PENGARUH WUDHU TERHADAP KECEMASAN SAAT...
Transcript of PENGARUH WUDHU TERHADAP KECEMASAN SAAT...
PENGARUH WUDHU TERHADAP KECEMASAN
SAAT MENGHADAPI UJIAN PRAKTIKUM
PADA MAHASISWI KEPERAWATAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Oleh:
IQBAL MAULANA UTOMO
NIM: 1111104000005
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
ii
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2015
Iqbal Maulana Utomo, NIM: 1111104000005
The Effect of Wudhu to Anxiety When Practical Examination on Nursing
Student UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xvii + 63 pages + 6 tables + 2 schemes +1 Picture+ 8 attachments
ABSTRACT
Practical examination is one stressor that can cause anxiety in students. Anxiety can
lead to failure in the exam. Anxiety can be treated with one of the non
Pharmacological therapy is ablution. Ablution is an integration of hydrotherapy and
deep breathing techniques that can provide a relaxing effect. However, the effect of
ablution to anxiety on the students when faced with practical exam in this case needs
to be proven. The purpose of this study was to determine the effect of ablution to
anxiety when practical examination on Nursing student UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. This research is a quantitative research using quasy-experimental design
with one group pre test and post test conducted on 15 respondents when going to
perform practical examination injections of insulin in the course of Medical
Surgical Nursing Module II. The instrument used to assess anxiety is the Visual
Analogue Scale for Anxiety (VAS-A). Data were analyzed with statistical test of
paired t-test with a significance level of 0.05. The results show the value (p = 0.000)
<0.05 can be concluded that there is to anxiety when practical examination on
Nursing student UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. It is recommended that ablution
can be used as therapy to deal with anxiety on the students prior to the practical
examination.
Keywords : Anxiety, Ablution
Reference : 72 (years 2003-2015)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2015
Iqbal Maulana Utomo, NIM: 1111104000005
Pengaruh Wudhu Terhadap Kecemasan saat Menghadapi Ujian Praktikum
pada Mahasiswi Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xvii + 63 halaman + 6 tabel + 2 skema + 1 gambar+8 lampiran
ABSTRAK
Ujian praktikum merupakan salah satu stressor yang dapat menyebabkan
kecemasan pada mahasiswa. Kecemasan tersebut dapat mengakibatkan kegagalan
dalam ujian. Kecemasan dapat ditangani dengan salah satu terapi non Farmakologi
yaitu wudhu. Wudhu merupakan integrasi dari tehnik hidroterapi dan napas dalam
yang dapat memberikan efek relaksasi. Namun pengaruh wudhu terhadap
kecemasan pada mahasiswi saat menghadapi ujian praktikum dalam hal ini perlu
dibuktikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh wudhu
terhadap kecemasan saat menghadapi ujian pada mahasiswi Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
menggunakan desain quasy-eksperimental dengan one group pre test and post test
yang dilakukan pada 15 responden saat akan melakukan ujian praktikum tindakan
penyuntikan insulin pada mata kuliah Modul Keperawatan Medikal Bedah II.
Instrumen yang digunakan untuk menilai kecemasan adalah Visual Analogue Scale
for Anxiety (VAS-A). Data penelitian dianalisis dengan uji statistik paired t-test
dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukan nilai (p=0,000) <
0,05 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh wudhu terhadap kecemasan saat ujian
praktikum pada mahasiswi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Disarankan agar wudhu dapat dijadikan terapi untuk menangani kecemasan pada
mahasiswi sebelum melakukan ujian praktikum.
Kata Kunci : Kecemasan, Wudhu
Refrensi : 72 (tahun 2003-2015)
v
vi
vii
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : IQBAL MAULANA UTOMO
Tempat, tanggal Lahir : Medan, 5 Mei 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Kol. Sugiono Kp. Kandang Sapi No. 19 Rt/Rw
012/011, Duren Sawit Jakarta Timur
Hp : +6285695109761
E-mail : [email protected]
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. TK Kuncup Kencana Jakarta 1998-1999
2. SDN Pondok Bambu 14 Pagi Jakarta 1999-2005
3. SMP Negeri 165 Jakarta 2005-2008
4. SMA Muhammadiyah 23 Jakarta 2008-2011
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-sekarang
Pengalaman Organisasi
1. 2012-2013 : Staf Kementrian Kemahasiswaan BEMJ Ilmu Keperawatan
2. 2013-2014 : Presiden BEM Ilmu Keperawatan UIN Jakarta
3. 2014-2015 : Sekretaris Bidang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
FKIK
4. 2014-2015 : Ketua Departemen Pengembangan Mahasiswa Dewan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Ciputat, Juli 2015
Iqbal Maulana Utomo
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, yang telah memberi kekuatan kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelasaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan
kepada Rasul tercinta Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran
yaitu Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya.
Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Wudhu Terhadap Saat Menghadapi Ujian
Kecemasan Pada Mahasiswi Keperawatan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
Praktikum” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) pada PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan sebagai wadah latihan bagi penulis untuk belajar berfikir kritis dan
metodologis.
Pada ahirnya, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu, mengarahkan, dan mendukung penyusunan skripsi ini .
Rangkaian terima kasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S. Kp, M. Sc.,selaku Ketua Program Studi dan
sekaligus Dosen Pembimbing.
3. Ibu Ernawati. S. Kp., Sp. KMB sebagai Sekretaris Program Studi
4. Ibu Ita Yuanita, S. Kp, M.Kep selaku Dosen Pembimbing, yang selalu
memberikan semangat, arahan serta masukan untuk berusaha, dan selalu
setia mengoreksi dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Segenap jajaran pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan masukan dan motivasi.
6. Kedua orang tua, Bpk. Toto Suprapto dan Ibu Sumiati. Bagaimanapun,
sejauhmanapun, setinggi apapun dari kalian berdualah saya belajar
ketabahan, keteguhan sikap, dan keikhlasan. Ridho Allah telah menunggu
kalian di depan pintu surga firdaus.
7. Adikku tercinta, Pritty Salsabila dan Rayhan Fahrezi Rasa-rasanya belum
bisa kakakmu ini menjadi uswatun hasanah untuk kalian berdua.
8. Segenap Staff bidang Akademik FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9. Sahabat-sahabat/i PSIK 2009-2014, BEM PSIK Periode 2013-2014 dan
DEMA FKIK 2015, HMI KOMFAKDIK dan PMII KOMFAKKES yang
telah memberikan inspirasi, do`a dan semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Segenap kesadaran, penulis mengakui, meskipun telah berusaha maksimal
dalam penyusunan skripsi ini, pasti masih terdapat hal-hal yang kurang dan
mesti diperbaiki, baik dari segi materi maupun metodologi, oleh karena itu
x
segala masukan dan komentar mengenai tulisan ini penulis terima sebagai
sebuah apresiasi.
Akhir kata semoga kita semua selalu diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari
Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat diamalkan
dengan baik.
Wallahul Muwaffiq Illa AqwamithThariq
Wassalamu`alaikum Wr. Wb
.
Ciputat, Juli 2015
Iqbal Maulana Utomo
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul i
Pernyataan Keaslian Karya ii
Abstract iii
Abstrak iv
Pernyataan Persetujuan v
Lembar Pengesahan vi
Daftar Riwayat Hidup viii
Kata Pengantar ix
Daftar Isi xi
Daftar Tabel dan Bagan xiv
Daftar Lampiran xv
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Pertanyaan Penelitian 7
1.4 Tujuan Penelitian 8
1.5 Manfaat Penelitian 8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian 9
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Umum Kecemasan 10
2.1.1 Pengertian Kecemasan 10
xii
2.1.2 Teori Kecemasan 12
2.1.3 Klasifikasi Tingkat Kecemasan 13
2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan 16
2.1.5 Skala Pengukur 17
2.2 Wudhu 19
2.2.1 Definisi 19
2.2.2 Jenis Air untuk wudhu 20
2.2.3 Rukun Wudhu 21
2.2.4 Tata cara wudhu 23
2.2.5 Manfaat Wudhu 23
2.3 Penelitian Terkait 25
2.3.1 Praktikum Keperawatan 25
2.3.2 Kecemasan Saat Praktikum 26
2.3.3 Pengaruh Kecemasan Pada Mahasiswa 27
2.3.4 Penanganan Kecemasan Mahasiswa 28
2.4 Kerangka Teori 33
3. BAB III KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep 34
3.2 Hipotesis Penelitian 34
3.3 Definisi Operasional 36
4. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian 38
4.2 Populasi, Sampel, dan Sampling 39
4.3 Kriteria Sampel 40
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian 40
4.5 Instrumen Penelitian 41
4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen 42
4.7 Prosedur Pengumpulan Data 43
4.8 Prosedur Pengolahan Data 46
4.9 Analisa Data 47
xiii
4.10 Etika Penelitian 49
5. BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Responden 52
5.2 Hasil Analisis Univariat 52
5.3 Hasil Analisis Bivariat 54
6. BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan 56
6.2 Keterbatasan Penelitian 67
7. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 68
7.2 Saran 69
Daftar Pustaka
Lampiran
xiv
DAFTAR GAMBAR, SKEMA DAN TABEL
Halaman
Gambar 2.1 Rentang respon Cemas 15
Skema 2.4 Kerangka Teori 33
Skema 3.1 Kerangka Konsep 34
Tabel 4.1 Definisi Operasional 36
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia
52
Tabel 5.2 Distribusi Persentase Tingkat Kecemasan Responden
Sebelum dan Setelah Intervensi Wudhu
52
Tabel 5.3 Distribusi Rata-rata Skor Kecemasan Responden Sebelum
dan Setelah dilakukan Intervensi Wudhu
53
Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas Skor Kecemasan Responden Sebelum
dan Setelah Intervensi Wudhu
54
Tabel 5.4 Analisa Pengaruh Wudhu Terhadap Kecemasan saat
Menghadapi Ujian Pada Mahasiswi Keperawatan
55
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen Perizinan
Lampiran 2. Penjelasan Penelitian
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Hasil studi pendahuluan
Lampiran 5. Satuan Acara dan Modul Peatihan Wudhu
Lampiran 6. Rekapitulasi Statistik Responden
Lampiran 7. Analisa Uji Univariat
Lampiran 8. Analisa Uji Bivariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh keadaan dan situasi (Videbeck, 2008). Cemas didefinisikan
sebagai suatu pengalaman yang tidak menyenangkan dan meningkatnya
kewaspadaan terhadap bahaya yang akan datang (DiTomasso dan Gosch,
2002 dalam Stein et al., 2009).
Cemas dapat mempengaruhi seseorang dalam tiga hal; 1) perubahan
fisik menunjukkan perubahan pada frekuensi jantung, mual, muntah,
ketegangan otot, berkeringat, dan nafas pendek; 2) perubahan mental,
khawatir, gelisah, bingung, dan penurunan tingkat konsentrasi; 3)
perubahan perilaku seperti menjauhi benda, tempat atau situasi tertentu
(Hyman dan Pedrick, 2011).
Cemas dapat dilihat dalam berbagai tingkatan yaitu rentang ringan,
sedang, berat sampai panik. Setiap tingkat menyebabkan perubahan
fisiologis dan emosional pada individu (Videbeck, 2008). Kecemasan
tingkat tinggi dapat mengganggu ingatan, bahasa, organisasi, dan kontrol
keinginan (Begley,1995 dalam Meltzer, 2010).
Kecemasan merupakan bagian dari tiap pribadi manusia terutama
jika individu dihadapkan pada situasi yang tidak jelas dan tidak menentu,
sehingga kecemasan juga dapat meningkatkan kesiapan diri seseorang
2
dalam menghadapi suatu tantangan atau suatu ancaman (stressor)
(Satiadarma, 2001, dalam Zulkarnain, 2009).
Banyak pekerjaan, tantangan dan tuntutan yang harus dijalankan oleh
mahasiswa disetiap harinya. Tantangan dan tuntutan tersebut antara lain
pembuatan bermacam tugas, laporan, makalah maupun ujian yang
merupakan salah satu bentuk evaluasi bagi mahasiswa yang dilakukan
secara rutin. Tantangan tersebut dapat menimbulkan stressor pada
mahasiswa (Zulkarnain dan Ferry, 2009). Stressor yang didapatkan siswa
menyebabkan kecemasan yang kemudian akan mengganggu kegiatan
akademik siswa dengan menurunkan kemampuan koping (Moscaritolo,
2009).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa seting klinik merupakan
salah satu sumber peningkatan kecemasan pada siswa (Ward, 2008).
Kecemasan merupakan penyebab umum dari buruknya penampilan
akademik siswa keperawatan saat melakukan ujian (Afolayan et al, 2013).
Dalam sebuah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa kecemasan yang
dialami siswa menimbulkan adanya penurunan motivasi belajar dan
menjadikan siswa hanya berorientasi pada nilai ujian, bukan pada
kemampuan belajar mereka (Mellincavage, 2008). Siswa yang mempunyai
kecemasan tinggi cenderung mendapat skor yang lebih rendah dari pada
skor siswa yang kurang cemas (Djiwandono, 2002 dalam Vavianti, 2011).
Hal ini sejalan dengan penelitian tentang kecemasan dan keberhasilan
belajar dilakukan Julie Floyd (2010) berjudul “Depression, anxiety and
stress among nursing student and relationship to GPA”. Dari penelitian
3
tersebut didapat hasil bahwa siswa yang memiliki indeks prestasi rendah
cenderung mengalami kecemasan lebih berat.
Berdasarkan hasil penelitian Abdillah (2014) yang dilakukan pada 50
mahasiswa keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyebutkan
bahwa mahasiwa mengalami kecemasan saat menghadapi ujian praktikum
dengan berbagai tingkat kecemasan yaitu 4% mahasiswa tidak mengalami
kecemasan, 55% pada kecemasan ringan, 38% kecemasan sedang dan 8%
pada kecemasan berat.
Salah satu faktor resiko yang memungkinkan seseorang untuk
beradaptasi dengan baik ataupun maladaptif terhadap stressor adalah jenis
kelamin. Berbagai penelitian Berdasarkan hasil penelitian Zulkarnain dan
Ferry, 2009; Navianti, 2011; dan Boky dkk, 2013 pada subjek yang
mengalami kecemasan baik ringan atau sedang, diketahui subjek yang
berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami kecemasan
dibandingkan dengan subjek dengan jenis kelamin laki-laki. Hal tersebut
terjadi karena perempuan lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya
peka juga terhadap perasaan cemasnya. Perbedaan ini bukan hanya
dipengaruhi oleh faktor emosi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor kognitif
(Gunadi, 2004, dalam Zulkarnain dan Novliadi, 2009).
Hidroterapi adalah sebuah teknik yang menggunakan air sebagai
media untuk menghilangkan mengobati penyakit (Stevenson, 2007).
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa Hidroterapi memiliki efek relaksasi
bagi tubuh, sehingga mampu merangsang pengeluaran hormon endorphin
dalam tubuh dan menekan hormon adrenalin. Dengan demikian, seseorang
4
yang menjalani treatment ini akan merasa tenang, relaks dan tidak ada beban
(Pranata dan Yuwanto, 2014). Ion-ion negatif yang timbul karena butiran-
butiran air yang dapat meredam rasa sakit, menetralkan racun serta
membantu menyerap dan memanfaatkan oksigen. (Gisymar, 2010 dalam
Pranata dan Yuwanto, 2014). Sementara itu adanya ion negative tersebut
dalam aliran darah akan mempercepat pengiriman oksigen ke dalam sel dan
jaringan sehingga dapat menurunkan respiration rate dan suhu perifer yang
merupakan gejala dari gangguan cemas (Prato dan Yucha, 2013).
Wudhu termasuk psikoterapi islami dengan menggunakan media air
(Muslimah, 2014). Sejak zaman dahulu manusia sebetulnya sudah
mengetahui khasiat air walaupun belum didukung penelitian. Dalam
sejarahnya, air juga pernah digunakan oleh Rasulullah saw untuk
pengobatan. Saat itu Rasulullah saw berdo`a dan memercikan ke tubuh
orang yang sakit (Bentanie, 2010). Tehnik psiko terapi Islam menggunakan
media air (hidroterapi) ini sangatlah mudah yaitu seseorang harus
mengalirkan air suci ke bagian tubuh tertentu dan mengenai rambut dan
kulit (Muslimah, 2014).
