Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

33
Analisis Produktivitas, dan Penerapan LEISA pada Agrotekosistem Lahan Pasang Surut Kelompok 4 Trinanda Al Fazri 150510120126 Malinda Ghaniyya 150510120165 Riandy Dhika Nugraha 150510120176 Daiyan Ramadhan 150510120184 Windy Amorita 150510120185

description

C

Transcript of Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

Page 1: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, dan Penerapan LEISA pada Agrotekosistem Lahan Pasang SurutKelompok 4Trinanda Al Fazri 150510120126Malinda Ghaniyya 150510120165Riandy Dhika Nugraha 150510120176Daiyan Ramadhan 150510120184Windy Amorita 150510120185

Page 2: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

Pengaturan Pola Tanam

Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan petanian dalam kurun waktu tertentu. Dengan kata lain, pola tanam yang berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lainnya, karena karakteristik setiap daerah juga berbeda (Wirosoedarmo, 1985).• Pola tanam yang disarankan untuk lahan pasang surut adalah :• Padi unggul-padi unggul (untuk tipe A, B, dan C)• Padi unggul – padi lokal (untuk tipe A, B, dan C)• Padi – palawija (untuk tipe C dan D)• Budidaya sistem surjan

Page 3: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

Luas lahan pasang surut Rawa Pening, yaitu 812 Ha dan 218,51 Ha (Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah,2000), saat ini dimanfaatkan sebagai areal persawahan dengan pola tanam sbb :• Sawah seluas 218,51 Ha milik rakyat telah dibeli hak tanamnya

pada musim kemarau oleh pemerintah untuk keperluan genangan waduk Rawa Pening sehingga hanya dapat ditanami padi sekali dalam setahun, yaitu pada musim penghujan (September s/d Maret).

• Sawah seluas 812 Ha ditanami sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun yaitu pada Juli sampai dengan Maret. Satu musim tanam tidak dapat dimanfaatkan karena lahan tersebut tergenang air. Jadi pola tanam pada areal ini disesuaikan dengan pengaturan operasi waduk yang telah ditetapkan.

Page 4: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

Golongan Lahan Pasang Surut

Page 5: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

Pengelolaan Air Lahan Pasang Surut

Pengelolaan Air Makro

Pengelolaan Air Mikro

Pengelolaan Air ditingkat Tersier

Page 6: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

Sist

em Ir

igas

i dan

Dra

inas

eSistem Aliran Satu

Arah

Sistem Tabat

Page 7: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

Macam Pintu Air• Pintu Sorong (pintu ulir atau sliding gate)

Page 8: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

• Pintu Klep Otomatis (pintu ayun atau flap gate)

Page 9: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

• Stoplog (pintu papan)

Page 10: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

ANALISIS PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN PASANG SURUT

• Yang mempengaruhi produktivitas padi di lahan pasang surut:• Pemilihan varietas unggul padi adaptif• Pengelolaan Air• Penyiapan Lahan• Pengelolaan Hara dan Amelioran• Pengendalian Gulma Terpadu

Page 11: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan
Page 12: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

ANALISIS RISIKO USAHATANI PADI PADA LAHAN PASANG SURUTDI KABUPATEN PONTIANAK

Oleh : Muhammad Zakirin*, Erlinda Yurisinthae**, Novira Kusrini**

Page 13: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan
Page 14: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

• Hasil analisis tabel 1 menunjukkan bahwa lahan, benih, Urea, SP36, KCl, herbisida, pestisida, tenaga kerja, umur petani, pendidikan petani, dummy tipe luapan (D1,D2) secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata terhadap produksi padi pada taraf kepercayaan 99%. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Prob (F-statistic) < 0,01 (=1%).

• Pengaruh lahan terhadap produksi padi sebesar 0.0342 (positif dan sangat nyata). Artinya, setiap penambahan luas lahan 1 persen (kondisi cetaris paribus) akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.0342 persen. Hal ini menunjukkan bahwa produktifitas lahan pasang surut di Kabupaten Pontianak masih cukup baik. Jika produktifitas lahan mengalami penurunan maka pengaruh variable lahan akan negative. Apabila tingkat kesuburan lahan dapat terus ditingkatkan maka akan meningkatkan produktifitas sehingga pengaruh lahan akan terus positif terhadap produksi padi.

Page 15: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

• Penggunaan benih berpengaruh positif dan sangat nyata (α=1%) terhadap porudksi padi yang besarnya 0.1054. Artinya setiap penambahan benih sebesar 1 persen (kondisi cetaris paribus) akan diikuti kenaikan produksi padi sebesar 0,1054 persen. Rata-rata penggunaan benih sebesar 38,54 kg/ha, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan benih sudah cukup banyak (untuk varietas unggul), namun jika untuk varietas lokal tergolong sedang. Banyak sedikitnya penggunaan benih juga dipengaruhi oleh mutu benih (daya tumbuh). Pengaruh positif dari penggunaan benih menunjukkan bahwa mutu benih yang digunakan oleh petani relative baik. Jika mutu benih tidak baik, maka penambahan benih tidak akan diikuti peningkatan produksi, atau bahkan bisa berpengaruh negative.

