Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen...

13
7 TINJAUAN TEORI Theory of Reasoned Action (TRA) Berbagai maksud dan tujuan yang sering kali dapat memperkirakan perilaku secara akurat, tidak menyediakan keterangan yang banyak tentang berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Fishbein dan Ajzen (1980. 116) menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut dipengaruhi oleh dua faktor penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang kedua berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms). Lebih lanjut, Ajzen mengemukakan bahwa tindakan yang beralasan dirancang untuk menyelesaikan tujuan dengan tepat; yakni, teori yang berkaitan dengan sebab yang mendahului perilaku semaunya sendiri. Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, secara tidak langsung, tindakan yang beralasan berdasarkan kepada anggapan bahwa manusia biasanya berperilaku dengan cara yang pantas; yakni mereka mengambil berbagai keterangan secara langsung maupun tidak mempertimbangkan berbagai akibat dari perilakunya. Sesuai dengan Theory of Reasoned Action, dan berbagai maksud dari sebuah tindakan adalah fungsi dari dua faktor dasar penentunya, yakni orang dalam sifat alaminya dan pancaran pengaruh sosial kepada orang tersebut menganggap bahwa, pentingnya sikap atas perilaku dan norma subyektif secara relatif, sebagian bergantung kepada maksud di balik penelitian yang dilakukan. Untuk beberapa maksud, berbagai pertimbangan atas sikap, lebih penting daripada pertimbangan normatif, sedangkan bagi sebagian lainnya pertimbangan normatif lebih penting. Sebagai tambahan, bobot relatif dari faktor pertimbangan atas sikap dapat bervariasi dari

Transcript of Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen...

Page 1: Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7110/2/T2... · Auditor sebagai profesi yang dituntut memberikan opini audit dengan ... tinggi

7

TINJAUAN TEORI

Theory of Reasoned Action (TRA)

Berbagai maksud dan tujuan yang sering kali dapat memperkirakan

perilaku secara akurat, tidak menyediakan keterangan yang banyak tentang

berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Fishbein dan Ajzen (1980. 116)

menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku

menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut

dipengaruhi oleh dua faktor penentu dasar, yang pertama berhubungan

dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang kedua berhubungan

dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms). Lebih

lanjut, Ajzen mengemukakan bahwa tindakan yang beralasan dirancang

untuk menyelesaikan tujuan dengan tepat; yakni, teori yang berkaitan dengan

sebab yang mendahului perilaku semaunya sendiri. Dalam upaya

mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk

dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, secara tidak langsung, tindakan

yang beralasan berdasarkan kepada anggapan bahwa manusia biasanya

berperilaku dengan cara yang pantas; yakni mereka mengambil berbagai

keterangan secara langsung maupun tidak mempertimbangkan berbagai

akibat dari perilakunya.

Sesuai dengan Theory of Reasoned Action, dan berbagai maksud

dari sebuah tindakan adalah fungsi dari dua faktor dasar penentunya, yakni

orang dalam sifat alaminya dan pancaran pengaruh sosial kepada orang

tersebut menganggap bahwa, pentingnya sikap atas perilaku dan norma

subyektif secara relatif, sebagian bergantung kepada maksud di balik

penelitian yang dilakukan. Untuk beberapa maksud, berbagai pertimbangan

atas sikap, lebih penting daripada pertimbangan normatif, sedangkan bagi

sebagian lainnya pertimbangan normatif lebih penting. Sebagai tambahan,

bobot relatif dari faktor pertimbangan atas sikap dapat bervariasi dari

Page 2: Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7110/2/T2... · Auditor sebagai profesi yang dituntut memberikan opini audit dengan ... tinggi

8

seseorang kepada orang lain. figure theory of reasoned action (Icek and

Ajzen, 1980. 117), yang mewakili teori tentang tindakan yang beralasan

sebagaimana yang dijabarkan di dalam bagian ini.

Berbagai maksud dari sebuah tindakan yang menyediakan

dukungan kuat bagi kaitan hipotesis di antara maksud sebagai variabel bebas

dengan sikap atas kebiasaan dan norma subyektif sebagai variabel tidak

bebas. Sebagian besar kajian tersebut, memiliki tata cara regresi linier ganda

untuk memperkirakan, dalam kerangka korelasi ganda, kekuatan perkiraan

secara terus menerus dari norma sikap dan subyektif, juga sumbangan relatif

dua unsur peramal di dalam lingkup koefisien regresi yang dibakukan. Oleh

karena itu pemilihan landasan teori ini dapat menjelaskan tekanan etis,

kompetensi, komitmen profesional, dan situasi konflik audit terhadap

skeptisisme profesional auditor.

