PENGELOLAAN DANA TABARRU’ PADA PRODUK ASURANSI...
Transcript of PENGELOLAAN DANA TABARRU’ PADA PRODUK ASURANSI...
i
PENGELOLAAN DANA TABARRU’ PADA PRODUK ASURANSI
SYARIAH DI KANTOR PUSAT PT. ASURANSI BRI LIFE JAKARTA
DITINJAU DARI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS
ULAMA INDONESIA
SKRIPSI
Oleh:
Rahmat Agung Nashrulloh
13220143
JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2018
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
مت لغد وات قوا يا أي ها الذين آمنوا ات قوا اهلل ولت نظر ن فس ما قدما ت عملون. ن اهلل خبير ب إ اهلل
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
(QS. Al-Hasyr : 18)55
55
QS. Al-Hasyr : 18.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamd li Allâhi Rabb al‟Âlamîn, lâ Hawl walâ Quwwat illâ bi Allâh al „Âliyy
al„Âdhîm, hanya dengan rahmat-Mu serta hidayah-Nya penulisan skripsi yang
berjudul “Pengelolaan Dana Tabarru’ Pada Produk Asuransi Syariah di
Kantor Pusat PT. Asuransi BRI Life Jakarta ditinjau dari Fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia” dapat diselesaikan dengan curahan
kasih sayang-Nya, kedamaian dan ketenangan jiwa. Shalawat dan salam kita
haturkan kepada Baginda kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah
mengajarkan kita tentang dari alam kegelapan menuju alam terang menderang di
dalam kehidupan ini. Semoga kita tergolong orang-orang yang beriman dan
mendapatkan syafaat dari beliau di hari akhir kelak. Amin...
Dengan segala daya dan upaya serta bantuan, bimbingan maupun
pengarahan dan hasil diskusi dari berbagai pihak dalam proses penulisan skripsi
ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang tiada batas kepada:
1. Prof. Dr. H. Abdul Haris, M.Ag., selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Dr. H. Saifullah, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Syari‟ah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Dr. Fakhruddin, M.HI., selaku Ketua Jurusan Hukum Bisnis Syariah
sekaligus dosen wali penulis Fakultas Syari‟ah Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Dr. Burhanuddin Susamto, M.Hum, selaku dosen pembimbing
penulis. Syukr katsîr penulis haturkan atas waktu yang telah beliau
viii
limpahkan untuk bimbingan, arahan, serta motivasi dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang yang telah menyampaikan pengajaran,
mendidik, membimbing, serta mengamalkan ilmunya dengan ikhlas.
Semoga Allah Swt memberikan pahala-Nya yang sepadan kepada
beliau semua.
6. Staf serta Karyawan Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang, penulis ucapkan terimakasih atas
partisipasinya dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Untuk orang tua dan kakak-kakakku yang selalu memberikan
semangat, semoga Allah Swt selalu memberikan kesehatan dan
keberkahan kepada mereka.
8. Untuk teman-temanku seperjuangan jurusan Hukum Bisnis Syariah
angkatan 2013, semoga ilmu yang kita dapatkan bermanfaat dan
barokah bagi kehidupan sehari-hari.
Semoga apa yang telah saya peroleh selama kuliah di Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini, bisa bermanfaat
bagi semua pembaca, khususnya bagi saya pribadi. Disini penulis sebagai manusia
biasa yang tak pernah luput dari salah dan dosa, menyadari bahwasannya skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap
kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Malang, 05 Juli 2018
Penulis,
Rahmat Agung Nashrulloh
NIM. 13220143
ix
PEDOMAN TRANSLITERERASI
A. Umum
Transliterasi yang dimaksud di sini adalah pemindahalihan dari bahasa
arab ke dalam tulisan Indonesia, bukan terjemahan bahasa Arab ke dalam
bahasa Indonesia.
Dalam karya ilmiah ini, terdapat beberapa istilah atau kalimat yang
berasal dari bahasa arab, namun ditulis dalam bahasa latin. Adapun
penulisannya berdasarkan kaidah berikut:56
B. Konsonan
dl = ض tidak dilambangkan = ا
th = ط b = ب
dh = ظ t = ت
(komamenghadapkeatas) „ = ع ts = ث
gh = غ j = ج
f = ف h = ح
q = ق kh = خ
k = ك d = د
l = ل dz = ذ
m = م r = ر
n = ن z = ز
w = و s = س
h = ه sy = ش
y = ي sh = ص
56
Berdasarkan Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Fakultas Syariah. Tim Dosen Fakultas
Syariah UIN Maliki Malang, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Malang: Fakultas Syariah UIN
Maliki, 2012), hlm. 73-76
x
C. Vocal, Panjang dan Diftong
Setiap penulisan bahasa Arab dalam bentuk tulisan latin vokal fathah
ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u,” sedangkan
bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara berikut:
Vokal (a) panjang = Â Misalnya قال Menjadi Qâla
Vokal (i) panjang = Î Misalnya قيل Menjadi Qîla
Vokal (u) panjang = Û Misalnya دون Menjadi Dûna
Khusus untuk bacaanya‟ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan
“î”, melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkanya‟ nisbat
diakhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya‟ setelah fathah
ditulis dengan “aw” dan “ay”. Perhatikan contoh berikut:
Diftong (aw) = ــو Misalnya قول Menjadi Qawlun
Diftong (ay) = ـيـ Misalnya خير Menjadi Khayrun
D. Ta’ marbûthah (ة)
Ta‟Marb thah (ة) ditransliterasikan dengan” ” jika berada di tengah kalimat,
tetapi apabila ta‟ marb thah tersebut berada di akhir kalimat, maka ditransliterasikan
dengan menggunakan “h” misalnya الرسالة للمدرسة menjadi al-risalah al-mudarrisah,
atau apabila berada ditengah-tengah kalimat yang terdiri dari susunan mudlaf dan mudlaf
ilayh, maka ditransliterasikan dengan menggunakan t yang disambungkan dengan kalimat
berikutnya.
E. Kata Sandang dan Lafdh al-Jalâlah
Kata sandang berupa “al” (ال) ditulis dengan huruf kecil, kecuali terletak di
awal kalimat, sedangkan “al” dalam lafadhjalâlah yang berada di tengah-tengah
xi
kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan. Perhatikan contoh-contoh
berikut ini:
a. Al-Imâm al-Bukhâriy mengatakan …
b. Al-Bukhâriy dalam muqaddimah kitabnya menjelaskan …
c. Masyâ‟ Allâh kâna wamâ lam yasya‟ lam yakun.
F. Nama dan Kata Arab Terindonesiakan
Pada prinsipnya setiap kata yang berasal dari bahasa Arab harus ditulis
dengan menggunakan sistem transliterasi. Apabila kata tersebut merupakan nama
Arab dari orang Indonesia atau bahasa Arab yang sudah terindonesiakan, tidak
perlu ditulis dengan menggunakan sistem transliterasi.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
BUKTI KONSULTASI SKRIPSI....................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v
MOTTO .............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
ASTRAK ........................................................................................................... xiv
ABSTRACT ....................................................................................................... xv
xvi ........................................................................................................ ملخص البحث
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 10
E. Sistematika Pembahasan ........................................................................ 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 14
A. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 14
B. Kajian Pustaka ........................................................................................ 17
1. Konsep Tabarru‟dan Ta‟awun ........................................................ 17
a. Pengertian Tabarru‟ ................................................................. 17
b. Akad-akad Tabarru‟................................................................. 17
c. Pengertian Ta‟awun. ................................................................ 21
2. Konsep Asuransi. ............................................................................ 23
a. Pengertian Asuransi. ................................................................ 23
b. Istilah Perasuransian................................................................. 25
c. Prinsip Dasar Asuransi. ............................................................ 26
xiii
d. Manajemen Risiko ................................................................... 28
e. Jenis-jenis Asuransi. ................................................................. 33
f. Asuransi Syariah ...................................................................... 34
g. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. ..... 48
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 59
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 59
B. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 60
C. Lokasi Penelitian .................................................................................... 60
D. Jenis dan Sumber Data. .......................................................................... 61
E. Metode Pengumpulan Data. ................................................................... 61
F. Metode Keabsahan Data. ....................................................................... 62
G. Metode Pengolahan Data. ...................................................................... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 66
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................... 66
1. Sejarah PT. Asuransi BRI Life. ....................................................... 67
2. Visi dan Misi. .................................................................................. 70
3. Struktur Organisasi. ......................................................................... 71
4. Produk-produk dan Layanan Asuransi Syariah BRI Life. .............. 71
a. Produk Asuransi Individu. ....................................................... 72
b. Produk Asuransi Kumpulan. .................................................... 74
5. Risiko pada Produk Asuransi Syariah di Kantor Pusat PT.
Asuransi BRI Life Jakarta ............................................................... 76
6. Perbedaan Asuransi Syariah dengan Konvensional di Kantor
Pusat PT. Asuransi Syariah BRI Life Jakarta. ................................ 78
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 80
1. Praktek Pengelolaan Dana Tabarru‟ di Kantor Pusat PT.
Asuransi BRI Life Jakarta ............................................................... 80
2. Pengelolaan Dana Tabarru‟ di Kantor Pusat PT. Asuransi BRI
Life Jakarta jika ditinjau dari Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia. ................................................................ 85
BAB V PENUTUP. ............................................................................................ 99
A. Kesimpulan. ........................................................................................... 99
B. Saran. .................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 102
Lampiran-lampiran
xiv
ABSTRAK
Rahmat Agung Nashrulloh, NIM: 13220143, 2018. Pengelolaan Dana Tabarru’
Pada Produk Asuransi Syariah di Kantor Pusat PT. Asuransi BRI Life
Jakarta ditinjau dari Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia. Skripsi. Jurusan Hukum Bisnis Syariah, Fakultas Syariah,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing:
Burhanuddin Susamto, M.Hum
Kata Kunci: Dana Tabarru‟, Pengelolaan, Asuransi Syariah, Fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
Masyarakat saat ini mulai menganggap bahwa betapa penting dan
besarnya manfaat asuransi terutama dalam usaha menyerap modal swasta melalui
premi asuransi. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya pertumbuhan
ekonomi dalam bidang perasuransian di Indonesia. Hadirnya asuransi syariah
tidak terlepas dari peran asuransi konvensional. Maraknya perusahaan-perusahaan
asuransi saat ini, menunjukkan bahwa banyak pula kasus-kasus terkait asuransi.
Perlu diketahui asuransi syariah di Kantor Pusat PT. Asuransi BRI Life Jakarta
masih dalam Unit Usaha. Oleh karena penelitian ini terfokus pada pengelolaan
dana peserta asuransi syariah yang didalamnya memiliki prinsip ta‟awun,
bagaimana praktek pengelolaan dana tabarru‟, apakah dalam prakteknya sudah
sesuai dengan perundang-undangan dan apakah sudah sesuai dengan penetapan
fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia terkait asuransi syariah.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami praktek pengelolaan dana
tabarru‟ pada produk asuransi syariah di PT. Asuransi BRI Life dan memahami
sejauhmana pengelolaan dana tabarru‟ pada produk asuransi syariah di Kantor
Pusat PT. Asuransi BRI Life Jakarta jika ditinjau dari fatwa Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia.
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah menggunakan penelitian lapangan
(field research), sifat penelitiannya adalah bersifat penelitian deskriptif,
pendekatan penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu meneliti
berdasarkan pendekatan untuk mengekplorasi dan memahami gejala sentral, dan
bahannya berupa primer dan sekunder, bahan primer dilakukan dengan cara
mewawancarai narasumber, analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Hasil penelitian menyatakan bahwa praktek pengelolaan dana tabarru‟
pada produk asuransi syariah di Kantor Pusat PT. Asuransi BRI Life Jakarta
terpisah dengan akun dana lain. Dalam mekanisme pengelolaannya menggunakan
unsur akad tabarru‟, akad wakallah bil ujrah. Dengan proporsi hasil 60% untuk
peserta dan 40% untuk perusahaan. Dalam pengelolaan dana tabarru‟
menggunakan prinsip ta‟awun. Prinsip ta‟awun merupakan prinsip saling tolong-
menolong antara peserta asuransi. Asuransi syariah di Kantor Pusat PT. Asuransi
BRI Life Jakarta pada prakteknya mulai dari tata cara pembayaran, akad yang
digunakan, kedudukan para pihak, pengelolaan dana tabarru‟ dan jika terjadi
surplus underwriting atau defisit underwriting. Hal tersebut sudah sesuai dengan
Undang-undang dan penetapan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia terkait asuransi syariah.
xv
ABSTRACT
Rahmat Agung Nashrulloh, ID Number: 13220143, 2018. Management of Fund
Collection Tabarru’ on Products of Syariah Insurance in Head-office of PT.
Asuransi BRI Life Jakarta Based on Rules of National Shariah Council of
Indonesian Ulama Assembly. Thesis. Department of Sharia Business, Faculty of
Shariah, State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang. Advisor:
Burhanuddin Susamto, M.Hum
Keywords: Fund Collection, Management, Shariah Insurance, Rules of National Shariah
Council of Indonesian Ulama Assembly
Recently, majority of Indonesian society consider to significance and benefit of
insurance particularly in order to absorb the private capital through insurance premium.
This condition affects to the increase of economical growth in field of insurance in
Indonesia. This presence of shariah insurance is not separated from the role of
conventional insurance. Further, the rise of insurance corporations nowadays shows a lot
of case related to the insurance. It is important to know that the shariah insurance in
Head-office of PT Asuransi BRI Life Jakarta is still within a business unit. Therefore, this
research focuses on the management of shariah insurance funds which is based on the
concept of ta‟awun, the practice of management of fund collection tabarru‟, is the
practice of implementation appropriately to the laws and rules of National Shariah
Council of Indonesian Ulama Assembly.
This research aims to examine the practice of fund collection management on the
products of shariah insurance in PT. Asuransi BRI Life Jakarta and comprehend to how
far the management of fund collection on the products of shariah insurance in the Head-
office of PT. Asuransi BRI Life Jakarta if it is observed from the rules of National
Shariah Council of Indonesian Ulama Assembly.
This research is categorized into a field research and descriptive research, which
exerts qualitative approaches, where the researcher examines the research object based on
the approaches which aim to explore and comprehend the central tendency, the data of
both primary and secondary, the primary data is collected through informant interview,
then the data analysis is through method of descriptive analysis.
This research finding indicates that the practice of management of fund collection
tabarru‟ on the products of shariah insurance in Head-office of PT. BRI Life Jakarta is
separated from the other fund accounts. Moreover, within the mechanism of fund
management, this shariah corporation employs the contract element of tabarru‟ and
contract of wakallah bil ujrah where the 60% of result proportion is reserved to the
participant and 40% to the corporation. This fund collection management is based on the
concept of ta‟awun. The concept of ta‟awun refers to the mutual concept among the
participants of insurance. In the practice of shariah insurance in Head-office of PT.
Asuransi BRI Life Jakarta, it begins from the procedures of payment, contract, position of
each involved party, management of fund collection tabarru‟ and condition of surplus
underwriting or deficit underwriting are in line with the laws and rules of Rules of
National Shariah Council of Indonesian Ulama Assembly which is related to the shariah
insurance.
xvi
مستخلص البحث م.إدارة مصروف التربع عند إنتاج التأمني الشريعة يف ادلكتب ادلركزي للشركة "0222 21002221رمحة أجنج نصراهلل،
Asuransi BRI Life Jakartaالوطين جمللس العلماء اإلندونيسا. البحث " نظرا من الفتوى جمللس الشريعة اجلامعي. قسم القانون التجاري، كلية الشريعة، جامعة موالنا مالك إبراهيم اإلسالمية ماالنج.
ادلشريفة : برهان الدين سومستو ادلاجستري
الشريعة الوطين جمللس العلماء اإلندونيساالكلمات األساسية : مصروف التربع ، إدارة ، التأمني الشريعة ، ميز الضريبة، الفتوى جمللس
يعتقد اجملتمع احلاضر هبمة التأمني والسيما اجلهود ادلبذولة الستيعاب رأس ادلال اخلاص من قسط التأمني. وذلك يؤثر يف الزمن احلاضر يوجد إلىل إرتقاء اإلقتصاد يف جمال التأمني اإلندونيسا. وجود التأمني الشريعة ال يكون بعيدا من التأمني التقليدي.
الشركات التأمني الكثرية، هذا يظهر بأن هناك ادلشكالت الكثرية ادلتعلقة بالتأمني. الزم أن نعرف بأن التأمني الشريعة يف ادلكتب " يدخل إىل وحدة األعمال. لذلك يركز هذا البحث يف إدارة مصروف Asuransi BRI Life Jakarta ادلركزي للشركة "
فيه مبادئ التعاون، وكيف بإدارة مصروف التربع، هل التطبيق يناسب بالدستور وهل فد يناسب بتقرير الفتوى جمللس التربع الذي الشريعة الوطين جمللس العلماء اإلندونيسا عن التأمني الشريعة.
كزي للشركة "يهدف هذا البحث دلعرفة التطبيق إدارة مصروف التربع عند إنتاج التأمني الشريعة يف ادلكتب ادلر Asuransi BRI Life Jakarta ودلعرفة مدى إدارة مصروف التربع عند إنتاج التأمني الشريعة يف ادلكتب ادلركزي للشركة "
" Asuransi BRI Life Jakarta.نظرا من الفتوى جمللس الشريعة الوطين جمللس العلماء اإلندونيسا "
مدخله هو ادلدخل الكيفي، وهو يبحث على األساس ادلدخل الكتشاف ودلعرفة نوع البحث يف هذا البحث هو البحث ادليداين، و ادلشكلة الرئيسية، وادلكونات االبتدائي والثانوي بادلقابلة اخلبري، وحتليل البيانات فيه التحليل الوصفي.
ادلركزي للشركة "نتائج هذا البحث كما يلي: تطبيق إدارة مصروف التربع عند إنتاج التأمني الشريعة يف ادلكتب Asuransi BRI Life Jakarta منفصلة بوحدة ادلصروف األخرى. ويف إداريته يستخدم عناصر التربع عقد الوكالة "
للشركة. يف إدارة التربع تساعد بني ادلشرتك والشركة. تطبيف التأمني الشريعة يف ادلكتب % 22دلشرتك و %02باألجرة. بنتيجة " إما من عقد ادلستخدمة ومكانة اخلرباء، إدارة ادلصروف التربع وإذا Asuransi BRI Life Jakarta ادلركزي للشركة "
". وذلك قد يناسب بتقرير الفتوى جمللس الشريعة defisit underwriting" أو" surplus underwriting حدث " الوطين جمللس العلماء اإلندونيسا عن التأمني الشريعة.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, perlahan-lahan masyarakat menganggap bahwa betapa
penting dan besarnya manfaat asuransi terutama dalam usaha menyerap
modal swasta melalui premi asuransi yang didapat dari para pemegang polis
atau nasabah asuransi. Tampak adanya perubahan dalam cara berpikir
sebagian besar masyarakat Indonesia, maka sudah saatnya bidang
perasuransian di Indonesia mengembangkan usahanya.
Asuransi merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada
tindakan, sistem atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi
secara finansial) untuk jiwa, properti, kesehatan dan lain sebagainya
2
mendapatkan penggantian dari kejadian-kejadian yang tidak diduga yang
dapat terjadi seperti kematian, kehilangan kerusakan atau sakit, dimana
melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka waktu tertentu
sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan tersebut. Istilah
“diasuransikan” biasanya merujuk pada segala sesuatu yang mendapatkan
perlindungan.57
Dan juga merupakan salah satu inisiatif untuk memperkecil
timbulnya risiko
Setiap kehidupan manusia memiliki potensi adanya risiko yang mungkin
akan terjadi. Misalnya peristiwa kematian seseorang mungkin akan berkaitan
dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki masa depan
yang panjang, yang akan menjadi risiko jika tidak dipersiapkan untuk
memenuhi kebutuhannya di kemudian hari. Misalnya peristiwa kelahiran
memiliki risiko kematian ibu yang melahirkan, kesehatan ibu dan anak, serta
pendidikan anak. Bencana alam dan kerusakan lingkungan menjadi risiko
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Selain itu seringkali pula manusia
dihadapkan pada suatu peristiwa yang tidak diinginkan terjadi, misalnya
kebakaran rumah, kerusakan barang, ataupun kecelakaan diri. Hal-hal
tersebut merupakan risiko yang senantiasa mungkin dialami oleh setiap
manusia dalam kehidupannya.58
Beberapa cara yang dapat dilakukan manusia
untuk mengatasi risiko dalam kehidupannya adalah : (1) Menghindari diri
dari risiko; (2) Mengatasi risiko; (3) Membagi risiko dengan pihak lain.
57
http://id.wikipedia.org/wiki/asuransi diakses pada 12-01-2017. 58
Tuti Rastuti, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia, 2011),
hlm. 5
3
Ensiklopedia Indonesia menjelaskan bahwa asuransi ialah jaminan atau
perdagangan yang diberikan oleh penanggung kepada yang tertanggung untuk
risiko kerugian sebagai yang ditetapkan dalam suatu perjanjian (polis) bila
terjadi kebakaran, pencurian, kerusakan dan sebagainya ataupun mengenai
kehilangan jiwa (kematian) atau kecelakaan lainnya, dengan yang
tertanggung membayar premi sebanyak yang ditentukan kepada penanggung
tiap-tiap bulan atau tahun.59
Jadi pihak tertanggung ini mengantisipasi apabila
terdapat kerugian-kerugian atau peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian
baginya yang akan datang baik itu sedikit atau besar. Adapun definisi
asuransi di Indonesia secara tegas telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.60
Asuransi syariah (ta‟min, takaful, tadhamun) adalah usaha untuk saling
melindungi dan saling menolong diantara sejumlah pihak melalui investasi
dalam bentuk aset yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
risiko tertentu melalui akad sesuai dengan syariat Islam.61
Adapun prinsip
syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perasuransian
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dana penetapan fatwa di bidang syariah.62
Kehidupan sosial manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk
melangsungkan hidupnya di muka bumi ini dengan cara saling tolong-
menolong satu sama lain untuk mencapai tujuan hidupnya masing-masing,
59
Kuat Ismanto, Asuransi Syariah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2009), hlm. 47 60
Lihat Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. 61
Abdul Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia, 2011), hlm. 36 62
Lihat Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.
4
dan manusia juga dihadapkan pada takdir dan nasib yang ditentukan oleh
Allah Swt, dan dengan cara berikhtiarlah manusia dapat mencapai tujuannya.
