Pengembangan Infrastruktur Propinsi Maritim (Ternate)

17

Click here to load reader

Transcript of Pengembangan Infrastruktur Propinsi Maritim (Ternate)

Page 1: Pengembangan Infrastruktur Propinsi Maritim (Ternate)

“PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DI PROPINSI MARITIM”

Disampaikan Wakil Menteri Pekerjaan Umum

Pada Forum Komunikasi Mahasiswa Teknik Sipil Indonesia Wilayah XIV

Di Universitas Khairun Ternate, 3 November 2010

Yang Terhormat Rektor Universitas Khairun, Senat, Segenap Civitas Akademika Teknik Sipil Indonesia Wilayah XIV dan Hadirin Sekalian.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh, Salam Sejahtera bagi kita semua.

Seraya memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Kuasa, saya menyambut gembira menyampaikan kuliah umum

“pembangunan infrastruktur di propinsi maritim” yang wilayahnya

dominan kepulauan”.

Propinsi maritim secara sederhana dapat diartikan sebagai propinsi

yang memiliki gugusan pulau-pulau kecil yang menyebar dan

wilayah laut lebih luas daripada daratannya seperti di Propinsi

Maluku Utara. Sesuai dengan pengertian tersebut propinsi maritim

di Kawasan Timur Indonesia antara lain Maluku, Maluku Utara,

Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat, serta di Kawasan

1

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMREPUBLIK INDONESIA

Page 2: Pengembangan Infrastruktur Propinsi Maritim (Ternate)

Barat Indonesia yaitu Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan

Riau. Namun dikaitkan pertimbangan komposisi wilayah yang

dicirikan atas keberadaan gugusan pulau-pulau kecil dapat pula

dikategorikan sebagai propinsi maritim antara lain Sulut, Gorontalo,

Sulsel, Sulteng, dan Sultra.

Hadirin Yang terhormat,

Infrastruktur Pekerjaan Umum yang merupakan bangunan fisik

untuk kepentingan umum, kesejahteraan dan keselamatan umum

sebagai prasyarat agar berbagai aktivitas sosial ekonomi

masyarakat dapat berlangsung secara berkelanjutan memiliki

keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu

wilayah maupun terhadap kondisi sosial budaya kehidupan

masyarakat. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan indikasi bahwa

wilayah yang memiliki kelengkapan sistem infrastruktur yang

berfungsi lebih baik dibandingkan dengan wilayah lainnya,

mempunyai pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan

sosial serta kehidupan budaya yang lebih baik pula. Ketersediaan

infrastruktur yang memfasilitasi interaksi sosial ekonomi wilayah

dan daerah yang memberi rasa aman masyarakat dengan

pencapaian ketahanan pangan, mengentaskan kemiskinan

maupun meningkatkan kesehatan lingkungan, menumbuhkan

rasa kesatuan dan persatuan bangsa.

Pembangunan merupakan proses perubahan terus menerus dari

kondisi kurang baik menjadi lebih baik, sehingga terjadi

keseimbangan lingkungan baru. Dengan demikian pembangunan

infrastruktur pekerjaan umum perlu selalu dikaitkan dengan daya

dukung lingkungan baru tersebut, agar lingkungan sebagai ruang

hidup manusia tidak terdegradasi sebagai akibat daya dukung

2

Page 3: Pengembangan Infrastruktur Propinsi Maritim (Ternate)

lingkungan yang terlampaui sehinga menyebabkan bencana antara

lain banjir, longsor, penurunan kualitas air dan udara, maupun

pengurangan sumberdaya air. Oleh karena itu pembangunan

infrastruktur pekerjaan umum di wilayah maritim perlu

mengintegrasikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidup

sebagai pilar pembangunan berkelanjutan.

Agar infrastruktur dapat berfungsi efisien dan efektif diperlukan

pendekatan pembangunan yang bersifat kewilayahan. Dengan

pendekatan ini pengembangan infrastruktur di propinsi maritim

perlu diintegrasikan secara spasial antara sistem infrastruktur

nasional, sub-sistem regional, dan dalam konteks keterkaitan

perkotaan dan perdesaan di setiap sektor, diantaranya transportasi

dan komunikasi, konstruksi dan infrastruktur kebutuhan dasar

seperti listrik, gas, dan air bersih. Sektor publik berperan dalam

menetapkan kebijakan dan program, sektor swasta dalam bentuk

partisipasinya dalam penyelenggaraan industri dan jasa pelayanan

infrastruktur, serta masyarakat sendiri dalam partisipasinya pada

setiap proses pembangunan. Dengan demikian, pengembangan

infrastruktur di propinsi maritim diharapkan akan dapat mendorong

percepatan peningkatan pertumbuhan ekonomi secara

berkelanjutan dengan sekaligus mewujudkan kesejahteraan sosial

dan kenyamanan lingkungan.

