PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R TERHADAP...
Transcript of PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R TERHADAP...
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR BAGI SISWA
KELAS X SMA NEGERI 1 GETASAN KABUPATEN SEMARANG
JURNAL
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
JUMIATI
( 202013029 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR BAGI SISWA
KELAS X SMA NEGERI 1 GETASAN KABUPATEN SEMARANG
Jumiati1, Kriswandani
2
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya WacanaJl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]
2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian yang berjenis penelitian eksperimen semu ini memiliki 3 tujuan yaitu untuk
mengetahui 1) ada atau tidaknya pengaruh strategi pembelajaran PQ4R terhadap hasil belajar
matematika bagi siswa kelas X SMA Negeri 1 Getasan; 2) ada atau tidaknya pengaruh
pengaruh kemandirianbelajar terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas X SMA
Negeri 1 Getasan; dan 3) ada atau tidaknya interaksi efek antara PQ4R dan kemandirian
belajar terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas X SMA Negeri 1 Getasan.
Populasi dari penelitian ini adalah Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Getasan Kabupaten
Semarang yang terdiri dari 4 kelas. Sampel penelitian ini diambil dengan Teknik Cluster
Random Sampling dan diperoleh sampelnya adalah siswa kelas X2 (20 siswa) dan X3 (22
siswa) SMA Negeri 1 Getasan.Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes dan
angket kemandirian belajar. Teknik analisis datanya menggunakan Anava Univariate.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 1) nilai signifikansi untuk strategi pembelajaran
sebesar 0,010<0,05 yang berarti terdapat pengaruh Strategi Pembelajaran PQ4R terhadap
hasil belajar matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Getasan Kabupaten Semarang; 2)
nilai signifikansi untuk kemandirian belajar sebesar 0,832>0,05 yang berartitidak terdapat
pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas X SMA Negeri
1 Getasan Kabupaten Semarang; dan 3) nilai signifikansi untuk interaksi efek antara strategi
pembelajaran PQ4R dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar sebesar 0,728>0,05 yang
berarti terdapat interaksi efek Model Pembelajaran PQ4R dan Kemandirian Belajar terhadap
hasil belajar matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Getasan Kabupaten Semarang.
Kata Kunci: Strategi Pembelajaran PQ4R, Kemandirian Belajar, Hasil Belajar Matematika.
PENDAHULUAN
Matematika sangatlah diperlukan di dalam pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi. Matematika dapat membantu didalam bidang studi lainnya seperti bidang
akuntansi, perpajakan, geografi, farmasi, fisika dan kimia. Matematika juga sangatlah
bermanfaat di kehidupan sehari-hari, karena dapat digunakan untuk berhitung, mengolah
data, berdagang, dan lain-lain (Ismunanto,2011:19). Menurut Depdiknas (2004), tujuan
diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah untuk
mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan
di dunia yang selalu berkembang melalui latihan, bertindak atas dasar pemikiran logis,
rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, efisien.
Suatu proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pengembangan pola
berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan guru
dengan berbagai metode agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara
optimal disebut sebagai pembelajaran matematika. Hal tersebut didukung oleh pendapat
Rahayu (2007) yang menyatakan bahwa hakikat pembelajaran matematika adalah proses
yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang
memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika dan
pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan
mencari pengalaman tentang matematika. Akan tetapi sering kali pembelajaran matematika
yang berlangsung di berbagai sekolah kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencari pengalaman tentang matematika karena berbagai alasan. Hal ini didukung oleh
Suyanto dan Hisyam dalam Panjaitan (2010) yang mengemukakan bahwa selama ini
pembelajaran matematika masih berpusat pada guru dan sangat menitikberatkan ranah
kognitif. Guru masih menjalankan pembelajaran satu arah dimana guru sebagai sumber
belajar dan siswa sebagai penerima. Otoriter guru membatasi ruang gerak dan peran serta
siswa dalam pembelajaran sehingga siswa harus mengikuti semua yang diperintahkan guru
tanpa memberikan pendapatnya (Ta’rifin, 2013). Lebih lanjut, Prasetyasari (2011) juga
menyatakan bahwa pembelajaran yang didominasi oleh guru menjadikan siswa kesulitan
memahami materi yang dipelajari. Guru cenderung lebih aktif memberikan pengetahuan pada
siswa, akibatnya siswa tidak merasa perlu untuk mempelajari atau membaca materi terlebih
dahulu. Selain itu, selama ini siswa hanya mencatat apapun yang dikatakan guru atau disebut
menyalin catatan. Oleh karena itu menyebabkan mayoritas siswa menganggap matematika
merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipahami dan banyak siswa yang mengalami
kesulitan untuk memahami materi matematika. Menurut Hartanto (2009), kesulitan siswa
dalam memahami materi bacaan yang terlalu panjang, menunjukan bahwa mereka tidak
memahami tentang apa yang mereka baca, hal tersebut berakibat pada hasil belajar yang
kurang maksimal dan cenderung rendah serta tingkat ketuntasan hasil belajar yang masih
belum tercapai.
