PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DAN GAYA KELEKATAN...
Transcript of PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DAN GAYA KELEKATAN...
PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DAN GAYA KELEKATAN
TERHADAP PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI
PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA
UNIVERSITAS PAMULANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
FITRI MIDYANI
NIM : 1111070000047
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H / 2016 M
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Maret 2016
C) Fitri Midyani
D) Pengaruh tipe kepribadian dan gaya kelekatan terhadap penyesuaian diri di
perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama Universitas Pamulang
E) xiiii + 90 halaman + lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tipe kepribadian dan
gaya kelekatan terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi pada
mahasiswa tahun pertama Universitas Pamulang. Sampel pada penelitian
ini berjumlah 207 mahasiswa tahun pertama Universitas Pamulang yang
diambil dengan teknik convenience sampling. CFA (Confirmatory Factor
Analysis) digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Multiple
Regression Analysis digunakan untuk menguji hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh tipe
kepribadian dan gaya kelekatan terhadap penyesuaian diri di perguruan
tinggi pada mahasiswa tahun pertama Universitas Pamulang. Hasil uji
hipotesis minor menunjukkan bahwa neuroticism, gaya kelekatan cemas
(anxiety) dan gaya kelekatan menghindar (avoidant) memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi. Hasil
penelitian juga menunjukkan proporsi varians dari penyesuaian diri di
perguruan tinggi yang dijelaskan oleh seluruh variabel independen adalah
24% sedangkan 76% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar
penelitian ini.
Implikasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dikaji kembali
dan dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya, misalnya dengan
menambahkan variabel terkait lainnya yang mempengaruhi penyesuaian
diri di perguruan tinggi seperti permissive paternal parenting style dan
social support.
G) Bahan Bacaan: 39 ; 7 buku + 20 jurnal + 3 tesis + 3 disertasi + 6 web
internet
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) March 2016
C) Fitri Midyani
D) The Effect of Personality Types and Attachment Style on the College
Adjustment at the First-Year Pamulang University Students
E) xiii + 90 pages + appendix
F) This study was conducted to investigate the effect of Personality Types and
Attachment Style to the College Adjustment at the First-year Pamulang
University students. The sample in this study were 207 first-year
Pamulang University students which taken by convenience sampling
technique. CFA (Confirmatory Factor Analysis) was used to test the
validity of instrument and Multiple Regression Analysis was used to test
the hypothesis.
The result showed that there is an effect of Personality Types and
Attachment Style to the College Adjustment at the First-year Pamulang
University students. Minor hypothesis test result indicated that
Neuroticism, Anxiety attachment style and Avoidant attachment style have
a significant effect on College Adjustment. The result also showed the
proportion of the variance of College Adjustment described by all
independent variables was 24%, while 76% was influenced by other
variables outside of this study.
The implications of this research are expected to be reviewed and
developed in the future studies, for example by adding other related
variables that affect the college adjustment such as permissive paternal
parenting styles and social support.
G) References: 39 ; 7 books + 20 journals + 3 theses + 3 dissertations + 6
web internet.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Wakil Dekan Bidang Akademik Bapak Dr.
Abdul Rahman Shaleh, M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Ibu Dr.
Diana Mutiah, M.Si dan Wakil Dekan Bidang Keuangan Ikhwan Luthfi,
M.Psi., yang telah memberikan kesempatan belajar selama 4 tahun di
Fakultas Psikologi dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Netty Hartati, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi. Peneliti
mengucapkan Terima kasih atas arahan, masukan, motivasi, kritik, serta
koreksi dalam pengerjaan skripsi ini.
3. Ibu Nia Tresniasari, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik serta seluruh
dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu, bimbingan, nasihat, semangat kepada peneliti selama
menempuh studi.
4. Keluargaku, Mama dan Alm Bapak serta kakak-kakak peneliti, terima kasih
banyak atas segala doa yang tiada henti terucap, dukungan, kasih sayang,
semangat, nasihat dan dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti.
5. Sahabat peneliti, Echa, Ola, Cheryl, Ajeng, Ami, Ranti, Mega, Bani, Sarah,
Ririn, Nunu, Miku, Una, Mader, Ima, dan Ines. Terimakasih atas segala
bantuan serta semangatnya dan semoga sukses untuk kedepannya.
6. Renno Herdianry, terima kasih karena telah hadir, membantu dan mendoakan
untuk hasil yang terbaik serta memberikan semangat kepada peneliti.
viii
7. Teman-teman kelas B 2011, terima kasih untuk persaudaraannya selama ini,
perjuangan selama menjalani suka dan duka berada di bangku perkuliahan
serta segala bantuan dan semangat yang dengan tulusnya kalian berikan
kepada satu sama lain.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
berkontribusi dalam penelitian ini. Terselesaikannya skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa bantuan dari kalian semua.
Semoga seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini
mendapatkan ridho dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembaca. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iv
ABSTRAK .............................................,.................................................... v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 9
1.2.1 Pembatasan masalah ................................................... 9
1.2.2 Perumusan masalah .................................................... 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................
1.3.1 Tujuan penelitian ........................................................
1.3.2 Manfaat penelitian ......................................................
11
11
12
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi ................................ 13
2.1.1 Definisi penyesuaian diri di perguruan tinggi .............
2.1.2 Aspek penyesuaian diri di perguruan tinggi ...............
2.1.3 Pengukuran penyesuaian diri di perguruan tinggi ......
13
15
16
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri di
perguruan tinggi ...................................................................
17
2.2 Kepribadian Big Five .......................................................... 18
2.2.1 Definisi tipe kepribadian big five ...............................
2.2.2 Dimensi kepribadian big five ......................................
2.2.3 Pengukuran tipe kepribadian big five ........................
18
20
21
2.3 Gaya Kelekatan ................................................................... 22
2.3.1 Definisi gaya kelekatan ............................................... 22
2.3.2 Tipe gaya kelekatan ..................................................... 25
2.3.3 Pengukuran gaya kelekatan ......................................... 26
2.4 Kerangka Berpikir ............................................................... 27
2.4.1 Pengaruh tipe kepribadian big five terhadap
penyesuaian diri di perguruan tinggi ....................................
27
2.4.2 Pengaruh gaya kelekatan terhadap penyesuaian diri
di perguruan tinggi ...............................................................
28
x
2.4.3 Pengaruh tipe kepribadian big five dan gaya
kelekatan terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi ....
30
2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................. 36
2.5.1 Hipotesis mayor .......................................................... 36
2.5.2 Hipotesis minor .......................................................... 37
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........... 38
3.1.1 Populasi dan sampel ................................................... 38
3.1.2 Teknik Pengambilan Sampel ...................................... 38
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ...... 39
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 42
3.3.1 Instrumen Penelitian ................................................... 42
3.4 Uji Validitas Konstruk ........................................................
3.4.1 Uji validitas item penyesuaian diri di perguruan
tinggi ...................................................................................
3.4.2 Uji validitas item extraversion ...................................
3.4.3 Uji validitas item agreeablenes ..................................
3.4.4 Uji validitas item conscientiousness ..........................
3.4.5 Uji validitas item neuroticism ....................................
3.4.6 Uji validitas item openness to experience ..................
3.4.7 Uji validitas item gaya kelekatan aman ......................
3.4.8 Uji validitas item gaya kelekatan cemas ....................
3.4.9 Uji validitas item gaya kelekatan menghindar ...........
3.5 Teknik Analisis Data ...........................................................
47
50
52
53
54
55
56
57
58
60
61
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................... 65
4.2 Analisis Deskriptif ............................................................... 66
4.2.1 Kategorisasi variabel .................................................. 66
4.3 Uji Hipotesis Penelitian ....................................................... 68
4.4 Analisis Proporsi Varians pada Independent Variabel ........
73
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 76
5.2 Diskusi ................................................................................. 76
5.3 Saran ....................................................................................
5.3.1 Saran praktis ...............................................................
5.3.2 Saran teoritis ...............................................................
84
84
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 86
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor Skala Penelitian ......................................................... 42
Tabel 3.2 Blue Print Skala Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi .... 44
Tabel 3.3 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Big Five ..................... 45
Tabel 3.4 Blue Print Skala Gaya Kelekatan ....................................... 46
Tabel 3.5 Kategorisasi Item Gaya Kelekatan ..................................... 47
Tabel 3.6 Muatan Faktor Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi ...... 51
Tabel 3.7 Muatan Faktor Extraversion .............................................. 52
Tabel 3.8 Muatan Faktor Agreeableness ............................................ 53
Tabel 3.9 Muatan Faktor Conscientiousness ...................................... 54
Tabel 3.10 Muatan Faktor Neuroticism ............................................... 56
Tabel 3.11 Muatan Faktor Openness to Experience ............................ 57
Tabel 3.12 Muatan Faktor Gaya Kelekatan Aman ............................... 58
Tabel 3.13 Muatan Faktor Gaya Kelekatan Cemas .............................. 59
Tabel 3.14 Muatan Faktor Gaya Kelekatan Menghindar ..................... 60
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian .............................................. 65
Tabel 4.2 Skor Min, Maks, Mean dan Standar Deviasi Variabel ....... 66
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor ................................................. 67
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ................................................ 67
Tabel 4.5 Tabel R Square ................................................................... 68
Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV ................. 69
Tabel 4.7 Koefisien Regresi ............................................................... 70
Tabel 4.8 Proporsi Varians tiap IV terhadap DV ............................... 73
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .............................................................. 36
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat izin penelitian ......................................................... 90
Lampiran 2 Surat bukti penelitian ....................................................... 91
Lampiran 3 Kuisioner penelitian ......................................................... 92
Lampiran 4 Syntax dan path diagram .................................................. 98
Lampiran 5 Output spss ....................................................................... 108
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyesuaian diri merupakan hal yang akan selalu dilakukan seorang individu
dalam setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya, karena ketika sebuah
peristiwa terjadi dalam kehidupan maka saat itulah seorang individu akan
dihadapkan pada munculnya sebuah perubahan yang membuat individu tersebut
harus melakukan sebuah penyesuaian. Begitupun bagi para mahasiswa tahun
pertama, perpindahan yang mereka alami dari jenjang sekolah menuju perguruan
tinggi adalah sebuah peristiwa yang membuat mereka harus segera melakukan
penyesuaian diri agar dapat terus bertahan dalam situasi tersebut.
Menurut Baker dan Siryk (dalam Shaw, 2008) penyesuaian diri di
perguruan tinggi adalah pengalaman akademik, sosial, personal-emosional yang
dialami seorang mahasiswa setelah memasuki institusi perguruan tinggi, dan juga
meliputi komitmen/keterikatan dengan institusi.
Masa penyesuaian diri yang utama bagi seorang mahasiswa terdapat di
awal masa kuliahnya. Pada tahun pertama masa perkuliahan, para mahasiswa akan
mendapati berbagai hal baru, seperti tuntutan akademik yang lebih berat dan
berbeda dibanding saat berada di jenjang sekolah, lingkungan sosial baru, serta
berubahnya peran dari seorang siswa menjadi mahasiswa, sehingga mereka
diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan baik atas munculnya berbagai hal
baru tersebut.
2
Menurut Lu (dalam Shaw, 2008) tahun pertama bagi mahasiswa baru
merupakan salah satu masa transisi yang paling menegangkan bagi para
mahasiswa, banyak juga yang mengatakan bahwa itu merupakan tahap
penyesuaian yang paling menegangkan dalam hidup mereka. Umumnya
mahasiswa akan mengalami beberapa hal seperti mengembangkan dan
mempertahankan cita-cita, harapan, identitas, peran, dan hubungan sosial.
Rumitnya hal-hal tersebut seringkali dianggap mereka sebagai tugas yang sangat
besar bagi mahasiswa tahun pertama.
Masa penyesuaian diri juga dapat dikatakan sebagai sebuah masa yang
penuh dengan tantangan, karena tidak semua mahasiswa dapat berhasil melewati
masa tersebut dengan baik. Henton et.al (dalam Stoever, 2001) menyatakan
bahwa mahasiswa perguruan tinggi akan dihadapkan dengan tantangan
beradaptasi dari mulai hidup terpisah dengan keluarga dan teman-teman,
menyesuaikan diri dengan peraturan akademik, bertanggung jawab atas tugas-
tugas di kehidupan sehari-hari, dan mengembangkan sejumlah hubungan sosial
baru, baik dengan teman sebaya maupun dengan fakultas.
Terlaksananya penyesuaian diri di perguruan tinggi dengan baik
diharapkan dapat membuat para mahasiswa tahun pertama terus bertahan dalam
lingkungan perkuliahannya hingga dapat menyelesaikan masa studinya dengan
prestasi yang baik. Boyer (dalam Fanti, 2005) mengemukakan bahwa berhasilnya
mahasiswa dalam penyesuaian diri di perguruan tinggi selama tahun pertama
masa kuliah secara signifikan dapat mempengaruhi seluruh pengalaman
perkuliahan dalam mencapai gelar sarjana.
3
Pada kenyataannya tidak semua mahasiswa dapat melakukan penyesuaian
diri dengan baik, sehingga menurut Roland (dalam Mudhovozi, 2012)
penyesuaian diri yang buruk terhadap kehidupan di perguruan tinggi dapat
menyebabkan mahasiswa akan meninggalkan institusi perguruan tinggi tersebut.
Pernyataan tersebut pun serupa dengan yang dikatakan oleh Toews dan Yazedjian
(dalam Schnuk & Handall, 2011) bahwa ketika mahasiswa mengundurkan diri
dari perguruan tinggi itu seringkali karena adanya alasan pribadi, salah satunya
adalah penyesuaian diri di perguruan tinggi.
Berdasarkan penelitian Tinto (dalam Cohorn & Giuliano, 1999) ditemukan
bahwa sekitar 40% mahasiswa di drop-out sebelum mendapatkan gelar sarjana.
Dengan keterangan, 75% dari mereka itu di drop out dalam dua tahun pertama
masa perkuliahan, dimana tahun pertama masa kuliah memainkan peran penting
dalam proses penyesuaian diri.
Sebuah fenomena terkait penyesuaian diri di perguruan tinggi terjadi di
Universitas Padjajaran. Pada tahun 2011, mahasiswa yang masuk ke Universitas
Padjajaran berasal dari berbagai latar belakang sosial dan budaya. Dikarenakan
adanya perbedaan tersebut, tidak jarang mereka menghadapi berbagai masalah
yang bisa mempengaruhi pendidikannya, misalnya IPK yang kecil hinga
pemutusan studi atau drop out. Beberapa diantara penyebabnya adalah karena
ketidakmampuan mereka beradaptasi dengan lingkungan barunya (Marlia, 2011).
Fenomena serupa pun terjadi di Institut Teknologi Bandung. Dari total
3.000 mahasiswa baru sebanyak 5-10%, atau sekiranya ada 150 - 300 mahasiswa
4
yang dikeluarkan setiap tahunnya. Kebanyakan mahasiswa ITB yang dikeluarkan
akibat gagal bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan (Kurniawan, 2010).
Gagalnya mahasiswa dalam melakukan penyesuaian diri di perguruan
tinggi hingga akhirnya terjadi drop out atau pengunduran diri merupakan
peristiwa yang sangat disayangkan, terlebih jika peristiwa tersebut terjadi di
perguruan tinggi yang banyak diminati oleh para calon mahasiswa. Hal ini
dikarenakan kesempatan diterimanya mereka di perguruan tinggi tersebut
merupakan kesempatan yang tidak dimiliki oleh semua orang, sehingga alangkah
baiknya jika mereka yang telah diterima dapat menggunakan kesempatan tersebut
sebaik mungkin hingga berhasil mendapatkan gelar sarjana serta prestasi yang
baik.
Tinjauan mengenai penyesuaian diri di perguruan tinggi telah banyak
dilakukan, seperti penelitian terhadap permissive paternal parenting style (Datu,
2012), kepribadian (Datu, 2012), gaya kelekatan (Marmarosh & Markin, 2007),
dan social support (Dreher, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti mencoba
mengaitkan dan melihat pengaruh antara tipe kepribadian dan gaya kelekatan
terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi.
Selain berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, peneliti juga melakukan
studi pendahuluan dengan mewawancarai empat mahasiswa tahun pertama
Universitas Pamulang terkait dengan pengalaman dan perasaan mereka dalam
melakukan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Wawancara ini dilaksanakan di
ruang kelas 317 gedung A UNPAM. Adapun hasil wawancaranya adalah sebagai
berikut:
5
Menurut TR, penyesuaian diri di perguruan tinggi di awal masa kuliah
adalah hal yang tidak mudah. Ia merasa tidak puas dengan keberadaannya di
UNPAM karena ini tidak sesuai dengan harapannya melainkan karena ia
terlambat mendaftarkan diri di perguruan tinggi yang diinginkan. Ia merasa
kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan teman sekelasnya, karena sebagian
besar dari mereka membentuk kelompok-kelompok tersendiri dan memilih teman
berdasarkan sukunya. Mahasiswa lain AD mengatakan bahwa ia mengalami
kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada awal masa
kuliahnya, khususnya dalam hal membangun pertemanan dan mengerjakan tugas-
tugas kuliah. Pernah juga sesekali ia pernah merasa tertekan karena tugas kuliah
yang sulit baginya. Selanjutnya, CTR mengatakan bahwa penyesuaian diri di
perguruan tinggi pada awal masa perkuliahan memang merupakan hal yang tidak
mudah. Ia merasa kaget dengan tugas-tugas kuliah dan metode belajar yang
sangat berbeda dengan pada saat sekolah, dimana hampir setiap hari membuat
makalah hingga kemudian mempresentasikannya. Menurut ADM masa
penyesuaian diri di perguruan tinggi pada awal masa kuliah sangat sulit dan
terlebih lagi karena ia mengikuti kuliah sambil kerja. Ia juga merasa kesulitan
dalam mata kuliah yang ia pelajari karena sebelumnya ia berasal dari SMK,
namun saat kuliah ia mengambil jurusan akuntansi. Kesulitan yang dihadapinya
dalam melaksanakan kuliah sambil kerja juga pernah membuatnya merasa
tertekan hingga membuatnya ragu untuk dapat meneruskan kuliah hingga sarjana
(Wawancara pribadi, 25 Januari, 2016).
6
Berbagai fenomena, hasil penelitian, serta fakta yang telah dijelaskan
sebelumnya terkait dengan penyesuaian diri di perguruan tinggi, membuat peneliti
merasa perlu untuk mengkaji lebih lanjut terkait faktor apa saja yang
mempengaruhi berhasil atau tidak nya mahasiswa tahun pertama dalam
melakukan penyesuaian diri di perguruan tinggi.
Mahasiswa merupakan individu yang unik dan memiliki kepribadian yang
berbeda-beda antara satu sama lain. Kepribadian yang dimiliki seseorang
diketahui dapat mempengaruhi perilaku serta kemampuan yang dimiliki seseorang
dalam menyesuaiakan diri dengan lingkungannya. Sama halnya dengan masa
penyesuaian diri di perguruan tinggi yang dihadapi oleh para mahasiswa. Selama
masa tersebut, kemampuan mereka dalam menyesuaiakan diri dengan
lingkungannya akan dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang mereka miliki.
Feist dan Feist (2009) mendefinisikan bahwa kepribadian adalah suatu
pola dari sifat yang relatif menetap dan karakteristik unik, yang menggambarkan
konsistensi dan individualitas pada perilaku seseorang.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Stoever (2001) yang mengatakan
bahwa keberhasilan di perguruan tinggi ditentukan oleh penyesuaian diri di
perguruan tinggi dan prestasi akademik, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
termasuk faktor akademik, kepribadian, karakteristik keluarga, dan faktor
lingkungan.
