Pengembangan kapasitas-pemeriksaan-kinerja-di-bpk-dan-anao
-
Upload
nico-andrianto -
Category
Government & Nonprofit
-
view
457 -
download
0
Transcript of Pengembangan kapasitas-pemeriksaan-kinerja-di-bpk-dan-anao
43
Nico Andrianto
BPK RI, Indonesia.
Email: [email protected]
THE DEVELOPMENT OF PERFORMANCE AUDIT
CAPACITY, A COMPARISON STUDY IN
THE BPK AND ANAO
ABSTRACT/ABSTRAK
Kajian ini membandingkan kondisi pengembangan kapasitas pemeriksaan kinerja di BPK dengan Australian National Audit Office (ANAO). Walaupun membandingkan institusi ANAO dan BPK tidak selalu memberikan gambaran yang setara karena berbedanya mandat, skala, dan luasan yurisdiksi pemeriksaan, namun upaya pembandingan ini dimaksudkan untuk mempelajari hal-hal positif yang telah dicapai oleh ANAO supaya bisa diterapkan di BPK. Kriteria yang digunakan dalam kajian ini adalah model ca-pacity building guidelines yang dikembangkan oleh INTOSAI. Metode kajian yang digunakan adalah studi literatur yang diperkaya dengan hasil analisis berbagai dokumen yang diperoleh dari website resmi kedua lembaga auditor pemerintah tersebut. Hasil kajian menunjukkan bahwa 14 dari 15 unsur pengembangan kapasitas pemeriksaan kinerja telah dipenuhi dan satu unsur belum se-penuhnya dipenuhi oleh ANAO. Sementara itu, sesuai dengan tingkat perkembangan pemeriksaan kinerja yang relatif masih baru, BPK masih perlu secara terus menerus meningkatkan kapasitas pemeriksaan kinerja agar memenuhi standar ca-pacity building guidelines yang dikembangkan oleh INTOSAI
This study compares the performance audit capacity building in the BPK and the one conducted by the Australian National Audit Office (ANAO). To do so might not be equal because of their differences in terms of man-date, scale, and the jurisdiction area of audit, but the effort is intended to study the positive achievement by the ANAO to be applied in the BPK. The criteria used in this comparative study is the model developed based on capacity building guidelines issued by the INTOSAI. Analysis method applied in this study is the literature study, which is enriched by the analysis of the various documents obtained from the official website of both government auditor bodies. The results show that 14 of 15 elements of performance audit capacity bulding has been met by the ANAO, while only one is partially met. Meanwhile, in line with a relatively new level of performance audit development, BPK needs to improve continuously its performance audit capacity to meet the INTOSAI’s capacity building guidelines.
PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERIKSAAN KINERJA DI BPK DAN ANAO, SEBUAH KAJIAN PERBANDINGAN
SEJARAH ARTIKEL: Diterima pertama: Desember 2014 Dinyatakan dapat dimuat : Juni 2015
KATA KUNCI: pemeriksaan kinerja, sektor publik, pengembangan kapasitas, BPK, ANAO .
KEYWORDS: Performance audit, public sector, capacity building, BPK, the ANAO
44
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 43-65
PENDAHULUAN
D i berbagai negara maju, pemeriksaan
kinerja muncul di akhir tahun 1970-an
sebagai bentuk yang berbeda dari pemerik-
saan keuangan (Rai, 2008). Pada waktu itu
berbagai pemerintahan, termasuk Australia,
memulai program ekstensif pada reformasi
manajemen publik, yang menempatkan
penekanan pada kinerja. Pemeriksaan kinerja
di Australia dimulai oleh ANAO pada tahun
1979 dan sejak itu terus berupaya mencapai
bentuknya yang ideal (Nicoll, 2014).
Sementara itu, di negara berkembang,
termasuk Indonesia, pemeriksaan kinerja
adalah praktik yang relatif baru. Meskipun
pernah diinisisasi melalui Management
Audit Course tahun 1976 bekerja sama
dengan US-GAO, BPK mulai serius
melakukan pemeriksaan kinerja sekitar
sepuluh tahun terakhir. BPK memiliki
berbagai kendala dalam pelaksanaan jenis
pemeriksaan yang baru ini, karena selama ini
pemeriksa BPK cenderung dipersiapkan
untuk melaksanakan pemeriksaan keuangan.
Saat ini BPK berupaya untuk meningkatkan
pelaksanaan pemeriksaan kinerja, baik dalam
kuantitas maupun kualitas. Selama sembilan
tahun terakhir ANAO menjalin kerja sama
dengan BPK dalam bentuk penguatan
kapasitas pemeriksaan sebagai bagian dari
Government Partnership Fund (GPF) antara
pemerintah Australia dengan Indonesia,
sehingga menyediakan bahan yang berlimpah
untuk kajian ini. Membandingkan institusi
ANAO dengan BPK tidak selalu memberikan
gambaran yang setara (apple to apple)
karena berbedanya mandat, skala, dan
luasnya yurisdiksi pemeriksaan, namun
setidaknya BPK diharapkan mendapatkan
banyak pelajaran berharga sekaligus
mencegah kesalahan yang dilakukan oleh
ANAO. Menerapkan pelajaran dari
keberhasilan Supreme Audit Institution (SAI)
lainnya akan memberikan terobosan
berharga bagi BPK. Keberhasilan pelaksa-
naan pemeriksaan kinerja di Indonesia akan
memberikan kontribusi bagi pelaksanaan
program/kegiatan pemerintah yang lebih
efektif, efisien dan ekonomis, sebuah
pencapaian yang lebih tinggi daripada
sekedar akuntabilitas keuangan.
Kajian yang membandingkan pengembangan
kapasitas pemeriksaan kinerja antara lain
adalah studi yang dilakukan oleh Cornelia
(2012) yang membandingkan SAI Inggris dan
Jerman, Nikodem (2004) yang membanding-
kan kedudukan konstitusional SAI di negara-
negara Eropa Tengah, dan Tudor (2007) yang
mencoba untuk membandingkan perkem-
bangan pemeriksaan kinerja di negara-
negara Eropa Timur. Kajian mengenai per-
bandingan pengembangan kapasitas
pemeriksaan kinerja dari berbagai SAI
terutama di Asia belum banyak ditemukan.
Paul Nicoll (2014) adalah sedikit diantaranya
yang berisi perkembangan pemeriksaan
kinerja di Indonesia. Tujuan dari kajian ini
adalah untuk memperdalam kajian serupa
yang pernah dilakukan oleh Nicoll (2014)
dalam konteks praktik di Indonesia dengan
membandingkan pengembangan kapasitas
pemeriksaan kinerja sektor publik di
Indonesia dengan Australia. Kajian ini
bermaksud mencari faktor penting dan
persyaratan kunci yang menentukan
keberhasilan pengembangan kapasitas
pemeriksaan kinerja di Indonesia dan
Indonesia, apakah prasyarat tersebut tersedia
di BPK dan apa yang harus dipersiapkan. Apa
saja kekuatan dan kelemahan dari kedua SAI
dalam memenuhi mandat mereka untuk
melaksanakan pemeriksaan kinerja, serta
pengalaman apa yang bisa dipelajari dari
masing-masing pihak.
45
PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERIKSAAN KINERJA DI BPK DAN ANAO, SEBUAH KAJIAN ...
