PENGARUH SISTEM JENJANG KARIR DAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t33830.doc · Web view“Analisis...
Transcript of PENGARUH SISTEM JENJANG KARIR DAN …thesis.umy.ac.id/datapublik/t33830.doc · Web view“Analisis...
PENGARUH SISTEM KARIR DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA
PEGAWAI LPP TVRI STASIUN D.I. YOGYAKARTA
Sumedi
Program Magister Manajemen UMY
Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Gedung AR. Fakhruddin unit A,
Jalan Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55153
ABTRAK
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah; (1) untuk mengetahui sistem jenjang karir,
motivasi kerja, dan kinerja pegawai pada LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta, (2) untuk mengetahui
pengaruh sistem jenjang karir dan motivasi kerja secara simultan terhadap kinerja pegawai LPP
TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta, dan (3) untuk mengetahui pengaruh sistem jenjang karir dan
motivasi kerja secara parsial terhadap kinerja pegawai LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta.
Penelitian ini adalah penelitian ex post facto menggunakan cara analitik, yaitu dengan asosiatif
regresional. Populasi yang diteliti pada penelitian ini adalah seluruh pegawai LPP TVRI Stasiun D.I
Yogyakarta dengan jumlah sebanyak 267 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
quota sampling. Melalui metode tersebut dipilih sebanyak 158 pegawai yang bekerja pada LPP
TVRI Stasiun D.I Yogyakarta menjadi sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui
kuesioner. Teknik analisis data meliputi analisis deksriptif dan analisis regresi dengan uji F, uji t,
dan uji determinasi.
Kata Kunci: jenjang karir, motivasi kerja, kinerja
ABSTRACT
The purpose of this study is to; (1) to know the career ladder system, work motivation and
performance of employees in the Public Broadcasting Institutions at TVRI Station Yogyakarta, (2)
to know the influence of the career ladder and work motivation on the employee performance in the
Public Broadcasting Institutions at TVRI Station Yogyakarta simultaneously, and (3) to know the
influence of the career ladder and work motivation on the employee performance in the Public
Broadcasting Institutions at TVRI Station Yogyakarta partially.This type of research is ex post facto
using the analytical way associative regresional. The population examined in this study were all
1
employees who work on Public Broadcasting Institutions at TVRI Station Yogyakarta, with a total
of 276 people. Sampling was conducted using quota sampling. Through the method chosen as 158
employees who work on Broadcasting Institutions at TVRI Station Yogyakarta. Data was collected
through questionnaires. Data analysis techniques include descriptive analysis and regression
analysis with the F test, t test, and a test of determination.
Keyword : career path, work motivation, employee performance
LATAR BELAKANG MASALAH
Sumberdaya terpenting suatu
organisasi adalah sumber daya manusia, yaitu
orang-orang yang memberikan tenaga,
pikiran, bakat, kreatifitas serta usaha mereka
kepada organisasi. Sumber daya manusia
mempunyai fungsi yang dominan dalam
kehidupan organisasi karena berkembangnya
organisasi lebih banyak digerakkan oleh
sumber daya manusia., maka penanganan dan
pemahaman sumber daya manusia secara
serius perlu dilaksanakan. Kelangsungan
hidup suatu organisasi bisa tercapai secara
optimal bukan hanya terletak pada system
teknologi yang canggih atau sumber daya
manusia yang tinggi, tetapi tetapi juga sistem
manajemen yang baik.
Untuk mewujudkannya perlu
dibutuhkan pemimpin yang benar-benar
mampu melaksanakannya sebagai penggerak
organisasi dengan kriateria fisik , intelektual
dan sikap mental serta etos kerja baik.
Apabila ditelaah secara cermat, ternyata
indeks pengembangan mutu manusia
Indonesia , dari tahun ke tahun peringkatnya
cenderung menurun pada kurun waktu lima
tahun terakhir ini, dari peringkat 98 pada
tahun 1991 menjadi 107 pada akhir 1996
(UNDP, 1991 – 1996). Hasil penelitian ini
kemungkinan dapat dipakai untuk
meningkatkan etos kerja yang berarti
menaikkan peringkat indeks pengembangan
mutu manusia Indonesia khususnya kinerja
karyawan LPP TVRI Stasiun D.I.
Yogyakarta.
Tujuan penyiaran Televisi adalah
memperkokoh integrasi nasional, terbinanya
watak dan jati diri bangsa yang beriman dan
bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa,
memajukan kesejahteraan umum dalam
rangka membangun masyarakat yang mandiri,
demokratis, adil dan sejahtera, serta
menumbuhkan industri penyiaran indonesia.
(pasal 3 UU No.32/th.2002, tentang
penyiaran). Adapun tugas TVRI sebagai TV
publik adalah memberikan pelayanan
informasi, pendidikan, hiburan yang sehat,
kontrol dan perekatan sosial serta
melestarikan budaya bangsa untuk
kepentingan seluruh lapisan masyarakat
melalui penyelenggaraan penyiaran televisi
yang menjangkau seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. ( pasal 4
pp.No.13 th.2005 ).
2
Sebagai fungsi publik stasiun televisi
yang bervisikan budaya, pendidikan dan
kerakyatan, maka TVRI Yogyakarta berusaha
untuk ikut bersama dinamika kehidupan
masyarakat. Untuk itu selain melalui acara-
acara talk show yang memberi ruang luas bagi
pemirsa untuk ikut menyuarakan aspirasinya,
juga memberikan kesempatan pada
masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas di
TVRI Yogyakarta untuk kegiatan pendidikan,
seni budaya yaitu dengan memberikan
kesempatan pada masyarakat luas untuk
mengekspresikan seni dan budaya dalam
kemasan paket siaran yang disediakan, serta
kegiatan ekonomi yaitu meningkatkan
ekonomi masyarakat sekitar TVRI dengan
adanya oto bursa TVRI.
Untuk mewujudkan dan menunjang hal
tersebut motivasi kerja sangat berarti dan
dibutuhkan di dalam perusahaan, karena
motivasi merupakan akar pembangkit,
penguat yang akan timbul dari dalam diri
setiap pegawai sekaligus sebagai penggerak
yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang maksimal, dengan adanya motivasi
para pegawai akan berusaha bertindak lebih
baik, penuh tanggung jawab dan efisien
terhadap peraturan yang berlaku maupun
renca-rencana yang ditetapkan oleh
perusahaan.
