PENGAWASAN PENDIDIKAN BERBASIS ELEKTRONIK (STUDI …
Transcript of PENGAWASAN PENDIDIKAN BERBASIS ELEKTRONIK (STUDI …
1
1
PENGAWASAN PENDIDIKAN BERBASIS ELEKTRONIK
(STUDI ABSENSI SWAFOTO SMAN 2 CAMBA KABUPATEN
MAROS)
Disusun dan diusulkan oleh
NUR AFNI RAMLI
Nomor Stambuk : 105640219715
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
2
PENGAWASAN PENDIDIKAN BERBASIS ELEKTRONIK
(STUDI ABSENSI SWAFOTO SMAN 2 CAMBA
KABUPATEN MAROS)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan oleh
NUR AFNI RAMLI
Nomor Stambuk : 105640219715
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
5
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Nur Afni Ramli
Nomor Stambuk : 105640219715
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah di tulis/dipublikasikan oleh orang lain atau
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya apabila di kemudian
hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
sesuai dengan aturan yang berlaku.
Makassar, 5 Februari 2020
Yang menyatakan
Nur Afni Ramli
6
ABSTRAK
Nur Afni Ramli. 2019 Pengawasan Pendidikan Berbasis
Elektronik (Studi Absensi Swafoto SMAN 2 Camba Kabupaten
Maros) (Dibimbing oleh Nuryanti Mustari dan Rudi Hardi)
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengawasan Pendidikan Berbasis
Elektronik (Studi Absensi Swafoto SMAN 2 Camba Kabupaten Maros). Lokasi
penelitian ini bertempat di Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan
dan SMAN 2 Camba Maros. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif yakni memberikan gambaran secara objektif terkait bagaimana keadaan
sebenarnya objek yang diteliti, dan tipe penelitian yang digunakan adalah tipe
fenomenologi. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sumber data primer dan sumber data sekunder dengan jumlah Informan sebanyak
6 orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Pengumpulan data, Reduksi data, Penyajian data, dan
Penarikan kesimpulan. Pengabsahan data yang digunakan adalah Triangulasi
sumber, Triangulasi teknik dan Triangulasi waktu.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukakan bahwa Pengawasan
Pendidikan Berbasis Elektronik (Studi Absensi Swafoto SMAN 2 Camba
Kabupaten Maros) sudah berjalan hal tersebut dapat dilihat dari: (a) Pengawasn
Lansung, Melalui swafoto Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan mengawasi secara
langsung para guru dengan cara mengontrol lansung kehadiran dan juga bisa
mengontrol lewat komensenter (b) Pengawasan Tidak Lansung, Melalui swafoto
itu efektif karna tanpa turun langsung kelokasi, aplikasi ini bisa di pantau
meskipun hanya di kantor, otomatis guru-guru tidak seenaknya meninggalkan
sekolah meskipun pemerintah tidak mengawasi secara memonitoring ( langsung)
tetapi mereka tetap melakukan perekapan tentang kehadiran guru-guru. (c) Faktor-
faktor yang mempengaruhi Pengawasan Kinerja Guru terdiri dari: Faktor
Pendukung yaitu Perkembangan Teknologi Berbasis Online, Kedisiplinan Dalam
Melaksanakan Pembelajaran, Komitmen guru dan Sumber Daya. Sedangkan
Faktor Penghambat yaitu Jaringan dan Pemahaman individu guru tentang aplikasi
Swafoto.
Kata kunci : Pengawasan, Kinerja Guru, Absensi Swafoto
7
KATA PENGANTAR
Tiada kata indah yang patut di ucapkan seorang hamba kepada Sang
Pencipta atas segala cinta kasih-Nya yang tak terhingga dan nikmat-Nya yang tak
berujung sehingga kita mampu melewati hari-hari yang penuh makna, dan
memberi kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengawasan Pendidikan Berbasis Elektronik (Studi Absensi Swafoto SMAN 2
Camba Kabupaten Maros)” Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar ini.
Penulisan skripsi ini guna bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan dari program studi Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Saya menyadari bahwa untuk
menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini tidaklah mudah, namun saya
meyadari begitu banyak pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Nuryanti Mustari S.IP, M.Si,
selaku pembimbing I dan Bapak Rudi Hardi, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II,
yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan
penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Selanjutnya pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan
penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuannya terutama kepada:
8
1. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si dan bapak Ahmad Harakan, S.IP, M.Hi
selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Segenap Dosen serta staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi bekal ilmu
pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama menempuh pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Pihak Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan.
6. Pihak SMAN 2 Camba Maros
7. Yang selalu menemani dari awal semester Inrinofita Sari, Eli Rezkiana dan
Rosmita.
8. Teman-teman dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan
(HIMJIP).
9. Saudara dari awal masuk kampus sampai sekarang IP.D sekaligus teman
kelas dari semister 1 sampai semester 8.
10. Teman-teman angkatan 2015 “EXECUTIVE”.
11. Keluarga penulis yang telah memberikan support dalam penulisan skripsi.
Ucapan terima kasih yang teristimewa dan terdalam penulis kepada kedua
orang tua tercinta Muh.Ramli dan Ibunda Hj.Halimah, karena semua usaha
9
penulis tidak berarti apa-apa tanpa adanya pengorbanan dan dorongan semangat
yang sangat luar biasa dari beliau yang selalu suka rela melakukan segala hal,
memberikan doa yang tulus, motivasi, nasehat serta bimbingan dan membesarkan
penulis dengan penuh kasih sayang. Terima kasih juga untuk saudara sedarah
penulis yang selalu menyayangi dan memberi semangat untuk terus melanjutkan
pendidikan setinggi mungkin. Terakhir, Ucapan terimakasih yang tidak dapat
diungkapkan kepada Agus Saputra Yang telah menemani, Mensupport dan
mendukung setiap langkah penulis. Teriring doa semoga Allah SWT menjadikan
pengorbanan dan kebaikan itu sebagai cahaya penerang di dunia maupun di
akhirat kelak.
Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat memberikan
manfaat kepada para pembaca guna menambah Khasanah Ilmu Pengetahuan
terutama yang berkaitan dengan Ilmu Pemerintahan.
Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Makassar, 5 Februari 2020
Penulis
NUR AFNI RAMLI
10
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................ i
Halaman Persetujuan ...................................................................................... ii
Halaman Penerimaan Tim Penguji................................................................. iii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................. iv
Abstrak ........................................................................................................... v
Kata Pengantar ............................................................................................... vi
Daftar Isi......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
A. Konsep Pengawasan Kinerja............................................................ 9
B. Konsep Swafoto ............................................................................... 17
C. Kerangka Fikir ................................................................................. 20
D. Fokus Penelitian ............................................................................... 21
E. Deskripsi Fokus Penelitian................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................... 23
B. Jenis dan Tipe Penelitian ................................................................. 23
C. Sumber Data..................................................................................... 24
D. Informan Penelitian .......................................................................... 24
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 25
F. Teknik Analisis Data........................................................................ 27
G. Pengabsahan Data ............................................................................ 28
11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 30
B. Pengawasan Kinerja Guru Berbasis Elektronik Melalui Absensi
Swafoto SMAN 2 Camba Kabupaten Maros ................................... 43
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengawasan Kinerja Guru
Berbasis Elektronik Melalui Absensi Swafoto SMAN 2 Camba
Kabupaten Maros ............................................................................. …49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
A. Kesimpulan ...................................................................................... 63
B. Saran ................................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang pendidikan merupakan salah satu andalan untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk memenuhi
tuntutan zaman. Secara umum, pendidikan merupakan hal yang penting
dalam kehidupan manusia. Manusia lebih mampu berpikir, lebih kreatif,
dan inovatif dalam melakukan pemecahan terhadap segala permasalahan
yang dihadapi dengan adanya keberhasilan dalam pendidikan. Pendidikan
dapat dikatakan berhasil apabila proses pendidikan berjalan dengan baik
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Proses
pendidikan adalah proses untuk memberikan kemampuan kepada individu
untuk dapat memberikan makna terhadap dirinya dan lingkungannya.
Tilarr dalam Ali (2009).
Daryanto dalam Mahmin. (2018). mengemukakan bahwa
pendidikan bertujuan untuk memenuhi tiga aspek, yaitu aspek afektif,
kognitif, dan psikomotorik. Dalam upaya memenuhi tujuan tersebut,
pendidikan harus berperan secara proporsif, kontekstual, dan
komprehensif. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang tercantum pada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
13
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak
mulia, sertaketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Menurut Arikunto dan Yuliana dalam Nurdyansyah, & Andiek,
(2017). Pengawasan adalah usaha pimpinan untuk mengetahui semua hal
yang menyangkut pelaksanaan kerja, khususnya untuk mengetahui
kelancaran kerja para pegawai dalam melakukan tugas mencapai tujuan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa yang
bertanggungjawab untuk melakukan penawasan di sekolah adalah Kepala
Sekolah. Pengawasan yang dilakukan Kepala Sekolah merupakan salah
satu faktor penentu dalam pencapaian tujuan pendidikan. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan menyebutkan bahwa salah satu keajiban bagi
Kepala Sekolah adalah melaksanakan dan merumuskan program
pengawasan, serta memanfaatkan hasil pengawasan untuk meningkatkan
kinerja sekolah/madrasah.
Kinerja Guru akan baik, jika guru melaksanakan unsur-unsur yang
terdiri dari kesetiaan dan komitmen tinggi pada tugas mengajar, menguasai
dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan
tugas lainnya, kreativitas dalam melaksanakan pembelajaran, kerjasama
dengan warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa,
14
kepribadian baik jujur dan objektif dalam membimbing siswa serta
tanggung jawab dalam tugas. Surakhmad dalam Kolondam, (2018).
Berdasarkan pengamatan dilapangan kinerja guru masih belum
maksimal, indikasinya masih terdapat guru yang tidak melaksanakan tugas
mengajar dengan baik, yaitu sering terlambat masuk kelas walaupun sudah
bunyi bell tanda masuk dimulai, sudah ditunggu siswa masih ambil
kesempatan bercakap-cakap dengan teman di gang/teras/emperan
kelas/sekolah.
Dalam melaksanakan tugasnya tidak konsisten, RPP tidak
dipersiapkan dengan baik, penyusunan RPP tidak melalui tahap analisis
Standar Isi dan Standar Kelulusan, guru sering meninggalkan ruang kelas,
pada saat jam pelajaran belum selesai. Dalam proses pembelajaran guru
sering menghambat kreativitas para siswa, karena kurang persiapan, guru
sering marah-marah dan tidak memberikan kesempatan siswa untuk
mengemukan pendapat atau bertanya. Hasil penelitian singkat menyatakan
dilapangan kecendrungan menunjukkan bahwa masih banyak guru yang
sudah tersertifikasi belum mampu mendesain perangkat pembelajaran,
merencanakan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran, dan
mengimplementasikan kinerjanya dengan baik atau belum berprofesi
sebagai guru professional, dan masih banyak guru tersertifikasi masih
perlu mendapat pembinaan dan pelatihan.. Suharti dalam Kolondam,
(2018).
15
Indikasi yang nyata di SMAN 2 Camba-Maros pada saat peneliti
melakukan observasi masih tampak belum sesuai harapan, kinerja guru
dalam pengembangan pembelajaran belum memberikan perubahan secara
maksimal bagi perbaikan proses belajar karena kinerja guru belum
maksimal nampak dalam kreativitasnya. Begitu pula penggunaan sumber
belajar seperti laboratorium, perpustakaan, internet sekolah belum
digunakan secara maksimal oleh semua guru, karena Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS) belum memberikan perhatian serius dalam
optimalisasi pengembangan dalam pemanfaatan sumber belajar tersebut.
