PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

23
PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MUL TI- BENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM 01 INDONESIA UNIVERSITAS GADJAH MADA Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Diucapkan di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada pada tanggal 22 Februari 2011 di Yogyakarta Oleh: Prof. Dr. H.A. Sudibyakto, M.S.

description

Pidato Pengukuhan Guru Besar UGM

Transcript of PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

Page 1: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTI-BENCANA DALAM MENGANTISIP ASI

PERUBAHAN IKLIM 01 INDONESIA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besarpada Fakultas Geografi

Universitas Gadjah Mada

Diucapkan di depan Rapat Terbuka Majelis Guru BesarUniversitas Gadjah Mada

pada tanggal 22 Februari 2011di Yogyakarta

Oleh:

Prof. Dr. H.A. Sudibyakto, M.S.

Page 2: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh,

Yang saya hormati,Ketua, Sekretaris dan Anggota Majelis Wali Amanat UGAl,Ketua, Sekretaris dan Anggota Majelis Guru Besar UGM,Ketua, Sekretaris dan Anggota Senat Akademik UGA1,Rektor, Para Wakil Rektor Senior dan Wakil Rektor UGA1,

Para Dekan, Wakil Dekan, dan Para Pejabat Struktural di lingkunganUGA1,

Para Kepala Pusat Studi di Lingkungan UGA1,Segenap Civitas Akademika UGM.Para Tamu Undangan, Hadirin, dan Anggota Keluarga.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atasrahmat dan barokahNya pada hari ini di Balai Senat UGM yangbersejarah ini kita diberikan kekuatan iman dan kesehatan. Di hadapanMajelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada yang berwibawa ini,saya memperoleh kes.empatan untuk menyampaikan pidatopengukuhan sebagai salah satu kewajiban seorang guru besar. Pidatoini berjudul: Pengembangan Ana/isis Risiko Multibencana dalamMengantisipasi Perubahan Iklim di Indonesia.

Para hadirinyang saya hormati,

Perubahan iklim (climate change) merupakan salah satu isuglobal yang sangat penting sejak diadakannya Konferensi TingkatTinggi Bumi di Rio de Janeiro tahun 1992. Konvensi Perubahan Iklimatau UNFCCC (United Nations Framework Convention on ClimateChange) merupakan salah satu agenda dalam dokumen Agenda 21.Konvensi ini telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang'-undangNo. 6 Tahun 1994. Maksud dan tujuan utama dari konvensi tersebutadalah untuk menjaga kestabilan konsentrasi gas rumah kaca (greenhouse gases) di atmosfer, sehingga teljamin ketersediaan pangan danpembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Berdasarkan data kejadian bencana yang dicatat dalamOFDA/CRED International Disaster Database tahun 2007, sepuluhkejadian terbesar di Indonesia yang terjadi selama periode tahun 1907

Page 3: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

2

hingga 2007 sebagian besar merupakan beneana yang terkait denganiklim (hydrometeorological related disasters), antara lain banjir,kekeringan, kebakaran hutan, dan ledakan hama/penyakit. Hal inimenunjukkan bahwa kejadian beneana terkait dengan aspek iklimmengalami peningkatan frekuensi dan intensitasnya. Dalam laporanBank Dunia (2010) yang berjudul "Natural Hazards, UnnaturalDisasters" disebutkan bahwa beneana alam akibat iklim ini terjadi dihampir semua belahan dunia, bahkan eukup mengejutkan di Asiahampir 80% kejadian beneana alam dipengaruhi oleh iklim.

Bagaimana dengan kondisi iklim di Indonesia, apakah jugamenyebabkan beneana alam? Wilayah Indonesia seeara umummempunyai karakteristik iklim yang unik, antara lain sebaran tigawilayah hujan yaitu pola hujan monsunal, ekuatorial, dan lokal. Polahujan monsunal puneak musim hujan sekitar bulan Desember/Januari.Pola ekuatorial memiliki dua puneak hujan yaitu sekitar Maret danOktober, sedangkan pola hujan lokal memiliki puneak musim hujansekitar Juli/Agustus. Memperhatikan ketiga pola hujan tersebutterlihat bahwa pola hujan monsunal terjaciidi sebagian besar wilayahSumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, sementara pola hujanekuatorial terjadi di wilayab yang dekat dengan garis ekuator sepertikota-kota Padang, Pontianak, Samarinda, dan Jayapura. Pola hujanlokal teljadi di sebagian keeil wilayah sebagai akibat dari pengaruhlokal seperti topografi dan lingkungan fisik lainnya.

Wilayah Indonesia ditinjau seeara geografis, geologis, geomor-fologis, meteorologis, klimatologis dan sosial ekonomi merupakandaerah yang sangat rawan terhadap beneana. Akibat adanya pertemuantiga lempeng tektonik yang aktif (zona subduksi) yaitu lempengEurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik, maka wilayahIndonesia rawan terhadap gempa bumi (earthquake) dan tsunami,terletak juga pada jalur gunung api aktif (ring of fire) sehingga rawanterhadap letusan gunung api (volcanic eruption). Karena juga terletakdi daerah tropika basah dengan eurah hujan tinggi dan mengalami duamusim yang berbeda serta topografi yang kasar, maka berpotensiterjadinya tanah longsor (landslide), banjir (jlood), dan kekeringan(drought) serta kebakaran hutan iforestfire).

Potensi terjadinya rentetan kejadian beneana alam, sangatmemungkinkan terjadinya beneana lingkungan (environmental

Page 4: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

3

disasters). Misalnya daerah pesisir yang umumnya dihuni pendudukpadat dan miskin saat ini mengalami ancaman dampak perubahaniklim global yang ditandai dengan naiknya permukaan air laut (risingsea level). Tidak jarang suatu daerah dapat mengalami berbagai jenisbencana baik alam maupun bencana akibat ulah manusia(antropogenic disaster), sehingga seringkali disebut sebagai daerahrawan multibencana (multiple disasters).