Permasalahan yang sama juga terjadi di SMA Negeri 1 Getasan. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara pada hari Selasa, 26 Juli 2016 dengan Bapak Tri Haryanta, salah
satu guru matematika SMA Negeri 1 Getasan, diperoleh hasil bahwa permasalahan yang
dialami pada proses pembelajaran matematika yaitu masih kurang adanya interaksi siswa
dikelas, hanya beberapa siswa yang aktif mengikuti proses belajar mengajar, siswa pasif
karena dirinya merasa terwakili olehsiswa yang aktif di kelas, guru merupakan sumber
pemberi informasi, dan dalam proses pembelajaran masih menggunakan pembelajaran
konvensional, kurang menggunakan alat peraga atau media yang mendukung proses
pembelajaran, kondisi kelas yang tidak kondusif, minat dan motivasi belajar siswa kurang
yang menyebabkan hasil belajar siswa belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 72. Hasil nilai UAS kelas X1 sampai X4 SMA Negeri 1 Getasan Kabupaten Semarang
menunjukkan hasil belajar siswa yang tuntas KKM hanya berjumlah 1 siswa atau 1,33%,
sedangkan siswa yang tidak tuntas KKM berjumlah 74 siswa atau 98,67%.
Sudjana (2005:90) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
oleh siswa setelah melakukan pengalaman belajar. Hasil belajar yang dicapainya bermakna
bagi dirinya sendiri dan akan tahan lama dalam ingatannya, membentuk perilaku yang dapat
digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya. Hasil belajar
merupakan berakhirnya proses belajar dan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Haris
dan Jihad (2008:14) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian bentuk
perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
dari proses belajar yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Slameto (2010:54),
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan
menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor
yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Ada tiga faktor yang menjadi
faktor intern yaitu: 1)Faktor jasmaniah, 2)Faktor psikologis, dan 3)Faktor kelelahan. Faktor
ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dapat dikelompokan menjadi 3
faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pendekatan
pembelajaran dan teknik pembelajaran merupakan cara pengajaran guru dalam
menyampaikan materi pelajaran. Hal ini juga merupakan salah satu faktor yang dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar. Selamaini mayoritas guru menggunakan metode
pembelajaran satu arah, sehingga perlu diterapkan strategi pembelajaran yang lebih inovatif
dalam proses pembelajaran matematika. Proses pembelajaran yang menantang, memotivasi,
dan memberikan ruang yang cukup untuk kreativitas serta penilaian proses pembelajaran
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas adalah dengan strategi pembelajaran PQ4R. Hal
ini sesuai dengan penelitian Tri Noviyanti, dkk (2013) yang menyimpulkan bahwa strategi
pembelajaran PQ4R mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Salvin (2011) mengatakan bahwa salah satu strategi belajar yang paling terkenal untuk
membantu siswa memahami dan mengingat apa yang mereka baca ialah prosedur yang
disebut strategi PQ4R yaitu P singkatan dari preview (lihat sekilas), Q adalah question
(tanyakan), dan 4R singkatan read (baca), reflect (renungkan), recite (ungkapkan kembali),
dan review (kaji ulang). Prosedur PQ4R menjadikan siswa terfokus pada pengorganisasian
informasi yang bermakna dan melibatkan mereka ke dalam strategi yang efektif, seperti
perumusan pertanyaan, penjabaran dan praktik terdistribusi (kesempatan mengkaji kembali
informasi dalam kurun waktu tertentu). Menurut Trianto (2007:147-149), langkah-langkah
strategi pemebelajaran PQ4R adalah Preview (membaca selintas dengan cepat sebelum mulai
membaca bahan bacaan siswa yang memuat tentang materi), Question (mengajukan
pertanyaan-pertanyaan), Read (membaca karangan itu secara aktif, yakni dengan cara pikiran
siswa harus memberikan reaksi terhadap apa yang dibacanya), Reflect (selama membaca,
siswa tidak hanya cukup mengingat atau menghafal, tetapi cobalah untuk memahami
informasi yang dipresentasikan), Recite (merenungkan/mengingat kembali informasi yang
telah dipelajari dengan menyatakan butir-butir penting dengan nyaring, dengan menanyakan,
dan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan), Review(membaca catatan singkat/intisariyang
telah dibuatnya).
Strategi Pembelajaran PQ4R mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Noviyanti
dkk (2012) mengemukakan kekurangan dan kelebihan strategi PQ4R yaitu: 1) sangat tepat
digunakan untuk pengajaran pengetahuan yang bersifat deklaratif; 2) dapat membantu siswa
yang daya ingatannya lemah untuk menghapal konsep-konsep pelajaran; 3) mampu
membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses bertanya dan mengomunikasikan
penge-tahuannya; 4) strategi ini mudah digunakan ketika peserta didik harus mempelajari
materi yang bersifat menguji pengetahuan kognitif; dan 5) memungkinkan siswa belajar lebih
aktif. Sedangkan kelemahan Strategi Pembelajaran PQ4R adalah 1) tidak tepat diterapkan
pada pengajaran pengetahuan yang bersifat procedural; 2) tidak efektif dilaksanakan pada
kelas dengan jumlah siswa yang telalu besar; 3) tidak bisa digunakan pada setiap materi
pelajaran; 4) dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang;dan 5)
menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar yang telah
ditetapkan.
Selain model pembelajaran yang merupakan salah satu dari faktor eksternal, terdapat
faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu jenis faktor internal
ini adalah kemandirian belajar. Menurut Anggaretta (2015), kemandirian belajar ini dinilai
sangat berpengaruh karena kebanyakan siswa hanya belajar ketika ada tugas sekolah yang
diberikan oleh guru dan ketika ada ulangan saja sehingga tingkat kemandirian belajar siswa
juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Selain itu, hasil penelitian Tahar (2006)
menyimpulkan terdapat hubungan positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar.
Menurut Moore dalam Rusman (2011:365), ada siswa yang lebih berhasil dalam belajar
bila programnya memberikan peluang untuk banyak dialog dan tidak terlalu terstruktur.