Kemampuan menggunakan internet masih sangat terbatas, hal ini
didominan oleh guru yang junior. Yang lebih menyedihkan lagi penyiapan
perangkat pembelajaran hanya copy paste, atau tidak dipersiapkan dengan
baik. Kemampuan mempersiapkan silabus masih lemah karena tidak
melalui tahapan analisis standar isi/standar kelulusan. Dalam
melaksanakan proses belajar melulu menekankan segi pengajaran melalui
metode dan teknik ceramah sebagai satu-satunya sumber bahan/materi
pelajaran bagi siswa, guru dengan berkreasi dan beralih menggunakan
bentuk atau jenis metode/model pembalajaran yang lebih kreatif, walaupun
yang ditulis pada RPP ada metode/model yang kreatif, jika ada supervisi
baru berupaya dengan metode/model yang baru tetapi karena tidak
dibiasakan maka proses pembelajaran terasa hambar. Ditemukan pula
masih adanya guru-guru yang senang tidak mengajar, kalau masuk kelas
cepat keluar yang tinggal dikelas hanya tas, para siswa dibiarkan mencatat
16
atau diskusi. Pengamatan ini diperkuat dengan pemberitaan media cetak di
Provinsi Sulawesi Selatan dimana Sidak Polisi Pamong Praja Pemkot
Maros menemukan banyak PNS termasuk didalamnya guru berada di
Pasar dan Supermarket pada jam-jam kerja. Keberhasilan organisasi tidak
terlepas juga dari komitmen guru untuk melaksanakan sistem manajemen
mutu yang ada di SMAN 2 Camba-Maros.
Seorang guru harus punya komitmen dalam melaksanakan
kewajiban-kewajibannya yaitu mendidik, mengajar, membimbing, dan
melatih. Semakin baik komitmen guru, maka kinerja guru tersebut dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya akan menjadi baik. Kepala
sekolah yang memimpin sekolah harus memiliki sifat-perilaku
kepemimpinan. Kepemimpinan yang dimaksud ialah kemampuan untuk
mempengaruhi, membimbing dan mengarahkan warga sekolah mencapai
tujuan sekolah. Untuk itu kedudukan kepala sekolah menjadi sangat
penting dan strategis dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah.
Bahkan, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional . Depdiknas
dalam Triyanto (2013) kepala sekolah memiliki tujuh peran utama, yaitu
sebagai Educator (Pendidik), Manajer, Administrator, Supervisor, Leader
(pemimpin), Pencipta iklim kerja, dan Wirausahawan. Kepala sekolah
diharapkan memiliki perilaku membimbing, mendorong, memotivasi,
mengarahkan warga sekolah. Hal ini mengisyaratkan bahwa kepala
sekolah memang memiliki peran penting dan strategis. Sejalan dengan
peran vital kepala sekolah tersebut, realitas di lapangan menunjukkan
17
fenomena yang kurang mengembirakan bahwa masih banyak kepala
sekolah yang belum memperlihatkan kinerja optimalnya. Ini antara lain
terlihat dari mutu pendidikan di sekolah-sekolah yang dari tahun ketahun
cenderung stagnan dan tidak mengalami peningkatan yang berarti.
Kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran yang sangat strategis
dalam kerangka manajemen sekolah, kepala sekolah merupakan salah satu
faktor terpenting dalam menunjang keberhasilan sekolah dalam rangka
mencapai tujuan yang ditetapkan. Kepala sekolah adalah pengelola satuan
pendidikan yang bertugas menghimpun, memanfaatkan, mengoptimalkan
seluruh potensi dan sumber daya manusia, sumber daya lingkungan
(sarana dan prasarana) serta sumber dana yang ada untuk membina
sekolah dan masyarakat sekolah yang dikelolanya.
Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang harus dimiliki adalah
bagaimana; membimbing, mendorong, mengarahkan warga sekolah.
Kepala sekolah sebagai ujung tombak dan kemudi jalannya lembaga
kependidikan. Pemimpin dalam lembaga pendidikan harus dapat
membimbing, mendorong, memotivasi dan mengarahkan warga sekolah
untuk mencapai tujuan bersama. Disamping itu masih banyak persoalan
yang terdapat di SMAN 2 Camba-Maros seperti ketersedian jaringan yang
masih terbatas, mengingat lokasi sekola berada di daerah pegunungan
sehingga terkadang guru yang sebelumnya datang cepat akan terabsen
lambat. Akan tetapi jika sudah melewati jam atau waktu yang telah
ditentukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi, Guru-guru atau Staf tetap
18
dinyatakan hadir dengan catatan jika melewati batas atau belum waktunya
akan ada keterangan setelah absen.
Berdasarkan kajian yang diuraikan diatas sesuai pengamatan
sementara di SMAN 2 Camba-Maros maka peneliti tertarik dan ingin
mengetahui serta melakukan penelitian untuk mengkaji lebih spesifik dan
mendalam tentang masalah-masalah yang mempengaruhi kinerja guru
yang dilihat secara konprehensif. Secara khusus penelitian ini akan
mengkaji tentang Pengawasan Kinerja Guru SMAN 2 Camba-Maros
Melalui Absensi Swafoto di Kabupaten Maros. Untuk itu judul penelitian
adalah: “PENGWASAN PENDIDIKAN BERBASIS ELEKTRONIK
(STUDI ABSENSI SWAFOTO SMAN 2 CAMBA KABUPATEN
MAROS)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana Pengawasan Pendidikan Berbasis Elektronik (Studi
Absensi Swafoto SMAN 2 Camba Kabupaten Maros)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
Untuk menegtahui Pengawasan Pendidikan Berbasis Elektronik
(Studi Absensi Swafoto SMAN 2 Camba Kabupaten Maros).
D. Manfaat Penelitian
19
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai diatas, maka manfaat yang
diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat menjadi reerensi dan bahan informasi bagi
peneliti selanjutnya ataupun mahasiswa lain yang ingin mendalami
studi implementasi kebijakan publik.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian sebagai kajian ilmiah dan diharapkan dapat
menjadi wacana untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi
peneliti berikutnya.
9
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengawasan Kerja
Pengawasan secara umum diartikan sebagai sesuatu kegiatan
administrasi yang bertjuan mengandalkan evaluasi terhadap pekerjaan
yang sudah selesai apakah sesuai rencana atau tidak. Karena itu bukanlah
dimaksudkan untuk mencari siapa yang salah satu yang benar tetapi lebih
diarahkan kepada upaya untuk melakukan koresi terhadap hasil kegiatan.
Pengawasan adalah kegiatan yang membandingkan atau mengukur
apa saja yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria norma
standar atau rencana-rencana yang ditetapkan Sami’an dan Aprilian, dalam
Sari & Paramita (2017)
Schermerhon dalam amril (2013) menyatakan bahwa pengawasan
adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan
yang dapat proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan
tindakaan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai
dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.
Pengawasan ialah proses pengamatan dari pelaksanaan keseluruhan
kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang
dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya Sondang P. Siagian dalam Sari & Paramita (2017) dan
10
pengawasan adalah suatu kegiatan yang bukan hanya untuk mencari
kesalahan-kesalahan, tetapi berusaha untuk menghindari terjadinya
kesalahan-kesalahan dan memperbaiki jika terjadi kesalahan-kesalahan
Brantas dalam Hidayah (2018).
Menurut Sami’an dan Aprilian dalam Paramita & Fathoni (2016)
terdapat dua teknik pengawasan yaitu :
1. Pengawasan langsung, yaitu pemimpin organisasi mengadakan sendiri
pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan. Pengawasan
langsung ini dapat berbentuk inspeksi langsung, on the
spotobservation, dan on the spot report.
2. Pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan dari jarak jauh,
pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh
bawahan. Laporan ini dapat tertulis dan lisan melalui telepon.
Tujuan pengawasan menurut Soekarno dalam Paramita Muryani &
Fathoni (2016) adalah :
a. Untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang
telah digariskan
b. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan dengan
instruksi serta azas-azas yang telah diinstruksikan
c. Untuk mengetahui adaya kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan
dalam pekerjaan
d. Untuk mengetahui segala sesuatu apakah berjalan efisien
11
e. Untuk mencari jalan keluar, bila ternyata dijumpai kesulitan-kesulitan,
kelemahan atau kegagalan kearah perbaikan.
Menurut Handoko dalam Adha (2016) mengemukakan
karakteristik pengawasan yang baik adalah:
1. Akurat, informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat karena
bila tidak akurat maka dari sistem pengawasan dapat menyebabkan
organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahkan
menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.
2. Tepat waktu, informasi harus dikumpulkan, disamakan, dan dievaluasi
secepatnya bila kegiatan perbaikan harus segera dilakukan.
3. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategi, sistem pengawasan harus
memusatkan perhatian pada bidang-bidang dimana penyimpangan-
penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau yang akan
mengakibatkan kerusakan paling fatal.
4. Objektif dan menyeluruh, informasi harus mudah dipahami dan
besifatobjektif serta lengkap.
5. Realistik secara ekonomis, biaya pelaksanaan sistem pengawasan
harus lebih rendah atau paling tidak sama dengan kegunaan yang
diperoleh dari sistem tersebut.
6. Realistik secara organisasional, sistem pengawasan harus cocok atau
harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi.
7. Terkordinasi dengan aliran kerja organisasi, hal ini dikarenakan setiap
tahap proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau gagalnya
12
keseluruhan operasi dan informasi pengawasan harus sampai pada
seluruh personalia yang memerlukannya.
8. Fleksibel, pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk
memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun
kesempatan dari lingkungan.
9. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional, sistem pengawasan efektif
harus menunjukkan baik deteksi atau deviasi dari standard an tindakan
koreksi apa yang seharusnya diambil.
10. Diterima para anggota organisasi, sistem pengawasan harus mampu
mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi.
Arifin Abdul Rachman dalam Sari (2018)., salah satu indikator
keberhasilan suatu organisasi pemerintah dalam mencapai tujuannya
banyak ditentukan oleh keberhasilan pengawasan. Jika pengawasan
berjalan dengan baik maka pengawasan merupakan unsur paling pokok
dalam menentukan keberhasilan suatu program. Keberhasilan program
pengawasan sendiri dapat dilihat dari berbagai macam indikator sebagai
berikut :
1. Indikator meningkatnya disiplin, prestasi dan pencapaian sasaran
pelaksanaan tugas, antara lain
2. Indikator berkurangnya penyalahgunaan wewenang yaitu
berkurangnya tuntutan masyarakat terhadap pemerintah.
3. Indikator berkurangnya kebocoran, pemborosan dan pungutan liar
antara lain:
13
Secara bahasa dapat diartikan bahwa kinerja merupakan prestasi
alam kerja pada seseorang. Kinerja dapat diukur dan ditingkatkan pada
berbagai macam tingkatan aktivitas Row;ey dan Jackson dalam Jannah
(2017).
Sutikno dalam Sari & Paramita (2017) pengawasan kerja
merupakan suatu proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk mengumpulkan data dalam usaha mengetahui
ketercapaian tujuan dan kesulitan apa yang ditemui dalam pelaksanaan itu.
George R. Tery dalam Nurrofi (2019) mengartikan pengawasan
sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya
mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-
tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan.
Pengawasan kerja adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja
dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang
diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.
Controlling is the process of measuring performance and taking action to
esure desired results Schermerhorn dalam Marlena (2018).
Dale dalam Kusmayadi & Lestari (2019) dikatakan bahwa
pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan
hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan
14
meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang
direncanakan.
Admosudirdjo dalam Elriskasida (2017) mengatakan bahwa pada
pokoknya pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang
membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan
dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Maryoto dalam Lumanauw Kojongian & Sumarauw (2016).
kinerja pegawai adalah hasil kerja selama periode tertentu dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, missal standar, target/sasaran atau kinerja
yang telah disepakati bersama.
Mc. Farland dalam Fitrianingrum (2015) memberikan definisi
pengawasan sebagai berikut, Pengawasan ialah suatu proses dimana
pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukanoleh bawahannya sesuai dengan rencana, tujuan, kebijakan yang
telah ditentukan.
Sarwoto dalam Caesar (2018) Pengawasan ialah kegiatan dari
manajer yang mengusahakan supaya pekerjaan-pekerjaan dapat terlaksana
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan ataupun hasil yang sudah
dikehendaki. Didalam definisi itu sarwoto menyatakan secara eksplisit
subyek yang juga melaksanakan pengawasan ataupun mempunyai fungsi
pengawasan yaitu manajer, sebagai sebuah standar ataupun sebagai tolak
15
ukur dari sebuah rencana yang telah ditetapkan dan juga hasil yang telah
dikehendaki.
