PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

17
1 PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN PROPINSI DKI JAKARTA (STUDI: TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH BANTARGEBANG) Gita Ayu Brahmanti dan Mohammad Riduansyah Program Sarjana Ekstensi, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Email : [email protected] Abstrak Pengelolaan sampah merupakan salah satu masalah yang pelik untuk diselesaikan pemerintah. Salah satu tempat pengelolaan sampah yang cukup mendapatkan perhatian adalah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang yang dimiliki oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Fungsi dari adanya tempat pengelolaan sampah terpadu tersebut untuk menampung serta mendaur ulang sampah-sampah warga DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengelolaan sampah DKI Jakarta oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST Bantargebang). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di Bantargebang masih belum terlaksana dengan baik dilihat dari mekanisme pengelolaan, fasilitas pengelolaan dan dampak lingkungan serta sosial. Kata Kunci: Pengelolaan Sampah, Pengelolaan, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang Abstract Waste management is one of the complicated issues the government needs to deal with. One of the waste management facilities which sufficiently received concern is Integrated Waste Treatment Facility at Bantargebang. The function of the facility is to accommodate and reduce the waste of DKI Jakarta’s residents. This study’s purpose is to analyze the waste management in Integrated Waste Treatment Facility at Bantargebang. This study’s approach is qualitative with method of depth interview and document study. The result of this study showed that waste management in Bantargebang did not fully well materialize, it shows from how the mechanism of waste management, the waste management facility, and the environmental and social impact to the people around the facility. Keyword: Management, Waste Management, Integrated Waste Management Facility, Bantargebang Pendahuluan Seiring dengan berjalannya kebijakan otonomi daerah, aparat birokrasi pemerintahan di daerah, baik di kabupaten maupun kota, dapat mengelola dan menyelenggarakan pelayanan publik yang lebih peduli dengan kebutuhan masyarakat daerahnya. Otonomi daerah bermakna kemauan masyarakat lokal untuk memecahkan masalah masyarakat setempat demi mencapai kesejahteraan, terutama yang terkait dengan berbagai layanan. Salah satu layanan yang cukup mendapat perhatian adalah layanan dalam pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Transcript of PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

Page 1: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

1

PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN PROPINSI DKI JAKARTA (STUDI: TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH

BANTARGEBANG)

Gita Ayu Brahmanti dan Mohammad Riduansyah

Program Sarjana Ekstensi, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

Email : [email protected]

Abstrak

Pengelolaan sampah merupakan salah satu masalah yang pelik untuk diselesaikan pemerintah. Salah satu tempat pengelolaan sampah yang cukup mendapatkan perhatian adalah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang yang dimiliki oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Fungsi dari adanya tempat pengelolaan sampah terpadu tersebut untuk menampung serta mendaur ulang sampah-sampah warga DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengelolaan sampah DKI Jakarta oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST Bantargebang). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di Bantargebang masih belum terlaksana dengan baik dilihat dari mekanisme pengelolaan, fasilitas pengelolaan dan dampak lingkungan serta sosial.

Kata Kunci: Pengelolaan Sampah, Pengelolaan, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang

Abstract

Waste management is one of the complicated issues the government needs to deal with. One of the waste management facilities which sufficiently received concern is Integrated Waste Treatment Facility at Bantargebang. The function of the facility is to accommodate and reduce the waste of DKI Jakarta’s residents. This study’s purpose is to analyze the waste management in Integrated Waste Treatment Facility at Bantargebang. This study’s approach is qualitative with method of depth interview and document study. The result of this study showed that waste management in Bantargebang did not fully well materialize, it shows from how the mechanism of waste management, the waste management facility, and the environmental and social impact to the people around the facility.

Keyword: Management, Waste Management, Integrated Waste Management Facility, Bantargebang

Pendahuluan

Seiring dengan berjalannya kebijakan otonomi daerah, aparat birokrasi

pemerintahan di daerah, baik di kabupaten maupun kota, dapat mengelola dan

menyelenggarakan pelayanan publik yang lebih peduli dengan kebutuhan masyarakat

daerahnya. Otonomi daerah bermakna kemauan masyarakat lokal untuk memecahkan

masalah masyarakat setempat demi mencapai kesejahteraan, terutama yang terkait dengan

berbagai layanan. Salah satu layanan yang cukup mendapat perhatian adalah layanan dalam

pengelolaan sampah.

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 2: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

2

Dalam undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, bahwa

sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau

semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai

yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Berbagai macam bentuk

atau wujud sampah jika tidak di kelola dengan baik akan menyebabkan dampak negatif pada

lingkungan dan kehidupan masyarakat. Sampah-sampah padat yang bertumpuk tidak akan

terurai dalam waktu cepat dan ini berdampak pada pencemaran tanah. Tidak hanya

pencemaran tanah, namun berdampak juga untuk kesehatan, lingkungan dan sosial-ekonomi

daerahnya. Sampah-sampah yang tidak di kelola dengan baik dan lokasinya pun tidak jelas

atau tidak ada merupakan tempat yang cocok bagi binatang seperti lalat dan anjing yang

dapat menularkan penyakit. Potensi terkena penyakit seperti diare, penyakit kulit dan

semacamnya sangatlah kuat.

Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 mengenai

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis bahwa pengelolaan sampah adalah kegiatan

yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan

penanganan sampah. Dalam peraturan ini juga dijelaskan mengenai Tempat Pengelolaan

Sampah Terpadu (selanjutnya disingkat TPST) adalah tempat dilaksanakannya kegiatan

pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan

akhir.

Salah satu tempat pengelolaan sampah yang cukup mendapatkan perhatian adalah

TPST Bantargebang yang dimiliki oleh Pemerintah DKI Jakarta.Dalam menyelenggarakan

pengelolaan sampah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Pemerintah Kota

Bekasi untuk pembelian lahan di Bantargebang sebagai Tempat Pembuangan Sampah

Terpadu. Tempat pengolahan sampah ini sengaja dipilih di luar DKI Jakarta dikarenakan

lokasi di DKI Jakarta yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk dibangun TPST sebesar

Bantargebang (Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2016).

Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola hidup masyarakat, kecepatan

teknologi dalam menyediakan barang secara melimpah ternyata telah menimbulkan masalah-

masalah baru yang sangat serius yaitu adanya barang yang sudah terpakai dan sudah tidak

digunakan lagi oleh masyarakat yang mengakibatkan timbulnya sampah

(www.kompasiana.com). Sebagaimana diketahui jumlah penduduk DKI Jakarta terus

mengalami peningkatan setiap tahunnya, baik dikarenakan pertumbuhan alami maupun

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 3: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

3

karena faktor imigrasi. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk dari Hasil Sensus Penduduk

2010, jumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun 2013 sebesar 9,97 juta jiwa. Tahun 2014

penduduk DKI Jakarta meningkat menjadi 10,08 juta (meningkat hampir 105 ribu jiwa

setahun) atau dapat dikatakan pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta setiap jamnya

bertambah 12 orang (Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta). Padatnya penduduk DKI

Jakarta menyebabkan meningkatnya juga volume sampah di DKI Jakarta setiap

tahunnya.Berdasarkan hasil kajian WJEMP DKI 3-11 tahun 2005 komposisi sampah rata-rata

Jakarta terdiri dari 55.37% sampah organik dan 44.63% sampah nonorganik (Dinas

Kebersihan DKI Jakarta).

Gambar 1

Data Statistik Volume Sampah DKI Jakarta

Sumber: Dinas Kebersihan DKI Jakarta

Volume sampah di DKI Jakarta sangat tinggi, mengingat DKI Jakarta merupakan

ibukota dari Negara Indonesia.Daerah Khusus Istimewa Jakarta menghasilkan 7.000 ton

sampah per harinya dan jumlah ini bertambah setiap tahunnya. Volume sampah di Jakarta ini

merupakan salah satu yang terbesar dari kota-kota besar Eropa yang hanya menghasilkan

1.500-2.000 ton sampah per harinya (http://www.beritasatu.com). Bertambahnya volume

sampah tersebut juga tidak diiringi dengan sistem pengelolaan sampah yang baik. Sistem

pengelolaan sampah yang dianut oleh Pemerintah DKI juga masih menggunakan sistem lama

yaitu pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah. Ujung dari sistem ini melalui

pembuangan ke TPST atau tempat pembuangan akhir (TPA) Bantargebang, Bekasi.

Dalam pengelolaan sampah ini, DKI Jakarta bekerja sama dengan pihak swasta yaitu

PT. Godang Tua Jaya (GTJ) dan PT. Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI) dalam

mengolah sampah-sampah yang di TPST Bantargebang. Namun dalam berlangsungnya

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 4: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

4

kerjasama tersebut banyak ditemukan masalah-masalah dan pada akhirnya tahun 2016

pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memutuskan kontraknya dengan PT Godang Tua Jaya.

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama beralasan bahwa perusahaan tersebut tidak

dapat diandalkan lagi dalam pengelolaan sampah di Bantar Gebang. Pada akhirnya,

pemerintah DKI Jakarta mengambil alih semua yang di kerjakan PT Godang Tua Jaya dan

memutus kontrak kerjasama mereka. (www.print-kompas.com)

Kendala-kendala yang dihadapi oleh pemerintah bukan hanya sebatas konflik antara

pemerintah DKI Jakarta dengan pihak pengelola terdahulu dan protes dari warga serta LSM

saja, namun juga dalam penanganannya sendiri pemerintah masih mengalami kesulitan. Hal

ini disebabkan manajemen pengangkutan dan pengolahan sampah belum terbangun dengan

baik. Pada saat bersamaan, produksi sampah belum dapat ditekan sehingga sampah

berserakan di ruang-ruang publik. Dinas Kebersihan DKI Jakarta mengklaim sampah di DKI

Jakarta yang diangkut ke Bantargebang berkisar 6.000-6.500 ton per hari. Saat ini tersedia

801 truk, sebanyak 510 truk di antaranya tidak layak pakai.Sebelumnya, 67 persen

pengangkutan sampah dilakukan perusahaan swasta. Namun, per 31 Desember 2013, kontrak

kerja sama dengan 24 perusahaan pengangkut sampah dihentikan. Sejak itu, pengangkutan

sampah dilakukan menggunakan truk DKI dan sewaan. Namun, jumlahnya tidak sebanding

dengan produksi sampah, baik di permukiman maupun tempat umum lain.

