PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN ...repository.ub.ac.id/7372/1/Rani Dwi Andriani.pdfPENGARUH SUHU...
Transcript of PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN ...repository.ub.ac.id/7372/1/Rani Dwi Andriani.pdfPENGARUH SUHU...
PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN TEH HERBAL DAUN Nypa fruticans
SKRIPSI
Oleh :
RANI DWI ANDRIANI
NIM. 135080300111043
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN TEH HERBAL DAUN Nypa fruticans
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan
di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
RANI DWI ANDRIANI
NIM. 135080300111043
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
November, 2017
LEMBAR KOMISI PENGUJI
Judul : PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TEH HERBAL DAUN Nypa fruticans
Nama Mahasiswa : RANI DWI ANDRIANI
NIM : 135080300111043
Program Studi : Teknologi Hasil Perikanan
PENGUJI PEMBIMBING :
Pembimbing 1 : DR. IR. BAMBANG BUDI SASMITO, MS
Pembimbing 2 : DR. IR. TITIK DWI SULISTIYATI, MP
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING :
Dosen Penguji 1 : DR. IR. HARTATI KARTIKANINGSIH, MS
Dosen Penguji 2 : IR. SRI DAYUTI, MS
Tanggal Ujian : 27 NOVEMBER 2017
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
kecuali yang tertulis oleh naskah ini dan disebut dengan daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, November 2017 Mahasiswa
Rani Dwi Andriani NIM. 135080300111043
RIWAYAT HIDUP
Rani Dwi Andriani adalah penulis dari tugas akhir ini yang
merupakan anak bungsu dari pasangan suami istri Miswanto
dan Jarmini. Penulis lahir di Pacitan tanggal 25 Mei 1994, saat
ini berumur 23 tahun. Menempuh pendidikan di SD Negeri
Sidoharjo 1 pada tahun 2001, dilanjutkan di SMP 1 Pacitan
pada tahun 2007, kemudian SMA 1 Pacitan pada tahun 2010 dan yang terakhir
baru menyelesaikan pendidikan di Universitas Brawijaya Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan Program Studi Teknologi Hasil Perikanan.
Penulis semasa kuliahnya berusaha aktif dengan mengikuti berbagai
macam organiasasi guna mengembangkan diri. Penulis sangat menyadari bahwa
tidak hanya kemampuan akademik saja namun perlu diimbangi dengan organisasi
untuk meningkatkan kemampuan soft skill. Penulis tertarik pada isu-isu lingkungan
dan sosial yang sangat erat kaitannya dengan konsentrasi studi Teknologi Hasil
Perikanan. Sebagai seorang yang menggeluti di bidang pangan maka
pemanfaatan sumberdaya alam menjadi produk yang berguna manusia juga perlu
memikirkan dampak terhadap ekologi. Oleh sebab itu penulis berusaha tetap
berinovasi di bidang pangan namun juga memperhatikan kebaikan alam itu sendiri.
Hingga akhirnya konsep itu tertuang pada tugas akhir yang terselesaikan dengan
baik. Penulis menyusun tugas akhir berupa skripsi yang berjudul “Pengaruh Suhu
dan Lama Pengeringan terhadap Aktivitas Antioksidan Teh Herbal Daun
Nypa fruticans”.
Penulis berharap tugas akhir tersebut dapat bermanfaat bagi semua pihak
sekaligus turut menyumbangkan hasil penelitian untuk bidang keilmuan. Akhir
kalimat penulis mengucap syukur atas terselesaikannya tugas akhir ini.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kepada Maha Cinta yang telah memberikan petunjuk dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul
Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Aktivitas Antioksidan Teh
Herbal Daun Nypa fruticans. Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya.
Dalam penyusunan laporan skripsi ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan Kasih dan Cintanya dalam
menyelesaikan laporan skripsi ini.
2. Kedua orang tua saya yang telah memberikan doa, dukungan materi
dan moril selama penyusunan laporan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Bambang Budi S., MS dan Dr. Ir. Titik Dwi Sulistiyati, MP selaku
Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan
bimbingan, motivasi sejak penyusunan usulan penelitian sampai
dengan selesainya laporan skripsi ini.
4. Sahabat saya Ella, Farah, Ferdina, Bora, Nurmala serta teman-teman
THP 2013 yang selalu memberikan bantuan baik doa, fikiran, dan
tenaganya.
5. Teman-teman Kelas Filsafat, Para Pejuang Jomblo Revolusioner:
Mbak Dika, Umami, Agit Wisnu, Ririd, Bandit, Iyal, Sundana, Anam,
Linda dan Ica yang selalu menyediakan motivasi, tawa dan kopinya.
Malang, November 2017
Penulis
PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TEH HERBAL DAUN Nypa fruticans
Rani Dwi Andriani1, Bambang Budi Sasmito2, dan Titik Dwi Sulistiyati2
ABSTRAK
Pengeringan pada proses pembuatan teh yang akan mempengaruhi kandungan bioaktifnya. Teh merupakan minuman yang berasal dari pucuk daun tanaman teh (Camellia sinensis) yang mengandung polifenol dan katekin. Sejumlah publikasi menegaskan bahwa polifenol dan katekinnya berperan sebagai antioksidan, antikanker, antidiabetes, anti penyakit jantung dan anti sejumlah penyakit degeneratif lainnya. Nipah (Nypa fruticans) dikelompokkan dalam ekosistem hutan mangrove. Daun nipah mengandung komponen bioaktif seperti golongan flavonoid dan polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan. Penggunaan daun nipah biasanya sebagai atap rumah, pengganti kertas rokok, atau sebagai teh. Teh herbal merupakan sebutan untuk ramuan bunga, daun, biji, akar atau buah kering untuk membuat minuman. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui suhu dan lama pengeringan terbaik yang menghasilkan aktivitas antioksidan paling tinggi pada teh herbal daun nipah. Metode yang digunakan adalah eksperimental. Sebelumnya dilakukan penelitian pendahuluan dengan dengan menguji aktivitas antioksidan daun dan buah nipah. Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Penelitian utama menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial menggunakan faktor suhu dan lama pengeringan. Variasi suhu pengeringan antara lain 40, 50 dan 60 (°C) dengan lama pengeringan 24, 36, 48 (jam). Hasil yang didapatkan diolah menggunakan ANOVA dan jika berbeda nyata dilanjutkan menggunakan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan terbaik pada sampel A2B2 (Suhu 50°C selama 36 jam) dengan nilai IC50 sebesar 136,162 ± 1,87 ppm dengan klasifikasi aktivitas antioksidan sedang.
Kata kunci : daun nipah, teh herbal, suhu, lama pengeringan, antioksidan
1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang 2,3) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
THE EFFECT OF TEMPERATURE AND DRYING TIME ON ANTIOXIDANT
ACTIVITY OF HERBAL LEAF TEA Nypa Fruticans
Rani Dwi Andriani1, Bambang Budi Sasmito2, dan Titik Dwi Sulistiyati2
ABSTRACT
Drying of the tea making process that will affect its bioactive content. Tea is a beverage derived from tea plant leaves (Camellia sinensis) which contains polyphenols and catechins. A number of publications confirmed that polyphenols and catechins act as antioxidants, anticancer, antidiabetes, anti-heart disease and other degenerative diseases. Nipah (Nypa fruticans) are grouped in the mangrove forest ecosystem. Nipah leaves contain bioactive components such as flavonoids and polyphenols that have antioxidant activity. The use of nipah leaves is usually as a house roof, a substitute for cigarette paper, or as a tea. Herbal tea is the name for the herbs of flowers, leaves, seeds, roots or dried fruit to make a drink. The purpose of this study was to determine the best temperature and drying time that produced the highest antioxidant activity in nipah herbal tea. The method used is experimental. Previously conducted preliminary research by testing the antioxidant activity of leaves and fruit of nipah. Testing of antioxidant activity using DPPH method. The main research used Factorial Random Design (RAL) using temperature and drying time. Drying temperature variations include 40, 50 and 60 (°C) with a drying time of 24, 36, 48 (hour). The results obtained were treated using ANOVA and if significantly different were continued using the Tukey test. The results showed the best treatment in A2B2 sample (Temperature 50 ° C for 36 hours) with IC50 value of 136,162 ± 1,87 ppm with classification of medium antioxidant activity.
Keywords : leaf of nipah, herbal tea, temperature, drying time, antioxidant
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan skripsi ini. Tahap demi tahap skripsi mulai dari proposal
hingga laporan telah terlewati dengan baik. Penulis menyajikan laporan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan terhadap Aktivitas
Antioksidan Teh Herbal Daun Nypa fruticans” sebagai salah satu syarat untuk
meraih gelar sarjana perikanan di Fakultas Perikanan di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Univeritas Brawijaya. Di bawah bimbingan:
1. Dr. Ir. Bambang Budi Sasmito, MS
2. Dr. Ir. Titik Dwi Sulistiyati, MP
Daun nipah (Nypa fruticans) sebagai teh herbal merupakan terobosan baru
untuk memanfaatan kelimpahan sumberdaya mangrove di Indonesia. Minuman
teh dari daun teh (Camellia sinensis) sangat familiar bagi masyarakat Indonesia
karena khasiatnya. Kandungan antioksidan yang baik bagi tubuh menjadikan teh
sebagai minuman sehari-hari. Begitupun dengan kandungan antioksidan pada
daun nipah sangat potensial dimanfaatkan sebagai teh herbal.
Harapannya penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada
umumnya dan akademisi perikanan pada khususnya. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masaih banyak kekurangannya. Sehingga kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan dari pembaca.
