adalah semua pengalaman belajar yang didapatkan di sekolah[footnoteRef:12] [12: Ahmad Tafsir, Prof. Dr. Ilmu Pendidikan Islami. PT Remaja Rosdakarya, Bandung, Setakan Kedua, September 2013.]

Mengutip Ralph w. Tyler, Prof. Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa, kurikulum disusun untuk menjawab empat pertanyaan mendasar :1. Apa tujuan pengajaran?2. Pengalaman belajar apa yang disiapkan untuk mencapai tujuan?3. Bagaimana pengalaman belajar itu dilaksanakan?4. Bagaimana menentukan bahwa tujuan telah tercapai?Dengan kata lain, kurikulum terdiri atas empat komponen:1. Tujuan2. Isi atau program3. Metode atau proses belajar mengajar4. Evaluasi[footnoteRef:13] [13: Ahmad Tafsir, Prof. Dr. Ilmu Pendidikan Islami. PT Remaja Rosdakarya, Bandung, Setakan Kedua, September 2013.]

B. BUKU TEKSMenurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008, Buku teks pelajaran pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi yangselanjutnya disebut buku teks adalah; buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuankinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. [footnoteRef:14] [14: Kementrian Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 02 Tahun 2008 tentang Buku]

Fungsi strategis dari buku teks, secara eksplisit dijelaskan dalam definisi di atas, bahwa buku teks ini adalah buku acuan wajib, artinya buku yang menjadi acuan dalam proses pembelajaran dan bersifat wajib artinya harus digunakan oleh siswa atau guru. Keberadaan buku teks yang berkualitas bahkan sangat berpengaruh kepada kualitas pendidikan itu sendirihigh quality textbooks have both played a role in system improvement in key jurisdictions and play a continuing role in stimulating and supporting high quality teaching and learning.[footnoteRef:15] [15: Tim Oates, Why Textbook Counts, a Policy Paper. University of Cambridge, England, 2014.]

Mengingat fungsi strategis dari buku teks ini, maka pemilihan buku teks menjadi hal yang sangat penting. Para pemegang kebijakan pendidikan di negara ini seharusnya memastikan bahwa buku teks yang beredar adalah buku-buku yang benar-benar berkualitas.Permasalahannya adalah, ketika buku teks yang diterbitkan oleh pemerintah ternyata tidak cukup berkualitas, bahkan dapat dikatakan bermasalah, maka tindakan apa yang harus dilakukan oleh para praktisi pendidikan?

C. PELUANG PENGEMBANGAN KURIKULUMBila kita mencermati kebijakan pendidikan nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sesunguhnya ada peluang yang cukup besar bagi sekolah-sekolah untuk menegmbangkan kurikulum dan termasuk di dalamnya buku teks yang berkualitas sesuai dengan visi-misi dan ciri khas sekolah. Sejak ditetapkannya pemberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, maka pemerintah memberi peluang bagi sekolah untuk nenyusun kurikulumnya sendiri. Pemerintah hanya menetapkan standar minimal yang perlu dicapai oleh tiap-tiap satuan pendidikan. Hal ini dapat kita lihat dari definisi KTSP itu sendiri :Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.[footnoteRef:16] [16: Depertemen Pendidikan Nasional. Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta. 2006]

Ini berarti satuan pendidikan berhak untuk menyusun kurikulum dan perangkat turunannya sesuai dengan visi, misi dan ciri khas sekolah. Dalam hal ini pemerintah menetapkan Standar Isi yang diturunkan dalam Standar Kompetensi dan Komptensi Dasar (SK dan KD) yang menjadi acuan pengembangan kurikulum.

Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dic diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap ting dari suatu materi yang diajarkan. Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta didik cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik.[footnoteRef:17] [17: Departemen Pendidikan Nasional. Panduan Umum Pengembangan Silabus. Jakarta. 2008]

Peluang ini hendaknya dibaca sebagai angin segar bagi sekolah-sekolah untuk mengembangkan kurikulum mandiri. Dengan peluang ini sekolah Islam khususnya dapat menyambut dengan mulai melakukan kerja-kerja pengembangan kurikulum dan juga buku teks. Dengan demikian, sekolah Islam dapat secara mandiri mendesain kurikulumnya dan dapat mengembangkan model pendidikan yang secara komprehensif sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam

D. ISLAMISASI ILMU DAN PENGEMBANGAN KURIKULUMKonsep islamisasi ilmu moden terbina atas beberapa premis utama. Gagasan bermula dengan premis bahwa ilmu moden hari ini tidak netral. Menurut Wan Mohd Nor, Al-Attas adalah orang yang pertama di antara sarjana muslim kontemporer yang menganggap ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang tidak bebas nilai. Pada faham umum, sifat ilmu pengetahuan adalah independen dan tidak berhubungan dengan peradaban yang mempeloporinya. Akibatnya umat Islam tanpa sadar menganggap kesemuanya sebagai paket ilmu dan berusaha mempelajari dan menerimanya secara total tanpa melakukan perbahan atau penyesuaian. Umat Islam telah lupa bahwa ilmu moden tidak bebas nilai karena ia telah dipengaruhi oleh pandangan keagamaan, kebudayaan dan filsafat manusia Barat. Menurut Wan Mohd Nor, ilmu pengetahuan moden adalah hasil dari kebingungan yang meletakkan keraguan dan spekulasi setaraf dengan metodologi ilmiah. Pandangan filsafat Barat yang menyerap masuk ke dalam fikiran umat Islam telah menimbulkan fenomena yang disebut 'deislamisasi'. Deislamisasi ini terjadi melalui proses penyamarataan kategori dasar pengetahuan iaitu ilmu fardhu ain dan ilmu fardhu kifayah yang mendorong kepada kebingungan terhadap hakikat masing-masing. Istilah 'ilmu moden' sengaja digunakan kerana ilmu pengetahuan yang diperoleh oleh umat Islam yang berasal dari kebudayaan dan peradaban masa lampau seperti Yunani dan India telah diislamkan. Berdasarkan pemahaman tersebut, bidang kurikulum yang menerima pengaruh dari hal tersebut perlu diislamisasikan. Walaupun definisi islamisassi ilmu terlalu panjang untuk dibahaskan, secara ringkas dan mudah berarti proses kesepaduan antara ilmu naqli atau fardhu ain dengan ilmu aqli atau fardhu kifayah. Dalam proses tersebut, terjadi suatu bentuk penyaringan atau pemurnian ke atas ilmu aqli (ilmu sains moden yang bersifat eurosentrik) untuk mengembalikannya kepada kerangka pandangan hidup Islam. Menurut Hassan Langgulung (1998) Islamisasi kurikulum juga berarti penerapan nilai Islam dalam kurikulum dengan cara meletakkan kurikulum (dalam keempat aspeknya yang terdiri daripada tujuan, isi, metode dan evaluasi) dalam kerangka konseps Islam. Secara lebih mudah, Islamisasi kurikulum adalah satu proses mengislah atau memurnikan kembali keseluruhan gagasan, struktur, tujuan dan rekayasa kurikulum supaya kembali kepada ajaran tauhid. Rosnani Hashim (1998) telah menyusun beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk melaksanakan proses Islamisasi kurikulum sebagai berikut:1) Perumusan suatu falsafah pendidikan semestinya berdasarkan tasawwur Islam.2) Memastikan semua sumber untuk menentukan tujuan pendidikan berasal dari tasawwur Islam.3) Kurikulum pendidikan Islam harus mempertahankan konsep hierarki ilmu dalam Islam khususnya ilmu fardhu ain dan ilmu fardhu kifayah.4) Memperkenalkan sistem pendidikan terpadu di mana kedua-dua sains naqliah dan aqliah diajar dan diberi peluang sama rata untuk membuat pengkhususan di antaranya berdasarkan kemampuan dan minat.5) Memadukan kurikulum formal, yang tersirat dan tersurat dengan tasawwur Islam yang mengembangkan prinsip Tauhid.6) Menyediakan pengalaman pembelajaran yang sesuai khususnya bagi perkembangan akhlak dan rohani dengam memberi perimbangan antara pendekatan terpusat pada pelajar (student-centered) dan terpusat pada subjek (subject-centered).7) Membentuk sistem penilaian yang bersesuaian dengan tujuan pendidikan [footnoteRef:18] [18: Noor Hisham Md Nawi, Dr.Islamisasi Kurikulum Pendidikan Islam di Institusi Pendidikan Guru; Tribulasi dan Cadangan. Pusat Pengajian Bahasa & Pembangunan Insaniah. Universiti Malaysia Kelantan]

