PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya...

46
PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SATWA PERAGA DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN AZZA LAELA DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya...

Page 1: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN

PEMANFAATANNYA SEBAGAI SATWA PERAGA

DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN

AZZA LAELA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management
Page 3: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan

kesejahteraan musang luwak dan pemanfaatannya sebagai satwa peraga di Taman

Margasatwa Ragunan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Azza Laela

NIM E34090069

Page 4: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

ABSTRAK

AZZA LAELA. Pengelolaan Kesejahteraan Musang Luwak dan Pemanfaatannya

sebagai Satwa Peraga di Taman Margasatwa Ragunan. Dibimbing oleh

BURHANUDDIN MASY’UD dan EVA RACHMAWATI.

Taman Margasatwa Ragunan (TMR) merupakan salah satu lembaga

konservasi yang pengelolaan satwanya dilakukan berdasarkan prinsip etika dan

kesejahteraan satwa, selain itu fungsi TMR juga sebagai sarana rekreasi. Tujuan

penelitian ini adalah mengidentifikasi pengelolaan kesejahteraan musang luwak di

TMR, menganalisis tingkat kesejahteraan musang luwak di TMR serta persepsi

dan minat pengunjung mengenai musang luwak sebagai satwa peraga, dan

menyusun rekomendasi pengelolaan musang luwak di TMR sebagai satwa peraga.

Hasil yang diperoleh menunjukkan pengelolaan musang luwak di TMR terdiri

dari tiga kegiatan utama yaitu pengelolaan perkandangan, pakan, dan kesehatan.

Kesejahteraan musang luwak di TMR termasuk dalam kriteria cukup sampai baik.

Tujuan pengunjung datang ke TMR adalah untuk melihat satwa. Satwa musang

luwak termasuk satwa yang menarik bagi pengunjung. Pengelolaan kesejahteraan

musang luwak di TMR masih kurang dibandingkanfasilitas dan pelayanan yang

ada di TMR. Rekomendasi pengelolaan musang luwak sebagai satwa peraga

difokuskan pada aspek kandang yang perlu diperbaiki.

Kata kunci: musang luwak, Taman Margasatwa Ragunan, wisata

ABSTRACT

AZZA LAELA. Management of Common Palm Civet Welfare and its Benefit as

One of Animals Attraction in Ragunan Zoo. Supervised by BURHANUDDIN

MASY’UD and EVA RACHMAWATI.

Ragunan Zoo is one of the conservation organizations that carried animals

management based on the principles of ethics and animal welfare. Beside that, it

also has a function as recreation place.The purpose of this research is to identify

and analyze management of common palm civet welfare and its of prosperity

level in Ragunan Zoo, measuring interests of the visitors Zoo about the common

palm civet, and also make recommendations for better management in common

palm civet welfare.The results showed that management of common palm civet in

Ragunan Zoo consists of three main activities, which are housing, feeding, and

health. The welfare of common palm civet in Ragunan Zoo also classified as good.

This animal is one of the favorite animals viewed by visitors. The

recommendation that Ragunan’s management to put a lot of their attention in

cages of common palm civet, because many of the cages are need to be repaired.

keywords: common palm civet, Ragunan Zoo, recreation

Page 5: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

AZZA LAELA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN

PEMANFAATANNYA SEBAGAI SATWA PERAGA

DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN

Page 6: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management
Page 7: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

Judul Skripsi : Pengelolaan Kesejahteraan Musang Luwak dan Pemanfaatannya

sebagai Satwa Peraga di Taman Margasatwa Ragunan

Nama : Azza Laela

NIM : E34090069

Disetujui oleh

Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS

Pembimbing I

Eva Rachmawati, SHut, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunianya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Pengelolaan

Kesejahteraan Musang Luwak dan Pemanfaatannya sebagai Satwa Peraga di

Taman Margasatwa Ragunan” dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Juni 2013 bertempat di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda

H. Alwi Muzani dan Ibunda Hj. Maemunah, kakak Aidah Farah dan Ahmad

Sarwat serta adik Ahmad Sofwat atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS

selaku pembimbing I serta Eva Rachmawati, S.Hut, MSi selaku pembimbing II

atas segala bimbingan, arahan, nasehat serta motivasinya dalam menyelesaikan

skripsi ini. Tak lupa ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Nana,

bapak Talih, bapak Adi, dr. Yuke, dr. Edward, Titi serta seluruh pegawai TMR

atas bantuannya selama penelitian berlangsung. Teman-teman (Diah, Elis, Ana,

Dita, Irma, Dewi, Resa, Dila, Ulan, Poet, Yeti, Tika, Nia, Egi) yang telah

menemani hari-hari selama masa perkuliahan dan penelitian. Keluarga besar

Anggrek Hitam 46 terima kasih atas persahabatan, bantuan, dukungan, kerjasama,

dan kebersamaannya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

Azza Laela

Page 9: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 9

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Manfaat 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Alat dan Bahan 2

Jenis Data 2

Metode Pengumpulan Data 3

Pengolahan dan Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5

Deskripsi Musang Luwak di Taman Margasatwa Ragunan 6

Kondisi Kesejahteraan Musang Luwak di Taman Margasatwa Ragunan 16

Minat dan Persepsi Pengunjung 17

Rekomendasi Pengelolaan Musang Luwak sebagai Satwa Peraga 19

SIMPULAN DAN SARAN 21

Simpulan 21

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 24

Page 10: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

DAFTAR TABEL

1 Klasifikasi pengunjung 3

2 Bobot parameter 4

3 Klasifikasi penilaian kesejahteraan musang luwak di TMR 5

4 Morfologi dan deskripsi musang luwak di TMR 6

5 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek

bebas dari rasa lapar dan haus 8

6 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek

bebas dari rasa tidak nyaman 9

7 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek

bebas sakit, luka, dan penyakit 12

8 Jenis, gejala, dan pengobatan terhadap musang luwak yang sakit 13

9 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek

bebas menampilkan perilaku alami 14

10 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek

bebas dari rasa takut dan tertekan 15

11 Capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR 16

12 Minat pengunjung datang ke TMR 18

13 Persepsi pengunjung terhadap pengelolaan musang luwak di TMR 18

14 Hasil penilaian terhadap pengelolaan musang luwak di TMR 19

DAFTAR GAMBAR

1 Musang luwak 7 2 Pakan musang luwak 8 3 Jenis kandang musang luwak yang ada di TMR 10 4 Material kandang musang luwak di TMR 11

5 Gua buatan yang digunakan sebagai shelter dan cover 11 6 Perilaku musang luwak pada malam hari 14 7 Pagar pengaman 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penilaian capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR 24

2 Bentuk kandang musang luwak di TMR 30

3 Wawancara pengunjung 31

4 Karakteristik pengunjung di TMR 32

5 Wawancara pengelola 33

Page 11: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Musang luwak adalah satwa yang dimanfaatkan sebagai penghasil

kopi yang mahal. Harga biji kopi luwak dapat mencapai US$ 300 sampai

US$ 600 perkilogram (ICCRI 2013), karena itu banyak masyarakat yang

menangkarkan musang luwak. Pemanfaatan musang luwak saat ini tidak

diimbangi dengan pengembangbiakkannya, sehingga musang luwak yang

dimanfaatkan banyak yang diambil langsung dari alam. Nur (2012)

menyatakan pada suatu penangkaran membutuhkan bibit sebanyak 20 ekor.

Apabila setiap penangkar mengambil 20 ekor musang luwak langsung dari

alam maka dikhawatirkan jumlah musang luwak di alam akan berkurang

bahkan punah, untuk itu perlu dilakukan pengkajian mengenai penangkaran

musang luwak yang baik dan benar. Baik dalam arti musang luwak yang

ditangkarkan dapat memberikan manfaat bagi penangkar, dan benar dalam

arti musang yang ditangkarkan juga mendapatkan kesejahteraan didalam

penangkaran.

Lembaga Konservasi adalah lembaga yang bergerak dibidang

konservasi tumbuhan dan/satwa liar diluar habitatnya (ex-situ) baik berupa

lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah yang dalam

peruntukkan dan pengelolaannya difokuskan pada fungsi penyelamatan atau

rehabilitasi satwa. Kebun binatang merupakan salah satu Lembaga

Konservasi yang fungsi utamanya adalah pengembangbiakkan terkontrol

dan/atau penyelamatan tumbuhan dan satwa dengan tetap mempertahankan

kemurnian jenisnya. Selain itu fungsi kebun binatang juga sebagai sarana

rekreasi. Pengelolaan kebun binatang dilakukan berdasarkan prinsip etika

dan kesejahteraan satwa (Permenhut No.31 Tahun 2012).

Kebun Binatang Ragunan atau juga dikenal dengan Taman

Margasatwa Ragunan (TMR) merupakan salah satu Lembaga Konservasi

yang diketahui memiliki koleksi musang luwak. Dalam praktek pengelolaan

satwanya, manajemen TMR harus mengacu pada ketentuan yang berlaku

tentang prisip kesejahteraan satwa. Selain itu sebagai sarana rekreasi, TMR

juga harus dikelola dengan selalu memperhatikan kepentingan kepuasan

pengunjung sehingga usaha untuk mengetahui minat dan persepsi

pengunjung menjadi penting. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka

penelitian tentang pengelolaan kesejahteraan satwa musang luwak dan

persepsi serta minat pengunjung terhadap pengelolaan musang luwak

sebagai salah satu obyek wisata di TMR menjadi penting.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi pengelolaan kesejahteraan musang luwak di TMR.

2. Menganalisis tingkat kesejahteraan musang luwak di TMR.

Page 12: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

2

3. Menganalisis persepsi dan minat pengunjung mengenai musang luwak

sebagai satwa peraga.

4. Menyusun rekomendasi pengelolaan musang luwak di TMR sebagai

satwa peraga.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang kondisi

kesejahteraan musang luwak di TMR dan dapat membantu dalam

mengembangkan potensi wisata yang menjadikan satwa sebagai obyeknya.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

Selatan pada bulan Juni 2013.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah kamera, termometer dry wet dan

meteran.Bahan yang digunakan yaitu pH meter, tallysheet, panduan

wawancara, dan alat tulis menulis.

Jenis Data

Pengumpulan data yang dilakukan meliputi pengelolaan musang

luwak di TMR dan minat serta persepsi pengunjung. Jenis data pengelolaan

musang luwak di TMR meliputi:

1. Aspek bebas dari rasa lapar dan haus: jumlah, jenis, kondisi, kontrol

pakan, waktu pemberian, tempat penyimpanan, kebersihan tempat pakan,

kondisi air minum, tempat air minum, kebersihan tempat air minum, dan

bobot tubuh.

2. Aspek bebas dari rasa tidak nyaman : suhu, kelembaban, ventilasi, bentuk

dan kondisi shelter/cover, material kandang, dan kebersihan kandang.