Malang, November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii IDENTITAS PENGUJI ........................................................................................ iii UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................... iv RINGKASAN ....................................................................................................... v KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 3 1.3 Tujuan ................................................................................................... 3 1.4 Hipotesis ................................................................................................ 3 1.5 Kegunaan ............................................................................................. 3 1.6 Waktu dan Tempat ................................................................................. 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Nypa fruticans .................................................. 5
2.1.1 Klasifikasi ...................................................................................... 5 2.1.2 Morfologi ....................................................................................... 5 2.1.3 Kandungan Kimia Nipah ................................................................ 6
2.2 Golongan Metabolit Sekunder ................................................................. 6 2.3 Antioksidan ........................................................................................... 10 2.4 Teh ....................................................................................................... 11 2.5 Pengaruh Pengeringan Terhadap Aktivitas Antioksidan ........................ 11 2.6 DPPH .................................................................................................... 14 2.7 LCMS .................................................................................................... 14
3. METODE PENELITIAN .............................................................................. 16 3.1 Alat Penelitian ....................................................................................... 16 3.2 Bahan Penelitian ................................................................................... 16 3.3 Metode Penelitian ................................................................................. 16
3.3.1 Metode ........................................................................................ 16 3.3.2 Variabel ....................................................................................... 17 3.3.3 Parameter Uji .............................................................................. 17 3.3.4 Rancangan dan Prosedur Penelitian Pendahuluan ..................... 17
3.4 Rancangan dan Prosedur Penelitian Utama ........................................ 23 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 32
4.1 Penelitian Pendahuluan ........................................................................ 32 4.1.1 Kadar Air Daun dan Buah Nipah (Nypa fruticans) ...................... 32 4.1.2 Rendemen Ekstrak Daun dan Buah Nipah .................................. 33 4.1.3 Aktivitas Antioksidan Daun dan Buah Nipah ................................ 34
4.2 Penelitian Utama ................................................................................... 35 4.2.1 Kadar Air Teh Herbal Daun Nipah (N. fruticans) .......................... 35 4.2.2 Fitokimia Teh Herbal Daun Nipah ............................................... 37 4.2.3 Aktivitas Antioksidan Teh Herbal Daun Nipah ............................. 39 4.2.4 Total Fenol Teh Herbal Daun Nipah ............................................ 41 4.2.5 Total Flavonoid Teh Herbal Daun Nipah ...................................... 43 4.2.6 Hubungan Antara Total Fenol dan Antioksidan .......................... 44 4.2.7 Identifikasi Senyawa Bioaktif dengan LCMS ............................... 46
5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 50 5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 50 5.2 Saran .................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 51
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Standar Mutu Produk Teh Kering Sesuai SNI ............................................... 12 2. Rancangan Percobaan Penelitian Pendahuluan ........................................... 17 3. Rancangan Percobaan Penelitian Utama ...................................................... 23 4. Hasil Uji Fitokimia pada Teh Herbal Daun NIpah ........................................... 38 5. Klasifikasi Senyawa Anioksidan .................................................................... 40
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Nypa fruticans ............................................................................................... 5 2. Fenol............................................................................................................. 8 3. Struktur Kimia Alkaloid .................................................................................. 9 4. Prosedur preparasi sampel N. fruticans ...................................................... 17 5. Uji Kadar Air................................................................................................ 18 6. Prosedur Ektraksi Daun dan Buah Nipah .................................................... 19 7. Uji Aktiviitas Antioksidan ............................................................................. 21 8. Prosedur Preparasi Sampel Daun Nipah .................................................... 23 9. Prosedur Pengeringan Sampel Daun Nipah................................................ 23 10. Prosedur Penyeduhan Teh Herbal Daun N. fruticans .................................. 24 11. Prosedur Uji Alkaloid Teh Herbal Daun N. fruticans .................................... 25 12. Prosedur Uji Steroid dan Terpenoid Teh Herbal Daun Nipah ...................... 25 13. Prosedur Uji Flavonoid Teh Herbal Daun N. fruticans ................................. 26 14. Prosedur Uji Tanin Teh Herbal Daun N. fruticans ....................................... 26 15. Prosedur Uji Antioksidan Teh Herbal Daun N. fruticans .............................. 28 16. Prosedur Uji Fenol Teh Herbal Daun N. fruticans ....................................... 29 17. Prosedur Uji Kuantutatif Flavonoid Teh Herbal Daun Nipah ........................ 20 18. Kadar Air Daun dan Buah Nipah ................................................................. 31 19. Rendemen Ekstrak Daun dan Buah Nipah .................................................. 32 20. Aktivitas Antioksidan Daun dan Buah Nipah ............................................... 33 21. Hasil Persentase Kadar Air Teh Herbal Daun Nipah ................................... 35 22. Aktivitas Antioksidan Teh Herbal Daun Nipah ............................................. 39 23. Total Fenol Teh Herbal Daun Nipah ............................................................ 41 24. Total Flavonoid Teh Herbal Daun Nipah ..................................................... 42 25. Hubungan Total Fenol dan Antioksidan Teh Herbal Daun Nipah ................ 44 26. Hasil Identifikasi Kromatogram Seduhan Teh Herbal Daun Nipah .............. 46 27. Spektrum masa untuk waktu retensi ke-1 ................................................... 47 28. Spektrum masa untuk waktu retensi ke-2 ................................................... 47 29. Spektrum masa untuk waktu retensi ke-3 ................................................... 48 30. Spektrum masa untuk waktu retensi ke-4 ................................................... 49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1. Perhitungan DPPH...................................................................................... 51 2. Rumus dan Perhitungan Uji Kadar Air Teh Herbal Daun Nipah................... 55 3. Hasil Perhitungan Uji Aktivitas Antioksidan Teh Herbal Daun Nipah .......... 57 4. ANOVA dan Uji Tukey Aktivitas Antioksidan Teh Herbal Daun Nipah ......... 66 5. Rumus dan Perhitungan Uji Total Fenol Teh Herbal Daun Nipah ................ 68 6. ANOVA dan Uji Tukey Total Fenol Teh Herbal Daun Nipah ........................ 70 7. Rumus dan Perhitungan Uji Total Flavonoid Teh Herbal Daun Nipah ......... 72 8. ANOVA dan Uji Tukey Total Flavonoid Teh Herbal Daun Nipah ................. 75 9. Dokumentasi Penelitian Pendahuluan......................................................... 77 10. Dokumentasi Preparasi Penelitian Utama ................................................... 78 11. Dokumentasi Uji Antioksidan ...................................................................... 79 12. Dokumentasi Uji Total Fenol ....................................................................... 80 13. Dokumentasi Uji Total Flavonoid ................................................................. 81
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mangrove merupakan sumberdaya melimpah dari sektor perikanan. Luas
persebaran mangrove di Indonesia sangat beragam. Hasil dari beberapa peneliti
memperkirakan luas mangrove Indonesia lebih kurang 2,5 juta hektar. Pendapat
lainnya menyebutkan 3,5 juta hektar dan peneliti lainnya berpendapat seluas 4,5
juta hektar. Data tersebut dapat diperkiraan bahwa area mangrove seluas 3,5 juta
hektar. Hal itu menempatkan Indonesia sebagai tempat mangrove terluas di dunia
(18 - 23%) (Sosia, et al., 2014).
Indonesia memiliki keberagaman jenis mangrove bila dibandingkan
dengan daerah lainnya. Dapat ditemukan Avicennia marina dengan ketinggian 1 -
2 meter pada pantai yang tergenang air laut, hingga campuran Bruguiera,
Rhizophora, Ceriops dengan ketinggian lebih dari 30 meter (misalnya, di Sulawesi
Selatan). Di daerah pantai yang terbuka, dapat ditemukan Sonneratia alba dan
Avicennia alba, sementara itu di sepanjang sungai yang memiliki kadar salinitas
yang lebih rendah umumnya ditemukan Nypa fruticans dan Sonneratia caseolaris
(Sosia, et al., 2014).
Nipah (Nypa fruticans) tergolong palma tanpa batang pada bagian
permukaan, membentuk rumpun. Batang terdapat di bawah tanah. Daunnya
seperti susunan daun kelapa. Daun berwarna hijau mengkilat di permukaan atas
dan berserbuk di bagian bawah (Puspayanti et al., 2013). Menurut Kayadoe dan
Rachel (2016), hasil uji fitokimia pada ekstrak daun nipah diketahui positif
mengandung senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid dan saponin.
Menurut Neldawati, et al. (2013), efek antioksidan terutama disebabkan karena
adanya senyawa fenol seperti flavonoid, dan asam fenolat.
2
Teh merupakan minuman yang berasal dari pucuk daun tanaman teh
(Camellia sinensis) yang mengandung polifenol dan katekin. Sejumlah publikasi
menegaskan bahwa polifenol dan katekinnya sangat berperan sebagai
antioksidan, antikanker, antidiabetes, anti penyakit jantung dan anti sejumlah
penyakit degeneratif lainnya (Rohdiana, 2015). Menurut Rofiah (2015) bahwa
tanaman heh adalah spesies tanaman yang daun dan pucuk daunnya digunakan
untuk membuat teh yang sebelumnya mengalami proses pemanasan untuk
menonaktifkan enzim- enzim yang terdapat dalam daun teh, kemudian digulung
dan dikeringkan. Teh merupakan salah satu jenis minuman yang digemari oleh
seluruh masyarakat Indonesia maupun dunia.
Kandungan metabolit sekunder dari nipah yang memiliki kemiripan
dengan kandungan teh, maka daun nipah berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai
minuman teh. Sesuai penelitian Hossain, et al. (2015) yang menyatakan bahwa
daun nipah dapat dimanfaatkan sebagai atap rumah, pengganti kertas rokok, atau
sebagai teh aromatik. Menurut Harun, et al. (2014) bahwa penggunaan istilah teh
pada minuman yang bukan berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis) lebih
tepatnya disebut teh herbal. Teh herbal merupakan sebutan untuk ramuan bunga,
daun, biji, akar atau buah kering untuk membuat minuman. Namun kebiasaan
masyarakat lebih cenderung menyebutnya teh saja (Harun et al., 2014
Beberapa penelitian aktivitas antioksidan pada teh herbal telah dilakukan.
Penggunaan suhu pengeringan yang bervariasi berpengaruh terhadap aktivitas
antioksidan. Pada penelitian Harun, et al. (2014), bahwa penggunaan suhu 85oC
pada teh herbal kulit buah manggis menghasilkan nilai IC50 terendah sedangkan
pada suhu 90oC aktivitas antioksidan mengalami penurunan. Menurut Adri dan
Wikanastri (2013) pembuatan teh daun sirsak menggunakan suhu pengeringan
50oC. Sedangkan menurut Rofiah (2015), proses pengeringan pada pembuatan
teh daun kelor menggunakan suhu 55 oC.
3
Lama pengeringan juga turut berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan.
Menurut hasil penelitian Adri dan Wikanastri (2013), bahwa semakin lama
pengeringan semakin tinggi aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan tertinggi
terdapat pada sampel teh daun sirsak dengan perlakuan lama pengeringan 150
menit, yaitu sebesar 76,06% dan terendah 53,17% pengeringan 30 menit. Kondisi
tersebut disebabkan pada proses pengeringan mengakibatkan meningkatkan zat
aktif yang terkandung dalam daun teh (Winarno, 2004).
Penurunan aktivitas antioksidan selama proses pembuatan teh herbal
menjadi perhatian khusus mulai dari pengeringan, penyeduhan hingga
penyimpanannya. Faktor utama yang mempengaruhi kualitas antioksidan adalah
suhu dan lama pengeringan pada teh herbal. Sehingga diperlukan penelitian
mengenai suhu dan lama pengeringan yang tepat untuk pembuatan teh herbal
daun nipah (N. fruticans) agar didapatkan teh dengan aktivitas antioksidan terbaik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah suhu dan lama pengeringan mempengaruhi aktivitas
antioksidan teh herbal daun Nypa fruticans?
2. Berapakah suhu dan lama pengeringan yang menghasilkan aktivitas
antioksidan tertinggi dari teh herbal daun Nypa fruticans?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh dari suhu dan lama pengeringan terhadap
aktivitas antioksidan teh herbal daun Nypa fruticans.
2. Mengetahui suhu dan lama pengeringan menghasilkan aktivitas
antioksidan tertinggi dari teh herbal daun Nypa fruticans.
4
1.4 Hipotesis
1. Suhu dan lama pengeringan berpengaruh terhadap aktivitas
antioksidan teh herbal daun Nypa fruticans.
2. Semakin tinggi suhu dan lama pengeringan maka semakin tinggi
aktivitas antioksidan yang dihasilkan dari teh herbal daun Nypa
fruticans.
1.5 Kegunaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi
terbaru kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap aktivitas antioksidan
teh herbal daun nipah (N. fruticans) dalam menentukan suhu dan lama
pengeringan. Sehingga dapat digunakan sebagai pembanding dari penelitian
sebelumnya maupun sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.
1.6 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2017 di Laboratorium
Perekayasaan Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya, Malang dan Badan Reserve Kriminal Polri Pusat Laboratorium
Forensik, Jakarta Timur.
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi N. fruticans
2.1.1 Klasifikasi
Nypa fruticans biasanya disebut “mangrove palm” karena merupakan salah
satu jenis palma (palm) yang habitatnya didominasi oleh mangrove. Tumbuhan ini
tumbuh bergerombol pada bagian atas pasang surut sungai, daerah berlumpur,
dan sepanjang pantai. Meskipun secara umum tumbuh bersama mangrove jenis
lain namun dalam penanamnnya dilakukan zonasi sesuai kegunaannya dalam
menghambat abrasi.
