PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya...
Transcript of PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya...
PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN
PEMANFAATANNYA SEBAGAI SATWA PERAGA
DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN
AZZA LAELA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan
kesejahteraan musang luwak dan pemanfaatannya sebagai satwa peraga di Taman
Margasatwa Ragunan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Azza Laela
NIM E34090069
ABSTRAK
AZZA LAELA. Pengelolaan Kesejahteraan Musang Luwak dan Pemanfaatannya
sebagai Satwa Peraga di Taman Margasatwa Ragunan. Dibimbing oleh
BURHANUDDIN MASY’UD dan EVA RACHMAWATI.
Taman Margasatwa Ragunan (TMR) merupakan salah satu lembaga
konservasi yang pengelolaan satwanya dilakukan berdasarkan prinsip etika dan
kesejahteraan satwa, selain itu fungsi TMR juga sebagai sarana rekreasi. Tujuan
penelitian ini adalah mengidentifikasi pengelolaan kesejahteraan musang luwak di
TMR, menganalisis tingkat kesejahteraan musang luwak di TMR serta persepsi
dan minat pengunjung mengenai musang luwak sebagai satwa peraga, dan
menyusun rekomendasi pengelolaan musang luwak di TMR sebagai satwa peraga.
Hasil yang diperoleh menunjukkan pengelolaan musang luwak di TMR terdiri
dari tiga kegiatan utama yaitu pengelolaan perkandangan, pakan, dan kesehatan.
Kesejahteraan musang luwak di TMR termasuk dalam kriteria cukup sampai baik.
Tujuan pengunjung datang ke TMR adalah untuk melihat satwa. Satwa musang
luwak termasuk satwa yang menarik bagi pengunjung. Pengelolaan kesejahteraan
musang luwak di TMR masih kurang dibandingkanfasilitas dan pelayanan yang
ada di TMR. Rekomendasi pengelolaan musang luwak sebagai satwa peraga
difokuskan pada aspek kandang yang perlu diperbaiki.
Kata kunci: musang luwak, Taman Margasatwa Ragunan, wisata
ABSTRACT
AZZA LAELA. Management of Common Palm Civet Welfare and its Benefit as
One of Animals Attraction in Ragunan Zoo. Supervised by BURHANUDDIN
MASY’UD and EVA RACHMAWATI.
Ragunan Zoo is one of the conservation organizations that carried animals
management based on the principles of ethics and animal welfare. Beside that, it
also has a function as recreation place.The purpose of this research is to identify
and analyze management of common palm civet welfare and its of prosperity
level in Ragunan Zoo, measuring interests of the visitors Zoo about the common
palm civet, and also make recommendations for better management in common
palm civet welfare.The results showed that management of common palm civet in
Ragunan Zoo consists of three main activities, which are housing, feeding, and
health. The welfare of common palm civet in Ragunan Zoo also classified as good.
This animal is one of the favorite animals viewed by visitors. The
recommendation that Ragunan’s management to put a lot of their attention in
cages of common palm civet, because many of the cages are need to be repaired.
keywords: common palm civet, Ragunan Zoo, recreation
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
AZZA LAELA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN
PEMANFAATANNYA SEBAGAI SATWA PERAGA
DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN
Judul Skripsi : Pengelolaan Kesejahteraan Musang Luwak dan Pemanfaatannya
sebagai Satwa Peraga di Taman Margasatwa Ragunan
Nama : Azza Laela
NIM : E34090069
Disetujui oleh
Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS
Pembimbing I
Eva Rachmawati, SHut, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Pengelolaan
Kesejahteraan Musang Luwak dan Pemanfaatannya sebagai Satwa Peraga di
Taman Margasatwa Ragunan” dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Juni 2013 bertempat di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda
H. Alwi Muzani dan Ibunda Hj. Maemunah, kakak Aidah Farah dan Ahmad
Sarwat serta adik Ahmad Sofwat atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS
selaku pembimbing I serta Eva Rachmawati, S.Hut, MSi selaku pembimbing II
atas segala bimbingan, arahan, nasehat serta motivasinya dalam menyelesaikan
skripsi ini. Tak lupa ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Nana,
bapak Talih, bapak Adi, dr. Yuke, dr. Edward, Titi serta seluruh pegawai TMR
atas bantuannya selama penelitian berlangsung. Teman-teman (Diah, Elis, Ana,
Dita, Irma, Dewi, Resa, Dila, Ulan, Poet, Yeti, Tika, Nia, Egi) yang telah
menemani hari-hari selama masa perkuliahan dan penelitian. Keluarga besar
Anggrek Hitam 46 terima kasih atas persahabatan, bantuan, dukungan, kerjasama,
dan kebersamaannya selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2013
Azza Laela
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 9
Latar Belakang 1
Tujuan 1
Manfaat 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu 2
Alat dan Bahan 2
Jenis Data 2
Metode Pengumpulan Data 3
Pengolahan dan Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5
Deskripsi Musang Luwak di Taman Margasatwa Ragunan 6
Kondisi Kesejahteraan Musang Luwak di Taman Margasatwa Ragunan 16
Minat dan Persepsi Pengunjung 17
Rekomendasi Pengelolaan Musang Luwak sebagai Satwa Peraga 19
SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 24
DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi pengunjung 3
2 Bobot parameter 4
3 Klasifikasi penilaian kesejahteraan musang luwak di TMR 5
4 Morfologi dan deskripsi musang luwak di TMR 6
5 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek
bebas dari rasa lapar dan haus 8
6 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek
bebas dari rasa tidak nyaman 9
7 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek
bebas sakit, luka, dan penyakit 12
8 Jenis, gejala, dan pengobatan terhadap musang luwak yang sakit 13
9 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek
bebas menampilkan perilaku alami 14
10 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek
bebas dari rasa takut dan tertekan 15
11 Capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR 16
12 Minat pengunjung datang ke TMR 18
13 Persepsi pengunjung terhadap pengelolaan musang luwak di TMR 18
14 Hasil penilaian terhadap pengelolaan musang luwak di TMR 19
DAFTAR GAMBAR
1 Musang luwak 7 2 Pakan musang luwak 8 3 Jenis kandang musang luwak yang ada di TMR 10 4 Material kandang musang luwak di TMR 11
5 Gua buatan yang digunakan sebagai shelter dan cover 11 6 Perilaku musang luwak pada malam hari 14 7 Pagar pengaman 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Penilaian capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR 24
2 Bentuk kandang musang luwak di TMR 30
3 Wawancara pengunjung 31
4 Karakteristik pengunjung di TMR 32
5 Wawancara pengelola 33
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Musang luwak adalah satwa yang dimanfaatkan sebagai penghasil
kopi yang mahal. Harga biji kopi luwak dapat mencapai US$ 300 sampai
US$ 600 perkilogram (ICCRI 2013), karena itu banyak masyarakat yang
menangkarkan musang luwak. Pemanfaatan musang luwak saat ini tidak
diimbangi dengan pengembangbiakkannya, sehingga musang luwak yang
dimanfaatkan banyak yang diambil langsung dari alam. Nur (2012)
menyatakan pada suatu penangkaran membutuhkan bibit sebanyak 20 ekor.
Apabila setiap penangkar mengambil 20 ekor musang luwak langsung dari
alam maka dikhawatirkan jumlah musang luwak di alam akan berkurang
bahkan punah, untuk itu perlu dilakukan pengkajian mengenai penangkaran
musang luwak yang baik dan benar. Baik dalam arti musang luwak yang
ditangkarkan dapat memberikan manfaat bagi penangkar, dan benar dalam
arti musang yang ditangkarkan juga mendapatkan kesejahteraan didalam
penangkaran.
Lembaga Konservasi adalah lembaga yang bergerak dibidang
konservasi tumbuhan dan/satwa liar diluar habitatnya (ex-situ) baik berupa
lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah yang dalam
peruntukkan dan pengelolaannya difokuskan pada fungsi penyelamatan atau
rehabilitasi satwa. Kebun binatang merupakan salah satu Lembaga
Konservasi yang fungsi utamanya adalah pengembangbiakkan terkontrol
dan/atau penyelamatan tumbuhan dan satwa dengan tetap mempertahankan
kemurnian jenisnya. Selain itu fungsi kebun binatang juga sebagai sarana
rekreasi. Pengelolaan kebun binatang dilakukan berdasarkan prinsip etika
dan kesejahteraan satwa (Permenhut No.31 Tahun 2012).
Kebun Binatang Ragunan atau juga dikenal dengan Taman
Margasatwa Ragunan (TMR) merupakan salah satu Lembaga Konservasi
yang diketahui memiliki koleksi musang luwak. Dalam praktek pengelolaan
satwanya, manajemen TMR harus mengacu pada ketentuan yang berlaku
tentang prisip kesejahteraan satwa. Selain itu sebagai sarana rekreasi, TMR
juga harus dikelola dengan selalu memperhatikan kepentingan kepuasan
pengunjung sehingga usaha untuk mengetahui minat dan persepsi
pengunjung menjadi penting. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka
penelitian tentang pengelolaan kesejahteraan satwa musang luwak dan
persepsi serta minat pengunjung terhadap pengelolaan musang luwak
sebagai salah satu obyek wisata di TMR menjadi penting.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi pengelolaan kesejahteraan musang luwak di TMR.
2. Menganalisis tingkat kesejahteraan musang luwak di TMR.
2
3. Menganalisis persepsi dan minat pengunjung mengenai musang luwak
sebagai satwa peraga.
4. Menyusun rekomendasi pengelolaan musang luwak di TMR sebagai
satwa peraga.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang kondisi
kesejahteraan musang luwak di TMR dan dapat membantu dalam
mengembangkan potensi wisata yang menjadikan satwa sebagai obyeknya.
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta
Selatan pada bulan Juni 2013.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah kamera, termometer dry wet dan
meteran.Bahan yang digunakan yaitu pH meter, tallysheet, panduan
wawancara, dan alat tulis menulis.
Jenis Data
Pengumpulan data yang dilakukan meliputi pengelolaan musang
luwak di TMR dan minat serta persepsi pengunjung. Jenis data pengelolaan
musang luwak di TMR meliputi:
1. Aspek bebas dari rasa lapar dan haus: jumlah, jenis, kondisi, kontrol
pakan, waktu pemberian, tempat penyimpanan, kebersihan tempat pakan,
kondisi air minum, tempat air minum, kebersihan tempat air minum, dan
bobot tubuh.
2. Aspek bebas dari rasa tidak nyaman : suhu, kelembaban, ventilasi, bentuk
dan kondisi shelter/cover, material kandang, dan kebersihan kandang.
3. Aspek bebas dari rasa sakit, penyakit, dan luka: kondisi satwa, frekuensi
pemeriksaan kesehatan, catatan kesehatan, fasilitas medis, jumlah tenaga
kesehatan, jenis obat, kondisi tempat penyimpanan obat, dan persiapan
penanganan satwa yang sakit.