3. Aspek bebas dari rasa sakit, penyakit, dan luka: kondisi satwa, frekuensi

pemeriksaan kesehatan, catatan kesehatan, fasilitas medis, jumlah tenaga

kesehatan, jenis obat, kondisi tempat penyimpanan obat, dan persiapan

penanganan satwa yang sakit.

4. Aspek bebas berperilaku alami: pengayaan kandang, ukuran kandang,

ada/tidak perubahan perilaku, bentuk kandang, dan pengamanan kandang.

5. Aspek bebas dari rasa takut dan menderita: perlakuan bagi satwa bunting,

penanganan satwa yang baru datang, jumlah perawat satwa, kompetensi

perawat satwa, dan upaya dalam mengatasi satwa yang stress.

Page 13: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

3

Jenis data minat dan persepsi pengunjung meliputi:

1. Karakteristik pengunjung: umur, jenis kelamin, daerah asal, pendidikan,

dan pekerjaan.

2. Minat pengunjung: tujuan, intensitas kunjungan, dan alasan berkunjung

kembali, dan ketertarikan terhadap keberadaan musang luwak.

3. Persepsi pengunjung: kondisi kesejahteraan musang luwak, serta fasilitas

dan pelayanan di TMR.

Metode Pengumpulan Data

1. Pengamatan

Kegiatan pengamatan yang dilakukan meliputi 5 aspek kesejahteraan

satwa (Lampiran 1). Pengamatan dilakukan dengan mengikuti secara

langsung pengelolaan musang luwak di TMR mulai dari pemberian pakan,

pembersihan kandang, pemberian obat, dan kegiatan lain yang

bersinggungan langsung dengan kesejahteraan satwa. Kegiatan tersebut

dicatat dan didokumentasikan. Pengamatan lapang dilaksanakan pada pagi

sampai sore hari. Pagi dimulai pukul 08.00 WIB sampai sore pukul 16.00

WIB. Kegiatan ini dilakukan setiap hari selama penelitian berlangsung.

2. Pengukuran.

Kegiatan pengukuran yang dilakukan yaitu: pengukuran kondisi air

minum dengan mengukur derajat keasaman sumber air yang digunakan

untuk minum menggunakan pH meter, pengukuran suhu dan kelembaban

kandang dengan menggunakan termometer dry-wet pada ketinggian 1.5 m

di atas permukaan tanah (Suyanti et al. 2008) yang dilakukan pada pagi hari

pukul 08.00 WIB, siang hari pukul 13.00 WIB, dan sore hari pukul 16.00

WIB selama penelitian berlangsung, serta pengukuran kandang dengan

mengukur panjang, tinggi, dan lebar kandang menggunakan meteran.

3. Wawancara.

Kegiatan wawancara dilakukan kepada pengelola (manajer

pelaksana, perawat satwa, dokter hewan) dan pengunjung. Pemilihan

responden pada penelitian ini menggunakan teknik Stratified Random

Sampling, yaitu pengunjung dikelompokkan berdasarkan strata umur dengan

jumlah yang sama. Kelompok umur diacu dalamWibowo (1987) yaitu pada

Tabel 1.

Tabel 1 Klasifikasi pengunjung

Klasifikasi Umur (tahun) Jumlah (orang)

Remaja 13-19 25

Dewasa muda 20-24 25

Dewasa 25-55 25

Tua > 50 25

Pengelompokkan strata umur pengunjung dilakukan untuk

mengetahui persepsi dan minat dari setiap kelas umur. Jumlah pengunjung

yang diambil adalah berdasarkan jumlah yang dikehendaki atas kemampuan

peneliti, yaitu 100 orang responden (Nasution 2007).

Page 14: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

4

Pengolahan dan Analisis Data

Kesejahteraan Satwa

Metode yang digunakan dalam pengolahan data kesejahteraan satwa

di TMR adalah metode PKBSI (Persatuan Kebun Binatang Seluruh

Indonesia), yaitu dengan memberikan nilai pada setiap variabel yang

ditetapkan. Nilai untuk setiap variabel yaitu 1= buruk, 2= kurang, 3= cukup,

4= baik, dan 5= memuaskan. Pada penelitian ini terdapat lima parameter

untuk kesejahteraan satwa (prinsip kesejahteraan satwa) yang di dalamnya

terdapat berbagai kriteria penilaian kesejahteraan satwa (Lampiran 1).

Penilaian dilakukan oleh pengamat dan pengelola agar didapatkan hasil

penilaian yang objektif. Total nilai dari setiap parameter dimasukkan

kedalam kolom skoring (Tabel 2) dan untuk mendapatkan nilai terbobot

mengggunakan rumus :

Nilai terbobot = bobot x skoring

Penentuan bobot komponen dilakukan berdasarkan tingkat

kepentingannya. Komponen bebas dari rasa lapar dan haus memiliki bobot

yang paling tinggi karena pakan merupakan faktor pembatas bagi

kelangsungan hidup satwa. Menurut Thohari (1987) faktor makanan

merupakan pemegang peran kunci dalam suatu usaha penangkaran. Nilai

bobot bebas dari rasa sakit, penyakit, dan luka diambil dari buku penilaian

PKBSI tahun 2012, sedangkan bobot untuk komponen bebas dari

ketidaknyamanan diambil berdasarkan pertimbangan bahwa apabila satwa

merasa nyaman maka satwa akan berperilaku alami dan tidak merasa takut

serta menderita, maka nilai untuk komponen ini lebih tinggi dibanding

komponen no 4 dan 5. Berdasarkan prinsip tersebut maka penetapan besar

bobot untuk kelima komponen kesejahteraan satwa seperti pada Tabel 2.

Tabel 2 Bobot parameter

No Komponen Bobot Skoring

(total skor)

Nilai

terbobot

1 Bebas dari rasa lapar dan haus 30

2 Bebas dari rasa sakit, penyakit, dan

luka

20

3 Bebas dari ketidaknyamanan 20

4 Bebas berperilaku alami 15

5 Bebas dari rasa takut dan menderita 15

Nilai kesejahteraan satwa menggunakan rumus:

Skor penilaian = ∑ nilai terbobot

5

Skor penilaian akan dimasukkan dalam klasifikasi penilaian

kesejahteraan satwa (Tabel 3) yang mengacu pada Peraturan Direktur

Jenderal PHKA No.6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penilaian Lembaga

Konservasi.

Page 15: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

5

Tabel 3 Klasifikasi penilaian kesejahteraan musang luwak di TMR

No Klasifikasi Penilaian Skor

1

2

3

4

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

80,00 – 100

70,00 – 79,99

60,00 – 69,99

< 60

Pengunjung Data wawancara pengunjung disajikan dalam bentuk persentase dan

dianalisis secara deskriptif. Hasil wawancara minat dan persepsi pengunjung

digunakan sebagai bahan rekomendasi pengelolaan musang luwak sebagai

satwa peraga di TMR.

Rekomendasi Pengembangan Musang Luwak Sebagai Satwa Peraga

Data hasil kesejahteraan satwa dan pengunjung dianalisis secara

deskriptif untuk membuat rekomendasi pengelolaan musang luwak sebagai

satwa peraga di TMR.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi UmumLokasi Penelitian

Sekitar 147 tahun yang lalu di Batavia (kini Jakarta) pelukis ternama

Indonesia yaitu Bapak Raden Saleh menghibahkan lahan seluas 10 Ha di

Jalan Cikini Raya No.73 Jakarta Pusat untuk Taman Margasatwa yang

kemudian tepatnya pada tanggal 19 September 1864 diresmikan dengan

nama ”Planten en Dierentuin” dan dikelola oleh perhimpunan penyayang

flora dan fauna Batavia (Culture Vereniging Panten en Dierentuin of

Batavia). Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan oleh Ir. Soekarno,

maka pada tahun 1949 ”Planten en Dierentuin” diubah namanya

menjadi ”Kebun Binatang en Dierentuin”. Pada tanggal 22 Juni 1966 Kebun

Binatang diresmikan oleh Gubernur DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta,

Mayor Jenderal Ali Sadikin, dengan namaTaman Margasatwa Ragunan.

TMR terletak di daerah Pasar Minggu, sekitar 20 km dari pusat Kota

Jakarta. Secara geografis TMR terletak pada 104o 48l BT dan 106

o 15l LS.

TMR berada pada ketinggian 50 m di atas permukaan laut. TMR memiliki

empat pintu masuk, yaitu Pintu utara, Pintu selatan, Pintu timur, dan Pintu

barat. Pintu utara berbatasan dengan Kelurahan Ragunan, Pintu selatan

berbatasan dengan Kelurahan Jagakarsa yang terletak di Jalan Sagu, Pintu

timur berbatasan dengan Kelurahan Kebagusan yang terletak di Jalan Jati

padang dan Pintu barat berbatasan dengan Kelurahan Ragunan yang terletak

di Jalan Raya Cilandak. Karakteristik lingkungan TMR memiliki

kelembaban pertahunnya antara 60-80% dan curah hujan sekitar 2.291-

2.300 mm. Lahan TMR saat ini adalah milik Pemda DKI Jakarta dengan

luas areal adalah 147 ha yang digunakan untuk konservasi satwa. Sarana dan

Page 16: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

6

prasarana di TMR antara lain loket tiket, kamar kecil, rumah sakit hewan,

tempat sampah, mushola, telepon umum, rumah makan, Pusat Primata

Schmutzer, rakit wisata, area memancing, perahu angsa, piknik area, taman

satwa anak, area bermain anak, kantor TMR, Pusat Informasi, dan souvenir

shop.

Deskripsi Musang Luwak di Taman Margasatwa Ragunan

Musang luwak yang terdapat di TMR berjumlah 5 ekor dengan

rincian 3 jantan dan 2 betina. Musang luwak yang ada di TMR merupakan

musang jenis Paradoxurus hermaphroditus yang menyebar luas di kawasan

Asia. Schreiber et al. (1989) menyatakan bahwa terdapat empat spesies

musang dari genus Paradoxurus, yaitu:

1. Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka.

2. Paradoxurus jerdoni, menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India

Selatan.

3. Paradoxurus lignicolor, menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai.

4. Paradoxurus hermaphroditus (musang luwak), menyebar luas di kawasan

Asia.

Tabel 4 Morfologi dan deskripsi musang luwak di TMR

Morfologi Deskripsi Keterangan

Warna rambut bagian

samping abu-abu

kehitaman.

Tubuh musang luwak

ditutupi oleh rambut

berwarna abu-abu

kehitaman, namun pada

bagian kaki dan ekor

berwarna hitam.

Adapula tanda putih

pada bagian dahi dan

sisi wajah. Pada bagian

punggung dan samping

terdapat bintik-bintik

berwarna gelap.

Perbedaan jantan dan

betina adalah jantan

memiliki testis dan

betina memiliki puting

susu.

Warna ekor dan kaki

hitam.

Warna bagian dahi dan

sisi wajah putih.

Terdapat bintik-bintik

gelap pada bagian

punggung.