Peneliti menggunakan teori kepribadian big five untuk mengetahui
pengaruh setiap tipe kepribadian terhadap penyesuaian di perguruan tinggi. Hal
ini berdasarkan hasil penelitian Azic, Becirevic, Milanovic dan Sutlic (dalam Azic
7
et.al., 2010) ditemukan bahwa tipe kepribadian yang berbeda-beda dalam big five
personality memiliki hubungan dengan aspek-aspek dalam penyesuaian diri di
perguruan tinggi, baik pada mahasiswa laki-laki maupun perempuan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Schnuck dan Handall (2011) juga
menemukan bahwa ada hubungan antara kepribadian dan penyesuaian diri di
perguruan tinggi. Kemudian, Datu (2012) juga mengatakan bahwa kepribadian
diyakini memiliki hubungan dengan kemampuan mahasiswa dalam menghadapi
tuntutan di masa transisi ke perguruan tinggi selama tahun pertama masa kuliah,
sehingga peneliti menggunakan kepribadian sebagai faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri di perguruan tinggi.
Dalam penelitian ini, peneliti juga memasukkan gaya kelekatan
(attachment style) sebagai sebagai variabel yang mempengaruhi penyesuaian diri
di perguruan tinggi. Dalam Marmarosh dan Markin (2007) dijelaskan bahwa gaya
kelekatan yang berkembang sejak masa anak usia dini sampai dewasa adalah
cukup konsisten dan dapat memprediksi kemampuan individu dalam menangani
berbagai kejadian penting dalam masa perkembangan seperti penyesuaian diri di
perguruan tinggi.
Dikemukakan oleh Collins, Ford, Guichard dan Allard (2006) gaya
kelekatan adalah suatu konsep yang berhubungan dengan pola pikir, perasaan, dan
perilaku yang terdapat dalam suatu hubungan dekat dan diduga dapat
mencerminkan perbedaan pada internal woking model yang dimiliki.
Menurut Ainsworth et.al (dalam Gray, 2011) gaya kelekatan adalah
sebuah sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengetahui pola perilaku
8
seseorang dalam hubungannya dengan ibu atau dengan figur kelekatan. Collins
dan Read (dalam Tagay & Karatas, 2012) menyatakan bahwa gaya kelekatan
merupakan faktor penting yang mempengaruhi hubungan interpersonal seseorang,
dimana hubungan yang pertama kali dimiliki individu saat masih bayi dengan
orang tua nya akan mempengaruhi hubungan interpersonal yang ia miliki saat
dewasa kelak.
Mattanah, Hancock dan Brand (2004) mengemukakan bahwa kelekatan
yang kuat dengan ibu dan ayah membuat seorang anak hanya merasakan sedikit
kecemasan saat terjadinya sebuah perpisahan, dan sedikitnya kecemasan saat
perpisahan itu akan berdampak baik pada penyesuaian akademik, sosial, dan
pribadi-emosional di perguruan tinggi. Beberapa penelitian mengatakan bahwa
orang tua memiliki pengaruh positif dalam penyesuaian di seluruh transisi
pendidikan, baik untuk TK, SD, sekolah menengah, dan perguruan tinggi (Fanti,
2005).
Dalam Lopez, Mitchell, dan Gormerly (dalam Marmarosh & Markin,
2007) ditemukan bahwa perbedaan individu seperti halnya dalam gaya kelekatan
dapat mempengaruhi kemampuan mahasiswa untuk berintegrasi dan beradaptasi
dengan pengalaman baru di perguruan tinggi dengan baik. Mahasiswa dengan
gaya kelekatan aman (secure), yaitu mereka yang memiliki kepercayaan yang
tinggi terhadap orang lain dan rasa aman yang besar dalam diri mereka, memiliki
kemampuan yang sangat baik dalam menghadapi penyesuaian diri di perguruan
tinggi. Sedangkan mahasiswa dengan gaya kelekatan tidak aman (insecure) akan
mengalami kesulitan dalam menjalani suatu hubungan, tidak konsisten dalam
9
memandang dirinya, dan kesulitan yang lebih besar dalam menyesuaikan diri
dengan kehidupan di perguruan tinggi.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti
merasa perlu akan adanya penelitian yang berkaitan dengan penyesuaian diri di
perguruan tinggi. Dalam penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan, peneliti
belum menemukan adanya penelitian sebelumnya yang tidak hanya spesifik
mengukur gaya kelekatan dalam hubungan dengan orang tua saja atau romantic
partner saja. Maka, peneliti akan menggunakan alat ukur revised adult attachment
scale (close relationships version) untuk mengukur attachment style, karena alat
ukur yang merupakan revisi dari adult attachment scale ini dapat digunakan untuk
mengukur gaya kelekatan dalam lingkup hubungan yang lebih luas lagi, seperti
dengan anggota keluarga, teman dekat, atau figur lainnya yang memiliki
kedekatan dengannya. Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh tipe kepribadian dan gaya kelekatan terhadap penyesuaian diri di
perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama Universitas Pamulang”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi
pada mahasiswa tahun pertama, namun masalah utama yang menjadi fokus
penelitian ini adalah pengaruh tipe kepribadian dan gaya kelekatan terhadap
penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama. Untuk
menghindari ketidakjelasan dan meluasnya permasalahan dalam penelitian ini,
maka peneliti perlu memberikan batasan konsep sebagai berikut:
10
1. Penyesuaian diri di perguruan tinggi, dikemukakan oleh Baker dan Siryk
(dalam Shaw, 2008) adalah pengalaman akademik, sosial, personal-emosional
yang dialami seorang mahasiswa setelah memasuki institusi perguruan tinggi,
dan juga meliputi komitmen/keterikatan dengan institusi. Dalam penelitian ini,
penyesuaian diri di perguruan tinggi meliputi empat aspek, yaitu : penyesuaian
akademik, penyesuaian sosial, penyesuaian personal-emosional,
komitmen/keterikatan dengan institusi.
2. Tipe Kepribadian dalam penelitian ini didasarkan pada model kepribadian big
five yang meliputi lima dimensi, yaitu : extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience.
3. Gaya kelekatan, dikemukakan oleh Collins et.al. (2006) adalah suatu konsep
yang berhubungan dengan pola pikir, perasaan, dan perilaku yang terdapat
dalam suatu hubungan dekat dan diduga dapat mencerminkan perbedaan pada
internal woking model yang dimiliki. Dalam penelitian ini meliputi tiga pola,
yaitu : gaya kelekatan aman (secure attachment style), gaya kelekatan (anxiety
attachment style), dan gaya kelekatan (avoidant attachment style).
4. Mahasiswa tahun pertama yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
mahasiswa Universitas Pamulang yang sedang berada di tahun pertama masa
perkuliahan.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
11
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan extraversion terhadap penyesuaian diri
di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama ?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan agreeableness terhadap penyesuaian diri
di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama ?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan conscientiousness terhadap penyesuaian
diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama ?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan neuroticism terhadap penyesuaian diri di
perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama ?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan openness to experience terhadap
penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama ?
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan gaya kelekatan aman (secure attachment
style) terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun
pertama ?
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan gaya kelekatan (anxiety attachment
style) terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun
pertama ?
8. Apakah ada pengaruh yang signifikan gaya kelekatan (avoidant attachment
style) terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun
pertama ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
12
1. Mengetahui adanya pengaruh tipe kepribadian dan gaya kelekatan terhadap
penyesuaian diri di perguruan tinggi secara signifikan pada mahasiswa tahun
pertama.
2. Mengetahui besarnya pengaruh aspek-aspek tipe kepribadian dan gaya
kelekatan terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi secara signifikan pada
mahasiswa tahun pertama.
1.3.2 Manfaat penelitian
1.3.2.1 Manfaat teoritis
Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah bagi perkembangan ilmu psikologi terkait dengan pengaruh tipe
kepribadian dan gaya kelekatan terhadap penyesuaian di perguruan tinggi pada
mahasiswa tahun pertama. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi
acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai tipe kepribadian, gaya kelekatan dan
penyesuaian diri di perguruan tinggi.
1.3.2.2 Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran mengenai penyesuaian diri
yang dialami mahasiswa tahun pertama. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan
dapat memberikan informasi bagi pihak akademik perguruan tinggi, orang tua,
dan dosen dalam memahami dan mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan
penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi
2.1.1 Definisi penyesuaian diri di perguruan tinggi
Sebelum dipaparkan definisi dari penyesuaian diri di perguruan tinggi, terlebih
dahulu akan dijelaskan pengertian penyesuaian diri (adjustment) secara umum.
Mangal (2002) mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Mangal juga mengatakan bahwa penyesuaian diri
merupakan proses yang berkesinambungan (continue process) dan merupakan
two-way process.
Penyesuaian diri dikatakan sebagai sebuah proses yang berkesinambungan
karena proses penyesuaian diri dimulai sejak manusia baru lahir dan akan terus
berlanjut tanpa henti hingga kematian. Seorang individu akan berada dalam
lingkungan yang terus berubah-ubah, sehingga mereka harus menyesuaikan diri
dengan tuntutan lingkungan yang juga berubah. Penyesuaian diri juga merupakan
two-way process, dimana dalam penyesuaian diri tidak hanya terdapat proses
menyesuaikan diri ke suatu lingkungan, tapi juga terdapat proses untuk mengubah
suatu lingkungan agar sesuai dengan kebutuhan seseorang (Mangal, 2002).
Arkoff (dalam Mangal 2002), mengatakan dalam bukunya yang berjudul
Adjustment and Mental Health bahwa keluarga, sekolah atau perguruan tinggi,
karir, dan pernikahan adalah area penting dalam kehidupan. Joshi dan Pandey
(dalam Mangal 2002) juga menyatakan bahwa ada 11 dimensi pada penyesuaian
diri, dan salah satu dimensinya adalah penyesuaian diri di perguruan tinggi.
14
Penyesuaian diri di perguruan tinggi, dikemukakan oleh Baker dan Siryk
(dalam Shaw, 2008) adalah pengalaman adaptasi akademik, sosial, personal-
emosional yang dialami seorang mahasiswa setelah memasuki institusi perguruan
tinggi, dan juga meliputi komitmen/keterikatan dengan institusi.
Dalam Backhauss (2009) dikatakan bahwa penyesuaian diri di perguruan
tinggi secara umum didefinisikan sebagai berfungsinya peran seorang mahasiswa
dalam berbagai bidang seperti penyesuaian akademik, penyesuaian personal-
emosional, keterikatan dengan institusi, dan penyesuaian sosial.
Menurut Datu (2012) penyesuaian diri di perguruan tinggi adalah sebuah
proses dinamis yang secara sistematik menggunakan kemampuan seorang
individu dalam menanggapi tantangan akademik, sosial, psikologis, dan juga
dalam menyikapi adanya pertemuan dengan orang baru serta mendapatkan
pengalaman berharga.
Baker, McNeil dan Siryk (dalam Sevinc & Gizir, 2014) menyatakan
bahwa penyesuaian diri di perguruan tinggi sebagai sebuah fenomena yang
multifacet dan kompleks, dan dengan demikian, proses penyesuaian diri di
perguruan tinggi dapat dijelaskan dengan mengidentifikasi empat jenis
penyesuaian diri, yaitu akademik, sosial, personal-emosional, dan
komitmen/keterikatan terhadap perguruan tinggi.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti memilih definisi dari Baker
dan Siryk (dalam Shaw, 2008) sebagai definisi yang digunakan dalam penelitian
ini. Penyesuaian diri di perguruan tinggi, dikemukakan oleh Baker dan Siryk
(dalam Shaw, 2008) adalah pengalaman akademik, sosial, personal-emosional
15
yang dialami seorang mahasiswa setelah memasuki institusi perguruan tinggi, dan
juga meliputi komitmen/keterikatan dengan institusi.
2.1.2 Aspek penyesuaian diri di perguruan tinggi
Baker dan Siryk (2002) berasumsi bahwa terdapat empat aspek yang berbeda
dalam penyesuaian diri, yaitu:
1. Penyesuaian akademik
Baker dan Siryk (2002) menjelaskan bahwa penyesuaian akademik ini
meliputi adanya penetapan tujuan akademik, menikmati tugas kuliah yang
tersedia, rutin menghadiri perkuliahan, kurang maksimal dalam mengerjakan
tugas kuliah, merasa puas dengan prestasi akademik yang dimiliki, belum
mampu mengerjakan soal ujian dengan baik, merasa puas dengan kualitas
mengajar para dosen, merasa puas dengan jumlah dan jenis mata kuliah yang
tersedia di kampus.
2. Penyesuaian sosial
Baker dan Siryk (2002) menjelaskan bahwa penyesuaian sosial ini meliputi
memiliki teman baik yang dapat menjadi tempat bercerita, memiliki banyak
teman di kampus, mengalami kesulitan dalam bergaul dengan teman di
kampus, merasa senang untuk mengikuti perkuliahan, merasa puas dengan
kegiatan ekstrakurikuler yang tersedia.
3. Penyesuaian personal-emosional
Menurut Baker dan Siryk (2002) penyesuaian personal-emosional ini meliputi
kesulitan dalam mengontrol emosi, pikiran yang mudah kacau dalam
menghadapi tuntutan kuliah, kesulitan dalam mengatasi stress, merasa
16
kesehatannya baik, sering mengalami sakit kepala, merasa tidak dapat tidur
nyenyak..
4. Komitmen terhadap perguruan tinggi
Menurut Baker dan Siryk (2002) komitmen terhadap perguruan tinggi ini
meliputi perasaan puas dengan keputusan untuk melanjutkan studi ke
perguruan tinggi, sering berpikir untuk mengundurkan diri dari kuliah
selamanya, berniat untuk mengambil cuti dan menyelesaikannya lagi nanti,
memiliki keinginan untuk terus bertahan hingga meraih gelar sarjana, berharap
dapat kuliah atau pindah ke perguruan tinggi lain.
2.1.3 Pengukuran penyesuaian diri di perguruan tinggi
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, peneliti menemukan beberapa alat
ukur yang digunakan untuk mengukur penyesuaian diri di perguruan tinggi,
diantaranya adalah:
1. Shirley dan Rosein (dalam Christensen, 2012) mengembangkan College
Adjustment Questionniare (CAQ) untuk digunakan pada mahasiswa strata
satu. Alat ukur ini terdiri dari 14 item dengan reliabilitas 0.83. Pernyataan-
pernyataan dalam alat ukur ini berkaitan dengan pengalaman mereka di
perguruan tinggi yang dibagi kedalam tiga aspek, yaitu penyesuaian
akademik, sosial, dan emosional.
2. Baker dan Siryk (dalam Baker, 2002) mengembangkan sebuah instrumen
yang diberi nama The Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ)
yang digunakan untuk mengukur penyesuaian diri di perguruan tinggi. Alat
ukur ini terdiri dari 67 item dengan reliabilitas 0.95 dan terbagi dalam empat
17
sub-skala, yaitu penyesuaian akademik, penyesuaian sosial, penyesuaian
personal-emosional, dan komitmen terhadap perguruan tinggi. Dalam
penelitian ini, peneliti mengukur penyesuaian diri di perguruan tinggi dengan
mengadaptasi skala The Student Adaptation to College Questionnaire
(SACQ) yang dikembangkan oleh Baker dan Siryk karena aspek penyesuaian
diri di perguruan tinggi yang diukur dalam skala ini lebih lengkap dan sesuai
dengan aspek penyesuaian diri yang ingin diukur.
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi
Dari beberapa hasil review literatur, terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi diantaranya:
1. Gaya kelekatan (Attachment Style). Dalam Marmarosh dan Markin (2007)
dijelaskan bahwa gaya kelekatan yang berkembang sejak masa anak usia dini
sampai dewasa adalah cukup konsisten dan dapat memprediksi kemampuan
individu dalam menangani berbagai kejadian penting dalam masa
perkembangan seperti penyesuaian diri di perguruan tinggi.
2. Social Support. Dalam Dreher (2008), dikatakan bahwa transisi ke perguruan
tinggi diyakini dapat memberikan pelajaran berharga pada masa perkembangan
remaja akhir, yang dimana social support akan memberikan dampak pada
penyesuaian diri mahasiswa selama periode tersebut.
3. Permissive Paternal Parenting Style. Dalam Datu (2012), dijelaskan bahwa
pola asuh permissive dari seorang ayah yang menunjukkan bahwa seorang
ayah memiliki sikap yang toleran dan baik hati dalam mendidik anak diketahui
18
merupakan hal penting yang mempengaruhi seseorang untuk menyesuaikan
diri dalam situasi lingkungan baru seperti kehidupan kampus.
4. Kepribadian. Datu (2012) mengemukakan bahwa kepribadian diyakini
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemampuan mahasiswa
dalam menghadapi berbagai tuntutan selama masa transisi ke perguruan tinggi
pada tahun pertama masa perkuliahan.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan menggunakan dua faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi, yaitu kepribadian dan
gaya kelekatan.
2.2 Kepribadian Big Five
2.2.1 Definisi kepribadian big five
Para psikolog mempunyai pandangan yang berbeda dalam mendefinisikan
kepribadian. Sebagian besar dari mereka setuju bahwa kata “kepribadian”
(personality) berasal dari bahasa Latin yang artinya adalah “persona”, yaitu
topeng yang dipakai oleh aktor Romawi dalam pertunjukan drama Yunani.
Namun definisi tersebut tentu saja bukan definisi yang dapat diterima dengan
baik.
Menurut Ryckman (2008) mendefinisikan bahwa kepribadian adalah
seperangkat karakteristik yang dinamis dan terorganisir yang dimiliki oleh
seseorang dan secara unik mempengaruhi kognisi, motivasi, dan perilakunya
dalam berbagai situasi. Catell (dalam Engler, 2009) mengatakan bahwa untuk
dapat mengetahui definisi kepribadian, maka haruslah dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang tipe kepribadian itu sendiri dalam studi perilaku.
19
Ketika para psikolog menggunakan istilah “kepribadian”, sebenarnya
mereka tertuju pada sesuatu yang lebih dari sekedar peran yang dimainkan
seseorang (Feist & Feist, 2009). Kemudian, Feist dan Feist (2009) mendefinisikan
bahwa kepribadian adalah suatu pola dari sifat yang relatif menetap dan
karakteristik unik, yang menggambarkan konsistensi dan individualitas pada
perilaku seseorang.
Kajian mengenai sifat manusia, pertama kali dilakukan oleh Allport dan
Odbert pada tahun 1930-an. Kemudian dilanjutkan oleh Cattell di tahun 1940-an.
Di awal tahun 1980-an, McCrae dan Costa mulai mengidentifikasi sifat dasar
kepribadian melalui analisis faktor yang disebut sebagai Five Factor Model
(FFM).
Model kepribadian Five Factor Model memungkinkan peneliti untuk
meneliti pengaruh dari lima sifat individu yang berbeda-beda (extraversion,
neuroticism, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness)
terhadap perilaku (Costa & McCrae, 1980). Namun kemudian, Lewis Goldberg
menggunakan istilah “Big Five” untuk mendeskripsikan tipe kepribadian dari five
factor model (Feist & Feist, 2009).
Berdasarkan beberapa definisi kepribadian yang telah dijelaskan
sebelumnya, peneliti memilih definisi dari Feist dan Feist (2009) mendefinisikan
bahwa kepribadian adalah suatu pola dari sifat yang relatif menetap dan
karakteristik unik, yang menggambarkan konsistensi dan individualitas pada
perilaku seseorang.
20
2.2.2 Dimensi kepribadian big five
Berdasarkan teori tipe kepribadian big five, maka lima dimensi yang terdapat di
dalamnya adalah sebagai berikut:
1. Extraversion
Individu dengan skor tinggi pada dimensi ini adalah individu yang ramah
dalam bergaul, senang bergaul dan berkumpul, memiliki sikap tegas, senang
beraktifitas, senang mencari kegembiraan, penuh dengan emosi positif.
2. Agreeableness
Individu dengan skor tinggi pada dimensi ini adalah individu yang dapat
dipercaya, suka dalam berterus terang, suka menolong, suka mendahulukan
kepentingan orang lain daripada diri sendiri, rendah hati, lemah lembut.
3. Conscientiousness
Individu dengan skor tinggi pada dimensi ini adalah individu yang penuh
kompeten, menyukai keteraturan, rapih, penuh pencapaian, disiplin, penuh
pertimbangan.
