pengembangan kebudayaan

3
II.2 - 1 BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR A. KONDISI UMUM Pembangunan nasional yang dilakukan paska krisis ekonomi telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan yang ditandai dengan adanya pemulihan kondisi perekonomian nasional. Terkait dengan pembangunan kebudayaan, keberhasilan pemulihan ekonomi tersebut perlu diantisipasi dengan adanya kesiapan masyarakat beserta pranata sosial yang ada di dalamnya sehingga stabilitas yang diraih dapat berkelanjutan. Di samping melihat ke dalam, pembangunan nasional juga harus mampu mengantisipasi arus globalisasi yang semakin masif yang meniscayakan adanya ketahanan budaya yang mampu menjadi penyelaras nilai global dan nilai lokal sehingga dapat menghindarkan perbenturan antarbudaya (class civilization). Berbagai upaya yang telah dilakukan melalui revitalisasi dan reaktualisasi nilai budaya dan pranata sosial kemasyarakatan telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan yang ditandai dengan semakin berkembangnya berbagai dialog lokal, nasional dan internasional, tumbuhnya pemahaman atas keberagaman, serta menurunnya eskalasi konflik lokal horizontal di dalam masyarakat. Pada tahun 2006, pencapaian pembangunan kebudayaan terkait dengan pengelolaan keragaman budaya adalah: (1) pelaksanaan dialog antarbudaya yang terbuka dan demokratis dalam rangka peningkatan kebersamaan dan integrasi; (2) pelaksanaan kegiatan Jelajah Budaya di Provinsi NAD untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap keanekaragaman budaya pasca gempa dan tsunami; (3) penyusunan Peta Budaya Indonesia; (4) sosialiasi direktori/buku keanekaragaman budaya bangsa dan tempat-tempat unggulan daerah yang berpotensi menjadi lokasi pembuatan film internasional bagi orang asing di Indonesia; (5) pembuatan film kolosal “Syekh Yusuf” untuk memberikan pemahanan bagi generasi muda mengenai perjuangan melawan penjajah dan membela bangsa; dan (6) persiapan untuk mengikuti Festival Film Internasional di Busan, Korea Selatan dan Taiwan. Terkait dengan pengembangan nilai budaya, hasil yang dicapai adalah: (1) pelaksanaan Festival Seni Budaya Indonesia 2006 melalui kegiatan Gelar Budaya Sulawesi Selatan di Makassar, Gelar Budaya Spiritual di Denpasar dan Festival Nasional Musik Tradisi Nusantara di Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta yang diikuti oleh wakil kelompok musik tradisional dari seluruh Indonesia; (2) penyusunan revisi UU No.8 Tahun 1992 tentang Perfilman sebagai dasar pengembangan Perfilman Nasional di masa yang akan datang; (3) penganugerahan penghargaan kebudayaan bagi pelaku dan pemerhati kebudayaan untuk mendorong partisipasi aktif dalam pengembangan kebudayaan nasional; (4) pelaksanaan Musyawarah Nasional tentang Pelajaran Sejarah dalam rangka mendukung pembentukan kepribadian bangsa utamanya dalam konteks multikultur; (5) penyelenggaraan Arung Sejarah Bahari I (Ajari I) untuk

description

kebudayaan

Transcript of pengembangan kebudayaan

Page 1: pengembangan kebudayaan

II.2 - 1

BAB 2

PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN

YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR

A. KONDISI UMUM

Pembangunan nasional yang dilakukan paska krisis ekonomi telah membuahkan

hasil yang cukup menggembirakan yang ditandai dengan adanya pemulihan kondisi

perekonomian nasional. Terkait dengan pembangunan kebudayaan, keberhasilan

pemulihan ekonomi tersebut perlu diantisipasi dengan adanya kesiapan masyarakat

beserta pranata sosial yang ada di dalamnya sehingga stabilitas yang diraih dapat

berkelanjutan. Di samping melihat ke dalam, pembangunan nasional juga harus mampu

mengantisipasi arus globalisasi yang semakin masif yang meniscayakan adanya

ketahanan budaya yang mampu menjadi penyelaras nilai global dan nilai lokal sehingga

dapat menghindarkan perbenturan antarbudaya (class civilization).

Berbagai upaya yang telah dilakukan melalui revitalisasi dan reaktualisasi nilai

budaya dan pranata sosial kemasyarakatan telah menunjukkan hasil yang cukup

menggembirakan yang ditandai dengan semakin berkembangnya berbagai dialog lokal,

nasional dan internasional, tumbuhnya pemahaman atas keberagaman, serta

menurunnya eskalasi konflik lokal horizontal di dalam masyarakat.