Asuransi syariah memiliki berbagai produk, dimana produknya terdapat dana
tabarru‟. Dana tabarru‟ merupakan dana hibah atau pemberian yang
dikumpulkan oleh peserta sebagai dana tolong-menolong untuk mambantu
peserta yang sedang terkena musibah.63
Dimana konsep dana tabarru‟ ini
terdapat prinsip ta‟awun (tolong-menolong).
Ta‟awun (tolong-menolong) merupakan prinsip yang menjadi landasan
etika dalam bermuamalah secara islami salah satunya dalam operasional pada
asuransi syariah. Ta‟awun merupakan inti dari konsep takaful, dimana antara
satu peserta dengan peserta lainnya saling menanggung risiko yakni melalui
mekanisme dana tabarru‟ dengan akad yang benar yaitu akad takafuli atau
akad tabarru‟.64
Ta‟awun (tolong-menolong) dalam masyarakat merupakan suatu bentuk
kerjasama antara kedua pihak atau lebih berdasarkan hubungan sosial,
ekonomi, atau politik ,dan dalam semua hal (positif) tanpa melihat adanya
perbedaan. Sebagaimana dalam firman Allah Swt :
و ب لو ل ا ر ي غ ل ل ى أ ا وم ر زي ن خ ل ا م ح ول م د ل وا ة ت ي م ل ا م ك ي ل ع ت م ر حا م ل إ ع ب س ل ا ل ك أ ا وم ة ح ي نط ل وا ة ي رد ت م ل وا ة وذ وق م ل وا ة ق ن خ ن م ل وا
ب نص ل ا ى ل ع ح ب ذ ا وم م ت ي م ذك لزل ا ب وا م س ق ت س ت ن ق وأ س ف م ك ل ذون ش خ وا م ى و ش خ ت ل ف م ك ن ي د ن م روا ف ن ك ي لذ ا س ئ ي وم ي ل وم ا ي ل ا
63
Hifi Saniatusilma, “Manajemen Risiko Dana Tabarru‟ PT. Asuransi Jiwa Syariah Al Amin”, JESTT Vol. 2, No. 12, (Desember, 2015), hlm. 1003 64
Sula syakir Muhammad, Asuransi Syariah (Life and General) konsep dan Sistem Operasional,
(Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 736
5
ا ن ي د م ل س ل ا م ك ل ت ي ورض ي ت م ع ن م ك ي ل ع ت م م ت وأ م ك ن ي د م ك ل ت ل م ك أم ف ث ل ف ن ا ج ت م ر ي غ ة ص م خ م ي ف ر ط ض ا ن م م ي رح ور ف غ لو ل ا ن إ ف
Artinya :
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,
(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”65
Ta‟awun sangat dianjurkan dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Tolong-menolong dalam umat Islam tidak mengenal ras suku dan
bangsa, tidak mengenal perbedaan agama, dan sebagainya tetapi lebih
mengedepankan membantu sesama umat manusia yang membutuhkan
pertolongan, dan merupakan salah satu pilar kesuksesan dalam segala urusan
bermasyarakat. Adapun konsep dasar ta‟awun (tolong-menolong) dalam hal
kebaikan dan takwa yang dianjurkan dalam Islam. Sebagaimana firman Allah
Swt 66
:
ي د ه ل ا ول م را ح ل ا ر ه ش ل ا ول لو ل ا ر ئ ا ع ش لوا ح ت ل وا ن م آ ن ي لذ ا ا ه ي أ ا يا ا ول ن وا ورض م ربه ن م ل ض ف ون غ ت ب ي م را ح ل ا ت ي ب ل ا ن ي م آ ول د ئ ل ق ل
65
Q.S. al Ma‟idah (5): 3. 66
Q.S. al Maidah (5): 2.
6
وا د ا ط ص ا ف م ت ل ل ح ا ذ إ ن و ع م وك د ص ن أ وم ق ن آ ن ش م نك رم ج ي ول وا د ت ع ت ن أ م را ح ل ا د ج س م ل ر ا ب ل ا ى ل ع وا ون ا ع وى وت ق ت ل ول وا
ن وا د ع ل وا م ث ل ا ى ل ع وا ون ا ع لو ت ل ا وا ق ت ب وا ا ق ع ل ا د ي د ش لو ل ا ن .إ
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar
Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya dan binatang-binatang qalaa-id,
dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Tidak dapat dipungkiri bahwasannya suatu hal apapun yang sifatnya
membutuhkan orang lain tidak akan pernah dapat dilakukan dengan sendiri
walaupun ia memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang suatu hal
tersebut. Dapat ditarik kesimpulan bahwa ta‟awun (tolong-menolong)
merupakan suatu keharusan dalam hidup. Adapun manfaat Ta‟awun (tolong-
menolong) dalam kehidupan manusia diantaranya : (1) setiap pekerjaan akan
lebih cepat terselesaikan dengan sempurna; (2) mempererat hubungan
silaturrahmi; (3) melahirkan cinta dan kasih sayang sesama manusia; (4)
menguatkan rasa persatuan.
Perusahaan asuransi syariah Indonesia harus berlandaskan pada al Qur‟an
dan Hadits. Dapat dilihat sesungguhnya asuransi syariah bukan hanya
mementingkan dunia saja melainkan juga akhirat, hal ini tersirat dari
operasional asuransi syariah yang berlandaskan al Qur‟an dan Hadits. Hal
7
tersebut direspon oleh lembaga Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia dan pemerintah untuk mendukung perkembangan asuransi syariah
di Indonesia dengan mengeluarkan fatwa No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang
Pedoman Umum Asuransi Syariah67
, dan Peraturan Menteri Keuangan
No.18/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan
Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah68
; sebagai
acuan dari sisi syariah dalam penyelenggaraan kegiatan asuransi syariah di
Indonesia.
Keberadaan usaha asuransi syariah tidak lepas dari keberadaan usaha
asuransi konvensional yang telah lahir lebih dahulu. Sebelum terwujud usaha
perasuransian syariah sudah tedapat berbagai macam perusahaan asuransi
konvensional yang lebih dahulu berkembang. Atas dasar keyakinan umat
Islam dunia dan manfaat yang diperoleh melalui konsep asuransi syariah,
maka lahirlah berbagai perusahaan asuransi yang menjalankan usaha
perasuransian berdasarkan prinsip syariah. Perusahaan ini bukan saja dimiliki
umat Islam, namun juga dimiliki oleh umat non muslim. Selain itu terdapat
juga perusahaan induk dengan konsep konvensional yang ikut memberikan
layanan asuransi syariah dengan membuka kantor cabang atau unit usaha
syariah.
Banyaknya lembaga asuransi yang memakai label syariah untuk menarik
nasabah, membawa implikasi bahwa pentingnya pengawasan dalam praktik
pengelolaan yang dilakukan. Salah satu ciri yang membedakan antara
67
Lihat Fatwa No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah. 68
Lihat Peraturan Menteri Keuangan No.18/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar
Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
8
asuransi syariah dengan konvensional adalah keharusan adanya Dewan
Pengawas Syariah (DPS) pada seluruh lembaga keuangan syariah.
Desember 2013 Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) menyatakan
pertumbuhan premi asuransi syariah mencapai 43 persen, padahal disaat yang
sama pertumbuhan asuransi konvensional hanya 20 persen. Hingga kuartal III
2013, Asuransi Jiwa Syariah disebut telah mencatat pendapatan premi hingga
Rp 12,15 triliun, sementara dana pengelolaan sebesar Rp 1,65 triliun dan
beban klaim mencapai Rp 1,18 triliun.69
Maraknya perusahaan asuransi saat ini, tidak dapat dikesampingkan juga
mengenai kasus-kasus tentang asuransi. Pengaduan asuransi menduduki
rangking ketujuh sebanyak 32 kasus, 53 persen klaim konsumen ditolak oleh
perusahaan asuransi.70
Dalam daftar Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI) saat ini kasus-kasus terkait bisnis asuransi menduduki peringkat
ketujuh kasus terbanyak di Indonesia. Banyak dari kasus tersebut terkait
masalah klaim nasabahnya yang ditolak oleh perusahaan asuransi.
Fokus peneliti terhadap permasalahan apakah konsep tabarru‟ sudah
benar-benar diterapkan sesuai prinsip syariah dan bagaimana sistem
pengelolaan dana khusus syariah ini ke dalam bisnis yang seharusnya
ditempatkan pada tempat yang sesuai dengan dasar ketentuan penempatan
dana secara syar‟i dan seharusnya bisnis syariah ini dapat menambah nilai
tambah bagi nasabah dan perusahaan.
69
Source “RepublikOnline”, http//www.takaful.co.id/public/
news/titleindustri_keuangan_syariah_akan_bergerak_cepat_tahun_2014 di akses pada 29-11-2017. 70
https://www.merdeka.com/uang/5-fakta-di-balik-deretan-kasus-klaim-asuransi-allianz-life-
indonesia/kasus-asuransi-masuk-10-besar-terbanyak-dilaporkan.html diakses pada 29-11-2017.
9
Penelitian ini juga dapat dilihat dari beberapa kasus yang terjadi dan
sebesar apakah bisnis asuransi syariah ini dapat memberikan nilat profit
kepada perusahaan. Sekalipun fakta yang terjadi saat ini asuransi syariah PT.
Asuransi BRI Life masih dalam satu naungan dengan asuransi konvensional,
hal ini terjadi karena PT. Asuransi BRI Life ingin lebih efektif dalam
mengembangkan perusahaannya. Sehingga harus diketahui juga bagaimana
sistem pengelolaan dana syariah, dan prinsip-prinsip syariah yang
diaplikasikan oleh asuransi syariah PT. Asuransi BRI Life apakah sudah
benar-benar diterapkan.
Oleh karena itu, penulis ingin meneliti sejauhmana pengelolaan dana
tabarru‟ yang digunakan pada asuransi syariah. Dengan judul penelitian
“Pengelolaan Dana Tabarru’ pada Produk Asuransi Syariah di Kantor
Pusat PT. Asuransi BRI Life Jakarta Ditinjau Dari Fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang
muncul, sebagai berikut :
1. Bagaimana pengelolaan dana tabarru‟ pada produk asuransi syariah
di kantor pusat PT. Asuransi BRI Life Jakarta ?
2. Bagaimana pengelolaan dana tabarru‟ pada produk asuransi syariah
di kantor pusat PT. Asuransi BRI Life Jakarta jika ditinjau dari fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia ?
10
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan penelitian
ini adalah :
1. Untuk memahami praktek pengelolaan dana tabarru‟ pada produk
asuransi syariah di kantor pusat PT. Asuransi BRI Life Jakarta.
2. Untuk memahami sejauhmana pengelolaan dana tabarru‟ pada
produk asuransi syariah di kantor pusat PT. Asuransi BRI Life
Jakarta jika ditinjau dari fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan kontribusi bagi perkembangan keilmuan Hukum
Bisnis Syariah khususnya dalam aspek terkait.
b. Untuk pengembangan keilmuan di bidang asuransi syariah.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Mahasiswa
Manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh saya dana tau
teman-teman mahasiswa lainnya, selain dapat menambah ilmu
juga dapat berupa adanya motivasi yang lebih tinggi dalam
menggapai cita-cita, bertujuan untuk sukses di kemudian hari
sehingga akan menerapkan dengan menjadi peserta asuransi
syariah.
11
b. Manfaat bagi Dosen
Penelitian ini bermanfaat bagi dosen untuk mengetahui
kemampuan mahasiswa dalam meneliti pengelolaan dana
tabarru‟ pada prodak asuransi syariah. Selain itu juga dosen
dapat mengembangkan ilmu dalam proses pelaksanaan
perkuliahan.
c. Manfaat bagi Masyarakat
Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah untuk dapat
disosialisasikan ilmu ini agar masyarakat dapat menyadari akan
pentingnya berasuransi dengan prinsip-prinsip yang Islami.
E. Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan penelitian ini disusun secara sistematis sehingga
dapat memperoleh gambaran yang jelas dan terarah, adapun sistematika
penulisan mulai dari bab pertama sampai bab kelima dalam penelitian ini
secara garis besar diurakan sebagai berikut :
Bab pertama yakni berisi pendahuluan dijelaskan terkait latar belakang
masalah penelitian yang merupakan deskripsi mengenai inti dari semua
permasalahan, rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan menjawab
sebuah permasalahan dalam penelitian, tujuan penelitian merupakan
pemecahan atau penyelesaian masalah, manfaat penelitian terdapat manfaat
teoritis dan juga manfaat praktis dalam suatu penelitian, sistematika
pembahasan sebagai gambaran awal dari penelitian keseluruhannya dari awal
sampai akhir dari isi skripsi.
12
Bab kedua yakni Membahas tentang penelitian terdahulu, persamaan dan
perbedaan dari penelitian terdahulu, dan kajian pustaka mengenai tabarru‟,
ta‟awun, asuransi, fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
Kemudian teori-teori tersebut digunakan sebagai rujukan dalam analisis data
di akhir penelitian. Karena teori merupakan bagian komponen pentingdalam
penelitian.
Bab ketiga yakni membahas metodelogi penelitian yang menjelasakan
jenis penelitian merupakan metode yang digunakan untuk melakukan
penelitian, pendekatan penelitian merupakan metode untuk mempermudah
mendapatkan informasi dalam penelitian, lokasi penelitian merupakan tempat
penelitian penulis untuk melakukan penelitian, jenis dan sumber data atau
bahan, metode pengumpulan data merupakan metode untuk mengumpulkan
data berupa wawancara, dokumentasi, dan metode analisis data merupakan
metode untuk mengolah data dari hasil penelitian dan menganalisis suatu
permasalahan dalam penelitian.
Bab keempat yakni membahas inti dari penelitian karena bab ini akan
menganalisis data-data baik melalui data primer maupun sekunder untuk
menjawab rumusan masalah yang ditetapkan.
Bab kelima yakni bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran.
Kesimpulan pada bab ini bukan merupakan ringkasan dari penelitian yang
dilakukan, melainkan jawaban singkat atas rumusan masalah yang telah
ditetapkan. Jumlah poin dalam kesimpulan harus sesuai dengan jumlah
rumusan masalah. Saran adalah usulan atau anjuran kepada pihak-pihak
13
terkait atau pihak yang memiliki kewenangan lebih terhadap tema yang
diteliti demi kebaikan masyarakat, dan usulan atau anjuran untuk penelitian
berikutnya di masa-masa mendatang. Isi saran dapat dihubungkan dengan
manfaat penelitian yang sudah ditulis pada bab pertama.71
71
Fakultas Syari‟ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Malang: UIN Press, 2015), hlm. 30
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelahaan penulis lakukan mengenai penelitian-penelitian
yang terdahulu, berkaitan dengan permasalahan yang akan penulis teliti,
peneliti tidak menemukan penelitian terdahulu yang sama ataupun penelitian
yang mirip, yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian ini.
Adapun uraian dari penelitian terdahulu sebagai berikut :
a. Penelitian dilakukan oleh mahasiswi Wina Muthmainna, yang
berjudul “Tinjauan Terhadap Pembagian Surplus Dana Tabarru‟
dalam Asuransi Kebakaran Rumah di PT. Takafful Umum
Menurut Hukum Islam” penelitian ini mendeskripsikan bahwa
aplikasi akad tabarru‟ dalam polis asuransi kebakaran rumah serta
pembagian surplus dana tabarru‟ kepada anggota asuransi
15
kebakaran rumah pada PT. Asuransi Takaful umum berdasarkan
Hukum Islam.
b. Penelitian dilakukan oleh mahasiswi Desiana Puja Astuti di
Universitas Islam Negeri Jakarta pada tahun 2010 dengan judul
“Analisa Komparasi Penerapan Prinsip Syariah tentang
Mekanisme Operasional pada Asuransi Takaful Keluarga dan
Asuransi ALLIANZ LIFE INDONESIA. Pembahasan dalam
penelitian ini erat kaitannya dengan perbandingan mekanisme
operasional pada kedua perusahaan tersebut. Selanjutnya penelitian
ini membahas tentang “Bagaimanakah penerapan prinsip syariah
dalam mekanisme operasional pada kedua perusahaan tersebut dan
adakah perbedaan antara kedua perusahaan tersebut dalam
menerapkan prinsip syariah pada mekanisme operasionalnya”.
c. Penelitian dilakukan oleh mahasiswi Qurrotu‟aini Mu‟awanah,
yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Realisasi Akad
tabarru‟ Jika terjadi Klaim Meninggal Dunia Sebelum Masa
Perjanjian Asuransi Berakhir Studi Kasus di Asuransi Jiwa
Bersama Bumiputera Kantor Cabang Asuransi Jiwa Syariah
Yogyakarta”. Penelitian ini membahas tentang pengkajian
penerapan akad tabarru‟ dan pengelolaan dana investasi peserta
yang berada di AJB Bumiputera 1912 Cabang Yogyakarta.
Oleh karena itu perbedaan antara ketiga penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh mahasiswi dari berbagai Universitas dengan penelitian yang
16
diteliti oleh peneliti disini, letak perbedaannya dari penelitian pertama adalah
lebih fokus membahas tentang pengaplikasian dana tabarru‟ dalam polis
asuransi kebakaran, sedangkan penelitian kedua adalah membahas tentang
analisis perbandingan kedua perusahaan terkait penerapan prinsip syariah
dalam mekanisme operasional, penelitian ketiga adalah lebih fokus
membahas pada ketentuan hukum Islam terhadap pengajuan klaim
meninggal. Sedangkan penelitian saat ini berfokus pada pengelolaan dana
tabarru‟ pada produk asuransi (jiwa) syariah di PT. Asuransi BRI Life.
Adapun persamaan dan perbedaan Penelitian Terdahulu agar lebih jelas
akan di paparkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu.
Nama/PT/Tahun Judul Persamaan Perbedaan
Wina
Muthmainna/UI
Depok/2012
(Skripsi)
Tinjauan Terhadap
Pembagian Surplus
Dana Tabarru‟ dalam
Asuransi Kebakaran
Rumah di PT.
Asuransi Takaful
Umum Menurut
Hukum Islam
Dana Tabarru‟
Pengaplikasian
dana Tabarru‟
dalam polis
asuransi kebakaran
Desiana Puja
Astuti/UIN
Jakarta/2010
(Skripsi)
Analisa Komparasi
Penerapan Prinsip
Syariah tentang
Mekanisme
Operasional pada
Asuransi Takaful
keluarga dan Asuransi
ALLIANZ LIFE
INDONESIA
Asuransi kesehatan
(jiwa)
Analisa
Komparasi
Penerapan Prinsip
Syariah tentang
Mekanisme
Operasional
Qurrotu‟aini
Mu‟awanah/UIN
Surabaya/2012
(Skripsi)
Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Realisasi
Akad Tabarru‟ Jika
Terjadi Klaim
Klaim pada dana
Tabarru‟
Ketentuan hukum
Islam terhadap
pengajuan klaim
meninggal.
17
Meninggal Dunia
Sebelum Masa
Perjanjian Berakhir
(Studi Kasus di
Asuransi Jiwa
Bersama Bumiputera
Kantor Cabang
Asuransi Jiwa Syariah
Yogyakarta)
B. Kajian Pustaka
1. Konsep Tabarru’
a. Pengertian Tabarru’
Tabarru‟ berasal dari kata tabarra‟a-yatabarra‟u, artinya sumbangan,
hibah, dana kebajikan, atau derma.72
Adapun akad tabarru‟ adalah akad
yang semata-mata dilakukan tolong-menolong dan tidak melihat
keuntungan finansial (non-profit oriented).73
Perlu diketahui bahwa
tabarru‟ merupakan bagian dari konsep ta‟awun. Hal ini semata-mata
bertujuan untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan.
b. Akad-akad Tabarru’
Terdapat 3 bentuk akad tabarru‟, yakni 74
:
1) Meminjamkan Uang
Meminjamkan uang termasuk akad tabarru‟ karena tidak boleh
melebihkan pembayaran atas pinjaman yang diberikan, karena
72
Novi Puspitasari, “Model Proporsi Tabarru‟ dan Ujrah pada Bisnis Asuransi”. Jurnal Akuntansi
dan Keuangan Indonesia Vol. 2, No. 1, (Juni, 2012), hlm. 46 73
Taufik Hidayat, Buku Pintar Investasi Syariah, (Jakarta: Mediakita, 2011), hlm 140 74
http://accounting-media.blogspot.co.id/2014/06/pengertian-akad-tabarru-dan-jenisnya.html?m=1,
diakses pada 20 Februari 2018.
18
setiap kelebihan tanpa „iwad (imbalan) adalah riba. Ada 3 jenis
pinjaman, yaitu :
a) Qard, yaitu merupakan pinjaman yang diberikan tanpa
mensyaratkan apapun, selain mengembalikan pinjaman
tersebut setelah jangka waktu tertentu.
b) Rahn, yaitu pinjaman yang mensyaratkan suatu jaminan
dalam bentuk atau jumlah tertentu.
c) Hawalah, yaitu bentuk pinjaman dengan cara mengambil
alih piutang dari pihak lain.
2) Meminjamkan Jasa
Meminjamkan jasa, yaitu berupa keahlian atau keterampilan
termasuk akad tabarru‟. Terdapat 3 jenis pinjaman jasa, sebagai
berikut :
a) Wakalah, yaitu memberikan pinjaman berupa kemampuan
kita saat ini untuk melakukan sesuatu atas nama orang.
b) Wadi‟ah, yaitu pemberian kuasa penitip kepada orang yang
menjaga hartanya tanpa kompensasi (ganti).
c) Kafalah, yaitu mengalihkan tanggung jawab seseorang yang
dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain
sebagai jaminan.
3) Memberikan Sesuatu
Akad ini terkait tentang pelaku memberikan sesuatu kepada
orang lain. Terdapat 3 bentuk akad, sebagai berikut :
19
a) Waqaf, yaitu pemberian dan penggunaan pemberian yang
dilakukan untuk kepentingan umum dan agama, serta
pemberian itu tidak bisa di pindahtangankan.
b) Hibah, yaitu pemberian hak milik secara langsung dan
mutlak terhadap suatu benda ketika masih hidup tanpa ganti
rugi walaupun dari orang yang lebih tinggi.
c) Sedekah, yaitu suatu akad pemberian suatu beda oleh
seseorang kepada orang lain karena mengharapkan
keridhaan dan pahala dari Allah SWT dan tidak
mengharapkan sesuatu imbalan jasa atau penggantian.
Akad tabarru‟ merupakan semua bentuk akad yang dilakukan dalam
bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong antara
peserta, bukan untuk tujuan komersil;75
akad tabarru‟ merupakan akad
yang harus melekat pada semua produk asuransi dan bentuk akad yang
dilakukan antara peserta pemegang polis; dalam akad tabarru‟ sekurang-
kurangnya harus disebutkan sebagai berikut :
1) Hak dan kewajiban masing-masing peserta secara individu.