4. Neuroticism
Individu dengan skor tinggi pada dimensi ini adalah individu yang mudah
merasa cemas, mudah marah, mudah depresi, pemalu, impulsif, mudah tersakiti
perasaannya.
5. Openess to Experience
Individu dengan skor tinggi pada dimensi ini adalah individu yang suka
berimajinasi, memiliki kepekaan terhadap seni dan keindahan, memiliki
21
perasaan yang kuat, terbuka untuk melakukan hal baru, memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi, dan menghargai nilai-nilai tertentu.
2.2.3 Pengukuran tipe kepribadian big five
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, peneliti menemukan beberapa alat
ukur yang digunakan untuk mengukur tipe kepribadian big five, diantaranya
adalah:
1. NEO-FFI (NEO-Five Factor Inventory) dikembangkan untuk menyediakan
alat ukur yang singkat untuk mengukur lima faktor kepribadian (Costa &
McCrae, 1989). Alat ukur ini memiliki reliabilitas sebesar 0.90 dan terdiri dari
60 item dimana dalam setiap dimensinya terdiri dari 12 item yang dipilih dari
kumpulan 180 item dalam NEO Personality Inventory (McCrae & Costa,
2004).
2. BFI (The Big Five Inventory) yang disusun oleh John, Donahue, dan Kentle
(1991). Alat ukur ini memiliki reliabilitas 0.83 dan terdiri dari 44 item yang
terbagi ke dalam lima dimensi kepribadian big five (John & Srivastava, 1999).
3. IPIP (International Personality Item Pool) yang dikembangkan oleh Goldberg
(1999) berdasarkan penelitian McCrae dan Costa (1992). Alat ukur ini
memiliki reliabilitas sebesar 0.82 dan terdiri dari 50 item (Donnellan, Oswald,
Baird, dan Lucas, 2006).
Dalam penelitian ini peneliti akan mengadaptasi skala baku The Big Five
Inventory (BFI) yang disusun oleh John, Donahue, dan Kentle (1991) karena alat
ukur ini memiliki item-item yang cukup singkat serta reliabilitas yang cukup baik.
22
2.3 Gaya Kelekatan (Attachment Style)
Teori kelekatan (attachment) merupakan teori mengenai sebuah ikatan yang
berkembang antara anak dan pengasuhnya yang akan berdampak pada
pembentukan konsep diri pada anak dan berkembangnya cara anak dalam
memandang dunia sosial mereka. Ainsworth (dalam Collins, 1990) mengatakan
bahwa teori Bowlby (1982, 1973, 1980), merupakan pernyataan pertama yang
membahas teori kelekatan dengan menggunakan pendekatan etiologi dan evolusi.
Berdasarkan definisi yang diberikan Ainsworth, Bell, & Stayton (dalam
Gray, 2011) kelekatan adalah sebuah proses yang dimulai pada awal kehidupan
seseorang, yaitu dimulai pada saat bayi lahir ke dunia. Proses ini telah ditetapkan
sebagai hubungan emosional yang terbentuk antara seorang anak dengan
pengasuhnya, dan diduga akan terus memiliki keterikatan dari waktu ke waktu.
Bowlby (1969) percaya bahwa kelekatan di masa kanak-kanak dengan
pengasuh mereka memiliki dampak yang besar dikehidupan mereka selanjutnya.
Bowlby juga sangat yakin bahwa kelekatan yang terbentuk selama masa kanak-
kanak memiliki dampak penting di masa dewasa. Sebagaimana penelitian yang
dilakukan Andersson (dalam Gray, 2011) menunjukan bahwa, kelekatan di masa
kanak-kanak dapat sangat mempengaruhi penyesuaian sosial dan well-being
seseorang di masa dewasa.
2.3.1 Definisi gaya kelekatan
Dalam perkembangannya, teori kelekatan tidak hanya sebatas pada perkembangan
bayi karena kemudian teori kelekatan pada orang dewasa pun muncul, atau biasa
dikenal sebagai adult attachment. Teori adult attachment ini diawali dari adanya
23
asumsi bahwa ketika orang dewasa memulai suatu hubungan akan disertai dengan
pengalaman dalam hubungan interpersonal mereka, kenangan-kenangan,
keyakinan, dan harapan yang membentuk bagaimana pikiran, perasaan, dan
perilaku mereka dalam suatu hubungan (Collins et,.al. 2006).
Collins et,.al. (2006) mendefinisikan gaya kelekatan adalah suatu konsep
yang berhubungan dengan pola pikir, perasaan, dan perilaku di dalam suatu
hubungan dekat, yang diduga dapat mencerminkan perbedaan pada internal
working model yang dimiliki.
Teori gaya kelekatan muncul setelah dipengaruhi oleh teori Bowlby, higga
kemudian Ainsworth dan rekan-rekannya (Ainsworth, Blehar, Waters, & Wall,
1978) mengembangkan teknik untuk mengukur tipe kelekatan atau gaya kelekatan
yang ada diantara pengasuh dengan bayi, yang dikenal sebagai “strange situation”
(Feist & Feist, 2009). Hingga kemudian gaya kelekatan tersebut dibagi menjadi
tiga kategori yaitu aman (secure), cemas (anxiety), dan menghindar (avoidant)
(Mikulincer & Shaver, 2007).
Dalam teori kelekatan, terdapat istilah figur kelekatan yang memiliki
makna spesifik. Figur kelekatan bukan hanya sekedar partner terdekat yang
memiliki peran penting dalam suatu hubungan. Tetapi mereka adalah seseorang
istimewa yang akan menjadi tempat meminta perlindungan dan dukungan ketika
dibutuhkan. Saat masih bayi, figur kelekatan yang dimiliki adalah pengasuh
utama, seperti orang tua, kakek-nenek, dsb. Kemudian di masa kanak-kanak,
remaja, hingga dewasa, partner yang akan menjadi figur kelekatan dalam suatu
hubungan pun akan menjadi lebih beragam bagi individu, seperti saudara
24
kandung, sanak saudara, rekan kerja, guru, teman dekat, dan pasangan
(Mikulincer & Shaver, 2007).
Gaya kelekatan yang dimiliki seseorang menggambarkan berfungsinya
working model dan kelekatan yang dimilikinya dalam suatu hubungan tertentu
(Mikulincer & Shaver, 2007). Dimana menurut Collins (dalam Gray, 2011)
working model itu meliputi perasaan, keyakinan, harapan bagi diri sendiri, orang
lain, dan dunia luar, strategi perilaku, dan “aturan dalam mengarahkan perhatian,
menafsirkan informasi, dan mengatur memori” yang akan “memiliki konsekuensi
jangka panjang dalam perkembangan kepribadian dan hubungan dekat”.
Gaya kelekatan adalah sebuah konsep yang berasal dari teori kelekatan
yang dikemukakan oleh Bowlby yang mengacu pada karakteristik seseorang
dalam membangun hubungan yang mendalam dengan pengasuhnya dan
membangun sebuah hubungan dengan “figur kelekatan”. Konsep ini meliputi
keyakinan seseorang akan ketersediaan figur kelekatan untuk dijadikan sebagai
tempat yang aman dimana seseorang dapat menjelajahi dunia dengan bebas
sebagaimana tempat yang aman untuk mendapatkan dukungan, perlindungan, dan
kenyamanan dalam kesulitan (Levy, Ellison, Scott, & Bernecker, 2011).
Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan di atas, peneliti menggunakan
definisi gaya kelekatan menurut Collins et,.al. (2006) bahwa gaya kelekatan
adalah suatu konsep yang berhubungan dengan pola pikir, perasaan, dan perilaku
di dalam suatu hubungan dekat, yang diduga dapat mencerminkan perbedaan pada
internal working model yang dimiliki.
25
2.3.2 Tipe gaya kelekatan
Collins et,.al. (2006) menyebutkan tiga tipe gaya kelekatan, yaitu:
1. Gaya kelekatan aman (secure attachment style)
Menurut Collins et,.al. (2006) seseorang dengan tipe gaya kelekatan aman akan
merasa dihargai oleh orang lain dan merasa layak untuk mendapatkan kasih
sayang, dan mereka memandang figur kelekatan mereka sebagai sosok yang
dapat dipercaya dan responsive. Mereka juga merasa nyaman dengan adanya
kedekatan dan dapat bergantung dengan orang lain ketika dibutuhkan. Dengan
kata lain, menurut Collins dan Read (1990) individu dengan tipe ini memiliki
skor tinggi pada dimensi close dan depend, serta skor rendah pada dimensi
anxiety.
2. Gaya kelekatan cemas (anxiety attachment style)
Menurut Collins et,.al. (2006) tipe gaya kelekatan cemas ini mengarah pada
perasaan seseorang terhadap adanya penolakan atau penerimaan dalam
hubungan mereka dengan orang lain. Dengan kata lain, menurut Collins dan
Read (1990) individu dengan tipe ini memiliki skor tinggi pada dimensi
anxiety, serta skor sedang pada dimensi close dan depend.
3. Gaya kelekatan menghindar (avoidant gaya kelekatan)
Menurut Collins et,.al. (2006) tipe gaya kelekatan menghindar ini mengarah
pada tingkat nyaman atau tidaknya seseorang dengan adanya kedekatan dan
saling ketergantungan dengan orang lain. Dengan kata lain, menurut Collins
dan Read (1990) individu dengan tipe ini memiliki skor rendah pada dimensi
anxiety, close dan depend.
26
2.3.3 Pengukuran gaya kelekatan
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, peneliti menemukan beberapa alat
ukur yang digunakan untuk mengukur gaya kelekatan diantaranya adalah:
1. RSQ (Relationship Scales Questionnire) yang dikembangkan oleh Griffin dan
Bartholomew (1994), terdiri dari 30 item. Alat ukur ini terdiri dari enam sub-
skala untuk mengukur empat kategori attachment, yaitu secure, preoccupied,
dismissing dan fearful (Stein et.al, 2002).
2. ASQ (Attachment Style Questionnaire) yang dikembangkan oleh Feeney,
Noller dan Hanrahan (1994), terdiri dari 40 item. Alat ukur ini terdiri dari
lima sub-skala, yaitu confidence, discomfort with closeness, relationships as
seconadary, need for approval, dan preoccupation with relationships (Stein
et.al, 2002).
3. Revised Adult Attachment Scale (close relationships version) yang
dikembangkan oleh Nancy L.Collins (1996), terdiri dari 18 item dan memiliki
reliabilitas sebesar 0.72. Alat ukur ini terdiri dari tiga sub-skala, yaitu close,
depend, dan anxiety. Bentuk revisi dari Adult Attachment Scale ini lebih
difokuskan untuk mengukur hubungan dekat secara umum dan bukan hanya
untuk mengukur hubungan romantis (Collins, 2008).
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadaptasi alat ukur Revised Adult
Attachment Scale (close relationships version) yang dikembangkan oleh Nancy
L.Collins (1996) yang terdiri dari 18 item.
27
2.4 Kerangka Berpikir
2.4.1 Pengaruh tipe kepribadian terhadap penyesuaian diri di perguruan
tinggi
Berdasarkan hasil penelitian Schnuck dan Handall (2011) diketahui bahwa
terdapat banyak perbedaan yang signifikan dalam hubungan antara kepribadian
dan aspek penyesuaian diri pada mahasiswa. Dimensi neuroticism memiliki
hubungan negatif dengan semua aspek penyesuaian diri. Dimensi extraversion,
agreeableness, conscientiousness, memiliki hubungan positif dengan semua aspek
penyesuaian diri.
Christensen (2012) menemukan bahwa dimensi extraversion,
conscientiousness, emotional stability, dan openness to experience memiliki
hubungan dengan penyesuaian diri di perguruan tinggi, dimana individu yang
memiliki karakter ramah, bersemangat, disiplin, dan ambisius, menunjukkan
penyesuaian diri di perguruan tinggi yang sangat baik. Begitu pula sebaliknya,
bagi individu yang tidak memiliki karakter tersebut, mereka diketahui memiliki
penyesuaian diri yang kurang baik.
Christensen (2012) menemukan bahwa conscientiousness, neuroticism,
openess to experience, dan extraversion memiliki hubungan dengan besarnya
tingkat kemampuan mahasiswa dalam penyesuaian diri di perguruan tinggi,
sedangkan agreeableness memiliki hubungan yang lemah namun tetap signifikan
terhadap meningkatnya penyesuaian akademik. Individu yang memiliki
kecenderungan pada dimensi emotional stability dan extraversion, yaitu mereka
yang memiliki karakter ramah dan percaya diri menunjukan penyesuaian sosial
28
yang baik dimana mereka lebih mudah dalam membangun hubungan sosial dan
merasa bahagia dalam hubungan pertemanannya dibandingkan mereka yang tidak
memiliki karakter tersebut.
Dimensi conscientiousness berpengaruh pada penyesuaian diri yang baik
di perguruan tinggi (Christensen, 2012). Lounsbury, Saundargas dan Gibson
(dalam Christensen, 2012) menemukan bahwa agreeableness, conscientiousness,
dan extraversion berkorelasi negatif dengan keinginan mahasiswa untuk
mengundurkan diri dari perguruan tinggi.
Sevinc dan Gizir (2014) mengatakan bahwa dalam beberapa penelitian
tentang penyesuaian diri di perguruan tinggi telah menemukan berbagai variabel
psikososial memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat penyesuaian diri di
perguruan tinggi. Salah satunya adalah karakteristik kepribadian yang
berhubungan dengan penyesuaian diri secara keseluruhan.
2.4.2 Pengaruh gaya kelekatan terhadap penyesuaian diri di perguruan
tinggi
Cooper et.al (dalam Gray, 2011) mengemukakan bahwa berdasarkan sebuah studi
yang dilakukan di Amerika Serikat dengan sampel remaja kulit putih dan kulit
hitam, diketahui bahwa remaja yang memiliki gaya kelekatan aman cenderung
dapat menyesuaian diri dengan baik dan memiliki kemampuan yang lebih baik
dalam mengolah emosi mereka dibandingkan mereka yang memiliki gaya
kelekatan tidak aman (insecure). Mereka juga menemukan bahwa perempuan
yang dengan tipe insecure/ambivalent attachment memiliki tingkat depresi dan
29
kecemasan yang tinggi daripada perempuan dengan tipe attachment lainnya, dan
begitu pula pada laki-laki.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki
gaya kelekatan aman dengan orang tuanya diketahui memiliki kemampuan dalam
melakukan penyesuaian sosial, akademik, dan emosional yang baik, hubungan
pertemanan yang baik, lebih kecil kemungkinannya dalam merasakan kesepian
dan dalam merasakan gejala psikologis seperti depresi dan kecemasan, dan
bahkan dalam penggunaan alkohol (Mattanah, Hancock & Brand, 2004). Gaya
kelekatan memiliki pengaruh yang besar pada penyesuaian emosional dan
kemampuan sosial, yang merupakan faktor penting dalam masa transisi ke
perguruan tinggi (Phillips, 2007).
Mikulincer dan Shaver (2007) mengatakan bahwa peran yang gaya
kelekatan dalam lingkungan akademik bisa jadi merupakan hal yang penting
dalam masa transisi ke perguruan tinggi. Menurut Larose, Bernier, dan Tarabulsy
(dalam Mikulincer & Shaver, 2007) mahasiswa diharapkan dapat lebih mandiri
dalam menjalankan kehidupannya dan dapat mengandalkan ketrampilan diri
ketika menghadapi tugas akademik. Selain itu menurut Kenny (dalam Mikulincer
& Shaver, 2007) transisi ke perguruan tinggi seringkali melibatkan terjadinya
perpisahan dengan figur kelekatan (orang tua, teman, sahabat, atau kekasih) yang
dapat memunculkan kebutuhan kelekatan dan memunculkan gejolak emosional
yang dapat mengganggu kinerja akademik.
Mahasiswa yang memiliki gaya kelekatan cemas diketahui memiliki
perasaan takut akan kegagalan akademik yang meningkat dan penurunan prioritas
30
mereka dalam melaksanakan tugas kuliah selama masa transisi. Mahasiswa yang
memiliki gaya kelekatan menghindar berkaitan dengan penuruan kualitas
perhatian atau fokus dan persiapan ujian selama masa transisi ke perguruan tinggi.
Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki gaya kelekatan aman, tidak menunjukkan
adanya penurunan prestasi akademik selama masa transisi ke perguruan tinggi,
dan menunjukkan bahwa mereka mampu menghadapi masa transisi tersebut
dengan baik (Mikulincer & Shaver, 2007).
2.4.3 Pengaruh tipe kepribadian dan gaya kelekatan terhadap penyesuaian
diri di perguruan tinggi
Penyesuaian diri di perguruan tinggi dipengaruhi oleh tipe kepribadian dan gaya
kelekatan. Tipe kepribadian yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi
perilakunya serta mempengaruhi baik atau buruknya kemampuan seseorang dalam
melakukan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Begitupun dengan gaya
kelekatan, gaya kelekatan tertentu yang dimiliki seseorang baik mempengaruhi
cara mereka dalam menghadapi suatu lingkungan serta kemampuannya dalam
melakukan penyesuaian diri di perguruan tinggi.
Setiap individu diketahui memiliki tipe kepribadian yang berbeda-beda
yang dapat mempengaruhi baik atau buruknya penyesuaian diri seseorang di
perguruan tinggi. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Azic et.al (dalam Azic,
Becirevic & Jakovcic, 2010) yang menemukan bahwa tipe kepribadian yang
berbeda-beda dalam big five personality memiliki hubungan dengan aspek-aspek
dalam penyesuaian diri di perguruan tinggi.
31
Individu yang memiliki skor tinggi pada extraversion diketahui merupakan
pribadi yang periang, menyenangkan, penyayang, dan mudah bergaul. Sehingga
sangat mungkin jika mereka memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik.
Hal ini berdasarkan penelitian Christensen (2012) menemukan bahwa dimensi
extraversion, memiliki hubungan dengan penyesuaian diri di perguruan tinggi,
dimana individu yang memiliki karakter ramah dan bersemangat menunjukkan
penyesuaian diri di perguruan tinggi yang sangat baik.
Kemampuan mereka dalam bergaul dan menjadi pribadi yang
menyenangkan membuatnya dapat memiliki banyak teman dan menerima banyak
dukungan sosial dari lingkungannya yang dapat membantunya dalam penyesuaian
diri di perguruan tinggi. Sifat periang dan mudah bergaul yang dimilikinya juga
dapat mencegahnya dari perasaan kesepian dan stress yang dapat membawa
mereka pada kegagalan dalam penyesuaian diri di perguruan tinggi. Berdasarkan
hal itu, peneliti berhipotesis bahwa ada pengaruh extraversion terhadap
penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.
Individu yang memiliki skor tinggi pada agreeableness diketahui memiliki
hubungan dengan baiknya kemampuan penyesuaian diri di perguruan tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian Schnuck dan Handall (2011) diketahui bahwa
terdapat banyak perbedaan yang signifikan dalam hubungan antara tipe
kepribadian dan aspek penyesuaian diri pada mahasiswa, dimana dimensi
agreeableness memiliki hubungan positif dengan semua aspek penyesuaian diri.
Individu tersebut diketahui merupakan pribadi yang baik hati dan suka
menolong, sehingga akan banyak orang yang mau dekat dan berteman dengannya.
32
Orang-orang yang ada disekitarnya itu dapat membantunya ketika mereka
menemukan kesulitan dalam masa penyesuaian diri tersebut. Individu ini juga
akan mendapat perlakuan yang baik dari orang lain, karena baik atau tidak nya
orang lain memperlakukan kita adalah tergantung bagaimana kita memperlakukan
orang lain. Berdasarkan hal itu, peneliti berhipotesis bahwa ada pengaruh
agreeableness terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa
tahun pertama.
Individu yang memiliki skor tinggi pada conscientiousness diketahui dapat
melakukan penyesuaian diri di perguruan tinggi dengan baik. Hal ini berdasarkan
penelitian Christensen (2012) bahwa dimensi conscientiousness berpengaruh pada
penyesuaian diri yang baik di perguruan tinggi.
