Pengel. Sampah

download Pengel. Sampah

of 82

description

Pengel. Sampah

Transcript of Pengel. Sampah

I

I. SAMPAH DAN CARA PENGELOLAANNYA

Persoalan sampah ternyata bukan hanya merupakan masalah yang selalu timbul di kota-kota besar atau di tempat pemukiman padat. Di dalam kapal ruangan angkasa yang sangat terbatas penduduknya, sampah-sampah yang dihasilkan oleh para Astronot tetap membawa banyak persoalan. Sehingga tidak mengherankan kalau NASA (Lembaga Penerbangan Angkasa Luar), Amerika Serikat, harus banyak mengerahkan tenaga peneliti dan menguluarkan biaya banyak untuk mengatasinya.

Di dalam salah satu wawancara dengan para wartawan di Jakarta, Menteri Negara KLH Prof. Emil Salim, menyatakan kecemasannya tentang masalah sampah. Karena sejauh ini ternyata hanya sebagian dari produksi sampah yang dapat di kelola (diangkut) oleh Dinas Kebersihan dengan jalan dibuang atau dipindah tempatkan ke tempat-tempat pembuangan sampah yang telah ditentukan. Keadaan ini akan lebih mencemaskan lagi dengan semakin tinggi produksi sampah di kota-kota besar yang terdiri dari benda-denda yang sukar hancur seperti botol, plastik dan sebagainya. Karena sampah semacam ini yang nantinya akan menajdi penyebab utama penyumbatan saluran air ataupun akibat-akibat merugikan lainnya.

Kecemasan bahwa sampah akan menjadi krisis baru dunia di tahun 2000-an, sangat beralasan kalau mengingat bentuk sifat serta jumlah dari banyak sampah yang dihasilkan, semakin lama semakin meningkat. Sehingga beralasan pula kalau pendapat para ahli persampahan bahwa di tahun 2000-an tersebut, laut-lautpun akan banyak dipenuhi oleh sampah.

Secara terbatas yang disebut sampah hanya merupakan tumpukan bekas dan sisa tanaman (daun-daun gugur, sisa sayuran, sisa pertanian) ataupun sisa dan kotoran hewan, serta benda-benda lain yang setiap saat dibuang. Tetapi secara luas, segala benda yang akhirnya di buang yang disebut sampah. Sehingga berdasarkan batasan tersebut sampah dapat digolongkan berdasarkan sumber, bentuk, sufat, jenis dan jumlah.

Berdasarkan kepada Sumbernya, sampah digolongkan kepada dua kelompok besar yaitu:

(1) Sampah Domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan oleh akibat kegiatan manusia secara langsung : dari rumah tangga, pasar, sekolah, pusat keramaian, pemukiman, rumah sakit dan sebagainya.

(2) Sampah non-domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan oleh kegiatan manusia secara tidak langsung : dari pabrik, industri pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, transportasi dan sebagainya.

Berdasarkan kepada bentuknya, sampah digolongkan kepada tiga kelompok besar yaitu:

(1) Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa tanaman, hewan kotoran ataupun benda-benda lain yang bentuknya padat.

(2) Sampah cair, yaitu sampah yang berasal dari buangan pabrik, industri, pertanian, perikanan, peternakan ataupun manusia yang berbentuk cair, mis. Air-buangan, air-seni dan sebagainya.

(3) Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraan bermotor, cerobong pabrik dan sebagainya yang kesemuanya berbentuk gas atau asap.

Berdasarkan kepada jenisnya, dikenal ada dua kelompok sampah yaitu:

(1) Sampah organik, yaitu jenis sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa organik (sisa tanaman, hewan ataupun kotoran).

(2) Sampah anorganik, yaitu jenis sampah yang tersusun oleh senyawa anorganik (plastik, botol, logam dan sebagainya).

Dari jenis sampah dikenal pula sifatnya ke dalam dua kelompok sampah yaitu:

(1) Sampah yang bersifat degradabel, yaitu sifat sampah yang secara alami dapat/mudah diuraikan oleh jasad hidup (khususnya mikroorganisme). Pada umumnya jenis sampah organik termasuk ke dalam kelompok ini.

(2) Sampah yang bersifat non-degradable, yaitu sifat sampah yang secara alami sukar atau sangat sukar untuk diuraikan oleh jasad hidup. Pada umumnya jenis sampah anorganik termasuk ke dalam kelompok ini.

Dari Segi sifat penguraian oleh jasad hidup, sebenarnya hampir semua sampah, baik organik maupun anorganik, dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Misalnya kaca, besi, batu ataupun benda-benda anorganik lainnya dapat diuraikan oleh jasad hidup. Hanya waktu yang dibutuhkan untuk pengurainnya ini lama atau sangat lama.

Dari segi jumlah rata-rata per penduduk terhadap sampah yang dihasilkan, tiap tempat, daerah ataupun negara mempunyai angka yang bervariasi tergantung kepada :

(1) Letak tempat misalnya pusat kota, pinggiran ataupun pedesaan.

(2) Bentuk sifat dan tempat, misalnya perumahan mewah, perumahan kompleks, perkampungan padat, perumahan disekitar pusat perdagangan dan sebagainya.

(3) Bentuk dan sifat penghuni, antara lain menyangkut latar belakang pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.

Dari data-data hasil yang sejak tahun 1963 dikumpulkan dilingkungan ITB, jumlah rata-rata yang dihasilkan penduduk perhari yaitu:

(1) Antara 150-350 gram sampah berbentuk sisa-sisa tanaman ataupun hewan (sumber rumah tangga), antara 350-575 gram sampah berbentuk guguran daun, kertas, dan sebagainya (sumber keramaian kota, jalan, pasar, dan sebagainya). Jumlah ini akan meningkat kalau musim buah-buahan berlangsung.

(2) Antara 125-300 gram sampah berbentuk tinja (kotoran manusia) dan antara 0.75-1.25 liter air-seni (urin).

Jumlah di atas belum terhitung sampah yang berasal dari hewan ternak, sisa pertanian (antara lain kebun-kebun pekarangan), ataupun sumber-sumber lainnya.

Tetapi dari segi komposisi sampah yang setiap saat dapat dihasilkan penduduk, ternyata sangan dipengaruhi oleh musim (hujan, kemarau, buah-buahan, hari raya dan sebagainya) dan oleh tingkatan penghuni/masyarakat (perkampungan, perkotaan, pinggiran dan sebagainya).

Sangat menonjol dalam presentase komposisi sampah rata-rata yang setiap dihasilkan adalah : sisa-sisa tanaman (umumnya dari bekas sayuran : lebih dari 60%) sisa-sisa pembungkus (umunya kertas dan plastik : antara 15-20%) dan sisa barang atau benda terbuang (keranjang, kalneg, gelas, keramik, dan sebagainya).

Masalah khusus yang perlu dikemukakan adalah tinja (tahi, kotoran, feses).

Ditinjau dari susunan dan kandungan hara di dalamnya, tinja merupakan sumber pupuk organik yang paling lengkap dan baik untuk jenis tanaman.

Sejak 2000 tahun yang lalau, para petani Cina secara tradisi telah umum menggunakan tinja sebagai pupuk sayuran. Kebiasaan ini kemudian banyak digunakan oleh petani sayuran China yang berada di Indonesia, antara lain dalam bentuk menampung air selokan yang datang dari daerah pemukiman ke tempat penanaman sayurannya.

Hongkong misalnya, negara pertama di dunia yang mengekspor tinja ke RRC. Masalah tinja di Hongkong merupakan persoalan yang cukup serius mengingat negara kecil dengan penduduk yang sangat padat. Sehingga sangat sulit untuk mencari tempat pembuangan tinja. Maka dengan pengolahan sederhana (antara lain berbentuk kolom oksidasi) tinja Hongkong kemudian di ekspor ke RRC.

Masalah tinja mempunyai persoalan sendiri di dalam deretan sampah kota. Karena di dalam tinja sendiri sudah terkandung sekian banyak jasad hidup berbentuk bankteria, fungi dan virus, banyak diantaranya yang bersifat patogen dan penghasil racun. Sebagai contoh, di dalam tinja setiap hari dihasilkan manusia (antara 125-300 gram) terkandung sejumlah 300-milyar bakteri golongan coli, yaitu golongan bakteri yang kehadirannya di dalam air minum, bahan makanan dan tempat-tempat lain sangat tidak diharapkan. Jumlah sama akan pula dihasilkan di dalam tinja untuk bakteri-bakteri penyakit muntaber kalau si penghasil sedang sakit.

a. Kandungan di dalam sampah.Seperti di dalam bahan-bahan hayati lainnya, maka di dalam sampah pun terkandung senyawa kimia yang terdiri dari air, organik, anorganik dan sebagainya yang persentasenya tergantung kepada sifat dan jenisnya.

Dari beberapa data analisa yang telah dilakukan di lingkungan ITB, kandungan kimia sampah antara lain, sebagai berikut :

(1) Sampah berbentuk sisa tanaman .