Nico Andrianto
METODOLOGI
T ulisan ini mengkaji pemenuhan faktor-
faktor yang menentukan keberhasilan
pengembangan kapasitas pemeriksaan
kinerja sektor publik di Indonesia dan
Australia. Apakah persamaan dan perbedaan
antara BPK dan ANAO dalam melaksanakan
pengembangan kapasitas pemeriksaan
kinerja. Data kualitatif dan kuantitatif
digunakan untuk membangun hasil akhir
kajian. Metode kualitatif digunakan untuk
menjelaskan kerangka teoritis pengem-
bangan kapasitas pemeriksaan kinerja.
Kajian dilakukan melalui studi literatur
terkait kedua SAI dengan membandingkan
faktor-faktor yang sudah ditentukan oleh
INTOSAI. Profil kedua SAI didasarkan pada
data yang dikumpulkan dari laporan dan
status pemantauan pemeriksaan kinerja oleh
INTOSAI, website kedua SAI dan hasil kajian
dari subject matter expert ANAO yang
ditempatkan di BPK. Kriteria yang digunakan
dalam kajian perbandingan ini menggunakan
model yang dikembangkan berdasarkan
capacity building guidelines yang dikeluar-
kan oleh INTOSAI. Kajian ini menganalisis
laporan pemeriksaan kinerja yang
dipublikasikan, disamping informasi terkait
landasan hukum, struktur organisasi, fungsi
serta pembagian kewenangan yang
dijalankan. Analisis data dilakukan untuk
mengidentifikasi karakteristik konsep dan
p r akt ik p engemb angan kap as it as
pemeriksaan kinerja yang dilakukan.
Hasilnya digunakan untuk mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan pengembangan
kapasitas pemeriksaan kinerja kedua SAI dan
untuk memberikan penggambaran
pencapaian kedua SAI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
P emeriksaan kinerja dikembangkan
secara intensif di BPK sejak sepuluh
tahun terakhir dengan jumlah pemeriksaan
yang terus meningkat setiap tahunnya
(Nicoll, 2014). Pada Tahun 2010 jumlah LHP
kinerja mencapai 154 buah atau 12% dari
total pemeriksaan yang dilakukan BPK,
kemudian meningkat menjadi 157 buah pada
tahun 2011 (10%), menjadi 168 buah pada
Tahun 2012 (13%), 167 buah pada tahun 2013
(13%) dan 249 pada Tahun 2014 (20%),
seperti ditunjukkan oleh Tabel 1. Jumlah
maupun prosentase pemeriksaan kinerja di-
harapkan terus meningkat dari tahun ke
Tabel 1 Produk Pemeriksaan BPK 2010-2014
Pemeriksaan Keuangan
Pemeriksaan Kinerja PDTT
2010 596 47% 154 12% 512 41%
2011 626 39% 157 10% 826 51%
2012 632 47% 168 13% 531 40%
2013 636 51% 167 13% 456 36%
2014 563 45% 249 20% 440 35%
Sumber: Holbert, 2014, IHPL 2009-2014, IHPS Sem II, 2014 (diolah)
46
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 43-65
tahun dibandingkan dengan jenis
pemeriksaan lainnya sesuai dengan Rencana
Strategis yang telah disusun oleh BPK. Objek
pemeriksaan kinerja ini mulai dari
pemeriksaan kinerja entitas, program atau
kegiatan lokal, sampai pemeriksaan kinerja
tematik yang bersifat nasional dengan
melibatkan lintas kementerian dan sejumlah
entitas di daerah. Untuk bisa melaksanakan
pemeriksaan kinerja yang beragam dan
kompleks tersebut, maka BPK harus
didukung oleh kapasitas pemeriksaan yang
berkualitas.
INTOSAI, (2007) dalam Building Capacity of
Supreme Audit Institutions: A Guide
menyatakan bahwa suatu organisasi
pemeriksa memiliki kapasitas yang baik
apabila memiliki elemen-elemen keahlian,
pengetahuan, struktur serta tata kerja yang
mapan, yang membuat organisasi tersebut
berjalan secara efektif dalam pelaksanaan
tugas dan mandatnya. Pengembangan
kapasitas memiliki arti membangun masing-
masing elemen tersebut, membangun
kekuatan yang sudah ada dan mengatasi
kesenjangan serta kelemahan yang masih
dimiliki.
Berbagai cara dapat dilakukan oleh
organisasi pemeriksa untuk meningkatkan
kapasitasnya, antara lain melalui in house
training, workshop, secondment, ataupun
peer review. Namun demikian, kunci
keberhasilan pengembangan kapasitas
pemeriksaan kinerja tidak hanya bergantung
pada penguatan penguasaan keahlian yang
bersifat soft skill, tetapi juga terkait
penguatan aspek-aspek pendukung
keberhasilan yang sejalan dengan kondisi
ideal yang diperlukan oleh sebuah SAI untuk
melaksanakan pemeriksaan kinerja. Untuk
tujuan tersebut, BPK telah menetapkan
tahapan pengembangan kapasitas
pemeriksaan kinerja untuk periode 2004-
2016 yang dibagi menjadi tiga fase, yaitu: (1)
approach; (2) deployment; (3) learning and
harvesting, seperti terlihat pada gambar 1.
Terdapat tiga aspek utama yang harus
diperhatikan dalam pengembangan kapasitas
pemeriksaan kinerja, yaitu aspek kapasitas
profesionalisme pemeriksaan, kapasitas
organisasi , dan kapasitas dalam
berhubungan dengan lingkungan eksternal
atau para pemangku kepentingan. Ketiga
aspek tersebut dijelaskan melalui unsur-
unsur yang lebih detail sebagaimana
digambarkan dalam gambar 2.
Penguatan keahlian profesional dan teknis
merupakan elemen penting dalam strategi
pengembangan kapasitas pemeriksaan.
Selain itu, elemen utama yang lain dalam
mendukung pengembangan keahlian
organisasi pemeriksa adalah bagaimana
mengelola sumber daya, baik sumber daya
manusia, perangkat lunak, maupun sumber
daya pendukung lainnya, serta bagaimana
organisasi dapat memberikan pengaruh
positifnya bagi para pemangku kepentingan.
Untuk lebih jelasnya mengenai langkah-
langkah utama dalam pengembangan kapasi-
tas pemeriksaan dapat digambarkan pada
gambar 3.
Perbandingan pencapaian pengembangan
kapasitas pemeriksaan kinerja antara BPK
dengan ANAO dapat digambarkan melalui
paparan sebagai berikut:
47
PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERIKSAAN KINERJA DI BPK DAN ANAO, SEBUAH KAJIAN ...
