PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

52
Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM) (Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM ISSN: 2656-5366 Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60 50 Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua pemasukan negara yang berasal dari pajak akan digunakan untuk membiayai semua pengeluaran umum negara, dalam hal ini digunakan untuk menyejahterakan dan memakmurkan rakyat (Waluyo, 2011). Menurut Utama (2012) salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mewujudkan PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN, AKUNTABILITAS PELAYANAN PUBLIK, TINGKAT KEPERCAYAAN TERHADAP SISTEM PEMERINTAH DAN HUKUM, DAN PROGRAM SAMSAT CORNER TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KANTOR BERSAMA SAMSAT DENPASAR NUR MASITA Email: [email protected] Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar Abstrak Pajak kendaraan Bermotor (PKB) merupakan salah satu pajak propinsi yang salah satunya penyumbang terbesar pada pendapatan asli daerah untuk membiayai pembangunan daerah propinsi. Maka dari itu, pemungutan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor perlu dioptimalkan. Penting bagi suatu daerah untuk meningkatkan penerimaan pajak provinsinya, salah satunya penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor. biaya kepatuhan, akuntabilitas pelayanan publik, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum, dan program SAMSAT corner pada kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 responden yang dihitung dengan menggunakan rumus Slovin dengan metode penentuan sampel menggunakan metode Accidental Sampling. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel sosialisasi perpajakan, akuntabilitas pelayanan publik, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum berpengaruh postif terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan biaya kepatuhan dan program SAMSAT corner tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dama membayar pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar. Kata kunci: kepatuhan wajib pajak, sosialisasi perpajakan, biaya kepatuhan, akuntabilitas pelayanan publik, tingkat kepercayaan terhadap sistem peemrintah dan hukum, dan program SAMSAT corner.

Transcript of PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Page 1: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

50

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semua pemasukan negara yang berasal dari pajak akan digunakan untuk

membiayai semua pengeluaran umum negara, dalam hal ini digunakan untuk

menyejahterakan dan memakmurkan rakyat (Waluyo, 2011). Menurut Utama (2012)

salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mewujudkan

PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN, AKUNTABILITAS PELAYANAN

PUBLIK, TINGKAT KEPERCAYAAN TERHADAP SISTEM PEMERINTAH DAN HUKUM, DAN PROGRAM

SAMSAT CORNER TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN

BERMOTOR DI KANTOR BERSAMA SAMSAT DENPASAR

NUR MASITA

Email: [email protected]

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Abstrak

Pajak kendaraan Bermotor (PKB) merupakan salah satu pajak propinsi yang salah satunya

penyumbang terbesar pada pendapatan asli daerah untuk membiayai pembangunan daerah propinsi.

Maka dari itu, pemungutan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor perlu dioptimalkan. Penting bagi

suatu daerah untuk meningkatkan penerimaan pajak provinsinya, salah satunya penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor. biaya kepatuhan, akuntabilitas pelayanan publik, tingkat kepercayaan terhadap

sistem pemerintah dan hukum, dan program SAMSAT corner pada kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 responden yang dihitung dengan menggunakan rumus

Slovin dengan metode penentuan sampel menggunakan metode Accidental Sampling. Alat analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel sosialisasi perpajakan, akuntabilitas

pelayanan publik, tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum berpengaruh postif

terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan biaya kepatuhan dan program SAMSAT corner tidak

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dama membayar pajak kendaraan bermotor di Kantor

Bersama SAMSAT Denpasar.

Kata kunci: kepatuhan wajib pajak, sosialisasi perpajakan, biaya kepatuhan, akuntabilitas pelayanan

publik, tingkat kepercayaan terhadap sistem peemrintah dan hukum, dan program

SAMSAT corner.

Page 2: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

51

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

pembangunan nasional yaitu dengan menggali sumber dana berupa pajak. Agar tidak ada

potensi pajak yang luput dari pengenaannya, pemerintah harus berupaya menggali

penerimaan pajak baik dari aspek kebijakan maupun aspek sistem dan administrasi

perpajakan (Yuesti, 2018). Pembangunan daerah merupakan seluruh pembangunan yang

dilaksanakan di daerah dan meliputi aspek kehidupan masyarakat, dilaksanakan secara

terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong serta partisipasi masyrakat

secara aktif. Salah satu faktor penting keberhasilan pembangunan suatu daerah ialah

faktor pendanaan (Wardani, et al.,2018). Untuk membangun suatu daerah yang maju dan

berkembang dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Maka daerah membutuhkan sumber-

sumber penerimaan yang cukup memadai untuk melaksanakan pembangunan daerahnya.

Salah satu sumber pendapatan daerah untuk pembiayaan pembangunannya berasal dari

penerimaan pajak daerah, menurut Maheswari (2018).

Menurut Pasal 2 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi

daerah, disebutkan bahwa jenis pajak daerah khususnya pajak propinsi terdiri dali lima

jenis pajak, antara lain: pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor,

pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak rokok, serta pajak air permukaan. Sesuai

dengan pasal 1 ayat 1 UU KUP No. 28 Tahun 2007, bahwa “Pajak merupakan konstribusi

wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat nilai timbal balik secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat”.

Pajak kendaraan Bermotor (PKB) merupakan salah satu pajak propinsi yang salah

satunya penyumbang terbesar pada pendapatan asli daerah untuk membiayai

pembangunan daerah propinsi. Maka dari itu, pemungutan penerimaan Pajak Kendaraan

Bermotor perlu dioptimalkan. Ada beberapa faktor yang dapat mendorong sehingga

jumlah kendaraan bermotor meningkat setiap tahunnya. Diantaranya, kemampuan

masyarakat dalam membeli kendaraan semakin tinggi, alat transportasi yang sudah

menjadi kebutuhan primer pada saat ini, dan mudahnya persyaratan untuk memiliki

kendaraan bermotor. Peredaran jumlah kendaraan rata-rata meningkat dari tahun ke tahun

dengan semakin tingginya jumlah kendaraan bermotor, maka penerimaan pemerintah

yang bersumber dari pajak khusunya Pajak Kendaraan Bermotor seharusnya juga akan

mengalami peningkatan. Kepatuhan wajib pajak khususnya Pajak Kendaraan Bermotor di

Denpasar masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari adanya tunggakan dan denda

yang cukup besar pada Kantor Bersama SAMSAT Denpasar. Tingkat kepatuhan wajib

pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar tahun 2013-2017

disajikan dalam Tabel 1.1 sebagai berikut.

Page 3: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

52

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Tabel 1.1

Jumlah Wajib Pajak yg terdaftar dan Tingkat Kepatuhan

Wajib Pajak Kendaraan Bermotor yang terdaftar pada Kantor Bersama SAMSAT Denpasar

Tahun 2013-2017

Tahun Jumlah Wajib

Pajak

Wajib Pajak

yang Bayar

Wajib Pajak

yang

Menunggak

Wajib Pajak

yang Patuh (%)

2013 1.260.286 938.185 322.101 74,44

2014 1.114.508 757.693 356.815 67,98

2015 1.187.075 767.145 419.930 64,62

2016 1.243.145 748.113 495.032 60,18

2017 1.292.618 752.347 540.271 58,20

Sumber: Badan Pendapatan Provinsi Bali, 2018

Berdasarkan Tabel 1.1 disajikan tingkat kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan

Bermotor pada Kantor Bersama SAMSAT Denpasar tahun 2013 sampai 2017. Presentasi

tingkat kepatuhan dihitung dengan membandingkan jumlah wajib pajak yang bayar dibagi

dengan jumlah wajib pajak tahun bersangkutan dikalikan 100 persen. Dapat dilihat bahwa

pada tahun 2013 tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Kendaraan

Bermotor sebesar 74,44 persen, dan di tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 67,98

persen, di tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 64,62 persen, di tahun 2016

mengalami penurunan menjadi 60,18 persen, dan di tahun 2017 kembali mengalami

penurunan menjadi 58,20 persen. Hal ini menggambarkan bahwa masih kurangnya

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kota Denpasar. Mengingat kepatuhan

Wajib Pajak merupakan faktor yang penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka

perlu dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak,

diantaranya yaitu sosialisasi perpajakan, biaya kepatuhan, akuntabilitas pelayanan publik,

tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum, dan program SAMSAT

corner.

Sosialisasi perpajakan memiliki peran yang penting untuk memberikan sebuah

pengetahuan kepada masyarakat agar mengetahui segala hal mengenai perpajakan baik

peraturan maupun tata cara perpajakan melalui metode-metode yang tepat. Hal ini

didukung oleh penelitian Setiyoningrum, Tinangon, dan Wokas (2014) menyatakan

bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

di KPP Pratama Manado. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Novitasari

(2015) menyatakan bahwa sosialisasi berpengaruh positif dan siginifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak PKB dan BBNKB. Ananda, dkk (2015)

menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak. Widnyani dan Suardana (2016) menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak kendaraan bermotor pada kantor Bersama SAMSAT kota Tabanan. Sedangkan hasil

penelitian Susanti (2018) menyatakan sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak.

Page 4: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

53

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Faktor lain yang mempengaruhinya, yaitu biaya kepatuhan. Dalam melaksanakan

biaya kepatuhan, wajib pajak harus mengeluarkan biaya yang sudah dikenakan kepada

mereka. Biaya kepatuhan pajak (tax compliance) dibagi menjadi tiga, yaitu direct money

cost, time cost, psychological cost. Hal ini didukung oleh penelitian dari Utama (2012)

menyatakan bahwa biaya kepatuhan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak. Fuadi dan Mangoting (2013) menyatakan bahwa biaya kepatuhan

berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Apabila biaya yang

dikeluarkan oleh wajib pajak semakin tinggi maka tingkat kepatuhan akan mengalami

penurunan, begitu pula sebaliknya. Apabila biaya kepatuhan yang dikeluarkan rendah

maka tingkat kepatuhan akan tinggi, sehingga penerimaan pajak akan semakin tinggi

pula.

Akuntabilitas pelayanan publik merupakan paradigma baru dalam menjawab

perbedaan persepsi pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat dengan pelayanan yang

diberikan oleh pemerintah daerah. Hal ini didukung oleh penelitian dari Susilawati dan

Budiartha (2013) menyatakan bahwa akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh positif

terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor pada Kantor

Bersama SAMSAT Singaraja. Cahyadi dan Jati (2016) menyatakan bahwa akuntabilitas

pelayanan publik berpengaruh postif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak kendaraan bermotor pada Kantor Bersama SAMSAT Denpasar. Mahaputri dan

Noviari (2016) menyatakan bahwa akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh positif

terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor pada Kantor

Bersama SAMSAT Denpasar. Chasanah (2016) menyatakan bahwa akuntabilitas

pelayanan publik berpengaruh postif terhadap kepatuhan wajib pajak PKB dan BBNKB

di Kantor Bersama SAMSAT Klaten. Sedangkan hasil penelitian Siregar (2018),

Anggraeni dan Khairani (2017) menyatakan akuntabilitas pelayanan publik tidak

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Kantor Bersama SAMSAT Denpasar merupakan ujung tombak pelayanan PKB

Kota Denpasar karena pada instansi inilah wajib pajak PKB Kota Denpasar melakukan

pembayaran pajak kendaraan bermotornya, maka kepercayaan merupakan sesuatu yang

diharapkan dari kejujuran dan perilaku kooperatif yang berdasarkan saling berbagi

norma-norma dan nilai yang sama. Dalam hal ini kepercayaan terhadap pemerintah,

kepercayaan terhadap sistem hukum, kepercayaan terhadap politisi dan kepercayaan

terhadap pemungutan pajak merupakan salah satu pendorong dalam melaksanakan

kewajibannya , Handayani, dkk (2012). Hal ini didukung dari penelitian Suyono (2016)

menyatakan bahwa tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak di KPP

Wonosobo. Namun penelitian Fahluzy dan Agustina (2014) menyatakan bahwa tingkat

kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum tidak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak UMKM di Kabupaten Kendal. Wijayanti (2017) juga menyatakan

bahwa tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan membayar pajak PBB. Apabila wajib pajak percaya pada sistem

pemerintah dan hukum yang berlaku maka akan mempengaruhi sumber penerimaan

pajak, khususnya pajak kendaraan bermotor.

Page 5: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

54

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan kepatuhan wajib pajak adalah

program SAMSAT corner. Hal ini didukung dari penelitian Solicha, Topowijono, dan

Sulasmiyati (2015) menyatakan bahwa program SAMSAT corner berpengaruh signifikan

terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Malang

Kota. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Wardani dan Asis (2017)

menyatakan bahwa program SAMSAT corner berpengaruh positif terhadap kepatuhan

Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. Program SAMSAT Corner merupakan suatu inovasi

yang baik untuk meningkatkan pelayanan terhadap Wajib Pajak, dalam eksposenya

bertujuan untuk memberikan kemudahan masyarakat dalam bentuk pelayanan yang cepat,

tepat, mudah, dan murah dalam rangka pembayaran pajak kendaraan yang oleh setiap

pemilik kendaraan bermotor setiap tahun (Amri, 2015) dalam Wardani dan Asis (2017).

Instansi yang menangani pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor adalah Dinas

Pendapatan Daerah (Dispenda) melalui Kantor Bersama Sistem Administrasi Manunggal

dibawah Satu Atap (SAMSAT) yang merupakan kerja sama tiga instansi terkait, yaitu

Dispenda Propinsi Bali, Kepolisisan RI, dan Asuransi Jasa Raharja.

Dari latar belakang diatas dan penelitian sebelumnya maka peneliti mengambil

judul “ Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Biaya Kepatuhan, Akuntabilitas Pelayanan

Publik, Tingkat Kepercayaan terhadap Sistem Pemerintah dan Hukum, dan

Program SAMSAT Corner terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar

Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar’’ penelitian ini

merupakan replikasi dari penelitian Widyani dan Suardana (2016) mengenai sosialisasi

perpajakan, sanksi perpajakan, dan persepsi akuntabilitas pelayanan publik terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama

SAMSAT Kota Tabanan. Perbedaan dari penelitian sebelumnya terletak pada lokasi dan

tahun penelitian.

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan

bermotor di Kantor SAMSAT Denpasar?

2. Apakah biaya kepatuhan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan

bermotor di Kantor SAMSAT Denpasar?

