Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap ...
Pengaruh stock split: analisis likuiditas saham di bursa .../Pengaruh... · investor dalam...
Transcript of Pengaruh stock split: analisis likuiditas saham di bursa .../Pengaruh... · investor dalam...
1
Pengaruh stock split: analisis likuiditas saham di bursa efek
Jakarta
Disusun Oleh:
Desi Farida Arianti
NIM. F.1303012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Informasi merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi para
investor dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini berkaitan
dengan pemilihan portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan
tingkat resiko tertentu. informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang
terjadi, sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh
investor baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi
(privat). Salah satu informasi yang ada adalah pengumuman stock split atau
pemecahan saham. Informasi ini dapat memiliki makna atau nilai jika
keberadaan informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi
pasar modal, yang akan tercermin dalam perubahan harga saham, volume
perdagangan dan indikator atau karakteristik pasar lainnya.
2
Stock split adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan go-
public untuk menaikkan jumlah saham yang beredar (Brigham & Gapenski
dalam Fatmawati dan Asri, 1999:94). Aktivitas tersebut biasanya dilakukan
pada saat harga dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan
investor untuk membelinya. Pada dasarnya ada dua stock split yang dapat
dilakukan yaitu split-up (pemecahan naik) dan split-down (pemecahan turun).
Split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang
mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya
pemecahan saham dengan split factor 2:1, 3:1, 4:1. Sedangkan split-down
adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah
saham yang beredar. Misalnya split-down dengan split factor 1:2, 1:3, dan 1:4.
Dengan adanya split-up atau split-down, saldo modal tidak berubah, yang
berubah hanya lembar saham yang beredar.
Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari
perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis
(Hartono, 2000:398). Fenomena ini menimbulkan pertanyaan yaitu jika
memang stock split tidak mempunyai nilai ekonomi, mengapa perusahaan
melakukannya dan mengapa pasar juga bereaksi terhadapnya. Kemungkinan
alasannya adalah berhubungan dengan likuiditas saham (liquidity hypothesis)
dan sinyal yang disampaikan oleh perusahaan kepada publik (signaling
hypothesis). Ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan melakukan
stock split (Scott et al. dalam Margaretha, 2004:74):
3
1. Agar harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan
jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan
saham.
2. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham
kepada kisaran yang telah ditargetkan.
3. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa
peningkatan laba dan deviden kas.
Pengaruh stock split terhadap keuntungan investor dijelaskan oleh
Lamoureux dan Poon dalam Sukardi (2003:330) yang menyimpulkan bahwa
pasar memberikan nilai positif terhadap stock split karena adanya tax-option
impac. Dampak tersebut berbentuk pembebasan pajak yang dihadapi investor
(tax-exampt investor) sehingga investor memperoleh keuntungan lebih.
Sementara bagi manajer, pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal
positif karena perusahaan akan menyampaikan prospek masa depan
perusahaan yang baik kepada publik. Hal ini didukung dengan kenyataan
bahwa perusahaan yang memiliki stock split merupakan perusahaan yang
mempunyai kinerja yang baik. Jika pasar bereaksi pada waktu pengumuman
stock split, bukan berarti bahwa pasar bereaksi karena informasi stock split
tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis, tetapi bereaksi karena mengetahui
prospeek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui stock split.
Karena stock split mengandung biaya yang harus ditanggung, maka hanya
perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung
biaya ini dan sebagai akibatnya pasar bereaksi positif terhadapnya.
4
Sebaliknya, perusahaan yang tidak mempunyai prospek yang baik yang
mencoba memberikan sinyal yang tidak valid lewat stock split akan tidak
mampu menanggung biaya tersebut, sehingga bukannya stock split akan
meningkatkan harga sekuritasnya tetapi akan menurunkannya jika pasar cukup
canggih untuk mengetahuinya.
Ewijaya dan Indriantoro (1998) melakukan penelitian mengenai
pengaruh stock split terhadap harga saham. Temuan yang diperoleh dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa stock split berpengaruh secara negatif
terhadap perubahan harga saham secara signifikan.
Fatmawati dan Asri (1999) menganalisis bid-ask spread diseputar
pengumuman stock split. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara harga saham, volume turnover dan bid-ask spread pada
saat sebelum dan sesudah stock split.
Kurniawati (2003) menganalisis kandungan informasi stock split dan
likuiditas saham pada non-synchronous trading. Hasilnya menunjukkan hanya
beta saja yang memiliki perbedaan yang signifikan, sedangkan volume
perdagangan dan bid-ask spread meskipun berbeda tetapi tidak signifikan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan likuiditas setelah stock split.
Margaretha (2002) menganalisis dampak stock split terhadap likuiditas
perdagangan dan pendapatan saham. Hasilnya menunjukkan bahwa harga
saham mempunyai hubungan yang signifikan dengan keputusan perusahaan
melakukan stock split, frekuensi perdagangan saham tidak mempunyai
hubungan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split, terdapat
5
perbedaan frekuensi perdagangan saham yang signifikan sebelum dan sesudah
stock split, dan tidak ada perbedaan earning perusahaan sebelum dan sesudah
stocksplit.
Berdasarkan pada beberapa pandangan mengenai stock split, penelitian
ini akan menguji kembali adanya pengaruh stock split terhadap likuiditas
saham. Pengujian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Copeland
(1979) yang melakukan penelitian terhadap perilaku perdagangan para
investor dalam sekuritas yang di split-up (efek likuiditas dari stock split).
Ukuran likuiditas yang digunakan yaitu perubahan volume perdagangan
saham dan perubahan biaya transaksi yang diukur dengan bid-ask spread.
Hasil penelitian Copeland (1979) menunjukkan bahwa terjadi penurunan
likuiditas saham setelah stock split. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah (1) periode penelitian sebelumnya dilakukan bulan Januari
1963 sampai dengan bulan Januari 1974, sedangkan penelitian ini
menggunakan periode tahun pengamatan tahun 2002 sampai dengan tahun
2004, (2) penelitian sebelumnya tidak mempertimbangkan volume turnover
seperti penelitian Fatmawati dan Asri (1999) sedangkan penelitian ini
mempertimbangkan volume turnover sebelum dan setelah dilakukan
pemecahan saham.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul
“PENGARUH STOCK SPLIT: ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DI
BURSA EFEK JAKARTA”
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disusun, maka permasalahan yang
dihadapi dirumuskan menjadi:
1. Apakah ada perbedaan antara bid-ask spread sebelum stock split dan
sesudah stock split?
2. Apakah ada perbedaan antara volume perdagangan sebelum stock split dan
sesudah stock split?
3. Apakah ada perbedaan antara volume turnover sebelum stock split dan
sesudah stock split?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara bid-ask spread sebelum
stock split dengan bid-ask spread sesudah stock split.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara volume perdagangan
sebelum stock split dengan volume perdagangan sesudah stock split.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara volume turnover
sebelum stock split dengan volume turnover sesudah stock split.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi secara empiris reaksi pasar mengenai kandungan
informasi di seputar tanggal pengumuman stock split.
7
2. Memberikan informasi bagi investor mengenai sinyal yang diberikan
akibat stock split di Bursa Efek Jakarta dalam hubungan dengan likuiditas
perusahaan.
3. Memberikan sumbangan tambahan literatur mengenai stock split terhadap
likuiditas saham dan juga memberikan dasar bagi penelitian selanjutnya di
masa yang akan datang.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal Indonesia
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat
berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi (efek-efek) pasar
modal adalah suatu sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli
dana.
Menurut UU No 8 tahun 1995, pasar modal didefinisikan sebagai
kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya.
Menurut U Tun Wai dan Prof. Hugh T. Patrick dalam sebuah
makalah IMF berjudul “Stock and Bonds Issue and Capital Market in the
Less Developed Countries” (Anonim, 1987: 15-16), menyebut tiga
pengertian tentang pasar modal sebagai berikut:
a. Definisi yang luas
Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi,
termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang
keuangan, serta surat-surat kertas berharga/klaim, jangka panjang dan
pendek, primer dan yang tidak langsung.
7
9
b. Definisi dalam arti menengah
Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-
lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang
berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham,
obligasi-obligasi pinjaman berjangka, hipotik dan tabungan serta
deposito berjangka.
c. Definisi dalam arti sempit
Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan
saham-saham dan obligasi-obligasi dengan memakai jasa dari makelar,
komisioner dan para underwriter.
Dalam Anonim (1987: 16), G.L. Leffler dalam bukunya
Stockmarket menyebut fungsi bursa efek adalah:
a. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang telah
ditawarkan kepada masyarakat (Efek yang telah dimiliki umum)
b. Untuk menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan
melalui mekanisme penawaran dan permintaan.
c. Untuk membantu dalam pembelanjaan dunia usaha.
Tekanan utama kegiatan pasar modal di Indonesia terletak pada
tujuannya yang mengarah pada usaha pemerataan pendapatan masyarakat
serta menggairahkan partisipasi masyarakat dalam membiayai
pembangunan.
Pasar modal akan mempermudah perusahaan-perusahaan untuk
memperoleh dana, sehingga kegiatan ekonomi di berbagai sektor dapat
10
ditingkatkan. Terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi tersebut akan
menciptakan dana mengembangkan lapangan kerja yang luas, yang
dengan sendirinya dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar,
sehingga secara langsung dapat berpengaruh dalam mengurangi jumlah
pengangguran.
2. Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Kegiatan pasar modal Indonesia resmi dimulai pada tahun 1977
sewaktu perusahaan PT. Semen Cibinong menerbitkan sahamnya di BEJ.
Dalam perkembangannya kondisi ekonomi dan moneter tidak bisa
dilepaskan, tetapi pengaruh yang nampaknyata ternyata berasal dari
berbagai kebijaksanaan pemerintah.
Pada awalnya perkembangan pasar modal Indonesia, kalau diukur
dengan jumlah perusahaan yang menerbitkan sahamnya di BEJ, maupun
kegiatan prdagangan saham, ternyata sangat lambat. Sampai dengan tahun
1982 baru 23 perusahaan, tetapi setelah itu terhenti pada angka 24
perusahaan sampai dengan tahun 1988. baru pada tahun-tahun berikutnya
terjadi peningkatan yang cukup besar, mencapai jumlah 124 perusahaan
pada tahun 1990.
Pada tahun 1982 pemerintah memberikan insentif dalam bentuk
keringanan pajak bagi perusahaan yang bersedia menjual sahamnya di
pasar modal Indonesia. Insentif ini berakhir pada akhir tahun 1983, karena
pada tahun 1984 berlaku sistem perpajakan yang baru. Karena itulah
beberapa perusahaan memanfaatkan insentif ini yang ditunjukkan dengan
11
peningkatan jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ dari 8 perusahaan
menjadi 23 perusahaan.
Pada tahun 1989 jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ
meningkat cukup banyak, diikuti tahun 1990, dan masih meningkat pada
tahun 1991. Peningkatan tersebut terjadi karena beberapa sebab, yaitu (1)
BAPEPAM mulai menerapkan menerapkan kebijakan kebijakan baru yang
intinya BAPEPAM tidak ingin mencampuri pembentukan harga saham di
pasar perdana, pembentukan harga di pasar perdana ditentukan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan, yaitu emiten dan para penjamin, (2) batasan
perubahan harga saham sebesar maksimum empat persen setiap transaksi
ditiadakan, harga yang terbentuk diserahkan pada kekuatan permintaan
dan penawaran, dan (3) ada dua kebijakan pemerintah yang mempunyai
dampak sangat besar bagi perkembangan pasar modal yaitu dikenakannya
pajak sebesar 15% atas bunga deposito dan diijinkannya pemodal asing
untuk membeli saham-saham yang terdaftar di BEJ. Pada tahun 1989 itu
pula pemerintah membuka bursa paralel, yaitu bursa yang ditujukan untuk
perusahaan-perusahaan yang masih belum memenuhi syarat untuk
terdaftar di bursa utama (BEJ). Perusahaan-perusahaan yang terdaftaar di
bursa paralel biasannya adalah perusahaan yang relatif kecil dan muda.
Pada tahun 1992 mulai muncul cara penghimpunan dana dari pasar
modal dengan menerbitkan bukti right. Bukti right menunjukkanhak yang
dimiliki seorang pemodal untuk membeli suatu saham dengan harga
tertentu (biasanya lebih murah dari harga saham yang sedang berlaku pada
12
waktu itu). Karena itu, bukti right hanya dibatasi kepada pemegang saham
lama. Tujuan utama dari penerbitan right adalah untuk tidak merubah
proporsi kepemilikan pemegang saham, dan menekan biaya emisi (karena
biasanya tidak diperlukan underwriter).
Dengan perkembangan pasar modal tersebut pemerintah merasa
perlu untuk membuat regulatory framework untuk pasar modal agar bisa
meningkatkan dan mendorong tumbuhnya pasar yang teratur, terbuka dan
efisien agar bisa memberikan perlindungan yang wajar pada masyarakat
dan pemodal. Untuk mencapai tujuan ini Badan Pelaksana Pasar Modal
kemudian diganti namanya menjadi Badan Pengawas Pasar Modal
(singkatannya tetap BAPEPAM).