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional(RPJMN) Tahun 2010-2014 dinyatakan bahwa kebijakan untuk meng-antisipasi dampak perubahan iklim dan bencana alam diarahkan untukmewujudkan peningkatan kapasitas penanganan dampak perubahaniklim dan bencana alam yang cepat, tepat dan akurat. Strategi untukmencapai kebijakan ini adalah: (i) peningkatan kapasitas sumberdayamanusia dan penguatan kelembagaan; (ii) peningkatan akurasijangkauan dan kecepatan penyampaian informasi dengan menambahdan membangun jaringan observasi, telekomunikasi dan sistemkalibrasi; (iii) pendirian Pusat Basis Data dan Informasi yang ter-integrasi; (iv) peningkatan kerjasama dan mengembangkan penelitianmengenai perubahan iklim dan analisis risiko bencana alam; (v)penyediaan peta kerentanan wilayah Indonesia terhadap dampakperubahan iklim; (vi) pengembangan stasiun pemantauan perubahaniklim di seluruh wilayah Indonesia; dan (vii) pengembangan kebijakandan peraturan perundangan mengenai perubahan iklim dankebencanaan.

Prioritas peningkatan kualitas informasi iklim dan bencana alamserta kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dijabarkandalam tiga fokus prioritas, yaitu: (1) peningkatan kualitas informasicuaca, iklim dan bencana alam lainnya, dengan indikator mening-katnya kapasitas pelayanan serta ketersediaan data dan informasicuaca, iklim dan bencana alam lainnya yang cepat dan akurat; (2)peningkatan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim, denganindikator meningkatnya kemampuan adaptasi dan mitigasi para pihakdalam menghadapi dampak perubahan iklim; dan (3) peningkatankapasitas kelembagaan penanganan perubahan iklim, dengan indikatormenguatnya kapasitas institusi dalam mengantisipasi dan menanganidampak perubahan iklim (Suprayoga, 2009).

Page 5: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

4

Integrasi Penanggulangan Beneana dalam Prioritas NasionalRPJMN 2010-2014 termasuk dalam 11 prioritas nasional KabinetIndonesia Bersatu II bersama-sama dengan aspek PengelolaanLingkungan Hidup. Hal ini menunjukkan bahwa dampak kejadianbeneana alam akan mempereepat degradasi lingkungan yang padaakhimya akan menganeam pembangunan berkelanjutan.

Komitmen Pemerintah dalam Pengurangan Risiko Beneanayang tertuang dalam Reneana Aksi Nasional Pengurangan RisikoBeneana (RAN PRB) Tahun 2010-2012, meneakup 5 prioritas, dalam7 program dan 33 kegiatan. Analisis Risiko Beneana termasuk salahsatu kegiatan yang sangat penting dalam Program PereneanaanPenanggulangan Beneana seeara Terpadu baik di tingkat nasionalmaupun daerah. Dari 483 Kabupaten/Kota di Indonesia yangmempunyai tingkat kerawanan terhadap beneana alam ada sebanyak383 kabupaten/kota. Seeara keseluruhan Indonesia merupakan negaraperingkat ke-7 yang paling banyak dilanda beneana alam pada tahun2005 (UN-ISDR 2006-2009, World Disaster Reduction Campaign,UNESCO).

Mengapa kajian perubahan iklim sangat penting?

Para hadirin yang saya hormati,

Sudibyakto (2010) menyatakan bahwa pemanasan global yangmenjadi isu intemasional temyata membawa konsekuensi yang sangatserius antara lain muneulnya kejadian hujan ekstrim (extreme climateevent), variabilitas eurah hujan (rainfall variability), dan perubahaniklim (climate change) yang sedang berlangsung saat ini. Dalam filmyang spektakuler yang dibintangi Al Gore si Pemenang Hadiah Nobel,yaitu "An Inconvenience Truth" ditunjukkan bahwa temperatur bumiini mengalami kenaikkan yang eukup signifikan antara 0,5-1,5 derajatCelcius dalam kurun waktu 100 tahun terakhir ini. Hasil kajian Inter-Governmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2007menunjukkan bahwa 11 dari 12 tahun terpanas semenjak tahun 1850terjadi dalam kurun waktu 12 tahun terakhir. Kenaikan temperaturselama 1850-1899 dan tahun 2001-2005 adalah 0,76 derajat Celcius(KMNLH, 2007). Akibat perubahan iklim inilah timbul berbagai

Page 6: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

5

gejala alali1 seperti ketidakpastian musim hujan dan kemarau,meningkatnya frekucnsi hujan dan intensitasnya, meningkatnyafrckuensi dan meluasnya kejadian bencana alam terutama yangberkaitan dengan aspek hidrometeorologis.

Selain merugikan para petani sebagai akibat kegagalan panen,juga berdampak pada berbagai sektor kehidupan manusia yang sangatluas. Jika hal ini tidak mendapatkan perhatian serius dari pemerintahdan masyarakat, maka dikhawatirkan akan menjadi persoalan seriusyang mengancam tujuan Millenium Development Goals (MDG's)tahun 2030 dan Hyogo Frameworkfor Action tahun 2005-2015 untukProgram Pengurangan Risiko Bencana (Disaster Risk Reduction).

Perubahan lklim sebagai Climatological Hazards

Hadirin yang saya hormati,

Sebelum menjelaskan tentang perubahan iklim, ada baiknyaditinjau terlebih dahulu batasan pengertian tentang iklim, variabilitasiklim, dan perubahan iklim. lklim adalah sintesis kejadian cuacaselama kunm waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapatdipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengankeadaan pada sctiap saatnya (TVorld Climate Conference, 1979 dalamIPPC, 200 1). VariabiJitas ikJim adalah suatu kondisi berfluktuasinyaunsur-unsur iklim dalam kurun waktu tertentu di suatu wilayah.Dalam jangka panjang (menu rut konvensi intemasional adalahminimum 30 tahun) data iklim yang menunjukkan adanyakecenderungan (trend) berubah apakah perubahan kenaikkan ataupenurunan, dapat disebut telah teljadi perubahan iklim (climatechange).

Definisi seCaI'a umum menyatakan bahwa perubahan iklimadalah perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca padasuatu daerah tertentu; sedangkan istilah perubahan iklim skala globaladalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi seCal'akeseluruhan. IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan ikJimmerujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau padavariabiJitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yangpanjang (biasanya dekade atau lebih). Selain itu juga dipeljelas bahwa

Page 7: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

6

pel1.lbahaniklim mungkin karena proses alam internal maupun adakekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus-menerus mengubahkomposisi atmosfer dan tata guna lahan (McGregor, 2010).

