PENGARUH TEKANAN PENDUDUK DAN PENDAPATAN …/Pengaruh...KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012 Oleh:...
Transcript of PENGARUH TEKANAN PENDUDUK DAN PENDAPATAN …/Pengaruh...KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012 Oleh:...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGARUH TEKANAN PENDUDUK DAN PENDAPATAN PETANI
TERHADAP KONSERVASI LAHAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI WALIKAN HULU
KABUPATEN KARANGANYARTAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh:
YULIANA DWI NINGSIH
K5408056
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ii
PENGARUH TEKANAN PENDUDUK DAN PENDAPATAN PETANI
TERHADAP KONSERVASI LAHAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI WALIKAN HULU
KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012
Oleh:
YULIANA DWI NINGSIH
K5408056
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
v
ABSTRAK
Yuliana Dwi Ningsih. PENGARUH TEKANAN PENDUDUK DAN PENDAPATAN PETANI TERHADAP KONSERVASI LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI WALIKAN HULU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012.Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oktober2012.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui tekanan penduduk diDAS Walikan Hulu tahun 2012. (2) Mengetahui produktivitas lahan dan pendapatan petani di DAS Walikan Hulu tahun 2012. (3) Mengetahui kondisi konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012. (4) Mengetahui pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahandi DAS Walikan Hulu tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Unit analisis tekanan penduduk dengan batasan administratif, sedangkan produktivitas lahan, pendapatan petani dan konservasi lahan dengan batasan satuan lahan. Penelitian ini dilakukan pada setiap satuan lahan, pengambilan sampel petani secara purposive sampling dengan snow ball. Teknik pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data untuk mengetahui tekanan penduduk dengan pengkelasan, produktivitas lahan dan pendapatan petani dengan overlay-pengkelasan, dan konservasi lahan dengan overlay-skoring-pengkelasan, sedangkan pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan dengan tabulasi data.
Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Tekanan penduduk di DAS Walikan Hulu bervariasi yaitu Desa Wonorejo memiliki tekanan penduduk tinggi, sedangkan Desa Wonokeling memiliki tekanan penduduk sedang. (2) Produktivitas lahan dan pendapatan petani di DAS Walikan Hulu bervariasi, sebagai berikut: (a) Produktivitas lahan daerah penelitian bervariasi, produktivitas lahan rendah 7,57%, produktivitas lahan sedang 79,85%, dan produktivitas lahantinggi 12,58%,(b) Pendapatan petani daerah penelitian bervariasi, petani berpendapatan rendah 61,54%, petani berpendapatan sedang 38,06%, dan petani berpendapatantinggi hanya 0,40%. (3) Kondisi konservasi lahan di DAS Walikan Hulu bervariasi, konservasi lahan rendah 49,80%, konservasi lahan sedang 45,32% dan konservasi lahan tinggi 4,88%. (4) Pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan di DAS Walikan Hulu adalah: (a) Tekanan penduduk tidak mempunyai pengaruh secara langsung terhadap konservasi lahan, (b) Petani berpendapatan rendahcenderung melakukan konservasi lahan rendah dan petani berpendapatan tinggi cenderung melakukan konservasi tinggi.
Kata Kunci: Tekanan Penduduk, Pendapatan petani, Konservasi Lahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vi
ABSTRACT
Yuliana Dwi Ningsih. THE EFFECT OF POPULATION PRESSURE AND INCOME OF FARMERS TOWARD THE LAND CONSERVATION IN WALIKAN UPSTREAM WATERSHED KARANGANYAR REGENCY 2012.Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education.Sebelas Maret University. Oktober 2012.
The purposes of this research are: (1) To know the population pressure in Walikan Upstream Watershed 2012. (2) To know the land productivity and income of farmers in Walikan Upstream Watershed 2012. (3) To know the condition of land conservation in Walikan Upstream Watershed 2012. (4) To know the effect of population pressure toward the land conservation and income of farmers toward the land conservation in Walikan Upstream Watershed 2012.
This study used a qualitative descriptive method. The analysis unit of population pressure was taken by administrative boundaries, whereas the land productivity, income of farmers and land conservation were taken by land unitboundaries. This study was performed on each unit of land, farmers sampling was taken by snow ball purposive sampling. Data collection techniques usedobservation, documentation and interviews. Data analysis techniques to determine population pressure was taken by classification, land productivity and income of farmers with overlay-classes, and land conservation with an overlay-scoring-classes,while effect of population pressure on the land conservation and income of farmer on the land conservation with data tabulation.
The conclusions of this study were: (1) The pressure of population inWalikan Upstream Watershed is varying that is ,Wonorejo village has a highestpopulation pressure, while the Wonokeling village has a middle population pressure. (2) Land productivity and income of farmers in Walikan Upstream Watershed is varying, as follows: (a) The area of land productivity research is varies, 7,57% low land productivity, 79,85% middle land productivity, and12,58% highland productivity, (b )Income Farmer research is varies, 61,54% of low-income farmers, 38,06% middle-income farmers, and high-income farmers is only 0,40%. (3) The condition of land conservation in Walikan Upstream Watershed is varies, 49,80% low land conservation, 45,32% middle land conservation and 4,88% high land conservation. (4) Effect of population pressure toward the land conservation and income of farmers toward the land conservation is: (a) Population pressure has no directly influence toward the land conservation, (b) Farmers with low income tend to conserve the land at the low level and high income farmers tend to conserve the land at the high level.
Keywords: Population pressure, Income of farmers, Land conservation.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vii
MOTTO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Bapak dan Ibu atas kasih sayang, doa, dan motivasinya
Kakak, Kakak Ipar, dan Keponakan Tersayang
Adikku tersayang
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kami sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar
Sarjana Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin
penulisan skripsi;
2. Drs. Syaiful Bakhri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang telah memberikan persetujuan skripsi;
3. Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si., Ketua Program Pendidikan Geografi yang
telah memberikan ijin penulisan skripsi;
4. Drs. Sugiyanto, M.Si, M.Si., Pembimbing I yang sabar memberikan
bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan lancar;
5. Dra. Inna Prihartini, MS., Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan lancar;
6. Rahning Utomowati, S.Si, M.Sc., Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan dan motivasi kepada penulis selama menjadi mahasiswa
di Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNS;
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Geografi yang secara tulus
memberikan ilmu kepada penulis;
8. Sudrajat, S.Kes., Kepala Desa Wonorejo yang telah memberi ijin penelitian;
9. Bapak Sukadi, Kepala Desa Wonokeling yang telah memberi ijin penelitian;
10. Bupati, Kepala Kesbang dan Linmas, BAPEDA, BPS, dan Instansi Kedinasan
lain di Kabupatan Karanganyar, terimakasih atas ijin yang diberikan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
x
11. Kedua Orang Tua dan Saudara-saudaraku yang telah memberikan motivasi
moral maupun spiritual dalam penulisan skripsi ini;
12. Teman-teman seperjuangan DAS Walikan (Khoim, Lilis, Dayat, Probo,
Yosef, dan Desta), atas kerjasama dan motivasinya selama penyusunan skripsi
ini;
13. Gembul members (Yetty, Eka, Indah, Nurul L, dan Nina) atas motivasi,
kebersamaan dan hiburan-hiburannya;
14. n satu-satu, terimakasih atas
mahasiswa dan dalam penyusunan skripsi;
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu kelancaran penulis dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
para pembaca.
Surakarta, Oktober 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi
DAFTAR ISI
JUDUL i
PENGAJUAN SKRIPSI ... ii
PERSETUJUAN iii
PENGESAHAN iv
ABSTRAK v
MOTTO vii
PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR PETA xvii
DAFTAR LAMPIRAN xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................... 1
B. Identifikasi Masalah 3
C. Perumusan Masalah 4
D. Tujuan Penelitian 4
E. Manfaat Penelitian 4
BAB II LANDASAN TEORI . 6
A. Tinjauan Pustaka 6
1. Tekanan 6
2. Pendapatan Petani 7
a. Produktivitas Lahan 7
b. Pengertian Pendapatan Petani 8
3. Petani 9
4. Konservasi Lahan 10
a. Pengertian Konservasi Lahan 10
b. Teknik Konservasi Lahan 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xii
c. Daerah Aliran Sungai 22
d. Satuan Lahan 24
B. Hasil Penelitian yang Relevan 26
C. Kerangka Pemikiran 32
BAB III METODE PENELITIAN 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian 34
1. Tempat Penelitian 34
2. Waktu Penelitian 34
B. Metode Penelitian . 35
C. Populasi dan Sampling 35
1. Populasi Penelitian 35
2. Sampel Penelitian 36
D. Sumber Data 36
1. Data Primer 36
2. Data Sekunder ... 37
E. Teknik Pengumpulan Data 38
1. Observasi Lapangan 38
2. Wawancara 38
3. Analisis Dokumentasi 38
F. Teknik Analisis Data 39
1. 40
2. 41
3. Analisis Konservasi Lahan 44
4. Analisis Pengaruh Tekanan penduduk terhadap
Konservasi Lahan dan Pendapatan Petani terhadap
44
G. Prosedur Penelitian 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .. 47
A. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 47
1. Letak, Batas, dan Luas 47
2. Iklim 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiii
3. Geologi 54
4. Geomorfologi 58
5. Tanah 59
6. Kemiringan Lereng 64
7. Hidrologi 66
8. Penggunaan Lahan 67
9. Kependudukan 69
B. Hasil dan Pembahasan 70
1. Tekanan Penduduk 74
2. Produktivitas Lahan danPendapatan 82
3. Konse 95
4. Pengaruh Tekanan penduduk terhadap
Konservasi Lahan dan Pendapatan Petani terhadap
100
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .. 106
A. Simpulan 106
B. Implikasi 107
C. Saran 107
DAFTAR PUSTAKA . 109
LAMPIRAN . 112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Upaya Konservasi Lahan Secara Vegetatif . 20
2. Upaya Konservasi Lahan Secara Teknik 21
3. Klasifikasi Kem 24
4. Perbandingan Penelitian Sebelumnya dengan Penelitian yang
Dil 29
5. Rancangan Waktu Penelitian .. 34
6. Klasifikasi Nilai 41
7. Klasifikasi Nilai Produktivitas Lahan 42
8. Klasifikasi Nilai Pendapatan Petani . .. 43
9. Kelas Tindakan Konservasi Lahan . 47
10. Luas wilayah DAS Walikan Hulu .. 48
11. Rerata Curah Hujan, Hari Hujan, dan Intensitas Hujan
Tahun 2001-2011 .... 52
12. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson 52
13. Tipe Curah Hujan Menurut Scmidt dan Ferguson pada
Setiap Stasiun Pengamatan .. 53
14. Luas Persebaran Litologi DAS Walikan Hulu Tahun 2012 56
15. Luas Persebaran Macam Tanah DAS Walikan Hulu Tahun 2012 61
16. Luas Persebaran Kemiringan Lereng DAS Walikan Hulu
Tahun 2012 .. 64
17. Luas Persebaran Penggunaan Lahan DAS Walikan Hulu
Tahun 2012 .. 67
18. Komposisi Penduduk DAS Walikan Hulu Tahun 2012 69
19. Matapencaharian Penduduk DAS Walikan Hulu Tahun 2012 69
20. 70
21. Jumlah Penduduk Desa Wonorejo Tahun 2007-2011 74
22. Perhitungan Nilai Rata-Rata Luas Lahan Minimal untuk
Hidup Layak (Z) Desa Wonorejo 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xv
23. Jumlah Penduduk Desa Wonokeling Tahun 2007-2011 77
24. Perhitungan Nilai Rata-Rata Luas Lahan Minimal untuk
Hidup Layak (Z) Desa Wonokeling 78
25. Harga Jual Komoditi Tanaman Yang Dibudidayaan Petani
DAS Walikan Tahun 2012 . 82
26. Kelas Produktivitas Lahan DAS Walikan Hulu Tahun 2012 83
27. Hasil Perhitungan dan Pengkelasan Produktivitas Lahan
DAS Walikan Hulu Tahun 2012 84
28. Hasil Perhitungan dan Pengkelasan Pendapatan Petani
DAS Walikan Hulu Tahun 2012 91
29. Hasil Pengkelasan Konservasi Lahan DAS Walikan Hulu
Tahun 2012 95
30. Hasil Observasi Konservasi Lahan DAS Walikan Hulu
95
31. 100
32. 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Sketsa Penanam 14
2. Foto Pertanaman 15
3. Sketsa Bangunan Teras Saluran . 16
4. Sketsa Bangunan Teras Guludan . 17
5. Sketsa Bangunan Teras Kredit 17
6. Sketsa Bangunan Teras Bangku .. 18
7. Letak Saluran Pembuangan Pada Teras Bangku 19
8. Sketsa Bangunan Teras Datar .. 19
9. Zonasi Pembagian Daerah Aliran Sungai 23
10. Diagram Alir Kerangka Pemikiran . 33
11. Diagram Alir Penelitian ... 46
12. Tipe Curah Hujan Rata-Rata DAS Walikan Hulu
Tahun 2001-2011 . 53
13. Letak Fisiografis DAS Walikan ... 54
14. Bentuk Lahan Struktural Di Desa Wonorejo . 59
15. Foto Tanah Andosol Di Desa Wonorejo 60
16. Foto Tanah Latosol Di Desa Wonorejo . 61
17. Foto Sungai Walikan Hulu .. 66
18. Foto Kondisi Konservasi LahanKelas Rendah,
Sedang dan Tinggi 98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xvii
DAFTAR PETA
Peta
1. Administrasi DAS Walikan Hulu 49
2. Geologi DAS Walikan Hulu ... 57
3. Tanah DAS Walikan Hulu 63
4. Kemiringan Lereng DAS Walikan Hulu 65
5. Penggunaan Lahan DAS Wal 68
6. Satuan Lahan DAS Wal 72
7. Satuan Lahan Pertanian DAS Wal 73
8. Tekanan Penduduk Terhadap Lahan DAS Walikan Hulu 81
9. Produktivitas Lahan DAS Walikan Hulu . 89
10. Pendapatan Petani DAS Walikan Hulu . 94
11. Konservasi Lahan DAS Walikan Hulu .. 99
12. Pengaruh Tekanan Penduduk terhadap Konservasi Lahan
102
13. Pengaruh Pendapatan Petani terhadap Konservasi Lahan
105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Data Curah Hujan Dan Hari Hujan di Stasiun Pengamatan
2. Data Perhitungan Produktivitas Lahan
3. Pendapatan Non Pertanian
4. Data Perhitungan Pendapatan Perkapita Petani
5. Kriteria Pengkelasan Konservasi Lahan Secara Teknik danVegetatif
6. Data Pangkelasan Konservasi Lahan
7. Daftar Isian Observasi Lapangan
8. Daftar Quisioner Wawancara Produktivitas danPendapatan Petani
9. Identitas Responden
10. Surat Keputusan Dekan FKIP
11. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi
12. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out Ke Rektor UNS
13. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out KeKESBANGPOLINMAS
Kabupaten Karanganyar
14. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out Ke BAPPEDAKabupaten
Karanganyar
15. Surat Rekomendasi Research/Survey
16. Surat Tidak Keberatan (STB)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) berdasarkan UU No 7 tahun 2004
tentang Sumberdaya Air, DAS merupakan suatu wilayah daratan atau lahan yang
mempunyai komponen topografi, batuan, tanah, vegetasi, air, sungai, iklim,
hewan, manusia dan aktivitasnya yang berada pada, di bawah, dan di atas tanah.
DAS Walikan yang merupakan salah satu sub-DAS Bengawan Solo Hulu yang terletak di Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri dengan kelerengan miring sampai terjal. Keadaan wilayah demikian ini sangat berpotensi terjadinya permasalahan lingkungan fisik seperti erosi. Selain keadaan lerengnya yang miring sampai terjal, terjadinya permasalahan lingkungan ini akibat dari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya diketahui bahwa satuan lahan dengan kemiringan lereng > 25% berpotensi terjadi longsor, satuan lahan dengan kemiringan lereng 2 25% berpotensi terjadi erosi dan pada satuan lahan dengan kemiringan lereng < 2% berpotensi terjadi sedimentasi (PPLH LPPM UNS, 2007).
Terjadinya erosi di DAS Walikan ini ditandai dengan adanya sedimentasi
di daerah hilir. Keadaan air sungai yang keruh juga mengindikasikan bahwa telah
terjadi erosi di DAS Walikan. Terjadinya erosi tidak hanya dipengaruhi oleh
karakteristik lahan itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh masyarakat sebagai
pengelola lahan. Upaya untuk mengurangi erosi adalah dengan melakukan praktik
konservasi lahan terutama di daerah hulu.
Kerusakan lahan DAS Walikan dipengaruhi oleh masyarakat sekitar,
dimana tingkat kesadaran dan pendapatan masyarakat petani yang rendah akan
mendahulukan kebutuhan primer dan sekunder (sandang, pangan, dan papan)
daripada konservasi lahan. Kalo (1983:2) menyatakan bahwa eksploitasi yang
berlebihan akan merusak produktivitas lahan, berkurangnya penerimaan bersih
petani dapat dijelaskan karena berkurangnya produktivitas lahan. Tingkat
pendapatan petani lahan kering jauh lebih rendah dari tingkat pendapatan minimal
yang diperlukan untuk dapat melaksanakan konservasi tanah (pembuatan teras)
secara baik, apabila pendapatan dari usahatani semakin rendah berarti
penyelamatan tanah akan semakin sulit dilakukan (Kalo, 1983:7).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id2
Menurut Kalo (1983:1), dengan jumlah lahan yang terbatas seperti di
Jawa, perkembangan penduduk merupakan tekanan penduduk terhadap lahan,
demikian pula desakan kebutuhan pangan telah mendorong penduduk untuk
mengeksploitir tanah sehingga melampaui batas kemampuan lahan tersebut, dan
dalam banyak hal tanpa disertai oleh tindakan konservasi.
Seiring meningkatnya jumlah penduduk akan berakibat pada permasalahan
lapangan kerja, pendidikan, pangan bergizi, kesehatan, dan degradasi lingkungan.
Makin besar jumlah penduduk, makin besar pula kebutuhan akan sumberdaya
sehingga tekanan terhadap sumberdaya yang ada juga meningkat (Peraturan
Dirjen RLPS No.P.04/V-SET/2009:61). Di DAS Walikan Hulu ditemukan
ketidaksesuaian fungsi kawasan, terdapat lahan yang seharusnya sebagai fungsi
lindung menjadi tegalan.
Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian Khoimah (2012:116)
menyatakan bahwa:
Satuan Lahan 21 (KAcAck-Qvjl-V-Tg) dan 49 (LaCm-Qvjl-IV-Tg) di Desa Wonorejo dan Wonokeling penggunaan lahan di lapangan berupa tegalan, hal ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian lahan. Kegiatan budidaya yang dilakukan di kawasan fungsi lindung dan penyangga ini akan berdampak pada penghilangan unsur hara tanah, terjadinya erosi akibat pengolahan tanah yang dilakukan secara terus menerus tanpa diimbangi dengan konservasi yang benar dan curamnya lereng sehingga solum tanah menjadi tipis yang berujung pada sangat kritisnya lahan.
DAS Walikan hulu terdiri dari 4 desa yaitu Desa Beruk, Desa Wonorejo,
Desa Wonokeling dan Desa Jatiyoso, Kecamatan Jatiyoso. Desa yang dipilih
untuk penelitian adalah desa Wonorejo dan Wonokeling karena kedua desa ini
mempunyai karakteristik lahan yang bervariasi yang didominasi lahan dengan
kemiringan lereng curam.
Sebagian besar penduduk di DAS Walikan Hulu yakni di Desa Wonorejo
dan Desa Wonokeling Kecamatan Jatiyoso, merupakan masyarakat yang bekerja
sebagai petani yang menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian.
Sebagian besar petani tersebut dapat dikatakan sebagai petani subsisten karena
hasil pertaniannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-
hari, tetapi ada juga sebagian kecil petani yang memiliki lahan yang luas dan
modal cukup sehingga standar hidupnya lebih dari yang lain. Organisasi petani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id3
yang terdapat pada daerah penelitian adalah Gapoktan dan Kelompok Tani.
Organisasi petani tersebut merupakan program pemerintah untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas pertanian. Melalui organisasi tersebut pemerintah
melakukan penyuluhan pertanian kepada masyarakat.
Masyarakat sebagai pemakai lahan di DAS untuk mencukupi kebutuhan
ekonomi hendaknya mengelola lahannya dengan baik dengan memperhatikan
peraturan pengelolaan lahan agar DAS dapat berfungsi dengan baik dan
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Pemanfaatan sumberdaya alam dalam
DAS secara bijaksana dan berkelanjutan diharapkan dapat mensejahterakan
masyarakat melalui barang dan jasa yang dihasilkan DAS.
Lahan pertanian di DAS Walikan Hulu berupa sawah dan tegalan. Kondisi
lahan tersebut bergantung pada manusia sebagai pengelola, maka perlu diketahui
partisipasai masyarakat petani sebagai pengolah lahan pertanian dalam
melestarikan lahan garapannya seperti yang dapat diketahui dari tindakan
konservasi lahan yang dilakukan para petani untuk mengurangi erosi.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Tekanan Penduduk dan Pendapatan Petani
terhadap Konservasi Lahan Daerah Aliran Sungai Walikan Hulu Kabupaten
Karanganyar Tahun .
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka dapat di identifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Semakin banyaknya jumlah penduduk dan jumlah petani menyebabkan
besarnya tekanan penduduk terhadap lahan, akibatnya terjadi ketidaksesuaian
fungsi kawasan. Kawasan yang seharusnya sebagai kawasan lindung dan
penyangga digunakan untuk kawasan budidaya (tegal).
2. Sebagian besar petani yang mengelola lahan merupakan petani subsisten yang
hasil produksi lahannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer.
3. Petani kurang memperhatikan konservasi lahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id4
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana tekanan penduduk di DAS Walikan Hulu tahun 2012?
2. Bagaimana produktivitas lahan dan pendapatan petani di DAS Walikan Hulu
tahun 2012?
3. Bagaimana kondisi konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012?
4. Bagaimana pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan
pendapatan petani terhadap konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun
2012?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka penelitian ini
mempunyai tujuan untuk :
1. Mengetahui tekanan penduduk di DAS Walikan Hulu tahun 2012.
2. Mengetahui produktivitas lahan dan pendapatan petani di DAS Walikan Hulu
tahun 2012.