Skeptisme Profesional Auditor

International Federation of Accountants (IFAC) mendefinisikan

profesional skeptisme dalam konteks evidence assessment atau penilaian atas

bukti audit (Tuanakota 2011, 78). IFAC mendefinisikan “skepticism means

the auditor makes a critical assessment, with a questioning mind, of the

validity of audit evidence obtained and is alert to audit evidence that

Attitude towart the

behavior

Subjective norm

Intention Behavior

Gambar -1. Theory Of Reasoned Action (Icek and Ajzen, 1980)

Page 3: Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7110/2/T2... · Auditor sebagai profesi yang dituntut memberikan opini audit dengan ... tinggi

9

contradicts or brings into question the realibility of documents and

responses to inquiries and other information obtained from management and

those charged with governance” (ISA 200.16).

Di dalam SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik, 2011:230.06),

menyatakan skeptisme profesional auditor sebagai suatu sikap yang

mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi

secara kritis terhadap bukti audit. Shaub dan Lawrence (1996) dalam

Maghfirah et al. (2008) mengartikan skeptisisme profesional auditor sebagai

berikut “professional scepticism is a choice to fulfill the professional

auditor’s duty to prevent or reduce orharmful consequences of another

person’s behavior…”.

Kee dan Knox’s (1970) dalam Maghfirah et. al (2008) menyatakan

bahwa Skeptisme profesional auditor dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain, faktor kecondongan etika memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap skeptisme profesional auditor. The American Heritage Directory

menyatakan etika sebagai suatu aturan atau standar yang menentukan

tingkah laku para anggota dari suatu profesi. Pengembangan kesadaran etis

atau moral memainkan peranan kunci dalam semua area profesi akuntan

(Louwers, 1997), termasuk dalam melatih sikap skeptisme profesional

akuntan. Faktor situasi berperngaruh secara positif terhadap skeptisme

profesional auditor. Faktor situasi seperti situasi audit yang memiliki risiko

tinggi (situasi irregularities) mempengaruhi auditor untuk meningkatkan

sikap skeptisme profesionalnya. Pengalaman yang dimaksudkan disini

auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi

lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. Butt

(1988) memperlihatkan auditor yang berpengalaman akan membuat

Page 4: Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7110/2/T2... · Auditor sebagai profesi yang dituntut memberikan opini audit dengan ... tinggi

10

judgement yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya, daripada

auditor yang kurang berpengalaman.

Berkaitan dengan skeptisme ini, penelitian yang dilakukan Kee dan

Knox’s (1970) yang menggambarkan skeptisme profesional auditor sebagai

fungsi dari disposisi etis, pengalaman dan faktor situasional. Shaub dan

Lawrence (1996) mengindikasikan bahwa auditor yang menguasai etika

situasi yang kurang lebih terkait dengan etika profesional dan kurang lebih

dapat melaksanakan skeptisme profesionalnya. Faktor situasional merupakan

faktor yang penting dalam melaksanakan skeptisme profesional auditor.

Tekanan Etis

Tekanan Etis merupakan “pressure to engage in unetical work

activity” (Peterson, 2003) dalam Utami et al. (2006). Perilaku pegawai

dipengaruhi faktor situasi dalam organisasi dan interaksi antara dua faktor

tersebut (Trevino, 1986). Beberapa faktor individual termasuk gender, usia,

pendidikan, personaliti, dan orientasi etis seseorang, sedangkan faktor

situasional termasuk iklim organisasi, kesempatan untuk melakukan tindakan

tidak etis, dan pengaruh dari atasannya (Peterson, 2003). Tekanan dari

manajemen atas perilaku etis merupakan sumber banyak konflik (Shafer,

2002) dalam Utami et al. (2006). Leicht dan Fennel (1997) dalam Utami et

al. (2006), menyatakan konflik etis selalu meliputi situasi di mana pegawai

merasa tertekan oleh atasan supervisor dan anggota lain dalam organisasi

untuk mengkompromikan nilai mereka dalam mencapai tujuan organisasi.