Air

10-60 %

Senyawa organikl

25-35 %

Nitrogen (N2)

04-1.2 %

Fosofor (P2 O5)

0.2-0.6 %

Kali (K2 O)

0.8-1.5 %

Kapur (C20)

4-7 %

Karbon

12-17 %

(2) Sampah berbentuk kotoran manusia

TinjaAir-seni

Air

Senyawa Organik

Nitrogen

Fosfor

Kali

Kapur

Karbon

66 80 %

88 97 %

5 7 %

3 6 %

1 5 %

4 5 %

40 55 %93 96 %

65 85 %

15 19 %

2 - 5 %

3 5 %

4 - 6 %

11 17 %

Dari contoh kandungan tersebut, di ITB pernah dihitung Nilai sampah kota Bandung yang berpenduduk lebih kurang 1.500.000 orang (1970-an) menjadi nilai pupuk N-P-K (jenis pupuk yang sangat dibutuhkan oleh petani) berdasarkan perhitungan yang trelah dibuat oleh Lembaga Humus Braunschweig (1976)

(a) Setiap hari, (tahun 1970-an), minimal kota Bandung akan menghasilkan sampah sebanyak :

450.000 Kg sampah segar (sisa tanaman/hewan)

375.000 Kg sampah berbetnuk tinja

750.000 Liter sampah berbentuk air-seni

(b) Menurut Lembaga Humus, kandungan rata-rata sampah adalah

NPK

Sampah biasa

Tinja

Air-seni0.5

5.0

10.00.4

4.0

3.51.0

2.0

3.5

(c) Nilai sampah kota Bandung setiap hari dalam bentuk unsur-unsur tersebut adalah :

19.000 Kg berbetnuk unsur N

14.000 Kg berbentuk unsur P

12.000 Kg berbentuk unsur K

(d) Kalau pupuk urean mengandung 46% N, pupuk DS mengandung 45% P, dan pupuk ZK mengandung 48% K, maka nilai sampah kota Bandung dalam bentuk pupuk setiap hari adalah :

39.000 Kg Urea

26.000 Kg DS

29.000 Kg Zk

Sehingga dapat dibayangkan, berapa jumlah nilai uang yang setiap hari di buang dalam bentuk sampah yang/belum dimanfaatkan, untuk penduduk bandung yang berpenghuni 1-juta orang tersebut.

Senyawa kimia yang terkandung di dalam sampah, merupakan sumber senyawa bagi kehidupan makhluk hidup, khususnya mikroorganisme. Sehingga tidak mengherankan kalau didalam sampah terkandung pula kehidupan yang tersusun oleh bakteria dan jamur (paling besar), kemudian protozoa, cacing, virus, mikrialge serta serangga.

Pada umumnya kelompok kehidupan yang didapatkan dalam sampah tersusun oleh:

(1) Kelompok pengurai, umunya tersusun oleh bakteria dan jamur yang mampu untuk mengurai senyawa organik mnejadi senyawa atau unsur lain yang lebih sederhana .

(2) Kelompok patogen penyebab penyakit, umumnya tersusun oleh bakteria, jamur, virus dan protozoa penyebab penyakit perut, kulit dan pernafasan.

(3) Kelompok penghasil racun, umumnya tersusun oleh bakteria dan jamur yang dapat menyebabkan keracunan pada air ataupun bahan makanan.

(4) Kelompok pencemar, umumnya kalau pada sampah tersebut dikenai oleh kotoran manusia ataupun hewan, atau kehadiran lumpur/air selokan.

Untuk kelompok pengurai, kehadiran di dalam sampah sangat menguntungkan, karena berfungsi antara lain di dalam penurunan volume atau berat sampah serta proses pengomposan. Tetapi berbeda dengan kelompok jasad lainnya, kehadirannya di dalam sampah justru membawa kerugian, baik dalam bentuk adanya wabah penyakit (muntaber), kasus keracunan, ataupun penurunan nilai kebersihan, kesehatan dan sanitasi lingkungan secara menyeluruh.

Belum lagi masalah di dalam estetika lingkungan, karena tumpukan sampah merupakan tempat yang paling ramai dikunjungi dan dihuni oleh berbagai jenis hewan yang menjijikan atau membahayakan: lalat, cacing, tikus serta hewan-hewan kecil lainnya.

Adanya kebiasaan pada umumnya masyarakat Indonesia yang masih belum dapat dihilangkan, yaitu : membuang sampah seenaknya di selokan atau sungai di pinggir pekarangan rumah.

Untuk satu dua kali tidak atau belum terasa akibatnya, tetapi berbeda kalau dilakukan beberapa kali secara rutin, maka jumlahnya kian menumpuk. Begitu musim hujan datang, tumpukkan sampah tersebut akan menjadi benda penghalang kelancaran aliran selokan, yang akibatnya :

a. Air selokan meluap ke pekarangan rumah, sehingga bukan saja pekerangan menjadi becek dan kotor tetapi tidak mustahil pula segala jenis sampah dan kotoran selokan tersebut terbawah kembali ke pekarangan rumah. Maka minimal pekerangan akan menjadi sumber bau-bauan yang menusuk hidung, banyak lalat, atau lebih jauhnya lagi wabah penyakit akan berjangkit.

b. Air selokan meluap pula ke jalan di depan atau sekeliling rumah. Akibatnya jalan cepat rusak, berlubang dan becek, bukan saja kendaraan yang lewat cepat rusak, tetapi kecelakaan sering terjadi pada jalan berlubang atau becek.

Kalau kmudian tumpukan sampah pada selokan terbawa ke dalam sungai, maka jadilah tumpukkan sampah tersebut sebagai pulau terapung. Kehadiran pulau terapung pada kawasan kota yang kecil atau sempit dapat menyebabkan:

(a) Di musim kemarau akan menghambat jalan aliran air, sehingga akibatnya perkembang biakan nyamuk serta binatang berbahaya lainnya terjadi dengan leluasa. Akibatnya bukan saja nilai kebersihan, sanitasi dan estetika lingkungan akan turun, juga wabah penyakit (malaria) seriang terjadi.

(b) Di musim penghujan, kehadiran pulau terapung juga akan menghambat aliran air. Sehingga air meluap ke luar, melanda jalan, perkampungan kota, pusat perdagangan, dan sebagainya. Akibatnya malapetaka besar akan terjadi, dan biasanya diikuti oleh terjadinya wabah-wabah penyakit (muntaber).

Kerugian yang diakibatkan sampah, dapat pula terjadi dalam bentuk korosi (pengkaratan) terhadap benda-benda logam (misal tiang jembatan, pipa air, dan sebagainya) terhadap pelapukan bambu atau kayu, terhadap degradasi (penguraian) senyawa aspal, cat, dan sebagainya, juga terhadap kemungkinan terjadinya proses blooming (pertumbuhan massa mikroalge yang merugikan secara hebat/gejolak pada permukaan air) baik pada kolam ikan ataupun tempat-tempat penyimpanan air, ataupun terhadap proses kecepatan eutrofikasi/pendangkalan (danau, kolam, reservoir dan sebagainya).

Walau belum secara terperinci ditelit, cukup tinggi kerugian PAM (Perusahaan Air Minum) yang melakukan pipa-pipanya pada tempat yang ada/berdekatan dengan timbunan sampah. Juga hal yang sama akan terjadi terhadap kabel-kabel telepon atau listrik.

c. Manfaat Sampah

Sampah, apapun jenis dan sifatnya, mengandung senyawa kimia yang sangat diperlukan oleh manusia secara langsung atau tidak langsung. Yang penting. Sampai berapa jauh manusia, dapat menggunakan dan memanfaatkannya.

Penggunaan dan pemanfaatan sampah untuk kesejahteraan manusia, sudah sejak lama dilakukan, antara lain :

(1) Sebagai pengisi tanah.

Sudah bukan hal yang aneh kalau di Jakarta sekarang pertumbuhan tempat-tempat pemukiman yang baru asalnya rawa ataupun tanah berair lainnya. Maka akibat adanya timbunan sampah yang kemudian dibenahi kembali, kalau rawa dan tanah-tanah berlubang akhirnya menjadi tempat pemukiman.

(2) Sebagai sumber pupuk organik.

Kompos adalah sejenis pupuk organik yang sangat dibutuhkan khususnya oleh petani sayuran. Tanpa kompos, belum tentu petani lembang, Pengalengan, Cipanas, Pacet dan sebagainya akan menghasilkan kubis, wortel, buncis, serta jenis sayuran lainnya. Kompos banyak di buat dari sampah, walaupun akhir ini kehadiran plastik merupakan masalah yang belum sepenuhnya teratasi.

(3) Sebagai sumber humus.

Mempertahankan atau bahkan mempertinggi sifat fisik tanah, merupakan tujuan utama para petani. Apalagi kalau bentuk dan sifat tanahnya kurang subur atau kering. Kehadiran senyawa organk dalam bentuk humus di dalam tanah, dapat mempertahankan atau mempertinggi sifat fisik tanah. Dengan sifat fisik tanah yang baik, maka kemampuan tanah untuk menyerap dan mempertahankan air, serta efisiensi penggunaan pupuk, dapat terjadi dengan baik. Penggunaan sampah sebagai sumber humus telah sejak lama dipergunakan dengan hasil yang sangat memuaskan.

(4) Sebagai media penanaman jamur.