Page 16: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

• Pupuk Urea mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi sebesar 0.0576. Artinya setiap kenaikan pupuk Urea sebesar 1 persen (kondisi cetaris paribus) akan menaikkan produktivitas tanaman padi sebesar 0.0576 persen. Rata-rata penggunaan Urea di tingkat petani sebesar 107,58 kg/ha. Dosis tersebut masih dibawah dosis anjuran yaitu 150 – 200 kg/ha. Penambahan Urea masih perlu dilakukan hingga dosis rekomendasi, karena produksi masih akan bertambah.

• Penggunaan herbisida berpengaruh positif dan sangat nyata (α = 1%) terhadap produksi padi. Setiap bertambahnya penggunaan herbisida sebesar 1 persen (kondisi cetaris paribus), maka produksi padi akan meningkat 0.0825 persen. Rata-rata penggunaan herbisida sebesar 3,27 liter/ha, dosis tersebut masih dibawah anjuran yaitu 4-5 liter/ha sehingga masih perlu untuk ditambah sesuai dosis anjuran.

Page 17: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

• Tenaga kerja berpengaruh kurang nyata (pada α = 10%) dan positip terhadap produksi padi. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan penggunaan tenaga kerja akan meningkatkan produksi padi. Koefisen regresi tenaga kerja sebesar 0.0165 artinya setiap peningkatan tenaga kerja sebesar 1 persen (kondisi cetaris paribus) akan menaikkan produksi sebesar 0.0165 persen. Rata-rata penggunaan tenaga kerja sebesar 83,97 HOK per hektar. Penambahan tenaga kerja masih dapat meningkatkan produktivitas, terutama tenaga kerja untuk pemeliharaan tanaman.

• Umur petani berpengaruh sangat nyata yang besarnya 0.1043, hal ini menunjukkan semakin bertambah umur petani pada batas tertentu (periode usia produktif) produksi padi semakin meningkat. Dengan semakin bertambahnya umur petani maka pengalaman dan keterampilan dalam usahatani padi akan semakin meningkat, sehingga akan berpengaruh positif terhadap produksi padi.

Page 18: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

• Usahatani padi di lahan pasang surut dilakukan di tiga tipe luapan, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C. Dummy variable tipe B (D1) sangat signifikan (α=1%) dan berpengaruh poisitif. Artinya budidaya padi di lahan pasang surut berbeda nyata dengan budidaya padi di lahan tipe luapan yang lain (A dan C). Tanda positif menunjukkan bahwa produksi padi di lahan tipe B lebih tinggi dibanding dengan tipe luapan yang lain (A dan C).

Page 19: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan
Page 20: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

• Hasil analisis tabel 3 terlihat bahwa lahan berpengaruh nyata yang besarnya - 1.1126, artinya setiap penambahan luas lahan sebesar 1 persen akan menurunkan risiko produksi padi sebesar 1.1126 persen. Dengan penambahan lahan sampai batas tertentu akan meningkatkan skala usaha, produksi, dan efisiensi dalam usahatani, sehingga akan menurunkan risiko produksi padi di pasang surut.

• Penggunaan benih berpengaruh negatif dan nyata sebesar -1.7244, artinya setiap penambahan benih sebesar 1 persen akan diikuti penurunan risiko produksi padi sebesar 1.7244 persen. Paningkatan penggunaan benih yang bermutu sampai pada batas tertentu akan menambah populasi tanaman, sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan akhirnya dapat menurunkan risiko produksi.

Page 21: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

Optimalisasi Lahan Sub Optimal Rawa Pasang Surut Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu Dan Peningkatan Indek Pertanaman

Busyra BS1 1*) , Adri1 , dan Endrizal1 1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kotabaru Jambi Telp. (0741) 7053525 Fax. (0741) 40413 *) Email. [email protected]

Page 22: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

pendahuluan• Pengembangan pertanian lahan pasang surut merupakan langkah

strategis dalam menjawab tantangan peningkatan produksi pertanian yang makin kompleks. Dengan pengelolaan yang tepat melalui penerapan iptek yang benar, lahan pasang surut memiliki prospek besar untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian produktif terutama dalam rangka pelestarian swasembada pangan, diversifikasi produksi, peningkatan pendapatan dan lapangan kerja, serta pengembangan agribisnis dan wilayah (Abdurachman dan Ananto 2000 dalam Suriadikarta, Ardi dan Sutriadi 2007)

• Provinsi Jambi salah satu provinsi yang memiliki lahan rawa pasang surut (LRPS) dengan luas 684.000 ha. Lahan yang berpotensi dikembangkan untuk pertanian 246.481 ha, terdiri dari lahan pasang surut 206.852 ha dan lahan lebak 40.521 ha. Luas lahan yang telah direklamasi untuk pertanian seluas 34.547 ha terdiri dari lahan potensial 16.387 ha, sulfat masam 192 ha dan lahan gambut 17.136 ha (BPS Prov Jambi, 2009).

