PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF METODE … · sample dalam penelitian ini menggunakan cluster...
Transcript of PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF METODE … · sample dalam penelitian ini menggunakan cluster...
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF
METODE MEMULAI PELAJARAN DENGAN PERTANYAAN
(LEARNING STARTS WITH A QUESTION)
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
Oleh:
NILMA PURNAMA
105017000430
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
ABSTRAK
Nilma Purnama, Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Metode Learning Starts With a Question Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa, skripsi jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran Learning Starts With a Question terhadap hasil belajar matematika siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian two group randomized subject pretest posttest. Penelitian ini dilakukan di SMPN 181 Jakarta dari tanggal 12 Mei – 04 Juni 2010. Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Instrumen penelitian yang diberikan berupa 5 soal bentuk uraian. Teknik analisa data untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji Mann-Whitney. Dari hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai z = -4,46 pada taraf signifikan 0,05 dan sesuai dengan sifat distribusi normal, maka diperoleh nilai p = 0,00. Karena p <
hitung
α (0,00 < 0,05), maka H0 ditolak, sehingga tingkat hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan metode learning starts with a question lebih tinggi daripada yang diajarkan dengan metode ekspositori. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode learning starts with a question berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Kata Kunci : Learning Starts With a Question
i
ABSTRACT
Nilma Purnama, The Influence of Strategy Active Learning Starts With a Question on Students Mathematics Learning Outcomes, the paper of Mathematic Education Department, Faculty of Tarbiya and Teaching Science Islamic Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. The purpose of this research is to determine the influence strategy active learning metode starts with a question on students mathematics learning outcomes. In this research, we used quasi experiment with research program the two group randomized subject pretest posttest design. The research is done in SMPN 181 Jakarta from May 12th to June 4th 2010. In this research we used cluster random sampling as a sample technique. A research instrument which is given to students is an essay question, the students were given 5 question. A technique of analysis data which is used Mann-Whitney for hypothesis testing. Pursuant to result of calculation hypothesis test is get value of z count -4,46 in significant level (α ) 0,05 and according to distribution normal of type can get value p = 0,00, Because pcount < α (0,00 < 0,05), then H0 is decline, so that the level of result student studying mathematic which touhgt with learning starts with a question is higher than thought by using conventional. therefore the learning starts with a question is effected to the result of student studying mathematics. Keyword : Learning Starts With a Quetion
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala,
karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat
terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak
sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan.
2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan
Bapak Otong Suhyanto, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Matematika.
3. Ibu Muhlisrarini, M.Pd, selaku pembimbing I serta penasihat akademik dan
Ibu Gelar Dwirahayu, M.Pd, selaku pembimbing II yang selalu memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih yang tak
terhingga penulis ucapkan atas segala ilmu yang telah ibu berikan kepada
penulis, semoga ilmu yang ibu berikan menjadi amal jariah kelak.
4. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Matematika.
5. Bapak Drs. Y. Yoel Manurung, MM selaku kepala SMP Negeri 181 Jakarta
yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah yang
beliau pimpin.
6. Ibu Aam Amelia, S.Pd dan seluruh guru-guru SMP Negeri 181 yang sangat
banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.
7. Ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa memberikan dukungan moril,
materil dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
banyak atas segala yang kalian berikan, jasa kalian takkan pernah dapat
penulis balas, semoga Allah membalas segalanya.
iii
8. Kakak-kakaku tercinta yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku tercinta, mahasiswa dan mahasiswi jurusan pendidikan
matematika angkatan 2005 dan saudara-saudara seperjuanganku di LDK
KOMDA FITK terima kasih atas bantuan, doa dan dukungan yang kalian
berikan semoga kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk
menggapai kesuksesan dimasa mendatang.
10. Siswa dan siswi kelas VII SMP Negeri 181 Jakarta, khususnya kelas VII-1
dan VII-3 yang telah bersikap kooperatif selama penulis mengadakan
penelitian.
11. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi
serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik
yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-
kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu
pengetahuan. Amin.
Jakarta, Juli 2010
Penulis
Nilma Purnama
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 5
D. Perumusan Masalah .................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN.................................................................................. 7
A. Kajian Teori ................................................................................ 7
1. Hasil Belajar Matematika...................................................... 7
a. Pengertian Belajar ........................................................... 7
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar..................... 9
c. Cara Belajar yang Baik.................................................... 14
d. Pengertian, Karakteristik, dan Kegunaan Matematika .... 15
1) Pengertian Matematika ............................................... 15
2) Karakteristik Matematika ........................................... 17
3) Kegunaan Matematika ................................................ 19
e. Hasil Belajar Matematika................................................ 20
v
2. Pembelajaran Aktif................................................................ 27
a. Pengertian Pembelajaran................................................. 27
b. Pengertian Pembelajaran Aktif ....................................... 28
c. Urgensi Pembelajaran Aktif............................................ 30
d. Karakteristik Pembelajaran Aktif.................................... 31
e. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pembelajaran
Aktif ................................................................................ 32
f. Metode Pembelajaran Aktif Memulai Pelajaran dengan
Pertanyaan (Learning Starts With a Question) ............... 34
g. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Aktif Memulai
Pelajaran dengan Pertanyaan (Learning Starts With a
Question) ......................................................................... 37
B. Kerangka Berpikir....................................................................... 38
C. Hipotesis Penelitian..................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 40
A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 40
B. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 40
C. Metode dan Desain Penelitian..................................................... 40
D. Instrumen Penelitian ................................................................... 41
1. Uji Coba Instrumen............................................................... 41
a. Uji Validitas .................................................................... 41
b. Uji Reliabilitas ................................................................ 42
c. Uji Pembeda Butir Soal................................................... 43
d. Uji Kesukaran Butir Soal ................................................ 44
2. Kisi-kisi Instrumen................................................................ 45
E. Teknik Analisis Data .................................................................... 46
1. Uji Prasyarat Analisis Data ..................................................... 47
a. Uji Normalitas................................................................. 47
b. Uji Homogenitas ............................................................. 47
2. Pengujian hipotesis ................................................................. 48
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 51
A. Deskripsi Data............................................................................. 51
1. Data Pretest Matematika Siswa Kelompok Ekperimen ........ 51
2. Data Pretest Matematika Siswa Kelompok Kontrol ............. 52
3. Data Postest Matematika Siswa Kelompok Ekperimen........ 53
4. Data Postest Matematika Siswa Kelompok Kontrol............. 55
B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................... 58
1. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen................................. 58
2. Uji Normalitas Kelompok Kontrol........................................ 58
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan......................................... 59
1. Pengujian Hipotesis............................................................... 59
2. Pembahasan........................................................................... 60
D. Keterbatasan Penelitian............................................................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 63
A. Kesimpulan ................................................................................. 63
B. Saran............................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 68
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Desain Penelitian Two Group Randomized Subject Pretest Postest. 41
Tabel 2. Klasifikasi Interpretasi Korelasi........................................................ 43
Tabel 3. Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda ............................................. 44
Tabel 4. Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran .......................................... 45
Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Tes ..................................................................... 46
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pretest Matematika Kelompok Eksperimen .... 51
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pretest Matematika Kelompok Kontrol........... 52
Tabel 8. Hasil Pehitungan Uji Homogenitas Pretest....................................... 53
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Postest Matematika Kelompok Eksperimen.... 54
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Postest Matematika Kelompok Kontrol ......... 56
Tabel 11. Perbandingan Postest Matematika Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ............................................................................ 58
Tabel 12. Hasil Perhitungan Uji Normalitas .................................................... 59
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
Matematika Kelompok Eksperimen............................................... 55
Gambar 2. Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
Matematika Kelompok Kontrol ..................................................... 57
ix
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Soal Pretes .................................................................................. 68
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen....................... 69
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol ............................. 74
Lampiran 4 Bahan Ajar Segiempat ................................................................ 78
Lampiran 5 Lembar Latihan kelompok.......................................................... 86
Lampiran 6 Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Tes Penelitian.............................. 90
Lampiran 7 Uji Coba Instrumen Tes Penelitian............................................. 91
Lampiran 8 Ulangan Harian Segiempat (Instrumen Tes Penelitian) ............. 94
Lampiran 9 Kunci Jawaban Instrumen Tes Penelitian................................... 96
Lampiran 10 Daftar Nilai Pretest ..................................................................... 99
Lampiran 11 Perhitungan Uji Homogenitas Pretest......................................... 100
Lampiran 12 Uji Validitas................................................................................ 101
Lampiran 13 Uji Reliabilitas Instrumen Tes.................................................... 103
Lampiran 14 Uji Taraf Kesukaran Uji Coba Instrumen Tes............................ 105
Lampiran 15 Uji Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba Instrumen Tes ............. 107
Lampiran 16 Hasil Belajar Matematika (Postest) ............................................ 109
Lampiran17 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Mean, Median,
Modus, Varian, Simpangan Baku, Kemiringan, dan Kurtosis
Kelompok Eksperimen................................................................ 110
Lampiran18 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Mean, Median,
Modus, Varian, Simpangan Baku, Kemiringan, dan Kurtosis
Kelompok Kontrol ...................................................................... 113
Lampiran 19 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen .................. 116
Lampiran 20 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol......................... 118
Lampiran 21 Penghitungan Pengujian Hipotesis ............................................. 120
Lampiran 22 Tabel Penentuan Peringkat Nilai Posttest (Uji Mann-Whitney) 123
Lampiran 23 Tabel-tabel .................................................................................. 125
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika dipelajari pada setiap jenjang pendidikan dan menjadi salah satu
pengukur (indikator) keberhasilan siswa dalam menempuh suatu jenjang
pendidikan, serta menjadi materi ujian untuk seleksi penerimaan menjadi tenaga
kerja bidang tertentu. Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus
persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya
trampil dalam suatu bidang tetapi juga kreatif dalam mengembangkan bidang
yang ditekuni. Hal tersebut perlu dimanifestasikan dalam setiap mata pelajaran di
sekolah, termasuk matematika. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada
semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis maupun bekerja sama sudah lama menjadi fokus dan perhatian
pendidik matematika di kelas, karena hal itu berkaitan dengan sifat dan
karakteristik keilmuan matematika. Tetapi, fokus dan perhatian pada upaya
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam matematika jarang atau tidak
pernah tersentuh oleh pendidik. Melalui pendidikan matematika yang baik, siswa
dimungkinkan untuk memperoleh berbagai macam bekal dalam menghadapi
tantangan era global.
Menurut Yuliani Indarwati1 berdasarkan data Institute of Education (2003),
hasil penelitian statistic yang dilakukan secara internasional dalam Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukan bahwa
Indonesia pada peringkat ke-34 dari 45 negara untuk penguasaan pelajaran di
bidang matematika. Score Indonesia (411) masih berada di bawah Singapura
1 Yuliani Indarwati, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Matematika dalam
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada Sekolah Menengah Atas Kota Palembang, http://digilib.unsri.ac.id/download/Jurnal%20MM%20Vol%204%20No%207%20 Artikel%203%20Yuliani%20Indrawaty.pdf.h.1-2
1
2
(605) dan Malaysia (508), tetapi tetap berada di atas Filipina (378). Skala
matematika TIMSS-Benchmark International menunjukkan bahwa siswa
Indonesia berada pada peringkat bawah, Malaysia pada peringkat tengah, dan
Singapura berada pada peringkat atas. Padahal jam pelajaran matematika di
Indonesia 136 jam untuk kelas VIII, lebih banyak dibanding Malaysia yang hanya
123 jam dan Singapura 124 jam. Hal ini menunjukkan bahwa waktu yang
dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang
diraih.
Menurut Zulkardi dalam Yuliani Indarwati, dua masalah utama dalam
pendidikan matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi siswa (rendahnya
daya saing siswa di ajang Internasional dan rendahnya nilai rata-rata EBTANAS
murni nasional khususnya matematika) serta kurangnya minat mereka dalam
belajar matematika (matematika dianggap sulit dan diajarkan dengan metode yang
tidak menarik karena guru menerangkan, sedangkan siswa hanya mencatat).
Diduga, pendekatan pembelajaran matematika di Indonesia masih menggunakan
pendekatan tradisional atau mekanistik yang menekankan pada latihan
mengerjakan soal atau drill and practice, prosedur serta penggunaan rumus. Siswa
kurang terbiasa memecahkan masalah atau aplikasi yang banyak disekeliling
mereka. Sementara itu banyak negara telah mereformasi sistem pendidikan
matematika dari pendekatan tradisional ke arah aplication based curricular, yaitu
mendekatkan matematika ke alam nyata bagi siswa melalui aplikasi atau masalah
kontekstual yang bermakna serta proses yang membangun sikap siswa ke arah
yang positif tentang matematika.
Faktor lain yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar adalah cara guru
memberikan evaluasi yang kurang bervariatif. Akibatnya, siswa di Indonesia lebih
banyak mengerjakan soal yang diekspresikan dalam bahasa dan simbol
matematika yang diset dalam konteks yang jauh dari realitas kehidupan sehari-
hari. Fenomena yang terjadi di lapangan, banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam proses belajar matematika. Siswa umumnya kesulitan dalam memahami
soal yang diberikan. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan oleh guru dan terhadap soal-soal matematika yang
3
disajikan. Pemikiran siswa untuk soal-soal yang diebrikan oleh guru biasanya
hanya terpaku pada contoh soal yang telah guru berikan sehingga mereka tidak
kreatif.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa juga terjadi pada siswa kelas VII
SMP Negeri 181 Jakarta. Berdasarkan hasil observasi langsung, dari dua kelas
yang dijadikan sampel diperoleh nilai rata-rata pretes yang dilakukan penulis pada
pokok bahasan segiempat nilai rata-rata kedua sampel berkisar 30an.
Keadaan ini tentu sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika
untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan. Pasalnya, matematika merupakan
induk ilmu pengetahuan. Tapi, ternyata matematika hingga saat ini belum menjadi
pelajaran yang difavoritkan. Rasa takut terhadap pelajaran matematika masih
kerap menghinggapi perasaan para siswa dari tingkat SD sampai dengan SMA,
bahkan hingga perguruan tinggi itu semua disebabkan karena dalam proses belajar
mengajar banyak didominasi oleh peran guru saja. Menurut Agus Suprijono2 guru
hanya bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya,
padahal menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono3 dalam psikologi belajar
pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan”.
Salah satu pendidikan matematika yang ada adalah proses belajar mengajar
di kelas, yaitu berupa interaksi antara siswa, guru serta lingkungan sekolah untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Proses belajar mengajar tersebut
harus mampu membelajarkan siswa, baik dalam berpikir maupun bersikap.
Banyak strategi pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam upaya
meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pemilihan pendekatan yang tepat
selain dapat mengatur siswa di dalam kelas, juga dapat memberikan motivasi serta
2 Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), h.3 3 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h.128.
4
dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya secara optimal, dengan
demikian siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru, akan tetapi siswa dapat
memahami konsep matematika secara utuh karena adanya interaksi antara siswa
dengan guru maupun siswa dengan siswa lainnya.
Salah satu bentuk strategi pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam
pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan
pembelajaran aktif agar belajar mengajar tidak hanya berpusat pada guru, tetapi
siswa juga dapat menggali potensi yang mereka miliki untuk memahami suatu
materi pelajaran. Pembelajaran yang dapat menumbuhkan suasana sedemikian
rupa sehingga siswa akif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan,
dan pembelajaran aktif mempunyai beberapa metode yang bisa digunakan salah
satunya ialah pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan
pertanyaan (learning stars with a question), yaitu metode yang mengajak siswa
untuk dapat bertanya dan menemukan jawaban dari pertanyaan yang mereka
ajukan dengan berdiskusi sesama kelompoknya agar mereka lebih mengerti materi
yang diajarkan oleh guru. Sebelum mereka mengemukakan pertanyaan terlebih
dahulu mereka harus membaca dan memahami materi yang diberikan oleh guru
agar mereka bisa mengemukakan pertanyaan yang mereka ingin ajukan dari
materi yang belum mereka pahami.
Strategi pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan
pertanyaan (learning stars with a question) diharapkan dapat mengoptimalkan
proses pembelajaran matematika di kelas karena dengan strategi ini siswa
diharuskan untuk memahami materi yang akan diberikan oleh guru dengan cara
mendiskusikannya sesama kelompoknya, selain itu mereka juga diminta untuk
membuat pertanyaan-pertanyaan dari materi yang belum mereka pahami dengan
cara seperti itu diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar
matematikanya, atas dasar hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: ”Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Metode Memulai
Pelajaran dengan Pertanyaan (Learning Starts With a Question) Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa”.
5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, terdapat
beberapa masalah yang dapat dikemukakan, antara lain:
1. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika masih rendah
2. Kualitas pendidikan matematika di Indonesia saat ini masih rendah.
3. Pembelajaran matematika selama ini dirasakan belum bermakna bagi siswa
4. Praktik pendidikan yang selama ini berlangsung di sekolah masih jauh dari
hakikat pendidikan yang sesungguhnya.
5. Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode
memulai pelajaran dengan pertanyaan dapat dianggap meningkatkan hasil
belajar matematika siswa.
C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini masalah yang disajikan dibatasi pada strategi
pembelajaran yang digunakan yaitu strategi pembelajaran aktif dengan metode
memulai pelajaran dengan pertanyaan yang pada hakikatnya bertujuan untuk
merangsang siswa secara aktif untuk menggali informasi tentang materi yang akan
dipelajari sebelum guru mengajarkannya di kelas. Selain itu juga dibatasi pada
hasil belajar matematika siswa yang dinilai pada aspek kognitif, pokok bahasan
segiempat
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah
maka perumusan masalah dalam penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil belajar matematika dengan strategi pembelajaran
konvensional? 2. Bagaimana hasil belajar matematika dengan strategi pembelajaran aktif
dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question)?
6
3. Apakah ada pengaruh startegi pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) terhadap hasil belajar matematika siswa?
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Hasil belajar matematika dengan strategi pembelajaran konvensional. 2. Hasil belajar matematika dengan strategi pembelajaran aktif dengan metode
memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question). 3. Pengaruh startegi pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran
dengan pertanyaan (learning starts with a question) terhadap hasil belajar matematika siswa.
F. Manfaat Penelitian Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1. Peneliti, dapat memperluas wawasan tentang cara pembelajaran matematika
dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran
dengan pertanyaan (learning starts with a question)
2. Siswa, mendapat pengalaman belajar matematika melalui strategi
pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning
starts with a question) untuk dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa.
3. Guru, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu strategi pembelajaran yang
dapat diaplikasikan dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
4. Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan
atau menerapkan strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran
dengan pertanyaan (learning starts with a question) di kelas-kelas lain.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan hal yang penting dalam dunia pendidikan, karena dengan
belajar maka kita dapat mengetahui segala hal, dari yang tidak tahu menjadi tahu,
dari yang tidak bisa menjadi bisa. Belajar juga merupakan kewajiban bagi setiap
Muslim untuk menambah pengetahuan dan mengoptimalkan potensi yang Allah
anugerahkan. Begitu pentingnya belajar dalam Islam hingga Allah menjanjikan
akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dan bertakwa. Hal ini
dinyatakan dalam surat Al-Mujadilah:11 yang artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis",
maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (Q.S. Al-Mujadilah: 11). Begitulah Islam memuliakan orang-orang
yang belajar atau menuntut ilmu.
Menurut Asep Herry Hermawan1 belajar adalah proses perubahan perilaku,
dimana perubahan perilaku itu dilakukan secara sadar dan bersifat menetap,
perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal perilaku kognitif,
afektif dan psikomotor. Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang
dicapai seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh
langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alami. Sejalan dengan
1 Asep Herry Hermawan, dkk., Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: Upi Press,
2007), h.2.
7
8
pengertian belajar diatas Morgan (Agus Suprijono)2 mendefinisikan belajar yaitu
Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past
experience (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai
hasil dari pengalaman). Sedangkan Gagne mendefisikan belajar adalah perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas. Perubahan
disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan. Harold
Spears berpendapat bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba
sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.