3. Apakah akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor di Kantor SAMSAT Denpasar?

4. Apakah tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor SAMSAT Denpasar?

5. Apakah program SAMSAT corner berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor di Kantor SAMSAT Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 6: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

55

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

1. Untuk mengetahui pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor di Kantor SAMSAT Denpasar.

2. Untuk mengetahui pengaruh biaya kepatuhan terhadap kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor di Kantor SAMSAT Denpasar.

3. Untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas pelayanan publik terhadap kepatuhan wajib

pajak kendaraan bermotor di Kantor SAMSAT Denpasar.

4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan

hukum terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor SAMSAT

Denpasar.

5. Untuk mengetahui pengaruh program SAMSAT corner terhadap kepatuhan wajib

pajak kendaraan bermotor di Kantor SAMSAT Denpasar.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa dalam menerapkan

ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dengan keadaan sebenarnya terutama mengenai

hal sanksi perpajakan, kesadaran wajib pajak, dan kualitas pelayanan.

2. Kantor Samsat Denpasar

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan dan bahan

pertimbangan mengenai sanksi perpajakan, kesadaran wajib pajak dan kualitas

pelayanan agar dapat menjadi bahan evaluasi di masa yang akan datang oleh pembuat

kebijakan perpajakan, khususnya yang berhubungan dengan pajak PKB (Pajak

Kendaraan Bermotor).

3. Bagi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dokumen/bahan refrensi

bacaan di perpustakaan sekaligus dapat berfungsi sebagai bahan perbandingan dan

pedoman penelitian sejenis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa

Indonesia), kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, pada ajaran dan aturan.

Teori kepatuhan telah diteliti pada ilmu-ilmu sosial khususnya dibidang psikologis dan

sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam

mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Seorang inividu cenderung

mematuhi hukum yang dianggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal

individu itu sendiri. Terdapat dua perspektif dalam literatur sosialogi mengenai kepatuhan

kepada hukum (Warsadi,2015), yaitu:

1. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh

kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan-perubahan yang

berhubungan dengan perilaku.

Page 7: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

56

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

2. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan

berlawanan dengan kepentingan pribadi. Komitmen normatif melalui moralitas

personal (normative commitment through morality) berarti mematuhi hukum karena

hukum tersebut dianggap sebagai suatu keharusan, sedangkan komitmen normatif

melalui legitimasi (normative commitment through legitimacy) berartI mematuhi

peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk mendikte

perilaku.

Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang

dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan

dewasa ini yang diharapkan di dalam pemenuhannya diberikan secara sukarela.

Kepatuhan wajib pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan di Indonesia

menganut sistem Self Assesment dimana dalam prosesnya secara mutlak memberikan

kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melapor

kewajibannya.

2.1.2 Teori Atribusi

Kepatuhan wajib pajak terkait dengan sikap wajib pajak dalam membuat penilaian

terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang untuk membuat penilaian mengenai orang

lain sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal orang tersebut. Teori

atribusi sangat relevan untuk menerangkan maksud tersebut diatas. Pada dasarnya, teori

atribusi menyatakan bahwa bila individu-individu mengamati perilaku seseorang, mereka

mencoba menentukan apakah itu ditimbulkan secara internal atau eksternal (Maheswari,

2018). Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini berada di

bawah kendali pribadi atau individu itu sendiri, sedangkan perilaku yang disebabkan

secara eksternal adalah perilaku yang dipengaruhi dari luar, artinya individu akan

terpaksa berperilaku karena situasi.

Penentuan apakah perilaku disebabkan secara internal atau eksternal dipengaruhi

oleh tiga faktor berikut:

1. Kekhususan (kesendirian atau distinctiveness), artinya seseorang akan

mempersepsikan perilaku individu lain secara berbeda dalam situasi yang berlainan.

Apabila perilaku seseorang dianggap suatu hal yang luar biasa, maka individu lain

yang bertindak sebagai pengamat akan memberikan atribusi eksternal terhadap

perilaku tersebut.

2. Konsensus, artinya jika semua orang mempunyai kesamaan pandangan dalam

merespon perilaku seseorang dalam situasi yang sama. Apabila konsensusnya tinggi,

maka termasuk atribusi internal. Sebaliknya jika konsensusnya rendah, maka

termasuk atribusi eksternal.

3. Konsistensi, artinya jika seseorang menilai perilaku-perilaku orang lain dengan respon

yang sama dari waktu ke waktu. Semakin konsisten perilaku tersebut, akan

menghubungkan hal tersebut dengan sebab-sebab internal.

2.1.3 Pajak Kendaraan Bermotor

Page 8: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

57

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Definisi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) menurut Peraturan Daerah Provinsi

Bali Nomor 1 Tahun 2011 adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan

bermotor. Peraturan Dearah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2011 menjelaskan beberapa hal

mengenai Objek dan Subjek pada BAB III pasal 4 dan 5. Adapun hal-hal yang diuraikan

ialah:

1. Pasal 4 ayat 1 bahwa objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan/atau

penguasaan kendaraan bermotor.

2. Pasal 4 ayat 2, termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya,

yang dioperasikan di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang

dioperasikan di air dengan ukuran kotor Lima Gross Tonnage (GT5) sampai dengan

Tujuh Gross Tonnage (GT7).

3. Pasal 4 ayat 3 bahwa dikecualikan dari kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan

bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

1) Kereta api

2) Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan

dan keamanan negara

3) Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat,

perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga

internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah, dan

4) Pabrik atau importir yang semata-mata disediakan untuk dipamerkan atau tidak

untuk dijual.

4. Pasal 5 ayat 1 bahwa subjek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi, Badan

atau Instansi Pemerintah yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor.

5. Pasal 5 ayat 2 bahwa wajib pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi, Badan

atau Instansi Pemerintah yang memiliki kendaraan bermotor.

2.1.4 Ketentuan Mengenai Masa Pajak Kendaraan Bermotor

Ketentuan mengenai Masa Pajak Kendaraan Bermotor menurut Peraturan Daerah

Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Kendaraan Bermotor dalam pasal 10

sebagai berikut:

1. Masa pajak adalah 12 (dua belas) bulan berturut-turut yang merupakan tahun pajak

dimulai dari saat pendaftaran Kendaraan bermotor.

2. Pajak yang karena suatu dan lain hal masa pajaknya tidak sampai 12 (dua belas) bulan

maka dapat dilakukan restitusi.

3. Bagian dari bulan yang melebihi 15 (lima belas) hari dihitung satu bulan penuh.

2.1.5 Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Peraturan Pemerintah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2011 Pasal 7 mengenai tarif

pajak kendaraan bermotor menyatakan bahwa:

1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan dengan cara sebagai berikut:

a. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama sebesar 1,5% (satu koma

lima persen);

Page 9: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

58

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

b. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya ditetapkan

secara progresif yaitu:

a) Kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2% (dua persen)

b) Kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5% (dua koma lima persen)

c) Kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3% (tiga persen)

d) Kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 3,5% (tiga

koma lima persen).

c. Kepemilikan Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada huruf b,

didasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama.

d. Dikecualikan terhadap kepemilikan kendaraan bermotor roda dia tidak

dikenakan pajak progresif.

2. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran,

lembaga sosial keagamaan, pemerintah/pemerintah daerah, TNI, POLRI dan

Instansi Pemerintah ditetapkan sebagai berikut:

a. Kendaraan Bermotor umum sebesar 1% (satu persen)

b. Kendaraan Bermotor ambulans, Kendaraan Bermotor pemadam kebakaran,

Kendaraan Bermotor Lembaga sosial keagamaan dan Kendaraan Bermotor

pemerintah/pemerintah daerah, TNI, POLRI sebesar 0,5% (nol koma lima

persen)

3. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan

sebesar 0,2% (nol koma dua persen)

Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor yang dimuat dalam Pasal 6 ialah sebagai

berikut:

1. Dasar pengenaan PKB dihitung sebagai perkalian dari 2 (dua) unsur pokok:

a. Nilai Jual Kendaraan; dan

b. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan/atau

pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor.

2. Khusus untuk Kendaraan Bermotor yang digunakan di luar jalan umum termasuk

alat-alat besar serta kendaraan di air, dasar pengenaan PKB adalah Nilai Jual

Kendaraan Bermotor.

3. Bobot sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dihitung berdasarkan faktor-

faktor:

a. Tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu/as, roda dan

berat Kendaraan Bermotor.

b. Jenis bahan bakar Kendaraan Bermotor yang dibedakan menurut solar,

bensin, gas, listrik, tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya; dan

c. Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin Kendaraan

Bermotor yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 (dua) tak atau 4

(empat) tak, dan isi silinder.

4. Nilai Jual Kendaraan Bermotor ditentukan berdasarkan Harga Pasaran Umum atas

suatu Kendaraan Bermotor.

2.1.6 Tarif Pajak Progresif Kendaraan Bermotor (PKB)

Page 10: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

59

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Pajak progresif adalah pajak yang sistem pemungutannya dengan cara menaikkan

presentase kena pajak yang harus dibayar sesuai dengan kenaikan objek pajak. Dalam

sistem perpajakan di Indonesia, paling tidak terdapat 2 (dua) jenis pajak yang menerapkan

sistem pajak progresif, diantaranya ialah Pajak Kendaraan Bermotor ini (Samudra, 2015

dalam maheswari, 2018).

Pemerintah Provinsi Bali melalui Badan Pendapatan Provinsi Bali menerapkan

Pajak Progresif yang mengacu pada peraturan daerah Nomor 1 Tahun 2011 dan

disempurnakan dengan Peraturan Daerah dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016

yang memiliki ketentuan umum sebagai berikut:

1. Tarif kendaraan dengan fungsi pribadi ditetapkan sebagai berikut:

a. Tarif kepemilikan kendaraan bermotor roda 2 (dua) dan roda 3 (tiga) fungsi

pribadi dibawah 250 cc yaitu:

a) Kepemilikan pertama sebesar 1,5%

b) Kepemilikan kedua sebesar 2%

c) Kepemilikan ketiga sebesar 2,5%

d) Kepemilikan keempat sebesar 3%

e) Kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 3,5%

b. Tarif kepemilikan kendaraan bermotor roda 2 (dua) dan roda 3 (tiga) fungsi

pribadi 250 cc ke atas yaitu:

a) Kepemilikan pertama sebesar 1,75%

b) Kepemilikan kedua sebesar 3%

c) Kepemilikan ketiga sebesar 4,5%

d) Kepemilikan keempat sebesar 5%

e) Kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 7,5%

c. Tarif kepemilikan kendaraan bermotor roda empat atau lebih fungsi pribadi

yaitu:

a) Kepemilikan pertama sebesar 1,75%

b) Kepemilikan kedua sebesar 3%

c) Kepemilikan ketiga sebesar 4,5%

d) Kepemilikan keempat sebesar 5%

e) Kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 7,5%

2. Kepemilikan kendaraan bermotor tersebut didasarkan atas nama dan alamat yang

sama sesuai dengan identitas diri yang ditujukkan dengan Kartu Tanda Penduduk.

3. Kepemilikan kendaraan bermotor seperti angkatan umum, ambulans, pemadam

kebakaran, lembaga sosial keagamaan, konsulat, pemerintah atau pemerintah

daerah, BUMN atau BUMD, TNI dan POLRI tidak dikenakan pajak secara

progresif.

4. Tarif Pajak BBNKB atas penyerahan kepemilikan kendaraan bermotor pertama

ditetapkan sebesar 15% (lima belas persen)

5. Tarif Pajak BBNKB atas penyerahan kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan

selanjutnya ditetapkan sebesar 1% (satu persen).

2.1.7 Kepatuhan Perpajakan wajib pajak PKB

Page 11: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

60

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Kepatuhan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti tunduk atau patuh

pada ajaran atau aturan. Kepatuhan dalam perpajakan merupakan patuh dan tunduk serta

melaksanakan ketentuan perpajakan. Wajib Pajak yang patuh adalah Wajib Pajak yang

taat serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan perpajakan, Pratami (2017).

Dalam hubungannya dengan kepatuhan wajib pajak maka pengertian kepatuhan

atas pemenuhan kewajiban pajak kendaraan bermotor adalah suatu ketaatan untuk

melaksanakan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan perpajakan khususnya pajak

kendaraan bermotor. Kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan bagi wajib pajak

kedaraan bermotor menurut Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat 1 Bali Nomor 1

Tahun 2004 adalah sebagai berikut:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Kendaraan Bermotor

(SPPKB), Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Daerah (SPPTD).

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).

3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana dibidang

perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

Menurut Pratami (2017) kepatuhan wajib pajak dapat diukur dengan indikator

sebagai berikut:

1. Mentaati peraturan perundang-undangan pajak

2. Tepat waktu

3. Tidak memiliki tunggakan

4. Pembayaran yang sesuai SKPD

2.1.8 Sosialisasi Perpajakan

Sosialisasi perpajakan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah Tingkat I (Provinsi) untuk memberikan sebuah pengetahuan kepada

masyarakat dan khususnya wajib pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai

perpajakan melalui metode-metode yang tepat, Setyoningrum, dkk (2014). Meningkatkan

kesadaran wajib pajak dilakukan dengan sosialisasi perpajakan dalam berbagai bentuk

atau cara sosialisasi. Kegiatan sosialisasi harus dilakukan secara efektif dan dengan

menggunakan media-media lain yang lebih diketahui oleh masyarakat. Peran aktif

Pemerintah atau Pemerintah Daerah Tingkat I (Provinsi) disini sangat dibutuhkan untuk

menyadarkan masyarakat akan keberadaan pajak melalui penyuluhan atau sosialisasi

rutin.

Penyuluhan melalui berbagai media seperti media cetak, elektronik, spanduk, serta

berbagai penyuluhan pajak yang dilakukan Pemerintah atau Pemerintah Daerah Tingkat I

(Provinsi) diharapkan dapat membawa pesan moral terhadap pentingnya pajak bagi

negara dan bukan hanya dapat meningkatkan pengetahuan wajib pajak tentang peraturan

perpajakan yang baru, tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dari wajib

pajak sehingga secara otomatis penerimaan pajak juga akan meningkat, Maheswari

(2018).

Page 12: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

61

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Menurut Maheswari (2018) sosialisasi perpajakan dapat diukur dengan indikator

sebagai berikut:

1. Tatacara sosialisasi

2. Frekuensi sosialisasi

3. Kejelasan sosialisasi pajak

4. Pengetahuan perpajakan

2.1.9 Biaya Kepatuhan

Biaya kepatuhan pajak adalah biaya yang harus ditanggung oleh wajib pajak

dalam memenuhi kewajiban pajaknya diluar pajak terutang atau diluar biaya yang akan

dikeluarkan untuk membayar samsat kendaraan bermotor. Biaya kepatuhan pajak

menurut Devano (2006:122) dalam Utama (2012) dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Direct Money Cost

Biaya-biaya uang tunai (cash money) yang dikeluarkan wajib pajak dalam rangka

pemenuhan kewajiban pajak yang berhubungan dengan perhitungan pajak, biaya

pengarsipan (kwitansi, tanda terima, dan catatan-catatan penting).