M. Manullang dalam Prihatini & Budiatmo (2014) Pengawasan
ialah suatu proses untuk dapat menetapkan pekerjaan apa yang telah
dilaksanakan, menilainya, dan juga mengoreksinya. Dan bila perlu dengan
sebuah maksud agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana yang
semula.
Henry Fayol dalam Putra (2019) Pengawasan ialah terdiri dari
pengujian apakah seluruh sesuatu telah berlangsung sesuai dengan rencana
yang sudah ditentukan dengan instruksi yang sudah digariskan. Hal itu
memiliki tujuan untuk dapat menunjukan atau juga menentukan
kelemahan-kelemahan dan juga kesalahan-kesalahan dengan sebuah
maksud agar memperbaiki dan juga mencegah terulangnya kembali sebuah
kesalahan-kesalahan tersebut.
Victor M. Situmorang dan Jusuf Juhir dalam purba (2017)
Pengertian pengawasan adalah setiap usaha dan tindakan dalam rangka
untukmengetahui sampai dimanapelaksanaan tugas yang
dilaksanakanmenurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai.
Menurut Sondang P.Siagian dalam Billa (2019) pengertian
pengawasan adalah prosespengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untukmenjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan
berjalansesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
16
Djamaluddin Tanjung dan Supardan dalam purba (2017)
mengemukakan pengertian pengawasan yaitu salah satu fungsi manajemen
untuk menjamin agarpelaksanaan kerja berjalan sesuai dengan standar
yang telahditetapkan dalam perencanaan.
Untuk menjamin agar semua pekerjaan yang telah diberikan
olehpimpinan kepada bawahannya dapat berjalan sesuai menurut
rencana,maka seorang pimpinan tersebut harus memiliki kemampuan
untukmemandu, menuntut, membimbing, memotivasi, mengemudikan
organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik, sumber
pengawasanyang baik, serta membawa pengikutnya kepada sasaran yang
hendakdituju sesuai ketentuan, waktu dan perencanaan (Kartono dalam
Sari (2014)).
Robbin dalam Fitria (2016) menyatakan pengawasan itu
merupakan suatu proses aktivitas yg sangat mendasar, sehingga
membutuhkan seorang manajer untuk menjalankan tugas dan pekerjaan
organisasi.
Kertonegoro dalam Marpaung (2017) pengawasan adalah proses
melaui manajer berusaha memperoleh kayakinan bahwa kegiatan yg
dilakukan sesuai dengan perencanaannya.
Sujamto dalam Baktiyasa & Farida (2017) Pengawasan adalah
untuk menentukan apa yg telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya,
17
dan mengambil tindakan-tidakan korektif bila diperlukan untuk menjamin
agar hasilnya sesuai dengan rencana.
Winardi dalam Lumolos & Rondonuwu (2017) mengatakan bahwa
pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan
hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan
meluruskannya sehingga mencapai tujuan yg sesuai dengan apa yg
direncanakan.
Winardi dalam Kartika (2019) mengatakan bahwa pada pokoknya
pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yg membandingkan
atau mengukur apa yg sedang atau telah dilaksanakan dengan kriteria,
norma-norma, standar atau rencana-rencana yg telah ditetapkan
sebelumnya.
Kinerja adalah keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta
kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perilaku nyata
yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan atau kantor. Rivai
dan Ella dalam Wijaya & Suana (2013)
B. Konsep Swafoto
Swafoto (selfie) menurut kamus Oxford adalah “subuah foto diri
yang diambil oleh dirinya sendiri, biasanya (typically) diambil dengan
menggunakan smarthone atau webcam da diunggah melalui media sosial”
(Pearce & moscardo dalam Arsana 2019). Kusrini dalam Arsana, Sunarta,
18
Arida (2013) mendefinisikan selfie sebagai pengambilan foto dilakukan
oleh diri sendiri. Artinya, ada pertimbangan kapan harus menekan shultter
atau tombol handpone sehingga faham betul posisi wajah maupun badan
yang akan di foto. Pemikiran itu kemudian mengarahkan pandangan mata
kepada layar penampilan gambar di kamera atau padahal lain di luar
jendela bidik sehingga arah mata subjek foto biasanya tidak terfokus pada
sebuah arah tertentu .
Swafoto merupakan suatu media untuk mengekspresikan diri dan
berkomunikasi. Swafoto baik bagi para wanita muda karena secara umum
dapat mendorong seseorang untuk menerima dan menghargai di sendiri
apa adanya. Jika dilakukan dengan benar dan tidak berlebihan, swafoto
dapat bermanfaat sebagai media eksplorasi diri karena memungkinkan
seseorang untuk melihat gambaran diri sendiri sebagaimana orang lain
melihat dirinya sendiri Rutledge dalam Radyaqsa (2016).
Survey yang dilakukan Katz dan Crocker dalam Radyaqsa (2016) di
berbagai kota yaitu Bangkok, Berlin, Moskow, New Yorkdan sao paolo
menyimpulkan bahwa perempuan lebih ekspresif berpose swafoto
disbanding laki-laki.
Studi lain tentang swafoto adalah studi yang dilakukan yang
dilakukan oleh Tysna . studi yang merupakan tugus akhir ini verusaha
mengungkap kecemasan sosial dan perilaku agresif pelaku swafoto bila
ditinjau dari teori intraksi simbolik ini berfokus pada pentingnya konsep
diri (self-covcept), atau seperangkat peresepsi yang relatif stabil yang
19
dipercaya oleh orang terhaap dirinya sendiri. Intraksi simbolik memiliki
memiliki ciiri pada strimulus-respons namun lebih fokus pada pemahaman
makna dari pihak lain melalui penggunaan simbol, interprestasi hingga
upaya menyepakati untuk mencapai kesepakatan bersama . Tyson dalam
Osman, A. (2018).
Studi menarik lainnya tentang swafoto adalah studi yang dilakukan
oleh paul frosh. Penelitian yang dilakukan paul frosh dengan
menggunakan teori fotografi tradisional melakukan kajian terhadap
swafoto yang pada akhirnya kesimpulannya dipandang sebagai sesuatu
yang memiliki citra kinetis. Menurut frosh, citra kinetis yang dimiliki
swafoto merupakan suatu kondutor unggul bagi energi sosial, karena
swafoto sulit diabaikan untuk tidak diberikan respons. Telaah swafoto dari
sisi ranah kinestis sebenarnya lebih luas dari sekedar budaya digital,
namun sayangnya relatif sering diabaikan sebagai obyek analisis. Pada
kesimpulan studinya, frost menyataka bahwa swafoto dengan demikian
merupakan agen fatik (phatic) baru dalam arus energi antara gerakan
tubuh, interaksi yang ramah, dan teknologi media yang menjadi hal
mendasar bagi aktivitas rutin sehari-hari kita dalam melalukan aktivits
digital Frost dalam Hadyanto dan Krislamawaty (2018).
C. Hubungan Antara Kebijakan Pemerintah Dengan Kinerja Guru
Berbasis Elektronik Melalui Absensi Swafoto.
Mulai tahun pelajaran 2018/2019 kehadiran guru diperhitungkan
sebagai pemenuhan beban kerja guru sebagai pegawai yang secara
20
keselurahan paling sedikit 37,5 jam kerja dalam satu minggu sebagaimana
diamanahkan dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2017 tentang
perubahan atas peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2018 tentang guru.
Kementrian pendidikikan nasional mangajukan program yang dimana
setiap guru dapat melakukan kehadiran melalui swafoto, pengawasan
kinerja yang dimana dilakukan langsung oleh Dinas Pendidikan Provinsi
Sulawesi Selatan untuk mengembangkan teknologi berbasis online serta
kedisiplinan dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, dalam absen
swafoto yang dilakukan dapat mempermudah Pusat (Disdik) untuk
memantau kehadiran guru secara otomomatis. Serta dalam program
tersebut adapun masalah yang dihadapi secara umum karena faktor
jaringan serta maasalah kurangnya pemahaman guru untuk melakukan
absen swafoto.
D. Kerangka Fikir
Pengawasan secara umum diartikan sebagai seuatu kegiatan
administrasi yang bertujuan mengandalkan evaluasi terhadap pekerjaan
yang sudah selesai apakah sesuai rencana atau tidak. Karena itu bukanlah
dimaksudkan untuk mencari siapa yang salah satu yang benar tetapi lebih
diarahkan kepada upaya untuk melakukan koreksi terhadap hasil kegiatan.
Hal ini dijelaskan oleh Sami’an dan Aprilian, (2013:47) tentang
Pengawasan Pendidikan Berbasis Elektronik (Studi Absensi Swafoto
SMAN 2 Camba Kabupaten Maros) dengan beberapa teknik pengawasa
yaitu pengawasa langsung dan pengawasan tidak langsung.
21
Untuk lebih jelasnya dibawah ini dapat digambarkan mengenai
bagian kerangka fikir yaitu sebagai berikut.
Bagan 2.1 Bagan Kerangka Fikir
E. Fokus Penelitian
Pengawasan Pendidikan Berbasis Elektronik (Sturi Absensi
Swafoto SMAN 2 Camba Kabupaten Maros).
F. Deskripsi Fokus Penelitian
Teknik Pengaawasan yaitu :
1. Pengawasan langsung yaitu pemimpin organisasi mengadakan sendiri
pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan.
Pengawasan Pendidikan Berbasis
Elektronik (Studi Absensi Swafoto SMAN
2 Camba Kabupaten Maros)
Faktor
Pendukung: 1. Perkembangan
Teknologi
Berbasis Online
2. Kedisiplinan
Dalam
Melaksanakan
Pembelajaran
3. Komitmen Guru
4. Sumber Daya
Faktor
Penghambat:
1. Jaringan.
2. Pemehaman
Individu Guru
Tentang
Aplikasi
Swafoto
Indikator Pengawasan
1. Pengawasan langsung
2. Pengawasaan Tidak
langsung
Absensi Online yang efektif untuk
Guru SMAN 2 Camba
22
2. Pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan dari jaarak jauh,
pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh
bawahan.
23
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan yaitu mulai
pada tanggal 31 Juli – 30 September 2019 atau setelah adanya
perizinan yang telah dilakukan oleh pihak fakultas. Dan lokasi
penelitian dilaksanakan di kantor Dinas Pendidikan Provinsi
Sulawesi Selatan sebagai lokasi yang mengeluarkan aplikasi Absen
Swafoto dan SMAN 2 Camba-Maros sebagai lokasi yang telah
menerapkan salah satu fitur dari aplikasi Absen Swafoto yaitu
absen online untuk guru.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yangdigunakan adalah penelitian
kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objektif tentang Pengawasan Pendidikan
Berbasis Elektronik (Studi Absensi Swafoto SMAN 2 Camba
Kabupaten Maros).
2. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
atas dasar bahwa informasi yang akan diteliti adalah berkaitan
dengan penghayatan, pengalaman, pemahaman dan pemberian
arti dari informasi penelitian tentang absensi swafoto. Sehingga
24
penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran
(deskripsi) mengenai situasi-situasi kejadian. Kekuatan
penulisan kualitatif terletak pada kemampuan penelitian dalam
membangun pandangan mereka tentang apa yang diteliti secara
rinci, yang dinarasikan dengan kata-kata maupun gambaran
secara holistik.
C. Sumber Data
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsungdari hasil
wawancara yang diperoleh dari narasumber yang dianggap
berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan
sebenarnya di lapangan.
2. Data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari
literature dan dokumen serta data yang diambil dari bahan
bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian.
D. Informan Penelitian
Dalam penelitian ini, pengambilan informan ssecara
purposive sampling adalah teknik pengambilan informan yang
memiliki pengetahuan yang luas serta mampu menjelaskan
sebenarnya tentang objek penelitian. Penulis telah menetapkan
informan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu sebagai berikut :
25
Table 3.1 Informan Penelitian
No Nama Inisial Jabatan Jumlah
1. H. Anshar, M. I.Kom AS
Kepala Seksi
Pelayanan TIK UPT
Tekkom DISDIK
1 Orang
2. Muh. Idris, S. Sos MI Staf PTIKP 1 Orang
3.
Dr. Mustamin, S. Pd.,
M.Pd., M.M.
MS
Widiyaswara Ahli
Madya
1 Orang
4.