Kompetensi

Kompetensi dan independensi sangat menentukan kualitas audit

yang dihasilkan seperti yang dikemukakan oleh AAA Financial Accounting

Standard Committee (2000) yaitu;

Page 5: Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7110/2/T2... · Auditor sebagai profesi yang dituntut memberikan opini audit dengan ... tinggi

11

“Good quality audits require both competence (expertise) and independence.

These qualities have direct effects on actual audit quality, as well as

potential interactive effects. In addition, financial statement users’

perception of audit quality are a function of their perceptions of both auditor

indepndence and expertise“

Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya ijasah atau sertifikat

yang dimiliki serta jumlah atau banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan

dalam pelatihan-pelatihan, seminar atau simposium. Semakain banyak

sertifikat yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan diharapkan

auditor yang bersangkutan akan semakin cakap dalam melakukan tugasnya.

Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor

harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Pelatihan ini harus secara

memadai mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Dalam

penelitian juga disimpulkan bahwa program pelatihan mempunyai pengaruh

yang lebih besar dalam peningkatan keahlian auditor. Penelitian secara

empiris bahwa pengalaman akan mempengaruhi kemampuan auditor untuk

mengetahui kekeliruan yang ada di perusahaan yang menjadi kliennya.

Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa pelatihan yang dilakukan oleh

auditor akan meningkatkan keahlian mereka untuk melakukan audit.

Keahlian audit dan kemampuan untuk mengetahui kekeliruan merupakan

salah satu bagian dari kompetensi seorang auditor.

Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Lastanti

(2005;88) mendefinisikan kompetensi sebagai ketrampilan dari seorang ahli.

Dengan demikian ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki

pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu dan tingkat ketrampilan

prosedural yang luas dari pelatihan dan pengalaman audit. Kompetensi

Page 6: Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7110/2/T2... · Auditor sebagai profesi yang dituntut memberikan opini audit dengan ... tinggi

12

umum yang perlu dimiliki oleh auditor adalah pemahaman mengenai

akuntansi, khususnya akuntansi sektor publik dan pemerintahan termasuk

pemahaman terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan dan pemahaman

auditor mengenai sistem pengendalian intern, Cris (2009). Berdasarkan

uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah

pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan auditor untuk dapat

melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.

Komitmen Profesional

Komitmen profesional dapat diartikan sebagai intensitas identifikasi dan

keterlibatan individu dengan profesi tertentu yang membutuhkan beberapa

tingkat kesepakatan dengan tujuan dan nilai profesi termasuk nilai moral dan

etika Modway et al., (1979) dalam Intiyas et al. (2007). Aranya et al. (1981),

mendefinisikan komitmen sebagai suatu keyakinan akan penerimaan tujuan

dan nilai organisasi atau profesi, kemauan untuk memainkan upaya tertentu

atas nama organisasi atau profesi, dan gairah untuk mempertahankan

keanggotaan dalam profesi.

Ponemon (1992) dalam Utami et al. (2007) mengatakan komitmen

profesi bisa dihasilkan dari proses akulturasi dan asimilasi pada saat masuk

dan memilih untuk tetap dalam profesi yang bersangkutan dan juga

menyimpulkan bahwa perilaku etis akuntan publik berhubungan dengan

tingginya komitmen akuntan pada profesi. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa komitmen profesional mendasari perilaku, sikap, dan

orientasi profesional seseorang dalam menjalankan tugasnya. Jeffrey dan

Weatherholt (1996) menguji hubungan antara komitmen profesi, pemahaman

etika, dan sikap ketaatan pada peraturan. Hasilnya menunjukkan bahwa

akuntan publik dengan komitmen profesional yang kuat, perilakunya lebih

mengarah pada ketaatan terhadap aturan dibanding akuntan publik dengan

Page 7: Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7110/2/T2... · Auditor sebagai profesi yang dituntut memberikan opini audit dengan ... tinggi

13

komitmen profesional yang rendah. Khomsiyah dan Indriantoro (1998) juga

mengungkapkan bahwa komitmen profesional mempengaruhi sensitivitas

etika auditor pemerintah.