Tetapi, ada siswa yang lebih berhasil belajarnya bila programnya tidak memerlukan banyak
dialog dan sangat terstruktur. Banyak siswa yang menggunakan bahan belajar untuk
mencapai tujuannya dengan caranya sendiri di bawah kontrol sendiri. Proses belajar seperti
itu menunjukkan kemandirian belajar siswa. Schunk dalam Nur (2009) menyatakan bahwa
seseorang yang mempunyai kemandirian belajar memiliki kemampuan untuk mengatur
motivasi dirinya, tidak saja motivator eksternal tetapi juga motivator internal serta mereka
mampu tetap menekuni tugas jangka panjang sampai tugas itu diselesaikan.
Laird yang dikutip oleh Haris Mudjiman (2007:14) mengemukakan ciri-ciri
kemandirian belajar bahwa 1) kegiatan belajar bersifat mengerahkan diri sendiri tidak
dependent; 2) pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses pembelajaran dijawab sendiri
atas dasar pengalaman bukan mengharapkan jawaban dari guru atau orang lain; 3) tidak mau
didekte guru; 4) umumnya tidak sabar untuk segera memanfaatkan hasil belajar; 5) lebih
senang dengan problem centered learning daripada content centered learning; 6) lebih senang
dengan partisipasi aktif daripada pasif mendengarkan ceramah guru; 7) selalu memanfaatkan
pengalaman yang telah dimiliki (konstruktivistik); 8) lebih menyukai collaborative learning;
9) perencanaan dan evaluasi belajar lebih baik dilakukan dalam batas tertentu antara siswa
dan guru; 10) belajar harus dengan berbuat tidak cukup hanya mendengarkan dan menyerap.
Sedangkan menurut Ali dan Asrori (2005:117), ciri kemandirian terbagi menjadi beberapa
tingkatan yaitu tingkat sadar diri, tingkat saksama, tingkat individualistis, tingkat mandiri.
Berdasarkan penjelasan di atas jelas sudah pengertian kemandirian belajar dan ciri-ciri
kemandirian belajar sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator lingkungan
keluarga meliputi perencanaan dalam belajar, keinginan memecahkan masalah sendiri,
berpartisipasi aktif, keinginan untuk maju, belajar atas inisiatif sendiri, dan melakukan
evaluasi sendiri
Berdasarkan uraian masalah tersebut maka dapat dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk: 1) mengetahui ada atau tidaknya pengaruh strategi pembelajaran PQ4R terhadap hasil
belajar matematika bagi siswa kelas X SMA Negeri 1 Getasan; 2) mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas X
SMA Negeri 1 Getasan; dan 3) mengetahui ada atau tidaknya interaksi efek antara PQ4R dan
kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas X SMA Negeri 1
Getasan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Desain ini mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono,2009). Penelitian ini
menyelidiki ada atau tidaknya pengaruh dengan cara memberikan perlakuan (treatment)
kepada kelompok eksperimen (kelompok yang diberi Strategi Pembelajaran PQ4R) dan
membandingkan dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 1 Getasan Semester 2
Tahun Ajaran 2016/2017, yaitu sebanyak 86 siswa yang terbagi dalam 4 kelas. Pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu pengambilan
sampel yang dilakukan berdasarkan saran dari guru. Sampel yang diperoleh sebanyak 2 kelas
yaitu kelas X2 dan X3. Jumlah siswa di kelas X2 sebanyak 20 siswa, sedangkan jumlah siswa
di kelas X3 sebanyak 22 siswa. Sampel yang diambil kemudian ditetapkan menjadi kelas
kelompok eksperimen yaitu kelas X3, dan kelas kelompok kontrol yaitu kelas X2.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes dan metode
angket. Metode tes berupa soal posttest untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes ini dilakukan
setelah siswa mengikuti pembelajaran pada materi Trigonometri. Tes ini dilakukan baik pada
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan berbentuk soal
essay berjumlah 10 soal yang disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar,
serta indikator pada materi trigonometri. Metode angket sebagai alat ukur kemandirian
belajar. Angket yang digunakan adalah angket kemandirian belajar siswa dengan tipe angket
tertutup, dimana responden memilih salah satu jawaban yang tersedia. Angket kemandirian
belajar terdiri dari 30 item pernyataan dengan 20 item yang valid dan 10 item yang tidak
valid. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Getasan yang terletak di Jalan Diponegoro
KM 03 Getasan Kabupaten Semarang 50774.Penelitian ini terdapat 2 kelompok data yakni
kelompok data kondisi awal dan kelompok data kondisi akhir.
A. Kategori Kemandirian Belajar Matematika
Hasil data angket kemandirian belajar siswa diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol dikelompokan berdasarkan tiga kategori kemandirian belajar yaitu tinggi, sedang, dan
rendah. Penentuan interval tingkat kemandirian ditentukan menggunakan rumus skor
maksimum dikurangi skor minimum dibagi jumlah kategori(Supranto, 2008) sehingga dapat
dituliskan dalam perhitungan sebagai berikut
Deskripsi kategori kemandirian belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1. Kategori Kemandirian Belajar Siswa
Interval Kategori Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Total
62 – 72 Tinggi 5 2 7
52 – 61 Sedang 11 4 15
41 – 51 Rendah 6 14 20
Total 22 20
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh hasil bahwa dari 42 siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol sebagian besar masuk kategori kemandirian belajar rendah dengan jumlah 20 siswa
diikuti dengan kategori sedang dan tinggi masing-masing sebanyak 15 siswa dan 7 siswa.