Dalam pengembangan sistem infrastruktur nasional, dengan

kondisi geografi Indonesia sebagai negara kepulauan yang dihuni

238 juta (sensus 2010) penduduk dan tersebar tidak merata,

kebutuhan artikulasi masyarakatnya perlu diakomodasi dalam

sistem infrastruktur yang tepat bagi masing-masing tingkat

perkembangan maupun potensi yang dimiliki. Di samping itu,

3

Page 4: Pengembangan Infrastruktur Propinsi Maritim (Ternate)

kondisi geografi Indonesia yang merupakan negara kepulauan

terdiri dari 5 pulau besar, dan ribuan pulau kecil, serta memiliki

ketersediaan sumberdaya alam yang tidak merata pula,

memerlukan pendekatan pembangunan infrastruktur yang berbasis

kondisi tingkat perkembangan di setiap wilayah. Pada skala

nasional, pendekatan tersebut membagi wilayah nasional ke dalam

3 kategori, yaitu pengembangan infrastruktur di kawasan telah

berkembang, kawasan berkembang, dan kawasan pengembangan

baru.

Kawasan Telah Berkembang meliputi Pulau Jawa dan Pulau

Sumatera yang relatif telah jauh berkembang kegiatan ekonominya

dengan dukungan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) Barat

(Selat Sunda – Laut Natuna) dan bahkan dapat dipandang sebagai

satu kesatuan wilayah ekonomi. Sebagai ilustrasi, kesatuan antara

Pulau Jawa dan Pulau Sumatera ini memerlukan sistem transportasi

terpadu untuk mendukung pesatnya perluasan kawasan industri

terutama di Sumatera Bagian Selatan maupun pengembangan

infrastruktur di wilayah maritim Kepulauan Riau dan Bangka

Belitung untuk menarik potensi ekonomi yang ada dengan sumber

dana pembangunan infrastruktur sebagian diharapkan dari swasta,

karena telah menarik sebagai bidang investasi.

Infrastruktur di Kawasan Mulai Berkembang, meliputi Pulau

Kalimantan dan Pulau Sulawesi, dengan didukung ALKI Tengah

(Selat Lombok - Selat Makasar). Pertumbuhan ekonomi dicirikan

oleh kegiatan-kegiatan baru yang mulai berkembang. Sebagai

ilustrasi, sistem infrastruktur transportasi seperti di wilayah

maritim perlu terus dikembangkan antara lain melalui jalan lintas

Sulawesi beserta outlet-outlet pelabuhan Samudera dan Nusantara,

4

Page 5: Pengembangan Infrastruktur Propinsi Maritim (Ternate)

terutama pelabuhan Makassar dengan pendanaan infrastruktur

dari swasta mulai dapat dikembangkan.

Infrastruktur di Kawasan Pengembangan Baru, yang meliputi

kepulauan Maluku, Papua, dan seluruh Nusa Tenggara Timur,

dengan didukung oleh ALKI Timur (Laut Arafuru – Laut Banda – Laut

Maluku). Sebagai ilustrasi, pemanfaatan sumber daya alam

terutama lahan pertanian dan potensi kelautan memerlukan

pengembangan sistem transportasi terpadu (laut, darat, dan udara)

dengan pendanaan infrastruktur mengandalkan terutama

kemampuan Pemerintah Pusat maupun Daerah.

Hadirin Yang terhormat,

Pembangunan infrastruktur di propinsi yang dominan kepulauan

menghadapi berbagai tantangan seiring semakin efektifnya

globalisasi dan dengan semakin terbukanya perdagangan barang

dan jasa dan semakin efektifnya otonomi daerah. Terkait dengan

pengembangan infrastruktur fisik, dihadapi tantangan terutama

disparitas pembangunan antar wilayah dan belum memadainya

infrastruktur fisik yang ada dalam memenuhi kebutuhan

menggerakkan potensi wilayah. Dijumpai pula keterbatasan

infrastruktur permukiman baik di perkotaan dan perdesaan serta

kondisi perumahan yang belum memadai.