Dampak Perubahan Iklim

Hadirin yang saya hormati,

Menurut Yoshino (1991) dampak perubahan iklin1 di sektorpertanian menunjukkan variasi antarnegara di kawasan Asia Tenggara.Seeara umum dampak perubahan iklim antara lain: (a) pengaruhterhadap kegiatan yang sifatnya musiman, (b) pengaruh hubunganantara fluktuasi hujan dengan produktivitas padi, (c) hubungan antaraeurah hujan dengan setiap tanaman akan berdampak berbeda, (d)meningkatnya suhu permukaan air laut akibat pemanasan global yangdiperkirakan sekitar 10 em dalam 100 tahun terakhir ini sangat seriusdampaknya pada wilayah delta dan dataran rendah di pantai, (e)budidaya ikan dan produksi garam laut akan berpengaruh serius.Perubahan iklim pada akhirnya akan memberikan pengaruh terhadapperubahan lingkungan. Yoshino juga mengatakan bahwa asumsi yangdigunakan dalam penelitiannya adalah perkiraan kenaikan suhu antara1,2 hingga 3,0 derajat Celcius, kenaikan muka laut di tahun 2030menjadi 5-17 em akibat ekspansi kenaikan suhu muka laut danmeneairnya deposit es di kutub.

Pakar geomorfologi seperti Verstappen (1994) menyatakanbahwa dampak fluktuasi perubahan iklim pada fluktuasi hujan yangberpengaruh pada perkembangan bentanglahan (landform develop-ment) terutama pada wilayah dataran rendah di wilayah pesisir.Kloosterman (1989 dalam Verstappen, 1994) menyatakan bahwa salahsatu dampak perubahan iklim di zaman Kuarter (Quaternary climatechange) adalah "formation of planation surface", perataan permukaantanah yang terjadi desa Weleri, Jawa Tengah. Demikian pula diPalembang, Sumatera Selatan dan wilayah Sumatera Utara telahterjadi perataan permukaan tanah yang meluas yang biasa disebutsebagai "peneplain"; sedangkan Adnan Sofyan, dkk. (2010) dalam

_penelitiannya menyatakan bahwa perubahan iklim juga berdampakpada perubahan pola angin musiman yang menimbulkan perubahan

Page 8: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

7

arus laut, perubahan pasang surut, dan gelombang pasang yangmeningkat dan mengabrasi pesisir timur Kota Temate, sehinggaterjadi perubahan garis pantai.

Skenario kondisi dunia pada tahun 2050 sebagai akibatpemanasan global antara lain sepertiga bagian Bangladesh terancam,hilangnya kepulauan Maldives, kekurangan air di Timur Tengah,hilangnya Delta Sungai Nil, Gurun Sahara bergerak dari Mediteraniake arah selatan Spanyol dan Sicilia, pantai-pantai Mediterania akanhilang dengan meningkatnya permukaan air laut, hutan-hutan diKanada, Rusia, Amazone rusak akibat panas dan kekeringan, dansebagainya; sedangkan di wilayah Indonesia sendiri perubahan iklimakan mengancam terutama wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.Subandono (2009) memberikan peringatan serius bahwa dampakpemanasan global dan perubahan iklim terhadap wilayah pesisir, laut,dan pulau-pulau kecil antara lain: (a) kenaikan permukaan atau parasair laut, (b) perubahan pola angin, (c) perubahan curah hujan dansiklus hidrologis, dan (d) perubahan atmosfer dan suhu air.

Hadirin yang saya hormati,

Perubahan iklim di Indonesia memberikan dampak padaperubahan fisik lingkungan seperti meningkatnya genangan banjir didataran rendah, erosi pantai, gelombang ekstrim dan banjir, intrusi airlaut ke sungai dan air tanah, kenaikan muka air sungai, perubahanpasang surut dan gelombang, dan meningkatnya sedimentasi di muarasungai. Jika proses ini berlangsung terus, maka akan berdampak padaperubahan morfologi pantai, perubahan ekosistem, terganggunyaekosistem di permukiman, kerusakan sumberdaya air, infrastruktur,peri kanan, pertanian, dan wisata bahari (Subandono, 2009). SementaraSudibyakto (2007) menyatakan bahwa pengelolaan pulau-pulau kecildi Indonesia menjadi sangat penting manakala dampak perubahaniklim berupa kenaikan muka air laut akan menggenangi wilayahpesisir dan pulau-pulau kecil yaitu pulau yang hanya berukurankurang dari 10.000 km2 dengan jumlah penduduk di bawah 500 ribuorang, karena secara ekologis terpisah dari pulau induknya (insular),daerah tangkapan aimya sempit, dan memiliki budaya dan keunikanlingkungan yang sifatnya lokal.

Page 9: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

8

Bagaimana Strategi dan Adaptasi Perubahan Iklim?

Hadirin yang saya muliakan,

Mitigasi perubahan iklim adalah upaya yang dilakukan untukmengurangi emisi gas-gas rumah kaca dari sumbemya atau denganmeningkatkan kemampuan alam dalam menyerap emisi tersebut;sedangkan adaptasi perubahan iklim adalah upaya untuk mengatasidampak perubahan iklim baik yang bersifat reaktif maupun antisipatif.Istilah mitigasi dalam terminologi perubahan iklim sedikit berbedadengan istilah mitigasi dalam terminologi bencana. Mitigasi dalamterminologi bencana didetinisikan sebagai upaya yang dilakukanuntuk mengurangi risiko atau dampak akibat bencana alam maupunbencana akibat ulah manusia; dengan demikian istilah mitigasi dalambencana sudah masuk dalam mitigasi dan adaptasi dalam perubahaniklim. Mitigasi dan adaptasi dalam perubahan iklim semua ditujukanuntuk mengurangi dampak dan kerugian (risiko) akibat perubahaniklim (Sudibyakto, 2010).. .