Jamur misalnya dari jenis jamu kompis, :jamur merang, shiitake, dan jamur tiram, tumbuh dan berkembang pada bahan organik. Penggunaan sampah sebagai media/tempat penanaman jamur telah dapat dibuktikan dengan hasil yang memuaskan.

(5) Sebagai penyubur plankton.

Plankton, antara lain hewan dan tanaman bersel tunggal, merupakan makanan utama ikan.

Kolom-kolom ikan yang terletak di daerah selatan kota Bandung (Tegallega, Cibaduyut, dan sebagainya) dikenal sebagai kolam yang sangat subur. Air untuk kolam tersebut datang dari kota Bandung, yang didalamnya terkandung berbagai macam sampah organik. Akibatnya palnkton-plankton di dalam kolam yang banyak membutuhkan sumber makanan yang berasal dari sampah, sangat subur pertahanannya. Dengan suburnya plankton, maka subur pula pertumbuhan dan perkembangan ikan yang ada di dalamnya, karena plankton sumber utama makanan ikan. Dengan adanya bahan sampah ke dalam ikan akan meningkatkan hasil telah dibuktikan sejak lama oleh peternak ikan di India dan Pakistan yang sengaja menambahkan sampah ke dalam kolamnya.

(6) Sebagai bahan pembuat biogas.

Di dalam program hemat energi/sumber nergi baru, saat ini berbagai bahan telah dicoba digunakan untuk dijadikan sumber energi. Juga sampah, peranan sampah di dalam program penyediaan energi telah sejak lama diketahui, yaitu:

(a) Sebagai bahan bakar untuk penggerak mesin pembangkit listrik (sejak tahun 1921 telah dicoba digunakan di Prancis di dalam instalasi pembakaran sampah kota).

(b) Sebagai bahan untuk proses fermentasi nonalkoholik di dalam pembuatan biogas, walaupun terhadap sampah harus ada penambahan sumber Nitrogen mengingat kandungannya rendah/sangat rendah. Karena salah satu syarat dasar di dalam proses pembuatan biogas adalah C/N-rasio antara 20-25, sedang pada sampah di atas 40, sehinga untuk menurunkan diperlukan sumber N baru, baik berbentuk kotoran (hewan atau manusia) ataupun pupuk (Urea).

(7) Sebagai bahan baku pembuatan bata.

Jepang dan Jerman barat adalah merupakan negara pelopor penggunaan sampah sebagai bahan baku di dalam pembuatan bata (briket). Ternyata bahwa tanah bahan yang dicampur dengan hancuran sampah mempunyai nilai bata yang lebih baik kalau dibanding dengan hanya tanah atau sampah saja.

(8) Sebagai media produksi vitamin.

Salah satu jenis mikroorganisme penghasil vitamin (vit. B1 2) ternyata sangat subur pertumbuhannya di dalam media yang dicampur dengan ekstrak sampah. Untuk hal ini telah banyak lembaga penelitian yang mencoba menelti lebih lanjut peranan sampah sebagai bahan media pertumbuhan jasad penghasil vitamin tersebut, antara lain yang sudah berhasil adalah Amrika Serika, jepang, Jerman barat dan Swedia.

(9) Sebagai bahan makan ternak

Sampah sebagai bahan makanan ternak secara langsung (yang maish segar) dan melaui froses fermentasi, telah terbukti baik hasilnya dimana-mana.

(10) Sebagai media produksi PST

PST (protein sel tunggal) adalah jenis protein baru yang dubuat secara teknologi dan mikroorganisme (mikroalge, jamur dan bakteri). Menurut perhitungan para ahli, PST akan menjadi sumber protein secara konvensional (melaui pertanian, peternakan dan perikanan) tidak mencukupi. Ternyata mikroorganisme penghasil PST sangat subur pertumbuhannya di dalam media yang terbuat dari sampah, seperti yang dibuktikan di Jepang di Amerika serikat.

d. Pengumpulan SampahBerbagai cara dan usaha untuk mengolal sampah agar lingkungan menjadi bersih, sehat dan nyaman, telah banyak dicoba dan dilakukan. Bahwa cara dan usaha tersebut tidak semuanya berhasil di dalam sekali dilaksanakan tetapi memerlukan pengulangan ataupun perubahan, sudah merupakan hal yang wajar dimana-mana.

Khusus di dalam penggunaan kantung sebagai salah satu cara bersih dan sehat di dalam pengumpulan dan pengangkutan sampah, bukan maslah baru di banyak negara, khususnya negara-negara yang secara sadar dan mendalam sudah benar-benar mengerti maslah dan arti kebersihan bagi kesehatan dan sanitasi lingkungan kehidupannya. Juga di Indonesia, khususnya di Bandung. Oleh beberapa kantor ataupun kompleks pemukiman cara tersebut telah pula di coba, sehingga memerlukan pengembangan dan peningkatan untuk kelanjutannya.

Sampai berapa jauh penggunaan kantung untuk tempat pengumpulan dan pengangkutan sampah, dicoba untuk dikemukakan.

Pada kesempatan ini akan diyraikan beberapa saran dan alernatif di dalam tatacara pengumpulan sampah yang bersih dan sehat, antara lain dengan penggunaan kantung.

Idealnya bentuk kantung adalah bulat dan memanjan, tetapi di dalam prakteknya segala bentuk kantung dapat dipergunakan. Jenis kantung yang dianggap cukup kuat dipergunakan adalah yang terbuat dari plastik. Karena disamping kuat, kantung palstik dapat digunakan ulang beberapa kali, juga tidak akan dihancurkan oleh jasad yang berada di dalam sampah. Tetapi didalam prakteknya segala jenis kantung dpata dipergunakan, misalnya kantung kertas, kantung goni, dan sebagainya. Hanya tentunya bahwa kekuatan dari jenis kantung-kantung ini tidak akan sekuat atau setahan kantung plastik.

Bentuk dan ukuran kantung untuk tempat penampungan sampah, dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan. Artinya bentuk dan ukuran tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan terhadap jumlah sampah yang harus ditampung juga terhadap jenis sampah yang harus dikelola.

Besar kemungkinan jenis kantung yang akan digunakan hanya berbentuk kantung bekas pembungkus, ataupun kantung plastik bekas tempat barang. Lebih jauhnya lagi berbentuk nkantung yang sengaja dibuat dan dipersiapkan.

Ada beberapa ukuran/tipe bak tempat penampungan sampah yang ada didalamnya ditaruhkan kantung, yaitu :

a. Tipe bak kecil, dengan ukuran volume antara 10-30 liter. Ini dapat dipergunakan di :

Sepanjang jalan/trotoar di depab toko,

Sepanjang koridor/gang di kompleks pusat pendidikan, rumah akit, pusat perkantoran, asrama dan sebagainya.

Di dalam kompleks perbelanjaan, pusat keramaian, dan sebagainya.

Di dalam kendaraan umum.

b. Tipe bak sedang, dengan ukuran antara 30-50 liter, ini dapat digunakan di :

Pedagang keliling penghasil sampah (sauran, buah-buahan),

Pedagang di dalam kompleks pasar (non-sayuran/non buah-buahan).

c. Tipe bak besar, dengan volume di atas 50 liter, ini dapat dipergunakan di :

Pedagang sayuran dan buah-buahan di dalam kompleks pasar,

Pedagang makanan jadi (nasi, soto, mie, kupat tahu, baso, dan sebagainya) di dalam kompleks pasar ataupun di tempat-tempat lain.

Rumah tangga,

Pusat keramaian, pusat pendidikan, asrama, rumah sakit dan sebagainya.

Bak yang dipergunakan, dapat berbentuk drum, terbuat dari tembok, kayu ataupun dari bahan-bahan lainntya. Yang penting bahwa ke dalam bak tersebut dapat dimasukkan kantung untuk menampung dan menyimpan sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan.

Tempat untuk penyimpanan bak, dapat secara khusus diadakan, ataupun dapat dikaitkandiikutkan kepada tempat-tempat lain yang sduah ada, misal terlampir pada gambar 1.

Untuk bak yang berukuran besar, tentu memerlukan tempat penyimpanan yang khusus, baik dengan tiang dari besi, dari kayu ataupun landasan tembok. Saedang untuk bak yang berukuran kecil, dapat dicoba untuk diikutkan/dikaitkan kepada tempat atau tiang lain yang sudah ada, misal kepada tiang nama jalan, tiang kotak pos, pagar pembatas jalan atau pagar penyangga tanaman dan sebagainya.

Bahwa bak tersebut harus disimpan kuat pada tiang/tempat penyangganya, ini mengingat keselamatan dari pengganggu atau tangan-tangan jahil. Karena yang kemudian akan diangkat adalah kantung yang telah berisi sampah.

Cara Penampungan dan Pengankutan Sampah

a. Bak sampah

Terhadap bak sampah yang terdiri dari drum dan sejenisnya, kemudian diberi kantung, misalnya kantung plastik. Ukuran kantung harus diusahakan sesuai dengan ukuran bak. Juga di bagian atas kantung dapat dilipat hingga keluar dari bak/drum.

b. Penampungan sampahTerhadap kantung di dalam bak, kemudian diisi sampah, yang makin lama makin banyak. Setelah penuh maka bagian atas kantung diikat rapat.

c. Pengangkutan sampahKantung-kantung yang telah idiisi sampah kemudian diangkat dari bak, sedang kemudian ditempatkan pada tempat tertentu untk menunggu pengangkutan oleh Dinas pada bak kemudian ditempatkan kantung baru, sedang kantung yang telah diisi Kebersihan/Pengolala kebersihan pada saatnya.