Ciri morfologi musang luwak yaitu bertubuh sedang berukuran

sekitar 54 cm (Jackson 2004) dengan panjang ekor mencapai 48 cm dan

berat badan rata-rata 3,5 kg (Baker dan Kelvin 2008). Tubuh musang luwak

ditutupi rambut berwarna abu-abu sampai cokelat dengan garis berwarna

gelap pada punggungnya dan bintik-bintik pada sisinya. Musang luwak

memiliki tanda khusus yaitu adanya warna putih di daerah wajah yang

menyerupai topeng. Tanda ini dapat digunakan untuk membedakan musang

luwak dengan musang spesies lain (Baker dan Kelvin 2008). Ciri-ciri

musang luwak betina adalah memiliki delapan puting susu, sedangkan

musang luwak jantan memiliki sepasang testis seperti kucing (Panggabean

2011).

Page 17: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

7

Gambar 1 Musang Luwak (dok. Azza 2013)

Informasi pasti umur masing-masing musang luwak yang ada di

TMR tidak ada. Weigl (2005) menyatakan umur musang luwak dapat

mencapai 22 tahun. Empat musang luwak yang ada di TMR berasal dari

sumbangan dan satu individu berasal dari alam. Status musang luwak dalam

daftar IUCN adalah resiko rendah (Least Concern) dan dalam PP. RI No.7

Tahun 1999 musang luwak merupakan satwa yang tidak dilindungi (Not

Protected) sehingga masih banyak yang mengambilnya dari alam. Taman

Margasatwa Ragunan merupakan salah satu tempat pemeliharaan satwa-

satwa hasil sitaan maupun pemberian secara sukarela oleh masyarakat.

Satwa-satwa yang terdapat di TMR ini akhirnya dimanfaatkan oleh

pengelola untuk meningkatkan daya tarik TMR. Musang luwak yang ada di

TMR ditempatkan dalam 3 kandang yang berbeda dengan masing-masing

kandang diisi oleh satu individu dan dua kandang lainnya diisi oleh

sepasang musang luwak. Small Carnivore Taxon Advisory Group (SCTAG

2010) menyatakan bahwa satwa viveridae merupakan satwa soliter atau

berpasangan.

Gambaran Kondisi Pengelolaan Kesejahteraan

Aspek Bebas dari Rasa Lapar dan Haus

Pakan merupakan faktor pembatas (limited factor) yang

mempengaruhi makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidupnya.

Setiap makhluk hidup memerlukan pakan dan air sebagai sumber energi

untuk melakukan aktifitasnya (Departmen of Conservation 1999). Jenis

pakan yang diberikan kepada musang luwak adalah pisang, pepaya, telur

matang dan ayam (Gambar 2). Hal ini sudah sesuai dengan musang luwak

yang merupakan satwa omnivora. Pai (2008) menyatakan bahwa dihabitat

alaminya musang luwak memakan buah-buahan seperti mangga dan

rambutan serta memakan vertebrata kecil, telur, dan serangga. Jumlah pakan

yang diberikan yaitu pisang (200 gram), papaya (25 gram), ayam (150

gram), dan telur matang (1/2 butir). Jumlah pakan buah yang diberikan lebih

banyak dibanding dengan jumlah daging, hal ini sudah sesuai karena

musang luwak lebih bisa disebut frugivora dari pada karnivora dalam

batasan perilaku makannya (Mudappa et al. 2010). Lebih jelasnya,

gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek bebas

dari rasa lapar dan haus dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 18: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

8

Tabel 5 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek

bebas dari rasa lapar dan haus

Aspek Deskripsi

Bentuk tempat

penyimpanan pakan

Lemari pendingin (chiller) untuk

penyimpanan buah dan sayur serta freezer

untuk tempat penyimpanan daging.

Bentuk tempat pakan Wadah plastik (nampan) berukuran 50 cm x40

cm.

Kebersihan tempat pakan Tempat pakan dibersihkan setiap hari pada

pagi hari dengan cara disikat dibawah air yang

mengalir

Kontrol terhadap pakan

yang telah diberikan

Pengontrolan pakan dilakukan pada pagi hari.

Pakan yang tidak habis di hari sebelumnya

akan dibuang dan diganti dengan yang baru.

Kondisi makanan Pakan buah yang diberikan dalam kondisi

matang.

Waktu pemberian air

minum

Air minum selalu tersedia dalam kandang.

Tempat air minum Pemberian air minum diberikan dalam

wadah/kolam di kandang masing-masing.

Kebersihan tempat air

minum

Pembersihan dan penggantian air minum

dilakukan setiap dua hari sekali.

Pertumbuhan/bobot tubuh Tidak ada pengukuran bobot tubuh.

Gambar 2 Pakan musang luwak

Pemberian buah pisang bagi satwa sudah baik karena pisang

mempunyai kandungan gizi yang sangat banyak, antara lain karbohidrat,

vitamin dan mineral. Poedjiadi (1994) menyatakan bahwa dalam 100 gram

buah pisang mengandung karbohidrat sebesar 25.8 gram dan banyak

kandungan mineral seperti kalsium, besi, magnesium, fosforus, kalium,

natrium, tembaga dan selenium. Buah pisang juga memiliki kandungan

vitamin A yang cukup tinggi sebesar 0.003-1.0 mg per 100 g dan vitamin C

sebesar 10 mg per 100 g (Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian 2004). Karbohidrat berfungsi sebagai sumber

energi, vitamin berfungsi membantu pembentukan dan pemeliharaan sel-sel

jaringan tubuh, serta mineral berfungsi untuk mengatur metabolisme tubuh

(Sunarso et al. 2013). Pemberian daging ayam dan telur ditujukan sebagai

pemenuhan protein satwa. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik

Page 19: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

9

Indonesia (1972) menyatakan bahwa dalam 100 gram daging ayam terdapat

protein cukup tinggi yaitu sebesar 18.20 gram. Protein berfungsi sebagai

bahan baku pembuatan enzim, hormon, dan zat kekebalan (Sunarso et al.

2013). Buah pisang dan papaya juga merupakan buah yang mudah didapat

dan harganya murah sehingga bagi penangkar buah ini dapat dijadikan

pilihan pakan musang luwak. Nur (2012) menyatakan bahwa pada suatu

penangkaran pakan untuk musang luwak yaitu buah pisang dan papaya

selain pemberian kopi, jumlah kopi yang diberikan yaitu sebesar 2000

gram/ekor.

Pakan musang seperti ayam dan buah-buahan selama ini di dapatkan

dari para petani dan peternak yang ada di sekitar Jawa Barat. Pakan buah

disimpan dalam lemari pendingin (chiller )dan daging disimpan dalam

freezer untuk menjaga agar kualitas pakan satwa tetap baik. Pakan buah

yang diberikan kepada satwa dalam kondisi matang. Nur (2013) menyatakan

bahwa musang luwak hanya memakan buah yang telah matang.

Air yang digunakan untuk minum satwa merupakan air tanah yang

dipompa dengan jetpump. Kualitas air untuk minum satwa memiliki pH 6

yang berarti kualitas air cukup bagus. Nilai pH air normal adalah antara 6.00

– 8.00 (Gambiro 2012). Kuantitas air yang ada di TMR juga sudah baik

karena air tetap tersedia meskipun pada musim kemarau, ini karena masih

banyaknya pohon yang ada di lingkungan TMR. Soemarno (2010)

menyatakan bahwa adanya vegetasi dan pohon sangat penting untuk

menyimpan air hujan.

Aspek Bebas dari Rasa Tidak Nyaman

Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek

bebas dari rasa lapar dan haus dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek

bebas dari rasa tidak nyaman

Aspek Deskripsi

Kondisi suhu, kelembaban

dan ventilasi

Suhu rata-rata kandang pada pagi (26.20C),

siang (28.80C), dan sore (28.1

0C). Kelembaban

relatif kandang pada pagi (87%), siang (78%),

dan sore (78.6%). Ventilasi kandang terletak di

bagian atap kandang.

Jenis kandang Kandang peraga, kandang peralihan, dan

kandang karantina.

Bentuk shelter dan cover Gua buatan.

Kondisi shelter dan cover Tidak rusak dan digunakan oleh satwa.

Kondisi pohon sekitar

kandang (mati/tidak)

Tidak ada pohon yang mati.

Material kandang Kawat, besi, semen, dan kaca.

Kebersihan kandang Kandang dibersihkan setiap hari dengan disapu

atau disemprot air, penggunaan steam

dilakukan 1 bulan sekali untuk menghilangkan

lumut, dan pembersihan dengan menggunaan

disenfektan dilakukan setiap 2 minggu sekali.

Page 20: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

10

Ecclestone (2009) menyatakan bahwa aspek bebas dari rasa tidak

nyaman yaitu memberikan kondisi lingkungan yang sesuai dan

menyenangkan bagi satwa. Suhu dalam kandang dirasa kurang sesuai karena

menurut Small Carnivore Taxon Advisory Group (SCTAG 2010) kelompok

viveridae umumnya lebih suka pada suhu antara 20-250C. Ventilasi sebagai

tempat pertukaran udara hanya terdapat di bagian atap sehingga kurangnya

sirkulasi udara menyebabkan kandang lembab. Terbukti dari adanya lumut

dalam kandang dan matinya satu ekor musang luwak karena infeksi paru-

paru (pneumonia). Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab

meliputi infeksi karena bakteri, virus, jamur, atau parasit (Fransisca 2000).

Priyatna (2011) menyatakan bahwa kandang yang lembab dapat memicu

berkembangnya jamur, bakteri, virus dan organisme lain penyebab penyakit.

Udara yang yang lembab akan menjadi media yang baik bagi

berkembanganya bakteri-bakteri pathogen (bakteri pembawa penyakit),

selain itu jika ventilasi kurang maka ruangan akan mengalami kekurangan

O2

dan bersamaan dengan itu kadar CO2 yang bersifat racun akan meningkat

(Waluya 2012).

Kandang musang luwak yang terdapat di TMR terdiri dari 3 jenis

kandang yaitu kandang peraga, kandang karantina, dan kandang peralihan.

Kandang peraga berfungsi sebagai tempat memeragakan satwa, kandang

karantina berfungsi sebagai tempat bagi satwa yang sakit, dan kandang

peralihan berfungsi untuk memindahkan satwa apabila kandang peraga

sedang dibersihkan, tempat menampung kelebihan satwa, serta tempat untuk

memisahkan satwa bunting.

