PENGEMBANGAN KAMPUNG WARNA WARNI JODIPAN, KOTA …
Transcript of PENGEMBANGAN KAMPUNG WARNA WARNI JODIPAN, KOTA …
SCENARIO PLANNING
PENGEMBANGAN KAMPUNG WARNA WARNI
JODIPAN, KOTA MALANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana
Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
SHOOFIA AYU AZIIZAH
NIM. 145030100111008
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2018
ii
MOTTO HIDUP
Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada
kemudahan. Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada
kemudahan (Q.S. Al-Insyirah 5-6)
iii
iv
v
vi
RINGKASAN
Aziizah, Shoofia Ayu. 2018. Scenario Planning Pengembangan Kampung
Warna Warni Jodipan, Kota Malang. Dosen Pembimbing : Oscar Radyan
Danar, S. AP, M. AP, Ph. D
Keunikan Kampung Warna Warni Jodipan telah menarik minat wisatawan
untuk mengunjunginya. Hal tersebut membuat Pemerintah Kota Malang
meresmikannya sebagai salah satu kampung wisata di Kota Malang. Tetapi
adanya bencana banjir yang mengintai kawasan tersebut serta keberadaan
Kampung Warna Warni di atas tanah illegal, membuatnya termasuk dalam
permukiman yang akan di pindahkan secara bertahap oleh pemerintah.
Permasalahan tersebut membuat Kampung Warna Warni memiliki tingkat
ketidakpastian yang tinggi dalam pengembangannya, sehingga pendekatan
Scenario Planning menjadi relevan untuk digunakan dalam penelitian ini.
Scenario Planning adalah bagian dari perencanaan strategis yang berkaitan
dengan alat dan teknologi untuk mengelola ketidakpastian masa depan.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif. Data dalam penelitian
ini diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi di lapangan.
Sedangkan analisis data pada penelitian ini menggunakan metode dalam scenario
planning yaitu TAID (Tracking, Analysing, Imaging, Deciding).
Pada analisis kondisi pengembangan Kampung Warna Warni ditemukan
bahwa adanya perubahan menuju ke arah yang lebih baik pada aspek lingkungan,
sosial dan ekonomi yang dirasakan masyarakat akibat pengembangan Kampung
Warna Warni. Pada analisis keberlanjutan, diawali dengan tahap tracking untuk
menentukan focal concern yaitu Kebijakan dan Modal (modal manusia dan modal
finansial). Kemudian pada tahap analyzing dilakukan analisis terhadap focal
concern dan menghasilkan 4 (empat) skenario yaitu : (1) Scenario I (Kebijakan
Mendukung, Modal Mendukung), (2) Scenario II (Kebijakan Mendukung, Modal
Tidak Mendukung), (3) Scenario III (Kebijakan Tidak Mendukung, Modal
Mendukung), (4) Scenario IV (Kebijakan Tidak Mendukung, Modal Tidak
Mendukung). Sedangkan pada tahap imaging ditentukan visi yang ingin dicapai
pada masing masing scenario. Setelah menentukan visi, maka berlanjut pada
tahap deciding untuk memutuskan strategi pada masing-masing scenario tersebut,
yaitu : (1) Pada scenario I, peneliti merekomendasikan strategi Pembangunan
Berkelanjutan. (2) Pada scenario II, peneliti merekomendasikan strategi
Pemberdayaan Masyarakat. (3) Pada scenario III, peneliti merekomendasikan
strategi Relokasi Berbasis Masyarakat. (4) Pada scenario IV, peneliti
merekomendasikan strategi Revitalisasi dan Relokasi.
Kata Kunci : Scenario Planning, Kampung Wisata, Kampung Warna Warni,
Metode TAID, WUS Analysis.
vii
SUMMARY
Aziizah, Shoofia Ayu. 2018. Scenario Planning Development of Kampung
Warna Warni Jodipan, Malang City. Supervisor: Oscar Radyan Danar, S. AP,
M. AP, Ph. D
The uniqueness of Kampung Warna Warni has to interest tourists for visit
it. That is make the Malang City Government to inaugurate this village to be one
of tourism village in Malang City. But the flood disaster and the existence of
Kampung Warna Warni on illegal land, make this village included in the
settlements that will be moved gradually by the government. These problems
make this village have a high degree of uncertainty in development, so Scenario
Planning approach becomes relevant for used in this research. Scenario Planning
is part of strategic planning related to tools and technology to manage future
uncertainty.
This research is descriptive-qualitative research. The data in this research
is obtained through observation, interview, and documentation in the field. While
data analysis in this research use method in scenario planning that is TAID
(Tracking, Analyzing, Imaging, Deciding).
In the analysis of the development conditions of Kampung Warna Warni
found that there is a change towards a better direction on the environmental, social
and economic aspects that people perceive due to the development of Kampung
Warna Warni. In the analysis of sustainability, begins with the tracking stage to
determine the focal concern of the Policy and Capital (human capital and financial
capital). Then, at the analyzing stage, an analysis of focal concerns and four
scenarios are: (1) Scenario I (Support Policy, Supporting Capital), (2) Scenario II
(Supporting Policy, Unsupporting Capital), (3) Scenario III (Policy Not
Supporting, Supporting Capital), (4) Scenario IV (Policy Not Supporting, Capital
Not Supporting). While at the imaging stage determined the vision to be achieved
in each scenario. After determining the vision, it continues at the deciding stage to
decide the strategy in each scenario, namely: (1) In scenario I, the researcher
recommends the strategy of Sustainable Development. (2) In scenario II, the
researcher recommends Community Empowerment strategy. (3) In scenario III,
researchers recommend a Community Based Relocation strategy. (4) In scenario
IV, the researcher recommends Relocation and Revitalization strategy.
Keywords: Scenario Planning, Tourism Village, Kampung Warna Warni, TAID
Method, WUS Analysis.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan banyak kemudahan dan kelancaran
kepada penulis selama proses penyusunan skripsi, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Scenario Planning Pengembangan
Kampung Warna Warni Jodipan, Kota Malang”. Tidak lupa shalawat dan
salam kita curahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam,
manusia mulia yang merupakan idola dan suri tauladan bagi kita yang selalu kita
nantikan syafa’atnya di akhirat kelak.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Penulisan skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa adanya doa, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Keluargaku tersayang (Bapak Hari, Ibu Indah, Mas Andi, Mbak Ria).
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku dekan Fakultas Ilmu
Administrasi, Bapak Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA, Ph.D selaku Ketua
Jurusan Administrasi Publik, Bapak Dr. Fadillah Amin, M. AP, Ph. D selaku
Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik serta seluruh staf Fakultas Ilmu
Administrasi Publik Universitas Brawijaya.
ix
3. Bapak Oscar Radyan Danar, S. AP., M. AP., Ph. D selaku dosen pembimbing
penulis yang selalu sabar membimbing penulis dalam penyusunan skripsi.
4. Teman-teman di Fakultas Ilmu Administrasi yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu yang telah memberikan semangat, doa serta motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bagi semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam penyusunan
skripsi ini.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membantu.
Malang, 30 Mei 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
MOTTO ......................................................................................................... ii
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................ iii
TANDA PENGESAHAN ............................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................................ v
RINGKASAN................................................................................................. vi
SUMMARY.................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 13
E. Sistematika Pembahasan ........................................................................... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 16
A. Administrasi Publik .................................................................................. 16
B. Administrasi Pembangunan dan Perencanaan Pembangunan ..................... 18
C. Perencanaan Skenario (Scenario Planning)............................................... 21
D. Pariwisata ................................................................................................ 30
E. Kampung Wisata ...................................................................................... 31
F. Hubungan Administrasi Publik, Administrasi Pembangunan,
Perencanaan Pembangunan, Perencanaan Skenario (Scenario Planning) .. 32
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 35
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 35
B. Fokus Penelitian ....................................................................................... 36
C. Lokasi dan Situs Penelitian ....................................................................... 37
D. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 38
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 40
F. Instrumen Penelitian ................................................................................. 41
G. Analisis Data ............................................................................................ 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 47
A. Gambaran Umum Penelitian ..................................................................... 47
1. Gambaran Umum Kota Malang ............................................................ 47
a. Kondisi Geografis .......................................................................... 47
xi
b. Kondisi Demografis ....................................................................... 49
c. Kondisi Permukiman Kumuh ......................................................... 52
2. Organisasi Perangkat Daerah Kota Malang........................................... 54
a. Profil Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang ................... 54
1. Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang ................ 54
2. Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang ............... 54
3. Tugas Pokok ............................................................................. 54
4. Fungsi....................................................................................... 55
b. Profil Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan
Kota Malang ................................................................................... 56
1. Visi Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Kota
Malang ............................................................................... 56
2. Misi Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Kota
Malang ............................................................................... 56
3. Tugas Pokok ....................................................................... 56
4. Fungsi ................................................................................. 57
c. Sekertaris Daerah Kota Malang (Bagian Sumber Daya Alam dan
Pengembangan Infrastruktur) ......................................................... 57
1. Visi Bagian Sumber Daya Alam dan Pengembangan
Infrastruktur ....................................................................... 58
2. Misi Bagian Sumber Daya Alam dan Pengembangan
Infrastruktur ........................................................................ 58
3. Tugas Pokok ....................................................................... 58
4. Fungsi ................................................................................ 58
3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 59
a. Kondisi Geografis Kelurahan Jodipan............................................. 59
b. Kondisi Penduduk Kelurahan Jodipan ............................................ 61
c. Kondisi Sosial ............................................................................... 62
d. Kondisi Ekonomi............................................................................ 63
B. Penyajian Data ........................................................................................... 64
1. Kondisi Pengembangan Kampung Warna Warni Ditinjau Dari Aspek
Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi ........................................................ 64
a. Aspek Lingkungan ......................................................................... 65
b. Aspek Sosial ................................................................................... 74
c. Aspek Ekonomi .............................................................................. 78
2. Analisis Terhadap Keberlanjutan Kampung Warna Warni Jodipan, Kota
Malang Dengan Pendekatan Scenario Planning .................................... 83
a. Tracking (Pelacakan) ...................................................................... 84
b. Analysing (Analisis) ...................................................................... 98
c. Imaging (Penggambaran) ................................................................ 99
d. Deciding (Memutuskan) ................................................................ 99
C. Pembahasan ............................................................................................... 100
1. Kondisi Pengembangan Kampung Warna Warni Ditinjau Dari Aspek
Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi ........................................................ 100
a. Aspek Lingkungan ......................................................................... 100
b. Aspek Sosial ................................................................................... 103
xii
c. Aspek Ekonomi .............................................................................. 105
2. Analisis Terhadap Keberlanjutan Kampung Warna Warni Jodipan, Kota
Malang Dengan Pendekatan Scenario Planning .................................... 106
a. Tracking (Pelacakan) .................................................................... 106
b. Analysing (Analisis) ...................................................................... 117
1. Scenario I ................................................................................. 117
2. Scenario II ................................................................................ 120
3. Scenario III............................................................................... 123
4. Scenario IV .............................................................................. 125
c. Imaging (Penggambaran) .............................................................. 128
d. Deciding (Memutuskan) ............................................................... 131
1. Scenario I Kebijakan Mendukung, Modal Mendukung ............. 131
2. Scenario II Kebijakan Mendukung, Modal Tidak Mendukung
................................................................................................. 132
3. Scenario III Kebijakan Tidak Mendukung, Modal Mendukung .. 133
4. Scenario IV Kebijakan Tidak Mendukung, Modal Tidak
Mendukung ................................................................................ 134
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 135
A. Kesimpulan .............................................................................................. 135
B. Saran.......................................................................................................... 140
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 142
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Prioritas Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Tahun 2015............ 3
Tabel 2. Permukiman Kumuh Kota Malang .......................................................... 5
Tabel 3. Jumlah Wisatawan Domestik dan Mancanegara di Kota Malang
Tahun 2015-2016 .................................................................................... 6
Tabel 4. Perbedaan antara Scenario Planning, Visi, dan Forecasting .................... 22
Tabel 5. Data Informan .......................................................................................... 39
Tabel 6. Luas Wilayah Kecamatan, Jumlah Kelurahan dan Jumlah RW dan
RT Se-Kota Malang Kondisi Tahun 2013 ................................................ 49
Tabel 7. Permukiman Kumuh Kota Malang .......................................................... 53
Tabel 8. Batas-Batas Kelurahan Jodipan ............................................................... 59
Tabel 9. Data Pembagian Wilayah Pemerintahan Kelurahan Jodipan .................... 61
Tabel 10. Data Kepadatan Penduduk Kelurahan Jodipan ....................................... 61
Tabel 11.Kondisi Perekonomian Kelurahan Jodipan Dilihat dari Pekerjaan
Kepala Keluarga .................................................................................... 63
Tabel 12. Kondisi Kesehatan Masyarakat Kelurahan Jodipan ................................. 69
Tabel 13.Kondisi Perekonomian Kelurahan Jodipan Dilihat Dari Pekerjaan
Kepala Keluarga .................................................................................... 79
Tabel 14. SWOT .................................................................................................... 106
Tabel 15. Scenario I: Kebijakan Mendukung, Modal Mendukung .......................... 118
Tabel 16. Scenario II: Kebijakan Mendukung, Modal Tidak Mendukung ............... 120
Tabel 17. Scenario III: Kebijakan Tidak Mendukung, Modal Mendukung ............. 123
Tabel 18. Scenario IV: Kebijakan Tidak Mendukung, Modal Tidak
Mendukung .......................................................................................... 126
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Overview Of TAIDA Process................................................................ 25
Gambar 2. The relation between scenarios and certain trends compared with a
play in the theatre ............................................................................... 28
Gambar 3. Scenario cross that constitutes four different scenarios based on two
uncertainties ....................................................................................... 38
Gambar 4. Peta Kota Malang ................................................................................ 48
Gambar 5. Peta Kelurahan Jodipan........................................................................ 60
Gambar 6. Kampung Jodipan Sebelum Menjadi Kampung Warna Warni .............. 65
Gambar 7. MCK Kampung Jodipan Sebelum Menjadi Kampung Warna Warni .... 68
Gambar 8. Kampung Warna Warni ...................................................................... 70
Gambar 9. Fasilitas MCK Sekarang Di Kampung Warna Warni ........................... 72
Gambar 10. Lingkungan Kampung Warna Warni ................................................... 73
Gambar 11. Perpustakaan Mini Di Kampung Warna Warni ................................... 73
Gambar 12. Warung Milik Masyarakat Di Kampung Warna Warni ........................ 81
Gambar 13. Warung Milik Masyarakat Di Kampung Warna Warni ........................ 81
Gambar 14. Penjaga Tiket Di Kampung Warna Warni ........................................... 82
Gambar 15. Matrix Logika Skenario .................................................................... 117
Gambar 16. Distribusi Strategi Pada Masing-Masing Skenario Pengembangan
Kampung Warna Warni....................................................................... 131
xv
DAFTAR SINGKATAN
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
BABs : Buang Air Besar Sembarangan
BARENLITBANG : Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan
CSR : Corporate Sosial Responsibility
DAS : Daerah Aliran Sungai
DB : Demam Berdarah
Guys Pro : Guys Of Public Relation
Ha : Hektar Area
IAA : Indonesia Attractivness Award
IKM : Indeks Kepuasan Masyarakat
INDANA : Inti Daya Guna Aneka Warna
Kel. : Kelurahan
KemenPUPR : Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
KK : Kepala Keluarga
KU-APBD : Kebijakan Umum- Anggaran Pendapatan da Belanja Daerah
KUD : Koperasi Unit Desa
L : Laki- Laki
LAKIP : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
LAN : Lembaga Administrasi Negara
Marcom : Marketing Communication
MBR : Masyarakat Berpenghasilan Rendah
MCK : Mandi Cuci Kakus
MOU : Memorandum Of Understanding
xvi
P : Perempuan
PAD : Pendapatan Asli Daerah
POKDARWIS : Kelompok Sadar Wisata
PNS : Pegawai Negeri Sipil
PPAS : Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
PT : Perseroan Terbatas
RKPD : Rencana Kerja Pembangunan Daerah
RP2KPKP : Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJPD : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
SDA : Sumber Daya Alam
SDM : Sumber Daya Manusia
SO : Strengths Opportunities
SOP : Standar Operasional dan Prosedur
SPM : Standar Pelayanan Minimal
SPP : Standar Pelayanan Publik
ST : Strengths Threats
TAIDA : Tracking, Analysing, Imaging, Deciding, Acting
TBC : Tubercolosis
Tbk : Terbuka
UMM : Universitas Muhammadiyah Malang
UPT : Unit Pengendali Teknis
xvii
WO : Weaknesses Opportunities
WNA : Warga Negara Asing
WNI : Warga Negara Indonesia
WT : Weaknesses Threats
WUS : Why, Utilize, Should
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah suatu negara dengan jumlah penduduk yang tinggi dengan
sebaran penduduk yang tidak merata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(2017:83) pada tahun 2016 jumlah penduduk mencapai 258.705,0 juta jiwa.
Sedangkan menurut data KemenPUPR (2015:35) sebaran penduduk Indonesia
menurut pulau besar tahun 2013 adalah : Jawa (57,06%), Sumatera (21,52%),
Sulawesi (7,32%), Kalimantan (5,93%), Bali dan Nusa Tenggara (5,51%), dan
Maluku dan Papua (2,65%).
Implikasi dari tingginya jumlah penduduk adalah kebutuhan perumahan yang
cukup tinggi, khususnya pada daerah perkotaan. Tingginya jumlah penduduk di
daerah perkotaan salah satunya dipengaruhi oleh tingkat urbanisasi. Tingginya
arus urbanisasi akibat menumpuknya sumber mata pencaharian di kawasan
perkotaan menjadi magnet yang cukup kuat bagi masyarakat perdesaan, terutama
golongan MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) untuk bekerja di kawasan
perkotaan dan tinggal di lahan lahan ilegal yang mendekati pusat kota, hingga
akhirnya menciptakan lingkungan permukiman kumuh (RP2KPKP, 2016:1).
Permukiman kumuh menurut Undang Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, adalah permukiman yang tidak layak huni
karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.
2
Tingginya jumlah penduduk ditambah dengan sebaran penduduk yang tidak
merata dan cenderung terpusat di perkotaan, tentu saja tidak seimbang dengan
jumlah ruang di perkotaan. Sehingga masyarakat yang memiliki keterbatasan
dalam ekonomi, tak jarang lebih memilih mendirikan permukiman secara ilegal.
Permukiman ilegal Inilah yang menyebabkan munculnya permukiman kumuh.
Permukiman ilegal yang tidak mendapat tanggapan serius dari pemerintah
semakin lama akan semakin bertambah jumlahnya serta berkembang secara tidak
teratur yang kemudian akan menjadi kumuh dan tentunya menyebabkan
penurunan kualitas hidup (Budihardjo, 2005 dalam Meiske, 2016:1).
Disampaikan oleh Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Dwityo Akoro Soeranto,
di kantor PU, Kamis (1/10/2015) bahwa permukiman kumuh di Indonesia saat ini
telah mencapai 38.000 hektar di perkotaan atau setara 10% dari total kawasan
pemukiman. Jumlah permukiman kumuh yang tinggi membuat pemerintahan
Presiden Joko Widodo menargetkan pada 2019 Indonesia terbebas dari
permukiman kumuh (Pratama, 2015). Banyaknya jumlah permukiman kumuh
tidak sejalan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Pasal 28H ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Masyarakat yang tinggal
di permukiman kumuh dalam hal ini masih belum terpenuhi hak nya untuk
mendapatkan tempat tinggal, lingkungan hidup yang baik dan sehat dari
3
pemerintah sebagai yang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar
masyarakatnya.
Menurut KemenPUPR (2015:169) di tahun 2015, terdapat 56 kabupaten/kota
yang menjadi program prioritas penanganan kawasan permukiman kumuh.
Kabupaten/kota yang termasuk dalam prioritas penanganan kawasan permukiman
kumuh antara lain:
Tabel 1. Prioritas Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Tahun 2015
No. PROVINSI KABUPATEN/KOTA
1. Aceh Kota Banda Aceh
2. Aceh Kota Langsa
3. Aceh Kota Lhokseumawe
4. Sumatera Utara Kota Medan
5. Sumatera Barat Kota Padang
6. Sumatera Barat Kota Payakumbuh
7. Sumatera Barat Solok
8. Riau Kota Pekanbaru
9. Jambi Kota Sungai Penuh
10. Sumatera Selatan Kota Lubuklinggau
11. Bengkulu Kota Bengkulu
12. Lampung Kota Bandar Lampung
13. Kepulauan Bangka Belitung Kota Pangkal Pinang
14. Kepulauan Riau Kota Batam
15. Jawa Barat Kota Bandung
16. Jawa Barat Kota Bogor
17. Jawa Barat Kota Sukabumi
18. Jawa Tengah Banyumas
19. Jawa Tengah Kendal
20. Jawa Tengah Kota Pekalongan
21. Jawa Tengah Kota Surakarta
22. Jawa Tengah Semarang
23. Jawa Tengah Sukoharjo
24. Jawa Tengah Grobogan
25. DI Yogyakarta Kota Yogyakarta
26. Jawa Timur Kota Malang
27. Jawa Timur Kota Pasuruan
28. Jawa Timur Kota Probolinggo
29. Jawa Timur Sidoarjo
30. Banten Kota Serang
4
31. Bali Kota Denpasar
32. Bali Tabanan
33. Nusa Tenggara Barat Kota Mataram
34. Nusa Tenggara Barat Lombok Tengah
35. Nusa Tenggara Timur Belu
36. Nusa Tenggara Timur Kota Kupang
37. Kalimantan Barat Kota Pontianak
38. Kalimantan Tengah Sukamara
39. Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin
40. Kalimantan Timur Kota Bontang
41. Sulawesi Utara Kota Bitung
42. Sulawesi Tengah Kota Palu
43. Sulawesi Tengah Parigi Moutong
44. Sulawesi Selatan Kota Makassar
45. Sulawesi Selatan Kota Pare-Pare
46. Sulawesi Selatan Takalar
47. Sulawesi Tenggara Kota Bau-Bau
48. Sulawesi Tenggara Kota Kendari
49. Sulawesi Tenggara Wakatobi
50. Gorontalo Kota Gorontalo
51. Gorontalo Pohuwato
52. Sulawesi Barat Mamuju
53. Maluku Utara Kota Ternate
54. Papua Barat Manokwari
55. Papua Barat Sorong
56. Papua Kota Jayapura
Sumber : KemenPUPR, 2015
Berdasarkan tabel tersebut, Kota Malang termasuk dalam prioritas
penanganan kawasan permukiman kumuh. Tidak hanya masuk sebagai menjadi
program prioritas penanganan kawasan permukiman kumuh, disampaikan oleh
Wakil Wali Kota Malang Sutiaji usai Kegiatan Kolaborasi Program Kota Tanpa
Kumuh di RT 01 RW 06 Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru
Kota Malang, Senin (9/1/2017) bahwa Kota Malang ternyata merupakan kota
dengan jumlah kelurahan kumuh terbanyak di Jawa Timur. Berdasarkan hal
tersebut, tentu saja pemerintah Kota Malang harus bekerja lebih keras dalam
mengentaskan permukiman kumuh menjadi lebih baik (Wahyunik, 2017).
5
Adapun kelurahan yang termasuk dalam daftar permukiman kumuh di Kota
Malang adalah:
Tabel 2. Permukiman Kumuh Kota Malang
No Kecamatan Kelurahan
1. Kec. Klojen Kel. Kasin
Kel Sukoharjo
Kel.Kidul Dalem
Kel. Kauman
Kel.Oro-Oro Dowo
Kel. Samaan
Kel. Bareng
Kel. Penanggungan
Kel.Gadingkasri
2. Kec. Sukun Kel. Sukun
Kel. Ciptomulyo
Kel.Tanjungrejo
Kel. Bandulan
3. Kec. Kedungkandang Kel. Mergosono
Kel. Kotalama
4. Kel. Lowokwaru Kel.Lowokwaru
Kel. Sumbersari
5. Kec. Blimbing Kel. Polehan
Kel. Jodipan
Sumber: RPJMD Kota Malang, 2013
Salah satu upaya mengatasi permukiman kumuh adalah dengan
mengembangkan daerah yang sebelumnya kumuh menjadi destinasi pariwisata.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan di dukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Daerah permukiman kumuh yang kemudian dijadikan sebagai destinasi
pariwisata lebih dikenal dengan nama kampung wisata. Menurut Lane
(Setyaningsih, et al., 2015) kampung wisata merupakan serangkaian kegiatan
6
pariwisata yang bertempat di kawasan kampung. Menjadikan daerah kumuh
sebagai kampung wisata, tentu saja pemerintah dan masyarakat mendapat dua
keuntungan sekaligus, yakni berkurangnya daerah kumuh dan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi di Kota Malang. Mengingat jumlah wisatawan yang cukup
tinggi, kampung wisata kemudian menjadi pilihan bagi pemerintah Kota Malang
dalam mengurangi permukiman kumuh.
Tabel 3. Jumlah Wisatawan Domestik dan Mancanegara Di Kota
Malang Tahun 2015-2016
No.
Bulan
2015 2016
Wisatawan
Domestik
Wisatawan
Mancanegara
Wisatawan
Domestik
Wisatawan
Mancanegara
1. Januari 282.715 725 267.696 763
2. Februari 185.504 718 246.255 764
3. Maret 202.342 524 248.123 754
4. April 194.389 498 257.305 727
5. Mei 203.710 481 243.187 688
6. Juni 247.410 654 320.867 693
7. Juli 271.825 706 385.763 759
8. Agustus 235.388 650 353.288 704
9. September 231.498 681 379.339 807
10. Oktober 253.906 674 383.522 881
11. November 310.383 769 406.619 950
12. Desember 757.652 1.674 495.110 1.045
Jumlah 3.376.722 8.754 3.987.074 9.535
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Malang (2017), pada tahun
2015 jumlah wisatawan mancanegara mencapai 8.754 orang, sedangkan
wisatawan domestik mencapai 3.376.722 orang. Pada tahun 2016 jumlah
wisatawan mancanegara mencapai 9.535 orang dan wisatawan domestik mencapai
3.987.074 orang. Data tersebut menunjukan bahwa wisatawan domestik maupun
mancanegara semakin meningkat setiap tahunnya. Tentu ini dapat menjadi
motivasi bagi Pemerintah Kota Malang untuk semakin mengembangkan potensi
pariwisata di daerahnya, termasuk potensi kampung wisata. Selain itu atas inovasi
7
dalam mengembangkan permukiman kumuh menjadi kampung wisata,
Pemerintah Kota Malang telah mendapat penghargaan dalam ajang Indonesia
Attractivness Award (IAA) yang digelar PT. Tempo Inti Media Tbk yang bekerja
sama dengan Frontier Consulting Group di Hotel Westin, Jakarta, Jumat malam
(29/09/2017). Kota Malang berhasil meraih dua penghargaan bergengsi sekaligus,
yakni sebagai “Kota Potensial Wisata” dan “Kota Terbaik” versi IAA.
Penghargaan yang dirah Kota Malang ini diterima langsung oleh Wali Kota
Malang H. Moch. Anton (Bidang Informasi Publik, 2017).
Pengembangan kampung wisata di daerah permukiman kumuh salah satunya
berada di Kampung Warna Warni Jodipan. Sebelumnya kampung wisata ini
adalah salah satu daerah permukiman kumuh yang ada di Kota Malang.
Munculnya Kampung Warna Warni berawal dari inisiasi beberapa mahasiswa
Universitas Muhamadiyah Malang (UMM) yang tergabung dalam tim Guyspro,
seperti disampaikan Nabila (22th) yang merupakan ketua tim Guyspro :
“Berawal dari sebuah tugas praktikum Public Relation 2 “Manajemen
Event”, dimana kami (tim Guys Pro) harus mencari real client. Real client
inilah yang kedepannya harus berkenan di analisis kegiatannya, diobservasi,
sehingga kita temukan permasalahannya, dan kita sebagai praktisi Public
Relation-nya mempunyai jawaban untuk permasalahan tersebut.
Alhamdulilah Guyspro mendapatkan client PT. INDANA, perusahaan asli
Malang dengan cat Decofresh yang bergerak di bidang painting dan coating.
Setelah bertemu dengan pihak Marketing Communication-nya, ternyata
pihak perusahaan menginginkan adanya CSR. Dan kamipun menganalisis
bahwasanya CSR PT.INDANA pun cenderung hanya bersifat charity, belum
menyentuh suistainability. Sehingga kami carilah target yang sesuai dengan
konsep CSR mereka, dan terpilihlah Jodipan”
Nabila menambahkan bahwa tidak ada inisiasi untuk membentuk kampung
Jodipan sebagai kampung wisata. Kampung Jodipan dipilih lantaran termasuk
salah satu kampung kumuh di Kota Malang, serta terdapat kebiasaan masyarakat
8
yang buruk yaitu membuang sampah ke sungai. Sehingga dengan adanya program
pengecatan kampung tersebut menjadi kampung warna warni, perilaku
masyarakat turut berubah mengingat telah memiliki kampung yang cantik, indah,
dan berwarna. Hasil dari program tersebut menarik perhatian masyarakat luas
yang ingin berfoto dan mengunjungi kampung tersebut. Melihat antusiasme yang
tinggi dari masyarakat luar untuk berkunjung ke permukiman tersebut, maka
masyarakat mulai membuka permukiman tersebut sebagai tempat pariwisata, hal
ini kemudian mendapat dukungan Pemerintah Kota Malang (Berdasarkan
wawancara pada tanggal 6 Oktober 2017).
Pengembangan Kampung Warna Warni Jodipan ini sayangnya menimbulkan
polemik tersendiri di Kota Malang. Pasalnya Kampung Warna Warni Jodipan
tersebut berada di sekitar bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas.
Permukiman ini tentu saja termasuk permukiman ilegal, dikarenakan telah
melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai Pasal 22
ayat (2), peraturan tersebut melarang mendirikan bangunan di daerah sempadan
sungai yang bertujuan untuk kepentingan pengendali banjir.
Selain melanggar peraturan, adanya permukiman di daerah tersebut juga
sangat berpotensi mengancam Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Hal tersebut
berdampak secara langsung terhadap penurunan kualitas sumber daya air.
Menurut Pyerwianto (Yetti, 2011:10), kawasan Sungai Brantas di Kota Malang
menunjukkan kemunduran kualitas air akibat limbah domestik mengingat
sebagian besar penduduk di pinggiran Sungai Brantas mengandalkan air sungai
9
tersebut untuk sumber kebutuhan airnya disamping adanya penurunan kualitas
lingkungan sungai itu sendiri.
Demi nama pengembangan obyek wisata terkadang suatu daerah kurang
memperhatikan kelestarian lingkungan. Pembangunan Kampung Warna Warni
Jodipan di Kota Malang secara jelas berpotensi menyebabkan degradasi
lingkungan. Ancaman bencana ekologis sebagai dampak dari pengembangan
sektor pariwisata perlu diminimalisir. Tetapi problematika dalam pengembangan
Kampung Warna Warni Jodipan cukup kompleks. Berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Malang Tahun 2010-2030 dalam Pasal 48, Kampung Wisata Warna Warni
Jodipan termasuk dalam permukiman di lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Brantas yang akan secara bertahap dipindahkan. Hal ini tidak sejalan dengan
kenyataan bahwa pembangunan di obyek wisata tersebut semakin masif dilakukan
oleh masyarakat yang mendapat persetujuan dan dukungan dari Pemerintah Kota
Malang.
