PENGEMBANGAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK DALAM PROSES … · 2020. 2. 6. · Judul Buku: PENGEMBANGAN...
Transcript of PENGEMBANGAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK DALAM PROSES … · 2020. 2. 6. · Judul Buku: PENGEMBANGAN...
PENGEMBANGAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK
DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH ALAM
(Studi Kasus Sekolah Alam School of Universe (SOU) Parung Bogor)
Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA
Pustakapedia Indonesia
Judul Buku:
PENGEMBANGAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK
DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
ALAM (Studi Kasus Sekolah Alam School of Universe
(SOU) Parung Bogor)
Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA
©2017, Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA
Hak cipta dilindungi undang-undang
Tata Letak & Cover: Fadhilla fc
ISBN : 978-602-6719-42-3
Cetakan Pertama, Desember 2017
Diterbitkan oleh:
Pustakapedia
(CV Pustakapedia Indonesia)
Jl. Kertamukti No.80 Pisangan
Ciputat Timur - Tangerang Selatan 15419
Email: [email protected]
Website: http://pustakapedia.com
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk
dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari Penulis
i
KATA PENGANTAR
Bismilla>hirrah}ma>nirrah{i>m
Alh}amdulillah, segala puji syukur penulis persembahkan
kepada Allah SWT, Tuhan seluruh manusia, yang telah
menganugrahkan penulis kesempatan hingga terselesaikannya
penulisan tesis ini. Menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebuah pengalaman berharga yang
menyenangkan dan mengesankan dalam hidup penulis. Selanjutnya,
s}alawat serta salam kepada baginda Rasulullah SAW, sebagai suri
tauladan sekaligus pencerah dan inspirator seluruh umat manusia
terutama umat Islam, semoga kita dapat menindak lanjuti
perjuangannya dan meneladaninya dan akhirnya kita mendapatkan
syafaatnya.
Buku ini merupakan hasil dari penelitian atau tugas akhir
kuliah (tesis) yang tealh melibatkan banyak pihak. Baik dalam
penemuan ide awal hingga dalam proses penelitian serta penulisan
tesis ini. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan penghargaan
yang tinggi dan mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan
kepada para pendidik Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prof. Dr. Masykuri Abdillah Prof. Dr. Didin Saepudin MA dan
Dr. JM. Muslimin, MA, atas didikan dan arahan serta memotivasi
penulis untuk terus belajar mulai dari awal penulis masuk kuliah
hingga terselesaikannya studi ini. Dan kepada pembimbing penulis
Prof. Dr. Husni Rahim yang tak pernah bosan dan tak pernah henti
memberikan arahan ilmiah dan berbagi ilmu hingga studi ini memiliki
ruh dan kerangka ilmu yang jelas, tanpa bimbingan, ketelitian dan
kesabarannya tentu tesis ini tidak dapat selesai dengan baik. Dosen-
dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr.
Iik Arifin Mansurnoor, MA, Prof. Dr. Armai Arief, MA, Prof. Dr.
Abuddin Nata, MA, Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si. Dr. Suparto,
M.Ed, Prof. Ikhsan Tangok, Dr. Gazi, Dr. Kusmana yang bersedia
ii
memberikan perspektif bedah teori, metodologi hingga analisis data
yang sangat membantu penulis dalam mempertajam substansi tesis,
serta semua dosen-dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang luar biasa memberikan pencerahan dan
warna dalam sejarah akademik penulis. Jasa dan amal baik mereka
tidak akan pernah dapat terbalas, selain terima kasih penulis dan
penghormatan setinggi-tingginya kepada mereka semua.
Penulis juga berterima kasih kepada bapak Lendo Novo
(Penggagas Sekolah Alam) serta kepala sekolah Sekolah Alam School
of Universe (SoU) Parung Bogor beserta civitas akademik SoU yang
telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dan
memberikan banyak informasi terkait dengan objek penelitian ini. Jasa
dan amal baik mereka tidak akan pernah dapat terbalas, selain terima
kasih penulis dan penghormatan setinggi-tingginya kepada mereka
semua yang begitu luar biasa.
Kepada kedua orang tua penulis Ayahanda Abdurrah}man dan
ibunda Wasliyah, tentunya penulisan tesis ini tidak akan selesai tanpa
kekuatan do’a dan restu kedua orang tua penulis, hanya Allah yang
mampu membalas kesucian hati, ketulusan dan kesabarannya. Juga
adik-adik penulis: Dek Umi Zakiyah dan Ah}mad Syibawaih atas segala
doa dan dukungannya yang tak pernah putus.
Kepada Suami tercinta Chaerur Rozikin, S. Kom, M. Kom
yang telah begitu luar biasa keikhlasannya yang selalu setia menemani
dan terus memberikan semangat, do’a, arahan, pengertian, perhatian
dan kesediannnya rela berbagi waktu dan cerita selama masa studi
penulis hingga menghasilkan sebuah tulisan yang semoga dapat
bermanfaat bagi banyak orang. Sebuah kehormatan tersendiri dapat
dipercaya dan diberi amanah untuk terus semangat belajar lagi.
Serta seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2015/ganjil
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sama-sama
berjuang dalam menyelesaikan tesis, sukses terus untuk kita semua.
Sepenuhnya penulis sadar bahwa tesis ini masih jauh dari kata
sempurna. Tetapi, penulis berharap tesis ini dapat memberikan
kontribusi dalam menjadikan pendidikan untuk bangsa Indonesia lebih
iii
humanis. Atas kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan
tesis ini, penulis sampaikan terima kasih yang tak terhingga. Akhir
kata, penulis memohon maaf apabila dalam penyelesaian tesis ini ada
banyak kekurangan dan keterbatasan.
Ciputat, 06 Desember 2017
Khozinatun Masfufah
iv
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Tesis ini menggunakan pedoman transliterasi Arab-Latin
ALA-LC Romanization Tables, berikut penjelasannya:
A. Daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin
sebagai berikut:
Huruf Arab Nama Huruf Latin
Alif Tidak dilambangkan ا
Ba> B ب
Ta> T ت
Tha> Th ث
Ji@m J ج
}H{a> H ح
Kha> Kh خ
Da>l D د
Dha>l Dh ذ
Ra R ر
Zay Z ز
Si@n S س
Shi@n Sh ش
}S}ad S ص
}D{a>d D ض
}T{a> T ط
}Z{a> Z ظ
‘ Ayn‘ ع
Ghayn Gh غ
F>a> F ؼ
Qa>f Q ؽ
Ka>f K ؾ
vi
La>m L ؿ
Mi@m M ـ
Nu>n N ف
Wa>wu W ك
*Ha, Ta> marbut}ah H ة، ق
’ Hamzah ء
Ya> Y ي
*Untuk huruf (ة ), ta>marbu>t{ah dalam kata benda majemuk
(mud}a>f) dilambangkan dengan huruf t.
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
= a ك ت ب kataba
= i سئل su’ila
= u ي ذه ب yadhhabu
2. Mad atau Vokal Panjang
qa>la ق اؿ <a = ػا qi@la قيل @i = ػي
yaqu<lu يػ قوؿ <u = ػو
3. Vokal Rangkap atau Diftong
Kayfa ك يف ay = ا ي
Hawla ح وؿ aw = ا ك
C. Kata Sandang
al-H{adi@th = الحديث
al-Shams = الشمس
vii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................
Pedoman Transliterasi...........................................................................
Daftar Isi................................................................................................
Daftar Gambar.......................................................................................
Daftar Tabel...........................................................................................
Daftar Bagan..........................................................................................
i
v
vii
x
xi
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah.................................................
2. Rumusan Masalah.....................................................
3. Batasan Masalah.......................................................
C. Tujuan Penelitian..........................................................
D. Manfaat Penelitian...…………………………......... ..
E. Penelitian terdahulu yang Relevan................................
F. Metodologi Penelitian………………………………...
G. Sistematika Pembahasan………………………….......
1
14
15
15
16
16
16
20
26
BAB II PENGEMBANGAN KREATIVITAS DALAM
PEMBELAJARAN
A. Kreativitas dalam Pendidikan.......................................
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas ...........
C. Tipologi Manusia Kreatif.............................................
D. Kreativitas dan Potensi Kecerdasan.............................
29 36
39
41
viii
E. Kreativitas dalam Perspektif Islam...............................
F. Konsep Islam tentang Sekolah Alam............................
G. Pendekatan Pembelajaran dalam Mengembangkan
Kreativitas.....................................................................
44
48
53
BAB III PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH ALAM
SCHOOL OF UNIVERSE
A. Gambaran Umum School of Universe..........................
B. Komponen Pembelajaran di School of Universe……..
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah………………
2. Perekrutan dan Pembinaan terhadap
Guru/Fasilitator……..
3. Perekrutan dan Pembinaan terhadap Peserta Didik
4. Peran Orang Tua Peserta Didik………………
5. Strukur Organisasi.………………………………
6. Sarana dan Prasarana……………………………
C. Program Keagamaan yang Mengembangkan
Kreativitas..
D. Kurikulum Sekolah.......................................................
1. Kurikulum Nasional dan Sekolah………………
2. Ekstrakurikuler……………………………………
3. Metode Pembelajaran dalam Mengembangkan
Kreativitas………………………………………
4. Bentuk Instrumen dan Laporan Penilaian………
E. Atmosfir Sekolah (Budaya Institusi)............................
67
75
75
81
81
83
86
88
90
98
101
101
111
114
119
123
BAB IV MENGEMBANGKAN KREATIVITAS DALAM
PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH ALAM
SCHOOL OF UNIVERSE
A. Program Pembelajaran dalam Pengembangan
Kreativitas.....................................................................
B. Upaya Peningkatan Kompetensi Guru/Fasilitator
dalam Proses Pembelajaran...........................................
C. Usaha Guru/Fasilitator dalam Pengembangan
Kreativitas Peserta Didik..............................................
127
128
133
ix
D. Aktivitas Peserta Didik dalam Mengembangkan
Kreativitanya………………………………………
1. Upaya-upaya Pengintegrasian Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Alam............................................
2. Pembelajaran Sains sebagai Pemberdayaan
Imajinasi Ide dan Pikiran.........................................
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Seni
sebagai Bentuk Kreativitas.....................................
E. Keberhasilan Proses Pembelajaran dalam
Pengembangan Kreativitas......................................
140
140
146
151
156
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………
B. Saran…………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………
GLOSARIUM……………………………………………
INDEX…………………………………………………….
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
159
160
163
177
185
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar
3.1
Lokasi Sekolah Alam School of Universe………… 73
Gambar
3.2
Ruang Kelas……………………………………...... 91
Gambar
3.3
Instalasi Outbound………………………………… 92
Gambar
3.4
Biotecnology Center………………………………. 94
Gambar
3.5
Information & Communication Technology Center
(ICT)…..
96
Gambar
3.6
Tranding House Retail &Distributor Center……… 97
Gambar
4.1
Kegiatan Jum’at Berbagi………………………… 142
Gambar
4.2
Kegiatan Peserta Didik dalam Berkebun
(granlab)………….
144
Gambar
4.3
Kegiatan Peseeta Didik dalam Memanen Hasil
Berkebun…...
145
Gambar
4.4
Salah Satu Bentuk Kreativitas Peserta Didik dalam
Kegiatan Sains Fair………………………………..
148
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Fungsi/Peran Otak Kiri dan Otak
Kanan…………
42
Tabel 2.2 Perbedaan antara pembelajaran CTL dengan
Konvensional…
58
Tabel 4.1 Kondisi Eksternal yang Mendukung
Pengembangan Kreativitas Peserta Di……………
154
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan
1.1
Alur Penelitian……………………………………… 22
Bagan
3.1
Struktur Organisasi School of Universe…………… 89
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu bangsa di dunia yang tidak dapat
terlepas dari pengaruh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pengaruh itu menuntut kemajuan dan kecanggihan cara
berfikir manusia Indonesia sebagai pelaku pembangunan di tanah air.
Krisis multidimensional yang telah melanda Indonesia selama sepuluh
tahun terakhir mengakibatkan banyak masalah yang timbul
memerlukan pemecahan dalam upaya mempertahankan eksistensi
Indonesia dalam percaturan dunia.1
Upaya ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional dalam
upaya meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang mampu
berperan aktif menjadi agen perubahan dan pengembangan kehidupan
nasional dan internasional. Dalam GBHN 1999-2004 dinyatakan
bahwa ‚pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kualitas
sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu dan
menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh
komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara
optimal disertai dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan
potensinya.2
Realisasi tujuan pendidikan nasional tersebut dituangkan ke
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan nomor 20 tahun 2003,
yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka menceerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3
1Tonny D. Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia (Jakarta:
Buku Kompas, 2004), 10. 2Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI Nomor
IV/MPR/1999, GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) 1999-2004 (Jakarta:
PT Pabelan Jayakarta), 79. 3Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003
(Jakarta: Fokus Media, 2003), 7.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
2
Pendidikan secara umum dipahami sebagai proses
pendewasaan sosial manusia menuju tataran yang ideal. Makna yang
terkandung di dalamnya menyangkut tujuan memelihara dan
mengembangkan fitrah (potensi) yang dimiliki manusia untuk
diwujudkan seutuhnya (insan kamil) penghargaan terhadap kebebasan
berkembang dan berfikir konstruktif untuk maju sangat wajar,
mengingat manusia adalah makhluk yang berfikir dan berkesadaran.
Menurut John Dewey, praktik pendidikan senantisa mengacu kepada
eksistensi manusia itu sendiri.4 Menurut Letty M. Russell, mekanisme
pendidikan yang demokratis, secara alami senantiasa berorientasi dan
mengacu kepada proses memanusiakan manusia agar menjadi makhluk
yang berkesadaran secara utuh dan kaffah.5
Menurut Noor Syam (1986), Pendidikan merupakan proses
perubahan individu untuk menuju kesempurnaan hidupnya serta
memiliki kebudayaan.6 Kedudukan pendidikan dalam Islam bagi
kehidupan manusia adalah sesuatu yang esensial, melalui pendidikan
manusia dapat belajar untuk menghadapi lingkungannya serta dapat
bertindak dengan baik dan bermanfaat (al-Qur’an surat al-dha>riya>t:
56). Sementara Ary H. Gunawan berpendapat bahwa pendidikan dapat
diartikan sebagai proses sosialisasi, yaitu sosialisasi nilai,
pengetahuan, sikap dan keterampilan.7 Oleh karena itu, pendidikan
senyatanya harus mampu menjawab persoalan-persoalan yang berada
di tengah masyarakat. Melakukan analisis kritis dalam pendidikan
merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakoni dengan sedemikian
rupa.
Sedangkan Hendra A Giroux mengungkapkan keprihatinannya
terhadap praktik-praktik buruk pendidikan yang memuja efisiensi
ekonomis. Terjadinya degradasi identitas institusi pendidikan dari
institusi yang menyelenggarakan pendidikan publik menjadi pabrik
kuli. Banyak institusi pendidikan yang memeluk efisiensi ekonomis
banting setir menjadi menjadi perusahaan penyedia birokrat elit
4John Dewey, Democracy and Education: an Introduction on Thee
Philosophy of Education (Ney York: Plain Label Books, 1994), 6. 5Letty M. Russell, Human Liberation in a Feminist Perspective a
Theology (Philadelphia: Westminster, 2001), 34. 6M. Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Pancasila Pendidikan
Pancasila (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), 80. 7Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan: Sautu Analisis Sosiologi
tentang Berbagai Problem Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 54-55.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
3
masyarakat kuli kerja, ia mensinyalir bahwa reduksi dan penyempitan
hakikat pendidikan ini terjadi karena tiadanya atau minimnya filsafat
pendidikan. Akibatnya institusi pendidikan gagal melihat
kemungkinan bahwa proses pembelajaran menjadi salah satu pilar
utama dalam humanisasi hidup publik.8
Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di
Indonesia, menghasilkan ‚manusia robot,‛ peneliti katakan demikian
karena pendidikan diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain
tidak seimbang. Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan, kurang
seimbang antara belajar yang berfikir (kognitif) dan perilaku belajar
yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang,
yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir.
Sebab ketika orang sedang belajar, maka orang yang sedang belajar
tersebut melakukan berbagaimacam kegiatan, seperti mengamati,
membandingkan, meragukan, menyukai dan sebagainya.9 Hal yang
sering disinyalir ialah pendidikan seringkali dipraktikkan sebagai
sederetan instruksi dari guru kepada peserta didik.10
Masalah yang kedua adalah sistem pendidikan yang top-down
(dari atas ke bawah) atau kalau menggunakan istilah Paulo Freire
(seorang tokoh pendidikan dari Amerika Latin) adalah pendidikan
gaya bank.11
Sistem pendidikan ini sangat tidak membebaskan karena
para peserta didik (murid) dianggap manusia-manusia yang tidak tahu
apa-apa. Guru sebagai pemberi mengarahkan kepada peserta didik
untuk menghafal secara mekanis apa isi pelajaran kepada yang
diceritakan. Guru sebagai pengisi dan peserta didik sebagai yang di isi.
Otak peserta didik dipandang sebagai save deposite box, dimana
pengetahuan dari guru ditransfer ke dalam otak dan peserta didik bila
sewaktu-waktu diperlukan pengetahuan tersebut tinggal diambil saja.
Peserta didik hanya menampung apa saja yang disampaikan guru.12
8Hendri A. Giroux, Border Crossing: Cultural Workers and The
Politics of Education (1993), 9. 9Eko Jalu Santoso, The Art of Life Revolution (Jakarta: Elex Media
Komputindo), 186. 10
Mohammad Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia, Belajar dari Paulo Freire dan Ki Hajar Dewantara (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), 161.
11Mundi Rahayu, Sekolah Kapitalisme yang Licik (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2016), 28. 12
Mundi Rahayu, Sekolah Kapitalisme yang Licik (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2016), 29.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
4
Jadi hubungannya adalah guru sebagai subyek dan peserta
didik sebagai obyek. Model pendidikan ini tidak membebaskan karena
sangat menindas para peserta didik. Paulo Freire mengatakan bahwa
dalam pendidikan gaya bank pengetahuan merupakan sebuah anugerah
yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap dirinya berpengaruh
kepada mereka yang dianggap tidak mempunyai pengetahuan apa-
apa.13
Yang ketiga, dari model pendidikan yang demikian maka
manusia yang dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi
kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya.
Manusia sebagai objek (adalah wujud dari dehumanisasi) merupakan
fenomena yang justru bertolak belakang dengan visi humanisasi yaitu
pendidikan yang memanusiakan manusia, dalam artian membuat
manusia aktif dalam berfikir dan berbuat, maka sangat tepatlah apa
yang dikatakan Paulo Freire yaitu pengajaran harus dilakukan dengan
metode dialog.14
Pendidikan bukanlah hanya pengalihan atau transfer
pengetahuan belaka, melainkan membantu peserta didik agar mampu
mengembangkan potensi-potensinya untuk berkembang melalui proses
pembelajaran secara terus menerus sepanjang hayat.15
Kenyataannya,
sebagai praktek pendidikan yang terjadi, tampak sebagai diseminasi
doktrin atau alat hegemoni bagi kelas penguasa saja. Penjelmaan
sejarah telah membentuk struktur masyarakat berkelas, dan akhirnya
menjadi mainstream terjadinya kekuasaan melalui pendidikan. Peserta
didik senantiasa dilatih untuk menjadi penurut tanpa memiliki daya
kritis sedikitpun dengan tujuan keseragaman nasional. Dalam konteks
ini, pendidikan tidak lagi menjadi proses pendewasaan manusia,
melainkan alat sebuah sistem pendidikan.16
Kondisi pendidikan seperti ini sama sekali menafikan dan
menghilangkan keberadaan (eksistensi) peserta didik itu sendiri
13
Fatima C, Fortaliza, ‚Paulo Freire in His View on Education,‛ Kina Adman An Interdisiplinary Research Journal, Vol. 18, No. 2, April 2007.
14Paulo Freire, Pedagogy of the Oppresed : 30
th Anniversary Edition,
translated by Myra Bergman Ramos (New York: The Continum International
Publishing Group, 2005), 28. 15
Dick Hartoko, Memanusiakan Manusia Muda: Tinjauan Pendidikan Humaniora (Yogyakarta: Kanisius, 1985), 36.
16Muh}ammad H}anif Dhakiri, Paulo Freire, Islam dan Pembebasan
(Jakarta: Djambatan dan Pena, 2000), 4.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
5
sebagai seorang manusia yang memiliki potensi untuk berfikir,
berkesadaran untuk berkembang. Keadaan ini bila berlanjut dapat
memunculkan kelompok masyarakat ‚terbelakang‛ dan ‚bodoh‛ yang
sebenarnya merupakan akibat dari penindasan struktural suatu kondisi
dimana kesadaran untuk maju tidak pernah didorong dan
ditumbuhkembangkan, bahkan cenderung dimatikan oleh kelompok-
kelompok yang berkepentingan untuk berkuasa.17
Meningkatnya kemajuan teknologi dan meningkatnya jumlah
penduduk serta berkurangnya persediaan sumber-sumber alam, yang
diperparah oleh timbulnya berbagai bencana alam dan krisis moneter
di negara-negara Asia sejak tahun 1997, sangat menuntut kemampuan
adaptasi bangsa ini secara kreatif dan kepiawaian mencari pemecahan
secara kreatif. Alfian dalam tulisannya yang berjudul ‚Segi Sosial Budaya dan Kreativitas dan Inovasi dalam Pembangunan‛ menyatakan
bahwa melalui lembaga pendidikan melalui kreativitas akan mampu
melahirkan gagasan-gagasan tentang kualitas kehidupan yang lebih
baik. Kreativitas memungkinkan yang lebih jauh secara cakrawala
lebih luas tentang berbagai aspek kehidupan yang lebih bermutu.18
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono gambaran peserta didik
yang unggul mempunyai kemampuan yang tinggi dalam kepandaian,
kreativitas dan keterampilan serta sikap yang dapat diandalkan.19
Dalam kenyataannya, ternyata kurang sekali di temui orang-orang
yang kreatif pada masa kini. Sering sekali oang hanya dapat meniru
apa yang sudah ada dan kurang mampu mengemukakan pendapatnya
sendiri yang baru dan orisinil. Begitu pula halnya dalam menghadapi
suatu masalah, seorang hanya terpaku pada satu cara yang lazim dan
senantiasa digunakan dalam menyelesaikan.20
Pada hakikatnya setiap masusia sejak lahir memiliki
kemampuan atau bakat kreatif, hanya saja derajatnya yang berbeda.
Ada manusia yang memiliki tingkat kreativitas yang rendah dan ada
pula yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi. Davis
17
U. S Copyright Office, Copyright Law of the United State of America (English: InfoStrategist.com 2003), 269.
18Alfia, ‚Segi Sosial Budaya dan Kreativitas dan Inovasi dalam
Pembangunan‛ Femina, XIX, 17, Mei 1991, 32. 19
Sarlito Wirawan Sarwono, Suara Pembaharuan (Jakarta: Kompas,
2006), 65. 20
Muh}ammmad Abdul Jawwad, Mengembangkan Inovasi dan Kreativitas Berfikir (Bandung: Asy-Syamil, 2000), 3.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
6
mengemukakan bahwa kreativitas dapat diajarkan dan dilatih kepada
setiap orang dan ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
kreativitas seseorang melebihi tingkat yang sudah ada sebelumnya.21
Sedangkan Conny Semiawan mengatakan bahwa belajar kreatif
berlaku untuk semua peserta didik, bukan hanya peserta didik yang
berbakat saja. Semua peserta didik memiliki potensi kreatif. Memang
kepemilikian potensi kreatif berbeda dari orang ke orang. Ada yang
memilikinya banyak dan ada yang sedikit. Meskipun terdapat
perbedaan tingkat pemilikan dari potensi kreatif, harus diakui bahwa
semua peserta didik memiliki suatu potensi untuk belajar kreatif.22
Salah satu tujuan pendidikan adalah mampu menciptakan
sumber daya manusia yang tidak hanya sekedar manusia berlabel
ijazah semata. Namun lebih kepada kemampuan memecahkan
persoalan yang bermanfaat untuk diri sendiri maupun lingkungan.
Kemampuan dalam menciptakan ide dan memecahkan persoalan dalam
kehidupan menjadi titik penting dalam sebuah kehidupan. Salah satu
diantaranya adalah kreativitas, yang menjadi fenomena yang dikenal
sebagai pribadi yang mampu bertahan dan dapat berjuang dalam
menghadapi dinamika kehidupan yang tidak menentu. Menanggapi
pentingnya kreativitas sebagai solusi dalam menghadapi persoalan
hidup, Shaheen juga menjelaskan bahwa kreativitas merupakan salah
satu upaya yang harus segera dikembangkan demi menghadapi masa
depan yang tidak menentu.23
Kreativitas dalam makna yang lebih luas dapat bermanfaat
dalam memecahkan sebuah persoalan dalam hidup.24
Sependapat
dengan hal tersebut, Elliot turut menyebutkan kreativitas sebagai
proses imajinatif dalam memecahkan sebuah persoalan (problem
21
G.A Davis, Creativity is Forever (USA: Badger Press Cross Plans,
1981), 65. 22
Coony Semiawan, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah (Jakarta: Gramedia 1984), 36.
23Robina Shaheen, ‚Creativity and Education‛, Creative Education
,2010, Vol 1, No.3, 166. (diakses pada 2 Mei 2017). 24
National Advisory Commite on Creative and Culture Education,
‚All Our Future Creativity, Culture and Education‛, (1999), 31.
http://sirkenrobinson.com/pdf/allourfutures.pdf (diakses pada 2 Mei 2017).
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
7
solving).25
Hampir senada, Halpern turut menilai bahwa kreativitas
merupakan proses berfikir dalam menciptakan ide-ide baru yang
bermanfaat untuk kehidupan.26
Pentingnya kreativitas dalam kehidupan juga di singgung oleh
Conny R. Semiawan, dalam bukunya Conny menyebut belajar menjadi
kreatif sangat penting dalam kehidupan. Diantaranya, kreativitas dapat
menjadikan manusia menjadi mandiri, mampu menyelesaikan
permasalahan yang tidak pernah diduga sebelumnya, dapat menunjang
potensi diri anak didik, serta dapat menciptakan ide-ide bermanfaat
untuk kehidupan dan lingkungannya.27
Salah satu faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah rasa
aman dan nyaman secara psikologis (kebebasan dalam berekspresi)
yang dirasakan peserta didik. Sebagaimana penjelasan Munandar
bahwa sekolah, masyarakat, dan keluarga merupakan lingkungan
paling berpengaruh untuk mengkostruk kreativitas peserta didik.28
Kebebasan merupakan faktor penting yang berpengaruh pada
perkembangan peserta didik. Karla Odenwald dalam disertasinya
menyebutkan bahwa pendidikan yang membebaskan (liberal education) merupakan konsep pendidikan yang paling berpengaruh
terhadap kreativitas.29
Dengan kebebasan menjadikan peserta didik
lebih merasa aman dalam mengaktualisasikan diri mereka.
25
Raymond Kenneth Elliot, Imagination: a Kind of Magical Faculty
(University of Birmingham, Institute of Local Government Studies, 1976),
147. 26
Diane. F. Halpern, Thought and Knowledge: An Introduction to Critical Thinking, (t.tp. Halpern, 1996)
http://dictionary.reference.com/browse/socioeconomic+status. (diakeses 4
Mei 2017). Jika menggunkan perspektif Elaine B Johnson, strategi dalam
mengembalikan kepekaan sosial, kemandirian, serta membangun toleransi
anak dalam pendidikan dikenal dengan istilah Contextual Teaching Learning.
Selengkapnya lihat Elaine B. Johnson, Contextual Teaching Learning (Bandung: MLC, 2007).
27Conny R. Semiawan, I Made Putrawan, Dimensi Kreatif dalam
Filsafat Ilmu (Bandung: Remaja Karya, 1988), 2. 28
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 39.
29Karla Odenwald, ‚Transforming Liberal Education Through The
Imagination Critical-Creative Thinking in Higher Eduvcation Curriculum and Pedagogy‛ (Dissertasion: University of New York, 2010), 199-200.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
8
Penerimaan lingkungan atas kelebihan dan kekurangan peserta
didik, perasaan aman atau tidak merasa terancam serta ikut berempati
atau mengenal lebih jauh pemikiran peserta didik dinilai sangat
berdampak besar terhadap kreativitas peserta didik. Selanjutnya
kebebasan secara psikologis juga di nilai sangat berpengaruh terhadap
perkembangan mental peserta didik terutama dari sisi kreativitas
berfikir. Kebebasan secara psikologis adalah ketika pendidik atau
orang tua memberikan kebebasan dalam mengekspresikan potensi yang
dimiliki anak baik itu secara simbolik maupun dalam bentuk tindakan.
Kebebasan ini berdampak rasa aman dan nyaman bagi anak sehingga
dapat mendukung perkembangan kreativitas anak.
Selain faktor pendukung, terdapat pula faktor-faktor yang
dianggp menghambat perkembangan kreativitas peserta didik.
Menurut Hurlock salah satu diantaranya adalah status ekonomi,
lingkungan tempat tinggal, jenis kelamin, ukuran keluarga, urutan
keluarga dan intelegensi.30
Sesuai dengan pendapat Hurlock tersebut,
maka peserta didik dengan status ekonomi sosial rendah tidak akan
menjadi kreatif. Pada prinsipnya, seluruh peserta didik memiliki
potensi kreatif.31
tidak terkecuali peserta didik dengan status ekonomi
yang rendah, kreativitas dalam pendidikan dapat bertumbuh dengan
baik ketika peserta didik diberi kebebasan dalam mengekspresikan
daya imajinasi. Akan tetapi pada kenyataannya, lembaga pendidikan
formal justru disebut-sebut sebagai penyebab terbunuhnya kreativitas
peserta didik.32
Pola pengajaran konvensional disinyalir membunuh
kreativitas peseta didik. Peserta didik di paksa berkembang sesuai
dengan kemampuan pendidik. Peserta didik tidak mendapat
kenyamanan dan kebebasan dalam berkreasi. Sehingga pada akhirnya,
sikap peserta didik cenderung khawatir dalam menyampaikan ide dan
30
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid dua (Jakarta:
Gramedia, 2010), 9. 31
Ken Robinson mengatakan bahwa kita semua terlahir dengan
memiliki kapasitas natural untuk kreatif namun sistem pendidikan
konvensional cenderung menekan kapasitas natural tersebut. We’re all born with deep natural capsities for creativity and system of mass education tend to suppress them. Sir Ken Robinson, ‚Do School kills creativity‛,
http://www.huffingtonpost.com/sir-ken-robinson/do-schoolskillcreativity.
(diakses pada tanggal 28 April 2017). 32
Moh}ammd Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia, Belajar dari Paulo Freire dan Ki Hajar Dewantara (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), 161.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
9
takut berimajinasi. Sedangkan kita ketahui bersama imajinasi dan
menciptakan ide adalah bagian dari kreativitas.
Semestinya lembaga pendidikan menjadi tempat peserta didik
dalam mengaktualisasikan diri dengan bebas dan imajinatif.
Sebagaimana makna pendidikan menurut John Dewey, bahwa
pendidikan harus senantiasa mendukung eksistensi manusia itu
sendiri.33
Artinya, sistem pendidikan haruslah mampu memberikan
kebebasan berfikir, berkreasi yang dilandasi oleh nilai-nilai
kemanusiaan.34
Sistem pendidikan saat ini memposisikan peserta didik
sebagai objek pendidikan, guru cenderung memegang peran lebih
dominan dibanding peserta didik. Hal ini tentu saja tidak memberikan
cukup ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
berfikir, menerima tantangan dan terbiasa berfikir kreatif untuk
menciptakan ide atau menyelesaikan sebuah permasalahan yang
dihadapi.35
Sebagaimana pendapat yang diungkapkan Rogers dalam Utami
Munandar bahwa kreativitas membutuhkan kebebasan dan
kenyamanan psikologis dalam pengembangannya.36
Mendukung
pentingnya kebebasan dalam pertumbuhan kreativitas peserta didik,
Paulo Freire37
menyebut pendidikan yang tidak membebaskan akan
membunuh kreativitas peserta didik.38
Lingkungan belajar yang
nyaman dan disertai dengan kebebasan untuk menentukan apa yang
ingin dipelajari, mampu memberikan keleluasan bagi peserta didik
untuk berfikir dan bertindak kreatif.
33
John Dewey, Democracy and Education: an Introduction to Philosophy of education (New York: Plain Label Book, 1994), 6.
34Safroedin Bahar, Hak Asasi Manusia: Analisis Komnas HAM dan
Jajaran Hankam/ABRI (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), 8. 35
Nadjamudin Ramly, Membangun Pendidikan yang Memberdayakan dan Mencerahkan (Jakarta: Grafindo, 2005), 135.
36Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 39. 37
Paulo Freire adalah seorang reformis pendidikan dari Brazil. Dia
hidup dalam lingkungan sosial politik di Negaranya yang terkekang dan
otoriter sehingga membuatnya berfikir tentang bagaimana masyarakat di
lingkungannnya berjiwa merdeka dan terbebas dari berbagai bentuk
penindasan. Lihat Paulo Freire, Pendidikan sebagai Praktrek Pembebasan (Jakarta: Gramedia, 1984), 38.
38Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas (Jakarta: Pustaka LP3ES,
2008), 51.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
10
Dari pemaparan yang ada, secara esensial lembaga pendidikan
sudah seharusnya mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi
peserta didik. Namun faktanya, pendidikan saat ini justru cenderung
memberikan kesan keras dalam aturan, menimbulkan rasa takut yang
berlebih, kekhawatiran dan cenderung ekslusif. Pendidikan berlomba-
lomba menjadi penjual jasa yang mengedepankan peraturan untuk
mengatur peserta didik, gedung megah dan fasilitas luar biasa yang
tentu saja memakan banyak biaya.39
Problematika kreativitas pendidikan di atas mendorong
peneliti untuk menelitinya dalam bentuk tesis. Secara spesifik kajian
ini diteliti untuk dielaborasi dengan pendekatan paedagogik karena
mengandung berbagai alasan yang dapat dikemukakan, yaitu: Pertama, menurut analisis peneliti adanya pengangguran, kenakalan remaja,
tawuran pelajar dan dekadensi moral merupakan indikasi semakin
rendahnya tingkat kreativitas peserta didik sehingga tidak ada
kegiatan yang bermanfaat yang dapat mereka lakukan untuk mengisi
waktu-waktu senggang. Tampaknya diperlukan pemikiran tentang
proses pembelajaran yang dapat menigkatkan kreativitas peserta didik.
Kedua, proses pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, salah satu diantaranya
adalah pengembangan kreativitas peserta didik. Ketiga, lingkungan
sekolah dijadikan objek penelitian karena pendidik di sekolah telah
dibekali seperangkat ilmu dan keterampilan tentang kependidikan dan
peserta didik usia sekolah sedang berada dalam tahap pertumbuhan
dan perkembangan yang dinamis. Keempat, kreativitas dijadikan objek
penelitian karena proses pembelajaran yang selama ini berlangsung di
sekolah belum mampu meningkatkan kreativitas peserta didik
sehingga peserta didik tidak mempunyai kepribadian yang kreatif.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengembangan kreativitas dalam pembelajaran sangat diperlukan
karena akan dapat mengembangkan kreativitas peserta didik dan
menjadikan peserta didik sebagai subyek pembelajaran bukan obyek
dalam pembelajaran sehingga kebebasan peserta didikuntuk
mengekspresikan keinginannya sesuai dengan bakat dan minatnya
dapat disalurkan, ini juga akan menjauhkan kesan konsep pembelajaran
3 D (duduk, diam, dan dengar). Dengan demikian tujuan pendidikan
akan tercapai dengan baik. Dalam pembelajaran ditekankan pada
39
Teguh Imam Perdana dan Vera Wahyudi, Sekolah yang Membebaskan (Jakarta: Dewan Sekolah Alam, 2003), 30-31.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
11
kegiatan yang melibatkan semua peserta didik dengan menekankan
cara berfikir kreatif, kritis dalam mengemukakan pendapat, ide
maupun gagasan sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki dan beragam
kecerdasan peserta didik yang meliputi kecerdasan verbal, matematik,
ruang, kinestetik, musical, kecakapan intrapsikis.40
Natalie Rogers
menyebutkan adanya kreativitas dapat terbangun oleh rasa aman
secara psikologis serta kebebasan berfikir dan bertindak.41
Artinya,
kreatifitas dapat tercipta ketika peserta didik diberi kebebasan dalam
segala hal, akan tetapi hal ini tentu saja tidak sesuai dengan konsep
pendidikan di Indonesia sat ini. Pendidikan yang hanya terpusat pada
teacher centered learning, serta peraturan-peraturan yang dibuat
sepihak tanpa melibatkan peserta didik itu sendiri, dianggap tidak
memberikan kebebasan peserta didik dalam berkreasi dan berinovasi.
Pendidikan di Indonesia saat ini hanya sebatas menjadikan manusia-
manusia pekerja saja.42
Peserta didik dinilai hanya sebagai manusia
yang tidak tahu apa-apa dan tidak dibebaskan untuk berimajinasi,
sehingga belajar tidak sesuai dengan apa yang menjadi kemauan
peserta didik.43
Realisasi langkah selanjutnya perlu dikembangkan
suatu konsep proses pembelajaran yang dapat meningkatkan
kreativitas peserta didik di lingkungan sekolah sehingga dapat
membentuk kepribadian yang kreatif. Dan pada akhirnya masalah yang
ada seperti kenakalan remaja, tawuran pelajar, dekadensi moral,
pengangguran, narkoba dan pergaulan bebas seperti yang terjadi
sekarang ini dapat diminimalisasi di masa mendatang.
Adapun sisi negatif pendidikan hari ini secara eksplisit turut
dijelaskan oleh Abdurrah}man an-Nah}lawi, secara sisi negatif tersebut
diantaranya: pertama, sekolah cenderung ekslusif yang kemudian
berdampak strata sosial. Akibatnya sekolah tidak lagi terintegrasi
40
H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), 28. 41
Natalie Rogers, ‚Giving Live to Carl Rogers Theory of Creativity‛,
http://www.nrogers.com/GivingLife.pdf, (diakses pada Senin, 5 Juni 2017,
pukul 10.00 WIB) 42
Darmaningtyas, Pendidikan Rusak-Rusakan (Yogyakarta: LKIS,
2007), 294. 43
Irma Yulia Basri, Peningkatan Keaktifan, Kreativitas dan Kompetensi Maha Anak Didik melalui Pembelajaran Berbasis Life Skills,
dalam http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/34207152165.pdf (diakses pada
Senin, 5 Juni 2017, pukul 13.00 WIB)
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
12
secara progresif dengan kebutuhan masyarakat namun lebih pada
kepentingan jasa fasilitas pendidikan yang mewah, kedua, ijazah dan
ujian sebagai tolak ukur kelulusan. Hasilnya, ijazah dan ujian menjadi
fokus utama peserta didik ketika dalam proses pendidikan tidak lagi
mengedepankan esensi pendidikan yang sebenarnya. Ketika titik fokus
peserta didik hanya berpusat pada ujian, nilai dan ijazah, peserta didik
cenderung tidak memiliki kemampuan dan kepercayaan diri terhadap
keilmuannya gua mengahadapi problematikan kehidupan. Ketiga,
munculnya dikotomi keilmuan dalam pendidikan, seringkali ditemukan
keilmuan yang memisahkan diri antara Tuhan (agama) dan sians.
Sehingga ada anggapan bahwa agama hanya pendidikan tentang
hubungan manusia dengan Tuhan, namun tidak ada hubungan dengan
ilmu tentang alam semesta.44
Salah satu lembaga pendidikan yang menanamkan rasa
percaya diri melalui pembelajaran yang membebaskan secara
bertanggung jawab dalam upaya mengembangkan kreativitas peserta
didik adalah sekolah alam School of Universe Parung Bogor. Sekolah
alam School of Universe (SoU) Parung Bogor ini merupakan
representasi dari sekolah yang merupakan bentuk partisipasi
masyarakat dalam rangka memperbaiki kualitas pendidikan di
Indonesia, termasuk mutu pendidikan yang proses pembelajarannya
lebih pada pengembangan kreativitas peserta didiknya. Hal ini
peneliti mengetahuinya setelah melakukan Primary Research di
sekolah tersebut yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara
langsung dengan kepala sekolah dan dewan guru.
Sekolah alam adalah salah satu bentuk pendidikan alternatif
yang menggunakan alam sebagai media utama sebagai pembelajaran
peserta didiknya.45
Dari pengertian ini, sekolah alam merupakan
sekolah dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda,
dengan menggunakan alam sebagai media utama pembelajaran agar
peserta didik lebih semangat, lebih kreatif dan tidak bosan karena
lebih banyak belajar dari pengalaman.
Sekolah Alam SoU Parung Bogor merupakan salah satu
terobosan baru model sekolah yang tidak hanya menguatkan
44
Abdurrah}man an-Nah}lawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat (terjemahan) Shihabuddin (Jakarta: Gema Insani, 1995), 162-
169. 45
Santoso Budi Satmoko, Sekolah Alternatif Mengapa Tidak
(Yogyakarta: Diwa Press, 2010), 9.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
13
intelektual idealis atau penguasaan teoritis, tapi juga secara praktis
atau terwujud dalam tingkah laku. Terobosan tersebut mengacu
kepada konsep pendidikan yang dikenal dengan istilah ‚belajar dari
pengalaman" (experiental learning) atau ada juga yang menyebutnya
dengan sekolah alam.46
Sekolah alam ini kurikulumnya mengacu pada
kurikulum Departemen Pendidikan Nasional maupun kurikulum
Departemen Agama juga mengembangkan kurikulum sendiri.47
Pengembangan kreativitas peserta didik melalui proses
pembelajaran yang diterapkan di Sekolah Alam memberikan dampak
positif bagi para peserta didik. Beberapa contoh hasil pembelajaran
yang menjadikan keunggulan di Sekolah Alam antara lain: peserta
didik menjadi lebih aktif dan kreatif karena ia akan mencari tahu lebih
dalam terkait materi yang disampaikan di sekolah.48
Selain itu, peserta
46
Data ini juga berdasarkan hasil wawancara dengan Lendo Novo,
penggagas atau perintis sekolah alam di Indonesia, di Sekolah Alam School of Universe (SoU) Parung Bogor pada hari Selasa, 14 Februari 2017 pukul 10.00.
Sekolah alam adalah sekolah berbasis alam. Sekolah ini pertama kali muncul
di Indonesia pada tahun 1998. Kini konsep sekolah alam tumbuh dan
berkembang hampir diberbagai wilayah Indonesia, sudah ada di Bandung,
Semarang, Bogor, Surabaya, Jambi, Lampung, Kalimantan, Bengkulu, dan di
kota-kota lainnya. Lihat. www.sekolahalam.com. Lihat pula. Herawati,
Pengembangan Sekolah Alam, (Jakarta: Dewan Sekolah Alam, 2009), 3. 47
Bermunculan sekolah-sekolah yang menerapkan kurikulum
alternative dan konsep-konsep pendidikan yang berbeda dari biasanya. Seperti
adanya sekolah-sekolah unggulan yang marak berdiri pada awal tahun 1990-
an, yang kebetulan berada di bawah Depdikbud. Sebagian dari sekolah-
sekolah mulai menyatakan dirinya secara formal atau sebaliknya diakui oleh
banyak kaum Muslim sebagai sekolah unggul atau sekolah Islam unggulan.
Lihat. Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), 73. Istilah lain dari
sekolah unggulan juga dikenal dengan sekolah percontohan, sekolah
akselerasi, dan dalam literatur internasional semua itu lazim disebut lab school, effectife school, experiment school atau accelerated school. Lihat. A.
Chaedar Alwasiah, Tujuh Ayat Sekolah Unggul dalam
http://www.iearnindonesia.org. 48
Hal ini disampaikan oleh salah seorang wali murid School of
Universe. Wawancara dengan Ibu Meli pada hari Kamis 18 Mei 2017. Pukul
13.30-14.00 WIB.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
14
didik menjadi lebih banyak memraktikkan materi-materi yang
diberikan di sekolah dalam kehidupan sehari-hari.49
Peserta didik mungkin membangun pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan yang salah karena beberapa peserta didik hanya ingin
diberi tahu apa yang perlu mereka pelajari. Karena itu, Ivan Illich
mulai memperdebatkan semacam perubahan yang akan membuat
sekolah menjauh dari kelas otoriter dengan gagasan abstrak ke
lingkungan dimana pembelajaran dicapai melalui eksperimen, latihan
dan keterpaparan pada dunia nyata. Saat ini, pembelajaran didekati
sebagai proses yang konstruktif, diatur sendiri, terletak, kooperatif,
dan berbeda secara individu. Dari uraian diatas, upaya pendidikan
dalam mendukung pertumbuhan dan perkembanga kreativitas menjadi
topik penting yang harus dibahas. Hal ini mengingat esensi pendidikan
sebagai sarana dalam meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
menghadapi persoalan hidup yang kian tidek menentu. Sekolah alam
School of Universe dalam menumbuhkan kreativitas menjadi konsep
pendidikan yang dapat dijadikan model pendidikan yang mendukung
pertumbuhan kreativitas. Untuk mengetahui bagaimana proses
pembelajaran yang diterapkan di sekolah alam SoU, perlu diadakan
evaluasi melalui penelitian. Karena menurut peneliti pengembangan
kreativitas dalam proses pembelajaran tersebut masih memiliki
kelemahan yang perlu dievaluasi kembali agar proses pembelajaran
yang berlangsung dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ingin di capai.
Berdasarkan fenomena yang terjadi mengenai pengembangan
kreativitas dalam proses pembelajaran serta perdebatan akademik,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam dan
mengkakaji model pengembangan kreativitas dalam proses
pembelajaran di Sekolah Alam School of Universe.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Penelitian mengenai mengembangkan kreativitas tentu saja
memunculkan berbagai tinjauan dan pembahasan mengenai unsur-
49
Hal ini disampaikan oleh beberapa orang tua peserta didik. Mereka
mengakui bahwa anal-anak mereka megalami perubahan sikap yang positif.
Sebagai contoh selalu mengucapkan salam ketika keluar dan masuk rumah,
melaksanakan ibadah s}olat lima waktu, dan lain sebagainya.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
15
unsur dari berbagai aspek dan seginya. Masalah-masalah yang akan
muncul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Masih banyaknya faktor yang melandasi terhambatnya
perkembangan kreativitas dalam pendidikan di Indonesia.
2) Peran guru menjadi kurang maksimal dikarenakan lebih
menekankan pada keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
3) Peserta didik adalah subyek dalam pendidikan, karena merekalah
yang bersama guru dan lingkungan sekitarnya memiliki tujuan
dan pewaris masa depan, tetapi pada kenyataannya di sekolah
seringkali peserta didik hayalah dijadikan sebagai obyek dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar.
4) Pendidikan di sekolah lebih mengarahkan pada aspek kognitif.
5) Metode tertentu yang digunakan untuk mengantarkan materi
pendidikan yang telah disepakati bersama dalam proses belajar-
mengajar agar terjalin interaksi aktif antara guru dan peserta
didik, maka metode yang digunakan seharusnya yang dapat
mengembangkan bakat dan minat peserta didik semaksimal
mungkin, tetapi pada kenyataannya seringkali proses
pembelajaran di sekolah lebih dominan bersifat tekstual dan
cenderung melupakan makna kontekstual di balik materi-materi
yang diajarkan.
6) Bagaimana konsep pendidikan yang humanis yang dapat
mendukung kreativitas.
2. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan mayor dan minor untuk mempermudah isi
dari penulisan tesis ini, sehingga jelas arah pembahasannya. Kalimat
pertanyaan mayor dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana
pengembangan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran?
Sedangkan pertanyaan minornya sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran di Sekolah Alam SoU Parung
Bogor?
2. Bagaimana proses pengembangan kreativitas peserta didik
dalam pembelajaran di Sekolah Alam SoU Parung Bogor?
3. Pembatasan Masalah
Dikarenakan begitu luas dan kopleksnya permasalahan yang
berhubungan pengembangan kreativitas, oleh sebab itu penelitian
hanya dibatasi pada perubahan sikap peserta didik, prestasi belajar dan
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
16
pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), Bahasa Indonesia
dan Sains. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti sekolah alam
pada tingkat Sekolah Dasar (SD) yang berada di lokasi Parung Bogor.
Penelitian ini juga difokus pada periode pengajaran tahun 2016
semester genap.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan permasalahan yang muncul
sebagaimana dikemukakan diatas, maka penelitian ini secara umum
bertujuan untuk
1. Untuk menganalisis proses pembelajaran di Sekolah Alam SoU
Parung Bogor.
2. Untuk menganalisis proses pengembangan kreativitas peserta
didik dalam di Sekolah Alam SoU Parung Bogor.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk, antara lain:
1. Memberikan kontribusi ilmiah dalam bidang pendidikan,
mengingat sampai saat ini masih sangat dominannya sistem
pendidikan yang membelenggu kreatifitas guru dan peserta
didik.
2. Menambah wacana baru tentang konsep pengembangan
kreativitas melaui pembelajaran yang dapat diaplikasikan bagi
pengembangan paradigma pendidikan dan proses memajukan
pendidikan yang sudah ada saat ini.
3. Memberikan kontribusi yang berharga bagi penyempurnaan
pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang diharapkan mampu
membangun pribadi-pribadi yang baik dalam kehidupan
masyarakat, sehingga menjadi format baru dalam memecahkan
masalah-masalah moral.
4. Menambah dan menjadi bahan masukan bagi pengembangan
konsep pendidikan dan pendekatan pembelajaran, baik dalam
tataran teoritis (konseptual) maupun dalam tataran praktis
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di lembaga-
lembaga sekolah sesuai dengan situasi dan kondisi masing-
masing.