Beberapa contoh dampak perubahan iklim terhadap kenaikanmuka air laut di Indonesia antara lain di wilayah pantai utara PulauJawa (Pantura). Berdasarkan skenario dan survei, akibat perubahaniklim, maka akan terjadi kenaikan muka air laut di pantai utara PulauJawa antara 6-10 mm per tahun. Ini berarti bahwa kota-kota di pesisirpantai utara Pulau Jawa seperti di kota Pekalongan dalam 100 tahunyang akan datang akan terjadi genangan air laut sampai sejauh 2,1 kmdari garis pantai, sementara kota Semarang akan tergenang sejauh 3,2km dari garis pantai (Subandono, 2009). Selanjutnya berdasarkan hasilanalisis terhadap dampak kenaikan muka air laut ini, maka diIndonesia perlu segera dilakukan analisis terhadap tingkat kerentananwilayah pesisir terhadap kemungkinan bahaya naiknya muka air lautsebagai dampak perubahan iklim. Analisis kerentanan umumnyamenggunakan variabel seperti kondisi geomorfologi, tingkat erosi/akresi pada garis pantai, kemiringan pantai, perubahan elevasi mukaair laut relatif, rata-rata tinggi gelombang dan rata-rata kisaran pasangsurut.

Dengan demikian, wilayah .pesisir yang rentan terhadapkenaikan muka air laut dapat diperkirakan tingkat risikonya. Analisisrisiko terhadap kenaikan muka air laut ini sangat penting, selain dapat

-.

Page 10: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

9

diketahui wilayah mana saja yang berisiko menerima dampak dankerugian akibat perubahan iklim dan kenaikan air laut, juga dapatdiketahui wilayah yang menjadi prioritas pelaksanaan programreneana aksi pengurangan risiko beneana. Sebagai eontoh analisisrisiko akibat kenaikan muka air laut di kota Semarang, dalam 20 tahunmendatang kenaikannya meneapai 16 em yang akan memberikandampak berupa kerusakan ruas jalan sepanjang 32, 152 km, rumahtergenang meneapai 3.522 rumah, sawah tergenang 64,3 hektar, dan2.149 hektar tambak terpengaruh air asin (Riset DKP, 2009 dalamSubandono, 2009).

Kajian lain tentang dampak perubahan iklim terhadaplingkungan kota Semarang juga dilaksanakan oleh Bappeda kotaSemarang, Badan Geologi Indonesia (2008) menyatakan bahwa telahterjadi penurunan permukaan tanah (amblesan) di kota Semarangakibat proses pemampatan tanah dan beban bangunan di atasnya sertapengambilan air tanah yang melebihi daya pasoknya. Tingkatamblesan tanah di kota Semarang telah meneapai angka 8-12 em pertahun, sementara data perubahan garis pantai akibat sedimentasi danabrasi bervariasi. Sebagai eontoh dampak perubahan garis pantaiuntuk kota Semarang, luas wilayah yang hilang sekitar 30.944 km2(8,033% dari luas wilayah 384.838 km2); sedangkan di KalurahanTambakharjo luas wilayah yang hilang meneapai 1.462 km2Perubahan garis pantai tersebut menggunakan skenario dari data tahun1972 hingga 2006 atau selama 34 tahun.

Pemetaan Wilayah Rawan Bencana

Para hadirinyang saya hormati,

Verstappen (1983) menyatakan bahwa seeara garis besarbeneana alam dapat dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkanfaktor penyebabnya, yaitu:'1. Bencana alam akibat proses eksogen, yang menyebabkan banjir,

kekeringan dan gerakan massa tanah/batuan, termasuk tanahlongsor;

2. Bencana alam akibat proses endogen, yang menyebabkan gempabumi, tsunami, dan letusan gunung api; dan

Page 11: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

10

3. Bencana alam akibat proses antropogenik, misalnya amblesantanah (land subsidence), bisa juga tanah longsor, dan bahkanledakan hama dan penyakit tumbuhan.

Penentuan daerah rawan bencana mempakan faktor pertama danutama dalam penanggulangan bencana. Sutikno (2007) mengajukantujuh pertanyaan kunci untuk menangani bencana sebagai berikut:

I) Di manakah suatu jenis bencana mungkin terjadi?2) Kapan suatu jenis bencana akan berlangsung?3) Bagaimanakah kejadian bencana akan berlangsung?4) Apakah peringatan dini dapat dilakukan?5) Bagaimanakah memitigasi suatujenis bencana?6) Tindakan apakah yang hams dilakukan apabila suatu Jems

bencana terjadi? .

7) Tindakan apakah yang hams dilakukan pascabencana?

Ketujuh pertanyaan tersebut bila dapat-dijawab dengan baik danbenar dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk penang-gulangan bencana secara optimal. Di sinilah peran Ilmu Geografidapat memberikan sumbangan pemikiran untuk menjawab beberapapertanyaan penting tersebut di atas dalam kaitannya denganmanajemen risiko bencana.

Saat ini telah terjadi pembahan paradigma dalam manajemenbencana di Indonesia, bahkan di beberapa negara Asia lainnya sepertiJepang, Cina, Korea, India, Sri Lanka, Thailand, dan bahkan lingkupmasyarakat kebencanaan di dunia, yaitu:

a) Dari tindakan yang responsifmenjadi preventif,b) Dari sektoral menjadi multisektor,c) Dari tanggung jawab pemerintah semata menjadi tanggung jawab

bersama,d) Dari sentralisasi menjadi desentralisasi, dane) Dari tanggap damrat menjadi pengurangan risiko bencana.

Triutomo (2006) dan Sudibyakto (2007) menyatakan sejarah. perkembangan kegiatan Pengurangan Risiko Bencana (disaster riskreduction) yang dimulai dari:

Page 12: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

11

1) Program International Decade for Natural Disaster Reduction(IDNDR) tahun 1990-2000 di mana Indonesia juga melakukanberbagai kegiatan seperti seminar, lokakarya, latihan gladi poskodan gladi lapangan serta pelatihan-pelatihan dan pendidikankebeneanaan;

2) World Conference on Natural Disaster Reduction, di Yokohamatahun 1994;

3) Program United Nations International Strategy for DisasterReduction (UN-ISDR), tahun 2000;

4) World Conference for Disaster Reduction (WCDR) di Kobe,tahun 2005 yang melahirkan Hyogo Frameworkfor Action (2005-2015); dan

5) Asian Conferencefor Disaster Reduction di Beijing tahun 2005,dan

6) Asian Conference on Disaster Risk Reduction through ClimateChange Adaptation, 2010 di Seoul, Korea.

