PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN UNIT PELAYANAN JASA … · 2017. 12. 8. · menjadi masalah ketika musim...

33
LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN UNIT PELAYANAN JASA ALSINTAN MELALUI INTRODUKSI ALAT PENGERING GABAH DI LAHAN RAWA PASANG SURUT Budi Raharjo Sutrisno Yanter Hutapea Subowo Rijallalah SOUTH SUMATERA FOREST FIRE MANAGEMENT PROJECT DENGAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA SELATAN PALEMBANG 2005

Transcript of PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN UNIT PELAYANAN JASA … · 2017. 12. 8. · menjadi masalah ketika musim...

  • LAPORAN AKHIR

    PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN UNIT PELAYANAN JASAALSINTAN MELALUI INTRODUKSI ALAT PENGERING GABAH

    DI LAHAN RAWA PASANG SURUT

    Budi RaharjoSutrisno

    Yanter HutapeaSubowo

    Rijallalah

    SOUTH SUMATERA FOREST FIRE MANAGEMENT PROJECTDENGAN

    BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIANSUMATERA SELATAN

    PALEMBANG2005

  • 2

    LEMBAR PENGESAHAN

    1. Judul Kegiatan : Pengembangan Kelembagaan UnitPelayanan Jasa Alsintan Melalui IntroduksiAlat Pengering Gabah Di Lahan RawaPasang Surut

    2. Penanggung Jawab Kegiatan

    a. Nama : Budi Raharjo, STP.M.Si

    b. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk I/III-b

    c. Jabatan

    c1. Struktural : -

    c2. Fungsional : Ajun Peneliti Muda

    3. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP) Sumatera Selatan

    4. Status Kegiatan : Lanjutan

    5. Mulai - Akhir : TH 2004-2007

    6. Lokasi Kegiatan : Desa Upang, Kecamatan Makarti Jaya,Kabupaten Banyuasin

    MengetahuiKepala Balai Pengkajian TeknologiPertanian Sumatera Selatan

    ( Dr. Subowo G )NIP. 080 063 223

    Penanggung Jawab Kegiatan,

    ( Budi Raharjo, STP.M.Si )NIP 080 128 625

    Menyetujui,Pimpinan Proyek SSFFMP

    Sumatera Selatan

    ( Dr. K.H. Steinmann )

  • 3

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatNya

    sehingga laporan kegiatan pemberdayaan masyarakat "Pengembangan Kelembagaan

    Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Melalui Introduksi Alat Pengering Gabah di

    Lahan Rawa Pasang Surut di Desa Upang, Kecamatan Makarti Jaya, Kabupaten

    Banyuasin dapat diselesaikan.

    Laporan ini disusun sebagai pertanggung jawaban dan untuk memberikan

    gambaran pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagaimana yang

    tercantum dalam kontrak No. SSFFMP EU 35 tahun 2005. Kami berharap agar hasil

    kegiatan ini dapat bermanfaat dan berguna untuk dalam usaha peningkatan pendapatan

    petani, yang pada akhirnya diharapkan mendukung program pencegahan dan

    penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Propinsi Sumatera Selatan.

    Ucapan terima kasih disampaikan kepada tim pengkajian dari BPTP Sumatera

    Selatan, proyek SSFFMP, Multi Stakeholder Forum (MSF) terutama pihak POKJA III

    Kabupaten Banyuasin, dan semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan

    pemberdayaan masyarakat di Desa Upang.

    Palembang, Desember 2005Penanggung Jawab Kegiatan,

    Budi Raharjo, STP.M.SiNIP. 080 128 625

  • 4

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… 2

    KATA PENGANTAR…………………………………..……………….. 3

    DAFTAR TABEL………………………………………………….…….. 5

    ABSTRAK ………………………………………………………………. 6

    I. PENDAHULUAN……………………………………….……………… 7

    1.1. Latar Belakang……………………………………………….…………... 7

    1.2. Tujuan …………………………………………….……..……………….. 9

    1.3. Luaran…………………………………………………………………….. 9

    II. DASAR PERTIMBANGAN…………………………………………….. 9

    III. METODOLOGI PENGKAJIAN………………..…………………….. 10

    3.1. Waktu dan Tempat…………………………………………..………….. 10

    3.2. Bahan..………………………………….……………………………….. 10

    3.3. Peralatan Yang Digunakan………………………………………………. 10

    3.4. Tahapan Kegiatan ……………………………………………………….. 13

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…..….………………………………….. 16

    4.1. Operasi Pengeringan Gabah Oleh Operator Lokal ………………………. 16

    4.2. Gelar Teknologi ………………………………………………………….. 20

    4.3. Monitoring dan Pembinaan Teknis …..………………………………….. 20

    4.4. Perhitungan Ekonomi…..………………………….…………………….. 22

    4.5. Sosialisasi Penggunaan Alat Pengering ………………………………… 23

    V. KESIMPULAN ………………………………………………………….. 24

    DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 25

    LAMPIRAN……………………………………………………………… 27

  • 5

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    1. Hasil pengukuran parameter pengeringan gabah varietas IR42 Manggardi Desa Upang lahan pasang surut Sumatera Selatan (Februari2005).…………………………………………………………………….

    18

    2. Rendemen beras giling beberapa varietas gabah hasil pengeringan DryerBBS………………………………………………………………………

    19

    3. Hasil analisis mutu beras (% beras kepala) beberapa varietas gabah hasilDryer BBS di Desa Upang lahan pasang surut Sumatera Selatan………..

    19

    4. Analisis Biaya Pengeringan……………………………………………... 23

  • 6

    PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN UNIT PELAYANAN JASA ALSINTANMELALUI INTRODUKSI ALAT PENGERING GABAH

    DI LAHAN RAWA PASANG SURUT

    ABSTRAK

    Banyak alternatif untuk memperoleh peningkatan pendapatan sektor pertanian diantaranya melalui perbaikan mutu produksi beras petani yang dapat diupayakan melaluipengembangan unit pelayanan jasa alsintan. Dengan cara ini petani lebih diberdayakanuntuk memperkuat potensi yang ada pada mereka dengan memberikan bantuan yangmemungkinkan mereka untuk berkembang. Introduksi mesin pengering box dryer bahanbakar minyak (BBM) di lahan pasang surut Sumatera Selatan telah dilakukan padatahun 1998-2000, oleh Proyek Pengembangan Sistem Usaha Tani (SUP) Badan LitbangPertanian bekerja sama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi SumateraSelatan. Hasil yang diperoleh yaitu berkembangnya pengering box dryer bahan daritembok yang menggunakan BBM di wilayah Telang I. Dengan teknologi pengeringantersebut, rendemen dan mutu beras giling di petani dapat diperbaiki. Namun denganterus meningkatnya harga BBM, secara otomatis biaya pengeringanpun ikut meningkat.Biaya pengeringan dirasakan terlalu mahal dibandingkan dengan biaya penjemuran.Untuk itu melalui kegiatan CD SSFFMP di Desa Upang dibangun contoh lapanganAlat Pengering Gabah Berbahan Bakar Sekam yang dikelola oleh UPJA. Dari hasilujicoba yang dilakukan bersama antara peneliti, teknisi dan operator, sertapengoperasian secara komersial oleh UPJA Jaya Bersama didapatkan hasil antaralain : (i) Lama pengeringan berkisar 8-10 jam tergantung kadar air gabah awal, (ii)Angka rendemen beras giling meningkat rata-rata menjadi 64,00 %, (iii) Persentaseberas kepala meningkat rata-rata menjadi 69,96 %, (iv) Biaya operasional pengeringansebesar Rp. 20,21,-(v) Pada saat musim panen MH 2004/2005 bulan Maret- April 2005,operasi alat pengering sudah berjalan sebanyak 35 kali. Jumlah gabah yang dikeringkanuntuk sekali operasi berkisar 38- 62 karung setara 2280 - 3720 kg, dengan total gabahyang dikeringkan sebanyak 1882 karung setera 112.920 kg, dan (vi) Upah pengeringansebesar Rp. 2000/karung atau Rp. 33,34/kg. Manfaat pengoperasian alat pengeringberbahan bakar sekam menurut petani dan pengurus UPJA al: (i) Meningkatkankualitas beras, beras utuh/kepala lebih tinggi dan tidak ada lagi beras batik, (ii)Rendemen beras meningkat sampai diatas 60% yang sebelumnya sekitar 50%, (iii)Peningkatan harga jual beras dari Rp 2.300- Rp. 2.500 menjadi Rp. 2.800 dan Rp.3.000,-. Bentuk diseminasi kegiatan yang dilakukan meliputi: (i) Pameran dalamrangka Gelar Teknologi Tepat Guna Tingkpat Propinsi Sumatera Selatan di PoliteknikNegeri Sriwijaya pada tanggal 14-16 Juli 2005, pada kesempatan tersebut BapakGubernur meminta agar teknologi pengeringan dengan menggunakan bahan bakarsekam untuk mewakili Sumsel pada Gelar Tingkat Nasional pada, (ii) PameranTeknologi Tepat Guna Nasional VII di Plaza Benteng Kuto Besak tanggal 27September- 1 Oktober 2005 dalam Stand Rumah Energi Alternatif Sumatera Selatan,pada kesempatan ini Bapak Menteri Dalam Negeri dan Bapak Gubernur sangat antusiasdengan pengembangan teknologi yang menggunakan energi alternatif (iii) Pemaparandalam Seminar Internasional Padi di Hotel Le Meridien Tanah Lot, Tabanan Balitanggal 12-14 September 2005 dan (iv) Kegiatan sosialisasi alat pengering gabahberbahan bakar sekam kepada pengelola bengkel alsintan, pemilik RMU, kelompok tanidan petugas dilaksanakan pada tangga 30 September 2005 bertempat di RuangPertemuan SSFFMP.