E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Mengenai topik penelitian yang berkaitan dengan
pengembangan kreativitas ada beberapa yang membahasnya begitu
juga dengan sekolah alam. Namun, yang membahas secara spesifik
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
17
mengenai pengembangan kreativitas peserta didik di sekolah alam
belum ditemukan. Artinya penelitian ini perlu dikaji secara jelas dan
mendalam untuk mendapatkan gambaran bagaimana pembelajaran
demokratis di sekolah alam perlu dilakukan. Terkait dengan kajian
tersebut, dilakukan penelususran buku, tesis, disertasi dari penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya:
Fachruddin dengan bukunya yang berjudul ‚Pengembangan Inovasi dan Kreativitas Berfikir‛. Buku tersebut memaparkan tentang
cara-cara yang ditempuh Nabi Muh}ammad SAW untuk
mengembangkan inovasi dan kreativitas berfikir. Jugan memberikan
gambaran yang komprehensif tentang kendala-kendala berfikir inovartif
dan kreatif. Pembahasan dalam buku tersebut berkisar pada prinsip-
prinsip dasar pengembangan kreativitas berfikir.50
Birbal Saha dengan penelitiannya yang berjudul Creativity in relation to Socio-Economic Status in Secondary School Student in West Bengal, secra sepintas langsung terjun pada obejk garapan yaitu peserta
didik. Penelitiann yang dilakukan di sekolah menengah di Bengal Barat
India ini secraa eksplisit juga lebih kepada pemaknaan pada pengaruh
dan hubungan kreativitas denga status ekonomi sosial tanpa membahas
lebih mendalam tentang strategi yang dapat dijadikan solusi sebagai
penyelesaiannya.51
Aniek Wirastania menyebutkan dalam penelitiannya yang
berjudul Program Bimbingan Melalui Permainan Kreasi Plastisin untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta didik, meyimpulkan bahwa tingkat
kretivitas anak dari keluarga ekonomi tinggi memiliki kreativitas yang
tinggi dibandingkan dengan anak dari keluarga dengan ekonomi yang
rendah.52
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah di
India, Venu Gopal Rao dan Satyapal juga melakukan penelitian tentang
kreativitas yang berjudul Socio Economic Status Scheduled Caste and
50
Fachruddin, Pengembangan Inovasi dan Kreativitas Berfikir, Bandung: As-Syamil, 2010.
51Birbal Saha, ‚Creativity in relation to Socio-Economic Status in
Secondary School Student in West Bengal,‛ Indian Journal of Applied Research, Vol. 2, November 2012.
52Aniek Wirastania, Program Bimbingan Melalui Permainan Kreasi
Plastisin untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta didik, Universitas Pendidikan
Indonesai (UPI), http://repository.upi.edu/operator/upload/1004858-
chapter4.pdf. (diakses pada hari Rabu, 31 Mei 2017, pukul 09.30)
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
18
Creativity, dalam penelitiannya ini Gopal menyimpulkan bahwa anak
dari seorang pengusaha memilikitingkat kreativitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan anak dari keluarga buruh.53
Fuad Nashori juga pernah melakukan penelitian terkait dengan
kreativitas, penelitiannya yang berjudul ‚Mengembangkan Kreativitas dalam Psikologi Islam‛. Ia menghubungkan kreativitas dengan tingkat
keberagaman dengan subjek di SMU Negeri III Sukabumi yang
beragama Islam. Secara umum dapat diungkapkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara tingkat keberagaman dan kreativitas peserta
didik di SMU ini dan berpengaruh terhadap kreativitas yang dimiliki
seseorang.54
Adapun penelitian yang berkaitan dengan sekolah alam,
pernah dilakukan oleh Sabar Nurohman dalam penelitiannya yang
berjudul ‚Peningkatan Thinking Skills melalui Pembelajaran IPA Berbasis Konstruktivisme di Sekolah Alam.‛ Penelitiannya
bertujuan untuk meningkatkan thinking skills peserta didik di Sekolah
Alam melalui pembelajaran IPA berbasis konstruktivisme. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas. Tindakan pembelajaran dilakukan langsung oleh guru. Pada
tindakan ketiga para peserta didik menunjukkan kemampuan
memecahkan masalah secara kreatif. Aktivitas pada tindakan ketiga
terdiri atas: (1) penggalian informasi melalui observasi ke halaman
sekolah, (2) penggalian informasi melalui perpustakaan sekolah, (3)
pengolahan informasi melalui diskusi kelompok, dan (4)
pengambilan keputusan/pemecahan masalah melalui diskusi kelompok
dan diskusi klasikal. Pada tindakan ketiga juga dikembangkan LKS
untuk membantu peserta didik alam mensistematikan aktivitas yang
harus dilakukan.55
53
Venu Gopal Rao and Satyapal, Socio Economic Status Scheduled
Caste and Craetivity, International Journal of Transformations in Business Management, Vol 2, No.1, Issue No.4, Oct-Dec, 2011.
54Fuad Nas}ori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan
Kreativitas dalam Psikologi Islam, Yogyakarta: Menara Kudus, 2002. 55
Sabar Nurohman, "Peningkatan Thinking Skills melalui
Pembelajaran IPA Berbasis Konstruktivisme di Sekolah Alam."Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Vol. 11, No.1, 2013.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
19
Basty Sulistyanto (2008)56
dengan Tesisnya yang berjudul ‚Proses Pembelajaran di Sekolah Alam Cikeas‛ Penelitian ini
membahas tentang proses pembelajaran terpadu, pemanfaatan alam
sebagai sumber belajar dan media pembelajaran, serta lingkungan
pembelajaran yang ada di sekolah alam Cikeas. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa proses pembelajaran di sekolah alam Cikeas
dilaksanakan sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kemudian proses pembelajarannya menggunakan bermacam-macam
sumber belajar, baik orang, bahan, alat, maupun lingkungan. Serta
menggunakan sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) dan sumber belajar yang telah tersedia dan tinggal
dimanfaatkan (learning resources by utilization). Dalam menggunakan
media, ada dua kategori media, yaitu alat bantu pembelajaran dan
media pembelajaran. Selain itu keunggulan Sekolah Alam Cikeas
adalah memanfaatan media realitas dalam proses pembelajarannya.
Adapun lingkungan, sesuai dengan namanya, sangat kaya dengan
lingkungan alam yang tersedia, baik lingkungan biotik maupun
lingkungan abiotik.
Dian Nurlaily Amarullah (2005)57
dalam penelitian yang
berjudul ‚Pengaruh Sistem Pembelajaran Kembali ke Alam terhadap Motivasi Belajar Anak: Perbandingan Bidang Studi Gardening dengan Pembelajaran di dalam Kelas di SD Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan‛. Penelitian ini lebih memfokuskan pada kajian pengaruh
pembelajaran kembali ke alam terhadap motivasi belajar. Penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara sistem pembelajaran kembali ke alam terhadap motivasi belajar
anak. Namun dalam hal ini motivasi pembelajaran di kelaslah yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan motivasi bidang gardering. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang telah
dipaparkan, maka perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini
memepunyai beberapa perbedaan. Dalam konteks objek penelitian di
sekolah alam penelitiannya hanya merujuk pada proses
56
Basty Sulistyanto, Proses Pembelajaran di Sekolah Alam Cikeas,
Tesis, Pascasarjana UNJ: Jakarta, 2008. 57
Dian Nurlaily Amarullah, Pengaruh Sistem Pembelajaran Kembali ke Alam terhadap Motivasi Belajar Anak: Perbandingan Bidang Studi Gardening dengan Pembelajaran di dalam Kelas di SD Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan, Tesis Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
20
pembelajarannya secara umum dan pada satu mata pelajaran saja.
Sedangkan peneliti memfokuskan pada proses pengembangan
kreativitas peserta didik melalui pembelajaran di sekolah alam School
of Universe yang tidak hanya pada satu mata pelajaran saja.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini peneliti
memusatkan perhatian kepada suatu kasus pengembangan kreativitas
dalam proses pembelajaran melalui pendekatan fenomenologi, yaitu
pendekatan riset yang dipergunakan untuk membantu memahami
berbagai fenomena yang ada pada objek penelitian yakni sekolah.58
Dalam hal ini, peneliti mengalami langsung fenomena yang diamati,
yaitu mengamati langsung dan ikut terlibat langsung dalam proses
kegiatan yang ada di School of Universe (SoU) sehingga seluruh data
yang dibutuhkan peneliti dapat terakses dengan akurat untuk
dimaknai.
Metode ini menghendaki adanya pembatasan penelitian atas
dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian.59
Adapun
karakteristik penelitian kualitatif antara lain adalah ia akan
berlangsung dalam latar belakang yang alamiah, di mana peneliti
sendiri merupakan alat pengumpul data yang utama, analisi datanya
dilakukan secara induktif.60
Ini berarti bahwa dalam penelitian ini,
peneliti akan melakukan penelitian secara intensif, terinci dan
mendalam terhadap pembelajaran yang berlangsung pada obyek
penelitian, yaitu sekolah alam School of Universe Parung Bogor.
Dalam penelitian ini peneliti memusatkan perhatian pada
pengembangan kreativitas dalam proses pembelajaran di Sekolah Alam
School of Universe Parung Bogor. Dari subjek yang diteliti itu dapat
diperoleh data berupa uraian yang kaya akan makna mengenai kegiatan
atau perilaku subjek yang diteliti persepsinya atau pendapatnya dan
58
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2000), cet ke-12, 15. 59
Untuk menemukan jawaban logis terhadap apa yang sedang
menjadi pusat perhatian dalm penelitian dan menjadi jawaban sementara
terhadap apa yang dipertanyakan dalam penelitian. Lohat burhan Bungin.
Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), 6. 60
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Karya, 1989), 3.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
21
aspek-aspek lain yang berkaitan dan diperoleh melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Dalam hal ini segala aspek mendapat perhatian sepenuhnya
dari peneliti, termasuk di dalam perhatian peneliti yaitu segala sesuatu
yang mempunyai arti, seperti proses kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan guru dan peserta didik di Sekolah Alam School of Universe
Parung Bogor dalam mengimplementasikan suatu konsep
pengembangan kreativitas dalam proses pembelajarannya.
Untuk memperoleh data-data empiris tentang obyek penelitian
yang berupa data empiris pembelajaran, maka peneliti menentukan
lokasi penelitian yaitu sekolah School of Universe Parung Bogor.
Pemilihan lokasi ini didasarkan pada alasan bahwa kurikulum
pendekatan yang digunakan dititik beratkan pada pembelajaran
keterampilan hidup (life skill) praktis yang luas.61
Jenis penelitian yang peneliti lakukan merupakan kombinasi
antara kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan data-data empiris. Ada tiga
karakteristik dalam penelitian ini. Karakteristik pertama, peneliti
sebagai instrumen utama mendatangi sendiri secara langsung sumber
datanya. Dalam penelitian ini peneliti mempelajari fenomena yang
tampak dan terjadi di lapangan. Karakteristik kedua, mengimplementasikan data yang dikumpulkan dalam penelitian lebih
cenderung dalam bentuk kata-kata daripada angka-angka, jadi hasil
analisisnya berupa analisis kualitatif. Karakteristik ketiga, menjelaskan bahwa penelitian studi kasus lebih menaruh perhatian
kepada sistematik proses yang terjadi dan tidak semata-mata kepada
hasil yang dicapai. Dalam hal ini, peneliti mengamati langsung dan
ikut terlibat langsung dalam proses kegiatan yang ada di School of
Universe (SoU) sehingga seluruh data yang dibutuhkan peneliti dapat
terakses dengan akurat untuk dimaknai.
Untuk menggambarkan proses penelitian tesis ini dapat
peneliti gambarkan melalui bagan sebagai berikut:
61
Data ini juga berdasarkan hasil wawancara dengan Lendo Novo,
penggagas atau perintis sekolah alam di Indonesia, di Sekolah Alam School of Universe (SoU) Parung Bogor pada hari Selasa, 14 Februari 2017 pukul 10.00.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
22
Bagan 1.1 Alur Penelitian
Analisis Data
Kesimpulan dan Saran
Studi Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Menentukan Rumusan Masalah
Kreativitas
Clark E. Moustakas,
(Creativity and Comformmity)
Kerangka Teori
Data Primer
Pengumpulan Data
Data Sekuder
Klasifikasi Data
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
23
2. Sumber Data
Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder.
Sumber data primer berupa dokumen, foto kegiatan belajar
mengajarkan, naskah, dan arsip yang ada di Sekolah Alam School of Universe (SoU) Parung Bogor, diantaranya buku profil, diperoleh
secara langsung melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Sedangkan sumber data sekunder yaitu data-data yang akan
mengatkan hasil temuan penelitian ini, seperti buku, jurnal, disertasi,
tesis karya dari pakar atau pemerhati pendidikan terkait dengan tema
pengembangan kreativitas.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka cara
pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti, diantaranya:
observasi, wawancara, studi dokumen dan studi pustaka.
a. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi observasi sebagai teknik pengumpulan
data diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematika
terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.62
Observasi partisipatif
digunakan untuk mencari data tentang gambaran umum pembelajaran
dengan cara melihat secara langsung pelaksanaan pembelajaran di
sekolah. Dalam hal ini peneliti mengikuti proses pembelajaran baik di
dalam kelas maupun di luar kelas dan dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan di luar kelas (ekstrakurikuler).
b. Wawancara
Wawancara ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data
tentang proses pembelajaran yang dilaksakan di sekolah alam School
of Universe. Menurut Suharsimi Arikunto wawancara berarti suatu
dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi
dari orang yang diwawancarai.63
Dalam wawancara ini peneliti
mengadakan wawancara secara langsung dengan cara mendatangi
berbagai pihak yang peneliti anggap terkait serta mengetahui terhadap
permasalahan yang akan peneliti bahas. Adapun wawancara yang
62
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset,
1992), 73.
63Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
(Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 115.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
24
peneliti lakukan adalah wawancara tak terstruktur64
dan wawancara
terstruktur.65
Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai pimpinan
sekolah alam School of Universe yaitu Bapak Lendo Novo, kepala
sekolah SD yaitu ibu Rizka Amaliya Syarif, wakil kepala sekolah
bapak Dian Purnama, guru kelas yaitu bapak Dedi Sugianto dan Ade
Rosyid Salim dan satu orang guru Pendidikan Agama Islam yaitu
Muhammad Burhan, dan juga peserta didik kelas 3 secara umum serta
orang tua peserta didik.
Dari pimpinan dan kepala sekolah, peneliti mencari data-data
tentang gambaran umum sekolah alam School of Universe Parung
Bogor, dari visi, misi, sejarah kurikulum, kebijakan sekolah, sistem
rekrutmen tenaga pendidik, mekanisme penerimaan peserta didik, pola
hubungan sekolah dengan masyarakat pengguna sekolah dan data-data
lain yang menunjang.
Dari waka kurikulum peneliti mengumpulkan informasi
tentang kurikulum yang diterapkan di sekolah alam dan
pengembangannya serta penilaiannya terhadap kepemimpinan kepala
sekolah. Dari guru Agama, guru kelas dan guru pendamping peneliti
mengumpulkan informasi tentang keseluruhan proses pembelajaran
yang meliputi karakteristik mata pelajaran, tujuan pembelajaran,
landasan filosofis mengajar, landasan psikologis, proses belajar
menagajar, metode, pendekatan, evaluasi, cara memotivasi peserta
didik dan lain-lain yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Dari
peserta didik yakni terkait pelaksaan pembelajaran yang ada di sekolah
dan orang tua peserta didik terkait dengan perilaku peserta didik.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan dan
menganalisa berbagai dokumen penting sekolah yang ada hubungannya
64
Wawancara tidak terstruktur mirip dengan percakapan informal.
Metode ini bertujuan memperoleh informasi dari responden, tetapi susunan
kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden. Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 1993), 117. 65
Wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara buku yang
susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis)
dengan pilihan-pilihan jawaban yang sudah ditetapkan. Suharsimi Arikunto,
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 1993),
117-118.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
25
dengan penelitian ini seperti arsip sekolah dengan cara mengamati dan
mencatatnya yang bertujuan untuk memperdalam dan memperkaya
data yang dikumpulkan dari obyek yang ada.66
Dokumenasi dapat juga
digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa catatan-catatan,
silabus pembelajaran, buku ajar, materi pelajar dan lembar kerja
peserta didik, format penilaian: tes, refleksi, skala sikap dan portofolio,
laporan-laporan da gambar-gambar kegiatan keagamaan, data-data
peserta didik dan dokumen-dokumen lain. Peneliti menggunakan
dokumentasi ini untuk mendaptkan data-data tentang silabus, RPP,
data guru dan peserta didik, hasil ujian peserta didik, struktur
organisasi data satuan lembaga, data kurikulum serta data lainnya
yang berkaitan dengan penelitian.
4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah kegiatan pengumpulan data melalui penelitian
lapangan, maka kegiatan selanjutnya adalah tahap pengolahan dan
analisis data. Kegiatan ini terdiri dari empat tahap yaitu:
1. Mengkode Data Kegiatan pertama yang dilakukan dalam mengkode data ialah
mempelajari jawaban responden dan memutuskan perlu atau tidaknya
jawaban tersebut dikategorikan terlebih dahulu dan memberikan
kode kepada jawaban yang ada. Pemberian kode ini dilakukan
untuk setiap pertanyaan yang terdapat dalam pedoman wawancara,
dan pedoman observasi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
dalam mengklasifikasi data.
Klasifikasi data ini berlaku, baik untuk pertanyaan
tertutup maupun terbuka. Pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang
variasi jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu sehingga
responden tidak memiliki kebebasan untuk memberikan jawaban.
Sedangkan pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan yang variasi
jawabannya belum ditentukan terlebih dahulu sehingga responden
memiliki kebebasan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan.
Untuk pertanyaan tertutup diberi kode sesuai dengan indeks
yang digunakan, sedangkan untuk pertanyaan terbuka, variasi
66
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003), 195.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
26
jawaban dikelompokkan ke dalam beberapa kategori terlebih
dahulu, setelah itu baru diberi kode sesuai dengan kategorisasinya.
2. Triangulasi Triangulasi, di mana peneliti mempergunakan teknik sumber
ganda untuk memeriksa keabsahan data, yaitu peneliti
membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara
dan membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan.
3. Membuat Kesimpulan Analisis Membuat kesimpulan analisis merupakan kegiatan terakhir
dalam penelitian yang memberikan simpulan atas temuan penelitian di
lapangan atau makna-makna yang muncul dari data harus yang di uji
kebenarannya, kekokohannya untuk membuktikan validitasnya.
G. Sistematika Penulisan
Dalam tesis ini peneliti membagi penelitian terdiri atas lima
bab. Selanjutnya secara menyeluruh tiap-tiap bab yang terdiri atas
beberapa sub bab. Secara garis besar hasil penelitian ini sebagai
berikut:
Bab pertama, sebagai gambaran untuk memberikan pola
pemikiran bagi keseluruhan tesis ini, yang meliputi: Latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu yang relevan,
metodologi penelitian dan sistematiksa penelitian.
Bab kedua, peneliti membahas tentang Pengembangan
Kreativitas dalam Pembelajaran, yang meliputi: Kreativitas dalam
Pendidikan, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas, Tipologi
Manusia Kreatif, Kreativitas dan Potensi Kecerdasan, Kreativitas
dalam Pendidikan Islam dan Pendekatan Pembelajaran dalam
Mengembangkan Kreativitas.
Bab ketiga, membahas mengenai Komponen-komponen
pembelajaran yang berpengaruh terhadap pengembangan kreativitas
peserta didik di sekolah alam School of Universe, yang terdiri dari
beberapa sub pembahasan: Profil Sekolah Alam School of Universe
(SoU) Parung Bogor, Komponen pembelajaran di sekolah yang
meliputi: kepemimpinan kepala sekolah, perekrutan dan dan
pembinaan terhadap guru, perekrutan dan pembinaan peserta didik,
struktur organisasi, sarana dan prasaran, Kurikulum Sekolah yang
meliputi: kurikulumnasional dan sekolah, ekstrakurikuler, metode
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
27
pembelajaran dalam mengembangkan kreativitas, bentuk instrumen
dan laporan peneilaian, dan atmosfir sekolah (budaya institusi). Bab keempat, membahas mengenai Pengembangan kreativitas
dalam proses pembelajaran di Sekolah Alam School of Universe, yang
terdiri dari sub bab pembahasan: Program Pembelajaran dalam
Pengembangan Kreativitas, Upaya Peningkatan Kompetensi
Guru/Fasilitator dalam Proses Pembelajaran, Usaha Guru/Fasilitator
dalam Pengembangan Kreativitas Peserta Didik, Aktivitas Peserta
Didik dalam Mengembangkan Kreativitasnya, Keberhasilan Proses
Pembelajaran dalam Pengembangan kreativitas.
Bab kelima, penutup yang memuat kesimpulan penelitian dan
saran-saran. Dalam bab ini merupakan kesimpulan dari kajian tesis
yang diteliti sebagai jawaban dari rumusan masalah yang dirumuskan
pada bab pertama. Kemudian diharapakan dari kesimpulan ini dapat
ditarik benang merah terhadap uraian-uraian sebelumnya, dan memuat
saran-saran peneliti terhadap sekolah alam School of Universe.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
28
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
29
BAB II
PENGEMBANGAN KREATIVITAS DALAM PEMBELAJARAN
A. Kreativitas dalam Pendidikan
Definisi kreativitas dalam pendidikan sebagaimana
didefinisikan oleh Komite Nasional Bidang Pendidikan Kreatif yaitu
imajinatif yang menghasilkan sesuatu yang bernilai dan bermanfaat.1
berbeda dengan berfantasi. Akan tetapi lebih pada menghubungkan
sebuah ide yang sudah ada menjadi sebuah ide baru. Hal tersebut
senada dengan yang disampaikan oleh Craft dalam bukunya Creativity Across the Primary Curriculum: Framing and Developing Practice
turut memperjelas kedekatan imajinasi dalam kreativitas. Hanya saja
Craft menyebutkan berfantasi dalam kreativitas masih bisa dibenarkan
selama mampu menghasilkan sebuah karya yang dapat dinikmati oleh
orang lain.2
Masih dengan definisi kreativitas berkaitan dengan proses
imajinatif, Karla Odenwald dalam disertasinya yang berjudul
Transforming Liberal Education Through The Imagination Critical-Creative Thinking in Higher Education Curriculum and Pedagogy
turut menyatakan adanya imagination sebagi langkah dasar menuju
kreativitas.3 Dalam penelitiannya tersebut, Karla juga menyebut
liberal education sebagai langkah tepat untuk menumbuhkan daya
imajinasi. Dalam pengertian yang lebih spesifik, kreativitas dalam
penelitian ini mengacu kepada kemampuan menciptakan ide
(imajinatif) yang bermanfaat dalam menyelesaikan problematika
kehidupan (problem solving).4 Turut mendukung kreativitas sebagai
1National Advisory Committe on Creative ad Cultural Education, All
Our Future: Creativity, Culture and Education, May, 1999.
http://sirkenrobinson.com/pdf/alourfutures.pdf (diakses pada Sabtu, tanggal
27 Mei 2017). 2Anna Craft, Creativity Across the Primary Curriculum: Framing and
Developing Practice (Taylor & Francis, 2003), 7. Diterjemahkan oleh
M.Khairul Anam, (Depok: Inisiasi Press, 2003), selanjutnya disebut dengan
Craft, Membangun Kreativitas. 3Karla Odenwald, Transforming Liberal Education Through The
Imagination Critical-Creative Thinking in Higher Education Curriculum and Pedagogy (Disertation: University of New York, 2010), 199-200
4George P. Boulden, Mengembangkan Kreativitas Anak, terjm.
Ferdinan Fuad (Yogyakarta: Dolphin Book, 2006), 10.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
30
penciptaan ide dalam menyelesaikan persoalan yaitu Conny Setiawan,5
Taufik6 dan Halpern.
7 Sedangkan menurut Clark Moustakas seorang
ilmuan psikologi dari Amerika serikat menyatakan bahwa kreativitas
adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan daya
imajinasi setiap individu yang menghasilkan sebuah karya, ide atau
gagasan.8
Tujuan utama dari proses berfikir yang kreatif adalah berfikir
jauh melampau batas yang ada, untuk membangkitkan rasa
keingintahuan, mematahkan rasional, ide-ide konvensional dan
prosedur yang sudah formal, melepaskan imajinasi, berbeda, serta
menghasilkan solusi dan alternatif yang bermacam-macam.9 Proses
berfikir kreatif ini jika difahami secara mendalam, tentu saja
berbanding terbalik dengan fakta terjadi dalam pendidikan kita.10
5Conny Setiawan, Pendidikan Perspektif Anak Berbakat (Jakarta:
Grasindo, 1997), 156. 6M. Taufik, Kreativitas Jalan Baru Pendidikan Islam (Mataram:
LEPPIM, 2012), 27. 7D.F. Halpern, Thought and Knowledge: an Introduction to Critical
Thinking, third edition (t.tp. Halpern, 1996).
http://dictionary.reference.com/browse/socioeconomic+status (diakses pada
Sabtu, tanggal 27 Mei 2017, pukul 11.00). 8Clark E. Moustakas, Creativity and Comformmity (New York: Van
Nostrand Reinhold Company, 1967), 28. 9Eleny Severtzi, ‚Creativity‛, INNOREGIO: dissemination of
innovation and knowledge management techniques, tersedia did
http://www.adi.pt/docs/innoregio_creativity.pdf (diakses pada Sabtu, tanggal
27 Mei 2017, pukul 13.30 WIB) 10
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan oleh peneliti, beberapa
fakta sistem pendidikan yang tidak mendukung proses berfikir adalah 1)
pemberlakuan UN atau ujian untuk kelulusan peserta didik. Peserta didik
tidak lagi memposisikan sebagai anak yang harus mengembangkan diri sesuai
dengan keinginan, minat atau bakatnya. Namun lebih tertuju pada langkah
untuk dapat lulus ujian dengan baik. Tentu saja, hal ini dapat menghambat
peserta didik dalam menumbuhkan dan mengembangkan ide dan
imajinasinya, 2) penanaman kedisiplinan dalam sekolah yang salah kaprah.
Penanaman kedisiplinan pada anak sebenarnya baik, akan tetapi jika
penanaman kedisiplinantidak di imbangi dengan memahamkan pada anak
anak arti disiplin itu sendiri, maka hal ini hanya akan menjadikan anak merasa
terkunkung dan tidak bebas. Disiplin akan berdampak sangat baik jika
tumbuh dari dalam diri anak sendiri. Namun, faktanya, sekolah justru
menanamkan hukuman yang terkadang memberikan dampak traumatis pada
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
31
Beberapa asumsi terkait kreativitas juga disebutkan Robin R.
Alexander, diantaranya: 1) anak-anak lebih kreatif dibanding orang
dewasa, 2) sekolah membunuh kreativitas, 3) kreativitas dapat
dipelajari, 4) keterampilan seni menghambat kreativitas.11
Artinya,
sekolah pada kenyataannya justru tidak mendukung proses berfikir itu
sendiri.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka dalam konteks
ini peneliti memaknai kreativitas adalah proses penciptaan ide atau
kemampuan berfikir yang bermanfaat dan bernilai dalam menghadapi
permasalahan. Pengertian ini dinilai tepat berdasarkan pada tuntutan
zaman yang membutuhkan sumber daya manusia yang tidak hanya
pandai secara akademik, akan tetapi mampu menghasilkan ide dan
gagasan yang bermanfaat, memiliki kemampuan mental menghadapi
problematika hidup yang semakintidak menentu. Sebagaimana
pendapat Whitehead, bahwa pendidikan harus mampu menciptakan
manusia yang memiliki ide dan dapat mengembangkan diri sehingga
mampu merevolusi kehidupan yang jumud, ketidakadilan,
konsumerisme dan vatalisme.12
Artinya kreativitas merupakan
kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap anak, terimplementasi
dalam pengaktualisasian diri sebagai manusia yang berguna untuk diri
sendiri dan lingkungan. Sehingga dapat ditegaskan disini bahwa
kreativitas sangat penting untuk dikembangkan terutama dalam
pendidikan. Hal ini menginat pendidikan merupakan wadah
pengembangan diri dan peningkatan daya fikir kreatif anak bangsa.
Pentingnya kreativitas dalam kehidupan secara eksplisit juga
terdapat pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia
pada Bab 2 Pasal 3 yang menyebutkan kreatif sebagai salah satu fungsi
dan tujuan pendidikan di Indonesia.13
Berdasarkan pembahasan
kreativitas tersebut dapat ditegaskan bahwa, pentingnya kreativitas
peserta didik, 3) sistem pembelajaran yang masih sering menjadikan peserta
didik sebagai objek. Lihat juga Maulidah Zauroh, Pengembangan Kreativitas Siswa (Ciputat: Pustaka Cendekiamuda, 2014), 27.
11Robin R. Alexander, ‚The Gost of Creativity in Art Education‛
Source: Art Education, Vol. 34, No. 4, Juli 1981, 28-30, National Art
Education Association, http://www.jstor.org/stable/3192549. Diakses pada
Jum’at 26 Mei 2017, pukul 09.00 WIB. 12
Pusat Pengkajian Pedagodik Universitas Pendidikan Indonesia,
Contextual Teaching and Learning (Garut: Rahayasa, 2010), 5. 13
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
32
untuk dikembangkan merupakan upaya dalam meningkatkan sumber
daya manusia terutama anak didik Indonesia untuk kemudian mampu
menghadapi problematika hidup yang semakin tidak menentu.
Adapun di dalam Islam, kreativitas menempati posisi penting
dalam pendidikan. menelaah dari pemahaman pendidikan Islam yaitu
berfikir kreatif, berfikir lateral dan divergen.14
Kreativitas memiliki
esensi dan makna yang sama dengan tujuan pendidikan Islam.
Keduanya mempunyai orientasi yang sama yaitu menjadi manusia
sempurna dan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi.
Menurut Taufik dalam disertasinya Kreativitas Jalan Baru Pendidikan Islam menjelaskan al-Qur’an sebagai sumber pendidikan Islam sering
sekali menggunakan kata yang bermuatan kreativitas.15
Sebagaimana
ayat-ayat yang tercantum dalam Q.S. Hu>d/11:7, Q.S. al-Ahqo>f/46:3,
Q.S. Hu>d/11:107 dan Q.S. al-Ra’d/13:3. Dalam penelitiannya tersebut
Taufik memaknai adanya kalimat fa’ala, khalaq, ja’ala adalah kalimat
yang sarat dengan makna kreativitas.
Adapun dalam konteks pendidikan Islam, salah satu bentuk
pendidikan kreatif diperoleh dengan menggunakan metode praktik.
Pendidikan yang dilakukan dengan metode praktik akan mengarahkan
anak didik untuk menjadi individu yang stabil, berakhlak mulia, serta
lebih produktif.16
Beberapa kelebihan dari pendidikan melalui praktisi
dan latihan antara lain adalah:
1. Kesempurnaan yang diperboleh melalui praktisi memiliki efek
yang baik dalam belajar.
2. Bertanggung jawab terhadap penyelesaian pekerjaan, sehingga
kurikulum dalam pendidikan Islam cenderung dinamis, logis,
berperasaan dan dibangun di atas kesadaran, kelembutan dan
kebaikan dalam pelaksanaan.
3. Rendah diri, mencintai pekerjaan dan meninggalkan kemalasan
serta tawakal.
4. Mempunyai batas-batas kepuasaan dan keinginan.17
14
Muh>ammad ‘Athiyyah al-Abra>syi<>>, Ru<<<< <>h} al-Tarbiyah wa al-Ta’lim
(Da>r Ihya>’ al Kutub al-Arabiyah, t.t.), 7. 15
Taufik, Kreativitas Jalan Baru Pendidikan Islam, 53-58. 16
‘Abd Arrahman al-Nah}la>wi>, Us}u> al-Tarbiyyah al-Isla>miyyah wa Asa>li>biha>: fi al-Bait wa al-Madrasah wa al-Mujtama’ (Damaskus: Da>r al-Fikr,
2008), 217. 17
‘Abd Arrahman al-Nah}la>wi>, Us}u> al-Tarbiyyah al-Isla>miyyah wa Asa>li>biha>: fi al-Bait wa al-Madrasah wa al-Mujtama’……217-218.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
33
Kemudian Hasan Langgung yang mengartikan kreativitas
(creativity) sebagai mencipta atau proses penciptaan, terutama
kreativitas sebagai aktivitas Tuhan dan kaitannya dengan perbuatan
manusia. Al-Qur’an menyebutkan diberbagai ayat bahwa Allah
mencipta segala sesuatu.18
Oleh sebab itu Ia sebut Kha>liq atau
Khalla>q.19
hal yang hampir sama diuraikan oleh Tengku Iskandar yang
memandang bahwa kreativitas dilihat dari sudut teologi Islam
merupakan salah satu ibadah. Dengan menempatkan kreativitas
sebagai ibadah, maka kemajuan dibidang pendidikan, ekonomi,
teknologi dan sains akan mudah dicapai.20
Tengku Iskandar
menyatakan istilah ulu> al-alba>b hendaknya direinterpretasi, untuk
memasukkan sebuah kreasi (kreativitas) yang baru dan berguna.
M. Taufik mengemukakan tentang karakteristik pendidikan
Islam kreatif, hal-hal yang membedakannya dengan pendidikan pada
umumnya, yaitu: ideal-integratif,21
inklusif,22
demokratis,23
kritis-
rasional,24
toleran-plural, kontekstual,25
transformatif.26
18
Q.S. Al-An’a>m/6: 102, ‚Itulah Tuhanmu, tiada Tuhan kecuali Dia.
Pencipta segala sesuatu. (Oleh sebab itu) sembahlah Dia. Dialah maha kuasa
atas segala sesuatu‛. Kemudian Q.S Ya>sin/36:81, ‚Bukankah yang
menciptakan langit dan bim sanggup mencipta 19
Hasan Langgulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam: Analisis
Psikologi dan Falsafah (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1991), 254. 20
Tengku Iskandar, ‚Toward an Islamic Perspective on Creativity‛ Islam and Civilizational Renewal 2.4 (Juli 2011), tersedia di eresource.
Pnri.go.id/index.php?option=com_library&itemid=53&Key=1. Diakses pada
rabu tanggal 24 Mei 2017, pukul 09.00 WIB. 21
Idealitas dari pendididkan Islam kreatif bisa dilihat dari kerangka
dasarnya yang menghendaki kebaikan bagi umat manusia di dunia maupun di
akhirat. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an tentang signifikansi kedua dunia
tersebut. Taufik, Kreativitas....,128. 22
Pendidikan inklusif yaitu proses untuk membuat semua peserta
didik, termasuk di dalamnya kelompok yang terinklsi, dapat belajar
berpartisipasi secara efektif dalam sekolah tanpa ada yang terdiskriminasi.
Hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-Anbiya>’/21: 107, yang
menyebutkan tentang signifikansi diutusnya Rasulullah SAW sebagai rahmat
bagi semesta alam. Taufik, Kreativitas....,129. 23
Prinsip ini diadopsi dari norma teologi-ketauhidan Allah SWT,
sebagaimana dalam al-Qur’an surat Al-Ikhla>s/112: 1-4. Dari prinsip Tauhid
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
34
Beberapa pendapat yang turut peneliti adopsi dalam
mendukung pentingnya kreativitas dalam pendidikan Islam, di
antaranya pesan Ali bin Abi T}alib dan Umar bin Khat}t}a>b. Keduanya
berpesan untuk mendidik anak-anak sesuai dengan zamannya.
Kemudian turut mendukung kedua pendapat tersebut, John Dewey
dengan teori Progresivisme yang selanjutnya dikembangkan oleh
Pierce sebagai konsep pendidikan yang disesuaikan terhadap
perubahan.27
Kreativitas dalam konteks pendidikan, jika dilihat dari
sejarahnya, setidaknya terdapat 3 (tiga) gelombang yang diperkenalkan
oleh Anthony Wilson, yaitu:
1. Gelombang pertama dari kreativitas dalam pendidikan
terjadi pada tahuna 1960-an, yang dikodifikasikan oleh
Plowden, yang mengedepankan filosofi berpusat pada
peserta didik, kebijakan dan praktisi.
2. Gelombang kedua dimulai pada akhir tahun 1990-an,
sekitar 10 tahun setelah pengenalan kurikulum Nasional.
3. Gelombang ketiga sedang berjalan di awal abad ke-21.28
Jika membicarakan pendidikan tentang kreativitas, ada
beberapa hal yang perlu difahami tentang kreatif dan pengajaran untuk
kreativitas. Ada perbedaan mendasar antara pengajaran kreatif dengan
pengajaran untuk kreativitas. Pada pengajaran kreatif, proses belajar
ini kemudian dipahami sebagai prinsip mutlak tentang kesetaraan seluruh
makhluk di hadapan Tuhan. 24
Berfikir kritis adalah adalah suatu aktivitas kognitif yang berkaitan
dengan penggunaan daya jalar dan proses-proses mental, seperti
pengamatan/observasi, anlisis, penalaran, penilaian, pengkategorian, seleksi
dan pengambilan keputusan. Taufik, Kreativitas....,130. 25
Bangunan filosofis pendidikan Islam kreatif adalah dengan
melakukan kontekstualisasi pendidikan dengan realitas alamiah-kultural dan
realitas sosial-historis kehidupan. Kontekstualisasi diperlukan agar
pendidikan tidak tercerabut dari akar natural dan sosialnya. Taufik, Kreativitas....,131.
26M. Taufik, Kreativitas: Jalan Baru Pendidikan Islam (Mataram:
LEPPIM, 2012), 128. 27
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Ilmu Pendidikan Bagian1: Ilmu Pendidikan Teoritis (Bandung: Grasindo, 2007),
262. 28
Anthony Wilson, Creativity in Primary Education (Glasgow,
Bell&Bain, 2009), 6.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
35
berpusat pada guru. Beberapa studi menunjukkan bahwa guru merasa
kreatif ketika mereka memiliki kontrol terhadap praktiknya. Sehingga
menjadi inovatif dan memastikan bahwa pembelajaran relevan dengan
peserta didik. Sedangkan pengajaran untuk kreativitas berfokus pada
peserta didik dan sering disebut sebagai pembelajaran inklusif. Sebuah
pendidikan pembelajaran inklusif melibatkan pemberian kepada
peserta didik beberapa pilihan dan kesepakatan kontrol terhadap apa
yang sedang dijelajahi dan bagaimana caranya. Dengan kata lain,
pembelajaran jenis ini adalah penanganan yang berpusat pada peserta
didik.29
Meskipun terjadi tren pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik, tetapi saja guru turut memberikan andil dalam
menciptakan peserta didik yang kreatif. Untuk itu, guru harus bisa
memerankan berbagai peran dalam proses belajar. Peran tersebut bisa
berupa motivator, suporter, penyuka pengetahuan, sumber inspirasi
dan keingintahuan, mitra yang memiliki pengetahuan tinggi, serta
contoh berfikir kreatif dan strategi yang kreatif.30
Sehingga dalam
pendidikan, guru, pendamping, ataupun manusia dewasa yang
memiliki pengetahuan tetap memiliki peran penting dalam proses
pembelajaran peserta didik. Akan tetapi guru harus mampu menjadi
orang yang mampu menstimulus peserta didik dalam tumbuh kembang
kreativitas.
Terkait dengan kreativitas peserta di sekolah Ivan Illich
menyatakan bahwa pada saat ini pembelajarannya masih
mengandalkan teori-teori tanpa menyentuh alam dan berorientasi pada
kekuatan kognitif yang secara tidak langsung melemahkan kebebasan
peserta didik dalam mengembangkan kreativitasnya, pendidikan
formal sudah mengandung penindasan, bahkan peserta didik jauh dari
kebebasan dalam berekspresi dan mengembangkan kreativitas peserta
didik itu sendiri.31
29
Anthony Wilson, Creativity in Primary Education…..10-11. 30
Thomas B. Ward, ‚The Multiple Roles of Education in Chldren’s
Creativity‛, dalam Ai-Girl Tan (ed), Creativity: A Handbook for Teachers
(Singapure: Worl Scientific Publishing, 2007), 30. 31
Ivan Illich lahir di Wina pada tahun 1926, ia menolak sistem
pendidikan formal, bukunya yang berjudul Descholling Society telah
mendapat penghargaan dari World Board of Education. Lihat Ivan Illichh,
Descholling Society (1971) yang diterjemahkan ‚Bebaskan Masyarakat dari Belenggu Sekolah‛ (Jakarta:YOI, 1982), 3.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
36
Akan tetapi pada kenyataanya, pendidikan di Indonesia
sekarang ini masih mengalami kebingungan dalam mendukung
pengembangan kreativitas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Rabena Shaheen, pendidikan formal justru dianggap sebagai pembunuh
kreativitas.32
Mulai dari metode pembelajaran yang dibuat secara
sepihak hingga lingkungan sekolah yang masih bertolak belakang
dengan faktor tumbuh kembangnya kreativitas peserta didik.
Adapun di Indonesia sendiri, pada dasarnya sudah menjadikan
kreativitas sebagai salah satu tujuan dalam pendidikan. akan tetapi
pada praktiknya sistem pendidikan justru seakan melanggengkan
faktor-faktor yang menghambat tumbuhnya kreativitas. Lembaga
pendidikan kerap membatasi ide yang dimiliki oleh peserta didik.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Tema ini penting untuk di bahas di sini sebagai dasar pijakan
keterkaitan antara kreativitas dan pembelajaran sebagai bahan metde
pembelajaran yang dibutuhkan dalam pengembangan kreativitas.
Dalam studi kreativitas, faktor-faktor yang mendukung pengembangan
kreativitas merupakan tema yang ramai diperbincangkan. Paling tidak
ada beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas, yakni 1) faktor
dari diri sendiri (faktor intrinsik), dan 2) faktor lingkungan.
1. Faktor Intrinsik
Motivasi atau dorongan intrinsik sebagaimana istilah
yang difahami yaitu intrinsik yang berarti dorongan dari
dalam atau pribadi. Artinya dorongan yang muncul karena
keinginan sendiri sebagimana pendapat Mark A. Runco
dan Ruth Richard tentang motivasi intrinsik yang
menurutnya sebagai keinginan melakukan sesuatu sebagai
tantangan untuk diri sendiri dan juga untuk kepuasan
diri.33
Shallcross, menyebut psikologi yang mendapatkan
kebebasan dan keleluasaan dalam menghasilkan sebuah
32
Robina Shaheen,‛ Creativity and Education‛, Creative Education
(2010), Vol. 1, No. 3, 166.
http://scholar.google.ncom/scholar_ur!?HI=id&q=http://www.sci
rp.org/Journal/Paper Download. (Diakses pada pada Senin 15 Mei 2017,
pukul. 11.00 WIB). 33
Mark A. Runco, Ruth Richard, Eminent Creativity: Everyday Creativity and Health (Greenwood Publishing Group, 1997), 25.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
37
karya dapat dengan mudah mendukung perkembangan
kreativitas.34
Lain halnya dengan inspirasi dari dalam diri
yang diyakini sebagai pendukung munculnya kreativitas.
Menurut Maulidah Zauroh aktivitas seni dapat
memberikan inspirasi yang muncul dari dalam diri,
inspirasi inilah nantinya yang dapat berkembang menjadi
kraetivitas.35
Berdasarkan faktor-faktor intrinsik yang tersebut
diatas, peneliti dalam hal ini mendukung pendapat Utami
Munandar yang menyebutkan bahwa setiap
individu/manusia memiliki internal press dalam diri, akan
tetapi tetap membutuhkan kondisi yang tepat untuk
diekspresikan.36
Sehingga kondisi dalam mendukung
peserta didik mampu mengekspresikan imajinasi menjadi
penting untuk diperhatikan oleh guru, orang tua dan
lingkungan masyarakat.
2. Faktor Ekstrinsik (Lingkungan)
Secara bahasa faktor ekstrinsik berarti hal-hal yang
berasal dari luar ataupun lingkungan. Faktor ekstrinsik
yang lebih difahami dengan motivasi ekstrinsik atau
dorongan dari luar merupakan salah satu kondisi yang
turut membentuk kreativitas. Sebagaimana penjelasan
Utami Munandar bahwa sekolah, masyarakat dan keluarga
merupakan lingkungan paling berpengaruh untu
mengkonstruk kreativitas peserta didik.37
34
D.J. Shallcross, Teaching Creative Behavior: How to Teach Creativity to Children’s of All Ages (USA: Prentice Hall, 1980), 28.
35Maulidah Zauroh, Pengembangan Kreativitas Siswa (Ciputat:
Pustaka Cendikiamuda, 2014), 35. 36
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 38.
37Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat…36-
38.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
38
Menurut Rogers, Penciptaan kondisi kenyamanan dan
kebebasan secara psikologis dapat memupuk
pengembangan kreativitas peserta didik.38
a. Kenyamanan psikologis
Peserta didik merasa dipercaya dan merasa
diterima dalam keadaan apapun baik kekurangan
dan kelebihannya.
Evaluasi yang tidak bersifat mengancam.
Anak merasa dimengerti baik perasaan dan
fikirannya.
b. Kebebasan psikologis
Peserta didik diberikan kebebasan dan kesempatan
untuk mengembangkan ekspresi dan fikirannya.
Kebebasan yang dimiliki seseorang menjadikannya
lebih leluasa untuk berfikir dan bertindak. Sebagaimana
penelitian yang dialkukan oleh Beth A. Hennessey dkk,
yang menyelidiki di antara pekerja seni yang menghadapi
kondisi eksternal yang keras, ternyata berbeda dengan
konsepnya tentang kreativitas dengan pekerja seni yang
bebas untuk memilih topik, materi dan jadwal kegiatan.39
Menurut Hasan Langgulung, perkembagan kreativitas
bukan hanya tergantung pada guru-guru, tetapi juga pada
pemimpin-pemimpin, terutama kepala sekolah, pemilik-
pemilik sekolah dan orang-orang yang bertanggung jawab
di sekolah. Lebih luas lagi tanggung jawab juga terletak
pada orang tua di rumah, serta tokoh-tokoh masyarakat.40
38
Natalie Rogers, ‚Giving Life to Carl Rogers Theory of Creativity‛,
http://www.nrpgers.com/GivimgLife.pdf, (diakses pada senin, 5 Juni 2017
pukul 10.00 WIB) 39
Beth A. Hennessey dan Teresa M. Amabile, ‚Creativity‛, Annual Review Psychology, 2010, 61: 569-598, tersedia di
http:/Iik.media.mit.edu/courses/readings/HennesseyCrRev.pdf (diakses pada
sabtu 20 Mei 2017 pukul.09.00 WIB). 40
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisis Psikologis, Filsafat dan Pendidikan (Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2004),
208.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
39
C. Tipologi Manusia Kreatif
Berkenaan dengan tipologi manusia kreatif, pada prinsipnya
tidak bisa terlepaskan dari definisi kreativitas itu sendiri. Dalam
konteks kebutuhan dan pengembangan, peserta didik menghadapi
persoalan hidup yang tidak menentu. Pada uraian sebelumnya telah
dijelaskan makna kreativitas adalah kemampuan atau proses dalam
menghasilkan ide dan gagasan yang bernilai untuk menyelesaikan
suatu masalah. Pengertian ini dinilai tepat oleh peneliti mengingat
era globalisasi yang semakin membutuhkan manusia yang mampu
melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu
masalah yang dihadapi.
Utami Munandar dalam disertasinya merumuskan tipologi
peserta didik kreatif yaitu: (1) mandiri dalam segala hal, (2) terbuka
terhadap rangsangan dari luar, (3) memiliki rasa ingin tahu yang
sangat besar, (4) percaya diri, (5) tingkat kepekaan yang tinggi, (6)
tabah, (7) imajinasi yang tinggi, (8) memiliki motivasi intrinsik, (9)
menggunakan firasat dalam memecahkan masalah, (10) fleksibilitas,
((11) mampu melihat masalah dari berbagai sudut, (12), daya analisis
yang tajam, (13), pengamatan yang tajam terhadap realita kehidupan,
dan (14) memiliki rasa keindahan yang dalam.41
Sependapat dengan pribadi kreatif harus memiliki imajinasi
yang tinggi, Avril Loveless mengenalkan lima karakater agar seorang
bisa menjadi kreatif. Kelima hal tersebut adalah:
1. Menggunakan imajinasi. Proses imajinasi mengarahkan
dan menyederhanakan ide yang asli, menghasilkan sebuah
alternatif yang diharapkan, konvensional, maupun yang
rutin.
2. Sebuah proses yang intens. Memfokuskan perhatian dan
keterampilan dalam rangka untuk membentuk, memaknai
dan sebuah ide.
3. Mengejar tujuan. Aplikasi dari imajinasi menghasilkan
keluaran dari tujuan yang hendak dicapai.
4. Menjadi asli.
5. Mengevaluasi nilai.42
41
S. C. Utami Munandar, Creativity and Education (Jakarta:
Disertasi UI, 1977. 42
Avril Loveless, ‚Thinking about Creativity: Developing Idea,
Making things Happen‛, dalam Anthony Wilson, Creativity in Primary Education…..23-24.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
40
Apa yang disampaikan oleh Avril tersebut memang tidak
bisa memberikan jaminan bagi peserta didik untuk menjadi kreatif,
namun setidaknya kelima karakter tersebut dapat membantu
menumbuhkembangkan kreativitas seseorang. Menggaris bawahi
persoalan imajinasi sebagai langkah awal dalam mendukung proses
kreativitas, imajinasi harus mendapat kebebasan untuk berkembang.
