Tanam Ganda 1
-
Upload
dickdoyo-lankgenk-w -
Category
Documents
-
view
71 -
download
3
Transcript of Tanam Ganda 1
DESA CIMENYAN, KECAMATAN CIMENYAN
“Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pertanian
Berkelanjutan II”
Disusun Oleh Kelompok 8:
M. Fahmy Nugraha 150510100106
Talitha Wibisono 150510100108
Dickdoyo Langgeng 150510100120
Hana Aqmarina 150510100122
M. Fauzi 150510100125
AGROTEKNOLOGI - C
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya berhasil guna untuk usaha
pertanian.Hal ini sebagai upaya membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus
meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam.
Pengelolaan usaha pertanian berkelanjutan yang masih dapat dikembangkan dan
dipadukan dengan budidaya yang lain, seperti peternakan dan perkebunan sehingga sebuah
usaha tani akan mempunyai pendapatan yang sifatnya berkesinambungan dari mulai
pendapatan bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan sampai tahunan serta perencanaan pendapatan
untuk jangka panjang serta penggunaan pupuk, pestisida maupun pemberantasan hama secara
organik/alami yang ramah lingkungan akan menyelamatkan air tanah/tanah dari
pencemaranan bahan pestisida kimia/zat kimia lainnya dan juga untuk menjaga kesehatan
manusia serta pemanasan global.
Dalam rangka meningkatkan produksi tanaman per satuan luas per satuan waktu telah
banyak upaya yang dilakukan masyarakat baik melalui intensifikasi, ektensifikasi maupun
diversifikasi, dengan tujuan utama adalah untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat
yang semakin bertambah besar dan beragam sejalan dengan laju pertambahan jumlah
penduduk yang cepat. Kesenjangan yang terjadi antara pertambahan produksi yang rendah
dan pertumbuhan penduduk yang relatif cepat mendorong upaya peningkatan produksi
tanaman melalui pengelolaan tanaman yang tepat pada sebidang lahan melalui penerapan
Multiple Cropping dengan input teknologi dan penggunaan sarana produksi yang memadai
dengan hasil tanaman yang tinggi dan berkelanjutan.
Pengelolaan tanaman dalam pola Multiple Cropping ini telah lama dipraktekkan
petani di daerah tropis sejak ribuan tahun silam dengan input produksi yang sederhana dalam
berbagai bentuk atau pola dengan jenis tanaman, produksi dan tingkat teknologi yang sangat
beragam. Semula ditujukan hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga, namun akhir-akhir
ini penerapan Multiple Cropping tidak hanya ditujukan untuk keperluan rumah tangga saja
dalam waktu terbatas, tapi pada petani di negara maju telah dikembangkan dengan
mengaplikasikan berbagai jenis tanaman yang mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan
yang bervariasi untuk mencukupi kebutuhan pasar dengan teknologi ramah lingkungan.
Tujuan dari teknik tersebut diantaranya :
Usaha pertanian mempunyai hasil panen yang berkesinambungan
Mencoba memaksimalkan pengolahan lahan
Mengefektifkan penanggulangan hama dan penyakit
Menghemat sarana produki pertanian
Menjaga konservasi air dan tanah dari pencemaran zat kimia
Mencegah pemanasan global (Global Warming)
Menjaga kesehatan manusia
Langkah awal untuk untuk multiple cropping adalah:
Menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan, baik untuk jenis tanaman jangka pendek, atau jangka panjang.
Harus dapat menambah atau mempertahankan keseburan tanah. Komplementer dan suplementer satu dengan yang lainnya baik dalam hal unsur hara
maupun sinar matahari. Nilai ekonomisnya tinggi, laku dipasaran serta mempunyai nilai kompetitif yang
tinggi. Disamping itu juga jenis tanaman yang dibutuhkan masayarakat pada setiap saat.
Dapat menggunakan tenaga kerja yang efisien. Diharapkan jenis tanaman yang tidak merugikan tanamanlebih baik ditinjau dari
aspek morfologi maupun fisiologi.
Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai sistem pertanian berkelanjutan, khususnya
perkembangan sistem pertanian ini di Indonesia kami melakukan survei ke Desa Cimenyan,
Kecamatan Cimenyan. Desa ini terletak di dataran tinggi sehingga agroekosistem yang akan
kami amati terkait agroekosistem dataran tinggi di Bandung. Desa Cimenyan terletak tidak
jauh dari hiruk pikuk kota bandung. Desa ini pun sering dijadikan tempat wisata khususnya
pada malah hari karena memiliki pemandangan yang indah berupa city view kota Bandung
yang terlihat sangat jelas. Desa ini pun terkenal dengan produksi peyeum-nya.Untuk
komoditas pertanian, desa ini tidak memiliki komoditas unggul yang menjadi ciri khas namun
bukan berarti pertanian di desa ini sudah terkikis habis.Walaupun beberapa lahan sudah
dialihfungsikan menjadi tempat usaha atau villa namun mayoritas penduduk di desa ini masih
bermata pencaharian petani.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Multiple Cropping sebagai Upaya Peningkatan Produksi
Disadari penuh bahwa peningkatan produksi dapat diupayakan melalui usaha
intensifikasi dan ekstensifikasi guna memenuhi kebutuhan pangan, bahan baku industri dan
kebutuhan lainnya. Kedua usaha dimaksud telah lama digalakkan, namun peningkatan
produksi belum dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat akibat pertambahan
penduduk yang tidak seimbang dengan kenaikan produksi pertanian. Di lain pihak luas lahan
garapan juga semakin terbatas, sehingga lahirlah petani kecil yang berlahan sempit dengan
lokasi garapan yang terpencar mengakibatkan aplikasi teknologi terbatas.
Petani berlahan sempit merasakan pentingnya penggunaan waktu dalam berusahatani.
Pada dekade silam produksi pertanian secara umum telah mengalami peningkatan dengan (i)
penanaman pada lahan yang luas, tetapi sekarang scope-nya semakin terbatas dengan
permasalahan yang makin kompleks terutama berkaitan dengan adanya kepemilikan lahan
yang semakin sempit. Oleh karena itu sekarang ini sangat ditekankan pada (ii) peningkatan
produksi per satuan luas.Hal ini sudah dikembangkan dengan baik khususnya daerah-daerah
beriklim sedang.Dan pada negara-negara yang sedang berkembang di daerah tropik
menekankan pada (iii) penanaman banyak tanaman setiap tahun atau menerapkan
sistem multiple cropping.Secara teori, kemungkinan produksi tinggi dapat dicapai dengan
menerapkan tiga pendekatan tersebut yaitu secara terus menerus menanam tanaman yang
berproduksi tinggi pada lahan yang tersedia terutama adanya fenomena makin sempitnya
pemilikan lahan oleh petani.Karena itu petani berupaya bagaimana caranya mengusahakan
lahannya yang sempit seefisien mungkin dengan berbagai jenis tanaman dalam pola yang
tepat untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.Dengan demikian usaha peningkatan produksi
pertanian per satuan luas dan waktu perlu mendapat perhatian. Upaya peningkatan produksi
dan mutu tanaman dalam areal yang terbatas pada waktu tertentu dapat dilakukan melalui
penerapan ”Multiple Cropping”.
2.2. Pengertian Multiple cropping
Batasan sederhana dari Multiple Cropping dapat dilihat dari dua suku kata yang
menyusunnya, yakni ”multiple” artinya ”ganda” dan ”cropping” artinya ”pertanaman”, maka
arti Multiple Cropping dari asal katanya adalah ”pertanaman ganda”. Namun demikian secara
sederhana Multiple cropping pengertiannya disamakan dengan tanaman ganda atau tumpang
gilir adalah pengusahaan berbagai jenis tanaman pada sebidang lahan yang sama dalam
jangka waktu satu tahun. Sedang menurut Neal C. Stoskopt (1981) mengartikan multiple
cropping adalah pertumbuhan dua jenis tanaman atau lebih pada sebidang lahan yang sama
dalam waktu satu tahun. Dengan demikian memberikan gambaran yang komprehensif bahwa
dalam multiple cropping dapat dilakukan pemungutan hasil atau panen lebih dari satu kali
dalam jangka waktu selama satu tahun.