Selain itu sebagai akibat pemanasan global, wilayah maritim

mengalami dampak yang serius yaitu, kenaikan muka air laut (sea

level rise). Secara umum kenaikan muka air laut akan

mengakibatkan dampak sebagai berikut: (a) meningkatnya

frekuensi dan intensitas banjir dikarenakan “backwash effect “

akibat efek pembendungan dari kenaikan muka air laut, (b)

perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove, (c)

5

Page 6: Pengembangan Infrastruktur Propinsi Maritim (Ternate)

meluasnya intrusi air laut, (d) ancaman terhadap kegiatan sosial-

ekonomi masyarakat pesisir, dan (e) berkurangnya luas daratan

atau hilangnya pulau-pulau kecil.

Namun, propinsi maritim memiliki potensi sebagai prime mover

pengembangan wilayah nasional pada kawasannya masing masing

laut yang besar antara lain berbagai jenis ikan, termasuk ikan hias,

terumbu karang, mutiara, rumput laut, maupun pertambangan.

Dengan berbagai keunggulan komparatif dan kompetitif yang

dimiliki, propinsi maritim mempunyai potensi besar. Untuk

mengoptimalkan nilai manfaat sumberdaya bagi pengembangan

wilayah pada propinsi tersebut secara berkelanjutan, diperlukan

infrastruktur Pekerjaan Umum untuk mendukung pengelolaan

wilayah maritim yang bukan hanya berbasis darat namun lebih

fokus pada basis kelautan.

Adapun arah pengembangan infrastruktur mendukung

pembangunan propinsi maritim pada pokoknya sebagai berikut:

Kesatu, Pada tahun 2007 telah diundangkan UU/26/2007 tentang Penataan ruang dan PP 26/2008 tentang Pelaksanaan Penataaan Ruang. Dalam rangka mendukung pembangunan propinsi maritim yang berkelanjutan, diperlukan penataan ruang sebagai acuan spasial yang memanfaatkan semua potensi yang ada terutama potensi kelautan. Untuk itu Rencana Tata Ruang Propinsi Maritim perlu dimutakhirkan sebagai landasan integrasi rencana dan sinkronisasi program lintas sektor maupun lintas kawasan yang berbasis kelautan. Penataan ruang propinsi maritim tersebut merupakan komitmen bersama antara pemerintah daerah yang legal untuk diacu. Dalam waktu dekat ini yang mendesak untuk segera dilakukan adalah menyelesaikan RTRW provinsi, kabupaten/kota berbasis UU Penataan Ruang No.26/2007 yang untuk selanjutnya ditetapkan menjadi peraturan daerah. Dari 33 provinsi, 398 kabupaten dan 93 kota, RTRW yang telah di-Perda-

6

Page 7: Pengembangan Infrastruktur Propinsi Maritim (Ternate)

kan 6 Provinsi, 9 kabupaten dan 3 kota. Penyelesaian dan penetapan RTRW provinsi/kabupaten/kota tersebut sangat mendesak untuk segera dapat diselesaikan. RTRW tersebut perlu perhatian garis sepadan laut untuk mitigasi bencana. Peristiwa bencana telah mengakibatkan hilangnya ribuan korban jiwa, sehingga melumpuhkan basis ekonomi lokal serta mendegradasi kualitas lingkungan hidup seperti yang baru terjadi di Wasior-Papua, dan sebelumnya di NAD, Yogjakarta dan beberapa tempat lainnya. Meluasnya intrusi air laut selain diakibatkan oleh terjadinya kenaikan muka air laut juga dipicu oleh terjadinya land subsidence akibat penghisapan air tanah secara berlebihan. Sebagai contoh, diperkirakan pada periode antara 2050 hingga 2070, maka intrusi air laut akan mencakup 50% dari luas wilayah Jakarta Utara. Luas hutan mangrove di Indonesia terus mengalami penurunan dari 5.209.543 ha (1982) menurun menjadi 3.235.700 ha (1987) dan menurun lagi hingga 2.496.185 ha (1993). Dalam kurun waktu 10 tahun (1982-1993), telah terjadi penurunan hutan mangrove 50% dari total luasan semula. Apabila keberadaan mangrove tidak dapat dipertahankan lagi, maka : abrasi pantai akan kerap terjadi karena tidak adanya penahan gelombang, pencemaran dari sungai ke laut akan meningkat karena tidak adanya filter polutan, dan zona budidaya aquaculture pun akan terancam dengan sendirinya.