Dalam bentuk barunya BAPEPAM mempunyai kewajiban untuk:
a. Memonitor dan mengatur suatu pasar dimana sekuritas-sekuritas dapat
diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar, dan efisien
dengan maksud untuk melindungi kepentingan para pemodal dan
masyarakat.
b. Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, clearing, settlement,
dan lembaga-lembaga penyimpanan, reksa dana, perusahaan sekuritas
dan para pialang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan para
profesional.
c. Untuk memberi rekomendasi tentang pasar modal kepada Menteri
Keuangan.
13
B. Stock Split
1. Pengertian Stock Split
Stock split atau pemecahan saham adalah memecah selembar saham
menjadi n lembar saham. Harga per-lembar saham baru setelah stock split
adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya (Hartono, 2000:397). Brigham
& Gapenski dalam Fatmawati dan Asri (1999:94) stock split adalah suatu
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan go public untuk menaikkan
jumlah saham yang beredar. Aktivitas tersebut biasanya dilakukan pada
saat harga dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan
investor untuk membelinya.
Pada dasarnya ada dua stock split yang dapat dilakukan yaitu split-up
(pemecahan naik) dan split-down (pemecahan turun). Split-up adalah
penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan
bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham
dengan split factor 2:1, 3:1, 4:1. Sedangkan split-down adalah peningkatan
nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang
beredar. Misalnya split-down dengan split factor 1:2, 1:3, dan 1:4. Dengan
adanya split-up atau split-down, saldo modal tidak berubah, yang berubah
hanya lembar saham yang beredar.
2. Perlakuan Akuntansi Terhadap Stock Split
Pengaturan stock split tidak disebutkan dalam Standar Akuntansi
Keuangan (SAK). SAK hanya mengatur mengenai dividen saham yang
14
dibagikan oleh perusahaan, yaitu yang diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 21 paragraf 23 tentang dividen saham.
Uraian mengenai distribusi saham (baik dividen saham atau split) akan
dijelaskan dengan contoh:
PT. ABC mempunyai struktur modal sebelum distribusi saham seperti
yang tertera dibawah ini:
Saham biasa (Rp. 1.000,00;100.000 lembar) Rp. 100.000.000,00
Agio saham Rp. 50.000.000,00
Laba ditahan Rp. 50.000.000,00 +
Modal saham Rp. 200.000.000,00
Jika PT. ABC memutuskan untuk melakukan dividen saham sebesar 10%
dan pada saat itu harga pasar sahamnya sebesar Rp. 2.500,00 per lembar,
maka struktur modal setelah dividen saham adalah sebagai berikut:
Saham biasa (Rp. 1.000,00;110.000 lembar) Rp. 110.000.000,00
Agio saham Rp. 65.000.000,00
Laba ditahan Rp. 25.000.000,00 +
Modal saham Rp. 200.000.000,00
Terlihat bahwa PT. ABC melakukan kapitalisasi rekening laba ditahan
pada nilai pasar tambahan saham sebesar 25.000.000 (10%x 100.000
lembar x Rp. 2.500,00). Oleh karena itu, nilai nominal saham tidak
berubah, kenaikan jumlah saham tercermin dalam kenaikan rekening
saham biasa sebesar 10.000.000 (Rp. 1000,00 x 10.000 lembar), sementara
15
sisanya sebesar 15.000.000 (25.000.000 - 10.000.000) ditambahkan ke
rekening agio saham sehingga total modal saham tidak berubah.
Namun jika PT. ABC memutuskan untuk melakukan distribusi saham
sebesar 50% dari jumlah saham yang beredar (stock split effected in the
form of a stock devident), maka struktur modal setelah distribusi saham
tersebut menjadi:
Saham biasa (Rp. 1.000,00;150.000 lembar) Rp. 150.000.000,00
Agio saham Rp. -
Laba ditahan Rp. 50.000.000,00 +
Modal saham Rp. 200.000.000,00
Oleh karena jumlah saham yang didistribusikan cukup material dalam
menurunkan harga pasar saham, maka dilakukan kapitalisasi rekening agio
saham pada nilai nominal tambahan saham.
Sementara jika PT. ABC memutuskan untuk melakukan stock split dengan
faktor pemecahan 2:1, yang artinya setiap 1 lembar saham lama ditukar
dengan 2 lembar saham baru, maka jumlah saham yang beredar sekarang
menjadi 200.000 lembar dengan nilai nominal Rp. 500,00 per lembar,
sehingga struktur modal setelah stock split menjadi:
Saham biasa (Rp. 500,00;200.000 lembar) Rp. 100.000.000,00
Agio saham Rp. 50.000.000,00
Laba ditahan Rp. 50.000.000,00 +
Modal saham Rp. 200.000.000,00
Bagi pemegang saham, pengurangan nilai nomunal ini tidak mengubah
nilai buku investasi sahamnya. Sekaligus tidak ada pendapatan yang
16
diakui. Dengan demikian terjadinya stock split tidak perlu dijurnal tetapi
cukup dibuatkan memo bahwa telah dilakukan stock split, jumlah saham
yang beredar meningkat, dan nilai nominal per lembar saham telah
berubah (Kieso and Weygant, 2002:822).
3. Alasan Dilakukannya Stock Split
Stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain
stock split tidak mempunyai nilai ekonomis (Hartono, 2000:398).
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan yaitu jika memang stock split
tidak mempunyai nilai ekonomi, mengapa perusahaan melakukannya dan
mengapa pasar juga bereaksi terhadapnya. Kemungkinan alasannya adalah
berhubungan dengan likuiditas saham (liquidity hypothesis) dan sinyal
yang disampaikan oleh perusahaan kepada publik (signaling hypothesis).
Ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan melakukan stock split
seperti yang dikemukakan oleh Scott et al dalam Margaretha (2004:74):
a. Agar harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan
jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan
saham.
b. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham
kepada kisaran yang telah ditargetkan.
c. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang
berupa peningkatan laba dan deviden kas.
Menurut Kurniawati (2003), beberapa pelaku pasar, khususnya
para emiten mempunyai pendapat bahwa stock split memiliki berbagai
17
macam manfaat diantaranya adalah (1) harga saham yang lebih rendah
setelah stock split akan meningkatkan daya tarik investor untuk membeli
sejumlah saham yang lebih besar sehingga dapat mengubah investor odd
lot yaitu investor yang membeli saham dibawah 500 lembar (1lot) menjadi
investor round lot yaitu investor yang membeli saham minimal 500
lembar, (2) meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan
investasi, (3) meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan
menjadi likuid, dan (4) sinyal yang positif bagi pasar bahwa kinerja
manajemen perusahaan bagus dan memiliki prospek yang bagus.
Bagi manajer perusahaan pengumuman stock split dianggap
sebagai sinyal positif karena perusahaan akan menyampaikan prospek
masa depan perusahaan yang baik kepada publik. Hal ini didukung dengan
kenyataan bahwa perusahaan yang memiliki stock split merupakan
perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Jika pasar bereaksi pada
waktu pengumuman stock split, bukan berarti bahwa pasar bereaksi karena
informasi stock split tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis, tetapi
bereaksi karena mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang
disinyalkan melalui stock split. Karena stock split mengandung biaya yang
harus ditanggung, maka hanya perusahaan yang mempunyai prospek
bagus saja yang mampu menanggung biaya ini dan sebagai akibatnya
pasar bereaksi positif terhadapnya. Sebaliknya, perusahaan yang tidak
mempunyai prospek yang baik yang mencoba memberikan sinyal yang
tidak valid lewat stock split akan tidak mampu menanggung biaya
18
tersebut, sehingga bukannya stock split akan meningkatkan harga
sekuritasnya tetapi akan menurunkannya jika pasar cukup canggih untuk
mengetahuinya.
C. Likuiditas Saham
Sebelum melakukan stock split, harga saham perusahaan yang
terlalu tinggi akan menurunkan permintaan saham tersebut. Hal ini
disebabkan karena para investor terutama investor kecil tidak dapat membeli
saham tersebut atau kemampuan daya belinya rendah. Salah satu tujuan
perusahaan melakukan stock split adalah mengarahkan harga saham pada
suatu range tertentu sehingga perdagangan saham bisa lebih optimal dan
dapat aktif diperdagangkan serta dapat meningkatkan daya tarik investor
kecil untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar.
1. Bid-ask spread
Bid-ask spread merupakan perbedaan antara bid price dan ask
price. Bid price adalah harga penawaran pembelian tertinggi. Ask price
adalah harga penawaran penjualan terendah (Hartono, 2000:57).
Biaya pemilikan sekuritas mencerminkan resiko harga dan
opportunity cost terhadap pemilikan suatu sekuritas. Biaya order
berhubungan dengan proses perdagangan sekuritas, pencatatan, dan
kliring transaksi. Biaya informasi terjadi jika dealer melakukan transaksi
dengan investor yang memiliki informasi superior (Fatmawati dan Asri,
1999:99).
19
Berdasarkan asumsi bahwa dealer tidak dapat membedakan
pedagang berinformasi dengan pedagang tanpa informasi, dealer harus
menaikkan spread untuk melindungi dirinya dari kerugian terhadap
pedagang berinformasi (Stool dalam Fatmawati dan Asri, 1999). Jika
emiten memberikan informasi kepada pasar melalui pengumuman publik
arus informasi tersebut akan diterima oleh dealer maupun investor. Hal
tersebut berakibat terjadinya penurunan asimetri informasi dan kemudian
akan menurunkan adverse selection risk (biaya informasi) yang dihadapi
dealer sehingga memotivasi dealer untuk menurunkan spread.
Harga saham yang lebih rendah setelah dilakukan stock split
menyebabkan pertemuan antara harga penawaran dan harga
permintaan relatif lebih besar. Hal ini mengakibatkan perbedaan antara
besarnya harga penawaran dan harga permintaan saham (bid ask
spread) semakin kecil. Apabila bid ask spread suatu saham lebih
rendah, maka hal tersebut mengindikasikan likuiditas sahamnya
meningkat.
2. Volume perdagangan
Volume perdagangan merupakan ukuran besarnya volume saham
tertentu yang diperdagangkan, mengindikasikan kemudahan dalam
memperdagangkan saham tersebut. Besarnya variabel volume
perdagangan diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan
saham yang dapat dilihat melalui indikator aktivitas volume
perdagangan (Trading Volume Activity/ TVA).
20
Sukardi (2003), melakukan penelitian tentang pengaruh pemecahan
saham terhadap abnormal return dan likuiditas saham, dengan
menggunakan model indeks tunggal dan Trading Volume Activity dan
dilanjutkan dengan uji signifikansi. Hasilnya menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return
saham sebelum dan setelah stock split dari perusahaan yang
melakukannya dan diikuti dengan kenaikan earning. Juga tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas saham sebelum
dan setelah stock split.
3. Volume turnover
Volume turnover merupakan volume perputaran saham yang
diperdagangkan. Jika para investor percaya bahwa mereka memiliki
informasi tertentu maka perdagangan akan terkonsentrasi pada saham
tertentu yang informasinya dimiliki oleh investor.
Tingkat volume turnover digunakan untuk melihat apakah
preferensi investor secara individual menilai kebijakan split sebagai
sinyal positif atau negatif untuk membuat keputusan perdagangan saham
di atas keputusan perdagangan normal. Hasil pengujian statistik
menunjukkan bahwa volume turnover pada saat split menunjukkan
bahwa volume turnover pada saat split lebih besar daripada volume
turnover sebelum dan sesudah split secara signifikan. Peningkatan
volume turnover tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan split
mempunyai kandungan informasi yang menyebabkan terjadinya
21
perbedaan preferensi investor. Kenaikan volume perdagangan saham
tetap dapat terjadi apabila investor memiliki presisi informasi pribadi
yang berbeda-beda (Kim dan Verrechia dalam Fatmawati dan Asri,
1999:104).
Penelitian Fatmawati dan Asri (1999), menunjukkan bahwa adanya
pengumuman split oleh perusahaan tidak terdapat perbedaan volume
turnover antara sebelum dengan sesudah split.
D. Efisiensi Pasar
1. Pengertian Efisiensi Pasar
Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga
sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang
relevan (Husnan, 1996:246). Informasi yang relevan diklasifikasikan
menjadi tiga yaitu informasi dalam bentuk perubahan harga di waktu
yang lalu, informasi yang tersedia kepada publik (public information),
dan informasi yang tersedia baik kepada publik maupun tidak (public
and private information).
West dalam Husnan (1996:245), membedakan internal dan
external efficiency. External efficiency menunjukkan bahwa pasar berada
dalam keadaan keseimbangan sehingga keputusan perdagangan saham
berdasarkan atas informasi yang tersedia di pasar tidak bisa memberikan
tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan keseimbangan. Internal
efficiency menunjukkan bahwa pasar modal tersebut bukan hanya
22
memberikan harga yang “benar”, tetapi juga memberikan berbagai jasa
yang diperlukan oleh para pembeli dan penjual denngan biaya serendah
mungkin.