Situasi Konflik Audit

Perilaku auditor dalam menghadapi situasi konflik audit, perlu

dipahami beberapa faktor, yaitu: etika, kompetensi, komitmen profesional,

situasi konflik audit dan skeptisme profesional auditor. Dalam penugasan

yang dilakukan atas klien, auditor seringkali dihadapkan pada dilema etis

yang menyebabkan terjadinya situasi konflik audit. Akuntan publik dengan

komitmen profesional yang tinggi akan memiliki kesadaran etis yang tinggi

dalam merespon situasi konflik audit dengan mengabaikan tekanan sosial

yang ada dibanding individu dengan komitmen profesional yang rendah.

Tsui dan Gul (1996) dalam Utami et al. (2007). Menetapkan pengalaman

berdasarkan kurun waktu empat tahun, karena dalam kurun waktu empat

tahun akuntan publik dianggap telah berpengalaman dalam menghadapi

situasi konflik audit.

Pada dasarnya manusia akan keluar dari situasi yang tidak nyaman

menuju situasi yang nyaman. Sikap tersebut akan mempengaruhi bagaimana

seseorang tersebut akan menanggapi dengan tindakan selanjutnya (Festinger,

1957). Auditor sebagai profesi yang dituntut memberikan opini audit dengan

tepat akan menghadapi serangkaian situasi-situasi yang mempengaruhi sikap

dan keputusan yang ditetapkannya. Situasi tersebut termasuk lingkungan di

mana auditor itu bekerja, situasi yang dialami oleh klien seperti klien yang

baru pertama kali diaudit, situasi kemungkinan adanya motivasi manajemen

untuk menarik investor diduga akan mempengaruhi auditor dalam

memberikan opini. Oleh karena itu, serangkaian situasi yang dialami auditor

Page 8: Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7110/2/T2... · Auditor sebagai profesi yang dituntut memberikan opini audit dengan ... tinggi

14

membuat auditor akan berusaha mencapai keselarasan antara sikap dan

perilakunya agar selaras dengan perilaku yang seharusnya dilakukannya.

Kecurangan dapat disembunyikan dengan cara memalsukan

dokumentasi, termasuk pemalsuan tanda tangan. Sebagai contoh, manajemen

yang melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan dapat mencoba

menyembunyikan salah saji dengan menciptakan faktur fiktif, karyawan atau

manajemen yang memperlakukan kas secara tidak semestinya dapat

mencoba menyembunyikan tindakan pencurian mereka dengan mamalsukan

tanda tangan atau menciptakan pengesahan elektronik yang tidak sah diatas

dokumen otorisasi pengeluaran kas. Kecurangan juga disembunyikan melalui

kolusi diantara manajemen, karyawan atau pihak ketiga. Kolusi dapat

menyebabkan auditor percaya bahwa bukti dapat meyakinkan, meskipun

kenyataannya palsu (SPAP Seksi 316. Paragraph 08).

Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh: Silalahi (2013) etika,

kompetensi, pengalaman audit dan situasi audit berpengaruh terhadap

skeptisme profesional auditor. Maghfirah dan Syaril (2008) dalam

penelitiannya disimpulkan skeptisme profesional auditor mempunyai

hubungan dengan ketepatan pemberian opini, dan variabel situasi audit,

etika, pengalaman dan keahlian, namun dalam kajian tersebut, hanya variabel

situasi audit yang mempunya pengaruh dengan pemberian opini auditor

publik. Utami et al. (2007) dalam penelitian pengaruh locus of control,

komitmen profesional, pengalaman audit terhadap perilaku akuntan publik

dalam konflik audit dengan kesadaran etis sebagai variabel pemoderasi.

Locus of control dan komitmen profesional berpengaruh terhadap perilaku

akuntan publik dalam situasi konflik, sedangkan pengalaman audit tidak

berpengaruh terhadap perilaku akuntan publik dalam situasi konflik audit.

Page 9: Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7110/2/T2... · Auditor sebagai profesi yang dituntut memberikan opini audit dengan ... tinggi

15

Dalam penelitian ini keterkaitan antara variabel variabel tersebut dimoderasi

oleh kesadaran etis. Suraida (2005) menguji pengaruh etika, kompetensi,

pengalaman audit dan risiko audit terhadap skeptisme professional audit, dan

ketepatan pemberian opini publik. Hasil penelitian menunjukan bahwa etika,

kompetensi, pengalaman audit, resiko audit dan skeptisme professional

auditor secara parsial maupun simultan berpengaruh positif terhadap

ketepatan pemberian opini akuntan.