Seseorang yang tidak mendapatkan kebebasan sudah tentu tidak
dapat berimajinasi. Salah satu pribadi kreatif lainnya menurut
Treffinger bahwa pribadi kreatif terbiasa mengorganisir hal-hal yang
akan dilakukan. Hal ini dilakukan sebagai langkah dalam dalam
mensiasati hal-hal yang tidak terduga kemudian hari.43
Hal menarik lainnya sebagai salah satu karakteristik pribadi
kreatif juga disebutkan oleh Keith Sawyer, yaitu:44
1. Terbuka terhadap pengalaman (opennes to experience).
Keterbukaan terhadap pengalaman yang dimaksud di sini
merupakan sikap terbuka terhadap diri sendiri, tidak
kaku, menerima apa adanya sehingga keterbukaannya ini
mampu menjadikan manusia kreatif untuk dapat
menerima perbedaan dengan baik dan bijak. Ciri pribadi
yang mampu membuka diri terhadap pengalaman baru
diantaranya adalah a) mampu berimajinasi dengan baik
(good imagination), b) bernilai seni, c) berpengalaman
memahami nilai, d) berani mencoba sesuatu yang baru
dan keinginan tahu yang tinggi, e) cerdas dan mampu
menerima tantangan, dan f) unconventional dan bebas.45
2. Kemampuan untuk menilai sesuai dengan pemikiran
pribadi (internal locus of evaluation). Kemampuan untuk
mengambil keputusan sendiri dan tidak begitu
terpengaruh terhadap pendapat pendapat orang lain
merupakan pengertian dari internal locus of evaluation. Kemampuan seperti ini dapat didefinisikan bahwa anak
kreatif melakukan apapun tanpa menunggu pujian
43
Donald J. Treffinger, Handbook on Teaching Educational Psychology (London: Academic Press, 1997), 18-25.
44R. Keith Sawyer, Explaining Creativity: The Science of Human
Innovation (Oxford Uinversity Press, 2012), 12. 45
Turut mendukung terbuka terhadap pengalaman baru sebagai
pribadi kreatif diantaranya adalah Syamsu Yu>suf dan A. Juntika Nurihsan,
Teori Kepribadian (Bandung: Rosdakarya, 2007), 142.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
41
ataupun kritikan dari orang lain akan tetapi segala yang
diciptakan dan dimunculkan merupakan murni kesadaran
dan keinginan dari anak tersebut.
Pribadi kreatif yang spontan dan ekspresif serta tidak mudah
menyerah pada nasib menjadi kekuatan tersendiri dalam menjalani
hidup. Artinya kreativitas dinilai dapat menjadikan manusia mampu
menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan.
Pendidikan mempunyai peran penting untuk perkembangan dan
kemajuan suatu bangsa. Kualitas suatu pendidikan dapat dilihat
dengan bagaimana cara mengenali dan memupuk sumber daya
manusia untuk kemudian bermanfaat bagi dirinya sendiri serta
lingkungan peserta didik tersebut.
D. Kreativitas dan Potensi Kecerdasan
Perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya dengan
perkembangan kognitif individu karena kreativitas sesungguhnya
merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Para pakar kreativitas,
misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui Teori Belahan Otak
(Hemisphere Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia
itu menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak
kiri (left hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere). Otak
belahan kiri mengarah kepada cara berfikir konvergen (convergen
thinking), sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada cara
berfikir menyebar (difergent thinking).46
Berkenaan dengan teori belahan beserta fungsinya ini (Clark,
1983: 24) mengemukakan sejumlah fungsi otak sesuai dengan
belahannya itu sebagaimana tertera pada table berikut ini.
46
Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Iintelegens (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2002), 50.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
42
Tabel 2.1. Perbedaan Fungsi/Peran Otak Kiri dan Otak
Kanan47
Belahan Otak Kiri Belahan Otak Kanan
Logis
Berurut
Rasional
Analitik
Objektif
Melihat Bagian
Acak
Intuitif
Holistic
Sintesis
Subyektif
Melihat Keutuhan
Perkembangan kreativitas juga merupakan perkembangan
proses kognitif maka kreativitas dapat ditinjau melalui proses
perkembangan kognitif berdasarkan teori yang diajukan oleh Jean
Piaget.48
Menurut Jean Piaget ada empat tahap perkembangan
kognitif, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Sensori-Motoris
47
Clark E. Moustakas, Creativity and Comformity (New York: Van
Nostrand Reinhold Company, 1967), 28 48
Jean Piaget (1896-1980), psikolog Swiss lahir di Neuchtal, Swiss.
Awalnya adalah seorang ahli biologi yang aktif belajar sendiri ilmu filsafat
dan psikologi. Kemudian bekerja dengan Teodore Simon di Prancis dalam
laboratorium yang mengembangkan tes intelegensi Alfred Binet. Kemudan ia
menjadi professor dalam bidang psikologi anak di Geneva University, sejak
tahun 1929 ia menjadi direktur di Institut Jean Jacques Rousseau di Geneva.
Hasil studi Piaget yang termasyhur adalah mengenai cara berfikir anak-anak
serta konseptualisasi dari tingkatan-tingatan kognitif dan berhasil menjadi
publikasi awal yang sangat penting. Ia mengklasifikasikan perkembangan
kognitif anak menjadi empat tahapan, yaitu: tahap sensory-motor, pre-
operational, concrete-operational dan formal-operational. Ia juga
menggunakan istilah-istilah khusus yang berhubungan dengan perkembangan
kognitif anak tersebut, yaitu: sensory-motor schema, yaitu serangkaian
perilaku terbuka yang tersusun secara sistematis untuk merespon lingkungan;
assimilation, yaitu proses aktif dalam menggunakan skema untuk merespon
lingkungan; accomdation, yaitu penyesuaian aplikasi skema yang cocok
dengan lingkungan yang direspon; dan equilibrium, yaitu keseimbangan
antara skema yang digunakan dengan ligkungan yang diserpon sebagai hasil
ketepatan akomodasi. Lihat Jean Piaget. The Original of Intelligence in the Child (London: Routledge & Kegan Paul, 1953), 153-196.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
43
Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun, ciri-cirinya:
penggabungan bentuk-bentuk refleks menjadi bentuk gerakan yang
dibuat pertama kali hanya untuk diulang, kemudian dipelihara dan
kemudian menghasilkan perubahan baru dalam lingkungan; secara
tetap objek diterima dan merupakan awal dari ‚pikiran‛ yang benar.
Menurut Piaget pada tahap ini interaksi anak dengan lingkungannya,
termasuk orang tuanya, terutama dilakukan melalui perasaan dan otot-
ototnya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya, termasuk
juga dengan orang tuanya anak mengembangkan kemampuannya untuk
mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai
gerakan, dan secara perlahan-lahan belajar mengoordinasikan
tindakannya.49
Mengenai kreativitasnya, menurut Piaget, pada tahap ini
belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Sebab, pada tahap ini tindakan anak masih berupa tindakan fisik yang
bersifat refleksi, pandangannya terhadap objek masih belum
permanent, belum memiliki konsep ruang dan waktu, belum memiliki
konsep tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan
pengulangan refleks-refleks, belum memiliki tentang diri ruang, dan
belu memiliki kemampuan berbahasa.
2. Tahap Pra-operasional
Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut
juga tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan
kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. Artinya, semua
perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsur
perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari
orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya. Ciri-ciri:tahap
preporsional; adanya pemikiran yang tidak beraturan; terjadi
perkembangan gambaran internal dan bahasa; terdapat ciri egosentris,
animisme dan pemikiran yang salah tentang hubungan sebab akibat.
Pada tahap ini, anak sangat bersifat egosentris sehingga seringkali
mengalami masalah dalam berinteraksi dalam lingkungannya,
termasuk dengan orang tuannya. Pada akhir tahap ini, kemampuan
mengembangkan kreativitas sudah mulai tumbuh karena anak sudah
mulai mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk
memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang, meskipun dalam
49
Sukanto, Nafsiologi Suatu Pendekatan Alternatif Atas Psikolog., Jakarta: Integritass Press. 1985), 42.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
44
jangka pendek. Di samping itu, anak memiliki kemampuan untuk
menjelaskan peristiwa-peristiwa alam di lingkunganya secara
animistik dan antropomorfik. Penjelasan animistic adalah menjelaskan
peristiwa-peristiwa alam dengan menggunakan perumpamaan hewan.
Adapun penjelasan antropomorfik adalah menjelaskan peristiwa-
peristiwa alam dengan menggunakan perumpamaan manusia.50
3. Tahap operasional konkret
Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Ciri-
ciri:munculnya pemikiran yang teratur; proses berpikir logis dan dapat
dibalik tapi terbatas pada area pengalaman konkret anak ;menemukan
strategi-strategi pilihan (contoh: dua cara untuk pergi ke toko); dapat
mengoordinasi suatu bagian-seluruh, klasifikasi bertingkat; memahami
pemeliharaan dari angka, menyusun dan lainnya. Pada tahap ini juga,
anak mulai menyesuaikan diri dengan relitas konkret dan berkembang
rasa ingin tahunya. Interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan
orang tua, sudah semakin berkembang dengan baik karena
egosentrisnya sudah semakin berkurang.51
4. tahap operasional Formal
Tahap ini dialami oleh anak pada usai 11 tahun ke atas. Ciri-
cirinya: mulai mampu berpikir dengan logis, berpikir dari proposisi
hipotesis; mampu mengevaluasi hipotesis dengan menguji pemecahan
yang memungkinkan; dapat berpikir tentang cara berpikir dan
menggunakan teori sebagai panduan pikiran.
Dilihat dari perspektif ini, perkembangan kreativitas remaja
pada posisi seiring dengan tahapan operasional formal. Artinya,
perkembangan kreativitasnya, menurut Jean Piaget, sedang berada
pada tahap yang amat potensial bagi perkembangan kreativitas.
E. Kreativitas dalam Perspektif Islam
Islam merupakan agama yang perhatian besar terhadap ilmu
pengetahuan. Islam sangat menekankan ummatnya untuk terus
menuntut ilmu. Dalam surat Ar-Rahman, Allah SWT menjelaskan
bahwa diriNya adalah pengajar (‘Allamahu al Bayan) bagi umat Islam.
Dalam ajaran Islam, baik dalam ayat Al-Qur’an maupun Hadits, bahwa
50
Sukanto, Nafsiologi Suatu Pendekatan Alternatif Atas Psikolog (Jakarta: Integritass Press. 1985), 45.
51Sukanto, Nafsiologi Suatu Pendekatan Alternatif Atas Psikolog
(Jakarta: Integritass Press. 1985), 47.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
45
ilmu pengetahuan paling tinggi nilainya melebihi hal-hal lain. Bahkan
salah satu sifat Allah adalah Dia memiliki ilmu yang Maha
Mengetahui.52
Di dalam Islam sendiri, secara normatif Islam sangat
menghargai dan mendorong umatnya untuk berkreativitas. Ada
perbedaan tantangan dan kebutuhan antara generasi dahulu dengan
generasi sekarang, begitu pula dengan generasi sekarang dengan
generasi yang akan datang. Oleh karena itu ada baiknya kita
merenungkan nasihat Umar Bin Khattab r.a. kepada para pendidik
sebagai pijakan akan perlunya pendidikan kreatif sebabaimana
dikutib oleh Wahyudin:
‚’Allimu auladakum makhluqun lizamanin ghairi zamanikum (‘Didiklah anak-anakmu dengan pengajaran yang baik, sebab ia
diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu’)‛.53
Ucapan di atas mendorong kita untuk mempersiapkan anak-
anak agar menjadi orang yang kreatif. Dampak percepatan
penemuan teknologik ternyata telah banyak merombak banyak
institusi dan organisasi sosial kemasyarakatan. Terjadilah perubahan
yang sangat cepat. Terjadinya perubahan sosial yang sangat cepat
digambarkan oleh Tofler dengan memperbandingkan revolusi dari
gelombang pertama (yang agraris) ke gelombang ke dua (yang
industri) membutuhkan waktu ribuan tahun, dan gelombang ke dua
ke gelombang ke tiga (yang informatik) membutuhkan waktu
ratusan tahun; sedangkan gelombang ke tiga baru berlangsung
tahunan telah menghasilkan sesuatu yang lebih hebat dari
hasil ratusan tahun gelombang ke dua. Percepatan ini
menjadikan program pendidikan cepat usang dan pengetahuan
seseorang cepat tertinggal.54
Di zaman yang berubah sangat cepat seperti sekarang ini
pendidik tidak bisa dan tidak cukup hanya memberi setumpuk
teori dan pengetahuan yang harus dicatat di dalam buku catatan
dan dihafalkan di dalam ingatan karena belum tentu pengetahuan
tersebut akan berguna di masa depan (Karena zaman kita berbeda
52
Nur Aini, Ada Apa Dengan Kreatifitas? (Tinjauan Psikologi Islami),
Islamadina, Vol. VII, No. 3, September 2008, 84. 53
Wahyudin, Menuju Kreativitas, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003),
16. 54
Noeng Muhajir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), 14.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
46
dengan zaman mereka). Pada orang kreatif yang bekerja adalah
otaknya, bukan ingatannya. Dengan memberi bekal kreativitas berarti
mendidik anak kita untuk mandiri, tidak tergantung dengan orang
lain, luwes, berkualitas, inovatif dan dapat maju seiring dengan
perubahan zaman yang dinamis.
Sebagian orang mungkin menganggap bahwa agama menuntut
umatnya untuk mentaati aturan dan norma-norma secara mutlak
dengan mengesampingkan akal fikiran dan penalaran. Sehingga yang
terjadi kemudian adalah kreativitas mandeg dan tidak berkembang.
Pendapat seperti ini tentu saja tidak benar. Agama Islam diciptakan
Tuhan bertujuan agar kehidupan manusia menjadi lebih baik. Islam
memang memiliki aturan-aturan yang harus ditaati oleh
pemeluknya , tapi norma tersebut tidak membatasi manusia untuk
berkreativitas. Islam justru memerintahkan umatnya untuk selalu
berfikir menggunakan akal fikiran. Allah selalu memerintahkan
umatnya untuk berfikir:
٢١٢
‚Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat Nya agar kamu berfikir‛ (QS. Al Baqarah: 219).
55
Mustafa al Maraghi menafsirkan ayat ini sebagai seruan Allah
kepada manusia agar ia memikirkan kehidupan dunia dan ahirat
secara bersamaan, dengan demikian maka akan tercipta maslahat
pada diri manusia.56
Karena kemampuan berfikir inilah manusia
mampu berkreativitas. Ayat tersebut juga mengajarkan kepada
manusia untuk selalu mencari pengetahuan, semakin banyak
kesempatan kepada anak untuk memperoleh pengetahuan maka
semakin baik pula dasar untuk menjadi pribadi kreatif.
Kreativitas merupakan suatu aktivitas kogniti yang
menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk
permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis. Proses
kreatif bukan hanya menghasilkan sesuatu yang bermanfaat saja.
55
Depag R.I., Al Qur’anul Karim dan Terjemahnya, (Semarang: Toha
Putra, 1997), 27. 56
Ahmad Mustafa al Maraghi, Tafsir al Maraghi, (Semarang: Toha
Putra, 1984), 134.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
47
Orang beragama maupun tidak beragama dapat menjadi kreatif adalah
pernyataan yang benar, tetapi belum lengkap. Syarat menjadi pribadi
kreatif adalah individu yang menggunakan potensi jiwanya (akal, hati,
nafsu) secara optimal dan positif.57
Orang-orang yang beragama (Islam) yang kreatif
mempergunakan akal dan qalbunya lebih optimal. Individu tersebut
memiliki wadah kognitif spiritual yang lebih luas dan individu tersebut
mampu belajar bermacam-macam ilmu, dapat menyerap ilmu secara
cepat dan luar biasanya banyaknya.
Islam sangat mendorong individu secara terus menerus
untuk belajar ilmu pengetahuan yang berarti mengajarkan individu
untuk selalu terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari luar
(merupakan salah satu ciri kreativitas). Ini menunjukkan perlunya
sikap keterbukaan untuk menuntut ilmu dan menerima ilmu dari
manapun datangnya.58
Aktivitas kreatif yang berarti daya cipta merupakan salah satu
sifat Allah, yaitu Maha Pencipta, digambarkan dalam surat al An’am
ayat 102, sebagai berikut:
١٠٢
‚Itulah Allah, Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; Dialah pemelihara segala sesuatu.‛
Ayat di atas menjelaskan bahwa Tuhan adalah pencipta segala
sesuatu yang belum ada sebelumnya, sehingga ini menunjukkan
sesuatu yang bersifat baru dan bersifat original. Hal ini merupakan
salah satu definisi dari kreativitas yaitu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru.
57
Fuad Nashori dan Diana Rachmi Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Psikologi Islam (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), 28.
58Fuad Nashori dan Diana Rachmi Mucharam, Mengembangkan
Kreativitas dalam Psikologi Islam (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), 28.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
48
F. Konsep Islam tentang Sekolah Alam
a. Pengertian sekolah alam
Melihat dari suku katanya sekolah Alam merupakan gabungan
dari kata sekolah dan alam. Kata sekolah dapat dijelaskan sebagai
usaha menurut kepandaian atau pengetahuan, tanpa menyebutkan
persyaratan bagaimana dan dimana kegiatan tersebut dilaksanakan‛.59
Sedangkan alam dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan
sebagai segala sesuatu yang ada di bumi atau di langit.60
Dari pengertian sekolah dan alam di atas, sekolah alam adalah
sebagai usaha untuk menuntut kepandaian atau pengetahuan yang
dilakukan dengan alam terbuka (langit dan bumi) sebagai objek
utamanya.
Menurut Efriyani, sekolaha lam adalah salah satu bentuk
pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama
sebagai pembelajaran peserta didiknya.61
Dari pengertian ini, sekolah
alam merupakan sekolah dengan menggunakan metode pembelajaran
yang berbeda, dengan menggunakan alam sebagai media utama
pembelajaran agar peserta didik lebih semangat, lebih kreatif dan tidak
bosan karena lebih banyak belajar dari pengalaman. ‚Sekolah alam
adalah sekolah alternatif yang berbasis kurikulum alam‛.62
Sekolah
alam merupakan salah satu bentuk pendidikan alternatif yang
menggunakan alam sebagai media utama sebagai pembelajaran peserta
didiknya. Sekolah alam menjadi sebuah impian yang jadi kenyataan
bagi mereka yang mengangankan dan menginginkan perubahan dalam
dunia pendidikan. diharapkan dari adanya alternatif sekolah alam tidak
sekedar perubahan dalam dunia pendidikan. diharapkan dari adanya
alternatif sekolah alam tidak sekedar perubahan sistem, metode dan
59
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 796. 60
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 19. 61
Santoso Budi Satmoko, Sekolah Alternatif Mengapa Tidak
(Yogyakarta: Diwa Press, 2010), 7. 62
Santoso Budi Satmoko, Sekolah Alternatif Mengapa Tidak
(Yogyakarta: Diwa Press, 2010), 9.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
49
target pembelajaran melaiankan paradigma pendidikan yang akan
mengarah pada perbaikan mutu dan hasil dari pendidikan itu sendiri.63
Berdasarkan menurut para ahli diatas makan dapat peneliti
simpulkan bahwa sekolah alam adalah bentuk pendidikan alternatif
yang menggunakan konsep berbasis kurikulum alam sebagai media
utama pembelajaran peserta didik.
b. Karakteristik sekolah alam
Satmoko Budi Santoso dalam bukunya membedakan ada
sembilan karaktersitik sekolah alam yaitu diantaranya:
1. Sekolah alam cenderung memberikan kebebasan kreativitas anak
sehingga anak menemukan sendiri dan kemampuan berlebih yang
dimilikinya.
2. Konsep pembelajaran sambil bermain cenderung menjadikan
pemahamn sekolah bukan merupakan beban, melainkan hal yang
sangat menyenangkan. Sekolahlam, orientasinya memfokuskan
kepada kelebihan yang dimiliki anak dengan metode pencarian
yang tidak baku dan relatif menyenangkan diterima anak lewat
bentuk-bentuk permainan.
3. Guru atau tenaga pengajar sekolah berbasis alam, guru-guru atau
fasilitator memiliki akhlak yang baik, kreativitas dan mampu
memebrikan rangsangan perkembangan atau menjadi partner yang
baik bagi anak-anak didiknya.
4. Metodeolgi pembelajaran yang diterapkan cenderung mengarah
pada pencapaian logika berfikir atau inovasi yang haik dalam
bentuk action learning (praktek nyata). Bentuk kurikulumnya bisa
saja 40 dan 60. Artinya, 40% adalah teori dan 60% adalah praktek.
5. Pada sekolah alam juga dipersiapkan perlengkapan perpustakaan
yang baik dan buku-buku rujukan dari berbagai sumber yang dapat
dipertanggung jawabkan untuk mendukung perjalanannya praktek
metodelogi action learning.
6. Yang mnerik dari sekolah alam, buka saja peserta didik yang
belajar. Guru pun dituntut untuk terus belajar. Yang ditanamkan
63
Istarani, Sekolah Alam sebagai Model Pembelajaran Model Inovatif (Referensi Guru dalam Menentukan Model Pembelajaran) (Medan:
Media Persada, 2011), 28.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
50
pada sekolah alam bahwa pelajaran ayang ada bukanlah hanya
mengejar nilai, namun yang penting adalah memahami seberapa
jauh proses belajar tersebut dapat dinikmati dan diterapkan dengan
baik.
7. Sekolah yang berbasis alam pastilah dilingkupi berbagai macam
pepohonan yang ada di sekitarnya, misalnya area aoptik hidup,
pohon kelapa, rambutan mangga dan sebagainya.
8. Materi pembelajaran tentu saja disesuaikan dengan kompetensi
kurikulum pada rentang waktu tertentu dan terprogram secara
matang. Misalnya, pada bulan tertentu, kurikulum teori dan
parktik pembelajarannya diarea aoptek hidup atau di kebun.
9. Untuk mengukur sejauh mana motivasi diterima dipublik, maka
dua kali dalam satu semester (tiga bulan sekali) biasanya diadakan
evaluasi, misalnya dengan pengadaan pasar murah, pameran
produksi pertanian, maupun pameran produksi hasil karya peserta
didik. Dalam momen inilah hasil karya peserta didik akan
mendapatkan apresiasi yang sesuai dengan karya ciptanya.64
Berdasarkan karakteristik diatas maka peneliti dapat
menyimpulkan karakteristik sekolah alam cenderung memberikan
kebebasan kreativitas anak, metodologi pembelajaran yang diterapkan
cenderung mengarah pada pencapaian logika berfikir dan inovasi yang
berkaitan dengan keberadaan di sekolah alam.
Gerakan pendidikan yang mendekatkan peserta didik dengan
alam sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar dan
menjadikan alam sebagai media dalam pembelajaran,65
perintis
gerakan ini antara lain adalah Fr. Finger (1808-1888) di jerman dengan
‚Heimatkunde‛ (pengalaman sekitar).
Di dalam al-Qur’an juga telah dijelaskan bahwa alam sekitar
dapat dijadikan pembelajaran karena di dalam terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah, yang Ia ciptakan di langit dan di bumi dan di antara
keduanya, semua itu tidak diciptakan dengan sia-sia, tetapi
mengandung tujuan. Yaitu untuk kemashlahatan makhluk-makhluk-
64
Santoso Budi Satmoko, Sekolah Alternatif Mengapa Tidak
(Yogyakarta: Diwa Press, 2010), 87. 65
Santoso Budi Satmoko, Sekolah Alternatif Mengapa Tidak, 60.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
51
Nya, sebagai sarana beribadah kepada Allah sekaligus membuktikan
tentang keesaan-Nya.66
Adapun beberapa prinsip pengajaran alam sekitar menurut
Syaiful Sagala adalah:
1. Dengan pengajaran alam sekitar, guru dapat
memperagakan secara langsung sesuai dengan sifat-sifat
atau dasar-dasar pengajaran.
2. Melalaui pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan
sebanya-banyaknya agar peserta didik aktif dan giat tidak
hanya duduk, mendengar dan mencatat saja.
3. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk
memberikan pengajaran totalitas, yaitu suatu bentuk
dengan ciri-ciri tidak mengenai pembagian mata pelajaran
dalam daftar pelajaran, suatu pengajaran yang menarik
minat karena segala sesuatu dipusatkan atas suatu bahan
pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambil dari
alam sekitarnya, suatu pengajaran yang memungkinkan
segala bahan pengajaran berhubung-hubungan atau sama
lain.
4. Pengajaran alam sekitar memberikan kepada peserta didik
bahan apresiasi intelektual yang kokoh dan tidak
verbalitas.
Berdasarkan pengajaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa
dengan alam dijadikan sebagai media pembelajaran guru dapat
memperagakan langsung pengajaran kepada peserta didik sehingga
peserta didik termotivasi lebih aktif dan giat, tidak hanya duduk,
mendengar dan mencatat saja dalam belajar.
66
Al-qur’an surah Ali Imran ayat 190-191:
إن ١٢٠
١٢١
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
52
c. Alam sebagai Media Pembelajaran
Di dalam al-Qur’an banyak rujukan yang mengacu kepada
sampainya tanda-tanda kekuasaan Allah di dalam alam (al-kawa)
atau sebaliknya alam akan memberi impikasi-implikasi kepada
materi sain dalam pendidikanl al-Qura’an telah menunjukkan ayat-
ayat tentang fenomena alam yang jumlahnya lebih dari 750 ayat
yang dikenal dengan ayat-ayat kauniyah, yaitu ayat-ayat tentang
kejadian atau kosmos.67
Fenomena tersebut misalnya tentang siang
dan malam, matahari dan rembulan seperti dalam surat Ya>sin: 37-
40: ‚Dan sebagai keterangan juga untuk mereka ialah malam, kami tanggalkan darinya siang lantas mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari itu beredar menurut ketetapann-Nya, itulah ketetapan dari yang Maha Kuasa dan Maha Tahu. Sampai kembali seperti mayam-mayam yang telah tua. Matahari tiada dapat mendahului bulan dan malam tiada dapat mendahului siang, masing-masing beredar dalam peredaranya‛. Mengenai turunnya hujan dari langit yang membuat
tanah menjadi subur: ‚Dan Kami turunkan dari langit air hujan yang penuh keberkatan dan karenanya Kami tumbuhkan kebun-kebun dan biji tanaman yang akan dipotong. (Qs. Qa>f: 9). Dalam surat ar-Ra’d :13:2 dikatakan bahwa langit ditinggikan tanpa tiang. Dalam az-
Zumar [39]:21, mata air itu dipancarkan dari hujan yang turun dari
langit. Al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa di setiap pelosok
alam ini terdapat simpanan informasi yang akan mengungkap realita
fenomena kehidupan suatu lingkungan.
Demikian juga ayat-ayat lain, Allah menyuruh manusia untuk
mengarahkan potensi mereka dalam mencari informasi melalui al-Ibnu (onta), as-sama’ [langit], al-jibal [gunung], al-ardh [bumi] dan
ayat-ayat lain yang berkaitan dengan flora dan fauna seperti semut,
laba dan lebah.68
Rujukan al-Qur’an mengenai objek-objek alam semesta telah
dipahami oleh cendekiawan-cendekiawam muslim dalam pengetian
lebih dari satu arti. Sebagian memandang, bahwa sebagian besar
materi-materi al-Qur’an merupakan fakta-fakta ilmiyah yang
bersifat umum. Sebagian lain melihat, materi al-Qur’an disebut
lebih dari fakta-fakta dan berbicara mengenai materi al-Qur’an
berkenaan dengan ilmu pengertahuan dan teknologi. Kitab tafsir
67
Harun Basutian, Islam Rasional (Bandung: Mizan, 1995), 295. 68
Maurice Bucail, Bibel, Qura’n dan Sains Modern (Jakarta: Bulan
Bintang, 1985), 214.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
53
termashur yang menerapkan pandangan ini adalah al-Jawahir yang dikarang oleh Thantawi al-Jauhari. Dalam pendahuluan kitab
itu dijelaskan, bahwa pengarang memang tujuan menguji
kajian ilmiyah secara orisinil dari al-Qur’an maka dasar tafsirnya
berhubungan dengan data-data ilmiyah, hipotesa dan teori-teori
ilmiah.
Fakta-fakta ilmiah yang diperoleh melalui observasi dan
ekspirementasi tidak bertentangan dengan al-Qur’an. Kenyataan ini
berasal dari metode ilmiah dan bersandar pada akal manusia yang
mempunyai tugas yang telah diakui oleh al-Qur’an. Namun
demikian, bukti-bukti ilmiah yang didapat melalui akal,
kebenarannya tidaklah mutlak, hannya kebenaran ayat-ayat Allah
yang mutlak kebenarannya. Hendaklah kita mengambil alam ini
sebagai sumber belajar dengan cara yang sesuai dengan kehendak
Allah karena tujuan belajar itu sendiri adalah untuk mengabdi
kepada Allah.
Al-Qur’an memberikan dorongan kepada orang-orang beriman
untuk bekerja keras untuk mencari materi dan menuntunnya untuk
menyelidiki hukum-hukum dan pengetahuan dari dalamnya untuk
diambil mamfaatnya. Al-Qur’an mewajibkan mereka untuk
menyelidiki setiap aspek dari sumber kekayaan materi alam
semesta serta menyingkap tabir rahasianya serta mengambil
mamfaat dari padanya atau menggunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
G. Pendekatan Pembelajaran dalam Mengembangkan Kreativitas
Supaya pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik, maka
diperlukan berbagai pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang
yang dapat memberikan inspirasi, menguatakan, dan menjadi wadah
dengan dilandasi teori tertentu. Menurut Nelly Nurmelly, dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
pertama pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada peserta didik (student centered approach), dan kedua, pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
69 Dari kedua pendekatan tersebut, pendekatan
69
Nelly Nurmelly, ‚Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model
Pembelajaran‛, http://sumsel.kemenag.go.id/file/file. (diakses pada hari kamis
28 September 2017).
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
54
pertama dianggap paling tepat untuk mengembangkan kreativitas
peserta dididk dalam proses pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik
(student centered approach) dapat diartikan sebagai pendekatan yang
didasarkan pada anggapan bahwa mengajar adalah proses mengatur
lingkungan agar peserta didik belajar. Tujuannya adalah agara peserta
didik mempunyai keinginan untuk belajar. Dalam konteks ini mengajar
tidak ditentukan oleh lama dan banyaknya materi ynag disampaikan,
tetapi dampak proses pembelajaran itu sendiri. Bisa saja guru hanya
beberapa menit di muka kelas, namun waktu yang sangat singkat itu
membuat peserta didik sibuk melakukan proses belajar. Metode yang
tepat digunakan adalah metode pemecahan masalah (problem solving),
kerja kelompok, penugasan, sosio drama, karya wisata, latihan siap
(driil), uji coba (eksperimen) dan cara belajar siswa aktif (CBSA).70
Dengan demikian, pendekatan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu proses pembelajaran.
Bagi E. Mulyasa terdapat lima bentuk pendekatan dalam
pembelajaran, yaitu: pertama, pendekatan kompetensi. Kompetensi ini
menunjukkan kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang
diperoleh melalui pembelajaran dan latihan yang dilandasi oleh
rasionalitas dan kesadaran penuh. Kedua, pendekatan keterampilan
proses. Pendekatan ini bertolak dari suatu pandangan bahwa setiap
peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan dalam situasi yang
normal mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
Ketiga, pendekatan lingkungan. Dalam pendekatan ini pelajaran
disusun hubungan dan manfaat lingkungan. Keempat, pendekatan
kontekstual. Pendekatan ini merupakan konsep belajar yang
menekankan pada keterkaitan antara pembelajaran dengan dunia
kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar. Kelima, pendekatan tematik. Pendekatan ini merupakan pendekatan
pembelajaran untuk mengadakan hubungan yang erat dan serasi antara
berbagai aspek yang mempengaruhi peserta didik dalam proses
belajar.71
70
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2010),
153. 71
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 104.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
55
Saat ini pembelajaran di sekolah tidak lagi berfokus pada guru,
terutama untuk sekolah-sekolah yang ada diperkotaan. Peserta didik
dibawah asuhan dan arahan guru diberi kebebasan untuk menentukan
cara belajarnya masing-masing dalam mengasah dan menggali potensi
yang ada dalam dirinya dengan memilih jurusan pendidikan yang
dikehendakinya. Apa lgi informasi dan teknologi semakin canggih. Hal
ini tentu berimbas terhadap kesiapan guru dalam mempersiapkan
pendekatan dan metode pembelajaran termasuk di dalamnya
menguasai komputer dan internet.
Dengan demikian, beberapa pendekatan dalam rangka
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
adalah: pendekatan kontekstual, pendekatan konstruktivisme,
pendektan PAIKEM, pendekatan humanistik, dan pendekatan sains
dan teknologi.
1. Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)
Pendekatan CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang
lebih memperhatikan karakteristik peserta didik atau daerah tempat
pembelajaran. Aplikasi pendekatan CTL terinspirasi dari penelitian
John Dewey pada tahun 1916 yang menyimpulkan bahwa peserta didik
akan belajar dengan baik bila apa yang dipelajari terkait dengan apa
yang telah diketahui dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi di
sekelilingnya. Tentu dengan kesesuaian terhadap masalah-masalah
yang dikaji oleh peserta didik di sekolah, hal ini diharapkan agar
peserta didik tidak tercerabut dari akar realitas.72
Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual berpotensi
tidak hanya untuk mengembangkan ranah kognitif dan keterampilan
proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai serta kreativitas
peserta didik dalam memecahkan masalah yang terkait dengan
kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesama
teman.73
Misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga
mengembangkan keterampilan sosial (social skills).74
72
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning, penerjemah
Ibnu Setiawan (Bandung: Mizan, 2008), 31. 73
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, 96.
74Dirjen Dikmenum, Pengembangan Pelaksanaan Broad-Based
Education, High-Based Education and Life Skills di SMU (jakarta:
Depdiknas, 2002), 6.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
56
Dalam rangka menumbuhkan kreativitas pada peserta didik,
seorang guru dituntut untuk memberikan contoh nyata yang telah
dipraktekkan oleh dirinya. Ia tidak bisa hanya memberikan penjelasan
yang sifatnya ceramah. Peserta didik harus dilibatkan dengan cara
melihat, berfikir, memahami dan membuktikan secara langsung
pembelajaran tersebut yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
(contextual teaching).75
Guru dapat memberikan kemudahan-
kemudahan dalam proses pembelajaran kepada peserta didik untuk
menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri dan
memberdayakan peserta didik itu sendiri dalam strategi belajar.
Untuk dapat mempraktikkan pendekatan pembelajaran CTL
dengan baik dan memenuhi tujuan pembelajaran, maka harus
memperhatikan enam komponen pembentukannya, antara lain:
pertama, pembelejaran konstruktivisme. Kedua, belajar dengan
penemuan konsep secara mandiri (inquiry atau discovery). Ketiga,
dilakukan dengan bekerja sama. Keempat, modeling (permodelan).
Kelima, melakukan refleksi, yaitu respon atas kejadian atau informasi
yang baru diterima. Keenam, penilaian nyata yang tidak terbatas pada
tes tertulis.76
Sedangkan prinsip-prinsip dalam pendekatan
pembelajaran CTL adalah sebagai beriku:
1. CTL mencerminkan prinsip saling-bergantungan
(independensi). Prinsip ini membuat hubungan yang
bermakna (making meaningfull connections) antara proses
pembelajaran dan konteks kehidupan nyata sehingga
peserta didik berkeyakinan bahwa belajar merupakan
aspek yang esensial bagi kehidupan di masa datang.
Prinsip ini mengajak para pendidik mengenali keterkaitan
75
Slavin R,E , Education Psychology: Theory and Practice
(Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher, 1994), 225. 76
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning, 65.
Bandingkan dengan Wina Sanjaya. Menurutnya CTL sebagai pendekatan
pembelajaran komponen memiliki tujuan komponen atau asas yang
melandasinya yaitu: konstruktivisme (contructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), refleksi (refelction) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), 118-122.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
57
mereka dengan pendidik lainnya, peserta didik,
stakeholder dan lingkungannya.77
2. CTL mencerminkan prinsip diferensi. Diferensi menjadi
nyata ketika CTL menantang para peserta didik untuk
saling menghormati keunikan masing-masing, untuk
menghormati perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk
kerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru
yang berbeda dan untuk menyadari bahwa keragaman
adalah tanda kemantapan dan kekuatan.78
3. CTL mencerminkan sikap pengaturan diri. Prinsip
pengaturan diri menyatakan bahwa proses pembelajaran
diatur, dipertahankan dan disadari oleh peserta didik
sendiri. Pengaturan diri terlihat ketika para peserta didik
mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka
sendiri yang berbeda.79
4. CTL mencerminkan penilaian authentik. Penggunaan
penilaian authentik yaitu menantang peserta didik agar
dapat mengaplikasikan berbagai informasi akademis baru
dan keterampilannya kedalam situasi kontekstual secara
signifikan.80
Penerapan CTL sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang
mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan,
hubungan pengetahuan di dalam kelas dan diluar kelas menjadi
pengalaman yang akan mereka terapkan dan sangat relevan serta
sangat berarti bagi peserta didik dalam mengembangkan dan
membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam
pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual dalam
pendidikan merupakan pembelajaran secara holistik dan komprehensif
yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik untuk memahami
makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.81
Sehingga peserta didik dapat
77
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran
(Bandung: PT Refika Aditama, 2009), 69. 78
Sugiyanto, Model-Model Belajar Inovatif (Surakarta: FKIP UNS,
2009), 15. 79
Sugiyanto, Model-Model Belajar Inovatif, 13. 80
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, 69.
81Depdiknas, pendekatan Kontekstual (Jakarta: 2002), 28.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
58
mengambil sikap terbaik ketika menghadapi suatu masalah. Ada
perbedaan yang mendasar anatar pembelajaran CTL dengan
pembelajaran konvensional seperti yang banyak diterapkan di sekolah-
sekolah sekarang ini, antara lain sebagaimana yang tersebut pada tabel
di bawah ini:
Tabel 2.2. Perbedaan antara pembelajaran CTL dengan Konvensional82
No Pembelajaran CTL No Pembelajaran
Konvensional
1 Peserta didik subyek belajar 1 Peserta didik sebagai
objek belajar
2 Kegiatan belajar lebih banyak
dengan melalui kegiatan
kelompok, seperti diskusi.
2 Peserta didik lebih
banyak belajar secara
individual, seperti:
mencatat, menghafal dan
lain sebagainya.
3 Pembelajaran
dikaitkan/dihubungkan
dengan kehidupan nyata yang
dialami atau dirasakan peserta
didik
3 Pembelajaran bersifat
teoritis atau abstrak
4 Kemampuan didasarkan pada
pengalaman-pengalaman
4 Kemampuan diperoleh
melalui latihan-latihan
5 Pengetahuan yang dimiliki
selalu berkembang seiring
dengan pengalaman yang
dialami peserta didik
5 Pengetahuan
tidak/kurang
berkembang karena
pengetahuan yang
diperoleh dikonstruk
oleh orang lain
6 Pembelajaran bisa terjadi di
mana-mana sesuai dengan
konteks dan kebutuhan
6 Pembelajaran hanya
terjadi di dalam kelas
82
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), 115-116.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
59
Dengan demikian menurut pengamatan peneliti untuk
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan CTL akan membantu guru dan peserta
didik melihat realitas kehidupan yang sesungguhnya untuk kemudian
secara bersama-sama mencari solusi untuk dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Pendekatan Konstruktivisme
Konstruktivisme83
merupakan landasan berfikir pendekatan
kontekstual. Yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
tidak dengan tiba-tiba. Kelebihan teori konstruktivisme ialah peserta
didik berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses
saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran
terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran
terbaru, perkaitan ini dibina sendiri oleh peserta didik.84
Menurut konstruktivis pembelajaran pembelajaran tidak hanya
sekedar menghafal tetapi peserta didik harus mampu membangun
pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik
bukan dari informasi yang diberikan oleh guru, melainkan dari proses
menemukan dan mengkonstruksi sendiri. Pengetahuan tidak dapat
dipisah-pisahkan menjadi fakta tetapi mencerminkan keterampilan
83
Falsafat konstruktivisme digagas oleh Mark Baldwin dan
dikembangkan oleh Jean Piaget. Menurut teori konstrutivis, pemerolehan
pengalaman peserta didik itu dari proses asimilasi dan akomodasi.
Pengetahuan selalu menunjukkan kepada struktur konsep yang dibentuk dan
pengetahuan tidak lepas dari orang atau subyek yang tahu. Pradigma
konstruktivism oleh Jean Piaget melandasi timbulnya strategi kognitif,
disebut juga teori meta cognition, merupakan keterampilan yang dimiliki
olsseh peserta didik dalam mengatur dan mengontrol proses berfikirnya yang
meliputi empat (4) jenis, yaitu: keterampilan pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, berfikir kritis dan kreatif. Lihat Martinus Yamis,
Paradigma Pendidikan Konstruktivistik: Implementasi KTSP dan UU. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta: Gaung Persada Press, 2005),
11. 84
Esdi Pangganti, ‚Macam-macam Pendekatan Pembelajaran‛, lihat
http://esdikimia.wordpress.com/category/kumpulan-jurnal-esdi/page/2/
(diakses pada hari Jum’at 29 September 2017).
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
60
yang dapat diterapkan.85
Untuk itu, strategi pembelajaran lebih
ditekankan kepada: (1) penyajian isi, menekankan pada penggunaan
pengetahuan secara bermakna mengikuti urutan dari keseluruhan
materi; (2) pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk melayani
pertanyaan atau tanggapan peserta didik; (3) aktivitas belajar lebih
banyak didasarkan pada data primer dan bahan manipulatif dengan
penekanan pada keterampilan berfikir kritis; dan (4) pembelajaran
ditekankan pada proses buka pada hasil.86
Berdasarkan pendapat ini,
hasil bukan tujuan, tetapi proses yang menentukan bagaimana hasil
yang dihasilkan.
Berbeda dengan pendapat di atas, menurut Kauchak (1998)
seperti dikutip Dede Rosyada, aliiran konstruktivisme
mengembangkan belajar dengan menekankan pada empat komponen
kunci utama, yaitu: pertama, peserta didik membangun
pemahamannyasendiri dari hasil mereka belajar bukan karena
disampaikan kepada mereka. Kedua, pelajaran baru sangat tergantung
pada pelajaran sebelumnya. Ketiga, belajar dapat ditingkatkan dengan
interaksi sosial. Keempat, penugasan-penugasan dalam belajar dapat
meningkatkan kebermaknaan proses pembelajaran.87
Artinya, bahwa
keberhasilan pembelajaran sangat berkaitan erat dengan apa yang
dialami oleh peserta didik.
Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan konstruktivisme lebih mengutamakan kepada keaktifan
peserta didik sebagai subyek pembelajaran dan guru sebagai mitra
dalam mendampingi mereka menemukan ilmu baru untuk kemudian
diterapkan didalam kehidupan sehari-harinya.
3. Pendekatan Pembelajaran PAKEM atau PAIKEM
Pengertian PAIKEM, secara bahasa dan istilah dapat
dijelaskan secara singkat, ia merupakan singkatan dari Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Dalam
85
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Pendidikan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL), (Jakarta: Depdiknas Dirjen
Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2003), 26. 86
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), 63. 87
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2007), 94.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
61
penerapannya, PAIKEM memiliki landasan yuridis formal sebagai
landasan hukum yaitu Undang-Undang RI Nomor 20Tahun 2003 pasal
1 ayat 1, pasal 39 ayat 2, dan pasal 40 ayat 2.88
Menurut paradigma Paulo Freire yang dikenal dengan nama
banking concept learning, selama ini peserta didik diberikan sebrbagai
pengetahuan dan informasi oleh guru dengan mengabaikan aktifitas
dan kreatifitas peserta didik di kelas. Peserta didik hanya diposisikan
sebagai ‚objek penampungan‛ wawasan dan pengetahuan guru
dianggap sebagai akhir dari proses pembelajaran.89
Imbasnya adalah
pembelajaran di kelas menjadi statis, monoton dan membosankan
serrta menghasilkan lulusan yang tidak kompetitif.
Pembelajaran aktif (active learning) ditujukan untuk
menciptakan peran peserta didikynag seluas-luasnya untuk
mengajukan pertanyaan,mengemukkan pendapat dan gagasan serta
mencari informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan
masalah.90
Model pembelajaran seperti inimerupakan peralihan dari
paradigma pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berorientasi pada peserta
88
Bunyi pasal 1: (1) adalah ‚Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendlian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara‛. Pasal 39: (2) berbunyi ‚Pendidikan merupakan tenaga
professional yang bertugas merencanakan pendidikan dan melaksanakan dan
melaksanakan pendidikan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada msyarakat, terutama bagi pendiidkan pada sekolah atau
madrasah‛. Dan pasal 40: (2) berbunyi ‚Pendidik dan tenaga kependidikan
berkewajiban: a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. b. mempunyai komitmen secara
profesionaluntuk meningkatkan mutu pendidikan. c. memberi teladan dan
menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya‛. 89
Paulo Freire, Education for Critical Consciousness (New York:
Continum, 1981), 88. Bandingkan dengan Moh. Yamin, Menggugat Pendididkan Indonesia: Belajar dari Paulo Freire dan Ki Hajar Dewantara
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), 154. 90
Suparlan, Pembelajaran Katif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(Bandung: Genosindo, 2009), 70.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
62
didik (student centered). Pola idi dapat mengembnagkan peserta didik
dalam menganalisa dan proses keterlibatan intelektual-emosional
peserta didik dalam proses pencapaian pembentukan keterampilan dan
penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan
nilai dan sikap.91
Untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-
harinya di lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat. Sedangkan
pembelajaran yang inovatif maksudnya adalah bahwa baik guru
maupun peserta didik hendaknya mampu memunculkan ide-ide dan
gagasan-gagasan baru yang positif dan lebih baik untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapakan.
Pembelajaran kreatif (creative learning) adalah model
pembelajaran yang menekankan guru untuk berusaha menciptakan dan
memuculkan kreatifitas berfikir dan bertindak peserta didik di dalam
kelas. Materi pembelajaran yang sedang dibahas diawali dengan
pertanyaan-pertanyaan kritis dari peerta didik untuk kemudian dicrai
pemecahannnya.
Untuk mampu berfikir kreatif ini menurut Abdurrahman Saleh
terdiri dari beberapa tahap, yaitu: pesiapan, inkubasi (merenungkan
hipotesa), iluminasi (perumpamaan/ketepatan hipotesa) dan verifikasi
(pengujian hipotesa untuk dijadikan sebuah rekomendasi),92
hasil dari
kreatifitas berfikir tersebut peserta didik memiliki kegiatan atau
keratifitas yang baru. Penerapan pembelajaran kreatif ini dapat
divariasikan dengan metode pembelajaran lain seperti CBSA,
pemecahan masalah dan sebagainya.
Unsur selanjutnya dari model pembelajaran PAIKEM adalah
pembelajaran efektif (effective learning). Pengalaman-pengalaman
baru (new experience) dan penugasan terhadap berbagai kompetensi
oleh peserta didik menjadi prasyarat untuk terciptanya pembelajaran
yang efektif. Pembelajaran yang aktif tetapi tidak efektif tidak
ubahnya seperti bermain di kelas.93
Dalam hal ini, guru harus mampu
melibatkan peserta didik dalam perencanaan dan proses pembelajaran
91
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum
(Jakarta: Quantum Teaching, 2005), 160-162. 92
Abdurrahman Saleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 162.
93Suparlan, Pembelajaran Katif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan,
70.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
63
sehingga mereka menjadi bergairah dan tertantang untuk terlibat
didalamnya.94
Dan inilah yang disebut dengan pembelajaran efektif.
Untuk mengimplementasikan pembelajaran yang efektif,
menurut Kennet D. Moore seperti dikutip Abdurrahman Saleh
setidaknya ada enam langkah yang harus ditempuh yaitu: pertama,
adanya perencanaan yang jelas. Kedua, perumusan tujuan yang hendak
dicapai. Ketiga, pemaparan perencanaan pembelajaran kepada peserta
didik. Keempat, proses pembelajaran dengan menggunakan strategi
yang tepat. Kelima, penutupan proses pembelajaran, dan keenam,
adanya evaluasi untuk mengukur keefektifan dan keberhasilan
pembelajaran.95
Semua proses tersebut melibatkan peserta didik,
karena merekalah objek sekaligus sebjek pembelajaran dalam rangka
pembentukan perilaku.
Pembelajaran yang menyenangkan adalah syarat utama untuk
tercapainya tujuan yang dikehendaki. Untuk itu iunsur terakhir dari
metode pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran yang
menyenangkan (joyful learning). Menyenangkan dalam pembelajaran
tidak dimaksudkan bahwa pembelajaran itu penuh dengan canda tawa
melainkan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik
tidak berada dalam tekanan (not under pressure). Pembelajaran yang
menyenangkan adalah suasana kebatinan dalam proses pembelajaran,
dimana peserta didiknya dapat mengembangkan dan memusatkan
seluruh perhatian dan fokusnya kepada belajar dengan tanpa beban.
Guru memposisikan dirinya sebagai fasilitator dan mitra belajar di
kelas. Keberhasilan dari pembelajaran ini dilihat dari dua aspek, yaitu
proses dan produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran ada
tidaknya tekanan dalam pembelajaran sehingga peserta diidk dapat
mengekspresikan seluruh kemampuannya untuk terlibat aktif dan
kreatif dalam pembelajaran. Sedangkan aspek produk mengacu kepada
pencapaian tujuan yang hendak dicapai. Dalam pelaksanaannya di
kelas pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan melalui
metode-metode simulasi, presentasi, games dan lain sebagainya.
94
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2007), 118. 95
Abdurrahman Saleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, 162.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
64
4. Pendekatan Humanistik
Adanya keanekaragaman suku, budaya dan agama yang
berkembang di masyarakat tentu harus menjadi perhatian utama dalam
pembelajaran. Pemilihan pendekatan dalam menyampaikan materi ajar
yang tepat akan melahirkan sikap saling menghormati dan menghargai
diantara peserta didik.