Dengan cara penggunaan kantung yang ditempatkan di dalam bak, maka banyak keuntungan yang didapatkan, antara lain :

a. Bak tidak akan cepat rusak/hancur (kalau bak terbuat dari kayu) atau korosi (Terbuat dari besi atau seng), karena kantung khususnya kantung plastik akan menjadi penyekat antara sampah dan bak.

b. Jumlah sampah yang akan diambil/diangkut oleh para petugas akan terbawah seluruhnya, sehibngga sisa-sisa yang bisa didapatkan dengan cara lama tidak akan terjadi.

c. Cara pengumpulan dan pengambilan sampah oleh para petugas, tidak akan diburu oleh waktu sehingga berceceran disana-sini, yang akhirnya kebersihan sekitar bak tidak terjamin. Tetapi karena sampah sudah tersimpan di dalam kantung, maka disamping pengumpulan dan pengambilan dapat dengan cepat dilakukan, juga bak akan tetap kelihatan bersih serta sehat.

Dalam penggunaan bak sampah, maka penempatannya tidak perlu di depan rumah lagi, tetapi dapat dibelakang rumah atau ditempat-tempat lain yang memungkinkan. Sedang pada saatnya pengangkutan sampah oleh para petugas dilakukan, maka kantung-kantung sampah yang sudah berisi diletakkan dipinggir jalan depan rumah, untuk kemudian oleh para petugasnya diangkut. Perlu untuk diperhatikan bahwa sebelum kantung sampah tersbut diangkut, maka sebaiknya kantung sampah tersebut dijaga/ditunggu, untuk menghindari adanya tangan-tangan jahil, misal penutupnya dibuka, sampahnya dikeluarkan sedang kantungnya diambil/ dicuri.

Dengan penggunaan bak sampah model ini, maka kehadiran bak-bak sampah di depan rumah dapat dihilangkan. Karena adanya penempatan bak sampah di depan rumah, bukan saja aka mengurangi nilai, estetika, kebersihan, kesehatan dan sanitasi lingkungan rumah, tetapi juga seara kangsung akan menyebabkan penurunan nilai keseluruhan dari lingkungan tersebut, misalnya kalau sampah-sampah tersebut lambat dinagkut, maka pada tumpukan sampah akan kita dapati berjenis-jenis hewan yang menjijikan misal lalat, cacing dan sebagainya hidp dan berkeliaran. Belum lagi adanya bau-bauan yang menusuk hidung. Juga dimusim penghujan, maka bak sampah akan merupakan sumber bau-bauan, sumber ketidak bersihan juga mungkin akan menjadi sumber ketidak sehatan.

Pelaksanaan sehari-hari untuk mengumpulkan dan mengangkut kantung-kantung sampah, akan berbeda untuk tiap keadaan, yaitu :

a. Untuk rumah tangga, asrama, rumah sakit dan saebagainya.

Waktu untuk jadwal pengumpulan pengumpulan dan pengankutan disesuaikan dengan kerja yang sudah terjadwal untuk tiap-tiap jalan atau kompleks pemukiman, telah ditetapkan dan diberitahukan sebelum waktunya agar para penghuni dapat bersiap-siap.

b. Untuk Pasar

Kantung-kantung sampah dari para pedagang dapat langsung di angkut dan dikumpulkan oleh para petugas kalau sudah penuh, yang kemudian dikumpulkan ditempat penimbunan.

c. Untuk bak tepi jalan

Dalam waktu-waktu tertentu, para petugas mengumpulkan dan mengangkut kantung-kantung yang sudah oenuh ke gerobak/ tempat sampah yang sudah disediakan.

d. Untuk pedagang tepi jalanan, dan sebagainyaKalau kantung sampah sudah penuh, maka dapat di buang ke tempat pembuangan/penampungan sampah umum, ataupun diberikan kepada gerobak sampah yang tengah lewat.

e. Untuk kendaraan umum

Kantung-kantung sampah sudah penuh dapat di buang ke pembuangan umum di terminal atau tempat-tempat lain yang memungkinkan.

Tetapi yang perlu diperhatikan ialah bahwa sekarang pengumpulan dan pengangkutan sampah dari tempat penghasil ke tempat penimbunan, berada dalam keadaan tertutup atau rapi. Sehingga sebelumnya kalau gerobak sampah lewat bukan hanya bau-bauan yang menusuk hidung yang akan tercium tetapi juga tebaran sampah akan terdapat dimana-mana sepanjang jalan, maka sekarang hal itu tidak akan terjadi. Kalaupun masih terjadi, maka keadaannya sudah berkurang dan tidak mengganggu lagi.

Plastik merupakan benda yang sukar atau sangat lambat untuk diurai atau dirombak oleh kelakuan jasad hidup (mikroorganisme). Sehingga kalau kantung sampah kemudian juga memasuki tempat penimbungan sampah, maka dapat dibayangkan jumlahnya akan lebih banyak lagi.

Plastik, disini berbentuk kantung sampah, dapat didaur ulang (digunakan) kembali, baik secara :

(1) Langsung sebagai kantung kembali, misal pada tempat-tempat penimbunan sampah akhir, maka hanya sampah-sampah saja yang dibuang, sedangkan kantungnya dikumpulkan kembali. Melalui pembersihan maka kantung-kantung sampah tersebut dapat dipergunakan kembali untuk tempat penyimpanan sampah.

(2) Tidak langsung melalui proses tertentu, ini menyangkut proses pabrik pengolahan bahan-bahan untuk pembuatan peralatan tertentu.

Agar kantung sampah benar-benar dipergunakan untuk tempat sampah dan bukan untuk tempat-tempat lainnya, maka terhadapnya dapat dicantumkan nama (label) yang jelas dan menyolok. Maksudnya kalau bekas kantung sampah tersebut kemudian dipergunakan untuk tempat pembungkus pupuk, pasir atau benda-benda lainnya yang tidak berhubungan langsung untuk kepentingan manusia, maka tidak akan mendatangkan persoalan. Berbeda kalau kantung-kantung tersebut kemudian digunakan untuk tempat bahan makanan, dan sebagainya, maka ini harus dicegah, baik melalui penerangan sebelumnya ataupun dengan pemasangan label/nama yang menyolok dan muda terbaca.

Penggunaan kembali kantung-kantung sampah bekas dapat dilakukan oleh:

a. Para pelaksana (pekerja) sampah mengumpulkan dan membersihkan kantung-kantung tersebut, kemudian diserahkan kepada penyalur.

b. Penyalur membagi-bagikan kembali kantung-kantung tersebut kepada para pengguna/pemakai.

PENYALUR KANTUNG

Masyarakat Pengguna/Pemakai

Diisi dengan sampah

Dikumpulkan/diangkut

Dibersihkan

Kembali

Tempat penimbunan

Kantung Plastik

Sampah

Ke pabrik pengolahan

Plastik

Pembuatan dan penyaluran kantung sampah, baik dari palstik, kertas dan sebagainya khususnya untuk kepentingan rumah tangga, pusat-pusat keramaian, pasar dan sebagainya harus dikolola oleh badan tertentu yang disamping sudah mempeunyai pengalaman dibidang pengolahan masalah sampah dan kebersihan, juga mempunyai dedikasi tinggi dibidang pengolalaan dan pelestarian lingkungan hidup.

Agar adanya keharusan untuk menggunakan kantung sampah ini tidak akan menjadi beban baru yang memberatkan masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan lemah, maka sebaiknya penyaluran kantung-kantung ini diparalelkan dengan restribusi kebersihan yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat.

I. K O M P O S

Berbagai jenis telah sejak lama digunakan di dalam pertanian. Apakah itu pertanian tanaman pangan, pertanian tanaman sayuran, ataupun pertanian tanaman perkebunan.

Tergantung kepada cara dan senyawa yang terkandung di dalamnya, dikenal ada pupuk buatan atau pupuk pabrik, yaitu jenis pupuk yang dibuat secara pabrik dari bahan-bahan berupa senyawa kimia karena senyawa yang terjandung di dalamnya berbentuk senyawa anorganik seperti N (Nitrogen atau Zat lemas), P (fosfor), K (kali), S (sulfur atau belerang) dan sebagainya, jenis pupuk ini disebut pula pupuk anorganik.

Beberapa jenis contoh pupuk anorganik yang sudah umum dikenal misalnya Urea, ZA, KCl, NPK, dan sebagainya.

Jenis pupuk lain yang didalamnya mengandung senyawa organik, disebut pupuk organik atau pupuk alami. Ini berhubungan dengan cara pembuatannya (pada umumnya) masih secara alami, juga senayawa yang terkandung di dalamnya sebagian besar tersusun oleh senayaw organik.

Beberapa contoh jenis pupuk organik yang sudah umum dikenal misalnya pupuk kandang, pupuk ikan, pupuk hijau dan pupuk kompos.