Kedua, sistem kota yang terstruktur akan memberikan dukungan

kepada efisiensi perkembangan wilayah dan menurunkan biaya

produksi dan distribusi produk-produk daerah serta memperkecil

perbedaan harga produk di tempat produksi terhadap konsumen

akhir. Untuk itu perlu dikembangkan sistem kota terutama kota-

kota pantai sebagai pusat pelayanan jasa distribusi khususnya

industri kemaritiman. Agar sistem kota dapat berfungsi optimal

maka perlu dukungan sistem transportasi multi moda primer

(wilayah) yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan ekonomi

dengan outlet dan daerah pemasaran yang sesuai dengan

hirarkinya dan transportasi multi moda sekunder di perkotaan dan

7

Page 8: Pengembangan Infrastruktur Propinsi Maritim (Ternate)

perdesaan serta infrastruktur permukiman dan perumahan.

Dengan demikian, pengembangan jaringan jalan dapat terpadu

dengan pengembangan outlet-outlet seperti di kawasan

pengembangan baru untuk pelabuhan laut utama Ambon (Maluku),

Ternate (Maluku Utara), maupun Pelabuhan Utama Tenau dan Ende

(NTT).

Ketiga, dalam rangka meningkatkan industri jasa di propinsi

maritim antara lain perlu dikembangkan potensi-potensi kawasan

obyek wisata, taman laut dan ecotourism secara optimal. Untuk itu

diperlukan dukungan infrastruktur air bersih, jalan, telekomunikasi

dan fasilitas umum yang memadai di daerah-daerah wisata

tersebut. Disamping itu, perlu disediakan akses yang tinggi

terhadap kawasan-kawasan wisata tersebut melalui terutama

jaringan jalan, angkutan laut maupun angkutan udara dari

pelabuhan, bandara, terminal dan kota-kota terdekat menuju

kawasan-kawasan pariwisata tersebut.

Keempat, untuk meningkatkan keunggulan kompetitif, maka

pengembangan potensi wilayah perlu juga terfokus pada sektor-

sektor unggulan antara lain perikanan dan pertambangan. Proses

nilai tambah perlu terus ditingkatkan dengan mengembangkan

industri maupun jasa berbagai produk unggulan tersebut. Untuk

pengembangan berbagai sektor unggulan tersebut diperlukan

infrastruktur di kawasan produksi maupun pada agropolitan yang

berbasis kelautan, seperti: air baku, jalan, terminal, tempat

pelelangan ikan (TPI), pasar, serta jaringan irigasi termasuk irigasi

pantai. Dengan demikian konsumen akhir diharapkan dapat

memperoleh reliabilitas dan kualitas produk yang tinggi serta

harga yang bersaing. Selain itu, dalam rangka pengembangan

kawasan dengan potensi ekonomi maritim, prioritas pembangunan

8

Page 9: Pengembangan Infrastruktur Propinsi Maritim (Ternate)

pada kawasan andalan laut antara lain pada Kawasan Laut Sawu

dan Kawasan Laut Sumba. Tingkat kerusakan biofisik lingkungan

wilayah pesisir sangat mengkhawatirkan. Adapun faktor-faktor

yang turut mempengaruhi kerusakan biofisik wilayah maritim

adalah:

1) Overeksploitasi sumberdaya hayati laut akibat penangkapan ikan yang melampaui potensi (overfishing), pencemaran dan degradasi fisik hutan mangrove dan terumbu karang sebagai sumber makanan biota laut tropis

2) Pencemaran akibat kegiatan industri, rumah tangga dan pertanian di darat (land-based pollution sources) maupun akibat kegiatan dilaut (marine-based pollution sources) termasuk perhubungan laut dan kapal pengangkut minyak dan kegiatan pertambangan dan energi lepas pantai.

3) Bencana alam seperti tsunami, banjir, erosi, dan badai

4) Konflik pemanfaatan ruang seperti antara pertanian dan kegiatan di daerah hulu lainnya, aquakultur, perikanan laut, permukiman. Konflik pemanfaatan ruang disebabkan terutama karena tidak adanya aturan yang jelas tentang penataan ruang dan alokasi sumberdaya yang terdapat di kawasan pesisir dan lautan.

