pengembangan domain afektif taksonomi bloom

25
DOMAIN AFEKTIF TAKSONOMI BLOOM MAKALAH Untuk memenuhi tugas matakuliah Penilaian Pendidikan Fisika yang dibina oleh Dr. Sentot Kusairi Oleh Tiara Intan C. 909322419810 Fatmaliah Agustina 100321400862 Aviv Asmara Khahar 100321400884 Nindha Ayu Febiyanti 100321400888

description

mengembangkan pandangan terhadap domain afektif yang terdapat pada taksonomi bloom

Transcript of pengembangan domain afektif taksonomi bloom

Page 1: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

DOMAIN AFEKTIF TAKSONOMI BLOOM

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliahPenilaian Pendidikan Fisika

yang dibina oleh Dr. Sentot Kusairi

Oleh

Tiara Intan C. 909322419810Fatmaliah Agustina 100321400862Aviv Asmara Khahar 100321400884Nindha Ayu Febiyanti 100321400888

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

Page 2: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

Februari 2013BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah

ditetapkan, apakah sudah tercapai atau belum. Dengan kata lain penilaian berfungsi sebagai

alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar peserta didik. Dalam sistem

pendidikan nasional telah dirumuskan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun

tujuan instruksional, dengan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin S. Bloom

yang secara garis besar membagi menjadi tiga domain yakni kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegang dalam rangka

mengevaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan. Dalam melaksanakan evaluasi hasil

belajar, evaluator dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik,

baik dari segi pemahaman terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek

kognitif), dari segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalan (aspek psikomotor).

Kemampuan berpikir merupakan domain kognitif yang meliputi kemampuan menghapal,

memahami, menerapkan, menganalisis, mensistensis dan mengevaluasi. Kemampuan

psikomotor yang meliputi berbagai keterampilan yang berkaitan dengan gerak dan

menggunakan otot seperti: lari, melompat, menari, melukis, berbicara, serta membongkar dan

memasang peralatan. Adapun kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang

dapat membentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, dan kepercayaan diri.

Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah yang akan

dicapai melalui pembelajaran yang tepat.

Sebagian besar orang menganggap bahwa masalah afektif merupakan salah satu aspek

yang cukup penting namun pada umumnya masih kurang dalam hal implementasi. Hal ini

disebabkan karena saat merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah

merancang pembelajaran kognitif dan psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang

kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai.

Keberhasilan pendidik melaksanakan pembelajaran domain afektif dan keberhasilan peserta

didik mencapai kompetensi afektif perlu dinilai. Oleh karena itu perlu dikembangkan acuan

pengembangan perangkat penilaian domain afektif serta penafsiran hasil pengukurannya.

Page 3: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional

pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan

kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan domain afektif (sikap), kognitif

(pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan). Pada umumnya penilaian yang dilakukan oleh

pendidik selama ini lebih menekankan pada penilaian domain kognitif . Hal ini disebabkan

para pendidik kurang memahami penilaian domain afektif dan psikomotor.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan domain afektif dalam taksonomi Bloom?

2. Apa sajakah karakteristik domain afektif?

3. Bagaimanakah Bloom mengklasifikasikan domain afektif tersebut?

4. Bagaimakah penilaian untuk domain afektif?

5. Apa tujuan dari penilaian afektif?

6. Bagaimanakah sistem penilaian untuk domain afektif?

C. TUJUAN

1. Menjelaskan definisi domain afektif dalam taksonomi Bloom

2. Memaparkan berbagai karakteristik domain afektif

3. Memaparkan klasifikasi domain afektif taksonomi Bloom

4. Memaparkan penilaian untuk domain afektif

5. Memaparkan tujuan penilaian afektif

6. Memaparkan sistem penilaian untuk domain afektif

Page 4: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

BAB II

ISI

A. Domain Afektif Taksonomi Bloom

Keberhasilan pengembangan domain kognitif pada taksonomi Bloom tidak sekedar

membuahkan kecakapan kognitif tetapi juga menghasilkan kecakapan domain afektif. Hasil

belajar afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Contohnya adalah

keantusiasan peserta didik saat mengamati fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang

berkaitan dengan fisika. Sikap seseorang akan dapat diramalkan bila seseorang telah memiliki

penguasaan kognitif tingkat tinggi. Domain afektif berkaitan dengan sikap (attitude),

apresiasi (appreciation), dan motivasi (motivation) peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran.