2. Bentuk Efisiensi Pasar
Bentuk efisiensi pasar menurut Hartono (2000:352) dapat ditinjau
dari:
a. Efisiensi pasar secara informasi (informatinally efficient market)
Kunci utama untuk mengukur pasar efisien adalah hubungan antara
harga sekuritas dengan informasi. Pertanyaannya adalah informasi
mana yang dapat digunakan untuk menilai pasar yang efisien,
apakah informasi yang lama, informasi yang sedang dipublikasikan
atau semua informasi termasuk informasi privat.
Fama dalam Hartono (2000: 323) menyajikan tiga bentuk utama
dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari
infoemasi, yaitu:
1) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga
dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi
masa lalu. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-
nilai masa lalu tidak dapat digunakanuntuk memprediksi harga
sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien bentuk
lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu
untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal.
23
2) Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas
secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi
yang dipublikasikan (all publicly available information)
termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan
perusahaan emiten.
Informasi yang dipublikasikan dapat berupa:
a) Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut Informasi yang dipublikasikan ini merupakan informasi dalam bentuk pengumuman oleh perusahaan emiten. Informasi ini umumnya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten (corporate event).
b) Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang hanya berdampak pada harga-harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi tersebut.
c) Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas sejumlah perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang berdampak ke semua prusahaan emiten.
3) Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga
sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua
informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat.
Tujuan dari Fama membedakan ke dalam tiga bentuk pasar
efisien ini adalah untuk mengklasifikasikan penelitian empiris
terhadap efisiensi pasar. Ketiga bentuk efisiensi pasar ini
24
berhubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan ketiga bentuk
pasar efisien ini berupa tingkatan yang kumulatif, yaitu bentuk
lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan bentuk
setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat, seperti terlihat
pada gambar 2.1
Gambar 2.1
Tingkatan kumulatif ini mempunyai implikasi bahwa pasar
efisien bentuk setengah kuat adalah juga pasar efisien bentuk
lemah. Pasar efisien bentuk kuat adalah juga pasar efisien bentuk
setengah kuat dan pasar efisien bentuk lemah. Implikasi ini tidak
berlaku sebaliknya bahwa pasar efisien bentuk lemah tidak harus
berarti pasar efisien bentuk setengah kuat.
b. Efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market)
Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan bentuk efisiensi
pasar bentuk setengah kuat menurut versi Fama yang didasarkan
pada informasi yang didistribusikan. Perbedaannya adalah, jika
efisiensi pasar secara informasi hanya mempertimbangkan sebuah
faktor saja, yaitu ketersediaan informasi, maka efisiensi pasar
Pasar efisien bentuk kuat
Pasar efisien bentuk setengah kuat
Pasar efisien bentuk lemah
25
secara keputusan mempertimbangkan dua buah faktor, yaitu
ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar. Karena
melibatkan lebih banyak faktor dalam menentukan pasar yang
efisien, suatu pasar yang efisien secara keputusan merupakan
efisiensi pasar bentuk setengah kuat yang lebih tinggi
dibandingkan efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara
informasi.
Dengan demikian untuk mengetahui apakah pasar sudah efisien
secara keputusan tidaklah cukup hanya melihat efisien secara
informasi, tetapi juga harus mengetahui apakah keputusan yang
dilakukan oleh pelaku pasar sudah benar dan mereka tidak
dibodohi oleh pasar.
3. Faktor-Faktor Penyebab Keefisienan Pasar Modal
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan pasar menjadi efisien
(Hartono, 2000:375), yaitu:
a. Investor adalah penerima harga (price takers), yang berarti bahwa
sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat
mempengaruhi harga dari suatu sekuritas. Harga ditentukan oleh
banyak investor dari demand dan supply.
b. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat
yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut
murah.
26
c. Informasi dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap
pengumuman informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya.
Random berarti investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan
mengumumkan informasi yang baru.
d. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan
cepat, sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya
mencerminkan informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan
yang baru.
Sebaliknya jika kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi, kemungkinan
pasar tidak efisien dapat terjadi. Pasar dapat menjadi tidak efisien jika
kondisi-kondisi berikut ini terjadi (Hartono, 2000:376):
a. Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi
harga dari sekuritas.
b. Harga informasi mahal dan terdapat akses yang tidak seragam antara
pelaku pasar yang satu dengan yang lainnya terhadap suatu informasi
yang sama.
c. Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh
sebagian pelaku-pelaku pasar.
d. Investor adalah individual-individual yang lugas (naïve investors)
dan tidak canggih (unsophisticated investors).
27
E. Reaksi Pasar Terhadap Stock Split
Sebagian besar perusahaan melakukan distribusi keuntungan atau
laba mereka kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kas. Distribusi
laba lainnya juga dapat berbentuk dividen saham dan atau pemecahan saham
(stock split), dimana pemegang saham tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
memperoleh tambahan saham tersebut. Pada nilai saham par value tertentu,
secara murni distribusi saham tersebut hanya mempengaruhi perusahaan
secara “kosmetik” yakni dengan membagi “kue pie” perusahaan menjadi
lebih kecil (Baker dan Powell dalam Fatmawati, 1999:95).
Sukardi (2003:333), aktifitas split dapat mempengaruhi pasar
dalam tiga bentuk:
1. Pengaruh stock split terhadap keuntungan pemegang saham
Keuntungan pemegang saham biasanya diukur oleh capital gain dan
peningkatan deviden dari tahun sebelumnya. Dalam studi empiris
mengenai dampak stock split terhadap kesejahteraan pemegang saham
diperoleh kesimpulan bahwa reaksi pasar yang positif terhadap stock
split-yang ditunjukkan oleh meningkatnya harga saham di bursa-dipicu
adanya harapan para investor bahwa stock split akan meningkatkan
deviden dan earning perusahaan.
Fama et al (1969), menyatakan bahwa kenaikan harga saham yang besar
setelah pengumuman stock split dikarenakan perubahan harapan yang
berkenaan dengan dividen mendatang. Hal ini didukung oleh 71,5% dari
sampel penelitiannya di NYSE menunjukkan bahwa dividennya
28
meningkat setelah split lebih besar dari rata-rata saham di NYSE.
Hipotesa Fama et.al dibantah oleh penelitian Grinblatt et.al (1984) yang
menemukan bahwa reaksi harga saham positif terhadap stock split
dialami oleh perusahaan yang tidak membagikan dividennya. Kenyataan
ini didukung oleh bukti bahwa hanya 11% sampelnya yang melakukan
dividen setelah split.
2. Pengaruh stock split terhadap perubahan risiko saham
Stock split mengakibatkan jumlah saham beredar bertambah, sehingga
para investor yang berhubungan dengan aktivitas split tersebut akan
melakukan kembali penyusunan portofolio investasinya. Penyusunan
kembali portofolio tidak terlepas dari pertimbangan risiko saham
(volatilitas harga saham) yang membentuk portofolio tersebut, sehingga
diharapkan akan diperoleh tingkat risiko tertentu.
Dengan melakukan pengujian terhadap 219 perusahaan split selama 108
bulan dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1965 di NYSE, Bar-Yosef
dan Brown (1977) melaporkan bahwa risiko sistematis dari pemecahan
saham menurun pada bulan-bulan setelah split. Namun Brenan dan
Copeland (1988) yang melakukan penelitian terhadap 1034 perusahaan
split menemukan bahwa risiko sistematis biasanya lebih tinggi pada
pengumuman split dan hari sesudahnya dibandingkan pada hari-hari
sesudah itu.
29
3. Pengaruh stock split terhadap tingkat likuiditas
Likuiditas suatu asset diartikan sebagai seberapa cepat asset tersebut
dapat dikonversikan menjadi uang kas. Semakin cepat asset tersebut
dapat berubah menjadi uang kas maka semakin tinggi likuiditasnya.
Likuiditas saham adalah tingkat kemudahan saham tersebut untuk
diperjualbelikan. Beberapa ahli keuangan berusaha mencari jawaban atas
pengaruh stock split terhadap likuiditas saham yang mengalami stock
split tersebut.
Conroy et.al (1990) menguji 147 perusahaan split dan 143 perusahaan
non split selama periode Januari 1981 sampai dengan April 1983. hasil
penelitian menunjukkan bahwa setelah split likuiditas perusahaan
menjadi semakin buruk. Pandangan berbeda dikemukakan Dolley dan
Barker yang menyimpulkan bahwa stock split mengakibatkan terjadinya
penambahan jumlah pemegang saham karena adanya penurunan harga
saham pada tingkat yang lebih rendah. Hal ini mengakibatkan likuiditas
saham semakin tinggi karena semakin banyaknya partisipan pasar yang
mampu melakukan aksi jual dan beli secara cepat.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu
1. Copeland (1979) melakukan pengujian terhadap perilaku perdagangan
para investor dalam sekuritas yang displit-up (efek likuiditas dari stock
split). Penelitian dilakukan terhadap pengumuman stock split dari 25
sampel perusahaan selama kurun waktu 1 Januari 1963 sampai dengan 1
30
Januari 1974, yang dipilih secara random dari NYSE. Likuiditas saham
diukur dengan:
a. Perubahan volume perdagangan, diukur dengan menggunakan rumus
Finite Adjustment Time Series Model (FTSM) sebagai berikut:
++−+−= −− 1jt31mt2mt10jt VβVβVβαV ejt
dalam hal ini,
jtV = volume perdagangan ke j pada saat t
α = konstansta yang merupakan proxy dari nilai
ekspektasi yang tidak dapat diobservasi
321 β,β,β = koefisien Vmt, Vmt-1, Vjt-1
mtV = volume perdagangan pasar pada saat t
1mtV − = volume perdagangan pasar pada saat t-1
1jtV − = volume perdagangan saham ke j pada saat t-1
ejt = residual dari volume perdagangan saham ke j pada
saat t
b. Perubahan biaya transaksi (biaya komisi broker dan bid-ask spread).
Untuk menghitung bid ask spread digunakan sampel acak dari 162
stock split dari saham OTC market antara tahun 1968-1976 karena
data bid ask spread untutk sampel saham NYSE yang digunakan
sebagai sampel dalam penelitian ini tidak pernah dicatat.
Penghitungan bid ask spread dilakukan untuk hari –1, -20, -40 yang
akan dibandingkan dengan bid ask spread hari +1, +20, +40.
31
Penelitian ini memberikan hasil sebagai berikut:
a. Volume perdagangan saham setelah stock split mengalami penurunan
dibanding periode sebelum stock split.
b. Komisi pialang, yang merupakan komponen utama dari biaya transaksi
menunjukkan kenaikan minimal 7,1% setelah stock split.
c. Bid ask spread setelah stock split meningkat secara signifikan
dibandingkan periode sebelum stock split dengan faktor pemecahan
2:1
Secara keseluruhan, hasil-hasil tersebut memberikan simpulan bahwa
terjadi penurunan likuiditas saham setelah stock split. Dua kemungkinan
penyebab yang dikemukan Copeland yaitu:
a. Tingkat penyebaran informasi yang lebih rendah pada periode setelah
stock split, dimana tingkat yang lebih tinggi sudah terjadi pada periode
sebelum split. Hal ini dikarenakan emiten yang mensplit sahamnya
merupakan perusahaan dengan kinerja yang relatif lebih baik
dibanding emiten lainnya.
b. Pengaturan kembali portofolio saham oleh investor untuk
mendapatkan portofolio yang optimal, yang menyebabkan investor
memperjualbelikan saham yang displit dalam jumlah yang lebih
sedikit.
2. Fatmawati (1999) melakukan penelitian tentang pengaruh stock split
terhadap likuiditas saham yang diukur dengan besarnya bid ask spread
di BEJ. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
32
sampling terhadap saham-saham yang terdaftar di BEJ dan merupakan
saham-saham yang masih aktif diperdagangkan (minimal lima hari
perdagangan selama periode penelitian) serta mengumumkan kebijakan
pemecahan saham (stock split) di bulan Juli 1995 sampai bulan Juli 1997
namun tidak mengeluarkan kebijakan lain. Dari 75 perusahaan yang
menjadi sampel terdapat 30 perusahaan yang memenuhi persyaratan.