  • 7

    I. PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Sampai dengan Oktober tahun 2000 area gambut dalam di Sumatera Selatan

    (Sumsel) yang terbakar seluas 83.000 ha (Anderson dan Bowen, 2000). Berdasarkan

    laporan Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel (2003) di Kabupaten MUBA kebakaran yang

    terjadi tahun 1997 di kawasan hutan seluas 20.134,85 ha dan 7.456,37 ha kawasan non

    hutan. Kawasan non hutan tersebut terdiri dari perkebunan besar 6,592,87 Ha, kawasan

    transmigrasi 250 ha dan kebun/ladang masyarakat 615,50 Ha. Kegiatan pembakaran

    lahan di wilayah pasang surut terjadi pada saat pembukaan lahan cadangan di sekitar

    lokasi transmigrasi. Hal ini dilakukan untuk memperluas areal tanam sebagai upaya

    menambah hasil usahatani. Kegiatan ini dilakukan pada saat musim kemarau terutama

    kemarau panjang. Dampaknya di samping terjadi polusi adalah mengurangi jumlah/jenis

    vegetasi dan tentunya akan mempersempit habitat bagi satwa tertentu, padahal masih

    banyak alternatif yang patut dipilih untuk meningkatkan pendapatan berbasis pada

    komunitas lokal yang ramah lingkungan. Tentunya hal ini terkait dengan upaya

    pemberdayaan sektor ekonomi dan lapisan rakyat di pedesaan. Intinya adalah membantu

    rakyat agar lebih berdaya dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Strategi

    inilah yang akan dikembangkan.

    Upaya memberdayakan masyarakat harus dilakukan melalui: (i) Penciptaan

    suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, (ii)

    Memperkuat potensi atau daya yang mereka miliki dan (iii) Melindungi atau

    keberpihakan kepada petani (Kartasasmita, 1996). Berbagai potensi sudah ada pada

    masyarakat pedesaan seperti: tenaga kerja, lahan, tanaman, modal walaupun dalam

    keadaan terbatas dan kelembagaan. Kelembagaan merupakan salah satu faktor penting

    untuk mencapai keberhasilan dan pengembangan pertanian di suatu wilayah seperti

    kelompok tani, P3A, KUD, PPL, alat dan mesin pertanian (Thahir et al.,1999). Masing-

    masing keaktifan lembaga tersebut bervariasi, tergantung kemampuan lembaga dan

    seberapa besar lembaga tersebut dibutuhkan. Pengembangan kelembagaan usaha

    pelayanan jasa alsintan merupakan bagian dari usaha menumbuhkan kelembagaan

    agribisnis di pedesaan seperti pengolahan tanah, jasa panen, pengeringan hasil,

    penggilingan, dan usaha perbengkelannya. Usaha jasa alat dan mesin pertanian (UPJA)

    bertujuan untuk memperoleh keuntungan, dapat dilakukan secara perorangan oleh

    petani/pengusaha lokal atau secara berkelompok, baik kelompok tani maupun koperasi

  • 8

    (Ananto et al., 2000). Pengembangan kelembagaan dimaksud dapat berupa perluasan

    bidang usaha kelembagaan yang ada atau membentuk lembaga baru.

    Penggunaan alsintan diarahkan untuk mengatasi masalah dalam pengembangan

    usaha pertanian di lahan pasang surut Sumsel, seperti kurangnya tenaga kerja, menekan

    kehilangan hasil, pengolahan hasil dan efisiensi usahatani. Dengan tetap mengacu pada

    selektifitas agar jenis alsintan yang digunakan tepatguna, sesuai dengan kebutuhan

    petani (Ananto et al., 2000).

    Produk yang dihasilkan petani selain untuk mencukupi kebutuhan pangan

    keluarganya, juga diperuntukkan bagi orang lain di dalam bahkan di luar negeri, agar

    peluang tersebut dapat direnggut, maka petani harus mau mempelajari teknologinya,

    serta hal-hal lain yang menyangkut masalah finansial dari usaha taninya (Abdullah K.,

    1990). Salah satu isu beras kita dalam kaitannya dengan era pasar global, yaitu berdaya

    saing rendah. Beras kita mutunya lebih rendah dibandingkan dengan beras impor

    (Thailand, Vietnam), sebaliknya harganya lebih tinggi (Sutrisno, et al ., 2000). Oleh

    karena itu teknologi produksi padi yang dikembangkan selain berorientasi kepada

    perbaikan mutu dan rendemen beras giling, juga terhadap penekanan biaya produksi.

    Di bidang pascapanen padi, proses pengeringan memegang peranan penting

    untuk mencapai tujuan di atas. Proses pengeringan melalui penjemuran di lahan pasang

    surut menemui hambatan. Hambatan tersebut antara lain: waktu panen bertepatan

    dengan musim hujan, kondisi lingkungan yang lembab, tenaga kerja kurang, dan

    fasilitas yang minim di petani. Akibatnya proses panen dan penjemuran padi banyak

    tertunda dalam waktu yang cukup lama, sehingga beras yang dihasilkan bermutu rendah

    (Ananto, et al., 1999). Oleh karena itu pengembangan mesin pengering haruslah

    disertai dengan pengembangan power threser, untuk dapat menyediakan GKP yang

    bermutu tinggi sebelum dikeringkan.

    Perkembangan penggunaan mesin pengering box dryer bahan dari tembok tengah

    berlangsung di lahan pasang surut Sumatera Selatan. Masalahnya adalah dengan terus

    meningkatnya harga BBM, maka biaya pengeringan gabah ikut meningkat. Untuk

    menekan biaya pengeringan, dan di lain pihak mempertahankan mutu dan rendemen

    beras giling, maka perlu dikembangkan penggunaan tungku sekam model “ABC” yang

    telah teruji dapat menekan biaya pengeringan dan menghasilkan beras giling dengan

    mutu dan rendemen giling yang tinggi.

  • 9

    1.2. Tujuan

    1. Memperbaiki mutu (kadar air, rendemen, warna) gabah/beras yang dihasilkan

    petani

    2. Meningkatkan pendapatan melalui perbaikan teknologi pengeringan

    3. Mengembangkan kelembagaan UPJA

    4. Menambah kesempatan kerja melalui pengembangan lembaga UPJA

    1.3. Luaran

    1. Mutu (kadar air, rendemen, warna) gabah/beras yang dihasilkan petani semakin

    baik

    2. Pendapatan petani meningkat melalui perbaikan teknologi pengeringan

    3. Kelembagaan UPJA berkembang

    4. Tenaga kerja lebih banyak tertampung melalui pengembangan lembaga UPJA

    II. DASAR PERTIMBANGAN

    Upaya meningkatkan produksi hasil pertanian dapat dilakukan melalui perluasan

    areal tanam yang di lahan transmigrasi wilayah pasang surut Sumsel juga dilakukan

    dengan pembakaran lahan. Padahal masih terbuka peluang untuk meningkatkan

    produksi dan pendapatan petani dengan menekan kehilangan hasil panen dan

    meningkatkan kualitasnya yang akan meningkatkan nilai jual. Dengan demikian petani

    lebih diberdayakan untuk memperkuat potensi yang ada pada mereka dengan

    memberikan bantuan yang memungkinkan mereka untuk berkembang.

    Mengeringkan gabah di lahan pasang surut Sumsel umumnya masih dilakukan

    dengan fasilitas yang minim seperti tikar, terpal. Namun ada juga yang menggunakan

    lantai jemur. Kesemuanya ini tergantung penuh dengan sinar matahari. Hal ini akan

    menjadi masalah ketika musim hujan tiba.

    Penggunaan bahan bakar minyak untuk pengeringan gabah harganya terus

    meningkat, juga sebagai akibat biaya transportasi dan ketersediaannya sering

    mengalami kelangkaan. Di lain fihak, keberadaan sekam di unit-unit penggilingan padi

    cukup banyak, dan posisinya lebih dipandang sebagai limbah. Oleh karena itu hadirnya

    tungku model “ABC” menggunakan sekam sebagai bahan bakarnya di dalam sistem

    pengeringan menggantikan fungsi burner BBM, membuka peluang menurunkan biaya

    pengeringan. Biaya pengeringan gabah tidak saja menjadi lebih rendah tetapi cukup

    bersaing dengan penjemuran. Hal ini akan membuka peluang dimana mesin pengering

    tidak hanya digunakan pada panen musim hujan tetapi juga di musim kemarau. Dengan

    demikian masa operasi mesin pengering per tahun akan bertambah panjang.

  • 10

    III. METODELOGI

    3.1. Waktu dan Tempat

    Kegiatan ini dimulai pada bulan Maret 2004 dan direncanakan berakhir pada

    bulan Desember 2007 dengan mengambil lokasi di Parit 15 Dusun IV Desa Upang

    Kecamatan Makarti Jaya Kabupaten Banyuasin.