Unsur kepemimpinan yang tegas
sangat diperlukan dalam pembentukan sikap
pegawai terutama yang berkaitan dengan etos
kerja dan produktifitas kerja, karena
seseorang yang melakukan pekerjaan tanpa
dilandasi rasa tanggung jawab,disiplin serta
motivasi yang tinggi maka seseorang tersebut
selaku sumber daya terpenting dalam
perusahaan, akan bertindak semaunya tanpa
ada keinginan bekerja lebih baik dan
menggunakan kemampuan yang dimiliki
secara maksimal, maka perlu diadakan
evaluasi penilaian prestasi kerja pegawai
sebagai indicator atau tolok ukur tingkat
disiplin, produktifitas, tanggung jawab serta
prestasikerja pegawai yang bersangkutan.
Penilaian prestasi kerja (performance
appraisal) adalah proses melalui mana
organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi
kerja, sehingga kegiatan ini dapat
memperbaiki keputusan personalia dan
memberikan umpan balik kepada pegawai
tentang pelaksanaan kerja mereka (Ham
Handoko, 1998).
Oleh karena pentingnya
kepemimpinan, disiplin dan motivasi kerja
menjadi tulang punggung pelaksanaan kerja
organisasi, maka penulis mengambil judul :
Pengaruh Sistim Karir dan Motivasi Pada
Kinerja Pegawai LPP TVRI Stasiun D.I.
Yogyakarta.
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Karir
Karier (career) adalah rangkaian posisi
yang berkaitan dengan kerja yang ditempati
seseorang sepanjang hidupnya. Orang-orang
mengejar karier untuk memenuhi kebutuhan
individual secara mendalam. Pada suatu saat,
banyak dari kebutuhan tersebut dapat
dipenuhi hanya dengan mengenal pada
pemberi kerja , sekarang perbedaan antara
individu dan organisasi memandang kariernya
berbeda secara signifikan.
Dari sudut pandang individu,
kegagalan untuk mencapai keberhasilan
psicologis atau rasa bangga dan prestasi
dalam karier-karier mereka mungkin
membuat mereka mengubah karier-karier,
mencari kerja diluar untuk keberhasilan hidup
atau benar-benar tidak bahagia. Perencanaan
karier yang effektif mempertimbangkan
perspektif yang berpusat pada organisasi dan
perspektif yang berpusat pada individu.
a. Perencanaan Karier yang Berpusat
pada Organisasi
Perencanaan karier yang berpusat pada
organisasi (Organization-centered career
planning) berfokus pada pekerjaan dan
pengidentifikasian jalur karier yang
memberikan kemajuan yang logis atas orang-
orang di antara pekerjaan dalam organisasi.
Individu-individu mengikuti jalan ini seiring
mereka bergerak maju dalam unit-unit
organisasional tertentu. Sebagai contoh,
seorang mungkin memasuki departemen
penjualan sebagai seorang tenaga penjualan,
kemudian dipromosikan menjadi kepala
penjualan, menjadi manajer penjualan, dan
akhirnya menjadi direktur penjualan.
Manajemen puncak bertanggung jawab
atas pengembangan program perencanaan
karier, untuk berkomunikasi dengan karyawan
tentang peluang dan untuk membantu
perencanaan, para pemberi kerja sering kali
menggunakan lokakarya karier. ”Pusat” atau
laporan berkala karier, dan konseling karier.
Manajer-manajer individual sering kali harus
memainkan peran pelatih dan konselor dalam
kontak langsung mereka dengan karyawan
individual dan dalam sistem manajemen
karier berpola SDM.
Perampingan organisasi telah mengubah
rencana-rencana karier untuk banyak orang,
semakin banyak individu yang harus
menghadapi transisi karier dengan kata lain,
mereka harus mencari pekerjaan lain.
b. Perencanaan Karier yang Berpusat
pada Individu
Perencanaan karier yang berpusat pada
individu (individual-centerred career
planning) lebih berfokus pada karier individu
dari pada kebutuhan organisasional.
Perencanaan ini dilakukan oleh karyawan
sendiri dengan menganalisisi tujuan dan
ketrampilan individual mereka. Usaha-usaha
seperti ini mungkin mempertimbangkan
situasi, baik di dalam maupun di luar
organisasi, yang dapat mengembangkan karier
seseorang.
4
c. Bagaimana Orang Memilih Karir
Empat karakteristik individual umum yang
mempengaruhi bagaimana seseorang
membuat pilihan karir mereka:
1) Minat: Orang-orang cenderung mengejar
karir yang mereka percaya sesuai dengan
minatnya. Tetapi sering kali ,minat orang
berubah, dan keputusan karier pada
akhirnya dibuat berdasarkan keterampilan
dan kemampuan khusus, serta jalan karier
mana yang realitas bagi mereka
2) Citra diri: Karier adalah perluasan dari
citra seseorang, begitu pula dengan
pembentukan karakternya, orang-orang
mengikuti karier dimana mereka dapat
melihat dirinya melakukan dan
menghindari karier yang tidak sesuai
dengan persepsi bakat, motivasi, dan nilai
mereka.
3) Kepribadian: Faktor ini meliputi orientasi
pribadi (sebagai contoh, apabila
karyawan tersebut realistis,giat, atau
artistik) dan kebutuhan pribadi termasuk
kebutuhan akan afiliasi, kekuasaan, dan
pencapaian seseorang karyawan .
individu yang memiliki jenis kepribadian
tertentu cenderung ke kelompok
pekerjaan yang berbeda.
4) Latar belakang sosial: Status sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan orang tua seseorang juga
merupakan faktor yang termasuk dalam
kategori ini. Anak seorang dokter atau
seorang tukang las tahu dari orang tua
mereka tentang seperti apa pekerjaan
tersebut dan mungkin mencari atau
menolak pekerjaan tersebut berdasarkan
cara pandang mereka terhadap pekerjaan
orangtuanya.
d. Transisi Karier dan SDM
Tiga transisi karier yang merupakan
perhatian khusus bagi SDM: awal masuk
kerja dan sosoalisasi organisasional,
pemindahan dan promosi, serta kehilangan
pekerjaan. Pemindahan dan promosi
memberikan peluang-peluang bagi para
karyawan untuk berkembang dan sering
menimbulkan kenaikan gaji. Akan tetapi,
tidak seperti rekrutan-rekrutan baru, karyawan
sering diharapkan untuk bekerja lebih baik
dan cepat yang mungkin tidak realistis.
Pemindahan internasional bahkan
menimbulkan lebih banyak kesulitan
dibanding pemindalan dalam negeri untuk
banyak karyawan
Kehilangan pekerjaan paling sering
berkaitan dengan perampingan, merger, dan
akuisisi. Kehilangan pekerjaan merupakan
peristiwa yang menimbulkan tekanan dalam
karier seseorang, sering kali menyebabkan
depresi, kegelisahan, dan perasaan gugup.