Bagi Hilgard (Wina Sanjaya)3 belajar itu adalah proses perubahan melalui
kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam
kegiatan alamiah. Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas
dikemukakan oleh Howard L. Kingsley (Wasty Soemanto)4 yaitu belajar adalah
proses dimana tinglah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melalui
praktek atau latihan.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, M. Ngalim Purwanto5
mengemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan
pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:
1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan
itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik.
2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus
merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa
lama periode itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan
itu hendaknya akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-
2 Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori & Aplikasi PAKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009), h.3 3 Wina Sanjaya, Kurikulum & Pembelajaran Teori dan Praktik Pemgembangan KTSP, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008) h.229. 4 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.104. 5 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h.84-85
9
hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus
mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh
motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang,
yang biasanya hanya berlangsung sementara.
4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai
aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam
pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan ataupun sikap.
Menurut Wina Sanjaya6 belajar bukanlah sekedar mengumpulkan
pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang,
sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktifitas mental itu terjadi
karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Imam sakroni7
mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, siswa bukan hanya sebagai
objek, tetapi siswa harus aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya.
Semakin aktif siswa berinteraksi, semakin baik hasil perubahan yang didapatnya.
Dari definisi-definisi dan uraian sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang tidak berasal dari
pertumbuhan alami, melainkan melalui suatu proses latihan dan pengalaman yang
bersifat permanen dan perubahan itu mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor, tetapi dari ketiga ranah tersebut ranah kognitiflah yang paling
banyak dinilai guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa
dalam menguasai bahan pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut M. Ngalim Purwanto8 belajar adalah suatu proses yang
menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku
dan atau kecakapan. Dalam belajar banyak sekali faktor yang mempengaruhinya,
6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran..., h.229 7 Imam Sakroni, Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa yang Diajar dengan Metode
Problem Solving dengan Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Problem Posing, (Jakarta: UNJ Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2005),h.23
8 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan..., h.102
10
menurut Wasti Soemanto9 faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan
menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor-faktor Stimuli Belajar
Yang dimaksud dengan stimuli belajar yaitu segala hal di luar individu
yang merangsang individu untuk melakukan kegiatan belajar. Berikut ini
dikemukakan hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimuli belajar:
a) Panjangnya bahan pelajaran
Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan jumlah bahan
pelajaran. Bahan yang terlalu panjang dapat menyebabkan kesulitan siswa
dalam belajar, kesulitan itu tidak semata-mata karena lamanya waktu yang
digunakan untuk belajar, melainkan faktor kelelahan dan kejenuhan siswa.
Semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang juga waktu yang
diperlukan individu untuk mempelajarinya. Bahan yang terlalu panjang
atau banyak dapat menyebabkan kesulitan individu untuk mempelajarinya.
b) Kesulitan bahan pelajaran
Tiap-tiap bahan pelajaran mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda.
Tingkat kesulitan pelajaran mempengaruhi kecepatan siswa dalam
menerima pelajaran. Makin sulit bahan pelajaran, makin lambat siswa
menerimanya. Bahan yang sulit memerlukan aktifitas belajar yang lebih
intensif.
c) Berat-ringannya tugas
Mengenai berat-ringannya tugas hal ini berkaitan dengan kemampuan
individu. Tugas yang sama kesukarannya berbeda bagi masing-masing
individu. Hal ini disebabkan karena kapasitas intelektual dan pemahaman
yang mereka punya tidak sama. Tugas-tugas yang terlalu ringan dapat
mengurangi tantangan belajar, dan tugas-tugas yang terlalu sulit dapat
membuat individu kapok untuk belajar.
d) Suasana lingkungan eksternal
Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal, antara lain:
cuaca, waktu (pagi, siang, sore, malam), kondisi tempat (kebersihan, 9 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.113
11
fasilitas, ketenangan), penerangan dan lain-lain. Faktor-faktor ini
mempengaruhi sikap atau reaksi individu dalam belajar, sebab individu
dalam belajar bereaksi dengan lingkunganya.
2) Faktor-Faktor Metode Belajar
Metode belajar yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi belajar
yang digunakan oleh siswa, maksudnya metode pembelajaran yang digunakan
guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar siswa. Faktor-
faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut:
a) Kegiatan berlatih atau praktek
Kegiatan berlatih dapat diberikan secara terus menerus atau secara
terdistribusi dengan selingan waktu-waktu istirahat. Latihan yang
dilakukan secara terus menerus dapat melelahkan dan membosankan,
sedangkan latihan yang diberikan secara selingan dapat menjaga stamina
dan keinginan belajar.
Jam pelajaran atau latihan yang terlalu lama kurang efektif, semakin
pendek distribusi waktu untuk berlatih, semakin efektiflah latihan itu.
Suatu latihan atau pekerjaan memerlukan waktu untuk istirahat. Lamanya
istirahat tergantung pada jenis tugas yang dipelajari.
b) Overlearning dan drill
Untuk kegiatan yang bersifat abstrak misalnya mengingat dan
menghafal, maka overlearning sangat diperlukan karena overlearning
dilakukan untuk mengurangi kelupaan untuk mengingat keterampilan-
keterampilan yang diberikan tetapi dalam sementara waktu tidak
dipraktekan. Apabila overlearning diberikan untuk keterampilan motorik,
maka drill digunakan untuk berlatih abstrak, misalnya berhitung. Baik
”drill” ataupun ”overlearning” berguna untuk memantapkan reaksi dalam
belajar.
c) Resitasi selama belajar
Resitasi lebih cocok untuk diterapkan pada belajar membaca atau
belajar hafalan. Setelah diadakan kegiatan membaca atau penyampaian
materi, kemudian siswa berusaha untuk menghafalnya tanpa melihat
12
bacaannya, jika dia telah menguasai suatu bagian, dapat melanjutkan
kebagian selanjutnya dan seterusnya.
d) Belajar dengan keseluruhan dan bagian-bagian
Belajar dari keseluruhan ke bagian-bagian adalah lebih
menguntungkan daripada belajar mulai dari bagian-bagian, karena mulai
dari keseluruhan individu menemukan set yang tepat untuk belajar.
Kelemahannya adalah memerlukan banyak waktu dan pemikiran sebelum
belajar yang sesungguhnya berlangsung.
e) Pengenalan tentang hasil-hasil belajar
Dalam proses belajar, individu sering mengabaikan tentang
perkembangan hasil belajar selama dalam belajarnya. Penelitian
menunjukkan, bahwa pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan
belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang
sudah tercapai, seseorang akan lebih berusaha menigkatkan hasil
belajarnya.
f) Penggunaan modalitas indra
Modalitas indra yang digunakan masing-masing individu tidak sama.
Ada tiga impresi yang penting dalam belajar, yaitu: oral, visual, dan
kinestetik. Ada individu yang lebih berhasil belajarnya dengan
menggunakan oral yaitu pendengaran, dalam belajar ia perlu membaca
atau mengucapkan pelajaran dengan nyaring ataupun mendengarkan orang
lain membaca. Ada yang belajar menekankan impresi visual yaitu
penglihatan, dimana dalam belajar ia harus banyak menggunakan fungsi
indra penglihatan. Begitu pula ada yang belajar dengan menekankan
impresi kinstetik dengan banyak menggunakan fungsi motorik. Disamping
itu ada juga yang belajar menggunakan kombinasi impresi indra.
g) Bimbingan dalam belajar
Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh guru atau orang lain
cenderung membuat sipelajar menjadi tergantung. Bimbingan harus
diberikan dalam batas-batas yang wajar, hal yang terpenting ialah
13
memberikan modal kecakapan pada individu sehingga dapat melaksanakan
tugas dengan sedikit bantuan dari orang lain.
3) Faktor-Faktor Individu
Faktor-faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar
seseorang, adapun faktor-faktor individual itu menyangkut hal berikut:
a) Kematangan
Kematangan pada individu terjadi karena proses pertumbuhan
fisiologisnya. Kematangan memberikan kondisi dimana fungsi-fungsi
fisiologis termasuk sistem saraf dan otak menjadi berkembang. Dengan
berkembangnya sistem saraf dan otak hal ini dapat menumbuhkan
kapasitas mental seseorang dan mempengaruhi dalam hal belajar.
b) Faktor usia kronologis
Pertambahan dalam hal usia selalu dibarengi dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan. Semakin tua usia individu semakin
meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya. Usia kronologis
merupakan faktor penentu daripada tingkat kemampuan belajar individu.
Anak yang lebih tua lebih bisa mengerjakan tugas-tugas yang lebih berat
dibandingkan anak yang lebih muda.
c) Faktor perbedaan jenis kelamin
Fakta menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara pria
dan wanita dalam hal intelegensi. Hingga saat ini belum petunjuk yang
menguatkan tentang adanya perbedaan skill, minat, kemampuan dalam hal
belajar dari perbedaan jenis kelamin.
d) Kondisi kesehatan jasmani
Orang yang belajar memerlukan kondisi badan yang sehat, orang yang
sakit tidak dapat menerima pelajaran dengan efektif.
e) Kondisi kesehatan rohani
Gangguan serta cacat mental yang dialami seseorang sangat
mempengaruhi hal belajar orang yang bersangkutan. Bagaimana orang
bisa belajar dengan baik jika ia mengalami kesedihan, frustasi, atau sakit
ingatan?
14
f) Motivasi
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif dan tujuan
sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar, motivasi adalah penting
bagi proses belajar, karena motivasi dapat menggerakan organisme agar
dapat belajar dengan baik untuk mencapai tujuan.
c. Cara Belajar yang Baik
Menurut Syaiful Sagal10 proses pembelajaran tidak selalu efektif dan efisien,
sehingga hasilnya tidak selalu optimal, karena terdapat beberapa hambatan yang
dialami selama proses belajar berlangsung. Cara belajar yang baik secara umum
menggambarkan bahwa:
1) Belajar secara efisien (mampu) yang ditampakkan pada komitmen yang
tinggi untuk memenuhi waktu yang telah diatur, rajin melaksanakan tugas-
tugas belajar, sungguh-sungguh menerima pelajaran, cahaya ruang belajar
yang cukup dan lingkungan yang tenang, dan tersedia buku pelajaran yang
baik dan cukup di sekolah (perpustakaan).
2) Mampu membuat berbagai catatan yaitu selalu mencatat pelajaran dan
tertib dalam membuat catatan.
3) Mampu membaca, yaitu mampu memahami isi bacaan dari mata pelajaran,
mampu membaca cepat (bagi siswa tertentu 1 halaman 1 menit), mata
pelajaran yang dibaca lama tersimpan dalam ingatan, tahu mana yang
perlu dihafal mana yang tidak, membaca utuh bukan bagian-bagian.
4) Siap belajar, yaitu belajar sebelum dan sesudah mengikuti mata pelajaran,
menguasai atau memahami isi bacaan dari materi pelajaran, belajar
berangsur atau bertahap agar tidak jenuh, dan mengulang bacaan untuk
mengokohkan ingatan.
5) Keterampilan belajar yaitu membaca cepat dan faham apa yang dibaca,
mencatat materi pelajaran secara sistematis, memiliki kemampuan bahasa
untuk memahami pelajaran, mampu mengerjakan hitungan sesuai tingkat
10 Syaiful Sagal, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika
Belajar dan Mengajar, (Bandung: ALVABETA, cv, 2008),h.58
15
sekolahnya, dan mengerti serta mampu menyatakan pikirannya dalam
bentuk tulisan maupun lisan.
6) Memahami perbedaan belajar pada tingkat sekolah seperti SD, SLTP dan
SMU yaitu apa yang dipelajari jauh lebih banyak, berusaha belajar secara
mandiri, ada keseimbangan belajar tatap muka di kelas dengan belajar
sendiri, dan pengendalian belajar tidak ketat agar tidak jenuh dan kaku.
7) Dukungan orangtua yang faham akan perbedaan belajar dimasing-masing
tingkatan sekolah dimana anaknya belajar.
8) Status harga diri lebih atau kurang.
d. Pengertian, Karakterisik dan Kegunaan Matematika
1) Pengertian Matematika
Menurut Erna Suwangsih dan Tiurlina11 kata matematika berasal dari bahasa
Latin mathematika yang pada mulanya diambil dari basaha Yunani itu
mathematike yang berarti mempelajari. Kata itu mempunyai asal kata mathema
yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berhubungan dengan kata
lain yang hampir sama, yaitu mathen atau mathenein yang artinya belajar atau
berfikir. Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu
pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar). Selain dari asal katanya
matematika juga didefinisikan oleh beberapa para ahli diantaranya, James dan
James (Erna Suwangsih dan Tiurlina)12, menurutnya matematika adalah ilmu
tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar
yaitu aljabar, analisis dan geometri. Reys mendefinisikan matematika adalah
telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni,
suatu bahasa dan suatu alat.
11 Erna Suwangsih dan Tuirlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: Upi Press,
2006),h.3. 12 Erna Suwangsih dan Tuirlina, Model Pembelajaran..., h.4
16
Menurut Kline (Mulyono Abdurahman)13 matematika merupakan bahasa
simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi tidak
juga melupakan cara bernalar induktif. Selanjutnya, Paling mengemukakan
bahwa, matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan
pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan
dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-
hubungan.
Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu
logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Melalui penggunaan
abstraksi dan penalaran logika, matematika dikembangkan dari pencacahan,
penghitungan, dan pengkajian sistematik terhadap bentuk dan gerak objek-objek
fisika. Pengetahuan dan penggunaan matematika dasar selalu menjadi sifat
melekat dan bagian utuh dari kehidupan individual dan kelompok. Menurut TIM
MKPBM jurusan pendidikan matematik UPI14 matematika hanyalah sebagai alat
untuk berfikir, fokus utama belajar matematika adalah memberdayakan siswa
untuk berfikir mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan
oleh ahli-ahli sebelumnya.
Dari beberapa pendapat di atas, memang tidak mudah untuk mendefinisikan
matematika secara tepat mengingat matematika memiliki cakupan yang luas.
Namun, penulis menyimpulkan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis
yang terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis, dan geometri dengan
ciri utama penggunaan cara bernalar deduktif dengan tidak melupakan cara
bernalar induktif yang didapat melalui proses berpikir.
13 Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h.252. 14 TIM MKPBM jurusan pendidikan matematik, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
(Bandung: JICA UPI, 2001),h.73
17
2) Karakteristik Matematika
Matematika berbeda dengan ilmu yang lainya, dari definisi yang telah
diungkapkan di atas matematika memiliki karakteristik, diantaranya:
a) Matematika memiliki objek kajian yang abstrak
Objek dasar yang dipelajari matematika merupakan sesuatu yang abstrak,
sering juga disebut objek mental. Menurut A. Saepul Hamdani15 objek-objek
itu merupakan objek pikiran. Objek dasar itu meliputi:
i) Fakta, yaitu berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol
tertentu. Contoh: ”3+4” yang dipahami sebagai ”tiga tambah empat”
ii) Konsep, ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau
mengklarifikasikan sekumpulan objek. Apakah objek itu merupakan
sekumpulan konsep atau bukan. Contoh: ”Segitiga” adalah suatu konsep.
Dengan konsep itu kita dapat membedakan mana yang merupakan contoh
segitiga dan mana yang bukan. Konsep berhubungan erat dengan definisi.
Definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan adanya
definisi orang dapat membuat ilustrasi, gambar atau lambang dari konsep
yang didefinisikan.
iii) Prinsip, secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah
hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa
aksioma, teorema, sifat dan sebagainya. Contoh: Teorema Phytagoras.
iv) Operasi, pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan matematika
yang lain. Contoh: Penjumlahan, Perkalian, konjungsi, disjungsi, dan lain
sebagainya.
b) Bertumpu pada kesepakatan
Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting.
Sebagai contoh adalah lambang bilangan yang digunakan sekarang: 1, 2, 3,
lambang operasi perhitungan yang digunakan seperti penjumlahan (+),
pengurangan (-), perkalian (x), pembagian (:) dan seterusnya merupakan
contoh sebuah kesepakatan dalam matematika.
15 A. Saepul Hamdani dkk, Matematika 1 Edisi Pertama Paket 1-7, (Surabaya: LAPIS-PGMI,
2008), h.2-6.
18
c) Berpola pikir deduktif
Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan sebagai pemikiran
yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan dan diarahkan pada
hal yang bersifat khusus. Contoh: seorang siswa atau siswi telah memahami
konsep lingkaran. Ketika berada di dapur siswa dapat menggolongkan
peralatan dapur yang berbentuk lingkaran dan yang bukan. Ketika siswa-siswi
mampu menunjukkan peralatan yang berbentuk lingkaran maka siswa-siswi
tersebut telah menggunakan pola pikir deduktif. Contoh lainnya ialah ketika
seorang siswa sudah mengerti konsep pembagian dan dia akan membagikan
beberapa kue yang dimilikinya kepada beberapa orang temannya dengan
pembagian yang sama rata. Ketika siswa mampu membagi kue-kue yang
dimilikinya sama rata kebeberapa orang temannya maka siswa tersebut telah
menggunakan pola pikir deduktif.
d) Memiliki simbol yang kosong dari arti
Secara umum simbol matematika sesungguhnya kosong dari arti. Simbol
akan bermakna bila kita mengaitkannya dengan konteks tertentu. Contoh:
tanda ”+” belum tentu berarti operasi tambah untuk dua bilangan, tanda ”-”
belum tentu berarti operasi pengurangan untuk dua buah bilangan.
e) Memperhatikan semesta pembicaraan
Sehubungan dengan pernyataan tentang kekosongan arti simbol dan tanda
dalam matematika di atas, ditunjukkan dengan jelas bahwa dalam penggunaan
matematika diperlukan kejelasan lingkup model itu dipakai. Bila lingkup
pembicaraannya bilangan, maka simbol-simbol itu diartikan suatu bilangan.
Bila lingkup pembicaraannya transformasi, simbol-simbol itu diartikan suatu
transformasi.
f) Konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika terdapat banyak sistem. Dalam tiap-tiap sistem berlaku
konsistensi, yaitu dalam setiap sistem tidak boleh terdapat kontradiksi. Suatu
teorema ataupun suatu definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang
telah ditetapkan terlebih dahulu. Konsistensi itu berlaku baik dalam makna
maupun dalam hal penilaian kebenarannya.
19
3) Kegunaan Matematika
Menurut Erna Swaningsih dan Tirulina16 dalam kehidupan sehari-hari
matematika memiliki beberapa kegunaan, diantaranya:
a) Matematika sebagai ilmu pelayan yang lain
Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembanganya bergantung dari
matematika.
Contoh:
- Penemuan dan pengembangan teori mandel menggunakan konsep
probabilitas dalam ilmu biologi
- Untuk memecahkan masalah tentang kelistrikan digunakan perhitungan
bilangan imajiner
- Matematika digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk dalam ilmu
kependudukan
- Pada ilmu pendidikan dan psikologi, khususnya dalam teori belajar, selain
digunakan statistik juga digunakan persamaan matematis untuk
menyajikan teori atau model dari penelitian.
- Barisan bilangan digunakan untuk merancang alat musik pada seni musik.
- Banyak teori-teori dari fisika dan kimia (modern) yang ditemukan dan
dikembangkan melalui konsep kalkulus.
- Dengan matematika, Einstein membuat rumus yang dapat digunakan
untuk menaksir jumlah energi yang diperoleh dari ledakan atom.
- Konsep transformasi geometrik digunakan untuk melukis mozaik pada
seni grafis.
- Konsep fungsi kalkulus tentang diferensial dan integral digunakan dalam
teori ekonomi untuk mengetahui permintaan dan penawaran
b) Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam
kehidupan sehari-hari
Contoh:
- Memecahkan persoalan kehidupan sehari-hari.
16 Erna Suwangsih dan Tuirlina, Model Pembelajaran..., h.9-10
20
- Pada melakukan transaksi jual beli, maka manusia memerlukan proses
perhitungan matematika yang berkaitan dengan bilangan dan operasi
hitungnya.
- Menghitung jarak yang ditempuh dari satu tempat ketempat yang lain
e. Hasil Belajar Matematika
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada
individu yang belajar. Imam Sakroni17 mengatakan bahwa tujuan proses belajar
mengajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat
dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajar.
Perubahan perilaku itu merupakan perolehan hasil belajar. Menurut Agus
Suprijono18 hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne,
hasil belajar berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam pemecahan masalah.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian objek tersebut.
