Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

18
PENGELOLAAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA BOGOR DALAM MENGATASI KEMACETAN CRITICAL REVIEW TUGAS MATA KULIAH SARANA DAN PRASARANA WILAYAH INDIRA INTAN LATIEF 3208205001 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

description

salah satu tugas mata kuliah sarana prasarana wilayah pasca sarjana arsitektur ITS mengenai pengelolaan sara dan prasarana daerah

Transcript of Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

Page 1: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

PENGELOLAAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA BOGOR DALAM MENGATASI KEMACETANCRITICAL REVIEW TUGAS MATA KULIAH SARANA DAN PRASARANA WILAYAH

INDIRA INTAN LATIEF

3208205001

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Page 2: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

ABSTRAK Di dalam sebuah pemerintahan, setiap elemen aktifitas diatur pola

hubungannya, melalui kebijakan. Aktifitas ekonomi, pendidikan, kebudayaan, religi,

dan sosial masyarakat memiliki keterkaitan saling membutuhkan. Sebaran lokasi

aktifitas yang saling membutuhkan di dalam sebuah kota, menimbulkan pergerakan.

Transportasi merupakan usaha memindahkan, menggerakan, mengangkut

Kota Bogor, sebagai bagian dari konstelasi kota – kota penyangga Ibu Kota

Jakarta, mengalami permasalahan yang dialami oleh kota – kota penyangga lainnya,

yaitu kelebihan aktifitas dan kekurangan lahan. Dalam konteks pemukiman, hal ini

dapat menyebabkan kekumuhan dan kriminalitas. Dalam konteks transportasi, hal ini

dapat menyebabkan kemacetan. Kemacetan dapat mengganggu aktifitas sebuah

kota. Kemacetan mengindikasikan adanya ketidak sinkronan antara permasalahan di

dalam sebuah lingkup pemerintahan kota, dengan kebijakan yang dibuat dalam

bidang transportasi.

Pengelolaan sistem transportas Kota Bogor terkait dengan pembenahan di

setiap komponen yaitu sarana, prasarana dan sistem pengelolaannya

Disamping kendala yang dihadapi, potensi yang ada sebetulnya dapat

dijadikan bekal untuk menuju jalan keluar dari permasalahan kemacetan.

2 | P a g e

Page 3: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……………………………………………………………………………………………………..1DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………..2PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………31.1 LATAR BELAKANG MASALAH …………………………………………………………………….31.2 PERUMUSAN MASALAH …………………………………………………………………………….51.3 TUJUAN PEMBAHASAN …………………………………………………………………………….5ANALISA…………………….…………………………………………………………………………...61.4 POTENSI………………………………………………………………………………………………....61.4.1 POTENSI FISIK : KOTA BOGOR SEBAGAI PEMUKIMAN DAN DIMULAINYA

ERA INOVASI………………………………………………………..……………………………….61.4.2 POTENSI NON FISIK : SDM KOTA BOGOR………………………………………………..81.5 KENDALA…………………………………………………………………………………..…………….9 1.5.1 KENDALA DALAM PENYEDIAAN SARANA TRANSPORTASI…………………………..91.5.2 KENDALA DALAM PRASARANA TRANSPORTASI…………………………………….…111.5.3 KENDALA DALAM PENGELOLAAN TRANSPORTASI……………………………………12USULAN KEBIJAKAN……………………………..………………………………………………131.6 USULAN KEBIJAKAN TEKNIS…………………………………………………………………...131.6.1 DALAM PENYEDIAAN SARANA TRANSPORTASI………………………..………………131.6.2 DALAM PENYEDIAAN PRASARANA TRANSPORTASI………………………………….141.6.3 DALAM PENGELOLAAN TRANSPORTASI………………………………………………….151.7 USULAN KEBIJAKAN NON TEKNIS……………………………………………………………161.7.1 SOSIALISASI DAN PEMBUDAYAAN………………………………………………………...17

3 | P a g e

Page 4: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

1 PENDAHULUAN

1.8 LATAR BELAKANG MASALAH

Pembangunan di Indonesia secara fisik mengalami kemajuan dalam beberapa

dekade ini. Sebagai Ibukota Negara dan sebagai pusat perekonomian negara,

kota metropolis DKI Jakarta mengalami pembangunan yang paling pesat

dibanding wilayah lain di Indonesia.