2) Hak dan kewajiban antara peserta secara individu dalam akun
tabarru‟ selaku peserta dalam arti badan atau kelompok.
3) Cara dan waktu pembayaran premi dan klaim.
4) Syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi
yang diakadkan.
75
Lihat Fatwa No. 53/DSN-MUI/III/2006.
20
Dana tabarru‟ merupakan dana yang berasal dari akad yang berlaku
atas dasar pemberian atau pertolongan, seperti hibah. Ketika akad
tabarru‟ sudah disepakati, akad tersebut tidak dapat diubah menjadi akad
tijarah (akad komersial) kecuali terdapat kesepakatan antara kedua belah
pihak untuk mengikatkan diri dalam akad tijarah tersebut.76
Dana
tabarru‟ merupakan dana sumbangan atau dana kebajikan yang diberikan
dan diikhlakan oleh peserta asuransi apabila sewaktu-waktu akan
dipergunakan untuk membayar klaim asuransi.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia juga telah
mengatur pengelolaan dana dengan menggunakan akad tabarru‟ terhadap
usaha asuransi syariah. Pengelolaan dana tabarru‟ harus mengikuti
aturan dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, sebagai
berikut 77
:
1) Pembukuan dana tabarru‟ harus terpisah dari dana lainnya.
2) Hasil investasi dari dana tabarru‟ menjadi hak kolektif peserta
dan dibukukan dalam akun tabarru‟.
3) Dari hasil investasi, perusahaan asuransi dan reasuransi syariah
dapat memperoleh bagi hasil berdasarkan akad mudharabah
atau akad mudharabah musytarakah, atau memperoleh ujrah
(fee) berdasarkan akad wakalah bil ujrah.
76
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,
2010), hlm. 25 77
Lihat Fatwa No. 53/DSN-MUI/III/2006.
21
c. Pengertian Ta’awun
Kata ta‟awun berasal dari Bahasa Arab yang berarti saling
menolong, gotong royong, saling membantu dengan seksama manusia
sesuai dengan prinsip tauhid dalam kebaikan dan takwa kepada Allah
Swt, bukan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.78
Pada dasarnya, orang yang memiliki sikap ta‟awun biasanya
memiliki hati yang lembut, menghindari diri dari permusuhan,
menguatkan tali persaudaraan, tidak mengharapkan imbalan apapun atas
apa yang diperbuat dalam menolong orang lain, dan ikhlas dalam
beramal. Dalam artian orang yang memiliki sikap ta‟awun memiliki jiwa
sosial yang tinggi.
Dalam Al Qur‟an Surat al-Ma‟idah ayat 2 79
:
هر الحرام ول الهدي ول يا أي ها الذين آمنوا ل تحلوا شعائر اللو ول الشوإذا القلئد ول آمين الب يت الحرام ي بت غون فضل من ربهم ورضوانا
وكم عن المسجد الحرام حللتم فاصطادوا ول يجرمنكم شنآن ق وم أن صدقوى وت عاونوا على الب أن ت عتدوا ثم ر والت ول ت عاونوا على ال
إن اللو شديد العقاب وات قوا اللو والعدوان
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-
syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan
haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan
binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu
78
Ismanto Kuat, Asuransi Syariah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009), hlm. 133 79
Q.S. al-Ma‟idah (5) : 2.
22
orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Ayat diatas menjelaskan terkait perintah tolong-menolong sesama
manusia. Hal ini terlihat dalam praktek asuransi, bahwasannya terdapat
kerelaan anggota asuransi untuk menyisihkan dananya agar digunakan
sebagai dana tabarru‟ (sosial) fungsinya untuk menolong anggota yang
sedang mengalami musibah.
Agama Islam memiliki prinsip-prinsip hukum yang dipegang
teguh oleh pemeluknya 80
:
1) Mengesahan Tuhan
2) Manusia berhubungan langsung dengan Allah
3) Keadilan bagi manusia
4) Persamaan diantara umat manusia
5) Kemerdekaan atau kebebasan
6) Amar ma‟ruf nahi munkar
7) Tolong-menolong
8) Musyawarah
9) Jalan tengah
10) Menghadapkan pembebanan
Implementasi prinsip ta‟awun adalah tolong-menolong dan kasih sayang
dalam kebaikan, dimana setiap peserta membayar kepesertaannya
80
Ismanto Kuat, Asuransi Syariah Tianjauan Asas-asas Hukum Islam (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2009), hlm. 132
23
(kontribusi) secara sukarela untuk meringankan dampak risiko dan
memulihkan kerugian yang dialami salah seorang peserta asuransi.81
2. Konsep Asuransi
a. Pengertian Asuransi
Salah satu cara penanggulangan risiko melalui pembiayaan yaitu
dengan mengasuransikan suatu risiko kepada perusahaan asuransi. Hal
ini dianggap menjadi metode yang paling penting dalam upaya
menanggulangi risiko. Perlu diketahui banyak masyarakat yang
menganggap bahwa manajemen risiko sama dengan asuransi padahal
tidak demikian.
Asuransi sebagai lembaga keuangan nonbank, terorganisir secara
rapi dalam sebuah perusahaan yang berorientasi pada pendekatan
kelembagaan dan merupakan jawaban bagi langkah proteksi tehadap
kegiatandan aktivitas ekonomi.82
Adapun beberapa definisi asuransi,
sebagai berikut 83
:
1) Prof. Willet berpendapat bahwa asuransi merupakan alat sosial
untuk mengumpulkan dana guna mengatasi kerugian modal
yang tak tentu, yang digunakan melalui pemidahan risiko dari
banyak indiidu kepada seseorang atau sekelompok orang.
81
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasionalnya, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 38 82
Muhammad Azhar, Fiqh Kontemporer dalam Pandangan Neo-Modernisme Islam, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 1966), hlm. 49 83
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, (Jakartta : Penerbit
Salemba Empat, 1999), hlm. 71
24
2) C. Arthur William Jr berpendapat bahwa asuransi merupakan
suatu pengamanan terhadap kerugian finansial yang dilakukan
oleh seseorang penanggung.
3) Richard M. Heins berpendapat bahwa asuransi merupakan suatu
persetujuan dengan mana dua atau lebih orang atau badan
hukum, mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian
finansial.
Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 40
tahun 2014 tentang perasuransian; asuransi adalah perjanjian antar dua
pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis yang menjadi dasar
bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk :
a. Memberikan pergantian kepada tertanggung atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti; b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada
meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada
hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.84
Menurut KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang) asuransi
adalah suatu perjanjian,dengan mana seorang penanggung mengikatkan
diri pada tertanggung dengan menerima premi suatu premi, untuk
84
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 pasal 1 ayat 1.
25
memberi penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keunntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu.85
Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa asuransi merupakan
suatu perjanjian antara kedua belah pihak dimana penanggung
(perusahaan asuransi) dan tertanggung (pemegang polis) mengikatkan
diri dalam suatu perjanjian asuransi. Dengan ini tertanggung
membayarkan premi kepada penanggung untuk menanggung sesuatu
yang belum terjadi dimasa mendatang.
b. Istilah Perasuransian
Perasuransian merupakan istilah hukum (legal term) yang dipakai
perundang-undangan dan Perusahaan Perasuransian. Istilah perasuransian
berasal dari kata “asuransi” yang berarti pertanggungan atau
perlindungan atas suatu objek dari ancaman bahaya yang menyebabkan
kerugian. Apabila kata asuransi diberi-imbuhan per-an, maka muncul
istilah hukum perasuransian, yang berarti segala usaha yang berkenaan
dengan asuransi. Usaha yang berkenaan dengan asuransi ada dua jenis,
yaitu 86
:
1) Usaha di bidang kegiatan asuransi disebut usaha asuransi
(insurance business). Perusahaan yang menjalankan asuransi
disebut perusahaan asuransi (insurance company).
85
Kitab Undang-undang Hukum Dagang. 86
Abdulkadir, Hukum Asuransi Indonesia (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2006), hlm. 6
26
2) Usaha di bidang kegiatan penunjang usaha asuransi disebut
usaha penunjang usaha asuransi (complementary insurance
business). Perusahaan yang menjalankan usaha penunjang usaha
asuransi disebut perusahaan penunjang Asuransi
(complementary insurance company).
Dalam pengertian “perasuransian selalu meliputi dua jenis kegiatan
usaha, yaitu usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi.
Perusahaan Perasuransian selalu meliputi Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Penunjang Asuransi. Perusahaan Asuransi adalah jenis
perusahaan yang menjalankan usaha asuransi. Usaha asuransi adalah
usaha jasa keuangan yang menghimpun dana masyarakat melalui
pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota
masyarakat yang memakai jasa asuransi terhadap kemungkinan
timbulnya kerugian karena sesuatu yang tidak pasti.87
c. Prinsip Dasar Asuransi
Dalam Industri asuransi, baik itu asuransi kerugian maupun asuransi
jiwa, memiliki prinsip-prinsip yang menjadi pedoman bagi seluruh
penyelenggaranaan kegiatan perasuransian, antara lain :
1) Insurable Interest (kepentingan yang Dipertanggungkan)
Insurable Interest sebagai hak atau adanya hubungan dengan
persoalan pokokdari kotrak, seperti menderita kerugian finansial
sebagai akibat dari terjadinya kerusakan, kerugian, atau kehancuran
87
Lihat Undang-undang No. 2 Tahun 1992 Pasal 2 huruf (a).
27
suatu harta. Prinsip ini merupakan kepentingan yang menurut
peraturan wajib dimiliki seseorang agar dapat mengadakan asuransi
secara valid.
2) Utmost Good Faith (Kejujuran Sempurna)
Utmost Goof Faith merupakan kewajiban memberitahukan dengan
jelas dan teliti mengenai segala fakta-fakta penting yang berkaitan
dengan objek yang diasuransikan.
3) Indemnity (Idemnitas)
Kebanyakan kontrak asuransi kerugian dan kontrak asuransi
kesehatan merupakan kontrak indemnity (kontrak penggantian
kerugian). Maksudnya berdasarkan prinsip ini batas tertinggi
kewajiban penanggung yaitu memulihkan tertanggung pada ekonomi
yang sama dengan posisinya sebelum terjadi kerugian. Hal ini
tertanggung tidak berhak memperoleh ganti rugi lebih besar daripada
kerugian yang diderita.
4) Subrogation (Subrogasi)
Pada umumnya, seseorang yang menyebabkansuatu kerugian
bertanggung jawab atas kerugian itu. Dalam hubungannya dengan
asuransi, pihak penanggung mengambil alih hak menagih ganti
kerugian terhadap pihak yang menyebabkan kerugian setelah
penanggung melunasi kewajibannya pada tertanggung.
28
5) Contribution (Kontribusi)
Prinsip kontribusi berarti bahwa apabila penanggung telah
membayar penuh ganti rugi yang menjadi hak tertanggung, maka
penanggung berhak meuntut perusahaan-perusahaan lain yang
terlibat suatu pertanggungan (secara bersama-sama menutup asuransi
harta benda tertanggung).
6) Proximate Cause (Kausa Proksima)
Suatu prinsip yang digunakan untuk mencari penyebab kerugian
yang aktif dan efisien. Melalui kausa proksimal akan dapat diketahui
apakah penyebab terjadinya musibah atau kecelakaan tersebut
dijamin dalam kondisi polis asuransi atau tidak.
d. Manajemen Risiko
1) Pengertian Risiko
Ketidakpastian mengakibatkan adanya risiko (yang merugikan) bagi
pihak-pihak yang berkepentingan. Setiap orang menyadari bahwa
kehidupan ini penuh dengan ketidakpastian, kecuali kematian, meskipun
hal tersebut juga tetap mengandung ketidakpastian, misalnya kapan
kematian itu terjadi, karena apa kematian itu terjadi.
Oleh karena itu, khususnya dalam dunia bisnis semua orang
(pengusaha) selalu berusaha untuk menaggulanginya. Dalam artian
berupaya untuk meminimalisir ketidakpastian agar kerugian yang
ditimbulkan dapat diminimalisir.
29
2) Macam-macam Risiko
Istilah risiko yaitu ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa;
Risiko timbul karena adanya ketidakpastian yang menimbulkan keragu-
raguan seseorang mengenai peristiwa di masa yang akan datang. Tedapat
macam-macam risiko berdasarkan sifatnya, sebagai berikut 88
:
a) Risiko yang tidak disengaja (Risiko murni)
Risiko murni adalah risiko yang apabila terjadi sesuatu tentu
menimbulkan kerugian yang terjadi tanpa disengaja. Misalnya risiko
terjadinya kebakaran, bencana alam, pencurian.
b) Risiko yang disengaja (Risiko spekulatif)
Risiko spekulatif adalah risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang
bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian memberikan
keuntungan kepadanya. Misalnya risiko hutang-piutang,
perdagangan berjangka.
c) Risiko fundamental
Risiko fundamental adalah risiko yang penyebabnya tidak dapat
dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita tidak hanya satu
atau beberapa orang saja, tetapi banyak orang. Misalnya seperti
banjir, angin topan.
88
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, (Jakarta : Penerbit
Salemba Empat, 1999), hlm. 2-3
30
d) Risiko khusus
Risiko khusus adalah risiko yang bersumber pada peristiwa yang
mandiri dan umunya mudah diketahui penyebabnya. Misalnya
kecelakaan lalu lintas (tabrakan mobil, pesawat jatuh).
e) Risiko dinamis
Risiko dinamis adalah risiko yang timbul karena perkembangan dan
kemajuan masyarakat dibidang ekonomi, ilmu, dan teknologi.
Misalnya risiko penerbangan luar angkasa dsb. Kebalikannya disebut
Risiko statis. Misalnya risiko kematian, risiko hari tua.
3) Definisi Manajemen Risiko
Secara umum Manajemen Risiko didefinisikan sebagai proses,
mengidentifikasi, mengukur dan memastikan risiko dan
mengembangkan strategi untuk mengelola risiko tersebut. Manajemen
risiko merupakan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam
penanggulangan risiko, khususnya risiko yang dihadapi oleh perusahaan
atau lembaga.89
Hal ini mencakup kegiatan merencanakan,
mengorganisir, menyusun, memimpin atau mengkoordinir dan
mengawasi serta mengevaluasi.
89
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, (Jakarta : Penerbit
Salemba Empat, 1999), hlm. 4
31
Terdapat disiplin manajemen risiko, sebagai berikut 90
:
a) Identifikasi Risiko.
Kegiatan identifikasi risiko ini sangat penting, pada tahap awal.
Dimana phak manajemen perusahaan melakukan tindakan berupa
identifikasi atau pengenalan setiap bentuk risiko yang dialami oleh
suatu perusahaan. Identifikasi dapat dilakukan dengan cara melihat
potensi-potensi risiko yang sudah terlihat dan yang akan terlihat atau
dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang
tidak diinginkan. Selama proses pengenalan risiko terdapat beberapa
pertanyaan penting yang perlu dijawab, yaitu apa yang bisa salah
(hazard risk), apa yang perlu dilakukan untuk mencegah kesalah
(control risk), dan apa yang seharusnya berjalan dengan baik
(opportunity risk). Misalnya risiko apa saja yang dihadapi
perusahaan.
b) Rangking atau Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko yang diidentifikasi perlu dilakukan sebab dengan
cara ini perusahaan dapat mengetahui risiko yang dominan atau yang
paling tinggi dan risiko mana yang paling rendah. Tujuan evaluasi
risiko ini untuk mempelajari karakteristik risiko tersebut. Semakin
baik pemahaman risiko, maka risiko akan lebih mudah untuk
dikendalikan. Rangking risiko dapat diurutkan berdasarkan besarnya
atau dampak yang terjadi bila risiko tersebut terjadi atau
90
Hifi Saniatulisma, “Manajemen Risiko Dana Tabarru‟ PT. Asuransi Jiwa Syariah Al Amin”.
JESTT Vol. 2, No. 12, (Desember, 2012), hlm. 1006
32
kemungkinan untuk terjadi dari risiko potensial. Misalnya
bagaimana dampak risiko tersebut terhadap bisnis perusahaan.
c) Monitoring atau pengendalian risiko
Pengendalian risiko dilakukan untuk mengetahui apakah tiap-tiap
risiko yang telah diidentifikasi tersebut berada dalam kendali. Tiap
risiko yang memiliki nilai menunjukan frekuensi dan besarnya
dampak yang terjadi bila tidak dikendalikan. Perusahaan harus
memiliki pengendalian yang memadai untuk memperkecil bahaya
yang dihadapi hingga tingkat yang dapat diterima dalam batas
kesanggupan.
d) Respon terhadap risiko yang signifikan
Langkah ini merupakan pengelolaan risiko. Lembaga yang gagal
dalam mengelola risiko maka akan memberikan konsekuensi yang
cukup serius seperti kerugian besar. Misalnya metode mana yang
paling cocok dan efisien untuk menghadapinya serta bagaimana hasil
pelaksanaan strategi penanggulangan risiko yang telah direncanakan.
Respon terhadap risiko atau upaya penanggulangan risiko tersebut,
sebagai berikut :
Menerima atau menahan risiko bila tingkat risiko tersebut
berada pada tingkat yang bisa diterima. Konsekuensi dari
menerima risiko adalah dengan mengalokasikan sumber daya
yang tepat agar risiko dapat diterima dengan baik.
33
Menghindari atau mengeliminir risiko dapat diartikan
perusahaan tidak melanjutkan kegiatan yang mengandung
risiko.
Menetralisasi atau mengimbangi risiko, tindakan dimana
suatu risiko dapat diimbangi dengan risiko lain yang
memiliki pengaruh berlawanan bila kedua risiko tersebut
terjadi.
Mengendalikan atau mengurangi, tindakan perusahaan dalam
memperbaiki risiko untuk mencapai standard dan tingkat
yang dapat diterima.
Membagi risiko dengan pihak lain. Jika risiko berada di luar
kemampuan perusahaan maka risiko dapat dibagi dengan pihak lain
yang memiliki sifat risiko mirip satu sama lain.
e. Jenis-jenis Asuransi
Ketentuan Bab III Pasal 3 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992
menjelaskan tentang jenis bidang usaha perasuransian di Indonesia.
Dalam pasal tersebut dijelaskan antara lain 91
:
1) Asuransi kerugian
Asuransi Kerugian yaitu perjanjian asuransi yang memberikan
jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan,
kehilangan, manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti;
91
Kuat Ismanto, Asuransi Syariah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2009), hlm. 35
34
2) Asuransi Jiwa
Asuransi Jiwa yaitu perjanjian asuransi yang memberikan jasa
dalam pertanggungan yang dikaitkan dengan hidup atau
meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan;
3) Re-asuransi
Re-asuransi yaitu perjanjian asuransi yang memberikan jasa dan
pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh
perusahaan asuransi kerugian di perusahaan asuransi jiwa.
f. Asuransi Syariah
1) Pengertian Asuransi Syariah
Asuransi dalam bahasa Arab disebut al-ta‟min yang menjadi
penanggung pihak asuransi disebut al-mu‟amin dan pihak yang menjadi
tertanggung al-musta‟min. Al-ta‟min berasal dari kata amanah yang
berarti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari
rasa takut. Istilah men-ta‟min-kan sesuatu berarti seseorang membayar
atau memberikan uang cicilan agar orang itu ditunjuk menjadi ahli
warisnya.92
Asuransi merupakan kesepakatan kerjasama (ta‟awun) antara
berbagai pihak dalam mengantisipasi suatu peristiwa. Apabila peristiwa
tersebut terjadi, maka mereka semua akan saling bekerja sama untuk
92
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, (Jakarta : PT. Elex Media Kompuntindo, 2006), hlm. 3
35
menanggungya dengan sedikit pemberian derma atau sumbangan (premi)
yang diberikan oleh para peserta sebelumnya.93
Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam
bentuk aset dan/atau tabarru‟ yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai
dengan syariah, akadnya tidak mengandung unsur al-gharar (penipuan),
al-maysir (perjudian), al-riba, al-dhulm (penganiayaan), al-risywah
(suap), barang haram dan maksiat.94
Dalam ekonomi Islam, asuransi merupakan lembaga keuangan
syariah nonbank yang bergerak di bidang jasa penjaminan atau
pertanggungan risiko. Karenanya asuransi syariah dapat dilihat sebagai
lembaga keuangan atau perusahaan jasa keuangan nonbank yang
beroperasi dalam bidang pertanggungan atau penjamin risiko kepada para
nasabahnya.95
2) Dasar Hukum Asuransi Syariah
Dasar hukum asuransi syariah adalah syariat Islam sedangkan
sumber hukum dalam syariat Islam adalah Al Qur‟an, sunnah, ijma‟,
fatwa sahabat, qiyas, istihsan, „urf, dan mashlahah mursalah.
93
Husain Hamid Hisan, Hukmu asy-syari‟iyah Al-Islamiyah Fil Uqudi at-Ta‟min Terjemah
Muhammad Syakir Sula, (Jakarta : Firdaus, 1997), hlm. 2 94
Kuat Ismanto, Asuransi Syariah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2009), hlm. 52 95
Tuti Rastuti, Aspek Hukum Perjanian Asuransi, (Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2011), hlm. 149
36
Beberapa landasan hukum syariah diantaranya 96
:
a) Al Qur‟an
Meskipun di dalam al-Qur‟an tidak dijelaskan terperinci tentang
praktek asuransi Islam dan tidak ada satu pun ayat yang
menjelaskan tentang praktik asuransi syariah. Akan tetapi dalam
al-Qur‟an terdapat ayat yang menjelaskan nilai-nilai Islam, antara
lain :
Perintah Allah Swt untuk mempersiapkan hari depan. Firman
Allah Surat Al Hasyr ayat 18 :
قواوات د غ ل ت م د اق م س ف ن ر ظ ن ت ل و اهلل واق ات وان م آ ين الذ اه ي أ اي .لون ا ت عم م ب إن اهلل خبير اهلل
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
Perintah Allah Swt tentang prinsip bermuamalah. Firman
Allah Surat Al Baqarah ayat 275 :
يطان من كما ي قوم الذي ي تخبطو الش ل ي قومون إ ل اب الذين يأكلون الر يع اهلل الب ل ح أ و اب الر الب يع مثل هم قالوا إنماذالك بأن س الم
ىل ره إ م أ و ف ل اس م و ل ف هى ت ان ف و ب ر ن ة م ظ وع م ه ء ان ج م ف اب الر م ر ح و .دون ىم فيها خال ار ن لاب اح ص ا ك ئ ول أ ف اد ع ن م و اهلل
96
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional,
(Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm. 86
37
Artinya :
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
Perintah Allah Swt tentang tolong-menolong dan saling
bekerja sama. Firman Allah Surat Al Ma‟idah ayat 2 :
هر الحرام ول اهلل ول تحلوا شعا ئر ها الذين آمنوا ل ي اأ ي الهدي الش بهم ورضوانام ي بت غون فضل من ر مين الب يت الحراآ ل و القلئد ول
و ان ن ق وم آشن منكم يجر ول اوإذا حللتم فاصطادو كم عن صد واول ت عاون ات قوى على البر و واوت عاون االمسجد الحرام ان ت عتدو
.شديدالعقاب وات قوا اهلل والعدوان ى الثم عل Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-
bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-
ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya
dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka
bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi
kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya
(kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
38
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya.
b) Hadits
Perintah Allah untuk saling bertanggung jawab.