Ada perbedaan dan persamaan antara pupuk anorganik dan dan organik. Persamaanya, kedua-duanya adalah pupuk, yaitu bahan yang mengandung unsur (hara) yang sangat dibutuhkan sebagai sumber nutrien (bahan makanan) oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Sedangkan perbedaannya ialah bahwa di dalam pupuk anorganik atau pupuk pabrik unsur-unsur yang tersedia di dalamnya, mis N, P, K dan sebagainya dalam jumlah yang banyak atau mencukupi, berbeda dengan pupuk organik. Maka kandungan unsur-unsur tersebut sangat terbatas atau sedikit sekali.

Tetapi di dalam pupuk organik, misal pupuk kandang dan pupuk kompos, walau kandungan unsur-unsur N, P, K dan sebagainya sangat sedikit, masih terkandung unsur lain yang didalam pupuk tidak ada. Ini misalnya apa yang disebut unsur-unsur mikro (mikro elemen) seperti Fe (besi), Mg (Magnesium), Cu (tembaga), dan sebagainya, serta vitamin atau zat pengatur tubuh.

Di bidang pemupukan, kalau kita menghendaki pertumbuhan dan perkembangan tanaman baik, subur dan sehat, maka unsur-unsur yang harus disiapkan juga harus cukup dan teratur. Unsur-unsur dimaksud adalah :

1. Unsur primer, misal N, P dan K. ini dapat berbentuk pupuk urea (dengan kandungan unsur N tinggi), pupuk TSP/DSP (dengan kandungan fosfor tinggi) atau KCl (dengan kandungan kali tinggi).

2. Unsur sekunder, misal Ca, Mg dan S. Ini didapat dalam bentuk kapur, ZA dan sebagainya.

3. Unsur Mikro, misal Fe, Zn, Cu, Bo, Mn, Mo, Cl, dan sebagainya. Ini akan didapatkan antara lain di dalam pupuk organik seperti pupuk kandang, pupuk kompos, dan sebagainya.

Kehadiran unsur-unsur N, P, K, Ca, Mg, Fe, dan sebagainya dalam bentuk pupuk untuk keperluan tanaman, sama seperti kehadiran proteuin, karbihidrat, lemak, vitamin, mineral dan sebagainya tidak dapat diabaikan atau apalagi kekurangan.

Peranan Pupuk Organik

Pupuk organik walau mempunyai kandungan unsur, terutama unsur N, P, dan K sangat sedikit, ternyata mempunyai peranan lain yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan tanaman. Sehingga tidak mengherankan kalau kehadiran pupuk organik di dalam tanah pertanian, sama pentingnya seperti pupuk anorganik. Bahkan oleh pihak pertanian selalu dianjurkan untuk menggunakan sumber pupuk anorghanik dan sumber pupuk organik secara terpadu dan seimbang. Artinya kalau kita mengfharapkan tanaman tumbuh secara baik, subur dan sehat, maka baik pupuk anorganik sebaga sumber unsur-unsur mikro serta senyawa lainnya, harus diberikan secara seimbang.

Di bidang pertanian, khususnya yang menyangkut tanah untuk kepentingan pertanian, peranan dan kehadiran pupuk organik adalah di dalam :

1. Mempertahankan dan meningkatkan sifat fisik tanah,

2. Mempertahankan dan meningkatkan sifat biologis tanah,

3. Walau secara terbatas, juga mempertahankan atau meningkatkan sifat kimia tanah.

Dengan peranan mempertahankan dan bahkan meningkatkan sifat fisik tanah, maka akan banyak keuntungan yang dicapai, baik secara langsung ataupun secara tidak langsung.

Kehadiran pupuk organik di dalam sifat fisik tanah, mempunyai peranan dan kegunaan, antara lain :

1. Sebagai benda untuk mengatur kelembaban tanah. Dengan keadaan tanah yang tetap lembab, maka semua proses kehidupan di dalamnya akan berjalan secara baik dan benar. 2. Sebagai benda untuk mengatur sirkulasi (perpuaran) oksigen di dalam tanah. Oksigen merupakan zat yang paling menentukan di dalam proses kehidupan. Kalau sirkulasi oksigen baik dan terjamin, maka proses kehidupan pun akan tetap berjalan dan terjamin.

3. Sebagai bendah yang mempermudah penetrasi (penembusan) akar di dalam tanah, kalau penetrasi akar di dalam tanah baik, maka proses pengambilan sumber nutrien tanaman dari dalam tanah akan berjalan secara baik, juga tanaman akan dapat tumbuh secara baik pula.

4. Sebagai benda untuk mepermudah penetrasi/masuknya air (misal dari air hujan) ke dalam tanah, serta menyimpannya ke dalam tanah secara baik. Sehingga pada akhirnya tanah akan menjadi tempat yang baik untuk menyerap dan menyimpan air.5. Sebagai sumber untuk unsur-unsur mikro, Zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan tanaman dari dalam tanah. Sehingga tidak mengherankan kalau pertumbuhan dan perkembangan dan bahkan kesehatan tanaman yang tumbuh pada tanah dengan kandungan organik cukup, akan lebih baik kalau dibandingkan dengan pada tanah yang kandungan organiknya rendah atau kurang sama sekali.

6. Sebagai benda yang mempunyai fungsi yang sangat baik di dalam pengaturan penyerapan unsur-unsur oleh akar. Atau dengan perkataan lain sebagai denda yang berperan di dalam efisiensi penggunaan pupuk oleh tanaman. Misalnya kita menambahkan 100 Kg pupuk Urea ke dalam tanah yang kurang atau tidak mengandung senyawa organik, sedang di lain pihak menambahkan dengan jumlah yang sama pada tanah dengan kandungan organik yang cuckup. Maka pada tanah yang kurang organiknya, efisiensi penyerapan pupuk tersebut mungkin paling banyak 60 %, atau dengan lain perkataan sedikitnya ada 35 % (35 Kg) dari pupuk tersebut yang akan tidak digunakan atau terbuang percuma. Berbeda dengan yang mengandung organik yang cukup, maka nilai efisiensi tersebut akan mencapai paling sedikit 75 %, sehingga yang tidak tergunakan paling banyak hanya 25% atau 25 Kg saja.

Bahkan secara teoritis (perhitungan di atas kertas) kalau keadaan organik tanah cukup, maka dari 100 Kg pupuk yang ditambahkan, akan tergunakan sedikitnya 95 Kg.

Dari dat-data tersebut maka sangat jelas peranan dan manfaat organik yang datang ke dalam tanah bersama bersama pupuk organik untuk keperluan tanah pertanian. Terutama sekali peranannya sangat menonjol di bidang konservasi air hujan, karena tanah berfungsi sebagai tempat penyimpanan air, juga di dalam efisiensi penggunaan pupuk organik.

Singkatnya kalau kandungan orgnaik tanah mencukupi, maka tanah akan dapat diatur dan dipertahankan kesuburannya, serta tanah akan terbebas dari bahaya laongsor atau erosi.

Pengadaan Pupuk Organik

Pupuk organik, baik berdasrkan bentuk, keadaan dan sifatnya, cukup banyak. Tetapi yang akan dicoba untuk diuraikan sekarang terbatas hanya kepada kompos, mengingat hubungannya yang sangat erat dengan masalah lingkungan hidup.

Pupuk organik kompos, sejak bahan baku, tempat pembuatan, cara pembuatan, oleh siapapun dan dinamakan akan dapat dilakukan. Sedang kegunaannya, dapat digunakan untuk tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-buahan sampai dengan tanaman pangan sekalipun. Bahkan hanya dengan ditaburkan di atas permukaan tanah, sifat-sifat tanah tersebut akan dapat dipertahankan atau lebih jauhnya lagi dapat ditingkatkan.

Apalagi untuk keondisi tanah yang baru dikupas. Misalnya tanah lereng atau tanah miring yang kemudian diratakan untuk kepentinga kebun, sawah atau tempat pemukiman sekalipun. Biasanya tanah yang barus dikupas kesuburannya akan menurun. Maka untuk mengembalikannya, dengan cara penambahan pupuk organik seperti kompos, akan dapat dipercepat.

Di lingkungan pedesaan, pengadaan pupuk organik kompos, dapat dilakukan secara mandiri (orang perorang), atau secara berkolompok (beberapa keluarga bergabung), atau kalau memungkinkan dapat pula dalam bentuk perusahaan (misal di dalam wadah koperasi).

Secara mandiri, dapat dilakukan dilingkungan rumah masing-masing tanpa harus mengganggu kegiatan lainnya. Hal-hal yang diperlukan untuk kegiatan ini menyangkut: Bahan baku, tempat pembuatan, cara pembuatan dan penggunaannya.

Pengomposan

Pengomposan, merupakan salah satu contoh proses pengolahan buangan (sampah) secara aerobik dan anaerobik, dimana kedua proses tersebut akan berjalan saling menunjang dengan menghasilkan pupuk organik yang disebut kompos.