B. Kondisi Awal (sebelum diberikan perlakuan)
Untuk mengetahui kemampuan awal hasil belajar matematika siswa, data nilai pretest
diambil dari nilai ulangan materi sebelumnya. Data ini digunakan untuk mengetahui
keseimbangan kedua kelompok data. Uji keseimbangan dari kedua kelompok data ini dapat
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data. Hasil uji normalitas dan statistika
deskriptif untuk kemampuan awal adalah sebagai berikut
Tabel 2. Statistik Deskriptif Nilai Pretest
Berdasarkan analisis statistik deskriptif pada Tabel 2 diperoleh hasil bahwa nilai rerata kelas
eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda dimana nilai rerata kelas eksperimen sebesar
60,18 lebih tinggi daripada nilai rerata kelas kontrol sebesar 59,80. Lebih lanjut, untuk
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Nilai Kelas Eksperimrn 22 37 81 60.18 12.693
Nilai Kelas Kontrol 20 43 74 59.80 8.794
Valid N (listwise) 20
menguji keseimbangan data dapat digunakan uji normalitas dan uji homogenitas data.
Adapun hasil uji normalitas data diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 3.Uji Normalitas Data Pretest
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai Kelas
Eksperimen
Nilai Kelas
Kontrol
Kemandiria
n Belajar
Tinggi
Kemandiria
n Belajar
Sedang
Kemandiria
n Belajar
Rendah
N 22 20 7 15 20
Normal Parametersa Mean 60.18 59.80 65.00 56.60 47.15
Std. Deviation 12.693 8.794 3.000 3.582 2.700
Most Extreme
Differences
Absolute .135 .192 .345 .166 .165
Positive .099 .098 .345 .166 .165
Negative -.135 -.192 -.252 -.119 -.104
Kolmogorov-Smirnov Z .631 .859 .912 .643 .737
Asymp. Sig. (2-tailed) .820 .452 .376 .803 .648
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z untuk kelas eksperimen sebesar
0,631; untuk kelas kontrol sebesar 0,859; untuk kelompok kemandirian belajar tinggi 0,376;
untuk kelompok kemandirian belajar sedang 0,643; dan untuk kelompok kemandirian belajar
sedang 0,737. Nilai taraf signifikansi kelas eksperimen menunjukkan nilai signifikansi 0.820
dan kelas kontrol sebesar 0,452 untuk kelompok siswa yang mempunyai kemandirian belajar
tinggi sebesar 0,376; untuk kelompok siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang
sebesar 0,803; dan untuk kelompok siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah
sebesar 0,648 dimana kelima nilai signifikansi tersebut lebih besar daripada 0,05 sehingga
dapat disimpulkan kelompok data pretest untuk kelima kelompok tersebut berdistribusi
normal.
Lebih lanjut, uji homogenitas pretest dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui
apakah variansi-variansi dari populasi sama atau tidak. Hasil uji homogenitas dan analisis
uji-t nilai pretest dapat dilihat pada Tabel 4dan Tabel 5 berikut ini
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Test of Homogeneity of Variances
Nilai Awal
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.3625 1 40 .064
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Data Pretest TingkatanKemandirian Belajar
Test of Homogeneity of Variances
Nilai Awal
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.026 2 39 .368
Berdasarkan Tabel 4 dan Tabel 5 diatas diperoleh hasil nilai signifikansi uji homogenitas data
pretest untuk kelas eksperimen dan kelas control sebesar 0,064 dan nilai signifikansi uji
homogenitas data pretest untuk masing-masing tingkatan kemandirian belajar sebesar 0,368
dimana kedua nilai signifikansi tersebut lebih besar daripada 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa untuk kelompok data pretest kelas eksperimen, kelas kontrol, kelompok
kemandirian belajar tinggi, kelompok kemandirian belajar sedang dan kelompok kemandirian
belajar rendah mempunyai variansi yang sama atau bersifat homogen. Berdasarkan hasil uji
normalitas, dan uji homogenitas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas tersebut
dalam kondisi seimbang.
C. Kondisi Akhir (setelah diberi perlakuan)
Untuk mengetahui kondisi kemampuan akhir hasil belajar matematika siswa dari data
nilai posttest. Adapun hasil analisis uji prasyarat variansi untuk data posttest meliputi
randomisasi, uji independensi, uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk syarat randomisasi
telah terpenuhi karena sampel diambil secara random. Untuk uji independensi dua kelas telah
terjaga saat penelitian berlangsung. Sedangkan hasil uji normalitas dapat dilihat dalam Tabel
6 berikut ini
Tabel 6. Uji Normalitas Posttest
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai Kelas
Eksperimen
Nilai Kelas
Kontrol
Kemandirian
belajar tinggi
Kemandirian
belajar sedang
Kemandirian
belajar rendah
N 22 20 7 15 20
Normal
Parametersa
Mean 81.27 80.86 79.13 75.75 75.75
Std.
Deviation 7.039 6.914 9.015 7.496 7.496
Most Extreme
Differences
Absolute .166 .223 .249 .132 .132
Positive .115 .186 .156 .132 .132
Negative -.166 -.223 -.249 -.084 -.084
Kolmogorov-Smirnov Z .780 .733 .589 .963 .590
Asymp. Sig. (2-tailed) .576 .655 .879 .312 .877
a. Test distribution is
Normal.