Pengembangan obyek wisata di daerah Jodipan tersebut selain bertentangan
dengan peraturan, juga memiliki resiko bencana. Hal ini karena sepanjang Daerah
Aliran Sungai Brantas, merupakan salah satu daerah rawan bencana di Kota
Malang. Seperti yang disampaikan oleh Wakil Wali Kota Malang Sutiaji di Balai
Kota Malang, Kamis (27/10/2016), bahwa Pemerintah Kota Malang akan
mengkaji potensi risiko bencana di Kampung Warna Warni setelah adanya rumah
yang ambruk akibat banjir yang melanda daerah tersebut pada saat hujan (Hartik,
2016). Risiko bencana banjir di kawasan Kampung Warna Warni kenyataannya
10
masih terus menjadi ancaman yang nyata bagi masyarakat yang tinggal di daerah
tersebut. Hujan yang mengguyur pada Jumat (17/11/2017) kembali menyebabkan
banjir di Kampung Warna Warni. Air sungai yang meluap hingga berjarak 7
(tujuh) meter dari bibir sungai dan tinggi muka air yang naik hingga 2 (dua) meter
membuat masyarakat khawatir banjir akan menggenangi permukiman tersebut
(Ratri, 2017).
Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian terkait pengembangan Kampung Warna Warni. Penelitian
ini menjadi menarik untuk dilakukan karena terdapat beragam masalah yang ada
dalam pengembangan Kampung Wisata Warna Warni Jodipan. Obyek wisata
yang telah mendapat apresiasi dari berbagai pihak dan tentunya telah menjadi
salah satu destinasi wisata baru andalan Kota Malang ini sayangnya memiliki
ketidakpastian terkait keberlanjutannya sebagai permukiman ataupun sebagai
destinasi wisata. Selain itu status sebagai permukiman ilegal, yang secara jelas
telah melanggar Undang-Undang, tetapi Pemerintah justru mendukung
keberlanjutan permukiman Jodipan baik sebagai sebuah permukiman dan sebagai
kampung wisata, ditambah dengan resiko bencana yang mengintai permukiman
tersebut.
Tingkat ketidakpastian yang tinggi merupakan salah satu indikator kuat
penggunaan pendekatan scenario planning dalam sebuah penelitian. Scenario
planning adalah alat dan upaya untuk memahami masa depan, sehingga
diharapkan dapat mengurangi resiko yang dapat terjadi dari sebuah perubahan
lingkungan yang dinamis dan kompleks. Scenario planning akan melihat
11
kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Fungsi scenario
planning adalah sebagai inspirasi dalam mengembangkan pemikiran/ ide/
gagasan/ kebijakan dan sebagai penyaring (filters) atas resiko yang mungkin
terjadi. Melalui perencanaan skenario akan dapat membantu proses pembangunan
nantinya (Lindgren dan Bandhold 2003:25). Oleh karena itu, penelitian deskriptif-
kualitatif ini akan menggunakan perencanaan yang tepat untuk menggambarkan
situasi yang ada yaitu dengan pendekatan scenario planning. Penulisan scenario
berkaitan erat dengan perencanaan strategis yang akan menentukan langkah dan
pemilihan keputusan terbaik untuk menjalankan perencanaan skenario.
Scenario Planning akan mengarahkan pemerintah serta masyarakat dalam
mengembangkan Kampung Warna Warni Jodipan. Pada scenario planning
pengembangan Kampung Warna Warni Jodipan, pengerjaan scenario planning
membutuhkan metode. Metode yang digunakan dalam scenario planning pada
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Tracking (Pelacakan),
Analyzing (Menganalisis), Imaging (Penggambaran), Deciding (Memutuskan),
Acting (Bertindak) atau dikenal dengan TAIDA yakni sebagai kerangka berfikir
dalam menggambarkan kemungkinan masa depan (Lindgreen dan Bandhold,
2003:48). Tetapi dalam penelitian ini tidak berlanjut kepada tahap Acting
(Bertindak), karena keterbatasan jangkauan peneliti untuk mengambil tindakan
dan menindaklanjuti terkait pengembangan Kampung Warna Warni. Berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Scenario Planning
Pengembangan Kampung Warna Warni Jodipan, Kota Malang”
12
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang di atas, maka terdapat permasalahan
penting yang memerlukan kajian mendalam, sehingga penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi pengembangan Kampung Warna Warni Jodipan, Kota
Malang ditinjau dari aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi?
2. Bagaimana analisis terhadap keberlanjutan Kampung Warna Warni
Jodipan, Kota Malang dengan pendekatan scenario planning ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kondisi pengembangan
Kampung Warna Warni Jodipan, Kota Malang.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis terhadap keberlanjutan
Kampung Warna Warni Jodipan, Kota Malang dengan pendekatan
scenario planning.
13
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan manfaat atau kontribusi bagi
pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:
1. Pihak Akademis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan
pemikiran untuk mengetahui analisis terhadap keberlanjutan Kampung
Warna Warni Jodipan, Kota Malang.
b. Untuk menjadi bahan acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
Administrasi Publik dan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya yang terkait dengan pendekatan scenario planning dalam
pengembangan Kampung Warna Warni Jodipan, Kota Malang.
2. Pihak Praktisi
a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan mengenai pendekatan
scenario planning dalam analisis pengembangan Kampung Warna
Warni Jodipan, Kota Malang.
b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi gambaran pemerintah
dalam mengkaji mengenai pendekatan scenario planning dalam
pengembangan Kampung Warna Warni Jodipan, Kota Malang.
E. Sistematika Pembahasan
Upaya untuk memberikan kemudahan dalam memahami isi skripsi ini secara
keseluruhan dan agar terdapatnya susunan yang logis dan sistematis, maka
penulisan dalam penelitian ini mengacu pada sistematika sebagai berikut:
14
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian yaitu Scenario
Planning Pengembangan Kampung Warna Warni Jodipan, Kota Malang. Dalam
bab ini juga memaparkan rumusan masalah sebagai batasan penelitian, kemudian
penjelasan terkait tujuan penelitian, kontribusi penelitian baik secara akademis
maupun praktis, dan sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini merupakan paparan dan uraian teori sebagai landasan yang digunakan
peneliti untuk menyusun penelitian ini. Teori atau konsep yang dipaparkan dalam
bab ini juga dapat digunakan sebagai instrumen analisis data yang telah didapat
oleh peneliti di lapangan. Pada bab ini dipaparkan teori terkait administrasi
publik, administrasi pembangunan, perencanaan pembangunan, scenario
planning, dan kampung wisata. Teori- teori yang dipaparkan akan menjadi
landasan peneliti dalam menganalisis permasalahan yang diangkat pada
penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas metode penelitian apa yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini. Metode penelitian ini terdiri dari: jenis penelitian, fokus penelitian,
pemilihan lokasi dan situs penelitian beserta alasanya, jenis dan sumber data,
teknik pengumpulan data, analisis data, dan keabsahan data.
15
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Bab ini meliputi
penyajian data yang diperoleh selama penelitian dilakukan, sesuai dengan fokus
penelitian yang merupakan jawaban dari rumusan masalah, kemudian analisis
data.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
berdasarkan data yang telah dipaparkan dan analisa teoritik oleh peneliti.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Administrasi Publik
Administrasi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang telah lama dipelajari
dan telah diorganisasi menjadi sebuah rangkaian teori. Administrasi telah
dipandang sebagai ilmu, karena mempunyai sosok subject matter yang tersusun
dengan rapi dan terorganisasi dengan baik (Indradi, 2016:6). Terdapat 8 unsur
administrasi menurut The Liang Gie (Indradi, 2016:17): organisasi, manajemen,
tata hubungan komunikasi, kepegawaian, keuangan, perbekalan, tata usaha
perkantoran, dan perwakilan/hubungan masyarakat. Administrasi yang baik
seharusnya memiliki kedelapan unsur tersebut.
Administrasi lebih menekankan implikasinya terhadap pengelolaan
organisasi, yaitu bagaimana menerapkannya ke dalam pengelolaan organisasi,
khususnya pada level strategi atau penentuan arah organisasi (pemimpin atau
executive) (Kusdi, 2009:10). Prioritas administrasi adalah menciptakan tingkat
efektivitas dan efisiensi yang optimal, baik dalam melaksanakan aktivitas-
aktivitas utama dan aktivitas penunjang maupun dalam upaya pencapaian tujuan
organisasi secara keseluruhan (Zulkifli, 2005:24).
Administrasi sebagai ilmu dikenal di Indonesia setelah sekitar 11 tahun
Indonesia merdeka pasca diterbitkannya buku Woodrow Wilson “A study of
Administration”. Kemudian untuk mengembangkan dan memajukan ilmu
17
administrasi negara di Indonesia, maka pemerintah Indonesia mendirikan
Lembaga Administrasi Negara (LAN) . Perkembangan konsep Ilmu Administrasi
Negara telah mengalami pergeseran titik tekan. Pergeseran yang dimaksud adalah
makna public sebagai Negara, menjadi public sebagai masyarakat. Bukan lagi
hanya berorientasi kepada aktivitas oleh negara, tetapi menjadi oleh, untuk, dan
kepada masyarakat (Utomo, (2005:7). Menurut Gerald Caiden (Thoha, 1990:8)
bahwa disiplin administrasi negara ini pada hakekatnya adalah suatu disiplin yang
menanggapi masalah masalah pelaksanaan persoalan persoalan masyarakat
(public affairs), dan management dari usaha usaha masyarakat (public business).
Menurut Nicholas Henry (Indradi, 2010:116) :
“administrasi publik adalah suatu kombinasi yang kompleks antara teori
dan praktik, dengan tujuan mempromosikan pemahaman terhadap
pemerintah dalam hubungannya dengan masyarakat yang diperintah dan
juga mendorong kebijakan publik agar lebih responsif terhadap
kebutuhan sosial. Administrasi publik berusaha melembagakan praktek
praktek manajemen agar sesuai dengan nilai efektivitas, efisiensi dan
pemenuhan kebutuhan masyarakat secara lebih baik.”
Menurut R.C. Chandler dan J.C Plano (Indradi, 2016:105) administrasi
publik adalah proses di mana sumber daya dan personel publik diorganisir dan
dikoordinasikan untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola
(manage) keputusan-keputusan dalam kebijakan publik.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka administrasi publik, menurut penulis
adalah merupakan kerja sama yang dilakukan oleh sekelompok manusia dengan
memprioritaskan proses yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan publik
secara keseluruhan.
18
B. Administrasi Pembangunan dan Perencanaan Pembangunan
Menurut Tjokroamidjojo (1995:10) administrasi pembangunan adalah suatu
pendekatan, atau pemikiran baru pada ilmu administrasi negara. Sedangkan
menurut Riggs (1986:75) adalah berbagai usaha yang diorganisasikan untuk
melaksanakan program-program atau proyek-proyek terkait guna mencapai
sasaran pembangunan. Dalam arti lain, administrasi pembangunan bukan hanya
usaha pemerintah dalam melaksanakan program terencana untuk mebentuk
lingkungan fisik saja, tetapi juga memuat perjuangan dalam meningkatkan
kemampuan melaksanakan berbagai program (Riggs,1986:77). Dapat disimpulkan
bahwa definisi dari administrasi pembangunan adalah upaya yang terorganisir dari
sekumpulan manusia untuk mencapai sasaran pembangunan.
Kemudian terdapat ciri-ciri dalam administrasi pembangunan. Pertama,
orientasinya kepada usaha-usaha ke arah perubahan-perubahan keadaan yang
dianggap lebih baik. Orientasi terhadap perubahan juga berarti bahwa administrasi
pembangunan berorientasi pada kegiatan-kegiatan nyata dan pencapaian tujuan.
Kedua, pendekatan administrasi pembangunan adalah bahwa perbaikan dan
penyempurnaan administrasi dikaitkan dengan aspek perkembangan di bidang-
bidang lain seperti ekonomi, sosial, politik, dan lain-lain (Tjokroamidjodjo,
1985:11).
Dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan tentu saja membutuhkan
sebuah perencanaan yang baik. Perencanaan dilakukan agar pelaksanaan kegiatan
dalam mencapai tujuan dapat lebih teratur. Perencanaan menurut Siagian (1994:
108) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penetuan
19
secara matang dari pada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan dalam
Tjokroamidjodjo (1995:12) perencanaan dalam arti seluas luasnya adalah proses
mempersiapkan secara sistematis suatu kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Menurut Ginandjar Kartasasmita (Puguh, 2016: 17) pembangunan adalah
suatu proses perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan
secara terencana. Sedangkan pembangunan sendiri merupakan konsep yang saling
terkait diantara stakeholder yang ada di dalamnya untuk membentuk kebijakan
pembangunan strategis, sehingga tercipta kemakmuran yang berkeadilan (Faqih,
2014:30). Definisi tersebut menunjukkan bahwa dalam sebuah pembangunan
berkaitan erat dengan adanya perencanaan.
Sedangkan perencanaan pembangunan menurut Albert Waterston
(Tjokroamidjodjo, 1995:12) menyebutkan bahwa melihat kedepan dengan
mengambil pilihan berbagai alternatif dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa
depan tersebut dengan terus mengikuti agar supaya pelaksanaannya tidak
menyimpang dari tujuan. Sedangkan menurut Tjokroamidjojo (1995:12)
perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber- sumber
pembangunan (termasuk sumber- sumber ekonomi) yang terbatas adanya, untuk
mencapai tujuan- tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih
efisien dan efektif.
Sebuah perencanaan belum tentu merupakan suatu perencanaan
pembangunan. Agar dapat disebut perencanaan pembangunan, harus terdapat ciri-
20
ciri tertentu serta tujuan yang bersifat pembangunan. Tjokroamidjojo (1995: 49)
menyebutkan ciri- ciri suatu perencanaan pembangunan, antara lain:
a. Usaha dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial
ekonomi yang tetap. Hal ini dicerminkan dalam usaha peningkatan
produksi nasional.
b. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan
per kapita. Ciri ini merupakan kelanjutan dari ciri pertama.
c. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi.
d. Dalam perencanaan pembangunan adalah perluasan kesempatan kerja.
e. Terdapat usaha pemerataan pembangunan.
f. Terdapat usaha pembinaan lembaga- lembaga ekonomi masyarakat yang
lebih menunjang kegiatan- kegiatan pembangunan.
g. Terdapat usaha sedemikian rupa supaya kemampuan membangun secara
bertahap lebih di dasarkan kepada kemampuan nasional.
h. Terdapat usaha secara terus menerus menjaga stabilitas ekonomi.
Ciri perencanaan pembangunan diatas menunjukkan adanya peranan
pemerintah sebagai pendorong Pembangunan, terutama pada negara baru
berkembang. Selain ciri tersebut diatas, terdapat tahap-tahap dalam suatu proses
perencanaan pembangunan (Tjokroamidjojo, 1995:57-60), yaitu:
a. Penyusun rencana.
b. Penyusunan program rencana.
c. Tahap berikutnya dalam proses perencanaan adalah pelaksanaan rencana.
d. Tahap berikutnya adalah dilakukan pengawasan atas pelaksanaan rencana.
e. Dalam proses perencanaan perlu dilakukan pula evaluasi.
Dalam melaksanakan tahap perencanaan pembangunan, tentu harus
memperhatikan unsur- unsur pokok dalam perencanaan pembangunan. Beberapa
unsur pokok tersebut adalah (Tjokroamidjojo, 1995: 62-65):
a. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan.
b. Adanya kerangka rencana.
c. Perkiraan sumber- sumber pembangunan merupakan unsur pokok dalam
penyusunan rencana pembangunan.
d. Uraian tentang kerangka kebijaksanaan yang konsisten.
e. Program investasi.
f. Administrasi pembangunan.
21
C. Perencanaan Skenario (Scenario Planning)
Lindgreen dan Bandhold (2003:22) menjelaskan bahwa perencanaan skenario
tidak hanya tentang penulisan skenario, tetapi sesuatu yang lebih, sesuatu yang
lebih erat terkait dengan perencanaan strategis. Scenario planning adalah alat dan
upaya untuk memahami masa depan, sehingga diharapkan dapat mengurangi
resiko yang dapat terjadi dari sebuah perubahan lingkungan yang dinamis dan
kompleks. Sedangkan scenario planning menurut Mintzberg (Lindgreen dan
Bandhold, 2003: 25-26) adalah alat perencanaan strategis yang efektif untuk
perencanaan jangka menengah sampai jangka panjang pada suatu kondisi yang
tidak pasti. Scenario planning membantu kita untuk mempertajam strategi,
menyusun rencana untuk hal yang tidak terduga dan terus mencari kearah yang
benar dan pada isu yang tepat. Tetapi penulisan skenario bukan hanya instrumen
perencanaan, tapi juga merupakan alat pembelajaran yang efektif . Berfikir dalam
skenario membantu kita memahami logika perkembangan (the logic of
developments), mengklarifikasi kekuatan pendorong (clarify driving forces),
faktor kunci (key factors), pemain kunci (key players), dan potensi untuk
memberikan pengaruh. Scenario planning adalah perencanaan masa depan di era
ketika perencanaan strategis tradisional sudah usang.
Scenario planning memiliki tingkat efektivitas yang cukup tinggi dalam hal
mengidentifikasi ketidakpastian masa depan dan berguna dalam menerapkan
alternatif-alternatif rencana strategis suatu organisasi. Scenario planning tidak
hanya memberi gambaran atas apa yang diinginkan terjadi, apa yang diperkirakan
terjadi, dan apa yang mungkin terjadi namun juga apa yang tidak diinginkan
22
terjadi (Faqih, 2014:37). Menurut Lindgreen dan Bandhold (2003:21) bahwa
scenario planning bukanlah suatu ramalan atau perkiraan ( a forecasting) maupun
sebuah visi. Perbedaan antara Scenario Planning, Visi, dan Forecasting:
Tabel 4. Perbedaan antara Scenario Planning, Visi, dan Forecasting
Scenario Planning
Forecasting Visi
Possible, Plausible
futures
(Kemungkinan, masa
depan yang masuk akal)
Probable futures
(Kemungkinan masa
depan)
Desired future
(masa depan yang
diinginkan)
Uncertaintly based
(Berbasis ketidakpastian)
Based on certain
relations
(Berdasarkan hubungan
tertentu)
Value based
(Berdasarkan nilai)
Illustrate risk
(Ilustrasi terhadap resiko)
Hide risk
(Menyembunyikan
resiko)
Hide risk
(Menyembunyikan
resiko)
Qualitative or
quantitative
(Kualitatif atau
kuantitatif)
Quantitative
(Kuantitatif)
Usually Qualitative
(Biasanya Kualitatif)
Needed to know what we
decide
(Diperlukan untuk
mengetahui apa yang
akan diputuskan)
Needed to dare to
decided
(Diperlukan untuk berani
memutuskan)
Energizing
(Diperlukan untuk
menghimpun kekuatan
dalam memutuskan)
Strong on medium to
long-term perspective
and medium to high
uncertainties
(Kuat dalam perspektif
jangka panjang dan
menengah dengan
ketidakpastian yang
tinggi)
Strong on short-term
perspective and low
degree of certainty
(Kuat dalam perspektif
jangka pendek dengan
ketidakpastian yang
rendah)
Functions as triggers for
voluntary change
(Sebagai pemicu dalam
perubahan fungsi secara
sukarela)
Sumber : Lindgreen, M dan H, Bandhold, 2003:24
Berdasarkan tabel tersebut, dapat kita lihat perbedaan antara skenario, visi,
dan peramalan. Konsep yang berbeda, meskipun memiliki tujuan yang sama yaitu
untuk melihat masa depan. Namun skenario melihat dan memahami sejarah
23
terlebih dahulu sebelum membuat skenario. Terdapat identifikasi sehingga dapat
mengetahui peluang, ancaman, kelebihan, dan kelemahan dari sebuah isu yang
akan di skenario-kan. Skenario dibuat berdasarkan kenyataan yang telah terjadi
dan sedang terjadi untuk menggambarkan masa yang akan datang.
Dalam penulisannya tentu saja perencanaan skenario memiliki tujuan.
Perencanaan skenario bertujuan membantu membuat gambaran yang jelas terkait
dengan masa depan yang diinginkan. Masa depan tersebut akan digambarkan
dengan melihat kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi di masa depan.
Fungsi scenario planning adalah sebagai inspirasi dalam mengembangkan
pemikiran/ ide/ gagasan/ kebijakan dan sebagai penyaring (filters) atas resiko
yang mungkin terjadi. Melalui perencanaan skenario akan dapat membantu proses
pembangunan nantinya (Lindgren dan Bandhold 2003:25).
Sedangkan manfaat perencanaan skenario menurut Shell (Ringland, 2002:4):
a. Skenario membantu kita untuk memahami hari ini lebih baik dengan
menggambarkan hari besok, meningkatkan visi secara luas dan
memungkinkan kita untuk perubahan tempat sebelumnya.
b. Berfikir masa depan dengan efektif membawa penurunan dalam
tingkat manajemen krisis dan meningkatkan kemampuan manajemen,
terutama perubahan manajemen.
c. Skenario menyediakan mekanisme yang efektif untuk menilai ada
strategi dan rencana dan pengembangan, serta menilai pilihan.
Terdapat beberapa kriteria dalam membuat skenario, menurut Lindgreen dan
Bandhold (2003:32) kriteria tersebut adalah : a) Decision-making power, b)
Plausibility, c) Alternatives, d) Consistency, e) Differentiation, f) Memorability, g)
Challange. Penjelasan dari kriteria tersebut adalah :
24
a) Kekuasaan dalam membuat keputusan (Decision making-power). Setiap
skenario yang telah ditetapkan sebelumnya, harus memberikan wawasan
yang luas untuk mempertimbangkan jawaban atas setiap permasalahan
yang timbul. Kekuasaan diperlukan untuk mempertegas, memperjelas,
dan membangun sebuah konsistensi dari jawaban semua permasalahan
dalam bentuk keputusan- keputusan. Untuk itulah, setiap organisasi
membutuhkan suatu kekuasaan yang telah dilengkapi dengan tujuan
keputusan.
b) Masuk akal (Plausibility). Skenario yang dikembangkan harus berada
dalam batas- batas kejadian yang mungkin terjadi di masa yang akan
datang dan kejadian tersebut harus bersifat realistis (diterima akal sehat
atau berlandaskan pada bukti dilapangan dan mengacu pada data data
akurat).
c) Alternatif (Alternatives). Secara umum, semua kemungkinan skenario
memiliki kesamaan, akan tetapi karena kemungkinan skenario tidak
memiliki batas waktu tertentu maka rentan terhadap ketidakpastian.
Ketidakpastian ini akan ditutupi oleh adanya set skenario ( skenario yang
telah ditetapkan sebelumnya) atau dengan kata lain dari empat
kemungkinan skenario, hanya ada satu kemungkinan skenario yang
paling realistis untuk dijadikan alternatif dalam memecahkan masalah.
d) Konsistensi (Consistency). Setiap skenario harus memiliki konsistensi
internal dalam menjalankan kemungkinan skenario yang ada. Tanpa
konsistensi internal pelakunya, maka skenario tidak akan dipercaya
publik.
e) Diferensiasi (Differentiation). Skenario harus berbeda secara struktural
atau berbeda secara kualitatif. Perbedaan ini tidak hanya pada makna dan
garis besarnya saja, namun harus mengembangkan perbedaan lainnya
diluar variasi dasar skenario.
f) Diingat (Memorability). Skenario yang baik adalah skenario yang mudah
diingat dan dibedakan. Untuk itulah, maka perlu adanya batasan terhadap
jumlah skenario yang akan diambil.
g) Menantang (Challenge). Skenario menantang kebijaksanaan organisasi
tentang masa depan, yang akan menempatkan skenario pada porsi
sebenarnya. Organisasi ditantang untuk membuat dan memberikan
kebijaksanaan yang dapat diterima dimasa depan.
Penjelasan diatas tentang penggunaan scenario planning harus memenuhi
syarat yang telah dijabarkan diatas. Tujuannya adalah agar scenario planning
yang dibuat benar benar mencakup segala aspek yang ada dan mengantisipasi
permasalahan yang dapat terjadi di masa depan.
25
1. Metode Penyusunan Perencanaan Skenario (Scenario Planning)
Lindgreen dan Bandhold (2003:48) telah memberi langkah- langkah
yang dapat dilakukan dalam menyusun skenario, yang lebih dikenal dengan
TAIDA (Tracking, Analysing, Imaging, Deciding, Acting). Berikut ini akan
dijelaskan dalam gambar tentang proses scenario planning dengan metode
TAIDA.
Gambar 1. Overview Of TAIDA Process
Sumber : Lindgreen dan Bandhold, 2003:48
Dalam Lindgreen dan Bandhold (2003: 49) menjelaskan:
1. Tracking (Pelacakan). Langkah pertama dalam proses TAIDA adalah
pelacakan. Tujuan utama langkah ini adalah untuk melacak dan
menggambarkan perubahan di dunia sekitar yang mungkin berdampak
pada pertanyaan utama. Dalam Lindgren dan Bandhold (2003: 55)
tracking adalah tahapan yang berhubungan dengan trend, drivers, dan
ketidakpastian yang perlu dipertimbangkan selama mereka mempengaruhi
masa depan (focal question). Dalam tahap ini kita harus mempelajari
sejarah atau masa lalu dari apa yang akan kita teliti dengan pendekatan
scenario planning. Karena, agar kita dapat mengetahui apa saja kelemahan
dan kekuatan yang dimiliki. Memperhatikan kemungkinan terbaik dan
terburuk yang dapat berpotensi muncul. Kita perlu mempelajari masa lalu
untuk dapat memproyeksikan masa depan. Sehingga kita dapat
mengetahui dan mempertimbangkan sebuah ketidakpastian yang terdapat
Tracking Analysing Imaging Deciding Acting
26
di dalamnya. Dalam Lindgren dan Bandhold (2003:50) terdapat cara
mengidentifikasi trend sendiri melalui beberapa metode :
a. Media Scanning
Media scanning adalah metode sederhana yang popular dalam
melihat secara berkelanjutan sebuah perubahan lingkungan dan
terkadang untuk peninjauan dan inspirasi dalam memulai sebuah
proses perencanaan skenario. Media scanning yang sederhana dapat
melengkapi dengan baik untuk menganalisis trend yang telah
diidentifikasi. Dalam penelitian ini, metode media scanning menjadi
metode pilihan dalam mengidentifikasi trend, karena metode ini lebih
mudah untuk dilakukan sendiri oleh peneliti.
b. Internet Search
Sementara pemindaian media cetak adalah cara cepat untuk
mendapatkan inspirasi dan gagasan atau gambaran umum suatu area,
pencarian di Internet biasanya merupakan cara tercepat untuk
mendapatkan verifikasi tren atau hipotesis pertama. Internet
merupakan sumber untuk melengkapi dan mengeksplorasi sebuah data
dalam penelitian kualitatif.
c. Delphi
Metode Delphi merupakan sebuah pendekatan yang bertujuan
untuk mendapatkan perkiraan masa depan secara kualitatif melalui
wawancara terstruktur dengan para ahli.
27
d. Expert Panels
Metode ini mempertemukan kumpulan para ahli dalam suatu panel
diskusi untuk membicarakan masa depan. Panel ini lebih banyak
berperan sebagai penasehat sebelum keputusan atau strategi diambil
oleh pengambil kebijakan.
e. Focus Group
Metode ini mengusung konsep diskusi dimana peserta diskusi tidak
harus seorang ahli, melainkan orang-orang yang memiliki peran
strategis serta pembahasannya lebih spesifik.
f. Web Panels and Web Polls
Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada
masyarakat umum dengan menggunakan akses internet, lebih tepatnya
pada web panels dan web polls.
g. Professional Network
Komunitas jaringan profesional berbasis internet seperti LinkedIn
atau lebih banyak jaringan khusus juga merupakan awal yang sangat
baik untuk mengambil pendapat ahli, dan dapat digunakan sebagai
basis rekrutmen untuk panel ahli.
2. Analysing (Menganalisa). Dengan pelacakan yang dilakukan, langkah
selanjutnya adalah menganalisa perubahan dan menghasilkan skenario.
Tahap analisis bertujuan untuk mengidentifikasi drivers (kekuatan utama)
serta konsekuensi dalam memahami bagaimana trend melakukan interaksi
(Lindgreen dan Bandhold, 2003:60). Tahap analysing (menganalisis)
28
THE CERTAIN
TRENDS
dilakukan dengan menganalisis konsekuensi yang dapat muncul sebagai
akibat dari adanya tantangan dan peluang. Dalam tahap ini logika skenario
dikembangkan, setelah sebelumnya mengidentifikasi masa lalu dan
kemudian mempelajari sejarahnya. Hal ini dilakukan sebagai cara untuk
meminimalisir dampak yang mungkin terjadi serta menganalisisnya.
Sehingga dapat diketahui konsekuensi apa saja yang akan dihadapi baik di
masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Dalam tahapan ini
terdapat beberapa action yang dapat dilakukan menurut Lindgrend dan
Bandhold, yaitu:
a. Analisis Interelasi Antara Trend
Untuk mendapat pemahaman yang lebih dalam tentang masa depan,
tidak cukup bila melihat trend secara terpisah. Peneliti harus menggali
lebih dalam ke dalam sistem dan memahami dampak yang ada pada
masing- masing trend sehingga memungkinkan peneliti untuk
menggambarkan masa depan (Lindgren dan Bandhold , 2003:156).
b. Membangun skenario
Gambar 2. The relation between scenarios and certain trends
compared with a play in the theatre.
Sumber : Lindgreen dan Bandhold, 2003:69
Setelah memahami interelasi trend serta sistem dari trend, maka
tahap selanjutnya adalah memulai membangun skenario. Pembangunan
SCENARIO 1
SCENARIO 2
SCENARIO 4
SCENARIO 3
29
skenario identik dengan upaya untuk merangkum gambar pasti yang
berarti berkaitan erat dengan ekspektasi pasti perencana yang ingin
dilakukan dalam pembangunan masa depan (Zulfitri, 2015:70).
c. Efektivitas Komunikasi Skenario
Tahapan terakhir berkaitan dengan kemampuan menyampaikan
skenario yang telah dibangun. Terdapat beberapa teknik penyampaian
yang direkomendasikan Lindgren dan Bandhold, yaitu melalui
penyampaian skenario yang sangat deskriptif dan tema atau judul yang
mudah diingat, melalui rentetan cerita yang baik, deskripsi naratif dan
terakhir melalui tabel deskripsi perbandingan (Lindgrend dan Bandhold,
2003: 68-70).
3. Imaging (Penggambaran). Setelah mengumpulkan wawasan tentang masa
depan yang masuk akal, sekarang saatnya untuk membuat gambar dari apa
yang diinginkan. Imaging merupakan tahap untuk membuat suatu
gambaran tentang masa depan yang diharapkan melalui suatu visi. Visi
merupakan hasil dari sebuah gagasan yang positif tentang masa depan
yang diharapkan. Dengan adanya visi, maka terdapat deskripsi yang jelas
mengenai masa depan sesuai dengan skenario yang diharapkan. Tahap
imaging juga merupakan tahap identifikasi dalam sebuah kemungkinan
dan juga dampak yang dapat terjadi ketika skenario muncul serta
membangun visi atas sesuatu yang diinginkan (vision of what desired)
(Lindgreen dan Bandhold, 2003:82).