4. Aspek bebas berperilaku alami: pengayaan kandang, ukuran kandang,
ada/tidak perubahan perilaku, bentuk kandang, dan pengamanan kandang.
5. Aspek bebas dari rasa takut dan menderita: perlakuan bagi satwa bunting,
penanganan satwa yang baru datang, jumlah perawat satwa, kompetensi
perawat satwa, dan upaya dalam mengatasi satwa yang stress.
3
Jenis data minat dan persepsi pengunjung meliputi:
1. Karakteristik pengunjung: umur, jenis kelamin, daerah asal, pendidikan,
dan pekerjaan.
2. Minat pengunjung: tujuan, intensitas kunjungan, dan alasan berkunjung
kembali, dan ketertarikan terhadap keberadaan musang luwak.
3. Persepsi pengunjung: kondisi kesejahteraan musang luwak, serta fasilitas
dan pelayanan di TMR.
Metode Pengumpulan Data
1. Pengamatan
Kegiatan pengamatan yang dilakukan meliputi 5 aspek kesejahteraan
satwa (Lampiran 1). Pengamatan dilakukan dengan mengikuti secara
langsung pengelolaan musang luwak di TMR mulai dari pemberian pakan,
pembersihan kandang, pemberian obat, dan kegiatan lain yang
bersinggungan langsung dengan kesejahteraan satwa. Kegiatan tersebut
dicatat dan didokumentasikan. Pengamatan lapang dilaksanakan pada pagi
sampai sore hari. Pagi dimulai pukul 08.00 WIB sampai sore pukul 16.00
WIB. Kegiatan ini dilakukan setiap hari selama penelitian berlangsung.
2. Pengukuran.
Kegiatan pengukuran yang dilakukan yaitu: pengukuran kondisi air
minum dengan mengukur derajat keasaman sumber air yang digunakan
untuk minum menggunakan pH meter, pengukuran suhu dan kelembaban
kandang dengan menggunakan termometer dry-wet pada ketinggian 1.5 m
di atas permukaan tanah (Suyanti et al. 2008) yang dilakukan pada pagi hari
pukul 08.00 WIB, siang hari pukul 13.00 WIB, dan sore hari pukul 16.00
WIB selama penelitian berlangsung, serta pengukuran kandang dengan
mengukur panjang, tinggi, dan lebar kandang menggunakan meteran.
3. Wawancara.
Kegiatan wawancara dilakukan kepada pengelola (manajer
pelaksana, perawat satwa, dokter hewan) dan pengunjung. Pemilihan
responden pada penelitian ini menggunakan teknik Stratified Random
Sampling, yaitu pengunjung dikelompokkan berdasarkan strata umur dengan
jumlah yang sama. Kelompok umur diacu dalamWibowo (1987) yaitu pada
Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi pengunjung
Klasifikasi Umur (tahun) Jumlah (orang)
Remaja 13-19 25
Dewasa muda 20-24 25
Dewasa 25-55 25
Tua > 50 25
Pengelompokkan strata umur pengunjung dilakukan untuk
mengetahui persepsi dan minat dari setiap kelas umur. Jumlah pengunjung
yang diambil adalah berdasarkan jumlah yang dikehendaki atas kemampuan
peneliti, yaitu 100 orang responden (Nasution 2007).
4
Pengolahan dan Analisis Data
Kesejahteraan Satwa
Metode yang digunakan dalam pengolahan data kesejahteraan satwa
di TMR adalah metode PKBSI (Persatuan Kebun Binatang Seluruh
Indonesia), yaitu dengan memberikan nilai pada setiap variabel yang
ditetapkan. Nilai untuk setiap variabel yaitu 1= buruk, 2= kurang, 3= cukup,
4= baik, dan 5= memuaskan. Pada penelitian ini terdapat lima parameter
untuk kesejahteraan satwa (prinsip kesejahteraan satwa) yang di dalamnya
terdapat berbagai kriteria penilaian kesejahteraan satwa (Lampiran 1).
Penilaian dilakukan oleh pengamat dan pengelola agar didapatkan hasil
penilaian yang objektif. Total nilai dari setiap parameter dimasukkan
kedalam kolom skoring (Tabel 2) dan untuk mendapatkan nilai terbobot
mengggunakan rumus :
Nilai terbobot = bobot x skoring
Penentuan bobot komponen dilakukan berdasarkan tingkat
kepentingannya. Komponen bebas dari rasa lapar dan haus memiliki bobot
yang paling tinggi karena pakan merupakan faktor pembatas bagi
kelangsungan hidup satwa. Menurut Thohari (1987) faktor makanan
merupakan pemegang peran kunci dalam suatu usaha penangkaran. Nilai
bobot bebas dari rasa sakit, penyakit, dan luka diambil dari buku penilaian
PKBSI tahun 2012, sedangkan bobot untuk komponen bebas dari
ketidaknyamanan diambil berdasarkan pertimbangan bahwa apabila satwa
merasa nyaman maka satwa akan berperilaku alami dan tidak merasa takut
serta menderita, maka nilai untuk komponen ini lebih tinggi dibanding
komponen no 4 dan 5. Berdasarkan prinsip tersebut maka penetapan besar
bobot untuk kelima komponen kesejahteraan satwa seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Bobot parameter
No Komponen Bobot Skoring
(total skor)
Nilai
terbobot
1 Bebas dari rasa lapar dan haus 30
2 Bebas dari rasa sakit, penyakit, dan
luka
20
3 Bebas dari ketidaknyamanan 20
4 Bebas berperilaku alami 15
5 Bebas dari rasa takut dan menderita 15
Nilai kesejahteraan satwa menggunakan rumus:
Skor penilaian = ∑ nilai terbobot
5
Skor penilaian akan dimasukkan dalam klasifikasi penilaian
kesejahteraan satwa (Tabel 3) yang mengacu pada Peraturan Direktur
Jenderal PHKA No.6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penilaian Lembaga
Konservasi.
5
Tabel 3 Klasifikasi penilaian kesejahteraan musang luwak di TMR
No Klasifikasi Penilaian Skor
1
2
3
4
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
80,00 – 100
70,00 – 79,99
60,00 – 69,99
< 60
Pengunjung Data wawancara pengunjung disajikan dalam bentuk persentase dan
dianalisis secara deskriptif. Hasil wawancara minat dan persepsi pengunjung
digunakan sebagai bahan rekomendasi pengelolaan musang luwak sebagai
satwa peraga di TMR.
Rekomendasi Pengembangan Musang Luwak Sebagai Satwa Peraga
Data hasil kesejahteraan satwa dan pengunjung dianalisis secara
deskriptif untuk membuat rekomendasi pengelolaan musang luwak sebagai
satwa peraga di TMR.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi UmumLokasi Penelitian
Sekitar 147 tahun yang lalu di Batavia (kini Jakarta) pelukis ternama
Indonesia yaitu Bapak Raden Saleh menghibahkan lahan seluas 10 Ha di
Jalan Cikini Raya No.73 Jakarta Pusat untuk Taman Margasatwa yang
kemudian tepatnya pada tanggal 19 September 1864 diresmikan dengan
nama ”Planten en Dierentuin” dan dikelola oleh perhimpunan penyayang
flora dan fauna Batavia (Culture Vereniging Panten en Dierentuin of
Batavia). Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan oleh Ir. Soekarno,
maka pada tahun 1949 ”Planten en Dierentuin” diubah namanya
menjadi ”Kebun Binatang en Dierentuin”. Pada tanggal 22 Juni 1966 Kebun
Binatang diresmikan oleh Gubernur DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta,
Mayor Jenderal Ali Sadikin, dengan namaTaman Margasatwa Ragunan.
TMR terletak di daerah Pasar Minggu, sekitar 20 km dari pusat Kota
Jakarta. Secara geografis TMR terletak pada 104o 48l BT dan 106
o 15l LS.
TMR berada pada ketinggian 50 m di atas permukaan laut. TMR memiliki
empat pintu masuk, yaitu Pintu utara, Pintu selatan, Pintu timur, dan Pintu
barat. Pintu utara berbatasan dengan Kelurahan Ragunan, Pintu selatan
berbatasan dengan Kelurahan Jagakarsa yang terletak di Jalan Sagu, Pintu
timur berbatasan dengan Kelurahan Kebagusan yang terletak di Jalan Jati
padang dan Pintu barat berbatasan dengan Kelurahan Ragunan yang terletak
di Jalan Raya Cilandak. Karakteristik lingkungan TMR memiliki
kelembaban pertahunnya antara 60-80% dan curah hujan sekitar 2.291-
2.300 mm. Lahan TMR saat ini adalah milik Pemda DKI Jakarta dengan
luas areal adalah 147 ha yang digunakan untuk konservasi satwa. Sarana dan
6
prasarana di TMR antara lain loket tiket, kamar kecil, rumah sakit hewan,
tempat sampah, mushola, telepon umum, rumah makan, Pusat Primata
Schmutzer, rakit wisata, area memancing, perahu angsa, piknik area, taman
satwa anak, area bermain anak, kantor TMR, Pusat Informasi, dan souvenir
shop.
Deskripsi Musang Luwak di Taman Margasatwa Ragunan
Musang luwak yang terdapat di TMR berjumlah 5 ekor dengan
rincian 3 jantan dan 2 betina. Musang luwak yang ada di TMR merupakan
musang jenis Paradoxurus hermaphroditus yang menyebar luas di kawasan
Asia. Schreiber et al. (1989) menyatakan bahwa terdapat empat spesies
musang dari genus Paradoxurus, yaitu:
1. Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka.
2. Paradoxurus jerdoni, menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India
Selatan.
3. Paradoxurus lignicolor, menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai.
4. Paradoxurus hermaphroditus (musang luwak), menyebar luas di kawasan
Asia.
Tabel 4 Morfologi dan deskripsi musang luwak di TMR
Morfologi Deskripsi Keterangan
Warna rambut bagian
samping abu-abu
kehitaman.
Tubuh musang luwak
ditutupi oleh rambut
berwarna abu-abu
kehitaman, namun pada
bagian kaki dan ekor
berwarna hitam.
Adapula tanda putih
pada bagian dahi dan
sisi wajah. Pada bagian
punggung dan samping
terdapat bintik-bintik
berwarna gelap.
Perbedaan jantan dan
betina adalah jantan
memiliki testis dan
betina memiliki puting
susu.
Warna ekor dan kaki
hitam.
Warna bagian dahi dan
sisi wajah putih.
Terdapat bintik-bintik
gelap pada bagian
punggung.