Menurut Puspayanti, et al. (2013) nipah diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Nypa Spesies : Nypa fruticans Wurmb. N. fruticans dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. N. fruticans (Dokumen pribadi, 2017)
2.1.2 Morfologi
Tumbuhan nipah (N. fruticans) hidup bergerombol yang tidak memiliki
batang pada bagian permukaannya. Hal itu dikarenakan batangnya berada di
dalam tanah. Susunan daunnya nampak seperti daun kelapa. Warna daun hijau
6
mengkilat pada permukaan atas sedangkan bagian bawah berserbuk dengan
ujung daun meruncing. Sistem perakarannya rapat dan kuat. Sehingga mampu
menyesuaikan kondisi perubahan air yang masuk ke dalamnya (Puspayanti, et al.,
2013).
2.1.3 Kandungan Kimia Nipah
Menurut Azuma, et al. (2002) terdapat 25 komponen senyawa kimia. Terdiri
dari asam lemak dan derivatnya, terpenoid, karotenoid dan derivatnya, benzenoid
senyawa lain yang belum diketahui. Sedangkan menurut Tsuji, et al. (2011),
terdapat senyawa tanin pada daunnya. Namun kualitasnya tidak terlalu baik.
Kandungan zat penghambat peroksida lipid pada nipah menunjukkan
aktivitas yang kuat. Peroksidasi lipid berperan dalam proses penuaan dan
beberapa penyakit kronis termasuk diabetes, gangguan saraf, kardio (penyakit
pembuluh darah) dan kanker (Bunyapraphatsara, et al., 2003). Menurut Osabor,
et al. (2008) bahwa nipah (N. fruticans) mengandung polifenol, tanin dan alkaloid.
2.2 Golongan Metabolit Sekunder
Menurut Saifudin (2014) metabolit sekunder adalah senyawa yang
disintesis oleh tumbuhan, mikrobia atau hewan melewati proses biosintesis yang
digunakan untuk menunjang kehidupan namun tidak vital (jika tidak ada tidak mati)
sebagaimana gula, asam amino dan asam lemak. Metabolit ini memiliki aktifitas
farmakologi dan biologi.
Saifudin (2014) berpendapat bahwa berdasarkan jalur biosintesis,
metabolit sekunder digolongkan menjadi :
1. Golongan asetat (C2) : poliketida dan asam lemak
2. Golongan mevalonat dan deoksisililulosa (C5): terpenoid
3. Golongan sikimat: fenil matanoid (C7) dan fenil propanoid (C9)
4. Golongan alkaloid
7
5. Golongan campuran : kombinasi antar metabolit sekunder atau metabolit
sekunder dengan metabolit primer.
Sebagian ilmuan lain mengklasifikasikan metabolit sekunder berdasarkan
keluasan distribusinya dan kelimpahannya di alam. Golongan ini antara lain :
1. Golongan fenolik
2. Golongan flavonoid
3. Golongan saponin
4. Golongan minyak atsiri
5. Golongan tanin
6. Golongan alkaloid (terbatas pada beberapa genus)
7. Golongan steroid
Fenolik
Senyawa fenolik memiliki satu (1) atau lebih dari satu gugus hidroksil yang
menempel di cincin aromatik. Atau dapat disebutkan dalam kalimat lain yaitu suatu
senyawa yang sekurang-kurangnya memiliki satu gugus fenol. Kelompok fenolik
memiliki banyak anggota. Variasi gugus yang kemungkian tersubtitusi pada
kerangka fenol merupakan faktor yang memperbanyak anggota. Fenol dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Fenol
Komponen polifenol pada tanaman diketahui memiliki sifat multifungsi
seperti pereduksi, menyumbangkan atom hidrogen sebagai antioksidan dan
8
peredam terbentuknya singlet oksigen. Flavonoid dan turunannya merupakan
golongan polifenol yang banyak dan sangat penting bagi tanaman. Sifat yang
penting dari golongan polifenol adalah kemampuannya bertindak sebagai
antioksidan (Bettuzzi, et al., 2006).
Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus
hidroksil yang tidak tersubtitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etilasetat,
atau campuran dari pelarut tersebut dapat digunakan untuk mengekstrak flavonoid
dari jaringan tumbuhan (Rijke, 2005). Flavonoid berada di dalam sel tumbuhan
yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan lingkungan. Flavomoid ini disintesis
oleh enzim multi kompleks di bagian sitoplasma tepatnya dipermukaan retikulum
endoplasma (Agati, et al., 2012).
Minyak atsiri
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
(essential oil, volatil) yang merupakan salah satu hasil metabolisme tanaman.
Bersifat mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir serta berbau
wangi sesuai tanaman penghasilnya. Minyak atsiri larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air (Sudaryani dan Sugiharti, 1990).
Minyak atsiri pada industri banyak digunakan sebagai bahan pembuat
kosmetik, parfum, antiseptik dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atsiri mampu
bertindak sebagai bahan terapi (aromaterapi) atau bahan obat suatu jenis
penyakit. Fungsi minyak atsiri sebagai bahan obat tersebut disebabkan adanya
bahan aktif, sebagai contoh bahan anti radang, hepatoprotektor, analgetik,
anestesik, antiseptik, psikoaktif dan antibakteri (Agusta, 2000).
9
Tanin
Tanin berwarna kekuningan hingga coklat terang dan akan menjadi gelap
apabila terkena udara terbuka. Tanin mempunyai bau yang khas dan rasa sepat.
Ismarani (2012) menambahkan bahwa tanin merupakan suatu senyawa yang
mempunyai rasa pahit akibat gugus polifenolnya. Zat astringen pada tanin
mengakibatkan rasa kering dan mengkerut di dalam mulut setelah mengkonsumsi
buah pekat, teh pekat, serta anggur merah.
Alkaloid
Definisi alkaloid klasik menyatakan bahwa semua senyawa metabolit
sekunder yang mengandung unsur nitrogen di dalam kerangkanya. Alkaloid
diklasifikasikan berdasarkan asam amino prekursornya dan di dalam kerangkanya
masih memiliki atom nitrogen. Adrenalin adalah salah satu alkaloid yang
diproduksi oleh makhluk vertebrata dari asam amino tirosin. Adrenalin berfungsi
mediator pada sel saraf terkait rasa simpati dan kewaspadaan. Jadi tidaklah betul
alkaloid hanya terdapat pada tumbuhan melainkan hampir semua kingdom
termasuk manusia (Saifudin, 2014).
Gambar 3. Struktur Kimia Alkaloid (Saifudin, 2014)
Terpenoid
Terpenoid dapat dikatakan sebagai senyawa yang tersusun dari kerangka
isopren (C5), yakni rantai beranggota lima karbon bercabang (branching) metil
pada karbon nomor 2 atau kelipatannya. Senyawa-senyawa seskuiterpen
(Zingiberaceae), asam ursolat yang terdapat dalam berbagai tanaman dan bersifat
penghambat kanker dan menurunkan gula darah, asam betulinat yang tekandung
10
dalam berbagai tatanaman termasuk buah kayu putih yang bersifat antidiabetes,
azadiraktin dari biji mimba (Azadirachta indica) sebagai pestisida, berbagai macam
parfum dan aroma kebanyakan adalah senyawa-senyawa terpenoid (Saifudin,
2014).
Steroid
Steroid mmerupakan salah satu metabolit sekunder turunan dari terpenoid.
Keberadaan senyawa terpenoid berbobot molekul rendah berlimpah distribusinya
pada tumbuhan dan makhluk tingkat rendah seperti jamur/fungi, bakteri dengan
struktur sangat beragam. Pada makhluk vertebrata dan manusia jenis senyawa
terpenoid didominasi turunan steroid (Saifudin, 2014).
2.3 Antioksidan
Antioksidan merupakan suatu senyawa yang memiliki kemampuan untuk
bereaksi dengan radikal bebas menghasilkan suatu radikal bebas yang stabil
dengan cara menerima atau menyumbangkan elektronnya. Zat antioksidan ini
banyak terkandung dalam tanaman herbal (Dwiyanti dan Hati, 2014).
Antioksidan dikelompokkan menjadi antioksidan enzim dan vitamin.
Antioksidan enzim meliputi superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutathion
peroxidases (GSH.Prx). Antioksidan vitamin meliputi alfa tokoferol (vitamin E),
beta karoten dan asam askorbat (vitamin C). Antioksidan vitamin lebih populer
sebagai antioksidan dibandingkan enzim. Antioksidan yang termasuk ke dalam
vitamin dan fitokimia disebut flavonoid. Flavonoid memiliki kemampuan untuk
meredam molekul tidak stabil yang disebut radikal bebas. Para peneliti di the U.S.
Department of Agriculture’s (USDA’s) Arkansas Children’s Nutrition Center in Little
Rock melakukan studi perbandingan antara buah kiwi, anggur merah dan stroberi,
hasil menunjukkan antioksidan dalam buah kiwi adalah yang paling mudah
dimetabolisme dan diserap ke dalam aliran darah (Inggrid dan Herry, 2014).
11
2.4 Teh
Teh merupakan minuman yang berasal dari pucuk dauh tanaman teh
(Camellia sinensis) yang mengandung polifenol dan katekin. Sejumlah publikasi
menegaskan bahwa polifenol dan katekinnya sangat berperan sebagai
antioksidan, antikanker, antidiabetes, anti penyakit jantung dan anti sejumlah
penyakit degeneratif lainnya (Rohdiana, 2015). Menurut Rofiah (2015) bahwa
tanaman heh adalah spesies tanaman yang daun dan pucuk daunnya digunakan
untuk membuat teh yang sebelumnya mengalami proses pemanasan untuk
menonaktifkan enzim- enzim yang terdapat dalam daun teh, kemudian digulung
dan dikeringkan. Teh merupakan salah satu jenis minuman yang digemari oleh
seluruh masyarakat Indonesia maupun dunia.
Teh herbal adalah sebutan untuk ramuan bunga, daun, biji, akar atau buah
kering untuk membuat minuman yang juga disebut teh herbal. Pengertian teh
herbal sudah umum dikalangan masyarakat, sehingga masyrakat sudah
menggunakan istilah “teh” untuk minuman yang bukan berasal dari daun teh
(Camellia sinensis) (Harun, et al., 2014).
Berdasarkan proses pengolahannya, jenis teh dapat dibedakan menjadi
teh tanpa fermentasi (teh putih dan teh hijau), teh semi fermentasi (teh olong),
serta teh fermentasi (teh hitam). Diantara jenis teh yang ada, teh putih atau white
tea merupakan teh dengan proses pengolahan paling sederhana, yaitu pelayuan
dan pengeringan. Bahan baku yang digunakan untuk proses pembuatan teh putih
inipun hanya berasal dari pucuk dan dua daun dibawahnya. Pelayuan dapat
dilakukan dengan memanfaatkan panas dari sinar matahari. Biasanya proses
pelayuan ini mampu mengurangi kadar air sampai 12%. Selanjutnya, daun teh
yang sudah layu dikeringkan menggunakan mesin pengering (Rohdiana, 2015).
12
Standar mutu produk teh telah diatur dalam Standar Nasional Indonesia
mengenai produk teh kering dalam kemasan. Standar mutu produk teh dapat
dilihat pada Tabel 1.
No. Kriteria Uji Satuan Pesyaratan
1.2 Bau - Khas produk teh 1.3 Rasa - Khas produk teh 2. Kadar polifenol (b/b) % Min. 5,2 3. Kadar air (b/b) % Maks. 8,0 4. Kadar ekstrak dalam air
(b/b) % Min. 32
5. Kadar abu total (b/b) % Maks. 8,0 6. Kadar abu larut dalam air
dari abu total (b/t) % Min. 45
7. Kadar abu ta larut dalam asam (b/b)
% Maks. 1,0
8. Alkalinitas abu larut dalam air (sebagai KOH) (b/b)
% 1-3
9. Serat kasar (b/b) % Maks. 16,5 10. Cemaran logam 10.1 Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,2 10.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0 10.3 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0 10.4 Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,03 11. Cemaran arsen (As) mg/kg Maks. 1,0 12. Cemaran mikroba: 12.1 Angka lempeng total (ALT) koloni/g Maks. 3 x 103 12.2 Bakteri coliform APM/g < 3 12.3 Kapang koloni/g Maks 5 x 103
Sumber : SNI 3836:2013
2.5 Pengaruh Pengeringan terhadap Aktivitas Antioksidan
Pengeringan merupakan tahapan pokok dalam pembuatan teh.