KERANGKA PIKIR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Hubungan Tekanan Etis terhadap Skeptisme Profesional Auditor

Pegawai berharap menerima nilai-nilai etis atau norma perilaku

organisasi, namun organisasi gagal untuk memenuhi standar moral

personalnya. Satu penemuan yang konsisten dalam bidang etika bisnis adalah

bahwa pegawai selalu menerima diri mereka sendiri lebih etis daripada

atasannya (manajemen puncak, supervisor), Hunt et al. 1988 dalam Utami et

al. (2006).

Dari perspektif auditor, konflik etis umumnya meliputi situasi

auditor merasakan tekanan dari pihak atasannya untuk mengkompromikan

nilai-nilai personal mereka dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi

(Leicht dan Fennel, 1987). Jika karyawan tidak mempunyai komitmen yang

tinggi atas standar etikanya, mereka merasionalkan perilaku tidak etis

sebagai bagian yang diperlukan dalam pekerjaan atau lingkungan bisnis dan

bisa menghindari konflik internal (Shafer, 2002). Untuk tetap

mempertahankan sikap profesionalismenya kesadaran etis dan sikap

profesional menjadi hal yang sangat penting bagi seorang akuntan (Louwers,

et al 1997).

Page 10: Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7110/2/T2... · Auditor sebagai profesi yang dituntut memberikan opini audit dengan ... tinggi

16

Dimensi etika yang sering digunakan dalam penelitian adalah 1)

kepribadian yang terdiri dari locus of control external dan locus of control

internal; 2) kesadaran etis dan 3) kepedulian pada etika profesi, yaitu

kepedulian pada Kode Etik IAI yang merupakan panduan dan aturan bagi

seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai Akuntan Publik, bekerja

dilingkungan usaha pada instansi pemerintah maupun dilingkungan dunia

pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya. Untuk tujuan

itu terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu kredibilitas,

profesionalisme, kualitas jasa dan kepercayaan. Prinsip Etika Profesi dalam

Kode Etik IAI adalah sebagai berikut: 1) Tanggung jawab profesional; 2)

Kepentingan publik; 3) Integritas; 4) Objektifitas; 5) Kompetensi dan kehati-

hatian profesional; 6) Kerahasiaan; 7) Perilaku profesional; 8) Standar teknis,

harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar teknis dan standar

profesional yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian tersebut maka

hipotesis penelitian H1 sebagai berikut:

H1: Semakin tinggi tekanan etis auditor maka skeptisme profesional semakin

tinggi.

Pengaruh Kompetensi terhadap Skeptisme Profesional Auditor

Kompetensi merupakan keahlian profesional yang dimiliki oleh

auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun

keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium seperti; CPA (Certified

Public Accountant) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik) dan QIA

(Qualified Internal Audit).

Auditor harus menggunakan kemahiran profesional secara cermat

dan seksama dalam menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan

dan standar yang akan diterapkan terhadap pemeriksaan; menentukan

lingkup pemeriksaan, memilih metodologi, menentukan jenis dan jumlah

Page 11: Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7110/2/T2... · Auditor sebagai profesi yang dituntut memberikan opini audit dengan ... tinggi

17

bukti yang akan dikumpulkan, atau dalam memilih pengujian dan prosedur

untuk melaksanakan pemeriksaan. Kemahiran profesional harus diterapkan

juga dalam melakukan pengujian dan prosedur, serta dalam melakukan

penilaian dan pelaporan hasil pemeriksaan. Adapun Bedard (1986) dalam

Lastanti (2005) mengartikan keahlian atau kompetensi sebagai seseorang

yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang

ditunjukkan dalam pengalaman audit. Kompetensi umum yang perlu dimiliki

oleh auditor adalah pemahaman mengenai akuntansi, khususnya akuntansi

sektor publik dan pemerintahan termasuk pemahaman terhadap Standar

Akuntansi Pemerintahan dan pemahaman auditor mengenai sistem

pengendalian intern, Cris (2009). Hal tersebut menjadi dasar yang kuat untuk

merumuskan hipotesis pengaruh kompetensi terhadap skeptisme profesional

auditor. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dan penelitian dapat

dinyatakan sebagai berikut:

H2: Semakin tinggi kompetensi auditor maka skeptisme profesional semakin

tinggi.