Jika belajar menimbulkan perubahan perilaku, maka hasil belajar merupakan
hasil perubahan perilakunya. Menurut Purwanto19 karena perubahan perilaku
menunjukkan perubahan perilaku kejiwaan yang meliputi domain kognitif, afektif, 17Imam sakroni, Perbedaan Hasil...,h.24 18 Agus Suprijono, Cooperatif Learning…, h.5 19 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.48
21
dan psikomotorik. Sejalan dengan hal tersebut menurut Bloom (Agus
Suprijono)20, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Berikut ini penjelasan tentang ketiga aspek tersebut:
1) Domain kognitif
Menurut taksonomi bloom (Tatang M. Amirin21, Prasetyo W.Wijaya22),
penjabaran masing-masing level pada domain kognitif sebagai berikut:
a) Level 1 Remember (mengingat) yaitu memunculkan kembali apa yang
sudah diketahui dan tersimpan dalam ingatan jangka-panjang. Kerja otak
kita hanya mengambil informasi dalam satu langkah dan menulis
informasi apa adanya.
Contoh: Apa rumus untuk mencari luas persegi?
Untuk menjawab soal level 1, kerja otak kita adalah mencari dan kegiatan
berpikir praktis tidak ada. Seperti pada soal di atas kita cukup mencari
rumus mencari luas persegi yaitu s2
b) Level 2 Understand (paham, memahami) yaitu menegaskan pengertian
atau makna bahan-bahan yang sudah diajarkan, mencakup komunikasi
lisan, tertulis, maupun gambar. Kerja otak kita mengambil informasi
dalam satu langkah dan menjelaskannya secara lugas.
Contoh: Jelaskan apa perbedaan dari luas persegi dan keliling persegi?
Untuk menjawab soal level 2, otak kita akan mengambil informasi tentang
luas dan keliling persegi dalam sekali langkah. Kemudian kita akan
menjelaskan luas dan keliling persegi itu secara bersama-sama untuk
mengetahui perbedaannya. Penjelasannya menggunakan bahasa kita
sendiri. Maka dari itu pada level ini, jawaban akan sangat bervariasi. Jadi
dalam memeriksanya kita melihat apakah jawaban yang diberikan sudah
mengandung poin-poin penting.
20 Agus Suprijono, Cooperatif Learning…, h.6 21 Tatang M. Amirin, Taksonomi Bloom Versi Baru, http://tatangmanguny.wordpree.com/2010/01/
19/taksonomi-bloom-versi-baru/05 Maret 2010,h.11-12 22 Prasetyo W. Wijaya, Mengetahui Level Soal Matematika dengan Taksonomi Bloom, http://www
docstoc.com /docs/4956972/Mengetahui-level-soal-matematika-dengan-taksonomi-bloom
22
Perbedaan luas dan keliling persegi adalah sebagai berikut:
No Item Luas Persegi Keliling Persegi
1. Rumus s2 4s
2. Yang diukur Luas Persegi
Bidang yang diarsir
pada persegi
diatas adalah luas
bidang.
Luas persegi
adalah mencari luas
bidang yang diarsir
Panjang garis yang
mengelilingi bidang persegi
Garis tebal yang
mengelilingi
persegi diatas
adalah keliling.
Keliling persegi
adalah mencari
panjang dari garis
itu.
c) Level 3 Apply (menerapkan) yaitu melakukan sesuatu, atau menggunakan
sesuatu prosedur dalam situasi tertentu. Kerja otak kita mengambil
informasi dalam satu langkah dan menerapkan informasi itu untuk
memecahkan persoalan yang ada.
Contoh: Berapa luas persegi dengan sisi 8cm?
Untuk menjawab soal level 3, kita akan mencari permasalahannya terlebih
dahulu. Setelah diketahui permasalahannya adalah mencari luas persegi,
kemudian kita mencari rumus mencari luas persegi. Setelah itu langsung
diterapkan dan bisa memecahkan permasalahan.
Rumus luas persegi = s2
Diketahui : s = 8 cm
23
Jawab : Luas persegi = s2
= 82
= 64 cm2
d) Level 4 Analyze (analisis) yaitu menguraikan sesuatu ke dalam bagian-
bagian yang membentuknya dan menetapkan bagaimana bagian-bagian
atau unsur-unsur tersebut satu sama lain saling terkait, dan bagaimana
kaitan unsur-unsur tersebut kepada keseluruhan struktur atau tujuan
sesuatu itu. Kerja otak kita mengambil informasi dalam satu langkah dan
menerapkan informasi itu untuk memecahkan persoalan yang ada. Akan
tetapi informasi itu belum bisa memecahkan permasalahan, sehingga
dibutuhkan informasi lagi yang berbeda dari informasi yang sebelumnya
untuk memecahkan permasalahan.
Contoh:
Pak Tani mempunyai pekarangan yang berbentuk persegi dengan sisi 20
m. Tiap 1 m2 pak tani membutuhkan pupuk sebanyak 10 gram. Jika 1
gram pupuk harganya Rp 5000, berapa uang yang harus disediakan pak
tani untuk membeli pupuk?
Untuk menjawab soal di level 4, permasalahannya adalah berapa
uang yang harus disediakan oleh pak tani untuk membeli pupuk yang
cukup untuk pekarangannya. Untuk mengetahui berapa uang yang
disediakan maka dibutuhkan data Jumlah pupuk yang dibutuhkan. Data
Jumlah pupuk ini tidak tersedia jadi harus dicari terlebih dahulu. Untuk
mencari data Jumlah pupuk yang dibutuhkan, diperlukan data luas
pekarangan. Karena takarannya 10 gram pupuk diperuntukkan untuk 1m2.
Data luas pekarangan tidak diketahui, tapi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus luas persegi karena sisi pekarangan diketahui.
Jadi dalam menyelesaikan permasalahan pada level 4 harus
mencari informasi baru dengan data yang telah diketahui. Rumus yang
diberikan tidak serta merta bisa langsung digunakan.
Permasalahan: Berapa Uang yang harus disediakan pak tani untuk
membeli pupuk ?
24
Diketahui : 1 gram pupuk = Rp 5.000
1 m2 = 10 gram pupuk
sisi pekarangan = 20 m
Jawab :
Luas persegi = s2
= 202
= 400 m2
jika 1 m2 = 10 gram pupuk,
maka 400 m2 = 400 x 10 gram pupuk = 4.000 gram pupuk
Jika 1 gram pupuk = Rp 5.000,
Maka 4.000 gram pupuk = 4.000 x Rp 5.000 = Rp 20.000.000
Jadi uang yang harus disediakan pak tani untuk membeli pupuk sebesar
Rp 20.000.000
e) Level 5 Evaluate (evaluasi atau menilai) yaitu menetapkan derajat sesuatu
berdasarkan kriteria atau patokan tertentu. Pada level 5, kita dihadapkan
dalam suatu permasalahan yang menuntut suatu keputusan. Dimana
keputusan ini diambil setelah kita melakukan analisa secara menyeluruh.
Contoh:
Diketahui persegi A mempunyai luas 81 cm2 dan persegi B mempunyai
keliling 24 cm. Tentukan apakah persegi A dan B merupakan persegi
dengan ukuran yang sama, jelaskan jawabanmu!
Untuk menjawab soal level 5, pertama kali yang kita perlukan
adalah mengetahui syarat persegi dengan ukuran yang sama itu apa?
persegi dikatakan memiliki ukuran yang sama jika luasnya sama atau
kelilingnya sama. Tetapi persegi A diketahui luasnya sedangkan persegi B
diketahui kelilingnya. Sehingga tidak bisa dibandingkan, maka perlu
dicarikan suatu jalan untuk membandingkan kedua persegi.
Selain luas dan keliling, persegi dikatakan sama jika sisinya
memiliki panjang yang sama. Di soal, tidak diketahui sisi persegi A dan B.
Tetapi sisi persegi bisa dihitung jika diketahui luas atau keliling persegi.
25
Setelah itu baru dibandingkan. Jika sisi persegi A sama dengan sisi persegi
B maka persegi A dan persegi B memiliki ukuran yang sama.
Permasalahan : Apakah persegi A dan B memiliki ukuran yang sama?
Diketahui : luas persegi A = 81 cm2
Keliling persegi B = 24 cm
Jawab :
Luas persegi A = sA2
81 = sA2
sA2 = 81
sA = 9 cm
Keliling persegi B = 4sB
24 = 4sB
sB = 424
sB = 7cm
Dibandingkan, sA dengan sB, 9 > 7
Sisi persegi A (sA) lebih besar dari pada sisi persegi B (sB), jadi persegi A
dan persegi B tidak memiliki ukuran yang sama
f) Level 6 Create (mencipta) yaitu memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu
bentuk utuh yang koheren dan baru, atau membuat sesuatu yang orisinil.
Pada level 6, kita diharuskan untuk menghasilkan sesuatu hal/rumus yang
baru yang bisa kita gunakan untuk memecahkan persoalan.
Contoh: Jelaskan secara matematika hubungan antara keliling dan dan
persegi!
Untuk menjawab soal level 6, kita akan memperkirakan hubungan
apa yang bisa terjalin. Secara logika, luas dan keliling persegi pasti
memiliki hubungan karena perseginya sama.
Untuk langkah awal analisanya, kita memunculkan rumus luas dan keliling
persegi terlebih dulu.
· Luas persegi (L) = s2
· Keliling persegi (Kll) = 4s
26
Ternyata dari rumus kita bisa mengetahui bahwa untuk menghitung
luas dan keliling persegi dibutuhkan panjang sisi (s). dari sini kita bisa
membayangkan langkah apa yang akan kita lakukan selanjutnya.
Langkah pertama kita harus mencari rumus menghitung panjang
sisi jika diketahui keliling perseginya. Kemudian memasukkan rumus
panjang sisi ke dalam rumus luas persegi. Setelah penghitungan akan
keluar hasilnya dan hasilnya merupakan rumus baru.
- Kll = 4s
4
Kll = s
s =4
Kll ... (rumus 1)
- L = s2
L = 2
4⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ Kll ... (rumus 1 dimasukan)
L = 16
2Kll
L = 161 Kll2 ... (rumus 2)
Kll2 = 16L
Kll = L16 = 4 L ... (rumus 3)
Jadi hubungan antara keliling dan luas persegi bisa dilihat pada rumus-2
dan rumus-3. Setelah menjawab soal level 6 kita mendapatkan 3 rumus baru.
2) Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan
respons), valuing (nilai), organization (organisasi), dan characterization
(karaktristik)
3) Domain psikomotor meliputi initatoty, pre-routine, dan rountinized.
Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, tekhnik, fisik, social,
manajerial dan intelektual.
27
Sementara menurut Lindgren (Agus Suprijono)23 hasil pembelajaran
meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Jadi dari beberapa
penjelasan terkait hasil belajar oleh beberapa pakar pendidikan diatas, hasil belajar
matematik adalah hasil perubahan tingkah laku yang dialami siswa dalam proses
pembelajaran matematika untuk menyelesaikan masalah yang berkenaan dengan
matematik setelah ia menerima pembelajaran matematik dan perubahan tingkah
laku tersebut umumnya dapat diamati yang menyangkut ranah kognitif yang
berupa nilai.
2. Strategi Pembelajaran Aktif a. Pengertian Strategi Pembelajaran
Menurut Wina Sanjaya dalam Akhmad Sudrajat24 strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-kepuusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian pula, yaitu: (1)
exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning. Ditinjau dari
cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan
antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi
pembelajaran masih bersifat konseptual dan untuk mengimpletasikannya
digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi
merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah
“a way in achieving something”.
Menurut Syaiful Sagal25 pembelajaran ialah membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama
23 Agus Suprijono, Cooperatif Learning…, h.7 24 Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran,
http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran, 12 Januari 2010
25 Syaiful Sagal, Konsep dan Makna...,h.61
28
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau murid. Menurut Asep Herry Hermawan26
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi transaksional antara
guru dan siswa dimana proses tersebut bersifat timbal balik, proses transaksional
juga terjadi antara siswa dengan siswa. Menurut Agus Suprijono27 pembelajaran
berdasarkan makna lesikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Mengajar
menurut William H. Burton (Syaiful Sagal)28 adalah upaya memberikan stimulus,
bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Oemar Hamalik (Asep Herry
Hermawan)29 bahwa ”pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh
oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan
kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran”
Dari pendapat yang dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
strategi pembelajaran penekanannya pada kegiatan belajar siswa yang telah
dirancang oleh guru dengan menggunakan berbagai metode yang telah melalui
prosedur dan terlebih telah dirancang agar terjadi perubahan prilaku secara
komprehensif. Dan yang terpenting dalam pembelajaran adalah adanya
komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa ataupun antara siswa dengan
siswa baik itu secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui media. Jadi,
subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta
didik, bukan berpusat pada guru dan siswa hanya pasif mendengarkan materi yang
diberikan guru.
b. Pengertian Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan
siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam
bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses
26 Asep Herry Hermawan, dkk., Belajar dan..., h.3. 27 Agus Suprijono, Cooperatif Learning…, h.13. 28 Syaiful Sagal, Konsep dan Makna...,h.61 29 Asep Herry Hermawan, dkk., Belajar dan..., h.3
29
pembelajaran tersebut. Ketika peserta didik belajar dengan aktif berarti mereka
yang mendominasi pelajaran. Dengan cara seperti ini berarti mereka
menggunakan otak, baik untuk mengemukakan ide dalam pelajaran, mencari
solusi dalam memecahkan masalah atau mengaplikasikan materi pelajaran yang
telah mereka dapatkan. Dengan belajar aktif peserta didik dilibatkan dalam proses
pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat menciptakan suasana yag
menyenangkan dan mendapatkan hasil yang optimal.
Menurut Hartono30 pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan
penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak
didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik
pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif juga dimaksudkan
untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses
pembelajaran. Mel Siberman31 menyebutkan paham belajar aktif, yaitu:
What I Hear, I Forget
What I hear, see, and ask questions about or discusswith someone else,
I begin to understand.
What I hear, see, discuss, and do, I acqueri knowledge and skill
What I teach to another, I master.
Jika kita hanya mendengar dan tidak melakukan apapun, maka kita akan
lupa, ketika kita tidak hanya mendengar tetapi juga kita diskusikan dengan orang
lain maka kita menjadi paham, dan untuk dapat menguasainya maka kita tidak
cukup mendiskusikan dengan orang lain tetapi ketika kita sudah paham, maka kita
harus mengajarkan kepada orang lain, karena dengan mengajarkan kepada orang
lain kita mengulang kembali pelajaran yang sudah kita dapat.
Belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil
belajar yang maksimum. Karena ketika peserta didik pasif atau hanya
mendengarkan pelajaran cenderung mudah melupakan pelajaran yang telah
30Hartono, Strategi Pembelajaran Aktif, http://sditalqalam.wordpress.com/2008/01/09/strategi-
pembelajaran-active-learning/ 11 Januari 2010 31 Mel Siberman, Active Learning: 101Strategi Pembelajaran Aktif, Terj. Dari Active Learning:
101 Strategies to teach Any Subject oleh Sarjuli dkk, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2002), h. 1-2.
30
diberikan oleh guru. Oleh sebab itu diperlukan perangkat tertentu yang dilakukan
oleh guru untuk dapat mengikat materi pelajaran yang telah diberikan. Belajar
aktif adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengikat informasi yang
didapatkan dan disimpannya di dalam otak. Belajar yang hanya mengandalkan
pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya
disimpan dalam waktu yang lama, sesuai dengan konsep pembelajaran aktif yang
dikemukakan oleh Mell Siberman.
Jadi dari definisi terkait belajar aktif diatas maka dalam pembelajaran aktif,
pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta
didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar
memang proses aktif bagi siswa untuk membangun prses pengetahuannya, bukan
proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru dari materi yang
diajarkan.
c. Urgensi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif penting untuk diterapkan karena di dalamnya terdapat
cara agar siswa dapat belajar secara aktif. Untuk itu, penting pula diuraikan
urgensi dari pembelajaran aktif. Terdapat urgensi penerapan pembelajaran aktif
yang dikemukakan oleh Junaedi dkk32 yaitu:
1) Banyaknya kesempatan untuk membaca, mendengar, melihat, mempraktikkan
dan mendiskusikan materi pembelajaran akan membuat siswa lebih banyak
mengingat sesuatu yang telah dipelajarinya.
2) Aktivitas yang terdapat dalam pembelajaran aktif dapat mencegah terjadinya
sesi monoton sehingga siswa akan lebih banyak memberikan perhatian dan
lebih menikmati sesi pembelajaran.
3) Pembelajaran aktif dapat mengintegrasikan bahan-bahan ataupun pengetahuan
baik yang lama maupun yang baru.
4) Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran karena kemampuan berpikir
siswa akan ditunjukkan dalam proses pembelajaran.
32 Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran Edisi I, (Bandung: UPI PGMI Lapis, 2006), h. 12-9
31
5) Gaya belajar siswa juga dilibatkan saat siswa diberi kesempatan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat mandiri.
6) Siswa akan lebih mampu mengulang langkah-langkah penting jika kegiatan
tersebut dilakukan secara mandiri.
7) Tanggung jawab dan kerjasama yang tinggi sangat dibutuhkan dalam
pembelajaran aktif.
8) Pembelajaran aktif mendorong interaksi tidak hanya antara siswa dengan
siswa yang lain tetapi juga antara siswa dan guru.
9) Keterlibatan siswa secara optimal dalam pembelajaran menyebabkan minat
dan motivasi belajar peserta didik meningkat.
d. Karakteristik Pembelajaran Aktif
Beberapa karakteristik pembelajaran aktif menurut Junaedi dkk33 sebagai
berikut:
1) Pembelajaran tidak ditekankan pada penyampaian informasi oleh guru
melainkan pada eksplorasi informasi dan pembangunan konsep oleh peserta
didik.
2) Atmosfer pembelajaran mendukung atau kondusif mengembangkan
keterbukaan dan penghargaan terhadap semua gagasan peserta didik. Peserta
didik (laki-laki dan perempuan) juga merasa nyaman mengemukakan
pendapat atau menanggapi pendapat orang lain karena lebih banyak
berinteraksi antar peserta didik.
3) Peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah secara pasif melainkan
mengerjakan beberapa hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
4) Peserta didik dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kooperatif yang memerlukan
tanggung jawab indivual sekaligus ketergantungan positif antar anggota
kelompok.
5) Peserta didik juga dirangsang untuk menggunakan kemampuan berpikir kritis
analitis dan evaluatif.
33 Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran...,h.12-15
32
6) Peserta didik terlibat dengan pemanfaatan berbagai sumber belajar baik di
dalam maupun di luar kelas.
7) Guru mendapatkan umpan balik yang lebih cepat tentang proses dan hasil
pembelajaran.
Selain karakteristik diatas, menurut Ari Samadi34 secara umum suatu
proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal:
1) Interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive
interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat
diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar.
2) Setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar
harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap siswa sehingga terdapat
individual accountability.
3) Proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan
tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills.
e. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pembelajaran Aktif
Untuk menerapkan pembelajaran aktif beberapa hal harus diperhatikan agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai sebagaimana mestinya. Melupakan hal-hal ini
dapat saja membuat pembelajaran aktif tidak berhasil dan mengakibatkan tujuan
pembelajaran tidak tercapai.
1) Tujuan pembelajaran aktif harus ditegaskan dengan jelas.
Pembelajaran aktif ditujukan agar siswa secara aktif bertanya dan
menyatakan pendapat dengan aktif selama proses pembelajaran. Dengan
proses seperti ini diharapkan siswa lebih memahami materi pembelajaran.
2) Siswa harus diberitahu apa yang akan dilakukan
Pada saat awal pembelajaran siswa harus diberi penjelasan apa yang akan
dilakukan sehingga siswa dapat mengerti apa yang diharapkan darinya selama
proses pembelajaran. Tekankan penjelasan ini berulang-ulang sehingga siswa
memiliki kesadaran dan keinginan yang tinggi untuk berpartisipasi.