Praktek pengusahaan tanaman dalam multiple cropping meliputi semua jenis tanaman
yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat seperti tanaman semusim, tanaman tahunan,
ternak, atau ikan yang dipelihara di sawah melalui pola penanaman yang tepat dan sesuai.
Sistem tersebut sudah tidak asing lagi bagi kita karena sudah lama dikenal oleh petani secara
tradisional di Indonesia.Pada lahan kering, tegalan, dan pekarangan diusahakan pertumbuhan
tanaman dan pola tanam yang sesuai pada suatu lahan merupakan interaksi antara tanah,
iklim, tanaman dan pengelolaannya. Setiap jenis tanaman akan tumbuh dengan baik apabila
kebutuhan minimal terhadap faktor-faktor yang diperlukan terpenuhi. Sedangkan hasil yang
diperoleh akan menguntungkan bilamana susunan faktor-faktor yang diperlukan tersedia
secara optimal.
Berbagai terobosan dalam teknologi pertanian telah ditemukan oleh ahli agronomi dan
telah dilakukan oleh petani untuk melipatgandakan hasil pertanian tanpa merusak kesuburan
tanah, kelestarian air, serta dengan biaya produksi yang sangat rendah.Salah satu di antaranya
adalah pemanfaatan lahan dengan berbagai jenis tanaman per satuan luas dalam jangka waktu
tertentu.Sistem ini dikenalmultiple cropping sebagai dimensi ketiga dalam upaya peningkatan
produksi pertanian.Aneka macam tanaman pangan, dan tanaman perkebunan yang
diusahakan oleh petani seperti kelapa, cengkeh, jambu mete dan sebagainya.
Pada lahan sawah yang beririgasi dalam musim hujan di samping ditanami padi, juga
petani sempat menanam palawija seperti jagung, kacang panjang dan sebagainya.Di atas
pematang atau gelengan sawah tersebut.Apalagi sawah sistem surjan dimana lahan pertanian
dapat dibagi dua secara berselingan yaitu lahan kering (guludan) dan lahan basah (tabukan).
Daerah persawahan yang memperoleh air pengairan sepanjang tahun dimungkinkan
untuk menanam padi secara terus menerus, kecuali ada masalah lain. Biasanya pada daerah
irigasi ini lahan yang dimiliki petani lebih sempit bila dibandingkan dengan lahan tanpa
irigasi.Berdasarkan kenyataan ini masih banyak petani yang mengusahakan padi sawah satu
kali dalam setahun dengan lahan yang begitu sempit sehingga hasilnya tidak cukup untuk
kebutuhan keluarganya.Mereka membiarkan tanahnya kosong setelah panen padi walaupun
masih ada kemungkinan untuk mengusahakan satu kali pertanaman lagi, terutama jenis-jenis
tanaman yang berumur pendek.
Petani dengan tanah garapan yang terbatas mengusahakannya secara efisien mungkin
untuk mencukupi keperluan hidup keluarganya sehari-hari. Dengan demikian usaha
mempertinggi produksi pertanian persatuan luas sambil menjaga kesuburan tanah dan
kelestarian air, tentu akan menjadi sangat penting dan besar artinya bagi kesejahteraan petani.
Telah diketahui bahwa peningkatan produktivitas satuan luas lahan dapat dilakukan dengan
perbaikann kinetika tanaman, peningkatan pemakaian pupuk, teknik pengendalian hama
penyakit yang baik, pengelolaan dan pengolahan tanah yang baik serta pengelolaan dan
pemanfaatan air irigasi (Richard et al, 1984).
