T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

188
i Universitas Indonesia UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN JUDUL ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN RUANG KELAS BARU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (RKB-SMP) DI SMPN 3 PAMULANG DAN SMPN 2 CURUG KABUPATEN TANGERANG TESIS SYAHDA SUKMA INDIRA 0806441794 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI JAKARTA JUNI 2010 Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Transcript of T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

Page 1: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

i   

Universitas Indonesia  

 

 

 

UNIVERSITAS INDONESIA

HALAMAN JUDUL 

 

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN RUANG KELAS BARU

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (RKB-SMP) DI SMPN 3 PAMULANG DAN SMPN 2 CURUG

KABUPATEN TANGERANG  

TESIS

SYAHDA SUKMA INDIRA 0806441794

 

 

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI

JAKARTA JUNI 2010

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 2: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

i   

Universitas Indonesia  

 

 

 

 

UNIVERSITAS INDONESIA

HALAMAN JUDUL

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN RUANG KELAS BARU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (RKB-SMP) DI

SMPN 3 PAMULANG DAN SMPN 2 CURUG KABUPATEN TANGERANG

 

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

SYAHDA SUKMA INDIRA 0806441794

 

 

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI

KEKHUSUSAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN JAKARTA JUNI 2010 

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 3: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 4: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 5: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 6: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

v   

Universitas Indonesia  

KATA PENGANTAR  

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala Rahmat, Taufik dan Hidayah-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Analisis Tingkat

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bantuan Pembangunan Ruang Kelas Baru

Sekolah Menengah Pertama (RKB-SMP) di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2

Curug Kabupaten Tangerang. Tesis ini disusun dan diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Sains di Universitas Indonesia.

Penulis berharap bahwa tesis ini dapat bermanfaat sebagai masukan bagi

perbaikan kebijakan program-program subsidi pendidikan lainnya dengan

menggunakan mekanisme partisipasi masyarakat di masa akan datang, serta

masukan bagi sekolah untuk terus berusaha meningkatkan partisipasi

masyarakat.

Penulis mengakui dan menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, baik ketika masa perkuliahan, saat penelitian

lapangan, sampai pada penyusunan tesis ini, tidak mungkin dapat diselesaikan

hanya oleh diri sendiri. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, selaku Dekan FISIP Universitas

Indonesia.

2. Prof. Dr. Eko Prasojo.Mag.rer.publ, selaku ketua Program Pascasarjana

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

3. Dr. Roy V. Salomo, M.Soc., Sc. Selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

4. Tim penguji, Dr. Tafsir Nurchamid, SK., M.Si, Dr. Amy Y.S. Rahayu, M.Si,

Dr. Unifah Rosyidi, dan Lina Miftahul Jannah, M.Si.

5. Dr. Amy Y.S. Rahayu, M.Si yang telah membuka wawasan penulis dengan

penuh perhatian memberikan bimbingan hingga selesainya penyusunan tesis

ini.

6. Pimpinan Sekretariat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Departemen Pendidikan Nasional.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 7: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

vi   

Universitas Indonesia  

7. Kepala Sekolah SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug yang telah

mengijinkan Penulis untuk melakukan penelitian di sekolah guna melengkapi

data-data yang diperlukan.

8. Keluarga di Banjarmasin (Ibu, Bapak, Ayu, dan Gema), kakak di Bogor dan

adik alm Bela tersayang yang telah memberikan dukungan moril maupun

materil.

9. Suami, dan anakku, pandega, tersayang maaf sering meninggalkan kalian

demi tesis ini, setelah lulus, kita bisa bermain bersama lagi.

10. Keluarga besar Pendidikan angkatan I tahun 2009.

11. Teman-teman seputar tesis 2009, Pak Pri, Pak Katman, Rakean, dan Yoyo.

12. Teman-teman kegiatan pembangunan USB SMP (Pak Prima, Ari, Mas Taufik,

Pak Arief, Mas Pras), maaf sering meninggalkan kerjaan untuk menulis tesis

ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung

penulis menyelesaikan tesis ini.

Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, selanjutnya dengan hormat

tesis ini Penulis sajikan dan berharap agar dapat memperluas cakrawala ilmu

pengetahuan serta memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan,

terutama bagi Penulis sendiri.

Depok, 24 Juni 2010

Penulis,

Syahda Sukma Indira

 

 

 

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 8: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 9: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

viii   

Universitas Indonesia  

ABSTRAK Nama : Syahda Sukma Indira Program Studi : Kekhususan Ilmu Administrasi dan Kebijakan Pendidikan Judul : Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Program

Bantuan Pembangunan Ruang Kelas Baru Sekolah Menengah Pertama (RKB-SMP) di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug Kabupaten Tangerang.

Penelitian mengenai analisis tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan Pembangunan Ruang Kelas Baru dilakukan di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali secara mendalam mengenai pertama, tingkat partisipasi masyarakat; dan kedua faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat. Penelitian ini menggunakan Teori Kerangka Kerja Partisipasi Masyarakat oleh Sarah White (1996). Hasil penelitian menemukan: pertama, keterlibatan masyarakat di SMPN 3 Pamulang lebih tinggi dibandingkan SMPN 2 Curug. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program tersebut adalah sikap, sosial ekonomi, pelayanan pendidikan, hubungan dekat, transparansi, sandaran terhadap nilai agama, komunikasi, akuntabilitas, kebijakan sekolah gratis, dan fasilitas. Kata kunci: partisipasi masyarakat, sikap, pelayanan pendidikan, komunikasi, transparansi, akuntabilitas, kebijakan, dan fasilitas.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 10: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

ix   

Universitas Indonesia  

ABSTRACT

Name : Syahda Sukma Indira Study Program : Special Aspects of Administration and Education Policy Title : Analysis of Community Participation Levels in Building New Class

Room’s Subsidy Program for Junior High School in SMPN 3 Pamulang and SMPN 2 Curug in Tangerang Districts

Research on the level of public participation analysis in the Program of Assistance to the New Classrooms carried out in SMPN 3 Pamulang and SMPN 2 Curug Tangerang regency uses a qualitative approach. The study is to explore in depth about the level of community participation, and the factors influencing people's participation. Based on the Framework Theory of Public Participation by Sarah White (1996), the result showed that the involvement of communities in the SMPN 3 Pamulang higher than SMPN 2 Curug; and the factors that influence people's participation in the program implementation is the attitude, social, economic, educational services, close relationships, transparency, the backrest of the value of religion, communication, accountability, free school policies, and facilities. Keywords: public participation, attitude, educational services, communication,

transparency, accountability, policies and facilities.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 11: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

x   

Universitas Indonesia  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................ ii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN TESIS .............................................................................. iv KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................. vii ABSTRAK ........................................................................................................................ viii DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 A. Latar Belakang Permasalahan ........................................................................ 1 B. Pokok Permasalahan ....................................................................................... 5 C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 7 D. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7 E. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 7 F. Batasan Penelitian ........................................................................................... 8 G. Gambar Alur Pikir Penelitian ......................................................................... 9

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR ................................................................................ 11 A. Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik ...................................... 11

1. Pengertian Kebijakan Publik ................................................................. 11 2. Pengertian Kebijakan Pendidikan.......................................................... 12 3. Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan Publik ................................. 14 4. Program Sebagai Strategi dalam Mencapai Tujuan ............................. 15

B. Pendekatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan.............................. 18 1. Teori Otonomi Pendidikan ..................................................................... 18 2. Teori Subsidi ........................................................................................... 20

C. Teori Partisipasi Masyarakat ........................................................................ 22 1. Partisipasi ................................................................................................ 22 2. Masyarakat .............................................................................................. 24 3. Partisipasi Masyarakat ........................................................................... 27 4. Komite Sekolah ...................................................................................... 38

D. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan ..................................................................................................... 40  

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................................. 45 A. Pendekatan Penelitian Kualitatif .................................................................. 45 B. Obyek Penelitian dan Lokasi Penelitian ...................................................... 47

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 12: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

xi   

Universitas Indonesia  

C. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ............................................. 48 D. Teknik Pemilihan Informan ......................................................................... 49 E. Teknik Analisis Data .................................................................................... 50 F. Operasionalisasi Faktor ................................................................................ 52

BAB 4 GAMBARAN UMUM PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN RKB-SMP DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT ............. 59 A. Latar Belakang Program.............................................................................. 59 B. Gambaran Umum Program .......................................................................... 60 C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 62

1. SMPN 3 Pamulang ................................................................................. 63 2. SMPN 2 Curug ....................................................................................... 66

BAB 5 HASIL PENELITIAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN RUANG KELAS BARU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA .............................................. 70 A. Analisis Hasil Operasionalisasi Faktor........................................................ 70

1. SMPN 3 Pamulang ................................................................................. 72 2. SMPN 2 Curug ....................................................................................... 88 3. Perbandingan Hasil Operasionalisasi Faktor ...................................... 102

B. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP ............................................ 110 1. Sikap ...................................................................................................... 116 2. Sosial Ekonomi ..................................................................................... 118 3. Pelayanan Pendidikan .......................................................................... 120 4. Hubungan Dekat ................................................................................... 120 5. Transparansi .......................................................................................... 122 6. Sandaran Terhadap Nilai Agama......................................................... 123 7. Komunikasi ........................................................................................... 124 8. Akuntabilitas ......................................................................................... 126 9. Kebijakan Sekolah Gratis .................................................................... 128 10. Fasilitas ................................................................................................. 130

C. Perbandingan Antara Hasil Penelitian dengan Hasil Penelitian Terdahulu. ............................................................................................................... 132

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 135 A. Simpulan...................................................................................................... 135 B. Saran ............................................................................................................ 136

DAFTAR REFERENSI ................................................................................................. 138

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 13: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

xii   

Universitas Indonesia  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan

Pembangunan RKB/RBL tahun 2008 Provinsi Banten .................... 6

Gambar 1.2 Alur Pikir Penelitian ………………………………....................... 10

Gambar 2.1. Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik........................... 14

Gambar 2.2. Jenis Rencana Secara Hirarkhi........................................................ 16

Gambar 2.3. Proses Kebijakan Publik................................................................. 17

Gambar 2.4. Tingkat Partisipasi ......................................................................... 28

Gambar 2.5. Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Bentuk Partisipasi............................................................................ 36

Gambar 2.6. Tingkat Partisipasi Masyarakat Menurut Sekolah ....................... 37

Gambar 2.7. Tingkat Partisipasi Masyarakat Menurut Masyarakat ..................... 37

Gambar 3.1 Proses teknik analisa data.............................................................. 51

Gambar 4.1. Data Pendapatan Orang Tua Murid SMPN 3 Pamulang................. 65

Gambar 4.2. Data Pekerjaan Orang Tua Murid SMPN 3 Pamulang ................... 65

Gambar 4.3. Pendapatan Per Bulan Orang Tua Murid SMPN 2 Curug............... 67

Gambar 4.4. Data Pekerjaan Orang Tua Murid SMPN 2 Curug.......................... 68

Gambar 5.1 Gambaran Hasil Penelitian Tingkat Partisipasi Masyarakat di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug.......................................... 71

Gambar 5.2. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Rapat Perencanaan Program...................................................................... 103

Gambar 5.3. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pembuatan Dokumen Perencanaan Program..................................................... 105

Gambar 5.4. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program.......... 106

Gambar 5.5. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Program ...... 108

Gambar 5.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP........................ 115

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 14: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

xiii   

Universitas Indonesia  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Delapan Anak Tangga Partisipasi Masyarakat.................................. 29

Tabel 2.2. Framework for Community Participation......................................... 31

Tabel 2.3 Hasil Penelitian Partisipasi Masyarakat Dalam

Pendidikan di Sekolah ...................................................................... 41

Tabel 3.1. Asumsi Pemilihan Paradigma Kualitatif ........................................... 46

Tabel 3.2. Kriteria Pemilihan Informan ............................................................. 50

Tabel 3.3 Operasionalisasi Faktor ………….………………………………… 54

Tabel 4.1. Susunan Panitia Pembangunan Sekolah (P2S) .................................. 62

Tabel 4.2. Lokasi Penelitian Penerima Program Bantuan Pembangunan

RKB-SMP Tahun 2009...................................................................... 63

Tabel 5.1. Hasil Operasionalisasi Faktor SMPN 3 Pamulang............................. 75

Tabel 5.2. Hasil Operasionalisasi Faktor SMPN 2 Curug.................................... 90

Tabel 5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat.................111

Tabel 5.4. Perbandingan Hasil Penelitian dengan Hasil Penelitian Terdahulu... 133

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 15: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

xiv   

Universitas Indonesia  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No.

133/U/2003

Lampiran 3 Koding Data

Lampiran 4 Kategorisasi Data

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 16: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

1  

1 Universitas Indonesia  

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada Bab 1 berikut ini secara berturut-turut akan membahas latar belakang

permasalahan, pokok permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, batasan penelitian, dan gambaran alur pikir penelitian.

A. Latar Belakang Permasalahan

Program Bantuan Pembangunan Ruang Kelas Baru Sekolah Menengah

Pertama (RKB-SMP) dengan mekanisme partisipasi masyarakat, merupakan

kebijakan pemerintah untuk memperluas akses pendidikan dalam rangka

penuntasan wajib belajar 9 tahun. Penggunaan mekanisme partisipasi masyarakat

bertujuan agar masyarakat terlibat dalam pelaksanaan program sehingga

masyarakat akan merasa memiliki, memelihara dan menjaga keberlanjutan

pendidikan di daerah tersebut.

Dalam rangka regulasi program tersebut, pemerintah dalam hal ini

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 133/U/2003 tentang pemberian

bantuan block grant untuk pendidikan dasar dan menengah. Pasal 5 nomor 1.e

menyebutkan bahwa “persyaratan umum bagi sekolah yang dapat mengajukan

bantuan block grant sanggup menyediakan pendamping berupa dana atau sumber

daya lain bagi block grant tertentu”; pasal 5 nomor 3 menyebutkan pelaksanaan

block grant tersebut “diatur lebih lanjut dalam pedoman pelaksanaan yang diatur

oleh direktur jenderal”; dan ketiga, pasal 7 menyebutkan bahwa “pengelolaan

bantuan block grant dilakukan secara swakelola”. (Kep Mendiknas, 2003, p. 4).

Berdasarkan kebijakan dalam keputusan menteri tersebut, maka

pemerintah mencanangkan Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP dengan

mekanisme partisipasi masyarakat. Konsep mekanisme partisipasi masyarakat

berarti adanya keterlibatan masyarakat dalam Program Bantuan Pembangunan

RKB-SMP, melalui Panitia Pembangunan Sekolah (P2S), dengan melibatkan

unsur wakil wali murid, tokoh masyarakat, dan masyarakat sekitar sekolah.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 17: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

2   

Universitas Indonesia  

Pemerintah berharap dengan keterlibatan masyarakat tersebut akan mendorong

rasa ikut memiliki, memelihara dan menjaga keberlangsungan pelaksanaan

pendidikan di daerah tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan

informan ahli berikut ini:

...kalau di sini dasarnya adalah policy, policy ingin memberdayakan

masyarakat, masyarakat agar mereka itu membantu pembangunan

pemerintah, sehingga mempunyai kapasitas lebih besar, nah itu

sebenarnya intinya, dan hasilnya apa, mereka ikut merasakan bagian dari

pembangunan, tentunya akan ikut memiliki, dan ikut memelihara, dan

membuat itu menjadi continue. (wawancara dengan Konsultan Nasional

Program RKB-SMP, 11 Pebruari 2010).

Dalam Keputusan Menteri No. 133/U/2003 menyebutkan bahwa dana

bantuan pembangunan RKB-SMP bersifat block grant, dalam realisasinya

bantuan tersebut bersifat matching grant. Menurut Kristiadi (1993) block grant

merupakan subsidi yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah yang penggunaannya adalah bebas tidak ada pengarahan dari pemerintah

pusat. Matching grants adalah bantuan subsidi untuk membiayai kegiatan-

kegiatan yang juga dibiayai oleh pemerintah daerah.

Dalam hubungannya dengan dana bantuan pembangunan RKB-SMP dari

pemerintah kepada sekolah, maka jenis bantuan ini bersifat matching grant,

karena pemerintah akan memberikan bantuan kepada sekolah jika ada jaminan

adanya dana pendamping dari partisipasi masyarakat.

Dana subsidi bersifat sebagai dana stimulan sehingga dalam

pelaksanaannya masih membutuhkan adanya partisipasi masyarakat baik

dalam bentuk dana pendamping ataupun jasa lainnya, dana pendamping

dapat berupa bahan material bangunan, jasa ataupun tenaga sesuai

keperluan untuk menyelesaikan pembangunan”(Direktorat PSMP, 2008, p.

11).

Sejalan dengan kebijakan sekolah gratis, tahun 2009 peraturan tentang

dana pendamping dari masyarakat diubah menjadi dana pendamping berasal dari

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 18: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

3   

Universitas Indonesia  

Pemerintah Daerah. Dalam panduan pelaksanaan program tetap menyebutkan

bahwa Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP tetap menggunakan

mekanisme partisipasi masyarakat. Sehingga penelitian tentang analisis tingkat

partisipasi masyarakat tetap dapat dilakukan.

Partisipasi masyarakat merupakan jiwa dari program-program perluasan

akses pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun. Seperti halnya bantuan

pembangunan RKB-SMP, program lainnya seperti Bantuan Pembangunan Unit

Sekolah Baru (USB-SMP), Ruang Perpustakaan, Ruang Laboratorium IPA, dan

Rehabilitasi Ruang Kelas, juga menggunakan mekanisme partisipasi masyarakat.

Sehingga peningkatan peran serta dan tanggung jawab masyarakat dalam

menyelenggarakan pendidikan menjadi salah satu indikator keberhasilan program.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan ahli berikut ini:

…dengan dikontrakkan bisa jadi selesai lebih baik. Tapi bukan itu jiwa

dari partisipasi masyarakat, rasa memiliki, rasa ikut terlibat, harapannya

masyarakat menikmati hasil ini lebih baik, menjaga program ini lebih

baik (wawancara dengan Penanggung Jawab Program RKB-SMP, 15

Januari 2010).

Berdasarkan tujuan program, mekanisme pelaksanaan program, serta

indikator keberhasilan program, dapat disimpulkan bahwa pertama, partisipasi

masyarakat merupakan faktor utama dalam mendukung tercapainya tujuan

program pembangunan RKB-SMP; kedua, melibatkan masyarakat dalam

pelaksanaan program, merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan peran

serta masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah; dan ketiga, partisipasi

masyarakat akan mendorong rasa kepemilikan masyarakat terhadap pendidikan

(school ownership), dan akan meningkatkan kepedulian masyarakat dalam

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

Keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan manajemen pendidikan

di sekolah merupakan hal penting yang harus ada, karena : pertama, jika suatu

keputusan dibuat oleh orang-orang secara bersama-sama, maka hasil keputusan

tersebut akan lebih baik; kedua, orang-orang yang terlibat dalam pembuatan

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 19: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

4   

Universitas Indonesia  

keputusan tersebut akan merasa memilki dan berkomitmen; ketiga orang-orang

yang terlibat dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan, akan berada pada

posisi terbaik; keempat, jika orang-orang yang terlibat dan bertanggung jawab,

maka sekolah akan lebih efektif melayani kebutuhan para siswa dan masyarakat;

dan kelima, jika Kepala sekolah dan guru menjalankan manajemen sekolahnya

secara lebih terbuka, maka masyarakat akan bersama-sama mempunyai andil kuat

dalam pembuatan keputusan tentang aktivitas sekolah (Danim, 2006: Bundu,

2009, p. 456).

Beberapa hasil penelitian mengenai partisipasi masyarakat di sekolah

menunjukkan tingkat partisipasi yang masih rendah. Hasil penelitian tersebut

diantaranya adalah pertama, penelitian yang dilakukan oleh Faisal dkk (2007),

tentang tingkat keterlibatan masyarakat dalam pendidikan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pendidikan tergolong rendah,

karena belum sampai ke tingkat munculnya rasa kepemilikan masyarakat terhadap

sekolah atau biasa di sebut sebagai school ownership. ”Partisipasi masyarakat

belumlah sampai ke tingkat school ownership, namun geliat partisipasi yang hadir

sebagai realitas sosial menunjukkan indikasi yang bisa didorong ke arah school

ownership” (Faisal dkk, 2007, h. xv).

Dalam hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa kelompok partisipan

terbesar adalah orangtua murid, alumni, dan kalangan masyarakat baik kelompok

maupun individu. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pendidikan di sekolah

umumnya adalah dana, fasilitas, dan pemikiran/moral. Bentuk yang paling

menonjol adalah dana, kemudian pemikiran/moral dan fasilitas. Hal ini

dikarenakan penggerakkan atau dorongan partisipasi, terutama yang dilakukan

oleh Kepala Sekolah dan Komite Sekolah, mengarah pada penghimpunan dana

bagi kepentingan pengembangan sekolah dan cenderung menunjukkan gejala

yang tidak terlalu membutuhkan pemikiran dari masyarakat (di luar organisasi

sekolah). Pihak sekolah merasa sudah memiliki pengetahuan yang cukup dalam

urusan manajemen sekolah serta proses belajar-mengajar. Dalam urusan

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 20: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

5   

Universitas Indonesia  

pengembangan organisasi, sekolah cenderung merasa lebih tau sehingga tidak

terlalu membutuhkan pikiran dari luar sekolah. (Faisal dkk, 2007, h, xv-xvi).

Hasil penelitian lainnya menyangkut partisipasi masyarakat di sekolah

dilakukan oleh Patta Bundu (2009). Bundu menyebutkan bahwa partisipasi

masyarakat dalam pendidikan dasar dan menengah tergolong rendah dilihat dari

tiga aspek pola partisipasi yaitu pola hubungan, pola organisasi dan pola

kerjasama. Pola hubungan masih lemah dalam komunikasi antara sekolah dengan

masyarakat. Sekolah beranggapan bahwa masyarakat telah diberi kesempatan

berpartisipasi, namun masih ada masyarakat yang merasa belum dilibatkan. Pola

interaksi sekolah dan masyarakat berjalan satu arah, dari sekolah ke masyarakat.

Ide-ide inovatif sekolah sudah disampaikan kepada masyarakat, namun partisipasi

belum nampak. Masyarakat cenderung menunggu, belum aktif membantu sekolah

dalam pencapaian tujuan-tujuan sekolah. Pola organisasi juga rendah. Menurut

Kepala Sekolah, Komite Sekolah sebagai wakil unsur masyarakat, sudah

menjalankan perannya dengan baik, dalam realisasinya, Komite Sekolah dan

dewan pendidikan belum menjalankan fungsinya dan belum melibatkan

masyarakat untuk berpartisipasi secara optimal. (Bundu, 2009, p. 466).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian mengenai keterlibatan

masyarakat dalam pendidikan menjadi topik yang cukup menarik untuk dilakukan

dalam wilayah akademik. Tentu saja dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

tingkat partisipasi masyarakat yang terjadi di sekolah, sehingga hasilnya akan

menjadi masukan yang cukup baik bagi pemerintah maupun sekolah untuk

meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pendidikan.

B. Pokok Permasalahan

Adapun pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah terdapat

partisipasi masyarakat yang masih rendah dalam Program Bantuan Pembangunan

RKB-SMP. Hal ini didasarkan pada laporan hasil monitoring konsultan

bimbingan teknis Direktorat Pembinaan SMP terhadap pelaksanaan pembangunan

RKB-SMP di provinsi Banten. Hasil monitoring tersebut dapat dilihat dalam

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 21: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

6   

Universitas Indonesia  

Gambar 1.1. Daerah dengan tingkat partisipasi masyarakat tinggi ada di kota

Serang, kabupaten Pandeglang dan kabupaten Serang. Daerah dengan tingkat

partisipasi masyarakat rendah ada di kota Tangerang, Kabupaten Tangerang,

kabupaten Lebak, dan Kabupaten Cilegon.

Gambar 1.1 Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan RKB/RBL tahun 2008 Provinsi Banten

Sumber : laporan akhir Program Subsidi Pembangunan RKB/RBL dengan mekanisme partisipasi masyarakat, Provinsi Banten, tahun 2008.

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka penelitian analisis tingkat

partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP menjadi

menarik untuk dilakukan. Kebijakan peningkatan peran serta masyarakat dalam

pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah baik dalam regulasi kebijakan

pendidikan, dan program-program pendidikan sebagai turunan dari implementasi

kebijakan. Dalam realisasinya terdapat kecenderungan rendahnya partisipasi

masyarakat tersebut, sehingga penelitian ini penting dilakukan untuk melihat

bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pembangunan RKB-

SMP di Kabupaten Tangerang, serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi

partisipasi masyarakat tersebut.

0102030405060708090

100

P andeglang Lebak Tangerang S erang C ilegon K otaS erang

KotaTangerang

P as s ingGradeK etercapaian

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 22: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

7   

Universitas Indonesia  

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini akan fokus pada

dua hal. Pertama, analisis tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan

Pembangunan RKB-SMP di dua Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten

Tangerang. Kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat

dalam Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP. Untuk lebih jelasnya, maka

pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan

Pembangunan RKB-SMP di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug

Kabupaten Tangerang?

2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP di SMPN 3

Pamulang dan SMPN 2 Curug Kabupaten Tangerang?

D. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak pada pertanyaan penelitian di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan

Pembangunan RKB-SMP di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug

Kabupaten Tangerang.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP di SMPN 3

Pamulang dan SMPN 2 Curug Kabupaten Tangerang.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada tujuan dari penelitian di atas, maka manfaat yang

diharapkan atas penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi sekolah mengenai cara-cara untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat di sekolah

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 23: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

8   

Universitas Indonesia  

2. Sebagai masukan bagi pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan

Nasional, Direktorat Pembinaan SMP dalam hal kebijakan khususnya

mengenai peningkatan partisipasi masyarakat dalam program pendidikan

lainnya.

3. Untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada perkembangan ilmu

pengetahuan dengan harapan dapat memberikan tambahan perbendaharaan

studi ilmiah dalam hal mengkaji ulang teori-teori partisipasi masyarakat dan

teori implementasi kebijakan.

F. Batasan Penelitian

Mengingat adanya keterbatasan waktu, dana, dan tenaga untuk melakukan

penelitian ini, maka fokus penelitian terbatas pada, pertama, analisis tingkat

partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP di

SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug Kabupaten Tangerang; dan kedua,

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam Program

Bantuan Pembangunan RKB-SMP di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug

Kabupaten Tangerang.

Alasan pemilihan SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug sebagai lokasi

penelitian, adalah karena pertama, kedua sekolah tersebut berada di lokasi yang

secara geografis berbeda. SMPN 3 Pamulang terletak di pusat kota Tangerang

Selatan, SMPN 2 Curug berada di daerah Kabupaten. Alasan kedua, berdasarkan

hasil monitoring pelaksanaan program di Kabupaten Tangerang, kedua sekolah

tersebut memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyiapkan dana pendamping

untuk menutupi kekurangan dana bantuan. SMPN 3 Pamulang memiliki

kemampuan cukup besar dalam menyediakan dana pendamping, yaitu sekitar Rp.

400.000.000; SMPN 2 Curug, memiliki kemampuan kurang dari SMPN 3

Pamulang dalam menyiapkan dana pendamping, sekitar Rp. 141.000.000;

Sehingga dua lokasi SMP tersebut dipandang memiliki perbedaan yang signifikan

dan menarik untuk dianalisis aspek tingkat partisipasinya.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 24: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

9   

Universitas Indonesia  

G. Gambar Alur Pikir Penelitian

Berdasarkan penjelasan dalam rencana penelitian di atas, berikut ini dalam

Gambar 1.2, gambar alur pikir penelitian analisis tingkat partisipasi masyarakat

dalam Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP. Alur pikir penelitian ini

berawal dari Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 133/U/2003 tentang

pemberian bantuan block grant untuk pendidikan dasar dan menengah. Kebijakan

ini menyatakan bahwa sekolah penerima bantuan harus sanggup menyediakan

pendamping berupa dana atau sumber daya lain bagi block grant tersebut,

pelaksanaannya diatur dalam panduan pelaksanaan program yang dikeluarkan

oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Kebijakan tersebut diimplementasikan dalam bentuk Program Bantuan

Pembangunan RKB-SMP dengan mekanisme partisipasi masyarakat. Pemerintah

berharap adanya partisipasi masyarakat yang tinggi dalam pelaksanaan program

ini. Dalam realisasinya partisipasi masyarakat cenderung rendah, sehingga

terdapat kesenjangan antara harapan dan realitas.

Penelitian analisis tingkat partisipasi masyarakat akan fokus pada

permasalahan bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan

Pembangunan RKB-SMP di dua SMP di Kabupaten Tangerang, serta apa faktor-

faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat tersebut.

Penelitian ini akan menggunakan framework for community participation

theory by Sarah White (1996), karena teori ini dianggap dapat menjelaskan

tingkat partisipasi masyarakat dalam suatu program. Teori yang berhubungan

dengan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat akan mengikuti

pada hasil temuan dalam penelitian ini.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 25: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

10   

Universitas Indonesia  

Gambar 1.2 Alur Pikir Penelitian

Sumber : gambar merupakan hasil olah pikir peneliti

Teori Framework for Community Participation by Sarah White (1996)

Bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat dalam program pembangunan RKB-SMP tahun 2009 di Kabupaten Tangerang ?

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 133/U/2003 Tentang Pemberian Bantuan Block Grant Untuk Pendidikan

Dasar dan Menengah Pasal 5.1.e : sekolah sanggup menyediakan pendamping berupa dana atau sumber daya lain bagi block grant tertentu Pasal 5.3 : …diatur lebih lanjut dalam pedoman pelaksanaan…

Program Bantuan Pembangunan Ruang Kelas Baru Sekolah Menengah Pertama dengan Mekanisme Partisipasi Masyarakat 

Hasil monev Dit. PSMP tahun 2008 menunjukkan partisipasi masyarakat dalam program pembangunan RKB-SMP di Kabupaten Tangerang rendah 

Harapan pemerintah adalahpartisipasi masyarakat dalam program pembangunan RKB-SMP tinggi.

Terjadi kesenjangan antara harapandan realitas lapangan

Apa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program Pembangunan RKB-SMP ?

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 26: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

11  

11 Universitas Indonesia  

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

Pada Bab 2 berikut ini, akan membahas tinjauan literatur yang

berhubungan dengan penelitian analisis tingkat partisipasi masyarakat dalam

Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP. Adapun literatur tersebut mencakup

kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik, pendekatan partisipasi masyarakat

dalam pendidikan, teori partisipasi masyarakat, dan hasil penelitian terdahulu

tentang partisipasi masyarakat dalam pendidikan. Literatur di atas akan dibahas

secara berturut-turut dalam sub bab berikut.

A. Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan

RKB-SMP merupakan salah satu kebijakan publik dalam bidang pendidikan.

Dalam penelitian ini kebijakan pendidikan dapat dikatakan sebagai kebijakan

publik, karena kedua kebijakan tersebut sama-sama dibuat oleh pemerintah

sebagai strategi, langkah-langkah, aturan, proses untuk mencapai tujuan dari

pendidikan nasional suatu negara. Untuk lebih jelasnya, pengertian kebijakan

publik ada dalam paparan sub bab berikut ini.

1. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik memiliki pengertian yang beragam. Diantaranya,

pertama, Thomas R. Dye mendefinisikan Kebijakan publik adalah apapun yang

dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. “public policy is

whatever government to do or not to do”. Kedua, Harold Laswell dan Abraham

Kaplan (1970) mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu program yang

diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-

praktik tertentu. ”defines public policy as a projected program of goals, values,

and practices”. (Nugroho, 2008, p. 32).

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 27: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

12   

Universitas Indonesia  

Menurut Tilaar dan Nugroho (2008) kebijakan publik adalah keputusan

yang dibuat oleh negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk

merealisasikan tujuan dari negara yang bersangkutan. Kebijakan publik adalah

strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada

masa transisi, untuk menuju kepada masyarakat yang dicita-citakan. Sehingga

Nugroho menyimpulkan bahwa kebijakan publik memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

Pertama, kebijakan publik adalah kebijakan yang dibuat oleh Negara,

yaitu berkenaan dengan lembaga eksekutif, legislative, dan yudikatif. Kedua,

kebijakan publik adalah kebijakan yang mengatur kehidupan bersama atau

kehidupan publik, dan bukan mengatur kehidupan orang seorang atau golongan.

Ketiga, dikatakan sebagai kebijakan publik jika memiliki tingkat eksternalitas

yang tinggi. (Nugroho, 2008, p. 33-34, 184).

Berdasarkan beberapa pengertian kebijakan publik di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP dengan

mekanisme partisipasi masyarakat merupakan kebijakan publik yang ditetapkan

oleh pemerintah sebagai sebuah strategi pemerintah dalam rangka mencapai

tujuan yang diinginkan yaitu melibatkan masyarakat dalam pendidikan. Adapun

pengertian kebijakan pendidikan itu sendiri akan dipaparkan dalam sub bab

berikut ini.

2. Pengertian Kebijakan Pendidikan Sebagaimana kebijakan publik, kebijakan pendidikan pun memiliki

beberapa pengertian. Pertama, kebijakan pendidikan adalah hukum-hukum dan

aturan-aturan yang mengatur tentang sistem pendidikan. Hukum dan aturan

tersebut memuat tujuan pendidikan, metode dan cara untuk mencapai tujuan

tersebut, serta alat untuk mengukur keberhasilannya.

Education policy refers to the collection of laws of rules that govern the

operation of education systems. It seeks to answer questions about the

purpose of education, the objectives (societal and personal) that it is

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 28: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

13   

Universitas Indonesia  

designed to attain, the methods for attaining them and tools for measuring

their success or failure. (Education_policy, 27 Pebruari 2010).

Kedua, Margaret E. Goertz (2001), mengemukakan bahwa kebijakan

pendidikan berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas anggaran pendidikan.

Hal ini disebabkan karena, meningkatnya perhatian masyarakat terhadap

tingginya biaya pendidikan, sehingga para pembuat kebijakan memberikan

perhatian khusus pada kebijakan anggaran pendidikan. “...An increased emphasis

on educational adequacy and the public’s concern over the high cost of education

is focusing policy makers’ attention on the efficiency and effectiveness of

educational spending” (Nugroho, 2008, p. 37).

Tilaar dan Nugroho (2008), menyebutkan kebijakan pendidikan adalah

keseluruhan proses, hasil perumusan, langkah-langkah, strategi sebagai

penjabaran dari visi, misi pendidikan untuk tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini

sesuai dengan kutipan berikut:

Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan

langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi

pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan

pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu

(Tilaar & Nugroho, 2008, p. 140).

Berdasarkan beberapa pengertian kebijakan pendidikan, maka pengertian

kebijakan pendidikan yang berhubungan dengan fokus penelitian ini adalah

kebijakan pendidikan sebagai keseluruhan proses, hasil perumusan, langkah-

langkah, strategi sebagai penjabaran dari visi, misi pendidikan untuk tercapainya

tujuan pendidikan. Jika digabungkan antara pengertian kebijakan publik dan

kebijakan pendidikan maka terlihat adanya benang merah, yaitu keduanya adalah

sama-sama merupakan strategi pemerintah untuk mencapai tujuan dari

pendidikan. Untuk lebih jelasnya dalam bagian berikutnya, akan dijelaskan

mengenai kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 29: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

14   

Universitas Indonesia  

3. Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan Publik

Menurut Tilaar dan Nugroho (2008) dalam keadaan ideal, kebijakan

pendidikan dan kebijakan publik bersumber dari satu pangkal yaitu filsafat moral.

Filsafat moral mengatakan bahwa manusia memiliki persepsi yang sama

mengenai tujuan hidup. Filsafat moral melahirkan ilmu politik dan ilmu

pendidikan. Ilmu pendidikan melahirkan kebijakan pendidikan, ilmu politik

melahirkan kebijakan publik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar

2.1.

Gambar 2.1 Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik Sumber : Tilaar & Nugroho, 2008, p. 155 dan hasil olah pikir peneliti

Jika tujuan pendidikan nasional dalam konteks penelitian ini adalah

memberdayakan masyarakat dalam pendidikan, maka kebijakan publik dan

Filsafat Moral(behavior)

Ilmu Politik Ilmu Pendidikan

Kebijakan Pendidikan

Kebijakan Publik

Kebijakan Pendidikan sebagai kebijakan publik

Kebijakan Pemerintah : Kepmen No. 133/U/2003

Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP dengan mekanisme partisipasi masyarakat

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 30: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

15   

Universitas Indonesia  

kebijakan pendidikan akan berada dalam konteks tujuan tersebut. Sehingga

penelitian ini menyimpulkan bahwa kebijakan pendidikan dapat dikatakan sebagai

kebijakan publik, karena kebijakan tersebut dibuat oleh pemerintah untuk suatu

tujuan yang sama, yaitu pendidikan nasional. Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional RI No. 133/U/2003 tentang Pemberian Bantuan Block Grant untuk

Pendidikan Dasar dan Menengah, ini merupakan strategi, langkah-langkah,

aturan, proses untuk mencapai tujuan dari pendidikan nasional suatu negara.

Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP dengan mekanisme partisipasi

masyarakat merupakan salah satu turunan dari kebijakan tersebut. Sehingga dapat

dikatakan program merupakan bagian dari strategi untuk mencapai tujuan dari

kebijakan.

4. Program Sebagai Strategi dalam Mencapai Tujuan

Seperti halnya kebijakan pendidikan sebagai sebuah strategi untuk

mencapai tujuan pendidikan, maka Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP

dengan mekanisme partisipasi masyarakat juga merupakan strategi untuk

mencapai tujuan, dalam hal ini tujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat

dalam pendidikan. Penjelasan menyangkut kebijakan dan program sebagai suatu

strategi dalam mencapai tujuan tergambar dalam gambar 2.2.

Dalam gambar 2.2, menunjukkan bahwa kebijakan dan program

merupakan bagian dari rencana operasional (taktik). Rencana operasional adalah

turunan dari rencana strategik. Rencana strategik mencakup misi, tujuan, dan

strategi. Rencana operasional mencakup rencana tetap, dan rencana sekali pakai.

Rencana tetap adalah rencana yang digunakan berulang-ulang, dan dibuat sebagai

penuntun kegiatan. Rencana tetap dapat berganti jika rencana tersebut tidak dapat

lagi digunakan atau tidak sesuai sebagai penuntun misalnya akibat tuntutan

perubahan lingkungan. Rencana tetap terdiri atas kebijakan, prosedur, dan

peraturan. Rencana sekali pakai adalah rencana yang digunakan hanya sekali dan

untuk pelaksanaan aktivitas-aktivitas tertentu, dibuat untuk mencapai tujuan

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 31: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

16   

Universitas Indonesia  

tertentu, dan setelah tujuan tersebut tercapai rencana tersebut ditinggalkan atau

diganti. Rencana sekali pakai mencakup program, proyek dan anggaran. (Silalahi,

1996, p. 149-150).

Gambar 2.2 . Jenis Rencana Secara Hirarkhi

Sumber : Silalahi, 1996, p. 151

Dalam konteks analisis penelitian ini, Program Bantuan Pembangunan

RKB-SMP termasuk dalam rencana sekali pakai. Program ini dapat berubah

sewaktu-waktu jika tujuan dari program tersebut telah terpenuhi. Kebijakan

partisipasi masyarakat dalam pendidikan merupakan kebijakan yang bersifat

tetap karena tertulis dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.

Seperti halnya kebijakan publik, program sebagai strategi dalam mencapai

tujuan, akan melewati proses dalam gambar 2.3. Program akan diawali dengan isu

program, kemudian perencanaan program (formulasi), pelaksanaan program

(implementasi), dan evaluasi program (kinerja).

Rencana Operasional

(Taktik)

Rencana Tetap Kebijakan Prosedur Peraturan

Rencana StrategikMisi

Tujuan Strategi

Rencana Sekali Pakai Program Proyek

Anggaran

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 32: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

17   

Universitas Indonesia  

Proses Kebijakan

Proses politik Evaluasi Kebijakan

Input Proses Output

Lingkungan kebijakan

Gambar 2.3 Proses Kebijakan Publik

Sumber : Tilaar dan Nugroho, 2008, p. 189

Dalam kebijakan publik, proses kebijakan publik akan melewati tahap isu

kebijakan sebagai input bagi tahapan selanjutnya yaitu formulasi kebijakan,

proses formulasi dan implementasi kebijakan merupakan tahapan dalam proses

kebijakan. Untuk mengetahui apakah kebijakan tersebut telah dilaksanakan sesuai

dengan tujuan, maka proses yang dilakukan adalah evaluasi kinerja kebijakan,

(Tilaar dan Nugroho, 2008, p. 189).

Tahapan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan akan menjadi

faktor yang akan diamati dalam pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan

RKB-SMP dengan mekanisme partisipasi masyarakat di sekolah. Indikator dalam

faktor tersebut mencakup hal-hal yang berhubungan dengan partisipasi

masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program.

Selanjutnya untuk mengetahui latar belakang dari munculnya konsep

partisipasi masyarakat dalam pendidikan, maka penting untuk dilakukan tinjauan

literatur mengenai pendekatan partisipasi masyarakat dalam pendidikan, meliputi

teori otonomi pendidikan, dan teori pembiayaan pendidikan.

Isu Kebijakan (Agenda Pemerintah)

Formulasi Kebijakan

Implementasi kebijakan

Kinerja Kebijakan

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 33: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

18   

Universitas Indonesia  

B. Pendekatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan

Kebijakan partisipasi masyarakat dalam pendidikan berawal dari terjadinya

krisis ekonomi. Dalam situasi krisis keuangan, pemerintah tetap harus

bertanggung jawab memberikan bantuan pendidikan kepada sekolah. Hal ini

dirasakan cukup berat, pada saat itulah muncul strategi memberdayakan

masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam pendanaan pendidikan dengan

tujuan agar keberlangsungan program pendidikan tetap berjalan walaupun dalam

kondisi krisis keuangan pada saat itu. Kebijakan melibatkan masyarakat dalam

program pendidikan merupakan bagian dari pendekatan otonomi pendidikan dan

pendekatan subsidi pendidikan. Adapun penjelasan mengenai hal tersebut akan

dibahas dalam sub bab berikut.

 

1. Teori Otonomi Pendidikan

Berdasarkan UU Otonomi Daerah No. 22 tahun 1999, Pemerintah

Indonesia meletakkan perhatian utama terhadap partisipasi masyarakat. Dimana

salah satu tujuannya adalah memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi

secara aktif dalam pendanaan pendidikan dengan menggembangkan kemampuan

masyarakat itu sendiri atau cara-cara lainnya menurut kemampuan dari

masyarakat lokal itu sendiri. “encouraging the community to take initiative and

actively participate in the educational funding by developing their own resources

and new possibilities and other ways that local communities might find desirable

and feasible” (Jalal dan Mustofa, 2001, p. xvii)

Konsep partisipasi masyarakat merupakan alat untuk mewujudkan

pembangunan dalam konteks otonomi pendidikan. Berikut ini beberapa teori yang

mendasari perlunya otonomi daerah di bidang pendidikan. Pertama teori ekonomi

neo-liberal, dan kedua teori organisasi. Teori ekonomi neo-liberal merupakan

jawaban atas centralized system yang selama ini dirasakan kurang efektif dan

efisien. Privatisasi dalam teori ekonomi neo-liberal dapat diartikan bahwa

kewenangan dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 34: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

19   

Universitas Indonesia  

perlu diserahkan kepada pemerintah daerah (dan publik) dan bukan lagi

didominasi oleh pemerintah pusat (Baedhowi, 2007, p. 51).

Teori organisasi yang dinyatakan oleh Murphy dalam Philips (1997)

menyebutkan:

Organizational theory suggests that in decentralization, employees that

are responsible for decision and are empowered to make decisions have

more control over their work and are accountable for their decisions. The

effectiveness for organization is improved because the employee, who

deals with and knows the client, can alter the product or service to meet

the client’s needs (Baedhowi, 2007, p. 52).

Teori ini menekankan bahwa jika suatu organisasi dalam hal ini sekolah

diberikan kesempatan dan diberdayakan dalam pengambilan keputusan, maka

organisasi tersebut akan lebih mudah untuk mengurus kebutuhannya, dan akan

lebih accountable dan organisasi akan lebih efektif karena mereka lebih tau

program dan kebutuhan mereka sendiri. Teori organisasi ini menekankan perlunya

pengambilan keputusan secara partisipatif dari semua anggota organisasi dan

masyarakat pengguna, dengan harapan akan mampu meningkatkan kualitas

layanan pendidikan kepada publik.

Otonomi bidang pendidikan ini juga merupakan suatu usaha untuk

meningkatkan penyediaan sumber daya dalam mengatasi keterbatasan dalam

pendidikan, dalam artian dengan melibatkan pemerintah daerah, sekolah dan

masyarakat, keterbatasan sumber daya dalam pembangunan pendidikan akan

teratasi, sehingga akan meningkatkan pelayanan pendidikan bagi masyarakat

(Baedhowi, 2007, p. 57). Keterbatasan pendanaan yang dimiliki pemerintah

menuntut pemerintah menjalankan konsep pemberian bantuan atau subsidi dalam

pendanaan pendidikan. Adapun pengertian subsidi akan dipaparkan dalam sub

bab berikut.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 35: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

20   

Universitas Indonesia  

2. Teori Subsidi

Bantuan dana dari pemerintah dalam Program Bantuan Pembangunan

RKB-SMP merupakan salah satu bentuk subsidi dari pemerintah kepada sekolah

untuk membantu sekolah memenuhi kebutuhan ruang kelas. Hal ini dikarenakan

keterbatasan pemerintah ketika situasi krisis keuangan pada tahun 1997.

Pemerintah membuat kebijakan pendidikan pemberian bantuan subsidi

pembangunan RKB-SMP dengan mekanisme partisipasi masyarakat, dengan

harapan masyarakat akan membantu kekurangannya.

Subsidi adalah bantuan keuangan dari pemerintah kepada individu atau

kelompok “Subsidy is financial aid given by government to individuals or

groups”  (investorwords.com, 1 Juni 2010). Subsidi adalah pembayaran yang

dilakukan pemerintah kepada perusahaan atau rumah tangga untuk mencapai

tujuan tertentu yang membuat mereka dapat memproduksi atau mengkonsumsi

suatu produk dalam kuantitas yang lebih besar atau pada harga yang lebih murah.

Secara ekonomi, tujuan subsidi adalah untuk mengurangi harga atau menambah

keluaran (output). (Spencer & Amos, 1993, p. 464).

Adapun pengertian subsidi lainnya dikemukakan oleh Kristiadi (1993).

Grant dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis yaitu block grant, conditional

grant, dan matching grants. Block grant merupakan subsidi yang diberikan oleh

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang penggunaannya adalah bebas

tidak ada pengarahan dari pemerintah pusat. Conditional grant adalah subsidi-

subsidi yang penggunaannya oleh pemerintah daerah dilakukan dengan

pengarahan dari pusat. Conditional grant diberikan karena ada kegiatan-kegiatan

yang memberikan manfaat selain ke dalam (intern) organisasi sendiri tetapi juga

memberikan manfaat kepada masyarakat luas. Kegiatan-kegiatan tersebut

misalnya pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Matching grants adalah

kelanjutan dari conditional grant, yaitu bantuan subsidi untuk membiayai

kegiatan-kegiatan yang juga dibiayai oleh pemerintah daerah.

Selanjutnya dalam pandangan lainnya, tanggung jawab pemerintah

terhadap pendidikan di sekolah, dalam hal ini pemberian bantuan dana

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 36: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

21   

Universitas Indonesia  

pembangunan RKB-SMP merupakan usaha pemerintah dalam konteks investasi,

hal ini merupakan bagian dalam ilmu ekonomi pendidikan, dan merupakan hal

yang tak terpisah dari ilmu ekonomi sumber daya manusia untuk pembangunan

nasional. (Fattah, 2006, p. 18).

Konsep investasi SDM ini menganggap penting kaitannya antara

pendidikan, produktivitas kerja dan pertumbuhan ekonomi. Teori human capital

menganggap bahwa tenaga kerja merupakan pemegang kapital (capital holder)

yang tercermin dalam keterampilan, pengetahuan, dan produktivitas kerjanya.

Jika tenaga kerja merupakan pemegang kapital, orang dapat melakukan investasi

untuk dirinya dalam rangka memilih profesi atau pekerjaan yang dapat

meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Investasi sebagai konsep umum dapat

diartikan sebagai upaya meningkatkan nilai tambah barang atau jasa di kemudian

hari dengan mengorbankan nilai konsumsi sekarang (Cohn, 1979,

Psacharopoulos, 1988, Fattah, 2006, p. 18).

Pusat perhatian mendasar dari konsep ekonomi adalah bagaimana

mengalokasikan sumber-sumber yang terbatas untuk mencapai tujuan yang

beraneka ragam dan tak terhingga jumlahnya. Pertimbangan ekonomis

berdasarkan pada kemampuan anggaran, sedangkan pertimbangan politis

berdasarkan pada tujuan masyarakat secara menyeluruh.

Kelompok masyarakat yang mampu perlu didorong untuk memberi

sumbangan yang lebih besar dalam membiayai pendidikan. Bagi masyarakat yang

tidak mampu disediakan bantuan, baik langsung maupun tidak langsung demi

pemusatan dan keadilan pendidikan, dunia usaha didorong untuk memberi

bantuan beasiswa, tenaga, fasilitas praktik, dan penelitian. Masyarakat dan dunia

usaha didorong pula untuk memberikan pemikiran dan pertimbangan dalam

perumusan kebijakan pendidikan (Fattah, 2006, p. 82-83).

Berdasarkan hal di atas, maka pemerintah memberikan bantuan dalam

bentuk subsidi sebagai bagian dari investasi terhadap pendidikan. Subsidi

pendidikan dalam lingkup otonomi pendidikan khususnya dalam Program

Bantuan Pembangunan RKB-SMP cenderung mengarah pada bentuk matching

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 37: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

22   

Universitas Indonesia  

grants. Pemerintah merasa memiliki keterbatasan dalam memberikan pembiayaan

tersebut, sehingga pendekatan partisipasi masyarakat menjadi strategi pemerintah

untuk mendorong masyarakat untuk berkontribusi.

Berdasarkan tinjauan literatur mengenai teori otonomi pendidikan serta

teori subsidi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa bantuan pembangunan RKB-

SMP dari pemerintah kepada sekolah merupakan subsidi dari pemerintah kepada

sekolah sebagai bagian investasi di bidang pendidikan untuk mencapai tujuan

pendidikan dalam hal ini proses pembelajaran melalui dukungan sarana dan

prasarana pendidikan melalui keterlibatan masyarakat dalam program pendidikan.

Selanjutnya untuk memahami pengertian dari partisipasi masyarakat itu sendiri,

dalam bagian berikut akan dibahas mengenai konsep dari partisipasi masyarakat

itu sendiri.

C. Teori Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat merupakan mekanisme yang dianggap efektif dan

efisien oleh pemerintah untuk mensukseskan program penuntasan wajib belajar 9

tahun. Secara sederhana partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat

dalam suatu kegiatan atau program, dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang

maksimal. Adapun pengertian dari partisipasi akan dibahas dalam sub bab berikut.

1. Partisipasi

Partisipasi secara sederhana dapat diartikan sebagai mengambil bagian.

Umumnya seseorang berpartisipasi ketika ia berkontribusi sesuatu (Nila, 2007, p.

12). Dalam publikasi elektronik (delivery.org) menyebutkan, Partisipasi juga

berarti kebebasan masyarakat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan, dan

memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk terlibat dan berperan serta dalam

setiap tahapan, mulai dengan analisa secara bersama, menuju pada rencana

tindakan, penerapan, dan pemantauan, termasuk pengambilan keputusan disetiap

tahap (Nila, 2007, p. 12).

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 38: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

23   

Universitas Indonesia  

Kelt Davis (1962) menyebutkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan

mental dan emosional individu-individu dalam suatu kelompok, sehingga

mendorongnya untuk berkontribusi dalam tujuan kelompok dan saling berbagi

tanggung jawab, ”Participation is defined as individuals, mental and emotional

involvement in agroup situation that encourages him to contribute to group goal

and to share responsibility for them” (p. 427).

Menurut World Bank (2005), partisipasi adalah proses di mana para

stakeholder mempengaruhi dan berbagi dalam mengawasi suatu rencana prioritas,

pembuatan kebijakan, alokasi sumber daya dan akses terhadap barang dan

pelayanan publik. Partisipasi dianggap penting karena partisipasi membantu

membangun rasa kepemilikan, keterbukaan, tanggung jawab, sehingga

meningkatkan efektivitas terhadap kebijakan dan proyek pembangunan.

Participation is the process through which stakeholders influence and

share control over priority setting, policy making, resources allocations

and access to public goods and services. Participation is considered

important because participation helps build the sense for ownership and

enhances transparency as well as accountability and in doing so enhances

effectiveness for development project and policies. (Hapsari, 2006, p. 54-

55).

FAO (2005), mendefinisikan partisipasi dalam pembangunan adalah suatu

proses untuk keterlibatan aktif para stakeholder dalam formulasi kebijakan dan

strategi pembangunan serta dalam analisis perencanaan, pelaksanaan, monitoring,

dan evaluasi terhadap aktivitas pembangunan tersebut.

Participation in development as a process for equitable and active

involvement for all stakeholders in the formulation for development

policies and strategies and in the analysis, planning, implementation,

monitoring, and evaluation for development activities. (Hapsari, 2006, p.

55).

Pengertian partisipasi lainnya dikemukakan oleh Jalal dan Supriadi (2001)

Partisipasi berarti pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 39: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

24   

Universitas Indonesia  

terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan,

bahan, dan jasa. Selain itu partisipasi dapat berarti pula kelompok mengenal

masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan

memecahkan masalahnya. Keikutsertaan dapat menjadi alat dan tujuan, tetapi

dapat pula berarti keduanya (p. 201-202).

Cheng (1996) menyebutkan bahwa penting untuk melibatkan guru, siswa,

orang tua, dan pemimpin masyarakat dalam strategi proses manajemen khususnya

dalam proses pembuatan keputusan untuk kesuksesan manajemen sekolah,

karena, pertama, akan menghasilkan perencanaan, dan implementasi yang lebih

baik; kedua, menghasilkan keputusan dan perencanaan yang berkualitas; ketiga,

semakin tinggi partisipasi, semakin besar tanggung jawab, dan komitmen dalam

mendukung keberhasilan program; keempat, untuk membangun budaya kerja tim

dan integrasi; kelima, akan memberikan kesempatan untuk individu dan

kelompok untuk meningkatkan kemampuan profesional mereka; dan keenam,

menyediakan lebih besar peluang untuk sekolah untuk mengatasi hambatan serta

mengubah praktek tidak efektif. (Hapsari, 2006, p. 56).

Berdasarkan teori partisipasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan program pendidikan dianggap cukup

penting untuk meningkatkan kemajuan pendidikan di sekolah. Siapa saja yang

dimaksud masyarakat, berikut ini akan dipaparkan pengertian dari masyarakat

tersebut.

2. Masyarakat

Adapun yang dimaksud dengan masyarakat dapat dilihat dalam beberapa

pengertian berikut: R.M.MacIver (1917) menyebutkan masyarakat adalah suatu

kelompok sosial yang hidup bersama, terikat dengan keturunan dan asal daerah,

atau tinggal bersama di satu wilayah yang sama. Biasanya masyarakat memiliki

kesamaan sesuatu seperti ide, kebiasaan, rasa memiliki. Masyarakat merupakan

suatu unit sosial yang kuat, masing-masing anggotanya memiliki rasa memiliki

dan solidaritas yang tinggi.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 40: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

25   

Universitas Indonesia  

Community as a social group in which people live together, bounded by

blood or share territorial bonds, or common life in particular area. Some

features generated in such a community are social likeness, common

social idea, common customs, and sense for belonging together. And

according to the antropologhy point for view, community can be defined

as a tight social unit, in which the members have strong sense for

belonging and soladarity. (Hapsari, 2006, p. 51).

Jalal & Supriadi (2001), secara sederhana masyarakat dapat diartikan

sebagai sebuah kelompok yang hidup dalam daerah khusus. Setiap kelompok

mempunyai beberapa ciri: pertama, sebuah jaringan untuk saling berbagi

perhatian dan keinginan, walaupun mereka mempunyai perbedaan dalam status

sosial, peranan, dan tanggung jawab. Kedua, simbol bersama atau tempat bersama

seperti tempat pertemuan, desa, bagian kota, atau wilayah yang dilayani sekolah;

ketiga, perluasan dari keluarga inti yang memungkinkan setiap orang berkaitan

keluarga dan menggunakan peran-peran seperti dalam keluarga, misalnya

kebersamaan, kekuasaan, kewenangan, dan sebagainya; keempat, anggota

masyarakat ditentukan terutama melalui kelahiran dan perkawinan serta rasa

kepemilikan bersama; kelima, sesuatu yang membedakan dirinya dari masyarakat

lain. (p. 201-202).

Konsep masyarakat terbagi atas dua hal yaitu functional dan value.

Functional communities merupakan istilah untuk menyebut suatu masyarakat

yang memiliki norma sosial dan sanksi dari struktur sosialnya itu sendiri.

Masyarakat ini memiliki kesamaan dalam banyak hal, misalnya kesamaan

geografi, sosial, ekonomi dan ideologi. Value community lebih mengarah pada

kumpulan orang-orang yang memiliki kesamaan nilai tentang pendidikan, orang-

orang ini biasanya tidak saling mengenal, dan berasal dari berbagai macam latar

belakang, dan pendidikan, mereka berada dalam satu kesatuan lingkungan sekolah

anak-anak mereka. Coleman and Hforfer (1987) menyebutkan:

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 41: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

26   

Universitas Indonesia  

Functional communities are characterized by structural consistency

between generation in which social norms and sanctions arise out for the

social structure itself, and both reinforce and perpetuate the stucture,

functional communities exhibit a high degree for uniformity and cohesion

within geographical, social, economic, and ideological boundaries”

Smrekar (1996) Value communities is a collection for people who share

similar values about aducation and child rearing but who are not a

fuctional community, they are strangers from various neighborhoods,

background, and occupations united around an educational

organizational organization their children school (Hapsari, 2006, p. 52).

Jika dilihat dari sudut pandang tanggungjawabnya, masyarakat memiliki

dua fungsi. Pertama, “community can act as a control institution”. dan kedua

“the community is an alternative source for financial support” Untuk yang

pertama, masyarakat sebagai lembaga kontrol dalam hal ini orang tua yang

memiliki anak bersekolah pasti ingin mengetahui apakah anaknya telah menerima

pengajaran pendidikan yang sesuai dengan tingkatnya, apakah anaknya telah di

berikan pengajaran dengan metode dan proses yang sesuai dengan karakteristik

lokal, budaya,dan nilai. Masyarakat dalam konteks organisasi bisnis, akan

melakukan kontrol terhadap lembaga pendidikan dalam hal ini sebagai pengguna

lulusan dari lembaga pendidikan tersebut. Fungsi yang kedua, financial support

merupakan isu dalam konteks desentralisasi pendidikan. Di sini masyarakat

difungsikan sebagai sumber alternatif keuangan pendidikan. (Jalal & Mustofa,

2001, p. 52).

Berdasarkan pengertian masyarakat di atas, maka yang termasuk

masyarakat di lingkungan sekolah adalah orang tua murid, masyarakat lokal

sekitar sekolah, dunia usaha, kalangan professional, tokoh masyarakat, alumni,

yayasan pendidikan, dan semua stakeholder yang memiliki kepentingan dengan

pendidikan.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 42: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

27   

Universitas Indonesia  

3. Partisipasi Masyarakat

Grant (1979), menyebutkan partisipasi masyarakat adalah masyarakat dan

lembaga sosial yang mempengaruhi sekolah sehingga menjadi mitra bagi sekolah

dalam pembuatan kebijakan sekolah, seperti dalam hal pembiayaan, perencanaan

kurikulum, pemilihan pegawai sekolah, hingga perencanaan dalam masalah

integrasi.

Community participation is that in which citizens and social agencies

affected by school are partners in making important school policy

decisions in areas such as budget, curriculum planning, selection for

school personnel, and plan for racial integration (Hapsari, 2001, p. 60).

Robson M, and Mathews R (1995) menyebutkan partisipasi masyarakat

bisa dalam bentuk. Pertama, kontribusi dalam bentuk sesuatu misalnya sumber

daya, material, dan tenaga untuk membangun atau memperbaiki gedung sekolah

dan perlengkapannya. Kedua, terlibat sebagai konsultan manajemen dalam

pendidikan dan tidak terlibat dalam pembuatan keputusan. Ketiga, terlibat dalam

pembuatan keputusan, dan keempat, keterlibatan masyarakat secara langsung

dalam manajemen (masyarakat diberikan kesempatan secara langsung dalam

pembuatan keputusan).

Contribution in kind : Interest groups contribute resources, material, and

labour to construct or repair school buildings and equipment;

Consultative management : They are consulted on matters related to

education, but not involved in decision making; Participatory

management : They participate in decision making process; Direct

participation in management at the grassroots level (they have

opportunities for direct involvement in decision making). (Hapsari, 2001,

p. 60-61).

Banyak kasus, partisipasi masyarakat dalam pendidikan terbatas pada

partisipasi dalam bentuk dana (contribution in kind) sebagai supporting finance,

dan ini terjadi di Negara-negara berkembang, dimana Negara belum mampu

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 43: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

28   

Universitas Indonesia  

memenuhi secara penuh seluruh kebutuhan pendidikan di Negara tersebut. Hal ini

sesuai dengan apa yang ditulis berikut ini:

When community participation is discussed in light for whole for

educational development, it is likely to be limited to the role for the

community as a source for funds in most cases. The notion for so-called

“community financing” is increasingly accepted as an important source

for supplementary funds for education, especially in countries where

government have been unable to meet the full demand for education

(Psacharopoulos and Woodhall, 1985 : 159-162, Bray and Lilis, 1988 : 1-

9, cited in Lockheed and Verspoor, 1991 : 190-203, Hapsari, 2006: 61).

Menurut Jalal dan Mustofa (2001), masyarakat di sini mencakup individu,

kelompok, lembaga non pemerintah, dan sektor swasta.

Public participation in education can be carried out by individuals,

groups, and institutions such as NGO’s or the private sector. Their

participation in education will be more effective since communities can

enjoy it directly.” (p. xvii).

Menurut Malcivini (2003) partisipasi masyarakat dapat dibedakan atas

empat jenjang atau tingkat, yaitu mulai dari yang dangkal sampai yang dalam dari

pertukaran informasi pasif hingga komitmen penuh.

Berbagi/ Mengumpulkan Informasi

Konsultasi

Kolaborasi/Pembuatan Keputusan Bersama

Pemberdayaan /Kendali Bersama

Dangkal----------------------------------------------------------------------------------.Dalam

Gambar 2.4 Tingkat Partisipasi Sumber : Nila, 2007, p. 14

Dalam gambar 2.4 di atas menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat

pada tahap berbagi/mengumpulkan informasi berada pada ujung pasif atau

dangkal dari skala partisipasi. Dalam tingkat partisipasi ini, komunikasi lebih

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 44: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

29   

Universitas Indonesia  

bersifat satu arah daripada interaktif. Tahap konsultasi didefinisikan sebagai

upaya untuk meminta pendapat kepada seseorang mengenai sesuatu, proses

konsultasi hanya terfokus untuk memperoleh persetujuan (yang relative pasif)

untuk kegiatan yang telah direncanakan, atau telah diatur. Konsultasi dapat

berkembang menjadi kolaborasi atau kendali bersama, bila orang tersebut terlibat

dalam mendefinisikan perubahan yang diinginkan, atau dalam mengidentifikasi

masalah dan solusinya. Tingkat partisipasi ini dianggap sebagai partisipasi sejati.

Teori tingkat partisipasi yang kedua dikemukakan oleh Amstein dalam

Wilcox (1994). Amstein membedakan partisipasi dalam delapan anak tangga

partisipasi. Delapan anak tangga tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Delapan Anak Tangga Partisipasi Masyarakat

Tipologi Partisipasi

Tingkat Partisipasi

Uraian

Degrees for Citizen Power

Citizen Control Pada tingkat ini, masyarakat memiliki kekuasaan atas kebijakan publik, baik dalam perumusan, implementasi, hingga evaluasi, dan kontrol

Delegate Power

Pihak sekolah mendistribusikan sebagian kewenangannya kepada unsur masyarakat untuk mengurus beberapa kebutuhan

Partnership Masyarakat dan pihak sekolah menjadi mitra sejajar

Degree for Tokenism

Placation Sudah terjadi dialog dan negosiasi, namun, kekuasaan untuk memutuskan berada di tangan pihak sekolah

Consultation Ada komunikasi 2 arah seperti public hearing

Informing Terjadi peningkatan komunikasi, namun masih satu arah

Non-Participation

Therapy Komunikasi yang terbatas dan bersifat pengarahan

Manipulation Tidak terjadi komunikasi maupun dialog

Sumber : Wilcox, RRA Notes (1994), Issue 21, pp.78-82, IIED London

Manipulation dan Therapy merupakan Non-Participation karena dalam

kasus ini pemegang kekuasaan membenarkan suatu usulan (proposal) dengan

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 45: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

30   

Universitas Indonesia  

seolah-olah melibatkan masyarakat. Pemegang kekuasaan memanipulasi

informasi untuk memperoleh dukungan masyarakat dan menjanjikan mereka

kondisi yang lebih baik.

Information, Consultation, dan placation merupakan Degree for

Tokenism, karena hanya memberikan kesempatan yang terbatas pada masyarakat

untuk terlibat dalam proses perencanaan. Pemegang kekuasaan menginformasikan

suatu usulan kepada masyarakat, tetapi masyarakat tidak diberdayakan untuk

mempengaruhi outcome. Jenis partisipasi ini sama dengan Passive public

participation, dimana masyarakat tidak hanya diberi informasi, tetapi juga

diundang untuk memberikan pandangannya walaupun tidak ada jaminan bahwa

pendapat tersebut akan dipertimbangkan. Partisipasi ini juga dapat dipandang

sebagai Pseudo Participation, dimana masyarakat tidak benar-benar diberdayakan

untuk terlibat dalam pengambilan keputusan.

Partnership, delegate Power, dan Citizen Control merupakan Degree for

Citizen Power. Dalam partnership, masyarakat dapat bernegosiasi dengan

pembuat keputusan, sehingga gagasan-gagasan mereka dapat dipertimbangkan.

Citizen Control sama dengan gagasan Full Participation, di mana masyarakat

dapat berpartisipasi dalam mengendalikan seluruh proses pengambilan keputusan.

Teori partisipasi masyarakat yang ketiga, dikemukakan oleh Sarah White.

Sarah White (1996) menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat meliputi 3

kriteria yaitu form (bentuk partisipasi), top-down (upaya sekolah untuk

melibatkan masyarakat dalam program), bottom-up (partisipasi menurut

masyarakat untuk terlibat dalam program).

Menurut White (1996), teori partisipasi masyarakat ini dapat digunakan

untuk mengamati partisipasi masyarakat dalam program-program pembangunan

atau pendidikan. Seperti yang ditulis oleh White (1996) berikut ini “participation

typology is used to systematically examine community participation in

development projects and education projects”. (Ternieden, 2009, p. 27). Untuk

lebih jelasnya teori partisipasi masyarakat tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.2.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 46: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

31   

Universitas Indonesia  

Dalam Tabel 2.2, White (1996) membagi atas tiga kriteria dalam

memahami partisipasi masyarakat dalam program pembangunan. Pertama, bentuk

partisipasi masyarakat (form), kedua, partisipasi masyarakat menurut sekolah,

(Top-Down), dan ketiga, partisipasi menurut masyarakat (Bottom-Up).

Masing-masing kriteria terdiri atas empat tingkatan partisipasi masyarakat.

Tingkat pertama, partisipasi masyarakat berfungsi sebagai pajangan (display).

Tingkat kedua, partisipasi masyarakat meningkat dari bersifat pajangan kearah

bentuk sesuatu, misalnya uang, material, dan tenaga. Tingkat ketiga, partisipasi

masyarakat meningkat kearah keterlibatan dalam perencanaan program, artinya

adanya keterlibatan aktif masyarakat menyumbangkan suaranya (voice) dalam

perencanaan program. Tingkat keempat berarti masyarakat lebih aktif

berpartisipasi, karena masyarakat berperan sebagai pengelola program.

Tabel 2.2 Framework for Community Participation

Form Top-Down Buttom-UP Function

Nominal Legitimation Inclusion Display

Instrumental Efficiency Cost Means

Representative Sustainibility Leverage Voice

Transformative Empowerment Empowered Means/end

Sumber : “Depoliticising development: The uses and abuses for participation” by S. White. 1996, Development in Practice, 6(1), p. 7. Copyright 1996 by Francis and Taylor. Reprinted with permission; Ternieden, 2009, p. 26

Untuk kriteria pertama adalah bentuk partisipasi meliputi empat tingkatan

yaitu Nominal, Instrumental, Representative, and Transformative.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 47: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

32   

Universitas Indonesia  

1. Tingkat pertama: Nominal Participation adalah bentuk minimal dari partisipasi

masyarakat. Contohnya anggota masyarakat sekolah hadir dalam pertemuan di

sekolah. “The community’s participation is minimal. For example, community

members attend meetings only in a functional sense.”

2. Tingkat kedua: Instrumental Participation adalah adanya keterlibatan

masyarakat dalam bentuk sesuatu untuk mendukung program . Contohnya

adanya kontribusi masyarakat dalam bentuk tenaga, material, dan uang.

“Instrumental participation is when the community supports the project by

giving labor, local materials, or cash. For example, The community uses tools

such as labor or cash as instruments to participate in the project.”

3. Tingkat ketiga, Representative Participation adalah keterlibatan aktif

masyarakat dalam mengusulkan sesuatu, berpendapat, dalam mendukung

program. Dalam tahap ini pendapat (voice) masyarakat terdengar, didengar dan

digunakan oleh sekolah. Contohnya keterlibatan aktif masyarakat dalam

membuat perencanaan program.

“Representative participation includes the community as an active participant

in the project. For example, the community is asked to contribute by forming

their own groups and creating plans for the project. Through this process

community members increase their level for participation in the project by

becoming more active participants”.

4. Tingkat keempat: Transformative Participation adalah bentuk keterlibatan

masyarakat dalam mengatur, membuat keputusan, dan menjalankan suatu

kegiatan. Dalam proses ini masyarakat akan memiliki rasa kepemilikan yang

penuh terhadap program.

“The community is empowered to manage, to make decisions, and to

implement the project. The school acts as a facilitator not an initiator for the

activity, and the community takes ownership for the project and determines

goals and priorities. Through this process, community members experience a

sense for ownership as full-fledged participants in subsequent decision

making” (White, 1996; Ternieden, 2009, p. 27-28).

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 48: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

33   

Universitas Indonesia  

Kriteria bentuk di atas, merupakan gambaran bentuk dari tingkatan

partisipasi masyarakat, mulai dari Nominal, yaitu bentuk yang terendah, hingga

Transformative, bentuk partisipasi masyarakat yang tertinggi. Bentuk partisipasi

masyarakat dikatakan rendah ketika masyarakat hanya hadir di sekolah tanpa

kontribusi lainnya, dikatakan tinggi ketika masyarakat terlibat dalam mengatur,

membuat keputusan, dan menjalankan suatu kegiatan. “Each type for

participation illustrates an increasing level for active participation by the

community.” (Ternieden, 2009, p. 28)

Kriteria kedua adalah partisipasi masyarakat menurut sekolah (top-down)

Kriteria ini mencakup empat tingkatan yaitu : Legitimation, Efficiency,

Sustainability, dan Empowerment.

1. Tingkat pertama: Legitimation. Menurut sekolah, partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan program cukup pada legitimasi. Legitimasi ini terbatas pada

pajangan, tanpa mengharap adanya input dari masyarakat.

“A development project that has nominally created a women’s group without

seeking community input or direction legitimizes the community participation

project. The community’s participation is marginal.”

2. Tingkat kedua: Efficiency adalah sekolah menganggap penting partisipasi

masyarakat dalam bentuk sesuatu seperti uang, tenaga, material. “The NGO

encourages the community to participate more fully in the project by

contributing in kind labor or cash”.

3. Tingkat ketiga: Sustainability adalah pihak sekolah mendorong masyarakat

untuk berpartisipasi dalam perencanaan program, dan sekolah merespon suara

masyarakat tersebut. “The community participates more broadly in the plans

for the project.”

4. Tingkat keempat : Empowerment adalah pihak sekolah memberdayakan

masyarakat untuk terlibat dalam mengelola, membuat keputusan, dan

mengimplementasikan program. “The community requires ownership for the

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 49: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

34   

Universitas Indonesia  

project and its participation is more comprehensive” .(White, 1996;

Ternieden, 2009, p. 27)

Kriteria di atas, merupakan gambaran tingkat partisipasi masyarakat

menurut sekolah, dimulai dari tingkat terendah yaitu legitimacy hingga tertinggi

yaitu empowerment. Partisipasi masyarakat dikatakan rendah ketika sekolah hanya

melegitimasi secara formal keterlibatan masyarakat, dikatakan tinggi jika sekolah

tidak hanya melegitimasi keterlibatan masyarakat tersebut, juga mendorong dan

memberdayakan masyarakat dalam mengelola, membuat keputusan, dan

mengimplementasikan program.

Kriteria partisipasi masyarakat yang ketiga adalah partisipasi masyarakat

menurut masyarakat (Bottom-up). Bagian ini menjelaskan bagaimana masyarakat

memandang partisipasi tersebut. Kriteria ini meliputi: Inclusion, Cost, Leverage,

and Empowerment.

1. Tingkat pertama: Inclusion adalah masyarakat memandang kontribusi mereka

cukup dengan hadir dalam pertemuan. Contohnya masyarakat hadir dalam

suatu pertemuan di sekolah, namun mereka tidak berkontribusi dalam

penyusunan program. ”Inclusion is the equivaent for going to a group

meeting”

2. Tingkat kedua: Cost adalah masyarakat memadang kontribusi mereka dalam

program adalah cukup dengan dana, tenaga, material, dan waktu.