3. Mengetahui kondisi konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012.
4. Mengetahui pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan
pendapatan petani terhadap konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun
2012.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang kajian tekanan penduduk, produktivitas lahan, pendapatan petani dan
konservasi lahan di daerah penelitian, dan pengaruh antara tekanan penduduk
dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id5
b. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan serta
mendukung teori-teori yang ada. Penelitian ini nantinya dapat digunakan
sebagai dasar penelitian selanjutnya dan sebagai bentuk pertanggungjawaban
ilmiah dari disiplin ilmu geografi.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah untuk menetapkan kebijakan dalam
pengelolaan DAS Hulu di daerah penelitian.
b. Bagi masyarakat DAS Walikan Hulu, dapat dijadikan masukan bagaimana
memanfaatkan sumberdaya lahan dan lingkungan beserta cara mengelolanya
dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
c. Dapat mendukung materi pembelajaran Geografi di SMA pada materi
antroposfer khususnya pada kompetensi dasar dampak dinamika penduduk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tekanan Penduduk
Adanya pertumbuhan penduduk, luas lahan per petani semakin lama
semakin sempit, sehingga pada akhirnya tidak cukup lagi untuk keperluan
hidupnya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, para petani dan anggota
keluarganya mencari pendapatan tambahan dengan berburuh, berdagang, dll. Cara
lain lagi adalah dengan memperluas lahan garapan misalnya dengan merambah
lahan kehutanan. Gaya yang mendorong penduduk desa untuk memperluas lahan
garapannya atau berimigrasi guna mencari sumber pendapatan merupakan definisi
tekanan penduduk, (Soemarwoto, 1991:76).
Tekanan Penduduk adalah angka yang menunjukan berapa kali lipat
penduduk harus mengeksploitasi lahannya agar mendapatkan hasil untuk
mencapai hidup layak. Nilai numerik yang didapatkan dari perhitungan tekanan
penduduk menunjukkan besarnya faktor yang menorong penduduk untuk
memperluas lahannya, (Soemarwoto, 1991:77).
Soemarwoto (1994:188) menyatahan bahwa: Sifat petani Indonesia, di luar
sektor perkebunan ialah petani kecil dengan luas lahan sempit. Rata-rata luas
lahan kurang dari 0,5 Ha per petani. Karena pertumbuhan jumlah petani, luas
lahan menunjukkan kecenderungan yang makin kecil. Makin banyak pula petani
yang tidak mempunyai lahan. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya tekanan
penduduk. Artinya kebutuhan akan lahan garapan terus bertambah, tetapi luas
lahan terbatas, sehingga kemampuan suatu daerah untuk mendukung kehidupan
terbatas pula. Karena tekanan penduduk yang terus meningkat sedangkan
kemampuan daerah untuk mendukung kehidupan terbatas maka petani membuka
lahan baru, akan tetapi karena pendapatan petani rendah sehingga mereka tidak
dapat mengambil tindakan pencegahan erosi tanpa bantuan.
Tekanan penduduk terhadap lahan sangat ditentukan oleh jumlah petani
pemakai lahan, luas lahan pertanian serta luas lahan minimal untuk dapat hidup
layak. Makin banyak jumlah petani, maka makin menurun luas lahan minimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id7
untuk dapat hidup layak serta makin sempit lahan pertanian, sehingga makin
besar tekanan penduduk terhadap lahan. Luas lahan minimal untuk dapat hidup
layak ditentukan oleh jenis komoditi, pola tanam dan adanya usaha intensifikasi.
Agar ekosistem didalam suatu DAS berada dalam keadaan seimbang,
perlu diadakan usaha-usaha agar nilai Tekanan Penduduk (TP) terhadap lahan <
1, usaha yang perlu dilakukan adalah merubah luas lahan minimal untuk dapat
hidup layak dengan memberikan masukan teknologi usahatani dan konservasi
tanah serta usaha-usaha kependudukan seperti penekanan laju pertumbuhan dan
usaha-usaha penyebaran penduduk.
Menurut Kalo (1983:1), dengan jumlah lahan yang terbatas seperti di
Jawa, perkembangan penduduk akan merupakan tekanan penduduk terhadap
lahan, demikian pula desakan kebutuhan pangan telah mendorong penduduk
untuk mengeksploitir tanah sehingga melampaui batas kemampuan lahan tersebut,
dan dalam banyak hal tanpa disertai oleh tindakan konservasi.
Dalam penelitian ini tekanan penduduk dibatasi pada nilai tekanan
penduduk dan bagaimana pengaruhnya terhadap tindakan konservasi lahan yang
dilakukan petani di daerah penelitian.
2. Pendapatan Petani
Kalo (1983:2) menyatakan bahwa berkurangnya penerimaan bersih petani
dapat dijelaskan karena berkurangnya produktivitas lahan. Jadi produktivitas
lahan mempengaruhi pendapatan petani.
a. Produktivitas Lahan
Menurut ILEIA dalam Sukoco (1999:33), produktivitas merupakan hasil
persatuan lahan, tenaga kerja, modal (misalnya ternak, uang, waktu) atau input
lainnya (misalnya uang tunai, energi, air dan unsur hara). Pendapat tersebut
sejalan dengan Sinungan (2003:12) bahwa secara umum produktivitas adalah
ukuran efisiensi produktif diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun
fisik (barang-barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya.
Produktivitas menurut Mubyarto (1989:68) merupakan penggabungan
antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Menurut Hernanto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id8
(1991:204-205), pendapatan per unit areal usaha tani merupakan produktivitas
tanah usahatani, dihitung dari pendapatan usaha tani dibagi dengan luas areal.
Berdasarkan uraian di atas, produktivitas lahan adalah kemampuan lahan
produktif untuk menghasilkan produk hayati yang dihitung dengan hasil produksi
dari usaha tani dibagi dengan luas areal. Dalam penelitian ini Indikator
produktivitas terdiri dari luas lahan, modal, tenaga kerja, dan pendapatan usaha
tani.
b. Pengertian Pendapatan Petani
Sebagai tolok ukur kesejahteraan petani jumlah pendapatan petani dihitung
dari gabungan pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha tani dan hasil di luar
usahatani dibagi jumlah anggota keluarga yang ada dalam tanggungannya. Untuk
mendapatkan gambaran tingkat pendapatan per kapita dalam perhitungan ini
diuraikan pengertian-pengertian sebagai berikut (sumber: www.danautondano_1
Pendahuluan _ Konservasi Danau Tondano.htm):
1) Pendapatan Usaha Tani
Pendapatan petani dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan
kotor dengan harga alat-alat luar dan bunga modal dari luar. Pendapatan kotor
adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari semua cabang dari sumber di
dalam usaha tani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil
penjualan, penukaran, atau penafsiran kembali. Biaya-biaya alat-alat luar semua
pengorbanan yang diberikan oleh usaha tani untuk memperoleh pendapatan kotor,
kecuali bunga seluruh aktiva yang digunakan dan biaya untuk kegiatan si
pengusaha (keuntungan pengusaha) upah tenaga sendiri.
2) Pendapatan Luar Usaha Tani
Pendapatan luar usaha tani dimaksudkan adalah tambahan penghasilan
atau pendapatan dari usaha di luar usahatani mereka. Pendapatan dari luar usaha
tani didapat dari hasil sampingan ataupun pemberian dari pihak lain yang sifatnya
tidak tetap atau pendapatan tak terduga.
3) Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita dihitung dengan menjumlahkan pendapatan
usahatani per tahun, pendapatan sampingan per tahun dan pendapatan tak terduga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id9
dalam satu keluarga per tahun dibagi jumlah anggota keluarga yang ada dalam
tanggungannya.
Tingkat pendapatan petani dipergunakan untuk menentukan tingkat
kesejahteraan petani. Dengan demikian dapat dijadikan pedoman/dasar dalam
pemberian bantuan kepada petani setempat, apakah diberikan dalam bentuk
bantuan penuh, subsidi atau cukup dengan pemberian kredit (Peraturan Dirjen
RLPS No.P.04/V-SET/2009).
Kalo (1983:7)menyatakan bahwa tingkat pendapatan petani lahan kering
jauh lebih rendah dari tingkat pendapatan minimal yang diperlukan untuk dapat
melaksanakan konservasi tanah (pembuatan teras) secara baik, apabila pendapatan
dari usahatani semakin rendah berarti penyelamatan tanah akan semakin sulit
dilakukan.
Dalam penelitian ini, tingkat pendapatan petani dibatasi pada pendapatan
usaha tani, pendapatan luar usaha tani, dan jumlah tanggungan keluarga yang
digunakan untuk menghitung per kapita petani. Jadi pendapatan petani dalam
penelitian ini adalah pendapatan per kapita petani untuk kemudian dianalisis
pengaruhnya terhadap tingkat konservasi lahan yang dilakukan petani
c. Petani
Petani adalah orang yang melakukan kegiatan bercocok tanam hasil bumi
atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari
kegiatannya, (Adiwilaga, 1982:1).
Menurut Soetriono,dkk (2006:12), petani adalah orang yang berusaha
mengatur atau mengusahakan tumbuh-tumbuhan dan hewan serta memanfaatkan
hasilnya, dan mengubah tempat tumbuhan dan hewan serta lingkungannya agar
dapat memenuhi kebutuhan manusia.
Menurut Hernanto (1991: 26) petani adalah setiap orang yang melakukan
usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang
pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan
(termasuk penangkapan ikan), dan pemungutan hasil laut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id10
Jadi, petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup di bidang pertanian dengan cara bercocok tanam dan berternak.
Petani pada penelitian ini dibatasi pada orang yang benar-benar mengelola lahan
di lahan yang diteliti.
3. Konservasi Lahan
a. Pengertian Konservasi Lahan
Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usaha tani
dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan dengan menerapkan kaidah-
kaidah konservasi tanah agar lahan dapat digunakan secara lestari, (Peraturan
Menteri pertanian, Nomor:14/Permentan/P1.110/2/2009).
Menurut Arsyad (2006:41) konservasi tanah dalam arti yang luas adalah
penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan
kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat
yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti yang sempit
konservasi tanah diartikan sebagai upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi
dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi. Konservasi tanah mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan konservasi air. Setiap pelakuan yang diberikan
kepada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-
tempat di hilirnya. Oleh karena itu, konservasi tanah dan konservasi air
merupakan dua hal yang berhubungan erat sekali , berbagai tindakan konservasi
tanah adalah juga konservasi air.
Menurut Suripin (2004:99), tujuan utama konservasi tanah adalah untuk
mendapatkan tingkat keberlanjutan produksi lahan dengan menjaga laju
kehilangan tanah tetap dibawah ambang batas yang diperkenankan, yang secara
teoritis dapat dikatakan bahwa laju erosi harus lebih kecil atau sama dengan laju
pembentukan tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id11
b. Teknik Konservasi Lahan
Berdasarkan cara yang dipakai, dikenal tiga macam metode rehabilitasi
lahan dan konservasi tanah yaitu ; metode vegetatif, metode mekanik dan metode
kimia.
1) Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa
sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan
daya rusak aliran permukaan dan erosi
Metode vegetatif bertujuan untuk :
Melindungi tanah terhadap daya perusak butir butir hujan yang jatuh.
Melindungi tanah terhadap daya perusak terhadap aliran air di atas permukaan
tanah.
Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air yang langsung
mempengaruhi besarnya aliran permukaan.
a) Jenis Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus
ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan untuk
memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah.
Tanaman penutup tanah berperan: (1) menahan atau mengurangi daya
perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (2)
menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh,
dan (3) melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan
tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air
hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar
infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi.
Tumbuhan atau tanaman yang sesuai untuk digunakan sebagai penutup
tanah dan digunakan dalam sistem pergiliran tanaman harus memenuhi syarat-
syarat (Arsyad, 2006:232) sebagai berikut: (a) mudah diperbanyak, sebaiknya
dengan biji, (b) mempunyai sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi
berat bagi tanaman pokok, tetapi mempunyai sifat pengikat tanah yang baik dan
tidak mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, (c) tumbuh cepat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id12
banyak menghasilkan daun, (d) toleransi terhadap pemangkasan, (e) resisten
terhadap gulma, penyakit dan kekeringan, (f) mampu menekan pertumbuhan
gulma, (g) mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk penanaman
tanaman semusim atau tanaman pokok lainnya, (h) sesuai dengan kegunaan untuk
reklamasi tanah, dan (i) tidak mempunyai sifat-sifat yang tidak menyenangkan
seperti duri dan sulur-sulur yang membelit.
Tanaman penutup tanah atau tanaman pembantu dapat digolongkan
dalam Arsyad (2006:234-245) sebagai berikut:
(1) Tanaman penutup tanah rendah: jenis rumput-rumputan dan tubuhan
merambat/menjalar
(a) digunakan pada pola pertanaman rapat: Calopogonium muconoides Desv,
Centrosema pubescens Benth, Mimosa invisa Mart, Peuraria phaseoloides
Benth.
(b) digunakan dalam barisan: Eupatorium triplinerve Vahl (daun panahan,
godong, prasman, jukut prasman), Salvia occidentalis Schwartz (langon,
lagetan, randa nunut), Ageratum mexicanum Sims.
(c) digunakan untuk keperluan perlindungan tebing, talud teras, dinding
saluran irigasi dan drainase: Althenanthera amoena Voss (bayem kremah,
kremek), Indigofera endecaphylla jacq (dedekan), Ageratum conyzoides L
(babandotan), Erechtites valerianifolia Rasim (sintrong), Borreria latifolia
Schum (bulu lutung, gempurwatu), Oxalis corymbosa DC, Brachiaria
decumbens, Andropogon zizanoides (akar wangi), Panicum maximum
(rumput benggala), Panicum ditachyum (balaban, paitan), Paspalum
dilatum (rumput Australia), Pennisetum purpureum (rumput gajah) .
(2) Tanaman penutup tanah sedang: berupa semak
(a) Dipakai dalam pola pertanaman teratur di antara baris tanaman pokok:
Clibadium surinamense var asperum baker, Eupatorium pallessens DC (Ki
Dayang, Kirinyuh)
(b) Digunakan dalam pola pertanaman pagar: Lantana camara L (tahi ayam,
gajahan, seruni), Crotalaria anagyroides HBK, Tephrosia candida DC,
Tepherosia vogelii, Desmodium gyroides DC (kakatua, jalakan). Acacia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id13
villosa Wild (lamtoro merah), Sesbania grandiflora PERS (turi),
Calliandra calothyrsus Meissn (kaliandra merah), Gliricidia maculata
(johar cina, gamal), Flemingia congesta Roxb, Crotalaria striata DC.,
Clorataria juncea, L. Crotalaria laurifolia Poir (urek-urekan, kacang
cepel), Cajanus cajan Nillst (kacang hiris, kacang sarde) dan Indigofera
arrecta Hooscht.
(c) Penggunaan di luar areal pertanaman utama dan merupakan sumber pupuk
hijau dan mulsa, untuk penghutanan dan perlindungan dinding jurang:
Leucaena glauca (L) Benth (pete cina, lamtoro, kemelandingan), Tithonia
tagetiflora Desp, Graphtophyllum pictum Gries (daun ungu, handeuleum),
Cordyline fruticosa Backer, Eupatorium riparium REG.
(3) Tanaman penutup tanah tinggi: jenis pohon-pohonan
(a) Digunakan dalam pola teratur di antara baris tanaman utama: Albizia
falcata (sengon laut, jeunjing), Grevillea robusta A Cum, Pithecellobium
saman benth (pohon hujan), Erythrina sp (dadap), Gliricidia sepium
(b) Dipakai dalam barisan: Leucaena glauca atau Leucaena leucocephala
(c) Penggunaan untuk melindungi jurang, tebing atau untuk penghutanan
kembali: Albizia falcata dan Leucaena glauca, Albizia procera Benth,
Acacia melanoxylon, Acacia mangium, Eucalyptus saligna, Cinchona
succirubra, Gigantolochloa apus (bambu apus), Dendrocalamus asper,
Bambusa bambos.
(4) Tumbuhan rendah alami
(5) Rumput pengganggu (tumbuh-tumbuhan itu tidak disukai karena sifat-sifatnya
yang merugikan tanaman pokok dan sulit diberantas atau dibersihkan dari
lahan usaha pertanian): Imperata cylindrical (alang-alang), Panicum repens
(lampuyangan), Leersia hexandra (kalamento), Saccharum spontaneum
(gelagah), Anastrophus compressus dan Paspalum compressum (rumput
pahit).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id14
b) Teknik Pertanaman
Pertanaman berganda (multiple cropping) berguna untuk meningkatkan
produktifitas lahan sambil menyediakan proteksi terhadap tanah dan erosi. Jenis-
jenis pertanaman berganda antara lain (Departemen pertanian, 2007):
(1) Pertanaman beruntun
Menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana
tanaman kedua dan berikutnya ditanam bersamaan dengan pemanenan
tanaman pertama.
(2) Tumpangsari
Menggunakan dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam bersamaan pada
sebidang tanah, baik ditanam secara serentak, campuran, maupun terpisah-
pisah. Pada kemiringan 1-15% tumpangsari ketela pohon dan jagung dapat
mengurangi erosi dibanding monokultur (Suripin, 2004:109).
(3) Tumpang bergilir
Sistem penanaman dua atau lebih tanaman pada sebidang tanah, dimana
tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama berbunga, sehingga pada
waktu tanaman pertama panen tanaman kedua sudah tumbuh.
(4) Pertanaman lorong
Pertanaman lorong (alley cropping) adalah sistem bercocok tanam dan
konservasi tanah dimana barisan tanaman perdu leguminosa ditanam rapat
(jarak 10-25 cm) menurut garis kontur (nyabuk gunung) sebagai tanaman
pagar dan tanaman semusim ditanam pada lorong di antara tanaman pagar.
Gambar1. Tumpangsari dan Foto Rumput Pakan Ternak dalam TumpangsariSumber: Petunjuk Teknik Konservasi Tanah dan Air tahun 2007. Departemen
Pertanian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id15
Dalam penelitian ini, konservasi lahan metode vegetatif dibatasi mengenai
bagaimana tanaman penutup tanahnya dan bagaimana teknik pertanaman yang
digunakan petani.
2) Metode Mekanik
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan
terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan
erosi dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.
Metode mekanik bertujuan untuk :
Memperlambat aliran permukaan.
Menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak
merusak.
Memperbaiki dan memperbesar infiltrasi ke dalam tanah dan memperbaiki
aerasi tanah, dan penyediaan air bagi tanaman.
Teras adalah bangunan konservasi tanah yang terbentuk saluran, guludan
atau kombinasi keduanya yang dibuat sejajar dengan garis kontur (SCSA, 1978 )
dalam Hartono (2008: 61). Atas dasar pengertian tersebut di atas maka bangunan
teras dibedakan menjadi lima, yaitu :
Gambar 2. Foto pertanaman lorongSumber: Petunjuk Teknik Konservasi Tanah dan Air tahun 2007. Departemen
Pertanian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id16
a) Teras saluran.
Teras ini berbentuk saluran, dibuat khusus ataupun sambil mengerjakan
lahan. Dalam dan lebarnya dibuat 30 cm meskipun sebenarnya harus disesuaikan
dengan jumlah air yang ditampung dari daerah di atasnya. Sebagaimana dijelaskan
dalam gambar berikut ini.
Jarak antar teras disesuaikan dengan derajat kemiringan, intensitas hujan
dan ukuran saluran. Besarnya dibuat antara 5 10 meter. Agar air di dalam
saluran dapat tersalur ke saluran pembuangan, maka dasar saluran dibuat miring
ke saluran pembuangan dengan gradien 1 permil hingga 1 persen. Apabila saluran
tersebut dimaksudkan untuk permanen, maka dinding saluran dapat diperkuat
dengan tanaman rumput atau tatanan batu.
b) Teras Guludan.
Teras guludan pada dasarnya berfungsi seperti teras saluran tetapi bentuk
penangkapannya berupa guludan atau anggelan. Guludan dapat dibuat dari tanah,
batu, ataupun sisa-sisa tanaman.
Lebar dan tinggi guludan sama kurang lebih 30 cm atau disesuaikan
dengan banyaknya air run-off yang ditampung seperti halnya teras saluran. Pada
petak teras sedapat mungkin harus dijaga agar air jangan sampai meluap ke
bawah, tetapi pelan pelan mengalir ke saluran pembuangan dan meresap ke
dalam tanah, seperti gambar di bawah ini:
Gambar 3. Sketsa Bangunan Teras SaluranSumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:61)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id17
c) Teras kredit.
Teras kredit merupakan gabungan antara saluran dan guludan menjadi
satu. Gabungan ini dimaksudkan untuk memperbesar daya tampung air dan
endapannya. Penggabungan kedua jenis teras saluran dan guludan, maka daya
tampung air menjadi dua kali lebih besar, sedang pengendapannya juga lebih
besar.
Terdapatnya endapan yang tertampung di dalam saluran/di belakang teras
yang berasal dari bagian atasnya yang tererosi (sheet erotion) akan terjadi
penurunan tinggi permukaan lahan di bagian hulu, dan penambahan tinggi bagian
yang di bawah. Akibatnya lama kelamaan akan terbentuk teras yang lebih
sempurna yaitu teras bangku secara berangsur angsur atau kredit sehingga
disebut teras kredit.
Gambar 4. Sketsa Bangunan Teras GuludanSumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:62)
Gambar 5. Sketsa Bangunan Teras KreditSumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:63)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id18
d) Teras bangku (Bench Terrace)
Teras bangku terdiri dari saluran dan guludan, tetapi letak saluran dan
guludan dibuat terpisah oleh bidang tanaman semusim. Bidang olah dibuat miring
ke belakang (ke hulu) agar air run-off mengalir menuju ke bidang tanah asli,
bukan ke tanah urugan sehingga tidak mudah longsor. Seperti dijelaskan dalam
gambar dibawah ini:
Adanya penggalian dan pengurugan, maka apabila tebal tanahnya dangkal
akan dimungkinkan galian mencapai batuan induk yang tidak baik untuk tanaman.
Sering juga guludan dalam teras bangku disebut sebagai lip (bibir) sedang
taludnya disebut riser (timbulan). Talud teras harus ditanami rumput rumputan/
tanaman penutup lain agar terlindung dari erosi percikan maupun erosi
permukaan.
Begitu pula pada guludan perlu diperkuat dengan tanaman penguat teras.
