PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN:...

12
233 PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN: STUDI KASUS PENGEMBANGAN KARET DAN TANAMAN SELA DI DESA JABIREN KABUPATEN PULANG PISAU KALIMANTANTENGAH M. A. Firmansyah, W. A. Nugroho dan M.S. Mokhtar Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah, Jl. G. Obos Km. 5 Palangkaraya 7311, Kalimantan Tengah, Kotak Pos 122 Telp/Fax: 0536 320662 ([email protected], http://kalteng.litbang.deptan.go.id) Abstrak. Pemanfaatan gambut untuk tanaman karet telah lama dilakukan oleh masyarakat di Kalimantan Tengah. Setelah terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut skala luas, pemanfaatan lahan gambut untuk tanaman karet makin meningkat terutama pada bekas areal kebakaran tersebut. Demplot ICCTF di Desa Jabiren, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah merupakan area bekas kebakaran hebat dikawasan gambut pada tahun 2005. Lokasi tersebut merupakan lahan gambut dengan kriteria ketebalan sangat dalam yaitu antara 5 hingga 7 meter, dan tingkat kematangan bervariasi antara hemik dan saprik. Karet yang berasal dari biji (GT-1) ditanam pada tahun 2006. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahan ameliorasi (pugam A, pugam T, pupuk kandang ayam, tanah mineral dan kontrol) terhadap karakterisitik agronomis tanaman karet dan tanaman sela yang telah dilaksanakan selama 1 tahun penelitian yaitu dari bulan Januari 2011 bulan Maret 2012. Setiap petak perlakuan memiliki ukuran 35 x 180 m terdiri dari 7 lorong karet dengan jarak tanam karet 3x5 m. Penanaman tanaman sela dilakukan pada lorong antara barisan tanaman karet (lebar 5 m) yaitu untuk padi, digantikan jagung, dan terakhir nanas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan lingkar batang karet selama periode waktu satu tahun sekitar 10 cm diperoleh pada perlakuan pugam T, dan kontrol, dan pugam A, sedangkan pada perlakuan pupuk kandang ayam sekitar 8,45 cm, dan perlakuan Tanah Mineral hanya sebesar 7,17 cm. Pemanfaatan lorong antara barisan karet umur 5 tahun menunjukkan bahwa respon tanaman nanas lebih dapat beradaptasi (tumbuh dengan baik) dibandingkan tanaman padi dan jagung. Berdasarkan parameter agronomis yaitu pertambahan tinggi tanaman nanas menunjukkan bahwa setelah 6 bulan tanam, perlakuan Pugam A merupakan yang tertinggi mencapai 30,7 cm, sedangkan berdasarkan parameter pertambahan lebar tajuk dan jumlah daun, perlakuan pupuk kandang ayam adalah yang tertinggi, masing-masing mencapai 82,8 cm dan 10 helai. Pengembangan tanaman padi atau jagung tidak dapat berproduksi pada sela karet berumur 5, sedangkan pengembangan tanaman nanas terlihat cukup dapat beradaptasi terhadap naungan dari tajuk karet. Katakunci: Gambut, Hevea brasiliensis, Kalimantan Tengah. Abstract. Utilization of peat for the rubber plants have been carried out by people in Central Kalimantan. Upon the occurrence of large-scale forest and peat fires, peat utilization for rubber trees increasing, especially in the former area of the fire. ICCTF Demonstration plots in the Jabiren village, Jabiren Raya District, Pulang Pisau Regency, Central Kalimantan was the area of the former peat fires region in 2005. Location was a 18

Transcript of PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN:...

Page 1: PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN: …kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/prosiding-gambut... · dikawasan gambut pada tahun 2005. ... pupuk kandang ayam, tanah mineral

233

PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN: STUDI KASUS PENGEMBANGAN KARET DAN TANAMAN SELA DI DESA JABIREN KABUPATEN PULANG PISAU KALIMANTANTENGAH

M. A. Firmansyah, W. A. Nugroho dan M.S. Mokhtar

Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah, Jl.