Pesatnya pembangunan di Jakarta merupakan daya tarik tersendiri dan hal

tersebut berpengaruh bagi berbagai wilayah di Indonesia, terutama wilayah-

wilayah di sekitarnya. Tingginya aktifitas ekonomi berbagai sektor yang

berlangsung di Jakarta, menuntut pemenuhan kebutuhan akan tenaga kerja di

sektor-sektor tersebut. Hal ini tidak selalu dapat dipenuhi oleh sumber daya

manusia yang berada di Jakarta saja. Tenaga kerja dari wilayah sekitar Jakarta,

berbagai penjuru nusantara, maupun dari luar Indonesia, datang untuk menjadi

pekerja di Jakarta.

Luas lahan yang tersedia tidak sebanding dengan tingginya aktifitas ekonomi

di Jakarta, sehingga tidak tersedia cukup ruang bagi para pekerja tersebut untuk

tinggal disana. Kalaupun tersedia harganya tinggi.

Wilayah di sekitar Jakarta memiliki kepadatan dan harga yang relatif lebih

rendah, sehingga dipilih sebagai tempat bermukim oleh sebagian pekerja yang

bekerja di Jakarta. Hal ini menimbulkan fenomena komuter atau penglaju,

dimana seorang penglaju yang tinggal di luar Jakarta, setiap harinya menempuh

perjalanan antar kota menuju Jakarta, untuk pergi bekerja. Fenomena Penglaju

menambah beban transportasi, baik transportasi antar kota sekitar Jakarta

-sebagai kota-kota penyangga- dengan kota Jakarta, maupun beban transportasi

di dalam kota – kota penyangganya itu sendiri.

Kota Jakarta disangga oleh beberapa kota disekitarnya, seperti Bogor,

Depok, Tangerang, dan Bekasi, atau biasa disingkat Bodetabek. Dalam konteks

kota penyangga, selain menimbulkan beban transportasi antar dan intern kota,

pesatnya pembangunan di Jakarta pun meningkatkan intensitas perubahan tata

guna lahan sebuah kota penyangga. Kedekatan hubungan geografis wilayah

4 | P a g e

Page 5: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

Gambar 1. Peta Struktur dan Pola Ruang

Sumber : Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur

Bodetabek dengan Jakarta dan gaya hidup para penglaju yang pada saat

bekerja di Jakarta terbiasa menikmati keragaman pilihan barang konsumsi,

menuntut pembangunan di wilayah Bodetabek untuk beradaptasi dengan kota

Jakarta. Adaptasi ini menambah intensitas perubahan tata guna lahan di

wilayah Bodetabek. Termasuk di Kota Bogor.

JAKARTA KAB BEKASI

TANGERANG KOTA BEKASI

KOTA DEPOK

KAB BOGOR

KOTA BOGOR

KAB CIANJUR

Transportasi merupakan turunan dari kombinasi tata guna lahan yang

saling membutuhkan yang kemudian membentuk suatu pergerakan dari guna

lahan satu ke guna lahan yang lain. Peningkatan intensitas perubahan tata

guna lahan menambah beban transportasi di sebuah kota. Beban transportasi,

bila tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana yang memadai, akan

menimbulkan permasalahan. Salah satu bentuk permasalahan tersebut adalah

kemacetan.

Sistem transportasi meliputi komponen sarana angkutan; prasarana simpul

terminal, stasiun, dan perhentian; juga sistem pengoperasian sarana dan

5 | P a g e

Page 6: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

prasarana transportasi ( Miro, 1997 ). Kajian ini akan menyorot pengelolaan

sarana dan prasarana dari sistem transportasi dalam kontribusinya terhadap

kemacetan di Kota Bogor.

1.9 PERUMUSAN MASALAH

Penyelesaian masalah kemacetan di Kota Bogor, tidak akan dapat berjalan

dengan lancar tanpa pembenahan yang komprehensif dan menyelesaikan

setiap permasalahan pada masing-masing komponen dari sistem transportasi

kota, yaitu pada permasalahan sarana nya, permasalahan prasarananya,

terlebih lagi pada permasalahan sistem pengoperasiannya.

1.10 TUJUAN PEMBAHASAN

Tujuan kajian ini adalah untuk menemukan garis besar usulan kebijakan

bagi pembenahan sistem transportasi di dalam kota, sehingga dapat berfungsi

sebagai mana mestinya, mengurangi kemacetan, dan mendukung jalannya

aktifitas warga kota Bogor secara optimal.