    3.2. Bahan

    Bahan berupa gabah basah (GKP) hasil panen di petani dengan menggunakan

    power threser sehingga mutunya baik. Bahan baku GKP yang akan dikeringkan harus

    dalam keadaan segar (fresh) tanpa mengalami penundaan. H-1 panen, H-2 perontokan,

    dan H-3 pengeringan.

    3.3. Peralatan Yang Digunakan

    Peralatan yang digunakan yaitu 1 unit mesin pengering box dryer tungku

    tunggal model “ABC” bahan bakar sekam.. Mesin pengering yang digunakan adalah

    mesin pengering tungku tunggal bahan bakar sekam model “ABC” bahan bakar sekam,

    kapasitas 3 t GKP. Mesin pengering ini terdiri dari 3 komponen, yaitu bak pengering,

    tungku, dan blower aksial yang digerakkan oleh motor bakar.

    1. Bak Pengering

    Bak pengering berbentuk kotak berukuran panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 1,1

    m, terbuat dari tembok menggunakan bahan bata merah, semen, dan pasir. Agar

    konstruksinya kokoh maka diperkuat dengan menggunakan kerangka besi beton pada

    setiap sudut dan dibagian tengah setiap bidang sisi-sisinya, kemudian kerangka besi

    beton tersebut dihubungkan dengan slope. Pada ketinggian 50 cm dari alas, dipasang

    besi pelat porus dengan Ø lubang pori 2 mm, sebagai alas dari ruang pengering

    (Gambar 1).

  • Keterangan :1.Bak pengering2.Besi pelat porus3.Termometer jarum

    Gambar 1. Mesin penmodel “AB

    Dengan demiki

    mempunyai ukuran p

    ruang pengering m

    (plenum) dengan uku

    bagian depan pada po

    empat persegi panjan

    tegak) 32 cm. Pada p

    lubang pintu “unload

    pengering yang terbua

    (biasanya pada salah

    diperlukan oleh petu

    lubang menggunakan

    cm, bahan dari kayu

    ditopang oleh kaki

    plenum, pada posisi s

    termometer jarum ber

    udara di dalam ruang

    1

    3

    46

    10

    geC

    an

    an

    er

    ra

    si

    g

    o

    in

    t

    s

    ga

    k

    k

    se

    am

    d

    pl

    2

    5

    8

    4. Pintu unloading 7. Blower aksial Ø 60 cm5. Tangga 8. Plenum6. Saluran udara dari bh. terpal 9. Motor bakar penggerak

    ring box dryer bahan dari tembok + tungku”

    ruang pengering sebagai tempat gabah ya

    jang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 60 cm. D

    upakan ruangan kosong untuk menampu

    n panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 50

    si tengah, dibuat lubang pemasukan udara

    dengan ukuran panjang (sisi mendatar) 4

    sisi tengah dari salah satu sisi panjang ba

    g” dengan ukuran lebar 50 cm dan tinggi 60

    dari besi pelat porus, dibuat pintu yang dap

    atu sudut bagian belakang) berukuran 50

    s untuk membersihkan ruang plenum. Pe

    erangka kayu berbentuk bujur sangkar de

    aso berukuran 4x6 cm. Pada setiap sudu

    tinggi 50 cm, dari bahan yang sama. Di

    ping dari lubang pemasukan udara penger

    iameter ± 7 cm, kemampuan ukur 100 °C, u

    enum (suhu pengeringan).

    7

    9

    11

    10. Tungku

    blower

    tunggal

    ng akan dikeringkan

    i sebelah bawah dari

    ng udara pengering

    cm. Ruang plenum

    pengering, berbentuk

    1cm, dan tinggi (sisi

    k pengering, dibuat

    cm. Pada alas ruang

    at dibuka dan ditutup

    cm x 50 cm, yang

    masangan besi pelat

    ngan panjang sisi 50

    t dari bujur sangkar

    bagian depan ruang

    ing, dipasang sebuah

    ntuk mengukur suhu

  • 12

    2. Tungku

    Tungku sekam yang digunakan yaitu tungku tunggal model “ABC” bahan bakar

    sekam, hasil penelitian Balitpa tahun 2003. Tungku ini mempunyai konstruksi “knock

    down” terbuat dari bahan besi pelat dengan ketebalan 2 mm, dan 1,2 mm. Tungku

    terdiri dari 4 komponen yaitu ruang pembakaran sekam, hopper yang dilengkapi dengan

    nako, rumah tungku, dan cerobong asap. Tungku menggunkan sistem pemenasan udara

    secara tidak langsung (indirect heating), sehingga udara pengering yang dihasilkan

    bersih, bebas dari segala bentuk polusi. Oleh karena itu pengering ini dapat digunakan

    untuk mengeringkan berbagai macam komoditas, baik yang masih terlindung oleh kulit

    maupun yang sudah dikupas, tanpa mengganggu aroma dari produk keringnya. Sketsa

    dari tungku yang dimaksud ditunjukkan oleh Gambar 2.

    Keterangan :1. Nako 5. Pintu darurat 9. Roda2. Hopper 6. Penyambung3. Cerobong asap 7. Saluran penghubung4. Rumah tungku 8. Penyambung

    Gambar 2. Tungku sekam model “ABC” bahan bakar sekam

    3. Blower

    Blower yang digunakan yaitu blower tipe aksial Ø 60 cm, yang digerakkan oleh sebuah

    motor diesel 7,2 PS.

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

  • 13

    3.4. Tahapan Kegiatan

    Metoda pengembangan mesin pengering box dryer tungku tunggal model “ABC”

    terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut :

    (1) Penentuan lokasi Pilot Project, (2) Sosialisasi Kegiatan, (3) Pengadaan alsintan

    (mesin pengering box dryer tungku tunggal model “ABC”) di lokasi yang telah

    ditentukan, (4) Kalibrasi mesin pengering tanpa bahan, (5) Kalibrasi mesin pengering

    dengan bahan, (6) Pelatihan operator lokal, (7) Pengoperasian mesin pengering oleh

    operator lokal, (8) Monitoring dan, (9) Temu Lapang.

    1. Penentuan Lokasi Pengembangan

    Lokasi pengembangan yang dipilih haruslah memenuhi persyaratan antara lain :

    (1) Sentra produksi beras di lahan pasang surut Sumatera Selatan, (2) Memiliki respon

    yang positip terhadap pengembangan teknologi pengeringan, (3) Memiliki fasilitas

    penggilingan padi, dan bangunan untuk penenempatan mesin pengering (tersedia

    sekam yang cukup dan ruangan yang cukup), (4) Usaha penggilingan padi yang aktif

    dan memiliki masa operasi yang panjang/th). Kegiatan ini akan dilkukan oleh Tim

    identifikasi masalah.

    2. Sosialisasi Kegiatan di lokasi Petani

    Rencana kegiatan/kerja yang akan dilakukan di lokasi tersebut dan sejauh mana

    keterlibatan petani pada kegiatan dimaksud akan dijelaskan pada tahap sosialisasi ini.

    Pada tahap ini juga dijelaskan mengenai sejauh mana manfaat dari kegiatan ini pada

    petani, kelembagaan alsintan yang ada baik milik perorangan maupun kelompok.

    3. Pengadaan Alsintan Di Lokasi Yang Telah Ditentukan

    Alsintan yang akan diadakan yaitu 1 unit mesin pengering tungku tunggal model

    “ABC” berbahan bakar sekam. Bak pengering menggunakan bahan dari tembok dengan

    ukuran yang sudah ditentukan dibangun langsung di lokasi yang sudah ditentukan.

    Bahan yang diperlukan : bata merah, pasir, semen, kayu bentuk kaso ukuran 4x6 cm,

    paku, dan kerangka besi beton. Sedangkan bahan atau peralatan lainnya : besi pelat

    lubang Ø 2 mm ukuran 1x2 m sebanyak 6 lb, dan sebuah termometer jarum Ø 6 cm

    diadakan di Sukamandi. Sebuah tungku tunggal model “ABC” bahan bakar sekam,

    blower tipe aksial Ø 60 cm, motor penggerak blower, Yanmar 8 PK, saluran bahan dari

    terpal diadakan di Sukamandi.

    Semua komponen yang diadakan di Sukamandi akan diangkut ke lokasi dan

    selanjutnya dilakukan setting oleh Tim dari Balitpa Sukamandi. Out put yang

    diharapkan yaitu mesin pengering yang siap untuk dioperasikan. Untuk menghemat

  • 14

    biaya, maka Tim dari Sukamandi selain melakukan setting dan Kalibrasi tanpa bahan

    dan dilanjutkan dengan Kalibrasi + bahan. Waktu yang diperlukan untuk

    pengadaan alsintan (Mesin pengering tungku tunggal model “ABC” masing-masing 1

    unit, ± 1 bulan.

    4. Kalibrasi Alsin Tanpa Bahan

    Kegiatan ini tujuannya untuk mengetahui kinerja dari setiap komponen pada

    mesin pengering. Out put yang diharapkan yaitu masing-masing alsin siap untuk

    dioperasikan dengan bahan.