E. TAHAPAN PRAKTIS ISLAMISASI KURIKULUM Secara praktis, sekolah Islam dapat melakukan upaya Islamisasi ini dengan memanfaatkan peluang untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan visi-misi sekolah. Beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan dalam melakukan pengembangan kurikulum ke arah islamisasi antara lain sebagai berikut:1. Studi pustaka tentang konsep Ilmu dalam Islam, Islamisasi Sains, Metode Islamisasi Sains, Konsep Islam tentang bidang tekait dalam Ilmu Sosial (Geografi, Sosiologi dan Antropologi) dan teori-teori lain yang relevan dengan konsep Islamisasi Sains dan Kurikulum.2. Analisis terhadap kerangka dasar dan struktur kurikulum yang memuat tujuan pendidikan secara umum.3. Analisis terhadap tujuan pendidikan di tingkat jenjang pendidikan yang dalam kurikulum 2013 disebut sebagai Standar Kompetensi Lulusan4. Analisis terhadap tujuan setiap mata pelajaran5. Analisis terhadap Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang dibahas dalam penelitian ini6. Analisis terhadap silabus mata pelajaran yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan7. Analisis terhadap buku teks baik Buku Guru maupun Buku Murid untuk setiap mata pelajaran yang telah diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan8. Menyusun suplemen atau model alternatif berdasarkan konsep Islam pada masing-masing tahapan.9. Menyusun model tahapan implementasi di lembaga pendidikan

BAB IIIPENUTUP

Demikianlah telah dipaparkan kondisi riil kurikulum pendidikan yang berlaku di negara kita, ditambah dengan potret buku-buku teks yang beredar di sekolah-sekolah. Kenyataan ini membuat kita semua selaku pemerhati dan praktisi pendidikan Islam harus merapatkan barisan dan mulai menempuh langkah-langkah perbaikan. Tentu proses tersebut memakan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit. Oleh karena itu sekolah-sekolah Islam hendaknya berupaya sesuai kemampuan yang ada untuk memulai langkah menuju pengembangan kurikulum dengan paradigma Islam. Lalu kemudian menyusul tahapan-tahapan berikutnya sehingga sekolah Islam dapat mengelola tantangan besar ini menjadi peluang yang justru akan membuktikan kualitas dari konsep pendidikan Islam itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Md Nawi, Noor Hisham, Dr. Islamisasi Kurikulum Pendidikan Islam di Institusi Pendidikan Guru; Tribulasi dan Cadangan. Pusat Pengajian Bahasa & Pembangunan Insaniah. Universiti Malaysia Kelantan.Handrianto, Budi, Dr. Islamisasi Sains, Sebuah Upaya Mengislamkan Sains Barat Modern, Pustaka Al kautsar, Jakarta, 2010.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta, 2014.Tafsir, Ahmad, Prof. Dr. Ilmu Pendidikan Islami. PT Remaja Rosdakarya, Bandung, Setakan Kedua, September 2013.