PENGATURAN MENU MAKAN DAN PEMBERIAN TABLET …
Transcript of PENGATURAN MENU MAKAN DAN PEMBERIAN TABLET …
JURNAL SALAM SEHAT MASYARAKAT (JSSM) VOL 2 NO.1 DESEMBER 2020 E-ISSN : 2715-7229
JURNAL SALAM SEHAT MASYARAKAT (JSSM) VOL 2 NO.1 DESEMBER 2020 E-ISSN : 2715-7229
56
Prodi IKM FKIK Universitas Jambi
PENGATURAN MENU MAKAN DAN PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH
PADA IBU NIFAS DI PMB KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2019
Sukaisi1, Zuraidah
2, Lenny Nainggolan
3
1,2,3Poltekkes Kemenkes Medan Prodi Kebidanan Pematangsiantar
Email: [email protected]
Abstrak
Anemia pada periode postpartum mungkin berhubungan dengan peningkatan prevalensi sesak
napas, kelelahan, palpitasi dan infeksi maternal, terutama pada saluran kemih. Pengaruh anemia pada masa
nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang dapat menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan
infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang dan mudah terjadi infeksi mamae. Pengukuran kadar
hemoglobin, pengukuran pengetahuan, pemberian materi, pelatihan pengaturan menu makan, monitoring dan
evaluasi. Khalayak dalam pengabdian masyarakat ini adalah Ibu nifas dengan postpartum > 1 minggu dari
PMB R. Harianja, T. Hutapea, Hendrayatni, dan Ika Juliana di Wilayah Kabupaten Simalungun dan
sekitarnya, yang mengalami anemia dan bersedia dilatih mengenai pengaturan menu makanan berjumlah
sekitar 40 orang. Dari 52 ibu nifas yang diukur kadar hemoglobinnya, 40 ibu mengalami anemia dan
mengikuti kegiatan pelatihan pengaturan menu makan dan pemberian tablet tambah darah. Ibu nifas yang
mengikuti kegiatan pengabdian terdiri dari primipara 14 orang, dan multipara 26 orang. Pengukuran kadar
Hb diperoleh hasil pengukuran awal 9,2 gr% – 10,8 gr%, dengan kategori anemia ringan. Wawancara pada
beberapa responden ibu nifas, ada yang rutin minum teh 1-2/ hari.
Kesimpulan: Perlu informasi yang tepat tentang cara konsumsi ferrum, berkaitan dengan budaya minum teh
dan diharapkan ibu nifas yang telah mengikuti pelatihan menjadi agent bagi ibu nifas lainnya
Kata kunci: Ibu Nifas, Anemia, Menu Makan
Abstract
Anemia in the postpartum period may be associated with an increased prevalence of shortness of breath,
fatigue, palpitations and maternal infections, especially of the urinary tract. The effect of anemia during the
puerperium is the occurrence of uterine subvolution which can cause post-partum hemorrhage, eases
puerperal infection, decreases breastfeeding and it is easy to develop maternal infection. Measurement of
hemoglobin levels, knowledge, provision of materials, training in eating menu settings, monitoring and
evaluation. The audience in this devotion are postpartum mothers with postpartum >1 week from PMB R.
Harianja, T. Hutapea, Hendrayatni, and Ika Juliana in the Simalungun Regency and surrounding areas, who
are anemic and willing to be trained on food menu management totaling around 40 people. Out of 52
postpartum mothers whose hemoglobin levels were measured, 40 experienced anemia and attended training
activities on dietary management and blood supplementation. Postpartum mothers who participated in the
service activities consisted of 14 primiparous people, and 26 multiparous people. Measurement of Hb levels
obtained initial measurement results of 9.2 gr% - 10.8 g%, with the category of mild anemia. Interviews with
several postpartum mothers, some routinely drank tea 1-2 / day. The information is needed about how to
consume ferrum, related to the culture of drinking tea and it is hoped that postpartum mothers who have
attended training become agents for other postpartum mothers.
Key words: Postpartum, Anemia, Diet
JURNAL SALAM SEHAT MASYARAKAT (JSSM) VOL 2 NO.1 DESEMBER 2020 E-ISSN : 2715-
7229
JURNAL SALAM SEHAT MASYARAKAT (JSSM) VOL 2 NO.1 DESEMBER 2020 E-ISSN : 2715-7229
57
Prodi IKM FKIK Universitas Jambi
PENDAHULUAN
Anemia sering dikaitkan dengan
penanda lain pada tes darah dari
simpanan zat besi yang rendah dalam
tubuh. Pada perempuan yang kehamilan,
kebanyakan menunjukkan penurunan
konsentrasi hemoglobin sebagai bagian
dari respon normal selama kehamilan, di
mana ada peningkatan plasma dan
volume darah yang beredar, yang
melindungi wanita dari kehilangan darah
yang berhubungan dengan kelahiran.