Berjuta-juta ton senyawa organik dihasilkan oleh tanaman dari proses fotosintesa dalam bentuk daun, batang, biji, buah-buahan, umbi-umbian dan sebagainya, dan kemudian didegradasi oleh mikroba. Hasil digradasi kemudian tersimpan dalam tanah dalam bentuk humus. Proses degradasi berjalan lambat secara aerobik dan anaerobik dengan memerlukan persyaratan lingkungan tertentu, dan secara keseluruhan proses disebut dekomposisi.

a. Proses DasarProses dikomposisi senyawa organik oleh mikroba merupakan proses berantai. Senyawa organik yang bersifat hetergon, bercampur dengan kumpulan jasad hidup yang berasal dari udara, tanah, air atau sumber lainnya, dan didalmnya akan terjadi proses mikrobiologis. Beberapa persyaratan yang diperlukan agar proses tersebut berjalan lancar, menyangkut masalah bandingan sumber nitrogen dan karbon (C/N-rasio) di dalam bahan, kadar air bahan, bentuk dan jenis bahan, temperatur, pH dan jenis mikroba yang berperan didalmnya.

Seperti pula di dalam proses pengolahan air buangan yang mengandung senyawa organik, maka di dalam sampahpun kehadiran dan aktifitas mikroba di dalamnya akan menggunakan senyawa tersebut untuk keperluan aktivitasnya. Hasil lain akan berbentuk buangan, yang secara keseluruhan dinamakan kompos, dengan komposisi lengkap.

Karena proses dekomposisi senyawa oerganik berjalan pada temperatur di atas 37 C serta perubahan pH yang berbeda, maka kandungan mikroba di dalamnya akan tersusun oleh sejumlah benteri, aktinomiset, jamur, mikroalge serta - jasad lain seperti protozoa, nematode, cacing, virus dan sebagainya.

Pada umumnya baik secara pengurai ataupun sebagai penghuni kompos jadi, bakteria, aktinomiset dan jamur yang terdapat di dalamnya, banyak yang bersifat termofilik, yang kadang-kadang masih dapat gidup pada temperatur antara 6585C.

Bila sampah disebarkan di atas permukaan tanah, maka selain proses dekomposisi akan berjalan sangat lambat, juga kelompok mikroba yang aktif di dalamnya hanya psikofilik dan mesekofilik saja.

Oksigen

Mikroorganisma

Kelembaban

Gambar 1 : Rantai proses degradasi senyawa organik menjadi kompos

Tetapi berbeda kalau sampah kalau sampah tersebut ditumpukkan atau dimasukkan ke dalam lubang, maka kelompok mikroba yang aktif didalamnya termasuk kelompok mesofilik dan termofilik, sehingga dengan cepat akan terjadi perubahan pH dan temperatur.

Indikator yang jelas tampak bahwa proses dekomposisi senyawa organik berjalan lancar, ditandai oleh adanya perubahan nilai pH dantemperatur, yaitu bahwa proses dekomposisi (atau secara umum dikenal dengan nama umum proses pengomposan), akan berjalan dalam empat fase yaitu fase mesofilik, fasetermofilik, fase pendingin dan fase masak.

b. Proses LanjutanHubungan diantara keempat fase biokimia yang terjadi di dalamnya, yaitu :

(a) Pada proses permulaan, media mempunyai nilai pH dan temperatur sesuai dengan bahan dan lingkungan yang ada, yaitu pH ( 6.0 dan temperatur antara 18-22 C.

(b) Sejalan dengan adanya aktifitas mikroba (khususnya bakteri yang indigenous/asli) di dalam bahan, maka temperatur mulai naik, dan akhirnya akan dihasilkan asam organik. Ini akan mengakibatkan nilai pH turun.

(c) Pada kenaikan temperatur di atas 40 C, aktifitas bakteri mesofilik akan terhenti, kemudian diganti oleh kelompok termofilik, Bersamaan dengan perggantian ini maka amoniak dan gas nitrogen akan menghasilkan, sehingga nilai pH akan berubah kembali menjadi basa.

(d) Kelompok jamur termofilik yang terdapat selama proses akibat kenaikan temperatur di atas 60 C, akan mati, dan selanjutnya diganti oleh kelompok bakteria dan aktinomiset termifilik sampai batas temperatur ( 86 C.

(e) Kalau temperatur maximum sudah tercapai, serta hampir seluruh kehidupan di dalamnya mengalami kematian, maka temperatur akan turun kembali hingga akhirnya berkisar seperti temperatur asal. Maka fase ini disebut masa pendinginan dan akhirnya hasil kompos siap digunakan.

c. PersyaratanBanyak faktor baik biotis maupun atapun abiotis mempengaruhi proses pengomposan, sudah diselediki dan diketahui sejak lama.

Beberpa faktor yang harus diketahui di dalam proses pengomposan adalah :

(a) Pemisahan bahan : Bahan-bahan yang sekiranya lambat atau sukar untuk didegradasi/diurai, harus dipisahkan/dikeluarkan. Apakah itu berbentuk logam, batu, plastik, dan sebagainya. Bahkan bahan-bahan tertentu yang bersifat toksik serta dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus benar-benar dibebaskan dari dalam timbunan bahan, antara lain misal residu pestida.

(b) Bentuk bahan : Lebih kecil dan homogen bentuk bahan proses pengomposan akan lebih cepat dan baik. Karena dengan lebih kecil dan homogen, lebih luas permukaan bahan yang dpat dijadikan substrat bagi aktivitas mikroba. Juga pengaruhnya terhadap kelancaran diffusi oksigen yang diperlukan serta pengeluaran CO2 yang dihasilkan.

(c) Nutrien : Sperti pula jasad hidup lainnya, untuk aktivitas mikroba di dalam tumpukkan sampah memerlukan sumber nutrien karbohidrat misalmnya, antara 20% - 40% yang dugunakan akan diasimilasikan menjadi komponen sel dan CO2 , kalau bandingan sumber nitrigen dan sumbere karbohidrat yang terdapat di dalamnya (C/N- rasio) = 10 : 1.

Berdasarkan kepada komposisi di atas, maka perhatian harus lebih ditekankan terhadap C/N-rasio di dalam bahan, dimana untuk proses pengomposan nilai optimum adalah 25 : 1.

(d) Kadar air bahan : Tergantung kepada bentuk dan jenis bahan, misal kadar air optimum di dalam proses pengomposan mempunyai nilai antara 50 70, terutama selama proses fase pertama. Kadang-kadang dalam keadaan tertentu, kadar air bahan bisa bernilai sampah 85%, misal pada jerami.

Tabel 1 : Kondisi optimum untuk proses pengomposan

ParameterNilai

C/N-rasio bahan

C/P-rasio bahan

Bentuk/ukuran materi

Kadar air bahan

Aerosi

Temperatur maksimum

Agitasi

Kontrol pH

Bentuk timbunan / lubang30 35 : 1

75 150 : 1

1.3 3.3 cm. untuk proses pabrik

3.3 7.6 cm .untuk proses biasa (sederhana)

50 60 %

0.6 1.8 M3 udara/hari/kg bahan selama proses termofilik, sedang untuk proses selanjutnya makin berkurang

55 C

Dengan menggunakan mesin, atau dengan cara dibalik dan dicampurkan kembali secara homogen setiap waktu diperlukan.

Biasanya tidak diperlukan,

Tergantung kepada bentuk, sifat dan jumlah bahan dan lingkungan yang mempengaruhinya.

Tabel 2 : Komposisi kimia kompos sampah kota dan pertanian yang memenuhi syarat.

Disamping persyaratan di atas, masih diperlukan pula persyaratan lain yang pada pokoknya bertujuan untuk mempercepat proses serta menghasilkan kompos denan nilai yang baik. Antara lain: homogenitas (pekerjaan yang dilakukan agar bahan yang dikomposkan selalu dalam keadaan yang homogen), aerasi (suplai oksigen) yang baik, agar proses dekomposisi untuk bahan-bahan yang memerlukan, penambahan starter (preparat mikroba) kompos, dapat pula dilakukan, misal untuk jerami.

Kondisi optimum yang diperlukan agar proses pengomposan berjalan cepat dan aman disertai hasil yang baik dan memenuhi syarat yaitu bahwa di samping bnetuk dan sifat bahan, juga faktor lingkungan abiotik yang menyertainya, disertai cara pengerjaannya.

Dimaksud dengan bahan baku adalah bahan yang akan dipergunakan untuk perbuatan sesuatu barang. Di dalam pupuk organik kompos, bahan bakunya sangat banyak dan dimana-mana akan didapatkan tanpa harus dibeli atau dicari jauh.

Tabel 3 : Populasi mikro organisme di dalam kompos

KelompokJumlah per gr. Kompos basah

Mikro organisme

Bakteria

Aktinomiset

Jamur

Mikroalge

Virus

Mikrofauna

Protozoa

Nematoda

Cacing

Serangga108 - 109

105 106

104 106

104

-/+

-/+

-/+

-/+

-/+

-/+

Catatan:

- : Tidak di dapatkan

+ : Kadang-kadang di dapatkan

Sampah, apakah tiu dalam bentuk sampah dari rumah tangga yang terdiri dari bekas sayuran, sisa sayuran, sisa dan buangan bahan makanan yang harus dibuang karena membusuk atau sudah terlalu lama disimpan, merupakan bahan baku untuk kompos sangat baik. Juga sampah yang berasal dari jatuhan daun dipekerangan rumah, dipinggir jalan atau kebun dan tempat-tempat lain yang memungkinkan, juga merupakan sumber bahan baku kompos yang harus dimanfaatkan.