Pada tahun 2006, pencapaian pembangunan kebudayaan terkait dengan

pengelolaan keragaman budaya adalah: (1) pelaksanaan dialog antarbudaya yang

terbuka dan demokratis dalam rangka peningkatan kebersamaan dan integrasi; (2)

pelaksanaan kegiatan Jelajah Budaya di Provinsi NAD untuk meningkatkan apresiasi

masyarakat terhadap keanekaragaman budaya pasca gempa dan tsunami; (3)

penyusunan Peta Budaya Indonesia; (4) sosialiasi direktori/buku keanekaragaman

budaya bangsa dan tempat-tempat unggulan daerah yang berpotensi menjadi lokasi

pembuatan film internasional bagi orang asing di Indonesia; (5) pembuatan film kolosal

“Syekh Yusuf” untuk memberikan pemahanan bagi generasi muda mengenai

perjuangan melawan penjajah dan membela bangsa; dan (6) persiapan untuk mengikuti

Festival Film Internasional di Busan, Korea Selatan dan Taiwan.

Terkait dengan pengembangan nilai budaya, hasil yang dicapai adalah: (1)

pelaksanaan Festival Seni Budaya Indonesia 2006 melalui kegiatan Gelar Budaya

Sulawesi Selatan di Makassar, Gelar Budaya Spiritual di Denpasar dan Festival

Nasional Musik Tradisi Nusantara di Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta yang

diikuti oleh wakil kelompok musik tradisional dari seluruh Indonesia; (2) penyusunan

revisi UU No.8 Tahun 1992 tentang Perfilman sebagai dasar pengembangan Perfilman

Nasional di masa yang akan datang; (3) penganugerahan penghargaan kebudayaan bagi

pelaku dan pemerhati kebudayaan untuk mendorong partisipasi aktif dalam

pengembangan kebudayaan nasional; (4) pelaksanaan Musyawarah Nasional tentang

Pelajaran Sejarah dalam rangka mendukung pembentukan kepribadian bangsa utamanya

dalam konteks multikultur; (5) penyelenggaraan Arung Sejarah Bahari I (Ajari I) untuk

Page 2: pengembangan kebudayaan

II.2 - 2

memupuk semangat nasionalisme dan cinta lingkungan alam khususnya bahari yang

didukung oleh kapal TNI Angkatan Laut Tanjung Kambani; dan (6) penyelenggaraan

Pameran Kebudayaan Islam untuk meningkatkan citra peradaban Islam di Indonesia

yang berjudul “Crescent Moon: Islamic Arts and Civilization of South East Asia” di

Adelaide dan Canberra, Australia.

Terkait dengan pengelolaan kekayaan budaya, hasil yang dicapai adalah: (1)

penulisan Sejarah Kebudayaan Indonesia dan penulisan Sejarah Pemikiran untuk

memperkaya pengetahuan kita tentang kebudayaan Indonesia; (2) penyelenggaraan

pendidikan multikultur di daerah konflik melalui dialog dalam rangka meningkatkan

rasa saling menghargai sebagai bangsa yang multietnis; (3) pelaksanaan kegiatan

Lawatan Sejarah di Makassar dengan tema ”Pelayaran Makassar Selayar merajut

simbol-simbol Maritim Perekat Bangsa”; (4) penyusunan Ensiklopedi Sejarah

Perkembangan Iptek yang mengenai pengetahuan dan teknologi maritim di Indonesia;

(5) pelaksanaan koordinasi penanganan perlindungan benda cagar budaya (BCB) dan

Survey Arkeologi Bawah Air; (6) penyelenggaraan Sidang ke-40 ASEAN-Committee on

Culture and Information (ASEAN-COCI) di Mataram; (7) penyusunan Pedoman

Museum Situs sebagai landasan bagi pemda kabupaten/kota dan masyarakat dalam

mendirikan museum; (8) pelaksanaan koordinasi dalam rangka Ratifikasi UNESCO:

Convention on The Protection of Underwater Cultural Heritage untuk mengetahui

posisi RI dalam menentukan kebijakan pelestarian dan pengelolaan peninggalan bawah

air; (9) sosialisasi/kampanye Peningkatan Apresiasi Masyarakat Terhadap Museum

yang diselenggarakan di Museum Kartini Jepara dan Museum Kraton Kasepuhan

Cirebon; (10) pemberian bantuan kepada Museum NTT berupa penataan dan pameran

tetap beserta sarananya tentang Manusia Purba Flores (Homo Floresiensis); dan (11)

penggalian dan penelitian situs Trowulan yang dilanjutkan dengan kegiatan pameran

Peninggalan Sejarah dan Purbakala Situs Trowulan bekerjasama dengan Yayasan

Kebudayaan Indonesia-Jepang (NIHINDO); serta (12) konservasi dan rehabilitasi Istana

Tua Sumbawa beserta kawasannya.