30
4. Deciding (Memutuskan). Dalam fase proses ini, kami mengidentifikasi
area pengembangan dan strategi untuk memenuhi ancaman dan mencapai
visi dan sasaran. Deciding (memutuskan) merupakan tahap dimana segala
sesuatu diputuskan secara bersama- sama. Kesemua tahapan (tracking,
analysing, dan imaging) sebelumnya merupakan instrumen yang penting
dalam tahap ini yang dapat digunakan dalam pertimbangan perumusan
strategi. Pada dasarnya dalam tahap ini terdapat fokus dalam membahas
perumusan strategi. Atau dapat diartikan bahwa tahap deciding
berhubungan dengan identifikasi atas beberapa pilihan dan strategi
(Lindgreen dan Bandhold, 2003:88).
5. Acting (Bertindak). Pada konteks acting jarang memberikan hasil jika
dilakukan tanpa bertindak. Bertindak adalah tentang mengambil tindakan
dan menindaklanjuti (Lindgreen dan Bandhold, 2003:99).
D. Pariwisata
Menurut Kodhyat (1983: 4) dalam Primadani (2013) pariwisata
merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain yang bersifat
sementara, yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok, sebagai usaha
mencari keseimbangan dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam
dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. Sedangkan Musanef (1995: 11)
berpendapat bahwa pariwisata adalah sebagai suatu perjalanan yang
dilakukan sementara waktu, dan dilakukan dari satu tempat ke tempat lain
untuk menikmati perjalanan bertamasya dan berekreasi. Sehingga pariwisata
31
menurut peneliti adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang ke tempat lain dengan tujuan untuk berekreasi.
Terdapat 4 (empat) kriteria pariwisata menurut Yoeti (2008:8), yaitu:
1. Perjalanan dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, perjalanan
dilakukan di luar tempat kediaman di mana orang itu biasanya tinggal.
2. Tujuan perjalanan dilakukan semata-mata untuk bersenang- senang,
tanpa mencari nafkah di negara, kota atau DTW (Daerah Tujuan Wisata)
yang dikunjungi.
3. Uang yang dibelanjakan wisatawan tersebut dibawa dari negara asalnya,
dimana dia bisa tinggal atau berdiam, dan bukan diperoleh karena hasil
usaha selama dalam perjalanan wisata yang dilakukan.
4. Perjalanan dilakukan minimal 24 jam atau lebih.
E. Kampung Wisata
Kampung wisata merupakan serangkaian kegiatan pariwisata yang bertempat
di kawasan kampung (Lane, 1994 dalam Setyaningsih, et al., 2015). Kampung
wisata adalah suatu bentuk pariwisata yang bertumpu pada objek dan daya tarik
yang menyuguhkan kehidupan kampung dengan karakter keunikan khusus dalam
masyarakat setempat termasuk budayanya, yang berpeluang untuk dijadikan
komoditi bagi pengunjung atau wisatawan, dan semua hasil dari kegiatan di dalam
kampung tersebut akan dinikmati oleh masyarakat setempat secara langsung.
Peran aktif partisipasi masyarakat sangat menentukan kelangsungan di dalam
destinasi kampung wisata.
Menurut Setyaningsih, et al., (2015) kampung wisata merupakan bentuk
pariwisata yang bertumpu pada potensi kearifan lokal objek dan daya tarik dari
kehidupan kampung dengan karakter keunikan khusus masyarakat lokal (fisik dan
non fisik), yang dapat berpeluang menjadi asset komoditi bagi pengunjung atau
wisatawan untuk menikmati, dan semua yang dihasilkan oleh kegiatan kampung
32
tersebut akan bermanfaat bagi masyarakat lokal. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kampung wisata adalah sebuah kampung yang memiliki ciri khas atau
keunikan yang dijadikan objek wisata dan digerakkan oleh partisipasi aktif
masyarakatnya.
F. Hubungan Administrasi Publik, Administrasi Pembangunan dan
Perencanaan Pembangunan, dan Perencanaan Skenario (Scenario
Planning)
Berangkat dari kerja sama yang dilakukan oleh sekelompok manusia dengan
memprioritaskan proses yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan publik
secara keseluruhan. Kemudian di dorong oleh tuntutan zaman yang selalu ingin
melakukan pembangunan terhadap segala aspek yang mendukung keberlanjutan
kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik, maka diperlukan pengarahan
penggunaan sumber-sumber pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi)
yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan- tujuan keadaan sosial ekonomi
yang lebih baik secara lebih efisien dan efektif. Akan tetapi dalam mencapai
sebuah tujuan publik, tentu saja dalam prosesnya akan ada kendala dan
kemungkinan untuk gagal dalam mencapai tujuan tersebut, terutama bila tingkat
ketidakpastian sebuah tujuan publik itu cukup tinggi untuk dicapai. Sehingga
dalam mencapai tujuan publik dalam rangka melakukan pembangunan di semua
aspek yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat, diperlukan
penggambaran berbagai kemungkinan masa depan dan dengan demikian
membantu para pengambil keputusan untuk merancang strategi yang kuat untuk
33
kesejahteraan masyarakat. Dari penjelasan tersebut terdapat hubungan antara
administrasi publik- administrasi pembangunan- perencanaan pembangunan-
perencanaan skenario (scenario planning).
Teori yang diperlukan untuk mengungkap solusi terhadap permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah administrasi publik, administrasi
pembangunan, perencanaan pembangunan, perencanaan skenario (scenario
planning). Alasannya adalah dalam pengembangan kampung wisata di daerah
permukiman kumuh Jodipan tentu saja mengandung tujuan publik yang ingin
dicapai oleh pemerintah, masyarakat dan stakeholder yang terlibat. Sekumpulan
orang tersebut yang bekerja sama dalam mencapai tujuan publik merupakan ciri
dari kegiatan administrasi publik.
Tujuan publik yang hendak dicapai tersebut adalah tentang pengembangan
kampung wisata di daerah yang berlatar belakang permukiman kumuh lagi illegal,
agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Tujuan tersebut dapat
dikategorikan sebagai tujuan pembangunan. Sekelompok orang yang
berkepentingan dalam hal ini tentu bekerja sama untuk mencapai tujuan
pembangunan tersebut dengan cara yang efektif dan efisien. Upaya yang
dilakukan tentu harus terorganisir dengan baik dan mendapat pengarahan yang
baik agar tujuan pembangunan kampung wisata tersebut dapat berjalan maksimal.
Ini membuktikan bahwa terdapat ciri- ciri kegiatan administrasi pembangunan.
Selain itu apabila terdapat kegiatan administrasi pembangunan, maka terdapat
kegiatan perencanaan pembangunan. Hal ini karena administrasi pembangunan
merupakan salah satu unsur dalam perencanaan pembangunan.
34
Akan tetapi melihat latar bekang penelitian ini yang mengungkapkan bahwa
dalam pengembangan Kampung Warna-Warni Jodipan terdapat tingkat
ketidakpastian yang tinggi, oleh karena itu dibutuhkan alat dan upaya untuk
memahami masa depan, sehingga diharapkan dapat mengurangi resiko yang dapat
terjadi. Hal tersebut merupakan alasan utama penggunaan pendekatan skenario
dalam penelitian ini. Dari semua deskripsi diatas, dapat kita simpulkan bahwa
teori yang digunakan dalam penelitian ini saling berkaitan satu sama lain.
Kesemua deskripsi yang diungkapkan peneliti tersebut mengandung korelasi dari
teori administrasi publik, administrasi pembangunan, perencanaan pembangunan
dan perencanaan skenario (scenario planning).
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif-kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
menggambarkan, menganalisa dan membandingkan semua data atau keadaan
subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain lain)
sesuai dengan kenyataan yang sedang berlangsung pada saat ini dan selanjutnya
mencoba memberikan solusi dari permasalahan di dalamnya (Widi, 2010:84).
Penelitian deskriptif digunakan untuk mempelajari permasalahan dalam
masyarakat. Ciri umum metode deskriptif salah satunya dalah perhatian yang
terpusat pada masalah yang terdapat saat penelitian dilakukan.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami fenomena
dalam seting dan konteks naturalnya (bukan dalam laboratorium) dimana peneliti
tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati (Leedy & Ormrod
2005; Patton 2001; Saunders, Lewis & Thornhill 2007) dalam Sarosa (2012:7).
Sedangkan menurut Creswell (Herdiansyah, 2011:8) bahwa penelitian kualitatif
adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami
masalah masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran
menyeluruh dan kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari
36
para sumber informasi, serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya
intervensi apa pun dari peneliti.
Alasan peneliti menggunakan penelitian deskriptif-kualitatif, karena
permasalahan dan topik dalam penelitian ini yang membutuhkan eksplorasi secara
mendalam agar peneliti dapat menjelaskan dengan lebih rinci terkait fenomena
yang terjadi serta untuk kepentingan pengembangan teori yang digunakan
mengenai scenario planning pengembangan Kampung Warna Warni Jodipan.
Selain itu penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini agar dapat
mendeskripsikan keadaan subyek dan obyek berdasarkan fakta yang ada di
lapangan.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah batasan dalam melakukan penelitian yang bertujuan
agar penelitian yang ilakukan tidak melebar dari fokus yang ditentukan. Adapun
yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis kondisi pengembangan Kampung Warna Warni ditinjau dari
aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.
2. Analisis terhadap keberlanjutan Kampung Warna Warni Jodipan, Kota
Malang dengan pendekatan scenario planning.
Tahap dalam penyusunan scenario planning pengembangan Kampung Warna
Warni Jodipan di Kota Malang :
37
1. Tracking (Pelacakan). Pada tahap ini dilakukan pelacakan terhadap
sejarah dan permasalahan di Kampung Warna Warni Jodipan, Kota
Malang.
2. Analysing (Analisis). Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap focal
concern yang paling berpengaruh terhadap keberlanjutan Kampung
Warna Warni Jodipan, Kota Malang.
3. Imaging (Penggambaran). Pada tahap ini peneliti menentukan visi yang
sesuai untuk masing-masing skenario.
4. Deciding (Memutuskan). Pada tahap ini peneliti memutuskan beberapa
aktivitas yang perlu dilakukan pada masing-masing skenario.
C. Lokasi dan Situs Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Sehubungan dengan fokus penelitian, peneliti tentu saja harus
menentukan lokasi penelitian untuk dapat mencari data yang relevan sesuai
dengan fenomena yang diteliti. Berdasarkan lokasi penelitian ini, diharapkan
peneliti akan mendapatkan data dan informasi sesuai dengan tema, masalah,
dan fokus penelitian yang telah ditetapkan. Lokasi yang ditetapkan dalam
penelitian ini adalah Kota Malang tepatnya di Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Malang, Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan
Kota Malang, dan Bagian Sumber Daya Alam dan Pengembangan
Infrastruktur Kota Malang.
38
2. Situs Penelitian
Situs penelitian adalah tempat yang digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data dan informasi guna menjawab permasalahan sesuai dengan
fokus penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan Kampung Warna
Warni Jodipan sebagai situs penelitian. Hal ini di dasarkan pada
pertimbangan bahwa lokasi atau tempat memungkinkan untuk diperoleh data
atau informasi yang akurat dan relevan dengan permasalahan penelitian.
D. Jenis dan Sumber Data
Sumber data merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian. Menurut
Lofland dan Lofland (Moleong, 2012:157) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah berbentuk kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan yang meliputi dokumen, foto, dan sebagainya. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut
Sugiyono (2009:225) sumber data diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Data Primer, adalah sumber data yang langsung memberikan informasi
kepada pengumpul data. Dengan demikian, sumber data dalam penelitian
ini adalah informan, yaitu orang orang yang diamati dan memberikan
data berupa kata- kata atau tindakan yang berkaitan serta mengetahui dan
memahami permasalahan yang di teliti. Adapun sumber data informan
yang terkait dengan penelitian ini adalah:
39
Tabel 5. Data Informan
No Nama, Usia Instansi
1. Doni, 30 th Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan
Kota Malang (Staf Bidang Infrastruktur
Pengembangan Wilayah)
2. Agung Habuana, 45 th Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang
(Kepala Seksi Promosi)
3. Endang, 48 th Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang
(Kepala Seksi Destinasi Pariwisata)
4. Pandu Zanuar, 36 th Pemerintah Kota Malang (Staf Bagian Sumber Daya
Alam dan Pengembangan Infrastruktur)
5. Nabila Firdausiyah, 22 th Guys Pro (Ketua Tim)
6. Feri Fadli, 31 th PT. INDANA (Marketing Communication)
7. Soni Parin, 70 th Ketua RW 02 Kampung Jodipan
8. Novitasari Sutrisno, 26 th Masyarakat Kampung Jodipan
9. Siti Aminah, 48 th Masyarakat Kampung Jodipan
10. Maria, 30 th Masyarakat Kampung Jodipan
2. Data Sekunder, adalah sumber data yang tidak secara langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder dalam
penelitian ini adalah :
a. Data Pemerintah berupa RPJMD Kota Malang Tahun 2013-2018,
Profil Kelurahan Jodipan 2012, LAKIP Kota Malang 2015, Surat
Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang
Nomor: 64/2017 Tentang POKDARWIS.
b. Literatur, jurnal-jurnal atau tulisan sebagai pembanding dari data
yang telah diperoleh, yaitu buku-buku referensi dan media
elektronik.
40
E. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Arikunto (Gunawan, 2014:143) menyebutkan bahwa observasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis.
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan melakukan pendekatan
pada narasumber dalam penelitian serta mengunjungi dan mengamati secara
langsung kondisi Kampung Warna Warni Jodipan. Data yang diperoleh
dalam observasi ini adalah berupa catatan lapangan yang dikumpulkan
secara sistematis. Catatan lapangan menurut Bogdan dan Biklen dalam
Moleong (2013, 209) yaitu catatan tertulis tentang apa yang di dengar,
dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi
terhadap data dalam penelitian kualitatif.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif. Wawancara didefinisikan
sebagai diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu (Kahn &
Cannell 1957 dalam Sarosa, 2012: 45). Dalam penelitian ini dilakukan
wawancara dengan cara memberikan beberapa pertanyaan sesuai dengan
tema penelitian kepada narasumber yang sesuai dengan data yang diperoleh.
Wawancara pada penelitian ini menggunakan jenis wawancara
terstruktur. Menurut Guba dan Lincoln (1981) dalam Moleong (2013,190)
41
wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan.
c. Dokumentasi
Bungin (Gunawan, 2014:177) berpendapat bahwa teknik dokumentasi
adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian sosial untuk menelusuri data historis. Dokumentasi dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data berupa dokumen yang
diperlukan dalam penelitian. Dokumentasi ini berupa pengambilan foto/
gambar terkait kondisi Kampung Warna Warni.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah sarana yang digunakan untuk mengumpulkan
data penelitian. Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah:
1. Peneliti, untuk melaksanakan observasi, wawancara pada sumber data
dan obyek yang diteliti serta untuk memperoleh data dari dokumentasi.
2. Interview Guide (Daftar Pertanyaan). Dalam upaya untuk menggali
informasi yang rinci dalam kegiatan wawancara, serta agar peneliti bisa
lebih terarah dan tetap relevan terhadap masalah dalam penelitian (Lihat
Lampiran).
3. Perangkat penunjang, meliputi alat bantu berupa alat untuk mencatat dan
alat bantu lain untuk merekam.
42
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis data yang direkomendasikan oleh Lindgren dan Bandhold dalam scenario
planning. Terdapat beberapa tahapan dalam analisis yang dikemukakan oleh
Lindgren dan Bandhold, yaitu Tracking, Analysing, Imaging, Deciding, dan
Acting. Akan tetapi dalam penelitian ini tahap Acting akan dikesampingkan
karena kebutuhan penelitian ini.
Penjelasan dari masing- masing tahapan tersebut adalah :
1. Tracking
Tracking (Pelacakan) merupakan tahap pertama yang harus dilakukan
dalam metode TAIDA. Dalam Lindgren dan Bandhold (2003: 55) tracking
adalah tahapan yang berhubungan dengan trend, drivers, dan ketidakpastian
yang perlu dipertimbangkan selama mereka mempengaruhi masa depan
(focal question). Dalam tahap ini kita harus mempelajari sejarah atau masa
lalu dari apa yang akan kita teliti dengan pendekatan scenario planning.
Karena, agar kita dapat mengetahui apa saja kelemahan dan kekuatan yang
dimiliki. Memperhatikan kemungkinan terbaik dan terburuk yang dapat
berpotensi muncul. Kita perlu mempelajari masa lalu untuk dapat
memproyeksikan masa depan. Sehingga kita dapat mengetahui dan
mempertimbangkan sebuah ketidakpastian yang terdapat di dalamnya.
Dalam Lindgren dan Bandhold (2003: 50-60) terdapat beberapa metode
yang ditawarkan dalam mengidentifikasi trend, akan tetapi dalam penelitian
ini hanya menggunakan metode sebagai berikut:
43
a. Media Scanning
Media scanning adalah metode sederhana yang populer dalam
melihat secara berkelanjutan sebuah perubahan lingkungan dan
terkadang untuk peninjauan dan inspirasi dalam memulai sebuah proses
perencanaan skenario. Media scanning yang sederhana dapat
melengkapi dengan baik untuk menganalisis trend yang telah
diidentifikasi. Dalam penelitian ini, metode media scanning menjadi
metode pilihan dalam mengidentifikasi trend, karena metode ini lebih
mudah untuk dilakukan sendiri oleh peneliti.
b. Internet Search
Sementara pemindaian media cetak adalah cara cepat untuk
mendapatkan inspirasi dan gagasan atau gambaran umum suatu area,
pencarian di Internet biasanya merupakan cara tercepat untuk
mendapatkan verifikasi trend atau hipotesis pertama. Internet merupakan
sumber untuk melengkapi dan mengeksplorasi sebuah data dalam
penelitian kualitatif.
Pada tahap tracking yang dilakukan, peneliti menelusuri trend, drivers,
sejarah dan ketidakpastian dalam pengembangan Kampung Warna Warni.
Selain itu peneliti menggunakan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats) untuk melihat keberadaan faktor eksternal (ancaman
dan peluang), serta mengenali faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
yang dimiliki dalam pengembangan Kampung Warna Warni sehingga
44
peneliti dapat menentukan focal concern yang akan digunakan untuk
memproyeksikan masa depan dari pengembangan Kampung Warna Warni.
2. Analysing
Tahap analysing (menganalisis) dilakukan dengan menganalisis konsekuensi
yang dapat muncul sebagai akibat dari adanya tantangan dan peluang. Dalam
tahap ini logika skenario dikembangkan, setelah sebelumnya mengidentifikasi
masa lalu dan kemudian mempelajari sejarahnya. Hal ini dilakukan sebagai cara
untuk meminimalisir dampak yang mungkin terjadi serta menganalisisnya.
Sehingga dapat diketahui konsekuensi apa saja yang akan dihadapi baik di masa
sekarang ataupun masa yang akan datang.
Pada tahap analyzing, peneliti melakukan analisis pada focal concern yang
ditentukan dari hasil tracking sebelumnya. Pada tahap ini akan menghasilkan
perencanaan terbaik (the best planning) dan perencanaan terburuk (the worst
planning) yang di sinkronkan dengan aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi.
Kemudian akan dibuat skenario I, II, III, dan IV dan ditentukan strategi yang
digunakan untuk mengatasi permasalahan pada masing-masing skenario.
3. Imaging
Merupakan tahap untuk membuat suatu gambaran tentang masa depan yang
diharapkan melalui suatu visi. Visi merupakan hasil dari sebuah gagasan yang
positif tentang masa depan yang diharapkan. Dengan adanya visi, maka terdapat
deskripsi yang jelas mengenai masa depan sesuai dengan skenario yang
45
diharapkan. Tahap imaging juga merupakan tahap identifikasi dalam sebuah
kemungkinan dan juga dampak yang dapat terjadi ketika skenario muncul serta
membangun visi atas sesuatu yang diinginkan (vision of what desired).
Pada penelitian ini, dalam tahap imaging akan ditentukan visi yang sesuai
untuk masing-masing skenario. Peneliti menentukan visi berdasarkan
permasalahan, potensi, serta dampak yang ditimbulkan pada Kampung Warna
Warni. Kemudian ditentukan gambaran masa depan yang diinginkan terjadi pada
masa depan berupa visi dalam skenario tersebut.
4. Deciding
Selanjutnya, metode terakhir dalam penelitian ini adalah deciding
(memutuskan). Merupakan tahap dimana segala sesuatu diputuskan secara
bersama- sama. Kesemua tahapan (tracking, analysing, dan imaging) sebelumnya
merupakan instrumen yang penting dalam tahap ini yang dapat digunakan dalam
pertimbangan perumusan strategi. Pada dasarnya dalam tahap ini terdapat fokus
dalam membahas perumusan strategi. Atau dapat diartikan bahwa tahap deciding
berhubungan dengan identifikasi atas beberapa pilihan dan strategi. Dengan
menggunakan WUS Analysis dapat mengevaluasi rekomendasi strategi yang telah
dirumuskan. Analisis WUS merupakan analisis yang berhubungan dengan 3 hal :
1. Apakah berkontribusi terhadap tujuan yang ditetapkan (why) ?
2. Apakah memanfaatkan kekuatan yang ada (utilize) ?
3. Apakah cocok dengan lingkungan di masa depan (should) ?
46
Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan WUS Analysis pada bab 4,
untuk mengevaluasi rekomendasi strategi pada masing-masing skenario yang
telah dirumuskan. Kemudian akan ditentukan beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan pada strategi tersebut.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
1. Gambaran Umum Kota Malang
a. Kondisi Geografis
Secara geografis Kota Malang terletak pada posisi 112,06 - 112,07°
Bujur Timur dan 7,06° - 8,02° Lintang Selatan sehingga membentuk
wilayah dengan luas sebesar 11.006 ha atau 110,06 km2. Meskipun hanya
memiliki wilayah yang relatif kecil, namun Kota Malang merupakan kota
terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya (RPJMD Kota Malang,
2013). Kota Malang berada di tengah-tengah wilayah administrasi
Kabupaten Malang dengan wilayah batas administrasi (RPJMD Kota
Malang, 2013), sebagai berikut:
1. Sebelah Utara: Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangploso
Kabupaten Malang
2. Sebelah Timur: Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang
Kabupaten Malang
3. Sebelah Selatan: Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji
Kabupaten Malang
4. Sebelah Barat: Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau Kabupaten
Malang
48
Wilayah batas administrasi Kota Malang lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
Gambar 4. Peta Kota Malang
Sumber: RPJMD Kota Malang, 2013
Selain wilayah batas administrasi, Kota Malang yang termasuk
daerah dataran tinggi juga dikelilingi oleh beberapa gunung. Hal itu
menyebabkan Kota Malang memiliki udara yang sejuk. Gunung-gunung
yang mengelilingi Kota Malang antara lain:
1. Gunung Arjuno di sebelah Utara.
2. Gunung Semeru di sebelah Timur.
49
3. Gunung Kawi dan Panderman di sebelah Barat.
4. Gunung Kelud di sebelah Selatan.
b. Kondisi Demografis
Dalam ketetapan tentang pembagian wilayah, Kota Malang secara
administratif terbagi menjadi 5 (lima) kecamatan dengan jumlah
kelurahan sebanyak 57 (lima puluh tujuh) kelurahan. Dari 57 kelurahan
tersebut, terbagi lagi menjadi 544 Rukun Warga (RW) dan 4.071 Rukun
Tetangga (RT). Adapun rincian data kelurahan, RW dan RT pada
masing-masing kecamatan di Kota Malang sebagai berikut:
Tabel 6. Luas Wilayah Kecamatan, Jumlah Kelurahan dan
Jumlah RW dan RT Se-Kota Malang Kondisi Tahun 2013
No Kecamatan Luas
Area
(km)
%
Terhadap
Luas
Kota
Kelurahan Jumlah
RW RT
1
Blimbing
17,77
16,15
1 Balearjosari 8 43
2 Arjosari 5 34
3 Polowijen 6 38
4 Purwodadi 13 93
5 Blimbing 10 55
6 Pandanwangi 13 120
7 Purwantoro 24 155
8 Bunulrejo 21 146
9 Kesatrian 12 70
10 Polehan 7 74
11 Jodipan 8 86
Jumlah 125 914
50
No Kecamatan Luas
Area
(km)
%
Terhadap
Luas
Kota
Kelurahan Jumlah
RW RT
2
Kedungkandang
39,89
36,24
1 Kotalama 11 141
2 Mergosono 6 78
3 Bumiayu 6 56
4 Wonokoyo 5 25
5 Buring 9 38
6 Kedungkandang 7 49
7 Lesanpuro 11 92
8 Sawojajar 16 118
9 Madyopuro 15 108
10 Cemorokandang 11 57
11 Arjowinangun 9 50
12 Tlogowaru 8 37
Jumlah 114 848
3
Lowokwaru
22,6
20,53
1 Tasikmadu 6 28
2 Tunggulwulung 6 49
3 Merjosari 12 79
4 Tlogomas 9 49
5 Dinoyo 7 50
6 Sumbersari 7 40
7 Ketawanggede 5 32
8 Jatimulyo 10 74
9 Tunjungsekar 8 73
10 Mojolangu 19 112
11 Tulusrejo 16 74
12 Lowokwaru 15 104
Jumlah 120 764
51
No Kecamatan Luas
Area
(km)
%
Terhadap
Luas
Kota
Kelurahan Jumlah
RW RT
4
Klojen
8,83
8,02
1 Klojen 7 46
2 Samaan 8 58
3 Rampalcelaket 6 35
4 Kiduldalem 8 50
5 Sukoharjo 7 57
6 Kasin 11 96
7 Kauman 10 67
8 Oro-oro Dowo 10 97
9 Bareng 8 74
10 Gadingkasri 6 50
11 Penanggungan 8 45
Jumlah 89 675
5
Sukun
20,97
19,06
1 Bakalan Krajan 6 43
2 Mulyorejo 7 51
3 Karangbesuki 9 78
4 Ciptomulyo 5 62
5 Gadang 8 65
6 Kebonsari 5 41
7 Bandungrejosari 11 108
8 Sukun 9 109
9 Tanjungrejo 13 137
10 Pisangcandi 10 84
11 Bandulan 7 58
Jumlah 90 836
Kota Malang 110,06 100 57 544 4.071
Sumber : LAKIP Kota Malang, 2015
Jumlah penduduk Kota Malang pada akhir tahun 2015 berdasarkan
data penduduk yang terdaftar pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Malang sebanyak 881.794 termasuk penduduk WNA
pemegang ijin tinggal tetap. Sedangkan dalam pengukuran laporan ini
52
yang diperhitungkan adalah jumlah penduduk WNI sebanyak 881.123
jiwa, yang tersebar di 5 Kecamatan, 57 Kelurahan, 544 RW dan 4.111 RT
(LAKIP 2015).
c. Kondisi Permukiman Kumuh
Wajah suatu kota/wilayah dipengaruhi oleh kondisi penggunaan
lahan. Kota Malang yang memiliki luas wilayah 11.006 Ha, penggunaan
lahannya di dominasi oleh permukiman, dengan luas total permukiman
sebesar 4.558,44 Ha (41,41%) dari luas wilayah Kota Malang (RPJMD
Kota Malang). Sayangnya sebagian dari permukiman yang ada di Kota
Malang merupakan permukiman kumuh. Terbatasnya daya dukung
lingkungan juga memicu munculnya kawasan kumuh yang merusak
keindahan, ketertiban, mengganggu kesehatan serta rawan terjadi bencana
banjir dan kebakaran.
Penilaian dan penentuan terhadap kawasan kumuh di Kota Malang
ditentukan dari beberapa kriteria antara lain permukiman yang memiliki
legalitas resmi, sarana dan prasarana kurang lengkap/tidak memadai,
kondisi bangunan yang kurang memadai (mayoritas temporer/semi, padat
dan tidak teratur (karena pertumbuhannya tidak terencana), kesehatan
lingkungan dan sanitasi yang rendah, permukiman miskin, permukiman
kumuh ada di sekitar pusat kota, tingkat kepadatan penduduk tinggi,
tingkat pendidikan rata-rata rendah, tingkat pendapatan sebagian besar
rendah (kondisi perekonomian rata-rata rendah), tingkat pengangguran
53
tinggi dan tingkat kerawanan sosial tinggi. Dengan melihat beberapa
kriteria mengakibatkan kurang baiknya kondisi hidup masyarakat yang
bermukim didaerah tersebut, baik dari segi tampilan wilayah maupun
bagi kesehatan lingkungan. Menurut hasil perhitungan dan analisa
penentuan dan deliniasi kawasan permukiman kumuh Kota Malang, maka
lokasi kawasan kumuh di Kota Malang antara lain (RPJMD Kota Malang,
2013).
Tabel 7. Permukiman Kumuh Kota Malang
No Kecamatan Kelurahan RW Luas (Ha)
1 Kec. Klojen Kel. Kasin 2,3,4,6,7,11 48.2
Kel Sukoharjo 1,6,7 39.2
Kel.Kidul Dalem 2,3,4,5,6,7 26.02
Kel. Kauman 5 3.1
Kel.Oro-Oro Dowo 1,2,3,6 22.4
Kel. Samaan 1,2,3,5,6,8 30.4
Kel. Bareng 1,2,3,4,7,8 81.56
Kel. Penanggungan 4,5,6 52.01
Kel.Gadingkasri 1,2,3,6 42.62
2 Kec. Sukun Kel. Sukun 1,2 34.35
Kel. Ciptomulyo 1,5,14 62.6
Kel.Tanjungrejo 7 8.4
Kel. Bandulan 3,4 26.7
3 Kec. Kedungkandang Kel. Mergosono 1,3,4,5,6 47.2
Kel. Kotalama 1,3,5,7 25.7
4 Kel. Lowokwaru Kel.Lowokwaru 14 9.5
Kel. Sumbersari 5 10.2
5 Kec. Blimbing Kel. Polehan 1,4 17.5
Kel. Jodipan 6,7 4.8
Sumber: RPJMD Kota Malang Tahun, 2013
54
2. Organisasi Perangkat Daerah Kota Malang
a. Profil Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang merupakan unsur
pelaksana urusan pemerintahan di bidang kebudayaan dan bidang
parwisata. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah serta Peraturan Walikota Malang
Nomor 47 Tahun 2012 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata
Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, mempunyai tugas membantu
Walikota Malang dalam melaksanakan urusan pemerintahan di bidang
kebudayaan dan bidang pariwisata. Berdasarkan data dari Pemerintah
Kota Malang (2018), terdapat uraian visi, misi, tugas pokok, dan fungsi
dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang yaitu:
1. Visi
”Terwujudnya Kota Malang Sebagai Kota Tujuan Wisata Yang
Bermartabat”
2. Misi
Mengembangkan dan melestarikan kebudayaan, nilai sejarah,
tradisi, adat istiadat dan peninggalan purbakala sebagai media
untuk mempererat persatuan dan kesatuan, rasa cinta tanah air.
Mengembangkan, mempromosikan dan menjadikan pariwisata
kota malang menjadi destinasi pariwisata unggulan memiliki
daya jual dan daya saing yang kompetitif.
3. Tugas Pokok
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melaksanakan tugas pokok
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan daerah
di bidang kebudayaan dan pariwisata.