“Kedudukan persaudaraan orang yang beriman satu dengan
yang lainnya ibarat satu tubuh. Bila salah satu anggota
tubuh sakit, maka akan dirasakan sakitnya oleh seluruh
anggota tubuh lainnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah.
“Barangsiapa yang memenuhi hajat saudaranya, Allah akan
memenuhi hajatnya.” (HR. Bukhori, Muslim, dan Abu
Dawud)
3) Prinsip-prinsip Umum Bermualamah Dalam Asuransi Syariah
prinsip yang ada yang ada dalam asuransi syariah tidak jauh berbeda
dengan prinsip dasar yang berlaku dalam konsep bermuamalah . Prinsp-
prinsip tersebut diuraikan sebagai berikut 97
:
a) Prinsip Tauhid (Unity)
Prinsip tauhid adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan
yang ada dalam syariat Islam. Setiapa bangunan dan aktivitas
kehidupan manusia harus didasarkan pada nilai-nilai tauhid.
Misalnya, dalam berasuransi yang harus diperhatikan adalah
bagaimana seharusnya menciptakan suasana dan kondisi
bermuamalah yang tertuntun oleh nilai-nilai ketuhanan.98
97
M. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam : Suatu Tinjauan Analisi Historis,
(Jakarta : Prenada Media, 2004), hlm. 125 98
Kuat Ismanto, Asuransi Syariah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2009), hlm. 154
39
b) Prinsip Keadilan (Justice)
Cukup banyak ayat al-Qur‟an yang memerintahkan umat
manusia untuk bersikap adil terhadap siapapun termasuk
terhadap dirinya sendiri. Al-Adl “Yang Maha Adil” adalah
termasuk diantara nama-nama Allah Swt (asma‟ al-husna).
Lawan kata dari keadilan adalah kezaliman (al-Dhulm), yaitu
sesuatu yang telah diharamkan Allah atas diri-Nya sebagaimana
telah diharamkan-Nya atas hamba-hamba-Nya. Allah mencintai
orang yang berbuat adil dan membenci orang-orang yang
berbuat zalim, bahkan melaknat mereka. Sikap adil juga
diperlukan ketika asuransi syariah menentukan bagi hasil dalam
surplus underwriting dan bagi hasil investasi antara perusahaan
dan peserta. Karena itulah transparansi dalam perbankan dan
asuransi syariah menjadi sangat penting.99
c) Prinsip Tolong-menolong (Ta‟awun)
Prinsip tolong-menolong merupakan inti dari konsep asuransi
(takaful), dimana antara satu peserta dengan peserta lainnya
saling menanggung risiko. Yakni, melalui mekanisme dana
tabarru‟ dengan akad yang benar yaitu al-aqd al-takafuli atau
al-aqd al-tabarru‟.100
99
Uswatun Hasanah, “Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam”. Jurnal Ilmu Syari‟ah dan Hukum
Vol. 47, No. 1, (Juni, 2013), hlm. 250 100
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General Konsep dan Sistem Operasional,
(Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm. 736
40
d) Prinsip Kerjasama (Cooperation)
Prinsip kerjasama merupakan prinsip universal yang selalu ada
dalam literatur ekonomi Islam. Kerjasama dalam bisnis asuransi
dapat berwujud dalam bentuk akad yang dijadikan acuan anatara
kedua belah pihak yang terlibat, yaitu antara nasabah dengan
perusahaan asuransi.
e) Prinsip Amanah (Jujur/Terpercaya)
Al-Qardhawi mengatakan bahwa diantara nilai transaksi yang
terpenting dalam bisnis adalah prinsip amanah (kejujuran). Ia
merupakan puncak moralitas iman dan karakteristik yang paling
menonjol dari orang-orang yang beriman. Bahkan kejujuran
merupakan karakteristik para nabi. Tanpa kejujuran, kehidupan
agama tidak akan berdiri tegak dan kehidupan dunia tidak akan
berjalan.101
f) Prinsip Kerelaan (Al-Ridha)
Dalam bisnis asuransi, kerelaan dapat diterapkan pada tiap
nasabah asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk
merelakan sejumlah dana (premi) yang disetorkan kepada
perusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial
(tabarru‟).
101
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General Konsep dan Sistem Operasional,
hlm. 738
41
g) Larangan Riba
Prinsip ini merupakan implementasi dari prinsip keadilan.
Adanya pelarangan riba dalam aktivitas ekonomi, karena
terdapat unsur al-dhulm diantara para pihak-pihak yang
melakukan kegiatan tersebut, yang salah satunya adalah pihak
yang didzalimi. Hal ini dapa merusak tatanan perekonomian
yang didasarkan pada ajaran Islam.
h) Prinsip Larangan Ketidakpastian (Al-Gharar)
Gharar dalam pengertian bahasa adalah khida‟ (penipuan) yaitu
suatu tindakan yang didalamnya diperkirakan tidak ada unsur
kerelaan. Secara syariah dalam akad pertukaran harus jelas
berapa yang harus dibayarkan dan berapa yang harus diterima.
i) Prinsip Larangan Judi (Al-Maisir)
Unsur al-maisir (judi) artinya adanya salah satu pihak yang
untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian. Hal ini
tampak jelas dalam asuransi konvensional, bila pemegang polis
dengan sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa
reversing period, biasanya tahun ketiga maka yang
bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah
dibayarkan kecuali sebagian kecil saja.
4) Akad pada Asuransi Syariah
Asuransi tidak lepas dari akad yang membentuknya, hal ini
dikarenakan dalam tata pelaksanaan asuransi syariah melibatkan dua
42
orang yang saling terikat dalam suatu perjanjian. Dimana perjanjian
tersebut untuk saling melaksanakan kewajiban, yaitu antara peserta
asuransi dan perusahaan asuransi syariah.102
Adapun akad-akad yang
digunakan pada asuransi syariah, dijelaskan sebagai berikut :
a) Akad Tabarru‟
Akad tabarru‟ yaitu akad yang didasarkan atas pemberian dan
pertolongan dari satu pihak kepada pihak yang lain. Akad
tabarru‟ ini mempunyai tujuan utama yaitu terwujudnya kondisi
saling tolong-menolong antara peserta asuransi untuk saling
menganggung bersama.103
b) Akad Mudharabah
Akad mudharabah yaitu suatu akad yang didasarkan pada
prinsip profit and loss sharing (berbagi atas untung dan rugi).
Dimana dana yang terkumpul dalam keseluruhan rekening
tabungan (saving) dapat diinvestasikan oleh perusahaan
asuransi. Apabila terjadi risiko kerugian dalam investasi
tersebut, maka akan ditanggung bersama dan juga sebaliknya
jika terjadi keuntungan.
c) Akad Wakalah Bil Ujrah
Akad wakalah bil ujroh adalah akad yang mewakilkan
pengelolaan dana (kontribusi atau premi) peserta kepada
perusahaan asuransi syariah dengan pemberian ujroh (fee).
102
Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariah, (Yogyakarta: ANDI, 2016), hlm. 60 103
Jeni Susyanti, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah, (Malang: Empat Dua, 2016), hlm. 178
43
Dimana peserta memberikan kuasa kepada perusahaan asuransi
syariah untuk mengelola dana tabarru‟.
5) Perbedaan Asuransi syariah dengan konvensional
Perbedaan asuransi syariah dengan konvensional, sebagai berikut :
a) Asuransi syariah memiliki DPS (Dewan Pengawas Syariah)
yang bertugas mengawasi produk yang dipasarkan dan
pengelolaan investasi dananya. Dewan Pengawas Syariah ini
tidak ditemukan dalam asuransi konvensional.
b) Akad yang dilaksanakan pada asuransi syariah berdasarkan
tolong-menolong. Sedangkan asuransi konvensional berdasarkan
jual beli.
6) Mekanisme Operasional dan Pengelolaan Dana Asuransi
Syariah
Mekanisme operasional pada asuransi syariah bertujuan atas dasar
saling tolong-menolong. Pada prosesnya, peserta membayar iuran
kontribusi dan dana tersebut dianggap sebagai sedekah atau hibah.
Setelah itu, dana tersebut dikumpulkan dalam sebuah dana sosial
(tabarru‟) yang nantinya akan diberikan kepada peserta asuransi syariah
yang terkena musibah. Adapun proses, terkait mekanisme operasional
asuransi syariah dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Underwriting
Underwriting adalah proses penafsiran jangka hidup seorang
calon peserta yang dikaitkan dengan besarnya risiko untuk
44
menentukan besarnya jumlah kontribusi. Underwriting asuransi
syariah bertujuan untuk memberikan skema pembagian risiko
yang proporsional dan adil diantara para peserta.104
b) Polis
Polis asuransi yaitu surat perjanjian antara pihak yang menjadi
peserta asuransi dengan perusahaan asuransi. Polis asuransi
merupakan buku autentik berupa akta mengenai adanya
perjanjian asuransi.105
c) Kontribusi atau Premi
Premi asuransi bagi peserta secara umum bermanfaat untuk
menentukan besar tabungan peserta asuransi, mendapatkan
santunankebajikan atau dana klaim terhadap suatu kejadian yang
mengakibatkan terjadinya klaim, menambahkan ivestasi pada
masa yang akan datang. Sedangkan bagi perusahaan, premi
berguna untuk menambah investasi pada suatu usaha untuk
dikelola. Premi yang dikumpulkan dari peserta paling tidak
harus cukup untuk menutupi dua hal, yaitu klaim risiko yang
dijamin biaya akuisisi, dan biaya pengelolaan operasional
perusahaan.106
104
M. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm.
57 105
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada Media,
2006), hlm. 172 106
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General Konsep dan Sistem Operasional,
(Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm. 193-195
45
Adapun mekanisme pengelolaan dana asuransi syariah, sebagai
berikut 107
:
a) Perusahaan sebagai Pemegang Amanah
Sistem operasional asuransi syariah adalah saling bertanggung
jawab, bantu-membantu, dan saling melindungi antara para
pesertanya. Perusahaan asuransi syariah diberi kepercayaan atau
amanah oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan
dengan jalan yang halal, dan memberikan santunan kepada yang
mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian.
Keuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian keuntungan
dana peserta yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah
(sistem bagi hasil). Para peserta asuransi syariah berkedudukan
sebagai pemilik modal (Shohibul Mal) dan perusahaan asuransi
syariah berfungsi sebagai pemegang amanah (Mudharib).
Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi
antara para peserta dan perusahaan sesuai dengan ketentuan (Nisbah)
yang telah disepakati.
b) Sistem pada Produk Saving (Ada Unsur Tabungan)
Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara
teratur kepada perusahaan. Besar premi yang dibayarkan tergantung
kepada keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan menetapkan
jumlah minimum premi yang akan dibayarkan. Setiap premi yang
107
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General Konsep dan Sistem Operasional,
(Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm. 176-178
46
dibayarkan oleh peserta, akan dipisah dalam dua rekening yang
berbeda :
Rekening Tabungan Peserta
Yaitu kumpulan dana yang merupakan milik peserta, yang
dibayarkan bila perjanjian berakhir, peserta mengundurkan
diri, peserta meninggal dunia.108
Rekening Tabarru‟
Yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah diniatkan oleh
peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling
menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila
peserta meninggal dunia, perjanjian telah berakhir (jika ada
surplus dana).
Selanjutnya kumpulan dana ini diinvestasikan sesuai dengan
syariat Islam. Setiap keuntungan dari hasil investasi, setelah
dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi reasuransi), akan
dibagi menurut prinsip al-mudharabah (bagi hasil). Persentase
pembagian mudharabah dibuat dalam suatu perbandingan tetap
berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dan peserta,
misalnya 70 : 30, 60 : 40, dan seterusnya.
c) Sistem pada produk Non Saving
Sistem premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam
rekening tabarru‟ perusahaan. Tabarru‟ yaitu kumpulan dana yang
108
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm. 51
47
telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dan kebajikan untuk tujuan
saling menolong dan saling membantu, dan dibayarkan jika :
Peserta meninggal dunia
Perjanjian telah berakhir
Kumpulan dana peserta ini akan di investasikan sesuai dengan
syariah Islam. Keuntungan hasil investasi setelah dikurangi dengan
beban asuransi (klaim dan premi reasuransi), akan dibagi antara
peserta dengan perusahaan menurut prinsip al-mudharabah dalam
suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara
perusahaan asuransi syariah dengan peserta.
7) Sistem dan Pengelolaan Investasi pada Asuransi Syariah109
Definisi investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset, baik
berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan
memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya di masa
mendatang. Sedangkan investasi keuangan adalah menanamkan dana
pada suatu surat berharga yang diharapkan akan meningkatkan nilainya
di masa mendatang. Investasi keuangan menurut syariah harus terkait
secara langsung dengan suatu aset atau kegiatan usaha yang spesifik dan
menghasilkan manfaat, karena hanya atas manfaat tersebut dapat
dilakukan bagi hasil. Oleh karena itu, prinsip dasar investasi harus
melihat dari apek kehalalan dan keadilan bagi para pihak terkait.
109
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General Konsep dan Sistem Operasional,
(Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm. 359-362; 378
48
Salah satu bentuk pengelolaan dana asuransi yang paling dominan
adalah menginvestasikan dana yang terkumpul dari premi. Pihak asuransi
dapat menginvestasikan dana tersebut dalam bentuk apa saja selama tidak
mengandung salah satu dari unsur keharaman yang telah dijelaskan
dalam syariat. Pihak asuransi harus mengetahui bahwa perusahaan
tersebut tidak memperjualbelikan barang-barang yang diharamkan
(penyertaan modal dalam sebuah perusahaan). Seandainya investasi
dalam bentuk deposito, maka pihak asuransi harus mengetahui bahwa
bank tempat dana asuransi tersebut didepositokan adalah bank-bank yang
beroperasi tidak dengan sistem bunga, tetapi dengan sistem bagi hasil
(mudharabah). Begitu pula usaha-usaha dimana didalamnya terdapat
unsur maksiat, meskipun akan mendapatkan keuntungan yang sangat
besar investasi seperti ini tidak dibenarkan.
g. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
1) Pengertian Fatwa
Fatwa secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu al-fatwa, dengan
bentuk jamak Futawa yang berarti petuah, nasihat, jawaban pertanyaan
hukum, pendapat dalam bidang hukum atau legal opinion. Pada
Ensiklopedia Islam, fatwa diartikan sebagai pendapat mengenai suatu
hukum dalam Islam yang merupakan tanggapan atau jawaban terhadap
pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa dan mempunyai daya ikat.
Dalam ilmu ushul fikih, fatwa berarti pendapat yang dikemukakan oleh
49
seorang mujtahid atau faqih sebagai jawaban yang diajukan peminta
fatwa dalam suatu kasus yang sifatnya tidak mengikat.110
2) Dasar Hukum Fatwa
Kedudukan fatwa dalam Islam merupakan sesuatu yang telah ada
sejak zaman Nabi Muhammad SAW didasari oleh pertanyaa-pertanyaan
uamat pada saat itu. Jawaban yang diberikan Nabi SAW terdapat pada
dua bentuk yaitu jawaban yang langsung diberikan oleh Allah SWT
melalui malaikat Jibril tercantum dalam al-Qur‟an, dan jawaban berupa
pendapat Nabi muhammad SAW sendiri yang tercantum dalam hadist.
Sebagaimana dijelaskan dalam QS. An-Nisa ayat 176 111
:
لو ل ا ل ق ك ون ت ف ت س ة ي ل ل ك ل ا ي ف م ك ي ت ف و ي ل س ي ل ك ل ى رؤ م ا ن إرك ت ا م ف ص ن ا ه ل ف ت خ أ و ول د ا ول ه ل ن ك ي م ل ن إ ا ه رث ي و ى و
د رك ول ت ا م م ن ا ث ل ث ل ا ا م ه ل ف ن ي ت ن ث ا ا ت ن ا ن ك إ وا ف ن ا ن ك إ ون ي ي ث لن ا ظ ح ل ث م ر ذك ل ل ف ء ا س ون ل ا رج ة و خ م إ ك ل لو ل ا ين ب ي
لوا ض ت ن م أ ي ل ع ء ي ش ل ك ب لو ل .وا
Artinya :
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah:
"Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang
meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai
saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu
seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-
laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak
mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka
bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang
meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-
110
Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional dalam Sistem Hukum
Nasional di Indonesia, (Jakarta : Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010), hlm. 64 111
Q.S. An-Nisa (4) : 176.
50
saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-
laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah
menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
3) Rukun-rukun Fatwa
Beberapa unsur dalam proses pemberian fatwa, yaitu 112
:
a) Al-ifta atau al-futya yaitu kegiatan menerangkan hukum syara‟
(fatwa) sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
b) Mustafi yaitu individu atau kelompok yang mengajukan
pertanyaan atau meminta fatwa.
c) Mufti yaitu orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan
tersebut atau orang yang memberikan fatwa.
d) Mustafi fih yaitu masalah, peristiwa, kasus atau kejadian yang
ditanyakan status hukumnya.
e) Fatwa yaitu jawaban hukum atas masalah, peristiwa, kasus atau
kejadian yang ditanyakan.
4) Ketentuan Fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia telah menetapkan
beberapa fatwa berkaitan dengan asuransi. Antara lain, sebagai berikut :
a) Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/2001 tentang Pedoman
Umum Asuransi Syariah.
Fatwa ini merupakan pedoman bagi peneliti terhadap kesesuaian
dalam praktek di lapangan secara umum, yang didalamnya
112
Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional dalam Sistem Hukum
Nasional di Indonesia, (Jakarta : Badan Litbang dan Diklat Kmentrian Agama RI, 2010), hlm. 66-
67.
51
menjelaskan terkait : ketentuan umum; akad dalam asuransi;
kedudukan para pihak dalam akad tijarah dan tabarru‟; ketentuan
dalam akad tijarah dan tabarru‟; jenis asuransi dan akadnya; premi;
klaim.
Tabel 2.2
Pedoman Umum Asuransi Syariah
Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 21/DSN-MUI/X/2001
Menetapkan Fatwa tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah
Pertama Ketentuan Umum
Asuransi Syariah (ta‟min, takaful atau
tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan
tolong-menolong di antara sejumlah
orang/pihak melalui investasi dalam bentuk
aset dan /atau tabarru‟ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai
dengan syariah.
Akad yang sesuai dengan syariah yang
dimaksud pada point (1) adalah yang tidak
mengandung gharar (penipuan), maysir
(perjudian), riba, zhulm (penganiayaan),
risywah (suap), barang haram dan maksiat.
Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang
dilakukan untuk tujuan komersial.
Akad tabarru‟ adalah semua bentuk akad yang
dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong-
menolong, bukan semata untuk tujuan
komersial.
Premi adalah kewajiban peserta Asuransi
untuk memberikan sejumlah dana kepada
perusahaan asuransi sesuai dengan
kesepakatan dalam akad.
Klaim adalah hak peserta Asuransi yang wajib
diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai
dengan kesepakan dalam akad.
Kedua Akad dalam Asuransi
Akad yang dilakukan antara peserta dengan
perusahaan terdiri atas akad tijarah dan / atau
akad tabarru‟.
Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1)
52
adalah mudharabah. Sedangkan akad tabarru‟
adalah hibah.
Dalam akad, sekurang-kurangya harus
disebutkan
hak & kewajiban peserta dan perusahaan;
cara dan waktu pembayaran premi;
jenis akad tijarah dan / atau akad tabarru‟
serta syarat-syarat yang disepakati, sesuai
dengan jenis asuransi yang diakadkan.
Ketiga Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tijarah dan
tabarru‟
Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan
bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan
peserta bertindak sebagai shahibul mal
(pemegang polis);
Dalam akad tabarru‟ (hibah), peserta
memberikan hibah yang akan digunakan untuk
menolong peserta lain yang terkena musibah.
Sedangkan perusahaan bertindak sebagai
pengelola dana hibah.
Keempat Ketentuan dalam Akad Tijarah dan Tabarru‟
Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis
akad tabarru' bila pihak yang tertahan haknya,
dengan rela melepaskan haknya sehingga
menggugurkan kewajiban pihak yang belum
menunaikan kewajibannya.
Jenis akad tabarru‟ tidak dapat diubah menjadi
jenis akad tijarah.
Kelima Jenis Asuransi dan Akadnya
Dipandang dari segi jenis asuransi itu terdiri
atas asuransi kerugian dan asuransi jiwa.
Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi
tersebut adalah mudharabah dan hibah.
Keenam Premi
Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad
tijarah dan jenis akad tabarru'.
Untuk menentukan besarnya premi perusahaan
asuransi syariah dapat menggunakan rujukan,
misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa
dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan,
dengan syarat tidak memasukkan unsur riba
dalam penghitungannya.
Premi yang berasal dari jenis akad
mudharabah dapat diinvestasikan dan hasil
investasinya dibagi-hasilkan kepada peserta.
53
Premi yang berasal dari jenis akad tabarru'
dapat diinvestasikan.
Ketujuh Klaim
Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang
disepakati pada awal perjanjian.
Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai
dengan premi yang dibayarkan.
Klaim atas akad tijarah sepenuhnya
merupakan hak peserta, dan merupakan
kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.
b) Fatwa DSN-MUI No. 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad
Tabarru‟ pada Asuransi Syariah.
Fatwa ini menjadi pedoman untuk meneliti kesesuaian dalam
praktek pengelolaan dana tabarru‟ di kantor pusat PT. Asuransi BRI
Life Jakarta. Didalamnya menjelaskan terkait : ketentuan hukum;
ketentuan akad; kedudukan para pihak dalam akad tabarru‟;
pengelolaan; surplus underwriting; defisit underwriting, ketentuan
penutup.
