Pengelolaan gambut mangrove
-
Upload
edy-sutrisno -
Category
Documents
-
view
881 -
download
11
Transcript of Pengelolaan gambut mangrove
PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE dan GAMBUT
dalam KAWASAN KONSERVASI di INDONESIA
Oleh:EDY SUTRISNO
MAKSUD DAN TUJUAN
• Maksud Pedoman Pengelolaan Ekosistem adalah sebagai pedoman bagi institusi pengelola KPA dan KSA dan para pihak terkait dalam pelaksanaan pengelolaan ekosistem gambut dan ekosistem mangrove.
• Tujuan Pedoman Pengelolaan Ekosistem adalah memberikan arahan dan acuan kerja bagi institusi pengelola kawasan konservasi dan para pihak terkait sehingga upaya perlindungan, pengawetan dan pemafaatan ekosistem mangrove dan gambut di dalam kawasan konservasi dapat dilakukan dengan efektif dan optimal sesuai dengan fungsi masing-masing kawasan.
RUANG LINGKUP
• Ruang Lingkup pedoman ini adalah pengelolaan ekosistem gambut dan mangrove di dalam kawasan konservasi yang terdiri dari perencanaan, perlindungan, pengawetan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta monitoring dan evaluasi.
Keberadaan ekosistem gambut dan/atau mangrove di kawasan
konservasi
Keberadaan ekosistem gambut dan/atau mangrove di kawasan
konservasi
PerencanaanPerencanaan PerlindunganPerlindungan PengawetanPengawetan PemanfaatanPemanfaatan Pemberdayaan dan Peran Serta Masyarakat
Pemberdayaan dan Peran Serta Masyarakat
Monitoring dan EvaluasiMonitoring
dan Evaluasi
Tujuan Pengelolaan Kawasan KonservasiTujuan Pengelolaan Kawasan Konservasi
KERANGKA ALUR FIKIR PEDOMAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DAN MANGROVE DI DALAM KAWASAN KONSERVASI
LUARAN
Luaran dari Pedoman ini adalah panduan bagi pengelola kawasan konservasi di Indonesia untuk mengelola ekosistem gambut dan ekosistem mangrove yang ada di dalam kawasan untuk mencapai tujuan pelaksanaan pengelolaan ekosistem secara efektif dan berdaya guna sesuai dengan peran dan fungsi ekosistem tersebut di dalam kawasan konservasi.
EKOSISTEM GAMBUT
PENGERTIAN & MORFOLOGI
Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 mendefinisikan kawasan bergambut sebagai kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang lama.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2010) menyebutkan bahwa pembentukan gambut bermula dari genangan didaerah rawa belakang (back swamp), danau dangkal atau daerah cekungan yang secara berangsur-angsur ditumbuhi oleh tanaman air dan vegetasi lahan basah.
Skema Melintang Kubah Gambut
SEBARAN & DISTRIBUSI
Dari berbagai laporan, luas lahan gambut di Indonesia sangat bervariasi, yaitu antara 13,5-26,5 juta ha
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian (2011) menyebutkan bahwa total lahan gambut di pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua adalah 14.905.574 Hektar, dimana Sumatera memiliki lahan gambut seluas 6.436.649 hektar, Kalimantan 4.778.004 hektar, dan Papua seluas 3.690.921 hektar
EKOSISTEM MANGROVE
PENGERTIAN & MORFOLOGIStrategi Nasional Pengelolaan Lahan Basah (2004)
mendefinisikan hutan mangrove sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam.
Kusmana et. al (2008) menyebutkan bahwa mangrove umumnya membentuk zonasi mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana (satu zonasi, zonasi campuran) dan zonasi yang kompleks (beberapa zonasi), tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan.
Contoh Zonasi Mangrove
SEBARAN & DISTRIBUSI
Rusila noor et. al. (1999) menyebutkan bahwa Giesen (1993) menyebutkan luas mangrove Indonesia 2,5 juta hektar, Dit. Bina Program INTAG (1996) menyebutkan 3.5 juta hektar dan Spalding, dkk (1997) menyebutkan seluas 4,5 juta hektar.
Pusat survey sumberdaya alam laut, BAKOSURTANAL (2009) menyebutkan luas hutan mangrove Indonesia 3,244,018.459 (Ha)
Peta Penyebaran Mangrove di Indonesia(http://pssdal.bakosurtanal.go.id)
LANDASAN HUKUM
EKOSISTEM GAMBUT EKOSISTEM MANGROVE
UUD 1945
UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya
UU No. 5 tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati di Indonesia
UU No. 6 tahun 1994 tentang Ratifikasi terhadap Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim
UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah
UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan ruang
UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 ttg Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
Peraturan Pemerintah No. 150/2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi biomassa
Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa
EKOSISTEM GAMBUT EKOSISTEM MANGROVE
Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
Peraturan Presiden No. 73 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove
KeputusanPresiden No. 48 tahun 1991 tentang Pengesahaan Convention on Wetlands of International Importance Especially as Waterfowl Habitat
Keputusan Presiden No. 80 tahun 1999 tentang Pedoman Umum Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah
Instruksi Presiden No. 2 tahun 2007 tentang Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalteng
Instruksi Presiden No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan
Instruksi Presiden No. 10 tahun 2011 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.70/Menhut-II/2009 tentang 8 (Delapan) Kebijakan Prioritas Bidang Kehutanan dalam Program Pembangunan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu II
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.30/Menhut-II/2005 tentang Standar sistem silvikultur pada hutan alam, tanah kering dan atau hutan alam tanah basah/rawa
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka alam dan Kawasan Pelestarian Alam
EKOSISTEM GAMBUT EKOSISTEM MANGROVE
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.41/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.55/Menhut-II/2008 tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) tahun 2011-2030
Keputusan Menteri Kehutanan No. 187/Menhut-II/2012 tentang Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah
Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.6315/Menhut-VII/IPSDH/2012 tentang Penetapan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukkan Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain (Revisi III)
Peraturan Dirjen PHKA No. SK.151/IV/Set-3/2007 tentang Pedoman Identifikasi dan Inventarisasi Ekosistem Esensial Lahan Basah.
Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 6 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang Tahun 2010-2030
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 10 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serang tahun 2011-2030
PEDOMAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT
PEDOMAN PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE
KRITERIA DAN INDIKATOR PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT
KRITERIA DAN INDIKATOR PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE
TERIMAKASIH