PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman P engelolaan W ilayah P esisir dan L aut an

42
PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN (BDI 315) Pedoman Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Abdullah Aman Damai

description

PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman P engelolaan W ilayah P esisir dan L aut an. Abdullah Aman Damai. P ENGELOLAAN EKOSISTEM W ILAYAH P ESISIR DAN L AUT AN. Terumbu Karang. Dampak Kegiatan Manusia terhadap Ekosistem Terumbu Karang. Terumbu Karang Teluk Lampung - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman P engelolaan W ilayah P esisir dan L aut an

Page 1: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN(BDI 315)

Pedoman PengelolaanWilayah Pesisir dan Lautan

Abdullah Aman Damai

Page 2: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

PENGELOLAAN EKOSISTEMWILAYAH PESISIR DAN LAUTAN

Page 3: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Terumbu Karang

KEGIATAN DAMPAK

Penambangan karang

• Perusakan habitat• Kematian masal biota terumbu karang.

Pembuangan limbah panas

• Meningkatnya suhu air 5-10° C mematikan karang dan hewan lainnya serta tumbuhan yang berasosiasi;

Penggundulan hutan di lahan atas

• Sedimen dari erosi dapat mencapai terumbu karang• Dapat mematikan karang• Karang di terumbu karang yang lokasinya berdekatan

dengan banjir, akan dapat mengalami kematian karena sedimentasi yang berlebihan dan penurunan salinitas air;

Pengerukan • Meningkatkan kekeruhan air, dan merusak terumbu karang

Pariwisata • Peningkatan suhu air, limbah, kerusakan oleh kapal, pengambilan biota untuk koleksi, kerusakan oleh diving

Penggunaan Sianida dan peledak

• Membunuh hewan lain, dan merusak ekosistem

Dampak Kegiatan Manusia terhadap Ekosistem Terumbu Karang

Page 4: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Terumbu Karang Teluk LampungSumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Lampung (2011)

Page 5: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

PEDOMAN PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG:• Menggunakan sumber alternatif bahan konstruksi kapur, tidak dari

terumbu karang.• Tidak melakukan pengerukan di arah hulu dari terumbu karang;

dan/atau lakukan upaya misalnya penyaringan sedimen.• Hindarkan pencemaran dan peningkatan nutrien ke dalam

ekosistem terumbu karang. • Hentikan penggunaan bahan peledak dan bahan beracun sebagai

alat tangkap. • Tetapkan kuota pemanfaatan tahunan terhadap bahan-bahan

karang dan spesies asosiasi. • Promosikan dan kontrol kegiatan pariwisata.• Hindari pembuangan limbah. • Hindari perubahan suhu di luar ambang batas. • Memantau perkembangan kondisi terumbu karang.• Penyadaran masyarakat tentang pentingnya ekosistem terumbu

karang dan kelestariannya.• Melakukan rehabilitasi terumbu karang.

Page 6: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Hutan Mangrove

KEGIATAN DAMPAK

Tebang habis • Berubahnya komposisi tumbuhan, merusak fungsi sebagai feeding ground dan nursery ground

Pengalihan aliran air tawar

• Peningkatan salinitas hutan mangrove, dominasi spesies toleran, dan menurunnya tingkat kesuburan hutan

Konversi lahan • Mengancam regenerasi stok• Pencemaran, pendangkalan, intrusi air laut,

erosi/abrasi

Limbah cair (sewage)

Penurunan DO, peningkatan H2S dan NH3

Pembuangan sampah

• Menutup pneumatofora dan kematian pohon mangrove

Pencemaran minyak

• Menutup pneumatofora dan kematian pohon mangrove

Pertambangan minertal di daratan

• Kerusakan total mangrove• Sedimen berlebih, mematikan pohon mangrove

Dampak Kegiatan Manusia terhadap Ekosistem Mangrove

Page 7: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Tegakan Mangrove Sumatera Selatan dan PapuaSumber: A.A. Damai (2012)

Page 8: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

PEDOMAN PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE:• Peliharalah dasar dan karakter substrat hutan dan saluran-

saluran air. • Jaga kelangsungan pola-pola alamiah; skema aktivitas siklus

pasang surut serta limpasan air tawar. Untuk struktur pesisir harus didesain tetap memelihara pola tersebut.

• Menjaga pola-pola temporal dan spasial alami dari salinitas air permukaan dan air tanah.

• Peliharalah keseimbangan alamiah antara pertambahan tanah, erosi dan sedimentasi.

• Tetapkan batas maksimum panen, untuk menjamin keberlanjutan (kesinambungan) ekosistem.

• Pada daerah-daerah yang mungkin terkena tumpahan minyak dan bahan beracun lainnya, harus memiliki rencana-rencana penanggulangan.