(www.megapolitan.kompas.com)

Pada intinya, persoalan dalam pengelolaan sampah di DKI Jakarta ini adalah

penanganan sampah yang terlalu bergantung pada keberadaan TPST Bantargebang. Apabila

fasilitas ini gagal untuk beroperasi, dapat dipastikan bahwa Pemerintah DKI Jakarta gagal

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Selama ini sistem yang dilakukan oleh pemerintah

yaitu dengan open dumping. Sistem inilah yang dinilai tidak efektif dan efisien karena

daripada memakai sistem open dumping, lebih baik menggunakan sanitary landfill yaitu

salah satu teknologi pengelolaan sampah dengan kemampuan mengontrol limbah cair dan

limbah gas. (Rahman, 2015: 7). Pengadaan swakelola sampah yang dilakukan oleh

pemerintah DKI Jakarta juga dinilai tidak terlalu efektif karena masih banyak masalah yang

belum terselesaikan.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah penulis jabarkan, rumusan

masalah yang diteliti adalah “Bagaimana pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh Dinas

Kebersihan DKI Jakarta di Tempat Pengelohan Sampah Terpadu Bantargebang?”

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 5: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

5

Tinjauan Teoritis

1. Manajemen

Manajemen secara pengertian, sebagaimana dikemukakan oleh Mary Parker Follet,

1997 (dalam Sule dan Saefullah, 2005:5) adalah seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui

orang lain. Segala sesuatu yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu.

Tujuan tersebut sangat beragam, tergantung dari jenis sebuah organisasi (Sule & Saefullah,

2005:5). Sedangkan menurut Robbins dan Coulter (2009:22), manajemen merupakan

pengkordinasian dan pengawasan aktivitas kinerja semua pekerja sehingga pekerjaannya

selesai secara efisien dan efektif. Proses tersebut harus dengan cara bersama atau melalui

orang lain. Oleh karena penyelesaian suatu pekerjaan bukanlah hal yang mudah, maka

dibutuhkan tahapan-tahapan tertentu. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari planning,

organizing, leading dan controlling (Robbins dan Coulter, 2009:24). Sedangkan, menurut

Syafiie, tahapan dari fungsi manajemen ada ada enam yaitu planning, actuating, controlling,

coordinating, leading dan motivation (2006:74-90).

Planning atau biasanya disebut dengan perencanaan adalah pendefinisian tentang

tujuan dari organisasi yang terdiri dari rencana-rencana untuk mendapatkan suatu pencapaian.

Di dalam perencanaan seorang manajer membuat tujuan organisasi, menyusun strategi untuk

mencapai sasaran, dan membangun rencana tersebut untuk menyatukan dan

menyeimbangkan pekerjaan (Robbins, 2009:24). Menurut Hitt, Black dan Porter (2012: 113)

perencanaan mempunyai tiga tipe yaitu strategic plans, tactical plans, dan operational plans

Adapun pengertian pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokkan

orang-orang, alat-alat, tugas-tugas serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa

sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh

dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1996:

82). Pengorganisasian juga dijelaskan Kinicki dan Williams (2008:13) bahwa

pengorganisasian adalah defined as arranging tasks, people and other resources to

accomplish work (Menjelaskan tentang menyusun tugas-tugas, pekerja dan sumber daya

lainnya untuk mencapai tujuan organisasi).

Kepimpinan merupakan fungsi manajemen yang sangat penting agar pekerjaan dapat

terlaksana dengan lancer. Dalam kaitan ini Daft (2010: 377) menjelaskan bahwa terdapat tiga

dasar leadership skill yaitu mendiagnosa masalah atau menambah pemahaman pada situasi

yang manajer berusaha untuk mempengaruhi, mengadaptasi perilaku individu dan sumber

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 6: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

6

daya untuk memenuhi standar dari suatu situasi, serta berkomunikasi dengan cara yang baik

sehingga individu yang lain dapat memahaminya. Selain itu menurut Hitt, Black, dan Porter

(2012: 205) leading adalah sebuah proses mempengaruhi pekerja untuk mencapai tujuan

organisasi sesuai dengan yang telah direncanakan.

Sementara controlling yaitu proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh

rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa

berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam

lingkungan dunia bisnis yang dihadapi (Sule dan Saefullah, 2005: 8). Schermerhorn dan

Bachrach (2015:175) membagi pengawasan menjadi beberapa tipe yaitu feedforward

controls, concurrent controls, dan feedback control.

2. Manajemen Perkotaan

Nurmandi (2005: 125) menjelaskan mengenai manajemen perkotaan (urban

management) yaitu suatu pendekatan kontemporer untuk menganalisis permasalahan

perkotaan. Namun terdapat pandangan berbeda mengenai manajemen perkotaan. Menurut

Pontoh dan Kustiwan (2009: 293), manajemen perkotaan adalah aktivitas yang lebih

menyangkut aspek operasi layanan publik dengan berbagai jenis intervensi pemerintah yang

akan mempengaruhi kondisi perkotaan secara luas. Selain itu Davey (1993) dalam Nurmandi

(2006: 18) berpendapat bahwa the policies, plans, programs, and practices and seek to

ensure that population growth are matched by access to basic infrastructure, shelter, and

employment. While such access will depend as much, if not more, on private initiatives and

enterprises. These are critically affected by public sector policies and function that only

government can perform.