Ciri morfologi musang luwak yaitu bertubuh sedang berukuran
sekitar 54 cm (Jackson 2004) dengan panjang ekor mencapai 48 cm dan
berat badan rata-rata 3,5 kg (Baker dan Kelvin 2008). Tubuh musang luwak
ditutupi rambut berwarna abu-abu sampai cokelat dengan garis berwarna
gelap pada punggungnya dan bintik-bintik pada sisinya. Musang luwak
memiliki tanda khusus yaitu adanya warna putih di daerah wajah yang
menyerupai topeng. Tanda ini dapat digunakan untuk membedakan musang
luwak dengan musang spesies lain (Baker dan Kelvin 2008). Ciri-ciri
musang luwak betina adalah memiliki delapan puting susu, sedangkan
musang luwak jantan memiliki sepasang testis seperti kucing (Panggabean
2011).
7
Gambar 1 Musang Luwak (dok. Azza 2013)
Informasi pasti umur masing-masing musang luwak yang ada di
TMR tidak ada. Weigl (2005) menyatakan umur musang luwak dapat
mencapai 22 tahun. Empat musang luwak yang ada di TMR berasal dari
sumbangan dan satu individu berasal dari alam. Status musang luwak dalam
daftar IUCN adalah resiko rendah (Least Concern) dan dalam PP. RI No.7
Tahun 1999 musang luwak merupakan satwa yang tidak dilindungi (Not
Protected) sehingga masih banyak yang mengambilnya dari alam. Taman
Margasatwa Ragunan merupakan salah satu tempat pemeliharaan satwa-
satwa hasil sitaan maupun pemberian secara sukarela oleh masyarakat.
Satwa-satwa yang terdapat di TMR ini akhirnya dimanfaatkan oleh
pengelola untuk meningkatkan daya tarik TMR. Musang luwak yang ada di
TMR ditempatkan dalam 3 kandang yang berbeda dengan masing-masing
kandang diisi oleh satu individu dan dua kandang lainnya diisi oleh
sepasang musang luwak. Small Carnivore Taxon Advisory Group (SCTAG
2010) menyatakan bahwa satwa viveridae merupakan satwa soliter atau
berpasangan.
Gambaran Kondisi Pengelolaan Kesejahteraan
Aspek Bebas dari Rasa Lapar dan Haus
Pakan merupakan faktor pembatas (limited factor) yang
mempengaruhi makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Setiap makhluk hidup memerlukan pakan dan air sebagai sumber energi
untuk melakukan aktifitasnya (Departmen of Conservation 1999). Jenis
pakan yang diberikan kepada musang luwak adalah pisang, pepaya, telur
matang dan ayam (Gambar 2). Hal ini sudah sesuai dengan musang luwak
yang merupakan satwa omnivora. Pai (2008) menyatakan bahwa dihabitat
alaminya musang luwak memakan buah-buahan seperti mangga dan
rambutan serta memakan vertebrata kecil, telur, dan serangga. Jumlah pakan
yang diberikan yaitu pisang (200 gram), papaya (25 gram), ayam (150
gram), dan telur matang (1/2 butir). Jumlah pakan buah yang diberikan lebih
banyak dibanding dengan jumlah daging, hal ini sudah sesuai karena
musang luwak lebih bisa disebut frugivora dari pada karnivora dalam
batasan perilaku makannya (Mudappa et al. 2010). Lebih jelasnya,
gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek bebas
dari rasa lapar dan haus dapat dilihat pada Tabel 5.
8
Tabel 5 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek
bebas dari rasa lapar dan haus
Aspek Deskripsi
Bentuk tempat
penyimpanan pakan
Lemari pendingin (chiller) untuk
penyimpanan buah dan sayur serta freezer
untuk tempat penyimpanan daging.
Bentuk tempat pakan Wadah plastik (nampan) berukuran 50 cm x40
cm.
Kebersihan tempat pakan Tempat pakan dibersihkan setiap hari pada
pagi hari dengan cara disikat dibawah air yang
mengalir
Kontrol terhadap pakan
yang telah diberikan
Pengontrolan pakan dilakukan pada pagi hari.
Pakan yang tidak habis di hari sebelumnya
akan dibuang dan diganti dengan yang baru.
Kondisi makanan Pakan buah yang diberikan dalam kondisi
matang.
Waktu pemberian air
minum
Air minum selalu tersedia dalam kandang.
Tempat air minum Pemberian air minum diberikan dalam
wadah/kolam di kandang masing-masing.
Kebersihan tempat air
minum
Pembersihan dan penggantian air minum
dilakukan setiap dua hari sekali.
Pertumbuhan/bobot tubuh Tidak ada pengukuran bobot tubuh.
Gambar 2 Pakan musang luwak
Pemberian buah pisang bagi satwa sudah baik karena pisang
mempunyai kandungan gizi yang sangat banyak, antara lain karbohidrat,
vitamin dan mineral. Poedjiadi (1994) menyatakan bahwa dalam 100 gram
buah pisang mengandung karbohidrat sebesar 25.8 gram dan banyak
kandungan mineral seperti kalsium, besi, magnesium, fosforus, kalium,
natrium, tembaga dan selenium. Buah pisang juga memiliki kandungan
vitamin A yang cukup tinggi sebesar 0.003-1.0 mg per 100 g dan vitamin C
sebesar 10 mg per 100 g (Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian 2004). Karbohidrat berfungsi sebagai sumber
energi, vitamin berfungsi membantu pembentukan dan pemeliharaan sel-sel
jaringan tubuh, serta mineral berfungsi untuk mengatur metabolisme tubuh
(Sunarso et al. 2013). Pemberian daging ayam dan telur ditujukan sebagai
pemenuhan protein satwa. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik
9
Indonesia (1972) menyatakan bahwa dalam 100 gram daging ayam terdapat
protein cukup tinggi yaitu sebesar 18.20 gram. Protein berfungsi sebagai
bahan baku pembuatan enzim, hormon, dan zat kekebalan (Sunarso et al.
2013). Buah pisang dan papaya juga merupakan buah yang mudah didapat
dan harganya murah sehingga bagi penangkar buah ini dapat dijadikan
pilihan pakan musang luwak. Nur (2012) menyatakan bahwa pada suatu
penangkaran pakan untuk musang luwak yaitu buah pisang dan papaya
selain pemberian kopi, jumlah kopi yang diberikan yaitu sebesar 2000
gram/ekor.
Pakan musang seperti ayam dan buah-buahan selama ini di dapatkan
dari para petani dan peternak yang ada di sekitar Jawa Barat. Pakan buah
disimpan dalam lemari pendingin (chiller )dan daging disimpan dalam
freezer untuk menjaga agar kualitas pakan satwa tetap baik. Pakan buah
yang diberikan kepada satwa dalam kondisi matang. Nur (2013) menyatakan
bahwa musang luwak hanya memakan buah yang telah matang.
Air yang digunakan untuk minum satwa merupakan air tanah yang
dipompa dengan jetpump. Kualitas air untuk minum satwa memiliki pH 6
yang berarti kualitas air cukup bagus. Nilai pH air normal adalah antara 6.00
– 8.00 (Gambiro 2012). Kuantitas air yang ada di TMR juga sudah baik
karena air tetap tersedia meskipun pada musim kemarau, ini karena masih
banyaknya pohon yang ada di lingkungan TMR. Soemarno (2010)
menyatakan bahwa adanya vegetasi dan pohon sangat penting untuk
menyimpan air hujan.
Aspek Bebas dari Rasa Tidak Nyaman
Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek
bebas dari rasa lapar dan haus dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek
bebas dari rasa tidak nyaman
Aspek Deskripsi
Kondisi suhu, kelembaban
dan ventilasi
Suhu rata-rata kandang pada pagi (26.20C),
siang (28.80C), dan sore (28.1
0C). Kelembaban
relatif kandang pada pagi (87%), siang (78%),
dan sore (78.6%). Ventilasi kandang terletak di
bagian atap kandang.
Jenis kandang Kandang peraga, kandang peralihan, dan
kandang karantina.
Bentuk shelter dan cover Gua buatan.
Kondisi shelter dan cover Tidak rusak dan digunakan oleh satwa.
Kondisi pohon sekitar
kandang (mati/tidak)
Tidak ada pohon yang mati.
Material kandang Kawat, besi, semen, dan kaca.
Kebersihan kandang Kandang dibersihkan setiap hari dengan disapu
atau disemprot air, penggunaan steam
dilakukan 1 bulan sekali untuk menghilangkan
lumut, dan pembersihan dengan menggunaan
disenfektan dilakukan setiap 2 minggu sekali.
10
Ecclestone (2009) menyatakan bahwa aspek bebas dari rasa tidak
nyaman yaitu memberikan kondisi lingkungan yang sesuai dan
menyenangkan bagi satwa. Suhu dalam kandang dirasa kurang sesuai karena
menurut Small Carnivore Taxon Advisory Group (SCTAG 2010) kelompok
viveridae umumnya lebih suka pada suhu antara 20-250C. Ventilasi sebagai
tempat pertukaran udara hanya terdapat di bagian atap sehingga kurangnya
sirkulasi udara menyebabkan kandang lembab. Terbukti dari adanya lumut
dalam kandang dan matinya satu ekor musang luwak karena infeksi paru-
paru (pneumonia). Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab
meliputi infeksi karena bakteri, virus, jamur, atau parasit (Fransisca 2000).
Priyatna (2011) menyatakan bahwa kandang yang lembab dapat memicu
berkembangnya jamur, bakteri, virus dan organisme lain penyebab penyakit.
Udara yang yang lembab akan menjadi media yang baik bagi
berkembanganya bakteri-bakteri pathogen (bakteri pembawa penyakit),
selain itu jika ventilasi kurang maka ruangan akan mengalami kekurangan
O2
dan bersamaan dengan itu kadar CO2 yang bersifat racun akan meningkat
(Waluya 2012).
Kandang musang luwak yang terdapat di TMR terdiri dari 3 jenis
kandang yaitu kandang peraga, kandang karantina, dan kandang peralihan.
Kandang peraga berfungsi sebagai tempat memeragakan satwa, kandang
karantina berfungsi sebagai tempat bagi satwa yang sakit, dan kandang
peralihan berfungsi untuk memindahkan satwa apabila kandang peraga
sedang dibersihkan, tempat menampung kelebihan satwa, serta tempat untuk
memisahkan satwa bunting.
Gambar 3 Jenis kandang musang luwak yang ada di TMR, kandang
peraga(kiri), kandang peralihan (tengah), kandang
karantina (kanan)
Penentuan bahan material kandang penting dilakukan karena akan
berdampak pada satwa yang ada dalam kandang. Material kandang musang
luwak di TMR terdiri dari kawat, besi, kaca, dan semen. Contoh gambar
material kandang dapat dilihat pada Gambar 4.