Gambar 3 Jenis kandang musang luwak yang ada di TMR, kandang

peraga(kiri), kandang peralihan (tengah), kandang

karantina (kanan)

Penentuan bahan material kandang penting dilakukan karena akan

berdampak pada satwa yang ada dalam kandang. Material kandang musang

luwak di TMR terdiri dari kawat, besi, kaca, dan semen. Contoh gambar

material kandang dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 21: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

11

Gambar 4 Material kandang musang luwak di TMR

Pintu kandang terbuat dari kawat dan besi yang dibuka dengan

menggunakan katrol. Atap kandang terbuat dari semen, kawat dan besi,

begitu pun dengan dinding pemisah kandang. Atap dan dinding kandang

tidak seluruhnya tertutup oleh semen melainkan hanya sebagian. Ini

dilakukan agar pertukaran udara dapat terjadi dalam kandang. Lantai

kandang terbuat dari semen. Penggunaan bahan semen sebagai bahan

konstruksi lantai kandang dirasa kurang tepat, sebab Indonesian Society for

Animal Walfare (2008) menyatakan bahwa lantai semen, campuran semen

pasir dalam air (cetakan bahan semacam semen) dan tanah liat tidak dapat

dipakai karena permukaan yang keras dapat menyebabkan satwa merasa

tidak nyaman atau secara fisik membahayakan satwa, menambah muatan

panas yang dialami oleh satwa dengan radiasi panas dalam cuaca panas dan

dengan cepat berubah menjadi dingin dalam waktu yang cepat. Bagian

depan kandang terbuat dari semen, kaca, kawat dan besi. Lebar bagian

depan kandang yang terbuat dari kawat, besi dan kaca adalah selebar 2

meter di bagian tengah sedangkan dibagian sampingnya terbuat dari semen.

Adanya kaca sebagai material kandang dirasa kurang tepat sebab Indonesian

Society for Animal Walfare (2008) menyatakan bahwa kaca dan pagar

pembatas transparan dapat membuat temperatur dan kelembaban sulit untuk

dikontrol karena dapat menghalangi sirkulasi udara.

Pada kandang musang luwak di TMR tersedia gua buatan yang

digunakan sebagai cover maupun shelter. Weddel (2002) menyatakan

bahwa cover merupakan tempat berlindung sedangkan shelter merupakan

tempat bernaung. Gua tersebut terbuat dari semen dan terletak di atas kolam

tempat minum satwa (Gambar 5). Penempatan cover tepat di atas kolam

kurang sesuai melihat bahwa satwa membuang kotoran dalam cover

sehingga dikhawatirkan kotoran akan jatuh ke dalam kolam tempat minum

satwa.

Gambar 5 Gua buatan yang digunakan sebagai shelter dan cover

Page 22: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

12

Pembersihan dengan disenfektan dilakukan sebagai upaya

pengendalian dan penanggulangan penyakit.Setiap kandang peraga memiliki

parit sebagai tempat pembuangan air. Parit dengan lebar 27 cm dan

kedalaman 9 cm ini terdapat tepat di belakang bagian depan kandang. Air di

parit ini akan keluar ke parit yang ada di bagian depan kandang mamalia

kecil dan kemudian akan mengalir ke kali yang dekat dengan TMR.

Kondisi sekitar kandang ditutupi tajuk pohon yang masih cukup

rapat, sehingga satwa masih bisa merasakan suasana hutan walaupun berada

di dalam kandang. Setiap hari selain merawat satwa, perawat satwa juga

bertugas membersihkan dan merawat tanaman yang ada di sekitar kandang.

Aspek Bebas dari Rasa Sakit, Luka, dan Penyakit

Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek

bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek

bebas sakit, luka, dan penyakit

Aspek Deskripsi

Kondisi satwa Tidak ada tanda-tanda satwa yang sakit, namun pada

rambut bagian ekor dan kaki musang luwak terdapat

bekas kutu yang membuat beberapa bagian rambut di

tubuh musang luwak rontok sehingga terlihat seperti

“bopeng”.

Frekuensi

pemeriksaan

kesehatan

Tidak ada pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh

dokter hewan.

Catatan kesehatan

satwa

Penyakit yang pernah diderita oleh satwa musang

luwak di TMR adalah diare, kutu, infeksi saluran

pernafasan (batuk, pilek) dan stress.

Fasilitas medis Laboratorium parasit, laboratorium darah, rontgen,

USG, ruang operasi, mesin anestesi, dan gudang obat.

Jumlah tenaga

kesehatan

10 orang yang terdiri dari 5 dokter, 3 orang paramedis,

dan 2 orang administrasi.

Jenis obat Obat yang digunakan adalah obat untuk hewan dan

obat untuk manusia.

Kondisi tempat

penyimpanan obat

Terdapat gudang obat yang menyimpan berbagai jenis

obat dengan kondisi ruangan yang bersih dan berAC

untuk menjaga suhu ruangan.

Persiapan

penanganan satwa

yang sakit

Satwa yang sakit akan langsung ditangani oleh dokter

hewan yang selalu ada setiap hari.

Ecclestone (2009) menyatakan bebas dari rasa sakit, luka, dan

penyakit yaitu mencegah kemungkinan satwa jatuh sakit dan luka, jika

satwa masih jatuh sakit atau menderita luka-luka maka harus menjamin

bahwa satwa itu dapat diperiksa oleh dokter hewan dan diobati. Pada

pengamatan yang dilakukan tidak ada tanda-tanda satwa yang sakit. Hanya

Page 23: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

13

ada satu individu satwa yang stress karena baru datang, namun setelah

beberapa hari mendapatkan perawatan satwa tidak lagi stress. Tidak ada

pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh dokter hewan. Apabila ada satwa

yang sakit, maka perawat akan melaporkan ke dokter hewan, baru

setelahnya dokter hewan akan memeriksa kondisi satwa. Catatan

pengobatan yang ada di TMR berupa catatan harian bagi satwa yang sakit

dan kemudianakan direkap setiap satu bulan sekali. Catatan harian berisi

tentang penyakit yang dialami dan pengobatan yang dilakukan.

Penyakit yang pernah diderita oleh satwa musang luwak di TMR

adalah diare, infeksi saluran pernafasan (batuk, pilek), kutu dan stress.

Berikut adalah jenis, gejala, dan pengobatan yang dilakukan dalam

mengobati penyakit tersebut (Tabel 8).

Tabel 8 Jenis, gejala, dan pengobatan terhadap musang luwak yang sakit

No Jenis penyakit Gejala Pengobatan

1 Diare Kotorannya berupa

cairan, tidak nafsu

makan.

Obat anti diare, B

carbon, immodium,

anti biotik, anti

protozoa.

2 Infeksi saluran

pernafasan (pilek)

Keluar cairan dari

hidung, batuk.

Anti biotik,

decongestan.

3 Kutu Rambut rontok, bintik-

bintik merah seperti

koreng.

Obat anti kutu (septo

skin calier)

4 Stress Tidak nafsu makan,

tidak beraktivitas.

Ditempatkan pada

kandang karantina,

diberi vitamin, anti

biotik.

Cara penanggulangan penyakit yang dilakukan TMR yaitu dengan

pemberian obat cacing setiap 3 bulan sekali sebanyak 1 kapsul per ekor.

Pemeriksaan kondisi satwa dilakukan oleh perawat satwa dengan melihat

kotoran dan sisa makanan. Apabila kotoran satwa mengalami perubahan

atau satwa tidak memakan makanannya lebih dari 3 hari, maka perawat baru

akan menghubungi dokter hewan untuk melakukan tindakan. Obat-obat

yang sudah kadaluarsa akan di bakar di krematorium.

Aspek Bebas Menampilkan Perilaku Alami

Ecclestone (2009) menyatakan bebas berperilaku alami merupakan

kebebasan satwa untuk berperilaku seperti di habitat alaminya. Pengayaan

kandang yang ada di kandang musang luwak yaitu kolam sebagai tempat

minum, gua buatan sebagai cover, dan batang pohon karena di habitat

alaminya musang luwak suka hidup di atas pohon (Duckworth 1997).

Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek bebas

menampilkan perilaku alami dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 24: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

14

Tabel 9 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek

bebas menampilkan perilaku alami

Aspek Deskripsi

Pengayaan kandang Kolam sebagai tempat minum, gua buatan

sebagai shelter dan cover serta batang pohon.

Ukuran kandang Kandang peraga (luas =15,55 m2 tinggi=2,8 m),

kandang peralihan (luas=5,77m2 tinggi=2,8 m),

kandang karantina (luas=0,66m2 tinggi=0,7 m).

Perubahan perilaku satwa

(ada/tidak)

Tidak ada perubahan tingkah laku satwa.

Bentuk kandang Lampiran 2.

Pengamanan kandang Adanya pagar pembatas antara pengunjung

dengan satwa, pintu kandang selalu tertutup dan

dibuka dengan menggunakan katrol, adanya

batas masuk antara kandang mamalia dengan

pengunjung.

Ukuran kandang musang luwak di TMR dinilai kurang untuk

kandang yang berisi dua ekor musang luwak dan cukup untuk kandang yang

berisi satu ekor musang luwak. Small Carnivore Taxon Advisory Group

(SCTAG 2010) menyatakan ukuran kandang yang baik untuk satwa

viveridae adalah sepuluh kali panjang tubuhnya, sedangkan untuk tinggi

kandang yaitu berukuran 2,4-3 m. Patou et al. (2010) menyatakan musang

luwak dewasa memiliki panjang rata-rata 90 cm. Ini berarti bahwa luas

kandang yang dibutuhkan oleh musang luwak adalah 9 m2/ekor. Ukuran

kandang musang luwak yang ada di TMR yaitu 15,55m2 dan tinggi 2,80 m

2

sehingga dapat dinyatakan bahwa luas kandang musang luwak belum

sepenuhnya mencukupi untuk dua kandang yang berisi dua ekor musang

luwak.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa satwa aktif pada malam hari

sedangkan pada siang hari satwa tidur di dalam gua. Aktivitas yang

dilakukan musang luwak pada malam hari seperti makan, memanjat batang

pohon atau kawat dinding, minum, dan berjalan-jalan dalam kandang

(Gambar 6). Hal ini sesuai dengan Pai (2008) yang menyatakan bahwa

musang luwak mulai berburu pada malam hari, aktifitasnya dimulai pada

pukul enam sore sampai pukul empat pagi.

Gambar 6 Perilaku musang luwak pada malam hari

Page 25: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

15

Pengamanan kandang yang dimaksudkan adalah pengaman yang

dilakukan pengelola agar satwa dan pengunjung merasa aman. Pengamanan

yang dilakukan yaitu pembuatan pagar batas yang memisahkan pengunjung

dengan satwa (Gambar 7). Selain itu ada pula batas masuk kandang mamalia

kecil yang pintunya selalu terkunci.

Gambar 7 Pagar pengaman

Aspek Bebas dari Rasa Takut dan Tertekan

Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk aspek

bebas dari rasa lapar dan haus disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Gambaran kondisi pengelolaan musang luwak di TMR untuk

aspek bebas dari rasa takut dan tertekan

Aspek Deskripsi

Perlakuan bagi satwa

bunting

Musang luwak yang ada di TMR belum ada

yang bunting. Penempatan jantan dan betina

dalam satu kandang merupakan salah satu

usaha yang dilakukan agar terjadi proses

reproduksi.