Berdasarkan Tabel 6 diatas diperoleh nilai signifikansi uji normalitas untuk kelas eksperimen
sebesar 0,576; untuk kelas kontrol sebesar 0,655; untuk kelompoksiswa yang mempunyai
kemandirian belajar tinggi sebesar 0,879; untuk kelompok siswa yang mempunyai
kemandirian belajar sedang sebesar 0,312; dan untuk kelompok siswa yang mempunyai
kemandirian belajar rendah sebesar 0,877 dimana kelima nilai signifikansi tersebut lebih
besar daripada 0,05 sehingga dapat disimpulkan kelompok data posttest untuk kelima
kelompok tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya untuk hasil uji homogenitas data
menggunakan data posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel
7 serta untuk hasil uji homogenitas data nilai posttest untuk siswa yang mempunyai
kemandirian belajar tinggi, sedang dan rendah dapat dilihat dalam Tabel 8 berikut ini
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Test of Homogeneity of Variances
Nilai Akhir
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.122 1 40 .728
Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas Posttest untuk Tingkatan Kemandirian Belajar
Test of Homogeneity of Variances
Nilai Akhir
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.409 2 39 .667
Berdasarkan Tabel 7 diperoleh nilai signifikansi untuk uji homogenitas data posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,728>0,05 yang berarti data posttest kelas eksperimen
dan kelas kontrol mempunyai variansi yang sama atau bersifat homogen. Berdasarkan Tabel
8 diperoleh nilai signifikansi untuk uji homogenitas data posttest siswa yang mempunyai
kemandirian belajar tinggi, sedang dan rendah sebesar 0,667>0,05 yang artinya bahwa ketiga
kelompok data posttest bagi siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang dan
rendah memiliki variansi yang sama atau bersifat homogen. Oleh karena telah memenuhi
semua persyaratan uji anava maka dapat dilakukan uji Anava Univariate sebagai berikut
Tabel 9. Jumlah Subyek Kemandirian Belajar
Between-Subjects Factors
Value Label N
Kemandirian Belajar 1 Kemandirian Belajar Tinggi 7
2 Kemandirian Belajar Sedang 15
3 Kemandirian Belajar Rendah 20
Model Pembelajaran 1 Model Pembelajaran PQ4R 22
2 Model Pembelajaran Konvensional 20
Berdasarkan tabel 9 diperoleh hasil bahwa dari 42 siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol sebagian besar masuk kategori kemandirian belajar rendah dengan jumlah 20 siswa
diikuti dengan kategori sedang dan tinggi masing-masing sebanyak 15 siswa dan 7 siswa.
Tabel 10. Hasil Analisis Deskriptif Posttest dan Kemandirian Belajar
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Nilai
Kemandirian Belajar Model Pembelajaran Mean Std. Deviation N
Kemandirian Belajar
Tinggi
Model Pembelajaran PQ4R 82.40 6.986 5
Model Pembelajaran
Konvensional 77.00 7.071 2
Total 80.86 6.914 7
Kemandirian Belajar
Sedang
Model Pembelajaran PQ4R 80.91 7.661 11
Model Pembelajaran
Konvensional 74.25 11.843 4
Total 79.13 9.015 15
Kemandirian Belajar
Rendah
Model Pembelajaran PQ4R 82.83 6.616 6
Model Pembelajaran
Konvensional 72.71 5.676 14
Total 75.75 7.496 20
Total Model Pembelajaran PQ4R 81.77 6.962 22
Model Pembelajaran
Konvensional 73.45 6.977 20
Total 77.81 8.068 42
Berdasarkan Tabel 10 diperoleh hasil bahwa nilai rerata kelas eksperimen sebesar 81,77
dimana nilai rerata ini lebih tinggi daripada nilai rerata kelas kontrol sebesar 73,45. Nilai
rerata kelompok siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi sebesar 80,86 dimana
nilai rerata ini paling tinggi dibandingkan nilai rerata kelompok siswa yang mempunyai
kemandirian belajar sedang maupun rendah. Nilai rerata kelompok siswa yang mempunyai
kemandirian belajar sedang sebesar 79,13 dimana nilai rerata ini lebih baik daripada nilai
rerata kelompok siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah, yakni 75.75.
Uji beda rerata untuk membandingkan k-populasi tersebut dapat digunakan uji Analisis
Variansi Univariate. Adapun hasil uji anava univariate dua jalan dapat dilihat pada Tabel 10
berikut ini
Tabel 11. Hasil Uji Anava Dua Jalan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Nilai
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Partial Eta
Squared
Corrected Model 777.927a 5 155.585 2.963 .024 .292
Intercept 172790.908 1 172790.908 3.290E3 .000 .989
KB 19.420 2 9.710 .185 .832 .010
MP 384.572 1 384.572 7.323 .010 .169
KB * MP 33.608 2 16.804 .320 .728 .017
Error 1890.550 36 52.515
Total 256950.000 42
Corrected Total 2668.476 41
a. R Squared = ,292 (Adjusted R Squared = ,193)
Berdasarkan Tabel 11 diperoleh hasil dari uji Anava adalah sebagai berikut:
1. Pada baris model pembelajaran diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,010< 0,05 yang
berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Hal didukung nilai rerata kelas eksperimen sebesar 81,77 lebih baik daripada
nilai rerata kelas kontrol sebesar 73,45. Hal ini bermakna terdapat pengaruh Model
Pembelajaran PQ4R terhadap hasil belajar matematika bagi Siswa Kelas X SMA N 1
Getasan Kabupaten Semarang.
2. Pada baris kemandirian belajar diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,832> 0,05 yang
berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang mempunyai
kategori kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini didukung nilai rerata
siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar tinggi sebesar 80,86; nilai rerata
siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar sedang 79,13 serta nilai rerata
siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar rendah 75,75. Berdasarkan nilai
rerata untuk kelas eksperimen masing-masing kelompok kemandirian belajar tersebut
maka tampaklah bahwa nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian
belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kategori
kemandirian belajar sedang maupun rendah serta nilai rerata siswa yang mempunyai
kategori kemandirian belajar sedang lebih baik daripada nilai rerata siswa yang
mempunyai kategori kemandirian belajar rendah. Perbedaan ketiga nilai rerata tersebut
tidaklah besar sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rerata
siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang maupun rendah. Hal ini
bermakna bahwa tidak terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar
matematika bagi Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan Kabupaten Semarang.