Kata wudhu' berasial dari kata wadha' yang artinya kebersihan, dan
dalam terminologie hukum Islam, hal ini berarti membersihkan beberapa
bagian tubuh, sebelum mendirikan Sernbahyang (Abdullah, 2010). Berwudhu
merupakan hal yang diperintahkan Allah kepada manusia. Allah berfirman
dalam surat Al-Maidah: 6 sebagai berikut yang artinya: “Hai Orang-orang
beriman! Jika kamu hendak berdiri melakukan shalat, basuhlah mukamu
dan tanganmu sampai kesiku, lalu sapulah kepalamu dan basuh kakimu
5
hingga dua-mata kaki” (QS. Al-Maidah:6). Rasululah barkata melalui
hadistnya “Dari Abu Huraira r.a. Bahwa Rasulullah bersabda: “Maukah
saya tunjukkan kepadamu hal-hal dengan nama Allah menghapuskan dosa-
dosamu serta mengangkat derajatmu?” “Mau ya Rasulullah”, ujar mereka.
“Meyempurnakan wudhu menghadapi segala kesusahan, dan sering
melangkah menuju masjid, serta menunggu shalat demi shalat. Nah itulah
dia perjuangan. Perjuangan sekali lagi perjuangan!” (H.R. Malik, Muslim,
Turmudzi dan Nasa`i). Wudhu juga sebagai salah satu cara mendekatkan
diri kepada Allah berarti mendekat kepada Dzat Yang Maha Suci. Karena,
Allah adalah pemilik nama Al-Quddus (Mahasa Suci). Jika kita sudah dekat
dengan Allah, maka hidup ini akan berjalan indah, damai, berkah dan
bahagia. Tidak akan ada masalah apapapun yang membuat diri ini risau dan
cemas (Bentanie, 2010).
Manfaat wudhu yang berkaitan dengan kondisi kesehatan fisik dan
psikis seseorang antara lain menjaga kebersihan diri. Kesehatan itu erat
kaitanya dengan kebersihan. Seseorang yang senantiasa menjaga kebersihan
diri-Nya, Insya Allah kesehatannya juga terpelihara. Bagian-bagian tubuh
yang dibasuh saat wudhu merupakan titik penting untuk peremajaan tubuh.
Media yang digunakan untuk berwudhu adalah air. Air bersifat
membersihkan, menyejukkan dan syifa` (terapis). Air dalam kaitannya
dengan kesehatan sangat banyak sekali manfaatnya baik sebagai media
pengobatan (Hasanudin, 2007). Dengan berwudhu, psikis kita yang semula
bergejolak dan tidak stabil akan menjadi tentram kembali sehingga dapat
berpikir tenang dan jernih. (Bantanie, 2010 dalam Muslimah, 2014).
6
Ketika seseorang berwudhu maka secara langsung akan merangsang
dan mengekfektifkan system kerja saraf. Rangsangan tadi akan mempunyai
dampak positif pada kinerja syaraf pusat yang berada di otak. Hal inilah
yang membuat sesorang ketika sehabis berwudhu tubuh akan merasa segar
dan dapat mengurangi ketegangan jiwa, stress, rasa khawatir, marah dan
penyakit kejiwaan lain. Kenyataan inilah yang kemudian membenarkan
hadits Rasulullah saw yang menganjurkan umatnya untuk segera berwudhu
ketika depresi (Gisymar, 2010 dalam Muslimah, 2014).
Sebagai dasar untuk menyusun konsep dan desain penelitian ini,
Peneliti juga melakukan studi pendahuluan untuk dijadikan sebagai acuan
dalam menyusun tinjauan pustaka, kerangka, dan metode suatu penelitian
(Gau, 2007). Dalam hal ini, peneliti melakukan studi pendahuluan yang
bertujuan untuk mengetahui mata kuliah yang dianggap paling
mencemaskan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada
60 mahasiswa dibagi secara proporsional pada masing-masing semester
menunjukan bahwa ujian praktikum pada mata Keperawatan Medikal
Bedah dapat menimbulkan kecemasan tertinggi dari pada mata kuliah lain.
Untuk Mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah berada disemester empat
maka yang akan menjadi sampel penelitian ini adalah mahasiswi Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah angkatan tahun 2013.
1.2. Rumusan Masalah
Melihat berbagai hasil penelitian dan studi pendahuluan yang
menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta mengalami kecemasan saat menghadapi ujian praktikum. Untuk
7
mata dapat menimbulkan kecemasan tertinggi dari pada mata kuliah lain
adalah mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Serta berlandaskan pada
teori kecemasan bahwa kecemasan harus segera ditangani, peneliti
menyimpulkan perlu dilakukan intervensi (perlakuan) untuk mengatasi
kecemasan pada mahasiswa saat menghadapi ujian praktikum pada mata
kuliah tersebut. Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi
resiko kegagalan saat ujian praktikum.
Berdasarkan pemaparan teori, nass (ayat al-Quran) serta hasil
berbagai penelitian terkait wudhu (terapi relaksasi dengan hidroterapi) dapat
memberikan efek relaksasi, peneliti ingin membuktikan bagaimana
pengaruh wudhu terhadap kecemasan saat menghadapi ujian praktikum
pada mahasiswi keperawatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Apakah dapat menurunkan kecemasan atau tidak.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diambil pertanyaan
penelitian sebagai berikut;
1. Bagaimana gambaran kecemasan saat menghadapi ujian praktikum
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah pada mahasiswi keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?
2. Apakah wudhu dapat mempengaruhi kecemasan saat menghadapi ujian
praktikum pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah pada
mahasiswi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?
8
1.4. Tujuan
1.4.1. Tujuan umum
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh wudhu sebagai terapi terhadap kecemasan saat
menghadapi ujian praktikum pada mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah pada mahasiswa keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
1.4.2. Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran kecemasan mahasiswi keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta menjelang ujian praktikum pada
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah pada Tahun 2015.
b. Mengetahui pengaruh wudhu terhadap kecemasan mahasiswi
keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menghadapi ujian
praktikum pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Pendidikan
Dengan mengetahui gambaran kecemasan pada mahasiswa ketika
menghadapi ujian Praktikum pihak dosen dapat menghimbau
mahasiswanya agar mempersiapkan diri sebelum menghadapi ujian
praktikum. Serta bagi mahasiswa keperawatan, tehnik relaksasi
wudhu dapat digunakan untuk penanganan kecemasan saat
menghadapi ujian praktikum.
9
1.5.2. Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan oleh
peneliti lain mengenai terapi wudhu sebagai penanganan kecemasan
pada mahasiswi saat menghadapii ujian praktikum.
1.5.3. Keperawatan
Proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber
informasi tambahan untuk pengembangan keilmuan bidang
keperawatan jiwa untuk penanganan masalah keperawatan yaitu
cemas dengan terapi non farmakologi salah satunya wudhu.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggambarkan pengaruh wudhu terhadap kecemasan saat
menghadapi ujian praktikum pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
pada mahasiswi keperawatan semester empat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Populasi penelitian ini merupakan mahasiswi angkatan tahun 2013.
Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik kuantitatif dengan desain
quasi experimental. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang
diperoleh peneliti melalui pengukuran langsung kecemasan dengan
menggunakan kuesioner VAS-A pada saat beberapa menit menjelang ujian
praktikum.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Umum Kecemasan
2.1.1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan atau yang bisa disebut dengan anxietas/anxiety
berasal dari Bahasa Latin yaitu “angustus” yang berarti kaku, dan
“ango, anci” yang artinya mencekik. Kecemasan merupakan
perasaan emosional individu dan pengalaman subjektif yang tidak
dapat diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang
spesifik (Stuart & Sundeen, 2006).
Cemas juga diartikan sebagai perasaan yang berlebihan tentang
sesuatu yang tidak jelas dan dianggap sebagai suatu ancaman
(Hyman dan Pedrick, 2012). Cemas merupakan pengalaman yang
tidak menyenangkan dan meningkatkan kewaspadaan terhadap
bahaya yang akan datang (DiTomasso dan Gosch, 2002 dalam Stein
et al., 2009).
Cemas atau ansietas menurut diagnosis keperawatan NANDA
(2014) merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan
oleh antisipasi terhadap bahaya.
11
Pada dasarnya, cemas tidak dapat dibedakan dari takut karena
individu yang merasa takut atau cemas mengalami pola respons
perilaku, fisiologis, dan emosional dalam rentang yang sama.
Perbedaan nyata antara keduanya ialah bahwa rasa takut timbul
sebagai respon terhadap objek yang dapat diidentifikasi dan spesifik
(Videbeck, 2008).
Kecemasan memiliki dua aspek yakni aspek sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat, lama, dan
kemampuan koping individu terhadap kecemasan tersebut
(Videbeck, 2008). Dari beberapa penjelasan tentang definisi
kecemasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecemasan
merupakan perasaan tidak menyenangkan yang berlebihan terhadap
sesuatu hal yang tidak jelas dan meningkatkan kewaspadaan dengan
menunjukkan berbagai rentang respon baik yang adaptif maupun
maladaptif. Cemas sering disertai dengan gejala fisiologis pada
seseorang meliputi tiga hal, yaitu perubahan fisik, mental, dan
perilaku
.
12
2.1.2. Teori Kecemasan
Videbeck (2008) dalam bukunya menjelaskan berbagai teori yang
menjelaskan tentang terjadinya kecemasan, yaitu teori biologi dan
teori psikodinamik.
A. Teori Biologi
a) Teori Genetik
Ansietas memiliki komponen yang dapat diwariskan dari
kerabat tingkat pertama individu yang mengalami
peningkatan ansietas, insidennya mencapai 25% pada
kerabat tingkat pertama dan wanita mempunyai resiko dua
kali lipat dari pria. Kromosom 13 dikatakan terlibat dalam
proses terjadinya gangguan panik dan sakit kepala hebat.
b) Teori Neurokimia
GABA (asam gama-amino butirat) merupakan suatu
neurotransmiter inhibitor yang berfungsi sebagai agen
ansietas alami tubuh dengan mengurangi eksitabilitas sel
sehingga mengurangi frekuensi bangkitan neuron. Selain
itu beberapa senyawa lain ikut terlibat dalam proses
tersebut, diantaranya benzodiazepin dan serotonin (5-HT).
B. Teori Psikodinamik
a) Psikoanalitis
Freud memandang ansietas merupakan hal alamiah
seseorang sebagai stimulus untuk perilaku. Ia menjelaskan
bahwa respon cemas merupakan mekanisme pertahanan
13
manusia untuk mengendalikan kesadaran terhadap stimulus
tertentu.
b) Teori Perilaku
Teori ini memandang bahwa ansietas sebagai sesuatu yang
dipelajari melalui pengalaman individu. Individu dapat
memodifikasi perilaku maladaptif tanpa memahami
penyebab perilaku tersebut. Perilaku yang berkembang dan
mengganggu kehidupan individu dapat ditiadakan atau
dibuang melalui pengalaman berulang yang dipandu oleh
seorang ahli.
c) Teori Interpersonal
Sullivan (1952) berpendapat bahwa ansietas timbul dari
masalah-masalah dalam hubungan interpersonal dan ini erat
kaitannya dengan kemampuan untuk berkomunikasi.
Semakin tinggi tingkat ansietas, semakin rendah
kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan
dengan orang lain.
2.1.3. Klasifikasi Tingkat Kecemasan
Kecemasan dapat dilihat dalam rentang ringan, sedang, berat, dan
panik. Tingkat atau level kecemasan yang dialami seseorang
tergantung pada tingkat stres dan durasi stres tersebut (Videbeck,
2008). Empat level tingkat kecemasan antara lain adalah:
kecemasan ringan, kecemasan ringan, kecemasan berat, dan panik
(Stuart & Laria, 2005 dalam Eka, 2012)
14
a) Mild Anxiety (kecemasan ringan)
Ansietas ringan merupakan kecemasan yang terjadi akibat
kejadian sehari-hari selama hidup. Pada level ini, seseorang akan
merasa waspada dan pandangan perseptual orang tersebut
meningkat. Seseorang itu lebih peka dalam melihat, mendengar
dan merasakan. Lecel kecemasan ini dapat memotivasi diri untuk
belajar dan membuta seseorang menjadi dewasa dan kreatif.
b) Moderate Anxiety (kecemasan sedang)
Pada level ini seseorang hanya fokus pada urusan yang akan
dilakukan dengan segera termasuk mempersempit pandangan
perseptual. Pada level ini juga seseorang akan berfokus pada
seumber kecemasan yang dihadapi mulai membuat perencanaan
tetapi dia masih dapat melakukan hal lain jika menginginkan
untuk melakukan hal lain tersebut.
Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan
meningkat, denyut jantung dan pernapasan meningkat,
ketegangan otot meningkat, berbicara cepat dengan volume
tinggi, kemampuan konsentrasi menurun, mudah tersinggung,
tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
c) Severe Anxiety (kecemasan berat)
Ditandai dengan pengurangan signifikan pada pandangan
konseptual. Seseorang akan menjadi fokus pada sumber
kecemasan yang dia rasakan dan tidak berpikir lagi tentang hal
15
lain. Semua perilaku muncul kemudian bertujuan untuk
mengurangi kecemasan.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh
pusing, sakit kepala, mual, tidak dapat tidu (insomnia), sering
kencing, diare, palpitasi, tidak dapat belajar secara efektif,
berfokus pada dirinya sendiri, munculnya keinginan tinggi untuk
menghilangkan kecemasan, perasaan tidak berdaya, bingung dan
disorientasi.
d) Panik
Panik ditandai dengan perasaan ketakutan dan teror luar biasa
karena mengalami kehilangan terhadap dirinya. Orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun
diberi pengarahan. Tanda dan gejala yang muncul pada keadaan
ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,
diaphoresis, pembicaran inkoheren, tidak dapat berespon
terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami
halusinasi dan delusi.
Gambar 2.1 : Rentang Respon Kecemasan Sumber: Stuart & Sundeen (2006)
RENTANG RESPON CEMAS
Respon maladaptif Respon adaptif
Berat Panik Sedang Ringan Antisipasi
16
2.1.4. Faktor yang mempengaruhi kecemasan
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Stuart
& Laria, 2005)
a. Usia dan tingkat perkembangan
Semakin tua seseorang atau semakin tinggi tingkat perkembangan
seseorang maka semakin banyak pengalaman hidup yang
dimilikinya. Pengalaman hidup yang banyak inilah, dapat
mengurangi kecemasan.
b. Jenis kelamin
Kecemasan dapat dipengaruhi oleh asam lemak bebas dalam tubuh.
Wanita mempunyai produksi asam lemak bebas lebih banyak
dibanding pria sehingga wanita beresiko mengalami kecemasan
yang lebih tinggi dari pria.
c. Pendidikan
Seseorang yang berpendidikan tinggi akan menggunakan koping
lebih baik sehingga kecemasan lebih baik sehingga tingkat
kecemasan lebih rendah dibandingkan dengan yang berpendidikan
rendah.
d. Sistem pendukung
Sistem pendukung dalam hal ini adalah satu kesatuan antara
individu, keluar, lingkungan dan masyarakat sekitar yang
memberikan pengaruh ada individu dalam melakuakn sesuatu.
Sistem pendukung tersebut akan mempengaruhi mekanisme koping
17
individu sehingga mampu memberi gambaran kecemasan yang
berbeda.
2.1.5. Skala Pengukur Kecemasan
Ada banyak instrumen yang sering digunakan untuk mengkaji
dan mendiagnosa kecemasan. Dalam pengkajian klinis, area yang perlu
dikaji meliputi keluhan utama, riwayat gejala saat ini, riwayat psikiatri
dan riwayat kesehatan, riwayat perkembangan sosial, dan pengkajian
status mental (Tusaie dan Joyce, 2013).
a) Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A)
Dengan menggunakana sebuah garis horizontal yang
berupa skala sepanjang 10 cm atau 100 mm dengan
penilaian dari garis ujung sebelah kiri yang
mengindikasikan “tidak ada kecemasan” hingga ujung
sebelah kanan yang menyatakan “kecemasan luar biasa”.