“When communities are expected to contribute in kind labor or materials,

time, and participation represent a cost to the the community. From the

community’s perspective a contribution for time and materials is a cost.

Although not insignificant, the community’s participation in the project is

low.”

3. Tingkat ketiga: Leverage adalah masyarakat memahami bahwa partisipasi

mereka merupakan kekuatan keberhasilan program. Contohnya masyarakat

tidak hanya hadir dalam rapat, dan menyumbang dana, juga aktif terlibat

dalam diskusi tentang apa bentuk partisipasi masyarakat yang diharapkan

dalam program.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 50: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

35   

Universitas Indonesia  

“The community understands that active participation ensures leverage to

influence the project. The community might not only attend a meeting but also

contribute to the discussion for how the community might participate in the

project.”

4. Tingkat keempat: Empowered adalah jika agenda dan aksi datang secara

langsung dari masyarakat, maka masyarakat akan merasa memiliki program

tersebut.

“The community is empowered when the agenda and action come directly

from the community. From the community’s viewpoint, it has become

empowered to take ownership for the project and determine project priorities.

Their participation is more comprehensive than the characteristic for

leverage” (White, 1996; Ternieden, 2009, p. 28-29).

Kriteria di atas, menunjukkan gambaran tingkat partisipasi masyarakat

berdasarkan sudut pandang masyarakat dari tingkat yang terendah hingga

tertinggi. Dikatakan rendah jika masyarakat menganggap partisipasi masyarakat

cukup dengan hadir saja, dikatakan tinggi jika masyarakat menganggap penting

untuk terlibat dalam pengelolaaan program sehingga agenda dan aksi datang dari

masyarakat.

Berdasarkan tiga teori tentang tingkat partisipasi masyarakat di atas, maka

penelitian ini akan menggunakan teori framework for community participation

dari Sarah White untuk menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam

Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP, karena peneliti menganggap teori ini

dapat menjawab pertanyaan dalam penelitian ini.

Untuk lebih jelasnya bagaimana teori ini bekerja, berikut ini dalam

gambar 2.5, gambaran mengenai tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan

bentuk (form) sebagai penyederhanaan teori kerangka kerja partisipasi masyarakat

dari Sarah White (1996).

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 51: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

36   

Universitas Indonesia  

Tingkat 4 : Terlibat aktif sebagai pengelola

Tingkat 3 : Terlibat aktif dalam perencanaan

Tingkat 2 : Partisipasi dalam bentuk dana, tenaga, material

Tingkat 1 : Kehadiran

Gambar 2.5 Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Bentuk Partisipasi

Sumber : Ternieden, 2009, p. 26, dan hasil olah pikir peneliti

Berdasarkan gambar 2.5 di atas, terlihat bahwa bentuk partisipasi

masyarakat dikatakan rendah ketika, masyarakat hanya hadir dan mendengarkan

dalam rapat-rapat sekolah, komunikasi terlihat satu arah, masyarakat cenderung

pasif. Tingkat partisipasi akan meningkat ketika masyarakat mulai berpartisasi

dalam bentuk sesuatu seperti uang, tenaga, material. Kemudian partisipasi

dikatakan akan meningkat lagi ketika ada wakil dari unsur masyarakat yang

terlibat dalam perencanaan program. Artinya telah terjadi komunikasi dua arah,

hingga partisipasi masyarakat dikatakan tinggi ketika masyarakat terlibat sebagai

pengelola program.

Selanjutnya dalam gambar 2.6 tingkat partisipasi masyarakat menurut

sekolah. Partisipasi masyarakat berada pada tingkat 1, ketika sekolah menganggap

keberadaan masyarakat hanya sebatas legitimasi saja. Partisipasi masyarakat akan

meningkat di tingkat 2, ketika sekolah mulai mendorong masyarakat untuk

berpatisipasi dalam bentuk sesuatu seperti dana, tenaga, material. Kemudian

partisipasi masyarakat akan meningkat di tingkat 3, ketika sekolah melibatkan

masyarakat dalam perencanaan program. Selanjutnya partisipasi masyarakat

berada di tingkat 4, ketika sekolah memberdayakan masyarakat untuk terlibat

sebagai pengelola program.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 52: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

37   

Universitas Indonesia  

Tingkat 4 : Sekolah memberdayakan masyarakat sebagai pengelola program

Tingkat 3 : Sekolah melibatkan masyarakat dalam merencanakan program

Tingkat 2 : Sekolah mendorong masyarakat untuk berkontribusi dalam bentuk dana, tenaga, material

Tingkat 1 : Sekolah melibatkan masyarakat hanya sebatas pada legitimasi bahwa masyarakat itu ada,

Gambar 2.6 Tingkat Partisipasi Masyarakat Menurut Sekolah

Sumber : Ternieden, 2009, p. 26, dan hasil olah pikir peneliti

Tingkat partisipasi masyarakat menurut masyarakat, memiliki

karakteristik yang hampir sama dengan tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan

bentuk dan menurut sekolah. Gambaran tingkat tersebut terlihat dalam gambar 2.7

berikut ini.

Tingkat 4 : Masyarakat menganggap penting untuk memberdayakan diri dalam pengelolaan program

Tingkat 3 : Masyarakat menganggap penting untuk terlibat dalam perencanaan program

Tingkat 2 : Masyarakat menganggap penting untuk berpartisipasi menyumbang dana, tenaga, material

Tingkat 1 : Masyarakat menganggap partisipasi cukup dengan hadir ketika sekolah mengundang

Gambar 2.7 Tingkat Partisipasi Masyarakat Menurut Masyarakat Sumber : Ternieden, 2009, p. 26, dan hasil olah pikir peneliti

Berdasarkan gambar 2.7 menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat

berada di tingkat 1, ketika masyarakat menganggap partisipasi cukup dengan

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 53: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

38   

Universitas Indonesia  

hadir saja. Partisipasi akan meningkat di tingkat 2, ketika masyarakat

menganggap partisipasi tidak cukup hanya dengan hadir namun perlu dalam

bentuk sesuatu, misalnya sumbangan dana, tenaga, material. Partisipasi akan

meningkat di tingkat 3, ketika masyarakat menganggap partisipasi mereka tidak

cukup hanya dengan hadir, namun perlu adanya keterwakilan unsur masyarakat

dalam perencanaan program. Terakhir, partisipasi akan berada di tingkat 4, ketika

masyarakat ikut mengelola program tersebut.

Masing-masing tingkat menggambarkan fungsinya masing-masing.

Tingkat 1, berfungsi sebagai tampilan luar (display). Tingkat 2, berfungsi sebagai

partisipasi dalam bentuk barang/uang (means); tingkat 3, berfungsi sebagai suara

masyarakat atau pemikiran (voice), dan tingkat 4 berfungsi sebagai pengelola

program (means/end).

Partisipasi masyarakat tersebut difasilitasi oleh suatu organisasi yang

bernama Komite Sekolah di setiap satuan pendidikan. Untuk lebih jelasnya,

pengertian dan peran Komite Sekolah tersebut akan dipaparkan dalam sub bab

berikut ini.

4. Komite Sekolah

Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002

tenteng Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, menyebutkan bahwa Komite

Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam

rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di

sekolah. Komite Sekolah memiliki tujuan untuk mewadahi dan menyalurkan

aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan

program pendidikan di satuan pendidikan; meningkatkan tanggung jawab dan

peran serta masyarakat dalam rangka penyelenggaraan pendidikan; dan

menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam

penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu.

Komite Sekolah memiliki empat peran. Pertama, sebagai pemberi

pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan; Kedua,

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 54: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

39   

Universitas Indonesia  

sebagai pendukung baik bersifat finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam

penyelenggaraan pendidikan; Ketiga, sebagai pengontrol dalam rangka

transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan; dan

Keempat, sebagai mediator antara pemerintah dan masyarakat.

Untuk menjalankan fungsi tersebut, maka anggota Komite Sekolah

seharusnya terdiri atas 8 unsur yaitu unsur masyarakat dan unsur dewan guru.

Unsur masyarakat di sini terdiri atas: orang tua/wali peserta didik, tokoh

masyarakat, tokoh pendidikan, dunia usaha/industri, organisasi profesi tenaga

pendidikan, wakil alumni, dan wakil peserta didik.

Agar dapat memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat, sekolah

harus membina kerja sama dengan orang tua dan masyarakat, menciptakan nuansa

kondusif dan menyenangkan bagi pesera didik dan warga sekolah. Interaksi antara

sekolah dan masyarakat dapat diwujudkan melalui mekanisme pengambilan

keputusan antara sekolah dengan Komite Sekolah. Hal ini sesuai dengan

pendekatan pelaksanaan desentralisasi pendidikan, yaitu: pertama, pola dan

pelaksanaan manajemen harus demokratis; kedua, pemberdayaan masyarakat

harus menjadi tujuan utama; ketiga, peran serta masyarakat, bukan hanya pada

stakeholders, tetapi merupakan bagian mutlak dari sistem pengelolaan; keempat,

pelayanan harus lebih cepat, efisien, efektif, melebihi pelayanan era sentralisme

demi kepentingan siswa dan rakyat banyak; dan kelima, keanekaragaman aspirasi,

nilai, dan norma lokal harus dihargai dalam rangka memperkuat sistem

pendidikan nasional (Siskandar, 2008, p. 667).

Berdasarkan hal di atas, jelas menunjukkan bahwa Komite Sekolah

merupakan lembaga perwakilan dari unsur masyarakat yang cukup penting untuk

menjalankan perannya dalam memberikan pertimbangan, mendukung,

mengontrol, serta melakukan mediasi dalam pelaksanaan Program Pembangunan

RKB-SMP di sekolah. Sehingga Komite Sekolah dapat dijadikan informan kunci

dalam menggali secara mendalam tingkat partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan program ini. Sebelum masuk dalam pembahasan mengenai metode

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 55: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

40   

Universitas Indonesia  

penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini, penting untuk meninjau

beberapa hasil penelitian partisipasi masyarakat dalam pendidikan.

 

D. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan

Dalam sub bab berikut akan dibahas beberapa hasil penelitian tentang

partisipasi masyarakat dalam pendidikan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

terdapat variasi tingkat partisipasi masyarakat, dan terdapat banyak faktor yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pendidikan. Ringkasan penelitian

tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.3.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 56: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

41   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 57: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

42   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 58: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

43  

43 Universitas Indonesia  

Berdasarkan tabel 2.3, hasil penelitian yang pertama, Ternieden (2009)

menemukan bahwa terdapat partisipasi masyarakat aktif dalam program

pendidikan di tiga desa di daerah Ethiopia. Keterlibatan masyarakat cenderung

dalam bentuk uang dan tenaga.

These communities were already active but needed the resources to fully

mobilize themselves. Cash and labour were found to be the only means in

which these communities could participate and suggested their intense

commitment to the project (Ternieden, 2009, p. 129, 132, 138)

Ternieden (2009) menemukan pula terdapat lima faktor yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat. Faktor-faktor tersebut adalah fleksibilitas

lembaga non pemerintah (NGO) yang melakukan pendampingan program

pendidikan di lokasi tersebut, keterlibatan pemerintah, harapan masyarakat atas

manfaat dari program, keadaan budaya, sosial, dan ekonomi masyarakat, serta

kepercayaan yang saling menguntungkan antara para pemangku kepentingan,

Hasil penelitian yang kedua yaitu partisipasi masyarakat dalam pendidikan

dasar dan menengah ditulis oleh Patta Bundu (2009) menunjukkan bahwa

partisipasi masyarakat tergolong rendah dilihat dari tiga aspek pola partisipasi

yaitu pola hubungan, pola organisasi, dan pola kerjasama. Faktor yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah faktor sosialisasi, transparansi dan

akuntabilitas program. Sehingga jika sekolah ingin agar masyarakat

berpartisipasi dalam program pendidikan di sekolah, maka sekolah perlu

melakukan sosialisasi program, sekolah harus transparan (terbuka) terhadap

masyarakat, dan sekolah harus lebih accountable (tanggung jawab) terhadap

peran yang dimainkannya sebagai lembaga pendidikan (Bundu, 2009, p. 466).

Hasil penelitian yang ketiga, menurut Faisal dkk (2007) menyatakan

bahwa partisipasi masyarakat dalam pendidikan tergolong rendah, karena belum

sampai ke tingkat munculnya rasa kepemilikan masyarakat terhadap sekolah atau

biasa di sebut sebagai school ownership. Faktor yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat adalah diantaranya School ownership, persandaran pada nilai-nilai

agama, figure yang tepat dan dihormati, ruang yang terbuka dan bebas, dukungan

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 59: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

44   

Universitas Indonesia  

kebijakan, pemaknaan masyarakat terhadap sekolah, budaya sekolah, antara

proses dan input oriented, kedermawanan dan kesukarelaan, pemahaman ide-ide

dasar partisipasi, sekolah dan masyarakat therapeutic, serta komunikasi yang

terinstitusionalisasi mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap sekolah.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, menunjukkan terdapat

variasi tingkat partisipasi masyarakat, serta terdapat banyak faktor yang

mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi di

sekolah. Hasil penelitian di atas, nantinya akan menjadi referensi pembanding

terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan. Sehingga sekolah akan

mendapatkan masukan yang cukup banyak untuk merancang strategi untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program-program pendidikan

lainnya.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 60: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

45  

45 Universitas Indonesia  

BAB 3 METODE PENELITIAN

Penelitian dengan tema analisis tingkat partisipasi masyarakat dalam

Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP memerlukan suatu metode penelitian

sebagai alat untuk menggali informasi faktor-faktor penelitian di lokasi penelitian.

Untuk itulah penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Berikut

ini adalah paparan detil dari metode yang akan digunakan.

 A. Pendekatan Penelitian Kualitatif

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu

menggali secara mendalam tentang, pertama, tingkat partisipasi masyarakat dalam

Program Bantuan Pembangunan RKB di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug

Kabupaten Tangerang; serta kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan RKB di SMPN 3

Pamulang dan SMPN 2 Curug Kabupaten Tangerang, maka pendekatan penelitian

yang paling sesuai adalah pendekatan penelitian kualitatif. Tujuan penelitian

kualitatif adalah untuk memahami suatu situasi sosial, peristiwa, peran,

kelompok atau interaksi tertentu (Creswell et al, 2002, p. 155).

Ada tiga alasan yang mendasari penelitian ini menggunakan metode

kualitatif. Ringkasan alasan tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.1. Pertama,

berdasarkan aspek ontologis mengenai apa itu nyata. Dalam penelitian kualitatif,

satu-satunya realita adalah situasi yang diciptakan oleh individu-individu yang

terlibat dalam penelitian. Jadi akan muncul realita ganda dalam situasi apapun :

peneliti, individu yang diteliti, dan pembaca yang menafsirkan penelitian tersebut.

Berbeda dengan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif memandang realita

sebagai ”obyektif”, ”diluar sana” yang terlepas dari peneliti. Sesuatu dapat diukur

secara obyektif dengan menggunakan daftar pertanyaan atau instrumen. (Creswell

et al, 2002, p. 3-7).

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 61: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

46   

Universitas Indonesia  

Kedua, berdasarkan aspek epistemologis mengenai hubungan peneliti

dengan yang diteliti. Dalam pendekatan kualitatif, peneliti berhubungan dengan

yang diteliti, hubungan ini dalam bentuk tinggal bersama atau mengamati

informan dalam periode waktu lama, atau kerja sama nyata. Ringkasnya, peneliti

berusaha meminimalkan jarak antara dirinya dan yang diteliti. Pendekatan

kuantitatif menyatakan bahwa peneliti harus terlepas dari yang diteliti. Jadi dalam

survei dan eksperimen peneliti berusaha mengendalikan prasangka, dan bersifat

obyektif dalam menilai suatu situasi.

Tabel 3.1 Asumsi Pemilihan Paradigma Kualitatif

Asumsi Kualitatif

Asumsi Ontologi

(sifat dari realita)

Realita dalam penelitian ini adalah subyektif dan

banyak/ganda berdasarkan sudut pandang

partisipan dalam suatu penelitian

Asumsi Epistemologi

(hubungan peneliti dan

yang diteliti)

Untuk bisa menjawab pertanyaan penelitian ini,

maka peneliti perlu berinteraksi secara langsung

dengan yang diteliti

Asumsi Metodologi

(proses penelitiannya)

Dalam proses penelitiannya, peneliti menggunakan

logika induktif. Kategori muncul dari informan,

bukan diidentifikasi sebelumnya oleh peneliti.

Munculnya kategori ini memberi informasi ”ikatan

konteks” kuat yang mengarah ke pola dan teori

yang membantu menjelaskan suatu fenomena..

Dikembangkan untuk Pemahaman, akurat dan terandalkan melalui

verifikasi/pembuktian/triangulasi Sumber : Cresswell et al, 2002, p. 4-5

Ketiga, berdasarkan aspek metodologi atau proses penelitian, pendekatan

kualitatif berlaku logika induktif. Kategori muncul dari informan, bukan

diidentifikasi sebelumnya oleh peneliti. Munculnya kategori ini memberi

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 62: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

47   

Universitas Indonesia  

informasi ”ikatan konteks” kuat yang mengarah ke pola dan teori yang membantu

menjelaskan suatu fenomena. Pertanyaan tentang keakuratan informasi tidak

muncul dalam penelitian, dan kalaupun muncul yang bisa dilakukan oleh peneliti

adalah menjelaskan langkah-langkah pembuktian informasi dengan informan atau

”triangulasi” antara sumber-sumber informasi yang berbeda. Berbeda dengan

pendekatan kuantitatif menggunakan bentuk deduktif logika yang menguji teori

dan hipotesa dalam aturan sebab dan akibat. Konsep, variabel, dan hipotesa

dipilih sebelum penelitian dimulai dan tak berubah selama penelitian (dalam suatu

desain statis). Dengan pendekatan kualitatif maka informasi yang didapat akan

lebih lengkap, mendalam dan dapat dipercaya.

B. Obyek Penelitian dan Lokasi Penelitian

Obyek penelitian ini adalah partisipasi masyarakat dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP di dua

SMPN di Kabupaten Tangerang. Mengenai apa saja indikator partisipasi

masyarakat dalam penelitian ini, terangkum dalam tabel 3.3 operasionalisasi

faktor.

Adapun alasan pemilihan ke dua SMPN tersebut sebagai lokasi

penelitian, adalah pertama, sekolah tersebut berada di lokasi yang secara geografis

berbeda. SMPN 3 Pamulang terletak di pusat kota Tangerang Selatan, dan SMPN

2 Curug berada di daerah Kabupaten. Kedua, berdasarkan hasil monitoring

pelaksanaan program di Kabupaten Tangerang, kedua sekolah tersebut memiliki

kemampuan yang berbeda dalam menyiapkan dana pendamping dalam menutupi

kekurangan dana bantuan dari pemerintah. SMPN 3 Pamulang memiliki

kemampuan cukup besar dalam menyediakan dana pendamping, yaitu sekitar Rp.

400.000.000; dan SMPN 2 Curug, memiliki kemampuan kurang dari SMPN 3

Pamulang dalam menyiapkan dana pendamping, sekitar Rp. 141.000.000.

Sehingga kedua lokasi SMP tersebut dipandang memiliki perbedaan yang

signifikan dan menarik untuk dianalisis aspek partisipasinya.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 63: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

48   

Universitas Indonesia  

C. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data

Pengumpulan data akan dilakukan melalui pengumpulan data primer dan

pengumpulan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung

tanpa perantara dari sumbernya, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai

literatur/dokumen. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara

mendalam dengan berbagai informan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan

program ini. Pengumpulan data sekunder akan dilakukan dengan studi

dokumentasi, serta analisis terhadap hasil rekaman wawancara (audio) dan foto.

Berikut ini penjelasan dari masing-masing jenis pengumpulan data kualitatif.

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan menggali data lebih

mendalam dari informan. Menurut Irawan (2007), wawancara adalah teknik

pengumpulan data yang dikumpulkan melalui informan. Teknik ini digunakan

jika seluruh atau sebagian besar data yang kita perlukan ada dalam benak

pikiran informan, dan dimungkinkan dengan jarak jauh, baik melalui telepon,

internet, atau alat teknologi lainnya. Dalam melakukan wawancara, peneliti

akan menggunakan penggabungan dua model wawancara, yaitu wawancara

terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur ditempuh

dengan terlebih dahulu peneliti mempersiapkan draf pertanyaan penelitian.

Draf tersebut sifatnya hanyalah sebagai pedoman atau panduan dalam

melakukan wawancara agar peneliti tetap berada dalam koridor dan tidak

keluar dari substansi penelitian. Sedangkan wawancara tak terstruktur

dimanfaatkan peneliti untuk menjaring informasi seluas mungkin dari

informan tanpa secara ketat terpaku pada tata urutan daftar pertanyaan yang

telah disiapkan. Wawancara akan dilakukan secara berkelompok atau biasa di

sebut sebagai group interview. Pelaksanaan dialog dikemas sesantai mungkin,

sehingga perbincangan dapat mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari.

2. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data sekunder melalui studi dokumentasi diperoleh dari

berbagai dokumen resmi diantaranya panduan pelaksanaan program, hasil

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 64: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

49   

Universitas Indonesia  

penelitian, buku-buku literatur, dokumen sekolah seperti profil sekolah,

dokumen pelaksanaan program, laporan pelaksanaan program, dan lain-lain.

Studi ini digunakan untuk mengutip, membahas, dan memahami sejumlah

data, teori serta pendapat yang relevan, atau menjadi materi pendukung bagi

tersusunnya konsep penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

3. Audio visual

Pengumpulan data ini menyangkut data hasil rekaman wawancara dan foto-

foto pelaksanaan program untuk memenuhi maksud penelitian ini. Hasil foto,

rekaman suara penting untuk mengingatkan dan melihat kembali suatu

kejadian.

D. Teknik Pemilihan Informan

Dalam penentuan informan, peneliti menggunakan pendapat Newman

(2006) tentang karakteristik informan yang baik, yaitu pertama, seseorang yang

mengetahui dengan baik budaya daerahnya dan menyaksikan kejadian-kejadian di

tempatnya; kedua, terlibat aktif dengan kegiatan yang ada di tempat penelitian;

ketiga, anggota masyarakat yang dapat meluangkan waktu bersama peneliti

karena penelitian lapangan membutuhkan waktu yang lama dengan intensitas

yang tinggi, dan keempat, nonanalitis, orang yang tidak analitis namun

mengetahui dengan baik situasi daerahnya tanpa berpretensi menganalisis suatu

kejadian (Weda, 2006, p. 40). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam tabel 3.2,

tentang teknik pemilihan informan.

Berdasarkan pada kriteria tersebut, informan kunci dalam penelitian ini

adalah Kepala sekolah, Ketua P2S, Komite Sekolah. Pemilihan informan kunci

didasarkan pada keterlibatannya secara langsung dalam pelaksanaan Program

Bantuan Pembangunan RKB-SMP di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug

Kabupaten Tangerang.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 65: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

50   

Universitas Indonesia  

Tabel 3.2 Kriteria Pemilihan Informan

Informan Kriteria Pemilihan Informan

Kepala Sekolah Penanggung jawab program

Komite Sekolah Wakil dari unsur masyarakat

Ketua P2S Panitia pembangunan sekolah

Wali murid (2 orang) Wali murid yang terlibat langsung dalam

keanggotaan P2S (jika keterlibatan tersebut ada)

Guru (1 orang) Guru yang terlibat dalam keanggotaan P2S

Kalangan profesional

(1 orang)

Kalangan profesional yang terlibat dalam

pelaksanaan program (jika keterlibatan tersebut ada)

Masyarakat lokal

(1 orang)

Masyarakat lokal yang terlibat dalam pelaksanaan

program (jika keterlibatan tersebut ada)

Sumber : hasil olah pikir peneliti

Untuk keperluan verifikasi tentang informasi yang disampaikan oleh

informan kunci, peneliti memerlukan informan pelengkap yaitu wali murid yang

duduk sebagai anggota P2S (2 orang), guru yang terlibat dalam keanggotaan P2S

(1 orang), kalangan professional yang terlibat langsung dalam pelaksanaan

program (1 orang), masyarakat lokal yang terlibat langsung dalam pelaksanaan

pembangunan RKB-SMP (1 orang).

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisa data dimulai dengan mengumpulkan

data mentah dari lapangan, melakukan transkrip data, kemudian membuat koding,

membuat kategorisasi data, membuat penyimpulan sederhana, melakukan

triangulasi, dan membuat kesimpulan akhir.

Untuk langkah yang pertama, peneliti akan melakukan pengumpulan data

mentah, melalui wawancara, studi dokumentasi, dan data audio visual. Langkah

kedua, peneliti akan melakukan transkrip data, yaitu menuliskan semua data

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 66: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

51   

Universitas Indonesia  

mentah tersebut. Langkah ketiga, peneliti akan melakukan koding, dengan

membaca ulang seluruh data yang ada ditranskrip, lalu mengambil kata kuncinya,

dan kata kunci ini akan diberi kode. Langkah keempat, peneliti akan melakukan

kategorisasi data, yaitu mengikat kata kunci tersebut dalam satu besaran kategori.

Gambar 3.1 Proses teknik analisa data

Sumber : Irawan, 2007, p. 73-76.

Data tersebut bisa ditampilkan dalam bentuk data kuantitatif melalui tabel,

dengan perhitungan berbasis angka dan persentase, dan dalam bentuk data

kualitatif, disajikan dalam bentuk penjelasan, mengenai hubungan-hubungan

sosial antara obyek penelitian yang tidak dapat dikuantifikasikan, namun

diharapkan dapat ditunjukkan lebih jelas melalui teknik kualitatif.

Langkah selanjutnya peneliti akan membuat kesimpulan sementara.

Kesimpulan sementara ini 100% berdasarkan data, tidak dicampur aduk dengan

pikiran dan penafsiran peneliti. Penafsiran atau komentar peneliti dapat

dimasukkan dalam akhir kesimpulan sementara. Menurut Irawan, masuknya

pendapat atau reaksi seorang peneliti dalam akhir kesimpulan sementara inilah

yang disebut observer comment .(Irawan, 2007, p. 75).

Setelah semua langkah di atas dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah

peneliti harus melakukan proses pembuktian. Proses pembuktian ini dilakukan

dengan metode triangulasi. Metode triangulasi adalah proses cek dan recek antara

satu sumber data dengan sumber data lainnya. Kemungkinan yang akan terjadi

Mengum-pulkan data mentah

Melakukan transkrip data

Melakukan triangulasi

Membuat kategorisasi data

Membuat penyimpulan sederhana

Membuat koding

Membuat kesimpulan akhir

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 67: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

52   

Universitas Indonesia  

adalah kesenadaan atau kecocokan antara satu sumber dengan sumber lain, atau

perbedaan antara satu sumber dengan sumber lain namun tidak berarti

bertentangan, dan terakhir, bisa jadi hasilnya bertolak belakang antara satu

sumber dengan sumber lain. Menurut Patton (1987), teknik triangulasi dapat

dilakukan dengan dua cara (Irawan, 2007, p. 87)

1. Triangulasi dengan metode, yaitu pertama, dengan pengecekan derajat

kepercayaan hasil penelitian melalui beberapa teknik pengumpulan data, dan

kedua dengan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan

metode yang sama.

2. Triangulasi dengan teori, yaitu mencari keterkaitan data dengan teori,

keterkaitan ini bisa sejalan, berbeda, atau bertentangan.

Teknik triangulasi ini menurut Merriam (1988), akan memperkuat reliabilitas, dan

keabsahan internal dalam penelitian (Creswell, 2002, p. 162).

Langkah terakhir adalah melakukan penyimpulan akhir. Sebelum

dilakukan penyimpulan akhir, peneliti akan mengulangi langkah-langkah di atas,

hingga peneliti merasa bahwa data yang ada telah mencapai kejenuhan, dan setiap

pengambilan data baru hanya berarti ketumpangtindihan (Irawan, 2007, p. 76).

Dalam hubungannya dengan topik penelitian ini, maka langkah-langkah di atas

akan menjadi panduan dalam menganalisis hasil penelitian partisipasi masyarakat

dalam Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP

F. Operasionalisasi Faktor

Untuk menjawab pertanyaan penelitian ini, maka perlu dipersiapkan

operasionalisasi faktor. Operasionalisasi faktor dalam penelitian ini dapat dilihat

dalam tabel 3.3. Penelitian ini menggunakan teori partisipasi menurut FAO

(2005), yaitu partisipasi dalam pembangunan adalah suatu proses untuk

keterlibatan aktif para stakeholder dalam formulasi kebijakan dan strategi

pembangunan serta dalam analisis perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan

evaluasi terhadap aktivitas pembangunan tersebut. (Hapsari, 2006, p. 55).

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 68: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

53   

Universitas Indonesia  

Pengertian masyarakat menggunakan pengertian dari Jalal dan Mustofa

(2001). Masyarakat bisa individu, kelompok, dan lembaga seperti lembaga non

pemerintah (LSM), yayasan, atau sektor bisnis. Dalam konteks sekolah, maka

masyarakat di sini dapat mencakup orang tua murid, Komite Sekolah, tokoh

masyarakat, masyarakat lokal sekitar sekolah, LSM, dunia usaha, yayasan, dan

wartawan. Dengan catatan tidak boleh ada salah satu masyarakat yang

mendominasi pelaksanaan program, karena jika ada maka ini sudah keluar dari

yang dimaksud dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Sehingga penelitian ini

menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan

Pembangunan RKB-SMP adalah suatu proses untuk keterlibatan aktif masyarakat

(orang tua murid, Komite Sekolah, dunia usaha, LSM, wartawan, kalangan

professional, yayasan, masyarakat sekitar sekolah) dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi terhadap aktivitas Program Bantuan Pembangunan

RKB-SMP. Untuk penulisan kutipan hasil wawancara dalam penjelasan hasil

penelitian di Bab 5, peneliti hanya akan menuliskan jabatan dari informan.

Peneliti tidak akan menuliskan nama dari informan.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 69: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

54   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 70: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

55   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 71: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

56   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 72: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

57   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 73: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

58   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 74: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

59  

59 Universitas Indonesia  

BAB 4 GAMBARAN UMUM PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN

RKB-SMP DENGAN MEKANISME PARTISIPASI MASYARAKAT

Pada Bab 4 berikut ini secara berturut-turut akan membahas gambaran

umum Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP dengan mekanisme partisipasi

masyarakat mencakup latar belakang program, gambaran umum program, serta

gambaran umum lokasi penelitian. Paparan tema tersebut terangkum dalam sub

bab berikut ini.

A. Latar Belakang Program

Konsep partisipasi masyarakat dalam program pendidikan mulai

dilaksanakan, ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi, pertumbuhan PDB

(produk domestik bruto) Indonesia pada 1998 menurun -15%. Dibandingkan

dengan Korea, Thailand, Meksiko (1995) dan Amerika Serikat (1982), krisis

ekonomi yang terjadi di Indonesia lebih rendah. Krisis tersebut secara signifikan

juga mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan di semua jenis, jenjang, dan

jalur pendidikan, termasuk dampak yang ditimbulkan terhadap siswa dan

keluarganya, terhadap sekolah dalam penyediaan sumber daya untuk peningkatan

mutu.

Masalah yang dihadapi sekolah sebagai akibat dari krisis adalah pertama,

menurunnya angka partisipasi; kedua, terganggunya program pemerataan

kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu, terutama bagi siswa yang

berasal dari kalangan keluarga kurang beruntung; ketiga, lembaga-lembaga

pendidikan belum mampu mengatasi masalah pendidikan secara tuntas tanpa

keterlibatan dan partisipasi dari masyarakat setempat; kelima, perencanaan

program pendidikan oleh sekolah itu sendiri tidak dapat berjalan karena

keterbatasan sumber daya yang ada, oleh karena itu orang tua, pemuka

masyarakat, dan pemerintah daerah dituntut untuk secara bersama-sama

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 75: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

60   

Universitas Indonesia  

membantu sekolah mengatasi kesulitan yang dihadapinya. (Jalal & Supriadi,

2001, p. 199-200).

Untuk menanggulangi dampak krisis ekonomi terhadap pendidikan,

pemerintah mengupayakan strategi pendidikan, salah satunya adalah manajemen

partisipasi masyarakat dalam pendidikan untuk mengatasi persoalan di lembaga

persekolahan. Untuk melaksanakan program-programnya, sekolah perlu

mengundang berbagai pihak (keluarga, masyarakat, dan dunia usaha) untuk

berpartisipasi secara aktif dalam berbagai program pendidikan. Partisipasi ini

memerlukan pengelolaan dan pengkoordinasan dengan baik agar lebih bermakna

bagi sekolah, terutama dalam meningkatkan mutu dan efektivitas pendidikannya.

Partisipasi masyarakat di sini, tidak hanya dalam bentuk dana, melainkan

sumbangan pemikiran dan tenaga.

Untuk memahami lebih jauh mengenai program bantuan pembangunan

RKB-SMP dengan mekanisme masyarakat, maka sub bab berikut ini akan

dijelaskan mengenai gambaran umum dari program tersebut.

B. Gambaran Umum Program

Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP dengan mekanisme partisipasi

masyarakat merupakan kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah dalam

rangka menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Pelibatan masyarakat dalam

pelaksanaan program bertujuan untuk membangun rasa kepemilikan masyarakat

terhadap pendidikan di sekolah sehingga masyarakat akan memelihara dan

menjaga keberlanjutan pendidikan di daerah tersebut. Salah satu tujuan

pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP yang berhubungan

dengan pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan peran serta dan tanggung

jawab masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan nasional yang bermutu

melalui pencapaian standar pelayanan minimal (SPM) dalam rangka

mensukseskan penuntasan Wajib Belajar Pendidikan dasar 9 Tahun. Salah satu

indikator keberhasilan pelaksanaan program adalah prosedur pemilihan dan

penetapan Panitia Pembangunan Sekolah (P2S) sesuai dengan ketentuan dan

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 76: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

61   

Universitas Indonesia  

kriteria yang telah ditetapkan, serta dana bantuan dimanfaatkan sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembangunan yang telah disusun oleh P2S, dan pelaksanaan

pembangunan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan;

Sasaran Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP Tahun 2009 adalah

Sekolah Menengah Pertama (SMP) negeri dan swasta. Output yang dapat

diperoleh dari program ini adalah terbangunannya ruang kelas baru (RKB)

lengkap dengan furniture kelengkapan ruang kelas, dan siap dioperasikan.

Berdasarkan panduan pelaksanaan program ini pada tahun 2009, dana

bantuan berupa block grant pembangunan RKB sebesar satu RKB Rp.

70.000.000, Dana block grant pembangunan RKB akan dibayarkan sekaligus

oleh direktorat PSMP ke rekening sekolah penerima program. Jumlah dana block

grant yang diterima oleh sekolah adalah sesuai dengan nominal yang tertuang

dalam SK Penetapan sekolah penerima bantuan dari Direktur PSMP.

Dana block grant ini bersifat stimulan sehingga dalam pelaksanaannya

sekolah masih membutuhkan adanya dana pendamping. Dalam panduan

pelaksanaan program sejak tahun 2009 menyebutkan dana pendamping

seharusnya dari pemerintah daerah (PEMDA). Dalam realisasinya pemerintah

Kabupaten Tangerang tidak mengalokasikan dana pendamping untuk

pelaksanaan program ini. Sehingga sekolah harus berusaha mencari dana

pendamping tersebut. Berdasarkan panduan pelaksanaan program sebelum tahun

2009, secara jelas menyebutkan bahwa bantuan ini bersifat imbal swadaya,

sehingga dana pendamping berasal dari masyarakat.

Untuk melaksanakan pembangunan RKB, kepala sekolah dan ketua

Komite Sekolah berkewajiban membentuk Panitia Pembangunan Sekolah (P2S).

Adapun susunan panitia pembangunan sekolah tersebut ada dalam tabel 4.1.

Panitia Pembangunan Sekolah adalah personil yang dipilih secara demokratis dan

transparan dalam forum rapat sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah dan

dihadiri oleh unsur sekolah dan para wali kelas, Ketua Komite Sekolah atau yang

mewakili, perwakilan wali murid masing-masing kelas, dan unsur tokoh

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 77: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

62   

Universitas Indonesia  

masyarakat setempat yang memiliki kepedulian terhadap pembangunan

pendidikan.

Tabel 4.1 Susunan Panitia Pembangunan Sekolah (P2S)

Jabatan Unit Kerja / Unsur Keterangan

Penanggung Jawab Kepala Sekolah

Ketua Guru tetap disepakati dalam rapat Sekretaris/anggota Wakil wali murid disepakati dalam rapat

Bendahara/anggota Bendahara rutin/guru tetap disepakati dalam rapat

Administrasi keuangan/anggota Wakil wali murid disepakati dalam rapat

Penanggungjawab teknis/anggota

Wakil wali murid atau tokoh masyarakat setempat

disepakati dalam rapat,bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pembangunan

Sumber : panduan pelaksanaan dan teknis program bantuan RKB-SMP, 2009, p. 6

Panitia Pembangunan Sekolah bertugas sebagai pelaksana pembangunan

RKB di setiap lokasi sekolah penerima block grant. Panitia Pembangunan

Sekolah (P2S) menunjuk seorang tenaga teknis sebagai kepala pelaksana yang

bertugas membantu P2S dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan sehari-hari,

sampai dengan penyusunan laporan teknis.