55
4. Fungsi
1. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
kebudayaan dan pariwisata;
2. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program di bidang
kebudayaan dan pariwisata;
3. Penetapan dan pelaksanaan kebijakan daerah pada bidang
kebudayaan, nilai tradisi, perfilman, kesenian, sejarah,
purbakala dan permuseuman;
4. Penetapan dan pelaksanaan kebijakan daerah pada bidang
kepariwisataan;
5. Pelaksanaan pengembangan dan promosi potensi wisata;
6. Pengelolaan pemanfaatan Gedung Kesenian Gajayana
Pemerintah Kota Malang;
7. Pemberian pertimbangan teknis perizinan di bidang
kebudayaan dan pariwisata;
8. Pemberian dan pencabutan perizinan di bidang kebudayaan
dan pariwisata yang menjadi kewenangannya;
9. Pelaksanaan penyidikan tindak pidana pelanggaran di bidang
kebudayaan dan pariwisata sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
10. Pelaksanaan pembelian/pengadaan atau pembangunan aset
tetap berwujud yang akan digunakan dalam rangka
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi;
11. Pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah yang
digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi;
12. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang milik daerah yang
berada dalam penguasaannya;
13. Pelaksanaan pendataan potensi retribusi daerah;
14. Pelaksanaan pemungutan penerimaan bukan pajak daerah;
15. Pengelolaan administrasi umum meliputi penyusunan
program, ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan,
kepegawaian, rumah tangga, perlengkapan, kehumasan,
kepustakaan dan kearsipan;
16. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
17. Penyusunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP)
dan Standar Operasional dan Prosedur (SOP);
18. Pelaksanaan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
dan/atau pelaksanaan pengumpulan pendapat pelanggan
secara periodik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas
layanan;
19. Pengelolaan pengaduan masyarakat di bidang kebudayaan
dan pariwisata;
20. Penyampaian data hasil pembangunan dan informasi lainnya
terkait layanan publik secara berkala melalui website
Pemerintah Daerah;
56
21. Pemberdayaan dan pembinaan jabatan fungsional;
22. Penyelenggaraan UPT dan jabatan fungsional;
23. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi; dan
24. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas pokoknya.
b. Profil Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan
(BARENLITBANG) Kota Malang
Merupakan badan yang membantu Walikota dalam menjalankan
penyelenggaraan pemerintahan di bidang perencanaan, penelitian, dan
pengembangan. Dasar hukum yang digunakan BARENLITBANG dalam
menjalankan tugasnya adalah Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7
Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah dan
Peraturan Walikota Malang Nomor 45 Tahun 2016 Tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan
Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan. Berdasarkan data dari
BARENLITBANG (2018), terdapat uraian visi, misi, tugas pokok, dan
fungsi yaitu:
1. Visi
“Terwujudnya Perencanaan Pembangunan Daerah Ynag
Berkualitas dan Handal”
2. Misi
Bertitik tolak dari visi di atas, misi BARENLITBANG Kota
Malang “Mewujudkan Perencanaan Pembangunan Daerah yang
Akuntabel, Konsisten dan Implementatif “.
3. Tugas Pokok
BARENLITBANG mempunyai tugas pelaksanaan
pemerintahan di bidang perencanaan, penelitian, dan
pengembangan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
57
4. Fungsi
1. Penyusunan perencanaan strategis dan rencana kerja
tahunan badan perencanaan, penelitian, dan pengembangan
2. Penyusunan perencanaan program dan anggaran
perencanaan pembangunan daerah, penelitian dan
pengembangan
3. Pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, penelitian,
dan pengembangan
4. Penyusunan kebijakan umum APBD (KU-APBD),
penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara
(PPAS) serta ku-perubahan APBD dan ppas-perubahan
APBD
5. Penyusunan RPJPD, RPJMD, RKPD berikut perubahannya
6. Monitoring, evaluasi, dan pengendalian perencanaan
pembangunan daerah
7. Koordinasi, sinkronisasi, pelaksanaan program, monitoring,
evaluasi, dan pelaporan di bidang perencanaan, penelitian,
dan pengembangan
8. Pengendalian pelaksanaan program di bidang perencanaan,
penelitian, dan pengembangan
9. Pengelolaan administrasi umum
10. Pemberdayaan dan pembinaan jabatan fungsional
11. Penyelenggaraan UPT
c. Sekertaris Daerah Kota Malang (Bagian Sumber Daya Alam
dan Pengembangan Infrastruktur)
Bagian Sumber Daya Alam dan Pengembangan Infrastruktur
merupakan bagian dari Pemerintah Kota Malang yang dipimpin oleh
kepala bagian yang dalam menjalankan tugas dan fungsinya
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekertaris Daerah
melalui Asisten Perekonomian. Adapun dasar hukum yang digunakan
dalam menjalankan tugasnya adalah Peraturan Walikota Malang Nomor
22 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi Serta Tata Kerja Sekertariat Daerah. Berdasarkan data dari Bagian
58
Sumber Daya Alam dan Pengembangan Infrastruktur (2018), terdapat
uraian visi, misi, tugas pokok, dan fungsi yaitu:
1. Visi
“Membangun Sumber Daya Alam dan Infrastruktur Kota Malang
Yang Maju Serta Tidak Merusak Lingkungan”.
2. Misi
Pemeliharaan Sumber Daya Alam yang tersedia
Pengembangan Sumber Daya Alam yang tersedia
Pembangunan Infrastruktur dan Fasilitas Kota Malang
3. Tugas
Bagian Sumber Daya Alam dan Pengembangan Infrastruktur
mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan, koordinasi
pelaksanaan program, pelayanan administrasi, pemantauan dan
evaluasi terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan
bidang pangan, pertanian, perikanan, lingkungan hidup, pekerjaan
umum dan penataan ruang, perumahan rakyat, dan kawasan
permukiman, pertanahan, perhubungan, komunikasi dan informatika,
statistik dan persandian.
4. Fungsi
1. Perumusan kebijakan penyelenggaraan urusan pemerintahan
bidang pangan, pertanian, perikanan, lingkungan hidup,
pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan
kawasan permukiman, pertanahan, perhubungan,
komunikasi dan informatika, statistik dan persandian.
2. Koordinasi, pembinaan dan penyusunan program kegiatan
serta petunjuk teknis pelaksanaan urusan pemerintahan
bidang pangan, pertanian, perikanan, lingkungan hidup,
pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan
kawasan permukiman, pertanahan, perhubungan,
komunikasi dan informatika, statistik dan persandian.
3. Monitoring, evaluasi dan laporan penyelenggaraan urusan
pemerintahan pangan, pertanian, perikanan, lingkungan
hidup, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan
rakyat dan kawasan permukiman, pertanahan, perhubungan,
komunikasi dan informatika, statistik dan persandian.
4. Pembinaan administrasi penyelenggaraan urusan
pemerintahan pangan, pertanian, perikanan, lingkungan
hidup, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan
rakyat dan kawasan permukiman, pertanahan, perhubungan,
komunikasi dan informatika, statistik dan persandian.
59
5. Fasilitasi perumusan kerjasama urusan pemerintahan
pangan, pertanian, perikanan, lingkungan hidup, pekerjaan
umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan
permukiman, pertanahan, perhubungan, komunikasi dan
informatika, statistik dan persandian.
6. Pengelolaan administrasi umum meliputi penyusunan
program, ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan,
perlengkapan, kepustakaan, dan kearsipan.
3. Gambaran Umum Kelurahan Jodipan
a. Kondisi Geografis Kelurahan Jodipan
Batas-batas secara administratif untuk wilayah Kelurahan Jodipan
yaitu sebagaimana pada Tabel 5:
Tabel 8. Batas-Batas Kelurahan Jodipan
No Arah Mata Angin Batas Kelurahan
1 Sebelah Utara Kelurahan Kesatrian dan Kelurahan Polehan
Kecamatan Blimbing.
2 Sebelah Selatan Kelurahan Kotalama Kecamatan Kedungkandang
3 Sebelah Barat Kelurahan Sukoharjo, Kecamtan Blimbing
4 Sebelah Timur Kelurahan Kedungkandang, Kecamatan Blimbing
Sumber : Profil Kelurahan Jodipan, 2011
Sedangkan Peta Analisis Tata Guna Lahan yang dimiliki oleh
Kelurahan Jodipan adalah sebagai berikut:
60
Gambar 5. Peta Kelurahan Jodipan
Sumber : Profil Kelurahan Jodipan, 2011
Luas wilayah Kelurahan Jodipan adalah 49,35 Ha, dengan
pembagian luas masing-masing wilayah dan administratif untuk masing-
masing RW yang teridentifikasi dalam pemerintahan Kelurahan Jodipan.
Pembagian wilayah ini berdasarkan luas wilayah dan jumlah RT yang
ada di Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing Kota Malang yang
disesuikan dengan urutan dari RW 01 sampai dengan RW 08. Adapun
pembagian wilayah di Kelurahan Jodipan seperti terlihat pada tabel 6
berikut ini:
61
Tabel 9. Data Pembagian Wilayah Pemerintahan Kelurahan Jodipan
No Rukun Warga Luas Wilayah (Ha) Jumlah RT
1 I 5,30 10
2 II 5,50 9
3 III 4,61 8
4 IV 4,90 9
5 V 6,40 10
6 VI 9,87 17
7 VII 9,29 16
8 VIII 3,48 6
TOTAL 49,35 85
Sumber : Profil Kelurahan Jodipan, 2011
b. Kondisi Penduduk Kelurahan Jodipan
Kelurahan Jodipan merupakan salah satu wilayah di Kota Malang
yang padat dengan jumlah penduduk 11.974 jiwa. Gambaran kepadatan
penduduk di Kelurahan Jodipan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 10. Data Kepadatan Penduduk Kelurahan Jodipan
No RW Luas Wilayah
(Ha)
Penduduk Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/ha) L P
1 I 5,30
921 898 1819 343,2
2 II 5,50
824 467 1291 234,7
3 III 4,61
432 439 871 188,9
4 IV 4,90
611 1194 1805 368,3
5 V 3,40
342 338 680 200
6 VI 9,87
1109 1048 2157 218,4
62
No RW Luas Wilayah
(Ha)
Penduduk Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/ha) L P
7 VII 7,29
1126 1055 2181 299,2
8 VIII 6,48
586 584 1170 180.6
TOTAL 49,35 5951 6023 11.974 242,63
Sumber : Profil Kelurahan Jodipan, 2011
c. Kondisi Sosial
Sebagian besar masyarakat di Kelurahan Jodipan adalah penduduk
asli yang sudah bermukim secara turun temurun sejak dahulu meskipun
ada beberapa wilayah yang dihuni oleh penduduk urban (pendatang yang
menjadi penduduk tetap). Dan penduduk di Kelurahan Jodipan yang
masih mempunyai nilai-nilai kultur sosial dan budaya, hal ini tergambar
dari struktur masyarakat yang masih adanya paguyuban, majelis, jama’ah
dan perkumpulan masyarakat yang bergerak dalam bidang sosial. Kondisi
sosial yang demikian tentu menujukan tingkat kepedulian dan
kebersamaan warga masih tinggi, ditengah arus globalisasi yang membuat
masyarakat cenderung individualistis.
Perkumpulan warga yang ada di Kelurahan Jodipan merupakan
bentuk partisipasi aktif dari warga untuk menjalankan perannya masing-
masing dalam kehidupan sosialnya. Potensi dan kontribusi masyarakat
dalam lembaga sosial masyarakat terhadap sistem pengambilan keputusan
dan pola pembangunan secara partisipatif di Kelurahan Jodipan selalu
dilakukan secara bermusyawarah, meskipun terkadang masih di dominasi
63
oleh tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama yang dilibatkan dalam
penyelenggaraan rapat-rapat dalam pengambilan keputusan di tingkat
Kelurahan Jodipan (Profil Kelurahan Jodipan, 2011).
d. Kondisi Ekonomi
Secara garis besar kondisi perekonomian Kelurahan Jodipan dilihat
dari tingkat produktifitas Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang mempunyai pekerjaan bermacam-macam.
Pekerjaan di masyarakat meliputi bidang perdagangan, jasa, PNS,
Pelayanan dll. Lebih jelas dan detail dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 11. Kondisi Perekonomian Kelurahan Jodipan Dilihat dari
Pekerjaan Kepala Keluarga
No RW
PEKERJAAN TINGKAT
KESEJATERAAN
PN
S
Ped
agan
g
Pel
ayan
an
Masy
ara
kat
Jasa
Peg
aw
ai
Sw
ast
a
AB
RI
dan
Pen
siu
nan
Wir
asw
ast
a
Pra
Sej
ah
tera
Sej
ah
tera
1
Sej
ah
tera
2
Sej
ah
tera
3
Sej
ah
tera
3
plu
s
1 I 13 117 2 24 103 16 135 61 51 167 135 42
2 II 11 39 2 13 71 22 41 31 19 55 11 38
3 III 3 62 1 9 61 26 41 27 43 10 143 11
4 IV 5 46 3 37 42 12 36 39 21 60 154 45
5 V 1 39 1 12 16 31 32 - 44 43 60 191
6 VI 20 265 3 28 52 25 120 67 84 90 339 17
7 VII 12 178 1 49 89 54 150 110 48 46 136 264
8 VIII 43 25 1 27 72 96 36 40 38 29 164 43
TOTAL 108 771 15 199 506 282 591 419 304 501 1225 520
Sumber: Profil Kelurahan Jodipan, 2011
64
B. Penyajian Data
Pada tahap ini, peneliti berusaha memaparkan dan menjelaskan hasil
penelitian yang telah dilakukan dengan berpedoman pada data yang dikumpulkan
selama wawancara dan pengumpulan dokumen-dokumen terkait. Pemaparan data
pada penelitian ini disesuaikan dengan fokus yang peneliti uraikan dalam metode
penelitian.
1. Kondisi Pengembangan Kampung Warna Warni Ditinjau Dari
Aspek Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi
Kampung Jodipan adalah sebuah kampung seperti pada umumnya.
Kampung ini memiliki luas 5,50 ha. Sebuah kampung yang padat dengan
permukiman penduduknya. Disebut kampung yang padat karena jumlah
penduduknya mencapai 1. 291 jiwa. Kampung yang terletak di sekitar
bantaran Sungai Brantas ini memiliki penduduk asli yang sudah bermukim
secara turun temurun sejak dahulu meskipun ada beberapa wilayah yang
dihuni oleh penduduk urban (pendatang yang menjadi penduduk tetap).
Kampung Jodipan kini lebih terkenal dengan sebutan Kampung Warna
Warni, setelah menjadi sebuah kampung wisata. Berdasarkan hasil riset
yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa kondisi pengembangan
Kampung Warna Warni memiliki pengaruh terhadap aspek sosial,
lingkungan dan ekonomi masyarakat yang menghuni kampung tersebut
yang akan dijelaskan sebagai berikut.
65
a. Aspek Lingkungan
Lingkungan diartikan sebagai benda, kondisi, keadaan dan
pengaruh yang ada di dalam ruang yang kita tempati dan
mempengaruhi hal yang hidup termasuk manusia (Salim, 1982).
Lingkungan merupakan salah satu aspek yang penting dalam
kehidupan masyarakat. Begitu juga dengan masyarakat Kampung
Jodipan yang membutuhkan lingkungan yang baik demi
keberlangsungan kehidupan mereka.
Gambar 6. Kampung Jodipan Sebelum Menjadi Kampung Warna Warni
Sumber : GuysPro, 2016
Dari gambar yang diambil oleh tim Guys Pro pada tanggal 26 April
2016, dapat kita lihat bahwa pada saat itu kondisi Kampung Jodipan
masih terlihat kumuh. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Maria (30 th)
dalam wawancara:
“kalau dulu itu ya gimana ya mbak, kotornya itu ya karena banyak
sampah di sekitar sungai. Jadi sebelumnya banyak yang buang
sampah di sungai, sekarang kan ini di buang di atas ada yang
ngambilin nanti, kalau dulu itu kotor, kumuh kan ya mbak”
66
Penyebab suatu kampung menjadi kumuh, tentu saja tidak terlepas
dari kebiasaan masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan dan
keasrian lingkungan sekitarnya. Kebiasaan membuang sampah
sembarangan nyatanya telah melekat pada sebagian masyarakat
Kampung Jodipan saat itu. Kesadaran masyarakat yang rendah dalam
menjaga kebersihan lingkungan tercermin dalam wawancara bersama
Siti Aminah (48 th):
“rumiyin2 ngge sak penak e piyambak nggeh, mboten sadarlah.
Tiang mriki katah seng mbuang sampah ning lepen, dados nggeh
kampong mriki maleh disawang nggeh kumuh mbak....(dulu dulu
ya seenaknya sendiri ya..tidak sadarlah. Orang disini banyak yang
membuang sampah di sungai, jadi ya kampong disini kalau dilihat
ya kumuh mbak).”
Serta wawancara bersama Soni Parin (70 th):
“cuma cara pembuangan sampahnya itu masih acak acak an, ya
mungkin yang sebagian yang dekat dengan jalan raya , pasukan
kuning yang lewat, yang dipinggiran kali dibuang ke kali kan
seperti itu dulu”
Selain itu terdapat kebiasaan buruk masyarakat di Kampung
Jodipan yang kerap membuang sampah secara langsung ke sungai.
Kesadaran masyarakat yang rendah akan pentingnya menjaga
lingkungan telah menjadi kebiasaan masyarakat yang sulit untuk
dihilangkan. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Novitasari (26 th):
“Masih buang sampah disungai, kadang malam hari gitu ya ada
yang buang di sungai, kadang pagi, ya gitu ya padahal udah
dibilangin udah dikasi tanda dilarang buang sampah sembarangan,
tapi ya tetep aja kebiasaannya gitu mbak”
Kebiasaan membuang sampah secara langsung di Sungai Brantas,
tentu saja akan menimbulkan pencemaran lingkungan yang semakin
67
lama akan menyebabkan degradasi lingkungan. Ketika sebuah sungai
dipenuhi oleh sampah dari masyarakat bukan tidak mungkin akan
menyebabkan banjir. Di Kampung Jodipan menurut warga sering
terjadi banjir ketika hujan deras tiba, seperti yang disampaikan Soni
Parin (70 th):
“Aaa masih sering juga, kemarin itu tanggal berapa itu ya malah
banjirnya ada ketingggian dua meter setengah di kali itu ,sudah
rusak pasangan pinggir kali ya rusak semua ya.. tapi ya rusaknya
rusak ringan ndak rusak parah”
Tak berhenti pada kebiasaan membuang sampah sembarangan,
perilaku Buang Air Besar sembarangan (BABs) ternyata juga menjadi
kebiasaan sebagian masyarakat kampung Jodipan. Seperti pernyataan
Maria (30 th):
“Kalu kebiasaan jelek yang lain ya setau saya masih ada yang
buang sampah di sungai, terus buang air besar di sungai, ya gitu itu
sih mbak. Tapi ya gimana lagi, dari dulu memang banyak yang gitu
terus mungkin yang lain ya jadi ikutan. Terus juga dulu kan
memang masih ada yang gak punya toilet sendiri, jadi ya dari pada
antri pakek toilet umum ya milih di sungai.”
Kebiasaan BABs pada sebagian masyarakat Jodipan, telah
menambah panjang penyebab Sungai Brantas mengalami degradasi
lingkungan. Kebiasaan BABs disebabkan oleh minimnya sanitasi dan
MCK akibat keterbatasan lahan yang ada di Kampung Jodipan.
68
Gambar 7. MCK Kampung Jodipan Sebelum Menjadi Kampung Warna
Warni
Sumber : GuysPro, 2016
Akibat dari kebiasaan masyarakat yang tidak baik dalam menjaga
lingkungannya, tak hanya memicu banjir saja tetapi juga dapat
menimbulkan berbagai jenis penyakit yang mengancam kesehatan
masyarakat. Untuk mengetahui lebih detail tentang kondisi Kesehatan
Masyarakat yang diakibatkan oleh buruknya sanitasi dan kebiasaan
buang sampah sembarangan dari sisi Kesehatan Masyarakat selama 5
(lima) tahun terakhir, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
69
Tabel 12. Kondisi Kesehatan Masyarakat Kelurahan Jodipan
Tahun kejadian Jenis Penyakit Wilayah RW
1 2 3 4 5 6 7 8
2007
Malaria 0 0 0 0 0 1 0 0
DB 6 7 5 7 4 8 8 9
Diare 2 0 1 1 0 10 3 0
TBC 1 1 0 1 0 4 3 0
2008
Malaria 0 0 0 0 0 1 0 0
DB 2 1 0 2 0 7 4 0
Diare 0 0 0 0 0 12 2 0
TBC 6 0 0 0 0 2 0 0
2009
Malaria 0 0 0 0 0 2 0 0
DB 0 2 1 0 0 10 2 0
Diare 0 0 0 0 0 8 1 0
TBC 0 0 0 0 0 2 0 0
2010
Malaria 0 0 0 0 0 1 0 0
DB 0 1 0 0 0 11 0 0
Diare 0 0 0 0 0 15 0 0
TBC 0 0 0 0 0 2 0 0
2011
Malaria 0 0 0 0 0 1 0 0
DB 2 0 0 0 0 11 3 0
Diare 0 0 0 0 0 10 2 0
TBC 0 0 0 0 0 2 0 0
Sumber: Profil Kelurahan Jodipan, 2011
Data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Kampung Jodipan
sering terserang penyakit yang munculnya salah satunya disebabkan
70
dari kondisi sanitasi di lingkungan tersebut dan perilaku hidup sehat
yang ada di masyarakat masih rendah. Sehingga dalam masalah
tersebut perlu adanya upaya secara massal untuk mengatasi
permasalahan yang ditimbulkan dari kurang sehatnya kebiasaan
masyarakat dalam menjaga lingkungan.
Gambar 8. Kampung Warna Warni
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018
Perubahan pada Kampung Jodipan yang kini menjadi Kampung
Warna Warni, jika ditinjau dari aspek lingkungan, terdapat beberapa
perubahan pada pola kebiasaan masyarakat dalam menjaga
lingkungan. Jika sebelum menjadi kampung wisata masyarakat
Kampung Jodipan cenderung memiliki tingkat kesadaran yang rendah
terhadap kebersihan lingkungannya, maka setelah terbentuknya
Kampung Warna Warni, masyarakat lebih meningkatkan kesadaran
dalam menjaga kebersihan lingkungan. Seperti yang disampaikan Siti
Aminah (48 th)
71
“yen sak iki nggeh resik mbak (kalau sekarang ya bersih mbak).
Semenjak wonten werna werni nggeh malih resik malih apik,
dados yen disawang yen sak iki yo malih nyenengake mbak, pun
mboten kumuh malih (semenjak ada warna-warni ya jadi bersih
jadi baik, jadi kalau dilihat kalau sekarang ya jadi menyenangkan,
sudah tidak kumuh lagi).”
Jika sebelum menjadi kampung wisata masyarakat membuang
sampah sembarangan, maka hadirnya Kampung Warna Warni
membuat masyarakat akhirnya berinisiatif untuk lebih menjaga
kebersihan lingkungan khususnya pada masalah pembuangan sampah.
Inisiatif tersebut berupa masyarakat tak perlu membuang sampah
sembarangan di sungai karena ada petugas yang khusus di bayar oleh
masyarakat untuk mengambil sampah di setiap rumah, serta saat ini
disediakan lebih banyak tempat sampah yang tujuannya sebagai
fasilitas untuk masyarakat dan juga pengunjung dalam kemudahan
membuang sampah, hal ini diharapkan dapat membuat lingkungan
tetap terjaga kebersihan dan keasriannya. Seperti yang disampaikan
oleh Novitasari (26 th)
“Sekarang udah ada, gini mbak setelah ada kww ada dana untuk
membayar yang ngangkut sampahnya...jadi ada dana kebersihan
sekalian... setiap bulan bayar 15 rb untuk kebersihan sampah...dan
dulu gak ada yang merencanakan itu, jadi ya warga buang sampah
di sungai, jadi pola pikirnya seperti itu, lha sekarang ada tong2
sampah di setiap berapa meter ada”
Hal tersebut senada dengan pernyataan Soni Parin (70 th)
“sekarang kan udah kita bikinkan setiap jalan ada tong sampah
itu...tong sampah itu baik dari penghuni setempat maupun para
wisata itu alhamdulilah buangnya disitu semua...dan kami tunjuk
juga petugas untuk mengambil sampah di sore hari itu juga
berjalan lancar, jadi masalah lingkungan saya kira sudah cukup”
72
Kemudian perubahan lingkungan kearah yang lebih baik juga
terdapat pada perbaikan fasilitas MCK dan juga inisiatif untuk
membuat perpustakaan mini serta hiasan-hiasan yang unik. Hal
tersebut membuat lingkungan di Kampung Warna Warni saat ini
semakin baik dan menarik.
Gambar 9. Fasilitas MCK Sekarang di Kampung Warna Warni
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018
73
Gambar 10. Lingkungan Kampung Warna Warni
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018
Gambar 11. Perpustakaan Mini Di Kampung Warna Warni
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018
74
b. Aspek Sosial
Menurut Basrowi dan Juariyah (2010) kondisi sosial adalah suatu
keadaan yang berkaitan dengan keadaan atau situasi dalam masyarakat
tertentu yang berhubungan dengan keadaan sosial. Aspek sosial juga
merupakan salah satu aspek yang tidak kalah penting dengan aspek
lingkungan. Kondisi lingkungan yang tidak sehat di Kampung Jodipan,
berbanding terbalik dengan kondisi sosial masyarakat di daerah
tersebut yang cenderung baik. Sebagian besar masyarakat di Kelurahan
Jodipan adalah penduduk asli yang sudah bermukim secara turun
temurun sejak dahulu, seperti yang disampaikan oleh Maria (30 th)
yang mengaku sejak kecil telah tinggal di Kampung Jodipan
“Saya disini ya udah lama mbak. Mulai kecil tahun 1987 udah
tinggal disini, di Jodipan sini. Jadi ya udah mulai lahir saya udah
jadi penduduk sini. Yang lain juga banyak yang memang dari lahir
disini mbak Apalagi kalau yang seusia saya ya emang udah dari
lahir disini mbak.”
Selain karena sejak kecil telah tinggal di Kampung Jodipan
beberapa masyarakat yang tinggal karena alasan lokasi kampung
Jodipan berada di tengah kota yang membuat masyarakat lebih mudah
menjangkau tempat pekerjaan dan sekolah, hal ini seperti yang
disampaikan oleh Novitasari (26 th)
“Kalau alasan kita menetap disini sih sebenernya kita ada keluarga
sih di Blimbing, tapi disini sudah dari kecil, trus juga deket dari
sekolah, trus sini kan kota, jadi aksesnya ke kota untuk pendidikan
atau ke mall kan lebih deket ya jangkauannya dari pada Blimbing
sana kan agak jauh ya”
75
Masyarakat di Kelurahan Jodipan yang masih mempunyai nilai-
nilai kultur sosial dan budaya, hal ini tergambar dari struktur
masyarakat yang masih adanya paguyuban, majelis, jama’ah dan
perkumpulan masyarakat yang bergerak dalam bidang sosial. (Profil
Kelurahan Jodipan). Kodisi sosial masyarakat di Kampung Jodipan
tidak asing dengan kebiasaan gotong royong seperti yang disampaikan
oleh Soni Parin (70 Th)
“Alhamdulilah ya mbak sejak dulu saya jadi RT sudah anu ya
sudah lumayan ya akrab, ya setiap ada kegiatan apapun ya kerja
sama. Gotong royongnya jadi sudah berlangsung sejak lama ya.
Memang kalau kondisi sosial disini ya sudah baik kok, orang-
orangnya rata-rata ya kalau diajak gotong royong mau”
Kebiasaan gotong royong yang sudah berlangsung lama tentu
mencerminkan kerukunan yang ada pada masyarakat kampung Jodipan
tersebut. Seperti yang disampaikan oleh Soni Parin (70 th)
“Alhamdulilah ya mbak sejak dulu saya jadi RT sudah anu ya
sudah lumayan ya.. akrab, ya setiap ada kegiatan apapun ya kerja
sama. Gotong royong disini udah jadi kebiasaan ya mbak dari dulu.
Terus orang-orangnya juga ramah-ramah.”
Pernyataan tersebut, sesuai dengan pernyataan Siti Aminah (48 th):
“Mulai biyen yo rukun mbak. Lek ono kerja bakti yo podo melu
kabeh, lek ono pengajian yo rame. Dados ngggeh sae sae mawon.
Nggeh tetep rukun mbak. Masio ono siji loro seng kadang sering
gak melu, tapi nggeh luwih akeh seng melu mbak (Dari dulu ya
rukun mbak. Kalau ada kerja bakti ya ikut semua, kalau ada
pengajian ya ramai. Jadi ya baik-baik saja. Ya tetap rukun mbak.
Walaupun ada satu dua yang kadang sering tidak ikut, tapi ya lebih
banyak yang ikut mbak).”
Kerukunan antar warga juga di dukung oleh perilaku masyarakat.
Perilaku masyarakat yang sesuai dengan norma dan etika akan
76
mendukung terjadinya kerukunan antar warga. Perilaku masyarakat
yang sebagian besar baik disampaikan oleh Soni Parin (70 th):
“Iya mbak ya...alhamdulilah ya masih baik baik aja lah. Ya
mungkin ada yang satu dua nakal, ya saya kira itu lumrah wajar.
Alhamdulilah meskipun begitu masih bisa dikendalikan, dalam
artian ya masih dalam tahap yang wajar wajar saja”
Senada dengan pernyataan di atas, Maria (30 th):
“Kalau perilaku sih ya baik aja. Sewajarnya ya mbak ya. Ya baik
baik saja kok. Orang sini sopan, ramah juga. Dari dulu begitu
mbak. Ada sih yang gak ramah, tapi ya masih sopan. Cuman
kebanyakan ya baik mbak.”
Sebagian besar masyarakat di Kampung Jodipan memiliki perilaku
yang baik, sehingga hal ini menjadi salah satu alasan masyarakat
semakin nyaman untuk terus tinggal di Kampung Jodipan. Seperti
pernyataan Novitasari (26 th)
“Kalau masalah norma etika ya baik sih, masih sopan, masih
nyapa. Kalau dalam arti etika ya, anu ya baik sih. Jadi ya itu juga
bikin nyaman tinggal disini. Terus juga gak ada yang aneh-aneh, ya
kayak di kampung lain lah, baik baik saja mbak.“
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat kita simpulkan bahwa
masyarakat Kampung Jodipan jika ditinjau dari aspek sosial selama ini
sudah cukup baik. Kini hadirnya Kampung Warna Warni ditengah
tengah masyarakat berhasil membuat kondisi sosial masyarakat RW 02
semakin baik. Semakin meningkatnya intensitas kerukunan dan gotong
royong, seperti yang disampaikan Siti Aminah (48 th)
“Nggeh eco ne nggeh tetep, tapi sak sampune wonten werna werni
nggeh semakin eco. Sedoyo podo sering ngumpul, sering gotong
royong, kerja bakti ngoten iku. (Ya baiknya ya tetap, setelahnya
ada warna warni ya semakin baik. Semuanya jadi sering
berkumpul, sering gotong royong, kerja bakti begitu).”
77
Selain itu Maria (30 th) juga menyampaikan hal yang sama terkait
kebiasaan gotong royong di masyarakat RW 02.
“Kalu sekarang ya mbak, semenjak ada KWW ya makin gotong
royong mbak. Orang- orang sering rapat juga kan ya sama pak RT,
terus ibu PKK juga sering rapat juga. Jadi ya makin rukun juga
mbak.”
Akan tetapi pengembangan Kampung Jodipan menjadi kampung
wisata, tidak hanya memberi dampak positif terhadap masyarakat,
melainkan juga dampak negatif. Masyarakat di RW 02 beberapa
merasa sedikit terganggu oleh bising nya pengunjung yang membuat
mereka terkadang sulit untuk beristirahat. Hal ini dirasakan oleh Siti
Aminah (48 th) yang mengaku kadang merasa terganggu dengan
bising nya pengunjung
“sak wis e enten werna-werni yo malih rame kampung e mbak, tapi
yo malih ora iso turu lek awan mbak. Dadi yo radhi ngganggu
wong istirahat yo. Isone istirahat yo lek wayah bengi mbak, kan
wes podo mulih pengunjung e (Setelah ada warna-warni ya jadi
ramai kampung nya mbak, tapi ya jadi tidak bisa tidur kalau siang.