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam daun teh, sehingga teh
menjadi lebih awet dan lebih praktis untuk disimpan, tetapi pengeringan juga dapat
menurunkan aktivitas antioksidan bahan yang dikeringkan (Indarwanti, 2015).
Pembuatan teh herbal dilakukan dengan proses pengeringan. Tahap
pengeringan dapat dilakukan secara konvensional maupun modern. Tujuan
pengeringan teh herbal adalah memperpanjang masa simpan, menghilangkan
aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut zat aktif, memudahkan dalam
13
pengelolaan selanjutnya dan dapat menguraikan senyawa racun pada bahan
pangan. Pengeringan kulit buah manggis dapat dilakukan dengan secara alami
maupun menggunakan mesin pengering yaitu oven. Suhu pengeringan tergantung
jenis herbal dan jenis pengeringannya,herbal dapat dikeringkan pada suhu 30-
90°C (Harun, et al., 2014). Namun suhu pengeringan terbaik tidak melebihi 60°C
(Departemen Kesehatan RI, 1985).
Perubahan kadar air terjadi pada saat proses pengeringan teh herbal. Hal
ini terjadi karena, panas yang ditransfer dari medium pemanas kebahan
menyebabkan terjadi penguapan air. Pengeringan menyebabkan perubahan
terhadap penilaian organoleptik yaitu warna, rasa, aroma, dan aktivitas
antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teh herbal dari kulit buah
manggis yang dikeringkan pada suhu 85°C memiliki nilai IC50 tertinggi, diduga suhu
yang digunakan tidak terlalu tinggi dan lama pengeringan yang cepat, sehingga
tidak merusak senyawa antioksidan. Sedangkan pada suhu 90°C aktivitas
antioksidan mengalami penurunan, hal itu disebabkan sebagian senyawa
antioksidan akan rusak pada suhu yang terlalu tinggi (Harun, et al., 2014).
Hasil penelitian Adri dan Wikanastri (2013) bahwa semakin lama
pengeringan semakin tinggi aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan tertinggi
terdapat pada sampel teh daun sirsak dengan perlakuan lama pengeringan 150
menit, yaitu sebesar 76,06% dan terendah 53,17% pengeringan 30 menit. Kondisi
tersebut disebabkan oleh proses pengeringan sehingga meningkatkan zat aktif
yang terkandung dalam daun teh (Winarno, 2004).
2.6 DPPH
Radikal DPPH adalah suatu senyawa organik yang mengandung
nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat pada λmax 517 nm dan berwarna
ungu gelap. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH tersebut
14
akan tereduksi dan warnanya akan berubah menjadi kuning. Perubahan
tersebut dapat diukur dengan spektrofotometer. Penurunan intensitas warna
yang terjadi disebabkan oleh berkurangnya ikatan rangkap terkonjugasi pada
DPPH. Hal ini dapat terjadi apabila adanya penangkapan satu elektron oleh zat
antioksidan, menyebabkan tidak adanya kesempatan elektron tersebut untuk
beresonansi (Sayuti dan Rina, 2010).
Radikal bebas yang umumnya digunakan sebagai model dalam penelitian
antioksidan atau peredam radikal bebas adalah 1,1-difenil- 2-pikrilhidrazil (DPPH)
Metode DPPH merupakan metode yang sederhana, cepat, dan mudah untuk
skrening aktivitas penangkap radikal beberapa senyawa selain itu metode ini
terbukti akurat, reliabel dan praktis (Sayuti dan Rina, 2010).
1.7 LCMS
LC-MS merupakan perpaduan HPLC dengan MS (LC-MS). Analisa dengan
metode LC-MS menggunakan fasa gerak atau pelarut untuk membawa sampel
melalui kolom yang berisi padatan pendukung yang dilapisi cairan sebagai fasa
diam. Selanjutnya analit dipartisikan di antara fasa gerak dan fasa diam tersebut,
sehingga terjadi pemisahan karena adanya perbedaan koefisien partisi. Sampel
yang telah dipisahkan dalam kolom diuapkan pada suhu tinggi, kemudian
diionisasi. Ion yang terbentuk difragmentasi sesuai dengan rasio massa/muatan
(m/z), yang selanjutnya dideteksi secara elektrik menghasilkan spektra massa.
Spektra massa merupakan rangkaian puncak-puncak yang berbeda-beda
tingginya (Hermiastuti, 2013).
15
3. METODE PENELITIAN
3.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peralatan untuk
preparasi, uji fitokimia dan uji aktivitas antioksidan. Alat yang digunkan untuk
penelitian yaitu pisau, talenan, timbangan digital, beaker glass (ukuran 1000 ml,
500 ml, 250 ml), gelas ukur 100 ml, spatula, corong kaca, labu erlenmeyer 250 ml,
corong pisah, waterbath, spektrofotometer UV-Vis, botol timbang, desikator,
tabung reaski, rak tabung reaksi, sendok bahan, pipet tetes, bola hisap, dan botol
kaca.
3.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari sampel daun
mangrove jenis nipah (Nypa fruticans) yang diperoleh dari Clungup Mangrove
Conservation (CMC) Pantai Clungup, Sendang Biru, Malang, Jawa Timur. Bahan-
bahan lain yang digunakan HCl, Reagent dragendroff, kloroform, H2SO4, aquades,
etanol, dan FeCl2, DPPH, silica gel, aquades, tissue, dan alumunium voil.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Metode
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Sugiono (2006)
mengatakan bahwa suatu metode yang digunakan untuk memperoleh data yang
belum tersedia kemudia menggunakan variabel tertentu untuk mendapatkan data
melalui eksperimen (percobaan) disebut metode eksperimental. Dikatakan pula
43oleh Sugiarto (2006) bahwa data mentah yang telah dikumpulkan selanjutnya
ditabelkan dalam kelompok-kelompok tertentu dan diadakan kategorisasi atau
16
klasifikasi, sehingga data yang ada mempunyai makna untuk menjawab
permasalahan dan bermanfaat menguji hipotesis yang diajukan.
3.3.2 Variabel
Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas yaitu penggunaan daun secara acak untuk memudahkan penelitian
dalam pengambilan sampel. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini
berupa aktivitas antioksidan yang didapatkan dari akumulasi nilai IC50 tiap sampel,
kadar air, nilai total fenol, dan total flavonoid.
3.3.3 Parameter Uji
Parameter uji pada penelitian ini berdasarkan hasil perhitungan nilai IC50.
Menurut Molyneux (2004) IC50 (inhibition concentration) yang didefinisikan sebagai
konsentrasi dari senyawa antioksidan yang dapat menyebabkan hilangnya 50%
aktifitas DPPH. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan.
Minami et al. (1994) mengelompokkan kekuatan aktivitas antioksidan berdasarkan
nilai IC50. Suatu senyawa dikelompokkan sangat aktif jika memiliki nilai IC50 <10,
aktif jika memiliki nilai IC50<100 dan tidak aktif jika memiliki nilai IC50>100 ppm.
3.3.4 Rancangan dan Prosedur Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan dengan menguji aktivitas antioksidan
potensi yang mungkin bisa dimanfaatkan dari nipah. Potensi tersebut antara lain
daun dan buah. Tujuan dilakukan penelitian pendahuluan adalah untuk
mengetahui aktivitas antioksidan terbaik antara daun dan buah. Parameter yang
digunakan adalah nilai IC50 terbaik. Sehingga perlakuan terbaik akan digunakan
pada penelitian utama. Rancangan percobaan penelitian pendahuluan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Sampel Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8
A A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 B B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8
17
Keterangan :
A : Daun Nypa fruticans
B : Buah Nypa fruticans
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan ANOVA (Analysis of
Variance) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap respon parameter.
Kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mrngetahui perbedaan antar
perlakuan.
Prosedur penelitian pendahuluan adalah sebagai berikut :
a. Preparasi Sampel
Preparasi bahan baku meliputi pengumpulan daun dan buah mangrove
segar N. fruticans yang diperoleh dari Clungup Mangrove Conservation (CMC),
Pantai Clungup, Sendang Biru, Malang, Jawa Timur. Selanjutnya bahan baku
dilakukan pencucian dengan air mengalir lalu dilakukan pemisahan antara helai
daun dan tulang daunnya guna mempermudah saat proses pemotongan. Begitu
juga pada buah yang dipisahkan dari kulitnya. Setelah itu dilakukan pemotongan
(resize) pada helai daun. Kemudian daun dan buah nipah kemudian dihaluskan.
Prosedur preparasi sampel N. fruticans dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Prosedur preparasi sampel N. fruticans
b. Uji Kadar Air (BSN, 2006)
Uji kadar air dilakukan pada penelitian pendahuluan dan penelitian utama.
Sampel yang digunakan pada penelitian penahuluan adalah daun dan buah nipah
Daun dan buah (Nypa fruticans)
Dicuci dengan air mengalir
Dipotong (resize) lalu dihaluskan
Sampel
18
yang telah dilakukan preparasi. Sedangkan pada penelitian utama digunakan
sampel daun nipah yang telah dikeringkan pada masing-masing suhu dan waktu
pengeringan.
Metode pengujian kadar air, dimasukkan cawan kosong ke dalam oven
minimal 2 jam. Kemudian pindahkan cawan kosong ke dalam desikator sekitar 30
menit sampai mencapai suhu ruang dan timbang bobot kosong (dihitung sebagai
berat A). Selanjutnya ditimbang tiap ekstrak yang telah dihaluskan sebanyak ± 2 g
ke dalam cawan (dihitung sebagai berat B). Lalu dimasukkan cawan yang telah
diisi dengan contoh ke dalam oven vakum pada suhu 105ºC selama 16 jam – 24
jam. Kemudian pindahkan cawan dengan menggunakan alat penjepit ke dalam
desikator selama ± 30 menit kemudian ditimbang (dihitung sebagai berat C).