Penederita diminta memberi tanda dengan garis vertikal
pada garis yang menggambarkan perasaan cemas yang
dialami saat itu (Susilawati & Misgianto, 2014). VAS-A
juga merupakan alat ukur yang cukup reliable untuk
digunakan pada pengukuran cemas (Davey et al, 2007).
b) Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)
Mengetahui sejauh mana drajat kecemasan seseorang
apakah ringan, sedang, berat atau panic dengan
menggunakan ukur kecemasan, yaitu Hamilton Rating
Scale For Anxiety (HRS-A). HAR-S terdiri atas 14 item
18
penilaian (Hidayat, 2007). Setiap item bernilai 0, 1, 2, 3, 4.
Nilai 0 menunjukan tidak ada gejala yang tampak, dan
nilai 4 menunjukkan gejala-gejala dominan dan sangat
menggangu. Total nilai diperoleh menunjukkan tingkat
keparahan: tidak ada gejala kecemasan dengan nilai skor
0-13, gejala ringan dengan nilai skor 14-20, gejala sedang
dengan nilai skor 21-27, gejala berat nilai skro 24-42, gejala
berat sekali/panic dengan nilai skor 43-56 (Hamilton, 1959
dalam Nursalam, 2007).
c) Penn State Worry Questiner (PSWQ)
Quesioner yang terdiri dari 16 pertanyaan untuk mengkaji
karakteristik dari kecemasan yang dialami. Diperkenalkan
oleh Meyer, Miller, Metzger, dan Borkovec (1990).
d) Speilberg StateiTrait Anxiety Inventory (STAI)
Quesioner mengenai perasaan seseorang yang terdiri dari
40 pertanyaan yang mengukur tingkat kecemasan saat ini
dan selama ini. Diperkenalkan oleh Speilberger (1983).
19
2.2. Wudhu
2.2.1. Definisi
Wudhu, secara bahasa berasal dari kata al-wadha`ah, yang berarti
bersih, cerah, dan indah. Sedangkan menurut istilah syarak, wudhu
adalah menyengaja membasuh dan mengusap bagian tubuh yang
menjadi anggota wudhu yang suci dan mensucikan untuk
menghilangkan hadas kecil sebagai syarat untuk melaksanakan shalat.
Syari`at wudhu diwajibkan setelah Rasulullah saw, melakukan Isra
Mi`raj pada 27 Rajab tahun 11 kenabian. Dasar kewajiban berwudhu
sebelum melakukan shalat diterangkan dalam surat Al-Maidah ayat 6
yang artinya “Hai Orang-orang beriman! Jika kamu hendak berdiri
melakukan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai kesiku, lalu
sapulah kepalamu dan basuh kakimu hingga dua-mata kaki”. Allah
menyukai orang-orang yang menyucikan diri. Mendekat kepada Allah
berarti mendekat kepada Dzat Yang Maha Suci. Karena, Allah adalah
pemilik nama Al-Quddus (Maha Suci). Maka sepatutnya untuk
menyucikan diri. Jika kita sudah dekat dengan Allah, maka hidup ini
akan berjalan indah, damai, berkah dan bahagia. Tidak aka nada
masalah apapun yang membuat diri ini risau dan cemas. Karena merasa
yakin Allah SWT senantiasa bersama kita. Olehkarena itu penting
sekali untuk mendekatkan dir kepada Allah (Bantanie, 2010).
20
2.2.2. Jenis Air untuk Berwudhu
Wudhu yang dilakukan dengan benar dapat menyucikan diri, yang tidak
sekedar mencuci anggota badan, namun ada empat tahap yang dapat
diperoleh:
a. Membersihkan jasmani dari hadas
b. Membersihkan anggota badan dari kejahatan dan perbuatan dosa
c. Membersihkan hati dari akhlak yang tercela
d. Membersihkan batin dari selain Allah Swt.
Sedemikian pentingnya wudhu bagi kehidupan kaum muslim, sehingga
air yang digunakanpun tidak boleh sembarangan air. Air yang boleh
digunakan untuk berwudhu, haruslah air yang termasuk kategori air
suci yang mensucikan. Secara ringkas air yang sah untuk bersuci ada
dua macam, yaitu air turun dari langit dan air keluar dari perut bumi.
Namun secara lebuh luas ada tujuh macam air yang sah untuk bersuci
yaitu: air hujan, air embun, air laut, air sungai, air sumber (mata air), air
sumur, dan air es (Kardjono, 2009).
21
2.2.3. Rukun Wudhu
Rukun/Fardhu adalah sesuatu yang diberikan pahala bagi orang
yang melakukannya dan berdoasa bagi orang yang meninggalkannya.
Dalam berwudhu, apabila rukunnya ditinggalkan maka wudhunya tidak
sah atau batal (Hasanudin, 2007). Menurut (Bantanie, 2010) dalam
bukunya yang berjudul “Dahsyatnya Terapi Wudhu” menyatakan
Rukun wudhu ada enam yaitu sebagai berikut:
a. Berniat mengerjakan wudhu
Dalam ilmu fiqih, niat didefinisikan, “Qashu syai muqtarinan bi
fi`lihi.” Menyengaja melakukan suatu pekerjaan bersamaan
dengan pekerjaan tersebut. Karena itu, seseorang yang akan
menunaikan wudhu, kemudian berjalan menuju tempat wudhu,
hal ini belum dinamakan niat, tetap baru azam. Karena niat
dalam wudhu harus dilakukan bersamaan dengan membasuh
wajah yang pertama. Niat ini;ah yang membedakan aktivitas
biasa dengan aktivitas ibadah. Lafaz niat berwudhu, “Nawaiytu
al-wudhu`a lirof`ial-adasi al-asghori fardhon lillahi ta`ala.”
Artinya, “Aku niat brwudhu untuk menghilangkan hadas kecil
fardhu karena Allah swt.”
b. Membasuh muka atau wajah
Perintah mambasuh (ghosala) dalam wudhu mempunyai arti
mengalirkan atau mengenakan air ke seluruh anggota wudhu.
Dan wajah merupakan salah satu anggota wudhu yang wajib
dibasuh keseluruhannya. Adapun yang dimaksud dengan wajah
22
adalah dari ujung tempat tumbuhnya rambut kepala sampai
keujung dagu dan diantara kedua telinga. Jika perlu lakukan
pijatan ringan di sekitar kulit wajah agar mendapatkan hasil yang
baik.
c. Membasuh tangan sampai siku
Adapun bagian tangan yang wajib ujung jari sampai ke siku. Saat
membasuh tangan, disertai menggosok-gosok bagian lengan.
d. Mengusap Kepala
Mengusap kepala sekaligus dengan telinga dalam wudhu
didsarkan hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Zaid bahwa
Rasulullah SAW bersabda “Telinga termasuk dari kepala”.
e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
Ulama mewajibkan membasuh kaki beserta mata kakinya dalam
wudhu, tidak cukup hanya dengan menyapu saja.
f. Tertib
Rukun wudhu yang terakhir dalah tertib. Artinya, mengerjakan
wudhu sesuai dengan urut-urutannya. Sebuah Hadis
menerangkan, “Rasulullah saw, melihat seseorang sedang
shalat, sementara di bagian atas kakinya terdapat bagian yang
belum terbasuh air wudhu sebesar dirham. Maka, Rasulullah
saw, memerintahkan orang itu untuk mengulangi wudhu dan
shalatnya.
23
2.2.4. Tata cara berwudhu (Sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah
dalam Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah Tahun 2003)
1. Membaca Bismillahirrahmanirrahim
2. Mengikhlaskan niatnya karena Allah SWT
3. Basuhlah telapak tanganmu tiga kali
4. Hisaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah tiga kali
5. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata dan
lebihkanlah membasuhnya.
6. Basuhlah kedua tangan beserta dua siku dengan digosok tiga kali
dan selah-selah jari mulai dengan sebelah kanan
7. Mengusap ubun-ubun kepala dengan menjalankan kedua telapak
tangan dari ujung muka kepala hingga tengkuk dan dikembalikan
lagi pada permulaan,
8. Kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua
ibujari dan sebelah dalamnya dengan kedua telunjuk.
9. Basuh kedua kakimu beserta kedua mata kaki, dengan digosok tiga
kali dan selah-selah jari kaki. Mulailah dari yang kanan dan
sempurnakan dengan membasuhkedua kaki itu.
10. Kemudian ucapkan “Ashadualla-ila-ha illalla-h wahdahu-la- syari-
kalah, wa asyahadu anna Muhammadan `abduhu-wa rasuluh.
2.2.5. Manfaat Wudhu
Ajaran Islam telah melakukan proteksi melalui ritual wudhu
setiap waktu, yaitu minimal setiap akan menjalankan ibadah shalat. Air
wudhu kita menjadi pembersih yang baik setiap saat. Tuntunan ini
24
sesuai dengan ilmu kesehatan. Allah Swt. Berfirman dalam Surah At
Taubah ayat 108 (artinya) “…Di dalamnya terdapat orang-orang yang
ingin bersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih”.
Air wudhu yang meresap masuk ke dalam tubuh kita akan
mempengaruhi dan memperbaiki air-air tubuh (termasuk air dalam
otak) kita yang sempat menjadi keruh karena aktivitas kita sehari-hari
(Kardjono, 2009). Hal ini pula akan memberikan efek sejuk secara
langsung pada kepala kita yang akan terus mengalirkan rasa sejuk
sampai pada pikiran kita, sehingga pikiran bisa menjadi tenang. Dengan
pikiran tenang, kita lebih mampu untuk mengonsentrasikan pikiran kita.
Air wudhu yang sifatnya mendinginkan ujung-ujung saraf tangan dan
jari-jari kaki memiliki pengaruh untuk memantapkan konsentrasi
pikiran.
Selain itu, ditinjau dari ilmu Akupuntur, pada anggota tubuh yang
terkena basuhan wudhu terdapat ratusan titik akupuntur yang bersifat
reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan, usapan, atau
pijatan ketika melakukan wudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan
melalui jaringan menuju sel, organ, dan system organ yang bersifat
terapi. Hal ini terjadi karena adanya system saraf dan hormon bekerja
untuk menciptakan homeostasis (keseimbangan) dalam tubuh
(Bantanie, 2010). Dengan berwudhu, psikis kita yang semula
bergejolak dan tidak stabil akan menjadi tentram kembali sehingga
dapat berpikir tenang dan jernih. (Bantanie, 2010 dalam Muslimah,
2014).
25
2.3. Penelitian terkait
2.3.1. Praktikum Keperawatan (Skill-lab)
Praktikum (simulasi) merupakan metode pembelajaran dalam
pendidikan keperawatan yang relatif baru digunakan untuk membantu
siswa dalam berlatih berbagai penilaian dan keterampilan klinis
keperawatan.. Metode ini pertama kali diterapkan sebagai kurikulum
pada tahun 1960-an (Gosselin, 2013). Simulasi didefinisikan sebagai
upaya untuk meniru beberapa atau hampir semua aspek penting dari
situasi klinis sehingga situasi tersebut dapat lebih mudah dipahami dan
dikelola ketika itu terjadi secara nyata dalam praktek klinis (Cato,
2013).
Literatur pendidikan keperawatan melaporkan bahwa simulasi
(praktikum) umum digunakan dalam instrumen klinik. Penggunaan
simulasi dalam pendidikan keperawatan terbukti efektif untuk
meningkatkan keterampilan kognitif dan berfikir kritis siswa. Kegiatan
praktikum telah dimasukkan kedalam pendidikan keperawatan karena
memungkinkan siswa untuk terlibat dalam proses kritis dalam
pengambilan keputusan klinis yang dibutuhkan saat praktek (Cato,
2013).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan praktikum
membantu dalam transformasi pengetahun dari kelas ke bed-side dan
terus mengarah pada pengembangan penilaian klinis (Horsley, 2012).
Liga Perawat Nasional (National League of Nurse/NLN) Amerika
mendukung akan penggunaan praktikum dalam rangka mempersiapkan
26
siswa dalam berpikir kritis dan mempersiapkan siswa untuk
menghadapi lingkungan klinis yang kompleks (Sanford, 2010). Dalam
sebuah survei nasional di Amerika tahun 2010 menunjukkan bahwa
1.060 program RN menggunakan simulasi laboratotium, dan 87% siswa
yang terlibat dalam aktif dalam program tersebut (Gosselin, 2013).
2.3.2. Kecemasan saat praktikum
Penelitian membuktikan bahwa simulasi merupakan stressor dan
menjadi masalah bagi siswa keperawatan. Beberapa siswa melaporkan
adanya gejala kecemasan saat pembelajaran simulasi (praktikum).
Beberapa siswa juga melaporkan mengalami gejala kecemasan berat
saat melakukan simulasi pada semua mata kuliah (Cato, 2013).
Kecemasan sering dikaitkan dengan kegiatan simulasi pada program
keperawatan di Universitas of New Hampshire (Gosselin, 2013). Siswa
melaporkan adanya peningkatan kecemasan dan stres ketika mereka
ditonton oleh pengajar selama melakukan praktikum (Horsley, 2012).
Afolayan et al. (2013) mengamati bahwa sekitar 30% siswa
keperawatan mengalami kecemasan terutama saat ujian, pemeriksaan,
dan presentasi.
Hasil penelitian Abdillah (2014) yang dilakukan pada 50
mahasiswa keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga
menyebutkan bahwa mahasiwa mengalami kecemasan saat
menghadapi ujian praktikum dengan berbagai tingkat kecemasan yaitu
4% mahasiswa tidak mengalami kecemasan, 55% pada kecemasan
ringan, 38% kecemasan sedang dan 8% pada kecemasan berat.
27
Para peneliti mengemukakan bahwa kecemasan pada siswa dapat
mempengaruhi kinerja akademik siswa (Horsley, 2012). Meskipun
sindrom kecemasan saat simulasi atau praktikum tidak nyata benar-
benar ada, namun gejala dan hasil negatif memang ada dan harus
diatasi. Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi resiko
dan memastikan keberhasilan praktikum (Blazeck, 2010).
2.3.3. Dampak Kecemasan Pada Mahasiswa
Literatur pendidikan keperawatan menyebutkan bahwa
kecemasan dalam pengaturan klinis dapat mempengaruhi hasil
pembelajaran dan kemampuan klinis siswa (Cook, 2005). Stress yang
dialami siswa tidak selamanya menjadi pengalaman negatif dalam
lingkungan belajar. Jadi stres yang menyebabkan kecemasan dapat
berpengaruh positif dan negatif (Cato, 2013).
Stres pada siswa dapat menyebabkan kecemasan yang kemudian
dapat menggganggu akademik siswa dengan menurunkan kemampuan
koping. Stres dan kecemasan tingkat tinggi dapat menghambat memori
dan kemampuan untuk memecahkan masalah, yang pada gilirannya
daat mempengaruhi kinerja akademik dan belajar siswa (Beddoe dan
Murphy, 2004 dalam Moscaritolo, 2009).
Afolayan et al. (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
kecemasan merupakan penyebab umum dari buruknya penampilan
akademik siswa keperawatan saat melakukan ujian. Kecemasan yang
dialami mempengaruhi siswa secara fisiologis dan psikologis. Beberapa
28
siswa tidak dapat melakukan tindakan secara lengkap saat mereka
dalam keadaan cemas. Evaluasi terhadap kecemasan yang dialami
siswa perlu dilakukan. Dalam sebuah studi menunjukkan bahwa
kecemasan yang dialami siswa berdampak pada penurunan motivasi
belajar siswa dan menjadikan siswa hanya berorientasi pada nilai ujian,
bukan pada kemampuan belajar mereka (Elcigil dan Yildrim, 2007
dalam Mellincavage, 2008).
2.3.4. Penanganan Kecemasan Mahasiswa
Kecemasan pada mahasiswa dapat mempengaruhi belajar dan
kinerja siswa. Hal ini penting bagi pihak institusi untuk melakukan
penanganan dengan menurunkan kecemasan mahasiswa melalui
dukungan dan mempromosikan lingkungan belajar yang positif.