Pengujian dilakukan untuk melihat perilaku dan uji beda harga saham,
volume perdagangan, volume turnover, volatilitas dan tingkat spread di
seputar split, serta melihat pengaruh harga saham, volume perdagangan
dan volatilitas saham terhadap tingkat spread. Hasil yang diperoleh
sebagai berikut:
a. Hasil pengujian terhadap besarnya perubahan harga saham sebelum
dan setelah split diperoleh nilai t hitung (t value) sebesar 53,00
dengan prob-value 0,00. Hasil ini menunjukkan nilai prob-value
lebih besar daripada tingkat signifikansi 5 persen sehingga
disimpulkan bahwa untuk seluruh sampel perusahaan yang diteliti
ternyata terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata harga
saham sebelum dan setelah listing. Dengan demikian, split
berpengaruh terhadap harga saham.
b. Hasil pengujian terhadap volume perdagangan saham sebelum dan
setelah split diperoleh nilai t hitung (t value) sebesar 1,2 dengan
prob-value 0,296, untuk seluruh sampel perusahaan yang diteliti
ternyata tidak terdapat perbedaan rata-rata volume perdagangan
33
sebelum dan setelah split. Dengan demikian, split tidak berpengaruh
terhadap volume perdagangan saham. Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa aktivitas split tidak mempengaruhi jumlah
pemegang saham namun lebih pada proporsi kepemilikan saham
oleh investor lama.
c. Hasil pengujian terhadap besanya perubahan volume turnover
sebelum dan setelah split menunjukkan nilai t value sebesar 1,07
dengan prob-value 0,347, yang berarti bahwa tidak terdapat
perbedaan volume turnover sebelum dan setelah split.
d. Hasil pengujian terhadap besarnya perubahan volatilitas harga saham
sebelum dan setelah split menunjukkan nilai t value sebesar 1,36
dengan prob-value 0,245, hal ini berarti bahwa untuk seluruh sampel
perusahaan yang diteliti ternyata tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata varian saham sebelum dan setelah tanggal
listing.
e. Hasil pengujian terhadap besarnya perubahan persentase spread yang
mengukur tingkat likuiditas saham, mengalami rata-rata kenaikan
sebesar 1,5 persen sebelum listing dan rata-rata penurunan sebesar
1,53 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata-rata spread sebelum dan
setelah tanggal listing dengan t value sebesar –14,39 dengan prob-
value 0,00. Hal ini berarti bahwa spread sesudah split lebih besar
daripadaa sebelum split atau dengan kata lain terjadi kenaikan spread
34
akibat dari aktivitas split. Kenaikan tersebut berimplikasi pada
terjadinya penurunan likuiditas saham.
f. Pengujian terhadap pengaaruh harga saham, volume perdagangan
dan volatilitas saham pada tingkat spread dilakukan dengan
memperhatikan tingkat signifikansi koefisien dan arah masing-
masing variabel.
1) Pengujian terhadap pengaruh harga saham terhadap tingkat
spread menunjukkan bahwa koefisien variabel harga adalah
sebesar –0,495 dan signifikan pada tingkat 1 persen, ceteris
paribus, maka spread akan naik (tinggi) sebesar 0,495 persen
atau sebaliknya. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan
bahwa harga saham secara statistik berpengaruh negatif
signifikan terhadap besarnnya spread.
2) Pengujian terhadap pengaruh volume perdagangan terhadap
tingkat spread menunjukkan koefisien variabel volume
perdagangan (nilai rupiah perdagangan) yakni sebesar – 0,098
dan signifikan pada tingkat 1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
apabila volume perdagangan turun sebesar 1 persen, ceteris
paribus, maka spread akan naik sebesar 0,098 persen atau
sebaliknya. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan
bahwa harga saham secara statistik berpengaruh negatif terhadap
besarnnya spread.
35
3) Pengujian terhadap pengaruh volatilitas saham terhadap tingkat
spread menunjukkan bahwa koefisien variabel varian saham
adalah sebesar – 0,189 dan signifikan pada tingkat 1 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa apabila varian naik sebesar 1 persen,
ceteris paribus, maka spread akan naik sebesar 0,189 persen atau
sebaliknya. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan
bahwa harga saham secara statistik berpengaruh positif terhadap
besarnnya spread.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah secara keseluruhan, aktifitas
split berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat harga saham,
volume turnover dan persentase spread.
3. Kurniawati (2003) menganalisis kandungan informasi stock split dan
likuiditas saham pada non-synchronous trading. Sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah saham yang melakukan stock split pada
periode Juni 1994 sampai Juni 1997 di BEJ dan tidak mengeluarkan
pengumuman lain selama periode pengamatan. Pengujian dilakukan
terhadap kandungan informasi yang ditunjukkan dengan adanya
abnormal return disekitar tanggal pengumuman dan likuiditas saham
dengan melihat perbedaan resiko sistematis (beta), bid ask spread dan
volume perdagangan pada saat sebelum dan setelah stock split.
a. Pengujian terhadap kandungan informasi yang ditunjukkan dengan
adanya abnormal return disekitar tanggal pengumuman
menggunakan uji t (t test). Hasil pengujian signifikansi menunjukkan
36
bahwa abnormal return pada saat sebelum dan sesudah stock split
tidak signifikan pada tingkat signifikansi a = 5%, sedangkan
abnormal return pada saat pengumuman stock split signifikan. Rata-
rata abnormal return yang signifikan pada saat pengumuman stock
split menunjukkan bahwa informasi tersebut direspon publik yang
ditunjukkan oleh reaksi pasar yang signifikan.
b. Pengujian terhadap likuiditas saham menggunakan alat uji statistik t-
tes yaitu paired samples test. Hal ini dilakukan untuk menguji
signifikansi perbedaan bid ask spread, volume perdagangan dan
risiko sistematis (beta) pada saat sebelum dan setelah pengumuman
stock split. Hasil yang diperoleh yaitu:
1) Hasil pengujian terhadap beta menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan beta yang signifikan pada saat sebelum dan setelah
stock split.
2) Hasil pengujian terhadap volume perdagangan menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan volume perdagangan tetapi tidak
signifikan sebelum dan setelah stock split.
3) Hasil pengujian terhadap bid ask spread menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan bid ask spread tetapi tidak signifikan sebelum
dan setelah stock split.
37
G. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Tingkat likuiditas dapat dilihat dari perubahan bid-ask spread dan
volume perdagangan. Biasanya saham akan dibeli pada harga ask (harga
penawaran jual saham) yang ditentukan dealer dan dijual pada harga bid
(harga permintaan beli saham) yang lebih rendah Harga saham yang lebih
rendah setelah dilakukan stock split menyebabkan pertemuan antara harga
penawaran dan harga permintaan relatif lebih besar. Hal ini menyebabkan
perbedaan antara besarnya harga penawaran dan harga permintaan saham
(bid-ask spread) semakin kecil. Sehingga apabila bid-ask spread suatu
saham lebih rendah, maka hal tersebut mengindikasikan likuiditas sahamnya
meningkat. Besar spread antara harga bid dan harga ask untuk saham biasa
yaitu kira-kira $ 0,30 per saham untuk sekuritas dan perusahaan besar dan
aktif ditransaksikan. Jumlah ini kurang dari 1% dari harga per saham untuk
sebagian besar saham jenis ini-jumlah kecil yang masuk akal untuk
membayar kemampuan untuk membeli atau menjual dengan cepat. Studi
lain pada saham-saham di NYSE, berdasarkan pada kegiatan aktivitas
perdagangannya, menemukan spread yang mirip. Secara spesifik, 20%
saham yang paling aktif memiliki spread 0,62%. Spread meningkat tidak
merata setelah itu dengan 70% saham yang paling tidak aktif memiliki
spread terbesar 2,06%.
Fajar dan Mc. Conroy (1995) melakukan pengujian terhadap reaksi
bid-ask spread pada saat pengumuman stock split. Jika manajer
menggunakan suatu sinyal untuk menyampaikan informasi privat ke pasar,
38
maka para pelaku di pasar modal akan melakukan aktivitas perdagangan
dengan menggunakan informasi asimetri tersebut. Kesimpulan yang diambil
dari studi ini adalah adanya penurunan pada prosentase bid-ask spread pada
pengumuman stock split. Manajer menggunakan stock split sebagai suatu
sinyal untuk memberi informasi mengenai undervalue saham kepada para
pelaku pasar.
Berdasarkan argumentasi dan beberapa hasil penelitian tersebut,
maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:
H1: Terdapat perbedaan bid-ask spread yang signifikan pada saat sebelum
dan setelah stock split.
Selain itu, harga saham yang lebih rendah setelah stock split
dimaksudkan untuk mengubah investor odd lot (investor yang membeli
saham dibawah 500 lembar atau 1 lot) menjadi investor yang round lot
(investor yang membeli saham minimal 500 lembar). Bertambahnya investor
round lot dan meningkatnya jumlah pemegang saham karena investor kecil
dapat melakukan investasi pada harga yang lebih murah, menyebabkan
tingkat likuiditas saham naik. Semakin banyak jumlah saham yang
ditransaksikan terhadap jumlah total saham yang beredar di pasar modal
maka semakin likuid saham tersebut.
Copeland (1979) melakukan pengujian terhadap likuiditas saham
yang diukur dengan besarnya perubahan volume perdagangan dan
perubahan biaya transaksi (biaya komisi broker dan bid-ask spread). Hasil
penelitian menunjukkan behwa volume perdagangan mengalami penurunan
39
pada saat setelah stock split, komisi broker dan bid-ask spread menjadi
bertambah besar setelah stock split. Ketiga kondisi ini menunjukkan
penurunan tingkat likuiditas saham.
Lamourex dan Poon (1987); Szewezky dan Tsesekos (1991) dalam
Fatmawati dan Asri (1999:99) melakukan penelitian mengenai pengaruh
stock split terhadap volume perdagangan. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa volume perdagangan dan jumlah pemegang saham setelah stock split
mengalami peningkatan yang signifikan.
Berdasarkan argumentasi dan beberapa hasil penelitian di atas,
maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H2: Terdapat perbedaan volume perdagangan yang signifikan pada saat
sebelum dan setelah stock split.
Stoll dalam Fatmawati dan Asri (1999:99) menyatakan bahwa
perdagangan saham akan relatif lebih besar jika investor tertentu percaya
bahwa mereka memiliki informasi khusus yang tidak dimiliki oleh investor
lain atau dealer. Jika para investor percaya bahwa mereka memiliki
informasi tertentu maka perdagangan akan terkonsentrasi pada saham
tertentu yang informasinya dimiliki oleh investor. Apabila volume turnover
suatu saham lebih cepet, maka hal tersebut mengindikasikan likuiditas
sahamnya meningkat. Stool menggunakan turnover sebagai proksi informasi
perdagangan saham yang dihitung sebagai proporsi nilai volume
perdagangan dengan nilai saham beredar. Hasil penelitian Conroy, Harris,
Benet dalam Fatmawati dan Asri (1999:100) menunjukkan bahwa volume
40
turnover untuk perusahaan yang split adalah lebih rendah dari perusahaan
yang non split. Akan tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan.
Berdasarkan argumentasi dan beberapa hasil penelitian di atas,
maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H3: Terdapat perbedaan volume turnover pada saat sebelum dan setelah
stock split.
Kerangka Kerja Teoritis
Perusahaan yang melakukan stock split
Perusahaan melakukan pengumuman
Perubahan bid-ask spread
Perubahan volume perdagangan
Perubahan volume turnover
Perubahan tingkat perdagangan saham
Uji beda rata-rata bid-ask spread
Uji beda rata-rata TVA
Uji beda rata-rata volume turnover
41
Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data terhadap perusahaan yang
melakukan stock split, yang dilanjutkan dengan pengamatan terhadap perubahan
bid-ask spread, volume perdagangan, dan volume turnover yang menunjukkan
perubahan tingkat perdagangan saham. Yang selanjutnya akan diuji apakah
terdapat suatu perbedaan yang signifikan antara sebelum perusahaan melakukan
stock split dengan sesudah melakukan stock split.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian event study, karena
hanya mengamati pengaruh dari suatu kejadian tertentu pada periode tertentu
dengan melihat tanggal pengumuman stock split sebagai titik kritisnya.
Penelitian ini bersifat cross sectional, karena hanya mengambil sampel waktu
tertentu dan kejadian pada waktu tertentu (berdasarkan dimensi waktu). Dari
sisi pengendalian terhadap variabel penelitian, penelitian ini termasuk dalam
ex past facto karena penulis tidak mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi variabel.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah data historis berupa data
seluruh perusahaan yang melakukan stock split dan terdaftar atau listing di
Bursa Efek Jakarta selama periode pengamatan dari tahun 2002 sampai
dengan tahun 2004.
Sampel perusahaan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
penerapan metode purposive sampling, dimana penelitian didasarkan pada
kriteria-kriteria tertentu, yaitu sebagai berikut:
.
41
43
1. Perusahaan tercatat di Bursa Efek Jakarta 5 hari bursa sebelum dan 5 hari
bursa setelah pelaksanaan stock split dan melakukan perdagangan aktif di
Bursa Efek Jakarta selama periode tersebut. Kriteria perdagangan saham
aktif adalah berdasarkan surat edaran PT BEJ No. SE-03/ BEJ/ II-1/ 94,
yaitu frekuensi perdagangan saham tiga bulan sebanyak 75 kali atau lebih.
2. Perusahaan yang melakukan stock split, tidak melakukan company action
seperti dividen kas, dividen bonus, right issue, merger, dan kebijakan
lainnya.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Jenis data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini mencakup:
1. Data nama perusahaan yang berasal dari Indonesian Capital Market
Directory tahun 2002, 2003, dan 2004.