Sedangkan aliran air yang terkumpul pada saluran peresapan di alirkan ke saluran
pembuangan (outlet/ waterway), yang dibuat tegak lurus kontur dan dilengkapi
dengan bangunan terjunan (drop structure). Bangunan terjunan dibuat dari batu,
bambu atau beton. Teras bangku dibuat pada lahan miring di lahan kering untuk
tanaman semusim. Sebaiknya teras bangku dibuat pada lahan yang tidak terlalu
curam yaitu di bawah 45%. Karena pada lahan yang curam ada kemungkinan
penggalian akan mengenai/sampai lahan yang padas yaitu batuan induk.
Akibatnya lahan urugan hasil galian akan tertumpuk pada lahan keras yang
Gambar 6. Sketsa Bangunan Teras BangkuSumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:64)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id19
impermiabel. Bila hujan turun air yang meresap ke dalam tanah akan tetap berada
di atas lapisan impermeabel, dan dapat berfungsi sebagai agen atau media
peluncur yang menyebabkan tanah longsor (landslide), tanah longsor sering
terjadi pula pada lahan dengan teras bangku yang dialiri untuk persawahan.
e) Teras datar
Teras datar pada dasarnya sama dengan teras bangku tetapi bidang olahnya
dibuat datar sebagai bidang olah. Saluran dan bidang olah menjadi satu untuk
tujuan penggenangan tanaman padi. Lebih jelasnya divisualisasikan dalam gambar
berikut ini:
Seperti halnya teras bangku sedapat mungkin dihindari pembuatan teras
datar untuk sawah di lahan yang curam, karena kemungkinan terjadi longsoran
tanah.
Gambar 7. Letak Saluran Pembuangan Pada Teras BangkuSumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:65)
Gambar 8. Sketsa Bangunan Teras DatarSumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:65)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id20
Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Departemen Kehutanan
menetapkan arahan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) untuk
pengawetan tanah di Indonesia baik secara vegetatif maupun teknik sebagai
berikut:
Tabel 1. Upaya Konservasi Tanah Vegetatif
Simbol
Soil Conservation measures Teknis Konservasi TanahLereng
(%)solum (cm)
V1 pasture or grassland penanaman rumput semua > 15
V2
multiple crooping, including crop rotation, relay crooping mixed crooping and intercrooping
pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman, tumpang gilir, pertanaman campuran, tumpang sari
< 60 > 15
V3contour crooping, strip crooping, alley crooping
penanaman menurut kontur penanaman menurut strip pertanaman lorong
< 60 > 15
V4reduced tillage, including minimum tillage and no till (zero tillage)
pengolahan tanah minimum tanpa olah tanah < 60 > 15
V5 grass strip/barrier strip rumput < 60 > 15
V6 cover crooping penanaman penutup tanah < 60 > 15
V7
organic matter management, including use of mulch and intercorporation of compost, animal manure, green manure and croop residues
manjemen bahan organik termasuk mulsa, pencampuran kompos, pupuk kandang, pupuk hijau dan sisa tanaman
< 60 > 15
V8 hedge row, live fence tanaman pagar, pagar hidup < 60 > 15
V9protection forest, including recreational forest, forest park and forest research
hutan lindung, hutan kemasyarakatan, suaka alam dan hutan wisata
> 80 > 15
V10production forest including limited production forest and community forest
hutan produksi termasuk hutan produksi terbatas dan hutan rakyat
< 60 > 15
V11permanent vegetation crops including industrial and estate crop, orchards
vegatasi permanen termasuk tanaman industri, perkebunan, kebun
< 60 > 15
V12agroforestry including mixed gardens and home garden
agroforestri termasuk kebun campuran,kebun rumah
< 80 > 15
V13replanting or clea felled forest
semua > 15
V14regeneration of clear felled forest
suksesi alamisemua > 15
V15protection of rivers and springs
perlindungan sungai dan mata air
semua > 15
V16 Silvopasture Silvopasture < 80 > 15
V17planting of trees, shurbs and grasses primaliry for soil conservation purposes
semua > 15
Sumber : Permen.No.P.32/Menhut-II/2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id21
Tabel 2. Upaya Konservasi Tanah Secara Teknik
Simbol
Soil Conservation measures Teknis Konservasi TanahLereng
(%)Solum(cm)
T1ridge terrace including gradded contour bund
teras guludan termasuk pematang kontur
15 - 60 > 30
T2 credit terrace teras kredit 5 - 30 > 30
T3
bench terrace, includes level bench terrace, reverse sloping bench terrace, forward sloping bench terrace, garden terrace, stone wall terrace, interupted bench terrace
teras bangku, termasuk teras bangku datar, teras bangku belakang, teras bangku miring, teras kebun, teras batu, teras bangku putus
10 - 40 > 30
T4 individiual terrace teras individu 15 - 60 > 30
T5hiilside ditch or interception ditch
teras gunung atau saluran pegelak
10 - 60 > 15
T6 waterway saluran pembuangan air (SPA) > 15
T7 trash line barisan sisa tanaman 8-30 > 15
T8silt pit with or without sloth mulch
rorak, mulsa tanaman> 15
T9
drop structure ussualy of stone or bamboo supported by grasses, ( as part of water disposal in a terrace system)
bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo
> 8 > 15
T10sediment control uncluding check dams and detection dams
kontrol sedimen termasuk dam pengendali dan dam penahan semua > 0
T11
gully control including gully head structures (flumes and chutes), gully plugs, check dams
sumbat jurang termasuk gully head structures
semua > 10
T12flood control and/or river bank protection
pengendali banjir dan / atau perlindungan sungai
semua > 0
T13 road protection perlindungan jalan semua > 0
T14
control of erotion and runoff from settlement areas including use of soak pits, absorbtion well, drop structures, drain
> 15
Sumber : Permen.No.P.32/Menhut-II/2009
Dalam penelitian ini, konservasi lahan dibatasi pada konservasi vegetatif
dan mekanis. Konservasi lahan metode vegetatif dibatasi mengenai tanaman
penutup tanah dan teknik pertanaman yang digunakan petani, sedangkan metode
mekanis dibatasi mengenai bagaimana jenis teras yang diterapkan petani pada
lahannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id22
c. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggung-
punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung-punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui
sungai-sungai kecil ke sungai utama. (Asdak, 1995: 4). Departemen Kehutanan
daratan yang menerima menampung, dan menyimpan air hujan untuk kemudian
diketahui bahwa suatu DAS akan dipisahkan dari wilayah DAS yang lain
disekitarnya oleh batas alam berupa punggung bukit dan gunung.
Asdak (1995: 11) menyatakan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah
air (punggung-
punggung bukit) dan berfungsi sebagai penampung, penyimpan dan penyalur air
Dari definisi DAS di
atas, dapat diketahui bahwa DAS merupakan suatu kawasan ekositem. Ekosistem
adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-komponen yang saling
berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan.
Dengan berpedoman pada ekosistemnya, maka Daerah Aliran Sungai
dibagi menjadi tiga bagian yaitu : hulu, tengah dan hilir. Ekosistem di bagian hulu
merupakan daerah tangkapan air utama dan pengatur aliran air, ekosistem bagian
tengah merupakan daerah distributor dan pengatur air, sedangkan bagian hilir
merupakan pemakai air.
Asdak (1995: 11-12) memberikan deskripsi tentang bagian-bagian
ekosistem DAS sebagai berikut:
a. Daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut : merupakan daerah
konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah
dengan kemiringan lereng besar (lebih besar dari 15 %), bukan merupakan
daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase.
b. Daerah hilir DAS dicirikan oleh hal hal sebagai berikut : merupakan daerah
pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, kemiringan lereng kecil sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id23
sangat kecil (kurang dari 8 %), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir
(genangan), dan pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi.
c. Daerah aliran sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua
keadaan DAS yang berbeda tersebut di atas.
Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang paling penting karena
mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS. Aktivitas
perubahan tataguna lahan dan tindakan pengolahan lahan yang mengabaikan
kaidah konservasi di daerah hulu DAS tidak hanya memberikan dampak di daerah
hulu saja, melainkan juga akan memberikan dampak di daerah tengah dan hilir
yang dapat berupa perubahan fluktuasi debit dan transpor sedimen serta material
terlarut dalam sistem aliran air lainnya. Ilustrasi gambar tiga dimensi pembagian
ekosistem DAS adalah sebagai berikut:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konservasi lahan yang
dilakukan petani dan hubungan antara aspek sosial, aspek ekonomi dengan
konservasi lahan, sehingga daerah yang dijadikan daerah penelitian untuk
penelitian ini adalah DAS Walikan bagian Hulu karena daerah hulu merupakan
daerah konservasi.
Dalam penelitian ini, DAS dibatasi pada DAS hulu dengan indikator
berupa daerah tangkapan air utama dan daerah konservasi dengan kemiringan
lereng yang sebagian besar > 15%.
Gambar 9. Ilustrasi 3dimensi pembagian DASSumber: Miller 1990 dalam Hartono, 2008:70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id24
d. Satuan Lahan
Satuan lahan dibuat dari hasil tumpangsusun (overlay) peta geologi, peta
tanah, peta kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan. Dari pengertian ini
dapat dikatakan bahwa satuan lahan tersebut akan mencerminkan adanya
pengaruh sifat batuan, tanah, relief dan lereng serta penggunaan lahan suatu
wilayah (Muryono, 2008:7).
1) Lereng
Lereng atau kondisi topografi suatu wilayah merupakan hal yang penting
dalam pembuatan peta satuan lahan. Kemiringan lereng dapat dihitung dari peta
topografi. Besarnya indeks panjang dan kemiringan lereng dapat ditentukan
dengan cara menghitung kerapatan garis kontur per satuan panjang. Kelas
kemiringan lereng diklasifikasikan menurut Asdak (1995:415) dengan 5
klasifikasi kelas kemiringan lereng sebagai berikut:
Tabel 3. Klasifikasi Kemiringan Lereng
NoBesar Lereng
(%) Keterangan Simbol
1 0 8 Datar I
2 8 15 Landai II
3 15 25 Agak Curam III
4 25 45 Curam IV
5 Sangat Curam V
2) Geologi
Lahan sebagai subyek penggunaan lahan/aktivitas manusia terletak pada
suatu batuan atau kelompok batuan dengan struktur geologi tertentu. Di
permukaan bumi ini yang merupakan tempat bagi manusia melakukan hampir
semua aktifitasnya terdapat berbagai tipe batuan dan struktur geologi. Tipe batuan
dan struktur geologi yang bervariasi tersebut memiliki karakteristik tertentu
sehingga responnya (tanggapannya) terhadap aktivitas manusia untuk setiap
batuan itu berbeda-beda. Dalam melakukan evaluasi sumberdaya lahan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id25
dasar untuk memanfaatkannya perlu memperhatikan fenomena geologi (Sutikno
dan Sunarto, 1993:1).
Cakupan aspek geologi dalam evaluasi sumberdaya lahan menurut Sutikno
dan Sunarto (1993:4) meliputi litologi, struktur, geologi dan stratigrafi. Hal ini
didasarkan dari pengertian lahan dan fungsinya yaitu lahan mencakup semua
interaksi aspek biofisik atau faktor-faktor dari permukaan bumi, seperti iklim,
bentuklahan, tanah, aspek hidrologi, vegetasi, fauna dan perubahan lahan yang
relatif permanen seperti teras. Lahan sebagai sumber bagi manusia yaitu sebagai
penyedia air dan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman, material dan pondasi untuk
jalan, perumahan dan industri, tubuh air untuk rekreasi. Selain itu, lahan sebagai
sumber dasar untuk berbagai tujuan diantaranya (1) untuk produksi primer seperti
tanaman, padang rumput, serta produksi sekunder seperti peternakan, (2) untuk
tujuan konservasi (pemeliharaan diversitas tanaman dan binatang, melindungi
lingkungan dan tujuan ilmiah), (3) tempat untuk eksploitasi material sebagai
sumber seperti mineral, material bahan konstruksi bangunan), (3) digunakan
sebagai tapak (situs) suatu fungsi tertentu seperti jalan, permukiman, industri dan
rekreasi (Sutikno dan Sunarto, 1993:3-4).
3) Tanah
Pengertian tanah menurut Darm
akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar permukaan bumi
yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh
iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief
Faktor iklim dan organisme yang
merupakan proses geomorfologi pada satuan bentuklahan tercermin pada proses
pembentukan tanah. Proses geomorfologi merupakan hasil interaksi yang
kompleks antara iklim, organisme, batuan serta relief. Pemahaman yang
komprehensif mengenai satuan tanah akan menggambarkan persebaran lahan
yang ada di suatu daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id26
4) Penggunaan Lahan
macam campur tangan manusia baik secara permanen ataupun secara siklis
terhadap suatu kumpulan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang secara
keseluruhannya disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhannya baik
kebendaan maupun spiritual ataupun kedua- Penggunaan lahan
merepresentasikan campur tangan kegiatan manusia di lahan yang dapat
mendegradasi ataupun mengagradasi suatu lahan. Dengan demikian, informasi
mengenai penggunaan lahan merupakan faktor penting dalam pembuatan satuan
lahan.
Pada penelitian ini, indikator satuan lahan terdiri dari geologi, tanah,
kemiringan lereng dan penggunaan lahan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dewi subaktini, Jurnal (2002) dalam penelitiannya yang berjudul
Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat di Zona Rehabilitasi Taman Nasional Meru
Betiri, Jember, Jawa Timur . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
keadaan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya terhadap rehabilitasi hutan,
sehingga dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat kemudian
ditentukan kegiatan rehabilitasi yang perlu diadakan. Data primer dilakukan
dengan wawancara sedangkan data sekunder dari instamsi terkait. Kajian
dilakukan dengan metode survey dengan unit analisis rumah tangga petani. untuk
mengetahui sikap masyarakat terhadap rehabilitasi Taman Nasional
mengguanakan analisis diskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini adalah: 1) Tekanan penduduk sekitar Taman Nasional
Meru Betiri (TNMB) cukup tinggi terbukti oleh mata pencaharian masyarakat
yang umumnya petani (44,3%) dan buruhtani (31,5%), untuk memenuhi
kebutuhan maka daerah penyengga dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan, 2)
Faktor sosial dan ekonomi masyarakat di kawasan Taman Nasional Meru Betiri
(TNMB) masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari besarnya pendapatan dari
lahan pertanian dan diluar pertanian akan tergantung pada besar kontribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id27
pengambilan hasil hutan terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi pendapatan
dari hutan oleh penduduk di kawasan penyangga rata-rata sebesar Rp 763.252,50
pertahun, berdasarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan penyangga,
maka kegiatan rehabilitasi dengan pengembangan social forestry.
Husni Tamrin Kalo, jurnal (1983) melakukan penelitian dengan judul
.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pendapatan petani dan bagaimana
pelaksanaan konservasi tanah yang dilakukan petani. Metode penelitian
menggunakan deskriptif kualitatif dengan penyajian tabulasi sederhana.
Hasil penelitiannya adalah: tingkat pendapatan petani lahan kering di Desa
Cikupa yang merupakan salah satu desa di DAS Citandui Hulu memiliki
pendapatan yang jauh lebih rendah dari tingkat pendapatan minimal untuk dapat
melaksanakan konservasi tanah secara baik terutama dalam hal pembuatan teras.
Kemampuan ekonomi petani untuk membuat teras yang baik akan semakin
berkurang setiap tahunnya karena proses penurunan produktivitas lahan pertanian.
Nurul Hidayati (2008) melakukan penelitian dengan judul ubungan
pendidikan dan pendapatan dengan partisipasi penambang dalam konservasi
.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara : 1) pendidikan
dan partisipasi penambang dalam konservasi lahan. 2) pendapatan dengan
partisipasi penambang dalam konservasi lahan. 3) pendidikan dan pendapatan
dengan partisipasi penambang dalam konservasi lahan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif
dengan pendekatan regresi ganda dan korelasi ganda dengan taraf kepercayaan
5%. Hasil penelitian menunjukkan: 1) ada hubungan positif yang signifikan antara
pendidikan dan partisipasi penambang dalam konservasi lahan, dimana rhitung >
rtabel yaitu 0,418 > 0,361. 2) ada hubungan positif yang signifikan antara
pendapatan dengan partisipasi penambang dalam konservasi lahan, dimana rhitung
> rtabel yaitu 0, 590 > 0,361. 3) ada hubungan positif yang signifikan antara
pendidikan dan pendapatan dengan partisipasi penambang dalam konservasi
lahan, dengan F hitung > F tabel, yaitu 13,12 >3,35.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id28
Siti Khoimah Tingkat
Kekritisan Lahan dan Araahan Rehabilitasi Lahan DAS Walikan Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
untuk mengetahui tingkat kekritisan lahan dan arahan rehabilitasi lahan DAS
Walikan. Metode yang digunakan adalah metode analisis spasial. Hasil penelitian
ini adalah: 1) tingkat kekritisan lahan terdiri dari (a) sangat kritis dengan luas
69,50 Ha (3,76 %), (b) tingkat kritis dengan luas 67,93 Ha (3,68 %), (c) tingkat
agak kritis dengan luas 1.104,41 Ha (59,86 %), (d) tingkat potensial kritis dengan
luas 603,13 Ha (32,7 %), hasil penelitian 2) terdapat 19 kelompok arahan
rehabilitasi yang disarankan berdasarkan tingat kekritisan lahan, tingkat bahaya
erosi, kelas kemiringan lereng, fungsi kawasan, dan penggunaan lahan dengan
arahan rehabilitasi secara vegetatif yaitu penanaman tanaman penutup tanah
pencegah erosi, mulsa, penghutanan kembali, tumpangsari, dan sistem
agroforestry, dan secara teknis/mekanis yaitu dengan pembuatan teras, saluran
pembuangan air, bangunan terjunan, rorak, dan barisan sisa tanaman.
29
Tab
el4.
Per
band
inga
n Pe
nelit
ian
Seb
elum
nya
deng
an P
enel
itian
yan
g D
ilaku
kan
No
Pen
elit
iJu
dul
Tuj
uan
Met
ode
Has
il
1.D
ewi
suba
ktin
i
(200
8)
Ana
lisi
s S
osia
l E
kono
mi
Mas
yara
kat
Di
Zon
a
Reh
abil
itas
i T
aman
Nas
iona
l M
eru
Bet
iri,
Jem
ber,
Jaw
a T
imur
men
geta
hui
kead
aan
sosi
al
ekon
omi
mas
yara
kat
dan
peng
aruh
nya
terh
adap
reha
bili
tasi
hut
an
Ana
lisi
s
disk
ript
if
kual
itati
f
1)
Tek
anan
pen
dudu
k se
kita
r T
aman
N
asio
nal
Mer
uB
etir
i (T
NM
B)
cuku
p ti
nggi
ter
bukt
i ol
eh m
ata
penc
ahar
ian
mas
yara
kat
yang
um
umny
a
peta
ni (
44,3
%)
dan
buru
htan
i (3
1,5%
), u
ntuk
mem
enuh
i ke
butu
han
mak
a
daer
ah p
enye
ngga
dij
adik
an a
lter
nati
f pe
men
uhan
keb
utuh
an,
2) F
akto
r
sosi
al d
an e
kono
mi
mas
yara
kat
di k
awas
an T
aman
Nas
iona
l M
eru
Bet
iri
(TN
MB
) m
asih
ter
golo
ng r
enda
h, b
erda
sark
an k
ondi
si s
osia
l ek
onom
i
mas
yara
kat
di k
awas
an p
enya
ngga
, m
aka
kegi
atan
reh
abil
itas
i de
ngan
peng
emba
ngan
soc
ial
fore
stry
tepa
t.
2.H
usni
Tam
rin
Kal
o
(198
3)
Ham
bata
n E
kono
mis
dal
am
Kon
serv
asi
Tan
ah
pada
Lah
an K
erin
g M
irin
g.
Tuj
uan
pene
liti
an
ini
untu
k m
enge
tahu
i
ting
kat
pend
apat
an
peta
ni
dan
baga
iman
a
pela
ksan
aan
kons
erva
si t
anah
yan
g di
laku
kan
peta
ni
Des
krip
tif
kual
itati
f
Tin
gkat
pe
ndap
atan
pe
tani
la
han
keri
ng
di
Des
a C
ikup
a ya
ng
mer
upak
ann
sala
h sa
tu d
esa
di D
AS
Cit
andu
i H
ulu
mem
ilik
i pe
ndap
atan
yang
jau
h le
bih
rend
ah d
ari
ting
kat
pend
apat
an m
inim
al u
ntuk
dap
at
mel
aksa
naka
n ko
nser
vasi
ta
nah
seca
ra
baik
te
ruta
ma
dala
m
hal
pem
buat
an te
ras.
Kem
amp
uan
ekon
omi p
etan
i un
tuk
mem
buat
ter
as y
ang
baik
aka
n se
mak
in b
erku
rang
set
iap
tahu
nnya
kar
ena
pros
es p
enur
unan
prod
ukti
vita
s la
han
pert
ania
n.
3.N
urul
Hid
ayat
i
(200
8)
Hub
unga
n pe
ndid
ikan
da
n
pend
apat
an
deng
an
part
isip
asi
pena
mba
ng
Men
geta
hui
hubu
ngan
: 1)
pe
ndid
ikan
da
n
part
isip
asi
pena
mba
ng
dala
m
kons
erva
si
laha
n.
2)
pend
apat
an
deng
an
part
isip
asi
desk
ript
if
kuan
tita
tif
deng
an
1) a
da h
ubun
gan
posi
tif
yang
sig
nifi
kan
anta
ra p
endi
dika
n, d
iman
a r
hitu
ng
> r
tabe
lya
itu
0,41
8 >
0,3
61. 2
) ad
a hu
buga
n po
siti
f ya
ng s
igni
fika
n an
tara
pend
apat
an
deng
an
part
isip
asi
pena
mba
ng
dala
m
kons
erva
si
laha
n,
30
dala
m
kons
erva
si
laha
n di
Kec
amat
an
Taw
angm
angu
Kab
upat
en
Kar
anga
nyar
tahu
n 20
08
pena
mba
ng
dala
m
kons
erva
si
laha
n.
3)
pend
idik
an
dan
pend
apat
an
deng
an
part
isip
asi
pena
mba
ng
dala
m
kons
erva
si
laha
n.
pend
ekat
an
regr
esi
gand
a da
n
kore
lasi
gand
a
dim
ana
r hi
tung
> r
tabe
lya
itu
0, 5
90 >
0,3
61.