6 | P a g e

Page 7: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

Gambar 2. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor tahun 1999-2009

Sumber : Bapeda Kota Bogor

ANALISA

1.11 POTENSI

1.11.1 POTENSI FISIK : KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA PEMUKIMAN DAN

DIMULAINYA ERA INOVASI

Kota Bogor adalah salah satu kota besar yang berada dibawah wilayah

administratif Propinsi Jawa Barat dan hanya berjarak lebih kurang 50 Km dari

pusat pemerintahan Indonesia, Jakarta. Kota dengan luas 11.850 Ha ini pada

tahun 2005 dihuni 855.085 jiwa (BPS,2006) dan tersebar di enam kecamatan

dengan 68 kelurahan.

Berdasarkan Perda No 1 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Tahun 1999-2009, Fungsi Kota Bogor adalah :

1. Sebagai Kota Perdagangan

7 | P a g e

Page 8: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

Gambar 3. Penggunaan Lahan di Kota Bogor Tahun 2005

Sumber : Bapeda Kota Bogor

2. Sebagai Kota Industri

3. Sebagai Kota Permukiman

4. Wisata Ilmiah

Secara administratif, Kota Bogor dikelilingi oleh Kabupaten Bogor dan

sekaligus menjadi pusat pertumbuhan Bogor Raya. Kota Bogor dikelilingi oleh

bentangan pegunungan, mulai dari Gunung/Pegunungan Pancar, Megamendung,

Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Salak dan Gunung Halimun yang

mengapitnya menyerupai huruf U. Kondisi demikian menjadikan Kota Bogor

bersuhu relatif lebih nyaman dibanding kota penyangga lainnya, untuk dijadikan

tempat bermukim.

Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor tahun 1999-2009 dan data

Penggunaan Lahan yang dihimpun Bapeda Kota Bogor untuk tahun 2000-2005,

Kota Bogor didominasi fungsi hunian, dan pemukiman beserta fasilitasnya.

Sehingga sah saja bila dalam konteks Regional, Kota Bogor merupakan kota yang

diarahkan untuk menampung 1,5 juta jiwa pada tahun 2010, dalam rangka

mengurangi tekanan kependudukan di Jabodetabek.

8 | P a g e

Page 9: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

Gambar 4. IPM Kota-kota di Jawa Barat

Sumber : Olahan data BPS Jawa Barat

Sebagai kota yang berpotensi untuk menampung sekian banyak hunian,

sudah seharusnya kota Bogor memiliki kebijakan ke arah persiapan infrastruktur

penunjang. Karena setiap guna lahan, terutama hunian, memiliki keterkaitan dan

kebutuhan dengan guna lahan yang lain, dimana setiap pelakunya bergerak

menggunakan sarana angkutan dan prasarana jalan, kondisi sarana dan

prasarana tidak dapat seadanya saja, atau memenuhi kebutuhan sesaat saja.

Baik sarana maupun prasarana kota, harus sesegera mungkin direncanakan dan

disesuaikan dengan prediksi ke depan, sehingga tidak menimbulkan

permasalahan di kemudian hari dan penyelesaiannya kelak memakan biaya lebih

besar dibandingkan dengan saat ini.

Kepemilikan Pemerintah akan aset tanah dapat ditukar gulingkan dengan

tanah yang bernilai tinggi, seperti kasus pembangunan Rumah Susun sederhana

Sewa di Menteng Asri ( pusat Kota ) yang tanahnya merupakan hasil tukar Guling

Pemerintah Kota, dapat dijadikan contoh penyelesaian permasalahan kesulitan

lahan guna peningkatan mutu pelayanan prasarana publik.

Telah dimulainya Era E- Government dan pelelangan melalui E-Procruitment

dapat dijadikan ajang peningkatan mutu pelayanan publik.

1.11.2 POTENSI NON FISIK : SDM KOTA BOGOR

• Dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kota Bogor sebesar 74,94

poin, atau 1,34 poin di atas rata-rata kota di Jawa Barat, Kota Bogor

memiliki potensi Sumber Daya Manusia.