2) Time Cost

Waktu yang terpakai oleh wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya

seperti saat menunggu untuk membayar pajak dan waktu yang terpakai untuk pergi ke

kantor samsat.

3) Psychological Cost

Kecemasan karena tidak memenuhi kewajiban dalam membayar pajak kendaraan

bermotor, seperti akan dikenakan denda dan perasaan tidak tenang ketika akan

bepergian jauh karena bisa saja ditilang oleh petugas kepolisian karena STNK mati

(tidak melakukan pembayaran pajak kendaraan).

Wajib pajak yang telah berusaha patuh untuk membayar pajak sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, maka wajib pajak

berharap agar dapat mengeluarkan biaya-biaya seminimal mungkin yang terkait dengan

pemenuhan kewajiban pajaknya. Apabila jumlah biaya kepatuhan pajak yang dikeluarkan

lebih besar, maka timbul potensi dalam diri wajib pajak untuk menjadi tidak patuh dalam

melakukan pemenuhan kewajiban pajaknya.

Menurut Meliani (2017) biaya kepatuhan dapat diukur dengan indikator sebagai

berikut:

1. Jumlah biaya yang akan dikeluarkan untuk mengurus pajak kendaraan bermotor.

2. Waktu yang digunakan untuk mengurus pajak kendaraan bermotor.

3. Waktu yang digunakan untuk membayar pajak kendaraan bermotor.

2.1.10 Akuntabilitas Pelayanan Publik

Akuntabilitas pada dasarnya adalah kewajiban pemerintah untuk

mempertanggungjawabkan tugas-tugas kepada publik, terdapat dua macam akuntabilitas

(Aswati, Mas’ud, dan Nudi, 2018), yaitu:

1. Pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban

atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya

Page 13: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

62

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah,

pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat.

2. Pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) adalah

pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara

tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya

kepuasan dan keberhasilan. Akuntabilitas pelayanan publik adalah kemampuan Kantor

SAMSAT Denpasar dalam melayani pajak untuk memenuhi segala kebutuhan secara

transparan dan terbuka. Akuntabilitas pelayanan publik merupakan paradigma baru dalam

menjawab perbedaan persepsi pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat dengan

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah.

Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan 4K, yaitu keamanan,

kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum. Kualitas pelayanan dapat diukur dengan

kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, dan memberikan pelayanan

dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh

aparat pajak. Disamping itu, juga kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi

yang baik, memahami kebutuhan wajib pajak, tersedianya fasilitas fisik termasuk sarana

komunikasi yang baik, dan pegawai yang cakap dalam tugasnya, Chasanah (2016).

Apabila petugas Kantor Bersama SAMSAT Denpasar bisa memberikan pelayanan publik

secara transparan dan terbuka, hal tersebut dapat mempengaruhi sumber potensi

penerimaan pajak, khususnya pajak kendaraan bermotor.

Menurut Mahaputri dan Noviari (2016) biaya kepatuhan dapat diukur dengan

indikator sebagai berikut:

1. Kesediaan secara sigap menanggapi setiap kepentingan

2. Prosedur yang tepat dan mudah dalam memberikan pelayanan

3. Pelayanan secara akurat dan andal

4. Penyampaian informasi secara benar

2.1.11 Tingkat Kepercayaan Terhadap Sistem Pemerintah dan Hukum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepercayaan adalah sesuatu yang

dipercayai, harapan dan keyakinan (akan kejujuran, kebaikan, dan sebagainya).

Kepercayaan adalah sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku kooperatif yang

berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang berlaku. Persepsi wajib pajak

mengenai kepercayaannya pada pemerintah dan hukum merupakan alasan dari aksi yang

dapat mempengaruhi wajib pajak dalam membuat keputusan mengenai kepatuhan wajib

pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, Handayani, dkk (2012). Apabila

wajib pajak percaya pada sistem pemerintah dan hukum yang berlaku maka akan

mempengaruhi sumber penerimaan pajak, khususnya pajak kendaraan bermotor.

Menurut Purnamasari, dkk (2018) biaya kepatuhan dapat diukur dengan indikator

sebagai berikut:

1. Kepercayaan terhadap kejujuran dalam pemungutan pajak

2. Kepercayaan dalam membangun harapan terhadap masyarakat

3. Kepercayaan terhadap perilaku aparatur pajak

Page 14: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

63

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

4. Kepercayaan terhadap keadilan dalam pemungutan pajak

5. Kepercayaan terhadap integritas aparatur pajak

2.2.12 Program SAMSAT Corner

Program SAMSAT Corner merupakan inovasi pada pelayanan publik khususnya

pelayanan pembayaran PKB atau pengesahan STNK satu tahun. Selain itu program

SAMSAT Corner bertujuan untuk memberikan kemudahan masyarakat dalam bentuk

pelayanan yang cepat, tepat, mudah, dan murah dalam rangka pembayaran pajak

kendaraan yang oleh setiap pemilik kendaraan bermotor setiap tahun (Amri, 2015) dalam

Wardani dan Asis (2017), semakin baiknya program SAMSAT Corner, semakin tinggi

kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor.

Menurut Wardani dan Asis (2017) biaya kepatuhan dapat diukur dengan indikator

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan jam kerja pelayanan tepat waktu

2. Pelayanan pembayaran pajak dengan SAMSAT corner sangat cepat, mudah dan

efektif

3. Lokasi yang strategis

4. SAMSAT corner meminimalisir calo

5. Tata cara pembayaran

2.2.13 Hubungan antara Sosialisasi Perpajakan dengan Kepatuhan Wajib Pajak dalam

Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Sosialisasi perpajakan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah Tingkat I (Provinsi) untuk memberikan sebuah pengetahuan kepada

masyarakat dan khususnya wajib pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai

perpajakan melalui metode-metode yang tepat. Meningkatkan kesadaran wajib pajak

dilakukan dengan sosialisasi perpajakan dalam berbagai bentuk atau cara sosialisasi.

Kegiatan sosialisasi harus dilakukan secara efektif dan dengan menggunakan media-

media lain yang lebih diketahui oleh masyarakat. Peran aktif pemerintah disini sangat

dibutuhkan untuk menyadarkan masyarakat akan keberadaan pajak melalui penyuluhan

atau sosialisasi rutin.

Pemerintah atau Pemerintah Daerah Tingkat I (Provinsi) diharapkan dapat

membawa pesan moral terhadap pentingnya pajak bagi negara dan bukan hanya dapat

meningkatkan pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan yang baru, tetapi

juga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dari wajib pajak sehingga secara otomatis

penerimaan pajak juga akan meningkat.

2.2.14 Hubungan antara Biaya Kepatuhan dengan Kepatuhan Wajib Pajak dalam

Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Biaya kepatuhan pajak adalah biaya yang harus ditanggung oleh wajib pajak

dalam memenuhi kewajiban pajaknya diluar pajak terutang atau diluar biaya yang akan

Page 15: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

64

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

dikeluarkan untuk membayar samsat kendaraan bermotor. Biaya kepatuhan pajak (tax

compliance) dibagi menjadi tiga, yaitu direct money cost, time cost, psychological cost.

Apabila biaya yang dikeluarkan oleh wajib pajak semakin tinggi maka tingkat kepatuhan

akan mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya. Apabila biaya kepatuhan yang

dikeluarkan rendah maka tingkat kepatuhan akan tinggi, sehingga penerimaan pajak akan

semakin tinggi pula.

2.2.15 Hubungan antara Akuntabilitas Pelayanan Publik dengan Kepatuhan Wajib Pajak

dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Akuntabilitas pada dasarnya adalah kewajiban pemerintah untuk

mempertanggungjawabkan tugas-tugas kepada publik. Terdapat dua macam akuntabilitas,

yaitu pertanggungjawaban vertikal dan pertanggungjawaban horizontal. Pelayanan adalah

suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan

kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan.

Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan 4K, yaitu keamanan,

kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum. Kualitas pelayanan dapat diukur dengan

kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, dan memberikan pelayanan

dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh

aparat pajak. Disamping itu, juga kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi

yang baik, memahami kebutuhan wajib pajak, tersedianya fasilitas fisik termasuk sarana

komunikasi yang baik, dan pegawai yang cakap dalam tugasnya. Apabila petugas Kantor

Bersama SAMSAT Denpasar bisa memberikan pelayanan publik secara transparan dan

terbuka, hal tersebut dapat memengaruhi sumber potensi penerimaan pajak, khususnya

pajak kendaraan bermotor.

2.2.16 Hubungan antara Tingkat Kepercayaan terhadap Sistem Pemerintah dan Hukum

dengan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB)

Kepercayaan adalah sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku

kooperatif yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang berlaku. Persepsi

wajib pajak mengenai kepercayaannya pada pemerintah dan hukum merupakan alasan

dari aksi yang dapat mempengaruhi wajib pajak dalam membuat keputusan mengenai

kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Apabila wajib

pajak percaya terhadap sistem pemerintah dan hukum yang berlaku, maka kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor khususnya akan mengalami

peningkatan.

2.2.17 Hubungan antara Program SAMSAT Corner dengan Kepatuhan Wajib Pajak

dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Program SAMSAT Corner bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi wajib

pajak dalam bentuk pelayanan yang cepat, tepat, mudah, dan murah dalam rangka

Page 16: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

65

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

pembayaran PKB atau pengesahan STNK satu tahun. SAMSAT Corner berada di tempat

strategis yaitu di tempat keramaian seperti pusat perbelanjaan, mall, dan supermarket,

dengan strategisnya keberadaan SAMSAT Corner memudahkan wajib pajak dalam

membayar pajak kendaraan bermotornya. Dan semakin baiknya program SAMSAT

Corner, semakin tinggi kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Kendaraan

Bermotor.

2.2 Penelitian Sebelumnya

Banyaknya penelitian serupa yang meneliti tentang kepatuhan wajib pajak,

menunjukkan bahwa kepatuhan menjadi faktor yang sangat penting dalam meningkatkan

penerimaan pemerintah disektor pajak. Adapun penelitian sebelumnya yang berkaitan

dengan topik penelitian ini sebagai berikut:

1. Utama (2012), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi

Perpajakan, dan Biaya Kepatuhan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar

Pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor Bersama SAMSAT Tabanan”. Variabel

bebas yang digunakan adalah kualitas pelayanan, sanksi perpajakan, dan biaya

kepatuhan. Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan wajib pajak.

Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil dari

penelitian ini adalah kualitas pelayanan, sanksi perpajakan, berpengaruh positif dan

sginifikan, sedangkan biaya kepatuhan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor pada Kantor

Bersama SAMSAT Tabanan.

2. Fuadi dan Mangoting (2013), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Kualitas

Pelayanan Petugas Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Biaya Kepatuhan terhadap

Keaptuhan Wajib Pajak UMKM Jawa Timur”. Variabel bebas yang digunakan adalah

kualitas pelayanan petugas pajak, sanksi perpajakan, dan biaya kepatuhan. Kemudian

variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan wajib pajak. Teknik analisis data

yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah

Kualitas pelayanan petugas pajak, sanksi perpajakan berpengaruh positif, sedangkan

biaya kepatuhan berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak.

3. Susilawati dan Budiartha (2013), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Kesadaran

Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Akuntabilitas Pelayanan

Publik terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor

pada Kantor Bersama SAMSAT Singaraja”. Variabel bebas yang digunakan adalah

kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan, dan akuntabilitas

pelayanan publik. Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan wajib

pajak. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil dari

penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan,

dan akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor pada Kantor Bersama SAMSAT

Singaraja.

4. Dharma dan Suardana (2014), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Kesadaran

Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan, dan Kualitas Pelayanan pada Kepatuhan Wajib

Page 17: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

66

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Pajak dalam Membayar PKB dan BBNKB di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar”.

Variabel bebas yang digunakan adalah kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan,

dan kualitas pelayanan. Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan

wajib pajak. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil

dari penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan, dan kualitas

pelayanan berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar PKB dan BBNKB di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

5. Fahluzy dan Agustina (2014), dalam penelitiannya menguji “Faktor-Faktor yang

mempengaruhi Kepatuhan Membayar Pajak UMKM di Kabupaten Kendal”. Variabel

bebas yang digunakan adalah persepsi yang baik atas efektivitas sistem perpajakan,

pegetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, dan tingkat kepercayaan

terhadap hukum dan pemerintah. Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah

kepatuhan wajib pajak. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier

berganda. Hasil dari penelitian ini adalah persepsi yang baik atas efektivitas sistem

perpajakan, pegetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan secara parsial

berpengaruh, sedangkan tingkat kepercayaan terhadap hukum dan pemerintah secara

parsial tidak berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak UMKM di Kabupaten

Kendal.

6. Setiyoningrum, Tinangon, dan Wokas (2014), dalam penelitiannya menguji “Analisis

Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus dan Sanksi Perpajakan

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Manado”. Variabel bebas yang digunakan adalah sosialisasi perpajakan, kualitas

pelayanan fiskus dan sanksi perpajakan. Kemudian variabel terikat yang digunakan

adalah kepatuhan wajib pajak. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi

linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah sosialisasi perpajakan berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan kualitas pelayanan fiskus, dan sanksi

perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Manado.

7. Ananda, dkk (2015), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Sosialisasi Perpajakan,

Tarif Pajak, dan Pemahaman Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada

UMKM yang terdaftar sebagai wajib pajak di KPP Batu)”. Variabel bebas yang

digunakan adalah sosialisasi perpajakan, tarif pajak, dan pemahaman perpajakan.

Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan wajib pajak. Teknik

analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini

adalah sosialisasi perpajakan, tarif pajak, dan pemahaman perpajakan berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

8. Novitasari (2015), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,

Sosialisasi Perpajakan, Kualitas Pelayanan pada Kepatuhan Wajib Pajak di SAMSAT

Semarang III”. Variabel bebas yang digunakan adalah kesadaran wajib pajak,

sosialisasi perpajakan, kualitas pelayanan. Kemudian variabel terikat yang digunakan

adalah kepatuhan wajib pajak. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi

linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak dan sosialisasi

perpajakan berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan kualitas pelayanan

Page 18: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

67

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar Pajak PKB dan BBNKB.

9. Solicha, dkk (2015), dalam penelitiannya menguji “Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Ditinjau dari Penerapan Layananan Unggulan SAMSAT Jawa Timur (Studi Pada

Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Kantor Bersama SAMSAT Malang Kota-UPT

DISPENDA Jatim Malang Kota)”. Variabel bebas yang digunakan adalah Penerapan

layanan unggulan SAMSAT (SAMSAT Keliling, SAMSAT Corner, dan SAMSAT

Payment Point). Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan wajib

pajak kendaraan bermotor. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier

berganda. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh signifikan terhadap

kualitas pelayanan ketiga unggulan SAMSAT yaitu SAMSAT Keliling, SAMSAT

Corner, dan SAMSAT Payment Point.

10. Cahyadi dan Jati (2016), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Kesadaran Wajib

Pajak, Sosialisasi Perpajakan, Akuntabilitas Pelayanan Publik dan Sanski Perpajakan

pada Kepatuhan Wajib Kendaraan Bermotor”. Variabel bebas yang digunakan adalah

kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan, akuntabilitas pelayanan publik dan

sanski perpajakan. Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan wajib

pajak kendaraan bermotor. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier

berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak, sosialisasi

perpajakan, akuntabilitas pelayanan publik dan sanski perpajakan berpengaruh positif

pada kepatuhan wajib pajak PKB di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

11. Chasanah (2016), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,

Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Akuntabilitas Pelayanan Publik pada

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor dan Biaya Balik Nama Kendaraan

Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Klaten”. Variabel bebas yang digunakan

adalah kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan, dan

akuntabilitas pelayanan publik. Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Teknik analisis data yang digunakan

adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak,

pengetahuan pajak, sanksi perpajakan, dan akuntabilitas pelayanan publik

berpengaruh positif pada pada kepatuhan wajib pajak Kendaraan Bermotor dan Biaya

Balik Nama Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Klaten.

12. Mahaputri dan Noviari (2016), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Pemahaman

Peraturan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak dan Akuntabilitas Pealayanan Publik

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Variabel bebas yang digunakan adalah

pemahaman peraturan perpajakan, kesadaran wajib pajak dan akuntabilitas pelayanan

publik. Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier

berganda. Hasil dari penelitian ini adalah pemahaman peraturan perpajakan,

kesadaran wajib pajak dan akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh positif

terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama SAMSAT

Denpasar.

Page 19: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

68

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

13. Suyono (2016), dalam penelitiannya menguji “Faktor-Faktor yang Memepengaruhi

Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Wonosobo”.

Variabel bebas yang digunakan adalah kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan

pemahaman tentang peraturan perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap sistem

pemerintah dan hukum, niat wajib pajak untuk patuh, dan kualitas pelayanan.

Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan wajib pajak kendaraan

bermotor. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil

dari penelitian ini adalah Kesadaran membayar pajak, Pengetahuan dan pemahaman

tentang peraturan perpajakan, Tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan

hukum, niat wajib pajak untuk patuh, dan kualitas pelayanan berpengaruh positif

terhadap kepatuhan wajib pajak.

14. Widyani dan Suardana (2016), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Sosialisasi

Perpajakan, Sanksi Perpajakan, dan Persepsi Akuntabilitas Pelayanan Publik terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor”. Variabel

bebas yang digunakan adalah sosialisasi perpajakan, sanksi perpajakan, dan persepsi

akuntabilitas pelayanan publik. Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Teknik analisis data yang digunakan

adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah sosialisasi perpajakan,

sanksi perpajakan, dan persepsi akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan

bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Kota Tabanan.

15. Agitasaputri (2017), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,

Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan dan Akuntabilitas Pelayanan Publik Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus di Polrestabes

Semarang)”. Variabel bebas yang digunakan adalah kesadaran wajib pajak,

pengetahuan pajak, sanksi perpajakan dan akuntabilitas pelayanan publik. Kemudian

variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil dari

penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan dan

akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh postif dan signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak kendaraan bermotor (Studi Kasus di Polrestabes Semarang).

16. Anggraeni dan Khairani (2017), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Kesadaran

Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Akuntanbilitas Pelayanan

Publik terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor”. Variabel bebas yang

digunakan adalah kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan, dan

akuntanbilitas pelayanan publik. Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah

kepatuhan wajib pajak. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier

berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak berpengaruh

signifikan, sedangkan pengetahuan pajak, sanksi perpajakan dan akuntabilitas

pelayanan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor.

17. Dewi (2017), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,

Sosialisasi Perpajakan serta Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Page 20: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

69

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor (BBKNB)”. Variabel bebas yang digunakan adalah kesadaran wajib pajak,

sosialisasi perpajakan dan kualitas pelayanan. Kemudian variabel terikat yang

digunakan adalah kepatuhan wajib kendaraan bermotor. Teknik analisis data yang

digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah Kesadaran

wajib pajak, sosialisasi perpajakan serta kualitas pelayanan berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PKB dan BBNKB.

18. Meliani (2017), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi

Perpajakan, dan Biaya Kepatuhan pada Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam

Membayar Pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor Bersama SAMSAT Klungkung”

Variabel bebas yang digunakan adalah kualitas pelayanan, sanksi perpajakan, dan

biaya kepatuhan. Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan wajib

kendaraan bermotor. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier

berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kualitas pelayanan, sanksi perpajakan, dan

biaya kepatuhan berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama SAMSAT

Klungkung.

19. Wardani dan Asiz (2017), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Pengetahuan

Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan Program SAMSAT Corner terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor”. Variabel bebas yang digunakan adalah

pengetahuan wajib pajak, kesadaran wajib pajak, dan program SAMSAT corner.

Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan wajib kendaraan

bermotor. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil

dari penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak, dan program SAMSAT corner

berepengaruh positif, sedangkan pengetahuan wajib pajak tidak berpengaruh

signifikan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

20. Wijayanti dan Sasongko (2017), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh

Pemahaman, Sanksi Perpajakan, Tingkat Kepercayaan pada Pemerintah dan Hukum

terhadap Kepatuhan dalam Membayar Wajib Pajak (Studi Wajib Pajak pada

Masyarakat di Kalurahan Pajang Kecamatan Laweyan Surakarta)”. Variabel bebas

yang digunakan adalah pengaruh pemahaman, sanksi perpajakan, tingkat kepercayaan

pada pemerintah dan hukum. Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah

kepatuhan wajib. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini adalah pemahaman, dan sanksi perpajakan berpengaruh,

sedangkan tingkat kepercayaan pada pemerintah dan hukum tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.

21. Maheswari (2018), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,

Kewajiban Moral, Sosialisasi Perpajakan, Sanksi Perpajakan, dan Kualitas Pelayanan

Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama

SAMSAT Kota Denpasar”. Variabel bebas yang digunakan adalah kesadaran wajib

pajak, kewajiban moral, sosialisasi perpajakan, sanksi perpajakan, dan kualitas

pelayanan pajak. Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan wajib.

Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil dari

Page 21: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

70

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

penelitian ini adalah Kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan, dan sanksi

perpajakan berpengaruh postif, sedangkan kewajiban moral, dan kualitas pelayanan

pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan

bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Kota Denpasar.

22. Siregar (2018), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Akuntabilitas Pelayanan dan

Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan

Bermotor Di Kota Batam”. Variabel bebas yang digunakan adalah akuntabilitas

pelayanan dan sanksi pajak. Kemudian variabel terikat yang digunakan adalah

kepatuhan wajib. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini adalah akuntabilitas pelayanan publik tidak berpengaruh

signifikan, sedangkan sanksi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor di Kota Batam.

23. Susanti (2018), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan,

Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Pajak, Dan Penerapan E-

Samsat Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan

Bermotor (Studi Kasus pada Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kabupaten

Sleman)”. Variabel bebas yang digunakan adalah pengetahuan perpajakan, sosialisasi

perpajakan, kesadaran wajib pajak, sanksi pajak, dan penerapan e-samsat. Kemudian

variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan wajib. Teknik analisis data yang

digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah Pengetahuan

perpajakan dan sanksi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan

sosialisasi perpajakan, kesadaran wajib pajak, dan penerapan e-samsat tidak

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan

bermotor (studi kasus pada wajib pajak kendaraan bermotor di Kabupaten Sleman).

24. Purnamasari, dkk (2018), dalam penelitiannya menguji “Pengaruh Pemahaman wajib

pajak, Sanksi Perpajakan, Tingkat kepercayaan pada Pemerintah dan Hukum, serta

Nasionalisme terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar PBB-P2 (Studi pada

Wajib Pajak PBB-P2 di Kota Banjar, Jawa Barat)”. Variabel bebas yang digunakan

adalah pemahaman wajib pajak, sanksi perpajakan, tingkat kepercayaan pada

pemerintah dan hukum, serta nasionalisme. Kemudian variabel terikat yang digunakan

adalah kepatuhan wajib. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier

berganda. Hasil dari penelitian ini adalah pemahaman wajib pajak, sanksi perpajakan,

dan nasionalisme berpengaruh positif signifikan, sedangkan tingkat kepercayaan

terhadap sistem pemerintah dan hukum tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak PBB.

BAB III KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berfikir

Kepatuhan adalah sikap patuh terhadap suatu peraturan atau berperilaku sesuai

standar yang ada dan hukum yang belaku. Kepatuhan menunjukkan nilai ketaatan,

kepatuhan, ketertundukan dan keteraturan. Sikap dan perbuatan yang dilakukan bukan

sebagai beban melainkan sebagai bentuk tanggungjawab. Kepatuhan wajib pajak

merupakan ketaatan seorang wajib pajak dalam memenuhi dan melaksanakan kewajiban

Page 22: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

71

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

perpajakannya sesuai dengan aturan pajak yang berlaku. Kepatuhan wajib pajak

merupakan faktor penting dalam penerimaan pajak itu sendiri. Semakin tinggi tingkat

kepatuhan pajak maka semakin tinggi pula tingkat penerimaan pajak yang akan diterima

oleh pemerintah.

Teori kepatuhan (Compliance Theory) relevan untuk menjelaskan perilaku patuh

wajib pajak dalam memenuhi perpajakannya. Seorang inividu cenderung mematuhi

hukum yang dianggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal individu itu

sendiri. Terdapat dua perspektif dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan kepada

hukum (Warsadi,2015), yaitu perspektif instrumental mengasumsikan individu secara

utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan-perubahan

yang berhubungan dengan perilaku. Hal ini berkaitan dengan sosialisasi, akuntabilitas

pelayanan publik dan program SAMSAT corner, dengan adanya penyuluhan pajak,

pelayanan yang transparan dan program yang memudahkan dalam pembayaran pajak

kendaraan bermotor memberikan motovasi tersendiri kepada wajib pajak agar taat akan

pajak. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan

berlawanan dengan kepentingan pribadi. Komitmen normatif melalui moralitas personal

(normative commitment through morality) berarti mematuhi hukum karena hukum

tersebut dianggap sebagai suatu keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui

legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti mematuhi peraturan karena

otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku. Hal tersebut

berkaitan dengan tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum serta biaya

kepatuhan wajib pajak. Tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum

dikaitkan sebagaimana kejelasan sistem pemerintah dalam pemungutan pajak daerah yang

nantinya akan dialokasikan kembali ke rakyat, hukum yang diberikan apabila wajib pajak

tidak membayar pajak. Biaya kepatuhan dikaitkan dengan otoritas pemerintah dalam

pemungutan pajak berupa biaya pajak, misalnya biaya pajak kendaraan bermotor.

Sosialisasi perpajakan, biaya kepatuhan, akuntabilitas pelayanan publik, tingkat

kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum, dan program SAMSAT corner

dapat menjadi faktor yang menentukan perilaku patuh terhadap pajak. Kerangka berfikir

penelitian ini disajikan pada gambar 3.1 sebagai berikut:

Page 23: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

72

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Gambar 3.1

Kerangka Berfikir

“Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Biaya Kepatuhan, Akuntabilitas Pelayanan

Publik, Tingkat Kepercayaan Terhadap Sistem Pemerintah dan Hukum, dan

Program SAMSAT Corner Terhadap Kepatuahn Wajib Pajak dalam Membayar

Pajak Kendaraan Bermotor Di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar”

Sumber: Hasil Pemikiran Peneliti (2018).

3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permaslahan penelitian yang

akan diuji kebenarannya. Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian, dan

kajian teori yang relevan ataupun hasil penelitian sebelumnya maka hipotesis yang

diajukan sebagai berikut:

3.2.1 Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam

Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama SAMSAT

Denpasar

Sosialisasi perpajakan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah Tingkat I (Provinsi) untuk memberikan sebuah pengetahuan kepada

Sosialisasi Perpajakan

(X1)

Akuntabilitas

Pelayanan Publik (X3)

Tingkat Kepercayaan

Terhadap Sistem dan

PemerintahPemerintah

dan hukum(X4)

Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor

(Y)

Biaya Kepatuhan (X2)

Program SAMSAT

Corner (X5)

Page 24: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

73

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

masyarakat dan khususnya wajib pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai

perpajakan melalui metode-metode yang tepat. Meningkatkan kesadaran wajib pajak

dilakukan dengan sosialisasi perpajakan dalam berbagai bentuk atau cara sosialisasi.

Kegiatan sosialisasi harus dilakukan secara efektif dan dengan menggunakan media-

media lain yang lebih diketahui oleh masyarakat. Peran aktif pemerintah disini sangat

dibutuhkan untuk menyadarkan masyarakat akan keberadaan pajak melalui penyuluhan

atau sosialisasi rutin. Penyuluhan melalui berbagai media seperti media cetak, elektronik,

spanduk, serta berbagai penyuluhan pajak yang dilakukan Pemerintah atau Pemerintah

Daerah Tingkat I (Provinsi) diharapkan dapat membawa pesan moral terhadap pentingnya

pajak bagi negara dan bukan hanya dapat meningkatkan pengetahuan wajib pajak tentang

peraturan perpajakan yang baru, tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan

dari wajib pajak sehingga secara otomatis penerimaan pajak juga akan meningkat.

Waijayanto (2016), Widyani dan Suardana (2016), Wulandari (2015), Ananda,

dkk (2015), dan Setiarini (2011) dalam penelitiannya menemukan hasil bahwa sosialisasi

perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut,

maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

H1: Sosialisasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama SAMSAT

Denpasar.

3.2.2 Pengaruh Biaya Kepatuhan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar

Biaya kepatuhan pajak adalah biaya yang harus ditanggung oleh wajib pajak

dalam memenuhi kewajiban pajaknya diluar pajak terutang atau diluar biaya yang akan

dikeluarkan untuk membayar samsat kendaraan bermotor. Biaya kepatuhan pajak (tax

compliance) dibagi menjadi tiga, yaitu direct money cost, time cost, psychological cost.

Apabila biaya yang dikeluarkan oleh wajib pajak semakin tinggi maka tingkat kepatuhan

akan mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya. Apabila biaya kepatuhan yang

dikeluarkan rendah maka tingkat kepatuhan akan tinggi, sehingga penerimaan pajak akan

semakin tinggi pula.

Menurut Utama (2012), Fuadi dan Mangoting (2012), dan Setiarini (2011) dalam

penelitiannya menemukan hasil bahwa Biaya kepatuhan berpengaruh negatif terhadap

kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai

berikut:

H2: Biaya kepatuhan berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama SAMSAT

Denpasar.

3.2.3 Pengaruh Akuntabilitas Pelayanan Publik Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam

Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama SAMSAT

Denpasar

Akuntabilitas pelayanan publik adalah kemampuan Kantor SAMSAT Denpasar

dalam melayani pajak untuk memenuhi segala kebutuhan secara transparan dan terbuka.

Page 25: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

74

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Akuntabilitas pelayanan publik merupakan paradigma baru dalam menjawab perbedaan

persepsi pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat dengan pelayanan yang diberikan

oleh pemerintah daerah. Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan 4K, yaitu

keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum. Kualitas pelayanan dapat

diukur dengan kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, dan memberikan

pelayanan dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang

dimiliki oleh aparat pajak. Apabila petugas Kantor Bersama SAMSAT Denpasar bisa

memberikan pelayanan publik secara transparan dan terbuka, hal tersebut dapat

memengaruhi sumber potensi penerimaan pajak, khususnya pajak kendaraan bermotor.

Menurut Susilawati dan Budiartha (2013), Cahyadi dan Jati (2016), Mahaputri dan

Noviari (2016), Chasanah (2016), dalam penelitiannya menemukan hasil bahwa

Akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

H3: Akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama

SAMSAT Denpasar.

3.2.4 Pengaruh Tingkat Kepercayaan Terhadap Sistem Pemerintah dan Hukum

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar

Kepercayaan adalah sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku

kooperatif yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang berlaku. Persepsi

wajib pajak mengenai kepercayaannya pada pemerintah dan hukum merupakan alasan

dari aksi yang dapat mempengaruhi wajib pajak dalam membuat keputusan mengenai

kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Apabila wajib

pajak percaya terhadap sistem pemerintah dan hukum yang berlaku, maka kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor khususnya akan mengalami

peningkatan.

Pernyataan diatas sesuai dengan hasil penelitian Suyono (2014), bahwa tingkat

kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak. Sebaliknya, hasil penelitian Purnamasari, dkk (2016) dan Fahluzy

dan Agustina (2014) menyatakan bahwa tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah

dan hukum tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut,

maka peneliti ingin meneliti kembali dengan hipotesis sebagai berikut:

H4: Tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum berpengaruh positif

terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

3.2.5 Pengaruh Program SAMSAT Corner Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam

Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama SAMSAT

Denpasar

Salah satu program inovasi yang dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah adalah SAMSAT Corner yang lokasinya berada di Tiara

Page 26: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

75

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Dewata supermarket. SAMSAT Corner terbilang cukup unik karena letak keberadaan

SAMSAT Corner berada ditempat keramaian seperti pusat perbelanjaan, mall, dan

supermarket. Ini merupakan salah satu upaya Dinas Pendapatan Daerah untuk

mempermudah masyarakat dalam hal pengesahan STNK, Pembayaran PKB, dan

SWDKLLJ yang berada ditempat-tempat ramai seperti dipusat perbelanjaan dan

supermarket (Dewi dan Rifqi 2017). Program SAMSAT Corner bertujuan untuk

memberikan kemudahan masyarakat dalam bentuk pelayanan yang cepat, tepat, mudah,

dan murah dalam rangka pembayaran pajak kendaraan yang oleh setiap pemilik

kendaraan bermotor setiap tahun (Amri, 2015) dalam Dewi dan Rifqi (2017), semakin

baiknya program SAMSAT Corner, semakin tinggi kepatuhan Wajib Pajak dalam

membayar Pajak Kendaraan Bermotor.

Menurut Dewi Kusuma Wardani dan Rifqi Asis (2017) dan Solicha, Topowijono,

dan Sulasmiyati (2015) dalam penelitiannya menemukan hasil bahwa Program SAMSAT

Corner berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut,

maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

H5: Program SAMSAT Corner berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Kantor Bersama SAMSAT

Denpasar.

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Bersama SAMSAT Denpasar yang

berkedudukan di Jalan Kapten Tantular No. 1 Denpasar. Lokasi penelitian ini dipilih

karena tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor SAMSAT Denpasar

Denpasar cenderung menurunan dari tahun ke tahun, sehingga perlu diteliti faktor-faktor

yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

4.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak PKB

pada Kantor Bersama SAMSAT Denpasar, khususnya mengenai sosialisasi perpajakan,

biaya kepatuhan, akuntabilitas pelayanan publik, tingkat kepercayaan terhadap sistem

pemerintah dan hukum, dan program SAMSAT corner terhadap tingkat kepatuhan Wajib

Pajak PKB pada Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

4.3 Identifikasi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Bebas (X)

Variabel bebas atau variabel independen adalah suatu variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat atau variabel

dependen (Sugiyono, 2014:97). Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari

persepsi Wajib Pajak tentang sosialisasi perpajakan (X1), biaya kepatuhan (X2),

akuntabilitas pelayanan publik (X3), tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah

dan hukum (X4), program SAMSAT corner (X5).

Page 27: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

76

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

1) Variabel Terikat (Y)

Variabel Terikat atau Variabel dependen adalah suatu variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat karena adanya variabel bebas independen (Sugiyono, 2014:59).

Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah kepatuhan Wajib Pajak dalam

membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

4.4 Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2014:63), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Operasional variabel

diperlukan untuk menentukan jenis dan indikator dari variabel-variabel yang terkait

dalam penelitian. Selain itu proses ini juga dimaksudkan untuk menentukan skala

pengukuran dari masing-masing variabel, sehingga pengujian hipotesis dengan

menggunakan alat bantu statistik dapat digunakan dengan benar. Adapun definisi

operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sosialisasi Perpajakan (X1)

Sosialisasi perpajakan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah Tingkat I (Provinsi) untuk memberikan sebuah pengetahuan

kepada masyarakat dan khususnya wajib pajak agar mengetahui tentang segala hal

mengenai perpajakan melalui metode-metode yang tepat. Meningkatkan kesadaran

wajib pajak dilakukan dengan sosialisasi perpajakan dalam berbagai bentuk atau cara

sosialisasi. Kegiatan sosialisasi harus dilakukan secara efektif dan dengan

menggunakan media-media lain yang lebih diketahui oleh masyarakat. Pernyataan

untuk variabel sosialisasi perpajakan yang digunakan dalam kuesioner di adopsi dari

penelitian yang dilakukan oleh Maheswari (2018) dengan indikator antara lain:

1) Tatacara Sosialisasi

2) Frekuensi Sosialisasi

3) Kejelasan Sosialisasi Pajak

4) Pengetahuan Perpajakan

2. Biaya Kepatuhan (X2) Biaya kepatuhan pajak adalah biaya yang harus ditanggung oleh wajib pajak

dalam memenuhi kewajiban pajaknya diluar pajak terutang. Biaya kepatuhan dibagi

menjadi tiga, biaya tersebut meliputi biaya tunai, biaya waktu, dan biaya fisik.

Pernyataan untuk variabel biaya kepatuhan yang digunakan dalam kuesioner di adopsi

dari penelitian yang dilakukan oleh Meliani (2017) dengan indikator antara lain:

1) Jumlah biaya yang akan dikeluarkan untuk mengurus pajak kendaraan

bermotor.

2) Waktu yang digunakan untuk mengurus pajak kendaraan bermotor.

3) Waktu yang digunakan untuk membayar pajak kendaraan bermotor.

3. Akuntabilitas Pelayanan Publik (X3)

Akuntabilitas pelayanan publik adalah kemampuan Kantor SAMSAT Denpasar

dalam melayani pajak untuk memenuhi segala kebutuhan secara transparan dan

terbuka. Akuntabilitas pelayanan publik merupakan paradigma baru dalam menjawab

Page 28: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

77

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

perbedaan persepsi pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat dengan pelayanan

yang diberikan oleh pemerintah daerah.

Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan 4K, yaitu keamanan,

kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum. Kualitas pelayanan dapat diukur

dengan kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, dan memberikan

pelayanan dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya

yang dimiliki oleh aparat pajak. Pernyataan untuk variabel akuntabilitas pelayanan

publik yang digunakan dalam kuesioner di adopsi dari penelitian yang dilakukan oleh

Mahaputri dan Noviari (2016) dengan indikator antara lain:

1) Kesediaan secara sigap menanggapi setiap kepentingan

2) Prosedur yang tepat dan mudah dalam memberikan pelayanan

3) Pelayanan secara akurat dan andal

4) Penyampaian informasi secara benar

4. Tingkat Kepercayaan Terhadap Sistem Pemerintah dan Hukum (X4).

Kepercayaan adalah sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku

kooperatif yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang berlaku.

Persepsi wajib pajak mengenai kepercayaannya pada pemerintah dan hukum

merupakan alasan dari aksi yang dapat mempengaruhi wajib pajak dalam membuat

keputusan mengenai kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban

perpajakannya. Pernyataan untuk variabel tingkat kepercayaan terhadap sistem

pemerintah dan hukum yang digunakan dalam kuesioner di adopsi dari penelitian

yang dilakukan oleh Purnamasari, dkk (2018) dengan indikator antara lain:

1) Kepercayaan terhadap kejujuran dalam pemungutan pajak

2) Kepercayaan dalam membangun harapan terhadap masyarakat

3) Kepercayaan terhadap perilaku aparatur pajak

4) Kepercayaan terhadap keadilan dalam pemungutan pajak

5) Kepercayaan terhadap integritas aparatur pajak

5. Program SAMSAT Corner (X5)

Salah satu program inovasi yang dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah adalah SAMSAT Corner yang lokasinya berada di Tiara

Dewata supermarket. SAMSAT Corner terbilang cukup unik karena letak keberadaan

SAMSAT Corner berada ditempat keramaian seperti pusat perbelanjaan, mall, dan

supermarket. Ini merupakan salah satu upaya Dinas Pendapatan Daerah untuk

mempermudah masyarakat dalam hal pengesahan STNK, Pembayaran PKB, dan

SWDKLLJ yang berada ditempat-tempat ramai seperti dipusat perbelanjaan dan

supermarket.

Program SAMSAT Corner bertujuan untuk memberikan kemudahan masyarakat

dalam bentuk pelayanan yang cepat, tepat, mudah, dan murah dalam rangka

pembayaran pajak kendaraan yang oleh setiap pemilik kendaraan bermotor setiap

tahun. Pernyataan untuk variabel program SAMSAT corner yang digunakan dalam

kuesioner di adopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Wardani Dan Asiz (2017)

dengan indikator antara lain:

6. Pelaksanaan jam kerja pelayanan tepat waktu

Page 29: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

78

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

7. Pelayanan pembayaran pajak dengan SAMSAT corner sangat cepat, mudah

dan efektif

8. Lokasi yang strategis

9. SAMSAT corner meminimalisir calo

10. Tata cara pembayaran

6. Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor (Y)

Kepatuhan dalam perpajakan merupakan patuh dan tunduk serta melaksanakan

ketentuan perpajakan. Jadi, Wajib Pajak yang patuh adalah Wajib Pajak yang taat

serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan perpajakan.

Kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan bagi wajib pajak kendaraan

bermotor menurut Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat 1 Bali Nomor 1 Tahun

2004 adalah sebagai berikut:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Kendaraan

Bermotor (SPPKB), Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Daerah (SPPTD).

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).

3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana dibidang

perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

Pernyataan untuk variabel kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak

kendaraan bermotor yang digunakan dalam kuesioner di adopsi dari penelitian yang

dilakukan oleh Pratami (2017) dengan indikator antara lain:

1) Mentaati peraturan perundang-undangan pajak

2) Tepat waktu

3) Tidak memiliki tunggakan

4) Pembayaran yang sesuai SKPD

4.5 Jenis dan Sumber Data

4.5.1 Jenis Data

1. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, skema, dan

gambar (Sugiyono, 2014:128). Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sejarah berdirinya Kantor Bersama SAMSAT Denpasar, struktur organisasi

dan uraian tugas masing-masing bagian di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

2. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang

diangkakan (Sugiyono, 2014:128). Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian

ini adalah jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Kota Denpasar.

4.5.2 Sumber Data

Page 30: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

79

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati, dan

dicatat untuk pertama kalinya, tidak melalui media perantara dengan terjun langsung

ke lapangan (Sugiyono, 2014:203).

2. Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dengan dokumen (Sugiyono,

2014:203).

4.6 Metode Penentuan Populasi dan Sampel

4.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014:148). Populasi dalam

penelitian ini adalah sebanyak 1.292.618 wajib pajak yang terdaftar di Kantor Bersama

SAMSAT Denpasar.

4.6.2 Sampel

Sugiyono (2014:156) mendefinisikan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel adalah bagian dari populasi

yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling adalah teknik

penentuan sampel berdasarkan kebetulan (Sugiyono, 2014:156). Adapun yang menjadi

kriteria responden dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak PKB yang terdaftar di

Kantor Bersama SAMSAT Denpasar. Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 100 (seratus) wajib pajak PKB. 100

(seratus) wajib pajak PKB yang digunakan sebagai sampel diperoleh berdasarkan

perhitungan penentuan sampel dengan rumus Slovin, yaitu:

n = N

( 1 + Ne2)

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Populasi

e = Nilai kritis (batas ketelitian 0,1)

Perhitungan Sampel:

n = 1.292.618

( 1+ 1.292.618(0,1)2)

n = 99.99

n = 100 (dibulatkan)

4.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Page 31: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

80

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

1. Observasi nonpartisipan merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti tidak

terlibat dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2014:204).

2. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2014:194)

3. Kuesioner yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data primer yang relevan

dengan obyek penelitian berupa serangkaian pernyataan atau pertanyaan tertulis

kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2014:199). Untuk mengukur pendapat

responden digunakan skala likert lima angka yaitu mulai angka 5 untuk pendapat

sangat setuju (SS) dan angka 1 untuk pendapat sangat tidak setuju (STS).

Perinciannya sebagai berikut:

Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Angka 2 = Tidak Setuju (TS)

Angka 3 = Kurang Setuju (KS)

Angka 4 = Setuju (S)

Angka 5 = Sangat Setuju (SS)

4.8 Teknik Analisis Data

4.8.1 Uji Instrumen

1) Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menguji instrumen apakah sudah valid atau tidak.

Uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing

pertanyaan dengan total skor sehingga di dapat nilai Pearson Correlation. Ghozali

(2016:52) menyatakan suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur oleh kuesioner

tersebut. Suatu instrumen dikatakan valid, apabila dapat mengungkapkan data dari

variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas dengan melihat nilai signifikansi. Jika

nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan nilai Pearson Corelation > 0,3 maka

instrumen penelitian adalah valid.

2) Uji Reliabilitas

Setelah melakukan uji validitas, maka selanjutnya dilakukan uji reliabilitas

instrument. Instrumen reliabel adalah instrumen yang konsisten dalam mengukur

gejala yang sama artinya berapa kalipun objek yang sama diukur maka akan

menghasilkan jawaban yang sama. Untuk mengukur reliabilitas akan digunakan uji

statistik Crobanch Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Crobanch Alpha lebih besar dari 0,70 (Ghozali, 2016:48)

4.8.2 Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono (2014:207), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan

untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan informasi

tentang karakteristik variabel penelitian antara lain, nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

maksimum dan minimum.

Page 32: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

81

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

4.8.3 Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah

memiliki distribusi normal. Untuk menguji normalitas suatu data dilakukan dengan

menggunakan statistik nonparametrik dengan metode uji satu sampel Kolmogrov-

Smirnov. Data yang digunakan dalam analisis ini minimal skala ordinal. Data

dikatakan berdistribusi normal jika koefisien Asymp.sig (2-tailed) ≥ 5% atau 0,05

(Ghozali, 2016:154).

2) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara varibel bebasnya. Multikolinearitas dapat

dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), jika nilai tolerance

lebih besar dari 0,1 (10%) dan VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada

multikolinearitas (Ghozali, 2016:103).

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model

regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi

Heteroskedastisitas. Adapun metode yang digunakan untuk mendeteksi

heteroskedastisitas adalah dengan uji Glejser/Scatter Plot dengan probabilitas

signifikansinya di atas tingkat kepercayaan α = 5% (Ghozali, 2016:134).

4.8.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui atau memperoleh

gambaran mengenai pengaruh variabel independen pada variabel dependen dan bertujuan

untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel

dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2016:93).

Adapun model rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = α + β1X1 +β2X2 + β3X3 + β4X4+ β5X5 + e

Keterangan:

Y = Kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor (PKB)

α = Konstanta

β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien Regresi

e = Variabel Pengganggu

X1 = Sosialisasi perpajakan

X2 = Biaya kepatuhan

X3 = Akuntabilitas Pelayanan Publik

X4 = Tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum

X5 = Program SAMSAT corner

Page 33: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

82

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

4.8.5 Uji Kelayakan Model

1) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Ghozali (2016:95) menyatakan bahwa koefisien determinasi pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan dari koefisien determinasi adalah

bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap

tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah

variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini menggunakan adjusted R square. Adjusted R square dapat naik

turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.

2) Uji Statistik F-test

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan

terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi

F< α (0,05 atau 5%) maka model ini dikatakan layak atau variabel independen yang

dimasukkan mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen

(Ghozali, 2016:96),.

3) Uji Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2016:97). Penetapan untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak yaitu

dengan melihat nilai probabilitas. Apabila ρ value ≤ 0,05 berarti variabel independen

secara individual mempengaruhi variabel dependen, sehingga hipotesis diterima.

Sedangkan, apabila ρ value > 0,05 berarti variabel independen tidak mempengaruhi

variabel dependen, sehingga hipotesis ditolak.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada mulanya Sistem Administrai Manunggal di Bawah Satu Atap (SAMSAT) di

uji coba oleh pemerintah DKI Jakarta, yang pelaksanaannya di mulai pada tanggal 1

Agustus 1974 dengan keputusan Kepala Kepolisian Metro Jaya tanggal 11 Juni 1974

Nomor Pol. Skep/19MI/1974. Berdasarkan hasil evaluasi dari pelaksanaan uji coba

tersebut ternyata dianggap baik dan praktis dilihat dari segi pemberian pelayanan kepada

masyarakat maka pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama

Menhankam/pangab, Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri tanggal 29 Desember

1976 tentang peningkatan kerjasama antara Pemerintah Daerah Tingkat I, Komando

Daerah Kepolisian, dan Aparat Departemen Keuangan dalam rangka meningkatkan

pendapatan daerah khususnya mengenai Pajak Kendaraan Bermotor. Atas dasar surat

Page 34: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

83

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

keputusan bersama tersebut, maka Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat Edaran

tertanggal 28 Juni 1997 Nomor 16 Tahun 1977 tentang Pedoman/Pengurus Pelaksanaan

Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap dalam Pengeluaran Surat Tanda

Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), Pembayaran Pajak Kendaran Bermotor (PKB), Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan

Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama tersebut Pemerintah Provinsi Daerah

Tingkat I Bali mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali

tanggal 2 April 1977 Nomor. 2/Skep/Pd-I/7/1977 tentang pembentukan Tim Bersama

antara Pemerintah Daerah Tingkat I Bali, Komando Kepolisian XV Nusra dan Badan

Asuransi Jasa Raharja Daerah Bali. Sebagai penjabaran dari Keputusan Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I Bali tersebut, maka dikeluarkan naskah kerjasama antara Pemerintah

Daerah Provinsi Tingkat I Bali, Komando Daerah Kepolisian Nusra, dan Perum AK Jasa

Raharja Cabang Denpasar tanggal 1 April 1978 Nomor 5/Skep/101/Pd-I/I/1978, Nomor

B/882IV/78/Lantas, Nomor 06/JR/Dps/IV/78 tentang Pelaksanaan Sistem Administrasi

Manunggal di bawah Satu Atap dalam pengeluaran Surat Tanda Nomor Kendaraan

Bermotor (STNK), pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB/BBNKB), dan

Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).

Berdasarkan naskah kerja sama tersebut di keluarkan Surat Keputusan Gubernur

Kepla Daerah Tingkat I Bali tanggal 14 November 1978 Nomor Hot/III.d22/1978 tentang

pembentukan Unit Pelaksanaan Teknis Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor pada

Kantor Bersama Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap (SAMSAT) di

Denpasar. Setelah melalui langkah-langkah persiapan maka di Provinsi Daerah Tingkat I

Bali SAMSAT mulai dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 1979 yang dipusatkan pada

Kantor Bersama SAMSAT Denpasar di Jalan Seruni Denpasar yang mewilayahi dan

melayani masyarakat di seluruh Kabupaten Daerah Tingkat II yang ada di Bali. Dengan

demikian meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Bali, dengan sendirinya

akan berpengaruh terhadap pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat dan di

samping itu pula jarak tempuh dengan kabupaten lain dengan Kota Denpasar cukup jauh.

Untuk dapat memberikan pelayanan yang cukup baik kepada masyarakat dengan mudah

dan cepat, maka dibentuklah Kantor Bersama SAMSAT di seluruh Kabupaten Tingkat II

yang ada di Bali yang masing-masing berdasarkan:

1) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali tanggal 2 Juli 1980 Nomor:

19/HOT/LC/1980 di bentuk Kantor Bersama SAMSAT Buleleng, Jembrana, dan

Klungkung (mewilayahi Kabupaten Bangli dan Karangasem) sedangkan Kabupaten

Gianyar dan Tabanan di wilayahi oleh Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

2) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali tanggal 16 Februari 1982 Nomor

15 tahun 1982 di bentuk Kantor Bersama SAMSAT Buleleng, Jembrana, Tabanan,

Badung (mewilayahi Kabupaten Gianyar), dan Klungkung (mewilayahi Kabupaten

Bangli dan Karangasem).

3) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali tanggal 15 Agustus 1986 Nomor

223 Tahun 1986 di bentuk Kantor Bersama SAMSAT Gianyar.

Page 35: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

84

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

4) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali tanggal 12 Maret 1987 Nomor 59

Tahun 1987 di bentuk Kantor Bersama SAMSAT Karangasem.

5) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali tanggal 2 November 1987 Nomor

423 Tahun 1987 di bentuk Kantor Bersama SAMSAT Bangli.

5.2 Hasil dan Pembahasan Penelitian

5.2.1 Karakteristik Responden

Peneliatian ini mengambil sampel sebanyak 100 orang yang diperoleh dengan

menggunakan metode accidental sampling. Accidental sampling adalah teknik penentuan

sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja secara kebetulan atau insidental bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan

ditemui dirasa cocok untuk dijadikan sumber (Sugiyono, 2016). Sampel dalam penelitian

ini adalah wajib pajak kendaraan bermotor yang ditemui pada saat diadakan penelitian

sedang melakukan pembayaran samsat kendaraan bermotor di lokasi penelitian.

Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, dan tingkat

pendidikan. Ringkasan mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 5.1

sebagai berikut:

Tabel 5.1

Ringkasan Karakteristik Responden

Keterangan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Total

57

43

100

57

43

100

Usia

17 – 22

23 – 28

29 – 34

35 – 40

41 – 46

47 – 52

53 – 58

Total

5

39

27

13

8

5

3

100

5

39

27

13

8

5

3

100

Tingkat Pendidikan

SMA/SMK

Diploma

Strata 1

Strata 2

57

20

20

2

57

20

20

2

Page 36: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

85

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Lainnya

Total

1

100

1

100

Sumber : Data diolah, 2018

1) Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui

proporsi Wajib Pajak PKB dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak.

Berdasarkan Tabel 5.1, dapat dilihat bahwa sebagai besar yang menjadi responden

dalam penelitian ini adalah laki-laki yaitu sebanyak 57 orang responden (57 persen)

dan perempuan sebanyak 43 orang responden (34 persen).

2) Usia

Usia responden dapat digunakan sebagai acuan untuk menggambarkan tingkat

kedewasaan atau pengalaman seseorang dalam mengambil sebuah keputusan.

Berdasarkan Tabel 5.1, dapat dilihat bahwa yang menjadi responden dalam penelitian

berusia 17-22 tahun sebanyak 5 orang responden (5 persen), 23-28 tahun sebanyak 39

orang responden (39 persen), 29-34 tahun sebanyak 27 orang responden (27 persen),

35-40 tahun sebanyak 13 orang responden (13 persen), 41-46 tahun sebanyak 8 orang

responden (8 persen), 47-52 tahun sebanyak 5 orang responden (5 persen), dan 53-58

tahun sebanyak 3 orang responden (3 persen).

3) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden dapat digunakan sebagai indikator untuk

mengetahui tingkat pengetahuan dan intelektualitas yang dimiliki oleh masing-masing

responden dengan tingkat Pendidikan SMA/SMK merupakan responden dengan

jumlah tertinggi sebanyak 57 responden (57 persen), kemudian responden dengan

tingkat pendidikan Diploma sebanyak 20 responden (20 persen), Strata-1 sebanyak 20

responden (20 persen), Strata-2 sebanyak 2 orang responden (2 persen), dan lainnya

sebanyak 1 orang responden (1 persen).

5.2.2 Hasil Uji Instrumen

1) Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2016:52).

Hasil pengujian validitas dilakukan dengan pendekatan Pearson Correlation. Jika

nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan nilai Pearson Corelation lebih besar dari

0,3 maka instrumen penelitian adalah valid. Uji validitas dapat dilihat pada Tabel 5.2

sebagai berikut:

Tabel 5.2

Hasil Uji Validitas

Page 37: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

86

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

No Variabel Item Pearson

Correlation

Sig Keterangan

1. Sosialisasi Perpajakan

(X1)

X1.1

X1.2

X1.3

X1.4

X1.5

0,601

0,634

0,836

0,740

0,765

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

2. Biaya Kepatuhan (X2) X2.1

X2.2

X2.3

X2.4

X2.5

0,800

0,766

0,877

0,828

0,747

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

3. Akuntabilitas

Pelayanan Publik (X3)

X3.1

X3.2

X3.3

X3.4

X3.5

0,779

0,815

0,758

0,799

0,781

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

4. Tingkat Kepercayaan

Terhadap Sistem

Pemerintah dan

Hukum (X4)

X4.1

X4.2

X4.3

X4.4

X4.5

0,896

0,867

0,893

0,838

0,864

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

5. Program SAMSAT

Corner (X5)

X5.1

X5.2

X5.3

X5.4

X5.5

X5.6

X5.7

0,586

0,804

0,801

0,712

0,613

0,460

0,623

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

6. Kepatuhan Wajib

Pajak (Y)

Y1.1

Y1.2

Y1.3

Y1.4

Y1.5

Y1.6

0,621

0,768

0,731

0,575

0,767

0,420

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Sumber : Data primer diolah, 2018 (Lampiran 4).

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa semua indikator yang digunakan untuk

menjelaskan masing-masing variabel dinyatakan valid karena uji validitas

menunjukkan nilai Pearson Correlation lebih besar dari 0,3 dan signifikansinya lebih

kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan dari hasil uji validitas dapat dinyatakan

bahwa seluruh pernyataan dalam kuesioner dinyatakan valid dan dapat dipercaya

untuk mengambil data penelitian.

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui dan mengukur konstruk atau

konsistensi suatu penelitian. Untuk mengukur reliabilitas akan digunakan uji statistik

Crobanch Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai Crobanch Alpha lebih

Page 38: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

87

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

besar dari 0,70 (Ghozali, 2016:48). Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada

Tabel 5.3 sebagai berikut:

Tabel 5.3

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Crobanch

Alpha

Keterangan

Sosialisasi Perpajakan (X1) 0,752 Reliabel

Biaya Kepatuhan (X2) 0,861 Reliabel

Akuntabilitas Pelayanan Publik (X3) 0,845 Reliabel

Tingkat Kepercayaan Terhadap Sistem

Pemerintah dan Hukum (X4)

0,920 Reliabel

Program SAMSAT Corner (X6) 0,761 Reliabel

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

(Y)

0,714 Reliabel

Sumber : Data primer diolah, 2018 (Lampiran 5).

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa nilai Crobanch Alpha dari masing-masing variabel

lebih besar dari 0,70 maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang digunakan

dalam kuesioner dari penelitian ini dapat dinyatakan reliabel.

5.3 Hasil Statistik Deskriptif

Statistik deskripsi disajikan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel-

variabel penelitian, antara lain minimum, maxsimum, mean, dan standar deviation.

Pengukuran (mean) merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai

sentral dari suatu distribusi data. Standar deviasi merupakan perbedaan nilai data yang

diteliti dengan nilai rata-ratanya. Hasil statistik deskripsi dapat dilihat pada Tabel 5.4

sebagai berikut:

Tabel 5.4

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Page 39: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

88

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Sumber : Data primer diolah, 2018 (Lampiran 6).

Berdasrkan hasil uji statistik deskriptif pada Tabel 5.4 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Sosialisasi Perpajakan (X1) memiliki mean (nilai rata-rata) sebesar 18,9800 dengan

standar deviasi atau penyimpangan nilai rata-rata sebesar 2,38251. Banyak data yang

dianalisis adalah 100 dengan titik minimun 10,00 dan titik maximum 25,00.

2) Biaya Kepatuhan (X2) memiliki mean (nilai rata-rata) sebesar 17,8200 dengan standar

deviasi atau penyimpangan nilai rata-rata sebesar 3,29180. Banyak data yang

dianalisis adalah 100 dengan titik minimun 10,00 dan titik maximum 25,00.

3) Akuntabilitas Pelayanan Publik (X3) memiliki mean (nilai rata-rata) sebesar 19,0700

dengan standar deviasi atau penyimpangan nilai rata-rata sebesar 2,72013. Banyak

data yang dianalisis adalah 100 dengan titik minimun 12,00 dan titik maximum 25,00.

4) Tingkat Keercayaan Terhadap Sistem Pemerintah dan Hukum (X4) memiliki mean

(nilai rata-rata) sebesar 17,1600 dengan standar deviasi atau penyimpangan nilai rata-

rata sebesar 3,77851. Banyak data yang dianalisis adalah 100 dengan titik minimun

10,00 dan titik maximum 25,00.

5) Program SAMSAT Corner (X5) memiliki mean (nilai rata-rata) sebesar 26,6900

dengan standar deviasi atau penyimpangan nilai rata-rata sebesar 3,16130 Banyak

data yang dianalisis adalah 100 dengan titik minimun 17,00 dan titik maximum 35,00.

6) Kepatuhan Wajib Pajak (Y) memiliki mean (nilai rata-rata) sebesar 23,6600 dengan

standar deviasi atau penyimpangan nilai rata-rata sebesar 2,49937. Banyak data yang

dianalisis adalah 100 dengan titik minimun 16,00 dan titik maximum 30,00.

5.4 Hasil Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas suatu data

dilakukan dengan metode uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan

berdistribusi normal jika koefisien Asymp.sig (2-tailed) ≥ 5% atau 0,05 (Ghozali,

2016;48). Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5

Descriptive Statistics

100 10.00 25.00 18.9800 2.38251

100 10.00 25.00 17.8200 3.29180

100 12.00 25.00 19.0700 2.72013

100 10.00 25.00 17.1600 3.77851

100 17.00 35.00 26.6900 3.16130

100 16.00 30.00 23.6600 2.49937

100

X1

X2

X3

X4

X5

Y

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Page 40: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

89

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Hasil Uji Normalitas

Sumber : Data primer diolah, 2018 (Lampiran 7).

Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov adalah

1,099 dan koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,179 lebih besar dari α = 0,05.

Maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

2) Uji Heterskodestisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Metode

yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan uji

Glejser/Scatter Plot dengan probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan α

= 5% (Ghozali, 2016:134). Pengujian ini dilakukan dengan meregresikan nilai

residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen secara signifikan

mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas atau

sebaliknya. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hasil uji heteroskedastisiatas dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6

Hasil Uji Heteroskedastisitas

One-Sample Kolmogorov -Smirnov Test

100

.0000000

1.89981504

.110

.110

-.077

1.099

.179

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parametersa,b

Absolute

Positive

Negative

Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz

ed Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Page 41: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

90

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Sumber : Data primer diolah, 2018 (Lampiran 8).

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui hasil uji heteroskedastisitas bahwa

variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen karena

signifikansi variabel independen lebih besar dari 0,05, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

3) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Multikolinearitas dapat dilihat dari

nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), jika nilai tolerance lebih besar dari

0,1 (10%) dan VIF kurang dari 10 (Ghozali, 2016:103). Hasil uji Multikolinearitas

dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7

Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber : Data primer diolah, 2018 (Lampiran 9).

Tabel 5.7 di atas, menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas yaitu

variabel sosialisasi perpajakan, biaya kepatuhan, akuntabilitas pelayanan publik,

Coefficientsa

1.387 1.193 1.163 .248

-.004 .025 -.016 -.159 .874

.015 .047 .039 .325 .746

-.018 .041 -.051 -.441 .660

-.019 .018 -.129 -1.104 .273

.019 .046 .051 .415 .679

(Constant)

X1

X2

X3

X4

X5

Model1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: ABRESa.

Coefficientsa

15.679 1.782 8.800 .000

.098 .038 .207 2.611 .010 .978 1.023

-.004 .070 -.005 -.053 .958 .724 1.381

.264 .062 .377 4.274 .000 .789 1.268

.082 .026 .280 3.143 .002 .772 1.295

.132 .068 .182 1.937 .056 .697 1.434

(Constant)

X1

X2

X3

X4

X5

Model1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Ya.

Page 42: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

91

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum, dan program SAMSAT

corner mempunyai nilai tolerance > 0,10 dan nilai Variance Inflation factor (VIF) <

10. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi

multikolinearitas.

5.5 Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh sosialisasi

perpajakan (X1), biaya kepatuhan (X2), akuntabilitas pelayanan publik (X3), tingkat

kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum (X4), dan program SAMSAT corner

(X5) terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor di

Kantor Bersama SAMSAT Denpasar. Sebagai dasar dalam perhitungan ini digunakan

model regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = α + β1X1 +β2X2 + β3X3 + β4X4+ β5X5 + e

Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 5.8

Tabel 5.8

Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Sumber : Data primer diolah, 2018 (Lampiran 10).

Dari rangkuman hasil analisis data pada Tabel 5.8 diperoleh persamaan regresi

linier berganda sebagai berikut:

Y = 15,679 + 0,098X1 – 0,004X2 + 0,264X3+ 0,082X4 + 0,132X5

Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Nilai konstanta (α) 15,679 artinya apabila sosialisasi perpajakan (X1), biaya

kepatuhan (X2), akuntabilitas pelayanan publik (X3), tingkat kepercayaa terhadap

sistem pemerintah dan hukum (X4), dan program SAMSAT corner (X5) sama dengan

0 (nol) maka tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Kendaraan

Bermotor sebesar 15,679.

2) Nilai koefisien regresi variabel sosialisasi perpajakan (X1) adalah 0,098 artinya

apabila sosialisasi perpajakan bertambah satu satuan dengan asumsi variabel

Coefficientsa

15.679 1.782 8.800 .000

.098 .038 .207 2.611 .010 .978 1.023

-.004 .070 -.005 -.053 .958 .724 1.381

.264 .062 .377 4.274 .000 .789 1.268

.082 .026 .280 3.143 .002 .772 1.295

.132 .068 .182 1.937 .056 .697 1.434

(Constant)

X1

X2

X3

X4

X5

Model1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Ya.

Page 43: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

92

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

independen lainnya konstan, maka tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar

Pajak Kendaraan Bermotor meningkat sebanyak 0,098.

3) Nilai koefisien regresi variabel akuntabilitas pelayanan publik (X3) adalah 0,264

artinya apabila akuntabilitas pelayanan publik bertambah satu satuan dengan asumsi

variabel independen lainnya konstan, maka tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam

membayar Pajak Kendaraan Bermotor meningkat sebanyak 0,264.

4) Nilai koefisien regresi variabel tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan

hukum (X4) adalah 0,082 artinya apabila tingkat kepercayaan terhadap sistem

pemerintah dan hukum bertambah satu satuan dengan asumsi variabel independen

lainnya konstan, maka tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak

Kendaraan Bermotor meningkat sebanyak 0,082.

5.6 Uji Kelayakan Model

1) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016:95). Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Setiap tambahan satu variabel

independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sehingga penggunaan Adjusted R

Square lebih disarankan dari pada R2, sebab nilai Adjusted R Square dapat naik atau

turun apabila satu variabel ditambahkan ke dalam model. Adapun nilai R Square

disajikan pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber : Data primer diolah, 2018 (Lampiran 10).

Berdasarkan Tabel 5.9 diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted R

Square) sebesar 0,391 atau 39,1 persen yang artinya bahwa variasi dari variabel Y

yaitu kepatuhan wajib pajak mampu dijelaskan sebesar 39,1 persen oleh sosialisai

perpajakan, biaya kepatuhan, akuntabilitas pelayanan publik, tingkat kepercayaan

terhadap sistem pemerintah dan hukum, dan program SAMSAT corner sedangkan

sisanya sebesar 60,9 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan

dalam model.

Model Summaryb

.650a .422 .391 1.94969

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Predictors: (Constant), X5, X1, X4, X3, X2a.

Dependent Variable: Yb.

Page 44: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

93

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

2) Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan

terhadap variabel dependen. Jika signifikan F < 0,05, maka artinya kelima variabel

independen mempunyai pengaruh bersama-sama terhadap variabel dependen

(Ghozali, 2016:96). Hasil uji F dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10

Hasil Uji F

Sumber : Data primer diolah, 2018 (Lampiran 10).

Berdasarkan Tabel 5.10 dapat dilihat nilai signifikansi dari uji F yaitu 0,000 yang

lebih kecil dari α = 5 persen atau 0,05 yang artinya variabel independen yaitu

sosialisai perpajakan, biaya kepatuhan, akuntabilitas pelayanan publik, tingkat

kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum, dan program SAMSAT corner

mempunyai pengaruh bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen yaitu

kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor

Bersama SAMSAT Denpasar.

3) Uji t

Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing

variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2016:97). Sebuah variabel bebas dianggap berpengaruh parsial bila nilai

signifikansi lebih kecil dari atau sama dengan α (0,05) dan sebaliknya, variabel bebas

dianggap tidak berpengaruh bila nilai signifikansinya lebih besar dari α (0,05). Uji t

dapat dilihat pada Tabel 5.11

Tabel 5.11

Hasil Uji t

ANOVAb

261.120 5 52.224 13.739 .000a

357.320 94 3.801

618.440 99

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), X5, X1, X4, X3, X2a.

Dependent Variable: Yb.

Page 45: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

94

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Sumber : Data primer diolah, 2018 (Lampiran 10).

Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 5.11 menunjukkan bahwa:

1) Nilai t variabel sosialisasi perpajakan (X1) adalah 2,611 dengan nilai signifikansi

0,010 lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis pertama diterima yang artinya

sosialisasi perpajakan berpengaruh postif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

2) Nilai t variabel biaya kepatuhan (X2) adalah -0,053 dengan nilai signifikansi 0,958

lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis kedua ditolak yang artinya biaya kepatuhan

tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan

bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

3) Nilai t variabel akuntabilitas pelayanan publik (X3) adalah 4,274 dengan nilai

signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis ketiga diterima yang

artinya akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh postif terhadap kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama SAMSAT

Denpasar.

4) Nilai t variabel tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum (X4)

adalah 3,143 dengan nilai signifikansi 0,002 lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis

keempat diterima yang artinya tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan

hukum berpengaruh postif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak

kendaraan bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

5) Nilai t variabel program SAMSAT corner (X5) adalah 1,937 dengan nilai signifikansi

0,056 lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis kelima ditolak yang artinya program

SAMSAT corner tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

5.7 Pembahasan Hasil Penelitian

5.7.1 Pengaruh Sosialisasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam

Membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar

Hipotesis pertama sosialisasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT

Coefficientsa

15.679 1.782 8.800 .000

.098 .038 .207 2.611 .010 .978 1.023

-.004 .070 -.005 -.053 .958 .724 1.381

.264 .062 .377 4.274 .000 .789 1.268

.082 .026 .280 3.143 .002 .772 1.295

.132 .068 .182 1.937 .056 .697 1.434

(Constant)

X1

X2

X3

X4

X5

Model1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Ya.

Page 46: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

95

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

Denpasar. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel sosislisasi

perpajakan sebesar 0,098 dengan nilai signifikansi 0,010 lebih kecil dari 0,05, sehingga

hipotesis pertama diterima. Hal ini berarti bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh

positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor di

Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

Sosialisasi perpajakan merupakan penyampaian informasi mengenai perpajakan

baik itu oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah Tingkat I (Provinsi). Melalui sosialisasi

perpajakan wajib pajak akan mengetahui tentang pentingnya membayar pajak bagi

Negara maupun Daerah, mengetahui tata cara pembayaran pajak dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan perpajakan itu sendiri. Rutinnya sosialisasi perpajakan yang diberikan

oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah Tingkat I (Provinsi) maka tingkat kepatuhan

wajib pajak akan semakin meningkat, karena hal itu membuka wawasan masyarakat

maupun wajib pajak tentang adanya perpajakan khususnya Pajak Kendaraan Bermotor.

Hasil ini didukung oleh penelitian dari Wijayanto (2016), Widyani dan Suardana

(2016), Wulandari (2015), dan Ananda, dkk (2015), yang menyatakan bahwa sosialisasi

perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

5.7.2 Pengaruh Biaya Kepatuhan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar

Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar

Hipotesis kedua biaya kepatuhan berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib

pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT

Denpasar. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel biaya

kepatuhan sebesar -0,004 dengan nilai signifikansi 0,958 lebih besar dari 0,05, sehingga

hipotesis kedua ditolak. Hal ini berarti bahwa biaya kepatuhan tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor

Bersama SAMSAT Denpasar.

Biaya kepatuhan pajak merupakan biaya yang harus ditanggung oleh wajib pajak

dalam melakukan pembayaran pajak diluar pajak terutang. Wajib pajak juga

mengeluarkan biaya dalam rangka pemenuhan kewajiban seperti biaya pengarsipan dan

biaya perjalanan. Tinggi atau rendahnya biaya kepatuhan yang ditanggung oleh wajib

pajak tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak itu sendiri, karena kesadaran yang

dimiliki oleh masing-masing wajib pajak berbeda. Wajib pajak yang memiliki kesadaran

tinggi akan patuh untuk memenuhi kewajiban dan tanggungjawabnya dalam membayar

pajak kendaraan bermotor walaupun biaya yang dikeluarkan tinggi. Begitu juga

sebaliknya, apabila wajib pajak memiliki kesadaran rendah dalam memenuhi kewajiban

dan tanggungjawabnya untuk membayar pajak kendaraan bermotor walaupun biaya yang

dikeluarkan rendah, hal tersebut tidak mempengaruhi kepatuhannya.

5.7.3 Pengaruh Akuntabilitas Pelayanan Publik terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam

Membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar

Hipotesis ketiga akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama

SAMSAT Denpasar. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel

akuntabilitas pelayanan publik sebesar 0,264 dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil

dari 0,05, sehingga hipotesis ketiga diterima. Hal ini berarti bahwa akuntabilitas

Page 47: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

96

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

pelayanan publik berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

Akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban, sedangkan pelayanan merupakan

proses bantuan kepada seseorang dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan

dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan. Pelayanan yang

diberikan oleh petugas pajak sudah berkualitas, terbukti dengan adanya hasil yang

menunjukkan bahwa akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh postif. Pelayanan publik

yang diberikan oleh kantor Bersama SAMSAT Denpasar sudah baik, transparan, dan

terbuka, selain itu akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat dengan adanya

profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan yang meliputi

kejelasan kebijakan atau peraturan perundang-undangan, dan kedisiplinan, sehingga hal

tersebut dapat mempengaruhi sumber potensi penerimaannya.

Hasil ini didukung oleh penelitian dari Susilawati dan Budiartha (2013), Cahyadi

dan Jati (2016), Mahaputri dan Noviari (2016), Chasanah (2016), yang menyatakan

bahwa akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak.

5.7.4 Pengaruh Tingkat Kepercayaan terhadap Sistem Pemerintah dan Hukum terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor

Bersama SAMSAT Denpasar

Hipotesis keempat tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Kendaraan

Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar. Hasil analisis menunjukkan bahwa

nilai koefisien regresi variabel tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan

hukum sebesar 0,082 dengan nilai signifikansi 0,002 lebih kecil dari 0,05, sehingga

hipotesis keempat diterima. Hal ini berarti bahwa tingkat kepercayaan terhadap sistem

pemerintah dan hukum berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

Kepercayaan adalah sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan perilaku

kooperatif yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan nilai yang berlaku. Wajib

pajak yang memiliki tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum yang

baik, akan membuat wajib pajak tersebut patuh terhadap kepatuhan dalam membayar

pajak khususnya dalam pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor. Hal ini terjadi karena

kepercayaan pemungutan pajak yang dialokasikan nantinya akan kembali ke masyarakat,

misalnya dengan adanya pembangunan infrastruktur.

Hasil ini didukung oleh penelitian dari Suyono (2014), bahwa tingkat

kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak.

5.7.5 Pengaruh Program SAMSAT Corner terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam

Membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar

Hipotesis kelima program SAMSAT corner berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama

SAMSAT Denpasar. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel

program SAMSAT corner sebesar 0,132 dengan nilai signifikansi 0,056 lebih besar dari

Page 48: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

97

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

0,05, sehingga hipotesis kelima ditolak. Hal ini berarti bahwa program SAMSAT corner

tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Kendaraan

Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

Program SAMSAT corner tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

dalam membayar pajak kendaraan bermotor, karena Program SAMSAT corner

merupakan program baru yang disediakan oleh Kantor Bersama SAMSAT Denpasar

untuk mempermudah pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor, tetapi dalam

pelaksanaannya sebagian masyarakat masih awam dan belum memahami dengan adanya

program SAMSAT corner dimana sebagian masyarakat atau wajib pajak masih

menganggap bahwa pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor hanya bisa dilakukan di

Kantor SAMSAT saja. Selain itu sosialisasi pajak mengenai program SAMSAT corner

belum optimal, hal ini terbukti dengan minimnya pemahaman program tersebut dalam

pengetahuan wajib pajak.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris pengaruh sosialisasi perpajakan,

biaya kepatuhan, akuntabilitas pelayanan publik, tingkat kepercayaan terhadap sistem

pemerintah dan hukum, dan program SAMSAT corner terhadap kepatuhan wajib pajak

dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersam SAMSAT Denpasar.

Penelitian ini menggunakan 100 sampel dengan kriteria sampel yaitu seluruh wajib pajak

yang terdaftar di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar dengan menggunakan metode

accindental sampling. Teknik analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah Analisis

Regresi Linier Berganda. Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Sosialisasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

2) Biaya Kepatuhan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

3) Akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

4) Tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintah dan hukum berpengaruh positif

terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor

Bersama SAMSAT Denpasar.

5) Program SAMSAT corner tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

6)

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan simpulan yang telah disampaikan adalah sebagai

berikut:

Page 49: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

98

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

1) Kantor Bersama SAMSAT Denpasar diharapkan untuk kedepannya mampu memberikan

sosialisasi perpajakan mengenai perubahan peraturan, tarif dasar pengenaan pajak

kendaraan bermotor, tarif pajak progresif atau informasi lainnya yang berkaitan dengan

pembayaran pajak kendaraan bermotor.

2) Kantor Bersama SAMSAT Denpasar diharapkan kedepannya mampu memberikan

pelayanan publik yang baik, terbuka, dan transparan agar wajib pajak lebih patuh dalam

membayar pajak kendaraan bermotor.

3) Keterbatasan penelitian ini terletak pada sedikitnya jumlah sampel yang diteliti, besar

nilai kritis dalam perhitungan rumus Slovin dan teknik penentuan sampel yang digunakan.

Sehingga kedepannya diharapkan peneliti selanjutnya memperbesar jumlah sampel,

memperkecil batas ketelitian, serta menggunakan teknik penentuan sampel lain yang lebih

akurat dan mampu mewakili populasi yang ada.

4) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengamati faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor seperti

kesadaran wajib pajak, kondisi keuangan wajib pajak serta program-program yang

disediakan olah Kantor SAMSAT.

DAFTAR PUSTAKA

1. Agitasari, D. (2017). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi

Perpajakan dan Akuntabilitas Pelayanan Publik Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor (Studi Kasus di Polrestabes Semarang). Skripsi, Fakultas Ekonomi &

Bisnis.

2. Ananda, Pasca Riski Dwi, Kumadji, Srikandi, dan Husaini, Achmad. 2015. Pengaruh

Sosialisasi Perpajakan, Tarif Pajak, dan Pemahaman Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak (Studi pada UMKM yang terdaftar sebagai wajib pajak di KPP Batu). Jurnal

Mahasiswa Perpajakan, 6(2).

3. Anggraeni, D., Eki, A., & Khairani, S. (2017). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,

Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Akuntanbilitas Pelayanan Publik terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.

4. Aswati, W., Mas' ud, A., & Nudi, T. N. (2018). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,

Pengetahuan Pajak, Dan Akuntabilitas Pelayanan Publik Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Kantor UPTB SAMSAT Kabupaten Muna). Jurnal

Akuntansi Dan Keuangan, 3(1).

5. Cahyadi, I Made Wahyu, dan Jati, I Ketut (2016). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,

Sosialisasi Perpajakan, Akuntabilitas Pelayanan Publik dan Sanksi Perpajakan pada

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. E-Jurnal Akuntansi. ISSN: 2302-8556.

Vol.16.3. Sepetember (2016). Hal: 2342-2373.

6. Chasanah, Octariana Eka Nur. 2016. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak,

Sanksi Perpajakan dan Akuntabilitas Pelayanan Publik pada Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor dan Biaya Balik Nama Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama

SAMSAT Klaten. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Page 50: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

99

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

7. Dewi, A. R. (2017). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan Serta

Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) Dan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Skripsi, Fakultas

Ekonomi & Bisnis.

8. Dharma, G. P. E., & Suardana, K. A. (2014). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi

Perpajakan, Kualitas Pelayanan pada Kepatuhan Wajib Pajak. E-Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana, 6(1), 340-353.

9. Dinas Pendapatan Provinsi Bali “Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 1 Tahun 2011

Tentang Pajak Daerah”.

10. Fahluzy, S. F., & Agustina, L. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Membayar Pajak UMKM di Kabupaten Kendal. Accounting Analysis Journal, 3(3).

11. Fitriandi, Primandita., Aryanto, Yuda., dan Priyono, Agus Puji. 2011. Kompilasi Undang-

Undang Terlengkap. Jakarta: Salemba Empat.

12. Fuadi, Arabella Oentari, dan Mangoting, Yenni (2013). Pengaruh Kualitas Pelayanan

Petugas Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak UMKM. Tax & Accounting Review. Vol: 1 No. 1. Hal: 19-27.

13. Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:

Badan Penerbit Undip.Gilarso, T. 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Makro. Jakarta:

Rineka Cipta.

14. Hanggara, Panji Satrya. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar

Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur.

Skripsi. Jurusan Akuntanis, Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati. Denpasar, Bali.

15. Mahaputri, N. N. T., & Noviari, N. (2016). Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan,

Kesadaran Wajib Pajak Dan Akuntabilitas Pelayanan Publik Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak. E-Jurnal Akuntansi, 2321-2351.

16. Maheswari, Made Ade. 2018. Pengaruh Kesadran Wajib Pajak, Kewajiban Moral,

Sosialisasi Perpajakan, Sanksi Perpajakan, dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Kota Denpasar.

Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati. Denpasar. Bali.

17. Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi. Andi Offset: C.V Andi Offset.

18. Meliani, Ni Luh Yanti. 2017. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan, dan Biaya

Kepatuhan pada Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan

Bermotor pada Kantor Bersama SAMSAT Klungkung. Skripsi. Jurusan Akuntansi,

Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati. Denpasar, Bali.

19. Novitasari, R. (2015). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan Dan

Kualitas Pelayanan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Di Samsat Semarang III. Skripsi,

Fakultas Ekonomi & Bisnis.

20. Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor.

21. Pratami, Dianasari Ni Luh. 2017. Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kewajiban Moral, dan

Kualitas Pelayanan Terhadap KepatuhanWajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan

Bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar. Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas

Ekonomi Universitas Mahasaraswati. Denpasar, Bali.

Page 51: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

100

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

22. Purnamasari, A., Pratiwi, U., & Sukirman, S. (2018). Pengaruh Pemahaman, Sanksi

Perpajakan, Tingkat Kepercayaan Pada Pemerintah Dan Hukum, Serta Nasionalisme

Terhadap 22 Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB-P2 (Studi Pada Wajib Pajak

PBB-P2 di Kota Banjar). Jurnal Akuntansi Dan Auditing, 14(1), 22-39.

23. Setiyoningrum, A. T., Tinangon, J., & Wokas, H. R. (2014). Analisis Pengaruh Sosialisasi

Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Jurnal Riset Akuntansi

Going Concern, 9(4).

24. Siregar, D. L. (2018). Pengaruh Akuntabilitas Pelayanan Dan Sanksi Pajak Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Di Kota Batam.

Jurnal Akuntansi Barelang, 2(2), 10-26.

25. Solicha, E. K. (2015). Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Ditinjau Dari Penerapan Tiga

Layanan Unggulan Samsat Jawa Timur (Studi Pada Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

Kantor Bersama Samsat Malang Kota–UPT Dipenda Jatim Malang Kota). Jurnal

Mahasiswa Perpajakan, 5(2).

26. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

27. Susanti, N. A. (2018). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan,

Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Pajak, Dan Penerapan E-Samsat Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Pada Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Sleman).

28. Susilawati, K. E., & Budiartha, K. (2013). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan

Pajak, Sanksi Perpajakan dan Akuntabilitas Pelayanan Publik Pada Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor. E-Jurnal Akuntansi, 345-357.

29. Suyono, N. A. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan membayar pajak di

Kantor Pelayanan Pajak Wonosobo. Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

UNSIQ, 3(1).

30. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga

Atas Undang-Undang No 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan. Bandung: Fokusindo Mandiri.

31. Utama, I. W. M. (2012). Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan dan Biaya

Kepatuhan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. E-Jurnal Akuntansi, 452-470.

32. Wardani, D. K., & Ambarwati, H. (2017). Pengaruh Persepsi kebermanfaatan, persepsi

kemudahan dan persepsi kepuasan terhadap implementasi sistem e-filing. Akmenika: Jurnal

Akuntansi dan Manajemen, 14(2).

33. Wardani, E., Yuesti, A., & Sudiartana, I. M. (2018). Dampak Dimensi Keadilan Pajak

Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Konteks Tri Hita Karana Di Kpp

Pratama Badung Selatan. Sekolah Tinggi Ilmu (Stie) Ekonomi Triatma Mulya, 21(2), 99-

112.

34. Warsadi, I Putu Edi. (2015). Pengaruh Tingkat Pemahaman, Kesadaran Wajib Pajak, dan

Biaya Kepatuhan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan

Bermotor (PKB) Pada Kantor Bersama SAMSAT Denpasar. Skripsi. Jurusan Akuntansi,

Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati. Denpasar, Bali.

Page 52: PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN ...

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (JSAM)

(Vol. 1, No. 3: Maret, 2019) http://www.journals.segce.com/index.php/JSAM

ISSN: 2656-5366

Doi: https://doi.org/10.1234/jsam.v1i3.60

101

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

35. Widnyani, I. A. D., & Suardana, K. A. (2016). Pengaruh Sosialisasi, Sanksi Dan Persepsi

Akuntabilitas Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan

Bermotor. E-Jurnal Akuntansi, 2176-2203.

36. Wijayanti, D. W., & Sasongko, N. (2017). Pengaruh Pemahaman, Sanksi Perpajakan,

Tingkat Kepercayaan pada Pemerintah dan Hukum terhadap Kepatuhan dalam Membayar

Wajib Pajak (Studi Wajib Pajak pada Masyarakat di Kalurahan Pajang Kecamatan

Laweyan Surakarta).

37. Yuesti, A. 2018. Taxpayer Compliance Analysis of Tax Amnesty Application as Effort

Improvement of Increasing On Countryincomeand Development through Tax Sector.

International Journal of Business and Management Invention (IJBMI) ISSN (Online): 2319

– 8028, ISSN (Print): 2319 – 801X www.ijbmi.org || Volume 7 Issue 5 Ver. V || May. 2018

|| PP—29-36