2. Tanggal pengumuman pemecahan saham setiap perusahaan yang menjadi
sampel yang berasal dari JSX Statistic tahun 2002, 2003, dan 2004.
3. Data yang diperlukan untuk pengujian terhadap bid-ask spread sebagai
berikut:
a. Harga penawaran jual (ask price) terendah saham harian untuk tiap
sampel mulai dari 5 hari sebelum sampai 5 hari setelah stock split.
b. Harga penawaran beli (bid price) tertinggi saham harian untuk tiap
sampel mulai dari 5 hari sebelum sampai 5 hari setelah stok split.
44
4. Data yang diperlukan untuk pengujian terhadap volume perdagangan
sebagai berikut:
a. Volume perdagangan saham harian tiap sampel selama 5 hari sebelum
stock split sampai 5 hari setelah stock split.
b. Jumlah saham yang beredar harian untuk tiap sampel sejak 5 hari
sebelum stock split sampai 5 hari setelah stock split.
5. Data yang diperlukan untuk pengujian terhadap volume turnover sebagai
berikut:
a. Nilai volume perdagangan setiap perusahaan yang menjadi sampel
yang berasal dari database Pojok BEJ FE UNS dan Pojok BEJ FE
UGM yang dapat diakses lewat sarana komputer.
b. Data harga saham harian setiap perusahaan yang menjadi sampel yang
berasal dari database Pojok BEJ FE UNS dan Pojok BEJ FE UGM
yang dapat diakses lewat sarana komputer. Harga saham harian ini
adalah harga saham penutupan karena harga tersebut adalah harga
yang telah ditentukan oleh pasar.
D. Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian
1. Variabel Penelitian
a. Variabel independen
Variabel independen adalah suatu variabel bebas yang keberadaannya
tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain, bahkan variabel
independen merupakan faktor penyebab yang akan mempengaruhi
45
variabel lain. Penelitian ini menggunakan pengumuman pemecahan
saham (stock split) sebagai variabel independen.
b. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel tidak bebas yang artinya variabel
tersebut merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah likuiditas
saham perusahaan pemecah saham di Bursa Efek Jakarta yang dihitung
menggunakan bid-ask spread, volume perdagangan, dan volume
turnover.
2. Pengukuran dan Definisi Variabel Penelitian
Stock split adalah memecah lembar saham menjadi n lembar
saham. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n
dari harga sebelumnya. Dengan demikian sebenarnya stock split tidak
menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak
mempunyai nilai ekonomis (Hartono, 2003:415-416). Menurut Kieso and
Weygant (2002:608) stock split seperti halnya stock deviden meliputi
pengurangan dari petambahan saham pada para pemegang saham menurut
prosentase kepemilikannya. Stock split menghasilkan pengurangan dalam
par atau nilai per lembar saham yang ditetapkan. Tujuan dari stock split
adalah untuk meningkatkan marketability saham dengan menurunkan nilai
per saham pasarnya.
Likuiditas merupakan salah satu motivasi manajemen untuk
melakukan perdagangan saham. Likuiditas saham dalam penelitian ini
46
dihitung dengan menggunakan bid-ask spread, volume perdagangan, dan
volume turnover. Periode pengujian (event windows) yang digunakan
adalah 10 hari bursa terhadap ketiga variabel penelitian, yaitu 5 hari bursa
sebelum stock split (n-5 sampai n-1) dan 5 hari setelah stock split (n+1
sampai n+5) yang bergantung pada event date (tanggal pelaksanaan stock
split yaitu tanggal tercatat di Bursa Efek Jakarta) dari masing-masing
sampel.
a. Bid ask spread
Harga saham yang lebih rendah setelah dilakukan stock split
menyebabkan pertemuan antara harga penawaran dan harga
permintaan relatif lebih besar. Hal ini mengakibatkan perbedaan antara
besarnya harga penawaran dan harga permintaan saham (bid ask
spread) semakin kecil. Apabila bid ask spread suatu saham lebih
rendah, maka hal tersebut mengindikasikan likuiditas sahamnya
meningkat.
Untuk menghitung bid ask spread masing-masing sampel dengan
rumus:
SPj,t =
( )tBPj,tAPj,21
tBPj,tAPj,
+
−
Kemudian dihitung rata-rata bid ask spread untuk seluruh sampel
ssebelum dan sesudah pengumuman stock split.
47
Rata-rata bid ask spread sebelum pengumuman:
SPt sebelum = 5
SPt5
1t∑−
−=
Rata-rata bid ask spread setelah pengumuman:
SPt sesudah = 5
SPt5
1t∑+
+=
Keterangan:
SPj,t = prosentase spread dari perusahaan j pada waktu t
APj,t = harga penawaran terendah saham j (ask) pada waktu t
BPj,t = harga permintaan tertinggi saham j (bid) pada waktu t
SPt = rata-rata spread seluruh sampel pada sampel pada hari t
b. Volume perdagangan
Volume perdagangan merupakan ukuran besarnya volume saham
tertentu yang diperdagangkan, mengindikasikan kemudahan dalam
memperdagangkan saham tersebut. Dalam penelitian ini, pengujian
terhadap variabel volume perdagangan diketahui dengan mengamati
kegiatan perdagangan saham yang dapat dilihat melalui indikator
aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity/ TVA).
Untuk menghitung aktivitas volume perdagangan masing-masing
sampel dengan rumus:
TVAj,t = ∑
∑ waktu tpada diBEJ tercatat yangperusahan saham
waktu tpadagkan diperdagan yang perusahaan saham
48
Kemudian dihitung rata-rata volume perdagangan saham untuk seluruh
sampel sebelum dan sesudah pengumuman stock split.
Rata-rata TVA sebelum pengumuman:
TVA sebelum = 5
TVAt5
1t∑−
−=
Rata-rata TVA sebelum pengumuman:
TVA setelah= 5
TVAt5
1t∑+
+=
Keterangan:
TVAj,t = volume perdagangan dari perusahaan j pada waktu t
TVA = rata-rata TVA seluruh sample pada hari t
c. Volume turnover
Volume turnover merupakan volume perputaran saham yang
diperdagangkan. Tingkat volume turnover digunakan untuk melihat
apakah preferensi investor secara individual menilai kebijakan split
sebagai sinyal positif atau negatif untuk membuat keputusan
perdagangan saham diatas keputusan perdagangan normal. Jika para
investor percaya bahwa mereka memiliki informasi tertentu maka
perdagangan akan terkonsentrasi pada saham tertentu yang
informasinya dimiliki oleh investor. Apabila volume turnover suatu
saham lebih cepat, maka hal tersebut mengindikasikan likuiditas
sahamnya meningkat. Untuk menghitung volume turnover masing-
masing sampel dengan rumus:
Volume turnover = beredar yang saham nilai
n perdaganga volumenilai
49
Kemudian dihitung rata-rata volume turnover untuk seluruh sampel
sebelum dan sesudah pengumuman stock split.
3. Teknik Analisis Data
1. Uji Statistik
Pengujian dalam penelitian ini akan menggunakan program SPSS
versi 10.00. Selain itu juga dilakukan studi pustaka dalam rangka mencari
literatur yang sesuai. Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis
compare mean dengan prosedur Paired Sample T Test (Uji t) untuk
menguji pengaruh pengumuman stock split terhadap likuiditas saham
(bid-ask spread, volume perdagangan, dan volume turnover).
2. Uji Hipotesis
a. Menentukan derajat keyakinan (α ) sebesar 5%.
b. Menguji normalitas data dengan uji Kolmogorof Smirnov untuk
menentukan alat analisis yang digunakan:
1) Nilai signifikansi nilai probabilitas < 0,05 berarti distribusi tidak
normal.
2) Nilai signifikansi nilai probabilitas > 0,05 berarti distribusi normal.
c. Setelah distribusi data diketahui maka diputuskan alat uji apa yang
akan digunakan untuk menguji hipotesis. Jika data terdistribusi normal,
maka alat uji yang digunakan adalah statistic parametric dengan
paired sample T test yang merupakan uji signifikansi parameter secara
individu. Uji ini dimaksudkan untuk menganalisis perbandingan untuk
dua sampel berpasangan. Dua sampel berpasangan dimaksudkan
50
sebagai sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua
perlakuan atau pengukuran yang berbeda (Singgih, 2002: 161). Uji
paired sample test dipergunakan dalam penelitian ini karena untuk
membandingkan hasil uji antara bid-ask spread, volume perdagangan,
dan volume turnover sebelum dan sesudah split, yang merupakan
sebuah sampel yang sama namun mengalami dua perlakuan yang
berbeda. Jika distribusi tidak normal maka dilakukan transformasi log
sehingga data berdistribusi normal. Dan jika data tetap tidak normal
maka digunakan alat uji statistic non parametrik dengan wilcoxon
signed-ranktest. Keputusan untuk melakukan pengujian dengan
statistik non parametrik ini diambil dalam kondisi sebagai berikut
(Supranto, 1997:323):
1) Apabila ukuran sampel demikian kecil sehingga distribusi statistik pengambilan sampel tidak mendekati normal dan apabila tidak ada asumsi yang dapat dibuat tentang bentuk distribusi sampel.
2) Apabila digunakan data peringkat atau ordinal (data ordinal hanya memberikan informasi tentang apakah suatu item lebih tinggi, lebih rendah, atau sama dengan item lainnya. Data ini sama sekali tidak menentukan perbedaan).
3) Apabila data nominal digunakan (data nominal adalah data yang bercirikan terdapatnya sebutan untuk membedakan item-item dari jenis yang berbeda dan tidak ada implikasi di dalam sebutan tersebut bahwa item yang satu lebih tinggi dari yang lain).
Uji dengan wilcoxon signed-rank test digunakan jika besaran maupun
arah perbedaan relevan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan
yang sesungguhnya antara pasangan data yang diambil dari satu
sampel atau dua sampel yang saling terkait (Supranto, 1997:328).
d. Menentukan T table berdasarkan derajat keyakinan sebesar 5%.
e. Menolak Ho jika thit > ttabel, dan menerima H0 jika thit ≤ ttabel.
51
BAB IV
ANALISA DATA
Bab ini akan menguraikan data yang telah diperoleh, hasil pengolahan data
serta analisis pembahasan pada ketiga variabel yang diteilti yaitu bid ask spread,
volume perdagangan dan volume turnover yang tercermin dalam tiga hipotesis
penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan SPSS for windows versi
10.00 untuk mengetahui signifikansi setiap perbedaan nilai rata-rata masing-
masing variabel pada periode pengujian yang sebelumnya telah dilakukan
penghitungan dengan bantuan microsoft excel.
A. Distribusi Sampel Penelitian
Penentuan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan secara purposive
sampling, artinya bahwa populasi yang akan dijadikan sampel dalam
penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai
dengan yang dikehendaki oleh penelitian. Penentuan kriteria tersebut untuk
menghindari timbulnya misspesifikasi dalam penentuan sampel penelitian
yang selanjutnya akan berpengaruh pada hasil analisis.
Dari semua emiten yang melakukan stock split selama periode pengamatan
tahun 2002 sampai 2004 setelah dilakukan penyaringan diperoleh 20 emiten
sebagai sampel akhir dalam penelitan ini. Distribusi sampel penelitian dapat
diringkas dalam Tabel 4.1
51
52
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Penelitian
Keterangan Tahun Jumlah 2002 2003 2004 Sampel awal 12 10 15 37 Righ issue 1 - 12 Warrant 2 1 25 Stock deviden 1 2 - 3 Opsi convertion - - 3 4 Saham tidak aktif 1 3 - 4 Sampel akhir 7 4 9 20 Sumber: ICMD dan JSX 2002-2004
Seleksi tersebut menghasilkan jumlah peristiwa pengumuman stock split
yang memenuhi kriteria sebanyak 20 sampel. Perusahaan yang termasuk
dalam kriteria sampel disajikan dalam Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Daftar Sampel Perusahaan
No Kode Nama Perusahaan Tanggal
Pengumuman Total Aset (Milyar)
1 ASDM PT. Asuransi Dayin Mitra,Tbk 27 Mei 2002 184.265 2 FMII PT. Fortune Mate Indonesia,Tbk 28 Juni 2002 78.568 3 HEXA PT. Hexindo Adiperkasa,Tbk 26 Juli 2002 638.784 4 JAKA PT. Jaka Artha Graha,Tbk 14 Mei 2002 154.493 5 MRAT PT. Mustika Ratu,Tbk 1 Agustus 2002 291.549 6 PANS PT. Panin Sekuritas, Tbk 16 September 2002 130.778
7 VOKS PT. Voksel Elektrik,Tbk 14 Maret 2002 397.499 8 CFIN PT. Clipan Finance Indonesia,Tbk 8 Oktober 2003 464.036 9 EPMT PT. Enseval Putra Megatrading,Tbk 8 Desember 2003 2.512.276
10 PNIN PT. Panin Insurance,Tbk 28 Mei 2003 1.967.202 11 UNVR PT. Unilever Indonesia,Tbk 1 September 2003 3.416.262 12 DNKS PT. Dankos Laboratories,Tbk 4 Februari 2004 1.022 13 DAVO PT. Davomas Abadi,Tbk 15 Desember 2004 1.011 14 EKAD PT. Ekadharma Tape Industri,Tbk 10 Februari 2004 63 15 INCO PT. International Nickel Indonesia,Tbk 2 Agustus 2004 13.486 16 JIHD PT. Jakarta International Hotel & Dev,Tbk 8 Mei 2004 4.087 17 KLBF PT. Kalbe Farma,Tbk 30 Desenber 2003 3.062 18 RALS PT. Ramayana Lestari Sentosa,Tbk 18 Oktober 2004 2.442 19 RIGS PT. Rigs Tenders,Tbk 18 Agustus 2004 594 20 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk 27 September 2004 56.115 Sumber: JSX Statistic dan ICMD
53
B. Hasil Pengujian Hipotesis
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, dilakukan pengujian
normalitas data untuk mengetahui apakah data penelitian termasuk
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan uji non
parametrik one-sample kolmogorov-smirnov test untuk masing-masing
variabel yang diteliti. Kriteria pengujian yang digunakan dengan pengujian
dua arah (two tailed test) yaitu dengan membandingkan nilai p yang
diperoleh dengan taraf signifikansi yang sudah ditentukan. Apabila nilai p >
0,05 maka data berdistribusi normal, sedangkan jika nilai p ≤ 0,05 maka
data tidak berdistribusi normal. Tabel 4.6 menunjukkan hasil uji normalitas
data rata-rata spread sebelum dan sesudah tanggal peristiwa.