Berdasarkan Davey tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam manajemen perkotaan

dilakukan oleh banyak aktor. Namun yang menjadi sentral dalam manajemen perkotaan

adalah Pemerintah terutama Pemerintahan Kota. Kebijakan, perencanaan, program, dan

praktik dalam pengelolaan suatu daerah bertujuan untuk menyeimbangkan pertumbuhan

penduduk pada akses-akses fasilitas yaitu infrastruktur dasar, perumahan, dan lapangan kerja.

Akses-akses tersebut lebih bergantung pada keberadaan sektor swasta. Hal ini sangat

terpengaruh pada kebijakan dan fungsi sektor publik yang dapat dilakukan oleh pemerintah.

3. Sampah

Hadiwiyoto (1983: 12) mendefinisikan sampah sebagai sisa-sisa bahan yang

mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya, atau karena

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 7: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

7

pengolahan, atau karena sudah ada manfaatnya, yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak

ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencamaran atau gangguan

kelestarian. Selain itu, Christensen (2011: 3) menjelaskan secara sederhana bahwa sampah

adalah sisa dari produk berlebihan atau bahan yang tidak ada nilai marjinalnya sehingga

pemilik ingin membuangnya.

4. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah di negara-negara berkembang sepertinya tidak terlalu dianggap

penting karena kebanyakan terfokus pada masalah kelaparan, air bersih, kesehatan,

pengangguran dan perang saudara (Chandrappa dan Das, 2012: 5). Terkait pengertian

pengelolaan sampah Hadiwiyoto (1993: 29) mendefinisikan pengelolaan sampah sebagai

perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang

berkaitan dengan lingkungan dalam hubungannya dengan sampah dan diperhatikan beberapa

tahapannya yaitu pengumpulan, pemisahan, pembakaran dan pembuangan sampah

5. Sistem Pengelolaan Sampah

Tchobanoglous (2002: 4) menjelaskan mengenai sistem pengelolaan sampah

berdasarkan elemen-elemen fungsi yaitu (1) waste generation; (2) waste handling and

separation, storage, and processing at the source; (3) collection; (4) transfer and transport;

(5) separation, processing, and transformation of solid waste; (6) disposal.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana peneliti akan menganalisis

pengelolaan sampah di TPST Bantar Gebang dengan melakukan observasi dan wawancara

mendalam ke instansi terkait dan juga ke warga sekitar Bantar Gebang terhadap pengelolaan

sampah di daerahnya. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, maka peneliti akan lebih

memahami penelitian ini karena peneliti menanyakan langsung kepada objek terkait,

sehingga peneliti dapat menganalisi pengelolaan sampah di TPST Bantar Gebang.

Adapun jenis penelitian bersifat deskriptif. Sedangkan tujuaannya adalah untuk

memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena (Prasetyo &

Jannah, 2008:38). Dengan demikian, akan memudahkan melakukan analisis terhadap

pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bantar Gebang dilakukan.

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 8: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

8

Berdasarkan manfaat penelitian ini termasuk penelitian murni karena penelitian

dilakukan dalam kerangka akademis dan tidak mempunyai implikasi langsung terhadap

penyelesaian masalah. Penelitian ini juga tidak terkait dengan pihak manapun, juga tidak

terkait dengan adanya sponsor.

Berdasarkan dimensi waktu penelitian ini termasuk cross sectional karena penelitian

ini hanya dilakukan waktu tertentu dan tidak akan dilakukan di waktu yang berbeda untuk

diperbandingkan. Adapun metode cross sectional adalah metode yang mengambil subjek dari

segala umur dan karakterisitik lain dalam waktu yang bersamaan untuk memperoleh data

yang lengkap dan juga cepat. Berdasarkan teknik pengumpulan data, penelitian ini

menggunakan observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan.

Hasil Penelitan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di Bantargebang

masih belum terlaksana dengan baik dilihat dari mekanisme pengelolaan, fasilitas

pengelolaan dan dampak lingkungan serta sosial.

Pembahasan

1) Pengelolaan Sampah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang

Analisis dimulai dari pembahasan mengenai permasalahan yang terjadi di Tempat

TPST Bantargebang. Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai satu-satunya tempat

pengolahan sampah terpadu yang berada di Bantargebang, Bekasi. Pada awal pengoperasian

pengelolaan sampah TPST Bantargebang menuai protes dari warga sekitar Bantargebang.

Protes tersebut dikarenakan letak dari TPST Bantargebang yang berdekatan dengan

pemukiman warga. Wilayah Bantargebang sendiri dipilih karena minimnya lahan di Jakarta

yang sudah padat penduduknya. Bantargebang yang memiliki lahan cukup luas dianggap

ideal oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta sebagai tempat untuk pembuangan sampah akhir.