Implikasi-implikasi finansial dan pengaruh-
pengaruhnya pada keluarga biasa jadi sangat
ekstrem.
e. Persoalan Karier Khusus untuk
Organisasi dan Karyawan
Meskipun tujuan dan perspektif dalam
perencanaan karier mungkin berbeda untuk 5
organisasi dan karyawan, ada tiga persoalan
problematis untuk keduanya, mungkin karena
alasan-alasan yang berbeda. Masa stabil karier
ketika generasi baby boomer mencapai usia
tengah baya (45 – 60 tahun), dan ketika para
pemberi kerja yang besar mengurangi
angkatan kerja meraka, semakin banyak
karyawan karyawan yang menemukan diri
mereka berada dalam masa stabil karier ini
mungkin tampak seperti tanda kegagalan bagi
beberapa orang, dan karyawan-karyawan
yang mengalami masa stabil dapat
menimbulkan maslah-masalah bagi para
pemberi kerja apabila rasa frustasi mereka
mempengaruhi kinerjanya. (Robert L. Mathis
dan John H. Jackson, Human Resource
Management, edisi 10, 340-348).
B. Manajemen Perubahan
1. Manajemen di tengah perubahan
Berbagai studi di bidang perubahan
organisasi menemukan bahwa penyebab
utama kegagalan perubahan organisasional
resistance to change. ( Wellins & Rick, 1995,
Kirkman & Shapiro, 1997, Moran dan
Brighman, 2000. Day dan Jung, 2000)
mendefinisikan resistance to change adalah
setiap usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan status quo.
Di era lingkungan yang berubah, konsep
resistansi terhadap perubahan haruslah
dirubah. Sebuah organisasi tidak mungkin
langgeng jika tidak berubah mengikuti
lingkungan eksternal yang mengalami
perubahan. Terdapat beberapa jenis respon
yang diberikan oleh individu dalam
menghadapi perubahan, yaitu menentang,
menolak, bekerjasama, menerima dan
mendukung. Resistansi terhadap perubahan
merupakan suatu hal yang sering terjadi dan
bersifat alamiah.
Menurut Reksodiprodjo dan Handoko
(1997), terhadap adanya perubahan dapat
disebabkan oleh berbagai hal antara lain:
1) Perubahan tersebut bukanlah
kepentingan mereka sendiri.
2) Adanya kesenjangan informasi tentang
perubahan tersebut dan mereka men
khawatirkan perubahan tersebut.
3) Kesenjangan dalam kemampuan dan
keahlian yang harus dimiliki dalam
perubahan tersebut.
4) Organisasi sendiri yang membangun
penolakan tersebut dengan alasan
organisasi tersebut telah memiliki
aturan, standar prosedur operasi,
metode kerja, bagan organisasi dan
diskripsi kerja. Hal-hal ini merupakan
contoh infrastruktur organisasi yang
dapat menolak perubahan untuk
mempertahankkan status quo.
Menurut Rekskodiprodjo dan Handoko
(1987), penolakan perubahan dapat
disebabkan oleh berbagai macam alasan,
antara lain:
a. Vested interest. Perubahan akan
ditolak apabila perubahan tersebut
mengancam status quo mereka.
6
Tujuan pribadi yang selalu
menimbulkan penolakan yaitu:
kekuasan, uang , prestis. Kenyamanan,
keamanan dan kecakapan.
b. Salah pengertian. Orang cenderung
menolak perubahan jika tidak
memahami maksud, mekanisme dan
konsekuensi-konsekuensi perubahan
yang direncanakan.
a. Penilaian yang berbeda. Penolakan
terhadap perubahan sering terjadi bila
partisipan organisasi berbeda dalam
hal evaluasi atas biaya-biaya dan
keuntungan-keuntungan yang relevan
yang dihasilkan dalam usulan
perubahan. Ketidakcukupan informasi
ini biasanya disebabkan oleh
kenyataan bahwa para pengambil
inisiatif perubahan sering menganggap
semua pihak mempunyai informasi
yang relevan.
Perwujudan kenyataan bahwa orang-
orang mempunyai kemampuan yang
bervariasi untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan. Orang yang takut akan perubahan
adalah orang yang dengan tipe toleransi
rendah. Mereka akan menentang suatu
rencana dan gagasan baru untuk berubah.
2. Mengatasi penolakan terhadap
perubahan
Penolakan terhadap perubahan dapat
berasal dari berbagai sumber dan diwujudkan
dalam berbagai bentuk. Mengacu pada sifat
dari penolakan serta kebutuhan organisasi,
beberapa strategi dapat diterapkan untuk
mengatasi adanya sikap penolakan terhadap
perubahan tersebut. Menurut Kotter &
Schesinger, terdapat enam metoda untuk
mempengaruhi reaksi para anggota organisasi
terhadap perubahan (Smither, et. al., 1996,
dalam Fathoni, 2000) pilihan pendekatan
tertentu akan tergantung pada faktor-faktor
yang terdapat dalam setiap situasi individual.
a. Pendidikan dan komunikasi. Merupakan
pendekatan paling dasar berupa
penyebaran pengetahuan yang telah
diperoleh pengambil inisiatif perubahan
melalui berbagai sarana pendidikan
kepada para anggota organisasinya.
b. Partisipasi dan keterlibatan. Proses
partisipasi akan memberikan kesempatan
terlibat kepada para anggota dalam
diskusi dan perencanaan usulan
perubahan sejak awal. Kegiatan tersebut
ditandai dengan komunikasi terbuka dan
pertukaran pandangan diantara semua
pihak yang terlibat.
c. Kemudahan dan dukungan. Pendekatan
ini terutama tepat bila penolakan
berkembang sebagai hasil ketakutan dan
kekhawatiran. Penolakan dapat dicegah
dengan jalan membantu individu-individu
yang terkena perubahan untuk
mengembangkan pemahaman diri tentang
kebutuhan perubahan, dan mengetahui
bagaimana perasaan mereka, serta apa
yang dapat dilakukan untuk
membantunya.
7
d. Negosiasi dan persetujuan. Negosiasi
mencakup pertukaran berbagai sumber
daya, sanksi, akomodasi dan balas jasa
secara berurutan, yang berarti adanya
proses timbal balik antara manajemen
dengan kebutuhan anggota organisasi
yang terkena perubahan.
e. Manipulasi dan kerja sama. Manipulasi
berarti menjauhkan penolakan potensial
terhadap perubahan. Manajer dapat
memanipulasi para karyawan melalui
pemberitaan informasi secara selektif
untuk mengelabuhi anggota organisasi
bahwa usulan perubahan harus dilakukan.
Kerja sama dengan orang kunci dalam
suatu kelompok penolak dengan
memasukkannya dalam struktur
pengambilan keputusan organisasi telah
menjadi metoda yang populer untuk
mengatasi oposisi.
f. Paksaan eksplisit dan implisit.
