PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH …repository.unimus.ac.id/2749/1/FULL...
Transcript of PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH …repository.unimus.ac.id/2749/1/FULL...
PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT
APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL
MAKROSKOPIS DAN MORFOLOGI
SEL DARAH PUTIH (Leukosit)
Manuscript
Oleh:
Rina Febriyani
G1C217112
PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
http://repository.unimus.ac.id
1
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Manuscript dengan Judul
PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT
APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL
MAKROSKOPIS DAN MORFOLOGI
SEL DARAH PUTIH (Leukosit)
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan
Semarang, 17 Oktober 2018
Pembimbing I
Dr. Budi Santosa, M.Si,Med
NIK. 28.6.1026.033
Pembimbing II
Andri Sukeksi, SKM,M.Si
NIK. 28.6.10.26.024
http://repository.unimus.ac.id
2
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Rina Febriyani
NIM : G1C217112
Fakultas/Jurusan : Fakultas Keperawatan dan Kesehatan / D4 AnalisKesehatan
Jenis Penelitian : Skripsi
Judul : Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Preparat Apusan Darah Tepi
Terhadap Hasil Makroskopis dan Morfologi Sel Darah Putih
(Leukosit)
Email : [email protected]
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1. Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan Unimus atas penulisan karya ilmiah
saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola
dalam bentuk pangakalan data (database), mendistribusikannya, serta menampilkannya
dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan Unimus,
tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak
Perpustakaan Unimus, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran
hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Semarang, 17 Oktober 2018
Yang menyatakan
(Rina Febriyani)
http://repository.unimus.ac.id
3
*Corresponding Author :
Rina Febriyani
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang Indonesia
50273
E-mail : [email protected]
PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT
APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL
MAKROSKOPIS DAN MORFOLOGI
SEL DARAH PUTIH (Leukosit)
Rina Febriyani¹, Budi Santosa², Andri Sukeksi
2
1. Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang
2. Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Muhammadiyah Semarang
Info artikel
Keywords
Peripheral Blood Smear,
Macroscopic, WBC
morphology, Temperature
Abstrak
Peripheral blood smear is an examination to count and identify the
type of blood morphology, both macroscopically and microscopically
very important in assessing the success of the preparation of a smear.
One of the determining factors in this case that the technique of
making blood smear as well as other factors such as temperature. The
purpose of this research is to know the effect of drying temperature
variations in the peripheral blood smear preparations of the results of
macroscopic and morphology of white blood cells (leukocytes).
Drying function so that blood preparations can be attached firmly so
sure that the cells in the structure remained normal. The results of the
macroscopic observation of six samples found that the peripheral
blood smear preparations by drying at 25°C, 30°C showed good
results, while at 35°C and 40°C showed poor results. White blood cell
morphological observation of six samples made smear and Giemsa
staining showed good results at a temperature of 25°C and 30°C, the
observation at a temperature of 35°C was found 1 preparations
(16,67%) had a good morphology and 5 preparations (83,33%) had a
poor morphology, whereas observation of blood smear preparations
by drying using a temperature of 40°C against six preparations
obtained 6 preparations (100%) had a poor morphology. Based on the
results of Chi Square test methods, showed that there was a
significant effect (p-value = 0.0001) at the drying temperature
variations preparations blood smear on the results of the white blood
cell morphology.
Pendahuluan
Pemeriksaan darah rutin seperti
hitung jenis sel darah dapat dimanfaatkan
untuk menentukan karakteristik morfologi
darah. Hitung jenis ini dilakukan dengan
prosedur tertentu yaitu meletakkan setetes
darah vena atau kapiler setelah itu dengan
hati-hati ditipiskan diatas object glass (kaca
obyek) kemudian dilakukan pengecatan
dengan giemsa/wright. Pemeriksaan ini
disebut sediaan apus darah tepi (D’Hiru,
2013).
Sediaan apus darah tepi merupakan
suatu pemeriksaan untuk menghitung jenis
http://repository.unimus.ac.id
4
*Corresponding Author :
Rina Febriyani
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang Indonesia
50273
E-mail : [email protected]
dan mengidentifikasi morfologi darah.
Sediaan apus darah tepi adalah slide yang
salah satu sisinya dilapisi dengan lapisan tipis
darah dan diwarnai dengan pewarnaan
giemsa atau wright, kemudian diperiksa
dibawah mikroskop. Preparat terlebih dahulu
difiksasi menggunakan methanol kemudian
dilakukan pengecatan giemsa (Houwen,
Berend 2000). Sediaan apus darah tepi yang baik
secara makroskopis dan mikroskopis sangat
penting dalam menilai keberhasilan dalam
pembuatan sediaan apus darah tepi. Secara
makroskopis, bentuk dan tampilan preparat
merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan, sediaan kering yang tipis dan
telah dipulas memungkinkan untuk
mempelajari keadaan sel darah. Salah satu
faktor penentu dalam hal ini yaitu teknik
pembuatan sediaan apus darah serta faktor-
faktor lainnya seperti suhu.
Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Pamungkas K, (2014). lamanya waktu
fiksasi memberi pengaruh terhadap bentuk
sel darah putih. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Maryo Vegas Carascollo,
(2012) kualitas pewarnaan sediaan apus
darah tepi tidak memberi pengaruh terhadap
bentuk morfologi sel darah. Fungsi
pewarnaan yaitu untuk mengidentifikasi sel-
sel darah dan untuk melihat morfologi sel
darah (Pramudianti, 2013).
Faktor suhu sering dianggap tidak
penting oleh beberapa tenaga analis
kesehatan misalnya dirumah sakit atau
laboratorium. Banyaknya permintaan dan
sampel pemeriksaan untuk pembuatan
sediaan apus darah yang mengharuskan untuk
mengeluarkan hasil pemeriksaan secepatnya
sehingga memungkinkan mengeringkan
preparat tanpa memperhatikan mengenai
suhu. Faktor inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh variasi suhu pengeringan preparat
apusan darah tepi terhadap hasil makroskopis
dan morfologi sel darah putih (Leukosit).
Metode Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan
merupakan penelitian kuantitatif
menggunakan jenis penelitian eksperimen
dengan uji chi square yaitu variabel terikat
dan variabel bebas diteliti dalam waktu
bersamaan yang bertujuan untuk mengetahui
hasil makroskopis dan morfologi sel darah
putih pada preparat apusan darah tepi yang
dikeringkan menggunakan suhu 25oC, 30
oC,
35oC dan 40
oC.
Sampel dalam penelitian ini adalah
pasien rawat inap Rumah Sakit Islam
Purwodadi yang berjumlah 6 pasien. Darah
diambil sebanyak 3 mL kemudian
dimasukkan kedalam tabung yang berisi
antikoagulan EDTA lalu diberi label, darah
tersebut digunakan untuk membuat sediaan
apus darah kemudian dikeringkan pada suhu
25o C, 30
oC, 35
oC dan 40
oC kemudian
diperiksa. Penelitian ini adalah dengan
melihat penampakan makroskopis pada
tampilan sediaan apusan darah dan secara
mikroskopis yaitu morfologi sel darah putih
(leukosit).
Hasil Penelitian
Tabel 1. Hasil Pengamatan Makroskopis
Suhu Makroskopis
Baik Buruk
25oC
30oC
35oC
40oC
6
6
0
0
0
0
6
6
Berdasarkan hasil pengamatan
makroskopis terhadap enam sampel
ditemukan bahwa preparat apusan darah
dengan pengeringan menggunakan suhu
25oC, 30
oC memperlihatkan hasil yang baik
sedangkan ketika dilakukan pemanasan pada
suhu 35oC dan 40
oC menunjukkan hasil yang
http://repository.unimus.ac.id
5
*Corresponding Author :
Rina Febriyani
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang Indonesia
50273
E-mail : [email protected]
buruk karena dilakukan pemanasan pada
suhu yang tinggi (diatas suhu ruangan)
sehingga menyebabkan apusan darah pecah
dan terkelupas pada bagian kepala preparat
darah.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Mikroskopis
Suhu Mikroskopis
Baik Buruk
25oC
30oC
35oC
40oC
6
6
1
0
0
0
5
6
Berdasarkan hasil pengamatan
morfologi sel darah putih terhadap enam
sampel yang dibuat sediaan apus darah
kemudian dikeringkan pada suhu ruang 25°C,
30°C, 40oC dan 45°C diperoleh hasil bahwa
preparat apusan darah dengan pengeringan
menggunakan suhu ruang (25°C) dan suhu
30oC memiliki morfologi yang baik.
Pengamatan preparat apusan darah dengan
pengeringan menggunakan suhu 35°C
terhadap enam preparat ditemukan 1 preparat
memiliki morfologi baik dan 5 preparat
memiliki morfologi buruk, sedangkan
pengamatan preparat apusan darah dengan
pengeringan menggunakan suhu 40°C
didapatkan hasil morfologi buruk. Pengaruh
variasi suhu pengeringan terhadap hasil
morfologi sel darah putih juga dapat dilihat
pada hasil uji Chi Square pada table dibawah
ini.
Tabel 3. Hasil uji Chi square
Hasil pada table Chi Square diatas
menunjukkan hasil p-value 0,0001 < α (0,05),
hal ini berarti H0 diterima artinya ada
pengaruh yang bermakna pada variasi suhu
pengeringan preparat apusan darah terhadap
hasil morfologi sel darah putih.
Diskusi
Pengeringan sediaan apusan darah
pada suhu 25oC dan 30
oC tidak memberikan
hasil berbeda terhadap morfologi sel darah
putih, karena pada semua lapang pandang
menunjukkan hasil yang baik, sedangkan
pada suhu 35oC dan 40
oC memberikan hasil
berbeda pada morfologi sel darah putih, pada
suhu 35oC hanya satu dari enam sampel yang
memiliki hasil lapang pandang yang baik,
sedangkan pada suhu 40oC semua lapang
pandang yang diamati menunjukkan hasil
yang buruk (Gambar 7, lampiran 2).