Drs. H. A. Munir
Lanre, M. Pd.
ML Kepala Sekolah 1 Orang
5. Ahmad Syarif, S. Pd. AS Guru Kelas 1 Orang
6. Aminuddin, S. Pd. AM Guru Kelas 1 Orang
Total Informan 6 Orang
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang rfelevan, penelitian ini
menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu:
1. Observasi
Proses observasi ini peneliti dapat mengamati situasi-situasi
yang ada di lapangan dengan mencatat apa-apa yang dianggap
penting guna menunjang terhadap tujuan penelitian. Observasi ini
memberikan kemudahan terutama dalam ham memperoleh data di
lapangan. Kegiatan pengamatan terhadap objek penelitian ini untuk
26
memperoleh keterangan keterangan data yang lebih akurat dan
untuk mengetahui relevansi antara jawaban responden dan
kenyataan yang terjadi dilapangan dalam hal Pengawasan
Pendidikan Berbasis Elektronik (Studi Absensi Swafoto SMAN 2
Camba Kabupaten Maros).
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu
percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Teknik
ini dilakukan peneliti dengan cara mengadakan Tanya jawab secara
lisan dan mendalaam terhadap beberapa informan yaitu kepala
sekolah, guru maupun siswa/siswi. Yang dianggap mampu
memberikan informasi mengenai Pengawasan Pendidikan Berbasis
Elektronik (Studi Absensi Swafoto SMAN 2 Camba Kabupaten
Maros).
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, notulen, literatut dan sebagainya.
F. Teknik Analisis Data
27
Analisis data adalah langkah selanjutnya untuk mengelola
data dimana data yang diperoleh di kerjakan dan dimanfaatkan
sedemikian rupa untuk menyimpilkan persoalan yang diajukan
dalam penyusunan hasil penelitian. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif. Menurut
Miles dan Huberman dalam Nurjanah & Ragil (2014)
mengemukakan bahwa dalam model ini terdapat tiga komponen
pokok yaitu sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data meripakan langkah yang paling
utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah
mendapatkan data tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,
maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang dtetapkan.
b. Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama analisis
data yang mempertegas, memperdekat, membuat fokus,
membuat hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian
rupa sehingga simpulan penelitian data dilakukan.
c. Sajian Data
28
Sajian data merupakan suatu rangkaian informasi yang
memungkinkan kesimpulan secara singkat dapat berarti cerita
sistematis dan logis maka peristiwanya dapat dipahami.
d. Penarikan Kesimpulan
Dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah harus
mengerti apa arti dari hal-hal yang di temui dengan mencatat
peraturan-peraturan sebab akibat dan berbagai proporsi
sehingga penarikan simpulan dapat dipertanggung jawabkan.
G. Pengabsahan Data
Validasi data sangat mendukung akhir penelitian.
Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan
menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi bermakna silang
yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang lain serta
pengecekan pada waktu yang berbeda.
Menurut Wiliam dalam Rozali (2015) triangulasi dalam
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi pengumpulan
data dan waktu.
a. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.
29
b. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas untuk mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
c. Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di waktu
pagi pada saat narasumber masih segar, belum banyak
masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih kredibel
30
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Profil Kantor Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan
Latar belakang terbentuknya kantor Dinas Pendidikan Sulawesi
Selatan yaitu pada masa terbentuknya Negara Indonesi Timur (NIT)
yang dikepalai oleh menteri pengajaran yang bernama Katoppo.
Kantor wilayah pada waktu itu bertempat di gedung SMA Candra
Kirana yang sekarang berada di jalan Sungai Tangka. Pada tahun
1946-1950, Departemen pendidikan Pengajar dan Kebudayaan berubah
menjadi Inspektur Pendidikan Daerah Sulawesi Selatan yang dikepalai
oleh Azis Nompo.
Pada tahun 1950 Inspektur Pendidikan di daerah Sulawwesi
Selatan berubah nama menjadi Kantor Jabatan Pengajaran Provinsi
Sulawesi Selatan yang di kelapai oleh H. Sondat dan wakilnya
Mangindaan. Kantor tersebut bertempat dikantor Walikota Madya Tk.
II Ujung Pandang yang sekarang berada di jalan Jendral Ahmad Yani.
Pada tahun 1956 kantor tersebut berubah nama menjadi
Perwakilan Departemen Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Sulawesi
Selatan Tenggara. Tahun 1961 kantor tersebut dibat oleh S. N.
Turangan dan wakilnya H. Laside. Kemudian pada bulan Agustus
1964 H. Laside diangkat sebagai Kepala Perwakilan Departemen
Pendidikan Dasar dan Kebudayaan sampai pada tahun 1967 dan pada
31
tahun itu jabatan diserahkan kepada Syamsudin Tang. Tahun 1968,
Kepala Perwakilan Departemen Pendidikan Dasar dan Kebudayaan
diseraterimakan dari Syamsudin Tang kepada E. Agus Salim
Mokodompit, M. A. sebagai kepala biro Organisasi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Pada tanggal 19 Desember 1979 jabatan Kepala Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan
diserahterimakan kepada Drs. A. Rasyid yang sebelumnya sebagai Staf
Ahli Menteri pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta. Tanggal 11
Desember 1981 jabatan tersebut beralih dari Drs. A. Rasyid kepada
Letkol Soepomo. Padatanggal 22 Februari 1983 Kepala Kantor Wilaya
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan
diserahterimakan kepada Drs. Athaillah. Tahun 1987 terjadi pergantian
pimpinan dari Drs. Athaillah kepada Drs. Aminuddin Mahmud.
Berdasarkan keputusan menteri penddidikan dan kebudayaan
nomor :09/MPK/1991 tanggal 17 Februaru 1991, jabatan kepala kantor
wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi
Selatan diserahterimakan dari Drs. Aminuddin Mahmud kepada Drs.
Abdul Djabbar. Selanjutnya, keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI nomor : 217/C/1993 pergantian jabatan kepala kantor
Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulaweesi
Selatan pada tanggal 4 Januari 1994 dari Drs. Abdul Djabbar diganti
oleh Drs. Amiruddin Maula yang sebelumnya menjabat sebagai kepala
32
kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Kalimantan Timur. Kemudian jabatan kepala kantor Wilayah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan
diserahterimakan dari Drs. Aminuddin Maula kepada Ir. H. M. Arifin
Thalib.
Pada tanggal 1 Januari 2001, jabatan kepala Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi SSulawesi Selatan
diserahterimakan dari Ir. H. M. Arifin Thalib kepada Drs. Ngaro, M.
Pd. Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
nomor : 173/O/1983 tentang struktur organisasi vertical, tata kerja
kepala kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sulawesi Selatan berubah nama menjadi Kantor DDinas Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan yang di jabat oleh Drs. Ngaro, M. Pd. dan
Wakilnya Drs. A. Muh. Noer Sanusi, M. Si.
Pada tanggal 25 April 2003, Drs. Ngaro, M. Pd. menyelesaikan
massa jabatan sebagai kepala Dinas Pendidikan dan diganti oleh Drs.
A. Muh. Noer Sanusi, M. Si. dan Drs. Hanafi Mappasomba, M. Pd.
sebagai wakilnya. Setelah tanggal 31Oktober 2005 Drs. A. Muh. Noer
Sanusi, M. Si. mengakhiri masa jabatannya dan digantikan oleh H. A.
Patabai Pabokori yang sebelumnya menjadi bupati Kabupaten
Bulukumba dan Drs. H. Hanafi Mappasomba tetap menjadi Wakil
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selataan dan pada tanggal
1 November 2006 Drs. Hanafi Mappasomba, memasuki masa pension
33
sehingga digaantikan oeleh Drs. Muh Saleh Gottang sampai memasuki
pension.
Mengakhiri masaa kerja Drs. H. A. Patabai Pabokori pada
tanggal 1 Juli 20012 digantikan Oleh Drs. H. Abdullah Jabbar, M. Pd.
sebagai pelaksana tugas pada tanggal 2 juli 2012 yang mana
sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Dinas Pendidikan Provensi
Sulawesi Selatan. Kemudian Drs. H. Abdullah Jabbar, M. Pd.
menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan.
Pada tanggal 4 September 2014 Drs. H. Abdullah Jabbar, M. Pd. wafat
dan digantikan oleh Drs. H. Salim Siddik sebagai Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan. Tanggal 9 September 2016 Drs.
H. Salim Siddik digantikan oleh H. Imran Yasin Limpo, SH. sebagai
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan.
a. Visi dan Misi
Visi Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan adalah suatu
gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan berisikan oleh
cita dan cita yang diinginkan diwujudkan yaitu :
“Terwujudnya Layanan Pendidikan yang Berkualitas dan Terjangkau”
Visi tersebut mencerminkan aspirasi cita-cita sebagai berikut :
1. Pendidikan yang bermutu adalah penddidikan yang memiliki
keunggulan dalam proses pembelajaran di sekolah dan memiliki
hasil belajar yang memaddai.
34
2. Pendidikan bagi semua anak usia sekolah pada tingkat pendidikan
dasar dan mengandung komitmen yang kuat untuk memberikan
kesempatan kepada semua anak usia sekolah dan memperoleh
pembelajaran pendidikan yang memadai.
3. Memiliki daya saing yang tinggi ditingkat daerah pendidikan
yang inovatif dam kompetitif.
Untuk tercapainya visi tersebut, Dinas Pendidikan Provinsi
Sulawesi Selatan mempunyai Misi. Misi ialah sesuatu yang harus
diemban maupun dilaksanakan sesuai visi yang telah ditetapkan
agar Dinas Pendidikan dapat berjalan dan terlaksaana dengan
baik.
Misi tersebut yaitu :
1. Mempercepat ketuntasan program wajib program wajib belajar,
program pendidikan universal dan program pendidikan orang
dewasa (meleh huruf).
2. Memfasilitasi pengembangan system pembelajaran yang
bermakna (berkualitas dan berkarakter).
3. Menyediakan dan memfasilitasi sara dan prasarana pendidikan
untuk mencapai standaar nasional pendidikan.
4. Memfasilitasi bantuan subsiddi untuk keterjangkauan layanan
pendidikan untuk semua jenjang.
5. Mengelola manajemen pendidikan secara akuntabel, professional
dan bertanggung jawab.
35
b. Tugas pokok dan Fungsi pada Dinas Pendidikan Provensi
Sulawesi Selatan
Tugas pokok dari tiap bagian pada Dinas Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu:
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas Pendidikan mempunyai tugas menkoordinasi
penyusunan perencanaan dan mengevaluasi kegiatan Dinas
Pendidikan serta merumuskan kebijakan teknis bidang
pendapatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebagai pedoman kerja.
2. Wakil Kepala Dinas
Wakil Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Kepala
Dinas di bidang tugasnya dan pengawassan internet serta
kedinasan lainnya.
3. Bagian Tata Usaha
a. Sub Baguan Program
Sub Bagian Program di pimpin oleh Kepala Bidan yang
mempunyai tugas pengumpulan data, menganalisa, penyajian
daan penyimpanan anggaran dinas statistic pendidikan serta
menyelenggarakan identifikasi, perumusan dan penyusunan
pembangunan pendidikan.
36
b. Sub Bagian Kepegawaian
Sub Bagian Kepegawaian di pimpin oleh Kepala Sub Bagian
yang mempunyai tugas melakukan penyiapan, penyusunan
bahan rencaana kebutuhan dan pengembangan pegawai, mitasi,
kenaikan pangkat dan pengelolaan administrasi kepegawaian.
c. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang
mempunyai tugas mengelola administrasi keuangan meliputi
penyusunan anggaran, penggunaan anggaran, pembukuan,
pertanggung jawaban dan laporan keuangan.
d. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang
mempunyai tugas melaksanakan urusan ketatausahaan dinas
meliputi surat-menyurat, kearsipan, pengadaan, ekspedisi,
administrasi perjalanan dinas, perlengkapan, pemeliharaan dan
urusan rumah tangga dinas.
4. Bagian Sarana dan Orassarana
a. Seksi Pengadaan Sarana dan Prasarana
Seksi Pengadaan Sarana dan Prasarana sekolah ddipimpin oleh
seorang kepala seksi yang mempunyai tugas melaksanakan dan
menyimpan bahan dan menetapkan kebijaksanaan-
kebijaksanaan teknis di bidang pengadaan sarana sekolah.