Nico Andrianto
Gambar 1: Model Pengembangan Kapasitas Pemeriksaan Kinerja BPK Sumber: Litbang BPK, 2014
Key aspects of capacity building
Professional audit
capacityOperational capacity
Capacity to deal with
the external
environment
Audit Methods
Audit manuals
Developing/training
staff
Work planning and
management
Quality assurance
Forward planning
Leadership
Managing resources
Governance and
accountability
arrangement
Parliament/legislature
and the executive
Audited bodies
Aid donors
Regional and local
audit bodies and
internal audit
The media and the
public
Professional
associations and
private sector auditors
Gambar 2: Aspek-aspek dalam pengembangan kapasitas pemeriksaan kinerja Sumber: INTOSAI, 2007
48
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 43-65
Berkaitan dengan pengembangan
metodologi pemeriksaan kinerja, BPK
telah menyusun beberapa pedoman
pemeriksaan yang telah melalui due
process, diantaranya adalah:
a. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan
Kinerja (tahun 2008 dan direvisi per
30 Desember 2011);
b. Petunjuk Teknis Penentuan Area
Kunci Pemeriksaan Kinerja (30
Desember 2011);
c. Petunjuk Teknis Penetapan Kriteria
Pemeriksaan Kinerja (30 Desember
2011);
d. Konsep Petunjuk Teknis Penyusu-
nan Laporan Hasil Pemeriksaan
Kinerja (dalam proses legislasi); dan
e. Petunjuk Teknis Pemerolehan
Keyakinan Mutu atas Pemeriksaan
Kinerja (dalam proses legislasi).
Panduan metodologi dan quality
assurance pemeriksaan kinerja BPK telah
memberikan dukungan bagi pemeriksa di
lapangan. Namun demikian, masih
dibutuhkan beberapa dukungan panduan
untuk melengkapi hal-hal yang belum
diatur, terkait risk management, project
management dan perencanaan strategis,
ANAO telah memiliki metodologi pemerik-
saan kinerja yang terintegrasi dan lengkap
sehingga bisa menjadi dasar referensi bagi
pemeriksa untuk melaksanakan dan
menghasilkan laporan hasil pemeriksaan
yang berkualitas. Metodologi pemeriksaan
tersebut adalah Performance Audit
Manual yang telah selaras dengan ISSAI.
Metodologi pemeriksaan kinerja tersebut
dituangkan dalam pedoman/panduan
pemeriksaan kinerja yang dapat diakses
dengan mudah oleh pemeriksa. Pedoman
tersebut memiliki kualitas terkait akurasi,
principle based, kejelasan, mudah dipa-
hami, relevan dengan praktik pemeriksaan
A. Penguatan Kapasitas Profesional Pemeriksaan Kinerja
1. Mengembangkan metodologi dan manual pemeriksaan kinerja yang te-pat.
INTOSAI menyarankan SAI anggotanya
mengembangkan metodologi dan manual
pemeriksaan kinerja yang selaras dengan
yang dihasilkan oleh INTOSAI. Beberapa
negara anggota memilih mengembangkan
manual pemeriksaannya sendiri dengan
merujuk pada prinsip-prinsip yang ada
dalam International Standard of
Supreme Audit Institution (ISSAI),
sedangkan lainnya secara penuh
mengadopsi manual yang dihasilkan oleh
INTOSAI tanpa perubahan.
Kondisi di BPK: Kondisi di ANAO:
Gambar 3: Tahapan dalam pengembangan kapasitas pemeriksaan
Sumber: INTOSAI, 2007
49
PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERIKSAAN KINERJA DI BPK DAN ANAO, SEBUAH KAJIAN ...
Nico Andrianto
Kondisi di BPK: Kondisi di ANAO:
2. Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia (staf yang profesional)
Sebagian besar auditor BPK masih
berlatar belakang dan memiliki mindset
akuntan. Hal ini terjadi karena sampai
saat ini BPK masih memberikan
penekanan pada jenis pemeriksaan atas
laporan keuangan. Pada semester
pertama pemeriksa BPK akan melakukan
pemeriksaan keuangan dan pada
semester kedua melakukan jenis
pemeriksaan lainnya termasuk kinerja.
Kondisi ini tidak ideal karena kedua jenis
pemeriksaan memiliki karakteristik dan
mindset berfikir yang jauh berbeda.
BPK telah terdapat upaya untuk mening-
katkan kualitas pemeriksaan kinerja
pemeriksanya, diantaranya melalui
pelaksanaan diklat, sosialisasi, serta
pendampingan yang berkesinambungan.
Namun, upaya tersebut dirasa kurang
optimal karena gap latar belakang
pendidikan yang ada. Masalah berikutnya
adalah kurang meratanya kemampuan
dan jumlah pemeriksa kinerja di setiap
kantor perwakilan BPK, sebagai dampak
dari pola rotasi yang kurang
mempertimbangkan kebutuhan keahlian
t e r k a i t p e m e r i k s a a n k i n e r j a .
Permasalahan lainnya adalah adanya
pemahaman pemeriksaan kinerja pada
tingkat middle dan top management
masih belum seragam.
Pemeriksaan kinerja di ANAO telah
dilaksanakan oleh pemeriksa yang
memiliki keahlian dan kompetensi yang
dibutuhkan. Pemeriksa kinerja dituntut
memiliki latar belakang keilmuan,
seperti: ilmu sosial, ilmu militer, teknik,
administrasi publik, policy analyst,
ataupun keahlian di bidang evaluasi, yang
telah diakomodir oleh ANAO mulai dari
proses rekruitmen pegawai. Hal ini
terjadi karena ANAO telah memisahkan
antara pemeriksaan keuangan dan
pemeriksaan kinerja. Selain itu,
pemeriksa ANAO dituntut memiliki
kualifikasi personal tertentu, seperti:
kemampuan analitis, daya kreativitas,
komunikasi lisan dan tulisan, serta
kemampuan membuat pertimbangan
profesional. Karena pemeriksaan kinerja
pada umumnya terkait dengan
administrasi publik, maka kompetensi
pemeriksa kinerja di ANAO tidak terbatas
pada hal-hal terkait keuangan.
Pemeriksaan kinerja di ANAO telah
diakui sebagai sebuah knowledge based
dan ANAO telah mengembangkan sebuah
sistem transfer of knowledge yang efisien
dan efektif diantara para auditornya.
Dengan demikian auditor ANAO terus
bisa mengakumulasi pengetahuan yang
telah terspesialisasi tersebut dengan
dukungan database yang kuat.
agar pelaksanaan pemeriksaan kinerja
lebih terkelola dengan baik dan program
pemeriksaan sesuai dengan perencanaan
strategis atau prioritas pembangunan
nasional.
kinerja, serta mutakhir. Manual tersebut
telah mencakup isu-isu penting, termasuk
perencanaan strategis dengan memasuk-
kan aspek-aspek project management
dan quality assurance.
50
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 43-65
3. Memperbaiki perencanaan dan manajemen kerja yang profesional
Kondisi di BPK: Kondisi di ANAO:
ANAO telah memiliki perencanaan
strategis pemeriksaan kinerja yang
kemudian diterjemahkan dalam
perencanaan jangka pendek (audit work
program dan audit work plan) yang
disusun dengan melibatkan para auditor
senior yang berpengalaman di bidangnya.
Perencanaan tersebut juga merefleksikan
sumber daya/kemampuan yang dimiliki,
tentang berapa lama waktu pemeriksaan
dan berapa banyak biaya yang
dibutuhkan. Selain itu, ANAO telah
mengembangkan kemampuan project
management yang melekat pada
perencanaan mereka, sehingga proses
pemeriksaan kinerja mereka dapat
dilaksanakan dengan hasil yang
berkualitas dan selesai tepat waktu.