Nilai batas yang berlaku umum untuk
anemia pada perempuan tidak hamil
adalah konsentrasi hemoglobin kurang
dari 12 g/dL (WHO 2001).
Anemia didefinisikan sebagai
konsentrasi hemoglobin (Hb) yang
rendah dalam darah. (WHO,2015).
National Institute of Health (NIH)
Amerika 2011 menyatakan
bahwa anemia terjadi ketika tubuh tidak
memiliki jumlah sel darah merah yang
cukup (Fikawati, Syafiq & Veretamala,
2017). Anemia pada ibu postpartum
didefinisikan sebagai kadar hemoglobin
kurang dari 10 g/dl, hal ini merupakan
masalah yang umum dalam bidang
obstetrik. Meskipun wanita hamil dengan
kadar besi yang terjamin, konsentrasi
hemoglobin biasanya berkisar 11-12 g/dl
sebelum melahirkan. Hal ini diperburuk
dengan kehilangan darah saat melahirkan
dan pada saat masa nifas. Penelitian
Bread, et al, 2005, mendapatkan ada
hubungan yang kuat antara status besi,
tingkat depresi, dan pengetahuan ibu post
partum.
Anemia pada wanita masa nifas
(pasca persalinan) juga umum terjadi,
sekitar 10% dan 22% terjadi pada wanita
post partum dari keluarga miskin
(Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, 2008). Pengaruh anemia
pada masa nifas adalah terjadinya
subvolusi uteri yang dapat menimbulkan
perdarahan post partum, memudahkan
infeksi puerperium, pengeluaran ASI
berkurang dan mudah terjadi infeksi
mamae (Prawirohardjo, 2005).
Situasi di negara berkembang,
meskipun pemberian suplemen besi juga
mengandung asam folat namun defisiensi
vitamin seperti vitamin A, riboflavin,
asam folat dan vitamin B 12 dapat
menyebabkan anemia (Ramakrishnan,
2001). Asam folat dan vitamin B12
diperlukan dalam pembentukan sel darah
merah. Asam folat dan vitamin B12
penting dalam pematangan akhir sel
darah merah. Keduanya penting untuk
sintesis DNA (Deoksiribo Nukleat Acid)
karena masing-masing vitamin dengan
cara yang berbeda dibutuhkan untuk
pembentukan timidin trifosfat, yaitu salah
satu zat pembangun esensial DNA
kekurangan vitamin B12 atau asam folat
dapat menyebabkan abnormalitas dan
pengurangan DNA dan akibatnya adalah
kegagalan pematangan inti dan
pembelahan sel (Guyton, dan Hall, 2008).
Kondisi anemia dapat
meningkatkan risiko kematian ibu pada
saat melahirkan, melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah, janin dan ibu
mudah terkena infeksi, keguguran, dan
meningkatkan risiko bayi lahir
prematur (Kemenkes, 2015). Di Afrika
dan Asia, anemia diperkirakan
berkontribusi lebih dari 115 000 kematian
ibu dan 591.000 kematian perinatal
JURNAL SALAM SEHAT MASYARAKAT (JSSM) VOL 2 NO.1 DESEMBER 2020 E-ISSN : 2715-
7229
JURNAL SALAM SEHAT MASYARAKAT (JSSM) VOL 2 NO.1 DESEMBER 2020 E-ISSN : 2715-7229
58
Prodi IKM FKIK Universitas Jambi
secara global per tahun (Ezzati, 2004).
Konsekuensi morbiditas terkait dengan
anemia kronis memperpanjang
hilangnya produktivitas dari kapasitas
gangguan kerja, gangguan kognitif,
dan peningkatan kerentanan terhadap
infeksi, yang juga memberikan beban
ekonomi (Horton, 2003).
Anemia juga sampai saat ini masih
merupakan salah satu faktor yang
melatarbelakangi tingginya angka
kematian ibu di Indonesia, maka upaya
pencegahannya adalah mengetahui sejak
dini apakah seseorang menderita anemia
atau tidak dan segera mengupayakan
langkah - langkah penanggulangan
anemia. Penelitian Zuraidah (2016)
diperoleh umumnya ibu pospartum di
Kota Pematangsiantar mengalami anemi
dan kurang mengetahui mengenai
mengatasi anemi. Pada penelitian ini
diperoleh data, setelah melahirkan ibu
nifas diberikan tablet tambah darah.