Penangananan bagi satwa

yang baru datang

Satwa yang baru masuk di TMR akan diperiksa

kesehatannya oleh dokter hewan. Satwa yang

dinyatakan telah sehat akan dimasukkan dalam

kandang penitipan sampai ada kandang peraga

yang kosong. Satwa yang sakit akan

dimasukkan dalam kandang karantina khusus

untuk dilakukan pengobatan sampai satwa

tersebut sehat.

Jumlah perawat satwa Tiga orang untuk menangani seluruh satwa di

kandang mamalia kecil.

Kompetensi perawat

satwa

1 orang lulusan SR dan 2 orang lulusan SMA.

Upaya dalam mengatasi

satwa yang stress

Mengamati dan mendiskusikan.

Ecclestone (2009) menyatakan bebas dari rasa takut dan tertekan

yaitu menjamin kondisi dan perlakuan satwa dengan baik untuk

menghindari satwa dari ancaman takut, stress, dan kesusahan. Kandang

bagian mamalia kecil yang didalamnya terdapat kandang musang luwak

Page 26: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

16

memiliki jumlah perawat satwa sebanyak 3 orang. Masing-masing perawat

satwa tidak memiliki latar belakang pendidikan pengelolaan satwa, namun

memiliki pengalaman dalam pengelolaan satwa karena telah bekerja

bertahun-tahun sebagai perawat satwa di kandang mamalia kecil. Tugas

yang dilakukan perawat satwa selain merawat satwa juga meracik pakan,

membersihkan kandang dan lingkungan sekitar kandang, serta

memperhatikan kondisi satwa.

Pada saat penelitian, terdapat satu ekor musang luwak yang baru

dimasukkan dalam kandang peraga. Satwa yang baru masuk tersebut

kemudian mengalami stress. Gejala satwa stress yaitu tidak nafsu makan,

tidak banyak bergerak, dan apabila didekati tubuhnya bergetar. Jordan

(2005) menyatakan stress pada satwa dapat terjadi saat satwa mengalami

kondisi fisik dan emosi yang terganggu. Penanganan yang dilakukan pihak

TMR adalah dengan memberikan vitamin dan anti biotik karena satwa tidak

tidak nafsu makan serta memasukkan satwa dalam kandang karantina agar

memudahkan perawatan dan menghindarkan satwa sementara dari

pengunjung.

Kondisi Kesejahteraan Musang Luwak di TamanMargasatwa Ragunan

Berdasarkan hasil pengamatan lapang dan wawancara yang

dilakukan, TMR telah mencapai beberapa tahapan dalam implementasi

kesejahteraan musang luwak yang terdapat dalam (Lampiran 1). Capaian

kesejahteraan satwa di TMR berdasarkan pengamatan dan penilaian dapat

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR

No Komponen Bobot Skoring Nilai terbobot Ket

Pt Pl Pt Pl Pt Pl

1 Bebas dari rasa lapar

dan haus

30 2.9 3.6 87 108 B B

2 Bebas dari rasa sakit,

penyakit, dan luka

20 3.2 4.3 64 86 C B

3 Bebas dari rasa tidak

nyaman

20 3.2 4.2 64 84 C B

4 Bebas berperilaku alami 15 3.8 4.4 57 66 C C

5 Bebas dari rasa takut

dan menderita

15 3.3 3.7 49.5 55.5 K K

Rataan 64.3 79.9 C B Ket: Pt= pengamat, Pl= pengelola, SB= sangat baik, C= cukup, K= kurang

Capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR

termasuk dalam kategori cukup sampai baik. Pemenuhan kriteria

pengelolaan satwa dapat dilihat pada masing-masing prinsip kesejahteraan

satwa (Lampiran 1). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat

beberapa penambahan maupun perbaikan yang sebaiknya dilakukan dalam

Page 27: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

17

upaya implementasi kesejahteraan satwa, yaitu pada aspek kandang, karena

aspek ini menyangkut penilaian terhadap aspek bebas dari rasa tidak

nyaman, aspek bebas menampilkan perilaku alami, dan aspek bebas dari

rasa takut dan menderita. Perbaikan kandang yang dilakukan meliputi

penambahan ventilasi, perubahan material kandang, penempatan cover dan

penambahan pengayaan kandang seperti penambahan vegetasi dalam

kandang.

Minat dan Persepsi Pengunjung

Karakteristik Pengunjung Pengunjung TMR paling banyak berasal dari daerah sekitar Jakarta

yaitu sebanyak 89%. Dominasi ini karena akses yang baik untuk menuju

lokasi.Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Widyaningrum (2010) yang

menyatakan bahwa domisili calon pengunjung dan aksesibilitas menuju

lokasi wisata menjadi faktor yang menentukan keramaian maupun frekuensi

kunjungan kawasan wisata. Pengunjung TMR paling banyak adalah

perempuan (54%). Pekerjaan pengunjung paling banyak adalah wiraswasta

(33%), sedangkan pendidikan pengunjung paling banyak adalah SMA/SMK

(58%).

Minat Pengunjung

Mulyati (2004) menyatakan minat merupakan perasaan senang

dalam diri yang memberikan perhatian pada objek tertentu dan adanya

ketertarikan terhadap objek tertentu. Berikut ini minat pengunjung dari

masing-masing kelas umur (Tabel 12). Sebagian besar pengunjung dari

masing-masing kelas umur menjawab bahwa tujuan mereka datang ke TMR

adalah untuk melihat satwa. Intensitas kunjungan lebih dari 5 kali yang

menandakan bahwa pengunjung sering datang ke TMR. Alasan berkunjung

kembali adalah karena senang melihat satwa. Hal ini menunjukkan bahwa

satwa dapat menjadi objek wisata yang menarik bagi pengunjung. Objek

wisata menurut Siregar (2001) merupakan sesuatu yang dapat dilihat dan

dinilai sehingga menjadi suatu daya tarik bagi orang-orang yang berkunjung

ke suatu tempat atau kawasan wisata. Ketertarikan pengunjung terhadap

musang luwak diketahui dari keinginan pengunjung untuk melihat satwa ini.

Berdasarkan hasil wawancara, pengunjung secara umum tertarik untuk

melihat musang luwak. Kopi luwak yang saat ini sedang terkenal menjadi

salah satu alasan pengunjung tertarik melihat satwa ini, namun karena

musang luwak lebih aktif pada malam hari dan kondisi cover yang

berbentuk gua menyebabkan satwa tidak terlihat oleh pengunjung.

Page 28: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

18

Tabel 12 Minat pengunjung datang ke TMR

Minat Kelompok umur (%)

Remaja Dewasa

muda

Dewasa Tua

Tujuan

a. Melihat satwa 52 38 45 61

b. Wisata 48 37 28 21

c. Lainnya - 25 27 18

Frekuensi kedatangan

a. Sekali - 4 16 8

b. 2 kali 12 16 24 16

c. 3 kali 24 4 16 4

d. 4 kali 4 4 12 12

e. >5 kali 60 72 32 60

Alasan berkunjung kembali

a. Senang melihat satwa 36 31 56 52

b. Suasana asri 19 26 20 22

c. Murah 16 6 4 11

d. Menambah pengetahuan

dan wawasan

7 11 - 4

e. Rekreasi - 11 - 7

f. Mengajak anak mengenal satwa - - 16 4

g.Tempat yang enak untuk berkumpul 6 9 4 -

h. Suka jalan-jalan 10 6 - -

i. Refreshing 6 - - -

Ketertarikan terhadap musang

luwak

a. Tertarik 52 56 72 52

b. Biasa saja 48 44 28 48 Ket: lainnya (mengajak anak mengenal satwa, murah, suasana asri, menambah pengetahuan,

tempat enak untuk berkumpul, jalan-jalan)

Persepsi Pengunjung

Effendy (1984) persepsi adalah penginderaan terhadap kesan yang

timbul dari lingkungannya. Berikut ini minat pengunjung dari masing-

masing kelas umur (Tabel 13).

Tabel 13 Persepsi pengunjung terhadap pengelolaan musang luwak di TMR

Persepsi Kelompok umur (%)

Remaja Dewasa muda Dewasa Tua

Kondisi kesejahteraan

musang luwak

a. Sejahtera 48 40 44 28

b. Kurang sejahtera 52 60 56 72

Fasilitas dan pelayanan

a. Memuaskan 72 52 68 60

b. Kurang memuaskan 28 48 32 40

Page 29: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

19

Penilaian pengunjung terhadap kondisi kesejahteraan musang luwak

dilihat dari kondisi kandang satwa. Hal ini dikarenakan aspek ini mudah

dilihat langsung oleh pengunjung. Hasil rataan persentase dari setiap

kelompok umur pengunjung menunjukkan sebanyak 56% pengunjung

mengatakan musang luwak di TMR kurang sejahtera dan 44% pengunjung

mengatakan musang luwak di TMR sudah sejahtera. Pengunjung

mengatakan bahwa kondisi kesejahteraan musang luwak di TMR kurang

sejahtera karena melihat kandang musang luwak yang berlumut, kotor,

kurang terawat, kurangnya fasilitas dalam kandang, kurangnya vegetasi

dalam kandang, ukuran kandang kurang mencukupi dan bentuk kandang

yang kurang menarik.

Penilaian pengunjung terhadap pelayanan TMR terdiri dari

pelayanan pengelola dan fasilitas pelayanan. Hasil rataan persentase dari

setiap klasifikasi umur pengunjung menunjukkan sebanyak 61%

pengunjung mengatakan pelayanan TMR sudah memuaskan, namun ada

beberapa hal yang perlu diperbaiki atau ditambah jumlahnya seperti

penambahan tempat sampah dan papan interpretasi pada setiap kandang.

Rekomendasi Pengelolaan Musang Luwak sebagai Satwa Peraga

Hasil penilaian pengelolaan musang luwak sebagai satwa peraga

dilihat dari pengamatan kesejahteraan satwa dan wawancara pengunjung

disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Hasil penilaian terhadap pengelolaan musang luwak di TMR

No Aspek Pengamatan

Kesejahteraan satwa

Pengunjung Keterangan

1 Satwa Kondisi

kesejahteraan musang

luwak mendapat nilai

cukup sampai baik.

Kondisi

kesejahteraan

musang luwak

kurang

sejahtera.

Peningkatan

aspek

kesejahteraan

satwa.

2 Fasilitas

pendukung

satwa dan

pengelolaan

nya

Terdapat gua buatan

sebagai shelter dan

cover.

Satwa tidak

terlihat dalam

kandang.

Perubahan cover.

Terdapat batang

pohon sebagai

pengayaan kandang.

Kurangnya

vegetasi dalam

kandang.

Penambahan

pengayaan

kandang.

Kurangnya ventilasi

udara sehingga

kandang menjadi

lembab, terbukti

dengan adanya lumut

dalam kandang.

Kandang

terlihat kotor

dan tidak

terawat.

Penambahan

ventilasi kandang.

Page 30: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

20

Tabel 14 Lanjutan

No Aspek Pengamatan

Kesejahteraan satwa

Pengunjung Keterangan

Hanya terdapat empat

jenis pakan yang

diberikan.