    5. Kalibrasi Alsin dengan Bahan

    Bahan yang digunakan yaitu GKP yang mutunya baik (bersih) dan dalam kondisi

    fresh (segar) tanpa mengalami penundaan pada proses panennya. Oleh karena itu proses

    panen digunakan power threser. Uji mesin pengering akan digunakan metoda

    “Pengeringan biji-bijian lapisan tipis” yang dapat mengungkap fenomena proses

    pengeringan yang terjadi, yang secara garis besarnya memungkinkan untuk dipahami

    oleh operator lokal. Parameter pengeringan yang diukur meliputi : (1) Berat gabah

    basah (kg), (2) Kadar air awal dari gabah, (3) Tebal tumpukan gabah di dalam ruang

    pengering (cm), (4) Suhu ambient (Tbk, Tbb), (5) Suhu pengeringan di dalam ruang

    plenum (ºC), (7) Suhu gabah per lapis, lapis bawah (TB), tengah (TT), dan atas (TA),

    (8) Kadar air gabah per lapis, lapis bawah (MB), tengah (MT), dan lapis atas (MA), (9)

    Suhu exhaust (Te), (10) Berat gabah kering (kg), (11) Kadar air gabah akhir

    pengeringan (%), (12) Kecepatan aliran udara pengering menembus tumpukan gabah di

    dalam ruang pengering, Vu (m/menit), (13) RPM blower (-), (14) banyaknya sekam

    yang digunakan (kg), (15) Kadar air sekam (%), (16) Banyaknya solar yang digunakan

    (l), (17) Waktu untuk pengeringan (jam), (18) Berat abu sekam yang dihasilkan (kg),

    dan (19) Kadar air abu sekam (%).

    6. Pelatihan Operator Lokal

    Kegiatan ini dalam pelaksanaannya dibersamakan pada saat diadakan Pelatihan

    (Training). Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman

    dan ketrampilan operator dalam pengoperasian (penggunaan), pemeliharaan, dan

    perawatan alsintan alat pengering dan perontok gabah, serta menumbuhkan jiwa

    kewirasusahaan (enterpreneurship) yang mandiri terutama dalam bidang pengelolaan

    jasa alsintan dalam bentuk kelembagaan UPJA di Desa Upang yang menjadi lokasi

    kegiatan pemberdayaan masyarakat SSFFMP.

  • 15

    Materi yang diberikan berupa teori dan praktek pengoperasian alat pengering dan

    perontok gabah , serta pengetahuan dasar tentang proses pengeringan. Selain itu

    diberikan juga materi manajemen kelembagaan UPJA. Peserta pelatihan disamping para

    operator lokal, para pengusaha penggilingan, manager dan pengurus UPJA, PPL,

    pemegang kebijakan (KCD), dan unsur terkait lainnya yang dianggap perlu.

    Dari pelatihan ini, keluaran yang diharapkan adalah terjadinya peningkatan

    pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan operator dalam pengoperasian (penggunaan),

    pemeliharaan, dan perawatan alsintan alat pengering dan perontok gabah, serta

    menumbuhkan jiwa kewirasusahaan (enterpreneurship) yang mandiri terutama dalam

    bidang pengelolaan jasa alsintan dalam bentuk kelembagaan UPJA di Desa Upang yang

    menjadi lokasi kegiatan pemberdayaan masyarakat SSFFMP.

    Pelatihan ketrampilan operator dan pengelolaan jasa alsintan ini dilaksanakan

    melalui: (1) Kelas dan diskusi sebanyak 40 % dan (2) Praktek 60 %.

    7. Operasi Pengeringan Gabah Oleh Operator Lokal

    Kegiatan ini dapat berlangung pada musim panen padi yang sedang berjalan atau

    musim panen berikutnya, tergantung kepada keberadaan GKP. Pelaksanaan pengeringan

    gabah dilakukan oleh operator lokal yang sudah dilatih, sedangkan pelatih hanya

    mendampingi sambil mengamati apa yang mereka kerjakan. Dalam hal ini operator

    lokal diwajibkan mencatat : (1) Nama petani pemilik gabah, (2) Berat gabah basah pada

    setiap pengeringan (kg), (3) Kadar air awal gabah (%), (4) Waktu yang diperlukan

    untuk pengeringan (jam), (5) Berat kering gabah (%), (6) Suhu pengeringan, (7)

    Kecepatan aliran udara pengering menembus gabah di dalam ruang pengering

    (m/menit), (8) Bahan bakar yang digunakan (sekam (kg), solar (l)), (9) Harga sekam

    (Rp/kg), harga solar (Rp/l), Jumlah operator (orang), (10) Upah operator

    (Rp/orang/hari) atau (Rp/kg GKP), (11) Upah pengeringan (Rp/kg GKP), (12) Berat

    abu sekam yang dihasilkan (kg), dan (13) Kadar air abu sekam (%). Selain itu perlu

    dicatat hambatan-hambatan yang ditemui oleh operator lokal selama melaksanakan

    operasi pengeringan gabah. Untuk memudahkan dalam pencatanan banyak hal tersebut,

    maka perlu dibuatkan blanko isian yang kemudian di berikan kepada operator lokal.

    Khususnya tentang upah pengeringan gabah, sebaiknya dapat diputuskan sendiri antara

    pihak-pihak yang terkait di dalam hal ini, yaitu petani pemilik gabah, pemilik mesin

    pengering, dan operator lokal.

  • 16

    8. Monitoring dan Pembinaan Teknis

    Kegiatan ini dilakukan oleh Tim Pembina Teknis dari BPTP Sumsel. Sedangkan

    tujuannya yaitu untuk melakukan bimbingan teknis sekaligus mengetahui secara dini

    masalah-masalah yang masih terjadi di lapangan, dan selanjutnya mencarikan jalan

    keluarnya. Masalah ini dapat bersifat teknis, sosial, atau budaya. Dalam usahanya untuk

    mendapatkan jalan keluar dari masalah yang timbul di lapangan, Tim Pembina Teknis

    dapat berkonsultasi dengan Tenaga Ahli dari Balitpa.

    9. Gelar Teknologi

    Kegiatan ini diikuti oleh kelompok UPJA dan kelompok tani dari beberapa

    lokasi atau desa tetangga. Selain itu juga diundang petugas (PPL), KCD dan staf Dinas

    tingkat Kabupaten. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendiskusikan dan mencari jalan

    keluar bersama terhadap permasalahan yang dihadapi baik dalam pelaksanaan kegiatan

    maupun usahatani padi pada umumnya.

    IV. HASIL KEGIATAN

    Sebagian kegiatan sudah dilaksanakan pada tahun 2004, dan sebagian lagi yang

    merupakan kegiatan lanjutan dilaksanakan pada tahun 2005. Kegiatan yang

    dilaksanakan pada tahun 2005 terdiri:

    4.1. Operasi Pengeringan Gabah Oleh Operator Lokal

    Kegiatan ini bertujuan: (1) Menguji coba operasional alat pengering gabah

    berbahan bakar sekam dengan menggunakan gabah hasil panen dan (2) Meningkatkan

    pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan operator dalam pengoperasian (penggunaan),

    pemeliharaan, dan perawatan alsintan perontok gabah, alat pengering gabah dan

    penggilingan padi. Praktek dan pelatihan teknis pengeringan gabah kepada operator

    lokal dilaksanakan selama 8 (delapan) hari tanggal 21-28 Februari 2005.

    Adapun cara kerja mengikuti prosedur berikut, GKP varietas IR42 Manggar

    sebanyak 3,5 t ditempatkan di dalam bak pengering secara curah membentuk ketebalan

    sebesar 45 cm. Selanjutnya ketebalan gabah tersebut dibagi menjadi 3 lapisan yang

    sama tebal yaitu lapis bawah (B), lapis tengah (T), dan atas (A) sehingga B=T=A=15

    cm. Setting termometer batang pada setiap lapisan gabah dan titik-titik yang perlu

    diukur suhunya, ditunjukkan oleh Gambar 3.

  • Gambar 3. Setting alat ukurDesa Upang laha

    Hasil pengukuran p

    penurunan kadar air gab

    ditunjukkan oleh Gambar 4

    gabah dari 19,76 % menjadi

    rata-rata sebesar 0,63 %/jam

    rata, Tpl= 40 °C, dan Vu =6

    TB>TT>TA dan MB

  • 18

    Tabel 1. Hasil pengukuran parameter pengeringan gabah varietas IR42 Manggar di DesaUpang lahan pasang surut Sumatera Selatan (Februari 2005).