3) a
da h
ubun
gan
posi
tif
yang
sign
ifik
an
anta
ra
pend
idik
an
dan
pend
apat
an
deng
an
part
isip
asi
pena
mba
ng d
alam
kon
serv
asi
laha
n, d
enga
n F
hitu
ng>
F ta
bel,
yait
u 13
,12
>3,
35.
4.S
iti
Kho
imah
(201
2)
Tin
gkat
K
ekri
tisa
n L
ahan
dan
Ara
ahan
R
ehab
ilita
si
Lah
an
DA
S
Wal
ikan
Kab
upat
en K
aran
gany
ar d
an
Kab
upat
en W
onog
iri
Tah
un
2012
Men
geta
hui
ting
kat
kekr
itis
an
laha
n da
n
arah
an r
ehab
ilit
asi
laha
n D
AS
Wal
ikan
.
Ana
lisi
s
Spa
sial
1)ti
ngka
t ke
kriti
san
laha
n te
rdir
i da
ri (
a) s
anga
t kr
itis
den
gan
luas
69,
50
Ha
(3,7
6 %
), (
b) t
ingk
at k
riti
s de
ngan
lua
s 67
,93
Ha
(3,6
8 %
), (
c) ti
ngka
t
agak
kri
tis
deng
an l
uas
1.10
4,41
Ha
(59,
86 %
), (
d) ti
ngka
t pot
ensi
al k
riti
s
deng
an
luas
60
3,13
H
a (3
2,7
%),
ha
sil
pene
liti
an
2)
terd
apat
19
kelo
mpo
k ar
ahan
re
habi
lita
si
yang
di
sara
nkan
be
rdas
arka
n ti
ngat
kekr
itis
an l
ahan
, ti
ngka
t ba
haya
ero
si,
kela
s ke
mir
inga
n le
reng
, fu
ngsi
kaw
asan
, da
n pe
nggu
naan
la
han
deng
an
arah
an
reha
bili
tasi
se
cara
vege
tati
f ya
itu
pena
nam
an t
anam
an p
enut
up t
anah
pen
cega
h er
osi,
mul
sa,
peng
huta
nan
kem
bali
, tu
mpa
ngsa
ri,
dan
sist
en a
grof
ores
try,
dan
sec
ara
tekn
is/m
ekan
is y
aitu
den
gan
pem
buat
an t
eras
, sa
lura
n pe
mbu
anga
n ai
r,
bang
unan
terj
unan
, ror
ak, d
an b
aris
an s
isa
tana
man
.
5.Y
ulia
na
Dw
i
Nin
gsih
(201
2)
Ana
lisi
s T
ekan
an P
endu
duk,
dan
Pen
dapa
tan
Pet
ani
terh
adap
Kon
serv
asi
Lah
an
Dae
rah
Ali
ran
Sun
gai
Wal
ikan
Hul
u T
ahun
201
2
1)M
enge
tahu
ite
kana
n pe
ndud
ukdi
D
AS
Wal
ikan
H
ulu
tahu
n 20
12.
2)
Men
geta
hui
prod
ukti
vita
s la
han
dan
pend
apat
an p
etan
i di
DA
S W
alik
an H
ulu
tahu
n 20
12.
3)M
enge
tahu
i
kond
isi
kons
erva
si
laha
n di
W
alik
an
Hul
u
tahu
n 20
12.
4) M
enge
tahu
i pe
ngar
uh t
ekan
an
Des
krip
tif
kual
itati
f
31
pend
uduk
te
rhad
ap
kons
erva
si
laha
n,
dan
pend
apat
an p
etan
i te
rhad
apko
nser
vasi
lah
an
di D
AS
Wal
ikan
Hul
u ta
hun
2012
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id32
C. Kerangka Pemikiran
Semakin banyaknya jumlah penduduk menyebabkan besarnya tekanan
terhadap lahan. Daerah Aliran Sungai Walikan hulu yang terletak di Kabupaten
Karanganyar merupakan wilayah yang sebagian besar penduduknya
mengandalkan sumberdaya alam sebagai sumber penghasilannya. Terdesaknya
kebutuhan lahan serta semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi masyarakat
menyebabkan pemanfaatan ruang di DAS Walikan hulu sudah tidak sesuai dengan
fungsinya dan tidak diimbangi dengan tindakan konservasi lahan.
Kegiatan masyarakat terutama petani akan mempengaruhi kinerja suatu
DAS, antara lahan dengan masyarakat pengguna lahan sebenarnya mempunyai
hubungan timbalbalik yang saling menguntungkan, apabila masyarakat
mempunyai kesadaran untuk mengelola lingkungan dengan baik maka lahan juga
akan memberikan hasil atau produk yang baik terhadap masyarakat, jadi semua
tergantung pada manusia yang mengelolanya.
Tekanan penduduk yang tinggi akan mendorong penduduk untuk
memperluas lahan garapan maupun mengeksploitasi lahan secara berlebihan
untuk dapat memenuhi kebutuhan minimal untuk hidup layak, sehingga petani
pengolah lahan kurang memperhatikan konservasi lahan terutama dalam
pembuatan teras karena lebih mengutamakan untuk mencapai kebutuhan minimal
untuk hidup layak.
Pendapatan petani dipengaruhi oleh pendapatan dari usaha tani dan non
usaha tani. Pendapatan dari usaha tani rendah karena produktivitas lahannya
rendah dan lahan yang dikelola sempit. Pendapatan non usaha tani rendah karena
pendapatan sampingan/pendapatan ternak/pendapatan lainnya hanya sedikit.
Petani dengan pendapatan rendah kurang memperhatikan konservasi lahan karena
biaya untuk melakukan konservasi terutama untuk pembuatan teras pada tanah
miring membutuhkan biaya dan tenaga yang besar, sehingga para petani dengan
penghasilan rendah akan sulit melakukan konservasi tersebut.
Penelitian ini dimulai dengan menganalisis tekanan penduduk,
produktivitas, pendapatan petani, dan konservasi lahan. Tekanan penduduk
dikelaskan berdasarkan standar evaluasi Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id33
Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/V-SET/2009. Produktivitas lahan
dikelaskan berdasarkan hasil perhitungan data primer sedangkan pendapatan
petani dikelaskan berdasarkan standar evaluasi Peraturan Direktur Jenderal
Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/V-SET/2009.
Dari segi konservasi lahan yang dianalisis adalah tindakan konservasi
yang dilakukan oleh para petani, apakah tindakan konservasi yang dilakukan
sudah sesuai dengan rekomendasi yang ada.
Dari masing-masing variabel tersebut kemudian dianalisis bagaimana
pengaruh atau kecenderungan tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan
pendapatan petani terhadap konservasi lahan.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir
kerangka pemikiran berikut ini:
Gambar 10. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
Konservasi Lahan
Produktivitas Lahan Pendapatan PetaniTekanan Penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai Walikan Hulu, secara
administratif terletak di wilayah Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar.
Penelitian dilakukan di Desa Wonorejo dan Wonokeling karena desa ini merupakan
DAS Walikan hulu dengan daerah yang dibatasi oleh igir atau punggung bukit
sebagai batas terluarnya, dimana air hujan yang jatuh di daerah ini akan ditampung,
diserap dan dialirkan melalui sungai-sungai terdekat, kemudian menjadi satu menuju
Sungai Walikan bagian hulu sebagai outlet. Alasan pemilihan Desa Wonorejo dan
Wonokeling sebagai tempat penelitian adalah karena didominasi kemiringan lereng
curam, dimana daerah hulu mempunyai fungsi utama sebagai kawasan resapan air
utama dan pengatur tata air untuk selalu dijaga kelestariannya.
2.Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan pada bulan September 2011 sampai bulan Oktober
2012. Prosedur penelitian diawali dari tahap penyusunan proposal, penyusunan
instrumen, pengumpulan data, analisis data, dan penulisan laporan. Dengan
rancangan waktu penelitian sebagai berikut:
Tabel 5. Rancangan Waktu Penelitian
No. KegiatanSept 2011-
Jan 2012Feb Mar April Mei
Juni -
Oktober2012
1. Penyusunan Proposal
2. Penyusunan Instrumen
3. Pengumpulan Data
4. Analisis Data
5. Penulisan Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan tata cara kerja yang sistematis untuk memahami
obyek penelitian dengan melalui prosedur ilmiah untuk mencapai tujuan penelitian
dalam rangka memperoleh pengetahuan yang benar. Metode penelitian dalam
penelitian ini mengunakan metode deskriptif kualitatif.
Menurut Nazir (1999:63), metode deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis mengenai fakta-fakta
serta hubungan antarvenomena yang diselidiki.
Penelitian ini mendeskripsikan tentang tekanan penduduk, produktivitas
lahan, pendapatan petani dan kondisi konservasi lahan berdasarkan sistem
pengkelasaan, dan pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan
pendapatan petani terhadap konservasi lahan.
C. Populasi dan Sampling
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas atau
tidak terbatas (Tika, 1997:32). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh satuan
lahan dan petani yang ada di DAS Walikan Hulu dengan penggunaan lahan untuk
sawah dan tegal, sebanyak 18 satuan lahan sawah dan tegal yang terdiri dari 30
polygon. Penentuan satuan lahan di Daerah Aliran Sungai Walikan Hulu ditentukan
dengan melakukan overlay dari peta geologi, peta tanah, peta penggunaan lahan
sawah dan tegal, dan peta lereng. Dipilihnya satuan lahan sebagai satuan analisis dan
pemetaan pendapatan petani dan konservasi lahan karena setiap satuan lahan
mencerminkan adanya pengaruh sifat fisik lahan (batuan, tanah,lereng, dan
penggunaan lahan) dan merupakan unit terkecil dari lahan, sedangkan satuan analisis
untuk tekanan penduduk menggunakan administrasi karena rumus penghitungannya
dalam batasan administrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
2. Sampel Penelitian
Menurut Tika (1997:34) Sampel adalah sebagian dari obyek atau individu-
individu yang mewakili suatu populasi. Penelitian ini menggunakan sampel bertujuan
(purposive sample), sampel dalam penelitian ini ditujukan pada petani yang
mengelola lahan. Jumlah pemilik lahan tidak dapat diketahui jumlahnya dengan pasti,
sehingga digunakan teknik pengambilan sampel purposive sample dengan snow ball,
dimana jumlah respondennya ditentukan secara sengaja pada setiap polygon satuan
lahan sawah dan tegalan. Sampel petani yang diambil jumlahnya berdasarkan luas
polygon yang diteliti, karena sebagian besar petani di Pulau Jawa luas lahannya 0,5
Ha maka setiap kelipatan 5 Ha polygon lahan diambil 1 sampel petani. Pengambilan
sampel petani untuk mendapatkan informasi mengenai produktivitas lahan dan
pendapatan petani.
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden atau
objek yang diteliti atau ada hubungannya dengan yang diteliti. Dalam penelitian ini
data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi lapangan. Data dan informasi
yang dikumpulkan meliputi :
a. Pendapatan petani, yang terdiri dari:
1) Jumlah keluarga/tanggungan kaluarga
2) Pendapatan keluarga (pendapatan usaha tani, pendapatan sampingan,
pendapatan ternak, dan lain-lain)
3) Status pemilikan lahan
4) Hasil usaha tani
5) Biaya produksi usaha tani
b. Produktivitas lahan, yang terdiri dari:
1) Jumlah produksi
2) Biaya produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
3) Luas lahan
4) Harga jual produksi
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang atau instansi diluar diri peneliti sendiri, walaupun data yang
dikumpulkan itu sebenarnya data yang asli. Dalam penelitian ini data sekunder yang
diperlukan adalah:
a. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1: 25.000 lembar 1508-132 Poncol dan
lembar 1508-131 Tawangmangu tahun 2001.
b. Data tutupan lahan sekarang yang diperoleh dari interpretasi Citra Ikonos
Google Earth tahun 2011 dan dikompilasi dengan Peta Rupabumi Digital
Indonesia (RBI) tahun 2001.
c. Kemiringan lerang dan ketinggian tempat diperoleh dari Peta Rupa Bumi
Indonesia Skala 1: 25.000 lembar 1508-132 Poncol dan lembar 1508-131
Tawangmangu tahun 2001.
d. Data Litologi dan persebarannya diperoleh dari Peta Geologi Lembar
Ponorogo (1508-1) skala 1:100.000
e. Data tanah yaitu macam tanah dan persebarannya diperoleh dari Peta Tanah
Kabupaten Karanganyar tahun 2010 skala 1:250.000 yang dikeluarkan oleh
BAPEDA Kabupaten Karanganyar.
f. Data curah hujan harian, bulanan, dan tahunan selama 10 tahun terakhir
(2001-2011) didapat dari Sub Dinas Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum
Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar khususnya data Stasiun
Meteorologi di Kecamatan Jatiyoso, dan data Stasiun Meteorologi di
Kecamatan Tawangmangu diperoleh dari Direktorat Sumberdaya Air, Balai
Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo.
g. Data kependudukan yang diperoleh dari data monografi Desa Wonorejo dan
Desa Wonokeling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah upaya-upaya yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data. Beberapa teknik yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data sebagai berikut:
1. Observasi Lapangan
Observasi lapangan atau pengamatan langsung di lapangan adalah observasi
yang dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau tempat berlangsungnya
peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang diteliti (Tika, 2005: 44).
Observasi lapangan pada penelitian ini tujuannya adalah mencari data yang
diperlukan sekaligus untuk mengecek kebenaran atas data yang telah didapatkan
dengan keadaan sesungguhnya di lapangan, yaitu untuk mengetahui konservasi
mekanis dan konservasi vegetatif yang dilakukan petani pada setiap polygon satuan
lahan sawah dan tegal.
2. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara Tanya jawab
yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan pada tujuan penelitian (Tika,
1997:75)
Pertanyaan dalam wawancara ini menggunakan pertanyaan terbuka. Peneliti
juga dapat menggunakan alat bantu kamera photo dan material lain yang dapat
membantu kelancaran wawancara. Wawancara ditujukan kepada petani yang
mengelola lahan pada polygon satuan lahan yang diteliti berdasarkan daftar quesioner
yang telah dibuat. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai
produktivitas lahan, dan pendapatan petani.
3. Analisis Dokumentasi
Dokumentasi merupakan data yang diperoleh melalui catatan yang terdapat
di kantor atau instansi lain yakni monografi desa dan data catatan kejadian hujan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja, (Moleong, 2001:103).
Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif. Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diorganisasikan dan
dikatagorikan kemudian dideskripsikan. Analisis tekanan penduduk menggunakan
analisis pengkelasan dengan unit analisis wilayah administratif, analisis produktivitas
lahan dan tingkat pendapatan dengan analisis overlay-pengkelasan dengan unit
analisis satuan lahan, sedangkan analisis konservasi lahan analisisnya menggunakan
overlay-skoring-pengkelasan dengan unit analisis satuan lahan. Persebaran satuan
lahan diperoleh dengan menumpangsusunkan (overlay) Peta Tanah, Peta Geologi,
Peta Kemiringan Lereng dan Peta Penggunaan Lahan Sawah dan Tegal. Berikut ini
adalah contoh penyusunan dan cara pembacaan karakteristik lahan dalam suatu
satuan lahan:
Ada beberapa satuan lahan yang terdiri lebih dari satu tempat, maka setiap
lokasi yang berbeda (polygon satuan lahan) diberi nomor label disertai huruf latin.
Dari setiap satuan lahan tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap produktivitas
lahan, pendapatan petani dan variabel konservasi lahan. Pengkelasan tekanan
penduduk terhadap lahan dan pendapatan petani pengkelasannya berdasarkan
Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor :
P.04/V-SET/2009, analisis produktivitas lahan pengkelasannya berdasarkan pada
hasil perhitungan produktivitas lahan dari data primer kemudian dibuat tiga kelas
Lacm Qvjl III - Tg Satuan lahan
Penggunaan lahan TegalLereng kelas III
Batuan Lava Jobolarangan
Jenis Tanah Latosol Coklat Kemerahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
interval berdasarkan rata-rata dan standar deviasi, sedangkan pengkelasan konservasi
lahan berdasarkan pada hasil pengamatan yang kemudian diberi skor pada tiap
parameter yang diamati kemudian dibuat pengkelasan berdasarkan rata-rata dan
standar deviasi (SD), pengkelasan untuk mengetahui katagori relatif menurut Hadi
(1989:150), sebagai berikut:
Katagori Rendah = kurang dari atau sama dengan (mean score 1 SD)
Katagori Sedang = antara (mean score 1 SD) sampai (mean score + 1 SD)
Katagori Tinggi = lebih dari atau sama dengan (mean score + 1 SD)
1. Analisis Tekanan Penduduk
Nilai Tekanan Penduduk (TP) dimaksudkan untuk menghitung besarnya
tekanan penduduk terhadap lingkungan/sumberdaya alamnya. Semakin besar jumlah
penduduk, maka semakin besar pula kebutuhan akan sumberdaya alam sehingga
tekanan penduduk terhadap sumberdaya alam akan semakin meningkat. Jika
pertambahan penduduk tersebut tidak dapat dikendalikan, maka penduduk tidak
sekedar hidup dari alam, tetapi akan menjadi tekanan terhadap lingkungan alamnya,
yang dapat berakibat timbulnya permasalahan permukiman, lapangan kerja,
pendidikan, pangan dan gizi, kesehatan dan mutu lingkungan, dan pada akhirnya akan
merusak lingkungan. Tekanan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Nomor : P.04/V-SET/2009, sebagai berikut :
TP =
dimana :
TP = indeks tekanan penduduk
Z = luas lahan minimal per-petani untuk dapat hidup layak
f = proporsi petani dalam populasi
Po = jumlah penduduk
r = tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
t = rentang waktu dalam tahun (5)
L = luas total wilayah lahan pertanian
Hasil perhitungan tersebut kemudian dihitung dengan luasan tertimbang,
karena hanya sebagian wilayah desa yang masuk dalam DAS, kemudian dikelaskan
berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Nomor : P.04/V-SET/2009, sebagai berikut :
Tabel 6. Klasifikasi Nilai Tekanan Penduduk (TP)
No Nilai TP Kelas
1 < 1 Baik
2 1-2 Sedang
3 >2 Buruk
Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/V-SET/2009
Sebagai catatan besarnya nilai Z adalah luas lahan yang mampu memberikan
hasil seberat 650 kg ekivalen beras/tahun. Diantara cara-cara untuk menurunkan
tekanan penduduk adalah dengan memperkecil nilai Z yaitu melalui intensifikasi agar
produktivitas tanah akan lebih tinggi sehingga luas lahan minimal untuk hidup layak
dapat dipersempit. Apabila memungkinkan dapat pula secara ekstensifikasi pada
tanah-tanah yang selama ini kurang produktif.
2. Analisis Pendapatan Petani
Analisis pendapatan petani dapat diketahui dari pendapatan dari usaha tani
dan pendapatan lainya. Pendapatan petani dari usaha tani dipengaruhi oleh
produktivitas lahan, maka dari itu perlu juga untuk mengetahui produktivitas lahan
yang dimiliki petani.
Produktivitas lahan dihitung untuk mengetahui kecenderungan produktivitas
lahan pada lahan-lahan yang ada di wilayah DAS. Produktivitas lahan dihitung dari
hasil produksi lahan yang diusahakan (tanaman semusim dan campuran) per satuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
luas per satuan waktu (kg/ha/th). Perhitungan untuk melakukan analisis produktivitas
lahan per satuan luas per satuan waktu (tahunan) dihitung dengan rumus:
Produktivitas = Lahan LuasProduksi Jumlah
Keterangan:
Produktivitas = ton/ha
Kenyataan dilapangan, lahan pertanian milik petani dalam setahun tidak
hanya ditanami satu jenis tanaman saja, dan tanaman tersebut tidak tumbuh secara
alami membutuhkan perawatan tanaman, jadi nilai produktivitas yang dihitung adalah
produktivitas bersih, yaitu produktivitas yang telah dikurangi dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk pertanian. Perhitungan produktivitas lahan dikonversikan
dalam bentuk rupiah berdasarkan harga jual produsen.