Dalam usaha meningkatkan produksi pertanian per satuan luas persatuan waktu maka
daya guna tanah, air, sinar matahari dan waktu perlu ditingkatkan.Melalui upaya ini kita
dapat memperpendek saat kosong (bera) sebidang lahan. Dengan kata lain mengusahakan
sejauh mungkin adanya pertanaman pada sebidang lahan sepanjang tahun. Upaya seperti
tersebut sebenarnya telah dilakukan oleh petani yang memiliki tanah garapan sempit
meskipun belum diusahakan secara intensif.
2.3. Manfaat penerapan sistem multiple cropping
Dalam melaksanakan sistem multiple cropping akan diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Mencegah tibanya masa paceklik karena volume dan frekuensi panen bertambah.
2. Mengurangi pengangguran musiman. Dalam hal ini tenaga kerja dapat diatur dengan
baik sehingga dapat mencegah pengangguran sepanjang tahun.
3. Memperbaiki taraf hidup petani karena dengan sistem multiple croppingpendapatan
petani meningkat, mengurangi resiko kegagalan panen dan memperbaiki
keanekaragaman pangan serta nilai gizi makanan masyarakat.
4. Bila dilakukan secara intensif dan sistematis akan dapat menekan biaya produksi dan
dapat mempertahankan produktifitas tanah yang cukup tinggi.
5. Dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit, tumbuhan penganggu atau
mempertahankan stabilitas biologis.
6. Dengan penerapan multiple cropping baik dan tepat akan dapat memberikan solusi
bagi masalah kekurangan pangan umat manusia di daerah rawan dan juga efisien
dalam hal penggunaan sumber daya tanah, air, cahaya dan modal lebih ditingkatkan.
7. Pengendalian erosi dengan penutup tanah karena permukan tanah dapat tertutup
sepanjang tahun. Erosi dan pencucian unsur hara juga dapat diminimalkan dengan
menggilir tanaman legum dan non-legum.
8. Merupakan upaya mempertahankan kesuburan tanah dengan penggunaan pupuk hijau
terutama tanaman yang dapat mengfiksasi nitrogen dari udara.
Adapun tanaman yang menjadi alternatif pilihan dalam sistem multiple croppingharus
memenuhi syarat-syarat antara lain :
Harus dapat menambah atau mempertahankan keseburan tanah.
Komplementer dan suplementer satu dengan yang lainnya baik dalam hal unsur hara
maupun sinar matahari.
Nilai ekonomisnya tinggi, laku dipasaran serta mempunyai nilai kompetitif yang
tinggi. Disamping itu juga jenis tanaman yang dibutuhkan masayarakat pada setiap
saat.
Dapat menggunakan tenaga kerja yang efisien.
Diharapkan jenis tanaman yang tidak merugikan tanamanlebih baik ditinjau dari
aspek morfologi maupun fisiologi.
Untuk lebih meyakinkan dalam upaya peningkatan pendapatan oleh adanya penerapan
sistem multiple cropping dapat dilihat pada Tabel 1.
Sistem Pertanaman Pendapatan
Bersih
($U.S/ha)
Peningkatan pendapatan
dari penanaman padi
secara monokuler
($U.S/ha)
Peningkatan
pendapatan
Padi monokultur
Kacang tanah-padi
Jagung manis-padi
Jagung pulut-padi-k.ijo
Ubi jalar-padi-k.tanah
325
631
1869
1487
1369
0
306
1544
1162
1044
0
94
475
357
321
Sumber : Departemen of Agriculture Thailand (1991)
BABIII
PEMBAHASAN
3.1 Kondisi pertanaman lahan Pak Dana
Pak Dana memiliki lahan sawah dengan luas +- 520 tumbak (7280 m2 ) dengan
produktivitas 2 – 3 ton. Hasil panen biasanya langsung didistribusikan ke penggilingan di
daerah Cikutra.Sistem irigasi yang digunakan di lahan sawah ini merupakan irigasi semi-
teknis.Saluran irigasi yang merupakan bantuan dari Dinas Pertanian ini terbuat dari beton
sehingga sudah permanen namun pada sistem pengairannya belum terdapat sistem buka tutup
air yang dijadwalkan sehingga pembagian air masih belum efektif.Budidaya padi sawah
dilakukan sepanjang tahun dengan tiga kali musim tanam. Pada bulan ke 11 biasanya Pak
Dana juga mencoba membudidayakan padi Gogo walaupun menurut pengalaman beliau
kurang menguntungkan.