    Ta (°C) Tgabah (°C) Mgabah (%)No. WIB

    Tbk Tbb

    Tpl(°C)

    Te(°C) B T A B T A

    M(%)

    Vu(m/men

    it)

    0 10.00 - - - 19,76 19,76 19,76 19,76 6,50

    1 11.00 34,50 31,50 36,00 32,00 33,67 31,50 31,20 18,50 19,50 19,70 19,23 6,50

    2 12.00 34,50 31,50 40,00 32,00 38,00 35,00 32,50 18,00 19,30 19,50 18,93 6,50

    3 13.00 35,50 32,50 40,00 32,00 39,50 35,50 32,50 17,60 19,00 19,40 18,67 6,50

    4 14.00 36,50 32,50 42,00 32,50 40,00 36,00 34,00 16,97 18,50 19,10 18,19 6,50

    5 15.00 36,50 32,50 40,00 32,50 40,00 38,50 36,00 15,40 18,33 18,53 17,42 6,50

    6 16.00 31,00 29,00 40,00 35,00 40,00 39,20 36,50 14,07 16,50 17,80 16,12 6,50

    7 17.00 32,50 30,20 42,00 35,50 41,00 39,50 38,00 13,17 15,70 16,90 15,26 6,50

    8 18.00 32,50 30,50 40,00 35,50 40,00 39,00 38,50 12,80 14,50 16,00 13,87 7,00

    9 19.00 31,00 29,00 40,00 35,00 40,00 39,50 39,00 12,40 13,30 15,50 13,73 7,00

    10 20.00 29,00 27,00 40,00 35,00 40,00 40,00 39,50 11,90 13,15 15,27 13,44 7,00

    Rata-rata 33,35 30,62 40,00 33,70 6,65

    Keterangan :Ta, suhu ambient Te, suhu exhaust MB, kadar air gabah lapis bawahTbk, suhu bola kering TB, suhu gabah lapis bawah MT, kadar air gabah lapis tengahTbb, suhu bola basah TT, suhu gabah lapis tengah MA, kadar air gabah lapis atasTpl, suhu plenum (suhu pengeringan) TA, suhu gabah lapis atas M, kadar air gabah rata-rataVu, kecepatan aliran udara

    Gambar 4. Pola penurunan kadar air gabah per lapis selama proses pengeringan.

    0.00

    5.00

    10.00

    15.00

    20.00

    25.00

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    Waktu (jam)

    K.a

    .gab

    ah(%

    )

    B

    T

    A

  • 19

    Penurunan kadar air gabah selama 10 jam proses pengeringan pada lapisan

    bawah, tengah dan atas berturut-turut sebesar 7,86%; 6,61% dan 4,49%. Pola yang

    terjadi pada Tabel 1 dan Gabar 4, sama dengan pola pada varietas yang lain yaitu Tiga

    Dara, dan Ciherang.

    4.1.1.Test Penggilingan

    Hasil test penggilingan menghasilkan angka rendemen giling, ditunjukkan pada

    Tabel 2.

    Tabel 2. Rendemen beras giling beberapa varietas gabah hasil pengeringan Dryer BBS.

    No. Varietas Gabah Rendemen (%)1. IR42 Manggar 64,002. IR42 Manggar 63,753. Tiga Dara 63,254. Ciherang 65,00

    Rata-rata 64,00

    Angka rendemen beras giling rata-rata sebesar 64,00 % (Tabel 2) lebih tinggi

    dibandingkan dengan hasil penjemuruan dan Dryer BBM hasil penelitian sebelumnya

    berturut-turut 60 % dan 62 % (Ananto et al., 1999).

    4.1.2. Analisis Mutu Beras

    Analisis mutu beras dilaksanakan di Laboratorium Gugus Kendali Mutu di

    Balitpa, hasilnya ditunjukkan oleh Tabel 3.

    Tabel 3. Hasil analisis mutu beras (% beras kepala) beberapa varietas gabah hasilDryer BBS di Desa Upang lahan pasang surut Sumatera Selatan.

    No. Varietas Gabah Beras Kepala (%)1. IR42 Manggar 79,752. IR42 Manggar 63,513. Tiga Dara 59,694. Ciherang 76,89

    Rata-rata 69,96

    Persentase beras kepala rata-rata sebesar 69,96 % (Tabel 3) lebih tinggi

    dibandingkan dengan hasil penjemuran dan Dryer BBM hasil penelitian sebelumnya

    berturut-turut 34,83 % dan 64,75 % (Ananto et al., 1999).

  • 20

    4.2. Gelar Teknologi

    Gelar teknologi bertujuan untuk mendesiminasikan teknologi pasca panen

    kepada petani kooperator dan non-kooperator, petugas pertanian lapangan dan stake

    holder lainnya dalam bentuk demontrasi dan unjuk kerja alat perontok gabah, alat

    pengering gabah dan pengilingan padi.

    Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2005 yang diikuti oleh

    kelompok UPJA dan kelompok tani dari beberapa lokasi atau desa tetangga. Selain itu

    juga diundang petugas (PPL), KCD dan staf Dinas tingkat Kabupaten.sebanyak 79

    orang (Lampiran 4).

    4.3. Monitoring dan Pembinaan Teknis

    4.3.1. Monitoring dan Evaluasi

    Kegiatan ini dilakukan Tim Pembina Teknis dari BPTP Sumsel yang selalu

    berkoordinasi dengan anggota Pokja IV MSF Kabupaten Banyuasin. Beberapa

    kunjungan lapang dalam rangka monitoring kegiatan adalah:

    4.3.1.1 Kunjungan Monitoring Operasi Alat Pengering Padi dan RMU

    Dari hasil kunjungan monitoring yang dilaksanakan beberapa kali, terlihatbahwa

    petani sangat antusias terhadap manfaat penggunaan alat pengering, sehingga terjadi

    antrian gabah yang menunggu untuk dikeringkan dengan alat pengering bahan bakar

    sekam padi tersebut. Melihat kondisi ini, kapasitas dari alat pengering dirasakan sangat

    kurang sekali, namun tidak ada pilihan selain mengeringkan dengan alat pengering.

    Karena antrian pengeringan gabah, ada gabah yang baru bisa dikeringkan setelah 15

    hari menunggu.

    Dari catatan UPJA Jaya Bersama, selama musim panen MH 2004/2005 bulan

    Maret- April 2005, operasi alat pengering sudah berjalan sebanyak 35 kali. Jumlah

    gabah yang dikeringkan untuk sekali operasi berkisar 38- 62 karung setara 2280 - 3720

    kg, dengan total gabah yang dikeringkan sebanyak 1882 karung setera 112.920 kg

    (Lampiran 2). Kadar air awal rata-rata gabah yang dikeringkan sebesar 22% dan kadar

    air akhir rata-rata sebesar 14,19%. Lama pengeringan berkisar 8-10 jam untuk satu kali

    operasi. Upah pengeringan sebesar Rp. 2000/karung atau Rp. 33,34/kg.

    Sedangkan untuk penggilingan dengan menggunakan RMU double past telah

    dilaksanakan 32 kali, dengan jumlah gabah yang digiling berkisar 2- 66 karung setara

    120 - 3960 kg dengan total 1337 karung setara 80.220 kg. Upah penggilingan yang

    dipungut oleh UPJA sebesar 10%.

  • 21

    4.3.1.2. Kunjungan Tim Pokja IV MSF Kabupaten Banyuasin

    Kunjungan lapang dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2005 terdiri dari ;

    Budi Raharjo (BPTP Sumsel), Djoko Setijono (SSFFMP), Bambang Oetojo (Dishut

    Prop Sumsel), M Hasbi (BKP Kab Banyuasin), dan Dian Maulina (LSM OWA).

    Dari laporan pengurus UPJA (Andi Nasir), keberadaan alat pengering gabah

    yang dioperasikan oleh UPJA pada musim panen bulan Februari- Mei 2005 sudah

    banyak menarik perhatian, terutama para pengusaha RMU dan Bengkel Alsintan.

    Secara sengaja atau tidak pengusaha RMU yang melihat keberadaan alat pengering

    gabah berbahan bakar sekam sangat tertarik dan ingin sekali mencontoh.

    Manfaat pengoperasian alat pengering berbahan bakar sekam menurut petani

    dan pengurus UPJA al: (i) Meningkatkan kualitas beras, beras utuh/kepala lebih tinggi

    dan tidak ada lagi beras batik, (ii) Rendemen beras meningkat sampai diatas 60% yang

    sebelumnya sekitar 50%, (iii) Peningkatan harga jual beras dari Rp 2.300- Rp. 2.500

    menjadi Rp. 2.800 dan Rp. 3.000,-.

    4.3.1.3 Kunjungan IRRI Postproduction Workgroup (Dr. Martin Gummert)

    Kunjungan lapang dilaksanakan pada tanggal 26 November 2005, dengan tujuan

    melihat potensi dan kemajuan teknologi, serta kemungkinan merancang kegiatan

    bersama dalam hal penanganan pasca panen padi di Sumatera Selatan, terutama di lahan

    rawa pasang surut. Peninjauan ke gudang RMU UPJA Jaya Bersama meninjau alat

    pengering tipe box berbahan bakar sekam padi dan RMU units. Beberapa masukan dari

    Martin antara lain:

    - Pada blower pengering dan engine agar belt pada pulley harus lebih "center" atau

    lurus

    - Pulley engine dianjurkan lebih besar dari pulley blower

    - RMU units kalau bisa dilengkapi separator, dan seharusnya gabah yang belum pecah

    kulit dimasukan lagi ke huller agar mendapatkan beras pecah kulit yang akan

    dipoles dengan polisher dengan mutu yang baik. Selain itu langkah ini diambil agar

    mesin polisher menjadi lebih awet.

    Demonstrasi penggunaan kantong "Super bag" sebagai kemasan menyimpan

    benih atau gabah lebih baik. Penggunaan super bag terutama untuk penyimpanan benih

    dapat menekan kerusakan yang diakibatkan oleh serangga (insek) dan sekaligus

    memperpanjang usia simpan tanpa mengurangi daya tumbuh benih. Penggunaan super

    bag juga bisa digunakan untuk menyimpan gabah untuk konsumsi.