• Hindarkan semua kegiatan yang mengakibatkan pengurangan (impound) areal mangrove, penghentian sirkulasi air permukaan mengakibatkan kematian hutan mangrove.

Page 9: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Padang Lamun

KEGIATAN DAMPAK

Pengerukan dan pengurugan

• Perusakan total padang lamun • Perusakan habitat di lokasi pembuangan

pengerukan• Dampak sekunder pada perairan pengurugan:

kekeruhan, tertutupnya benthic

Limbah organik cair (sewage)

• Penurunan DO• Penyuburan (eutroflkasi) dan blooming

fitoplankton

Limbah industri • Lamun dapat mengkonsentrasikan logam berat (biological magnification), sehingga dapat meracuni hewan konsumer lamun.

Limbah pertanian

• Pencemaran pestisida, dan pencemaran organik

Pencemaran minyak

• Terhalangnya penetrasi cahaya dan fotosintesis, dapat mematikan lamun.

Dampak Kegiatan Manusia terhadap Ekosistem Lamun

Page 10: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

PEDOMAN PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN:• Pengerukan dan penimbunan harus menghaindari lokasi yang

didominasi oleh padang lamun. • Pembangunan struktur di wilayah pesisir (seperti pelabuhan,

dermaga/ jetty) harus didesain meminimalkan erosi atau penumpukan.

• Perbaikan prosedur pembuangan limbah cair untuk mencegah rusaknya padang lamun.

• Penggunaan trawl dan penangkapan yang merusak seharusnya dilarang atau dimodifikasi.

• Skema-skema pengalihan aliran air yang dapat mengubah tingkat sali-nitas alamiah harus dipertimbangkan.

• Cegah tumpahan minyak mencemari komunitas padang lamun. • Inventarisasi, identifikasi dan pemetaan sumber daya padang

lamun.• Rekonstruksi padang lamun di perairan dekat tempat yang

sebelumnya ada padang lamun, atau membangun padang lamun baru.

Page 11: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Estuaria

Dampak Kegiatan Manusia terhadap Ekosistem Estuaria

• Salah satu penyebab utama terjadinya degradasi ekosistem estuaria adalah akibat penggunaannya sebagai daerah pembuangan limbah secara terus menerus.

• Meningkatnya penggunaan perairan sebagai sarana pengangkutan minyak, bahan-bahan kimia dan berbagai jenis bahan beracun lainnya, baik melalui kapal, bargas jaringan pipa penyaluran, atau pun kereta api menimbulkan ancaman.

• Perubahan beberapa sistem DAS perairan pesisir, akan mengganggu ekosistem dan tingkat bahaya banjir.

• Kebanyakan organisme estuaria rentan, karena hidup di dekat batas toleransinya.

• Di daerah industri, perkotaan atau padat penduduk, estuaria sangat terancam keberlanjutannya, karena sedimentasi yang berlebihan, perubahan pola aliran dan regim salinitas, pencemaran ataupun over eksploitasi sumber daya alam.

Page 12: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Estuaria di Delta Mahakam dan PapuaSumber: A.A. Damai (2012)

Page 13: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

PEDOMAN PENGELOLAAN EKOSISTEM ESTUARIA:• Penerapan teknologi secara maksimal dari pengolahan limbah,

baik untuk limbah industri maupun limbah domestik. Alternatif lainnya, yaitu limbah sesekali dipompa ke perairan lepas pantai dan disebarkan secara aman ke perairan samudera yang lebih dalam.

• Fasilitas industi yang berpotensi tinggi mengganggu ekosistem, mestinya dijauhkan dari daerah tersebut (melalui penataan ruang).

• Pemantauan berkala limpasan air akibat hujan lebat dan sumber-sumber polusi lainnya.

• Menghindari terhambatnya sirkulasi air, struktur yang dibangun harus didesain sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran air.

• Seleksi lokasi untuk pembuangan atau penyimpanan hasil kerukan untuk menghindari efek negatif di daerah habitat penting.

Page 14: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

PENGELOLAAN SEKTORAL DIWILAYAH PESISIR DAN LAUTAN

Page 15: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

SEKTOR-SEKTOR DI WILAYAH PESISIR:• Kehutanan• Pertanian• Akuakultur• Perikanan Tangkap• Permukiman dan Perkotaan• Pariwisata dan Rekreasi• Pertambangan dan Energi• Pembuangan Limbah Padat• Pembuangan Limbah Cair dan Septic Tank• Jalan Raya, Jembatan, dan Bandara • Alur Pelayaran dan Pelabuhan

Page 16: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

SEKTOR KEHUTANAN:• Pelestarian biodiversitas• Pengendalian erosi, pada HPH dan HTI• Penetapan zona penyangga, paling tidak dengan ketebalan L =

130.p

SEKTOR PERTANIAN:• Konservasi Tanah dan Air• Pemupukan Tepat dan Ramah Lingkungan• Pengendalian pestisida• Proteksi daerah bernilai koservasi tinggi• Pembuatan Zona Penyangga