Kedisiplinan, ambisius serta sifat pekerja keras yang dimiliki individu
tersebut dapat membuatnya berhasil dalam penyesuaian diri tersebut. Mereka akan
berdisiplin dalam urusan waktu dan dalam peraturan dikampus. Ambisius yang
disertai dengan kedisiplinan dapat membantu mereka dalam penyesuaian diri
tersebut dan dapat membawa mereka pada sebuah keberhasilan baik akademik
maupun non akademik di perguruan tinggi. Berdasarkan hal itu, peneliti
berhipotesis bahwa ada pengaruh conscientiousness terhadap penyesuaian diri di
perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.
Individu yang memiliki skor tinggi pada neuroticism diketahui memiliki
penyesuaian diri di perguruan tinggi yang buruk. Hal ini berdasarkan hasil
penelitian Schnuck dan Handall (2011) yang menyatakan bahwa neuroticism
33
memiliki hubungan dengan variabel penyesuaian diri dan hubungan tersebut
menunjukkan penyesuaian diri yang buruk.
Individu tersebut merupakan individu yang mudah marah, mudah cemas,
dan rentan mengalami stress. Mereka dikhawatirkan akan mudah merasa stress
atau bahkan depresi ketika menghadapi tuntutan akademik serta lingkungan
sekitarnya, sehingga ini akan berdampak pada kegagalan mereka dalam
melakukan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Sifat tempramental yang
dimilikinya juga dapat menyebabkan orang-orang disekitarnya tidak senang
bergaul dengannya. Berdasarkan hal itu, peneliti berhipotesis bahwa ada pengaruh
neuroticism terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun
pertama.
Individu yang memiliki skor tinggi pada openness to experience diketahui
dapat melakukan penyesuaian diri di perguruan tinggi dengan baik. Hal ini
berdasarkan penelitian Christensen (2012) yang menemukan bahwa openess to
experience memiliki hubungan dengan besarnya tingkat kemampuan mahasiswa
dalam penyesuaian diri di perguruan tinggi.
Mereka akan cenderung tertarik dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di
kampus yang nantinya akan memberi pengalaman serta pertemanan baru bagi
mereka. Beragamnya kegiatan yang mereka ikuti dapat mencegah mereka dari
terjadinya kesepian, stress, dan bahkan kegagalan dalam penyesuaian diri di
perguruan tinggi karena dalam kegiatan tersebut mereka akan menemukan
aktifitas baru yang dapat mengisi waktu luang dan disertai dengan adanya
pertemanan baru. Berdasarkan hal itu, peneliti berhipotesis bahwa ada pengaruh
34
openness to experience terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi pada
mahasiswa tahun pertama.
Faktor lainnya yang diperkirakan dapat mempengaruhi penyesuaian diri di
perguruan tinggi adalah gaya kelekatan. Peneliti menggunakan variabel tersebut
karena gaya kelekatan yang pertama kali dimiliki seseorang dengan figur
kelekatannya akan berpengaruh pada kesiapan mereka dalam melakukan
penyesuaian diri di lingkungan baru di masa selanjutnya.
Lopez, Mitchell, dan Gormerly (dalam Marmarosh & Markin, 2007)
menemukan bahwa perbedaan individu seperti dalam halnya gaya kelekatan dapat
mempengaruhi kemampuan mahasiswa untuk berintegrasi dan beradaptasi dengan
pengalaman baru di perguruan tinggi dengan baik.
Mereka yang memiliki gaya kelekatan aman diketahui dapat melakukan
penyesuaian diri di perguruan tinggi dengan baik. Hal ini berdasarkan penelitian
Marmarosh & Markin, (2007) yang menyatakan bahwa individu dengan gaya
kelekatan aman, yaitu mereka yang dapat mempercayai orang lain dengan lebih
dan tingkat rasa aman yang lebih besar dalam diri mereka, adalah individu yang
mampu menghadapi penyesuaian diri di perguruan tinggi dengan sangat baik.
Mereka akan lebih mudah dalam membangun suatu hubungan sosial
disekitarnya dan saat mereka menemui kesulitan dalam masa penyesuaian diri,
mereka sudah meyakini bahwa figur kelekatan mereka akan selalu ada untuk
mereka ketika dibutuhkan yang dapat memberikan perlindungan serta dukungan.
Berdasarkan hal itu, peneliti berhipotesis bahwa ada pengaruh secure gaya
35
kelekatan terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun
pertama.
Individu dengan memiliki gaya kelekatan cemas diketahui tidak dapat
melakukan penyesuaian diri di perguruan tinggi dengan baik. Mereka memang
memiliki keinginan yang kuat untuk membangun hubungan dengan orang lain,
namun sayangnya mereka mudah merasa cemas ketika memiliki kedekatan
dengan orang lain, sehingga ini dapat menghambat mereka dalam masa
penyesuaian diri. Mereka cenderung memiliki perasaan takut akan kegagalan
mereka dalam prestasi akademik di kampus. Berdasarkan hal itu, peneliti
berhipotesis bahwa ada pengaruh gaya kelekatan cemas terhadap penyesuaian diri
di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.
Mereka yang memiliki gaya kelekatan menghindar diketahui tidak dapat
melakukan penyesuaian diri di perguruan tinggi dengan baik. Mereka telah
memiliki keyakinan bahwa orang-orang disekitarnya akan menolak untuk
berteman dengannya, sehingga ini dapat sangat berdampak buruk dalam masa
penyesuaian diri seseorang, dimana orang tersebut akan langsung merasa ditolak
ketika memasuki lingkungan baru.
Hal tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wang dan
Mallinckrodt (dalam Gray, 2011) yang menemukan bahwa tingginya tingkat gaya
kelekatan cemas dan gaya kelekatan menghindar merupakan prediktor yang
signifikan bagi kesulitan penyesuaian diri dan tekanan psikologis. Berdasarkan hal
itu, peneliti berhipotesis bahwa ada pengaruh gaya kelekatan menghindar terhadap
penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.
36
Jika digambarkan dalam sebuah model, maka kerangka berpikir dalam
penelitian ini adalah seperti yang terdapat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir Pengaruh Tipe Kepribadian dan Gaya Kelekatan
terhadap Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi
2.5 Hipotesis Penelitian
2.5.1 Hipotesis mayor
Ha : Ada pengaruh yang signifikan extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, openness to experience, gaya kelekatan
aman (secure), gaya kelekatan cemas (anxiety), dan gaya kelekatan
menghindar (avoidant) terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi pada
mahasiswa tahun pertama.
37
2.5.2 Hipotesis minor
Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan variabel extraversion terhadap penyesuaian
diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.
Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan variabel agreeableness terhadap
penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.
Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan variabel conscientiousness terhadap
penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.
Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan variabel neuroticism terhadap penyesuaian
diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.
Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan variabel openness to experience terhadap
penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.
Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan variabel gaya kelekatan aman (secure)
terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun
pertama.
Ha7 : Ada pengaruh yang signifikan variabel gaya kelekatan cemas (anxiety)
terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun
pertama.
Ha8 : Ada pengaruh yang signifikan variabel gaya kelekatan menghindar
(avoidant) terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa
tahun pertama.
38
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi dan sampel penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i tahun pertama S1 Universitas
Pamulang (UNPAM) tahun akademik 2014/2015 yaitu mahasiswa yang berada
pada tingkat semester dua. Populasi dalam penelitian ini tersebar di enam fakultas
dengan jumlah keseluruhan 5129 mahasiswa.
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 207 mahasiswa.
Penentuan jumlah sampel ini berdasarkan pernyataan Roscoe (dalam Sugiyono,
2011) yang mengatakan bahwa bila dalam penelitian akan melakukan analisis
dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya) maka jumlah anggota
sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti, oleh karena itu jumlah
sampel 207 dalam penelitian ini sudah dapat dikatakan layak.
3.1.2 Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non
probability sampling, dimana setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan
yang sama untuk dijadikan sampel. Peneliti menggunakan bentuk convenience
sampling yang melibatkan penyeleksian terutama berdasarkan kesediaan dan
kemauannya untuk merespon (Shaughnessy, 2007).
39
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Adapun variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu :
1. Variabel Terikat (Dependent Variable) dalam penelitian ini adalah :
Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi (Y)
2. Variabel Bebas (Independent Variable) dalam penelitian ini adalah :
Tipe Kepribadian Big Five
Extraversion = X1
Agreeableness = X2
Conscientiousness = X3
Neuroticism = X4
Openness to Experience = X5
Attachment Style
Gaya Kelekatan Aman (Secure) = X6
Gaya Kelekatan Cemas (Anxiety) = X7
Gaya Kelekatan Menghindar (Avoidant) = X8
Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Variabel terikat (dependent variable)
Definisi operasional penyesuaian diri di perguruan tinggi adalah menurut
Baker dan Siryk (dalam Shaw, 2008) adalah pengalaman akademik, sosial,
personal-emosional yang dialami seorang mahasiswa setelah memasuki
institusi perguruan tinggi, dan juga meliputi komitmen/keterikatan dengan
40
institusi yang diukur dengan menggunakan skala The Student Adaptation to
College Questionnaire (SACQ).
2. Variabel bebas (independent variabel)
Variabel bebas merupakan variabel yang akan dilihat pengaruhnya terhadap
variabel terikat. Definisi operasional variabel bebas pada penelitian ini adalah :
a. Extraversion
Definisi operasional extraversion adalah individu yang ramah dalam
bergaul, senang bergaul dan berkumpul, memiliki sikap tegas, senang
beraktifitas, senang mencari kegembiraan, penuh dengan emosi positif
yang diukur dengan menggunakan skala The Big Five Inventory (BFI)
yang telah dimodifikasi.
b. Agreeableness
Definisi operasional agreeableness adalah individu yang dapat dipercaya,
suka dalam berterus terang, suka menolong, suka mendahulukan
kepentingan orang lain daripada diri sendiri, rendah hati, lemah lembut
yang diukur dengan menggunakan skala The Big Five Inventory (BFI)
yang telah dimodifikasi.
c. Conscientiousness
Definisi operasional conscientiousness adalah individu yang berkompeten,
menyukai keteraturan, rapih, penuh pencapaian, disiplin, penuh
pertimbangan yang diukur dengan menggunakan skala The Big Five
Inventory (BFI) yang telah dimodifikasi.
41
d. Neuroticism
Definisi operasional neuriticism adalah individu yang mudah merasa
cemas, mudah marah, mudah depresi, pemalu, impulsif, mudah tersakiti
perasaannya yang diukur dengan menggunakan skala The Big Five
Inventory (BFI) yang telah dimodifikasi.
e. Openess to Experience
Definisi operasional openess to experience adalah individu yang suka
berimajinasi, memiliki kepekaan terhadap seni dan keindahan, memiliki
perasaan yang kuat, terbuka untuk melakukan hal baru, memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi, menghargai nilai-nilai tertentu yang diukur dengan
menggunakan skala The Big Five Inventory (BFI) yang telah dimodifikasi.
f. Gaya kelekatan aman (secure)
Definisi operasional gaya kelekatan aman (secure) adalah perasaan
dihargai oleh orang lain dan layak untuk mendapatkan kasih sayang,
memandang figur kelekatan sebagai sosok yang dapat dipercaya dan
responsive, serta perasaan nyaman dengan adanya kedekatan dan dapat
bergantung dengan orang lain ketika dibutuhkan yang diukur dengan
menggunakan skala Revised Adult Attachment Scale (close relationships
version).
g. Gaya kelekatan cemas (anxiety)
Definisi operasional gaya kelekatan cemas adalah perasaan seseorang
terhadap adanya penolakan atau penerimaan dalam hubungan mereka
42
dengan orang lain. yang diukur dengan menggunakan skala Revised Adult
Attachment Scale (close relationships version).
h. Gaya kelekatan menghindar (avoidant)
Definisi operasional gaya kelekatan menghindar adalah tingkat nyaman
atau tidaknya seseorang dengan adanya kedekatan dan saling
ketergantungan dengan orang lain. yang diukur dengan menggunakan
skala Revised Adult Attachment Scale (close relationships version).
3.2 Instrumen Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan skala
sebagai alat ukur pengumpulan data. Skala yang digunakan adalah model skala
Likert, yaitu pernyataan berupa pendapat yang disajikan kepada responden dengan
memberikan indikasi pernyataan sesuai hingga pernyataan tidak sesuai. Adapun
subjek memberikan jawaban terhadap model Likert dengan memberikan tanda
silang (X) pada salah satu alternatif jawaban.
Tabel 3.1
Skor Skala Penelitian
Skala Favorable Unfavorable
Sangat sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak sesuai (TS) 2 3
Sangat tidak sesuai (STS) 1 4
3.2.1 Instrumen penelitian
Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu :
43
1. Skala penyesuaian diri di perguruan tinggi
Peneliti menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari Baker dan Siryk (1989)
yaitu The Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ). Adapun
penyesuaian diri di perguruan tinggi dibagi dalam empat aspek, yaitu
penyesuaian sosial, akademik, personal-emosional, dan komitmen dengan
perguruan tinggi seperti yang terdapat pada tabel 3.2.
Setelah dimodifikasi, skala ini menjadi berjumlah 25 item. Perlu
dijelaskan sebelumnya bahwa peneliti tidak menggunakan dua indikator yang
sebelumnya terdapat dalam aspek penyesuaian sosial, yaitu kesuksesan akan
keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan sosial dan keberadaan mahasiswa
yang jauh dari rumah dan orang-orang terdekat. Hal ini dikarenakan tidak
semua mahasiswa ikut serta dalam kegiatan sosial dan tidak semua mahasiswa
tinggal jauh dari rumah atau dari orang-orang terdekat.
2. Skala tipe kepribadian big five
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tipe kepribadian big five adalah
modifikasi dari The Big Five Inventory (BFI) yang dikembangkan oleh John,
Donahue, dan Kentle (1991) terdiri dari 34 item dan terbagi ke dalam lima
dimensi big five, seperti yang dijabarkan pada tabel 3.3.
Perlu dijelaskan sebelumnya bahwa setelah dimodifikasi, skala ini menjadi
berjumlah 34 karena terdapat pengurangan jumlah item dalam skala ini,
khususnya pada item unfavorable. Hal ini berdasarkan penelitian Ramdhani
(2012) yang mengatakan bahwa sebagian besar dari item-item yang
mempunyai nilai λ rendah pada kelima dimensi adalah item unfavorable.
44
Rendahnya nilai λ ( λ < 0,4) pada item menunjukkan bahwa item tersebut
memiliki korelasi dengan item lainnya.
Tabel 3.2
Blue Print Skala Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi
No Aspek Indikator Fav Un
fav
Jml
1 Penyesuaian
akademik Telah menetapkan tujuan akademik
Menikmati tugas kuliah yang tersedia
1
11
8
Rutin menghadiri perkuliahan 2
Kurang maksimal dalam mengerjakan
tugas kuliah
12
Merasa puas dengan prestasi akademik
yang dimiliki
3
Belum mampu mengerjakan soal ujian
dengan baik
13
Merasa puas dengan kualitas mengajar
para dosen
4
Merasa puas dengan jumlah dan jenis
mata kuliah yang tersedia di kampus
14
2 Penyesuaian
sosial Memiliki teman baik yang dapat
menjadi tempat bercerita
5 5
Memiliki banyak teman di kampus 15
Mengalami kesulitan dalam bergaul
dengan teman di kampus
21
Merasa senang untuk mengikuti
perkuliahan
6
Merasa puas dengan kegiatan
ekstrakurikuler yang tersedia
16
3 Penyesuaian
personal-
emosional
Kesulitan dalam mengontrol emosi
Pikiran yang mudah kacau dalam
menghadapi tuntutan kuliah
7
17
6
Kesulitan dalam mengatasi stress 22
Merasa kesehatannya baik 8
Sering mengalami sakit kepala 18
Merasa tidak dapat tidur nyenyak 23
4 Komitmen
terhadap
perguruan
tinggi
Merasa puas dengan keputusan untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi
Sering berpikir untuk mengundurkan
diri dari kuliah selamanya
Berniat untuk mengambil cuti dan
menyelesaikannya lagi nanti
Memiliki keinginan untuk terus
bertahan hingga meraih gelar sarjana
Berharap dapat kuliah atau pindah ke
perguruan tinggi lain
9
25
19
24
10,
20
6
45
Tabel 3.3
Blue Print Skala Tipe Kepribadian Big Five
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jml
1 Extraversion Ramah dalam bergaul
Senang bergaul dan
berkumpul
Memiliki sikap tegas
Senang beraktifitas
Senang mencari kegembiraan
Penuh dengan emosi positif
1,11,2
1,
16, 26
6
6
2 Agreeableness Dapat dipercaya
Suka berterus terang
Suka menolong
Suka mendahulukan
kepentingan orang lain
daripada diri sendiri
Rendah hati
Lemah lembut
2,7,12,
17,22,
31
27 7
3 Conscientiousness Berkompeten
Menyukai keteraturan
Rapih
Penuh pencapaian
Disiplin
Penuh pertimbangan
8,23,2
8,32
3,13,1
8
7
4 Neuroticism Mudah merasa cemas
Mudah marah
Mudah depresi
Pemalu
Impulsif
Mudah terluka perasaannya
4,19,2
9
9,14,2
4
6
5 Openness Suka berimajinasi
Kepekaan terhadap seni dan
keindahan
Memiliki perasaan yang kuat
Terbuka akan hal baru
Memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi
Menghargai nilai-nilai tertentu
5,10,1
5
20,25,
30,
33
34 8
3. Skala gaya kelekatan
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur gaya kelekatan adalah modifikasi
dari Revised Adult Attachment Scale (close relationships version) yang
dikembangkan oleh Nancy L.Collins (1996) dan terdiri dari 18 item, yaitu :
46
Tabel 3.4
Blue Print Skala Gaya Kelekatan
No Dimensi Indikator Favorable Unfav Total
1 Close Perasaan nyaman akan
kedekatannya dengan
orang lain.
1, 6, 12 8, 13, 17 6
2 Depend Perasaan akan
ketergantungan dengan
orang lain yang akan ada
saat ia membutuhkan.
5, 14 2, 7, 16,
18
6
3 Anxiety Perasaan cemas atau
khawatir akan ditolak atau
tidak disukai.
3, 4, 9,
10, 11, 15
6
Meskipun nama subskala yang diberikan Collins sedikit berbeda dengan dimensi
gaya kelekatan yang ada, namun penyusun skala memiliki cara tersendiri untuk
mendefinisikan gaya kelekatan melalui alat ukur ini, yaitu :
Gaya kelekatan aman (secure attachment style) : adalah mereka yang
memiliki skor tinggi pada dimensi close dan depend.
Gaya kelekatan cemas (anxiety attachment style) : adalah mereka yang
memiliki skor tinggi pada dimensi anxiety, dan skor sedang pada dimensi
close dan depend.
Gaya kelekatan menghindar (avoidant attachment style) : adalah mereka
yang memiliki skor rendah pada dimensi close, depend, dan anxiety.
Untuk mempermudah proses skoring untuk skala Revised Adult Attachment Scale,
peneliti mengkategorikan kembali item-item yang mengukur setiap dimensi gaya
kelekatan (secure, anxiety, dan avoidant) karena dalam penelitian Wei, Heppner,
dan Mallinckrodt (2003) dikatakan bahwa subskala anxiety digunakan untuk
merepresentasikan dimensi anxiety, dan skor kebalikan (unfavorable) dari
47
subskala depend dan close digunakan untuk merepresentasikan dimensi avoidant.