Peran manajer senior dan pemimpin tim
senior telah mampu memberikan
coaching kepada auditor atau staf junior
mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan pemeriksaan. Selain itu,
perencanaan strategis ini benar-benar
dijadikan acuan dalam pengambilan
keputusan dan pelaksanaan pemeriksaan
serta monev secara berkala.
Perencanaan dan manajemen pemeriksaan
kinerja di BPK saat ini masih kurang
terkoordinasi dengan baik (Litbang, 2014).
Hal ini disebabkan karena;
(1) tidak meratanya komitmen para
anggota BPK atas pemeriksaan
kinerja;
(2) fokus pemeriksaan kinerja hanya
dialokasikan pada semester dua,
d i m a n a d i l a k u k a n s e t e l a h
pemeriksaan keuangan yang bersifat
mandatory;
(3) program pemeriksaan dibuat oleh
masing-masing satuan kerja,
Auditorat Keuangan Negara (AKN),
sehingga (pada saat artikel ini ditulis)
belum dilakukan melalui rencana
stategis BPK secara komprehensif dan
sinergis. Hal ini mengakibatkan
tujuan pemeriksaan kiner ja
diindikasikan menjadi terbatas serta
belum mampu melihat akar
permasalahan serta masih lemahnya
kesimpulan yang dihasilkan;
(4) keterbatasan anggaran dan sumber
daya manusia, baik dalam aspek
kuantitas maupun kualitas, mengaki-
batkan belum optimalnya kualitas
pemeriksaan kinerja. Saat ini,
perencanaan dan penganggaran
pemeriksaan kinerja belum dilakukan
berdasarkan basis keperluan serta
tujuan, dan tidak memiliki fleksibili-
tas yang memungkinkan pelaksanaan
pemeriksaan kinerja secara optimal.
51
PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERIKSAAN KINERJA DI BPK DAN ANAO, SEBUAH KAJIAN ...
Nico Andrianto
4. Mengembangkan Quality Assurance Pemeriksaan Kinerja
Kondisi di BPK: Kondisi di ANAO:
ANAO telah mendefinisikan dan
menetapkan standar serta prosedur
quality assurance pemeriksaan kinerja
yang memastikan standar terbaik
dilaksanakan di lapangan. Quality
Assurance on Performance Audit (QAPA)
di ANAO telah terintegrasi dalam audit
manual mereka dan telah masuk dalam
aplikasi sistem informasi
terkomputerisasi yang memudahkan
proses pemeriksaan serta pelaksanaan
pemeriksaan kinerja yang berkualitas
terlaksana. Sistem tersebut juga
memastikan resiko pemeriksaan dibagi
kepada berbagai tingkatan peran
yang bertanggungjawab atas proses
pemeriksaan.
Pada saat ini pedoman quality assurance
pemeriksaan kinerja masih dalam proses
legislasi di internal BPK. Selama ini BPK
telah memiliki Petunjuk Pelaksanaan
Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu,
tetapi Juklak ini tidak dikhususkan bagi
pemeriksaan kinerja. Penjaminan kualitas
pemeriksaan yang dilakukan di BPK
merupakan reviu yang dilakukan pada
waktu pemeriksaan (hot review) sebagai
bagian dari quality control dalam tim.
Proses ini dilakukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
secara berjenjang oleh masing-masing
ketua tim, pengendali teknis/mutu dan
penanggung jawab. Reviu juga dilakukan
setelah pemeriksaan (cold review) yang
dilakukan oleh internal control BPK.
Kelemahan yang ditemui dalam proses
reviu diantaranya adalah pelaksanaan hot
review seringkali tidak dilaksanakan
dengan baik yang tercermin dari minimnya
dokumentasi atas reviu ini. Faktor pemicu
permasalahan ini diantaranya karena
supervisor kurang memiliki pengetahuan
yang memadai atas pemeriksaan kinerja
dan peran dalam tim pemeriksaan.
52
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 43-65
5. Menyusun strategi pendidikan dan pelatihan di BPK
Kondisi di BPK: Kondisi di ANAO:
ANAO berpendirian bahwa pelatihan
pemeriksaan kinerja yang paling optimal
adalah melalui on the job training
(Holbert, 2014). Namun demikian,
pelatihan berkualitas sebagai cara
untuk memperkenalkan metodologi
pemeriksaan kinerja tetap dilakukan di
ANAO, khususnya bagi para auditor
pemula. Pelatihan ini dilakukan melalui
diklat formal maupun mentoring oleh
pemeriksa kinerja yang berpengalaman.
Kegiatan transfer of knowledge ini
dilakukan oleh auditor senior kepada
auditor pemula. Pelatihan tersebut bisa
dilakukan melalui e-learning, pembuatan
tutorial tematik pemeriksaan kinerja
melalui audio visual, ataupun pembuatan
jurnal ilmiah/bulletin board internal
ANAO sebagai wahana sharing
pegetahuan.
Diklat pemeriksaan kinerja yang dilakukan
BPK selama ini dikelompokkan ke dalam
diklat untuk peran anggota tim dan ketua
tim serta diklat eksekutif untuk para pejabat
eselon. Pengelompokan ini dimaksudkan
untuk membentuk keahlian pemeriksaan
kinerja sesuai dengan peran yang dimiliki
pemeriksa. Pelatihan juga diberikan untuk
topik tertentu, misalnya penetapan kriteria,
penentuan area kunci ataupun diklat
khusus untuk penulisan laporan
pemeriksaan kinerja, yang diharapkan
menjembatani gap antara teori dan praktik.
Diseminasi pengetahuan juga dilakukan
melalui sosialisasi Juklak/Juknis
pemeriksaan kinerja. Selain itu, BPK juga
merancang pelatihan berbentuk
shortcourse bagi para pemeriksa yang
disesuaikan dengan fase pemeriksaan yang
sedang dilakukan (perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan), yang diharapkan
lebih bisa membimbing, sekaligus untuk
menjaga kualitas pemeriksaan. Namun
demikian, proses knowledge management
di BPK belum memiliki bentuk yang
terstruktur dan menyeluruh untuk
memastikan terjadi akumulasi dan
penyebaran pengetahuan pemeriksaan
kinerja secara merata.
53
PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERIKSAAN KINERJA DI BPK DAN ANAO, SEBUAH KAJIAN ...
Nico Andrianto
B. Penguatan Kapasitas Organisasi
1. Menyusun perencanaan strategis
Kondisi di BPK: Kondisi di ANAO:
ANAO telah memiliki rencana strategis
pemeriksaan kinerja yang terintegrasi
dengan pengelompokan bidang-bidang
program/project dalam pemerintahan
Australia. Dalam penyusunan
perencanaannya, ANAO mampu
menyerap aspirasi stakeholder.
Penentuan tema pemeriksaan telah
mempertimbangkan kontribusi publik,
didukung database yang handal, dan
dilakukan oleh sebuah tim ahli yang
terdiri para pemeriksa kinerja senior.
ANAO mampu membuat perencanaan
yang mempertimbangkan prioritas
dengan pemahaman komprehensif atas
kinerja berbagai fungsi pemerintah
Australia. Produk perencanaan
pemeriksaan kinerja ANAO realistis,
andal, terukur dan didukung pendekatan
project management yang baik untuk
memenuhi harapan berbagai stakeholder,
baik internal maupun eksternal.