G. Obos Km. 5 Palangkaraya 7311, Kalimantan Tengah, Kotak Pos 122 Telp/Fax: 0536 – 320662 ([email protected], http://kalteng.litbang.deptan.go.id)

Abstrak. Pemanfaatan gambut untuk tanaman karet telah lama dilakukan oleh masyarakat

di Kalimantan Tengah. Setelah terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut skala luas ,

pemanfaatan lahan gambut untuk tanaman karet makin meningkat terutama pada bekas

areal kebakaran tersebut. Demplot ICCTF di Desa Jabiren, Kecamatan Jabiren Raya,

Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah merupakan area bekas kebakaran hebat

dikawasan gambut pada tahun 2005. Lokasi tersebut merupakan lahan gambut dengan

kriteria ketebalan sangat dalam yaitu antara 5 hingga 7 meter, dan tingkat kematangan

bervariasi antara hemik dan saprik. Karet yang berasal dari biji (GT-1) ditanam pada

tahun 2006. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahan ameliorasi

(pugam A, pugam T, pupuk kandang ayam, tanah mineral dan kontrol) terhadap

karakterisit ik agronomis tanaman karet dan tanaman sela yang telah dilaksanakan selama

1 tahun penelitian yaitu dari bulan Januari 2011 – bulan Maret 2012. Setiap petak

perlakuan memiliki ukuran 35 x 180 m terdiri dari 7 lorong karet dengan jarak tanam

karet 3x5 m. Penanaman tanaman sela d ilakukan pada lo rong antara barisan tanaman karet

(lebar 5 m) yaitu untuk padi, d igantikan jagung, dan terakhir nanas. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pertambahan lingkar batang karet selama periode waktu satu tahun

sekitar 10 cm d iperoleh pada perlakuan pugam T, dan kontrol, dan pugam A, sedangkan

pada perlakuan pupuk kandang ayam sekitar 8,45 cm, dan perlakuan Tanah Mineral hanya

sebesar 7,17 cm. Pemanfaatan lorong antara barisan karet umur 5 tahun menunjukkan

bahwa respon tanaman nanas lebih dapat beradaptasi (tumbuh dengan baik) dibandingkan

tanaman padi dan jagung. Berdasarkan parameter agronomis yaitu pertambahan tinggi

tanaman nanas menunjukkan bahwa setelah 6 bulan tanam, perlakuan Pugam A

merupakan yang tertinggi mencapai 30,7 cm, sedangkan berdasarkan parameter

pertambahan lebar tajuk dan jumlah daun, perlakuan pupuk kandang ayam adalah yang

tertinggi, masing-masing mencapai 82,8 cm dan 10 helai. Pengembangan tanaman padi

atau jagung tidak dapat berproduksi pada sela karet berumur 5, sedangkan pengembangan

tanaman nanas terlihat cukup dapat beradaptasi terhadap naungan dari tajuk karet.

Katakunci: Gambut, Hevea brasiliensis, Kalimantan Tengah.

Abstract. Utilization of peat for the rubber plants have been carried out by people in

Central Kalimantan. Upon the occurrence of large-scale forest and peat fires, peat

utilization for rubber trees increasing, especially in the former area of the fire. ICCTF

Demonstration plots in the Jabiren village, Jabiren Raya District, Pulang Pisau Regency,

Central Kalimantan was the area of the former peat fires region in 2005. Location was a

18

Page 2: PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN: …kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/prosiding-gambut... · dikawasan gambut pada tahun 2005. ... pupuk kandang ayam, tanah mineral

M.A. Firmansyah et al.