34 Ari Samadi, Pembelajaran Aktif (Active Learning), http://eng.unri.ac.id/download/teaching
improvement/BK2_Teach&Learn_2/Active %20learning_5.doc 11 Januari 2010
33
3) Memberikan pengarahan yang jelas dalam diskusi
Diskusi dalam kelas merupakan tanggungjawab pengajar untuk
menjaganya dalam alur dan tempo yang baik. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam diskusi adalah:
a) Buat ringkasan dan hal-hal penting yang menjadi pendapat siswa serta
kembalikan ke dalam diskusi untuk dapat mengundang pendapat-
pendapat lain,
b) terima terlebih dahulu semua pendapat yang berkembang dan beri
kesempatan yang sama pada pendapat-pendapat lain,
c) tunggu sampai beberapa siswa mengemukakan pendapat sebelum
pengajar memberikan komentar,
d) setiap saat temukan isu penting yang menjadi bahasan dalam materi
pembelajaran dan berikan penjelasan lebih lengkap dan arahkan
diskusi pada isu-isu berikutnya.
4) Pertimbangkan teknik pembelajaran aktif yang dipergunakan
Setiap cara atau teknik dalam pembelajaran aktif memerlukan persiapan-
persiapan yang berbeda tingkat kemudahannya begitu pula dalam
pelaksanaannya. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan dengan baik teknik
yang akan dipergunakan.
5) Penciptaan iklim pembelajaran aktif
Iklim pembelajaran aktif harus dapat diciptakan oleh pengajar. Beberapa
cara untuk menciptakan ini adalah sebagai berikut:
a) Pada awal pertemuan minta siswa untuk menjelaskan ringkasan materi
yang dibahas pada pertemuan sebelumnya.
b) Pada awal pertemuan minta siswa untuk memberikan pandangan serta
perkiraan mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan
tersebut.
c) Berikan contoh-contoh soal dan mintakan siswa untuk
menyelesaikannya secara bersama
d) Secara periodik, hentikan memberi penjelasan dan minta siswa untuk
membuat ringkasan mengenai materi yang telah dibicarakan selama 2
34
menit. Kemudian minta siswa mendiskusikannya dengan teman yang
duduk di sebelahnya selama 2 menit.
e) Bentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas untuk mendiskusikan
suatu topik, latihan mengerjakan soal, atau membuat ilustrasi konsep
yang dipelajari pada saat pertemuan tersebut.
f) Minta siswa pada akhir pertemuan untuk membuat pertanyaan atas
materi pertemuan dan menukarkannya dengan teman yang duduk di
dekatnya, kemudian minta mereka menjawabnya pada pertemuan
berikutnya.
g) Minta siswa untuk menilai learning objective mana yang telah dicapai
dengan pembahasan materi pada pertemuan tersebut.
f. Metode Pembelajaran Aktif Memulai Pelajaran dengan Pertanyaan
(Learning Starts With a Question)
Pada hakikatnya strategi pembelajaran aktif diberikan agar perhatian peserta
didik terhadap materi yang dipelajarinya dapat membuat dirinya memahami
secara utuh materi tersebut. Dari beberapa metode pembelajaran aktif yang ada,
penulis mengambil metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts
with a question) sebagai metode pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian
ini.
Alasan kenapa penulis mengambil metode memulai pelajaran dengan
pertanyaan (learning start with a question) pada penelitian ini adalah metode ini
dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan tanggung jawab belajar
siswa tentang apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan
tidak menakutkan. Strategi memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning start
with a question) merupakan strategi yang menekankan pada keterampilan membaca
dan keterampilan bertanya. Keterampilan membaca diasah ketika siswa membaca dan
memahami materi yang diberikan oleh guru, sedangkan keterampilan bertanya, ketika
siswa menemukan permasalahan yang dihadapai dalam memahami materi dan
menyusunnya menjadi sebuah pertanyaan. Belajar sesuatu yang baru akan lebih
efektif jika peserta didik itu aktif dan terus bertanya ketimbang hanya menerima
35
apa yang disampaikan oleh pengajar. Menurut Hisyam Zaini35 Salah satu cara
untuk membuat peserta didik belajar secara aktif adalah dengan membuat mereka
bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari pengajar. Strategi
ini dapat menggugah peserta didik untuk mencapai kunci belajar yaitu bertanya.
Melalui metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a
question) ini, diharapkan siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam belajar karena
proses belajar siswa melalui beberapa tahap kejenuhan. Tentunya bimbingan guru
dalam melakukan tahap demi tahap akan menambah motivasi siswa dalam belajar.
Metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question)
adalah suatu strategi pembelajaran aktif dalam bertanya, agar siswa aktif dalam
bertanya maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya,
yaitu dengan membaca terlebih dahulu, dengan membaca maka siswa memiliki
gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam membaca
atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat
dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama. Untuk melihat apakah siswa telah
mempelajari materi tersebut, maka guru memberi tugas kepada siswa membuat
daftar pertanyaan, sehingga dapat terlihat berapa persen siswa yang belajar dan
yang tidak belajar. Dengan membaca maka dapat memetik bahan-bahan pokok
yang penting.
Selain alasan yang dikemukakan di atas, juga sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Chotimah di SMA Negeri 1 Comal, pada pelajaran biologi
metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question)
mempunyai pengaruh yang baik terhadap aktifitas dan hasil belajar siswa dan
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayta Safitri di SD Negeri Kedaung
5 Sragen, pada pelajaran biologi dengan metode memulai pelajaran dengan
pertanyaan (learning starts with a question) dapat meningkatkan pemahaman
siswa dalam memahami konsep sistem gerak pada manusia dan hewan serta dapat
menigkatkan prestasi hasil belajar. Sedang dalam matematika metode memulai
pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question) hampir serupa
35 Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008),h.44
36
dengan problem posing yang pada prinsipnya, metode pembelajaran problem
posing adalah metode pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk
mengajukan soal sendiri melalui belajar (berlatih soal) secara mandiri. Istilah
problem posing yang digunakan dalam reformasi dokumen pendidikan
matematika kontemporer menurut Edward A. Silver (Imam Sakroni36), mengacu
pada aktifitas yang agak berbeda, yaitu ”the problem posing itself the focus of
attention” dimana problem posing itu sendiri merupakan fokus perhatian. Dalam
hal ini tujuannya bukan solusi dari problem yang disediakan, tetapi kreasi problem
baru dari suatu situasi atau pengalaman. Proses belajar mengajar dalam problem
posing menekankan perumusan dan penyelesaian dari masalah yang dibuat oleh
siswa.
Langkah-langkah pembelajaran problem posing menurut Bestari Dwi
Handayani37yaitu: 1) memahami soal, 2) merencakan langkah penyelesaian soal
dan 3) menyelesaikan soal tersebut. Dalam menggunakan metode problem posing
guru memulai pelajaran dengan menjelaskan materi kepada siswa dan dilanjutkan
guru memberikan latihan soal-soal secukupnya kepada siswa. Setelah melakukan
latihan soal-soal yang diberikan oleh guru, siswa diminta untuk mengajukan soal
yang menantang dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya.
Selanjutnya secara acak guru mempersilahkan siswa untuk menyajikan soal
temuannya di depan kelas.
Walaupun antara memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with
a question) dan problem posing terdapat kesamaan yaitu kedua metode sama-
sama mengasah kemampuan siswa dalam hal bertanya tetapi terdapat perbedaan
antara metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a
question) dengan problem posing, yaitu pada problem posing guru memulai
pelajaran dengan memberikan materi dan selanjutnya soal-soal latihan
secukupnya, sedangkan pada memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning
starts with a question) guru tidak menjelaskan materi pada awal pelajaran, tetapi
hanya memberikan bahan bacaan dan siswa secara berkelompok memahami dan 36 Imam Sakroni, Perbedaan Hasil...,h.26 37 Bestari Dwi Handayani, Efektifitas Penerapan Metode Problem Posing Dan Tugas Terstruktur
Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa , (Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya, 2008)h.3
37
mendiskusikan bahan ajar yang diberikan oleh guru. Selain itu pada problem
posing siswa harus bisa membuat soal-soal baru yang menantang dan dapat
menyelesaikannya setelah mendengarkan materi dan mengerjakan soal-soal
latihan yang diberikan oleh guru, sedangkan pada memulai pelajaran dengan
pertanyaan (learning starts with a question) siswa mengajukan pertanyaan dari
bahan ajar yang telah mereka diskusikan yang tidak mereka pahami.
Kelebihan memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a
question) dibandingkan problem posing adalah pada memulai pelajaran dengan
pertanyaan (learning starts with a question) siswa harus bisa membaca dengan
baik bahan ajar yang diberikan guru karena membaca adalah kunci dari belajar,
sehingga siswa bisa memahami materi pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
membuat pertanyaan dari bahan ajar yang tidak mereka pahami dan
mendiskusikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah buat agar mereka
benar-benar mengerti maksud dari bahan ajar dan materi yang diberikan oleh
guru. Sedang dalam problem posing guru memberikan materi terlebih dahulu dan
siswa hanya diminta mebuat kreasi soal-soal yang beda dari soal-soal latihan yang
telah diberikan oleh guru.
g. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Memulai Pelajaran dengan
Pertanyaan Aktif (Learning Starts With a Question)
Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam metode memulai pelajaran
dengan pertanyaan (learning starts with a question) adalah:
1) Guru membagikan bahan materi pada setiap pertemuan kepada peserta didik
2) Peserta didik mempelajari bahan materi yang telah dibagikan bersama dengan
teman sekelompoknya
3) Peserta didik memberi tanda bahan materi yang diberikan guru yang tidak
mereka dipahami, kemudian peserta didik membahas poin-point yang tidak
dipahami yang telah diberi tanda bersama dengan temannya.
4) Peserta didik menuliskan pertanyaan yang telah mereka bahas terkait bahan
materi yang telah mereka pelajari.
38
5) Guru mengumpulkan pertanyaan yang telah ditulis oleh peserta didik, lalu
secara bergantian perwakilan tiap kelompok mengemukakan pertanyaannya di
depan kelas dan kelompok lain diberi kesempatan menjawab. Begitu
seterusnya sampai semua kelompok mendapat giliran. Guru hanya berperan
sebagai fasilitator untuk meluruskan yang salah dan menguatkan yang benar.
B. Kerangka Berfikir Fokus utama belajar matematika adalah memberdayakan siswa untuk
berfikir mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh
ahli-ahli sebelumnya. Betapa pentingnya mempelajari matematika karena belajar
matematika adalah belajar tentang kehidupan dan belajar untuk berfikir kritis.
Sehingga siswa merasakan makna matematika dalam kehidupannya sehari-hari.
Oleh karena itu pembelajaran yang diberikan oleh guru harus memperhatikan
model, pendekatan, strategi dan metode yang tepat.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memudahkan
siswa belajar matematika adalah strategi pembelajaran aktif dengan metode
memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a question), sehingga
mendorong siswa untuk dapat mengerti dan memahami materi yang diajarkan
oleh guru. Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang
memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri
baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam
proses pembelajaran tersebut. Ketika peserta didik belajar dengan aktif berarti
mereka yang mendominasi pelajaran, dengan cara seperti ini berarti mereka
menggunakan otak, baik untuk mengemukakan ide dalam pelajaran, mencari
solusi dalam memecahkan masalah atau mengaplikasikan materi pelajaran yang
telah mereka dapatkan. Dengan belajar aktif peserta didik dilibatkan dalam proses
pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat menciptakan suasana yag
menyenangkan dan mendapatkan hasil yang optimal.
Metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts with a
question) dapat membuat suasana kelas menjadi dinamis dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk aktif, karena metode memulai pelajaran dengan
39
pertanyaan (learning starts with a question) adalah suatu strategi pembelajaran
aktif dalam bertanya, agar siswa aktif dalam bertanya maka siswa diminta untuk
mempelajari materi yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih
dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang
akan dipelajari dan membaca merupakan kunci dari pembelajaran sehingga
apabila dalam membaca atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep
akan terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama. Untuk
melihat apakah siswa telah mempelajari materi tersebut, maka guru memberi
tugas kepada siswa untuk membuat daftar pertanyaan, sehingga dapat terlihat
berapa persen siswa yang belajar dan yang tidak belajar dengan membaca maka
dapat memetik bahan-bahan pokok yang penting.
Berdasarkan uraian tersebut terliha adanya keterkaitan antara strategi
pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts
with a question) terhadap hasil belajar matematika siswa dengan demikian diduga
adanya pengaruh strategi pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran
dengan pertanyaan (learning starts with a question) dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa.
C. Hipotesis Penelitian Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang dalam pembelajarannya
menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran
dengan pertanyaan (learning starts with a question) lebih tinggi dari rata-rata hasil
belajar matematika siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan metode
konvensional.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 181 Jakarta Pusat pada kelas VII
semester genap tahun ajaran 2009/2010 dari tanggal 12 Mei sampai dengan 04
Juni 2010.
B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP Negeri 181 Jakarta.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster
random sampling yaitu memilih sampel bukan berdasarkan pada individual, tetapi
berdasarkan subjek yang secara alami berkumpul bersama.
Setelah dilakukan cluster random sampling pada populasi yang akan diteliti
maka didapat sampel untuk penelitian ini adalah kelas VII-1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas VII-3 sebagai kelas kontrol.
C. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuasi
eksperimen, menurut Gempur Santoso1 yaitu apabila pada penelitian tiga prinsip
rancangan penelitian eksperimen (replikasi, randomisasi, dan kontrol) diusahakan
dipenuhi tetapi belum mencapai sempurna (sebenarnya). Peneliti menguji coba
strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan
(learning stars with a question) untuk meningkatkan hasil belajar matematika
siswa dengan membandingkan tes hasil belajar matematika antara siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan
pertanyaan (learning starts with a question) sebagai kelas eksperimen dan siswa
yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional sebagai kelas kontrol.
1 Gempur Santoso, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kulitatif, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2005),h. 32
40
41
Desain penelitian yang digunakan adalah two group randomized subjects
pretest posttest. Desain penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 1 sebagai
berikut:
Tabel 1
Desain Penelitian Two Group Randomized Subjects Pretest Posttest
Kelompok Pretest Treatmen Posttest
ER)( Y EX Z
KR)( Y - Z
Keterangan:
: Kelompok eksperimen ER)(
: Kelompok kontrol KR)(
Y : tes awal yang diberikan
EX : Perlakuan Kelompok eksperimen
Z : Tes yang diberikan
D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes hasil belajar
matematika untuk mengukur hasil belajar matematika siswa. Tes tersebut
sebelumnya diuji cobakan kepada 30 orang siswa kelas VII-6 SMP Negeri 40
untuk menentukan validitas tiap butir, reliabilitas instrumen, uji tingkat kesukaran
dan uji daya pembeda.
1. Uji Coba Instrumen
a. Uji Validitas
Untuk mengukur validitas butir soal atau validitas item pada tes hasil belajar
matematika digunakan korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut:
rxy( )( )
( ) ( )∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑∑ −−
−=
}}{{ 2222 YYnXXn
YXYXn
iI
Ii
42
Keterangan:
rxy = koefisien validitas instrument
X i = skor-skor tiap item ke-i
Y = skor total item
Dengan kriteria, jika r < rtabel, maka item dinyatakan tidak valid tetapi
Jika , maka item dinyatakan valid. Pada taraf siginifikasi 5%. Dari
hasil uji validitas 10 soal yang diujicobakan terdapat 5 soal yang valid (pada
lampiran 12) dan soal yang tidak valid selanjutnya dibuang.
hitung
tabelhitung rr ≥
b. Uji Reliabilitas
Suatu alat ukur memiliki reliabilitas yang baik jika alat ukur itu memiliki
konsistensi yang handal walau dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama),
dimanapun dan kapanpun. Untuk mengukur koefisien reliabilitas instrumen tes
hasil belajar matematika digunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡−⎥⎦
⎤⎢⎣⎡
−= ∑
2
2
11 t
iit s
sn
nr
Keterangan: rit = koefisien reliabilitas instrumen n = banyaknya butir soal ∑ 2
is = jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians skor total 2ts
Klasifikasi reliabilitas yang digunakan menurut M. Subana dan Sudrajat
mengacu2 pada klasifikasi interpetasi korelasi yaitu sebagai berikut:
2 Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia,
2005),h.132
43
Tabel 2
Klasifikasi Interpretasi Korelasi
Nilai Korelasi Interpretasi
11r ≤ 0,20 0,20 ≤< 11r 0,40 0,40 ≤< 11r 0,70 0,70 ≤< 11r 0,90 0,90 ≤< 11r 1,00
=11r 1,00
Tidak ada korelasi Korelasi rendah
Korelasi sedang Korelasi tinggi
Korelasi sangat tinggi Korelasi sempurna
Dari uji reliabilitas yang dilakukan pada butir soal yang valid didapatkan
reliabilitas sebesar 0,71 (pada lampiran 13) dengan tingkat reliabilitas pada
interpretasi korelasi tinggi.
c. Uji Pembeda Butir Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan
antara siswa yang menjawab dengan benar (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang menjawab salah (berkemampuan rendah). untuk mengetahui daya pembeda
tiap butir soal digunakan rumus:
B
B
A
AP J
BJB
D −=
Keterangan:
Dp = Indeks daya pembeda suatu butir soal
BA = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab salah
JA = Banyaknya siswa pada kelompok atas
JB = Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal
digunakan kriteria sebagai berikut:
44
Tabel 3
Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Nilai Dp Interpretasi
Dp = 0,00
0,00 < Dp ≤ 0,20
0,20 < Dp ≤ 0,40
0,40 < Dp ≤ 0,70
0,70 < Dp ≤ 1,00
Sangat jelek
Jelek
Cukup
Baik
Sangat baik
Dari uji daya pembeda butir soal yang dilakukan terhadap uji coba
instrumen tes, didapatkan soal dengan kriteria sangat baik sebesar 10%, baik 30%,
cukup 30% dan jelek 30% (pada lampiran 15)
d. Uji Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran untuk setiap item soal menunjukkan apakah butir soal itu
tergolong sukar, sedang atau mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap
butir soal berbentuk uraian digunakan rumus:
JSBP =
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa
Tolak ukur untuk menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir soal
digunakan kriteria sebagai berikut:
45
Tabel 4
Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran
Nilai Dp Interpretasi
P = 0,00
0,00 < P ≤ 0,30
0,30 < P ≤ 0,70
0,70 < P ≤ 1,00
P = 1,00
Sangat sukar
Sukar
Sedang
Mudah
Sangat mudah
Dari uji kesukaran butir soal yang dilakukan, didapatkan 50% soal dengan
kriteria sukar, 40% sedang dan 10% mudah (pada lampiran 14).
2. Kisi-kisi Instrumen Tes
Dari uji instrumen yang telah dilakukan, didapatkan 5 butir soal yang valid
dari 10 butir soal yang diberikan, yaitu nomor 1,4,7,8 dan 9 (pada lampiran 12)
dengan taraf kesukaran sedang untuk nomor 1,7, dan 8, mudah nomor 4 dan sukar
untuk nomor 9 (pada lampiran 14). Sedangkan untuk daya pembeda memiliki
kriteria baik untuk nomor 1,4,dan 7, sangat baik untuk nomor 8 dan jelek untuk
nomor 9 (pada lampiran 15)
46
Tabel 5
Kisi-kisi Instrumen Tes Standar Kompetensi : Mengidentifikasi garis, sudut, dan bangun datar serta
dapat menentukan besaran-besaran yang ada di
dalamnya
Nomor Soal No Indikator Soal C1 C2 C3
1. Mencari nilai x dalam bentuk persamaan linear satu variabel
dengan menggunakan sifat diagonal.
2
2. Menentukkan luas bangun datar yang dibentuk oleh dua buah
segiempat
3
3. Menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan
mengaplikasikan rumus keliling bangun datar segiempat
4
4. Menghitung keliling bangun datar yang dibentuk oleh beberapa
bangun segiempat
1
5. Menghitung besar sudut belah ketupat yang diketahui besar dari
sebagian salah satu sudutnya
5
E. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif, yaitu suatu teknik analisis
yang dilakukan dengan perhitungan, karena berhubungan dengan angka, yaitu
skor tes hasil belajar matematika yang diberikan kepada kedua kelompok sampel.