Pendekatan dilakukan melalui kekuatan
atau berbagai ancaman untuk menerima
perubahan. Taktik yang dapat diterapkan
meliputi ancaman pemecatan, penundaan
promosi, transfer dan sebagainya.
Pendekatan ini mengandung resiko
dimana usaha-usaha perubahan
selanjutnya sulit mendapat dukungan.
3. Kondisi untuk perubahan dari PT ke
TV Publik
Agar proses perubahan bisa terlaksana
dengan baik, Judson menyebutkan adanya tiga
macam syarat yang diperlukan. Ketiga syarat
perubahan tersebut adalah kesadaran
(awareness), kapabilitas (capability), dan
keikutsertaan (inclusion) (Sulaksono,
2004:116).
a. Kesadaran, aspek ini dimaksudkan
untuk menguraikan informasi seputar
”saya paham”, ”saya tahu”. Adapun
wacana yang menggambarkan aspek
kesadaran dari anggota organisasi adalah:
1) Seberap
a jauh setiap orang terlibat dalam
organisasi bisa memahami
kebutuhan pelanggan, tujuan,
strategi, jadwal, sumberdaya yang
diperlukan, perilaku, sistim, teknik
baru, dan sebagainya.
2) Apabila
secara sistimatis telah diterapkan
proses pemantauan implementasi
dan upaya koreksi perubahan yang
sedang berlangsung
b. Kapabilitas, aspek ini dimaksudkan untuk
menguraikan informasi seputar ”saya
dapat”, ”saya mampu selesaikan”.
Adapun wacana yang menggambarkan
aspek kapabilitas dari anggota organisasi
adalah: Apakah kebutuhan sumber daya,
termasuk sumber daya keuangan,
ketrampilan, dan waktu telah
diidentifikasi dan betul-betul
dipersiapkan?
c. Keikutsertaan; aspek ini dimaksudkan
untuk menguraikan informasi
8
seputar :saya pilih”, ”saya hargai”, dan
”saya akan”.
4. Faktor Motivasi
Ada beberapa pengertian serta
pemaknaan terhadap istilah motivasi, berikut
ini adalah pandangan beberapa pakar tentang
motivasi :
5) Motivasi adalah keadaan dalam
pribadi seseorang yang mendorong
individu untuk melakukan sesuatu
guna mencapai tujuan (Sukanto
Reksohadiprojo dan T. Hani
Handoko, 1987)
Menurut John P. Campbell, dkk, motivasi
berhubungan arah perilaku, kekuatan respons
(usaha) dan ketahanan perilaku.
6) Menurut Mr. Jones, motivasi adalah
hal-hal yang berhubungan erat
dengan bagaimana perilaku itu
dimulai, dikuatkan, disokong,
diarahkan, dihentikan, dan reaksi
subyektif macam apakah yang timbul
dalam organisme ketika semua ini
berlangsung. Dengan demikian,
berdasarkan pandangan-pandangan
yang telah dikemukakan, maka
penjelasan tentang motivasi dapat
disarikan sebagai berikut:
Motivasi berkaitan erat dengan perilaku
dan prestasi kerja. Motivasi diarahkan untuk
mencapai tujuan. Perbedaan fisiologis ,
psikologis, dan lingkungan merupakan faktor
penting untuk diperhatikan (Boy Suzanto,
2005)
5. Penilaian Motivasi
Teori motivasi dapat dikelompokkan
dalam beberapa garis besar, yaitu sebagai
berikut:
a. Teori Isi (content Theory)
Pada dasarnya teori ini menekankan pada
pentingnya pengetahuan terhadap faktor-
faktor dalam diri orang yang menyebabkan
mereka berperilaku. Teori ini mencoba
menjawab pertanyaan:
1. Kebutuhan apa yang diperlukan oleh
karyawan untuk mencapai kepuasan.
2. Dorongan apa saja yang menyebabkan
karyawan itu berperilaku.
Menurut Heidjachman, sebagaimana
yang dikutip oleh Suad Husnan (1997)
dikemukakan bahwa teori ini menekankan arti
pentingnya pemahaman fakktor-faktor yang
ada didalam individu yang menyebabkan
mereka bertingkah laku tertentu. Teori ini
mencoba menjawab pertanyaan- pertanyaan
seperti:
1. Kebutuhan apa yang dicoba
dipusatkan oleh seseorang.
2. Apa yang menyebabkan mereka
melakukan sesuatu.
Dalam pandangan ini, setiap individu
mempunyai kebutuhan yang ada di dalam
(inner Needs) yang menyebabkan mereka
didorong, ditekan atau dimotivasi untuk
9
memenuhinnya. Kebutuhan tertentu yang
mereka rasakan akan akan menentukan
tindakan yang mereka lakukan, yaitu pada
individu akan bertindak untuk memaksakan
kebutuhan mereka
Karyawan sebagai asset lebih tepat,
karena bernilai dan berharga seperti halnya
asset yang lain. Penerapan perspektif investasi
pada sumber daya manusia sebagai asset
adalah penting, menimbang bahwa asset fisik
seperti misalnya fasilitas, produk dan jasa
teknologi dan pasar dapat segera dikloning
atau ditiru oleh para pesaing. (Porter 1985:1).
Asset insani tidak dapat ditiru dan oleh
karenanya menjadi unggulan kompetitif yang
dapat dinikmati oleh organisasi dan oleh
pasar. Mengelola karyawan organisasi sebagai
investasi, mendorong penggembangan yang
tepat dan pendekatan terpadu untuk
mengelola sumber daya manusia yang
konsiten dengan strategi organisasi.
Memandang sumber daya manusia dari
suatu perspektif investasi seperti halnya asset
fisik akan dilakukan, beaya yang berkaitan
dengan sumber daya manusia tersebut tidak
dilihat sebagai suatu biaya variable produksi,
hal tersebut memungkinkan bagi suatu
organisasi untuk menentukan investasi
sumber daya manusianya. Selanjutnya dengan
mempertimbangkan resiko, serta hasil dari
kemungkinan pengeluaran biaya keterkaitan
pengembangan sumber daya manusia,
mendorong organisasi untuk
mempertimbangkan bagaimana pengeluaran
pengeluaran saat ini dapat dialokasikan secara
tepat untuk dapat memenuhi sasaran sasaran
jangka panjang.
Maslow (1954) telah mengajukan teori
piramida kebutuhan manusia yang ditentukan
oleh faktor kebutuhan:
7) Kebutuhan Fisiologis
(Physicologicacl Needs), yang terdiri dari
kebutuhan sandang, pangan, papan.
8) Kebutuhan keselamatan
dan keamanan (Safety Needs), yakni
kebutuhan akan kebebasan dari ancaman.