Kemudian Pemerintah Indonesia melalui kerjasama antaraBappenas, Bakomas PBP (sekarang BNPB) dan UNDP tahun2005/2006 telah menyusun dan menerbitkan pula Buku Panduantentang Reneana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Beneana (RANPRB) dan disusul dengan Reneana Aksi Daerah Pengurangan RisikoBeneana (RAD PRB).

Analisis Risiko Multibencana

Hadirin ya,:g saya hormati,

Ahli geomorfologi Indonesia, Sutikno (1995) menyatakanbahwa seeara alami (posisi geografis) Indonesia terletak pada daerahyang mempunyai kerentanan tinggi terhadap berbagai beneana alam,baik oleh proses tektonik, vulkanik, eksogenik maupun dipereepatoleh antropogenik. Pertumbuhan penduduk yang eepat, pembangunandan tata ruang yang kurang memperhatikan kerawanan terhadapbeneana, memberikan peluang terhadap semakin meluas dan mening-katnya kerugian serta risiko akibat beneana alam di Indonesia.

Page 13: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

12

Risiko beneana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibatbeneana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapatberupa kematian, luka, sakit, jiwa teraneam, hilangnya rasa aman,mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatanmasyarakat. Pengurangan risiko beneana dan pemaduan penguranganrisiko beneana dengan program pembangunan adalah menjaditanggung jawab pemerintah, sehingga masyarakat dapat terlindung-dari dampak beneana, bahkan tanggung jawab pemerintah juga dalammenjamin pemenuhan kebutuhan sesuai dengan standar pelayananminimum (UU No. 24 Tahun 2008 tentang Penanggulangan Beneana).

Dalam berbagai studi literatur juga disebutkan bahwa risikobeneana merupakan fungsi dari kondisi bahaya atau aneaman(hazard), kerentanan (vulnerability), dan kapasitas masyarakat(community capacity). Jika analisis risiko dilakukanseeara kuantitatif,maka perlu dihitung berapa nilai (harga) dari elemen berisiko(elements at risk). Formulasi yang umumnya digunakan adalah: Risk=f {(Hazards*Vulnerability* Value)}/Capa9ity.

Memperhatikan formula tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwawilayah Indonesia mempunyai nilai bahaya atau aneaman (hazards)yang sangat tinggi, di samping itu juga tingkat kerentanan wilayahsemakin tinggi pula sebagai akibat meningkatnya jumlah penduduk(penduduk padat dan miskin), degradasi kualitas lingkungan,degradasi lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) akibat kebakaranhutan dan tidak terkendalinya "illegal loging ", wilayah pesisir yangmengalami intrusi air asin dan penurunan permukaan tanah (amblesan,land subsidence) dan sebagainya. Jika aneaman beneana sifatnyabanyak atau "multiple disaster" dan makin tinggi tingkatkerentanannya, maka nilai risiko beneananya juga semakin tinggi.Bagaimana upaya agar risiko dapat ditekan, yaitu denganmeningkatkan kapasitas masyarakat menghadapi beneana (capacity tocope disaster) dan sumberdaya manusia di tingkat pemerintahanterutama yang menangani aspek kebeneanaan.

Berbagai kegiatan dapat dilakukan dalam kerangka peningkatankapasitas antara lain: (a) pengenalan dan pemantauan risiko beneana;(b) pereneanaan partisipatif penanggulangan beneana; (c)pengembangan budaya sadar beneana; (d) peningkatan komitmenterhadap pelaku penanggulangan beneana; dan (e) penerapan mitigasi

Page 14: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

13

bencana. Dengan demikian, sudah waktunya pemerintab danpemerintab daerah, masyarakat, 1embaga riset dan pendidikan tinggibersama-sama me1akukan upaya pengurangan risiko bencana denganmengacu pada dokumen rencana aksi pengurangan risiko bencana(BNPB, 2008).

Penataan Ruang Berbasis Risiko Bencana

Hadirin yang saya hormati,

Program pengurangan risiko bencana merupakan upayaterintegrasi, terpadu dan komprehensif da1am rangka untukmengurangi ancaman dan kerentanan serta meningkatkan kemampuanmasyarakat da1am menghadapi bencana. Kerangka kerja penguranganrisiko bencana mempertimbangkan berbagai aspek, yaitu aspeklingkungan (ekosistem), ekonomi, politik, dan sosio-kultura1, sehinggadapat dicapai pembangunan yang berkelanjutan.

Sebenamya hingga saat ini konsep dan penerapan pembangunanberke1anjutan te1ah terancam sebagai akibat proses degradasilingkungan yang makin meningkat. Di kawasan beberapa DAS diPulau Jawa, Pulau Sumatera, dan Pulau Kalimantan telahmenunjukkan tingkat kekritisan DAS yang sangat serius (supercritical watershed) yang ditandai dengan indikator-indikator: (a)menurunnya daya dukung lingkungan sehingga ketersediaan air makinterbatas, (b) terjadinya kekeringan, (c) meningkatnya erosi dansedimentasi, (d) meningkatnya pencemaran udara, air, tanah dan hujanasam, (e) meningkatnya jumlab penduduk miskin, dan (f) frekuensidan intensitas bencana alam dan bencana akibat ulah manusia makin

meningkat (Sudibyakto, 2010).Selanjutnya dapat dilakukan pemetaan tingkat risiko bencana

(disaster risk mapping). Peta risiko bencana sangat penting untukmenentukan daerah prioritas yang harus dilakukan berbagai 1angkahmitigasi bencana. Peta risiko bencana umumnya dikaitkan denganpotensi kerugian (potential damages and losses). Mitigasi bencanadapat di1akukan seCal"astruktural maupun nonstruktural. Mitigasi yangstruktural meliputi kegiatan-kegiatan sepelii pembuatan dan penabansedimen, dan penahan erosi dan longsor lahan, pembuatan tanggul,

Page 15: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

14

dan sebagainya; sedangkan mitigasi nonstruktural dapat berupaberbagai peraturan daerah terkait dengan pengurangan risiko beneana,antara lain peraturan daerah tentang penataan ruang berbasis risikobeneana.