9 | P a g e

Page 10: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

Gambar 5. Persentase Kendaraan di Kota Bogor

Sumber : Olahan data BPS Kota Bogor

• Keberadaan pusat-pusat penelitian seperti LIPI - Kebun Raya, Balitnak,

Balitvet, Balitpadi, Balitro, Herbarium, CIFOR, dan jejak sejarah

Museum Zoologi, Museum PETA, Museum Perjuangan, Situs Batu Tulis,

Makam Raden Saleh, membentuk iklim pendidikan yang kental dan

erat dengan nilai sejarah di dalam jati diri masyarakat Bogor.

• Potensi SDM di Kota Bogor, didukung oleh kedekatan secara geografis

dengan Jakarta membawa dampak positif, terutama karena

keberadaan penglaju yang menggiring peningkatan selera pasar dan

pandangan akan sesuatu hal, dari Jakarta, untuk -secara disadari

maupun tidak- diadaptasi di Kota Bogor. Sehingga, sebuah perubahan,

bila mulai distimulan di Jakarta, tidak akan terlalu sulit diterima, bila

pada akhirnya diterapkan di Kota Bogor.

• Pemerintah Kota Bogor memprioritaskan masalah transportasi dalam

program empat prioritas kinerja pemerintah

Kondisi ini sesungguhnya kondusif bagi inkubasi inovasi dan peningkatan

kualitas perilaku masyarakat, termasuk dalam bidang transportasi publik. Bila

kemajuan diperkenalkan dengan terus menerus dan dengan strategi yang tepat

maka akan dihasilkan peningkatan kualitas perilaku masyarakat yang signifikan

dari waktu ke waktu.

1.12 KENDALA

1.12.1 KENDALA DALAM PENYEDIAAN SARANA TRANSPORTASI PUBLIK

10 | P a g e

Page 11: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

Gambar 6. Kondisi tundaan lalu lintas oleh MPU yang berhenti

untuk mencari penumpang di muka Pasar Baru Bogor

Sumber : www.bogordailyphoto.blogspot.com

Dalam kurun waktu tahun 2002 sampai dengan 2005 rata-rata pertumbuhan

kendaraan di Kota Bogor adalah sebesar 32%. Moda / kendaraan yang terdaftar

di Kota Bogor pada tahun 2005 berjumlah 120.635 kendaraan. Kendaraan pribadi

sebanyak 111.013 unit (92,02%) dan Mobil Penumpang Umum ( MPU ) sebanyak

9.622 unit (7,98%) ( Data Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Bogor ).

Meskipun jumlah Mobil Penumpang Umum hanya 8% dari keseluruhan jumlah

kendaraan di Kota Bogor, tetapi keberadaan nya sangat mempengaruhi, bahkan

mendominasi kelancaran lalu lintas.

Kendala yang dihadapi dalam penyediaan sarana transportasi publik di Kota

Bogor diantaranya :

• Ketidak disiplinan pengemudi dan penumpang dalam menghentikan

MPU,

• Longgarnya pengawasan aparat DLLAJ dan POLANTAS sehingga

mudah bagi pengemudi untuk melanggar aturan, baik dalam menindak

pelanggaran oleh pengemudi, maupun mencegah penumpang

melanggar aturan,

• Penumpukan angkutan umum di Jam bukan Puncak akibat dari sisa

supply jam puncak ( oversupply ),

11 | P a g e

Page 12: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

Gambar 7. Kondisi Jalan di Muka Stasiun bogor

Sumber : dokumentasi pribadi

• Tidak ada batasan yang jelas antara wilayah pelayanan angkutan

umum milik kota dan kabupaten sehingga angkutan tersebut tumpang

tindih dalam satu area dan memadati jalur yang dilalui.

1.12.2 KENDALA DALAM PRASARANA TRANSPORTASI

• Seperti dikemukakan di atas, pada tahun 2006 jumlah penduduk Kota

Bogor 855.085 jiwa. Proyeksi penduduk pada tahun 2015 adalah

sebanyak 1,5 juta orang. Peningkatan sebanyak 8,38% tersebut,

berdampak pada keragaman aktifitas di masa depan. Peningkatan

keragaman aktifitas tersebut berpotensi untuk menimbulkan bangkitan

dan beban transportasi di masa depan yang lebih dari saat ini. Bila

peningkatan jumlah penduduk tersebut tidak diikuti peningkatan

prasarana transportasi -seperti panjang dan lebar jalan, jumlah lajur

jalan, luasan maupun jumlah halte, stasiun dan terminal- yang

sebanding, maka akan terjadi kemacetan dengan intensitas yang lebih

buruk lagi.