Tabel 2.3
Akad Tabarru‟ Pada Asuransi Syariah
Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 53/DSN-MUI/III/2006
Menetapkan Fatwa tentang Akad Tabarru‟ pada Asuransi
Syariah
Pertama Ketentuan Hukum
Akad tabarru‟ merupakan akad yang harus
melekat pada semua produk asuransi.
Akad tabarru‟ pada asuransi adalah semua
bentuk akad yang dilakukan antar peserta
pemegang polis.
Asuransi syariah yang dimaksud pada point 1
adalah asuransi jiwa, asuransi kerugian dan
reasuransi.
Kedua Ketentuan Akad
Akad tabarru‟ pada asuransi adalah akad yang
54
dilakukan dalam bentuk hibah dengan tujuan
kebajikan dan tolong menolong antar peserta,
bukan untuk tujuan komersial.
Dalam akad tabarru‟, harus disebutkan
sekurang-kurangnya:
hak & kewajiban masing-masing peserta
secara individu;
hak & kewajiban antara peserta secara
individu dalam akun tabarru‟ selaku
peserta dalam arti badan/kelompok;
cara dan waktu pembayaran premi dan
klaim;
syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai
dengan jenis asuransi yang diakadkan.
Ketiga Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tabarru‟
Dalam akad tabarru‟ (hibah), peserta
memberikan dana hibah yang akan digunakan
untuk menolong peserta atau peserta lain yang
tertimpa musibah.
Peserta secara individu merupakan pihak yang
berhak menerima dana tabarru‟
(mu‟amman/mutabarra‟ lahu, مؤمن/متبرع له)
dan secara kolektif selaku penanggung
(mu‟ammin/mutabarri‟- ع .(مؤمن/متبر
Perusahaan asuransi bertindak sebagai
pengelola dana hibah, atas dasar akad wakalah
dari para peserta selain pengelolaan investasi.
Keempat Pengelolaan
Pengelolaan asuransi dan reasuransi syariah
hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga
yang berfungsi sebagai pemegang amanah.
Pembukuan dana tabarru‟ harus terpisah dari
dana lainnya.
Hasil investasi dari dana tabarru‟ menjadi hak
kolektif peserta dan dibukukan dalam akun
tabarru‟.
Dari hasil investasi, perusahaan asuransi dan
reasuransi syariah dapat memperoleh bagi
hasil berdasarkan akad Mudharabah atau akad
Mudharabah Musytarakah, atau memperoleh
ujrah (fee) berdasarkan akad wakalah bil
ujrah.
Kelima Surplus Underwriting
Jika terdapat surplus underwriting atas dana
tabarru‟, maka boleh dilakukan beberapa
55
alternatif sebagai berikut:
Diperlakukan seluruhnya sebagai dana
cadangan dalam akun tabarru‟.
Disimpan sebagian sebagai dana cadangan
dan dibagikan sebagian lainnya kepada
para peserta yang memenuhi syarat
aktuaria/manajemen risiko.
Disimpan sebagian sebagai dana cadangan
dan dapat dibagikan sebagian lainnya
kepada perusahaan asuransi dan para
peserta sepanjang disepakati oleh para
peserta.
Pilihan terhadap salah satu alternatif tersebut
di atas harus disetujui terlebih dahulu oleh
peserta dan dituangkan dalam akad.
Keenam Defisit Underwriting
Jika terjadi defisit underwriting atas dana
tabarru‟ (defisit tabarru‟), maka perusahaan
asuransi wajib menanggulangi kekurangan
tersebut dalam bentuk qardh (pinjaman).
Pengembalian dana qardh kepada perusahaan
asuransi disisihkan dari dana tabarru‟
Ketujuh Ketentuan Penutup
Jika salah satu pihak tidak menunaikan
kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara para pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari‟ah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan,
dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.
c) Fatwa DSN-MUI No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad
Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi Syariah dan Reasuransi
Syariah.
Fatwa ini menjadi rujukan bagi peneliti terhadap kesesuaian
praktek di lapangan, yang mana didalamnya menjelaskan terkait :
56
ketentuan umum; ketentuan hukum; ketentuan akad; kedudukan dan
ketentuan para pihak dalam akad wakalah bil ujroh; investasi;
ketentuan penutup.
Tabel 2.4
Akad Wakalah Bil Ujroh Pada Asuransi Syariah dan Reasuransi
Syariah
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 52/DSN-MUI/III/2006
Menetapkan Fatwa tentang Akad Wakalah Bil Ujrah Pada
Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah.
Pertama Ketentuan Umum
Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan:
asuransi adalah asuransi jiwa, asuransi
kerugian dan reasuransi syariah;
peserta adalah peserta asuransi (pemegang
polis) atau perusahaan asuransi dalam
reasuransi syari‟ah.
Kedua Ketentuan Hukum
Wakalah bil Ujrah boleh dilakukan antara
perusahaan asuransi dengan peserta.
Wakalah bil Ujrah adalah pemberian kuasa
dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk
mengelola dana peserta dengan imbalan
pemberian ujrah (fee).
Wakalah bil Ujrah dapat diterapkan pada
produk asuransi yang mengandung unsur
tabungan (saving) maupun unsur tabarru‟
(non-saving).
Ketiga Ketentuan Akad
Akad yang digunakan adalah akad wakalah bil
ujrah.
Objek wakalah bil ujrah meliputi antara lain:
kegiatan administrasi
pengelolaan dana
pembayaran klaim
underwriting
pengelolaan portofolio risiko
pemasaran
investasi
Dalam akad wakalah bil ujrah, harus
disebutkan sekurangkurangnya:
hak dan kewajiban peserta dan perusahaan
57
asuransi;
besaran, cara dan waktu pemotongan ujrah
fee atas premi;
syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai
dengan jenis asuransi yang diakadkan.
Keempat Kedudukan dan Ketentuan Para Pihak dalam
Akad Wakalah bil Ujrah
Dalam akad ini, perusahaan bertindak sebagai
wakil (yang mendapat kuasa) untuk mengelola
dana.
Peserta (pemegang polis) sebagai individu,
dalam produk saving dan tabarru‟, bertindak
sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk
mengelola dana.
Peserta sebagai suatu badan/kelompok, dalam
akun tabarru‟ bertindak sebagai muwakkil
(pemberi kuasa) untuk mengelola dana.
Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak
lain atas kuasa yang diterimanya, kecuali atas
izin muwakkil (pemberi kuasa);
Akad wakalah adalah bersifat amanah (yad
amanah) dan bukan tanggungan (yad dhaman)
sehingga wakil tidak menanggung risiko
terhadap kerugian investasi dengan
mengurangi fee yang telah diterimanya,
kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi.
Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak
berhak memperoleh bagian dari hasil investasi,
karena akad yang digunakan adalah akad
wakalah.
Kelima Investasi
Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah
wajib menginvestasikan dana yang terkumpul
dan investasi wajib dilakukan sesuai dengan
syariah.
Dalam pengelolaan dana investasi, baik
tabarru‟ maupun saving, dapat digunakan
akad wakalah bil ujrah dengan mengikuti
ketentuan seperti di atas, akad mudharabah
dengan mengikuti ketentuan fatwa
Mudharabah.
Keenam Ketentuan Penutup
salah satu pihak tidak menunaikan
kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
58
antara para pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari‟ah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan,
dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.
59
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian lapangan (field
research), yaitu penelitian langsung terjun ke lapangan secara utuh di PT.
Asuransi BRI Life, serta terlibat dengan responden dan merasakan apa yang
mereka rasakan sekaligus mempelajari secara intensif tentang latar belakang
keadaansekarang.113
113
Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2005), hlm 46
60
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan atau penelusuran
untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral.60
Untuk mengerti
gejala sentral tersebut, peneliti telah mewawancarai informan (staf atau
karyawan bagian Divisi Dukungan Operasional Syariah) dengan mengajukan
pertanyaan yang umum dan agak luas. Informasi yang disampaikan partisipan
kemudian dikumpulkan, dianalisis, dan dituangkan dalam bentuk laporan
tertulis. Adapun alasan peneliti untuk menggunakan pendekatan kualitatif
adalah karena fokus penelitian yang dilakukan tertuju pada integrasi langsung
dengan pelaksana hukum.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta. Adapun lokasi penelitian adalah
tempat peneliti untuk mencari informasi terkait sesuatu yang diteliti, lokasi
yang dipilih adalah PT. Asuransi BRI Life, Divisi Syariah (kantor pusat) yang
bertempat di gedung Graha Irama (Indorama) jalan HR. Rasuna Said Kav I/2
Blok x/I Lantai 2 Jakarta. Penelitian ini dilakukan di kantor pusat PT.
Asuransi BRI Life Gedung Graha Irama Lantai 2 Jalan HR. Rasuna Said Blok
X-1 Kav. 1-2 Jakarta.
60
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 20
61
D. Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan agar peneliti dapat
memperoleh data yang relevan dan akurat. Jenis data yang di gunakan berasal
dari data primer dan data skunder.
1. Data primer yang dimaksud adalah data yang berasal dari sumber
data utama yang berupa tindakan-tindakan sosial dan perkataan dari
pihak-pihak yang terikat dengan masalah yang diteliti.61
Data
tersebut merupakan sasaran penelitian yang ditujukan kepada Divisi
Dukungan Operasional Unit Usaha Syariah PT. Asuransi BRI Life.
Guna memperoleh data sebanyak mungkin dan mencari keabsahan
dari data yang diperoleh.
2. Data skunder terdiri dari beberapa literatur yang berkaitan dengan
akad bisnis syariah serta dokumen-dokumen tertulis seperti buku,
makalah, artikel, dan skripsi.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara dengan jalan melakukan tanyajawab lisan secara
bertatap muka (face to face) dengan Staff atau karyawan bagian
Divisi Dukungan Operasional Syariah PT. Asuransi BRI Life.
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data yang sesuai dengan
penelitian, wawancara dilakukan dengan tatap muka langsung
(personal interview) melalui tanya jawab karena ini akan diperoleh
61
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1994),
hlm. 20
62
informasiyang lengkap dan tepat sesuai dengan yang ada dilapangan.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
bebas terpimpin, artinya wawncara tersebut dilaksanakan dengan
menggunakan perangkat-perangkat pertanyaan, tetapi tidak menutup
kemungkinan muncul pertanyaan baru yang ada hubungannya
dengan permasalahan.62
2. Observasi
Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dimana penelitin
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala
subyek yang diselidiki.63
3. Studi Pustaka
Metode ini menggunakan dan menerapkan teori-teori dari buku-buku
referensi, jurnal-jurnal penelitian, majalah-majalah, dan literatur lain
yang berkaitan dengan penelitian.
4. Dokumentasi
Proses mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang
terkait dengan penelitian ini.
F. Metode Pengujian Keabsahan Data
Teknik uji kesahihan data adalah pembuktian kebenaran data untuk
menjamin validitas yang telah terkumpul. Teknik uji keshahihan data ini
dilakukan dengan cara menemui sumber data (informan) dan memberikan
62
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian (Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula), (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2006),hlm 96. 63
Burhan As-Safa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2004), Hal 26
63
hasil wawancara dengannya untuk di tanggapi apakah data tersebut sesuai
dengan yang di informasikan olehnya atau tidak.
1. Triangulasi
Menurut Lexy J. Moleong terdapat beberapa cara untuk menguji
keabsahan data. Salah satunya menggunakan metode Triangulasi,
yaitu teknik pengecekan atau pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.64
2. Perpanjangan waktu penelitian
Dengan perpanjangan waktu penelitian berarti peneliti kembali ke
lapangan melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber
data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan
waktu penelitian ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber
akan semakin akrab dan terbuka. Berapa lama perpanjangan waktu
penelitian ini dilakukan, akan sangat tergantung pada kedalaman dan
kepastian data. Dan apabila setelah di cek kembali ke lapangan data
sudah benar maka watu perpanjangan waktu penelitian dapat
diakhiri.
G. Metode Pengolahan Data
Untuk mengelola keseluruhan data yang diperoleh, maka perlu adanya
prosedur pengelolaan dan analisis data yang sesuai dengan pendekatan yang
digunakan. Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini, maka
64
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Ed. Rev., Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya,
2010), hlm 330
64
tehnik analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif
kualitatif atau non statistik atau analisis isi (content analysis).65
Adapun
proses analisis data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut :
1. Editing
Menerangkan, memilah hal-hal pokok dan memfokuskan hal-hal
penting yang sesuai dengan rumusan masalah. Dalam tehnik editing
ini, peneliti akan mengecek kelengkapan serta keakuratan data yang
diperoleh dari responden utama, yaitu Manager PT. Asuransi BRI
Life.
2. Classifying
Klasifikasi (classifying), yaitu setelah ada data dari berbagai sumber,
kemudian diklasifikasikan dan dilakukan pengecekan ulang agar data
yang diperoleh terbukti valid. Klasifikasi ini bertujuan untuk
memilah data yang diperoleh dari informan dan disesuaikan dengan
kebutuhan penelitian.
3. Verifying
Verifikasi data adalah langkah dan kegiatan yang di lakukan peneliti
untuk memperoleh data dan informasi dari lapangan. Dalam hal ini
peneliti melakukan pengecekan kembali data yang sudah terkumpul
terhadap kenyataan yang ada di lapangan guna memperoleh
keabsahan data.
65
Comy R. Setiawan, Metode Penelitian Kualitatif-Jenis , Karakter, dan Keunggulannya (Jakarta:
Grasindo, 2010), hlm. 9
65
4. Analyzing
Analisa data adalah suatu proses untuk mengatur aturan data,
mengorganisasikan ke dalam suatu pola katagori dan suatu uraian
dasar. Sugiono berpendapat bahwa analisis data adalah proses dan
mencari data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
dan dokumentasi.66
5. Concluding
Concluding adalah penarikan kesimpulan dari permasalahan-
permasalahan yang ada, dan ini merupakan proses penelitian tahap
akhir serta jawaban atas paparan data sebelumnya. Pada kesimpulan
ini, peneliti mengerucutkan persoalan diatas dengan menguraikan
data dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang
tindih, dan efektif sehingga memudahkan pembaca untuk memahami
dan menginterpretasi data.
66
Fakultas Syari‟ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Malang: UIN Press, 2012), hlm. 48
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap objek penelitian ini bahwa
suasana atau aktifitas di dalam kantor (ruangan), para pegawai atau karyawan
sangat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing (job desk). Sehingga dalam
proses pengambilan data wawancara sebelumnya harus mempertimbangkan
waktu dan kesiapan kepada calon responden atau orang-orang yang akan di
wawancara.
Perlu diketahui bahwa asuransi syariah pada objek penelitian ini masih
dalam bentuk unit usaha, dan juga dalam sistem manajerial yang masih
menginduk pada konvensional. Dalam artian sistem operasional asuransi
syariah dengan asuransi konvensional di PT. Asuransi BRI Life sama. Akan
tetapi cara kerjanya berbeda terkait sistem pengelolaan keuangan dan akad-
67
akad yang digunakan. Berikut kutipan dari hasil wawancara dengan Bapak
Andi Zukhruf67
:
“Untuk sistem kerjanya sebenarnya terpisah antara syariah dengan
konvensional, akan tetapi dalam sistem manajemen masih di bawah
manajemen konvensional BRI Life. Yang berbeda hanya cara kerjanya
(operasional).”
Dan juga hasil wawancara dengan Bapak Bagus Sampurna, sebagai berikut
68:
“Untuk operasional yang pertama dari pengelolaan keuangannya kalo di
konvesional kan pengelolaannya langsung satu pintu apabila uang masuk
langsung diakui sebagai pendapatan, sedangkan kalo di syariah itu ada
beberapa saku ada saku dana tabarru‟ dan dana perusahaan. Kalo sistem
operasionalnya itu kurang lebih sama ya pengajuan dari awal sampai
akhir kurang lebih sama akan tetapi yang membedakan syariah atau
tidaknya dari sistem pengelolaan keuangan; kemudian akad-akad yang
digunakan berbeda.”
Oleh karena itu, unit usaha syariah di PT. Asuransi BRI Life sedang menuju
ke arah yang lebih baik yakni dalam proses spin off (pemisahan), dari unit
usaha menjadi badan hukum.
Penjelasan lebih lanjut mengenai gambaran objek penelitian yakni,
sebagai berikut :
1. Sejarah PT. Asuransi BRI Life
Bermula dengan merek dagang PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa
Sejahtera (BRIngin Life) didirikan oleh Dana Pensiun Bank Rakyat
Indonesia tanggal 28 Oktober 1987, dengan izin usaha diperoleh dari
Menteri Keuangan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Keuangan
Republik Indonesia tanggal 10 Oktober 1988. Pada awalnya, BRIngin
67
Andi Zukhruf, Wawancara, Jakarta 16 Maret 2018 68
Bagus Sampurna, Wawancara, Jakarta 15 Maret 2018
68
Life dibentuk untuk memenuhi kebutuhan serta melengkapi pelayanan
kepada nasabah perbankan BRI, khususnya nasabah kredit kecil BRI.
BRIngin Life mulai meluaskan pelayanan dan merambah pasar di luar
BRI dengan menawarkan produk dan layanan asuransi kepada
masyarakat luas baik individu maupun kumpulan.
Pada tahun 1993, dibukanya kantor penjualan di Jakarta dan
Surabaya untuk pertama kalinya dalam melakukan penjualan produk
individu dan kumpulan. Pada tahun 1995, berdasarkan keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor KEP-184/KM.17/1995, BRIngin
Life mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) untuk lebih
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat akan kebutuhan pensiun di
hari tua. BRIngin Life terus meluaskan layanannya dengan membuka
unit usaha Asuransi Syariah pada tahun 2003.
Pada 29 Desember 2015, telah dilakukan pengambil alihan saham
(Akuisisi) PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera (Bringin Life) dari
Dana Pensiun BRI oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan
atas akuisisi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan Pemegang
Saham Pengendali pada BRIngin Life. Dengan diakuisisinya BRIngin
Life oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, maka merek dagang
BRIngin Life dalam proses menjadi PT. Asuransi BRI Life. Oleh karena
itu, terjadi perubahan susunan pemegang saham PT. Asuransi Jiwa
Bringin Jiwa Sejahtera menjadi :
69
a. PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk dengan kepemilikan
saham sebanyak 2.002.022 (dua juta dua ribu dua puluh dua) saham
atau sebanyak 91,001% (sembilan puluh satu koma nol nol satu
persen) saham.
b. Yayasan Kesejahteraan Pekerja BRI (YKP BRI) dengan kepemilikan
saham 197.978 (seratus sembilan puluh tujuh ribu sembilan ratus
tujuh puluh delapan) saham atau sebanyak 8,999% (delapan koma
sembilan sembilan sembilan persen) saham.
Pengambilalihan tersebut telah menapatkan persetujuan dan pengesahan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
AHU-AH:01.03-0000524 tanggal 6 januari 2016.
Memasuki 29 (dua puluh sembilan) tahun usianya, kiprah BRI Life
makin dikenal luas sebagai salah satu perusahaan asuransi jiwa nasional
yang telah melayani 7 (tujuh) juta nasabah melalui program-program
asuransi unggulan yang bermanfaat dan menguntungkan. Berikut kutipan
wawancara dengan Bapak Hery 69
:
“ Jadi, terkait dengan sejarah asuransi syariah di BRI Life. Saya
terlebih dahulu menceritakan induk perusahaannya ya. Jadi dulu
namanya bukan asuransi BRI life tapi masih atas nama PT.
Asuransi Jiwa Bringin Jiwa sejahtera yang dimiliki oleh dana
pensiun Bank BRI. Pada tahun 2015, itu terjadi akuisisi yaitu
saham Bringin Life diambil oleh Bank BRI langsung jadi
sekarang sahamnya itu 99% dimiliki oleh Bank BRI dan sebagian
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai Bank BRI. PT.
Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera itu berdiri tahun 1988
dengan izin usaha SK Menteri keuangan. Dengan berjalannya
waktu, dikarenakan produk syariah itu sudah mulai berkembang
pada tahun 2003 BRI Life mendirikan unit usaha syariah dengan
69
Bapak Hery, Wawancara, Jakarta 7 Maret 2018.
70
modal yang sangat minim. Tapi saya tidak tahu persis nominal
modalnya. Pada tahun tersebut awalnya masih satu kantor
cabang. Pada tahun 2005 sudah mulai membuka kantor-kantor
cabang asuransi syariah.”
2. Visi dan Misi
Adapun visi, dan misi dari PT. Asuransi BRI Life (Persero) Tbk
adalah sebagai berikut :
a. Visi
Menjadi perusahaan asuransi jiwa yang terkemuka di Indonesia.
b. Misi
1) Melaksanakan bisnis asuransi jiwa secara professional di
Indonesia.
2) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah dan pemegang
saham melalui jaringan kerja yang luas.
3) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan
kerja yang luas.
71
3. Struktur Organisasi
Gambar 4.170
Sturktur Organisasi
4. Produk-produk dan Layanan Asuransi Syariah BRI Life
Produk-produk dan Layanan asuransi syariah yang dilakukan oleh
PT. Asuransi BRI Life (Persero), Tbk adalah sebagai berikut :
70
Data Diperoleh pada 7 Maret 2018.
Dewan Komisaris BRI Life
Mahmuddin Yasin
Komisaris Utama Wakil Komisaris
Utama
Gatot M. Trisnadi
Siswarin Dwi Hendarsapti Mulabasa
Hutabarat
M. Ridwan Rizky R.N
Komisaris Independen Komisaris
Dewan Pengawas Syariah
Dr. KH. Mohamad Hidayat, MBA, MH
Ketua
Siti Haniatunnisa Ir. H. Agus Haryadi,
AAAIJ, FIIS
Anggota
Dewan Direksi BRI Life
Riyanto Ahmadi
Direktur Utama
Sugeng Sudibdjo Ansar Arifin Fabiola Noralita S Khairi Setiawan M. Sodo Harisetyanto
Direktur Bisnis
Asuransi
Korporasi dan
Syariah
Direktur
Operasional dan
Teknologi
Informasi
Direktur
Pemasaran
Direktur
Manajemen
Sumber Daya
Manusia dan
Kepatuhan
Direktur Keuangan
dan Umum
Direktur
72
a. Produk Asuransi Individu :
1) BRI Life Link Optima Syariah merupakan produk yang memberikan
manfaat proteksi serta investasi yang optimal dengan pembayaran
kontribusi secara sekaligus sesuai prinsip syariah serta dilengkapi
dengan berbagai asuransi tambahan (rider) yang dipilih sesuai
dengan kebutuhan.