Jadi ya sedikit mengganggu orang istirahat ya. Bisanya istirahat ya
kalau malam mbak, kan sudah pulang pengunjungnya).“
Hal tersebut membuat masyarakat terpaksa untuk menerima
kondisi tersebut, hingga akhirnya masyarakat kini telah terbiasa
dengan hadirnya pengunjung yang ramai, seperti yang disampaikan
oleh Soni Parin (70 th):
“Ya awal awalnya itu ya terganggu dengan bisingnya masyarakat.
Apalagi kalau liburan gitu ya ramai sekali mbak. Balum lagi yang
datang sambil teriak teriak juga ada, tertawanya keras ada juga, ya
macem macem mbak. .Tapi yam au ndak mau ya lama lama
adaptasi ya, malah sekarang ketagihan juga ya kalau rame
pengunjung gitu.”
78
c. Aspek Ekonomi
Kondisi ekonomi masyarakat Kampung Jodipan dalam penelitian
ini berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan. Kesejahteraan
menurut Midgley (2004) dalam Suradi (2007) merupakan suatu
keadaan kehidupan manusia yang tercipta ketika berbagai
permasalahan sosial dapat dikelola dengan baik, ketika kebutuhan
manusia dapat dipenuhi dan ketika kesempatan sosial dapat
dimaksimalkan. Sedangkan Suharto (2005) dalam Suradi (2007)
mendefinisikan sebagai suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk
kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan,
pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan.
Masyarakat Kampung Jodipan memiliki profesi di bidang
perdagangan, jasa, PNS, Pelayanan dll. Lebih jelas dan detail dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
79
Tabel 13. Kondisi Perekonomian Kelurahan Jodipan Dilihat
Dari Pekerjaan Kepala Keluarga
No RW
PEKERJAAN TINGKAT
KESEJATERAAN P
NS
Ped
agan
g
Pel
ayan
an
Masy
ara
kat
Jasa
Peg
aw
ai
Sw
ast
a
AB
RI
dan
Pen
siu
nan
Wir
asw
ast
a
Pra
Sej
ah
tera
Sej
ah
tera
1
Sej
ah
tera
2
Sej
ah
tera
3
Sej
ah
tera
3
plu
s
1 I 13 117 2 24 103 16 135 61 51 167 135 42
2 II 11 39 2 13 71 22 41 31 19 55 11 38
3 III 3 62 1 9 61 26 41 27 43 10 143 11
4 IV 5 46 3 37 42 12 36 39 21 60 154 45
5 V 1 39 1 12 16 31 32 - 44 43 60 191
6 VI 20 265 3 28 52 25 120 67 84 90 339 17
7 VII 12 178 1 49 89 54 150 110 48 46 136 264
8 VIII 43 25 1 27 72 96 36 40 38 29 164 43
TOTAL 108 771 15 199 506 282 591 419 304 501 1225 520
Sumber: Profil Kelurahan Jodipan, 2011
Dari data tersebut, pada RW 02 jumlah masyarakat yang berprofesi
sebagai pegawai swasta adalah yang paling banyak yaitu sekitar 71
orang disusul wiraswasta sebanyak 41 orang. Sedangkan pada tingkat
kesejahteraan, 55 KK berada pada tingkat sejahtera 2, 38 KK berada
pada tingkat sejahtera 3 plus, 31 KK berada pada tingkat pra sejahtera,
19 KK berada pada tingkat sejahtera 1, 11 KK berada pada tingkat
sejahtera 3.
Pengembangan Kampung Warna Warni ternyata memiliki dampak
yang positif terhadap aspek ekonomi, karena sebagian besar
masyarakat mengungkapkan bahwa hadirnya Kampung Warna Warni
80
berdampak baik bagi kesejahteraan masyarakat. Hal ini karena
masyarakat yang sudah bekerja dapat melakukan pekerjaan sambilan
sebagai pedagang di area Kampung Warna Warni, sedangkan
masyarakat yang pengangguran kini memiliki pekerjaan untuk
menghidupi keluarganya. Seperti yang disampaikan oleh Siti Aminah
(48 th) yang mengaku dampak positif adanya Kampung Warna Warni
adalah keluarganya dapat membuka usaha
“sak wisa dadi wisata yo malih iso buka warung mbak, dadi yo iso
nambah pendapatan lah mbak lumayan. Podo akeh seng buka
warung, dodol minuman ngoten iku, jajan, gorengan, yo macem
macem mbak yo. Seneng e dadi wisata yo ngene iki mbak, iso
nambah pendapatan (Setelah jadi wisata ya jadi bisa membuka
warung mbak, jadi ya bisa menambah pendapatan lah mbak
lumayan. Banyak yang buka warung, jualan minuman, jajanan,
gorengan, ya macam- macam mbak ya. Senangnya jadi wisata ya
begini mbak, bisa menambah pendapatan).”
Didukung oleh Soni Parin (70 th)
“segi ekonomi masyarakat sebagian sedikit terangkat dan bisa
jualan kecil kecilan seperti itu. Kalau mbak keliling pasti liat
banyak yang jualan di depan rumahnya kan ya. Ya semenjak ada
kww ini ya masyarakat jadi banyak yang bisa buka warung mbak,
jadi otomatis mereka bisa nambah penghasilannya.”
Masyarakat memanfaatkan keberadaan Kampung Warna Warni untuk
menambah penghasilannya dengan membuka warung untuk berjualan
makanan, minuman, dan juga souvenir. Masyarakat memanfaatkan
teras di depan rumahnya sebagai tempat berjualan.
81
Gambar 12. Warung Milik Masyarakat di Kampung Warna Warni
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018
G
H
Hhh
Gambar 13. Warung Milik Masyarakat di Kampung Warna Warni
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018
82
Selain berjualan, ibu-ibu yang tidak memiliki pekerjaan setelah
adanya Kampung Warna Warni mereka bisa menjadi penjaga tiket
masuk area Kampung Warna Warni dan tiket masuk jembatan kaca.
Sedangkan bapak-bapak yang tidak memiliki pekerjaan tetap kini bisa
menjadi juru parkir kendaraan pengunjung Kampung Warna Warni.
Seperti yang disampaikan Maria (30 th):
“Ya semenjak jadi wisata ya ada perubahan juga mbak di ekonomi
masyarakat sini, jadi kalau dulu ibu-ibu dirumah aja ngurus anak
sama ngurus rumah sekarang bisa jualan buat nambah penghasilan
keluarga, terus bapak-bapak yang dulu gak punya kerjaan atau
kerjaannya gak menentu sekarang bisa jaga parkir mbak, jadi juru
parkir disini”
Gambar 14. Penjaga Tiket di Kampung Warna Warni
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018
83
2. Analisis Terhadap Keberlanjutan Kampung Warna Warni Jodipan, Kota
Malang Dengan Pendekatan Scenario Planning
Kota Malang merupakan kota di Indonesia yang memiliki potensi yang cukup
baik dalam hal pengembangan kampung wisata. Namun kondisi pengembangan
kampung wisata di Kota Malang masih perlu ditingkatkan. Terdapat beberapa
kendala dan permasalahan yang ditemui dalam pengembangan kampung wisata,
khususnya pada pengembangan Kampung Warna Warni. Dibutuhkan perencanaan
yang disertai dengan strategi yang tepat dalam pengembangan Kampung Warna
Warni di Kota Malang, yaitu melalui scenario planning. Scenario planning adalah
alat yang digunakan untuk memberi gambaran ketidakpastian di masa depan dan
memberikan strategi alternatif. Scenario dapat diartikan sebagai bagian dari
perencanaan strategis yang mana alat dan metode untuk melihat ketidakpastian di
masa yang akan datang (Lindgren dan Bandhold, 2003 : 21).
Melalui scenario planning, diharapkan dapat membantu pemerintah Kota
Malang dalam menentukan strategi terkait pengembangan Kampung Warna Warni
dengan memperhatikan kemungkinan yang akan terjadi sehingga pemerintah Kota
Malang dapat menentukan strategi terbaik dan memiliki gambaran yang lebih
jelas kedepan dalam pengembangan Kampung Warna Warni. Scenario planning
pengembangan Kampung Warna Warni di Kota Malang, membutuhkan beberapa
langkah yang ada dalam metode TAID (Tracking, Analyzing, Imaging, Deciding)
(Lindgren dan Bandhold, 2003: 48). Metode ini akan dipaparkan sebagai berikut:
84
a. Tracking (Pelacakan)
Pada tahap tracking (pelacakan), adalah tahap permulaan dalam metode
TAID. Yang dilakukan pada tahap ini adalah melacak, menelusuri, dan
mendeskripsikan perubahan (trends) serta ancaman dan peluang (issues) pada
pengembangan Kampung Warna Warni. Dalam tahap ini tentu saja tidak
lengkap rasanya bila tidak membahas sejarah munculnya Kampung Warna
Warni. Berawal dari inisiasi beberapa mahasiswa Universitas Muhamadiyah
Malang (UMM) yang tergabung dalam tim Guyspro, delapan orang
mahasiswa tersebut adalah Ahmad Wiratman, Dinni Anggraeni, Elmy
Rukhiatun, Fahd Afdallah, Ira Yulia, Nabila Firdausiyah, Salis Fitria, dan
Wahyu Fitri yang merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan
2013. Berawal dari sebuah tugas praktikum Public Relation 2 yang
mengharuskan memiliki real client untuk dapat mengeksekusi sebuah ide,
terciptalah sebuah kampung kebanggan warga Malang. Delapan orang yang
terbentuk dalam kelompok yang bernama GuysPro ini memilki ide untuk
mengecat sembilan puluh rumah di Kelurahan Jodipan RW 02 RT 6,7, dan 9
menjadi sebuah Kampung Warna Warni (GuysPro, 2016). Seperti
disampaikan Nabila (22th) yang merupakan ketua tim Guyspro:
“Berawal dari sebuah tugas praktikum Public Relation 2 “Manajemen
Event”, dimana kami (tim Guys Pro) harus mencari real client. Real client
inilah yang kedepannya harus berkenan di analisis kegiatannya,
diobservasi, sehingga kita temukan permasalahannya, dan kita sebagai
praktisi Public Relation-nya mempunyai jawaban untuk permasalahan
tersebut.”
Ide Tim GuysPro akhirnya diterima dengan baik oleh sebuah
perusahaan cat di Kota Malang, yakni Perusahaan INDANA (Inti Daya Guna
85
Aneka Warna) yang notabennya menjadi real client mereka. Setelah itu, tim
GuysPro memulai analisis terhadap PT. INDANA yang kemudiam mereka
menemukan bahwa pada program yang dilakukan oleh CSR PT. INDANA
masih bersifat charity tanpa ada aspek keberlanjutannya. Analisis pun
berlanjut dan mereka mulai mencari target dari CSR PT. INDANA yang
sesuai dengan konsep CSR PT. INDANA. Setelah melalui riset kemudian tim
Guys Pro memilih kampung Jodipan sebagai target CSR PT. INDANA.
Seperti yang disampaikan Nabila (22th)
“Alhamdulilah Guyspro mendapatkan client PT. INDANA, perusahaan
asli Malang dengan cat Decofresh yang bergerak di bidang painting dan
coating. Setelah bertemu dengan pihak Marcomm-nya, ternyata pihak
perusahaan menginginkan adanya CSR. Dan kamipun menganalisis
bahwasanya CSR PT.INDANA pun cenderung hanya bersifat charity,
belum menyentuh suistainability. Sehingga kami carilah target yang
sesuai dengan konsep CSR mereka, dan terpilihlah Jodipan”
Melalui dana CSR (Corporate Social Responsibility) Perusahaan
INDANA, terwujudlah tema dengan CSR “Decofresh Warnai Jodipan”. Pada
awalnya tidak ada inisiasi untuk membentuk Kampung Jodipan sebagai
kampung wisata. Kampung Jodipan dipilih lantaran termasuk salah satu
kampung kumuh di Kota Malang, serta terdapat kebiasaan masyarakat yang
buruk yaitu membuang sampah ke sungai. Sehingga dengan adanya program
pengecatan kampung tersebut menjadi Kampung Warna Warni, perilaku
masyarakat yang kurang baik dalam menjaga lingkungan turut berubah
mengingat telah memiliki kampung yang cantik, indah, dan berwarna. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Feri Fadli (31th) yang merupakan
Marketing Communication (Marcom) PT. INDANA
86
“Jadi kampung itu dulu awalnya ide dari Nabila dan kawan kawan itu
kan memang bagaimana merubah suatu image, merubah perilaku mereka
yang sebelumnya agak jorok atau gimana terkesan kumuh kita hilangkan
melalui pengecatan. Nah setelah pengecatan kan kampungnya jadi
bagus, indah juga dipandangnya kan, jadi mereka pasti juga merasa ingin
mempertahankan kondisi yang baik seperti itu, kemudian malah jadi
wisata ya masyarakat pasti ingin terus merawat lingkungan yang
sekarang bersih, indah, dan asri ya biar pengunjungnya makin banyak
juga”
Acara pembukaan pada tanggal 22 Mei 2016 lalu pun telah digelar
sebagai simbolik bahwasanya kegiatan pengecatan akan dilakukan. Selang dua
minggu dari acara pembukaan, tepatnya pada tanggal 06 Juni 2016 dimulailah
pengecatan dengan bantuan sepuluh tukang cat dengan dibantu oleh warga
setempat. Belum rampung pengecatan, ternyata Kampung Jodipan telah
mendapatkan perhatian banyak warga Malang. Foto Kampung Jodipan yang
baru 50% berwarna-warni bermunculan di media sosial maupun di koran
harian lokal. Menggaet Komunitas Mural Malang, yakni Komunitas Turu
Kene, Kampung Warna-Warni tersebut pun memiliki spot-spot foto selfie
yang unik dan menarik. Popularitas Kampung Warna-warni Jodipan pun
melejit, hingga mendatangkan wisatawan lokal maupun internasional
(Guyspro, 2016).
Partisipasi masyarakat Kampung Warna Warni juga menjadi salah satu
faktor penting dalam pengembangan Kampung Warna Warni. Masyarakat
memiliki motivasi yang tinggi dalam mengembangkan kampungnya,
masyarakat berupaya memberikan inovasi terbaik untuk membuat
kampungnya semakin menarik dan unik. Mulai dari secara rutin merubah
hiasan yang ada di Kampung Warna Warni agar pengunjung tidak bosan,
87
menambah spot foto yang unik di jalan jalan kampung, menyediakan barang
barang unik yang bisa dipinjam oleh pengunjung untuk menambah keseruan
ketika berfoto. Selain itu, masyarakat juga menunjukkan keseriusannya
mengembangkan Kampung Warna Warni dengan berupaya semaksimal
mungkin untuk menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan. Hal ini membuat
masyarakat semakin termotivasi untuk menghilangkan kebiasaan membuang
sampah sembarangan yang dulu sering dilakukan, semua itu dilakukan
masyarakat agar antusias pengunjung semakin meningkat.
Kampung Warna Warni merupakan salah satu kampung wisata di Kota
Malang yang mampu menarik banyak wisatawan setiap harinya, terlebih pada
hari libur lonjakan wisatawan yang berkunjung ke Kampung Warna Warni
semakin meningkat. Seperti yang disampaikan Novitasari (26 th):
“Kalau pengunjung ya ramai mbak, apalagi kalau hari Sabtu Minggu
gitu ramai sekali. Belum lagi kalau musim liburan anak sekolah tambah
ramai lagi, kadang sampai bis-bis gitu yang dateng, rombongan anak-
anak TK, atau rombongan wisata gitu lah ya yang sering kalau musim
liburan mbak.”
Semakin meningkatnya jumlah pengunjung, juga dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk mendapatkan keuntungan materi. Seperti yang disampaikan
oleh Soni Parin (70 th):
“Karena kampung ini sudah bersih ya mbak terus juga udah jadi
kampung wisata, jadi ya kita sepakat untuk menjaga kebersihan dan
keindahan kampung sini. Kan kalau kampungnya bagus pengunjung juga
semakin ramai kan ya mbak, jadi pasti ya pemasukan kita di tiket juga
naik”
88
Keuntungan yang diperoleh masyarakat tidak hanya pada penjualan tiket
saja, tetapi juga dari penjualan souvenir, makanan dan minuman. Cukup
banyak masyarakat yang membuka warung makanan ataupun sekedar menjual
jajanan dan minuman di etalase yang diletakkan di depan rumahnya. Sebagian
juga menjual souvenir khas Kampung Warna Wani. Seperti yang disampaikan
oleh Maria (30 th):
“Kalau pendapatan ya dari tiket itu mbak, terus dari parkir, itu masuk
kas. Kalau selain itu ya pendapatan per orang sendiri ya maksudnya
yang buka jualan gitu mbak. Kayak jualan jajanan, soto, kopi, macem
macem gitu ya pendapatannya di ambil sendiri”
Keseriusan masyarakat juga ditunjukan dengan dibentuknya susunan
pengurus Kampung Warna Warni dan bergabung dengan Kelompok Sadar
Wisata (POKDARWIS) Kota Malang, sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang Nomor: 64/2017 Tentang Penetapan
Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Kampung Warna Warni Jodipan
Kota Malang. SK POKDARWIS adalah sebagai dasar hukum yang dapat
digunakan oleh pemerintah untuk membantu masyarakat dalam
pengembangan Kampung Warna Warni. Karena apabila Kampung Warna
Warni tidak bergabung dengan POKDARWIS, maka pemerintah tidak
memiliki akses secara langsung untuk membantu pengembangan Kampung
Warna Warni. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tidak berani melakukan
tindakan untuk membantu masyarakat jika tidak ada dasar hukum yang bisa
digunakan sebagai acuan mereka. Seperti yang disampaikan oleh Bu Endang
(48 th):
89
“Kalau kita sudah punya sk (surat keputusan ) kita bisa bergerak lebih
leluasa, karena takutnya nanti kalau tanpa sk kita berjalan nanti kan tidak
kuat , tidak resmi. Misal ada yang komplain kok kampung warna warni
aja yang diutamakan , kita kan bisa menunjukkan bahwa mereka sudah
bergabung dengan dinas.“
Setelah menjadi anggota POKDARWIS, tentu saja Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata dapat membantu pengembangan Kampung Warna Warni.
Bantuan tersebut berupa promosi dan bimbingan. Promosi dilakukan oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, karena POKDARWIS
merupakan program binaan di bawah naungan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Malang. Dengan terbitnya SK yang menyatakan bahwa
Kampung Warna Warni Jodipan merupakan anggota dari POKDARWIS,
maka Kampung Warna Warni berhak mendapat bimbingan serta di
promosikan oleh dinas.
Promosi dilakukan melalui aplikasi “Malang Menyapa”. Aplikasi
tersebut adalah aplikasi buatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Malang yang dapat di download di Google Playstore. Aplikasi ini dibuat
dalam rangka pengembangan potensi budaya dan pariwisata Kota Malang,
yang bertujuan untuk memudahkan wisatawan dalam mendapatkan informasi
mengenai tempat wisata, promo, dan berita terbaru dari Kota Malang. Seperti
yang disampaikan oleh Bu Endang 48 (th):
“Ya karena Kampung Warna Warni sudah jadi anggota POKDARWIS
ya mereka tentu kita banu promosi ya mbak. Nah, promosi nya ini lewat
aplikasi Malang Menyapa yang bisa di unduh di Google Playstore, tapi
di aplikasi itu ya gak Cuma Kampung Warna Warni tapi ya semua
wisata dan budaya di Kota Malang.”
90
Dengan masuknya Kampung Warna Warni sebagai anggota
POKDARWIS tentu saja membawa keuntungan bagi Kampung Warna Warni,
karena dengan di promosikan secara langsung oleh dinas terkait maka biaya
untuk promosi dapat ditekan. Bantuan promosi dari Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata tentu membuat pengunjung semakin meningkat. Meningkatnya
jumlah pengunjung juga member dampak positif terhadap meningkatnya
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Malang. Sesuai dengan Undang Undang
Nomor 32 Tahun 2004, bahwa hasil pajak dan retribusi merupakan salah satu
sumber Pendapatan Asli Daerah.
Pengembangan Kampung Warna Warni selama ini selain dibantu oleh
PT. INDANA, Guys Pro, dan pihak pemerintah juga dibantu oleh para
akademisi dan lembaga sosial ataupun komunitas. Bentuk bantuan yang
diberikan berupa pemberdayaan masyarakat melalui sosialisasi, pelatihan,
bantuan buku-buku, serta bantuan pernak-pernik yang menambah keunikan
Kampung Warna Warni. Seperti disampaikan oleh Soni Parin (70 th):
“ Kalau dari akademisi ya sering mbak kesini, bentuk bantuannya ya
bikin sosialisasi, terus pelatihan kreativitas buat masyarakat, jadi kayak
bikin kerajinan-kerajinan, kalau kemarin ada mahasiswa juga bikin karya
buat mempercantik kampung sini juga. Ya seringlah ya memang kalau
dari akademisi gitu”
Hal serupa juga disampaikan oleh Maria (30 th):
“ Sering mbak kalau dari kampus-kampus gitu, biasanya sih ya ngadain
pelatihan, bikin sabun sama kerajinan-kerajinan gitu, kalau buat anak-
anak ya diadain les Bahasa Inggris terus juga les tari-tarian gitu, terus
juga ada yang nyumbang buku buat perpustakaan mini di pojok sana itu
mbak. Pokok nya semenjak jadi wisata orang orang gitu sering kesini
mbak, ya kita seneng ya”
91
Ditengah namanya yang sedang naik daun, Kampung Warna Warni
menyisakan beberapa masalah yang cukup serius yang dapat mengancam
keberlanjutan pengembangannya. Kampung Warna Warni yang terletak di
sekitar bantaran sungai Brantas, nyatanya merupakan sebuah permukiman
kumuh yang berada diatas tanah illegal. Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2011 Tentang Sungai Pasal 22 ayat (2), peraturan tersebut melarang
mendirikan bangunan di daerah sempadan sungai yang bertujuan untuk
kepentingan pengendali banjir. Semua bangunan yang didirikan di dalam 15
meter dari sungai adalah termasuk bangunan yang illegal karena melanggar
peraturan tersebut. Ditambah lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kota
Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Malang Tahun 2010-2030 dalam Pasal 48, Kampung Wisata Warna Warni
Jodipan termasuk dalam permukiman di lingkungan Daerah Aliran Sungai
(DAS) Brantas yang akan secara bertahap dipindahkan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Doni (30 th) salah satu staf Barenlitbang:
“Karena kawasan itu terletak di kawasan yang bisa dikatakan terlarang
ya, jadi memang untuk revitalisasi dan peningkatan kualitas di kawasan
kumuh nya, pada batas itu kan ada peraturannya bahwa kalau dari badan
sungai nya provinsi (brantas kan sungainya provinsi) itu kurang lebih 15
meter dari badan sungai itu harus clear, nah kampung itu kan sudah ada
sejak jaman dulu gitu jadi ya diupayakan revitalisasi sedikit demi
sedikit...”
Upaya pemerintah untuk menanggulangi permukiman illegal di
Kampung Warna Warni saat ini terdapat dalam program KOTAKU (Kota
Tanpa Kumuh). Upaya relokasi atau revitalisasi penting dilakukan di
Kampung Warna Warni karena letaknya yang berada pada sempadan sungai.
92
Tetapi dalam praktiknya pemerintah menghadapi kendala dalam melakukan
relokasi ataupun revitalisasi. Seperti yang di sampaikan Pandu Z (36 th) dari
Bagian SDA dan Pengembangan Infrastruktur:
” Tapi begini, kalau upaya pegembangan kota tanpa kumuh itu kita
menghadapi kendala kendala. Kendala kendala itu adalah bahwa
pendekatan penanganan kawasan kumuh itu tidak selalu idealnya itu
urban renewal kadang ada yang harus memang relokasi, ada bisa
revitalisasi ada peremajaan ada relokasi. Jadi pendekatan pendekatannya
itu dan relokasi biasanya adalah untuk area area yang memiliki tingkat
kerawanan bencana yang tinggi, salah satunya daerah aliran sungai.”
Kendala yang akan dihadapi oleh pemerintah ketika melakukan relokasi
adalah berupa penolakan dari masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.
Selain itu biaya untuk melakukan relokasi (pemindahan) pun tidak sedikit,
sehingga hal ini juga menjadi kendala dalam implementasi program dan
peraturan pemerintah untuk menanggulangi permukiman Kampung Warna
Warni. Seperti yang disampaikan oleh Pandu Z (36th) Bagian SDA dan
Pengembangan Infrastruktur:
“kesulitannya apa? 1 karena secara finansial, itu biaya untuk
pemindahan masyarakat ke tempat yang lebih aman itu mahal, kedua
problemnya adalah sosial cultural, paradigma yang sekarang
berkembang dimanapun itu bahwa kita memindahkan orang itu dianggap
menggusur, anggapannya kita itu seperti mendholimi orang
menghilangkan tempat tinggal orang , padahal mind set yang ada di
dalamnya sebenarnya adalah harusnya itu menjadi bagian upaya
melindungi masyarakat dari bencana, bukan menghilangkan papan
mereka (kebutuhan primer mereka) tapi sebenarnya untuk mengamankan
itu.”
Kendala-kendala yang dialami pemerintah dalam implementasi program
ataupun peraturannya, membuat pemerintah untuk sementara tidak melakukan
upaya relokasi ataupun revitalisasi. Pemerintah dalam hal ini menyadari
bahwa pihaknya belum memiliki strategi dan rencana yang tepat dalam
93
melakukan penataan permukiman di Kampung Warna Warni. Sehingga ketika
pemerintah mendapat kabar bahwa Kampung Warna Warni akan
dikembangkan sebagai kampung wisata, pemerintah pun mendukung. Seperti
yang disampaikan Pandu Z (36th) Bagian SDA dan Pengembangan
Infrastruktur:
“Nah, kenapa kita tetap men support kampung warna warni pada saat
itu? Karena kami realistis, pada saat ini belum bisa waktu itu ya belum
bisa kita belum punya rencana yang detail untuk penataan itu yang
memang bisa dilaksanakan, jangan sampai hanya sekedar menggusur
mematikan kehidupan, tapi kita pengen punya rencana”
Harapan pemerintah ketika mendukung pengembangan Kampung Warna
Warni adalah agar masyarakat meningkat kesejahteraannya, kemudian
memiliki keinginan untuk pindah ketempat lain dan menghilangkan kesan
kumuh di kawasan tersebut. Seperti yang disampaikan Pandu Z (36th) Bagian
SDA dan Pengembangan Infrastruktur:
“nah itu kan ada efek efek yang ingin kita timbulkan dari sana , jadi
efeknya adalah yang pertama kita akan menciptakan kehidupan
masyarakat yang lebih baik harapannya dengan taraf hidup mereka yang
lebih baik dari sektor pariwisata yang naik, mereka punya keinginan
nanti orang kalau punya duit banyak kan sudah gak tertarik tinggal di
tempat kumuh kan ya, yang kedua budaya mereka, budaya ke kumuhan
itu jarang disentuh. Budaya kekumuhan itu apa? Buang air besar di
sungai , buang sampah sembarangan , kelahiran konsep pengembangan
kampung wisata di kampung mereka membuat hal itu berubah, tidak ada
lagi yang membuang sampah atau buang air besar disana karena ada
mereka mendirikan mck”
Permasalahan selanjutnya adalah Kampung Warna Warni yang telah
bergabung menjadi anggota Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) sesuai
dengan Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang
Nomor: 64/2017 Tentang Penetapan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS)
94
Kampung Warna Warni Jodipan Kota Malang, dan pernyataan dari Ibu
Endang (48 th) Kepala Seksi Destinasi Pariwisata:
“kita itu setelah mereka kami beri pembekalan kemudian terserah
mereka bergabung dengan dinas pariwisata atau tidak, maksudnya
bergabung itu dalam artian POKDARWIS (Kelompok sadar wisata)
binaan dinas. Alhamdulilah kampung jodipan ikut, nah setuju, ke kantor
datang sanggup mau menjadi pokdarwis binaan kita.”
Ternyata Kampung Warna Warni tidak memenuhi beberapa unsur untuk
menjadi sebuah destinasi wisata. Dalam Buku Pedoman Kelompok Sadar
Wisata, terdapat 7 Sapta Pesona yang harus dimiliki oleh sebuah destinasi
wisata. Sapta Pesona sebagaimana disinggung di atas adalah 7 (tujuh) unsur
pesona yang harus diwujudkan bagi terciptanya lingkungan yang kondusif dan
ideal bagi berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu tempat yang
mendorong tumbuhnya minat wisatawan untuk berkunjung. Ketujuh unsur
Sapta Pesona (Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012: 5) yang
dimaksud di atas adalah:
1) Aman
2) Tertib
3) Bersih
4) Sejuk
5) Indah
6) Ramah
7) Kenangan
Kampung Warna Warni dalam hal ini tidak bisa memenuhi unsur
“Aman”, karena Kampung Warna Warni pada saat musim hujan tiba sering
dilanda banjir, sehingga hal tersebut tidak hanya membahayakan masyarakat
yang tinggal di Kampung Warna Warni saja, akan tetapi juga membahayakan
95
para wisatawan yang berkunjung ke Kampung Warna Warni. Seperti yang
disampaikan oleh Agung H. (52th) Kepala Seksi Promosi:
“karena sebagai destinasi wisata kampung warna warni tidak memenuhi
syarat. Banyak syarat syarat yang tidak terpenuhi , kalau itu dijalankan
berarti kita melanggar aturan yang kita buat sendiri....Yang paling
menjadi persoalan itu adalah keselamatan wisatawan.”
Sepanjang Daerah Aliran Sungai Brantas, merupakan salah satu daerah
rawan bencana di Kota Malang. Seperti yang disampaikan oleh Wakil Wali
Kota Malang Sutiaji di Balai Kota Malang, Kamis (27/10/2016), bahwa
Pemerintah Kota Malang akan mengkaji potensi risiko bencana di Kampung
Warna Warni setelah adanya rumah yang ambruk akibat banjir yang melanda
daerah tersebut pada saat hujan (Hartik, 2016).
Permasalahan hukum dan status rawan bencana banjir pada Kampung
Warna Warni tentu saja berdampak pada terbatasnya peran pemerintah dalam
upaya pengembangan Kampung Warna Warni. Pemerintah tidak dapat berbuat
banyak untuk membantu masyarakat mengembangkan Kampung Warna
Warni. Sesuai pernyataan dari Doni (30th) staf Barenlitbang:
“kita hanya memfasilitasi ya, Cuma secara umum apa ada perencanaan
keberlanjutan itu kita memang gak ada. Karena kondisinya itu tadi ya
kita gak bisa bahwa dikembangkan jadi kampung gimana , kita kembali
ke aturan kita sendiri.”