Untuk pengelolaan sampah di DKI Jakarta sendiri berdasarkan wawancara dengan

Fahmi Hermawan bahwa TPST Bantargebang dikelola dengan dua cara yaitu swakelola dan

bermitra dengan badan usaha lain atau pihak ketiga. Bekerja sama dengan pihak ketiga dipilih

sebagai jalan untuk mendapatkan satu pengelolaan sampah terpadu yang berjalan efektif dan

efisien.

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 9: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

9

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa mekanisme pengelolaan TPST

Bantargebang berganti-ganti. Pergantian pengelolaan tersebut disebabkan adanya masalah

yang terjadi di TPST Bantargebang. Baru-baru ini permasalahan terjadi masalah dalam

pengelolaan TPST Bantargebang yang dikelola oleh PT Godang Tua Jaya joint operation PT

Navigate Organic Energy Indonesia meskipun sebelumnya antara Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta sepakat untuk bekerja sama dengan perusahaan tersebut untuk menanggulangi

sampah yang ada di TPST Bantargebang. Kerjasama tersebut dituangkan dalam perjanjian

kontrak kerjasama dengan nomor 5028/1.799.21 pada tanggal 5 desember 2008.

Dalam kontrak kerjasama disebutkan bahwa kedua perusahaan tersebut harus mampu

mereduksi atau mendaur ulang sampah hingga volume sampah TPST Bantargebang mencapai

2000 ton per tahunnya. Namun isi dari perjanjian tersebut tidak dijalankan sehingga timbul

kecurigaan bahwa ada penyelewangan dalam penyelenggaraan dana tipping fee tersebut.

Terkait hal ini pemerintah DKI Jakarta mengeluarkan surat peringatan yang sudah

dilakukan hingga pada tahap SP-3 sampai diputuskannya perjanjian kerjasama pengelolaan

sampah TPST Bantargebang dengan kedua perusahaan tersebut. Pemutusan kontrak

kerjasama ini tidak semerta-merta dan didukung bukti yang jelas. Temuan dari Badan

Pemeriksan Keuangan (BPK) DKI Jakarta menjelaskan bahwa terdapat penyimpangan di

dalam pengelolaan sampah DKI Jakarta di TPST Bantargebang. Berdasarkan hal tersebut

pemerintah DKI Jakarta mengambil keputusan untuk swakelola TPST Bantargebang.

2) Manajemen Pengelolaan sampah TPST Bantargebang oleh PT Godang Tua Jaya

dan PT Navigate Organic Energy Indonesia

Menurut Daft (2010: 160), di dalam konsep planning atau perencanaan, terdapat dua

macam yaitu goal dan plan. Daft menjelaskan bahwa konsep planning menggabungkan

kedua ide tersebut, sehingga menentukan tujuan sebuah organisasi dan menentukan

bagaimana cara mencapainya.

Pengelolaan sampah di TPST Bantargebang dibuat perencanaan agar operasionalisasi

TPST berjalan maksimal. Pada saat pengelolaan di kelola oleh PT Godang Tua Jaya dan PT

Navigate Organic Energy Indonesia, kedua perusahaan tersebut menyusun berbagai macam

perencanaan. Perencaanaan tersebut tertuang dalam pengajuan kebersediaan perusahaan

untuk bekerja sama dengan pemprov DKI Jakarta sebagai pengelola TPST Bantargebang.

Pada fungsi manajemen ini, pengorganisasian disusun dalam pengelolaan sampah di

TPST Bantargebang. Pengelola TPST Bantargebang dikelola oleh PT Godang Tua Jaya yang

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 10: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

10

bekerja sama dengan PT Navigate Organic Energy Indonesia. Kedua perusahaan itu

bergabung untuk menjalankan suatu pengelolaan berjalan maksimal. Dalam penerapannya PT

Godang Tua Jaya dan PT Navigate Organic Energy Indonesia juga dibantu oleh pihak

pemerintah provinsi DKI Jakarta yang bertugas sebagai pengawas dan pengendali. Tugas

tersebut dilaksanakan oleh Badan Pengendali yang tergabung dari pemprov DKI Jakarta dan

pemkot Bekasi.

Dalam kasus ini, pengorganisasian dari pengelolaan sampah TPST Bantargebang

sesuai dengan elemen proses struktur organisasi yaitu formalization. Struktur organisasi

pengelolaan sampah TPST Bantargebang yang dikelola oleh PT GTJ dan PT NOEI sudah

jelas pengaturannya. Kedua perusahaan tersebut yang mengelola TPST Bantargebang,

sementara pemerintah provinsi DKI Jakarta menunjukkan dan menugaskan Dinas Kebersihan

menjalankan peranannya sebagai pengawas dan pengendali dari TPST Bantargebang.

Namun, integration menjadi elemen penting dan dapat terlihat melalui pembagian tugas

masing-masing yang berintegritas satu dengan yang lain. Pengoperasian TPST Bantargebang

tidak akan berjalan sempurna jika salah satu bagian dari pekerjaan yang tidak dijalankan

dengan baik.