Sedangkan untuk dimensi secure dapat dipresentasikan melalui skor normal
(favorable) pada subskala close dan depend, seperti sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kategorisasi Item Revised Adult Attachment Style
No Dimensi Item
1 Secure attachment style 1, 5, 6, 12, 14
2 Anxiety attachment style 3, 4, 9, 10, 11, 15
3 Avoidant attachment style 2, 7, 8, 13, 16, 17, 18
Total 18
3.4 Uji Validitas Konstruk
Peneliti melakukan uji instrumen dengan sejumlah item dari tiga skala, yaitu skala
penyesuaian diri di perguruan tinggi, skala tipe kepribadian big five dan skala
gaya kelekatan. Uji instrumen ini diberikan kepada seluruh sampel dan untuk
menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Adapun prosedur uji
validitas konstruk dengan CFA adalah sebagai berikut :
1. Dibuat atau disusun suatu definisi operasional tentang konsep yang hendak
diukur. Untuk mengukur faktor tersebut diperlukan item sebagai
indikatornya.
2. Disusun hipotesis/teori bahwa seluruh item yang disusun (dibuat) adalah
valid mengukur konstruk yang didefinisikan. Dengan kata lain diteorikan
(hipotesis) bahwa hanya ada satu faktor yang diukur yaitu konstruk yang
didefinisikan (model unidimensional).
48
3. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dihitung matriks korelasi antar
item, yang disebut matriks S.
4. Matriks korelasi tersebut digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi
yang seharusnya terjadi menurut teori/model yang ditetapkan. Jika
teori/hipotesis pada butir 2 adalah benar, maka semestinya semua item hanya
mengukur satu faktor saja (unidimensional).
5. Adapun langkah-langkahnya adalah :
a. Dihitung (diestimasi) parameter dari model/teori yang diuji yang dalam hal
ini terdiri dari dari koefisien muatan faktor dan varian kesalahan
pengukuran (residual)
b. Setelah nilai parameter diperoleh kemudian di estimasi (dihitung) korelasi
antar setiap item sehingga diperoleh matriks korelasi antar item
berdasarkan hipotesis/teori yang diuji (matriks korelasi ini disebut sigma).
6. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menguji hipotesis bahwa S=Σ atau
dapat dituliskan Ho : S - Σ = 0. Uji hipotesis ini misalnya dilakukan
menggunakan uji chi square, dimana jika chi square tidak signifikan (p>0.05)
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (Ho) tidak ditolak. Artinya,
teori yang mengatakan bahwa semua item hanya mengukur satu konstruk saja
terbukti sesuai (fit) dengan data.
7. Jika telah terbukti model unidimensional (satu faktor) fit dengan data maka
dapat dilakukan seleksi terhadap item dengan menggunakan 3 kriteria, yaitu :
a. Item yang koefisien muatan faktornya tidak signifikan di drop karena tidak
memberikan informasi yang secara statistik bermakna.
49
b. Item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif juga didrop karena
mengukur hal yang berlawanan dengan konsep yang didefinisikan. Namun
demikian, harus diperiksa dahulu apakah item yang pernyataannya
unfavorable atau negatif sudah disesuaikan (di reverse) skornya sehingga
menjadi positif. Hal ini berlaku khusus untuk item dimana tidak ada
jawaban yang benar ataupun salah (misalnya, alat ukur personality atau
motivasi)
c. Item dapat juga didrop jika residualnya (kesalahan pengukuran)
berkorelasi dengan banyak residual item yang lainnya, karena ini berarti
bahwa item tersebut mengukur juga hal lain selain konstruk yang hendak
diukur.
Jika langkah-langkah di atas telah dilakukan, maka diperoleh item-item
yang valid untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, peneliti
tidak menggunakan raw score/skor mentah (hasil menjumlahkan skor item). Item-
item inilah yang diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan
demikian perbedaan kemampuan masing-masing item dalam mengukur apa yang
hendak diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (True score). True
score inilah yang dianalisis dalam penelitian ini.
Untuk kemudahan didalam penafsiran hasil analisis maka peneliti
mentransformasikan faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi
T score yang memiliki mean = 50 dan standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak
ada responden yang mendapat skor negatif. Adapun rumus T score adalah :
50
Rumus 3.1
T score = (10 x skor faktor) + 50
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan Confirmatory Factor Analysis dengan software LISREL 8.70.
3.4.1 Uji validitas alat ukur penyesuaian diri di perguruan tinggi
Peneliti menguji apakah 25 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur penyesuaian diri di perguruan tinggi. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square =
1681.69, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.158, oleh sebab itu, peneliti
melakukan modifikasi sebanyak 83 kali terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-square = 205.44, P-value = 0.05745, dan nilai
RMSEA = 0.029.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 (signifikan) dapat dinyatakan bahwa
model satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor, yaitu penyesuaian diri di perguruan tinggi. Kemudian peneliti melihat
apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan
sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.6.
Pada tabel 3.6 akan dapat dilihat bahwa nilai t bagi koefisien muatan
faktor item 1, 7, 10, 12, 13 dan 16 tidak memenuhi signifikansi dan memiliki
koefisien muatan faktor yang negatif sehingga harus di drop, sedangkan item
51
lainnya memenuhi signifikansi karena t > 1.96 dan memiliki koefisien muatan
faktor yang positif, artinya item lainnya merupakan item valid yang mengukur apa
yang hendak diukur.
Tabel 3.6
Muatan Faktor Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi
NO ITEM LAMBDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0.09 0.07 1.33 X
2 0.20 0.07 2.85 V
3 0.15 0.07 2.19 V
4 0.16 0.07 2.37 V
5 0.27 0.07 3.72 V
6 0.24 0.07 3.55 V
7 -0.25 0.07 -3.52 X
8 0.39 0.08 5.02 V
9 0.19 0.07 2.73 V
10 -0.11 0.07 -1.59 X
11 0.25 0.07 3.73 V
12 -0.04 0.07 -0.54 X
13 0.01 0.07 0.11 X
14 0.08 0.07 1.14 V
15 0.40 0.07 5.74 V
16 0.06 0.07 0.86 X
17 0.41 0.07 6.06 V
18 0.49 0.07 7.46 V
19 0.65 0.06 10.38 V
20 0.52 0.07 7.88 V
21 0.59 0.07 9.03 V
22 0.88 0.06 15.58 V
23 0.81 0.06 13.83 V
24 0.73 0.06 12.10 V
25 0.33 0.07 4.71 V
3.4.2 Uji validitas alat ukur extraversion
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur extraversion. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
52
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 54.68, df = 9, P-value =
0.00000, dan nilai RMSEA = 0.157, oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chisquare =
6.16, df = 5, P-value = 0.29102, RMSEA = 0.034.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 (signifikan) dapat dinyatakan bahwa
model satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor, yaitu extraversion. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 :
Tabel 3.7
Muatan Faktor Extraversion
NO ITEM LAMBDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
Item 1 0.46 0.07 6.34 V
Item 6 0.17 0.09 1.98 V
Item 11 0.56 0.07 7.79 V
Item 16 0.68 0.08 8.53 V
Item 21 0.65 0.07 9.07 V
Item 26 0.74 0.08 9.54 V
Berdasarkan tabel 3.6 nilai t bagi koefisien muatan faktor, semua item
dikatakan signifikan, karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan
nilai koefisien t > 1.96 yang berarti item tersebut merupakan item valid yang
mengukur apa yang hendak diukur.
53
3.4.3 Uji validitas alat ukur agreeableness
Peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur agreeableness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 30.59, df = 14, P-value
= 0.00632, dan nilai RMSEA = 0.076, oleh sebab itu, peneliti melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan
Chisquare = 18.88, df = 13, P-value = 0.12678, RMSEA = 0.047.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 (signifikan) dapat dinyatakan bahwa
model satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor, yaitu agreeableness. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8
Muatan Faktor Agreeableness
NO ITEM LAMBDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
Item2 0.23 0.08 2.99 V
Item7 0.64 0.07 8.98 V
Item12 0.56 0.07 7.81 V
Item17 0.79 0.07 11.50 V
Item22 0.65 0.07 9.26 V
Item27 0.14 0.08 1.73 X
Item31 0.31 0.08 4.02 V
Berdasarkan tabel 3.8 nilai t bagi koefisien muatan faktor item 27 tidak
memenuhi signifikansi sehingga harus di drop, sedangkan item lainnya memenuhi
54
signifikansi karena t > 1.96 dan memiliki koefisien muatan faktor yang positif,
artinya item lainnya merupakan item valid yang mengukur apa yang hendak
diukur.
3.4.4 Uji validitas alat ukur conscientiousness
Peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur conscientiousness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 79.12, df = 14,
P-value = 0.00632, dan nilai RMSEA = 0.150, oleh sebab itu, peneliti melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
square = 13.67, df = 9, P-value = 0.13470, RMSEA = 0.050.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 (signifikan) dapat dinyatakan bahwa
model satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor, yaitu conscientiousness. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Muatan Faktor Conscientiousness
NO ITEM LAMBDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
Item3 0.08 0.08 1.09 X
Item8 0.72 0.07 10.76 V
Item13 0.52 0.07 7.36 V
Item18 0.22 0.08 2.88 V
Item23 0.64 0.07 9.29 V
Item28 0.86 0.06 13.44 V
Item32 0.53 0.07 7.51 V
55
Berdasarkan tabel 3.9 nilai t bagi koefisien muatan faktor item 3 tidak
memenuhi signifikansi sehingga harus di drop, sedangkan item lainnya memenuhi
signifikansi karena t > 1.96 dan memiliki koefisien muatan faktor yang positif,
artinya item lainnya merupakan item valid yang mengukur apa yang hendak
diukur.
3.4.5 Uji validitas alat ukur neuroticism
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur neuroticism. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 55.69, df = 9, P-value =
0.00000, dan nilai RMSEA = 0.159, oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square =
11.57, df = 7, P-value = 0.11564, RMSEA = 0.056.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 (signifikan) dapat dinyatakan bahwa
model satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor, yaitu neuroticism. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.10 berikut:
56
Tabel 3.10
Muatan Faktor Neuroticism
NO ITEM LAMDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
Item4 0.49 0.07 6.72 V
Item9 0.97 0.08 12.06 V
Item14 0.51 0.07 6.91 V
Item19 0.26 0.07 3.56 V
Item24 0.49 0.07 6.71 V
Item29 0.12 0.07 1.70 X
Berdasarkan tabel 3.10 nilai t bagi koefisien muatan faktor item 29 tidak
memenuhi signifikansi sehingga harus di drop, sedangkan item lainnya memenuhi
signifikansi karena t > 1.96 dan memiliki koefisien muatan faktor yang positif,
artinya item lainnya merupakan item valid yang mengukur apa yang hendak
diukur.
3.4.6 Uji validitas alat ukur openness to experience
Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur openness to experience. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 87.88, df = 20,
P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.128, oleh sebab itu, peneliti melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
square = 24.76, df = 16, P-value = 0.07412, RMSEA = 0.052.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 (signifikan) dapat dinyatakan bahwa
model satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor, yaitu openness to experience. Kemudian peneliti melihat apakah item
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus
57
menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada
tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.11
Muatan Faktor Openness to Experience
NO ITEM LAMBDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
Item5 0.66 0.07 9.70 V
Item10 0.47 0.07 6.55 V
Item15 0.83 0.06 13.37 V
Item20 0.67 0.07 10.14 V
Item25 0.77 0.06 11.83 V
Item30 0.38 0.07 5.16 V
Item33 0.49 0.07 6.99 V
Item34 0.16 0.07 2.08 V
Berdasarkan tabel 3.11 nilai t bagi koefisien muatan faktor, semua item
dikatakan signifikan, karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan
nilai koefisien t > 1.96 atau yang berarti item tersebut merupakan item valid yang
mengukur apa yang hendak diukur.
3.4.7 Uji validitas alat ukur gaya kelekatan aman (secure)
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur gaya kelekatan aman (secure). Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 29.54,
df = 5, P-value = 0.00002, dan nilai RMSEA = 0.154, oleh sebab itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model
fit dengan Chi-square = 0.19, df = 3, P-value = 0.97930, RMSEA = 0.000.
58
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 (signifikan) dapat dinyatakan bahwa
model satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor, yaitu gaya kelekatan aman (secure). Kemudian peneliti melihat apakah
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus
menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.12 berikut:
Tabel 3.12
Muatan Faktor Gaya Kelekatan Aman (Secure)
NO ITEM LAMBDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
Item1 0.40 0.11 3.68 V
Item5 0.30 0.10 3.00 V
Item6 0.34 0.10 3.39 V
Item12 0.39 0.11 3.62 V
Item14 0.70 0.15 4.66 V
Berdasarkan tabel 3.12 nilai t bagi koefisien muatan faktor, semua item
dikatakan signifikan, karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan
nilai koefisien t > 1.96 yang berarti item tersebut merupakan item valid yang
mengukur apa yang hendak diukur.
3.4.8 Uji validitas alat ukur gaya kelekatan cemas (anxiety)
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur gaya kelekatan cemas (anxiety). Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 25.90,
df = 9, P-value = 0.00212, dan nilai RMSEA = 0.095, oleh sebab itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
59
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model
fit dengan Chi-square = 8.74, df = 8, P-value = 0.36481, RMSEA = 0.021.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 (signifikan) dapat dinyatakan bahwa
model satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor, yaitu gaya kelekatan cemas (anxiety). Kemudian peneliti melihat apakah
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus
menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.13 berikut:
Tabel 3.13
Muatan Faktor Gaya Kelekatan Cemas (Anxiety)
NO ITEM LAMBDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
Item3 0.56 0.07 7.91 V
Item4 0.52 0.07 7.23 V
Item9 0.74 0.07 11.20 V
Item10 0.72 0.07 10.82 V
Item11 0.79 0.06 12.33 V
Item15 0.50 0.07 7.04 V
Berdasarkan tabel 3.13 nilai t bagi koefisien muatan faktor, semua item
dikatakan signifikan, karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan
nilai koefisien t > 1.96 yang berarti item tersebut merupakan item valid yang
mengukur apa yang hendak diukur.
3.4.9 Uji validitas alat ukur gaya kelekatan menghindar (avoidant)
Peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur gaya kelekatan menghindar (avoidant). Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square =
60
67.26, df = 14, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.136, oleh sebab itu,
peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh
model fit dengan Chi-square = 14.82, df = 12, P-value = 0.25119, RMSEA =
0.034.
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 (signifikan) dapat dinyatakan bahwa
model satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor, yaitu gaya kelekatan menghindar (avoidant). Kemudian peneliti melihat
apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan
sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel 3.14 berikut:
Tabel 3.14
Muatan Faktor Gaya Kelekatan Menghindar (Avoidant)
NO ITEM LAMBDA ERROR T-VALUE SIGNIFIKAN
Item2 0.51 0.08 6.55 V
Item7 0.47 0.08 6.00 V
Item8 0.32 0.08 3.94 V
Item13 0.19 0.08 2.30 V
Item16 0.63 0.08 8.29 V
Item17 0.44 0.08 5.56 V
Item18 0.69 0.08 9.05 V
Berdasarkan tabel 3.14 nilai t bagi koefisien muatan faktor, semua item
dikatakan signifikan, karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan
nilai koefisien t > 1.96 yang berarti item tersebut merupakan item valid yang
mengukur apa yang hendak diukur.
61
3.5 Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, digunakan Confirmatory Factor Analysis
(CFA) untuk melihat validitas konstruk setiap item serta menguji struktur faktor
yang diturunkan secara teoritis. Analisis faktor adalah metode analisis statistik
yang digunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel
menjadi beberapa set indikator saja, tanpa kehilangan informasi yang berarti.
Melalui analisis faktor akan didapatkan data variabel konstruk (skor faktor)
sebagai data input analisis lebih lanjut atau sebagai data penelitian.
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis
statistik, maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis nihil.
Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada
penelitian ini digunakan multiple regression analysis di mana terdapat lebih dari
satu independent variable untuk mengetahui pengaruhnya terhadap dependent
variable. Pada penelitian ini terdapat delapan independent variable dan satu
dependent variable. Dengan menggunakan rumus persamaan garis regresi, yaitu:
Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+e
Keterangan:
Y = Penyesuaian diri di perguruan tinggi
a = Konstan
b = Koefisien regresi untuk masing masing X
X1 = Extraversion pada tipe kepribadian big five
X2 = Agreeableness pada tipe kepribadian big five
X3 = Conscientiousness pada tipe kepribadian big five
62
X4 = Neuroticism pada tipe kepribadian big five
X5 = Openess to experience pada tipe kepribadian big five
X6 = Aman (Secure) pada gaya kelekatan
X7 = Cemas (Anxiety) pada gaya kelekatan
X8 = Menghindar (Avoidant) pada gaya kelekatan
e = Residual
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi
berganda antara penyesuaian diri di perguruan tinggi sebagai variabel dependen
dengan extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to
experience, gaya kelekatan aman (secure), gaya kelekatan cemas (anxiety), dan
gaya kelekatan menghindar (avoidant) sebagai variabel independen. Besarnya
penyesuaian diri di perguruan tinggi yang disebabkan faktor-faktor yang telah
disebutkan ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R².
R² menunjukkan variasi atau perubahan dependent variable (Y) disebabkan
independent variable (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
independent variable (X) terhadap dependent variable (Y) atau merupakan
perkiraan proporsi varians dari penyesuaian diri di perguruan yang dijelaskan oleh
extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to
experience, gaya kelekatan aman (secure), gaya kelekatan cemas (anxiety), dan
gaya kelekatan menghindar (avoidant). Untuk mendapatkan nilai R², maka
digunakan rumus sebagai berikut :
Rumus 3.2
R² = 𝐒𝐒𝐫𝐞𝐠
𝐒𝐒𝐲
63
Keterangan :
R² = Proporsi varians
SSreg = Sum of Square Regression (jumlah kuadrat regresi)
SSy = Sum of Square Y (jumlah kuadrat Y)
Selanjutnya R² dapat diuji signifikansinya seperti uji signifikansi pada
Ftest. Selain itu juga, uji signifikansi bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat
apakah pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen signifikan
atau tidak. Pembagi disini adalah R² itu sendiri dengan df-nya (dilambangkan „k‟),
yaitu sejumlah variabel independen yang dianalisis sedangkan penyebutnya (1-R²)
dibagi dengan df-nya (N-k-1) dimana N adalah total sampel. Untuk df dari
pembagi sebagai numerator sedangkan df penyebut sebagai denumerator. Jika
dirumuskan, maka:
Rumus 3.3
F = 𝐑²/𝐤
𝟏−𝐑𝟐 / (𝐍−𝐤−𝟏)
Keterangan:
R² = Proporsi varians
K = Banyaknya independent variable
N = Ukuran sampel
Kemudian selanjutnya dilakukan uji koefisiensi regresi dari tiap-tiap
variabel independen yang di analisis. Uji tersebut digunakan untuk melihat apakah
pengaruh yang diberikan variabel independen signifikan terhadap variabel
dependen secara sendiri-sendiri atau parsial. Uji ini digunakan untuk menguji
64
apakah sebuah variabel independen benar-benar memberikan kontribusi terhadap
variabel dependen. Sebelum di dapat nilai t dari tiap variabel independen, harus
didapat dahulu nilai standart error estimate dari b (koefisien regresi) yang
didapatkan melalui akar MSres dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb
barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb
itu sendiri, dapat dirumuskan:
Rumus 3.4
ti = 𝐛𝐢
𝐬𝐛𝐢
Keterangan:
bi = Koefisien regresi ke-i
Sbi = Standart Error Estimate dari bi
Dalam multiple regression analysis ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu:
1. R² yang menunjukkan proporsi varian (presentase varian) dari variabel
dependen yang bisa diterangkan oleh variabel independen.
2. Uji Hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien
regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari
variabel independen yang bersangkutan.
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi
tentang beberapa harga Y jika nilai variabel independen diketahui.
4. Sumbangan varian dari masing-masing aspek variabel independen yaitu tipe
kepribadian big five dan gaya kelekatan dalam mempengaruhi penyesuaian diri
di perguruan tinggi.