Peran pemerintah dalam pengembangan Kampung Warna Warni tidak
bisa banyak dilakukan, karena terkendala peraturan, sehingga bentuk peran
pemerintah dalam pengembangan Kampung Warna Warni hanya sebatas
pendampingan dan arahan kepada masyarakat. Pemerintah tidak bisa
membantu dalam hal pembangunan atau bantuan dana kepada Kampung
96
Warna Warni. Hal tersebut disebabkan karena pemerintah tidak bisa
mengalokasikan anggaran APBD untuk pembangunan di daerah privat. Hal itu
dinyatakan oleh Doni (30 th) staf Barenlitbang :
“Sebelumnya kita mengembangkan, tapi kita tidak bisa melakukan
pendekatan alokasi anggaran kesana. Karena kita tidak ingin
menganggap itu sebagai sebuah ee dukungan, ada dukungan bahwa
bentuknya adalah csr segala macem, csr bisa masuk kesana tapi kami
tidak. Kami tidak ingin melangkah kesana, karena APBD tidak boleh
dilakukan untuk eee anggaran tidak boleh dilakukan untuk pembangunan
terutama di area privat, itu kan area privat (perumahan mereka dianggap
area privat), yang kedua ya karena memang tidak boleh gitu kan,
menyalahi ketentuan...ya katakanlah illegal. Jadi apa yang kami bangun
taman taman itu adanya itu di area setelah 15 meter , triknya temen
temen PU itu seperti itu.“
Pada kenyataannya permasalahan yang dapat mempengaruhi
keberlanjutan Kampung Warna Warni juga datang dari CSR, yaitu PT.
INDANA. Program CSR berupa pengecatan gratis dari PT. INDANA yang
pada akhirnya membuat Kampung Jodipan bertransformasi menjadi Kampung
Warna Warni tidak selamanya dapat dinikmati oleh masyarakat Kampung
Warna Warni. Pada MOU yang disepakati antara PT. INDANA dan Kampung
Jodipan, bahwa akan ada pembaharuan MOU setiap 2 (dua) tahun sekali yang
mana berupa pengecatan ulang tetapi biaya pengecatan tidak lagi diberikan
secara gratis, akan tetapi berupa diskon 50 %. Seperti pernyataan Feri F.
(31th) Marketing Communication PT. INDANA :
“Kita memang ada MOU, jadi di kampung biru ada kampung warna
warni ada, jadi tiap dua tahun kita perbaruan MOU, itu pengecatan
ulang, tapi dengan adanya pemasukan yang besar di jodipan kita
mungkin hanya subsidi cat nya aja tukangnya mereka. Jadi mereka
beli cat nya kita subsidi 50% tapi tukangnya dari pihak mereka.”
97
Hal tersebut dapat menjadi sebuah permasalahan baru dalam keberlanjutan
Kampung Warna Warni. Permasalahan tersbut timbul jika masyarakat tidak
memiliki dana mandiri untuk membiayai pengecatan di Kampung Warna
Warni.
Kampung Warna Warni juga dapat mengalami ancaman dalam hal
inovasi. Inovasi disini maksudnya adalah masyarakat apabila tidak bisa
menemukan inovasi baru dalam mengembangkan Kampung Warna Warni,
maka salah satu hal yang akan terjadi adalah menurunnya wisatawan yang
berkunjung ke Kampung Warna Warni. Sebelum jembatan kaca dibangun,
menurut pernyataan seorang warga penghuni Kampung Warna Warni bahwa
telah mengalami penurunan pengunjung. Jika hal ini tidak diantisipasi oleh
masyarakat beserta stakeholder terkait, maka akan menjadi ancaman dalam
keberlanjutan Kampung Warna Warni sebagai sebuah destinasi wisata.
Permasalahan inovasi pernah membuat Kampung Warna Warni sempat sepi
dari pengunjung sebelum dibangun Jembatan Kaca di Kampung Warna Warni,
seperti pernyataan dari salah satu masyarakat, Siti Aminah (48th):
“ini hidup lagi semenjak ada jembatan kaca... dulu hampir mati
mbak...sudah gak ada pengunjung...sudah jarang...jembatannya belum
jadi itu kan cuma dapat berapa ya...dari pintu sana mungkin dapat 300
orang...yang rame ya dari jembatan sekarang”
Keberlanjutan Kampung Warna Warni sebagai sebuah permukiman pun,
tak lepas dari ancaman. Pemerintah yang saat ini menyetujui pengembangan
Kampung Warna Warni, akan ada saat nya untuk tetap melakukan upaya
revitalisasi ataupun relokasi di kawasan Kampung Warna Warni, terutama
ketika pemerintah sudah memiliki strategi dan rencana serta anggaran yang
98
cukup untuk melakukannya. Seperti yang disampaikan Pandu Z (36th) Bagian
SDA dan Pengembangan Infrastruktur:
“ada tahapan dimana kita pada akhirnya harus bisa membuat lingkungan
itu lebih aman..itu belum. Jadi kampung warna warni belum di sentuh
dari sisi itu, Cuma kita harus melangkah kesana, jadi pentahapan
terhadap perencananya menurut saya seperti itu. Harus ada sebuah
langka dimana suatu saat mereka harus berada pada koridor dimana
secara legal formal tata ruang warga juga tidak melanggar, berarti kalau
kita bicara lebih lanjut terkait dengan peraturan terkait ijin (sertifikat,
imb dan segala macam) saya yakin banyak yang tidak punya karena itu
area area yang secara tata ruang itu sebenarnya ilegal untuk
pembangunan seperti itu.”
Faktor kunci yang dapat mempengaruhi keberlanjutan Kampung Warna
Warni, tetapi juga dapat menjadi faktor penyebab kegagalan serta
pertimbangan atas resiko dari keputusan yang akan diambil nantinya adalah
faktor internal kekuatan, kelemahan, dan faktor eksternal ancaman, tantangan
dalam pengembangan Kampung Warna Warni.
b. Analysing (Menganalisis)
Setelah tahapan tracking, selanjutnya adalah tahap analysing. Analisis
yang akan dilakukan dalam keberlanjutan pengembangan Kampung Warna
Warni, tidak hanya melihat keterkaitan permasalahan tetapi juga mencari
penyelesaian permasalahannya. Pada tahap ini dilakukan dengan
menganalisis konsekuensi yang dapat muncul sebagai akibat dari adanya
tantangan dan peluang. Dalam tahap ini logika skenario dikembangkan,
setelah sebelumnya mengidentifikasi masa lalu dan kemudian mempelajari
sejarahnya. Hal ini dilakukan sebagai cara untuk meminimalisir dampak yang
mungkin terjadi serta menganalisisnya. Sehingga dapat diketahui
99
konsekuensi apa saja yang akan dihadapi baik di masa sekarang ataupun
masa yang akan datang (Lindgreen dan Bandhold, 2003).
c. Imaging (Penggambaran)
Imaging merupakan langkah ketiga yang dilakukan dalam scenario
planning dengan metode TAIDA. Tahap imaging berfokus pada visi yang
akan direkomendasikan untuk Kampung Warna Warni. Visi merupakan hasil
dari sebuah gagasan yang positif tentang masa depan yang diharapkan.
Dengan adanya visi, maka terdapat deskripsi yang jelas mengenai masa
depan sesuai dengan skenario yang diharapkan. Tahap imaging juga
merupakan tahap identifikasi dalam sebuah kemungkinan dan juga dampak
yang dapat terjadi ketika skenario muncul serta membangun visi atas sesuatu
yang diinginkan (vision of what desired) (Lindgreen dan Bandhold, 2003:82).
d. Deciding (Memutuskan)
Selanjutnya, metode terakhir dalam penelitian ini adalah deciding
(memutuskan). Merupakan tahap dimana segala sesuatu diputuskan secara
bersama- sama. Kesemua tahapan (tracking, analysing, dan imaging)
sebelumnya merupakan instrumen yang penting dalam tahap ini yang dapat
digunakan dalam pertimbangan perumusan strategi. Pada dasarnya dalam
tahap ini terdapat fokus dalam membahas perumusan strategi. Atau dapat
diartikan bahwa tahap deciding berhubungan dengan identifikasi atas
beberapa pilihan dan strategi. Dengan menggunakan WUS Analysis dapat
100
mengevaluasi rekomendasi strategi yang telah dirumuskan. Analisis WUS
merupakan analisis yang berhubungan dengan 3 hal:
1. Apakah berkontribusi terhadap tujuan yang ditetapkan (want)?
2. Apakah memanfaatkan kekuatan yang ada (utilize)?
3. Apakah cocok dengan lingkungan di masa depan (should)?
Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan WUS Analysis pada
keberlanjutan pengembangan Kampung Warna Warni Jodipan untuk
mengevaluasi rekomendasi strategi yang telah dirumuskan.
C. Pembahasan
1. Kondisi Kampung Warna Warni Ditinjau Dari Aspek Lingkungan,
Sosial, dan Ekonomi
Sebuah kampung tentu akan mengalami perubahan kondisi. Perubahan
tersebut dapat ditinjau dari aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Masyarakat adalah salah satu aktor yang andil dalam perubahan kondisi
sebuah kampung. Kampung Warna Warni pun demikian, telah mengalami
berbagai perubahan kondisi. Aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi pada
Kampung Warna Warni telah mengalami perubahan yang cukup signifikan
dibandingkan sebelum menjadi Kampung Warna Warni.
a. Aspek Lingkungan
Kondisi lingkungan di Kampung Warna Warni sebelum menjadi
kampung wisata, termasuk dalam lingkungan yang kumuh. Hal ini
diperkuat dengan masuknya Kelurahan Jodipan yang merupakan salah
101
satu daerah kumuh di Kota Malang (RPJMD Kota Malang, 2013).
Berdasarkan wawancara dan data, kampung yang terletak di sekitar
bantaran Sungai Brantas ini telah sejak lama dikenal sebagai daerah
yang kumuh. Stigma itu telah lama melekat pada Kampung Warna
Warni sebelum menjadi kampung wisata.
Sebelum menjadi kampung wisata, kondisi lingkungan yang tidak
terawat dan kumuh menjadi pemandangan biasa di Kampung Warna
Warni. Kondisi tersebut disebabkan karena banyaknya masyarakat yang
masih membuang sampah sembarangan di sungai. Berdasarkan
wawancara, kebiasaan membuang sampah di sungai sudah berlangsung
sejak lama. Sekalipun terdapat tanda larangan membuang sampah
sembarangan di sungai, tetapi karena masyarakat merasa sungai lebih
dekat dari pada tempat pembuangan sampah yang cukup jauh dari
permukimannya, membuat kebiasaan tersebut berlangsung lama.
Maraknya pembuangan sampah di sungai merupakan akibat dari tidak
adanya koordinasi diantara warga terkait pembuangan sampah.
Selain kebiasaan buruk dalam hal pembuangan sampah, terdapat
kebiasaan buruk masyarakat yang mencemari sungai, yaitu kebiasaan
Buang Air Besar Sembarangan (BABs). Masyarakat mengaku bahwa
masih ada yang melakukan kebiasaan BABs di sungai. Kebiasaan
tersebut muncul dan telah menjadi biasa karena tidak mencukupinya
sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) dan sanitasi di kampungnya. Sehingga
masyarakat memanfaatkan sungai sebagai sarana untuk MCK.
102
Minimnya sarana MCK dan sanitasi disebabkan karena minimnya lahan.
Luas lahan RW 02 yang hanya 5,50 ha dan dihuni oleh 1.291 jiwa
dengan kepadatan penduduk 234, 7 jiwa/ha (Profil Kelurahan Jodipan,
2012) membuat kebutuhan sarana di kampung tersebut tidak bisa
dipenuhi seutuhnya. Kebiasaan masyarakat yang buruk dalam merawat
lingkungan, secara nyata berdampak langsung terhadap pencemaran
Daerah Aliran Sungai Brantas, kumuhnya wajah Kampung Jodipan,
menambah frekuensi banjir saat musim hujan, dan masyarakat sering
terserang penyakit yang disebabkan karena lingkungan yang kotor.
Hadirnya Kampung Warna Warni ternyata memberikan pengaruh
yang cukup besar pada aspek lingkungan. Pada gambar yang diambil
oleh Tim Guys Pro pada 15 Agustus 2016, nampak bahwa Kampung
Jodipan lebih terlihat bersih dan indah sehingga berhasil menghilangkan
kesan kumuh yang selama ini melekat. Hilangnya kesan kumuh tersebut
disebabkan karena perilaku masyarakat yang telah berubah. Masyarakat
kini begitu merawat kampungnya. Kebiasaan buruk dalam merawat
lingkungan yang telah lama ada pun, secara nyata telah berubah menjadi
kebiasaan yang baik dalam merawat lingkungannya.
Berdasarkan wawancara, kini kebiasaan masyarakat membuang
sampah sembarangan di sungai telah hilang. Masyarakat pun telah
melakukan koordinasi yang baik dalam hal pembuangan sampah rumah
tangganya. Dengan mewajibkan iuran bagi masyarakat yang digunakan
untuk membayar petugas kebersihan agar mengangkut sampah di
103
kampung tersebut. Koordinasi tersebut berjalan baik dan berlangsung
hingga saat ini. Selain kebiasaan pembuangan sampah yang sudah baik,
kini masyarakat mulai membangun MCK dan memperbaiki sanitasi yang
ada, sehingga perilaku BABs masyarakat juga telah hilang.
Kesadaran masyarakat dalam merawat lingkungan sekitarnya
menimbulkan dampak yang baik bagi lingkungannya dan kehidupannya.
Lingkungan Kampung Warna Warni kini telah terbebas dari wajah
kumuhnya dan berganti menjadi kampung yang bersih, asri, dan indah.
Pencemaran di sempadan Sungai Brantas pun juga berkurang di daerah
tersebut, karena telah bersih dari sampah walaupun terkadan terdapat
sampah yang berasal dari tempat lain yang terbawa arus Sungai Brantas.
Penelitian terdahulu oleh Fernanda dan Kusuma (2017) juga
menunjukkan bahwa hadirnya Kampung Warna Warni memberi dampak
besar terhadap lingkungan. Kampung Warna Warni terlihat lebih bersih
dan terawat, ditambah dengan warna-warna yang mencolok membuat
kesan suram dan kotor telah hilang.
b. Aspek Sosial
Kondisi sosial di Kampung Warna Warni juga mengalami perubahan
kea rah yang lebih baik. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial masyarakat di Kampung Warna
Warni telah berada pada keadaan yang baik bahkan sebelum menjadi
kampung wisata. Masyarakat yang sebagian besar secara turun temurun
104
telah menempati kawasan permukiman tersebut, mengaku telah
menjunjung nilai-nilai sosial dan budaya yang baik sejak dulu.
Masyarakat menyatakan masih rutin mengadakan kegiatan bersama dan
perkumpulan. Kegiatan tersebut seperti kerja bakti, mengadakan majelis,
rapat RT/RW, dan kegiatan lain yang menjunjung nilai gotong royong.
Selain itu berdasarkan wawancara, masyarakat Kampung Warna Warni
memiliki perilaku yang baik pada umumnya dan selalu menjunjung
kerukunan.
Sedangkan setelah menjadi kampung wisata, terdapat dampak positif
dan negatif pada kondisi sosial masyarakat Kampung Warna Warni.
Masyarakat menyatakan, hadirnya Kampung Warna Warni membuat
intensitas pertemuan dan kegiatan masyarakat semakin meningkat.
Sehingga masyarakat merasa semakin rukun dan gotong royong. Pada
penelitian terdahulu oleh Aeni (2017) juga memberikan hasil penelitian
bahwa dalam aspek sosial pada masyarakat Kampung Warna Warni
semakin berada pada kondisi yang baik jika dibandingkan dengan
kondisi sebelum menjadi kampung wisata. Tetapi dalam penelitian ini
menemukan bahwa terdapat dampak negatif yang dirasakan oleh
masyarakat, yaitu terganggunya masyarakat dengan kebisingan para
pengunjung yang membuat mereka sedikit kesulitan untuk beristirahat.
105
c. Aspek Ekonomi
Kondisi masyarakat bila ditinjau dari aspek ekonomi terdapat
perubahan kea rah yang lebih baik. Pekerjaan masyarakat sebelum
menjadi kampung wisata, mayoritas berprofesi sebagai pegawai swasta,
dan pedagang tetapi masih terdapat beberapa masyarakat yang
pengangguran. Masyarakat menyatakan bahwa ibu rumah tangga yang
tidak bekerja, hanya mengurus rumah tangga dan anak-anaknya.
Hadirnya Kampung Warna Warni memberi masyarakat harapan baru
dalam meningkatkan kesejahteraannya. Masyarakat menyatakan bahwa
kini ibu-ibu rumah tangga yang dulu hanya mengurus rumah dan anak-
anaknya saja, kini bisa membuka usaha kecil-kecilan berupa menjual
makanan, minuman, jajanan, dan souvenir, atau menjadi penjaga tiket.
Sedangkan untuk bapak-bapak yang tidak memiliki pekerjaan tetap
ataupun pengangguran dapat beralih profesi sebagai juru parkir. Hal
tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Wulandari (2017) yang
menyatakan bahwa Kampung Warna Warni Jodipan telah memberikan
banyak manfaat kepada masyarakat sekitar yang membuat perekonomian
masyarakat meningkat. Banyaknya kunjungan wisatawan telah memberi
motivasi kepada masyarakat untuk memulai membuka usaha sendiri di
rumahnya.
106
2. Analisis Terhadap Keberlanjutan Kampung Warna Warni Jodipan, Kota
Malang Dengan Pendekatan Scenario Planning
a. Tracking (Pelacakan)
Pada tahap tracking, peneliti menggunakan analisis SWOT yang
bertujuan untuk melihat tanda tanda keberadaan faktor eksternal
(ancaman/tantangan, peluang) serta mengenali faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) yang dimiliki dalam pengembangan Kampung Warna Warni
Jodipan. SWOT Pengembangan Kampung Warna Warni Jodipan dirangkum
dalam table berikut:
Tabel 14. SWOT
Internal
Eksternal
STRENGTHS (S)
1. Kampung Warna Warni
telah menjadi anggota
POKDARWIS
2. Hadirnya Kampung
Warna Warni
menambah Pendapatan
Asli Daerah (PAD)
Kota Malang.
3. Partisipasi masyarakat
dalam mengembangkan
Kampung Warna Warni
cukup tinggi.
4. Hadirnya Kampung
Warna Warni
meningkatkan
perekonomian
masyarakat.
5. Motivasi masyarakat
untuk menjaga
kebersihan dan keasrian
Kampung Warna Warni
semakin tinggi
semenjak dibuka
sebagai wisata.
WEAKNESSES (W)
1. Inovasi masyarakat yang
terbatas karena tingkat
SDM yang rendah.
2. Fasilitas di Kampung
Warna Warni masih
minim.
3. Kampung Warna Warni
adalah kawasan rawan
bencana karena berada di
sempadan sungai,
sehingga bila musim
hujan tiba akan terjadi
banjir.
4. Kurangnya lahan parkir,
sehingga saat liburan tiba
akan menyebabkan
macet.
5. Tidak ada wahana, hanya
spot untuk berswa foto
dan jembatan kaca.
6. Kendala dana yang
dialami masyarakat
dalam pengembangan
Kampung Warna Warni.
107
7. Kampung Warna Warni
merupakan daerah wisata
yang berdiri di atas tanah
illegal sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 38
Tahun 2011 Tentang
Sungai Pasal 22 ayat (2).
Alternatif Kekuatan dan
Peluang (SO)
Alternatif Kelemahan dan
Peluang (WO)
OPPORTUNITIES
(O)
1. Tingginya
antusiasme
wisatawan pada
Kampung Warna
Warni.
2. Bantuan promosi
dari pemerintah.
3. Pemberdayaan
masyarakat dari
pemerintah dan
akademisi untuk
masyarakat dalam
membantu
pengembangan
Kampung Warna
Warni
4. Masyarakat
Kampung Warna
Warni dapat
menjual beberapa
produk souvenir
dan makanan yang
diminati oleh
wisatawan.
5. Peningkatan kerja
sama dengan
komunitas atau
pihak swasta turut
membantu
masyarakat dalam
pengembangan
Kampung Warna
Warni.
6. Menjadi salah satu
1. Bergabungnya
Kampung Warna Warni
dengan Kelompok
Sadar Wisata
(POKDARWIS),
membuat Dinas
Pariwisata dapat
membantu promosi
Kampung Warna
Warni. (S1, O2)
2. Tingginya antusias
wisatawan pada
Kampung Warna Warni
membuatnya
berpengaruh terhadap
meningkatnya
Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Malang.
(S2, O2)
3. Partisipasi masyarakat
dalam mengembangkan
Kampung Warna Warni
yang ditambah dengan
pemberdayaan
masyarakat dari
stakeholder, bantuan
promosi dari
pemerintah, dan
peningkatan kerjasama
dengan komunitas atau
pihak swasta membuat
pengembangan
Kampung Warna Warni
lebih maksimal,
sehingga Kampung
Warna Warni dapat
menjadi salah satu
1. Keterbatasan inovasi
yang disebabkan SDM
yang rendah bisa di atasi
dengan peningkatan
kualitas dan kuantitas
pemberdayaan yang
dilakukan oleh para
stakeholder, sehingga
melalui pemberdayaan
dapat ditumbuhkan daya
inovasi dan kreativitas
masyarakat. (W1, O3)
2. Kampung Warna Warni
yang berada di sekitar
bantaran Sungai Brantas,
saat musim hujan akan
dilanda banjir. Hal ini
bisa diminimalisir
dengan pemberdayaan
masyarakat untuk
tanggap bencana (W3,
O3)
3. Kendala dana untuk
pengembangan
Kampung Warna Warni
dan pembangunan
fasilitas bisa diatasi
melalui pendirian
koperasi (semacam
KUD) yang menjual
produk unggulan khas
Kampung Warna Warni
dan souvenir, sehingga
Kampung Warna Warni
memiliki dana mandiri
dan tidak bergantung
pada pihak luar ataupun
108
destinasi andalan
Kota Malang.
7. Masyarakat dapat
mendirikan
koperasi (semacam
KUD).
8. Belum ada upaya
relokasi oleh
pemerintah selama
ini.
destinasi andalan Kota
Malang. (S3, O2, O3,
O5 O6)
4. Masyarakat Kampung
Warna Warni dapat
menjual beberapa
produk souvenir dan
makanan yang diminati
oleh wisatawan, hal ini
tentu saja dapat
meningkatkan
perekonomian
masyarakat. (S4, O4)
5. Lingkungan yang
bersih dan asri
membuat antusias
wisatawan semakin
meningkat. (S5, O1)
6. Meningkatnya
perekonomian
masyarakat dapat
dimaksimalkan dengan
mendirikan koperasi
(semacam KUD) yang
dikelola masyarakat,
kemudian hasilnya
untuk masyarakat dan
sebagai penunjang dana
pengembangan
Kampung Warna
Warni. (S4, 07)
pemerintah. (W5, O4,
O7)
4. Status Kampung Warna
Warni yang berada di
atas tanah illegal tetapi
pemerintah selama ini
belum melakukan upaya
relokasi, maka berarti
pengembangan
Kampung Warna Warni
bisa dilanjutkan.(W7,
O8)
Alternatif Ancaman dan
Kekuatan (ST)
Alternatif Kelemahan dan
Ancaman (WT)
THREATS (T)
1. Kampung Jodipan
masuk sebagai
daerah yang akan di
relokasi secara
bertahap
berdasarkan
Peraturan Daerah
RTRW Kota
Malang.
2. Pemerintah tidak
bisa membantu
pembangunan pada
1. Partisipasi masyarakat
dalam pengembangan
Kampung Warna Warni
akan membuatnya
sebagai destinasi
unggulan dan tetap
diminati oleh
pengunjung ditengah
munculnya kampung
tematik lainnya. (S3,
T4, T5)
2. Bergabungnya
Kampung Warna Warni
1. Menyadarkan dan
membina masyarakat
agar menjadi masyarakat
yang tanggap akan
bencana.
2. Musyawarah antara
pemerintah dan
masyarakat tentang
upaya relokasi kawasan
sekitar DAS Brantas
berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 38
Tahun 2011 Tentang
109
Kampung Warna
Warni karena
bertentangan
dengan peraturan.
3. Bantuan
pengecatan
Kampung Warna
Warni oleh CSR
PT. INDANA yang
terbatas.
4. Kampung Warna
Warni mulai sepi
pengunjung.
5. Munculnya
beberapa Kampung
Wisata baru yang
lebih menarik di
Kota Malang
dengan POKDARWIS,
membuat akses
pemerintah dalam
membantu
pengembangan
Kampung Warna Warni
dapat dilakukan. (S1,
T2)
Sungai Pasal 22 ayat (2)
dan peraturan RTRW
Kota Malang dimana
Kampung Warna Warni
termasuk dalam
permukiman yang akan
di relokasi secara
bertahap. Melalui
pemberian opsi kepada
masyarakat untuk
dipindahkan ke daerah
lain yang lebih aman.
3. Kerjasama antara
masyarakat dan
stakeholder untuk sama
sama mengawasi dan
mengontrol dampak
pengembangan
Kampung Warna Warni
terhadap lingkungan,
masyarakat, dan
pengunjung.
4. Mendorong dan
memfasilitasi masyarakat
untuk memperoleh dana
mandiri dalam
pengembangan
Kampung Warna Warni.
Sumber: Diolah Peneliti, 2018
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi pengembangan Kampung Warna Warni Jodipan. Dua faktor
tersebut yaitu faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang
dan ancaman), kemudian dari pilihan tersebut dapat dikembangkan pilihan
alternatif seperti SO (Strengths Opportunities) yang berguna untuk
memanfaatkan kekuatan dan peluang untuk menangkap peluang, ST
(Strengths Threats) memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi ancaman, WO
(Weaknesses Opportunities) mengupayakan agar kelemahan dapat diatasi
110
untuk mencoba menangkap peluang dan WT (Weaknesses Threats) atau upaya
untuk mengurangi kerugian akibat kelemahan dan ancaman.
Kekuatan yang berasal dari faktor internal dapat digunakan untuk meraih
peluang melalui SO (Strengths Opportunities):
1. Bergabungnya Kampung Warna Warni dengan Kelompok Sadar
Wisata (POKDARWIS), membuat pemerintah dapat membantu
promosi Kampung Warna Warni. (S1, O2)
Promosi dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Malang, karena POKDARWIS merupakan program binaan di bawah
naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang. Dengan
terbitnya SK yang menyatakan bahwa Kampung Warna Warni Jodipan
merupakan anggota dari POKDARWIS, maka Kampung Warna Warni
berhak mendapat bimbingan serta di promosikan oleh dinas. Promosi
dilakukan melalui aplikasi “Malang Menyapa”. Aplikasi tersebut adalah
aplikasi buatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang yang
dapat di download di Google Playstore. Dengan masuknya Kampung
Warna Warni sebagai anggota POKDARWIS tentu saja membawa
keuntungan bagi Kampung Warna Warni, karena dengan di promosikan
secara langsung oleh dinas terkait maka biaya untuk promosi dapat
ditekan.
2. Tingginya antusias wisatawan pada Kampung Warna Warni
membuatnya berpengaruh terhadap meningkatnya Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Malang. (S2, O2)
111
Sesuai dengan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
pada Bab V Pendapatan Asli Daerah Pasal 6, bahwa hasil pajak dan
retribusi merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan potensi keuangan daerah yang
pada umumnya mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah.
Melalui retribusi, daerah dapat menggali potensi sumber daya alam
berupa objek wisata. Sekalipun sektor pariwisata bukan sektor
penyumbang terbesar dalam PAD, tetapi tetap saja memiliki potensi
untuk meningkatkan PAD. Sehingga dengan meningkatnya antusias
wisatawan untuk mengunjungi Kampung Warna Warni, tentu akan
berdampak pada PAD Kota Malang.
3. Partisipasi masyarakat dalam mengembangkan Kampung Warna
Warni yang ditambah dengan pemberdayaan masyarakat dari
stakeholder, bantuan promosi dari pemerintah, dan peningkatan
kerjasama dengan komunitas atau pihak swasta membuat
pengembangan Kampung Warna Warni lebih maksimal, sehingga
Kampung Warna Warni dapat menjadi salah satu destinasi andalan
Kota Malang. (S3, O2, O3, O5 O6)
4. Masyarakat Kampung Warna Warni dapat menjual beberapa produk
souvenir dan makanan yang diminati oleh wisatawan, hal ini tentu
saja dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. (S4, O4)
112
Selama ini masyarakat sudah memilki inisiatif untuk berjualan
beberapa produk makanan dan souvenir dengan memanfaatkan halaman di
depan rumahnya sebagai toko. Hadirnya Kampung Warna Warni
dirasakan oleh masyarakat dapat menambah penghasilan mereka.
5. Lingkungan yang bersih dan asri membuat antusias wisatawan
semakin meningkat. (S5, O1)
Semakin bersih sebuah wisata, maka wisatawan pun akan merasa
nyaman saat berwisata. Kebersihan juga menjadi salah satu unsur yang ada
dalam 7 Sapta Pesona yang harus dimiliki oleh sebuah destinasi wisata.
Sapta Pesona sebagaimana disinggung di atas adalah 7 (tujuh) unsur
pesona yang harus diwujudkan bagi terciptanya lingkungan yang kondusif
dan ideal bagi berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu tempat
yang mendorong tumbuhnya minat wisatawan untuk berkunjung (Buku
Pedoman Kelompok Sadar Wisata, 2012: 5).
6. Meningkatnya perekonomian masyarakat dapat dimaksimalkan
dengan mendirikan koperasi (semacam KUD) yang dikelola
masyarakat, kemudian hasilnya untuk masyarakat dan sebagai
penunjang dana pengembangan Kampung Warna Warni. (S4, O7)
Ancaman yang berasal dari luar dapat diatasi dengan kekuatan yang
dimiliki oleh Kampung Warna Warni melalui ST (Strengths Threats):
1. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan Kampung Warna
Warni akan membuatnya sebagai destinasi unggulan dan tetap
113
diminati oleh pengunjung ditengah munculnya kampung tematik
lainnya. (S3, T4, T5)
Partisipasi masyarakat merupakan unsur penting dalam
pengembangan kampung wisata, karena sumber daya dan keunikan tradisi
serta budaya yang melekat pada komunitas tersebut merupakan unsur
penggerak utama wisata Kampung Warna Warni. Keberhasilan
pengembangan Kampung Warna Warni tergantung pada dukungan yang
diberikan masyarakat, karena masyarakat adalah sebagai tuan rumah dan
pemangku kepentingan dalam pengembangan Kampung Warna Warni.
2. Bergabungnya Kampung Warna Warni dengan POKDARWIS,
membuat akses pemerintah dalam membantu pengembangan
Kampung Warna Warni dapat dilakukan. (S1, T2)
SK POKDARWIS adalah sebagai dasar hukum yang dapat
digunakan oleh pemerintah untuk membantu masyarakat dalam
pengembangan Kampung Warna Warni. Karena apabila Kampung Warna
Warni tidak bergabung dengan POKDARWIS, maka pemerintah tidak
memiliki akses secara langsung untuk membantu pengembangan
Kampung Warna Warni. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tidak berani
melakukan tindakan untuk membantu masyarakat jika tidak ada dasar
hukum yang bisa digunakan sebagai acuan mereka.
Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh Kampung Warna Warni dapat
di tutupi dengan memaksimalkan atau memanfaatkan keberadaan peluang untuk
114
mengatasi beberapa kelemahan yang muncul. WO (Weaknesses Opportunities)
melalui:
1. Keterbatasan inovasi yang disebabkan SDM yang rendah bisa di
atasi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pemberdayaan yang
dilakukan oleh para stakeholder, sehingga melalui pemberdayaan
dapat ditumbuhkan daya inovasi dan kreativitas masyarakat. (W1,
O3)
Tahap yang perlu dilalui dalam rangka pemberdayaan masyarakat
adalah meliputi (Sulistiyani, 2004:83):
1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku
sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan
kapasitas diri.
2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan
keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam
pembangunan.
3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-
keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan
inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian.