Page 17: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Eksploitasi Hutan di Pesisir Sumatera SelatanSumber: A.A. Damai (2012)

Page 18: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Aquakultur:• Penyediaan saluran irigasi khusus tambak• Pengendaliuan sedimentasi dan abrasi• Pengendalian hama• Pengendalian pemupukan dan petisida

Perikanan Tangkap: offshore, coastal, dan inland fisheries• Mencegah penurunan klualitas perairan pesisir• Pengendalian reklamasi rawa dan pembuangan sampah/limbah• Mencegah dan mengendalikan penambangan karang,

penggunaan racun dan peledak.• Pengaturan penggunaan alat tangkap (fishing gear) yang

sesuai.• Pengendalian erosi dari daratan da abrasi pesisir• Mengendalikan IUU (illegal, unreported, unregulated) perikanan

tangkap.

Page 19: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Tambak dan Perikanan Tangkap di LampungSumber: A.A. Damai (2012)

Page 20: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Permukiman dan Perkotaan:• Mengendalikan tekanan daerah vital• Pengelolaan aliran permukaan• Pengelolaan daerah banjir• Mengendalikan pengerukan dan pengurugan

Pariwisata dan Rekreasi: • Penempatan lokasi wisata dan penunjangnya pada high rate of

flushing.• Pengelolaan sirkulasi air• Pengendalian limbah• Pengendalian perubahan garis pantai• Pengendalian aktivitas wisata secara ketat pada kawasan

lindung (seperti taman nasional, dll)

Page 21: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Permukiman dan Perkotaan di LampungSumber: A.A. Damai (2012)

Page 22: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Pertambangan dan Energi:• Pencegahan pencemaran• Penempatan lokasi di luar surf zone• Pengendalian tambang ekstraksi (dredge and strip mining)• Penempatan lokasi dan operasional industri pemurnian bahan

tertambang secara tepat

Pembuangan Limbah Padat: • Melindungi daerah vital dari dampak pembuangan.• Mencegah pencemaran tanah dan air; landfill minimal 0,3 km

dari air permukaan, dan 1,6 km dari sumur

Page 23: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Pembuangan Limbah Cair (sewage) dan septic tank:• Melindungi daerah vital dari dampak pembuangan• Dibagi dengan land application• Mengembangkan marine outfall yang aman• Pengolahan selektif• Desain dan pembangunan septic tank yang ramah lingkungan • Penempatan lokasi septic tank yang aman

Jalan Raya, Jembatan, dan Bandara:• Menghindari daerah vital, seperti sand dune • Desain site specific daerah pesisir

Page 24: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Bandara, Jalan Raya, PelabuhanSumber: A.A. Damai (2012)

Page 25: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Alur Pelayaran dan Pelabuhan:• Penentuan alur pelayaran sehingga menghindari habitat

lindung. • Lebar alur disesuaikan dengan kebutuhan• Pengelolaan konstruksi alur dan pelabuhan secara benar,

temasuk aktivitas pengerukan dan dumping (alat dan lokasi) yang layak

• Penetapan daerah pelabuhan yang tepat

Page 26: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN(BDI 315)

PEMBERDAYAAN MASYARAKATDAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

Abdullah Aman Damai

Page 27: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

PERMASALAHAN SOSIAL DALAM PENGELOLAAN

SUMBERDAYAPESISIR DAN LAUTAN

Page 28: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

SEKTOR UTAMA DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN SECARA TERPADU (PWPLT):• Pariwista • Perikanan• Pertambangan dan Energi (terutama Migas)• Kehutanan • Perhubungan Laut• Pembangunan Regional (Reklamasi)• Perdagangan

Page 29: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Aktivitas di Pesisir Beberapa Daerah di IndonesiaSumber: A.A. Damai (2012)

Page 30: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Akar Masalah dalam PWPLT, terjadi kompetisi antar

dan intra-sektor, yang dapat berujung konflik:• Para pihak menyusun strategi secara

terpisah• Belum jelasnya pembagian wewenang • Belum ada instansi tersendiri atau

koordinasi khusus• Belum tersedianya data dan informasi

akurat; • Kapasitas aparatur dan kelembagaan; • Pembangunan belum didasarkan pada daya

dukung • Pesatnya degradasi dan deplesi sumberdaya • Belum tegas batas pengelolaan antar

wilayah.

Page 31: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Karakteristik ideal PWPLT:1. Mempunyai batas fisik yang jelas (untuk perencanaan

dan manajemen keseharian)2. Bertujuan untuk meminimalkan konflik kepentingan dan

konflik pemanfaatan sumberdaya3. Merupakan proses yang terus-menerus dalam jangka

panjang. 4. Didasarkan pada karakteristik dan dinamika termasuk

keterkaitan ekologis, biogeofisik, sosial-ekonomi-budaya dan politik.