Pandangan filosofis yang menjadi wacana para ahli pendidikan
adalah bahwa pendidikan merupakan proses humanisasi atau
pemanusiaan manusia.96
Suatu pandangan yang berimplikasi pada
proses pendidikan serta berorientasi pengembangan aspe-aspek
kemanusiaan, baik secara fisik-biologi maupun ruhaniah-psikologis.97
Dalam pelaksanaannya, pengajaran humanistik mempunyai implikasi
bagi pengembangan kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik dan
ideologi.98
Dengan demikian, pembelajaran yang humanistik
merupakan sebuah nilai kodrati yang menjadi landasan sekaligus
tujuan pendidikan. kemanusiaan yang bersifat universal, golabl diatas
semua suku, aliran, ras, golongan dan agama.
Secara prinsip, manusia adalah makhluk yang diciptakan unik.
Manusia memiliki ciri khas ersendiri, demikian pula dengan peserta
didik. Implikasinya guru harus menyadari bahwa peserta didik
memilikiperbedaan antara satu dengan lainnya. Demokratisasi dalam
pembelajaran menjadi bagian yang tak terpisahkan. Sehingga
memaksakan kehendak kepada peserta didik merupakan tindakan yang
tidak humanis.99
Ini berarti dalam pembelajaran dengan pendekatan
humanistik di tengah-tengah keanekaragaman tidak akan terwujud
dengan baik dan mencapai tujuan jika tidak didukung oleh kondisi
yang demokratis.100
Penerapan pendekatan ini di sekolah mampu
menciptakan suasana kondusif dan demokratis.
96
Lihat Baharuddin dan Moh. Makin, Pendidikan Humanistik
(Yogyakarta; Ar-Ruzz Media Group, 2007), 19. 97
A. Malik Fadjar dalam Imam Tolkhah dan Ahmad Barizi,
Membuka Jendela Pendidikan: Mengurai Akar Tradisi Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 5.
98Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003), 92. 99
Abdul Munir Mulkan, Nalar Spiritual Pendidikan; Solusi Problem Filosofis Pendidikan (Yogyakarta; 2002), 273.
100Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas (terj), William F. O’neill
(Jakarta: LP3IS, 2000), Paulo Freire yang menyadarkan banyak orang bahwa
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
65
5. Pendekatan Sains dan Teknologi
Perkembangan ilmu teknologi (science) yang pesat dan disertai
semakin kritisnya masyarakat tentu berdampak terhadap cara berfikir
peserta didik di sekolah. Perubahan sikap akibat cepatnya informasi
yang diterima peserta didik harus mampu diimbangi oleh guru dalam
pembelajaran di sekolah. Maka dari itu penggunaan media teknologi
modern dan canggih seperti internet adalah keniscayaan yang tidak
bisa dihindari.
Sebagai sumber belajar, penggunaan teknologi canggih
diharapkan mampu membantu para guru dan peserta didik untuk
mencari berbagai sumber pengetahuan terbaru dengan cepat, instant
dan uo to date. Sumber belajar jenis ini lazimnya berupa media yang
dipersiapkan oleh semua guru dengan tenaga ahli media sehingga
hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Guru dan
ahli media berinteraksi dengan peserta didik berdasarkan satu
tanggungjawab bersama.101
Berbagai penelitian baik di dalam maupun di luar negeri
menunjukkan bahwa pemanfaatan bahan ajar yang dikemas dalam
bentuk media berbasis ICT (Information and Communication Technology) dapat meningkatkan kualitas pendidikan. bersamaan
dengan itu, pada generasi e-learning ini, kesadaran masyarakat akan
proses belajar mengajar dengan menggunakan media ICT akan
semakin besar. Berangkat dari keadaan tersebut, saat ini juga
merupakan waktu yang teapt untuk merangsang masyarakat agar mulai
menggunakan teknologi dalam upaya pengembangan sumber daya
manusia.102
Sedangkan dalam pelaksanaannya pendekatn ini dapat
dikolaborasikan dengan metode interactive, cooperative, partisipative, collaborative, inquiery dan problem solving karena pendekatan IT
termasuk kedalam pembelajaran yang berbasis pada peserta didik
pendidikan selama ini hampir dianggap sakral, penuh kebajikan ternyata
mengandung penindasan (dehumanisasi), ini bertentangan dengan fit}rah
manusia,. 101
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengaktifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), 157. 102
Wahyu Purnama, ‚Pengembangan Berbasis ICT,‛ (disampaikan
pada Workshop Pembelajaran Berbasis ICT di Dinas Pendidikan Provinsi
Sulawesi Selatan, 11-14 Agustus, 2008). Lihat
http://wahyupur.files.wordpress.com/2008/08 (diakses pada 3 Oktober 2017).
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
66
(student centered).103
Memanfaatkan dan menerapkan teknologi
informasi dan komunikasi di sekolah merupakan salah satu upaya
dalam mengembangkan kreativitas peserta didik dan meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kunci utama
untuk dapat mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran di sekolah adalah dapat melalui pendekatan ataupun
metode pembelajaran yang tepat, sehingga tidak menimbulkan rasa
bosan pada diri peserta didik untuk mengikuti pembelajaran di kelas
maupun di luar kelas.
103
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 263.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
67
BAB III
PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH ALAM SCHOOL
OF UNIVERSE
Pada Bab III ini peneliti memaparkan tentang profil dan
komponen pengembangan kreativitas dalam pembelajaran di sekolah
alam School of Universe yang merupakan obyek penelitian peneliti.
Secara umum komponen pembelajaran dapat dikatakan sebagai satu
kesatuan ekosistem yang tak terpisahkan dari lembaga pendidikan.
Suatu lembaga pendidikan akan berkualitas apabila di dukung oleh
komponen pembelajaran yang valid.1
Untuk mengetahui sejauh mana komponen pembelajaran yang
sesuai dengan indikator-indikator yang mencerminkan pengembangan
kreativitas melalui pembelajaran, berikut ini akan peneliti paparkan di
bawah ini.
A. Gambaran Umum School of Universe
Profil Sekolah Alam School of Universe School of Universe berdiri pada tahun 2001 yang dirintis
oleh Lendo Novo, seorang perintis sekolah alam di Indonesia.2
Tujuan berdirinya sekolah ini adalah ingin menciptakan sebuah
lembaga pendidikan yang lingkungan belajarnya baik, metode
pembelajarannya mengaktifkan peserta didik dan menciptakan
pembelajaran yang lebih mengarah pada berpikir bebas dan kritis.
Lingkungan belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu
baik yang bersifat fisik maupun non fisik yang berpengaruh terhadap
keberhasilan atau kegagalan pendidikan. Lingkungan yang bersifat
fisik dapat berupa tempat belajar seperti kelas, tempat ibadah, tempat
olah raga, dan tempat bermain. Sedangkan lingkungan yang bersifat
1Ahmad Rizali, Dari Guru Konvensional Menuju Guru Professional
(Jakarta: Gramedia, Widiasarana Indonesia, 2009), 26. 2Dokumentasi Sekolah Alam School of Universe. Profil ini juga
dapat dilihat dalam Liputan SCTV mengenai kurikulum berbasis alam dan
bisnis di School of Universe (SOU), Jl. Raya Parung 314 km. 43 Parung
Bogor,
Telp: 0251-8603233, Web : school-of-universe.com, Published on Feb 12,
2013.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
68
non fisik dapat berupa pola hubungan, pola komunikasi, dan pola
pergaulan.
Di School of Universe tempat belajar disetting dengan gaya
yang alami. Ruang-ruang pembelajaran seperti kelas tidak
berdinding, namun terbuka. Hal ini sesuai dengan konsep sekolah
yang ingin meminimalisir biaya pendidikan. Selain itu dengan model
bangunan seperti ini akan berdampak baik bagi kesehatan peserta
didik, karena peserta didik tidak akan merasakan kepenatan di dalam
ruangan.3
Kemudian ruang belajar tidak hanya di dalam ruangan,
tetapi dimana saja, seperti di kebun, taman, dan masjid.4
Guru dan
peserta didik akan bermusyawarah untuk menentukan tempat
pembelajaran berlangsung. Mereka akan memilih sesuai dengan
materi yang akan dikaji dan situasi ketika pembelajaran akan
berlangsung.
Pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik akan lebih
banyak melibatkan aktifitas peserta didik dalam mengakses berbagai
informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses
pembelajaran, sehingga peserta didik mendapatkan berbagai
pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman. Peserta didik di
School of Universe diupayakan untuk selalu aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga peran guru dalam pembelajaran adalah
sebagai fasilitator. Peserta didik diharapkan mampu mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan
mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa
belajar, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Di School of Universe peserta didik diberi kesempatan
yang seluas-luasnya untuk belajar. Oleh karena itu, guru harus
mengembangkan strategi pembelajaran yang memberi peluang lebih
besar bagi siswa untuk belajar. Sekolah menjadi second home bagi
peserta didik, sehingga mereka nyaman menghabiskan waktu di
sekolah dengan belajar, berdiskusi, menyelesaikan tugas-tugas
kelompok, membaca dan aktivitas pembelajaran lainnya.
School of Universe adalah perpanjangan atau kelanjutan
dari sekolah alam, yaitu sekolah alam Ciganjur. Pada masa lalu
3Berdasarkan hasil wawancara dengan Lendo Novo, Senin, 10
April, 2017 4Berdasarkan wawancara dengan Burhan guru Agama SD School of
Universe, Kamis, Mei 2017, School of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
69
Rasulullah di didik dengan alam, bagaimana beliau mengembala
yang harus melalui panasnya terik matahari. Hal ini menunjukkan
bahwa alam pada hakikatnya mendidik manusia. Karena itu
Lendo mendirikan sekolah alam. Apalagi Indonesia terkenal dengan
alamnya yang kaya. Untuk memperluas jaringan sekolah alam dan
mengaplikasikan konsep idealnya tentang sekolah atau pendidikan,
maka sekolah alam School of Universe didirikan.
School of Universe merupakan sekolah berbasis Islam, yang
dasar pendirian sekolah ini adalah sirah Nabawiyah, yaitu kisah-
kisah Nabi yang berkaitan dengan aspek- aspek pendidikan
misalnya kisah Nabi ketika berdagang.
Sebenarnya sekolah alam
School of Universe adalah sekolah bisnis. Hal itu mengingat bahwa
Rasulullah pada masa itu sukses dengan berdagang. Selain itu, salah
satu harapan sekolah alam School of Universe ini adalah ingin
lulusannya menjadi pengusaha yang sukses. Konsep ini bisa diambil
dari kisah Rasulullah ketika berdagang.5 Seperti ketika Nabi pertama
kali berdagang ikut dengan pamannya. Ikutnya Nabi berdagang
dengan pamannya sekolah alam School of Universe dinamakan
dengan pemagangan. Pemagangan ini dijadikan konsep yang paling
diutamakan dalam kurikulum sekolah alam School of Universe.
Berdasarkan pada hal di atas, pemagangan yang dilakukan
sekolah alam School of Universe dalam satu tahun ada tiga kali
pemagangan.6 Semester pertama dua kali magang dan semester kedua
satu kali magang. Dari mulai tingkat sekolah dasar (SD) pemagangan
sudah diaplikasikan. Namun pemagangan untuk tingkat sekolah dasar
(SD) ini masih dilakukan di dalam lingkungan sekolah. Misalnya
magang dalam tema "Kebersihan", maka magangnya di tempat
kebersihan dengan membagi peserta didik menjadi beberapa
kelompok. Selain itu misalnya tema tentang "perpustakaan", maka
peserta didik akan dibagi tugas untuk magang di perpustakaan
sekolah. Sedangkan pada tingkat sekolah menengah (SM), kegiatan
magang sudah mulai dilakukan di luar lingkungan sekolah.
5Berdasarkan wawancara dengan Burhan, Guru Agama SD School of
Universe, Kamis 20 April 2017, School of Universe Parung Bogor. 6Berdasarkan wawancara dengan Burhan, Guru Agama SD School of
Universe, Kamis 20 April 2017, School of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
70
Sekolah ini berada di bawah naungan yayasan yang
dibantu oleh konseptor sekolah.7
Jenjang pendidikan yang ada saat
ini adalah Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), dan
Sekolah Menengah (SM). Sekolah ini disesuaikan dengan standar
bidang pendidikan di Indonesia dan semua fasilitator kelas (guru)
minimal menyandang gelar sarjana (S1).
Sebagai sebuah sistem pendidikan yang baru dan mempunyai
konsep yang berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya,
sekolah alam kurang mendapat apresiasi dari masyarakat dan
pemerintah. Ketika pertama kali sekolah alam dipromosikan pada
masyarakat setempat, mereka masih belum menerima konsep
sekolah alam.8 Maka ketika pertama kali berdiri, sekolah alam
hanya mempunyai empat orang peserta didik yang salah satunya
adalah anak Lendo Novo sendiri.
Selain itu, pemerintah juga tidak memberikan apresiasi
terhadap sekolah alam. Ketika sekolah meminta perizinan membuat
sekolah, Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) tidak
memberikan izin, karena sekolah alam yang tidak ada gedung dan
kursi, dan sistem membebaskan peserta didik dari pakaian seragam
dianggap tidak layak sebagai sebuah sekolah.9 Walaupun demikian,
Lendo tetap bertahan dan memperjuangkan sekolah alam untuk
tetap berjalan meskipun belum diterima di masyarakat dan belum
mendapatkan izin dari pemerintah.
7Yayasan yang menaungi sekolah alam School of Universe adalah
Yayasan Semesta Alam. 8Dalam konsep masyarakat Indonesia sekolah dalah sebuah lembaga
pendidikan yang mempunyai gedung berdinding untuk kelas, meja dan kursi
untuk belajar, siswa memakai seragam sehingga ketika itu sekolah
digratiskan pun, masyarakat setempat tidak berminat. Padahal menurut
Lendo Novo, pendidikan itu yang terpenting adalah isi pendidikannya dan
prosesnya. Sebagaimana Rasulullah ketika mengajar para Sahabat, beliau
mengajar di bawah pohon kurma, lebih ekstrim dari sekolah alam, tetapi
menghasilkan orang-orang hebat. Maka menurut Lendo, inti sekolah atau
belajar itu adalah dialektika antara guru dengan murid, mau belajar di
saung, hotel, sungai, atau dimanapun, selama ada dialektika itu sekolah
atau belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Lendo Novo, Senin,
10 April, 2017 9DEPDIKNAS adalah salah satu lembaga yang memberikan
perizinan bagi sekolah.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
71
Pada tahun 2000, pemerintah Indonesia merubah kurikulum
1994 menjadi kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).10
Ketika KBK akan dikampanyekan, hanya sekolah alam yang paling
siap melaksanakan program KBK, sehingga sekolah alam dijadikan
model untuk kurikulum KBK ini, karena sekolah alam dianggap
menjalankan konsep tersebut.
Di dunia Internasional, sekolah alam mendapatkan apresiasi
dari Ashoka Foundation, yaitu Ashoka Fellow pada tahun 2003 oleh
sebuah lembaga Humanitas Internasional yang berpusat di Amerika.
Penghargaan ini merupakan pengakuan dan penghargaan atas
kegiatan Lendo di bidang wirausaha sosial dengan gagasan baru,
keahlian dan visi mengimplementasikan pembaruan sosial yang luas
di bidang kepedulian sosial. Sebuah penghargaan bagi perubah-
perubah sosial dan sekolah alam dianggap mampu merubah konsep
sekolah.11
Berawal dari gagasan Lendo, sekolah alam saat ini
berkembang. Tidak hanya dari kelompoknya Lendo, banyak juga
pihak lain yang menyelenggarakan sekolah berbasis alam, baik
sesuai dengan konsep sekolah alam Lendo maupun berbeda.12
Hal ini
sesuai dengan harapan Lendo yang berharap sekolah alam tersebar
di seluruh Indonesia, sehingga menjadi contoh positif bagi sekolah-
sekolah lain. Beberapa sekolah alam yang ada saat ini misalnya: Di
wilayah Jakarta, yaitu Sekolah Alam Ciganjur dan Sekolah Citra Alam
10
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau kurikulum 2004
mulai diberlakukan secara berangsur-angsur tahun ajaran 2004-2005.
Kurikulum ini memiliki beberapa karakteristik diantaranya adalah: (1)
menekankan pada ketercpaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal (2) berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman (3)
penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
bervariasi (4) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif (5) penilaian menekankan pada
proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi. Departemen Pendidikan Nasional, Pelaksanaan Kurikulum Berbasisi Kompetensi, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang, 2002), 3.
11Maulana D. Kembara, Panduan Lengkap Home Schooling
(Bandung: Progressia Syamil Cipta Media, 2007), 12. 12
Maksud berbeda disini adalah bahwa sekolah yang dianggap
sama dengan konsep sekolah alam Lendo adalah sekolah yang berada dibawah
pimpinan Lendo. Sedangkan sekolah alam yang berbeda dengan Lendo
adalah sekolah yang bukan atas pimpinan Lendo.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
72
Ciganjur. Di wilayah Bogor Jawa Barat ada Sekolah Alam Cikeas,
School of Universe Parung, Sekolah Alam Bojong Kulur, Sekolah
Alam Bambu Item dan Sekolah Alam Depok.13
Kemudian di
wilayah- wilayah lain, yaitu:14
Sekolah Alam Bandung di Bandung
Jawa Barat, sekolah Peradaban di Cilegon Banten, Sekolah Alam
Insan Mulia di Surabaya, Sekolah Alam Nature Islam di Bekasi,
Sekolah Alam Ar-Ridho di kota Semarang Jawa Tengah, Sekolah
Alam Generasi Rabbani Gondang Legi di Malang, Sekolah Dasar
Islam Terpadu (SDIT) Alam Nurul Islam di Yogyakarta dan S e ko l ah
Ala m Ju ran k Ka nd a n g Do ank di Pamulang Tangerang.15
Sekolah alam School of Universe yang menjadi objek
penelitian peneliti memiliki luas tanah keseluruhan 9330 m2.
Sekolah ini berlokasi di wilayah Bogor, tepatnya di Jalan Raya
Parung 314, desa Lebak, kelurahan Pemagar Sari, kecamatan Parung,
kabupaten Bogor, Jawa Barat. 18 km sebelah selatan kota Jakarta.
Adanya sekolah alam School of Universe tersebut untuk memenuhi
13
Sek olah Ala m Bojong Kultur berada d i wila yah Bogor.
Sekolah Alam Cikeas berada di wilayah Bogor, berdiri pada tahun 2006.
Sekolah Alam Depok berada di kawasan kota hujan, yaitu kota Bogor.
Sedangkan School of Universe berada di daerah Bogor Selatan, yaitu di
Parung. Wawancara pribadi dengan kepala sekolah SD ibu Rizka Amalia
Syarif School of Universe, Kamis 27 April 2017, School of Universe Parung
Bogor. 14
Sekolah Alam Bandung berada di kota Bandung Jawa Barat.
Sekolah ini berdiri pada tahun 2000 dan merupakan cabang dari sekolah Alam
Ciganjur. Sekolah Alam Insan Mulia berada di kawasan Surabaya. Sekolah
Peradaba n berada d i ka wasan Cilegon Banten. Sekolah Al am Natu r Islam
terletak di kota Bekasi, didirikan pada bulan Juni tahun 2006 di bawah
Yayasan Alam Natur Islam. Sekolah Alam Ar-Ridho yang berada di Kota
Semarang Jawa Tengah berdiri pada tahun 2006. Sekolah ini terinspirasi
dari Sekolah Alam Ciganjur. Sekolah Alam Generasi Rabbani Gondang
Legi berada di Malang. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Alam Nurul
Islam di Yogyakarta dan Sekolah Alam Jurank Kanda ng D o a nk berada di
Pamulang Ciputat Tangerang. Berbeda dengan sekolah alam lainnya, S ek
ola h Ala m J u r an k Kan d an g D o an k yang berada di Pamulang Ciputat
Tangerang ini adalah sekolah yang hanya dilakukan pada hari libur, seperti
hari minggu. Sekolah ini digagas oleh seorang artis Indonesia yang bernama
Dik Doank. 15
Berdasarkan buku panduan akademik sekolah alam School of
Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
73
dan membantu orang tua peserta didik dalam menyekolaha anaknya,
karena secara geografis letak sekolah ini berada pada jalan alternatif
serta jarak antara sekolah satu dengan yang lainnya sangat berjauhan.
Sehingga dengan adanya sekolah alam School of Universe
masyarakat di sekelilingnya lebih memeilih untuk bersekolah di
sekolah tersebut.
Gambar 3.1. : Lokasi Sekolah Alam School of Universe
Parung Bogor
Visi dan Misi Sekolah Alam School of Universe Setiap sekolah harus memiliki visi. Visi adalah wawasan yang
menjadi sumber arahan bagi sekolah dan digunakan untuk memandu
merumuskan misi sekolah. Dengan kata lain, visi adalah gambaran
masa depan yang diinginkan oleh sekolah, agar sekolah yang
bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan
perkembangannya.16
Kata visi dalam Kamus Inggris Indonesia berasal
16
Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Pendidikan Menengah Umum, 2001), 33.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
74
dari Bahasa Inggris yaitu vision yang berarti penglihatan, daya lihat,
pandangan impian atau bayangan.17
Visi dan misi sebuah lembaga pendidikan sangat diperlukan
karena merupakan arah yang akan dituju oleh perjalanan suatu
lembaga pendidikan. Pengembangan lembaga pendidikan tidak akan
terarah tanpa adanya visi dan misi yang jelas. Visi merupakan mimpi
besar yang ingin dicapai pada suatu program atau kegiatan. Dalam hal
ini visi yang ingin dicapai sekolah alam School of Universe adalah
"mengembalikan manusia pada tujuan penciptaan hidupnya." Tujuan penciptaan manusia tersebut adalah untuk menjadi khalifah di
muka bumi.18 Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam Qur'an
surat Al-Baqarah ayat 30, yaitu "Ingatlah ketika Tuhan berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia di muka bumi ini" …".
19
Visi sekolah alam adalah ingin mengembalikan kesadaran
dari tiap individu bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk
menjadi khalifah atau pemimpin di bumi. Setiap manusia adalah
pemimpin, yang paling tidak memimpin diri mereka sendiri untuk
survive di bumi ini. Karena kelak setiap individu manusia akan
dimintai pertanggungjawaban dari apa-apa yang dipimpinnya sebagai
amanah. Sekolah alam School of Universe juga memiliki visi yang
17
John M. Echols dan Hassan Syadily, Kamus Inggris Indonesia
(Jakarta: Gramedia, 2003), 631. 18
Tujuan ini juga diungkapkan oleh Abdurrahman An-Nah}lawi bahwa
Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk menjadi khalifah di muka
bumi. Dan pendidikan harus memiliki tujuan yang sama dengan tujuan
penciptaan manusia. Lihat. Abdurrahman An-Nah{lawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004),
cet.ke-4, 117. Lihat pula. Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1996), 35. hal ini juga
diungkapkan Hasan Langgulung, bahwa tugas pendidikan adalah memelihara
kehidupan manusia agar dapat mengemban tugas dan kedudukan sebagai
khalifah. Lihat. Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1986), 33.
19Sesuai dengan Q.S Al-Baqarah ayat 30:
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
75
berorientasi kepada moral pembelajar sebagai indikator dari
pembelajaran dengan mengapresiasi potensi-potensi anak didik.
Misi merupakan kelanjutan daripada visi, artinya dalam
mengupayakan tercapainya visi tersebut di atas, maka
ditentukanlah misinya. Misi sekolah alam School of Universe
sebagaimana visinya adalah mendampingi setiap anak manusia
sebagai khalifah di muka bumi untuk menjadi "pemimpin" yang
harus memiliki: ketakwaan (cara tunduk atau akhlak kepada sang
Pencipta), logika (cara mengelola bumi sesuai dengan sunnatullah atau science dan teknologi) dan kepemimpinan (kepemimpinan yang
sesuai dengan Rasulullah), sehingga dapat menebar ‚rahmat‛ bagi
seluruh alam.
B. Komponen Pembelajaran di Sekolah alam Scool of Universe
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Tipe atau gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku
seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak
buahnya. Apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan dan cara
pemimpin bertindak dalam mempengaruhi bawahannya membentuk
gaya kepemimpinannya. Secara teoritis telah banyak dikenal gaya
kepemimpinan, namun gaya mana yang terbaik tidak mudah untuk
ditentukan. Menurut Ngalim Purwanto dan Syaiful Sagala,20
diantara
tipe-tipe kepemimpinan tersebut antara:
Pertama: tipe otokrasi adalah tipe kepemimpinan yang
otoriter yang cenderung menganut nilai organisasional yang berkisar
pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan.21
Kedua: tipe laizzes faire adalah tipe kepemimpinan yang memberi
kebebasan secara keliru dengan membiarkan bawahannya bekerja
semau mereka sendiri tanpa ada control dan koreksi, pimpinan
hanya sebagai symbol atau boleh dikatakan tidak ada kepemimpinan
sama sekali.22 Ketiga: tipe demokratis adalah tipe kepemimpinan yang
20
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-17, 50. Lihat juga Saiful
Sagala dalam Administrasi pendidikan Kontemporer (Bandung: CV Alfabeta,
2006), Cet. Ke-3, 152. 21
Sivasailam Thiagarajan, Thiagi's Interactive lectures : power up your training with interactive games and exercises (American: Alexandria Va
Society for Training and Development, 2005), 13. 22
Helmi Zein, Kepemimpinan dan Kinerja Guru di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta (Jakarta: Ciputat Press, 2010), 55.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
76
menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting, tipe
kepemimpinan yang berpusat pada anak buah (employee centre)
kepemimpinan kesederajatan (equalitarian) hubungan antara
pemimpin dan orang-orang yang dipimpin diwujudkan dalam bentuk
human relationship yang didasari prinsip saling menghargai dan saling
menghormati.
Keempat: tipe paternalistik adalah suatu tipe
kepemimpinan yang menganggap bawahannya belum dewasa dan
belum mampu mengambil kebijakan sendiri sehingga overprotective dalam mengambil kebijakan. Kelima: tipe kharismatik adalah tipe
kepemimpinan yang mampu mempengaruhi orang lain dengan
mendayagunakan keistimewaan atau kelebihan dalam sifat atau asfek
kepribadiannya, sehingga menimbulkan rasa hormat, rasa segan, dan
kepatuhan yang tinggi bagi para pengikutnya.
Untuk memotret gambaran tipe kepemimpinan di Sekolah
alam School of Universe, penulis telah menginterview bebarapa dewan
guru, ketua yayasan dan kepala sekolah dengan beberapa kriteria
sebagai berikut:
Pertama, pimpinan yayasan dalam berhubungan dengan
bawahan adalah sebagai mitra kerja bukan sebagai bawahan
dengan membuka ruang komunikasi dan selalu mengajak mereka
bermusyawarah dalam membuat keputusan, hal ini diungkapkan
oleh kepala sekolah SD juga mengatakan bahwa antara pimpinan
yayasan, kepala sekolah dan guru harus bekerja sama dengan baik
sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing tanpa
membedakan status dan tidak menjaga jarak karena musyawarah.
Dalam pendidikan harus kita terapkan di sekolah alam School of
Universe ini.23
Sama saja antara kepala sekolah dan guru, kepala
sekolah juga sebagai guru yang diberi tugas tambahan. Guru sangat
diharapkan dapat memberikan ide-ide kepada kepala sekolah.24
Menurut T Handoko, berhasil atau tidaknya kepala sekolah
dalam menjalankan semua tugas dan fungsi sebagai pemimpin sangat
bergantung juga kepada kemampuan dan keahliannya dalam
23
Wawancara pribadi dengan kepala sekolah SD ibu Rizka Amalia
Syarif School of Universe, Kamis 27 April 2017, School of Universe Parung
Bogor. 24
Wawancara pribadi dengan kepala yayasan sekolah alam School of
Universe Bapak Lendo Novo, Senin 10 April 2017, School of Universe Parung
Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
77
berkomunikasi.25
Dengan keahlian dan kemampuan komunikasi efektif
pada diri seorang pemimpin, maka diharapkan ia akan dapat
menjalankan semua tugas dan fungsinya dengan baik. Kunci utama
komunikasi yang efektif,26
yaitu pemimpin harus merumuskan
perasaan, pemikiran, kecemasan dan harapan anggotanya.27
Kedua, Menurut salah seorang guru SD sekolah alam, dalam
hal-hal yang sangat prinsipil dan tertentu pimpinan bisa saja sebagai
penentu keputusan dalam musyawarah, akan tetapi dalam hal lain
yang berkaitan dengan tugas dan fungsi keguruan, misalnya dalam
rapat pleno kenaikan kelas, pimpinan tetap mendengar masukan dari
wali kelas dan dewan guru yang lain, dalam hal ini keputusan akan
tetap diambil secara demokratis melalui pendapat kolektif.28
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kepemimpinan di
sekolah alam School of Universe adalah kolektif sehingga keputusan
yang menyangkut kebijakan maupun program di sekolah School of
Universe akan selalu diputuskan dalam musyawarah sebagai cerminan
dari nilai-nilai demokratis.
Ketiga, membagi kekuasaan dengan mendelegasikan
wewenang. Pimpinan yayasan atau kepala sekolah berhalangan
menggantikannya. Tujuan utama pendelegasian adalah agar sekolah
dapat menggunakan sumber dayanya secara efisien. Pimpinan sekolah
alam dalam mendelegasikan tugasnya telah mempunyai sistem
tersendiri, sebagaimana diatur dalam kebijakan-kebijakan sekolah alam
dalam pasal 25 ayat (7) yang berbunyi: ‚Bilamana pimpinan yayasan
atau kepala sekolah berhalangan tidak tetap, maka wakil kepala bidang
akademik dan kurikulum secara otomatis menajdi pelaksana harian
pimpinan‛.29
25
Komunikasi adalah proses dimana fungsi-fungsi manajemen
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat dicapai.
Lihat Manajemen 2 karya T. Handoko (Yogyakarta: BPPE, 1998), 272. 26
Efekfif artinya melakukan pekerjaan yang harus dilakukan atau
metode (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan. Lihat Manajemen T.
Handoko, 7. 27
Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan praktek 2
(Bandung: Bina Cipta, 1977), 104 28
Berdasarkan wawancara dengan M. Burhan guru Agama Islam SD
School of Universe Kamis 27 April 2017, School of Universe Parung Bogor. 29
Wawancara pribadi dengan kepala sekolah SD ibu Rizka Amalia
Syarif School of Universe, Kamis 27 April 2017, School of Universe Parung
Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
78
Menurut ketua yayasan sekolah alam Lendo Novo bentuk
pendelegasian yang dia lakukan jika berhalangan dengan memberikan
wewenang secara fleksibel dan kondisional sesuai dengan bidang yang
diperlukan.
Keempat, sikap terbuka dalam menerima kritik dan saran.
Pimpinan sekolah alam dan kepala sekolah selalu terbuka dalam
menerima kritik dan saran, hal tersebut diungkapkan oleh salah
seorang guru SD sekolah alam, bahwa pimpinan selama ini dianggap
telah cukup terbuka dalam menerima kritik dan saran misalnya
dalam briefing setiap hari senin dimana para guru tidak sungkan
memberi masukan dan kritik terhadap berbagai kebijakan yang
dianggap kurang efektif.30
Pada setiap hari senin kepala sekolah
mengadakan briefing dengan para guru untuk membicarakan kegiatan
belajar mengajar. Pimpina sekolah alam bermusyawarah dengan
para guru dan seluruh staf tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan pembelajaran berikut pemecahan masalahnya. Kegiatan
briefing ini tiap minggu dilakukan, dilaksanakannya pada setiap hari
senin secara terus-menerus tetapi bergantian maksudnya minggu ini
briefing untuk membahas kegiatan belajar mengajar dengan
berbahasa Indonesia dan minggu depan briefing dengan berbahasa
inggris dan terus menerus seperti itu. Hal ini dimaksudkan disamping
kesulitan kegiatan belajar mengajar dapat di atasi juga untuk
melatih para guru agar mahir berbahasa inggris karena selalu di latih
pada tiap minggu. Sedangkan pada tiap bulan juga dilakukan briefing
dari rumah ke rumah (dari rumah guru yang satu kerumah guru yang
lain secara bergantian).31
Hal ini dimaksudkan agar terjadi keakraban
dan sifat kekeluargaan yang mendalam.
Seorang pemimpin yang baik menurut Ngalim Purwanto akan
menerima bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari
dewan guru begitu juga kritik-kritik yang membangun akan
diterima dengan sikap yang bijak dan terbuka sebagai umpan balik
untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan
30
Wawancara pribadi pimpinan sekaligus pengggagas sekolah alam
School of Universe Lendo Novo, Senin 10 April 2017, School of Universe
Parung Bogor. 31
Wawancara pribadi dengan kepala sekolah SD ibu Rizka Amalia
Syarif School of Universe, Kamis 27 April 2017, School of Universe Parung
Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
79
berikutnya.32
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pimpinan
sekolah alam School of Universe selalu terbuka dalam menerima
pendapat saran dan kritik yang bersifat konstruktif dalam setiap
musyawarah.
Kelima, penghargaan Pimpinan terhadap martabat guru
dengan prinsip keadilan, sedangkan keadilan merupakan nilai-nilai
kemanusiaan yang asasi yang menjadi menjadi pilar bagi berbagai
aspek kehidupan, baik individual, keluarga, dan masyarakat. Dalam
hal ini Yusuf Qordawi menjelaskan bahwa keadilan adalah
memberikan sesuatu yang berhak, baik secara pribadi maupun
kelompok dengan nilai apapun tanpa melebihi atau mengurangi
sehingga tak ada yang merasa dicurigai atau diselewengkan haknya
oleh orang lain.
Pimpinan sekolah alam dan kepala sekolah selalu bersikap
terbuka dan menghargai martabat bawahan dalam arti memperlakukan
manusia sebagaimana adanya tanpa membedakan antar guru yang
satu dengan yang lain dalam berbagai hal. Baik yang berkaitan dengan
reward, punishment maupun dalam hal keterbukaan dalam
mengungkapkan pendapat, sebagaimana diungkapkan oleh salah
seorang guru SD sekolah alam Scool of Universe bahwa sikap
pimpinan sangat demokratis, selalu menghargai para guru dalam
melaksanakan program sekolah.
Keenam, perilaku dan kepribadian pimpinan. Kepribadian
adalah sifat khas dari pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi
pengikut misalnya berupa keteladanan dalam kedisiplinan. Pimpinan
dan kepala sekolah dalam menggerakkan roda organisasi menggunakan
pendekatan keteladanan sebagaimana hal tersebut disampaikan salah
seorang guru SD sekolah alam bahwa keteladanan kepala sekolah yang
bisa di contoh bawahannya adalah dalam kedisiplinan. tetapi dalam
sekup organisasi kepala sekolah memang harus menjadi teladan bagi
bawahannya dan guru harus juga menjadi teladan bagi peserta
didiknya.33
Dalam berbagai interview dengan pimpinan sekolah alam
serta kepala sekolahnya maupun dewan guru dalam hal kehadiran
32
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 30. 33
Berdasarkan wawancara dengan Rosyid, Tim operasional sekolah
alam School of Universe, Rabu 1 Februari 2017 di School of Universe Parung
Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
80
didalam melaksanakan tugas, hampir semua mengatakan tidak pernah
terlambat dengan alasan agar dijadikan teladan oleh guru dewan guru
maupun para peserta didik. Ini artinya pimpinan pimpinan sekolah
alam serta kepala sekolah berusaha menanamkan perilaku
keteladanan baik kepada bawahannya maupun sebagai seorang guru
yang akan diteladani oleh peserta didiknya.
Rizka Amalia Syarif mengemukakan bahwa seorang pemimpin
harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian
dasar, pengalaman dan pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam
kepemimpinannya yang demokratis seperti sifat jujur, percaya diri,
tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa
besar, punya emosi yang stabil dan bisa menjadi teladan.34
Dari hasil interview melalui beberapa kriteria di atas, baik
dengan dewan guru maupun dengan pimpinan, dapat penulis
simpulkan bahwa tipe kepemimpinan sekolah alam School of
Universe mengindikasikan ke arah kepemimpinan yang terbuka dan
partisipatif dan situasional.35
Hanya saja meskipun pimpinan
sekolah alam ingin bersifat demokratis, namun biasanya situasi dan
kondisi akan menuntut seorang pemimpin bersikap lain; misalnya
harus otoriter laisez faire dan demokratis. Karena dalam hal tertentu
sifat kepemimpinan otoriter lebih tepat digunakan dalam pengambilan
suatu keputusan. Dengan dimilikinya ketiga sifat tersebut sekaligus
oleh seorang pemimpin, maka dalam menjalankan roda
kepemimpinannya di sekolah, seorang pemimpin akan dapat
34
Wawancara pribadi dengan kepala sekolah SD ibu Rizka Amalia
Syarif School of Universe, Selasa 2 Mei 2017, School of Universe Parung
Bogor. 35
Ciri-ciri dan memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) dalam
proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa
bawahan adalah orang yang mulia, sehingga selalu melibatkan mereka dalam
berbagai hal menyangkut kebijakan dan program sekolah (2) selalu
berusaha mensinkronnisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi bawahannya, (3) senang menerima saran,
pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya; (4) selalu berusaha
mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; (5)
memberikan kebebasan dan kepercayaan yang seluas-luasnya kepada
bawahan dengan tidak melepaskan tanggung jawab pengawasan; (6) selalu
berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya; (7)
dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
81
menggunakan strategi yang tepat, sesuai dengan tingkat kematangan
para tenaga kependidikan yang ada.
2. Perekrutan dan Pembinaan terhadap Guru
Guru merupakan faktor yang dominan dalam keberhasilan
pendidikan di sekolah dalam melakukan proses transformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi serta internalisasi etika dan moral.36
Pada
proses pendidikan tersebut, profesionalisme37
tenaga pendidik
merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Profesionalisme seorang pendidik akan berdampak
langsung pada peningkatan kemampuan belajar peserta didik di
sekolah serta akan berdampak tidak langsung pada peningkatan
kualitas sekolah.
Seorang tenaga kerja yang profesional harus memiliki standar
mutu tertentu. Menurut Indra Djati Sidi,38
ada beberapa persyaratan
minimal yang harus ada pada seorang pendidik yang profesional,
yaitu memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai,
memiliki kompetensi keilmuan sesuai bidang yang ditekuninya,
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan peserta
didik, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja
dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan
pengembangan diri secara terus menerus.
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi,39
semua
pendidik yang ada di sekolah alam School of Universe adalah
36
Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru (Jakarta: Paramadina, 2001), 37.
37Profesionalisme adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang yang menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Lihat.
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I, Pasal
I, Ayat I. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 bab XI Pasal 39 ayat 2 dinyatakan bahwa pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 38
Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru (Jakarta: Paramadina, 2001), 37.
39Wawancara pribadi pimpinan sekaligus pengggagas sekolah alam
School of Universe Lendo Novo, Senin 10 April 2017, School of Universe
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
82
lulusan jenjang pendidikan Strata 1 (S-I). Hal ini menunjukkan
bahwa tenaga pendidik di sekolah telah memenuhi standar
kualifikasi. Sekolah alam School of Universe tidak mewajibkan
pendidiknya lulusan dari kejuruan kependidikan, hal ini terlihat dari
banyak alumni yang menjadi pendidik di Sekolah Alam School of
Universe dari luar kejuruan pendidikan seperti ITB, UI, IPB dan
UNPAD. Karena itu, untuk membekali pendidik teknik
pembelajaran, sekolah memberikan pelatihan-pelatihan
kependidikan kepada pendidik. Selain itu juga di anjurkan untuk
mengambil program akta IV.
Para guru adalah sumber daya manusia pilihan yang
memiliki skill, kreativitas dan akhlak yang mulia. Disamping
kemampuan akademis yang jadi persyaratan untuk jadi guru di
sekolah alam School of Universe, hal yang diutamakan adalah
akhlak yang baik, sehingga bisa memberikan teladan bagi siswa
dimanapun berada. Rasa cinta dan rasa empati terhadap anak juga
menjadi prioritas utama dalam penyeleksian guru.
Mekanisme penerimaan guru merupakan hal yang sangat
penting, karena pada tahap penerimaan ini dapat memilih dan
menyeleksi calon-calon guru sesuai dengan kriteria yang diinginkan
bagi cita-cita dan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Kesalahan
dalam menyeleksi guru dapat berakibat fatal bagi kelangsungan
kegitan pembelajaran dalam hubungannya dengan pencapaian
tujuan dan cita-cita lulusan yang diinginkan.
Sekolah alam School of Universe dalam menerima calon
pendidik atau guru mengadakan seleksi secara ketat. Seleksi
dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu tahap seleksi berkas,
kemudian tes wawancara dan micro teaching. Selain itu, untuk
mengetahui sejauhmana kemampuan dan kepribadian calon guru,
sekolah juga melakukan tes dengan cara calon guru terlibat
langsung kegiatan-kegiatan luar pembelajaran. Seperti pada kegiatan
outbound, penyeleksian dilakukan dengan tujuan untuk
mempertimbangkan kemampuan calon guru baik dari segi kualifikasi
Parung Bogor. Dalam konsep sekolah alam, ada tiga komponen yang harus
diperhatikan dalam membina sebuah pendidikan. Yaitu pendidik atau guru
yang berkualitas, metodologi pendidikan yang tepat, dan buku-buku
bermutu sebagai sumber belajar.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
83
pendidikan, kepribadian, maupun pemahaman keagamaan termasuk
kemampuan membaca dan menulis al-Qur'an.40
Pendidikan agama adalah salah satu materi tes seleksi masuk
bagi guru. Materi itu yang paling utama adalah membaca dan menulis
al-Qur'an dan wawasannya tentang keagamaan atau keislaman.
Terkait dengan guru Agama School of Universe mempunyai guru
Agama dari lulusan UIN Jakarta dan PTIQ Jakarta karena memang
kampus tersebut konsen terhadap ilmu keagamaan termasuk baca
tulis Al-Qur’an.
Penilaian kelulusan guru ditentukan oleh para guru yang
mengobservasi kegiatan tersebut. Kemudian dimusyawarahkan
dengan seluruh guru yang nantinya akan diserahkan atau dibawa
dalam sebuah musyawarah. Dalam musyawarah tersebut akan
dihadirkan para dewan guru, kepala sekolah, dan komite sekolah
untuk merundingkan keputusan.
3. Perekrutan dan Pembinaan terhadap Peserta Didik
Peserta didik School of Universe sangat beragam atau dapat
disebut berasal dari berbagai latar belakang keluarga yang berbeda-
beda, baik dari segi ekonomi, pemahman agama dan minat
menyekolahkan, penelitian ini hanya pada tingkat SD. Peserta didik
merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Tanpa adanya peserta
didik maka kegiatan pembelajaran tidak akan terjadi. Peserta didik
adalah individu unik yang mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda. Pada dasarnya sasaran pendidikan adalah peserta didik. Oleh
Karena itu, pemahaman tentang peluang pendidikan seharusnya selalu
diorientasikan pada pemikiran peluang bagi peserta didik. Adapun
jumlah peserta didik di SD School of Universe adalah sebagai
berikut:
Jumlah total peserta didik School of Universe sebanyak 116
anak, dengan persentasi peserta didik laki-laki sebanyak 71
sedangkan peserta didik perempuan sebanyak 45. Maka dapat
disimpulkan bahwa peserta didik perempuan lebih sedikit
dibandingkan dengan peserta didik laki-laki.
Kegiatan kependidikan berkewajiban memberikan peluang
kepada semua peserta didik untuk dapat mengikuti keberlangsungan
40
Berdasarkan wawancara dengan Ade Rosyid Salim, guru kelas SD
sekolah alam School of Universe, Rabu 1 Februari 2017 di School of Universe
Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
84
semua aktivitas pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak
memilah-milah peserta didik berdasarkan tingkat kecerdasan, latar
belakang status sosial dan pendidikannya. Namun semua itu
tergantung pada tujuan institusional yang ingin dicapai oleh
lembaga pendidikan tersebut. Sekolah alam School of Universe
mempunyai prinsip bahwa peluang belajar terbuka bagi semua peserta
didik baik yang cerdas, kurang cerdas, sbahkan anak autis. Oleh
karena itu, di sekolah alam School of Universe tidak ada tes
masuk untuk menyeleksi peserta didik dari tingkat kecerdasannya.
Sekolah alam School of Universe memandang bahwa filosofi
pendidikan adalah membina dan membimbing anak agar tumbuh
secara wajar dan dewasa.
Tes yang akan dilalui setiap peserta didik yang berminat di
sekolah alam School of Universe disebut dengan istilah sit in, yaitu
calon peserta didik diajak untuk melihat dan mencoba mengikuti
pembelajaran dan kegiatan yang ada di sekolah School of
Universe.41
Ketika sit in, pendamping calon peserta didik atau
orang tua peserta didik tidak berada di dalam maupun di sekitar
kelas sit in.
Kemudian untuk penyeleksian, selain dilakukan pada
calon peserta didik juga dilakukan pada orang tua calon peserta
didik dengan cara wawancara. Hal ini dilakukan karena tugas
mendidik anak tidak hanya sepenuhnya diberikan orang tua terhadap
sekolah, karena orang tuapun mempunyai andil yang penting dalam
membantu perkembangan anak.42
Jadi sekolah dan orang tua harus
41
Dalam tes masuk sekolah School of Universe tidak ada tes IQ, ini
menunjukkan bahwa School of Universe menganut paham bahwa setiap
anak mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda. Sehingga Sit in
menunjukkan bahwa anak diberi kesempatan untuk memilih dan
menentukan apakah dia bersedia sekolah di School of Universe. Berdasarkan
Berdasarkan wawancara dengan Ade Rosyid Salim, Tim operasional sekolah
alam School of Universe, Rabu 1 Februari 2017 di School of Universe Parung
Bogor. 42
Pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Pola pembinaan Pendidikan Agama Islam harus
dikembangkan dengan menekankan keterpaduan antara tiga lingkungan
pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Untuk itu
perlu adanya kerja sama antara ketiga lingkungan tersebut, sehingga
terwujud keselarasan dan kesesuaian sikap serta perilaku dalam
pembinaannya.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
85
bekerja sama dalam mendidik anak. Orang tua dalam pandangan
Islam adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.
Sedangkan guru adalah pendidik kedua yang bertanggung mendidik
anak dari orang tua. Menurut Muhammad Naquib Al Attas, Guru
dan orang tua adalah sumber ilmu dan moral. Keduanya merupakan
tokoh dalam hal keluasan ilmu dan keluhuran akhlaknya, sehingga
peserta didik selalu berupaya untuk mengikuti langkah-
langkahnya.43
Oleh karena itu, di sekolah School of Universe antara
guru dan orang tua bersepakat untuk bekerja sama dalam mendidik
anak yakni guru membimbing pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik di lingkungan sekolah sedangkan orang tua di
lingkungan rumahya.
Keberadaan peserta didik di sebuah sekolah akan memberikan
arti bagi terselenggaranya proses pembelajaran, begitupun
keberhasilan sebuah program tentu indikatornya ada pada peserta didik
yang menjadika peserta didik sebagai subjek dari kegiatan yang
dilaksanakan. Bila pendidikan diibaratkan dengan sebuah pabrik, maka
pabrik tersebut bila ingin menghasilkan produk yang berkualitas
dimulainya dengan memasok bahan baku yang berkualitas pula,
dengan alasan semakin baik bahan bakunya (raw input) akan semakin
baik pula kualitas output-nya.44
Dipandang dari sudut peserta didik ada beberapa faktor yang
mempengaruhi belajar, yaitu:
a. Faktor intern
1. Faktor jasmani, meliputi faktor kesehatan, kebugaran
tubuh, peserta didik yang sehat badannya akan lebih baik
hasil belajarnya dari peserta didik yang sakit.
2. Faktor psikologis, diantaranya yang amat berpengaruh
adalah perhatian, minat, bakat, motif, intelegensia,
kematangan, kesiapan dan kelelahan.
b. Faktor ektern
1. Keluarga, di dalam keluarga yang menjadi tanggungjawab
adalah kedua orang tua, sikap orang tua dalam keluarga
sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Sikap
43
Lihat. Syed Muh}ammad Naquib Al Attas, Aims and Objectives of Islamic Educatin, (Jeddah: King Abdul Aziz University, 1979), 107.
44Haidar Putra Daulany, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan
Nasional di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), 80.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
86
orang tua yang otoriter, demokratis sangat berpengaruh
bagi perkembangan kerpribadian anak.
2. Faktor sekolah, juga tidak kalah pentingnya di dalam
menciptakan kondisi pembelajaran yang baik, meliputi
guru, sarana, fasilitas, kurikulum, disiplin, lingkungan
sekolah, hubungan guru dengan peserta didik, hubungan
sekolah dengan orang tua peserta didik, dan lain
sebgainya.
3. Faktor masyarakat, karena peserta didik hidup
berkecimpung di tengah-tengah masyarakat, maka
lingkungan masyarakat juga sangat berpengaruh bagi
perkembangan kepribadian peserta didik.45
4. Peran Orang Tua Peserta Didik
Proses terjadinya pendidikan tidak hanya dialami di
lembaga-lembaga pendidikan formal seperti sekolah, madrasah atau
sejenisnya, namun juga bisa terjadi dalam keluarga dan masyarakat.
Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar pertama yang diterima
oleh peserta didik. Keluarga adalah kelompok sosial terkecil
masyarakat. Salah satu fungsi keluarga adalah pendidikan karena
sangat bermakna dalam proses kehidupan dan pertumbuhan serta
serta perkembangan anak. Keluarga sebagai peletak batu pertama
dalam memberi warna dan corak terhadap kehidupan dan
perkembangan seseorang di kemudian hari. Menurut Azyumardi
Azra, dalam keluarga seseorang melihat dan mencerna berbagai
penurunan nilai-nilai kehidupan seumpama nilai-nilai keagamaan.
Di snilah orang tua sangat berperan dalam membentuk kehidupan
keagamaan anak atau anggota keluarga yang berada di bawah
perlindungannya. Apa yang terjadi dalam keluarga merupakan
proses pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
anak selanjutnya. Sikap keagamaan, akhlak, akal dan oikiran,
tingkah laku sosial dan budaya anak banyak ditentukan oleh
pendidikan dalam keluarga.46
Keterlibatan orang tua peserta didik juga menjadi faktor
yang sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
45
Insoji, Pendidikan sebagai Infestasi Masa Depan (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2006), 93. 46
Azyumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 1999), 16.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
87
pengembangan kreativitas di sekolah alam School of Universe.