234

peatland with the criteria in the thickness is very deep, between 5 to 7 meters, and level of

maturity varies between hemic and sapric. Rubber derived from the seeds (GT-1) were

planted in 2006. The purpose of this study was to determine the effect of material

amelioration (pugam A, pugam T, chicken manure, soil mineral and control) of the

agronomic characteristics of rubber plants and between plants that have been

implemented during the one year of the study, from January 2011 - March 2012. Each

treatment plot had a size of 35 x 180 m consists of seven rubber aisle with rubber planting

distance 3 x 5 m. Planting carried out in the aisle between the rows of rubber trees (width

5 m), namely for rice, corn was replaced, and the last pineapple. The results showed that

the rubber stem circumference increment for a period of one year is about 10 cm is

obtained at Pugam T treatment, and control, and Pugam A, while in Chicken Manure

treatment of about 8.45 cm, and mineral land treatment amounted to only 7.17 cm.

Utilization aisle between rows of rubber age 5 years showed that the response of the

pineapple plant is more able to adapt (grow well) compared to rice and corn. Based on

the agronomic parameters of high accretion pineapple plant showed that after 6 months

of planting, the treatment pugam A is the highest reached 30.7 cm, while based on the

parameter increment width and number of leaf canopy, Chicken Manure treatment is the

highest, reaching respectively 82,8 cm and 10 strands. Development of rice or corn crops

can not produce at the age of 5 between the rubber, while the development of the

pineapple plant looks quite able to adapt to the shade of the canopy of rubber.

Keywords:Peat, Hevea brasiliensis, Central Kalimantan

PENDAHULUAN

Masyarakat lokal di Kalimantan Tengah yang hidup di agroekosistem lahan gambut telah

memiliki kearifan lokal dalam mengelola lahan tersebut secara berkelanjutan. Berbagai

teknologi sederhana mulai dari pembuatan handil, tabat , pengendalian api ketika

pembukaan lahan, sampai pemilihan jen is tanaman telah terbukt i mampu menjaga

kelestarian lahan tersebut. Namun sejak d imulainya Proyek Pengembangan Lahan

Gambut Satu Juta Hektar (PLG) di Kalimantan Tengah tahun 1995, kearifan loka l

terpinggirkan dan degradasi yang umumnya tergolong berat dikawasan tersebut muncul

dan dampaknya masih terasa sampai sekarang. Pemicu utama dari degradasi gambut

dikawasan PLG salah satunya adalah pembuatan kanal-kanal yang lebar, dalam, serta

panjang terhubung ke berbagai sungai besar di Kalimantan Tengah menyebabkan

terjadinya drainase berlebihan di ekosistem gambut.

Beberapa tahun terakhir issue tentang perubahan iklim global sangat kuat

disuarakan dunia internasional disebabkan adanya peningkatan kadar gas rumah kaca di

atmosfer. Indonesia dituding sebagai salah satu negara emitor terbesar menyumbang gas

rumah kaca, yang mana sumber emisi Indonesia tersebut sebagian besar (2/3) berasal dari

lahan gambut. Hal ini tergambar dari indikasi luasnya degradasi lahan gambut di

Indonesia termasuk dikawasan ex PLG d i Kalimantan Tengah.

Page 3: PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN: …kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/prosiding-gambut... · dikawasan gambut pada tahun 2005. ... pupuk kandang ayam, tanah mineral

Pengelolaan lahan gambut berkelanjutan: studi kasus

235

Menyikapi issue tersebut pemerintah RI berupaya menunjukkan komitmen serius

dalam penurunan gas rumah kaca. Upaya penanaman pohon terbukti mampu memberikan

peningkatan penambatan CO2 (Balitanah, 2004; Agus dan Hussein, 2004). Penanaman

pohon pada lahan gambut yang terdegradasi tentunya sejalan dengan prinsip dasar

tersebut. Penambatan karbon mendekati no l pada sistem padi dan sekitar 9 t ha-1 tahun-1

untuk tanaman sagu, karet atau sawit. Namun karena sawit memerlukan drainase yang

relatif dalam, maka penambatan karbon oleh tanaman sawit jauh leb ih rendah

dibandingkan dengan emisi karena dekomposisi gambut. Dengan demikian, gabungan dari

tanaman yang menambat CO2 dalam jumlah banyak serta toleran dengan drainase dangkal

atau tanpa drainase seperti sagu dan karet, merupakan pilihan utama untuk konservasi

lahan gambut (Agus dan Subiksa, 2008). Upaya lain adalah aplikasi bahan amelioran yang

kaya kation polivalen seperti Fe+++

yang ada pada jenis-jenis pupuk gambut (Pugam)

efektif dalam menekan emisi CO2 antara 36-47 % bila dibandingkan dengan Kontrol (Las

et al. 2011).