65
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai latar belakang subjek penelitian,
maka pada subbab ini peneliti menampilkan gambaran mengenai banyaknya
subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, dan fakultas seperti pada tabel
4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Gambaran Subjek Penelitian
Gambaran Subjek Jumlah Persentase (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 86 41,5%
Perempuan 121 58,5%
Usia <20 tahun 163 78,8%
21-30 tahun 44 21,2%
Fakultas Teknik 64 30,9%
Ekonomi 82 39,6%
MIPA 24 11,6%
Hukum 18 8,7%
Sastra 9 4,4%
Pendidikan Ekonomi 10 4,8%
Jumlah 207 100%
Berdasarkan data pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah subjek
penelitian perempuan lebih banyak dari pada laki-laki yaitu 121 orang dengan
persentase 58,5%. Sedangkan jumlah subjek penelitian laki-laki yaitu sebanyak 86
orang dengan persentase 41,5%.
Gambaran subjek penelitian berdasarkan fakultas terbagi dalam enam
fakultas, sesuai dengan jumlah fakultas yang terdapat di Universitas Pamulang,
yaitu fakultas teknik, ekonomi, MIPA, hukum, sastra, dan pendidikan ekonomi.
66
Pada tabel 4.1 dapat dikatahui jumlah subjek penelitian terbanyak berasal dari
fakultas ekonomi yaitu 82 orang dengan persentase 39,6% lebih banyak dibanding
fakultas lainnya.
4.2 Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian.
Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai minimum, maksimum,
mean dan standar deviasi variabel serta kategorisasi tinggi dan rendahnya skor
variabel penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat dilihat pada tabel
4.2 berikut:
Tabel 4.2
Skor Minimum, Maksimum, Mean dan Standar Deviasi Variabel
Variabel N Min. Maks. Mean Std.Deviation
Penyesuaian diri di
perguruan tinggi 207
7.22 79.27 50.0000 13.89776
Extraversion 207 6.28 82.60 50.0005 12.41158
Agreeableness 207 21.27 83.03 50.0003 12.35252
Conscientiousness 207 16.39 82.90 50.0000 12.42222
Neuroticism 207 18.77 86.30 50.0000 12.70817
Openness to experience 207 15.48 86.22 50.0001 13.33709
Secure attachment style 207 21.71 80.17 49.9942 11.16115
Anxiety attachment style 207 8.54 85.08 50.0001 13.39125
Avoidant attachment style 207 8.67 80.81 49.9949 12.25592
Valid N (listwise) 207
4.2.1 Kategorisasi variabel
Peneliti menggunakan informasi tersebut sebagai acuan untuk membuat norma
kategorisasi dalam penelitian ini yang datanya bukan menggunakan raw score
tetapi merupakan true score yang skalanya telah dipindah menggunakan rumus T
score yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Nilai tersebut menjadi batas
67
peneliti untuk menentukan kategorisasi rendah dan tinggi dari masing-masing
variabel penelitian. Pedoman interpretasi skor adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Pedoman Interpretasi Skor
Kategorisasi Rumus
Rendah X < M
Tinggi X > M
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya tiap variabel disajikan pada tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frekuensi %
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Penyesuaian diri di perguruan tinggi 107 100 51.7% 48.3%
Extraversion 108 99 52.2% 47.8%
Agreeableness 80 127 38.6% 61.4%
Conscientiousness 104 103 50.2% 49.8%
Neuroticism 102 105 49.3% 50.7%
Openness to experience 96 111 46.4% 53.6%
Secure attachment style 95 112 45.9% 54.1%
Anxiety attachment style 99 108 47.8% 52.2%
Avoidant attachment style
Total
98 109 47.3% 52.7%
207 100%
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 207 jumlah subjek
penelitian, terlihat bahwa pada variabel penyesuaian diri di perguruan tinggi
rendah sebanyak 51.7% dan tinggi sebanyak 48.3%. Pada variabel extraversion
rendah sebanyak 52.2% dan tinggi sebanyak 47.8%. Pada variabel agreeableness
rendah sebanyak 38.6% dan tinggi sebanyak 61.4%. Pada variabel
conscientiousness rendah sebanyak 50.2% dan tinggi sebanyak 49.8%. Pada
variabel neuroticism rendah sebanyak 49.3% dan tinggi sebanyak 50.7%. Pada
variabel openness to experience rendah sebanyak 46.4% dan tinggi sebanyak
68
53.6%. Pada variabel secure attachment style rendah sebanyak 45.9% dan tinggi
sebanyak 54.1%. Pada variabel anxiety attachment style rendah sebanyak 47.8%
dan tinggi sebanyak 52.2%. Pada variabel avoidant attachment style rendah
sebanyak 47.3% dan tinggi sebanyak 52.7%.
4.3 Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini, analisisnya
dilakukan dengan Multiple Regression Analysis. Data yang dianalisis ialah faktor
skor atau true score yang diperoleh dari hasil analisis faktor. Lalu peneliti
memindahkan skala faktor skor tersebut menjadi T score. Dalam melakukan
analisis regresi, ada 3 hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R square, kedua
apakah secara keseluruhan variabel independen berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya
koefisien regresi dari masing-masing variabel independen.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama, peneliti
melihat besaran R² untuk mengetahui berapa persen varians variabel dependen
yang dijelaskan oleh variabel independen. Selanjutnya untuk tabel yang berisi R²,
dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5
Tabel R Square
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .490a
.240 .209 12.36034
a. Predictors: (Constant), AVOID, CONSC, SECURE, NEO, ANX, OPEN,
AGREE, EXTRV
69
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R² sebesar 0,240 atau
24%. Artinya proporsi varians dari penyesuaian diri di perguruan tinggi yang
dijelaskan oleh semua variabel independen dalam penelitian ini yaitu
extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to
experience, gaya kelekatan aman (secure), gaya kelekatan cemas (anxiety), dan
gaya kelekatan menghindar (avoidant) adalah sebesar 0,240 atau 24% sedangkan
76% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.
Langkah kedua, peneliti menganalisis dampak dari seluruh variabel
independen terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi. Adapun hasil uji F
dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Anova Pengaruh Keseluruhan Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
Model Sum of Squares
df Mean
Square F Sig.
1 Regression 9538.372 8 1192.297 7.804 .000a
Residual 30250.050 198 152.778
Total 39788.422 206
a. Predictors: (Constant), AVOID, CONSC, SECURE, NEO, ANX, OPEN,
AGREE, EXTRV
b. Dependent Variable : PNYDIRI
Berdasarkan pada tabel di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi pada
kolom paling kanan adalah sebesar 0.000. Dengan demikian diketahui bahwa nilai
(Sig. < 0.05), maka hipotesis nihil mayor yang menyatakan tidak ada pengaruh
yang signifikan dari dimensi kepribadian (extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, openness to experience) dan dimensi gaya
70
kelekatan (secure attachment style, anxiety attachment style, avoidant attachment
style) terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi ditolak.
Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, openness to experience, gaya kelekatan aman
(secure), gaya kelekatan cemas (anxiety), dan gaya kelekatan menghindar
(avoidant) terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun
pertama.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing
variabel independen. Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi
yang dihasilkan, dapat dilihat melalui kolom Sig. (Sig < 0.05). Adapun besarnya
koefisien regresi dari masing-masing variabel independen terhadap orientasi masa
depan dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficient T Sig.
B Std.
Error Beta
(Constant) 89.627 11.011 8.140 .000
Extraversion .112 .100 .100 1.117 .265
.257 Agreeableness -.107 .094 -.095 -1.136
Conscientiousness -.028 .089 -.025 -.319 .750
Neuroticism -.317 .081 -.290 -3.936 .000
Openness to experience -.052 .087 -.050 -.600 .549
Secure attachment style -.071 .085 -.057 -.829 .408
Anxiety attachment style -.151 .075 -.145 -2.021 .045
Avoidant attachment style -.177 .080 -.156 -2.215 .028
a. Dependent Variable: PNYDIRI
71
Berdasarkan pada tabel 4.7 dapat diketahui persamaan regresi sebagai berikut:
Penyesuaian diri di perguruan tinggi = 89.627 + 0.112 Extraversion - 0.107
Agreeableness - 0.028 Conscientiousness - 0.317 Neuroticism - 0.052 Openness to
experience – 0.071 gaya kelekatan aman (secure) - 0.151 gaya kelekatan cemas
(anxiety) - 0.177 gaya kelekatan menghindar (avoidant).
Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa dari delapan
independent variable hanya neuroticism, gaya kelekatan aman (secure), gaya
kelekatan cemas (anxiety) yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi
yang diperoleh pada masing-masing variabel independen adalah sebagai berikut:
1. Variabel extraversion diperoleh nilai koefisien regresi 0.112 dengan
signifikansi sebesar 0.265 (Sig. > 0.05), dengan demikian extraversion
secara positif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penyesuaian diri di perguruan tinggi.
2. Variabel agreeableness diperoleh nilai koefisien regresi -0.107 dengan
signifikansi sebesar 0.257 (Sig. > 0.05), dengan demikian agreeableness
secara negatif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penyesuaian diri di perguruan tinggi.
3. Variabel conscientiousness diperoleh nilai koefisien regresi -0.028 dengan
signifikansi sebesar 0.750 (Sig. > 0.05), dengan demikian
conscientiousness secara negatif tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi.
4. Variabel neuroticism diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.317
dengan signifikansi sebesar 0.000 (Sig. < 0.05), dengan demikian
72
neuroticism secara negatif memiliki pengaruh signifikan dengan arah yang
negatif terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi. Dari arah negatif
tersebut dapat diartikan jika skor neuroticism seseorang itu tinggi maka
skor penyesuaian diri di perguruan tingginya akan rendah, begitupun
sebaliknya.
5. Variabel openness to experience diperoleh nilai koefisien regresi -0.052
dengan signifikansi sebesar 0.549 (Sig. > 0.05), dengan demikian
openness to experience secara negatif tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi.
6. Variabel gaya kelekatan aman (secure) diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar -0.071 dengan signifikansi sebesar 0.408 (Sig. > 0.05), dengan
demikian gaya kelekatan aman secara negatif tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi.
7. Variabel gaya kelekatan cemas (anxiety) diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar -0.151 dengan signifikansi sebesar 0.045 (Sig. < 0.05), dengan
demikian gaya kelekatan cemas secara negatif memiliki pengaruh
signifikan dengan arah yang negatif terhadap penyesuaian diri di
perguruan tinggi. Dari arah negatif tersebut dapat diartikan jika skor gaya
kelekatan cemas seseorang itu tinggi maka skor penyesuaian diri di
perguruan tingginya akan rendah, begitupun sebaliknya.
8. Variabel gaya kelekatan menghindar (avoidant) diperoleh nilai koefisien
regresi sebesar -0.177 dengan signifikansi sebesar 0.028 (Sig. < 0.05),
dengan demikian gaya kelekatan menghindar secara negatif memiliki
73
pengaruh signifikan dengan arah yang negatif terhadap penyesuaian diri di
perguruan tinggi. Dari arah negatif tersebut dapat diartikan jika skor gaya
kelekatan menghindar seseorang itu tinggi maka skor penyesuaian diri di
perguruan tingginya akan rendah, begitupun sebaliknya.
4.4 Analisis Proporsi Varians pada Independent Variable
Selanjutnya peneliti ingin mengetahui sumbangan proporsi varians dari masing-
masing independent variable terhadap orientasi masa depan. Maka dari itu,
peneliti melakukan analisis regresi berganda dengan cara menambahkan satu
independent variable setiap melakukan regresi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.8
berikut:
Tabel 4.8
Model Summary Proporsi Varians Tiap Variabel Independen Terhadap
Variabel Dependen
Model R
R
Square R Square
Change F
Change Sig.
Extraversion .250 .062 .062 13.638 .000 Agreeableness .283 .080 .018 3.928 .049 Conscientiousness .291 .085 .005 .986 .322 Neuroticism .419 .175 .090 22.214 .000 Opennes to Experience .425 .180 .005 1.263 .262 Secure Attachment Style .425 .181 .001 .146 .703 Anxiety Attachment Style .470 .221 .040 10.191 .002 Avoidant Attachment Style .490 .240 .019 4.908 .028
Berdasarkan data pada tabel 4.8 disampaikan informasi sebagai berikut:
1. Variabel extraversion memberikan sumbangan terhadap penyesuaian diri di
perguruan tinggi sebesar 6.2%. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik
dengan F change = 13.638, df1 = 1, dan df2 = 205 dengan Sig. F Change =
0.000 (Sig. F Change < 0.05).
74
2. Variabel agreeableness memberikan sumbangan terhadap penyesuaian diri di
perguruan tinggi sebesar 1.8%. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik
dengan F change = 3.928, df1 = 1, dan df2 = 204 dengan Sig. F Change =
0.049 (Sig. F Change < 0.05).
3. Variabel conscientiousness memberikan sumbangan terhadap penyesuaian diri
di perguruan tinggi sebesar 0.5%. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara
statistik dengan F change = 0.968, df1 = 1, dan df2 = 203 dengan Sig. F
Change = 0.322 (Sig. F Change < 0.05).
4. Variabel neuroticism memberikan sumbangan terhadap penyesuaian diri di
perguruan tinggi sebesar 9%. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik
dengan F change = 22.214, df1 = 1, dan df2 = 202 dengan Sig. F Change =
0.000 (Sig. F Change < 0.05).
5. Variabel openness to experience memberikan sumbangan terhadap
penyesuaian diri di perguruan tinggi sebesar 0.5%. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik dengan F change = 1.263, df1 = 1, dan df2 = 201
dengan Sig. F Change = 0.262 (Sig. F Change < 0.05).
6. Variabel gaya kelekatan aman (secure) memberikan sumbangan terhadap
penyesuaian diri di perguruan tinggi sebesar 0.1%. Sumbangan tersebut tidak
signifikan secara statistik dengan F change = 0.146, df1 = 1, dan df2 = 200
dengan Sig. F Change = 0.703 (Sig. F Change < 0.05).
7. Variabel gaya kelekatan cemas (anxiety) memberikan sumbangan terhadap
penyesuaian diri di perguruan tinggi sebesar 4%. Sumbangan tersebut
75
signifikan secara statistik dengan F change = 10.191, df1 = 1, dan df2 = 199
dengan Sig. F Change = 0.002 (Sig. F Change < 0.05).
8. Variabel gaya kelekatan menghindar (avoidant) memberikan sumbangan
terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi sebesar 1.9%. Sumbangan
tersebut signifikan secara statistik dengan F change = 4.908, df1 = 1, dan df2
= 198 dengan Sig. F Change = 0.028 (Sig. F Change < 0.05).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat lima variabel
independen, yaitu extraversion, agreeableness, neuroticism, gaya kelekatan cemas
(anxiety), dan gaya kelekatan menghindar (avoidant) yang memberikan
sumbangan terhadap varians penyesuaian diri di perguruan tinggi secara
signifikan jika dilihat dari besarnya R2 yang dihasilkan.
76
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka dapat disimpulkan ada pengaruh
yang signifikan dari extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism,
openness to experience, gaya kelekatan aman (secure), gaya kelekatan cemas
(anxiety) dan gaya kelekatan menghindar (avoidant) terhadap penyesuaian diri di
perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.
Berdasarkan hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan, terdapat tiga
variabel yang signifikan secara statistik pengaruhnya terhadap penyesuaian diri di
perguruan tinggi yaitu neuroticism, gaya kelekatan cemas (anxiety), gaya
kelekatan menghindar (avoidant). Artinya ketiga variabel tersebut memberi
pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa neuroticism, gaya kelekatan cemas
(anxiety), gaya kelekatan menghindar (avoidant) memberi pengaruh yang
signifikan terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi. Variabel neuroticism
memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap penyesuaian diri di
perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama dengan arah hubungan yang
negatif. Dari arah hubungan tersebut dapat diartikan jika semakin tinggi skor
neuroticism seseorang maka semakin rendah skor penyesuaian diri di perguruan
tinggi begitupun sebaliknya. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
77
yang dilakukan oleh Schnuck dan Handall (2011) yang menyatakan bahwa
neuroticism memiliki hubungan dengan variabel penyesuaian diri dan hubungan
tersebut menunjukkan penyesuaian diri yang buruk.
Hal ini dapat terjadi karena kondisi beberapa mahasiswa UNPAM yang
menjalani kuliah sambil bekerja. Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya
untuk bekerja dan kemudian saat libur bekerja, mereka justru harus mengikuti
pembelajaran di kampus serta mengerjakan tugas yang diberikan. Padahal tidak
menutup kemungkinan, jika pekerjaan yang mereka miliki itu dapat menimbulkan
stres kerja yang kemudian harus ditambah lagi dengan adanya tuntutan akademik
dikampus yang akhirnya dapat mempengaruhi performa mahasiswa selama
mengikuti kuliah.
Kesulitan mahasiswa dalam mengatur waktu dan pikiran untuk
menunjukkan performa kerja yang baik di tempat mereka bekerja serta mengikuti
perkuliahan dengan baik, mendapatkan IPK tinggi, serta menciptakan hubungan
interpersonal yang baik dengan sivitas kampus juga tak jarang menimbulkan
kecemasan yang berlebih dan bahkan perasaan tertekan dalam dirinya.
Variabel gaya kelekatan cemas (anxiety) memiliki pengaruh yang
signifikan secara statistik terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi dengan
arah hubungan yang negatif. Dari arah hubungan tersebut dapat diartikan jika
semakin tinggi skor gaya kelekatan cemas (anxiety) mahasiswa maka semakin
rendah skor penyesuaian diri di perguruan tingginya begitupun sebaliknya.
Temuan ini sejalan dengan penelitian Wei, Russell, dan Zahalik (dalam
Marmarosh & Markin, 2007) yang menemukan bahwa gaya kelekatan cemas
78
(anxiety) dapat memicu perasaan kesepian dan berkurangnya tingkat dukungan
sosial pada mahasiswa. Artinya mahasiswa yang memiliki gaya kelekatan cemas
(anxiety) akan merasa cemas dalam memulai untuk membangun suatu hubungan
dengan orang lain, merasa kesepian, dan kesulitan dalam mendapatkan dukungan
sosial ketika menghadapi masa penyesuaian diri di tahun pertama masa kuliahnya.
Variabel gaya kelekatan menghindar (avoidant) memiliki pengaruh yang
signifikan secara statistik dan secara negatif mempengaruhi penyesuaian diri di
perguruan tinggi, artinya semakin tinggi tingkat gaya kelekatan menghindar
(avoidant) mahasiswa maka semakin rendah penyesuaian diri di perguruan
tingginya.
Ketidaknyamanan seseorang dengan adanya kedekatan saling
ketergantungan merupakan salah satu ciri pada pola kelekatan ini. Para mahasiswa
nampaknya agak sulit untuk mengenal satu sama lainnya dalam lingkungan
kampus, mengingat tak banyak waktu yang dapat mereka habiskan selama berada
dikampus sehingga tak ada waktu yang cukup untuk dapat mengenal satu sama
lain. Hal ini menyebabkan mereka merasa kurang nyaman jika harus memiliki
kedekatan atau bahkan ketergantungan satu sama lainnya sebagaimana yang
mereka butuhkan dalam melakukan penyesuaian diri di perguruan tinggi.
Berpengaruhnya variabel gaya kelekatan cemas (anxiety), dan gaya
kelekatan menghindar (avoidant) secara negatif ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wang dan Mallinckrodt (dalam Gray, 2011) yang menemukan
bahwa tingginya tingkat gaya kelekatan cemas (anxiety), dan gaya kelekatan
79
menghindar (avoidant), merupakan prediktor yang signifikan bagi kesulitan
penyesuaian diri dan tekanan psikologis.
Selanjutnya, Marmarosh dan Markin (2007) juga menyatakan bahwa
individu dengan tingkat insecure attachment yang tinggi, memiliki kesulitan
dalam menjalin suatu hubungan, memiliki pandangan diri (self view) yang tidak
konsisten, dan tingginya tingkat kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
kehidupan di kampus.