  • 22

    Diskusi dengan dari hasil peninjauan ke lahan, kelompok tani/UPJA

    mengusulkan antara lain :

    - Keinginan petani untuk tanam 2x kali dalam rangka meningkatkan pendapatan

    - Dalam rangka diseminasi teknologi dan tindak lanjut sosialisasi alat pengering,

    petani mengusulkan agar apabila ada penambahan unit tungku pengering untuk bak

    berkapasitas 6 t (dari Balitpa) agar direalisasikan di lokasi lain (Delta Telang).

    Petani bersedia menyiapkan bak pengering dan gudangnya.

    - Untuk mendukung pertanaman 2 kali petani berkeinginan agar dinas pertanian

    membina kegiatan penangkaran benih.

    - Program lumbung pangan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Kab

    Banyuasin membutuhkan penyimpanan yang baik, sehingga pengenalan super bag

    atau alat/metode penyimpanan yang lain dapat membantu.

    4.3.2. Pembinaan Teknis

    Pembinaan teknis dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan keterampilan

    operator, kinerja UPJA sekaligus memperabiki kualitas produk yang dihasilkan.

    Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah; (1) Up grading RMU milik UPJA Jaya

    Bersama dari tipe one past menjadi double past, (2) Melengkapi dan melatih operator

    dalam mengoperasikan peralatan pengukur kadar air gabah/beras dan alat penjahit

    karung, (3) Pengemasan dan pelabelan beras produk UPJA Jaya Bersama kemasan 20

    kg dengan merk "Beras Upang", dan (4) Pemasaran beras kemasan produk UPJA

    langsung kepada konsumen.

    4.4. Perhitungan Ekonomi

    Perhitungan secara ekonomis dilakukan untuk mengetahui nilai tambah yang

    diperoleh oleh berbagai fihak yang terlibat dalam penerapan teknologi yaitu petani,

    RMU, dan Dryer BBS.

    Asumsi :

    Produktivitas lahan : 5 t GKP/ha

    Rendemen pengeringan dengan Dryer BBS 87,5 %

    Rendemen penjemuran 85 %

    Rendemen beras giling dengan Dryer BBS 64,00 %

    Rendemen penjemuran 60,00 %

    % beras kepala hasil Dryer BBS 69,96 %, harga beras Rp.2.200,-/kg

    % beras kepala hasil penjemuran 34,83 %, harga beras Rp.1.900,-/kg

  • 23

    Upah penjemuran Rp.40,00/kg GKP

    Upah Dryer BBS sama dengan upah penjemuran Rp.40,-/kg GKP (Biaya pokok

    Rp.20,21.kg GKP)

    Upah giling dibayar natura sebesar 15 % dari hasil beras yang digiling.

    Hasil samping bekatul 8 % dari GKG; harga jual Rp.250,-/kg

    Tabel 4. Analisis Biaya Pengeringan

    Uraian Dryer BBS Penjemuran

    Pengeluaran

    Upah pengeringan 5.000 GKP (Rp) 200.000 200.000

    GKG yang didapat (kg) 4.375 4.250

    BG yang didapat (kg) 2.800 2.550

    Upah penggilingan 15 % x BG (kg) 420 382,5

    Upah penggilingan (Rp) 924.000 726.750

    Bekatul untuk RMU 4 % (kg) 112 102

    Bekatul untuk RMU Rp.250,-.kg(Rp)

    28.000 25.500

    Total pengeluaran (Rp) 1.152.000 952.250

    Pendapatan

    BG netto (kg) 2.380 2.167,5

    Uang yang didapat dari penjualanberas (Rp)

    5.236.000 4.118.250

    Uang dari penjualan bekatul 8 %(Rp)

    56.000 51.000

    Total pendapatan (Rp) 5.292.000 4.169.250

    Pendapatan petani (Rp/ha) 4.140.000 3.217.000

    Nilai tambah bagi petani (Rp/ha) 923.000 0,00

    Nilai tambah bagi penggilingan(Rp/ha)

    199.750 0,00

    Nilai tambah Dryer BBS (Rp/ha) 98.950 0,00

    Nilai tambah RMU+Dryer BBS(Rp/ha)

    298.700 0,00

    4.5 Sosialisasi Penggunaan Alat Pengering

    Kegiatan sosialisasi alat pengering gabah berbahan bakar sekam kepada

    pengelola bengkel alsintan, pemilik RMU, kelompok tani dan petugas dilaksanakan

    pada tangga 30 September 2005 bertempat di Ruang Pertemuan SSFFMP

    Palembang.Jl. Jendral Sudirman No 2837 Km 3,5 Palembang dan Stand Rumah Energi

  • 24

    Alternatif Pameran Teknologi Tepat Guna Nasional VII di Plaza Benteng Kuto Besak

    pada hari jum'at tanggal 30 September 2005. Jumlah peserta sosialisasi sebanyak 40

    orang (Lampiran 5).

    Kegiatan ini bertujuan antara lain : (i) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman

    dan ketrampilan operator dalam pengoperasian dan penggunaan alat pengering gabah,

    dan (ii) Mendesiminasikan teknologi pasca panen kepada pengelola bengkel alsintan,

    pemilik RMU, kelompok tani, petugas pertanian lapangan dan stake holder lainnya

    dalam bentuk demontrasi dan unjuk kerja alat pengering gabah.

    Bentuk diseminasi kegiatan yang dilakukan meliputi: (i) Pameran dalam rangka

    Gelar Teknologi Tepat Guna Tingkat Propinsi Sumatera Selatan di Politeknik Negeri

    Sriwijaya pada tanggal 14-16 Juli 2005, pada kesempatan tersebut Bapak Gubernur

    meminta agar teknologi pengeringan dengan menggunakan bahan bakar sekam untuk

    mewakili Sumsel pada Gelar Tingkat Nasional pada, (ii) Pameran Teknologi Tepat

    Guna Nasional VII di Plaza Benteng Kuto Besak tanggal 27 September- 1 Oktober 2005

    dalam Stand Rumah Energi Alternatif Sumatera Selatan, pada kesempatan ini Bapak

    Menteri Dalam Negeri dan Bapak Gubernur sangat antusias dengan pengembangan

    teknologi yang menggunakan energi alternatif (iii) Pemaparan dalam Seminar

    Internasional Padi di Hotel Le Meridien Tanah Lot, Tabanan Bali tanggal 12-14

    September 2005.

    KESIMPULAN

    1. Tahapan kegiatan yang dapat diimplementasikan pada tahun 2005 yang merupakan

    lanjutan dari kegiatan tahun 2004 meliputi : (1) Ujicoba alat menggunakan bahan

    oleh peneliti dan teknisi bersama calon operator alat pengering, (2). Gelar teknologi

    penanganan pasca panen padi, (3) Operasional alat pengering gabah oleh operator

    UPJA, (4) Sosialisasi penggunaan alat pengering kepada pengelola bengkel

    alsintan, pemilik RMU, kelompok tani dan petugas, (5) Diseminasi teknologi alat

    pengering melalui pameran, seminar dan lokakarya , dan pembuatan brosur serta

    leafet.

    2. Hasil ujicoba pengeringan oleh operator lokal yang dikawal oleh peneliti dan

    teknisi BPTP Sumsel serta Balitpa Sukamandi didapatkan hasil; (1) Lama waktu

    pengeringan rata-rata adalah 10 jam dengan penurunan kadar air gabah pada lapisan

    bawah, tengah dan atas berturut-turut sebesar 7,86%; 6,61% dan 4,49%; (2) Angka

    rendemen beras giling rata-rata sebesar 64,00 % lebih tinggi dibandingkan dengan

  • 25

    hasil penjemuruan dan Dryer BBM hasil penelitian sebelumnya berturut-turut 60 %

    dan 62 %; dan (3) Persentase beras kepala rata-rata sebesar 69,96 % lebih tinggi

    dibandingkan dengan hasil penjemuran dan Dryer BBM hasil penelitian

    sebelumnya berturut-turut 34,83 % dan 64,75 %.

    3. Dari pengoperasian alat pengering dan RMU oleh UPJA Jaya Bersama didapatkan

    hasil, selama musim panen MH 2004/2005 bulan Maret- April 2005, operasi alat

    pengering sudah berjalan sebanyak 35 kali. Jumlah gabah yang dikeringkan untuk

    sekali operasi berkisar 38- 62 karung setara 2280 - 3720 kg, dengan total gabah

    yang dikeringkan sebanyak 1882 karung setera 112.920 kg. Kadar air awal rata-rata

    gabah yang dikeringkan sebesar 22% dan kadar air akhir rata-rata sebesar 14,19%.

    Lama pengeringan berkisar 8-10 jam untuk satu kali operasi. Upah pengeringan

    sebesar Rp. 2000/karung atau Rp. 33,34/kg. Sedangkan untuk penggilingan dengan

    menggunakan RMU double past telah dilaksanakan 32 kali, dengan jumlah gabah

    yang digiling berkisar 2- 66 karung setara 120 - 3960 kg dengan total 1337 karung

    setara 80.220 kg. Upah penggilingan yang dipungut oleh UPJA sebesar 10%.