3) Manajemen Swakelola TPST Bantargebang

Pengelolaan secara swakelola yaitu semua tanggung jawab pengelolaan diambil alih

oleh pemerintah dan tidak dibantu oleh pihak swasta. Cara swakelola ini dipilih sebagai

langkah untuk menanggulangi permasalahan di TPST Bantargebang. Seperti yang telah

diketahui bahwa pemutusan kontrak kerjasama PT GTJ dan PT NOEI dengan pemprov DKI

Jakarta dikarenakan adanya kasus wanprestasi. Semenjak pemutusan kontrak, praktis seluruh

aset yang dimiliki oleh PT GTJ dan PT NOEI ditarik oleh kedua perusahaan tersebut

sehingga operasional TPST Bantargebang sempat terganggu.

Planning atau perencanaan yang disusun oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta setelah

swakelola pengelolaan sampah terbagi menjadi dua yaitu perencanaan jangka pendek dan

jangka panjang. Intermediate Treatment Facility (ITF) merupakan fasilitas pengelolaan

sampah yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah sebesar-besarnya sebelum masuk

ke dalam Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Fasilitas ITF ini sudah diterapkan di beberapa

negara dan Indonesia menjadi salah satu yang akan menerapkan fasilitas ini untuk

pengurangan jumlah volume sampah yang masuk ke TPST Bantargebang.

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 11: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

11

Perencanaan untuk mengadakan ITF mempunyai tujuan yang baik. Diketahui bahwa

jumlah volume sampah di Bantargebang sudah memprihatinkan dan perlu adanya inovasi

baru untuk mereduksi sampah-sampah warga DKI Jakarta. Dinas Kebersihan DKI Jakarta

merekomendasikan untuk pembuatan alat ini karena dianggap yang paling efektif. Namun,

WALHI menganggap bahwa perencanaan pengadaan ITF sudah sangat terlambat.

Keterlambatan dalam pembuatan fasilitas ITF ini dipengaruhi oleh masih dikelolanya TPST

Bantargebang oleh pihak ketiga. Banyaknya oknum yang memanfaatkan lemahnya

pengawasan di kala itu juga menjadi hambatan perencanaan pengadaan fasilitas ini.

Selama menunggu pembuatan ITF tersebut, penyusunan rencana jangka pendek Dinas

Kebersihan DKI Jakarta juga meliputi perawatan dan perbaikan sarana dan prasarana yang

ada di Bantargebang. Saat penelitian lapangan yang lalu, banyak fasilitas yang belum berjalan

maksimal. Fasilitas tersebut termasuk dengan pengangkutan sampah ke tempat penimbunan

sampahnya. Oleh karena itulah Dinas Kebersihan DKI Jakarta juga merencanakan

pengelolaan TPST Bantargebang secara teknis dan anggaran.

Pengorganisasian dalam TPST Bantargebang sepenuhnya di kelola oleh pemerintah

provinsi DKI Jakarta, dan menunjuk Dinas Kebersihan DKI Jakarta yang ditugaskan sebagai

pihak yang mengurus TPST Bantargebang. Badan Pengawasan Lingkungan Hidup (BPLHD)

DKI Jakarta menyampaikan bahwa peleburan organisasi sudah direncanakan sehingga yang

mengawasi jalannya pengelolaan sampah tidak terpisah. Selain itu dalam

pengorganisasiannya Dinas Kebersihan DKI Jakarta merekrut para mantan pekerja PT

Godang Tua Jaya dan PT Navigate Organic Energy Indonesia untuk membantu operasional

TPST Bantargebang. Namun dalam pengorganisasian pekerja TPST Bantargebang dianggap

kurang adil oleh para pekerja lepasnya. Pengaturan organisasi dari Dinas Kebersihan DKI

Jakarta dalam mengelola para pekerjanya masih dibutuhkan banyak perbaikan. Kesejahteraan

para pekerjanya juga harus diperhatikan agar semangat untuk bekerja juga meningkat. Untuk

tata cara pengorganisasian pengelolaan sampah TPST Bantargebang seperti adanya operator

dari titik penimbangan hingga titik buang, tidak hanya operator saja namun pengawas dari

Dinas Kebersihan DKI Jakarta juga akan ada disana.

Pengorganisasian dari swakelola pengelolaan sampah sesuai dengan standar yang ada.

Seperti dalam teori manajemen yang menjelaskan bahwa di dalam organizing terdapat

beberapa elemen yang salah satunya adalah integration (Hitt, 2012: 136). Dalam elemen

tersebut dijelaskan mengenai perlunya kerjasama dan interaksi antar bagian-bagian dari

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 12: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

12

organisasi sehingga koordinasi antar pekerjanya terselenggara dengan baik agar mencapai

tujuan dari organisasi tersebut. Integritas tersebut dibutuhkan suatu role, goals, dan values.

Hal tersebut sudah ada di dalam manajemen swakelola ini.

Dalam pelaksanaan pengelolaan sejauh ini yang terlihat hanya perawatan sarana dan

prasarana. Kondisi ini terjadi karena masih dalam masa transisi dari pengelolaan oleh pihak

ketiga menjadi swakelola. Penambahan alat berat juga dilaksanakan sebagai bagian

penunjang jalannya sanitary landfill agar pengelolaan berjalan secara efektif dan efisien.

Untuk perawatan dan perbaikan sarana dan prasarana sendiri meliputi jalanan-jalanan

yang rusak akibat lalu lalang truk dan alat berat, pembersihan drainase sekitar TPST

Bantargebang, pengefektifan IPAS sehingga air-air lindi tidak mencemari lingkungan warga,

dan juga pengoperasian penimbangan volume truk sampah yang masuk maupun keluar TPST

Bantargebang. Actuating mempunyai cara untuk mencapai suatu pelaksanaan yang efektif.