Dari data yang telah diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan statistik dan
melakukan perbandingan terhadap dua kelas tersebut untuk mengetahui kontribusi
strategi pembelajaran aktif tipe memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning
start with a question) terhadap hasil belajar matematika siswa, namun sebelumnya
dilakukan terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas,
sebagai berikut:
47
1. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
Langkah-langkah uji normalitas adalah:
1) Menentukan Hipotesis Statistik
Pengujian normalitas menggunakan hipotesis statisistik sebagai
berikut:
0H : Populasi berdistribusi normal.
1H : Populasi tidak berdistribusi normal.
2) Menentukan statistik uji
Untuk menguji hipotesis statistik digunakan statistik uji sebagai
berikut:
( )22
i
ii
eeo −
Σ=χ
Keterangan: 2χ = statistik uji khi kuadrat
io = frekuensi pengamatan ke-i
ie = frekuensi harapan ke-i
3) Dengan kriteria uji sebagai berikut:
Tolak jika 0H χ 2hitung > 1,
2−kαχ
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok sampel berasal dari populasi yang sama (homogen) atau tidak.
Dalam penelitian ini, pengujian homogenitas menggunakan uji Fisher (F).
Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:3
1) Menentukan hipotesis
H0 : 22
21 σσ =
3 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), Cet. III, h. 250.
48
H1 : 22
21 σσ ≠
2) Cari Fhitung dengan rumus:
terkecilVarians terbesarVariansF =
3) Hitung Ftabel dengan rumus:
( )1,1
2tabel
21
FF−−
=nnα
4) Tentukan kriteria pengujian H0, yaitu:
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak
Adapun pasangan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Kedua kelompok sampel memiliki varians yang sama.
H1 : Kedua kelompok sampel memiliki varians yang berbeda.
2. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data dan pada uji normalitas
didapatkan bahwa kelompok ekperimen dan kontrol berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Langkah-langkah untuk
menguji hipotesis adalah:
a. Menentukan hipotesis deskriptif
0H : Rata-rata hasil belajar matematika kelas yang menggunakan
metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning starts
with a question) sama dengan kelas yang menggunakan metode
konvensional.
1H : Rata-rata hasil belajar matematika matematika kelas yang
menggunakan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan
(learning starts with a question) lebih dari kelas yang
menggunakan metode konvensional.
49
b. Menentukan hipotesis statistik
0H : 21 μμ =
: 1H 21 μμ >
Keterangan:
1μ = skor rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen
2μ = skor rata-rata hasil belajar matematika kelas kontrol
c. Hitung statistik uji t
1) Jika varian populasi homogen:
21
21
11nn
S
XXt
gab
hitung
+
−= dengan S2 =
( ) ( )2
11
21
222
211
−+−+−
nnSnSn
Keterangan:
t : harga uji statistik hitung
1X : skor rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen
21X : skor rata-rata hasil belajar matematika kelas kontrol
gabS : varian gabungan
1n : jumlah sampel kelas eksperimen
: jumlah sampel kelas kontrol 2n
2) Jika varian populasi heterogen:
t =hitung
2
22
1
21
21
nS
nS
XX
+
−
Keterangan:
t : harga uji statistik hitung
1X : skor rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen
21X : skor rata-rata hasil belajar matematika kelas kontrol 2
1S : varian kelompok eksperimen 2
2S : varian kelompok kontrol
50
1n : jumlah sampel kelas eksperimen
: jumlah sampel kelas kontrol 2n
d. Menentukan kriteria uji
Tolak jika atau terima jika 0H tabelhitung tt > 0H tabelhitung tt <
Sedangkan jika pada uji normalitas diperoleh bahwa kelompok eksperimen
dan atau kelompok kontrol tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal,
maka untuk menguji hipotesis digunakan uji non parametrik. Adapun jenis uji non
parametrik yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Mann-Whitney (Uji
“U”) untuk sampel besar dengan taraf signifikasi α =0,05. rumus Uji Mann-
Whitney (Uji “U”) yang digunakan yaitu:
U = n1n2+ 21)(nn 11 + -R1,
Dimana,
U : Statistik Uji Mann Whitney
n1,n2 : Ukuran sampel pada kelompok 1 dan 2
R1 : Jumlah ranking pada sampel dengan ukuran n1 (n terkecil)
Untuk sampel berukuran besar (n > 20), dapat digunakan pendekatan ke
distribusi normal dengan bentuk statistik sebagai berikut:
z =
12)1(
22121
21
++
−
nnnn
nnU
z = u
uUσμ−
dimana, z : statistik uji z yang berdistribusi normal N(0,1).
Dengan hipotesis statistik
H0 : z = z0
H1 : z > z1
Dan kriteria pengujian
Jika p ≤ α , maka tolak H0
Jika p > α , maka terima H0
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Pokok bahasan matematika yang diajarkan pada penelitian ini adalah
segiempat. Sebelum dilakukan penelitian penulis terlebih dahulu memberikan
pretes yang berupa soal uraian mengenai segiempat kepada mereka untuk
mengetahui pengetahuan awal mereka tentang segiempat, apakah kedua kelas
yang penulis akan lakukan penelitian mempunyai pengetahuan yang sama tentang
segiempat. Hasilnya didapat rata-rata kelas eksperimen 35,06 dan rata-rata kelas
kontrol 32,68 (pada lampiran 10) serta memiliki homogenitas 1,37 (pada lampiran
11) sehingga kedua kelas tersebut dapat diasumsikan homogen, dan penelitian
tidak dipengaruhi oleh intelegensi siswa. Berikut dideskripsikan data dari kedua
kelompok sample.
1. Data Pretest Matematika Siswa Kelompok Eksperimen
Data pretest matematika siswa kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi berikut:
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Pretest Matematika Kelompok Eksperimen
Frekuensi
Nilai Titik
Tengah (Xi) Absolut
(fi)
Relatif
f (%) Kumulatif (fk)
10-19 14,5 14 38,89 14
20-29 24,5 6 16,67 20
30-39 34,5 1 2,78 21
40-49 44,5 6 16,67 27
50-59 54,5 2 5,56 29
60-69 64,5 2 5,56 31
70-79 74,5 5 13,89 36
51
52
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata kelompok
eksperimen sebesar 35,06, simpangan baku sebesar 780,14 dan varians sebesar
608611,11. Frekuensi terbanyak pada tabel di atas berada pada rentang nilai 10-19
yaitu sebesar 38,89 % dan yang paling sedikit berada pada rentang nilai 30-39
yaitu sebesar 2,78 %.
2. Data Pretest Matematika Siswa Kelompok Kontrol
Data pretest matematika siswa kelompok kontrol disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi berikut:
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Pretest Matematika Kelompok Kontrol
Frekuensi
Nilai
Titik
Tengah
(Xi) Absolut
(fi)
Relatif
f (%)
Kumulatif
(fk)
10-19 14,5 12 36,36 12
20-29 24,5 9 27,27 21
30-39 34,5 0 0,00 21
40-49 44,5 6 18,18 27
50-59 54,5 1 3,03 28
60-69 64,5 1 3,03 29
70-79 74,5 4 12,12 33
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata kelompok kontrol
sebesar 32,68, simpangan baku sebesar 606,72 dan varians sebesar 444509,09.
Frekuensi terbanyak pada tabel di atas berada pada rentang nilai 10-19 yaitu
sebesar 36,36 % dan yang paling sedikit berada pada rentang nilai 30-39 yaitu
sebesar 0 %.
53
Dari hasil perhitungan uji homogenitas diperoleh harga Fhitung = 1,37 (pada
lampiran 11), sedangkan Ftabel = 2,00 pada taraf signifikasi α = 5% dengan
derajat kebebasan pembilang 35 dan derajat kebebasan penyebut 32. Lebih
jelasnya, hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest
Kelompok n Fhitung Ftabel Kesimpulan
Eksperimen 36
Kontrol 33 1,37 2,00
Sampel berasal dari populasi
yang sama atau homogen
Karena Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima, artinya kedua kelompok sampel
berasal dari populasi yang sama atau homogen. karena dari hasil pretest
didapatkan kedua kelas homogen, maka penelitian tidak dipengaruhi oleh
intelegensi siswa, siswa kedua kelompok mempunyai intelegensi yang sama.
3. Data Postest Matematika Siswa Kelompok Eksperimen
Data postest matematika siswa kelompok eksperimen disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi berikut:
54
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Postest Matematika Kelompok Eksperimen
Frekuensi
Nilai
Titik
Tengah
(Xi) Absolut
(fi)
Relatif
f (%)
Kumulatif
(fk)
24-34 29 6 16,67 6
35-45 40 9 25,00 15
46-56 51 9 25,00 24
57-67 62 3 8,33 27
68-78 73 6 16,67 33
79-89 84 1 2,78 34
90-100 95 2 5,56 36
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata kelompok
eksperimen sebesar 52,53, median sebesar 49,17, modus sebesar 45,50,
simpangan baku sebesar 18,62, varians sebesar 346,77, kemiringan sebesar 0,38
(kurva melandai ke kanan), dan ketajaman atau kurtosis sebesar 2,46 (kurva agak
datar), untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17.
Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa siswa yang berada pada interval
kelas rata-rata sebanyak 25%, di bawah rata-rata sebanyak 41,67% dan di atas
rata-rata sebanyak 33,34%. Distribusi frekuensi hasil belajar matematika
kelompok eksperimen tersebut dapat disajikan dalam grafik histogram dan
poligon berikut:
55
Frekuensi
9
Gambar 1. Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil belajar
Matematika Kelompok Eksperimen
4. Data Postest Matematika Siswa Kelompok Kontrol
Data postest matematika siswa kelompok kontrol disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi berikut:
6
3
2
1
Nilai 56,545,5 34,5 23,5 89,567,5 78,5 100,5
56
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Postest Matematika Kelompok Kontrol
Frekeunsi Titik
Tengah Nilai Relatif f
(%)
Absolut
(fi)
Kumulatif
(fk) (Xi)
25 20-30 18 54,55 18
36 31-41 10 30,30 28
47 42-52 2 6,06 30
58 53-63 2 6,06 32
69 64-74 0 0,00 32
80 75-85 1 3,03 33
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata kelompok kontrol
sebesar 33,33, median sebesar 29,58, modus sebesar 27,12, simpangan baku
sebesar 12,61, varians sebesar 159,64, kemiringan sebesar 0,49 (kurva melandai
ke kanan), dan ketajaman atau kurtosis sebesar 6,76 (distribusi platikurtik atau
bentuk kurvanya mendatar), untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 18. Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa siswa yang berada
pada interval kelas rata-rata sebanyak 30,30%, di bawah rata-rata sebanyak
54,55% dan di atas rata-rata sebanyak 15,15%. Distribusi frekuensi hasil tes
kelompok kontrol tersebut dapat ditunjukkan dalam grafik histogram dan poligon
berikut:
57
19,5 30,5 41,5 52,5 63,5 74,5 85,5
Frekuensi
Nilai 1
2
18
10
Gambar 2. Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil belajar
Matematika Kelompok Kontrol
Berdasarkan uraian mengenai hasil belajar matematika siswa kelompok
eksperimen dan hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol di atas, terlihat
adanya perbedaan. Untuk lebih memperjelas perbedaan hasil belajar matematika
antara kelompok eksperimen (kelompok yang diajarkan dengan metode memulai
pelajaran dengan pertanyaan) dengan kelompok kontrol (kelompok yang diajarkan
dengan metode konvensional), dapat dilihat pada tabel berikut:
58
Tabel 11
Perbandingan Postest Matematika Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Banyak sampel 36 33
Mean 52,53 33,33
Median 49,17 29,58
Modus 45,50 27,12
Varians 346,77 159,04
Simpangan Baku 18,62 12,61
Kemiringan 0,38 0,49
Ketajaman/Kurtosis 2,46 6,76
B. Pengujian Persyaratan Analisis Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji kai kuadrat
(chi square). Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari
populasi yang berdistribusi normal dengan kriteria < diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.
2tabelχ2χ hitung
1. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen
Dari hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar matematika kelompok
eksperimen, diperoleh harga = 16,03 (pada lampiran 19), sedangkan dari
tabel harga kritis uji kai kuadrat (chi square) diperoleh untuk jumlah sampel
36 pada taraf signifikansi α = 5% adalah 9,49. Karena lebih besar dari
(16,03 > 9,49), maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya data pada kelompok
eksperimen berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
2hitungχ
2tabelχ
2hitungχ 2
tabelχ
2. Uji Normalitas Kelompok Kontrol
Dari hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar matematika kelompok
Kontrol, diperoleh harga = 67,37 (lampiran 20), sedangkan dari tabel harga 2hitungχ
59
kritis uji kai kuadrat (chi square) diperoleh untuk jumlah sampel 33 pada
taraf signifikansi α = 5% adalah 7,82. Karena lebih besar dari (67,37 >
7,82), maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya data pada kelompok kontrol
berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
2tabelχ
2hitungχ
2tabelχ
2tabelχ
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12
Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Kelompok N 2χ hitung
(α = 5%)Kesimpulan
Eksperimen 36 16,03 9,49 Data berasal dari populasi
yang tidak berdistribusi
normal Kontrol 33 67,37 7,82
Karena data dari kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal, maka dilakukan penghitungan uji statistik non parametrik
untuk pengujian hipotesis dan tidak dilakukan pengujian homogenitas.
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan 1. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji normalitas di atas, diperoleh bahwa kedua kelompok
berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis ini
menggunakan uji statistik non-parametrik. Adapun uji statistik yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu Uji Mann Whitney (Uji “U”) untuk sampel besar.
Pengujian hipotesis ini diawali dengan menggabungkan data (nilai postest) dari
kedua kelompok sample dan menentukan peringkat dari setiap data, serta
kemudian melakukan pengujian dengan Uji Mann Whitney (Uji “U”).
Dari hasil penghitungan (lampiran 21) diperoleh bahwa nilai z sebesar -4,46
pada taraf signifikansi α = 5% dan sesuai dengan sifat distribusi normal, maka
60
diperoleh nilai p = 0,00. karena diperoleh p < α (0,00 < 0,05), maka tolak H0.
Artinya tingkat hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen yang
menggunakan pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan
(learning start with a question) lebih tinggi daripada kelompok kontrol yang
menggunakan metode konvensional.
2. Pembahasan
Setelah dilakukan perhitungan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan
dari tes hasil belajar dapat dilihat bahwa siswa yang dalam pembelajarannya
menggunakan metode konvensional nilai rata-ratanya sebesar 33,33, nilai
terendahnya 20 dan nilai tertingginya 82 dengan siswa yang berada pada interval
kelas rata-rata sebanyak 30,30%, di bawah rata-rata sebanyak 54,55% dan di atas
rata-rata sebanyak 15,15%. Sedangkan siswa yang dalam pembelajarannya
menggunakan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning start with a
question) nilai rata-ratanya sebesar 52,53, nilai terendahnya 28 dan tertingginya
100 dengan siswa yang berada pada interval kelas rata-rata sebanyak 25%, di
bawah rata-rata sebanyak 41,67% dan di atas rata-rata sebanyak 33,34%.
Berdasarkan pegujian hipotesis di atas menyatakan bahwa tingkat hasil
belajar matematika siswa kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran
aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning start with a
question) lebih tinggi daripada kelompok kontrol yang menggunakan metode
konvensional. Karena penelitian dilakukan di sekolah yang tidak ada
pengklasifikasian kelas (pembedaan kelas antara siswa pintar dengan siswa
kurang pintar), maka hanya siswa yang memiliki kemampuan lebih cepat yang
dapat langsung mengikuti proses pembelajaran, sedangkan siswa yang lain masih
merasa tegang dan lebih banyak diam saat pembelajaran dengan metode memulai
pelajaran dengan pertanyaan (learning start with a question), sehingga pada
pertemuan pertama aktivitas belajar belum bisa dikondisikan dan belum tercapai
secara optimal.
Pada pertemuan pertama, siswa masih bingung dalam mempelajari bahan
ajar yang diberikan oleh guru. Mereka kesulitan dalam mencari pertanyaan yang
61
akan mereka tanyakan, serta bagaimana cara menjawab dan mendiskusikan
pertanyaan-pertanyaan yang mereka tanyakan. Karena mereka terbiasa hanya
mendengarkan dan mencatat apa yang ditulis guru di depan kelas, dan kurang
interaksi antar siswa sehingga mereka belum terbiasa untuk menyampaikan
pendapat ataupun bertanya jika ada hal yang belum mereka pahami.
Pada saat perwakilan kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas, siswa terlihat masih malu-malu dan masih sulit untuk
menyampaikan kepada siswa lainnya mengenai hasil diskusi kelompoknya,
sehingga penulis harus memaksa beberapa perwakilan kelompok untuk
mengajukan pertanyaan yang mereka tanyakan dan mempresentasikan hasil
diskusi dengan kelompoknya. Selain itu kelompok lainnya juga kurang
memperhatikan dan ngobrol dengan temannya, sehingga ketika diminta untuk
menanggapi hasil diskusi dari kelompok yang sedang mempresentasikan mereka
masih bingung harus menanggapi apa, tetapi penulis mengarahkan dan
membimbing mereka untuk dapat menanggapi hasil presentasi dari kelompok
yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya.
Pada pertemuan selanjutnya sedikit demi sedikit ada perubahan yang baik,
siswa sudah mulai paham metode pembelajaran yang dilakukan oleh penulis,
mereka sudah bisa mencari pertanyaan yang mereka tidak mengerti dari bahan
ajar yang penulis berikan dan mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang
berikan ajukan pada teman sekelompoknya. Siswa pun lebih berani
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas dan siswa yang lain
pun tidak ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapatnya.
Berbeda dengan kelas kontrol yang diajarkan oleh penulis, siswa lebih
banyak pasif hanya mendengarkan dan mencatat apa yang penulis berikan dan
catat di papan tulis. Kalaupun ada yang bertanya hanya beberapa siswa saja tidak
lebih dari 5 orang siswa yang mengajukan pertanyaan. Pada saat penulis
menjelaskan materipun siswa lebih banyak yang ngobrol sendiri. Hanya sedikit
sekali yang memperhatikan penjelasan yang penulis berikan. Dari uraian di atas
terlihat bahwa terdapat perbedaan antara siswa yang diajarkan menggunakan
62
metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning start with a question)
dengan siswa yang diajarkan menggunakan metode konvensional.
D. Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah
dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini agar diperoleh hasil yang optimal.
Kendati demikian, masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan sehingga
membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya.:
1. Penelitian ini hanya diteliti pada pokok bahasan segiempat, sehingga untuk
pokok bahasan lain belum dapat disimpulkan bahwa metode ini dapat
digunakan juga.
2. Siswa memiliki motivasi yang kurang dalam belajar, sehingga kurang
memperhatikan selama pembelajaran berlangsung.
3. keterbatasan waktu yang disediakan dan respon siswa yang lama, sehingga
alokasi pembelajaran yang dibuat penulis tidak sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah penulis buat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari
penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 181 Jakarta dengan menerapkan
strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan
(learning start with a question), dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Siswa yang diajarkan dengan metode konvensional memiliki kemampuan
hasil belajar matematika yang rendah. Hal ini berdasarkan dari hasil tes hasil
belajar matematika siswa, nilai terendah yang diperoleh sebesar 20 sedangkan
nilai tertingginya sebesar 82 dengan rata-rata kelas sebesar 33,33
2. Siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran aktif metode memulai
pelajaran dengan pertanyaan (learning start with a question) memiliki hasil
belajar matematika yang lebih tinggi. Hal ini berdasarkan dari hasil tes hasil
belajar matematika siswa, nilai terendah yang diperoleh sebesar 28 sedangkan
nilai tertingginya sebesar 100 dengan rata-rata kelas sebesar 58,53
3. Hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran
aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning start with a
question) lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang diajarkan
dengan metode konvensional. Hal ini terlihat dari hasil penghitungan hasil
belajar matematika siswa. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan
strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan
(learning start with a question) terhadap hasil belajar matematika siswa.