    4. Hasil ujicoba dan pengoperasian alat pengering oleh UPJA Jaya Bersama membuat

    banyak pihak tertarik terutama petani, pengusaha RMU dan bengkel alsintan serta

    dinas/instansi teknis pertanian untuk mencontoh dan menerapkan teknologi

    tersebut.

    5. Tindak lanjut dari banyak pihak yang merespon dan siap mengadopsi teknologi

    pengeringan gabah dengan bahan bakar sekam, adalah pelaksanaan sosialisasi

    penggunaan alat pengering kepada petani, pengusaha RMU dan bengkel alsintan

    serta dinas/instansi teknis pertanian pada tanggal 30 September 2005 bertempat di

    Ruang Rapat SSFFMP Palembang.

    6. Diseminasi kegiatan dalam rangka menyebarluaskan hasil kegiatan percontohan

    introduksi alat pengering gabah bahan bakar sekam dilaksanakan dalam bentuk

    keikutsertaan dalam pameran teknologi tepat guna tingkat propinsi dan nasional ,

    seminar dan lokakarya baik dilevel propinsi, nasional dan internasional.

    7. Tindak lanjut kegiatan yang akan dirancang pada tahun 2006 adalah kerjasama

    dengan International Rice Research Institute (IRRI) dalam program penanganan

    pasca panen padi di lahan rawa pasang surut.

  • 26

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdullah K. 1990. Konsep dan gagasan pengembangan berbagai teknologi pengeringanmaju dan peluang komoditas hasil pertanian kering dalam pasar domestik danluar negeri. Seminar Nasional Teknologi Pengeringan Komoditi Pertanian.Jakarta, 21-23 November 1990.

    Ananto E.E., Astanto, Sutrisno, E. Suwangsa, dan Soentoro. 1999. PerbaikanPenanganan Panen dan Pascapanen di Lahan Pasang surut SumateraSelatan.Proyek Pengembangan Sistem Usaha Pertanian (SUP) Lahan PasangSurut Sumatera Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Departemen Pertanian.

    Ananto.E.E., Sutrisno, Astanto dan Soentoro. 2000. Pengembangan Alat dan MesinPertanian. Menunjang Sistem Usahatani dan Perbaikan Pascapanen di LahanPasang Surut Sumatera Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Departemen Pertanian.

    Anderson. I.P and M.R. Bowen. 2000. Fire Zones and The Threat to The Wetlands ofSumatera, Indonesia. Forest Fire Prevention and Control Project, KantorWilayah Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.

    Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel, 2003. Laporan Bulanan Pencegahan danPenanggulangan kebakaran huta dan Lahan di Provinsi Sumsel, Palembang.

    Kartasasmita, G. 1999. Pembangunan Untuk Rakyat. Memadukan Pertumbuhan danPemerataan. CIDES, Jakarta.

    Sutrisno, Astanto, dan E. Eko Ananto. 1999. Kinerja alat dan mesin pengering gabahtipe “ABC” berbahan bakar sekam suhu rendah. Prosiding Simposium PenelitianTanaman Pangan IV. Bogor, 22-24 November 1999.Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian.

    Sutrisno, M. Wahyudin, dan E.Eko Ananto. 2001. The Technical and EconomicalPerformance of The “ABC” Type Paddy Dryer. Indonesian Journal ofAgricultural Science. Vol.2, No.2, Oktober 2001. Agency for AgriculturalResearch and Development.

    Thahir R., Sutrisno, dan K. Abdullah. 1988. Dasar-dasar dan teknik pengeringan biji-bijian. Latihan Teknik Penelitian Pasca Panen Pertanian, Balai PenelitianTanaman Padi. Sukamandi, 7 November- 3 Desember 1988.

    Thahir R., H. Subagyo, T. Alihamsyah, A. Abbas, I.W. Sudana, M. Hidayat dan A.Nurhasanah. 1999. Identifikasi dan Karakterisasi Wialayah PengembanganSistem Usaha pertanian Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Tahap II. BagianProyek Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Lahan Pasang Surut SumateraSelatan di Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

  • 27

    Lampiran 1. Susunan pengurus dan anggota UPJA Jaya Bersama Desa Upang.

    No. Nama Jabatan

    1. A n d i N a s i r P e t e l a w a Ketua/Operator2. N u r d i n K a r d i a t Sekretaris/Operator3. E k o T r y a n t o Bendahara4 T r i y a n t o Anggota5. J u f r i Anggota6. S u k i m a n Anggota7. W a k i r i n Anggota8. I s k a n d a r Anggota9. A d i Anggota10. S a r t o Anggota11. H a r t o n o Anggota12. M a r t o Anggota13. M a j i Anggota14. G u n a w a n Anggota15. Y o n o Anggota16. S a r w o n o Anggota17. S u p r i y a d i Anggota18. P u r w o n o Anggota19. A n d i T h a m r i n Anggota20. M u j i Anggota21. M a m a t Anggota22. R a h m a n Anggota23. H. P e t a p a s e n g Anggota24. A n d i U m r a Anggota25. S a l i m Anggota26. J a m a l Anggota27. R u s l a n Anggota28. N u r i l Anggota29. S a u d i Anggota30. T a m i r Anggota31. A w i Anggota32. S y a h r i Anggota33. A h m a d Anggota34. A n d e n g Anggota35. S h o b i r i n Anggota36. J a s m a n Anggota37. A y i Anggota38. N g a i j o Anggota39. L a s m o n o Anggota40. M u r a j i Anggota41. S u p r i Anggota42. S i d i k Anggota/Operator

  • 28

    Lampiran 2. Data petani dan jumlah gabah yang dikeringkan dengan menggunakanAlat Pengering Gabah Tipe Box dengan Tungku Sekam Model ABCpada UPJA Jaya Bersama Desa Upang.

    No Tanggal Nama Petani Jumlah(Karung)

    Operator Keterangan

    1. 5 Maret 2005 Kandar 64 Nurdin2. 6 Maret 2005 Adi Andeng 60 Nurdin3. 7 Maret 2005 Adi Sarto 61 Nurdin4. 8 Maret 2005 Umsyahri 55 Nurdin5. 9 Maret 2005 Tahang/Nasir 54 Nurdin6. 10 Maret 2005 Salim 55 Nurdin7. 11 Maret 2005 Salim/Nasir 54 Nurdin8. 12 Maret 2005 Wagirin 56 Nurdin9. 14 Maret 2005 Sriyanto 55 Nurdin10. 17 Meret 2005 Nasir 58 Nurdin11. 17 Maret 2005 Nasijo 58 Nurdin12. 18 Maret 2005 Kandar 60 Uun13. 18 Maret 2005 Ayik 50 Uun14. 19 Maret 2005 Ayik 50 Uun15. 19 Maret 2005 Slamet 56 Uun16. 22 Maret 2005 Slamet 52 Uun17. 23 Maret 2005 Jubaidah 48 Uun18. 24 Maret 2005 Supri 40 Uun19. 24 Maret 2005 Supri 43 Uun20. 25 Maret 2005 Ansori 54 Uun21. 26 Maret 2005 Jupri 55 Uun22. 27 Maret 2005 Tahang 55 Jepri23. 28 Maret 2005 Tahang 55 Jepri24. 29 Maret 2005 Nasir 55 Jepri25. 29 Maret 2005 Supri 56 Jepri26. 30 Maret 2005 Musyahri 42 Jepri27. 31 Maret 2005 Saudik 56 Jepri28. 1 April 2005 Nasir 70 Jepri29. 2 April 2005 Sumaji 55 Jepri30. 2 April 2005 Sumaji 61 Jepri31. 4 April 2005 Eko 50 Jepri32. 4 April 2005 Eko 50 Jepri33. 6 April 2005 Rikum 50 Jepri34. 7 April 2005 Muji 38 Jepri35. 8 April 2005 Jamal 55 Jepri

    Total 1882

    Kadar airawal rata-rata: 22%

    Kadar airakhir rata-rata: 14,19%

    Berat 1karung =+ 60 kg

    UpahpengeringanRp.2000/karung

  • 29

    Lampiran 3. Data petani dan jumlah gabah yang digiling dengan menggunakan RMUdouble past pada UPJA Jaya Bersama Desa Upang.

    No Tanggal Nama Petani Jumlah(Karung)

    Operator

    1. 6 Maret 2005 Kandar 66 Nasir2 7 Maret 2005 Andung 40 Nasir3 8 Maret 2005 Andi Sarto 40 Nasir4 9 Maret 2005 Musjahri 33 Nasir5 10 Maret 2005 Tohang 21 Nasir6 11 Maret 2005 Agus Salim 59 Nasir7 14 Maret 2005 Nasir 50 Nasir8 15 Maret 2005 Wagirin 23 Nasir9 16 Maret 2005 Sryanto 44 Nasir10 17 Maret 2005 ngaijo 41 Nasir11 18 Maret 2005 Kandar 66 Nasir12 19 Maret 2005 Ayik 61 Nasir13 20 Maret 2005 Slamat 63 Nasir14 21 Maret 2005 Kandar 32 Nasir15 26 Maret 2005 Jubaida 59 Nasir16 27 Maret 2005 Supri 47 Nasir17 28 Maret 2005 Srini 8 Nasir18 28 Maret 2005 Tahang 42 Nasir19 29 Maret 2005 Sarto 2 Nasir20 2 April 2005 Ansori 32 Nasir21 3 April 2005 Jupri 33 Nasir22 4 April 2005 Tahang 66 Nasir23 5 April 2005 Nasir 33 Nasir24 6 April 2005 Jurni 32 Nasir25 8 April 2005 Musyahri 30 Nasir26 9 April 2005 Saudik 26 Nasir27 10 April 2005 Nasir 40 Nasir28 12 April 2005 Sumaji 66 Nasir29 14 April 2005 Eko 59 Nasir30 16 April 2005 Rikum 32 Nasir31 17 April 2005 Muji 38 Nasir32 18 April 2005 Jamal 33 Nasir

    T o t a l 1337

  • 30

    Lampiran 4. Peserta Gelar Teknologi Pasca Panen Padi di Desa Upang KecamatanMakarti Jaya Kabupaten Banyuasin, 28 Februari 2005.