Pada tahun 2007, perkiraan pencapaian pembangunan kebudayaan terkait

pengelolaan keragaman budaya adalah: (1) terselenggaranya dialog kebudayaan dan

kebangsaan; (2) terlaksananya pengembangan dan pelestarian kesenian; (3)

terlaksananya pengembangan Galeri Nasional dan perfilman nasional; (4) terlaksananya

peningkatan Sensor Film; (5) pendukungan pengembangan keragaman budaya daerah;

(6) pendukungan pengelolaan Taman Budaya Daerah; dan (7) optimalisasi koordinasi

pengembangan nilai budaya, seni dan film. Perkiraan pencapaian terkait dengan

pengembangan nilai budaya adalah: (1) tersusunnya pedoman pelaksanaan

pembangunan karakter dan pekerti bangsa berdasarkan nilai-nilai luhur; (2) terwujudnya

pelestarian dan pengaktualisasian nilai-nilai tradisi dan pengembangan budaya

masyarakat adat; dan (3) tersusunnya rancangan perundang-undangan tentang

kebudayaan. Perkiraan pencapaian terkait dengan pengelolaan kekayaan budaya

adalah: (1) meningkatnya pemahaman sejarah, perlindungan, pemeliharaan dan

pemanfaatan peninggalan sejarah dan purbakala; dan meningkatnya peran museum

sebagai sarana edukasi, rekreasi, pendidikan dan informasi; (2) meningkatnya

profesionalitas SDM di bidang sejarah dan purbakala dan ketersediaan informasi yang

berbasis teknologi; (3) terselesaikannya Rancangan Revisi UU Benda Cagar Budaya;

(4) Disetujuinya Tana Toraja, Jatiluwih, Pakerisan dan Pura Taman Ayun sebagai

Page 3: pengembangan kebudayaan

II.2 - 3

Warisan Dunia; (5) terjaganya fisik dan kandungan naskah kuno dan bahan pustaka; (6)

terlaksananya perekaman dan digitalisasi bahan pustaka; terhimpun dan

terdayagunakannya koleksi deposit nasional; serta tersusunnya statistik perpustakaan

dan perbukuan.

Permasalahan yang masih dihadapi dalam pembangunan kebudayaan pada tahun

2008 adalah: (1) belum memadainya kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman

budaya; (2) belum memadainya pembentukan sikap moral dan penanaman nilai budaya

yang mengakibatkan adanya kecenderungan semakin menguatnya nilai-nilai

materialisme; (3) timbulnya kerawanan sosial dan ketegangan antarkelompok

masyarakat serta menurunnya nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan, keramah

tamahan sosial dan rasa cinta tanah air; yang berpotensi merusak integrasi bangsa; (4)

lemahnya sikap dan daya kritis sebagian besar masyarakat yang mengakibatkan

kurangnya kemampuan masyarakat dalam menyeleksi nilai dan budaya global sehingga

terjadi pengikisan nilai-nilai budaya nasional yang positif; (5) belum optimalnya

kegiatan pelestarian kekayaan budaya, yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman,

apresiasi, kesadaran, dan komitmen pemerintah dan masyarakat; dan (6) terbatasnya

kemampuan pemerintah daerah dalam pengelolaan kekayaan budaya, baik kemampuan

fiskal maupun kemampuan manajerial.

B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2008

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, sasaran pembangunan kebudayaan yang

berlandaskan nilai-nilai luhur pada tahun 2008 diarahkan pada:

1. Terwujudnya kesadaran masyarakat untuk mengaktualisasikan nilai-nilai luhur

budaya bangsa dalam rangka penguatan ketahanan budaya dan menghadapi

derasnya arus budaya global;

2. Terlaksananya sosialisasi dan advokasi nilai-nilai kebangsaan dan strategi

penguatannya dengan sikap saling menghormati dan menghargai keberagaman

budaya dalam rangka memperkukuh NKRI;

3. Terpeliharanya kerjasama yang sinergis antar pihak terkait dalam upaya pelestarian

kekayaan budaya;

4. Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berkepribadian, berbudi luhur, dan

mencintai kebudayaan Indonesia.

C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2008

Dalam rangka mencapai sasaran tersebut di atas, pembangunan kebudayaan yang

akan ditempuh dalam tahun 2008 diarahkan pada:

1. Pengembangan modal sosial untuk mengaktualisasikan nilai-nilai luhur budaya

bangsa dalam menghadapi derasnya arus budaya global;

2. Penyelesaian peraturan perundangan di bidang kebudayaan beserta penyusunan

petunjuk pelaksanaannya;

3. Pengembangan kerjasama yang sinergis antar pihak terkait dalam upaya

pengelolaan kekayaan budaya;

4. Perwujudan masyarakat Indonesia yang berkepribadian, berbudi luhur, dan

mencintai kebudayaan Indonesia.