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata Spread Di Sekitar Peristiwa
Item yang diuji (Asymp. Sig-2-tailed) Interpretasi
Sebelum pengumuman 0,000 Berdistribusi tidak normal
Sesudah pengumuman 0,019 Berdistribusi tidak normal
Sumber: Hasil pengolahan SPSS
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata spread sebelum
dan sesudah peristiwa berdistribusi tidak normal, hal ini ditunjukkan dengan
semua nilai p value dibawah 0,05. Karena data berdistribusi tidak normal
maka dilakukan transformasi log, tetapi data tetap tidak normal. Dengan
demikian untuk pengujian hipotesis pertama digunakan uji non parametrik
dengan Wilcoxon Signed Ranks Test.
54
Uji normalitas data rata-rata untuk Trading Volume Activity (TVA)
sebelum dan sesudah peristiwa ditunjukkan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata TVA Di Sekitar Peristiwa
Item yang diuji (Asymp. Sig-2-tailed) Interpretasi
Sebelum pengumuman 0,000 Berdistribusi tidak normal
Sesudah pengumuman 0,000 Berdistribusi tidak normal
Sumber: Hasil pengolahan SPSS
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata volume
perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa berdistribusi tidak normal, hal
ini ditunjukkan dengan semua nilai p value dibawah 0,05. Karena data
berdistribusi tidak normal maka dilakukan transformasi log, tetapi data tetap
tidak normal. Dengan demikian untuk pengujian hipotesis kedua digunakan
uji non parametrik dengan Wilcoxon Signed Ranks Test.
Uji normalitas data rata-rata untuk volume turnover sebelum dan
sesudah peristiwa ditunjukkan pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata Volume Turnover Di Sekitar Peristiwa
Item yang diuji (Asymp. Sig-2-tailed) Interpretasi
Sebelum pengumuman 0,935 Berdistribusi normal
Sesudah pengumuman 0,613 Berdistribusi normal
Sumber: Hasil pengolahan SPSS
55
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata volume turnover
sebelum dan sesudah peristiwa berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan
dengan semua nilai p value diatas 0,05. Dengan demikian untuk pengujian
hipotesis ketiga digunakan uji parametrik dengan paired samples t-test.
1. Hipotesis Pertama
Hasil uji statistik untuk uji hipotesis pertama selama event windows
5 hari bursa sebelum dan 5 hari bursa sesudah stock split menunjukkan
tidak ada perbedaan yang signifikan antara bid-ask spread sebelum dan
sesudah stock split, untuk keseluruhan sampel dapat dilihat pada tabel
4.9 berikut ini.
Tabel 4.9
Hasil uji wilcoxon signed ranks test variabel bid-ask spread
x sesudah stock split x sebelum stock split perbedaan Z hitung Nilai p
0,0262 -0,0279 0,0541 0,075 0,940
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel diatas, hasil pengujian beda rata-rata bid-ask
spread menunjukkan bahwa hipotesis pertama diterima dengan nilai z
hitung sebesar 0,075 lebih kecil dari z tabel 1,725 dan nilai probabilitas
0,940. Ini berarti bid-ask spread secara statistik sebelum dan sesudah
stock split tidak ada perbedaan yang signifikan pada derajat keyakinan
(α ) sebesar 5%. Hasil uji z secara lengkap dapat dilihat pada lampiran
III.
56
Dari tabel diatas juga terlihat bahwa tingkat spread meningkat dari
-2,79% sebelum stock split menjadi 2,62% setelah stock split. Dengan
demikian berarti bahwa bid-ask spread sesudah stock split yang lebih
besar daripada sebelum stock split mempunyai implikasi pada terjadinya
penurunan likuiditas saham. Temuan ini konsisten dengan hasil
penelitian yang dilakukan Copeland (1979). Hal ini menunjukkan bahwa
untuk kasus pasar modal Indonesia (BEJ), likuiditas saham menurun
setelah stock split.
2. Hipotesis Kedua
Hasil uji untuk hipotesis kedua selama event windows 5 hari bursa
sebelum dan 5 hari bursa sesudah stock split menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan sebelum stock
split dan sesudah stock split, untuk keseluruhan sampel dapat dilihat
pada tabel 4.10
Tabel 4.10
Hasil uji wilcoxon signed ranks test variabel volume perdagangan
x sesudah stock split x sebelum stock split perbedaan Z hitung Nilai p
0,17800 0,49000 -0,31200 0,985 0,325
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel diatas, hasil pengujian beda rata-rata volume
perdagangan menunjukkan bahwa hipotesis kedua diterima dengan nilai
z hitung sebesar 0,985 lebih kecil dari z tabel 1,725 dan nilai probabilitas
57
0,325. Ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara volume
perdagangan sebelum dan sesudah stock split. Hasil pengujian hipotesis
kedua ini dapat dilihat pada lampiran VI. Dari mean (x) menunjukkan
bahwa rata-rata sebelum stock split adalah 49% kemudian menurun
menjadi 17,8% setelah stock split. Hal ini menunjukkan bahwa volume
perdagangan justru menurun setelah stock split yang membuktikan
bahwa likuiditas saham juga menurun setelah stock split. Hasil ini
konsisten dengan penelitian Sukardi (2003).
3. Hipotesis Ketiga
Hasil uji statistik untuk hipotesis ketiga selama event windows 5
hari bursa sebelum dan 5 hari bursa sesudah stock split menunjukkan ada
perbedaan yang signifikan antara volume turnover sebelum dan sesudah
stock split, untuk keseluruhan sampel dapat dilihat pada tabel 4.11
berikut ini.
Tabel 4.11
Hasil Uji T Variabel Volume Turnover
x sesudah stock split x sebelum stock split perbedaan Z hitung Nilai p
5231898,88 2464396,72 1767502,16 2,270 0,035
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai t yang sebesar 2,270 lebih
besar dari t tabel yang menunjukkan angka sebesar 1,729 dan p sebesar
0,035 lebih kecil dari 0,05. Ini membuktikan bahwa ada perbedaan yang
58
signifikan antara volume turnover sebelum stock split dan volume
turnover sesudah stock split, yang berarti hipotesis ketiga ditolak. Mean
yang lebih besar dari 2464396,72 menjadi 5231898,88 menunjukkan
bahwa transaksi saham lebih aktif setelah stock split. Hasil ini tidak
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati dan Asri
(1999). Hasil selengkapnya disajikan pada lampiran V.
C. Pembahasan Hasil Olah Data
Berdasarkan hasil pengolahan data untuk pengujian hipotesis
penelitian, ternyata diperoleh bukti bahwa likuiditas saham di Bursa Efek
Jakarta untuk periode 2002 sampai 2004 menurun setelah dikeluarkannya
kebijakan stock split. Hal ini terlihat dari pengujian hipotesis pertama
sampai ketiga yang menunjukkan meskipun ada peningkatan volume
turnover tetapi diikuti dengan kenaikan bid-ask spread dan penurunaan
volume perdagangan. Hal ini terlihat dari pengujian hipotesis satu maupun
dua dengan bid-ask spread sebagai variabel yang mencerminkan biaya
transaksi mengalami kenaikan setelah stock split tetapi volume perdagangan
yang tercermin dalam aktivitas volume perdagangan tidak mengalami
kenaikan setelah stock split. Adanya pengumuman stock split ini juga
memiliki perbedaan yang signifikan antara perusahaan besar dan perusahaan
menengah atau kecil dilihat dari total asset.
Bursa Efek Jakarta sebagai pasar modal yang sedang berkembang,
yang ditandai dengan masih banyaknya investor yang belum bertindak
59
rasional dalam kegiatan investasinya, adanya kebijakan stock split sebagai
sebuah informasi yang pada dasarnya tidak memiliki nilai ekonomis
ditafsirkan oleh investor sebagai dua kemungkinan yaitu kabar baik dan
kabar buruk. Ketidakseimbangan informasi (information asymetry) ini
mengindikasikan adanya ketidakpastian yang lebih tinggi yang dialami
investor setelah adanya informasi stock split yaaanng ditandai dengan
meningkatnya bid-ask spread. Hal ini mengakibatkan investor ragu-ragu
untuk melakukan transaksi yang lebih tinggi dari biasanya dan justru
melakukan transaksi yang lebih kecil daripada dalam kondisi normal yang
tercermin dengan hasil temuan menurunnya volume perdagangan setelah
stock split.
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian yang telah dilakukan
terhadap perubahan likuiditas saham akibat pengumuman stock split di Bursa
Efek Jakarta, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pengujian terhadap bid-ask spread sebagai variabel yang mencerminkan
biaya transaksi secara implisit membuktikan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara bid-ask spread sebelum stock split dan bid-ask spread
sesudah stock split. Hal ini dikarenakan para investor menghadapi biaya
transaksi yang lebih tinggi setelah stock split.
2. Untuk variabel volume perdagangan saham yang diukur dengan Trading
Volume Activity (TVA) ditemukan tidak perbedaan yang signifikan antara
volume perdagangan sebelum stock split dan volume perdagangan sesudah
stock split. Hal ini dapat disebabkan karena preferensi investor mengenai
informasi perusahaan melalui kebijakan split dianggap tetap, baik sebelum
maupun sesudah stock split.
3. Untuk pengujian terhadap variabel volume turnover, diperoleh hasil yang
memberikan bukti bahwa volume turnover naik secara signifikan setelah
stock split, ini menunjukkan bahwa saham akan semakin aktif setelah
dilakukan kebijakan stock split.
61
B. KETERBATASAN
Ada beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.
1. Sampel penelitian mengambil data pada tahun tertentu saja.
2. Sampel yang diambil hanya 20 perusahaan sehingga bellum dapat
mengeneralisasikan hasil penelitian.
C. SARAN
Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah
1. Periode yang dianalisis hendaknya lebih dari tiga tahun agar hasil
penelitian lebih baik lagi.
2. Perlu menggunakan variabel independen lain seperti penggolongan
industri.
3. Sampel yang diteliti sebaiknya ditambah sehingga dapat
mengeneralisasikan hasil penelitian.
62
DAFTAR PUSTAKA
Copeland, T. E. 1979. “Liquidity Changes Following Stock Split”. Journal of
Finance, 34, 115-141. Djarwanto dan Pangestu Subagyo. 1996. Statistic Induktif. Yogyakarta, BPFE. Endang. 2003. “Perubahan Likuiditas Saham Akibat Pengumuman Stock Split di
Bursa Efek Jakarta”. Skripsi (tidak dipublikasikan). UNS Fatmawati dan Marwata. 1999. “Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham
Yang Diukur Dengan Besarnya Bid-ask Spread di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 14, No. 4, 93- 110.
Hartono, Jogiyanto. 2000. “Teori Portofolio dan Analisa Investasi”. Edisi Kedua.
Yogyakarta: BPFE UGM. Husnan, Suad. 1996. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
Kedua. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN. Khomsiyah dan Sulistyo. 2001. “Faktor Tingkat Kemahalan Harga Saham,
Kinerja Keuangan Perusahaan dan Keputusan Pemecahan Saham (Stock Splits): Aplikasi Analisis Diskriminasi”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 16, No. 4: 388-400.
Kieso and Weygand. 2002. “Accounting Princidles”. 6th Edition. Wiley
International. Kuncoro, Mudrajad. 2001. “Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis
dan Ekonomi”. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN. Kurniawati, Indah. 2003. “Analisis kandungan Informasi Stock Split dan
Likuiditas Saham: Studi Empiris Pada Non-Synchronous Trading”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 6, No 3: 264-275.
