Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

169
i PENGEMBANGAN EKOWISATA PULAU KARAMPUANG KABUPATEN MAMUJU SKRIPSI Tugas Akhir – 473D528P PERIODE III TAHUN 2012/2013 Sebagai Persyaratan Untuk Ujian Sarjana Arsitektur Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota Oleh : MIRSYAD HUSAIN D521 08 251 PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Transcript of Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

Page 1: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

i

PENGEMBANGAN EKOWISATA

PULAU KARAMPUANG KABUPATEN MAMUJU

SKRIPSI

Tugas Akhir – 473D528P

PERIODE III

TAHUN 2012/2013

Sebagai Persyaratan Untuk Ujian

Sarjana Arsitektur

Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota

Oleh :

MIRSYAD HUSAIN

D521 08 251

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

iii

PENGEMBANGAN EKOWISATA PULAU KARAMPUANG

KABUPATEN MAMUJU

Mirsyad Husain1), Baharuddin Koddeng, Wiwik Wahidah Osman

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Pulau-pulau kecil memiliki potensi dari segi keanekaragaman hayati,

keindahan panorama alam dan budaya yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai

kegiatan termasuk pariwisata, namun pulau-pulau kecil memiliki daya dukung

lingkungan yang terbatas sehingga harus mendapatkan perhatian lebih dalam

pengelolaannya. Ekowisata merupakan salah satu konsep wisata yang

meitikberatkan pada aspek pelestarian dan penjagaan lingkungan dan tidak

mengeksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan. Penerapan ekowisata dalam

pengembangan Pulau Karampuang diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Pulau Karampuang dan dapat melestarikan

keanekaragaman hayati pulau meliputi ekosistem darat dan ekosistem pesisir yang

terdiri dari mangrove, padang lamun, dan terumbu karang.

Penentuan konsep ekowisata yang akan diterapkan diawali dengan

mempertimbangkan karakteristik dasar kawasan berupa karakteristik fisik,

ekosistem lingkungan pulau dan sosial budaya masyarakat. Berdasarkan

perhitungan kuisioner tanggapan wisatawan terhadap daya tarik wisata, diketahui

bahwa daya tarik wisata berbasis alam merupakan daya tarik wisata yang paling

diminati sehingga ditetapkan konsep pengembangan kawasan yang diarahkan

pada “Konsep Ekowisata Alam Berbasis Lingkungan (Environtment)” yang

diimplementasikan dalam sebuah konsep dan arahan pengembangan berupa

konsep tata ruang (zonasi), konsep atraksi wisata, konsep bentang alam, konsep

aksesibilitas/sirkulasi dan konsep macam dan jenis fasilitas.

Kata Kunci: Pengembangan, Ekowisata, Atraksi Wisata, Pulau Kecil

1) Mahasiswa Pengembangan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur Universitas

Hasanuddin

Page 3: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

iv

ECOTOURISM DEVELOPMENT OF KARAMPUANG ISLE MAMUJU

Mirsyad Husain1), Baharuddin Koddeng, Wiwik Wahidah Osman e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Isles have potential in terms of biodiversity, natural and cultural beauty of the panorama that can be used for various activities including tourism, but the isles have a limited carrying capacity of the environment that should get more attention in management. Ecotourism is one of concept that focuses on aspects of type preservation and maintenance of the environment and do not exploit natural resources excessively. Application of ecotourism in developing Karampuang Isle is expected to improve the welfare of society and to preserve the Karampuang isle biodiversity include terrestrial ecosystems and coastal ecosystems consisting of mangrove, seagrass beds, and coral reefs.

Determination of the ecotourism concept will be applied beginning with the basic characteristics considering the form of physical characteristics, isle ecosystem and socio-cultural community. Based on a questionnaire responses travelers to tourist attraction, it is known that the nature-based tourist attraction is an attraction that's most desirable established neighborhood development concept aimed at "Ecotourism Concept Based Natural Environment" being implemented in a concept and direction development of the concept of spatial (zoning), the concept of tourist attractions, landscape concept, the concept of accessibility / circulation and range of concepts and types of facilities.

Keywords: Development, Ecotourism, Attraction, Isle

1) Mahasiswa Pengembangan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur Universitas

Hasanuddin

Page 4: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan nikmat dan petunjuk-Nya senantiasa berupa kekuatan,

kesehatan, kesabaran, dan ilmu serta kepada junjungan Nabi Besar

Muhammad SAW yang menjadi idola dan panutan penulis dalam kehidupan

sehari-hari. Tugas Akhir ini dapat diwujudkan sebagai prasyarat akademis

untuk mencapai gelar Sarjana Teknik (ST) pada Program Studi

Pengembangan Wilayah Kota, Jurusan Arsitektur Universitas Hasanuddin.

Tugas Akhir yang berjudul “Pengembangan Ekowisata Pulau

Karampuang Kabupaten Mamuju” dilatarbelakangi oleh degradasi lingkungan

yang terjadi pada pulau Karampuang yang merupakan salah satu daerah

tujuan wisata Kota Mamuju sehingga diperlukan penerapan konsep wisata

yang lebih mengutamakan kelestarian lingkungan mengingat ekosistem

pulau/pesisir yang kompleks dan rentan akan perubahan baik karena

perubahan alam maupun aktivitas manusia. Semoga Tugas Akhir ini dapat

bermanfaat dan memberikan tambahan pengetahuan, serta dapat menjadi

acuan dalam studi selanjutnya, terutama dalam bidang Pengembangan

Wilayah Kota.

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan arahan

dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya

menmenyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada kedua orang

tua, ayahanda H.Muh. Husain Shabir, ibunda Hj. A. Nurliah, AP, S.Sos,

atas segala kasih sayang dan dukungan moril maupun materil selama ini. Ini

adalah persembahan kecil yang pertama dari anakmu. Saudari penulis yang

tercinta Hj. Marwah Husain, SE dan Hj. Nurbaety, ST atas dukungannya

selama pengerjaan tugas akhir ini.

Page 5: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

vi

Dengan segala kerendahan hati, penulis juga menyampaikan rasa

terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Ir. H. Baharuddin Koddeng. MSA dan Ibu Wiwik Wahidah

Osman. ST., MT selaku pembimbing tugas akhir yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan arahan, wawasan pengetahuan dan motivasi

bagi penulis dalam penyempurnaan tugas akhir ini.

2. Bapak Baharuddin Hamzah, ST.,M.Arch.,PhD, Bapak Ir. Louis

Santoso, M.Si, dan Bapak Dr. Eng. Ihsan, ST.,MT selaku penguji yang

telah banyak memberikan kritik, saran dan masukan yang berarti dalam

penyempurnaan tugas akhir ini.

3. Bapak Baharudin Hamzah, ST., M.Arch., PhD selaku Ketua Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

4. Bapak Dr. Ir. Arifuddin Akil, MT. selaku Ketua Program Studi Pengembangan

Wilayah Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

5. Ibu Ir. Hj. Suriana Latanrang. MSi ,selaku Kepala Studio Akhir atas

masukan dan kemudahan selama mengikuti masa studio.

6. Bapak Prof. Ir. Bambang Heryanto, M.Sc., PhD selaku penasehat akademik

selama penulis menjalani kuliah di Program Studi Pengembangan Wilayah Kota

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, terima kasih atas

bimbingan dan masukannya selama ini.

7. Seluruh Dosen pengajar di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin, terkhusus Ibu Ir. Riekje Hehanussa Pangkarego, Ibu Marly

Valenty Patandianan ST., MT dan Bapak Abdul Rachman Rasyid, ST., M.Si

terima kasih atas ilmu yang bermanfaat yang telah diberikan selama penulis

menimba ilmu di bangku perkuliahan.

8. Seluruh Staf Kepegawaian di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin Pak Hafidz, Pak Haerul, Pak John, Pak Sawalli, Pak Robert,

Pak Sahar, Ibu Anty, dan Ibu Tiknok, yang telah banyak membantu dalam

pengurusan kelengkapan administratif.

9. Teman-teman PWK 08: Ippank ST, Umen ST, Nina ST, Atri, Christy ST, Hiro

ST, Adhe ST, Akbar ST, Teddy, Dimas, Serli ST, Itha ST, Firman, Ian ST,

Page 6: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

vii

Ray, Hilda ST, Adyla ST, Rina ST, Marga, Iksan, Achim, Iman, Rizqy, Karli

ST, Dana, Djharot, Nining ST, Nanda ST, Iphe ST, Uchy ST, Lina ST, Nada

ST, King ST, Fiha ST, Hasra ST, Kiky ST, terima kasih atas kebersamaan,

dukungan dan seluruh canda tawa yang menghiasi masa-masa perkuliahan.

10. Teman-teman prodi Arsitektur 2008: Ahmad Dipta, Afri Saldy, Sukarno

Hamid, Acank, Ewink, Fajri, Ammank ST, Bangbross, Septo, Furqan,

Akbar, Utha, Toto’, Ai’, Mamat, Emil, Yani, Kingking, Bk2s, Riska, Rina, Tari, Iin, Dildil, Wilda, dan seluruh teman-teman angkatan 2008 yang tidak bisa

disebutkan satu-persatu, terima kasih.

11. Teman-teman seperjuangan Studio Akhir PWK Periode III/tahun 2012/2013,

Kak Alan, Achim, Djharot, Ray, terima kasih atas kebersamaan dan

kekompakannya.

12. Teman-teman Pleton Fast 201 Pertamina 2010: Indra, Fathir, Ceper, Hendra,

Allink, Ryan, Miccing, Om Ferry dan teman-teman lainnya atas kebersamaan

kegilaan, dan pelajaran hidup selama ini.

13. Teman-teman KKN Macorawalie, Kak Syarif, Abot, Iwan, Diptha, Furqan,

Qqoy, Nunu, Aya, Tari, Vida, Amma, Mey, atas waktu berharganya.

14. Kepada mace-mace dan pace di Fakultas Teknik, Mace Sanu, Mace Norma

dan Pak Sawalli, Sandi, Mace Gendut dan Pace Gendut, serta Mace Mala,

atas asupan gizi tanpa mengenal waktu.

15. Keluarga Besar Teknik 09, atas senioritas, loyalitas, dan solidaritas, tidak ada

kata yang lebih baik, terima kasih.

16. Keluarga Besar Teknik 2008, terkhusus untuk Thigor Akhirullah atas

kebersamaan, kegilaan, kekompakan, dan kebahagiaan selama ini.

17. Keluarga Besar OKJA FT-UH, terima kasih untuk semuanya.

18. Dr. Mita Tanumihardja, SpJp dan Dr. Bambang Budiono SpJp atas atas

semangat dan doa dalam kehidupan penulis.

19. The Gorgeos, Rizky Amalia Ramadhani, S.Ked, terima kasih atas kasih

sayang, semangat, perhatian, dan waktu yang berharga dalam kehidupan

penulis.

20. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut

mendukung terselesaikannya Tugas Akhir ini.

Page 7: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

viii

Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu

perencanaan wilayah dan kota. Mari terus berkarya untuk hari ini, esok selama-

lamanya. Sedikit bicara banyak bekerja dan tertawa. Semoga apa yang senantiasa

kita lakukan senantiasa mendapat ridho dari-NYA…

Makassar, Maret 2013

Mirsyad Husain

Page 8: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii

ABSTRAK ........................................................................................... iii

ABSTRACT ......................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x

DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 4

C. Tujuan ....................................................................................... 4

D. Lingkup Perencanaan ............................................................... 5

E. Sistematika Pembahasan .......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pariwisata .................................................................................. 7

B. Ekowisata .................................................................................. 11

C. Konsep Pengembangan Ekowisata .......................................... 20

D. Konservasi ................................................................................ 23

E. Objek dan Daya Tarik Wisata .................................................... 26

F. Analisis Strategi SWOT dan Pemetaan Posisi Pariwisata......... 29

G. Abrasi ........................................................................................ 33

H. Peraturan Perundangan ............................................................ 38

I. Studi Banding ............................................................................ 41

J. Kerangka Pikir Perencanaan ..................................................... 45

Page 9: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

x

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ....................................................................... 46

B. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 46

C. Populasi dan Sampel ................................................................ 47

D. Metode Analisis ......................................................................... 48

E. Teknik Analisis .......................................................................... 49

F. Variabel Penelitian .................................................................... 52

G. Kerangka Perencanaan............................................................. 55

H. Diagramatik Alur Studi Perencanaan ........................................ 56

I. Definisi Operasional .................................................................. 57

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN

A. Gambaran Umum Kota Mamuju ................................................ 58

B. Gambaran Umum Pulau Karampuang ...................................... 67

BAB V ANALISIS

A. Analisis SWOT Kawasan .......................................................... 90

B. Analisis Kompetisi/Persaingan Pariwisata ................................. 97

C. Analisis Potensi dan Masalah ................................................... 98

D. Analisis Keunikan Pulau ............................................................ 104

E. Analisis Fungsi Kawasan .......................................................... 106

F. Analisis Objek dan Daya Tarik Wisata ...................................... 108

G. Analisis Pemilihan Site Ekowisata ............................................. 109

H. Analisis Aksesibilitas dan Sirkulasi ............................................ 113

BAB VI KONSEP DAN ARAHAN PENGEMBANGAN

A. Konsep Pengembangan ............................................................ 116

B. Arahan Pengembangan ............................................................ 127

C. Pengembangan Sub-Kawasan .................................................. 138

D. Konsep Perencanaan 20 Tahun dalam Pengembangan .......... 148

Page 10: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

xi

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 150

B. Saran......................................................................................... 153

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengertian Ekowisata ....................................................... 11

Tabel 2.2 Prinsip dan Kriteria Ekowisata .......................................... 16

Tabel 2.3 Model Analisis Faktor Strategi Internal/Eksternal .............. 30

Tabel 3.1 Matriks Analisis SWOT ..................................................... 52

Tabel 3.2 Variabel Penelitian ............................................................ 53

Tabel 4.1 Rata-Rata Curah Hujan Per Tahun di Kabupaten Mamuju 61

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin 62

Tabel 4.3 Perkembangan wisatawan perbulan kota Mamuju

tahun 2009 ....................................................................... 67

Tabel 5.1 Matrik SWOT Pengembangan Ekowisata ......................... 91

Tabel 5.2 Analisis IFAS (Internal Strategic Factors Analysis) .......... 93

Tabel 5.3 Analisis EFAS (External Strategic Factors Analysis) ....... 94

Tabel 5.4 Analisis Kompetisi/Persaingan .......................................... 97

Tabel 5.5 Potensi Kawasan Pengembangan Ekowisata .................. 100

Tabel 5.6 Masalah Kawasan Pengembangan Ekowisata ................. 103

Tabel 5.7 Analisis Keunikan Kawasan Pengembangan .................... 104

Tabel 5.8 Klasifikasi dan Skor Penentuan Fungsi Kawasan ............. 106

Tabel 5.9 Tanggapan Wisatawan Terhadap Objek dan Daya Tarik . 108

Tabel 5.10 Analisis Kesesuaian Wisata Selam ................................... 112

Tabel 5.11 Keterkaitan ruang dalam kawasan pengembangan .......... 112

Tabel 5.12 Analisis Tingkat Aksesibilitas ............................................ 114

Tabel 6.1 Tujuan penetapan tiap fungsi kawasan ............................. 117

Tabel 6.2 Rencana Besaran Ruang Kawasan Pengembangan ........ 118

Tabel 6.3 Unsur ODTW .................................................................... 122

Tabel 6.4 Fungsi Perencanaan Tata Hijau........................................ 132

Page 12: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis Objek Wisata ........................................................... 12

Gambar 2.2 Unsur-Unsur Utama Pendukung Ekowisata ...................... 19

Gambar 2.3 Model Posisi Perkembangan Ekowisata ........................... 31

Gambar 2.4 Armour stone dan penumpukan pasir ...................................... 37

Gambar 2.5 Ekowisata Pahawang........................................................ 42

Gambar 2.6 Ekowisata Pulau Sangiang ............................................... 44

Gambar 2.7 Kerangka Pikir Perencanaan ............................................ 45

Gambar 3.1 Analisis SWOT .................................................................. 51

Gambar 3.2 Kerangka Perencanaan .................................................... 55

Gambar 3.3 Diagramatik Alur Studi Perencanaan ................................ 56

Gambar 4.1 Peta Administrasi Provinsi Sulawesi Barat ....................... 59

Gambar 4.2 Peta Administrasi Kabupaten Mamuju .............................. 60

Gambar 4.3 Beberapa objek wisata yang ada di Kabupaten Mamuju .. 66

Gambar 4.4 Rumah Adat Mamuju ........................................................ 66

Gambar 4.5 Orientasi Lokasi Penelitian Terhadap Kecamatan Mamuju 68

Gambar 4.6 Peta Pulau Karampuang ................................................... 69

Gambar 4.7 Peta Kemiringan Lereng/ Topografi Pulau Karampuang .. 71

Gambar 4.8 Peta Kontur Pulau Karampuang ....................................... 72

Gambar 4.9 Peta Penggunaan Lahan Pulau Karampuang ................... 73

Gambar 4.10 Titik-Titik Abrasi Pulau Karampuang ................................. 74

Gambar 4.11 Persebaran Flora Fauna Pulau Karampuang ................... 78

Gambar 4.12 Transportasi pulau ............................................................ 79

Gambar 4.13 Prasarana dermaga di Pulau Karampuang ....................... 80

Gambar 4.14 Prasarana jalan di Pulau Karampuang ............................. 80

Gambar 4.15 Peta Aksesibilitas Pulau Karampuang .............................. 81

Gambar 4.16 Sarana peribadatan berupa masjid ................................... 82

Page 13: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

xi

Gambar 4.17 Kantor Desa Karampuang ................................................ 82

Gambar 4.18 Sarana kesehatan berupa puskesmas.............................. 83

Gambar 4.19 Sarana pendidikan SD Negeri Karampuang ..................... 83

Gambar 4.20 Prasarana listrik berupa genset dan PLTD ....................... 84

Gambar 4.21 Prasarana air bersih ......................................................... 84

Gambar 4.22 WC Umum yang tersedia di kawasan wisata .................... 85

Gambar 4.23 Villa yang tersedia di kawasan wisata .............................. 86

Gambar 4.24 Gazebo di beberapa titik ................................................... 86

Gambar 4.25 Panggung pertunjukan di kawasan wisata ........................ 86

Gambar 4.26 Persebaran Sarana ........................................................... 87

Gambar 4.27 Persebaran Sarana ........................................................... 88

Gambar 4.28 Cinderamata hasil kerajinan masyarakat lokal .................. 89

Gambar 5.1 Posisi pengembangan pada kuadran SWOT .................... 96

Gambar 5.2 Analisis potensi dan masalah kawasan pengembangan .. 99

Gambar 5.3 Peta Fungsi Kawasan Pulau Karampuang ....................... 107

Gambar 5.4 Ilustrasi teknik superimpose yang dilakukan ..................... 109

Gambar 5.5 Zona potensi pengembangan ekowisata .......................... 110

Gambar 5.6 Keterkaitan ruang dalam kawasan pengembangan .......... 113

Gambar 6.1 Perencanaan Tata Ruang ................................................. 119

Gambar 6.2 Zonasi Perencanaan ......................................................... 120

Gambar 6.3 Konsep Atraksi Wisata ...................................................... 123

Gambar 6.4 Rencana Aksesibilitas dan Sirkulasi ................................. 126

Gambar 6.5 Kawasan Wisata Publik dan Wisata Khusus ..................... 130

Gambar 6.6 Ilustrasi Garis Sempadan Pantai ...................................... 131

Gambar 6.7 Ilustrasi mangrove sebagai pemecah gelombang ............. 131

Gambar 6.8 Rencana Bentang Alam .................................................... 133

Gambar 6.9 Alur Sirkulasi dari Permukiman Tradisional ...................... 135

Gambar 6.10 Alur Sirkulasi dari Kawasan Rekreasi ............................... 136

Gambar 6.11 Rencana fasilitas pada kawasan rekreasi ......................... 139

Page 14: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

xii

Gambar 6.12 Rencana fasilitas pada kawasan wisata selam ................. 140

Gambar 6.13 rencana fasilitas pada kawasan ermukiman tradisional .... 142

Gambar 6.14 Rencana fasilitas pada kawasankonservasi mangrove .... 143

Gambar 6.15 Rencana fasilitas pada kawasan hutan ............................ 145

Gambar 6.15 Rencana fasilitas pada kawasan perdagangan ................ 146

Gambar 6.16 Rencana Persebaran Fasilitas .......................................... 147

Gambar 6.17 Skema perencanaan 20 tahun dalam pengembangan ..... 148

Page 15: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari

17.504 buah pulau, dengan garis pantai membentang sepanjang 81.000 km.

Dari sejumlah pulau tersebut, lebih dari 10.000 pulau merupakan pulau-pulau

kecil, bahkan sangat kecil, belum bernama dan tidak dihuni penduduk.

Pulau-pulau kecil memiliki potensi sumber daya terbarui yang

seringkali dimanfaatkan bagi kepentingan rnanusia. Potensi pulau-pulau kecil

dari segi keanekaragaman hayati, keindahan panorama alam dan budaya

dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, termasuk pariwisata.

Pulau-pulau kecil memiliki potensi kelautan yang cukup besar. Potensi

perikanan didukung oleh adanya ekosistem terumbu karang, padang lamun

dan hutan bakau yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi serta bernilai

ekonomi. Pulau-pulau kecil juga memiliki potensi bagi pengembangan wisata

bahari.

Pulau kecil mempunyai tangkapan air (catchment) yang relatif kecil

sehingga kebanyakan air dan sedimen hilang ke dalam air. Dari segi budaya,

masyarakat yang mendiami pulau kecil mempunyai budaya yang berbeda

dengan pulau kontinen dan daratan (Dahuri, 1998). Pulau kecil dapat

dipandang sebagai sebuah ekosistem dimana setiap karakter alam berada

dalam jalinan kesalingterhubungan (McElroy and Klaus, 1990).

Meningkatnya kecenderungan pasar pariwisata internasional untuk

berwisata di kawasan yang masih alami memberikan peluang bagi

pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil. Kesadaran dan apresiasi

masyarakat terhadap upaya pemeliharaan dan kelestarian lingkungan

Page 16: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

2

berdampak pada perlunya pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan

memperhatikan lingkungan yang lebih luas.

Pulau-pulau kecil perlu diberdayakan secara optimal dan lestari sesuai

dengan karakteristik dan potensinya masing-masing. Dilain pihak pulau-pulau

kecil memiliki daya dukung yang terbatas. yang perlu dipertimbangkan dalam

pemanfaatannya untuk suatu kegiatan, termasuk kegiatan pariwisata.

Karakteristik fisik pulau yang kecil, umumnya berakibat pada keterbatasan

sumber daya air, kerentanan terhadap ancaman bencana alam, penduduk

yang relatif miskin, serta keterisolasian dari wilayah lain.

Pengembangan kegiatan pariwisata di pulau-putau kecil berpotensi

memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap lingkungan

sekitarnya. Dampak tersebut dapat dilihat dari segi fisik alami, binaan, sosial

budaya dan ekonomi. Dampak positif pertu dioptimalkan sementara dampak

negatif tentunya harus diminimalisasi bahkan jika memungkinkan dihilangkan.

Dengan berlakunya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, setiap daerah diwajibkan untuk dapat

mengembangkan dan mengelola potensi daerahnya masing-masing.

Pernerintah Pusat memiliki tanggungjawab dalam menyiapkan kebijakan

makro sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah. Untuk itu diperlukan satu

"pedoman" bagi pemerintah daerah dalam mengelola pengembangan

periwisata di pulau-pulau kecil yang termasuk dalam wilayahnya, termasuk

dalam penyusunan peraturan, pengawasan, pemantauan dan pengelolaan

pariwisata pulau-pulau kecil tersebut.

Salah satu kegiatan wisata yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini,

bahkan telah menjadi isu global yaitu dengan berkembangnya ekowisata

(ecotourism) sebagai kegiatan wisata alam yang berdampak ringan terhadap

lingkungan. Menurut Hadi (2007), prinsip-prinsip ekowisata (ecotourism)

adalah meminimalisir dampak, menumbuhkan kesadaran lingkungan dan

Page 17: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

3

budaya, memberikan pengalaman positif pada turis (visitors) maupun

penerima (hosts), memberikan manfaat dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Ekowisata dalam era pembangunan berwawasan lingkungan merupakan

suatu misi pengembangan wisata alternatif yang tidak menimbulkan banyak

dampak negatif, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kondisi sosial

budaya.

Adapun unsur penting yang dapat menjadi daya tarik dari sebuah

Daerah Tujuan Ekowisata (DTE) adalah kondisi alamnya, kondisi flora dan

fauna yang unik, langka dan endemik, kondisi fenomena alamnya, serta

kondisi adat dan budaya. Di mana unsur- unsur tersebut terdapat pada

Kabupaten Mamuju, khususnya Pulau Karampuang yang memiliki potensi

ekologi dan kondisi sosial budaya yang dapat menjadi daya tarik sebagai

daerah tujuan wisata, khususnya ekowisata/ecotourism.

Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan

prinsip konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga

menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat

dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem

di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat

ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari para eco-traveler.

Kawasan Pulau Karampuang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota

Mamuju sebagai kawasan tujuan wisata, namun dalam pengelolaannya

belum sepenuhnya berjalan baik, sehingga terjadi degradasi lingkungan

berupa pembuangan sampah yang tidak terkendali, dan mengalami abrasi

cukup berat sehingga kurang menunjang aktifitas wisata. Oleh karena itu

diperlukan penataan yang lebih baik bagi kawasan ini.