2) BRI Life Link Proteksi Syariah merupakan produk yang
memberikan manfaat proteksi serta investasi yang optimal dengan
pembayaran kontribusi secara reguler sesuai prinsip-prinsip syariah
serta dilengkapi dengan berbagai asuransi tambahan (rider) yang
dapat dipilih sesuai kebutuhan.
3) BRI Life Investama Syariah merupakan produk asuransi gabungan
antara proteksi meninggal dunia dan tabungan dengan pilihan
manfaat tambahan berupa meninggal dunia akibat kecelakaan, cacat
tetap total akibat sakit maupun kecelakaan, mengidap penyakit kritis,
santunan rawat inap.
4) BRI Life Purnadana Syariah merupakan produk gabungan asuransi
jiwa, kecelakaan diri dan tabungan dengan pilihan manfaat tambahan
berupa asuransi bebas kontribusi apabila peserta mengalami cacat
tetap total akibat sakit maupun kecelakaan, atau mengidap penyakit
kritis.
5) BRI Life Dana Dwiguna Syariah merupakan produk asuransi
gabungan antara asuransi jiwa, asuransi kecelakaan diri dan
73
tabungan dengan pilihan manfaat tambahan berupa asuransi bebas
kontribusi apabila peserta mengalami cacat tetap total akibat sakit
maupun kecelakaan, atau mengidap penyakit kritis.
6) BRI Life Danasiswa Syariah merupakan produk asuransi gabungan
antara proteksi meninggal dunia dan tabungan dengan pilihan
manfaat tambahan berupa meninggal dunia akibat kecelakaan, cacat
tetap total akibat sakit maupun kecelakaan, mengidap penyakit kritis,
tahapan dana pendidikan.
7) BRI Life Swakadana Syariah merupakan produk asuransi perorangan
yang memberikan manfaat perlindungan peserta meninggal dunia
pada masa asuransi.
8) BRI Life Danarencana Agri Syariah merupakan produk asuransi
gabungan yang memberikan perlindungan asuransi jiwa dan
kecelakaan sekaligus membantu petani khusunya dalam hal finansian
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau untuk memenuhi
kebutuhan para petani pada saat masa peremajaan tanaman tiba.
9) BRI Life Davestera (Dana Investasi Sejahtera) Optima Syariah
merupakan produk asuransi dan investasi (unit link), dimana dananya
lebih banyak digunakan untuk instrumen investasi.
10) BRI Life Davestera (Dana Investasi Sejahtera) Proteksi Syariah
merupakan produk asuransi dan investasi (unit link), dimana dananya
lebih banyak digunakan untuk mengutamakan perlindungan asuransi.
74
b. Produk Asuransi Kumpulan :
1) BRI Life Ekawarsa Syariah merupakan produk asuransi jiwa dan
asuransi kecelakaan yang dijual secara korporasi bagi karyawan atau
pekerja atau BUMN atau perusahaan atau instansi atau lembaga
lainnya yang memberikan perlindungan kepada peserta apabila
peserta meninggal duia atau peserta mengalami musibah kecelakaan,
dengan jangka waktu asuransi selama 1 (satu) tahun.
2) BRI Life Askes Syariah merupakan produk asuransi jiwa dimana
perusahaan hanya mengeluarkan biaya kesehatan karyawan dengan
biaya tetap, sementara setiap karyawan akan mendapatkan jaminan
santunan secara pasti. Hal ini akan dapat meringankan beban
manajemen yang ada selama ini. Jenis-jenis santunan dalam produk
ini yaitu; rawat inap, rawat jalan, rawat gigi, melahirkan dan
kacamata.
3) BRI Life Dana Karya Syariah merupakan produk asuransi gabungan
antara tabungan, asuransi jiwa, dan asuransi kecelakaan diri yang
dijual secara korporasi diperuntukkan bagi kesejahteraan hari tua
karyawan. Program asuransi ini memberikan santunan kematian
pada masa asuransi, santunan cacat tetap total dan sebagian serta
manfaat tunai.
4) BRI Life Purjab (Purna Jabatan) Syariah merupakan produk asuransi
jiwa dengan unsur tabungan dari PT. Asuransi BRI Life Syariah
yang dijual secara korporasi dan dikhususkan bagi top level
75
management yaitu jajaran direksi, dewan komisaris, dewan
pengawas, sekretaris komisaris, dan sekretaris dewan pengawas
lembaga.
5) BRI Life Ajisaka (Asuransi Jiwa Kredit Anda) Prima Syariah
merupakan produk asuransi kumpulan yang akan memberikan
perlindungan jiwa bagi transaksi kredit di Bank-bank pilihan anda.
Produk asuransi ini akan menanggung beban kredit anda apabila
terjadi musibah meninggal dunia. Maanfaat yang diberikan hanya
kepada tertanggung utama (peminjam). Saat di pasarkan di koperasi
bank umum, koperasi, BPR
6) BRI Life Ajisaka Madya Syariah merupakan produk asuransi
kumpulan yang akan memberikan perlindungan jiwa bagi transaksi
kredit di Bank-bank pilihan anda. Produk asuransi ini akan
menanggung beban kredit anda apabila terjadi musibah meninggal
dunia. Manfaat yang diberikan kepada tertanggung beserta
pasangannya.
Perlu diketahui bahwa akad yang digunakan dalam setiap produk
yang satu dengan yang lainnya sama yaitu menggunakan akad
tabarru‟ (untuk sesama peserta) dan akad wakallah bil ujroh (antara
pengelola dengan peserta).
Adapun proses atau mekanisme pengkajian produk syariah yang
perlu diketahui. Menurut Bapak Basuki Achmad, sebagai berikut 71
:
71
Bapak Basuki Achmad, Dalam Formulir Pertanyaan, 15 Januari 2018.
76
1. Pengumpulan ide dari manajemen.
2. Pembentukan tim produk baru yang terdiri dari fungsi aktuaria
(mengidetifikasi, menentukan solusi dari masalah-masalah
finansial); underwriting (proses identifikasi dan seleksi risiko calon
tertanggung), reasuransi, pemasaran, legal, administrasi polis, klaim,
TI (Teknik Informasi), kepatuhan.
3. Persiapan rancangan teknis produk.
4. Penyampaian draft produk kepada Manajemen dan Dewan Pengawas
Syariah.
5. Pengajuan izin produk kepada OJK.
6. Surat persetujuan dari OJK.
7. Sosialisasi produk.
8. Pemasaran produk kepada calon peserta.
Dalam hal tersebut unsur-unsur yang harus diperhatikan yaitu dalam hal
kepatuhan regulasi terkait asuransi syariah, administrasi dan layanan
teknologi dan aspek hukum syariah terkait asuransi syariah. Perlu
diketahui bahwa PT. Asuransi BRI Life lebih dominan terhadap
pemasaran produk kumpulan.
5. Risiko pada Produk Asuransi Syariah di Kantor Pusat PT. Asuransi
BRI Life Jakarta
Risiko-risiko yang perlu diketahui pada setiap produk sebagai berikut :
a. Risiko Pasar merupakan risiko yang disebabkan oleh kondisi makro
ekonomi yang kurang kondusif sehingga harga instrumen investasi
77
mengalami penurunan dan akibatnya nilai unit yang dimiliki oleh
pemegang polis dapat berkurang.
b. Risiko Likuiditas merupakan risiko yang dapat terjadi jika aset
investasi tidak dapat dengan segera dikonversi menjadi uang tunai
atau pada harga yang sesuai, misalnya ketika terjadi kondisi pasar
yang ekstrim atau ketika semua pemegang polis melakukan
penarikan secara bersamaan.
c. Risiko Ekonomi dan Perubahan Politik merupakan risiko yang
berhubungan dengan perubahan kondisi ekonomi, kebijakan politik
hukum dan peraturan pemerintah yang berkaitan dengan dunia
investasi dan usaha baik di dalam maupun luar.
d. Risiko Kredit merupakan risiko yang berkaitan dengan kemampuan
BRI Life dalam membayar kewajiban terhadap nasabahnya. BRI
Life terus mempertahankan kinerjanya untuk melebihi minimum
kecukupan modal yang ditentukan oleh pemerintah.
e. Risiko Gagal Bayar merupakan risiko yang dapat terjadi jika pihak
ketiga yang menerbitkan instrumen investasi mengalami wanprestasi
(default) atau tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk
membayar pokok utang, bunga atau dividen.
f. Risiko Operasional merupakan risiko yang timbul dari proses
internal yang tidak memadai, atau dari perilaku karyawan dan sistem
operasional, atau dari peristiwa eksternal yang dapat mempengaruhi
kegiatan operasional perusahaan.
78
6. Perbedaan Asuransi Syariah dengan konvensional di Kantor Pusat
PT. Asuransi BRI Life Jakarta
Asuransi merupakan salah satu kegiatan lembaga keuangan non bank
dalam bidang usaha perekonomian yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Asuransi adalah suatu perjanjian yang saling
mengikat antara penanggung (perusahaan asuransi) dan tertanggung
(pemegang polis) dalam bentuk polis, yang mana penanggung menerima
premi dari tertanggung dan memberikan pergantian kepada tertanggung
karena suatu kerugian atau terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti di
kemudian hari. Adapun yang membedakan dengan asuransi syariah yaitu
dalam pengelolaan dana berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang
tujuannya untuk saling tolong-menolong di antara para peserta asuransi.
Hal ini di jelaskan sebagai berikut bahwa 72
:
“ Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan
asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan
premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk :
a. Untuk memberikan penggantian kepada tertanggung atau
pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang
timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungking diderita tertanggung atau
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak
pasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.”
“ Asuransi syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas
perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis
dan perjanjian di antara para pemegang polis, dalam rangka
pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling
menolong dan melindungi dengan cara :
72
Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian Pasal 1 ayat (1-2).
79
a. Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis
karena kerudian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keutungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin diderita peserta atau pemegeng polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
peserta atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
peserta dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.”
Perbedaan yang sangat mendasar selain pada istilah-istilah, akad-
akad, alokasi dana dan adanya DPS (Dewan Pengawas Syariah) antara
asuransi konvesional dengan asuransi syariah dalam objek penelitian ini
yaitu terletak pada konsep dasar, asuransi konvensional memiliki konsep
dasar yaitu transfer of risk, dimana perusahaan menerima premi dari
nasabah sebagai pergantian atas pengalihan risiko dalam artian premi
tersebut diakui sebagai milik perusahaan sepenuhnya; sedangkan asuransi
syariah yaitu sharing of risk, dimana peserta asuransi yang satu dengan
yang lainnya saling tolong-menolong membagi bersama risiko yang akan
dihadapi dengan mengumpulkan sejumlah kontribusi yang di dalamnya
terdapat dana tabarru‟, dalam artian perusahaan asuransi bertugas
sebagai pengelola dana peserta tersebut dan mendapatkan ujrah atau fee
dari jasanya dan bagi hasil dari dana tabarru‟, oleh karena itu kontribusi
yang dibayarkan oleh peserta tetap menjadi milik peserta asuransi secara
kolektif dan perusahaan asuransi tidak berhak atas dana tersebut. Hal ini
berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hery, sebagai berikut 73
:
“ Perbedaan yang paling mendasar adalah kalo di konvensional
nasabah itu akan mentransfer risiko dari tertanggung kepada
73
Bapak Hery, Wawancara, Jakarta 7 Maret 2018.
80
penanggung berbeda dengan syariah, menggunakan sharing risk
yaitu proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta
lainnya, ini biasanya dimasukkan ke dana tabarru‟ ya. Jadi dana
tabarru‟ itu untuk kepentingan bersama sebagai peserta apabila
terjadi risiko meninggal, baik normal ataupun karena kecelakaan
itu akan diambil dari dana tabarru‟ oleh karena itu dinamakan
sharing risk. Nah kalo transfer risk itu, sumber biaya klaimnya
dari rekening perusahaan, jadi sharing risk itu sumber biaya
klaimnya dari dana tabarru‟. Dana yang terkumpul dari premi
nasabah itu sepenuhnya milik perusahaan (konvensional) jadi
perusahaan bebas menaruh investasinya berbeda dengan syariah,
dana yang terkumpul dari kepesertaan dalam bentuk iuran peserta
atau kontribusi terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu dana tabarru‟, dana
investasi, dana perusahaan.”
Dan juga berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Bagus
Sampurna, sebagai berikut 74
:
“ Perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional di
perusahaan ini yang saya ketahui adalah pertama berbeda akadnya,
kalo di konvensional akadnya jual beli kalo di syariah akadnya
tabarru‟ (tolong-menolong); kedua dari penempatan dananya juga,
kalo di syariah penempatan danaya harus di perusahaan syariah
juga kalo di konvensional kan bebas; ketiga kalo di syariah itu
punya DPS (Dewan Pengawas Syariah) itu yang mengawasi
apakah sudah sesuai syariah atau tidak.”
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Praktek Pengelolaan Dana Tabarru’ di Kantor Pusat PT. Asuransi
BRI Life Jakarta
Tata pelaksanaan asuransi syariah tidak terlepas dari akad tabarru‟.
Akad tabarru‟ merupakan akad yang pada dasarnya tidak mengharapkan
imbalan dan memiliki prinsip tolong-menolong di antara para peserta
dengan melibatkan lembaga asuransi sebagai pengelola. Dengan adanya
akad tabarru‟, hal ini menunjukkan salah satu identitas lembaga asuransi
syariah dan juga yang membedakan dengan asuransi konvensional, yang
74
Bapak Bagus Sampurna, Wawancara, Jakarta 15 Maret 2018.
81
memiliki tujuan terciptanya situasi saling tolong-menolong sesama
peserta. Perlu diketahui bahwa pemegang polis kedudukannya terbagi
menjadi 2 (dua) yaitu ada yang sekaligus menjadi peserta dan ada yang
bukan peserta; dalam hal ini pemegang polis merupakan pihak yang
melakukan perjanjian dengan perusahaan asuransi syariah (pengelola)
dan berkewajiban membayar iuran kontribusi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Andi Zukhruf,
mengatakan bahwa untuk pengelolaan dana pada asuransi syariah
berawal dari perusahaan menerima iuran kontribusi dari peserta,
kemudian dana kontribusi tersebut di bagi menjadi 3 (tiga) akun atau
rekening yaitu akun tabarru‟, akun tabungan peserta (investasi), akun
perusahaan. Tergantung pada produknya, karena terdapat produk yang
sifatnya tabungan dan juga non tabungan. Untuk dana tabarru‟
dikumpulkan dalam satu giro, kemudian dialokasikan jika terjadi klaim
atau santunan (pengembalian dana).75
Berikut kutipan wawancara dengan
Bapak Andi Zukhruf :
“ Jadi kalo di syariah menerima kontribusi, kemudian dana
kontribusi tersebut di bagi menjadi 3 (tiga) tergantung pada
produknya, ada produk yang sifatnya tabungan dan non tabungan,
kalo di tabungan itu dibagi tiga, pertama, tabungan, tabarru‟,
ujroh. Untuk tabarru‟ sendiri di satukan dalam satu giro kemudian
dialokasikan jika terjadi klaim atau pengembalian dana. Otomatis
terpisah dengan konvensional”
Dari kontribusi yang telah dibayar oleh para peserta maka pada awal
perjanjian peserta sepakat membayar iuran tabarru‟ yang langsung di
75
Bapak Andi Zukhruf, Wawancara, Jakarta 16 Maret 2018.
82
masukkan ke dalam rekening tabarru‟. Dana tabarru‟ merupakan dana
yang dimiliki oleh para peserta dan digunakan untuk pembayaran klaim
atau santunan kepada setiap peserta yang mengalami musibah atau
sesuatu yang tidak diinginkan.
Apabila terjadi surplus atau kelebihan dari hasil investasi dana
tabarru‟ maka akan dibagikan kepada para peserta yang memenuhi
syarat untuk mendapatkan surplus tersebut sesuai dengan peraturan,
sebagai berikut 76
:
“ Surplus Underwriting dapat dibagikan dengan pilihan pembagian
sebagai berikut :
a. Seluruhnya ditambahkan ke dalam dana tabarru‟;
b. Sebagian ditambahkan ke dalam dana tabarru‟ dan sebagian
dibagikan kepada peserta; atau
c. Sebagian ditambahkan ke dalam dana tabarru‟, sebagian
dibagikan kepada peserta, dan sebagian dibagikan kepada
Perusahaan.”
Perlu diketahui bahwa PT. Asuransi BRI Life menghitung surplus
underwriting dalam satu tahun sekali dan dibagikan sebelum bulan Juli
tahun berikutnya, hal tersebut akan tercapai apabila rasio klaim sedikit.
Setelah itu, pembagian dari hasil surplus underwriting tebagi menjadi
dua bagian yaitu pertama, apabila memiliki dana investasi, maka 60%
dibagikan kepada peserta, dari hasil persenan tersebut 50% dikembalikan
ke dalam dana tabarru‟ dan 50% ke dalam dana investasi peserta dan
perusahaan sebagai pengelola mendapatkan 40% dari surplus tersebut;
kedua, apabila tidak memiliki dana investasi, maka 60% dikembalikan ke
76
Peraturan Menteri Keuangan No. 18 Tahun 2010 Tentang Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha
Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
83
dalam dana tabarru‟ dan perusahaan sebagai pengelola mendapatkan
40% dari surplus tersebut.77
sebagaimana yang telah dikutip dalam
ketentuan umum polis bahwa :
“Pasal 18
Surplus Underwriting
1. Surplus Undewriting dihitung satu tahun sekali dan dibagikan
sebelum bulan Juli tahun berikutnya.
2. Untuk polis yang memiliki dana investasi, Pembagian surplus
underwriting adalah sebagai berikut 60% dibagikan ke peserta
yang mana pembagiannya 50 % kembali kedalam dana
tabarru‟ dan 50% ke dalam dana investasi peserta. Pengelola
berhak atas 40% dari surplus underwriting.
3. Untuk polis yang tidak memiliki dana investasi, Pembagian
surplus underwriting adalah sebagai berikut 60%
dikembalikan kedalam dana tabarru‟. Pengelola berhak atas
40% dari surplus underwriting.”
Terkait alokasi dana peserta, penempatan instrumen atau portofolio
investasi dari hasil wawancara dengan Bapak Hery mengatakan bahwa
untuk penempatan portofolio investasi sebagian besar dimasukkan pada
Surat Berharga Syariah Bernegara (SBSN) dengan 48,10%. Adapun
Sukuk (obligasi) dengan 22,31%, Reksadana syariah dengan 10,85%,
deposito dengan 18,74%. Dalam hal tersebut, kita tempatkan di
perusahaan-perusahaan yang berprinsip syariah, sebagai berikut 78
:
Tabel 4.2
Instrumen Investasi.
Deposito Reksadana Obligasi (Sukuk)
Deposito Bank
BRI Syariah.
Deposito Bank
BTN Syariah.
Schroders Syariah
Balanced Fund
(campuran).
Mandiri Investa
Syariah Berimbang
Sukuk Ijarah PLN.
Sukuk Ijarah
Summrecon
Agung.
Bank Muamalat.
77
Ketentuan Umum Polis BRI Life Pasal 18 ayat 1-3 hlm. 8 78
Bapak Hery, Wawancara, Jakarta 7 Maret 2018.
84
(campuran).
Manulife Syariah
Sektoral Amanah
(Pasar Saham).
BNP Paribas
Pesona Syariah
(Pasar Saham).
Timegah Kas
Syariah (Pasar
Uang).
Bank BRI Syariah.
Obligasi-obligasi
syariah yang
dikeluarkan oleh
pemerintah.
Berikut kutipan hasil wawancara dengan Bapak Hery :
“ Untuk penempatan portofolio di syariah, jadi memang sebagian
besar itu di masukkan ke Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
ya kurang lebih ada 48,10%, kemudian ada sukuk kurang lebih ada
22,31%, reksadana syariah 10,85%, deposito 18,74%. Nah untuk
alokasinya kemana aja, kalo deposito itu kita tempatkan di Bank
BRI Syariah dan di Bank BTN syariah; kalo untuk reksadana
manager fund ada di Schroders Syariah Balance Fund (Campuran),
Mandiri Investasi Syairah berimbang (Campuran), BNP Paribas
Pesona Syariah (Pasar Saham), Manulife Syariah Sektoral Amanah
(Pasar Saham), Trimegah Kas Syariah (Pasar Uang); kalo Obligasi
kita ada Sukuk Ijarah PLN, Sukuk Ijarah Summarecon Agung,
Bank Muamalat, Bank BRI Syariah dan Obligasi-obligasi yang
dikeluarkan oleh Pemerintah ya. Semuanya itu berprinsip syariah.”
Apabila terjadi defisit underwriting dari dana tabarru‟, atas dasar
ketentuan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) maka perusahaan wajib
melakukan qardh (pinjaman). Apabila terjadi hal tersebut, maka
perusahaan meminjamkan dananya terhadap dana tabarru‟.79
Adapun
skema pinjaman dana perusahaan terhadap dana tabarru‟ misalnya
seperti reasuransi syariah dan pemberian pinjaman dari dana unit usaha
asuransi syariah. Berikut kutipan wawancara dengan Bapak Bagus :
“ Berdasarkan ketentuan OJK apabila terjadi defisit dana tabarru‟
semisal, maka perusahaan wajib melakukan qardh atau pinjaman
(meminjamkan) dari dana perusahaan ke dana tabarru‟.”
79
Bapak Bagus Sampurna, Wawancara, Jakarta 15 Maret 2018.
85
Dan juga yang telah dikutip, sebagai berikut 80
:
“Pasal 17
Definisi Qardh
(Pinjaman Tanpa Margin)
1. Pengelola wajib memberikan pinjaman dalam bentuk qardh
kepada dana tabarru‟ dalam hal :
a. Tingkat solvabilitas dana tabarru‟ kurang dari jumlah
minimum yang dipersyaratkan;
b. Jumlah hasil investasi dari dana tabarru dan tijarah, lebih
kecil dari jumlah penyisihan/cadangan teknis dan
kewajiban Dana Kebajikan retensi sendiri dari dana
tabarru‟;
c. Terjadi selisih kurang atau defisit underwriting dana
tabarru‟;
d. Dana tabarru‟ tidak cukup untuk membayar Dana
Kebajikankepada Peserta.
2. Dalam hal dana tabarru‟ tidak cukup untuk membayar Dana
Kebajikan kepada peserta sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf d, qardh wajib dibayarkan kedalam dana tabarru‟ secara
tunai/kas.
3. Pengembalian qardh kepada pengelola diberikan dari surplus
underwriting dan/atau dari dana tabarru‟.”