• Keterbatasan anggaran pun menjadi kendala dalam penambahan luas

ruas jalan dan prasarana stasiun, terminal, juga halte.

• Lokasi Terminal dan Stasiun di tengah kota merupakan konsep yang

baik tetapi tidak dibarengi luasan yang memadai sebagai simpul

12 | P a g e

Page 13: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

Gambar 8. Terminal Laladon milik Kabupaten Bogor ( Kiri ) dan Terminal

Bubulak ( Kanan ) hanya berjarak 800 m, menyalahi ketentuang yang menyatakan jarak minimal sejauh 3 km

Sumber : dokumentasi pribadi

pergantian moda yang akibatnya pergantian moda berlangsung diluar

area terminal atau stasiun dan menyebabkan kemacetan.

1.12.3 KENDALA DALAM PENGELOLAAN SISTEM TRANSPORTASI• Pemerintah Kota sebagai regulator saja sudah cukup. Pengelolaan

sistem transportasi yang masih bertumpu pada birokrasi menjadi

hambatan dalam hal inovasi, pengawasan kinerja, dan kendali mutu;

• Tingginya harga lahan di sekitar terminal dan stasiun dan bukan

merupakan aset Pemerintah Kota sehingga perluasan terminal dan

Stasiun terkendala masalah dana;

• Terpisahnya kewenangan pengendalian lalu lintas dan perencanaan

transportasi di tiga instansi, yaitu di Polantas, DLLAJ dan Dinas Bina

Marga;

• Kurangnya koordinasi antar wilayah, baik secara hirarkis vertikal dari

pusat, propinsi ke daerah, maupun secara horisontal antar Kota dan

Kabupaten yang bersebelahan. Salah satu akibatnya,

13 | P a g e

Page 14: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

USULAN KEBIJAKAN

1.13 USULAN KEBIJAKAN TEKNIS

1.13.1 DALAM PENYEDIAAN SARANA TRANSPORTASI

No Kendala Potensi Usulan Kebijakan

2 Longgarnya pengawasan aparat DLLAJ dan POLANTAS sehingga mudah bagi pengemudi untuk melanggar aturan, baik dalam menindak pelanggaran oleh pengemudi, maupun mencegah penumpang melanggar aturan

3 Penumpukan angkutan umum di Jam bukan Puncak akibat dari sisa supply jam puncak ( oversupply ),

• Dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kota Bogor sebesar 74,94 poin, atau 1,34 poin di atas rata-rata kota di Jawa Barat, Kota Bogor memiliki potensi Sumber Daya Manusia.

• Potensi SDM di Kota Bogor dan dampak kedekatan dekat Jakarta: sebuah perubahan, bila mulai distimulan di Jakarta, tidak akan terlalu sulit diterima, bila pada akhirnya diterapkan di Kota Bogor.

Perketatan pengawasan, penambahan personil, perbaikan tata sikap aparat DLLAJ dan POLANTAS sehingga menimbulkan efek sedang diawasi, dimana disiplin akan tetap dilaksanakan bahkan pada saat tidak ada petugas sekalipun.

4 Tidak ada batasan yang jelas antara wilayah pelayanan angkutan umum milik kota dan kabupaten sehingga angkutan tersebut tumpang tindih dalam satu area dan memadati jalur yang dilalui.

• Pembagian jam beroperasi. Jumlah trayek yang beroperasi pada jam puncak diandai dan ditentukan, begitupun dengan jam bukan puncak.

• Pembatasan perpanjangan ijin trayek, menyesuaikan pembagian jam operasi

• Mempererat hubungan dan Kerjasama dengan Kabupaten

14 | P a g e

Page 15: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

• Merencanakan, Membuat dan mengawasi penerapan nota kesepakatan atas batas wilayah pelayanan MPU kota dan Kabupaten

1.13.2 DALAM PENYEDIAAN PRASARANA TRANSPORTASI

No Kendala Potensi Usulan Kebijakan

1 Peningkatan penduduk sebanyak 8,38% tidak diikuti penambahan panjang dan lebar jalan, jumlah lajur jalan, luasan maupun jumlah halte, stasiun dan terminal- sehingga akan terjadi kemacetan dengan intensitas yang lebih buruk lagi.

Potensi SDM di Kota Bogor dan dampak kedekatan dekat Jakarta: sebuah perubahan, bila mulai distimulan di Jakarta, tidak akan terlalu sulit diterima, bila pada akhirnya diterapkan di Kota Bogor.