Bahkan lebih baik lagi jika pihak institusi keperawatan melakukan
integrasi strategi penurunan kecemasan siswa kedalam kurikulum
pendidikan yang diterapkan (Purfeerst, 2011).
Ada banyak strategi yang diajukan oleh para ahli untuk penangan
kecemasan.
a. Pelatihan Autogenik
Autogenik adalah kegiatan terus-menerus mengulangi sebuah
pernyataan positif kepada diri sendiri dalam keadaan relaksasi
(Barnabas, 2008). Asmadi menyatakan bahwa tehnik relaksasi
autogenik mudah dilakukan dan tidak beresiko. Prinsipnya
seseorang harus mampu berkonsentrasi sambil membaca mantra,
doa, atau zikir dalam hati seiring dengan ekspirasi udara paru
29
(Asmadi, 2008 dalam Abdilah, 2014). Pelatihan autogenik
memberikan efek menenangkan pada pikiran dan tubuh dan dapat
digunakan untuk mengobati kondisi medis terkait stres, misalnya
angina pektoris, hipertensi, dan dispepsia (Kanji, White, dan Ernst,
2004). Prato dan Carolyn (2013) dalam penelitiannya terkait
kecemasan pada mahasiswa keperawatan menyimpulkan bahwa
tehnik autogenik merupakan strategi yang paling efektif untuk
menurunkan respiratory rate, nadi, dan suhu perifer.
b. Pendekatan Perilaku Kognitif
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Brown dan Schiraldi (2004)
membandingkan antara pendekatan perilaku kognitif dan
manajemen stres konvensional dalam menurunkan gejala
kecemasan pada mahasiswa menunjukkan bahwa bahwa tindakan
yang pertama berhasil menurunkan kecemasan, sedangkan yang
kedua gagal untuk merubah (Brown dan Schiraldi, 2004 dalam
Masterman, 2012).
c. Pernafasan Dalam dan Santai
Busch et al. (2012) dalam penelitiannya mengenai pengaruh nafas
dalam terhadap nyeri, aktifitas autonomik, dan mood menunjukkan
bahwa tehnik nafas dalam dapat mempengaruhi proses autonomik
dan respon terhadap nyeri.
d. Meditasi
Jurnal Biological Psychological mendefiniskan meditasi sebagai
sebuah proses psikologi yang mendemonstrasikan penurunan
30
aktifitas metabolik untuk merelaksasikan fisik dan mental untuk
mencapai keseimbangan emosi (Eifring, 2013). Studi komperatif
yang dilakukan Burns et al. (2011) menunjukkan bahwa meditasi
dapat menurunkan secara signifikan tingkat stres dan kecemasan
seseorang (Burns et al., 2011, dalam Masterman, 2012).
e. Mentoring
Instruksi dan mentoring oleh teman sebaya dapat menurunkan
kecemasan siswa, dan dapat diimplementasikan pada setiap level
dan jenjang pendidikan keperawatan (Purfeerst, 2011). Becker dan
Neuwrith (2002) mengembangkan model pembelajaran
laboratorium klinis dengan melibatkan level senior untuk
mendampingi level junior. Evaluasi yang dilakukan menunjukkan
penurunan kecemasan dan meningkatkan kemampuan klinis siswa
sampai 87% (Becker dan Neuwrith, 2002 dalam Moscaritolo,
2009).
f. Aroma Terapi
Sebuah studi yang dilakukan oleh Kim dan Yun (2010) mengenai
pengaruh penggunaan aroma tertentu secara inhalasi menyimpulkan
bahwa penggunaan aroma terapi dapat menurunkan kecemasan
siswa saat praktek pemberian injeksi intravena.
g. Humor
Humor sebagai strategi pengajaran memiliki banyak manfaat,
diantaranya membuat proses belajar menjadi menyenangkan,
memfokuskan perhatian, menguatkan hubungan sosial,
31
meningkatkan harga diri, dan meringankan stres dan kecemasan
(Moscaritolo, 2009).
h. Relaksasi Otot
Suyamto et al. (2009) dalam penelitiannya tentang pengaruh
relaksasi otot dalam menurunkan skor kecemasan TMAS
mahasiswa menjelang ujian ahir program di Akademi Keperawatan
Notokusumo Yogyakarta menyimpulkan bahwa intervensi ini
mempunyai pengaruh dalam menurunkan kecemasan mahasiswa.
i. Psikoterapi Islami
Dzikir masuk ke dalam metode psikoterapi Islam untuk
menurunkan kecemasan. Hasil penelitian menggunakan metode
dzikir raata-rata skor kecemasan kelompok perlakuan pada pre-test
adalah 16,71 dan 11,17 pada post-test. Perbedaan rata-rata skor
kecemasan ini menunjukkan penurunan tingkat kecemasan, karena
semakin kecil skor kecemasan menunjukkan individu tersebut
mengalami penurunan tingkat kecemasan, sehingga dapat
disimpulkan zikir dapat menurunkan tingkat kecemasan mahasiswa
keperawatan dalam menghadapi ujian praktikum (Abdillah, 2014).
Hal ini senada degan penilitan Abdullah et al. (2013) tentang
efektifitas intervensi psikoterapi Islami terhadap kecemasan pada
mahasiswa. penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian ini menemukan bahwa metode intervensi
psikoterapi Islami memberikan pengaruh positif untuk membantu
menurunkan kecemasan pada mahasiswa.
32
j. Terapi Air (hidroterapi)
Hidroterapi meningkatkan efek kenyamanan dan relaksasi pada tubh
sehingga mampu menurunkan intensitas kecemasan seseorang.
Kecemasan pada manusia tidak bisa dihindari karena merupakan
alarm alamiah tubuh terhadap ancaman baik internal maupun
eksternal. Kondisi ini adalah fisiologis selama rentang mekanisme
kopingnya efektif dan adaptif. Hidroterapi adalah terapi non
farmakologis dengan mengutamakan kping adaptif yaitu
meningkatkan kenyamanan. Berdasarkan hasil penelitian dengan
derajat simpangan (α) = 0,05 dan derajat kepercayaan 95%,
didapatkan nilai p = 0,021. Hal ini berarti bahwa p < α, yaitu 0,021
< 0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yaitu ada
pengaruh hidroterapi (rendam kaki air hangat) terhadap penurunan
tingkat kecemasan pada lansia di Desa Sumbersari Kecamatan
Maesan Kabupateb Bondowoso. Treatment hidroterapi mampu
memberikan efek relaksasi dengan meningkatkan kenyamanan
melalui sensasi hangat pada permukaan telapak kaki. Konsep ini
akan meningkatkan pelepasan hormone endorphin, sehingga tubuh
merasa lebih rileks dan menekan tingkat stress. Oleh karena itu,
hidroterapi (rendam kaki air hangat) mampu memberikan penurunan
pada tingkat kecemasan.
33
2.4. Kerangka Teori
Skema 2.4 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi dari (Stuart dan Michele, 2005; Asmadi, 2008; Barnabas,
2008; Moscaritolo, 2009; Kardjono, 2009; Suyamto et al., 2009; Kim dan Yun,
2010; Purfeerst, 2011; Busch et al., 2012; Masterman, 2012; Afolayan et al.,
2013; Eifring, 2013; Abdullah et al., 2013; Abdillah, 2014; Pranata et al 2014).
Strategi Penanganan
Non Farmakologi
Ujian Paktikum
Stressoor
Usia dan Tingkat
perkembangan
Jenis kelamin
Pendidikan
Sistem pendukung
Kecemasan saat
Ujan Praktikum
Kegagalan saat
ujian Praktikum
Mentoring
Aroma Terapi
Humor
Relaksasi Otot
Pendekatan
Perilaku Kognitif
Dzikir
Faktor yang mempengaruhi
Sumber Stressor (ancaman)
Dampak jika
tidak ditangani
Napas Dalam
Hidroterapi Wudhu
Penurunan
Kecemasan
34
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau
masalah penelitian yang digunakan untuk menerangkan fenomena yang
diamati atau suatu pernyataan tentang hubungan yang diharapkan terjadi
antara dua variabel atau lebih yang memungkinkan untuk dibuktikan secara
empiris atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut
(Budiharto, 2008). Adapun hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini
adalah:
Hipotesis negative (H0): Tidak terdapat pengaruh wudhu terhadap kecemasan
saat menghadapi ujian praktikum pada mahasiswi keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
WUDHU
Skor Kecemasan
mahasiswi setelah
diberikan intervensi
Skor Kecemasan
Mahasiswi sebelum
diberikan Intervensi
Pre Test Post test
Intervensi
35
Hipotesis Positif (Ha): terdapat pengaruh wudhu terhadap kecemasan saat
menghadapi ujian praktikum pada mahasiswi keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
.
36
3.3. Definisi Operasional
Tabel 3.3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil Skala
Independen
Wudhu
Wudhu adalah
menyengaja
membasuh dan
mengusap
bagian tubuh
yang menjadi
anggota wudhu
yang suci dan
mensucikan
untuk
menghilangkan
hadast kecil
Menggunakan
lembar
petunjuk
(Check List)
berisi tata cara
berwudhu
sesuai dengan
pemaparan
teori, nass
(ayat al-Quran
dan Sunnah)
Observasi
Mahasiswi
melakukan
gerakan
wudhu sesuai
dengan
petunujuk
(Check list)
yang buat
oleh peneliti
-
Dependen
Skor
kecemasan
mahasiswi
Respon
emosional
yang tidak baik
muncul pada
Lembar
kuesioner
Visual Analog
Respnden
diminta
memberi
tanda pada
Skoring
Kecemasan
Rasio
37
menghadapai
ujian
praktikum
mahasiswi
yang akan
menghadapi
ujian
prektikum
Scale For
Anxiety
(VAS-A)
garis
horizontal
yang berupa
skala
sepanjang
100 mm
dengan
penilaian
dari garis
ujung
sebelah kiri
yang
mengindika
sikan “tidak
ada
kecemasan”
hingga
ujung
sebelah
kanan yang
menyatakan
“kecemasan
luar biasa
38
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental sesuai dengan
apa yang dirumuskan pada penjelasan rumusan dan tujuan penelitian. Desain
penelitian eksperimen semu untuk memperoleh informasi yang merupakan
perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang
sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol
dan/atau memanipulasikan semua variable yang relevan (Suryabrata, 2010).
Dengan rancangan One Group pretest-posttest design, yaitu dengan
menggunakan satu kelompok subjek. Pertama-pertama dilakukan
pengukuran, lalu dikenakan perlakuan atau treatment untuk jangka waktu
tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya empiris
(Suryabrata, 2010). Rancangan ini digambarkan sebagai berikut:
Prosedur:
a. T1 pretest untuk mengukur mean dari kecemasan mahasiswi
sebelum diberikan intervensi.
b. X , treatment yang diberikan pada kecemasan mahasiswi untuk
jangka waktu tertentu.
T1 Pretest X Intervensi T2 Posttest
39
c. Berikan T2 yaitu posttest untuk mengukur mean kecemasan
mahasiswi setelah diberikan intervensi variable eksperimental X
d. Bandingkan T1 dan T2 untuk menentukan seberapakah perbedaan
yang timbul, jika sekiranya ada, sebagai akibat dari digunakannya
veriabel eksperimental X.
4.2. Populasi, Sampel dan Sampling
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari; objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas, dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2004 dalam Hidayat, 2007). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
mahasiswi keperawatan angkatan tahun 2013 Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahap akademik yang mengalami kecemasan saat
menghadapi uijan praktikum.
Sampel merupakan bagian atau wakil populasi yang diteliti.
Dinamakan penelitian sampel apabila peneliti bermaksud menggeneraliskan
hasil penelitian sampel. Mengeneraliskan diartikan mengangkat kesimpulan
penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto, 2010).
Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara purposive sample atau
sampel bertujuan yaitu peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan
tertentu. Besar sampel minimal menurut Gay Metode penelitian
eksperimental, minimal 15 subyek perkelompok (Umar, 1997).
Maka didapatkan responden berjumlah 15 (lima belas) orang mahasiswi
keperawatan angkatan tahun 2013 Universitas Islam Negeri Syarif
40
Hidayatullah Jakarta pada tahap akademik yang mengalami kecemasan saat
menghadapi uijan praktikum sebagai sampel penelitian ini.
4.3. Kriterai Sampel
Kriterai sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.3.1. Kriteria Inklusi
a. Mahasiswi aktif PSIK UIN Jakarta 2013 yang mengamami
kecemasan tingkat ringan sampai dengan sedang
b. Bersedia menjadi responden.
4.3.2. Kriteria Eksklusi
a. Mahasiswa PSIK UIN Jakarta program profesi
b. Mahasiswa PSIK UIN Jakarta angkatan 2011, 2012, dan 2014
c. Mahasiswa PSIK UIN Jakarta angkatan 2013 yang mengalami
tingkat kecemasan berat sampai dengan panik.
d. Tidak bersedia menjadi responden.
4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Gedung Program Studi Ilmu Keperawatan
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada ujian praktikum mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II tahun ajaran 2014-2015, ini berdasarkan hasil
studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa ujian praktikum mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah menimbulkan kecemasan tertinggi dari pada
mata kuliah lain. Modul Keperawatan Medikal Bedah merupakan modul yang
diselenggarakan di semester empat selama 4 minggu dengan fokus bahasan
meliputi asuhan keperawatan pada gangguan sistem endokrin, sistem
hematologi, sistem kardiovaskuler, sistem imunologi, dan gangguan sistem
41
pencernaaan yang diitegrasikan ke dalam konsep islami. Kegiatan modul ini
meliputi kuliah interaktif, diskusi kelompok, praktikum laboratorium, dan
kuliah pakar. Pembelajaran dilakukan berdasarkan problem based learning
(PBL) dengan menggunakan scenario sebagai trigger untuk meningkatkan
pengetahuannya (Ernawati dan Yuanita, 2015 untuk kalangan sendiri). Untuk
ujian praktikum sendiri khususnya pada penyuntukan insulin menggunakan
sistem dua mahasiswa saat ujian diawasi oleh satu penguji dengan waktu 15
menit .
Alasan pemilihan tempat penelitian di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
adalah peneliti merupakan mahasiswa aktif pada Universitas tersebut,
sehingga akan mempunyai nilai manfaat yang lebih, baik bagi mahasiswa
keperawatan UIN lainnya, maupun bagi institusi Keperawatan itu sendiri.
4.5. Instrumen Penelitian
Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan tehnik pengumpulan data primer yaitu didapatkan secara langsung
dari responden mengenai permasalahan yang diteliti melalui kuesioner.
Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir (Setiadi, 2007).
Penentuan sampel sebagai responden kuesioner perlu mendapat perhatian
pula. Apabila menentukan sampel, informasi yang kita butuhkan barang kali
tidak kita peroleh secara maksimal (Arikunto, 2010).
Penelitian ini menggunakan kuesioner Visual Analog Scale for Anxiety
(VAS-A) merupakan mengetahui tingkat kecemasan. Pada kusioner
kecemasan Visual Analog Scale for Anxiety. Dengan menggunakana sebuah
42
garis horizontal yang berupa skala sepanjang 10 cm atau 100 mm dengan
penilaian dari garis ujung sebelah kiri yang mengindikasikan “tidak ada
kecemasan” hingga ujung sebelah kanan yang menyatakan “kecemasan luar
biasa”. Penederita diminta memberi tanda pada garis yang menggambarkan
perasaan cemas yang dialami saat itu (Susilawati & Misgianto, 2014).
Kuesioner Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A) telah banyak digunakan
pada berbagai penelitian terkait kecemasan. Seperti Hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks palitif
(Misgianto & Susilawati, 2014), Dismenore dan kecemasan pada remaja
(Handayani, 2012) dan Efektifitas relaksasi Benson terhadap nyeri pasca beda
pada pasien Transurethtral Resection of the Prostate (Datak, 2008). Menurut
pengaplikasiannya Kuesioner Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A) lebih
mudah digunakan dan tidak membutuhkan waktu yang lama bagi responden
(Datak, 2008).
4.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Kuesioner kecemasan menggunakan alat ukur kecemasan yang disebut
Analog Scale for Anxiety (VAS-A). Skala Analog Scale for Anxiety (VAS-A)
telah memiliki validitas dan reabilitas cukup tinggi untuk melakukan
pengukuran kecemasan yaitu 0,90 dan 0,968 (Appukuttan et al, 2014).
Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan
menggunakan sakala VAS-A akan diperoleh hasil yang valid dan reliable
(Appukuttan et al, 2014).
43
4.7. Prosedur pengumpulan data
4.7.1. Prosedur Administratif
a. Mendapatkan ijin melakukan penelitian dari Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Mendapatkan ijin melakukan penelitian dari Komite Etik
Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4.7.2. Prosedur Teknis
a. Menentukan mata kuliah yang paling menyebabkan kecemasan.
b. Memilih calon responden yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Caranya yaitu dengan menggunakan metode penarikan sampel
acak sistematis. Peneliti hanya perlu melakukan random (acak)
unsur pertama saja dari populasi. Unsur selanjutnya tinggal
mengikuti deret atau sistematika tertentu. Langkah pertama dengan
menentukan inteval sampel. Interval ini diperoleh dengan membagi
jumlah populasi dengan jumlah sampel (Eriyanto, 2007). Popolasi
hasil survei terdapat 46 orang dan sampel yang dipakai 15, berarti
interval sampel adalah 46/15 = 3. Berarti dalam menentukan
sampel nanti secara sistematis akan bergerak tiap 3 langkah pada
daftar nama mahasiswa angkatan tahun 2013. Awalnya untuk
mencegah terjadinya drop out peneliti menambahkan empat
responden menjadi 19 namun setelah semua responden diukur
kecemasannya terdapat empat orang yang tidak termasuk ke dalam
44
kriteria inklusi. Maka didapatkan jumlah responden adalah 15
orang merupakan jumlah yang sesuai pada penelitian ini.
c. Kemudian peneliti menjelaskan tahapan penelitian setelah calon
responden menandatangani persetujuan menjadi responden dalam
penelitian. Tahapan yang dipaparkan oleh peneliti kepada
responden adalah: penjelasan terkait seluruh aspek penelitian dan
penandatanganan persetujuan sebagai responden dihadapan
peneliti dan observer.
d. Setelah itu barulah responden diajarkan tentang cara berwudhu yang
baik selama satu hari. Dalam pemberian materi ajar ini meliputi
definisi wdhu, manfaat serta teknik atau wudhu yang sesuai dengan
tuntunan agama. Untuk materinya diberikan oleh orang yang ahli
dibidang ibadah. Tidak hanya responden observer yang akan
membantu penelitian ikut dalam materi pelatihan wudhu ini. Ketika
materi selesai diberikan barulah responden dan observer satu persatu
mempraktikkan apa yang telah diajarkan secara satu persatu yang
diawasi oleh pemateri atau fasilitator untuk melihat apakah wudhu
yang dipraktikkan sesuai dengan yang diajarkan atau tidak..
e. Setelah dinyatakan dapat melanjutkan penelitian barulah responden
bisa ke tahap selanjutnya yaitu pengambilan data. Teknis
pengambilan pada hari ujian berlangsung, semua responden diisolasi
dari peserta ujian lainnya. Pertama-tama responden mengisi
kuesioner pengukuran kecemasan di tempat yang telah disediakan
tidak jauh dari tempat wudhu. Pengisian kuesioner dilakukan selama
45
3 menit kemudian dilanjutkan intervensi wudhu selama 8-10 menit.
Untuk intervensi (perlakuan) diobservasi oleh observer yang terdiri
dari:
1. Membaca Bismillahirrahmanirrahim
2. Mengikhlaskan niatnya karena Allah SWT
3. Basuhlah telapak tanganmu tiga kali
4. Hisaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah tiga kali
5. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata
dan lebihkanlah membasuhnya.
6. Basuhlah kedua tangan beserta dua siku dengan digosok tiga kali
dan selah-selah jari mulai dengan sebelah kanan
7. Mengusap ubun-ubun kepala dengan menjalankan kedua telapak
tangan dari ujung muka kepala hingga tengkuk dan
dikembalikan lagi pada permulaan,
8. Kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua
ibujari dan sebelah dalamnya dengan kedua jari telunjuk.
9. Basuh kedua kakimu beserta kedua mata kaki, dengan digosok
tiga kali dan selah-selah jari kaki. Mulailah dari yang kanan dan
sempurnakan dengan membasuhkedua kaki itu.
10. Kemudian ucapkan “Ashadualla-ila-ha illalla-h wahdahu-la-
syari-kalah, wa asyahadu anna Muhammadan `abduhu-wa
rasuluh.
f. Setelah intervensi wudhu responden kembali mengisi kuesioner
pengukuran kecemasan di tempat yang telah disediakan selama 2
46
menit pasca intervensi. barulah setelah selesai itu responden
diperbolehkan untuk mengikuti ujian praktikum. semua tahapan
tahapan tadi dilakukan satu persatu oleh responden jadi, responden
benar-benar tidak terpapar oleh hal lainnya kecuali intervesi wudhu
yang dilakukan peneliti untuk menangani kecemasan
g. Data yang didapat selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisa
data sesuai dengan tujuan penelitian.
4.8. Prosedur Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan
tujuan merubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang
diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama
dalam pengujian hipotesis (Hidayat, 2007). Dalam proses pengolahan data
terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, yaitu:
4.8.1. Editing
Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pengecekan untuk
memastikan kelengkapan, kesesuaian, kejelasana dan kekonsistenan
jawaban.
4.8.2. Coding
Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
komputer.
47
4.8.3. Sorting
Sorting adalah proses memilih atau mengelompokkan data menurut
jenis yang dikehendaki (klasifikasi data).
4.8.4. Entri Data
Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudain
dimasukkan dalam tebel dengan cara menghitung frekuensi data.
Memasukkan data boleh dengan cara manual atau melalui pengolahan
komputer.
4.8.5. Melakukan teknik analisis
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan
yang akan dianalisis. Tehnik analisa yang digunakan adalah
penghitungan statistika inferensial, yaitu statistika yang digunakan
untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistik
(sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial.
4.8.6. Cleaning
Peneliti melakukan pengecakan kembali data yang telah dimasukkan.
Setelah dipastikan telah lengkap dan tidak ada kesalahan, dilakukan
analisa data.
4.9. Analisis Data
4.9.1. Analisis Univariat
Dilakukan dengan menyatakan hasil analisa tiap variabel dari hasil
penelitian. Analisis dilakukan berdasarkan frekuensi maksimal,
frekuensi minimal, mean, standar deviasi, dan distribusi frekuensi.
48
1) Dimana mean didapatkan dari jumlah nilai yang diperoleh dari
seluruh responden dibagi jumlah respoden.
2) Dimana rumus untuk simpangan baku/standar deviasi (Sd)
adalah (Riwidikdo, 2007):
Sd = √∑ (𝑑𝑖−𝑛𝑖=1 𝑑)̅̅ ̅
𝑛−1
Keterangan:
di = prebedaan pre dan post (di = X2-X1)
d = rata-rata dari beda antara nilai pre dan post test
N = banyaknya sampel
4.9.2. Uji Normalitas Data
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data
mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan
bentuk lonceng (bell shaped), dan data yang baik adalah data yang
mempunyai pola distribusi normal (Santoso, 2010). Metode untuk
mengetahui suatu set data memliki distribusi normal atau tidak karena
penelitian ini termasuk penelitian analitik maka menggunakan Shapiro-Wilk
untuk sampel kecil (≤50) dengan masing-masing kemaknaan (p) > 5 (Dahlan,
2011). Setelah hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa set
data berdistribusi normal, kemudian dilanjutkan dengan uji bivariat
menggunakan statistik parametrik uji t sampel berpasangan (Paired t Test).
49
4.9.3. Analisis Bivariat
Karena data pada penelitian ini berdistribusi normal maka analisis
bivariat menggunakan statistik parametrik uji t sampel berpasangan (Paired t
Test), dengan rumus (Riwidikdo, 2007):
t = �̅�
𝑆𝑑√6⁄
Keterangan:
t = hasil uji t
d = rata-rata dari beda antara nilai pre dan post test
Sd = simpangan baku dari d
4.10. Etika Penelitian
Etika penilitian merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, karena penilitian keperawatan berhubungan langsung dengan
manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2007).
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain:
4.10.1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Lembar persetujuan tersebut diberikan sebelum penilitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya.
50
4.10.2. Anonymity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan.
4.10.3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil
riset.
51
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan menaparkarkan secara lengkap hasil penelitian tentang pengaruh
wudhu terhadap terhadap kecemasan saat menghadapi ujian praktikum pada
mahasiswi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan
pada Mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dengan tindakan pemberian terapi
insulin. Waktu peneletian ini dilakukan pada hari kamis tanggal 16 sampai dengan
21 April 2015.
Analisis data dilakukan menggunakan analisis univariat dan bivariat. Pada analisis
univariat akan dijabarkan tingkat kecemasan dan rata-rata skor kecemasan
responden sebelum dan setelah dilakukan intervensi wudhu. Sedangkan analisa
bivariat digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh wudhu terhadap kecemasan
saat menghadapi ujian praktikum pada mahasiswi keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
52
5.1. Karakteristik responden menurut usia
Tabel 5.1
Karakteristik responden menurut usia
Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)
18 1 6,7
19 7 46,7
20 6 40,7
21 1 6,7
Total 15 100
Dari tabel di atas bahwa maksimum usia responden pada penelitian ini yang
berusia 19 tahun yaitu sebesar 46,7%.
5.2. Analisa Univariat
Analisa univariat menjelaskan nilai kecemasan pre-test dan post-test
pada responden. Untuk nilai kecemasan ditampilkan dengan menghitung
mean, median, simpangan baku (Standar Deviasi/SD), nilai minimal dan
maksimal, sedangkan untuk tingkat kecemasan dihitung dengan presentase.
5.2.1. Distribusi persentase tingkat kecemasan responden sebelum dan
setelah dilakukan intervensi wudhu
Tabel 5.2
Tingkat kecemasan responden saat kondisi sebelum dan setelah dilakukan
intervensi
Kondisi Frekuensi Persentase Tingkat
Kecemasan
Sebelum
Intervensi
7 46,7 Ringan
8 53,3 Sedang
53
Total 15 100
Setelah
intervensi
13 86,7 ringan
2 13,3 sedang
Total 15 100
Dari tabel didapatkan hasil bahwa sebelum dilakukan intervensi responden
mengalami kecemasan dengan persentase 53,3% untuk kecemasan sedang
dan kecemasan ringan sebesar 46,7%. Kemudian setelah dilakukan intervensi
terjadi peningkatan persentase pada level kecemasan ringan yaitu 86,7% dan
untuk level kecemasan sedang persentasenya sebesar 13,3%. Dapat
disimpulkan wudhu juga dapat tingkat kecemasan yang dialami responden.
5.2.2. Distribusi Rata-rata Skor Kecemasan Responden Sebelum Dan
Setelah Dilakukan Intervensi Wudhu
Tabel 5.3: Distribusi rata-rata skor kecemasan responden sebelum
dan seletah dilakukan intervensi wudhu pada mahasiswi saat
menghadapi Ujian praktikum (N=15)
Waktu Mean Standar
Deviasai
(SD)
Min-
Maks
Sebelum 46,00 13,522 30 – 70
Intervensi
Setelah 30,00 11,952 10 – 50
Intervensi
Sebaran nilai skor kecemasan mahasiswi saat menghadapi ujian
sebelum dilakukan intervensi rata-ratanya 46,00 dengan Standar
Deviasi 13,522 dengan nilai minimum 30 dan nilai maksimal berada
54
pada angka 70. Sedeangkan sebaran nilai skor kecemasan mahasiswi
saat menghadapi ujian setelah dilakukan intervensi rata-ratanya
30,00 dengan Standar Deviasi 11,952 dengan nilai minimum adalah
10 dan nilai maksimal berada pada angka 50.
5.3. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian
yaitu apakah wudhu mempengaruhi kecemasan mahasiswi keperawatan saat
menghadapi ujian praktikum atau tidak. Pengujian keabsahan hipotesis
dilakukan dengan menganalisa perbedaan rerata skor kecemasan mahasiswa
sebelum dan setelah intervensi pada kelompok perlakuan dan juga perbedaan
rerata kelompok perlakuan tersebut setelah dilakukan intervensi. Untuk
penghitungan statistik beda rerata skor kecemasan pada kelompok intervensi
menggunakan uji paired t-test. (Arikunto, 2010). Uji statistik pada kedua
penghitungan tersebut dilakukan dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha
0.05).
5.3.1. Hasil Uji Normalitas Skor Kecemasan Mahasiswi Keperawatan
Saat Menghadapi Ujian Praktikum
Sebelum dilakukan analisis bivariat dilakukan uji normalitas terlebih
dahulu terhadap data yang ada. Hasil uji normalitas didapatkan nilai p
sebelum intervensi = 0,061 dan nilai p setelah intervensi = 0,181
karena nilai p keduanya > 0,05 maka disimpulkan bahwa distribusi
sebelum dan setelah Intervensi adalah normal. Maka dapat
menggunakan parametrik dengan uji paired t-test.
55
5.3.2. Analisa Pengaruh Wudhu Terhadap Kecemasan Saat
menghadapi Ujian Praktikum Pada Mahasiwi Keperawatan
Tabel 5.5: analisa pengaruh wudhu terhadap kecemasan saat
menghadapi ujian praktikum pada mahasiswi Keperawatan
(n=15)
Kondisi Mean±SD Mean±SD t Sig.
Pre
Intervensi
46,00±13,522
16,00 ±7,368
8, 411
<0,001
Post
Intervensi
30,00±11,952
Dari tabel di atas didapatkan nilai probabilitas (sig.) sebelum dan
setelah intervensi (p<0,001) dengan nilai taraf signifikan (α) 0,05.
Karena nilai sig. atau p < (α). Maka kesimpulannya yaitu terdapat
pengaruh wudhu terhadap kecemasan saat menghadapi ujian
praktikum pada mahasiswi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun ajaran akademik 2014-2015.
56
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini dirancang untuk mengidentifikasi pengaruh berwudhu terhadap
kecemasan saat ujian praktikum pada mahasiswi keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pada bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian dan
keterebatasan penelitian. Interpretasi hasil penelitian yang telah didapatkan akan
dibandingkan dengan teori atau hasil penelitian terkait yang relevan. Keterbatasan
penelitian akan dibahas dengan membandingkan proses pelaksanaaan penelitian
dengan kondisi ideal yang seharusnya dicapai.
6.1 Pembahasan Hasil
6.1.1. Karakteristik responden
Dari hasil penelitian didapat hasil responden berjumlah 15 mahasiswi
dengan proporsi responden berusia 18 tahun sebanyak 6,7% , proporsi
responden yang berusia 19 tahun sebanyak 46,7%, proporsi responden
yang berusia 20 tahun sebanyak 40% dan proporsi responden yang berusia
21 tahun sebanyak 6,7%. Dari hasil data, diketahui bahwa usia responden
penelitian berada di tahap dewasa awal atau kategori usia muda yaitu 18-
21 tahun. Menurut teori umur muda lebih rentan mengalami gangguan
kecemasan akibat stres dan kurangnya pengalaman hidup dari pada yang
berumur lebih tua (Stuart et al, 2005).
57
6.1.2. Gambaran Kecemasan saat praktikum pada Mahasiswi Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kegiatan praktikum merupakan salah satu sumber stressor dan
menjadi masalah bagi mahasiswa keperawatan (Martos et al., 2011; Cato,
2013). Kecemasan sering dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran simulasi
(praktikum) pada mahasiswa keperawatan (Horsley, 2012; Afolayan et al.,
2013; Gosselin, 2013). Kecemasan yang dialami mahasiswa keperawatan
dapat menurunkan kemampuan koping dan mempengaruhi kinerja
akademik dan motivasi belajar siswa (Moscaritolo, 2009).
Penelitian ini menemukan bahwa responden mengalami berbagai
tingkat kecemasan saat menghadapi ujian praktikum mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II dengan presentase 46,7% pada tingkat
kecemasan ringan dan tertinggi berada pada tingkat kecemasan sedang
53,3% (n=15). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Suyamto et al.