Page 18: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

4

Terjadinya penurunan kualitas ekosistem di Pulau Karampuang berupa

pembuangan sampah yang tidak terkendali dan abrasi di beberapa titik

diakibatkan kurangnya pemahaman masyarakat lokal terhadap pengelolaan

ekosistem pulau yang memiliki daya dukung lingkungan yang terbatas

sehingga membutuhkan perhatian yang lebih dalam pengelolaannya.

Dengan didasari hal – hal yang telah diungkapkan di atas, penulis

mengambil judul “Perencanaan Ekowisata Pulau Karampuang Kabupaten

Mamuju”.

B. Rumusan Masalah

Beberapa hal yang coba diungkap dalam perencanaan ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi fisik dan non fisik kawasan Pulau Karampuang

Kabupaten Mamuju dalam pengembangan potensi ekowisata?

2. Bagaiamana konsep perencanaan ekowisata yang dapat diterapkan

pada kawasan Pulau Karampuang Kabupaten Mamuju?

C. Tujuan

Tujuan perencanaan adalah “menyusun konsep dan arahan

pengembangan ekowisata Pulau Karampuang Kabupaten Mamuju meliputi

zonasi, atraksi wisata, bentang alam, aksesibilitas dan sirkulasi, serta macam

dan jenis fasilitas”.

Page 19: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

5

D. Lingkup Perencanaan

Berpedoman pada tujuan yang ingin dicapai, perencanaan dibatasi

lingkupnya yaitu daerah kawasan Pulau Karampuang Kabupaten Mamuju

dengan perencanaan ekowisata yang tetap mempertahankan fungsi

lingkungan dan bersifat partisipatif dengan melibatkan masyarakat secara

langsung. Sedangkan pembahasan difokuskan pada Program perencanaan

ekowisata kawasan Pulau Karampuang Kabupaten Mamuju berbasis

masyarakat yang bertujuan untuk merubah kondisi lingkungan dan

masyarakat agar menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya sehingga

membawa dampak positif terhadap kunjungan wisatawan.

E. Sistematika Pembahasan

Adapun penyusunan laporaan ini akan dibahas sesuai dengan

sistematika pembahasan yang disajikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan

dan sasaran, batasan wilayah dan waktu perencanaan serta sistematika

pembahasan.

Bab II Tinjauan Teori

Bab ini menguraikan tentang tinjauan pustaka yang dapat mendukung

dalam melakukan analisis yang meliputi tinjauan mengenai pariwisata,

ekowisata, konservasi kawasan, konsep ekowisata dan hubungannya dengan

konservasi, objek dan daya tarik wisata, analisis strategi swot dan pemetaan

posisi pariwisata, abrasi dan penanganannya, studi banding dan kerangka

pikir, serta peraturan dan perundangan yang terkait.

Bab III Metode Perencanaan

Menjelaskan mengenai metode pengambilan data, teknik yang

digunakan, metode analisis, dan teknik analisis yang digunakan, variabel

penelitian, serta definisi operasional.

Page 20: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

6

Bab IV Gambaran Umum Wilayah Studi

Menjelaskan gambaran umum wilayah perencanaan, yaitu Kabupaten

Mamuju secara umum, dan Pulau Karampuang secara khusus.

BAB V Analisis dan Pembahasan

Berisikan mengenai pembahasan arahan pengembangan serta teknik

analisis yang digunakan, meliputi analisis spasial, analisis superimpose,

analisis foto mapping, serta analisis SWOT.

Bab VI Perencanaan

Berisikan mengenai konsep dan arahan pengembangan ekowisata

yang meliputi konsep dan arahan zonasi, konsep dan arahan atraksi wisata,

konsep dan arahan landscape, serta konsep dan arahan jenis fasilitas.

Bab VII Penutup

Merupakan kesimpulan dan saran terhadap hasil penelitian yang telah

dilakukan.

Page 21: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pariwisata

Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili

untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain.

Sebagai suatu aktifitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari

kebutuhan dasar masyarakat maju dan sebagian kecil masyarakat negara

berkembang.

Definisi pariwisata menurut Undang–Undang Nomor 10 Tahun 2009

“pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah, dan pemerintah daerah”.

Jadi pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan manusia ke

dareah yang bukan merupakan tempat tinggalnya dalam waktu paling tidak

satu malam dengan tujuan perjalanan bukan untuk mencari nafkah,

pendapatan atau penghidupan di tempat tujuan.

1. Pariwisata Berkelanjutan

Definisi pembangunan pariwisata berkelanjutan bisa memiliki makna

beragam. Orang dari banyak bidang yang berbeda menggunakan istilah

berbeda di dalam konteks yang berbeda dan mereka mempunyai konsep,

bias, dan pendekatan berbeda. WTO mendefinisikan pembangunan

pariwisata berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan

wisatawan saat ini, sambil melindungi dan mendorong kesempatan untuk

waktu yang akan datang. Mengarah pada pengelolaan seluruh sumber daya

sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika dapat

terpenuhi sambil memelihara integritas kultural, proses ekologi esensial,

Page 22: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

8

keanakeragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan. Produk pariwisata

berkelanjutan dioperasikan secara harmonis dengan lingkungan lokal,

masyarakat dan budaya, sehingga mereka menjadi penerima keuntungan

yang permanen dan bukan korban pembangunan pariwisata. Dalam hal ini

kebijakan pembangunan pariwisata berkelanjutan terarah pada penggunaan

sumber daya alam dan penggunaan sumber daya manusia untuk jangka

waktu panjang (Sharpley, 2000:10)

Berkaitan dengan upaya menemukan keterkaitan anatara aktifitas

pariwisata dan konsep pembangunan berkelanjutan Cronin (Sharpley,

2000:1), mengkonsepkan pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai

pembanguan yang terfokus pada dua hal, keberlanjutan pariwisata sebagai

aktivitas ekonomi di satu sisi dan lainnya mempertimbangkan pariwisata

sebagai elemen kebijakan pembangunan berkelanjutan yang lebih luas.

Stabler & Goodall (Sharpley, 2000:1), menyatakan pembangunan pariwisata

berkelanjutan harus konsisten/sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan. Lane (dalam Sharpley, 2000:8) menyatakan bahwa pariwisata

berkelanjutan adalah hubungan triangulasi yang seimbang antara daerah

tujuan wisata (host areas) dengan habitat dan manusianya, pembuatan paket

liburan (wisata), dan industri pariwisata, dimana tidak ada satupun

stakeholder dapat merusak keseimbangan. Pendapat yang hampir sama

disampaikan Muller yang mengusulkan istilah magic pentagon yang

merupakan keseimbangan antara elemen pariwisata, dimana tidak ada satu

faktor atau stakeholder yang mendominasi.

2. Community Based Tourism (Pariwisata Berbasis Masyarakat)

Salah satu konsep yang menjelaskan peranan komunitas dalam

pembangunan pariwisata adalah Community Based Tourism (CBT).

Secara konseptual prinsip dasar kepariwisataan berbasis

masyarakat adalah menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama

Page 23: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

9

melalui pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan

kepariwisatan, sehingga kemanfaatan kepariwisataan sebesar-besarnya

diperuntukkan bagi masyarakat. Sasaran utama pengembangan

kepariwisataan haruslah meningkatkan kesejahteraan masyarakat

(setempat). Pemda berperan sebagai fasilitator pengembangan

kepariwisataan.

Konsep Community Based Development lazimnya digunakan oleh para

perancang pembangunan pariwisata sebagai strategi untuk

memobilisasi komunitas untuk berpartisipasi secara akt i f dalam

pembangunan sebagai partner industri pariwisata. Tujuan yang ingin

diraih adalah pemberdayaan sosial-ekonomi komunitas itu sendiri dan

melekatkan n i la i leb ih da lam berpariwisata, khususnya kepada para

wisatawan. Tren dunia global saat ini pengembangan community based

development telah dilakukan sebagai alat dan strategi pembangunan,

tidak hanya terbatas di bidang pariwisata, melainkan da lam konteks

pembangunan negara, dengan membuka kesempatan dan akses

komunitas untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Community based development adalah konsep yang menekankan

kepada pemberdayaan komunitas untuk menjadi lebih memahami

nilai-nilai dan aset yang mereka miliki, seperti kebudayaan, adat istiadat,

masakan kuliner, gaya hidup. Dalam konteks pembangunan wisata,

komunitas tersebut haruslah secara mandiri melakukan mobilisasi aset

dan nilai tersebut menjadi daya tar ik utama bagi pengalaman

berwisata wisatawan. Melalui konsep Community Based Tourism,

setiap individu dalam komunitas diarahkan untuk menjadi bagian

dalam rantai ekonomi pariwisata, untuk itu para individu diberi

keterampilan untuk mengembangkan small business.

Menurut Suansri (2003) ada beberapa prinsip dari community

based tourism yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut:

Page 24: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

10

a. Mengenali, mendukung, dan mempromosikan kepemilikan masyarakat

dalam pariwisata (community ownership of tourism).

b. Melibatkan anggota masyarakat dari setiap tahap pengembangan

pariwisata dalam berbagai aspeknya.

c. Mempromosikan kebanggaan terhadap komunitas bersangkutan.

d. Meningkatkan kualitas kehidupan.

e. Menjamin keberlanjutan lingkungan.

f. Melindungi ciri khas (keunikan) dan budaya masyarakat lokal.

g. Mengembangkan pembelajaran lintas budaya.

h. Menghormati perbedaan budaya dan martabat manusia.

i. Mendistribusikan keuntungan dan manfaat yang diperoleh secara

proporsional kepada anggota masyarakat.

j. Memberikan kontribusi dengan persentase tertentu dari pendapatan yang

diperoleh untuk proyek pengembangan masyarakat.

k. Menonjolkan keaslian (authenticity) hubungan masyarakat dengan

lingkungannya.

Berdasarkan pemahaman tersebut, Community Based Tourism sangat

berbeda dengan pendekatan pembangunan pariwisata pada umumnya,

dimana komunitas merupakan aktor utama dalam proses pembangunan

pariwisata, dengan tujuan utama adalah untuk peningkatan standar

kehidupan ekonomi masyarakat tersebut.

Page 25: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

11

B. Ekowisata

1. Pengertian Ekowisata

Dalam perkembangan konsep ekowisata, ada beberapa organisasi wisata dunia yang merumuskan tentang pengertian dari ekowisata, antara lain :

The Ecotourism Society

(1990)

Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan

wisata ke area alami yang dilakukan dengan

tujuan mengkonservasi lingkungan dan

melestarikan kehidupan dan kesejahteraan

penduduk setempat.

World Tourism

Organization (WTO) dan

United Nations

Environtment Program

(UNEP).

Ekowisata setidaknya harus melingkupi, tidak

hanya memberi perhatian pada alam dan

keutuhan ekologi, tetapi juga pada penduduk

asli dan kultur umumnya di wilayah itu

sebagai bagian dari pengalaman menarik

para pengunjung (wisatawan). Ekowisata

memiliki muatan pendidikan dan interpretasi

sebagai bagian yang ditawarkan pada

wisatawan.

Australia National

Ecotourism Strategy, 1994

Ekowisata adalah wisata yang berbasis alam

yang berkaitan dengan pendidikan dan

pemahaman lingkungan alam dan dikelola

dengan prinsip berkelanjutan (sustainable),

Sumber: www.ecotourism.org

Tabel 2.1 Pengertian Ekowisata

Page 26: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

12

Dari beberapa pengertian di atas, ditarik kesimpulan bahwa ekowisata

merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang alami

maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan

partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-

budaya.

Adapun jenis objek wisata yang termasuk dalam ekowisata antara lain:

wisata budaya,wisata alam,wisata desa, dan wisata pantai.

2. Konsep Dasar Ekowisata

a. Perjalanan outdoor dan di kawasan alam yang tidak menimbulkan

kerusakan lingkungan.

b. Wisata ini mengutamakan penggunaan fasilitas transportasi yang

diciptakan dan dikelola masyarakat kawasan wisata.

c. Perjalanan wisata ini menaruh perhatian besar pada lingkungan alam

dan budaya lokal. (Sumber : www.ekowisata-indonesia.ekowisata.org)

3. Ciri-Ciri Ekowisata

Menurut Fandlei et.al (2000), ekowisata pada mulanya hanya bercirikan

bergaul dengan alam untuk mengenali dan menikmati. Meningkatnya

kesadaran manusia akan meningkatnya kerusakan/perusakan alam oleh ulah

OBJEK WISATA

Wisata Alam Wisata Bisnis Wisata Olahraga

Wisata Pantai Wisata Desa

Wisata Budaya

Ekowisata

Sumber: www.ekowisata.info

Gambar 2. 1 Jenis Objek Wisata

Page 27: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

13

manusia sendiri, telah menimbulkan/menumbuhkan rasa cinta alam pada

semua anggota masyarakat dan keinginan untuk sekedar menikmati telah

berkembang menjadi memelihara dan menyayangi, yang berarti

mengkonservasi secara lengkap. Ciri-ciri ekowisata sekarang mengandung

unsur utama, yaitu: konservasi, edukasi untuk berperan serta, dan

pemberdayaan masyarakat setempat.

4. Prinsip Ekowisata

The Ecotourism Society (Eplerwood/1999) menyebutkan ada delapan

prinsip dalam ekowisata. Prinsip dari ekowisata ini dapat menciptakan

pembangunan yang ecological friendly. (Sumber : www.ekowisata.info). Prinsip itu

antara lain yaitu:

a. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan

terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan

disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.

b. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat

setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat

dilakukan langsung di alam.

c. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang

digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan

pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan.

Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara langsung

untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan

pelestarian alam.

d. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam

merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam

pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.

e. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi

masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga

kelestarian kawasan alam.

Page 28: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

14

f. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan

termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga

keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya disharmonize dengan

alam akan merusak produk wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh

mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta

menjaga keaslian budaya masyarakat.

g. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai

daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan.

Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah

yang membatasi.

h. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila

suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka

devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati

oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah setempat.

5. Karakteristik Ekowisata

Ada beberapa karakteristik ekowisata yang membedakan wisata ini

dengan wisata massal yaitu :

a. Aktivitas wisata terutama berkaitan dengan konservasi lingkungan.

Meskipun motif berwisata bukan untuk melestarikan lingkungan, namun

dalam kegiatan-kegiatan tersebut melekat keinginan untuk ikut serta

melestarikan lingkungan.Tingginya kesadaran lingkungan memudahkan

wisatawan untuk terlibat dalam berbagai upaya pelestarian.

b. Penyediaan jasa wisata tidak hanya menyiapkan sekedar atraksi untuk

menarik tamu, tetapi juga menawarkan peluang bagi mereka untuk lebih

menghargai lingkungan, sehingga keunikan ODTW dan lingkungannya

tetap terpelihara dan masyarakat lokal serta wisatawan berikutnya dapat

menikmati keunikan tersebut.

c. Kegiatan wisata berbasis alam. ODTW yang menjadi basis kegiatan

wisata adalah alam dan lingkungan yang hijau (kawasan pegunungan,

Page 29: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

15

hutan raya dan taman nasioanl) dan biru (laut yang bening dan bersih).

Bagi wisatawan atraksi alam yang masih asli ini memiliki nilai tertinggi

dalam kepuasan berwisata.

d. Organisasi perjalanan menunjukkan tanggung jawab finansial dalam

pelestarian lingkungan hiaju yang dikunjungi atau dinikmati oleh

wisatawan dan wisatawan juga melakukan kegiatan yang terkait dengan

konservasi. Dengan kata lian, semua aktivitas wisata berbasis pada

pelestarian alam.

e. Kegiatan wisata dilakukan tidak hanya dengan tujuan menikmati

keindahan dan kekayaan alam itu sendiri, tetapi juga secara spesifik

untuk mengumpulkan dana yang akan digunkan bagi pelestarian

ODTW. Dalam hal ini terbentuk hubungan yang erat antara masyarakat

lokal, pelaku konservasi dan ilmuwan, serta ekowisatawan melalui

situasi belajar dan pengalaman bersama.

f. Perjalanan wisata menggunakan alat transportasi dan akomodasi lokal.

Pengertian ini menunjuk pada moda angkutan dan fasilitas akomodasi

yang dikelola langsung oleh masyarakat di daerah tujuan wisata,

terlebih-lebih yang bersifat ramah lingkungan. Pemanfaatan fasilitas

sejenis yang dikelola oleh orang lain dipandang akan mengurangi

sumbangan ekowisata bagi peningkatan kesehjateraan ekonomi

masyarakat setempat.

g. Pendapatan dari parawisata digunakan tidak hanya untuk mendukung

kegiatan konservasi lokal tetapi juga mebantu pengembangan

masyarakat setempat secara berkelanjutan, misalnya dengan

membentuk program-program pendidikan lingkungan.

h. Perjalanan wisata menggunakan teknologi sederhana yang tersedia di

daerah tujuan wisata, terutama yang menghemat energi, menggunakan

sumberdaya lokal, termasuk melibatkan masyarakat lokal dalam

pembuatannya (Sumber : www.ekowisata.info).

Page 30: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

16

Prinsip Ekowisata Kriteria Ekowisata 1. Memiliki kepedulian, tanggung

jawab dan komitmen terhadap

pelestarian lingkungan alam

dan budaya, melaksanakan

kaidah-kaidah usaha yang

bertanggung jawab dan

ekonomi berkelanjutan

• Memperhatikan kualitas daya dukung

lingkungan kawasan tujuan, melalui

pelaksanaan sistem pemintakatan (zonasi).

• Mengelola jumlah pengunjung, sarana dan

fasilitas sesuai dengan daya dukung lingkungan

daerah tujuan.

• Meningkatkan kesadaran dan apresiasi para

pelaku terhadap lingkungan alam dan budaya.

• Memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari

dalam penyelenggaraan kegiatan ekowisata.

• Meminimumkan dampak negatif yang

ditimbulkan, dan bersifat ramah lingkungan.

• Mengelola usaha secara sehat.

• Menekan tingkat kebocoran pendapatan

(leakage) serendah-rendahnya.

• Meningkatkan pendapatan masyarakat

setempat

2. Pengembangan harus mengikuti

kaidah-kaidah ekologis dan atas

dasar musyawarah dan

pemufakatan masyarakat

setempat.

• Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu

dalam pengembangan ekowisata.

• Membangun hubungan kemitraan dengan

masyarakat setempat dalam proses perencanaan

dan pengelolaan ekowisata.

• Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat

setempat untuk pengembangan ekowisata.

• Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk

bisa menerima atau menolak ekowisata.

• Menginformasikan secara jelas dan benar konsep

dan tujuan pengembangan kawasan tersebut

kepada masyarakat setempat.

• Membuka kesempatan untuk melakukan dialog

dengan seluruh pihak yang terlibat (multi-

stakeholders) dalam proses perencanaan dan

pengelolaan ekowisata.

Tabel 2.2 Prinsip dan Kriteria Ekowisata

Sumber: www.ecotourism.org

Page 31: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

17

Prinsip Ekowisata Kriteria Ekowisata 3. Memberikan manfaat kepada

masyarakat setempat.

• Membuka kesempatan keapda masyarakat

setempat untuk membuka usaha ekowisata dan

menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan

ekowisata baik secara aktif maupun pasif.

• Memberdayakan masyarakat dalam upaya

peningkatan usaha ekowisata untuk

meningkatkan kesejahtraan penduduk

setempat.

• Meningkatkan ketrampilan masyarakat

setempat dalam bidang-bidang yang berkaitan

dan menunjang pengembangan ekowisata.

• Menekan tingkat kebocoran pendapatan

(leakage) serendah-rendahnya.

4. Peka dan menghormati nilai-nilai

sosial budaya dan tradisi

keagamaan masyarakat

setempat.

• Menetapkan kode etik ekowisata bagi

wisatawan, pengelola dan pelaku usaha

ekowisata.

• Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-

pihak lainya (multi-stakeholders) dalam

penyusunan kode etik wisatawan, pengelola

dan pelaku usaha ekowisata.

• Melakukan pendekatan, meminta saran-saran

dan mencari masukan dari tokoh/pemuka

masyarakat setempat pada tingkat paling awal

sebelum memulai langkah-langkah dalam

proses pengembangan ekowisata.

• Melakukan penelitian dan pengenalan aspek-

aspek sosial budaya masyarakat setempat

sebagai bagian terpadu dalam proses

perencanaan dan pengelolaan ekowisata

Sumber: www.ecotourism.org

Page 32: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

18

Prinsip Ekowisata Kriteria Ekowisata 5. Memperhatikan perjanjian,

peraturan, perundang-

undangan baik ditingkat

nasional maupun internasional.

• Memperhatikan dan melaksanakan secara

konsisten: Dokumen-dokumen Internasional

yang mengikat (Agenda 21, Habitat Agenda,

Sustainable Tourism, Bali Declaration dsb.).

GBHN Pariwisata Berkelanjutan, Undang-

undang dan peraturan-peraturan yang berlaku.

• Menyusun peraturan-peraturan baru yang

diperlukan dan memperbaiki dan

menyempurnakan peraturan-peraturan lainnya

yang telah ada sehingga secara keseluruhan

membentuk sistem per-UU-an dan sistem

hukum yang konsisten.

• Memberlakukan peraturan yang berlaku dan

memberikan sangsi atas pelanggarannya

secara konsekuen sesuai dengan ketentuan

yang berlaku (law enforcement).

• Membentuk kerja sama dengan masyarakat

setempat untuk melakukan pengawasan dan

pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan

yang berlaku.

6. Unsur-Unsur Utama Pendukung Ekowisata

Pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan dari wisata alam

didasarkan pada beberapa unsur utama menurut buku The Ecotourism

Society (1990) yaitu: Peninggalan sejarah dan budaya, Masyarakat, Sumber

daya alam, Nilai-nilai peninggalan sejarah, Sarana dan prasarana, serta

Pasar ekowisata.

Sumber: www.ecotourism.org

Page 33: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

19

Gambar 2.2 Unsur-Unsur Utama Pendukung Ekowisata

7. Issu dalam Perencanaan Ekowisata

a. Masih rendahnya tingkat kesadaran wisatawan terhadap pelestarian

lingkungan pada kawasan wisata.

b. Penilaian atas potensi wisata, terutama oleh masyarakat dan

pemerintah lokal, cenderung berlebihan karena tidak ada studi

kelayakan tentang itu.

c. Penilaian terhadap kemampuan kelompok sasaran juga sering

berlebihan. Meskipun tingkat partisipasi dan pemilikan sumber daya

masyarakat lokal cukup tinggi, namun semuanya tidak cukup

mendukung profesionalisme yang elementer dalam parawisata.

EKOWISATA

Pasar Ekowisata

Masyarakat Sumber Daya Alam

Peninggalan

Sejarah dan

Budaya

Sarana dan

Prasarana

Nilai-Nilai

Peninggalan Sejarah

Sumber: www.ecotourism.org

Page 34: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

20

8. Keuntungan Kegiatan Ekowisata

Drumm (2002) menyatakan bahwa ada enam keuntungan dalam

implementasi kegiatan ekowisata yaitu:

a. Memberikan nilai ekonomi dalam kegiatan ekosistem di dalam

lingkungan yang dijadikan sebagai obyek wisata.

b. Menghasilkan keuntungan secara langsung untuk pelestarian

lingkungan.

c. Memberikan keuntungan secara langsung dan tidak langsung bagi para

stakeholders.

d. Membangun konstituensi untuk konservasi secara lokal, nasional dan

internasional.

e. Mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

f. Mengurangi ancaman terhadap kenekaragaman hayati yang ada di

obyek wisata tersebut. (Sumber : www.balitourismwatch.com )

C. Konsep Pengembangan Ekowisata

Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara

pengembangan pariwisata pada umumnya. Ada dua aspek yang perlu

dipikirkan. Pertama, aspek destinasi, kemudian kedua adalah aspek market.

Untuk pengembangan ekowisata dilaksanakan dengan konsep product

driven. Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan namun macam, sifat

dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan untuk

menjaga kelestarian dan keberadaannya.

Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan

alam dan budaya masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya

keberlanjutan. Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih

terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan

Page 35: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

21

pembangunan. Sebab ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi

hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan. Bahkan dalam berbagai aspek

ekowisata merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism.

Ekowisata bukan menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah

ekowisata tidak akan mengenal kejenuhan pasar.

Selain dari sisi konservasi menguntungkan, penerapan konsep

ekowisata juga dapat dilihat dari sisi ekonomi, khususnya bagi peningkatan

perekonomian masyarakat setempat. Dari sisi ekonomi, ekowisata

menciptakan lapangan pekerjaan di wilayah terpencil dan belum

berkembang. Pada umumnya ekowisata diasumsikan membutuhkan sedikit

investasi untuk pembangunan prasarananya. Penekanan ekowisata pada

sumber daya lokal dan peluang kerja menjadikan ekowista sebagai peluang

bagi negara yang sedang berkembang dan mempunyai potensi alam yang

tinggi.

Faktor pengembangan masyarakat setempat merupakan tujuan akhir

dari pengembangan pariwisata berdasarkan konsep ekowisata. The

Ecotourism Society mengemukakan ada beberapa tahapan untuk

mengembangakn konsep ekowisata pada suatu kawasan pariwisata yaitu:

1. Pertama, menilai situasi dan potensi wisata yang akan dikembangkan.

Pada tahapan ini meliputi juga aspirasi masyarakat yang akan dijadikan

obyek wisata dengan konsep ekowisata.

2. Kedua, menentukan situasi pariwisata yang diinginkan dan

mengidentifikasi langkah untuk mencapai tujuan. Hal ini disesuaikan

dengan potensi wilayah yang ada.

3. Ketiga, merancang strategi pengembangan terhadap obyek wisata yang

akan dikembangkan. Pada tahapan ini direncanakan tahapan

pengembangan obyek wisata yang akan dikembangkan.

Page 36: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

22

Pengembangan konsep ekowisata pada lokasi wisata ditentukan oleh

pihak yang terlibat terhadap pengembangan terdiri dari masyarakat,

perusahaan swasta sebagai operator, organisasi lingkungan non profit yang

peduli terhadap pelestarian lingkungan dan pemandu wisata.

Berdasarkan aspek tersebut, faktor masyarakat sebagai tujuan akhir

dari pengembangan kawasan wisata menentukan terhadap penerapan

konsep ekowisata. Masyarakat harus dilibatkan secara aktif agar sadar

terhadap potensi yang sumber daya yang dimiliki sehingga dapat

berpartisipasi terhadap pengelolaan kawasan wisata yang akan

meningkatkan pendapatan. Pada tahap awal yang perlu diperhatikan adalah

bagaimana memberi gambaran kepada masyarakat terhadap potensi

wilayahnya dan memberdayakan masyarakat dalam hal pengelolaan

kawasan wisata. Untuk mewujudkan hal ini, peran pemerintah dan lembaga

pendamping sangat penting karena umumnya masyarakat tidak mampu

mengelola potensi wilayahnya. Dengan pengenalan terhadap potensi

wilayahnya diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif terhadap

pengelolaan obyek wisata.

Sesuai dengan prinsip pengembangannya, konsep ekowisata tidak

saja memperhatikan aspek ekologi tetapi juga ekonomi. Beberapa

pengalaman pengembangan kawasan pariwisata yang menerapkan konsep

ekowisata menunjukkan peningkatan perekonomian sebagai dampak yang

ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata. Keuntungan yang diperoleh dalam

pengembangan pariwisata pada suatu wilayah sesungguhnya akan dijadikan

subsidi untuk mengelola pelestarian lingkungan pada kawasan tersebut.

Pada tahap ini terjadi siklus yang saling menguntungkan antara alam dan

manusia.

Page 37: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

23

D. Konservasi

1. Pengertian Konservasi

Konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap

memperhatikan manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap

mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk

pemanfaatan masa depan.

Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 konservasi sumber daya

alam adalah pengelolaan sumber daya alam yang menjamin

pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumber daya terbarui, menjamin

kesinambungan untuk persediannya dengan tetap memelihara dan

meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman.

2. Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah upaya

perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan

kesinambungan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap

memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.

Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K), terdiri

dari:

a. Suaka Pesisir, dengan kriteria sebagai berikut:

• Merupakan wilayah pesisir yang menjadi tempat hidup dan

berkembangbiaknya (habitat) suatu jenis atau sumberdaya alam

hayati yang khas, unik, langka dan dikhawatirkan akan punah,

dan/atau merupakan tempat kehidupan bagi jenis-jenis biota migrasi

tertentu yang keberadaannya memerlukan upaya perlindungan,

dan/atau pelestarian.

• Mempunyai keterwakilan dari satu atau beberapa ekosistem di

wilayah pesisir yang masih asli dan/atau alami.

Page 38: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

24

• Mempunyai luas wilayah pesisir yang cukup untuk menjamin

kelangsungan habitat jenis sumberdaya ikan yang perlu dilakukan

upaya konservasi dan dapat dikelola secara efektif.

• Mempunyai kondisi fisik wilayah pesisir yang rentan terhadap

perubahan dan/atau mampu mengurangi dampak bencana.

b. Suaka Pulau Kecil, dengan kriteria sebagai berikut:

• Merupakan pulau kecil yang menjadi tempat hidup dan

berkembangbiaknya (habitat) suatu jenis atau beberapa sumberdaya

alam hayati yang khas, unik, langka dan dikhawatirkan akan punah,

dan atau merupakan tempat kehidupan bagi jenis-jenis biota migrasi

tertentu yang keberadaannya memerlukan upaya perlindungan,

dan/atau pelestarian.

• Mempunyai keterwakilan dari satu atau beberapa ekosistem di pulau

kecil yang masih asli dan/atau alami.

• Mempunyai luas wilayah pulau kecil yang cukup untuk menjamin

kelangsungan habitat jenis sumberdaya ikan yang perlu dilakukan

upaya konservasi dan dapat dikelola secara efektif.

• Mempunyai kondisi fisik wilayah pulau kecil yang rentan terhadap

perubahan dan/atau mampu mengurangi dampak bencana.

c. Taman Pesisir, dengan kriteria sebagai berikut:

• Merupakan wilayah pesisir yang mempunyai daya tarik sumberdaya

alam hayati, formasi geologi, dan/atau gejala alam yang dapat

dikembangkan untuk kepentingan pemanfaatan pengembangan ilmu

pengetahuan, penelitian, pendidikan dan peningkatan kesadaran

konservasi sumberdaya alam hayati, wisata bahari dan rekreasi.

• Mempunyai luas wilayah pesisir yang cukup untuk menjamin

kelestarian potensi dan daya tarik serta pengelolaan pesisir yang

berkelanjutan.

• Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan

wisata bahari dan rekreasi.

Page 39: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

25

d. Taman Pulau Kecil, dengan kriteria sebagai berikut:

• merupakan pulau kecil yang mempunyai daya tarik sumberdaya alam

hayati, formasi geologi, dan/atau gejala alam yang dapat

dikembangkan untuk kepentingan pemanfaatan pengembangan ilmu

pengetahuan, penelitian, pendidikan dan peningkatan kesadaran

konservasi sumberdaya alam hayati, wisata bahari dan rekreasi.

• mempunyai luas pulau kecil/gugusan pulau dan perairan di sekitarnya

yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik serta

pengelolaan pulau kecil yang berkelanjutan.

• kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan

wisata bahari dan rekreasi. (Sumber:Permenkp PER/17MEN/2008)

3. Konservasi dan Kaitannya dengan Pengembangan Ekowisata

Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan

konservasi. Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat

yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sementara konservasi

merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam

untuk waktu kini dan masa mendatang. Hal ini sesuai dengan definisi yang

dibuat oleh The International Union for Conservation of Nature and Natural

Resources (1980), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk

memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar

dan lestari untuk generasi kini dan mendatang.

Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan ecotour adalah daerah

alami. Kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa

Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa,

Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti

hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik

ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area

alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau

muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang

Page 40: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

26

harus dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai

areal alami.

Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian

lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan

konservasi (UNEP, 1980) sebagai berikut:

a. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung

sistem kehidupan.

b. Melindungi keanekaragaman hayati.

c. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.

Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan

pendekatan pelestarian dan pemanfaatan sebagai konsep konservasi.

E. Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang

berhubungan, yang dapat menarik wisatawan untuk datang ke suatu daerah

atau tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan

merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya

tarik wisata, sampai adanya suatu jenispengembangan tertentu. Dalam

Undang-Undang No.9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa

objek dan daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata terdiri

atas:

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan YME, yang berwujud

keadaan alam, flora dan fauna.

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud

museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan

budaya, wisata agro, wisata buru, wisata petualangan alam, taman

rekreasi, dan komplek hiburan.

Objek dan daya tarik wisata menurut Direktorat Jenderal Pemerintah

dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

Page 41: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

27

1. Objek Wisata Alam

Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta

memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami setelah

ada usaha budidaya. Potensi objek wisata alam dapat dibagi menjadi

empat kawasan, yaitu:

a. Flora dan fauna.

b. Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya ekosistem pantai dan

ekosistem hutan bakau.

c. Gejala alam, misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan

danau.

d. Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan,

peternakan, usaha perikanan.

2. Objek Wisata Sosial Budaya

Objek wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan

sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan

sejarah, upacara adat, seni pertunjukan, dan kerajinan.

3. Objek Wisata Minat Khusus

Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru

dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada

wisatawan yang mempunyai motivasi khusus. Dengan demikian,

biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian, contohnya berburu,

mendaki gunung, arung jeram, tujuan pengobatan, agrowisata, dll.

Perencanaan dan pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam, sosial

budaya, maupun objek wisata minat khusus harus berdasarkan pada

kebijakan rencana pembangunan nasional maupun regional. Jika kedua

kebijakan rencana tersebut belum tersusun, tim perencana pengembangan

objek daya tarik wisata harus mampu mengasumsikan rencana kebijakan

yang sesuai dengan area yang bersangkutan.

Page 42: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

28

Suatu objek wisata dapat menarik untukdikunjungi oleh wisatawan

harus memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya. Syarat-

syarat tersebut adalah:

1. What to see

Di tempat tersebut harus ada obyek wisata dan atraksi wisata yang

berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah

tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi budaya yang

dapat dijadikan “entertainment” bagi wisatawan. What to see meliputi

pemandangan alam, kegiatan kesenian, dan atraksi wisata.

2. What to do

Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan,

harus diseediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan

betah tinggal lama di tempat itu.

3. What to buy

Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama

barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa

pulang ke tempat asal.

Perkembangan suatu kawasan wisata juga tergantung pada apa yang

dimiliki kawasan tersebut untuk ditawarkan kepada wisatawan. Hal ini tidak

dapat dipisahkan dari peranan para pengelola kawasan wisata. Berhasilnya

suatu tempat wisata hingga tercapainya industry wisata sangat tergantung

pada tiga A (3A), yaitu atraksi (attraction), mudah dicapai (accessibility), dan

fasilitas (amenities).

1. Atraksi (attraction)

Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar

dapat dilihat, dinikmati dan yang termasuk dalam hal ini adalah tari-

tarian, nyanyian kesenian rakyat tradisional, upacara adat, dan lain-lain.

Page 43: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

29

2. Aksesibilitas (accessibility)

Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan

komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi

keinginan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Unsur yang

terpenting dalam aksesibilitis adalah transportasi, kecepatan yang

dimilikinya dapat mengakibatkan jarak seolah-olah menjadi dekat.

3. Fasilitias (amenities)

Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan

karena pariwisata tidak akan pernah berkembang tanpa penginapan.

Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan

wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.

F. Analisis Strategi SWOT dan Pemetaan Posisi Pariwisata

Analis faktor strategi internal dan eksternal merupakan pengolahan

faktor-faktor strategis pada lingkungan internal dan eksternal dengan

memberikan pembobotan dan rating pada setiap faktor strategis.

Menganalisis lingkungan internal (IFAS) untuk mengetahui berbagai

kemungkinan kekuatan dan kelemahan. Masalah strategis yang akan

dimonitor harus ditentukan karena masalah ini mungkin dapat mempengaruhi

pariwisata dimasa yang akan datang. Menganalisis lingkungan eksternal

(EFAS) untuk mengetahui berbagai kemungkinan peluang dan ancaman.

Masalah strategis yang akan dimonitor harus ditentukan karena masalah ini

mungkin dapat mempengaruhi pariwisata dimasa yang akan datang.

a. Pembobotan (scoring)

Pembobotan pada lingkungan internal tingkat kepentingannya

didasarkan pada besarnya pengaruh faktor strategis terhadap posisi

strategisnya, sedangkan pada lingkungan eksternal didasarkan pada

kemungkinan memberikan dampak terhadap faktor strategisnya (Freddy

Rangkuti, 2001 : 22-24).

Page 44: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

30

Jumlah bobot pada masing-masing lingkungan internal dan eksternal

harus berjumlah = 1 (satu), sedangkan nilai bobot menurut Freddy Rangkuti

(2001 : 22-24) berdasarkan ketentuan sebagai berikut :

“Skala 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting)”

Besarnya rata-rata nilai bobot bergantung pada jumlah faktor-faktor

strategisnya (5-10 faktor strategis) yang dipakai.

b. Penilaian (rating)

Nilai rating berdasarkan besarnya pengaruh faktor strategis terhadap

kondisi dirinya (Freddy Rangkuti, 2001 : 22-24) dengan kententuan sebagai

berikut :

“Skala mulai dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah)”

Sangat Kuat Kuat Rata-rata Lemah

4 3 2 1

Variabel yang bersifat positif (variabel kekuatan atau peluang ) diberi nilai dari

1 sampai dengan 4 dengan membandingkan dengan rata-rata pesaing

utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya, jika

kelemahan atau ancaman besar sekali (dibanding dengan rata-rata pesaing

sejenis) nilainya adalah 1, sedangkan jika nilai ancaman kecil/di bawah rata-

rata pesaing-pesaingnya nilainya 4.

Faktor-Faktor Strategis Bobot Nilai Bobot x Nilai

Kekuatan/Peluang : (faktor-faktor yang menjadi kekuatan/peluang)

(Professional Judgement)

(Professional Judgement)

(Jumlah perkalian bobot

dengan nilai pada setiap

faktor)

jumlah

(Jumlah bobot kekuatan/ peluang)

(Jumlah nilai kekuatan/ peluang)

(Jumlah bobot x nilai)

Tabel 2.3 Model Analisis Faktor Strategi Internal/Eksternal

Page 45: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

31

Kelemahan/Ancaman : (faktor-faktor yang menjadi kelemahan/ancaman)

(Professional Judgement)

(Professional Judgement)

(Jumlah perkalian bobot

dengan nilai pada setiap

faktor)

jumlah

(Jumlah bobot kelemahan/ ancaman)

(Jumlah nilai kelemahan/ ancaman)

(Jumlah bobot x nilai)

Pemetaan posisi pariwisata bertujuan untuk mengetahui posisi

pariwisata dari suatu objek wisata dalam kondisi perkembangannya saat ini.

Pemetaan didasarkan pada analogi sifat yang dmiliki dari faktor-faktor

strategis. Kekuatan memiliki sifat positif, kelemahan bersifat negatif, begitu

juga dengan peluang bersifat positif dan ancaman bersifat negatif.

Diagram posisi perkembangan pariwisata memberikan gambaran

keadaan perkembangan pariwisata berdasarkan kuadran-kuadran yang

dihasilkan garis vektor SW dan garis vektor OT, setiap kuadran memiliki

rumusan strategi sebagai strategi utamanya. Seperti telah dijelaskan

sebelumnya garis vektor pada diagram posisi perkembangan pariwisata

didasarkan pada logika faktor strategi internal membentuk garis horisontal

dan faktor strategi eksternal membentuk garis vertikal.

Sumber: Freddie Rangkuti, 2011

Gambar 2.3 Model Posisi Perkembangan Pariwisata Sumber: LM-FEUI (H Oka A Yoeti 1996)

Page 46: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

32

Rumusan setiap kuadran yang secara khusus untuk pariwisata dan beberapa

pengertian yang melalui proses adopsi, adaptasi dari penggunaan analisis

SWOT untuk perusahaan, sehingga diadaptasi sutu rumusan sebagai berikut:

a. Kuadran I : Growth (pertumbuhan)

Strategi pertumbuhan didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik

dalam penjualan, asset, profit atau kombinasi ketiganya (Freddy

Rangkuti, 2001:43). Pertumbuhan dalam pariwisata adalah

pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan (frekuensi kunjungan dan

asal daerah wisatawan), asset (objek dan daya tarik wisata, prasarana

dan sarana pendukung), pendapatan (retribusi masuk dan jumlah yang

dibelanjakan).

Pertumbuhan dalam pariwisata terbagi dua, yaitu:

1) Rapid Growth Strategy (strategi pertumbuhan cepat), adalah

strategi meningkatkan laju pertumbuhan kunjungan wisatawan

dengan waktu lebih cepat (tahun ke 2 lebih besar dari tahu ke 1 dan

selanjutnya), peningkatan kualitas yang menjadi faktor kekuatan

untuk memaksimalkan pemanfaatkan semua peluang.

2) Stable Growth Strategy (strategi pertumbuhan stabil), adalah

strategi mempertahankan pertumbuhan yang ada (kenaikan yang

stabil, jangan sampai turun).

b. Kuadran II : Stability (Stabilitas)

Strategi stabilitas adalah strategi konsolidasi untuk mengurangi

kelemahan yang ada, dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah

dicapai (oka A. Yoeti, 1996:144). Stabilitas diarahkan untuk

mempertahankan suatu keadaan dengan berupaya memanfaatkan

peluang dan memperbaiki kelemahan.

Strategi stabilitas terbagi dua, yaitu:

1) Agressive Maintenance strategy (strategi perbaikan agresif), adalah

strategi konsolidasi internal dengan mengadakan perbaikan-

Page 47: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

33

perbaikan berbagai bidang. Perbaikan faktor-faktor kelemahan

untuk memaksimalkan pemanfaatan peluang

2) Selective Maintenance strategy (strategi perbaikan pilihan), adalah

strategi konsolidasi internal dengan melakukan perbaikan pada

sesuatu yang menjadi kelemahan. Memaksimalkan perbaikan

faktor-faktor kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

c. Kuadran III : Survival (Bertahan)

1) Turn around strategy (strategi memutar balik), adalah strategi yang

membalikan kecenderungan-kecenderungan negatif sekarang, yang

paling umum tertuju pada pengelolaan.

2) Guirelle strategy (strategi merubah fungsi), adalah strategi merubah

fungsi yang dimiliki dengan fungsi lain yang bener-benar berbeda.

d. Kuadran IV : Diversifikasi

Strategi penganekaragaman adalah strategi yang membuat

keanekaragaman terhadap objek dan daya tarik wisata dan

mendapatkan dana investasi dari pihak luar.

Strategi penganekaragaman dibagi dua, yaitu :

1) Diversifikasi concentric strategy (strategi diversifikasi konsentrik),

adalah diversifikasi objek dan daya tarik wisata sehingga dapat

meminimalisir ancaman.

2) Diversifikasi conglomerate strategy (strategi diversifikasi

konglomerat), adalah memasukan investor untuk mendanai

diversikasi yang mempertimbangkan laba.

G. Abrasi

1. Pengertian Abrasi dan Dampak yang Ditimbulkan

Abrasi merupakan proses pengikisan oleh air laut terhadap garis pantai

sehingga terjadi pemunduran garis pantai ke arah daratan. Dengan kata lain,

abrasi adalah penggerusan alur-alur pantai oleh air laut. Berbagai faktor yang

Page 48: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

34

menyebabkan terjadinya abrasi dapat dikategorikan menjadi faktor manusia

dan faktor alam (Sumber: Pustekkom Depdiknas).

Faktor manusia yang berpengaruh langsung pada perubahan garis

pantai adalah: kegiatan penanggulan pantai, pembabatan hutan bakau,

penggalian pasir di pantai dan laut, pengerukan lumpur laut, perusakan

terumbu karang, pembuatan bangunan di pantai dan reklamasi pantai. Selain

itu, pembangunan pemukiman dan tempat wisata tanpa mengindahkan

keberadaan eksosistem yang ada juga menyebabkan abrasi semakin parah.

Sedangkan pengaruh tidak langsung bagi munculnya peristiwa abrasi adalah

berupa kegiatan penggundulan hutan di hulu sungai.

Faktor alam yang berasal dari darat adalah sedimentasi melalui sungai-

sungai dan adanya tumbuhan pantai. Faktor alam yang berasal dari laut

adalah gelombang, arus, pasang surut, kenaikan muka laut rata-rata karena

pemanasan global, sedimentasi, dan geomorfologi dasar laut.

Gelombang laut merupakan faktor alam yang paling berperan dalam

menimbulkan abrasi secara langsung. Gelombang yang dihasilkan oleh angin

berperan sebagai agen transfer energi. Gelombang yang merambat ke

segala arah membawa energi yang kemudian dilepaskan ke pantai. Energi

inilah yang merupakan penyebab utama terjadinya abrasi. Faktor penting lain

yang ikut mempengaruhi proses abrasi pantai adalah pasang surut.

Perubahan garis pantai dipengaruhi oleh perubahan harian dan tahunan

pasang surut. Sebagian orang menilai peristiwa tersebuti bukan sebagai

gelombang pasang, melainkan tsunami yang berskala kecil.

Abrasi pantai menyebabkan terjadinya kemunduran garis pantai yang

semakin jauh setiap tahun. Akibatnya, banyak rumah penduduk yang terkena

gusuran alam, hilangnya bangunan-bangunan bersejarah, rusaknya

lingkungan sehingga ekosistem terganggu, dan turunnya produktivitas

tambak yang mengganggu mata pencarian penduduk. Akhirnya, dampak

abrasi tersebut akan menimbulkan berbagai konflik dalam kehidupan

Page 49: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

35

masyarakat. Kerugian-kerugian yang terjadi karena adanya abrasi pantai

dapat dikelompokkan dalam 4 jenis yaitu:

a. Kerugian Bangunan, bangunan rusak dan hilang karena tergusur ombak

b. Kerugian Sarana dan Prasarana, sarana lingkungan tidak bisa

digunakan semestinya karena tergenang air pasang. Genangan akan

lebih lama apabila saat pasang disertai dengan hujan.

c. Kerugian Lahan dan Fungsi Kawasan, pengikisan pantai dengan cepat

telah menjadikan kawasan pantai semakin mendekati pemukiman,

sehingga kawasan perumahan menjadi semakin sempit. Sedimentasi di

dekat muara sungai telah mengakibatkan tidak lancarnya aliran sungai

sehingga terjadi arus balik dan menggenangi kawasan pinggir sungai.

Dengan demikian kawasan darat (lahan) semakin menyempit.

d. Kerugian Sosial, aktivitas sosial masyarakat tidak dapat dilakukan

secara normal karena aksesnya terhalang. (Sumber: Pustekkom Depdiknas)

2. Penanganan Abrasi

Dampak dari abrasi pantai yang banyak mendatangkan kerugian bagi

masyarakat dapat dikurangi dengan usaha penanggulangan. Usaha

penanggulangan abrasi pada suatu kawasan pantai pada dasarnya dapat

dibagi menjadi 3 tahap (Pustekkom Depdiknas) yaitu:

a. Jangka pendek atau darurat

Merupakan penanggulangan darurat dengan sasaran melindungi sarana

dan prasarana umum maupun pemerintah di daerah terkena bencana

dengan cara memperbaiki segera kerusakan bangunan dan pengaman

pantai yang sudah ada.

b. Jangka menengah

Yaitu penanggulangan pantai yang kritis karena abrasi dengan

membangun pengaman atau pelindung pantai berupa groin, revetment,

jettie, pemecah gelombang, dan lain-lain.

Page 50: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

36

c. Jangka panjang

Merupakan penanganan pantai secara menyeluruh dan terpadu dari

berbagai lingkungan sosial politik, ekonomi dan budaya secara

terkoordinir.

Dalam Jurnal Pustekkom Depdiknas dengan judul Pengikisan Pantai

Akibat Abrasi dipaparkan beberapa metode atau teknik yang dilakukan dalam

penanganan abrasi pantai, antara lain:

a. Penanggulangan abrasi pantai dengan penanaman mangrove

Hutan mangrove merupakan daerah transisi antara daratan dan

lautan. Secara fisik, mangrove berperan sebagai penghalang dari

serangan gelombang dan badai.

Pohon mangrove memiliki akar yang kuat dan berlapis-lapis sehingga

dapat meredam hantaman ombak dan mematahkan tenaga gelombang

badai serta mempercepat pengendapan lumpur yang di bawa air sungai

di sekitarnya. Sistem perakaran yang khas pada tumbuhan mangrove

berupa akar tunjang, pneumatofor, dan akar lutut, dapat menghambat

arus air laut dan ombak.

b. Teknologi penanggulangan abrasi pantai

Cukup banyak teknologi pengamanan abrasi pantai yang dapat

dipergunakan, baik teknologi umum sederhana sampai dengan

teknologi canggih, seperti bangunan pengamanan pantai dengan blok

beton, pengisian pasir, penggunaan bangunan krib, tipe rouble mound,

tembok laut dan revetment.

Pelindung pantai berupa armour stone atau beton mempunyai

kelemahan, yaitu tidak ekonomis apa bila dilaksanakan pada daerah-

daerah pantai berpasir yang terpencil, serta terbatas infrastrukturnya

maupun sumber material konstruksi. Selain itu, teknologi ini dapat

mengganggu pemandangan serta menyulitkan aktifitas masyarakat di

pantai.

Page 51: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

37

Pelindung pantai berupa pemecah ombak dibuat berupa bangunan

Pemecah gelombang ini ditempatkan berjejer dalam jumlah banyak di

sepanjang pantai terutama pada pantai yang mempunyai gelombang

laut cukup besar. Sama dengan tembok beton, cara ini tidak ekonomis

terutama karena harga material bangunan berupa batu besar sangat

mahal.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah keterbatasan infrastruktur

dan sumber material untuk pembuatan beton pelindung adalah

penggunaan kantong pasir sebagai penahan gelombang. Kelebihan

kantong pasir sebagai penahan gelombang adalah sedikit dalam

penggunaan material, dapat dilaksanakan dengan peralatan terbatas

serta dapat memanfaatkan material setempat, tidak mempunyai

dampak buruk terhadap lingkungan, tidak terlalu mengganggu kegiatan

masyarakat, serta tidak menggangu pemandangan di daerah wisata.

Pembuatan kantong pasir dapat dilakukan secara sederhana dengan

cara memasukkan pasir ke dalam karung-karung plastik bekas maupun

baru. Karung-karung ini dapat berbentuk guling atau bantal. Selanjutnya

disusun bertumpuk rapi dan berjejer di pinggir pantai (Sumber: Pustekkom

Depdiknas).

Gambar 2.4 armour stone/beton (kiri) dan penumpukan pasir (kanan) (Sumber: Pustekkom Depdiknas)

Page 52: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

38

H. Peraturan dan Perundangan

1. Undang-Undang 27/2007

UU No.27/2007 adalah undang-undang yang mengenai Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil khususnya yang menyangkut

perencanaan, pemanfaatan, hak dan akses masyarakat, penanganan konflik,

konservasi, mitigasi bencana, reklamasi pantai, rehabilitasi kerusakan pesisir,

dan penjabaran konvensi-konvensi internasional terkait.

Dalam UU No.27/2007 Pasal 1 ayat (1) menyatakan Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses perencanaan,

pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumberdaya pesisir dan

pulau-pulau kecil antar sektor, antar pemerintah dan pemerintah daerah,

antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan

manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pasal 28 ayat (1) menyatakan Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil diselenggarakan untuk menjaga kelestarian Ekosistem Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil, melindungi alur migrasi ikan dan biota laut lain,

melindungi habitat biota laut, dan melindungi situs budaya tradisional.

2. Peraturan Menteri

a. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

Per.20/Men/2008 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan Perairan

di Sekitarnya

Pasal 2:

(1) Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan sekitarnya dilakukan

untuk kepentingan pembangunan di bidang ekonomi, sosial dan

budaya dengan berbasis masyarakat dan secara berkelanjutan.

(2) Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya

sebagaimana dimaksud pada ayat tersebut di atas dilakukan

dengan memperhatikan aspek:

Page 53: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

39

• keterpaduan antara kegiatan Pemerintah dengan pemerintah

daerah, antarpemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat

dalam perencanaan dan pemanfaatan ruang pulau-pulau kecil

dan perairan di sekitarnya.

• kepekaan/kerentanan ekosistem suatu kawasan yang berupa

daya dukung lingkungan, dan sistem tata air suatu pulau kecil;

• ekologis yang mencakup fungsi perlindungan dan konservasi;

• kondisi sosial dan ekonomi masyarakat;

• politik yang mencakup fungsi pertahanan, keamanan, dan

kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia;

• teknologi ramah lingkungan;

• budaya dan hak masyarakat adat, masyarakat lokal, serta

masyarakat tradisional.

Pasal 3:

(1) Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan sekitarnya

diprioritaskan untuk salah satu atau lebih kepentingan berikut

Konservasi, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan

pengembangan, budidaya laut, pariwisata, usaha perikanan dan

kelautan secara lestari, pertanian organik, dan/atau peternakan.

(2) Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya selain

sebagaimana dimaksud pada ayat tersebut diatas dapat

dimanfaatkan antara lain untuk usaha pertambangan, permukiman,

industri, perkebunan, transportasi, dan pelabuhan.

(3) Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan sekitarnya

sebagaimana dimaksud pada ayat-ayat diatas kecuali untuk

konservasi, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan

pengembangan, wajib sesuai dengan rencana zonasi, memenuhi

persyaratan pengelolaan lingkungan

Page 54: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

40

b. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

Per.17/Men/2008 Tentang Kawasan Konservasi Di Wilayah Pesisir Dan

Pulau-Pulau Kecil

Pasal 1:

(1) Konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah upaya

perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan,

ketersediaan, dan kesinambungan sumber daya pesisir dan pulau-

pulau kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas

nilai dan keanekaragamannya.

(2) Kawasan konservasi adalah bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil yang mempunyai ciri khas tertentu sebagai satu kesatuan

ekosistem yang dilindungi, dilestarikan dan/atau dimanfaatkan

secara berkelanjutan untuk mewujudkan pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan.

Pasal 2:

(1) Tujuan ditetapkannya konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil yaitu untuk memberi acuan atau pedoman dalam melindungi,

melestarikan, dan memanfaatkan wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil serta ekosistemnya.

(2) Sasaran pengaturan kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil ditujukan untuk perlindungan, pelestarian, dan

pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta

ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan

kesinambungan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan

tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan

keanekaragamannya.

Page 55: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

41

c. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM.67 /

UM.001/MKP/ 2004 Tentang Pedoman Umum Pengembangan

Pariwisata di Pulau-Pulau Kecil

BAB II Prinsip Pengembangan disebutkan “Penyelenggaraan

pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil harus menggunakan

prinsip berkelanjutan di mana secara ekonomi memberikan keuntungan,

memberikan kontribusi pada upaya pelestarian sumber daya alam, serta

sensitif terhadap budaya masyakat lokal”.

BAB IV Arahan Pengembangan sub-bab Penataan Ruang

disebutkan “Beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam penataan

ruang pulau adalah :

(1) Pemerintah daerah harus menyusun dan menetapkan tata ruang

pulau melalui proses konsultatif dengan para pihak ( stakeholders )

(2) Penataan ruang kawasan harus didasarkan pada hasil kulaborasi

antara masukan para pihak dengan perencana kawasan

(3) Penataan ruang harus memperhatikan aspek lingkungan,termasuk

konservasi sumber daya alam dan sentitifitas ekosistem serta aspek

sosial, budaya dan ekonomi masyarakat”.

I. Studi Banding

1. Pulau Pahawang, Lampung

Pulau Pahawang merupakan satu dari rangkaian pulau-pulau kecil yang

berada di perairan Teluk Lampung. Pulau Pahawang berada di Kabupaten

Pasawaran Lampung.Banyak sekali daya tarik yang dimiliki pulau ini mulai

dari laut,hutan bakau sampai tradisi masyarakatnya.

Sebagai alternatif pengelolaan sumber daya alam yang mampu

memberikan nilai ekonomi secara berkelanjutan,Masyarakat Pulau

Pahawang membangun sebuah Ekowisata dengan bentuk pendidikan

konservasi lingkungan dan Kerakyatan.

Page 56: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

42

Ekowisata adalah perjalanan bertanggung jawab ketempat-tempat yang

alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan mensejahterakan

penduduk setempat. wisata sebagai alternatif pengelolaan sumberdaya alam,

karna bicara soal konservasi akan selalu ada nilai ekonomis yang didapat

oleh masyarakat agar berkelanjutan.

Bentuk ekowisata Pulau Pahawang yaitu wisata pendidikan dan

konservasi karena aktivitas wisatanya berkaitan dengan pendidikan

lingkungan dan usaha-usaha yang dilakukan oleh masyarakat setempat,

Untuk wisata konservasi setiap wisatawan yang berkunjung di Pulau

Pahawang diwajibkan untuk menanam tanaman bakau, dengan label nama

penanam terpasang di pohon bakaunya.

Konsep wisata di Pahawang juga berbasis masyarakat, karena yang

dilibatkan dalam kegiatan wisata yaitu penduduk di Pulau Pahawang, mulai

dari kapal, penyediaan menu makanan, pemandu lokal, narasumber yang

memberi penjelasan soal hal-hal terkait seperti mangrove, rumput laut, dan

lainnya berasal dari warga yang bermukim di pulau tersebut. Slogan yang

digunakan dalam pengembangan wisata Pulau Pahawang adalah "mari

berwisata seraya melestarikan lingkungan", sehingga ekowisata yang

dibangun akan tetap bisa menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan yang

berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat. (www.publikkrakatau.com dan

www.suropeji.com diakses tanggal 27 November 2012)

Gambar 2.5 ekowisata pahawang Sumber: www.suropeji.web.id

Page 57: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

43

2. Pulau Sangiang, Banten

Pulau Sangiang, adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Selat

Sunda, yakni antara Jawa dan Sumatra. Secara administratif, pulau ini

termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang, Banten. terletak di titik kordinat

antara 105′49′30″ - 105′52′ Bujur Timur 5′56′ - 5′58′50″ Lintang Selatan.

Jarak tempuhnya hanya membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit

dari Anyer, dengan menggunakan kapal atau perahu bermotor. Keindahan

alamnya, berupa terumbu karang dan pantai.

Pulau Sangiang yang sekarang dijadikan Taman Wisata Alam pada

awalnya merupakan Cagar Alam seluas 700,35 Ha Kemudian pada tahun

1991, perairan di sekitar kawasan diubah menjadi Taman Wisata Alam Laut

seluas 720 ha.

Pulau Sangiang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan,

terutama yang menyukai wisata bahari. Keindahan alam dan pantai serta

karang yang dihiasi ikan berwarna-warni merupakan obyek wisata utama di

kawasan ini. Selain itu TWA Pulau Sangiang memiliki potensi flora dan fauna

yang beragam dan masih asli, terdapat pula bangunan dan goa-goa

peninggalan zaman Jepang yang mempunyai nilai historis. Kegiatan Wisata

Alam yang dapat dilakukan adalah:

a) Wisata Alam (lintas alam, mendaki gunung, memotret, bersepeda,

berkemah dan menikmati panorama alam pantai yang landai maupun

pantai yang curam). Lokasi obyek wisata alam ini terletak di bagian

barat, barat laut dan bagian selatan pulau serta sepanjang pantai Batu

Mandi dan sekitar Gunung Gede.

b) Wisata Bahari (scuba diving, snorkling, menikmati keindahan terumbu

karang di taman laut dengan glass bottom boat, memancing. Kegiatan

scuba diving dapat dilakukan di sekitar perairan Tanjung Raden,

sedangkan di Legon Waru dapat dilakukan wisata menggunakan

perahu.

Page 58: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

44

c) Wisata Budaya (menikmati/mengamati sisa-sisa perang dunia kedua,

yaitu berupa benteng-benteng bekas pertahanan Jepang). Lokasi

peninggalan sejarah ini letaknya di sekitar Pos TNI Angkatan laut.

Wisata Ilmiah (pendidikan dan penelitian)

Di kawasan Taman Wisata Alam Pulau Sangiang juga terdapat berbagai

fasilitas lainnya, seperti pusat informasi pariwisata, pemandu wisata, pos

jaga, polisi hutan, camping ground yang luas dan aman, pesanggrahan,

persewaan peralatan untuk menyelam, dermaga, serta persewaan perahu

dan speed boat untuk mengelilingi Pulau Sangiang. (www.anneahira.com dan

[email protected] diakses tanggal 13 Februari 2013)

Gambar 2.6 Ekowisata Pulau Sangiang Sumber: www.anneahira.com

Page 59: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

45

J. Kerangka Pikir Perencanaan

Gambar 2.7 Kerangka Pikir Perencanaan

Page 60: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

46

BAB III

METODE PERENCANAAN

A. Lokasi Perencanaan

Perencanaan Ekowisata Pulau Karampuang dilakukan di Pulau

Karampuang Kab. Mamuju, Sulawesi Barat, yang terletak di Kec. Mamuju,

berada 7 km dari kota Mamuju. Hanya perlu waktu kurang lebih 20 menit

untuk sampai dipulau Karampuang dengan menggunakan kapal kecil dari

dermaga Mamuju.

B. Teknik Pengumpulan Data

Dalam perencanaan ini metode pengumpulan data yang digunakan

diantaranya:

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

diamati dan dicatat dengan melalui kegiatan wawancara, dan pengamatan.

Cara Pengumpulan data primer yang dilakukan yaitu :

a). Wawancara

Wawancara kepada pihak yang terkait dengan penyusunan

pengembangan ekowisata baik pada pemerintah kota maupun kepada

masyarakat sekitar kawasan Pulau Karampuang. Wawancara ini sangat

diperlukan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dalam bentuk

dokumen, sehingga dengan metode wawancara ini akan melengkapi data

yang masih kurang dan belum diperoleh dengan survei sekunder.

b). Observasi/Pengamatan

Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh informasi dan data yaitu

dengan mengadakan pengamatan secara langsung di lapangan. Untuk

observasi ini sebagian besar merupakan data kualitatif dan dokumentasi

yang berguna untuk melihat kondisi eksisting kawasan yang akan

dikembangkan.

Page 61: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

47

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur/pustaka

maupun survey instansi atau departemen yang berhubungan dengan materi

yang akan disusun. Metode studi literatur meliputi kegiatan mencari teori-teori

yang berhubungan dengan pengembangan ekowisata dan yang akan

digunakan untuk menganalisis sehingga dapat dirumuskan suatu konsep

pengembangan. Teori-teori tersebut berhubungan dengan pengertian dan

klasifikasi pariwisata dan ekowista, dan beberapa konsep yang relevan

dengan pengembangan kawasan Pulau Karampuang sebagai kawasan

ekowisata.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup

yang akan diteliti. Pada hakikatnya, populasi adalah kumpulan dari satuan-

satuan elementer yang mempunyai karakteristik dasar yang sama atau

dianggap sama. Adapun yang menjadi populasi pada perencanaan ini yaitu

pengunjung atau wisatawan kawasan wisata Pulau Karampuang Kabupaten

Mamuju.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti dan

dimanfaatkan untuk memperoleh gambaran dari populasi. Pengambilan

sampel pada perencanaan ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan

wisatawan terhadap daya tarik objek wisata Pulau Karampuang Mamuju.

Teknik pengambilan sampling dilakukan dengan menggunakan rumus slovin,

dengan rata-rata pengunjung perbulan Kabupaten Mamuju sebesar 1500

wisatawan sebagai popoulasi.

Page 62: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

48

Jadi jumlah sampel yang diambil adalah 25 dengan derajat

kecermatan 20% untuk tingkat kepercayaan 80% Metode pengambilan

sampel yang digunakan dalam studi ini yaitu metode pengambilan

sampel Accidental Sampling, yaitu sampel yang ditemui di lapangan

pada saat observasi.

D. Metode Analisis Data

Dalam Perencanaan Ekowisata Pulau Karampuang Kabupaten Mamuju

Berbasis Masyarakat terdapat beberapa metode analisis data yang

digunakan yaitu:

1. Metode Kualitatif

Metode ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama

dengan menggambarkan kondisi eksisting dan karakteristik kawasan Pulau

Karampuang sebagai kawasan pengembangan ekowisata berbasis

masyarakat. Metode ini juga digunakan untuk menjawab rumusan masalah

kedua dengan menentukan konsep dan arahan pengembangan.

2. Metode Kuantitatif

Metode ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama,

berupa analisis data bersifat kuantitatif. Metode ini nantinya akan digunakan

untuk pembobotan SWOT.

Page 63: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

49

E. Teknik Analisis

Dalam Perencanaan Ekowisata Pulau Karampuang Kabupaten Mamuju

terdapat beberapa teknik analisis data yang digunakan yaitu:

1. Analisis Spasial

Analisis spasial digunakan untuk mengetahui keterkaitan antar zona

dalam kawasan pengembangan serta melihat hubungan keterkaitannya

sehingga dapat ditentukan arahan spasial yang dapat diterapkan dalam

pengembangan ekowisata di Pulau Karampuang.

2. Analisis Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)

Analisis ODTW digunakan untuk mengetahui objek atau daya tarik yang

paling menonjol atau paling diminati oleh wisatawan dalam kawasan

pengembangan menggunakan kuisioner dengan pembobotan/scoring

menggunakan skala likert dengan poin tertinggi 5 pada setiap pertanyaan

dan poin terendah adalah 1.

Sangat Menarik Menarik Kurang

Menarik Tidak Menarik

Sangat Tidak

Menarik

5 4 3 2 1

3. Analisis Foto Mapping

Analisis Foto Mapping merupakan metode analisis untuk memetakan

potensi dan masalah pada saat ini dengan menggunakan media foto. Metode

ini bertujuan untuk memperlihatkan secara nyata kondisi eksisting di wilayah

pengembangan.

4. Analisis Superimpose

Analisis ini merupakan alat untuk mengetahui kondisi fisik dasar

kawasan pengembangan dengan melakukan overlay beberapa peta

sehingga akan terlihat tingkat kelayakan pemanfaatan lahan di kawasan

pengembangan.

Page 64: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

50

5. Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan

dalam menginterpretasikan wilayah pengembangan, khususnya pada kondisi

yang sangat kompleks dimana faktor eksternal dan internal memegang peran

yang sama pentingnya. Analisis SWOT digunakan untuk penelaahan

terhadap kondisi fisik, ekonomi dan sosial wilayah perencanaan serta

struktur ruang.

Dalam kasus ini, analisis SWOT digunakan untuk mengetahui Analisis

ini faktor potensi (Strength), Masalah (Weakness), Peluang (Opportunities),

dan Ancaman (Threat) dari kawasan pengembangan. Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi pengembangan tersebut :

a) Potensi (Strength)

Kekuatan apa yang dapat di kembangkan agar lebih tangguh sehingga

objek wisata tersebut dapat menjadi alternatif solusi bagi perkembangan

sektor pariwisata di Kota Mamuju serta dapat mendukung fungsi

kawasan tersebut sebagai kawasan konservasi.

b) Masalah (Weakness)

Segala faktor yang merupakan masalah atau kendala yang datang dari

dalam wilayah atau obyek itu sendiri. Yang diperkirakan dapat menjadi

penghambat dalam pengembangan ekowisata tersebut.

c) Peluang (Opportunities)

Kesempatan yang berasal dari luar wilayah atau obyek studi,

kesempatan tersebut di berikan sebagai akibat dari pemerintah,

peraturan-peraturan atau kondisi perekonomian secara global.

d) Ancaman (Threat)

Merupakan hal yang dapat mendatangkan kerugian yang berasal dari

luar wilayah atau obyek.

Page 65: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

51

Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor intern, sedangkan

kesempatan dan ancaman merupakan faktor ekstern. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Keempat faktor tersebut dianalisis yang ditinjau dari variabel sumber

daya alam, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat serta faktor lain sebagai

promosi adanya pesaing dan lainnya yang akan mempengaruhi

pengembangan. Berdasarkan variabel-variabel tersebut, dapat dibuat matriks

analisis SWOT dengan menjabarkan dan mengkombinasikan masing-masing

variabel. Matriks analisis SWOT dibuat dengan mengaitkan 2 poin yang

saling berkaitan dan berhubungan sebagai berikut :

1. SO; Memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk dapat meraih

peluang (O) yang tersedia.

2. ST; Memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk mengantisipasi

atau menghadapi ancaman (T) dan berusaha maksimal menjadikan

ancaman sebagai peluang.

3. WO; Meminimalkan kelemahan (W) untuk meraih peluang (O)

4. WT; Meminimalkan kelemahan (W) untuk menghindari secara lebih baik

dari ancaman (T).

Gambar 3.1 Analisis SWOT Sumber: SWOT Balanced Scorecard

Page 66: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

52

F. Variabel Perencanaan

Variabel perencanaan merupakan gambaran tentang suatu keadaan

atau persoalan yang dikaitkan dengan tempat dan waktu yang merupakan

dasar suatu perencanaan dan merupakan alat bantu dalam mengambil

keputusan. Variabel dipakai sebagai input yang akan diolah menjadi

informasi dengan alat analisis.

Tabel 3.1 Matriks Analisis SWOT

Sumber: SWOT Balanced Scorecard

Page 67: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

53

No. Tujuan Faktor Sub Faktor Jenis Data Teknik Analisis Keluaran

1. Mengetahui

karakteristik kawasan

Pulau Karampuang

sebagai salah satu

kawasan yang

berpotensi sebagai

daerah tujuan

ekowisata kota

Mamuju

Kondisi fisik

ekowisata

o Penggunaan

lahan

o Aksesibilitas

o Bentang Alam

o Mamuju dalam angka

o Kondisi prasana jalan

o Moda dari dan menuju

pulau

o Tingkat kelerengan dan

jenis tanah

Spasial

Superimpose

Analisis

ODTW

o Arahan Spasial

o Arahan Landscape

Kondisi ekologi

pesisir

o Pasang Surut

o Ombak

o Kedalaman

o Flora

o Fauna

o Ekosistem

Pesisir

o Pola pasang surut

o Data Ombak

o Peta Bathimetri

o Jenis flora / fauna

o Persebaran ekosistem

pesisir

Superimpose

Analisis

ODTW

o Arahan Kawasan

Ekowisata

o Arahan Kawasan

Konservasi

Kondisi sosial

budaya

o Struktur sosial

o Organisasi /

kelembagaan

o Mata

pencaharian

o Mamuju dalam angka

o Profil Pulau

Karampuang

Deskriptif

kualitatif

Foto mapping

o Konsep Atraksi

Budaya

Tabel 3.2 Variabel Perencanaan

Page 68: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

54

No. Tujuan Faktor Sub Faktor Jenis Data Analisis Keluaran

2. Mengetahui konsep

perencanaan

ekowisata yang dapat

diterapkan pada

kawasan Pulau

Karampuang

Konsep dan Arahan Pengembangan Ekowisata Pulau

Karampuang Kabupaten Mamuju, meliputi:

o Zoning

o Macam dan Jenis Fasilitas

o Atraksi Wisata

o Bentang Alam

o Aksesibilitas dan Sirkulasi

o Pengelolaan Sampah

Spasial

SWOT

Konsep dan arahan

Page 69: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

55

F. Kerangka Perencanaan

Gambar 3.2 Kerangka Perencanaan

Page 70: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

56

G. Diagramatik Alur Studi Perencanaan

Gambar 3.3 Diagramatik Alur Studi Perencanaan

Page 71: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

57

H. Definisi Operasional

1. Ekowisata adalah “Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke

area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan

dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.”.

(Organisasi The Ecotourism Society :1990).

2. Pengembangan ekowisata Pulau Karampuang berbasis masyarakat

didefinisikan pengelolaan ekowisata pada Pulau Karampuang dilakukan

secara menyeluruh mulai keterpaduan kebijakan, penentuan sasaran

dan tujuan, serta rencana spasial dan atraksi wisata yang berbasis pada

pemberdayaan masyarakat setempat.

3. Kawasan konservasi adalah kawasan yang pengelolaan sumber daya

alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk

menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan

meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

4. Zona adalah suatu kawasan yang memiliki kesamaan karakteristik fisik,

biologi, ekologi, dan ekonomi yang ditentukan berdasarkan kriteria

tertentu untuk mengelompokkan kegiatan yang bersifat sinergis dan

memilahnya dari kegiatan yang bertentangan.

5. Rencana Zonasi suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang

melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi

sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang

berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir..

Page 72: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

58

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH

A. Gambaran Umum Kota Mamuju

1. Geografi dan Administrasi Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Mamuju adalah 6.944,88 Km2. Secara

administrasi pemerintahan terdiri atas 15 wilayah kecamatan terdiri atas 98

Desa, 8 Kelurahan, serta 4 Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) meliputi

wilayah Kecamatan Tapalang, Kecamatan Tapalang Barat, Kecamatan

Mamuju, Kecamatan Simboro & Kepulauan, Kecamatan Kalukku, Kecamatan

Papalang, Kecamatan Sampaga, Kecamatan Tommo, Kecamatan

Kalumpang, Kecamatan Bonehau, Kecamatan Budong-Budong, Kecamatan

Pangale, Kecamatan Topoyo, Kecamatan Karossa dan Kecamatan Tobadak.

Berdasarkan posisi dan letak geografis wilayah, Kabupaten Mamuju

berada pada koordinat 10 38’ 110”– 20 54’ 552” Lintang Selatan dan 110 54’

47”– 130 5’ 35” Bujur Timur dari Jakarta (Sumber: Mamuju Dalam Angka

2011). Kabupaten Mamuju merupakan wilayah dengan potensi kawasan

strategis sebagai pengembangan ibukota kabupaten untuk Provinsi Sulawesi

Barat dengan batas administrasi wilayah berbatasan

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Utara

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Majene, Kab. Mamasa, Kab.

Tana Toraja

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara

• Sebelah Barat berbatasan Selat Makassar

Page 73: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

59

Gambar 4.1 Peta Administrasi Provinsi Sulawesi Barat Sumber: Bakosurtanal 2010

Page 74: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

60

Gambar 4.2 Peta Administrasi Kabupaten Mamuju Sumber: Digambar kembali dari sumber Data Pokok Kab. Mamuju, 2010

Page 75: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

61

2. Klimatologi

Keadaan alam Kabupaten Mamuju secara garis besar beriklim tropis.

Suhu udara berkisar antara 27-31 0C atau rata-rata 29 0C. Kelembaban udara

rata-rata 70% - 80%, kecepatan angin 10,8 km/jam dan tekanan udara

berkisar 1.010,7 Miliar/Bar serta penyinaran matahari mencapai 75,8%.

Adapun curah hujan di Kabupaten Mamuju adalah 1.000 mm per hari

dan rata-rata hari hujan sebanyak 114 HH/tahun. Mengenai data curah hujan

tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

No Bulan Curah Hujan

mm/Hari Hujan

Hari Hujan

HH/Tahun

1 Januari 321 15

2 Februari 93 12

3 Maret 1.057 16

4 April 317 15

5 Mei 168 11

6 Juni 737 17

7 Juli 252 12

8 Agustus 143 11

9 September 271 16

10 Oktober 361 16

11 November 594 15

12 Desember 541 13

Tabel 4.1 Rata-Rata Curah Hujan Per Tahun di Kabupaten Mamuju

Sumber: Mamuju Dalam Angka 2010

Page 76: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

62

3. Kondisi Demografi Kabupaten Mamuju

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah

penduduk Kabupaten Mamuju sementara adalah 336.879 orang, yang terdiri

atas 173.407 laki‐laki dan 163.472 perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut

masih tampak bahwa penyebaran penduduk Kabupaten Mamuju masih

bertumpu di Kecamatan Mamuju yakni sebesar 16,39%, kemudian diikuti

oleh Kecamatan Kalukku sebesar 14,61%, dan Kecamatan lainnya di bawah

8%.

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Laki-laki +

permpuan

Sex

Ratio

1. Tapalang 9,127 8,924 18,051 102

2. Tapalang Barat 4,609 4,539 9,148 100

3. Mamuju 28,138 27,064 55,202 103

4. Simboro 11,820 11,380 23,200 102

5. Kepulauan Balabakang 1,221 1,126 2,347 99

6. Kalukku 25,153 24,074 49,227 102

7. Papalang 10,911 10,483 21,394 105

8. Sampaga 7,131 6,855 13,986 102

9. Tommo 10,294 9,113 19,407 112

10. Kalumpang 5,643 5,157 10,800 104

11. bonehau 4,557 4,065 8,622 104

12. Budong-budong 11,726 11,065 22,791 107

13. Pangale 5,807 5,609 11,416 105

14. Topoyo 13,388 12,366 25,754 109

15. Karossa 11,364 10,567 21,931 108

16. Tobadak 12,518 11,085 23,603 116

17. Mamuju 173,407 163,472 336,879 106

Sumber : Badan Pusat Statistik/SP2010

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

Page 77: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

63

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Mamuju per tahun selama

sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000‐2010 sebesar 3,91 persen. Laju

pertumbuhan penduduk Kecamatan Mamuju adalah yang tertinggi

dibandingkan Kecamatan lain di Kabupaten Mamuju yakni sebesar 6,37

persen, sedangkan yang terendah di Kecamatan Pangale yakni sebesar 0,13

persen. Kecamatan Kepulauan Balabalakang walaupun jumlah penduduknya

paling kecil tetapi laju pertumbuhan penduduknya berada di atas Kecamatan

Budong‐budong.

Dengan luas wilayah Kabupaten Mamuju sekitar 8.014,06 kilo meter

persegi yang didiami oleh 336.879 orang maka rata‐rata tingkat kepadatan

penduduk Kabupaten Mamuju adalah sebanyak 42 orang per kilo meter

persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya

adalah Kecamatan Mamuju yakni sebanyak 267 orang per kilo meter persegi

sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Kalumpang yakni

sebanyak 6 orang per kilo meter persegi.

4. Pengembangan Pariwisata Kabupaten Mamuju

a. Potensi Pariwisata Kabupaten Mamuju

Berbagai potensi seperti letak geografis, keanekaragaman budaya,

jumlah penduduk menjadikan kota Mamuju sebagai salah satu daerh tujuan

wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan. Adapun prospek

pengembangannya antara lain wisata bahari, wisata budaya dan sejarah,

serta perdagangan.

Dalam rangka mengembangkan potensi pariwisata, pemerintah

melakukan berbagai upaya pembangunan dan revitalisasi objek wisata yang

ada. Kabupaten Mamuju memiliki potensi wisata yang cukup banyak

meskipun belum terkelola dengan baik. Namun sarana penunjang kegiatan

pariwisata telah tersedia berupa fasilitas akomodasi seperti Hotel,

Page 78: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

64

penginapan dan wisma serta fasilitas hiburan seperti Pub, Karaoke dan café

maupun sejumlah rumah makan dan restoran. Obyek wisata yang ada di

daerah ini berupa wisata alam, wisata bahari dan peninggalan sejarah.

1) Wisata Bahari

a) Pulau Karampuang, terletak diwilayah Kecamatan Mamuju. Dapat

ditempuh dengan menggunakan kapal motor atau speed boat selama

20 menit. Keunikan pulau ini yaitu, dihuninya oleh ratusan Kalelawar

yang membentuk habitat di hutan bambu yang terhampar luas

b) Pulau Bala-Balakang, terletak di Kecamatan Simboro Kepulauan, jarak

tempuh dari pusat kota sekitar 3 jam dengan menggunakan speed boat.

Keunikannya karena Pulau Balabalakang merupakan kawasan

kampung nelayan tradisional dengan hamparan pantai pasir putih yang

indah.

c) Pulau Bakengkeng. Terletak di Kecamatan Kalukku, jarak tempuh dari

pusat kota sekitar 1 jam dengan menggunakan kendaraan roda empat

atau roda dua dan dilanjutkan dengan perahu. Pulau eksotis yang

menjadi keunikannya sangat cocok untuk olahraga air semacam jet sky,

selancar angin, dll.

d) Pantai Dungkait yang terletak di Kecamatan Talapang Barat, dapat

ditempuh sekitar 40 menit dari pusat kota dengan menggunakan

kendaraan roda dua.

e) Ekowisata Tanjung Ngalo Kecamatan Talapang Barat

f) Pantai Lombang-Lombang, yang terletak di Kecamatan Kalukku, sekitar

20 km dari kota Mamuju. Dapat ditempuh dengan menggunakan

kendaraan roda empat ataupun roda dua. Mulai tahun 2006, pantai ini

mulai dikelola secara serius oleh pemkab Mamuju. Keunikannya terlihat

pada hampatan pantai pasir putih yang luas dan bersih

Page 79: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

65

2) Wisata Alam

a) Air Terjun Tamasapi. Terletak di Kecamatan Mamuju. Berjarak sekitar 5

km dari pusat kota dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Keunikannya

terletak pada tinggi air terjun yang mencapai 80 m dan dikelilingi hutan

tropis yang lebat.

b) Pemandian So’do, yang terletak di Kecamatan Mamuju. Berjarak sekitar

3 Km dari pusat kota dengan waktu tempuh sekitar 10 menit. Fasilitas

yang tersedia antara lain gazebo, tangga loncat, tempat parkir, dan jalan

setapak. Kawasan ini juga dipakai sebagai sumber mata air dari PDAM

untuk penduduk Mamuju.

c) Puncak Anjoro Pitu. Terletak di ketinggian, sekitar 3 km dari pusat kota

Mamuju. Diberi nama Anjoro Pitu karena konon dulunya terdapat 7 buah

pohon kelapa

d) Air Panas Padang Panga Kecamatan Mamuju. Merupan sumber air

panas alam ynag terletak sekitar 1 km dari pusat kota. Fasilitas yang

tersedia adalah kolam pemandian sebanyak 2 buah.

e) Sungai Karama, yang berjarak sekitar 120 km dari pusat kota dengan

waktu tempuh 5 jam dan termasuk dalam wilayah kecamatan

Kalumpang. Air sungai yang mengalir deras dan berjeram, sangat cocok

untuk wisata arung jeram.

3) Wisata Budaya

a) Kuburan Lasaga, Kecamatan Mamuju

b) Kuburan Pue Tonileo, Kecamatan Mamuju

c) Rumah Adat Mamuju, Kecamatan Mamuju

d) Sepasang Tengkorak, Kecamatan Kalumpang

Page 80: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

66

Sebagai pendukung Sub sektor pariwisata Pemerintah Kabupaten

Mamuju bersama masyarakat masih tetap melestarikan peninggalan budaya

leluhur, seperti prosesi pernikahan maupun pada acara-acara tertentu.

“Mansossor Manurung”, yang merupakan prosesi adat pencucian benda-

benda pusaka kerajaan Mamuju yang dilaksanakan setiap tahun bertepatan

pada hari “Manakarra” Disamping itu juga terdapat beberapa obyek wisata

budaya berupa situs seperti Kuburan Tua La’ salaga, Kuburan Pattana Bali,

Mesjid tua dan beberapa situs yang tersebar di wilayah Kabupaten Mamuju.

Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang kaya dengan heterogenitas

budaya. Kabupaten Mamuju yang memiliki keberagaman dalam perbedaan,

ini menunjukkan bahwa asimilasi budaya yang terjadi telah menjadi kekuatan

tersendiri dalam upaya membangun daerah.

Gambar 4.3 Beberapa objek wisata yang ada di Kabupaten Mamuju

Sumber : Dinas Pariwisata kab. Mamuju, 2012

Gambar 4.4 Rumah Adat Mamuju

Sumber: Dokumentasi 2012

Page 81: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

67

b. Perkembangan Pariwisata Kabupaten Mamuju

Wisatawan yang pernah berkunjung ke kota Mamuju hanya wisatawan

domestik. Jumlah wisatawan domestik pada tahun 2009 adalah 17.915

wisatawan.

Bulan Wisatawan mancanegara Wisatawan domestik

Januari - 1.550

Februari - 1.585

Maret - 1.855

April - 1.292

Mei - 1.868

Juni - 1.500

Juli - 1.248

Agustus - 1.717

September - 1.658

Okrober - 2.070

November - 2.260

Desember - 970

Jumlah total - 17.915

B. Gambaran Umum Pulau Karampuang

1. Kondisi Fisik Pulau Karampuang

a. Geografis dan Administrasi Wilayah

Berdasarkan Kecamatan Mamuju dalam Angka 2011, secara geografis

Pulau Karampuang terletak pada 02° 38' 10,8'' LS dan 118° 53' 14,85'' BT.

Pulau Karampuang terletak di Kec. Mamuju, berada 7km dari kota Mamuju,

masih berstatus desa, dengan luas 6,21 km2. Hanya perlu waktu kurang lebih

20 menit untuk sampai diPulau Karampuang dengan menggunakan kapal

kecil dari dermaga Mamuju. Luas area sektor pariwisata di Pulau

Karampuang hanya seluas 2 Ha.

Tabel 4.3 Perkembangan wisatawan perbulan kota Mamuju tahun 2009

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Mamuju, 2009

Page 82: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

68

Gambar 4.5 Peta Orientasi Lokasi Penelitian Terhadap Kecamatan Mamuju Sumber: Hasil Anaisis, 2013

Page 83: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

69

Gambar 4.6 Peta Pulau Karampuang Sumber: Hasil Anaisis, 2013

Page 84: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

70

b. Topografi

Secara umum kondisi topografi Pulau Karampuang berbukit-bukit dan

merupakan daerah yang dikelilingi oleh pantai, dengan ketinggian mencapai

120 mdpl, dengan tubir mengelilingi pulau dengan lebar mencapai 200 meter

ke arah laut.

c. Penggunaan Lahan

Keteraturan pola penggunaan lahan sering dikaitkan dengan

penggunaan lahan dalam kota. Pola tersebut merupakan gambaran distribusi

kegiatan penduduk dalam kota. Pola penggunaan lahan pada umumnya

dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu: kelompok kawasan

terbangun dan kelompok kawasan tidak terbangun. Kawasan tidak terbangun

di Pulau Karampuang di dominasi oleh hutan dan lahan kosong. Sedangkan

pola permukiman menyebar di sepanjang pinggiran pulau mengikuti garis

pantai.

d. Bentang Alam (Landscape)

Pulau Karampuang memiliki tinggi ombak signifikan sebesar 0.053 –

0.096 meter yang menyebabkan terjadinya abrasi yang tersebar di beberapa

titikdi sepanjang pinggiran pulau,

Page 85: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

71

Gambar 4.7 Peta Kemiringan Lereng/ Topografi Pulau Karampuang Sumber: Hasil Anaisis, 2013

Page 86: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

72

Gambar 4.8 Peta Kontur Pulau Karampuang Sumber: Hasil Anaisis, 2013

Page 87: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

73

Gambar 4.9 Peta Penggunaan Lahan Pulau Karampuang Sumber: Hasil Anaisis, 2013

Page 88: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

74

Gambar 4.10 Titik-Titik Abrasi Pulau Karampuang Sumber: Hasil Anaisis, 2013

Page 89: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

75

2. Kondisi Ekologi Pesisir Kawasan Pulau Karampuang

a. Oceanografi Pulau Karampuang

1) Kecerahan

Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan dan

sebagai indikasi adanya suspensi di dalam air. Semakin tinggi kecerahan

suatu perairan, maka semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Faktor

kecerahan perairan merupakan salah satu kriteria penting dalam penetapan

kawasan wisata bahari khususnya wisata selam. Menurut KLH dan LON LIPI

(1983) dalam Mansyur (2000) kecerahan dalam kaitannya dengan kegiatan

wisata selam sangatlah diperlukan untuk melihat pemandangan bawah laut

sebanding dengan nilai kecerahan di lokasi tersebut.

Berdasarkan Penelitian Kesesuaian Wisata Selam di Pulau

Karampuang oleh Kemal Antasari, kecerahan perairan antara 73 – 85%

dengan jarak pandang bisa mencapai 12 meter. Nilai kecerahan ini sangat

sesuai dengan yang diperlukan untuk melihat pemandangan bawah laut. Hal

ini dimungkinkan karena lokasi berada cukup jauh dari daratan utama dan

sungai sehingga suplai material tersuspensi yang menurunkan kecerahan

perairan.

2) Arus

Arah dan kecepatan arus diukur untuk mengetahui pola pergerakan

massa air. Sehingga dalam penentuan kesesuaian wisata, dapat ditentukan

lokasi yang benar-benar terhindar dari aliran arus air laut yang membawa

bahan pencemar ataupun dapat mengganggu kegiatan wisata.

Kondisi arus pada Pulau Karampuang adalah berkisar antara 0,07 m/dtk

– 0,05 m/dtk. Pada stasiun 1 memiliki arus terbesar dengan kecepatan

mencapai 0,07 m/dtk yang terdapat di sebelah selatan pulau dengan arah

arus 1800. Stasiun 3 memiliki arus terkecil dengan kecepatan mencapai 0,05

Page 90: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

76

m/dtk yang berada di sebelah timur pulau dengan arah arus 550. Sedangkan

stasiun 2 kecepatan arusnya mencapai 0,06 m/dtk yang terdapat di sebelah

tenggara pulau dengan arah arus 600.

3) Bathimetri

Kedalamanan merupakan salah faktor untuk menentukan wisata bahari

khususnya untuk wisata selam. Kegiatan penyelaman mempunyai ketentuan

kedalaman tertentu (3 – 25 meter menurut standar kesesuaian). Menurut

Richardson (1999) Hal ini berkaitan erat dengan keselamatan dalam

melakukan penyelaman yang berhubungan dengan tekanan disamping faktor

lainnya yang dapat menyebabkan keselamatan jiwa wisatawan.

Kedalaman tertinggi perairan Pulau Karampuang yakni lebih dari 190

meter. Kedalaman ini terdapat bagian luar pulau yang berjarak sekitar 470

meter Timur Laut, dan 412 meter Barat Laut pulau. Daerah tersebut juga

merupakan bukan lokasi yang direkomendasikan sebagai lokasi wisata

bahari. Sedangkan lokasi pengamatan kondisi oseanografi mempunyai

mempunyai kedalaman berkisar 10 – 15 meter.

b. Panorama Bawah Laut

1) Keanekaragaman Terumbu Karang

Karang merupakan salah satu indikator layak tidaknya suatu areal

dimanfaatkan untuk wisata selam. Baik buruknya suatu ekosistem terumbu

karang ditentukan oleh tingginya persentase tutupan karang.

Dari hasil penelitian oleh Kemal Antasari, 2011, diperoleh kondisi

karang yang baik dengan persentase tutupan karang hidup berkisar antara

49,5 – 81,5 %, dengan tutupan karang kategori AC (Acropora) yang sangat

mendominasi dengan persetase tutupan yaitu 54%. Dari hasil tersebut

menunjukkan persentase tutupan karang yang sangat baik untuk

pengembangan wisata selam di perairan Pulau Karampuang.

Page 91: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

77

2) Keanekaragaman Ikan Karang

Ikan juga merupakan indikator penentuan suatu wilayah layak dijadikan

wisata selam atai tidak. karena salah satu daya tarik dari ikan karang ini

adalah corak warna yang dimilikinya untuk menarik wisatawan dalam

menikmati keindahan panorama bawah laut.

Dari hasil penelitian oleh Kemal Antasari, 2011, diketahui bahwa

terdapat 102-110 ekor dengan 14 famili ikan yang terdapat pada ketiga

stasiun di perairan Pulau Karampuang yaitu : Acanthuridae, Apogonidae,

Balidtidae, Chaetodontidae, Ephippidae, Holocentridae, Labridae,

Lethrinidae, Nemipteridae, Scaridae, Scopaenidae, Serranidae,

Pomancentridae, dan Zanclidae.

Hal ini menunjukkan bahwa jumlah individu ikan karang perairan Pulau

Karampuang berada pada kisaran 70-140 individu yang berarti lokasi

tersebut masuk dalam kategori banyak atau sesuai.

c. Flora dan Fauna

1) Flora

Jenis flora (tumbuhan) di puau karampuang bervariasi menurut guna

lahan yang ada, misalnya vegetasi bakau atau hutan mangrove yang

tersebar di sepanjang pinggiran pulau, serta hutan lebat yang didominasi oleh

hutan bambu dan tersebar di seluruh pulau.

2) Fauna

Pulau Karampuang memiliki jenis hewan yang khas, misalnya kelelawar

yang menetap dan berkembang biak di pulau ini, kelelawar ini dapat kita

jumpai pada saat sore hari menjelang senja berterbangan di kawasan wisata

Pulau Karampuang dan mengeluarkan suara yang khas.

Page 92: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

78

Gambar 4.11 Persebaran Flora Fauna Pulau Karampuang Sumber: Hasil Anaisis, 2013

Page 93: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

79

3. Kondisi Sarana dan Prasarana

a. Aksesibilitas

1) Transportasi

Transportasi (tourist transportation), berkaitan erat dengan mobilisasi

wisatawan. Dalam perkembangan pariwisata alat transportasi tidak hanya

digunakan sebagai sarana untuk membawa wisatawan dari suatu tempat ke

tempat lain saja, namun juga digunakan sebagai atraksi wisata yang menarik.

Pulau Karampuang dapat ditempuh dengan menggunakan perahu

tradisonal milik penduduk yang terdapat di dermaga TPI Kab. Mamuju.

Perahu yang digunakan adalah perahu berukuran sedang yang mempu

membawa 20 orang penumpang. Waktu tempuh yang digunakan ke Pulau

Karampuang adalah 20 menit. Biaya yang dibutuhkan untuk menyeberang ke

Pulau Karampuang adalah Rp 5.000.

2) Dermaga

Terdapat 4 buah dermaga yang dibangun untuk memperlancar akses dari

dan ke Pulau Karampuang. Di Pulau Karampuang, 2 buah dermaga

dibangun di kawasan wisata yang dikelola oleh pemerintah dan pihak swasta.

Sedangkan 2 dermaga lainnya diperuntukkan untuk mobilitas penduduk

Pulau Karampuang. Dermaga yang diperuntukkan untuk akses penduduk

Gambar 4.12 Transportasi pulau Sumber: Dokumentasi 2012

Page 94: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

80

pulau ini berada di Dusun Bajak dan Dusun Karampuang. Dermaga menjadi

bagian sangat penting untuk menunjang akses ke pulau. Hal ini disebabkan

saat surut, daratan yang terpapar menjadi lebih luas hingga mencapai 200

meter dari bibir pantai.

3) Jalan

Untuk menunjang aksesibilitas dalam pulau, terdapat jalan lingkungan

dengan lebar 1,5 meter dengan material beton dan paving block. Jalan ini

menghubungkan Dusun Bajak dan Dusun Karampuang, namun prasarana ini

tidak dapat dilewati dengan menggunakan moda angkutan, hanya dapat

dilalui dengan berjalan kaki karena topografi yang berbukit-bukit.

Gambar 4.14 Prasarana jalan di Pulau Karampuang

Sumber: Dokumentasi 2012

Gambar 4.13 Prasarana dermaga di Pulau Karampuang Sumber: Dokumentasi 2012

Page 95: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

81

Gambar 4.15 Peta Aksesibilitas Pulau Karampuang Sumber: Hasil Anaisis, 2013

Page 96: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

82

b. Sarana

1) Sarana Ibadah

Di Pulau Karampuang terdapat beberapa sarana ibadah yang dapat

menunjang kebutuhan spiritual pengunjung. Ada 2 buah masjid yang terletak

dekat kawasan wisata Pulau Karampuang. Selain itu, sebuah Mushollah

dibangun oleh pihak pengelola wisata agar pengunjung bisa beribadah di

kawasan wisata.

2) Pemerintahan

Di Pulau Karampuang terdapat sarana pemerintahan berupa Kantor

Desa Karampuang yang terletak di dusun Karampuang.

Gambar 4.16 Sarana peribadatan berupa masjid Sumber: Dokumentasi 2012

Gambar 4.17 Kantor Desa Karampuang Sumber: Dokumentasi 2012

Page 97: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

83

3) Kesehatan

Di Pulau Karampuang terdapat sarana kesehatan berupa Puskesmas

Desa Karampuang yang terletak di dusun Karampuang, bersebelahan

dengan Kantor Desa.

4) Pendidikan

Di Pulau Karampuang terdapat sarana pendidikan berupa Sekolah

Dasar Negeri Karampuang yang merupakan satu-satunya sarana pendidikan

yang terdapat di Pulau Karampuang.

Gambar 4.18 Sarana kesehatan berupa puskesmas Sumber: Dokumentasi 2012

Gambar 4.19 Sarana pendidikan SD Negeri Karampuang Sumber: Dokumentasi 2012

Page 98: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

84

c. Prasarana

1) Ketersediaan Listrik

Listrik di Pulau Karampuang masih mengandalkan Pembangkit Listrik

Tenaga Diesel (PLTD) yang kelola oleh pemerintah dan ada pula yang di

miliki langsung oleh penduduk . Sedangkan untuk kawasan wisata yang

dikelola oleh swasta menggunakan genset sebagai sumber utama pasokan

listrik.

2) Air Bersih

Air bersih di Pulau Karampuang berasal dari sumur-sumur penduduk

setempat. Di Pulau Karampuang ada 3 buah sumur umum yang biasa

digunakan penduduk dan pengunjung setempat untuk kebutuhan air bersih.

Sumur ini terletak di Dusun Karampuang II dan Dusun Sepang Raya. Selain

itu banyak sumur-sumur penduduk yang tersebar di beberapa rumah, namun

tak bisa dikonsumsi karena airnya terasa payau.

Gambar 4.21 Prasarana air bersih

Sumber: Dokumentasi 2012

Gambar 4.20 Prasarana listrik berupa genset dan PLTD Sumber: Dokumentasi 2012

Page 99: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

85

3) Sanitasi

Fasilitas sanitasi seperti MCK di Pulau Karampuang dibangun untuk

menjaga kebersihan pulau. Sanitasi ini dibangun oleh pihak pengelola

wisata, Pemerintah, PNPM, dan penduduk desa sekitar tempat wisata.

Namun sayang, fasilitas ini kurang terawat sehingga terkesan jorok dan kotor.

Pihak pengelola tidak menarik biaya saat menggunakan fasilitas ini.

d. Sarana dan Prasarana Penunjang Wisata

1) Akomodasi

Akomodasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting serta

merupakan kebutuhan dasar bagi wisatawan selama mereka berada di

daerah tujuan wisata. Di Pulau Karampuang terdapat beberapa penginapan

yang sederhana. Terdapat 5 bangunan yang dikelola oleh pemerintah yang

dapat digunakan untuk menginap dengan tarif Rp. 50.000/malam. Sementara

yang dikelola oleh swasta terdapat 7 bangunan semi permanen dan 5

bangunan permanen. Tarif yang dikenakan tergantung fasilitas dan

penginapan yang ingin digunakan. Untuk bangunan semi permanen memiliki

tariff Rp. 50.000 – Rp. 75.000/malam, sedangkan untuk bangunan permanen

dikenankan tarif Rp. 100.000/malam dengan fasilitas dapur, kamar mandi,

dan kasur.

Gambar 4.22 WC Umum yang tersedia di kawasan wisata Sumber: Dokumentasi 2012

Page 100: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

86

2) Gazebo

Gazebo merupakan salah satu sarana pelengkap dalam pengembangan

wisata, gazebo biasa dipergunakan untuk bersantai maupun menikmati

pemandangan alam. Di Pulau Karampuang terdapat beberapa gazebo yang

tersebar di beberapa titik dengan view pemandangan yang menarik.

3) Panggung Pertunjukan

Di Pulau Karampuang terdapat sebuah panggung pertunjukan dengan

kondisi yang tidak terawat.

Gambar 4.23 Villa yang tersedia di kawasan wisata Sumber: Dokumentasi 2012

Gambar 4.24 Gazebo di beberapa titik Sumber: Dokumentasi 2012

Gambar 4.25 Panggung pertunjukan di kawasan wisata Sumber: Dokumentasi 2012

Page 101: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

87

Gambar 4.26 Persebaran Sarana Sumber: Analisis 2013

Page 102: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

88

Gambar 4.27 Persebaran Sarana Sumber: Analisis 2013

Page 103: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

89

4. Kondisi Sosial Budaya

Jumlah penduduk ditinjau dari jenis kelamin berdasarkan data penduduk

di kecamatan mamuju, penduduk kelurahan karampuang pada tahun 2011

berjumlah 2.958 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki adalah 1.485 jiwa dan

jumlah penduduk perempuan adalah 1.473 jiwa. Rasio jenis kelamin

penduduk di kecamatan karampuang yaitu 100,75.

Kondisi sosial budaya erat kaitannya dengan masyarakat dan

lingkungannya, karena kondisi sosial budaya turut membentuk karakter

lingkungan tersebut. Demikian halnya dengan kondisi sosial budaya di Pulau

Karampuang, adat dan tradisi budaya mamuju yang masih kuat pengaruhnya

dapat dijumpai terutama pada kegiatan-kegiatan tertentu seperti pernikahan,

khitanan dan acara-acara adat lainnya seperti upacara pelepasan perahu dan

upacara pembuatan perahu alau dalam bahasa lokal disebut parapa’.

Penduduk Pulau Karampuang mayoritas berprofesi sebagai nelayan

dan sebagian buruh di Kota Mamuju. Sebagian besar penduduk karampuang

ikut terlibat dalam kawasan wisata Pulau Karampuang dengan menyediakan

kios makanan ataupun kios cinderamata berupa sarung tenun khas mandar

ataupun kerajinan tangan berupa kerajinan kerang-kerangan ataupun

miniature perahu sandeq yang merupakan perahu tradisional suku mandar.

Gambar 4.28 Cinderamata yang merupakan hasil kerajinan masyarakat lokal Sumber: Dokumentasi 2012

Page 104: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

90

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis SWOT Kawasan

Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk mengidentifikasi

suatu variable/aspek dalam posisinya sebagai salah satu bagian dalam

lingkungan maupun sebagai dirinya sendiri. Analisis ini biasanya tidak berdiri

sendiri, melainkan merupakan suatu tahap dari rangkaian tindakan dalam

rangka melakukan perencanaan strategis.

SWOT adalah singkatan dari Strength (Kekuatan) dan Weakness

(Kelemahan) dari kondisi internal suatu aspek, sedangkan Opportunities

(Peluang) dan Threat (Ancaman) yang dihadapi suatu aspek dari lingkungan

sekitarnya (eksternal). Tujuan akhir dari analisis SWOT ini adalah memilih

dan menentukan strategi yang efektif untuk memaksimalkan keunggulan

kekuatan dan pemanfaatan peluang serta pada saat yang sama

meminimalkan pengaruh kelemahan dan ancaman yang dihadapi.

Tahapan analsis dalam SWOT adalah memanfaatkan semua data dan

informasi dalam model-model kuantitatif perumusan strategi (Freddy

Rangkuti, 2001:30). Tahapan yang pertama dilakukan adalah pencermatan

(scanning) yang pada hakekatnya merupakan pendataan dan

pengidentifikasian sebagai pra analisis, kemudian untuk tahapan analisis

dilakukan pembobotan (scoring) terhadap faktor strategis internal dan

eksternal atau disebut pembobotan IFAS (Internal Strategic Factor Analysis

Summary) dan EFAS (External Strategic Factor Analysis Summary).

Page 105: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

91

Strength

S1. Pemandangan alam

yang ditawarkan di

kawasan

pengembangan Pulau

Karampuang cukup

menarik

S2. Jumlah tenaga kerja

yang cukup besar

diharapkan dapat terjun

dalam kegiatan

ekowisata Pulau

Karampuang

Weakness

W1. Fasilitas yang tidak

tersedia. Bahkan

prasarana dasarpun

belum mencukupi

W2. Kurangnya tingkat

kualitas SDM

masyarakat sekitar

tentang wisata

W3. Kurangnya tingkat

Aksesbilitas menuju

Pulau Karampuang

akibat tidak adanya jalur

transportasi darat.

Opportunity

O1. Dukungan dari

pemerintah Kabupaten

Mamuju untuk

menjadikan Pulau

Karampuang sebagai

obyek wisata.

O2. Atraksi yang akan

ditawarkan berupa

atraksi alami dan

budaya berupa

perjalanan jelajah hutan,

berenang, menyelam,

pendidikan mangrove,

dan budaya masyarakat

lokal atau masyarakat

pesisir

SO1. Mengembangkan

atraksi wisata yang

variatif sesuai dengan

keadaan alam dan view

yang menarik di

kawasan Pulau

Karampuang.

SO2. Membuka lapangan

pekerjaan baru bagi

penduduk di sekitar

lokasi wisata tersebut

maupun bagi

masyarakat Kabupaten

Mamuju dengan

adanya ekowisata

Pulau Karampuang.

SO3. Meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat sekitar

dengan melibatkan

masyarakat secara

langsung pada

kegiatan wisata

WO1. Melengkapi berbagai

jenis fasilitas

penunjang wisata

sehingga dapat

menarik minat

wisatawan.

WO2. Memberikan

kemudahan

aksesibilitas dan

kelancaran dalam hal

transportasi ke Pulau

Karampuang.

WO3. Memberikan berbagai

pelatihan kepada

masyarakat yang akan

terjun langsung dalam

kegiatan ekowisata.

Threat

T1. Selama ini pemerintah

Kabupaten Mamuju

belum mengaplikasikan

ST1. Kebijakan pemerintah

daerah Kabupaten

Mamuju hendaknya

tidak hanya

WT1. Mempertegas

peruntukan lahan di

kawasan Pulau

Karampuang sehingga

Tabel 5.1 Matriks Analisis SWOT

Page 106: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

92

kebijakannya tersebut

sehingga diperlukan

suatu pengembangan

yang kongkrit.

T2. Terjadi pengalihfungsian

lahan oleh masyarakat

menjadi kawasan

budidaya, akibat

kebutuhan lahan yang

terus menerus

meningkat.

T3. Merupakan kawasan

yang rawan abrasi

dengan intensitas

sedang dan rendah

T4. Intensitas curah hujan

yang mencapai 114 hari

hujan dalam setahun

memperhatikan

bagaimana cara

mengembangkan

pariwisata supaya

dapat meningkatkan

pendapatan daerah

saja melainkan juga

memperhatikan kondisi

alam dan kondisi sosial

budaya masyarakat

setempat.

ST2. Tidak memberikan

ruang kepada

masyarakat untuk

melakukan tindakan

eksplorasi terhadap

kawasan tersebut yang

dapat mengganggu

fungsi kawasan

tersebut sebagai

kawasan konservasi.

ST3. Mempersiapkan

sumberdaya manusia

baik dari kualitas dan

kuantitasnya, agar

dapat terserap secara

signifikan terhadap

keberadaan ekowisata

tersebut.

ST4. Meningkatkan

koordinasi antara

masyarakat dan

pemerintah, sehingga

tidak terjadi

kesalahpahaman

dalam pengelolaan

objek wisata Pulau

Karampuang

tidak terjadi

perubahan fungsi

lahan yang nantinya

akan mengancam

sistem ekologis Pulau

Karampuang.

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 107: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

93

Berikut ini merupakan analisis dengan metode SWOT untuk Kawasan

Ekowisata Pulau Karampuang melalui proses telaah IFAS (Internal Strategic

Factors Analysis Summary) dan EFAS (External Strategic Factors Analysis

Summary) untuk kemudian diketahui posisi kedudukannya dalam kuadran

SWOT.

Bobot masing-masing faktor mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai

dengan 0,0 (sangat tidak penting). Total bobot tersebut jumlah/skor harus

1,00 (100%). Nilai-nilai tersebut secara implisit menunjukkan angka

persentase tingkat kepentingan faktor tersebut relatif terhadap faktor-faktor

yang lain. Angka yang lebih besar berarti relatif lebih penting dibanding

dengan faktor yang lain.

Rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari

4 (sangat tinggi) sampai dengan 1 (sangat rendah) berdasar pada pengaruh

faktor tersebut terhadap pengembangan industri. Pemberian rating untuk

faktor yang tergolong kategori kekuatan bersifat positif (kekuatan yang besar

di beri rating +4, sedangkan jika kekuatannya kecil diberi rating +1.

Faktor- Faktor

Strategi Internal Keterangan Bobot Rating

Bobot X

Rating

Kekuatan

(Strength)

Pemandangan alam yang

ditawarkan di kawasan

pengembangan Pulau Karampuang

cukup menarik

0.6 3 1.8

Jumlah tenaga kerja yang cukup

besar dihapkan dapat terjun dalam

kegiatan ekowisata Pulau

Karampuang

0.4 2 0.8

Total 1 2.6

Tabel 5.2 Analisis IFAS (Internal Strategic Factors Analysis)

Page 108: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

94

Faktor- Faktor

Strategi Internal Keterangan Bobot Rating

Bobot X

Rating

Kelemahan

(Weakness)

Fasilitas yang tidak tersedia.

Bahkan parasarana dasarpun

belum mencukupi.

0.2 3 0.6

Utilitas (air bersih) sanitasi

(drainase) yang tidak baik 0.2 2 0.4

Kurangnya tingkat kualitas SDM

masyarakat sekitar tentang wisata. 0.2 3 0.6

Kurangnya tingkat Aksesbilitas

menuju ke Pulau Karampuang

akibat tidak adanya jalur

transportasi darat.

0.4 3 1.2

Total 1 2.8

Faktor- Faktor

Strategi Eksternal Keterangan Bobot Rating

Bobot X

Rating

Peluang

(Opportunities)

Dukungan dari pemerintah

Kabupaten Mamuju untuk

menjadikan kawasan Pulau

Karampuang sebagai obyek

wisata.

0.6 2 1.2

Atraksi yang akan ditawarkan

berupa atraksi alami dan

budaya berupa perjalanan

jelajah hutan, berenang,

menyelam, pendidikan

mangrove, dan budaya

masyarakat lokal atau

masyarakat pesisir.

0.4 3 1.2

Total 1 2.4

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Tabel 5.3 Analisis EFAS (External Strategic Factors Analysis)

Page 109: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

95

Faktor- Faktor

Strategi Eksternal Keterangan Bobot Rating

Bobot X

Rating

Ancaman

(Threat)

Selama ini pemerintah

Kabupaten Mamuju belum

mengaplikasikan kebijakannya

tersebut sehingga diperlukan

suatu pengembangan yang

konkret.

0.3 2 0.6

Kadang terjadi

pengalihfungsian lahan oleh

masyarakat menjadi kawasan

budidaya, akibat kebutuhan

lahan yang terus menerus

meningkat.

0.4 1 0.4

Merupakan kawasan yang

rawan abrasi dengan intensitas

sedang dan rendah.

0.3 2 0.6

Total 1 1.6

Berdasarkan pembobotan di atas dengan menggunakan IFAS dan

EFAS SWOT, maka diketahui posisi dalam kuadran SWOT, yaitu :

X = Kekuatan + Kelemahan

= 2,6 + (- 2,8)

= - 0,2, artinya berada pada titik -0.2 pada sumbu x

Y = Peluang + Ancaman

= 2,4 + (- 1,6)

= 0,8, artinya berada pada titik 0,8 pada sumbu y

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 110: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

96

Dari gambar diatas diketahui bahwa pengembangan ekowisata Pulau

Karampuang berada pada kuadran II dengan strategi Agressive

Maintenance Strategy (strategi perbaikan agresif), strategi konsolidasi

internal dengan mengadakan perbaikan-perbaikan di berbagai bidang.

Perbaikan faktor-faktor yang menyebabkan kelemahan untuk

memaksimalkan pemanfaatan peluang. Peluang berupa keadaan alam perlu

dimaksimalkan dengan melakukan suatu pengembangan wisata berbasis

wisata alam sehingga terwujud suatu pemanfaatan lahan yang dapat

memberikan kontribusi kepada masyarakat berupa peningkatan

kesejahteraan masyarakat sekitar dengan memanfaatkan sektor wisata

dengan tetap melihat aspek konservasi kawasan.

Berdasarkan Analisis IFAS dan EFAS, pengembangan ekowisata Pulau

Karampuang terletak dikuadran II, maka prioritas pengembangannya terletak

pada strategi W-O. Adapun strategi W-O adalah sebagai berikut:

Gambar 5.1 Posisi pengembangan pada kuadran SWOT Sumber: Hasil Analisis 2013

Page 111: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

97

WO1. Melengkapi berbagai jenis fasilitas penunjang wisata sehingga dapat

menarik minat wisatawan.

WO2. Memberikan kemudahan aksesibilitas dan kelancaran dalam hal

transportasi ke Pulau Karampuang.

WO3. Memberikan berbagai pelatihan kepada masyarakat yang akan terjun

langsung dalam kegiatan ekowisata.

B. Analisis Kompetisi/Persaingan Pariwisata

Analisis kompetisi atau persaingan dilakukan dengan melihat kompetitor

atau objek wisata yang terdapat di kota Mamuju yang memiliki kesamaan

karakter untuk menilai tingkat peluang pasar atau melihat peluang dan

keunggulan pengembangan kawasan yang dilakukan.

Dari identifikasi objek wisata yang ditemukan beberapa objek wisata di

Kabupaten Mamuju yang memiliki kesamaan karakter berupa objek wisata

pulau yaitu Pulau Bakengkeng dan Pulau Bala-Balakang. Adapun faktor-

faktor yang digunakan untuk menilai keunggulan kawasan adalah faktor

aksesibilita mencakup biaya dan waktu tempuh, serta faktor daya tarik wisata.

No. Objek

Wisata

Faktor

Biaya Waktu Tempuh Daya Tarik

1. Pulau

Karampuang

Biaya yang diperlukan

untuk menuju Pulau

Karampuang apabila

berasal dari pusat Kota

Mamuju adalah Rp.

5.000

Waktu yang diperlukan

untuk menuju kawasan

Pulau Karampuang dari

pusat Kota Mamuju

menggunakan perahu

nelayan memerlukan

waktu tempuh sekitar 20

menit

Permukiman

tradisional,

keindahan alam

bawah laut

berupa terumbu

karang serta

tubir pantai yang

mendukung

kegiatan

berenang

Tabel 5.4 Analisis Kompetisi/Persaingan

Page 112: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

98

No. Objek

Wisata

Faktor

Biaya Waktu Tempuh Daya Tarik

2. Pulau Bakengkeng

Untuk menuju Pulau Bakengkeng harus menggunakan transprtasi darat menuju kecamatan kalukku sejauh 32 km dari pusat kota, kemudian dilanjutkan menggunakan perahu dengan biaya yang berkisar Rp. 35.000 – Rp. 40.000

Waktu yang diperlukan untuk menuju Pulau Bakengkeng dari pusat Kota Mamuju menggunakan kendaraan roda empat dilanjutkan dengan perahu nelayan memerlukan waktu tempuh sekitar 1 jam

Pulau dengan hamparan pasir putih dengan atraksi wisata bahari seperti berenang, menyelam, dan jet ski

3. Pulau Bala-Balakang

Biaya yang diperlukan untuk menuju Pulau Bala-Balakang dari pelabuhan feri berkisar antara Rp. 50.000 – Rp. 70.000

Waktu yang diperlukan untuk menuju kawasan Pulau Bala-Balakang dari pelabuhan feri menggunakan speedboat membutuhkan waktu tempuh sekitar 3 jam.

Pulau Balabalakang dengan hamparan pantai pasir putih dan merupakan kawasan kampung nelayan tradisional yang didominasi perahu sandeq

Dari tabel diatas dapat disimpulakan bahwa kawasan Pulau

Karampuang lebih berpeluang untuk pengembangan pariwisata melihat

tingkat aksesibilitas menuju Pulau Karampuang lebih mudah dengan biaya

murah dibandingkan dengan Pulau Bakengkeng dan Pulau Bala-Balakang.

C. Analisis Potensi Kawasan

Analisis potensi lokasi pengembangan dilakukan dengan metode

analisis foto mapping yang menggambarkan kondisi eksisting lokasi

pengembangan atau dengan kata lain pemetaan potensi kawasan dengan

menggunakan sarana foto. Dengan citra foto yang dipetakan ini bisa

direncanakan tindakan-tindakan untuk mengembangkan potensi di satu sisi

dan memberikan tindakan untuk mengurangi maupun meminimalkan

masalah yang ada di sisi yang lain.

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 113: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

99

Gambar 5.2 Analisis potensi dan masalah kawasan pengembangan Sumber: Hasil Analisis 2013

Page 114: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

100

Id Lokasi / Potensi Gambar Deskripsi Kondisi Eksisting Analisis dan Arahan

a. Vegetasi Mangrove

Merupakan jenis

vegetasi alami Pulau

Karampuang.

Vegetasi mangrove

mempunyai ketebalan

yang cukup tinggi.

Dengan adanya vegetasi

mangrove maka kawasan

Pulau Karampuang dapat

dijadikan sebagai pusat studi

penelitian dan pendidikan

mangrove.

Selain itu kawasan ini juga

dapat dijadikan sebagai

salah satu atraksi wisata

dengan memberikan akses

kepada wisatawan untuk

dapat memanfaatkan lokasi

tersebut. Namun harus

diberikan batasan /peraturan

yang jelas sehingga

wisatawan tidak melakukan

sesuatu yang dapat merusak

ekosistem mangrove.

b. Hutan

Merupakan kawasan

tidak terbangun yang

menjadi daerah

resapan air /

catchment area.

Hutan lebat dengan

luasan yang

mencakup hampir

seluruh pulaudengan

berbagai jenis

veegetasi.

Dengan hutan lebat yang

luas dapat dikembangkan

sebagai salah satu atraksi

wisata berupa jelajah hutan

dan pengembangan

agrowisata.

Tabel 5.5 Potensi Kawasan Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang

Page 115: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

101

Id Lokasi / Potensi Gambar Deskripsi Kondisi Eksisting Analisis dan Arahan

c. Sosial Budaya

Masyarakat Pesisir

Kondisi sosial

budaya mencakup

mata pencaharian

dan perilaku

masyarakat lokal

Pulau Karampuang.

Sosial budaya pesisir

masih kental di Pulau

Karampuang.

Dengan kondisi sosial

budaya masyarakat Pulau

Karampuang yang masih

kental dengan budaya

pesisir, maka kawasan Pulau

Karampuang berpeluang

untuk dijadikan atraksi wisata

berupa wisata budaya pesisir

dan dapat ditambahkan

dengan beberapa atraksi

berupa tarian adat serta

wisata kuliner

d. Tubir Pantai

Merupakan

hamparan pantai

dengan tingkat

kedalaman yang

landai.

Tubir memanjang ke

arah laut sepanjang

±200 m dengan

kedalaman 1-2 m.

Dengan kondisi tubir pantai

yang memanjang dengan

kedalaman 1-2 meter, maka

kawasan tersebut dapat

dikembagakan sebagai

wisata bahari berupa wisata

renang, snorkelling, maupun

susur pantai menggunakan

perahu.

Page 116: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

102

Id Lokasi / Potensi Gambar Deskripsi Kondisi Eksisting Analisis dan Arahan

e. Pemandangan

Alam

Merupakan salah

satu daya tarik

wisata faktor penarik

wisatawan.

Pulau Karampuang

memiliki topografi

berbukit-bukit dengan

hamparan pantai pasir

putih dengan perairan

yang cerah.

Dengan melihat kondisi alam

Pulau Karampuang yang

cukup menarik, maka dapat

dikembangkan menjadi sight

seeing tourism (wisata

pemandangan) yang bersifat

pasif seperti berjemur, view

ke laut, maupun yang

bersifat aktif seperti jelajah

hutah maupun menyusuri

pulau dengan menggunakan

perahu tradisional.

f. Pemandangan

Bawah Laut

Merupakan salah

satu daya tarik

wisata faktor penarik

wisatawan

Kondisi bawah laut

berupa teruimbu

karang yang sebagian

besar kondisinya

masih terjaga, namun

terdapat kerusakan

karang di beberapa

titik.

Dengan adanya terumbu

karang, maka kawasan

Pulau Karampuang dapat

dikembangkan menjadi

wisata bawah laut berupa

wisata selam, maupun wisata

konservasi karang untuk

memperbaiki karang yang

mengalami kerusakan.

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 117: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

103

Id Lokasi / Masalah Gambar Kondisi Eksisting Analisis dan Arahan

1. Pembuangan

Sampah

Terjadinya pembuangan sampah

yang tidak terkendali di beberapa

titik.

Penanganan sampah diarahkan untuk

melakukan pemilahan sampah organik

dan non-organik. Untuk sampah organik

ditangani dengan pembakaran ataupun

dengan metode landfill, sementara untuk

sampah non organik dilakukan daur ulang.

2. Abrasi

Terjadinya abrasi pantai di

beberapa titik akibat hantaman

arus laut.

Penanganan abrasi diarahkan dengan

metode penanaman vegetasi mangrove di

sekitar titik-titik abrasi. Sistem

penanganan seperti ini lebih ekonomis

dibandingkan dengan pembuatan

breakwater atau groin, serta memiliki nilai

ekologis sebagai tempat hidup ikan.

3. Curah Hujan Tingginya tingkat curah hujan mencapai 114 HH/Tahun yang dapat mempengaruhi kegiatan wisata

Intensitas curah hujan tinggi dan kondisi lereng/topografi pulau yang berbukit dapat mengakibatkan limpasan/aliran permukaan (run off) yang berbahaya bagi kegiatan wisata, maka dilakukan langkah antisipasi berupa pengembangan hutan lindung pada daratan tinggitanpa adanya aktivitas aktif di dalamnya. Langkah ini dilakukan agar air hujan yang jatuh dapat terserap lebih baik ke dalam tanah sehingga limpasan ke daratan lebih rendah dapat tereduksi.

Tabel 5.6 Masalah Kawasan Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 118: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

104

D. Analisis Keunikan Kawasan Pengembangan

Analisis keunikan dilakukan dengan melihat potensi ataupun kondisi

fisik dan non-fisik kawasan yang dianggap memiliki nilai khas dan menjadi ciri

bagi kawasan pengembangan yang nantinya menjadi pertimbangan dalam

penentuan skala pelayanan pariwisata.

No Faktor Kondisi Analisis

1. Formasi geologi Pulau Karampuang terdiri

atas batuan penyusun

dengan kategori Q1 atau

gamping koral/batuan

karang

Luasan pulau yang mencapai 6,21

km² dengan batuan penyusun

gamping koral merupakan

bentang alam yang cukup langka.

2. Bentang alam

pulau

Pulau Karampuang

merupakan pulau dengan

topografi berbukit dan

memiliki tubir pantai yang

memanjang ke arah laut

sejauh ± 200 m

Merupakan bentang alam yang

cukup menarik dengan perpaduan

antara perbukitan dan perairan

yang dapat menjadi salah satu

daya tarik objek wisata

3. Flora dan fauna Hampir seluruh pulau

diselimuti oleh vegetasi

mangrove dengan

ketebalan mencapai 70%

dan merupakan habitat

bagi ribuan kelelawar yang

berkembang biak di Pulau

Karampuang

kondisi mangrove yang sangat

baik dan merupakan habitat dan

tempat pemijahan bagi beberapa

spesies perairan, sehingga perlu

adanya penjaga dan pelestarian

ekosistem mangrove pada

kawasan Pulau Karampuang

4

Ekosistem dan

spesies perairan

Pulau Karampuang masih

memiliki kondisi terumbu

karang yang sangat baik

dengan tutupan karang

Tutupan karang tergolong sangat

baik yang menhcapai 81,5 %

dengn jumlah ikan karang

mencapai 110 ekor dari 14 family

Tabel 5.7 Analisis Keunikan Kawasan Pengembangan

Page 119: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

105

hidup 49,5 – 81,5% dengan

tutupan kategori AC

(Arcopora) yang

mendominasi dengan

persentase tutupan 54%.

Perairan ini juga

merupakan habitat dari 102

– 110 ekor ikan karang

yang terdiri dari 14 famili

ikan

yang merupakan kategori sangat

banyak merupakan kawasan yang

sangat sesuai untuk

pengembangan wisata selam atau

taman bawah laut.

5. Sosial Budaya Adat dan tradisi budaya

mamuju yang masih kuat

pengaruhnya dapat

dijumpai terutama pada

kegiatan-kegiatan tertentu

seperti pernikahan,

khitanan dan acara-acara

adat lainnya seperti

upacara pelepasan perahu

dan upacara pembuatan

perahu alau dalam bahasa

lokal disebut parapa’

Kondisi social budaya dalam hal

ini kearifan lokal yang masih

terjaga merupakan salah satu

daya tarik wisata dan merupakan

salah satu kriteria dalam

penentuan kawasan

pengembangan ekowisata.

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kawasan pengembangan

ekowisata Pulau Karampuang memiliki keunikan yang tergolong cukup unik

dilihat dari batuan penyusun pulau dan luasan pulau, serta kondisi ekosistem

pesisir pulau yang masih tergolong sangat baik. Adapun targetan

pengembangan yang direncanakan adalah pengembangan ekowisata skala

nasional melihat kondisi keunikan pulau yang cukup unik.

Page 120: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

106

E. Analisis Fungsi Kawasan

Fungsi kawasan dibutuhkan untuk mengetahui tingkat kecocokan

sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Fungsi kawasan nantinya

menghasilkan zonasi fungsi kawasan yang terbagi menjadi kawasan lindung,

kawasan penyanggah dan kawasan budidaya.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis superimpose, overlay

beberapa peta sehingga akan terlihat tingkat kelayakan pemanfaatan lahan di

kawasan pengembangan.

Superimpose yang dilakukan dengan meng-overlay peta kemiringan

lereng, peta curah hujan dan peta jenis tanah sehingga memperlihatkan

fungsi kawasan yang menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan

lokasi pengembangan ekowisata.

Lereng Lapangan Klasifikasi Nilai Skor

Kelas 1 : 0% - 8% datar 20

Kelas 2 : 8% - 15% landai 40

Kelas 3 : 15% - 25% agak curam 60

Kelas 4 : 25% - 45% curam 80

Kelas 5 : 45% atau lebih sangat curam 100

Tanah Menurut Kepekaannya Klasifikasi Nilai Skor

Kelas 1: Aluvial, tanah Glei, Planosol,

Hidromorf Kelabu, Laterik air tanah tidak peka 15

Kelas 2: Latosol Agak peka 30

Kelas 3: Brown forest soil, non calcic brown,

mediteran Agak peka 45

Kelas 4: Andosol, Lateric, Grumusol, Podsol,

Podsolic Peka 60

Kelas 5: regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat peka 75

Intensitas Curah Hujan Harian Klasifikasi Nilai Skor

Kelas 1 : s/d 13,6 mm/hr Sangat rendah 10

Kelas 2 : 13,6 – 20,7 mm/hr Rendah 20

Kelas 3 : 20,7 – 27,7 mm/hr Sedang 30

Kelas 4 : 27,7 – 34,8 mm/hr Tinggi 40

Kelas 5 : 34,8 mm/hr atau lebih Sangat tinggi 50

Tabel 5.8 Klasifikasi dan Skor Penentuan Fungsi Kawasan

Sumber: KepMen Pertanian 683/1981

Page 121: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

107

Gambar 5.3 Peta Fungsi Kawasan Pulau Karampuang Sumber: Hasil Analisis 2013

Page 122: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

108

F. Analisis Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek dan Daya Tarik Wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan.

Objek dan Daya Tarik Wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong

kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan dan wisata. Pariwisata

biasanya akan dapat lebh berkembang atau dikembangkan jika di suatu

daerah terdapat lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata. Tetapi

bagaimanapun juga, beberapa jenis objek dan daya tarik wisata akan

dikembangkan sebagian karena alasan bagi kepentingan konservasi, jadi

tidak terus dikembangkan untuk kepetingan ekonomi.

Variabel daya tarik wisata terdiri dari indikator keindahan alam,

keanekaragaman flora dan fauna, kebersihan dan kelestarian lingkungan,

serta keunikan sosial budaya.

Kajian penilaian terhadap objek dan daya tarik wisata menggunakan

metode skala likert dengan skor tertinggi di tiap pertanyaan adalah 5 dan

skor terendah adalah 1, dengan jumlah responden sebanyak 25 orang.

No Daya Tarik Sangat

Menarik Menarik

Kurang

Menarik

Tidak

Menarik

Sangat

Tdk.

Menarik

Skor

Total

1. Alam

(pegunungan, laut,

pantai)

5

20%

20

80% - - - 105

2. Budaya

(pertunjukan seni

budaya)

- 5

20%

3

12%

12

48%

5

20% 58

3. Hiburan

(atraksi buatan)

2

8%

12

48%

5

20%

3

12%

3

12% 82

4. Minat khusus

(pengamatan flora

dan fauna)

- 2

8%

4

16%

3

12%

16

64% 42

5. Kuliner

(makanan khas)

5

20%

13

52% -

6

24%

1

4% 90

Sumber: Hasil Analisis, 2012

Tabel 5.9 Tanggapan Wisatawan Terhadap Objek dan Daya Tarik

Page 123: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

109

Dari hasil perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanggapan

responden terhadap objek dan daya tarik wisata berdasarkan alam berada

pada baris pertama (cukup tinggi) yaitu 105,0 yang berarti bahwa objek dan

daya tarik wisata berdasarkan “alam” dinilai paling menarik untuk dikunjungi

bagi para wisatawan.

Objek daya tarik wisata berbasis kuliner atau makanan khas merupakan

ODTW yang diminati oleh responden dengan hasil perhitungan 90,0

kemudian ODTW berbasis hiburan/atraksi buatan yaitu 82,0 yang merupakan

angka cukup tinggi dalam penilaian objek dan daya tarik wisata.

Kawasan Pulau Karampuang memiliki Objek dan Daya Tarik Wisata

(ODTW) yang berbasis alam/lingkungan seperti unsur vegetasi dan bentang

alam yang masih alami.

G. Analisis Pemilihan Plot Site Ekowisata

Pemilihan plot site ekowisata dilakukan menggunakan metode

superimpose dengan meng_overlay peta eksisting pulau, peta fungsi

kawasan dan peta titik abrasi untuk mengetahui kawasan yang berbahaya

bagi kegiatan wisata, dengan tetap memperhatikan potensi kawasan

pengembangan.

Gambar 5.4 Ilustrasi teknik superimpose yang dilakukan Sumber: Hasil Analisis 2013

Page 124: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

110

Gambar 5.5 Zona potensi pengembangan ekowisata Sumber: Hasil Analisis 2013

Page 125: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

111

Berdasarkan analisis superimpose yang dilakukan, terdapat beberapa

zona yang dapat dikembangkan sebagai atraksi ekowisata yang dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

a. Recreational Area (Kawasan Rekreasi)

Kawasan Rekreasi merupakan kawasan wisata eksisting dan berpotensi

dikembangkan menjadi zona rekreasi atraksi buatan dan merupakan zona inti

kawasan pengembangan kawasan.

b. Forest Area (Hutan Wisata Alam)

Merupakan kawasan lindung dengan potensi hutan alami dengan

tingkat kemiliringan lereng sangat curam, berpotensi dikembangkan menjadi

kawasan hutan wisata alam. Kondisi Curah hujan yang mencapai 114

HH/Tahun dengan kondisi topografi berbukit dengan tingkat kelerengan

bervariasi sehingga antisipasi yang dilakukan terhadap faktor ini adalah

dengan menetapkan kawasan hutan yang terletak di puncak bukit sebagai

kawasan hutan lindung tanpa kativitas akti di dalamnya. Dengan adanya

hutan lindung dengan tingkat vegetasi lebat dapat mereduksi limpasan

permukaan (run off) dan air hujan lebih banyak terserap ke dalam tanah.

c. Conservational Area (Kawasan Konservasi)

Kawasan konservasi merupakan kawasan perlindungan terhadap

vegetasi mangrove dan dapat dikembangkan sebagai kawasan pendidikan

dan pelestarian hutan mangrove dan terletak di sisi utara pulau sebagai

bentuk penanganan abrasi pantai.

d. Traditional Village (Desa Tradisional)

Merupakan kawasan eksisting permukiman masyarakat lokal dan dapat

dikembangkan sebagai atraksi wisata budaya pesisir.

e. Diving Area (Wisata Selam)

Kawasan wisata selam merupakan kawasan yang yang memiliki

kesesuaian sebagai wisata selam.

Page 126: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

112

No. Parameter

Kriteria Kesesuaian

Eksisting Tingkat

Kesesuaian Sangat

sesuai Sesuai

Tidak

Sesuai

1. Pasang Surut 0-1 1-3 >3 1,2 Sesuai

2. Kecerahan 90-100% 80-89% <80 83% Sesuai

3. Arus <0,1 m/s 0,1-1 m/s >1 m/s 0.07 m/s Sangat Sesuai

4. Ombak <1 m 1-2 m >3 0,96 Sangat Sesuai

5. Kedalaman 3-15 m 16-25 m >25 12 Sangat Sesuai

Keterkaitan ruang antar zona dalam kawasan pengembangan dapat

diinterpretasikan dalam bentuk hubungan yang kuat, sedang, lemah atau

tidak berhubungan. Penentuan tersebut didasarkan pada subjektifitas dengan

melihat kuantitas kegiatan antar lokasi atraksi wisata seperti yang terlihat

pada tabel dibawah ini.

Area

Rekreasi Hutan

Wisata Alam Area

Konservasi Desa

Tradisional Wisata Selam

Area Rekreasi

Kuat Kuat Kuat Kuat

Hutan Wisata Alam

Kuat Kuat Lemah -

Area Konservasi

Kuat Kuat Lemah Kuat

Desa Tradisional

Kuat Lemah Lemah -

Wisata Selam

Kuat - Kuat -

Tabel 5.10 Analisis kriteria keesuaian wisata selam

Sumber: Hasil Analisis 2013

Tabel 5.11 Keterkaitan ruang dalam kawasan pengembangan

Sumber: Hasil Analisis 2013

Page 127: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

113

H. Analisis Aksesibilitas dan Sirkulasi

Aksesibilitas merupakan salah satu hal penting di dalam upaya

pengembangan obyek daerah tujuan wisata, bila aksesibilitas buruk maka

wisatawan akan berfikir untuk berkunjung, sebaliknya bila bagus maka

wisatawan diharapkan mau mengunjungi obyek daerah tujuan wisata. Faktor-

faktor yang dapat digunakan untuk menilai aksesibilitas suatu ODTW adalah

waktu, biaya, frekuensi dan kesenangan. Berikut disajikan tabel penilaian

aksesibilitas menuju kawasan pengembangan ekowisata.

Gambar 5.6 Keterkaitan ruang dalam kawasan pengembangan Sumber: Hasil Analisis 2013

Page 128: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

114

Faktor Eksisting Analisis

Waktu Waktu yang diperlukan

untuk menuju kawasan

pengembangan dari pusat

Kota Mamuju

menggunakan perahu

nelayan memerlukan

waktu tempuh sekitar 20

menit

Disimpulkan bahwa

waktu tempuh relatif

singkat dari pusat kota

untuk menuju kawasan

pengembangan Pulau

Karampuang,

Biaya Biaya yang diperlukan

untuk menuju kawasan

pengembangan apabila

berasal dari pusat Kota

Mamuju adalah Rp. 5.000

Kisaran biaya

menunjukkan bahwa

biaya yang dibutuhkan

menuju kawasan

pengembangan Pulau

Karampuang tergolong

mahal bila dibandingkan

dengan pencapaian

dengan daerah lain

dalam kota Mamuju.

Frekuensi Lalu-lintas kendaraan

umum yang menuju

kawasan pengembangan

apabila berasal dari pusat

Kota Mamuju pada jam 9

pagi dan jam 2 siang

Frekuensi kendaraan

yang melintas terbatas,

mengurangi pergerakan

masyarakat

Tabel 5.12 Analisis Tingkat Aksesibilitas

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 129: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

115

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat aksesibilitas menuju kawasan

pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang apabila berasal dari pusat

Kota Mamuju memerlukan waktu yang cukup singkat, biaya yang cukup

murah namun frekuensi yang relatif kecil, karena Pulau Karampuang

merupakan pulau sehingga mengalami keterbatasan dalam proses

perpindahan manusia dan barang.

Sirkulasi, keadaan sirkulasi ditandai dengan keadaan/kondisi jaringan

jalan di kawasan tersebut. Kondisi jaringan jalan dalam wilayah

pengembangan tergolong baik karena berkonstruksi beton dan paving blok.

Namun secara kuantitas keseluruhan masih belum memenuhi kebutuhan

masyarakat apalagi bila nantinya akan dipergunakan sebagai bagian erat

dalam pengembangan ekowisata.

Jalur pejalan kaki yang saat ini hanya menghubungkan kawasan wisata

eksisting Pulau Karampuang dan permukiman-permukiman yang tersebar di

pinggiran pulau, sehingga dalam pengembangan kawasan dibutuhkan

pembuatan jalur pejalan kaki (pedestrian way) yang menjadi penghubung

atau lingkage tiap zona pemanfaatan dalam kawasan pengembangan.

Page 130: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

116

BAB VI

KONSEP DAN ARAHAN PENGEMBANGAN

A. Konsep Pengembangan

Perumusan konsep ekowisata Pulau Karampuang berdasarkan kepada

potensi ruang yang dimiliki, potensi alam dengan mempertimbangkan

kendala dan faktor kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah

Kabupaten Mamuju. Kebutuhan wisatawan akan kesenangan/hiburan

(intertainment) dan daya tarik wisata alam (environment) akan menjadi acuan

dalam penetapan konsep pengembangan kawasan yang diarahkan pada

“Konsep Ekowisata Alam Berbasis Ekologi”.

“Konsep Ekowisata Alam Berbasis Ekologi” adalah konsep

pengembangan kegiatan wisata yang didasarkan pada proses memadukan

kegiatan wisata alam/hiburan dengan strategi konservasi lingkungan yang

kemudian dikonversi ke dalam paket wisata. Ekowisata Alam Berbasis

Ekologi secara fisik dapat diwujudkan dalam kegiatan pelestarian vegetasi

perairan berupa mangrove maupun pelestarian taman bawah laut berupa

tutupan karang (coral reef) serta atraksi wisata yang bersifat aktif berupa

wisata renang dan jelajah hutan, maupun atraksi budaya (pengamatan

budaya masyarakat pesisir/nelayan), dll.

Konsep tersebut meliputi konsep tata ruang (zoning), konsep bentang

alam (landscape), konsep atraksi wisata, konsep aksesibilitas dan sirkulasi,

serta konsep macam dan jenis fasilitas.

1. Konsep Tata Ruang (Zonasi)

Pengaturan ruang dilakukan dengan menetapkan tiap fungsi kawasan

dengan mempertimbangkan pengarahan kegiatan-kegiatan manusia.

sehingga pola ruang yang terbentuk sesuai dengan kondisi fisik dan potensi

kawasan. Pengembangan kawasan dilakukan dengan pendekatan ekologis

Page 131: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

117

dalam upaya penerapan Eco Development Control. Dalam penerapannya,

diperlukan penetapan tiap fungsi kawasan yang akan direncanakan serta

besaran ruang yang dibutuhkan. Penetapan tersebut akan memberikan

batasan yang jelas tentang pola dan lokasi pemanfaatan lahan sesuai

dengan kebutuhan dalam hal ini kaitannya dengan pengembangan ekowisata

di Pulau Karampuang.

Fungsi Tujuan Penetapan

Permukiman 1) Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan

kepadatan yang rendah di wilayah perencanaan.

2) MengakomoSungaii tipe hunian yang bersifat etnik Bugis-

Makassar dalam rangka mempertahankan nuilai budaya dan

adat suku Bugis-Makassar.

3) Merefleksikan pola-pola pengembangan yang diinginkan

masyarakat pada lingkungan hunian yang ada dan untuk

masa yang akan datang

Komersil 1) Menyediakan lahan untuk menampung kegiatan perdagangan

dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar.

2) Memperjelas keberadaan kawasan perdagangan dan jasa,

meliputi : dimensi, intensitas, dan pengembangan yang

diinginkan masyarakat.

Transportasi

1) Menyediakan lahan untuk pengembangan prasarana

transportasi

2) Menjamin kegiatan transportasi yang berkualitas tinggi, dan

melindungi penggunaan lahan untuk prasarana transportasi.

Ruang Terbuka

Hijau

1) Zona yang ditujukan untuk mempertahankan / melindungi

lahan untuk rekreasi dil luar bangunan, sarana pendidikan,

dan untuk dinikmati nilai-nilai keindahan visualnya

2) Preservasi dan perlindungan lahan yang secara lingkungan

hidup rawan/sensitive.

3) Diberlakukan pada lahan yang penggunaan utamanya adalah

taman atau ruang terbuka, atau lahan perorangan yang

pembangunannya harus dibatasi untuk menerapkan kebijakan

ruang terbuka, serta melindungi kesehatan, keselamatan, dan

kesejahteraan publik.

Tabel 6.1 Tujuan penetapan tiap fungsi kawasan

Page 132: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

118

Fungsi Tujuan Penetapan

Kawasan Lindung 1) Memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan

hidup dan mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup

2) Mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup dan

melestarikan fungsi lindung kawasan yang memberikan

perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan

setempat, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam,

kawasan cagar budaya dan kawasan lindung lainnya, serta

menghindari berbagai usaha dan atau kegiatan kawasan

rawan bencana.

3) Mempertahankan keanekaragaman hayati, satwa, dan

keunikan alam.

Selain penetapan tiap fungsi kawasan, juga ditetapkan besaran ruang

yang akan digunakan dalam pengembangan ekowisata tersebut seperti yang

terdapat pada tabel berikut ini:

Fungsi Peruntukan Kawasan Budidaya Kawasan Konservasi

Luas (Ha) % Luas (Ha) %

Kawasan Permukiman

Kawasan Rekreasi

Kawasan Perdagangan

Kawasan Wisata Selam

Kawasan Hutan Wisata Alam

Kawasan Konservasi Mangrove

Kawasan Hutan Lindung

Kawasan Sempadan Pantai

Kawasan Resapan Air

67,69

14,86

11,53

1,72

11,58

2,54

1.98

0,30

166,64

44,20

74,22

19,80

183,80

28,52

7,56

12,70

3.38

31.44

Jumlah 95,8 Ha 16,4 % 488,66 Ha 83.6 %

Dari tabel diatas secara jelas menetapkan persentase perencanan dan

kebutuhan ruang antara kawasan konservasi dan kawasan budidaya. Pada

kawasan pengembangan ekowisata Pulau Karampuang sebesar 83,6 % akan

diperuntukan sebagai kawasan konservasi sedangkan 16,4 % akan

diperuntukkan sebagai kawasan budidaya dalam hal ini atraksi wisata.

Tabel 6.2 Rencana Besaran Ruang Kawasan Pengembangan Ekowisata

Sumber:Hasil Analisis, 2013

Sumber:Hasil Analisis, 2013

Page 133: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

119

Gambar 6.1 Perencanaan Tata Ruang Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 134: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

120

Gambar 6.1 Perencanaan Tata Ruang Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 135: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

121

2. Konsep Atraksi Wisata

Paket perjalanan wisata Pulau Karampuang dapat digolongkan ke

dalam paket wisata Sight Seeing Tour (Menyaksikan keindahan. Adapun

paket atraksi wisata Pulau Karampuang adalah:

a. Tour budaya (Traditional Village), dengan mengedepankan asas

Community Based Development. Pengembangannya menitikberatkan

pada pengembangan masyarakat tradisional yang mengacu pada

peningkatan/perlindungan budaya, adat istiadat setempat..

b. Tour petualangan dan hobbi (berenang dan menyelam).

1) Kegiatan petualangan berupa jelajah hutan

2) Kegiatan berenang dilakukan pada zona aman renang

3) Kegiatan snorkeling dan menyelam

c. Tour konservasi

1) Hutan mangrove,.

2) Konservasi karang

Page 136: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

122

Faktor Jenis Wisata Lokasi Frekuensi

Something

To See Cultural Tourism:

Permukiman Kws Tradisional Traditional Village

Dapat dilakukan

setiap saat

(pagi-siang hari)

Traditionan Events :

Atraksi Panggung Pertunjukan

Kesenian Budaya

Traditional Village Setiap 1 bulan sekali

(hari libur/hari besar)

Natural Amennities :

Keunikan Bentang Alam Kawasan

Pengembangan

Dapat dilakukan

setiap saat

(pagi-siang hari)

Something

to Do

Recreational/Leasure Tourism :

Kegiatan Olahraga (Plaza)

Kegiatan belanja makanan khas,

souvenir dan makanan ringan

Kegiatan piknik keluarga Taman

bermain (play ground)

Recreational Area

Trade Area

Forest Area

Dapat dilakukan

setiap saat

(pagi-siang hari)

Natural Amennities Tourism :

Berenang/Menyelam

Konservasi/Penelitian mangrove

Menginap di cottage/ resort

Recreational Area

Diving Area

Conservational

Area

Dapat dilakukan

setiap saat

(pagi-siang hari)

Something

to Buy

Paket Tour (Package Tour)

Belanja makanan khas

Belanja souvenir dan makanan

ringan

Trade Area

Traditional Village

Dapat dilakukan

setiap saat

(pagi-sore)

Tabel 6.3 Unsur ODTW

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 137: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

123

Gambar 6.3 Konsep Atraksi Wisata Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 138: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

124

3. Konsep Bentang Alam

Dalam pengembangan ekowisata Pulau Karampuang, salah satu yang

perlu diperhatikan adalah bentang alam pulau dan kawasan disekitarnya

karena sangat berkaitan dengan fungsi ekologis Pulau Karampuang.

Permasalahan yang terjadi berupa abrasi di beberapa titik sepanjang

pinggiran pulau mengancam berkurangnya luasan pulau akibat pengikisan

sehingga harus dilakukan penanganan dengan konsep “Fitoremediasi”

yang menitikberatkan pada penggunaan tanaman dalam perbaikan

lingkungan.

Pengaturan sempadan pantai dilakukan sebagai bagian dari usaha

pengamanan pantai yang dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari

bahaya gelombang pasang tinggi (rob), abrasi, dan menjaga pantai dari

pencemaran.

Selain itu, diperlukan konsep tata hijau berupa penempatan vegetasi-

vegetasi yang dianggap dapat menambah fungsi lingkungan alami berupa

fungsi peneduh, fungsi penyerap air limpasan hujan dan fungsi estetika

kawasan pengembangan. Jenis vegetasi yang dapat digunakan adalah

pohon ki hujan (samaena saman), pohon angsana, pohon flamboyan dan

pohon palem. Vegetasi tersebut dapat diletakkan disepanjang pedestrian

pada kawasan sempadan sungai serta pada hutan kota yang berada di Pulau

Karampuang.

4. Konsep Aksesibilitas dan Sirkulasi

Konsep aksesibilitas dan sirkulasi pada kawasan pengembangan

ekowisata Pulau Karampuang dibagi atas 2 wilayah rencana yaitu makro dan

mikro.

Page 139: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

125

a. Konsep Sirkulasi Makro

Konsep sirkulasi makro bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas

pada kawasan pengembangan berupa akses dari pusat Kota Mamuju

dengan Kawasan Pulau Karampuang.

Pengembangan aksesibilitas dan sirkulasi secara makro berupa

peningkatan kualitas pengangkutan menuju Pulau Karampuang meliputi

penyediaan dermaga di Pelabuhan Mamuju serta peningkatan jadwal

pengangkutan reguler menuju Pulau Karampuang. Tidak adanya

dermaga yang disediakan sebagai tempat tambat perahu di Pelabuhan

Mamuju merupakan akses utama menuju Pulau Karampuang.

b. Konsep Sirkulasi Mikro

Konsep penataan sirkulasi dalam kawasan pengembangan

dilakukan dengan menyediakan akses antar sub kawasan berupa

pedestrian dan transportasi air (waterway). Penyediaan pedestrian dan

transportasi air itni bertujuan untuk meningkatkan akses dan sirkulasi

dalam kawasan pengembangan.

Dengan adanya rencana aksesibilitas dan sirkulasi diharapkan tingkat

aksesibilitas masyarakat dan wisatawan dapat meningkat sehingga akan

berpengaruh terhadap jumlah wisatawan yang akan datang ke kawasan

ekowisata Pulau Karampuang.

Page 140: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

126

Gambar 6.4 Rencana Aksesibilitas dan Sirkulasi Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 141: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

127

5. Konsep Macam dan Jenis Fasilitas

Keberadaan fasilitas tidak dapat dipisahkan dari kegiatan wisata sebab

fasilitas merupakan kelengkapan yang sangat penting untuk terlaksananya

sebuah kegiatan wisata. Jenis fasilitas yang ada ditentukan berdasarkan

kebutuhan dari setiap atraksi wisata dengan kriteria:

a. Melindungi lingkungan sekitarnya, baik yang berupa lingkungan alami

maupun kebudayaan lokal.

b. Memiliki dampak minimal terhadap lingkungan alami selama masa

konstruksi dan operasinya.

c. Sesuai dengan konteks budaya dan fisik wilayah setempat, misalnya

ditandai dengan arsitektur yang menyatu dengan bentuk, lansekap, dan

warna lingkungan setempat.

B. Arahan Pengembangan

1. Arahan Tata Ruang

Kawasan Pulau Karampuang diarahkan sebagai kawasan dengan

fungsi utama sebagai kawasan konservasi dan merupakan pusat kegiatan

ekowisata dengan pembagian zona menurut konsep tata ruang (lihat gambar

6.1 hal.)

Agar pengembangan pariwisata tidak memberikan dampak buruk

terhadap lingkungan dan tetap menjaga aspek keberlanjutan maka

pengembangan sarana dan prasarana harus mengikuti ketentuan teknis

pembangunan sebagai berikut::

a. Luas area terbangun untuk pembangunan sarana dan prasarana

pariwisata tidak melebihi 30 % (tiga puluh persen) dari luas pulau yang

diperuntukan bagi pengembangan pariwisata.

Page 142: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

128

b. Garis sempadan bangunan dan sempadan pantai harus sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, kecuali untuk pembangunan bungalow atas air

(water bungalow).

c. Bangunan akomodasi menghadap ke arah pantai dan tidak dihalangi

oleh bangunan lain.

d. Gaya arsitektur dan bahan bangunan untuk pembangunan sarana

wisata disarankan mencerminkan identitas lokal dan ramah lingkungan.

e. Pembangunan fasilitas bungalow atas air (water bungalow) harus

memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Fondasi bungalow tidak merusak gugusan terumbu karang hidup.

2) Tinggi bungalow maksimum 1 (satu) lantai.

f. Pembangunan pendaratan/tambat kapal (jetty) dan mooring buoy harus

memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Tidak dibangun di atas terumbu karang hidup.

2) Fondasi bangunan tambat kapal tidak merusak gugusan terumbu

karang hidup.

2. Arahan Atraksi Wisata

Pengembangan kegiatan dikelompokkan ke dalam dua kegiatan, yaitu

aktivitas kegiatan harian, wisata alam dan aktivitas kegiatan khusus.

a. kegiatan wisata publik

Merupakan kegiatan yang bersifat umum dan bentuk kegiatannya

dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Adapun jenis kegiatan yang

termasuk dalam kegiatan ini adalah :

1) Kegiatan menikmati pemandangan

Kegiatan ini didukung oleh pemandangan disekitar Pulau

Karampuang yang masih alami yang merupakan daya tarik wisata

paling menarik di Pulau Karampuang, sehingga perlu adanya

penjagaan lingkungan, termasuk dalam perencanaan terutama

Page 143: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

129

perencanaan bangunan semaksimal mungkin agar tidak menutupi

view ke arah laut akibat dari elemen-elemen buatan maupun

alamiah yang sengaja diletakkan pada suatu tempat tertentu.

2) Kegiatan belanja

Salah satu kegiatan lain adalah aktivitas-aktivitas yang tidak dapat

dipisahkan dengan obyek wisata seperti wisata berbelanja yaitu

selain wisatawan berjalan-jalan santai sambil menikmati

pemandangan alam, juga dapat sambil berbelanja.

3) Kegiatan berenang di laut

Merupakan kegiatan aktif yang tidak dapat dipisahkan dari wisata

bahari/perairan, dilakukan pada kawasan rekreasi savagai wisata

publik.

4) Aktivitas kegiatan wisata budaya

Merupakan kegiatan yang bersifat pasif dengan tujuan

memperkenalkan budaya masyarakat pesisir kepada wisatawan

melalui perilaku maupun tata cara hidup masyarakat lokal. Salah

satu tata cara hidup masyarakat nelayan Pulau Karampuang adalah

upacara pelepasan perahu ke laut atau dalam bahasa setempat

disebut “parapa”.

b. Aktivitas kegiatan wisata khusus

Merupakan kegiatan rekreasi dengan sasaran pada wisatawan yang

berniat untuk mendapatkan nilai lebih dari pada sekedar berwisata menikmati

keindahan alam dan bentuk kegiatannya bersifat pasif maupun aktif. Adapun

jenis kegiatan wisata yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah :

1) Kegiatan pelestarian mangrove

Kegiatan ini diperuntukkan untuk memberikan proses pembelajaran

kepada wisatawan tentang ekosistem mangrove, sehingga

wisatawan juga dapat memperkaya pengetahuan mereka tentang

Page 144: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

130

vegetasi mangrove dan dapat terjun langsung dalam menjaga

kelestarian mangrove dengan pembibitan maupun penanaman

mangrove.

2) Kegiatan konservasi karang

Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan transplantasi karang

merupakan upaya pencangkokan atau pemotongan karang hidup

untuk ditanam ditempat lain. Wisatawan dapat ikut berpartisipasi

dalam pemotongan maupun penanaman karang di lahan konservasi

dengan didampingi oleh tenaga ahli/masyarakat lokal.

3) Kegiatan jelajah hutan

Kegiatan berwisata ini memanfaatkan hutan untuk dijadikan objek

wisata dengan melakukan perjalanan menyusuri hutan untuk

sekedar menikmati keindahan hutan alami maupun melakukan

perjalanan yang memang merupakan hobbi pecinta alam.

Gambar 6.5 Kawasan wisata publik dan wisata khusus

Sumber: Penulis, 2013

Page 145: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

131

3. Arahan Bentang Alam (Landscape)

Berdasarkan konsep bentang alam, maka diperlukan pengaturan

sempadan pantai dengan kategori untuk pantai di kawasan wisata minimal 4

meter dari titik pasang tertinggi air laut, sedangkan sempadan pantai di

kawasan permukiman minimal 30 meter dari titik pasang tertinggi air laut.

Untuk penanganan abrasi dilakukan dengan melakukan penanaman

mangrove di sekitar titik-titik yang terancam abrasi untuk menahan laju

ombak, sehingga ombak yang menghantam pantai dapat tereduksi. Sistem

penanganan abrasi dengan hutan mangrove memiliki keunggulan dari aspek

ekologis dan aspek ekonomis yaitu memiliki biaya yang relative sedikit

dibanding pembuatan groin ataupun breakwater.

Gambar 6.6. Ilustrasi garis sempadan pantai a). GSP di kawasan permukiman b). GSP di kawasan wisata

Sumber: Penulis, 2013

Gambar 6.7 Ilustrasi mangrove sebagai pemecah gelombang Sumber: Penulis, 2013

Page 146: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

132

Selain rencana sempadan pantai dan penanggulangan abrasi, juga

dibutuhkan rencana tata hijau yang berfungsi untuk mempertegas nilai

ekologis dan estetika kawasan pengembangan. Setiap vegetasi yang

ditanam memiliki fungsi dan kriteria masing-masing antara lain:

Fungsi Kriteria tanaman Lokasi Jenis tanaman

Peneduh

(sebagai peneduh,

penyerap polusi dan

pencegah erosi)

• Berdaun dan

bercabang rapat

• Bunga dan daun

tidak mudah

rontok

• Perakaran dalam

Hutan Kota,

Tempat parkir,

Tempat

pemancingan,

Teater terbuka.

Samaena saman (Ki

hujan), Ptreocapus

indicus (angsana),

Tamarindus indicus

(asam jawa)

Pengarah

(sebagai pengarah

wisatawan menuju

tempat tertentu)

• Berbatang lurus

• Bertajuk lancip

Sepanjang jalur

pedestrian

Jenis palem

Pembatas

(sebagai pembatas

antar kawasan yang

satu dengan yang

lain)

• Percabangan,

daun dan ranting

rapat

• Ketinggian bisa

diatur

Lokasi terluar tiap

kawasan

Flamboyan, Nusa

indah

Estetika

(untuk memberikan

kesan yang berbeda

tiap kawasan)

• Memiliki warna

dan bau yang

khas

Semua lokasi

pengembangan

Jenis bunga-

bungaan

Tabel 6.4 Fungsi Perencanaan Tata Hijau

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 147: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

133

Gambar 6.8 Rencana Bentang Alam Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 148: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

134

4. Arahan Aksesibilitas danSirkulasi

Pengembangan aksesibilitas yang dikelompokkan dalam aksesibilitas

menuju kawasan pengembangan dan aksebilitas dalam kawasan

pengembangan.

a. Aksesibilitas dan sirkulasi dari/menuju kawasan pengembangan

Pengembangan aksesibilitas dilakukan dengan melakukan

pembenahan atau peningkatan sarana dan prasarana transportasi untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat umum dan kebutuhan wisatawan

dengan implementasi sebagai berikut:

1) Peningkatan sarana dermaga di Pelabuhan Kota Mamuju yang

merupakan akses utama menuju kawasan Pulau Karampuang.

2) Moda transportasi yang digunakan berupa kapal kapasitas sedang

yang dapat menampung 15-20 orang penumpang.

3) Peningkatan jadwal pengangkutan regular dari dan menuju pulau

menjadi dua kali pemberangkatan yaitu pagi hari dan siang hari

untuk pemberangkatan menuju pulau, serta siang dan sore hari

untuk pemberangkatan kembali ke kota mamuju.

b. Aksesibilitas dan sirkulasi dalam kawasan pengembangan

Pengembangan aksesibilitas dalam Pulau karampuang dengan

melakukan pengembangan jalan lokal dengan maksud untuk

mempermudah akses menuju lokasi atraksi wisata yang ada dalam

kawasan pengembangan dengan kriteria:

1) Bentang alam yang berbukit-bukit juga tidak memungkinkan untuk

pengadaan moda angkutan darat, sehingga hanya disediakan jalur

pedestrian dalam kawasan pengembangan

2) Jalur pedestrian yang dibangun dengan lebar maksimal 3 meter.

Page 149: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

135

Terdapat dua pintu masuk ke dalam kawasan pengembangan yang

direncanakan yaitu pada kawasan permukiman tradisional dan kawasan

rekreasi sebagai kawasan yang menjadi inti kawasan pengembangan

ekowisata dan merupakan kawasan wisata publik. Dari dua kawasan inti

inilah wisatawan dapat menuju sub-kawasan ekowisata melalui jalur

pedestrian ataupun waterway yang disediakan.

Adapun alur sirkulasi wisatawan pada dua akses masuk yang

direncanakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

a. Alur sirkulasi wisatawan dari permukiman tradisional (traditional village)

Gambar 6.9 Alur sirkulasi dari permukiman tradisional Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 150: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

136

b. Alur sirkulasi wisatawan dari kawasan rekreasi (recreational area)

5. Arahan Jenis dan Macam Fasilitas

Penetapan jenis fasilitas didasarkan pada targetan pengembangan

ekowisata Pulau Karampuang sebagai objek wisata dengan skala pelayanan

nusantara/nasional dengan arahan prasarana dan sarana sebagai berikut::

a. Prasarana Kepariwisataan

Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan sumberdaya manusia

yang mutlak dibutuhkan wisatawan dalam perjalanannya di daerah

tuuan wisata. Prasarana wisata yang dialokasikan antara lain:

Gambar 6.10 Alur sirkulasi dari kawasan rekreasi Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 151: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

137

1) Prasarana Perekonomian, meliputi:

o Pengangkutan (transportation)

o Komunikasi (communication infrastruktur)

o Sistem Perbankan

2) Prasarana Sosial, meliputi

o Sistem pendidikan

o Pelayanan kesehatan

o Keamanan

3) Prasarana Inti Wisata, meliputi:

o Receptive Tourist Plan, badan usaha yang kegiatannya khusus

untuk mempersiapkan kedatangan wisatawan.

o Recidental Tourist Plan, fasilitas yang dapat menampung

kedatangan para wisatawan untuk menginap dan tinggal untuk

sementara waktu.

o Recreative and Sportive Plan, semua fasilitas yang dapat

digunakan untuk tujuan rekreasi dan olahraga.

b. Sarana Kepariwisataan

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang

diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati

perjalanan. Sarana wisata yang dialokasikan antara lain:

1) Sarana Pokok Wisata, meliputi akomodasi, tour operator, rumah

makan, dan kios cinderamata.

2) Sarana Pelengkap Wisata, meliputi sarana olahraga, taman

bermain, dan gazebo.

Page 152: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

138

C. Pengembangan Sub-Kawasan

1. Kawasan Rekreasi (Recreational Area)

Merupakan kawasan wisata eksisting dan dikembangkan menjadi zona

rekreasi, wisata bahari seperti berenang di laut, voli pantai ataupun berjemur

dan kegiatan yang bersifat aktif lainnya serta merupakan zona inti kawasan

pengembangan kawasan. Jenis fasilitas yang akan dialokasikan pada

kawasan ini antara lain:

1) Gedung pusat informasi

2) Lapangan olahraga

3) Ruang terbuka hijau (taman)

4) Cafetarian dan rest area dengan bahan yang ramah lingkungan

5) Bangunan akomodasi/cottage/bungalow

6) Dermaga

7) Jalur pedestrian

8) Gazebo

2. Kawasan Wisata Selam (Diving Area)

Merupakan kawasan yang diperuntukkan untuk wisata selam dengan

fasilitas penunjang yang mendukung kegiatan wisata selam.,

keanekaragaman terumbu karang yang didominasi oleh jenis arcopora,

spongs, dan soft coral merupakan daya tarik tersendiri pada kawasan ini.

Adapun jenis fasilitas yang akan dialokasikan pada kawasan ini antara lain:

1) Gedung pelayanan wisata selam

2) Bangunan akomodasi/cottage/bungalow

3) Dermaga

4) Jalur pedestrian

5) Gazebo

Page 153: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

139

Gambar 6.11 Rencana Fasilitas Kawasan Rekreasi Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 154: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

140

Gambar 6.12 Rencana Fasilitas Kawasan Wisata Selam Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 155: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

141

3. Kawasan Permukiman Tradisional (Traditional Village)

Merupakan kawasan permukiman sebagai pusat kegiatan wisata

budaya Pulau Karampuang. Konsep atraksi dalam kawasan ini adalah

seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi

desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi

aktif. Dengan pendekatan one day trip yang dilakukan oleh wisatawan,

kegiatan-kegiatan meliputi makan dan berkegiatan bersama penduduk dan

kemudian wisatawan dapat kembali ke tempat akomodasinya. Prinsip model

tipe ini adalah bahwa wisatawan hanya singgah dan tidak tinggal bersama

dengan penduduk.

Jenis fasilitas yang akan dialokasikan pada kawasan ini antara lain:

1) Gedung pusat informasi

2) Teater terbuka

3) Lapangan olahraga

4) Ruang terbuka hijau (taman)

5) Cafetarian dan rest area dengan bahan yang ramah lingkungan

6) Bangunan akomodasi/cottage/bungalow

7) Dermaga

8) Perkantoran pelayanan public

4. Kawasan Konservasi Mangrove (Conservational Area)

Merupakan kawasan yang menonjolkan fungsi pendidikan dan

pelestarian mangrove. Pengembangannya diarahkan untuk mewujudkan

areal yang menjadi kawasan konservasi yang memiliki nilai ekologis pada

kawasan pengembangan. Adapun jenis fasilitas yang akan dialokasikan pada

kawasan ini antara lain:

1) Dermaga

2) Jalur pedestrian

3) Gazebo

Page 156: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

142

Gambar 6.13 Rencana Fasilitas Kawasan permukiman Tradisional Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 157: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

143

Gambar 6.14 Kawasan Konservasi Mangrove Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 158: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

144

5. Kawasan Hutan (Forest Area)

Kawasan hutan dibagi ke dalam dua kawasan yaitu:

a. Kawasan Hutan Lindung

kawasan hutan tanpa ada aktivitas wisata yang bersifat aktif di

dalamnya sebagai upaya konservasi dan antisipasi terhadap run off

atau limpasan permukaan akibat intensitas curah hujan yang cukup

tinggi di kawasan pengembangan.

b. Kawasan Hutan Wisata Alam

kawasan hutan yang dikembangkan sebagai taman wisata yang

ramah lingkungan dan merupakan ruang terbuka hijau skala kota, yang

dapat dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi (eco-tourism). Fasilitas

yang dialokasikan antara lain:

1) Taman/Eco-tourism

2) Taman bermain anak, lapangan olahraga

3) Bangunan pengelola taman

4) Jalan setapak (pedestrian)

5) Gazebo

6. Kawasan Perdagangan (Trade Area)

Menjadi tujuan akhir wisatawan dalam kegiatan ekowisata. Pada

kawasan ini wisatawan dapat berbelanja aneka souvenir khas kawasan

pengembangan yang merupakan hasil kerajinan dari masyarakat lokal.

Beberapa fasilitas yang dialokasikan antara lain:

A. Kios cinderamata/souvenir

B. Jalan setapak (pedestrian)

C. Restoran

Page 159: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

145

Gambar 6.15 Kawasan Hutan (Hutan Lindung & Hutan Wisata Alam Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 160: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

146

Gambar 6.16 Rencana Fasilitas Kawasan Perdagangan Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 161: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

147

Gambar 6.17 Rencana Persebaran Fasilitas Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 162: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

148

D. Konsep Perencanaan 20 Tahun dalam Pengembangan Kawasan Ekowisata

Gambar 6.18 Skema perencanaan 20 tahun dalam pengembangan kawasan Sumber: Hasil Analisis, 2013

Page 163: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

149

Pengembangan kawasan ekowisata Pulau Karampuang dilaksanakan

dengan konsep perencanaan 20 (dua puluh) tahun. Pengembangan kawasan

dibagi ke dalam empat tahapan pengembangan antara lain:

1. Pengembangan fasilitas yang telah berkembang

Merupakan tahapan yang paling awal dilakukan dengan kurun waktu

pelaksanaan kegiatan 3 (tiga) tahun. Pengembangan dilakukan pada

kawasan rekreasi dan permukiman tradisional yang merupakan

kawasan yang telah berkembang.

2. Pengembangan infrastruktur penghubung

Merupakan tahapan kedua yang dilakukan dengan kurun waktu

pelaksanaan 3 (tiga) tahun. Kegiatan yang dilakukan adalah

pengembangan akses menuju sub kawasan ekowisata pengembangan

yang menjadi linkage antar kawasan pengembangan.

3. Pengembangan sub-kawasan ekowisata

Merupakan tahapan ketiga yang dilakukan dengan kurun waktu

pelaksanaan 4 (tahun) tahun. Kegiatan yang dilakukan adalah

pengembangan sub-kawasan ekowisata meliputi penyediaan

infrastruktur dasar dan penunjang ekowisata.

4. Pengembangan kualitas fisik spasial

Merupakan tahan keempat dan terakhir yang dilakukan dengan kurun

waktu pelaksanaan 10 (sepuluh) tahun. Kegiatan yang dilakukan adalah

peningkatan dan pengembangan kualitas fisik spasial kawasan secara

menyeluruh meliputi pengembangan sarana dan prasarana ekowisata.

Page 164: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

150

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan studi yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik wilayah Pulau Karampuang

a) Karakteristik fisik

1) Geologi. Pada kawasan pengembangan ekowisata Pulau

Karampuang tersusun atas tanah dengan kandungan

renzina, hidromorf kelabu, dan aluvial. Batuan penyusun

pulau karampuang adalah batuan gamping koral (Q1)

2) Kegiatan penggunaan lahan. Sebagian besar peruntukan

lahan pada Pulau Karampuang adalah kawasan tangkapan

air berupa lahan kosong/tegalan.

3) Bentang alam. Merupakan pulau dengan bentang alam

berbukit-bukit dengan ketinggian 120 mdpl, dengan tubir

hingga 200 meter.

4) Kondisi Oceanografi. Perairan pulau karampuang memiliki

kisaran pasang surut sebesar 188 cm dengan mean sea

level sebesar 120 cm, dengan kecerahan sebesar 73-85%,

arus sebesar 0,05-0,07 m/s, dengan kedalaman 10-15

meter. Kondisi ini memungkinkan untuk dilakukan

pengembangan wisata bahari.

b). Karakteristik Non-Fisik

Kondisi Sosial Budaya mayarakat Pulau Karampuang masih

kuat dengan budaya masyarakat pesisir yang masih memegang

asas kekeluargaan dan budaya lokal. Mata pencaharian

penduduk mayoritas nelayan dan buruh di Kota Mamuju.

Page 165: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

151

2. Konsep pengembangan yang akan diterapkan pada kawasan

ekowisata Pulau Karampuang adalah “Konsep Ekowisata Alam

Berbasis Ekologi” dengan beberapa konsep antara lain:

a). Konsep Tata Ruang (zonasi)

Konsep tata ruang pengembangan kawasan ekowisata Pulau

Karampuang diarahkan pada penetapan luasan kawasan

konservasi minimal 70 % dari luas seluruh kawasan Pulau

Karampuang.

b). Konsep Atraksi Wisata

Adapun paket atraksi wisata Pulau Karampuang adalah:

1) Tour budaya (Tradisional Village), dengan mengedepankan

asas Community Based Development.

2) Tour petualangan dan hobbi berupa jelajah hutan, berenang

dan menyelam pada kawasan yang memiliki kesesuaian

wisata bahari.

3) Tour konservasi dan pelestarian berupa pendidikan dan

pelestarian mangrove, dan konservasi terumbu karang

berupa transplantasi.

c). Konsep Bentang Alam meliputi:

1) Rencana sempadan pantai, dengan membatasi

pembangunan di sekitar sempadan pantai dengan ketentuan

untuk sempadan pantai di kawasan pemukiman berjarak 30

meter dari titik pasang tertinggi air laut, sedangkan untuk

sempadan pantai di kawasan wisata berjarak minimal 4

meter dari titik pasang tertinggi air laut.

2) Rencana abrasi, dilakukan dilakukan penanganan dengan

konsep “Fitoremediasi” yang menitikberatkan pada

penggunaan tanaman dalam perbaikan lingkungan, yaitu

penanaman mangrove di sepnjang pinggirang pulau.

3) Rencana tata hijau, dilakukan untuk mempertegas nilai

ekologis dan estetika kawasan pengembangan sesuai

Page 166: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

152

dengan fungsi vegetasi antara lain fungsi peneduh, fungsi

pengarah, fungsi pembatas dan fungsi estetika.

d). Konsep Aksesibilitas dan Sirkulasi

Dilakukan dengan menyediakan akses antar sub kawasan

berupa pedestrian dan transportasi air (waterway). Penyediaan

pedestrian dan transportasi air ini bertujuan untuk meningkatkan

akses dan sirkulasi dalam kawasan pengembangan.

e). Konsep Macam dan Jenis Fasilitas

Jenis fasilitas yang ada ditentukan berdasarkan kebutuhan dari

setiap atraksi wisata antara lain:

1) Kawasan rekreasi (Recreational Area). jenis fasilitas yang

akan dialokasikan pada kawasan ini antara lain: gedung

pusat informasi, lapangan olahraga, ruang terbuka hijau

(taman), cafetarian dan rest area dengan bahan yang ramah

lingkungan, bangunan akomodasi/cottage/bungalow,

dermaga, dan jalur pedestrian

2) Kawasan Wisata Selam (Diving Area), jenis fasilitas yang

akan dialokasikan pada kawasan ini antara lain: gedung

pelayanan wisata selam, akomodasi, dermaga, jalan setapak

(pedestrian) dan gazebo.

3) Kawasan Konservasi Mangrove (Conservational Area),

fasilitas yang dialokasikan antara lain: jalan setapak

(pedestrian), dermaga dan gazebo.

4) Kawasan Permukiman Tradisional (Traditional Area) dengan

fasilitas berupa gedung pusat informasi, teater terbuka,

lapangan olahraga, ruang terbuka hijau (taman), cafetarian

dan rest area dengan bahan yang ramah lingkungan,

bangunan akomodasi, dermaga, dan perkantoran pelayanan

publik.

5) Kawasan Hutan (Forest Area), beberapa fasilitas yang

dialokasikan antara lain: taman bermain anak, lapangan

Page 167: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

153

olahraga, bangunan pengelola taman, jalan setapak

(pedestrian), dan gazebo.

6) Kawasan Perdagangan (Trade Area), beberapa fasilitas

yang dialokasikan antara lain: kios cinderamata/souvenir,

jalan setapak (pedestrian) dan restoran.

B. Saran

Dari konsep pengembangan ekowisata Pulau Karampuang yang telah

dikemukakan maka beberapa saran yang dapat direkomendasikan

untuk implementasi ekowisata Pulau Karampuang adalah :

1. Untuk Studi Lanjutan

a) Untuk mendukung pengembangan masih diperlukan studi

mengenai manajemen kelembagaan dan peningkatan peran

serta masyarakat dalam kegiatan wisata.

b) Dapat juga dilakukan penelitian yang lebih mendalam pada

aspek budaya dan adat istiadat masyarakat setempat sebagai

upaya transformasi budaya mandar kedalam atraksi wisata

sehingga diharapkan masyarakat dapat berperan serta dalam

upaya pengebambangan kawasan ekowisata Pulau

Karampuang.

2. Untuk Pemerintah

Diharapkan adanya keseriusan dari pemerintah dalam

implementasi regulasi atau peraturan-peraturan yang terkait

dengan pengembangan Pulau Karampuang sebagai kawasan

wisata, yang kemudian konsep tersebut dapat diterapkan sehingga

dapat meningkatkan pendapatan daerah pada sektor wisata dan

berimplikasi terhadap peningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat

sekitar kawasan pengembangan.

Page 168: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda Kabupaten Mamuju. 2010. Data Pokok Kabupaten Mamuju Tahun

2010. Mamuju

Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamuju. 2011. Kabupaten Mamuju Dalam

Angka 2011. Mamuju

Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamuju. 2011. Kecamatan Mamuju Dalam

Angka 2011. Mamuju

United Nations Environment Programme. 2002. Ecotourism: Principles,

Practices & Polices For Sustainability. Paris

United Nations of Educational Scientific, and Cultural Organization &

Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Nias Selatan.

2009. Ekowisata, Panduan Dasar Pelaksanaan. Nias

Fandelli, Chafid. 2010. Pengertian dan Konsep Dasar Ekowisata. Yogyakarta

Yoeti, Oka A. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung

Sastrayuda S, Gumelar. 2010. Konsep Pengembangan Wisata Bahari.

Surakarta

Sastrayuda S, Gumelar. 2010. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Berbasis

Pariwisata (Community Based Tourism). Surabaya

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia. 2009. Prinsip

dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Jakarta

Rukendi, Cecep., Baskoro. 2006. Membangun Kota Pariwisata Berbasis

Komunitas. Jakarta

Mulyadi, Edi., Hendriyanto, Okik., Fitriani, Nur. 2009. Konservasi Hutan

Mangrove Sebagai Ekowisata. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan

Universitas Veteran Jawa Timur. Surabaya

Rangkuti, Freddie. 2011. SWOT Balanced Scorecard. Jakarta

Page 169: Pengembangan Ekowisata Pulau Karampuang Kab. Mamuju (PWK2013

Antasari, Kemal. 2011. Kesesuaian Wisata Selam Pulau Karampuang

Kabupaten Mamuju. Skripsi Fakultas Kelautan dan Perikanan

Universitas Hasanuddin. Makassar

Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. 2004. Pedoman Umum

Pengembangan Pariwisata di Pulau-Pulau Kecil

Peraturan Menteri Dalam Negeri. 2009. Pedoman Pengembangan Ekowisata

di Daerah

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2004. Pedoman

Penyusunan Pemanfaatan Ruang

Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 2010. Ketentuan

Mengenai Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kab/Kota.

Pustekkom Depdiknas. 2009. Pengikisan Pantai Akibat Abrasi. Jakarta

http://dee-loveearth.blogspot.com/2011/03/pendekatan-ekologi-ecological-

approach.html. Diakses tanggal 10 Desember 2012

http://www.ecotourism.org. Diakses tanggal 20 Oktober 2012

http://www.ekowisata.info. Diakses tanggal 20 Oktober 2012

http://www.publikkrakatu.com. Diakses tanggal 27 November 2012

http://www.suropeji.com. Diakses tanggal 27 November 2012

http://www.anneahira.com. Diakses tanggal 13 Februari 2013

http://[email protected]. Diakses tanggal 13 Februari 2013

http://www.ar.itb.ac.id/wdp/archives/category/studi-pembangunan/. Diakses

tanggal 20 Oktober 2012