- Variasi jenis

pakan lebih

ditambah.

Pemberian pakan

buah dilakukan pada

pagi hari.

- Pemberian pakan

buah sebaiknya

dilakukan pada

sore hari.

Tidak adanya

pemeriksaan kondisi

fisik dan kesehatan

yang rutin oleh

dokter hewan.

- Sebaiknya

dilakukan

pemeriksaan

kesehatan rutin

oleh dokter

hewan.

Tidak adanya

pemberian vaksinasi.

- Sebaiknya

dilakukan

vaksinasi.

Kaca dan lantai

semen dapat

membuat suhu

kandang meningkat.

-

Perubahan

material kandang.

Penempatan gua

buatan di atas kolam

dapat menyebabkan

kotoran jatuh ke

dalam kolam.

Perubahan

penempatan

cover.

Ukuran kandang yang

diisi 2 ekor musang

luwak kurang sesuai.

Ukuran

kandang kurang

mencukupi.

Penambahan

ukuran kandang

atau penempatan

satu ekor dalam

satu kandang.

3 Fasilitas

dan sarana

pendukung

wisata

- Kurangnya

papan

interpretasi.

Penambahan

papan

interpretasi.

- Kandang

kurang menarik.

Renovasi atau

pengecatan.

- Kurangnya

tempat sampah.

Penambahan

tempat sampah.

Page 31: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

21

Berdasarkan hasil penilaian terhadap pengelolaan satwa (Tabel 16)

terlihat beberapa aspek yang perlu diperbaiki oleh pengelola. Terdapat tiga

rekomendasi pengelolaan musang luwak sebagai satwa peraga agar dapat

lebih baik yaitu:

1. Peningkatan kesejahteraan satwa khususnya aspek kandang.

2. Peningkatan fasilitas pendukung satwa dan pengelolaannya.

3. Peningkatan fasilitas dan sarana pendukung wisata di TMR.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Pengelolaan musang luwak di TMR terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu

pengelolaan perkandangan, pengelolaan pakan, dan pengelolaan

kesehatan.

2. Kesejahteraan satwa di TMR termasuk dalam kriteria cukup sampai baik.

3. Sebagian besar tujuan pengunjung datang ke TMR adalah untuk melihat

satwa. Satwa musang luwak termasuk satwa yang menarik bagi

pengunjung. Pengelolaan kesejahteraan musang luwak di TMR masih

kurang sedangkan pengelolaan fasilitas dan pelayananpengunjung sudah

memuaskan.

4. Rekomendasi pengelolaan musang luwak sebagai satwa peraga

difokuskan pada aspek kandang yang perlu diperbaiki.

Saran

1. Pemberian variasi pakan luwak dapat dilakukan dengan pemberian kopi.

2. Selain itu untuk menarik pengunjung pengelola juga bisa mengadakan

kegiatan pembuatan kopi luwak, dalam kegiatan ini pengunjung diajak

untuk mengetahui proses pembuatan kopi luwak dan merasakan cita rasa

kopi luwak. Kegiatan ini dapat dilakukan seminggu dua kali yaitu pada

hari sabtu dan minggu karena pada hari itu pengunjung sedang ramai.

DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi A. 1994. Dasar-dasar biokimia. Jakarta: UI Press.

Baker N, Kelvin L. 2008. Wild Animals of Singapore: A Photographic

Guide to Mammals, Reptiles, Amphibians, and Freshwater Fishes.

Singapura: Vertebrate Study Group, Nature Society. 180 hlm.

Departmen of Conservation. 1999. A Guide to Keeping New Zeland Lizard

in Captivity. New Zealand Herpetological Society’s.1-9.

Page 32: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

22

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1972. Daftar

Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Bhratara.

Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.2004.

Teknologi Mutu dan Sarana Pengolahan Hasil Pisang.Jakarta:

Departemen Pertanian.

Duckworth JW. 1997. Small carnivores in Laos: a status review with notes

on ecology, behaviour and conservation. Small Carnivore

Conservation.16:1-21.

Eccleston KJ. 2009. Animal Walfare di Jawa Timur: Model kesejahteraan

binatang di Jawa Timur [skripsi]. Malang: Fakultas ilmu sosial dan

ilmu politik. Universitas Muhammadiyah Malang.

Effendy OU. 1984. Hubungan Komunikasi Teori dan Praktek.Bandung:

Remaja Karya..

[FAWC] Farm Animal Walfare Council. 2009. Five freedoms.

http://www.fawc.org.uk/freedoms.htm [4Agustus 2013]

Fransisca. 2000. Pneumonia. Surabaya: Fakultas Kedokteran Wijaya

Kusuma.

Gambiro H. 2012. Pengelolaan limbah cair.Pusat pengembangan bahan ajar.

Universitas Mercubuana.

[ICCRI] Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute.Kopi

luwak.iccri.net [14 Agustus 2013]

Indonesian Society for Animal Walfare. 2008. Prinsip kesejahteraan satwa di

kebunbinatang. http://www.isaw.or.id [14Juli 2013].

Jealani. 2009. Ensiklopedi Kosmetika Nabati. Bandung: Penerbit Pustaka

Populer Obor.

Jordan B. 2005. Science-based Assessment Of Animal Welfare: Wild And

Captive Animals.Rev. sci. tech. Off. int. Epiz. 24 (2): 515-528.

Mudappa D, Kumar A ,Chellam R. 2010. Diet and Fruit Choice of the

Brown Palm Civet Paradoxurusjerdoni, a Viverrid Endemic to the

Western Ghats Rainforest, India.Journal Tropical Conservation

Science.Vol.3 (3):282-300.

Mulyati. 2004. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Andi Publisher.

Nasution. 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: BumiAskara.

Nur NK. 2013. Menejemen penangkaran dan aktifitas musang luwak di

penangkaran CV kopi luwak Indonesia Pangalengan, Bandung

[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Panggabean E. 2011. Mengeruk Untung dari Bisnis Kopi Luwak.Jakarta :

PT AgroMediaPustaka.

Pai M. 2008. Common Palm Civet (Paradoxurushermaphroditus).The

vanishing species 39.

Patou ML, Wilting A, Gaubert P, Jacob A, Cruaud C, Jenning AP. 2010.

Evolutionary history of the Paradoxuruspalm civets a new model for

Asian biogeography.Journal of Biogeography.37: 2077–2097

Priyatna N. 2011. Beternak dan bisnis kelinci pedaging. Jakarta: Agromedia

pustaka.

[SCTAG] Small Carnivore Taxon Advisory Group. 2010. Viverirds

(Viverridae) Care Manual. Silver Spring :Assosiation of Zoos and

Aquarium.

Page 33: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

23

Schreiber A, Wirth R, Riffel M, Rompaey HV. 1989. Weasels, Civets,

Mongooses, and their Relatives An Action Plan for the Conservation

of Mustelids and Viverrids. Switzerland: International Union for

Conservation of Nature and Natural Resources.

Siregar S. 2001. Analisis persepsi pengunjung terhadap strategi pemasaran

Taman Bunga Nusantara. [skripsi]. Bogor: Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial

Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Sumarno. 2010. Sumber air dan perilakunya. http://www.nccwep.org/

stormwater/stormwater101/what_is_watershed.php) [14 Jul 2010]

Sunarso C. 2012. Manajemenpakan.http://nutrisi.awardspace.com

/download/MANAJEMEN%20PAKAN.pdf. [10 Jul 2013].

Thohari M. 1988. Upaya penangkaran satwa liar.Media konservasi 1(3) :

21-26.

Suyanti L,Rushayati SB, Hermawan R. 2008. Penurunan polusi timbale oleh

jalur hijau tanjung(Mimusopselengi Linn) di Taman Monas Jakarta

Pusat. Media konservasi13 (1): 16-20

Waluya B. 2012. Pengelolaan lingkungan hidup .file.upi.edu [14 Jul 2013]

Weigl R. 2005. Longevity of Mamals in Captivity; from the Living

Collections of the World. Stuttgart: KleineSenckenberg–Reihe 48.

Wibowo S. 1987. Persepsi pengunjung tentang lingkungan rekreasi dan

beberapa faktor yang mempengaruhinya di Taman Mini Indonesia

Indah dan Kebun Raya Cibodas. [tesis]. Bogor: Pasca Sarjana

Institut Pertanian Bogor.

Widyaningrum A. 2010. Analisis segmentasi dan preferensi Pengunjung

terhadap kawasan wisata alam Taman NasionalGunung Gede

Pangrango. [tesis] Bogor: Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Page 34: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

24

Lampiran 1 Penilaian capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR

Bebas dari rasa lapar dan haus

No Keterangan 1 2 3 4 5

1 Apakah kuantitas dan kualitas pakan yang disediakan untuk satwa sudah memuaskan?

1. Menu pakan tidak ada

2. Menu pakan ada, tidak sesuai

3. Menu pakan ada, sesuai tetapi tidak diterapkan

4. Menu pakan ada, sesuai hanya sebagian diterapkan

5. Menu pakan ada, sesuai dan diterapkan

○ √

2 Apakah variasi jenis pakan untuk satwa mendapatkan perhatian?

1. Menu pakan tidak ada

2. Ada variasi dalam menu pakan

3. Ada variasi dalam menu pakan tetapi tidak diterapkan

4. Ada variasi dalam menu pakan hanya sebagian diterapkan

5. Ada variasi dalam menu pakan dan diterapkan

○ √

3 Apakah kebutuhan pakan untuk satwa betina bunting dan yang sedang menyusui sudah sesuai?

1. Tidak ada menu satwa bunting dan menyusui

2. Ada menu satwa bunting dan menyusui tetapi tidak sesuai

3. Ada menu satwa bunting dan menyusui, sesuai tetapi tidak diterapkan

4. Ada menu satwa bunting dan menyusui, sesuai hanya sebagian diterapkan

5. Ada menu satwa bunting dan menyusui, sesuai dan diterpakan

○ √

4 Apakah penetapan menu pakan melibatkan ahli nutrisi satwa (termasuk dokter hewan dan biologi)?

1. Tidak ada ahli nutrisi satwa

2. Ada ahli nutrisi satwa tetapi tidak dilibatkan dalam penetapan menu pakan

3. Penetapan menu pakan melibatkan ahli nutrisi pakan tetapi tidak diikuti

4. Penetapan menu pakan melibatkan dan mengikuti ahli nutrisi pakan

5. Penetapan menu pakan melibatkan, mengikuti ahli nutrisi satwa dan diterapkan

○ √

5 Apakah suplai pakan dan minuman yang disimpan, dipersiapkan, dan diberikan kepada satwa dalam kondisi sehat?

1. Tidak ada gudang pakan

2. Ada gudang pakan tetapi tidak mempunyai penyimpan/tempat pakan

3. Ada gudang pakan, mempunyai penyimpan/tempat pakan tetapi terjaga kebersihannya

4. Ada gudang pakan, mempunyai penyimpan/tempat pakan hanya sebagian terjaga kebersihannya

5. Ada gudang pakan, mempunyai penyimpan/tempat pakan dan terjaga kebersihannya

○ √

Page 35: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

25

Lampiran 1 Penilaian capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR (Lanjutan 1)

No Keterangan 1 2 3 4 5

6 Apakah pakan didistribusikan ke seluruh areal kandang sehingga satwa terdorong untuk bergerak mencarinya

sendiri?