Sebagaimana yang dikemukakan Isjoni bahwa pengembangan
sekolah tidak dapat dilakukan dengan sendiri, mustahil suatu
sekolah akan berkembang bila tidak didukung oleh lembaga atau
pihak lain. Yang dimaksud pihak lain adalah mitra sekolah berupa
dunia usaha, LSM, persatuan orang tua murid yang sekarang disebut
dengan komite sekolah.47
Komitesekolah merupakan suatu wadah
yang dapat mengarahkan sekolah dan menyatukan persepsi di
kalangan orang tua peserta didik untuk mendukung terlaksananya
program sekolah.
Peran orang tua peserta didik dalam upaya mensukseskan
program sekolah termasuk pada kegiatan-kegiatan bernuansa
keagamaan. Sebagaimana wawancara bersama ibu Meli
mengemukakan, bahwa kegiatan beragama benar-benar mewarnai
sekolah ini dan bukan sekedar sebuah slogan. Bahkan dalam
kegiatan sekolah seperti Sains Fair para orang tua diajak untuk
menyaksikan pameran hasil karya peserta didik.48
Rizka Amalia Syarif selaku kepala sekolah SD School of
Universe mengatakan bahwa sebelum program kerja sekolah dieksplor
dan diterapkan terlebih dahulu dilakukan sosialisasi dan sharing
bersama orang tua peserta didik. Dengan demikian setiap kegiatan-
kegiatan yang kita laksanakan secara otomatis sudah diketahui orang
tua saat di mulainya tahun pelajaran. Hal ini akan mempermudah dan
mendorong pihak sekolah untuk mengekspresikan dan
mengimplementasikan semua yang telah dicanangkan dalam program
dalam wujud nyata. Jadi apapun kegiatannya pada prinsipnya para
orang tua sudah mengetahui secara garis besarnya.49
Kepedulian orang tua peserta didik tidak hanya diarahkan pada
kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler atau event-event perayaan tertentu.
Sekolah juga merancang program yang mendorong orang tua ikut serta
membimbing peningkatan akademis, dengan memantau kegiatan
47
Isjoni, Pendidikan sebagai Investasi Masa Depan (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2006), 91. 48
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Meli selaku orang tua peserta
didik SD School of Universe Parung Bogor, Kamis 18 Mei 2017. Pukul 13.30-
14.00 WIB. 49
Wawancara pribadi dengan kepala sekolah SD ibu Rizka Amalia
Syarif School of Universe, Selasa 2 Mei 2017, School of Universe Parung
Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
88
keseharian di rumah termasuk apabila saat kegiatan market day para
orang tua membuatkan dan membantu peserta didik dalam membuat
kreasi yang dapat di jual di sekolah.
Sekolah sangat mengharapkan peran serta orang tua untuk
mendukung serta memotivasi peserta didik dalam mengembangkan
kreativitasnya dan kegiatan belajar dengan cara :
Berbicara dengan peserta didik mengenai apa yang sedang
dipelajari dan dikerjakan di sekolah.
Menjawab pertanyaan yang peserta didik belum
Menetapkan waktu tertentu untuk mengerjakan pekerjaan
rumah.
Menyediakan tempat tenang dan nyaman untuk belajar.
Menyediakan waktu untuk membaca buku kepada anak
setiap hari.
Memberi informasi kepada guru ketika ada masalah yang
timbul melalui buku komunikasi atau dengan menghubungi
guru yang bersangkutan.
Ibu Aulia selaku orang tua peserta didik mengatakan bahwa
orang tua peserta didik di sekolah alam School of Universe Parung
Bogor berhimpun dalam satu wadah komunikasi yang dibentuk
berdasarkan musyawarah mufakat di awal tahun pelajaran. Tujuan
dibentuknya organisasi orang tua pesertaa didik adalah:
1. Menjalin komunikasi dan kerjasama antara orang tua
dalam melancarkan dan menyukseskan proses belajar
peserta didik di sekolah maupun di rumah.
2. Menumbuhkan minat belajar yang baik dan kondusif
dalam pengembangan potensi setiap peserta didik.
3. Menumbuhkan rasa bangga dan cinta sekolah sebagai
salah satu tempat peserta didik untuk tumbuh dan
berkembang.50
5. Struktur Organisasi
Sistem pengolahan Sekolah Alam School of Universe sama
seperti sekolah pada umunya. Sekolah ini berbentuk yayasan yang
di pimpin oleh Lendo Novo penggagas sekolah alam di Indonesia.
50
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Aulia selaku orang tua peserta
didik SD School of Universe Parung Bogor, Kamis 18 Mei 2017. Pukul 13.30-
14.00 WIB.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
89
Sedangkan yang mengkoordinasi semua kepala sekolah adalah
Riska Amaliya Syarif. Selanjutnya adalah guru-guru bidang studi
yang dapat membantu dalam mencapai cita-cita sekolah sesuai
dengan vsisi misinya. Jumlah keseluruhan guru tetap pada tingkat
SD sebanyak 10. Sedangkan HRD sekolah adalah M. Subhan yang
saking berkoordinasi dengan Litbang. Hal ini menunjukkan bahwa
sekolah ini sudah memiliki kemampuan dalam mengelola dan
menjalankan proses pendidikan.51
seperti pada tabel struktur di
bawah ini:52
Bagan 3.1. Struktur Organisasi School of Universe
51
Diolah dari daftar nama guru dan struktur organisasi School of
Universe tahun pelajaran 2015-2016. 52
Data ini diperoleh dari Arsip Sekolah Alam School of Universe
pada hari kamis 18 Mei 2017.
Yayasan Alam Semesta
Sekretaris
(Iman Kurnia)
Bendahara
(Darwinsyah)
Ketua
Yayasan
(Jusi Jannah)
Management
School of Universe
Pendidikan
&Pengajaran
(Riska
Amaliya
Syarif)
Operasional
/Manager
Darwinsyah
Guru-guru
HRD
(M.
Subhan)
Litbang
(Iman Kurnia &
Arif Nugroho)
Keuangan Humas Security
- General Offer
- Keliling Service Peserta Didik
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
90
6. Sarana dan Prasaranan
Sarana dan prasarana adalah sebagai salah satu unsur penting
dalam menyelenggaraan pendidikan secara integral berdasarkan acuan
standar kualitas baku.53
sekolah alam School of Universe sebagai
lembaga pendidikan yang sangat komitmen memperhatikan kreativitas
peserta didik, tumbuh dan berkembangnya iman-taqwa serta ilmu
pengetahuan teknologi secara bersama. Dalam rangka mencapai
tujuans tersebut secara lebih maksimal dan optimal lembaga ini
telah mempersiapkan sarana dan prasarana pendidikan yang sangat
memadai dengan rancangan bangunan yang sangat baik.
Gedung sekolah di lingkungan sekolah alam School of
Universe ini dibangun terpisah untuk masing-masing tingkatan
Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
(SM). Jarak antara bangunan yang satu dengan yang lain tergolong
dekat.54
Untuk lebih jelasnya tentang sarana dan prasarana sekolah
alam School of Universe yang sangat memadai ini, maka peneliti
akan memaparkannya secara rinci, antara lain:
Fasilitas merupakan salah satu faktor yang sangat berperan
terhadap kemajuan dan keberhasilan suatu lembaga pendidikan.
Dalam rangka menunjang proses pendidikan dan kegiatan belajar
mengajar, sekolah alam School of Universe mempunyai beberapa
fasilitas layanan umum yang dapat dimanfaatkan oleh kepentingan
peserta didik, guru dan pegawai, serta masyarakat umum.
Beberapa fasilitas yang dimiliki sekolah alam School of Universe
antara lain: masjid, perpustakaan, ruang kelas dan ruang guru,
fasilitas outbound, tempat bermain, dan laboratorium.55
53
Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru (Jakarta: Paramadina, 2001), 37.
54Hasil observasi peneliti selama mengadakan penelitian di sekolah
alam School of Universe Parung Bogor. 55
Hasil observasi penulis dan wawancara dengan kepala sekolah SD
sekolah alam School of Universe ibu Rizka Amalia Syarif, Jum’at 12 Mei
2017 di School of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
91
Gambar 3.2. : Ruang Kelas56
Pola belajar sekolah alam School of Universe adalah 70:30
dimana 70% aktivitas peserta didik berada di luar kelas dalam kegiatan
belajar mengajarnya sedangkan 30% aktifitas berada di dalam kelas.
Dengan nuansa kelas yang terbuka, dibangun semi permanen dan
bernuansa alam diharapkan menjadi fasilitas yang mendukung suasana
belajar yang kondusif bagi peserta didik.
Walaupun dibangun semi permanen, kelas memiliki standar
keamanan yang tinggi karena memiliki struktur beton bertulang
dikombinasikan dengan kayu berkualitas tinggi (ulin dan bengkirai)
untuk menjamin ketahanan terhadap cuaca. Setiap gedung dilengkapi
oleh fasilitas penunjang keamanan terhadap kebakaran (APAR) serta
kelengkapan obat-obatan untuk antisipasi kecelakaan ringan saat
aktifitas.
Outbound merupakan salah satu kegiatan yang menunjang
program pembentukan karakter dan kepemimpinan di School of
Universe. Dalam aktivitasnya, outbound dilakukan sekali setiap
minggunya untuk setiap level (TK, SD dan SM). Untuk itu School of
56
Berdasarkan Observasi dan dokumentasi peneliti pada selasa 18
April 2017 yang berlangsung di School of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
92
Universe menyediakan instalasi outbound sesuai dengan kebutuhan
dan target capaiannya.57
Gambar 3.3. : Instalasi Outbound58
Instalasi outbound low dan high impact yang di sekolah
sediakan diantaranya : ice breaking games, flying fox, two line bridge,
spider net, birma bridge, rapling, jaring pendarat dan lain-lain.
Perpustakaan merupakan sarana utama dalam menjalankan
setiap program pendidikan dan pengajaran yang akan ikut menentukan
hasil pendidikan dan merupakan pusat sumber belajar. Sekolah alam
School of Universe memiliki ruang perpustakaan yang memadai;
ruang perpustakaan yang luas, koleksi buku yang lengkap yang di
dalamanya terdapat berbagai sumber bahan cetakan berupa buku-
buku materi pelajaran, seperti buku Agama Islam, buku bahasa
Indonesia, IPS dan lain sebagainya, majalah/jurnal ilmiah, peta,
surat kabar, kliping koran,majalah, novel ensiklopedia, kamus dan
lain sebaginaya yang sesuai dengan kebutuhan kurikulum dan bahan-
57
Berdasarkan wawancara dengan Ade Rosyid Salim, guru kelas SD
sekolah alam School of Universe, Rabu 1 Februari 2017 di School of Universe
Parung Bogor. 58
Berdasarkan Observasi dan dokumentasi peneliti pada selasa 18
April 2017 yang berlangsung di School of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
93
bahan yang relevan dan menunjang untuk pembelajaran, ruang baca
yang luas, serta pelayanan dan perlengkapan yang memadai tersedia di
perpustakaan.59
Koleksi buku di perpustakaan yang memadai dan menunjang
program pembelajaran memang suatu keharusan. Wilson dan Tauber60
mengatakan bahwa untuk memungkinkan perpustakaan menjalankan
fungsi dan kebutuhannya, maka koleksi yang disediakan harus sesuai
dengan kebutuhan pengguna dalam rangka menyelesaikan bahan-
bahan materi yang terdapat dalam kurikulum.
Berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya, ruang kelas
dan ruang guru merupakan ruangan yang terbuka tanpa dinding.
Dalam ruangan ini tidak ada meja dan kursi duduk belajar peserta
didik. Mereka duduk dengan lesehan.
Masjid adalah salah satu sarana atau fasilitas bagi kegiatan
pendidikan atau pembelajaran. Lingkaran-lingkaran pelajaran telah
diadakan di masjid semenjak masjid didirikan.61
Sebagaimana
fungsi masjid pada masa Nabi yang multiguna,62
disekolah alam
59
Berdasarkan Observasi dan pengamatan peneliti selama penelitian
berlangsung di School of Universe Parung Bogor. 60
Louis Round Wilson dan Maurice F. Tauber, The University Library (New York: Columbia University Press, 1999), 19.
61Lihat Ah}mad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam, alih Bahasa.
Muchtar Yahja dan Sanusi Latief (Jakarta: BB, 1987), 93. 62
Dalam sejarah, masjid yang pertama kali didirikan oleh Nabi
Muhammad adalah masjid Nabawi di Madinah. Fungsi mesjid pada masa
itu, selain untuk tempat beribadah juga tempat belajar dan tempat
bermusyawarah Nabi dengan para sahabat, baik mengenai ekonomi,
politik, maupun tentang ajaran Islam. Selain itu juga sebagai tempat
berlindung dan menginap bagi Ahl Al-S}uffah dan rumah tempat tinggal
Nabi dan keluarganya. Namun lambat laun masjid putus hubungannya
dengan kegiatan politik, dan mulai menjadi pusat peribadatan dan ilmu
pengetahuan saja. Kemudian fungsi masjid semakin terbatas, yaitu hanya
sebagai tempat beribadah atau shalat saja. Maka dapat disimpulkan bahwa
masjid tidak hanya merupakan pusat peribadatan seperti shalat, tetapi juga
merupakan pusat kegiatan-kegiatan sosial. Pada masa kini, banyak
kegiatan-kegiatan yang pada masa silam berpusat di masjid, pidah ke
tempat lain. Misalnya kemiliteran, pengadilan, dan persekolahan. Lihat.
Abdul Rahman An-Nah}lawi, Ushu>l Al-Tarbiyah Al-Islamiyah (Damsyi>q:
Da>r al-Fikr, 1986), 98. Abdurrahman AnNah}lawi, Pendidikan Islam di Rumah, sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995),
136.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
94
School of Universe masjid merupakan salah satu fasilitas yang
mempunyai multiguna. Selain berfungsi sebagai tempat beribadah,
mesjid juga digunakan sebagai tempat kegiatan lainnya, seperti untuk
musyawarah antar guru atau orang tua, juga sering digunakan untuk
tempat proses pembelajaran, belajar al-Qur'an dan diskusi keagamaan
(mentoring).
Ada tiga laboratorium yang terdapat di School of Universe,
yaitu: Pertama, Biotec (berkaitan dengan pertanian dan tanaman
organic). Dalam hal ini terdapat juga green lab, yaitu laboratorium
tanam-tanaman dalam rumah plastik dan kaca lengkap dengan saung
kebunnya, berpadu dengan petak-petak kebun yang ditanami
aneka tanaman organik dan hidroponik. Kedua, Retail atau Trading
House (Perdagangan; bidang ini banyak digandrungi karena sekarang
banyak swalayan-swalayan di Indonesia seperti Giant, Carefour, dan
Alfamart). Ketiga, ICT (Information Communication Technology;
berkaitan dengan teknologi).
Adapun tiga laboratorium utama yang membantu
pengembangan kurikulum School of Universe akan peneliti jelaskan
sebagai berikut, yaitu:
Gambar 3.4. : Biotechnology Center 63
63
Berdasarkan Observasi dan dokumentasi peneliti pada Rabu 1
Februari 2017 yang berlangsung di School of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
95
Sebuah pusat bisnis bioteknologi tempat dimana anak-anak
dapat belajar secara aplikatif setiap harinya. Peserta didik dipersiapkan
untuk mengenal, memahami, merasakan dan terlibat langsung dalam
usaha Bio-Cyclo Farming yang lebih dikenal sebagai model pertanian
yang berbasis ekosistem atau pertanian ramah lingkungan.
Pengenalan dimulai dari memproduksi hasil tanaman &
ternak, termasuk kedalam masukkan ini adalah bibit, makanan ternak,
pupuk organik, bahan kimia (alami & sintetis), mesin pertanian, energi
dan masih banyak faktor pendukung pertanian lainnya.
Di SoU akan dikembangkan beberapa aktivitas Bio-Cyclo Farming yang mencakup :
Pertanian organik dengan sistem bedeng.
Pertanian hydrophonik dengan sistem irigasi tetes dan
yang paling mutakhir sistem aerophonik.
Pertanian di lahan perkotaan atau yang sering disebut
vertikultur.
Tanaman buah dalam pot.
Tanaman obat dan rempah-rempah.
Tanaman hias dan bunga potong.
Peternakan kelinci.
Tempat pengolahan limbah.
Materi management pertanian yang akan dikenalkan meliputi
: Menjalankan dan terlibat langsung dengan produksi Bio-Cyclo
Farming;
Penyediaan jasa yang dikaitkan dengan produksi pertanian dan
sarana produksi pertanian seperti pupuk dan obat-obatan.
Persiapan dan penghitungan sumberdaya manusia dan alam
serta pembangunan sarana penunjang yang digunakan dalam
produksi pertanian.
Semua kegiatan yang berhubungan dengan sortasi, proses
pasca panen, pemasaran produksi pertanian dan produk
sampingan utama, setiap aspek dari rumah kaca, tempat
pemeliharaan tanaman muda (nursery), pembibitan dan
pertamanan (landscaping).
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
96
Gambar 3.5. : Information and Communication Technology Center
(ICT)64
Sebuah pusat bisnis ICT (Information and Communication Technology) tempat dimana anak-anak dapat belajar secara aplikatif
setiap harinya. Di dalamnya peserta didik akan dikenalkan dengan
ragam penggunaan Sistem Komputer, ragam penggunaan Jaringan
Komputer, application evaluation, ragam Pendidikan TI Saat Ini,
kebutuhan Pendidikan TI untuk Pengguna Komputer, dan kebutuhan
Wawasan TI bagi Pengguna Komputer. Laboratorium ICT juga telah
dilengkapi jaringan internet baik kabel ataupun nirkabel (wireless hotspot) yang dapat menunjang mobilitas pembelajaran peserta didik,
tentunya dengan filter konten dan pengawasan yang ketat dari
fasilitator kelas.
64
Berdasarkan Observasi dan dokumentasi peneliti pada Rabu 1
Februari 2017 yang berlangsung di School of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
97
Gambar 3.6. : Trading House Retail & Distribution Center65
Sebuah pusat bisnis retail & distribusi tempat dimana anak-
anak dapat belajar secara aplikatif setiap harinya. Tahap pembelajaran
di Laboratorium ini adalah Pengenalan Bisnis usaha, magang dan
praktek lapangan, simulasi dan evaluasi serta pendampingan untuk
kurun waktu tertentu sampai peserta didik dapat mandiri. Adapun
materi pokok yang diberikan adalah Aspek komersial, aspek
operasional, Aspek keuangan, aspek SDM dan aspek TI.
Selain itu School of Universe juga memiliki Fasilitas lain yang
berfungsi juga sebagai Laboratorium dan tempat peserta didik belajar
dan mengaplikasikan bisnis seperti :
Library
Workshop Art
Studio Musik Soundformer
Radio Komunitas SOU Universound
Di samping sarana dan prasarana umum yang telah
disediakan oleh lembaga seperti tersebut di atas, para guru di
sekolah alam School of Universe diberikan kewenangan untuk
melengkapi sarana pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masing-
masing mata pelajaran, hal ini mencerminkan pembelajaran yang
65
Berdasarkan Observasi dan dokumentasi peneliti pada Rabu 1
Februari 2017 yang berlangsung di School of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
98
menyenangkan yang bisa mengemabngkan kreativitas peserta didik dalam
pelaksanakan pendidikan.66
Dengan memperhatikan pemaparan tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa sarana dan prasarana belajar mengajar yang begitu
lengkap dan memadai seperti tersebut di atas, maka kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan lebih memadai dan ini
maka dan kemungkinan besar guru akan lebih kreatif dan inovatif,
sehingga kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai
variasi metode dan didukung oleh media juga yang beragam. Dengan
keadaan seperti ini maka pembelajaran akan lebih berkualitas dan
menyenangkan.
C. Program Keagamaan yang Mengembagkan Kreativitas
Sorotan yang berkembang di masyarakat akan kualitas
pendidikan agama Islam di sekolah pada umunya masih rendah. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa indikasi antara lain: masih banyak
penyimpangan perilaku peserta didik pada sekolah yang tidak sesuai
dengan norma agama. Fenomena ini menunjukkan rendanya kualitas
pendidikan agama Islam di sekolah sebagai mata pelajaran yang
mengedepankan pendidikan pendidikan di bidang akhlak. Walaupun
itu bukan satu-satunya faktor penyebab terjadinya penyimpangan
perilaku peserta didik, namun guru PAI harus berpearn menjadi agen
perubahan (agent of change) dalam merubah perilaku peserta didik ke
arah yang leboh baik, karena PAI terdapat pesan-pesan moral yang
didasarkan pada ajaran luhur ilmiah.67
Termasuk didalamnya sekolah
hendaknya mengembangkan kreativitas peserta didiknya melalui
program keagamaan.
Penyelenggaraan sekolah yang dijiwai dengan semangat
membangun peserta didik melalui segala keunggulannya, akan
memperbaiki citra pendidikan. keberhasilan yang dicapai tidak parsial,
tetapi integratif antara prestasi akademis, moral, perilaku,
keterampilan dan kreativitas. Kondisi tersebut dapat diciptakan
dengan menata ulang semua komponen sekolah sekolah. Kebanyakan
66
Berdasarkan wawancara pribadi dengan kepala sekolah SD ibu
Rizka Amalia Syarif School of Universe, Jum’at 12 Mei 2017 di School of
Universe Parung Bogor. 67
http://pendis.kemenag.go.id/pais/file/dokumen/PANDUANTUGAS
POKOKSUBDITKesiswaan.pdf, diakses pada tanggal 25 Oktober 2017.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
99
pendiidkan dijalankan tanpa ruh atau jiwa dan sekolah berjalan apa
adanya. Sehingga ketidakberhasilan proses pendidikan juga
diakibatkan oleh manajemen sekolah yang buruk. Ali bin Abi Thalib
pernah berkata: ‚Kebenaran yang tidak dikelola dengan baik dapat
dikalahkan keburukan yang terkelola dengan baik‛.68
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan
peneliti, program keagamaan yang dapat mengembagkan kreativitas
peserta didik di Sekolah alam School of Universe Parung Bogor
adalah:
1. Pelatihan Khatib dan imam
Pelatihan khatib dan imam ini juga dilakukan dalam rangka
melatih peserta didik agar mampu menjadi khatib dan imam di masa
yang akan datang. Pelatihan khatib dan imam ini di khususkan pada
tingkat kelas V, VI dan kelas Sekolah Menemgah (SM). Bagi peserta
didik yang dianggap mampu menjadi imam akan diberi jadwal sebagi
imam di masjid sekolah.
Pelatihan khatib dan imam ini dilakukan sekali seminggu yang
dipandu oleh guru Agama yang ditunjuk. Tujuannya agar peserta didik
memahami hal-hal yang harus diperhatikan seperti syarat dan rukun
khatib dan imam. Disamping kemampuan bacaan, penyampaian ketika
menjadi khatib dan imam.69
Dari hasil pelatihan tersebut diharapkan
tumbuhnya keberanian peserta didik untuk menjadi khatib.
2. Kaligrafi
Penulisan kaligrafi merupakan suatu corak atau bentuk seni
menulis indah dan merupakan suatu bentuk keterampilan tangan serta
dipadukan dengan rasa seni yang terkandung dalam hati setiap
penciptanya.70
Kaligrafi merupakan seni arsitektur rohani, yang dalam
proses penciptaannya melalui alat jasmani.71
Jadi kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-
bentuk huruf tunggal, letak-letaknya dan cara-cara penerapannya
68
Untung Surya, Konstruk Budaya Keagamaan (Jakarta: YPM,
2012), 56. 69
Berdasarkan hasil wawancara dengan Burhan, guru Agama SD
sekolah alam School of Universe pada Kamis 18 Mei 2017, di School of
Universe Parung Bogor. 70
Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’an
Da’iyah (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2004), 49. 71
Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya (Bandung: Angkasa, 1993), 67.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
100
menjadi sebuah tulisan yang tersusun. Kegiatan keagamaan yang
mengembangkan keterampilan peserta didik dalam penulisan huruf
Arab ini disertai dengan sentuhan seni di samping mengikuti kaidah-
kaidah penulisan Arab yang berlaku. Kegiatan pelatihan kaligrafi ini
dapat diikuti oleh semua peserta didik pada setiap jenjangnya yang
ternyata dapat mempengaruhi terhadap keterampilan mereka dalam
menulis huruf-huruf hijaiyah, yang dulunya mereka menulis tidak
beraturan setelah adanya kegiatan ini peserta didik menulis huruf
hijaiyah sesuai kaidah yang benar dan tulisan mereka pun memiliki
seni.
3. Pelatihan Qori (seni membaca al-Qur’a>n)
Pelatihan seni membaca al-qur’an juga merupakan program
yang dijalankan di School of Universe Parung Bogor. Program ini
dapat diikuti oleh peserta didik yang secara bacaan dan suaranya
mendukung. Tujuannya agar peserta didik yang berbakat dapat
tersalurkan bakatnya dan bermanfaat bagi dirinya dan msyarakat. Bagi
peserta didik yang sudah mampu membaca al-Qur’an dengan seni baca
yang diajarkan akan diberikan hadiah penghargaan berupa piagam dan
piala, utusan jika ada pperlombaan qori dan pada acara wisuda atau
acara besar lainnya akan ditunjuk sebagai qori.72
Pada acara-acara tertentu, misalnya hari raya ‘Idul Adha,
menyambut hari kemerdekaan Indonesia, hari-hari besar umat Islam,
hari santri dan sebagainya. School of Univere memeriahkannya dengan
mengadakan acara dan kegiatan perlombaan. Seperti, perlombaan
untuk tingkat SD: hafalan al-Qur’an juz 30, MTQ (Musabaqoh
Tilawatil Qur’an). Dari adanya pengembangan kreativitas melalui
program pelatihan Qori (seni membaca al-Qur’a>n) dalam lembaga
pendidikan untuk mengembangkan bakat dan minatnya serta
memberikan dampak pada kedisiplinan dan semangat dalam belajar.
4. Program Market Day
Sekolah alam School of Univere juga memiliki program yang
diistilahkan ‚Market Day‛. Kegiatan ini hampir sama dengan
penggalangan dana, dimana anak-anak akan membawa makanan atau
barang jeni apapun untuk di jual-belikan di lingkungan sekolah, akad
72
Berdasarkan hasil wawancara dengan Burhan, guru Agama SD
sekolah alam School of Universe pada Kamis 18 Mei 2017, di School of
Universe Parung Bogor
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
101
jual-beli tidak hanya peserta didik SD saja tapi juga peserta didik SM
(Sekolah Menengah), dewan guru serta orang tua peserta didik juga
turut berpartisipasi membeli baran-barang yang dijual oleh peserta
didik.73
Hasil dari penjualan market day ini kemudian dikumpulkan
dan disumbangkan melalui sekolah untuk membeli hewan qurban yang
nantinya akan dibagikan kepada masyarakat lingkungan sekolah dan
sekitarnya. Kegiatan ini mendapat sambutan yang hangat serta
antusiasme yang besar dari peserta didik dan orang tua. Pernyataan ini
dipertegas oleh Dwi Rahayu selaku orang tua peserta didik.74
Program market day diprogramkan tidak hanya bertepatan
Hari Raya Idul ‘Adha saja, juga disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan
yang ingin dicapai pada hari-hari besar Islam. Makna dari program ini
lebih identik dengan nuansa religious yang dikembangkan di sekolah.
Walaupun pelaksanaan market day selalu bertepatan dengan
peringatan hari besar Islam semua peserta didik berperan aktif dalam
kegiatan ini. Ada peserta didik yang menjadi penjual dari sumbangan
yang ada di kelas masing-masing dan ada juga yang menjadi pembeli.75
D. Kurikulum Sekolah
1. Kurikulum Sekolah dan Kurikulum Unggulan
Kurikulum merupakan elemen penting dalam proses
pendidikan, karenanya kebutuhan akan adanya aktivitas pendidikna
selalu berarti akan adanya kurikulum.76
Menurut istilah kurikulum
lebih dari sekedar terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
Pandangan modern berpendapat bahwa semua pengalaman belajar
73
School of Univere tahun 2016 dan 2017 yang lalu sudah memotong
4 sapi dan 7 kambing yang dibagikan pada masyarakat di daerah parung.
Setiap tahun ada sekitar 100 anak yatim yang diberikan bantuan. Berdasarkan
wawancara pribadi dengan Dedi Sugianto guru kelas 3 SD School of
Universe, Selasa 23 Mei 2017 pukul 09.00-11.00 WIB di School of Universe
Parung Bogor. 74
Berdasarkan wawancara dengan ibu dwi rahayu selaku orang tua
peserta didik SD School of Universe Parung Bogor, pada hari Kamis 18 Mei
2017. Pukul 13.30-14.00 WIB. 75
Berdasarkan wawancara dengan Muhammad Attar Khalifa peserta
didik kelas 6 SD School of Universe Parung Bogor, Rabu 24 Mei 2017. Pukul
09.00-10.00 WIB. 76
Burhanuddin Nurgiantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan (Yogyakarta: pustaka
Pelajar, 1984), 2.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
102
itulah kurikulum. Adapun yang berpendapat bahwa segala sesuatu
yang berpengaruh positif dipandang sebagai bagian kurikulum. Lebih
dari itu, beberapa ahli ada yang mengatakan bahwa keseluruhan hidup
ini adalah kurikulum bagi anak. Jadi, kurikulum meliputi semua yang
berpengaruh bagi anak didik, baik yang datang dari sekolah, keluarga
maupun masyarakat.77
Sekolah alam School of Universe memiliki kurikulum nasional
yang sama seperti sekolah di Indonesia pada umumnya yang mengacu
pada standar isi78
dan standar kompetensi79
yang telah di tetapkan oleh
Diknas. Namun sekolah ini mengembangkan lagi kurikulum nasional
tersebut dengan memperhatikan konsep sekolah alam yang
berlandaskan pada visi, misi dan karakter yang ada. Komitmen dalam
k urikulum berpusat pada peserta didik, muatan kurikulum
berusaha untuk menggabungkan pengalaman, budaya dan perspektif
peserta didik. Mempertimbangkan pengembangan individu dan
mendorong rasa ingin tahu, refleksi dan memberdayakan. Selain itu
mengembangkan sebuah pemahaman tentang nilai-nilai kemanusiaan,
kepercayaan diri dan tangung jawab kepada diri sendiri maupun orang
lain.80
Untuk memahami secara garis besar kurikulum di sekolah
dapat melihat struktur kurikulum yang sudah ada. Struktur
kurikulum81
yang terdapat di School of Universe Parung Bogor
77
Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum
(Surabaya: Usaha Nasional, 1984), 117-118. 78
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Lihat
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke-7, 45. 79
Standar kompetensi atau standar kompetensi lulusan adalah
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Lihat Lihat E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke-7, 90.
80Berdasarkan wawancara pribadi dengan kepala sekolah SD ibu
Rizka Amalia Syarif School of Universe, Jum’at 12 Mei 2017 di School of
Universe Parung Bogor. 81
Strukutur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran
yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
103
merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
peserta didik pada satuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran.
Adapun sususan mata pelajaran tersebut terdiri dari 8 mata pelajaran
yaitu: Pendidikan Agama (Religion), Pendidikan Kewarganegaraan
(Civic Education), Bahasa Indonesia, Matematika (Mathematic), Ilmu
Pengetahuan Alam (Science), Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Study),
Bahasa Inggris (English), serta Seni Budaya dan Keterampilan.
Organisatoris adalah berkaitan dengan bagaimana materi
pembelajaran disusun atau diorganisasikan sehingga peserta didik
secara baik dan tepat memperoleh pengalaman belajar yang relevan
untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.82
Keseluruhan materi
pembelajaran perlu disusun sebaik mungkin sehingga terbentuk
program belajar yang terdiri dari unit-unit kegiatan belajar. Apakah
dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah atau diusahakan
adanya hubungann antar mata pelajaran yang diberikan.
Beberapa organisasi kurikulum tersebut adalah: Pertama, subject centered curriculum, pada subject centered curriculum, bahan
atau isi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-
pisah, misalnya: mata pelajaran sejaran, ilmu bumi, kimia, fisika dan
berhitung. Mata pelajaran-mata pelajaran itu tidak berhubungan satu
sama lainnya. Kedua, correlated curriculum, pada organisasi kurikulum
ini, mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah, akan tetapi mata
pelajaran yang memiliki kedekatan atau mata pelajaran sejenis
dikelompokkan sehingga menjadi satu bidang (broadfield). Misalnya
mata pelajaran geografi, sejarah dan ekonomi dikelompokkan dalam
satu bidang studi IPS. Demikian juga mata pelajaran biologi, kimia,
dan fisika yang dikelompokkan menjadi bisang studi IPA. Ketiga integrated curriculum, pada organisasi kurikulum yang menggunakan
model integrated, tidak ada nama-nama mata pelajaran atau bidang
studi. Belajar berangkat dari suatu pokok masalah yang harus
dipecahkan, masalah tersebut biasanya disebut tema.
Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran sebagaimana
yang ada dalam peraturan pemerintah adalah menerapkan kurikulum
separated curriculum, dimana materi pelajaran Pendidikan Agama
pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik
sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Lihat
di lembar dokumen Permendiknas No. 22 Tahun 2006. 82
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),
14.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
104
Islam dipelajari tersendiri sebagai mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dalam pembelajaran di kelas yang dibimbing oleh guru
agama. Berdasarkan wawancara dan observasi,83
Pendidikan Agama
Islam School of Universe sebagai mata pelajaran berbentuk separated curriculum. Dimana Pendidikan Agama Islam diajarkan secara
tersendiri sebagai mata pelajaran.
Ditinjau dari aspek yang lebih luas, kurikulum Pendidikan
Agama Islam di School of Universe juga berbentuk integrated curriculum. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa pendidikan
agama bukan hanya diterapkan pada pendidikan agama sebagai
mata pelajaran, namun pendidikan agama adalah merupakan inti dari
setiap pembelajaran yang dilakukan. Maka Pendidikan Agama
terintegrasi dalam setiap pembelajaran dan kegiatan. Bila ditinjau
dari segi Pendidikan Agama Islam secara luas, maka hal ini
menunjukkan bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah
berbentuk integrated curriculum. Baik integrated dengan mata
pelajaran yang lain, maupun integrated dengan setiap kegiatan dan
pergaulan di sekolah. Bahkan pendidikan Agama Islam merupakan
sumber nilai atau sumber konsultasi. Hubungan (relasi) antara pendidikan agama dengan beberapa
mata pelajaran lainnya dapat bersifat horizontal lateral (independent), lateral-sekuensial, atau bahkan vertikal linier.84
Relasi yang bersifat
horizontal-lateral mengandung arti bahwa beberapa mata pelajaran
yang ada di pendidikan agama mempunyai hubungan sederajat yang
independent dan tidak harus saling berkonsultasi. Relasi yang bersifat
lateral-sekuensial berarti diantara masing-masing mata pelajaran
tersebut mempunyai relasi sederajat yang saling berkonsultasi.
Sedangkan relasi vertikal-linier berarti mendudukkan pendidikan
agama sebagai sumber nilai atau sumber konsultasi, sementara
seperangkat mata pelajaran yang lain adalah termasuk
pengembangan nilai-nilai insani yang mempunyai relasi vertikal-
83
Berdasarkan wawancara pribadi dengan Dedi Sugianto guru kelas 3
SD School of Universe, Selasa 23 Mei 2017 pukul 09.00-11.00 WIB di School
of Universe Parung Bogor.
84
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi (PT), (Jakarta:
Rajawali Press, 2005), 36.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
105
linier dengan agama. Berdasarkan hal ini, maka pendidikan agama
Islam di School of Universe adalah bersifat vertikal- linier. Berkaitan dengan hal ini, di sekolah alam model
pembelajarannya adalah menggunakan model pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang mengaitkan beberapa mata pelajaran ke
dalam suatu tema, sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna bagi anak didik. Tema yang dipilih mulai dari yang terdekat
dengan peserta didik menuju yang lebih jauh dari peserta didik,
mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks. Dalam pembelajaran sistem ‚Spider Web‛, suatu tema di
integrasikan dalam semua mata pelajaran. Tema tersebut mencakup
apa yang ada dalam kurikulum DIKNAS dan kurikulum sekolah
alam. Tema dibuat paling banyak tiga tema dalam satu semester.
Tema tersebut terdiri dari gabungan semua materi yang harus dicapai,
termasuk didalamnya pelajaran agama. Misalnya tema "Transportasi",
maka di dalamnya mencakup pendidikan do'a naik kendaraan, kisah
Nabi Nuh, dan polusi. Contoh lain misalnya tema 'Tomat', maka
akan dibahas dari segi matematikanya, yaitu menghitung dan
menimbang hingga yang lebih rumit. Dari segi biologi akan dilihat
kandungan buahnya. Kemudian dari segi fisika misalnya tentang
gerakan daunnya. Kemudian akhirnya adalah Tauhid kepada Allah
SWT. Tema tentang "AIR" misalnya, ditinjau dari segi fisika
bagaimana tentang air dalam fisika. Pada bahasa Indonesia akan
bercerita tentang air. Kemudian dari aspek agama, akan bercerita
bahwa air ternyata bisa untuk wudhu atau t}oharoh. Maka ketika
ada aspek akhlak yang harus dikaji dan disampaikan guru akan
berusaha untuk menerapkannya.85
Melalui pembelajaran ini, pemahaman peserta didik
terhadap materi pelajaran bersifat integratif, komprehensif dan lebih
"membumi". Dengan demikian, peserta didik tidak hanya
mendengar penjelasan dari pendidik tetapi juga dengan melihat
langsung suatu objek secara visual, tidak hanya melalui gambar.
Adapun kurikulum ciri khas dari sekolah alam itu sendiri dapat
dilihat dari pengembangan visi misi sekolah, yakni didasarkan pada
empat output proses pendidikan, yaitu integritas akhlak, integritas
logika dan kepemimpinan. Keempat landasan output tersebut
85
Berdasarkan wawancara pribadi dengan Dedi Sugianto guru kelas 3
SD School of Universe, Selasa 23 Mei 2017 pukul 09.00-11.00 WIB di School
of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
106
dijabarkan dalam aspek kurikulum sekolah, yaitu (1) kurikulum
akhlak, (2) kurikulum leadership (kepemimpinan), (3)
kurikulum logic (logika) , dan (4) kurikulum business.
Adapun kurikulum tersebut dapat peneliti rinci sebagai
berikut:86
a. Pengembangan Akhlak
Salah satu pengembangan kurikulum sekolah alam School of
Universe adalah pengembangan akhlak. Salah satunya pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam yang diterapkan di sekolah lebih
berorientasi pada pembinaan akhlak dan penerapannya sehari-hari,
sehingga muatan atau komposisi materi pendidikan agama Islam lebih
menitiberatkan pada aspek akhlak. Kurikulum sekolah alam
mempunyai komposisi materi pelajaran dengan perbandingan 80;20,
artinya sebanyak 80 persen merupakan kurikulum akhlak, sedangkan
20 persennya adalah kurikulum kognitif.87
Pembelajaran Akhlak yang
dijalankan oleh peserta didik merupakan pembelajaran etika yang
mengulas tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban sesama manusia sebagai mahluk sosial. Akhlak juga
menyangkut kewajiban manusia terhadap Tuhan. Karena itulah ruang
lingkup akhlak sangat luas dan mencakup seluruh aspek kehidupan
anak didik, baik secara vertikal yaitu dengan Tuhan dan juga secara
horizontal yaitu dengan sesama makhluk ciptaan Tuhan.
Pengembangan akhlak dilakukan dengan metode teladan. Adapun
pengembangan dari kurikulum akhlak ini terintegrasi dengan Islamika
yakni pembelajaran agama.
Islamika ini adalah program pembelajaran yang terintegrasi
dengan mata pelajaran agama Islam dilakukan dalam rangka
86
Wawancara pribadi dengan kepala sekolah SD ibu Rizka Amalia
Syarif School of Universe, Kamis 27 April 2017, School of Universe Parung
Bogor. 87
Jika dilihat dari aspek ajaran Islam, komposisi tersebut sangat
cocok bagi pendidikan agama Islam, karena bidang moral atau akhlak ini
menempati posisi yang paling penting setelah orang beriman kepada Tuhan.
Hal ini nampak jelas pada firman Allah SWT yang selalu mengaitkan iman
dengan amal shaleh, yaitu suatu perbuatan baik sebagai perwujudan dari
imannya. Karena pentingnya masalah akhlak dalam kehidupan. Maka Allah
mengutus para Nabi dan menjadikan Nabi tersebut sebagai contoh teladan
yang baik (uswatun hasanah) bagi umat manusia. Lihat Zuhairini, Filsafat pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet ke-4, 196.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
107
pembiasaan amaliah keagamaan sebagai penguatan terhadap materi
yang telah diberikan di dalam jam tatap muka di kelas. Program ini
dikelola dan dilaksanakan oleh semua peserta didik termasuk guru atau
fasilitator yang dilaksankan pada setiap harinya sebelum dimulainya
kegiatan di masjid dan di masing-masing kelas. Secara umum bentuk
kegiatannya adalah pertama diawali dengan sholat d}huha yang
dilakukan secara berjama’ah yang dimulai pada pukul 07.30-08.00
sebelum kegiatan belajar mengajar. Yang kemudian di lanjutkan
dengan kegiatan Islamika dengan opening class yang dilakukan pada
masing-masing kelas; peserta didik tadarrus al-Qur’an , menghafal
ayat-ayat populer dan surat pendek pada juz ke-30 dari al-Qur’an (Juz ‘Amma), asma al-H}usna, doa-doa, sifat wajib, kalimat t}oyyibah dan
tausiyah akhlak. Kedua adalah kegiatan pada setiap hari jum’at saat
pelaksanaan s}olat jum’at di masjid yang bentuk kegiatannya adalah
berwudhu secara bergiliran dan tertib; melantunkan asma’ al-h}usna secara bersama-sama, himbauan ketertiban pelaksanaan s}olat jum’at,
pembiasaan menjadi muazzin, s}olat jum’at, berdzikir dan berdo’a
bersama. Ketiga adalah kegiatan pada setiap hari saat pelaksanaan
s}olat zuhur dan ashar.
Untuk bisa mengawal dan mengevaluasi kompetensi peserta
didik dalam kegaiatan Islamika ini maka pihak sekolah membuat
sebuah buku untuk masing-masing peserta didik yang isinya adalah
merupakan catatan penilaian tentang kemampuan keberhasilan peserta
didik dalam kegiatan tersebut, baik itu kompetensi s}olatnya, zikirnya,
do’anya, hafalan asma’ al-h}usna-nya, maupun hafalan ayat-ayat
populer dan surat-suart pendek al-qur’an-nya.88
Program Islamika ini
memang tidak hanya memfokuskan kepada pencapaian kompetensi
akhlak saja, tetapi juga diadakan untuk mendukung pencapaian
kompetensi bidang keagamaan lainnya, baik itu bidang keimanan
(akidah), bidang fikih, bidang al-qur’an dan h}adits, maupun bidang
sejarah kebudayaan Islam.
Bidang keimanan (akidah) dilakukan melalui kegiatan
pembiasaan menghafal dan mengucapkan materi tentang sifat wajib
Allah, asma’ al-h}usna, dan klimat-kalimat t}oyyibah, dalam rangka
untuk menunjang dan memperkuat pencapaian tujuan kompetensi
meningkatknya keimanan kepada Allah SWT; pembiasaan
mengucapkan dan menghafalkan s}olawat kepada Nabi SAW dalam
88
Berdasarkan wawancara dengan M. Burhan guru Agama Islam SD
School of Universe Kamis 27 April 2017, School of Universe Parung Bogor
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
108
rangka untuk mendukung dan memperkuat tercapainya tujuan
kompetensi meningkatnya keimanan dan kecintaan kepada Rasulullah
SAW.
Untuk mendukung tercapainya tujuan-tujuan yang ada dalam
mata pelajaran Agama maka program ini juga memuat materi tentang
pembiasaan untuk melakukan wudhu sebelum kegiatan dimulai, s}olat
d}uh}a, s}olat ashar, serta zikir dan do’a. Selanjutnya School of Universe
juga mengupayakan untuk membiasakan peserta didiknya melakukan
s}olat fard}u 5 waktu di manapun dia berada, baik itu dirumah atau
diluar rumah melalui kejujuran peserta didik dan orang tua/walinya
dalam melaporkan hal tersebut dalam buku catatan.
Dalam bidang al-Qur’an program kegiatan Islamika ini
berkontribusi dengan memuat materi pembiasaan tentang membaca
(tadarrus) al-Qur’an, menghafalnya minimal 1 juz yaitu juz ke-30/juz
‘Amma dan menerapkannnya dalam setiap bacaan s}olat. contoh
kegiatan Islamika yang peneliti ikuti pada kelas 3 SD yang target
hafalannya dimulai dari Q.S An-Nas sampai al-Fajr. Program ini selain
mampu meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an dan
hafalannya, juga berpengaruh terhadap pengembangan rasa spiritual
dan moral/ akhlak peserta didik. Setidaknya peserta didik lebih tenang,
mudah menerima nasehat, dan selalu semangat mengikuti pelajaran.89
Pada bidang sejarah Islam kegiatan ini berkontribusi melalui
materi yang mungkin disampaikan melaui kegiatan tausiyah/ pidato
yang dilakukan oleh salah seorang peserta didik atau oleh
fasilitatornya.
Pada bidang pendidikan akhlak kegiatan Islamika ini
berkontribusi melalui kegiatan tausiyah/pidato yang muatannya berisi
tentang nasehat-nasehat dan cerita-cerita keteladanan dari tokoh-tokoh
Islam terdahulu tentang kemuliaan akhlak mereka. Disamping itu pada
dasarnya tujuan utama dan akhir dari semua rangkaian kegiatan
Islamika ini adalah dalam dalam rangka membentuk karakter peserta
didik yang merasa perlu untuk melakukan s}olat dengan segala
adabnya, berdzikir dengan segala adabnya, dan berdo’a dengan segala
adabnya, dan karakter peserta didik yang biasa mempraktikkan nilai-
nilai akhlak dalam perilakunya sehari-hari, seperti kedisiplinan,
kebersihan, kegigihan, keuletan, percaya diri, sopan dan nilai-nilai
89
Berdasarkan wawancara pribadi dengan kepala sekolah SD ibu
Rizka Amalia Syarif School of Universe, Jum’at 12 Mei 2017 di School of
Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
109
akhlak lainnya. Dengan demikian kotribusi dari program Islamika ini
terhada pengembangan akhlak peserta diidk sangatlah besar.
Tujuan kurikulum akhlak itu sendiri adalah untuk
pembelajaran yang lebih mendekatkan peserta didik antara apa yang ia
ketahui sebagai kebenaran dan perilaku nyata dan kongkrit. Dalam
Kurikulum Akhlak yang terdapat pada buku Curriculum and Teacher Guidebook, guru dan peserta didik diharapakan dapat mempraktekan
pembelajaran nilai akhlak dalam keseharian aktivitas belajar dan
mengajar, juga di dalam kehidupannya. Melalui kurikulum ini, peserta
didik diberi kesempatan untuk berfikir kritis seraya menggali pesan
moral yang tersirat dalam setiap kegiatan yang mereka jalani di
sekolah.
b. Pengembangan Logika
Kurikulum logika dirancang dan dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan peserta didik akan kegiatan pembelajaran yang
memperhatikan pertumbuhan logika dan analisis peserta didik. Dengan
keyakinan bahwa lahirnya generasi kreatif dan inovatif tidak luput dari
kemampuan peserta didik untuk dapat berfikir kritis, Kurikulum
Logika di School of Universe memiliki standar ketercapaian dan
sejumlah rancangan kegiatan yang terbukti dapat mengasah
kemampuan bergikir logis dan analitikal anak sehingga mereka tidak
hanya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh fasilitator kelas,
tapi juga dapat mengenali kaitan ilmu yang sedang dipelajarinya
dengan aplikasinya di kehidupan nyata. Logika Kurikulum pada
School of Universe menggunakan metode action learning dengan
belajar bersama alam karena pendidikan yang baik lahir dari strategi
pengajaran yang tepat dan sesuai dengan pertumbuhan peserta didik di
masing-masing jenjang. Oleh karena itu, praktisi pendidikan yang turut
bertanggungjawab atas kualitas pembelajaran akan mendapatkan
bermacam bimbingan seiring waktu, mulai dari pelatihan manajemen
kelas, workshop bedah kurikulum dan juga strategi penanganan peserta
didik. Semua ini untuk memastikan peserta didik mendapatkan
pengalaman belajar yang berkualitas dan sesuai sunatullah di sekolah
dan juga di rumah.
c. Pengembangan Sifat Kepemimpinan
Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan seseorang
dalam mengajak dan mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama
sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kurikulum leadership ini bertujuan untuk menyusun
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
110
pembelajaran sikap agar setiap peserta didik dapat memiliki karakter
kuat dalam proses persiapan guna menjadi pemimpin yang berkualitas
kelak. Metode yang digunakan yaitu outbound training dengan strategi
kegiatan outbound mingguan, serta kegiatan outing seperti outdoor adventure (soupercamp, Outracking Fun Adventure, trekking, caving, survival) dan lain sebagainya. Program outbound dan leadership
tersebut dikemas dalam bentuk pembelajaran di kelas atau luar kelas
untuk membentuk kepemimpinan peserta didik.