Kalau memungkan, terutama untuk pedesaan yang tidak terlalu jauh letaknya dari pemukiman kota yang padat (Kompleks BTN, Perumahan Khusus dan sebagainya), maka sampah-sampah dari tempat tersebut juga merupakan sumber bahan baku yang sangat berharga.

Jangan dilupakan bahwa jerami padi, daun pisang, kulit buah jagung, sisa sayuran, pohon kacang-kacangan yang sudah diambil buahnya sampai dengan serbu gergajian dan serutan kayu, merupakan bahan baku untuk pembuatan kompos yang baik.

Proses pengomposan atau membuat kompos, adalah proses biologis. Karena selama proses tersebuyt berlangsung, sejumlah jasad hidup yang disebut mikroba seperti bakteri dan jamur, berperan aktif. Karenany agar peranan Mikroba yang berperan di dalam pengolahan bahan baku menjadi kompos akan berjalan secara baik, maka persyaratan tersebut antara lain mencakup :

1. Kadar air bahan baku. Sebagai pegangan daun-daun yang masih segar atau tidak kuning, kadar airnya memenuhi syarat sebagai bahan baku. Karena kalau daun tersebut sudah kerin, maka kadar airnya juga berkurang. Dan ini akan banyak pengaruhnya terhadap kegiatan mikroba untuk mengolah bahan baku menjadi kompos. Seandainya bahan baku sudah kering diperlukan penambahan. Artinya terhadap bahan baku tersebut diberi air secukupnya agar menjadi lembab.

2. Bandingkan sumber C (Karbon) dengan N (Zat Lemas) bahan. Bandingan ini umumnya disebut rasio/bandingan C/N. Nilai rasio ini agar proses pengomposan berjalan baik dengan menghasilkan kompos bernilai baik pula, paling tinggi harus 30. Yang artinya kandungan sumber C berbanding dengan kandungan sumber N=30 : 1.

Sebagai contoh, kalau kita menggunakan jerami sebagai bahan baku kompos, maka nilai rasio C/N-nya adalah 80, jadi terlalu tinggi. Juga kalau kita menggunakan kotoran kambing beserta sisa makanannya sebagai bahan baku kompos, maka rasio C/N-nya berkisar antara 15-25, jadi terlalu rendah. Atau 5 bagian sampah tersebut dicampur dengan lumpur selokan (lebih kotor akan lebih baik) sebanyak 3 bagian, juga akan mencapai rasio C/N sekitar 30. Sedang untuk jerami, 5 bagian jerami harus ditambah dengan 3 bagian kotoran kandang, atau kalau tidak ada dengan 4 bagian lumpur selokan, maka nilai rasio C/N-nya akan mendekati 30

Yang paling baik kalau yang digunakan sebagai bahan kompos dalam bentuk daun kacang-kacangan seperti daun turi, daun kaliandra, daun petai cina, daun gehger sore, dan sebagainya, maka nilai rasio C/N-nya akan mendekati 30.

Tempat Pengomposan

Tergantung kepada kondisi serta luas lahan (pekarangan rumah) yang dapat disiapkan untuk pembuatan kompos, maka tempat pengomposan dapat bermacam-macam, antara lain :

1. Berbentuk lubang, dengan ukuran bisa 100 x 75 x 50 cm (Panjang, lebar dan tinggi), dapat lebih dapat juga kurang tergantung kepada lahan yang dapat digunakan sebagai tempat pembuatan kompos, serta bahan baku yang akan dibuat atau diproses.

Berbentuk lubang, merupakan tempat yang mudah dibuat, sehingga setiap bahan baku yang akan dimasukkan hanya tinggal dijatuhkan ke dalamnya. Tetapi kejelekan dari tempat berbentuk lubang ini lubang ini ialah: Kalau musim penghujan akan tergenang air, sehingga proses pengomposan akan terhambat, juga sukar untuk mencampurkan bahan agar merata.

2. Berbentuk bak, baik dengan dinding yang terbuat dari batu-bata (tembok), dari bambu, dari kayu ataupun dari bahan bahan lainnya. Kebaikan dari empat ini ialah mudah untuk mencampurkan bahan, tidak tergenang air di musim hujan. Sedanag kesuakarannya yaitu untuk membuat dindingnya memerlukan biaya.

3. Pada permukaan tanah saja. Artinya timbunan bahan baku langsung ditempatkan pada permukaan tanah tanpa lubang atau dinding. Cara ini mudah untuk mencampurkan bahan baku agar rata, tidak tergenang air, tetapi sangat mudah diganggu oleh binatang, misal ayam atau binatang lainnya seperti tikus, celerut, dan sebagainya yang senang berdiam pada timbunan sampah.

Cara Pengerjaan

Tahapan pengerjaan sejak menyediakan bahanbaku, menyusun dan memasukkan bahanbaku ke tempat pengomposan, mencampurnya kembali agar merata sampai dengan menambah air kalau diperlukan, merupakan pekerjaan rutin yang harus dilakukan.

Misal penyediaan bahan baku, sehingga bentknya kecil. Sehingga kalau bahan baku tersebut berbentuk daun pisang, sebaiknya dipotong atau dirajang terlebih dahulu ukuran 10 20 cm panjangnya. Juga untuk jerami padi dan bahan sejenisnya.

Usahakan pula agar bersama bahan baku jangan ada benda-benda keras seperti logam, kaca, gelas dan bahkan kayu sekalipun terbawa. Karena bahan-bahan tersebut akan sukar diproses dan bahkan akan menghambat proses. Juga bahan lain seperti karet, plastik dan sebagainya jangan sampai terbawah ke dalam bahanbaku kompos.

Bahan baku yang sudah dianggap rata (homogen) serta mempunyai persyaratan yang tepat (rasio-C/N, kadar air) kemudian dimasukkan ke dalam tempat pengomposan, baik lubang, bak ataupun tempat lainnya.

Setelah bahanbaku dimasukkan ke dalam tempatnya tidak berarti bahwa pekerjaan membuat kompos sudah selesai, karena pada waktu-waktu tertentu terhadap bahan tersebut harus diperiksa kandungan airnya. Misal pada musim kumarau, maka pemberian air secukupnya pada sore hari, mungkin harus dilakukan setiap hari atau dua hari sekali. Juga kalau proses pengomposan ingin cepat selesai, maka bahanbaku dalam waktu-waktu tertentu haris diaduk dan dicampurkan kembali, misal dalam 4 hari sekali atau 6 hari sekali.

Dengan kadar air bahan baku terjamin serta bahan selalu dalam keadaan rata, maka proses pengomposan akan selesai paling lambat 3 atau 4 minggu dengan hasil yang baik sebagai pupuk organik. Tetapi berbeda kalau kadar air tidak diperhatikan dan bahan tidak selesai lebih dari 3 bulan dengan hasil kompos yang kurang memenuhi syarat sebagai pupuk organik.

Yang perlu dijaga selama proses pengomposan adalah kehadiran binatang yang menjijikan atau tidak diharapkan, seperti tikus, celurut, lalat, nyamuk serta binatang kecil lainnya.

Ini dapat diatasi dengan pemberian tutup pada bagian atas tumbuhan bahanbaku, apakah dengan lemparan plastik bekas, dengan bahan-bahan lainnya yang memungkinkan, atau dengan lumpur selokan.

Penggunaan lumpur selokan ternyata bukan saja berfungsi sebagai alat penutup timbunan bahan baku dari gangguan binatang, juga akan mempercepat proses karena proses pengomposan berlaku secara aerobik (memerlukan udara, sperti kita bernafas) dan secara anaerobik (tidak memerlukan udara). Sehingga dengan adanya lapisan lumpur, keadaan anaerobik dapat terjadi.

Kalau kompos sudah jadi maka sebaiknya disimpan beberapa haris sebelum dipergunakan, mengingat selama proses pengomposan berjalan, panas bahanbaku akan berada di atas 65 C. Sehingga kalau panas kompos masih tinggi, akan dapat membahayakan kepada kepada akar tanaman.

Manfaat Pengomposan

Manfaat pengomposan di bidang pertanian, tidak perlu untuk diuraikan lagi. Tetapi manfaat lainnya dari proses pengomposan, akan didapatkan cukup banyak, antara lain :

1. Di bidang kebersihan. Sampah atau sisa dan kotoran yang biasanya berserahkan di pekarangan rumah tanpa diurus, akan menyebabkan gangguan kebersihan. Kalau kemudian sampah-sampah tersebut dikumpulkan lalu dibakar, maka asap bakaran akan menyesakkan siapa saja yang dikenai dan mengisapnya. Juga kalau kemudian sampah-sampah tersebut dibuang ke selokan, kemudian akan menjadi penghalang aliran air. Sehingga kalau musim penghujan, aliran selokan akan tersumbat dan mengalir ke luar, ke pekarangan menjadi kotor dan banyak bertebaran dan sampah membusuk lainnya. Akibatnya, lalat banyak bertentangan serta bau-bauan tercium di sana-sini.