B. Saran Terdapat beberapa saran penulis terkait hasil penelitian pada skripsi ini,
diantaranya adalah:
1. Penelitian ini membuktikan bahwa strategi pembelajaran aktif metode
memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning start with a question)
berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa SMP, sehingga
63
64
strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan
(learning start with a question) ini bisa menjadi alternatif pendekatan
pembelajaran yang dapat diterapkan guru matematika di kelas dalam upaya
meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Selain itu juga guru perlu
memotivasi siswa agar berani menyampaikan pendapat dalam hasil akhir
diskusi dan siswa hendaknya tidak mengandalkan guru, tetapi juga harus
bersikap aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
2. Pihak sekolah mampu memberikan masukan dan dukungan bagi guru
matematika di sekolah yang masih menggunakan pendekatan konvensional
untuk dapat menerapkan berbagai pendekatan lain, seperti strategi
pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (learning
start with a question) sebagai upaya meningkatkan hasil belajar matematika
siswa
65
DAFTAR PUSTAKA Abdurahman, Mulyono, 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta. Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004 Psikologi Belajar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. Amirin, M Tatang. Taksonomi Bloom Versi Baru. Dari
http://tatangmanguny.wordpree.com/2010/01/19/taksonomi-bloom versibaru/, 05 Maret 2010
Hamdani, A. Saepul dkk. 2008. Matematika 1 Edisi Pertama Paket 1-7. Surabaya:
LAPIS-PGMI. Handayani Bestari Dwi. 2008. Efektifitas Penerapan Metode Problem Posing Dan
Tugas Terstruktur Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa. Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya.
Hartono. Strategi Pembelajaran Aktif. dari
http://sditalqalam.wordpress.com/2008/01/09/strategi-pembelajaran-activelearning/, 11 Januari 2010
Hermawan, Asep Herry dkk. 2007 Belajar & Pembelajaran Sekolah Dasar.
Bandung: Upi Press Indrawati, Yuliani. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Matematika
dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada Sekolah Menengah Atas Kota Palembang, dari http://digilib.unsri.ac.id/download/Jurnal%20MM%20Vol%204%20No%207%20 Artikel%203%20Yuliani%20Indrawaty.pdf, 07 Juli 2010
Junaedi, dkk. 2006. Strategi Pembelajaran Edisi I. Bandung: UPI PGMI Lapis Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Purwanto, M. Ngalim. 2003 Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Sagal, Syaiful. 2008 Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: ALVABETA, cv.
66
Sakroni Imam, 2005. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa yang Diajar dengan Metode Problem Solving dengan Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Problem Posing. Jakarta: UNJ Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Sanjaya, Wina. 2008 Kurikulum & Pembelajaran Teori dan Praktik
Pemgembangan KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Samadi, Ari. Pembelajaran Aktif (Active Learning). dari
http://eng.unri.ac.id/download/teachingimprovement/BK2Teach&Learn2/Active%20learning5.doc, 11 Januari 2010
Santoso Gempur. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kulitatif. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher. Siberman, Mel. 2002. Active Learning: 101Strategi Pembelajaran Aktif, Terj.
Dari Active Learning: 101 Strategies to teach Any Subject oleh Sarjuli dkk. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2002.
Soemanto, Wasty. 2003 Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Subana dan Sudrajat. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Penelitian Ilmiah. Bandung:
Pustaka Setia Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sudrajat, Akhmad. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model
Pembelajaran, dari http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran, 12 Januari 2010
Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif LearningTeori Dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Suwangsih, Erna dan Tuirlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Bandung:
Upi Press. TIM MKPBM jurusan pendidikan matematik. 2001. Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI. Undang-Undang RI No.20. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta;
Depdiknas. Wijaya, Prasetyo W. Mengetahui Level Soal Matematika dengan Taksonomi
Bloom. dari http://www docstoc.com /docs/4956972/Mengetahui-level-soal-matematika-dengan-taksonomi-bloom
67
Zaini Hisyam, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
68
Lampiran 1
SOAL PRETES
1. Perhatikan bangun-bangun segiempat di bawah ini!
1 2 3
4 6
5
Sebutkan nama-nama bangun segiempat di atas!
2. Perhatikan gambar bangun segiempat di bawah ini!
S R Berapakah keliling bangun di samping?
4
P 6 Q
3. Jika suatu persegi mempunyai panjang sisi 10 cm, berapakah luas
persegi tersebut?
4. Perhatikan gambar persegi panjang di bawah ini!
D C Dari gambar persegi panjang
O di samping, sebutkan sifat-
sifat persegi panjang yang
A B kalian ketahui!
69
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : SMP Negeri 181
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII-1
Semester : 2
Standar Kompetensi
GEOMETRI
Memahami konsep segiempat serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan mengitung besaran – besaran segiempat. Indikator
1. Menjelaskan sifat-sifat segiempat dilihat dari sisi-sisi, sudut, dan
diagonalnya
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat segiempat
3. Menurunkan rumus keliling bangun segiempat.
4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling bangun segiempat
5. Menurunkan rumus luas bangun segiempat
6. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan luas bangun segiempat
A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menjelaskan sifat-sifat bangun segiempat.
2. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sifat-
sifat bangun segiempat.
3. Peserta didik dapat menurunkan rumus keliling bangun segi empat
4. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung keliling bangun segiempat.
5. Peserta didik dapat menghitung luas segiempat
6. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung luas bangun segiempat
70
B. Materi Ajar
Sifat-sifat, keliling dan luas bangun persegi panjang, persegi, jajargenjang,
trapesium, layang-layang dan belah ketupat.
C. Metode Pembelajaran
Learning starts with a quetion, diskusi dan pemberian tugas
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 x 40 menit).
Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan :
- Apersepsi tentang materi segi empat yang pernah mereka pelajari di
sekolah dasar
- Menjelaskan metode pembelajaran yang akan dilakukan
- Menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang
pentingnya mempelajari materi sifat-sifat, keliling dan luas bangun
segi empat.
Kegiatan Inti
1. Guru membagikan bahan ajar tentang segiempat kepada semua peserta
didik
2. Peserta didik mempelajari bahan ajar yang telah dibagikan bersama
dengan kelompoknya, yang terdiri dari empat sampai lima orang.
3. Peserta didik memberi tanda bahan ajar segiempat yang tidak mereka
dipahami, kemudian peserta didik membahas point-point yang tidak
dipahami yang telah diberi tanda bersama dengan kelompoknya. Selama
diskusi berlangsung guru berkeliling kelas mengamati setiap kelompok.
4. Guru mengajak peserta didik untuk mendiskusikan terkait pertanyaan-
pertanyaan yang telah mereka bahas dengan cara meminta kelompok
mana yang siap untuk mempresentasikan hasil pembahasan mereka dan
kelompok lain menanggapinya, begitu seterusnya hingga semua
kelompok mempresentasikan hasil pembahasan dari pertanyaan mereka.
71
Guru hanya berperan sebagai fasilitator, meluruskan jawaban yang salah
dan menguatkan jawaban yang benar.
5. Guru meluruskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah
diajukan dan memberikan contoh kepada peserta didik.
Penutup:
- Guru memberikan beberapa pertanyaan terkait segiempat yang dipelajari
pada pertemuan kali ini.
- Peserta didik dibimbing guru membuat kesimpulan terkait materi sifat
segiempat yang telah mereka diskusikan.
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 x 40menit)
Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan :
- Guru memberikan pertanyaan secara lisan kepada peserta didik terkait
materi segiempat yang telah mereka pelajari pada pertemuan sebelumnya
dan menunjuk beberapa peserta didik untuk menjawabnya.
Kegiatan Inti:
1. Guru membagikan lembar latihan kelompok tentang sifat-sifat dan
keliling segiempat.
2. Secara berkelompok peserta didik membahas soal-soal yang diberikan
guru.
3. Setelah seluruh kelompok menyelesaikan semua soal-soal latihan, tiap-
tiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil jawaban mereka dan
kelompok lain menanggapinya.
Penutup
- Guru memberikan apreasi kepada kelompok yang menjawab semua soal
dengan benar.
- Peserta didik diminta untuk mempelajari materi segiempat untuk persiapan
ulangan harian pada pertemuan selanjutnya.
72
D. Penilain
Teknik : tugas kelompok (terlampir) / quiz (individu)
Bentuk Instrumen : uraian
Instrumen quiz :
1. Keliling daerah yang diarsir pada bangun di bawah ini adalah...
16
30 24
50
2. Perhatikan gambar layang-layang di bawah ini!
R
P S
Q
Jika panjang PQ = (2x+8) cm dan RQ=21 PQ=40cm, berapakah keliling layang-
layang tersebut?
3. Pada persegi panjang EFGH di samping, H G
diketahui ∠ OEF = 13y dan ∠ OEH = 17y.
Berapakah besar ∠ EOF? O
E F
4. Jika diketahui keliling suatu persegi 24cm, berapakah luas persegi tersebut?
73
5. Pada sebuah jajargenjang diketahui luasnya 250cm2, jika panjang alas
jajargenjang tersebut 5x dan tingginya 2x, tentukan panjang dan tinggi
jajargenjang tersebut!
Sumber Belajar
Akhsin, Nur dan Anna Yuni Astuti, Matematika Realistik kelas VII untuk SMP
dan MTs, Klaten: Intan Pariwara, 2007
Jakarta, Juni 2010
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Matematika Peneliti
Aam Amelia, S.Pd Nilma Purnama
NIP. 132 107147 NIM.105017000430
74
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMP Negeri 181
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII-3
Semester : 2
Standar Kompetensi
GEOMETRI
Memahami konsep segiempat serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan mengitung besaran – besaran segiempat. Indikator
1. Menjelaskan sifat-sifat segiempat dilihat dari sisi-sisi, sudut, dan
diagonalnya
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat segiempat
3. Menurunkan rumus keliling bangun segiempat.
4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling bangun segiempat
5. Menurunkan rumus luas bangun segiempat
6. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan luas bangun segiempat
A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menjelaskan sifat-sifat bangun segiempat.
2. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sifat-
sifat bangun segiempat.
3. Peserta didik dapat menurunkan rumus keliling bangun segi empat
4. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung keliling bangun segiempat.
5. Peserta didik dapat menghitung luas segiempat
6. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menghitung luas bangun segiempat
75
B. Materi Ajar
Sifat-sifat, keliling dan luas bangun persegi panjang, persegi, jajargenjang,
trapesium, layang-layang dan belah ketupat.
C. Metode Pembelajaran
Ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 x 40 menit).
Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan : - Apersepsi Mengingat kembali tentang segiempat
- Menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan
tentang pentingnya mempelajari materi ini.
Kegiatan Inti
1. Guru menerangkan kepada peserta didik mengenai sifat-sifat segiempat
dilihat dari sisi-sisi, sudut, dan diagonalnya, keliling dan luas segiempat.
2. Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan mengenai sifat-sifat,
keliling dan luas segiempat
3. guru memberikan contoh soal yang berkaitan dengan sifat-sifat, keliling
dan luas segiempat
4. Guru dan peserta didik secara bersama-sama membahas contoh soal
5. Peserta didik mengerjakan beberapa soal dari guru yang ditulis di papan
tulis
Penutup
- Guru memberikan beberapa pertanyaan terkait segiempat yang dipelajari
pada pertemuan kali ini.
- Peserta didik dibimbing guru membuat kesimpulan terkait materi sifat
segiempat yang telah mereka diskusikan.
D. Penilain
Teknik : tugas kelompok (terlampir) / quiz (individu)
Bentuk Instrumen : uraian
Instrumen quiz :
76
1. Keliling daerah yang diarsir pada bangun di bawah ini adalah...
16
30 24
50
2. Perhatikan gambar layang-layang di bawah ini!
R
P S
Q
Jika panjang PQ = (2x+8) cm dan RQ=21 PQ=40cm, berapakah keliling layang-
layang tersebut?
3. Pada persegi panjang EFGH di samping, H G
diketahui ∠ OEF = 13y dan ∠ OEH = 17y.
Berapakah besar ∠ EOF? O
E F
4. Jika diketahui keliling suatu persegi 24cm, berapakah luas persegi tersebut?
5. Pada sebuah jajargenjang diketahui luasnya 250cm2, jika panjang alas
jajargenjang tersebut 5x dan tingginya 2x, tentukan panjang dan tinggi
jajargenjang tersebut!
77
Sumber Belajar
Akhsin, Nur dan Anna Yuni Astuti, Matematika Realistik kelas VII untuk SMP
dan MTs, Klaten: Intan Pariwara, 2007
Jakarta, Juni 2010
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Matematika Peneliti
Aam Amelia, S.Pd Nilma Purnama
NIP. 132 107147 NIM.105017000430
78
Lampiran 4
BAHAN AJAR SEGI EMPAT
Sifat-Sifat Segi Empat Coba amatilah benda-benda di sekitar kalian, seperti papan tulis, bingkai
foto, ubin di kelasmu, dan layang-layang yang sering dimainkan oleh anak laki-
laki. Berbentuk apakah benda-benda tersebut? Benda-benda tersebut termasuk
bangun datar segi empat.
Secara umum ada enam macam bangun datar segi empat, yaitu:
1 2 3
4 5
1. Persegi panjang
2. Persegi 6
3. Jajargenjang
4. Belah ketupat
5. Trapesium
6. Layang-layang
Amati kembali benda-benda di sekitar kalian yang berupa meja, buku, atau
bingkai foto di kelasmu. Jika kita amati dengan cermat benda-benda tersebut
memiliki ciri-ciri yang sama dengan persegi panjang. Apa saja ciri-ciri tersebut?
Ciri-ciri persegi panjang tersebut diantaranya:
79
1. Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
2. Tiap sudutnya merupakan sudut siku-siku
3. Diagonal-diagonalnya sama panjang
4. Diagonal-diagonalnya berpotongan dan saling membagi dua sama panjang.
5. Memiliki dua sumbu simetri
6. Memiliki simetri putar tingkat dua
7. Dapat menempati bingkainya dengan empat cara
Jadi dari ciri-ciri di atas persegi panjang adalah bangun datar segi empat
yang memiliki dua pasang sisi sejajar yang sama panjang dan keempat
sudutnya siku-siku.
Selanjutnya kalian tentu pernah melihat bentuk-bentuk seperti papan catur,
sapu tangan atau ubin. Semua benda-benda tersebut memiliki ciri-ciri yang sama
dengan persegi, ciri-ciri tersebut antara lain:
1. Sisi yang berhadapan sejajar
2. Semua sisinya sama panjang
3. Setiap sudutnya siku-siku
4. Diagonal-diagonalnya merupakan summbu simetri
5. Diagonalnya saling berpotongan tegak lurus
6. Diagonal-diagonalnya sama panjang dan saling membagi dua sama panjang.
7. Memiliki 4 sumbu simetri
8. Memiliki simetri putar tingkat empat
9. Dapat menempati bingkainya dengan 8 cara.
Jadi dari ciri-ciri di atas persegi adalah bangun datar segi empat yang
mempunyai dua pasang sisi sejajar yang keempat sisinya sama panjang.
Sehingga persegi merupakan persegi panjang khusus.
Selain benda-benda yang berbentuk persegi dan persegi panjang di atas,
bentuk bangun segi empat yang lainnya adalah layang-layang yang terbentuk dari
dua segitiga sama kaki yang kedua alasnya sama panjang dan berhimpit. Layang-
layang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki dua pasang sisi sama panjang
2. Sepasang sudut yang berhadapan sama besar
80
3. Diagonal terpanjang merupakan sumbu simetri
4. Diagonal-diagonalnya saling berpotongan tegak lurus
5. Diagonal terpanjang membagi diagonal pendek menjadi dua bagian yang
sama panjang
6. Mempunyai 1 sumbu simetri, yaitu diagonal terpanjang
7. Dapat menempati bingkainya dengan 2 cara.
Jadi dari ciri-ciri layang-layang di atas, layang-layang merupakan bangun
segi empat yang tidak memiliki sisi yang sejajar.
Jajargenjang adalah bangun segi empat yang dibentuk dari sebuah
segitiga dan bayangannya yang diputar setengah putaran (1800) pada titik
tengah pada salah satunya. Perhatikan gambar di bawah ini! Jika segitiga ABC
diputar 1800 pada titik AB maka akan menghasilkan jajargenjang ABCD
C
A O B
D
Jajargenjang memiliki dua pasang sisi yang berahadapan sama panjang dan
sejajar dan tidak memiliki sudut siku-siku. Dilihat dari sudutnya, sudut-sudut yang
berhadapan pada jajargenjang sama besar dan jumlah sudut yang berdekatan
adalah 1800, sedangkan diagonal-diagonal jajargenjang saling membagi dua sama
panjang. Jajargenjang tidak memiliki sumbu simetri, tetapi memiliki simetri putar
tingkat 2 dan dapat menempati bingkainya dengan 2 cara.
Jika semua sisi jajargenjang sama panjang maka bangun tersebut kita beri
nama belah ketupat, belah ketupat adalah bangun segi empat yang dibentuk
dari gabungan segitiga sama kaki dan bayangannya setelah dicerminkan
terhadap alasnya. Belah ketupat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sisi yang berhadapan sejajar dan semua sisinya memiliki panjang yang sama.
2. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar
3. Sudut-sudutnya terbagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.
81
4. Diagonal-diagonal saling berpotongan tegak lurus dan saling membagi dua
sama panjang.
5. Memiliki 2 sumbu simetri.
6. Memiliki simetri putar tingkat dua
7. Menempati bingkainya dengan 4 cara.
Bentuk segi empat yang lain yaitu trapesium. Trapesium adalah bangun
segi empat yang mempunyai tepat sepasang sisi yang berhadapan sejajar.
Ada 3 macam trapesium, yaitu trapesium sembarang, trapesium sama kaki, dan
trapesium siku-siku. Untuk setiap trapesium memiliki sepasang sisi sejajar dan
jumlah sudut antara dua sisi sejajar adalah 1800. pada trapesium sama kaki sudut-
sudut pada sisi sejajar sama besar, memiliki diagonal yang sama panjang dan
mempunyai 1 sumbu simetri. Sedangkan pada trapesium siku-siku salah satu
sudutnya siku-siku.
Trapesium sama kaki Trapesium siku-siku Trapesium sembarang
82
Keliling Segi Empat
Jika kalian lari ataupun berjalan mengelilingi lapangan sepak bola berarti
kalian berjalan sepanjang garis tepi lapangan sebanyak satu putaran. Seperti
halnya mengelilingi lapangan sepak bola tersebut, maka mengeliligi daerah yang
berbentuk segi empat yaitu mengelilingi sepanjang sisi-sisi yang membatasi segi
empat. Jadi keliling segi empat adalah jumlah sisi-sisi yang mengelilingi segi
empat.
A. Persegi Panjang
D C Perhatikan gambar di samping!
l Keliling persegi panjang di samping adalah:
K = AB + BC + CD + AD
A p B = p + l + p + l
= 2p + 2l
Jadi keliling persegi panjang ABCD adalah K = 2 ( p + l )
Coba kalian diskusikan darimana rumus keliling bangun-bangun segi empat
di bawah ini didapat!
B. Persegi
S R Keliling persegi PQRS adalah K = 4s
P s Q
C. Belah Ketupat
G Keliling belah ketupat EFGH adalah K = 4s
s
H F
E
83
D. Jajargenjang
D C Keliling jajargenjang ABCD adalah K = 2(a + b)
b
A a B
E. Layang-layang
S Keliling layang-layang PQRS adalah K = 2(a + b)
a
P R
b
Q
F. Trapesium
H c G
d b
E a F
Keliling EFGH adalah K= a + b + c + d
84
Luas Segi Empat
Persegi Panjang dan Persegi
Luas persegi panjang dapat diartikan banyaknya petak satuan pada persegi
panjang yang diketahui ukuran panjang dan lebarnya. Atau luas persegi panjang
adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisinya. Jadi luas persegi panjang adalah
L = p x l. Dengan p adalah panjang persegi panjang dan l adalah lebar persegi
panjang. Karena persegi merupakan persegi panjang yang khusus maka luas,
yaitu persegi panjang yang memiliki sisi-sisi sama panjang, maka luas persegi
dirumuskan dengan L = s x s = s2, dengan s adalah sisi pada persegi.