3. Pada baris kelas*kemandirian belajar diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,728>0,05
sehingga dapat diputuskan bahwa terdapat interaksi efek Model Pembelajaran PQ4R
dan Kemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas X SMA N 1
Getasan Kabupaten Semarang. Hal ini bermakna terdapat ketidakkonsistenan pengaruh
model pembelajaran dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar siswa.
Ketidakkonsistenan pengaruh model pembelajaran dan kemandirian belajar terhadap
hasil belajar siswa digambarkan dalam grafik berikut:
Grafik 1. Interaksi Efek
Hasil pengujian Anava Univariate 2 jalan diatas maka dapat dilakukan uji lanjut Pasca Anava
dan diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 12. Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Dua Jalan
Multiple Comparisons
Dependent
Variable:Nilai
(I) Kemandirian
Belajar (J) Kemandirian Belajar
Mean
Differen
ce (I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Scheff
e
Kemandirian
Belajar Tinggi
Kemandirian Belajar Sedang 1.72 3.317 .874 -6.75 10.19
Kemandirian Belajar Rendah 5.11 3.182 .288 -3.02 13.23
Kemandirian
Belajar Sedang
Kemandirian Belajar Tinggi -1.72 3.317 .874 -10.19 6.75
Kemandirian Belajar Rendah 3.38 2.475 .402 -2.94 9.70
Kemandirian
Belajar Rendah
Kemandirian Belajar Tinggi -5.11 3.182 .288 -13.23 3.02
Kemandirian Belajar Sedang -3.38 2.475 .402 -9.70 2.94
LSD Kemandirian
Belajar Tinggi
Kemandirian Belajar Sedang 1.72 3.317 .606 -5.00 8.45
Kemandirian Belajar Rendah 5.11 3.182 .117 -1.35 11.56
Kemandirian
Belajar Sedang
Kemandirian Belajar Tinggi -1.72 3.317 .606 -8.45 5.00
Kemandirian Belajar Rendah 3.38 2.475 .180 -1.64 8.40
Kemandirian
Belajar Rendah
Kemandirian Belajar Tinggi -5.11 3.182 .117 -11.56 1.35
Kemandirian Belajar Sedang -3.38 2.475 .180 -8.40 1.64
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 52,515.
Berdasarkan uji Anava dan uji pasca Anava diatas dapat dilihat beberapa makna yakni
1. Nilai rerata kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rerata kelas kontrol baik bagi
siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, maupun rendah.
2. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai
rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang, serta nilai rerata siswa yang
mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang
mempunyai kemandirian belajar tinggi dan sedang. Kondisi ini berlaku di kelas
eksperimen dimana nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi
sebesar 82.40; nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang sebesar
80,91; serta nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah sebesar
82,83.
3. Berbeda dengan kondisi kelas eksperimen, kondisi kelas kontrol adalah nilai rerata
siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa
yang mempunyai kemandirian belajar sedang dan rendah, serta nilai rerata siswa yang
mempunyai kemandirian belajar sedang lebih baik daripada nilai rerata siswa yang
mempunyai kemandirian belajar rendah. Kondisi ini berlaku di kelas kontrol dimana
nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi sebesar 77,00; nilai rerata
siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang sebesar 74,25; serta nilai rerata
siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah sebesar 72,71.
4. Baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol, nilai rerata siswa yang mempunyai
kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai
kemandirian belajar sedang.
5. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai
rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun rendah dimana
kondisi ini berlaku di kelas kontrol. Sedangkan kelas eksperimen nilai rerata siswa yang
mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang
mempunyai kemandirian belajar sedang maupun tinggi.
6. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang lebih baik daripada
nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah dimana kondisi ini
berlaku di kelas kontrol.
7. Dalam kelas eksperimen, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar
rendah mencapai nilai rerata terbaik dibandingkan siswa yang mempunyai tingkat
kemandirian yang lainnya namun di kelas kontrol, nilai rerata siswa yang mempunyai
kemandirian yang tinggi mencapai nilai rerata yang terbaik dibandingkan dengan siswa
yang mempunyai tingkat kemandirian yang lainnya. Hal ini bermakna pada kelas
eksperimen, siswa dengan tingkat kemandirian belajar rendah memperoleh hasil belajar
yang baik dibandingkan siswa dengan tingkat kemandirian belajar lainnya karena saat
pembelajaran siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah merasa dirinya belum
mampu dan masih membutuhkan bantuan dari orang lain sehingga siswa dengan tingkat
kemandirian belajar lebih rendah cenderung lebih aktif dan berusaha mencari tahu
tentang apa yang belum dipahami. Berbeda dengan kelas kontrol, siswa dengan tingkat
kemandirian belajar tinggi jauh lebih baik, hal ini disebabkan siswa dengan
kemandirian belajar tinggi jauh lebih aktif, mengerjakan semua soal-soal yang
diberikan guru, serta berusa memanfaatkan sumber-sumber yang terseda untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang belum dipahami.