Dalam membudidayakan padi, tentu saja akan ada organisme tanaman yang
menyerang. OPT yang menyerang tanaman padi Pak Dana adalah tikus, wereng dan belalang.
Namun berdasarkan informasi yang didapatkan, belum pernah terjadi ledakan hama maupun
penyakit. Tindakan pengendalian masih menggunakan pestisida dengan merek dagang Decis
dan digunakan bila sudah melebihi ambang batas.
3.2 Analisis budidaya
Dalam proses kegiatan budidaya padinya, Pak Dana sepertinya kurang tepat dalam
melakukan pemupukannya, bila meninjau dari nilai produktivitas padi yang dituturkan oleh
beliau. Budidaya padi yang dilakukan oleh Pak Dana hanya memiliki produktivitas 2-3 ton
dari luasan lahan ± 520 tumbak atau setara dengan 7280 m2. Selain dari segi pemupukannya
yang kemungkinan kurang tepat, hal ini juga dapat disebabkan oleh kurang tercukupinya
kebutuhan padi akan air, sehingga dapat menghambat pertumbuhannya.
Di dalam salah satu sumber, disebutkan bahwa kebutuhan air pada budidaya tanaman
padi secara umum dipengaruhi oleh topografi, jenis tanah, periode pertumbuhan, dan praktik
budidaya.Menurut Yoshida (1981) tanaman padi membutuhkan air sebanyak 180-300
mm/bulan agar dapat berproduksi dengan baik. Lebih lanjut Bouman (2009) menambahkan
bahwa untuk menghasilkan 1 kg gabah, tanaman padi membutuhkan 2 500 liter air yang
berasal dari hujan atau irigas
Kebutuhan air tanaman padi dibedakan berdasarkan tahap pertumbuhan yang
berbeda.Dalam praktik pengelolaan air, tahap pertumbuhan padi dibagimenjadi tahap
perkecambahan, pertumbuhan vegetatif, reproduktif, dan tahap pemasakan.Pada tahap
perkecambahan, air yang dibutuhkan sedikit.Pada tahap pertumbuhan vegetatif kelebihan air
dapat menghambat pertumbuhan akar.Pada tahap reproduktif padi membutuhkan air dalam
jumlah banyak sedangkan pada tahap pemasakan padi membutuhkan air dalam jumlah yang
sangat sedikit (De Datta, 1981).
Selain itu juga, kebutuhan pupuk yang sesuai untuk budidaya tanaman padi sebaiknya
adalah sebagai berikut :
Gambar 1.Pemupukan pada stadia awal pertumbuhan (0-14 HST)
Pola tanam yang dilakukan oleh Pak Dana meang tidak salah, tetapi lebih baik lagi
bila Pak Dana menerapkan system pertanaman ganda (multiple cropping).Dari salah satu
sumber, disebutkan bahwa dengan system multiple cropping, khususnya pola tumpang sari
padi sawah di lahan lebih baik dan dianjurkan untuk melalukan sortasi dengan jagung, sebab
dari beberapa hasil literature, pola tanam rotasi padi sawah dengan jagung memberikan nilai
hasil produktivitas yang tinggi baik pada jagung maupun padi sawah.Tetapi bila pola tanam
ini ingin diterapkan oleh Pak Dana, maka harus merubah pola penanaman padi sawahnya,
yang awalnya dalam setahun melakukan tiga kali musim tanam, maka menjadi dua kali
musim tanam padi sawah dan satu kali musim tanam jagung dalam kurun waktu setahun.