• Perencanaan Jangkan Pendek, Menengah dan Panjang Jaringan dan Sistem Transportasi Kota Bogor

• Sosialisasi dan pelaksanaan Pembebasan lahan

2 Keterbatasan anggaran sebagai kendala dalam penambahan luas ruas jalan dan prasarana stasiun, terminal, juga halte.

3 Lokasi Terminal dan Stasiun di luasnya tidak memadai pergantian moda berlangsung diluar area kemacetan.

Pemerintah Kota Bogor memprioritaskan masalah transportasi dalam program empat prioritas kinerja pemerintah

• Peningkatan Penerimaan Asli Daerah melalui penerimaan bukan pajak, pengendalian korupsi

• Efisiensi jalur, penambahan luas simpul

• Inklusi pergantian moda di dalam simpul

1.13.3 DALAM PENGELOLAAN TRANSPORTASI

15 | P a g e

Page 16: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

No Kendala Potensi Usulan Kebijakan

1 Pengelolaan sistem transportasi yang masih bertumpu pada birokrasi menjadi hambatan dalam hal inovasi, pengawasan kinerja, dan kendali mutu;

Inovasi Era E-government dan telah dimulainya E-Procruitment

Pemerintah Kota sebagai regulator. Swasta disewa untuk dijadikan pengelola

2 Tingginya harga lahan di sekitar terminal dan stasiun dan bukan merupakan aset Pemerintah Kota sehingga perluasan terminal dan Stasiun terkendala masalah dana;

Tersedia lahan aset pemerintah yang dapat di tukar gulingkan dengan tanah di sekitar terminal atau stasiun

Tukar Guling Aset Pemerintah dengan tanah di sekitar terminal, rencana jalan, atau stasiun bila pembebasan terkendala masalah pendanaan

3 Terpisahnya kewenangan pengendalian lalu lintas dan perencanaan transportasi di tiga instansi, yaitu di Polantas, DLLAJ dan Dinas Bina Marga;

Meskipun terpisah, tetapi dapat dipersatukan melalui pembentukan tim koordinasi, untuk memperkuatnya dapat dibuatkan dasar hukum yang secara hirarkis diturunkan dari pertauran yang lebih tinggi di tingkat pusat

4 Koordinasi antar wilayah, baik secara hirarkis vertikal dari pusat, propinsi ke daerah, maupun secara horisontal antar Kota dan Kabupaten yang bersebelahan

Merencanakan, Membuat dan mengawasi penerapan nota kesepakatan baik secara vertikal maupun horisontal

1.14 NON TEKNIS

1.14.1 SOSIALISASI DAN PEMBUDAYAAN

No Kendala Potensi Usulan Kebijakan

16 | P a g e

Page 17: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

1 Ketidak disiplinan pengemudi dan penumpang dalam menghentikan MPU

• Dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kota Bogor sebesar 74,94 poin, atau 1,34 poin di atas rata-rata kota di Jawa Barat, Kota Bogor memiliki potensi Sumber Daya Manusia.

• Potensi SDM di Kota Bogor dan dampak kedekatan dekat Jakarta: sebuah perubahan, bila mulai distimulan di Jakarta, tidak akan terlalu sulit diterima, bila pada akhirnya diterapkan di Kota Bogor.

• Pendisiplinan melalui sosialisasi sanksi dan penghargaan / reward & punishment secara bertahap

• Pembiasaan dan pembudayaan disiplin

• Sosialisasi melalui media yang menarik

Daftar Pustaka

Peta Struktur dan Pola Ruang, Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur, Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional.

17 | P a g e

Page 18: Pengelolan Sistem Transportasi Kota Bogor

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor tahun 1999-2009, Bapeda Kota Bogor.

Penggunaan Lahan di Kota Bogor Tahun 2005, Bapeda Kota Bogor

IPM Jawa Barat, BPS Jawa Barat 2003-2005

Persentase Kendaraan di Kota Bogor, BPS Kota Bogor Tahun 2006.

RPJPD Kota Bogor tahun 2005-2025, Bapeda Kota Bogor

Bogor Dalam Angka, Bapeda Kota Bogor Tahun 2006

www.kotabogor.go.id

www.jabar.bps.go.id

Perencanaan Transportasi, Fidel Miro SE., MSTr.,

18 | P a g e