8. Meskipun terdapat perbedaan nilai rerata untuk masing-masing kelompok siswa yang
mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah di kelas eksperimen
maupun kelas kontrol maka berdasarkan hasil uji pasca anava pada Tabel 12 diperoleh
hasil bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian
belajar tinggi, sedang maupun rendah baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Perbedaan efek strategi pembelajaran PQ4R dan kemandirian belajar terhadap hasil
belajar di kelas eksperimen dan kelas kontrol ini menyebabkan adanya interaksi atau
ketidakkonsistenan pengaruh Strategi Pembelajaran PQ4R dan Kemandirian Belajar terhadap
hasil belajar matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Getasan Kabupaten Semarang. Hal ini
disebabkan oleh nilai rerata yang diperoleh kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rerata
kelas kontrol, baik bagi siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, maupun
rendah. Pada proses pembelajaran aktivitas siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan Strategi Pembelajaran PQ4R siswa lebih aktif pada kegiatan pembelajaran. Siswa
aktif berdiskusi dalam kelompok, saling mengemukakan pendapat untuk membentuk dan
menyusun penyelesaian terhadap permasalahan yang diberikan, serta siswa lebih bisa
memanfaatkan sumber-sumber belajar yang diberikan guru. Siswa terlihat sangat antusias
ketika mengikuti kegiatan pembelajaran, sebagian besar siswa berebut maju kedepan kelas
untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru, semua siswa lebih aktif
terlebih ketika siswa diminta menyelesaikan permasalahan dengan bantuan kartu soal , karena
siswa merasa semua bisa menempelkan jawabanya sehingga semua siswa mengerjakan
semua soal-soal yang dibagikan oleh guru. Dengan bimbingan guru, siswa mulaiterbiasa
untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri dan mulai menggunakan bahasanya sendiri untuk
menjelaskan tanpa terpaku dengan buku atau teks yang lain. Hal tersebut menunjukkan
bahwa siswa merespon secara positif kegiatan pembelajaran dengan Strategi Pembelajaran
PQ4R. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Strategi Pembelajaran PQ4R mampu
membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses bertanya dan mengkomunikasikan
pengetahuannya, serta dapat membantu melatih daya ingat siswa tentang suatu konsep atau
informasi. Berbeda halnya dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran
konvensional yang membuat siswa cenderung lebih pasif, lebih banyak mendengar ceramah,
dan pembelajaran berpusat pada guru. Siswa tidak mampu menggunakan bahasanya sendiri
ketika proses pembelajaran, siswa selalu menyalian apa yang diberikan guru tanpa merubah
sedikitpun, dan siswa juga tidak aktif mengemukakan pendapatnya secara lisan, sehingga
sedikit sekali kesempatan bagi siswa untuk mampu mengembangkan kemandirian belajarnya.
Proses pembelajaran ini, guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran. Pemaparan
materi pelajaran dilakukan dengan ceramah dan guru bertugas sebagi sumber belajar bagi
siswa, sehingga dalam proses pembelajaran cenderung membuat siswa cepat bosan dan sulit
memahami serta mengembangkan apa makna dari materi pelajaran, yang secara tidak
langsung akan berpengaruh pada kemandirian belajar siswa.Lebih lanjut untuk nilai rerata
yang diperoleh dari kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana untuk kelas
eksperimen siswa dengan tingkat kemandirian belajar rendah memperoleh nilai rerata
tertinggi dibandingkan dengan nilai rerata dari siswa dengan tingkat kemandirian belajar
lainnya. Sedangkan pada kelas kontrol nilai rerata tertinggi diperoleh siswa dengan tingkat
kemandirian belajar tinggi. Hal itu disebabkan karena pada kelas eksperimen, siswa dengan
tingkat kemandirian belajar rendah lebih aktif bertanya dan aktif dalam mengerjakan soal-
soal yang diberikan guru, sama halnya dengan siswa dengan tingkat kemandirian belajar
tinggi, aktif bertanya dan mengerjakan soal-soal, tetapi kelemahannya siswa ini cenderung
lebih individualisme sehingga siswa dengan kemandirian belajar tinggi cenderung menutup
diri pada saat mengerjakan soal-soal latihan, dan ketika masih ada kekeliruan siswa ini
cenderung tidak mau bertanya karena siswa dengan tingkat kemandirian belajar tinggi merasa
benar dan sudah bisa. Sedangkan siswa dengan tingkat kemandirian belajar sedang cenderung
pasif, karena pada saat diskusi kelompok siswa hanya diam dan mengikuti temannnya ketika
mengerjakan soal-soal latihan, jarang siswa ikut mengerjakan. Sedangkan pada kelas kontrol
siswa yang lebih aktif bertanya dan selalu mengerjakan soal hanya siswa yang mempunyai
tingkat kemandirian belajar tinggi sedangkan yang lain hanya meniru pekerjaan temannya.
Interaksi pada penelitian ini berarti karakteristik perbedaan antara tingkat kemandirian belajar
tinggi, sedang dan rendah untuk setiap model berbeda. Hal ini yang menyebabkan
ketidakkonsistenan pengaruh Strategi Pembelajaran PQ4R dan Kemandirian Belajar terhadap
hasil belajar matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Getasan Kabupaten Semarang.