1. Tidak ada tempat pakan di dalam kandang

2. Ada tempat pakan di dalam kandang nampak tidak direncanakan

3. Tempat pakan di dalam kandang rata-rata hanya satu buah

4. Tempat pakan di dalam kandang rata-rata lebih dari satu buah tetapi tempat tidak terpisah

5. Tempat pakan di dalam kandang rata-rata lebih dari satu buah dan posisinya dapat dipindah-pindah

√○

7 Apakah pakan diletakkan sedemikian rupa sehingga resiko terkontaminasi tanah dapat dikurangi?

1. Tidak ada tempat pakan di luar dan di dalam kandang

2. Ada tempat pakan di luar kandang, tetapi di dalam kandang tidak ada

3. Di luar kandang tidak ada tempat pakan, namun di dalam kandang ada tempat pakan

4. Ada tempat pakan di luar dan di dalam kandang sebagian dapat dihindarkan dari kontaminasi tanah

5. Ada tempat pakan di luar dan di dalam kandang dan dapat dihindarkan dari kontaminasi tanah

√○

8 Apakah kebersihan tempat pakan dijaga?

1. Tidak pernah dibersihkan

2. Dibersihkan sebagian, namun nampak terkontaminasi tanah atau kotoran

3. Dibersihkan sebagian, tidak nampak terkontaminasi tanah atau kotoran

4. Dibersihkan semua, namun masih nampak sebagian terkontaminasi tanah atau kotoran

5. Dibersihkan semua, tidak nampak sebagian terkontaminasi tanah atau kotoran

○ √

9 Apakah pakan yang diberikan diyakini dimakan oleh satwa?

1. Tidak ada kontrol distribusi pakan ke satwa

2. Ada kontrol distribusi pakan ke satwa, namun tidak ada pemantauan terhadap pakan yang diberikan. Ada

kontrol distribusi pakan ke satwa, ada pemantauan terhadap pakan yang diberikan tetapi tidak ada keyakinan

terhadap pakan yang tidak dimakan

3. Ada kontrol distribusi pakan ke satwa, ada pemantauan terhadap pakan dan ada keyakinan terhadap pakan yang

tidak dimakan, namun tidak dilaporkan ke bagian nutrisi pakan

4. Ada kontrol distribusi pakan ke satwa, ada pemantauan terhadap pakan yang diberikan dan ada keyakinan

terhadap pakan yang tidak dimakan, serta dilaporkan ke bagian nutrisi pakan

○ √

10 Apakah area penyiapan pakan satwa terpisah dari area penyiapan makanan manusia?

1. Tidak mempunyai area penyiapan makanan manusia

2. Area penyiapan pakan tidak terpisah dengan area penyiapan makanan manusia

3. Area penyiapan pakan terpisah dengan area penyiapan makanan manusia namun masih satu ruang

4. Area penyiapan pakan terpisah dengan area penyiapan makanan manusia namun masih dalam satu atap

5. Area penyiapan pakan terpisah lain atap dengan area penyiapan makanan manusia

√○

Page 36: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

26

Lampiran 1 Penilaian capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR (Lanjutan 1)

No Keterangan 1 2 3 4 5

11 Apakah kulkas digunakan?bila ya, apakah peralatan tersebut diservis dan diperiksa temperaturnya secara teratur?

1. Tidak mempunyai kulkas

2. Mempunyai kulkas tetapi tidak digunakan

3. Mempunyai kulkas digunakan tetapi, tidak diservis dengan teratur sehingga tidak berfungsi dengan baik

4. Mempunyai kulkas, diservis secara teratur dan berfungsi baik

5. Mempunyai kulkas, diservis secara teratur dan berfungsi baik serta diperiksa temperaturnya secara teratur

√ ○

12 Apakah freezer digunakan? bila ya, apakah peralatan tersebut diservis dan diperiksa temperaturnya secara teratur?

1. Tidak mempunyai freezer

2. Mempunyai freezer tetapi tidak digunakan

3. Mempunyai freezer digunakan tetapi, tidak diservis dengan teratur sehingga tidak berfungsi dengan baik

4. Mempunyai freezer, diservis secara teratur dan berfungsi baik

5. Mempunyai freezer, diservis secara teratur dan berfungsi baik serta diperiksa temperaturnya secara teratur

√ ○

13 Apakah suplai air minum yang disimpan, dipersiapkan, dan diberikan kepada satwa dalam kondisi sehat?

1. Tidak mempunyai suplai air minum permanen yang terjaga sanitasinya

2. Mempunyai suplai air minum permanen hanya untuk sebagian koleksi satwa

3. Mempunyai suplai air minum permanen untuk seluruh koleksi satwa tetapi tidak dapat terjaga sanitasinya

4. Mempunyai suplai air minum permanen untuk seluruh koleksi satwa hanya sebagian dapat terjaga sanitasinya

5. Mempunyai suplai air minum permanen untuk seluruh koleksi satwa dan dapat terjaga sanitasinya

○ √

14 Apakah kuantitas air minum yang diberikan diyakini mencukupi?

1. Tidak tersedia air minum

2. Tidak dapat tersedia setiap saat

3. Tersedia setiap saat tetapi kuantitasnya kurang mencukupi

4. Tersedia setiap saat dan kuantitasnya mencukupi

5. Tersedia setiap saat dengan kuantitas melebihi

○ √

15

Apakah air minum diletakkan pada tempat sedemikian rupa sehingga resiko terkontaminasi tanah dapat dihindari?

1. Tidak pernah dibersihkan

2. Dibersihkan sebagian, namun nampak terkontaminasi tanah atau kotoran

3. Dibersihkan sebagian, tidak nampak terkontaminasi tanah atau kotoran

4. Dibersihkan semua, namun masih nampak terkontaminasi tanah atau kotoran

5. Dibersihkan semua, tidak nampak terkontaminasi tanah atau kotoran

○ √

Page 37: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

27

Lampiran 1 Penilaian capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR (Lanjutan 1)

No Keterangan 1 2 3 4 5

16 Apakah satwa ditimbang secara teratur untuk mencatat perubahan satwa?

1. Tidak ditimbang

2. Ditimbang sebagian, namun tidak secara teratur

3. Ditimbang sebagian, dilakukan secara teratur

4. Ditimbang semua, namun tidak secara teratur

5. Ditimbang semua, dilakukan secara teratur

√○

Total skor √= 58 ○= 46

Rata-rata √= 3.6 ○= 2.9

Bebas dari rasa tidak nyaman

No Keterangan 1 2 3 4 5

1 Apakah akomodasi termasuk suhu, ventilasi, dan penerangan sesuai bagi satwa? ○ √

2 Apakah syarat yang diperlukan berkaitan dengan suhu, ventilasi, dan penerangan guna memenuhi kebutuhan satwa

tersedia setiap saat?

○ √

3 Apakah diberikan pertimbangan kebutuhan khusus kepada satwa yang bunting dan satwa yang baru lahir? ○ √

4 Untuk kenyamanan satwa, apakah peneduh untuk perlindungan terhadap cuaca buruk dan terik matahari di luar

kandang diberikan?

√○

5 Apakah kondisi kandang sedemikian rupa sehingga tidak ada kemungkinan dapat mencelakai satwa? ○ √

6 Apakah semua bangunan dan perlengkapan termasuk peralatan listrik yang terpasang tidak menimbulkan resiko

atau tidak menggangu jalannya pekerjaan operasional?

○ √

7 Apakah kandang yang dihuni beserta area yang berdampingan bebas dari sampah dan peralatan? ○ √

8 Apakah pohon-pohon di dalam maupun di luar kandang dalam kondisi aman? ○ √

9 Apakah standar kebersihan kandang dan ruang pengobatan memuaskan? ○ √

10 Apakah semua kandang memiliki saluran yang baik dan setiap satwa terhalang masuk ke dalam parit terbuka? ○ √

Total skor √= 42 ○= 32

Rata-rata √= 4.2 ○= 3.2

Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit

No Keterangan 1 2 3 4 5

1 Apakah semua satwa yang diperagakan dalam kondisi sehat? ○ √

2 Apakah komdisi fisik dan kesehatan satwa diperiksa setiap hari? ○ √

3 Apakah memiliki persiapan penanganan segera terhadap satwa yang menderita sakit ataupun terluka? ○ √

4 Apakah agar tidak berakibat buruk bagi satwa, petugas dilarang merokok? ○ √

5 Apakah catatan pengobatan dan otopsi dilakukan dengan baik? ○ √

Page 38: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

28

Lampiran 1 Penilaian capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR (Lanjutan 1)

No Keterangan 1 2 3 4 5

6 Apakah pemeriksaan rutin termasuk pemeriksaan parasit dan program preventif juga vaksinasi dilaksanakan?

Parasit: organism yang berada di luar/di dalam hewan yang bersifat merugikan

Vaksin: suspense virus/ bakteri yang lemah/ mati untuk menimbulkan imunitas preventif= pencegahan

○ √

7 Apakah ada fasilitas peralatan medis dalam TMR? Bila ya, apakah lengkap dan terawatt? Bila tidak, apakah tersedia

ruang pengobatan yang bersih serta berventilasi untuk pemeriksaan rutin bagi satwa yang sedang diberi penenang?

○ √

8 Adakah fasilitas untuk perawatan bagi satwa yang menderita sakit, luka atau anak yang dibuang oleh induknya? ○ √

9 Atas saran dokter hewan apakah petugas memakai pakaian pelindung dan perawatan berbeda untuk areal isolasi dan

pakaian pelindung dan peralatan itu dibersihkan dan disimpan area tersebut?

○ √

10 Apakah obat-obatan, vaksin dan produk obat lainnya disimpan secara benar dan aman, kemudian kuncinya hanya

dipegang oleh petugas yang berwenang? Apakah penggunaan obat terkontrol dengan baik?

√○

11 Apakah obat-obat yang kadaluwarsa, limbah kimia dari spuit dan jarum diuang secara aman dan benar? √○

12 Apakah terdapat penjaga/perawat satwa (animal keeper)? √○

Total skor √= 52 ○= 38

Rata-rata √= 4.3 ○= 3.2

Bebas untuk menampilkan perilaku alami

No Keterangan 1 2 3 4 5

1 Apakah satwa disediakan ruang dan perlengkapan yang cukup sehingga memungkinkan untuk dilakukan kegiatan

yang diperlukan bagi kesejahteraan satwa?