Cara pembayaran kontribusi dapat dilakukan pada setiap bulanan,
triwulan, semesteran, tahunan, atau sekaligus (tunggal) berdasarkan pada
setiap ketentuan produk-produknya. Hal tersebut ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan kemampuan peserta.
2. Pengelolaan Dana Tabarru’ di Kantor Pusat PT. Asuransi BRI Life
Jika ditinjau dari Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia
Prinsip tolong-menolong merupakan inti dari konsep asuransi
(takaful), dimana antara satu peserta dengan peserta lainnya saling
80
Ketentuan Umum Polis BRI Life Pasal 17 ayat 1-3, hlm. 8
86
menanggung risiko. Yakni, melalui mekanisme dana tabarru‟ dengan
akad yang benar yaitu aqd takafuli atau aqd tabarru‟.81
Akad tabarru‟
merupakan akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari satu peserta
kepada dana tabarru‟ untuk tujuan tolong menolong diantara para
peserta, yang tidak bersifat dan bukan untuk tujuan komersial.82
Dimana
hak setiap peserta mendapatkan dana tabarru‟ tersebut jika mengalami
musibah diluar pengecualian yang sudah ditentukan dalam polis dan
kewajiban peserta membayar kontribusi secara reguler (bulanan,
semesteran, tahunan) atau sekaligus (hanya sekali) sesuai keinginan dan
pemilihan produk asuransi syariah yang dipilih oleh peserta. Hal tersebut
sudah sesuai jika dilihat berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia, sebagai berikut :
“ Kedua : Ketentuan Akad
1. Akad tabarru‟ pada asuransi adalah akad yang dilakukan
dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong
menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersial.
2. Dalam akad tabarru‟, harus disebutkan sekurang-kurangnya:
a. hak & kewajiban masing-masing peserta secara individu;
b. hak & kewajiban antara peserta secara individu dalam
akun tabarru‟ selaku peserta dalam arti badan/kelompok;
c. cara dan waktu pembayaran premi dan klaim;
d. syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis
asuransi yang diakadkan.”
Hal ini juga diperkuat dalam dalil al Qur‟an surat al Maidah ayat 2 83
:
81
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General Konsep dan Sistem Operasional,
(Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm. 736 82
Ketentuan Umum Polis BRI Life Syariah Pasal 1 ayat 6, hlm. 1 83
Q.S al Maidah (5) : 2.
87
هر الحرام ول الهدي ول يا أي ها الذين آمنوا ل تحلوا شعائر اللو ول الشوإذا الب يت الحرام ي بت غون فضل من ربهم ورضوانا القلئد ول آمين وكم عن المسجد حللتم فاصطادوا ول يجرمنكم شنآن ق وم أن صدقوى الحرام أن ت عتدوا ثم ول ت وت عاونوا على البر والت عاونوا على ال
إن اللو شديد العقاب وات قوا اللو والعدوان
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan
haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan
binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu
orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena
mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.
Ayat diatas menjelaskan terkait perintah tolong menolong sesama
manusia. Hal ini berkaitan dengan pernyataan diatas bahwa dalam
praktek asuransi syariah, pada dasarnya terdapat kerelaan setiap peserta
asuransi untuk menyisihkan dananya (iuran kontribusi) agar digunakan
sebagai dana tabarru‟ (hibah) yang tujuannya adalah untuk saling tolong
menolong sesama peserta apabila mengalami musibah atau suatu
peristiwa yang tidak diinginkan terjadi.
Berdasarkan praktek akadnya PT. Asuransi BRI Life pada dasarnya
mengelola 3 (tiga) akun atau rekening yaitu dana tabarru‟, dana investasi
88
(tabungan peserta), dana perusahaan. Dimana pada akun dana tabarru‟
menggunakan akad tabarru‟ yaitu akad hibah yang tujuannya saling
tolong-menolong antar peserta, merupakan keutamaan asuransi syariah;
kemudian pada akun dana investasi (tabungan peserta) menggunakan
akad mudharabah (bagi hasil) yang merupakan bagian dari akad tijarah
(jual beli); adapun akun dana perusahaan menggunakan akad wakalah bil
ujrah, dimana peserta memberikan kuasa kepada perusahaan sebagai
wakil peserta untuk mengelola dana tabarru‟ dan dana investasi
(tabungan peserta), perusahaan berhak mendapatkan ujroh atau fee, dari
hasil kelola dana tersebut kemudian dimasukkan ke dalam akun atau
rekening perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa akun dana
tabarru‟ terpisah dengan akun dana lainnya.
Berdasarkan praktek pada kontribusi yang dibayarkan oleh peserta,
kedudukan dana tersebut akan tetap menjadi milik peserta sebagai
shahibul mal dan perusahaan sebagai pengelola. Objek yang dikelola
oleh PT. Asuransi BRI Life yaitu dalam hal memasarkan produk,
menyeleksi kepesertaan, mengumpulkan dan menginvestasikan dana
tabarru‟, memeriksa dan menginvestigasi dokumen klaim peserta,
memutuskan pembayaran klaim peserta dan mengadministrasikan
pengelolaan risiko.84
Adapun dana yang dihibahkan oleh peserta yang
masuk ke dalam dana tabarru‟ akan menjadi dana yang dipergunakan
untuk pengajuan klaim peserta asuransi apabila terkena musibah atau
84
Ketentuan Umum Polis BRI Life Syariah Pasal 4 ayat 2, hlm. 3
89
suatu peristiwa yang tidak diinginkan terjadi. Hal tersebut memiliki
persamaan jika dilihat berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia, sebagai berikut 85
:
“ Ketiga : Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tabarru‟
1. Dalam akad tabarru‟ (hibah), peserta memberikan dana hibah
yang akan digunakan untuk menolong peserta atau peserta lain
yang tertimpa musibah.
2. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak
menerima dana tabarru‟ (mu‟amman/mutabarra‟
lahu, مؤمن/متبرع له) dan secara kolektif selaku penanggung
(mu‟ammin/mutabarri‟- ع .(مؤمن/متبر
3. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah,
atas dasar akad wakalah dari para peserta selain pengelolaan
investasi.”
Perlu diketahui bahwa peserta (pemegang polis) merupakan pihak yang
berhak menerima dana secara individual maupun kolektif (corporate)
dan ketentuan jenis akad tabarru‟ tidak dapat diubah menjadi jenis akad
tijarah, sedangkan akad mudharabah dapat diubah menjadi jenis akad
tabarru‟, tergantung pada produk yang dibutuhkan peserta. Hal tersebut
dikarenakan akad tabarru‟ merupakan akad dalam bentuk hibah yang
tujuannya untuk tolong-menolong sesama peserta bukan untuk komersial.
Produk asuransi syariah yang ditawarkan oleh PT. Asuransi BRI Life
terbagi menjadi 2 (dua) yaitu produk yang terdapat tabungan (saving) dan
produk yang tidak terdapat tabungan (non saving). Untuk produk
tabungan (saving), PT. Asuransi BRI Life menyimpan dana iuran
kontribusi peserta tersebut dalam akun investasi peserta setelah dikurangi
dana tabarru‟. Untuk produk yang tidak terdapat tabungan, dana iuran
85
Fatwa DSN-MUI No. 53 Tahun 2006 tentang Akad Tabarru‟ pada Asuransi Syariah, hlm. 6
90
kontribusi peserta hanya masuk dalam akun tabarru‟. Hal tersebut selaras
terkait mekanisme pengelolaan dana , sebagai berikut 86
:
1. Perusahaan sebagai pemegang amanah
Perusahaan asuransi syariah diberi kepercayaan atau amanah oleh
para peserta untuk mengelola premi (kontribusi), mengembangkan
dengan jalan yang halal, dan memberikan santunan kepada yang
mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian (polis).
2. Sistem pada produk saving (ada unsur tabungan)
Setiap peserta wajib membayar sejumlah premi (iuran kontribusi)
secara teratur. Besar premi (iuran kontribusi) yang tergantung pada
keuangan peserta. Akan tetapi perusahaan menetapkan jumlah
minimum premi (iuran kontribusi) yang akan dibayarkan. Setiap
premi (iuran kontribusi) yang dibayarkan oleh peserta, akan dipisah
dalam 2 (dua) rekening yang berbeda :
a) Rekening Tabung Peserta
Yaitu kumpulan dana yang merupakan milik peserta, yang
dibayarkan apabila perjanjian berkhir, peserta mengundurkan
diri, peserta meninggal dunia.87
b) Rekening Tabarru‟
Yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah diniatkan oleh
peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling tolong-
86
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General Konsep dan Sistem Operasional,
(Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm. 176-178 87
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm. 51
91
menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila peserta
meninggal dunia, maka perjanjian berakhir (jika ada surplus).
3. Sistem pada produk Non Saving
Sistem premi (iuran kontribusi) yang dibayar oleh peserta, akan
dimasukkan dalam rekening tabarru‟ oleh perusahaan. Tabarru‟
yaitu kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran
dan kebajikan untuk tujuan saling tolong menolong dan saling
membantu, dan akan di alurkan (dana) tersebut jika :
a) Peserta meninggal dunia
b) Perjanjian telah berakhir
Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat
Islam. Keuntungan hasil investasi setelah dikurangi dengan beban
asuransi (klaim dan premi reasuransi), akan dibagi antara peserta dengan
perusahaan berdasarkan prinsip al mudharabah dalam suatu perbandingan
tetap berdasarkan perjanjian kerjasama antara perusahaan asuransi
syariah dengan peserta.
Gambar 4.3
Skema Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tabarru‟
Peserta
Dana Tabarru‟
Pengelola
Penanggung
(Kolektif)
Penerima
(Individu)
92
Adapun penjelasan dari bagan diatas, sebagai berikut :
1. Peserta sebagai penerima dana atau sebagai penanggung
2. Peserta membayarkan iuran kontribusi
3. Iuran kontribusi tersebut masuk dalam dana tabarru‟ setelah
dikurangi biaya lainnya (ujroh)
4. Perusahaan sebagai pengelola, mengelola dana tabarru‟
5. Dana tabarru‟ merupakan dana milik para peserta dan digunakan
untuk peserta asuransi syariah jika terjadi suatu musibah atau
peristiwa yang tidak diinginkan.
Berdasarkan praktek pengelolaan dana tabarru‟ pada produk
asuransi syariah di PT. Asuransi BRI Life seperti yang sudah dijelaskan
diatas bahwa PT. Asuransi BRI Life menerima dana iuran kontribusi dari
peserta, kemudian dana tersebut dikelola dan diivestasikan. Dana
tabarru‟ ini terpisah dengan dana lainnya dan dimasukkan dalam akun
tabarru‟ setelah dikurangi biaya-biaya lainnya atau ujroh (fee), kemudian
dana tersebut diinvestasikan dan hasil dari dana tersebut digunakan
kembali untuk para peserta sebagai dana cadangan jika mengalami suatu
musibah atau suatu peristiwa (klaim). Apabila dalam satu tahun tersebut
persentase atau rasio klaim dari para peserta sedikit atau jika ada
kelebihan dana tabarru‟ dari akun tabarru‟, maka dana tersebut akan
dibagikan kepada para peserta yang memenuhi kriteria atau syarat yang
sudah ditentukan dalam polis. Dan Hal tersebut sudah sesuai dengan
93
ketentuan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia,
sebagai berikut 88
:
“ Keempat : Pengelolaan
1. Pengelolaan asuransi dan reasuransi syariah hanya boleh
dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi sebagai
pemegang amanah.
2. Pembukuan dana tabarru‟ harus terpisah dari dana lainnya.
3. Hasil investasi dari dana tabarru‟ menjadi hak kolektif peserta
dan dibukukan dalam akun tabarru‟.
4. Dari hasil investasi, perusahaan asuransi dan reasuransi
syariah dapat memperoleh bagi hasil berdasarkan akad
mudharabah atau akad mudharabah musytarakah, atau
memperoleh ujrah (fee) berdasarkan akad wakalah bil ujrah.”
Perlu diketahui seperti yang sudah dijelaskan dalam sub bab
sebelumnya bahwa pada prektek terkait alokasi dana peserta, dalam hal
penempatan instrumen atau portofolio investasi (perusahaan yang
bergelut dalam bidang tersebut) sudah sesuai syariah. Berikut kutipan
hasil wawancara dengan Bapak Hery 89
:
“ Untuk penempatan portofolio di syariah, jadi memang sebagian
besar itu di masukkan ke Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
ya kurang lebih ada 48,10%, kemudian ada sukuk kurang lebih ada
22,31%, reksadana syariah 10,85%, deposito 18,74%. Nah untuk
alokasinya kemana aja, kalo deposito itu kita tempatkan di Bank
BRI Syariah dan di Bank BTN syariah; kalo untuk reksadana
manager fund ada di Schroders Syariah Balance Fund (Campuran),
Mandiri Investasi Syairah berimbang (Campuran), BNP Paribas
Pesona Syariah (Pasar Saham), Manulife Syariah Sektoral Amanah
(Pasar Saham), Trimegah Kas Syariah (Pasar Uang); kalo Obligasi
kita ada Sukuk Ijarah PLN, Sukuk Ijarah Summarecon Agung,
Bank Muamalat, Bank BRI Syariah dan Obligasi-obligasi yang
dikeluarkan oleh Pemerintah ya. Semuanya itu berprinsip syariah.”
Hal tersebut sesuai berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia terkait pedoman umum dalam berasuransi syariah.
88
Fatwa DSN MUI No 53 tahun 2006 tentang Akad Tabarru‟ pada Asuransi Syariah, hlm. 6 89
Bapak Hery, Wawancara, Jakarta 7 Maret 2018.
94
Salah satu ketentuan umum yang berkaitan adalah tidak mengandung
riba, barang haram, dll. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat berdasarkan
kutipan, sebagai berikut 90
:
“ Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada point (1)
adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir
(perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang
haram dan maksiat.”
Apabila terjadi surplus underwriting dana tabarru‟ sebagaimana
yang sudah dijelaskan dalam sub bab sebelumnya, maka pada prakteknya
asuransi syariah di PT. Asuransi BRI Life melakukan penghitungan
surplus dalam satu tahun sekali dan akan dibagikan sebelum bulan Juli
pada tahun selanjutnya. Hal tersebut biasanya terjadi apabila tingkat rasio
klaim sedikit.
Pembagian persentase jika terdapat surplus underwriting dana
tabarru‟ terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Apabila terdapat dana investasi (tabungan peserta)
Gambar 4.4
Skema Persentase Surplus Underwriting
60% 40%
30% 30%
90
Fatwa DSN-MUI No. 21 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah, hlm. 5
Peserta Perusahaan
Dana
Perusahaan
Dana Investasi Dana Tabarru‟
95
Penjelasan dari bagan di atas, sebagai berikut :
a. Peserta mendapatkan 60% dari surplus underwriting, kemudian
dari persentase tersebut dibagi lagi (50% : 50%) dan masuk ke
dalam dana menjadi 2 (dua), yaitu dana tabarru‟ 30% dan dana
investasi peserta 30%;
b. Perusahaan mendapatkan 40% dan masuk dalam dana
perusahaan.
2. Apabila tidak terdapat dana investasi (tabungan peserta)
Gambar 4.5
Skema persentase Surplus Underwriting
60% 40%
Penjelasan dari bagan di atas, sebagai berikut :
a. Peserta mendapatkan 60% dari surplus underwriting yang
langsung masuk ke dalam dana tabarru‟
b. Perusahaan mendapatkan 40% dan masuk dalam dana
perusahaan.
Hal tersebut disepakati pada awal akad dan sesuai berdasarkan Fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia bahwa terkait surplus
underwriting dana tabarru‟ asuransi syariah terdapat beberapa cara
Perusahaan Peserta
Dana Tabarru‟ Dana
Perusahaan
96
alternatif mengenai pengalokasiannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat,
sebagai berikut 91
:
“ Kelima : Surplus Underwriting
1. Jika terdapat surplus underwriting atas dana tabarru‟, maka
boleh dilakukan beberapa alternatif sebagai berikut:
a. Diperlakukan seluruhnya sebagai dana cadangan dalam
akun tabarru‟.
b. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dibagikan
sebagian lainnya kepada para peserta yang memenuhi
syarat aktuaria/manajemen risiko.
c. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dapat
dibagikan sebagian lainnya kepada perusahaan asuransi
dan para peserta sepanjang disepakati oleh para peserta.
2. Pilihan terhadap salah satu alternatif tersebut di atas harus
disetujui terlebih dahulu oleh peserta dan dituangkan dalam
akad.”
Apabila terjadi sebaliknya yakni defisit underwriting dana tabarru‟
maka pada praktenya PT. Asuransi BRI Life sebagai pengelola dana
memberikan pinjaman dalam bentuk qardh (pinjaman tanpa margin)
kepada dana tabarru‟. Untuk skema pinjaman dana perusahaan terhadap
dana tabarru‟ misalnya seperti reasuransi syariah dan pemberian
pinjaman dari dana unit usaha asuransi syariah. Dan apabila hal tersebut
sudah pulih dalam artian, ketika pada tahun berikutnya mendapatkan atau
terjadi surplus underwriting maka dana tersebut dikembalikan kepada
dana perusahaan (sebagai pengelola). Untuk penjelasan lebih lanjut,
sebagai berikut 92
:
91
Fatwa DSN-MUI No. 53 Tahun 2006 Tentang Akad Tabarru‟ pada Asuransi Syariah, hlm. 6-7 92
Ketentuan Umum Polis BRI Life Pasal 17 ayat 1-3, hlm. 8
97
“Pasal 17
Definisi Qardh
(Pinjaman Tanpa Margin)
1. Pengelola wajib memberikan pinjaman dalam bentuk qardh
kepada dana tabarru‟ dalam hal :
a. Tingkat solvabilitas dana tabarru‟ kurang dari jumlah
minimum yang dipersyaratkan;
b. Jumlah hasil investasi dari dana tabarru dan tijarah, lebih
kecil dari jumlah penyisihan/cadangan teknis dan
kewajiban Dana Kebajikan retensi sendiri dari dana
tabarru‟;
c. Terjadi selisih kurang atau defisit underwriting dana
Tabarru;
d. Dana tabarru‟ tidak cukup untuk membayar Dana
Kebajikankepada Peserta.
2. Dalam hal dana tabarru‟ tidak cukup untuk membayar Dana
Kebajikan kepada peserta sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf d, qardh wajib dibayarkan kedalam dana tabarru‟ secara
tunai/kas.
3. Pengembalian qardh kepada pengelola diberikan dari surplus
underwriting dan/atau dari dana tabarru‟.”
Hal tersebut sesuai berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia, dalam ketentuan tersebut membahas terkait defisit
underwriting dana tabarru‟. Jika terjadi defisit maka perusahaan dalam
hal ini, PT. Asuransi BRI Life sebagai perusahaan yang mengelola dana
tabarru‟ asuransi syariah mengatasinya dengan cara memberi pinjaman
(qardh), pinjaman tersebut berasal dari dana perusahaan. Yang nantinya
pinjaman (qardh) tersebut akan dikembalikan kepada dana perusahaan
(PT. Asuransi BRI Life) dan diperoleh dari surplus underwriting dana
tabarru‟. Untuk lebih jelasnya, sebagai berikut 93
:
93
Fatwa DSN-MUI No. 53 Tahun 2006 Tentang Akad Tabarru‟ pada Asuransi Syariah, hlm. 7
98
“ Keenam : Defisit Underwriting
1. Jika terjadi defisit underwriting atas dana tabarru‟ (defisit
tabarru‟), maka perusahaan asuransi wajib menanggulangi
kekurangan tersebut dalam bentuk qardh (pinjaman).
2. Pengembalian dana qardh kepada perusahaan asuransi
disisihkan dari dana tabarru‟.”
Keseluruhan praktek atau tata pelaksanaan pengelolaan dana
tabarru‟ pada produk asuransi syariah yang dijalankan PT. Asuransi BRI
Life sudah sesuai berdasarkan ketentuan fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia, dan peraturan-peraturan terkait lainnya, mulai
dari tata cara pembayaran, akad (perjanjian awal) yang digunakan,
kedudukan para pihak dalam akad tersebut, pengelolaan dana tabarru‟,
surplus underwriting, defisit underwriting.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan, sebagai berikut :
1. Dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber. Praktek pengelolaan
dana tabarru‟ pada produk asuransi syariah di kantor pusat PT. Asuransi
BRI Life Jakarta dilakukan dengan menggunakan unsur akad tabarru‟,
dan akad wakallah bil ujroh antara peserta asuransi syariah sebagai
pemilik dana dan perusahaan sebagai pengelola. Dari hasil pengelolaan
tersebut, perusahaan berhak mendapatkan ujroh atau fee. Setiap produk
memiliki akun dana tabarru‟ dan dana investasi, dan peserta dapat
100
memilih sesuai dengan kebutuhannya. Dana tabarru‟ dikumpulkan dalam
satu akun atau rekening, kemudian dana tersebut dialokasikan kepada
perusahaan-perusahaan yang sesuai syariah untuk diinvestasikan. Apabila
terjadi surplus, dana tabarru‟ akan dibagikan jika terjadi klaim atau
santunan kepada para peserta asuransi syariah yang memenuhi kriteria
atau ketentuan. Namun sebaliknya jika terjadi defisit, maka atas dasar
ketetapan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dan
ketentuan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) bahwa perusahaan wajib
melakukan qardh (pinjaman).
2. Tata pelaksanaan pengelolaan dana tabarru‟ pada produk asuransi
syariah di kantor pusat PT. Asuransi BRI Life Jakarta secara keseluruhan
sudah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia dan peraturan-peraturan terkait lainnya. Mulai dari tata cara
pembayaran, akad yang digunakan, kedudukan para pihak dalam akad,
surplus underwriting, dan defisit underwriting.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian terhadap pengelolaan dana tabarru‟ pada
produk asuransi syariah di kantor pusat PT. Asuransi BRI Life Jakarta
ditinjau dari fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia,
memberikan saran-saran yang kemungkinan dapat menjadi bahan
pertimbangan atau masukan. Adapun saran tersebut, sebagai berikut :
1. Unit usaha syariah di PT. Asuransi BRI Life perlu mempercepat spin off
(pemisahan) agar tidak menimbulkan kekhawatiran dari para peserta atau
101
calon peserta terkait pengelolaan dana, agar lebih terbuka dalam
transparansi pengelolaan dana tabarru‟ karena tabarru‟ merupakan dana
yang dimiliki peserta dan digunakan untuk peserta.