37
b. Seksi Perawatan Sarana Sekolah
Seksi Perawatan Sarana Sekolah dipimpin oleh seorang kepala
seksi yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pembinaan teknis perawatan sarana dan prasarana sekolah.
c. Seksi Penyediaan Buku, Alata Peraga dan Modul
Seksi Penyediaan Buku, Alat Peraga dan Modul dipimpin oleh
seorang kepala seksi yang mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pembinaan teknis serta melakukan analisis
kebutuhan penyediaan sarana dan prasarana sekolah serta
perawatan dan prassarana sekolah.
d. Seksi Pembukuan Sarana/Prasarana Pendidikan
Seksi Pembukuan Sarana/Prasarana Pendidikan dipimpin oleh
seorang kepala seksi yang mempunyai tugas melaksanakan
pembinaan, menyusun pedoman pembukuan sarana dan
prasarana sekolah.
5. Sub Dinas Pendidikan Agama dan Pendidikan Dasar
a. Seksi Kurikulum Agama dan Pendidikan Dasar
Seksi pendidikan agama dan ppendidikan dasar dipimpin oleh
seorang kepala seksi yang mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan teknis, pelaksanaan dan pembinaan di bidang
kurikulum agama dan pendidikan dasar.
38
b. Seksi Pengembangan Tenaga Kependidikan Agama dan Dikdas
Seksi pengembangan tenaga kependidikan agama dan Dikdas
dipimpin oleh seorang kepala seksi yang mempunyai tugas
melaksanakan perumusan petunjuk pelaksanaan dan pembinaan
di bidang pengembangan tenaga kependidikan agama dan
pendidikan dasar.
c. Seksi Pembinaan Manajemen Sekolah
Seksi pembinaan manajemen sekolah dipimpin oleh seorang
kepala seksi yang mempunyai tugas perumusan dan
manajemen sekolah meliputi struktur organisasi, mekanisme
kerja, pemahaman visi sekolah serta pendidikan.
d. Seksi Penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa
Seksi penyelenggaraan pendidikan luar biasa dipimpin oleh
seorang kepala seksi yang mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan kebijaksanaan teknis program pengembangan
dan pembinaan kualitas pendidikan luar sekolah dan
pendidikan terpadu.
6. Sub Dinas Pendidikan Menengah Atsas (Dikmentas)
a. Seksi Kurikulum
Seksi kurikulum dipimpin oleh seorang kepala seksi yang
mempunyai tugas melaksanakan kebijaksanaan teknis
perumusan dan penyusunan pedoman pelaksanaan diterminasi
kurikulum dan kelender pendidikan bagi SMA.
39
b. Seksi Pengembangan Tenaga Kependidikaan
Seksi pengembangan tenaga kependidikan dipimpin oleh
seorang kepala seksi yang mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan kebijaksanaan teknis di bidang pengembangan
tenaga kependidikan.
c. Seksi Pembinaan Manajemen Sekolah
Seksi pembinaan manajemen sekolah dipimpin oleh seorang
kepala seksi yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan
dan kebijaksanaan teknis di bidang manajemen sekolah.
d. Seksi Pendidikan Luar Biasa (SLB)
Seksi pendidikan luar biasa dipimpin oleh seorang kepala seksi
yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
kebijaksanaan teknis di bidang pendidikan luar biasa.
7. Sub Dinas Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur)
a. Seksi Kepemudaan
Seksi kepemudaan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan kebijaksanaan
di bidang kepemudaan.
b. Seksi Olahraga
Seksi olahraga dipimpin oleh seorang kepala seksi yang
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan kebijaksanaan
teknis di bidang pendidikan olahraga.
40
c. Seksi Pembinaan dan Pengembangan
Seksi pembinaan dan pengembangan dipimpin oleh seorang
kepala seksi yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan
dan kebijaksanaan teknis di bidang pembinaan dan
pengembangan generasi mudah dan kesenian.
d. Seksi Pendidikan Kesenian
Seksi pendidikan kesenian dipimpin oleh seorang kepala seksi
yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
kebijaksanaan teknis di bidang pendidikan kesenian daerah
organisasi pendidikan kesenian masyarakat.
8. Sub Dinas Pendidikan Luar Sekolah
a. Seksi Sarana dan Tenaga Teknis
Seksi sarana dan tenaga teknis dipimpin oleh seorang kepala
seksi yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
kebijaksanaan teknis di bidang sarana dan tenaga teknis.
b. Seksi Pendidikan Luar Sekolah
Seksi pendidikan luar sekolah dipimpin oleh seorang kepala
seksi yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
kebijaksanaan teknis di bidang pendidikan luar sekolah.
c. Seksi Pelatihan dan Penataran
Seksi pelatihan dan penataran dipimpin oleh seorang kepala
seksi yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
kebijaksanaan teknis di bidang pelatihan dan penataran dan
41
pendidikan luar sekolah, non pendidikan luar sekolah dan
kemassyarakatan.
d. Seksi Keterampilan Perempuan
Seksi keterampilan perempuan dipimpin oleh seorang kepala
seksi yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
kebijaksanan teknis di bidang keterampilan pendidikan.
9. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD)
10. Kelompok Jabatan Fungsional.
2. Profil SMAN 2 Camba-Maros
a. Visi dan Misi
Visi Sekolah :
“ Terwujudnya Pendidikan Berkualitas berdasarkan iman dan
Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa “
Misi Sekolah :
1. Mengembangkan kepribadian siswa sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku.
2. Meningkatkan perolehan rata-rata nilai ujian nasional dari
tahun ke tahun
3. Meningkatkan jumlah siswa yang diterima pada perguruan
tinggi negeri.
4. Mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler
5. Menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungna
proses pembelajaran yang efektif.
42
b. Profil Sekolah
Table 4.1 Profil SMAN 2 MAROS
Nama Satuan SMAN 2 MAROS
NPSN 40300278
Bentuk Pendidikan SMA
Status Sekolah Negeri
Status Kepemilikan Pemerintah Pusat
SK Izin Operasional 99 TAHUN 2017
Tanggal SK 2017-01-26
Alamat JL. LAPPA MARIO CAMBA
Desa/Kelurahan Mario Pulana
Kecamatan Camba
Kabupaten/Kota Kabupaten Maros
Propinsi Sulawesi Selatan
RT/RW 1/1
Nama Dusun MARIO
Kode Pos 90562
Lintang/Bujur -4.9102000/119.8587000
Layanan Keb. Khusus Tidak ada
SK Pendirian 0473/O/1983
Tanggal SK 1983-09-11
Rekening BOS 4965 01 010706 53 5
Nama Bank BRI
Nama KCP/Unit CAMBA MAROS
Atas Nama SMAN 2 CAMBA MAROS
MBS Tidak
Tanah Milik 43067m
Tanah Bukan Milik 0m
Nomor Telepon 04113880707
Nomor Fax Null
Email [email protected]
Website Null
43
c. Struktur Sekolah
Struktur organisasi SMAN 2 Camba-Maros
B. Pengawasan Pendidikan Berbasis Elektronik (Studi Absensi Swafoto
SMAN 2 Camba Kabupaten Maros)
Dinas pendidikan Sulawesi Selatan memberikan perhatian lebih
pada persoalan kompetensi dan integritas para guru dan tenaga
kependidikan. Hasil evaluasi dan monitoring faktual yang langsung
menyasar hingga kesekolah-sekolah dipelosok kabupaten menunjukkan
integritas guru dan tenaga kependidikan masih belum merata. Mengadopsi
kecanggihan perangkat teknologi informasi dan komunikasi serta
menyesuaikan diri diera digital, Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan
44
menghadirkan sebuah inovasi kebijakan pendidikan berbentuk aplikasi
berbasis gawai (gedget) yang diberi nama electronic panrita (e-Panrita).
Aplikasi ini merupakan sebuah pendekatan kolektif dan holistik
membangun integritas yang tinggi dalam pengelolaan dunia pendidikan.
Mengacu pada konsep pengawasan kinerja guru, bahwa dalam
sektor public pengawasan dan kinerja guru merupakan dua istilah yang
saling melengkapi satu sama lain. Pengawasan hadir sebagai suatu produk
yang baru dan sifatnya yang menggantikan cara yang lama. Demikian
pula sifat dari kinerja guru yang hadir untuk menggantikan kinerja guru
yang lama. Dari penjelasan tersebut, maka dalam penelitian ini akan
diuraikan pengawasan pendidikan berbasis elektronik (studi absensi
swafoto SMAN 2 Camba kabupaten maros). Terdapat dua (2) pengawasan
absen swafoto, yaitu: (1) Pengawasan Langsung dan (2) Pengawasan tidak
langsung. Hasil pengkajian terhadap kedua hal tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pengawasan Langsung
Pengawasan adalah proses yang sistematik dalam menetapkan
standar kerja atau ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat
mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan standar
kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Pengawasan berfungsi untuk
menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan dalam sebuah
pekerjaan, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau
45
pemerintah telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna
menciptakan tujuan dari proyek perusahaan atau pemerintahan.
Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas
yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja
dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil
yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.
Pengawasan langsung merupakan salah satu fungsi manajemen
yang sepenuhnya merupakan tanggung jawab setiap pimpinan pada
tingkat manapun. Pengawasan langsung adalah suatu sistem
pengawasan yang menuntut kebersamaan yang aktif antara atasan dan
bawahan, dari setiap karyawan atau pegawai untuk dapat mengetahui
kemampuan dan kondiute setiap individu dengan penilaian yang lebih
objektif, Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan Kepala Seksi
Pelayanan TIK UPT Tekkom DISDIK yang mengatakan bahwa:
“Pengawasan langsung iya kami Punya Rekapannya lah, disitu
kita melihat mengontrol siapa-siapa saja itu yang pertama,
kemudian yang kedua itu kita mengontrolnya langsung, melihat
di ruangan komensenter di lantai 2, itu ada komensenternya,
kemudian kadang juga kita monitoring, kita lakukan monitoring
ke sekolah-sekolah”. (Hasil Wawancara AS, 30 September
2019)
46
Gambar 4.1 room world e-Panrita Disdik Sulsel
Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa Dinas
Pendidikan Sulawesi Selatan mengawasi secara langsung para guru
dengan cara mengontrol lansung kehadiran dan juga bisa mengontrol
lewat Commed Center jadi dengan seperti itu kinerja guru-guru bisa
langsung diketahui oleh pihak pemerintah. Didukung dengan
pernyataan Kepala Sekolah SMAN 2 Camba Maros yang mengatakan
bahwa:
“Dalam melakukan absen para guru tidak bisa lagi menitip
absen seperti yang biasa dilakukan pada absen manual karena di
aplikasi Swafoto, setiap kali guru melakukan absen akan
langsung dapat dilihat di pusat setiap harinya”. (Hasil
Wawancara ML, 26 Agustus 2019).
Berdasarkan wawancara di atas mengatakan bahwa
menggunakan absensi online pada aplikasi Swafoto ini para guru tidak
akan bisa lagi memanipulasi kehadiran mereka di sekolah, dengan
47
aplikasi Swafoto mereka akan langsung di pantau oleh Disdik Sulsel,
Didukung dari hasil wawancara Staf palayanan TIK UPT Tekkom
sekaligus Operator Swafoto DISDIK mengatakan bahwa:
“Sebelumnya para guru di sekolah melakukan absen itu secara
manual yaitu pada saat tiba di sekolah melakukan absen dengan
memaraf absen yang telah di sediakan namun absen dengan cara
manual tersebut ternyata belum bisa menjamin kedisiplinan guru
karena masih banyak guru yang datang terlambat, guru ke
sekolah ketika ada jam mengajarnya saja dan kadang pula ada
yang menitip absennya, dengan adanya swafoto bisa dipantau
secara lansung kehadiran dan kinerja guru” (Hasil Wawancara
MI 30 September 2019)
Dari pembahasan dan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan
bahwa pengawasan lansung melalui swafoto itu lebih memudahkan
untuk memantau kinerja guru meskipun dari jauh pemerintah tetap bisa
mengetahui siapa-siapa guru yang memang benar bertanggung jawab
dalam menjalankan tugasnya dan yang mana hanya menitip absen dan
meninggal sekolah sesuka hatinya. Melalui swafoto ini, guru disekolah
bisa dideteksi keberadaanya pada saat jam sekolah dan swafoto ini
juga bisa merekap tingkat kehadiran guru dalam mengajar setiap
pekannya.