Margaretha. 2004. “Analisis Pemecahan Saham: Dampaknya Terhadap Likuiditas
Perdagangan dan Pendapatan Saham”, Balance, Maret, 1: 73-86. Santoso, Singgih. 2002. “Riset pemasaran: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS”.
Jakarta: Elex Media Komputindo. Sekaran, Uma. 2000. Research Methods for Business. Southern. Illionis
University at Caroonadale.
63
Siegel, Sidney. 1997. "Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial". Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sukardi. 2003. “Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Abnormal
return dan Likuiditas Saham: Analisis di Bursa Efek Jakarta”. Aplikasi
Bisnis, Vol 4, No 5: 328-346.
Sularso, Sri. 2003. "Buku Pelengkap Metode Penelitian Akuntansi: Sebuah Pendekatan Replikasi". Yogjakarta: BPFE UGM.
Supranto. 1997. “Statistik Teori dan Aplikasi”. Jilid II. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Wilfrid dan Massey. 1991. "Pengantar Analisis Statistik". Yogjakarta: BPFE
UGM. --------------. 1987. “Pasar Modal Indonesia: Gagasan dan Tanggapan”. Jakarta:
PT (Persero) Danareksa-Boeconomica-FE UI
64
65
Lampiran 1
Data Bid Price
EMITEN BP_5 BP_4 BP_3 BP_2 BP_1 Rata² BP0 BP+1
VOKS 235 235 235 280 280 253 340 360
JAKA 1800 1400 1500 1400 1900 1600 1350 1350
ASDM 360 370 350 320 375 355 415 375
FMII 1025 1025 1025 1000 1025 1020 1000 1000
HEXA 1600 1575 1575 1550 1575 1575 1500 1525
MRAT 2075 2200 2200 2250 2000 2145 2150 500
PANS 225 230 230 245 235 233 240 235
PNIN 265 270 275 295 295 280 295 295
UNVR 26900 27400 27400 27900 27800 27480 29700 30200
CFIN 280 260 250 255 255 260 270 280
EPMT 1475 1625 1625 1825 1900 1690 1800 1850
DNKS 1475 1500 1400 1475 1425 1455 1450 1475
EKAD 1125 1225 1250 1225 1200 1205 230 225
JIHD 625 600 575 575 550 585 525 500
INCO 34800 34300 34100 34350 34550 34420 34250 8700
RIGS 9500 9200 9350 9500 9900 9490 900 900
TLKM 8150 8400 8400 8250 8300 8300 8300 4100
RALS 4375 4275 4350 4350 4325 4335 4325 4300
DAVO 1000 1025 975 975 1000 995 1075 1050
KLBF 525 525 525 550 550 535 550 560
66
Lampiran 2
Data Ask Price
EMITEN AP_5 AP_4 AP_3 AP_2 AP_1 Rata² AP0 AP+1 AP+2 AP+3 AP+4 AP+5 Rata²
VOKS 2500 265 250 285 300 720 370 390 190 170 175 170 219
JAKA 0 0 0 0 1925 385 0 2450 200 205 210 210 655
ASDM 400 390 400 400 415 401 425 415 215 215 225 235 261
FMII 1050 1050 1050 1025 1050 1045 1050 1050 200 210 220 215 379
HEXA 1625 1600 1600 1575 1600 1600 1525 1550 1550 1525 1500 1500 1525
MRAT 2325 2350 2350 2350 2350 2345 2200 525 525 525 525 500 520
PANS 265 240 235 255 265 252 260 255 125 115 115 115 145
PNIN 270 275 280 300 300 285 300 300 310 165 165 170 222
UNVR 27050 27700 27500 27950 27950 27630 29800 30250 3375 3450 3450 3400 8785
CFIN 285 265 255 260 260 265 275 285 280 270 265 270 274
EPMT 1500 1650 1650 1850 1925 1715 1825 1875 1900 390 390 400 991
DNKS 1500 1525 1450 1500 1450 1485 1475 1500 775 750 775 750 910
EKAD 1200 1275 1300 1275 1250 1260 240 240 245 240 245 240 242
JIHD 650 625 600 600 575 610 550 525 500 500 255 250 406
INCO 34900 34500 34200 34500 34600 34540 34300 8750 8750 8700 8600 8450 8650
RIGS 9900 9900 9900 9900 10000 9920 1000 100 975 900 900 900 755
TLKM 8200 8450 8450 8300 8350 8350 8350 4125 4125 4150 4200 4350 4190
RALS 4400 4300 4375 4375 4350 4360 4350 4325 4275 4175 875 875 2905
DAVO 1050 1050 1200 1075 1025 1080 1100 1100 220 200 200 200 384
KLBF 550 525 525 550 575 545 550 560 600 600 640 660 612
67
Lampiran 3
Data Saham yang Diperdagangkan EMITEN LS-5 LS-4 LS-3 LS-2 LS-1 Rata-rata LS+1 LS+2
VOKS 63000000 63000000 63000000 63000000 63000000 63000000 126000000 126000000 126000000
JAKA 260000000 260000000 260000000 260000000 260000000 260000000 2600000000 2600000000 2600000000
ASDM 96000000 96000000 96000000 96000000 96000000 96000000 192000000 192000000 192000000
FMII 320000000 320000000 320000000 320000000 320000000 320000000 1600000000 1600000000 1600000000
HEXA 84000000 84000000 84000000 84000000 84000000 84000000 168000000 168000000 168000000
MRAT 107000000 107000000 107000000 107000000 107000000 107000000 428000000 428000000 428000000
PANS 160000000 160000000 160000000 160000000 160000000 160000000 320000000 320000000 320000000
PNIN 1186757411 1186757411 1186757411 1186757411 1186757411 1186757411 2373514822 2373514822 2373514822
UNVR 763000000 763000000 763000000 763000000 763000000 763000000 1298668800 1298668800 1298668800
CFIN 463606040 463606040 463606040 463606040 463606040 463606040 927212080 927212080 927212080
EPMT 700000000 700000000 700000000 700000000 700000000 700000000 1400000000 1400000000 1400000000
DNKS 893025000 893025000 893025000 893025000 893025000 893025000 1786050000 1786050000 1786050000
EKAD 447721600 447721600 447721600 447721600 447721600 447721600 805494400 984380800 1163267200
JIHD 965019600 965019600 965019600 965019600 965019600 965019600 965019600 965019600 965019600
INCO 248408468 248408468 248408468 248408468 248408468 248408468 993633872 993633872 993633872
RIGS 60913000 60913000 60913000 60913000 60913000 60913000 1157347000 1705564000 2253781000
TLKM 10079999640 10079999640 10079999640 10079999640 10079999640 10079999640 20159999280 20159999280 30239998920
RALS 1400000 1400000 1400000 1400000 1400000 1400000 7000000000 7000000000 7000000000
DAVO 1240371132 1240371132 1240371132 1240371132 1240371132 1240371132 1240371132 6201855660 6201855660
KLBF 4060800000 4060800000 4060800000 4060800000 4060800000 4060800000 8121600000 8121600000 8121600000
68
Lampiran 4
Data nilai volume perdagangan
EMITEN VOL-5 VOL-4 VOL-3 VOL-2 VOL-1 Rata² VOL+1 VOL+2 VOL+3 VOL+4
VOKS 15000 0 0 46000 18000 15800 81500 60000 16000
JAKA 500 0 0 0 10000 2100 0 55084000 18082500 21439500
ASDM 0 20000 42500 0 22500 17000 99000 22000 20000 280000
FMII 27000 30000 16000 67500 25000 33100 2500 125000 1879500 2427500
HEXA 599500 110500 24500 62000 92000 177700 53000 15500 47000
MRAT 12500 7500 2000 0 2000 4800 15400 0 1500
PANS 0 22500 0 6500 5000 6800 5000 0 195500
PNIN 1740500 5600000 4371500 8590500 7378500 5536200 2953500 6913500 10934000 3286500
UNVR 171500 342500 48000 161500 157500 176200 379000 8632500 16570000 4811000
CFIN 22440500 9703500 13018000 35875000 24890000 21185400 13433000 17466000 4010500 7412000
EPMT 1567000 3426000 2534000 7887000 2082500 3499300 1067000 4114500 26832000 5302500
DNKS 452500 3849500 4367000 2050000 570500 2257900 552500 455000 1325000 781500
EKAD 23500 173500 152500 225500 10000 117000 7500 2550 0
JIHD 21147000 6590000 3965000 389500 2572500 6932800 4920000 4569000 1822000 8082500
INCO 546500 226000 120500 45000 484000 284400 902000 1101000 819500 1305500
RIGS 0 500 0 0 7500 1600 0 0 30000
TLKM 15828500 41431000 9350500 13298000 4144000 16810400 18019000 5874000 8585500 21677500
RALS 675500 2436500 969500 1425000 846500 1270600 929000 685000 1690500 2344000
DAVO 224500 23000 0 0 84500 66400 332000 177500 131500
KLBF 8705000 6258000 2092500 1674000 3005500 4347000 411000 43616000 8375000 44441000
69
Lampiran 5
Data nilai saham yang diperdagangkan
EMITEN HS-5 HS-4 HS-3 HS-2 HS-2 HS+1 Rata² HS+2 HS+3 HS+4 HS+5 Rata²
VOKS 250 250 250 285 300 390 287.5 195 175 170 165 176.3
JAKA 1900 1900 1900 1900 1900 1900 1900.0 195 200 205 205 201.3
ASDM 390 370 350 350 400 415 379.2 215 205 225 235 220.0
FMII 1050 1025 1025 1000 1025 1050 1029.2 200 210 215 210 208.8
HEXA 1600 1575 1600 1550 1575 1525 1570.8 1550 1500 1475 1475 1500.0
MRAT 2350 2250 2250 2250 2200 525 1970.8 525 525 525 500 518.8
PANS 240 235 235 245 245 240 240.0 120 115 115 110 115.0
PNIN 270 270 280 300 300 295 285.8 305 165 165 165 200.0
UNVR 27050 27500 27400 27650 27800 30250 27941.7 3375 3425 3450 3400 3412.5
CFIN 280 265 255 255 255 280 265.0 275 265 260 270 267.5
EPMT 1475 1650 1650 1850 1900 1850 1729.2 1900 390 385 400 768.8
DNKS 1500 1500 1450 1475 1450 1475 1475.0 750 750 750 750 750.0
EKAD 1200 1275 1300 1275 1250 225 1087.5 245 245 245 220 238.8
JIHD 650 625 575 575 575 525 587.5 500 500 255 250 376.3
INCO 34800 34350 34200 34400 34550 8750 30175.0 8750 8700 8600 8400 8612.5
RIGS 0 500 0 0 7500 0 1333.3 0 30000 20000 0 12500.0
TLKM 8150 8450 8450 8300 8350 4125 7637.5 4125 4150 4200 4350 4206.3
RALS 4400 4275 4375 4375 4350 4325 4350.0 4275 4150 875 875 2543.8
DAVO 1050 1025 1025 1025 1025 1100 1041.7 220 200 200 200 205.0
KLBF 550 525 525 550 575 560 547.5 600 600 640 660 625.0
70
Lampiran 6
Data nilai saham yang beredar
EMITEN VAL-5 VAL-4 VAL-3 VAL-2 VAL-1 Rata-rata VAL+1
VOKS 3725000 0 0 13122500 5385000 4446500 30467500 11750000
JAKA 9500000 0 0 0 19000000 5700000 0 11103160000
ASDM 0 7400000 15700000 0 9000000 6420000 42407500 5255000
FMII 28350000 30750000 16400000 68875000 25625000 34000000 26250000
HEXA 359600000 75187500 28012500 38312500 9600000 102142500 312500 3512500
MRAT 29375000 16875000 4500000 0 4450000 11040000 80850000
PANS 90650000 90650000 96562500 0 37500000 63072500 79687500 278537500
PNIN 0 5162500 0 1592500 1225000 1596000 1200000
UNVR 4658825000 9398475000 1318100000 4521475000 4392675000 4857910000 11456200000 27705150000
CFIN 127350000 2190977500 2500677500 910450000 11363065000 3418504000 24135667500 6334375000
EPMT 2260912500 5570762500 4183287500 13991937500 4025837500 6006547500 1988087500 7878987500
DNKS 672500000 5769125000 6440887500 2949575000 820975000 3330612500 814947500 341250000
EKAD 25600000 213500000 200100000 280400000 12237500 146367500 1687500 5422500
JIHD 13246212500 4022625000 2378800000 225087500 1476187500 4269782500 2582500000 2276225000
INCO 19140250000 7829950000 4141350000 1543800000 16895875000 9910245000 7842900000 9601175000
RIGS 0 4950000 0 0 73400000 15670000 0
TLKM 128860750000 348477550000 78779750000 110493875000 34340125000 140190410000 74623212500 24080150000
RALS 2986087500 10527050000 4208787500 6207800000 3682275000 5522400000 4034000000 2925937500
DAVO 229350000 22600000 0 0 86400000 67670000 363187500 38992500
KLBF 4787625000 3440837500 1148812500 920700000 1660637500 2391722500 229600000 26296955000
71
Lampiran 7
Data perhitungan bid ask spread EMITEN SP-5 SP-4 SP-3 SP-2 SP-1 SP+1 SP+2 S+P3
VOKS 1.65631 0.12000 0.06186 0.01770 0.06897 0.08000 0.05405 0.09231
JAKA -2.00000 -2.00000 -2.00000 -2.00000 0.01307 0.57895 0.02532 0.02469