Pengujian dilakukan minimal secara duplo (dua kali) (BSN, 2006). Prosedur uji
kadar air daun dan buah nipah dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Uji Kadar Air
Cawan kosong di masukkan kedalam oven ± 1050C selama 2
jam oven
Dimasukkan kedalam desikator 30
menit
Ditimbang sebagai berat A
Ditambahkan 1-2 g ekstrak (B)
Dimasukkan kedalam oven ± 1050C selama 16-24
jam
Dimasukkan kedalam desikator ± 30 menit
Ditimbang sebagai berat C
Dihitung persentase kadar air
19
c. Ektraksi (Prihanto, et al., 2011)
Ekstraksi pada sampel dilakukan dengan metode maserasi menggunakan
pelarut metanol dengan perbandingan 1:3 (b/v) selama 24 jam, selanjutnya ekstrak
difiltrasi untuk memisahkan pelarut dengan sampel. Filtrat yang terkumpul
dipisahkan antara pelarut dan ekstraknya menggunakan vacum rotary evaporator
pada suhu 40-50°C hingga diperoleh ekstrak kasar berbentuk pasta. Hasil
ekstraksi menghasilkan ekstrak kasar, yang kemudian ditimbang untuk
mendapatkan rendemen ekstraknya. Prosedur ekstraksi daun dan buah nipah
dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Prosedur Ektraksi Daun dan Buah Nipah
d. Uji Aktivitas Antioksidan (Patra, et al., 2009)
Uji aktivitas antioksidan daun dan buah nipah dilakukan dengan
mengunakan metode DPPH untuk mengetahui potensi aktivitas antioksidan
senyawa dalam teh herbal daun nipah dengan prinsip adanya reaksi penangkapan
hidrogen dari antioksidan oleh radikal bebas DPPH. Sampel daun dan buah nipah
sebanyak 5 mg dijadikan dalam gram yaitu 0,005 gram dilarutkan dalam 5 mL
Sampel
Dimaserasi dengan dengan metanol (1:3) b/v selama 24 jam
Filtrat disaring menggunakan kertas saring
Dievaporasi menggunakan vaccum rotary evaporator pada suhu 40-50°C
Ekstrak
Ditimbang
Rendemen
20
metanol (1000 ppm) larutan tersebut menjadi larutan induk atau stok, dari larutan
stok diambil konsentrasi 0 ppm, 12,5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm, dan 200
ppm. Setelah itu masing-masing perlakuan dengan konsentrasi sampel diambil
0,1ml dimasukan kedalam botol vial dan ditambah larutan DDPH 0,1mM sebanyak
2mL. Sampel kemudian digoyangkan sampai homogen dan dibiarkan selama 30
menit ditempat gelap dengan suhu ruang. Lalu diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 517nM dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis dan dihitung
presentase peredamannya menggunakan rumus sebagai berikut:
(%) Peredaman =A0 -A1
A0 x 100%
Keterangan :
A0 : Absorbansi kontrol (metanol+DPPH) tanpa sampel
A1 : Absorbansi sampel uji (sampel + DPPH)
21
Prosedur uji aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Uji Aktivitas Antioksidan
Presentase penghambat aktivitas radikal bebas (% inhibisi) diperoleh dari
nilai absorben sampel. Persamaan regresi diperoleh dari hubungan antara
konsentrasi sampel dan persen inhibisi. Nilai konsentrasi penghambat aktivitas
radikal bebas sebanyak 50% (IC50) dihitung dengan menggunakan persamaan
regresi linear yaitu y = ax+b. Nilai IC50 diperoleh dengan memasukkan y = 50 serta
nilai a dan b yang telah diketahui.
3.5 Rancangan dan Prosedur Penelitian Utama
Penelitian utama menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
menggunakan faktor suhu dan lama pengeringan. Variasi suhu pengeringan
Ekstrak daun dan buah Nypa fruticans 0,005 g
Diambil 12,5 ppm; 25 ppm ; 50 ppm ; 100 ppm ; 200 ppm
Dimasukkan masing-masing kedalam botol vial
Diambil 0,1 mL larutan sampel
Ditambahkan 2 ml larutan DPPH 0,1 mM
Dihomogenkan
Dibiarkan selama 30 menit dalam tempat gelap
Dilarutkan dalam 5 ml metanol (1000 ppm)
Diukur absorbansi pada 517 nm
Dihitung % inhibisi dan nilai IC50
22
antara lain 40, 50 dan 60 (°C) dengan lama pengeringan 24, 36, 48 (jam).
Kemudian sampel dihitung rendemen, diuji kadar air, fitokimia, aktivitas
antioksidan, uji kuantitatif fenol, dan uji kuantutatif flavonoid. Rancangan
percobaan pada penelitian utama terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rancangan Percobaan Penelitian Utama
Pengeringan Ulangan
Suhu (oC) Lama (jam) 1 2 3 40 24 (B1) (A1B1)1 (A1B1)2 (A1B1)3
(A1) 36 (B2) (A1B2)1 (A1B2)2 (A1B2)3 48 (B3) (A1B3)1 (A1B3)2 (A1B3)3
50 24 (B1) (A2B1)1 (A2B1)2 (A1B1)3 (A2) 36 (B2) (A2B2)1 (A2B2)2 (A1B2)3
48 (B3) (A2B3)1 (A2B3)2 (A1B3)3
60 24 (B1) (A3B1)1 (A3B1)2 (A3B1)3 (A3) 36 (B2) (A3B2)1 (A3B2)2 (A3B2)3
48 (B3) (A3B3)1 (A3B3)2 (A3B3)3
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan ANOVA (Analysis of
Variance) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap respon parameter.
Kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mrngetahui perbedaan antar
perlakuan.
Prosedur penelitian utama antara lain :
a. Preparasi Sampel
Preparasi bahan baku meliputi pengumpulan daun mangrove segar N.
fruticans yang diperoleh dari Clungup Mangrove Conservation (CMC), Pantai
Clungup, Sendang Biru, Malang, Jawa Timur. Selanjutnya bahan baku dilakukan
pencucian dengan air mengalir lalu dilakukan pemisahan antara helai daun dan
tulang daunnya guna mempermudah saat proses pemotongan. Setelah itu
dilakukan pemotongan (resize) pada helai daun. Ukuran potongan daun kecil-kecil
diperkirakan 1-2 mm. Prosedur preparasi sampel daun dan buah N. fruticans
dapat dilihat pada Gambar 8.
23
Gambar 8. Prosedur Preparasi Sampel Daun Nipah
b. Pengeringan
Sampel yang telah dibersihkan ditimbang kemudian diratakan dalam
loyang. Kemudian oven diatur suhu 40, 50, 60 °C dan dikeringkan sesuai lama
pengeringan (24, 36, 48 jam). Setelah kering sampel diangkat dari oven. Kemudian
ditimbang untuk memperoleh nilai rendemen. Prosedur pengeringan teh herbal
daun N. fruticans dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Prosedur Pengeringan Sampel Daun Nipah
c. Penyeduhan Teh Herbal Daun N. fruticans (SNI 01-1902-1995) dengan modifikasi Ekstraksi sampel dilakukan dengan membuat seduhan teh dengan
prosedur sesuai dengan SNI 01-1902-1995. Menimbang sampel sebanyak 5 g.
Kemudian dimasukkan ke dalam cangkir pencoba (beaker glass) yang berukuran
Daun (N. fruticans)
Dicuci dengan air mengalir
Dipisahkan dari tulang daun
Dipotong (resize) ukuran 1-2 mm
Sampel
Sampel
Ditimbang
Diratakan dalam loyang
Dioven pada suhu 40, 50, 60 °C dan lama pengeringan 24, 36, 48 jam
Teh herbal kering
24
250 ml. Mendidihkan air murni sampai tepat mendidih, kemudian dituangkan
kedalam beaker glass yang telah berisi sampel, tutup, biarkan selama 5, 10, 15
menit, kemudian disaring. Prosedur penyeduhan teh herbal daun N. fruticans
dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Prosedur Penyeduhan Teh Herbal Daun N. fruticans
d. Uji Fitokimia
Kandungan fitokimia sampel seduhan teh herbal daun nipah dianalisis
menggunakan metode Harborne (1998) dan Trease dan Evan (2002).
Pengujian Alkaloid (Nafisah, et al., 2014)
Sampel sebanyak 1 ml dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 1 tetes HCl dan dihomogenkan. Kemudian ditambahkan 3 tetes
pereaksi alkaloid yaitu, pereaksi Meyer, Dragendorff, dan Wagner. Hasil uji
dinyatakan positif mengandung alkaloid apabila menunjukkan adanya endapan
berwarna putih kekuningan dengan pereaksi Meyer, endapan berwarna merah
jingga apabila ditambahkan pereaksi Dragendorff, dan endapan berwarna coklat
jika ditambahkan pereaksi Wagner. Prosedur uji alkaloid teh herbal daun Nypa
fruticans dapat dilihat pada Gambar 11.
Menimbang sampel
sebanyak 5 gram
Dimasukkan ke dalam beaker
glass 250 mL
Air mendidih
Ditutup
Dibiarkan 15 menit
Disaring
25
Gambar 11. Prosedur Uji Alkaloid Teh Herbal Daun N. fruticans
Pengujian Steroid dan Terpenoid (Sangi, et al., 2008)
Sampel sebanyak 1 ml dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 0,5 ml asetat anhidrat dan 0,5 ml kloroform. Tambahkan larutan
H2SO4 pekat sebagai pengkatalis reaksi. Adanya senyawa steroid terbentuk warna
hijau kebiruan dan senyawa terpenoid terbentuk warna merah ungu. Prosedur uji
steroid dan terpenoid teh herbal daun N. fruticans dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Prosedur Uji Steroid dan Terpenoid Teh Herbal Daun Nipah
1 ml sampel
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 1 tetes HCl
Ditambahkan 3 tetes pereaksi Meyer
Ditambahkan 3 tetes pereaksi Dragendorff
Ditambahkan 3 tetes pereaksi Wagner
Berwarna putih kekuningan
Berwarna merah jingga
Berwarna coklat
1 ml sampel
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 0,5 ml setat anhidrat dan 0,5 ml kloroform
Ditambahkan larutan H2SO4
Adanya senyawa steroid ditandai dengan terbentuknya warna hijau kebiruan dan senyawa terpenoid ditandai
dengan terbentuknya warna merah ungu
26
Pengujian Flavonoid (Darminto, et al., 2009)
Sampel sebanyak 2 ml dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan
sedikit serbuk magneium dan 2 ml HCl 2 N. Senyawa flavonoid ditunjukkan dengan
terbentuknya warna merah, kuning atau jingga. Prosedur uji flavonoid teh herbal
daun Nypa fruticans dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Prosedur Uji Flavonoid Teh Herbal Daun N. fruticans
Pengujian Tanin (Agustino, et al., 2014)
Sampel sebanyak 1 ml dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 2 tetes pereaksi FeCl3 1%. Adanya senyawa tanin ditandai dengan
timbulnya warna biru, hijau, merah, ungu atau hitam. Prosedur uji tanin teh herbal
daun N. fruticans dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Prosedur Uji Tanin Teh Herbal Daun N. fruticans
2 ml sampel
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan sedikit serbuk magnesium dan 2 ml HCl 2 N
Terbentuk warna merah, kuning, atau jingga
1 ml sampel
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 2 tetes pereaksi FeCl3 1%
Tanin ditandai dengan warna biru, hijau, merah, ungu atau hitam
27
e. Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH (Patra, et al., 2009)
Uji aktivitas antioksidan teh herbal daun nipah dilakukan dengan
mengunakan metode DPPH untuk mengetahui potensi aktivitas antioksidan
senyawa dalam teh herbal daun nipah dengan prinsip adanya reaksi penangkapan
hidrogen dari antioksidan oleh radikal bebas DPPH. Sampel teh herbal daun nipah
sebanyak 5 mg dijadikan dalam gram yaitu 0,005 gram dilarutkan dalam 5 mL
metanol (1000 ppm) larutan tersebut menjadi larutan induk atau stok, dari larutan
stok diambil konsentrasi 0 ppm, 12,5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm, dan 200
ppm. Setelah itu masing-masing perlakuan dengan konsentrasi sampel diambil
0,1ml dimasukan kedalam botol vial dan ditambah larutan DDPH 0,1mM sebanyak
2mL. Sampel kemudian digoyangkan sampai homogen dan dibiarkan selama 30
menit ditempat gelap dengan suhu ruang. Lalu diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 517nM dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis dan dihitung
presentase peredamannya menggunakan rumus sebagai berikut:
(%) Peredaman =A0 -A1
A0 x 100%
Keterangan :
A0 : Absorbansi kontrol (metanol+DPPH) tanpa teh herbal daun nipah
A1 : Absorbansi sampel uji (the herbal daun nipah + DPPH)
Prosedur uji aktivitas antioksidan teh herbal daun N. fruticans dapat dilihat
pada gambar 15.