2. Pengawasan Tidak Langsung
Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang dilakukan
oleh pimpinan dengan cara tidak turun langsung mengawasi pekerjaan
dari pelaksana, melainkan mempelajari laporan-laporan, baik itu
laporan lisan maupun tulisan yang disampaikan oleh pelaksana
pekerjaan. Tetapi meskipun pemerintah tidak terjun langsung untuk
48
memantau bagaimana guru-guru dalam menjalankan tugas mereka
tetap diketahui, dikarenakan adanya aplikasi swafoto. Aplikasi ini
dengan mudah mendeteksi keberadaan guru-guru di jam sekolah
pemerintah hanya memantau di layar maka dengan cepat mereka
mengetahui guru-guru mana yang hanya menitip absen, Sebagaimana
hasil wawancara penulis dengan Kepala Seksi Pelayanan TIK UPT
Tekkom DISDIK yang mengatakan bahwa:
“Pengawasan Tidak langsung yaitu yang menggunakan
rekapan, jadi kalau langsung memang kita lakukan monitoring
ke sekolah-sekolah itu, kemudian langsung mengontrol di
commad center itu yang langsung, kalau yang tidak langsung
kita membuat laporan rekapan itu” (Hasil Wawancara AS, 30
September 2019)
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah
bisa mengawasi guru-guru dengan cara mengawasi dari ruangan
command center, tidak mesti turun langsung karna mengunakan
swafoto itu bisa di pantau di kantor, jadi bagaimanapun guru
menyalahgunakan absen tetap akan terdekteksi oleh pemerintah yang
berwenangan. Didukun dari salah satu pernyataan Guru yang
mengatakan bahwa:
“kami sebagai guru sangat mendukung dengan adanya inovasi
swafoto ini karna dengan adanya aplikasi ini kami dibantu untuk
lebih paham dengan teknologi tetapi sebagian dari guru juga
yang belum terlalu paham dengan hp android susah karna ketika
memorinya full mereka bingung harus di apakan, dengan
menggunakan swafoto ini kita di awasi langsung oleh DISDIK
ada dua hal dalam mengawasi yaitu dengan secara langsung dan
tidak langsung ” (Hasil wawancara AS , 26 Agustus 2019).
49
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian guru
terbantu dengan adanya swafoto itu karna mereka bisa membantu
untuk paham akan teknologi tetapi banyak juga yang kurang paham
akan aplikasi ini. Dengan adanya aplikasi ini guru dibantu untuk
disiplin dengan kehadiran untuk mengajar disekolah dengan
pengawasan oleh diksi melalaui pengawasan langsung dan pengawasan
tidak langsung , jadi secara langsung guru tidak bisa menitip absen,
pernyataan ini didukung oleh salah satu guru yang mengatakan bahwa:
“ iya kami guru disini merasa nyaman dengan aplikasi ini karna
kami di awasi terkadang datang memantau kelokasi dan juga
memonitoring di layar dan terkadang juga mereka memantau
tidak secara langsung yaitu dengan merekap kehadiran guru-
guru disini”.(Hasil wawancara AM , 26 Agustus 2019).
Dari pembahasan dan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan
bahwa pengawasan tidak langsung melalui swafoto itu efektif karna
tanpa turun langsung kelokasi, aplikasi ini bisa di pantau meskipun
hanya di kantor otomatis guru-guru tidak seenaknya meninggalkan
sekolah meskipun pemerintah tidak mengawasi secara memonotoring (
langsung) tetapi mereka tetap melakukan perekapan tentang kehadiran
guru-guru jadi tetap akan di ketahui guru-guru yang sering menitip
absen dan sebagainya.
50
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengawasan Pendidikan
Berbasis Elektronik (Studi Absensi Swafoto SMAN 2 Camba
Kabupaten Maros).
1. Faktor Pendukung
Faktor faktor yang mempengaruhi Pengawasan Pendidikan
Berbasis Elektronik (Studi Absensi Swafoto SMAN 2 Camba
Kabupaten Maros).
a. Perkembangan Teknologi Berbasis Online
Faktor yang mendukung dalam Pengawasan Pendidikan
Berbasis Elektronik (Studi Absensi Swafoto SMAN 2 Camba
Kabupaten Maros) adalah Teknologi Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan faktor pendukung dalam
inovasi kebijakan pendidikan berbasis e-government melalui
Aplikasi e-panrita pada absensi online untuk Guru. Dengan adanya
teknologi dan informasi yang berkembang dengan cepat
merupakan langkah awal untuk mempersiapkan diri menghadapi
pembaharuan dimasa yang akan datang. Untuk mengatasi hal itu
pemerintah khusunya lembaga pendidikan hendaknya mampu
menyeimbangkannya dengan mengadakan program atau sesuai
dengan perkembangan zaman. Sebagaimana hasil wawancara
dengan Kepala Seksi Pelayanan TIK UPT Tekkom DISDIK
sebagai berikut:
“Dengan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang saat ini semakin pesat kami menyediakan layanan
51
pendidikan yang berbentuk aplikasi, yang saat ini di kenal
sebagai e-panrita dimana aplikasi ini desain dengan
mengkafer semua layanan pendidikan secara digital. Salah
satunya absensi online untuk guru, yang dulunya guru
absensi secara manual atau tanda tangan kini mereka
absensi secara online dengan menggunakan handphone dan
bisa katakan absensi online merupakan absensi kekinian”.
(Wawancara dengan AS, 30 September 2019).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, yang mengatakan
bahwa perkembangan teknologi di zaman sekarang ini sangat pesat
yang dulunya masih menggunakan sistem absensi manual tetapi
pada zaman sekarang sudah jarang menggunakan sistem manual,
semuanya sudah online. Seiring dengan pernyataan di atas, hasil
wawancara dengan Kepala Sekolah SMAN 2 Camba Maros yang
menyatakan bahwa:
“Perkembangan teknologi sekarang ini banyak membawa
perubahan, dari yang dulunya sistem manual kini sudah
sitem online, kita absen sebelumnya dengan tanda tangan
sekarang absennya dengan menggunakan handphone
masing-masing setiap guru. Saya selaku Kepala sekolah
melihat setelah adanya absensi online untuk guru,
kedisiplinan para guru sudah meningkat. Pagi-pagi mereka
sudah ke sekolah untuk absen karena memang absensi online
yang sekarang di terapkan ke guru-guru akan langsung
terlihat di Disdik Sulsel”. (Hasil Wawancara ML, 26
Agustus 2019).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, yang mengatakan
bahwa Perkembangan teknologi saat ini banyak membawa
perubahan. Salah satunya pada kediplinan guru yang sudah lebih
meningkat, karena setelah adanya aplikasi Swafoto sitem absensi
sudah online dan langsung terbaca di Disdik Sulsel setiap guru
melakukan absensi. Sesuai dengan pernyataan di atas, Di dukung
52
dari salah satu guru SMA 2 Camba Maros yang mengatakan
bahwa:
“Teknologi sekarang memang sudah canggih semuanya
sudah sitem online, untuk absensi saja kami sudah
menggunakan handphone yang di dalamnya terdapat
aplikasi Swafoto. Di Swafoto kami melakukan absensi
setiap harinya baik itu ada atau tidaknya jam mengajar kami
harus tetap ke sekolah untuk melakukan absensi”. (Hasil
Wawancara AS, 26 Agustus 2019).
Hasil wawancara di atas menyatakan bahwa berkat
teknologi yang saat ini semakin canggih sehingga Disdik membuat
aplikasi pendidikan yang di kenal sebagai swafoto dimana
sitemnya yang sudah online, para guru sudah lebih disiplin karena
mereka langsung di pantau oleh Disdik Sulsel. Didukung dari salah
satu guru yang mengatakan bahwa:
“Iya sejak adanya aplikasi swafoto ini kami para guru di
pantau di sekolah secara langsung karena absen pada
aplikasi ini online, yang langsung di instal di handphone
atau gadget setiap guru. Jam datang dan pulan guru
langsung terpantau di sini, jadi dengan adanya aplikasi ini
kami para guru takut terlambat dan takut tidak masuk
sekolah karena semuanya sudah terpantau lansung”. ”
(Hasil wawancara AM , 26 Agustus 2019).
Dari hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
dengan adanya aplikasi swafoto kehadiran para guru di SMAN 2
Camba lebih meningkat dibandingkan dengan menggunakan absen
manual. Dengan adanya perubahan absen manual ke absen online,
kehadiran dan kinerja guru lebih terpantau setiap harinya
disekolah. karena dengan teknologi yang sekarang ini semakin
53
maju setiap instansti pemerintahan berloba-lomba mebuat inovasi
salah satunya Dinas Pendidikan Sulsel yang memanfaatkan
teknologi dengan mebuat sebuah layanan pendidikan yang
memudahkan mereka dalam memantau SMA/SMK yang ada di
daerah-daerah. Layanan pendidikan tersebut diberi nama Swafoto
yang saat ini aplikasinya sudah berjalan.
b. Kedisiplinan Dalam Melaksanakan Pembelajaran
Kedisiplinan merupakan faktor yang mendukung dalam
Pengawasan Pendidikan Berbasi Elektronik (Studi Absensi
Swafoto SMAN 2 Camba Kabupaten Maros). Kedisiplinan dalam
proses pendidikan sangat diperlukan karena sikap disiplin dapat
menjaga prooses belajar mengajar dengan baik dan lancar. Sesuai
dengan hasil wawancara Kepala Sekolah SMAN 2 Camba Maros
yang mengatakan bahwa:
“Kedisiplinan para guru setelah adanya aplikasi Swafoto
mengalami perubahan, jam 07.00 sekolah sudah ramai oleh
guru yang sebelumnya mereka biasanya datang ketika jam
pelajarannya mulai kini sekarang tidak lagi. Ada atau
tidaknya jam mengajar mereka, mereka tetap datang ke
sekolah karena absensi online tetap terus berjalan selama
hari sekolah”. (Hasil Wawancara ML, 26 Agustus 2019).
Gambar 4.2 Layar Monitor Pengawasan Absensi Swafoto Disdik
54
Hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa Setelah adanya
aplikasi Swafoto guru sudah mulai disiplin datang kesekolah tepat
waktu dan melaui aplikasi swafoto dapat di pantau kehadiran guru
setiap hari. Selanjutnya wawancara dengan salah satu Guru SMAN
2 Camba yang menyatakan bahwa:
“Dengan adanya aplikasi e-panrita ini cukup memberikan
perubahan dari absen yang dulunya manual kini sekarang
sudah online dan langsung pula terihat di kontrol Di Disdik
Sulsel, kami para guru tentunya lebih disiplin setelah
adanya Swafoto ini, kami yang dulunya suka terlambat
masuk mengajar, kadang tidak masuk mengajar dan
biasanya tugas siswa kami periksa di rumah sekarang kami
periksa disekolah,karena di sini ada operator yang bertugas
untuk memantau sejauh mana para guru melakukan absensi
setiap harinya disekolah”.(Hasil wawancara AM , 26
Agustus 2019).
Hasil wawancara menjelaskan bahwa kedisiplinan para
guru saat ini sudah meningkat, Perubahan dari absensi yang sistem
manual ke online, cukup dirasakan oleh para guru karena kegiatan
seperti pemeriksaan tugas siswa yang biasanya di lakukan di rumah
kini dilakukan di sekolah ketika tidak ada jam mengajar.
55
c. Komitmen Guru
Komitmen merupakan faktor penting dalam Kinerja Guru.
Tanpa adanya komitmen dari masing-masing setiap tidak akan bisa
berjalan dan tidak bisa mencapai tujuan itu sendiri. Faktor yang
mendukung dalam Pengawasan Pendidikan Berbasis elektronik
(Studi Absensi Swafoto SMAN 2 Camba Kabupaten Maros)
adalah komitmen guru selaku target dari Kinerja guru sebagaimana
hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMAN 2 Camba Maros
mengatakan bahwa:
“Dalam melakukan absen para guru tidak bisa lagi menitip
absen seperti yang biasa dilakukan pada absen manual
karena di aplikasi Swafoto, setiap kali guru melakukan
absen akan langsung dapat dilihat di pusat setiap harinya”.