C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian tentang analisis tingkat partisipasi masyarakat dalam

pembangunan RKB-SMP dilakukan di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug

Kabupaten Tangerang. Keduanya termasuk dalam daftar sekolah penerima

Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP di tahun 2009.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 78: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

63   

Universitas Indonesia  

Tabel 4.2 Lokasi Penelitian Penerima  Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP Tahun 2009

No Nama Sekolah Jenis Bantuan Jumlah Dana

1. SMPN 3 Pamulang 3 RKB Rp. 210.000.000

2. SMPN 2 Curug 3 RKB Rp. 210.000.000

Sumber : Direktorat Pembinaan SMP, Kegiatan Perluasan SMP, 2009

Adapun alasan pemilihan SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug sebagai

lokasi penelitian, adalah karena pertama, kedua sekolah tersebut berada di lokasi

yang secara geografis berbeda. SMPN 3 Pamulang terletak di pusat kota

Tangerang Selatan dan SMPN 2 Curug berada di daerah Kabupaten Tangerang.

Alasan kedua, berdasarkan hasil monitoring pelaksanaan program di Kabupaten

Tangerang, kedua sekolah tersebut memiliki kemampuan yang berbeda dalam

menyiapkan dana pendamping dalam menutupi kekurangan dana bantuan

tersebut. SMPN 3 Pamulang memiliki kemampuan cukup besar dalam

menyediakan dana pendamping, yaitu sekitar Rp. 400.000.000 dan SMPN 2

Curug memiliki kemampuan kurang dari SMPN 3 Pamulang dalam menyiapkan

dana pendamping, yaitu sekitar Rp. 141.000.000.

Berdasarkan kedua alasan itu lah, maka penelitian ini dilakukan di dua

sekolah tersebut, dengan harapan masing-masing sekolah dapat memberikan

gambaran tingkat partisipasi masyarakat yang terjadi di dua lokasi yang berbeda

tersebut. Sehingga hasilnya dapat dijadikan bahan masukan untuk kebijakan

partisipasi masyarakat dalam program pendidikan lainnya. Berikut ini gambaran

umum masing-masing lokasi penelitian.

1. SMPN 3 Pamulang

SMPN 3 Pamulang terletak di daerah perumahan, di pusat kota Tangerang

Selatan. Sejak terjadinya pemekaran di Kabupaten Tangerang akhir tahun 2009,

SMPN 3 Pamulang masuk dalam wilayah Kota Tangerang Selatan, dan namanya

pun berubah menjadi SMPN 17 Tangerang Selatan. Meskipun demikian, SMPN 3

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 79: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

64   

Universitas Indonesia  

Pamulang masih menjadi bagian dari Kabupaten Tangerang sebagai penerima

Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP tahun 2009. Berdasarkan laporan

monitoring pelaksanaan program, SMPN 3 Pamulang memiliki karakteristik yang

unik untuk menjadi lokasi penelitian. Pertama, SMPN 3 Pamulang terletak di

pusat kota, dan kedua, sekolah memiliki kemampuan yang cukup besar dalam

menyiapkan dana pendamping untuk pelaksanaan program ini.

SMPN 3 Pamulang menerima bantuan tambahan ruang kelas baru

dengan jumlah dana yang diterima Rp. 210.000.000 untuk membangun tiga RKB,

dengan @ RKB = Rp. 70.000.000. Dalam realisasinya sekolah ini mampu

membangun 4 RKB di lantai dua, dan toilet. Berdasarkan wawancara peneliti

dengan Kepala Sekolah SMPN 3 Pamulang, hari Jum’at, 22 Januari 2010, dana

pendamping yang disediakan untuk pelaksanaan program ini mencapai

Rp.400.000.000.

Tahun 2009 SMPN 3 Pamulang telah memiliki 28 rombongan belajar,

dengan jumlah murid 1054 anak. Nilai rata-rata ujian nasional dan tingkat

kelulusan siswa periode tahun 2006 hingga 2009 meningkat dengan cukup baik.

Tahun 2006/2007, rata-rata nilai ujian nasional yang dicapai siswa SMPN 3

Pamulang 6.02, dengan tingkat kelulusan 99%. Tahun 2008/2009, rata-rata nilai

ujian nasional meningkat menjadi 8.11, dengan tingkat kelulusan 100%.

”Pesatnya perkembangan sekolah inilah yang mendorong orang tua siswa mau

menyumbang dana pada sekolah ini” (wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN

3 Pamulang, 21 Desember 2009).

Berikut ini dalam Gambar 4.1 rata-rata pendapatan orang tua murid SMPN

3 Pamulang.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 80: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

65   

Universitas Indonesia  

Gambar 4.1 Data Pendapatan Orang Tua Murid SMPN 3 Pamulang Sumber : Profil SMPN 3 Pamulang Tahun 2009

Berdasarkan Gambar 4.1 tersebut terlihat, lebih dari 50% rata-rata

pendapatan orang tua murid > Rp. 1.500.000. Hal ini menunjukkan rata-rata

murid SMPN 3 Pamulang berasal dari keluarga dengan status sosial dan ekonomi

menengah ke atas. Untuk melengkapi data di atas, berikut ini dalam Gambar 4.2

data pekerjaan orang tua murid SMPN 3 Pamulang.

Gambar 4.2 Data Pekerjaan Orang Tua Murid SMPN 3 Pamulang Sumber : Profil SMPN 3 Pamulang Tahun 2009

15.01

3.01

65.01

16.11

0.43 0.430

10

20

30

40

50

60

70

PNS TNI/Polri Swasta Pedagang Buruh PerangkatDesa

 

0.42

16.62

0.43

67.51

15.02

0

10

20

30

40

50

60

70

<500000 500000‐1000000

1000000‐1500000

1500000‐2000000

>2000000

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 81: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

66   

Universitas Indonesia  

Dalam Gambar 4.2, terlihat bahwa > 50% pekerjaan orang tua murid

SMPN 3 Pamulang adalah Swasta. Orang tua murid yang bekerja sebagai PNS,

Pedagang dan TNI/Polri sekitar 35 %, orang tua murid yang bekerja sebagai

buruh dan perangkat desa hanya sekitar 1%. Dari data tersebut, menggambarkan

bahwa rata-rata murid SMPN 3 Pamulang berasal dari keluarga dengan status

sosial dan ekonomi menengah keatas.

Berdasarkan data dalam Gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa, SMPN

3 Pamulang merupakan sekolah favorite di daerah Tangerang Selatan; memiliki

kualitas pendidikan standar nasional; dan sekolah ini berada di lingkungan status

sosial dan ekonomi masyarakat menengah keatas.

2. SMPN 2 Curug

SMPN 2 Curug berlokasi di daerah perumahan di Kabupaten Tangerang.

SMPN 2 Curug memiliki jumlah siswa 1026 siswa, dengan 25 rombongan belajar.

Saat ini sekolah memiliki 21 ruang kelas termasuk tambahan 3 RKB yang sedang

dibangun. Sehingga sekolah masih kekurangan 4 ruang kelas belajar. Karena

sekolah masih kekurangan ruang kelas belajar, maka proses belajar mengajar

dilakukan dua shift (pagi dan siang).

Jumlah murid SMPN 2 Curug, mengalami peningkatan, mulai dari hanya

330 murid, di tahun 2007, meningkat hingga 1026 jumlah murid di tahun 2009.

Jumlah rombongan belajar yang dimilikipun meningkat dari hanya 8 rombongan

belajar, menjadi 25 rombongan belajar. Jika dibandingkan dengan SMPN 3

Pamulang, jumlah siswa dan jumlah rombongan belajar SMPN 2 Curug masih

berada di bawah SMPN 3 Pamulang. Tahun 2009, SMPN 3 Pamulang memiliki

jumlah murid mencapai 1054 dengan 28 rombongan belajar, sementara SMPN 2

Curug memiliki jumlah murid 1026 dengan 25 rombongan belajar.

Pencapaian nilai rata-rata lulusan SMPN 2 Curug meningkat dari 6.92 di

tahun 2007/2008, menjadi 7.76 di tahun 2008/2009. Jika nilai rata-rata ujian

nasional SMPN 2 Curug dibandingkan dengan SMPN 3 Pamulang pada tahun

2009, maka SMPN 2 Curug, nilai rata-rata ujian nasionalnya berada di bawah

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 82: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

67   

Universitas Indonesia  

SMPN 3 Pamulang, yaitu 7.76. SMPN 3 Pamulang mencapai 8.11 dan tingkat

kelulusan kedua SMP tersebut mencapai 100%.

Menurut ketua P2S, kebutuhan dana untuk pembangunan 3 ruang kelas

tersebut adalah Rp. 351.000.000, dana dari pemerintah yang diterima sekolah

adalah Rp. 210.000.000. Kekurangannya sekitar Rp. 141.000.000, merupakan

dana pendamping yang harus disiapkan sekolah. Sekolah ini pun mengalami

keterbatasan dalam kemampuan menyediakan dana pendamping. Pekerjaan belum

selesai, dana telah habis, sehingga sekolah melakukan pengurangan pekerja.

Akibatnya ruang kelas belum dapat digunakan. Meskipun demikian sekolah tetap

melanjutkan pekerjaan dengan pekerja yang terbatas. (wawancara dengan Kepala

Sekolah SMPN 2 Curug, 20 Januari 2010).

Kemampunan sekolah menyediakan dana pendamping tergantung dengan

kemampuan orang tua murid memberikan sumbangan terhadap pelaksanaan

pembangunan RKB-SMP. Berikut ini gambaran pendapatan per bulan orang tua

murid SMPN 2 Curug.

Gambar 4.3 Pendapatan Per Bulan Orang Tua Murid SMPN 2 Curug Sumber : data pendapatan orang tua siswa kelas 7.7 SMPN 2 Curug dalam persentase

Dalam Gambar 4.3, menunjukkan bahwa 30% orang tua murid memiliki

pendapatan rata-rata perbulannya di atas Rp.2.000.000, sekitar 36% memiliki

pendapatan di atas Rp 1.000.000, dan 30% memiliki pendapatan di bawah

30

3.33

2016.6

30

0

5

10

15

20

25

30

<500000 500000‐1000000

1000000‐1500000

1500000‐2000000

>2000000

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 83: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

68   

Universitas Indonesia  

500.000. Ini berarti terdapat variasi yang beragam menyangkut pendapatan orang

tua murid di SMPN 2 Curug. Data inilah yang dijadikan dasar bagi pihak sekolah

melakukan himbauan yang cukup intensif kepada orang tua murid untuk

mengajak berkontribusi membantu pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan

RKB. Menurut pihak sekolah, sampai tanggal 26 Desember 2009, pihak sekolah

telah melaksanakan 36 kali pertemuan antara sekolah dengan orang tua murid.

(wawancara dengan ketua P2S, 26 Desember 2009). Pertemuan tersebut

dilakukan dengan mengelompokkan orang tua murid tersebut berdasarkan tingkat

pendapatan orang tua murid. Dengan harapan, jika ada orang tua murid mau

menyumbang, yang lain akan mengikuti untuk menyumbang.

Data pendapatan orang tua murid ini didukung dengan data pekerjaan

orang tua murid SMPN 2 Curug. Untuk lebihnya berikut ini dalam Gambar 4.4,

gambaran pekerjaan orang tua murid SMPN 2 Curug.

Gambar 4.4 Data Pekerjaan Orang Tua Murid SMPN 2 Curug Sumber : data pendapatan orang tua siswa kelas 7.7 SMPN 2 Curug dalam persentase

Berdasarkan Gambar di atas, terlihat bahwa SMPN 2 Curug kelas 7.7,

70% orang tua murid bekerja sebagai pegawai swasta dan wiraswasta, 10% orang

tua murid bekerja sebagai buruh, 13,2% sebagai PNS, dan anak yatim sekitar

6,6% . Dapat disimpulkan bahwa SMPN 2 Curug pertama, termasuk sekolah yang

cukup banyak peminatnya, kedua, kualitas sekolah dilihat dari pencapaian nilai

40

30

13.210

6.6

05

10

1520

25

3035

40

PegawaiSwasta

Wiraswasta PNS Buruh Anak Yatim

 

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 84: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

69   

Universitas Indonesia  

ujian nasional telah mencapai standar nasional, dan ketiga, SMPN 2 Curug

termasuk memiliki lingkungan sosial ekonomi menengah kebawah, artinya jika

dibandingkan dengan SMPN 3 Pamulang, maka SMPN 2 Curug kemampuan

sosial ekonominya ada di bawah dari SMPN 3 Pamulang.

Data profil dua SMP di atas menunjukkan bahwa sekolah memiliki

karakteristik yang berbeda, sehingga dianggap memiliki perbedaan yang

signifikan untuk dilakukan penelitian analisis tingkat partisipasi masyarakat

dalam Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP di daerah perkotaan dan di

daerah kabupaten.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 85: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

70  

70 Universitas Indonesia  

BAB 5 HASIL PENELITIAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN RUANG KELAS BARU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Pada Bab 5 berikut ini, akan dipaparkan secara berturut-turut hasil analisis

operasionalisasi faktor setiap lokasi penelitian, perbandingan tingkat partisipasi

masyarakat di dua lokasi penelitian, serta analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program tersebut.

A. Analisis Hasil Operasionalisasi Faktor

Pemberdayaan masyarakat tercantum dalam aturan program, yaitu

pelaksana program di sekolah harus melibatkan unsur masyarakat dalam hal ini

wakil wali murid dan tokoh masyarakat sekitar sekolah. Wakil masyarakat

bersama pihak sekolah bersama-sama mengelola program tersebut dengan prinsip

swakelola. Swakelola adalah program yang pelaksanaannya tidak menggunakan

pihak ketiga (dikontrakkan). Harapan pemerintah, pekerjaan dengan sistem

swakelola akan menghasilkan kapasitas lebih besar, tidak hanya hasil dari

bangunan tersebut, namun juga akan meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat

terhadap sekolah tersebut, sehingga akan meningkatkan peran serta masyarakat

dalam program-program pendidikan lainnya. Hal ini sesuai dengan penjelasan

dari informan ahli berikut ini:

...dengan dikontrakkan bisa jadi selesai dengan baik, tapi bukan itu jiwa

dari partisipasi masyarakat, rasa memiliki, rasa ikut terlibat, harapan

masyarakat hasil ini lebih baik, menjaga program ini lebih baik.

(wawancara dengan penanggung jawab Program Bantuan Pembangunan

RKB-SMP, 15 Januari 2010).

Secara umum, hasil penelitian tingkat partisipasi masyarakat di dua

sekolah tersebut menunjukkan adanya tingkat partisipasi yang berbeda. SMPN 3

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 86: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

71   

Universitas Indonesia  

Pamulang memiliki tingkat partisipasi masyarakat lebih tinggi dibandingkan

SMPN 2 Curug. SMPN 2 Curug memiliki tingkat partisipasi masyarakat

cenderung lebih rendah dibandingkan SMPN 3 Pamulang. Jika tingkat partisipasi

masyarakat di dua SMPN tersebut diurutkan berdasarkan teori kerangka kerja

partisipasi masyarakat, maka partisipasi masyarakat SMPN 2 Curug berada di

tingkat 2, dan SMPN 3 Pamulang berada di tingkat 3. Urutan tersebut dapat

dilihat dalam gambar 5.1 berikut ini:

Tingkat 3: SMPN 3 Pamulang

Tingkat 2: SMPN 2 Curug

Gambar 5.1 Gambaran Hasil Penelitian Tingkat Partisipasi Masyarakat di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug

Sumber : hasil olah pikir peneliti

Penelitian ini menggunakan teori kerangka kerja partisipasi masyarakat

dari Sarah White (1996). Teori tersebut menyatakan bahwa partisipasi masyarakat

dikatakan berada pada tingkat 4, ketika sekolah membuka peluang cukup luas

untuk mendorong keterlibatan unsur masyarakat dalam pengelolaan program, dan

unsur masyarakat yang terlibat pun merasa bahwa penting untuk terlibat aktif

dalam pengelolaan program tersebut.

Partisipasi masyarakat dikatakan berada pada tingkat 3 ketika, sekolah

mendorong keterlibatan unsur masyarakat untuk ikut serta bersama-sama pihak

sekolah dalam membuat perencanaan program, dan bagi masyarakat yang terlibat

menganggap bahwa keterlibatannya penting untuk aktif memberikan sumbangan

pemikiran dalam perencanaan program.

Partisipasi masyarakat dikatakan berada pada tingkat 2, ketika pihak

sekolah mendorong partisipasi masyarakat dalam bentuk sesuatu seperti dana,

material, tenaga untuk mendukung pelaksanaan program. Bagi masyarakat,

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 87: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

72   

Universitas Indonesia  

partisipasi yang penting ada adalah sumbangan dana, tenaga, dan material sebagai

bentuk dukungan mereka terhadap program.

Terakhir, partisipasi masyarakat dikatakan berada pada tingkat 1, ketika

pihak sekolah menganggap partisipasi masyarakat cukup sebatas legitimasi dalam

aturan saja, misalnya sekolah menggundang orang tua murid untuk hadir dalam

rapat di sekolah, kehadiran mereka hanya sebatas hadir, dan mendengarkan, tidak

terjadi partisipasi lebih dari itu. Bagi masyarakat sekolah pun menganggap bahwa

bentuk partisipasi mereka cukup dengan hadir saja sebagai bentuk dukungan

terhadap program. Adapun penjelasan mengenai masing-masing tingkat

partisipasi masyarakat di dua lokasi tersebut akan dipaparkan dalam sub bab

berikut.

1. SMPN 3 Pamulang Penelitian terhadap partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan

Pembangunan Program Bantuan Pembangunan RKB-SMPN 3 Pamulang

dilakukan pada bulan Desember 2009 hingga bulan Januari 2010. Sumber data

dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan wawancara mendalam. Studi

dokumentasi meliputi profil sekolah, proposal administrasi, RAB, jadwal

pelaksanaan program, gambar, spesifikasi teknis, SK P2S, laporan program, serta

buku-buku literatur yang berhubungan dengan topik dalam penelitian ini.

Informan kunci dalam wawancara mendalam meliputi Kepala Sekolah,

Ketua Komite Sekolah, dan Bendahara P2S. Informan pelengkap adalah 2 orang

wakil wali murid. Penelitian ini menggunakan teknis wawancara mendalam dalam

kelompok diskusi (FGD) focus group discussion terhadap informan kunci, dan

wawancara terpisah dengan informan pelengkap. Hal ini dimungkinkan karena,

sebelum peneliti datang ke lokasi penelitian, peneliti telah menghubungi lebih

dahulu agar informan berada di lokasi penelitian. Keterbatasan dalam penelitian

ini adalah, peneliti tidak dapat melakukan wawancara dengan wakil orang tua

murid yang terlibat dalam pembuatan dokumen perencanaan program. Menurut

kepala sekolah, wakil orang tua murid tersebut hampir tidak pernah datang ke

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 88: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

73   

Universitas Indonesia  

sekolah, karena faktor kesibukan pekerjaan. Sehingga penelitian ini menggunakan

jawaban dari informan kunci mengenai informasi keterlibatannya dalam program

ini. Selain itu, penelitian ini juga tidak melakukan wawancara dengan tukang,

karena pekerjaan telah selesai, sehingga tukang sudah tidak berada di lokasi, serta

masyarakat sekitar sekolah karena berdasarkan hasil wawancara dengan informan

kunci, menunjukkan tidak ada keterlibatan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat partisipasi masyarakat di SMPN 3

Pamulang cukup tinggi, yaitu berada pada tingkat 3. Hal ini sesuai dengan

penjelasan dari informan kunci dalam hal ini Kepala Sekolah SMPN 3 Pamulang:

”Memang dalam program bantuan ini, block grant ini yah, memang masyarakat

sangat antusias sekali, jadi dukungan masyarakat sangat tinggi.” (wawancara

dengan Kepala Sekolah SMPN 3 Pamulang, 21 Desember 2009).

Salah satu bentuk dukungan masyarakat dalam program ini adalah

komitmen Komite Sekolah menyiapkan dana pendamping untuk menutupi

kekurangan dana bantuan pembangunan RKB-SMP dari pemerintah, ”saya di

dana pendampingnya yah”. (wawancara dengan Ketua Komite Sekolah, 21

Desember 2009).

Selain dana pendamping, bentuk partisipasi masyarakat lainnya adalah

keterlibatan salah satu wali murid dalam membuat dokumen perencanaan

program, yaitu dalam pembuatan gambar kerja, dan spesifikasi teknis program

pembangunan RKB-SMP. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Kepala Sekolah dan

Ketua Komite Sekolah berikut ini:

Ada bapak Tedy yang membuat gambat kerja, spesifikasi bangunan, jadi

gambarnya itu memang dibuat oleh orang tua siswa (wawancara dengan

Kepala Sekolah, 21 Desember 2009); Ia orang tua murid tapi juga Komite

Sekolah bidangnya infrastruktur, insinyur dia, seperti bangunan di atas ini,

dia yang membuat gambarnya (wawancara dengan Ketua Komite Sekolah,

21 Desember 2009).

Beberapa kutipan wawancara di atas, merupakan contoh bentuk partisipasi

masyarakat dalam Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP di SMPN 3

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 89: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

74   

Universitas Indonesia  

Pamulang. Untuk lebih jelasnya hasil analisis tingkat partisipasi masyarakat

tersebut dapat dilihat dalam tabel 5.1.

Berdasarkan tabel 5.1, faktor yang diamati dalam menganalisis tingkat

partisipasi masyarakat meliputi faktor perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

program. Pertama, faktor perencanaan program, mencakup adanya keterlibatan

unsur masyarakat dalam rapat sosialisasi program dan pembentukan P2S serta

adanya keterlibatan masyarakat dalam pembuatan dokumen perencanaan

program.

Selanjutnya, faktor pelaksanaan, mencakup keterlibatan unsur masyarakat

dalam pelaksanaan pembangunan, dan keterlibatan unsur masyarakat dalam

pendokumentasian keuangan; Faktot ketiga, adanya keterlibatan unsur masyarakat

dalam pengawasan program.

Dalam faktor perencanaan program, bentuk partisipasi yang muncul

adalah adanya keterlibatan Komite Sekolah sebagai wakil orang tua murid untuk

ikut serta bersama sekolah mensosialisasikan program kepada warga sekolah,

merencanakan kepengurusan panitia pembangunan sekolah (P2S), dan

merencanakan sumber dana pendamping untuk pelaksanaan program tersebut.

Bentuk partisipasi ini ada di tingkat 3, yaitu adanya keterwakilan unsur

masyarakat dalam perencanaan program. Karakteristik ini disebut sebagai

representative. Selanjutnya kriteria partisipasi menurut sekolah, partisipasi

masyarakat yang muncul juga ada di tingkat 3. Pihak sekolah mendorong adanya

keterlibatan masyarakat dalam perencanaan program. Karakteristik ini disebut

sustainability, yaitu sekolah menganggap penting dan mendorong keterlibatan

masyarakat dalam perencanaan program.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 90: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

75   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 91: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

76   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 92: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

77   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 93: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

78   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 94: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

79   

Universitas Indonesia  

Kriteria partisipasi menurut masyarakat, partisipasi masyarakat berada di

tingkat 3, yaitu masyarakat menganggap partisipasi mereka penting ada dalam

perencanaan program tersebut. Ini disebut sebagai leverage, yaitu unsur

masyarakat yang terlibat menganggap bahwa penting untuk terlibat dalam

perencanaan program.

Keterlibatan tersebut terlihat dalam rapat pembentukan P2S, serta dalam

pembuatan dokumen perencanaan program. Ketika pertama kali mengetahui

bahwa sekolah menerima bantuan dana untuk pembangunan RKB, pihak sekolah

dan Komite Sekolah segera melaksanakan sosialisasi program serta pembentukan

P2S dalam rapat antara sekolah dan orang tua murid. Rapat tersebut dihadiri oleh

unsur sekolah yaitu kepala sekolah, guru, staf tata usaha dan dari unsur

masyarakat yaitu Komite Sekolah, dan orang tua murid. Hal ini sesuai dengan

kutipan wawancara berikut:

Ketika saya mengetahui bahwa sekolah mendapatkan dana dari pusat, saya

ajak orang tua bicara, dan saya sampaikan juga kepada pemerintah daerah,

akhirnya kita kumpul dengan orang tua siswa dan masyarakat. Kita

melakukan sosialisasi seperti ada program seperti ini, kita undang orang

tua.... (wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 3 Pamulang, 21

Desember 2009).

Perlu diketahui dana tersebut bersifat subsidi, sehingga memerlukan dana

pendamping untuk menutupi kekurangannya. Menurut panduan pelaksanaan

program pembangunan RKB-SMP tahun 2009, dana pendamping seharusnya

disediakan oleh pemerintah daerah, namun dalam realisasinya pemerintah daerah

tidak mengalokasikan dana pendamping tersebut. Hal ini sesuai dengan

pernyataan berikut ini: ”Pemerintah daerah tidak memberikan dana sharing, ...jadi

sharing untuk program ini dari swadaya masyarakat” (wawancara dengan Kepala

Sekolah SMPN 3 Pamulang, 21 Desember 2009).

Unsur Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan pun membenarkan

pernyataan tersebut bahwa dana dari pusat tersebut tidak mencukupi, sehingga

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 95: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

80   

Universitas Indonesia  

sekolah perlu menyiapkan dana pendamping, hal ini mengisyaratkan bahwa tidak

ada dana pendamping dari Pemerintah Daerah.

...karena mengandalkan dana dari pusat saja engga cukup, dana

pendamping dari Komite Sekolah, dalam proposal itu, mereka harus

membuat surat kesanggupan untuk menyiapkan dana pendamping.”

(wawancara dengan unsur Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan, 21

Desember 200).

Pihak sekolah sebagai penerima dana perlu menyiapkan kekurangannya.

Dana yang kurang inilah yang menjadi tema dalam rapat sosialisasi program.

...bahwa kami membutuhkan bangunan ini, kami jelaskan, dan orang tua

juga menghitung, bagaimana kebutuhannya sekolah ini, berapa besar biaya

pembangunan, kita sosialisasikan, musyawarah dengan orang tua, dana

dari pusat kita sampaikan, kita jelaskan. (wawancara dengan Kepala

Sekolah SMPN 3 pamulang, 21 Desember 2009).

Dukungan dari pihak Komite Sekolah pun terlihat cukup besar. Dengan

tegas, Ketua komite mengatakan bahwa dana pendamping menjadi

tanggungjawabnya ”saya di dana pendampingnya yah” (wawancara dengan Ketua

Komite Sekolah SMPN 3 Pamulang, 21 Desember 2009).

Usulan, pemikiran, komitmen dari unsur masyarakat dalam menyiapkan

sumber dana pendamping tersebut merupakan gambaran tingkat ke 3 dalam

perencanaan program atau disebut bentuk representatif, keterwakilan unsur

masyarakat dalam memberikan usulan, dan pemikiran.

Bentuk representatif lainnya terlihat dalam pembuatan dokumen

perencanaan program. Salah satu orang tua murid di sekolah ini, terlibat dalam

pembuatan gambar kerja, dan spesifikasi teknis. ”Ada pak Tedy yang membuat

gambar kerja, spesifikasi bangunan” (wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 3

Pamulang, 21 Desember 2009).

Ia orang tua murid tapi juga Komite Sekolah bidangnya infrastruktur,

insinyur dia, seperti bangunan di atas ini, dia yang membuat gambarnya,

tapi kita rundingkan lagi, semua memberikan masukan, dievaluasi lagi,

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 96: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

81   

Universitas Indonesia  

kemudian hasilnya yah seperti itu (wawancara dengan Ketua Komite

Sekolah, 21 Desember 2009).

Berdasarkan beberapa kutipan wawancara di atas, penelitian ini

menyimpulkan bahwa dalam tahap perencanaan program, keterlibatan unsur

masyarakat terlihat jelas ada di tingkat 3 yaitu karakteristik representatif. Komite

Sekolah, dan orang tua murid terlibat dalam perencanaan program, dalam hal ini

usulan, pemikiran, komitmen untuk menyiapkan dana pendamping, serta

pembuatan dokumen gambar kerja dan spesifikasi teknis.

Keterlibatan masyarakat tersebut, merupakan upaya sekolah mendorong

unsur masyarakat untuk terlibat, dalam rapat, sosialisasi, perencanaan sumber

dana pendamping serta pembuatan gambar dan spesifikasi teknis. Upaya tersebut,

termasuk dalam karakteristik sustainibillity dari sekolah tersebut atau partisipasi

ada di tingkat 3. Hal ini terlihat dalam pernyataan yang disampaikan oleh Kepala

Sekolah kepada peneliti, ”Saya ajak orang tua bicara, dan saya sampaikan juga

kepada pemerintah daerah, akhirnya kita kumpul dengan orang tua siswa dan

masyarakat.” (wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 3 Pamulang, 21

Desember 2009). Kriteria partisipasi menurut masyarakat, ada di tingkat 3, atau

disebut sebagai karakteristik leverage, dimana unsur masyarakat yang terlibat

menganggap bahwa keberadaan mereka penting ada dalam perencanaan program.

Sesuai panduan pelaksanaan program menyebutkan bahwa pelaksana

program adalah panitia pembangunan sekolah (P2S). Keanggotaan P2S

diharuskan melibatkan 3 orang unsur masyarakat dalam hal ini 2 orang wakil wali

murid sebagai sekretaris, dan administrasi keuangan, serta 1 orang wakil wali

murid atau tokoh masyarakat yang mengetahui bidang teknis pembangunan

sebagai penanggung jawab teknis. Dalam realisasinya sekretaris, administrasi

keuangan, dan penanggung jawab teknis berasal dari guru dan staf tata usaha. (SK

P2S SMPN 3 Pamulang, 2009).

Menurut Kepala Sekolah, sebenarnya pihak sekolah telah menggundang

wakil wali murid dalam pembentukan P2S, dan melibatkan wakil wali murid

dalam keanggotaan P2S, namun karena faktor kesibukan pekerjaan dari wakil

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 97: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

82   

Universitas Indonesia  

wali murid tersebut, maka posisi sebagai sekretaris, administrasi keuangan dan

penanggung jawab teknis diserahkan kembali kepada sekolah.

....ketika kita rapat kan memang dari wali murid, tapi wali murid itu

menyerahkan lagi sama kita. Mestinya wali murid, pak Tedy Ngadingon,

sekretarisnya, tapi karena dia sibuk, jadi diserahkan lagi ke sekolah, apa

namanya diserahkan kepada guru yang sehari-hari... Iya pak Tedy, pak

Zulkasim, tapi karena mereka pada sibuk, jadi diserahkan kepada sekolah.

Kan sekolah memang kerjaannya, tanggungjawabnya. (wawancara dengan

Kepala Sekolah, 22 Januari 2010).

Dalam teori framework for community participation (White, 1996), usaha

sekolah melibatkan wakil wali murid dalam keanggotaan P2S merupakan bentuk

pemberdayaan yang dilakukan oleh sekolah. Usaha tersebut dalam teori ada di

tingkat 4. disebut sebagai empowerment yaitu sekolah menganggap penting

melibatkan masyarakat sebagai pengelola program, karena faktor kesibukan wakil

wali murid dalam pekerjaan, akhirnya pekerjaan diserahkan kembali kepada

sekolah. Sehingga tingkat partisipasi menurut masyarakat, sebatas pada tingkat

pertama yaitu inclusion, kontribusi masyarakat cukup sebatas pada kehadiran

dalam pertemuan sosialisasi program dan pembentukan P2S. Bentuk partisipasi

yang nampak dalam pembentukan P2S ini disebut nominal, karena sebatas pada

kehadiran wakil wali murid tersebut dalam pertemuan. Karakteristik nominal

merupakan tingkat pertama dalam teori ini.

Keterlibatan masyarakat dalam program ini, selanjutnya terlihat dalam

tahap pelaksanaan program. Indikator partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

program, mencakup pertama, tukang berasal dari unsur masyarakat sekitar lokasi

sekolah; kedua, adanya keterlibatan unsur masyarakat dalam proses pembelian

barang; ketiga, adanya keterlibatan unsur masyarakat dalam pencatatan

pengeluaran dan pemasukan keuangan program; keempat, adanya keterlibatan

unsur masyarakat dalam mengumpulkan dan merapikan semua bukti transaksi

program; kelima, adanya partisipasi masyarakat dalam bentuk sumbangan dana,

material, atau tenaga.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 98: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

83   

Universitas Indonesia  

Hasil penelitian menunjukkan, keterlibatan unsur masyarakat terjadi dalam

proses pembelian barang dan sumbangan dana. Dalam proses pembelian barang,

unsur masyarakat yang terlibat adalah Komite Sekolah. Komite Sekolah terlibat

dalam ikut merencanakan material bangunan yang akan dibeli. Keterlibatan ini

berada pada tingkat 3, atau disebut sebagai representative. Tidak ada partisipasi

dalam bentuk tenaga, karena semua pekerja mendapatkan gaji yang sesuai dengan

standar keahlian mereka. Tenaga ahli ini bukan wakil wali murid, bukan pula

masyarakat dari sekitar lokasi sekolah, namun orang-orang yang memiliki

hubungan dekat dengan Kepala Sekolah SMPN 3 Pamulang. Hal ini sesuai

dengan kutipan wawancara berikut : ”Pak Nimin yah, kaya pemborong...bukan

pemborong apa namanya kepala pelaksana..... Pak Nimin dan Pak Sukria yah

yang suka bantu, ....bukan wali murid, bukan daerah sini mba.” (wawancara

dengan Bandahara P2S, 22 Januari 2010).

Dari sudut pandang sekolah, karakteristik yang terlihat adalah

sustainibility, yaitu sekolah mendorong keterlibatan unsur masyarakat dalam

proses perencanaan pembelian barang. Usaha tersebut dalam teori kerangka kerja

partisipasi masyarakat ada di tingkat 3. Hal ini terlihat dalam pernyataan yang

sampaikan oleh Ketua Komite Sekolah berikut ini:

Kalau menurut spek yang ada, kita melebihi. Kita mampu pakai bahan

yang kuat untuk jangka panjang, artinya tahan, dilihat dari kualitasnya.

Menggunakan rangka besi. Jadi melebihi spek yang dianjurkan oleh pihak

direktorat. Standar biasa tanggung, jadi ya udahlah kita buat bagus,

berkualitas, untuk jangka panjang. (wawancara dengan Ketua Komite

Sekolah SMPN 3 Pamulang, 21 Desember 2009).

Berdasarkan pernyataan Ketua Komite Sekolah di atas, menunjukkan

bahwa Komite Sekolah sebagai wakil unsur masyarakat aktif terlibat dalam

pemilihan material dalam pembangunan, agar ruang yang sedang dibangun

berkualitas untuk jangka panjang. Hal ini merupakan gambaran dari sudut

pandang masyarakat, keterlibatan unsur masyarakat dalam pembelian barang

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 99: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

84   

Universitas Indonesia  

merupakan hal penting untuk keberhasilan program, karakteristik ini disebut

sebagai leverage, partisipasi masyarakat ada di tingkat 3.

Bentuk partisipasi masyarakat lainnya dalam pelaksanaan program ini

terlihat dalam bentuk sumbangan dana yang diberikan oleh orang tua murid

sebagai dana pendamping pelaksanaan program. Bentuk partisipasi ini disebut

sebagai karakteristik instrumental, partisipasi masyarakat tingkat kedua. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Kepala Sekolah berikut:

......jadi sharing untuk program ini dari swadaya masyarakat, ....sehingga

sumbangan dari masyarakat sekitar Rp. 300.000.00. Menurut Kepala

Sekolah, yang termasuk masyarakat di sini adalah orang tua siswa,

masyarakat yang punya usaha, masyarakat di sekeliling sekolah.

(wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 3 Pamulang, 21 Desember

2009).

Dari sudut pandang sekolah, partisipasi masyarakat yang diharapkan

adalah adanya sumbangan dana sebagai dana pendamping dalam pelaksanaan

program. Hal ini terlihat dalam usaha sekolah untuk mendorong orang tua murid

membantu sekolah dalam bentuk sumbangan dana.

Kita ajak orang tua siswa yang arsitek, orang tua yang pemborong, sudah

biasa membangun, kita ajak bicara, dan dia yang menyampaikan kepada

orang tua yang lain, bahwa memang bangunan ini membutuhkan dana

sekian. (wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 3 Pamulang, 21

Desember 2009).

Upaya ini didukung pula oleh Komite Sekolah, menurut Ketua Komite SMPN 3

Pamulang:

......dana dari direktorat saja terimanya harus ada dana pendamping, kalau

engga kan engga jalan, ....dari saku ketua komite kan engga mungkin,...

jadi itu, artinya kita harus meyakinkan orang tua murid, cara meyakinkan

ini, tentu kita membangun kepercayaan masyarakat dalam hal ini orang

tua murid, langkah-langkah yang ditempuh adalah kita bangun, kita foto,

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 100: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

85   

Universitas Indonesia  

kita komunikasikan yah...(wawancara dengan Ketua Komite Sekolah

SMPN 3 Pamulang, 21 Desember 2009).