Variabel extraversion tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara
statistik terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi. Hal ini sejalan dengan
penelitian Schnuck dan Handall (2011) yang menyatakan bahwa tidak ditemukan
adanya hubungan positif yang signifikan antara extraversion dan penyesuaian diri
di perguruan tinggi pada sampel laki-laki, dan bahkan pada perempuan pun
hubungannya cukup kecil.
Pada dasarnya, sebagian besar karakter mahasiswa unpam yang diamati
peneliti saat melakukan penelitian adalah periang, ramah, dan mudah bergaul.
Namun kenyataannya berdasarkan penelitian ini, extraversion tidak
mempengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh
waktu yang dimiliki para mahasiswa di kampus cukup terbatas, khususnya pada
mahasiswa yang kuliah sambil kerja. Saat mereka datang ke kampus, mereka
hanya sekedar mengikuti kegiatan di kelas dan kemudian pulang, sehingga tak
banyak waktu yang dapat mereka gunakan untuk bergaul bersama rekan-rekan
dikampus.
80
Kesempatan yang mereka miliki dalam bertemu rekan sekelas memang
terbilang padat, namun tidak untuk bertemu rekan kelas lainnya atau rekan bahkan
rekan fakultas lainnya. Pada umumnya, mahasiswa dapat bergaul satu sama lain
ketika mereka bergabung dalam suatu kegiatan kampus. Namun sayangnya,
sebagian besar mahasiswa unpam tidak banyak memiliki waktu yang dapat
mereka habiskan dalam kegiatan kampus mengingat adanya tanggung jawab
pekerjaan yang juga harus mereka kerjakan.
Variabel agreeableness tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara
statistik terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi. Hal ini sejalan dengan
penelitian Christensen (2012) yang menyatakan bahwa agreeableness adalah satu-
satunya variabel kepribadian yang tidak ditemukan hubungannya terhadap
penyesuaian diri di perguruan tinggi. Namun tidak sejalan dengan penelitian
Schnuck dan Handall (2011) yang menyatakan bahwa agreeableness telah
ditemukan memiliki hubungan dengan variabel penyesuaian diri.
Individu dengan tipe kepribadian agreeableness digambarkan sebagai
orang yang suka menolong dan senantiasa mendahulukan kepentingan orang lain
daripada kepentingan sendiri dan diketahui pula bahwa agreeableness dapat
mempengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi. Dalam hal ini, ketika
mahasiswa mendapatkan tugas individu maka kemudian mereka pun akan
mengerjakannya sendiri mengingat ini adalah tanggung jawab individual.
Keinginan dan kerelaan mereka untuk membantu satu sama lain harus
bertentangan dengan waktu terbatas yang mereka miliki, dimana waktu yang
81
mereka miliki untuk mengerjakan tugas mereka sendiri pun sangat terbatas,
apalagi untuk dibagi kepada orang lain.
Variabel conscientiousness tidak memiliki pengaruh yang signifikan
secara statistik terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi. Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian Schnuck dan Handall (2011) yang sekaligus menyatakan bahwa
conscientiousness memiliki hubungan positif dengan penyesuaian diri di
perguruan tinggi baik pada laki-laki maupun perempuan.
Individu dengan tipe kepribadian conscientiousness merupakan individu
yang disiplin dan menyukain keteraturan. Pada dasarnya para mahasiswa telah
terbiasa dalam berperilaku disiplin mengingat sebagian besar dari mereka yang
merupakan para pekerja dimana mereka terbiasa disiplin dalam lingkungan kerja.
Namun dalam lingkungan kampus, ternyata hal tersebut tidak
mempengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi. Berlakunya sistem absen
berjalan dikalangan mahasiswa Unpam yang bertujuan untuk memudahkan
mahasiswa yang bekerja dan berhalangan untuk menghadiri perkuliahan membuat
mereka tidak dapat mengikuti kuliah secara teratur dan disiplin sesuai dengan
jadwal yang tersedia. Hal ini dikarenakan jumlah kelas yang tersedia disana
sangat banyak, sehingga mahasiswa memiliki banyak kesempatan untuk dapat
mengikuti kelas pengganti.
Variabel openness to experience tidak memiliki pengaruh yang signifikan
secara statistik terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi. Hal ini sejalan
dengan penelitian Schnuck dan Handall (2011) yang menyatakan bahwa openness
82
to experience tidak memiliki hubungan dengan variabel penyesuaian diri baik
pada laki-laki maupun perempuan.
Hal tersebut dapat disebabkan karena dalam kehidupan di kampus,
sebagian besar pengalaman baru yang dapat dimiliki oleh mahasiswa adalah
terdapat pada kegiatan-kegiatan UKM (unit kegiatan mahasiswa), karena dalam
UKM itulah mahasiswa dapat mengikuti kegiatan baru yang sesuai dengan minat
dan bakatnya. Namun sayangnya di kalangan mahasiswa unpam tidak banyak
tersedia kegiatan dalam UKM, sehingga bagi para mahasiswa yang ingin
mengikuti kegiatan tambahan selain kuliah mengalami kesulitan dalam
menyalurkan bakat dan minatnya serta mendapatkan pengalaman baru dikampus.
Hal tersebut juga dikarenakan sebagian besar mahasiswa unpam adalah para
pekerja, sehingga mereka tak banyak memiliki waktu untuk dapat dihabiskan di
kampus karena waktu kuliah mereka yang terbatas oleh kegiatan kerja.
Padahal sesungguhnya bagi para mahasiswa yang mengikuti kegiatan
UKM, hal tersebut dinilai mampu membantu mahasiswa dalam melakukan
penyesuaian diri di perguruan tinggi. UKM dapat dijadikan sebagai wadah mereka
mengenal antara satu sama lain baik yang sesama fakultas maupun tidak, sebagai
sarana memperoleh hiburan setelah disibukkan oleh kegiatan akademik, juga
sebagai wadah mereka berbagi informasi baik dalam hal urusan kampus maupun
non kampus.
Christensen (2012) menyatakan bahwa conscientiousness, emotional
stability, openness to experience, dan extraversion, semuanya memiliki hubungan
dengan tingginya tingkat penyesuaian diri di perguruan tinggi. Adanya hubungan
83
positif yang signifikan antara penyesuaian diri di perguruan tinggi dengan
extraversion, conscientiousness, emotional stability dan openness to experience
menunjukkan bahwa individu yang ramah dan energik, serta disiplin dan
berorientasi pada prestasi cenderung untuk menunjukkan penyesuaian diri yang
unggul, sementara individu yang memiliki skor rendah pada dimensi tersebut
lebih mungkin untuk memiliki tingkat penyesuaian diri yang kurang baik.
Sedangkan agreeableness adalah satu-satunya variabel kepribadian tidak
ditemukan hubungannya dengan penyesuaian diri di perguruan tinggi.
Variabel gaya kelekatan aman (secure) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan secara statistik terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi. Hal ini
tidak sejalan dengan penelitian Marmarosh dan Markin, (2007) yang menyatakan
bahwa individu dengan gaya kelekatan aman (secure), yaitu mereka yang dapat
mempercayai orang lain dengan lebih dan tingkat rasa aman yang lebih besar
dalam diri mereka, adalah individu yang mampu menghadapi penyesuaian diri di
perguruan tinggi dengan sangat baik.
5.3 Saran
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dan
keterbatasan dalam penelitian ini sehingga dibutuhkan penelitian selanjutnya
untuk melengkapi kekurangan dan keterbatasan tersebut, oleh karena itu peneliti
memberikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan untuk dapat melengkapi
penelitian selanjutnya, baik berupa saran teoritis maupun saran praktis.
84
5.3.1 Saran teoritis
1. Penelitian berikutnya dapat diperkaya dengan membandingkan antara
penyesuaian diri pada mahasiswa yang mengikuti kuliah sambil bekerja
dan yang tidak.
2. Seperti yang telah diketahui bahwa dalam penelitian ini besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 24% sehingga
masih banyak variabel terkait lainnya yang mempengaruhi penyesuaian
diri di perguruan tinggi seperti permissive paternal parenting style dan
social support.
5.3.2 Saran praktis
Peneliti sertakan saran praktis yang dapat diaplikasikan secara nyata oleh
pihak-pihak terkait.
1. Orang tua
a. Dalam membentuk suatu gaya kelekatan aman (secure) dengan anak
serta menjadi figur kelekatan bagi anak, orang tua diharapkan dapat
senantiasa memberikan dukungan, perlindungan, perhatian dan
kenyamanan yang dibutuhkan anak serta menyedikan kesempatan
bagi anak untuk dapat mencurahkan segala keluh kesah yang
dirasakan selama menghadapi masa penyesuaian diri di perguruan
tinggi yang penuh dengan tantangan dan pembelajaran.
2. Pihak akademik kampus
a. Menyediakan konselor kampus yang dapat membantu untuk
mengevaluasi sejauh mana kemampuan mahasiswa yang sedang
85
menghadapi masa penyesuaian diri dapat mengelola emosi mereka,
serta dapat menghadapi tuntutan akademik yang tak jarang
menimbulkan stres pada mahasiswa.
b. Menciptakan suasana kampus yang menyenangkan dan kondusif
demi membantu tercapainya tingkat penyesuaian diri yang baik
pada mahasiswa tahun pertama.
3. Mahasiswa
a. Senantiasa berpikir positif dalam kehidupan sehari-harinya agar
terhindar dari timbulnya stres, perasaan mudah marah dan mudah
cemas akan suatu hal.
b. Membangun hubungan sosial yang baik dengan orang-orang
disekitarnya.
c. Meluangkan sedikit waktu luang untuk melakukan kegiatan
bersama-sama dengan teman di kampus.
d. Mahasiswa juga disarankan untuk memiliki figur kelekatan sebagai
sosok yang menjadi tempat berbagi keluh kesah serta menjadi tempat
mendapatkan dukungan, perlindungan, perhatian, kenyamanan, serta
jangan segan untuk menceritakan keluh kesahnya itu agar tidak
menjadi beban yang menunpuk dalam dirinya.
86
DAFTAR PUSTAKA
Azic, S,.S, Becirevic, I,.Z, & Jakovcic, I. (2010). The contribution of personality
traits and academic and social adjustment to life satisfaction and
depression in college freshmen. Horizons of Psychology. 19 (3). 5-18.
Backhauss, A. (2009). The college experiences: Exploring the relationships
among student socioeconomic background, experiences of classism, and
adjustment to college. Disertation. University of Nebraska.
Baker, R.W. (2002). Chapter two: The definition of adjustment to college. Dalam
Robert Shilkret (ed). Research with the student adaptation to college
questionnaire. (5-6). Massachusetts: Clark University.
Christensen, E. (2012). How do personality, life effents, and gender interact to
affect college adjustment. Thesis. Colorado State University.
Cohorn, C.A. & Giuliano, T.A. (1999). Predictors of adjustment and institutional
attachment in 1st-year college students. Journal of Undergraduate
Research. 4 (2). 47-56.
Collins, N. L. (2008). Adult attachment scale. Diunduh tanggal 1 Maret 2015 dari
https://labs.psych.ucsb.edu/
Collins, N. L., Ford, M. B., Guichard, A. C., dan Allard L. M. (2006). Working
models of attachment and attribution processes in intimate relationships.
Personality and Social Psychology Bulletin 2006, 32 (2), 201-219. doi: 10.
1177/0146167205280907
Collins, N. L. & Read, S. J. (1990). Adult attachment, working models, and
relationship quality in dating couples. Journal of Personality and Social
Psychology. 58 (4), 644-663.
Datu, J.A.D. (2012). Drawing predictive determinant of college adjustment:
perspectives from two private sectarian collegiate institutions. Journal of
Arts, Science & Commerce. 2 (1). 16-24
Donnellan, M.B., Oswald, F.L., Baird, B.M., dan Lucas, R.E. (2006). The mini
IPIP scales: tiny yet effective measures of the big five factors of
personality. Psychological Assessment. 18 (2). 192-203.
Dreher, D.V. (2008). The Relationship between social support and college
adjustment in intercollegiate athletes. Thesis. Florida State University.
87
Engler, B. (2009). Personality theories: An introduction 8th ed. New York:
Hounghton Mifflin Harcourt Publishing Company.
Fanti, K.A. (2005). The parent-adolescent relationship and college adjustment
over the freshman fear. Thesis. Georgia State University.
Feist, J & Feist, G.J. (2009). Theories of personality 7th ed. New York: McGraw
Hill.
Gray, K.L. (2011). Effect of parent child attachment on social adjustment and
friendship in young adulthood. Diunduh tanggal 4 November 2014 dari
http://www.digitalcommons.calpoly.edu
John, O.P. & Srivastava, S. (1999). History, Measurement and Theoritical
Perspectives. University of California at Berkeley.
Kurniawan, I. (2010). Tiap tahun, ratusan mahasiswa ITB drop out. Diunduh
tanggal 12 November 2014 dari http://www.nasional.news.viva.co.id
Levy, K.N., Ellison, W.D., Scott, L.N., & Bernecker, S.L. (2011). Attachment
style. Journal of Clinical Psychology: In Session. 67 (2), 193-203.
Liauw, H. (2015). Perguruan tinggi swasta giat jaring mahasiswa. Diunduh
tanggal 20 Januari 2016 dari http://edukasi.kompas.com
Mangal, S.K. (2002). Advanced educational psychology 2nd ed. New Delhi: PHI
Learning Private Limited.
Marlia. (2011). Tak mampu beradaptasi dengan lingkungan, mahasiswa
berpotensi gagal dalam studi. Diunduh tanggal 25 Januari 2015 dari
http://www.news.unpad.ac.id
Marmarosh, C.L., & Markin, R.D. (2007). Group and personal attachments: two is
better than one when predicting college adjustment. Group Dynamics:
Theory, Research, and Practice. 11 (3). 153-164.
Mattanah, J.F., Brand, B.L., & Hancock, G.R. (2004). Parental attachment,
separation individuation, and college student adjustment: a structural
equation analysis of mediational effects. Journal of Counseling
Psychology. 51 (2). 213-225.
McCrae, R.R., & Costa, P.T. (2003). Personality in adulthood: Five factor theory
perspective 2nd ed. New York: The Guliford Press.
88
McCrae, R.R., & Costa, P.T. (2004). A contemplated revision of the NEO five
factor inventory. Personality and individual differences, 36 (2004) 587-
596.
Mikulincer, M. & Shaver, P.R. (2003). Atttachment in adulthood: Structure,
dynamics, and change. New York: The Guliford Press.
Mudhovozi, P. (2012). Social and academic adjustment of first year university
students. Journal of Social Science. 33 (2), 251-259.
Neuville, S. et. al. (2007). Tinto‟s theoritical perspective and expectancy value
paradigm: a confrontation to explain freshmen‟s academic achievement.
Psychologica Belgica, 47-1/2, 31-50.
Phillips, C. (2007). Attachment styles and transitioning into college. Journal of
Undergraduate Student Research, 9 (7). Retrieved from
http://fisherpub.sjfc.edu
Ramdhani, Neila. (2012). Adaptasi bahasa dan budaya inventori big five. Jurnal
Psikologi. 39 (2). 189-207.
Shaughnessy, J. J., Zechmeister, E. B., & Zechmeister, J. S. (2007). Research
methods in psychology 8th ed. New York: McGraw Hill.
Schnuck, J,. & Handal, P. J. (2011). Adjustment of college freshmen as predicted
by both perceived parenting style and the five factor model of
personality. Personality and Adjustment. 2 (4). 275-282.
Sevinc, S. & Gizir, C.A. (2014). Factors negatively affecting university
adjustment frome the views of firts year university students; the case of
mersin university. Educational Scienece – Practice and Theory. 14 (4).
1301-1308. doi:10.12738/estp.2014.4.2081
Shaw, N,.A. (2008). The relationship between perceived parenting style,
academic self efficacy and college adjustment of freshman engineering
students. Dissertation. University of North Texas.
Stein, H. et. al. (2002). Adult attachment: What are the underlying dimensions.
Diunduh tanggal 27 Januari 2014 dari http://www.empty-memories.nl
Stoever, S. (2001). Multiple predictors of college adjustment and academic
performance for undergraduates in their first semester. Dissertation.
University of North Texas.
89
Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Tagay, Ozlem., & Karatas, Zeynep. (2012). An investigation of attachment styles
of college students. Procedia - Social and Behavioral Science. 47 (2012).
745-750. doi: 10.1016/j.sbspro.2012.06.728
Wei, M., Heppner P.P., & Mallinckrodt, B. (2003). Perceived coping as a
mediator between attachment and psychological distress: A structural
equation modeling approach. Journal of Counseling Psychology. 50
(4). 438-447.
90
91
92
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Salam Hormat,
Saya Fitri Midyani mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk menyusun skripsi
sebagai persyaratan kelulusan Strata satu. Berkaitan dengan ini, saya memohon
kesediaan dari anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi
skala pernyataan yang sudah terlampir.
Pada setiap bagian akan tersedia petunjuk pengisian, bacalah terlebih dahulu
petunjuk tersebut sehingga jawaban yang anda berikan akan sesuai dengan apa
yang benar terjadi pada diri anda. Jawaban anda tidak akan dinilai benar atau
salah dan semua jawaban yang anda berikan AKAN DIJAGA
KERAHASIAANNYA. Atas partisipasi dan kerjasamanya, saya ucapkan terima
kasih.
Wa‟alaikum salam Wr. Wb
Peneliti
Data Responden
Nama/ Inisial :
Jenis Kelamin :
Usia :
Fakultas :
Semester :
93
Petunjuk
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk menjawab
setiap pernyataan yang sesuai dengan diri Anda dan benar terjadi pada diri Anda
dengan cara memberi tanda checklist ( ) dalam kotak pada salah satu pilihan
jawaban yang tersedia di setiap pernyataannya.
SS : Sangat Sesuai TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai
Contoh:
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Saya merasa tugas kuliah saya sulit
2 Saya merasa cemas belakangan ini
Selamat mengerjakan!