ASDM 0.10526 0.05263 0.13333 0.22222 0.10127 0.10127 0.09756 0.04762
FMII 0.02410 0.02410 0.02410 0.02469 0.02410 0.04878 0.02532 0.02410
HEXA 0.01550 0.01575 0.01575 0.01600 0.01575 0.01626 0.01626 0.01653
MRAT 0.11364 0.06593 0.06593 0.04348 0.16092 0.04878 0.10000 0.10000
PANS 0.16327 0.04255 0.02151 0.04000 0.12000 0.08163 0.08333 0.09091
PNIN 0.01869 0.01835 0.01802 0.01681 0.01681 0.01681 0.01626 0.03077
UNVR 0.00556 0.01089 0.00364 0.00179 0.00538 0.00165 0.00743 0.00727
CFIN 0.01770 0.01905 0.01980 0.01942 0.01942 0.01770 0.01802 0.01869
EPMT 0.01681 0.01527 0.01527 0.01361 0.01307 0.01342 0.01325 0.01290
DNKS 0.01681 0.01653 0.03509 0.01681 0.01739 0.01681 0.03279 0.03390
EKAD 0.06452 0.04000 0.03922 0.04000 0.04082 0.06452 0.15385 0.10989
JIHD 0.03922 0.04082 0.04255 0.04255 0.04444 0.04878 0.05128 0.05128
INCO 0.00287 0.00581 0.00293 0.00436 0.00145 0.00573 0.01149 0.00576
RIGS 0.04124 0.07330 0.05714 0.04124 0.01005 -1.60000 0.08000 0.05714
TLKM 0.00612 0.00593 0.00593 0.00604 0.00601 0.00608 0.00608 0.00604
RALS 0.00570 0.00583 0.00573 0.00573 0.00576 0.00580 0.00587 0.00601
DAVO 0.04878 0.02410 0.20690 0.09756 0.02469 0.04651 0.02299 0.02532
KLBF 0.04651 0.00000 0.00000 0.00000 0.04444 0.00000 0.01681 0.01681
72
Lampiran 8
Data perhitungan trading volume activity
EMITEN TVA-1 TVA-2 TVA-3 TVA-4 TVA-5 TVA+1 TVA+2 TVA+3 TVA+4 TVA+5
VOKS 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000
ASDM 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.001
FMII 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.002
HEXA 0.007 0.001 0.000 0.001 0.001 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000
MRAT 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
PANS 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000
PNIN 0.001 0.005 0.004 0.007 0.006 0.005 0.001 0.003 0.005 0.001
UNVR 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.007 0.013 0.004
CFIN 0.048 0.021 0.028 0.077 0.054 0.046 0.014 0.019 0.004 0.008
EPMT 0.002 0.005 0.004 0.011 0.003 0.005 0.001 0.003 0.019 0.004
DNKS 0.001 0.004 0.005 0.002 0.001 0.003 0.000 0.000 0.001 0.000
EKAD 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.0
JIHD 0.022 0.007 0.004 0.000 0.003 0.007 0.005 0.005 0.002 0.004
INCO 0.002 0.001 0.000 0.000 0.002 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001
RIGS 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
TLKM 0.002 0.004 0.001 0.001 0.000 0.002 0.001 0.000 0.000 0.001
RALS 0.483 1.740 0.693 1.018 0.605 0.908 0.000 0.000 0.000 0.000
DAVO 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
KLBF 0.002 0.002 0.001 0.000 0.001 0.001 0.000 0.005 0.001 0.005
73
Lampiran 9
Data perhiitungan volume turnover
EMITEN TV-5 TV-4 TV-3 TV-2 TV-1 TV+1 TV+2
VOKS 14900.00 0.00 0.00 46043.86 17950.00 11401.28 105973.91
ASDM 0.00 20000.00 44857.14 0.00 22500.00 15469.88 111843.96
FMII 27000.00 30000.00 16000.00 68875.00 25000.00 32380.95 25506.07
HEXA 224750.00 47738.10 17507.81 24717.74 6095.24 66978.69 198.94
MRAT 12500.00 7500.00 2000.00 0.00 2022.73 21028.57 41023.26
PANS 377708.33 385744.68 410904.26 0.00 153061.22 262802.08 332031.25 2321145.83
PNIN 0.00 19120.37 0.00 5308.33 4083.33 5410.17 4198.25
UNVR 172230.13 341762.73 48105.84 163525.32 158009.89 160592.07 410004.18 8208933.33
CFIN 454821.43 8267839.62 9806578.43 3570392.16 44561039.22 12208942.86 91077990.57 23034090.91
EPMT 1532822.03 3376219.70 2535325.76 7563209.46 2118861.84 3246782.43 1149737.35 4146835.53
DNKS 448333.33 3846083.33 4441991.38 1999711.86 566189.66 2258042.37 552506.78 455000.00
EKAD 21333.33 167450.98 153923.08 219921.57 9790.00 650522.22 1551.72
JIHD 20378788.46 6436200.00 4137043.48 391456.52 2567282.61 8132919.05 4395744.68 4552450.00
INCO 550007.18 227946.14 121092.11 44877.91 489026.77 1132599.43 259913.84 1097277.14
RIGS 0.00 9900.00 0.00 0.00 9786.67 0.00 0.00
TLKM 15811134.97 41239946.75 9323047.34 13312515.06 4112589.82 33985553.94 9770633.39 5837612.12
RALS 678656.25 2462467.84 962008.57 1418925.71 846500.00 1276855.49 927356.32 684429.82
DAVO 218428.57 22048.78 0.00 0.00 84292.68 61518.18 348660.00 177238.64
KLBF 8704772.73 6553976.19 2188214.29 1674000.00 2888065.22 4270933.04 419360.73 43828258.33
74
Lampiran 10
Ringkasan perhitungan bid ask spread, trading volume activity, dan volume turnover
NO EMITEN SP_SBLM SP_SSDH TV_SBLM TV_SSDH TVA_SBLM TVA_SSDH
(Dlm Milyar)
1 VOKS 0.38497 0.06319 237410.53 638808.72 0.00217 0.01390
2 JAKA -1.59739 0.13543 136842.11 10613521.61 0.00012 0.19133
3 ASDM 0.12294 0.05808 258836.95 792522.77 0.00158 0.00401
4 FMII 0.02422 0.03376 312269.45 6440753.05 0.00097 1.00288
5 HEXA 0.01575 0.01653 53172.04 111669.53 0.00304 0.04471
6 MRAT 0.08998 0.09078 47366.99 823390.48 0.00035 0.00124
7 PANS 0.07746 0.06895 666898.25 2494861.66 0.00008 0.00012
8 PNIN 0.01773 0.02489 4188186.21 11796528.74 2.50047 1.03254
9 UNVR 0.00545 0.00620 27768.03 313056.50 0.00004 0.00024
10 CFIN 0.01908 0.01843 1771876.26 3436476.93 0.04549 0.00149
11 EPMT 0.01480 0.01301 413972.11 2443941.22 0.00060 0.00174
12 DNKS 0.02052 0.03004 605579.86 2147296.27 0.00068 0.00121
13 EKAD 0.04491 0.10006 355597.65 4947576.29 0.00082 0.00187
14 JIHD 0.04192 0.03827 1612712.35 4197429.79 0.00167 0.00281
15 INCO 0.00348 0.00695 7208.85 115031.13 0.00003 0.00012
16 RIGS 0.04459 -0.24478 25989.55 17827.20 0.00004 0.00044
17 TLKM 0.00601 0.00599 1208850.38 6706051.35 0.00012 0.00024
18 RALS 0.00575 0.02110 321.50 4188534.20 0.00023 0.00061
19 DAVO 0.08041 0.02909 1204355.71 34392108.66 0.00020 0.00101
20 KLBF 0.01819 0.00987 7459704.12 13314062.34 0.00000 0.00065
75
Lampiran 11 UJI NORMALITAS Npar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum SP SBLM Bid ask spread 5 hr Sblm Pengumuman SP SSDH Bid ask spread 5 hr Ssdh Pengumuman TVA SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman TVA SSDH TVA 5 hr Ssdh Pengumuman TV SBLM TURNOVER V 5 hr Sblm Pengumuman TV SSDH TURNOVER 5 hr Ssdh Pengumuman
20 20 20 20 20 20
-2.7961503E-02
2.629200E-02
4..900000E-02
1.780000E-02
2464396.7500
5231899.0000
.3789358
7.299114E-02
.2024427
6.732920E-02
4708438.000
8190530.5000
-1.59739
-.24478
.00000
.00000
1980.00
2137.33
.38497
.13543
.90800
.30300
16184691.00
36132680.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SP SBLM Bid ask
spread 5 hr Sblm Pengumuman
SP SSDH Bid ask spread 5 hr Ssdh Pengumuman
TVA SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman
TVA SSDH TVA 5 hr Ssdh Pengumuman
N Normal Parametersa,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp.Sig.(2-tailed)
20 -2.7961502E-02
.3789358 .483 .295
-.483 2.160 .000
20 2.629200E-02 7.299113E-02
.340
.135 -.340 1.523 .019
20 4..900000E-02
.2024427 .482 .482
-.404 2.156 .000
20 1.780000E-02 6.732920E-02
.470
.470 -.396 2.100 .000
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TV SBLM TURNOVER
5 hr Sblm Pengumuman
TV SSDH TURNOVER 5 hr Ssdh
Pengumuman N Normal Parametersa,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp.Sig.(2-tailed)
20 2464396.7500 4708438.000
.328
.328 -.300 .538 .935
20 5231899.0000 8190530.5000
.281
.281 -.261 .759 .613
a. Test distribution is Normal
76
b. Calculated from data
77
Lampiran 12 BID ASK SPREAD Npar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean
Rank Sum of Ranks
SP SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman SP SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
10a
10b
0c
20
10.70 10.30
107.00 103.00
a. SP SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman < SP SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman b. SP SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman >SP SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman c. SP SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman = SP SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman
Test Statisticsb
SP SSDH TVA 5 hr Sblm pengumuman- SP SBLM TVA 5 hr Ssdh pengumuman
Z Asymp.Sig.(2-tailed)
-.075a
.940 a. Based on negative ranks b. Wilcoxon Signed Ranks Test
78
Lampiran 13
VOLUME PERDAGANGAN Npar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean
Rank Sum of Ranks
TVA SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman TVA SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
7a
4b
9c
20
6.29 5.60
44.00 22.00
d. TVA SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman < TVA SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman e. TVA SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman >TVA SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman f. TVA SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman = TVA SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman
Test Statisticsb
TVA SSDH TVA 5 hr Sblm pengumuman-TVA SBLM TVA 5 hr Ssdh pengumuman
Z Asymp.Sig.(2-tailed)
-.985a
.325 c. Based on negative ranks d. Wilcoxon Signed Ranks Test
79
Lampiran 14 TURNOVER T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1
TV SBLM TURNOVER 5 hr sblm pengumuman TV SSDH TURNOVER 5 hr ssdh pengumuman
222464396.7215
5231898.8800
20
20
4708438.1107
8190530.5659
10528338.7683 1831458.3117
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1
TV SBLM TURNOVER 5 hr sblm pengumuman & TV SSDH TURNOVER 5 hr ssdh pengumuman
20
.772
.000
Paired Samples Test
Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1
TV SBLM TURNOVER 5 hr sblm pengumuman - TV SSDH TURNOVER 5 hr ssdh pengumuman
-2767502.1585
5452029.5266
122219110.8637
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence interval of the Difference
Lower Upper t df Sign. (2-tailed) Pair 1
TV SBLM TURNOVER 5 hr sblm pengumuman - TV SSDH TURNOVER 5 hr ssdh pengumuman
-5319130..5212
-215873.7958
-2.270
19
.035
80
Lampiran 15 ONEWAY
Descriptives ASSET Asset Perusahaan (dalam Milyar)
95% Confidence Interval for Mean
N Mean Std. deviation
Std. Error Lower Bound
Upper Bound
Minimum Maximum
1 Besar 2 Kecil Total
10 10 20
4789796.21 63000.00
4553456.40
12796709.42
12500167.09
2935766.48
2795122.33
-1378020.30
-
1296801.88
10957612.72
10403714.68
130775 63000 63000
56115000 63000
56115000
ANOVA
ASSET Asset Perusahaan (dalam Milyar)
Sum of Squares df Mean Square F Sign. Between Groups Within Groups Total
21225472295053.640 2947603896501025.0 2968829368796079.0
1 18 19
21225472295053.640 163755772027834.700
.130
.723