Perencanaan strategis terkait pemeriksaan
kinerja di BPK sudah pernah dilakukan
dengan diterbitkannya Keputusan BPK
nomor 6 tahun 2012 tentang Kebijakan
Pemeriksaan Tahun 2012-2015. Namun,
pemeriksa belum sepenuhnya mengikuti
dan menerapkan apa yang telah ditetapkan
dalam dokumen kebijakan pemeriksaan
tersebut. Penyusunan perencanaan strategis
yang kurang terintegrasi oleh seluruh
stakeholder internal dan eksternal
menyebabkan kurangnya rasa memiliki
para pelaksana yang bekerja berdasarkan
portofolio. Selain itu, rencana strategis
tersebut juga kurang bisa merespon
prioritas program pembangunan nasional
(RPJMN/RKP). Kebijakan Pemeriksaan
Tahun 2012-2015 ini merupakan produk
yang terpisah dari Renstra BPK. Kedua
renstra tersebut perlu disatukan agar dalam
penyusunan Rencana Kerja Tahunan dapat
benar-benar sinkron, termasuk dengan
kebijakan pemeriksaan.
54
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 43-65
2. Menguatkan Kepemimpinan/leadership dan manajemen
Kondisi di BPK: Kondisi di ANAO:
Kepemimpinan dan manager
pemeriksaan kinerja di ANAO memiliki
komitmen tinggi terhadap perumusan
dan pencapaian strategi serta memiliki
kemampuan memimpin, mengorganisasi,
memotivasi, dan mempersuasi personel
untuk mendukung perubahan ke arah
yang diharapkan. Hal ini terjadi karena
telah dilakukan pemisahan fungsi
pemeriksaan kinerja (Performance Audit
Services Group atau PASG) dengan jenis
pemeriksaan keuangan (assurance audit
service group). Struktur organisasi
ANAO dapat dilihat pada gambar 5.
Beberapa anggota BPK menunjukkan
komitmen yang tinggi atas peningkatan
pemeriksaan kinerja (Holbert, 2014).
Namun, sampai saat ini belum terdapat
champion pemeriksaan kinerja di tingkat
Badan untuk memimpin pencapaian target-
target yang telah ditetapkan (Litbang,
2014). Pada proses perencanaan
pemeriksaan juga belum diintegrasikan
pemeriksaan lintas AKN yang menjadi
prioritas Badan sehingga BPK sulit untuk
memberikan rekomendasi yang bersifat
nasional untuk meningkatkan peran BPK
dalam peningkatan ekonomi, efisiensi, nilai
keadilan dan efektifitas institusi/program/
kegiatan pemerintah. Struktur organisasi
BPK dapat dilihat pada gambar 4.
Pemeriksaan kinerja di BPK relatif baru
dikembangkan sehingga perlu dukungan
yang memungkinkannya berkembang dan
berbuah sebagaimana diamanatkan oleh
undang-undang pemeriksaan keuangan
negara. Oleh karena itu, perlu ditetapkan
champion yang akan memimpin
pencapaian target-target pemeriksaan
kinerja, memantau perkembangan,
memecahkan kebuntuan, serta menentukan
reward and punishment kepada pelaksana
di lapangan. Champion pemeriksaan
kinerja juga diharapkan memiliki perhatian
lebih untuk mengorganisasikan dan
memberikan terobosan-terobosan, misalnya
dengan membentuk unit-unit khusus di
AKN dan perwakilan yang didedikasikan
sepenuhnya untuk jenis pemeriksaan
kinerja.
55
PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERIKSAAN KINERJA DI BPK DAN ANAO, SEBUAH KAJIAN ...
Nico Andrianto
Gambar 5: Struktur organisasi ANAO
Sumber: Holbert, 2014
Auditor
General
Deputy Auditor
General
Professional Services Branch
(Quality / Standards / Research)
Assurance Audit Service Group
(mainly financial statement audit)
Performance Audit Services Group
(mainly performance audit)
Corporate Management Branch
Group 1
Group 2
Group 3
Group 1
Group 2
Group 3
Gambar 4: Struktur organisasi BPK RI
56
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 43-65
4. Mengembangkan tata kelola yang lebih baik dan pelaksanaan akuntabilitas
Kondisi di BPK: Kondisi di ANAO:
ANAO telah memisahkan struktur organisasi
antara pemeriksaan keuangan dan
pemeriksaan kinerja. Spesialisasi pemeriksa
berdampak pada lebih fokusnya perhatian
pemeriksa, lebih mudahnya mengakumulasi
pengetahuan dan pola rekruitmen pemeriksa
sesuai dengan latar belakang pendidikan yang
dibutuhkan. ANAO juga telah memitigasi
resiko pemeriksaan melalui kontrol kualitas
yang ketat dalam sebuah sistem informasi
yang mudah digunakan. Resiko pemeriksaan
yang melekat pada pemeriksa di lapangan di-
mitigasi melalui pembuatan aplikasi sistem
informasi yang memungkinkan proses
verifikasi, approval dan quality control
berjenjang dilakukan dalam cara yang simpel.
Aplikasi ini juga akan mempermudah
pemeriksa lapangan membuat kertas kerja
yang akan mendorong mereka lebih berfokus
pada kualitas pemeriksaan dan laporan akhir.
Pemeriksaan kinerja di BPK didukung oleh
unit kerja yang bertanggung jawab meneliti
pengembangan pemeriksaan kinerja di
BPK, yaitu Sub Direktorat Litbang
Pemeriksaan Kinerja. Dalam pelaksanaan
pemeriksaan kinerja, spesialisasi
pemeriksa dan pengorganisasian
pemeriksaan kinerja yang terpisah dari
jenis pemeriksaan lainnya belum terwujud.
Terkait dengan akuntabilitas, laporan
keuangan BPK diperiksa oleh KAP dan
kinerjanya di-peer review oleh SAI negara
lain.
3. Mengembangkan dan mengelola sumber daya
Kondisi di BPK: Kondisi di ANAO:
Dengan telah dipisahkannya unit khusus
pemeriksaan kinerja dalam Performance
Audit Services Group (PASG), maka ANAO
memiliki sumber daya pemeriksaan kinerja
yang memadai, baik dari segi kuantitas dan
kualitas. Selain tepat jumlah dan kualitas,
pemeriksa kinerja juga didayagunakan secara
tepat untuk mencapai target-target
pemeriksaan. Analisis SDM dibuat
berdasarkan berbagai asumsi serta proyeksi
kebutuhan pemeriksa untuk berbagai
kategori pemeriksaan kinerja yang
direncanakan.
BPK belum mempunyai human capacity
development program (HCDP) yang secara
spefisik mengatur tentang pemeriksaan
kinerja, misalnya rekruitmen atau pendidi-
kan SDM dengan berbagai level pendidikan.
Pada level pelaksana, kemampuan teknis
pemeriksaan kinerja BPK terutama Pengen-
dali Teknis dan Pengendali Mutu belum se-
penuhnya merata (Litbang, 2014). Hal ini
berpengaruh terhadap keberhasilan
coaching yang mereka lakukan dalam
konteks manajemen kinerja terhadap
pemeriksa pada level pelaksana yang lebih
rendah, dimana pemeriksaan kinerja
dilaksanakan sebagai bussiness as usual,
yang akan memengaruhi kualitas hasil akhir
pemeriksaan seperti tergambar melalui
kualitas Laporan Hasil Pemeriksaan
Kinerja.