9) Kebutuhan rasa memiliki
dan sosial (Social Needs), kebutuhan
akan teman, afiliasi, dan cinta.
10) Kebutuhan akan
penghargaan dan status (Esteem Needs),
yakni kebutuhan akan penghargaan diri
dan lingkungan.
11) Kebutuhan aktualisasi diri
atau realisasi diri (Self Actualization),
yakni kebutuhan akan memenuhi
kebutuhan diri sendiri, dengan
penggunaan kemampuan maksimum,
ketrampilan, dan potensi.
Dengan melihat piramida yang ada,
kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat diambil
oleh suatu instansi dalam rangka
meningkatkan motivasi pegawainya. Langkah
yang diambil ini harus mencerminkan
pemenuhan kebutuhan dan keinginan
pegawai.
b. Teori Poses (Process Theory)10
Menurut Hasibuan (1996) teori motivasi
proses ini pada dasarnya berusaha untuk
menjawab ”Bagaimana menguatkan,
mengarahkan, memelihara dan menghentikan
perilaku individu” agar setiap
individu/karyawan bekerja lebih giat atau
rajin sesuai dengan keinginan pimpinan .
Pandangan lain yang tidak kalah menarik
dikemukakan oleh Maslow. Menurut Maslow
(1943), bahwa perilaku individu didorong
mencapai kebutuhan untuk memenuhi diri
sendiri dengan memaksimalkan penggunaan
sepenuhnya kemampuan, keahlian dan potensi
diri. Motivasi karyawan tidak terlepas usaha
pemenuhan kebutuhan, mulai dari tingkat
kebutuhan yang paling rendah sampai yang
paling tinggi.
Sikap individu terhadap organisasi antara
lain ditentukan oleh tingkat aspirasi karyawan
terhadap organisasi. Aspirasi itu perlu
dijawab oleh organisasi, apakah seorang
karyawan merasa perbagai kebutuhannya
dipenuhi oleh organisasi atau justru malah
sebaliknya. Disamping itu, disain pekerjaan
merupakan fungsi penetapan kegiatan kerja
individu atau kelompok secara organisasional
dengan maksud untuk mengatur penugasan
kerja untuk memenuhi kebutuhan organisasi,
teknologi dan keprilakuan (Handoko
1992:31). Dengan demikian, disain pekerjaan
memperhatikan pekerjaan, modifikasi
pekerjaaan dan memperkaya pekerjaan.
Disain pekerjaan juga mefasilitasi pencapaian
tujuan organisasi. Setiap orang cenderung
mengembangkan pola motivasi tertentu yang
merupakan sikap dalam mempengaruhi cara
orang-orang memandang pekerjaan. Motivasi
merupakan faktor yang penting dalam
peningkatan kinerja karena motivasi dapat
mempengaruhi individu. Kepuasan kerja
merupakan pemicu utama dalam peningkatan
kerja yang penting bagi peningkatan
produktifitas kerja. (Handoko 1991).
Produktifitas adalah ukuran kuantitas
dan kualitas tampilan kerja yang dihasilkan
dibanding dengan sumber daya yang
digunakan untuk menghasilkan tampilan kerja
yang dimaksud (Schermerhorn, 1993).
Hendrojuwono (1996) berpendapat
bahwa manusia produktif adalah individu
yang mampu menghasilkan kuantitas dan
kualitas tampilan kerja yang optimal dengan
menggunakan sumber daya yang efisien. Oleh
karena itu perusahaan perlu mengambil
kebijaksanaan yang ditujukan untuk
meningkatkan motivasi kerja karyawan dalam
rangka meningkatkan kinerja organisasi.
6. Kinerja
Menurut Gibson et. al (1997) job
performance adalah hasil dari pekerjaan yang
terkait dengan tujuan organisasi, seperti
kualitas, efisiensi, dan kriteria keefektifan
lainnya. Adapun pengertian kinerja karyawan
menurut Henry (1995) adalah tingkat hasil
kerja karyawan dalam mencapai persyaratan-
persyaratan pekerja yang diberikan.
11
Dalam realisasinya, kinerja
(performance) dipengaruhi 3 faktor, yaitu
(Scerneharn, el. al, dalam Sujoto 1998):
Faktor individu, yang terdiri dari :
kemampuan dan keahlian
1) Kemampuan, keahlian, mental
dan phisik
2) Latar belakang, meliputi:
keluarga, kelas sosial dan
pengalaman
3) Demografi, meliputi usia, ras
dan jenis kelamin
4) Faktor Psychologis yang terdiri
dari :
5) Persepsi
Attitude
Personality
Pembelajaran
Motivasi
6) Faktor Organisasi yang terdiri:
Sumber daya
Kepemimpinan
Penghargaan
Struktur
Job disign
Faktor sistim karir organisasi dan
motivasi mempunyai pengaruh terhadap
upaya peningkatan kinerja. Salah satu faktor
penting dalam upaya peningkatan kinerja
karyawan adalah sampai sejauh mana
pimpinan organisasi memberikan motivasi
kepada karyawannya. Karena dalam faktor
motivasi tersebut terdapat beberapa indikator
kebutuhan karyawan yang harus dipenuhi.
Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
setiap karyawan, maka secara langsung akan
mempengaruhi peningkatan kinerjanya,
semakin tinggi pemenuhan kebutuhan
tersebut, maka akan semakin baik/tinggi pula
kinerjanya.
Kinerja Karyawan tidak terlepas
dari pengaruh budaya organisasi, yang selama
ini kurang mendapatkan perhatian dari semua
pihak yang terkait. Untuk menacapai
peningkatan beberapa karyawan, mau tidak
mau harus ada perubahan budaya organisasi.
Sepanjang belum ada perubahan dalam
budaya organisasi, maka peningkatan kinerja
karyawan sulit dicapai.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi empiris,
yaitu penelitian Pengaruh Sistim Karier dan
Motivasi terhadap Kinerja Karyawan pada
LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta.
B. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menitikberatkan kepada
studi lapangan, maka peneliti menggunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Kuesioner.
12
Kuesioner adalah merupakan suatu
teknik pengumpulan data dengan memberikan
atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada
responden dengan harapan memberikan
respon atas daftar pertanyaan tersebut. Daftar
pertanyaan dapat bersifat “terbuka”, yaitu jika
jawaban tidak ditentukan sebelumnya oleh
peneliti dan dapat bersifat “tertutup”, yaitu
alternatif jawaban sudah ditentukan
sebelumnya oleh peneliti. Sedangkan
instrumen daftar pertanyaan dapat berupa
pertanyaan, checklist dan skala.