Cara-cara tersebut meliputi orientasi, perintah dan delegasi wewenang. Dalam kasus ini,

manajemen swakelola sampah masih belum terlihat dan memenuhi persyaratan tersebut.

Namun, beberapa pekerjaan sudah memenuhi kriteria seperti adanya perekrutan mantan

pekerja PT GTJ dan PT NOEI untuk jadikan pekerja di TPST Bantargebang. Perbedaan

budaya kerja sudah pasti ditemukan sehingga diperlukan adanya orientasi untuk pegawainya

agar pelaksanaan tugasnya berjalan efektif.

Pada saat swakelola sekarang, pengawasan tidak dilakukan lagi oleh badan

pengendali akan tetapi langsung diawasi oleh pemprov DKI Jakarta. Namun, untuk tim-tim

pengawas independen masih ditugaskan karena tim tersebut bersifat operasional. Tak hanya

tim independen tersebut, tetapi juga dibantu dengan pengawas dari pihak Dinas Kebersihan

DKI Jakarta. Tim-tim pengawas tersebut terdiri dari beberapa divisi seperti IPAS, Sanitary

Landfill, dan lain sebagainya.

4) Sistem Pengelolaan Sampah

Luas dari TPST Bantargebang sendiri mencapai 110.3 hektar. Terbagi menjadi lima

zona dan masing-masing zona tersebut mempunyai ketinggian yang bermacam-macam, rata-

rata sudah mencapai ketinggian 21 meter.

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 13: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

13

Tabel 1

Luas dan jumlah zona penimbunan sampah TPST Bantargebang

Zona Luas (Ha)

Zona I 18,3

Zona II 17,7

Zona III 25,41

Zona IV 11,0

Zona V 9,5

Luas Zona 81,91

Sumber: Hasil olahan data peneliti

Dalam menjalankan fungsinya, TPST Bantargebang mempunyai sistem pengelolaan

sampahnya yang diadaptasi dari waste management. Sistem pengelolaan sampah di TPST

Bantargebang menggunakan sanitary landfill yang artinya yaitu membuang sampah ke

wilayah yang luas lalu dipadatkan dan ditutup menggunakan tanah sehingga tidak ada polusi

udara yang disebabkan pembuangan sampah. Operasional dari sanitary landfill sendiri

terdapat empat macam yaitu penimbangan, titik buang, cover soil dan operasional IPAS.

5) Dampak-Dampak Pengelolaan Sampah TPST Bantargebang

Adanya sampah yang tidak tertata dengan baik mengakibatkan banyak masalah

lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan hidup tersebut seperti pencemaran udara,

pencemaran lingkungan, sarang penyakit, dan lingkungan menjadi tidak nyaman untuk

ditinggali. Jakarta sebagai ibukota dari Negara Republik Indonesia menjadi serbuan bagi para

pendatang dari luar kota, sehingga pertumbuhan penduduk di Jakarta semakin lama semakin

bertambah. Naiknya volume penduduk menyebabkan terjadinya kenaikan volume sampah

yang dihasilkan oleh Jakarta.

Berikut dampak-dampak dari pengelolaan sampah TPST Bantargebang:

- Pencemaran air dan udara, dapat terlihat bahwa sampah-sampah di TPST

Bantargebang sudah makin meningkat volumenya yang menyebabkan meningkat

juga air lindinya. Pencemaran udara dari bau yang dihasilkan sampah sehingga

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 14: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

14

disana benar-benar membuat tidak nyaman. Pembongkaran sampah dengan

volume yang besar di TPST Bantargebang juga berpotensi menimbulkan bau.

- Pencemaran tanah, lahan yang terisi oleh sampah secara terbuka menimbulkan

kesan yang buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitar. Di TPST

Bantargebang terjadi ceceran sampah berasal dari unloading sampah yang

dilakukan oleh truk-truk sampah.

- Pemukiman yang kumuh, adanya tempat pengelolaan sampah yang berada di

sekitar pemukiman Bantargebang membuat kawasan sekitarnya terlihat kumuh.

- Kemacetan, potensi kemacetan biasanya terjadi pada saat pengangkutan sampah

dari tempat-tempat tertentu seperti pasar, atau bahkan tempat penampungan

sampah sementara yang berdekatan dengan lokasi para warganya beraktifitas.

Arus kendaraan yang keluar-masuk TPST Bantargebang juga menyebabkan

terjadinya kemacetan bejam-jam.

- Dampak sosial, dampak yang paling dirasa oleh warga sekitar yaitu dampak

sosial. Dimana warga yang tidak tinggal di kawasan TPST Bantargebang ataupun

tidak familiar dengan situasi di TPST Bantargebang akan menganggap bahwa

kawasan tersebut tidak layak untuk dikunjungi. Secara estetika, sampah juga tidak

nyaman untuk dipandang ataupun dinikmati sehingga potensi kepariwisataan pasti

akan menurun.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan sampah di TPST Bantargebang masih belum dikelola dengan baik, yang dapat

dilihat dari mekanisme pengelolaan, sistem pengelolaan sampah dan dampak lingkungan

serta sosial serta berbagai penyimpangan ketika dikelola oleh pihak ketiga.