Tahap-tahap tersebut perlu dilakukan untuk memaksimalkan hasil
dari proses pemberdayaan yang akan dilakukan. Masyarakat perlu diberi
penyadaran terlebih dahulu tentang pentingnya inovasi dan kreativitas
untuk masa depannya. Setelah upaya penyadaran, masyarakat perlu
diberi wawasan yang cukup untuk mengembangkan inovasi dan
kreativitasnya. Terakhir, masyarakat perlu di dorong untuk mampu
berinisiatif dengan baik agar memiliki kemandirian.
Selama ini pemberdayaan masyarakat di Kampung Warna Warni
sering dilakukan oleh akademisi dan pemerintah lebih kepada
115
penyuluhan dan pelatihan untuk mendorong daya kreativitas dan
menambah wawasan masyarakat. Upaya yang sudah dilakukan oleh
akademisi dan pemerintah, dapat disempurnakan dengan pemberdayaan
yang melalui tahap-tahap tersebut.
2. Kampung Warna Warni yang berada di sekitar bantaran Sungai
Brantas, saat musim hujan akan dilanda banjir. Hal ini bisa
diminimalisir dengan pemberdayaan masyarakat untuk tanggap
bencana (W3, O3)
3. Kendala dana untuk pengembangan Kampung Warna Warni dan
pembangunan fasilitas bisa diatasi melalui pendirian koperasi
(semacam KUD) yang menjual produk unggulan khas Kampung
Warna Warni dan souvenir, sehingga Kampung Warna Warni
memiliki dana mandiri dan tidak bergantung pada pihak luar ataupun
pemerintah. (W5, O4, O7)
4. Status Kampung Warna Warni yang berada di atas tanah illegal
tetapi pemerintah selama ini belum melakukan upaya relokasi, maka
berarti pengembangan Kampung Warna Warni bisa dilanjutkan.(W7,
O8)
Kemudian dalam meminimalkan kelemahan sekaligus sebagai cara untuk
menghindari ancaman dari luar, melalui WT (Weaknesses Threats) :
1. Menyadarkan dan membina masyarakat agar menjadi masyarakat
yang tanggap akan bencana.
116
2. Musyawarah antara pemerintah dan masyarakat tentang upaya
relokasi kawasan sekitar DAS Brantas berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai Pasal 22 ayat (2)
dan peraturan RTRW Kota Malang dimana Kampung Warna Warni
termasuk dalam permukiman yang akan di relokasi secara bertahap.
Melalui pemberian opsi kepada masyarakat untuk dipindahkan ke
daerah lain yang lebih aman.
3. Kerjasama antara masyarakat dan stakeholder untuk sama sama
mengawasi dan mengontrol dampak pengembangan Kampung
Warna Warni terhadap lingkungan, masyarakat, dan pengunjung.
4. Mendorong dan memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh dana
mandiri dalam pengembangan Kampung Warna Warni.
Dalam tahap tracking ditentukan focal concern (masalah utama). Melalui
wawancara dan analisis SWOT yang telah dilakukan terdapat focal concern
yang sangat berperan dalam scenario planning pengembangan Kampung
Warna Warni yaitu Kebijakan dan Modal (modal manusia dan modal
finansial). Focal concern tersebut dipilih karena isu kebijakan dapat
mempengaruhi keberlanjutan Kampung Warna Warni baik sebagai sebuah
permukiman ataupun kampung wisata. Sedangkan Modal, baik modal manusia
maupun modal finansial keberadaannya dapat mendukung aktivitas
pengembangan Kampung Warna Warni, tetapi bila tidak ada maka akan
menghambat aktivitas pengembangan Kampung Warna Warni.
117
b. Analysing (Analisis)
Tahapan analisis menjadi peran penting karena dalam tahap ini melakukan
analisis hasil dari pelacakan atau tracking yaitu Kebijakan dan Modal. Kebijakan
yang dimaksud adalah peraturan yang mempengaruhi keberlanjutan Kampung
Warna Warni. Sedangkan modal yang dimaksud adalah modal manusia dan modal
finansial. Pada tahap ini menganalisis perencanaan terbaik (the best planning) dan
perencanaan terburuk (the worst planning). Perencanaan terbaik dan terburuk
tersebut di sinkronkan dengan 3 aspek yaitu aspek sosial, lingkungan, dan
ekonomi.
Gambar 15. Matrix Logika Skenario
Sumber : Data diolah peneliti, 2018
1. Scenario I : Kebijakan Mendukung, Modal Mendukung
Pada scenario ini kebijakan mendukung dan modal mendukung. Scenario ini
merupakan yang terbaik karena merupakan gabungan dari kebijakan yang
mendukung dan modal yang mendukung sehingga masyarakat bersama dengan
stakeholder dapat melakukan pengembangan Kampung Warna Warni tanpa
adanya hambatan yang serius dan dapat mendapatkan hasil pengembangan secara
maksimal.
-X+
KEBIJAKAN (-) KEBIJAKAN (+)
MODAL (-)
MODAL (+)
+X- -X-
+X+
118
Tabel 15. Scenario I: Kebijakan Mendukung, Modal Mendukung
ASPEK DAMPAK
a.Ekonomi 1. Dampak pengembangan Kampung Warna Warni
terhadap kesejahteraan masyarakat dirasakan
maksimal.
2. Masyarakat bisa membangun fasilitas yang lengkap di
Kampung Warna Warni.
3. Modal yang mendukung dan Kebijakan yang
mendukung membuat pengelolaan Kampung Warna
Warni menjadi professional dan akuntabel yang
menghasilkan pendapatan yang maksimal.
b.Sosial 1. Modal manusia yang mendukung membuat tingkat
partisipasi mayarakat tinggi, sehingga dapat
melakukan upaya pengembangan Kampung Warna
Warni secara maksimal.
2. Hubungan sosial masyarakat semakin erat karena
masyarakat saling peduli dan gotong royong.
3. Kerjasama masyarakat dan stakeholder dapat terjalin
dengan baik.
4. Masyarakat memiliki inovasi yang tinggi terhadap
pengembangan Kampung Warna Warni, sehingga
pengunjung semakin meningkat dan Kampung Warna
Warni terus berlanjut menjadi kampung wisata.
c. Lingkungan 1. Lingkungan Kampung Warna Warni semakin bersih
dan asri, karena modal sosial mendukung dan
semakin sadar menjaga lingkungan serta modal
finansial yang mendukung untuk menyediakan
fasilitas kebersihan.
2. Pencemaran Daerah Aliran Sungai Brantas
terminimalisir.
Sumber : Data diolah peneliti, 2018
Scenario ini berdampak baik bagi masyarakat dan juga pemerintah.
Kebijakan yang mendukung membuat upaya pengembangan Kampung Warna
Warni berjalan lancar karena tidak ada pelanggaran hukum di dalamnya, sehingga
masyarakat tidak memiliki resiko hukum ketika melakukan pengembangan
Kampung Warna Warni. Sedangkan pemerintah diuntungkan karena dengan
dikembangkannya Kampung Warna Warni mengurangi permukiman kumuh dan
119
meningkatkan PAD Kota Malang. Untuk pihak swasta dan akademisi yang
terlibat dalam pengembangan Kampung Warna Warni akan merasa nyaman dalam
bekerja sama.
Modal manusia yang mendukung menyebabkan partisipasi masyarakat tinggi,
hubungan masyarakat yang harmonis serta membuat pengelolaan Kampung
Warna Warni dapat dilakukan dengan professional dan akuntabel, sedangkan
modal finansial yang mendukung membuat masyarakat bisa memenuhi kebutuhan
pembangunan fasilitas dan biaya operasional di Kampung Warna Warni dan
merealisasikan inovasi-inovasinya. Modal yang mendukung tentu membuat
pemerintah dan swasta merasa senang untuk bekerja sama dengan masyarakat,
sehingga muncul sinergitas antara masyarakat, pemerintah dan swasta yang
membantu pengembangan Kampung Warna Warni.
Pada scenario ini, terdapat dampak positif untuk lingkungan, sosial, dan
ekonomi masyarakat. Sekalipun memiliki dampak yang positif, tetap saja
diperlukan upaya untuk mempertahankan kondisi yang baik tersebut agar
pengembangan Kampung Warna Warni terus berlanjut dan bisa dirasakan
manfaatnya oleh generasi saat ini maupun di masa yang akan datang. Sehingga
peneliti merekomendasikan strategi “Pembangunan Berkelanjutan”. Pengertian
pembangunan berkelanjutan menurut Goodland (1995) dalam Mukhlis (2009),
pembangunan berkelanjutan menurutnya dapat dibedakan menjadi empat, yaitu
kelestarian lingkungan (environmental sustainability), keberlangsungan ekonomi
(economic sustainability), kelestarian sosial (sosial sustainability), dan
pembangunan berkelanjutan itu sendiri. Pembangunan berkelanjutan merupakan
120
integrasi dari tiga aspek, yaitu kelestarian sosial, kelestarian lingkungan, dan
keberlangsungan ekonomi. Sehingga pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan yang dilakukan dengan memperhatikan dampak dari pembangunan
tersebut untuk kondisi saat ini dan kondisi masa depan demi kesejahteraan
masyarakat dan kelestarian lingkungan. Pembangunan berkelanjutan mencakup
tiga pilar penting yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan yang harus dijalankan
secara terintegrasi. Pembangunan berkelanjutan tidak diartikan secara sempit
sebagai perlindungan lingkungan tetapi juga sebagai pemahaman tentang
keterkaitan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan (Rahardian, 2016).
2. Scenario II: Kebijakan Mendukung, Modal Tidak Mendukung
Pada scenario ini kebijakan mendukung dan modal tidak mendukung.
Sehingga merupakan scenario yang masih cukup baik untuk keberlanjutan
pengembangan Kampung Warna Warni. Alasannya karena hambatan dalam
pengembangan Kampung Warna Warni hanya terdapat pada modal manusia dan
modal finansial yang tidak mendukung, sedangkan pada kebijakan tidak ada
hambatan untuk pengembangan Kampung Warna Warni.
Tabel 16. Scenario II: Kebijakan Mendukung, Modal Tidak
Mendukung
ASPEK DAMPAK
a.Ekonomi 1.Dampak pengembangan Kampung Warna Warni
terhadap kesejahteraan masyarakat hanya sedikit
dirasakan.
2.Fasilitas pendukung di Kampung Warna Warni
hanya sedikit karena keterbatasan modal finansial
dan menjadi tidak terawat karena modal manusia
yang tidak mendukung.
121
3.Fasilitas yang minim dan modal manusia yang
tidak mendukung membuat minat pengunjung
semakin menurun, sehingga berdampak secara
langsung pada penurunan pendapatan Kampung
Warna Warni.
4.Kebijakan yang mendukung membuat
keberlanjutan pengembangan Kampung Warna
Warni memungkinkan untuk terus dilakukan.
b.Sosial 1.Modal manusia yang tidak mendukung membuat
tingkat partisipasi mayarakat rendah, sehingga
tidak semua ikut berpartisipasi melakukan upaya
pengembangan Kampung Warna Warni.
2.Hubungan sosial masyarakat mulai terganggu
karena masyarakat tidak saling peduli dan gotong
royong jarang dilakukan.
3.Kerjasama masyarakat dan stakeholder mulai
terganggu, karena berkurangnya partisipasi
masyarakat.
4.Stakeholder berperan penting membantu
masyarakat untuk meningkatkan modal manusia
dan modal finansial karena kebijakan yang
mendukung.
5.Masyarakat tidak memiliki inovasi terhadap
pengembangan Kampung Warna Warni,
sehingga tidak ada inovasi masyarakat yang akan
dijalankan.
c.Lingkungan 1.Lingkungan Kampung Warna Warni mulai kotor
dan tidak asri, karena modal manusia tidak
mendukung dan kesadaran untuk selalu menjaga
lingkungan semakin hilang.
2.Fasilitas kebersihan minim karena modal
finansial yang terbatas.
3.Pencemaran Daerah Aliran Sungai Brantas
semakin tinggi.
Sumber : Data diolah peneliti, 2018
Modal yang tidak mendukung akan menjadi hambatan dalam pengembangan
Kampung Warna Warni. Modal manusia yang tidak mendukung membuat
partisipasi masyarakat menurun, masyarakat kesulitan untuk berinovasi, serta
membuat pengelolaan Kampung Warna Warni tidak dapat dilakukan dengan
profesional dan akuntabel, kemudian adanya modal finansial yang tidak
122
mendukung membuat masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan fasilitas dan biaya operasional di Kampung Warna Warni dan
merealisasikan inovasi-inovasinya. Sedangkan kebijakan yang mendukung
membuat keberlanjutan Kampung Warna Warni tidak memiliki ancaman untuk di
relokasi. Adanya kebijakan yang mendukung membuat pemerintah, akademisi dan
swasta dapat leluasa dalam memberikan perannya untuk pengembangan Kampung
Warna Warni. Sehingga dengan adanya peran maksimal dari stakeholder tersebut
membuat pengembangan Kampung Warna Warni dapat dilanjutkan.
Pada scenario II, peneliti merekomendasikan strategi “Pemberdayaan
Masyarakat”. Pemberdayaan menurut Sulistyani (2004:79) merupakan upaya
dalam membangun daya dengan cara mendorong, memotivasi, dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki. Pemberdayaan juga dapat
diartikan memberikan daya (empowerment) atau kekuatan (strength) kepada
masyarakat. Keberadaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan
masyarakat mampu bertahan dan mengembangkan diri untuk mencapai tujuan-
tujuannya (Pratiwi, 2013:24) dalam Trisnawati (2016:27). Tujuan strategi ini
adalah untuk mengembangkan partisipasi masyarakat dengan berkembangnya
sikap, pengetahuan, serta ketermpilan dan inovasinya dalam meningkatkan
kualitas diri, kelompok, dan lingkungannya.
123
3. Scenario III: Kebijakan Tidak Mendukung, Modal Mendukung
Pada scenario ini kebijakan tidak mendukung dan modal mendukung.
Sehingga merupakan scenario yang buruk untuk keberlanjutan pengembangan
Kampung Warna Warni. Alasannya karena dalam skenario ini walaupun modal
manusia dan modal finansial telah mendukung untuk pengembangan Kampung
Warna Warni, tetapi terdapat kebijakan yang tidak mendukung. Sehingga
kebijakan yang tidak mendukung tersebut pada akhirnya membuat Kampung
Warna Warni bisa di relokasi.
Tabel 17. Scenario III : Kebijakan Tidak Mendukung, Modal Mendukung
ASPEK DAMPAK
a.Ekonomi 1.Dampak pengembangan Kampung Warna Warni
terhadap kesejahteraan masyarakat dirasakan
hanya sementara, selama pemerintah belum
merelokasi daerah tersebut.
2.Masyarakat mampu membangun fasilitas
pendukung di Kampung Warna Warni.
3.Kendala kebijakan menghalangi masyarakat
untuk mengembangkan Kampung Warna Warni.
b.Sosial 1.Hubungan antar masyarakat baik dan partisipasi
masyarakat masih tinggi.
2.Masyarakat memiliki inovasi yang tinggi
terhadap pengembangan Kampung Warna Warni,
tetapi tidak bisa direalisasikan.
3.Masyarakat merasa khawatir karena akan di
relokasi.
c.Lingkungan 1.Lingkungan Kampung Warna Warni bersih dan
asri, karena modal manusia mendukung dan
sadar untuk selalu menjaga lingkungan dan
modal finansial yang memadai membuat
masyarakat mudah menyediakan fasilitas
kebersihan.
2.Pencemaran Daerah Aliran Sungai Brantas bisa
terminimalisir.
Sumber : Data diolah peneliti, 2018
124
Kebijakan yang tidak mendukung dimana dalam hal ini adalah kebijakan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai Pasal 22 ayat (2)
dan Peraturan Daerah RTRW Kota Malang yang menjadikan kawasan Kampung
Warna Warni adalah illegal dan bisa direlokasi oleh pemerintah. Hal ini secara
langsung menjadi ancaman untuk keberlanjutan Kampung Warna Warni. Tetapi
dalam kenyataannya pemerintah belum melakukan upaya relokasi dan masih
mendukung pengembangan Kampung Warna Warni melalui Keputusan Kepala
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang Nomor : 64/2017 Tentang
Penetapan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Kampung Warna Warni
Jodipan Kota Malang. Adanya SK POKDARWIS tidak serta merta
menggugurkan kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang
Sungai Pasal 22 ayat (2) dan Peraturan Daerah RTRW Kota Malang untuk di
implementasikan sewaktu waktu karena kedudukan kebijakan tersebut lebih
tinggi.
Kebijakan yang tidak mendukung tetapi tidak diimplementasikan oleh
pemerintah dapat menjadi peluang untuk masyarakat dalam mengembangkan
Kampung Warna Warni. Modal manusia berupa masyarakat yang memiliki
inovasi yang tinggi, partisipasi yang tinggi, dan hubungan masyarakat yang
harmonis serta membuat pengelolaan Kampung Warna Warni dapat dilakukan
dengan professional dan akuntabel, kemudian adanya modal finansial yang
mendukung membuat masyarakat bisa memenuhi kebutuhan pembangunan
fasilitas dan biaya operasional di Kampung Warna Warni dan merealisasikan
inovasi-inovasinya. Tetapi modal tersebut akan menjadi sia-sia ketika pemerintah
125
melakukan upaya relokasi pada kawasan Kampung Warna Warni, tetapi dengan
mempertahankan modal manusia dan finansial yang mendukung membuat
masyarakat ketika direlokasi bisa bertahan dan berhasil dilingkungan yang baru.
Pada skenario III, peneliti merekomendasikan strategi “Relokasi Berbasis
Masyarakat”. Relokasi menurut Utomo (2011) merupakan penataan ulang dengan
tempat yang baru atau pemindahan dari tempat lama ke tempat yang baru.
Menurut Hudohusodo dalam Mustofa (2011) relokasi dilakukan terhadap
permukiman yang yang tidak diperuntukkan bagi perumahan atau lokasi yang
rawan terhadap bencana maupun yang terkena bencana. Relokasi merupakan salah
satu solusi untuk memberi kesempatan kepada masyarakat permukiman kumuh,
status lahannya tidak legal, atau bermukim di lingkungan yang rawan bencana
untuk menata kembali dan melanjutkan kehidupannya di tempat baru yang lebih
baik (Mustofa, 2011). Relokasi berbasis masyarakat dalam skenario ini adalah
relokasi yang bertujuan untuk melibatkan peran masyarakat dalam proses relokasi.
Harapannya adalah relokasi yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
agar relokasi dapat berdampak baik untuk kesejahteraan masyarakat kedepannya.
4. Scenario IV: Kebijakan Tidak Mendukung, Modal Tidak Mendukung
Pada scenario ini Kebijakan tidak mendukung, modal tidak mendukung.
Sehingga scenario ini merupakan yang terburuk dalam keberlanjutan
pengembangan Kampung Warna Warni. Alasannya karena bila kebijakan dan
modal sama-sama tidak mendukung, maka pengembangan Kampung Warna
Warni tidak akan bisa dilanjutkan, bahkan dapat menimbulkan dampak negatif.
126
Tabel 18. Scenario IV: Kebijakan Tidak Mendukung, Modal Tidak
Mendukung
ASPEK DAMPAK
a.Ekonomi 1.Dampak pengembangan Kampung Warna Warni
tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat.
2.Tidak ada pembangunan fasilitas karena modal
finansial tidak mendukung, ini membuat
pengunjung enggan datang, sehingga berdampak
secara langsung pada pendapatan Kampung
Warna Warni.
3.Modal manusia yang tidak mndukung membuat
pengelolaan Kampung Warna Warni menjadi
tidak professional dan tidak bisa dilanjutkan.
4.Kebijakan yang tidak mendukung membuat
keberlanjutan Kampung Warna Warni terancam
dihentikan.
b.Sosial 1.Tidak ada partisipasi masyarakat karena modal
manusia dan finansial yang tidak mendukung,
sehingga tidak ada upaya pengembangan
Kampung Warna Warni yang dilakukan.
2.Hubungan sosial masyarakat semakin buruk
karena masyarakat tidak saling peduli dan gotong
royong tidak pernah dilakukan
3.Tidak ada kerjasama yang dilakukan dengan
stakeholder.
4.Masyarakat tidak memiliki keinginan berinovasi
untuk pengembangan Kampung Warna Warni.
c.Lingkungan 1.Lingkungan Kampung Warna Warni sangat kotor
dan semakin tercemar, karena masyarakat tidak
peduli untuk menjaga lingkungan, ditambah
dengan modal finansial yang tidak mendukung
menyebabkan tidak ada fasilitas kebersihan.
2.Daerah Aliran Sungai Brantas semakin tercemar.
Sumber : Data diolah peneliti, 2018
Scenario ini akan berdampak sangat buruk terhadap keberlanjutan Kampung
Warna Warni. Dampak buruk akibat skenario ini juga akan mempengaruhi
lingkungan, ekonomi, dan sosial masyarakat secara langsung. Modal manusia dan
modal finansial yang tidak mendukung akan membuat pengembangan Kampung
Warna Warni tidak bisa dilakukan. Pada akhirnya akan ditutup sebagai kampung
127
wisata, sehingga masyarakat tidak bisa menambah penghasilan dari Kampung
Warna Warni. Selain itu lingkungan akan semakin kotor dan kembali menjadi
kumuh dan berdampak pada tercemarnya DAS Brantas. Hal tersebut membuat
keinginan pemerintah untuk melakukan relokasi semakin tinggi karena adanya
permukiman di kawasan tersebut hanya membuat dampak negatif untuk DAS
Brantas dan mempengaruhi keindahan kota. Tetapi scenario terburuk ini
membutuhkan peran maksimal dari para stakeholder. Para stakeholder harus
bekerjasama secara maksimal dalam mengatasi scenario ini agar tidak menjadi
semakin buruk.
Pada scenario IV, peneliti merekomendasikan strategi “Relokasi dan
Revitalisasi”. Relokasi menurut Utomo (2011) merupakan penataan ulang dengan
tempat yang baru atau pemindahan dari tempat lama ke tempat yang baru.
Revitalisasi lebih kepada upaya untuk mengembalikan atau menghidupkan
kembali kawasan yang tidak berfungsi atau menurun fungsinya agar berfungsi
kembali, atau menata dan mengembangkan kawasan yang berkembang pesat
namun kondisinya cenderung tidak terkendali (Andini, 2011). Revitalisasi pada
scenario ini dimaksudkan untuk melakukan revitalisasi terhadap kondisi sosial,
lingkungan, dan ekonomi. Sehingga diharapkan proses relokasi tidak hanya
menggusur masyarakat ketempat yang baru, tetapi juga memberikan harapan yang
baru dan tentu lebih baik untuk kesejahteraan masyarakat, dan bersamaan dengan
hal tersebut lingkungan yang sebelumnya tercemar kembali pada kondisi yang
baik.
128
c. Imaging (Penggambaran)
Dengan memperhatikan permasalahan, potensi, serta dampak yang
ditimbulkan oleh pengembangan Kampung Warna Warni terhadap masyarakat
dan lingkungan sekitar, maka terdapat imaging (penggambaran) pada masing-
masing skenario, yaitu:
1. Pada Scenario I:
Pada scenario I, kondisi pengembangan Kampung Warna Warni berada
pada kondisi yang terbaik. Kebijakan yang mendukung dan modal yang
mendukung, membuat pengembangan Kampung Warna Warni berjalan
sangat baik. Pada aspek ekonomi, muncul keadaan masyarakat dengan
ekonomi sejahtera. Pada aspek sosial, muncul kondisi sosial yang tertib,
partisipatif dan inovatif serta masyarakat terdorong untuk selalu menerapkan
pembangunan berkelanjutan dalam setiap aktivitas pengembangan Kampung
Warna Warni. Tidak hanya masyarakat, tetapi stakeholder dalam scenario ini
turut berperan aktif dalam mengawasi dan mengendalikan pengembangan
Kampung Warna Warni agar tetap sesuai dengan tujuan pembangunan
berkelanjutan. Sedangkan pada aspek lingkungan, terdapat kondisi
lingkungan yang terawat. Dalam scenario ini diharapkan Kampung Warna
Warni dapat terus dikembangkan sebagai kampung wisata yang
berkelanjutan, hingga menjadi salah satu kampung wisata andalan di Kota
Malang. Sehingga peneliti merekomendasikan visi :
129
“Mewujudkan Kampung Warna Warni Sebagai Kampung Wisata
Andalan Kota Malang Yang Bernafaskan Pembangunan
Berkelanjutan”
2. Pada Scenario II:
Pada Scenario II, kondisi pengembangan Kampung Warna Warni masih
dalam kondisi yang cukup baik. Pada aspek ekonomi, terdapat masyarakat
dengan ekonomi kurang sejahtera. Pada aspek sosial, hubungan masyarakat
mulai renggang, minim partisipasi dan inovasi tetapi keberadaan kebijakan
yang mendukung membuat stakeholder terpacu untuk melakukan
pemberdayaan masyarakat secara maksimal yang membuat kondisi modal
manusia dan finansial yang sebelumnya tidak mendukung berubah menjadi
mendukung pengembangan Kampung Warna Warni. Pada aspek lingkungan,
terjadi kondisi lingkungan yang kurang terawat. Dalam scenario ini,
diharapkan aktivitas pemberdayaan masyarakat sukses membuat masyarakat
terdorong untuk meningkatkan kualitas diri, ekonomi dan lingkungannya
sehingga pengembangan Kampung Warna Warni terus berlanjut dan
memberi dampak baik pada semua aspek lingkungan, sosial, dan
ekonomi.Sehingga peneliti merekomendasikan visi:
“Mewujudkan Kampung Warna Warni Yang Berkelanjutan Dan
Berkualitas Melalui Pemberdayaan Masyarakat”
3. Pada Scenario III:
Pada scenario III, kondisi pengembangan Kampung Warna Warni
berada pada skenario yang buruk. Pada aspek ekonomi, terdapat masyarakat
130
dengan ekonomi cukup sejahtera. Pada aspek sosial, terdapat hubungan sosial
yang baik tetapi muncul kekhawatiran akan relokasi dan menyebabkan
pengembangan Kampung Warna Warni tidak bisa dilanjutkan. Masyarakat
bersama stakeholder saling memberikan perannya secara aktif membuat
relokasi berbasis masyarakat dirasakan secara optimal. Pada aspek
lingkungan, terdapat kondisi lingkungan yang terawat. Dalam scenario ini,
diharapkan dengan adanya relokasi berbasis masyarakat maka kesejahteraan
masyarakat dapat meningkat dan lingkungan DAS Brantas dapat dikelola
lebih baik. Sehingga peneliti merekomendasikan visi:
“Relokasi Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Peningkatan
Kesejahteraan”
4. Pada Scenario IV:
Scenario IV merupakan scenario yang terburuk dalam pengembangan
Kampung Warna Warni. Pada aspek ekonomi, terdapat masyarakat dengan
ekonomi tidak sejahtera. Pada aspek sosial, hubungan masyarakat tidak baik,
tidak ada partisipasi dan inovasi. Untuk itu pemerintah, swasta, dan
akademisi untuk berkolaborasi dalam upaya relokasi dan revitalisasi.
Sedangkan pada aspek lingkungan, terjadi kondisi lingkungan yang tercemar.
Pada skenario ini diharapkan relokasi dan revitalisasi dapat memperbaiki
kondisi masyarakat dan lingkungan. Sehingga peneliti merekomendasikan
visi:
“Relokasi Dan Revitalisasi Sebagai Upaya Perbaikan
Kesejahteraan Masyarakat Dan Lingkungan”
131
d. Deciding (Memutuskan)
Pada tahap ini, peneliti akan memutuskan beberapa strategi dan aktivitas
yang dilakukan dalam strategi tersebut. Strategi yang direkomendasikan
peneliti adalah:
SKENARIO I
Pembangunan Berkelanjutan
SKENARIO II
Pemberdayaan Masyarakat
SKENARIO III
Relokasi Berbasis Masyarakat
SKENARIO IV
Relokasi dan Revitalisasi
Kebijakan (+)
Modal (-)
Kebijakan (-)
Modal (+)
Gambar 16. Distribusi Strategi Pada Masing-Masing Skenario Pengembangan
Kampung Warna Warni
Sumber: Diolah Peneliti, 2018
1. Scenario I Kebijakan Mendukung, Modal Mendukung
Strategi: Pembangunan Berkelanjutan
Pada scenario I, peneliti merekomendasikan strategi Pembangunan
Berkelanjutan. Adapun aktivitas yang dapat dilakukan pada strategi ini adalah:
- Pemerintah membuat kebijakan yang mendukung pengembangan Kampung
Wisata yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan.
132
- Menjalin kerjasama dan koordinasi yang baik antara masyarakat dengan
pemerintah, swasta, dan akademisi.
- Melakukan musyawarah bersama dan evaluasi bersama terhadap upaya yang
berkaitan dengan pengembangan Kampung Warna Warni.
- Mengoptimalkan kualitas dan kapasitas pengurus Kampung Warna Warni
dalam hal manajemen dan kepemimpinan.
- Mengendalikan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan agar tidak
menurun.
- Menjaga partisipasi masyarakat dalam pengembangan Kampung Warna Warni
agar tidak menurun.
- Melengkapi sarana dan prasarana di Kampung Warna Warni.
- Kerjasama antara masyarakat dengan stakeholder dalam mengelola
pengembangan Kampung Warna Warni agar tetap pada koridor pembangunan
berkelanjutan.
2. Scenario II Kebijakan Mendukung, Modal Tidak Mendukung
Strategi: Pemberdayaan Masyarakat
Pada scenario II, peneliti merekomendasikan strategi Pemberdayaan
Masyarakat. Adapun aktivitas yang dapat dilakukan pada strategi ini adalah:
- Pemerintah bekerjasama dengan pihak akademisi dan swasta untuk
pemberdayaan masyarakat.
- Menganalisis permasalahan pada modal manusia dan modal finansial
masyarakat Kampung Warna Warni.
133
- Menyusun perencanaan program pemberdayaan masyarakat.
- Melaksanakan program pemberdayaan masyarakat secara maksimal dan
konsisten.
- Melakukan evaluasi terhadap program pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan.
3. Scenario III Kebijakan Tidak Mendukung, Modal Mendukung
Strategi: Relokasi Berbasis Masyarakat.
Pada scenario III, peneliti merekomendasikan strategi Relokasi Berbasis
Masyarakat. Adapun aktivitas yang perlu dilakukan dalam strategi tersebut
adalah:
- Pemerintah bekerjasama dengan pihak swasta dan akademisi dalam
melakukan relokasi berbasis masyarakat.
- Stakeholder melakukan persiapan dan perencanaan untuk melakukan
komunikasi persuasif dan informatif kepada masyarakat.
- Stakeholder melaksanakan proses komunikasi persuasif dan informatif
kepada masyarakat yang akan di relokasi.
- Stakeholder melibatkan masyarakat dalam perencanaan relokasi.
- Stakeholder bersama masyarakat melakukan proses relokasi.
- Stakehoder melakukan pemantauan kepada masyarakat pasca relokasi.
134
4. Scenario IV Kebijakan Tidak Mendukung, Modal Tidak Mendukung
Strategi : Relokasi dan Revitalisasi
Pada scenario IV, peneliti merekomendasikan strategi Relokasi dan
Revitalisasi. Adapun aktivitas yang perlu dilakukan dalam strategi tersebut
adalah:
- Dilakukan kerjasama antara pemerintah, swasta, dan akademisi dalam
upaya revitalisasi dan relokasi.
- Menyusun perencanaan revitalisasi dan relokasi.
- Melakukan revitalisasi terlebih dahulu (revitalisasi yang dilakukan
terhadap aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi)
- Melakukan relokasi.