Pengumpulan data dengan
mekanisme angket ini diisi langsung oleh
responden. Dalam kuesioner tercakup
pertanyan karakteristik responden , yang
dimaksud karakteristik responden adalah
nama, jenis kelamin, usia, bidang tugas, masa
kerja , pendidikan terakhir, status
kepegawaian, pangkat, jabatan dan masa
kerja.
Metode Analisis Data
Agar penelitian ini diperoleh hasil yang valid,
reliable dan obyektif, maka metode analisa
data yang digunakan dalam penelitian ini
digolongkan dalam metode analisis
kuantitatif.
Analisis kuantitatif yaitu analisis yang
digunakan untuk menarik suatu kesimpulan
data yang diperoleh dengan menggunakan
analisis statistik.
C. Populasi dan Sampel Penelitian.
1. Populasi Penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah
karyawan LPP TVRI Stasiun D.I.
Yogyakarta yang menjabat jabatan
struktural maupun fungsional
berjumlah sekitar 33 orang.
2. Sampel Penelitian
Metode pengambilan sampel yang
digunakan kepada para pegawai adalah
metode acak sederhana (sampel random
sampling) yaitu cara pengambilan
elemen-elemen dari populasi
sedemikian sehingga setiap elemen
mendapat kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi anggota sampel.
Dalam penelitian ini diambil sampel
sebanyak 33 pegawai di LPP TVRI
Stasiun D.I. Yogyakarta. Pengambilan
sampel sebanyak ini berdasarkan dari
posisi yang dikehendaki dari
penelitaian. Sutrisno Hadi menyatakan
bahwa tidak ada ukuran yang baku
dalam menentukan jumlah sampel.
Dikatakan bahwa semakin besar jumlah
yang diambil maka semakin kecil pula
kesalahan terhadap nilai populasi yang
diperoleh, sehingga sampel yang besar
cenderung memberi praduga yang lebih
mendekati nilai sesungguhnya.
3. Metode Analisis Kuantitatif
Metode analisis Kuantitatif yaitu
analisis yang digunakan untuk menarik
suatu kesimpulan data yang diperoleh
dengan menggunakan analisis statistik
13
D. Definisi dan Pengukuran Variabel
1. Variabel Sistim Karier (X1)
Variabel sistim karier sebagai aturan
yang dituangkan dalam peraturan
organisasi dalam menentukan
kebutuhan susunan kepegawaian
organisasi di masa datang untuk
merencanakan jenjang karier, serta
pelatihan dalam mengembangkan suatu
organisasi.
Pengukuran Sistim Karier dengan
menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Hunton, et al.
(1996, dalam Trianingsih, 2003) dengan
10 item pertanyaan, yang diperoleh dari
penilaian karyawan melalui 5 poin skala
Likert.
2. Variabel Motivasi (X2)
Variabel Motivasi dipandang sebagai
kekuatan yang mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan tertentu atau
berperilaku tertentu. Pengukuran
motivasi dengan menggunakan
instrumen yang dikembangkan oleh
Hunton, et al. (1996, dalam Trianingsih,
2003) dengan 10 item pertanyaan, yang
diperoleh dari penilaian karyawan
melalui 5 poin skala Likert.
3. Variabel Kinerja (Y)
Variabel kinerja didefinisikan sebagai tingkat
perhatian pada tinggi rendahnya kualitas
maupun kuantitas hasil dari tugas yang
dikerjakannya. Kuesioner kinerja yang
digunakan mengadopsi dari kuesioner yang
dikembangkan oleh Miner (1999) yang telah
disesuaikan oleh Sainul (2000).
Kuesioner ini meliputi empat dimensi yang
terdiri dari: Quality of work, quantity of work,
time of work dan cooperation the other’s work
yang kemudian dikembangkan kedalaman
kuesioner dengan jumlah keseluruhan 13 item
kuesioner. Instrumen Kinerja ini diperoleh
dari penilaian karyawan melalui 5 point skala
Likert.
E. Analisis Relibilitas dan Validitas
1. Pengujian Reliabilitas
Reabilitas sebuah pengukuran
mengindikasikan stabilitas dan konsistensi
sebuah instrumen dalam mengukur konsep
tertentu dan membantu menilai goodness
dari sebuah instrumen pengukuran
(Tjahjono, 2009). Reabilitas
mencerminkan konsistensi dan stabilitas.
Konsisterisi mengindikasikan seberapa
bagus item-item dalam mengukur sebuah
konsep. Cronbach’s Alpha merupakan
koefisien reabilitas yang mengindikasikan
seberapa bagus item-item terkorelasi
secara positif antara yang satu dengan yang
lain. Apabila Cronbach’s Alpha semakin
mendekati angka 1, maka semakin tinggi
pula reliabilitas konsistensi internal
(Tjahjono, 2009). Pengujian diukur dengan
item to total correlation dan Cronbach
Alpha lebih besar dari 0.5 dengan bantuan
SPSS 13.
2. Pengujian Validitas14
Validitas menguji seberapa baik
instrumen yang dikembangkan, dalam
mengukur konsep tertentu (Tjahjono,
2009). Pengujian validitas dilakukan untuk
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
mengukur apa yang diukur atau dengan
kata lain apakah alat ukur tersebut telah
tepat untuk mengukur obyek yang diteliti.
Uji validitas dilakukan dengan
menggunakan korelasi product moment
dengan taraf signifikansi kurang dari 5%.
Pengujian dilakukan dengan bantuan SPSS
13 Instrumen penelitian dikatakan valid
apabila berada pada taraf signifikansi 5%
atau 1%.
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif, yaitu alat analisis dengan
menggunakan logika untuk menarik
kesimpulan yang logis mengenai data-data
hasil penelitian yang akan dianalisis.
Analisis kuantitatif
Yaitu menganalisis data yang
berbentuk angka atau data kuantitatif yang
diangkakan. Data kuantitas yang
diangkakan (skoring) misalnya terdapat
dalam skala pengukuran. Data kuantitatif
yang berwujud angka-angka sebenarnya
merupakan bahan dasar setiap
penyelidikan yang bersifat statistik.
Uji hipotesis menggunakan analisis
regresi berganda. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan analisis regresi berganda
untuk mengetahui pengaruh variabel-
variabel penilaian keadilan sebagai
variable independen yang terdiri dari
keadilan, dan keadilan prosedural terhadap
kepuasan kerja dan komitmen
keorganisasian sebagai variable dependen.
Uji hipotesis menggunakan analisis
regresi berganda :
Model pertama : Y1 =
β1X1+β2X2
Y1 : kinerja
X1 : sistim karir
X2 : motivasi
Hipotesis yang diajukan sebagai
berikut :
H01 : β1 = 0 artinya sistim karir dan
motivasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja.
Ha1 : β1 0 artinya sistim karir dan
motivasi berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja.