Tahun 2011 Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Bappenas melaksanakan

kegiatan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) yaitu suatu wadah untuk

mengelo la bantuan internasional yang masuk ke Indonesia untuk kegiatan yang

menyangkut dengan perubahan iklim. ICCTF melakukan kegiatan di empat provinsi salah

satunya di Kalimantan Tengah. Kegiatan ICCTF di Kalimantan Tengah dilakukan di

gambut dalam yang terdegradasi yang dimanfaatkan untuk tanaman karet dan sela

(ICCTF, 2011).

Makalah in i bertujuan untuk memahami aspek agronomi d i demplot ICCTF

Kalimantan Tengah melalu i pengelolaan lahan gambut untuk tanaman karet dan tanaman

sela.

BAHAN DAN METODE

Lokasi ICCTF di Kalimantan Tengah terletak di Desa Jabiren, Kecamatan Jabiren Raya,

Kabupaten Pulang Pisau, tepatnya di Jl. Trans Kalimantan km 55 arah Palangka Raya ke

Banjarmasin, pada koordinat geografis 02o51’48.6” LS dan 114

o17’00.2” BT. Lokasi

demplot ICCTF dapat ditempuh dengan jalan darat dan disambung dengan angkutan

klotok menyusuri Sungai Jabiren yaitu anak Sungai Kahayan, menuju kearah barat sejauh

2 km. Luas lokasi demplot sekitar 5 ha dan areal pengembangan seluas 25 ha.

Karakterisasi lokasi demplot dan pemetaan tanah serta pemasangan peralatan

pengukur muka air tanah, Rambu Ukur (R1-R4) dan AWS dilakukan oleh Balai Besar

Penelit ian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian, Bogor pada bulan Maret

2011.

Page 4: PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN: …kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/prosiding-gambut... · dikawasan gambut pada tahun 2005. ... pupuk kandang ayam, tanah mineral

M.A. Firmansyah et al.

236

Pohon karet di demplot ICCTF diberi 4 perlakuan amelioran: Pugam A (PA),

Pugam T (PT), pupuk kandang ayam (Pukan), tanah mineral (TM) dan kontrol (K). Setiap

blok amelioran terdiri dari 7 – 8 lorong, lebar antar lorong tanaman karet 5 m, dan jarak di

dalam lorong 3 m, panjang lorong yang diberi perlakuan 180 m, sehingga setiap blok

perlakuan terdapat 420 – 480 pohon karet. Dosis amelioran yang digunakan tiap pohon

adalah PA 1 kg ph-1

, PT 1 kg ph-1

, Pukan 4 kg ph-1

, TM 10 kg ph-1

, serta K. Pemberian

amelioran tersebut dibagi 2 tahap, yaitu tahap awal 50% dan 6 bulan kemudian 50%.

Parameter yang diamat i adalah ukuran lingkar batang, tinggi tanaman, dan lebar tajuk.

Tanaman sela yang ditanam pertama adalah padi ladang varietas Situ Patenggang

dan Situ Bagendit, tanam Januari 2011, jarak tanam 15 x 25 cm. Perlakuan yang dikaji

adalah PA 750 kg ha-1

, PT 750 kg ha-1

, Pukan 4 t ha-1

, TM 2 t ha-1

. Pupuk anorganik yang

diberikan dengan dosis 135 kg ha-1

Urea, 90 kg ha-1

KCl, dan 80 kg ha-1

SP-36. Parameter

yang diamati adalah tinggi tanaman.