Analisis produktivitas lahan dilakukan dengan membuat pengkelasan dari data
primer dengan kelas katagori relatif berdasarkan rata-rata (mean) dan standar deviasi
menurut Hadi (1989:150), sebagai berikut:
Tabel 7. Klasifikasi Nilai Produktivitas Lahan
No Produktivitas Lahan (Rp/Ha/Th) Kelas
1 lebih dari (mean score + 1 SD) Tinggi
2 antara (mean score 1 SD) sampai (mean score + 1 SD) Sedang
3 kurang dari (mean score 1 SD) Rendah
Analisis pendapatan petani di DAS/Sub DAS merupakan tolok ukur
kesejahteraan dan cerminan dari pendapatan keluarga yang diperoleh dari hasil usaha
tani dan hasil dari non-usaha tani serta hasil pemberian dari pihak lain ke keluarga
petani (KK/th) di masing-masing petani yang ada di DAS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
Data yang dibutuhkan untuk mengetahui tingkat pendapatan petani dari
sejumlah sampel petani, adalah sebagai berikut :
Penghasilan dari usaha tani = Rp. A
Biaya produksi usaha tani = Rp. B
a) Pendapatan usaha tani/tahun = Rp (A-B)
b) Penghasilan sampingan = Rp. A1
c) Penghasilan dari ternak = Rp. A2
d) Penghasilan dari lain-lain = Rp. A3
Pendapatan diluar asaha tani/tahun = Rp (A1+ A2+ A3)
Pendapatan petani/tahun = Rp (A-B) + Rp (A1+ A2+ A3)
Pendapatan perkapita petani/tahun =
Standar pengkelasan untuk analisis data pendapatan berdasarkan Peraturan
Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/V-
SET/2009, mengacu pada Angka Nilai Garis Kemiskinan per Propinsi
(Rp/kapita/bulan) September 2011 dari BPS, untuk propinsi Jawa Tengah sebesar Rp
217.440,00. Jadi standar pengkelasanya sebagai berikut:
Tabel 8. Klasifikasi Nilai Pendapatan Petani
No Pendapatan Petani (Rp/Bln) Kelas
1 Rp 869.760,01 Tinggi
2 Rp 217.440,01 Rp 869.760,00 Sedang
3 Rp 217.440,00 Rendah
Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/V-SET/2009 dimodifikasi Nilai Garis Kemiskinan per Propinsi bulan September 2011 dari BPS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
3. Analisis Konservasi Lahan
Penilaian konservasi lahan diperoleh dari observasi lapangan. Penentuan
tindakan konservasi dengan observasi dengan mengamati tindakan konservasi secara
mekanis dan vegetatif yang dilakukan petani. Penentuan baik, sedang, buruknya
tindakan konservasi mekanis dan teknis berdasarkan ketentuan dari Arsyad (1989)
dan Departemen Kehutanan (2011) yang dapat dilihat pada lampiran tabel kriteria
tindakan konservasi. Penilaian dilakukan dengan melihat praktek konservasi yang
dilakukan petani kemudian dinilai baik, sedang, buruk dengan penskoran setiap
parameter konservasi apabila buruk/jelek diberi skor 1, apabila sedang diberi skor 2,
dan apabila baik diberi skor 3. Terdapat 3 parameter konservasi lahan pada penelitian
ini yaitu jenis konservasi mekanis yang dilakukan, tanaman penutup tanah, dan teknis
penanaman tanaman pokok. Dari ketiga parameter tersebut diakumulasikan kemudian
dibuat 3 kelas konservasi lahan pada setiap satuan lahan berdasarkan rata-rata (mean)
dan standar deviasi, dengan pengkelasan sebagai berikut:
Tabel 9. Kelas Tindakan Konservasi
No Skor Tindakan Konservasi Kelas
1 lebih dari atau sama dengan (mean score + 1 SD) Tinggi
2 antara (mean score 1 SD) sampai (mean score + 1 SD) Sedang
3 kurang dari atau sama dengan (mean score 1 SD) Rendah
4. Analisis Pengaruh Tekanan Penduduk terhadap Konservasi Lahan dan
Pendapatan Petani terhadap Konservasi Lahan
Analisis tekanan penduduk dan konservasi lahan dengan tabulasi data, analisis
produktivitaas lahan digunakan sebagai sub variabel pendapatan petani karena
pendapatan petani dipengaruhi produktivias lahan. Analisis pendapatan petani
terhadap konservasi lahan dilakukan dengan tabulasi data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan penjelasan yang memberikan gambaran
tentang keseluruhan kegiatan, meliputi persiapan, pengumpulan data, analisis data
yang telah terkumpul sampai dengan penulisan laporan. Prosedur ini dapat dirinci
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan dan Pengajuan Proposal
Pada tahap ini dilakukan observasi awal terhadap daerah penelitian kemudian
mencari literatur yang sesuai dengan tema penelitian.
2. Penyusunan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk menggumpulkan data
yang diperlukan. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah peta satuan
lahan pertanian dan instrumen wawancara.
3. Tahap Pengumpulan data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data berupa pengambilan sampel
dengan wawancara berdasarkan instrumen yang telah dibuat.
4. Tahap Analisis Data
Tahap ini merupakan tahap dimana data yang diperoleh dihitung, dianalisis
dan diklasifikasikan untuk dapat menyimpulkan hasil dari penelitian.
5. Tahap Penulisan Laporan Penelitian
Merupakan tahap terakhir dalam penelitian dimana hasil penelitian yang
diperoleh dilaporkan atau disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, diagram, gambar dan
peta.
Adapun langah-langkah penelitian tersebut dapat digambarkan dalam diagram
alir penelitian seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
Keterangan:= Data = Hasil = Proses
Gambar 11. Diagram Alir Penelitian
Tumpangsusun (overlay)
Peta Satuan Lahan tentatif
Cek Lapangan
Peta Satuan Lahan
Peta Satuan Lahan Pertanian
Interpretasi Citra Google Earth Tahun
2011
Peta RBI Lembar Poncol dan Tawangmangu
Skala 1 :25.000
Peta Geologi Lembar Ponorogo
Skala 1:100.000
Peta Tanah TinjauKabupaten Karanganyar
Skala 1:250.000
Peta Kemiringan LerengDAS Walikan Hulu
Skala 1:25.000
Peta GeologiDAS Walikan Hulu
Skala 1:25.000
Peta TanahDAS Walikan Hulu
Skala 1:25.000
Peta Penggunaan LahanDAS Walikan Hulu
Skala 1:25.000
Konservasi LahanTekanan penduduk ProduktivitasLahan
PendapatanPetani
Peta Tekanan Penduduk Peta Konservasi Lahan
Peta pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan
Monografi Desa
Peta Pendapatan Petani
Pengkelasan Pengkelasan PengkelasanPengkelasan
Peta Produktivitas Lahan
Peta pengaruh pendapatan petani terhadap konservasi lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian
1. Letak, Batas, dan Luas
Lokasi penelitian berada di Daerah Aliran Sungan Walikan Hulu.
Berdasarkan Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Skala 1: 25.000 lembar 1508-132
Poncol dan lembar 1508-131 Tawangmangu tahun 2001, secara astronomis
terletak di antara 07o 07 o o 111o
BT. Berdasarkan koordinat UTM terletak antara 9145287 mT 9154271 mT dan
510523 mU 521766 mU. Secara administratif DAS Walikan Hulu berada di
Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah dengan batas
sebagai berikut:
Bagian Utara berbatasan dengan DAS Jlantah di Kabupaten Karanganyar
Bagian Timur berbatasan dengan DAS Gonggang di Kabupaten Magetan
Propinsi Jawa Timur.
Bagian Selatan berbatasan dengan DAS Keduang di Kabupaten Wonogiri.
Bagian Barat berbatasan dengan DAS Walikan Tengah di Kabupaten
Karanganyar.
DAS Walikan Hulu terdiri dari 4 Desa di kecamatan Jatiyoso yaitu Desa
Beruk, Desa Wonorejo, Desa Wonokeling dan Desa Jatiyoso. Akan tetapi yang
dijadikan tempat penelitian dalam penelitian ini hanya Desa Wonorejo dan Desa
Wonokeling, karena Desa Beruk yang termasuk dalam DAS Walikan dengan
penggunaan lahannya berupa hutan yang tidak termasuk dalam sasaran penelitian,
dan Desa Jatiyoso yang termasuk DAS Walikan Hulu luas areanya hanya sempit
dan merupakan daerah peralihan dengan DAS Walikan tengah. Luas DAS
Walikan Hulu (Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling), adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id48
Tabel 10. Luas DAS Walikan Hulu
DesaLuas Wilayah
(Ha)
Luas wilayah dalam DAS
(Ha)
Wonorejo 1.344,551 813,022
Wonokeling 638,228 245,966
Beruk 1.299,130 154,967
Jatiyoso 753,013 127,698
Luas DAS Walikan Hulu 1.341,653
Adapun pembagian wilayah administrasi, batas DAS hulu, dan letak
daerah penelitian dapat dilihat pada Peta Administrasi DAS Walikan Hulu
Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, berikut ini:
Sumber: Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Skala 1: 25.000 lembar 1508-132 Poncoldan lembar 1508-131 Tawangmangu tahun 2001, Data Monografi desa dan perhitungan dengan SIG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id49
Peta Administrasi DAS Walikan Hulu Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id50
2. Iklim
Iklim adalah sintesis atau kesimpulan dari perubahan nilai unsur-unsur
cuaca (hari demi hari dan bulan demi bulan) dalam jangka waktu panjang di suatu
tempat atau pada suatu wilayah, (Handoko, 1995: 3).
Iklim dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: radiasi matahari,
evapotranspirasi, curah hujan, temperatur, kelembaban, angin, dan sebagainya.
Jumlah curah hujan merupakan faktor iklim yang berperan dalam terbentuknya air
di suatu tempat. Sebagian curah hujan yang jatuh mengalami evaporasi, sebagian
menjadi aliran permukaan dan sebagian lagi mengalami infiltrasi.
Unsur iklim yang dibahas dalam penelitian ini hanya terbatas pada data
temperatur dan curah hujan yang terjadi di DAS Walikan Hulu dan sekitarnya,
dengan hasil sebagai berikut:
a. Temperatur
Penentuan temperatur udara rata-rata di DAS Walikan Hulu dan sekitarnya
dihitung dengan menggunakan pendekatan antara suhu dengan ketinggian yang
dikemukakan oleh Oldeman (1977) dalam Lakitan (1994:104) :
Tmax : 31,3 0,006 x
Tmin : 22,8 0,005 x
dimana :
Tmax : suhu maksimum (oC)
Tmin : suhu minimum (oC)
X : ketinggian tempat (m)
Dari rumus ini diasumsikan bahwa setiap kenaikan ketinggian 100 m suhu
maksimum menurun rerata 0,6 oC dan suhu minimum menurun 0,5 oC per
kenaikan ketinggian 100 meter. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala
1:25.000 lokasi DAS Walikan Hulu tertinggi berada pada ketinggian 2.250 m dan
terendah yaitu 650 m pada outlet sungai, dengan menggunakan rumus di atas
dapat diperoleh hasil:
Diketahui : x1 : 2.250 m
x2 : 650 m
Ditanya: Temperatur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id51
Jawab :
Tmax pada ketinggian 2.250 m adalah : 31,3 0,006 x1
: 31,3 0,006 . 2.250
: 17,8 oC
Tmin pada ketinggian 2.250 m adalah : 22,8 0,005 x
: 22,8 0,005 . 2.250
: 11,3 oC
Tmax pada ketinggian 650 m adalah : 31,3 0,006 x1
: 31,3 0,006 . 650
: 27,4 oC
Tmin pada ketinggian 650 m adalah : 22,8 0,005 x
: 22,8 0,005 . 650
: 19,55 oC
Berdasarkan rumus di atas dapat disimpulkan bahwa pada lokasi tertinggi
DAS Walikan Hulu yaitu pada ketinggian 2.250 m rata-rata temperatur tertinggi
adalah 17,8 oC dan temperatur terendah 11,3 oC. Pada lokasi terendah DAS
Walikan Hulu yaitu pada ketinggian 650 m rata-rata temperatur tertinggi adalah
27,4 oC dan temperatur terendah 19,55 oC.
b. Curah Hujan
Data rerata curah hujan, jumlah hari hujan, dan intensitas hujan selama
kurun waktu 10 tahun (2001-2011) digunakan untuk menentukan sebaran curah
hujan yang terjadi di DAS Walikan Hulu dan sekitarnya. Selain itu, data curah
hujan yang diperoleh untuk menentukan rerata bulan basah, lembab, dan kering
yang digunakan untuk menentukan tipe curah hujan di DAS Walikan Hulu.
Berikut ini disajikan data rerata curah hujan, jumlah hari hujan dan intensitas
hujan selama 10 tahun terakhir di lokasi penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id52
Tabel 11. Rerata Curah Hujan, Hari Hujan dan Intensitas Hujan Tahun 2001-2011
No StasiunCurah Hujan
(mm/hari)
Hari Hujan
(Hari/tahun)
Intensitas CH
(mm/hari)
1 Jatiyoso 2.637,52 127,3 20,72
2 Tawangmangu 3.324 165,4 20,10
Sumber : Analisis Data Curah Hujan Tahun 2001-2011
Penentuan tipe iklim dalam penelitian ini menggunakan klasifikasi
menurut Schmidt dan Ferguson. Rumus yang digunakan yaitu :
% 100 BasahBulan rata-RataKeringBulan rata-Rata
: Q x
Klasifikasi bulan kering, lembab dan basah menggunakan klasifikasi menurut
Mohr yaitu :
Bulan kering yaitu bulan dengan rata-rata curah hujan < 60 mm
Bulan lembab yaitu bulan dengan rata-rata curah hujan antara 60-100 mm
Bulan basah yaitu bulan dengan rata-rata curah hujan > 100 mm
Hasil perhitungan besarnya nilai Q yang kemudian dicocokkan dengan
tabel 12 yaitu tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson berikut ini :
Tabel 12. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson
Tipe Nilai KlasifikasiA Sangat basahB Basah C Agak basahD Sedang E Agak keringF Kering G Sangat keringH Luar biasa kering
Sumber : Lakitan (1994:15)
Hasil analisis perhitungan tipe curah hujan Menurut Schmidt dan Ferguson
dari masing-masing stasiun pengamatan curah hujan adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id53
Tabel 13. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson Pada Setiap Stasiun Pengamatan
No Stasiun Q (%)= × 100% Tipe Klasifikasi
1 Jatiyoso 58,97 C Agak Basah
2 Tawangmangu 45,12 C Agak Basah
Sumber : Analisis Data Curah Hujan 2001-2011
Berdasarkan hasil perhitungan dua stasiun curah hujan terdekat dari DAS
Walikan Hulu dari tabel diatas, DAS Walikan hulu mempunyai tipe curah hujan
tipe C atau tipe curah hujan agak basah.
Rerata Bulan Basah
Rer
ata
Bul
an K
erin
g
Nilai Q
Gambar 12. Tipe Curah Hujan DAS Walikan Hulu tahun 2001-2011berdasarkan Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id54
3. Geologi
Berdasarkan pembagian zone, Pulau Jawa dibagi menjadi tiga zone yaitu
zone utara (northen zone), zona tengah (central zone) dan zona selatan (southern
zone). Berdasarkan pembagian fisiografis di atas, DAS Walikan hulu masuk
dalam zone tengah. Zone tengah terdiri dari Subzone solo (sensu stricto), Subzone
Blitar dan Subzone Ngawi. Tepatnya lokasi penelitian terdapat di jalur Subzone
Solo (sensu stricto) yaitu zone depresi sentral atau Zone Solo (Solo Zone) dengan
lokasi berada di komplek Gunungapi Lawu. Sebelah utara zone depresi ini
dibatasi oleh Pegunungan Kendeng dan sebelah selatan dibatasi oleh Pegunungan
Selatan. Komplek Gunungapi lawu terdiri dari dua pegunungan utama yaitu
Gunungapi Lawu di sebelah utara dan Gunungapi Jobolarangan di sebelah selatan
(Lawu tua). DAS Walikan masuk ke dalam satuan Gunungapi Jobolarangan.
Gambar 13. Letak Fisiografis DAS WalikanSumber: Van Bemmelen (1949:26) dengan Modifikasi Citra Ikonos
Google Earth Tahun 2012 dalam Khoimah (2012:65)
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Ponorogo (1508-1) Skala 1:100.000
Tahun 1997, susunan litologi daerah penelitian adalah sebagai berikut :
a. Qvsl (Lava Sidoramping)
Lava Sidoramping merupakan lava yang mempunyai struktur alir yang
berasal dari kompleks Gunungapi Sidoramping, Gunungapi Puncakdalang,
Gunungapi Kukusan, Gunungapi Nampiyungan yang mengalir ke arah barat. Lava
tersebut terdiri dari lava andesit kelabu tua, porfiriti terdiri dari plagioklas, kuarsa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id55
feldspar, masa dasar mikrolit plagioklas dan kaca. Litologi ini tersebar di Desa
Wonorejo dan Desa Beruk pada DAS Walikan Hulu bagian atas, dimana
penggunaan lahan pada litologi ini berupa hutan, jadi tidak dijadikan lokasi
penelitian pertanian.
b. Qvjb (Berksi Jobolarangan)
Breksi Jobolarangan merupakan breksi gunungapi yang mempunyai ciri-
ciri dengan warna kecoklatan, bila dalam keadaan lapuk berwarna kemerahan,
susunan batuan andesit, masa dasar batu pasir tufan berbutir sedang-kasar.
Material ini terdapat di desa Wonorejo yaitu pada DAS Walikan Hulu bagian atas,
tepatnya dibawah wilayah Lava Sidoramping.
c. Qvjl (Lava Jobolarangan)
Lava Jobolarangan mempunyai susunan andesit berwarna kelabu tua,
porfiritik, terdiri dari plagioklas, kuarsa dan feldspar di dalam mikrolit plagioklas
dan kaca gunungapi. Lava memiliki stuktur alir yang berasal dari kompleks
Gunungapi Sidoramping, Gunungapi Puncakdalang, Gunungapi Kukusan dan
Gunungapi Ngampiyungan. Arah aliran lava umumnya ke barat, membentuk
lekukan seperti kawah di puncak G.Silamuk yang diduga bekas letusan yang
terbuka ke barat. Material ini tersebar di Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling.
d. Qlla (Endapan Lahar Lawu)
Endapan lahar lawu adalah endapan lahar Gunungapi Lawu yang terdiri
dari andesit, basalt dan sedikit batuapung bercampur dengan pasir gunungapi,
membentuk perbukitan rendah atau mengisi dataran di kaki gunungapi. Material
ini tersebar di Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling. Luas sebaran geologi DAS
Walikan Hulu tahun 2012 adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id56
Tabel 14. Litologi DAS Walikan Hulu
No Formasi Batuan Simbol Luas di DAS Hulu (Ha)
Luas di daerah penelitian
(Ha)
Luas di lahan
pertanian(Ha)
1 Lava Sidoramping Qvsl 540,910 431,982 0
2 Breksi Jobolarangan Qvjb 62,550 60,310 0
3 Lava Jobolarangan Qvjl 499,062 441,759 267,360
4 Endapan Lahar Lawu
Qlla 229,131 131,487 55,693
1.341,653 1.065,538 323,053
Sumber: Peta Geologi Lembar Ponorogo (1508-1) Skala 1:100.000 Tahun 1997Puslitbang Geologi, Bandung) dan Hasil perhitungan dengan SIG tahun 2012
Persebaran Geologi di lokasi penelitian dapat dilihat pada Peta Geologi
DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id57
Peta Geologi DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id58
4. Geomorfologi
Geomorfologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji bentuklahan
(landform) yang berada di permukaan bumi, baik yang berada di atas maupun
dibawah permukaan air laut dengan penekanan pada asal mula (genesa) dan
perkembangan dimasa yang akan datang kaitannya dengan konteks lingkungan
dan material penyusunnya (Verstappen, 1983:3 dalam Hidayat 2010:81).
DAS Walikan Hulu termasuk dalam zone tengah yang merupakan zone
depresi. Di zone tersebut muncul penunjaman lempeng (subduction zone) sebagai
akibat gerakan lempeng Eurasia yang menabrak lempeng Pasifik, dari hasil
tumbukan/tabrakan kedua lempeng tersebut maka terbentuklah deretan gunungapi,
salah satunya adalah Gunungapi Lawu.
Secara geomorfologi, DAS Walikan Hulu termasuk kedalam satuan
gunungapi. Satuan ini memanjang antara 150 m 3.266 m diatas permukaan laut
(mdpl) dengan Gunungapi Lawu (3.266 mdpl) sebagai puncak tertinggi. Satuan
ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu di sebelah selatan adalah Gunungapi
Jobolarangan (Lawu Tua) sedangkan di sebelah utara adalah Gunungapi Lawu
(Lawu Muda). DAS Walikan Hulu termasuk dalam satuan Gunungapi
Jobolarangan. Morfologi daerah penelitian secara makro adalah daerah satuan
gunungapi sehingga merupakan bentuk lahan asal proses vulkanik, sedangkan
secara mikro merupakan bentuk lahan struktural dicirikan dengan relief yang
kasar dengan lembah yang dalam dan terjal dengan puncak tertinggi adalah
Gunungapi Jobolarangan (2.312 mdpl), bentuk perbukitan di daerah ini banyak
dipengaruhi oleh sesar.
DAS Walikan Hulu mempunyai kemiringan lereng curam sampai sangat
curam dengan ketinggian tempat di atas 650 m dpal dan didominasi oleh tanah
andosol dengan penggunaan lahan dominan hutan dan tegalan. Bagian hulu DAS
Walikan sebagian besar merupakan bentuklahan perbukitan struktural (terlipat)
yang ditandai dengan adanya lembah berbentuk V dan punggungan yang
merupakan anak kaki lereng Gunung Lawu bagian selatan, seperti tampak pada
foto berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id59
5. Tanah
Pembentukan tanah di DAS Walikan Hulu banyak dipengaruhi oleh bahan
induk dan relief. Tanah yang terdapat di daerah penelitian merupakan tanah hasil
rombakan materi Gunungapi Jobolarangan. Berdasarkan peta tanah yang disusun
oleh BAPEDA Kabupaten Karanganyar tahun 2010, ada 2 macam tanah yang
tersebar di DAS Walikan Hulu, antara lain sebagai berikut:
a. Komplek Andosol Coklat dan Andosol Coklat Kekuningan
Tanah andosol adalah tanah yang berwarna hitam kelam, sangat sarang
(very porous), mengandung bahan organik dan dan lempung (clay) tipe amorf,
terutama alofan serta sedikit silika, alumina atau hidroxida-besi (Darmawijaya,
1997:319). Andosol merupakan tanah yang mengandung bahan organik jauh lebih
banyak daripada tanah non-vulkanik dalam keadaan lingkungan yang serupa. Hal
ini disebabkan karena dekomposisi bahan organik dalam andosol terhambat oleh
hidroxida alumunium yang amorf (Kosaka et al, 1962 dalam Darmawijaya,
1997:329).
Tanah andosol yang dijumpai di lokasi penelitian umumnya berwarna
hitam kelam, coklat sampai coklat kekuningan, struktur remah atau granuler,
sangat gembur, tidak lekat (non-sticky), tidak liat (non-plastic). Pembentukan
tanah andosol di lokasi penelitian dipengaruhi oleh pelapukan batuan andesit yang
Gambar 14. Foto Bentuk Lahan Struktural di Desa Wonorejo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id60
berasal dari Gunung Jobolarangan, Gunung Sidoramping, Gunung Puncakdalang,
Gunung Kukusan dan Gunung Ngampiyungan.
Gambar 15. Foto Tanah Andosol di Desa WonorejoSumber: Dokumen pribadi diambil pada 23 Januari 2012
b. Latosol Coklat Kemerahan
Tanah latosol menurut Darmawijaya (1997:297) meliputi tanah-tanah
yang telah mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut,
sehingga terjadi pelindian unsur basa, bahan organik dan silika, dengan
meninggalkan sesquioxid sebagai sisa berwarna merah. Tanah ini menurut
Hardjowigeno, (1987:180) umumnya mempunyai kadar liat lebih dari 60 %,
struktur tanah remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan batas-
batas horison yang kabur, solum dalam (> 150 cm), kejenuhan basa kurang dari
50 %, dan umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horison kambik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id61
Gambar 16. Foto Tanah Latosol di Desa WonorejoSumber: Dokumen pribadi diambil pada 24 Januari 2012
Macam tanah latosol coklat kemerahan yang ada di DAS Walikan berasal
dari bahan induk basa berupa andesit yang berasal dari Gunung Jobolarangan,
Gunung Sidoramping, Gunung Puncakdalang, Gunung Kukusan dan Gunung
Ngampiyungan.