2. Sosialisasi dalam hal pemahaman masyarakat terhadap pentingnya
berasuransi yang syariah, perlu ditingkatkan kembali agar masyarakat
dapat mempersiapkan pendanaannya pada hari kemudian dan memiliki
prinsip saling tolong-menolong dengan masyarakat lainnya.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait surplus underwriting dan
defisit underwriting asuransi syariah agar masyarakat lebih memahami
hal tersebut.
102
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-undangan Dan Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia
Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.
Kitab Undang-undang Hukum Dagang.
Peraturan Menteri Keuangan No.18/PMK.010 tentang Penerapan Prinsip Dasar
Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip
Syariah.
Fatwa DSN-MUI No. 53 Tahun 2006 tentang Akad Tabarru‟ pada Asuransi
Syariah.
Fatwa DSN-MUI No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah.
Buku-buku
Abdulkadir. Hukum Asuransi Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006.
Ali Hasan, M. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam : Suatu Tinjauan Historis.
Jakarta: Prenada Media, 2004.
Ali, H. Zainuddin. Hukum Asuransi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Amrin, Abdullah. Asuransi Syariah. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006
Amrin, Abdullah. Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah. Jakarta: PT
Gramedia, 2011.
Anshori, Abdul Ghofur. Asuransi Syariah di Indonesia (Regulasi dan
Operasionalisasinya di dalam Kerangka Hukum Positif di Indonesia).
Yogyakarta: UII Press, 2007.
Ashshofa, Burhan. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
103
As-Safa, Burhan. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rieneka Cipta, 2004.
Azhar, Muhammad. Fiqh Kontemporer dalam Pandangan Neo-Modernisme
Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Berlinti, Yeni Salma. Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional dalam Siste
Hukum Nasional di Indonesia. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2010.
Comy R, Setiawan. Metode Penelitian Kualitatif-Jenis, Karakter, dan Keungg
ulannya. Jakarta: Grasindo, 2010.
Djojosoedarso, Soeisno. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat, 1999.
Fakultas Syari‟ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah. Malang: UIN Press, 2015.
Fakultas Syari‟ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah. Malang: UIN Press, 2012.
Hidayat, Taufik. Buku Pintar Investasi Syariah. Jakarta: Mediakita. 20011.
Hisan, Husain Hamid. Hukum asy-syari‟iyah Al-Islamiyah Fil Uqudi at-Ta‟min
Terjemahan Muhammad Syakir Sula. Jakarta: Firdaus, 1997.
Ismanto, Kuat. Asuransi Syariah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009.
Marzuki , Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2005.
Moleong, Lexy J. Metodelogi penelitian kualitatif. Jakarta: Ed. Rev. PT. Remaja
Rosdakarya, 2010.
Nopriansyah, Waldi. Asuransi Syariah. Yogyakarta: ANDI, 2016.
Rastuti, Tuti. Aspek Hukum Perajnjian Asuransi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Yustisia, 2011.
Saharuddin, Desmadi. Pembayaran Ganti Rugi pada Asuransi Syariah. Jakarta:
Prenada Media Group, 2015.
Solihin, Ahmad Irfan. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2010.
Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula..
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006.
104
Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan
Sistem operasional. Jakarta: Gema Insani Press, 2004.
Susyanti, Jeni. Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah. Malang: Empat Dua,
2016.
Wirdyaningsih. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2006.
Jurnal
Hasanah, Uswatun. Asurasni Dalam Perspektif Hukum Islam. Depok: Jurnal Ilmu
Syariah dan Hukum, 2013.
Puspitasari, Novi. Model Proporsi Tabarru‟ Dan Ujrah Pada Bisnis Asuransi.
Jember: Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 2012.
Saniatulisma, Hifi. Manajemen Risiko Dana Tabarru‟ PT. Asuransi Jiwa Syariah
Al Amin. Jakarta: JESTT, 2015.
Website
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-kegiatan-operasional-
perusahaan/12-01-2017.
https://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif/05-08-2017
Source“RepublikOnline”,http//www.takaful.co.id/public/news/titleindustri_keuan
gan_syariah_akan_bergerak_cepat_tahun_2014 di akses pada 29-11-2017.
https://www.merdeka.com/uang/5-fakta-di-balik-deretan-kasus-klaim-asuransi-
allianz-life-indonesia/kasus-asuransi-masuk-10-besar-terbanyak-
dilaporkan.html diakses pada 29-11-2017.
http://www.asuransisyariah.asia/Pengertian-Asuransi-Syariah.html diakses pada
29-11-2017.
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-kegiatan-operasional-
perusahaan diakses pada 12-01-2017.
http://accounting-media.blogspot.co.id/2014/06/pengertian-akad-tabarru-dan-
jenisnya.html?m=1, diakses pada 20 Februari 2018.
KBBI Online diakses pada 05-12-2016.
https://id.wikipedia.org/wiki/Asuransi/12-01-2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/Produk diakses pada 29-11-2017.
Lampiran 1
HASIL WAWANCARA
Nama : Pak Anto
Bagian : Operasional Kepesertaan
S: Bagaimana sistem operasional secara teknis dan pengelolaannya di perusahaan
ini ?
R: kalo secara teknis sama dengan konven cuman untuk pengelolaan
kontribusinya sedikit berbeda dan dasarnya asuransi syariah itu Share Risk jadi
berbagi risiko antar peserta, jadi antar peserta itu saling mengcover oleh karena
itu disebut ada dana tabarru‟ itu ya dana asuransi peserta tersebut. untuk
teknisnya sama aja mulai dari entry data, underwriting, kemudian melakukan
pembayaran, sampai cetak polis itu sama dengan konven hanya untuk
pengelolaan kontribusinya yang sedikit berbeda nanti di keuangannya.
S: Bagaiman mekanisme pengelolaan dana asuransi syariah di perusahaan ini ?
R: Untuk mekanisme pengelolaan dananya agak sedikit berbeda antara asuransi
syariah dengan asuransi konvensional. Kalo di syariah, untuk dana kontribusi
di bagi 3 (tiga) nanti, pertama masuk ke dana perusahaan; kedua masuk ke
dana tabarru‟; ketiga masuk ke dana investasi. Jadi nanti kontribusi itu pasti
masuk ke dana tabarru‟ dan dana perusahaan. Kalo untuk yang investasi
tergantung produknya
S: Apa perbedaan yang mendasar antara asuransi syariah dengan konvensional di
perusahaan ini ?
R: seperti yang sudah saya jelaskan tadi kalo syariah share risiko, kalo di konven
transfer risiko. Jadi kalo di konven, risiko yang di tanggung oleh nasabah atau
peserta akan di tanggung oleh perusahaan; berbeda dengan konsepnya syariah,
dimana peserta itu risikonya di tanggung bersama dengan peserta lainnya, oleh
karenanya ada istilah kalo dana tabarru‟ itu digunakan untuk mengcover
peserta yang satu dengan peserta lainnya, semisal dalam satu kelompok dalam
dana tabarru‟ ada 5 (lima) orang, yang satu mengalami kecelakaan dan
meninggal dunia, dana untuk santunan tersebut bukan di ambil dari dana
perusahaan akan tetapi diambil dari dana Tabarru‟ (dana kumpulan dari para
peserta tersebut). kalo di konvensional itu untuk dana santunannya memakai
dana perusahaan; untuk secara teknis produk antara asuransi syariah dan
konvensional sama, yang membedakan hanya dalam istilahnya saja. Saya kira
perbedaannya disitu.
S: Apa saja akad-akad asuransi syariah yang digunakan pada perusahaan ini ?
R: Jadi akadnya itu ada banyak ya. Ada akad Tabarru‟ (dana kontribusi yang
dikelola oleh perusahaan, dimana dana tersebut digunakan untuk peserta
asuransi tersebut, jadi perusahaan tidak boleh sedikitpun mengambil dana ini);
akad tijarah, ya ini secara kolektif saja tujuannya untuk komersiil, biasanya
senjenis biaya fee untuk perusahaan; akad mudharabah, biasanya itu untuk bagi
hasil dari dana Tabarru‟ tadi, jadi semisal perusahaan tidak pernah ada klaim
sama sekali nih dalam setahun syaratnya, berarti kan ada kelebihan nih
dananya nah nanti ada istilah bagi hasil, jadi perusahaan, semisal peserta
asuransi ada kelebihan (jadi dana tabarru‟ itu kan dikelola kemudian di
investasikan) karena tidak ada sama sekali klaim maka dia dapat Reward
dalam bentuk Profit jadi ada bagi hasilnya biasanya disebut Sharing Profit.
S: Bagaimana alokasi dana untuk instrumen investasinya ke perusahaan mana saja
?
R: Kalo instrumen yang saya tau kalo di Reksadana kita memakai BNP Paribas
Persona Syariah, Liquid Syariah dll, rata-rata berbasis syariah perusahaannya.
S: Siapa saja pihak-pihak yang berhak mendapatkan hasil dari dana Tabarru‟ ?
kemudian bagaimana sistem pembagiannya ?
R: Jadi untuk pembagiannya memakai presentase yang punya hak adalah mereka
yang memiliki polis, biasanya rata-rata kalo itu produk kumpulan. Untuk
persentase tidak menentu tergantung pada hasil akhirnya untung atau rugi.
S: apakah dana kontrribusi dari setiap produk yang berasal dari jenis akad tabarru‟
dengan akad mudharabah terpisah ?
R: terpisah
S: Bagaimana jika terjadi surplus underwriting atau defisit underwriting atas dana
tabarru‟ di perusahaan ini ?
R: nah seperti yang sudah saya jelaskan tadi profit sharing, jadi ada kelebihan dari
dana tabarru‟ yang nantinya kelebihan itu dibagikan lagi kepada para peserta,
perusahaan juga mendapatkan fee nantinya, jadi memang tujuan adanya
underwriting itu untuk pemasukan perusahaan. kalo untuk persenannya seperti
yang sudah saya jelaskan tadi tergantung dari hasil akhir dan syaratnya itu
tidak ada klaim sama sekali intinya dalam waktu setahun jika tidak ada yang
melakukan klaim maka akan mendapatkan Profit Sharing tersebut. kalo terjadi
defisit underwriting atau kekurangan kita akan mengambil atau meminjam dari
dana perusahaan untuk menutupi defisit tersebut sementara nanti kalo sudah
pulih akan di kembalikan, jadi faktor terjadinya defisit karena banyak peserta
yang klaim.
Nama : Pak Hery
Bagian : Layanan Operasional
S: Apa yang anda ketahui mengenai sejarah asuransi syariah di PT. Asuransi BRI
Life ?
R: Jadi, terkait dengan sejarah asuransi syariah di BRI Life. Saya terlebih dahulu
menceritakan induk perusahaannya ya. Jadi dulu namanya bukan asuransi BRI
life tapi masih atas nama PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa sejahtera yang
dimiliki oleh dana pensiun Bank BRI. Pada tahun 2015, itu terjadi akuisisi
yaitu saham Bringin Life diambil oleh Bank BRI langsung jadi sekarang
sahamnya itu 99% dimiliki oleh Bank BRI dan sebagian dimiliki oleh Yayasan
Kesejahteraan Pegawai Bank BRI. PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera
itu berdiri tahun 1988 dengan izin usaha SK Menteri keuangan. Dengan
berjalannya waktu, dikarenakan produk syariah itu sudah mulai berkembang
pada tahun 2003 BRI Life mendirikan unit usaha syariah dengan modal yang
sangat minim. Tapi saya tidak tahu persis nominal modalnya. Pada tahun
tersebut awalnya masih satu kantor cabang. Pada tahun 2005 sudah mulai
membuka kantor-kantor cabang asuransi syariah.
S: Apa yang anda ketahui terkait asuransi syariah di perusahaan ini dengan
perusahaan lainnya ?
R: Kalo untuk produk saya kira hampir sama ya. Yang membedakan itu dari sisi
layanan. Untuk layanan dari sisi teknologi di perusahaan ini sudah di support
oleh sistem yang cukup canggih karena setiap pekerjaan mulai dari enfy
sampai klaim itu sudah menggunakan sistem online; yang kedua, dari nama
besar BRI ya karena ada nilai plus tersendiri, pada saat sebelumnya dimiliki
oleh dana pensiun BRI sekarang berubah sahamnya dimiliki oleh Bank BRI
langsung, oleh karena itu nama besar BRI menjadi kelebihan dari perusahaan
ini; yang ketiga, dari sisi biaya kita bisa teller med dalam artian sesuai
permintaan peserta (masih ada negosiasi), untuk produk kumpulan.
S: Apa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional di perusahaan
ini (PT. Asuransi BRI Life) ?
R: Asuransi syariah dengan konvesional keliatannya memang hampir sama ya,
yang membedakan dari sisi bahasa contoh seperti di dalam surat biasanya ada
yang pake bismillah ada juga yang engga kan ya. Tapi kalo dari segi bahasa
sendiri berbeda contoh seperti istilah dalam asuransi konvensional uang
pertanggungan kalo di asuransi syariah itu dana kebajikan. Perbedaan yang
paling mendasar adalah kalo di konvensional nasabah itu akan mentransfer
risiko dari tertanggung kepada penanggung berbeda dengan syariah,
menggunakan Sharing Risk yaitu proses saling menanggung antara satu peserta
dengan peserta lainnya, ini biasanya dimasukkan ke dana Tabarru‟ ya. Jadi
dana Tabarru‟ itu untuk kepentingan bersama sebagai peserta apabila terjadi
risiko meninggal, baik normal ataupun karena kecelakaan itu akan diambil dari
dana Tabarru‟ oleh karena itu dinamakan sharing risk. Nah kalo transfer risk
itu, sumber biaya klaim itu dari rekening perusahaan, kalo sharing risk itu
sumber biaya klaim itu dari dana tabarru‟. Dana yang terkumpul dari premi
nasabah itu sepenuhnya milik perusahaan (konvensional) jadi perusahaan bebas
manaruh investasinya berbeda dengan syariah, dana yang terkumpul dari
kepesertaan dalam bentuk iuran peserta atau kontribusi terbagi menjadi 3 yaitu
dana Tabarru‟, dana investasi, dana perusahaan. Dana investasi itu terkait
dengan produk yang ada tabungannya dimana sebagian dananya itu masuk
dana tabarru‟ dan sebagiannya masuk dana investasi. Kalo dana perusahaan itu
kaitannya dengan ujrah (upah). Kalo di konvensional investasinya tidak
dibatasi halal atau haramya sedangkan di syariah investasinya harus sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan dan Fatwa DSN-MUI berkaitan dengan
produk investasi yang berbasis syariah.
S: Apakah asuransi syariah dengan konvensional d perusahaan ini sudah terjadi
Spin Off ?
R: Sebenarnya di PT. Asuransi BRI Life belum terjadi Spin Off akan tetapi, sudah
mengarah untuk Spin Off
S: Apa pendapat anda terkait mengapa terjadi spin off ?
R: Karena sudah aturan dari OJK kalo tidak salah paling lambat itu 2024 itu sudah
harus spin off. Nah kalo di BRI Life itu targetnya paling 2020 sudah bisa spin
off.
S: Alasan adanya spin off yang anda ketahui seperti apa ?
R: Pertama mungkin ingin lebih membesarkan industri asuransi syariah di
Indonesia jadi tidak hanya sebagai unit usaha akan tetapi sudah berbadan
hukum sendiri; yang kedua, agar lebih jelas dalam artian badan hukumnya
berizin syariah, produknya syariah, semua serba syariah. Berbeda dengan unit,
karena di khawatirkan terdapat indikasi dana yang dikelola itu tercampur
semisal terkait investasinya semisal masih disatukan dengan satu enfy di
khawatirkan tercampur dananya walaupun sebenarnya investasi tersebut tetap
di syariah. Jadi kalo sudah Spin Off itu bisa lebih fokus untuk syariah.
S: Bagaimana struktur organisasi di perusahaan ini ?
R: untuk sturktur organisasi di perusahaan ini; yang pertama ada komisaris ya,
komisaris utama dan wakil, kemudian juga ada komisaris independen; yang
kedua, ada Dewan Pengawas Syariah (DPS) selain komisaris juga ya, yang
diketuai oleh Dr. KH. Muhammad Hidayat, kemudian ada anggotanya yaitu
Ibu Siti Haniatunnisa dan Bapak Ir. H. Agus Haryadi; yang ketiga, di bawah
komisaris ada direksi ya itu ada bapak Riyanto sebagai Dirut (Direktur Utama),
kemudian ada bapak Sugeng Sudibjo sebagai Direktur Bisnis Asuransi
Korporasi Syariah, kemudian ada Bapak Ansar Arifin tiu sebagai Direktur
Operasional dan Teknologi informasi, kemudian ada kemudian ada Ibu
Fabiola sebagai Direktur Pemasaran, kemudian ada Bapak Khairi Setiawan
sebagai Direktur MSDM (Manajemen Sumber Daya Manusia) dan Kepatuhan,
kemudian ada Bapak Sodo Harisetyanto sebagai Direktur Keuangan dan
Umum. Jadi sturktur organisasinya seperti itu.
S: Bagaimana sistem operasional di perusahaan ini pak?
R: terkait sop ya itu sudah dibakukan di dalam BPO kita ya, pedoman operasional
kita baik itu konvensional maupun syariah. Jadi memang kalo di syariah sendiri
kan hampir semua sendiri ya, berbeda dengan konvesional memang ada divisi-
divisi yang memang cukup besar cakupannya. Jadi kalo di syariah memang
seperti perusahaan sendiri sebenarnya mulai dari pembukuan, kepesertaan,
semuanya itu terpisah walaupun strukturnya masih unit usaha.
S: Bagaimana mekanisme pengelolaan dana di perusahaan ini pak (khususnya
pengelolaan dana Tabarru‟ ?
R: Pengelolaan dananya terpisah ya konvensional dengan syariah. Memang di
BRI Life itu ada komite investasi, jadi mekanismenya biasanya ada tim untuk
pengelolaan dana investasi syariah yang merekomendasikan investasi tersebut
akan ditempatkan kemana dan yang pastinya berbasis syariah seperti reksadana
syariah, sukuk, dan kalo deposito kita juga tempatkan ke Bank-bank nasional
yang syariah. Jadi penempatan instrumen investasi antara asuransi syariah
dengan konvensional berbeda (terpisah).
S: Terkait instrumen investasi atau portofolio tersebut di tempatkan ke perusahaan
apa saja ?
R: Untuk penempatan portofolio di syariah, jadi memang sebagian besar itu di
masukkan ke Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ya kurang lebih ada
48,10%, kemudian ada sukuk kurang lebih ada 22,31%, reksadana syariah
10,85%, deposito 18,74%. Nah untuk alokasinya kemana aja, kalo deposito itu
kita tempatkan di Bank BRI Syariah dan di Bank BTN syariah; kalo untuk
reksadana manager fund ada di Schroders Syariah Balance Fund (Campuran),
Mandiri Investasi Syairah berimbang (Campuran), BNP Paribas Pesona
Syariah (Pasar Saham), Manulife Syariah Sektoral Amanah (Pasar Saham),
Trimegah Kas Syariah (Pasar Uang); kalo Obligasi kita ada Sukuk Ijarah PLN,
Sukuk Ijarah Summarecon Agung, Bank Muamalat, Bank BRI Syariah dan
Obligasi-obligasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah ya. Semuanya itu
berprinsip syariah.
S: Siapa saja pihak-pihak yang berhak mendapatkan hasil dari dana Tabarru‟
yang di investasikan ? Dan bagaimana sistem pembagiannya ?
R: Jadi hasil dari dana tabarru‟ ini lebih di prioritaskan ke dana Tabarru‟ tersebut.
ada yang ke dana tabarru‟, sebagian ada yang ke dana peserta (maksudnya
dana investasi), dan juga ada yang ke dana perusahaan. Untuk proposional
pembagiannya saya kurang tahu persis berapa-berapanya.
S: Apakah akad tabarru‟ (dana kebajikan) dengan akad mudharabah
(tabungan/Saving) dalam setiap produk, dana kontribusinya sama atau terpisah
?
R: Itu terpisah, karena seperti yang sudah saya jelaskan tadi ada dana tabarru‟, dan
dana investasi peserta.
S: Bagaimana jika terjadi Surplus Underwriting atau Defisit Underwiting atas
dana tabarru‟ ?
R: Jadi apabila terjadi Surplus Underwriting ya seperti yang saya jelaskan tadi
proporsional juga pembagiannya antara dana Tabarru‟, dana investasi peserta,
dan dan perusahaan. Akan tetapi apabila defisit otomatis akan Qardh jadi
melakukan pinjaman dana kepada pusat (konven) untuk menutupi defisit
karena kita masih satu struktur belum Spin Off.
S:.Bagaimana jika terjadi Reversing Periode (masa diperbolehkannya peserta
untuk membatalkan kontrak dan mengambil kontribusi yang telah dibayarkan
atau sebaliknya?
R: untuk membatalkan kontrak berarti peserta akan mendapatkan nilai tunai dari
pengembalian kontribusi yang sudah dibayarkan. Karena di syariah harus jelas
ya kontraknya sekian, kalo semisal peserta ingin tutup di tahun sekian, itu
tertera nilai tunainya. Dan misalnya kalo di ambil pada saat akhir kontrak itu
sesuai nilai investasinya. Sorry, sama nilai tunai itupun sebenarnya juga tidak
fix ya artinya tergantung kalo itu ada unsur tabungan itu tidak fix juga
tergantung nanti hasil investasinya berapa. Intinya tidak di tetapkan kalo di
syariah, berbeda dengan konven, kalo di konven sudah jelas misalkan garanted
bunga 7% . jadi di awal akadpun dalam produk syariah sudah di jelaskan
bahwa tidak ada garanted bunga, jadi tergantung mau writing yang berapa.dari
hasil kontribusi yang sudah dibayarkan itu otomatis dikurangi dengan biaya-
biaya bulanan yang ada di BRI Life Syariah.
S: Apa yang anda ketahui mengenai cara kerja DPS (Dewan pengawas Syariah) di
perusahaan ini ?
R: Cara kerja DPS itu prioritasnya lebih kepada kebijakan atau aturan-aturan baru
yang di keluarkan oleh OJK atau aturan-aturan yang berkaitan oleh DSN-MUI.
Biasanya kalo ada aturan baru maka perlu didiskusikan antara DPS dengan
pengelola unit syariah, termasuk juga misalkan dengan produk-produk baru itu
bagaimana respon di pasaran apakah layak atau tidak untuk di pasarkan dan
pastinya harus sesuai syariah.
Lampiran 2
SUASANA KANTOR PUSAT DIVISI OPERASIONAL SYARIAH PT.
ASURANSI BRI LIFE JAKARTA
Lampiran 3
KETENTUAN UMUM POLIS PT. ASURANSI BRI LIFE
Lampiran 4
SURAT PENELITIAN