5) Walaupun telah menjadi common interests, proses pelibatan masyarakat sebagai subyek utama dalam pengelolaan wilayah pesisir masih belum menemukan bentuk terbaiknya. Persepsi yang berbeda mengenai hak dan kewajiban dari masyarakat seringkali menghadirkan konflik antar kepentingan yang sulit dicarikan solusinya, meningkatkan transaction cost, dan cenderung merugikan kepentingan publik. Hal lainnya adalah menyangkut tatacara penyampaian aspirasi agar berbagai kepentingan seluruh stakeholders dapat terakomodasi secara adil, efektif, dan seimbang. Pelibatan masyarakat perlu dikembangkan berdasarkan konsensus yang disepakati bersama serta dilakukan dengan memperhatikan karakteristik sosial-budaya setempat (local unique).

9

Page 10: Pengembangan Infrastruktur Propinsi Maritim (Ternate)

Kelima, dalam rangka pengembangan kawasan strategis maka

pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu

(KAPET) seperti Bima, Bitung, dan Pare-pare, perlu dipercepat

sebagai unit pengembang ekonomi yang dijalankan secara

profesional, berorientasi bisnis dengan berbagai promosi investasi

dan disediakan berbagai kemudahan seperti perpajakan untuk

memacu minat investasi. Demikian pula rencana pengembangan

KEK (Kawasan Ekonomi Khusus).

Keenam, dalam rangka memanfaatkan peluang posisi geografis

Propinsi Maritim di KTI yang diapit oleh ALKI Tengah dan ALKI

Timur, perlu dimanfaatkan berbagai Kerjasama Ekonomi Sub

Regional (KESR), seperti Brunei, Indonesia, Malaysia, Philipine –

East Asean Growth Area (BIMP-EAGA) maupun Australia – Indonesia

Development Area (AIDA). Untuk wilayah Bangka Belitung dan

Kepulauan Riau perlu memanfaatkan keberadaan ALKI barat,

pengembangan kawasan perbatasan dengan ASEAN, maupun jalan

lintas Timur Sumatera dan dengan peningkatan kerjasama

ekonomi sub regional (KESR). Dengan demikian, orientasi

percepatan pembangunan ekonomi agar tidak hanya inward

looking namun semakin meningkatkan orientasi kepada outward

looking seiring semakin efektifnya globalisasi seperti AFTA.

Ketujuh, dalam percepatan pengembangan ekonomi wilayah

maritim diperlukan investasi infrastruktur dengan jumlah yang

siginifikan. Untuk itu diperlukan adanya mobilisasi pendanaan

bersama yang integratif dari Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota.

Disamping itu perlu dicari alternatif sumber dana seperti

penerbitan surat-surat berharga pemerintah, penerapan prinsip

users pay principle pada sektor-sektor yang memungkinkan, dan

10

Page 11: Pengembangan Infrastruktur Propinsi Maritim (Ternate)

pembentukan dana khusus infrastruktur (Bank Infrastruktur).

Mengingat pentingnya infrastruktur dalam percepatan

pembangunan ekonomi, kiranya sektor riil ini perlu mendapat porsi

pendanaan signifikan terhadap anggaran pembangunan secara

keseluruhan. Keterbatasan kemampuan finansial pemerintah

dalam pembiayaan infrastruktur perlu didukung dengan berbagai

upaya mobilisasi dana swasta dan masyarakat melalui kemitraan

antara pemerintah dengan swasta maupun antara pemerintah

dengan masyarakat.

Kedelapan, dalam konteks menjawab tantangan pengentasan

kemiskinan yang masih cukup banyak dijumpai di wilayah maritim

khususnya di pulau-pulau kecil dan terpencil, diperlukan dukungan

peningkatan akses infrastruktur lingkungan yaitu jalan dan air

bersih serta melalui pemberdayaan ekonomi dan masyarakat

(TRIDAYA).

Hadirin yang terhormat,

Sebelum mengakhiri sambutan ini, dalam era yang menuntut

peningkatan daya saing bangsa ini, kita harus mampu

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, baik menguasai

dalam arti memanfaatkan secara efektif dan efisien maupun

menguasai dalam arti mengembangkan dan merumuskan iptek –

iptek baru sebagai karya bangsa kita, serta menerapkan etika

agar apa yang dihasilkan benar-benar dapat meningkatkan

martabat bangsa.