B. Karakteristik Domain Afektif

Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk dapat diklasifikasikan sebagai

domain afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi

seseorang. Kedua, perilaku harus merupakan tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang

termasuk domain afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat

atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta

lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang mungkin memiliki perasaan yang lebih kuat

dibanding yang lain. Adapun arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif

dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Sedangkan target

mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Terdapat 5 tipe

karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya yaitu sebagai berikut.

1. Sikap

Suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak terhadap suatu objek. Sikap

dapat dibentuk melalui cara mengamati dan meniru sesuatu yang positif kemudian melalui

penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses

pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu.

Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik

terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. Sikap peserta didik

terhadap mata pelajaran, misalnya fisika, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti

Page 5: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

pembelajaran fisika dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan

salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk

itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik

yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.

Berikut diberikan contoh indikator sikap terhadap mata pelajaran fisika.

a. Membaca buku fisika

b. Mempelajari fisika

c. Melakukan interaksi dengan guru fisika

d. Mengerjakan tugas fisika

e. Melakukan diskusi tentang fisika

f. Memiliki buku fisika

2. Minat

Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong

seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk

tujuan perhatian atau pencapaian. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum

minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Penilaian minat dapat

digunakan untuk hal berikut.

a. mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,

b. mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,

c. pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,

d. menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,

e. mengelompokkan didik yang memiliki peserta minat sama,

f. sebagai acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih

metode yang tepat dalam penyampaian materi,

g. mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik,

h. sebagai bahan pertimbangan menentukan program sekolah,

i. meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

3. Konsep Diri

Konsep diri merupakan evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan

kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti

domain afektif yang lain. Target konsep diri tidak hanya individu tetapi bisa juga institusi

seperti sekolah. Adapun arah konsep diri bisa positif atau negatif dan intensitasnya bisa

Page 6: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Sedangkan

target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan.

Konsep diri sangat penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan

mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri sehingga dapat dipilih alternatif karir yang

tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk

memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat. Penilaian konsep diri dapat

dilakukan dengan penilaian diri. Adapun kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut.

a. Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.

b. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan si penanya.

c. Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.

d. Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial dan hasilnya dapat untuk

instropeksi pembelajaran yang dilakukan.

e. Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta

didik.

f. Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.

g. Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

h. Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.

i. Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran. Peserta didik

dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.

j. Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.

k. Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.

l. Peserta didik memahami kemampuan dirinya.

m. Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.

n. Peserta didik dapat mencari materi sendiri.

o. Peserta didik dapat berkomunikasi dengan sesama teman.

4. Nilai

Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan,

atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa

sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi,

sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide namun dapat

juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif.

Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan

nilai yang diacu.

Page 7: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7) yakni nilai adalah suatu objek,

aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan

kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan

ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karena itu

satuan pendidikan harus membantu peserta didik dalam menemukan dan menguatkan nilai

yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal

dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.

5. Moral

Berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau

tindakan yang dilakukan diri sendiri. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama

seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan

dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang. Domain afektif lain yang dianggap penting

adalah sebagai berikut.

a. Kejujuran : peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan

orang lain.

b. Integritas : peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan

artistik.

c. Adil : peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan

yang sama dalam memperoleh pendidikan.

d. Kebebasan : peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan

yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.

C. Klasifikasi Domain Afektif menurut Taksonomi Bloom

Kartwohl & Bloom membagi domain afektif ke dalam lima aspek, yaitu

(1) receiving, (2) responding, (3) valuing, (4) organization, dan (5) characterization. Adapun

penjelasan masing-masing aspek tersebut adalah sebagai berikut.

1. Receiving or attending (menerima atau memperhatikan)

Kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari luar yang datang dalam bentuk

masalah, situasi, atau gejala. Receiving atau attenting juga sering didefinisikan sebagai

kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta

didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai yang diajarkan dan mau menggabungkan

atau mengidentifikasikan diri ke dalam nilai tersebut.