Kegagalan Pembangunan Berkelanjutan

Hadirin yang saya hormati,

Sutikno (1995) menyatakan bahwa untuk menjaga kelestarianlingkungan, tidak mungkin meniadakan beneana alam, yang dapatdilakukan adalah menyesuaikan dengan watak atau karakteristikbeneana alam itu sendiri. Pengetahuan tentang watak dari setiapproses penyebab beneana alam tersebut hams didukung oleh ilmupengetahuan, seperti geologi, geofisika, geomorfologi, geografi fisik,klimatologi, hidrologi, pedologi, kepesisiran dan kelautan sertakerekayasaan. Ilmu pengetahuan tersebut dapat memberikan informasimengenai daerah yang rawan terhadap beneana alam dan watak dariproses alami penyebab beneana.

Patut diperhatikan kembali peringatan dari Sutikno (1995)bahwa beneana alam mengakibatkan kerusakan lingkungan sehinggadaya dukung dan daya tampungnya mengalami penurunan. TimSurvei UGM dalam Tanggap Darurat Merapi dalam Sudibyakto(20II) menyatakan bahwa kejadian semakin meluasnya wilayahterkena dampak beneana dari letusan Gunung api Merapi tahun 20I0yang baru lalu merupakanbukti bahwa aneaman terhadap dayadukung lingkungan ekosistem Merapi menjadi menurun dan bahkanteraneam rusak. Menghilangnya sumber-sumber mata air di LerengMerapi dan aneaman banjir lahar dingin menjadi indikator bahwaekosistem paseabeneana mengalami kerusakan dan dapat dikatakanbahwa pembangunan berkelanjutan temyata tidak sepenuhnyaberhasil.

Perlu diingatkan bahwa apabila daerah tersebut dinilai sebagaidaerah yang sangat rawan terhadap berbagai beneana, maka menurutUU No. 24 Tahun 2007, Pemerintah dapat melarang untuk dihunipenduduk, hal ini semata untuk menyelamatkan penduduk darianeaman beneana. Kasus aneaman beneana lahar dingin Merapi yang

Page 16: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

15

pada tahun 20 I0/20 II ini sangat menganeam wilayah Muntilan,Sleman, Klaten dan bahkan sepanjang sungai Code di kotaYogyakarta dan Kali Putih dan Kali Pabelan di Muntilan perlu ditinjaukembali tataruangnya, di mana daerah yang rawan dan di mana daerahyang berisiko diterjang lahar dingin. Skenario akan terjadi aneamanbanjir lahar ding in harus dilakukan dalam rangka meminimalkanjumlah korban beneana.

Pimpinan sidang dan hadirin yang saya hormati,

Sebagai kesimpulan dari uraian yang telah saya baeakan tersebutdi atas, menunjukkan bahwa beberapa hal perlu diperhatikan sebagaiberikut:

1. Wilayah Indonesia mempunyai potensi kerawanan beneana yangsangat tinggi sebagai akibat perubahan kondisi lingkungan yangmengalami degradasi lingkungan, sehingga tingkat kerentanandan jenis ancaman bahaya (hazards) juga meningkat. Aneamanbeneana di Indonesia akibat perubahan iklim juga menimbulkanberbagai jenis beneana (multi disasters).

2. Perubahan Iklim di Indonesia sudah sangat serius kejadian dandampaknya, sehingga diperlukan pereepatan melakukan strategimitigasi dan adaptasi yang berbasis pada kapasitas masyarakatdan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengurangi dampak.

3. Telah terjadi perubahan paradigma dalam mengelola bencana darimanajemen beneana menuju manajemen risiko bencana yangdapat dilakukan dengan mengintegrasikan hasil analisis risikobeneana dan aspek mitigasi beneana dalam penataan ruang,terutama di daerah yang rawan beneana. .

4. Diperlukan peningkatan terapan ilmu-ilmu yang terkait dengankebeneanaan (disaster related sciences) yang dapat memberikankontribusi nyata bagi kajian lebih mendalam terkait denganperubahan iklim di Indonesia.

5. Perlu penguatan masyarakat dalam menghadapi beneana menujumasyarakat yang tangguh beneana (resilence community) dankelembagaan yang kuat di tingkat pemerintah, pemerintah daerah,dukungan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga risetdan pendidikan tinggi perlu segera diimplementasikan, sehingga

Page 17: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

16

kita semua, masyarakat terutama yang menempati wilayahberisiko bencana dapat hidup lebih aman, nyaman, produktif, danberkelanjutan.

Pimpinan sidang dan hadirinyang saya hormati,

Sebelum mengakhiri pidato ini sampai1ahsaya menghaturkanucapan tarima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya sayasampaikan kepada Menteri Pendidikan Nasional atas kepercayaankepada saya untuk memangku jabatan Guru Besar da1ambidang IlmuHidrologi pada Fakultas Geografi UGM. Ucapan terima kasih danpenghargaan yang tinggi juga saya sampaikan kepadaPimpinanUGM, Pimpinan dan anggota Maje1is Guru Besar, Pimpinan dananggota Senat Akademik, yang telah menyetujui pengusulan saya

.sebagai guru besar. Ucapan terima kasih dan permohonan maaf jugaingin saya sampaikan kepada Prof. Dr. Amien Rais selaku KetuaMajelis Wali Amanah (MWA) UGM, sekretaris dan anggota MWAUGM yang telah menyetujui surat pengunduran diri saya sebagaianggota MWA. .