Tanaman sela yang ditanam periode kedua adalah jagung Sukmaraga, tanam Mei

2011, dengan jarak tanam 25 x 75 cm. Perlakuan yang digunakan sama dengan perlakuan

tanaman sela pertama. Dosis pupuk anorganik sebesar 250 kg ha-1

Urea, 100 kg ha-1

KCl,

dan 200 kg ha-1

SP-36. Parameter yang diamat i adalah berat p ipilan kering.

Tanaman sela periode ketiga dip ilih nanas, tanam Oktober 2011 diberikan

bersamaan dengan pemupukan dasar yang pertama, yaitu PA 30 gr tnm-1

, PT 30 gr tnm-1

,

Pukan 120 gr tnm-1

, TM 120 gr tnm-1

. Perlakuan diberikan setelah tanaman nanas mulai

adaptasi sekitar umur 1 bulan. Pupuk dasar anorganik diberikan sebanyak 3 ons yaitu pada

1 bulan setelah tanam (November 2011) dan 3 bulan kemudian (Februari 2012), yaitu

Urea: SP-36:KCl dengan perbandingan 2:1:1. Parameter yang diamati adalah tinggi

tanaman, lebar tajuk, dan jumlah helai daun. Data-data yang diperoleh selanjutnya

dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Gambut dan Karbon Tersimpan

Lokasi demplot ICCTF wilayah Kalimantan Tengah seluas 5 ha merupakan lahan

gambut yang memiliki kedalaman antara 5 – 7 m, dengan tingkat kematangan hemist

hingga saprist. Klasifikasi tanah di areal Demplot ICCTF Jabiren terdiri 4 satuan peta

tanah, dengan cadangan karbon bervariasi (Tabel 1).

Page 5: PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN: …kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/prosiding-gambut... · dikawasan gambut pada tahun 2005. ... pupuk kandang ayam, tanah mineral

Pengelolaan lahan gambut berkelanjutan: studi kasus

237

Tabel 1. Jenis Tanah dan Cadangan Karbon di Demplot ICCTF Jab iren

SPT Sub Group Tanah Luas

(Ha)

Bobot Isi/BD

(g/cc)

Cadangan Karbon

(ton)

1

2

3

4

Typic Haplohemist

Sapric Haplohemist

Fibrik Haplohemist

Typic Haplosaprist

1,71

0,78

2,01

0,51

0,22

0,22-0,23

0,21-0,22

0,21-0,22

11.198

3.767

8.607

2.833

Jumlah 26.404

Sumber: Hidayat et. al (2011)

Kondisi Hidrologi dan Iklim

Karakteristik muka air tanah di demplot ICCTF Jabiren berdasarkan jarak

piezometer dari saluran drainase (sungai Jabiren) d isajikan pada Gambar 1. Dari Gambar

1 terlihat bahwa kerakteristik muka air tanah memiliki bentuk cembung, dimana muka air

cenderung dalam (jauh dari permukaan tanah) pada posisi mendekati saluran,sedangkan

pada bulan kering (yaitu Agustus) kondisi muka air tanah berada pada kondisi terdalam

>100 cm dari permukaan tanah (Gambar 1).

Gambar 1. Kondisi muka air tanah pada piezometer berdasarkan jarak dari Sungai

Jabiren

Kondisi curah hujan di Jabiren adalah monsoonal dengan perbedaan yang jelas

antara bulan basah dan bulan kering. Selama pengamatan yaitu bulan April-September

sifat hujan di lokasi, berdasarkan stasiun AWS Telemetri adalah di bawah normal.

Kondisi curah hujan demikian mengakibatkan pasokan air dari saluran dan sungai sangat

rendah (Runtunuwu et al. 2011). Perbedaan muka air Sungai Jabiren pada jarak 50 m dari

arah hulu ke hilir menggambarkan secara tidak langsung mengalirnya air dar i kubah

gambut eks PLG melalui Sungai Jabiren ke Sungai Kahayan (Gambar 2 - 3)

Page 6: PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN: …kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/prosiding-gambut... · dikawasan gambut pada tahun 2005. ... pupuk kandang ayam, tanah mineral

M.A. Firmansyah et al.