5. Menggunakan pendekatan interdisiplin keilmuan: ekologi, eko-nomi, keteknikan (engineering), sosiologi, dan lainnya.

6. Ada tatanan kelembagaan yang khusus menangani pengelolaan kawasan pesisir, terutama untuk mengamankan tahap perencanaan dan pemantauan serta evaluasi.

Page 32: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Kondisi Pesisir di Papua dan CilacapSumber: A.A. Damai (2012)

Page 33: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

No. Tahap Kegiatan Keluaran Proses

1. Konsensus nasional tentang penggunaan SAM

Persetujuan Diskusi

2. Seleksi lokasi dan pemilihan kriteria

Lokasi terpilih berdasarkan pada analisis kriteria

Observasi

3. Identifikasi dan analisis masalah untuk lokasi terpilih

Daftar masalah dan penyebabnya

Lokakarya lokal, interview dan pelatihan

Profil lingkungan Informasi sekunder, informan kunci, prakiraan area secara cepat, partisipasi pemerintah

Batas wilayah kerja, kebutuhan perencanaan, penelitian yang diperlukan

Analisis perencana dan diskusi antarlembaga

4. Maksud dan tujuan pengelolaan sumberdaya

Tujuan dan indikator yang dinyalakan secarajelas

Teknik untuk memperoleh konsensus melalui perencanaan dan dialog dengan penduduk

Kerangka Program Pelaksanaan PWPLT

Page 34: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

No. Tahap Kegiatan Keluaran Proses

5. Seleksi kebijakan untuk pengelolaan sumber daya

Kebijakan yang tepat dan implikasinya

Saran resmi dan analisis perencana, konsultasi dengan pemerintah

6. Menentukan strategi dan aksi pengelolaan

Konsep rencana pengelolaan

Seminar dan koordinasi antar leinbaga, partisipasi daerah

7. Implementasi Proyek lapangan untuk pendidikan, pelatihan penelitian, pembentukan kelompok-kelompok pengelolaan, tenaga kerja, pengelolaan sumber daya

Keterlibatan masyarakat, dukungan politik, bantuan profesional sebagaimana yang dibutuhkan

8. Evaluasi Monitoring dari kecenderungan indikator kunci, informasi untuk memperbaiki pedoman rencana pengelolaan

Monitoring secara partisipatif dan profesional

9. Penyesuaian kembali terhadap rencana dan implementasi

Rencana yang telah diperbaiki dan prosedurnya

Perencana dan peserta lokal

Sumber: Crawford et al. (1995, dalam Dahuri et al., 2008)

Page 35: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

PENGEMBANGAN KELEMBAGAANDALAM PWPLT

Page 36: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Kelembagaan sebagai institusi dikembangkan melalui:

• Peningkatan kemampuan aparatur dan memobilisasi tenaga

• Penyediaan fasilitas yang layak• Penyediaan dana operasional, pemeliharaan,

dan pembangunan

Page 37: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Koordinasi, Sosialisasi, dan Masyarakat PesisirSumber: A.A. Damai (2012)

Page 38: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Pelembagaan nilai-nilai ke masyarakat, meliputi: • Peraturan perundang-undangan • Peraturan daerah • Penataan ruang wilayah pesisir dan lautan • Pedoman umum perencanaan • Revitalisasi kearifan lokal• dll

Page 39: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Peningkatan Kemampuan Aparatur dan SDM, melalui proyek-proyek antara lain

• Beasiswa pendidikan ke berbagai universitas • Marine Resources and Evaluation Planning

(MREP)• Coral Reef Rehabilitation and Management

Project (COREMAP)• Coastal Resource Management Project

(CRMP)• Marine and Coastal Resource Management

Project (MCRMP)• dll

Page 40: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Pelatihan bagi Masyarakat, ditujukan agar masyarakat dapat berperan aktif dalam PWPLT, namun tetap mendapatkan manfaat ekonomi dari sumberdayatersebut.

• Pegembangan marikultur• Membuat dan memelihara rumpon• Membuat terumbu karang buatan• Pengembangan keramba jaring apung• Pengembangan wisata bahari • dll

Page 41: PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUTAN ( BDI 315 ) Pedoman  P engelolaan W ilayah  P esisir dan  L aut an

Melengkapi peraturan perundangan dan perangkat operasionalnya, sosialisasi, diseminasi, dan implementasi. Antara lain Undang-Undang: • UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya• UU No. 5 Tahun 1994 Tentang Ratifikasi Konvensi PBB Tentang

Keanekaragaman Hayati• UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan• UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi• UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang• UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

pulau Kecil• UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran• UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Persampahan• UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara• UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup• UU No. 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 2004

Tentang Perikanan