Namun saat kunjungan di rumah dan
dilakukan pemeriksaan diperoleh kadar
Hb dibawah normal (< 12 mg’dL).
TUJUAN
Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah
peningkatan pengetahuan ibu nifas
tentang gizi dan menu makan dievaluasi
dengan pre dan post test, ibu dapat
mengatur menu makan, ibu bersedia
mengkonsumsi tablet tambah darah dan
mengurangi angka kejadian anemia pada
ibu nifas.
METODE
Pengabdian yang dilaksanakan antara
lain: wawancara, demonstrasi, diskusi
dan ceramah. Pengabdian masyarakat ini
dilaksanakan dengan tahap pertama: pre
tes kuesiner, pemberian tablet tambah
darah, pemberian materi. Tahap kedua
sampai ke empat pemberian tablet
tambah darah, pelatihan pengaturan menu
makan dan pertemuan ke lima adalah
redemonstrasi, post test, pengukuran nilai
Hb.
HASIL
Pelaksanaan kegiatan Pelatihan
Pengaturan Menu Makan dan Pemberian
Tablet Tambah Darah pada Ibu Nifas di
wilayah Praktek Mandiri Bidan (PMB)
Kabupaten Simalungun telah
dilaksanakan bulan Juli – Agustus 2019.
Ibu –ibu nifas yang menjadi responden
kegiatan pengabdian masyarakat
“Pelatihan pengaturan menu makan dan
pemberian tablet tambah darah“
sebelumnya belum pernah mengikuti
kegiatan pelatihan menu makan. Dari 52
ibu nifas yang diukur kadar
hemoglobinnya, 40 ibu mengalami
anemia dan diminta kesediaannya
mengikuti kegiatan pelatihan pengaturan
menu makan dan pemberian tablet
tambah darah. Ibu nifas yang mengikuti
kegiatan pengabdian terdiri dari
primipara 14 orang, dan multipara 26
orang. Pengukuran kadar Hb
menggunakan Hemometer digital dan
diperoleh hasil pengukuran awal 9,2–10,8
gr%, dengan kategori anemia ringan.
Wawancara pada beberapa responden ibu
nifas, ada yang rutin minum teh 1-2/ hari.
Telah diberikan tablet tambah darah dan
pelatihan pengaturan menu makan pada
ibu nifas dengan anemia.
Hasil pengukuran pengetahuan ibu nifas
tentang gizi dan menu makan pada pre
JURNAL SALAM SEHAT MASYARAKAT (JSSM) VOL 2 NO.1 DESEMBER 2020 E-ISSN : 2715-
7229
JURNAL SALAM SEHAT MASYARAKAT (JSSM) VOL 2 NO.1 DESEMBER 2020 E-ISSN : 2715-7229
59
Prodi IKM FKIK Universitas Jambi
test mayoritas dengan kategori cukup dan
masih ada yang berpengetahuan kurang
(30%). Setelah diberikan intervensi
diperoleh hasil pengetahuan dengan
kategori baik (77,5%) dan tidak ada lagi
yang berpengetahuan kurang.
Kadar Hb pre test seluruhnya dengan
anemia ringan (kadar Hb 9-10 gr%).
Setelah dilakukan pemebrian tablet Fe
diperoleh hasil seluruh ibu nifas dengan
kadar Hb dengan tidak anemia (>11
gr%).
PEMBAHASAN
Masa post partum atau masa nifas
merupakan masa pemulihan bagi banyak
ibu yang baru melahirkan. Masa
pemulihan ibu post partum dimulai dari
proses setelah kelahiran bayi sampai
pengembalian alat reproduksi seperti
sedia kala. Ibu dengan masa nifas
membutuhkan perawatan dan
pengobatan, mulai dari perawatan diri
sendiri maupun perawatan yang
membutuhkan peran tenaga kesehatan.
Peningkatan derajat kesehatan bagi ibu
yang baru melahirkan dibutuhkan agar
kualitas kesehatan ibu dan keluarga
memadai. Perawatan bagi ibu nifas,
antara lain: pendidikan tentang kesehatan,
perawatan kesehatan dan pengobatan
yang adekuat (Kemenkes, 2013).
Kegiatan pengabdian masyarakat
dengan judul “Pelatihan pengaturan menu
makan dan pemberian tablet tambah
darah pada ibu nifas di wilayah PMB
Kabupaten Simalungun” telah selesai
dilaksanakan. Responden pada kegaitan
ini merupakan ibu nifas yang mengalami
anemia. Anemia post partum
didefinisikan sebagai kadar hemoglobin
kurang dari 11 g/dl, hal ini merupakan
masalah yang umum dalam bidang
obstetric. Meskipun wanita hamil dengan
kadar besi yang terjamin, konsentrasi
hemoglobin biasanya berkisar 11-12 g/dl
sebelum melahirkan. Hal ini di perburuk
kehilangan darah saat melahirkan dan
pada masa nifas (Breymann, 2011).
Kegiatan pengabdian masyarakat
ini berupa pengukuran pengetahuan
tentang gizi dan menu makan, pemberian
tablet ferrum, pelatihan pengaturan menu
makan. Diantara ibu nifas ada yang
memiliki kebiasaan minum teh. Minum
teh merupakan hal biasa dalam budaya di
Indonesia. The adalah jenis minuman
yang paling bnayak dikonsumsi manusia
dewasa setelah air dan diperkirakan
manusia mengkonsumsi teh lebih dari
120 ml setiap hari (Damayanthi, 2008).
Teh memiliki potensi sebagai penyebab
anemia karena disinyalir mampu
mengabsorpsi mineral sebagai bentuk zat
besi. Hal ini dikaitkan dengan peranan
taninyang terdapat dalam kandungan teh.
Mineral makanan sebagai salah satu
pembentuk zat besi bila beraksi dengan
tanin akan membentuk ikatan komplek
yang tidak larut dalam sistem pencernaan,
sehingga mineral tidak berfungsi lagi dan
dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk
feses (Bungsu, 2012).
Anemia pada masa nifas dapat
mengakibatkan yaitu terjadinya
subinvolusio uteri yang merupakan
salah satu penyebab timbulnya
perdarahan post partum, memudahkan
infeksi puerperium, pengeluaran ASI
berkurang (Prawirohardjo, 2014).
Penanganan anemia adalah dengan
pemberian tablet ferrum. Pada kegiatan
JURNAL SALAM SEHAT MASYARAKAT (JSSM) VOL 2 NO.1 DESEMBER 2020 E-ISSN : 2715-
7229
JURNAL SALAM SEHAT MASYARAKAT (JSSM) VOL 2 NO.1 DESEMBER 2020 E-ISSN : 2715-7229
60
Prodi IKM FKIK Universitas Jambi
pengabdian masyarakat ini telah
diberikan tablet tambah darah pada ibu
nifas yang mengalami anemia dan
pelatihan pengaturan menu makan. Ada
kenaikkan kadar hemoglobin pada ibu
nifas setelah diberikan tablet tambah
darah (ferrum).
DAFTAR PUSTAKA
Breymann C, Bian XM, Capito LRB,
Chong C, Mahmud G,Rehman R,
Expertrecommendation for iron
deficiency anemia during
pregnancy and the post partum
period in the Asia Pacific region ,
2011, Universitas of Zurich
Bungsu Putri, Pengaruh kadar Tanin pada
teh celup terhadap anemia gizi
besi (AGB) pada inu hmail di
UPT Puskesmas Citeureup
Kabupaten Bogor, 2012, Jakarta:
UI.
Dodd J, Dare MR, Middleton P,
Treatment for women with
postpartum iron deficiency
Anaemia, The Cochrane Library,
2007, Issue 4.
Gilbert L, Porter W, Brown VA.
Postpartum haemorrhage - a
continuing problem. British
Journal of Obstetrics and
Gynaecology 1987; 94:67–71.
Gibbs R. Clinical risk factors for
puerperal infection. Obstetrics
&Gynecology 1980;55(5
Suppl):178S–84S.
Huch A, Eichhorn K-H, Danko J,
Lauener P-A, Huch R.
Recombinant Human
Erythropoietin in The Treatment
of Postpartum Anemia. Obstetrics
& Gynecologic. 1992;80:127-31.
Prairoharjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina
Sarwono. Prawirohardjo
Vora M Gruslin A. Erythropoietin in
obstetrics. Obstetrical and
Gynecological Survey 1998; Vol.
53, issue 8:500–8.
World Health Organization (WHO)
Reduction of maternal mortality.
A joint WHO/UNFPA/UNICEF/
World Bank statement. Geneva:
WHO,1999.
WHO, United Nations Children’s Fund,
United Nations University. Iron
deficiency anaemia; Assessment,
Preventionand Control; A guide
for programmemanagers. Geneva:
World Health Organization, 2001.
.Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.
Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI. 2015.
Ezzati M, Lopez AD, Rodgers AA,
Murray CJL. Comparative
quantifi cation of health risks:
global and regional burden of
disease attributable to selected
major risk factors. Geneva,
Switzerland: World Health
Organization, 2004.
Horton S, Ross J. The economics of
iron deficiency. Food Policy,
2003; 28: 51–75