Ucapan dan penghargaan serupa juga ingin saya sampaikankepada Dekan Fakultas Geografi UGM Prof. Dr. SuratmanWorosuprojo, M.Sc. dan Ketua Senat Fakultas Geografi UGM Prof.Dr. Totok Gunawan, M.S. terus-menerus mendorong saya untuksegera menjadi guru besar. Demikian pula atas bimbingan Prof. Dr.Sutikno terutama dalam bidang sains kebencanaan sejak sayamemangku jabatan Kepala PSBA UGM di tahun 1996 hingga 2001dan terus mendorong saya menjadi unsur Pengarah BNPB me1a1ui"fit and proper test" di Komisi VIII DPR. Tidak lupa pula bimbingandari Prof. Dr. Sudarmadji, M.Eng.Sc., terutama dalam prosespersetujuan di Komisi Senat Akademik UGM diucapkan banyakterima kasih, lebih khusus pada semua Guru Besar di FakultasGeografi UGM, para dosen dan tenaga nonkependidikannya diFakultas Geografi dan Sekolah Pascasarjana UGM.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kolegadiITC Belanda yaitu Dr. Cees van Westen, Drs. Robert P.G.A. Voskuil,Drs. Tom Loran, M.Sc., Prof. Dr. Paul van Dijk atas kerjasamanyadalam mengembangkan Program Double Degree (M.Sc.)"Geoinformation for Spatial Planning and Risk Management" sejak

Page 18: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

17

tahun 2004 melalui progranl "Capacity Building in Asia UsingInformation and Technology Application" (CASITA) bersama-samadengan delegasi negara-negara yang terlanda tsunami tahun 2006,yaitu Universitas Ruhuna, Sri Lanka, IlRS India, dan Chiang MayUniversity, Thailand. Proyek keljasama ini juga mendapatkandukungan dari ADPC (Asian Disaster Preparedness Center) Bangkok,dan United Nations University (UNU) dan dukungan dari Pusbin-diklatern Bappenas dan BPKLN Kemendiknas.

Ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada keduaorangtua yaitu Ayanhanda (aIm) H. Soedibyo dan lbunda (aIm) Ny.Setyowati atas asuhan beliau semenjak saya bayi hingga dewasa,demikian juga ayah dan ibu mertua kami (aIm.) Drs. Husein Ahmad.Segenap kakak dan adik dari keluarga Soedibyo maupun kakak-kakak.dan adik-adik dari keluarga lid dan Andung yang terjalin dalamFOSBAT (Forum Silaturahmi Bani Taufiq) untuk melanjutkanperjuangan "amar ma hif nahi munkar" yang merupakan pesan dariayahanda (aIm) Husein Ahmad di lingkungan PergerakanMuhammadiyah.

Last but /lot least, semangat untuk selalu maju dan berkarya,serta dorongan untuk lebih banyak beramal sholeh tidak hanya melaluikegiatan akademik semata, namun juga kegiatan-kegiatan sosialkeagamaan di lingkungan masjid dan masyarakat terasa sangatmendalam terutama dari istriku tercinta, Dra. Hj. Kiptiyah yang sangatkompak bersama-sama dengan ketiga anak kami yaitu Fahmi Adib,S.T. (Amix), Zaqi Fathis (Eki), dan Muhammad Alim (Aal) serta anakmantu Mutmaidah, S.E., S.Psi, dan cucu pertama tersayangMuhammad Rafif Azka Adib (Azka), terima kasih atas doa dankesabarannya serta pengorbanannya selama ini.

Akhirnya, dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbil'alamiin, saya akhiri pidato ini. Terima kasih atas kehadiran dankesabarannya dalam mengikuti pidato saya. Atas segala kekurangandan hal-hal yang kurang berkenan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamu 'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Yogyakarta, 22 Februari 2011

Page 19: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

18

DAFT AR PUST AKA

Adnan Sofyan, Sunarto, Sudibyakto, Latif Sahubawa. 2010. KajianErosi Marin Sebagai Penyebab Degradasi Kepesisiran KotaTernate. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 17, No.2, Juli2010, pp. 89-97.

Bank Dunia. 2010. Natural Hazards, UnNatural Disasters. TheEconomics of Effective Prevention. Washington D.C. .

BNPB. 2008. Implementasi Pengurangan Risiko Bencana diIndonesia 2007-2008. Jakarta.

IPPC. 2001. Managing the Risks of Extreem Events and Disasters toAdvance Climate Change Adaptation. Scoping Paper-IPCCSpecial Report.

ISDR. 2004. Living with Risk. International Strategy For DisasterRieduction, Yokohama, Japan.

KMNLH. 2007. Rencana Aksi Nasional dalamMenghadapiPerubahan Iklim. Jakarta.

McGregor. 2010. International Journal of Climatology. Vol. 30, Issue13, Journal on line: 25 Oct. 2010. Wiley On Line Library.

Subandono. 2009. Menyiasati Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir danPulau-pulau Kecil. Penerbit Buku Ilmiah Populer, Bogor.

Sudibyakto. 2007. Penyusunan Tata Ruang Berbasis MitigasiBencana. LPPM UGM dan PSBA UGM, Yogyakarta.

Sudibyakto. 2009.. Pengembangan Sistem PerencanaanPenanggulangan Bencana di Indonesia. Makalah dalam rangka"Fit and Proper Test" di depan Rapat Komisi VIII DewanPerwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) sebagai calonanggota Unsur Pengarah BNPB (Badan NasionalPenanggulangan Bencana) dari Masyarakat ProfesionalPeriode 2009-2014. Jakarta, 24 Februari 2009.

Sudibyakto. 2010. Perubahan Iklim: Konsep, Mitigasi dan Adaptasi.Naskah Pidato Jabatan Lektor Kepala. Fakultas Geografi UGM,Yogyakarta.

Sudibyakto. 2011. Evaluasi Manajemen Tanggap Darurat PascaLetusan Gunungapi Merapi 2010. Laporan Akhir TanggapDarurat Merapi. PSBA-LPPM UGM.

Page 20: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

19

Suprayoga, H. 2010. Perspektif Analisis Risiko Bencana dari ASPECPerencanaan Pembangunan. Paper disampaikan pada WorkshopPengembangan Analisis Risiko Bencana untuk PembangunanNasional. Jakmia, 25 Agustus 2010. Pe.QyelenggaraBNPB,Jakarta.

Sutikno. 1995. Bencana Alam dalam Kaitannya dengan PembangunanBerkelanjutan di Indonesia. Jurnal Manusia dan Lingkungan.Nomor 5, Tahun II,April 1995. PPLH UGM, Yogyakarta.

Triutomo. 2006. Pengurangan Risiko Bencana. Bakomas PBP,Jakarta.

Verstappen, H.Th. 1983. Applied Geomorphology, GeomorphologicalSurveysfor Environmental Development. Amsterdam: Elsevier.