Dengan kurikulum leadership ini peserta didik diharapkan
dapat mempraktekan pembelajaran nilai kepemimpinan dalam
kehidupannya dengan lebih siap dan matang.
d. Pengembangan Mental Bisnis
Kurikulum Bisnis di School of Universe bertujuan untuk
membangun kemampuan wirausaha peserta didik. Dengan tingginya
angka pengangguran dan kemiskinan di negeri ini, banyak sekali
kesulitan yang dialami oleh masyarakat disebabkan oleh faktor
ekonomi. Metode yang digunakan yakni magang dan belajar dari
ahlinya (learn from maestro). Pada tingkat School of Business
mengusung program magang yang merupakan bagian dari sistem
pengajaran dan pendampingan bisnis yang terintegrasi antara
bimbingan di sekolah dengan latihan praktek kerja secara langsung di
bawah bimbingan dan pengawasan pelaku bisnis yang telah
berpengalaman. Program magang dilaksanakan untuk peserta didik di
jenjang Sekolah Menengah.
Dalam membuat rancangan pembelajaran selama satu tahun
atau dua semester yang seringkali dinamakan long term plan, secara
garis besar para guru harus paham tentang:
a. Pembuatan Spiderweb
Spiderweb atau jejaring laba-laba dalam terminologi
pembelajaran adalah pembedahan tema ke dalam materi-materi yang
lebih kecil yang berhubungan dan terintegrasi.90
Setiap satu tema yang
ditarik melibatkan keseluruhan ilmu seperti IPA, IPS, matematika,
bahasa, PKN, agama dan akhlak.
b. Semester Plan
Semester plan merupakan rencana pengajaran yang dibuat
untuk pembelajaran selama satu semester.
90
Suhendi dan Septiariana Murdiani, Belajar Bersama Alam (Bogor:
SoU Publisher, 2012), 168.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
111
c. Weekly Plan Weekly Plan adalah rencana pengajaran selama satu minggu.
d. Daily Plan Pada dasarnya daily plan hampir sama dengan weekly plan.
Perbedaannya, dalam daily plan uraian aktivitasnya sangat detail dan
adanya aims serta outcomes. Oleh karena itu, guru atau vasilitator di sekolah alam perlu
penguasaan kompetensi agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang
menciptakan pembelajaran inovatif dan kreatif dengan kurikulum
terintegrasi. Dalam hal ini, guru memerlukan pembinaan yang relevan
dengan kegiatan belajar mengajar berbasis bisnis dan alam.
2. Kegiatan Ekstrakurikuler
Menurut Suryobroto dalam bukunya Proses Belajar Mengajar di Sekolah bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang
diselenggrakan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di
sekolah atau diluar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas
wawasan pengetahuan dan kemampuan yang tealh dipelajari dari
berbagai mata pelajaran dalam kurikulum.91
Pada dasarnya penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler
dalam dunia pendidikan ditujukan untuk menggali dan memotivasi
peserta didik dalam bidang tertentu. Karena itu, aktivitas
ekstrakurikuler itu harus disesuaikan dengan hobi serta kondisi peserta
didik sehingga melalui kegiatan tersebut, peserta didik dapat
memperjelas identitas dirinya.92
Sekolah diberi kewenangan untuk
melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya,
kebutuhan untuk mengembangkan kreativitas peserta didik melalui
kegiatan ekstrakurikuler.93
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar
jam mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui
kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau
tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di
91
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), 271. 92
Abdurrahman An-Nah}lawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), 187.
93 Rohiat, Manajemen Sekolah (Bandung: PT.Refika Aditama, 2010),
65.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
112
sekolah sehingga mendorong berkembangnya potensi peserta didik ke
tingkat yang lebih tinggi.94
Dalam arti luas, kegiatan ekstrakurikuler
juga merupakan proses yang sistematis di dalam membudayakan warga
negara muda agar memiliki kedewasaan sebagai bekal kehidupannya.
Dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, peserta didik bukan
hanya mendapatkan kepuasan dalam menyalurkan hobi dan perasaan
senangnya, tetapi peserta didik juga berkesempatan untuk
mengembangkan kemampuan emosional, fisik, sosial dan nalar
mereka. Melalui interaksinya dalam kegiatan ekstrakurikuler, peserta
didik dapat meningkatkan kreativitas mereka dalam menghadapi
kondisi yang secara potensial dapat menimbulkan kebekuan daya
kreativitas peserta didik.95
Ekstrakurikuler merupakan sarana bagi
peserta didik untuk belajar mengenal lingkungan kehidupannya karena
peserta didik juga belajar berinteraksi secara sosial, berlatih untuk
saling berbagi dengan orang lain, meningkatkan tolerasi sosial dan
belajar berperan aktif untuk memberikan kontribusi sosial bagi
kelompoknya.
Bagi School of Universe kegiatan ekstrakurikuler bertujuan
untuk membantu pengembangan potensi, bakat dan minat peserta
didik. Walaupun dilakukan setelah jam kelas, namun peneliti
memandang kegiatan ini sangat penting dan menjadi bagian dari
kurikulum sekolah untuk mencapai target pengembangan akhlak,
logika, kepemimpinan dan bisnis peserta didik. Pada akhir kegiatan,
sekolah pun memberikan report dari hasil kegiatan ekstrakurikuler
sehingga perkembangannya dapat terpantau. Peluang untuk terlibat
dalam even nasional maupun internasional sangat terbuka apabila
peserta didik mengikuti kegiatan dengan serius.96
Ekstra Kurikuler terdiri dari bidang Beladiri :
Taekwondo
Aikido
Karate
94
Abdul Fatah, Budaya Toleransi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Tesis: Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012),
93. 95
Berdasarkan wawancara dengan Dio peserata didik dari kelas 3 SD
School of Universe Parung Bogor. Selasa 23 Mei 2017. 96
Berdasarkan wawancara pribadi dengan kepala sekolah SD ibu
Rizka Amalia Syarif School of Universe, Jum’at 12 Mei 2017 di School of
Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
113
Merpati Putih
Bidang lain :
Cooking
Komputer
Perkusi/musik
Vocal
Acapella
Bahasa Arab
Bahasa Inggris
Sepak Bola
Tujuan penyelenggaraan ekstrakurikuler sebagaimana
dijelaskan oleh Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995: 2)
adalah sebagai berikut: Pertama, peserta didik dapat memperdalam dan
memperluas pengetahuan keterampilan mengenai hubungan antara
berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta
melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya yang: a) beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, b) berbudi pekerti luhur, c)
memiliki pengetahuan dan keterampilan, d) sehat rohani dan jasmani,
e) berkepribadian yang mantap dan mandiri, f) memiliki rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Kedua, peserta didik mampu
memanfaatkan pendidikan kepribadian serta mengaitkan pengetahuan
yang diperolehnya dalam program kurikulum dengan kebutuhan dan
keadaan lingkungan.97
Sebagai bagian dari pendidikan maka kebijakan mengenai
kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari kebijakan Departemen
Pendidikan Nasional yang sebelum era reformasi disebut Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Kegitan ekstrakurikuler pada masa itu
dilakukan dengan berlandaskan pada Surat Keputusan (SK) Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
(Dirjen Dikdasmen) Nomor: 226/C/Kep/O/1992. Dinyatakan bahwa
kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu jalur pembinaan
kesiswaan disamping jalur Organisasi Siswa Intr Sekolah (OSIS),
latihan kepemimpinan da wawasan wiyatamandala. Berdasarkan kedua
Surat Keputusan (SK) tersebut ditegaskan pula bahwa ekstrakurikuler
sebagai bagian dari kebijakan pendidikan secara menyeluruh yang
97
Depdikbud, Petunjuk Pelaksanaan Kegiataan Ekstrakurikuler sebagai Salah Satu Jalur Pembinaan Kesiswaan (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1995), 2-3.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
114
mempunyai tugas pokok: 1. Memperdalam dan memperluas
pengetahuan peserta didik, 2. Mengenal hubungan antara berbagai
mata pelajaran, 3. Menyalurkan bakat dan minat, 4. Melengkapi upaya
pembinaan manusia seutuhnya.98
Dengan demikian, penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah sangat besar manfaatnya. Selain untuk menambah kekurangan
jam belajar kelas, juga untuk menyalurkan minat dan bakat peserta
didik sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing dan sebagai
sarana interaksi langsung antara guru dan peserta didik secara non
formil.
3. Metode Pembelajaran dalam Pengembangan Kreativitas99
Untuk mengembangkan kreativitas peserta didik dalam poses
pembelajaran guru menggunakan banyak macam metode yang
diterapkan dalam pembelajaran. Misalnya metode bermain peran dan
simulasi, metode kerja kelompok, cerita,metode diskusi, metode
game, metode kerja kelompok, metode demonstrasi dan eksperimen,
metode pemecahan masalah, metode observasi, metode diskusi,
metode field trip dan metode ceramah.
a. Metode bermain peran dan simulasi
Metode bermain peran merupakan suatu cara penguasaan
bahan pengajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
peserta didik. Pengembangan imajinasi dan penghayatan ini
dilakukan peserta didik dengan memerankan dirinya sendiri sebagai
tokoh hidup atau benda mati karena kegiatan memerankan akan
membuat peserta didik lebih meresapi pembelajaran. Metode
pembelajaran ini mengarahkan peserta didik untuk berpikir kreatif dan
mengembangkan pendidikan sosial dan hubungan antar personal.
Penggunaan metode bermain peran diarahkan kepada
pencapaian tujuan- tujuan pembelajaran seperti memahami dan
menghargai perasaan orang lain, belajar membagi tanggung jawab,
98
Winarno Narmoatmojo, ‚Ekstrakurikuler di Sekolah: Dasar Kebijakan dan Aktualisasinya‛, dari http://winrno.staff.fkip.uns.ac.id/
(Diakses pada hari Jum’at, 16 Juni 2017, pukul 10.54 WIB) 99
Berdasarkan wawancara dengan Dian Purnama guru kelas dan
Burhan guru Agama SD sekolah alam School of Universe (SoU) Parung
Bogor, Kamis 18 Mei 2017. 13.00-14.00 WIB.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
115
belajar mengambil keputusan dan merangsang untuk berpikir dan
memecahkan masalah.100
b. Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok merupakan penyajian materi dengan
cara pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada
kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka
mencapai tujuan.
Cara guru menggunakan metode kelompok ini adalah:
Langkah pertama, dengan membagi para peserta didik ke dalam lima
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. Langkah kedua, guru menyampaikan materi lebih kurang selama 15 menit.
Langkah ketiga, para peserta didik yang telah di bagi dalam kelompok
tadi menanggapi dan bertanya kepada kelompok yang lain kemudian
kelompok yang di Tanya harus menjawab dan kalau tidak dapat
menjawab kemudian diberikan kepada kelompok yang lain lagi artinya
kelompok mana yang mau menjawab dan terus kemudian dilanjutkan
dengan kelompok yang kedua dan seterusnya sampai dengan
kelompok yang kelima. Dan masing-masing kelompok diberi waktu
lebih kurang 10 menit. Dengan metode ini guru dapat melihat
kualitas kepribadian peserta didik, seperti adanya kerja sama,
toleransi, berpikir kritis, disiplin dan sebagainya.101
Metode kerja kelompok seperti ini sangat mencerminkan
demokrasi dalam pembelajaran karena dalam metode kerja kelompok
ini semua peserta didik aktif dalam berfikir untuk menuangkan ide-
idenya sehingga pembiasaan seperti ini akan membuat para peserta
didik kritis terhadap masalah dan dapat memecahkan masalah.102
Guru tidak hanya membiarkan peserta didik belajar dengan
kelompoknya, tetapi guru senantiasa memantau dinamika kelompok
yang terjadi. Guru mengarahkan peserta didik agar semua bekerja
sesuai dengan tugas yang diembannya, jadi tidak ada alasan bahwa
yang bekerja adalah peserta didik yang pandai saja. Bahkan guru
100
Armai Arief. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 180.
101Berdasarkan wawancara dengan Dian Purnama guru kelas SD
sekolah alam School of Universe (SoU) Parung Bogor, Selasa 23 Mei 2017.
10.00-12.00 WIB. 102
Berdasarkan wawancara dengan Dian Purnama guru kelas SD
sekolah alam School of Universe (SoU) Parung Bogor, Selasa 23 Mei 2017.
10.00-12.00 WIB.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
116
mengarahkan untuk saling membantu; yang pandai mau membantu
temannya yang belum bisa dan di antara peserta didik diharapkan
timbul kerja sama dan persaingan yang positif.
c. Metode demonstrasi dan eksperimen
Demonstrasi dan eksperimen merupakan dua jenis metode
yang dalam pelaksaan pembelajaran sering dirangkaikan, yaitu setelah
didemontrasikan, kemudian diikuti dengan eksperimen. Metode
demontrasi merupakan suatu cara mengajar dengan
mempertunjukkan sesuatu.103
Hal yang dipertunjukkan dapat berupa
suatu rangkaian percobaan, suatu model atau suatu keterampilan
tertentu. Dalam metode ini peserta didik dituntut memperhatikan
suatu obyek atau proses yang didemonstrasikan.
Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan
memperlihatkan (memberi contoh) cara melakukan sesuatu atau
proses terjadinya sesuatu. Metode ini biasanya tidak berdiri sendiri,
akan tetapi merupakan alat bantu memperjelas apa- apa yang
diuraikan secara verbal maupun tekstual. Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran
mempunyai nilai psikologis terbentuknya kesan yang mendalam di
dalam benak peserta didik. Karena belajar akan lebih bermakna
apabila dilakukan dngan proses melakukan dan mengalami sendiri
(learning by doing and experiencing). Penggunaan metode demonstrasi
juga mempunyai arti penting yang strategis untuk menghilangkan
penyakit verbalisme.104
d. Metode Perpaduan antara Ceramah dan Tanya Jawab
Di sekolah alam penggunaan metode pengajaran dengan
ceramah selalu memadukannya dengan metode tanya jawab. Hal
ini dimaksudkan agar ada umpan balik dari peserta didik sehingga
proses pembelajaran menjadi dua arah dan aktif. Cara guru dalam
menggunakan perpaduan antara metode tanya jawab dan metode
ceramah antara lain: pertama, guru menjelaskan materi lebih kurang
30-45 menit. Kedua, setelah guru menyampaikan materi, guru
mempersilahkan para peserta didik untuk bertanya atau menanggapi
103
Abdurrahman Saleh. Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 89.
104Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendektan Baru
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 209.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
117
materi yang telah disampaikan oleh guru tersebut. Ketiga, guru
menjawab pertanyaan atau tanggapan para peserta didik dengan cara
guru yang menjawabnya atau bisa juga guru melemparkannya terlebih
dahulu pertanyaan dari peserta didik itu kepada peserta didik yang
lain untuk menjawabnya. Keempat, guru menyimpulkan dari semua
materi dan pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan peserta didik, tetapi
guru tidak boleh memfonis jawaban peserta didik yang keliru tetapi
mengarahkan dan membimbingnya sehingga para peserta didik tidak
merasa malu. Tidak hanya guru saja yang harus menyimpulkan tetapi
para peserta didik pun dapat menyimpulkan dari materi dan
pertanyaan-pertanyaan yang ada. Sehingga proses pembelajaran
berlangsung secara aktif, kritis dan membuat kreatif.105
e. Metode Pemecahan Masalah
Pembelajaran di sekolah alam sangat menekankan
terciptanya pengajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik,
guru bertugas sebagai fasilitator yang memberikan peluang sebesar-
besarnya kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya, dengan cara memberikan kesempatan untuk bertanya,
menyampaikan gagasan dan menuangkan ide-ide yang dimiliki
peserta didik dalam berbagai bentuk karya seperti tugas diskusi
kelompok, tugas mandiri, karya tulis dan hasil karya lainnya.106
Jadi
proses pembelajaran sudah mengarah kepada pendekatan
pembelajaran konstruktivis seperti yang dipaparkan pada teori-teori
pembelajaran konstruktivis.
Metode pemecahan masalah bukan saja sebagai metode
pembelajaran, akan tetapi juga merupakan metode berpikir, yang
dimulai dari mencari data sampai menarik kesimpulan. Untuk
menerapkan pembelajaran dengan metode pemecahan masalah, guru
dapat memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang
dapat dipecahkan. Masalah dapat diambil dari kehidupan sehari-hari
peserta didik maupun masalah-masalah aktual yang sedang terjadi di
105
Berdasarkan hasil wawancara dengan M. Burhan, guru Agama SD
sekolah alam School of Universe Rabu 17 Mei 2017, di School of Universe
Parung Bogor. 106
Berdasarkan wawancara dan hasil observasi pada proses
pembelajaran Sains, serta telaah atas tugas-tugas dan hasil karya peserta
didik, serta wawancara dengan dengan Suhendi sebagai guru mata pelajaran
sains serta kepala Lab Bioteknolo, Rabu 17 Mei 2017, di School of Universe
Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
118
masyarakat. Dalam pemilihan materi, hendaklah guru menyesuaikan
dengan pengetahuan dan kebutuhan peserta didik, sehingga masalah
yang dibahas benar- benar bermanfaat dalam kehidupan peserta
didik.107
Langkah-langkah yang dilalui dalam metode pembelajaran
pemecahan masalah adalah sebagai berikut: pertama, identifikasi
masalah; identifikasi masalah merupakan tahap awal pembelajaran
dengan metode ini. Dengan mengidentifikasi masalah sebanyak
mungkin yang terkait dengan fokus yang akan dipelajari. Dalam
tahap ini guru membimbing peserta didik pada kesadaran adanya
kesenjangan yang dirasakan manusia atau lingkungan sosial. Kedua, merumuskan masalah; dalam tahap ini peserta didik diarahkan
untuk memilih masalah yang jelas, spesifik dan sesuai dengan
kemampuan mereka sehingga masalah tersebut mungkin dipecahkan.
Jika masalah yang dapat dipecahkan banyak, maka guru mengarahkan
peserta didik untuk memilih salah satu fokus pembahasan saja. Ketiga, mengajukan hipotesis; dalam tahap ini peserta didik diharapkan dapat
menentukan sebab akibat dari masalah yang hendak diselesaikan.108
Melalui analisis sebab akibat ini diharapkan dapat menentukan
berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. Keempat, mengumpulkan data dan menyimpulkan; dalam tahap ini peserta
didik mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang berkaitan
dengan fokus permasalahan. Informasi dapat diperoleh dari bahan-
bahan bacaan, hasil pengamatan pada situasi nyata, informasi dari
hasil wawancara, dari dokumen-dokumen dan sebagainya. Setelah
data-data terkumpul peserta didik berusaha memperoleh jawaban dari
permasalahan dengan menggunakan data-data tersebut.109
107
Sukiman. Profesionalisme Guru untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: Akrab, 2000), 19.
108Stephen C. Larsen & Mary S. Poplin. Methods for Educating the
Handicapped an Individualized Education Program Approach. 277. 109
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:Kencana Prenada Media, 2006), 216-218. Lihat
juga Roy Killen, Effective Teaching Strategies (Australia: Social Science
Press, 1998), 215. Bandingkan dengan pendapat Dede Rosyada yang
menyebutkan bahwa langkah-langkah dalam metode pembelajaran pemecahan
masalah adalah sebagai berikut: identifikasi masalah, merumuskan masalah,
pemilihan strategi, pelaksanaan strategi dan evaluasi hasil (lihat Dede
Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2004), 105.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
119
Dari pemaparan diatas tentang metode pembelajaran di
sekolah alam School of Universe, maka dapat disimpulkan bahwa
pengembangan kreativitas peserta didik dapat menggunkan berbagai
macam metode pembelajaran yang digunakan dapat melibatkan para
peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran baik aktif dalam
mendengar mau pun aktif dalam berbicara. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa proses pembelajaran di sekolah alam berlangsung
dengan lebih kondusif dalam hal ini mendukung peserta didik untuk
dapat berkembang terutama dalam proses berfikir kreatif karena
menggunakan metode-metode pembelajaran yang aktif yang
menempatkan peserta didik sebagai subyek pembelajaran.
4. Bentuk Instrumen dan Laporan Penilaian School of Universe
Laporan kegiatan penilaian merupakan bagian yang sangat
penting dalam proses pembelajaran, karena dapat memberikan
informasi tentang perkembangan kemampuan peserta didik. Berkaitan
dengan hal tersebut, laporan penilaian perlu dibuat agar dapat
memberikan informasi kepada berbagai pihak. Sehingga dapat
memberikan umpan balik bagi perbaikan kegiatan pembelajaran
selanjutnya.
Laporan kegiatan penilaian pada sekolah alam School of
Universe dilakukan dengan dua bentuk, yaitu: Pertama, hasil belajar harian yang merupakan hasil pengamatan terhadap perilaku anak
ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Kedua, hasil belajar semester. Yaitu merupakan rangkuman dari hasil evaluasi yang
dilakukan setiap kegiatan pembelajaran.
Dari hasil dokumentasi, observasi dan wawancara,110
dapat
ditemukan bentuk laporan penilaian kegiatan pembelajaran School of
Universe adalah berupa nilai atau angka dan narasi. Nilai angka hanya
ada pada raport DIKNAS. Sedangkan penilaian sehari-hari atau
penilain pendidikan sekolah alam semua dilakukan dengan narasi
atau deskripsi pernyataa tentang kemajuan perkembangan belajar
peserta didik.
110
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan Ade Rosyid Salim
guru kelas SD sekolah alam School of Universe (SoU) Parung Bogor, Rabu 17
Mei 2017. Selain itu, hal ini juga bersumber dari dokumentasi School of
Universe dan pengamatan yang peneliti lakukan untuk memastikan apa yang
ada dalam dokumentasi dan wawancara.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
120
Berikut beberapa bentuk penilaian yang dilakukan oleh
sekolah alam School of Universe, yaitu:
Pertama, Worksheet
Worksheet dijadikan sebagai alat penilaian untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam menerima materi pembelajaran yang
telah disampaikan.
Kedua, Raport Departemen Pendidikan Nasional
Raport Diknas dijadikan sebagai alat penilaian hasil
pembelajaran untuk mengukur kemampuan peserta didik dan menilai
tercapai atau tidaknya standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ditentukan oleh Departemen Pendidikan Nasional, penilaian
raport ini dibuat dalam bentuk angka.
Ketiga, Raport School of Universe
Raport sekolah alam School of Universe dibuat untuk
mengetahui kemampuan peserta didik dalam mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar, dengan melakukan check list pada
tiap indikator yang telah ditentukan, poin check list adalah exellent, good, improve. Raport sekolah alam School of Universe tidak
menggunakan angka dalam menilai kemampuan peserta didik, akan
tetapi dalam bentuk narasi yang diambil dari kemampuannya
mencapai indikator yang telah ditentukan. Raport sekolah alam ini
diberikan dua minggu sekali.
Keempat, Portofolio,111 Portofolio merupakan salah satu alat
penilaian yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa secara
komprehensif. Yaitu merupakan kumpulan hasil karya pesrta didik
atau catatan mengenai peserta didik yang didokumentasikan secara
baik dan teratur. Portofolio ini dilakukan untuk mengukur
kemampuan multiple intelligence peserta didik dengan melihat hasil
kerja peserta didik baik dalam bentuk hasil karya maupun hasil
worksheet yang telah dikerjakan oleh peserta didik.
Dari beberapa bentuk penilaian yang digunakan oleh sekolah
alam School of Universe tersebut, menunjukkan bahwa sekolah alam
111
Berkaitan dengan portofolio Gronlund mendefinisikannya bahwa
portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan peserta didik yang tergantung
pada keluasan tujuan. Portofolio dapat digunakan oleh peserta didik untuk
melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangannya,
sikap keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu. Lihat. Gronlund
Norman E, Assesment of Student Achievment Sixth Edition (Boston: Allyn
and Bacon, 1998), 159.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
121
School of Universe tidak terlalu mementingkan angka dalam menilai
hasil pembelajaran, namun menekankan kepada kompetensi yang
dicapai peserta didik. Sekolah lebih mengharapkan peserta didiknya
mampu melakukan hal yang bermanfaat.
Di sekolah alam School of Universe, tujuan evaluasi lebih
ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotorik).
Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik
yang secara garis besarnya meliputi beberapa hal, yaitu: Sikap dan
pengalaman peserta didik terhadap hubungan dirinya dengan Tuhan,
sikap dan pengalaman peserta didik terhadap arti hubungan dirinya
dengan sesama atau masyarakat, sikap dan pengalaman peserta didik
terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
Beberapa kemampuan tersebut dijabarkan dalam beberapa
kalisifikasi kemampuan teknis, yaitu: Pertama, sejauhmana
pengabdian peserta didik kepada Sang Pencipta dan indikasi-
indikasi lahiriah berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan
dan ketakwaan kepada Allah SWT. Kedua, sejauhmana peserta didik
dapat menerapkan nilai-nilai ajaran agamanya dalam kehidupan
bermasyarakat. Ketiga, bagaimana dan sejauhmana peserta didik
memandang dirinya sendiri sebagai berusaha mengelola dan
memelihara alam sekitarnya.
Tujuan utama pembelajaran di Sekolah alam School of
Universe adalah membelajarkan peserta didik.112
Oleh sebab itu,
kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya diukur dari
sejauh mana peserta didik telah menguasai materi pelajaran, akan
tetapi diukur dari sejauh mana peserta didik telah melakukan proses
belajar. Dengan demikian, guru tidak hanya berperan sebagai sumber
belajar, akan tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan
memfasilitasi peserta didik dan mampu belajar. Sehingga hal ini
mengarah pada, bahwa proses pembelajaran di School of Universe
berpusat pada peserta didik.
Penilaian atau evaluasi sebagai alat yang esensial untuk
mengetahui sejauhmana perkembangan proses belajar anak
membutuhkan beberapa metode untuk mengukurnya. Metode
tersebut diantaranya adalah: observasi, percakapan, dan penugasan.
Observasi adalah cara pengumpulan data melalui pengamatan
langsung terhadap sikap dan perilaku peserta didik. Dalam observasi
112
Berdasarkan wawancara dengan Ade Rosyid Salim guru kelas SD
sekolah alam School of Universe (SoU) Parung Bogor, Rabu 17 Mei 2017.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
122
dibuat pedoman yang dikembangkan oleh guru dengan mengacu pada
indikator yang telah ditetapkan. Guru SoU melakukan pengamatan
terhadap anak selama proses pembelajaran berlangsung, dimana guru
selalu mengamati setiap perilaku, sikap dan kemampuan yang
terjadi pada peserta didik. Selain itu, pengamatan juga dilakukan di
luar pembelajaran. Seperti ketika peserta didik berinteraksi dengan
temannya. Apakah peserta didik saling menghargai dan membantu
dengan temannya misalnya.
Pengawasan juga dilakukan oleh para guru mentoring
masing-masing pada pembelajaran Intensif.113
Berdasarkan
wawancara dengan Burhan, guru mentoring mengawasi dan
memperhatikan perkembangan peserta didik. Misalnya ketika ada
yang buang sampah, maka guru akan menegurnya. Guru mentoring
bertanggung jawab terhadap peserta didik bimbingannya. Ketika
ada perbuatan siswa yang kurang baik, pembina mentoringnya yang
ditanya.
Percakapan dilakukan oleh guru dengan peserta didik
tentang sesuatu yang terkait dengan materi pembelajaran. Guru
mentoring menanyakan kepada peserta didik, misalnya tentang
apakah peserta didik hari ini melakukan sholat shubuh tadi pagi.
Bentuk soal dalam evaluasi hendaknya bersifat mendorong ke
arah cara berpikir peserta didik lebih kreatif dan mendorong
pemikiran ke arah problem solving dengan tujuan agar peserta didik
terpola berpikir kritis dengan pendekatan-pendekatan ilmiah dan
tidak hanya sekedar main tebak-tebakan seperti bentuk pilihan ganda.
Berkaitan dengan hal ini, berdasarkan hasil observasi dan wawancara
di lapangan ditemukan bahwa alat penilaian yang digunakan guru
adalah berupa tes dan non tes. Bentuk pertanyaan yang diarahkan
sekolah alam School of Universe adalah berupa uraian. Hal ini
menunjukkan bahwa penilaian yang dilakukan School of Universe
diupayakan untuk mengarah ke arah penilaian yang mendorong
peserta didik untuk belajar aktif, kreatif, dan kritis. Belajar bukan
dimaknai menguasai ilmu pengetahuan saja. Mampu bekerja sama
113
Berdasarkan hasil wawancara dengan Burhan, guru Agama SD
sekolah alam School of Universe Kamis 18 Mei 2017, di School of Universe
Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
123
dengan teman, memiliki empati dan kreatif juga merupakan
keberhasilan yang sangat dihargai di sekolah alam.114
E. Atmosfir Sekolah (Budaya Institusi)
Membicarakan seputar perkembangan peserta didik, tentu saja
pasti akan bergesar pada lingkungan belajar anak didik. Suasana dan
juga iklim (budaya institusi) haruslah diperhatiakn sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Menurut Maslow dan Roger
salah satu faktor yang mendukung perkembangna kreativitas peserta
didik adalah lingkungan yang memberikan kenyamanan dan kebebasan
secara psikologis.115
Dalam proses pembelajaran, peneliti melihat
lingkungan dan iklim School of Universe sudah cukup memenuhi
kategori lingkungna yang sesuai dengan pendidikan yang
membebaskan, suasana yang gembira, menyenangkan dan inklusif.
Masing-masing peserta didik diakui sebagai manusia yang memiliki
kemampuan Dan hak dalam berkreasi sebagai hak pribadi masing-
masing.116
Pengembangan kreativitas Pengaturan lingkungan belajar
sangat diperlukan agar pembelajar mampu melakukan kontrol terhadap
pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Menurut Bobbi De Porter
Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada peserta didik
untuk terlibat secara fisik, emosional dan mental dalam proses belajar,
sehingga akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif-
produktif. Ini merupakan kaidah yang sangat penting dalam penataan
lingkungan belajar. Setiap pembelajar satu persatu perlu diberi
kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang
mampu dan mau dilakukannya.
Dalam proses pembelajaran yang, lingkungan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran yang
tidak dapat diabaikan. Menurut Winkel, lingkungan sekolah yang
memberi pengaruh terbesar pada kondisi peserta didik dalam proses
belajar mengajar adalah iklim di dalam kelas.117
Lingkungan kelas
114
Mastuhu. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional Abad 21 (Yogyakarta: Insania Press, 2003), 10.
115Abraham Maslow, Motivasi dan Kepribadian (Bandung: PT
Rosdakarya, 2007), 28. 116
Berdasarkan Observasi dan pengamatan peneliti di School of
Universe Parung Bogor. 117
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Yogyakarta: Media Abadi,
2005), 13.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
124
mencakup lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik
kelas mencakup kondisi dan materi fisik seperti ruangan kelas dan
ragam perlengkapan yang ada di dalam kelas, sedangkan lingkungan
sosial kelas merupakan iklim atau atmosfer psikologis di dalam kelas.
Dari segi lingkungan fisik kelas, sekolah alam School of
Universe bisa dikatakan memenuhi syarat lingkungan yang memadai.
Materi fisik ruangan kelas dan ragam perlengkapan pembelajaran yang
ada di dalamnya sudah memadai dan termasuk kategori lengkap.
Organisasi kelas pun sangat memadai (jumlah peserta didik satu kelas
paling banyak 25 orang), sehingga akan efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran.118
Iklim lingkungan sosial mencakup keterlibatan
dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran, kerja sama dengan
sesama teman, dukungan dan penghargaan guru terhadap peserta
didik, kontrol guru, kompetisi yang sehat, pengaturan dan organisasi,
kejelasan peraturan dan inovasi.119
Pada tatanan nilai-nilai yang mewujudkan lingkungan
pendukung pengembangan kreativitas, hal-hal yang dilakukan
sekolah alam School of Universe diantaranya adalah pertama
meniadakan hambatan dan penghalang kreativitas seperti reaksi
negatif terhadap ide dan daya imajinasi anak didik, kurangnya
penghargaan, larangan-larangan, memberikan peraturan-peraturan
secara sepihak serta meniadakan tugas pekerjaan rumah (PR).
Kedua mendorong munculnya ide dan karakteristik kreatif.120
Ketiga menumbuhkan iklim yang demokratis (pendidikan yang
membebaskan), hal ini terlihat dengan student centered learning
yang diterapkan di sekolah alam School of Universe. Konsep
pendidikan ini sangat kental terlihat di sekolah alam School of
118
Berdasarkan Observasi dan pengamatan peneliti di School of
Universe Parung Bogor. 119
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beroreintasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2007), 55.Wawancara pribadi dengan Burhan
guru Agama SD School of Universe Parung Bogor,kamis 18 Mei 2017, pukul
10.00 WIB. 120
Menumbuhkan rasa percaya diri, kebebasan berkomunikasi,
keterlibatan dalam menentukan target dan capaian serta kurikulum
pendidikan, student centered learning. E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan
(Bandung: Rosdakarya, 2007), 65.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
125
Universe mulai dari peraturan hingga pembelajaran peserta didik
diikut sertakan dalam menentukan kebijakannya.121
School of Universe, seperti yang terlihat dalam proses
pembelajarannya suasana atau iklim kelas sudah mengarah pada
adanya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran dan
guru senantiasa memberi dukungan baik dengan membuka
kesempatan untuk bertanya, peserta didik diberikan kebebasan
dalam mengeksplor pengetahuannya, guru memberi kesempatan
untuk menjawab atau berargumentasi peserta didik, menghargai setiap
pendapat yang disampaikan oleh peserta didik dan sebagainya
yang semua itu mencerminkan keaktifan peserta didik dalam
memunculkan kreativitasnya dalam pembelajaran.122
Selain itu, lingkungan yang juga harus diperhatikan adalah
lingkungan di sekitar lembaga pendidikan. School of Universe
berada di daerah perkotaan, tepatnya di daerah Parung Bogor yang
relatif ramai dengan beragam budaya yang melingkupinya, yang
positif maupun yang negatif.123
Adanya keragaman budaya tersebut bukan tidak mungkin akan
mempengaruhi peserta didik yang memang mau tidak mau akan
berinteraksi dengan lingkungan tersebut, minimal ketika mereka akan
masuk atau sepulang sekolah. Memang dalam kenyataannya, budaya
hadir di mana-mana an manusia tidak bisa menghindarkan diri dari
lingkungan budaya, karena manusia hidup dalam lingkup budaya
tersebut,124
demikian pula peserta didik yang merupakan bagian dari
lingkungan masyarakat. Peserta didik tidak dapat dijauhkan atau
diasingkan dari lingkungan, sebab mereka pasti akan hidup dan
kembali kepada masyarakat.
121
Berdasarkan Observasi dan pengamatan peneliti selama penelitian
lapangan di School of Universe Parung Bogor. 122
Berdasarkan observasi terhadap Pembelajaran Sains (IPA) di kelas
3 SD School of Universe Parung Bogor, Jum’at 12 Mei 2017. 123
Hasil pengamatan peneliti selama melakukan penelitian di sekolah
alam School of Universe Parung Bogor. 124
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 18. Penulis buku ini menyebutkan
bahwa sebagaian besar pengaruh budaya terhadap kehidupan seseorang tidak
disadari.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
126
Tugas sekolah adalah mempersiapkan peserta didik agar dapat
hidup di tengah masyarakat (yang mempunyai beragam budaya)
dengan tetap berpegang pada ajaran kebenaran, walaupun banyak
godaan negatif yang akan menghampirinya. Bahkan idealisnya
sekolah harus mampu mempersiapkan peserta didik agar dapat
mewarnai lingkungan/masyarakatnya dengan nilai-nilai atau budaya
baik yang mereka dapatkan dari pendidikan di lembaga sekolah. Dalam tataran simbol-simbol budaya, maka hal yang
dilakukan di School of Universe adalah menghadirkan simbol-simbol
budaya. Di antaranya dengan pemasangan foto-foto dan motto yang
mengandung pesan-pesan nilai-nilai keagamaan, atau dengan
menghadirkan kalimat-kalimat hikmah yang diambil dari terjemahan
ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits Nabi. Memasangkan hasil karya
peserta didik dalam mading yang ada di kelas, foto-foto yang
terpampang di dinding School of Universe adalah foto-foto tokoh
pendidikan dan para ilmuan Muslim.125
Dengan demikian dapat peneliti simpulkan bahwa lingkungan
School of Universe Prung Bogor sangat kondusif untuk pengembangan
kreativitas peserta didik dengan tertanam nilai-nilai kebebasan yang
bertanggung jawab dalam keseharian peserta didik, dengan adanya
kebebasan yang bertanggung jawab tersebut peserta didik merasa
memeiliki keleluasaan untuk belajar dan mengembangkan daya
imajinasinya. Dimana hal tersebut sangat mendukung tumbuh-
kembangnya kreativitas.
125
Berdasarkan pengamatan peneliti selama melakukan penelitian di
sekolah alam School of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
127
BAB IV
MENGEMBANGKAN KREATIVITAS DALAM PROSES
PEMBELAJARAN DI SCHOOL OF UNIVERSE
Berikut ini peneliti paparkan temuan penelitian dan
pembahasan berkenaan dengan konsep pengembangan kreativitas
dalam proses pembelajaran yang dilakukan di lingkungan Sekolah
Alam School of Universe (SoU) Parung Bogor, pengembangan
tersebut akan peneliti tinjau dari aspek: program proses pembelajaran,
upaya peningkatan kompetensi guru dalam proses pembelajaran, usaha
guru dalam pengembangan kreativitas, kendala yang dihadapi dan
langkah pemecahannya, serta keberhasilan dalam pengembangan
kreativitas.
A. Program Pembelajaran dalam Pengembangan Kreativitas
Kualitas pendidikan seperti dinyatakan oleh Yan Ankomah
dan lain-lain ditentukan dari tiga hal, yaitu: input, proses dan output.
Output terdiri dari hasil ujian (prestasi belajar peserta didik), tingkah
laku peserta didik yang sehat dan partisipasi peserta didik secara
efektif dalam aktifitas sosial.1 Kaitannya dengan program, SoU
didasarkan pada empat output proses pendidikan, yaitu integritas
akhlak, integritas kepemimpinan, integritas logika dan integritas
bisnis. Keempat landasan output tersebut dijadikan dijabarkan dalam
empat aspek kurikulum sekolah, yaitu (1) kurikulum akhlak, (2)
kurikulum kepemimpinan, (3) kurikulum logika, dan (4) kurikulum
bisnis.
Menurut pendapat dari beberapa guru yang peneliti
wawancarai mengemukakan bahwa dengan pemberlakuan kurikulum
yang ada merupakan bentuk dari program dalam arah pengembangan
kreativitas peserta didik, guru-guru atau fasilitator di tuntut dan
diarahkan untuk bekerja secara kreatif, inovatif dan mandiri dalam
mengoptimalkan kinerja profesionalnya, terutama dalam merefleksikan
1Yan Ankomah, ‚Implementing Quality Education Low Income
Countries,‛ Edqual Project-Ghana, Literature Review (Desember, 2005), 11.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
128
tugas kesehariannya sebagai pengajar, pelatih dan pembimbing peserta
didik.2
Terhadap langkah yang dijalankan kepala sekolah dalam
program dan wujud program yang dihasilkan, semua pihak
meresponnya dengan baik dan mereka menilai dengan program
kurikulum yang telah diterapkan diharapkan menjadi alat pembaharuan
dalam rangka peningkatan proses pembelajaran yang bermuaranya
pada peningkatan mutu lembaga pendidikan, peningkatan kompetensi
guru dan peningkatan kualitas lulusan yang dihasilkan sehingga
mampu bersaing di tingkat lokal, nasional dan global.
B. Upaya Peningkatan Kompetensi Guru dalam Proses Pembelajaran
Untuk meningkatkan kinerja guru dalam memberikan layanan
pembelajaran kepada peserta didik dalam makna yang lebih luas, yaitu
mengajar, membimbing, dan melatih diperlukan suatu model
pendekatan layanan yang optimal. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan kepala sekolah School of Universe untuk meningkatkan
kompetensi guru melalui kegiatan yang terprogram oleh sekolah
adalah sebagai berikut:3
1. Peningkatan pendidikan guru melalui pemberian izin dan
kesempatan belajar bagi guru yang ingin melanjutkan
studi. Seperti yang sekarang pak Dedi guru kelas 3 yang
sedang menyelesaikan studi masternya dalam bidang
pendidikannya.
2. Penugasan guru dalam mengajar dan tugas lainnya sesuai
dengan latar belakang pendidikannya. Langkah ini
dilakukan dengan mengirim beberapa guru untuk
mengikuti pelatihan metodologi pengajaran sesuai dengan
bidang studi yang diajarkan. Seperti halnya pak Dedi
Sugianto guru kelas 3 SD yang mengisi pelatihan di luar
2Berdasarkan hasil wawancara dengan Dian Purnama, Wakil Kepala
Sekolah dan guru kelas SD sekolah alam School of Universe, Kamis 18 Mei
2017, di School of Universe Parung Bogor. 3Berdasarkan wawancara pribadi dengan kepala sekolah SD ibu
Rizka Amalia Syarif School of Universe, Jum’at 12 Mei 2017 di School of
Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
129
sekolah yakni mengisi kelas SASS (Sekolah Alam Student Scolt) yang dilaksanakan di Palembang.
4
3. Penyediaan fasilitas pembelajaran yang memadai. Langkah
ini ditempuh agar dalam proses pembelajaran peserta didik
dan guru nyaman dengan kondisi dan situasi yang ada.
4. Penyertaan guru-guru dalam berbagai kegiatan penataran,
diklat, semiloka, loka karya. Beberapa guru juga
diikutsertakan pada kegiatan penataran, diklat, semiloka
dan lokakarya yang diadakan oleh Depdiknas RI amupun
lembaga swasta lain.
5. Peningkatan kesejahteraan melalui peningkatan hak-hak
kepegawaian seperti honor jam mengajar dan kelebihan
jam mengajar serta tunjangan lainnya, seperti tunjangan
kesehatan.
6. Memberikan penghargaan terhadap guru yang berprestasi.
Langkah ini dilakukan dengan memberikan piagam
penghargaan.
Dalam rangka meningkatkan kualitas guru juga School of
Universe memberikan pembinaan terkait dengan kompetensi
pedagogik guru yakni guru harus mampu memahami psikologis
perkembangan anak dan mampu mengatasi masalah murid sesuai
dengan levelnya. Selain itu, guru harus mampu membuat spider web,
rencana pengajaran, weekly dan daily activity plan, disiplin di dalam
kelas, menyiapkan bahan ajar, menggunakan strategi pengajaran yang
bervariasi, dan menggunakan teknik penilaian yang baik. Berikut
peneliti jelaskan berdasarkan analisis dan fakta di lapangan:
a. Rapat Level
Salah satu bentuk pembinaan yang dilaksanakan School
of Universe yaitu dengan menyelenggarakan rapat level. Rapat
level merupakan salah satu bentuk kegiatan seperti rapat
dewan guru. Kepala sekolah School of Universe yang
bertanggung jawab atas terselenggaranya setiap pembinaan
sekolah memaparkan bahwa:
Rapat Level adalah pertemuan antara para guru dengan
kepala sekolah yang dilaksanakan tiap sepekan sekali. Guru
4Berdasarkan wawancara pribadi dengan pak Dedi Sugianto guru
kelas 3 SD School of Universe, Selasa 23 Mei 2017 pukul 09.00-11.00 WIB di
School of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
130
dipimpin oleh kepala sekolah merumuskan agenda-agenda
pendidikan untuk peserta didik. Pertemuan ini membicarakan
segala hal yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan
terutama proses belajar mengajar, dimana guru ditanyakan
segala keluhan dan kekurangannya dalam mengajar. Selain itu,
karena di sekolah tersebut guru memiliki dua peran yakni
sebagai fasilitator kelas/fasilitator pembelajaran dan guru mata
pelajaran maka dalam pertemuan tersebut guru juga
ditanyakan pertanyaan lebih umum, seperti kegiatan magang,
outbound, trecking, tallents mapping dan sebagainya. Hal
tersebut menyangkut segala hal yang berkaitan dengan event-
event pendidikan, program pendidikan, dan masalah-masalah
yang ada di sekolah. Rapat Level dimaksudkan untuk
membantu berjalannya kegiatan pendidikan di luar kelas dan di
dalam kelas. Menurut salah satu fasilitator, rapat level lebih
membantu dalam merumuskan kegiatan magang, trecking dan
setiap event-event yang akan diselenggarakan SoU maupun
pihak luar. Dalam pertemuan tersebut biasanya sering
dibentuk kepanitian penyelenggaraan event Hal ini sangat
membantu dalam mengelola job description guru yang sangat
banyak.
b. Pelatihan Kelas
Pelatihan Kelas merupakan pembinaan selanjutnya yang
diselenggarakan oleh SoU. Pelatihan kelas adalah pelatihan
yang diwajibkan bagi semua guru. Pelatihan ini diisi oleh
program training effair yang dilaksanakan tiap hari libur
sekolah. Setiap fasilitator wajib mengikuti pelatihan dari
program training effair dan mengisi daftar hadir. Menurut
kepala program training effair pelatihan yang berkaitan dengan
kompetensi pedagogik guru terdiri dari dua jenis yakni
Pelatihan bahasa ibu dan Student Handling. Berikut peneliti
deskripsikan dari masing-masing pembinaan :
1) Pelatihan Bahasa Ibu
Pelatihan bahasa ibu merupakan salah satu pembinaan
kompetensi pedagogik yang dilaksanakan dengan kepala
sekolah bersama dengan program training effair. Tujuan
pelatihan ini yaitu mengajarkan guru cara berinteraksi
menggunakan bahasa yang baik dengan peserta didik,
berkomunikasi dengan intonasi suara yang sesuai dengan
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
131
karakteristik peserta didik dan sebagainya. Salah satu
fasilitator kelas menyatakan bahwa:
‚Pelatihan bahasa ibu sangat membantu dalam berkomunikasi dengan peserta didik. Dalam pembinaan tersebut, saya diajarkan bahasa persuasif untuk melarang anak jika melakukan kesalahan dan saya disarankan untuk tidak menggunakan kata ‚Jangan‛ kecuali peserta didik sudah sangat keterlaluan. Ada perubahan setelah melaksanakan pembinaan ini, orang awam yang tidak tahu pendidikan, menjadi lebih tahu dan guru jadi mengetahui intonasi suara yang baik dan gaya bahasa yang sesuai. Selain itu,msaya disarankan untuk menggunakan kata-kata positif. Contohnya, pada saat peserta didik naik ke pohon. Saya melarangnya dengan mengajak turun dan menjelaskan tentang naik pohon terlalu tinggi dapat menyebabkannya jatuh dan melukai dirinya sendiri‛.5
Ditinjau dari pemaparan guru tersebut, diperoleh bahwa
pelatihan bahasa ibu sangat membantu guru dalam berinteraksi
dengan peserta didik. Pelatihan ini mengajarkan bahwa setiap
yang dilakukan oleh guru, baik perkataan dan perbuatan
menjadi contoh bagi peserta didik.6
2) Student Handling
Selain pelatihan bahasa ibu, student handling juga
merupakan pelatihan kompetensi pembinaan guru yang
diselenggarakan oleh program training effair. Pelatihan student handling bertujuan agar guru dapat mengkondisikan kelas,
memahami karakteristik peserta didik, menciptakan keakraban
dengan peserta didik dan sebagainya. Kepala sekolah SD
School of Universe Rizka Amalia Syarif memaparkan bahwa,
Student Handling adalah kegiatan pelatihan yang diisi oleh
para trainer dari program training effair Setiap anak memiliki
karakteristik yang unik sehingga dalam menghandel anak pun
dengan penanganan yang berbeda. Kompetensi yang diajarkan
5Berdasarkan wawancara pribadi dengan pak Dedi Sugianto guru
kelas 3 SD Syarif School of Universe, Selasa 23 Mei 2017 pukul 09.00-11.00
WIB di School of Universe Parung Bogor. 6Berdasarkan wawancara pribadi dengan pak Dedi Sugianto guru
kelas 3 SD Syarif School of Universe, Selasa 23 Mei 2017 pukul 09.00-11.00
WIB di School of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
132
dalam kegiatan pembinaan ini dimaksudkan untuk menambah
wawasan guru dalam memahami karakteristik peserta didik.7
Ketua Program Training Effair menambahkan, Salah
satu guru melarang peserta didik dengan berkata ‚Jangan‛,
bagi beberapa peserta didik larangan tersebut langsung
dipahami. Namun, bagi peserta didik tertentu tidak cukup
hanya dilarang maka guru memberikan punisment. Maka, guru
perlu memahami perbedaan peserta didik dan mengetahui cara
menanganinya. Menurut kepala program training effair, dalam
kedua pelatihan ini biasanya guru ditampilkan power point dan
diberikan contoh studi kasus. Biasanya pemateri mengajak
guru untuk bersama-sama memecahkan kasus yang diberikan.
Kasus yang diberikan berdasarkan kondisi peserta didik yang
ada di sekolah. Setelah program pelatihan selesai, trainer yang
mengisi materi pelatihan mencatat berita acara selama
pelatihan. Mulai dari tempat, petugas trainer dan kegiatan
yang dilaksanakan. Kedua pembinaan yang diselenggarakan ini
membutuhkan kontribusi kepala sekolah sebagai pemegang
tanggung jawab setiap proses pembinaan. Sebab apabila tidak
ada kontribusi secara langsung maka akan terjadi ketimpangan
dan perbedaan pemahaman terkait content pembinaan dan
hasil yang diperoleh. Sehingga, menghambat pencapai tujuan
sekolah.
Semua program pembinaan guru tersebut secara garis besar
meliputi:
1. Pemahaman karakteristik, identifikasi dan kebutuhan peserta
didik.
2. Pemahaman aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan
kemampaun berfikir tingkat tinggi.
3. Kemampuan mengembangkan pemecahan masalah secara
kreatif.
4. Keampuan untuk mengembangkan materi pelajaran.
5. Strategi mengajar dan lingkungan belajar yang sesuai dengan
gaya dan minat belajar peserta didik.
6. Kemampuan menampilkan tenik-teknik mengajar.
7Berdasarkan wawancara pribadi dengan kepala sekolah SD ibu
Rizka Amalia Syarif School of Universe, Jum’at 12 Mei 2017 di School of
Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
133
7. Evaluasi program yang ada di sekolah alam School of
Universe.