238

Gambar 2. Kondisi muka air Sungai Jabiren dari arah hulu (R3) ke Hilir (R1) dengan

jarak 50 m

Gambar 3. Perbedaan elevasi muka air Sungai Jab iren dari arah Hulu (R3) ke Hil ir (R1)

dengan jarak antar Rambu 50 m

Kondisi Tanaman Utama - Karet

Hasil pengamatan lingkar batang karet selama kurun waktu 1 tahun disajikan pada

Gambar 4 dan 5. Berdasarkan Gambar 4, terjadi peningkatan lingkar batang diseluruh

perlakuan dan kontrol. Kenaikan lingkar batang karet selama satu tahun secara rata-rata

10 cm.

Gambar 4. Kondisi lingkar batang karet kurun waktu 1 tahun

Page 7: PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN: …kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/prosiding-gambut... · dikawasan gambut pada tahun 2005. ... pupuk kandang ayam, tanah mineral

Pengelolaan lahan gambut berkelanjutan: studi kasus

239

Nampak bahwa selama 1 tahun pengamatan agronomis terhadap parameter lingkar

batang karet pada perlakuan PT memiliki pertambahan lingkar batang tertinggi yaitu

10,16 cm, d isusul oleh kontrol sebesar 10,02 cm, PA sebesar 9,79, Pukan sebesar 8,45 cm,

dan TM sebesar 7,17 cm (Gambar 5). Sedangkan parameter lebar tajuk tanaman karet

mencapai lebih 5 m (Gambar 6), hal ini secara otomatis menyebabkan kondisi naungan di

sela tanaman karet makin rapat.

Gambar 5. Pertambahan lingkar batang karet (April 2011 s/d Maret 2012)

Gambar 6. Kondisi lebar tajuk tanaman karet dari Maret hingga November 2011

Kondisi Agronomis Tanaman Sela - Padi

Padi ladang Situ Patenggang dan Situ Bagendit yang dicoba diintroduksikan pada

lorong antara barisan tanaman karet mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan kondisi

tanah masih mentah dengan lapisan moss sangat tebal, sehingga perakaran padi sedikit

mencapai tanah gambut. Upaya replanting telah dilakukan, namun tidak menunjukkan

Page 8: PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN: …kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/prosiding-gambut... · dikawasan gambut pada tahun 2005. ... pupuk kandang ayam, tanah mineral

M.A. Firmansyah et al.

240

hasil yang menggembirakan (Gambar 7-8). Meskipun beberapa bagian padi telah

mengeluarkan bulir, namun kebanyakan bulir tersebut hampa.

Gambar 7. Kondisi padi umur 3 bulan setelah tanam hasil replanting (Maret 2011)

dengan latar belakang AWS

Gambar 8. Tinggi padi Situbagendit hasil replanting (3 bulan setelah tanam)

Page 9: PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN: …kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/prosiding-gambut... · dikawasan gambut pada tahun 2005. ... pupuk kandang ayam, tanah mineral

Pengelolaan lahan gambut berkelanjutan: studi kasus

241

Kondisi Agronomis Tanaman Sela - Jagung

Tanaman jagung ditanam dengan tugal pada bulan Mei 2011, varietas yang

digunakan adalah Sukmaraga, karena jenis ini tahan terhadap kemasaman tanah yang

tinggi (Gambar 9). Perlakuan amelioran yang terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi

jagung adalah Pukan, yang mana produksi pipilan kering kurang lebih 150 kg ha-1

sela

karet. Pada perlakuan PA dan PT produksi terlihat seimbang yaitu 57 kg ha-1

sela karet,

sedangkan pada perlakuan TM dan K tidak mampu berproduksi (Gambar 10).

Gambar 9. Kondisi jagung sedang dipupuk ke-2

Gambar 10. Produksi jagung Sukmaraga.