Luas sebaran macam tanah yang terdapat di DAS Walikan Hulu adalah
sebagai berikut:
Tabel 15. Luas Macam Tanah di DAS Walikan Hulu
No Macam tanah Simbol
Luas di DAS
Walikan Hulu (Ha)
Luas diDaerah
Penelitian(Ha)
Luas di Daerah
Pertanian(Ha)
1 Kompleks Andosol coklat dan Andosol coklat kekuningan
KAcAck 845,143 703,717 119,078
2 Latosol CoklatKemerahan LaCm 496,510 361,821 203,975
Jumlah 1.341,653 1.065,538 323,053Sumber: Hasil Analisis SIG dan Peta Tanah Skala 1:250.000 Kab.Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id62
Berdasarkan tabel di atas, macam tanah yang terluas wilayahnya pada
daerah penelitian adalah macam tanah Kompleks Andosol coklat dan Andosol
coklat kekuningan dengan luas wilayah 703,717 Ha atau 65% dari luas daerah
penelitian, sedangkan pada lahan pertanian didominasi oleh tanah latosol coklat
kemerahan.
Persebaran tanah di lokasi penelitian dapat dilihat pada Peta Tanah DAS
Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id63
Peta Tanah DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id64
6. Kemiringan Lereng
Klasifikasi kemiringan lereng yang digunakan pada penelitian ini adalah
klasifikasi kemiringan lereng menurut Asdak (2004:415) dengan 5 klasifikasi
kelas kemiringan lereng sebagai berikut:
Tabel 16. Luas Kemiringan Lereng DAS Walikan Hulu
NoBesar
Lereng(%)
Keterangan Simbol
Luas di DAS Hulu(Ha)
Luas di Daerah
Penelitian(Ha)
Luas di Daerah
Pertanian(Ha)
1 0 8 Datar I 47,706 46,491 18,534
2 8 15 Landai II 184,948 128,719 53,412
3 15 25 Agak Curam III 333,246 243,823 183,221
4 25 - 45 Curam IV 405,583 342,892 51,512
5 Sangat Curam V 370,170 303,613 16,373
Luas Total 1.341,653 1.065,538 323,053
Sumber: Peta Rupabumi Indonesia skala 1:25.000 dan Hasil perhitungan tahun2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kemiringan lereng yang
paling luas di daerah pertanian adalah lereng kelas III (agak curam) besar lereng
15 25% luas wilayahnya 183,221 Ha, dengan tanah pertanian yang selalu diolah
sehingga memberikan sumbangan cukup besar terhadap terjadinya erosi.
Berdasarkan keadaan itu, daerah hulu seharusnya dilakukan tindakan konservasi
baik konservasi mekanis maupun konservasi vegetatif secara optimal.
Persebaran daerah kemiringan lereng dapat dilihat pada Peta Kemiringan
Lereng DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id65
Peta Kemiringan Lereng DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar
Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id66
7. Hidrologi
Dalam suatu DAS, sungai mengikuti suatu aturan yaitu bahwa aliran
sungai dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah dimana cabang dan anak
sungai mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan membentuk suatu
pola tertentu. Pola tersebut tergantung pada kondisi topografi, geologi, iklim, dan
vegetasi yang ada dalam DAS. Pola aliran sungai dilokasi penelitian adalah pola
paralel yaitu pola aliran sungai yang arah alirannya sejajar, umumnya terbentuk
pada daerah dengan kemiringan lereng kelas menengah sampai terjal, atau pada
singkapan batuan yang lebar dan sejajar, serta miring. Sungai Walikan merupakan
sungai permanen yang mengalir sepanjang tahun.
Bentuk DAS Walikan Hulu adalah memanjang dari timur ke barat
berbentuk bulu burung. Bentuk DAS bulu burung mengindikasikan bahwa DAS
mempunyai debit banjir yang kecil, karena waktu air tiba dari anak-anak sungai ke
sungai utama yang berbeda-beda. Akan tetapi apabila terjadi banjir, banjir tersebut
akan berlangsung agak lama.
Sungai Walikan Hulu merupakan daerah dengan tingkat erosi tinggi
karena daerahnya berupa pegunungan dengan aliran air yang relatif cepat dengan
gradien yang besar, sehingga penampang melintang sungai ini berbentuk
dengan tebing batuan induk. Material endapan berupa kerakal dan bongkahan-
bongkahan batu dengan air yang jernih.
Gambar 17. Sungai Walikan HuluSumber: Dokumen Pribadi, diambil 24 Januari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id67
8. Penggunaan Lahan
Daerah penelitian merupakan DAS bagian hulu yang merupakan dearah
vulkan. Daerah ini secara umum merupakan daerah subur dengan penggunaan
lahan hampir 60% dimanfaatkan manusia. Pembagian penggunaan lahan
dibedakan menjadi dua yaitu untuk pertanian dan nonpertanian.
Bentuk penggunaan lahan yang terdapat di DAS Walikan Hulu
dipengaruhi oleh kualitas dan karakteristik lahan. Bentuk penggunaan lahan yang
terdapat di DAS Walikan Hulu meliputi: sawah, tegalan, hutan, kebun,
permukiman dan semak belukar. Jenis tanaman pada lahan tegalan yang banyak
diusahakan adalah tanaman Jagung, Ketela Pohon, Buncis, Wortel, dan Sawi.
Pada lahan sawah tanaman utamanya adalah Padi dengan dialiri air dari irigasi.
Tanaman pekarangan yang banyak dijumpai adalah Cengkeh dan Rambutan
terutama di Desa Wonokeling. Tanaman Pinus dan semak belukar banyak
dijumpai di areal Hutan Rakyat. Luas sebaran penggunaan lahan DAS Walikan
Hulu adalah sebagai berikut:
Tabel 17. Penggunaan Lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012
No Penggunaan Lahan SimbolLuas di DAS
Hulu(Ha)
Luas di Daerah
Penelitian(Ha)
1 Hutan Htn 664,698 516,281
2 Kebun Kb 31,896 28,778
3 Permukiman Pmk 153,089 138,165
4 Sawah Sw 68,098 46,032
5 Semak/Belukar Sb 80,331 59,261
6 Tegalan Tg 343,541 277,021
1.341.653 1.065,538
Sumber:Hasil analisis SIG Peta Penggunaan Lahan DAS Walikan Hulu Tahun2012
Sebaran penggunaan lahan di DAS Walikan Hulu dapat dilihat pada Peta
Penggunaan Lahan di DAS WAlikan Hulu tahun 2012,berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id68
Peta Penggunaan Lahan DAS Walikan Hulu Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id69
9. Kependudukan
Penduduk mempunyai peran penting dalam kegiatan pengelolaan lahan.
Jumlah dan komposisi penduduk di DAS Walikan Hulu (Desa Wonorejo dan
Desa Wonokeling) dapat menjadi faktor dalan perhitungan tekanan penduduk
terhadap lahan. Komposisi penduduk DAS Walikan Hulu adalah sebagai berikut:
Tabel 18. Komposisi Penduduk DAS Walikan Hulu Tahun 2012
No Desa
Jumlah PendudukLuas (Ha)
Kepadatan (jiwa/Ha)
Laki-laki(jiwa)
Perempuan(jiwa)
Jumlah(jiwa)
1 Wonorejo 3.226 3.436 6.662 1.344,55 52 Wonokeling 1.821 1.768 3.589 638,23 6
Sumber: Data Monografi Desa tahun 2011
Apabila dilihat dari kepadatan penduduknya DAS Walikan Hulu
mempunyai kepadatan penduduk jarang, akan tetapi kepadatan penduduk jarang
tidak dapat diartikan bahwa DAS Walikan Hulu mempunyai tekanan penduduk
yang kecil. Karena untuk mengetahui angka tekanan penduduk tidak hanya
berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah saja. Dalam penelitian ini
tekanan penduduk terhadap lahan di DAS Walikan Hulu dihitung sebagai variabel
aspek sosial.
Sebagian besar penduduk DAS WAlikan Hulu bekerja sebagai petani dan
merupakan petani subsisten. Organisasi sosial petani yang ada di daerah penelitian
yaitu kelompok tani yang terdapat pada setiap dusun dan menjadi wadah
pemerintah dalam memberikan penyuluhan mengenai konservasi lahan agar para
petani dapat mengelola lahannya dengan baik.
Tabel 19. Matapencaharian Penduduk DAS Walikan Hulu Tahun 2012
No DesaMatapencaharian Penduduk
Pertanian(jiwa)
Nonpertanian(jiwa)
Jumlah(jiwa)
1 Wonorejo 2.330 2.279 4.6092 Wonokeling 1.407 1.875 3.282
Sumber: Data Monografi Desa tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id70
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam penelitian ini, unit analisis atau pendekatan spasial secara mikro
tekanan penduduk menggunakan batas administratif, sedangkan produktivitas
lahan,pendapatan petani, dan konservasi lahan menggunakan satuan lahan. Karena
ada beberapa satuan lahan yang terdiri lebih dari satu tempat, maka setiap lokasi
yang berbeda (polygon satuan lahan) diberi label huruf latin. Satuan lahan yang
terdapat di daerah penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 20. Satuan Lahan DAS Walikan Hulu
No Nama SatlahNo. Satuan
LahanLuas(Ha)
Lokasi
1 KAcAck -Qvjl-I-Tg 10 7,273 Desa Wonorejo
2 KAcAck -Qvjl-II-Tg 12a 8,179 Desa Wonorejo
3 KAcAck -Qvjl-II-Tg 12b 5,296 Desa Wonorejo
4 KAcAck-Qvjl-III-Tg 14a 28,478 Desa Wonorejo
5 KAcAck-Qvjl-III-Tg 14b 17,345 Desa Wonorejo
6 KAcAck-Qvjl-IV-Tg 19a 11,930 Desa Wonorejo
7 KAcAck -Qvjl-IV-Tg 19b 3,608 Desa Wonorejo
8 KAcAck -Qvjl-IV-Tg 19c 5,084 Desa Wonorejo
9 KAcAck -Qvjl-IV-Tg 19d 7,627 Desa Wonorejo
10 KAcAck -Qvjl-IV-Tg 19e 7,884 Desa Wonorejo
11 KAcAck -Qvjl-V-Tg 21a 8,260 Desa Wonorejo
12 KAcAck -Qvjl-V-Tg 21b 8,114 Desa Wonorejo
13 LaCm-Qlla-I-Sw 26 1,269 Desa Wonokeling
14 LaCm-Qlla-I-Tg 27 1,030 Desa Wonokeling
15 LaCm-Qlla-II-Sw 30 4,506 Desa Wonokeling
16 LaCm-Qlla-II-Tg 31 17,316 Desa Wonokeling
17 LaCm-Qlla-III-Sw 35a 3,510 Desa Wonokeling
18 LaCm-Qlla-III-Sw 35b 6,734 Desa Wonokeling
19 LaCm-Qlla-III-Tg 36a 18,398 Desa Wonokeling
20 LaCm-Qlla-III-Tg 36b 2,930 Desa Wonokeling
21 LaCm-Qvjl-I-Tg 38 8,962 Desa Wonorejo
22 LaCm-Qvjl-II-Sw 42 13,094 Desa Wonokeling
23 LaCm-Qvjl-II-Tg 43 5,021 Desa Wonokeling
24 LaCm-Qvjl-III-Sw 46 9,622 Desa Wonorejo
25 LaCm-Qvjl-III-Tg 47a 43,986 Desa Wonorejo
26 LaCm-Qvjl-III-Tg 47b 13,298 Desa Wonokeling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id71
Penyusunan satuan lahan merupakan hasil tumpangsusun (overlay) dari
unsur tanah, geologi, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan. Dari peta satuan
lahan yang diperoleh dibuat peta satuan lahan pertanian yaitu satuan lahan dengan
penggunaan lahan berupa sawah dan tegalan. Berdasarkan satuan lahan yang telah
diperoleh terdiri dari polygon-polygon satuan lahan, dari polygon satuan lahan
tersebut kemudian diobservasi konservasi lahannya dan mengambil sampel petani
yang mengelola lahan pada polygon satuan lahan tersebut.
Di daerah penelitian yaitu di Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling,
terdapat 18 satuan lahan yang terdiri dari 30 polygon satuan lahan seperti yang
dapat dilihat pada Peta Satuan Lahan Daerah Aliran Sungai Walikan Hulu
Kabupaten Karanganyar tahun 2012 dan Peta Satuan Lahan Pertanian Daerah
Aliran Sungai Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar tahun 2012, sebagai berikut:
27 LaCm-Qvjl-III-Tg 47c 35,381 Desa Wonokeling
28 LaCm-Qvjl-III-Tg 47d 3,539 Desa Wonorejo
29 LaCm-Qvjl-IV-Sw 48 7,297 Desa Wonokeling
30 LaCm-Qvjl-IV-Tg 49 8,082 Desa Wonokeling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id72
Peta Satuan Lahan DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar
Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id73
Peta Satuan Lahan Pertanian DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar
Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id74
Observasi lapangan bertujuan untuk melakukan pengamatan secara
langsung mengenai konservasi lahan yang dilakukan petani pada setiap polygon
satuan lahan pertanian. Setiap polygon satuan lahan pertanian diambil sampel
responden dengan jumlah responden setiap kelipatan 5 Ha diambil 1 responden.
Pengambilan sampel responden untuk mengetahui produktivitas lahan dan
pendapatan petani. Adapun hasil penelitian dari observasi dan wawancaranya
adalah sebagai berikut:
1. Tekanan Penduduk
Tekanan penduduk terhadap lahan dihitung berdasarkan data yang
diperoleh dari monografi desa, jadi angka tekanan penduduk dalam penelitian ini
dihitung berdasarkan batasan administratif desa, dengan hasil perhitungan sebagai
berikut:
a. Desa Wonorejo
1) Jumlah Penduduk
Tabel 21. Jumlah Penduduk Desa Wonorejo selama 5 Tahun Terakhir
Tahun2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Penduduk
(jiwa)6.497 6.483 6.574 6.565 6.662
Sumber: Data Monografi Desa Wonorejo Tahun 2007-2011
2) Pertumbuhan Penduduk
Diketahui:
Jumlah penduduk tahun 2011 (Pn) = 6.662 jiwa
Jumlah penduduk tahun 2007(Po) = 6.497 jiwa
Jangka waktu (n) = 5 tahun
Jawab:
Rumus : Pn = Po(1+r)n
6662 = 6497(1+r)5
(1+r)5 =
1+r =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id75
r = 1
r = 1,005 1
r = 0 ,005
jadi angka pertumbuhan penduduk Desa Wonorejo dalam kurun waktu
lima tahun terakhir adalah 0,005 atau 0,5%.
3) Luas pertanian desa (L) adalah 384,25 Ha
4) Luas lahan minimal untuk hidup layak, disetarakan dengan nilai beras 650
kg/ kapita/tahun (Z) = 650 kg x Rp 7.500,00 = Rp 4.875.000,00
5) Luas lahan desa adalah 384,25 Ha. Ditanami Padi 13 Ha, Jagung 164 Ha,
Buncis 125 Ha, Wortel dan Sawi 20 Ha, dan Cabe 1 Ha. Sedangkan hasil
panen per Ha untuk Padi adalah 1.500 kg gabah (1.500 kg x Rp 3.500,00 =
Rp 5.250.000,00), hasil panen per Ha untuk jagung adalah 3.000 kg (3.000
kg x Rp 2.200,00 = Rp 6.600.000,00), hasil panen per Ha untuk Buncis
adalah 1.250 kg (1.250 kg x Rp 2.000,00 = Rp 2.500.000,00), hasil panen
per Ha untuk Wortel dan Sawi adalah 4.000 kg (4.000 kg x Rp 1.000,00 =
Rp 4.000.000,00), hasil panen per Ha untuk Cabe adalah 2.000 kg (2.000
kg x Rp 50.000,00 = Rp 100.000.000,00), dan hasil panen per Ha untuk
pekarangan adalah Rp 100.000,00
Tabel 22. Perhitungan Nilai Rata-rata Luas Lahan Minimal untuk Hidup Layak (Z) Desa Wonorejo
No Luas (Ha)
Jenis Tanaman
Produksi per Ha (kg)
Harga jual per kg (Rp)
Nilai Jual(Rp)
µ = Luas lahan xµ
1 13 Padi 1.500 3.500 5.250.000 0,928 12,071
2 164 Jagung 3.000 2.200 6.600.000 0,738 121,136
3 125 Buncis 1.250 2.000 2.500.000 0,513 64,103
4 20 Wortel
dan Sawi
4.000 1.000 4.000.000 0,821 16,410
5 1 Cabe 2.000 50.000 100.000.000 20,513 20,513
6 61,26 Pekarang
an
100.000 0,021 1,256
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id76
Nilai z rata-rata =
= 0,613
6) Jumlah penduduk tahun 2011 (Po) = 6.662 jiwa
7) Jumlah petani = 2.330 jiwa, jadi proporsi petani dalam populasi adalah
( x 100% = 0,35)
8) Waktu (t) = 5 tahun
9) Perhitungan tekanan penduduk Desa Wonorejo
TP =
TP =
TP = 3,81
10) Perhitungan tekanan penduduk Desa Wonorejo yang masuk dalam DAS
Walikan Hulu dengan metode luasan tertimbang
= x TP
= x 3,81
= 2,30
Jadi tekanan penduduk di Desa Wonorejo sebesar 2,30 termasuk tekanan
penduduk tinggi. Tingginya angka tekanan penduduk terhadap lahan di Desa
Wonorejo disebabkan karena tingginya jumlah penduduk, banyaknya penduduk
yang bekerja sebagai petani, dan jenis tanaman yang ditanam oleh petani. Ketiga
hal tersebut merupakan hal penting dalam perhitungan angka tekanan penduduk
terhadap lahan. Banyaknya jumlah penduduk dan jumlah petani mengakibatkan
tingginya angka proporsi petani dalam mata pencaharian penduduk
mengakibatkan semakin menyempitnya lahan yang digunakan untuk pertanian
sehingga semakin menurun luas lahan minimal untuk dapat hidup layak serta
semakin sempit lahan pertanian. Jenis komoditi tanaman yang ditanam petani dan
pola tanam berpengaruh terhadap luas lahan minimal untuk dapat hidup layak. Di
Desa Wonorejo jenis komoditi yang dihasilkan berupa sayur-sayuran seperti
wortel dan sawi, kedua tanaman tersebut mempunyai nilai jual yang rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id77
sehingga tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok setara beras.
Tanaman pekarangan juga hanya mempunyai nilai jual yang sedikit, sebagian
besar tanaman pekarangan seperti buah-buahan tidak produktif.
b. Desa Wonokeling
1) Jumlah Penduduk
Tabel 23. Jumlah Penduduk Desa Wonokeling selama 5 Tahun Terakhir
Tahun2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Penduduk
(jiwa)3.376 3.418 3.489 3.530 3.589
Sumber: Data Monografi Desa Wonokeling Tahun 2007-2011
2) Pertumbuhan Penduduk
Diketahui:
Jumlah penduduk tahun 2011 (Pn) = 3.589 jiwa
Jumlah penduduk tahun 2007(Po) = 3.376 jiwa
Jangka waktu (n) = 5 tahun
Jawab:
Rumus : Pn = Po(1+r)n
3.589 = 3.376 (1+r)5
(1+r)5 =
1+r =
r = 1
r = 1,0123 1
r = 0,0123
jadi angka pertumbuhan penduduk Desa Wonokeling dalam kurun waktu
lima tahun terakhir adalah 0,0123 atau 1,23%.
3) Luas pertanian desa (L) adalah 634,28 Ha
4) Luas lahan minimal untuk hidup layak, disetarakan dengan nilai beras 650
kg/kapita/tahun (Z) = 650 kg x Rp 7.500,00 = Rp 4.875.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id78
5) Luas lahan desa adalah 634,28 Ha. Ditanami Padi 210,91 Ha, Jagung
235,52 Ha, Singkong 77 Ha, dan Pekarangan 110,85 Ha. Sedangkan hasil
panen per Ha untuk Padi adalah 1.600 kg gabah (1.600 kg x Rp 3.500,00 =
Rp 5.600.000,00), hasil panen per Ha untuk jagung adalah 3.500 kg (3.500
kg x Rp 2.200,00 = Rp 7.700.000,00), hasil panen per Ha untuk Singkong
adalah 6.000 kg (6.000 kg x Rp 600,00 = Rp 3.600.000,00), dan hasil
panen per Ha untuk pekarangan adalah Rp 1.500.000,00.
Tabel 24. Perhitungan Nilai Rata-rata Luas Lahan Minimal untuk Hidup Layak (Z) Desa Wonokeling
NoLuas(Ha)
Jenis Tanaman
Produksi per Ha (kg/Ha)
Harga jual per kg (Rp)
Nilai Jual(Rp)
µ= Luas lahanxµ
1 210,91 Padi 1.600 3.500 5.600.000 0,871 123,605
2 235,52 Jagung 3.500 2.200 7.700.000 0,633 149,112
3 77 Singkong 6.000 600 3.600.000 1,354 104,271
4 110,85 Pekarangan
1.500.000 3,25 360,263
nilai z rata-rata =
= 1,257
6) Jumlah penduduk tahun 2011 (Po) = 3.589 jiwa
7) Jumlah petani = 1407 jiwa, jadi proporsi petani dalam populasi adalah
( x 100% = 0,392)
8) Waktu (t) = 5 tahun
9) Perhitungan tekanan penduduk
TP =
TP =
TP = 2,96
10) Perhitungan tekanan penduduk Desa Wonokeling yang masuk dalam DAS
Walikan Hulu dengan metode luasan tertimbang
= x TP
= x 2,96 = 1,14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id79
Jadi tekanan penduduk di Desa Wonokeling sebesar 1,14 termasuk
tekanan penduduk terhadap lahan pada kelas sedang.