Verstappen, H.Th., 1994. Climate Change and Geomorphology inSouth and South-East Asia. Colloqium on Climatic Change andGeomorphology in Tropical Environments. Brussel 6 May 1992.Royal Academy of Overseas Sciences, pp. 101-147.

Yoshino, M. 1991. Climate Change and Agriculture: Problems for theAsian Tropics. Paper presented at the International Conference"Toward a Sustainable Environment Future for Southeast AsianRegion ", Yogyakm1a,6-10 May, 1991.

Page 21: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

20

BIODATA GURU BESAR

Nama lengkap : Prof. Dr. H.A. Sudibyakto,M.S.

Tempat & Tg1.Lahir: Yogyakarta, 5 Agustus 1956

Status : Guru Besar/Golongan IVe

SK Guru Besar : Bidang IImu Hidrologi,terhitung tanggal 1 Juni2010.

Keluarga

lsteri Ora. Hj. Kiptiyah binti Husein Ahmad

Anak-anak :1. Fahmi Adib, S.T. (Sarjana Teknik Elektro, UGM)2. Zaqi Fathis (Mahasiswa Teknik Arsitektur, UGM)3. Muhammad Alim (Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

UGM)

Alamat rumah : J1. Tawes Raya No. 6A Perum MinomaJiani,Yogyakarta

HP 0811267726

E-mail [email protected]

Riwayat Pendidikan:

. Sekolah Dasar Negeri I IKIP, Yogyakarta, lulus 1969

. Sekolah PercobaanlSMP Negeri I IKIP, Yogyakarta, lulus 1972· Sekolah Menengah Atas Negeri I IKIP Yogyakarta, lulus 1975. Sarjana Muda (B.Sc.) Hidrologi, Fakultas Geografi UGM, 1978. Sarjana (S1) Hidrologi, Fakultas Geografi UGM, 1981. Magister Sains (M.S.), Jurusan Agroklimatologi, Pascasarjana IPB,

1983

. Doktor (Dr.), Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam danLingkungan, Pascasarjana IPB 1991

Page 22: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

Riwayat Pekerjaan:

. 1983- sekarang: Dosen Fakultas Geografi UGM

. 2001 - sekarang: Kepala Laboratorium Hidrometeorologi, Fakul-tas Geografi UGMKepala Pusat Studi Bencana (PSBA) UGMTim Pakar/ Ahli Manajemen Bencana padaBAKORNAS PB (Badan Koordinasi NasionalPenanggulangan Bencana)Ketua Pengelola Program S2/S3 Ilmu Ling-kungan, Pascasarjana UGM.

. 2004 - sekarang: Ketua Pengelola Program M.Sc. (DoubleDegree) "Geoi1~formation for Spatial Planningand Disaster Risk Management", FakultasGeografi UGM-Sekolah Pascasarjana-UGM-lIC Belanda.

Anggota Pengarah BNPB (Badan NasionalPenanggulangan Bencana), Jakarta.

. 1996- 2001

. 2001- 2004

. 2004 - 2008

. 2009 - 2014

21

Publikasi/Karya Ilmiah Terpilih:

. Sudibyakto. 2003. Anomali Iklim dan Mitigasi Kebakaran Hutandi Indonesia. Majalah Geograji Indonesia, Vol. 17, No.1, Maret2003, Hal. 71-80. ISSN: 0125-1790.

. Sudibyakto. 2003. Pemetaan Kondisi Kerusakan SumberdayaAlam di Kawasan Dataran Tinggi Dieng (Evaluasi Tata Ruangberdasarkan Kemampuan Lahan). Prosiding Seminar Nasional"Tata Ruang Berbasis Kemampuan Lahan dan Implikasinya padaEkonomi Lokal", hal. 102-114. UPN Veteran, Yogyakarta. ISBN:979-8919-20-7.

. Sudibyakto. 2004. Analysis of Rainfal1Type and Landslide RiskReduction in Indonesia. Proceeding of the Asian Workshop on:"Regional Capacity Enhancement for Landslide Mitigation(RECLAIM). ADPC, Thailand and NGI Norway, pp. 1-11.. Sudibyakto and M. Pramono Hadi. 2004. Institutionalization ofGeoinformation Sciences for Disaster Management CUITicula inPost Graduate Programme. Paper presented at "International FinalWorkshop on Sustainable CASITA (Capacity Building on Urban

Page 23: PENGEMBANGAN ANALISIS RISIKO MULTIBENCANA DALAM MENGANTISIP ASI PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

22

Disasters in Asia using IT & C Learning Tools). IIRS. 16-19March 2004. Dehra Dun, India.

Keanggotaan Profesi:

1. Anggota IGI (Ikatan GeografIndonesia)2. Anggota MAPIN (Masyarakat Penginderaan Jauh Indonesia)3. Anggota MKTI (Masyarakat Konservasi Tanah Indonesia)4. Anggota PERHIMPI (Perhimpunan Meteorologi' Pertanian

Indonesia)5. Ariggota Kehormatan ERA (Emergency Rescue Association),

PHNOLC, The Philipines.6. Anggota MPBI (Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia)7. Anggota GiNet (Geo-information Networking), lTC, The

Netherlands.

Tanda Penghargaan:

1. Satyalencana Karya Satya 10 Tahun dari Presiden RI MegawatiSoekamoputri, Tahun 2002.

2. Satyalencana Karya Satya 20 Tahun dari Presiden RI SoesiloBambang Yudhoyonp, Tahun 2007.

3. Tanda Penghargaan Pengabdian di Universitas Gadjah Madaselama 25 Tahun dari Rektor UGM, Tahun 2009.

Training dan Delegasi RI di bidang Disaster Management:

. Peserta ToT "Emergency Management Training", UNHCR. 2000.Jakarta.

. Alumni "Learning to Expect the UnexpectedDisaster Managementand Mitigation through Leadership", UNESCO-PHIVOLCS,Philippines. 2001

. Anggota Delegasi RI ke "Asian Conference on Disaster RiskReduction", Beijing. 2005

. Refresher Course at lTC, Enschede, The Netherlands bidang"Qeoinformation for Disaster Management", .2002, CASITA(7004), "Development ofGiNet" 2006.

. . Anggota Delegasi RI ke "Asian Conference on Disaster RiskReduction ", ADRC, Kobe, Japan. 2010.