Gambar 2. Pemupukan N susulan
3.3. Penerapan Multiple Cropping
Menurut Departemen Pertanian Thailand pada tahun 2001 menyatakan bahwa
pertanaman multiple cropping antara padi dengan jagung manis memberikan produktivitas
yang tertinggi yaitu sebesar 1868 US$/ha. Oleh karena itu, berdasarkan pernyataan dari
Departemen Pertanian Thailand kami menyarankan penanaman multiple cropping di lahan
Pak Dana dengan penanaman padi dengan jagung manis. Pola tanam yang disaranbkan di
lahan sawah tadah hujan adalah satu kali tanam padi dan dilanjutkan dengan penanaman
jagung. Untuk padi pada bulan 10 - 12 dilakukan pengolahan tanah, bulan 1 - 3 tanam, dan
panen pada bulan 4 - 7. Untuk komoditas jagung setelah padi yaitu pada bulan 7 - 8 kegiatan
pengolahan tanah dan tanam dan panen pada bulan 8 - 10. Keadaan ini sangat tergantung
pada curah hujan.
Sistem budidaya untuk padi sama dengan yang telah kami bahas sebelumnya. Untuk
budidaya jagung manis kami menyarankan system budidaya sebagai berikut:
Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, kemudian dicangkul dan diolah
dengan bajak. Tanah yang akan ditanami di-cangkul sedalam 15-20 cm, kemudian dirata-
kan., tanah dikapur (dosis 1 ton/ha)
Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang diisi 1-2 butir benih. Jarak
tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam
semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanam-nya 40
cm x 100 cm (2 tanaman/lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tan-amnya 25 cm
x 75 cm (1 tanaman/lubang).
Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya kurang baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam
tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung dilakukan, karena akan
melu-kai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk
mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (HST). Jumlah
dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih
muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu. Penyiangan jangan sampai mengganggu
perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat menceng-keram tanah
maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi
batang agar tanaman tidak mudah re-bah dan menutup akar yang bermunculan di atas
permukaan tanah karena adanya aerasi yang dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu,
bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman
diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan
terbentuk guludan yang memanjang.
Pemeliharaan
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah
lembab, yang bertujuan menjaga agar tanaman tidak layu. Menjelang tanaman ber-bunga, air
yang diperlukan lebih besar se-hingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan
tanaman jagung.
Tabel dibawah ini menunjukan hasil pendapatan usahatani multiple cropping padi dan
jagung manis di sebuah daerah di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru Kalimantan
Selatan. Tabel tersebut menunjukan bahwa multiple cropping padi dan jagung manis layak
diusahakan ini terlihat dari usahatani padi mengun-tungkan yaitu pendapatannya mencapai
Rp 5.500.000,- dengan total biaya (saprodi dan tenaga kerja) sebesar Rp 5.300.000,-
(Soekartawi, 1995).
Demikian juga dengan jagung manis dalam satu hektar pendapatannya mencapai Rp
12.600.000,- dengan total biaya Rp 7.400.000,- dengan nilai juga layak untuk diusahakan.
Tabel. Analisis finansial usahatani padi dan jagung manis per hektar pada lahan tadah hujan di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru Kalimantan Selatan. 2010
Dengan demikian produktivitas padi dan jagung berpeluang untuk ditingkatkan
karena analisis usahataninya menguntungkan diusahakan. Produktivitas meningkat sekali-gus
menunjang tersedianya pangan nasional, yang sekarang sangat diperhatian pemerintah.
Usahatani tersebut layak diusahakan yang akan berimbas pada ketahanan pangan nasio-nal,
agar pangan selalu tersedia khususnya untuk Kalimantan Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanudin, 2013. Multiple Cropping dan Aplikasinya. http://hasanagroteknos09.blogspot.com/. Diakses 17 November 2013
Subarna, Ade dan Ridwan. 2009. Polatanaman padi dan jagung pada lahan sawah tadah hujan.Diakses melalui http://sumbar.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=132:pola-tanaman-padi-dan-jagung-pada-lahan-sawah-tadah-hujan&catid=40:tanaman-pangan&Itemid=196 pada 17 November 2013
Zuraida, Rismarini. 2010. Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) BPTP, Kalimantan Selatan