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat
bahwa pada suhu 35oC dan 40
oC sel darah
putih mengalami kerusakan sehingga
penampakan mikroskopisnya terlihat buruk.
Pengeringan sediaan apusan pada suhu 35oC
dan 40oC akan menyebabkan leukosit yang
ada pada sediaan apusan darah tersebut
terpapar langsung oleh suhu panas sehingga
menyebabkan terjadinya kerusakan pada
dinding sel dan mengalami kelainan
morfologi seperti ukuran sel darah putih
mengecil, bentuk tidak bulat dan warna
menjadi kemerahan (Masters, 2002).
Pengeringan terhadap hasil morfologi
sel darah putih juga dapat dilihat pada hasil
uji Chi Square (tabel ada di lampiran 3)
menunjukkan hasil p-value 0,0001< α (0,05),
hal ini berarti H0 diterima artinya ada
pengaruh yang bermakna pada variasi suhu
pengeringan preparat apusan darah terhadap
hasil morfologi sel darah putih.
Kesimpulan
Pengamatan makroskopis terhadap
enam sampel ditemukan bahwa preparat
apusan darah tepi dengan pengeringan pada
suhu 25oC, 30
oC menunjukkan hasil yang
baik, sedangkan pada suhu 35oC dan 40
oC
menunjukkan hasil yang buruk. Pengamatan
morfologi sel darah putih terhadap enam
sampel yang dibuat sediaan apus dan
pengecatan Giemsa menunjukkan hasil yang
baik pada suhu 25oC dan 30
oC, pengamatan
pada suhu 35°C ditemukan 1 preparat
http://repository.unimus.ac.id
6
*Corresponding Author :
Rina Febriyani
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang Indonesia
50273
E-mail : [email protected]
(16,67%) memiliki morfologi baik dan 5
preparat (83,33%) memiliki morfologi buruk,
sedangkan pengamatan preparat apusan darah
dengan pengeringan menggunakan suhu
40°C terhadap enam preparat diperoleh 6
preparat (100%) memiliki morfologi buruk.
Berdasarkan hasil pengujian dengan metode
Chi Square, didapatkan hasil bahwa ada
pengaruh yang bermakna pada variasi suhu
pengeringan preparat apusan darah terhadap
hasil morfologi sel darah putih.
Saran
Bagi tenaga laboratorium diharapkan
untuk lebih memperhatikan mengenai faktor
suhu terhadap proses pengeringan apusan
darah tepi, supaya tidak terjadi kesalahan
dalam pemeriksaan. Bagi peneliti selanjutnya
diharapkan dapat melakukan penelitian
sediaan apusan sel darah lainnya, seperti
trombosit.
Ucapan Terima Kasih
Peneliti mengucapkan terima kasih
kepada Dr. Budi Santosa, M.Si,Med selaku
dosen pembimbing pertama yang telah
memberikan banyak arahan, bimbingan,
masukan, serta motivasi dalam membimbing
peneliti untuk dapat menyelesaikan penelitian
dan artikel ini dengan baik. Yang kedua
kepada Andri Sukeksi, SKM,M.Si selaku
dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan banyak arahan, bimbingan,
masukan, serta motivasi dalam membimbing
peneliti untuk dapat menyelesaikan penelitian
dan artikel ini dengan baik. Keluarga dan
sahabat yang telah memberikan nasihat, doa,
dan dukungannya, serta responden dan pihak-
pihak yang membantu penelitian ini hingga
penelitian ini bisa selesai dengan baik dan
benar.
Referensi
Agus R, 2011. Aplikas Metodologi
Penelitian Kesehatan. Nuha Medika,
Yogyakarta.
Blasi, B et al., 2012. Red Blood Cell Strorage
and Cell Morphology. Journal of the British
Blood Transfusion Society. 22: 90-96.
D’Hiru. 2013. Live Blood Analysis.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Gandasoebrata R, 2007. Penuntun
Laboratorium Klinik. Dian Rakyat, Jakarta.
Houwen, Berend. 2000. Blood Film
Preparation and Staining Procedures. Loma
Linda University School of medicine,
California.
Kiswari R, 2014. Hematologi dan Tranfusi.
Erlangga, Jakarta.
Koko Putro Pamungkas, 2014. Gambaran
Morfologi Eritrosit Dengan Perbandingan
Lama Fiksasi. Universitas Muhammadiyah
Semarang, Semarang.
Kusumawardani E, 2010. Waspada Penyakit
Darah Mengintai Anda. Hanggar Kreator,
Yogyakarta.
Nugraha G, 2015. Panduan Pemeriksaan
Laboratorium Hematologi Dasar. Trans Info
Media. Jakarta.
Vegas, Maryo. 2012. Perbedaan Hasil
Pewarnaan Giemsa dan Wright Terhadap
Morfologi Eritrosit dan Kualitas Kerataan
Cat Pada Preparat Darah Apus. Unimus,
Semarang.
http://repository.unimus.ac.id