57
PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERIKSAAN KINERJA DI BPK DAN ANAO, SEBUAH KAJIAN ...
Nico Andrianto
C. Penguatan Kapasitas dalam Berhadapan dan Berkomunikasi dengan Pemangku Kepentingan.
1. Memiliki strategi komunikasi untuk mengatur hubungan dengan legislatif.
Kondisi di BPK: Kondisi di ANAO:
ANAO telah memiliki hubungan
yang sinergis dengan parlemen
dalam mengawasi kinerja
pemerintah, khususnya melalui
jenis pemeriksaan kinerja. ANAO
memiliki mekanisme untuk
menangkap keinginan parlemen
dalam konteks program/kegiatan
pemerintah apa yang harus
diprioritaskan untuk diperiksa,
karena memang berfungsi sebagai
kepanjangan tangan parlemen.
Komunikasi ini bisa dilakukan
melalui rapat dengar pendapat,
atau tabling atas audit report
ANAO di parlemen. Hubungan
yang baik ini menyebabkan
parlemen menjalankan fungsinya
secara optimal, khususnya untuk
mendorong tindak lanjut temuan
dan rekomendasi pemeriksaan
ANAO oleh auditee.
Posisi BPK dalam struktur pemerintah berbeda
dengan ANAO. BPK merupakan lembaga inde-
penden dan bukan bagian dari Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR). Meskipun kuantitas dan kualitas
hubungan dengan parlemen belum terukur, be-
berapa anggota BPK memiliki latar belakang
pernah menjadi anggota DPR, sehingga memiliki
potensi untuk menjadi champion dalam mem-
bangun komunikasi yang baik dengan DPR.
Komunikasi yang paling penting dengan DPR ada-
lah terkait penentuan prioritas tema pemeriksaan
kinerja dan tindak lanjut atas rekomendasi BPK
oleh entitas. Tanpa mengorbankan indepen-
densinya, BPK harus mendengarkan dan me-
nyerap aspirasi parlemen yang memiliki konstitu-
en dan banyak berhubungan dengan masyarakat
tentang tema pemeriksaan kinerja apa saja yang
harus diprioritaskan. DPR melalui fungsi
pengawasannya seharusnya mampu memaksa en-
titas menindaklanjuti rekomendasi yang diberikan
oleh BPK. BPK perlu meningkatkan hubungan
dengan parlemen, khususnya pasca dibubarkann-
ya Badan Akuntabilitas Keuangan negara (BAKN)
di DPR yang selama ini berfungsi sebagai penyam-
bung komunikasi dengan BPK.
58
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 43-65
2. Memiliki strategi komunikasi untuk mengatur hubungan dengan eksekutif.
Kondisi di BPK: Kondisi di ANAO:
ANAO selama ini telah memiliki
pola komunikasi yang baik dengan
auditee, misalnya melalui rilis audit
report di website resmi mereka. Di
ANAO auditee banyak
diikutsertakan dalam proses
penentuan obyek pemeriksaan,
pemilihan area kunci dan
penetapan kriteria. Proses
pemeriksaan kinerja adalah sebuah
upaya untuk memperbaiki kinerja
entitas, sehingga masukan dari
enitas sangatlah berharga. Dengan
keikutsertaan auditee dalam
segenap fase pemeriksaan kinerja,
mereka menjadi lebih aktif
memberikan data/informasi yang
diperlukan serta menindaklanjuti
rekomendasi yang diberikan oleh
ANAO.
Komunikasi secara tertulis antara pemeriksa BPK
dengan auditee/entitas selama ini sudah dil-
akukan dengan cukup baik. Dalam konteks
pemeriksaan kinerja, komunikasi dilakukan dalam
bentuk kesepahaman kriteria pemeriksaan kiner-
ja. Namun demikian, pemeriksa masih perlu
meningkatkan kemampuan komunikasi lisannya
untuk menjelaskan tentang hakikat dan urgensi
pemeriksaan kinerja serta manfaatnya bagi entitas
(Ditama Revbang, 2013).
Strategi komunikasi yang baik akan mendorong
auditee dengan sukarela membuka data/informasi
yang akan memberi manfaat berupa saran perbai-
kan yang tepat atas kelemahan yang ada. Misal-
nya, terkait komunikasi awal pada saat entry
meeting, pada umumnya tim pemeriksaan kinerja
tidak menyampaikan tentang pentingnya
pemeriksaan kinerja, mengapa dilakukan, apa
tujuannya, manfaat apa yang dapat diperoleh oleh
entitas, dan bagaimana akan dilakukan. Hal ini
menyebabkan entitas tidak dapat membedakan
semua pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK dan
cenderung menutup diri karena takut akan dinilai
sebagai melakukan fraud/korupsi. Padahal,
hakikat pemeriksaan kinerja adalah untuk mem-
bantu entitas memperbaiki kinerjanya melalui
penghilangan akar permasalahan atau kelemahan
sistem yang ada. Selain itu, komunikasi yang baik
ini juga bermanfaat terutama dalam hal peman-
tauan kewajiban entitas untuk menindaklanjuti
rekomendasi yang diberikan oleh BPK
59
PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERIKSAAN KINERJA DI BPK DAN ANAO, SEBUAH KAJIAN ...
Nico Andrianto
3. Memiliki strategi komunikasi untuk mengatur hubungan dengan lembaga pemeriksa/pengawas.
Kondisi di BPK: Kondisi di ANAO:
Di tingkat Pemerintahan Federal Australia
tidak terdapat lembaga pengawasan
internal yang tumpang-tindih dengan fungsi
serta kewenangan ANAO. Oleh karena itu,
pemeriksaan kinerja pemerintah federal
hanya dilakukan oleh ANAO (Holbert,
2014). Namun demikian, terdapat
kelemahan dari pemerintahan Australia
yang berbentuk federal yang menyebabkan
terdapatnya auditor general di setiap
negara bagian. Akibatnya, kewenangan
ANAO hanya menyangkut program/
kegiatan yang dibiayai oleh pemerintah
federal, sementara yang dibiayai oleh
pemerintah negara bagian tidak bisa
mereka periksa. Jika kegiatan/program
yang ada merupakan program nasional dan
lintas negara bagian, maka terdapat potensi
ANAO tidak bisa berperan untuk
memeriksanya.
Sejauh ini komunikasi dengan lembaga
pengawasan internal membantu BPK da-
lam pelaksanaan pemeriksaan kinerja,
terutama dalam hal data awal pemerik-
saan dan pemantauan pelaksanaan tindak
lanjut atas rekomendasi yang diberikan
oleh BPK. Namun demikian, keberadaan
lembaga pengawasan internal yang ber-
lapis-lapis (selain BPKP juga terdapat In-
spektorat Kementerian/Lembaga, Pemda
yang sering tumpang-tindih fungsi) mem-
buat komunikasi BPK dengan mereka ku-
rang efisien dan seringkali menyebabkan
terjadinya tumpang tindih pelaksanaan
pemeriksaan.