(2009) dan Eka (2012) menunjukan bahwa mahasiswa keperawatan
mengalami kecemasan dengan berbagai tingkatan kecemasan saat
menghadapi ujian praktikum.
Pada penelitian Suyamto et al (2009) mengenai pengaruh relaksasi
otot dalam menurunkan kecemasan mahasiswa didapatkan hasil bahwa
mahasiswa mengalami kecemasan sedang saat menghadapi ujian.
Sedangkan hal yang berbeda disampaikan Eka (2012) bahwa mahasiswa
keperawatan saat ujian praktikum mengalami kecemasan mengalami
kecemasan saat menghadapi ujian praktikum dengan rata-rata tertinggi pada
tingkat kecemasan ringan 93,7% (n=36). Namun secara keseluruhan dapat
58
disimpulkan bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Kanji et al. (2004); Mellincavage, (2008); Blazeeck (2010);
Mlek, (2011); Horsley, (2012); Souto et al., (2012); Afolayan et al., (2013);
Cato, (2013); dan Gosselin, (2013) yang menyatakan bahwa mahasiswa
keperawatan mengalami kecemasan saat menghadapi ujian praktikum
dengan berbagai tingkat kecemasan.
Pada penelitian ini responden mengalami kecemasan saat ujian
praktikum mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Hal tersebut
berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, bahwa mata
kuliah yang paling menyebabkan kecemasan adalah mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah.
Mata kuliah modul Keperawatan Medikal Bedah (KMB) merupakan
modul yang diselenggarakan di semester empat selama 4 minggu dengan
fokus bahasan meliputi asuhan keperawatan pada gangguan sistem endokrin,
sistem hematologi, sistem kardiovaskuler, sistem imunologi, dan gangguan
sistem pencernaaan yang diitegrasikan ke dalam konsep islami. Kegiatan
modul ini meliputi kuliah interaktif, diskusi kelompok, praktikum
laboratorium, dan kuliah pakar. Pembelajaran dilakukan berdasarkan problem
based learning (PBL) dengan menggunakan scenario sebagai trigger untuk
meningkatkan pengetahuannya (Ernawati dan Yuanita, 2015). Untuk ujian
praktikum khususnya pada penyuntikan insulin menggunakan sistem dua
mahasiswa saat ujian diawasi oleh satu penguji dengan waktu 15 menit.
Metode pembelajaran yang dipergunakan pada mudul atau mata kuliah
ini adalah pengajaran aktif mandiri. Mahasiswa dianggap telah mampu
59
mencapai tingkat pengetahuan yang telah ditetapkan dalam kompetensi,
tujuan dan sasaran pembelajaran modul secara aktif dan mandiri. Terkait
penilaian hasil belajar mahasiswa akan disatukan menjadi nilai akhir mata
kuliah atau modul, yang menjadi tingkat kelulusan mahasiswa. Penilaian hasil
belajar meliputi penilaian proses, ujian praktikum dan sumatif (Ernawati dan
Yuanita, 2015 tidak dipublikasikan).
Melihat penjelasan di atas serta pemaparan pada buku panduan modul
Keperawatan Medikal Bedah, jadwal belajar mengajar yang teramat padat
yaitu selama 4 minggu harus mampu menguasai kompetensi yang diharapkan
pada modul KMB tersebut, dengan fokus bahasannya yaitu asuhan
keperawatan pada gangguan sistem endokrin, sistem hematologi, sistem
kardiovaskuler, sistem imunologi, dan gangguan sistem pencernaaan yang
diitegrasikan ke dalam konsep islami. Kemudian beban yang harus dicapai
oleh mahasiswa yang cukup berat terkait kompetensi yang telah ditentukan
serta beberapa ujian praktikum dianggap baru bagi mahasiswa hal inilah yang
mungkin menjadi anggapan dikalangan mahasiswa Keperawatan UIN Syaraif
Hidayatullah Jakarta bahwa mata kuliah atau modul Keperawatan Medikal
Bedah dianggap sebagai mata kuliah yang paling menyebabkan kecemasan
yang dialami mahasiswa.
Kecemasan yang dialami responden pada penelitian ini, masuk ke
dalam level kecemasan sedang. Seseorang yang mengalami kecemasan
pada level ini hanya fokus pada urusan yang akan dilakukan dengan segera
termasuk mempersempit pandangan perseptual tetapi masih dapat
60
melakukan hal lain jika menginginkan untuk melakukan hal lain tersebut
(Stuart et al 2005).
Seseorang yang mengalami kecemasan pada umumnya akan
mengakibatkan berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis (Videbeck,
2008). Hyman dan Pedrick (2012) mengemukakan bahwa kecemasan
mempengaruhi seseorang dalam tiga hal, yaitu perubahan fisik, perubahan
mental, dan perubahan perilaku. Perubahan fisik yang dialami mahasiswi
saat menghadapi ujian praktikum melibatkan berbagai sistem dalam tubuh.
Respon saraf utama terhadap rangsangan stres adalah pengaktifan sistem
saraf simpatis generalisata dan secara bersamaan sistem simpatis
mengaktifkan penguatan hormon epinefrin dari medula adrenal dan
berbagai hormon lain (Stuart dan Michele, 2007; Sherwood, 2012;
Stipanuk, 2013). Secara spesifik, sistem simpatis dan epinefrin
meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung dan menyebabkan
vasokontriksi generalisata (Sherwood, 2012). Epinefrin menyebabkan
dilatasi saluran pernafasan, meningkatkan heart rate (MacDougall, 2011)
dan bersama norepinefrin mengurangi aktifitas pencernaan dan
menghambat pengosongan kandung kemih (Sherwood, 2012), selain
meningkatkan kadar epinefrin, kecemasan juga mengaktifasi sistem CRH-
ACTH-kortisol dan sistem renin-angiotensin-aldosteron pada tubuh
sehingga menimbulkan gejala ketegangan fisik, perubahan sistem
kardiovaskular, sistem urogenital, dan gejala gastrointestinal (Goodman,
2010; Sherwood, 2012; Bolen, 2014). Stres dan kecemasan juga
meningkatkan kinerja retikular neuron dalam batang otak dan medulla
61
spinalis yang mengontrol fungsi vital dalam tubuh (Potter dan Perry, 2005)
sehingga menyebabkan gejala somatik dan autonom. Seseorang yang
mengalami kecemasan tinggi menunjukkan gejala respiratorik seperti hiper-
atau hipoventilasi, semakin tinggi kecemasan semakin tinggi pula frekuensi
pernafasan (Giardino et al., 2008; Homa dan Yuri, 2008).
Shin dan Israel (2010) menyebutkan bahwa kecemasan tingkat tinggi
dapat meningkatkan aktivasi beberapa regional otak, seperti Cortex
Prefrontal Dorsolateral bagian kanan (DLPFC) dan sulcus kiri bagian depan
dan bawah serta penurunan aktivasi cortex rostral-ventral anterior
cingulate yang dapat menurunkan kinerja otak. Kecemasan tingkat tinggi
juga dapat menyebabkan perubahan psikologis dan gejala insomnia (Drake
et al. 2003; Branes et al., 2009) dan menurunkan Emotional Intelligence
(Jacobs et al., 2008).
62
6.1.3. Pengaruh Wudhu terhadap kecemasan saat ujian praktikum pada
mahasiswi keperawatan
Kecemasan atau ansietas merupakan salah satu masalah dalam
keperawatan. Cemas atau ansietas menurut diagnosis keperawatan
NANDA (2014) merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran
yang samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu
untuk bertindank menghadapi ancaman. Kecemasan dapat ditangani
dengan salah satu terapi non Farmakologi yaitu wudhu. Wudhu merupakan
integrasi dari tehnik hidroterapi dan napas dalam yang dapat memberikan
efek relaksasi. Namun pengaruh wudhu terhadap kecemasan pada
mahasiswi saat menghadapi ujian praktikum dalam hal ini perlu
dibuktikan.
Hasil analisa uji statistik membuktikan bahwa terdapat pengaruh
wudhu terhadap kecemasan saat menghadapi ujian praktikum pada
mahasiswi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
(p<0,001) atau p < (α). Selama proses intervensi wudhu responden
mengalirkan atau membasuh tubuh dengan media air yang termasasuk
anggota wudhu. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa berwudhu
menggunakan media air (hidroterapi) dengan mengalirkan air tersebut ke
bagian tubuh tertentu dan mengenai rambut dan kulit yang termasuk
anggota tubuh dalam wudhu (Muslimah, 2014). Penggunaan hidroterapi
63
untuk penanganan kecemasan sejalan dengan penelitian Pranata et al
(2014) yang menyatakan hidroterapi meningkatkan relaksasi pada tubuh,
sehingga mampu menurunkan intensitas kecemasan seseorang.
Penelitian yang dilakukan Pranata et al (2014) membahas pengaruh
hidoterapi terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di desa
sumbersari kecamatan maesan kabupaten bondowoso tahun 2014.
Meskipun menghasilkan kesimpulan yang sama, ada beberapa hal yang
membedakan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Pranata
et al (2014), diantaranya selain responden yang digunakan adalah lansia
angka signifikansi perubahan kecemasanpun (p=0,021), jenis hidroterapi
yang digunakan yaitu hidroterapi (rendam kaki air hangat). Sedangkan pada
penelitian ini jenis hidroterapi yang digunakan adalah wudhu, responden
penelitian ini adalah mahasiswi yang diajarkan satu kali pelatihan wudhu,
menghasilkan angka signifikansi lebih rendah (p=0,000).
Pada saat proses intervensi wudhu air yang digunakan responden
merupakan air yang keluar dari perut bumi menggunakan kran air. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa air yang boleh digunakan untuk berwudhu
haruslah air yang termasuk kategori air suci yang mensucikan. Secara
ringkas air yang sah untuk bersuci ada dua macam, yaitu air turun dari langit
dan air keluar dari perut bumi (Kardjono, 2009).
Sejak zaman dahulu manusia sebetulnya sudah mengetahui khasiat
air walaupun belum didukung penelitian. Menurut Stevenson (2007) dalam
Pranata et al (2014), hidroterapi memiliki efek relaksasi bagi tubuh, karena
64
mampu merangsang pengeluaran hormon endorphin dalam tubuh dan
menekan hormon adrenalin.
Wudhu juga akan memberikan efek sejuk secara langsung pada
kepala yang akan terus mengalirkan rasa sejuk sampai pada seseorang yang
melakukannya, sehingga pikiran bisa menjadi tenang. Dengan pikiran
tenang, seseorang lebih mampu untuk mengonsentrasikan pikirannya. Air
wudhu yang sifatnya mendinginkan ujung-ujung saraf tangan dan jari-jari
kaki memiliki pengaruh untuk memantapkan konsentrasi pikiran (Kardjono,
2009).
Selain itu, ditinjau dari ilmu Akupuntur, pada anggota tubuh yang
terkena basuhan wudhu terdapat ratusan titik akupuntur yang bersifat
reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan, usapan, atau pijatan
ketika melakukan wudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui
jaringan menuju sel, organ, dan system organ yang bersifat terapi. Hal ini
terjadi karena adanya system saraf dan hormone bekerja untuk menciptakan
homeostasis (keseimbangan) dalam tubuh (Bantanie, 2010).
Dasar kewajiban berwudhu diterangkan dalam surat Al-Maidah ayat
6 yang artinya “Hai Orang-orang beriman! Jika kamu hendak berdiri
melakukan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai kesiku, lalu
sapulah kepalamu dan basuh kakimu hingga dua-mata kaki”. Allah
menyukai orang-orang yang menyucikan diri. Serta Rasululah barkata
melalui hadistnya “Dari Abu Huraira r.a. Bahwa Rasulullah bersabda:
“Maukah saya tunjukkan kepadamu hal-hal dengan nama Allah
menghapuskan dosa-dosamu serta mengangkat derajatmu?” “Mau ya
65
Rasulullah”, ujar mereka. “Meyempurnakan wudhu menghadapi segala
kesusahan, dan sering melangkah menuju masjid, serta menunggu shalat
demi shalat. Nah itulah dia perjuangan. Perjuangan sekali lagi
perjuangan!” (H.r. Malik, Muslim, Turmudzi dan Nasa`i).
Sebagaimana yang dijelaskan dengan dalil diatas menerangkan
wudhu merupakan cara mendekatkan diri kepada Allah. Seseorang yang
telah dekat kepada Allah maka hidupnya akan berjalan indah, damai, berkah
dan bahagia. Tidak akan ada masalah apapun yang membuat dirinya risau .
Karena merasa yakin Allah SWT senantiasa bersamanya (Bantanie, 2010).
Intervensi wudhu yang dilakukan oleh responden, selain
mengandung unsur hidroterapi, juga memuat unsur relaksasi, sehingga
ketika melakukan wudhu, responden juga melakukan proses relaksasi yaitu
dengan teknik napas dalam pada saat membaca niat sebelum wudhu dan
berdo`a setelah wudhu yang dilakukan dengan ikhas karena Allah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa wudhu yang diintegrasikan dengan relaksasi
napas dalam sebagai satu rangkaian saat intervensi dapat menurunkan
kecemasan mahasiswi saat menghadapi ujian praktikum dengan signifikan
(p=0.000). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ghofur dan
Eko (2007) mengemukakan hasil dalam penelitiannya tentang pengaruh
tehnik napas dalam terhadap kecemasan pada ibu persalinan kala I yang
menemukan adanya perbedaan yang signifikan (p=0.000) antara kecemasan
sebelum dan setelah pelakuan. Seperti halnya relaksasi, tehnik napas dalam
dapat mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, menurunkan frekuensi
jantung dan tekanan darah, mengurangi konsumsi oksigen, dan
66
meningkatkan fungsi pernafasan dan sistem kardiovaskular (Brody dan
Paula, 2009; Seaward, 2012). Tehnik napas dalam disebut juga tehnik
pernafasan diafragma (difraghmatic breathing) yaitu dengan mengurangi
frekuensi nafas menjadi 4-6 kali permenit (Seaward, 2012).
Pada penelitian inipun mengintegrasikan keislaman dengan
keilmuan keperawatan. Hal tersebut diKarena kecemasan merupakan salah
satu masalah dalam keperawatan yang perlu ditangani, salah satunya dengan
terapi non farmakologi wudhu ini. Wudhu merupakan salah satu terapi non
farmakologi melalui pendekatan islami yang mengintegrasikan realaksasi
napas dalam dan hidroterapi (Muslimah, 2014). Dari penjelasan tersebutlah
membuktikan terapi non farmakologi dengan pendekatan Islami contohnya
seperti wudhu dapat digunakan sebagai intervensi dalam menangani
masalah keperawatan seperti cemas..
Penerapan model integrasi keislaman dan dengan keilmuan
keperawatan terdapat pada Institusi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjadi lokasi dan mahasiswinya menjadi
responden pada penelitian ini.
Visi dari institusi pendidikan Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yaitu menjadikan program studi ilmu Keperawatan sebagai program
studi terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan, keislaman dan
keindonesiaan. Disinilah terlihat bahwa sangatlah tepat jika penelitian
terkait pendekatan keislaman dan keilmuan keperawatan salah satunya yaitu
pada hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
menangani kecemasan pada mahsiswa. Ketika model pengintegrasian
67
keislaman dan keilmuan keperawatan berhasil diterapkan maka mahasiswa
dalam hal ini mahasiswa memiliki modal dasar sebagai calon perawat yaitu
keislaman dan keperawatan yang nantinya mampu menangani masalah
pelayanan kesehatan melalui pendekatan islami (Ernawati, 2014 tidak
dipublikasikan).
6.2. Keterbatasan Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang
diakui belum dapat dipenuhi dan menjadi kekurangan dalam penelitian ini.
Berbagai kekurangan tersebut terdapat pada isi penelitian ini yaitu.
1. Houthrone effect; maksudnya adalah subjek penelitian mengetahui
bahwa dirinya sedang menjadi responden penelitian sehingga dapat
mempengaruhi respon saat diteliti.
2. Tidak disertakannya variabel nilai hasil ujian praktikum sebagai dampak
dari kecemasan yang dialami mahasiswa.