Jajargenjang
Luas jajargenjang didapat dari jumlah dua buah luas segitiga
D C L = Luas ABCΔ + Luas ADCΔ
= 21 x AB x t +
21 x DC x
= 21 x AB x t +
21 x AB x t
A B = 2 (21 x AB x t )
= AB x t
Luas = alas x tinggi (a x t )
Belah ketupat
Luas belah ketupat
D Luas = luas ADCABC Δ+Δ
= 21 x AC x BO +
21 x AC x DO
A O C = 21 x AC x (BO + DO)
= 21 x AC x BD
Jadi luas belah ketuat adalah Luas = 21 x diagonal 1 (d1) x diagonal 2 (d2)
85
Dengan cara yang sama seperti mencari luas jajargenjang dan belah ketupat,
kalian cari luas layang-layang. Sehingga didapat luas layang-layang adalah
Luas = 21 x diagonal 1 (d1) x diagonal 2 (d2)
Trapesium sembarang
D b C
t
t A a E B Luas trapesium ABCD sebagai berikut, perhatikan ABCΔ apabila AB sebagai alas
dan CE sebagai tinggi, maka luasnya:
L = ABCΔ 21 x AB x CE
Perhatikan . Apabila DC sebagai alas dan AF sebagai tinggi, maka
luasnya:
ADCΔ
L = ADCΔ 21 x DC x AF
LABCD = L + L ABCΔ ADCΔ
= 21 x AB x CE +
21 x DC x AF *AF = CE = t*
= 21 x (AB + DC) x CE
LABCD = 21 x ( a + b ) x t
a dan b adalah panjang sisi-sisi sejajar dan t adalah tinggi trapesium.
Silahkan kalian cari luas trapesium siku-siku dan trapesium sama kaki!
86
Lampiran 5
LEMBAR LATIHAN KELOMPOK
SIFAT-SIFAT SEGIEMPAT
Nama-nama anggota kelompok :
1. _______________________
2. _______________________
3. _______________________
4. _______________________
Kelas : _______________________
Diskusikan dengan kelompokmu jawaban dari soal-soal di bawah ini!
1. Perhatikan gambar trapesium sembarang di bawah ini!
D C Pada gambar trapesium ABCD
di samping AB // CD, besar A=47o, ∠
∠ B=2xo dan ∠ C=3xo
A B
Tentukan :
a. Besar sudut D
b. Nilai xo
c. Besar ∠ B dan ∠ C
Jawaban:
a. _________________________________________________________
_________________________________________________________
b. _________________________________________________________
_________________________________________________________
c. _________________________________________________________
_________________________________________________________
2. Diketahui PQRS adalah jajargenjang.
a. Tuliskan dua pasang sudut yang berhadapan!
_________________________________________________________
_________________________________________________________
87
b. Jika ∠ QRS besarnya 75o, berapakah besar semua sudut lainnya?
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
3. Perhatikan belahketupat ABCD pada gambar, tentukanlah:
D
8cm
A 35o C
B
a. Besar ∠ A, ∠ B, ∠ C dan ∠ D
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
b. Panjang AB, BC dan AD
_________________________________________________________
_________________________________________________________
c. Besar ∠ ABD, ∠ CBD dan ∠ BCO
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
4. Suatu layang-layang ABCD, diagonalnya masing-masing BD dan AC
berpotongan di titik O dan AC sebagai sumbu simetri. Jika sudut ABC =
108o dan sudut ACD = 23o. Maka berapakah besar sudut ADC, sudut BCD
dan sudut BAD?
Jawab:
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
88
LEMBAR LATIHAN KELOMPOK
KELILING SEGIEMPAT
Nama-Nama Anggota Kelompok :
1. _______________________
2. _______________________
3. _______________________
Kelas : ______________________
Diskusikan dengan kelompokmu jawaban dari soal-soal di bawah ini!
1. C D Pada bangun di samping, ABCD adalah
4cm persegi panjang. Bila PQRS adalah
R S persegi, maka keliling bangun yang
18cm P Q diarsir adalah…
6cm
A 24cm B
Jawaban:
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
2. Perhatikan gambar jajagenjang di bawah ini!
S R Jika setengah keliling jajargenjang
(50-6x) adalah 41cm, maka berapakah panjang PQ
dan PS?
P (5x-3)cm Q
Jawaban:
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
89
3. Anto ingin membuat layang-layang dengan menggunakan buluh bambu, jika
sisi panjang 39 cm dan sisi pendeknya 10cm, maka berapakah panjang buluh
bambu yang diperlukan untuk membuat 5 buah layang-layang?
Jawaban:
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
90
Lampiran 6
Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Tes
Standar Kompetensi : Mengidentifikasi garis, sudut, dan bangun datar serta
dapat menentukan besaran-besaran yang ada di
dalamnya
Tabel 14
Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Tes
Nomor Soal No Indikator Soal C1 C2 C3
1. Mencari nilai x dalam bentuk persamaan linear satu variabel
dengan menggunakan sifat diagonal.
4
2. Menghitung keliling bangun persegi dengan menggunakan
persamaan luas persegi panjang dan persegi untuk mendapatkan
sisi-sisi persegi tesebut.
5
3. Menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan
menggunakan konsep segiempat
3
4. Menghitung luas daerah yang diarsir dari bangun datar yang
dibentuk oleh 3 buah persegi yang kongruen.
10
5. Menentukkan lebar bangun persegi panjang yang diketahui
persamaan linear satu peubah dan kelilingnya
2
6. Menentukkan luas bangun datar yang dibentuk oleh dua buah
segiempat
7
7. Menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan
mengaplikasikan rumus keliling bangun datar segiempat
8
8. Menghitung keliling bangun datar yang dibentuk oleh beberapa
bangun datar segiempat.
1
9. Menghitung besar sudut belah ketupat yang diketahui besar dari
sebagian salah satu sudutnya
9
10. Menghitung besar salah satu sudut trapesium yang belum
diketahui
6
91
Lampiran 7 Uji Coba Instrumen Tes Penelitian
1. Perhatikan gambar di bawah ini!
9cm Berapakah keliling bangun
di samping?
10cm
3cm
2,5cm
15cm
2. Panjang sebuah persegi panjang sama dengan 5cm kurang dari 2 kali lebarnya.
Jika keliling persegi panjang 26cm, berapakah lebar persegi panjang tersebut?
3. Lantai sebuah rumah berukuran panjang 8 m dan lebar 6 m. Lantai itu akan
ditutupi keramik yang berukuran (20x20) cm. Hitunglah:
a. Berapa banyakkah keramik yang diperlukan untuk menutupi lantai?
b. Jika harga keramik per meter persegi Rp.25.000,00, maka berapakah biaya
yang diperlukan untuk pembelian keramik tersebut?
4. Pada persegi EFGH diketahui panjang diagonal EG = (3x – 4) cm dan FH =
20 cm. Tentukan nilai x!
5. Suatu persegi ABCD mempunyai luas yang sama dengan persegi panjang
PQRS dengan PQ=16cm dan RQ=4cm. Berpakah keliling persegi ABCD?
6. Perhatikan gambar disamping, berapakah besar S R
sudut PRS dan sudut SRQ?
50o
40o
P T Q
92
7. Perhatikan gambar berikut!
D C Berapakah luas bangun pada
gambar di samping, jika diketahui
AB=8cm, BO=3cm, CD=5cm,
A B O D CO=4cm dan EO=6cm?
E
8. Anton mempunyai kebun berbentuk belah ketupat, yang panjang sisinya 5m.
Disekeliling kebun tersebut akan ditanami pohon jambu dengan jarak tiap
pohon 20cm. Berapa banyakkah pohon yang ditanami Anton di sekeliling
kebunnya?
9. Perhatikan gambar belah ketupat di samping! D
Berapakah besar ∠ ACB dan ∠ ADC?
A 25o C
B
93
10. Perhatikan gambar persegi di bawah ini!
6cm
4cm
Berapakah luas bangun yang diarsir?
94
Lampiran 8
Ulangan Harian Segiempat (Instrumen Tes Penelitian)
Nama :
Kelas :
Petunjuk:
Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan!
Kerjakan sendiri semua soal-soal di bawah ini!
Bacalah soal dengan teliti dan kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu
anggap mudah!
Periksalah kembali hasil kerjamu sebelum dikumpulkan!
Alokasi waktu: 60 menit
1. Perhatikan gambar di bawah ini!
9cm Berapakah keliling bangun di samping!
10cm
3cm
2,5cm
15cm
2. Pada persegi EFGH diketahui panjang diagonal EG = (3x – 4) cm dan FH
= 20 cm. Tentukan nilai x!
3. Perhatikan gambar berikut!
D C Berapakah luas bangun pada
gambar di samping, jika diketahui
AB=8cm, BO=3cm, CD=5cm,
A B O D CO=4cm dan EO=6cm?
E
95
4. Anton mempunyai kebun berbentuk belah ketupat, yang panjang sisinya
5m. Disekeliling kebun tersebut akan ditanami pohon jambu dengan jarak
tiap pohon 20cm. Berapa banyakkah pohon yang ditanami Anton di
sekeliling kebunnya?
5. Perhatikan gambar belah ketupat di samping! D
Berapakah besar ∠ ACB dan ∠ ADC?
A 25o C
B
96
Lampiran 9
Kunci Jawaban Instrumen Tes Penelitian
1. Diketahui:
9cm
10cm
3cm
2,5cm
15cm
Ditanya: keliling bangun di atas
Jawab: Keliling bangun di atas : 9cm + 7,5cm + 3cm + 2,5cm + 15cm +
2,5cm + 3cm + 7,5cm = 50cm
2. Diketahui: Panjang diagonal EG pada persegi EFGH = (3x - 4 )cm
Panjang FH = 20cm
Ditanya: nilai x
Jawab:
H G
E F
Pada persegi EFGH panjang diagonal EG = FH = 20cm
Jadi EG = (3x – 4) = 20
3x = 20 + 4
3x = 24
x = 324 = 8cm
nilai x = 8cm
3. Diketahui: AB = 8cm, BO = 3cm, CD = 5cm, CO = 4cm, dan EO = 6cm
Ditanya: Luas bangun
97
Jawab:
D C Luas Bangun disamping terdiri
5cm dari 2 bangun yaitu jajargenjang
4cm ABCD dan layang-layang BCDE
A B 3cm O D Luas jajargenjang ABCD:
8cm 6cm alas=AB=8cm, tinggi=CO=4cm
Luas = alas x tinggi
= 8cm x 4 cm
E = 32cm2
Luas layang-layang BCDE:
Diagonal 1 (d1) = CO + EO = 4cm + 6cm
= 10cm
Karena BO = DO, maka Diagonal 2 (d2) = 2 x BO
= 2 x 3cm
= 6cm
Luas layang-layang BCDE : 21 x d1 x d2
= 21 x 10cm x 6cm
= 30cm2
Jadi luas bangun keseluruhan adalah :
Luas jajargenjang ABCD + Luas layang-layang BCDE = 32cm2 + 30cm2
= 62cm2
4. Diketahui : Kebun berbentuk belah ketupat yang panjang sisinya 5m
Jarak tiap pohon jambu yang akan ditanam di sekeliling kebun
20cm.
Ditanya: banyak pohon jambu yang ditanam disekeliling kebun
Jawab:
Untuk mencari banyak pohon yang ditanam disekeliling kebun dengan jarak
antar pohon 20cm, maka terlebih dahulu dicari keliling kebun
98
Keliling kebun yang berbentuk belah ketupat adalah 4s = 4 x 5m = 20m
Karena jarak antar pohon adalah 20cm, maka banyak pohon jambu yang
diperlukan adalah: 20x100 = 2000cm : 20 cm = 10 buah pohon jambu
5. Diketahui : ∠ DAC = 25o
Ditanya: besar ∠ ACB dan ∠ ADC
Jawab:
DAB = ∠ ∠ DCB
DAC = ∠ ∠ BAC = ACB = 25o ∠ ADC = 180o – (25o + 25o) ∠
= 50o
99
Lampiran 10
Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen Kelas Kontrol No Nama Nilai No Nama Nilai 1 A 20 1 A 70 2 B 28 2 B 50 3 C 35 3 C 40 4 D 45 4 D 15 5 E 70 5 E 15 6 F 48 6 F 40 7 G 40 7 G 70 8 H 45 8 H 15 9 I 15 9 I 20 10 J 70 10 J 20 11 K 0 11 K 20 12 L 15 12 L 40 13 M 65 13 M 20 14 N 15 14 N 15 15 O 40 15 O 10 16 P 10 16 P 20 17 Q 48 17 Q 15 18 R 50 18 R 45 19 S 75 19 S 25 20 T 50 20 T 40 21 U 15 21 U 10 22 V 20 22 V 65 23 W 15 23 W 40 24 X 20 24 X 70 25 Y 20 25 Y 70 26 Z 10 26 Z 15 27 AA 70 27 AA 15 28 AB 15 28 AB 15 29 AC 15 29 AC 20 30 AD 15 30 AD 15 31 AE 70 31 AE 20 32 AF 15 32 AF 15 33 AG 65 33 AG 20 34 AH 15 35 AI 15 36 AJ 15
Rata-rata : 33,17 Rata-rata: 30,15
100
Lampiran 11
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS PRETEST
A. Menentukan Hipotesis Statistik
H0 : 22
21 σσ =
H1 : 22
21 σσ ≠
B. Menentukan Ftabel dan Kriteria Pengujian
Dari tabel F pada taraf signifikansi α = 0,05 untuk dk penyebut (varian
terbesar) 35 dan dk pembilang (varian terkecil ) 32, diperoleh Ftabel = 2,00.
Keriteria pengujian untuk uji homogenitas sebagai berikut :
Jika Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika Fhitung ≥ Ftabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima
C. Menentukan Fhitung
37,109,44450911,608611 terkecilVarians terbesarVariansFhitung
=
=
=
D. Membandingkan Ftabel dengan Fhitung
Dari hasil perhitungan diperoleh,
Fhitung < Ftabel ⇔ 1,37 < 2,00
E. Kesimpulan
Dari pengujian homogenitas dengan uji Fisher diperoleh Fhitung < Ftabel maka
H0 diterima, artinya kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama atau
homogen.
101
Lampiran 12
UJI VALIDITAS
No Nama x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 y 1 A 3 2 10 2 2 8 5 1 3 2 38 2 B 2 1 10 2 1 1 2 1 3 2 25 3 C 3 1 10 2 1 8 5 1 3 10 44 4 D 3 2 8 1 2 8 2 2 3 2 33 5 E 10 2 3 10 5 1 10 10 3 3 57 6 F 10 2 3 10 1 1 10 2 3 3 45 7 G 10 2 3 10 1 3 5 10 3 3 50 8 H 10 2 3 10 2 3 5 10 3 3 51 9 I 10 2 1 10 5 1 10 10 3 3 55
10 J 3 2 2 0 1 0 0 2 0 2 12 11 K 3 2 3 2 2 1 0 2 0 2 17 12 L 10 2 3 10 1 1 5 10 3 3 48 13 M 3 2 3 10 5 1 3 1 1 3 32 14 N 10 2 3 10 2 1 2 1 1 1 33 15 O 3 2 3 10 2 1 10 2 3 3 39 16 P 10 3 3 4 2 5 5 2 1 2 37 17 Q 10 2 3 10 5 1 10 1 3 3 48 18 R 10 2 3 10 1 1 2 10 3 3 45 19 S 3 2 3 10 1 1 2 1 3 2 28 20 T 10 2 3 10 1 1 5 10 3 3 48 21 U 10 2 3 10 1 3 5 2 3 3 42 22 V 3 2 3 10 5 1 2 1 3 3 33 23 W 3 2 3 10 2 1 10 5 3 3 42 24 X 10 2 3 10 1 1 4 10 3 3 47 25 Y 10 2 3 10 1 1 10 10 3 3 53 26 Z 3 2 3 10 5 1 4 10 3 3 44 27 AA 3 2 7 10 1 2 3 10 3 2 43 28 AB 10 2 3 3 1 2 1 1 2 2 27 29 AC 3 3 6 10 5 10 10 2 3 2 54 30 AD 10 2 3 10 1 1 5 10 3 3 48
Σ 201 60 120 236 66 71 152 150 77 85 1218 rxy 0.52 0.18 -0.12 0.66 0.23 0.14 0.74 0.65 0.70 0.28
rtabel 0.36
Keterangan V TV TV V TV TV V V V TV
102
Contoh Perhitungan Uji Validitas Contoh perhitungan uji validitas soal nomor 1
( )( )( )( ) ( )( )( ) ( )( )
( )( ) ( )( ) ( )( ) ( )( )
( )( )
52,001,34675
18192)107076)(11229(
18192148352415906004040151630
24481826301012185302030201172130
121820187673022
2221
21
11
=
=
=
−−−
=
−−
−=
−−
−=
∑∑∑∑∑ ∑∑
YYnXXn
YXYXnrxy
Dengan dk = n – 2 = 30 – 2 = 28 dan α = 0,05 diperoleh rtabel 0,36
Karena rxy > rtabel, maka soal nomor 1 valid
103
Lampiran 13 UJI RELIABILITAS INSTRUMEN TES
No Nama x1 x2 x3 x4 x5
Skor Total
1 A 3 2 5 1 3 14 2 B 2 2 2 1 3 10 3 C 3 2 5 1 3 14 4 D 3 1 2 2 3 11 5 E 10 10 10 10 3 43 6 F 10 10 10 2 3 35 7 G 10 10 5 10 3 38 8 H 10 10 5 10 3 38 9 I 10 10 10 10 3 43
10 J 3 0 0 2 0 5 11 K 3 2 0 2 0 7 12 L 10 10 5 10 3 38 13 M 3 10 3 1 1 18 14 N 10 10 2 1 1 24 15 O 3 10 10 2 3 28 16 P 10 4 5 2 1 22 17 Q 10 10 10 1 3 34 18 R 10 10 2 10 3 35 19 S 3 10 2 1 3 19 20 T 10 10 5 10 3 38 21 U 10 10 5 2 3 30 22 V 3 10 2 1 3 19 23 W 3 10 10 5 3 31 24 X 10 10 4 10 3 37 25 Y 10 10 10 10 3 43 26 Z 3 10 4 10 3 30 27 AA 3 10 3 10 3 29 28 AB 10 3 1 1 2 17 29 AC 3 10 10 2 3 28 30 AD 10 10 5 10 3 38
Jumlah 201 236 152 150 77 816 si
2 12.91 13.29 11.37 17.79 0.87 Σsi
2 56.24 st
2 130.99 r11 0.71
104
Contoh Perhitungan Reliabilitas
( )( )71,0
57,025,199,13024,561
155
11 2
2
==
⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛−⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
−=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
−= ∑
t
iit s
sn
nr
105
Lampiran 14
UJI TARAF KESUKARAN UJI COBA INSTERUMEN TES
Nomor Soal No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 A 3 2 10 2 2 8 5 1 3 2 2 B 2 1 10 2 1 1 2 1 3 2 3 C 3 1 10 2 1 8 5 1 3 10 4 D 3 2 8 1 2 8 2 2 3 2 5 E 10 2 3 10 5 1 10 10 3 3 6 F 10 2 3 10 1 1 10 2 3 3 7 G 10 2 3 10 1 3 5 10 3 3 8 H 10 2 3 10 2 3 5 10 3 3 9 I 10 2 1 10 5 1 10 10 3 3 10 J 3 2 2 0 1 0 0 2 0 2 11 K 3 2 3 2 2 1 0 2 0 2 12 L 10 2 3 10 1 1 5 10 3 3 13 M 3 2 3 10 5 1 3 1 1 3 14 N 10 2 3 10 2 1 2 1 1 1 15 O 3 2 3 10 2 1 10 2 3 3 16 P 10 3 3 4 2 5 5 2 1 2 17 Q 10 2 3 10 5 1 10 1 3 3 18 R 10 2 3 10 1 1 2 10 3 3 19 S 3 2 3 10 1 1 2 1 3 2 20 T 10 2 3 10 1 1 5 10 3 3 21 U 10 2 3 10 1 3 5 2 3 3 22 V 3 2 3 10 5 1 2 1 3 3 23 W 3 2 3 10 2 1 10 5 3 3 24 X 10 2 3 10 1 1 4 10 3 3 25 Y 10 2 3 10 1 1 10 10 3 3 26 Z 3 2 3 10 5 1 4 10 3 3 27 AA 3 2 7 10 1 2 3 10 3 2 28 AB 10 2 3 3 1 2 1 1 2 2 29 AC 3 3 6 10 5 10 10 2 3 2 30 AD 10 2 3 10 1 1 5 10 3 3
Σ 201 60 120 236 66 71 152 150 77 85 P 0.67 0.20 0.40 0.79 0.22 0.24 0.51 0.50 0.26 0.28
Kriteria
Seda
ng
Suka
r
Seda
ng
Mud
ah
Suka
r
Suka
r
Seda
ng
Seda
ng
Suka
r
Suka
r
106
Contoh Perhitungan Taraf Kesukaran pada Butir Soal
Contoh perhitungan taraf kesukaran soal nomor 1
67,0300201
=
=
=JSBP
P = 0,67 berada pada interval 0,30 < P ≤ 0,70, maka soal nomor 1 memiliki
taraf kesukaran dengan kriteria sedang.