Nilai numerik yang dihasilkan dari perhitungan tekanan penduduk kedua
desa di atas menunjukkan besarnya faktor yang mendorong penduduk untuk
memperluas lahannya. Nilai TP = 2,30 untuk Desa Wonorejo artinya ada
dorongan pada penduduk Desa Wonorejo untuk memperluas lahannya menjadi
2,30 kali lebih luas. Begitu juga dengan nilai TP Desa Wonokeling sebesar 1,14
artinya ada dorongan penduduk Desa Wonokeling untuk memperluas lahannya
menjadi 1,14 kali lebih luas. Dampak dari tekanan penduduk yang terjadi pada
daerah penelitian adalah adanya perluasan lahan dengan mengalihfungsikan hutan
menjadi tegalan dan ketidaksesuaian fungsi kawasan. Hal itu sudah terbukti
dengan ditemukannya ketidaksesuaian fungsi kawasan di DAS Walikan Hulu
yaitu di Desa Wonorejo, seperti yang dikemukakan oleh Khoimah (2012) dalam
Lahan Daerah Aliran Sungai Walikan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
satuan lahan no.21 (KAcAck-Qvjl-V-Tg) dan satuan lahan no.49 (LaCm-Qvjl-IV-
Tg) terjadi ketidaksesuaian fungsi kawasan. Satuan lahan no.21 seharusnya fungsi
lindung dan satuan lahan no.49 seharusnya berfungsi sebagai daerah penyangga
beralih fungsi menjadi kawasan budidaya (tegal). Berdasarkan hasil observasi,
konservasi lahan pada satuan lahan No.21 dan satuan lahan no.49 mempunyai
kelas rendah.
Dibanding dengan Desa Wonorejo, Desa Wonokeling mempunyai angka
tekanan penduduk yang lebih kecil. Hal tersebut disebabkan karena apabila
dibanding Desa Wonorejo, jumlah penduduk dan jumlah petaninya lebih sedikit,
jenis komoditi yang dihasilkan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi yaitu
tanaman padi dan jagung. Tanaman pekarangannya juga produktif seperti tanaman
buah-buahan bisa berbuah, tidak seperti tanaman pekarangan di Desa Wonorejo.
Ketiga hal tersebutlah yang menyebabkan angka tekanan penduduk Desa
Wonokeling lebih rendah dibanding Desa Wonorejo.
Dari hasil perhitungan nilai tekanan penduduk di atas dapat diketahui
bahwa tekanan penduduk tidak hanya ditentukan oleh kepadatan penduduk,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id80
melainkan juga faktor lain seperti produktivitas lahan pertanian. Agar tekanan
penduduk dapat dikurangi, usaha yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan
menaikkan produktivitas lahan dengan cara memilih jenis tanaman yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi (dapat mengurangi nilai z), mengurangi jumlah
petani dengan membuka usaha lain di sektor nonpertanian (dapat mengurangi nilai
f), menggiatkan program keluarga berencana (dapat mengurangi nilai r).
Sebaran tekanan penduduk daerah penelitian dapat dilihat pada Peta
Tekanan Penduduk DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012,
berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id81
Peta Tekanan Penduduk DAS Walikan Hulu Kabupaten
Karanganyar Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id82
2. Produktivitas Lahan dan Pendapatan Petani
a. Produktivitas Lahan
Data produktivitas diperoleh dari hasil wawancara dengan petani sampel
yang mengelola lahan pada polygon satuan lahan. Produktivitas lahan dihitung
dengan cara mengkonversikan produk lahan dalam bentuk rupiah berdasarkan
harga jual produksi kemudian dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk usaha tani
seperti biaya input (bibit, pupuk, pestisida) dan biaya untuk upah tenaga kerja,
kemudian dibagi dengan luas lahan petani. Produk bersih merupakan hasil
perkalian dari hasil komoditi dengan harga jual produsen kemudian dikurangi
biaya usaha tani. Sewa tanah dalam perhitungan produktivitas lahan tidak dihitung
dikarenakan tanah merupakan faktor produksi tidak termasuk modal. Harga jual
produsen berbagai komoditi di daerah penelitian sebagai berikut:
Tabel 25. Harga Jual Komoditi Tanaman yang Dibudidayakan
No Jenis Komoditi Harga jual per Kg(Rp)
1 Padi 3.500
2 Jagung 2.200
3 Singkong 600
4 Ketela Rambat 2.000
5 Buncis 2.000
6 Sawi 1.000
7 Wortel 1.000
Jadi produktivitas yang dihitung adalah produktivitas lahan bersih karena
tanaman membutuhkan perawatan tanaman. Contoh perhitungan produktivitas
lahan pada satuan lahan nomor 10 (KAcAck -Qvjl-I-Tg) dengan dua petani
sampel yaitu Sukino (33 th) dan Lanjar (45 th), sebagai berikut:
Diketahui:
Luas lahan = 0,16 Ha
Hasil produksi setahun (produk x harga jual)
Jagung 3 kali tanam (2.550 kg x Rp 2.200,00 = Rp 5.610.000,00)
Singkong 1x tanam Rp 60.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id83
Biaya setahun: bibit Rp 213.750,00
pupuk dan pestisida Rp 735.000,00
tenaga kerja Rp 570.000,00
Ditanya: Produktivitas lahan
Jawab:
Produktivitas lahan =
=
=
=
= 25.945.312,5 Rupiah/Ha
dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, produktivitas lahan Lanjar
adalah 25.510.638,3 Rupiah/Ha. Jadi produktivitas lahan satuan lahan no.10
adalah rata-rata dari kedua responden yaitu sebesar 25.727.975,40 Rupiah/Ha.
Hasil perhitungan satuan lahan lainnya dapat dilihat pada lampiran tabel
perhitungan data produktivitas lahan.
Kelas produktivitas dikelompokkan menjadi 3 kelas produktivitas lahan.
Sistem pengkelasan berdasarkan kelas pengkelasan katagori relatif, berdasarkan
data yang diperoleh, nilai produktivitas lahan rata-rata Rp.13.107.744,50 Ha/Th
dan standar deviasi Rp.7.384.367,45 Ha/Th, jadi batas kelasnya sebagai berikut;
Tabel 26. Kelas Produktivitas Lahan
Produktivitas Lahan (Rp/Ha/Th) Kelas
< 5.723.377,05 Rendah
5.723.377,05 20.492.111,95 Sedang
>20.492.111,95 Tinggi
Hasil penghitungan dan pengkelasan produktivitas lahan setiap satuan
lahan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id84
Tabel 27. Hasil Penghitungan dan Pengkelasan Produktivitas Lahan Daerah Penelitian
NoKelas
Produktivitas
Satuan Lahan Produktivitas Lahan
(Rupiah/Ha)
Luas Polygon
(Ha)No.Polygon Nama Satuan Lahan
1 Rendah 21a KAcAck -Qvjl-V-Tg 846.354,17 8,260
21b KAcAck -Qvjl-V-Tg 2.263.461,54 8,114
49 LaCm-Qvjl-IV-Tg 1.600.833,33 8,082
Luas lahan produktivitas kelas rendah 24,456
2 Sedang 14a KAcAck -Qvjl-III-Tg 13.180.495,78 28,478
14b KAcAck -Qvjl-III-Tg 13.031.250,00 17,345
19a KAcAck -Qvjl-IV-Tg 9.831.542,44 11,930
19b KAcAck -Qvjl-IV-Tg 12.450.000,00 3,608
19c KAcAck-Qvjl-IV-Tg 8.600.000,00 5,084
19d KAcAck -Qvjl-IV-Tg 12.403.906,25 7,627
19e KAcAck -Qvjl-IV-Tg 13.849.188,31 7,884
31 LaCm-Qlla-II-Tg 8.321.722,22 17,316
35a LaCm-Qlla-III-Sw 14.680.000,00 3,510
35b LaCm-Qlla-III-Sw 13.309.250,00 6,734
36a LaCm-Qlla-III-Tg 10.176.845,24 18,398
36b LaCm-Qlla-III-Tg 10.460.000,00 2,930
38 LaCm-Qvjl-I-Tg 19.299.583,33 8,962
43 LaCm-Qvjl-II-Tg 13.385.333,33 5,021
46 LaCm-Qvjl-III-Sw 10.226.028,57 9,622
47a LaCm-Qvjl-III-Tg 8.367.062,44 43,986
47b LaCm-Qvjl-III-Tg 8.092.393,16 13,298
47c LaCm-Qvjl-III-Tg 5.741.284,72 35,381
47d LaCm-Qvjl-III-Tg 7.910.000,00 3,539
48 LaCm-Qvjl-IV-Sw 6.333.375,00 7,297
Luas lahan produktivitas kelas sedang 257,950
3 Tinggi 10 KAcAck -Qvjl-I-Tg 25.727.975,40 7,273
12a KAcAck -Qvjl-II-Tg 26.826.741,29 8,179
12b KAcAck -Qvjl-II-Tg 24.024.375,00 5,296
26 LaCm-Qlla-I-Sw 27.030.000,00 1,269
27 LaCm-Qlla-I-Tg 21.128.000,00 1,030
30 LaCm-Qlla-II-Sw 22.265.000,00 4,506
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id85
42 LaCm-Qvjl-II-Sw 21.897.333,33 13,094
Luas lahan produktivitas kelas tinggi 40,647
Luas Lahan Pertanian 323,053
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa satuan lahan dengan
produktivitas lahan kelas rendah yaitu sebesar 7,57%, produktivitas lahan kelas
sedang sebanyak 79,85% dan produktivitas lahan kelas tinggi sebanyak 12,58%.
Produktivitas lahan kelas rendah terdiri dari 2 satuan lahan, satuan lahan
yaitu KAcAck -Qvjl-V-Tg (2 polygon) dan LaCm-Qvjl-IV-Tg dengan luas
wilayah 7,57% dari luas lahan pertanian. Produktivitas kelas rendah hal ini
disebabkan karena beberapa hal, diantaranya: 1) pengaruh kemiringan lereng,
satuan lahan 21a dan 21b (KAcAck -Qvjl-V-Tg ) memiliki lereng kelas V
sehingga jarak antar tanaman jauh sehingga hasil produksinya sedikit dan
membutuhkan biaya tenaga kerja yang banyak. 2) satuan lahan 49 (LaCm-Qvjl-
IV-Tg ) intensitas penanaman, lahan hanya 2 kali ditanami dalam setahun.
Produktivitas lahan kelas sedang terdiri dari KAcAck -Qvjl-III-Tg (2
polygon), KAcAck -Qvjl-IV-Tg (5 polygon), LaCm-Qlla-II-Tg, LaCm-Qlla-III-
Sw (2 polygon), LaCm-Qlla-III-Tg (2 polygon), LaCm-Qvjl-I-Tg, LaCm-Qvjl-II-
Tg, LaCm-Qvjl-III-Sw, LaCm-Qvjl-III-Tg (4 polygon), dan LaCm-Qvjl-IV-Sw,
jadi ada 10 satuan lahan yang terdiri dari 20 polygon satuan lahan dengan luas
wilayah 79,85% dari luas lahan pertanian. Produktivitas lahan kelas sedang
disebabkan oleh;
1) Satuan lahan no.14 (KAcAck -Qvjl-III-Tg) yang terdiri dari 2 polygon, jenis
tanaman yang ditanam adalah tanaman sayuran (sawi, wortel, dan buncis) 3
kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas sedang
adalah karena tanaman sawi dan wortel yang mempunyai nilai jual rendah
ditumpangsarikan dengan buncis yang mempunyai nilai jual sedang dan biaya
tenaga kerja yang cukup besar.
2) Satuan lahan no.19 (KAcAck-Qvjl-IV-Tg) terdiri dari 5 polygon, jenis
tanaman yang ditanam adalah tanaman sayuran (sawi, wortel, dan buncis) 3
kali setahun maupun pergiliran tanaman jagung 2 kali dan buncis 1 kali
setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas sedang adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id86
karena tanaman sawi dan wortel yang mempunyai nilai jual rendah
ditumpangsarikan dengan buncis yang mempunyai nilai jual sedang meskipun
tanaman sayuran yang ditanam sama dengan satuan lahan 14 tetapi satuan
lahan 19 nilai produktivitasnya lebih rendah karena tenaga kerja yang
dibutuhkan semakin banyak dan jarak antar tanaman semakin lebar sehingga
hasil produksinya lebih sedikit
3) Satuan lahan no.31 (LaCm-Qlla-II-Tg), jenis tanaman yang ditanam adalah
jagung 2 kali setahun maupun jagung 1 kali dan singkong 1 kali setahun, yang
menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas sedang adalah intensitas
penanaman jagung hanya 2 kali setahun bahkan hanya 1 kali setahun.
4) Satuan lahan no.35 (LaCm-Qlla-III-Sw) terdiri dari 2 polygon, jenis tanaman
yang ditanam adalah padi 3 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini
mempunyai produktivitas sedang adalah karena berada pada lereng curam
sehingga hasilnya lebih sedikit apabila dibanding pada daerah landai.
5) Satuan lahan no.36 (LaCm-Qlla-III-Tg) terdiri dari 2 polygon, jenis tanaman
yang ditanam adalah jagung 2 kali setahun dan singkong 1 kali setahun, yang
menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas sedang adalah intensitas
penanaman jagung hanya 2 kali setahun, meskipun pada lereng curam tetapi
mempunyai nilai produktivitas lebih tinggi dibanding satuan lahan 31 karena
intensitas penanaman jagung pada lahan ini semua 2 kali setahun.
6) Satuan lahan no.38 (LaCm-Qvjl-I-Tg), jenis tanaman yang ditanam adalah
jagung 2 kali setahun dan singkong 1 kali setahun, yang menyebabkan lahan
ini mempunyai produktivitas sedang adalah intensitas penanaman jagung
hanya 2 kali setahun.
7) Satuan lahan no.43 (LaCm-Qvjl-II-Tg), jenis tanaman yang ditanam adalah
jagung 2 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas
sedang adalah intensitas penanaman jagung hanya 2 kali setahun.
8) Satuan lahan no.46 (LaCm-Qvjl-III-Sw), jenis tanaman yang ditanam adalah
padi 3 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas
sedang adalah karena berada pada lereng curam sehingga hasil produksi lebih
sedikit dan biaya tenaga lebih besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id87
9) Satuan lahan no.47 (LaCm-Qvjl-III-Tg) terdiri dari 4 polygon, jenis tanaman
yang ditanam adalah tanaman sayuran dengan harga jual nilainya rendah
(sawi,wortel, dan buncis) 3 kali setahun, jagung dengan harga jual sedang
tetapi hanya ditanam 2 kali setahun, selain itu juga dipengaruhi jarak tanam
dan biaya tenaga kerja lebih banyak dibanding pada daerah datar.
10) Satuan lahan no.48 (LaCm-Qvjl-IV-Sw), jenis tanaman yang ditanam adalah
tanaman padi 3 kali setahun dengan harga jual tinggi, akan tetapi karena
berada padda lereng curam menyebabkan jarak tanam kebawahnya lebih
panjang sehingga hasilnya lebih sedikit dan biaya tenaga kerja lebih banyak
dibanding pada satuan lahan no.46.
Produktivitas lahan kelas tinggi terdiri 6 satuan lahan yang terdiri dari 7
polygon satuan lahan dengan luas wilayah 12,58% dari luas lahan pertanian yaitu
satuan lahan KAcAck-Qvjl-I-Tg, KAcAck-Qvjl-II-Tg (2 polygon), LaCm-Qlla-I-
Sw, LaCm-Qlla-I-Tg, LaCm-Qlla-II-Sw, dan satuan lahan LaCm-Qvjl-II-Sw.
Produktivitas lahan tinggi dipengaruhi oleh:
1) Satuan lahan no.10 (KAcAck -Qvjl-I-Tg), jenis tanaman yang ditanam adalah
jagung 3 kali setahun dan singkong yang ditanam pada galengan, yang
menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas tinggi adalah karena berada
pada lereng datar sehingga hasilnya lebih banyak dan biaya tenaga kerja lebih
sedikit dibanding pada lereng landai seperti satuan lahan 12.
2) Satuan lahan no.12 (KAcAck -Qvjl-II-Tg), jenis tanaman yang ditanam adalah
jagung 3 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas
tinggi adalah karena berada pada lereng landai sehingga hasilnya lebih banyak
dan biaya tenaga kerja lebih sedikit dibanding pada lereng yang lebih curam.
3) Satuan lahan no.26 (LaCm-Qlla-I-Sw), jenis tanaman yang ditanam adalah
padi 3 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas
tinggi adalah karena berada pada lereng datar sehingga hasilnya lebih banyak
dan biaya tenaga kerja lebih sedikit dibanding pada lereng landai.
4) Satuan lahan no.27 (LaCm-Qlla-I-Tg), jenis tanaman yang ditanam adalah
jagung 2 kali setahun dan singkong 1 kali setahun, satuan lahan ini memiliki
produktivitas tinggi meskipun tanaman jagung hanya 2 kali setahun yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id88
karena lerengnya datar sehingga hasil produksinya lebih banyak dan biaya
tenaga kerja yang lebih sedikit.
5) Satuan lahan no.30 (LaCm-Qlla-II-Sw), jenis tanaman yang ditanam adalah
padi 3 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas
tinggi karena tanaman padi mempunyai harga jual tinggi dengan intensitas
penanaman 3 kali setahun, meskipun termasuk dalam kelas produktivitas
tinggi akan tetapi lahan ini mempunyai produktivitas yang lebih rendah dari
satuan lahan no.26 yang terletak pada lereng datar.
6) Satuan lahan no.42 (LaCm-Qvjl-II-Sw), jenis tanaman yang ditanam adalah
padi 3 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas
yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas tinggi karena tanaman
padi mempunyai harga jual tinggi dengan intensitas penanaman 3 kali setahun.
Jadi, produktivitas lahan dalam penelitian ini bervarasi kelas produktivitas
lahannya, karena dipengaruhi oleh jenis tanaman yang dibudidayakan, intensitas
penanaman dalam setahun, dan kemiringan lereng.
Sebaran produktivitas lahan di DAS Walikan Hulu Kabupaten
Karanganyar Tahun 2012, dapat dilihat pada peta berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id89
Peta Produktivitas Lahan DAS Walikan Hulu Kabupaten
Karanganyar Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id90
b. Pendapatan Petani
Data pendapatan petani diperoleh dari hasil wawancara dengan petani
sampel. Perhitungan pendapatan petani diperoleh dari indikator pendapatan
pertanian bersih, pendapatan non pertanian, dan jumlah tanggungan keluarga.
Contoh perhitungan pendapatan petani setahun pada satuan lahan No.10
(KAcAck-Qvjl-I-Tg) dengan dua petani sampel yaitu Sukino (33 th) dan Lanjar
(45 th) adalah sebagai berikut:
Diketahui:
Pendapatan usahatani kotor = Rp 5.670.000,-
Pengeluaran :Bibit = Rp 213.750,-
Pupuk = Rp 735.000,-
Tenaga = Rp 570.000,-
Sewa lahan = Rp 0,-
Jumlah = Rp 1.518.750,-
Pendapatan diluar usahatani: Sampingan = Rp 7.200.000,-
Ternak = Rp 600.000,-
Lainnya = Rp 0,-
Rp 7.800.000,-
Jumlah tangungan keluarga 4 orang
Ditanya: Pendapatan perkapita (orang/bulan)
Jawab:
Pendapatan perkapita pertahun
=
=
= Rp 2.987.813,00 pertahun
Pendapatan perkapita perbulan
=
= Rp 248.984,38 perbulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id91
dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, pendapatan perkapita Lanjar
Rp 268.541,67. Jadi pendapatan perkapita petani pada satuan lahan no.10 adalah
rata-rata dari kedua petani sampel yaitu sebesar Rp 258.763,02 per bulan dan
termasuk dalam kelas pendapatan perkapita sedang. Hasil perhitungan data
pendapatan petani pada setiap satuan lahan dapat dilihat pada lampiran tabel data
pendapatan petani.
Hasil penghitungan dan pengkelasan pendapatan perkapita setiap polygon
satuan lahan adalah sebagai berikut:
Tabel 28. Hasil Penghitungan dan Pengkelasan Pendapatan Perkapita Petani di Daerah Penelitian
NoKelas
Perkapita
Satuan Lahan Pendapatan Perkapita Petani(Rupiah/Bulan)No.Polygon Nama Satuan Lahan
1 Rendah 14b KAcAck -Qvjl-III-Tg 118.229,17
19b KAcAck -Qvjl-IV-Tg 178.750,00
19c KAcAck -Qvjl-IV-Tg 83.750,00
19d KAcAck -Qvjl-IV-Tg 189.123,26
19e KAcAck -Qvjl-IV-Tg 104.052,08
21a KAcAck -Qvjl-V-Tg 128.642,36
21b KAcAck -Qvjl-V-Tg 73.572,92
35a LaCm-Qlla-III-Sw 194.500,00
35b LaCm-Qlla-III-Sw 214.653,75
36a LaCm-Qlla-III-Tg 151.111,11
36b LaCm-Qlla-III-Tg 202.166,67
43 LaCm-Qvjl-II-Tg 162.250,00
47a LaCm-Qvjl-III-Tg 135.530,56
47b LaCm-Qvjl-III-Tg 210.753,70
47c LaCm-Qvjl-III-Tg 173.729,17
47d LaCm-Qvjl-III-Tg 126.591,67
49 LaCm-Qvjl-IV-Tg 137.270,83
2 Sedang 10 KAcAck -Qvjl-I-Tg 258.763,02
12a KAcAck -Qvjl-II-Tg 848.013,89
12b KAcAck -Qvjl-II-Tg 328.187,50
14a KAcAck -Qvjl-III-Tg 237.792,25
19a KAcAck -Qvjl-IV-Tg 241.350,69
27 LaCm-Qlla-I-Tg 261.270,83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id92
30 LaCm-Qlla-II-Sw 571.083,33
31 LaCm-Qlla-II-Tg 218.697,92
38 LaCm-Qvjl-I-Tg 319.410,63
42 LaCm-Qvjl-II-Sw 275.705,09
46 LaCm-Qvjl-III-Sw 251.737,50
48 LaCm-Qvjl-IV-Sw 334.700,00
3 Tinggi 26 LaCm-Qlla-I-Sw 1.000.833,33
Dari hasil pengkelasan seperti pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa
sebagian besar pendapatan perkapita petani di DAS Walikan Hulu termasuk
dalam pendapatan rendah sebanyak 61,54%, petani dengan pendapatan sedang
sebanyak 38,06%, dan petani dengan pendapatan tinggi hanya 0,40%.
Petani berpendapatan rendah terdapat pada 18 polygon satuan lahan
dengan persentase sebanyak 61,54% dari petani sampel DAS Walikan hulu.