C. Usaha Guru dalam Pengembangan Kreativitas Peserta Didik
Kreativitas adalah ungkapan dari keunikan individu dalam
interaksi dengan lingkungannya. Dari ungkapan pribadi yang unik
itulah timbul ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Guru
dapat meningkatkankan rasa ingin tahu, motivasi, harga diri dan
kreativitas peserta didik. Bahkan guru dapat mempengaruhi peserta
didik lebih kuat daripada orang tua karena guru punya lebih
banyak kemampuan dan kesempatan untuk merangsang atau
mengembangkan kreativitas siswa daripada orang tua. Guru
mempunyai tugas mengevaluasi pekerjaan, sikap, dan perilaku
peserta didik.
Oleh karena itu, guru menghargai keunikan pribadi dan bakat
peserta didiknya dan jangan mengharapkan semua peserta didik
melakukan dan menghasilkan hal-hal yang sama. Produk yang kreatif
akan muncul dengan sendirinya dalam iklim yang menunjang,
menerima dan dan menghargai peserta didik. Kurikulum sekolah yang
terlalu padat sehingga tidak ada kegiatan yang kreatif dan jenis
tugas yang monoton tidak menunjang pengembangan kreativitas
siswa. Hendaknya guru menyadari bahwa waktu luang seyogianya
digunakan untuk melakukan kegiatan aktif dan konstruktif yang
diminati peserta didik, dan tidak belajar semata-mata atau
melakukan kegiatan yang pasif dan destruktif.
Cara yang paling baik bagi guru untuk mengembangkan
kreativitas peserta didik adalah dengan mendorong motivasi intrinsik.
Motivasi intrinsik akan tumbuh jika guru memungkinkan peserta
didik untuk otonom sampai batas tertentu di kelas. Fleksibilitas dan
orisinalitas yang dikembangkan guru dalam proses pembelajaran akan
memberikan tantangan tersendiri kepada peserta didikuntuk
belajar sehingga kreativitas peserta didik dapat berkembang. Setiap
peserta didik juga diberikan kebebasan dalam menulis dan berbicara
karena keterampilan ini sangat penting bagi mereka ketika dewasa.8
8Muhammad Syakur, Kreativitas dalam Pendidikan (Tesis:
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2010), 50.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
134
Setidaknya ada beberapa upaya yang dilakukan guru atau
fasilitator School of Universe dalam mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran :9
1. Memberi kebebasan penuh kepada peserta didik dalam belajar,
misalnya guru memberi kesempatna kepada mereka untuk
bertanya, mengemukakan gagasan ide dan saran.
2. Penampilan guru yang demokratis, ramah, sabar, adil, konsisten,
fleksibel, ceria, akrab, penuh humor dan selalu memberi perhatian
kepada semua peserta didik.
3. Meningkatkan kepercayaan diri peserta didik, dengan memberikan
kenyamanan dan rasa aman peserta didik dari sisi psikologis.
Kepercayaan diri ini memberi kontribusi sangat berarti dalam
mendukung pengembangan kreativitas peserta didik. Tanpa
adanya kepercayaan diri pada pseserta didik maka proses
pengembangan kreativitas akan terhambat.
4. Penghargaan terhadap karya, ide dan pendapat peserta didik.
Karya tidak diukur dari baik buruknya, akan tetapi lebih pada
keberanian anak dalam menciptakan dan menampilkan karya.
Sehingga keberhasilan peserta didik dalam menghasilkan karya
meskipun sangat sederhana tetap mendapat penghargaan.
5. Menciptakan suasan pembelajaran yang nyaman dan
menyenangkan. Hal ini tampak pada penghargaan guru atas
pendapat-pendapat yang dikemukakan peserta didik dan mereka
bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
6. Pengajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan metode
pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik dengan
menempatkan peserta didik sebagai subyek pembelajaran selalu
berpusat kepada peserta didik (Student Center).
Penghargaan yang diberikan guru kepada peserta didik
karena prestasinya tidak selalu berupa materi. Yang terbaik justru
berupa senyuman, kata penghargaan, kesempatan untuk menampilkan
dan mempresentasikan pekerjaannya. Hadiah yang diberikan
hendaknya berkaitan erat dengan kegiatannya, misalnya
9Berdasarkan wawancara pribadi dengan Dedi Sugianto guru kelas 3
SD School of Universe, Selasa 23 Mei 2017 pukul 09.00-11.00 WIB di School
of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
135
mendeklamasikan sajak yang dibuat, atau membacakan karangan
yang dibuat dengan baik sehingga meningkatkan motivasi intrinsik
dan kreativitas dalam diri peserta didik. Tingkat motivasi intrinsik
dan kreativitas peserta didik menjadi rendah jika guru banyak
mengontrol peserta didik dalam mengerjakan tugasnya, mendengarkan
apa yang peserta didik katakan kepada guru mengenai keinginan
mereka untuk memberi kemampuan kepada mereka dan untuk belajar
dan mencipta sesuatu merupakan satu aspek penting dalam
kecakapan seni mengajar kreatif.
Studi Jeffrey dan Woods yang dikutip oleh Muhammad
Syakur menunjukkan perlunya kepercayaan dalam sebuah kelas
kreatif. Suasana emosional kelas hendaknya mendukung kepercayaan
diri dan rasa aman setiap peserta didik10
. Menurut Shallcross aturan
dasarnya adalah jaminan personal yang membolehkan peserta didik
untuk berkembang pada tingkat mereka sendiri, menjaga kerahasiaan
karya mereka, sehingga mereka siap untuk mempertunjukkannya dan
menghargai perbedaan yang ada pada mereka.11
Oleh karena itu, guru harus berusaha terus untuk
meningkatkan keahlian profesinya, menilai diri secara objektif dan
memperbaiki diri dari segala kekurangan yang ada. Begitu juga
kemauan untuk belajar, baik secara formal maupun informal
merupakan keharusan dan tuntutan profesi guru.
Usaha yang dilakukan oleh guru School of Universe untuk
mengembangkan kreativitas peserta didik juga dapat diterapkan
dengan memberi kebebasan penuh kepada peserta didik dalam belajar.
Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang
secara alami sesuai dengan kemampuan mereka. Guru menggunakan
pendekatan memberi gagasan, saran dan bimbingan, tetapi tidak
memberikan jawaban dan petunjuk eksplisit. Guru memberikan
dorongan dan bimbingan kepada peserta didik untuk mencetuskan
gagasan sendiri. Guru membolehkan peserta didik bekerja sama
apabila mungkin dan perlu, tetapi menekankan kepada peserta didik
10
Muhammad Syakur, Kreativitas dalam Pendidikan (Tesis:
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2010), 28. 11
Robert Shalcross,Teaching Creative Behavior: How to Teach Crea tivity to Children of All Ages (New Jersey: Prentice Hall, 1981), 19.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
136
bahwa peserta didik mempunyai bakat dan kemampuan masing-
masing.12
Dalam pengajaran guru berusaha menciptakan suasana yang
memungkinkan peserta didik untuk memenuhi kebutuhannya dalam
merealisasikan subjektivitasnya dan suasana yang memungkinkan bagi
peserta didik untuk mengapresiasikan fleksibilitas, imajinasi,
kebebasan dan emosinya sehingga bisa membantunya dalam
mengekspresikan semua emosi dan perasaan. Namun, guru tetap
menjadi sosok yang harus dihormati.
Peserta didik diberikan kesempatan untuk bersemangat di
bidang tertentu yang diminati. Apabila peserta didik telah
bersemangat dalam bidangnya tersebut, guru mengarahkan mereka
untuk membaca buku-buku dan memperkenalkan figur-figur serta
pemikiran yang beragam. Dengan kata lain, peserta didik diarahkan ke
tujuan keseluruhan dengan mendorong peserta didik untuk belajar
dengan cara yang terbaik bagi mereka. Peserta didik dilibatkan dalam
merancang kegiatan belajar dan boleh membawa bahan-bahan dari
rumah. Penekanannya selau pada proses bukan pada penilaian. Dalam
hal ini guru tidak perlu menganalisis, menjabarkan pelajaran atau
memberi tugas yang menjadi beban pada peserta didik.
Pengajaran didahului dengan pemberian suasana atau situasi
belajar yang permisif sebagai bukti kepercayaan guru kepada
kemampuan peserta didik dan akhirnya peserta didik percaya kepada
kemampuannya. Peserta didik merasa bebas untuk mendiskusikan
masalahnya secara terbuka, baik dengan guru maupun dengan
temannya. Ketika proses pembelajaran sedang berlangsung guru
menyebut atau menyapa peserta didik dengan nama, membujuk peserta
didik dengan akrab, merespon perasaan peserta didik, termasuk
mengetahui wilayah perasaan dan juga membantu peserta didik agar
percaya diri, memberikan kesempatan peserta didik untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan ide-ide mereka, termasuk
menjadi pendengar selama diskusi dan juga memperbolehkan peserta
didik mengadopsi gaya belajar yang lebih sesuai dengan mereka.
Dalam observasi yang peneliti lakukan di kelas guru selalu
menampakkan kepada peserta didik bahwa pendapat-pendapat peserta
didik itu sangat bernilai dengan tidak langsung mengkritik pendapat
12
Berdasarkan wawancara pribadi dengan pak Burhan guru Agama
SD School of Universe, Kamis 18 Mei 2017 di School of Universe Parung
Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
137
atau gagasan itu, karena dengan mengkritik terlau dini berarti
mematikan gagasan.13
Penghargaan dan pujian senantiasan diberikan
kepada peserta didik sebagai respon positif terhadap gagasan-gagasan
peserta didik dan bukti perhatian guru kepada peserta didik agar
peserta didik termotivasi untuk terus meningkatkan kemampuannya.
Sebaliknya celaan dihindari agar peserta didik tidak ragu untuk terus
berinovasi dan berkreasi. Situasi ini akan memungkinkan peserta didik
dengan usaha sendiri dapat mengembangkan diri secara optimal
melalui proses belajarnya. Fungsi guru lebih pada motivator dan
banyak memberi bantuan yang tidak memaksa. Untuk itu diperlukan
perencanaan kegiatan belajar yang merangsang peserta didik untuk
mewujudkan potensinya.
Penampilan guru yang demokratis, ramah, sabar, adil perilaku
konsisten, memberi perhatian terhadap masalah peserta didik,
fleksibel, ceria, penuh humor dan akrab dengan peserta didik turut
mendorong keberanian pesera didik, baik dalam bertanya maupun
dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau peserta
didik lain. Guru tidak sekali-kali mencemooh jawaban peserta didik
peserta didik atau menolak dengan kasar jawaban peserta didik, tetapi
lebih mengarahkan jawaban peserta didik melalui bimbingan dan atau
kata-kata kunci dari jawaban yang diharapkan, guru juga menyediakan
waktu yang cukup bagi peserta didik untuk memikirkan jawabannya.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa guru School of
Universe,14
yayasan atau sekolah memberikan kebebasan kepada
guru untuk menentukan materi dan metode yang akan diberikan
kepada peserta didik.
Banyak hal yang harus diperhatikan guru berkaitan dengan
pengembangan kurikulum di lapangan, yaitu: keadaan peserta didik
(kecerdasan dan kemampuan yang telah dimiliki), menyesuaikan
metodedengan bahan materi dan memperhatikan faktor lingkungan.
Berkaitan dengan keadaan peserta didik, para guru School of
Universe ketika mengajar akan memberikan peserta didik pretest
sebelum memberikan materi pelajaran yang baru. Pretest biasanya
13
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan Burhan guru Agama
SD sekolah alam School of Universe (SoU) Parung Bogor, Kamis 18 Mei
2017. 13.00-14.30 WIB. 14
Berdasarkan wawancara dengan Dian Purnama Guru kelas SD
sekolah alam School of Universe (SoU) Parung Bogor, Kamis 18 Mei 2017.
13.00-14.00 WIB.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
138
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan berkaitan dengan
materi yang akan diberikan.
Berkaitan dengan metode pembelajaran ada beberapa hal
yang harus diperhatikan oleh guru sebelum menentukan dalam sebuah
pembelajaran, yaitu materi dan tujuan. Dalam hal ini guru sekolah
alam School of Universe diberikan kebebasan untuk menentukan
metode yang diterapkan dalam pembelajaran asalkan melihat pada
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sekolah. Dalam teori
pengembangan kurikulum hal ini disebut dengan prinsip
fleksibilitas.15
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi pendidik
dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang
berlangsung. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan
atau nilai pelatihan keterampilan. Pendidikan berfungsi
mengembangkan apa yang secara potensi dan aktual telah
dimiliki peserta didik, karena peserta didik bukanlah gelas kosong
yang harus diisi dari luar. Peserta didik telah mempunyai potensi
dan peran guru adalah mengarahkan potensi sehingga berkembang.
Dengan demikian, peserta didik mampu mengaitkan dan
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh
di sekolah dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Peserta didik merupakan pusat dari kegiatan pembelajaran.
Konsep pendidikan atau pembelajaran sekolah alam School of
Universe adalah ingin menciptakan pendidikan yang mengaktifkan
peserta didik atau metode active learning. Berdasarkan konsep
tersebut, proses pembelajaran lebih banyak melibatkan aktifitas
peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan
15
Prinsip Fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum dapat
dilihat dari dua segi, yaitu : Pertama, fleksibilitas atau kebebasan
dalam memilih program pendidikan. Fleksibilitas disini maksudnya
bentuk pengadaan program-program pilihan yang dapat berbentuk jurusan,
program spesialisasi, ataupun program-program pendidikan keterampilan
yang dapat dipilih peserta didik atas dasar kemampuan dan minatnya.
Kedua, fleksibilitas dalam pengembangan program pengajaran. Fleksibilitas
disini maksudnya dalam bentuk memberikan kesempatan kepada para
pendidik dalam hal mengembangkan sendiri program-program pengajaran
dengan berpatokan pada tujuan dan bahan pengajaran dalam kurikulum
yang masih bersifat umum. Hal ini sesuai dengan kondisi yang ada.
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek, (Jakarta:
Gaya Media Pratama, 1999), 115.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
139
untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran, sehingga mereka
mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan
pemahaman dan kompetensinya. Dalam hal ini, guru lebih memposisikan dirinya sebagai
fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada
peserta didik. Peserta didik terlibat secara aktif dan banyak berperan
dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak
memberikan arahan dan bimbingan serta mengatur sirkulasi dan
jalannya proses pembelajaran. Misalnya guru memberikan peluang
sebesar-besarnya kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi yang dimilikinya dengan cara memberikan kesempatan untuk
bertanya, menyampaikan gagasan dan menuangkan ide-ide yang
dimiliki peserta didik dalam berbagai bentuk metode seperti diskusi
kelompok dan kerja kelompok.16
Jadi proses pembelajaran diupayakan
semaksimal mungkin melibatkan keaktifan peserta didik.
Pembelajaran yang terlibat langsung dalam objek
pembelajaran akan menimbulkan belajar yang menyenangkan, karena
dengan belajar tanpa dibatasi oleh ruang peserta didik akan merasa
tidak cepat jenuh atau bosan. Hal ini sesuai dengan konsep
pembelajaran sekolah alam School of Universe bahwa belajar itu harus
menyenangkan bagi peserta didik.17
Hal ini dilakukan karena sekolah
selama ini pada umumnya membosankan bagi peserta didik.
School of Universe memberikan kebebasan kepada guru
untuk meggunakan dan memilih metode apapun yang penting
mengacu pada konsep pembelajaran yang menyenangkan. Maka guru
harus kreatif dan mempunyai inisiatif untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan. Berkaitan dengan hal ini, guru
sekolah alam School of Universe harus berusaha menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif, agar peserta didik tidak mudah
bosan belajar.
16
Berdasarkan hasil wawancara dengan Burhan, guru Agama SD
sekolah alam School of Universe Rabu 17 Mei 2017, di School of Universe
Parung Bogor. 17
Berdasarkan wawancara dengan Lendo Novo, Parung Bogor, Senin
15 Mei 2017.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
140
D. Aktivitas Peserta Didik dalam Mengembangkan Kreativitasnya
1. Upaya-upaya Pengintegrasian Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Alam
Ada hal yang lebih penting dalam upaya pembentukan
karakter dan berfikir kreatif yaitu pengaruh agama. Makna karakter
secara terminologi sebagaimana dikumukakan oleh Lickona adalah
‚A reliable inner disposition to respond to situations in a morally
goog way‛ atau sebuah kekuatan batin dalam menanggapi sesuatu
secara bermoral. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
menanggapi sesuatu secara bermoral inilah yang disebut karakter.
Agama bagi kebanyakan orang merupakan acuan utama yang
membawa mereka untuk membentuk kehidupan yang bermoral.18
Salah satu mata pelajaran yang dianggap memberikan
kontribusi terhadap penanaman nilai-nilai karakter melaui standar
kompetensi, kompetensi inti, indikator pelajaran serta tujuan
pembelajaran adalah mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI),
karena pendidikan agama Islam sangat erat kaitannya dengan
pembentukan karakter pada peserta didik.19
Pendidikan agama Islam diberikan dengan mengikuti
tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk
mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT dan
berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang
jujur, adil, berbudi pekerti, saling menghargai, saling tolong-
menolong, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun
sosial.20
Mengintegrasikan antara ilmu umum dan dan ilmu agama
adalah salah satu konsep yang ingin dicapai oleh sekolah alam.21
18
Thomas Lickona, Mendidik untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah dapat Memberikan Pendidikan tentang Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 64.
19Berdasarkan wawancara pribadi dengan M. Burhan guru Agama SD
School of Universe, Rabu 17 Mei 2017 di School of Universe Parung Bogor. 20
Jayadi, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kelautan (Tesis: Sekolah
Pascasarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta: 2012), 102. 21
Lendo Novo mengatakan bahwa konsep sekolah yang ingin ia
ciptakan adalah mengintegrasikan iman dengan ilmu. Berdasarkan wawancara
pribadi dengan pimpinan sekaligus penggagas sekolah alam School of
Universe Lendo Novo, Kamis 4 Mei 2017 di School of Universe Parung
Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
141
Hal itu dilakukan dengan cara menerapkan nilai-nilai islami yang
mewarnai unsur-unsur pelaksanaan pendidikannya, yaitu dengan
mengintegrasikan PAI dengan mata pelajaran lain dan
mengintegrasikan nilai-nilai PAI dalam pergaulan sehari-hari di
lingkungan sekolah.
Integrasi Pendidikan agama Islam juga dilakukan pada setiap
kegiatan yang ada disekolah. Pendidikan Agama Islam merupakan
ruh dalam mengembangkan pendidikan yang Islami. Dengan
demikian pendidikan agama juga diterapkan melalui berbagai
penciptaan suasana atau iklim kehidupan keagamaan. Melalui
berbagai penciptaan suasana atau iklim kehidupan keagamaan, maka
akan berdampak berkembangnya suatu pandangan hidup yang
bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai agama Islam yang
diwujudkan dalam sikap hidup serta keterampilan hidup oleh para
warga sekolah.
Pembelajaran yang melibatkan praktek secara langsung
merupakan hal yang sangat diutamakan di sekolah alam School of
Universe.22
Semua materi pembelajaran diusahakan untuk
dipraktikkan. Jika karena satu hal dan lain hal tak dapat dipraktikkan,
maka materi pembelajaran disimulasikan. Jika karena satu dan lain
hal simulasi tak dapat dilaksanakan, maka dilakukan melalui
permainan atau latihan. Jika karena satu dan lain hal permainan atau
latihan tak dapat dilaksanakan, maka dilakukan melalui diskusi. Jika
karena satu dan lain hal diskusi tak dapat dilaksanakan, maka proses
pembelajaran dilakukan dengan cara ceramah.
Bahkan misalnya praktek langsung ke lapangan, seperti yang
pernah dilakukan oleh guru agama pada materi silaturahmi,23
mereka
langsung praktek pergi ke rumah salah satu peserta didik untuk
bertamu. Pembelajaran yang dilakukan secara langsung ini sesuai
dengan konsep pembelajaran yang diberi istilah belajar dari
pengalaman. Aristoteles (filosof Yunani) pernah mengatakan
pentingnya belajar dari pengalaman. Ia mengatakan bahwa: "apa yg
harus kita pelajari, kita pelajari sambil melakukannya" (what we have to learn to do, we learn by doing).
22
Wawancara pribadi pimpinan sekaligus penggagas sekolah alam
School of Universe Lendo Novo, Kamis 4 Mei 2017 di School of Universe
Parung Bogor. 23
Berdasarkan wawancara pribadi dengan M. Burhan guru Agama SD
School of Universe, Rabu 17 Mei 2017 di School of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
142
Adapun bentuk dari kreativitas dalam pembelajaran agama
seperti yang peneliti amati dalam materi mengenal huruf-huruf
hijaiyah, peserta didik berkreasi dengan membuat huruf-huruf
hijaiyah yang sudah mereka pelajari dan fahami kemudian
membuatnya dengan memanfaatkan karton sertan kardus yang
kemudian memperindahnya dengan mewarnai huruf-huruf hijaiyah yg
sudah jadi, hasil karya peserta didik ini juga yang kemudian dapat di
tempel pada dinding kelas, dalam satu kegitan di School of Universe
adanya kegiatan jum’at berbagi dimana peserta didik diajarkan
bahwa untuk saling berbagi terhadap sesama, tujuan dari kegiatan
jum’at berbagi ini adalah untuk mengebangkan kepedulian terhadap
sesama, agar terjadi sifat saling tolong menolong terhadap sesama.
Gambar 4.1 : Salah satu kegiatan Jum’at Berbagi yang
dilakukan peserta didik School of Universe24
Dari kegiatan Jum’at Berbagi peneliti saat mengindentifikasi
adanya proses penyadaran akan kepedulian peserta didik terhadap
sesama. Kepekaan terhadap sesama dengan saling berbagi menjadi
unsur penting dalam membangun karakter peserta didik. Peserta didik
akan saling mengasihi, menghormati dan membangun hubungan baik
dengan saling berbagi dan mengharigai terhadap orang lain.
24
Berdasarkan observasi dan dokumentasi peneliti pada Jum’at 7
April 2017 yang berlangsung di School of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
143
Banyaknya kegiatan-kegiatan keagamaan yang di programkan oleh
sekolah seperti 1) ramadhan champ yang di dalamnya di isi dengan
kegiatan lomba-lomba kegamaan seperti membuat kaligrafi, lomba
MHQ (Musabaqah H}ifdz}il Qur’an), lomba MTQ (Musabaqah Tartil Qur’an), lomba adzan dan lain sebagainya. 2) morning activity, 3)
intensive Islam dan kegiatan-kegiatan dalam memperingati hari besar
Islam.
Berkaitan dengan konsep pembelajaran yang ada di sekolah,
maka pembelajaran di School of Universe sering dilakukan di luar
ruangan. Kelas bukan satu-satunya tempat pembelajaran, belajar
bisa berlangsung dimana saja. Pesera didik dapat belajar dari apa
saja yang ada di sekeliling mereka. Alam merupakan media tanpa
batas yang dijadikan sebagai media dan sumber pengetahuan.
Pembelajaran di sekolah alam dilakukan melalui eksplorasi langsung
ke alam. Peserta didik diajak berinteraksi langsung dengan alam
yang ada pada lingkungan sekitar, yaitu dengan mengaitkan antara
materi yang dipelajari ke dalam situasi alamiah secara langsung.
Materi yang berkaitan dengan alam dan lingkungan misalnya adalah
menjadikan penanganan sampah dan barang-barang bekas untuk
dijadikan media belajar.
Bagi sekolah alam, alam yang ada di sekitar merupakan media
tanpa batas yang bisa dijadikan alat pembelajaran secara langsung.
Dengan pembelajaran langsung melalui alam, peserta didik akan
mampu menyerap pengetahuan dengan maksimal. Dengan demikian,
pembelajaran langsung melalui media alam yang tersedia merupakan
hal yang sangat ditekankan di sekolah alam. Belajar langsung dari
alam mempunyai dampak yang sangat menguntungkan secara
kuantitatif maupun kualitatif. Sebagaimana dalam teori cone of learning Dale (kerucut pengalaman Dale), bahwa peserta didik
hanya akan menangkap 10 % dari apa yang mereka baca, 20 %
dari apa yang mereka dengar, 30 % dari apa yang mereka lihat,
50 % dari apa yang mereka lihat dan dengar, 70 % dari apa
yang mereka katakan, dan 90 % dari apa yang mereka katakan dan
lakukan.
Maka Belajar langsung melalui alam akan mampu
menyerap seluruh aspek ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Di School of Universe salah satu tujuannya adalah ingin
membudayakan dan cinta terhadap lingkungan, maka sekolah alam
School of Universe memberikan muatan materi dan menerapkannya
melalui materi berkebun (granlab). Contoh yang peneliti ikuti pada
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
144
kelas 3 yakni pada saat pelajaran berkebun (granlab) yang
pelaksanaannya setiap hari rabu dengan tema menanam cabai peserta
didik sangat antusias untuk mengikutinya dimulai dari bagaimana
mereka mendapatkan benihnya, kemudian mengurusnya sampai
benar-benar tumbuh. Hasil dari tanaman cabai dapat panen sampai
sembilan kali, kemudian dengan inisiatif peserta didik kemudian
hasilnya di jual kepada orang tua ataupun guru yang memang
penjualannya masih pada tahap internal sekolah, dari hasil penjualan
keseluruhannya bisa sampai mendapatkan omset tujuh ratus ribu
rupiah, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Muhammad
Falah Zuhdi semua hasil dari menanam cabai untuk membeli bibit
kembali dengan tema/bibit yang berbeda, untuk kediatan atau masuk
pada kas kelas serta dapat dibagikan kepada peserta didik.25
Gambar 4.2 : kegiatan peserta didik dalam berkebun (granlab)26
25
Berdasarkan wawancara dengan Muhammad Falah Zuhdi peserta
didik kelas 3 SD dan Dedi Sugianto guru kelas SD sekolah alam School of
Universe (SoU) Parung Bogor, Selasa, 23 Mei 2017. 10.00-11.00 WIB. 26
Berdasarkan Observasi dan dokumentasi peneliti pada Rabu 15
Februari 2017 yang berlangsung di School of Universe Parung Bogor.
Kegiatan berkebun (granlab) ini di jadwalkan setiap hari rabu disetiap
minggunya.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
145
Gambar 4.3 : kegiatan peserata didik dalam memanen hasil dalam
kegiatan berkebunnya27
Selain mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia
nyata peserta didik, sekolah alam juga menekankan peserta didik
untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berkaitan dengan keseimbangan teori dan penerapan serta
perkataan dan perbuatan, pendidikan menekankan azas pragmatis
dan manfaat bagi individu dan masyarakat dalam menghadapi
realitas hidup. Hal ini merupakan fungsi pendidikan sebagai proses
yang membawa individu dan membawa masyarakat menuju
perkembangan dan kemajuan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al
'Ashr ayat 1-3 :28
١ ٢
٣
27Berdasarkan Observasi dan dokumentasi peneliti pada Rabu 22
Maret 2017 yang berlangsung di School of Universe Parung Bogor. 28
Al-Qur’an Karim, QS. Al-‘Ashr ayat 1-3.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
146
‚Demi masa (1), Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (2), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (3).‛
Pembelajaran memang dimulai dari konsep yang
terangkum dalam rencana pembelajaran dan materi pembelajaran.
Akan tetapi proses pembelajaran tidak berhenti sebatas konsep, sebab
pembelajaran yang hanya berbasiskan konsep hanya akan
menghasilkan sedikit pengetahuan (dan mungkin hanya bersifat
kognitif).29
Observasi yang peneliti lakukan di kelas 3 pada waktu
penyampaian materi tentang macam-macam binatang yang ada di
laut (karnifora), ditemukan kenyataan bahwa semua peserta didik
antusias dengan membuat bentuk ikan dengan menggunakan kardus
bekas yang kemudian peserta didik sendirilah yang menentukan
binatang laut apa yang mereka fahami, terlihat adanya rasa ingin
tahu peserta didik terhadap materi yang diajarkan guru. Dengan
proses pembelajara yang seperti itu diharapkan dapat
mengembangkan kreativitas dan ide dalam berimajinasi peserta
didik dalam belajar, peserta didik sendirilah yang kemudian dapat
memahami kreasi apa yang mereka buat yang kemudian mereka
dapat menjelaskan pada teman-temannya yang lain.
Proses pembelajaran dapat dikatakan selesai (dianggap
berhasil) apabila guru dan peserta didik secara bersama-sama dapat
mengaplikasikan nilai-nilai dan ajaran yang terkandung dalam materi
pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain bahwa
semua materi pembelajaran mempunyai makna dalam kehidupan
nyata peserta didik.
2. Pembelajaran Sains Sebagai Imajinasi Pemberdayaan Ide dan
Pikiran
Karla Odenwald menjelaskan bahwa imajinasi merupakan langkah
dasar dalam menumbuhkan kreativitas.30
Karla menyebut liberal education
sebagai kondisi yang mampu menumbuhkan imajinasi. Kondisi peserta
29
Berdasarkan wawancara dengan Ade Rosyid Salim guru kelas SD
sekolah alam School of Universe (SoU) Parung Bogor, 15 Mei 2017. 30
Karla Odenwald, ‚Transforming Liberal Education Through the Imagination Critical-Creative Thinking in Higher Education Curriculum and Pedagogy‛, Dissertation: University of New York, 2010), 199-200.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
147
didik dalam keadaan nyaman dan aman dalam segi psikologis diyakini
dapat mendukung munculnya ide. Pertumbuhan kreativitas berawal dari
kemampuan menciptakan ide yang bermanfaat dalam menyelesaikan
problematika kehidupan (problem solving). Proses penciptaan ide sebagai
upaya berfikir untuk menemukan jalur keluar atas persoalan yang sedang
dihadapi.31
Tuntutan dalam mengembangkan proses berfikir tidak hanya
ada dalam proses pembelajaran, dalam kegiatan-kegiatan lainnya
peserta didik juga selalu di motivasi untuk terus dapat
mengembangkan ide dan imajinasi. Aktifitas imajinatif di School of
Universe dapat diartikan sebagai penggerak yang tidak dapat
dipisahkan. Karena hampir semua proses pembelajaran dan kegiatan di
School of Universe merupakan implementasi dari sebuah imajinasi,
peserta didik terbiasa untuk menemukan sebuah ide baru, solusi yang
bermanfaat untuk diri pribadi dan orang lain.
Salah satu bukti bahwa imajinasi sebagai langkah
pemberdayaan ide dan fikiran adalah ketika pembelajaran sains pada
kelas 3 peserta didik menciptakan pengusir nyamuk dengan olahan
ampas kopi. Ide membuat ampas kopi sebagai obat nyamuk tersebut
muncul ketika salah satu peserta didik di School of Universe melihat
adanya nyamuk di lingkungan mereka tinggal. Peserta didik tersebut
mulai berfikir hal apa yang harus dilakukan dan dibuat untuk
mengusirnya. Hingga akhirnya muncul ide untuk membuat obat
nyamuk dengan menggunakn ampas kopi. Berdasarkan hasil analisa
yang dilakukan oleh peserta didik School of Universe, mereka melihat
bahwa ampas kopi bisa di buat obat nyamuk dengan menambahkan
bahan-bahan lain (seperti lem fox dan bubuk kayu) agar bisa terbakar
dan mengeluarkan asap sehingga aroma-nya dapat mengusir nyamuk.32
31
George P. Boulden, Mengembangkan Kreativitas Anda, trejm.
Ferdinan Fuad (Yogyakarta: Dholpin Book, 2006), 10. 32
Kebutuhan masyarakat terhadap ide yang bermanfaat menjadi poin
penting bahwa proses berfikir kreatif sangat penting untuk dipertahankan
dalam diri pribadi manusia sehingga dapat menciptakan komunitas sosial
yang mandiri. Telaah mengenai peserta didik dapat mengenali problem dan
solusi penyelesaiannya ini sejalan denga tujuan pendidikan liberal, bahwa
pendidikan bertujuan melestarikan dan meningkatkan sumber daya manusia
demi kehidupan bermasyarakat yang bermartabat. Pendidikan juga harus
mengajarkan bagaimana peserta didik dapat mengenali persolan dan
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
148
Gambar 4.4 : salah satu bentuk kreativitas peserta didik yang di
tampilkan dalam kegiatan sains fair33
Langkah imajinatif peserta didik dalam menciptakan ampas
kopi sebagai temuan dalam menghadapi persoalan tersebut
menggambarkan bahwa ada proses pikiran yag berdaya dalam
penciptaan ide ampas kopi sebagai pengusir nyamuk tersebut.
Sebagaimana Craft yang mengatakan bahwa ketika seseorang dalam
kesulitan ataupun dalam keadaan tertekan, menciptkan ide sebagai
solusi dalam menghadapi situasi yang tidak menguntungkan
merupakan pikiran yang berdaya.34
Penciptaan sebuah karya dalam
kreativitas, sebenarnya tidak menjadi suatu keharusan, akan tetapi
bagaimana peserta didik tersebut dapat memberikan sumbangan ide
atau solusi terhadap suatu persoalan sudah dianggap sebagai ciri
kreatif. Sebagaimana yang sudah tersebut di bab-bab sebelumnya
bahwa imajinatif, percaya diri dan peka terhadap persoalan merupakan
karakteristik pribadi kreatif.35
menyelesaikannya. Omi Intan Naomi, Ideologi-ideologi Pendidikan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 108-148. 33
Berdasarkan Observasi dan dokumentasi peneliti pada Selasa 23
Mei 2017 yang berlangsung di School of Universe Parung Bogor. 34
Anna Craft, Membangun Kreativitas Anak, terjemah dari
Creativity Across the Primary Curriculum, (trjm) M. Khairul Anam (Depok:
Inisiasi Press, 2003), 21-22. 35
Utami Munandar, Creativity and Education (Jakarta: Disertasi UI,
1977), 28.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
149
Perihal kegiatan yang dapat memotivasi kreativitas peserta
didik dalam berkarya, School of Universe juga mengadakan kegiatan
yang nama sains fair sama halnya dengan dengan kegiatan literasi fair. Sains fair merupakan projek 3 bulanan yang diadakannya setiap
setahun sekali, isi dari kegiatan ini merupakan hasil dan kumpulan dari
real produk dari setiap pelajaran.36
Contoh kreativitas peserta didik
dalam sains fair adalah:
1. Membuat energi alternatif dari buah yang asam untuk pembangkit
listrik, berdasarkan penjelasan dari fasilitator yang mendapingi
mengatakan bahwa membuat energi alternatif dari buah yang asam
untuk pembangkit listrik merupakan bagian dari solusi yang
digunakan untuk saat ini.37
2. Membuat energi listrik dari garam, ini untuk membuktikan dan
menguji bahwa garam juga bisa untuk pembangkit listrik.
3. Membuat pesawat sederhana, ini di buat untuk menjelaskan sistem
hidrolik (teknologi yang memanfaatkan zat cair, biasanya oli,
untuk melakukan suatu gerakan segaris atau putaran. Sistem ini
bekerja berdasarkan prinsip jika suatu zat cair dikenakan tekanan,
maka tekanan itu akan merambat ke segala arah denga tidak
bertambah atau berkurang kekuatannya). Bahan-bahan yang
digunakannya adalah stik eskrim, selang, suntikan, dan lain-lain.
Ini merupakan salah satu kreativitas peserta didik dari kelas 6
dalam materi pesawat sederhana.
Konsep belajar yang diterapkan di sekolah alam School of
Universe yang disebut active learning adalah konsep belajar yang
memaksimalkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Kegiatan yang dilakukan peserta didik adalah mendengarkan,
melihat, mengamati, bertanya, mengerjakan, berdiskusi atau
memecahkan masalah, mendemonstrasikan, melukiskan, dan mencoba
sesuatu.
Metode yang akan diterapkan harus sesuai dengan materi.
Dalam hal ini, para guru atau fasilitator School of Universe akan
berusaha menyampaikan materi dengan cara yang dapat
36
Berdasarkan wawancara pribadi dengan Dedi Sugianto guru kelas 3
SD School of Universe, Selasa 23 Mei 2017 pukul 09.00-11.00 WIB di School
of Universe Parung Bogor. 37
Berdasarkan wawancara pribadi dengan Firman guru kelas 6 SD
School of Universe, Senin 12 Juni 2017 pukul 09.00-11.00 WIB di School of
Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
150
menjadikan materi itu bisa disampaikan dengan sejelas-jelasnya.
Misalnya, seorang guru mengajar melalui contoh tertentu, maka
contoh itu hendaknya pernah diketahui, dialami dan dirasakan oleh
peserta didik. Dengan kata lain contoh terdapat dalam kehidupan
anak-anak sehari-hari.
Selain itu, menciptakan suasana yang kondusif dalam
pembelajaran merupakan hal yang sangat diperhatikan. Hal ini sesuai
dengan konsep pembelajaran School of Universe yang ingin
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan tidak
membosankan. Tujuan berdirinya sekolah alam School of Universe
adalah ingin menciptakan sebuah lembaga pendidikan yang
lingkungan belajarnya baik, metode pembelajarannya mengaktifkan
peserta didik dan menciptakan pembelajaran yang lebih mengarah
pada berpikir bebas dan kritis. Berdasarkan tujuan tersebut,
pola pendekatan yang diterapkan dalam proses pembelajaran
sekolah alam School of Universe adalah metode active learning,
berfikir bebas, kritis dan kreatif.38
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi pendidik dengan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung.
Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan atau nilai
pelatihan keterampilan. Pendidikan berfungsi mengembangkan apa
yang secara potensi dan aktual telah dimiliki peserta didik,
karena peserta didik bukanlah gelas kosong yang harus diisi dari
luar. Peserta didik telah mempunyai potensi dan peran guru adalah
mengarahkan potensi tersebut sehingga berkembang.
Dengan demikian, peserta didik mampu mengaitkan dan
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh
di sekolah dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Teori konstruktivisme39
berprinsip bahwa peserta didik harus
membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru
38
Wawancara pribadi pimpinan sekaligus pengggagas sekolah alam
School of Universe Lendo Novo, Kamis 4 Mei 2017 di School of Universe
Parung Bogor. 39
Mengajar menurut konstruktivisme bukanlah kegiatan
memindahkan pengetahuan dari guru kepada peserta didik, melainkan suatu
kegiatan yang memungkinkan peserta didik membangun sendiri
pengetahuannya. Lihat Jacoueline Grennon Brooks Martin G Brooks, In Search of The Understanding; Case for Constructivist Classrooms
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
151
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan
menerapkan ide-ide peserta didik. Guru dapat memberi peserta didik
anak tangga yang membawa peserta didik ke pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan peserta didik sendiri yang harus memanjat
anak tangga tersebut.
Peserta didik harus aktif dalam mengembangkan
pengetahuannya sendiri. Maka dalam hal ini peserta didik dituntut
untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan para guru
adalah fasilitator. Dengan hal ini, peserta didik diharapkan akan
menilai belajar bukan hanya untuk mencapai tujuan belajar saja,
namun sebagai sebuah proses bagaimana mereka belajar.
Interaksi antar peserta didik School of Universe dalam kegiatan
pembelajaran di School of Universe sangat baik. Peserta didik dengan
kesadaran diri memulai kegiatan pembelajaran tanpa menunggu aba-
aba. Dalam satu minggu kegiatan dimulai senin sampai jum’at pukul
pukul 07.30 yang dimulai dengan kegiatan sholat dhuha di masjid
dengan berjama’ah bersama guru-guru,
Peserta didik belajar dengan mengeksplorasi pengetahuan
tentang alam semesta dan kehidupan dengan bebas di bawah
pengawasan guru. Dalam hal ini, guru berperan sebagai pembimbing
dan fasilitator. Belajar bukan hanya sebatas duduk, diam dan
mendengar. Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran
sangat diutamakan, dengan demikian metode active learning adalah
salah satu metode pembelajaran di sekolah alam.
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Seni sebagai Bentuk
Kreativitas
Dalam diri manusia terkandung jiwa seni, suka akan
keindahan. Untuk mewadahi minat peserta didik, School of Universe
memilki aktivitas yang di kenal dengan literasi fair. Kegiatan ini
diadakan setiap tiga bulan sekali, literasi fair ini diselenggarakan
dengan tujuan untuk memotivasi semangat peserta didik untuk
berkarya. Setiap anak diwajibkan untuk ikut berpartisipasi dalam
kegiatan literasi fair, partisipasi ini dimaknai sebagai wujud eksistensi
peserta didik dalam mengekspresikan kemampuan dan karyanya yang
merupakan hasil belajar peserta didik. Hal ini dilakukan karena di
School of Universe peserta didik cenderung belajar sesuai dengan
(Alexandria: The Association for Supervision and Curriculum Development,
1993), 4.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
152
minat dan bakat yang lebih mendekati pada sebuah karya menulis
buku, puisi, menyanyi, musik dan segala bentuk kegiatan seni lainnya.
Sehingga peserta didik diharapkan dapat menggelar hasil karya mereka
untuk ditampilkan dihadapan umum.
Bentuk partisipasi dalam kegiatan literasi fair sangat beragam;
mulai dari terlibat dalam proses pelaksanaan dengan menjadi panitia,
sebagai peserta, atau sekedar ikut menyemarakkan kegiatan tersebut.
Beberepa peseta didik dalam kegiatan literasi fair tampak
mempresentasikan karya hasil imajinasinya, seperti puisi dan menulis
buku.
Sebagaimana literasi fair diadakan, tampak Aisyah Hayya
Tsaqila peserta didik dari kelas 3 SD yang menulis novel yang berjudul
‚Inilah Ceritaku Saat di Paris‛, sebuah cerita yang sederhana dan bisa
diidentifikasi yang mendapat penghargaan dari media literasi
terbanyak dari rekor buku Indoensia.40
Hal ini yang kemudian justru
membuat Aisyah semakin termotivasi untuk membuat karya yang
lebih baik lagi. Peneliti melihat kegiatan literasi fair dapat menjadi
tempat di mana peserta didik dapat lebih produktif dalam menciptakan
sebuah karya, sehingga penting bagi lingkungan belajar untuk
menciptakan dunia yang dapat mendukung peserta didik menikmati
ekspresi dan eksplorasi hasil karya mereka sendiri.
Menulis kreatif seperti yang dilakukan Aisyah tersebut dapat
dikaitkan dengan aktivitas dalam mendukung peserta didik dalam
berkarya dengan penghargaan-penghargaan dan juga kritikan yang
membangun atas karya yang di ciptakan di School of Universe ini
sejalan dengan pernyataan Shallcros bahwa mental yang merasakan
kenyamanan dan keleluasaan dapat mendukung pengembangan
kepercayaan dan kebanggaan diri bagi diri anak.41
Karya novel dari
Aisyah merupakan salah satu betuk kreativitas dari proses
pembelajaran bahasa Indonesia.
Secara umum peneliti melihat literasi fair yang di gelar di
School of Universe sebagai media aktualisasi diri masing-masing
peserta didik untuk mengembangkan ekspresi diri dan juga
40
Berdasarkan wawancara dengan Aisyah Hayya Tsaqila peserta
didik kelas 3 SD dan Dedi Sugianto guru kelas SD sekolah alam School of
Universe (SoU) Parung Bogor, Selasa, 23 Mei 2017. 09.00-11.00 WIB. 41
D.J. Shallcross, Teaching Creative Behavior: How To Teach Creativity to Children’s of All Ages (USA: Prentice Hall, 1980), 88.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
153
mengeksplor kreativitas diri peserta didik.42
Seperti telah disebutkan
pada bab-bab sebelumnya, kreativitas dapat berkembang dengan
adanya kebebasan dan juga kenyamanan secara psikologis.
Berdasarkan pada hasil pengamatan peneliti selama pelaksanaan
kegiatan ini, studi kasus ini sejalan dengan pernyataan Sawyer bahwa
seni dapat mendukung pengembangan kreativitas peserta didik.43
Dalam menganalisa kreativitas dalam proses pembelajara pada
peserta didik School of Universe perlu kita mengingat kembali definisi
kreatif menurut Clark Moustakas seorang ilmuan psikologi dari
Amerika serikat menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman
mengekspresikan dan mengaktualisasikan daya imajinasi setiap
individu yang menghasilkan sebuah karya, ide atau gagasan.44
Serta
Craft yang menyatakan bahwa imajinasi merupakan bentuk dari
kreativitas.45
Pemecahan masalah, menciptakan ide, serta kreativitas
sebagai aktualisasi diri merupakan sebuah keterkaitan yang tidak dapat
dipisahkan.
Dalam konteks kreativitas yang melibatkan imajinasi dan
aktualisasi diri, keduanya memiliki keterkaitan yang tidak dapat
dipisahkan. Imajinasi sendiri dapat muncul berkat adanya
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme di mana peserta
didik di beri kebebasan dan keleluasan untuk mendapatkan
pengetahuannya dengan dampingan guru atau fasilitator, sehingga
peserta didik tidak ada kekhawatiran dalm berimajinasi, hasil imajinasi
dan juga penemuan-penemuan ide yang bernilai kembali lagi pada rasa
percaya diri karena dampak dari kebebasan yang menjadi prinsip dasar
pembelajaran di School of Universe.
Tabel berikut merupakan identifikasi peneliti atas seluruh
kegiatan pembelajaran yang dilakukan di School of Universe dalam
rangka mengembangkan kreativitas peserta didik.46
42
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi peneliti selama
mengadakan penelitian di sekolah alam School of Universe Parung Bogor. 43
R. Keith Sawyer, Creativity and Develpoment (Oxford University
Press, 2003), 3-6. 44
Clark E. Moustakas, Creativity and Comformmity (New York: Van
Nostrand Reinhold Company, 1967), 28. 45
Anna Craft, Membangun Kreativitas Anak (Depok: Inisiasi Press,
2003), 109. 46
Berdasarkan hasil analisa peneliti dengan menggunakan pemikiran
Clark Moustakas
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
154
Tabel 4.1
Kondisi Eksternal yang Mendukung Pengembangan Kretivitas Peserta
Didik
Kenyamanan Psikologis
Kebebasan Psikologis
Anak diterima sebagaimana adanya dengan
segala kekurangan dan kelebihannya
Orang tua diberikan
pemahaman makna
kebebasan menurut
School of Universe ,
sehingga orang tua
juga turut serta
mendukung dan
mengapresiasi simbol-
simbol hasil dri
pembelajaran, karya
ide gagasan dan
perasaan peserta didik
Pembelajaran yang didasari pada minat dan
keinginan peserta didik (peserta didik
mempelajari apa yang menjadi
keinginannya)
Peserta didik merasa dipahami dan dapat
dimengerti oleh guru atau fasilitator serta
lembaga sekolah.
Evaluasi tidak berupa ancaman, akan tetapi
lebih pada menempatkan ada tempatnya
atau mengingatkan kembali apa yang
menjadi keinginan peserta didik
*Berdasarkan hasil analisis peneliti dengan menggunakan pemikiran Clark
Moustakas
Sangat terfokus pada rasa nyaman oleh masing-masing peserta
didik. Penghargaa terhadap karya anak, kebebasan dalam
mengembangkan ide, serta kebebasna peserta didik dalam
mempelajarai keilmuan yang menjadi minat mereka dengan tetap
mengacu pada kurikulum diknas dan kurikulum yang dikembangkan
oleh sekolah, serta tidak adanya keberpihakan aturan dari pihak guru,
fasilitator atau pengelola(karena peraturan secara keseluruhan di dalam
kelas merupakan hasil kesepakatan peserta didik itu sendiri) sehingga
peserta didik menjadi sangat percaya diri atas apa yang mereka
lakukan, tidak ada kekhawatiran, mampu menyelesaikan masalah
melalui musyawarah menjadi faktor penting dalam mengaktualisasikan
potensi diri peserta didik.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
155
Kegiatan-kegiatan atau bentuk karya yang ide kesemuaanya
bersumber dari peserta didk itu sendiri secara tidak langsung
membangun pribadi bertanggung jawab pada pribadi peserta didik itu
sendiri. Peserta didik School of Universe juga dapat melakukan
pengorganisasian diri sehingga membuat anak menjadi survival,
tumbuh dan berkembang. Sebagaimana diakui oleh John Dewey
bahkan kondisi demokratis dalam lingkungan belajar peserta didik
dapat menjadikan kesadaran baik untuk peserta didik dan fasilitator
atau guru dalam menentukan tujuan, materi, metode dan juga evaluasi
belajar.47
Hal ini tentu saja juga tidak lepas dari bimbingan dan arahan
dari orang dewasa yang dapat memberikan motivasi dan juga teladan
dalam bersikap bertatakrama.
Dalam kegiatan observasi, peneliti memperoleh gambaran
suasana peserta didik baru yang sedang mendengarkan penjelasan
seorang guru atau fasilitator. Dalam penjelasannya fasilitator
menyebutkan mekanisme belajar di School of Universe yang tidak
harus menunggu terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari,
artinya peserta didik diberi kebebasan untuk dapat menciptakan
sendiri apa yang ingin dipelajari atau berinisiatif untuk belajar sendiri,
namun demikian, mengajak peserta didik baru untuk belajar yang ada
di sekolah alam School of Universe tidak semudah membalik telapak
tangan. Hal ini diakui oleh Dedi Sugianto, fasilitator School of
Universe, menurut pengakuannya, ‚kebiasaan-kebiasaan peserta didik
baru di sekolah lama atau sekolah formal sering kali menjadi kendala
dalam menjadikan anak mandiri dalam belajar, kebiasaan mereka di
sekolah lama yang terbiasa mengikuti atau tinggal mengerjakan apa
yang sudah diatur oleh guru, tidak berlaku di sini. Oleh karenanya,
khusus peserta didik baru para fasilitator dan guru pendamping selalu
memiliki metode dan konsep yang berbeda pada setiap ajaran baru.48
Sebagai sebuah lembaga pendidikan, sekolah alam School of
Universe bisa menjadi pilihan bagi masyarakat yang ingin memberikan
pendidikan kepada anak-anaknya namun terbatas pada biaya.