4. Memiliki strategi komunikasi untuk mengatur hubungan dengan lembaga pemeriksa/pengawas.
Kondisi di BPK: Kondisi di ANAO:
Ketersediaan bantuan terutama dana dari
lembaga donor akan membantu mem-
biayai pengembangan kapasitas pemerik-
saan kinerja di BPK. Tidak dipungkiri
bahwa lembaga donor kadang menye-
diakan bantuan pelatihan, tetapi tidak
serta-merta sesuai dengan kebutuhan
BPK. Dengan demikian, kebutuhan pelati-
han yang bersifat tailor made harus
dirancang untuk merealisasikan bantuan
dari lembaga donor. Perlu penginte-
grasian jenis dan besaran bantuan yang
akan diterima dari lembaga donor dengan
rencana kerja tahunan BPK. Untuk itu,
Sebagai negara maju yang berpenghasilan
tinggi, Australia merupakan negara donor
yang banyak memberikan bantuan untuk
negara di sekitarnya. Namun demikian,
ANAO juga merupakan anggota INTOSAI
yang mengambil keuntungan melalui
manual dan kajian yang dihasilkan oleh
organisasi SAI internasional tersebut.
60
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 43-65
seharusnya terdapat kajian khusus untuk
mempersiapkan materi sekaligus proposal
kepada lembaga donor dimana BPK mem-
butuhkan pelatihan yang tepat. Kajian ter-
sebut dengan mempertimbangkan
keunggulan masing-masing negara pemberi
bantuan, dengan mempertimbangkan kon-
disi SDM dan knowledge yang telah ber-
hasil diakumulasi.
5. Memiliki strategi komunikasi untuk mengatur hubungan dengan Media dan Masyarakat.
Kondisi di BPK: Kondisi di ANAO:
ANAO telah merumuskan strategi dalam
hubungan dengan media massa dan
masyarakat. ANAO merilis audit report
pemeriksaan kinerja dalam website resmi
mereka yang memperlancar kanal
komunikasi dengan publik. Selain itu, rilis
audit report dilakukan dalam kurun waktu
tertentu, sehingga terus menarik perhatian
publik dan media. Strategi tersebut
menyangkut isu-isu yang akan selalu
update di tengah masyarakat dan akan
menjadi perhatian publik serta sorotan
media masa. Audit report yang selalu
mendapatkan sorotan media massa
meningkatkan dampak pemeriksaan, yaitu
mendorong auditee untuk menindalanjuti
rekomendasi, sekaligus membuat auditor
selalu berupaya menjaga kualitas hasil
pemeriksaannya. ANAO telah merumuskan
strategi komprehensif hubungan dengan
media dan publik, untuk menjangkau
berbagai spektrum masyarakat yang luas.
Selama ini BPK telah melakukan komu-
nikasi dengan media dan masyarakat,
khususnya melalui media elektronik (TV,
radio) dan media cetak (koran, majalah)
serta jumpa pers. Namun demikian, BPK
masih perlu meningkatkan strategi komu-
nikasi dengan media dan publik tentang
arti penting dan tujuan pemeriksaan
kinerja. Sehingga diharapkan mereka
dapat menjadi mitra utama dalam
penyebarluasan hasil pemeriksaan BPK
serta mampu menekankan pentingnya
dampak hasil pemeriksaan tersebut
sekaligus resiko jika hasil pemeriksaan
tersebut tidak ditindaklanjuti oleh entitas
dan tidak diawasi oleh parlemen. Bahkan,
BPK perlu mengoptimalkan media sosial
untuk menjangkau spektrum masyarakat
yang luas, baik dari segi umur, tingkat
pendidikan dan minat.
61
PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERIKSAAN KINERJA DI BPK DAN ANAO, SEBUAH KAJIAN ...
Nico Andrianto
6. Memiliki strategi komunikasi untuk mengatur hubungan dengan asosiasi profesional dan pemeriksa di sektor non publik.
Kondisi di BPK: Kondisi di ANAO:
Hubungan ANAO dengan berbagai asosiasi
profesi, misalnya Asosiasi Auditor
Tersertifikasi Australia dan profesi ahli
hukum, sangatlah baik. Hubungan baik
tersebut juga terbangun dengan berbagai
universitas ternama di Australia. Hubungan
baik itu diperlukan, misalnya pada saat
ANAO membutuhkan tenaga ahli untuk
mengisi keperluan keahlian tertentu dalam
proses pemeriksaan kinerja yang memang
memiliki spektrum tema yang sangat luas.
Selama ini BPK sudah melakukan komu-
nikasi dengan dunia akademis, khususnya
beberapa universitas di Indonesia dalam
bentuk ‘BPK Goes to Campus’. BPK juga
memiliki hubungan baik dengan organ-
isasi profesional audit, terutama melalui
kepengurusan yang diantaranya terdiri
dari para auditor BPK di dalamnya. Un-
tuk membangun hubungan dengan para
akademisi, BPK dapat membangun net-
work untuk jasa konsultan/tenaga ahli
dalam pemeriksaan kinerja atau training
untuk memperkaya metode analisa
pemeriksa BPK. Hal ini sangat positif dan
perlu terus dikembangkan, dengan tidak
hanya melibatkan dunia kampus, tetapi
juga organisasi profesi, lembaga pembuat
standar, dan lembaga konsultan.
BPK diharapkan bisa mengikutsertakan
berbagai stakeholder dalam proses
pemeriksaan (participatory audit). Oleh
karena itu, protokol untuk mengantisipasi
proses tersebut harus dipersiapkan untuk
menjaga kualitas pemeriksaan dan menja-
ga integritas pemeriksa dari luar BPK.
Perlu dirintis implementasi pemeriksaan
keuangan oleh Kantor Akuntan Publik,
sehingga SDM BPK yang terbatas bisa
lebih diarahkan untuk melaksanakan jenis
pemeriksaan kinerja. Keikutsertaan
berbagai stakeholder dalam pemeriksaan
kinerja juga akan menambah “mata-
telinga” BPK di lapangan, sekaligus men-
jadikan proses pemeriksaan kinerja men-
jadi lebih dalam.
62
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 43-65
KESIMPULAN
P engembangan kapasitas pemeriksaan
kinerja di BPK dan ANAO memiliki
perbedaan dan persamaan dalam capaian.
Namun demikian, berdasarkan kriteria yang
dihasilkan oleh INTOSAI, ANAO lebih maju
dalam pengakumulasian kapasitas
pemeriksaan kinerjanya. Hal ini wajar,
karena selain merupakan sebuah negara
maju, Australia memiliki pengalaman yang
lebih panjang dalam pelaksanaan
pemeriksaan kinerja. Pengungkapan
kelemahan-kelemahan yang masih ada dalam
pelaksanaan pemeriksaan kinerja di BPK
bukan berarti mengurangi arti penting dan
peran besar pemeriksaan kinerja yang telah
dilakukan selama ini, tetapi lebih sebagai
upaya untuk memacu BPK untuk mencapai
kualitas pemeriksaan kinerja yang unggul
sesuai dengan standar internasional. Dari
hasil kajian di atas diketahui bahwa
permasalahan signifikan yang ditemukan
dalam pengembangan kapasitas pemeriksaan
kinerja di BPK disebabkan belum terpisahnya
organisasi pelaksana pemeriksaan kinerja
dari jenis pemeriksaan lainnya dan belum
terspesialisasinya pemeriksa kinerja BPK.