11
Gambar 4 Material kandang musang luwak di TMR
Pintu kandang terbuat dari kawat dan besi yang dibuka dengan
menggunakan katrol. Atap kandang terbuat dari semen, kawat dan besi,
begitu pun dengan dinding pemisah kandang. Atap dan dinding kandang
tidak seluruhnya tertutup oleh semen melainkan hanya sebagian. Ini
dilakukan agar pertukaran udara dapat terjadi dalam kandang. Lantai
kandang terbuat dari semen. Penggunaan bahan semen sebagai bahan
konstruksi lantai kandang dirasa kurang tepat, sebab Indonesian Society for
Animal Walfare (2008) menyatakan bahwa lantai semen, campuran semen
pasir dalam air (cetakan bahan semacam semen) dan tanah liat tidak dapat
dipakai karena permukaan yang keras dapat menyebabkan satwa merasa
tidak nyaman atau secara fisik membahayakan satwa, menambah muatan
panas yang dialami oleh satwa dengan radiasi panas dalam cuaca panas dan
dengan cepat berubah menjadi dingin dalam waktu yang cepat. Bagian
depan kandang terbuat dari semen, kaca, kawat dan besi. Lebar bagian
depan kandang yang terbuat dari kawat, besi dan kaca adalah selebar 2
meter di bagian tengah sedangkan dibagian sampingnya terbuat dari semen.
Adanya kaca sebagai material kandang dirasa kurang tepat sebab Indonesian
Society for Animal Walfare (2008) menyatakan bahwa kaca dan pagar
pembatas transparan dapat membuat temperatur dan kelembaban sulit untuk
dikontrol karena dapat menghalangi sirkulasi udara.
Pada kandang musang luwak di TMR tersedia gua buatan yang
digunakan sebagai cover maupun shelter. Weddel (2002) menyatakan
bahwa cover merupakan tempat berlindung sedangkan shelter merupakan
tempat bernaung. Gua tersebut terbuat dari semen dan terletak di atas kolam
tempat minum satwa (Gambar 5). Penempatan cover tepat di atas kolam
kurang sesuai melihat bahwa satwa membuang kotoran dalam cover
sehingga dikhawatirkan kotoran akan jatuh ke dalam kolam tempat minum
satwa.
Gambar 5 Gua buatan yang digunakan sebagai shelter dan cover
12
Pembersihan dengan disenfektan dilakukan sebagai upaya
pengendalian dan penanggulangan penyakit.Setiap kandang peraga memiliki
parit sebagai tempat pembuangan air. Parit dengan lebar 27 cm dan
kedalaman 9 cm ini terdapat tepat di belakang bagian depan kandang. Air di
parit ini akan keluar ke parit yang ada di bagian depan kandang mamalia
kecil dan kemudian akan mengalir ke kali yang dekat dengan TMR.
Kondisi sekitar kandang ditutupi tajuk pohon yang masih cukup
rapat, sehingga satwa masih bisa merasakan suasana hutan walaupun berada
di dalam kandang. Setiap hari selain merawat satwa, perawat satwa juga
bertugas membersihkan dan merawat tanaman yang ada di sekitar kandang.
Aspek Bebas dari Rasa Sakit, Luka, dan Penyakit
Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek
bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek
bebas sakit, luka, dan penyakit
Aspek Deskripsi
Kondisi satwa Tidak ada tanda-tanda satwa yang sakit, namun pada
rambut bagian ekor dan kaki musang luwak terdapat
bekas kutu yang membuat beberapa bagian rambut di
tubuh musang luwak rontok sehingga terlihat seperti
“bopeng”.
Frekuensi
pemeriksaan
kesehatan
Tidak ada pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh
dokter hewan.
Catatan kesehatan
satwa
Penyakit yang pernah diderita oleh satwa musang
luwak di TMR adalah diare, kutu, infeksi saluran
pernafasan (batuk, pilek) dan stress.
Fasilitas medis Laboratorium parasit, laboratorium darah, rontgen,
USG, ruang operasi, mesin anestesi, dan gudang obat.
Jumlah tenaga
kesehatan
10 orang yang terdiri dari 5 dokter, 3 orang paramedis,
dan 2 orang administrasi.
Jenis obat Obat yang digunakan adalah obat untuk hewan dan
obat untuk manusia.
Kondisi tempat
penyimpanan obat
Terdapat gudang obat yang menyimpan berbagai jenis
obat dengan kondisi ruangan yang bersih dan berAC
untuk menjaga suhu ruangan.
Persiapan
penanganan satwa
yang sakit
Satwa yang sakit akan langsung ditangani oleh dokter
hewan yang selalu ada setiap hari.
Ecclestone (2009) menyatakan bebas dari rasa sakit, luka, dan
penyakit yaitu mencegah kemungkinan satwa jatuh sakit dan luka, jika
satwa masih jatuh sakit atau menderita luka-luka maka harus menjamin
bahwa satwa itu dapat diperiksa oleh dokter hewan dan diobati. Pada
pengamatan yang dilakukan tidak ada tanda-tanda satwa yang sakit. Hanya
13
ada satu individu satwa yang stress karena baru datang, namun setelah
beberapa hari mendapatkan perawatan satwa tidak lagi stress. Tidak ada
pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh dokter hewan. Apabila ada satwa
yang sakit, maka perawat akan melaporkan ke dokter hewan, baru
setelahnya dokter hewan akan memeriksa kondisi satwa. Catatan
pengobatan yang ada di TMR berupa catatan harian bagi satwa yang sakit
dan kemudianakan direkap setiap satu bulan sekali. Catatan harian berisi
tentang penyakit yang dialami dan pengobatan yang dilakukan.
Penyakit yang pernah diderita oleh satwa musang luwak di TMR
adalah diare, infeksi saluran pernafasan (batuk, pilek), kutu dan stress.
Berikut adalah jenis, gejala, dan pengobatan yang dilakukan dalam
mengobati penyakit tersebut (Tabel 8).
Tabel 8 Jenis, gejala, dan pengobatan terhadap musang luwak yang sakit
No Jenis penyakit Gejala Pengobatan
1 Diare Kotorannya berupa
cairan, tidak nafsu
makan.
Obat anti diare, B
carbon, immodium,
anti biotik, anti
protozoa.
2 Infeksi saluran
pernafasan (pilek)
Keluar cairan dari
hidung, batuk.
Anti biotik,
decongestan.
3 Kutu Rambut rontok, bintik-
bintik merah seperti
koreng.
Obat anti kutu (septo
skin calier)
4 Stress Tidak nafsu makan,
tidak beraktivitas.
Ditempatkan pada
kandang karantina,
diberi vitamin, anti
biotik.
Cara penanggulangan penyakit yang dilakukan TMR yaitu dengan
pemberian obat cacing setiap 3 bulan sekali sebanyak 1 kapsul per ekor.
Pemeriksaan kondisi satwa dilakukan oleh perawat satwa dengan melihat
kotoran dan sisa makanan. Apabila kotoran satwa mengalami perubahan
atau satwa tidak memakan makanannya lebih dari 3 hari, maka perawat baru
akan menghubungi dokter hewan untuk melakukan tindakan. Obat-obat
yang sudah kadaluarsa akan di bakar di krematorium.
Aspek Bebas Menampilkan Perilaku Alami
Ecclestone (2009) menyatakan bebas berperilaku alami merupakan
kebebasan satwa untuk berperilaku seperti di habitat alaminya. Pengayaan
kandang yang ada di kandang musang luwak yaitu kolam sebagai tempat
minum, gua buatan sebagai cover, dan batang pohon karena di habitat
alaminya musang luwak suka hidup di atas pohon (Duckworth 1997).
Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek bebas
menampilkan perilaku alami dapat dilihat pada Tabel 9.
14
Tabel 9 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek
bebas menampilkan perilaku alami
Aspek Deskripsi
Pengayaan kandang Kolam sebagai tempat minum, gua buatan
sebagai shelter dan cover serta batang pohon.
Ukuran kandang Kandang peraga (luas =15,55 m2 tinggi=2,8 m),
kandang peralihan (luas=5,77m2 tinggi=2,8 m),
kandang karantina (luas=0,66m2 tinggi=0,7 m).
Perubahan perilaku satwa
(ada/tidak)
Tidak ada perubahan tingkah laku satwa.
Bentuk kandang Lampiran 2.
Pengamanan kandang Adanya pagar pembatas antara pengunjung
dengan satwa, pintu kandang selalu tertutup dan
dibuka dengan menggunakan katrol, adanya
batas masuk antara kandang mamalia dengan
pengunjung.
Ukuran kandang musang luwak di TMR dinilai kurang untuk
kandang yang berisi dua ekor musang luwak dan cukup untuk kandang yang
berisi satu ekor musang luwak. Small Carnivore Taxon Advisory Group
(SCTAG 2010) menyatakan ukuran kandang yang baik untuk satwa
viveridae adalah sepuluh kali panjang tubuhnya, sedangkan untuk tinggi
kandang yaitu berukuran 2,4-3 m. Patou et al. (2010) menyatakan musang
luwak dewasa memiliki panjang rata-rata 90 cm. Ini berarti bahwa luas
kandang yang dibutuhkan oleh musang luwak adalah 9 m2/ekor. Ukuran
kandang musang luwak yang ada di TMR yaitu 15,55m2 dan tinggi 2,80 m
2
sehingga dapat dinyatakan bahwa luas kandang musang luwak belum
sepenuhnya mencukupi untuk dua kandang yang berisi dua ekor musang
luwak.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa satwa aktif pada malam hari
sedangkan pada siang hari satwa tidur di dalam gua. Aktivitas yang
dilakukan musang luwak pada malam hari seperti makan, memanjat batang
pohon atau kawat dinding, minum, dan berjalan-jalan dalam kandang
(Gambar 6). Hal ini sesuai dengan Pai (2008) yang menyatakan bahwa
musang luwak mulai berburu pada malam hari, aktifitasnya dimulai pada
pukul enam sore sampai pukul empat pagi.
Gambar 6 Perilaku musang luwak pada malam hari
15
Pengamanan kandang yang dimaksudkan adalah pengaman yang
dilakukan pengelola agar satwa dan pengunjung merasa aman. Pengamanan
yang dilakukan yaitu pembuatan pagar batas yang memisahkan pengunjung
dengan satwa (Gambar 7). Selain itu ada pula batas masuk kandang mamalia
kecil yang pintunya selalu terkunci.
Gambar 7 Pagar pengaman
Aspek Bebas dari Rasa Takut dan Tertekan
Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek
bebas dari rasa lapar dan haus disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk
aspek bebas dari rasa takut dan tertekan
Aspek Deskripsi
Perlakuan bagi satwa
bunting
Musang luwak yang ada di TMR belum ada
yang bunting. Penempatan jantan dan betina
dalam satu kandang merupakan salah satu
usaha yang dilakukan agar terjadi proses
reproduksi.
Penangananan bagi satwa
yang baru datang
Satwa yang baru masuk di TMR akan diperiksa
kesehatannya oleh dokter hewan. Satwa yang
dinyatakan telah sehat akan dimasukkan dalam
kandang penitipan sampai ada kandang peraga
yang kosong. Satwa yang sakit akan
dimasukkan dalam kandang karantina khusus
untuk dilakukan pengobatan sampai satwa
tersebut sehat.
Jumlah perawat satwa Tiga orang untuk menangani seluruh satwa di
kandang mamalia kecil.
Kompetensi perawat
satwa
1 orang lulusan SR dan 2 orang lulusan SMA.
Upaya dalam mengatasi
satwa yang stress
Mengamati dan mendiskusikan.
Ecclestone (2009) menyatakan bebas dari rasa takut dan tertekan
yaitu menjamin kondisi dan perlakuan satwa dengan baik untuk
menghindari satwa dari ancaman takut, stress, dan kesusahan. Kandang
bagian mamalia kecil yang didalamnya terdapat kandang musang luwak
16
memiliki jumlah perawat satwa sebanyak 3 orang. Masing-masing perawat
satwa tidak memiliki latar belakang pendidikan pengelolaan satwa, namun
memiliki pengalaman dalam pengelolaan satwa karena telah bekerja
bertahun-tahun sebagai perawat satwa di kandang mamalia kecil. Tugas
yang dilakukan perawat satwa selain merawat satwa juga meracik pakan,
membersihkan kandang dan lingkungan sekitar kandang, serta
memperhatikan kondisi satwa.
Pada saat penelitian, terdapat satu ekor musang luwak yang baru
dimasukkan dalam kandang peraga. Satwa yang baru masuk tersebut
kemudian mengalami stress. Gejala satwa stress yaitu tidak nafsu makan,
tidak banyak bergerak, dan apabila didekati tubuhnya bergetar. Jordan
(2005) menyatakan stress pada satwa dapat terjadi saat satwa mengalami
kondisi fisik dan emosi yang terganggu. Penanganan yang dilakukan pihak
TMR adalah dengan memberikan vitamin dan anti biotik karena satwa tidak
tidak nafsu makan serta memasukkan satwa dalam kandang karantina agar
memudahkan perawatan dan menghindarkan satwa sementara dari
pengunjung.
Kondisi Kesejahteraan Musang Luwak di TamanMargasatwa Ragunan
Berdasarkan hasil pengamatan lapang dan wawancara yang
dilakukan, TMR telah mencapai beberapa tahapan dalam implementasi
kesejahteraan musang luwak yang terdapat dalam (Lampiran 1). Capaian
kesejahteraan satwa di TMR berdasarkan pengamatan dan penilaian dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR
No Komponen Bobot Skoring Nilai terbobot Ket
Pt Pl Pt Pl Pt Pl
1 Bebas dari rasa lapar
dan haus
30 2.9 3.6 87 108 B B
2 Bebas dari rasa sakit,
penyakit, dan luka
20 3.2 4.3 64 86 C B
3 Bebas dari rasa tidak
nyaman
20 3.2 4.2 64 84 C B
4 Bebas berperilaku alami 15 3.8 4.4 57 66 C C
5 Bebas dari rasa takut
dan menderita
15 3.3 3.7 49.5 55.5 K K
Rataan 64.3 79.9 C B Ket: Pt= pengamat, Pl= pengelola, SB= sangat baik, C= cukup, K= kurang
Capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR
termasuk dalam kategori cukup sampai baik. Pemenuhan kriteria
pengelolaan satwa dapat dilihat pada masing-masing prinsip kesejahteraan
satwa (Lampiran 1). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat
beberapa penambahan maupun perbaikan yang sebaiknya dilakukan dalam
17
upaya implementasi kesejahteraan satwa, yaitu pada aspek kandang, karena
aspek ini menyangkut penilaian terhadap aspek bebas dari rasa tidak
nyaman, aspek bebas menampilkan perilaku alami, dan aspek bebas dari
rasa takut dan menderita. Perbaikan kandang yang dilakukan meliputi
penambahan ventilasi, perubahan material kandang, penempatan cover dan
penambahan pengayaan kandang seperti penambahan vegetasi dalam
kandang.
Minat dan Persepsi Pengunjung
Karakteristik Pengunjung Pengunjung TMR paling banyak berasal dari daerah sekitar Jakarta
yaitu sebanyak 89%. Dominasi ini karena akses yang baik untuk menuju
lokasi.Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Widyaningrum (2010) yang
menyatakan bahwa domisili calon pengunjung dan aksesibilitas menuju
lokasi wisata menjadi faktor yang menentukan keramaian maupun frekuensi
kunjungan kawasan wisata. Pengunjung TMR paling banyak adalah
perempuan (54%). Pekerjaan pengunjung paling banyak adalah wiraswasta
(33%), sedangkan pendidikan pengunjung paling banyak adalah SMA/SMK
(58%).
Minat Pengunjung
Mulyati (2004) menyatakan minat merupakan perasaan senang
dalam diri yang memberikan perhatian pada objek tertentu dan adanya
ketertarikan terhadap objek tertentu. Berikut ini minat pengunjung dari
masing-masing kelas umur (Tabel 12). Sebagian besar pengunjung dari
masing-masing kelas umur menjawab bahwa tujuan mereka datang ke TMR
adalah untuk melihat satwa. Intensitas kunjungan lebih dari 5 kali yang
menandakan bahwa pengunjung sering datang ke TMR. Alasan berkunjung
kembali adalah karena senang melihat satwa. Hal ini menunjukkan bahwa
satwa dapat menjadi objek wisata yang menarik bagi pengunjung. Objek
wisata menurut Siregar (2001) merupakan sesuatu yang dapat dilihat dan
dinilai sehingga menjadi suatu daya tarik bagi orang-orang yang berkunjung
ke suatu tempat atau kawasan wisata. Ketertarikan pengunjung terhadap
musang luwak diketahui dari keinginan pengunjung untuk melihat satwa ini.
Berdasarkan hasil wawancara, pengunjung secara umum tertarik untuk
melihat musang luwak. Kopi luwak yang saat ini sedang terkenal menjadi
salah satu alasan pengunjung tertarik melihat satwa ini, namun karena
musang luwak lebih aktif pada malam hari dan kondisi cover yang
berbentuk gua menyebabkan satwa tidak terlihat oleh pengunjung.
18
Tabel 12 Minat pengunjung datang ke TMR
Minat Kelompok umur (%)
Remaja Dewasa
muda
Dewasa Tua
Tujuan
a. Melihat satwa 52 38 45 61
b. Wisata 48 37 28 21
c. Lainnya - 25 27 18
Frekuensi kedatangan
a. Sekali - 4 16 8
b. 2 kali 12 16 24 16
c. 3 kali 24 4 16 4
d. 4 kali 4 4 12 12
e. >5 kali 60 72 32 60
Alasan berkunjung kembali
a. Senang melihat satwa 36 31 56 52
b. Suasana asri 19 26 20 22
c. Murah 16 6 4 11
d. Menambah pengetahuan
dan wawasan
7 11 - 4
e. Rekreasi - 11 - 7
f. Mengajak anak mengenal satwa - - 16 4
g.Tempat yang enak untuk berkumpul 6 9 4 -
h. Suka jalan-jalan 10 6 - -
i. Refreshing 6 - - -
Ketertarikan terhadap musang
luwak
a. Tertarik 52 56 72 52
b. Biasa saja 48 44 28 48 Ket: lainnya (mengajak anak mengenal satwa, murah, suasana asri, menambah pengetahuan,
tempat enak untuk berkumpul, jalan-jalan)
Persepsi Pengunjung
Effendy (1984) persepsi adalah penginderaan terhadap kesan yang
timbul dari lingkungannya. Berikut ini minat pengunjung dari masing-
masing kelas umur (Tabel 13).
Tabel 13 Persepsi pengunjung terhadap pengelolaan musang luwak di TMR
Persepsi Kelompok umur (%)
Remaja Dewasa muda Dewasa Tua
Kondisi kesejahteraan
musang luwak
a. Sejahtera 48 40 44 28
b. Kurang sejahtera 52 60 56 72
Fasilitas dan pelayanan
a. Memuaskan 72 52 68 60
b. Kurang memuaskan 28 48 32 40
19
Penilaian pengunjung terhadap kondisi kesejahteraan musang luwak
dilihat dari kondisi kandang satwa. Hal ini dikarenakan aspek ini mudah
dilihat langsung oleh pengunjung. Hasil rataan persentase dari setiap
kelompok umur pengunjung menunjukkan sebanyak 56% pengunjung
mengatakan musang luwak di TMR kurang sejahtera dan 44% pengunjung
mengatakan musang luwak di TMR sudah sejahtera. Pengunjung
mengatakan bahwa kondisi kesejahteraan musang luwak di TMR kurang
sejahtera karena melihat kandang musang luwak yang berlumut, kotor,
kurang terawat, kurangnya fasilitas dalam kandang, kurangnya vegetasi
dalam kandang, ukuran kandang kurang mencukupi dan bentuk kandang
yang kurang menarik.
Penilaian pengunjung terhadap pelayanan TMR terdiri dari
pelayanan pengelola dan fasilitas pelayanan. Hasil rataan persentase dari
setiap klasifikasi umur pengunjung menunjukkan sebanyak 61%
pengunjung mengatakan pelayanan TMR sudah memuaskan, namun ada
beberapa hal yang perlu diperbaiki atau ditambah jumlahnya seperti
penambahan tempat sampah dan papan interpretasi pada setiap kandang.
Rekomendasi Pengelolaan Musang Luwak sebagai Satwa Peraga
Hasil penilaian pengelolaan musang luwak sebagai satwa peraga
dilihat dari pengamatan kesejahteraan satwa dan wawancara pengunjung
disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Hasil penilaian terhadap pengelolaan musang luwak di TMR
No Aspek Pengamatan
Kesejahteraan satwa
Pengunjung Keterangan
1 Satwa Kondisi
kesejahteraan musang
luwak mendapat nilai
cukup sampai baik.
Kondisi
kesejahteraan
musang luwak
kurang
sejahtera.
Peningkatan
aspek
kesejahteraan
satwa.
2 Fasilitas
pendukung
satwa dan
pengelolaan
nya
Terdapat gua buatan
sebagai shelter dan
cover.
Satwa tidak
terlihat dalam
kandang.
Perubahan cover.
Terdapat batang
pohon sebagai
pengayaan kandang.
Kurangnya
vegetasi dalam
kandang.
Penambahan
pengayaan
kandang.
Kurangnya ventilasi
udara sehingga
kandang menjadi
lembab, terbukti
dengan adanya lumut
dalam kandang.
Kandang
terlihat kotor
dan tidak
terawat.
Penambahan
ventilasi kandang.
20
Tabel 14 Lanjutan
No Aspek Pengamatan
Kesejahteraan satwa
Pengunjung Keterangan
Hanya terdapat empat
jenis pakan yang
diberikan.
- Variasi jenis
pakan lebih
ditambah.
Pemberian pakan
buah dilakukan pada
pagi hari.
- Pemberian pakan
buah sebaiknya
dilakukan pada
sore hari.
Tidak adanya
pemeriksaan kondisi
fisik dan kesehatan
yang rutin oleh
dokter hewan.
- Sebaiknya
dilakukan
pemeriksaan
kesehatan rutin
oleh dokter
hewan.
Tidak adanya
pemberian vaksinasi.
- Sebaiknya
dilakukan
vaksinasi.
Kaca dan lantai
semen dapat
membuat suhu
kandang meningkat.
-
Perubahan
material kandang.
Penempatan gua
buatan di atas kolam
dapat menyebabkan
kotoran jatuh ke
dalam kolam.
Perubahan
penempatan
cover.
Ukuran kandang yang
diisi 2 ekor musang
luwak kurang sesuai.
Ukuran
kandang kurang
mencukupi.
Penambahan
ukuran kandang
atau penempatan
satu ekor dalam
satu kandang.
3 Fasilitas
dan sarana
pendukung
wisata
- Kurangnya
papan
interpretasi.
Penambahan
papan
interpretasi.
- Kandang
kurang menarik.
Renovasi atau
pengecatan.
- Kurangnya
tempat sampah.
Penambahan
tempat sampah.
21
Berdasarkan hasil penilaian terhadap pengelolaan satwa (Tabel 16)
terlihat beberapa aspek yang perlu diperbaiki oleh pengelola. Terdapat tiga
rekomendasi pengelolaan musang luwak sebagai satwa peraga agar dapat
lebih baik yaitu:
1. Peningkatan kesejahteraan satwa khususnya aspek kandang.
2. Peningkatan fasilitas pendukung satwa dan pengelolaannya.
3. Peningkatan fasilitas dan sarana pendukung wisata di TMR.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Pengelolaan musang luwak di TMR terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu
pengelolaan perkandangan, pengelolaan pakan, dan pengelolaan
kesehatan.
2. Kesejahteraan satwa di TMR termasuk dalam kriteria cukup sampai baik.
3. Sebagian besar tujuan pengunjung datang ke TMR adalah untuk melihat
satwa. Satwa musang luwak termasuk satwa yang menarik bagi
pengunjung. Pengelolaan kesejahteraan musang luwak di TMR masih
kurang sedangkan pengelolaan fasilitas dan pelayananpengunjung sudah
memuaskan.
4. Rekomendasi pengelolaan musang luwak sebagai satwa peraga
difokuskan pada aspek kandang yang perlu diperbaiki.
Saran
1. Pemberian variasi pakan luwak dapat dilakukan dengan pemberian kopi.
2. Selain itu untuk menarik pengunjung pengelola juga bisa mengadakan
kegiatan pembuatan kopi luwak, dalam kegiatan ini pengunjung diajak
untuk mengetahui proses pembuatan kopi luwak dan merasakan cita rasa
kopi luwak. Kegiatan ini dapat dilakukan seminggu dua kali yaitu pada
hari sabtu dan minggu karena pada hari itu pengunjung sedang ramai.
DAFTAR PUSTAKA
Poedjiadi A. 1994. Dasar-dasar biokimia. Jakarta: UI Press.
Baker N, Kelvin L. 2008. Wild Animals of Singapore: A Photographic
Guide to Mammals, Reptiles, Amphibians, and Freshwater Fishes.
Singapura: Vertebrate Study Group, Nature Society. 180 hlm.
Departmen of Conservation. 1999. A Guide to Keeping New Zeland Lizard
in Captivity. New Zealand Herpetological Society’s.1-9.
22
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1972. Daftar
Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Bhratara.
Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.2004.
Teknologi Mutu dan Sarana Pengolahan Hasil Pisang.Jakarta:
Departemen Pertanian.
Duckworth JW. 1997. Small carnivores in Laos: a status review with notes
on ecology, behaviour and conservation. Small Carnivore
Conservation.16:1-21.
Eccleston KJ. 2009. Animal Walfare di Jawa Timur: Model kesejahteraan
binatang di Jawa Timur [skripsi]. Malang: Fakultas ilmu sosial dan
ilmu politik. Universitas Muhammadiyah Malang.
Effendy OU. 1984. Hubungan Komunikasi Teori dan Praktek.Bandung:
Remaja Karya..
[FAWC] Farm Animal Walfare Council. 2009. Five freedoms.
http://www.fawc.org.uk/freedoms.htm [4Agustus 2013]
Fransisca. 2000. Pneumonia. Surabaya: Fakultas Kedokteran Wijaya
Kusuma.
Gambiro H. 2012. Pengelolaan limbah cair.Pusat pengembangan bahan ajar.
Universitas Mercubuana.
[ICCRI] Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute.Kopi
luwak.iccri.net [14 Agustus 2013]
Indonesian Society for Animal Walfare. 2008. Prinsip kesejahteraan satwa di
kebunbinatang. http://www.isaw.or.id [14Juli 2013].
Jealani. 2009. Ensiklopedi Kosmetika Nabati. Bandung: Penerbit Pustaka
Populer Obor.
Jordan B. 2005. Science-based Assessment Of Animal Welfare: Wild And
Captive Animals.Rev. sci. tech. Off. int. Epiz. 24 (2): 515-528.
Mudappa D, Kumar A ,Chellam R. 2010. Diet and Fruit Choice of the
Brown Palm Civet Paradoxurusjerdoni, a Viverrid Endemic to the
Western Ghats Rainforest, India.Journal Tropical Conservation
Science.Vol.3 (3):282-300.
Mulyati. 2004. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Andi Publisher.
Nasution. 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: BumiAskara.
Nur NK. 2013. Menejemen penangkaran dan aktifitas musang luwak di
penangkaran CV kopi luwak Indonesia Pangalengan, Bandung
[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Panggabean E. 2011. Mengeruk Untung dari Bisnis Kopi Luwak.Jakarta :
PT AgroMediaPustaka.
Pai M. 2008. Common Palm Civet (Paradoxurushermaphroditus).The
vanishing species 39.
Patou ML, Wilting A, Gaubert P, Jacob A, Cruaud C, Jenning AP. 2010.
Evolutionary history of the Paradoxuruspalm civets a new model for
Asian biogeography.Journal of Biogeography.37: 2077–2097
Priyatna N. 2011. Beternak dan bisnis kelinci pedaging. Jakarta: Agromedia
pustaka.
[SCTAG] Small Carnivore Taxon Advisory Group. 2010. Viverirds
(Viverridae) Care Manual. Silver Spring :Assosiation of Zoos and
Aquarium.
23
Schreiber A, Wirth R, Riffel M, Rompaey HV. 1989. Weasels, Civets,
Mongooses, and their Relatives An Action Plan for the Conservation
of Mustelids and Viverrids. Switzerland: International Union for
Conservation of Nature and Natural Resources.
Siregar S. 2001. Analisis persepsi pengunjung terhadap strategi pemasaran
Taman Bunga Nusantara. [skripsi]. Bogor: Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Sumarno. 2010. Sumber air dan perilakunya. http://www.nccwep.org/
stormwater/stormwater101/what_is_watershed.php) [14 Jul 2010]
Sunarso C. 2012. Manajemenpakan.http://nutrisi.awardspace.com
/download/MANAJEMEN%20PAKAN.pdf. [10 Jul 2013].
Thohari M. 1988. Upaya penangkaran satwa liar.Media konservasi 1(3) :
21-26.
Suyanti L,Rushayati SB, Hermawan R. 2008. Penurunan polusi timbale oleh
jalur hijau tanjung(Mimusopselengi Linn) di Taman Monas Jakarta
Pusat. Media konservasi13 (1): 16-20
Waluya B. 2012. Pengelolaan lingkungan hidup .file.upi.edu [14 Jul 2013]
Weigl R. 2005. Longevity of Mamals in Captivity; from the Living
Collections of the World. Stuttgart: KleineSenckenberg–Reihe 48.
Wibowo S. 1987. Persepsi pengunjung tentang lingkungan rekreasi dan
beberapa faktor yang mempengaruhinya di Taman Mini Indonesia
Indah dan Kebun Raya Cibodas. [tesis]. Bogor: Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor.
Widyaningrum A. 2010. Analisis segmentasi dan preferensi Pengunjung
terhadap kawasan wisata alam Taman NasionalGunung Gede
Pangrango. [tesis] Bogor: Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
24
Lampiran 1 Penilaian capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR
Bebas dari rasa lapar dan haus
No Keterangan 1 2 3 4 5
1 Apakah kuantitas dan kualitas pakan yang disediakan untuk satwa sudah memuaskan?
1. Menu pakan tidak ada
2. Menu pakan ada, tidak sesuai
3. Menu pakan ada, sesuai tetapi tidak diterapkan
4. Menu pakan ada, sesuai hanya sebagian diterapkan
5. Menu pakan ada, sesuai dan diterapkan
○ √
2 Apakah variasi jenis pakan untuk satwa mendapatkan perhatian?
1. Menu pakan tidak ada
2. Ada variasi dalam menu pakan
3. Ada variasi dalam menu pakan tetapi tidak diterapkan
4. Ada variasi dalam menu pakan hanya sebagian diterapkan
5. Ada variasi dalam menu pakan dan diterapkan
○ √
3 Apakah kebutuhan pakan untuk satwa betina bunting dan yang sedang menyusui sudah sesuai?
1. Tidak ada menu satwa bunting dan menyusui
2. Ada menu satwa bunting dan menyusui tetapi tidak sesuai
3. Ada menu satwa bunting dan menyusui, sesuai tetapi tidak diterapkan
4. Ada menu satwa bunting dan menyusui, sesuai hanya sebagian diterapkan
5. Ada menu satwa bunting dan menyusui, sesuai dan diterpakan
○ √
4 Apakah penetapan menu pakan melibatkan ahli nutrisi satwa (termasuk dokter hewan dan biologi)?
1. Tidak ada ahli nutrisi satwa
2. Ada ahli nutrisi satwa tetapi tidak dilibatkan dalam penetapan menu pakan
3. Penetapan menu pakan melibatkan ahli nutrisi pakan tetapi tidak diikuti
4. Penetapan menu pakan melibatkan dan mengikuti ahli nutrisi pakan
5. Penetapan menu pakan melibatkan, mengikuti ahli nutrisi satwa dan diterapkan
○ √
5 Apakah suplai pakan dan minuman yang disimpan, dipersiapkan, dan diberikan kepada satwa dalam kondisi sehat?
1. Tidak ada gudang pakan
2. Ada gudang pakan tetapi tidak mempunyai penyimpan/tempat pakan
3. Ada gudang pakan, mempunyai penyimpan/tempat pakan tetapi terjaga kebersihannya
4. Ada gudang pakan, mempunyai penyimpan/tempat pakan hanya sebagian terjaga kebersihannya
5. Ada gudang pakan, mempunyai penyimpan/tempat pakan dan terjaga kebersihannya
○ √
25
Lampiran 1 Penilaian capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR (Lanjutan 1)
No Keterangan 1 2 3 4 5
6 Apakah pakan didistribusikan ke seluruh areal kandang sehingga satwa terdorong untuk bergerak mencarinya
sendiri?
1. Tidak ada tempat pakan di dalam kandang
2. Ada tempat pakan di dalam kandang nampak tidak direncanakan
3. Tempat pakan di dalam kandang rata-rata hanya satu buah
4. Tempat pakan di dalam kandang rata-rata lebih dari satu buah tetapi tempat tidak terpisah
5. Tempat pakan di dalam kandang rata-rata lebih dari satu buah dan posisinya dapat dipindah-pindah
√○
7 Apakah pakan diletakkan sedemikian rupa sehingga resiko terkontaminasi tanah dapat dikurangi?
1. Tidak ada tempat pakan di luar dan di dalam kandang
2. Ada tempat pakan di luar kandang, tetapi di dalam kandang tidak ada
3. Di luar kandang tidak ada tempat pakan, namun di dalam kandang ada tempat pakan
4. Ada tempat pakan di luar dan di dalam kandang sebagian dapat dihindarkan dari kontaminasi tanah
5. Ada tempat pakan di luar dan di dalam kandang dan dapat dihindarkan dari kontaminasi tanah
√○
8 Apakah kebersihan tempat pakan dijaga?
1. Tidak pernah dibersihkan
2. Dibersihkan sebagian, namun nampak terkontaminasi tanah atau kotoran
3. Dibersihkan sebagian, tidak nampak terkontaminasi tanah atau kotoran
4. Dibersihkan semua, namun masih nampak sebagian terkontaminasi tanah atau kotoran
5. Dibersihkan semua, tidak nampak sebagian terkontaminasi tanah atau kotoran
○ √
9 Apakah pakan yang diberikan diyakini dimakan oleh satwa?
1. Tidak ada kontrol distribusi pakan ke satwa
2. Ada kontrol distribusi pakan ke satwa, namun tidak ada pemantauan terhadap pakan yang diberikan. Ada
kontrol distribusi pakan ke satwa, ada pemantauan terhadap pakan yang diberikan tetapi tidak ada keyakinan
terhadap pakan yang tidak dimakan
3. Ada kontrol distribusi pakan ke satwa, ada pemantauan terhadap pakan dan ada keyakinan terhadap pakan yang
tidak dimakan, namun tidak dilaporkan ke bagian nutrisi pakan
4. Ada kontrol distribusi pakan ke satwa, ada pemantauan terhadap pakan yang diberikan dan ada keyakinan
terhadap pakan yang tidak dimakan, serta dilaporkan ke bagian nutrisi pakan
○ √
10 Apakah area penyiapan pakan satwa terpisah dari area penyiapan makanan manusia?
1. Tidak mempunyai area penyiapan makanan manusia
2. Area penyiapan pakan tidak terpisah dengan area penyiapan makanan manusia
3. Area penyiapan pakan terpisah dengan area penyiapan makanan manusia namun masih satu ruang
4. Area penyiapan pakan terpisah dengan area penyiapan makanan manusia namun masih dalam satu atap
5. Area penyiapan pakan terpisah lain atap dengan area penyiapan makanan manusia
√○
26
Lampiran 1 Penilaian capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR (Lanjutan 1)
No Keterangan 1 2 3 4 5
11 Apakah kulkas digunakan?bila ya, apakah peralatan tersebut diservis dan diperiksa temperaturnya secara teratur?
1. Tidak mempunyai kulkas
2. Mempunyai kulkas tetapi tidak digunakan
3. Mempunyai kulkas digunakan tetapi, tidak diservis dengan teratur sehingga tidak berfungsi dengan baik
4. Mempunyai kulkas, diservis secara teratur dan berfungsi baik
5. Mempunyai kulkas, diservis secara teratur dan berfungsi baik serta diperiksa temperaturnya secara teratur
√ ○
12 Apakah freezer digunakan? bila ya, apakah peralatan tersebut diservis dan diperiksa temperaturnya secara teratur?
1. Tidak mempunyai freezer
2. Mempunyai freezer tetapi tidak digunakan
3. Mempunyai freezer digunakan tetapi, tidak diservis dengan teratur sehingga tidak berfungsi dengan baik
4. Mempunyai freezer, diservis secara teratur dan berfungsi baik
5. Mempunyai freezer, diservis secara teratur dan berfungsi baik serta diperiksa temperaturnya secara teratur
√ ○
13 Apakah suplai air minum yang disimpan, dipersiapkan, dan diberikan kepada satwa dalam kondisi sehat?
1. Tidak mempunyai suplai air minum permanen yang terjaga sanitasinya
2. Mempunyai suplai air minum permanen hanya untuk sebagian koleksi satwa
3. Mempunyai suplai air minum permanen untuk seluruh koleksi satwa tetapi tidak dapat terjaga sanitasinya
4. Mempunyai suplai air minum permanen untuk seluruh koleksi satwa hanya sebagian dapat terjaga sanitasinya
5. Mempunyai suplai air minum permanen untuk seluruh koleksi satwa dan dapat terjaga sanitasinya
○ √
14 Apakah kuantitas air minum yang diberikan diyakini mencukupi?
1. Tidak tersedia air minum
2. Tidak dapat tersedia setiap saat
3. Tersedia setiap saat tetapi kuantitasnya kurang mencukupi
4. Tersedia setiap saat dan kuantitasnya mencukupi
5. Tersedia setiap saat dengan kuantitas melebihi
○ √
15
Apakah air minum diletakkan pada tempat sedemikian rupa sehingga resiko terkontaminasi tanah dapat dihindari?
1. Tidak pernah dibersihkan
2. Dibersihkan sebagian, namun nampak terkontaminasi tanah atau kotoran
3. Dibersihkan sebagian, tidak nampak terkontaminasi tanah atau kotoran
4. Dibersihkan semua, namun masih nampak terkontaminasi tanah atau kotoran
5. Dibersihkan semua, tidak nampak terkontaminasi tanah atau kotoran
○ √
27
Lampiran 1 Penilaian capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR (Lanjutan 1)
No Keterangan 1 2 3 4 5
16 Apakah satwa ditimbang secara teratur untuk mencatat perubahan satwa?
1. Tidak ditimbang
2. Ditimbang sebagian, namun tidak secara teratur
3. Ditimbang sebagian, dilakukan secara teratur
4. Ditimbang semua, namun tidak secara teratur
5. Ditimbang semua, dilakukan secara teratur
√○
Total skor √= 58 ○= 46
Rata-rata √= 3.6 ○= 2.9
Bebas dari rasa tidak nyaman
No Keterangan 1 2 3 4 5
1 Apakah akomodasi termasuk suhu, ventilasi, dan penerangan sesuai bagi satwa? ○ √
2 Apakah syarat yang diperlukan berkaitan dengan suhu, ventilasi, dan penerangan guna memenuhi kebutuhan satwa
tersedia setiap saat?
○ √
3 Apakah diberikan pertimbangan kebutuhan khusus kepada satwa yang bunting dan satwa yang baru lahir? ○ √
4 Untuk kenyamanan satwa, apakah peneduh untuk perlindungan terhadap cuaca buruk dan terik matahari di luar
kandang diberikan?
√○
5 Apakah kondisi kandang sedemikian rupa sehingga tidak ada kemungkinan dapat mencelakai satwa? ○ √
6 Apakah semua bangunan dan perlengkapan termasuk peralatan listrik yang terpasang tidak menimbulkan resiko
atau tidak menggangu jalannya pekerjaan operasional?
○ √
7 Apakah kandang yang dihuni beserta area yang berdampingan bebas dari sampah dan peralatan? ○ √
8 Apakah pohon-pohon di dalam maupun di luar kandang dalam kondisi aman? ○ √
9 Apakah standar kebersihan kandang dan ruang pengobatan memuaskan? ○ √
10 Apakah semua kandang memiliki saluran yang baik dan setiap satwa terhalang masuk ke dalam parit terbuka? ○ √
Total skor √= 42 ○= 32
Rata-rata √= 4.2 ○= 3.2
Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit
No Keterangan 1 2 3 4 5
1 Apakah semua satwa yang diperagakan dalam kondisi sehat? ○ √
2 Apakah komdisi fisik dan kesehatan satwa diperiksa setiap hari? ○ √
3 Apakah memiliki persiapan penanganan segera terhadap satwa yang menderita sakit ataupun terluka? ○ √
4 Apakah agar tidak berakibat buruk bagi satwa, petugas dilarang merokok? ○ √
5 Apakah catatan pengobatan dan otopsi dilakukan dengan baik? ○ √
28
Lampiran 1 Penilaian capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR (Lanjutan 1)
No Keterangan 1 2 3 4 5
6 Apakah pemeriksaan rutin termasuk pemeriksaan parasit dan program preventif juga vaksinasi dilaksanakan?
Parasit: organism yang berada di luar/di dalam hewan yang bersifat merugikan
Vaksin: suspense virus/ bakteri yang lemah/ mati untuk menimbulkan imunitas preventif= pencegahan
○ √
7 Apakah ada fasilitas peralatan medis dalam TMR? Bila ya, apakah lengkap dan terawatt? Bila tidak, apakah tersedia
ruang pengobatan yang bersih serta berventilasi untuk pemeriksaan rutin bagi satwa yang sedang diberi penenang?
○ √
8 Adakah fasilitas untuk perawatan bagi satwa yang menderita sakit, luka atau anak yang dibuang oleh induknya? ○ √
9 Atas saran dokter hewan apakah petugas memakai pakaian pelindung dan perawatan berbeda untuk areal isolasi dan
pakaian pelindung dan peralatan itu dibersihkan dan disimpan area tersebut?
○ √
10 Apakah obat-obatan, vaksin dan produk obat lainnya disimpan secara benar dan aman, kemudian kuncinya hanya
dipegang oleh petugas yang berwenang? Apakah penggunaan obat terkontrol dengan baik?
√○
11 Apakah obat-obat yang kadaluwarsa, limbah kimia dari spuit dan jarum diuang secara aman dan benar? √○
12 Apakah terdapat penjaga/perawat satwa (animal keeper)? √○
Total skor √= 52 ○= 38
Rata-rata √= 4.3 ○= 3.2
Bebas untuk menampilkan perilaku alami
No Keterangan 1 2 3 4 5
1 Apakah satwa disediakan ruang dan perlengkapan yang cukup sehingga memungkinkan untuk dilakukan kegiatan
yang diperlukan bagi kesejahteraan satwa?
○√
2 Apakah ukuran kandang mencukupi? ○ √
3 Apakah satwa tidak terpengaruh dengan kehadiran pengunjung? ○ √
4 Apakah peralatan yang sesuai disediakan untuk membantu mendorong pola tingkah laku normal? √○
5 Apakah satwa yang diperagakan di tempatkan dalam kandang atau pada jenis satwa yang tidak berbahaya secara
bebas dalam kebun binatang?
√○
6 Apakah batas kandang dirancang, dikontruksi, dirawat secara baik dan dalam kondisi yang sesuai dengan satwa
yang ada di dalamnya?
○ √
7 Apakah kandang bebas dari tumbuhan dan benda lain yang memungkinkan satwa terlepas? ○ √
8 Apakah pintu kandang terkunci dengan baik? √○
9 Apakah selain batas kandang yang telah ada pintu kandang juga cukup kuat dan efektif? √○
10 Apakah batas cukup lebar dan cukup tinggi sehingga dapat mencegah terjadinya kontak antara pengunjung dan
satwa berbahaya?
○ √
28
29
Lampiran 1 Penilaian capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR (Lanjutan 1)
No Keterangan 1 2 3 4 5
11 Apakah batas keliling, termasuk batas masuk dirancang dan dibangun sedemikian rupa sehingga menghalangi
masuknya yang tidak berkepentingan?
○ √
Total skor √= 49 ○= 42
Rata-rata √= 4.4 ○= 3.8
Bebas dari rasa takut dan tertekan
No Keterangan 1 2 3 4 5
1 Apakah akomodasi terpisah tersedia untuk satwa yang bunting dan satwa dengan anaknya guna menghindari stress
dan penderitaan?
√○
2 Apakah lama tinggal dalam akomodasi sementara tidak terlalu lama, sehingga tidak mengalami kesulitan saat
introduksi ke dalam kandang?
√○
3 Apakah satwa ditangani hanya oleh dan dibawah pengawasan staf yang berwenang? √○
4 Apakah penanganan satwa oleh staf tetap konsisten dengan kesejahteraan satwa? ○ √
5 Adakah tanda-tanda dari individu satwa yang mengarah ke kondisi stress? ○ √
6 Adakah tanda tingkah laku yang menunjukkan ada rasa sakit pada satwa? ○ √
7 Apabila diketahui adanya stress pada satwa atau kelompok satwa, apakah kebun binatang mengadakan studi tingkah
laku atau fisiologi untuk menentukan penyebab stress dan usaha mengurangi stress tersebut?
1. Tidak melakukan apa-apa
2. Mendiskusikan
3. Mengamati dan mendiskusikan
4. Mengamati, mendiskusikan, dan melakukan tindakan
5. Meneliti, membahas dengan mendiskusikandan melakukan tindakan
√○
7 Apabila diketahui adanya stress pada satwa atau kelompok satwa, apakah kebun binatang mengadakan studi tingkah
laku atau fisiologi untuk menentukan penyebab stress dan usaha mengurangi stress tersebut?
1. Tidak melakukan apa-apa
2. Mendiskusikan
3. Mengamati dan mendiskusikan
4. Mengamati, mendiskusikan, dan melakukan tindakan
5. Meneliti, membahas dengan mendiskusikandan melakukan tindakan
√○
Total skor √= 26 ○= 23
Rata-rata √= 3.7 ○= 3.3
Keterangan:
1= buruk, 2= kurang, 3= cukup, 4= baik, 5= memuaskan, √= penilaian dari pengelola, ○= penilaian dari pengamat
29
30
Lampiran 2 Bentuk kandang musang luwak di TMR
1 m 35cm
cm
3 m 50cm
2m 45 cm
4 m 95 cm
3 m 85 cm
Bagian depan kandang
Batas pemisah
Cover dan kolam
Pintu kandang peraga Pintu kandang peraga
kandang peralihan kandang peralihan
Pintu kandang operan
Pintu kandang peraga
31
Lampiran 3 Wawancara pengunjung
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Asal/tempat tinggal :
Pendidikan :
Pekerjaan :
1. Apa tujuan anda datang ke Taman Margasatwa Ragunan?
2. Sudah berapa kali anda datang ke TMR?
3. Apabila sudah pernah ke TMR, apa yang membuat anda datang kembali ke
TMR?
4. Apakah anda mengenal satwa musang luwak?
5. Apakah anda tertarik melihat musang luwak?alasannya?
6. Apakah menurut anda musang luwak di Taman Margasatwa Ragunan
sudah sejahtera? alasannya?
7. Apa saran anda terhadap pengelolaan musang luwak sebagai salah satu
obyek wisata di TMR?
8. Bagaimana fasilitas dan pelayanan dari pihak TMR? (memuaskan, kurang
memuaskan, tidak memuaskan)
9. Apakah anda memiliki saran agar pengelolaan wisata di Taman
Margasatwa Ragunan menjadi lebih baik?
32
Lampiran 4 Karakteristik pengunjung di TMR
Karakteristik Kelompok umur (%)
Remaja Dewasa muda Dewasa Tua
Asal
a. Jakarta 96 92 84 88
b. Luar Jakarta 4 8 16 12
Jenis kelamin
a. Perempuan 44 40 64 68
Laki-laki 56 60 36 32
Pekerjaan
a. Pelajar 88 - - -
b. PNS - - 4 4
c. Mahasiswa 8 20 - -
d. Karyawan 4 36 24
e. Wiraswasta - 20 44 80
f. Buruh - - 4 4
g. Ibu rumah tangga - 24 24 24
Pendidikan
a. S1 12 20 4 16
b. D3 - - 12 -
c. SMA/ SMK 64 72 58 40
d. SMP 24 8 8 32
e. SD - - 17 12
33
Lampiran 5 Wawancara pengelola
Aspek bebas dari rasa lapar dan haus:
1. Bagaimana pemberian pakan yang dilakukan?
2. Apakah terdapat menu pakan bagi satwa?
3. Apabila ada, siapakah yang membuat menu tersebut?
4. Apakah ada perbedaan jumlah/jenis pakan bagi satwa yang sedang hamil
atau menyusui?
5. Apakah makanan yang diberikan disesuaikan dengan menu yang telah
dibuat?
6. Apakah makanan yang diberikan dalam kondisi segar?
7. Apa saja jenis pakan yang diberikan?
8. Berapa banyak pakan yang diberikan?
9. Apakah ada pemberian pakan tambahan seperti vitamin?
10. Bagaimana pemberian minum yang diberikan?
Bebas dari rasa tidak nyaman
11. Apa saja jenis kandang yang tersedia dan fungsinya?
12. Berapa luas kandang (setiap kandang)?
13. Bagaimana kondisi kandang (keamanan, suhu, kelembaban, sirkulasi udara)?
14. Apa saja bahan yang digunakan dalam pembuatan kandang?
15. Bagaimana bentuk kandang, apakah kandang tertutup, terbuka atau paralel?
16. Apakah ada tekanan dari pengunjung?
17. Apakah kandang setiap hari selalu dibersihkan?
18. Bagaimana cara pembersihan kandang?
19. Bagaimana penanganan bila ada satwa yang berkelahi?
20. Apakah dilakukan pembersihan kandang dengan menggunakan desinfektan?
21. Apakah terdapat sistem drainase dalam kandang?
Bebas dari rasa sakit dan penyakit
22. Bagaimana pengelolaan kesehatan satwa yang dilakukan?
23. Bagaimana perlakuan terhadap satwa yang sakit?
24. Apakah seluruh satwa musang luwak dalam kondisi sehat?
25. Berapa kali pengecekan kesehatan satwa dilakukan?
26. Apakah ada program dalam penanggulangan hama dan penyakit?
27. Apakah satwa diberikan vaksinasi?dan kapan?
28. Apakah terdapat kandang karantina dan kandang perawatan?
Bebas dari rasa takut dan stress
29. Berapa banyak satwa di dalam satu kandang?
30. Bagaimana pengaturan perkawinan yang dilakukan?
31. Apakah ada pengkayaan yang diberikan?
32. Apabila ada pengkayaan, pengkayaan apa saja yang diberikan (kandang,
makanan, struktural, objek) ?
34
Lampiran 5 Wawancara pengelola (Lanjutan 5)
33. Bagaimana kondisi satwa musang luwak yang ada di Taman Margasatwa
ragunan (pasif, pola makan, pola tidur)?
34. Apabila ada satwa yang stress, bagaimana penanganannya?
35. Apakah Taman Margasatwa mengadakan studi tingkah laku atau fisiologi
untuk menentukan penyebab stress dan usaha mengurangi stress tersebut?
Bebas berperilaku alami
36. Apa saja fasilitas yang ada di dalam kandang?
37. Apakah kandang yang disediakan cukup luas untuk satwa sehingga satwa
dapat mengekspresikan perilaku alaminya seperti mencari makan, membuat
sarang, menghindari dari predator, dll?
38. Apakah kandang dirancang dan disesuaikan dengan satwa di habitat
alaminya?
39. Bagaimana manajemen reproduksi dan breeding yang dilakukan (pemilihan
bibit, determinasi sex ratio, pilihan teknik/cara perkawinan, alami/buatan,
bulan-bulan kawin dan lahir)?
40. Bagaimana kondisi satwa (tingkah stress)?
41. Apakah satwa pernah lepas/kabur?
35
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 September 1991 dari pasangan
Bapak H. Alwi Muzani dan Ibu Hj. Maemunah. Penulis merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara.
Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis adalah TK AL-Fitrah
Jakarta lulus pada tahun 1996, SDN Cipete Utara 010 pagi Jakarta lulus pada tahun
2003, Mts. AT-Tanwiriyyah Cianjur lulus pada tahun 2006, dan SMA Darul Ma’arif
Jakarta lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 pula penulis lulus seleksi masuk IPB
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan memilih program studi
Konservasi Sunberdaya Hutan dan Ekowisata, Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan Eksplorasi Flora
dan Fauna Indonesia (RAFFLESIA) di CA Tangkuban Perahu dan TWA
Sukawayana, Jawa Barat pada tahun 2012, Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan
(P2EH) di Pangandaran-Gunung Sawal, Jawa Barat pada tahun 2011, Praktek
Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Jawa Barat pada tahun
2012 serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Gunung Merapi pada
tahun 2013. Selain itu penulis juga menjadi asisten mata kuliah Rekreasi Alam dan
Ekowisata.
Penulis juga aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Konservasi
(HIMAKOVA) periode 2011/2012. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan
dengan menulis skripsi yang berjudul “Pengelolaan Kesejahteraan Musang Luwak
dan Pemanfaatannya sebagai Satwa Peraga di Tamam Margasatwa Ragunan”.
24