Uji hipotesis diterima atau terdapat
pengaruh secara signifikan antara variabel
apabila nilai probabilitas lebih kecil dari
taraf signifikansi yang ditetapkan 5%
(P<0,05). Jika hasil pengujian
menunjukkan :
nilai signifikan < 5% (p < 0,05)
maka H0 ditolak
nilai signifikan > 5% (p > 0,05)
maka H0 diterima
Model kedua : Y2 = β1X1+β2X2
Y2 : kinerja
X1 : sistim karir
15
X2 : motivasi
Hipotesis yang diajukan
sebagai berikut :
H02 : β1 = 0 artinya sistim karir
dan motivasi tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap
kinerja
Ha2 : β1 0 artinya sistim karir
dan motivasi berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja.
Uji hipotesis diterima atau terdapat
pengaruh secara signifikan antara variabel
apabila nilai probabilitas lebih kecil dari
taraf signifikansi yang ditetapkan 5%
(p<0,05). Jika hasil pengujian
menunjukkan :
nilai signifikan < 5% (p < 0,05)
maka H0 ditolak
nilai signifikan > 5% (p > 0,05)
maka H0 diterima
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum LPP TVRI Stasiun
D.I Yogyakarta
Dalam rangka menyambut
penyelenggaraan ASIAN GAMES IV tahun
1961, maka pemerintah memutuskan untuk
membangun stasiun televisi di Jakarta. Oleh
karenanya dibentuklah panitia persiapan
pembangunan stasiun televisi yang terdiri dari
sembilan orang dimana R.M. Soenarto
bertindak sebagai ketua. Pada tanggal 23
Oktober 1961 diambillah keputusan akhir
mengenai pendirian stasiun televisi sekaligus
digunakannya peralatan dari Nippon
Electronica Corporation ( NEC ) Jepang.
Siaran perdana sebagai siaran percobaan
disiarkan pada tanggal 17 Agustus 1962
berupa siaran khusus liputan tentang upacara
peringatan detik-detik Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia. Disusul
kemudian dengan penayangan pembukaan
ASIAN GAMES IV pada tanggal 24 Agustus
1962 yang kemudian dilanjutkan siaran-siaran
secara teratur dengan nama Biro Radio dan
Television Organizing Committee ASIAN
GAMES IV, sekaligus merupakan hari jadi
berdirinya Televisi Republik Indonesia
( TVRI ). Melalui Kepres RI No. 215 tahun
1963 maka dibentuklah yayasan tersendiri
dengan nama Yayasan Televisi Republik
Indonesia. Penyesuaian pada tahun 1968
dilantik Direktorat Jendral Radio, Televisi
dan Film Departemen Penerangan RI.
Semula TVRI berada di bawah Yayasan
sejak tahun 1962, kemudian tahun 1965
dibawah Direktorat Televisi Departemen
Penerangan. Selanjutnya tahun 1970 di bawah
Direktorat Jendral Radio, Televisi, dan setelah
dibubarkannya DEPPEN pada tanggal 16
Oktober 1999, maka pada tanggal 7 Juni 2000
melalui Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun
2000 yang ditandatangani oleh Presiden
Abdurrahman Wahid, TVRI telah resmi
menjadi Perusahaan Jawatan ( Perjan ). Pada
pemerintahaan Megawati melalui PP No. 9
16
Tahun 2002, tertanggal 17 April 2002 TVRI
diubah menjadi Perseroan Terbatas ( PT ).
Dengan beralihnya TVRI menjadi PT berarti
struktur organisasinya secara otomatis
mengalami perubahan dengan menyesuaikan
prinsip-prinsip operasional sebuah perusahan.
Selanjutnya Pemerintah mengeluarkan
Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun
2002 yang menempatkan TVRI sebagai
Lembaga Penyiaran Publik, melalui PP no.
13 tahun 2005, tertanggal 18 Maret 2005,
TVRI diubah menjadi Lembaga Penyiaran
Publik dan sejak tanggal 24 Agustus 2006
telah ditetapkan Jajaran Direksi LPP TVRI
oleh Dewan Pengawas LPP TVRI.
Sehubungan dengan perubahaan status
tersebut, kini TVRI semakin ditantang untuk
mulai mandiri khususnya dalam memproduksi
acara, mengingat sudah ditiadakannya
anggaran negara untuk penyelenggaraan
produksi siaran televisi.
B. Uji Keabsahan Dan Kehandalan
Instrumen
Penelitaan ini dilakukan terhadap pegawai
tetap dilingkungan LPP TVRI stasiun D.I.
Yogyakarta. Kategori subyek penelitian yang
terlibat dalam penelitian tentang pengaruh
sistim karir dan motivasi terhadap kinerja .
Jumlah seluruh pegawai tetap adalah 250
orang.
Responden selaku subyek penelitian
mencapai 88,9% yakni berjumloah 110 dari
120 orang pegawai yang menjadi responden.
Dari jumlah tersebut diatas ternyata yang
tidak terisi seacara lengkap ada 9 set
kuisionenr, sehingga kuesioner dapat
memberikan informasi secara lengkap adalah
berjumlah 98 responden dan dianggap sah
untuk kemudian dianalisis peneliti. Adapun
secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Penyebaran kuesioner
KETERANGAN JUMLAH
Kuesioner yang disebar
Kuesioner yang kembali
Response rate
Kuesioner yang tidak kembali
Kuesioner yang tidak lengkap
Total kuesioner yang layak
125
110
88%
9
12
100
Sumber: Data Primer
Diskripsi Responden
Berdasarkan pada informasi
demografis subyek penelitian, ditinjau dari
jenis kelamin sebagian besar responden
adalah pria yakni sebanyak 54 responden
( 59,4% ) dan sisanya awanita sebanyak (30 ,6
%).
Demografis responden berdasarkan
pada tingkat usia, menunjukkan bahwa
responden yang memiliki usia diantara 25
sampai 47 tahun sebanyak 70 responden
(50%) dan sisanya memiliki usia antara 47
sampai 55 tahun sebanyak 50 responden
(50%).
17
Selanjutnya informasi demografis
responden dengan berdasarkan pada masa
kerja menjalani masa kerja 15 sampai dengan
23 tahun sebanyak 60 responden (65%)
sedangkan sisanya 40 responden (35%) lebih
dari 23 tahun.