Hubungan Komitmen Profesional terhadap Skeptisme Profesional

Auditor.

Auditor dalam pelaksanaan audit sudah seharusnya menggunakan

kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Sesuai dengan

definisi yang telah dikemukakan, komitmen profesional mengacu pada

kekuatan identifikasi individual dengan profesi. Oleh karena itu, tingginya

komitmen profesional auditor diharapkan seorang auditor dapat berusaha

sekuat tenaga atas nama profesi untuk menggunakan kemahiran

profesionalnya dalam mempertanyakan dan melakukan evaluasi kritis

terhadap bukti-bukti audit.

Page 12: Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7110/2/T2... · Auditor sebagai profesi yang dituntut memberikan opini audit dengan ... tinggi

18

Komitmen profesional merupakan suatu format fokus karir pada

komitmen pekerjaan yang menekankan pentingnya suatu profesi di masa

hidup seseorang, Wang dan Armstrong (2001) dalam Utami et al. (2007).

Komitmen profesi perlu dikembangkan selama proses sosialisasi ke dalam

profesi yang dipilih dengan penekanan-penekanan pada nilai-nilai profesi,

karena masyarakat profesional memiliki karakteristik berbeda dalam

memanfaatkan suatu organisasi. Januarti (2011), menemukan bahwa

komitmen profesional tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan

pertimbangan etis auditor, meski tidak berpengaruh signifikan, hal ini

menunjukkan bahwa komitmen profesional yang tinggi untuk

mempersepsikan dan mempertimbangkan keputusan etis. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa semakin berpengalaman, maka auditor tersebut

akan semakin baik komitmen profesionalnya. Oleh karena itu, hipotesis yang

dibangun sebagai berikut:

H3: Semakin tinggi komitmen profesional maka skeptisme profesional

semakin tinggi.

Pengaruh Situasi Konflik Audit terhadap Skeptisme Profesional

Auditor

Secara historis, investasi publik telah bergantung kepada laporan

keuangan yang telah diaudit ketika membuat keputusan untuk investasi dan

sehigga mereka tergantung kepada akuntan publik yang profesional untuk

mengkonfirmasikan akurasi dan kelengkapan informasi laporan keuangan

tersebut. Oleh karena itu auditor dipandang sebagai pihak yang dapat

melindungi para investor. Akuntan publik dipandang sebagai profesi

penawar jasa yang memiliki standar integritas sangat tinggi, namun pada

awal abad dua puluh satu ada perhatian yang meningkat dari para ahli bahwa

auditor mengkompromikan independensinya sehingga menyebabkan

Page 13: Pengaruh Tekanan Etis, Kompetensi, Komitmen …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7110/2/T2... · Auditor sebagai profesi yang dituntut memberikan opini audit dengan ... tinggi

19

objektivitas auditor dan akurasi laporan keuangan klien menjadi

dipertanyakan, oleh karena itu standar etika diperlukan dengan maksud

untuk mengarahkan akuntan dalam melayani publik, klien, dan tenaga kerja

(Luz 2012). Namun demikian hubungan dekat antara akuntan dan klien telah

mengarahkan auditor kepada pilihan-pilihan yang sulit.

Tsui dan Gul (1996) dalam Utami et al. (2007). Menetapkan

pengalaman berdasarkan kurun waktu empat tahun, karena dalam kurun

waktu empat tahun akuntan publik dianggap telah berpengalaman dalam

situasi konflik audit. Hal tersebut menjadi dasar yang kuat untuk

merumuskan hipotesis pengaruh situasi konflik audit terhadap skeptisme

profesional auditor oleh akuntan publik. Berdasarkan uraian tersebut maka

hipotesis penelitian H4 sebagai berikut :

H4: Situasi konflik audit berpengaruh signifikan terhadap skeptisme

profesional auditor.

Model Penelitian

Gambar 2. Model Penelitian

H2

H3 Skeptisme Profesional

Auditor

(Y)

Tekanan Etis (X1)

Kompetensi (X2)

Komitmen Profesional (X3)

Situasi Konflik Audit (X4)

H2

H3

H1

H4