Sedangkan pada manajemen swakelola, pengelolaan sampah telah disusun dalam

pembuatan intermediate treatment facility (ITF) terutama penyediaan fasilitas pengelolaan

sampah agar volume sampah warga DKI Jakarta dapat tereduksi langsung dan tidak perlu

ditampung di TPST Bantargebang. Pada pengawasan, TPST Bantargebang diawasi langsung

oleh pemprov DKI Jakarta.

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 15: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

15

Saran

Swakelola merupakan hal yang bagus, dimana pemerintah dapat leluasa melakukan tugasnya

di TPST Bantargebang tanpa ada intervensi dengan pihak swasta. Kematangan dari Dinas

Kebersihan DKI Jakarta sebagai pengelolanya sangat dibutuhkan. Penyusunan program untuk

membangun fasilitas yang mumpuni di TPST Bantargebang dibutuhkan suatu perencanaan

yang baik. Tidak hanya membuat fasilitas yang baru, namun fasilitas yang lama pun harus

tetap dijalankan seperti pengomposan, power plant dan IPAS. Teknologi seperti ini harus

dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah karena dengan begitu persoalan sampah di Jakarta

dapat tertangani. Selain itu solusi untuk mengurangi dampak dari pengelolaan sampah di

Bantargebang dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan sampah.

Daftar Referensi

Buku

Chandrappa, R dan D.B Das. 2012. Solid Waste Management: Principles and Practice. Berlin: Springer.

Christensen, Thomas H. 2011. Solid Waste Technology & Management. United Kingdom:

Wiley.

Daft, Richard L. 2010. Management (Ninth Edition). United States Of America: South-

Western Cengage Learning.

Hadiwiyoto, Soewedo. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta:

YayasanIdayu

Hitt, Michael A, J. Stewart Black dan Lyman W. Porter. 2012. Management. New Jersey:

Pearson Education Inc.

Kinicki, Angelo dan Brian K. Williams. 2008. Managementi: A Practical Introduction 3rd

Edition. New York: McGraw-Hill Higher Education.

Nurmandi, Achmad. 2006. ManajemenPerkotaan: Aktor, Organisasi, Pengelolaan Daerah

Perkotaandan Metropolitan di Indonesia. Yogyakarta: Sinergi Publishing

Pontoh, Nia Kurniasih, danIwan Kustiwan. 2009. Pengantar Perencanaan Perkotaan.

Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 16: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

16

Prasetyo, Bambang, dan Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori

dan Aplikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Robbins, Stephen dan Mary Coulter. 2009. Management. New Jersey: Pearson Education,Inc.

Siagian, Sondang P. 1996. Fungsi-fungsiManajerial. Jakarta: Bumi Aksara.

Sule, Ernie Tisnawati dan Kurniawan Saefullah. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta:

Kencana.

_________________________________. 2008. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada

Media Group

Sutopo, H.B. 2006.Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam

Penelitian (Edisi Kedua). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Tchobanoglous, George dan Frank Kreith. 2002. Handbook of Solid Waste Of Management.

United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Jurnal

Rahman, Zaqui. 2015. Mengenai“Polemik Pengelolaan Sampah, Kesenjangan Antara

Pengaturan dan Implementasi”. Pusat Perancangan Undang-Undang – Badan

Keahlian DPR RI.

Perundang-undangan

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah, Nomor 18, Tahun 2008, Tentang Pengelolaan

Sampah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008,Nomor69.Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia, Nomor 69

Peraturan Pemerintah, Nomor 81, Tahun 2012, Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun2012,Nomor188.Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Nomor

5347

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016

Page 17: PENGELOLAAN SAMPAH OLEH DINAS KEBERSIHAN …

17

Artikel/Internet

Bona, Maria Fatima. (10 September 2016). Jakarta Hasilkan 7.000 Ton Sampah Per Hari.

http://www.beritasatu.com/megapolitan/338886-jakarta-hasilkan-7000-ton-sampah-

per-hari.html

Budisantoso, Iwan. (28 Oktober 2016).Pengelolaan Sampah dan Kebijakan Pemerintah

dalam Penanggulangan Kasus Sampah DKI Jakarta.

http://www.kompasiana.com/2608/pengelolaan-sampah-dan-kebijakan-pemerintah-

dalam-penanggulangan-kasus-sampah-dki-jakarta_550094c5a333118d73511153

Harian Kompas. (2 September 2016). DKI Harusnya Bangun Sendiri Fasilitas Pengelolaan

Sampah: Pemprov DKI Siapkan Diri Ambil Alih TPST Bantargebang

http://print.kompas.com/baca/2015/11/05/DKI-Harusnya-Bangun-Sendiri-Fasilitas-

Pengelolaan

Liauw, Hindra. (28 Oktober 2016). Jakarta Kewalahan Mengelola Sampah.

http://megapolitan.kompas.com/read/2014/04/01/0831590/Jakarta.Kewalahan.Mengel

ola.Sampah

Pengelolaan sampah ..., Gita Ayu Brahmanti, FISIP UI, 2016