Karakteristik ini disebut sebagai efficiency, yaitu sekolah menganggap

penting partisipasi dalam bentuk dana tersebut, sehingga usaha yang dilakukan

sekolah adalah mengarah pada keterlibatan masyarakat dalam bentuk sumbangan

dana.

Berdasarkan sudut pandang masyarakat, partisipasi yang penting

dilakukan adalah memberikan bantuan dana sebagai dana pendamping dalam

pelaksanaan program. Karakteristik ini disebut sebagai cost, atau partisipasi ada di

tingkat 2. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Ketua Komite

Sekolah,”....Sebab kalau mengandalkan dari dana pusat tidak akan cukup...”.

(wawancara dengan Ketua Komite Sekolah, 21 Desember 2009).

Dukungan orang tua murid dalam menyumbangkan dananya pada program

ini juga terlihat dalam hasil kutipan wawancara berikut:

....jadi paham yah dengan kondisi sekolah, terutama masalah dana. Bila

mendengar seperti itu otomatis, ya engga mungkin dong kalau orang tua

murid yah, dengan istilahnya gedung yang sebagus ini, otomatis juga kan

biayanya banyak, kalau misalnya anaknya gratis, ibaratnya gimana yah,

akhirnya mereka menyumbanglah untuk pendidikan di sini. ...... karena

mereka menyadari yah, karena kenyataannya seperti itu, yah apa-apa

mustahillah kalau engga pake uang. Ya kan mustahillah suatu kegiatan

sekolah yang begini besar, kalau gratis, tis....(wawancara dengan orang tua

murid SMPN 3 Pamulang, 22 Januari 2010).

Dalam pengawasan program, keterlibatan masyarakat ada di tingkat 4,

bentuk partisipasi masyarakat memiliki karakteristik transformative, yaitu Komite

Sekolah terlibat secara langsung bersama sekolah bertindak sebagai pengawas

program. Keterlibatan Komite Sekolah secara langsung sebagai pengawas dalam

program ini terlihat dalam kutipan wawancara berikut ”seperti tadi malam, kami

kumpul rapat, memantau terus pelaksanaan program ini, rapat evaluasi, jadi kira-

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 101: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

86   

Universitas Indonesia  

kira seminggu sekali”(wawancara dengan Ketua Komite Sekolah, 21 Desember

2009).

Dari sudut pandang sekolah, karakteristik yang terlihat adalah

empowerment, atau ada di tingkat 4. Sekolah memberikan kesempatan yang luas,

kepada Komite Sekolah dan orang tua murid untuk mengawasi pelaksanaan

program. Menurut Kepala Sekolah:

Sekolah mempersilahkan orang tua murid untuk datang dan melihat

pelaksanaan program, dan kebanyakan yang datang orang tua siswa, kalau

pagi orang tua siswa ngantar anak kesini, ketika ia melihat, tidak ada lain

yang dikatakan bagus aja sudah (wawancara dengan Kepala Sekolah

SMPN 3 Pamulang, 21 Desember 2009).

Berdasarkan sudut pandang masyarakat, Komite Sekolah bertanggung

jawab sebagai pengawas program, dan bertanggung jawab dalam pembuatan

laporan pelaksanaan program. Pengawasan ini terlihat dari pernyataan Ketua

Komite Sekolah berikut ini:

...seperti sekarang kita sedang menyiapkan pelaporan evaluasi, berapa

jumlah dana dari direktorat, berapa jumlah dana dari orang tua murid,

sehingga terkumpul dana, dan fisiknya jadi seperti itu, itu kita laporakan

secara transparan. (wawancara dengan Ketua Komite Sekolah, 21

Desember 2009).

Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas, penelitian ini menyimpulkan

bahwa terdapat variasi tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan program. Mayoritas, tingkat partisipasi masyarakat

yang terjadi dalam tahap perencanaan cenderung di tingkat tiga, representative

yaitu adanya perwakilan unsur masyarakat dalam pembuatan perencanaan

program, dalam hal ini diwakili oleh unsur Komite Sekolah. Masyarakat yang

terlibat dalam perencanaan program adalah pengurus Komite Sekolah, serta orang

tua murid.

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program cenderung terjadi pada

pelaksanaan pembelian barang, dan sumbangan dana. Komite Sekolah dan kepala

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 102: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

87   

Universitas Indonesia  

pelaksana yang ahli di bidang nya membantu sekolah dalam pelaksanaan

perencanaan pembelian barang. Bentuk partisipasi ini ada di tingkat 3, atau

representative. Indikator adanya sumbangan dana, merupakan bentuk partisipasi

tingkat 2, yaitu instrumental. Masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan

program adalah pengurus Komite Sekolah, orang tua murid, dan tenaga ahli.

Partisipasi masyarakat dalam pengawasan program terjadi di tingkat 4

yaitu transformative. Komite Sekolah secara langsung melakukan pengawasan

pelaksanaan program. Masyarakat yang terlibat dalam pengawasan adalah

pengurus Komite Sekolah dan orang tua murid.

Selain hasil temuan di atas, penelitian ini juga menemukan adanya

beberapa indikator yang tidak melibatkan unsur masyarakat, yaitu, pertama,

keanggotaan P2S, tidak melibatkan unsur wakil wali murid; kedua, pengelolaan

keuangan tidak melibatkan wakil wali murid; dan ketiga, sekolah tidak melibatkan

pekerja yang berasal dari sekitar lokasi sekolah. Menurut pihak sekolah alasan

tidak melibatkan wakil wali murid dalam keanggotaan P2S, dan pengelolaan

keuangan karena pertama, faktor kesibukan pekerjaan dari orang tua murid,

sehingga sekolah tidak dapat melibatkan orang tua murid dalam pengelolaan

keuangan. Kedua, orang tua murid menganggap bahwa sekolah yang bertanggung

jawab dalam pelaksanaan program. Ketiga, orang tua murid merasa sekolah bisa

mengelola sendiri, karena ini adalah pekerjaannya.

Iya jadi diserahkan kepada sekolah, dalam rapat komite, jadi, apa namanya

ke guru. Begitu pula bendahara, bendahara kan pak Zulkasim,...tapi karena

mereka pada sibuk, jadi diserahkan kepada sekolah, kan sekolah memang

kerjaannya, tanggung jawabnya ”(wawancara dengan Kepala Sekolah

SMPN 3 Pamulang, 22 Januari 2010).

Alasan sekolah tidak melibatkan masyarakat sekitar lokasi sekolah adalah

karena pihak sekolah pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan

ketika menggunakan tukang dari sekitar lokasi sekolah, hal ini terlihat dalam

kutipan wawancara berikut:

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 103: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

88   

Universitas Indonesia  

....waktu itu kita pernah pake daerah sini yah belakang sekolahan, hanya

beberapa orang, hanya sebatas 2 minggu, atau berapa 3 minggu, kerjanya

malas, malas gitu aja, jadi kita cari lagi yang lain, yang biasa ikut pak

Nimin, warga komplek mah ...kerja malas, sudah ditegur, gitu lagi

(wawancara dengan Bendahara P2S, 22 Januari 2010).

Berbeda dengan SMPN 3 Pamulang, dalam sub bab berikut akan

dipaparkan hasil penelitian di SMPN 2 Curug.

2. SMPN 2 Curug Penelitian terhadap Program Bantuan Pembangunan RKB-SMPN 2 Curug

dilakukan pada bulan Desember 2009 hingga bulan Januari 2010. Sumber data

dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan wawancara mendalam. Studi

dokumentasi meliputi profil sekolah, proposal administrasi, RAB, jadwal

pelaksanaan program, gambar, spesifikasi teknis, SK P2S, laporan program, serta

buku-buku literatur yang berhubungan dengan tema dalam penelitian ini.

Informan kunci dalam wawancara mendalam meliputi Kepala Sekolah,

Ketua P2S, dan administrasi keuangan P2S. Informan pelengkap adalah 2 orang

wakil wali murid, dan kepala tukang. Penelitian ini menggunakan teknis

wawancara mendalam dalam kelompok diskusi (FGD) focus group discussion

terhadap informan kunci, dan wawancara terpisah dengan unsur masyarakat. Hal

ini dimungkinkan karena, sebelum peneliti datang ke lokasi penelitian, peneliti

telah menghubungi lebih dahulu, agar, informan berada di lokasi penelitian.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah, peneliti tidak dapat melakukan

wawancara dengan Ketua Komite Sekolah, karena menurut Kepala Sekolah,

Ketua Komite hampir tidak pernah datang ke sekolah, karena Ketua Komite

adalah anggota DPRD tingkat II, sehingga jika sekolah memerlukan sesuatu,

Kepala sekolah yang datang menemui Ketua Komite. Penelitian ini juga tidak

melakukan wawancara dengan tenaga professional yang mengetahui tentang

konstruksi pembangunan, karena sulit untuk dihubungi. Sehingga penelitian ini

menggunakan jawaban dari informan kunci mengenai keterlibatannya dalam

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 104: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

89   

Universitas Indonesia  

program ini. Selain itu, penelitian ini juga tidak melakukan wawancara dengan

masyarakat sekitar sekolah karena berdasarkan hasil wawancara dengan informan

kunci, menunjukkan tidak ada keterlibatan tersebut.

Hasil penelitian tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan

Pembangunan Program Bantuan Pembangunan Program Bantuan Pembangunan

RKB-SMP di SMPN 2 Curug cenderung bervariasi. Dalam perencanaan program,

partisipasi yang terjadi cenderung berada di tingkat 2, dengan karakteristik

instrumental, yaitu adanya kesediaan orang tua murid memberikan sumbangan

dana dan material. Dalam pelaksanaan program, partisipasi masyarakat cenderung

ada di tingkat 2, yaitu instrumental, adanya sumbangan dana dan material dari

orang tua murid, Komite Sekolah, dan tukang. Dalam tahap pengawasan program,

cenderung ada di tingkat 4, yaitu transformative, pengawasan program dilakukan

oleh orang tua murid, Komite Sekolah, penanggung jawab teknis, wartawan dan

LSM, yang sering datang ke sekolah menanyakan pelaksanaan program tersebut.

Berikut ini dalam tabel 5.2, hasil operasionalisasi faktor SMPN 2 Curug.

Untuk faktor yang pertama, yaitu adanya keterlibatan masyarakat dalam

perencanaan program. Bentuk partisipasi yang terlihat adalah adanya kesediaan

orang tua murid memberikan sumbangan dana sebagai dana pendamping untuk

pelaksanaan program. Bentuk partisipasi ini ada di tingkat 2, atau disebut sebagai

karakteristik instrumental. Hal ini terlihat jelas dalam hasil wawancara peneliti

dengan pihak sekolah berikut ini:

...alhamdulillah secara umum orang tua menanggapi dengan positif,

...kami kondisikan dengan konsep sumbangan, kekurangannya itu kami

mohon dengan konsep sumbangan sukarela, ...akhirnya ada yang

nyumbang...” (wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 2 Curug, 26

Desember 2009).

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 105: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

90   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 106: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

91   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 107: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

92   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 108: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

93   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 109: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

94   

Universitas Indonesia  

Dari sudut pandang sekolah, partisipasi masyarakat yang diharapkan

dalam perencanaan program ini cenderung pada permohonan sumbangan dana

orang tua murid. Karakteristik ini disebut sebagai efficiency, atau partisipasi di

tingkat 2, yaitu sekolah melakukan berbagai usaha untuk mendorong partisipasi

dalam bentuk sumbangan tersebut, diantaranya sekolah mensosialisasikan

program kepada orang tua murid dalam rapat pertemuan antara pihak sekolah dan

orang tua murid, menginformasikan bahwa dana dari pusat kurang, sekolah

berusaha mengetuk hati orang tua murid untuk menyumbang, dengan

menggunakan konsep sumbangan sukarela

Berikut ini kutipan hasil wawancara yang menunjukkan usaha sekolah

untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam bentuk sumbangan dana.

Kami dari awal, awal dana masuk, kami menyampaikan program sekolah

kepada orang tua murid, ...dari awal kami sudah ngomong sama orang tua,

seandainya nanti kami mendapat bantuan tambahan ruang kelas baru, dan

dananya ternyata kurang, kami akan mengadakan rapat lagi. ...kami

mohon dengan konsep sumbangan sukarela, tidak dengan paksa kepada

orang tua. ...kami rapat berkali-kali, rapatnya juga bukan menentukan

jumlah sumbangan, tapi menyampaikan masalah, dan mengetuk hati orang

tua, terutama yang mampu mau menyumbang. ...informasi rapat kami

sampaikan tertulis,...kami cantumkan RAB yang kami susun...(wawancara

dengan Kepala Sekolah SMPN 2 Curug, 26 Desember 2009).

Berdasarkan sudut pandang masyarakat dalam hal ini orang tua murid,

menunjukkan bahwa adanya kesediaan orang tua murid untuk menyumbang.

partisipasi ini ada di tingkat 2, atau disebut juga cost, yaitu orang tua murid

menganggap penting untuk berkontribusi dalam bentuk dana terhadap sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu orang tua murid, sekolah

memerlukan bantuan dana dari orang tua murid untuk menjalankan proses

pendidikan di sekolah. Jika tidak ada bantuan tersebut, maka proses pendidikan di

sekolah akan terhambat. Sejak kebijakan sekolah gratis diperkenalkan di publik,

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 110: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

95   

Universitas Indonesia  

banyak kegiatan di sekolah berhenti karena tidak ada dana, kondisi ini dapat

dilihat dalam kutipan wawancara berikut ini:

...sama sekali tidak diminta dalam waktu beberapa bulan, dari Juli ...dan

itu kegiatan mandek, komputer mandek, kegiatan siswa mandek, akhirnya

orang tua malah berkomentar, kalau begitu udah lah kita mau ko

nyumbang gitu (wawancara dengan orang tua murid SMPN 2 Curug, 20

Januari 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanggung jawab teknis dalam

keanggotaan P2S berasal dari unsur masyarakat, seorang tenaga professional

insinyur teknis sipil. Keterlibatan ini merupakan bentuk partisipasi masyarakat,

karena keberadaannya membantu sekolah dalam urusan teknis perencanaan

pekerjaan. Penanggung jawab teknis menjadi mitra bagi Ketua P2S melakukan

diskusi tentang pelaksanaan pekerjaan.

…konsultasi bangunan lah dengan pak Mamat (ketua P2S) konsultasinya

dengan Pak Teguh,...dia insinyur. Kehadirannya kalau sangat penting.

Kalau komunikasi jalan terus, ini begini...ini begini...misalnya pada hari

Minggu, begitu dibuka ternyata lahannya agak rawa, trus konsultasinya

bagaimana mengatasi rawa itu... (wawancara dengan Kepala Sekolah

SMPN 2 Curug, 20 Januari 2010).

Keterlibatan unsur masyarakat sebagai penanggung jawab teknis

merupakan bentuk partisipasi di tingkat 3, representative, yaitu keterlibatan unsur

masyarakat dalam membantu pihak sekolah berkonsultasi dalam perencanaan

program. Partisipasi penanggung jawab teknis ini lebih tinggi dari hanya sekedar

sumbangan tenaga. Menurut administrasi keuangan P2S, penanggung jawab

teknis ini tidak diberikan gaji. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut:

”harusnya begitu yah, tapi sampai hari ini belum” (wawancara dengan Kepala

Sekolah SMPN 2 Curug, 20 Januari 2010). ”Belum ada yang di kasih”

(wawancara dengan Administrasi keuangan P2S SMPN 2 Curug, 20 Januari

2010).

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 111: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

96   

Universitas Indonesia  

Hasil temuan yang menujukkan ketidakterlibatan unsur masyarakat dalam

faktor perencanaan program adalah, pertama, tidak ada keterlibatan Komite

Sekolah dalam perencanaan program, keterlibatan komite sebatas pada pemberian

dana saja. Menurut Kepala Sekolah, Ketua komite tidak pernah datang ke sekolah,

ia adalah orang tua murid SMPN 2 Curug yang bekerja sebagai anggota DPRD

kabupaten, karena faktor kesibukan dalam pekerjaan, Komite Sekolah tidak dapat

menjalankan tugasnya sebagai mediator dalam urusan pendidikan di sekolah. Hal

ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut ini:

Ia saya pun kesana, kepentingannya juga banyak. Bukan hanya

urusan...jadi ada sesuatu yang ingin saya capai, karena beliau anggota

dewan, jadi kita punya misi.... (wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN

2 Curug, 20 Januari 2010).

Kedua, agenda rapat dibuat oleh sekolah. Inisiator bukan datang dari

Komite Sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan berikut ini:

Sekolah menyampaikan ke komite permasalahan, lalu komite bilang

adakan rapat, setuju, maka diadakan pertemuan, kita saling lah

(wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 2 Curug, 20 Januari 2010).

Ketiga, seharusnya keterlibatan masyarakat dalam hal ini wali murid ada

dalam keanggotaan P2S, sebagai sekretaris dan administrasi keuangan. Hasil

penelitian menemukan tidak adanya keterlibatan wali murid dalam keanggotaan

P2S. Menurut Kepala sekolah, melibatkan wakil wali murid dalam keanggotaan

P2S tidaklah mudah. Alasannya adalah orang tua murid percaya saja ke sekolah.

Berikut ini kutipan hasil wawancaranya:

Iya ...emmm jadi...dalam prakteknya di lapangan, bahwa tidak segampang

itu, mengajak mereka untuk emmm secara langsung gitu. ...mereka

katakan ”kami percayalah ke orang sekolah” toh katanya ”saya engga tau

juga”, intinya walaupun tidak langsung ikut di dalamnya, mmmm, mereka

percaya, makanya kami pakai alasan itu. (wawancara dengan Kepala

Sekolah SMPN 2 Curug, 20 Januari 2010).

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 112: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

97   

Universitas Indonesia  

Keempat, tidak adanya keterlibatan unsur masyarakat dalam pembuatan

dokumen perencanaan program. Semua dokumen administrasi dikerjakan oleh

pihak sekolah. Dokumen teknis dikerjakan oleh pihak lain yang dibayar oleh

sekolah.

Berikut ini beberapa alasan yang membuat tidak adanya keterlibatan

masyarakat dalam faktor perencanaan program. Pertama, anggapan orang tua

murid dan Komite Sekolah bahwa sekolah bisa mengerjakan sendiri; kedua,

percaya saja pada sekolah untuk mengerjakan program tersebut; ketiga, tidak ada

pendapatan yang jelas, pekerjaannya berat yaitu menyediakan dana pendamping.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut:

Dugaan saya kenapa pihak komite itu tidak mau begitu karena mungkin

kalau saja pengurus komite itu jelas gajinya, nah...income nya. Tapi di sini

mah kerja harus, berat...bagaimana tidak berat, saya kan mau minta

sumbangan, sementara imbalannya terima kasih. Kerja tanpa pamrih.

(wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 2 Curug, 20 Januari 2010.)

Faktor kedua adalah analisis tingkat partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat terlihat dalam indikator adanya

sumbangan dana, dan material dari orang tua murid terhadap pelaksanaan

program. Bentuk partisipasi ini ada di tingkat 2, karakteristik instrumental, yaitu

kontribusi orang tua murid dalam sumbangan dana dan material. Hal ini terlihat

jelas dalam hasil wawancara berikut: “Kami menganggarkan, karena

pekerjaannya plus mendak, maka 3 RKB membutuhkan dana Rp. 351.000.000,

dikurangi Rp. 270.000 dana pusat 3 RKB” (wawancara dengan Ketua P2S, 26

Desember 2009).

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa selisih antara anggaran

pembangunan 3 RKB dengan dana bantuan 3 RKB dari pusat merupakan dana

pendamping yang harus disiapkan oleh sekolah. Sampai waktu ketika peneliti

datang ke lokasi sekolah, ketua P2S mengatakan sumbangan yang masuk sudah

berkisar 20-30% dari total dana pendamping yang harus disiapkan oleh sekolah.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 113: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

98   

Universitas Indonesia  

Sumbangan material ada dalam bentuk semen dan puing dari orang tua murid.

(wawancara dengan Ketua P2S SMPN 2 Curug, 26 Desember 2009).

Berbagai usaha dilakukan oleh sekolah dalam mendorong orang tua murid

untuk menyumbang. Diantaranya sekolah melakukan rapat per dua kelas,

dikelompokkan berdasarkan status sosial ekonomi orang tua murid. Pihak sekolah

menyampaikan masalah yang dihadapi, menyampaikan secara tertulis RAB, dan

biaya yang diperlukan secara transparan dengan menggunakan konsep sumbangan

sukarela. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut ini:

Kami terus menyampaikan program apa yang mendesak harus segera

dilaksanakan, kami terus mengetuk hati orang tua yang mampu untuk

terus dan terus menyumbang, dan kami ucapkan sangat berterima kasih...

(wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 2 Curug, 20 Januari 2010).

Dengan usaha tersebut, akhirnya secara umum orang tua murid

menanggapi dengan positif. Banyak orang tua murid yang memberikan

kontribusinya dalam menyumbang dana maupun material. Hal ini sesuai dengan

hasil wawancara berikut ini : ”ada yang nyumbang...banyak yang belum.

...sumbangan dari orang tua itu tidak hanya dana, material pun mangga...”

(wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 2 Curug, 26 Desember 2009).

Meskipun hasil penelitian menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat

cenderung ada di tingkat 2, namun penelitian ini menemukan juga adanya

partisipasi masyarakat dalam bentuk pemikiran dari masyarakat, dalam hal ini

penanggung jawab teknis, seorang lulusan teknik sipil, membantu sekolah dalam

hal teknis perencanaan pembangunan. Ini menunjukkan adanya keterlibatan

masyarakat, yaitu keterwakilan unsur masyarakat dalam hal sumbangan

pemikiran menyangkut teknis pembangunan. Hal ini merupakan bentuk

partisipasi masyarakat di tingkat 3 yaitu pihak sekolah memberikan kesempatan

untuk keterlibatan tersebut, dan bagi unsur masyarakat yang terlibat merasa

bahwa keterlibatannya penting ada di sekolah untuk membantu proses

pelaksanaan pembangunan.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 114: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

99   

Universitas Indonesia  

Hasil penelitian yang tidak menunjukkan adanya keterlibatan unsur

masyarakat dalam faktor pelaksanaan program, ada dalam indikator pertama,

tukang tidak berasal dari unsur masyarakat sekitar lokasi sekolah. Alasan sekolah

tidak menggunakan tenaga tukang dari masyarakat sekitar sekolah adalah

pertama, alasan professionalitas, bekerja sesuai dengan kemauan sekolah, dan

dibayar sesuai standar gaji daerah. Hal ini dimaksudkan agar efektif dan efisien;

alasan kedua, pengalaman yang tidak menyenangkan ketika menggunakan tenaga

sekitar lokasi sekolah. Hal ini sesuai dengan dalam kutipan hasil wawancara

antara peneliti dengan pihak sekolah berikut: ”Tukang dari luar yah, ...yang pasti

ngambil dari luar, itu yang professional aja gitu” (wawancara dengan Kepala

Sekolah SMPN 2 Curug, 20 Januari 2010). Pendapat ini didukung pula oleh hasil

wawancara berikut:

...dulu pengalaman saya waktu di sini, ngambil tukang dari daerah sini,

karena harus masyarakat gitu yah, memberdayakan masyarakat, kita punya

kendala, kalau tukang sini, kita bilang pagi, mereka datangnya pagi,

selesainya sore, sore juga. Tapi kalau orang sini datangnya lambat,

pulangnya di cepetin ...partisipasi masyarakat maunya begini, taunya jadi

masalah, lebih susah jadinya (wawancara dengan petugas administrasi

keuangan SMPN 2 Curug, 20 Januari 2010).

Berdasarkan alasan itulah, pihak sekolah tidak melibatkan unsur

masyarakat sekitar lokasi sekolah. Tukang diambil dari daerah Cirebon. Sekolah

menggunakan alasan faktor professionalitas kerja, dan faktor kedekatan antara

tukang dengan pihak sekolah. Tukang yang digunakan adalah tukang yang sama

ketika membangun SMPN 2 Curug tahun 2007. Hal ini sesuai dengan pernyataan

berikut: ”Pak Maman, sudah kenal, sejak pembangunan USB dulu..”.(wawancara

dengan Kepala Tukang SMPN 2 Curug, 20 Januari 2010).

Selanjutnya mengenai indikator keterlibatan unsur masyarakat dalam

proses pembelian barang, ditemukan tidak adanya keterlibatan unsur masyarakat

dalam proses tersebut. Penanggung jawab teknis menyerahkan proses pembelian

barang langsung kepada Ketua P2S, dengan alasan jika proses pembelian barang

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 115: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

100   

Universitas Indonesia  

diarahkan oleh penanggung jawab teknis dikhawatirkan harganya akan mahal. Hal

ini sesuai dengan hasil wawancara berikut: ”...atur aja, karena kalau saya

mengarahkan takut kemahalan, nanti bapak yang harus

mempertanggungjawabkan” (wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 2 Curug,

20 Januari 2010).

Indikator selanjutnya mengenai adanya keterlibatan unsur masyarakat

dalam pengelolaan keuangan, hasil penelitian menemukan tidak adanya

keterlibatan unsur masyarakat dalam pengelolaan keuangan yang meliputi

pencatatan penerimaan dan pengeluaran keuangan program, serta kegiatan

menggumpulkan dan melakukan pengarsipan terhadap alat bukti bayar seperti

kuitansi, nota dan lainnya. Hal ini terlihat ketika peneliti menggali siapa petugas

bendahara dan administrasi keuangan. Dalam SK P2S seharusnya administrasi

keuangan adalah wakil wali murid, dalam realisasinya administrasi keuangan P2S

adalah guru Bahasa Inggris SMPN 2 Curug. Hal ini menunjukkan bahwa

pengelolaan keuangan dilakukan sepenuhnya oleh pihak sekolah, tidak ada

keterlibatan wakil wali murid dalam pengelolaan tersebut. Menurut Kepala

Sekolah, dalam prakteknya tidak mudah melibatkan wali murid secara langsung

dalam pengelolaan program. Adapun alasan nya adalah pertama, orang tua murid

percaya kepada sekolah sebagai pengelola; kedua, alasan kesibukan pekerjaan;

dan ketiga, tidak jelas gajinya pekerjaannya berat. (wawancara dengan Kepala

Sekolah SMPN 2 Curug, 20 Januari 2010).

Faktor ketiga, yaitu tahap pengawasan program, orang tua murid, dan

penanggung jawab teknis secara langsung memberikan usulan, dan

pengawasannya terhadap pelaksanaan pekerjaan. Bentuk partisipasi ini ada di

tingkat 4, karakteristik transformative. Dari sudut pandang sekolah, keterlibatan

penanggung jawab teknis dan orang tua murid dalam melakukan pengawasannya

merupakan faktor penting keberhasilan program. Bagi sekolah, penanggung jawab

teknis adalah sumber utama informasi dalam pelaksanaan teknis pekerjaan. Dari

sudut pandang penanggung jawab teknis, keterlibatannya penting ada dalam

pelaksanaan program, karena sekolah memerlukan orang yang mengerti masalah

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 116: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

101   

Universitas Indonesia  

teknis pembangunan. Jika ada masalah, penanggung jawab teknis siap datang

untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Dalam arti usulannya merupakan

masukan bagi sekolah untuk melakukan perbaikan. Karakteristik ini disebut

sebagai empowered, yaitu pihak sekolah memberdayakan orang tua murid dan

penanggung jawab teknis untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan

pembangunan.

Pengawasan lainnya dilakukan oleh wartawan dan LSM. Sekolah

memberikan peluang cukup luas terhadap LSM dan wartawan untuk datang ke

sekolah, karena sekolah memerlukan LSM dan wartawan untuk mempublikasikan

sekolah kepada masyarakat. Sehingga posisi LSM dan wartawan adalah mitra

bagi sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut: ”Terus terang saya juga

membutuhkan anda sebagai seorang wartawan. Untuk mempublikasikan kami ke

masyarakat ”(wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 2 Curug, 26 Desember

2009).

Menurut pihak sekolah, sebelumnya LSM dan wartawan tersebut datang

untuk tujuan tertentu, biasanya melakukan pemerasan Adanya manajemen

transparansi baik secara tertulis dan lisan terhadap program sekolah, dan sekolah

memiliki nuansa power yaitu tidak menghindar dan tidak takut, LSM dan

wartawan menjadi mitra bagi sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

berikut:

Jadi mungkin kalau sekolah lain, sama wartawan itu takut, karena

sekolahnya engga siap, walaupun dia bener, manakala sekolahnya tidak

siap. Kalau kita, insyaallah bener, yang keduanya siap dengan yang

namanya laporan kan tidak di mulut, gitu loh, laporan itu adalah dalam

bentuk seperti ini, dan hasil kerja, maka di kita wartawan itu biasa pa, jadi

sekarang buat partner kita. Pengalaman, asalnya sekolah kami pun begitu,

mohon maaf wartawan tuh meres pa, tapi setelah kita berikan penjelasan,

disertai pelaporan yang tertulis, ...bukti fisik ada..., jadi judulnya power

tadi (wawancara dengan Ketua P2S SMPN 2 Curug, 26 Desember 2009).

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 117: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

102   

Universitas Indonesia  

Berdasarkan fenomena ini, kontribusi wartawan dan LSM dalam

pengawasan ini berada pada tingkat 4, dengan karakteristik transformative.

Mereka datang ke sekolah dan menanyakan Program Bantuan Pembangunan

RKB, biaya yang diperlukan, dan sumber dana program. Keterbukaan yang

dilakukan oleh sekolah berada pada tingkat 4, karakteristik empowerment.

Sekolah membuka peluang yang cukup luas atas usulan, masukan dari masyarakat

untuk memberikan pengawasan terhadap pelaksanaan program. Keberadaan

wartawan dan LSM sebagai unsur masyarakat dalam pengawasan ini disebut

empowered yaitu mereka merasa diberdayakan untuk melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan program ini. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut:

”Nanya...dari mana dananya.., saya jelaskan, ini pa dana dari APBN, program

imbal swadaya, kami dapat dana per ruangan 70 juta, imbasnya 55 juta...”

(wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 2 Curug, 26 Desember 2009).

Faktor keterlibatan unsur masyarakat dalam pembuatan laporan

pelaksanaan program, menunjukkan tidak adanya keterlibatan tersebut.

Pembuatan laporan program dilakukan sepenuhnya oleh pihak sekolah.

Kesimpulan ini peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan pihak sekolah

mengenai: pertama, unsur masyarakat dalam keanggotaan P2S hanya ada di posisi

penanggung jawab teknis. Fungsi penanggung jawab teknis berkaitan erat dengan

persoalan teknis perencanaan program; kedua, sekretaris dan administrasi

keuangan adalah guru dan staf TU. Dalam aturan seharusnya kedua posisi ini

berasal dari unsur wakil wali murid. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan

bahwa sekolah tidak melibatkan unsur masyarakat dalam pembuatan laporan

program. Selanjutnya dalam sub bab berikut akan membahas perbandingan

operasionalisasi faktor di dua lokasi penelitian yaitu SMPN 3 Pamulang dan

SMPN 2 Curug.

3. Perbandingan Hasil Operasionalisasi Faktor Hasil analisis tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan

Pembangunan RKB di dua SMP Kabupaten Tangerang menunjukkan adanya

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 118: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

103   

Universitas Indonesia  

perbedaan. Tingkat partisipasi masyarakat di SMPN 3 Pamulang cenderung lebih

tinggi dibandingkan SMPN 2 Curug. Pada bagian ini, peneliti akan menyimpulkan

perbandingan hasil operasionalisasi faktor berdasarkan faktor perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan program. Sehingga akan terlihat jelas perbedaan

tingkat partisipasi masyarakat di dua sekolah tersebut.

Pertama, Gambar 5.2 menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam

faktor rapat perencanaan program di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug.

Berdasarkan Gambar 5.2, tingkat partisipasi masyarakat dalam faktor perencanaan

Program Bantuan Pembangunan RKB, SMPN 3 Pamulang memiliki tingkat

partisipasi masyarakat lebih tinggi yaitu di tingkat 3. Tingkat 3 berarti bentuk

partisipasinya representative, kesempatan yang diberikan sekolah sudah pada

tahap sustainibility, dan bagi masyarakat keterlibatannya merupakan bentuk

leverage bagi pelaksanaan program ini. Representative adalah adanya bentuk

keterwakilan masyarakat dalam program, dan aktif terlibat dalam proses

perencanaan program. Sustainability terjadi ketika sekolah responsive terhadap

usulan dari masyarakat, dan Leverage berarti masyarakat yang terlibat memahami

bahwa keterlibatannya merupakan kekuatan keberhasilan program.

\

Gambar 5.2 Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Rapat Perencanaan Program

Sumber : hasil penelitian

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Bentuk Sekolah Masyarakat

SMPN 3Pamulang

SMPN 2Curug

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 119: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

104   

Universitas Indonesia  

Hal ini dapat dilihat dengan adanya keterlibatan unsur masyarakat dalam

hal ini Ketua Komite Sekolah, dalam perencanaan program. Indikasi ini terlihat

jelas, ketika penelitian dilakukan. Ketua Komite Sekolah mampu menjawab

pertanyaan peneliti dengan jawaban yang jelas tentang keterlibatan komite dalam

perencanaan awal Program Bantuan Pembangunan RKB di sekolah. Pihak sekolah

terlihat memberikan ruang yang cukup luas kepada unsur masyarakat untuk

terlibat dalam manajemen sekolah, dan bagi Ketua Komite Sekolah pun merasa

keterlibatannya penting ada untuk membuat perencanaan program.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam faktor perencanaan program di

SMPN 2 Curug ada di tingkat 2, yaitu keterlibatannya ada pada bentuk

instrumental, kemudian dari sudut pandang sekolah, keterlibatan masyarakat ada

di tingkat efficiency, dan dari sudut pandang masyarakat, keterlibatannya cukup

pada tingkat cost. Tingkat Instrumental berarti keterlibatan masyarakat dalam

bentuk sumbangan dana, material, tenaga, dan pikiran. Tingkat efficiency adalah

sekolah menganggap partisipasi masyarakat yang penting adalah partisipasi dalam

bentuk dana, material, tenaga dengan berusaha mendorong adanya bentuk

partisipasi tersebut. Cost berarti masyarakat menganggap bahwa bentuk

partisipasi yang harus diberikan adalah sumbangan dana, material, tenaga, dan

pikiran.

Hal ini terlihat ketika Kepala sekolah memberikan gambaran awal

perencanaan awal dalam manajemen sekolah. Kecenderungan yang tampak adalah

pihak sekolah menjadi unsur penggerak dibandingkan unsur masyarakat dalam hal

ini komite. Sekolah yang membuat perencanaan, sekolah yang mengundang orang

tua murid dalam rapat-rapat pertemuan disekolah. Fenomena yang terlihat pun

cenderung sekolah lah yang aktif melakukan himbauan terus menerus kepada

orang tua murid untuk memberikan kontribusinya dalam bentuk sumbangan dana.

Kontribusi masyarakat pun lebih banyak dalam bentuk dana. Perencanaan dan

pembuatan keputusan diserahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah. Fenomena ini

cukup berbeda dengan partisipasi masyarakat yang terjadi di SMPN 3 Pamulang.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 120: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

105   

Universitas Indonesia  

Faktor yang kedua, dapat dilihat dalam Gambar 5.3. Gambar tersebut

menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembuatan dokumen

perencanaan program di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug.

Gambar 5.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pembuatan Dokumen Perencanaan Program

Sumber : Hasil olah pikir peneliti

Berdasarkan Gambar 5.3, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi

masyarakat SMPN 3 Pamulang lebih tinggi dibandingkan SMPN 2 Curug dalam

pembuatan dokumen perencanaan program. Alasan dari fenomena ini adalah

SMPN 3 Pamulang memiliki Komite Sekolah yang cukup aktif dalam

pelaksanaan program di sekolah. Komite Sekolah mengetahui banyak hal tentang

pelaksanaan program, terlibat penuh dalam perencanaan, dan pembuatan

keputusan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa Komite Sekolah merupakan mitra

sekolah dalam melaksanakan program. Komite Sekolah merasa diberdayakan oleh

sekolah, terberdayakan, dan sekolah menganggap keberadaannya penting ada

untuk keberhasilan pelaksanaan program.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembuatan dokumen rencana

pelaksanaan pembangunan, ada di tingkat 3. Tingkat 3, berarti bentuk

partisipasinya representative, kesempatan yang diberikan sekolah ada di tingkat

sustainability, dan pemahaman masyarakat tentang keterlibatannya ada di tingkat

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Bentuk Sekolah Masyarakat

SMPN 3Pamulang

SMPN 2Curug

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 121: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

106   

Universitas Indonesia  

leverage. Representative terlihat saat anggota Komite Sekolah dalam hal ini wakil

orang tua murid yang memiliki kemampuan dalam infrastruktur, membantu

sekolah dalam membuat gambar perencanaan, dan spesifikasi teknis bangunan.