- Melakukan pemantauan hasil revitalisasi dan relokasi.
135
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti paparkan sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi Pengembangan Kampung Warna Warni Ditinjau dari
Aspek Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi
a. Aspek Lingkungan
Terdapat perubahan besar pada aspek lingkungan Kampung Warna
Warni. Kampung yang dulu dikenal kumuh kini menjadi kampung yang
bersih dan asri setelah menjadi Kampung Warna Warni. Sebagian
masyarakat yang dulu memiliki kebiasaan membuang sampah
sembarangan di sungai dan buang air besar sembarangan kini telah
hilang. Partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan dan keasrian
lingkungan pun semakin meningkat.
b. Aspek Sosial
Masyarakat memiliki hubungan sosial yang baik, selain itu nilai-
nilai, kultur sosial dan budaya juga telah dijunjung masyarakat sejak
dulu. Tetapi dengan dibukanya Kampung Warna Warni sebagai
kampung wisata, membuat hubungan sosial masyarakat dan kebiasaan
menjunjung nilai-nilai, kultur sosial dan budaya semakin baik. Tetapi
136
dampak negatif yang dirasakan masyarakat semenjak dibukanya
Kampung Warna Warni sebagai kampung wisata adalah masyarakat
merasa terganggu dengan suara bising dari para wisatawan.
c. Aspek Ekonomi
Masyarakat Kampung Warna Warni rata-rata memiliki profesi
sebagai karyawan swasta dan wiraswasta. Hadirnya Kampung Warna
Warni membawa dampak positif untuk masyarakat. Sebagian besar
masyarakat dapat membuka warung dan berjualan di depan rumahnya
atau disekitar Kampung Warna Warni untuk menjual makan, minuman,
dan souvenir. Sehingga penghasilan masyarakat pun meningkat.
2. Analisis Terhadap Keberlanjutan Kampung Warna Warni Jodipan,
Kota Malang Dengan Pendekatan Scenario Planning.
a. Tracking (Pelacakan)
Pada tahap tracking, peneliti menemukan dua faktor yang mempengaruhi
keberlanjutan pengembangan Kampung Warna Warni yaitu faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman), kemudian
dari pilihan tersebut dapat dikembangkan pilihan alternatif seperti SO
(Strengths Opportunities), ST (Strengths Threats), WO (Weakneses
Opportunities) dan WT (Weaknesses Threats). Dalam tracking ditentukan
focal concern yaitu masalah utama. Melalui SWOT yang dilakukan terdapat 2
(dua) hal yang sangat berperan dalam membuat perencanaan skenario. Focal
Concern tersebut adalah Kebijakan dan Modal (modal manusia dan modal
137
finansial). Focal concern tersebut dipilih karena isu kebijakan dapat
mempengaruhi keberlanjutan Kampung Warna Warni baik sebagai sebuah
permukiman ataupun kampung wisata. Sedangkan Modal, baik modal manusia
maupun modal finansial keberadaannya dapat mendukung aktivitas
pengembangan Kampung Warna Warni, tetapi bila tidak ada maka akan
menghambat aktivitas pengembangan Kampung Warna Warni.
b. Analyzing (Analisis)
Pada tahap analisis dapat dilihat dampak yang dihasilkan dari
permasalahan yang ada. Sehingga dapat ditemukan perencanaan terbaik dan
perencanaan terburuk yang di sinkronkan dengan aspek lingkungan, sosial,
dan ekonomi.
1. Scenario I, Kebijakan Mendukung, Modal Mendukung
Scenario ini merupakan scenario yang terbaik dalam
pengembangan Kampung Warna Warni. Sehingga memiliki dampak
yang baik untuk masyarakat dan juga pemerintah. Melalui scenario ini
akan tercipta upaya pengembangan Kampung Warna Warni yang
optimal sehingga dapat meraih hasil yang memuaskan.
2. Scenario II, Kebijakan Mendukung, Modal Tidak Mendukung
Scenario ini merupakan scenario yang baik untuk pengembangan
Kampung Warna Warni. Permasalahan modal yang tidak mendukung,
bisa diatasi dengan pemberdayaan masyarakat. Sehingga pengembangan
Kampung Warna Warni masih bisa dilanjutkan.
138
3. Scenario III, Kebijakan Tidak Mendukung, Modal Mendukung
Scenario ini merupakan scenario yang buruk untuk pengembangan
Kampung Warna Warni. memiliki hambatan dalam hal kebijakan
membuat Kampung Warna Warni harus direlokasi, tetapi modal manusia
dan finansial yang mendukung akan memudahkan proses relokasi.
4. Scenario IV, Kebijakan Tidak Mendukung, Modal Tidak
Mendukung
Scenario ini merupakan scenario yang terburuk. Skenario ini akan
berdampak buruk terhadap keberlanjutan Kampung Warna Warni.
Dampak buruk akibat skenario ini juga akan mempengaruhi lingkungan,
ekonomi, dan sosial masyarakat secara langsung. Sehingga
pengembangan Kampung Warna Warni tidak dapat dilanjutkan baik
sebagai permukiman maupun kampug wisata.
c. Imaging (Penggambaran)
Tahap Imaging adalah menentukan visi. Setelah melalui tahapan tracking dan
analyzing. Visi-visi tersebut adalah:
1. Pada Scenario I, visi yang relevan adalah:
“Mewujudkan Kampung Warna Warni Sebagai Kampung Wisata
Andalan Kota Malang Yang Bernafaskan Pembangunan Berkelanjutan”
2. Pada Scenario II, visi yang relevan adalah:
“Mewujudkan Kampung Warna Warni Yang Berkelanjutan Dan
Berkualitas Melalui Pemberdayaan Masyarakat”
139
3. Pada Scenario III, visi yang relevan adalah:
“Relokasi Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Peningkatan
Kesejahteraan”.
4. Pada Scenario IV, visi yang relevan adalah :
“Relokasi Dan Revitalisasi Sebagai Upaya Perbaikan Kesejahteraan
Masyarakat Dan Lingkungan”
d. Deciding (Memutuskan)
Selanjutnya, metode terakhir dalam penelitian ini adalah deciding
(memutuskan). Pada dasarnya dalam tahap ini terdapat fokus dalam membahas
perumusan strategi. Dengan menggunakan WUS Analysis dapat mengevaluasi
rekomendasi strategi yang telah dirumuskan. Strategi yang direkomendasikan
peneliti adalah:
a. Pada scenario I, peneliti merekomendasikan strategi Pembangunan
Berkelanjutan.
b. Pada scenario II, peneliti merekomendasikan strategi Pemberdayaan
Masyarakat.
c. Pada scenario III, peneliti merekomendasikan strategi Relokasi Berbasis
Masyarakat.
d. Pada scenario IV, peneliti merekomendasikan strategi Relokasi dan
Revitalisasi.
140
B. Saran
Adapun saran dari peneliti untuk keberlanjutan pengembangan Kampung
Warna Warni adalah sebagai berikut:
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait solusi untuk menanggulangi
potensi bencana banjir di Kampung Warna Warni dan upaya
pencegahannya.
2. Perlu adanya keselarasan antara aktivitas yang dilakukan pemerintah
dengan kebijakan yang berlaku terkait Kampung Warna Warni. Dalam hal
ini, kebijakan yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2011 Tentang Sungai pada Pasal 22 Ayat (2), dan Peraturan Daerah
Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Malang Tahun 2010-2030 pada Pasal 48, pemerintah perlu bertindak
tegas untuk melaksanakan kebijakan yang masih berlaku tersebut karena
pemerintah merupakan aktor pembuat kebijakan tersebut. Jika peraturan
tersebut dirasa sulit untuk diterapkan, maka sebaiknya dilakukan kajian
ulang atau perumusan kebijakan yang baru.
3. Perlu adanya kebijakan yang mengatur pengembangan kampung wisata di
Kota Malang yang melibatkan peran aktif masyarakat dalam perencanaan
dan implementasinya. Kebijakan tersebut diperlukan agar terdapat payung
hukum yang jelas dalam pengembangan kampung wisata khususnya di
Kota Malang. Sehingga masyarakat dapat lebih leluasa dalam berinovasi
mengembangkan potensi kampungnya.
141
4. Pemerintah perlu memfasilitasi forum diskusi yang dilakukan secara rutin
untuk melakukan diskusi terkait hambatan yang dihadapi masyarakat
Kampung Warna Warni untuk ditemukan solusinya bersama sama.
5. Meningkatkan koordinasi dan sinkronasi antara dinas yang terkait dalam
mengatasi permasalahan pengembangan Kampung Warna Warni.
6. Kerjasama antara masyarakat dengan stakeholder harus dilakukan dengan
koordinasi yang baik agar dapat mengatasi permasalahan dalam
pengembangan Kampung Warna Warni.
142
Daftar Pustaka
Anonim. 2017. Duh, Kawasan Kumuh Di Kota Malang Terbanyak Se-Jatim. http://suryamalang.tribunnews.com/2017/01/09/duh-kawasan-kumuh-di-kota-malang-terbanyak-di-jatim diunduh pada 3 Oktober 2017.
Andini, Dita. 2011. Revitalisasi Objek Wisata Taman Balekambang Kota
Surakarta. Skripsi. Program Sarjana Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Indonesia 2017. CV. Dharmaputra : Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kota Malang. 2017. Kota Malang Dalam Angka 2017. CV.
Maestro : Malang.
Bagian Sumber Daya Alam dan Infrastruktur. 2018. Profil Bagian Sumber Daya
Alam dan Infrastruktur. https:// sda.malangkota.go.id/ profil/diunduh
pada 1 Januari 2018.
Barenlitbang. 2018. Profil Barenlitbang. https:// barenlitbang.malangkota.go.id/
diunduh pada 1 Januari 2018.
Basrowi dan Siti Juariyah. 2010. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat
Pendidikan Masyarakat Desa Sri Gading, Kecamatan Labuhan
Maringgai, Kabupaten Lampung Timur. Jurnal. Ekonomi dan
Pendidikan. Volume 7 No. 1.
Bidang Informasi Publik. 2017. Kota Malang Sabet Dua Penghargaan Ajang IAA
2017.http://malangkota.go.id/2017/09/30/kota-malang-sabet-dua-
penghargaan-ajang-iaa-2017/ diunduh pada 30 September 2017.
Faqih, Muhammad. 2014. Perencanaan Skenario (Scenario Planning)
Pengembangan Sektor Kelautan dan Perikanan Berbasis Potensi Lokal
(Studi Kasus di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara
Barat). Skripsi. Program Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.
Fernanda, Felita dan Angela Lisa K. 2017. Kreativitas Masyarakat Kota Malang
Dalam Membentuk Identitas Kota. Seminar Nasional Seni dan Desain :
“Membangun Tradisi Inovasi Melalui Riset Berbasis Praktik Seni dan
Desain” FBS Unesa, 28 Oktober 2017.
Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik. PT.
Bumi Aksara. Jakarta.
Hartik, Andi. 2016. Rawan Terhadap Bencana, Kampung Warna-Warni Perlu
Dibenahi.http://regional.kompas.com/read/2016/10/27/16172101/rawa.t
143
erhadap.bencana.kampung.warna-warni.di.malang.perlu.dibenahi
diunduh pada 2 Oktober 2017.
Herdiansyah, Haris. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Ilmu
Sosial. Salemba Humanika : Jakarta.
Indradi, Sjamsiar Sjamsudin. 2016. Dasar-Dasar dan Teori Administrasi Publik.
Intrans Publishing : Malang.
Kelurahan Jodipan. 2012. Profil Kelurahan Jodipan 2011.
Kementrian PUPR. 2015. Informasi Statistik Infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat 2015. PUSDATIN KEMENPUPR: Jakarta.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jendral Cipta
Karya. 2016. Buku Panduan Pelaksanaan Rencana Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP).
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2012. Buku Pedoman Kelompok
Sadar Wisata.
Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang Nomor:
64/2017 Tentang Penetapan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS).
Kusdi. 2009. Teori Organisasi dan Administrasi. Salemba Humanika : Jakarta
Lindgren, Mats dan Hans Bandhold. 2003. Scenario Planning The Link Between
Future and Strategy. New York, Palgrave Machmillan.
Mukhlis, Imam. 2009. Eksternalitas, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pembangunan
Berkelanjutan dalam Perspektif Teoritis. Jurnal. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Malang.
Musanef. 1995. Manajemen Pariwisata di Indonesia. Jakarta : Gunung Harta.
Mustofa, Zaini. 2011. Evaluasi Pelaksanaan Program Relokasi Permukiman
Kumuh. Skripsi. Program Sarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Pemerintah Kota Malang. 2016. LAKIP Kota Malang 2015.
Pemerintah Kota Malang. 2018. Badan dan Kantor. https:// malangkota.go.id/
pemerintahan/badan-dan-kantor/ diunduh pada 1 Januari 2018.
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030 dalam Pasal 48.
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah.
144
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah.
Peraturan Walikota Malang Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Sekertariat Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai. Pasal 22 ayat (2).
Peraturan Walikota Malang Nomor 45 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan Perencanaan,
Penelitian, dan Pengembangan.
Peraturan Walikota Malang Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Uraian Tugas Pokok,
Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Pratama, Arinaldo Habib. 2015. Pemerintah Target 2019 RI Bebas Permukiman
Kumuh.https://finance.detik.com/berita-ekonomi
bisnis/3033293/pemerintah-target-2019-ri-bebas-permukiman-kumuh
diunduh pada 3 Oktober 2017.
Primardani, Mardiyono, Riyanto. 2013. Analisis Strategi Pengembangan
Pariwisata Daerah (Studi Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Daerah Kabupaten Nganjuk). Jurnal Administrasi Publik (JAP)
Volume 1 Nomor 4 Halaman 135-143.
Puguh, Atma Mulya Tresna. 2016. Perencanaan Skenario Pengembangan
Kerajinan Mendong. Skripsi. Program Sarjana Universitas Brawijaya
Malang.
Rahardian, A. H .2016. Strategi Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal. Institut
Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI. Volume III, No.1.
Ratri, Nurlayla. 2017. Seram, Banjir Terjang Kampung Warna Warni Jodipan,
BerikutVideonya.https://malangtimes.com/amp/baca/22562/20171118/0
92512/seram-banjir-terjang-kampung-warna-warni-jodipan-berikut-
videonya/diunduh pada 24 April 2017.
Riggs, Fred W. 1986. Administrasi Pembangunan : Batas Batas, Strategi
Pembangunan Kebijakan dan Pembaharuan Administrasi. CV.
Rajawali : Jakarta.
Ringland, Gill. 2002. Scenarios in Public Policy. New York : John Wiley& Sons
LTD.
RPJMD Kota Malang Tahun 2013-2018.
Salim, Emil. 1982. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. CV. Mutiara : Jakarta.
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar Dasar. PT. Indeks: Jakarta.
145
Setyaningsih, et al. 2015.Urban Tourism Development Through Low Impact
Development (LID) Towards Green Tourism. Jurnal. Region Volume 6
No. 1.
Setyaningsih, et al. 2015. Proses Perubahan Arsitektural Kawasan Bersejarah
Kampung Wisata Kauman Surakarta. Jurnal. Region Volume 6 No. 2.
Siagian, Sondang P. 1994. Administrasi Pembangunan. Jakarta: CV Haji
Masagung.
Sidabutar, Meiske Tiodora. 2016. Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa
Buring 1 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Skripsi. Program
Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. CV. Alfabeta:
Bandung.
Sulistiyani, A.T. 2004. Kemitraan dan ModelModel Pemberdayaan. Yogyakarta:
Gaya Media.
Suradi, 2007. Pembangunan Manusia, Kemiskinan, dan Kesejahteraan Sosial.
Jurnal. Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Volume 12
No. 03.
Trinnawati, Tri Adinda. 2016. Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT)
Sebagai Wujud Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
Skripsi.Program Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.
Tjokroamidjodjo, Bintoro. 1995. Perencanaan Pembangunan. PT. Toko Gunung
Agung: Jakarta.
Thoha, Miftah. 1990. Dimensi Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. CV.
Rajawali : Jakarta.
Undang Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 28H ayat (1).
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan.
Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Bab V Pendapatan Asli
Daerah Pasal 6.
Utomo, Warsito. 2005. Administrasi Publik Baru Indonesia. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
146
Utomo, Hendra Widi. 2011. Analisis Dampak Revitalisasi dan Relokasi PKL Di
Kawasan Banjarsari Ke Pasar Klitikan Notoharjo Surakarta. Skripsi.
Program Sarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian ( Sebuah Pengenalan dan
Penuntun Langkah Demi Langkah Pelaksanaan Penelitian). Graha
Ilmu: Yogyakarta.
Wijaya, Donny Wahyu. 2016. Prencanaan Penanganan Kawasan Permukiman
Kumuh (Studi Penentuan Kawasan Prioritas Untuk Peningkatan
Kualitas Infrastruktur Pada Kawasan Permukiman Kumuh Di Kota
Malang). Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.
Wulandari, Prisca Kiki. 2017. Inovasi Pemuda Dalam Mendukung Ketahanan
Ekonomi Keluarga (Studi Di Kampung Warna-Warni Kelurahan
Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang). Jurnal Ketahanan
Nasional Volume 23 Nomor 3, Desember 2017 Halaman 300-319.
Yetti, Elvi. 2011. Evaluasi Kualitas Air Sungai Sungai Di Kawasan DAS Brantas
Hulu Malang Dalam Kaitannya Dengan Tata Guna Lahan Dan
Aktivitas Masyarakat Di Sekitarnya. JPSL Vol. (1) : 10-15.
Yoeti, Oka, A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta :
Pradaya Pratama.
Zulfitri, Said Muhammad. 2015. Perencanaan Skenario Pengembangan Obyek
Ekowisata Andalan DalamUpaya Meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah Di Kabupaten Berau (Studi Pada Ekowisata Bahari Kepulauan
Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimanatan Timur). Skripsi.
Program Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.
Zulkifli. 2005. Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan Manajemen. UIR Press :
Pekanbaru.
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
SCENARIO PLANNING PENGEMBANGAN KAMPUNG WARNA WARNI
JODIPAN, KOTA MALANG
A. Masyarakat
1. Profil Masyarakat
a. Sejak kapan anda tinggal di Kampung Jodipan?
b. Apa alasan anda tinggal dan menetap di Kampung Jodipan?
2. Kebijakan Pemerintah Terkait Sungai
a. Apakah anda mengetahui bahwa terdapat kebijakan dilarang
mendirikan permukiman di sekitar bantaran sungai?
b. Apakah pemerintah pernah melakukan teguran terhadap warga
Kampung Jodipan terkait kebijakan tersebut?
3. Kondisi Lingkungan Sebelum dan Sesudah Adanya Kampung
Warna-Warni
a. Bagaimana kebiasaan masyarakat Kampung Jodipan dalam menjaga
kebersihan lingkungan setiap harinya?
b. Apa saja yang dilakukan oleh masyarakat dalam menjaga kebersihan
lingkungan terutama sungai Brantas?
4. Kondisi Sosial Mayarakat Sebelum dan Sesudah Adanya Kampung
Warna Warni
a. Bagaimana perilaku masyarakat disini?
b. Bagaimana kegiatan sosial masyarakat disini?
c. Apakah masyarakat masih menjunjung nilai- nilai kerukunan dan
gotong royong?
5. Kondisi Ekonomi Sebelum dan Sesudah Adanya Kampung Warna
Warni
a. Apa pekerjaan anda?
b. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat disini?
6. Tanggapan Masyarakat Terkait Kampung Warna-Warni
a. Bagaimana tanggapan anda ketika Kampung Jodipan kini telah
dijadikan kampung wisata?
b. Apakah anda setuju bila Kampung Jodipan semakin dikembangkan
untuk Kampung Wisata?
7. Dampak Perubahan Kampung Jodipan Menjadi Kampung Warna-
Warni
a. Apa saja dampak positif yang anda rasakan setelah Kampung Jodipan
menjadi kampung wisata?
b. Apa saja dampak negatif yang anda rasakan setelah Kampung Jodipan
menjadi kampung wisata?
8. Peran Masyarakat Dalam Pengembangan Kampung Warna-Warni
a. Apa saja peran masyarakat dalam mengembangkan Kampung Warna-
Warni Jodipan?
9. Peran Pemerintah Kota Malang Dalam Pengembangan Kampung
Warna- Warni Dalam Pandangan Masyarakat
a. Apa saja dukungan pemerintah yang anda rasakan selama ini dalam
pengembangan Kampung Warna- Warni?
b. Bagaimana kepuasan anda terhadap peran pemerintah Kota Malang
dalam mendukung pengembangan Kampung Warna- Warni Jodipan?
c. Apa keinginan anda kepada pemerintah dalam perannya untuk
mengembangkan Kampung Warna- Warni Jodipan?
10. Peran Stakeholder Dalam Pengembangan Kampung Warna- Warni
Dalam Pandangan Masyarakat
a. Apa saja dukungan stakeholder yang anda rasakan selama ini dalam
pengembangan Kampung Warna- Warni?
B. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang
1. Tanggapan Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang
a. Bagaimana tanggapan anda terkait dikembangkannya Kampung
Jodipan sebagai kampung wisata?
2. Strategi Pengembangan Yang Dilakukan Terhadap Kampung Warna-
Warni
a. Bagaimana strategi Dinas Pariwisata dalam mengembangkan
Kampung Warna- Warni?
b. Mengapa Dinas Pariwisata memilih strategi tersebut dalam
pengembangan Kampung Warna- Warni?
c. Kapan strategi tersebut dilaksanakan?
d. Apakah semua strategi tersebut telah dilaksanakan?
3. Kebijakan Dalam Pengembangan Kampung Warna- Warni
a. Kebijakan apa saja yang terkait dalam upaya pengembangan Kampung
Warna- Warni?
b. Mengapa pemerintah masih mengembangkan Kampung Jodipan
sebagai wisata meskipun masuk dalam wilayah yang dilarang untuk
permukiman?
4. Tanggapan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang Tentang
Keberlanjutan Kampung Warna- Warni
a. Bagaimana tanggapan Dinas Pariwisata terkait keberlanjutan Kampung
Warna- Warni sebagai salah satu kampung wisata di Kota Malang?
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kampung
Warna- Warni
a. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan
strategi pengembangan Kampung Warna- Warni?
C. Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Barenlitbang)
Kota Malang
1. Tanggapan Barenlitbang Terhadap Permukiman Di Kampung
Warna- Warni
a. Bagaimana tanggapan anda tentang keberadaan Kampung Jodipan?
2. Tanggapan Barenlitbang Terhadap Keberadaan Kampung Wisata Di
Permukiman Kumuh
a. Bagaimana tanggapan Bappeda terhadap dikembangkannya Kampung
Jodipan menjadi Kampung Wisata?
b. Bagaimana analisa Bappeda terkait keberlanjutan Kampung Warna
Warni?
c. Mengapa pemerintah masih mengembangkan Kampung Jodipan
sebagai wisata meskipun masuk dalam wilayah yang dilarang untuk
permukiman?
3. Strategi Barenlitbang Dalam Pengembangan Kampung Warna
Warni Jodipan
a. Apa saja strategi Bappeda dalam pengembangan Kampung Warna-
Warni?
b. Mengapa strategi tersebut digunakan dalam pengembangan Kampung
Warna-Warni?
4. Program Barenlitbang Dalam Pengembangan Kampung Warna-
Warni
a. Apa saja program yang telah dilakukan Bappeda dalam
mengembangkan Kampung Warna-Warni?
b. Apa saja program yang akan dilakukan Bappeda dalam
mengembangkan Kampung Warna- Warni?
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Program
Terkait Pengembangan Kampung Warna- Warni
a. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
program pengembangan Kampung Warna- Warni ?
6. Kebijakan Barenlitbang Terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan
Kampung Warna- Warni
a. Apa saja kebijakan yang digunakan sebagai dasar dalam
pengembangan dan keberlanjutan Kampung Warna- Warni?
D. Bagian Sumber Daya Alam dan Pengembangan Infrastruktur Kota
Malang
1. Tanggapan Bagian SDA dan PI Terhadap Permukiman Di Kampung
Warna- Warni
a. Bagaimana tanggapan anda tentang keberadaan Kampung Jodipan?
2. Tanggapan Bagian SDA dan PI Terhadap Keberadaan Kampung
Wisata Di Permukiman Kumuh
a. Bagaimana tanggapan Bagian SDA dan PI terhadap dikembangkannya
Kampung Jodipan menjadi Kampung Wisata?
b. Bagaimana analisa Bagian SDA dan PI terkait keberlanjutan Kampung
Warna Warni?
c. Mengapa pemerintah masih mengembangkan Kampung Jodipan
sebagai wisata meskipun masuk dalam wilayah yang dilarang untuk
permukiman?
3. Strategi Bagian SDA dan PI Dalam Pengembangan Kampung Warna
Warni Jodipan
a. Apa saja strategi Bappeda dalam pengembangan Kampung Warna-
Warni?
b. Mengapa strategi tersebut digunakan dalam pengembangan Kampung
Warna-Warni?
4. Program Bagian SDA dan PI Dalam Pengembangan Kampung
Warna- Warni
a. Apa saja program yang telah dilakukan Bagian SDA dan PI dalam
mengembangkan Kampung Warna-Warni?
b. Apa saja program yang akan dilakukan Bagian SDA dan PI dalam
mengembangkan Kampung Warna- Warni?
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Program
Terkait Pengembangan Kampung Warna- Warni
a. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
program pengembangan Kampung Warna- Warni ?
E. PT. Inti Daya Guna Aneka Warna (INDANA)
1. Tanggapan PT. INDANA Terkait Kampung Jodipan
a. Bagiamana tanggapan anda terkait Kampung Jodipan?
2. Tujuan PT. INDANA Berperan Dalam Pengembangan Kampung
Warna- Warni
a. Apa tujuan anda ikut berperan dalam mengembangkan Kampung
Warna- Warni?
3. Tentang Program CSR PT. INDANA
a. Apa saja yang dilakukan PT. INDANA dalam program CSR terhadap
Kampung Warna Warni?
F. Guys Pro
1. Latar Belakang Kampung Warna Warni
a. Bagaimana latar belakang Kampung Warna Warni?
b. Mengapa memilih Kampung Warna Warni sebagai project?
2. Tanggapan Guys Pro Tentang Kampung Warna Warni
a. Bagaimana tanggapan Guys Pro terhadap Kampung Warna Warni saat
ini?
Contoh Transkrip Wawancara
Feri Fadli (31 th)
Marketing Communication PT. INDANA
24 Januari 2018
1. Tanggapan PT. INDANA Terkait Kampung Jodipan
a. Bagiamana tanggapan anda terkait Kampung Jodipan?
“Kalau saya sendiri sering lewat, kalau bantaran sungai kondisinya ya
seperti itu, tak jauh beda dengan yang ada di tempat tempat lain di daerah
daerah lain kebanyakan pendatang dan itu ilegal , karena kan itu wilayah
tanahnya milik pemerintah juga, ada batas batas tertentu yang mereka
boleh mendirikan bangunan, sedangkan disitu memang kebanyakan
banyak yang melanggar, mayoritas banyak yang melanggar”
“Ide dari Nabila dan kawan kawan itu kan memang bagaimana merubah
suatu image , merubah perilaku mereka yang sebelumnya agak jorok atau
gimana terkesan kumuh kita hilangkan melalui pengecatan. Awalnya
simple, awalnya cuman ya pengecatan aja 1 RT, trus RT berikutnya
sampai jadi sekarang.”
“Kita melihatnya sih perkembangannya secara signifikan dalam setahun
terakhir ini sih bagus sih , mereka dalam segi lingkungan akhirnya ya
merawat , kemudian bikin kerja bakti ya kan, kemudian sebelumnya
mereka ada yang pengangguran ibu ibunya sekarang sudah mulai aktifitas
jualan, kemudian mereka mulai belajar bahasa inggris jadi guide disitu,
jadi ada perkembangan yang luar biasa, tapi ya memang harus di dukung
dari warga sendiri. Karena perusahaan sendiri hanya mengawal dari segi
pengecatan aja, diluar itu mereka yang harus mandiri gitu lo, jadi harus
gandeng mungkin LSM , Komunitas di luar perusahaan.”
2. Tujuan PT. INDANA Berperan Dalam Pengembangan Kampung
Warna- Warni
a. Apa tujuan anda ikut berperan dalam mengembangkan Kampung
Warna- Warni?
“Awalnya ya gak sengaja juga, ya kan Jodipan itu pioneer nya. Jadi
kan pemerintah kota Malang selama ini kan juga mempunyai andil
dalam artian memberikan keleluasaan buat masyarakat juga,
sebelumnya juga yang kampung kampung daerah situ isu nya mau
digusur, ditaruh di rusun, tapi karena jadi bersih jadi indah, terus
sekarang jadi tempat wisata nah akhirnya menjadi solusi buat
pemerintah juga, akhirnya gak jadi digusur, rusun juga bisa di buat
untuk lokasi lain, jadi ini kan suatu program pemerintah juga ya, jadi
kawasan kawasan kumuh itu mulai dibersihkan lewat swasta,jadi
pemerintah sendiri gak bisa bikin anggaran, harus gandeng pihak
stakeholder yang lain.”
“Nah kebetulan dari segi promosi sendiri kita ada produk baru itu,
waktu itu Mixone. Kita coba untuk memberikan gambaran kepada
masyarakat luas bahwa kita mempunyai produk baru itu yang semua
media bisa dipakai. Jadi satu cat bisa dipakai di seluruh media, kayak
di dinding di kayu di paving di besi di galvalum, jadi banyak media
yang dipakai pokoknya satu cat bisa untuk semua media.”
“Jadi setelah ada Kampung Warna Warni Jodipan, sebelum ada
kampung Tridi itu, sudah banyak yang tanya lewat email, website kita,
trus kemudian sebelum mengembangkan itu ada beberapa pulau yang
memang belum kita jamah ini ada permintaan permintaan gitu, nah kita
udah mulai masuk. Tahun 2016 itu udah mulai masuk, sekarang udah
luas, ya sejak ada kampung warna warni itu.”
3. Tentang Program CSR PT. INDANA
a. Apa saja yang dilakukan PT. INDANA dalam program CSR terhadap
Kampung Warna Warni?
“Jadi kita kerja sama dengan UMM ya, itu untuk pengembangan
pemberdayaan masyarakatnya itu UMM, sampai sekarang pun saya
belum dapat informasi lebih lanjut masalah untuk pemberdayaan yang
seperti apa mekanisme nya seperti apa, mereka yang lebih paham. Jadi
kalau Indana sendiri menggelontorkan dana CSR ini memang berupa
pengecatan , tukang dan cat nya. “
“ Kita hanya menemani aja, mengawal.....kita coba nanti bantu cat,
mereka yang melukis, mewarnai biar lebih menarik gitu kan. Terus
beralih ke kampung Tridi, sekarang kampung biru arema kita kerjakan,
trus jembatan kaca itu PT.Indana juga.”
“Kita memang ada MOU, jadi di kampung biru ada kampung warna
warni ada, jadi tiap dua tahun kita perbaruan MOU, itu pengecatan
ulang, tapi dengan adanya pemasukan yang besar di jodipan kita
mungkin hanya subsidi cat nya aja tukangnya mereka. Jadi mereka beli
cat nya kita subsidi 50% tapi tukangnya dari pihak mereka.”
Lampiran 2. Peraturan
BIODATA DIRI
Nama : Shoofia Ayu Aziizah
Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 31 Oktober 1996
Alamat : Perum City Side Residence Blok J2 No. 1
Kel. Kendalpayak, Kec. Pakisaji, Kab. Malang
Jawa Timur.
E-mail : [email protected]