Petani berpendapatan rendah disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: 1)
pendapatan petani dari sektor pertanian yang rendah karena hasil produksi
mempunyai nilai ekonomis rendah, 2) pendapatan petani dari sektor non pertanian
seperti pekerjaan sampingan, pendapatan dari ternak, dan pendapatan lainnya
hanya sedikit, 3) jumlah tanggungan keluarga banyak, sebagai contoh pendapatan
petani pada satuan lahan no.21a rendah disebabkan pendapatan dari pertanian
rendah dan non pertanian juga rendah dengan tanggungan keluarga rata-rata 3
orang.
Petani berpendapatan sedang terdapat pada 11 polygon satuan sebanyak
38,06% dari petani sampel DAS Walikan hulu. Petani berpendapatan sedang
dipengaruhi oleh: 1) pendapatan dari pertanian dan non pertanian pada kelas
sedang, pendapataan dari pertanian kelas tinggi tetapi pendapatan non pertanian
rendah, atau pendapatan pertanian rendah tetapi pendapatan non pertanian tinggi,
2) jumlah tanggungan keluarga banyak. Contoh lahan dengan rata-rata pendapatan
perkapita sedang adalah polygon satuan lahan No.10 (KAcAck-Qvjl-I-Tg) dengan
rata-rata penghasilan pertanian sedang dan non pertanian sedang, dengan rata-rata
tanggungan keluarga sebanyak 4 orang seperti pada contoh perhitungan
pendapatan perkapita diatas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id93
Petani berpendapatan tinggi terdapat pada 1 polygon satuan lahan yaitu
hanya 0,40% dari petani sampel DAS Walikan hulu. Petani berpendapatan tinggi
disebabkan oleh pendapatan dari pertanian dan non pertanian tinggi dengan
jumlah tanggungan keluarga sedikit, yaitu satuan lahan No.26 (LaCm-Qlla-I-Sw)
pendapatan pertanian tinggi karena penggunaan lahannya adalah sawah yang
ditanami 3 kali dalam setahun dan pendapatan non pertanian juga tinggi dengan
jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 orang.
Sebaran pendapatan petani di DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar
Tahun 2012, dapat dilihat pada peta berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id94
Peta Pendapatan Petani DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar
Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id95
3. Konservasi Lahan
Data konservasi lahan diperoleh dari hasil observasi lapangan. Konservasi
lahan yang diamati adalah konservasi lahan secara mekanis dan konservasi secara
vegetatif pada masing-masing satuan lahan. Berdasarkan data yang diperoleh dari
hasil observasi memiliki skor rata-rata 5,9 dan standar deviasi 1,18 dengan batas
pengkelasan relatif sebagai berikut:
Tabel 29. Batas Kelas Konservasi Lahan
No Skor Konservasi lahan Kelas
1 Tinggi
2 6 7 Sedang
3 Rendah
Konservasi lahan dilakukan dengan tujuan mengurangi laju erosi.
Tindakan konservasi yang dilakukan petani pada setiap polygon satuan lahan
dapat dilihat pada lampiran tabel tindakan konservasi lahan. Hasil observasi
lapangan setiap satuan lahan pertanian adalah sebagai berikut:
Tabel 30. Hasil Observasi Konservasi Lahan di Daerah Penelitian
NoKelas
Konservasi Lahan
Satuan LahanSkor
Luas PolygonSatlah(Ha)No.Polygon Nama Satuan Lahan
1 Rendah 14b KAcAck -Qvjl-III-Tg 4 17,345
19c KAcAck -Qvjl-IV-Tg 5 5,084
21a KAcAck -Qvjl-V-Tg 4 8,260
21b KAcAck -Qvjl-V-Tg 5 8,114
36a LaCm-Qlla-III-Tg 5 18,398
36b LaCm-Qlla-III-Tg 5 2,930
47a LaCm-Qvjl-III-Tg 4 43,986
47b LaCm-Qvjl-III-Tg 4 13,298
47c LaCm-Qvjl-III-Tg 5 35,381
49 LaCm-Qvjl-IV-Tg 5 8,082
Luas lahan dengan konservasi kelas rendah 160,878
2 Sedang 10 KAcAck -Qvjl-I-Tg 6 7,273
12a KAcAck -Qvjl-II-Tg 7 8,179
12b KAcAck -Qvjl-II-Tg 6 5,296
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id96
14a KAcAck -Qvjl-III-Tg 6 28,478
19a KAcAck -Qvjl-IV-Tg 6 11,930
19b KAcAck -Qvjl-IV-Tg 6 3,608
19d KAcAck -Qvjl-IV-Tg 6 7,627
19e KAcAck -Qvjl-IV-Tg 6 7,884
31 LaCm-Qlla-II-Tg 7 17,316
35a LaCm-Qlla-III-Sw 7 3,510
35b LaCm-Qlla-III-Sw 6 6,734
42 LaCm-Qvjl-II-Sw 7 13,094
43 LaCm-Qvjl-II-Tg 6 5,021
46 LaCm-Qvjl-III-Sw 7 9,622
47d LaCm-Qvjl-III-Tg 6 3,539
48 LaCm-Qvjl-IV-Sw 6 7,297
Luas lahan dengan konservasi kelas sedang 146,408
3 Tinggi 26 LaCm-Qlla-I-Sw 8 1,269
27 LaCm-Qlla-I-Tg 8 1,030
30 LaCm-Qlla-II-Sw 8 4,506
38 LaCm-Qvjl-I-Tg 8 8,962
Luas lahan dengan konservasi kelas tinggi 15,767
Luas lahan pertanian 323,053
Dari tabel konservasi lahan di atas dapat diketahui bahwa konservasi lahan
pertanian kelas rendah sebanyak 49,80% dari luas lahan pertanian, konservasi
lahan kelas sedang sebanyak 45,32% dari luas lahan pertanian, sedangkan
konservasi lahan kelas tinggi sebanyak 4,88% dari luas lahan pertanian.
Konservasi lahan kelas rendah terdiri dari 10 polygon satuan lahan dengan
luas wilayah 49,80% dari lahan pertanian. Konservasi lahan kelas rendah
disebabkan oleh: 1) konservasi mekanis yang dilakukan petani jelek dikarenakan
konstruksi teras jelek dan pada bibir dan bidang tampingan teras tidak ditanami
rumput penguat atau ditanami dengan jumlah sedikit, 2) konservasi vegetatif yang
dilakukan petani jelek, disebabkan jumlah tanaman penutup tanah untuk
mengurangi laju erosi dan sistem penanaman pada katagori jelek. Contohnya
adalah konservasi pada polygon satuan lahan No. 49 (LaCm-Qvjl-IV-Tg), pada
lahan ini konservasi mekanis yang dilakukan petani menggunakan teras saluran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id97
dengan konstruksi jelek, pada bibir dan bidang tampingan teras ditanami rumput
sedikit, konservasi vegetatif yang dilakukan petani adalah dengan penanaman
tanaman penutup tanah rendah dengan jumlah sedikit dan tanaman penutup tanah
tinggi dengan jumlah yang sedikit juga, dan sistem penanaman tanaman pokok
secara monokultur .
Konservasi lahan kelas sedang terdiri dari 16 polygon satuan lahan dengan
luas wilayah 45,32% dari luas lahan pertanian. Konservasi lahan kelas sedang
karena: 1) konservasi mekanis yang dilakukan petani sedang, misalnya bibir teras
dan bidang tampingan teras ditanami rumput penguat teras, 2) konservasi vegetatif
yang dilakukan petani dengan tanaman penutup tanah untuk mengurangi laju erosi
jumlahnya sedang, sistem penanaman dengan tumpangsari maupun tanaman
pokok semusim pada katagori sedang. Contoh lahan dengan konservasi lahan
kelas sedang adalah satuan lahan No.10 (KAcAck -Qvjl-I-Tg), konservasi
mekanis yang dilakukan petani adalah teras bangku dengan rumput penguat pada
bibir teras dan bidang tampingan jumlah sedang, konservasi vegetatif yang
dilakukan petani yaitu tanaman penutup tanah dengan jumlah sedang, dan sistem
penanaman dengan tumpangsari yang disertai tanaman tahunan.
Konservasi lahan kelas tinggi terdiri dari 4 polygon satuan lahan dengan
luas wilayah 4,88% dari luas lahan pertanian. Konservasi lahan kelas tinggi
dikarenakan: 1) konservasi mekanis yang dilakukan baik, pada bibir dan bidang
tampingan ditanami rumput penguat, 2) konservasi vegetatif yang dilakukan
petani juga baik, misalnya tanaman penutup tanah dengan jumlah banyak dan
sistem penanaman pada katagori baik. Contoh lahan dengan konservasi kelas baik
adalah satuan lahan No.27 (LaCm-Qlla-I-Tg) yaitu lahan dengan konservasi
mekanis berupa teras saluran dengan rumput penguat jumlahnya banyak pada
saluran airnya, konservasi vegetatif yang dilakukan adalah dengan adanya
tanaman penutup tanah dalam jumlah banyak, dan sistem penanaman dengan
pergiliran tanaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id98
Gambar 18. Foto Kondisi Konservasi Lahan kelas rendah (polygon satuan lahan No.49 (LaCm-Qvjl-IV-Tg)), Konservasi Lahan Kelas Sedang (polygon satuan lahan No.10 (KAcAck -Qvjl-I-Tg)), dan Konservasi Lahan Kelas Baik (polygon satuan lahan No.27 (LaCm-Qlla-I-Tg))
Sebaran konservasi lahan pertanian daerah penelitian dapat dilihat pada
Peta Konservasi Lahan DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012,
berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id99
Peta Konservasi Lahan DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar
Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id100
4. Pengaruh Tekanan Penduduk terhadap Konservasi Lahan dan Pendapatan
Petani terhadap Konservasi Lahan
Analisis pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan
pendapatan petani terhadap konservasi lahan berdasarkan tabulasi sederhana pada
setiap satuan lahan, sebagai berikut:
a. Pengaruh Tekanan Penduduk terhadap Konservasi Lahan
Dari hasil pengkelasan tekanan penduduk dan konservasi lahan, tabulasi
tekanan penduduk dan konservasi lahan setiap satuan lahan adalah sebagai
berikut:
Tabel 31. Kelas Tekanan Penduduk dan Konservasi Lahan
NoNo.
PolygonSatlah
Nama Satlah LokasiTekanan
PendudukKelas
Konservasi Lahan
1 10 KAcAck -Qvjl-I-Tg Desa Wonorejo Tinggi Sedang
2 12a KAcAck -Qvjl-II-Tg Desa Wonorejo Tinggi Sedang
3 12b KAcAck -Qvjl-II-Tg Desa Wonorejo Tinggi Sedang
4 14a KAcAck-Qvjl-III-Tg Desa Wonorejo Tinggi Sedang
5 14b KAcAck-Qvjl-III-Tg Desa Wonorejo Tinggi Rendah
6 19a KAcAck-Qvjl-IV-Tg Desa Wonorejo Tinggi Sedang
7 19b KAcAck -Qvjl-IV-Tg Desa Wonorejo Tinggi Sedang
8 19c KAcAck -Qvjl-IV-Tg Desa Wonorejo Tinggi Rendah
9 19d KAcAck -Qvjl-IV-Tg Desa Wonorejo Tinggi Sedang
10 19e KAcAck -Qvjl-IV-Tg Desa Wonorejo Tinggi Sedang
11 21a KAcAck -Qvjl-V-Tg Desa Wonorejo Tinggi Rendah
12 21b KAcAck -Qvjl-V-Tg Desa Wonorejo Tinggi Rendah
13 26 LaCm-Qlla-I-Sw Desa Wonokeling Sedang Tinggi
14 27 LaCm-Qlla-I-Tg Desa Wonokeling Sedang Tinggi
15 30 LaCm-Qlla-II-Sw Desa Wonokeling Sedang Tinggi
16 31 LaCm-Qlla-II-Tg Desa Wonokeling Sedang Sedang
17 35a LaCm-Qlla-III-Sw Desa Wonokeling Sedang Sedang
18 35b LaCm-Qlla-III-Sw Desa Wonokeling Sedang Sedang
19 36a LaCm-Qlla-III-Tg Desa Wonokeling Sedang Rendah
20 36b LaCm-Qlla-III-Tg Desa Wonokeling Sedang Rendah
21 38 LaCm-Qvjl-I-Tg Desa Wonorejo Tinggi Tinggi
22 42 LaCm-Qvjl-II-Sw Desa Wonokeling Sedang Sedang
23 43 LaCm-Qvjl-II-Tg Desa Wonokeling Sedang Sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id101
24 46 LaCm-Qvjl-III-Sw Desa Wonorejo Tinggi Sedang
25 47a LaCm-Qvjl-III-Tg Desa Wonorejo Tinggi Rendah
26 47b LaCm-Qvjl-III-Tg Desa Wonokeling Sedang Rendah
27 47c LaCm-Qvjl-III-Tg Desa Wonokeling Sedang Rendah
28 47d LaCm-Qvjl-III-Tg Desa Wonorejo Tinggi Sedang
29 48 LaCm-Qvjl-IV-Sw Desa Wonokeling Sedang Sedang
30 49 LaCm-Qvjl-IV-Tg Desa Wonokeling Sedang Rendah
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan tekanan penduduk tinggi dengan
konservasi lahan rendah sebanyak 5 polygon satuan lahan, tekanan penduduk
tinggi dengan konservasi lahan sedang sebanyak 10 polygon satuan lahan, dan
tekanan penduduk tinggi dengan konservasi lahan tinggi sebanyak 1 polygon
satuan lahan. Tekanan penduduk kelas sedang dengan konservasi lahan rendah
sebanyak 5 polygon satuan lahan, tekanan penduduk kelas sedang dengan
konservasi lahan kelas sedang sebanyak 6 polygon, dan tekanan penduduk kelas
sedang dengan konservasi lahan kelas tinggi sebanyak 3 polygon satuan lahan.
Jadi antara tekanan penduduk dengan konservasi lahan pada penelitian ini
hasilnya tidak mempunyai pola sehingga dapat disimpulkan antara tekanan
penduduk dengan konservasi lahan tidak ada pengaruh.
Sebaran pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan daerah
penelitian dapat dilihat pada Peta pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi
lahan DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id102
Peta Pengaruh Tekanan Penduduk terhadap Konservasi Lahan
DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id103
b. Pendapatan Petani terhadap Konservasi Lahan
Dari hasil pengkelasan pendapatan petani dan konservasi lahan, tabulasi
pendapatan petani dan konservasi lahan setiap satuan lahan, sebagai berikut:
Tabel 32. Kelas Pendapatan Petani dan Konservasi Lahan
NoNo.
PolygonSatlah
Nama SatlahKelas
Pendapatan Petani
Kelas Konservasi
Lahan1 10 KAcAck -Qvjl-I-Tg Sedang Sedang
2 12a KAcAck -Qvjl-II-Tg Sedang Sedang
3 12b KAcAck -Qvjl-II-Tg Sedang Sedang
4 14a KAcAck-Qvjl-III-Tg Sedang Sedang
5 14b KAcAck-Qvjl-III-Tg Rendah Rendah
6 19a KAcAck-Qvjl-IV-Tg Sedang Sedang
7 19b KAcAck -Qvjl-IV-Tg Rendah Sedang
8 19c KAcAck -Qvjl-IV-Tg Rendah Rendah
9 19d KAcAck -Qvjl-IV-Tg Rendah Sedang
10 19e KAcAck -Qvjl-IV-Tg Rendah Sedang
11 21a KAcAck -Qvjl-V-Tg Rendah Rendah
12 21b KAcAck -Qvjl-V-Tg Rendah Rendah
13 26 LaCm-Qlla-I-Sw Tinggi Tinggi
14 27 LaCm-Qlla-I-Tg Sedang Tinggi
15 30 LaCm-Qlla-II-Sw Sedang Tinggi
16 31 LaCm-Qlla-II-Tg Sedang Sedang
17 35a LaCm-Qlla-III-Sw Rendah Sedang
18 35b LaCm-Qlla-III-Sw Rendah Sedang
19 36a LaCm-Qlla-III-Tg Rendah Rendah
20 36b LaCm-Qlla-III-Tg Rendah Rendah
21 38 LaCm-Qvjl-I-Tg Sedang Tinggi
22 42 LaCm-Qvjl-II-Sw Sedang Sedang
23 43 LaCm-Qvjl-II-Tg Rendah Sedang
24 46 LaCm-Qvjl-III-Sw Sedang Sedang
25 47a LaCm-Qvjl-III-Tg Rendah Rendah
26 47b LaCm-Qvjl-III-Tg Rendah Rendah
27 47c LaCm-Qvjl-III-Tg Rendah Rendah
28 47d LaCm-Qvjl-III-Tg Rendah Sedang
29 48 LaCm-Qvjl-IV-Sw Sedang Sedang
30 49 LaCm-Qvjl-IV-Tg Rendah Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id104
Berdasarkan tabel data di atas, petani berpendapatan rendah dengan
konservasi lahan rendah sebanyak 10 polygon satuan lahan, petani berpendapatan
rendah dengan konservasi lahan sedang sebanyak 7 polygon satuan lahan. Tidak
ada pendapatan petani kelas rendah dengan konservasi lahan kelas tinggi. Petani
berpendapatan sedang dengan konservasi lahan sedang sebanyak 9 polygon satuan
lahan, dan petani berpendapatan sedang dengan konservasi lahan tinggi sebanyak
3 polygon satuan lahan. Petani berpendapatan tinggi dengan konservasi lahan
tinggi sebanyak 1 polygon satuan lahan. Jadi, antara pendapatan petani dengan
konservasi lahan ada pengaruh atau kecenderungan yaitu sebagian besar petani
berpendapatan rendah melakukan konservasi lahan rendah, sedangkan petani
berpendapatan tinggi melakukan konservasi lahan tinggi, sehingga dapat
dikatakan bahwa antara pendapatan petani dan konservasi lahan ada pengaruh.
Pada penelitian ini sebagian besar petani berpendapatan rendah melakukan
konservasi lahan rendah.
Sebaran pengaruh pendapatan petani terhadap konservasi lahan daerah
penelitian dapat dilihat pada Peta pengaruh pendapatan petani terhadap konservasi
lahan DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id105
Peta Pengaruh Pendapatan Petani Terhadap Konservasi Lahan
DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Dari penelitian yag telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Tekanan penduduk di DAS Walikan Hulu bervariasi yaitu Desa Wonorejo
memiliki tekanan penduduk pada kelas tinggi, sedangkan Desa Wonokeling
memiliki tekanan penduduk pada kelas sedang.
2. Produktivitas lahan dan pendapatan petani di DAS Walikan Hulu bervariasi,
sebagai berikut:
a. Produktivitas lahan daerah penelitian bervariasi, terdiri dari; produktivitas
lahan rendah dengan luas 24,456 Ha (7,57%), produktivitas lahan sedang
dengan luas 257,950 Ha (79,85%), dan produktivitas lahan tinggi dengan luas
40,647 Ha (12,58%). Jadi sebagian besar lahan di DAS Walikan Hulu
mempunyai produktivitas lahan kelas sedang.
b. Pendapatan petani daerah penelitian bervariasi, terdiri dari; petani
berpendapatan rendah sebanyak 61,54%, petani berpendapatan sedang
sebanyak 38,06%, dan petani berpendapatan tinggi hanya 0,40%. Jadi sebagian
besar petani DAS Walikan Hulu pendapatannya rendah.
3. Kondisi konservasi lahan di DAS Walikan Hulu bervariasi, terdiri dari;
konservasi lahan kelas rendah dengan luas 160,878 Ha (49,80%), konservasi
lahan kelas sedang dengan luas 146,408 Ha (45,32%), sedangkan konservasi
lahan kelas tinggi dengan luas 15,767 Ha (4,88%). Jadi sebagian besar lahan di
DAS Walikan Hulu memiliki konservasi lahan rendah.
4. Pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani
terhadap konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012 adalah:
a. Tekanan penduduk tidak mempunyai pengaruh secara langsung dengan petani
dalam melakukan konservasi lahan.
b. Petani dengan pendapatan rendah cenderung kurang memperhatikan
konservasi lahan. Pendapatan petani rendah dipengaruhi oleh produktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lahan yang rendah, sempitnya lahan yang dikelola dan pendapatan non
pertanian yang rendah.
B. Implikasi
Implikasi dari penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai:
1. Gambaran kondisi tekanan penduduk, produktivitas lahan, pendapatan petani dan
konservasi lahan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam
menetapkan kebijakan pengelolaan DAS Walikan Hulu.
2. Rujukan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa sebagai
sumber teori dalam menunjang penelitiannya.
3. Bahan materi dalam pembelajara geografi di SMA pada materi antroposfer
khususnya pada kompetensi dasar dampak dinamika penduduk.
C. Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian, DAS Walikan hulu mempunyai tekanan penduduk
pada kelas besar dan kelas sedang, agar tekanan penduduk dapat dikurangi, usaha
yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan menaikkan produktivitas lahan
dengan cara memilih jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (dapat
mengurangi nilai z), mengurangi jumlah petani dengan membuka usaha lain di
sektor nonpertanian (dapat mengurangi nilai f), menggiatkan program keluarga
berencana (dapat mengurangi nilai r).
2. Pendapatan petani DAS Walikan Hulu sebagian besar kelas rendah. Dukungan
pemerintah melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPMM), kebijakan kesetabilan harga pupuk dan harga jual komoditi dapat
membantu para petani untuk dapat hidup sejahtera.
3. Program penyuluhan mengenai konservasi lahan lebih digiatkan, dan para petani
yang diberikan penyuluhan tersebut hendaknya menjalankan dengan benar apa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang telah diperolehnya dari penyuluhan tersebut, dan menanamkan sikap peduli
terhadap lingkungan sejak dini.
4. Pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dalam penelitian ini
menunjukkan tidak ada pengaruh. Hal ini dapat dijadikan masukan bagi peneliti
selanjutnya agar dapat meleliti kembali pengaruh tekanan penduduk terhadap
konservasi lahan secara umum yaitu pada lahan hutan, kebun, pemukiman dan
semak belukar tidak hanya lahan pertanian saja
5. Pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani
terhadap konservasi lahan pada penelitian ini hanya berdasarkan tabulasi data
pengkelasan tekanan penduduk dengan konservasi lahan dan tabulasi pendapatan
petani dengan konservasi lahan, belum dapat menjelaskan mengenai pola-pola atau
kecenderungan dari pengaruh tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat menjadi
masukan bagi peneliti selanjutnya untuk menjelaskan pola-pola atau
kecenderungan tersebut.