Hal ini menyebabkan tidak fokusnya
perencanaan pemeriksaan, lemahnya
pengakumulasian pengetahuan, serta
berakibat pada kurang optimalnya kualitas
pelaksanaan serta hasil pemeriksaan kinerja.
SARAN
P enulis menyarankan agar BPK
memisahkan secara organisasi antara
pemeriksaan kinerja dengan jenis
pemeriksaan lainnya (pemeriksaan keuangan
dan PDTT). Spesialisasi pemeriksaan kinerja
secara organisasi dan pemeriksa akan
berdampak pada rekrutmen pegawai dengan
latar belakang pendidikan yang sesuai, lebih
fokus dalam perencanaan dan pelaksanaan
pemeriksaan kinerja, sehingga diharapkan
memberikan dampak yang lebih berkualitas
pada hasil pemeriksaan kinerja. Sementara
itu, pilihan apakah mengembangkan unit-
unit khusus pemeriksaan kinerja di setiap
AKN/perwakilan, pembentukan unit khusus
pemeriksaan kinerja, ataupun memisahkan
organisasi pemeriksaan memiliki
konsekuensi, insentif/disinsentif bagi para
pemeriksa kinerja yang harus didesain secara
matang yang berada diluar bahasan dalam
kajian ini.
Selain itu, untuk mewujudkan kondisi ideal,
perlu didorong roadmap strategi
pengembangan kapasitas pemeriksaan
kinerja di BPK. Roadmap tersebut dibangun
berdasarkan hasil analisa atas kekuatan,
kelemahan, kesenjangan, dan kendala-
kendala yang dihadapi aktivitas pemeriksaan
kinerja sampai dengan saat ini (Renstra 2011
-2015) untuk diproyeksikan pada aktivitas
BPK ke depan (Renstra 2016-2020).
INTOSAI telah merancang sebuah pedekatan
pengembangan kapasitas pemeriksaan, yang
juga diadopsi dalam kajian ini, yang
menekankan pada upaya memperkuat
kapasitas profesional, kapasitas organisasi,
dan kapasitas komunikasi dengan lingkungan
eksternal.
Alasan-alasan apa yang ada dibalik
rencana strategi pengembangan kapasitas
63
PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERIKSAAN KINERJA DI BPK DAN ANAO, SEBUAH KAJIAN ...
Nico Andrianto
pemeriksaan kinerja di BPK dan perubahan-
perubahan apa yang diharapkan akan terjadi
beserta implikasinya harus dipahami. Oleh
karena itu, dalam pengembangan strategi
pemeriksaan kinerja ini, BPK perlu
menyiapkan project management, change
management, dengan memerhatikan risk
management serta mengakumulasi setiap
perolehan pengetahuan baru melalui
knowledge management yang dilengkapi
dengan communication strategy yang jitu
untuk berinteraksi dengan seluruh
stakeholder. Secara lengkap model yang
ditawarkan tersebut dapat dilihat dalam
gambar 6.
Dengan upaya komprehensif yang
memerhatikan seluruh aspek yang terlibat
serta mitigasi atas resiko-resiko yang ada,
proses transformasi pengembangan kapasitas
pemeriksaan kinerja di BPK diharapkan akan
memberikan keberhasilan yang lebih nyata
dan terukur.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih kepada Tim Litbang
Pemeriksaan Kinerja, Dr. Paul Nicoll dan Bob
Holbert dari Australian National Audit
Office, serta B. Dwita Pradana, Yudi
Ramdhan dan Dwi Sabardiana dari BPK atas
kesempatan berdiskusi dan berbagi
pengetahuan tentang pengembangan
kapasitas pemeriksaan kinerja di kedua SAI
yang menjadi objek kajian ini. Tak lupa
Gambar 6: Roadmap Pengembangan Kapasitas Pemeriksaan Kinerja di BPK RI
Sumber: BPK, 2014
64
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 43-65
penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada Drs. Mahmud Thoha, MA., dan
Katubi M. Hum dari LIPI atas bimbingan
yang diberikan dalam proses pembuatan
artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Developing measurable objectives
in performance auditing (value for
money auditing, A paper prepared for
the SADCOPAC Conference (Draft
August 2012).
Australian National Audit Office. (2011).
Performance Audit Manual, Canberra,
Australia.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. (2007). Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara,
Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. (2008). Panduan
Manajemen Pemeriksaan, Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. (2011). Petunjuk
Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja,
Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. (2011). Petunjuk Teknis
Penentuan Area Kunci Pemeriksaan
Kinerja, Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. (2011). Petunjuk Teknis
Penetapan Kriteria Pemeriksaan
Kinerja, Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. (2013). Tujuh Tahun
Kerjasama BPK RI dan ANAO,
Pengembangan Pemeriksaan
Keuangan Negara, Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. Ditama Revbang. (2013).
Laporan Survey: Manfaat Pemeriksaan
Kinerja dan Harapan Stakeholder
terhadap Pemeriksaan Kinerja,
Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. Direktorat Litbang. (2014).
Laporan Kajian Capacity Building
Need Assessment Pemeriksaan Kinerja
di BPK, Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. (2014). Organisasi dan Tata
Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa
Keuangan, Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. (2014). Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Lima Tahun (IHPL)
Semester II/2009-Semester I/2014,
Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. (2014). Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester II Tahun 2014,
Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. (2015). Petunjuk Teknis
Penulisan Laporan Hasil Pemeriksaan
Kinerja, Jakarta (proses legislasi).
Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. (2015). Petunjuk Teknis
Pemerolehan Keyakinan Mutu atas
Pemeriksaan Kinerja, Jakarta (proses
legislasi).
Cornelia, D. (2012). Great Britain and
Germany Supreme Audit Institutions,
Christian University “Dimitrie
Cantemir” Bucharest.
Daujotaite, D., & Macerinskiene, I. (2008).
Development of Performance Audit in
Public Sector, '5th International
Scientific Conference, Business and
Management’ 2008, Lithuania.
Holbert, B. (2014). Review of BPK’s
Performance Audit Methodology,
BPK / ANAO Government
65
PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERIKSAAN KINERJA DI BPK DAN ANAO, SEBUAH KAJIAN ...
Nico Andrianto
Partnerships Fund.
Holbert, B. (2014). Audit Kinerja – Technical
Assistance in BPK RI Perwakilan
Provinsi Bengkulu, 27 – 28 November
2014, BPK / ANAO Government
Partnerships Fund (slide
presentation).
International Organization of Supreme Audit
Institutions (INTOSAI). (2007).
Building Capacity of Supreme Audit
Institutions: A Guide.
International Organization of Supreme Audit
Institutions (INTOSAI). ISSAI 3100
Performance Audit Guidelines – Key
Principles.
Nicoll, P. (2014). Better Government and
Performance Audit in Indonesia
(Book Draft).
Nikodem, A. (2004). Constitutional
Regulation of Supreme Audit
Institutions in Central Europe in a
Comparative Perspective, Managerial
Law, 46(6).
Rai. (2008), Audit Kinerja pada Sektor
Publik: Konsep, Praktik, dan Studi
Kasus, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
Tudor, A. T. (2007), Performance Audit in
Public Sector Entities: A New
Challenge for Eastern European
Countries, Transylvanian Review of
Administrative Sciences, 3(19), 126-
141.