Sustainability terjadi ketika sekolah mendorong keterlibatan orang tua murid

tersebut dalam pembuatan dokumen teknis pembangunan. dan Leverage berarti

orang tua murid tersebut termotivasi untuk membantu dan memahami bahwa

keterlibatannya penting ada untuk keberhasilan program.

Adapun tingkat partisipasi masyarakat di SMPN 2 Curug dalam

pembuatan dokumen perencanaan program menunjukkan tidak adanya

keterlibatan unsur masyarakat. Menurut pihak sekolah di SMPN 2 Curug, alasan

pihak sekolah tidak melibatkan unsur masyarakat adalah, pertama, anggapan

orang tua murid dan Komite Sekolah bahwa sekolah bisa mengerjakan sendiri;

kedua, masyarakat percaya pada sekolah mampu mengerjakan; ketiga, tidak ada

pendapatan yang jelas.

Faktor ketiga adalah partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program di

SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug. Gambaran mengenai tingkat partisipasi

ini terlihat dalam gambar 5.4.

Gambar 5.4 Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program

Sumber : Hasil olah pikir peneliti

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Bentuk Sekolah Masyarakat

SMPN 3Pamulang

SMPN 2Curug

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 122: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

107   

Universitas Indonesia  

SMPN 3 Pamulang memiliki tingkat partisipasi sedikit lebih tinggi di

bandingkan SMPN 2 Curug yaitu di tingkat 3. Tingkat 3, yaitu terdapat partisipasi

dalam bentuk pemikiran dari masyarakat yang ahli di bidang teknik sipil untuk

membantu sekolah dalam urusan teknis pembangunan. Hal ini menunjukkan

bahwa, bentuk partisipasi masyarakat tidak sebatas pada sumbangan dana,

material, ataupun tenaga, meningkat pada sumbangan pemikiran dalam

pelaksanaan program.

SMPN 2 Curug berada di tingkat 2. Tingkat 2 yaitu instrumental, dari

sudut pandang sekolah, keterlibatan masyarakat disebut efficiency, dan dari sudut

pandang masyarakat, keterlibatan masyarakat disebut cost. Instrumental berarti

partisipasi masyarakat dalam bentuk sumbangan dana, material, dan tenaga.

Efficiency berarti sekolah berupaya mendorong adanya partisipasi bentuk

sumbangan dana, material, dan tenaga. Cost berarti masyarakat menganggap

bentuk partisipasi yang penting adalah dana, material, dan tenaga. Bedanya di

SMPN 2 Curug partisipasi masyarakat cenderung dalam bentuk dana, dan

material.

Menurut pihak sekolah, hal ini dikarenakan, pertama, bantuan Program

Bantuan Pembangunan RKB-SMP merupakan dana subsidi dan pasti kurang,

sehingga memerlukan dana tambahan untuk menutupi kekurangannya, dana

pendamping merupakan tanggung jawab sekolah bersama Komite Sekolah; kedua,

urusan teknis pelaksanaan program diserahkan oleh tenaga ahli, sehingga tidak

diperlukan keterlibatan unsur masyarakat; ketiga, masyarakat percaya bahwa

sekolah bisa melakukannya sendiri, sehingga masyarakat tidak merasa penting

untuk terlibat lebih jauh, karena telah ditangani oleh sekolah.

Faktor yang keempat adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap

pengawasan program di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug. Gambaran

mengenai tingkat partisipasi masyarakat tersebut terlihat dalam gambar 5.5.

Faktor adanya keterlibatan unsur masyarakat dalam pengawasan merupakan faktor

terakhir dalam mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan

Pembangunan RKB-SMP.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 123: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

108   

Universitas Indonesia  

Gambar 5.5 Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan Program

Sumber : Hasil olah pikir peneliti

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua sekolah tersebut memiliki

persamaan dalam keterlibatan unsur masyarakat dalam pengawasan program.

SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug, bentuk partisipasi dalam tahap

pengawasan program ada di tingkat 4, transformative yaitu pengawasan dilakukan

sepenuhnya oleh pihak Komite Sekolah dan orang tua murid. Keterbukaan pihak

sekolah terhadap pengawasan tersebut merupakan bentuk pemberdayaan sekolah

terhadap masyarakat, ini disebut empowerment, dan pemahaman masyarakat

tentang pentingnya keterlibatan mereka secara langsung dalam pengawasan

program merupakan gambaran diberdayakannya masyarakat dalam pengawasan

program, ini disebut empowered. Masyarakat di sini adalah orang tua murid,

pihak Komite Sekolah, LSM, dan wartawan

Berdasarkan hasil partisipasi masyarakat dalam pengawasan tersebut

menunjukkan bahwa orang tua murid yang memberikan sumbangan dananya,

merasa penting untuk mengetahui penggunaan dana tersebut. Kondisi ini

meningkatkan kepedulian orang-orang yang berpartisipasi dalam program. Dalam

artian orang tua murid tidak merasa berat memberikan sumbangan asal

peruntukannya jelas untuk meningkatkan pelayanan pendidikan di sekolah

tersebut. Sehingga pihak sekolah terdorong untuk membuat laporan program

dengan terbuka, pertanggungjawabannya jelas dan menghasilkan bukti yang

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

Bentuk Sekolah Masyarakat

SMPN 3Pamulang

SMPN 2Curug

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 124: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

109   

Universitas Indonesia  

nyata. Hal ini merupakan usaha sekolah untuk membangun kepercayaan orang tua

murid, sehingga mereka mau memberikan kontribusinya terhadap sekolah. Bagi

sekolah pun berusaha menggunakan sumbangan tersebut secara maksimal dengan

bukti yang nyata, karena orang tua murid pasti melakukan pengawasan terhadap

penggunaan dana tersebut.

Pengawasan program di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug

dilakukan oleh Komite Sekolah, Orang tua siswa, LSM dan Wartawan. Bentuk

pengawasannya pun beragam diantaranya pertama, adanya orang tua murid yang

datang melihat-lihat pelaksanaan pembangunan ketika mengantar anak ke sekolah,

kemudian memberikan komentar; kedua, Ketua Komite Sekolah intensif datang,

melakukan pengecekan, koreksi, penilaian, usulan untuk perbaikan, ini terjadi di

SMPN 3 Pamulang; ketiga, LSM dan Wartawan datang ke sekolah dengan

berbagai maksud, ini terjadi di SMPN 2 Curug; dan keempat, dalam rapat-rapat

evaluasi program antara Komite Sekolah, orang tua murid dan unsur sekolah.

Berdasarkan hasil temuan di atas, penelitian ini menyimpulkan bahwa

secara umum masyarakat yang terlibat mencakup, pertama, orang tua murid,

Komite Sekolah, masyarakat yang ahli di bidang infrastruktur, wartawan, dan

LSM.

Bentuk partisipasi masyarakat yang terlihat adalah pertama, adanya

kehadiran orang tua murid di sekolah; kedua, adanya sumbangan dana dari orang

tua murid; ketiga, adanya sumbangan material dari orang tua murid; keempat,

adanya sumbagan tenaga dari orang tua murid; kelima, adanya sumbangan

pemikiran dari orang tua murid yang ahli dibidang teknik sipil; kelima adanya

keterlibatan orang tua murid yang ahli dibidang teknik sipil dalam pembuatan

dokumen perencanaan program; keenam, adanya unsur masyarakat yang ahli

dibidang infrastruktur terlibat dalam keanggotaan P2S; ketujuh, orang tua murid

dalam rapat Komite Sekolah bertindak sebagai pengawas dalam pelaksanaan

program, dan kedelapan, wartawan dan LSM bertindak sebagai pengawas dalam

program ini.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 125: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

110   

Universitas Indonesia  

B. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP

Hasil penelitian analisis tingkat partisipasi masyarakat, secara umum

menunjukkan adanya perbedaan tingkat partisipasi masyarakat di dua SMP

tersebut. SMPN 3 Pamulang memiliki tingkat partisipasi lebih tinggi

dibandingkan SMPN 2 Curug.

Tingkat partisipasi masyarakat tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor,

mencakup faktor pendukung dan penghambat. Berikut ini dalam tabel 5.3, faktor-

faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan

Pembangunan RKB-SMP. Faktor tersebut adalah pertama, sikap orang tua murid.

Sikap ini mencakup kewajiban orang tua terhadap anak, kesadaran orang tua

murid terhadap pentingnya dukungan mereka terhadap pendidikan, serta

kesadaran orang tua murid agar sekolah berkembang dengan pesat.

Kedua, berhubungan dengan keadaaan sosial ekonomi masyarakat di

lingkungan sekolah. Kemampuan sosial ekonomi masyarakat mendukung

partisipasi masyarakat dalam program; ketiga adalah sekolah memberikan

pelayanan pendidikan yang berkualitas bagi siswanya; Keempat, hubungan yang

dekat antara sekolah dan masyarakat berdasarkan latar belakang sejarah, dan

geografi; kelima, transparansi program oleh pihak sekolah kepada masyarakat;

keenam, sandaran terhadap nilai agama yang bernilai ibadah, dengan konsep

sumbangan sukarela; ketujuh, hubungan komunikasi yang cukup baik antara

sekolah dan masyarakat; dan terakhir adalah faktor akuntabilitas, program dapat

dipertanggungjawabkan secara tertulis dan adanya bukti fisik.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 126: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

111   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 127: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

112   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 128: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

113   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 129: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

114   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 130: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

115   

Universitas Indonesia  

Adapun faktor yang menghambat partisipasi masyarakat adalah pertama,

kebijakan sekolah gratis; kedua, faktor sikap, mencakup sikap masyarakat

terhadap sekolah, anggapan masyarakat terhadap sekolah negeri, anggapan

masyarakat bahwa sekolah dapat mengelola sendiri, serta sikap ketidakpedulian

masyarakat terhadap pendidikan. Sikap sekolah terhadap masyarakat adalah sikap

sekolah yang menganggap bahwa sekolah bisa melaksanakan program sendiri

sehingga sekolah tidak memerlukan bantuan masyarakat. Faktor ketiga adalah

status sosial ekonomi masyarakat yang kurang beruntung. Faktor ini mencakup

pendidikan, dan pendapatan masyarakat. Faktor terakhir adalah faktor tidak

adanya fasilitas pendukung yang disediakan oleh sekolah bagi unsur masyarakat

yang bekerja. Fasilitas di sini mencakup ruangan kerja, mesin ketik, material

pekerjaan, honor, reward, dan lainnya.

Faktor-faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam

Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP tersebut tergambar dalam gambar 5.6.

Gambar 5.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP

Sumber: Hasil penelitian, dan hasil olah pikir peneliti

Partisipasi masyarakat

Sikap

Sosial ekonomi

Pelayanan pendidikan Hubungan dekat:

sejarah & geografis

Transparansi

Nilai-nilai agama

Komunikasi Akuntabillitas Kebijakan sekolah gratis

Fasilitas 

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 131: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

116   

Universitas Indonesia  

Berdasarkan gambar tersebut, penelitian ini menyimpulkan faktor-faktor

yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah pertama, sikap; kedua, sosial

ekonomi; ketiga, pelayanan pendidikan yang diberikan sekolah; keempat,

hubungan yang dekat berdasarkan latar belakang sejarah dan geografis; kelima,

transparansi program; keenam, sandaran terhadap nilai agama; ketujuh,

komunikasi; kedelapan, akuntabilitas; kesembilan, kebijakan sekolah gratis; dan

kesepuluh, fasilitas. Pembahasan mengenai masing-masing faktor tersebut akan

dibahas dalam sub bab berikut ini.

1. Sikap Faktor sikap atau attitude dari masyarakat pemanfaat layanan pendidikan

di sekolah mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan

Pembangunan RKB-SMP. Menurut Edward III, faktor sikap menjadi faktor ketiga

yang juga penting dalam implementasi suatu kebijakan publik. Jika implementasi

kebijakan ingin dapat berjalan efektif, para pelaksanannya tidak hanya harus tau

apa yang dilakukan, dan para pelaksananya telah memiliki kemampuan itu,

mereka juga harus memiliki kemauan untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Edward III (1960) says that: The dispositions or attitudes of implementors

is the third critical factor in our approach to the study of public policy

implementation. If implementation is to proceed effectively, not only must

implementors know what to do and have the capability to do it, but they

must also desire to carry out a policy. (Edward III, 1960, p. 11).

Berdasarkan teori tersebut, mempertegas hasil temuan penelitian ini

bahwa faktor sikap dapat menjadi pendukung partisipasi masyarakat dalam

Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP, dan dapat pula menjadi faktor

penghambat partisipasi masyarakat dalam program. Faktor sikap yang mendukung

partisipasi masyarakat meliputi sikap orang tua yang merasa bahwa pendidikan

anak adalah tanggung jawabnya, sehingga penting bagi orang tua mendukung

proses pendidikan. Faktor sikap yang menghambat partisipasi masyarakat dalam

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 132: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

117   

Universitas Indonesia  

program mencakup sikap masyarakat bahwa ini adalah sekolah negeri. Anggapan

masyarakat bahwa sekolah dapat mengelola sendiri, sikap ketidakpedulian

masyarakat terhadap pendidikan, serta sikap pihak sekolah yang menganggap

bahwa sekolah bisa melaksanakan program sendiri sehingga tidak memerlukan

bantuan masyarakat.

Penelitian ini menemukan sikap peduli dan kewajiban orang tua terhadap

pendidikan anak-anaknya mendorong partisipasi masyarakat di SMPN 3

Pamulang dan SMPN 2 Curug. Menurut pihak sekolah, rata-rata orang tua murid

dan Komite Sekolah SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug berharap agar

sekolah berkembang dengan pesat. Agar sekolah dapat berkembang dengan

pesat, maka sekolah memerlukan dukungan dari masyarakat. Sikap peduli

terhadap pendidikan, serta sikap orang tua murid untuk memenuhi kewajiban

pendidikan terhadap anak-anak, mendorong orang tua murid untuk memberikan

dukungannya terhadap program-program pendidikan di sekolah. Atas dorongan

sikap tersebut, partisipasi masyarakatpun terlihat jelas dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan Program Bantuan, pembangunan RKB-SMP.

Bentuk partisipasi masyarakat tersebut diantaranya adalah adanya sumbangan

dana pendamping dari orang tua murid, kehadiran orang tua murid dan Komite

Sekolah dalam rapat sosialisasi program dan pembentukan P2S, adanya orang tua

murid serta tenaga professional yang ahli di bidang teknis membantu sekolah

dalam urusan teknis pekerjaan program, serta adanya keterlibatan Komite Sekolah

dan orang tua murid dalam melakukan pengawasan terhadap keuangan program.

Faktor yang menghambat lainnya adalah faktor sikap masyarakat yang

cenderung tidak peduli terhadap pendidikan menyebabkan rendahnya partisipasi

tersebut. Sikap tidak peduli ini sebenarnya berkaitan erat dengan faktor

pendidikan dari orang tua murid tersebut. Untuk lebih jelasnya akan terlihat dalam

faktor sosial ekonomi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini

menyimpulkan bahwa faktor sikap mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi

masyarakat tersebut. Sikap peduli terhadap pendidikan, serta sikap sekolah yang

membuka diri untuk melibatkan masyarakat merupakan faktor pendorong

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 133: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

118   

Universitas Indonesia  

terlaksananya Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP dengan mekanisme

partisipasi masyarakat.  

2. Sosial Ekonomi Sekolah yang berada di lingkungan status sosial ekonomi menengah

keatas, akan mendapatkan partisipasi masyarakat lebih tinggi dibandingkan

sekolah yang berada di lingkungan status sosial ekonomi rendah. Sekolah yang

berada dilingkungan perkotaan, dengan rata-rata muridnya berasal dari keluarga

dengan status sosial ekonomi menengah keatas, partisipasi masyarakat yang

terjadi akan lebih tinggi dibandingkan sekolah yang berada di daerah pedesaan,

dengan murid rata-rata berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah.

Jalal dan Mustofa menyebutkan, bahwa partisipasi masyarakat dalam

pendidikan di daerah pedesaan dan perkotaan akan berbeda. Di daerah perkotaan,

yang cenderung status sosial ekonomi masyarakatnya lebih tinggi dibandingkan di

pedesaan, lembaga pendidikannya akan mendapat dukungan dalam bentuk dana

dari masyarakat lebih besar dibandingkan di daerah pedesaan. Sementara daerah

pedesaan yang miskin, partisipasi masyarakat yang ada akan lebih kecil

dibandingkan perkotaan.

However, it tends to be restricted to their district or municipall area. It

means that in a rich community, parents and community participation will

increasingly support the provisions for education, and more funds can be

raised for educational purposes. On the other hand, education in a poor

area will get less community support. It is therefore necessary to

implement a national policy which can apply a cross-subsidy system in

order to prevent public participation and decentralization from creating a

wider gap in the availability for educational facilities, which will in turn

widen economic and social discrepancies among the regions (Jalan &

Mustofa, 2001, p. xvii-xviii).

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 134: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

119   

Universitas Indonesia  

Hasil penelitian lainnya yang juga mendukung adanya pengaruh dari

faktor sosial ekonomi masyarakat terhadap partisipasi masyarakat adalah

penelitian yang dilakukan oleh Ternieden (2009). Ternieden mengatakan bahwa

The community’s cultural, social, and economicl context merupakan faktor yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program pendidikan. (Ternieden,

2009, p. 129).

SMPN 3 Pamulang merupakan contoh sekolah yang berada di lingkungan

sosial ekonomi lebih tinggi. Sekolah berada di daerah kompleks perumahan di

pusat kota Tangerang Selatan, dengan rata-rata pendapatan orang tua murid

menengah ke atas. Dengan dukungan lingkungan tersebut maka sekolah

mendapatkan partisipasi masyarakat dalam bentuk dukungan dana pendamping

cukup besar untuk melaksanakan program pembangunan. Dengan dukungan

masyarakat yang besar, maka program dapat berjalan dengan baik. Ruang kelas

yang dibangun telah selesai, dan dapat dipergunakan.

Berbeda sedikit dengan SMPN 3 Pamulang, SMPN 2 Curug merupakan

contoh sekolah yang berada di pinggiran Kabupaten Tangerang, dengan rata-rata

pendapatan orang tua murid menengah ke bawah. Dengan dukungan lingkungan,

sekolah menerima dukungan partisipasi masyarakat dalam bentuk dana

pendamping, meskipun tidak sebesar SMPN 3 Pamulang. Dengan dukungan

tersebut, sekolah dapat melaksanakan Program Bantuan Pembangunan RKB,

meskipun belum selesai 100%. Menurut pihak sekolah, belum selesainya proses

pembangunan ini dikarenakan dana pembangunan telah habis. Sehingga sekolah

perlu melakukan upaya lainnya untuk membantu penyelesaian program tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa

faktor sosial dan ekonomi mempengaruhi rendah nya partisipasi masyarakat di

sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut ini bahwa kondisi ekonomi,

sosial masyarakat mempengaruhi pilihan masyarakatnya, dalam hal ini

kemampuan untuk berpartisipasi dalam program pendidikan atau tidak.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 135: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

120   

Universitas Indonesia  

Kondisi suatu masyarakat atau negara seperti kehidupan ekonomi dan

sosial, keadaan politik, letak geografis ikut menentukan bentuk-bentuk

keseimbangan antara kebutuhan individu dan kebutuhan masyarakat.

Tingkat pendidikan suatu masyarakat sangat menentukan bentuk yang

dipilih oleh masyarakat itu di dalam masyarakatnya. (Tilaar dan Nugroho,

2008, p. 311).

3. Pelayanan Pendidikan Kualitas pelayanan pendidikan yang diberikan sekolah terbukti

mendorong partisipasi masyarakat di sekolah. (Danim, 2006, p. 54) Pelayanan

pendidikan yang berkualitas berkaitan erat dengan manajemen sekolah, yaitu

hubungan antara sekolah dan masyarakat melalui proses komunikasi yang efektif

(communication, Edward III, 1960, p. 10; Mulyono, 2008, p. 208).

Kualitas pelayanan pendidikan yang diberikan kepada murid SMPN 3

Pamulang dan SMPN 2 Curug, mendorong partisipasi orang tua murid terhadap

proses pendidikan di sekolah. Kualitas pelayanan pendidikan ini meliputi

kesediaan sarana dan prasarana, proses pengajaran di kelas yang berkualitas,

hubungan komunikasi antara guru dengan orang tua siswa, pelayanan yang cepat

terhadap proses administrasi, kepedulian yang tinggi oleh pihak sekolah terhadap

kebutuhan siswa, dan pelayanan lainnya ternyata mendukung partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan program pendidikan di sekolah, dalam hal ini

pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP.

4. Hubungan Dekat Faktor hubungan yang dekat antara sekolah dan masyarakat terbukti

mendorong partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program. Faktor kedekatan

ini berhubungan dengan history dan geografis. History di sini berhubungan

dengan pengalaman sekolah, contoh sekolah akan menggunakan tenaga tukang

yang sudah biasa digunakan oleh sekolah, karena berdasarkan pengalaman hasil

pekerjaannya memuaskan. Ini terjadi di dua sekolah tempat penelitian ini

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 136: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

121   

Universitas Indonesia  

dilakukan. SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug menggunakan tenaga ahli

berdasarkan kebiasaan, dan kualitas.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dua sekolah tersebut

memiliki pengalaman yang sama menyangkut tidak berkualitasnya tenaga tukang

dari masyarakat sekitar sekolah. Menurut pihak sekolah, meskipun itu jiwa dari

mekanisme partisipasi masyarakat, namun pihak sekolah lebih memilih tenaga

ahli yang berkualitas dibandingkan memiliki tenaga pekerja dari masyarakat

sekitar sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Ternieden yang

mengatakan bahwa faktor history mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam

pendidikan. (Ternieden, 2009, p. v).

Faktor kedekatan secara geografis ditemukan di SMPN 3 Pamulang.

Ketika peneliti menanyakan kepada Bendahara P2S, mengenai alasan tukang mau

bekerja di sekolah tersebut, maka bendahara tersebut mengatakan bahwa rumah

dari tukang tersebut dekat dengan bapak haji “Kepala sekolah”. Berdasarkan

contoh tersebut membuktikan rumah yang dekat dengan Kepala Sekolah, serta

adanya figur di sekolah tersebut yang tepat untuk dihormati akan mendorong

partisipasi mayarakat tersebut. (Faisal, 2007, p. xv-xvi).

Faktor hubungan yang dekat menjadi faktor pendukung dalam

mempengaruhi sikap masyarakat untuk berpartisipasi dalam program tersebut di

sekolah. Hasil temuan menunjukkan bahwa penting bagi sekolah untuk menjalin

hubungan yang baik dengan tokoh masyarakat setempat, dan masyarakat lainnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan ahli berikut:

Sekolah yang sering berkunjung kemasyarakat, kepala sekolah yang mau

bersosialisasi ke masyarakat dengan bagus, juga mau menganjurkan

gurunya untuk bermasyarakat dengan bagus, biasanya sekolah itu akan

mendapat dukungan masyarakat dengan baik (wawancara dengan

Konsultan Nasional Wajib Belajar 9 Tahun, Dit. PSMP, 12 Pebruari

2010).

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 137: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

122   

Universitas Indonesia  

5. Transparansi Transparan berarti keterbukaan. Transparansi diperlukan dalam rangka

menciptakan kepercayaan timbal balik antar pemangku kepentingan melalui

penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi

yang akurat dan memadai (www.mgp-be.depdiknas.go.id, 27 Juni 2010). Hasil

penelitian ini menunjukkan, adanya transparansi informasi program-program

pendidikan, keuangan sekolah oleh pihak sekolah dan Komite Sekolah kepada

masyarakat sekolah terbukti mendorong partisipasi masyarakat dalam program.

Faktor ini ditemukan di sekolah dengan partisipasi tinggi yaitu SMPN 3

Pamulang dan SMPN 2 Curug. Menurut kepala sekolah SMPN 3 Pamulang,

keterbukaan yang dilakukan oleh pihak sekolah dan Komite Sekolah mengenai

Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP dan program-program pendidikan

lainnya di sekolah terhadap masyarakat mendorong partisipasi mereka di sekolah.

Keterbukaan ini menyangkut kejelasan program, perencanaan program, prioritas

program, kebutuhan dana, kesediaan dana, pencapaian yang diinginkan, dan

adanya bukti yang menunjukkan bahwa sekolah telah menjalankan pelayanan

pendidikan dengan baik. Menurut Kepala sekolah SMPN 2 Curug, adanya

transparansi yaitu pertanggungjawaban program yang diinformasikan secara

tertulis dan lengkap oleh sekolah kepada orang tua murid mendorong adanya

partisipasi masyarakat tersebut. Hal ini didukung pula dengan pernyataan salah

satu orang tua murid di SMPN 2 Curug, yang mengatakan bahwa “orang tua

murid tidak akan merasa keberatan membantu sekolah untuk menyumbang dana

asalkan peruntukannya jelas, dan adanya bukti” (wawancara dengan orang tua

murid SMPN 2 Curug, 20 Januari 2010).

Menurut Bundu (2009) dalam penelitian mengenai partisipasi masyarakat

dalam pendidikan dasar dan menegah, menyatakan bahwa transparansi merupakan

salah satu syarat untuk mendorong partisipasi masyarakat. Transparansi adalah

salah satu indikator pola hubungan kemitraan antara sekolah dan masyarakat.

Kemitraan yang setara antara sekolah dan masyarakat akan terbentuk jika ada

transparansi atau keterbukaan dari semua pihak.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 138: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

123   

Universitas Indonesia  

Pola organisasi yang setara akan terwujud jika ada transparansi

(keterbukaan) dari semua pihak. Sering rusaknya pola organisasi baik dari

segi kolektivitas dan kesetaraan karena transparansi yang tidak tercipta

pada setiap level organisasi” (p. 464-465).

6. Sandaran Terhadap Nilai Agama Hasil penelitian Faisal dkk (2007), menemukan bahwa sandaran terhadap

nilai-nilai agama mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pendidikan di

sekolah (p. xv-xvi). Faktor sandaran terhadap nilai-nilai agama mendorong

partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan RKB-

SMP. Nilai-nilai tersebut adalah kegiatan sumbangan sukarela merupakan sesuatu

yang bernilai ibadah.

Hasil penelitian di SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug menunjukkan

bahwa sandaran terhadap nilai agama mendorong orang tua murid untuk

berpartisipasi dalam pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP.

SMPN 2 Curug menggunakan konsep pendekatan atas dasar ibadah dengan

konsep sumbangan sukarela untuk menggali partisipasi masyarakat.

Nilai-nilai agama terlihat dalam surat laporan keuangan sekolah yang

biasanya dibagikan secara tertulis oleh sekolah kepada orang tua murid. Dalam

surat laporan tersebut terdapat kalimat berikut ini:

…terimakasih atas sumbangan yang diberikan oleh bapak-bapak dan ibu-

ibu, semoga amal ibadahnya mendapatkan balasan dari Allah SWT

(kutipan kalimat dalam laporan keuangan bulan Desember tahun 2009

SMPN 2 Curug).

Konsep sumbangan sukarela pun konsisten dilaksanakan oleh sekolah.

Pihak sekolah tidak menetapkan besaran sumbangan, dan juga waktunya. Pihak

sekolah memberikan kebebasan kepada orang tua murid untuk menyumbang

berapa pun, kapan pun, asalkan dengan ikhlas. Bagi yang tidak mampu, pihak

sekolah tidak memaksakan.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 139: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

124   

Universitas Indonesia  

SMPN 3 Pamulang menggunakan konsep hampir sama dengan SMPN 2

Curug, yaitu dengan dengan konsep sumbangan sukarela. Bedanya SMPN 3

Pamulang menetapkan jumlah sumbangan tersebut, yang dibayarkan setiap bulan,

dengan catatan bagi yang mampu. Bagi yang tidak mampu, pihak sekolah

memberikan pembebasan sumbangan.

7. Komunikasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang terjalin antara

pihak sekolah dengan masyarakat mendorong munculnya partisipasi mayarakat di

sekolah. Menurut Edward III (1960), komunikasi merupakan faktor penting dan

pertama dalam teori implementasi kebijakan.

For implementation to be effective, those whose responsibility it is to

implement a decision must know they are supposed to do. Orders to

implement policies must be transmitted to the appropriate personnel, and

they must be clear, accurate, and consistent”. (Edward III, 1960, p. 10).

Menurut Edward III, agar implementasi suatu program dapat berjalan

efektif, maka orang-orang yang terlibat sebagai pelaksana program harus

mengetahui apa tugasnya, apa yang seharusnya dilakukan. Perintah menyangkut

implementasi program tersebut harus diberikan kepada orang yang tepat dengan

jelas, tepat, dan konsisten.

Pentingnya komunikasi ini terlihat dalam hasil penelitian di dua lokasi

penelitian ini. Kepala sekolah SMPN 3 Pamulang mengatakan bahwa komunikasi

yang berjalan antara pihak sekolah, orang tua murid, dan Komite Sekolah

mendorong masyarakat untuk berpartisipasi. Komunikasi ini tidak hanya

menyangkut program, melainkan menyeluruh, menyangkut perencanaan sekolah,

program-program sekolah, penangganan siswa-siswa yang bermasalah melalui

hubungan telephone dengan orang tua murid, home visit, pelibatan orang tua

murid dalam kegiatan-kegiatan di sekolah, serta transparansi dan akuntabilitas

program-program di sekolah.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 140: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

125   

Universitas Indonesia  

Hal ini terjadi pula di SMPN 2 Curug, pihak sekolah melakukan

pertemuan yang cukup sering dengan orang tua murid. Pertemuan tersebut,

dilakukan per dua kelas, serta menggumpulkan orang tua siswa berdasarkan

pendapatannya. Menurut pihak sekolah cara ini adalah cara yang tepat agar proses

komunikasi dapat berjalan lebih efektif. Sekolah menyampaikan program-

program, kebutuhan dana, dan pencapaian sekolah. Dengan cara tersebut efektif

memunculkan partisipasi masyarakat terhadap program.

Proses komunikasi antara sekolah dan masyarakat merupakan salah satu

bentuk manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat (school public relation)

Kindred Leslie mengemukakan:

School public relation is a process for communication between the school

and community for purpose for the increasing citizen understanding for

educational needs and practices and encourageing inteligent citizent

interest and cooperation in the work for improving the school. (Mulyono,

2008, p. 208).

Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi

antara sekolah dan masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengertian anggota

masyarakat tentang kebutuhan dari praktik pendidikan serta mendorong minat dan

kerja sama para anggota masyarakat dalam rangka usaha memperbaiki sekolah.

Tujuan diselenggarakannya hubungan masyarakat dan sekolah adalah

pertama, untuk mengenalkan pentingnya sekolah bagi masyarakat; kedua,

mendapatkan dukungan dan bantuan moral maupun finansial yang diperlukan bagi

pengembangan sekolah; ketiga, memberikan informasi kepada masyarakat tentang

inti dan pelaksanaan program sekolah; dan keempat, memperkaya atau

memperluas program sekolah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan

masyarakat; dan kelima, mengembangkan kerja sama yang lebih erat antara

keluarga dan sekolah dalam mendidik anak-anak (Mulyono, 2008, p. 211).

Dalam hubungannya dengan manajemen humas, maka seharusnya kepala

sekolah dan guru-guru mengetahui apa tugas mereka, pelayanan apa yang

seharusnya diberikan oleh sekolah kepada murid-muridnya, orang tua murid, dan

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 141: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

126   

Universitas Indonesia  

masyarakat sekitar sekolah. Penyampaian informasi yang jelas oleh unsur sekolah

kepada unsur masyarakat menyangkut pelaksanaan program ini, akan mendorong

masyarakat sekolah untuk berpartisipasi dan mendukung program-program

pendidikan lainnya.

Dengan menjalankan manajemen humas dengan baik di sekolah,

diharapkan mampu menjadi salah satu upaya atau strategi bagi sekolah untuk

mendorong keterlibatan masyarakat dalam program-program pendidikan di

sekolah lainnya. Kesimpulan peneliti di sini diperkuat dengan pernyataan

informan ahli berikut:

… gimanalah agar masyarakat itu, sekolah itu bermasyarakat dengan

masyarakat sekitar. Kalau dalam manajemen kan ada humas, manajemen

humasnya, Kepala Sekolah itu mestinya harus menggunakan cara-teknik,

agar sekolah itu menjadi bagian dari masyarakat di situ, dan sekolah itu

menjadi agen pembaharu di masyarakat itu (wawancara dengan Konsultan

Nasional Wajib Belajar 9 Tahun, Dit. PSMP, 12 Pebruari 2010).

8. Akuntabilitas Akuntabilitas berhubungan dengan pertanggungjawaban untuk

melaporkan, menjelaskan dan membuktikan kebenaran sebuah kegiatan atau

keputusan kepada pemangku kepentingan. (www.mgp-be.depdiknas.go.id, 27 Juni

2010). Akuntabilitas berarti pula, para pengambil keputusan di pemerintah, sektor

swasta, dan organisasi masyarakat bertanggung jawab, baik kepada masyarakat

maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan.

(www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/Good Governance, 27 Juni 2010).

Dalam hubungannya dengan penelitian ini, maka akuntabilitas berarti

pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pihak sekolah dan Komite Sekolah

kepada masyarakat tentang informasi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan

program baik secara administratif keuangan maupun pembuktian hasil program

tersebut secara nyata.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 142: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

127   

Universitas Indonesia  

Penelitian ini menemukan bahwa akuntabilitas pihak sekolah menyangkut

pelaksanaan program-program sekolah terhadap masyarakat sekolah, menjadi

faktor yang mendorong munculnya partisipasi masyarakat dalam program

pembangunan RKB-SMP. Faktor ini ditemukan di SMPN 3 Pamulang dan SMPN

2 Curug. Wakil orang tua murid SMPN 3 Pamulang dan SMPN 2 Curug

mengatakan bahwa orang tua murid tidak akan berat memberikan sumbangan

asalkan peruntukannya jelas, dan ada buktinya. Bagi sekolah untuk menunjukkan

kejelasan peruntukan dana tersebut, serta buktinya merupakan bagian dari

akuntabilitas yang harus dilaksanakan oleh sekolah..

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian berikut ini: “…dengan terciptanya

akuntabilitas yang baik, maka pencitraan sekolah yang positif dalam pandangan

semua unsur masyarakat akan mendorong mayarakat untuk berpartisipasi”

(Bundu, 2009, p. 466).

Teori organisasi yang dinyatakan oleh Murphy dalam Philips (1997)

menyebutkan bahwa:

Organizational theory suggests that in decentralization, employees that

are responsible for decision and are empowered to make decisions have

more control over their work and are accountable for their decisions. The

effectiveness for organization is improved because the employee, who

deals with and knows the client, can alter the product or service to meet

the client’s needs (Baedhowi, 2007, p. 52).

Teori ini menekankan bahwa jika suatu organisasi dalam hal ini sekolah

diberikan kesempatan dan diberdayakan dalam pengambilan keputusan, maka

organisasi tersebut akan lebih mudah untuk mengurus kebutuhannya, dan akan

lebih accountable dan organisasi akan lebih efektif karena mereka lebih tau

program dan kebutuhan mereka sendiri. Teori organisasi ini menekankan perlunya

pengambilan keputusan secara partisipatif dari semua anggota organisasi dan

masyarakat pengguna, dengan harapan akan mampu meningkatkan kualitas

layanan pendidikan kepada publik. Hal ini didukung pula dengan pernyataan

berikut bahwa semakin tinggi partisipasi akan semakin besar tanggung jawab,

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 143: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

128   

Universitas Indonesia  

keterbukaan, dan dukungan terhadap keberhasilan pelaksanaan program dan

ketercapaian tujuan dari suatu program. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:

Cheng (1996), “Greater participation can promote greater responsibility,

accountability, commitment support for implementation and results” (Hapsari,

2006, p. 56).

9. Kebijakan Sekolah Gratis Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kebijakan sekolah gratis

menghambat partisipasi masyarakat di sekolah. Masyarakat menganggap bahwa

sekolah itu sudah gratis, sehingga sekolah tidak bisa melakukan pungutan kepada

orang tua murid.

Bentuk dari kebijakan sekolah gratis tersebut adalah adanya bantuan bea

operasional sekolah (BOS) kepada setiap murid yang diberikan langsung kepada

sekolah. Sekolah penerima BOS tidak boleh melakukan pungutan kepada orang

tua murid. Kemudian berkembang menjadi tidak boleh memungut, namun boleh

menerima sumbangan asal tidak memaksa, tidak ditetapkan jumlahnya, dan tidak

ditentukan waktunya.

Akibat kebijakan ini, pihak sekolah di dua lokasi penelitian menyatakan

bahwa kebijakan sekolah gratis menghambat partisipasi masyarakat dalam

Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP dengan mekanisme partisipasi

masyarakat. Menurut pihak sekolah kebijakan sekolah gratis tidak konsisten

dengan kebijakan pembangunan RKB-SMP dengan mekanisme partisipasi

masyarakat. Pernyataan ini disampaikan oleh Kepala Sekolah SMPN 2 Curug

berikut ini:

Iklan itu sangat berpengaruh, gitu. Eee…. di mata masyarakat pada

umumnya, gratis tis tis sampai, bahkan ketika kami mendapat bantuan ini

pun, pak kadis itu pun nanya, berkomentar begini, harusnya kalau dalam

nuansa pendidikan gratis, pemerintah itu memberikan batuan proyek

bangunan dananya sesuai kebutuhan (wawancara dengan Kepala Sekolah

SMPN 2 Curug, 26 Desember 2009).