28
Gambar 15. Prosedur Uji Antioksidan Teh Herbal Daun N. fruticans
f. Uji Kuantitatif Fenol (Haron dan Raob, 2014)
Penentuan kandungan total fenol dilakukan dengan menggunakan reagen
Folin Ciocalteu dan sebagai standar digunakan asam galat.
Pengujian sampel dilakukan dengan mengambil 0,005 g sampel teh herbal
daun nipah menggunakan mikropipet dimasukkan ke dalam botol vial kemudian
dilarutkan dalam 5 ml metanol untuk membuat larutan induk dengan konsentrasi
1000 ppm. Kemudian diambil sebanyak 0,5 ml lalu ditambahkan 2,5 ml Folin
Ciocelteau (1:10). Lalu ditutup dengan alumunium foil dan dibiarkan selama 4
Ekstrak daun dan buah N. fruticans 0,005 g
Diambil 12,5 ppm; 25 ppm ; 50 ppm ; 100 ppm ; 200 ppm
Dimasukkan masing-masing kedalam botol vial
Diambil 0,1 mL larutan sampel
Ditambahkan 2 ml larutan DPPH 0,1 mM
Dihomogenkan
Dibiarkan selama 30 menit dalam tempat gelap
Dilarutkan dalam 5 ml metanol (1000 ppm)
Diukur absorbansi pada 517 nm
Dihitung % inhibisi dan nilai IC50
29
menit. Kemudian ditambahkan Natrium karbonat (Na2CO3) 7,5% dan didiamkan
selama 2 jam. Dimasukkan ke dalam kuvet dan dibaca total fenol pada
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 760 nm. Prosedur uji total
fenol teh herbal daun N. fruticans dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Prosedur Uji Fenol Teh Herbal Daun N. fruticans
g. Uji Kuantitatif Flavonoid (Ahmad et al., 2015)
Ditimbang 100 mg ekstrak dilarutkan dalam 10 mL metanol. Diambil 1 ml
tambahan 3 mL metanol, ditambahkan 0,2 mL AlCl3 10%, tambahkan 0,2 mL
kalium asetat, dan dicukupkan dengan aquades sampai 10 ml simpan 30 menit
pada tempat gelap dengan suasana suhu kamar, absorbansinya di ukur pada
spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 431 nm. Kemudian dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
Seduhan teh herbal daun nipah 0,005 g
Dilarutkan dalam 5 mL metanol (1000 ppm) menjadi larutan induk
Diambil sebanyak 0,5 mL
Ditambahkan 2 mL Folin Ciocelteau (1:10)
Dibiarkan 4 menit
Ditambahkan 2 mL Natrium Karbonat (7,5%) dan didiamkan selama 2 jam
Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 760 nm dengan spektrofotometer UV-Vis
Dihitung total fenol dengan persamaan garis linier kurva standar asam galat
30
C = 𝐶1 ×𝑉
𝑚 × 𝐹𝑃
Keterangan :
C = Total flavonoid (mg/ml ekstrak)
C1 = konsentrasi kuersetin (mg/mL)
FP = Faktor pengencer
m = berat masa ekstrak
V = volume ekstrak (L)
Prosedur uji kuantitatif flavonoid teh herbal daun N. fruticans dapat dilihat
pada Gambar 17.
Gambar 17. Prosedur Uji Kuantutatif Flavonoid Teh Herbal Daun Nipah
Ditambahkan 0,2 mL AlCl3 10%
Ditambahkan 0,2 mL kalium asetat dan ditambahkan aquades hingga 10 ml
Diambil 1 ml
Ditambahkan 3 mL metanol
Disimpan selama 30 menit pada suhu ruang
Diukur absorbansinya pada spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 431 nm
100 mg ekstrak teh herbal daun N. fruticans
31
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan
dari potensi yang bisa dimanfaatkan dari Nipah (Nypa fruticans). Potensi yang
dapat dimanfaatkan itu antara lain daun dan buah nipah. Dari kedua sampel
tersebut (daun dan buah) diselidiki kandungan aktivitas antioksidan terbaik yang
kemudian dimanfaatkan lebih lanjut pada penelitian utama. Berikut adalah hasil
penelitian pendahuluan yang telah dilakukan.
4.1.1 Kadar Air Daun dan Buah Nipah (N. fruticans)
Perhitungan kadar air pada daun dan buah nipah dilakukan setelah
preparasi. Kadar air dapat dikatakan sebagai persentase kandungan air pada
sampel yang dinyatakan dalam berat basah atau berat kering. Kadar air daun dan
buah nipah dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Kadar Air Daun dan Buah Nipah
Berdasarkan hasil ANOVA menunjukkan bahwa perbedaan sampel antara
daun dan buah berpengaruh terhadap kadar airnya. Kadar air buah nipah sebesar
61,38% ±1,10 sedangkan pada daun nipah sebesar 55,60%±0,59. Buah nipah
memiliki kadar air lebih tinggi karena secara visual/fisik buah nipah lebih banyak
55.60±0.59
61.38±1.10
52.00
54.00
56.00
58.00
60.00
62.00
daun buah
Ka
da
r a
ir (
%)
32
mengandung air daripada daunnya. Sesuai dengan pernyataan Ristiana, et al.
(2010), menyatakan bahwa buah yang sudah tua memiliki kadar air yang cukup
tinggi.
Peranan air dalam bahan pangan dapat mempengaruhi aktivitas
metabolisme misalnya aktivitas enzim, aktivitas mikroba, dan kimiawi yaitu
terjadinya ketengikan dan reaksi-reaksi non enzimatis (Imra et al., 2016).
4.1.2 Rendemen Ekstrak Daun dan Buah Nipah
Perhitungan rendemen ekstrak dari daun dan buah nipah dilakukan setelah
ekstraksi. Rendemen disebut sebagai perbandingan dari berat hasil akhir ekstrak
dengan berat bahan awal sebelum diekstraksi. Semakin tinggi rendemen maka
semakin baik karena sampel yang terekstrak semakin banyak. Rendemen pada
daun dan buah nipah dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Rendemen Ekstrak Daun dan Buah Nipah
Berdsarkan uji ANOVA ekstraksi menggunakan metanol berpengaruh
terhadap rendemen ekstrak daun nipah. Rendemen pada daun yaitu 8,06%±0,52
sedangkan pada buah sebanyak 2,88%±0,35. Hasil rendemen daun lebih tinggi
daripada buah diduga karena daun lebih banyak mengandung komponen bioaktif
daripada buah. Sesuai dengan pernyataan Fahn (1995), pada daun nipah memiliki
8.06±0.52
2.88±0.35
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
daun buah
% r
end
em
en
33
ekstrak yang paling banyak diantara ekstrak akar dan biji buah nipah kemungkinan
disebabkan oleh jaringan metabolit primer yang terkandung pada bagian daun
sebagai hasil dari proses fotosintesis.
Menurut Saifudin (2014), biasanya organ daun memiliki ketersediaan
material yang tinggi. Keragaman golongan metabolit sekunder di dalam daun
bermacam-macam mulai dari yang non polar seperti steroid, dan triterpene.
Semipolar seperti flavonoid hingga senyawa polar seperti polifenol dan glikosida
atau terpenoid terhidroksilasi.
4.1.3 Aktivitas Antioksidan Daun dan Buah Nipah
Parameter utama penelitian pendahuluan dilakukan dengan menguji
aktivitas antioksidan sampel daun dan buah nipah. Tujuannya untuk mengetahui
aktivitas antioksidan terbaik dari kedua sampel sehingga pada penelitian utama
akan dimanfaatkan lebih lanjut. Hasil aktiiivitas antioksidan dari daun dan buah
nipah dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Aktivitas Antioksidan Daun dan Buah Nipah
Berdasarkan hasil ANOVA ekstraksi menggunakan metanol berpengaruh
terhadap nilai IC50 buah dan daun nipah. Nilai IC50 pada buah nipah sebesar
322,49±2,96 ppm sedangkan pada daun nipah sebesar 27,83±0,44 ppm. Hal itu
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan terbaik adalah daun nipah yaitu sebesar
27.83±0.44
322.49±2.96
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
daun buah
IC5
0 (
ppm
)
34
27,83±0,44 ppm. Karena semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas antioksidan
semakin tinggi.
Sesuai penelitian Putri, et al. (2012), ekstrak daun nipah memiliki aktivitas
antioksidan tertinggi dibandingkan ekstrak akar dan biji buah nipah. Aktivitas
antioksidan pada pelarut metanol didapatkan nilai IC50 pada daun nipah
17,72±0,107 ppm. Sedangkan pada penelitian Imra, et al. (2016), didapatkan nilai
IC50 sebesar 22,50 ppm dan buah sebesar 415,00 ppm. Aktivitas antioksidan pada
daun nipah tergolong sangat kuat dan buah nipah tergolong sangat lemah.
4.2 Penelitian Utama
Penelitian pendahuluan telah diketahui aktivitas antioksidan antara daun
dan buah nipah. Ternyata daun memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi daripada
buah nipah. Sehingga pada penelitian utama dimanfaatkan daun nipah sebagai
teh herbal. Berikut adalah hasil dari penelitian utama.
4.2.1 Kadar Air Teh Herbal Daun Nipah (N. fruticans)
Suatu bahan pangan memiliki kadar air yang berbeda-beda. Hal itu
dipengaruhi oleh jenis bahan pangan itu sendiri ataupun selama proses
pengolahannya. Kadar air dalam bahan pangan dinyatakan dalam persentase
dimana semakin tinggi persentasenya maka semakin tinggi pula kadar air bahan
pangan tersebut. Proses pengeringan dikatakan salah satu faktor yang
berpengaruh dalam penentuan kadar air suatu bahan.
Pada penelitian ini dilakukan uji kadar air pada sampel teh herbal daun
nipah (Nypa fruticans) setelah dikeringkan. Suhu yang digunakan adalah 40, 50,
dan 60 (°C) dan lama yang digunakan adalah 24, 36, dan 48 (jam). Hasil
persentase kadar air masing-masing sampel dapat dilihat pada Gambar 21.
35
Gambar 21. Hasil Persentase Kadar Air Teh Herbal Daun Nipah
Keterangan :
A1B1 : Perlakuan suhu 40°C selama 24 jam A1B2 : Perlakuan suhu 40°C selama 36 jam A1B3 : Perlakuan suhu 40°C selama 48 jam A2B1 : Perlakuan suhu 50°C selama 24 jam A2B2 : Perlakuan suhu 50°C selama 36 jam A2B3 : Perlakuan suhu 50°C selama 48 jam A3B1 : Perlakuan suhu 60°C selama 24 jam A3B2 : Perlakuan suhu 60°C selama 36 jam A3B3 : Perlakuan suhu 60°C selama 48 jam
Hasil ANOVA menunjukkan bahwa kombinasi suhu dan lama pengeringan
berpengaruh terhadap kadar air teh herbal daun nipah, sehingga dilanjutkan
dengan Uji Tukey. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar air teh herbal daun nipah
tertinggi pada sampel A1B1 (suhu 40°C lama 24 jam) sebesar 14,0%±0,5 dan
terendah pada sampel A3B3 (suhu 60°C lama 48 jam) sebesar 5.0%±0.35.
Semakin tinggi suhu dan semakin lama pengeringan kadar air mengalami
penurunan. Penurunan terjadi seiring semakin tinggi suhu dan waktu yang
digunakan. Perlakuan A1B1 (suhu 40°C selama 24 jam) memiliki kadar air tertinggi
sebesar 14,0 % ±0,5. Sedangkan perlakuan A3B3 (suhu 60°C selama 48 jam)
memiliki kadar air terendah sebesar 5,0% ±0,35.
14
.0±0
.5c
11
.0±0
.5b
10
.5±0
.5b
9.8±0
.5b
6.3
0.3
a
5.5±0
.4a
5.6±0
.7a
5.1±0
.3a
5.0±0
.3a
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
Kadar
air (
%)
Perlakuan
36
Tingginya kadar air pada perlakuan A1B1 dikarenakan penggunakan suhu
perlakuan yang rendah, yaitu 40°C dan waktu yang paling singkat (24 jam)
diantara perlakuan lainnya. Suhu yang rendah dan waktu yang singkat
mengakibatkan proses pengeringan yang kurang maksimal. Sedangkan pada
perlakuan A3B3 didapatkan hasil kadar air terendah yang dikarenakan tingginya
suhu pengeringan yang digunakan (60°C) dengan waktu yang paling lama (48
jam).
Sesuai dengan penelitian Adri dan Wikanastri (2013) yaitu proes
pengeringan teh daun sirsak digunakan waktu pengeringan selama 30, 60, 90,
120, dan 150 menit pada suhu 50°C. Didapatkan hasil kadar air terendah adalah
perlakuan waktu 150 menit. Hal itu membuktikan bahwa lama waktu pengeringan
berpengaruh terhadap kadar air suatu bahan.
Kadar air dari teh herbal daun nipah sudah sesuai SNI (Standar Nasional
Indionesia). Menurut SNI 01-1092-1995 tentang teh dalam kemasan kadar air
maksimal adalah 8%. Sedangkan pada perlakuan A2B2 (6,3%±0,37), A2B3
(5,5%±0,43), A3B1(5,6%±0.73), A3B2 (5,1%±0,36), A3B3 (5,0%±0,35) memiliki
kadar air di bawah SNI.
4.2.2 Fitokimia Teh Herbal Daun Nipah (N. fruticans)
Uji fitokimia merupakan cara sederhana yang digunakan untuk mengetahui
secara kualitatif adanya senyaa tertentu pada suatu bahan. Pada penelitian ini
dilakukan uji fitokimia pada teh herbal daun nipah (N. fruticans). Hasil uji fitokimia
teh herbal daun nipah dapat dilihat pada Tabel 4.
37
Tabel 4. Hasil Uji Fitokimia pada Teh Herbal Daun Nipah Teh herbal daun Nypa fruticans
Senyawa Bioaktif
Alkaloid Steroid Terpenoid Flavonoid Tanin Sapoin
Suhu 40°C selama 24 jam
- + + ++ ++ +
Suhu 40°C selama 36 jam
- + + ++ ++ +
Suhu 40°C selama 48 jam
- + + ++ ++ +
Suhu 50°C selama 24 jam
- + + ++ ++ +
Suhu 50°C selama 36 jam
- + + ++ ++ +
Suhu 50°C selama 48 jam
- + + ++ ++ +
Suhu 60°C selama 24 jam
- + + ++ ++ +
Suhu 60°C selama 48 jam
- + + ++ ++ +
Keterangan : - (tidak terdeteksi) ; + (terdeteksi)
Hasil uji fitokimia pada teh herbal daun N. fruticans menunjukkan bahwa
terdapat senyawa steroid, terpenoid, flavonoid, tannin, dan saponin. Sementara
tidak terdapat senyawa alkaloid. Indikator positif dari uji alkaloid adalah dengan
terbentuknya endapan merah atau jingga pada preaksi dragendroff, endapan putih
kekuningan pada preaksi mayer dan endapan cokelat pada preaksi wagner.
Proses perubahan warna pada uji alkaloid menurut Nafisah et.al (2014)
dikarenakan nitrogen pada senyawa alkaloid bereaksi dengan logam K+ dari
kalium tetraiodomerkurat (II) yang membentuk kompleks kalium alkaloid yang
mengendap.
Indikator positif dari uji triterpenoid dan steroid adalah dengan terbentuknya
larutan berwarna merah untuk pertama kali pada reaksi positif triterpenoid dan
selanjutnya terbentuknya larutan biru dan hijau untuk reaksi positif steroid. Hasil
pengujian menunjukkan triterpen dan steroid terdapat pada seduhan teh herbal
daun nipah.
Indikator positif dari uji flavonoid adalah dengan terbentuknya warna
merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol. Pada hasil pegujian
38
flavonoid, senyawa flavonoid terdapat pada seduhan teh herbal daun nipah. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Harborne (1998) bahwa senyawa flavonoid
merupakan senyawa yang larut dalam pelarut semi polar dan pelarut polar.
4.2.3 Aktivitas Antioksidan Teh Herbal Daun Nipah (N. fruticans)
Metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas antioksidan adalah
metode serapan radikal DPPH karena merupakan metode yang sederhana,
mudah dilakukan dan membutuhkan waktu yang relatif singkat. Aktivitas
antioksidan dihitung melalui nilai IC50, semakin kecil nilai IC50 yang dihasilkan maka
semakin besar aktivitas antioksidan yang dimiliki. IC50 menyatakan konsentrasi
larutan sampel yang dibutuhkan untuk mereduksi DPPH sebesar 50%
(Suryaningrum, et al., 2006).
Pada penelitian ini dilakukan uji antioksidan pada sampel teh herbal daun
nipah (N. fruticans). Hasil nilai IC50 masing-masing sampel dapat dilihat pada
Gambar 22.
Gambar 22. Aktivitas Antioksidan Teh Herbal Daun Nipah
Keterangan :
A1B1 : Perlakuan suhu 40°C selama 24 jam A1B2 : Perlakuan suhu 40°C selama 36 jam A1B3 : Perlakuan suhu 40°C selama 48 jam A2B1 : Perlakuan suhu 50°C selama 24 jam A2B2 : Perlakuan suhu 50°C selama 36 jam A2B3 : Perlakuan suhu 50°C selama 48 jam A3B1 : Perlakuan suhu 60°C selama 24 jam
16
8.5±2
.04
d
16
5.3±1
.48
bc
16
4.4±1
.87
bc
14
5.1±0
.69
ab
13
6.2±1
.87
a
16
1.0±1
.30
bc
18
1.5±1
.40
d
18
6.8±2
1.4
2d
21
9.3±1
.5e
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
IC50 (
ppm
)
Perlakuan
39
A3B2 : Perlakuan suhu 60°C selama 36 jam A3B3 : Perlakuan suhu 60°C selama 48 jam
Hasil ANOVA menunjukkan bahwa kombinasi suhu dan lama pengeringan
berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan teh herbal daun nipah, sehingga
dilanjutkan dengan Uji Tukey. Berdasarkan hasil uji lanjut Tukey terlihat bahwa
aktivitas antioksidan tertinggi adalah teh herbal daun nipah dengan perlakuan
(A3B3) 60°C selama 48 jam yaitu dengan nilai IC50 nya sebesar 219,31 ppm±1,55
dan yang terendah adalah teh herbal daun nipah dengan perlakuan (A2B2) 50oC
selama 36 jam yaitu dengan nilai 136,16 ppm ±1,87. Semakin tinggi niali IC50 maka
semakin buruk aktivitas antioksidannya dan sebaliknya. Klasifikasi antioksidan
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Klasifikasi Senyawa Antioksidan Nilai IC50
Sangat kuat IC50 < 50 ppm Kuat 50 ppm < IC50 < 100 ppm Sedang 100 ppm < IC50 < 150 ppm Lemah 150 ppm < IC50 < 200 ppm Sangat lemah IC50 > 200 ppm
Sumber : (Molyneux, 2004) dengan modifikasi
Perlakuan terbaik adalah teh herbal daun nipah dengan perlakuan 50oC
selama 36 jam yaitu dengan nilai 136,162 ppm±1,87. Senyawa aktif dalam teh
herbal daun nipah mampu meredam radikal bebas dengan kemampuan sedang.
Nilai IC50 berbanding terbalik dengan aktivitas antioksidan. Semakin tinggi nilai IC50
maka semakin rendah aktivitas antioksidannya dan sebaliknya.
Suhu dan lama pengeringan berpengaruh nyata terhadap aktivitas
antiokisdan teh herbal daun nipah (N. fruticans). Hasil analisis antioksidan teh
daun sirsak pada penelitian Adri dan Wikanarti (2013), diketahui bahwa semakin
lama pengeringan semakin rendah nilai IC50, sehingga nilai terendah pada
pengeringan 150 menit sebesar 82,16 ppm dan tertinggi 117,86 ppm pada
pengeringan 30 menit.
40
Hernani dan Rahmawati (2009), menyatakan bahwa pengeringan dengan
oven pada tanaman obat daun sambiloto dengan variasi suhu 40o, 50o dan 60oC
akan mempengaruhi kualitas daun kering dan kandungan senyawa aktif daun
tersebut.
4.2.4 Total Fenol Teh Herbal Daun Nipah
Analisa total fenol pada sampel pertama dilakukan pembuatan kurva asam
galat. Perhitungan total fenol diidasarkan pada standar tersebut dan menunjukkan
sebagai ekuivalen asam galat (GAE) per gram bahan. Pengujian tiap sampel
dibaca pada spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 760 nm.
Senyawa fenolik merupakan salah satu senyawa bioaktif yang dapat bersifat
antioksidan. Grafik total fenol teh herbal daun nipah dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23. Total Fenol Teh Herbal Daun Nipah
Keterangan :
A1B1 : Perlakuan suhu 40°C selama 24 jam A1B2 : Perlakuan suhu 40°C selama 36 jam A1B3 : Perlakuan suhu 40°C selama 48 jam A2B1 : Perlakuan suhu 50°C selama 24 jam A2B2 : Perlakuan suhu 50°C selama 36 jam A2B3 : Perlakuan suhu 50°C selama 48 jam A3B1 : Perlakuan suhu 60°C selama 24 jam A3B2 : Perlakuan suhu 60°C selama 36 jam
276.7±20.9
b
327.2±18.3
c
341.2±7.9
c
412.7±5.2
d
466.7±7.9
e
386.5±15.6
d
346.4±7.9
c
257.5±
7.9
ab
227.9±13.1
a
0.050.0
100.0150.0200.0250.0300.0350.0400.0450.0500.0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
Tota
l F
enol (m
gG
AE
/ 100 g
sam
pel)
Perlakuan
41
A3B3 : Perlakuan suhu 60°C selama 48 jam
Hasil ANOVA menunjukkan bahwa kombinasi suhu dan lama pengeringan
berpengaruh terhadap total fenol teh herbal daun nipah, sehingga dilanjutkan
dengan Uji Tukey. Hasil uji Tukey dapat dilihat pada grafik di atas bahwa total fenol
teh herbal daun nipah (N. fruticans) memiliki nilai tertinggi sebesar 466,70 mg
GAE/100 g±7,98. Sedangkan kandungan fenolik teh herbal daun nipah memiliki
nilai terendah dengan rata-rata 227,85 mg GAE/100 g±13,13. Tinggi rendahnya
total fenol pada sampel dipengaruhi oleh suhu dan waktu pengeringan. Hal itu
disebabkan perlakuan suhu tinggi dalam lama waktu tertentu akan menghambat
kinerja enzim polifenol oksidase. Sehingga senyawa polifenol dapat ditekan.
Sesuai dengan pernyataan Supriyanto, et al. (2014), proses pelayuan
berpengaruh nyata terhadap kadar total fenol, semakin lama pelayuan kadar total
fenol semakin besar. Proses pelayuan dalam waktu relatif lama didukung pada
suhu tinggi mampu menonaktifkan enzim polifenol oksidase, Sehingga senyawa
fenol dalam daun kakao tidak banyak yang berubah.
Namun terjadi penurunan total fenol pada sampel A2B3 hingga A3B3.
Penurunan total fenol diduga karena rusaknya senyawa tersebut akibat suhu tinggi
dan paparan lama waktu saat proses pengeringan.
Menurut Septiana dan Asnani (2012), menjelaskan bahwa senyawa fenolik
atau senyawa polifenolik golongan flavonoid, turunan asam sinamat, tokoferol,
kumarin, dan asam polifungsional dapat berfungsi sebagai senyawa antioksidan.
Komponen fenolik mampu menghambat oksidasi lemak dengan menyumbang
atom hidrogen pada radikal bebas.
4.2.5 Total Flavonoid Teh Herbal Daun Nipah
Senyawa flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk buah,
akar, daun, dan kulit luar batang (Ahmad et al., 2015). Pengukuran total flavonoid
42
ditentukan dengan nilai absorbansi menggunakan spetrofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang 431 nm. Total flavonoid pada teh herbal daun nipah (N.
fruticans) dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 24. Total Flavonoid Teh Herbal Daun Nipah
Keterangan :
A1B1 : Perlakuan suhu 40°C selama 24 jam A1B2 : Perlakuan suhu 40°C selama 36 jam A1B3 : Perlakuan suhu 40°C selama 48 jam A2B1 : Perlakuan suhu 50°C selama 24 jam A2B2 : Perlakuan suhu 50°C selama 36 jam A2B3 : Perlakuan suhu 50°C selama 48 jam A3B1 : Perlakuan suhu 60°C selama 24 jam A3B2 : Perlakuan suhu 60°C selama 36 jam A3B3 : Perlakuan suhu 60°C selama 48 jam
Hasil ANOVA menunjukkan bahwa kombinasi suhu dan lama pengeringan
berpengaruh terhadap kadar flavonoid teh herbal daun nipah, sehingga dilanjutkan
dengan Uji Tukey. Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa total flavonoid tertinggi
pada perlakuan A2B2 (suhu 50°C lama 36 jam) sebesar 0,80 mg/ml ekstrak
sedangkan nilai terendah pada perlakuan A3B3 (suhu 60°C lama 48 jam) yaitu
sebesar 0,43 mg/ml ekstrak. Suhu pengeringan berpengaruh terhadap total
flavonoid sampel. Didapatkan nilai tertinggi dikarenakan adanya proses
pengeringan yang menyebabkan air pada sampel tertarik oleh panas sehingga
proses ekstraksi lebih maksimal. Selain itu ternyata lama waktu pengeringan juga
0.4
7±0.0
2ab
0.4
8±0
.01
ab
0.5
0±0
.01
b
0.7
0±0.0
2d
0.8
1±0
.02
e
0.6
9±0
.02
cd
0.6
8±0
.02
cd
0.6
4±0
.01
c
0.4
3±0
.02
a
0.000.100.200.300.400.500.600.700.800.90
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
Tota
l F
lavonoid
(mg/m
l ekstr
ak)
Perlakuan
43
berpengaruh terhadap total flavonoid sampel. Namun pada perlakuan A2B3
hingga A3B3 semakin tinggi dan lama pengeringan justru mengalami penurunan
total flavonoidnya. Hal itu diduga rusaknya senyawa bioaktif yang terkandung
dalam sampel akibat terpapar suhu tinggi dengan waktu yang lama.
Pada proses pelayuan terhadap daun tempuyung ternyata cara
pengeringan dan lama pelayuan akan berpengaruh terhadap kadar flavonoidnya
(Hernani et al., 1997).
4.2.6 Hubungan Antara Total Fenol dan Antioksidan
Total senyawa fenolik yang terkandung di dalam sampel merupakan hal
mendasar untuk diketahui sebelum pengujian aktivitas antioksidan. Uji total fenol
dilakukan dengan tujuan untuk menentukan total senyawa fenolik pada sampel
yang diuji. Menurut Septiana dan Asnani (2012), bahwa senyawa fenolik atau
senyawa polifenolik golongan flavonoid, turunan asam sinamat, tokoferol, kumarin,
dan asam polifungsional dapat berfungsi sebagai senyawa antioksidan.
Komponen fenolik mampu menghambat oksidasi lemak dengan menyumbang
atom hidrogen pada radikal bebas. Sehingga diduga bila kandungan senyawa
fenolik di dalam sampel tinggi maka aktivitas antioksidannya akan tinggi.
Analisis data mengenai hubungan antara nilai total fenol dinyatakan dalam
mg GAE/100 g. Sampel dengan aktivitas antioksidan sampel yang dinyatakan
dalam nilai IC50 pada teh herbal daun nipah menunjukkan adanya hubungan yang
berbanding lurus. Untuk mengetahui hubungan antara total fenol dan aktivitas
antioksidan teh herbal daun nipah dapat dilihat pada Gambar 25.
44
Gambar 25. Hubungan Total Fenol dan Antioksidan Teh Herbal Daun Nipah
Keterangan :
A1B1 : Perlakuan suhu 40°C selama 24 jam A1B2 : Perlakuan suhu 40°C selama 36 jam A1B3 : Perlakuan suhu 40°C selama 48 jam A2B1 : Perlakuan suhu 50°C selama 24 jam A2B2 : Perlakuan suhu 50°C selama 36 jam A2B3 : Perlakuan suhu 50°C selama 48 jam A3B1 : Perlakuan suhu 60°C selama 24 jam A3B2 : Perlakuan suhu 60°C selama 36 jam A3B3 : Perlakuan suhu 60°C selama 48 jam
Berdasarkan Gambar 25. dapat diketahui bahwa hubungan kandungan
total fenol (mgGAE/ 100 g sampel) dengan aktivitas antioksidan (IC50) teh herbal
daun nipah berbanding lurus. Kekuatan aktivitas antioksidan ditunjukkan dengan
nilai IC50 yang rendah. Korelasi antara total fenol dan aktivitas antioksidan
dinyatakan dalam R2=0,7815 yang artinya antara total fenol dan nilai IC50 memiliki
hubungan yang saling mempengaruhi. Dibuktikan pada perlakuan A2B2 (suhu
50°C selama 36 jam) yang memiliki nilai total fenol tertinggi yaitu 466,7 ±7,9 mg
GAE/100 g sampel dan memiliki nilai IC50 terendah yaitu 136,16±1,87 ppm.
y = -0.2808x + 264.71R² = 0.7815
100.0
120.0
140.0
160.0
180.0
200.0
220.0
240.0
200.0 300.0 400.0 500.0
IC50 (
pp
m)
Total Fenol (mg GAE/100 g sampel)
IC50
Linear (IC50)
A2B2
A2B1
A2B3
A3B2
A1B3 A1B2 A1B1
A3B1
A3B3
45
Penjelasan di atas sesuai dengan pernyataan Jaya, et al. (2012), semakin
banyak total fenolik pada suatu bahan, maka aktivitas penangkapan radikal bebas
akan meningkat dan juga bahan tersebut memiliki potensi sebagai senyawa yang
bersifat antioksidan. Namun menurut Yusniarti, et al. (2013), kandungan total fenol
dalam suatu ekstrak tidak selalu memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan
aktifitas antioksidan ekstrak. Hal ini dapat dikarenakan tidak semua senyawa fenol
yang diekstrak dalam suatu pelarut merupakan senyawa fenol yang dapat
berfungsi sebagai antioksidan.
4.2.7 Identifikasi Senyawa Bioaktif dengan Uji Liquid Chromatograph Mass Spectrometry (LC-MS)
Dilakukan uji LC-MS bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa
yang terkandung di dalam sampel yang diuji. Sampel yang diuji adalah sampel
dengan perlakuan terbaik. Hasil identifikasi kromatogram seduhan teh herbal daun
nipah disajikan dalam Gambar 26.
Berdasarkan Gambar 26, dilakukan identifikasi senyawa bioaktif dari setiap
puncak, namun hanya bebrapa puncak yang diduga mengadung senyawa
antioksidan. Puncak-puncak itu terdiri dari beberapa waktu retensi yang disajikan
pada Gambar 27, 28, 29, dan 30.
Gambar 26. Hasil Identifikasi Kromatogram Seduhan Teh Herbal Daun Nipah
46
- Waktu retensi 3,76
Gambar 27. Spektrum masa untuk waktu retensi ke-1
Waktu retensi menit ke-3,76 menghasilkan dugaan senyawa yaitu senyawa
nicotiflorin dengan berat molekul 594,518 Da dan rumus molekul C27H30O15.
Menurut Dehaghani, et al. (2017) menyebutkan bahwa isolasi flavonoid dari P.
aucheri telah ditemukan 2 turunan senyawa dari O-glycosilated yang bernama
nicotiflorin dan narcissin. Nicotiflorin merupakan senyawa alami yang berasal dari
flavonol glycoside. Senyawa ini sangat penting bagi farmakologi. Manfaatanya
antara lain; menurunkan tekanan darah, antioksidan, anti inflamasi,
antinociceptive, antihipertensi, antianapalik. Juga berguna untuk melindungi
bahaya cerebral ischemic, melindungi dari ketidakfungsian memori (ingatan) dan
stress.
- Waktu retensi 3,94
Gambar 28. Spektrum masa untuk waktu retensi ke-2
47
Waktu retensi menit ke-3,94 dugaan senyawa yang terdeteksi adalah
senyawa vitexin dengan berat molekul 423,378 Da dan rumus molekul C21H20O10.
Menurut Redha (2010) telah dipaparkan bahwa beberapa senyawa flavonoid
seperti quercetin, kaempferol, myricetin, apigenin, luteolin, vitexin dan isovitexin
terdapat pada sereal, sayuran, buah dan produk olahannya dengan kandungan
yang bervariasi serta sebagian besar memiliki sifat sebagai antioksidan. Hal ini
telah memperkuat dugaan bahwa flavonoid memiliki efek biologis tertentu
berkaitan dengan sifat antioksidatifnya tersebut.
- Waktu retensi 4,19
Gambar 29. Spektrum masa untuk waktu retensi ke-3
Waktu retensi menit ke-4,19 dugaan senyawa yang terdeteksi adalah
senyawa rhamnazin dengan berat molekul 330,289 Da dan rumus molekul
C17H14O7. Rhamnazin merupakan senyawa turunan dari quersetin. Sedangkan
quersetin merupakan senyawa golongan flavonoid. Secara umum golongan
flavonoid meiliki aktivitas biologis seperti antioksidan, anti inflamasi,
antiangiogenik, sitotoksik dan efek proapopoptis. Secara khusus dalam penelitian
ini rhamnazin merupakan senyawa sitotoksik (Philchenkov dan Zaveleveych,
2015).
48
- Waktu retensi 7,67
Gambar 30. Spektrum masa untuk waktu retensi ke-4
Waktu retensi menit ke-7,67 dugaan senyawa yang terdeteksi adalah
senyawa 2-tert-Butyl-4-methoxyphenol dengan berat molekul 180,243 Da dan
rumus molekul C11H16O2. 2-Methoxy-4-vinylphenol, merupakan komponen yang
dapat digunakan sebagai antioksidan, antimikorba dan anti inflamasi. Nama lain
dari senyawa ini adalah (1).(2).phenol,2-methoxy-4-vinyl-(3).4-Hydroxy-3-
methoxystyrene(4). p Vinylguaiacol (5).4-Vinylguauacol (Ravikumar, et al., 2012).
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan suhu dan
waktu pengeringan berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan teh herbal daun
nipah (Nypa fruticans). Aktivitas antioksdian terbaik pada perlakuan A2B2 (suhu
50°C selama 36 jam) yaitu dengan nilai IC50 136,162 ppm ±1,87 dan tergolong
memiliki aktivitas antioksidan sedang.
5.2 Saran
Penelitian ini disarankan untuk dilakukan uji lanjut untuk mendapatkan
produk teh yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Selain itu perlu
dilakukan penelitian menggunakan metode ekstraksi dan pelarut yang berbeda.