2. Di bidang kesehatan. Akibat timbulnya bau-bauan yang tidak sedap atau serakan sampah membusuk dimana-mana, tidak mustahil juga lalat dan nyamuk akan banyak berkeliaran. Lalat dan nyamuk adalah pembawa banyak jenis bibit penyakit yang membahayakan. Sehingga kalau kemudian timbul wabah penyakit sudah dapat diperkirakan sejak awalnya.

Paling sedikit penyakit-penyakit yang diakibatkan karena sampah-sampahnya tidak dikelola sebagaiman mestinya adalah muntaber, tifus, disentri sampai kolera sekalipun.

3. Di bidang sanitasi. Ini menyangkut berbagai kasus yang sangat merugikan serta serign terjadi kalau masalah sampahnya tidak dikelola sebagaimana metinya. Seperti terjadinya keracunan pada bahan makanan, percepatan kerusakan pada bahan makanan yang disimpan (misal makanan cepat membusuk, buah-buahan cepat dikenal hama atau penyakit dan sebagainya).

4. Di bidang lainnya. Kayu atau bambu yang disimpan di tempat yang kotor, terutama karena banyak sampahnya, akan cepat melapuk atau rusak. Juga untuk benda-benda logam, baik yang digunakan sebagain tiang, sebagai alas ataupun sebagai alat lainna, akan cepat karatan (sunda : kerahaan). Karena di dalam tumpukan sampah penyebab karatan ini banyak didapatkan.

Mengapa sampah yang sudah dikomposkan akan lebih aman atau libih baik keadaannya kalau diobandingkan dengan sampah yang dibiarkan menumpuk tanpa pengelolaan ?

Selama proses pengomposanberjalan, maka di dalam timbunan bahanbaku yang terdiri dari sampah, suhu/temperatur atau panasnya akan lebih dari 70 C. Pada panas seperti itu tidak ada dari mikroba penyebab penyakit, penyebab keracunan ataupun penyebab karatan yang akan dapat hidup. Sehingga dengan proses pengomposan, juga merupakan proses pengontrolan terhadap mikroba atau jasad yang membahayakan untuk dihilngkan.

MEMBUAT DAN MENGGUNAKAN KOMPOS

Setelah secara selintas kita mengetahui bagaimana manfaat sampah yang dikomposkan untuk bidang pertanian (sebagai pupuk organik), untuk bidang kesehatan/sanitasi/kebersihan serta bidang-bidang lainnya, maka marilah kita membuat kompos dari bahan-bahan serta sarana yang tersedia di sekitar rumah kita.

1. Kumpulkan setiap sampah, apapun bentuknya dan dari manapun asalnya. Sampah dari dalam rumah atau sampah berbentuk jatuhan daun, potongan tanaman bekas memangkas sampai ke jerami padi, daun pisang, alang-alang atau eceng gondok misalnya, dapat digunakan.

2. Kalau bentuk sampah berukuran besar, seperti misalnya daun pisang, potong atau rajang hingga kecil. Karena lebih kecil ukuran bahanbaku (sampah) akan lebih cepat proses pengomposan akan terjadi.

3. Siapkan tempat pembuatan kompos. Apakah berbentuk lubang, berbentuk bak ataupun bentuk lainnya tidak menjadi masalah. Yang penting sesuaikan tempat tersebut dengan kondisi tanah-pekarangan yang ada sreta tujuan membuat kompos. Tentunya kalau memungkinkan tempat berbentuk bak akan lebih baik hasilnya.

4. Campurkan hingga rata bahan baku untuk kompos seuai dengan ketentuan kalau waktu prosesnya ingin cepat serta hasilnya lebih baik, terutama yang menyangkut nilai rasio-C/N dan kandungan air di dalam bahan.

Bahan-bahan yang sudah tercampur masukkan ke dalam tempat pembuatan kompos, berikan pelapis atau pelindung di atasnya, yang paling mudah dengan lumpur selokan, lebih kotor akan lebih baik.

5. Seandainya pencampuran akan dilakukan bersamaan dengan proses pengomposan, dapat dilakukan dengan menggunakan sistem bertahap. Yaitu sati tahapan bahan terdiri dari sampah saja, satu tahapan terdiri kotoran kandang atau lumpur selokan, satu tahapan terdiri dari kapur (kalau diperlukan) satu tahapan terdiri dari daun kacang-kacangan (misal daun kaliandra, turi, petai cina, dan sebagainya) dan seterusnya. Setelah 4 5 hari timbunan tahapan ini diaduk dan dicampurkan hingga rata, kemudian ditimbunkan lagi dan seterusnya seperti yang lainnya.

6. Bahan baku serta campurannya setelah mengalami proses beberapa minggu dianggap siap menjadi kompos, antara lain kalau bahan-bahan tersebut sudah berwarna coklat tua, coklat kehitam-hitaman, kalau dipegang tidak panas lagi dan bentuknya akan lebih mengecil.

7. Tinggi rendahnya nilai kompos sebagai pupuk tergantung sepenuhnya kepada bahan baku yang digunakan, bahan campuran yang ditambahkan serta cara pembuatannya yang benar. Walau begitu sejelek-jeleknya kompos, tetap mempunyai nilai yang sangat penting untuk kepentingan tanah dan pertumbuhan serta perkembangan tanaman. Bahkan lebih jauhnya lagi, kompos apapun bentuk isi serta nilainya, merupakan bahan yang sangat berharga untuk pelestarian tanah akan terbebas dari longsor atau erosi yang merugikan.

Akibat tanah terbebas dari longsor dan erosi, serta tanah dapat menyerap dan menyimpan air, maka kasus-kasus banjir yang merugikan tidak akan pernah terjadi lagi.

Dari data-data secara kimia tanah, maka kandungan senyawa yang terdapat di dalam kompos antara lain:

Kandungan senyawa % berat kering untuk bahan kompos dari

Organik

Karbon (C)

Nitrogen (N)

Fosfor (P2 O5)

Kali (K, O)

Kalsium (CaO)

AbuSampah pemukiman

25%

8%

0.4%

0.3%

0.5%

1.5%

65%Sisa pertanian

45%

50%

3.5%

3.8%

1.8&

7.0%

20%

Jadi ternyata bahwa sisa pertanian, misal campuran antara jerami, bekas tanaman pertanian dan kotoran kandang atau lumpur seloka, hasilnya jauh lebih baik kalau dibandingkan dengan sampah pemukiman atau perkotaan.

Cara Menggunakan Kompos

Kompos sebagai salah satu pupuk organik, sangat baik dan bermanfaat untuk segala jenis tanaman, sejak tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-buahan sampai ke tanaman pangan dan perkebunan.

1. Untuk tanaman hias, sebaiknya kompos dicampurkan secara merata terlebih dahulu dengan tanah sebelum ditanam. Berbeda dengan pupk pabrik, kelebihan penggunaan kompos tidak akan menyebabkan tanaman layu atau mati. Untuk tanaman hias di dalam pot maka campuran tanah dengan kompos akan merupakan tempat (substrat) yang paling baik dan memenuh syarat bagi tanaman, baik dari segi pertumbuhan dan perkembangannya ataupun dari segi kesehatannya (dari kemungkinan adanya serangan hama atau penyakit tanaman).

Biasanya bandingan campuran 1 : 1 antara tanah dengan kompos merupakan bvandingan yang sesuai.

2. Untuk tanaman sayuran. Kompos dapat dicampurkan terlebih dahulu selama pengolahan tanah (seperti untuk tanaman hias) atau kemudian ditaburkan disekeliling bibit/tanaman yang sudah ditanamkan. Tergantung kepada jenis tanaman sayuran, penggunaan kompos dapat berkisar antara 5 sampai 20 ton perhektarnya.

Untuk tanaman sayuran seperti kubis (kool) misalnya, penanaman tanpa penambahan pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang, walaupun tetap diberi pupuk pabrik, hasilnya tidak akan baik, tanpa kompos misalnya tidak mungkin daerah seperti Pengalengan, Lembang, Pacet atau Cipanas akan menghasilkan sayuran bernilai baik atau sangat baiuk seperti sekarang. Tanpa kompos, pertanian sayuran tidak akan sebaik sekarang hasilnya.

3. Untuk tanaman buah-buahan. Biasanya bagian tanah diseputar pohon digali terlebih dahulu, baru diberi kompos. Adapula yang membuat lubang disekeliling pohon pada jarak tertentu, umumnya dibawah ujung daun daun teluar. Pada lubang tersebut kemudian ditambahkan kompos.

4. Untuk tanaman lainnya. Tergantung kepada jenis dan keadaan tanah dimana tanaman tersebut ditanamkan. Untuk padi huma misalnya, penambahan kompos bersamaan dengan bibit yang baru ditanamkan. Sedang untuk padi sawah, kompos disebarkan waktu tanah sawah diolah.

Dengan membuat dan menggunakan kompos. Karena dengan partisipasi anda untuk membuat kompos dari sampah, dari kotoran selokan serta dari bahan-bahan lain yang memungkinkan, peran anda saja di dalam mensukseskan program peningkatan di bidang pertanian, tetapi juga dibidang kebersihan, sanitasi dan kesehatan. Serta lebih jauhnya lagi di bidang lingkungan hidup secara menyeuruh.

PAGE 54