Page 8: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

2. Responding (menanggapi)

Responding mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Kemampuan menanggapi ini

dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dan membuat reaksi

terhadap suatu fenomena. Jenjang responding lebih tinggi daripada jenjang receiving.

3. Valuing (menilai atau menghargai)

Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan

terhadap suatu kegiatan atau obyek. Apabila kegiatan tersebut tidak dikerjakan maka akan

membawa kerugian atau penyesalan. Valuing merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi

daripada receiving dan responding. Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak sekedar

menerima nilai yang diajarkan tetapi juga mampu untuk menilai konsep atau fenomena.

4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)

Mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal dan

membawa pada perbaikan umum.Mengatur atau mengorganisasikan merupakan

pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi.

5. Characterization (karakterisasi)

Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang dan dapat

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku orang tersebut. Disini proses internalisasi

nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hierarki nilai. Di tahap ini peserta didik

telah memiliki philosophy of life yang mapan sehingga mereka telah memiliki sistem nilai

yang telah mengontrol tingkah laku untuk suatu waktu yang lama sehingga membentuk

karakteristik “pola hidup” tingkah laku yang menetap, konsisten, dan dapat diramalkan.

Berdasarkan referensi yang diperoleh dari http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/bloom.html

maka secara umum kelima aspek dalam domain afektif disajikan dalam tabel berikut.

Deskripsi Aspek Domain Afektif Ilustrasi Kata Kerja

Menerima (Receiving) fenomena: kesadaran,

kesediaan untuk mendengar, perhatian yang

dipilih.

Contoh: mendengarkan orang lain dengan

hormat. Mendengarkan dan mengingat

nama orang yang baru diperkenalkan.

Kata kunci: bertanya, memilih, melukiskan,

mengikuti, memberikan, memegang,

mengidentifikasi, menempatkan, nama,

menunjuk, memilih, duduk, menegakkan,

menjawab, menggunakan.

Page 9: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

Menanggapi (Responding) fenomena:

partisipasi aktif sebagai bagian dari peserta

didik. Menghadiri dan bereaksi terhadap

fenomena tertentu. Hasil pembelajaran dapat

menekankan kepatuhan dalam menanggapi,

kemauan untuk merespon, atau kepuasan

dalam menanggapi (motivasi).

Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas.

Memberikan presentasi. Pertanyaan tentang

ide baru, konsep, model, dll dalam rangka

untuk memahami mereka. mengetahui

aturan keselamatan dan praktek yang

mereka lakukan.

Kata kunci: jawaban, membantu, menolong,

mengikuti, menyesuaikan, mendiskusikan,

menyapa, membantu, memberi label,

melakukan, mempraktikkan,

mempresentasikan, membaca,

membacakan, melaporkan, memilih,

mengatakan, menulis.

Menilai (Valuing): Menilai layak tidaknya

informasi mengenai suatu fenomena, objek

tertentu, atau perilaku.. Hal ini berkisar dari

penerimaan sederhana ke keadaan yang lebih

kompleks komitmen. Menghargai didasarkan

pada internalisasi dari serangkaian nilai yang

ditetapkan, sedangkan petunjuk untuk nilai-

nilai ini dinyatakan dalam perilaku terbuka

pembelajar dan sering diidentifikasi.

Contoh: Menunjukkan kepercayaan dalam

proses demokrasi. Sensitif terhadap

individu dan perbedaan budaya (nilai

keragaman). Menunjukkan kemampuan

untuk memecahkan masalah. Mengusulkan

rencana untuk perbaikan sosial dan

mengikuti melalui dengan komitmen.

Memberitahu manajemen mengenai hal-hal

yang satu merasa kuat tentang.

Kata Kunci: menyelesaikan,

mendemonstrasikan, membedakan,

menjelaskan, mengikuti, membentuk,

berinisiatif, mengundang, bergabung,

membenarkan, mengusulkan, membaca,

melaporkan, memilih, berbagi, belajar,

bekerja.