Selama proses pembelajaran dalam penelitian ini, proses pembelajaran menggunakan
Strategi Pembelajaran PQ4R pada kelas eksperimen menggambarkan siswa lebih aktif, kreatif
dan terlihat lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini juga didukung oleh
pendapat yang dikemukakan Salvin (2011) mengatakan bahwa salah satu strategi belajar yang
paling terkenal untuk membantu siswa memahami dan mengingat apa yang mereka baca ialah
prosedur yang disebut strategi PQ4R. Prosedur PQ4R menjadikan siswa terfokus pada
pengorganisasian informasi yang bermakna dan melibatkan mereka ke dalam strategi yang
efektif, seperti perumusan pertanyaan, penjabaran dan praktik terdistribusi (kesempatan
mengkaji kembali informasi dalam kurun waktu tertentu). Strategi Pembelajaran PQ4R
membantu siswa lebih aktif dan antusias, siswa dituntut untuk berfikir kritis terhadap
permasalahan-permasalahan yang ada atau yang diberikan oleh guru lewat tugas kelompok,
dan siswa dituntut untuk menggunakan bahasa sendiri dalam menjelaskan permasalahan-
permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa saling bertukar pikiran dan pendapat dalam
kelompok berdiskusi satu sama lain dan gagasan-gagasan serta saling berargumen yang
menjadikan pembelajaran pada kelas eksperimen lebih hidup dan aktif karena adanya
interaksi. Proses pembelajaran menggunakan Strategi Pembelajaran PQ4R, peran guru hanya
mengarahkan dan memberi pertanyaan-pertanyaan untuk memancing pengetahuan siswa,
memberikan permasalahan-permasalahan dan menuntut siswa untuk terbiasa menggunakan
bahasanya sendiri.
Slameto (2010:54), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Penelitian ini menemukan bahwa kemandirian belajar sebagai salah satu faktor intern atau
dengan kata lain faktor internal siswa tidak turut mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini
berarti bahwa hasil belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Getasan Kabupaten Semarang lebih
dipengaruhi oleh faktor eksternal terutama pada model pembelajaran yang digunakan oleh
guru. Penelitian ini menemukan bahwa Strategi Pembelajaran PQ4R sebagai trategi
pembelajaran yang diterapkan oleh guru juga turut mempengaruhi hasil belajar siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa
1. Nilai signifikansi pada model pembelajaran diperoleh 0,010<0,05 yang berarti terdapat
pengaruh Model Pembelajaran PQ4R terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Getasan Kabupaten Semarang
2. Nilai signifikansi pada kemandirian belajar sebesar 0,832>0,05 yang berarti tidak
terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas
X SMA Negeri 1 Getasan Kabupaten Semarang
3. Nilai signifikansi pada interaksi efek antara Strategi Pembelajaran PQ4R dan
Kemandirian belajar sebesar 0,728>0,05 yang berarti terdapat interaksi efek Strategi
Pembelajaran PQ4R dan Kemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Getasan Kabupaten Semarang. Interaksi efek dalam penelitian
ini bermakna
a. Nilai rerata kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rerata kelas kontrol baik
bagi siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, maupun rendah.
b. Nilai rerata siswa pada kelas eksperimen yang mempunyai kemandirian belajar
tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar
sedang, serta nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih
baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi
sedang.
c. Pada kelas kontrol nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi
lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang
dan rendah, serta nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah
lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar
sedang.
d. Pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, nilai rerata siswa yang mempunyai
kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai
kemandirian belajar sedang serta nilai rerata terendah dicapai oleh siswa yang
mempunyai kemandirian belajar sedang
e. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada
nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun rendah
dimana kondisi ini berlaku di kelas kontrol.
f. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik
daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun
tinggi dimana kondisi ini berlaku di kelas eksperimen
g. Dalam kelas eksperimen, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar
rendah mencapai nilai rerata terbaik dibandingkan siswa yang mempunyai tingkat
kemandirian yang lainnya namun di kelas kontrol, nilai rerata siswa yang
mempunyai kemandirian yang tinggi mencapai nilai rerata yang terbaik
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat kemandirian yang lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Anggaretta. D. S. 2015. Pengaruh Kemandirian Belajar Dan Kondisi Soial Ekonomi
Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Dengan Minat Melanjutkan Studi Ke
Perguruan Tinggi Sebagai Variabel Interventing. Thesis. Universitas Negeri Semarang
Depdiknas. 2014. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman, edisi ketiga. Jakarta:
Depdiknas
Haris dan Jihad. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo
Hartanto, I. 2009. Penggunaan Strategi Belajar PQ4R Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS 1 Pokok Bahasan Pendududkan
Militer Jepang Di Indonesia SMA Negeri 1 Gringsing
Ismunamto. 2011. Ensiklopedia Matematika. Jakarta : PT Lentera Abadi.
Mudjiman, Haris. 2007. Belajar Mandiri. Surakarta: Lembaga pengembangan pendidikan
LPP dan UPT penerbitan dan pencetakan UNS UNS Press Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Noviyanti, T. Dkk. 2013. Penerapan Pembelajaran Strategi PQ4R Dalam Peningkatan
Pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri Karangasem 02
Panjaitan, Simon Maruli. 2013. Pembelajaran Matematika Beraliran Humanistik
Berparadigma Pendekatan Kontekstual
Prasetyasari, A. 2011. Pengaruh Pembelajaran PQ4R Dengan Teknik Mind Mapping
Terhadap Hasil Belajar Kimia Kelas XI Pada Materi Asam Basa Siswa SMA 2 BAE
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Bandung: Mulia Mandiri Pers
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. E. 2011. Psikoilogi Pendidikan Teori Dan Praktik. Jakarta: PT Indeks
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. (1991). Media Pengajaran. Bandung: Cv Sinar Baru.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Ta’rifin, A. 2013. Membangun Interaksi Humanistik dalam Proses Pembelajaran. Jurnal
Fortal. Vol 7, No 1 (2013).
Tahar,dkk. 2006. Hubungan Kemandirian Belajar Dan Hasil BelajarPada Pendidikan Jarak
Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh. Vol 7. Universitas Terbuka
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka