analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

77
i ANALISIS PERBANDINGAN STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL RETURN, RISIKO SISTEMATIS, DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2013) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Disusun oleh: MILA HARDIAN RAHMAWATI NIM 12010110141103 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

Transcript of analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

Page 1: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

i

ANALISIS PERBANDINGAN STOCK SPLIT TERHADAP

ABNORMAL RETURN, RISIKO SISTEMATIS, DAN

VOLUME PERDAGANGAN SAHAM (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2006-2013)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)

Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro

Disusun oleh:

MILA HARDIAN RAHMAWATI

NIM 12010110141103

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014

Page 2: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

ii

PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama Penyusun : Mila Hardian Rahmawati

Nomor Induk Mahasiswa : 12010110141103

Fakultas / Jurusan : Ekonomika dan Bisnis / Manajemen

Judul Skripsi :

Dosen Pembimbing : Astiwi Indriani, S.E., M.M

Semarang, 4 September 2014

Dosen Pembimbing

(Astiwi Indriani, S.E., M.M)

NIP. 19840901 201012 2 005

PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP

ABNORMAL RETURN, RISIKO SISTEMATIS,

DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM

(Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2006-2013)

Page 3: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

iii

PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN

Nama Penyusun : Mila Hardian Rahmawati

Nomor Induk Mahasiswa : 12010110141103

Fakultas / Jurusan : Ekonomika dan Bisnis / Manajemen

Judul Skripsi :

Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 16 September 2014

Tim Penguji

1. Astiwi Indriani, S.E., M.M (………………………………….)

2. Drs. Prasetiono, M.Si. (………………………………….)

3. Drs. R. Djoko Sampurno, M.M. (………………………………….)

PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP

ABNORMAL RETURN, RISIKO SISTEMATIS,

DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM

(Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2006-2013)

Page 4: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

iv

PENYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul : PENGARUH

STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL RETURN, RISIKO SISTEMATIS,

DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM (Studi Kasus Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2013) adalah

benar hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain

yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam rangkaian kalimat atau

simbol yang menunjukkan gagasan atau pedapat atau pemikiran dari penulis lain,

yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat

bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin itu, atau yang saya ambil dari tulisan

orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.

Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di

atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang

saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya

melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil

pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas

batal saya terima.

Semarang, 4 September 2014

Yang membuat pernyataan,

(Mila Hardian Rahmawati)

NIM. 12010110141103

Page 5: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

v

MOTTO

“Tersenyumlah dalam situasi apapun, tanpa disadari senyum itu yang

akan menguatkanmu”

-Anomin-

“ No matter how your heart is grieving, if you keep on believing, the dream that you

wish will come true”

-little Disney lyrics-

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. sesungguhnya beserta

kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai, tegakkanlah. Dan

hanya kepada Tuhanmu hendaknya engkau berharap”

(Q.S. Al-Insyirah: 5-8)

Kupersembahkan Skripsi Ini Untuk:

Bapak Tercinta, Drs. Suhartoyo

Ibu Tercinta, Dra. Ambar Dianawati

Para sahabat dan teman yang telah mendukung

Dosen Pembimbingku, Astiwi Indriani, S.E., M.M yang membimbing

tanpa pamrih

Page 6: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

vi

ABSTRACT

Stock split is a change to the number of outstanding shares and nominal value

per shares in accordance with the split factor specified by the company.This research

aims to analyze the difference in abnormal return, systematic risk, and trading volume

activity before and after the stock split, in which investors can use the announcement

stock split to gain an advantage.

This research uses event study method to observe abnormal return, systematic

risk, and trading volume activity within ten days before and after the announcement.

This research uses secondary data that collected from Indonesian Capital Market

Directory (ICMD) 2006 up to 2013, www.idx.co.id, and BEI corner Business and

Economics Faculty of Diponegoro University. There are 20 samples for this research.

They are stocks of companies which implemented stock split policy within 2006 up

to 2013 and which have been listed in BEI.

The method used was paired sample t-test and wicoxon signed rank test.

Paired sample t-test was used when normally distributed variables and wilcoxon

signed rank test was used when variables were not normally distributed. The test

results showed that H1 and H2 are rejected, meaning there are no significant

differences before and after stock split on the abnormal return variable and systematic

risk. While only the result H3 is received, meaning that trading volume activity

showed significant differences before and after the stock split.

Keywords : stock split, abnormal return, systematic risk, trading volume activity,

event study

Page 7: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

vii

ABSTRAK

Stock split atau pemecahan saham merupakan perubahan terhadap jumlah

saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor

yang telah ditentukan oleh perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

perbedaan abnormal return, risiko sistematis, dan volume perdagangan saham

sebelum dan sesudah stock split, sehingga investor dapat memanfaatkan

pengumuman stock split untuk mendapatkan keuntungan.

Penelitian ini menggunakan event study, dimana dilakukan pengamatan

terhadap rata-rata abnormal return, risiko sistematis, dan volume perdagangan saham

selama sepuluh hari sebelum pengumuman dan sepuluh hari sesudah pengumuman.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital

Market Directory (ICMD) tahun 2006 sampai dengan 2013, www.idx.co.id dan pojok

BEI Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Sampel yang

digunakan berjumlah 20 perusahaan merupakan perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI dan melakukan stock split periode 2006-2013.

Metode yang digunakan adalah uji paired sample t-test dan wilcoxon signed

rank test. Uji paired sample t-test digunakan jika variabel berdistribusi normal dan uji

wilcoxon signed rank test digunakan jika variabel tidak terdistribusi normal. Hasil

pengujian menunjukkan bahwa H1 dan H2 ditolak yang artinya tidak terdapat

perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah stock split pada variabel abnormal

return dan risiko sistematik. Sedangkan hanya hasil H3 yang diterima, artinya

variabel volume perdagangan saham menunjukkan perbedaan yang signifikan

sebelum dan sesudah stock split.

Kata kunci : stock split, abnormal return, risiko sistematis, dan volume perdagangan

saham, event study

Page 8: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,

hidayah, serta kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

dengan lancar. Penulisan skripsi dengan judul Pengaruh Stock plit Terhadap

Abnormal Return, Risiko Sistematis, dan Volume Perdagangan Saham (Studi

Kasus Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2006-2013) disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas

Diponegoro.

Penulis menyadari bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian dan pemilihan

kata-kata maupun pembahasan materi skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu dengan penuh kerendahan hari penulis mengharapkan saran, kritik, dan

segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk memperbaiki skripsi ini.

Pada kesemptan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-

pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini terutama kepada:

1. Prof. Drs. H. Mohamad Nasir, M.,Si, Akt, Ph.D selaku Dekan Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang, yang telah

memberikan ijin penulisan skripsi.

2. Astiwi Indriani, S.E., M.M selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Hj. Indi Djastuti, M.S. selaku Dosen Wali yang telah memberikan bantuan

selama penyusunan skripsi ini.

Page 9: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

ix

4. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro Semarang, atas ilmu dan bantuan yang diberikan

kepada penulis.

5. Pak Aziz dan seluruh karyawan IDX cabang Semarang, yang memberikan

kemudahan pencarian data dalam penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu penulis yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat

tanpa henti kepada penulis.

7. Keluarga besar Alm. Suyono dan Alm. Suwarno yang telah memberikan

dorongan semangat kepada penulis.

8. Teman-teman seperjuangan Bagol, Bira, Lae, Dicky, Sany, Alfa, Dhessy,

Putri, Dira, Danar, Andro dan Manajemen R2 kelas A yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

9. Teman-teman sepemikiran Maya, Intan, Fani, Tarina, Saman Economics

2010, tim misi budaya International Dance Festival, Vietnam serta UPK Tari

FEB UNDIP yang selalu berbagi suka duka kepada penulis.

10. Teman-teman kost Mbak Fithri, Mbak Etty, Saras, Dita, Bebe, Lutfi, Dewi,

Kiki, Rifna, Ayu.

11. Tim II KKN UNDIP 2013 Anat, Chella, Yuyun, Ria, Bebby, Andy, Mas

Fikar, Mas Bambang, Mas Sigit yang telah memberikan dukungan kepada

penulis.

12. Teman-teman BEM khususnya Divisi III Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro.

Page 10: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

x

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam

penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis menghargai semua saran dan masukan

yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi manajemen

perusahaan, investor, bagi kalangan akademis serta bagi penulis sendiri.

Terima Kasih,

Semarang, 4 September 2014

(Mila Hardian Rahmawati)

Page 11: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN ...................................................... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .............................................. iv

MOTTO ......................................................................................................... v

ABSTRACT .................................................................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 14

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 16

1.4 Sistematika Penulisan .......................................................................... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar ....................................................................................... 18

2.1.1 Pemecahan Saham (Stock Split) ............................................... 18

2.1.2 Jenis Stock Split ........................................................................ 22

2.1.3 Pasar Efisien ............................................................................. 23

2.1.4 Teori Stock Split ....................................................................... 26

2.1.4.1 Signalling Theory…………………………………….. 26

2.1.4.2 Optimal Trading Range Theory………………………. 28

2.1.5 Abnormal Return ...................................................................... 29

2.1.6 Risiko Sistematis ...................................................................... 30

2.1.6.1 Pengertian Risiko ......................................................... 30

2.1.6.2 Beta .............................................................................. 34

2.1.7 Volume Perdagangan Saham (TVA) ....................................... 36

2.1.8 Event Study ............................................................................... 37

2.1.9 Hubungan Stock Split dengan Abnormal Return ...................... 38

2.1.10 Hubungan Stock Split dengan Risiko Sistematis ...................... 40

2.1.11 Hubungan Stock Split dengan TVA ......................................... 41

2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 42

2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 48

2.4 Perumusan Hipotesis ............................................................................ 50

Page 12: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

xii

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 51

3.1.1 Variabel Penelitian ................................................................... 51

3.1.2 Definisi Variabel Operasional .................................................. 51

3.2 Populasi dan Sampel ............................................................................ 54

3.3 Jenis dan Sumber Dana ........................................................................ 56

3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 57

3.5 Metode Analisis ................................................................................... 57

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ..................................................... 58

3.5.2 Uji Normalitas .......................................................................... 59

3.5.3 Uji Hipotesis ............................................................................ 59

3.5.3.1 Paired Sample T-Test (Uji Sampel Berpasangan) ....... 60

3.5.5.2 Wilcoxon Signed Rank Test......................................... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ................................................................... 63

4.2 Analisis Data ........................................................................................ 65

4.2.1 Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split ................ 65

4.2.2 Risiko Sistematis Sebelum dan Sesudah Stock Split ................ 70

4.2.3 TVA Sebelum dan Sesudah Stock Split ................................... 74

4.3 Pembahasan .......................................................................................... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 81

5.2 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 82

5.3 Saran .................................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 85

LAMPIRAN .................................................................................................... 88

Page 13: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Rata-Rata Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split ......... 13

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .................................................... 46

Tabel 3.1 Ringkasan Definisi Operasional .................................................... 54

Tabel 3.2 Sampel Perusahaan yang Melakukan Stock Split .......................... 55

Tabel 4.1 Sampel Perusahaan Manufaktur .................................................... 65

Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Abnormal Return ............................................ 66

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Abnormal Return ........................................ 68

Tabel 4.4 Hasil Uji T-Test Abnormal Return ................................................ 69

Tabel 4.5 Deskripsi Statistik Risiko Sistematis ............................................. 70

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Risiko Sistematis ......................................... 72

Tabel 4.7 Hasil Uji T-Test Risiko Sistematis ................................................ 73

Tabel 4.8 Deskripsi Statistik TVA ................................................................ 74

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas TVA............................................................. 76

Tabel 4.10 Hasil Uji T-Test TVA .................................................................... 77

Page 14: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Hubungan Risiko dan Return .............................................. 31

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................... 50

Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Abnormal Return Periode Stock Split ..... 67

Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Risiko Sistematis Periode Stock Split ...... 71

Gambar 4.3 Grafik Rata-Rata TVA Periode Stock Split………………. 75

Page 15: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran Daftar Perusahaan Sampel ........................................................... 88

Lampiran Data Return Pasar ........................................................................ 89

Lampiran Data Indeks Harga Saham Gabungan .......................................... 90

Lampiran Data Abnormal Return Saham..................................................... 91

Lampiran Data Risiko Sistematis ................................................................. 92

Lampiran Data Volume Perdagangan Saham (TVA) .................................. 93

Lampiran Hasil Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split ......... 94

Lampiran Hasil Risiko Sistematis Sebelum dan Sesudah Stock Split ......... 96

Lampiran Hasil TVA Sebelum dan Sesudah Stock Split. ............................ 98

Page 16: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar modal (capital market) dapat dikatakan sebagai suatu situasi di mana

para penjual dan pembeli dapat melakukan negosiasi terhadap pertukaran suatu

komoditas atau kelompok komoditas, dan komoditas yang dipertukarkan di sini

adalah modal (Ang,1997). Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan

maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan

berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal merupakan penghubung kegiatan jual

beli jangka panjang dan kegiatan terkait lainnya yang akan menunjang pertumbuhan

riil ekonomi secara keseluruhan.

Pasar modal harus besifat likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika

penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat.

Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai

dari perusahaan dengan akurat. Jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat

berharga mencerminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan di

masa mendatang serta kualitas dari manajemennya. Jika calon investor meragukan

kualitas dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin dari harga surat berharga yang

turun. Dengan demikian pasar modal dapat digunakan sebagai sarana tidak langsung

pengukur kualitas manajemen. Juga pemegang saham mempunyai hak

Page 17: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

2

mengawasi manajemen melalui hak veto di dalam petemuan dan pemilihan

manajemen (Jogiyanto, 2014).

Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian dan menunjang

perkembangan ekonomi suatu negara karena menjadi alternatif pembiayaan jangka

panjang. Sumber dana operasional perusahaan-perusahaan merupakan suatu tonggak

perekonomian negara. Dengan adanya sumber pendanaan jangka panjang maka roda

pembangunan di sektor swasta dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Di sisi

lain, dengan adanya pasar modal maka makin banyak perusahaan yang akan go-

public. Masyarakat dapat ikut berinvestasi, memiliki dan mengawasi perusahaan.

Semakin banyak perusahaan yang melakukan go-public maka pemerataan pendapatan

pun akan semakin meningkat.

Sedangkan dari sisi perusahaan, ketika perusahaan sudah memutuskan untuk

melakukan go-public maka perusahaan harus terbuka terhadap publik. Manajemen

perusahaan pun dituntut untuk lebih profesional karena segala hal dapat dipantau oleh

masyarakat luas. Ketika pengelolaan manajemen semakin profesional maka kualitas

output perusahaan pun akan meningkat. Pasar modal juga merupakan sarana bagi

pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari

masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat

digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-

lain.

Pasar modal tentunya membutuhkan suatu tempat tertentu untuk

melaksanakan kegiatan jual beli. Tempat berlangsungnya transaksi perdagangan efek

Page 18: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

3

ini disebut bursa efek / stock exchange. Dalam bab I pasal 1 UUPM No.8/1995

tentang ketentuan umum mendefinisikan bursa efek dan efek sebagai berikut: Bursa

efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana

untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan

memperdagangkan efek diantara mereka. Sedangkan efek adalah surat berharga, yaitu

surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang,

unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif

dari efek (Ang, 1997).

Instrumen-instrumen keuangan yang diperdagangkan di bursa efek merupakan

instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi,

waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan

lain-lain.

Saham merupakan suatu tanda bukti kepemilikan perusahaan. Dengan

memiliki saham, secara otomatis investor ikut serta dalam kepemilikan perusahaan

tersebut dan berhak untuk ikut menikmati keuntungan dari perusahaan melalui

deviden yang dibagikan.

Pasar modal yang ada dapat menunjukkan reaksi yang cukup signifikan

terhadap suatu saham dikarenakan adanya informasi yang diterima mengenai hal- hal

yang cukup mendasar maupun isu -isu yang cukup menyita perhatian para pelaku

pasar, atau dengan kata lain reaksi pasar sangat ditentukan dengan adanya informasi.

Beberapa informasi atau fakta material yang terdapat di pasar modal misalnya:

penggabungan usaha (merger), pengambilalihan (acquisition), peleburan usaha

Page 19: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

4

(consolidation), pemecahan saham (stock split), pembagian deviden saham (stock

dividend) dan sebagainya.

Salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk menyampaikan informasi

kepada investor yaitu dengan melakukan kebijakan pemecahan saham (stock split).

Stock split adalah suatu kebijakan memecah nilai nominal saham saat ini oleh emiten

menjadi nilai nominal saham yang lebih kecil. Kebijakan ini bertujuan agar harga

saham tidak terlalu tinggi sehingga sahamnya dapat terjangkau oleh investor yang

bermodal pas-pasan. Semakin banyak jumlah saham yang diperdagangkan (likuid),

diharapkan pasar akan semakin ramai. Peluang untuk mendapatkan keuntungan yang

lebih tinggi juga tersedia.

Pemegang saham lama harus menukarkan sahamnya dengan saham baru yang

memiliki nilai nominal lebih rendah saat perusahaan mengumumkan stock split.

Sebab jika batas waktu penukaran yang ditetapkan terlampaui, maka saham dengan

nilai nominal lama tidak bisa diperdagangkan di bursa. Perubahan nilai nominal

tersebut hanya mengakibatkan penambahan jumlah lembar saham, tetapi tidak

mengubah jumlah modal ditempatkan dan modal disetor (paid in capital). Dhar dan

Chhaochharia (2008) menemukan bahwa pemecahan terjadi pada rasio apapun, yang

paling sering digunakan adalah pemecahan saham 2:1, 3:2, 5:4 , 4:3 dll, setelah

memecah saham menjadi 2:1, misalnya, masing-masing pemegang saham memiliki

dua kali lebih banyak saham perusahaan, tetapi masing-masing hanya mewakili klaim

sebanyak setengah aset dan laba perusahaan. Dengan kata lain, aksi pemecahan

saham tidak akan mengurangi atau menambah nilai investasi dari pemegang saham

Page 20: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

5

atau investor. Walaupun secara teoritis dikatakan bahwa stock split tidak mempunyai

nilai ekonomis, akan tetapi banyaknya perusahaan yang melakukan pemecahan

saham di pasar modal menunjukkan bahwa pemecahan saham merupakan alat yang

penting dalam praktek pasar modal.

Bagi investor, pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal positif karena

manajemen perusahaan akan menyampaikan prospek masa depan yang baik dari

perusahaan kepada publik. Alasan sinyal ini didukung oleh kenyataan bahwa

perusahaan yang melakukan stock split merupakan perusahaan yang memiliki kinerja

yang baik. Jika pasar bereaksi pada saat pengumuman stock split, bukan berarti pasar

bereaksi karena informasi stock split tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis, tetapi

bereaksi karena mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan

melalui stock split. Hanya perusahaan yang mempunyai kondisi yang sesuai dengan

yang disinyalkan yang akan mendapatkan reaksi positif.

Perusahaan yang melakukan stock split biasanya adalah perusahaan-

perusahaan besar dan yang mempunyai harga saham yang tinggi, untuk menjaga

likuiditas sahamnya perusahaan melakukan kebijakan stock split, yang menyebabkan

harga saham menjadi rendah karena pemecahan, hal ini akan menimbulkan suatu

reaksi pasar yang positif meskipun nilai dari saham tersebut tidak berubah secara

ekonomi tetapi investor akan tertarik dalam menginvestasikan dananya ke perusahaan

dengan harapan akan mendapatkan return dari informasi stock split tersebut

(Surtikanti dan Devi, 2010).

Page 21: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

6

Tujuan utama perusahaan melakukan stock split adalah untuk meningkatkan

likuiditas saham sehingga distribusi saham menjadi lebih luas dengan masuknya para

investor kecil. Hal ini dapat diartikan bahwa kenaikan likuiditas disebabkan karena

penambahan jumlah investor potensial dan naiknya permintaan saham yang mengacu

pada perubahan proporsi yang dimiliki oleh investor potensial maupun pemilik

sebelumnya. Selain itu, stock split digunakan untuk menempatkan saham dalam

trading range yang optimal sehingga meningkatkan efisiensi pasar. Hanya

perusahaan yang memiliki kinerja yang baik saja yang dapat melakukan stock split

(Winarso, 2005), karena untuk melakukan stock split perusahaan harus menanggung

semua biaya yang ditimbulkan oleh stock split tersebut seperti biaya penerbitan

saham, biaya percetakan saham, biaya perijinan, dan lain sebagainya.

Sedangkan manfaat split secara langsung tidak nampak pada laporan

keuangan perusahaan, namun harus dipandang dari sudut psikologis perusahaan,

yaitu dampak yang ditimbulkan dari sinyal yang muncul di bursa. Investor akan

merasa seolah-olah menjadi lebih makmur karena memegang saham dalam jumlah

yang lebih banyak. Hal itu merupakan upaya perusahaan untuk memoles saham agar

terlihat lebih menarik di mata investor. Jika manajer dapat meningkatkan harga

dengan melakukan stock split di perusahaan mereka, baik perusahaan overvaluaded

maupun undervaluaded akan memilih untuk membagi saham mereka. Untuk berbagai

alasan, stock split dapat meningkatkan total nilai pasar untuk saham yang beredar.

Hal ini berarti bahwa ada manfaat yang didapatkan dari sebuah proses pemecahan

saham perusahaan.

Page 22: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

7

Bhattacharya dan Amy Dittmar (dalam Djajasaputra,2009) berpendapat

bahwa perusahaan yang memiliki kondisi fundamental yang dipercaya oleh investor

akan dapat dibedakan dari perusahaan yang memiliki kondisi fundamental yang

kurang terpercaya, karena sinyal yang diberikan bersifat “costly” atau mahal

mengakibatkan informasi tersebut sulit untuk ditiru, sehingga reaksi dari para

investor terhadap informasi tersebut menunjukkan bahwa investor percaya akan

kondisi perusahaan di masa mendatang. Adanya hubungan negatif antara biaya

transaksi saham dan besarnya harga saham juga menunjukkan bahwa hanya

perusahaan yang memiliki prospek masa depan yang bagus yang mampu

menanggung biaya transaksi akibat adanya stock split tersebut.

Ada dua teori dalam literatur yang mencoba untuk menjelaskan abnormal

return di sekitar stock split. Pertama, the information theory yang diusulkan oleh

Fama, Fisher, Jensen dan Roll (1969) dan Grinblatt, Masulis, dan Titman (1984)

dalam Jain dan Mohammad (2012) berpendapat bahwa manajer menyampaikan

informasi positif tentang kinerja perusahaan melalui pemecahan saham. Manajer

diasumsikan mempunyai informasi yang superior tentang prospek perusahaan di

masa depan. Mereka sering menggunakan stock split untuk menyampaikan sinyal

positif ke pasar. Dengan demikian pengumuman stock split terkait dengan abnormal

return positif bagi keputusan perusahaan dalam membagi sahamnya. Kedua, the

liquidity theory yang diusulkan oleh Baker dan Gallagher (1980), Lakonishok dan

Lev (1987) yang menegaskan bahwa pemecahan saham meningkatkan likuiditas

perusahaan dengan menggerakkan harga saham ke tingkat yang lebih rendah dan

Page 23: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

8

membuat saham dapat dijangkau oleh investor, baik investor besar maupun kecil,

sehingga menghasilkan abnormal return.

Menurut Ang (1997), ada dua faktor yang mempengaruhi return suatu

investasi meliputi pertama, faktor internal perusahaan seperti kualitas dan reputasi

manajemen, struktur modal, struktur hutang perusahaan, dan sebagainya. Kedua,

menyangkut faktor eksternal, misalnya pengaruh kebijakan moneter dan fiskal,

perkembangan sektor industri, faktor ekonomi misalnya terjadi inflasi (kenaikan

harga) atau deflasi (penurunan harga). Stock split yang dilakukan oleh perusahaan

akan memaksa investor untuk melakukan penyusunan kembali portofolio

investasinya. Penyusunan ini tidak terlepas dari pertimbangan risiko saham

(volatilitas harga saham) yang membentuk portfolio tersebut sehingga investor

berharap untuk dapat memilih tingkat risiko investasi yang paling kecil

(Pertiwi,2006).

Menurut Ruhama (2012), dalam berinvestasi return dan risiko merupakan dua

hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Return dan risiko mempunyai

hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar

return yang harus dikompensasikan. Tandelilin (2010), hubungan risiko dan return

yang diharapkan dari suatu investasi yang searah dan linier menjawab pertanyaan

mengapa tidak semua investor hanya berinvestasi pada aset yang menawarkan tingkat

return yang paling tinggi. Sesuai dengan prinsip investasi tersebut yaitu high risk-

high return, investasi pada saham memiliki risiko yang cukup tinggi yang apabila

tidak diperhitungkan dengan cermat dan benar akan mengakibatkan kerugian yang

Page 24: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

9

besar bagi investor. Investor juga harus dapat meramalkan kemungkinan pergerakan

saham tersebut di masa yang akan datang agar terhindar dari risiko investasi.

Risiko adalah seberapa jauh hasil yang diperoleh dapat menyimpang dari hasil

yang diharapkan. Dalam konteks portofolio pasar, risiko terbagi menjadi dua yaitu

risiko yang dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio disebut risiko yang

dapat di-diversifikasi (diversifable risk) atau risiko unik (unique risk) atau risiko

perusahaan (company risk) atau risiko yang tidak sistematik (unsystematic risk).

Kedua, risiko yang tidak selalu ada dan tidak dapat dihilangkan oleh portofolio

disebut non-diversifable risk atau risiko pasar (market risk) atau risiko umum

(general risk) atau risiko sistematis (systematic risk). Risiko ini mempengaruhi semua

perusahaan sehingga tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Risiko sistematis

dari saham yang diperjualbelikan di pasar modal dinyatakan dengan Beta (β) yang

besarnya berbeda untuk masing-masing saham. Beta merupakan pengukur risiko

sistematis antara stock split dengan risiko saham. Informasi stock split dalam

kaitannya dengan dampak terhadap risiko sistematis dan abnormal return menjadi

sesuatu yang perlu dipertimbangkan oleh para investor dan calon investor dalam

memutuskan untuk membeli atau melepas saham yang dimiliki (Jogiyanto, 2014).

Keputusan investor untuk mempertahankan atau menjual saham pada saat

perusahaan mengambil kebijakan stock split akan berdampak pada volume

perdagangan saham perusahaan. Volume perdagangan merupakan suatu alat yang

digunakan untuk melihat ada atau tidaknya reaksi pasar terhadap suatu peristiwa

Page 25: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

10

tertentu, untuk melihat pengaruh pemecahan saham terhadap aktivitas perdagangan

saham (Rumanti dan Moerdiyanti,2011).

Menurut Pramana dan Wisnu (2012), adanya sinyal positif setelah

pengumuman stock split membuat investor tertarik untuk membeli saham perusahaan

sehingga jumlah transaksi saham meningkat dan berdampak pada peningkatan

likuiditas saham perusahaan. Likuiditas saham merupakan cepat lambatnya saham

tersebut dapat diperjualbelikan. Saham yang likuid adalah saham yang sering

diperdagangkan. Likuiditas tersebut dapat dilihat melalui aktivitas volume

perdagangan atau Trading Volume Activity (TVA). Apabila volume saham yang

diperdagangkan (trading) lebih besar daripada volume saham yang diterbitkan

(listing), maka semakin likuid saham tersebut sehingga aktivitas volume perdagangan

meningkat.

Perusahaan berusaha untuk menjalankan usahanya secara berkelanjutan.

Dalam masa itu, perusahaan diharapkan akan tumbuh dari tahun ke tahun. Kalangan

internal maupun eksternal perusahaan mengharapkan adanya pertumbuhan dari tahun

ke tahun. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi membutuhkan lebih banyak

dana karena banyaknya kesempatan investasi yang dilakukan. Dana tersebut dapat

diperoleh perusahaan salah satunya adalah dengan penjualan saham. Bagi perusahaan,

pertumbuhan diharapkan dapat meningkatkan investasi perusahaan. Sedangkan bagi

investor, pertumbuhan akan menentukan tingginya return atas investasi yang mereka

tanamkan.

Page 26: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

11

Penelitian yang dilakukan oleh Rumanti dan Moerdiyanto (2011) dengan

Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA) sebagai variabel dependen dan

stock split sebagai variabel independen menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

abnormal return sebelum dan sesudah stock split. Model analisis menggunakan

paired sample t-test. Hal ini sejalan dengan penelitian Jain dan Mohammad (2012)

yang berjudul The Effect of Stock Split Announcements on Abnormal Return during

Financial Crisis yang menemukan bahwa adanya reaksi pasar yang positif terhadap

pengumuman stock split meskipun sedang kondisi krisis keuangan (2008-2011).

Reaksi pasar dibuktikan dengan rata-rata abnormal return yang positif dari

pengumuman stock split. Tetapi Santanu (2004) menyanggah dalam penelitian yang

berjudul Pengujian Efisiensi Bentuk Setengah Kuat secara Keputusan: Analisis

Pengumuman Stock Split di Bursa Efek Jakarta. Hasil pengujian abnormal return

semua sampel perusahaan (average abnormal return) selama event window dengan

menggunakan one sampel t – test, ternyata tidak menunjukkan hasil yang signifikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ruhama (2010) dengan judul dampak

publikasi stock split terhadap tingkat keuntungan dan risiko sistematik pada

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2009 menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang risiko sistematik yang signifikan sebelum dan sesudah

stock split. Adanya perbedaan tersebut dapat disebabkan karena harga saham sesudah

pengumuman stock split tidak begitu disukai para investor dan lebih memilih harga

saham yang stabil. Namun penelitian yang dilakukan oleh Januar (2011) tentang

analisis dampak pengumuman stock split dan reverse stock split terhadap abnormal

Page 27: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

12

return dan perubahan beta saham menemukan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan

beta saham yang signifikan antara sebelum dan sesudah stock split. Hal ini

mengindikasikan bahwa faktor internal perusahaan (pengumuman stock split) tidak

mengakibatkan perubahan beta yang signifikan sedangkan faktor eksternal

perusahaan seperti kondisi perekonomian yang meliputi: inflasi, GDP, GNP

mempunyai pengaruh terhadap beta saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Aduda dan Chemarum (2010) yang berjudul

market reaction to stock split (empirical evidende from the Nairobi Stock Exchange)

menemukan hasil bahwa pasar bereaksi positif terhadap pemecahan saham. Adanya

peningkatan volume saham yang diperdagangkan setelah stock split dibandingkan

sebelum stock split. Hal ini konsisten dengan hipotesis signalling yang menyatakan

bahwa manajer perusahaan membagi saham mereka sebagai sarana untuk

menyampaikan informasi kepada pemegang saham dan investor. Lestari dan Eko

(2008) dalam penelitian yang berjudul pengaruh stock split: analisis likuiditas saham

pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia dengan memperhatikan

pertumbuhan dan ukuran perusahaan menemukan hasil bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split pada

perusahaan tidak bertumbuh, besar dan kecil. Sedangkan pada perusahaan bertumbuh

terdapat perbedaan yang signifikan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah

stock split. Hasil pengujian Muchtar (2008) menggunakan abnormal return dan

trading volume activity sebagai variabel dependen dan stock split sebagai variabel

independen serta model analisis Kolmogorov Smirnow Test dan paired sample t-test,

Page 28: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

13

menunjukkan bahwa tidak dijumpai adanya perbedaan trading volume activity

sebelum dan sesudah peristiwa stock split yang signifikan. Tidak adanya perbedaan

ini menunjukkan bahwa pasar investor masih banyak yang melakukan wait and see

terhadap adanya peristiwa stock split dan tidak melakukan perdagangan karena pasar

modal Indonesia masih tergolong pasar yang inefisien, sehingga dalam jangka pendek

stock split tidak mampu memberikan sinyal adanya perubahan earning bagi investor.

Berikut ini adalah data rata-rata return saham pada perusahaan manufaktur

sampel yang melakukan stock split tahun 2006-2013. Sebagai pembanding rata-rata

sebelum dan sesudah pemecahan saham yaitu 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah

pemecahan saham.

Tabel 1.1

Rata-Rata Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split

pada Perusahaan Manufaktur yang Melakukan Stock Split Tahun 2006-2013

Tahun Return Saham

Rata-Rata Sebelum Rata-Rata Sesudah

2006 0.00717 -0.00444

2007 0.00033 -0.00352

2009 -0.00133 0.00053

2010 -0.00497 0.01051

2011 0.00458 0.00584

2012 0.00531 -0.00235

Sumber: data diolah

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa rata-rata return saham perusahaan

manufaktur yang melakukan stock split pada tahun 2009 sampai 2011 mengalami

kenaikan tetapi pada tahun 2006, 2007, dan 2012 rata-rata return saham perusahaan

setelah stock split justru mengalami penurunan.

Page 29: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

14

Hal ini menunjukkan bahwa adanya fenomena gap dimana terjadi perbedaan

teori mengenai kenaikan return setelah stock split dengan kenyataannya. Stock split

seharusnya dapat memberikan sinyal positif bagi investor sehingga investor tertarik

untuk menanamkan modalnya dan meningkatkan likuiditas dan return saham.

Adanya perbedaan dari hasil penelitian terdahulu (research gap) tentang

perubahan dan perbedaan abnormal return, risiko sistematis, dan volume

perdagangan saham, serta adanya fenomena gap, maka penulis ingin meneliti lebih

lanjut tentang adanya penelitian ini akan menguji kembali tentang adanya “Pengaruh

Stock Split terhadap Abnormal Return, Risiko Sistematis, Volume Perdagangan

Saham (Studi kasus perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2006-2013)”.

1.2 Perumusan Masalah

Informasi dalam stock split direspon berbeda-beda oleh investor. Stock split

hanya meningkatkan jumlah lembar saham yang beredar, tidak menambah

kesejahteraan para investor dan tidak memberikan tambahan nilai ekonomi bagi

perusahaan atau tidak secara langsung mempengaruhi cash flow perusahaan.

Reaksi pasar terhadap stock split dapat dilihat melalui perubahan volume

perdagangan saham dan perubahan harga saham. Perubahan harga akan

mempengaruhi actual return sehingga menimbulkan selisih antara expected return

dan actual return (abnormal return). Sedangkan perubahan volume perdagangan

dapat digunakan sebagai salah satu indikator perubahan likuiditas. Berbagai dampak

Page 30: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

15

dan informasi yang terkandung dalam pengumuman stock split perlu untuk menjadi

pertimbangan investor dalam penyusunan portofolio agar dapat menurunkan risiko

sistematis yang akan merugikan investor.

Adanya bukti empiris yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya

seperti yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah tentang perbandingan

abnormal return, risiko sistematis, dan volume perdagangan saham dalam terhadap stock

split memunculkan research gap. Berdasarkan research problem yang terdiri dari

fenomena gap dan research gap, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana perbedaan sebelum dan sesudah stock split terhadap abnormal

return pada perusahaan manufaktur?

2. Bagaimana perbedaan sebelum dan sesudah stock split terhadap risiko

sistematis pada perusahaan manufaktur?

3. Bagaimana perbedaan sebelum dan sesudah stock split terhadap volume

perdagangan saham pada perusahaan manufaktur?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menjawab

permasalahan yang ada rumusan permasalahan diatas, yaitu:

1. Menganalisa perbedaan stock split terhadap abnormal return pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2013.

Page 31: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

16

2. Menganalisa perbedaan stock split terhadap risiko sistematis pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2013.

3. Menganalisa perbedaan stock split terhadap volume perdagangan saham pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2013.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan

dalam mengambil keputusan investasi dengan melihat return saham, risiko

sistematis, dan volume perdagangan saham terhadap pengumuman stock split

pada perusahaan manufakturyang terdaftar di BEI tahun 2006-2013.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan

untuk memperhatikan stock split, abnormal return, risiko sistematis, dan volume

perdagangan saham guna menarik investor melakukan investasi di perusahaan

tersebut.

3. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian mengenai

stock split dan mampu memberikan bukti mengenai pengaruh stock split

terhadap abnormal return, risiko sistematis, dan volume pedagangan saham pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Page 32: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

17

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk menjelaskan uraian ringkas dari penelitian ini, digunakan sistematika

penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang landasan teori variabel dependen dan variabel

independen, literatur penelitian terdahulu yang mendukung, kerangka pemikiran yang

melandasi proses penelitian, dan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai variabel penelitian dan definisi operasional

masing-masing variabel penelitian, penentuan populasi dan sampel yang dipilih, jenis

dan sumber data yang digunakan, dan metode pengumpulan data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai deskripsi obyek penelitian yang dipilih, analisis data,

dan pembahasan hasil pengolahan.

BAB V PENUTUP

Bab ini memuat mengenai kesimpulan dari hasil analisis data dan saran- saran

bagi penelitian selanjutnya.

Page 33: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Pemecahan Saham (Stock Split)

Menurut Marwata (2001), pemecahan saham berarti memecah selembar

saham menjadi n lembar saham. Pemecahan saham mengakibatkan bertambahnya

jumlah lembar saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya

modal. Harga per lembar saham baru setelah pemecahan saham adalah sebesar 1/n

dari harga sebelum pemecahan.

Pemecahan saham merupakan aktivitas yang dilakukan oleh para manajer

perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dan

nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor. Split factor merupakan

perbandingan jumlah saham yang beredar sebelum dilakukannya split dengan jumlah

saham yang beredar setelah dilakukannya split (Almilia dan Kristijadi,2005).

Perusahaan yang melakukan kebijakan stock split mempunyai maksud dan

tujuan tertentu. Pertama, perusahaan mengharapkan adanya penyebaran kepemilikan

saham agar lebih merata. Ketika harga atau nilai nominal saham menjadi lebih murah,

diharapkan bukan hanya investor bermodal besar yang membeli tetapi juga investor

dengan modal kecil pun dapat membelinya sehingga perdagangan saham menjadi

lebih likuid. Kedua, untuk menjaga harga atau nilai nominal saham agar berada pada

kisaran harga perdagangan yang optimal. Jadi ketika perusahaan merasa harga saham

Page 34: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

19

telah berada pada kisaran harga yang relatif mahal, stock split digunakan untuk

menurunkan harga saham pada kisaran yang relatif lebih optimal untuk

diperdagangkan. Contohnya harga saham perusahaan saat ini adalah Rp 16.000,00 per

lembar saham, padahal harga saham optimal perusahaan berada pada kisaran

Rp5.000,00 sampai dengan Rp 10.000,00 per lembar saham. Maka perusahaan

melalui RUPS menyetujui melakukan stock split dengan perbandingan 2:1. Akibat

dari kebijakan tersebut, harga saham turun menjadi Rp 8.000,00 per lembar saham

dengan konsekuensi jumlah saham yang beredar naik dua kali lipat daripada

sebelumnya. Ketiga, menurut Baskoro (2009), untuk mengurangi ancaman take over

dari pihak pemilik mayoritas. Karena diharapkan dengan melakukan stock split

perdagangan akan menjadi lebih likuid sehingga para pemilik akan lebih tertarik

untuk memperdagangkan sahamnya, sehingga lama-kelamaan kepemilikan saham

akan lebih tersebar (kepemilikan saham mayoritas menjadi lebih sedikit), karena akan

banyak pemilik-pemilik saham baru sehingga jumlah kepemilikan lebih merata.

Griblantt, Masulis, dan Titman dalam Winarso (2005) berpendapat bahwa

meskipun tidak memiliki nilai ekonomis, stock split memberikan sinyal positif

terhadap aliran kas perusahaan pada masa yang akan datang. Sinyal positif dari

pengumuman stock split menunjukkan bahwa manajer perusahaan akan

menyampaikan prospek kinerja keuangan yang baik sehingga dianggap dapat

meningkatkan kesejahteraan investor.

Page 35: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

20

Wismoyojati dan Evi (2012) menyimpulkan beberapa tujuan perusahaan

melakukan stock split yaitu:

1. Supaya harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah

pemegang saham

2. Agar saham menjadi lebih likuid

3. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada

kirasan yang telah ditargetkan

4. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa

peningkatan laba dan deviden kas

Menurut Fama (1993) dalam Baskoro (2009), manfaat-manfaat dari tindakan

stock split yang dilakukan oleh perusahaan, antara lain:

1. Harga tiap lembar saham yang rendah menyediakan marketabilitas yang lebih

luas dan efisien pasar yaitu kisaran harga tertentu (preferential) dengan

tingginya presentase jumlah volume lot yang dihasilkan.

2. Saham akan mempunyai daya tarik bagi para investor kecil dan mengkonversi

pemilik lot saham terbatas (odd-lot) menjadi pemilik serangkaian lot saham

(round-lot)

3. Jumlah shareholder akan mengalami peningkatan, yang berarti adanya

penambahan likuiditas pasar (relatif lebih mudah dan cepat dengan sekuritas

yang diperdagangkan pada harga minimum yang berbeda dari transaksi

sebelumnya).

Page 36: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

21

4. Dalam pengumuman stock split terdapat sinyal kuat yang dapat disampaikan

ke pasar bahwa manajemen secara berkelanjutan optimis tentang pertumbuhan

perusahaannya dan gambaran kekuatan proyek perusahaannya.

Proses pemecahan saham ini dilakukan dengan cara menukarkan saham

dengan nilai nominal lama dengan saham baru dengan nilai nominal baru. Penukaran

ini dapat dilakukan di Biro Administrasi Efek yang ditunjuk oleh emiten. Tanggal-

tanggal penting yang harus diperhatikan dalam rangka stock split (Ang, 1997):

1. Tanggal mulai permohonan penggantian SKS lama untuk stock split

Pada tanggal ini pemegang saham boleh mendaftarkan saham yang

dimiliki untuk ditukarkan dengan saham baru dengan nilai nominal baru.

Mulai tanggal tersebut sampai dengan sebelum periode suspense, saham

dengan nilai nominal lama masih diperdagangkan dan pemegang saham lama

selama periode ini boleh mendaftarkan diri untuk stock split.

2. Periode suspense

Selama periode suspensi, saham tidak diperdagangkan di bursa efek

untuk memberikan waktu menseleksi saham untuk stock split.

3. Tanggal mulai penyerahan SKS baru hasil stock split

Tanggal dimulainya penyerahan surat kolektif saham baru hasil stock

split. Saham baru dengan nilai nominal baru ini mulai dapat diperdagangkan

di bursa efek sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Biasanya tanggal mulai

Page 37: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

22

perdagangan saham dengan nilai nominal baru sama dengan tanggal mulai

penyerahan SKS baru hasil stock split.

4. Tanggal mulai perdagangan saham dimulainya penggantian

Jika sudah sampai tanggal ini maka saham dengan nilai nominal lama

tidak dapat diperdagangkan lagi di bursa, tetapi harus ditukarkan dengan

saham dengan nominal baru.

2.1.2 Jenis Stock Split

Ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Split up (pemecahan saham naik)

Adalah peningkatan jumlah lembar saham yang beredar dengan cara

memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Misalnya pemecahan saham

dengan faktor pemecahan 4:1. Nilai nominal per lembar saham sebelum

melakukan stock split sebesar tiga puluh ribu rupiah, maka setelah dilakukan split

up dengan perbandingan 4:1, nilai nominal per lembar saham yang baru adalah

tujuh ribu lima ratus rupiah, sehingga awalnya satu lembar menjadi empat lembar

saham.

2. Split down (pemecahan saham turun)

Adalah pengurangan jumlah lembar saham yang beredar dengan cara

meningkatkan nilai nominal per lembar saham. Misalnya split down dengan

faktor pemecahan 1:4 yang merupakan kebalikan dari split up. Awalnya nilai

nominal per lembar saham tujuh ribu lima ratus rupiah, kemudian dilakukan split

Page 38: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

23

down dengan perbandingan 1:4, maka nilai nominal per lembar saham baru

adalah tiga puluh ribu rupiah dan jumlah lembar saham yang pada awalnya empat

lembar saham menjadi satu lembar saham.

2.1.3 Pasar Efisien

Peristiwa stock split merupakan contoh dari informasi yang dipublikasikan

perusahaan. Informasi perusahaan ditangkap secara penuh oleh para pelaku pasar,

bukan hanya untuk pihak-pihak tertentu saja. Untuk menarik pihak yang

membutuhkan dana dan pihak yang menyediakan dana agar lebih berpartisipasi di

pasar modal, maka dibutuhkan suatu pasar yang efisien dan likuid. Pasar yang efisien

terjadi jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga

keseimbangan baru pada saat informasi sepenuhnya tersedia.

Fama (1970) dalam Hartono, (2014) menyajikan tiga bentuk tingkatan utama

untuk menyatakan efisiensi pasar modal jika dilihat dari ketersediaan informasi,

yaitu:

1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika informasi mengenai harga

saham masa lalu sepenuhnya (fully reflect) tercermin dalam harga saham saat ini.

Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi

pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory)

yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai

sekarang. Random walk theory memprediksi bahwa keluaran (output) berikutnya

atau yang akan datang dalam suatu urutan tidak tergantung pada keluaran

Page 39: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

24

(output) sebelumnya, nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk

memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien bentuk

lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk

mendapatkan abnormal return.

2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong form)

Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara

penuh (fully reflect) mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan

termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten.

Informasi yang dipublikasikan dapat berupa sebagai berikut ini :

a. Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas

dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Informasi yang

dipublikasikan ini merupakan informasi dalam bentuk pengumuman oleh

perusahaan emiten. Contoh dari informasi yang dipublikasikan ini misalnya

adalah pengumuman laba, pembagian deviden, pengembangan produk baru,

dan lain sebagainya.

b. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas

sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan ini dapat berupa

peraturan pemerintah atau peraturan yang regulator yang hanya berdampak

pada harga-harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi

tersebut.

c. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas

semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Contoh dari regulasi ini

Page 40: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

25

adalah peraturan akuntansi untuk mencantumkan laporan arus kas yang

harus dilakukan oleh semua perusahaan.

3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)

Pasar dikatakan efisiensi dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas

secara penuh (fully reflect) mencerminkan semua informasi yang tersedia

termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak

ada investor yang dapat memperoleh abnormal return karena mempunyai

informasi privat. Bentuk kuat mencakup semua informasi historis yang relevan

dan juga informasi yang ada di publik yang relevan, di samping juga informasi

yang hanya diketahui oleh beberapa pihak saja, misalnya manajemen perusahaan,

dewan direksi, dan kreditor. Bentuk pasar efisiensi kuat merupakan bentuk pasar

efisien paling ketat. Hal ini terkait dengan pengertiannya bahwa harga pasar

mencerminkan semua informasi, baik publik maupun non publik.

Dalam penelitian ini melakukan pengujian efisiensi bentuk setengah kuat,

dimana harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua

informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk

informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten

(informationally efficient market) (Jogiyanto, 2014).

Page 41: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

26

2.1.4 Teori yang Mendasari Kebijakan Stock Split

2.1.4.1 Signalling Theory

Signalling pada pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk

menyampaikan informasi internal yang menguntungkan tentang current value

perusahaan. Selanjutnya Ikenberry, et al (dalam Tanjung,2007) menjelaskan

signalling pemecahan saham ini dengan asimetri informasi, yaitu asimetri antara

manajemen dengan investor, di mana manajemen memiliki informasi lebih tentang

masa depan perusahaan karena keahlian mereka mengambil keputusan operasi dan

investasi dibandingkan dengan pihak luar (investor).

Menurut Subalno (2009), signalling theory merupakan penjelasan dari

asimetri informasi. Adanya asimetri informasi disebabkan karena pihak manajemen

mempunyai informasi lebih banyak mengenai prospek perusahaan. Untuk

menghindari asimetri informasi tersebut, perusahaan harus memberikan informasi

sebagai sinyal kepada pihak investor. Asimetri informasi perlu diminimalisir agar

perusahaan go public dapat menginformasikan keadaan perusahaan secara transparan

kepada investor.

Stock split merupakan kebijakan yang tidak memiliki nilai ekonomis tetapi

kebijakan stock split memberikan informasi kepada investor tentang prospek

peningkatan return masa depan yang substansial. Return yang meningkat tersebut

dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan dan jangka

panjang. Pengumuman pemecahan saham dianggap sebagai sinyal yang diberikan

oleh manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus di masa

Page 42: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

27

depan (Santanu, 2004). Reaksi pasar terhadap pemecahan saham sebenarnya bukan

terhadap tindakan pemecahan saham (yang tidak memiliki nilai ekonomis) itu sendiri,

melainkan terhadap prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan oleh

pemecahan saham tersebut (Marwata, 2001).

Menurut Jogiyanto (dalam Rohana et al, 2003), tidak semua perusahaan dapat

melakukan stock split. Hanya perusahaan yang sesuai dengan kondisi yang

disinyalkan yang akan bereaksi positif. Perusahaan yang memberikan sinyal yang

tidak valid akan mendapat dampak negatif. Ketika manajer perusahaan yakin bahwa

harga saham akan mengalami kenaikan di masa yang akan datang atau paling tidak

harga saham tidak mengalami penurunan maka manajer akan melakukan stock split.

Copeland (dalam Rohana, 2003), menyatakan bahwa stock split yang dilakukan

emiten memerlukan biaya yang harus ditanggung dan hanya perusahaan yang

mempunyai prospek yang bagus yang dapat menanggung biaya tersebut. Kondisi

inilah yang akan menyebabkan pasar bereaksi positif. Perusahaan yang tidak

mempunyai prospek yang bagus, yang mencoba memberikan sinyal lewat stock split

bukanlah stock split yang akan meningkatkan harga sekuritasnya, malah akan

menurunkan harga sekuritasnya karena pasar sudah cukup canggih untuk mengetahui

bahwa perusahaan tersebut tidak mempunyai prospek kinerja yang bagus atau dengan

kata lain tidak mampu menanggung biaya yang timbul jika perusahaan akan

melakukan stock split.

Page 43: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

28

2.1.4.2 Optimal Trading Range Theory

Optimal Trading Range Theory menyatakan bahwa pemecahan saham

merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga per lembar saham pada

batas-batas harga yang lebih rendah (Ikenberry et al. dalam Tanjung, 2007). Menurut

Rohana et al (2003), Trading range menyatakan bahwa manajemen melakukan stock

split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa

dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana

saham dipecah karena ada batas harga yang optimal untuk saham dan untuk

meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjual-

belikannya yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Copeland (dalam Khomsiyah dan Sulistyo, 2001)

bahwa alasan dilakukannya pemecahan saham adalah “optimal range” harga saham

yang berkaitan dengan likuiditas perdagangan saham. Alasan lainnya bahwa

pemecahan saham akan menciptakan pasar yang lebih luas. Namun Copeland (dalam

Marwata, 2001) menemukan bahwa likuiditas mengalami penurunan setelah

pemecahan saham, yaitu volume perdagangan menjadi lebih rendah dibandingkan

sebelumnya, biaya transaksi meningkat, dan bid-ask spread juga lebih tinggi daripada

sebelumnya.

Optimal trading range theory memprediksi bahwa jumlah pemegang saham

institusi dan proporsi ekuitas yang dipegang oleh institusi akan menurun setelah

adanya stock split dengan catatan bahwa investor individu memiliki respon yang

menganggap bahwa stock split adalah informasi yang menguntungkan. Sedangkan

Page 44: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

29

investor institusi cenderung memiliki respon yang negatif terhadap stock split, dalam

kondisi ini pihak investor individu berperan sebagai pembeli dan investor institusi

sebagai penjualnya. Sehingga jumlah investor institusi dan proporsi yang dimiliki

institusi akan menurun (Baskoro,2009).

2.1.5 Abnormal Return

Investasi merupakan penundaan konsumsi pada saat ini guna mendapatkan

tingkat pengembalian (return) yang akan diterima di masa yang akan datang.

Investasi pada saham dianggap mempunyai tingkat risiko yang lebih besar

dibandingkan dengan alternatif investasi lain, seperti obligasi, deposito, dan tabungan

(Subalno, 2009).

Return merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas

suatu investasi yang dilakukan (Ang,1997). Investor biasanya mengharapkan

keuntungan yang tinggi dengan resiko kerugian sekecil mungkin, sehingga para

investor berusaha menentukan tingkat keuntungan investasi yang optimal dengan

menentukan konsep investasi yang memadai. Return saham dapat berupa return

realisasi yang sudah terjadi dan return ekspetasi yang belum terjadi tetapi diharapkan

akan terjadi dimasa yang akan datang. Menurut Hartono (2014), return realisasi

merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarakan data historis. Return

realisasi digunakan sebagai salah satu faktor pengukur kinerja perusahaan. Return ini

juga bekerja sebagai dasar penentuan return ekspetasi dan risiko masa datang. Return

ekspetasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh di masa yang akan

Page 45: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

30

datang. Return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Salah satu faktor yang membuat

para investor menanamkan modalnya saat berinvestasi adalah return yang tinggi,

dengan return yang tinggi maka investor berharap akan mendapatkan imbalan yang

tinggi atas investasi yang dilakukan. Tetapi return yang diperoleh para investor

tergantung oleh instrumen yang digunakan.

Sedangkan abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari

return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan

return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian abnormal

return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return

ekspektasi (Muchtar, 2008). Sedangkan menurut Tandelilin (2001), abnormal return

adalah return saham yang melebihi expected return dari saham tersebut pada suatu

tingkat risiko tertentu.

2.1.6 Risiko Sistematik

2.1.6.1 Pengertian Risiko

Van Horne danWachowics, Jr. (2005) dalam Ruhama (2012) mendefinisikan

risiko sebagai variabilitas return terhadap return yang diharapkan. Suatu investasi

akan dapat dinilai efisien jika investasi tersebut memberikan tingkat keuntungan

terbesar atau tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terkecil. Tentunya sebagai

investor yang rasional akan memilih risiko yang paling kecil di saat dihadapkan pada

dua pilihan investasi yang menawarkan tingkat keuntungan yang sama.

Page 46: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

31

Gambar 2.1

Hubungan Risiko dan Return

Risiko rendah risiko sedang Risiko tinggi Risiko sangat tinggi

Sumber: Tandelilin,2010

Sumbu vertikal pada gambar 2.1 diatas menunjukkan besarnya tingkat return

yang diharapkan dari masing-masing jenis aset, sedangkan sumbu horizontal

menunjukkan risiko yang ditanggung investor. Obligasi pemerintah terlihat

mempunyai risiko yang cenderung rendah dan tingkat return yang diharapkan juga

tidak terlalu tinggi. Di sisi lain, jika investor menanamkan modalnya ke kontrak

berjangka, terlihat bahwa investor menanggung risiko yang tinggi tetapi dengan

tingkat return yang tinggi pula. Sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko dan return

yang diharapkan mempunyai hubungan searah dan linier.

Risiko dibedakan menjadi dua, pertama, risiko yang tidak dapat di-

diversifikasikan oleh portofolio disebut dengan non diversifiable risk atau risiko pasar

(market risk) atau risiko umum (general risk) atau risiko sistematik (systematic risk).

Risiko sistematik setiap perusahaan akan saling berkorelasi karena faktor-faktor yang

Tingkat bunga

bebas risiko

Judi Spekulasi Investasi

Kontrak

berjangka

Opsi

Saham

Obligasi

Pemerintahan

Obligasi

Perusahaan

Return

yang

diharapkan

Rf

Page 47: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

32

mempengaruhinya sama. Akibatnya tingkat keuntungan antar saham juga saling

berkorelasi, hanya saja tingkat kepekaan terhadap faktor-faktor tersebut berbeda

untuk setiap perusahaan. Risiko ini terjadi karena kejadian-kejadian diluar kegiatan

perusahaan. Risiko sistematik dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Interest rate risk

Ketidakpastian nilai pasar dan pendapatan di masa depan yang

diakibatkan oleh fluktuasi tingkat bunga. Harga saham dan surat berharga

lainnya bergerak berlawanan arah dengan tingkat bunga pasar.

2. Purchasing power risk

Ketidakpastian daya beli dari pendapatan yang akan diterima di masa

depan sebagai return suatu investasi. Risiko ini dikenal sebagai dampak dari

inflasi maupun deflasi suatu investasi.

3. Market risk

Ketidakpastian harga saham yang diakibatkan oleh antisipasi

masyarakat terhadap return. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

berwujud (tangible) seperti iklim politik, pertumbuhan ekonomi, sosial,

budaya dan faktor-faktor tak berwujud (intangible) yang biasa dikaitkan

dengan psikologi pasar (market psychology).

Kedua, bagian dari risiko sekuritas yang dapat dihilangkan atau diperkecil

dengan membentuk portofolio yang well-diversified disebut dengan risiko yang dapat

di-diversifikasi (diversifiable risk) atau risiko perusahaan (company risk) atau risiko

Page 48: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

33

unik (unique risk). Risiko ini biasanya hanya berhubungan dengan peristiwa mikro.

Dalam analisa investasi, risiko ini disebut risiko yang tidak sistematik (unsystematic

risk) karena hanya mempengaruhi perusahaan tertentu saja, tidak mempengaruhi

perusahaan secara umum.

Risiko non sistematik dibagi menjadi dua yaitu:

1. Business risk

Merupakan dampak dari kondisi operasional perusahaan terhadap laba

perusahaan dan deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham.

2. Financial risk

Berkaitan dengan ketidakpastian return saham akibat keputusan

pembelajaran yang dilakukan oleh perusahaan. Keputusan pembelajaran yang

menyangkut sumber dana perusahaan menentukan struktur modal perusahaan

tersebut.

Portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang

diinvestasikan dan dipegang oleh investor, baik perorangan maupun lembaga.

Kombinasi aktiva tersebut bisa berupa aktiva riil, maupun aktiva finansial. Para

pemodal menginvestasikan dananya di pasar modal biasanya tidak hanya memilih

satu saham. Alasannya, dengan melakukan kombinasi saham pemodal bisa meraih

keuntungan optimal sekaligus akan memperkecil risiko melalui diversifikasi. Bukti

empiris menunjukkan bahwa semakin banyak jenis sekuritas (saham) yang

Page 49: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

34

dikumpulkan dalam keranjang portofolio, maka risiko kerugian saham yang satu

dapat dinetralisir oleh keuntungan yang diperoleh dari saham lain (Megawati, 2004).

Risiko sistematik dan risiko tidak sistematik yang dijumlahkan disebut risiko

total. Risiko total menjadi dasar pertimbangan manajer investasi dalam mengambil

keputusan investasi. Hasil keputusan investasi yang baik adalah investasi dengan

tingkat pengembalian yang diharapkan tinggi (rate of return) dengan tingkat risiko

serendah mungkin (Nurdina dan Endang, 2014). Menurut Husnan (2003) dalam

investasi suatu portofolio, ukuran risiko saat ini bukan lagi deviasi standar (risiko

total), tetapi hanya systematic risk. Hal ini dikarenakan ada sebagian risiko yang

dapat dihilangkan dengan diversifikasi (unsystematic risk).

2.1.6.2 Beta

Variabel risiko sistematis yang akan diteliti diukur menggunakan Beta (β), hal

ini dikarenakan beta diasumsikan sebagai pengukur kepekaan saham terhadap

perubahan-perubahan pasar yang relevan bagi tiap-tiap saham di dalam portofolio.

Menurut Hartono (2010), beta adalah pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau

return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas

return sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return

portofolio dengan return pasar. Dapat disimpulkan bahwa beta merupakan pengukur

risiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap

risiko pasar.

Page 50: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

35

Peggunaan β bukan hanya untuk memperkecil jumlah variabel yang bisa

ditaksir, tetapi juga memungkinkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor fundamental

yang mungkin mempengaruhi β tersebut. Sehingga β saham masing-masing

perusahaan berbeda-beda karena karakteristik dan kondisi fundamental yang berbeda

pula (unique risk).

Hartono (2014), Pengertian dari volatilitas adalah fluktuasi dari return-return

suatu sekuritas atau portofolio dalam periode tertentu. Nilai β dari sekuritas atau

portofolio setara 1,0. β bernilai 1,0 menunjukkan bahwa risiko sistematik suatu

sekuritas atau portofolio sama dengan risiko pasar. Sedangkan β > 1 menunjukkan

bahwa kepekaan return saham tersebut lebih besar dari pada pergerakan return rata-

rata pasar, kondisi ini sering disebut saham agresif. Sementara saham dengan β < 1

dinamakan saham defensif karena pergerakan return saham perusahaan tersebut lebih

kecil daripada return pasar atau memiliki risiko di bawah rata-rata.

Beta saham yang tinggi menunjukkan tingkat risiko yang tinggi pula, namun

tingkat risiko yang tinggi ini biasanya memberikan tingkat pengembalian investasi

yang tinggi pula, demikian juga sebaliknya. Perusahaan yang memiliki risiko pasar

yang tinggi akan sangat berfluktuatif terhadap pergerakan pasar, karena semakin

tinggi β suatu perusahaan maka semakin sensitif pula terhadap perubahan pasar.

Dengan kata lain, investor cenderung khawatir untuk masuk ke pasar, karena

pergerakan pasar yang tidak stabil. Sehingga perusahaan dengan beta yang tinggi

akan sangat berfluktuatif terhadap pergerakan pasar dan memberikan return yang

tidak stabil.

Page 51: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

36

Bagi para investor, β merupakan salah satu alat ukur sebelum menentukan

investasi yang akan dilakukan. Bila ingin mendapatkan keuntungan yang besar

(dengan kemungkinan kerugian yang besar pula) maka investor dapat menanamkan

modal pada saham dengan beta yang tinggi (Setyawan, 2012).

2.1.7 Volume Perdagangan Saham

Trading volume activity (aktivitas volume perdagangan) merupakan penjualan

dari setiap transaksi yang terjadi di bursa saham pada saat waktu dan saham tertentu,

dan merupakan salah satu faktor yang juga memberikan pengaruh terhadap

pergerakan harga saham. Volume transaksi merupakan unsur kunci dalam melakukan

prediksi terhadap pergerakan harga saham. Menurut Napitupulu dan Syahyunan

(2013), untuk membuat keputusan investasinya, investor akan mempertimbangkan

resiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Sehingga investor membutuhkan

informasi untuk melakukan analisis saham. Adanya informasi yang dipublikasikan

akan mengubah keyakinan investor yang dapat dilihat dari reaksi pasar. Salah satu

reaksi pasar tersebut adalah reaksi volume perdagangan.

Volume perdagangan saham dianggap sebagai ukuran dari kekuatan atau

kelemahan pasar. Ketika volume perdagangan cenderung mengalami kenaikan selama

harga mengalami penurunan secara terus menerus maka pasar berada dalam keadaan

bullish. Ketika volume perdagangan cenderung mengalami penurunan selama harga

mengalami kenaikan maka pasar dalam keadaan bearish.

Page 52: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

37

Ada kalanya terjadi volume perdagangan yang lebih rendah daripada yang

seharusnya. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, pertama adalah keterbatasan investor

terhadap modal yang dimiliki, sehingga investor tidak dapat membeli banyak saham

dengan tujuan diversifikasi. Kedua, pembatasan yang terjadi karena mekanisme pasar

atau situasi dan kondisi pasar, contoh ketika pasar modal mengalami bearish (kondisi

pasar modal yang cenderung memburuk), maka investor memilih untuk mengambil

posisi jual atau short dulu, setelah itu barulah melakukan pembelian pada saat harga

turun sesuai dengan prinsip “sell high and buy low” (Baskoro,2009).

2.1.8 Event Study

Event study merupakan studi yang mempelajari/mengamati reaksi pasar

terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari

suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar setengah

kuat (Jogiyanto, 2014).

Kandungan informasi yang diuji dimaksudkan untuk mengetahui reaksi dari

suatu pengumuman. Pengumuman pemecahan saham merupakan salah satu informasi

yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar. Jika pengumuman mengandung

informasi, pasar diharapkan akan bereaksi saat pengumuman terjadi. Pengumuman

pemecahan saham merupakan t0 dalam event study pada penelitian ini. Reaksi pasar

tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan-perubahan dari sekuritas yang

Page 53: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

38

bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan harga, volume

perdagangan saham dan abnormal return (Pramana,2012).

Metodologi event study digunakan untuk mengukur dampak dari suatu

kejadian. Metode ini dapat diterapkan untuk data-data financial terhadap suatu

pengumuman seperti stock split. Langkah – langkah event study menurut MacKinlay

(dalam Mardiyati dan Khusfatun, 2011), adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan event yang terjadi, berupa kebutuhan informasi bagi investor

2. Menyusun teori mengenai respon pasar terhadap informasi yang dijadikan event

yang diteliti tersebut

3. Menentukan kriteria sampel yang akan diteliti

4. Menentukan sebuah event windows (periode pengamatan) yang tepat, sesuai

dengan event yang akan diteliti

5. Melakukan eliminasi sampel yang memiliki event lain pada periode pengamatan

6. Menbandingkan keadaan sebelum dan setelah event

2.1.9 Hubungan Stock Split dengan Abnormal Return

Return merupakan hasil yang diperoleh dari hasil investasi, return juga

merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor untuk melakukan investasi

dengan tingkat resiko tertentu. Investor selalu mengharapkan tingkat return yang

sesuai atas suatu resiko investasi yang dihadapinya. Pada setiap pengambilan

keputusan investasi, investor dihadapkan kepada ketidakpastian. Hal ini mendorong

investor rasional untuk selalu mempertimbangkan resiko dan expected return dari

Page 54: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

39

setiap investasinya. Return tersebut merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan

jangka panjang. Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh

manajemen kepada publik bahwa perusahaan mempunyai prospek bagus di masa

depan.

Perusahaan yang melakukan stock split biasanya adalah perusahaan-

perusahaan besar dan yang mempunyai harga saham yang tinggi. Perusahaan tersebut

melakukan stock split untuk untuk menjaga likuiditas saham perusahaan yang

menyebabkan harga saham menjadi rendah karena pemecahan. Keputusan perusahaan

untuk melakukan stock split akan diinterpretasikan oleh investor sebagai suatu sinyal

bahwa manajer mempunyai informasi yang menguntungkan dimana hal itu

ditunjukkan dengan adanya abnormal return positif di sekitar pengumuman stock

split (Djajasaputra, 2000).

Teori ini didukung oleh penelitian Jain dan Mohammad (2012) yang

menemukan bahwa reaksi pasar positif saat pengumuman stock split selama krisis

keuangan. Namun abnormal return positif berkurang dalam event window pendek

dibandingkan dengan abnormal return pada saat sebelum krisis dengan event window

yang panjang. Namun Santanu (2008) berpendapat bahwa pasar atau investor tidak

bereaksi secara signifikan selama event window terhadap pengumuman stock split.

Pasar atau investor telah bereaksi secara tepat terhadap informasi stock split yang

tidak bernilai ekonomis tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa Bursa Efek

Jakarta pada periode 1998 – 2002 telah efisien bentuk setengah kuat secara keputusan

terhadap informasi stock split yang tidak memiliki nilai ekonomis.

Page 55: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

40

2.1.10 Hubungan Stock Split dengan Risiko Sistematis

Sebelum pengumuman stock split, risiko sistematik perusahaan cenderung

lebih kecil karena perusahaan tidak harus mengeluarkan dana dari kas perusahaan

untuk menanggung biaya-biaya yang ditimbulkan oleh stock split. Perusahaan

membutuhkan dana yang cukup besar untuk melakukan stock split. Apabila

perusahaan mempunyai prospek kinerja perusahaan yang baik, perusahaan tidak akan

mengalami kesulitan untuk menanggung biaya-biaya tersebut. Akan tetapi, apabila

stock split dilakukan oleh perusahaan yang memiliki prospek kinerja yang buruk,

maka perusahaan akan mengalami kesulitan untuk menanggung biaya-biaya yang

ditimbulkan oleh stock split tersebut dan menyebabkan harga sahamnya menurun

seiring dengan penurunan kinerja perusahaan.

Peristiwa stock split akan berdampak negatif pada risiko sistematik karena

adanya perbedaan risiko sistematik setelah publikasi stock split yang lebih kecil

daripada sebelum publikasi stock split. Hal tersebut terjadi karena tingkat likuiditas

perusahaan yang tinggi setelah peristiwa stock split (Ruhama,2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Ruhama (2012) yang menyimpulkan bahwa

ada perbedaan risiko sistematis yang signifikan sebelum dan sesudah pengumuman

stock split. Adanya perbedaan risiko sistematis tersebut dapat disebabkan karena

harga saham setelah stock split tidak begitu disukai oleh para investor dan lebih

memilih harga saham yang stabil. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Januar (2011) menemukan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan beta

saham yang signifikan antara sebelum dan sesudah

Page 56: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

41

stock split. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor internal perusahaan (pengumuman

stock split) tidak mengakibatkan perubahan beta yang signifikan sedangkan faktor

eksternal perusahaan seperti kondisi perekonomian yang meliputi: inflasi, GDP, GNP

mempunyai pengaruh terhadap beta saham.

2.1.11 Hubungan Stock Split dengan Volume Perdagangan Saham

Stock split ini biasanya dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan

likuiditas saham dan memaksimalkan tingkat keuntungan saham dari pemegang

sahamnya (investor) dan penyebaran pemilikan saham. Tujuan utama dari stock split

adalah untuk menempatkan saham pada rentang perdagangan yang lebih lebih

populer, sehingga diharapkan akan dapat menarik lebih banyak pembeli dan biasanya

hal ini akan sangat efektif bila dilakukan terhadap saham-saham yang harganya sudah

cukup tinggi.

Banyak perusahaan yang melakukan stock split dimana mereka memanfaatkan

psikologis pemodal dalam upaya meningkatkan likuiditas saham. Pemecahan saham

meningkatkan jumlah saham yang beredar, meningkatkan jumlah pemegang saham

yang memiliki satu lot (satuan perdagangan), membuat harga saham menjadi lebih

rendah, sehingga terjangkau oleh lebih banyak pemodal. Akibatnya permintaan akan

saham cenderung naik, saham lebih aktif diperdagangkan di bursa.

Volume perdagangan yang rendah merupakan ciri-ciri harapan tak menentu.

Volume perdagangan yang tinggi merupakan ciri-ciri dimana ada harapan yang kuat

harga akan naik lagi. Kenaikan harga yang dibarengi dengan kenaikan volume

Page 57: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

42

perdagangan menunjukkan kenaikan kepercayaan investor. Kenaikan harga yang

dibarengi dengan kenaikan volume perdagangan atau penurunan harga yang dibarengi

dengan penurunan volume perdagangan disebut bullish. Sebaliknya, jika penurunan

harga dibarengi dengan kenaikan volume perdagangan atau kenaikan harga dibarengi

dengan penurunan volume perdagangan maka disebut bearish (Marlina, 2004).

Aduda dan Chemarum (2010) menghasilkan pengujian bahwa terjadi

peningkatan volume saham yang diperdagangkan setelah stock split dibandingkan

sebelum stock split. Perusahaan membawa saham mereka kembali ke harga yang

optimal sehingga permintaan meningkat dan mendorong investor untuk membeli

saham perusahaan. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Slamet dan Eko

(2008) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan likuiditas

saham (TVA) sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan tidak bertumbuh,

besar dan kecil. Sedangkan pada perusahaan bertumbuh terdapat perbedaan yang

signifikan likuiditas saham (TVA) sebelum dan sesudah stock split.

2.2 Penelitian Terdahulu

2.2.1 Pertiwi (2006)

Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2006) yang berjudul analisis dampak

stock split terhadap risiko sistematis dan abnormal return meunujukkan bahwa tidak

ada perbedaan yang signifikan pada tingkat risiko sistematis dan abnormal return

sebelum dan sesudah stock split. Meskipun hasil perhitungan rata-rata risiko

sistematis menunjukkan penurunan setelah stock split, tidak bisa diartikan bahwa

Page 58: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

43

stock split akan menyebabkan risiko sistematis perusahaan sampel menurun.

Sedangkan respon pasar yang ditunjukkan dengan abnormal return positif bukan

berarti disebabkan oleh stock split tetapi pasar mengetahui prospek bagus yang

disinyalkan perusahaan bersamaan dengan aktivitas stock split.

2.2.2 Lestari dan Arief (2008)

Lestari dan Arief (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh stock split:

analisis likuiditas saham pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia dengan

memperhatikan pertumbuhan dan ukuran perusahaan. Model pengujian menggunakan

Wilcoxon signed rank test. Sampel penelitian ini berupa 44 perusahaan yang terdaftar

di BEI tahun 2002-2006 yang terdiri dari 25 perusahaan bertumbuh dan 19

perusahaan tidak bertumbuh serta 22 perusahaan besar dan 22 perusahaan kecil. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan likuiditas

saham (TVA) sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan tidak bertumbuh,

besar dan kecil. Sedangkan pada perusahaan bertumbuh terdapat perbedaan yang

signifikan likuiditas saham (TVA) sebelum dan sesudah stock split. Adanya pengaruh

stock split terhadap ukuran perusahaan, tidak terbukti pada penelitian ini yaitu tidak

ada perbedaan yang signifikan likuiditas saham sebelum dan sesudah stock split.

Tingkat harga yang rendah setelah stock split tidak menjamin keberhasilan likuiditas

saham.

2.2.3 Aduda dan Chemarum (2010)

Penelitian ini berjudul market reaction to stock splits (empirical evidence

from the Nairobi Stock Exchange). Data diambil melalui sembilan perusahaan yang

Page 59: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

44

telah mengalami stock split pada periode 2002-2008. Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan volume saham yang diperdagangkan saat

pengumuman stock split. Hal ini terjadi terutama di hari sekitar pemecahan saham.

Pada tanggal pemecahan, terdapat rata-rata abnormal return positif dari 0,5473 yang

sangat signifikan pada tingkat 0,05%. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat

hubungan abnormal return kumulatif yang positif selama event window.

2.2.4 Ruhama (2010)

Penelitian yang dilakukan oleh Ruhama (2010) dengan judul dampak

publikasi stock split terhadap tingkat keuntungan dan risiko sistematik pada

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2009 menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang risiko sistematik yang signifikan sebelum dan

sesudah stock split. Adanya perbedaan tersebut dapat disebabkan karena harga saham

sesudah pengumuman stock split tidak begitu disukai para investor dan lebih memilih

harga saham yang stabil.

2.2.5 Djajasaputa (2012)

Djajasaputra (2012) melakukan penelitian dengan judul Analisis

Perbandingan Harga Saham, Volume Perdagangan Saham, dan Abnormal Return

Saham Sebelum dan Sesudah Pemecahan Saham (Studi pada Perusahaan go public

yang melakukan pemecahan saham antara tahun 2005-2008 di BEI). Hasil penelitian

tersebut mengindikasikan bahwa peristiwa pemecahan saham tidak mengakibatkan

harga saham berubah secara signifikan. Peristiwa pemecahan saham tidak

Page 60: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

45

mengakibatkan volume perdagangan dan abnormal return berubah secara signifikan

setelah pengumuman pemecahan saham.

2.2.6 Jain dan Mohammad (2012)

Penelitian dengan judul the effect of stock split announcements on

abnormal returns during a financial crisis menganalisis Cummulative Average

Abnormal Return (CAAR) dan pasar disesuaikan di sekitar pengumuman pemecahan

saham selama sebelum krisis keuangan (2004-2007) dan saat terjadi krisis keuangan

(2008-2011). Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa reaksi pasar positif saat

pengumuman stock split selama periode krisis (2008-2011) dibuktikan dengan CAAR

yang positif. Namun abnormal return yang positif selama krisis berkurang dalam

periode pengamatan pendek (3 hari dan 5 hari) dibandingkan dengan abnormal return

pada saat sebelum krisis dengan periode pengamatan yang panjang. Berdasarkan pada

penelitian terdahulu yang telah dipaparkan, maka dapat diringkas melalui tabel

sebagai berikut:

Page 61: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

46

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian

dan Peneliti

Variabel yang

Digunakan

Model yang

Digunakan

Hasil Penelitian

1. Analisis dampak

stock split

terhadap risiko

sistematis dan

abnormal return

Pertiwi (2006)

variabel

independen:

abnormal

return, dan

resiko

sistematis

variabel

dependen: stock split

paired

sample t-test

Tidak terdapat

perbedaan risiko

sistematis dan abnormal

return sebelum dan

sesudah stock split.

2. Pengaruh stock

split: analisis

likuiditas saham

pada perusahaan

go public di

Bursa Efek

Indonesia dengan

memperhatikan

pertumbuhan dan

ukuran

perusahaan.

Slamet dan

Arief (2008)

variabel

independen:

likuiditas saham

variabel

dependen:

stock split

Wilcoxon

signed rank

test

Tidak ada perbedaan

yang signifikan

likuiditas saham (TVA)

sebelum dan sesudah

stock split pada

perusahaan tidak

bertumbuh, besar dan

kecil.

Pada perusahaan

bertumbuh terdapat

perbedaan yang

signifikan likuiditas

saham (TVA) sebelum

dan sesudah stock split.

Tidak ada perbedaan

yang signifikan

likuiditas saham

sebelum dan sesudah

stock split pada ukuran

perusahaan. Tingkat

harga yang rendah

setelah stock split tidak

menjamin keberhasilan

likuiditas saham.

3. Market

Reacktion to

Stock Split

variabel

independen:

volume

Terjadi peningkatan

volume saham yang

diperdagangkan saat

Page 62: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

47

(Empirical

Evidence from

the Nairobi Stock

Exchange)

Aduda dan

Chemarum

(2010)

perdagangan

saham

variabel

dependen:

stock split

pengumuman stock split.

Terdapat hubungan

abnormal return

kumulatif yang positif

selama event window.

4. Dampak

Publikasi Stock

Split terhadap

Tingkat

Keuntungan dan

Risiko

Sistematik pada

Perusahaan yang

Terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

Periode 2004-

2009

Ruhama (2010)

variabel

independen:

tingkat

keuntungan,

risiko sistematik

variabel

dependen:

stock split

Ada perbedaan yang

risiko sistematik yang

signifikan sebelum dan

sesudah stock split.

Adanya perbedaan

tersebut dapat

disebabkan karena harga

saham sesudah

pengumuman stock split

tidak begitu disukai para

investor.

5. Analisis

Perbandingan

Harga Saham,

Volume

Perdagangan

Saham, dan

Abnormal Return

Saham Sebelum

dan Sesudah

Pemecahan

Saham (studi

pada perusahaan

go public yang

melakukan

pemecahan

saham antara

tahun 2005-2008

di BEI).

Djajasaputra

(2012)

variabel

independen:

harga saham,

volume

perdagangan,

abnormal return

variabel

dependen:

stock split

paired

sample t-test

Peristiwa pemecahan

saham tidak

mengakibatkan harga

saham berubah secara

signifikan.

Peristiwa pemecahan

saham tidak

mengakibatkan volume

perdagangan dan

abnormal return

berubah secara

signifikan setelah

pengumuman

pemecahan saham.

Page 63: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

48

Sumber: dari berbagai jurnal

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kebijakan stock split mengandung informasi yang akan membuat pasar

bereaksi. Reaksi tersebut ditandai dengan adanya perubahan harga pada saham

perusahaan. Pasar uang dikatakan efisien jika harga pasar menceminkan semua

informasi yang tersedia tentang nilai aset ekonomis. Jika stock split mengandung

informasi maka akan terjadi perubahan pada abnormal return yang positif di sekitar

pengumuman stock split. Sebaliknya apabila stock split tidak mengandung informasi

maka tidak akan terjadi perubahan pada return saham perusahaan. Teori ini didukung

oleh penelitian terdahulu dari Rumanti dan Moerdiyanto (2011), Muchtar (2008),

Surtikanti (2010), Pramana (2012), Jain dan Mohammad (2012).

Risiko sistematik dapat dilihat dari tingkat likuiditas saham dimana beta

merupakan suatu pengukuran volatilitas return suatu sekuritas terhadap return pasar.

6. The effect of

stock split

announcements

on abnormal

returns during a

financial crisis.

Jain dan

Mohammad

(2012)

variabel

independen:

abnormal

return, volume

pedagangan

saham

variabel

dependen:

stock split

Eventus

dan

market

model

Reaksi pasar positif saat

pengumuman stock split

selama periode krisis

(2008-2011) dibuktikan

dengan CAAR yang

positif. Namun

abnormal return yang

positif selama krisis

berkurang dalam

periode pengamatan

pendek ( 3 hari dan 5

hari) dibandingkan

dengan abnormal return

pada saat sebelum krisis

dengan periode

pengamatan yang

panjang.

Page 64: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

49

Likuiditas diprediksi mempunyai hubungan negatif dengan beta dimana secara

rasional diketahui bahwa semakin likuid suatu perusahaan, maka semakin kecil

risikonya (Hartono, 2009). Stock split akan meningkatkan likuiditas perusahaan dan

menurunkan risiko sistematik. Peristiwa stock split akan berdampak negatif pada

risiko sistematik karena adanya perbedaan risiko sistematik setelah publikasi stock

split yang lebih kecil daripada sebelum publikasi stock split. Hal tersebut terjadi

karena tingkat likuiditas perusahaan yang tinggi setelah peristiwa stock split. Teori ini

didukung oleh penelitian terdahulu dari Ruhama (2012).

Variabel volume perdagangan saham (Trading Volume Activity)

digunakan untuk mengukur likuiditas saham perusahaan. Semakin tinggi nilai TVA

sebuah saham maka akan semakin tinggi pula tingkat likuiditas perusahaan tersebut.

Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan dapat menjual sahamnya dengan mudah

karena banyaknya permintaan dari investor sehingga saham tersebut mudah

dikonversikan menjadi kas. Teori ini didukung oleh penelitian terdahulu dari Sutrisno

et al. (2000), Rohana et al. (2003), Latifah (2007), Slamet dan Arief (2008), Baskoro

(2009), Aduda dan Chemarum (2010), Indarti dan Desti (2011).

Page 65: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

50

Berikut adalah kerangka pemikiran teoritis yang dijelaskan dalam gambar 2.2

Gambar 2.2

KPT

Sumber: Julianto dan Hartono (2002), Jain dan Mohammad (2012), Astuti (2012), Djajasaputra

(2012), Aduda dan Chemarum (2010), Slamet dan Arief (2008), Almilia dan Kristijadi (2006),

Pramana (2012), Wijanarko (2012)

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1 : Terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah stock split.

H2 : Terdapat perbedaan risiko sistematis sebelum dan sesudah stock split

H3 : Terdapat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split

Uji Beda Dua Rata-Rata

Rata-Rata Abnormal

Return, Risiko Sistematis,

dan Volume Perdagangan

Saham Sesudah Stock Split

Rata-Rata Abnormal

Return, Risiko Sistematis,

dan Volume Perdagangan

Saham Sebelum Stock Split

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

Stock Split

Page 66: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

51

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel dependen dan variabel independen dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Variabel Dependen

Yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah abnormal return, risiko sistematis,

dan volume perdagangan saham.

2. Variabel Independen

Yaitu variabel yang mempengaruhi keadaan variabel lain. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah stock split

3.1.2 Definisi Variabel Operasional

Variabel operasional dalam penelitian ini adalah abnormal return, risiko

sistematis, dan volume perdagangan saham. Variabel abnormal return digunakan

untuk mengetahui adanya sinyal positif yang diperoleh investor sesudah

pengumuman stock split. Variabel risiko sistematis digunakan untuk mengetahui

besarnya risiko pasar yang dihadapi investor sesudah pengumuman stock split.

Page 67: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

52

Sedangkan variabel volume perdagangan saham digunakan untuk mengetahui

likuiditas perdagangan saham sesudah pengumuman stock split.

1. Abnormal return

Penghitungan abnormal return menggunakan market adjusted model

dimana return indeks pasar yang diestimasi sama dengan return sekuritas,

sehingga tidak perlu menggunakan periode estimasi.

ARit = Rit – Rmt (3.1)

Dimana :

ARit = abnormal return saham i pada hari ke t

Rit = actual return saham i pada hari ke t

Rmt = return pasar, yang dihitung dengan rumus :

Rmt = (IHSGt – IHSGt −1)

IHSGt −1

2. Risiko Sistematik

Beta saham dalam penelitian ini merupakan ukuran risiko suatu saham

yang menunjukkan kepekaan suatu return saham terhadap return pasar. Semakin

besar beta suatu saham, semakin besar kepekaan return saham tersebut terhadap

perubahan return pasar. Beta akan dihitung dengan menggunakan model indeks

tunggal dengan menggunakan rumus :

Ri = αi + βi x Rm + ei (3.2)

Dimana:𝑅𝑖 =𝑃𝑖𝑡−𝑃𝑖𝑡−1

𝑃𝑖𝑡 𝑅𝑚 =

𝑃𝑚𝑡−𝑃𝑚𝑡−1

𝑃𝑚𝑡

Page 68: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

53

Ri = Return saham i

Rm = Return Pasar

Pit = Harga saham i pada hari ke t

Pit-1 = Harga saham i pada hari ke t-1

Pmt = IHSG pada hari ke t

Pmt-1= IHSG pada hari ke t-1

3. Volume Perdagangan Saham

Secara rumus dapat diilustrasikan sebagai berikut:

TVAit = ∑saham yang diperdagangkan pada waktu t

∑saham yang beredar di BEI pada waktu t (3.3)

Page 69: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

54

Untuk memperjelas definisi operasional tiap-tiap variabel, maka akan

disajikan definisi operasional dalam tabel berikut:

Tabel 3.1

Ringkasan Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Rumus Skala

1. Abnormal

Return

Selisih antara

return

sesungguhnya

dengan return

ekspektasi masing-

masing saham

ARit = Rit – Rmt

Rasio

2. Risiko

Sistematik

ukuran risiko yang

berasal dari

hubungan antara

tingkat return

saham terhadap

return pasar.

Ri = αi + βi x Rm + ei

Rasio

2.

Volume

Perdagang

an Saham

Perbandingan

antara jumlah

saham yang

diperdagangkan

dengan jumlah

saham yang

beredar

TVAit = ∑saham yang diperdagangkan

∑saham yang tercatat di BEI

Rasio

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang telah go

public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 150 perusahaan. Sampel

penelitian diambil dari populasi dengan metode purposive sampling dengan beberapa

kriteria yang harus dipenuhi sebagai berikut:

1. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI selama tahun 2006-2013

2. Perusahaan manufaktur tersebut melakukan pemecahan saham

Sumber: Husnan (2003), Djayasaputra (2009), Hartono (2014)

Page 70: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

55

3. Perusahaan manufaktur tersebut melakukan pemecahan saham di periode tahun

pengamatan tahun 2006-2013

4. Perusahaan tersebut mempunyai data penunjang penelitian yang lengkap

Berdasarkan pada persyaratan sampel diatas, maka jumlah sampel ditentukan sebagai

berikut:

Tabel 3.2

Sampel Perusahaan yang Melakukan Stock Split

No. Kode Nama Perusahaan Tanggal Stock

Split

1. TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk 14 September 2006

2. EKAD PT. Ekadharma Internasional Tbk 19 Oktober 2006

3. DAVO PT. Davomas Abadi Tbk 28 Mei 2007

4. SMGR PT. Semen Indonesia Tbk 7 Agustus 2007

5. SOBI PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk 22 Agustus 2007

6. CTBN PT. Citra Tubindo Tbk. 12 januari 2009

7. ARNA PT. Arwana Citramulia Tbk. 11 September 2009

8. KKGI PT. Resource Alam Indonesia Tbk. 18 Maret 2010

9. TURI PT. Tunas Ridean Tbk. 17 Juni 2010

10. DILD PT. Intiland Development Tbk. 26 Juli 2010

11. DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. 12 November 2010

12. CPIN PT. Choroen Pokpkon Indonesia Tbk. 8 Desember 2010

13. INTA PT. Intraco Penta Tbk. 6 Juni 2011

14. AUTO PT. Astra Otoparts Tbk. 24 Juni 2011

15. ASII PT. Astra International Tbk. 5 Juni 2012

16. IMAS PT. Indomobil Sukses Internasional

Tbk.

7 Juni 2012

17. MDRN PT. Modern Internasional (d/h Modern

Photo Film Company) Tbk.

3 Juli 2012

18. TOTO PT. Surya Toto Indonesia Tbk. 9 Agustus 2012

19. KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 8 Oktober 2012

20. BRNA PT. Berlina Tbk. 6 November 2012

Sumber: Indonesia Capital Market Directory (ICMD) periode 2006-2013

Page 71: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

56

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diperoleh merupakan data dokumenter, yaitu data yang

diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau dicatat atau

diperoleh dari pihak lain, berupa bukti catatan yang dipublikasikan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai sumber data penelitian.

Data tersebut diperoleh dari lembaga atau instansi melalui pengutipan data atau

melalui studi pustaka yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Penelitian ini

menggunakan data sekunder dari berbagai sumber, yaitu: Indonesia Capital Market

Directory (ICMD) tahun 2006-2013, Pojok BEI FEB UNDIP, www.idx.co.id,

finance.yahoo.com.

Data-data tersebut diantaranya:

1. Tanggal pengumuman stock split yang digunakan sebagai event date (t0)

2. Harga saham penutupan harian perusahaan yang melakukan stock split dalam

periode pengamatan, yaitu 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah pengumuman

stock split

3. Index Harga Saham Gabungan (IHSG) harian

4. Return saham harian

5. Jumlah saham yang diperdagangkan secara harian

6. Jumlah saham yang beredar atau listed share

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat time series, yaitu data yang

diamati selama periode tertentu (harian) terhadap objek penelitian.

Page 72: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

57

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Observasi, yaitu dengan mencatat abnormal return, risiko sistematik, dan

volume perdagangan masing-masing perusahaan dari tahun 2006-2013

2. Studi pustaka, yaitu dengan menelaah maupun mengutip langsung dari sumber

tertulis lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dapat

digunakan sebagai landasan teorinya.

3.5 Metode Analisis

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisis event study yang bertujuan untuk menganalisis mengetahui perbandingan

nilai yang terjadi sebelum dan sesudah event terjadi, menilai apakah terdapat

perbedaan abnormal return, risiko sistematis, dan volume perdagangan saham

sebelum terjadinya event dan setelah event berlangsung. Windows yang digunakan

dalam penelitian ini adalah periode sepuluh hari sebelum peristiwa (t-10 sampai

dengan t-1) dan sepuluh hari sesudah peristiwa (t+1 sampai dengan t+10). Penggunaan

windows tersebut karena dapat menunjukkan ada tidaknya sinyal keuntungan dan

likuiditas perdagangan saham akibat stock split.

Metode yang digunakan adalah model analisis Paired Sample T-Test atau

Wilcoxon Signed Rank Test tergantung pada distribusi datanya, serta menggunakan

program software IBM SPSS 21 untuk pengolahan data. Data yang terkumpul akan

dianalisis secara bertahap dengan melakukan analisis statistik deskriptif terlebih

Page 73: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

58

dahulu. Selanjutnya dilakukan pengujian statistik dengan uji distribusi normal dengan

menggunakan uji Kolmogorov-smirnov. Kemudian tahap selanjutnya dilakukan

pengujian hipotesis parsial untuk masing-masing variabel penelitian dengan

menggunakan uji analisis Paired Sample T-Test apabila data terdistribusi normal dan

model uji analisis Wilcoxon Signed Rank Test apabila data terdistribusi tidak normal.

Menurut Ghozali (2013), Tingkat signifikansi atau nilai alfa (α) yang umum

dipakai adalah 0,05 dan 0,01. Pada penelitian ini ditetapkan tingkat signifikansi atau

probabilitas kesalahan untuk menolak H0 untuk seluruh pengujian adalah sebesar 0,05

atau 5%. Penjelasan tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut:

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang

dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dengan

prosedur sebagai berikut:

1. Menentukan tingkat nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar

deviasi dari abnormal return, risiko sistematik, dan volume perdagangan

saham sebelum dan sesudah pemecahan saham ditinjau dari perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI

2. Menentukan perbedaan mean (naik atau turun) dengan standar deviasi dari

abnormal return, risiko sistematik, dan volume perdagangan saham sebelum

dan sesudah stock split.

Page 74: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

59

3.5.2 Uji Normalitas

Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-

smirnov test. Uji statistik Kolmogorov-smirnov dipilih karena lebih peka untuk

mendeteksi normalitas data dibandingkan dengan pengujian dengan menggunakan

grafik. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini terdistribusi normal atau tidak. Sampel terdistribusi normal

apabila Asymptotic sig > tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian yaitu

95% atau α = 5%. Sebaliknya dikatakan tidak normal apabila Asymptotic sig < tingkat

keyakinan. Jika hasil dari pengujian terdistribusi normal maka uji beda yang akan

digunakan adalah uji parametrik (paired sample t-test). Namun jika hasil pengujian

terdistribusi tidak normal maka uji beda yang akan digunakan adalah uji parametrik

(wilcoxon signed rank tes).

3.5.3 Uji Hipotesis

Hasil uji normalitas data digunakan untuk menentukan alat uji apa yang

paling sesuai untuk pengujian hipotesis penelitian ini. Paired sample t-test dan

Wilcoxon signed rank test sering digunakan untuk menganalisis model penelitian pre-

post atau sebelum dan sesudah. Uji beda digunakan untuk mengevaluasi perlakuan

tertentu pada satu sampel yang sama pada dua periode pengamatan yang berbeda.

Pengamatan tertentu pada penelitian ini adalah pengumuman stock split. Jika

perlakuan tersebut tidak berpengaruh terhadap objek maka nilai rata-rata

pengukurannya adalah sama dengan atau dianggap nol atau hipotesis nol (H0)

Page 75: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

60

diterima. Jika ternyata pernyataan berpengaruh, nilai rata-rata pengukuran tidak sama

dengan nol atau hipotesis nol (H0) ditolak maka hipotesis alternatifnya diterima.

3.5.3.1 Paired Sample T-Test (Uji Sampel Berpasangan)

Paired Sample T-Test merupakan uji parametrik yang digunakan untuk

menguji hipotesis sama atau tidak berbeda (H0) antar dua variabel. Data berasal dari

dua pengukuran atau dua periode pengamatan yang berbeda yang diambil dari subjek

yang dipasangkan. Langkah-langkah pengujian Paired Sample T-Test untuk

pengujian sampel berpasangan sebagai berikut:

1. Menghitung selisih (d) antara pengamatan sebelum dan sesudah

2. Menghitung total d (∑d), lalu mencari mean d yaitu ∑d

𝑛

3. Menghitung mean d, kemudian mengkuadratkan selisih tersebut dan menghitung

total selisih kuadrat

4. Mencari standar deviasi (Sd2) dengan rumus:

Sd = ( 1

𝑛−1) x [total ( d – mean d )]

2

5. Menghitung t hitung dengan rumus, t = (𝑋1−𝑋2)

𝑆𝑑

√𝑛

Keterangan:

(X1-X2) = Rata-rata hitung sampel X1 untuk pengamatan sebelum dan X2

untuk pengamatan sesudah

Sd = Standar deviasi sampel

n = Jumlah pengamatan sampel

Page 76: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

61

6. Menentukan hipotesis : H0 diterima bila sig (2 tailed) ≥ p-value , H1 ditolak bila

sig (2 tailed) ≥ p-value

Apabila sig (2 tailed) lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1

diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada variabel abnormal

return, risiko sistematik, dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah

stock split. Apabila sig (2 tailed) lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan H1

ditolak yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan pada variabel abnormal

return, risiko sistematik, dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah

stock split.

3.5.3.2 Wilcoxon Signed Rank Test

Uji statistik non parametrik yang digunakan adalah Wilcoxon signed rank test.

Uji ini digunakan untuk menganalisis data berpasangan karena adanya dua perlakuan

yang berbeda. Dalam hal ini, Wilcoxon signed rank test digunakan untuk mengetahui

perbedaan abnormal return, risiko sistematis, dan volume perdagangan saham,

sebelum dan sesudah stock split.

Uji ini memberikan bobot nilai lebih untuk setiap pasangan yang

menunjukkan perbedaan besar antara dua kondisi dibandingkan dengan dua pasangan

yang menunjukkan perbedaan kecil (Ghozali,2009).

Prosedur pengujian Wilcoxon signed rank test sebagai berikut (Hasan, 2005

dalam Pramana,2012) :

Page 77: analisis perbandingan stock split terhadap abnormal return, risiko ...

62

1. Menentukan formula hipotesis

H0 = Jumlah urutan tanda positif dengan jumlah urutan tanda negatif adalah

sama (tidak ada perbedaan nyata antara pasangan data)

H1 = Jumlah urutan tanda positif dengan jumlah urutan tanda negatif adalah

berbeda (ada perbedaan nyata antara pasangan data)

2. Menentukan taraf nyata (α) dengan T tabel

Pengujian dapat berbentuk satu sisi atau dua sisi

3. Menentukan kriteria pengujian

H0 diterima apabila T0 ≥ T

H1 ditolak apabila T0 ≥ T

4. Menentukan uji nilai statistik (nilai T)

Tahap-tahap pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan tanda beda dan besarnya tanda beda antara pasangan data

b. Mengurutkan bedanya tanpa memperhatikan tanda atau jenjang

1) Angka satu (1) untuk beda yang terkecil, dan seterusnya

2) Jika terdapat beda yang sama, diambil rata-ratanya

3) Beda nol tidak diperhatikan

c. Memisahkan tanda beda positif dan negatif atau tanda jenjang

d. Menjumlahkan semua angka positif dan angka negatif

e. Nilai terkecil dari nilai absolut hasil penjumlahan merupakan nilai T0

5. Membuat kesimpulan H0 diterima atau ditolak