Keberadaan lembaga pendidikan alternatif bukan tanpa masalah,
berbagai kekurangan, terutama infrastruktur yang sebagaimana yang
47
John Dewey, Democracy and Education: an Introduction to Philosophy of Education (New York: Plain Label Book, 1994), 86.
48Berdasarkan wawancara pribadi dengan pak Dedi Sugianto guru
kelas 3 SD School of Universe, Selasa 23 Mei 2017 pukul 09.00-11.00 WIB di
School of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
156
sudah ditetapkan oleh pemerintah, tidak menjadi penghalang. Dengan
segala keterbatasan, pembelajaran yang memfokuskan perhatian pada
peserta didik lebih penting daripada sekedar sarana dan prasarana yang
lengkap.
E. Keberhasilan Proses Pembelajaran dalam Pengembangan
kreativitas
Ada beberapa kriteria yang dijadikan dasar untuk menilai
kadar peningkatan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran, yaitu:
1. Peserta didik banyak mencari dan memberi informasi serta
mengajukan pertanyaan, baik kepada guru maupun kepada
peserta didik lainnya.
2. Peserta didik lebih banyak mengajukan pendapat terhadap
informasi yang disampaikan guru atau terhadap pendapat yang
disampaikan peserta didik lain.
3. Peserta didik memberikan respon nyata terhadap stimulus
belajar yang diberikan guru seperti membaca, mengerjakan
tugas, mendiskusikan masalahnya kepada teman sekelas,
bertanya kepada peserta didik lain jika menemui kesulitan.
4. Peserta didik menilai sendiri hasil pekerjaannya sekaligus
memperbaiki dan menyempurnakan pekerjaan yang
dianggapnya masih belum sempurna.
5. Peserta didik membuat sendiri kesimpulan pelajaran dengan
bahasa dan cara masing-masing, baik secara mandiri maupun
berkelompok, dan
6. Peserta didik memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan
belajar yang ada di sekitarnya secara optimal dalam kegiatan
belajarnya.
Sedangkan ciri hasil belajar yang diperoleh peserta didik
setelah melakukan proses pembelajaran:
1. Peserta didik dapat mengingat fakta, konsep yang telah
dipelajarinya dalam kurun waktu yang cukup lama.
2. Peserta didik dapat memberikan contoh dari konsep dan
prinsip yang telah dipelajarinya.
3. Peserta didik dapat mengaplikan atau menggunakan konsep
dan prinsip yang telah dipelajarinya dalam situasi lain yang
sejenis, baik dalam hubungannya dengan materi pelajaran
maupun dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
157
4. Peserta didik mempunyai dorongan yang kuat untuk
mempelajari lebih lanjut dan mampu mempelajari sendiri
dengan menggunakan konsep dan prinsip yang telah dikuasai.
5. Peserta didik terampil mengadakan hubunga sosial seperti
kerjasama denagn peserta didik lain, berkomunikasi dengan
orang lain, toleransi, menghargai pendapat orang lain, bersikap
terbuka bila mendapat kritik dari orang lain dan lain-lain.
6. Peserta didik memperoleh kepercayaan diri bahwa ia
mempunyai kemampuan dan kesanggupan melakukan tugas
belajar seperti timbulnya semangat belajar, tidak mudah putus
asa, tidak merasakan adanya beban bila diberi pekerjaan
rumah, adanya usaha sendiri dalam memecahkan masalah
belajar dan lain-lain.49
Monitoring dan evaluasi pada dasarnya terdiri dari 2 aspek
kegiatan, yaitu monitoring dan evaluasi. Monitoring bertujuan untuk
supervisi, artinya untuk mengetahui apakah pengembangan kreativitas
dalam proses pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme sudah
dijalankan sesuai dengan rencana, apa hambatan yang terjadi dan
bagaimana pemecahannya. Dengan kata lain, monitoring menekankan
pada pemantauan proses pembelajaran dan sedapat mungkin guru
dapat memberikan saran untuk mengatasi masalah yang terjadi.
Sedangkan evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah
pengembangan kreativitas peserta didik melalui pembelajaran telah
mencapai sasaran yang diharapkan. Dengan demikian, evaluasi
menekankan pada aspek output, konsekuensinya evaluasi baru dapat
dilaksanakan jika pembelajaran telah selesai.di School of Universe
pelaksanaan pengembangan kreativitas secara konseptual sudah
dilaksanakan. Indikasi dari pengembangan kreativitas tersebut adalah
dari setiap proses pembelajarannya School of Universe menghasilkan
real produca pada setiap mata pelajaran yang diajarkan, serta adanya
kreativitas School of Universe untuk merancang kurikulum dan proses
pembelajaran untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Indikasi
lainnya adalah kreativitas School of Universe mendesain metode
pembelajaran yang efektif. Hampir setiap tahunnya lembaga ini
mengadopsi metode pembelajaran yang mutakhir dalam dunia
49
Berdasarkan wawancara dengan Dedi Sugianto guru kelas SD
sekolah alam School of Universe (SoU) Parung Bogor, Selasa 23 Mei 2017.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
158
pendidikan sehingga hal ini turut mempengaruhi proses pembelajaran
yang diselenggarakan.
Sebuah sekolah akan dilihat bukan semata-mata karena para
peseta didiknya mencapai nilai ujian tinggi. Nilai hasil ujian itu
hanyalah bagian kecil dari ukuran keberhasilan. Apalagi penelitian
terakhir menunjukkan bahwa IQ (Intellectual Quotient) hanya
berperan 20% menunjang kesuksesan seseorang. 80%nya justru EQ
(Emotional Quotient) dan spiritual Quotient yang menunjang
kesuksesan seseorang. Itu artinya bekal-bekal semacam kemampuan
menahan diri, mengendalikan emosi, memahami emosi orang lain,
memiliki ketahanan menghadapi kegagalan, bersikap sabar, memiliki
motivasi diri yang tinggi, kreatif, berempati, bersikap toleran, semua
nilai-nilai tersebut jauh lebih penting dari sekedar nilai ujian akhir
yang tinggi.50
Dengan demikian uraian tentang pengembangan kreativitas
melalui pembelajaran yang di terapkan sekolah alam School of
Universe terlihat bahwa peserta didik diberi kebebasan dalam
mengekspresikan gagasannya serta terlihat dari usaha guru yang
bekerja keras untuk bagaiamana cara untuk membuat peserta didik
terhadap materi yang diajarkan baik materi PAI, Sains maupun Bahasa
Indonesia. Melalui hal ini guru mampu mengajarkan peserta didik
untuk mengaitkan materi terhadap pengalaman pribadinya. Adanya
pemahaman yang sama antara pemberi materi dan penerima materi
terhadap ide dan informasi yang disampaikan dalam proses
pembelajaran. Hal-hal tersebut tentu di dukung dan didorong oleh
beberapa motivasi yang diberikan oleh guru atau lingkungan sekitar
50
Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan (Jakarta: Paramadina, 2001), 21.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
159
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa sekolah alam terbukti
lebih mengutamakan kreativitas peserta didik pengembangan
kreativitas peserta didik dalam pembelajaran di seolah alam melalui
model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik seperti:
pembelajaran pada pemecahan masalah, pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning), CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif), pembelajaran SDL (Self Directed Learning) dan diskusi.
Kesimpulan ini berdasarkan temuan-temuan atas penelitian yang
dilakukan di sekolah alam School of Universe yang menunjukkan
bahwa:
1. Pengembangan kreativitas dimulai dari kebijakan sekolah
menjadikan School of Universe sebagai sekolah yang
mampu menumbuhkan generasi yang cinta belajar,
meningkatkan kreativitas peserta didik, kritis dan berani
berinovasi, yang kemudian mensosialisasi kepada guru dan
fasilitator melalui training.
2. Proses pembelajaran yang di sekolah alam School of
Universe berpengaruh besar terhadap pengembangan
kreativitas peserta didik. Pengaruh besar terhadap
kreativitas dapat dilihat dari perubahan sikap peserta
didik, yakni, timbulnya sifat terbuka artinya peserta didik
bisa menerima dan mengkritik, aktif bertanya, berfikir
kritis yang dapat dilihat dari peserta didik suka membaca,
dinamis dan kreatif.
3. Keberhasilan peserta didik dapat dilihat dari prestasi
yang beraneka ragam atau bentuk kreativitas seperti
menulis novel, melukis, desain grafis, koreografi (dance
dan seni tari), serta terlihat dari setiap kelas di desain
menarik dengan menampilkan karya-karya kreativitas
peserta didik seperti gambar dan lukisan, dan
meningkatnya perolehan prestasi kejuaran: juara 2
Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) pada tingkat SD se-
kabupaten bogor, mendapatkan penghargaan dari rekor
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
160
buku Indonesia pada kategori karya literasi terbanayak,
dan lain sebagainya.
B. Saran
Setelah mencermati pelaksanaan pengembangan kreativitas
dalam proses pembelajaran di School of Universe Parung Bogor,
peneliti mengemukakan beberapa saran, sebagai berikut:
1. Menjadikan masukan untuk sekolah dalam melaksanakan tugas
sebagai supervisor yang diembannnya selalu memperhatikan dan
mampu mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya guna
meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah yang di
pimpinnya.
2. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang dapat
mengembangkan kreativitas peserta didik hendaknya guru
meningkatkan kualitas kompetensi dalam mengelola proses
pembelajaran tersebut, mulai dari menentukan tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, desain lingkungan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran tersebut harus
dirancang sebaik mungkin sehingga kreativitas peserta didik dapat
berkembang.
3. Menjadikan masukan untuk sekolah kreativitas merupakan salah
satu bentuk dari pengembangan dari otak kanan, cara berfikirnya
sesuai dengan cara untuk mengetahui sesuatu yang bersifat non-
verbal, seperti perasaan danemosi, kesadaran yang berkenaan
dengan perasaan (merasakan kehadiran suatu benda atau orang,
kesadaran, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan
warna, kreativitas serta visualisasi). Oleh karenanya sekolah alam
kurang dominan terhadap keunggulan dari fungsi otak kiri yakni
yang berhubungan dengan aspek kognitif atau akademik peserta
didik, oleh karenanya peneliti memberikan masukan kepada
sekolah dalam aspek pembelajarannya perlu memperhatikan aspek
akademik atau kognitif agar seimbang.
4. Kreativitas yang berkembang dengan baik, sudah tentu dapat
meningkatkan meningkatkan sumber daya anak Indonesia,
berkemampuan berfikir luas dan dinamis dalam menghadapi
persoalan-persoalan hidup yang tidak terduga. Permasalahan dalam
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
161
pendidikan sudah tentu harus disiasati dengan berbagai macam
cara sehingga tidak menghalangi anak bangsa dalam meningkatkan
kualitas diri. Persoalan ini sudah sepatutnya menjadi perhatian
semua pihak: yakni pemerintah, akademisi, tokoh masyarakat dan
juga seluruh pemangku kepentingan lainnya.
Adapun untuk mengembangkan kajian ilmiah lebih lanjut, para
peneliti dan praktisi pendidikan yang menaruh minat kepada
pelaksanaan program pengembangan kreativitas dalam proses
pembelajaran hendaknya tidak pernah merasa jenuh dan terus berupaya
secara maksimal untuk melaksanakan penelitian guna membantu dunia
pendidikan menemukan metode dan teknik baru pengembangan
kreativitas dalam proses pembelajaran.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
162
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
163
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdillah, Mujiyono. Agama Ramah Lingkungan: Perspektif al-Qur’a>n (Jakarta: Paramadina, 2001.
Abraham, Maslow. Motivasi dan Kepribadian, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1993.
Al At}as, Syed Muh}ammad Naquib. Aims and Objectives of Islamic Educatin, Jeddah: King Abdul Aziz University, 1979.
al Maraghis Muh}>ammad ‘Athiyyah. Ru<<<<<>h} al-Tarbiyah wa al-Ta’lim,
Da>r Ihya>’ al Kutub al-Arabiyah.
Ali, Moh}ammad dan Asrori. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
al-Nah}la>wi>, ‘Abd Arrah}man. Us}u> al-Tarbiyyah al-Isla>miyyah wa Asa>li>biha>: fi al-Bait wa al-Madrasah wa al-Mujtama’ ,
Damaskus: Da>r al-Fikr, 2008.
Ankomah, Yan. ‚Implementing Quality Education Low Income
Countries,‛ Edqual Project-Ghana, Literature Review,
Desember, 2005.
An-Nah{lawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 2004.
An-Nah}lawi, Abdul Rahman. Ushu>l Al-Tarbiyah Al-Islamiyah,
Damsyi>q: Da>r al-Fikr, 1986.
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
Ash Shiddieqy, Hasby. Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam. Jakarta: Bulan
Bintang, 1989.
Azra, Azyumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999.
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999.
Azwar, Saifuddin. Pengantar Psikologi Intelegens, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2002.
Bahar, Safroedin. Hak Asasi Manusia: Analisis Komnas HAM dan Jajaran Hankam/ABRI, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.
Baharuddin dan Moh. Makin, Pendidikan Humanistik, Yogyakarta; Ar-
Ruzz Media Group, 2007.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
164
Basutian, Harun. Islam Rasional. Bandung: Mizan, 1995.
Bogdan, Robert C. dan Steven J. Taylor, Introduction to Qualita tive Resea rch Methods, terjemahan Arif Furchan, Surabaya:
Usaha Nasional, 1992.
Bucail, Maurice. Bibel, Qura’n dan Sains Modern. Jakarta: Bulan
Bintang, 1985.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2007.
Craft, Anna Craft, Creativity Across the Primary Curriculum: Framing and Developing Practice (Taylor & Francis, 2003), 7.
Diterjemahkan oleh M.Khairul Anam, Depok: Inisiasi Press,
2003.
D.J. Shallcross, Teaching Creative Behavior: How To Teach Creativity to Children’s of All Ages, USA: Prentice Hall,
1980.
Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:
Erlangga, 2006.
Darmaningtyas, Pendidikan Rusak-Rusakan, Yogyakarta: LKIS, 2007.
Daulany, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia Jakarta: Kencana, 2004.
Davis, G.A . Creativity is Forever, USA: Badger Press Cross Plans,
1981.
Depag R.I., Al Quranul Karim dan Terjemahnya, Semarang: Toha
Putra, 1997.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Departemen Pendidikan Nasional, Pelaksanaan Kurikulum Berbasisi Kompetensi, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang, 2002.
Depdikbud, Petunjuk Pelaksanaan Kegiataan Ekstrakurikuler sebagai Salah Satu Jalur Pembinaan Kesiswaan, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1995.
Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2001.
Dewey, John. Democracy and Education: an Introduction on Thee Philosophy of Education, Ney York: Plain Label Books, 1994.
Dhakiri, Muhammad Hanif. Paulo Freire, Islam dan Pembebasan,
Jakarta: Djambatan dan Pena, 2000.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
165
Dian Nurlaily Amarullah, Pengaruh Sistem Pembelajaran Kembali ke Alam terhadap Motivasi Belajar Anak: Perbandingan Bidang Studi Gardening dengan Pembelajaran di dalam Kelas di SD Citra Alam Ciganjur Jakarta Selatan, Tesis Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Pendidikan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL), Jakarta:
Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama, 2003.
Dirjen Dikmenum, Pengembangan Pelaksanaan Broad-Based Education, High-Based Education and Life Skills di SMU, jakarta: Depdiknas, 2002.
E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Rosdakarya, 2007.
Effendi, Tajuddin N, dkk, dalam Masri Singarimbun dan Sofyan
Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1987.
Elliot, Raymond Kenneth. Imagination: a Kind of Magical Faculty,
University of Birmingham, Institute of Local Government
Studies, 1976.
Fachruddin, Pengembangan Inovasi dan Kreativitas Berfikir, Bandung:
As-Syamil, 2010.
Fadjar A. Malik dalam Imam Tolkhah dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan: Mengurai Akar Tradisi Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004.
Fatah, Abdul. Budaya Toleransi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Tesis: Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2012.
Freire, Paulo. Education for Critical Consciousness, New York:
Continum, 1981.
Freire, Paulo. Pendidikan Kaum Tertindas, Jakarta: Pustaka LP3ES,
2008.
Freire, Paulo. Pendidikan sebagai Praktrek Pembebasan, Jakarta:
Gramedia, 1984.
Gasing, A. Qadir. ‚Perspektif Hukum Islam tentang Lingkungan Hidup‛, Disertasi Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2001.
George P. Boulden, Mengembangkan Kreativitas Anda, terjm.
Ferdinan Fuad, Yogyakarta: Dolphin Book, 2006.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
166
Giroux, Hendri A. Border Crossing: Cultural Workers and The Politics of Education, 1993.
Gronlund Norman E, Assesment of Student Achievment Sixth Edition, Boston: Allyn and Bacon, 1998.
Gunawan, Ary H. Sosiologi Pendidikan: Sautu Analisis Sosiologi tentang Berbagai Problem Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2000.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1992.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. Konsep Strategi Pembelajaran,
Bandung: PT Refika Aditama, 2009.
Hartoko, Dick, Memanusiakan Manusia Muda: Tinjauan Pendidikan Humaniora, Yogyakarta: Kanisius, 1985.
Herawati, Pengembangan Sekolah Alam, Jakarta: Dewan Sekolah
Alam, 2009.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, Jakarta: Gramedia, 2010).
Jilid Dua.
Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek,
Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999.
Insoji, Pendidikan sebagai Infestasi Masa Depan, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2006.
Irilaslogo, Mengenal Potensi Otak Kanan, Otak Kiri dan Otak Kecil, Yogakarta: Logung Pustaka, 2005.
Istarani, Sekolah Alam sebagai Model Pembelajaran Model Inovatif (Referensi Guru dalam Menentukan Model Pembelajaran), Medan: Media Persada, 2011.
Jawwad, Muhammmad Abdul. Mengembangkan Inovasi dan Kreativitas Berfikir, Bandung: Asy-Syamil, 2000.
John M. Echols dan Hassan Syadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta:
Gramedia, 2003.
Johnson, Elaine B. Contextual Teaching Learning. Bandung: MLC,
2007.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI Nomor IV/MPR/1999,
GBHN 1999-2004, Jakarta: PT Pabelan Jayakarta.
Killen, Roy. Effective Teaching Strategies, Australia: Social Science
Press, 1998.
Langgulung, Hasan. Kreativitas dan Pendidikan Islam: Analisis Psikologi dan Falsafah, Jakarta: Pustaka al-H}usna, 1991.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
167
Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisis Psikologis, Filsafat dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka al-H}usna
Baru, 2004.
Larsen, Stephen C. & Mary S. Poplin. Methods for Educating the Handicapped an Individualized Education Program Approach.
277.
Loveless, Avril. ‚Thinking about Creativity: Developing Idea,
Making things Happen‛, dalam Anthony Wilson, Creativity in Primary Education…..23-24.
M. Escobar (Ed), Sekolah Kapitalis, yang Licik, Yogyakarta:
IRCiSoD, 2016.
Martin, Jacoueline Grennon Brooks, G Brooks, In Search of The Understanding; Case for Constructivist Classrooms,
Alexandria: The Association for Supervision and Curriculum
Development, 1993.
Mastuhu. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional Abad 21, Yogyakarta: Insania Press, 2003.
Moeleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: Rosda
Karya, 2007.
Moustakas, Clark E. Creativity and Comformmity, New York: Van
Nostrand Reinhold Company, 1967.
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:
Rakesarasin, 1996.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2001.
Muhajir, Noeng. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Teori Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,
2000.
Mukaddar, Muhammad. Eko-Tarbiyah (Aplikasi Pendidikan Islam Berwawasan Ekologi di SMK Kehutanan Wali Songo Tuban,
Ciputat: Tesis Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2013.
Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antar Budaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2003.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
168
Munandar, Utami. Creativity and Education, Jakarta: Disertasi UI,
1977.
Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta:
Rineka Cipta, 2004.
Naomi, Omi Intan Naomi, Ideologi-ideologi Pendidikan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008.
Nashori, Fuad dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Psikologi Islam, Yogyakarta: Menara Kudus,
2002.
Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2010.
Odenwald, Karla. Transforming Liberal Education Through The Imagination Critical-Creative Thinking in Higher Eduvcation Curriculum and Pedagogy, Dissertasion: University of New
York, 2010.
Orr, David. Earth in Mind on Education, Environment and The Human Prospect, Washington DC : Island Press, 1994.
Paulo Freire, Pedagogy of the Oppresed : 30th
Anniversary Edition,
translated by Myra Bergman Ramos, New York: The
Continum International Publishing Group, 2005.
Piaget, Jean. The Original of Intelligence in the Child, London:
Routledge & Kegan Paul, 1953.
Porter, Bobby De & Mike Hernacki sekitar tahun 90-an dalam
buku Quantum Learning : Unleashing The Genius In You,
yang diterjemahkan oleh Penerbit Kaifa dengan
judul Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung: Kaifa, 1992.
Porter, Bobby De. dkk . Quantum Teaching Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas . Penerbit Kaifa. Bandung.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2001.
Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007.
Pusat Pengkajian Pedagodik Universitas Pendidikan Indonesia,
Contextual Teaching and Learning, Garut: Rahayasa, 2010.
Qaradlawi, Yusuf. Islam Agama Ramah Lingkungan, terj oleh
Abdullah Hakam Shah .Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002.
Ramly, Nadjamudin. Membangun Pendidikan yang Memberdayakan dan Mencerahkan, Jakarta: Grafindo, 2005.
Rauf, Abdul Aziz Abdul. Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah,
Bandung: Syaamil Cipta Media, 2004.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
169
Rayad, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, 2002.
Rizali, Ahmad. Dari Guru Konvensional Menuju Guru Professional, Jakarta: Gramedia, Widiasarana Indonesia, 2009.
Rohiat, Manajemen Sekolah, Bandung: PT.Refika Aditama, 2010.
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis (Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2004.
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007.
Runco, Mark A. & Ruth Richard, Eminent Creativity: Everyday Creativity and Health, Greenwood Publishing Group, 1997.
Russell, Letty M. Human Liberation in a Feminist Perspective a Theology, Philadelphia: Westminster, 2001.
Sagala, Saiful. Administrasi pendidikan Kontemporer, Bandung: CV
Alfabeta, 2006.
Saleh. Abdurrah}man. Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:Kencana Prenada Media, 2006.
Santoso, Eko Jalu.The Art of Life Revolution, Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Suara Pembaharuan, Jakarta: Kompas,
2006.
Satmoko, Santoso Budi. Sekolah Alternatif Mengapa Tidak,
Yogyakarta: Diwa Press, 2010.
Sawyer, R. Keith. Creativity and Develpoment, Oxford University
Press, 2003.
Sawyer, R. Keith. Explaining Creativity: The Science of Human Innovation, Oxford Uinversity Press, 2012.
Seifert, Kelvin and Rosemary Sutton, Educational Psychology, Zurich,
Switszerland: The Jacobs Foundattion, 2009.
Semiawan, Conny R., I Made Putrawan, Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu, Bandung: Remaja Karya, 1988.
Semiawan, Coony. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Jakarta: Gramedia 1984.
Setiawan, Conny. Pendidikan Perspektif Anak Berbakat, Jakarta:
Grasindo, 1997.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
170
Shallcross D.J. Teaching Creative Behavior: How to Teach Creativity to Children’s of All Ages, USA: Prentice Hall, 1980.
Shihab, Quraish. Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan.
Bandung: Mizan, 1999.
Sidi, Djati. Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru,
Jakarta: Paramadina, 2001.
Situmorang, Oloan Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya (Bandung: Angkasa, 1993), 67.
Strauss, Anselem dan Juliet Cobin. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Prosedur, Teknik,dan Teori Grounded, Surabaya: PT Bina
Ilmu, 1997.
Sudarmojo, Agus Haryo. Menyibak Rahasia Bumi dalam Al-Qur’an.
Jakarta: Mizan Media Utama, 2009.
Sudjana, Nana. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1989.
Sugiyanto. Model-Model Belajar Inovatif , Surakarta: FKIP UNS,
2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2007.
Suhendi dan Septiariana Murdiani, Belajar Bersama Alam, Bogor: SoU
Publisher, 2012.
Sukanto. Nafsiologi Suatu Pendekatan Alternatif Atas Psikolog, Jakarta: Integritass Press. 1985.
Sukiman. Profesionalisme Guru untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Akrab, 2000.
Sulistyanto, Basty. Proses Pembelajaran di Sekolah Alam Cikeas,
Tesis, Pascasarjana UNJ: Jakarta, 2008.
Suparlan. Pembelajaran Katif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan,
Bandung: Genosindo, 2009.
Surya, Untung. Konstruk Budaya Keagamaan. Jakarta: YPM, 2012.
Susanto, Astrid S. Komunikasi Dalam Teori dan praktek 2,
Bandung: Bina Cipta, 1977.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendektan Baru,
Bandung: PT Remaja
Syalabi, Ah}mad. Sejarah Pendidikan Islam, alih Bahasa. Muchtar
Yahja dan Sanusi Latief, Jakarta: BB, 1987.
Syam, M. Noor. Filsafat Pendidikan dan Dasar Pancasila Pendidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1986.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
171
Syati, Aisyah binti. Manusia dalam Perspektif al-Qur’an. Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1999.
T. Handoko. Manajemen 2, Yogyakarta: BPPE, 1998.
Taufik, M. Kreativitas Jalan Baru Pendidikan Islam, Mataram:
LEPPIM, 2012.
Thiagarajan, Sivasailam. Thiagi's Interactive lectures : power up your training with interactive games and exercises, American:
Alexandria Va Society for Training and Development, 2005.
Tilaar, H.A.R. Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Ilmu Pendidikan Bagian1: Ilmu Pendidikan Teoritis, Bandung: Grasindo, 2007.
Treffinger, Donald J. Handbook on Teaching Educational Psychology,
London: Academic Press, 1997.
U. S Copyright Office, Copyright Law of the United State of America,
English: InfoStrategist.com 2003.
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab
I, Pasal I, Ayat I. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 bab XI Pasal 39 ayat 2.
Undang-Undang Sistem Pendiidkan Nasional Nomor 20 tahun 2003,
Jakarta: Fokus Media, 2003.
Usman, Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta:
Ciputat Press, 2002.
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Yogyakarta: Media Abadi, 2005),
13.
Wahyudin. Menuju Kreativitas, Jakarta: Gema Insani Press, 2003.
Ward, Thomas B. ‚The Multiple Roles of Education in Chldren’s
Creativity‛, dalam Ai-Girl Tan (ed), Creativity: A Handbook for Teachers, Singapure: Worl Scientific Publishing, 2007.
Whittaker, James O. Introduction to Psychology, Tokyo: Toppan
Company Limited, 1970.
Widiastono, Tonny D. Pendidikan Manusia Indonesia, Jakarta: Buku
Kompas, 2004.
Wilson, Anthony. Creativity in Primary Education, Glasgow,
Bell&Bain, 2009.
Wilson, Louis Round dan Maurice F. Tauber, The University Library,
New York: Columbia University Press, 1999.
Winkel, W.S. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta:
Gramedia, 1983.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
172
Yamin, Mohammad. Menggugat Pendidikan Indonesia, Belajar dari Paulo Freire dan Ki Hajar Dewantara, Jakarta: Ar-Ruzz Media,
2009.
Yamis, Martinus. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik: Implementasi KTSP dan UU. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Gaung Persada Press, 2005.
Yu>suf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, Bandung:
Rosdakarya, 2007.
Zaini, Syahminan. Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam,
Jakarta: Kalam Mulia, 1996.
Zauroh, Maulidah. Pengembangan Kreativitas Siswa, Ciputat: Pustaka
Cendekiamuda, 2014.
Zein, Helmi. Kepemimpinan dan Kinerja Guru di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, Jakarta: Ciputat Press, 2010.
Jurnal
Abdurroh}man, ‚Psikologi Perkembangan‛, http:jurnal UPI//chrysan-
psy-psikologi.blogspot.com/2009/03/perkembangan-kognitif-
tahap-tahap.html, (di akses pada hari Sabtu, 5 Agustus 2017,
pukul 15.00 WIB).
Aini, Nur. ADA APA DENGAN KREATIFITAS? (Tinjauan Psikologi
Islami), ISLAMADINA, Vol. VII, No. 3, September 2008. 30-
42.
Alexander, Robin R. ‚The Gost of Creativity in Art Education‛
Source: Art Education, Vol. 34, No. 4, Juli 1981, 28-30,
National Art Education Association,
http://www.jstor.org/stable/3192549. Diakses pada Jum’at 26
Mei 2017, pukul 09.00 WIB.
Alfia. ‚Segi Sosial Budaya dan Kreativitas dan Inovasi dalam
Pembangunan‛ Femina, XIX, 17, Mei 1991.
Allen, Karen Neuman and Bruce D. Friedman, ‚Affective Learning: A
Taxonomy for Teaching Social Work Values.‛ Journal of Social Work Values and Ethic. 7,2 (Fall 2010).
Fortaliza, Fatima C,. ‚Paulo Freire in His View on Education,‛ Kina Adman An Interdisiplinary Research Journal, Vol. 18, No. 2,
April 2007.
Iskandar, Tengku. ‚Toward an Islamic Perspective on Creativity‛ Islam and Civilizational Renewal 2.4 (Juli 2011), tersedia di
eresource.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
173
Pnri.go.id/index.php?option=com_library&itemid=53&Key=1.
Diakses pada rabu tanggal 24 Mei 2017, pukul 09.00 WIB.
Nurohman, Sabar. "Peningkatan Thinking Skills melalui Pembelajaran
IPA Berbasis Konstruktivisme di Sekolah Alam." Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Vol. 11, No.1, 11-21. 2013.
Pangganti, Esdi. ‚Macam-macam Pendekatan Pembelajaran‛, lihat
http://esdikimia.wordpress.com/category/kumpulan-jurnal-
esdi/page/2/ (diakses pada hari Jum’at 29 September 2017).
Rao, Venu Gopal and Satyapal, Socio Economic Status Scheduled Caste
and Craetivity, International Journal of Transformations in Business Management, Vol 2, No.1, Issue No.4, Oct-Dec, 2011.
Robina Shaheen,‛ Creativity and Education‛, Creative Education
(2010), Vol. 1, No. 3, 166.
http://scholar.google.ncom/scholar_ur!?HI=id&q=http://www.
sci rp.org/Journal/Paper Download. (Diakses pada pada Senin
15 Mei 2017, pukul. 11.00 WIB).
Saha, Birbal. ‚Creativity in relation to Socio-Economic Status in
Secondary School Student in West Bengal,‛ Indian Journal of Applied Research, Vol. 2, November 2012.
Shaheen, Robina. ‚Creativity and Education‛, Creative Education
,2010, Vol 1, No.3, 166. (diakses pada 2 Mei 2017).
Wirastania, Aniek. Program Bimbingan Melalui Permainan Kreasi Plastisin untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta didik, Universitas Pendidikan Indonesai (UPI),
http://repository.upi.edu/operator/upload/1004858-chapter4.pdf.
(diakses pada hari Rabu, 31 Mei 2017, pukul 09.30)
Website
Alwasiah, A. Chaedar Alwasiah, Tujuh Ayat Sekolah Unggul dalam
http://www.iearnindonesia.org. Basri, Irma Yulia. Peningkatan Keaktifan, Kreativitas dan Kompetensi
Maha Anak Didik melalui Pembelajaran Berbasis Life Skills,
dalam http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/34207152165.pdf
(diakses pada Senin, 5 Juni 2017, pukul 13.00 WIB)
Dokumentasi Sekolah Alam School of Universe. Profil ini juga dapat
dilihat dalam Liputan SCTV mengenai kurikulum berbasis
alam dan bisnis di School of Universe (SOU), Jl. Raya Parung
314 km. 43 Parung Bogor,
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
174
Telp: 0251-8603233,
Web : school-of-universe.com, Published on Feb 12, 2013.
Halpern, D.F. Thought and Knowledge: an Introduction to Critical
Thinking, third edition (t.tp. Halpern, 1996).
http://dictionary.reference.com/browse/socioeconomic+status
(diakses pada Sabtu, tanggal 27 Mei 2017, pukul 11.00).
Halpern, Diane. F. Thought and Knowledge: An Introduction to Critical Thinking, (t.tp. Halpern, 1996)
http://dictionary.reference.com/browse/socioeconomic+status.
(diakeses 4 Mei 2017).
Hennessey, Beth A. dan Teresa M. Amabile, ‚Creativity‛, Annual Review Psychology, 2010, 61: 569-598, tersedia di
http:/Iik.media.mit.edu/courses/readings/HennesseyCrRev.pdf
(diakses pada sabtu 20 Mei 2017 pukul.09.00 WIB).
http://pendis.kemenag.go.id/pais/file/dokumen/PANDUANTU
GASPOKOKSUBDITKesiswaan.pdf, diakses pada tanggal 25 Oktober
2017.
National Advisory Commite on Creative and Culture Education, ‚All
Our Future Creativity, Culture and Education‛, (1999), 31.
http://sirkenrobinson.com/pdf/allourfutures.pdf (diakses pada 2
Mei 2017).
National Advisory Committe on Creative ad Cultural Education, All Our Future: Creativity, Culture and Education, May, 1999.
http://sirkenrobinson.com/pdf/alourfutures.pdf (diakses pada
Sabtu, tanggal 27 Mei 2017).
Nurmelly, Nelly. ‚Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model
Pembelajaran‛, http://sumsel.kemenag.go.id/file/file. (diakses
pada hari kamis 28 September 2017).
Purnama, Wahyu. ‚Pengembangan Berbasis ICT,‛ (disampaikan pada
Workshop Pembelajaran Berbasis ICT di Dinas Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan, 11-14 Agustus, 2008). Lihat
http://wahyupur.files.wordpress.com/2008/08 (diakses pada 3
Oktober 2017).
Rogers, Natalie. ‚Giving Live to Carl Rogers Theory of Creativity‛,
http://www.nrogers.com/GivingLife.pdf, (diakses pada Senin,
5 Juni 2017, pukul 10.00 WIB)
Severtzi, Eleny. ‚Creativity‛, INNOREGIO: dissemination of
innovation and knowledge management techniques, tersedia
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
175
did http://www.adi.pt/docs/innoregio_creativity.pdf (diakses
pada Sabtu, tanggal 27 Mei 2017, pukul 13.30 WIB)
Sir Ken Robinson, ‚Do School kills creativity‛,
http://www.huffingtonpost.com/sir-ken-robinson/do-
schoolskillcreativity. (diakses pada tanggal 28 April 2017).
Winarno Narmoatmojo, ‚Ekstrakurikuler di Sekolah: Dasar Kebijakan dan Aktualisasinya‛, dari http://winrno.staff.fkip.uns.ac.id/
(Diakses pada hari Jum’at, 16 Juni 2017, pukul 10.54 WIB)
www.sekolahalam.com.
Narasumber/Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dian Purnama, Wakil Kepala
Sekolah dan guru kelas SD sekolah alam School of Universe,
Kamis 18 Mei 2017, di School of Universe Parung Bogor.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Lendo Novo, penggagas atau
perintis sekolah alam di Indonesia, di Sekolah Alam School of Universe (SoU) Parung Bogor pada hari Selasa, 14 Februari
2017 pukul 10.00.
Berdasarkan wawancara dengan Aisyah Hayya Tsaqila peserta didik
kelas 3 SD dan Dedi Sugianto guru kelas SD sekolah alam
School of Universe (SoU) Parung Bogor, Selasa, 23 Mei 2017.
09.00-11.00 WIB.
Berdasarkan wawancara dengan Burhan guru Agama SD School of
Universe, Kamis, Mei 2017, School of Universe Parung Bogor.
Berdasarkan wawancara dengan Dio peserata didik dari kelas 3 SD
School of Universe Parung Bogor. Selasa 23 Mei 2017.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Aulia selaku orang tua peserta
didik SD School of Universe Parung Bogor, Kamis 18 Mei
2017. Pukul 13.30-14.00 WIB.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Meli selaku orang tua peserta
didik SD School of Universe Parung Bogor, Kamis 18 Mei
2017. Pukul 13.30-14.00 WIB.
Berdasarkan wawancara dengan Muhammad Falah Zuhdi peserta didik
kelas 3 SD dan Dedi Sugianto guru kelas SD sekolah alam
School of Universe (SoU) Parung Bogor, Selasa, 23 Mei 2017.
10.00-11.00 WIB.
Berdasarkan wawancara dengan Rosyid, Tim operasional sekolah alam
School of Universe, Rabu 1 Februari 2017 di School of
Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
176
Berdasarkan wawancara pribadi dengan pak Dedi Sugianto guru kelas
3 SD School of Universe, Selasa 23 Mei 2017 pukul 09.00-
11.00 WIB di School of Universe Parung Bogor.
Berdasarkan wawancara pribadi dengan pak Firman guru kelas 6 SD
School of Universe, Senin 12 Juni 2017 pukul 09.00-11.00
WIB di School of Universe Parung Bogor.
Berdasarkan wawancara pribadi dengan kepala sekolah SD ibu Rizka
Amalia Syarif School of Universe, Kamis 27 April 2017,
School of Universe Parung Bogor.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
177
GLOSARIUM
Apresiasi Kesadaran terhadap nilai seni budaya,
penilaian (penghargaan) terhadap
sesuatu.
Akhlakul Kari>mah Perilkaku yang mulia.
Asma al-Hu}sna Nama-nama yang baik bagi Alaah
SWT.
Dekadensi Nilai Penurunan dan kemerosotan nilai-nilai
sosial-budaya dan nilai-nilai
keagamaan di era globalisasi.
Desain Rancangan.
Ekstrakurikuler Kurikulum tambahan atau kurikulum
yang berada di luar program yang
tertulis di dalam kurikulum.
Empati Kesadaran seseorang terhadap
perasaaan, kebutuhan dan kepentingan
orang lain.
Evaluasi Penilaian, suatu tindakan atau
kegiatan untuk melihat sejauh mana
tujuan itu telah dicapai.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
178
Humanisme Istilah umum untuk berbagai jalan
pikiran yang berbeda yang
memfokuskan dirinya ke jalan keluar
umum dalam masalah-masalah atau
isu-isu yang berhubungan dengan
manusia. Makna lain adalah sebuah
sistem pemikiran yang berdasarkan
pada berbagai nilai, karakteristik, yang
dipercaya terbaik bagi manusia.
Implementasi Pelaksanaan stsu penerapan ke ranah
praktis.
Integrasi Adanya perpaduan,
penyatuan/penggabungan.
Internalisasi Penghayatan/Proses penanaman secara
mendalam.
Kecakapan hidup (life skill) Kemampuan yang diperlukan untuk
menempuh kehidupan dengan sukses,
bahagia dan secara bermartabat,
misalnya: kemampuan berfikir
kompleks, berlimunikasi secara
efektif, membangun kerjasama
kesiapan untuk terjun ke dunia kerja.
Kompetensi guru Seperangkat pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh
guru atau dosen dalam melaksanakan
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
179
tugas keprofesionalan.f, afektif dan
psikomotorik.
Kompetensi inti Empat kompetensi yang ada di dalam
kurikulum 2013, yang meliputi
kompetensi spiritual, kompetensi
sosial, kompetensi pengetahuan dan
kompetensi keterampilan.
Kompetensi lulusan Kemampuan yang dapat dilakukan
atau ditampilkan lulusan suatu jenjang
pendidikan yang meliputi ranah
kognitif.
Kurikulum Seperangkat rencna dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum 2013 Kurikulum nasional Indonesia yang
dilaksanakan mulai tahun 2013
sebagai pengganti kurikulum KTSP.
Di dalam kurikulum ini mengenalkan
4 kompetensi inti (spiritual, sosial,
pengetahuan dan keterampilan) dan
kompetensi dasar.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
180
Kurikulum penuh Kurikulum yang menunjukkan semua
kurikulum di sekolah yang meliputi
kurikulum inti/formal, hidden
kurikulum dan kurikulum ekstra/non
formal.
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
Sebuah kurikulum operasional
pendidikan yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan di Indonesia.
Pendidikan Agama Pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah keagamaan tertentu. Makna
lainnya adalah sebagai mata pelajaran
pendidikan agama, seperti halnya
mata pelajaran lainnya di sekolah
umum (misalnya, mata pelajaran
matematika, bahasa Indonesia, bahasa
Inggris dan lain sebagainya).
Profesional Pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran atau
kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi.
Ranah afektif Aspek yang berkaitan dengan
perasaan, emosi, sikap, derajat
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
181
penerimaan atau penolakan terhadap
suatu obyek.
Ranah kognitif Aspek yang berkaitan dengan
kemampuan berfikir; kemampuan
memperoleh pengetahuan;
kemampuan yang berkaitan dengan
pemerolehan pengetahuan,
pengenalan, pemahaman,
konseptualisasi, penentuan dan
penalaran.
Ranah psikomotorik Aspek yang berkaitan dengan
kemampuan melakukan pekerjaan
dengan melibatkan anggota badan;
kemampuan yang berkaitan dengan
gerak fisik.
Rencana Pelaksanaa
Pembelajaran (RPP)
Rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian
pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan
dalam Standar Isi (SI) dan dijabarkan
dalam silabus.
Sains Fair Kegiatan sekolah alam projek 3
bulanan yang menampilkan karya-
karya dari peserta didik.
Sekolah alam Sekolah dengan model pembelajaran
yang dikenal dengan istilah ‚belajar
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
182
dari pengalaman‛ (experiental
learnig).
Silabus Rencana pembelajaran pada suatu
kelompok mata pelajaran/tema
tertentu yang meliputi standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi
inti, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian (evaluasi), alokasi waktu dan
sumber/bahan/alat ajar.
Stakeholders Pemangku kepentingan; pihak yang
berkepentingan; pemerintah,
organisasi masyarakat atau
masyarakat sendiri.
Standar Isi Lingkup materi minimal dan tingkat
kompetensi minimal untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar Kompetensi
Lulusan
Kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
Standar Nasional
Pendidikan
Kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum
NKRI. Fungsinya adalah sebagai dasar
pelaksanaan, perencanaan dan
pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan bermutu.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
183
Strategi Pembelajaran Dimaksudkan sebagai bentuk/pola
umum kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
Sunnatullah Peraturan sistem atau ketentuan Allah
untuk hamban-Nya di dunia ini, baik
hamba-Nya yang bernyawa atau tidak
bernyawa.
Unsur-unsur pendidikan Seluruh komponen di dalam dunia
kependidikan. Seperti, staf pendidik,
staf administrasi dan semua karyawan
sekolah, kurikulum, sarana dan
prasarana.
Wawasan Pandangan atau konsepsi cara
pandang.
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
184
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
185
INDEKS
A
Abdurrahman an-Nah}lawi · 11, 12
active learning · 61, 138, 149, 150,
151
Analisis · 2, 9, 25, 26, 33, 38, 163,
166, 167
C
centered learning · 11, 124
Clark Moustakas · 30, 153, 154
Conny R. Semiawan · 7
D
Demokratis · 60, 63, 118, 169
Departemen Pendidikan Nasional ·
70
E
Efektif · 60, 61, 62, 170
ekstrakulikuler · 87
Ekstrinsik · 37
Evaluasi · 18, 38, 133, 154, 171, 173,
177
F
Fasilitator · 27
fleksibel · 78, 134, 137
fleksibilitas · 39, 136, 138
G
granlab · 143, 144
green lab · 94
H
Hasan Langgulung · 33, 38, 74
I
Imajinasi · 146, 153
Indikasi · 157
inklusif · 33, 35, 123
Instrumen · 119
Integrasi · 64, 141, 165, 178
integratif · 33, 98, 105
Intrinsik · 36
Ivan Illich · 14, 35
J
John Dewey · 2, 9, 34, 55, 155
K
Konstruktivisme · 18, 59, 173
kontekstual · 15, 33, 54, 55, 57, 59
Konvensional · 58, 67, 169
kreativitas · 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 23,
26, 27, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36,
37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46,
47, 49, 50, 54, 55, 56, 59, 66, 67,
82, 87, 90, 98, 99, 100, 111, 112,
114, 119, 123, 124, 126, 127, 133,
134, 135, 142, 146, 148, 149, 152,
153, 156, 157, 158, 159, 160, 161
Kreativitas · 5, 6, 7, 9, 11, 17, 18, 26,
27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37,
41, 44, 45, 46, 47, 53, 98, 114, 127,
133, 135, 147, 148, 151, 153, 159,
160, 165, 166, 168, 169, 171, 172,
173
Kurikulum · 26, 56, 58, 62, 71, 101,
102, 103, 104, 106, 109, 110, 133,
138, 164, 166, 177, 179, 180
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
186
L
Lendo Novo · 13, 21, 24, 67, 70, 76,
78, 81, 88, 139, 140, 141, 150, 175
liberal education · 7, 29, 146
literasi fair · 149, 151, 152
M
market day · 88, 101
Muhammad Naquib Al Attas · 85
O
Outbound · 91, 92
P
Paulo Freire · 3, 4, 8, 9, 61, 64, 164,
168, 172
Pendidikan Agama Islam · 16, 24, 60,
65, 84, 103, 104, 112, 140, 141,
165, 167
peserta didik · 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 24,
25, 26
problem solving · 7, 29, 54, 65, 122,
147
Profesional · 54, 55, 62, 124, 165, 180
Progresivisme · 34
psikologis · 7, 8, 9, 11, 24, 38, 64, 85,
116, 123, 124, 129, 134, 147, 153
Psikologis · 38, 154, 167
S
Sains Fair · 87, 181
School of Universe · 12, 13, 14, 20,
21, 23, 24, 26, 27, 67, 68, 69, 70,
72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80,
81, 82, 83, 84, 85, 87, 88, 89, 90,
91, 92, 93, 94, 96, 97, 98, 99, 100,
101, 102, 104, 105, 106, 107, 108,
109, 110, 112, 114, 115, 117, 119,
120, 121, 122, 123, 124, 125, 126,
127, 128, 129, 131, 132, 133, 134,
135, 136, 137, 138, 139, 140, 141,
142, 143, 144, 145, 146, 147, 148,
149, 150, 151, 152, 153, 154, 155,
157, 158, 159, 160, 173, 175, 176
sekolah alam · 12, 13, 14, 16, 18, 19,
20, 21, 23, 24, 26, 27, 48, 49, 50,
67, 68, 69, 70, 71, 72, 74, 76, 77,
78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 87, 88,
90, 91, 92, 93, 97, 102, 105, 106,
111, 114, 115, 116, 117, 119, 120,
121, 122, 123, 124, 125, 126, 128,
133, 137, 138, 139, 140, 141, 143,
144, 145, 146, 149, 150, 151, 152,
153, 155, 157, 158, 159, 160, 175,
181
Sekolah Alam · 10, 12, 13, 14, 15, 16,
18, 19, 20, 21, 23, 26, 27, 48, 49,
67, 71, 72, 73, 82, 88, 89, 127, 129,
140, 166, 170, 173, 175
simulasi · 63, 97, 114, 141
Student Handling · 130, 131
T
training effair · 130, 131, 132
U
Utami Munandar · 7, 9, 37, 39, 148
Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Alam---{[Khozinatun Masfufah, S.Pd.I, MA]
187
W Wawasan · 96, 183
189
LAMPIRAN-LAMPIRAN
190
191
Dokumentasi Penelitian
Salah satu kreativitas peserta didik dalam pembelajaran bahasa
Indonesia (mading yang di buat oleh peserta didik pada setiap
minggunya
Kegiatan peserta didik dalam proses pembelajaran di BMKG Bogor
dalam materi pelajaran mengenai anomameter
(arah mata angin dan pengukur angin)
192
Salah satu bentuk kreativitas peserta didik kelas 3 SD yang
mendapatkan penghargaan dari Rekor Buku Indonesia
Peserta didik menjelaskan bentuk kreativitas yang mereka buat
dalam kegiatan sains fair
193
Peserta didik dalam kegiatan market day
Kegiatan Ramadhan Camp
194
Wawancara bersama Ibu Riska Amalia Syarif (Kepala Sekolah SD
Sekolah Alam School of Universe Parung Bogor)
Kegiatan Opening Class sebelum memulai proses pembelajaran
195
Wawancara dengan Aisyah Hayya Tsaqila
196
Wawancara dengan Dedi Sugianto salah satu guru/fasilitator sekolah
alam School of Universe Parung Bogor
Wawancara dengan Orang tua Peserta Didik School of Universe Ibu
Meli, Ibu Aulia dan Ibu Dwi
BIOGRAFI PENULIS
Nama penulis Khozinatun Masfufah,
yang akrab dipanggil dengan Fufah. Ia
adalah anak pertama dari tiga
bersaudara. Putri dari pasangan Bapak
Abdurroh}man dan Ibu Wasliyah ini lahir
di Subang Jawa Barat pada tanggal 28
November 1991. Sekarang penulis
berdomisili di Karawang Jawa Barat
tinggal bersama suami tercinta Chaerur
Rozikin, S.Kom, M.Kom.
Penulis mengawali pendidikan di
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Hidayatus
Shibyan Bojong Sari Subang (1998-
2004), Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sunan Pandanaran Yogyakarta
(2004-2007), Madrasah Aliyah (MA) Sunan Pandanaran Yogyakarta
(2007-2010). Kemudian penulis melanjutkan pendidikan tinggi
program S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (2010-2014). Pada tahun 2015 melanjutkan
studinya di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Program Magister Pengkajian Islam Konsentrasi Pendidikan Islam
(2015-2017).
Cita-citanya ialah mampu menjadikan pendidikan sebagai
jalan untuk meningkatkan sumber daya manusia bangsa Indonesia.
Buku ini merupakan kontribusi ilmiah penulis dalam bidang kajian
pendidikan. terutama tentang pentingnya kreativitas bagi anak bangsa
dalam menghadapi problematika kehidupan yang semakin tidak
menentu. Konsep pendidikan humanis juga menjadi tema dalam
penelitian sebagai salah satu konsep pendidikan yang penulis pahami
dapat menjadi solusi dalam menghadapi fenomena masyarakat
Indonesia saat ini. Semoga hasil penulisan ini menjadi amal jariyah
bagi penulis dan bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi
civitas akademik.