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 144: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

129   

Universitas Indonesia  

Pernyataan lainnya disampaikan oleh Ketua Komite SMPN 3 Pamulang,

berikut ini: ”memang bertepatan dengan kebijakan pemerintah pusat itu,

mengratiskan sekolah SMP, itu menjadi pukulan telak buat sekolah-sekolah,

karena kami membangun” (wawancara dengan Ketua Komite Sekolah SMPN 3

Pamulang, 21 Desember 2009).

Untuk memperkuat hasil penelian ini bahwa kebijakan sekolah gratis

ternyata menjadi faktor penghambat partisipasi masyarakat, peneliti menanyakan

kepada informan ahli. Informan ahli mengakui bahwa ternyata kebijakan sekolah

gratis menghambat partisipasi masyarakat. Berikut ini kutipannya:

Ada kebijakan sekolah gratis itu strick yah, artinya dengan sekolah gratis,

tidak boleh sekolah itu menarik partisipasi masyarakat, itu dasarnya. Saya

kira iya, menurut saya pribadi itu tuntutan mereka, kaya SSN, SSN kan

punya standar minimal kelulusan kan sekian, sementara dana yang

dikelola oleh sekolah kan sama dengan sekolah yang bukan SSN, bahkan

sekolah yang paling bawahpun sama, sementara kita tuntut mutu yang

tinggi, dengan uang yang sama untuk bea operasional. Keluhan disekolah

rata-rata begitu, inovasi dari guru juga terbatas (wawancara dengan

penanggung jawab perluasan Akses SMP Dit. PSMP, 15 Januari 2010).

Pernyataan di atas didukung oleh pernyataan informan ahli lainnya berikut

ini:

Sekarang ini, saya kira karena ada BOS, partisipasi masyarakat itu

menjadi kurang, pendidikan kan sudah gratis, yah itu harus kita pulihkan

kembali yah, kalau kita lihat sebenarnya pendidikan itu kan intinya

sebenarnya tanggung jawab bersama antara pemerintah, kemudian

masyarakat dan orang tua. meskipun dalam undang-undang disebutkan

bahwa pendidikan itu tanggung jawab pemerintah, tapi sebenarnya engga

bisa pemerintah saja, sementara kita tau, pendidikan yang baik itu mahal,

soal pendidikan itu bagi masyarakat gratis, itu bisa berarti, tapi itu yang

membiayaikan pemerintah, untuk membuat pendidikan itu bagus,

sementara keuangan pemerintah kita tidak bisa membiayai semuanya

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 145: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

130   

Universitas Indonesia  

untuk pendidikan yang bagus, sehingga masih diperlukan sebenarnya

partisipasi masyarakat (wawancara dengan Konsultan Nasional Wajib

Belajar 9 Tahun, Dit. PSMP, 12 Pebruari 2010).

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, menunjukkan bahwa kebijakan

sekolah gratis menghambat kebijakan peningkatan peran serta masyarakat dalam

pendidikan. Alasan nya adalah karena pertama, sekolah tidak diperbolehkan

melakukan pungutan padahal untuk menyelenggarakan pendidikan, sekolah

memerlukan dana yang tidak sedikit, dan pemerintah belum mampu memenuhi

seluruh kebutuhan pendidikan di sekolah, akhirnya banyak kegiatan sekolah

berhenti. Kedua, Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP bersifat subsidi

dengan mekanisme partisipasi masyarakat. Artinya dana tersebut kurang, sehingga

memerlukan dana pendamping. Dalam konteks kebijakan sekolah gratis,

aturannya menyebutkan dana pendamping berasal dari pemerintah daerah,

realitasnya menunjukkan bahwa pemerintah daerah tidak memberikan dana

pendamping untuk pelaksanaan program ini, akhirnya kekurangannya dibebankan

kepada sekolah. Sekolah tidak boleh melakukan pungutan terhadap orang tua

murid, akhirnya sekolah terpaksa harus melakukan upaya untuk memenuhi

kekurangan pendanaan tersebut.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemerintah perlu meninjau ulang

kebijakan sekolah gratis tersebut, agar tidak menjadi penghambat terhadap

kebijakan partisipasi masyarakat dalam pendidikan.

10. Fasilitas Menurut Edward III (1960). Faktor yang mendukung keberhasilan

implementasi program, adalah adanya resources atau sumber daya.

Implementation orders may be accurately transmitted, clear, and

consistent, but if implementors lack the resources necessary to carry out

policies, implementation is likely to be ineffective (Edward III, 1960, p.

33).

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 146: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

131   

Universitas Indonesia  

Menurut Edward III (1960), salah satu indikator dalam sumber daya

adalah fasilitas. Tidak adanya fasilitas pendukung bagi unsur masyarakat yang

bekerja di sekolah, mengakibatkan tidak efektifnya pelaksanaan mekanisme

partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Kepala Sekolah SMPN 2 Curug berikut ini:

…kalau bisa ada kantor komite, mereka bukan hanya nama, ada kantor

komite, kalau dugaan saya kenapa pihak komite itu tidak mau begitu

karena mungkin kalau saja pengurus komite itu jelas

gajinya...nah....(wawancara dengan Kepala Sekolah SMPN 2 Curug, 20

Januari 2010).

Menurut sekolah tidak akan ada orang yang mau bekerja tanpa ada

pendapatan yang jelas. Sehingga faktor tidak adanya fasilitas menyebabkan

pelaksanaan mekanisme partisipasi masyarakat tidak berjalan dengan efektif.

Mengenai pendapatan dalam teori facilities Edward III (1960), menunjukkan

pengaruh yang cukup besar tehadap perubahan sikap dari petugas pelaksana

kebijakan. Edward III (1960) menyebutnya sebagai insentives.

Another potential technique to deal with the problem of implementors

dispositions is to alter the dispositions of existing implementors through

the manipulation of incentives. Since people generally act in their own

interest, the maniputlation of incentives by high-level policymakers may

influence their action. Incerasing the benefits or costs of a particular

behavior may make implementors more or less likely to choose it as a

means of advancing their personal organizational, or substantive policy

interest. (p. 107).

Menurut Edward III (1960), insentif efektif mampu mengubah sikap para

pelaksana kebijakan dari memilih urusan mereka sendiri menjadi memilih untuk

mengikuti apa yang diminta oleh pembuat kebijakan. Dalam realisasinya

partisipasi masyarakat yang dimaksud berhubungan cukup dekat dengan kegiatan

sosial. Sekolah menuntut orang tua murid, atau Komite Sekolah untuk

berkontribusi, tanpa pendapatan yang jelas. Padahal pekerjaannya berat misalnya

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 147: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

132   

Universitas Indonesia  

mencarikan dana pendamping, akibatnya kepedulian masyarakat pun rendah.

Dengan insentif atau reward, bisa menjadi faktor yang akan mempengaruhi

partisipasi masyarakat terhadap sekolah

C. Perbandingan Antara Hasil Penelitian dengan Hasil Penelitian Terdahulu

Jika dilakukan perbandingan antara hasil penelitian tingkat partisipasi

masyarakat dalam Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP dengan hasil

penelitian partisipasi masyarakat terdahulu, menunjukkan terdapat kesamaan, dan

perbedaan. Kesamaan yang terlihat adalah terdapat tingkat partisipasi masyarakat

yang rendah, partisipasi masyarakat cenderung rendah, karena bentuk partisipasi

terbatas pada partisipasi dalam bentuk dana, material maupun tenaga. Pihak

sekolah pun cenderung mengharapkan bentuk partisipasi tersebut. Hal ini

dikarenakan sekolah merasa urusan manajemen, pengelolaan program bisa

dilakukan oleh pihak sekolah. Sekolah hanya memerlukan bantuan dana, tenaga,

material untuk menutupi kekurangan dana subsidi yang diberikan. Sehingga

sekolah cenderung mendorong partisipasi masyarakat ke arah tersebut. Begitu

pula dengan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, terdapat

banyak kesamaan. Diantaranya adalah faktor sosial dan ekonomi masyarakat,

komunikasi, sandaran terhadap nilai agama, transparansi, dan akuntabilitas.

Hasil penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan dengan hasil

penelitian terdahulu adalah terdapat partisipasi masyarakat yang mengarah pada

keterlibatan Komite Sekolah secara aktif dalam pengelolaan program. Hal ini

dikarenakan adanya dorongan yang kuat untuk memajukan pendidikan di sekolah.

Fenomena ini hanya ditemui di SMPN 3 Pamulang. Partisipasi masyarakat di

SMPN 2 Curug cenderung belum mengarah pada partisipasi aktif masyarakat

dalam program pendidikan di sekolah. Hasil temuan faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat cenderung berbeda adalah faktor sikap,

pelayanan pendidikan, hubungan dekat, kebijakan sekolah gratis, dan fasilitas.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 5.4 berikut:

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 148: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

133   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 149: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

134   

Universitas Indonesia  

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 150: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

135  

135 Universitas Indonesia  

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab 6 berikut, akan dipaparkan secara berturut-turut simpulan, serta

saran-saran yang akan menjadi masukan bagi Pemerintah, Sekolah, serta Komite

Sekolah dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tingkat

partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan Pembangunan RKB-SMP di dua

lokasi penelitian menunjukkan adanya perbedaan. Tingkat partisipasi masyarakat

di SMPN 3 Pamulang cenderung lebih tinggi yaitu ditingkat 3 dibandingkan

SMPN 2 Curug. Tingkat 3 berarti terdapat partisipasi masyarakat secara aktif

dalam program. Aktif disini meliputi pertama, terlibat aktif membantu membuat

perencanaan program, mengusulkan sesuatu, mengutarakan pemikiran dalam

pelaksanaan program, serta mengutarakan penilaian dalam proses pengawasan

program. Pada kondisi ini sekolah pun aktif mendorong keterlibatan unsur

masyarakat untuk ikut serta bersama-sama pihak sekolah dalam membuat

perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasan program. Masyarakat pun

menganggap bahwa keterlibatannya penting untuk memberikan sumbangan

pemikiran dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program.

Tingkat partisipasi masyarakat di SMPN 2 Curug cenderung lebih rendah

dibandingkan SMPN 3 Pamulang, yaitu ada di tingkat 2. Tingkat 2 terjadi ketika

keterlibatan unsur masyarakat terbatas pada sumbangan dana, material, dan tenaga

dalam pelaksanaan program. Pihak sekolah menganggap bahwa partisipasi

masyarakat dalam bentuk dana merupakan hal yang paling dibutuhkan sekolah,

sehingga sekolah pun melakukan berbagai usaha untuk mendorong partisipasi

masyarakat dalam bentuk dana, dan material. Bagi masyarakat pun, partisipasi

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 151: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

136   

Universitas Indonesia  

yang penting menurut mereka adalah sumbangan dana dan material sebagai

bentuk dukungan mereka terhadap program

Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10 faktor yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam Program Bantuan Pembangunan

RKB-SMP. Faktor-faktor tersebut adalah sikap, sosial ekonomi, pelayanan

pendidikan, hubungan dekat, transparansi, sandaran terhadap nilai agama,

komunikasi, akuntabilitas, kebijakan sekolah gratis, dan fasilitas.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan upaya-upaya yang

bisa dilakukan oleh sekolah dan pemerintah untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan program pendidikan lainnya di sekolah.

Pertama, sekolah perlu melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat

di sekitar lokasi sekolah. Tokoh masyarakat ini di sini adalah seseorang yang

dihormati oleh lingkungan, biasanya tokoh agama.

Kedua, kebutuhan orang tua murid adalah sekolah memberikan pelayanan

pendidikan yang baik bagi anak-anak mereka, seperti: tersedianya ruang kelas,

meja, kursi, buku-buku, perhatian para guru terhadap pendidikan anak-anaknya,

guru-guru memberikan informasi dengan terbuka menyangkut perkembangan

anak-anak mereka, serta pelayanan lainnya. Jika sekolah mampu memberikan

pelayanan tersebut, maka orang tua akan dengan senang hati berpartisipasi

terhadap sekolah tersebut.

Ketiga, persandaran terhadap nilai-nilai agama mendorong masyarakat

untuk berpartisipasi terhadap sekolah. Sekolah dapat menggunakan nuansa nilai-

nilai agama sebagai suatu usaha mendorong partisipasi masyarakat.

Keempat, anggapan bahwa sekolah mampu melaksanakan pelayanan

pendidikan sendiri sebenarnya berawal dari sekolah itu sendiri. Sekolah cenderung

mendorong keterlibatan masyarakat dalam bentuk dana, selain urusan dana,

sekolah dapat melakukannya sendiri. Kecenderungan ini peneliti temukan di

kedua lokasi penelitian. Ini berarti sekolah perlu meluruskan pemahaman yang

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 152: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

137   

Universitas Indonesia  

keliru tersebut. Mulailah sekolah membuka diri mengkomunikasikan dan

melibatkan masyarakat mulai dari manajemen, kurikulum, hingga kegiatan

sekolah lainnya.

Kelima, jika ingin melibatkan unsur masyarakat dalam program, maka

sekolah perlu menyediakan fasilitas bagi mereka, seperti meja kerja, bahan-bahan

material, pendapatan, dan lainnya yang mendukung pekerjaan tersebut. Jika tidak,

barangkali mereka tidak akan tertarik untuk terlibat dalam pengelolaan program.

Keenam, sekolah perlu memiliki manajemen humas. Sebagai salah satu

upaya, strategi, teknik-teknik sekolah untuk mendorong keterlibatan masyarakat

dalam program-program pendidikan di sekolah lainnya. Misalnya Kepala sekolah

dan guru harus sering melakukan kunjungan, bersosialisasi, membaur dengan

masyarakat sekitar sekolah, melakukan home visit ke rumah orang tua murid.

Ketujuh, perlu adanya dukungan kebijakan dari pemerintah dengan

memperhatikan lingkungan sosial dan ekonomi sekolah. Faktor sosial ekonomi

mempengaruhi partisipasi masyarakat di sekolah. Sekolah yang berada di daerah

kaya, partisipasi masyarakat akan tinggi, sebaliknya sekolah yang berada di

daerah miskin partisipasi masyarakat akan rendah. Sehingga pemerintah perlu

mendesain ulang bantuan-bantuan block grant yang menggunakan mekanisme

partisipasi masyarakat berdasarkan status sosial ekonomi lokasi sekolah itu

berada. Seharusnya jumlah bantuan untuk daerah miskin harus lebih besar

dibandingkan dengan daerah kaya. Menurut peneliti, bantuan antara sekolah yang

berada di daerah kaya dan daerah miskin harus berbeda, penting adanya subsidi

silang yang dimaksud oleh Jalal dan Mustofa (2001, p. xvii) yaitu penting untuk

mengimplementasikan kebijakan sistem subsidi silang untuk mencegah partisipasi

masyarakat dan desentralisasi yang menimbulkan lebarnya kesenjangan dalam

pendidikan akibat perbedaan status ekonomi dan sosial di daerah-daerah.

Kedelapan, pemerintah perlu meninjau ulang kebijakan sekolah gratis.

Berdasarkan hasil penelitian, kebijakan ini menghambat partisipasi masyarakat di

sekolah, padahal sekolah memerlukan partisipasi dari masyarakat dalam

pelaksanaan program-program di sekolah.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 153: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

138   

Universitas Indonesia  

DAFTAR REFERENSI  

I. BUKU

Baedhowi, Dr. (2007). Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan, Konsep Dasar dan Implementasi. Semarang: UPT UNNES Press.

Bungin, Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Cutlip, Scott M, Allen H Center, & Glen M. Broom. (2009). Effective Public Relations. Jakarta: Kencana.

Creswell, John W. (2002). Research Design. Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. (Angkatan III & IV KIK-UI & Nur Khabibah, Penerjemah). Jakarta: KIK Press.

Campbell, Roald F., Bridges, Edwin M., Corbally,Jr., & Nystrand, Raphael. (1976). Introduction to Educational Administration. United States of America: Allyn and Bacon, Inc.

Cheng, Yin Cheong. (1996). School Effectiveness and School-Based Management: A Mechanism for Development. Washington, DC : The Falmer Press.

Davis, Keith. (1962). Human Relations At Work. Tokyo: Tosho Printing, Co. Ltd.

Danim, Sudarwan. (2006). Visi Baru manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.

Dunn, William N. (2000). Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. (Fakultas Isipol UGM, Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Direktorat Pembinaan SMP. (2007). Wajib Belajar Pendidikan Dasar 1945-2007. Jakarta: Depdinas, Dit.PSMP.

Direktorat PSMP. (2009). Panduan Pelaksanaan & Teknis, Program Pembangunan RKB-SMP dengan Mekanisme Partisipasi Masyarakat, Jakarta: Depdiknas.

Edward III, George. (1980). Implementing Public Policy. Washington: Congressional Quarterly Press.

Friedmann, John. (1992). Empowerment: The Politics of Alternative Development. Cambridge : Blackwell.

Faisal, Sanapiah & dkk. (2007). Partisipasi Masyarakat Terhadap Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 154: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

139   

Universitas Indonesia  

Fattah, Nanang. (2006). Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Harris, Alma., & Bennet, Nigel. (2001). School Effectiveness and School Improvement. London & New York: Continuum.

Irawan, Prasetya. (2007). Penelitian Kualitatif & Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Depok: Fisip UI.

Kathleen Bewland dan Kemala Candrakirana Soedjatmoko, eds. (1997). Menjelajah Cakrawala : Kumpulan Karya Visioner Soedjatmoko. Jakarta: Gramedia.

Koehon, Larry. (1996). The Family School Relation and Child’s School Performance. Child Development.

Leslie W, Kindered. The School and Community Relations, Third Edition, New Jersey: Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs.

Lester, James P & Steward, Joseph, Jr. Public Policy : An Evolutionary Approach. Stamford: Wadsworth, 2000.

PT Bigsat Nusantara. (2008). Laporan Akhir Program Subsidi Pembangunan RKB/RBL Dengan mekanisme Partisipasi Masyarakat. Jakarta: Depdiknas.

Maskun, Sumitro. (1994). Pembangunan Masyarakat Desa: Asas, Kebijakan, dan Manajemen. Yogyakarta: MW Mandala.

Mulyono, MA. (2008). Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Milton H. Spencer & Orley M. Amos, Jr. (1993). Contemporary Economics, Edisi ke-8. Worth Publishers, New York.

Nugroho, Riant. (2008). Kebijakan Pendidikan yang Unggul, Kasus Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Jembrana 2000-2006. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nugroho, Riant. (2008). Public Policy : Teori Kebijakan, Analisis Kebijakan, Proses Kebijakan, Perumusan, Implementasi, Evaluasi, Revisi Risk Manajemen Dalam Kebijakan Publik, Kebijakan Sebagai The Fifth Estate, Metode penelitian Kebijakan. Jakarta: Alex Media Computindo.

Neuman, W. Lawrence. (2006). Social Research Methods : Qualitative and Quantitative Approaches. USA: Library of Congress Cataloging in Publication Data.

Ruslan, Rosady. (2007). Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soedjatmoko, Kemala Candrakirana. (1996). Etika Pembebasan. Jakarta: LP3ES.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 155: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

140   

Universitas Indonesia  

Sidhi, Indrajati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta : Paramadina dan PT Logos Wacana Ilmu.

Senge, Peter M. (1996). Disiplin Kelima: Seni dan Praktek dari Organisasi Pembelajar. (Ir. Nunuk Adiarni MM & Dr. Lyndon Saputra, Penerjemah). Jakarta : Binarupa Aksara.

Silalahi, Ulbert. Drs. MA. (1996). Asas-Asas Manajemen, Pemahaman Praktis. Bandung: Mandar Maju.

Sule, Ernie Trisnawati & Kurniawan Saefullah. (2006). Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana.

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sukanto. (1983). Beberapa Upaya Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan. Analisa

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tilaar, H.A.R., & Nugroho, Riant. Kebijakan Pendidikan: Pengantar Untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tan, Mely G. (1982). Masalah Perencanaan Penelitian, dalam Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

United Nations. (1975). Development Administration: Current Approaches and Trends in Public Administration for national Development. New York: UN.

Vroom & Jago dalam Bakri, Henri & Jon Hartwick. (March 1994). Measuring User Participation, User Involvement, and User Attitude. MIS Quarterly.

White, Sarah., & Pettit, J. (2007). Participatory Approaches and The Measurement of Well Being. Human Well-Being : Concept and Measurement. London: Palgrave Macmillan.

Young, Joyce., Wyman, Ken., & Swaigen, John. (2007). Menggalang Dana Untuk Organisasi Nirlaba. Jakarta: PT Ina Publikatama.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 156: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

141   

Universitas Indonesia  

II. SERIAL

Bundu, Patta. (Mei, 2009). Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan Dasar dan Menengah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.15, No. 3. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

InfoManajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Edisi II, Pendidikan Gratis Berkualitas. (2009). Jakarta: Ditjenmandikdasmen.

Murni, Sylviana. (Maret 2006). Pengaruh Karakteristik Sekolah, Partisipasi Masyarakat, Iklim Sekolah, dan Kemampuan Manajemen terhadap Keefektifan Sekolah pada SMPN di DKI Jakarta (2005). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.059, tahun ke-12. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Suryadi, Ace. (Maret 2009). Otonomi Sekolah, Dewan Pendidikan, dan Komite Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 15, No. 2. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Siskandar. (Juli 2008). Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.073, tahun ke-14. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Wiratno, Siswo. (Maret 2009). Otonomi Sekolah, Dewan Pendidikan, dan Komite Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 15, No. 2. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

III. PUBLIKASI ELEKTRONIK

Ellis, C. Shannon. (2009). Disertation: An Analysis of School Community Relations Programs In Rapidly Growing School Systems. Faculty in the Educational Leadership Program of The Tift College of Education. Mercer University, Atlanta, Georgia. http://www.proquest.umi.com/pqdweb

Hastuti, Sih Retno. Mengelola Sinergi Masyarakat. http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.69-75%20Mengeloka%20Sinergi%20Masyarakat.pdf.

Harjosoemantri, Kusnadi. Good Governance Dalam Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia, http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/Good%20Governance%20-%20koesnadi%20hardjasoemantri.pdf, 27 Juni 2010.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 157: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

142   

Universitas Indonesia  

Metekohy, Elisabeth Yansye. (2000). Tesis: Peranan Humas Dalam Reposisi Organisasi (suatu Studi Kasus Di Politeknik Negeri Jakarta. Program Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Indonesia. http://www.lib.ui.

Nurudin. (2007). Tesis: Efektifitas Kebijakan Pendidikan Gratis di Kabupaten Banyuwangi. Program Pasca Sarjana Ilmu Administrasi, Program Studi Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik , Departemen Ilmu Administrasi. FISIP Universitas Indonesia. http://www.lib.ui

Nila, Safrida. (2007). Tesis: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Dalam Penataan Ruang Kota (Studi Terhadap : Penyusunan Rencana Lingkungan RW 08, kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur). Program Studi Manajemen Pembangunan Sosial. Departemen Sosiologi. FISIP Universitas Indonesia. http://www.lib.ui

Philip, L. (1997). Advantages and Disadvantages of School Based Management. http://home.ecn.ab.ca/

Ternieden, Marie DeLucia. (2009). Disertation: A Case Study of Community Participation in Primary Education in Three Rural Village Schools in Ethiopia. The Faculty of The Graduate School of Education and Human Development of The George Washington University. http://www.proquest.umi.com/pqdweb

Weda, Sukardi. (2006). Tesis: Efektifitas Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Untuk Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan Dasar 9 tahun, Studi Evaluasi Program BOS Pada SDN 07 dan SDN 09 Di Kelurahan Paseban, Kecamatan Senen Kotamadya Jakarta Pusat. Program Pasca Sarjana Sosiologi. Program Studi Manajemen Pembangunan Sosial. FISIP Universitas Indonesia. http://www.lib.ui

Wesly, Pandjaitan. (2000). Tesis: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Program Inpres Bantuan Pembangunan Desa di Kecamatan Tambun Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi. Program Pasca Sarjana Ilmu Administrasi, Program Studi Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik , Departemen Ilmu Administrasi. FISIP Universitas Indonesia. http://www.lib.ui

Wilcox, David. (1994). Community Participation and Empowerment: Putting Theory Into Practice. RRA Notes, Issue 21, pp. 78-82. IIED London. http://www.planotes.org/documents/plan_02112.PDF 

Wikipedia Ensiklopedi. Education Policy. http://en.wikipedia.org/wiki/Education_policy, 27 Pebruari 2010

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 158: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

143   

Universitas Indonesia  

Wikipedia Ensiklopedi. Transparansi. http://id.wikipedia.org/wiki/Transparansi, 27 Pebruari 2010

Wikipedia Ensiklopedi. Akuntabilitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntabilitas, 27 Pebruari 2010

……….Subsidy definitions. http://www.investorwords.com/4807/subsidy.html,

………Transparansi dan Akuntabilitas Publik, http://www.mgp-be.depdiknas.go.id/cms/upload/publikasi/m01u03c.pdf, 27 Juni 2010.

IV. UNDANG -UNDANG DAN PERATURAN LAINNYA

UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Peraturan Presiden RI No 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Pendidikan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 Keppres No 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaaan Barang/Jasa

Pemerintah. Permen Diknas No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA), Juni 2007.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 133/U/2003 tentang Pemberian

Bantuan Block Grant Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 044/U/2002 tentang Dewan

Pendidikan dan Komite Sekolah.

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 159: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

144   

Universitas Indonesia  

Panduan Wawancara Bagi Kepala Sekolah

1. Bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan program

2. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program

3. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengawasan program

4. Usaha yang dilakukan oleh sekolah dalam melibatkan masyarakat dalam program

pembangunan RKB SMP

5. Hambatan yang dihadapi sekolah dalam melibatkan masyarakat dalam program

pembangunan RKB SMP

6. Faktor yang mendukung keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan

RKB SMP

7. Faktor yang menghambat keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan

RKB SMP

Panduan Wawancara Bagi Ketua Panitia Pembangunan Sekolah

1. Bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan program

2. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program

3. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengawasan program

4. Usaha yang dilakukan oleh P2S dalam melibatkan masyarakat dalam program

pembangunan RKB SMP

5. Hambatan yang dihadapi P2S dalam melibatkan masyarakat dalam program

pembangunan RKB SMP

6. Faktor yang mendukung keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan

RKB SMP

7. Faktor yang menghambat keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan

RKB SMP

Lampiran 1: Panduan Wawancara

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 160: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

145   

Universitas Indonesia  

Panduan Wawancara Bagi Ketua Komite Sekolah

1. Bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan program

2. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program

3. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengawasan program

4. Usaha yang dilakukan oleh Komite sekolah dalam melibatkan masyarakat dalam

program pembangunan RKB SMP

5. Hambatan yang dihadapi komite sekolah dalam melibatkan masyarakat dalam

program pembangunan RKB SMP

6. Faktor yang mendukung keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan

RKB SMP

7. Faktor yang menghambat keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan

RKB SMP

Panduan Wawancara Bagi Unsur Masyarakat yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program (3 orang wali murid yang duduk dalam keanggotaan P2S, kalangan professional : 1 orang, masyarakat lokal : 1 orang, tokoh masyarakat : 1 orang)

1. Bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan program

2. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program

3. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengawasan program

4. Usaha yang dilakukan oleh sekolah dalam melibatkan masyarakat dalam program

pembangunan RKB SMP

5. Faktor yang mendukung keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan

RKB SMP

6. Faktor yang menghambat keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan

RKB SMP

Lampiran 1: Panduan Wawancara (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 161: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 162: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 163: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 164: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 165: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 166: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 167: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

152   

Universitas Indonesia  

Koding data: SMPN 3 Pamulang

Kode Kata Kunci1 Adanya dukungan masyarakat2 Bentuk partisipasi masyarakat: dana, tenaga3 Pemerintah Daerah tidak menjalankan tugasnya yaitu : tidak menyiapkan

dana pendamping 4 Dana pendamping dari swadaya masyarakat5 Dana bantuan pembangunan ruang kelas baru (RKB) dari pemerintah

kurang, sekolah harus berusaha menyiapkan kekurangannya 6 Masyarakat : orang tua murid, masyarakat yang punya usaha, masyarakat

sekitar sekolah 7 Upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam melibatkan masyarakat :

komunikasi dengan orang tua murid 8 Orang tua murid siap mendukung9 Faktor pendukung orang tua untuk berpartisipasi di sekolah: untuk anak10 Faktor pendukung orang tua untuk berpartisipasi di sekolah: tidak ingin

sekolah menanggung sendiri masalahnya 11 Faktor pendukung orang tua untuk berpartisipasi di sekolah: untuk

keberhasilan pelaksanaan program 12 Faktor pendukung orang tua untuk berpartisipasi di sekolah: agar sekolah

maju pesat 13 Kesadaran orang tua murid yang tinggi terhadap pendidikan 14 Upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam melibatkan masyarakat :

Sekolah melakukan pendekatan dengan orang tua siswa yang mengetahui pembangunan, agar mereka dapat meyakinkan kepada orang tua lainnya

15 Besaran dana sumbangan tidak ditetapkan16 Faktor pendukung orang tua untuk berpartisipasi di sekolah:

perkembangan sekolah 17 Faktor pendukung orang tua untuk berpartisipasi di sekolah: kualitas

sekolah 18 Faktor pendukung orang tua untuk berpartisipasi di sekolah: prestasi

sekolah 19 Upaya menjaga mutu sekolah : pelatihan guru20 Upaya menjaga mutu sekolah : evaluasi KBM 21 Upaya menjaga mutu sekolah : penangganan secara cepat masalah yang

berhubungan dengan pelanggan (siswa) 22 Cara sekolah mengatasi masalah yang berhubungan dengan siswa :

melakukan komunikasi dengan telephon 23 Cara sekolah mengatasi masalah yang berhubungan dengan siswa :

melakukan homevisit

Lampiran 3: Koding Data

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 168: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

153   

Universitas Indonesia  

Koding data: SMPN 3 Pamulang  

24 Cara sekolah mengatasi masalah yang berhubungan dengan siswa : kepala sekolah, wali kelas, dan guru BK segera bertindak

25 Upaya sekolah dalam berhubungan dengan masyarakat : sosialisasi program

26 Upaya sekolah dalam berhubungan dengan masyarakat : sekolah melakukan komunikasi secara terbuka kepada masyarakat

27 Dana bantuan dari pusat kurang28 Sekolah memerlukan tambahan dana untuk program ini 29 Komite sekolah terlibat dalam menyiapkan dana pendamping 30 Kebijakan pendidikan gratis merupakan hambatan bagi sekolah 31 Faktor komitmen sekolah mendukung pelaksanaan program 32 Dukungan masyarakat33 Masalah yang dihadapi sekolah : Sekolah memerlukan bantuan untuk

kelengkapan sarana dan prasarana sekolah 34 Sekolah fokus pada Hasil bangunan RKB yang berkualitas 35 Hambatan pelaksanaan program : Pemda tidak menyiapkan dana

pendamping 36 Hambatan pelaksanaan program : Dinas pendidikan menyerahkan urusan

dana pendamping kepada sekolah 37 Partisipasi masyarakat terlibat dalam perencanaan program sekolah 38 Bentuk keterlibatan masyarakat di sekolah : memberikan usulan kepada

sekolah agar menjadi sekolah unggulan, 39 Sekolah memerlukan bantuan yang banyak untuk berkembang : sarana

prasarana sekolah 40 Efektivitas bantuan RKB : Sekolah menjalankan proses KBM satu shift41 Bentuk keterlibatan masyarakat di sekolah : menjadi anggota panitia

pembangunan sekolah (P2S) 42 Komite sekolah : orang tua murid43 Unsur masyarakat dalam P2S : orang tua murid sebagai bagian dalam

komite 44 Bentuk keterlibatan masyarakat di sekolah : hadir dalam rapat evaluasi

program 45 Hambatan pelaksanaan program : kebijakan pendidikan gratis 46 Hambatan pelaksanaan program : dana47 Upaya yang dilakukan sekolah untuk melibatkan masyarakat: meyakinkan

orang tua murid 48 Upaya yang dilakukan sekolah untuk melibatkan masyarakat: membangun

kepercayaan orang tua murid 49 Upaya yang dilakukan sekolah untuk melibatkan masyarakat: adanya

bukti

Lampiran 3: Koding Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 169: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

154   

Universitas Indonesia  

Koding data: SMPN 3 Pamulang  

50 Upaya yang dilakukan sekolah untuk melibatkan masyarakat: komunikasikan secara lengkap

51 Upaya yang dilakukan sekolah untuk melibatkan masyarakat: adanya transparansi

52 Hambatan di lapangan : sekolah memerlukan dana pendidikan yang besar untuk menjadi sekolah yang berkualitas

53 Upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi masalah dana : sumbangan yang tidak mengikat

54 Upaya yang dilakukan sekolah untuk melibatkan masyarakat : membebaskan SPP bagi orang tua siswa yang tidak mampu

55 Faktor pendukung orang tua untuk berpartisipasi di sekolah : kewajiban orang tua terhadap pendidikan anak

56 Faktor yang menghambat orang tua untuk berpartisipasi di sekolah : kebijakan pendidikan gratis

57 Faktor yang menghambat orang tua untuk berpartisipasi di sekolah : sekolah negeri

58 Faktor pendukung orang tua untuk berpartisipasi di sekolah : sekolah memberikan kenyamanan dalam proses KBM

59 Mayoritas masyarakat mendukung60 Hubungan kerja yang saling mendukung antara kepala sekolah dan komite

sekolah 61 Masyarakat mengawasi sekolah62 Masyarakat merasa puas terhadap pelaksanaan program 63 Diskusi dilakukan untuk membuat perencanaan program antara orang tua

murid dan sekolah 64 Perencanaan program melibatkan wakil wali murid : Pembuatan RAB 65 Perencanaan program melibatkan wakil wali murid : Gambar, jadwal

pelaksanaan, spesifikasi bangunan dan dokumen administrasi lainnya 66 Sekolah melakukan pertemuan antara pihak sekolah dan orang tua murid67 Dana dari pusat kurang68 Administrasi keuangan bukan dari unsur wali murid69 Pelaksanaan program dilakukan oleh sekolah, tidak menggunakan pihak

ke 3 (pemborong) 70 Penanggung jawab teknis berasal dari unsur masyarakat yang ahli

dibidangnya 71 Pemilihan pekerja berdasarkan faktor kedekatan72 Pihak sekolah telah memberikan kesempatan untuk keterlibatan

masyarakat dalam P2S 73 Sekretaris bukan dari wakil wali murid74 Alasan penyerahan tersebut : karena kesibukan pekerjaan

Lampiran 3: Koding Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 170: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

155   

Universitas Indonesia  

Koding data: SMPN 3 Pamulang  

75 Masyarakat menyerahkan kembali kepada sekolah (percaya kepada sekolah)

76 Pengelolaan keuangan tidak melibatkan wakil wali murid 77 Program ini tanggung jawab sekolah78 Komite sekolah menjadi inisiator dalam rapat komite79 Alasan membantu pekerjaan di sekolah : karena kedekatan dengan kepala

sekolah, kepala sekolah sebagai tokoh masyarakat 80 Alasan tidak memakai tukang dari sekitar sekolah : pengalaman

menunjukkan ketidak memuaskannya pekerjaan mereka 81 Alasan orang tua mau menyumbang : kewajiban sebagai orang tua 82 Alasan orang tua berat menyumbang : karena PHK sehingga menggangur83 Alasan orang tua berat menyumbang : karena pekerjaan yang tidak tetap84 Upaya komite melakukan pendekatan yang baik dengan orang tua murid :

melalui rapat 85 Mayoritas orang tua siswa di SMPN 3 Pamulang status sosial ekonominya

menengah keatas 86 SPP tidak dipaksakan kepada orang tua yang tidak mampu 87 Tidak ada hukuman bagi siswa yang tidak mampu membayar 88 Variasi jumlah sumbangan89 Pendapat masyarakat : tidak mungkin pendidikan itu gratis 90 Variasi kebutuhan Pendidikan di sekolah : KBM 91 Variasi kebutuhan Pendidikan di sekolah : Kegiatan ekskul 92 Variasi kebutuhan Pendidikan di sekolah : operasional sekolah seperti

kapur tulis 93 Variasi kebutuhan Pendidikan di sekolah : Honor guru94 Transparansi sekolah tentang berbagai kebutuhan sekolah terhadap orang

tua murid 95 Orang tua murid pasti memahami96 Menyumbang dengan ikhlas97 Keterbukaan antara sekolah dan orang tua murid98 Orang tua murid memahami kebutuhan sekolah

Koding data: SMPN 2 Curug

Kode Kata Kunci1 Dana bantuan @ RKB = Rp. 70.000.000, 3 RKB = Rp.351.000.000. Dana