○√

2 Apakah ukuran kandang mencukupi? ○ √

3 Apakah satwa tidak terpengaruh dengan kehadiran pengunjung? ○ √

4 Apakah peralatan yang sesuai disediakan untuk membantu mendorong pola tingkah laku normal? √○

5 Apakah satwa yang diperagakan di tempatkan dalam kandang atau pada jenis satwa yang tidak berbahaya secara

bebas dalam kebun binatang?

√○

6 Apakah batas kandang dirancang, dikontruksi, dirawat secara baik dan dalam kondisi yang sesuai dengan satwa

yang ada di dalamnya?

○ √

7 Apakah kandang bebas dari tumbuhan dan benda lain yang memungkinkan satwa terlepas? ○ √

8 Apakah pintu kandang terkunci dengan baik? √○

9 Apakah selain batas kandang yang telah ada pintu kandang juga cukup kuat dan efektif? √○

10 Apakah batas cukup lebar dan cukup tinggi sehingga dapat mencegah terjadinya kontak antara pengunjung dan

satwa berbahaya?

○ √

28

Page 39: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

29

Lampiran 1 Penilaian capaian implementasi kesejahteraan musang luwak di TMR (Lanjutan 1)

No Keterangan 1 2 3 4 5

11 Apakah batas keliling, termasuk batas masuk dirancang dan dibangun sedemikian rupa sehingga menghalangi

masuknya yang tidak berkepentingan?

○ √

Total skor √= 49 ○= 42

Rata-rata √= 4.4 ○= 3.8

Bebas dari rasa takut dan tertekan

No Keterangan 1 2 3 4 5

1 Apakah akomodasi terpisah tersedia untuk satwa yang bunting dan satwa dengan anaknya guna menghindari stress

dan penderitaan?

√○

2 Apakah lama tinggal dalam akomodasi sementara tidak terlalu lama, sehingga tidak mengalami kesulitan saat

introduksi ke dalam kandang?

√○

3 Apakah satwa ditangani hanya oleh dan dibawah pengawasan staf yang berwenang? √○

4 Apakah penanganan satwa oleh staf tetap konsisten dengan kesejahteraan satwa? ○ √

5 Adakah tanda-tanda dari individu satwa yang mengarah ke kondisi stress? ○ √

6 Adakah tanda tingkah laku yang menunjukkan ada rasa sakit pada satwa? ○ √

7 Apabila diketahui adanya stress pada satwa atau kelompok satwa, apakah kebun binatang mengadakan studi tingkah

laku atau fisiologi untuk menentukan penyebab stress dan usaha mengurangi stress tersebut?

1. Tidak melakukan apa-apa

2. Mendiskusikan

3. Mengamati dan mendiskusikan

4. Mengamati, mendiskusikan, dan melakukan tindakan

5. Meneliti, membahas dengan mendiskusikandan melakukan tindakan

√○

7 Apabila diketahui adanya stress pada satwa atau kelompok satwa, apakah kebun binatang mengadakan studi tingkah

laku atau fisiologi untuk menentukan penyebab stress dan usaha mengurangi stress tersebut?

1. Tidak melakukan apa-apa

2. Mendiskusikan

3. Mengamati dan mendiskusikan

4. Mengamati, mendiskusikan, dan melakukan tindakan

5. Meneliti, membahas dengan mendiskusikandan melakukan tindakan

√○

Total skor √= 26 ○= 23

Rata-rata √= 3.7 ○= 3.3

Keterangan:

1= buruk, 2= kurang, 3= cukup, 4= baik, 5= memuaskan, √= penilaian dari pengelola, ○= penilaian dari pengamat

29

Page 40: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

30

Lampiran 2 Bentuk kandang musang luwak di TMR

1 m 35cm

cm

3 m 50cm

2m 45 cm

4 m 95 cm

3 m 85 cm

Bagian depan kandang

Batas pemisah

Cover dan kolam

Pintu kandang peraga Pintu kandang peraga

kandang peralihan kandang peralihan

Pintu kandang operan

Pintu kandang peraga

Page 41: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

31

Lampiran 3 Wawancara pengunjung

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Asal/tempat tinggal :

Pendidikan :

Pekerjaan :

1. Apa tujuan anda datang ke Taman Margasatwa Ragunan?

2. Sudah berapa kali anda datang ke TMR?

3. Apabila sudah pernah ke TMR, apa yang membuat anda datang kembali ke

TMR?

4. Apakah anda mengenal satwa musang luwak?

5. Apakah anda tertarik melihat musang luwak?alasannya?

6. Apakah menurut anda musang luwak di Taman Margasatwa Ragunan

sudah sejahtera? alasannya?

7. Apa saran anda terhadap pengelolaan musang luwak sebagai salah satu

obyek wisata di TMR?

8. Bagaimana fasilitas dan pelayanan dari pihak TMR? (memuaskan, kurang

memuaskan, tidak memuaskan)

9. Apakah anda memiliki saran agar pengelolaan wisata di Taman

Margasatwa Ragunan menjadi lebih baik?

Page 42: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

32

Lampiran 4 Karakteristik pengunjung di TMR

Karakteristik Kelompok umur (%)

Remaja Dewasa muda Dewasa Tua

Asal

a. Jakarta 96 92 84 88

b. Luar Jakarta 4 8 16 12

Jenis kelamin

a. Perempuan 44 40 64 68

Laki-laki 56 60 36 32

Pekerjaan

a. Pelajar 88 - - -

b. PNS - - 4 4

c. Mahasiswa 8 20 - -

d. Karyawan 4 36 24

e. Wiraswasta - 20 44 80

f. Buruh - - 4 4

g. Ibu rumah tangga - 24 24 24

Pendidikan

a. S1 12 20 4 16

b. D3 - - 12 -

c. SMA/ SMK 64 72 58 40

d. SMP 24 8 8 32

e. SD - - 17 12

Page 43: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

33

Lampiran 5 Wawancara pengelola

Aspek bebas dari rasa lapar dan haus:

1. Bagaimana pemberian pakan yang dilakukan?

2. Apakah terdapat menu pakan bagi satwa?

3. Apabila ada, siapakah yang membuat menu tersebut?

4. Apakah ada perbedaan jumlah/jenis pakan bagi satwa yang sedang hamil

atau menyusui?

5. Apakah makanan yang diberikan disesuaikan dengan menu yang telah

dibuat?

6. Apakah makanan yang diberikan dalam kondisi segar?

7. Apa saja jenis pakan yang diberikan?

8. Berapa banyak pakan yang diberikan?

9. Apakah ada pemberian pakan tambahan seperti vitamin?

10. Bagaimana pemberian minum yang diberikan?

Bebas dari rasa tidak nyaman

11. Apa saja jenis kandang yang tersedia dan fungsinya?

12. Berapa luas kandang (setiap kandang)?

13. Bagaimana kondisi kandang (keamanan, suhu, kelembaban, sirkulasi udara)?

14. Apa saja bahan yang digunakan dalam pembuatan kandang?

15. Bagaimana bentuk kandang, apakah kandang tertutup, terbuka atau paralel?

16. Apakah ada tekanan dari pengunjung?

17. Apakah kandang setiap hari selalu dibersihkan?

18. Bagaimana cara pembersihan kandang?

19. Bagaimana penanganan bila ada satwa yang berkelahi?

20. Apakah dilakukan pembersihan kandang dengan menggunakan desinfektan?

21. Apakah terdapat sistem drainase dalam kandang?

Bebas dari rasa sakit dan penyakit

22. Bagaimana pengelolaan kesehatan satwa yang dilakukan?

23. Bagaimana perlakuan terhadap satwa yang sakit?

24. Apakah seluruh satwa musang luwak dalam kondisi sehat?

25. Berapa kali pengecekan kesehatan satwa dilakukan?

26. Apakah ada program dalam penanggulangan hama dan penyakit?

27. Apakah satwa diberikan vaksinasi?dan kapan?

28. Apakah terdapat kandang karantina dan kandang perawatan?

Bebas dari rasa takut dan stress

29. Berapa banyak satwa di dalam satu kandang?

30. Bagaimana pengaturan perkawinan yang dilakukan?

31. Apakah ada pengkayaan yang diberikan?

32. Apabila ada pengkayaan, pengkayaan apa saja yang diberikan (kandang,

makanan, struktural, objek) ?

Page 44: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

34

Lampiran 5 Wawancara pengelola (Lanjutan 5)

33. Bagaimana kondisi satwa musang luwak yang ada di Taman Margasatwa

ragunan (pasif, pola makan, pola tidur)?

34. Apabila ada satwa yang stress, bagaimana penanganannya?

35. Apakah Taman Margasatwa mengadakan studi tingkah laku atau fisiologi

untuk menentukan penyebab stress dan usaha mengurangi stress tersebut?

Bebas berperilaku alami

36. Apa saja fasilitas yang ada di dalam kandang?

37. Apakah kandang yang disediakan cukup luas untuk satwa sehingga satwa

dapat mengekspresikan perilaku alaminya seperti mencari makan, membuat

sarang, menghindari dari predator, dll?

38. Apakah kandang dirancang dan disesuaikan dengan satwa di habitat

alaminya?

39. Bagaimana manajemen reproduksi dan breeding yang dilakukan (pemilihan

bibit, determinasi sex ratio, pilihan teknik/cara perkawinan, alami/buatan,

bulan-bulan kawin dan lahir)?

40. Bagaimana kondisi satwa (tingkah stress)?

41. Apakah satwa pernah lepas/kabur?

Page 45: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

35

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 September 1991 dari pasangan

Bapak H. Alwi Muzani dan Ibu Hj. Maemunah. Penulis merupakan anak ketiga dari

empat bersaudara.

Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis adalah TK AL-Fitrah

Jakarta lulus pada tahun 1996, SDN Cipete Utara 010 pagi Jakarta lulus pada tahun

2003, Mts. AT-Tanwiriyyah Cianjur lulus pada tahun 2006, dan SMA Darul Ma’arif

Jakarta lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 pula penulis lulus seleksi masuk IPB

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan memilih program studi

Konservasi Sunberdaya Hutan dan Ekowisata, Departemen Konservasi Sumberdaya

Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan Eksplorasi Flora

dan Fauna Indonesia (RAFFLESIA) di CA Tangkuban Perahu dan TWA

Sukawayana, Jawa Barat pada tahun 2012, Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan

(P2EH) di Pangandaran-Gunung Sawal, Jawa Barat pada tahun 2011, Praktek

Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Jawa Barat pada tahun

2012 serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Gunung Merapi pada

tahun 2013. Selain itu penulis juga menjadi asisten mata kuliah Rekreasi Alam dan

Ekowisata.

Penulis juga aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Konservasi

(HIMAKOVA) periode 2011/2012. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan

dengan menulis skripsi yang berjudul “Pengelolaan Kesejahteraan Musang Luwak

dan Pemanfaatannya sebagai Satwa Peraga di Tamam Margasatwa Ragunan”.

Page 46: PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN MUSANG LUWAK DAN … fileDengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian ... recommendation that Ragunan’s management

24