68
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan
dan dijelaskan pada bab sebelumnya, maka berikut kesimpulan yang dapat
ditarik dari penelitian ini:
1. Responden pada penelitian ini paling banyak berusia 19 tahun yaitu
46,7%. Berada direntang usia dewasa awal atau usia muda, rentang
mengalami kecemasan karena minimnya pengalaman hidup.
2. Gambaran kecemasan yang dialami responden saat menghadapi ujian
praktikum tidak merata dimana responden paling banyak merasakan
kecemasan sedang yaitu sebanyak 53,3% dari 15 orang jumlah
responden. Seseorang yang mengalami kecemasan pada level ini hanya
fokus pada urusan yang akan dilakukan dengan segera termasuk
mempersempit pandangan perseptual tetapi masih dapat melakukan hal
lain jika menginginkan untuk melakukan hal lain tersebut.
3. Ada pengaruh wudhu terhadap kecemasan saat menghadapi ujian
praktikum pada mahasiswi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun ajaran akademik 2014-2015.
69
7.2 Saran
7.2.1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Kecemasan saat mengahadapi ujian praktikum dapat menganggu
penampilan mahasiswa saat ujian, bahkan dapat menurunkan
kemampuan siswa sehingga tidak dapat melakukan tindakan dengan
tepat, sehingga kecemasan saat menghadapi ujian praktikum mesti
ditangani. Wudhu merupakan penanganan kecemasan dengan
menggunakan salah satu pendekatan religi serta pengintegrasian
teknik relaksasi napas dalam dan hidroterapi. Dengan melihat hasil
penelitian ini diharapkan mahasiswa selain mempersiapkan diri
sebelum ujian juga dapat meluangkan waktu untuk menggunakan
teknik pendekatan religi saat akan menghadapi ujian praktikum
maupun ujian lainnya.
7.2.2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini disarankan kepada
institusi pendidikan Keperawatan agar terapi religi dimasukkan ke
dalam rangkaian ujian kemudian dijadikan Standar Operasional
Prosedur pada praktikum tindakan keperawatan. Bukan hanya itu
penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi untuk
pengembangan keilmuan keperawatan berlandaskan keislaman.
7.2.3. Bagi Keilmuan Keperawatan
Dalam hal ini wudhu merupakan salah satu terapi non Farmakologi
melalui pendekatan religi dengan mengintegrasikan hidroterapi dan
70
relaksasi napas dalam. Sehingga diharapkan dari hasil penelitian ini
dapat menjadi informasi tambahan untuk pengembangan keilmuan
bodang Keperawatan Jiwa untuk penangan masalah keperawatan
yaitu kecemasan.
7.2.4. Bagi Penelitian Selanjutnya
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memasukkan variabel
nilai hasil ujian praktikum sebagai dampak dari kecemasan yang
dialami mahasiswa.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan responden
lain selain mahasiswa, seperti pasien yang akan dioperasi, pasien
yang sedang mengikuti program kemoterapi, pasien, pasien yang
didiagnosis penyakit keganasan, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Mohammad Fanshuri. Pengaruh Zikir Terhadap Skor Kecemasan
Mahasiswa Keperawatan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta Menghadapi
Ujian Skill-Lab. Skripsi S1 Keperawatan. Tangerang Selatan: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Abdullah, Che Haslina B et al. Relationship betwen anxiety and accademic
performance of nursing students, Niger Delta University, Bayelsa State,
Nigeria. Pelagia Research Library, 4 (5), 2013.
Abdullah, Che Haslina B. et al. y. Asian Social Science , 9 (13), 2013.
Afolayan, J.A et al. Relationship betwen anxiety and accademic performance of
nursing students, Niger Delta University, Bayelsa State, Nigeria. Pelagia
Research Library, 4 (5), 2013.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta, (2010).
Asmadi. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008.
Bantanie, Muhammad Syafi`ie el. Dahsyatnya Terapi Wudhu. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2010.
Blazeck, Alice. Simulation Anxiety Syndrome: Presentation and Treatment.
Clinical Simulation in Nursing, 4, 2010.
Bolen, Barbara Bradley. When Stress Goes to Your Stomach. Data diakses dari
http://ibs.about.com/od/diarrhea/a/Anxiety-and--Diarrhea.htm pada 15
Juni 2015, (2014).
Brenes, Gretchen A. et al. Insomnia in Older Adult with Generalized Anziety
Disorder. Am J Geriatr Psychiatry, 17 (465-472), 2009.
Brody, Lori Thein, dan Paula Richley Geigley. Aquatic Exercise for Rehabilitation
and Training. Canada: Human Kinetics, 2009.
Busch, Volker et al. The Effect Of Deep And Slow Breathing On Pain Perception,
Autonomic Activity, And Mood Processing. Pain Medicine Wiley
Periodicals Inc, 1, 215-228, 2012.
Budiharto. Metodelogi Penelitian Kesehatan Dengan Bidang Ilmu Kesehatan Gigi.
Jakarta: EGC, 2008.
Cato, Mary Louise. Nursing Student Anxiety In Simulation Setting: A Mixed
Methods Study. Disertasi Doktoral Pendidikan. Portland State University,
2013.
Cook, Linda J. Inviting Teaching Behavior of Clinical Faculty and Nursing
Students’ Anxiety. Journal of Nursing Education , 44, 4, 2005.
Dahlan, M. Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika, 2011.
Damarwati, Tiningsih. Gambaran Tingkat Kecemasan Orang Tua Dari Bayi Yang
Dirawat di Ruang NICU RSUP Fatmawati Jakarta. Skripsi S1
Keperawatan. Depok: Universitas Indonesia, 2012.
Datak, Gad. Efektifitas Relaksasi Benson Terhadap Nyeri Pasca Bedah Pada Pasien
The Transurethal Resection Of The Prostate di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati Jakarta. Thesis S2. Depok: Universitas Indonesia, 2008.
Drake, Christopher. et al. Insomnia Causes, Consequences, and Therapeutics: An
Overview. Depression and Anxiety, 18 (163-176), 2003.
Eka, Angelina Roida. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Keberhasilan
Memberikan Obat Melalui Infus Pada Mahasiswa FIK UI Angkatan 2010.
Skripsi S1 Keperawatan. Depok: Universitas Indonesia, 2012.
Eriyanto. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta,
2010
Ernawati dan Ita Yuanita. Buku Pedoman Modul Keperawatan Medikal Bedah I
Cetakan ke-2 Tangerag Selatan: FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tidak dipublikasikan, 2015.
Giardino, Nicholas D. et al. Anxiety, Respiration and Cerebral Blood Flow:
Implications Functional Brain Imaging. Comprehensive Psychiatry, 48
(103-112), 2007.
Ghofur, Abdul dan Eko Purwoko. Pengaruh Teknik Napas Dalam Terhadap
Perubahan Tingkat Kecemasan Pada Ibu Persalinan Kala I di Pondok
Bersalin Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe Sragen. Jurnal Kesehatan Surya
Medika Yogyakarta, 2007.
Goodman, H. Goodman. Basic Medical Endocrynology, Fourth Edition. California:
Elseiver Inc, 2010.
Gosselin, Ashley M. Nursing Simulation Experience: Self-Eficacy, State Anxiety,
Locus Of Control, And Simulation Effectiveness. Tesis Keperawatan.
University of New Hampshire, 2013.
Handayani. Dismenore dan Kecemasan Pada Remaja. Tesis S2. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada, 2012.
Hasanudin, Oan. Mukjizat Berwudhu. Jakarta: Qultum Media, 2007.
Hastono, Sutanto Priyo dan Luknis Sabri. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali
Pers, 2011.
Herdman, T. Heather. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC, 2012
Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data.
Jakarta; Penerbit Salemba Medika, 2007.
Homma, Ikuo dan Yuri Masako. Breathing Rhythms and Emotions. Exp Physical,
93 (1011-1021), 2008.
Horsley, Trisha Leann. The Effect Of Nursing Faculty Presence On Students’ Level
Of Anxiety, Self-Confidence, And Clinical Performance During A Clinical
Simulation Experience. Disertasi Doktoral Keperawatan. Universitiy of
Kansas, 2012.
Hyman, Bruce M., dan Cherry Pedrick. Anxiety Disorders. Minneapolis: Lerner
Publishing Group, Inc, 2011.
Jacobs, Madeline et al. Association Between Level of Emotional Intelligence and
Severity of Anxiety in Generalized Social Phobia. Journal of Anxiety
Disorder, 22 (1478-1495), 2008.
Kanji, N dan E. Ernest. Autogenic Training Reduces Anxiety After Coronary
Angioplasty: A Randomized Clinical Trial. American Health Journal, 002
(8703), 2004.
Kusumadewi, Sri. Aplikasi Fuzzy Total Integral Pada Hamilton Anxiety Rating
Scale (HARS). Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi,
Yogyakarta, 2008.
Kardjono, Moehari. Kedahsyatan Wudhu Penghapus Dosa. Yogyakarta: Penerbit
Best Publisher, 2009.
Macdougall, Rovert C. Drugs & Media: New Perspectives on Communication,
Consumption, and Consciousness. New York: Bloomsburry Publishing
USA, 2011.
Martos, M Pulido et al. Sources of Stress in Nursing Student: A Systematic Review
of Quantitative Studies. International Nursing Review,59 (15-25), 2011.
Masterman, Heather. Anxiety Allevating Intervention Strategies: Applicability For
Nursing Students. Tesis Megister Pendidikan Keperawatan. St. Catherine
University, 2012.
Mellincavage, Sharon Maric. Anxiety in Student Nurses in The Clinical Setting; A
Phenomenological Study. Disertasi Doktoral Pendidikan. Pennsylvania:
The Pennsylvania State University, 2008.
Meltzer, Lynn. Promoting Executive Functioning in The Classroom. New York:
The Guildford Press, 2010.
Mlek, Magdalena. Nursing Students’ Learning Experiences in Clinical Setting:
Stress, Anxiety and Coping. Tesis Master Pendidikan. Canada: Universitas
Concordia, 2011.
Moscaritolo, Linda M. Interventional Strategies to Decrease Nursing Student
Anxiety in the Clinical Learning Environment. Journal of Nursing
Education, 48 (1), 2009.
Muslimah. Terapi Mandi Terhadap Pecandu Narkotika Di Pondok Pesantren Al-
Qodir Cangkringan Sleman Yogyakarta. Skripsi S1 Bimbingan dan
Konseling Islam. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
2014.
Naviati, Elsa. Hubungan Dukungan Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Orang
Tua di Ruang Rawat Anak RSAB Harapan Kita Jakarta. Tesis S2
Keperawatan. Depok: Universitas Indonesia, 2012.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi
2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika, 2008.
Pranata, Andi Eka dan Mahmud Ady Yuwanto. Pengaruh Hidroterapi (Rendam
Kaki Air Hangat) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia
Di Desa Sumbersari Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso.
Penelitian. Jember: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dr. Soebandi, 2014.
Purfeerst, Christina R. Decreasing Anxiety in Nursing Students. Tesis Pendidikan
Keperawatan. St. Ctehrine University, 2011.
Rice, Crist Lynn. Reducing Anxiety in Middle Scholl and High School Student: a
Comparison of Cognitive Behavioral Therapy and Relaxation Training
Approaches. Phoenix: The University of Arizona, 2008.
Riwidikdo. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Bina Pustaka, 2007.
Sanford, Pamela G. “Simulation in Nursing Education: A Review Research,” The
Qualitative Report,15 (4), 2010.
Seaward, Brian Luke. Managing Stress: Principles and Strategies for Health and
Well-Being, 7rd Ed. Jones & Bartlett Learning, 2012.
Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta; Graha Ilmu.
Persada, 2007.
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, Ed. 6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2012.
Shin, Lisa M. dan Israel Liberzion. The Neurocircuitry of Fear, Stress, and Anxiety
Disorders. Neuropsychopharmacology Review, 35 (169-191), 2010.
Stein, Dan J., et al. Text Book of Anxiety Disorders. Arlington: American
Pshyciatric Publishing, Inc, 2009.
Stevenson, Angus. Definition Of Water Cure. Oxford: Oxford University Press,
2007.
Stuart, Gail Wiscarz, dan Micehele T.L. Priciples and Practice of Oshyciatric
Nursing (8th ed.). St. Louis: Mosby, 2005.
Sumanto, Rahmat, Marsito dan Ernawati. Hubungan Tingkat Nyeri Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Di Rsu Pku
Muhammadiyah Gombong. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan 7,2.
Gombong: STIKes Muhammadiyah Gombong, 2011.
Souto, Etish Barbosa et al. Analysis of The Anxiety Level of The Nursing
Undergraduate Students. Journal of Nursing UFPE, 6 (5), 2012.
Stipanuk, Martha H. dan Marie A. Caudill. Biochemical, Physiological, and
Molecular Aspect of Human Nutrition. Canada: Elseiver Inc, 2013.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2010.
Suyamto, et al. Pengaruh Relaksasi Otot Dalam Menurunkan Skor Kecemasan T-
TMAS Mahasiswa Menjelang Ujian Akhir Program di Akademi
Keperawtan Notokusumo Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat,
25(3), 2009.
Tomb, David A. Buku Saku Psikiatri Ed. 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2004.
Tusaie, Kathleen R., dan Joyce J. Fitzpatrick. Advanced Practice Psychiatric
Nursing. NewYork: Springer Publishing Company, LLC, 2013.
Umar, Husein. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2006.
Videbec, Sheila L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2008.
Ward, Brandon Keith. Anxiety in Nurse Anesthesia Students. Ann Arbor: Mountain
State University, 2008.
Ward, Brandon Keith. Anxiety in Nurse Anesthesia Students. Ann Arbor: Mountain
State University, 2008.
Zulkarnain dan Ferry Novliadi. Sense of Humor Dan Kcememasan Menghadapi
Ujian Dikalangan Mahasiswa. Sumatera Utara; Majalah Kedokteran
Nusantara Vol. 42, 2009.
Lampiran 1
Lampiran 2
PENJELASAN PENELITIAN
Saya Iqbal Maulana Utomo, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan NIM 1111104000005,
bermaksud melakukan penelitian dengan judul ” Pengaruh wudhu terhadap
terhadap kecemasan saat menghadapi ujian praktikum pada mahasiswi
keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Tujuan untuk mengetahui
pengaruh wudhu terhadap kecemasan mahasiswi ketika mengahadapi ujian
praktikum.
Menfaat penelitian ini adalah untuk menerapkan metode psikoterapi islami
relaksasi dengan media air (Hidroterapi) yang dapat menurunkan kecemasan
mahasiswi saat menghadapi ujian praktikum skill-lab.
Peneliti akan menjaga segala hal yang menyangkut kerahasiaan responden selama
dan setelah penelitian dilakukan..
Peneliti,
Iqbal Maulana Utomo
1111104000005
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Judul Penelitian:
Pengaruh wudhu terhadap terhadap kecemasan saat menghadapi ujian
praktikum pada mahasiswi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : .......................
Usia : ........................
Jenis kelamin : .......................
Semester : .......................
Nomor Hp : ........................
Menyatakan telah memahami penjelasan tentang tujuan , manfaat dan kegiatan
yang akan dilakukan dalam penelitian ini dan saya bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini
Ciputat, ... ..................... 20 ...
Saksi, Responden, Peneliti,
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... Iqbal Maulana Utomo
1111104000005
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
Pengaruh wudhu terhadap terhadap kecemasan saat menghadapi ujian praktikum
pada mahasiswi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Data Umum Responden
a. Usia :
2. Skala Kecemasan Visual Analog Scale (VAS-A)
Menggunakana sebuah garis horizontal yang berupa skala sepanjang
100 mm dengan penilaian dari garis ujung sebelah kiri yang
mengindikasikan “tidak ada kecemasan” hingga ujung sebelah kanan
yang menyatakan “kecemasan luar biasa”.
Petunjuk pengukuran ansietas: Mohon Saudara memberi tanda
dengan garis vertikal pada garis sesuai dengan rasa cemas
yang dirasakan sekarang.