(Hasil Wawancara ML, 26 Agustus 2019).
Berdasarkan wawancara di atas, yang menyatakan bahwa
menggunakan absensi online pada aplikasi Swafoto ini para guru
tidak akan bisa lagi memanipulasi kehadiran mereka di sekolah,
dengan aplikasi Swafoto mereka akan langsung di pantau oleh
Disdik Sulsel. Seiring dengan pernyataan di atas, hasil wawancara
dengan guru SMA 2 Camba Maros sebagai berikut:
“Setelah adanya absensi online, kami sebagai guru harus
berkomitmen untuk melakukan absen setiap harinya di
aplikasi Swafoto dan bisa di katakan absensi online ini
lebih simpel karena kami cukup menggunakan handphone
kami masing-masing untuk absen, ini juga mengurangi
pekerjaan administrasi yang dilakukan secara manual”.
(Hasil Wawancara AS, 26 Agustus 2019).
56
Berdasarkan hasil wawancara di atas, yang menyatakan
bahwa para guru sudah berkomitmen untuk melaksanakan setiap
arahan yang ada termasuk melakukan absen di aplikasi Swafoto.
Hasil pengamatan penulis adalah komitmen guru artinya
para guru ketika sudah berkomintmen meraka tidak akan saling
meniptikan absensi, seperti yang biasa dilakukan ketika
menggunakan absensi tanda tangan atau manual dan juga absensi
online lebih simpel karena hanya demean menggunakan handphone
masing-masing setiap guru yang sudah di instal aplikasi Swafoto.
d. Sumber Daya
Keberhasilan inovasi kebijakan sangat didukung oleh
sumber daya. Baik itu sumber sumber daya manusia (SDM) maupun
sumber daya pendukung lainnya. Dilihat dari kesiapan guru
menjalani perubahan dari absen manual ke absen online, respon atau
tanggapan guru dalam menyambut perubahan absen manual ke
absen online, dan sarana dan prasarana yang digunakan dalam
mendukung Pengawasan pendidikan berbasis elektronik (studi
absensi swafoto SMAN 2 Camba Kabupaten Maros) sebagaimana
wawancara dengan Kepala Sekolah SMAN 2 Camba Kabupaten
Maros yang menyatakan:
“Sebelum kami menerapkan absensi online, kami sudah
mendapatakan peraturannya. Jadi, saya langsung
mensosialisasikan kepada para guru di sekolah. Mereka
juga ada yang sudah tau informasinya dari internet. Jadi
para guru mau tidak mau haru siap. Sejak ada perintah ini
saya menghimbau ke pada semua guru-guru untuk
57
mendwonload atau mnginstal aplikasi e-panrita untuk
digunakan absen setiap harinya. Sebelumnya, saat masih
manual jam datang dan pulang guru belum bisa dikatakan
transparan secarah penuh karena bisa saja di rekayasa.
Tetapi dengan penerapan absensi online ini jadi lebih
transparan terkait kehadiran guru.” (Wawancara dengan
ML, 26 Agustus 2019).
Gambar 4.3 Layar Monitor Pengawasan Absensi Swafoto Disdik
Wawancara di atas dapat dilihat bahwa kesiapan para guru
SMAN 2 Camba Maros dalam menggunakan absensi online sudah
cukup siap. Selain sosialisasi dari kepala sekolah, beberapa di
antaranya sudah mengetahui sebelumnya. Didukung Salah satu guru
SMA Negeri 2 Camba Maros yang manyatakan bahwa:
“Sebelum kepala sekolah mengumumkan kami juga sudah
tau. Saya siap mendukung penerapan ini. Menghadapi
perubahan sistem absen dari absen manual ke absen online,
kita harus siap seiring dengan perkembangan teknologi
yang saat ini semakin maju.” (Wawancara dengan AS, 26
Agustus 2019).
Hasil wawancara di atas menyatakan bahwa adanya
perubahan absen manual ke absen online bukanlah hal yang harus di
takutkan. Para guru sudah mengetahui dan siap melaksanakannya.
58
Didukung Salah satu guru SMA Negeri 2 Camba Maros yang
manyatakan bahwa:
“Awal menerapkan sistem absensi online ada yang
keberatan ada juga yang menerima dengan senang. Sebab,
sudah umum ada pro dan kontra setiap ada perubahan
sistem. Absensi online yang terdapat pada aplikasi Swafoto
yang di instal di hanphone setiap guru merekam secara
otomatis jam kedatangan dan pulang guru. Jadi tidak bisa
mereka-reka kecuali jika terjadi gangguan jaringan. Baru
mengisi absen manual dengan alasan yang terjadi.”
(Wawancara dengan AM, 26 Agustus 2019).
Hasil wawancara di atas menyatakan bahwa pada awal
perubahan sistem absen ada sejumlah guru yang mengaku keberatan
dengan berbagai alasan. Ada yang mengaku tidak tau menggunakan
absen pada handphone, ada yang mengatakan datanya takut tidak
masuk, sistemnya eror, tidak sesuai dengan kehadiran mereka dan
akan masih butuh absen manual jika jaringan memburuk. Tetapi
melalui uji coba dan sosialisasi terkait penggunaan aplikasi Swafoto
khusus pada absensi online untuk guru, seiring dengan berjalannya
waktu penggunaan absensi online untuk guru pada aplikasi Swafoto
sudah semakin membaik. Saat ini para guru sudah menngunakannya
meski terkadang masih menemui kendala. Selanjutnya wawancara
dengan Kepala Sekolah SMAN 2 Camba yang mengatakan bahwa:
“Penerapan absensi online untuk guru tidak akan berjalan
tanpa didukung dengan sarana dan prasarananya. Adapun
sarana dan prasarananya ialah kami para guru harus
memiliki masing-masing handphone atau gadget yang dapat
menginstal aplikasi e-panrita untuk kemudian digunakan
absen.” (Wawancara dengan ML, 26 Agustus 2019).
59
Hasil wawancara di atas menyatakan bahwa setiap guru
wajib memiliki handphone atau gadget dapat digunakan untuk
melakukan absen setiap harinya. Beradasarkan pengamatan penulis
mengenai sumber daya, Guru SMAN 2 Camba sudah bisa dikatakan
siap dalam menerapakan absensi online yang ada pada aplikasi
Swafoto. Hal tersebut dilihat dari pengetahuan para guru tentang
penerapan absensi online dan kemampuan mereka memnggunakan
aplikasi Swafoto.
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat bisa membuat kegiatan yang sudah
dilakukan tidak bisa berjalan dengan baik. Faktor penghambat yang
mempengaruhi Pengawasan Pendidikan Berbasis Elektronik (Studi
Absensi Swafoto SMAN 2 Camba Kabupaten Maros).
a. Jaringan
Dalam pengawasan kinerja Guru melalui absensi swafoto
dibutuhkan jaringan yang baik agar dapat memudahkan para guru
dalam mangakses aplikasi Swafoto, tetapi dalam penerapannya
guru masih mengeluhkan jaringan yang kurang baik. Sesuia
wawancara dengan Kepala Sekolah SMAN 2 Camba yang
menyatakan bahwa:
“Para guru memang masih mengeluhkan jaringan yang
belum begitu baik digunakan untuk absen, kadang juga
karena jaringan yang buruk login di aplikasi Swafoto sulit
sehingga hal ini membuat para guru kadang lambat
mengabsen padahal mereka sudah berusaha tepat waktu
datang kesekolah”. (Hasil Wawancara ML, 26 Agustus
2019).
60
Hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa jaringan masih
menjadi kendala para guru dalam melakukan absensi secara online.
Guru sudah berusaha tepat waktu namun karena jarigan mereka
terlambat untuk absen. Didukung dari pernyataan salah satu guru
SMAN 2 Camba yang mengatakan bahwa:
“Jaringan yang belum stabil membuat kami kadang
terkendala dalam melakukan absen, kami sudah absen jam
tujuh terbacanya di e-panrita jam sembilan ini semua di
karenakan jaringan yang kadang baik dan kadang tiba-tiba
langsung buruk”.( Hasil wawancara AM , 26 Agustus
2019).
Hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa dalam
pelaksanaan absensi online, guru masih terkendala pada jaringan
yang belum stabil. Seiringan dengan pernyataan di atas, wawancara
dengan Kepala Seksi Pelayanan TIK UPT Tekkom DISDIK yang
mengatakan bahwa:
“Dalam pelaksanaan e-panrita pada absensi online, jaringan
yang belum merata juga merupakan kendala karena masih
ada beberapa sekolah yang masih sulit dan bahkan belum
bisa di jangkau oleh jaringan. Sehingga sekolah tersebut di
masukkan ke dalam kategori sekolah remote area dan kami
juga mencarikan solusi terkait hal tersebut agar para guru
yang ada di sekolah tersebut juga dapat menggunakan
absensi online”. (Hasil Wawancara AS, 30 September
2019).
Hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa masih ada
daerah yang sulit di jangkau jaringan dan bahkan tidak ada
jaringam sama sekali sehingga hal ini membuat sekolah yang ada
di daerah tersebut masih sulit untuk menggunakan absensi online.
61
Sekolah-sekolah tersebut di masukkan ke dalam kategori sekolah
remote area.
Dari pengamatan penulis di simpulkan bahwa jaringan
merupakan faktor utama tecapainya tujuan dibuatnya aplikasi
Swafoto. Hanya saja jaringan yang kadang-kadang tidak stabil dan
belum merata di daerah membuat aplikasi ini banyak di keluhkan
oleh para guru.
b. Pemahaman Individu Guru Tentang Aplikasi Swafoto
Pemahaman individu guru terkait absensi melaui aplikasi
Swafoto merupakan hal yang penting karena ketika guru paham
dalam menggunakan aplikasi Swafoto maka melakukan absensi
melalui aplikasi swafoto tersebut akan terlaksankan tanpa
hambatan. Dalam melaksanakan aplikasi Swafoto guru masih
kurang paham dalam menggunakan aplikasi tersebut, salah satu
guru mengatakan bahwa:
“Ketika sedang absen di sekolah kadang ketika sudah absen
lokasi absen yang di aplikasi terbaca berada luar area pada
hal sudah jelas saya melakukan absen di dalam sekolah,
kadang juga saya bingung dengan aplikasi ini”. (Hasil
wawancara AM , 26 Agustus 2019).
Hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa masih ada
guru yang kurang paham dalam menggunakan aplikasi e-panrita
pada absensi online. Senada dengan pernyataan di atas, Staf
Pelayanan TIK UPT Tekkom sekaligus Operator swafoto DISDIK
mengatakan bahwa:
62
“Ada biasa guru yang handphone nya menggunakan
teknologi yang tidak terlalu canggih langsung absen
biasanya kalo hp yang seperti itu kan kita harus pantau dulu
melalui google maps apakah sudah betul ini posisi terkini
untuk memastikan titiknya sudah berada di sekolah karena
kualitas GPS masing-masing handphone beda. Beda kalo
kita menggunakan handphone yang canggih, GPSkan real
time setiap kita berpindah dia juga mengikut. Beda dengan
handphone adroid yang biasa itu tidak menjamin GPSnya
real time. Makanya sebelum absen pantau dulu apa titiknya
sudah betul berada di sekolah, nah kalo sudah baru kita
absen. ketika absen ini sudah pasti terbaca di dalam area
sekolah. (Hasil Wawancara MI 30 September 2019)
Hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa guru masih
kurang paham terkait bagaimana penggunaan aplikasi Swafoto
untuk absensi online. Sebaiknya sebelum absen guru harusnya
meperhatiakan GPS handphone apa sudah berada di titik yang
sesuai lokasinya atau belum.
Hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa masih ada guru
yang belum paham bagaimana penggunaan aplikasi e-Panrita, pada
hal pihak dari Disdik Sulsel rutin melakukan sosialisasi terkait
aplikasi swafoto yang dilaksanakan di setiap Cabang Dinas yang
ada di daerah dan juga di sediakan grub WhatsApp untuk setiap
informasi-informasi tentang aplikasi swafoto dan grub tersebut bisa
mereka manfaatkan untuk menanyakan setiap apa yang mereka
belum seutuhnya pahami.