Page 23: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

BAHAN DAN METODA

• Lokasi Laboratorium Lapang terletak di Kecamatan Muara Sabak Timur, tepatnya di Desa Siau Dalam dan Simbur Naik dengan luas 195 ha, kelompok tani yang terlibat terdiri dari: (1) Kelompok Tani Sinar Wajo, Desa Siau Dalam , (2) Kelompok Tani Maminase, Desa Simbur Naik, (3) Kelompok Tani Karya Bakti, Desa Simbur Naik, dan (4) Kelompok Tani Bakti Tani, Desa Simbur Naik.

• Komponen teknologi yang dapat diintroduksikan untuk optimalisasi lahan sub optimal (peningkatan produktivitas) padi pada lahan sawah pasang surut terdiri dari: (1) varietas unggul, (2) benih bermutu, (3) bibit 2-3 batang per lubang, (4) pengelolaan tata air mikro, (5) pemberian pupuk N berdasarkan BWD, (6) pemberian pupuk P dan K berdasarkan status hara tanah, (7) ameliorasi lahan dengan 1-2 t/ha kaptan atau dolomit, (8) pengendalian gulma secara terpadu, (9) pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT), dan (10) panen dan pasca panen dengan alat perontok.

Page 24: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

Hasil dan pembahasan

Page 25: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

1. Peningkatan Produktivitas.

2. Peningkatan Indek

Pertanaman

3. Pemberdayaan

kelompok

Page 26: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

kesimpulan

1. Penerapan teknologi budidaya tanaman padi pada lahan sawah

pasang surut Provinsi Jambi masih sangat sederhana, hal ini dicirikan

oleh masih menggunakan padi varietas lokal, tidak mengolah lahan (TOT), penggunaan pupuk rendah,

bahkan banyak yang tidak menggunakan pupuk. enataan air

hanya tergantung pada kondisi alam saja, serta waktu tanam tidak

serentak. Akibat dari kondisi ini maka produktivitas padi sangat rendah yaitu antara 1–3 ton/ha/tahun.

2. Strategi pengembangan usahatani tanaman pangan di lahan rawa

pasang surut dapat ditempuh melalui dua pendekatan: Pertama, melalui

peningkatan produktivitas terutama untuk pertanaman musim tanam I;

Kedua, melalui peningkatan IP menjadi IP 200 (musim tanam II), dan

secara simultan meningkatkan produktivitas; Ketiga, peningkatan menjadi IP 200 dilakukan dengan alternative pola tanam padi-padi,

padijagung, atau padi-kedelai.

3. Penanaman padi varietas Inpara 3 pada MT II (MK I) produktivitas

berkisar antara 3,12 sampai 4,14 ton/ha dengan keuntungan antara 4,4

juta sampai 7,5 juta dengan penerapan PTT . padi lahan rawa

pasang surut. Sedangkan pada musim tanam biasa MT I (MH) produktivitas berkisar antara 3,52 t/ha sampai 4,27 t/ha, atau keuntungan antara 6,5 juta

sampai 8,8 juta.

Page 27: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

Karakterisasi, Kesesuaian Lahan dan Teknologi Kelapa Sawit Rakyat di Rawa Pasang Surut Kalimantan Tengah  Oleh: firmansyah, m.a.

Page 28: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

pendahuluan• Tanaman kelapa sawit memiliki sifat sebaran adaptasi yang luas, dapat

tumbuh pada berbagai agroekosistem dengan baik dan memberikan potensi produksi yang optimal mulai dari tanah-tanah di lahan kering maupun tanah yang berkembang di agroekosistem rawa pasang surut

• Lahan pasang surut terdiri dari jenis tanah gambut dan tanah sulfat masam.

Page 29: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

metode

Penelitian dilakukan mulai bulan Mei-Oktober 2012. Lokasi penelitian di perkebunan kelapa sawit milik rakyat di agroekosistem pasang surut yaitu Kecamatan Lamunti di Kabupaten Kapuas, Kecamatan Maliku di Kabupaten Pulang Pisau dan Kecamatan Mentaya Hilir Utara di Kabupaten Kotawaringin Timur

Kondisi pewakil untuk lahan pasang surut tanah mineral dilakukan di Kabupaten Pulang Pisau, sedangkan untuk lahan pasang surut tanah gambut di Kabupaten Kotawaringin Timur

Page 30: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan
Page 31: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan
Page 32: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan
Page 33: Pengaturan Pola Tanam, Analisis Produktivitas, Dan

kesimpulan

Rakitan teknologi kelapa sawit rakyat di lahan pasang surut cukup beragam di kalangan petani. Kendala utama pengembangan kelapa sawit di lahan pasang surut pada tanah mineral adalah kedalaman efektif tanah dan kelas drainase, sedangkan di tanah gambut adalah ketebalan gambut, tingkat kematangan gambut dan kelas drainase.