107
Lampiran 15
UJI DAYA PEMBEDA BUTIR SOAL UJI COBA INSTRUMEN TES
Nomor Soal Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 10 3 10 10 5 10 10 10 3 10 10 3 10 10 5 8 10 10 3 3 10 2 10 10 5 8 10 10 3 3 10 2 8 10 5 8 10 10 3 3 10 2 7 10 5 5 10 10 3 3 10 2 6 10 5 3 10 10 3 3 10 2 3 10 5 3 10 10 3 3 10 2 3 10 2 3 10 10 3 3 10 2 3 10 2 2 5 10 3 3 10 2 3 10 2 2 5 10 3 3 10 2 3 10 2 1 5 10 3 3 10 2 3 10 2 1 5 10 3 3 10 2 3 10 2 1 5 5 3 3 10 2 3 10 2 1 5 2 3 3
Kelompok Atas
10 2 3 10 2 1 5 2 3 3 Σ 150 32 78 150 51 57 115 129 45 52
10 2 3 10 1 1 5 2 3 3 3 2 3 10 1 1 5 2 3 3 3 2 3 10 1 1 4 2 3 3 3 2 3 10 1 1 4 2 3 3 3 2 3 10 1 1 3 2 3 2 3 2 3 10 1 1 3 2 3 2 3 2 3 10 1 1 2 1 3 2 3 2 3 4 1 1 2 1 3 2 3 2 3 3 1 1 2 1 3 2 3 2 3 2 1 1 2 1 2 2 3 2 3 2 1 1 2 1 1 2 3 2 3 2 1 1 2 1 1 2 3 2 3 2 1 1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 1 0 1 0 2
Kelompok Bawah
2 1 1 0 1 0 0 1 0 1 Σ 51 28 42 86 15 14 37 21 32 33
DP 0.66 0.03 0.24 0.43 0.24 0.29 0.52 0.72 0.09 0.13
Kriteria
Bai
k
Jele
k
Cuk
up
Bai
k
Cuk
up
Cuk
up
Bai
k
Sang
at B
aik
Jele
k
Jele
k
108
Contoh Perhitungan Daya Pembeda pada Butir Soal
Contoh perhitungan daya pembeda soal nomor 1
B
B
A
AP J
BJB
D −=
66,034,01
15051
150150
=−=
−=
Dp = 0,21 berada pada interval 0,40 < Dp ≤ 0,70, maka soal nomor 1 memiliki
daya pembeda dengan kriteria baik.
109
Lampiran 16 HASIL BELAJAR MATEMATIKA (POSTEST)
KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL No Nama Nilai No Nama Nilai 1 A 55 1 A 33 2 B 28 2 B 38 3 C 50 3 C 40 4 D 55 4 D 30 5 E 74 5 E 37 6 F 78 6 F 35 7 G 50 7 G 53 8 H 55 8 H 30 9 I 40 9 I 45 10 J 100 10 J 28 11 K 30 11 K 25 12 L 75 12 L 40 13 M 62 13 M 26 14 N 63 14 N 25 15 O 65 15 O 26 16 P 30 16 P 40 17 Q 28 17 Q 41 18 R 55 18 R 82 19 S 80 19 S 26 20 T 55 20 T 40 21 U 55 21 U 25 22 V 28 22 V 26 23 W 40 23 W 20 24 X 55 24 X 30 25 Y 38 25 Y 28 26 Z 40 26 Z 28 27 AA 70 27 AA 27 28 AB 36 28 AB 23 29 AC 40 29 AC 23 30 AD 36 30 AD 43 31 AE 90 31 AE 23 32 AF 75 32 AF 38 33 AG 75 33 AG 59 34 AH 40 35 AI 30 36 AJ 40
110
Lampiran 17 PERHITUNGAN DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI, MEAN, MEDIAN,
MODUS, VARIANS, SIMPANGAN BAKU, KEMIRINGAN DAN
KURTOSIS KELOMPOK EKSPERIMEN
A. Distribusi Frekuensi
1. Banyak data (n) = 36
2. Perhitungan Rentang
R = Xmaks - Xmin
= 100 – 28
= 72
3. Perhitungan Banyak Kelas
K = 1 + 3,3 log (n)
= 1 + 3,3 log 36
= 1 + 3,3 (1,56)
= 1 + 5,15
= 6,15 (dibulatkan menjadi 7)
4. Perhitungan Panjang Kelas
772
=
=
P
KRP
P = 10,29 (dibulatkan menjadi 11)
Membuat tabel distribusi sebagai berikut: Frekuensi
Nilai Bb Ba fi fk xi xi
2 fixi fixi2 xxi −
( )4
xxi − ( )4xxf i −
24-34 23,5 34,5 6 6 29 841 174 5046 -23,53 306540,39 1839242,35 35-45 34,5 45,5 9 15 40 1600 360 14400 -12,53 24649,28 221843,54 46-56 45,5 56,5 9 24 51 2601 459 23409 -1,53 5,48 49,32 57-67 56,5 67,5 3 27 62 3844 186 11532 9,47 8042,66 24127,99 68-78 67,5 78,5 6 33 73 5329 438 31974 20,47 175578,51 1053471,09 79-89 78,5 89,5 1 34 84 7056 84 7056 31,47 980814,71 980814,71
90-100 89,5 100,5 2 36 95 9025 190 18050 42,47 3253336,94 6506673,87 Jumlah 36 1891 111467 10626222,88
111
B. Perhitungan Mean
53,5236
1891
=
=
=∑
∑i
ii
fxf
x
C. Perhitungan Median
17,4967,35,45
91518115,45
2
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
+=
⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛ −+=
Mebe f
Fn
PBM
D. Perhitungan Modus
50,45115,34
033115,34
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=ba
abo ff
fPBM
50,4505,45
600115,45
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=ba
abo ff
fPBM
E. Perhitungan Varians
( )( )
( ) (( )
)
77,3461260
4369311260
3575881401281213636189111146736
12
222
=
=
−=
−−
=
−
−= ∑ ∑
nnxfxfn
s iiii
112
F. Perhitungan simpangan baku
62,1877,346
==s
G. Perhitungan Kemiringan
38,062,1803,7
62,1850,4553,52
=
=
−=
−=
sMx
S ok
Karena Sk > 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kanan, kurva
melandai ke kanan, atau menceng positif.
H. Perhitungan Ketajaman/Kurtosis
( )
( )
( )
46,294,12020386,29517262,18
88,10626222361
1
4
4
4
4
=
=
=
−=
∑s
xxfn i
α
Karena nilai kurtosisnya kurang dari 3, maka distribusinya adalah distribusi platikurtik atau bentuk kurvanya mendatar.
113
Lampiran 18
PERHITUNGAN DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI, MEAN, MEDIAN,
MODUS, VARIANS, SIMPANGAN BAKU, KEMIRINGAN DAN
KURTOSIS KELOMPOK KONTROL
A. Distribusi Frekuensi
1. Perhitungan Rentang
R = Xmaks - Xmin
= 82 - 20
= 62
2. Perhitungan Banyak Kelas
K = 1 + 3,3 log (n)
= 1 + 3,3 log 33
= 1 + 3,3 (1,52)
= 1 + 4,82
= 5,82 (dibulatkan menjadi 6)
3. Perhitungan Panjang Kelas
662
=
=
P
KRP
P = 10,33 (dibulatkan menjadi 11)
Membuat tabel distribusi sebagai berikut: Frekuensi
Nilai Bb Ba fi fk xi xi
2 fixi fixi2 (xxi −
( )4
xxi − )4xxf ii −
20-30 19,5 30,5 18 18 25 625 450 11250 -8,33 4814,82 86666,75 31-41 30,5 41,5 10 28 36 1296 360 12960 2,67 50,82 508,21 42-52 41,5 52,5 2 30 47 2209 94 4418 13,67 34919,99 69839,97 53-63 52,5 63,5 2 32 58 3364 116 6728 24,67 370404,79 740809,59 64-74 63,5 74,5 0 32 69 4761 0 0 35,67 1618871,72 0 75-85 74,5 85,5 1 33 80 6400 80 6400 46,67 4744071,26 4744071,26
Jumlah 33 1100 41756 5641895,78
114
B. Perhitungan Mean
33,3333
1100
=
=
=∑
∑i
ii
fxf
x
C. Perhitungan Median
58,2908,105,19
1805,16115,19
2
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
+=
⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛ −+=
Mebe f
Fn
PBM
D. Perhitungan Modus
12,2762,75,19
81818115,19
=+=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+=ba
abo ff
fPBM
E. Perhitungan Varians
( )( )
( ) ( )( )
04,1591056
1679481056
121000013779481333311004175633
12
222
=
=
−=
−−
=
−
−= ∑ ∑
nnxfxfn
s iiii
115
F. Perhitungan simpangan baku
61,1204,159
==s
G. Perhitungan Kemiringan
49,061,1221,6
61,1212,2733,33
=
=
−=
−=
sMx
S ok
Karena Sk > 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kanan, kurva
melandai ke kanan, atau menceng positif.
H. Perhitungan Ketajaman/Kurtosis
( )
( )
( )
76,685,2528454,17096661,12
78,5641895331
1
4
4
4
4
=
=
=
−=
∑s
xxfn i
α
Karena nilai kurtosisnya lebih besar dari 3, maka distribusinya adalah
distribusi platykurtis atau bentuk kurvanya mendatar
116
Lampiran 19
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK EKSPERIMEN
A. Menentukan Hipotesis
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
B. Menentukan χ2tabel
Dari tabel kai kuadrat untuk jumlah sampel 36 pada taraf signifikasi (α ) 5%
dan dk = K – 3 = 7 – 3 = 4, diperoleh χ2tabel = 9,49
C. Menentukan χ2hitung
Kelas Interval
Batas Kelas
Z Batas Kelas
Nilai Z Batas Kelas
Luas Z Tabel Ei Oi (Oi -
Ei)2/Ei
23.50 -1.56 0.0548 24-34 0.1063 3.8268 9 6.99
34.50 -0.97 0.1611 35-45 0.0946 3.4056 6 1.98
45.50 -0.38 0.2557 46-56 0.3391 12.2076 9 0.84
56.50 0.21 0.5948 57-67 0.2075 7.4700 4 1.61
67.50 0.80 0.8023 68-78 0.1255 4.5180 6 0.49
78.50 1.39 0.9278 79-89 0.0530 1.9080 1 0.43
89.50 1.99 0.9808 90-100 0.0156 0.5616 2 3.68
100.50 2.58 0.9964 Rata-rata 52,53
Simpangan Baku 18,62
( )
03,1668,343,049,061,184,098,199,6
22
=++++++=
−= ∑
i
iihitung
EEO
χ
117
D. Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian untuk uji normalitas sebagai berikut :
Jika χ2hitung < χ2
tabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika χ2hitung ≥ χ2
tabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima
E. Membandingkan χ2tabel dengan χ2
hitung
Dari hasil perhitungan diperoleh,
χ2hitung > χ2
tabel ⇔ 16,03 < 9,49
F. Kesimpulan
Karena > , maka tolak H0 atau terima H1, artinya data pada
kelompok eksperimen berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
hitung2χ tabel
2χ
118
Lampiran 20
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK KONTROL
A. Menentukan Hipotesis Statistik
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
B. Menentukan χ2tabel
Dari tabel kai kuadrat untuk jumlah sampel 33 pada taraf signifikasi (α ) 5%
dan dk = K – 3 = 6 – 3 = 3, diperoleh χ2tabel = 7,82.
C. Menentukan χ2hitung
Kelas Interval
Batas Kelas
Z Batas Kelas
Nilai Z Batas Kelas
Luas Z Tabel Ei Oi (Oi -
Ei)2/Ei
19.5 -1.10 0.1364 20-30 0.2748 9.0696 18 8.79
30.5 -0.22 0.4112 31-41 0.3303 10.8986 10 0.07
41.5 0.65 0.7415 42-52 0.1943 6.4118 2 3.04
52.5 1.52 0.9358 53-63 0.0559 1.8434 2 0.01
63.5 2.39 0.9916 64-74 0.0078 0.2580 0 0.26
74.5 3.26 0.9995 75-85 0.0005 0.0175 1 55.19
85.5 4.14 1.0000 Rata-rata 33,33
Simpangan baku 12,61
( )
37,6719,5526,001,004,307,079,8
22
=+++++=
−= ∑
i
iihitung
EEO
χ
D. Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian untuk uji normalitas sebagai berikut :
Jika χ2hitung < χ2
tabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika χ2hitung ≥ χ2
tabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima
119
E. Membandingkan χ2tabel dengan χ2
hitung
Dari hasil perhitungan diperoleh,
χ2hitung > χ2
tabel ⇔ 67,37 > 7,82
F. Kesimpulan
Karena > , maka tolak H0 dan terima H1, artinya data pada
kelompok kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
hitung2χ tabel
2χ
120
Lampiran 21
Penghitungan Pengujian Hipotesis Penghitungan hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji Mann
Whitney (Uji ”U”), dengan langkah-langkah penghitungannya:
1. Merumuskan hipotesis
H0: Tingkat hasil belajar kelompok eksperimen sama dengan tingkat hasil
belajar kelompok kontrol
H1: Tingkat hasil belajar kelompok eksperimen lebih besar dari pada
tingkat hasil belajar kelompok kontrol
2. Menentukan hipotesis statistik
H0 : z = z0
H1 : z > z1
3. Menentukan kriteria pengujian
Jika p ≤ α , maka tolak H0
Jika p > α , maka terima H0
4. Melakukan pengujian statistik
a. Tetapkan satu sampel sebagai kelompol 1 dan sampel lain sebagai
kelompok 2.
Kelompok 1 = kelompok eksperimen
Kelompok 2 = kelompok kontrol
b. Data dari kedua kelompok disatukan dengan setiap data diberi kode
asal kelompoknya. Kemudian data yang telah digabungkan diberi
peringkat dari 1 (nilai terkecil) sampai n (tabel penentuan peringkat
terlampir)
c. Hitung jumlah peringkat dari kelompok 1 dan dibberi simbol R1
dan jumlah peringkat dari kelompok 2 dihitung dan diberi simbol
R2. Berdasarkan penghitungan jumlah peringkat diperoleh:
R1 = 1631 R2 = 784
121
d. Tentukan U1 dan U2
U1 = n1n2+ 21)(nn 11 + -R1,
U1 = (36)(33) + 16312
)136)(36(−
+
U1 = 223
U2 = n1n2+ 21)(nn 22 + -R2
U2 = (36)(33) + 7842
)133)(33(−
+
U2 = 965
e. Tentukan U
U = Min (U1,U2)
U = Min (223, 965)
U = 223
f. Tentukan rata-rata ( uμ )
uμ = 2
21nn
uμ = 2
)33)(36(
uμ = 594
g. Tentukan simpangan baku ( uσ )
uσ = 12
)1( 2121 ++ nnnn
uσ = 12
)13336)(33)(36( ++
uσ = 83,25
h. Tentukan nilai z
z =u
uUσ
μ−
122
z =25,83594223 −
z = -4,46
i. Tentukan nilai p
Karena pada tabel z nilai p (z ≥ 3,9) = 1 dan p (z -3,9) = 0 maka
nilai z = -4,46 sesuai dengan sifat distribusi normal dengan taraf
signifikasi
≤
α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,00
5. Melakukan pengambilan keputusan
Karena diperoleh p <α (0,00 < 0,05), maka tolak H0 dan terima H1,
artinya tingkat hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas
kontrol.
123
Lampiran 22
Tabel penentuan peringkat nilai posttest (Uji Mann-Whitney- Uji "U")
Gabungan
No Kel Skor Ranking No Kel Skor Ranking 1 K23 20 1 36 E29 40 37.5 2 K28 23 3 37 E34 40 37.5 3 K29 23 3 38 E36 40 37.5 4 K31 23 3 39 K3 40 37.5 5 K11 25 6 40 K12 40 37.5 6 K14 25 6 41 K16 40 37.5 7 K21 25 6 42 K20 40 37.5 8 K13 26 9.5 43 K17 41 43 9 K15 26 9.5 44 K30 43 44
10 K19 26 9.5 45 K9 45 45 11 K22 26 9.5 46 E3 50 46.5 12 K27 27 12 47 E7 50 46.5 13 E2 28 15.5 48 K7 53 48 14 E17 28 15.5 49 E1 55 52 15 E22 28 15.5 50 E4 55 52 16 K10 28 15.5 51 E8 55 52 17 K25 28 15.5 52 E18 55 52 18 K26 28 15.5 53 E20 55 52 19 E11 30 21.5 54 E21 55 52 20 E16 30 21.5 55 E24 55 52 21 E35 30 21.5 56 K33 59 56 22 K4 30 21.5 57 E13 62 57 23 K8 30 21.5 58 E14 63 58 24 K24 30 21.5 59 E15 65 59 25 K1 33 25 60 E27 70 60 26 K6 35 26 61 E5 74 61 27 E28 36 27.5 62 E12 75 63 28 E30 36 27.5 63 E32 75 63 29 K5 37 29 64 E33 75 63 30 E25 38 31 65 E6 78 65 31 K2 38 31 66 E19 80 66 32 K32 38 31 67 K18 82 67 33 E9 40 37.5 68 E31 90 68 34 E23 40 37.5 69 E10 100 69 35 E26 40 37.5
Rata-rata kesseluruhan sampel (69 sampel) adalah 44,19
124
Lanjutan (Data Ranking pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol)
Eksperimen Kontrol Kel skor ranking Kel skor Ranking E2 28 15.5 K23 20 1
E17 28 15.5 K28 23 3 E22 28 15.5 K29 23 3 E11 30 21.5 K31 23 3 E16 30 21.5 K11 25 6 E35 30 21.5 K14 25 6 E28 36 27.5 K21 25 6 E30 36 27.5 K13 26 9.5 E25 38 31 K15 26 9.5 E9 40 37.5 K19 26 9.5
E23 40 37.5 K22 26 9.5 E26 40 37.5 K27 27 12 E29 40 37.5 K10 28 15.5 E34 40 37.5 K25 28 15.5 E36 40 37.5 K26 28 15.5 E3 50 46.5 K4 30 21.5 E7 50 46.5 K8 30 21.5 E1 55 52 K24 30 21.5 E4 55 52 K1 33 25 E8 55 52 K6 35 26
E18 55 52 K5 37 29 E20 55 52 K2 38 31 E21 55 52 K32 38 31 E24 55 52 K3 40 37.5 E13 62 57 K12 40 37.5 E14 63 58 K16 40 37.5 E15 65 59 K20 40 37.5 E27 70 60 K17 41 43 E5 74 61 K30 43 44
E12 75 63 K9 45 45 E32 75 63 K7 53 48 E33 75 63 K33 59 56 E6 78 65 K18 82 67
E19 80 66 JUMLAH 1133 784 E31 90 68 E10 100 69
JUMLAH 1916 1631
125
Lampiran 23
Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari Pearson
126
Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari Pearson (Lanjutan)
127
Luas Di Bawah Kurva Normal
128
Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square)
129
Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Lanjutan)
130
Nilai Kritis Distribusi F
f0,05 (v1, v2)
131
Nilai Kritis Distribusi F (Lanjutan)