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Saya sudah menetapkan target akademik saya dengan
baik
2 Saya menghadiri perkuliahan secara rutin
3 Saya puas dengan tingkat prestasi akademik saya saat
ini
4 Saya puas dengan dosen yang mengajar mata kuliah
yang saya ambil
5 Saya memiliki banyak teman dikampus
6 Saya puas dengan keputusan saya untuk mengikuti
kuliah di kampus ini
7 Belakangan ini saya merasa kurang mampu
mengontrol emosi dengan baik
8 Saya merasa kesehatan saya cukup baik belakangan ini
9 Saat ini saya puas dengan keputusan saya untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi
10 Saya harap saya dapat kuliah di perguruan tinggi lain
11 Saya menikmati tugas kuliah yang saya kerjakan
12 Saya kurang maksimal dalam mengerjakan tugas
kuliah
13 Saya belum mampu mengerjakan soal ujian dengan
baik
94
14 Saya puas dengan jumlah dan jenis mata kuliah yang
tersedia di kampus
15 Saya memiliki beberapa teman baik atau kenalan di
kampus yang bisa saya ajak bicara tentang masalah
apapun yang saya miliki
16 Saya puas dengan kegiatan ekstrakurikuler yang
tersedia di kampus
17 Terkadang pikiran saya mudah kacau dalam
menghadapi tuntutan kuliah
18 Saya sering mengalami sakit kepala belakangan ini
akibat memikirkan tuntutan kuliah
19 Belakangan ini saya sering berpikir untuk
mengundurkan diri dari kuliah selamanya
20 Belakangan ini saya sering berpikir serius untuk
pindah kuliah ke perguruan tinggi lain
21 Saya mengalami kesulitan untuk bergaul dengan orang
lain dikampus
22 Saya mengalami kesulitan dalam mengatasi stress yang
saya hadapi akibat tuntutan kuliah
23 Saya tidak bisa tidur nyenyak belakangan ini karena
memikirkan tuntutan kuliah
24 Saya berpikir cukup serius untuk mengambil cuti dan
menyelesaikannya lagi nanti
25 Saya berusaha dapat terus bertahan dikampus ini
hingga meraih gelar sarjana
Petunjuk
SS : Sangat Sesuai TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Saya adalah orang yang banyak berbicara
2 Saya senang mencari kesalahan orang lain
3 Saya terkadang ceroboh
4 Saya mudah depresi dan murung
5 Saya adalah orang yang suka menemukan ide-ide baru
6 Saya adalah orang yang tertutup
7 Saya suka menolong dan tidak egois dengan orang lain
95
8 Saya adalah seorang pekerja yang dapat diandalkan
9 Saya adalah orang yang santai dan dapat mengatasi
stress dengan baik
10 Saya memiliki rasa ingin tahu tentang banyak hal
11 Saya adalah orang yang penuh energi dan semangat
12 Saya memiliki sifat pemaaf
13 Saya adalah orang yang cenderung tidak teratur
14 Saya memiliki emosi yang stabil dan tidak mudah
marah
15 Saya memiliki banyak akal dan serius dalam berpikir
16 Saya dapat membangkitkan banyak antusiasme
17 Saya adalah orang yang dapat dipercaya
18 Saya adalah orang yang cenderung pemalas
19 Saya memiliki emosi yang mudah berubah
20 Saya memiliki kemampuan imajinasi yang baik
21 Saya memiliki kepribadian yang tegas
22 Saya adalah orang yang perhatian dan baik pada
hampir semua orang
23 Saya adalah orang yang tekun dalam menyelesaikan
tugas
24 Saya adalah orang yang tetap tenang walau dalam
situasi tegang
25 Saya suka menciptakan hal-hal baru
26 Saya adalah orang yang ramah dan suka bergaul
27 Saya terkadang kasar terhadap orang lain
28 Saya mengerjakan segala sesuatu secara efisien
29 Saya adalah orang yang mudah gugup
30 Saya adalah orang yang menghargai karya seni dan
keindahan
31 Saya senang bekerja sama dengan orang lain
32 Saya adalah orang yang senang membuat rencana-
rencana dan melaksanakannya
33 Saya adalah orang yang suka bermain dengan ide-ide
yang saya miliki
34 Saya mempunyai sedikit minat pada kesenian
96
Petunjuk
SS : Sangat Sesuai TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Saya merasa mudah untuk memiliki kedekatan dengan
orang lain
2 Saya merasa sulit untuk dapat bergantung dengan
orang lain
3 Saya sering merasa khawatir jika ternyata orang lain
tidak benar-benar menyukai saya
4 Saya merasa bahwa orang lain tidak ingin memiliki
kedekatan dengan saya
5 Saya merasa nyaman dapat bergantung dengan orang
lain
6 Saya merasa tenang jika ada orang lain yang terlalu
dekat dengan saya
7 Saya tahu bahwa seseorang tidak pernah ada untuk
saya disaat saya membutuhkannya
8 Saya merasa kurang nyaman untuk memiliki kedekatan
dengan orang lain
9 Saya sering merasa khawatir bahwa sebenarnya orang
lain tidak ingin bersama saya
10 Ketika saya menunjukkan perasaan kepada orang lain,
saya takut mereka tidak memiliki perasaan yang sama
11 Saya sering merasa khawatir apakah orang lain benar-
benar peduli pada saya
12 Saya merasa nyaman untuk membangun kedekatan
dengan orang lain
13 Saya merasa tidak nyaman ketika ada seseorang yang
terlalu dekat dengan saya
14 Saya tahu bahwa seseorang akan ada untuk saya disaat
saya membutuhkannya
15 Saya ingin memiliki kedekatan dengan orang lain, tapi
saya takut disakiti
16 Saya merasa sulit untuk percaya sepenuhnya pada
orang lain
17 Orang lain seringkali ingin lebih dekat dengan saya
97
melebihi yang saya inginkan
18 Saya tidak yakin dapat selalu bergantung pada
seseorang yang selalu ada disaat saya
membutuhkannya
-Terima kasih -
98
Syntax Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi
DA NI=25 NO=207 MA=PM LA C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 C15 C16 C17 C18 C19
C20 C21 C22 C23 C24 C25 PM SY FI=PENYESUAIANDIRI.COR MO NX=25 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK PENYESUAIAN DIRI FR TD 13 12 TD 11 6 TD 3 1 TD 14 4 TD 17 14 TD 5 2 TD 6 5 FR TD 20 6 TD 14 16 TD 14 6 TD 20 10 TD 25 20 TD 11 1 TD 19 1 FR TD 15 14 TD 15 7 TD 14 10 TD 9 2 TD 24 8 TD 24 17 TD 17 5 FR TD 17 12 TD 21 3 TD 21 18 TD 21 15 TD 13 10 TD 20 19 TD 19 11 FR TD 19 11 TD 19 9 TD 8 4 TD 13 6 TD 10 7 TD 21 6 TD 21 5 TD 9 5 FR TD 9 6 TD 19 6 TD 9 3 TD 3 2 TD 23 13 TD 23 18 TD 18 17 TD 22
15 FR TD 17 15 TD 17 16 TD 10 8 TD 24 20 TD 21 14 TD 11 4 TD 4 1 TD 6
4 FR TD 14 11 TD 11 10 TD 4 3 TD 16 1 TD 16 6 TD 19 8 TD 22 8 TD 19
18 FR TD 25 4 TD 25 17 TD 25 18 TD 25 24 TD 22 5 TD 24 7 TD 12 1 TD
13 1 FR TD 12 2 TD 13 3 TD 12 3 TD 21 13 TD 20 13 TD 21 7 TD 23 7 TD 15
1 FR TD 14 5 TD 19 16 TD 17 8 TD 25 16 TD 21 19 TD 21 1 TD 23 20 PD OU TV SS MI
99
Path Diagram Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi
100
Syntax Extraversion
DA NI=6 NO=207 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 PM SY FI=EXTRAVERSION.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK EXTRV FR TD 2 1 TD 6 4 TD 3 2 TD 6 2 PD OU TV SS MI
Path Diagram Extraversion
101
Syntax Agreeableness
DA NI=7 NO=207 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 PM SY FI=AGREEABLENESS.COR MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK AGREE FR TD 6 1 PD OU TV SS MI
Path Diagram Agreeableness
102
Syntax Conscientiousness
DA NI=7 NO=207 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 PM SY FI=CONSCIENTIOUS.COR MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK CONSC FR TD 4 1 TD 5 4 TD 7 5 TD 3 1 TD 5 1 PD OU TV SS MI
Path Diagram Conscientiousness
103
Syntax Neuroticism
DA NI=6 NO=207 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 PM SY FI=NEURO.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK NEO FR TD 4 1 TD 6 1 PD OU TV SS MI
Path Diagram Neuroticism
104
Syntax Openness to Experience
DA NI=8 NO=207 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 PM SY FI=OPENESS.COR MO NX=8 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK OPEN FR TD 6 1 TD 5 1 TD 6 2 TD 7 2 PD OU TV SS MI
Path Diagram Openness to Experience
105
Syntax Secure Attachment Style
DA NI=5 NO=207 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI=SECURE.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK SECURE FR TD 4 1 TD 3 2 PD OU TV SS MI
Path Diagram Secure Attachment Style
106
Syntax Anxiety Attachment Style
DA NI=6 NO=207 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 PM SY FI=ANXIETY.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK ANXIETY FR TD 3 2 PD OU TV SS MI
Path Diagram Anxiety Attachment Style
107
Syntax Avoidant Attachment Style
DA NI=7 NO=207 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 PM SY FI=AVOIDANT.COR MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST LK AVOIDANT FR TD 4 3 TD 5 4 PD OU TV SS MI
Path Diagram Avoidant Attachment Style
108
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PNYDIRI
/METHOD=ENTER EXTRV AGREE CONSC NEO OPEN SECURE ANX AVOID.
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PNYDIRI
/METHOD=ENTER EXTRV
/METHOD=ENTER AGREE
/METHOD=ENTER CONSC
/METHOD=ENTER NEO
/METHOD=ENTER OPEN
/METHOD=ENTER SECURE
/METHOD=ENTER ANX
/METHOD=ENTER AVOID.
SAVE OUTFILE='F:\BISMILLAH SKRIPSI\bismillah data.sav'
/COMPRESSED.
Regression
Notes
Output Created 02-Nov-2015 23:22:07
Comments
Input Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 207
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any variable used.
109
Syntax REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PNYDIRI
/METHOD=ENTER EXTRV
/METHOD=ENTER AGREE
/METHOD=ENTER CONSC
/METHOD=ENTER NEO
/METHOD=ENTER OPEN
/METHOD=ENTER SECURE
/METHOD=ENTER ANX
/METHOD=ENTER AVOID.
Resources Processor Time 00:00:00.109
Elapsed Time 00:00:00.063
Memory Required 4396 bytes
Additional Memory Required
for Residual Plots 0 bytes
[DataSet1]
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 EXTRVa . Enter
2 AGREEa . Enter
3 CONSCa . Enter
4 NEOa . Enter
5 OPENa . Enter
6 SECUREa . Enter
7 ANXa . Enter
8 AVOIDa . Enter
110
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 EXTRVa . Enter
2 AGREEa . Enter
3 CONSCa . Enter
4 NEOa . Enter
5 OPENa . Enter
6 SECUREa . Enter
7 ANXa . Enter
8 AVOIDa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: PNYDIRI
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error of
the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .250a .062 .058 13.49012 .062 13.638 1 205 .000
2 .283b .080 .071 13.39481 .018 3.928 1 204 .049
3 .291c .085 .071 13.39526 .004 .986 1 203 .322
4 .419d .175 .159 12.74583 .091 22.214 1 202 .000
5 .425e .180 .160 12.73754 .005 1.263 1 201 .262
6 .425f .181 .156 12.76468 .001 .146 1 200 .703
7 .470g .221 .193 12.48110 .040 10.191 1 199 .002
8 .490h .240 .209 12.36034 .019 4.908 1 198 .028
a. Predictors: (Constant), EXTRV
b. Predictors: (Constant), EXTRV,
AGREE
c. Predictors: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC
d. Predictors: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC,
NEO
111
e. Predictors: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC, NEO, OPEN
f. Predictors: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC, NEO, OPEN,
SECURE
g. Predictors: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC, NEO, OPEN, SECURE, ANX
h. Predictors: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC, NEO, OPEN, SECURE, ANX, AVOID
ANOVAi
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2481.839 1 2481.839 13.638 .000a
Residual 37306.583 205 181.983
Total 39788.422 206
2 Regression 3186.536 2 1593.268 8.880 .000b
Residual 36601.887 204 179.421
Total 39788.422 206
3 Regression 3363.525 3 1121.175 6.248 .000c
Residual 36424.897 203 179.433
Total 39788.422 206
4 Regression 6972.297 4 1743.074 10.730 .000d
Residual 32816.126 202 162.456
Total 39788.422 206
5 Regression 7177.215 5 1435.443 8.847 .000e
Residual 32611.208 201 162.245
Total 39788.422 206
6 Regression 7201.010 6 1200.168 7.366 .000f
Residual 32587.412 200 162.937
Total 39788.422 206
7 Regression 8788.606 7 1255.515 8.060 .000g
Residual 30999.817 199 155.778
Total 39788.422 206
8 Regression 9538.372 8 1192.297 7.804 .000h
112
Residual 30250.050 198 152.778
Total 39788.422 206
a. Predictors: (Constant), EXTRV
b. Predictors: (Constant), EXTRV, AGREE
c. Predictors: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC
d. Predictors: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC, NEO
e. Predictors: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC, NEO, OPEN
f. Predictors: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC, NEO, OPEN, SECURE
g. Predictors: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC, NEO, OPEN, SECURE, ANX
h. Predictors: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC, NEO, OPEN, SECURE, ANX, AVOID
i. Dependent Variable: PNYDIRI
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 36.017 3.901 9.233 .000
EXTRV .280 .076 .250 3.693 .000
2 (Constant) 49.633 7.887 6.293 .000
EXTRV .185 .089 .165 2.074 .039
AGREE -.177 .090 -.158 -1.982 .049
3 (Constant) 53.881 8.972 6.005 .000
EXTRV .157 .093 .141 1.686 .093
AGREE -.142 .096 -.127 -1.479 .141
CONSC -.093 .093 -.083 -.993 .322
4 (Constant) 68.271 9.067 7.530 .000
EXTRV .092 .090 .082 1.023 .308
AGREE -.030 .095 -.027 -.321 .749
CONSC -.052 .089 -.047 -.584 .560
NEO -.375 .080 -.343 -4.713 .000
5 (Constant) 73.754 10.291 7.167 .000
113
EXTRV .132 .097 .118 1.367 .173
AGREE -.046 .096 -.041 -.482 .630
CONSC -.073 .091 -.065 -.800 .424
NEO -.388 .080 -.355 -4.830 .000
OPEN -.100 .089 -.096 -1.124 .262
6 (Constant) 74.779 10.656 7.018 .000
EXTRV .145 .103 .129 1.414 .159
AGREE -.047 .096 -.042 -.493 .622
CONSC -.071 .091 -.063 -.777 .438
NEO -.388 .081 -.355 -4.815 .000
OPEN -.101 .089 -.097 -1.134 .258
SECURE -.033 .087 -.027 -.382 .703
7 (Constant) 83.754 10.792 7.761 .000
EXTRV .110 .101 .099 1.095 .275
AGREE -.096 .095 -.086 -1.015 .311
CONSC -.036 .090 -.033 -.406 .685
NEO -.323 .081 -.295 -3.968 .000
OPEN -.073 .088 -.070 -.830 .408
SECURE -.038 .085 -.030 -.445 .657
ANX -.219 .069 -.211 -3.192 .002
8 (Constant) 89.627 11.011 8.140 .000
EXTRV .112 .100 .100 1.117 .265
AGREE -.107 .094 -.095 -1.136 .257
CONSC -.028 .089 -.025 -.319 .750
NEO -.317 .081 -.290 -3.936 .000
OPEN -.052 .087 -.050 -.600 .549
SECURE -.071 .085 -.057 -.829 .408
ANX -.151 .075 -.145 -2.021 .045
AVOID -.177 .080 -.156 -2.215 .028
a. Dependent Variable: PNYDIRI
114
Excluded Variablesh
Model Beta In t Sig. Partial Correlation
Collinearity
Statistics
Tolerance
1 AGREE -.158a -1.982 .049 -.137 .712
CONSC -.128a -1.646 .101 -.114 .751
NEO -.359a -5.214 .000 -.343 .856
OPEN .031a .366 .714 .026 .645
SECURE -.034a -.462 .645 -.032 .848
ANX -.269a -4.080 .000 -.275 .979
AVOID -.232a -3.520 .001 -.239 .998
2 CONSC -.083b -.993 .322 -.070 .650
NEO -.347b -4.800 .000 -.319 .779
OPEN -.015b -.177 .860 -.012 .597
SECURE -.034b -.466 .642 -.033 .848
ANX -.281b -4.304 .000 -.289 .973
AVOID -.245b -3.752 .000 -.255 .990
3 NEO -.343c -4.713 .000 -.315 .771
OPEN -.036c -.400 .690 -.028 .570
SECURE -.030c -.404 .687 -.028 .845
ANX -.277c -4.203 .000 -.284 .959
AVOID -.242c -3.694 .000 -.252 .987
4 OPEN -.096d -1.124 .262 -.079 .558
SECURE -.024d -.341 .733 -.024 .845
ANX -.216d -3.295 .001 -.226 .905
AVOID -.211d -3.348 .001 -.230 .975
5 SECURE -.027e -.382 .703 -.027 .844
ANX -.211e -3.192 .002 -.220 .895
AVOID -.205e -3.213 .002 -.222 .955
6 ANX -.211f -3.192 .002 -.221 .895
AVOID -.215f -3.323 .001 -.229 .929
115
7 AVOID -.156g -2.215 .028 -.156 .770
a. Predictors in the Model: (Constant), EXTRV
b. Predictors in the Model: (Constant), EXTRV, AGREE
c. Predictors in the Model: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC
d. Predictors in the Model: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC, NEO
e. Predictors in the Model: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC, NEO, OPEN
f. Predictors in the Model: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC, NEO, OPEN, SECURE
g. Predictors in the Model: (Constant), EXTRV, AGREE, CONSC, NEO, OPEN, SECURE, ANX
h. Dependent Variable: PNYDIRI
Regression
Notes
Output Created 02-Nov-2015 23:20:56
Comments
Input Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 207
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any variable used.
116
Syntax REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PNYDIRI
/METHOD=ENTER EXTRV AGREE
CONSC NEO OPEN SECURE ANX
AVOID.
Resources Processor Time 00:00:00.015
Elapsed Time 00:00:00.016
Memory Required 3980 bytes
Additional Memory Required
for Residual Plots 0 bytes
[DataSet1]
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 AVOID, CONSC,
SECURE, NEO,
ANX, OPEN,
AGREE, EXTRVa
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: PNYDIRI
117
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .490a .240 .209 12.36034 .240 7.804 8 198 .000
a. Predictors: (Constant), AVOID, CONSC, SECURE, NEO, ANX,
OPEN, AGREE, EXTRV
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9538.372 8 1192.297 7.804 .000a
Residual 30250.050 198 152.778
Total 39788.422 206
a. Predictors: (Constant), AVOID, CONSC, SECURE, NEO, ANX, OPEN, AGREE, EXTRV
b. Dependent Variable: PNYDIRI
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 89.627 11.011 8.140 .000
EXTRV .112 .100 .100 1.117 .265
AGREE -.107 .094 -.095 -1.136 .257
CONSC -.028 .089 -.025 -.319 .750
NEO -.317 .081 -.290 -3.936 .000
OPEN -.052 .087 -.050 -.600 .549
SECURE -.071 .085 -.057 -.829 .408
ANX -.151 .075 -.145 -2.021 .045
AVOID -.177 .080 -.156 -2.215 .028
a. Dependent Variable: PNYDIRI
118
Descriptives
[DataSet1] F:\BISMILLAH SKRIPSI\bismillah data.sav
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PNYDIRI 207 7.22 79.27 50.0000 13.89776
EXTRV 207 6.28 82.60 50.0005 12.41158
AGREE 207 21.27 83.03 50.0003 12.35252
CONSC 207 16.39 82.90 50.0000 12.42222
NEO 207 18.77 86.30 50.0000 12.70817
OPEN 207 15.48 86.22 50.0001 13.33709
SECURE 207 21.71 80.17 49.9942 11.16115
ANX 207 8.54 85.08 50.0001 13.39125
AVOID 207 8.67 80.81 49.9949 12.25592
Valid N (listwise) 207
119
Frequencies
Notes
Output Created 10-Nov-2015 21:12:35
Comments
Input Data F:\BISMILLAH SKRIPSI\bismillah
data.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 207
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=PD EX
AGR CO NO OPN SCR AN AVO
/STATISTICS=MINIMUM MAXIMUM
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.000
[DataSet1] F:\BISMILLAH SKRIPSI\bismillah data.sav
Statistics
PD EX AGR CO NO OPN SCR AN AVO
N Valid 207 207 207 207 207 207 207 207 207
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Maximum 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
120
Frequency Table
PD
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 107 51.7 51.7 51.7
2 100 48.3 48.3 100.0
Total 207 100.0 100.0
EX
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 108 52.2 52.2 52.2
2 99 47.8 47.8 100.0
Total 207 100.0 100.0
AGR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 80 38.6 38.6 38.6
2 127 61.4 61.4 100.0
Total 207 100.0 100.0
CO
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 104 50.2 50.2 50.2
2 103 49.8 49.8 100.0
Total 207 100.0 100.0
121
NO
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 102 49.3 49.3 49.3
2 105 50.7 50.7 100.0
Total 207 100.0 100.0
OPN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 96 46.4 46.4 46.4
2 111 53.6 53.6 100.0
Total 207 100.0 100.0
SCR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 95 45.9 45.9 45.9
2 112 54.1 54.1 100.0
Total 207 100.0 100.0
AN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 99 47.8 47.8 47.8
2 108 52.2 52.2 100.0
Total 207 100.0 100.0
122
AVO
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 98 47.3 47.3 47.3
2 109 52.7 52.7 100.0
Total 207 100.0 100.0