    No Nama Jenis Kelamin Asal Peserta

    1. Agus Salim Laki-laki Desa Upang

    2. Sriyanto Laki-laki Desa Upang

    3. Shobirin Laki-laki Desa Saleh Agung

    4. Musyari Laki-laki Desa Upang

    5. Sumarto Laki-laki Desa Saleh Agung

    6. Iskandar Laki-laki Desa Upang

    7. Suyan Laki-laki Desa Upang

    8. Sukartono Laki-laki Desa Upang

    9. Sri Hariani Perempuan Desa Upang

    10. Sarinah Perempuan Desa Upang

    11. Wiwik Perempuan Desa Upang

    12. Rusmiyati Perempuan Desa Upang

    13. Gomin Laki-laki Desa Upang

    14. Rinyanah Perempuan Desa Upang

    15. Mujianah Perempuan Desa Upang

    16. Sukardi Laki-laki Desa Upang

    17. Andi Nasir Laki-laki Desa Upang

    18. Yusup Laki-laki Desa Upang

    19. Rasimin Laki-laki Jalur 11 Desa Upang

    20. Saebek Laki-laki Jalur 11 Desa Upang

    21. Joko Ismanto, AMd Laki-laki PPL Desa Upang

    22. Purnadi Laki-laki Desa Upang

    23. Rohiman Laki-laki Dusun 1 Desa Upang

    24. Anwar Laki-laki Dusun 4 Desa Upang

    25. Nurdin Laki-laki Dusun 4 Desa Upang

    26. Trimulyani Perempuan Desa Upang

    27. Andi Humra Laki-laki Dusun 4 Desa Upang

    28. Kosrad Laki-laki Desa Upang

    29. Ahmad Laki-laki Desa Upang

  • 31

    Lampiran 4. Peserta Gelar Teknologi Pasca Panen Padi di Desa Upang KecamatanMakarti Jaya Kabupaten Banyuasin, 28 Februari 2005. (Lanjutan)

    No Nama Jenis Kelamin Asal Peserta

    31. Sularno Laki-laki Desa Saleh Agung

    32. Hamid Laki-laki Desa Upang

    33. Murniati Perempuan Desa Upang

    34. Jamaludin Laki-laki Desa Upang

    35. Sibeng Laki-laki Desa Upang

    36. Sukiman Laki-laki Desa Upang

    37. A. Nurdin Laki-laki Desa Upang

    38 Sumaji Laki-laki Desa Upang

    39. Suhan HR Laki-laki PPL Desa Saleh Agung

    40. Ngajowijoyo Laki-laki Parit 15 Desa Upang

    41. Kamawi Laki-laki PPL Desa Damarwulan

    42. Oto Lihman,SP Laki-laki PPL Desa Ma. Telang

    43. Syamsul Joni Laki-laki PPL Desa Sidoharjo

    44. Harsono Laki-laki PPL Desa Sri Mulyo

    45. Mujanah Perempuan Desa Upang

    46. Hiliyanti Perempuan Desa Upang

    47. Siti Masitoh Perempuan Desa Upang

    48. Yuyun Sumarsih Perempuan Desa Upang

    49. Saroh Perempuan Desa Upang

    50. Supriyatin Perempuan Desa Upang

    51. Ir. Pudiyaka,MSi Laki-laki Majalah Agribisnis

    52. Usman Setiawan,SP Laki-laki BPTP Sumsel

    53. Istiyar Perempuan Desa Upang

    54. Nanai Yanti Perempuan Desa Upang

    55. Andi Diana Perempuan Desa Upang

    56. Minasa Perempuan Desa Upang

    57. Slamet Riadi Laki-laki Saleh Agung

    58. Ayik Handoko Laki-laki Desa Upang

    59. Agus Ansori Laki-laki Desa Upang

    60. Andang Herdiana Laki-laki Balitpa Sukamandi

  • 32

    Lampiran 4. Peserta Gelar Teknologi Pasca Panen Padi di Desa Upang KecamatanMakarti Jaya Kabupaten Banyuasin, 28 Februari 2005. (Lanjutan)

    No Nama Jenis Kelamin Asal Peserta

    61. Mulyono Laki-laki Balitpa Sukamandi

    62. Ir. Sutrisno, MS Laki-laki Balitpa Sukamandi

    63. Ir. Yustisia, MSi Perempuan BPTP Sumsel

    64. Ir. Yandriani Perempuan SSFFMP

    65. Thamrin Arisondi Laki-laki Kepala Desa Upang

    66. Hanafiah Laki-laki BPD Desa Upang

    67. Ir. NP Sri Ratmini Perempuan BPTP Sumsel

    68. Ir. Yanter Hutapea, M.Si Laki-laki BPTP Sumsel

    69. Erni Herawati Perempuan BPTP Sumsel

    70. Tukiran Laki-laki BPTP Sumsel

    71. Nini Novianti Perempuan Desa Upang

    72. Drs. Yusairin AH Laki-laki BPTP Sumsel

    73. Rijalalah Laki-laki BPTP Sumsel

    74. Pandu A. Hutabarat Laki-laki BPTP Sumsel

    75. Ir. Djoko Setijono Laki-laki SSFFMP

    76. Dr. KH. Steinmann Laki-laki SSFFMP

    77. Dr. Subowo Laki-laki BPTP Sumsel

    78. Budi Raharjo, STP.M.Si Laki-laki BPTP Sumsel

    79. Momon Sodik I, SP. MSc Laki-laki UNSRI

  • 33

    Lampiran 5. Peserta Sosialisasi Alat Pengering Gabah Berbahan Bakar Sekam PadiNo Nama Alamat Jabatan1. Juwedi Mulyasari, Jalur 17 Telang II Pengusaha RMU2. Andi Kube Jalur 8 Telang Pengusaha RMU3. Andi Nasir Jalur 8 Saleh, Desa Upang Pengusaha RMU4. Andi Asaf Jalur 8 Saleh, Desa Upang Pengusaha RMU5. Atok Suparto Telang Jaya, Jalur 8 Telang I Bengkel Alsin6. Jumadi Jalur 8 Saleh, Desa Upang Pengusaha RMU7. Daeng Marala Jalur 8 Saleh, Desa Upang Pengusaha RMU8. Thamrin Arisondi Desa Upang Kepala Desa9. Syamsul Joni Desa Sidoharjo PPL10. Sumanto Makarti Jaya KCD Pertanian Kec.

    Makarti Jaya11. M. Harun Jalur 8 Telang I, Desa Telang Jaya Bengkel Alsin12. Suhan HR Air Saleh PPL13. Yusuf Jalur 8 Saleh, Desa Upang Pengusaha RMU14. Ojo Suparto Jalur 8 Telang I, Desa Telang Jaya Bengkel Alsin15. Nardi Jalur 8 Telang I, Desa Telang Jaya Pengusaha RMU16. Romani Desa Muara Telang Ketua UPJA17. Bahusin Desa Muara Telang Kelompok Tani18. Iskandar Desa Muara Telang Motivator Desa19. Syamsudin Desa Muara Telang Pengusaha RMU20. Ahmad Sahil Desa Muara Telang Seketaris Kades21. Oto Lihman Desa Muara Telang PPL22. Abbas Desa Prajen Jaya Kelompok Tani23. M. Nazir Desa Prajen Jaya Motivator Desa24. Ir. Hj. Herawati Palembang Dinas TPH Pop Sumsel25. Ir. Yenni Yuliasti Palembang Dinas TPH Pop Sumsel26. Ir. Syawalina Pangkalan Balai Distanak Banyuasin27. Ir. H. Suwarso Pangkalan Balai BKP Banyuasin28. Derry Palembang PT. Rutan Machinerry29. Ramelan Palembang PT. Rutan Machinerry30. Suharman Hadi Palembang Balai Riset Indag31. Muhadjir Palembang BPTP Sumatera Selatan32. Tumarlan T Palembang BPTP Sumatera Selatan33. Yanter Hutapea Palembang BPTP Sumatera Selatan34. Reza S.

    AndriandriPalembang BPTP Sumatera Selatan

    35. Reni Utami S. Palembang BPTP Sumatera Selatan36. Rijallalah Palembang BPTP Sumatera Selatan37. Edward Canto Palembang BPTP Sumatera Selatan38. Achmad Subendi Palembang BPTP Sumatera Selatan39. Netty Herawati Palembang BPTP Sumatera Selatan40. Rijallalah Palembang BPTP Sumatera Selatan