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan diolah pada
pembahasan bab sebelumnya, adapun kesimpulan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Pengawasan Kinerja Pendidikan Elektronik (Studi Absensi Swafoto
SMAN 2 Camba Kabupaten Maros) Menunjukkan 2 Indikator yaitu:
1) Pengawasan Lansung, Melalui swafoto Dinas Pendidikan
Sulawesi Selatan mengawasi secara langsung para guru dengan cara
mengontrol lansung kehadiran dan juga bisa mengontrol lewat
komensenter jadi dengan seperti itu kinerja guru-guru bisa langsung
diketahui oleh pihak pemerintah. 2) Pengawasan Tidak Lansung,
Melalui swafoto itu efektif karna tanpa turun langsung kelokasi,
aplikasi ini bisa di pantau meskipun hanya di kantor, otomatis guru-
guru tidak seenaknya meninggalkan sekolah meskipun pemerintah
tidak mengawasi secara memonotoring (langsung) tetapi mereka
tetap melakukan perekapan tentang kehadiran guru-guru.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengawasan Pendidikan Berbasis
Elektronik (Studi Absensi Swafoto SMAN 2 Camba Kabupaten
Maros) Diantaranya Faktor Pendukung yaitu Perkembangan
Teknologi Berbasis Online, Kedisiplinan Dalam Melaksanakan
64
Pembelajaran, Komitmen guru dan Sumber Daya. Sedangkan
Faktor Penghambat yaitu Jaringan dan Pemahaman individu guru
tentang aplikasi Swafoto.
B. Saran
Berdasarkan Kesimpulan tersebut diatas dan hasil analisis bab-
bab sebelumnya maka peneliti memberikan saran yaitu:
1. Sebaiknya sarana dan prasarana disekolah dibenahi seperti Wifi
agar jaringannya dapat digunakan oleh guru untuk absen swafoto
2. Sebaiknya memperhatikan jaringan yang ada diwilayah apakah
suda memadai untuk dapat mengakses aplikasi swafoto untuk
digunakan oleh para guru.
3. Pihak pengelola absensi swafoto sebaiknya setiap bulan
melakukan survey.
65
DAFTAR PUSTKA
Adha, A. H. (2016). Pengaruh Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Terhadap Kinerja Kepala Desa Dalam Pembangunan Desa Rambah Utama
Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 3(2), 1-15.
Ali, M. (2009). Pendidikan untuk pembangunan nasional: menuju bangsa
Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Grasindo.
Amril, A. P. (2013). Efektifitas dan Efisiensi Penetapan Fungsi Internet Audit
Pada Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman ( Studi pada Inspektorat
Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman). Jurnal akuntansi, I(3)
Ardiyanti, H., Hadyanto, D. T., & Krislamawaty, D. (2018). Swafoto: Sebuah
Pendekatan Teori Manajemen Privasi Komunikasi. Jurnal Aspirasi, 9(1),
103-119.
Arham, N. (2016). Makna profesi guru dalam prespektif guru honorer di yayasan
pendidikan pondok pesantren al-muniroh kecamatan ujung pangkah
kabupaten gresik. Kajian moral dan kewarganegaraan, 2(4).
Arsana, I. G. N. W., Sunarta, I. N., & Arida, I. N. S. Fenomena Pengelolaan
Atraksi Wisata Swafoto Dan Implikasinya Bagi Masyarakat Di Desa
Wanagiri Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Jurnal Master
Pariwisata (JUMPA), 330-347.
Baktiyasa, R. S., & Farida, L. (2017). Pengaruh Pengawasan Kerja dan Disiplin
Kerja terhadap Produktivitas Karyawan (Kasus Bagian Pengolahan PT.
Mitra Aung Swadaya (Mas) Kecamatan Kelayang Kabupaten Indragiri
Hulu). Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau, 4(2), 1-15.
Billah, M. R. (2019). Fungsi Tugas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Dalam Hal Pengawasan Perencanaan Pembangunan Dihubungkan Dengan
Peraturan Bupati Subang Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Tugas Pokok,
Fungsi Dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian Dan
Pembangunan Daerah Kabupaten Subang (Doctoral dissertation, Fakultas
Hukum Unpas).
Caesar, R. (2018). Tinjauan Yuridis Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) Terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Berdasarkan
Undang-undang Nomor 42 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah Dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Doctoral dissertation, Fakultas Hukum
Unpas).
66
Dipong, Y., Lumolos, J., & Rondonuwu, A. (2017). Peranan Pengawassan Badan
Permusyawaratan Desa Dalam Pembangunan (Studi di Desa Goruang
Kecamatan Kao Kabupaten Halmahera Utara). Jurnal Eksekutif, 2(2).
Elriskasida, V. (2017). Analisis Peran Dinas Kesehatan Dalam Mengawasi Depot
Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru
(Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau).
Fitria, A. R. (2016). Pengaruh Komunikasi, Partisipasi Penyusunan Anggaran,
Kompensasi Dan Pengembangan Karir Terhadap Kepuasan Kerja
Pimpinan Badan Pertanahan Nasional Melalui Motivasi Sebagai Variabel
Mediasi (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).
Fitrianingrum, E. D. (2015). Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja
Pegawai Pada Kantor Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda.
Ejournal Administrasi Negara, 3(5), 1644-1655.
Hidayah, S. (2018). Peran Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi
Selatan Dalam Pengawasan Pelayanan Publik Di Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Kota Makassar (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Makassar).
Jannah, M. (2017). Sertifikat Guru Sebagai Alat Pemerintah Untuk Meningkatkan
Kinerja Guru di Sekolah Dasar Sekecamatan Tiroang Kabupaten Pinrang
(Doctoral dissertation).
KARTIKA JATI, I. N. T. A. N. (2019). “Pengaruh Pengawasan Melekat Dan
Pemeriksaan Internal Terhadap Pencegahan Fraud Pada Pemberian
Dana Hibah”(Survei pada OPD (Organisasi Perangkat Daerah)
Kabupaten Tasikmalaya) (Doctoral dissertation, Universitas Siliwangi).
Kojongian, W. J. K. J., Lumanauw, B., & Sumarauw, J. (2016). Pengaruh
Motivasi, Pengembangan Karir, Dan Kompensasi Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sulutenggo. Jurnal EMBA:
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 4(3).
Kolondam, G. S. (2018). Pengaruh Kepemimpinan, Self Efficacy Dan Komitmen
Organisasi Terhadap Kinerja Guru Di SMP Negeri 7 Manado. Jurnal
Administrasi Publik, 4(49)
Mahmin, S., Haedar, H., & Natsir, N. (2018). Pengaruh Kepemimpinan,
Pengawasan, dan Motivasi Kerja terhadap Peningkatan Disiplin Guru Di
SMP Negeri 16 Mandai Maros. YUME: Journal of Management, 1(1).
Marlena, V. (2018). Pengaruh Penerapan Standar Pelaporan Akuntansi Sektor
Publik Dan Pengawasan Kualitas Pelaporan Keuangan Terhadap
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Provinsi Bengkulu (Studi Kasus: BPKD,
67
Inspektorat, DPMD dan DPRD di Provinsi Bengkulu). JAZ: Jurnal
Akuntansi Unihaz, 2(1), 39-49.
Marpaung, I. S. (2017). Pengaruh Pengawasan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai
(Studi Kasus Sekretariat BPRD Kabupaten Tapanuli Selatas). Jurnal
LPPM, 8(2).
Muryani, S., Paramita, P. D., & Fathoni, A. (2016). Pengaruh Pengalaman Kerja,
Pengawasan Kerja dan Spesialisasi Kerja Terhadap Pemahaman Beban
Kerja Dengan Pemanfaatan Teknologi Informasi Sebagai Variabel
Intervening (Studi Kasus Di Dinas Pasar Kota Semarang). Journal of
Management, 2(2).
Nugraheni, R., Prihatini, A. E., & Budiatmo, A. (2014). Pengaruh Standar
Operasional Prosedur dan Pengawasan terhadap Kinerja Pramuniaga
Pasaraya Sriratu Pemuda Semarang. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, 3(2),
187-195.
Nurdyansyah, N., & Andiek, W. (2017). Manajemen Sekolah Berbasis ICT.
Nurjanah, S. I., WA, S., & Ragil, W. A. (2014). Model kooperatif tipe TGT untuk
meningkatkan pemahaman konsep koperasi pada mata pelajaran IPS.
Didaktika Dwija Indria, 2(2).
Nurrofi, A. (2019). Pengaruh Pengawasan Pemberian, Pemberian Intensif
Financial Dan Pemberian Insentif Non Financial Terhadap Kinerja
Karyawan Pada Karaoke Venus. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi
Terapan (JIMAT), 8(2), 162-170.
Osman, A. (2018). Dialektika Swafoto.
Purba Wisesa, W. (2017). Pengawasan Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Dalam Pelaksanaan Pemberian Upah Minuman Kabupaten
Di Kabupaten Purbalingga (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO).
PUTRA, I. H. (2019). Pengaruh Pengawassan Terhadap Disiplin Kerja Di Dinas
Komunikasi Dan Informaatika Kota Bandung (Doctoral dissertation, FISIP
UNPAS).
Radyaqsa, M. (2016). Narsisme Ditinjau Dari Intensitas Mengunggah Swafoto
(Selfie) Di Instagram (Doctoral dissertation, Universitas Negeri
Makassar).
Rozali, R. D. Y. (2015). Teknik Audit Investigatif Dalam Pengungkapan Money
Laundering Berdasarkan Perspektif Akuntan Forensik. Jurnal Riset
Akuntansi dan Keuangan, 3(1), 572-585.
68
Sari, F. H. (2014). Analisi Fungsi Pengawasan Dinas Perhubungan Dalam
Penerbitan Angkutan Umum Di Kota Pekanbaru (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).
Sari, H. S. E., & Paramita, P. D. (2017). Pengaruh Disiplin Kerja, Pengaruh
Disiplin, Pengawasan Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Serta Dampak Pada Semangat Kerja.(Studi Kasus Pada Karyawan PT.
Carefast Semarang). Journal of Management, 3(3).
Triyanto, E., Anitah, S., & Suryani, N. (2013). Peran kepemimpinan kepala
sekolah dalam pemanfaatan media pembelajaran sebagai upaya
peningkatan kualitas proses pembelajaran. Teknologi Pendidikan, 1(2),
226-238.
Wijaya, I. M. B. G., & Suana, I. W. (2013). Pengaruh Penempatan Dan
Pengalaman Terhadap Kepuasan Dan Kinerja Karyawan. E-Jurnal
Manajemen Universitas Udayana, 2(10), 1311-1332.
ZULKIFLI, S., KUSMAYADI, K., & LESTARI, I. (2019). Pengaruh
Pengawassaan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Tirta Kencana Unit Pelaksanaan Wilayah III Kota
Samarinda. FisiPublik: Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, 3(1), 55-65.
69
L
A
M
P
I
R
A
N
70
71
72
73
74
75
76
RIWAYAT HIDUP
Nur Afni Ramli, Lahir pada tanggal 19 Mei 1997, di
Kec.Camba. Penulis merupakan anak Kedua dari 2
bersaudara, dari pasangan Muh.Ramli dan Hj.Halimah.
Penulis pertama kali masuk pendidikan formal di SDN 102
INP Cempaniga pada tahun 2003 sampai tahun 2009. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMP
Negeri 3 Camba dan tamat pada tahun 2012.
Setelah tamat di SLTP penulis melanjutkan ke jenjang SMA Negeri 2 Camba Maros dan
tamat pada tahun 2015 dan pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswi di
Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu
Pemerintahan melalui seleksi penerimaan Mahasiswa Baru. Pada tahun 2020 penulis
mendapatkan gelar S.IP. jurusan ilmu pemerintahan dengan penelitian berjudul Pengawasan
Pendidikan Berbasis Elektronik (Studi Absensi Swafoto SMAN 2 Camba Kabupaten Maros),
semoga dengan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah dan penulis
dapat mengimplementasikan di masyarakat apa yang penulis dapatkan dari selama belajar di
Universitas Muhammadiyah Makassar.