Sumber: Rocmayanti, 2011
Tidak ada
kecemasan
Kecemasan
luar biasa
SKALA PENGUKURAN KECEMASAN
DENGAN VISUAL ANALOG SCALE (VAS-A)
Terimakasih atas kerjasamanya
Lampiran 4
HASIL Studi Pendahuluan
Tabel Mata Kuliah Yang Menyebabkan Kecemasan
NO MATA KULIAH JUMLAH PERSEN (%)
1 Fundamental of nursing 2 3
2 P2k2 10 17
3 Histologi 11 18
4 Anatomi 6 10
5 Biologi 1 2
6 Biokimia 4 7
7 Fisiologi 4 7
8 KGD 0 0
9 Maternitas 5 8
10 Keperawatan dasar 3 5
11 KMB 14 23
Total 60 100
Grafik Mata Kuliah Yang Menyebabkan Kecemasan
3%17%
18%
10%2%7%7%
0%8%
5%
23%
JUMLAH
Fundamental of nursing P2k2 Histologi
Anatomi Biologi Biokimia
Fisiologi KGD Maternitas
Keperawatan dasar KMB
Lampiran 5
SATUAN ACARA PELATIHAN
RELAKSASI HIDROTERAPI WUDHU
A. Topik
Latihan relaksasi hidroterapi wudhu
B. Sasaran
Kelompok perlakukan (intervensi) penelitian, yaitu 20 orang.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan pelatihan selama 20 menit seluruh anggota kelompok
perlakuan mengerti cara melakukan hidoterapi wudhu.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pelatihan selama 20 menit seluruh anggota kelompok
perlakuan mampu;
a. Menjelaskan apa pengertian dan manfaat wudhu
b. Memperagakan kembali tehnik relaksasi hidroterapi wudhu dengan
benar
D. Materi
Materi pelatihan yang akan diberikan meliputi;
1. Latar Belakang
Berdasarkan hasil penelitian Kanji et al. 2004; Mellincavage, 2008;
Blazeeck 2010; Mlek, 2011; Horsley, 2012; Souto et al., 2012; Afolayan et
al., 2013; Cato, 2013; Gosselin, 2013 dan Abdillah, 2014 menyatakan
bahwa mahasiswa keperawatan mengalami kecemasan saat menghadapi
ujian praktikum dengan berbagai tingkat kecemasan yang dilakukan oleh
dan dapat mengganggu penampilan siswa saat ujian sehingga perlu
dilakukan penanganan.
2. Landasan Berfikir
Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 6 yang artinya “Hai
Orang-orang beriman! Jika kamu hendak berdiri melakukan shalat,
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai kesiku, lalu sapulah kepalamu dan
basuh kakimu hingga dua-mata kaki”. Allah menyukai orang-orang yang
menyucikan diri. Mendekat kepada Allah berarti mendekat kepada Dzat
Yang Maha Suci. Karena, Allah adalah pemilik nama Al-Quddus (Maha
Suci). Maka sepatutnya untuk menyucikan diri. Jika kita sudah dekat
dengan Allah, maka hidup ini akan berjalan indah, damai, berkah dan
bahagia. Tidak aka nada masalah apapun yang membuat diri ini risau dan
cemas. Karena merasa yakin Allah SWT senantiasa bersama kita. Oleh
karena itu penting sekali untuk mendekatkan dir kepada Allah (Bantanie,
2010).
3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh wudhu terhadap
terhadap kecemasan saat menghadapi ujian praktikum pada mahasiswi
keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Wudhu
Wudhu, secara bahasa berasal dari kata al-wadha`ah, yang berarti
bersih, cerah, dan indah. Sedangkan menurut istilah syarak, wudhu adalah
menyengaja membasuh dan mengusap bagian tubuh yang menjadi anggota
wudhu yang suci dan mensucikan untuk menghilangkan hadas kecil
(Bantanie, 2010). Tehnik dasar relaksasi dilakukan sebelum memulai zikir,
yaitu dengan memposisikan tubuh pada kondisi senyaman mungkin.
Selanjutnya yaitu gerakan inti.
Wudhu yang dilakukan dengan benar dapat menyucikan diri, yang
tidak sekedar mencuci anggota badan, namun ada empat tahap yang dapat
diperoleh:
e. Membersihkan jasmani dari hadas
f. Membersihkan anggota badan dari kejahatan dan perbuatan dosa
g. Membersihkan hati dari akhlak yang tercela
h. Membersihkan batin dari selain Allah Swt.
Sedemikian pentingnya wudhu bagi kehidupan kaum muslim,
sehingga air yang digunakanpun tidak boleh sembarangan air. Air yang
boleh digunakan untuk berwudhu, haruslah air yang termasuk kategori air
suci yang mensucikan. Secara ringkas air yang sah untuk bersuci ada dua
macam, yaitu air turun dari langit dan air keluar dari perut bumi. Namun
secara lebuh luas ada tujuh macam air yang sah untuk bersuci yaitu: air
hujan, air embun, air laut, air sungai, air sumber (mata air), air sumur, dan
air es (Kardjono, 2009).
Tata cara berwudhu (Sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah
dalam Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah Tahun 2003)
11. Membaca Bismillahirrahmanirrahim
12. Mengikhlaskan niatnya karena Allah SWT
13. Basuhlah telapak tanganmu tiga kali
14. Hisaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah tiga kali
15. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata dan
lebihkanlah membasuhnya.
16. Basuhlah kedua tangan beserta dua siku dengan digosok tiga kali
dan selah-selah jari mulai dengan sebelah kanan
17. Mengusap ubun-ubun kepala dengan menjalankan kedua telapak
tangan dari ujung muka kepala hingga tengkuk dan dikembalikan
lagi pada permulaan,
18. Kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua
ibujari dan sebelah dalamnya dengan kedua telunjuk.
19. Basuh kedua kakimu beserta kedua mata kaki, dengan digosok tiga
kali dan selah-selah jari kaki. Mulailah dari yang kanan dan
sempurnakan dengan membasuhkedua kaki itu.
20. Kemudian ucapkan “Ashadualla-ila-ha illalla-h wahdahu-la- syari-
kalah, wa asyahadu anna Muhammadan `abduhu-wa rasuluh.
E. Metode
Metode yang digunakan pada pelatihan ini adalah ceramah, simulasi dan
tanya jawab.
F. Media
Media yang digunakan pada pelatihan ini adalah air, prin-out materi dan
Lcd.
G. Waktu Pelaksanaan
Hari : Jum`at
Tanggal : 27 April 2015
Jam : 15.30 WIB
Alokasi waktu : 25 menit.
No Waktu Kegiatan pelatihan Kegiatan peserta
1 5 menit Pembukaan
Salam pembuka
Menjelaskan topik dan
tujuan pelatihan
Menjawab salam
Mendengarkan dan
memeprhatikan
penyaji
2 5 menit Pelatihan
Menjelaskan materi
tentang pengertian,
tujuan berwudhu.
Menjelaskan materi
tentang Wudhu”.
Memberi kesempatan
peserta untuk bertanya
Mendengarkan dan
memperhatikan
materi yang
dijelaskan
Mengajukan
pertanyaan bila
kurang mengerti
3 10 menit Simulasi
Memperagakan tehnik
Berwudhu
Memperagakan
kembali tehnik
relaksasi napas dalam
Memperagakan
kembali tehnik dzikir
4 5 menit Penutupan
Melakukan evaluasi
dengan memberikan
pertanyaan
Menyimpulkan materi
yang telah
disampaikan
Memberikan
kesemapatan kepada
peserta untuk bertanya
kembali jika dirasa
kurang jelas
Menjawab pertanyaan
(jika ada)
Salam penutup
Menjawab pertanyaan
pemateri
Bertanya jika dirasa
kurang jelas
Menjawab salam
H. Tempat Pelaksanaan
1. Tempat : Ruang 409 lantai 4 Gedung FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Setting tempat :
I. Rencana Evaluasi
No Aspek Waktu Metode
1 Kognitif Segera saat pelatihan Tanya -jawab
2 Afektif segera saat pelatihan dan saat
post-test
Observasi
3 Psikomotor Segera saat pelatihan dan saat
post-tes
Observasi
Keterangan:
Meja Pemateri
Kursi Pemateri
Layar LCD
Kursi Peserta
Pintu
Modul Pelatihan Wudhu
Oleh:
IQBAL MAULANA UTOMO
NIM: 1111104000005
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
A. Wudhu
Wudhu, secara bahasa berasal dari kata al-wadha`ah, yang berarti
bersih, cerah, dan indah. Sedangkan menurut istilah syarak, wudhu adalah
menyengaja membasuh dan mengusap bagian tubuh yang menjadi anggota
wudhu yang suci dan mensucikan untuk menghilangkan hadas kecil
(Bantanie, 2010). Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 6 yang
artinya “Hai Orang-orang beriman! Jika kamu hendak berdiri melakukan
shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai kesiku, lalu sapulah
kepalamu dan basuh kakimu hingga dua-mata kaki Allah menyukai orang-
orang yang menyucikan diri”. Adapun dalil lainnya Rasululah barkata
melalui hadistnya “Dari Abu Huraira r.a. Bahwa Rasulullah bersabda:
“Maukah saya tunjukkan kepadamu hal-hal dengan nama Allah
menghapuskan dosa-dosamu serta mengangkat derajatmu?” “Mau ya
Rasulullah”, ujar mereka. “Meyempurnakan wudhu menghadapi segala
kesusahan, dan sering melangkah menuju masjid, serta menunggu shalat
demi shalat. Nah itulah dia perjuangan. Perjuangan sekali lagi
perjuangan!” (H.r. Malik, Muslim, Turmudzi dan Nasa`i)..
Mendekat diri kepada Allah berarti mendekat kepada Dzat Yang
Maha Suci. Karena, Allah adalah pemilik nama Al-Quddus (Maha Suci).
Maka sepatutnya untuk menyucikan diri. Jika kita sudah dekat dengan
Allah, maka hidup ini akan berjalan indah, damai, berkah dan bahagia.
Tidak akan ada masalah apapun yang membuat diri ini risau dan cemas.
Karena merasa yakin Allah SWT senantiasa bersama kita. Oleh karena itu
penting sekali untuk mendekatkan dir kepada Allah (Bantanie, 2010).
Wudhu yang dilakukan dengan benar dapat menyucikan diri, yang
tidak sekedar mencuci anggota badan, namun ada empat tahap yang dapat
diperoleh:
1. Membersihkan jasmani dari hadas
2. Membersihkan anggota badan dari kejahatan dan perbuatan dosa
3. Membersihkan hati dari akhlak yang tercela
4. Membersihkan batin dari selain Allah Swt.
Sedemikian pentingnya wudhu bagi kehidupan kaum muslim, sehingga air
yang digunakanpun tidak boleh sembarangan air. Air yang boleh digunakan
untuk berwudhu, haruslah air yang termasuk kategori air suci yang
mensucikan. Secara ringkas air yang sah untuk bersuci ada dua macam,
yaitu air turun dari langit dan air keluar dari perut bumi. Namun secara lebuh
luas ada tujuh macam air yang sah untuk bersuci yaitu: air hujan, air embun,
air laut, air sungai, air sumber (mata air), air sumur, dan air es (Kardjono,
2009). Tehnik dasar relaksasi dilakukan sebelum memulai wudhu, yaitu
dengan memposisikan tubuh pada kondisi senyaman mungkin. Selanjutnya
yaitu gerakan inti.
B. Tata cara berwudhu (Sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah dalam
Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah Tahun 2003)
a. Membaca Bismillahirrahmanirrahim
b. Mengikhlaskan niatnya karena Allah SWT
c. Basuhlah telapak tanganmu tiga kali
d. Hisaplah air dari telapak tangan sebelah kanan dan berkumurlah tiga
kali
e. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata dan
lebihkanlah membasuhnya.
f. Basuhlah kedua tangan beserta dua siku dengan digosok tiga kali
dan selah-selah jari mulai dari sebelah kanan kemudian sebelah kiri
g. Mengusap ubun-ubun kepala dengan menjalankan kedua telapak
tangan dari ujung muka kepala hingga tengkuk dan dikembalikan
lagi pada permulaan,
h. Kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua
ibujari dan sebelah dalamnya dengan kedua telunjuk.
i. Basuh kedua kakimu beserta kedua mata kaki, dengan digosok tiga
kali dan selah-selah jari kaki. Mulailah dari yang kanan dan
sempurnakan dengan membasuhkedua kaki itu.
j. Kemudian ucapkan “Ashadualla-ila-ha illalla-h wahdahu-la- syari-
kalah, wa asyahadu anna Muhammadan `abduhu-wa rasuluh.
FORMAT PENILAIAN WUDHU
Nama Mahasiswi:
No URAIAN KEGIATAN NILAI
0 1 2
1. Membaca Bismillahirrahmanirrahim
2. Mengikhlaskan niatnya karena Allah SWT
3. Membasuh telapak tangan tiga kali
4. Hisaplah air dari telapak tangan melalui hidung dan
berkumurlah tiga kali
5. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua
sudut mata dan lebihkanlah membasuhnya
6. Basuhlah kedua tangan beserta dua siku dengan
digosok tiga kali dan selah-selah jari mulai dari
sebelah kanan kemudian sebelah kiri
7. Mengusap ubun-ubun kepala dengan menjalankan
kedua telapak tangan dari ujung muka kepala hingga
tengkuk dan dikembalikan lagi pada permulaan
8. Mengusap kedua telingamu sebelah luarnya dengan
dua ibujari dan sebelah dalamnya dengan kedua
telunjuk.
9. Membasuh kedua kakimu beserta kedua mata kaki,
dengan digosok tiga kali dan selah-selah jari kaki.
Mulailah dari yang kanan kemudian sebelah kiri dan
sempurnakan dengan membasuh kedua kaki itu.
10. Kemudian ucapkan “Ashadualla-ila-ha illalla-h
wahdahu-la- syari-kalah, wa asyahadu anna
Muhammadan `abduhu-wa rasuluh”.
Skor nilai:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tapi kurang tepat
2 = dilakukan dengan tepat
Lampiran 6
REKAPITULASI STATISTIK RESPONDEN
No Responden Usia Sebelum
Intervensi
Setelah
Intervensi
1 A 20 70 50
2 B 20 50 40
3 C 20 60 40
4 D 21 30 20
5 E 19 60 50
6 F 19 40 30
7 G 19 40 20
8 H 20 40 10
9 I 20 40 30
10 J 20 30 20
11 K 18 30 20
12 L 19 30 20
13 M 19 60 30
14 N 19 50 30
15 0 19 60 40
Average - 19,467 46 30
Lampiran 7
A. Analisa Univariat
1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
18 1 6,7 6,7 6,7
19 7 46,7 46,7 53,3
20 6 40,0 40,0 93,3
21 1 6,7 6,7 100,0
Total 15 100,0 100,0
2. Distribusi frekuensi rata-rata skor kecemasan sebelum dan setelah
Intervensi
Statistics
usia sebelum tingkat_sebel
um
setelah tingkat_setel
ah
N Valid 15 15 15 15 15
Missing 0 0 0 0 0
Mean 19,47 46,00 1,53 30,00 1,13
Median 19,00 40,00 2,00 30,00 1,00
Std. Deviation ,743 13,522 ,516 11,952 ,352
Minimum 18 30 1 10 1
Maximum 21 70 2 50 2
3. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan sebelum dan setelah
Intervensi
Tingkat_pre_intervensi
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
ringan 7 46,7 46,7 46,7
sedang 8 53,3 53,3 100,0
Total 15 100,0 100,0
Tingkat_post_intervensi
Frequenc
y
Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
ringan 13 86,7 86,7 86,7
sedang 2 13,3 13,3 100,0
Total 15 100,0 100,0
Lampiran 8
B. Analisa Bivariat
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
sebelum ,205 15 ,091 ,887 15 ,061
setelah ,199 15 ,115 ,918 15 ,181
2. Uji Paired t-test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean
Pair 1 sebelum 46,00 15 13,522 3,491
setelah 30,00 15 11,952 3,086
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 sebelum & setelah 15 ,840 ,000
Paired Samples Test
Paired Differences
Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Pair 1 sebelum - setelah 16,000 7,368 1,902 11,920
Paired Samples Test
Paired
Differences
t df Sig. (2-tailed)
95% Confidence
Interval of the
Difference
Upper
Pair 1 sebelum - setelah 20,080 8,411 14 ,000