@ Lap IPA = Rp. 95.000.000 2 Rapat pembentukan Panitia pembangunan sekolah (P2S) 3 Hadir dalam rapat pembentukan P2S : Kepala sekolah, guru, komite

sekolah

Lampiran 3: Koding Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 171: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

156   

Universitas Indonesia  

Koding data: SMPN 2 Curug

Kode Kata Kunci4 Sekolah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten 5 Hambatan pelaksanaan program : kebijakan pendidikan gratis 6 Program pembangunan RKB : imbal swadaya7 Hambatan pelaksanaan program : Dana pendamping8 Hambatan pelaksanaan program : sekolah harus menyiapkan dana

pendamping 9 Dana pendamping yang harus disiapkan untuk 3 RKB : Rp. 81.000.000,

sementara Lab IPA = Rp. 133.644.000 10 Upaya yang dilakukan sekolah dalam pelaksanaan program :

mensosialisasikan program sekolah kepada orang tua murid 11 Upaya yang dilakukan sekolah dalam pelaksanaan program :

mensosialisasikan perencanaan sekolah 12 Upaya yang dilakukan sekolah dalam pelaksanaan program :

menginformasikan kepada orang tua murid bahwa sekolah mendapatkan bantuan pembangunan sarana sekolah

13 Upaya yang dilakukan sekolah dalam pelaksanaan program : menginformasikan kepada orang tua murid bahwa dana bantuan tersebut kurang

14 Faktor pendukung pelaksanaan program : orang tua siswa mendukung pelaksanaan program ini

15 Bentuk partisipasi orang tua siswa : adanya sumbangan sukarela dalam bentuk dana

16 Faktor pendukung pelaksanaan program : sumbangan sukarela tidak memaksa

17 Upaya yang dilakukan sekolah dalam pelaksanaan program: sekolah melakukan rapat dengan orang tua murid

18 Upaya yang dilakukan sekolah dalam rapat : Rapat dibagi per 2 kelas 19 Upaya yang dilakukan sekolah dalam rapat : pihak sekolah menyampaikan

masalah yang dihadapi sekolah dalam forum rapat 20 Upaya yang dilakukan sekolah dalam rapat : pihak sekolah mengetuk pintu

hati orang tua siswa 21 Upaya yang dilakukan sekolah dalam dalam rapat : pihak sekolah

menuliskan informasi rapat secara tertulis dalam hal ini menyangkut dana 22 Faktor pendukung pelaksanaan program : Transparan23 Upaya-upaya yang dilakukan sekolah, efektiv meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam bentuk dana 24 Upaya yang dilakukan sekolah dalam pelaksanaan program : menjalin

hubungan dengan dunia usaha 25 Dunia usaha tidak memberikan respon positif

Lampiran 3: Koding Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 172: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

157   

Universitas Indonesia  

 

Koding data: SMPN 2 Curug

26 Hambatan pelaksanaan program : Iklan pendidikan gratis mempengaruhi persepsi masyarakat tentang pendidikan, bahwa semua gratis

27 Faktor penghambat pelaksanaan program : persepsi masyarakat , dalam konteks pendidikan gratis, seharusnya bantuan pemerintah sesuai kebutuhan

28 Sumbangan : sukarela, tidak dipaksa 29 Sekolah berusaha memberikan pengertian tentang sumbangan 30 Bentuk partisipasi orang tua siswa : adanya sumbangan sukarela dalam

bentuk material 31 Bentuk partisipasi orang tua siswa : adanya sumbangan sukarela dalam

bentuk dukungan moril (senyuman) 32 Berdasarkan aturannya dana pendamping dari Pemda33 Alasan tidak ada dana pendamping dari Pemda : pertama, kebijakan itu

muncul setelah APBD I tahun 2010 udah di ketok palu, kedua, dalam APBD tidak hanya dinas pendidikan, ada dinas-dinas yang lain

34 Komitmen pemda kurang terhadap pendidikan35 Sekolah yang harus berusaha sendiri36 Upaya yang dilakukan sekolah melalui rapat : Rapat dibagi berdasarkan

status sosial ekonomi orang tua siswa 37 Sekolah menerima usulan dari orang tua siswa38 Faktor pendukung orang tua siswa mau menyumbang : konsep agama 39 Faktor pendukung orang tua siswa mau menyumbang : sekolah

melaksanakan program dengan baik, jelas, rasional, transparan 40 Transparan : pertanggungjawabannya tertulis dan lengkap 41 Transparan : pertanggungjawabannya diinformasikan kepada warga

sekolah melalui papan informasi 42 Transparan : laporan sumbangan yang diterima dan dikeluarkan

diinformasikan kepada warga sekolah secara tertulis 43 Upaya yang dilakukan sekolah dalam pelaksanaan program : sekolah terus

menyampaikan program apa yang mendesak harus segera dilaksanakan kepada orang tua siswa

44 Upaya yang dilakukan sekolah dalam pelaksanaan program : sekolah terus mengetuk hati orang tua yang mampu untuk terus dan terus menyumbang

45 Upaya yang dilakukan sekolah dalam pelaksanaan program : Sekolah mengucapkan sangat berterima kasih kepada orang tua siswa atas sumbangan yang diberikan

46 Secara umum bentuk partisipasi masyarakat : orang tua siswa mendukung penuh terhadap program pembangunan RKB

47 Wartawan dan LSM sebagai mitra kerja sekolah48 Wartawan dan LSM akan membantu meyakinkan kepada masyarakat

Lampiran 3: Koding Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 173: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

158   

Universitas Indonesia  

Koding data: SMPN 2 Curug tentang sekolah

49 Alasan banyak sekolah takut dengan wartawan dan LSM, karena sekolah tidak siap dengan laporan yang lengkap tentang pelaksanaan program

50 Laporan : laporan lengkap tertulis dan hasil kerja51 Wartawan dan LSM mempunyai tujuan tertentu yaitu : uang 52 Cara agar wartawan dan LSM tidak melakukan pemerasan kesekolah :

sekolah memberikan penjelasan tentang program secara jelas 53 Cara agar wartawan dan LSM tidak melakukan pemerasan kesekolah :

sekolah harus memiliki pelaporan tertulis 53 Cara agar wartawan dan LSM tidak melakukan pemerasan kesekolah :

sekolah memberikan penjelasan kepada wartawan tersebut, bahwa himbawan menyumbang itu bukan dalam konteks menagih

54 Cara agar wartawan dan LSM tidak melakukan pemerasan kesekolah : sekolah harus yakin bahwa sekolah telah melakukan hal yang benar

55 Faktor pendukung : adanya payung hukum yang memperbolehkan sekolah meminta sumbangan kepada masyarakat asal jelas, contoh di kabupaten Tangerang Selatan

56 Hambatan keuangan disekolah : kabupaten Tangerang tidak memiliki payung hukum mengenai bolehnya sekolah menerima sumbangan

57 Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut : sekolah membuat program secara jelas

58 Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut : Program kerja disampaikan secara jelas kepada orang tua siswa

59 UU, Agama, tidak melarang kegiatan meminta sumbangan 60 Upaya sekolah untuk menarik simpati masyarakat : menunjukkan hasil

kerja yang telah dilakukan oleh sekolah 61 Kepala sekolah, guru, tenaga administrasi bekerja bersama untuk meminta

dukungan dari orang tua siswa 62 Administrasi keuangan bukan dari unsur wakil wali murid 63 Penanggung jawab teknis : masyarakat dari kalangan profesional 64 Pembukuan keuangan program tidak melibatkan wakil wali murid 65 Dalam prakteknya : pelibatan partisipasi masyarakat tidak mudah

dilakukan 66 Faktor penghambat keterlibatan komite sekolah dalam pelaksanaan

program : komite menganggap sekolah bisa melakukannya sendiri 67 Komite sekolah adalah organisasi sosial68 Alasan komite sekolah tidak terlibat : tidak ada gajinya, sementara

pekerjaannya berat : menyiapkan dana pendamping 69 Perbedaan antara pengurus yayasan dan pengurus komite 70 Ketua komite : anggota DPRD

Lampiran 3: Koding Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 174: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

159   

Universitas Indonesia  

 

Koding data: SMPN 2 Curug

71 Ketua komite sekolah tidak menjadi inisiator, hanya menunggu kebutuhan dari sekolah

72 Inisiator datang dari sekolah, bukan dari komite sekolah 73 Adanya pergantian ketua komite sekolah, pemilihan berdasarkan kesamaan

latar belakang pendidikan yang dimiliki ketua komite dengan profil sekolah

74 Faktor agama menjadi perekat antara komite sekolah dan sekolah 75 Kepala pelaksana dari unsur masyarakat yaitu kalangan professional 76 Kepala pelaksana memberikan masukan-masukan dan sebagai wadah bagi

sekolah untuk berkonsultasi tentang pekerjaan 77 Pembuatan gambar dilakukan oleh tenaga ahli78 Komunikasi terus dilakukan oleh ketua P2S dan kepala pelaksana 79 Partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga : kepala pelaksana membantu

sekolah tanpa honor 80 Gaji tukang diberikan standar (tukang bekerja secara professional) 81 Faktor pendukung unsur masyarakat terlibat : faktor kedekatan unsur

masyarakat dengan sekolah 82 Tukang tidak berasal dari masyarakat sekitar sekolah83 Faktor penghambat bagi sekolah untuk melibatkan masyarakat sekitar

lokasi : faktor pengalaman yang menunjukkan ketidakberesan pekerjaan jika mengambil dari masyarakat sekitar lokasi sekolah

84 Alasan pemilihan tukang : pekerja yang professional agar efektif dan efisien

85 Alasan tukang bekerja di sekolah ini : untuk bekerja86 Dalam prakteknya pelibatan masyarakat sekitar sekolah dalam pelaksanaan

program menghasilkan masalah 87 Pembelian barang dilakukan sendiri oleh P2S (tidak ada keterlibatan unsur

masyarakat) 88 Keluhan sekolah terhadap pelaksanaan program ini : program ini

memberikan beban berat bagi sekolah, sehingga tanggungjawab utama pendidikan menjadi tidak fokus

89 Perbedaan antara bantuan yang diberikan oleh pusat dan APBD 90 Sekolah merasa puas jika mengelola sendiri, karena hasilnya lebih baik,

namun membebani sekolah 91 Faktor utama yang membebani sekolah : sekolah harus menyiapkan

kekurangan dana tersebut 92 Faktor utama yang membebani sekolah : terlalu banyak aturan, dan

mekanisme partisipasi masyarakat tidak mudah dalam prakteknya 93 Harapan kepala sekolah : sekolah telah siap dan lengkap 94 Sekolah merasa berat dengan beban bantuan-bantuan blockgrant ke

Lampiran 3: Koding Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 175: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

160   

Universitas Indonesia  

Koding data: SMPN 2 Curug sekolah

95 Harapan kepala sekolah : seharusnya tipe sekolah sudah direncanakan dari awal, sehingga anggarannya telah ada

96 Orang tua murid akan menyumbang jika kebutuhannya jelas 97 Sekolah berusaha menjelaskan kebutuhan sekolah dengan mengundang

orang tua murid 98 Sekolah memerlukan dukungan dana dari orang tua murid 99 Dukungan dana sangat diperlukan untuk melancarkan kegiatan-kegiatan

pendidikan di sekolah 100 Mayoritas orang tua murid bersedia memberikan sumbangan, jika

kebutuhannya jelas 101 Sumbangan yang diterapkan tidak memaksa102 Sekolah selalu menginformasikan laporan penerimaan dan pengeluaran

keuangan sekolah 103 Sekolah menjelaskan : dana yang dimilki sekolah dan kebutuhannya 104 Faktor penghambat bagi orang tua murid memberikan sumbangan : faktor

sosial ekonomi yang lemah 105 Faktor pendukung bagi orang tua murid memberikan sumbangan : faktor

kejelasan dari kebutuhan sekolah 106 Faktor pendukung bagi orang tua memberikan sumbangan : faktor

kejelasan peruntukan dari dana tersebut 107 Faktor pendukung bagi orang tua memberikan sumbangan : orang tua

murid mendapatkan informasi yang jelas dari sekolah 108 Penggerak dalam rapat komite adalah sekolah109 Komite sekolah tidak bisa memberikan informasi dengan jelas (pihak

sekolah yang harus memberikan informasi tersebut) 110 Faktor agama menjadi faktor pendukung partisipasi masyarakat 111 Sekolah harus bisa membuktikan prestasi yang telah didapatkan sekolah112 Pengawasan dilakukan oleh wartawan dan LSM113 Pengawasan dilakukan oleh masyarakat sekitar sekolah114 Hal-hal yang ditanyakan oleh wartawan, LSM, dan masyarakat : biaya

pembangunan, sumber dana 115 Pihak sekolah memberikan informasi tentang program ini kepada

wartawan, LSM, dan masyarakat 116 Tanggapan masyarakat terhadap program : mengapa dana tidak sesuai

dengan kebutuhan 117 Aturan menyebabkan dana yang diberikan tidak mampu memenuhi semua

kebutuhan 118 Sekolah mendorong agar sumbangan tidak hanya berupa dana, dapat

berupa material, tenaga, dan senyuman 119 Usaha Kepala sekolah mendorong partisipasi masyarakat adalah dengan

mendorong faktor emosionalnya

Lampiran 3: Koding Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 176: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

161   

Universitas Indonesia  

Koding data: SMPN 2 Curug

120 Faktor penghambat orang tua murid menyumbang : peruntukan dana tidak jelas

121 Faktor penghambat orang tua murid menyumbang : sekolah kurang melayani

122 Faktor penghambat orang tua murid menyumbang : sekolah kurang amanah

123 Tukang tidak berasal dari masyarakat sekitar sekolah124 Alasan tukang mau bekerja di sekolah ini : faktor kedekatan dengan pihak

sekolah 125 Alasan tukang mau bekerja di sekolah ini : untuk bekerja cari uang 126 Pemilihan tukang berdasarkan profesionalitasnya

Koding data: Informan Ahli (Penanggung Jawab Kegiatan Perluasan SMP)

Kode Kata Kunci1 Latar belakang kebijakan dengan mekanisme partisipasi masyarakat : kriris

finansial 1997, agar masyarakat merasa terlibat, merasa memiliki, kemudian ikut berpartisipasi, agar dana itu tidak kemana-mana, dan membantu perputaran perekonomian

2 Dasar hukum program3 Pengertian mekanisme kontrak4 Masyarakat menurut pemerintah : masyarakat sekitar lokasi 5 Pelaksana program RKB di sekolah : P2S6 Bentuk partisipasi masyarakat di sekolah yang terletak di kota : uang 7 Bentuk partisipasi masyarakat lainnya : tenaga dari orang tua yang punya

keahlian 8 Bentuk partisipasi masyarakat di sekolah yang terletak di desa : material,

tenaga 9 Bentuk partisipasi masyarakat lainnya : pemikiran10 Komite merupakan perwakilan dari masyarakat : orang tua, tokoh

masyarakat 11 Sumber dana pendamping : yayasan 12 Yayasan termasuk unsur masyarakat13 Pengertian yayasan 1: satu organisasi yang dibentuk masyarakat khusus

untuk berbuat sesuatu 14 Pengertian yayasan 2: yayasan itu kan tidak hanya bergerak di bidang

pendidikan

Lampiran 3: Koding Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 177: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

162   

Universitas Indonesia  

 

Koding data: Informan Ahli (Penanggung Jawab Kegiatan Perluasan SMP)

15 Pengertian yayasan 3 : keuntungan yayasan untuk kepedulian kepada masyarakat

16 Faktor penghambat pembangunan pendidikan : keterbatasan anggaran pemerintah untuk pendidikan

17 Faktor pendukung pembangunan pendidikan : adanya masyarakat yang punya kepedulian

18 Dana sharing dari yayasan di SMP Maestro termasuk bentuk partisipasi masyarakat

19 Aturan program sekolah SSN kebawah : engga boleh menarik dana dari masyarakat

20 Himbauan untuk menyumbang diperbolehkan : engga ada tekanan, engga ada keharusan

21 Target program : Goalnya bisa terwujud22 Cara agar tujuan terwujud 1 : dengan dana bagi sekolah yang kaya 23 Cara agar tujuan terwujud 2 : dengan material, tenaga , pemikiran 24 Nilai dari sumbangan tenaga25 Pemda tidak mengaloksikan dana pendamping untuk sekolah negeri 26 Bantuan Pembangunan RKB SMP : dana imbal swadaya, harus ada dana

pendamping 27 Perbedaan dana Block grant dan dana imbal swadaya28 Upaya sekolah untuk menyiapkan dana pendamping : menghimbau orang

tua siswa untuk menyumbang 29 Faktor penghambat partisipasi masyarakat : Kebijakan sekolah gratis 30 Kondisi sekolah saat ini : terjadi kesenjangan yang terjadi antara tuntutan

mutu dengan bea operasional yang sama antara sekolah SSN dengan sekolah dibawahnya.

31 Kondisi sekolah saat ini : Inovasi guru jadi terbatas32 Kondisi sekolah saat ini : Kebutuhan seklah banyak, dana terbatas. 33 Partisipasi masyarakat tinggi : hasil dari program bagus, dan keterlibatan

masyarakat dalam prosesnya banyak 34 Faktor utama keberhasilan program secara konsep : adanya partisipasi

masyarakat 35 Jiwa dari partisipasi masyarakat : rasa memiliki, rasa ikut terlibat,

harapannya masyarakat menikmati hasil ini lebih baik, menjaga program ini lebih baik

36 Yang berpartisipasi hanya satu orang, sekolah tidak membuat P2S, itu bisa dikatakan ada partisipasi

37 Tidak ada batasan jumlah partisipasi, atau jumlah orang yang terlibatdalam program

Lampiran 3: Koding Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 178: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

163   

Universitas Indonesia  

Koding data: Informan Ahli (Konsultan Nasional Program Perluasan Akses Dit. PSMP)

Kode Kata Kunci

1 Partisipasi masyarakat adalah kebijakan pemerintah yang bersifat Top-Down

2 Pengertian Top-down dalam kebijakan partisipasi masyarakat 3 Pengertian Buttom-Up dalam partisipasi masyarakat4 Partisipasi masyarakat adalah kebijakan5 Tujuan kebijakan partisipasi masyarakat : memberdayakan masyarakat,

sehingga pembangunan mempunyai kapasitas lebih besar, merasakan bagian dari pembangunan, ikut memiliki, ikut memelihara keberlangsungannya.

6 Implementasi kebijakan tersebut dalam bentuk surat edaran, petunjuk pelakssanaan program,

7 Dalam rangka pemberdayaan tersebut, sekolah sebagai implementor harus memobilisir masyarakat.

8 Masyarakat : warga disekitar, orang tua siswa, tokoh masyarakat terutama yang tinggal di sekitar lokasi sekolah

9 Yayasan termasuk masyarakat10 Masyarakat harus dibatasi dalam penelitian11 Tidak boleh adanya dominasi dari masyarakat dalam Infrastucture based

community, (pembangunan infrastuktur berbasis masyarakat) 12 Adanya dominasi dari kelompok masyarakat tertentu melanggar

pemberdayaan masyarakat

Koding data: Informan Ahli(Konsultan Nasional Wajib Belajar 9 tahun Direktorat PSMP)

Kode Kata Kunci

1 Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Masyarakat dan orang tua.

2 Berdasarkan Undang-undang, pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah

3 Dalam realisasinya pemerintah tidak memiliki kemampuan mencukupi semua kebutuhan pendidikan

4 Pendidikan yang baik itu mahal5 Keterbatasan keuangan pemerintah dalam melayani kebutuhan pendidikan,

maka diperlukan partisipasi masyarakat dalam pendidikan. 6 Pemerintah membidik masyarakat yang mampu untuk membantu

pendidikan

Lampiran 3: Koding Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 179: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

164   

Universitas Indonesia  

Koding data: Informan Ahli(Konsultan Nasional Wajib Belajar 9 tahun Direktorat PSMP)

Kode Kata Kunci

7 Pemerintah berusaha semaksimal mungkin mengratiskan pendidikan bagi masyarakat yang tidak mampu.

8 Masyarakat : orang tua, dunia usaha, dunia industri, stake holder 9 Pengertian stakeholder

10 Bentuk partisipasi masyarakat : pemikiran, dana, tenaga11 Contoh partisipasi masyarakat tidak dalam bentuk dana, yaitu partisipasi

dalam bentuk tenaga 12 Pemerintah menginginkan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan

dalam bentuk apa saja. 13 Partisipasi tersebut tergantung pada apa yang dimiliki masyarakat tersebut.

Masyarakat yang mampu : partisipasi dalam bentuk dana. Masyarakat yang tidak mampu, partisipasi dalam bentuk tenaga.

14 Masyarakat yang memberi informasi juga bentuk partisipasi 15 Contoh partisipasi masyarakat, masyarakat sekitar sekolah menyediakan

lahan untuk membangun sekolah 16 Contoh partisipasi masyarakat, masyarakat pemiliki lahan menjual dengan

harga murah kepada sekolah 17 Faktor penghambat partisipasi masyarakat : adanya program BOS 18 Kebijakan partisipasi masyarakat dan program BOS harus di luruskan

kembali. 19 Contoh partisipasi masyarakat : masyarakat yang punya lahan

menghibahkan lahannya 20 Contoh partisipasi masyarakat : mereka yang kayu dikebun, kayunya boleh

di potong, untuk membuat bangunan itu 21 Contoh partisipasi masyarakat : mereka yang tidak punya uang, tidak

punya kebun, bisa menyediakan sarapan. 22 Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat : faktor pendidikan 23 Faktor penghambat partisipasi masyarakat : berpendidikan rendah,

penghasilan rendah, pola pikir rendah 24 Faktor penghambat partisipasi masyarakat : faktor kemiskinan 25 Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat : Faktor lingkungan

sekolah ( sekolah dengan lingkungan yang kaya partisipasi tinggi, dan sebaliknya)

26 Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat : Faktor pendidikan dan faktor ekonomi

27 Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat : faktor kebijakan sekolah gratis melalui program BOS

28 Faktor penghambat partisipasi masyarakat : faktor sikap, kepedulian masyarakat terhadap pendidikan masih rendah

29 Komite sekolah tidak berfungsi dengan baik sebagai mitra sekolah

Lampiran 3: Koding Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 180: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

165   

Universitas Indonesia  

Koding data: Informan Ahli(Konsultan Nasional Wajib Belajar 9 tahun Direktorat PSMP)

Kode Kata Kunci

30 Konsepnya yayasan tidak mencari keuntungan (non profit) 31 Faktor penghambat partisipasi masyarakat di sekolah swasta adalah

yayasan tidak percaya kepada orang tua murid, dan masyarakat karena yayasan mencari keuntungan, sehingga pengelolaan keuangan dipegang oleh yayasan.

32 Perbedaaan antara sekolah negeri dan sekolah swasta 33 Ciri khas pemberian bantuan melalui dana DAK (dana alokasi khusus) :

adanya IKK (indeks kemahalan konstruksi) 34 Pemberian bantuan dalam bentuk subsidi dimaksudkan untuk mengundang

partisipasi masyarakat 35 Pemberian bantuan dalam bentuk subsidi dengan jumlah nilai sama rata

seluruh Indonesia mengundang banyak protes 36 Bantuan melalui DAK tahun 2010 untuk pembangunan RKB merupakan

bentuk akomodasi dari protes negative yang terjadi dilapangan. 37 Perbedaan rasa kepemilikan masyarakat terhadap program pendidikan yang

melibatkan masyarakat dengan yang tidak melibatkan masyarakat. 38 Upaya sekolah meningkatkan partisipasi masyarakat : berkunjung ke

masyarakat, Kepala sekolah mau bersosialisasi ke masyarakat, guru-guru mau bermasyarakat,

39 Upaya sekolah meningkatkan partisipasi masyarakat : tidak menjadi sekolah yang tertutup dari lingkungannya

40 Upaya sekolah meningkatkan partisipasi masyarakat : mengaktifkan manajemen humas sekolah

41 Sekolah seharusnya menjadi bagian dari masyarakat, dan menjadi agen pembaharu dalam masyarakat

Lampiran 3: Koding Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 181: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

166   

Universitas Indonesia  

Kategorisasi Data: SMPN 3 Pamulang

No Kategori Rincian Isi Kategori

1 Pendapat pihak sekolah tentang bantuan program pembangunan RKB SMP

Dana bantuan pembangunan RKB dari pemerintah kurang

Sekolah harus berusaha menyiapkan kekurangannya dengan swadaya masyarakat

Pemda tidak menyiapkan dana pendamping Dinas pendidikan kabupaten menyerahkan

urusan dana pendamping kepada sekolah 2 Masyarakat Orang tua murid

Komite sekolah Masyarakat yang punya usaha Masyarakat sekitar sekolah Tenaga professional

3 Bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan program

Kehadiran orang tua murid dan komite sekolah dalam rapat sosialisasi program dan pembentukan P2S

Keterlibatan tenaga profesional sebagai penanggung jawab teknis dalam keanggotaan P2S

Keterlibatan orang tua murid dalam pembuatan RAB

Keterlibatan orang tua murid dalam pembuatan gambar

Keterlibatan orang tua murid dalam pembuatan spesifikasi teknis

Keterlibatan komite sekolah dalam pembuatan RAB

Keterlibatan komite sekolah dalam pembuatan jadwal pelaksanaan

Keterlibatan komite sekolah dalam perencanaan sumber dana pendamping

Lampiran 4: Kategorisasi Data

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 182: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

167   

Universitas Indonesia  

Kategorisasi Data: SMPN 3 Pamulang

 

4 Bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program

Adanya sumbangan dana dari orang tua murid Adanya keterlibatan komite sekolah dalam

proses pembelian barang Keterlibatan komite sekolah dalam mengelola

program menyangkut dana pendamping Adanya keterlibatan komite sekolah dalam

membuat pelaporan pelaksanaan program 5 Bentuk partisipasi

masyarakat dalam pengawasa program

Adanya keterlibatan komite sekolah dalam melakukan pengawasan terhadap keuangan program

Adanya keterlibatan komite sekolah dalam melakukan evaluasi program

6 Faktor pendukung yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program

Tidak ingin sekolah menanggung sendiri masalahnya

Kewajiban terhadap anak Untuk keberhasilan program Agar sekolah berkembang dengan pesat Kesadaran orang tua siswa yang tinggi

terhadap pendidikan Kualitas sekolah Prestasi sekolah Sekolah memberikan kenyamanan dalam

proses KBM Masyarakat puas terhadap pelaksanaan

program Kedekatan dengan pimpinan di sekolah

(kepala sekolah sebagai tokoh masyarakat) Status sosial ekonomi orang tua murid 90%

menengah keatas Pendapat orang tua murid yang mengatakan

tidak mungkin pendidikan itu gratis Keterbukaan yang dilakukan oleh pihak

sekolah dan komite sekolah terhadap masyarakat

Komite sekolah menjadi inisiator dalam rapat komite

Faktor agama Sumbangan bersifat sukarela tidak memaksa Komunikasi

Lampiran 4: Kategorisasi Data ( Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 183: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

168   

Universitas Indonesia  

Kategorisasi Data: SMPN 3 Pamulang 

7 Faktor penghambat yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program

Dana yang diperlukan cukup besar untuk kegiatan pendidikan di sekolah

Kebijakan pendidikan gratis dari pemerintah Anggapan masyarakat bahwa ini adalah

sekolah negeri Masyarakat percaya kepada sekolah sebagai

pengelola Karena kesibukan dalam pekerjaan Program ini tanggung jawab sekolah Pengalaman yang tidak memuaskan bagi

sekolah ketika melibatkan masyarakat sekitar lokasi sekolah

Orang tua murid di PHK sehingga mengganggur

Pekerjaan orang tua murid yang tidak tetap 8 Profil SMPN 3

Pamulang Status sosial ekonomi orang tua murid 90% menengah keatas

SMPN 3 Pamulang berada di tengah kota Tangerang Selatan

SMPN 3 Pamulang adalah sekolah SSN 9 Beberapa hal yang tidak

sesuai dengan mekanisme partisipasi masyarakat

Administrasi keuangan bukan dari unsur wali murid

Sekretaris bukan dari wakil wali murid Pengelolaan keuangan tidak melibatkan wakil

wali murid 10 Usaha yang dilakukan

sekolah dan komite agar masyarakat berpartisipasi terhadap sekolah

Komunikasi dengan orang tua siswa secara intensif

Sekolah melakukan pendekatan dengan orang tua siswa yang mengetahui pembangunan, agar mereka dapat meyakinkan kepada orang tua lainnya

Besaran dana sumbangan tidak ditetapkan, dan tidak mengikat

Sekolah membebaskan SPP bagi orang tua siswa yang tidak mampu

Sekolah berupaya menjaga mutu sekolah melalui pelatihan guru

Sekolah berupaya menjaga mutu sekolah melalui evaluasi KBM

Sekolah menanggani secara cepat masalah yang berhubungan dengan siswa

Lampiran 4: Kategorisasi Data ( Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 184: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

169   

Universitas Indonesia  

Sekolah melakukan homevisit bagi siswa yang minimal 2 hari tidak masuk sekolah

Kepala sekolah, wali kelas, dan guru BK secara langsung turun tangan terhadap siswa yang bermasalah

Sosialisasi program secara terbuka kepada masyarakat

Sekolah berupaya meyakinkan orang tua murid

Sekolah berusaha membangun kepercayaan orang tua siswa

Adanya bukti Adanya transparansi Hubungan kerja yang saling mendukung

antara kepala sekolah dan komite sekolah Sekolah mengajak orang tua siswa berdiskusi

terhadap program sekolah Sekolah mengundang orang tua siswa untuk

hadir dalam pertemuan-pertemuan di sekolah Sekolah telah memberikan kesempatan kepada

unsur masyarakat untuk terlibat dalam P2S Tidak ada hukuman bagi siswa yang tidak

mampu membayar Pihak sekolah telah memberikan kesempatan

untuk keterlibatan masyarakat dalam P2S 11 Pendapat Masyarakat

tentang program Program ini tanggung jawab sekolah

Tidak mungkin pendidikan itu gratis Sekolah membutuhkan dana untuk

melaksanakan berbagai kegiatan Pendidikan di sekolah

Orang tua murid memahami kebutuhan tersebut jika peruntukannya jelas dan transparan

 

 

 

 

 

Lampiran 4: Kategorisasi Data ( Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 185: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

170   

Universitas Indonesia  

 

 

Kategorisasi Data: SMPN 2 Curug

 

No Kategori Rincian Isi Kategori

1 Pendapat pihak sekolah tentang bantuan program pembangunan RKB SMP

Dana bantuan program pembangunan RKB SMP dalam bentuk imbal swadaya

Sekolah harus menyiapkan dana pendamping Sekolah perlu melakukan koordinasi dengan

dinas pendidikan kabupaten Seharusnya dana pendamping berasal dari

pemerintah daerah Komitmen pemerintah daerah kurang terhadap

pendidikan Dalam prakteknya : pelibatan partisipasi

masyarakat tidak mudah dilakukan Program ini memberikan beban berat bagi

sekolah, sehingga tanggungjawab utama pendidikan menjadi tidak fokus

Sekolah merasa puas jika mengelola sendiri, karena hasilnya lebih baik, namun membebani sekolah

Terlalu banyak aturan, dan mekanisme partisipasi masyarakat tidak mudah dalam prakteknya

Sekolah memerlukan dukungan dana dari orang tua murid dalam pelaksanaan program ini

Dukungan dana sangat diperlukan untuk melancarkan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah

Aturan menyebabkan dana yang diberikan tidak mampu memenuhi semua kebutuhan

2 Masyarakat Orang tua siswa Tenaga professional : insinyur, tukang Wartawan LSM Masyarakat lokal sekitar sekolah

3 Bentuk partisipasi masyarakat dalam

Kehadiran orang tua murid dalam rapat sosialisasi program dan rapat pembentukan P2S

Adanya sumbangan pemikiran dari orang tua

Lampiran 4: kategorisasi Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 186: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

171   

Universitas Indonesia  

Kategorisasi Data: SMPN 2 Curug

 

No Kategori Rincian Isi Kategori

perencanaan program murid dalam mencari sumber dana pendamping Keterlibatan tenaga professional sebagai

penggungjawab teknis dalam keanggotaan P2S Keterlibatan tenaga professional dalam

membuat gambar kerja 4 Bentuk partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan program

Adanya sumbangan dana dari orang tua murid Adanya sumbangan material dari orang tua

murid Adanya sumbagan tenaga dari tenaga

professional Adanya sumbangan pemikiran dari tenaga

professional (penanggung jawab teknis) untuk berkonsultasi tentang pelaksanaan program

5 Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengawasan program

Adanya LSM dan wartawan yang bertanya dan mencari tahu tentang pelaksanaan program

Adanya masyarakat sekitar lokasi yang datang dan bertanya tentang pelaksanaan program

6 Faktor pendukung yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program

Sumbangan bersifat sukarela tidak memaksa Program dilaksanakan dengan baik, dan

rasional Adanya transparansi : pertanggungjawabannya

diinformasikan secara tertulis dan lengkap oleh sekolah kepada orang tua murid

Faktor kedekatan dengan sekolah Konsep agama Faktor kejelasan peruntukan dari dana tersebut Adanya bukti Kewajiban orang tua murid terhadap

pendidikan anak Kesadaran orang tua murid bahwa sekolah

memerlukan bantuan dana untuk mendukung aktivitas pendidikan di sekolah

Status sosial ekonomi menengah keatas Komunikasi

7 Faktor penghambat yang mempengaruhi partisipasi masyarakat

Kebijakan pendidikan gratis dari pemerintah Tidak adanya payung hukum yang

memperbolehkan sekolah meminta sumbangan kepada orang tua siswa asal jelas

Kurangnya kepedulian dunia usaha terhadap

Lampiran 4: kategorisasi Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 187: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

172   

Universitas Indonesia  

Kategorisasi Data: SMPN 2 Curug

 

No Kategori Rincian Isi Kategori

dalam program pendidikan Komite menganggap sekolah bisa

melakukannya sendiri Karena komite memiliki pekerjaan yang berat

yaitu menyiapkan dana pendamping, sementara tidak ada gajinya

Faktor pengalaman yang menunjukkan ketidakberesan pekerjaan bila diserahkan kepada masyarakat sekitar sekolah

Faktor sosial ekonomi yang kurang beruntung Kesibukan pekerjaan

8 Profil SMPN 2 Curug Mayoritas siswa SMPN 2 Curug berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi menengah keatas

Sekolah berada di daerah kota kabupaten Tangerang

Sekolah berada di daerah perumnas Sekolah membebaskan biaya SPP Sekolah terbuka menerima sumbangan dari

orang tua murid 9 Beberapa hal yang tidak

sesuai dengan aturan dalam mekanisme partisipasi masyarakat

Administrasi keuangan bukan dari unsur wakil wali murid

Pembukuan keuangan program tidak melibatkan wakil wali murid

Ketua komite sekolah tidak menjadi inisiator, hanya menunggu kebutuhan dari sekolah

Tukang tidak berasal dari masyarakat sekitar sekolah

Pembelian barang dilakukan sendiri oleh P2S (tidak ada keterlibatan unsur masyarakat)

Penggerak dalam rapat komite adalah sekolah 10 Upaya sekolah agar

masyarakat berpartisipasi terhadap sekolah

Sekolah mensosialisasikan program kepada orang tua siswa

Sekolah menginformasikan kepada orang tua siswa bahwa dana tersebut kurang

Sekolah mengundang orang tua murid untuk rapat bersama dengan pihak sekolah

Pihak sekolah mengumpulkan orang tua murid dalam rapat berdasarkan status sosial ekonomi

Lampiran 4: kategorisasi Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.

Page 188: T 28148-Analisis tingkat-full text.pdf

173   

Universitas Indonesia  

Kategorisasi Data: SMPN 2 Curug

 

No Kategori Rincian Isi Kategori

Sekolah berusaha mengetuk hati orang tua siswa

Pihak sekolah menginformasi bahan rapat secara tertulis

Sekolah berusaha transparan terhadap pelaksanaan program

Sekolah menetakan sumbangan sukarela tidak memaksa

Sekolah mengucapakan kata terimakasih kepada orang tua siswa atas sumbangan yang diberikan

Ada bukti sebagai hasil kerja Sekolah menjelaskan program secara jelas Himbauan menyumbang bukan dalam konteks

sekolah menagih dana kepada orang tua siswa Tidak ada UU atau agama yang melarang

kegiatan meminta sumbangan Sekolah selalu menginformasikan laporan

penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah Sekolah mendorong agar masyarakat mau

menyumbang 11 Pendapat Dinas

pendidikan tentang tidak adanya dana pendamping

Kebijakan itu muncul setelah APBD I tahun 2010 sudah diketok palu

Dalam APBD tidak hanya dinas pendidikan, ada banyak dinas lainnya

12 Pengawasan Pengawasan dilakukan oleh wartawan , LSM, dan masyarakat sekitar sekolah

Mereka hanya datang melihat dan bertanya tentang biaya yang dibutuhkan, dan sumber dana

13 Pendapat masyarakat tentang program

Dana yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan

 

 

Lampiran 4: kategorisasi Data (Lanjutan)

Analisis tingkat..., Syahda Sukma Indira, FISIP UI, 2010.