Organisasi (Organization): menyusun nilai-

nilai ke dalam prioritas oleh kontras nilai yang

berbeda, menyelesaikan konflik di antara

mereka, dan menciptakan sistem nilai yang

Contoh: Mengakui perlunya keseimbangan

antara kebebasan dan perilaku yang

bertanggung jawab. Menerima tanggung

jawab atas perilaku seseorang. Menjelaskan

Page 10: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

unik. Penekanannya adalah pada

membandingkan, berhubungan, dan sintesis

nilai-nilai.

peran perencanaan sistematis dalam

memecahkan masalah. Menerima standar

etika profesional. Membuat rencana hidup

selaras dengan kemampuan, minat, dan

keyakinan. Memprioritaskan waktu secara

efektif untuk memenuhi kebutuhan

organisasi, keluarga, dan diri sendiri.

Kata kunci: melekat, mengubah, mengatur,

menggabungkan, membandingkan,

melengkapi, membela, menjelaskan,

merumuskan, menggeneralisasikan,

mengidentifikasi, menggabungkan/

mengintegrasi, memodifikasi, perintah,

mengatur, menyiapkan, berhubungan,

mensintesis.

Nilai internalisasi / karakterisasi

(Characterization): mempunyai sistem nilai

yang mengendalikan perilaku mereka. Perilaku

ini merasuk, konsisten, dapat diprediksi, dan

yang paling penting merupakan karakteristik

dari peserta didik.

Contoh: Menampilkan kemandirian ketika

bekerja secara independen. Bekerja sama

dalam kegiatan kelompok (menampilkan

kerja tim). Menggunakan pendekatan

objektif dalam pemecahan masalah.

Menampilkan komitmen profesional untuk

praktek etis setiap hari. Merevisi penilaian

dan perubahan perilaku dalam memandang

bukti baru. Menilai orang apa adanya,

bukan bagaimana mereka terlihat.

Kata kunci: tindakan, mendiskriminasikan,

menampilkan, mempengaruhi,

mendengarkan, memodifikasi, melakukan,

praktik, mengusulkan, memenuhi syarat,

pertanyaan, merevisi, melayani,

memecahkan, memverifikasi.

Page 11: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

D. Penilaian untuk Domain Afektif

Domain afektif tidak dapat diukur seperti mengukur domain kognitif. Hal ini disebabkan

dalam domain afektif kemampuan yang diukur adalah kemampuan menerima

(memperhatikan), merespon,  menghargai, mengorganisasi, dan karakteristik suatu nilai. Oleh

karena itu skala yang digunakan untuk mengukur domain afektif seseorang diantaranya

adalah skala sikap. Hasil dari pengukuran atau penilaian tersebut berupa kategori sikap, yakni

mendukung (positif), menolak (negatif), atau netral.

Pada hakikatnya sikap adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Terdapat tiga

komponen sikap yang ada, yakni: kognisi, afeksi, dan konasi.  Kognisi adalah segala hal yang

berkaitan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Sedangkan

afeksi adalah segala yang berkaitan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut.

Adapun konasi berkaitan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Jadi dapat

dikatakan bahwa sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.

Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden. Skala

sikap tersebut dapat berupa pernyataan yang didukung atau ditolak dengan rentang nilai

tertentu. Oleh sebab itu pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni

pernyataan positif dan pernyataan negatif.

Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert,

pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh

subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, atau sangat tidak

setuju.

E. Tujuan Penilaian Afektif

1. Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun peserta didik

sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program

perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.

2. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain

diperlukan sebagai bahan bagi perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan

kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik.

Page 12: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

3. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan

tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.

4. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.

Skala yang digunakan untuk mengukur domain afektif seseorang terhadap kegiatan suatu

objek diantaranya skala sikap sehingga hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung

(positif), menolak (negatif), dan netral.

F. Cara Penilaian untuk Domain Afektif

Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala

Thurstone, dan Skala Likert. Berikut adalah contoh masing-masing skala penilaian tersebut.

Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran fisika

Skala Thurstone memiliki skor tertinggi 7 untuk setiap butir pernyataan.

7 6 5 4 3 2 1

Saya senang balajar fisika

Pelajaran sejarah bermanfaat

Pelajaran fisika membosankan

Dst….

Contoh Skala Likert: Minat terhadap pelajaran fisika

Pelajaran fisika bermanfaat Ss s ts sts

Pelajaran fisika sulit

Tidak semua harus belajar fisika

Sekolah saya menyenangkan

Keterangan: 

SS : Sangat setuju

S : Setuju

Page 13: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

TS : Tidak setuju

STS : Sangat tidak setuju

Berdasarkan karakteristik domain afektif maka terdapat 5 hal yang menjadi yang biasa 

dinilai di sekolah, yaitu sikap, minat, konsep diri,  nilai, dan moral. Penilaian domain afektif

peserta didik dilakukan dengan menggunakan instrumen afektif. Cara yang mudah untuk

mengetahui karakteristik peserta didik adalah melalui kuesioner. Hal ini akan dibahas

berturut-turut di bawah ini.

1.   Instrumen Sikap

Definisi konseptual: sikap merupakan kecenderungan merespons secara konsisten baik

menyukai atau tidak menyukai   suatu objek.  Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui

sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap bisa positif bisa

negatif. Definisi operasional:  sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek.

Objek dapat berupa kegiatan atau mata pelajaran.

Pertanyaan tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau

negatif terhadap suatu objek, atau suatu kebijakan. Kata-kata yang sering digunakan pada

pertanyaan sikap menyatakan arah perasaan seseorang; menerima-menolak, senang-tidak

senang, baik-buruk, diinginkan-tidak diinginkan. Berikut contoh pernyataan untuk kuesioner

penilaian sikap pada pelajaran fisika.

a. Saya senang membaca buku fisika

b. Tidak semua orang harus belajar fisika

c. Saya jarang bertanya pada guru tentang pelajaran fisika

d. Saya tidak senang pada tugas pelajaran fisika

e. Saya berusaha mengerjakan soal-soal fisika sebaik-baiknya

f. Fisika penting untuk semua peserta didik

2.   Instrumen Minat

Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik

terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta

didik terhadap suatu mata pelajaran.

Definisi konseptual: minat adalah watak yang tersusun melalui pengalaman yang

mendorong individu mencari   objek, aktivitas, pengertian, keterampilan untuk   tujuan

perhatian atau penguasaan. Definisi operasional: minat adalah keingintahuan seseorang

tentang keadaan suatu objek. Berikut adalah contoh kuesioner penilaian minat untuk

pelajaran fisika.

Page 14: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

a. Catatan pelajaran fisika saya lengkap

b. Catatan pelajaran fisika saya terdapat coretan-coretan tentang hal-hal yang penting

c. Saya selalu menyiapkan pertanyaan sebelum pelajaran fisika

d. Saya berusaha memahami mata pelajaran fisika

e. Saya senang mengerjakan soal fisika

f. Saya berusaha selalu hadir pada pelajaran fisika

3.   Instrumen Konsep diri

Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri.

Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang 

sebaiknya ditempuh oleh peserta didik. Hal ini berdasarkan informasi karakteristik peserta

didik yang diperoleh dari hasil pengukuran.    

Definisi konseptual: persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri yang menyangkut

keunggulan dan kelemahannya. Definisi operasional konsep diri adalah pernyataan tentang

kemampuan diri sendiri yang menyangkut mata pelajaran. Berikut adalah contoh kuesioner

penilaian konsep diri dalam pelajaran fisika.

a. Saya sulit mengikuti pelajaran fisika

b. Saya mudah memahami pelajaran fisika

c. Saya mudah menghafal rumus-rumus fisika

d. Saya perlu waktu yang lama untuk memahami pelajaran fisika.

4.   Instrumen Nilai

Nilai merupakan konsep penting dalam pembentukan kompetensi peserta

didik. Pencapaian kemampuan kognitif dan psikomotorik tidak akan memberi manfaat bagi

masyarakat apabila tidak diikuti dengan kempetensi afektif. Kemampuan lulusan suatu

jenjang pendidikan bisa baik bila digunakan membantu orang lain, namun bisa tidak baik bila

kemampuan tersebut digunakan untuk merugikan orang lain.

Kegiatan yang disenangi peserta didik di sekolah dipengaruhi nilai (value) peserta

didik.Ada yang menyukai pelajaran keterampilan dan ada yang tidak. Definisi konseptual:

nilai adalah keyakinan yang dalam terhadap suatu pendapat, kegiatan, atau suatu objek.

Definsi operasional: nilai adalah keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau

kegiatan. Misalnya keyakinan akan kemampuan peserta didik dan keyakinan tentang kinerja

guru.

Instrumen nilai dan keyakinan bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu.

Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan  yang  negatif. Hal-hal

Page 15: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

yang positif diperkuat sedang yang negatif diperlemah dan akhirnya dihilangkan. Berikut

contoh kuesioner tentang nilai bagi peserta didik.

a. Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar peserta didik sulit untuk ditingkatkan.

b. Saya berkeyakinan bahwa kinerja guru sudah maksimum.

c. Saya berkeyakinan bahwa peserta didik yang ikut bimbingan tes cenderung akan diterima

di perguruan tinggi.

d. Saya berkeyakinan sekolah tidak akan mampu mengubah tingkat kesejahteraan

masyarakat.

e. Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah.

f. Saya berkeyakinan bahwa hasil yang dicapai peserta didik adalah karena atas usahanya.

5.   Instrumen Moral

Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui  moral peserta didik. Moral didefinisikan

sebagai pendapat, tindakan yang dianggap baik dan yang dianggap tidak baik. Contoh

kuesioner mengenai moral sesuai definisi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Bila dalam praktikum saya tidak memperoleh data sesuai yang diharapkan saya boleh

mengubah sedikit data tersebut agar cocok dengan teori.

b. Bila menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan soal fisika, saya selalu minta bantuan

orang lain.

c. Bila ada teman yang menghadapi kesulitan tentang pelajaran fisika, saya berusaha

membantunya.

d. Kesulitan orang lain merupakan tanggung jawab mereka sendiri.

Page 16: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

BAB III

PENUTUP

A.   KESIMPULAN

1. Domain afektif adalah domain yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Domain afektif

berkaitan dengan sikap (attitude), apresiasi (appreciation), dan motivasi (motivation)

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

2. Terdapat 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya yaitu: sikap,

minat, konsep diri, nilai, dan moral.

3. Domain afektif menurut taksonomi Bloom diklasifikasikan ke dalam lima jenjang, yaitu:

(1) receiving, (2) responding, (3) valuing (4), organization, dan (5) characterization.

4. Domain afektif tidak dapat diukur seperti mengukur domain kognitif karena dalam

domain afektif kemampuan yang diukur adalah kemampuan menerima (memperhatikan),

merespon,  menghargai, mengorganisasi, dan karakteristik suatu nilai.

5. Tujuan penilaian afektif adalah untuk mendapatkan umpan balik (feedback) bagi guru dan

peserta didik, untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai ,

untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai tingkat

pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik, dan untuk mengenal latar

belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.

6. Berdasarkan karakteristik domain afektif maka terdapat 5 hal yang menjadi yang biasa 

dinilai di sekolah, yaitu sikap, minat, konsep diri,  nilai, dan moral. Penilaian masing-

masing karakteristik domain afektif peserta didik dilakukan dengan menggunakan

instrumen afektif.

Page 17: pengembangan domain afektif taksonomi bloom

Daftar Rujukan

Andersen, Lorin. W. (1981).Assessing affective characteristic in the schools.Boston: Allyn and Bacon.

Gable, Robert. K. (1986).Instrument development in the affective domain.Boston:Kluwer-Nijhoff Publishing.

Mueller, D. J. (1986).Measuring social attitudes.New York: Teachers College,Columbia University.http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/bloom.htmlPeraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.Direktorat

Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.Robinson, John. P., & Shaver, Philip.R. (1980).Measures of social psychological

attitudes.Michigan: The Institute of Social Research.Sax, Gilbert. (1980). Principles of educational and psychological measurement and

evaluation.Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.Straughan, R. (1989). Belief, behaviour, and education.London: Biddles Ltd. Guilfordand King’s

Lynn.Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya OffsetSudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.Thorndike, Robert, L., & Hagen, Elizabeth.P. (1977).Measurement and evaluation in psychology

and education.New York: John Wiley & Sons.Traub, Ross. E. (1994).Reliability for the social sciences.London: Sage Publications