Page 10: PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN: …kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/prosiding-gambut... · dikawasan gambut pada tahun 2005. ... pupuk kandang ayam, tanah mineral

M.A. Firmansyah et al.

242

Kondisi di atas disebabkan terutama karena saat pengisian tongkol telah memasuki

musim kemarau, sehingga menekan fase produksi. Walaupun pemupukan telah digunakan

dengan dosis 250 kg ha-1

Urea, 200 kg ha-1

SP-36, dan 100 kgha-1

KCl namun upaya ini

terlihat belum maksimal disebabkan karena kondisi tanah gambut masih mentah dengan

moss cukup tebal, sehingga pemupukan belum berdampak positif dalam meningkatkan

produksi jagung.

Kondisi Agronomis Tanaman Sela Nanas

Parameter agronomis yaitu pertambahan tinggi tanaman yang diamati

menunjukkan bahwa setelah 6 bulan setelah tanam, perlakuan PA adalah yang tertinggi

yaitu mencapai 30,7 cm (Gambar 11-12), sedangkan parameter pertambahan lebar tajuk

dan jumlah daun, perlakuan Pukan adalah yang tertinggi, masing-masing mencapai 82,8

cm dan 10 helai.

Gambar 11. Pertambahan tinggi tanaman nanas.

Gambar 12. Kondisi tanaman nanas (April 2012) .

Page 11: PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN: …kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/prosiding-gambut... · dikawasan gambut pada tahun 2005. ... pupuk kandang ayam, tanah mineral

Pengelolaan lahan gambut berkelanjutan: studi kasus

243

KESIMPULAN

Pemberian amelioran Pugam T mampu mendukung pertambahan lingkar batang karet

tertinggi. Sedangkan Pukan ayam berpengaruh tertinggi terhadap tinggi tanaman padi Situ

Bagendit, produksi jagung Sukmaraga dapat mencapai lebih dari 150 kg ha-1

, serta lebar

tajuk dan jumlah daun tanaman nanas, masing-masing mencapai 82,8 cm dan 9,7 helai.

SARAN

Pemanfaatan lorong sela antar barisan tanaman karet berumur > 3 tahun sebaiknya

menggunakan tanaman yang tahan naungan seperti nanas bukan tanaman pangan.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F dan E. Husein. 2004. Mult ifungsi pertanian Indonesia. Balai Penelit ian Tanah.

Bogor. 22 hal.

Agus, F. dan I G.M. Subiksa. 2008. Lahan gambut: potensi untuk pertanian dan aspek

lingkungan. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 36 hal.

Balitanah. 2004. Mult ifungsi pertanian, konsep modern dalam memahami pertanian secara

utuh, adil dan bijaksana. Balai Penelit ian Tanah. Bogor. 6 hal.

Hidayat, A., Hikmatullah, Sukarman, dan Wachyunto. 2011. Laporan Akhir Survai dan

Identifikasi sumberdaya lahan lokasi demplot di Kalimantan Tengah, Kalimantan

Selatan, Riau dan Jambi (Final Draft). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumber Daya Lahan Pertanian. Bogor. 93 hal.

ICCTF. 2011. Penelit ian dan pengembangan teknologi pengelolaan lahan gambut

berkelan jutan untuk meningkatkan sekuestrasi karbon dan mitigasi gas rumah kaca.

BBSDLP-ICCTF BAPPENAS. 13 hal.

Las, I., P. Setyanto, K. Nugroho, A. Mulyani, dan F. Agus. 2011. Perubahan iklim dan

pengelolaan lahan gambut berkelanjutan. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. 24 hal.

Runtunuwu, E., B. Kartiwa, Kharmilasari, K. Sudarman, W.T Nugroho, dan A.

Firmansyah. 2011. Dinamika elevasi muka lahan dan saluran di lahan gambut.

Riset Geologi dan Pertambangan. 21(2):63-74.

Page 12: PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN: …kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/data/prosiding-gambut... · dikawasan gambut pada tahun 2005. ... pupuk kandang ayam, tanah mineral

M.A. Firmansyah et al.

244