Kebutuhan teknologi dimasa yang akan datang selalu muncul

karena masyarakat akan selalu menuntut lebih efisiensi. Efisiensi

yang sudah ada pada saat ini masih akan dipandang kurang pada

masa yang akan datang, apalagi menghadapi tatanan globalisasi

yang semakin efektif dewasa ini. Dengan demikian, teknologi dan

11

Page 12: Pengembangan Infrastruktur Propinsi Maritim (Ternate)

aplikasinya yang akan meningktatkan efisiensi, akan selalu

dituntut, dan itu jelas akan semakin lebih canggih dari teknologi

yang sudah ada. Ini kemudian akan menjadi tantangan dan

harapan bagi wisudawan-wisudawan hari ini.

Menyikapi tantangan dan tuntutan akan kehadiran tenaga ahli di

masa yang akan datang, sangat diharapkan bahwa Lembaga

Pendidikan seperti Universitas Khairun, dapat menghasilkan

tenaga-tenaga ahli yang dibutuhkan dalam proses pembangunan

seperti diuraikan dimuka. Setelah lulus dari proses pendidikan,

diharapkan masih terus belajar menggeluti aplikasi bidang ke

ilmuannya sedemikian sehingga dalam waktu tidak terlalu lama

akan terbentuk tenaga ahli yang akan menjadi pelaksana

kelanjutan pembangunan di Negara ini.

Inilah peluang bagi tenaga ahli teknik sipil yang pada saat ini

sedang berbahagia setelah melewatkan perjuangannya untuk

dapat memenuhi kriteria kelulusan sebagai sarjana. Untuk itu

peran perguruan tinggi sangat penting dalam melakukan penelitian

dan terlibat dalam industri yang sifatnya memberi percontohan

dan inovatif guna mendorong peningkatan kandungan teknologi

berbagai produk infrastruktur. Upaya ini sebagai respon semakin

efektifnya globalisasi dengan iklim laissez-faire (pasar bebas)

yang semakin mengontrol kita agar dapat menghasilkan produk

yang kinerjanya berdasarkan kualitas produk, kemurahan harga,

ketepatan waktu distribusi dan berbagai parameter ekonomi lain

dengan ciri daya saing. Penelitian menunjukan keterkaitan kuat

antara teknologi dan pertumbuhan ekonomi Sesuai paradikma

tekno-ekonomi bahwa teknologi merupakan penggerak

pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan di Indonesia kiranya akan semakin ditingkatkan

dalam upaya mewujudkan kesejahteraan seluruh masyarakat

Indonesia, dan untuk itu dibutuhkan teknologi yang mendukung

pembangunan agar pembangunan dapat terwujud dengan baik

12

Page 13: Pengembangan Infrastruktur Propinsi Maritim (Ternate)

oleh ahli-ahli Indonesia yang menjadi pelaksana pembangunan di

Negaranya sendiri.

Untuk itu dibutuhkan tenaga-tenaga ahli yang masih segar dan

bersemangat yang diharapkan agar meneruskan pelaksanaan

pembangunan di Indonesia. Kami percaya bahwa dengan adanya

forum komunikasi mahasiswa teknik Sipil perannya akan semakin

meningkat dalam pengembangan Iptek dan sebagai penyedia

tenaga-tenaga ahli yang berkualitas tersebut diantaranya para

wisudawan yang baru dilantik ini. Kami mengucapkan selamat

atas kesuksesannya.

Sekian dan Terima Kasih,

Mengakhiri ceramah ini, perlu ditekankan bahwa untuk

mempercepat pembangunan wilayah maritim, diperlukan

pendekatan pembangunan berbasis kelautan. Untuk itu, saya

menaruh harapan kiranya pertemuan ini akan terus ditindaklanjuti

sehingga dapat dituangkan rencana pengembangannya untuk

diimplementasi secara menerus. Dengan demikian, kontribusi

wilayah maritim pada pembangunan nasional semakin meningkat.

Sekian dan Terima Kasih.

Wassalaamu’alaikum Warrahmatullahi

Wabarakaatuh

Wakil Menteri Pekerjaan Umum

Dr. A. Hermanto Dardak

13