Dari data primer jumlah data
demografis responden secara rinci dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Informasi Demografis Responden
BERDASARKAN TINGKAT USIA
Pendidikan Frekuensi Persentase
25-40 tahun
41-45 tahun
81
21
80
20
Jumlah 102 100%
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Laki-laki 70 70
Perempuan 30 30
JUMLAH 100 100
BERDASARKAN PENDIDIKAN
D3 s/d S2 20 20
Setingkat SMU 80 80
JUMLAH 100 100
BERDASARKAN MASA KERJA
15-40 tahun
40-50 tahun
74
36
74
30
JUMLAH 100 100
Sumber: data primer
Analisis Diskriptif Variabel
Hasil pengolahan data yang telah
dilakukan terhadap 70 responden dapat
diuraikan deskripsi dari masing-masing
vaiabel yang diteliti, dimana 10 butir
kuesioner dari variabel sitim karir (X1)
menunjukkan bahwa variabel dimaksud
memiliki rata-rata 60% dan standar deviasi
6,5 dengan kisaran aktual berada diantara
nilai minimal 57 dan maksimal 82. nilai
kisaran aktual berada dalam kisaran
teoritisnya yaitu batas minimal 18 dan batas
maksimal80, yang berarti semua pertanyaan
terjawab sesuai dengan skala yang ada.
Sehingga dari data tersebut menunjukkan nilai
rata-rata yang dihasilkan cenderung
mendekati skor maksimal, sehingga dapat
dijelaskan bahwa responden memiliki
persepsi yang positif terhadap sistim karir.
Variabel motivasi (X2) yang terdiri
dari 10 butir kuesioner menunjukkan bahwa
variabel dimaksud memiliki nilai rata-rata 35
% dan standar deviasi 3,9 dengan kisaran
aktual berada diantara nila minimal26 dan
maksimal50. nilai kisaran aktual berada dlam
kisaran teoritisnya yaitu batas minimal 10 dan
batas maksimal 50. sehingga dari data
tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata
yang dihasilkan lebih cenderung mendekati
skor maksimalnya, sehingga dapat dijelaskan
bahwa responden memiliki persepsi yang
positif terhadap motivasi.
Variabel kinerja (Y) yang terdiri dari
13 butir kuesioner menunjukkan bahwa
18
variabel dimaksud memiliki nilai rata-rata 22
dan standar deviasi 9.1 dengan kisaran
aktual berada diantara nilai minimal 23 dan
84. nilai kisaran berada di dalam disaran
teoritisnya yaitu batas minimal 22 dan batas
maksimal 110. sehingga dari data tersebut
menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang
dihasilkan lebih cenderung mendekati skor
maksimalnya, sehingga dapat dijelaskan
bahwa responden memiliki persepsi yang
positif terhadap kinerja karyawan TVRI
Stasiun D.I. Yogyakarta.
Jadi secara keseluruhan bahwa hasil
respon jawaban responden berada di dalam
kisaran teoritisnya. Adapun secara ringkas
data diskkriptif yang ada dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 3
Diskriptif data penelitian
Variabel Mean Std.
Deviation
Kisaran
teoritis
Kisaran
aktual
Sistim
Karir
(X1)
Motivasi
(X2)
Kinerja
(Y)
68
30
65
6.5
3.8
6.5
18-9-
10-50
23-99
57-82
27-45
23-75
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN
SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Sistem jenjang karir pada LPP TVRI
Stasiun D.I. Yogyakarta tergolong cukup
baik. hal ini dapat diketahui dari pendapat
mayoritas sebanyak 69 orang (43,7%) dari
total responden. Secara keseluruhan,
masing-masing sebanyak 71 orang (44,9%)
pegawai memiliki motivasi kerja yang
tergolong sedang dan tinggi. Hasil analisis
deskriptif juga menunjukkan bahwa
mayoritas pegawai memiliki kinerja yang
tergolong baik, yaitu sebanyak 92 orang
(58,2%).
2. Hasil analisis regresi menujukkan bahwa
jenjang karir dan motivasi kerja
berpengaruh terhadap kinerja pegawai LPP
TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta. Hal ini
dapat diketahui dari koefisien regresi
jenjang karir dan motivasi kerja yang
bernilai positif, yaitu 0,329 dan 0,127.
Adapun nilai thitung untuk variabel jenjang
karir adalah sebesar 12,307 dan untuk
variabel motivasi kerja adalah sebesar
3,310 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000 untuk variabel jenjang karir dan
0,001 untuk variabel motivasi kerja.
3. Hasil uji t membuktikan bahwa hipotesis
H1 dan H2 dapat diterima. Artinya kedua
variabel bebas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja pegawai pada
LPP TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta.
Namun demikian, variabel yang memiliki
pengaruh lebih dominan terhadap kinerja
19
pegawai adalah jenjang karir. Hal ini dapat
diketahui dari nilai thitung yang lebih besar
dari ttabel pada variabel jenjang karir dan
thitung yang lebih kecil dari ttabel pada
variabel motivasi kerja. Variabel jenjang
karir memiliki thitung sebesar 12,307 dan
variabel motivasi kerja memiliki nilai thitung
sebesar 3,310, sedangkan nilai ttabel adalah
1,975.
4. Hasil uji F menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang positif dan signifikan secara
simultan dari jenjang karir dan motivasi
kerja terhadap kinerja pegawai pada LPP
TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta. Hal ini
dapat diketahui dari nilai Fhitung > Ftabel,
yaitu 733,793 > 3,054, dan nilai
signifkansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa hipotesis H3
penelitian dapat diterima.
B. Implikasi
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa
jenjang karir dan kinerja pegawai pada LPP
TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta tergolong
cukup dan sangat baik. Begitu pula halnya
dengan motivasi kerja yang tergolong tinggi.
Kedua variabel bebas penelitian telah terbukti
memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja. Hasil penelitian ini
memberikan beberapa implikasi terhadap
jenjang karir yang terdapat pada LPP TVRI
Stasiun D.I. Yogyakarta. Implikasi penelitian
ini diuraikan sebagai berikut.
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan masukan khususnya bagi
Kepala Bagian Kepegawaian pada LPP
TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta mengenai
jenjang karir dan upaya peningkatan
motivasi kerja serta kinerja pegawai.
Selain itu, penelitian ini juga memberikan
implikasi terhadap para peneliti untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang
jenjang karir, motivasi kerja, dan kinerja.
2. Implikasi Praktis
Dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa jenjang karir dan
kinerja pegawai sudah berjalan dengan
sangat baik, dan motivasi kerja juga
tergolong tinggi, namun masih perlu
ditingkatkan. Oleh karena itu, pegawai
hendaknya melakukan evaluasi
menyangkut motivasi kerja dan
meningkatkan motivasi kerja dari dalam
dirinya. Motivasi kerja dapat berasal dari
dalam maupun dari luar diri pegawai.
Dengan adanya motivasi internal,
pegawai akan dapat meningkatkan
kinerjanya menjadi lebih baik.
C. Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti adalah
sebagai berikut.
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor jenjang karir pada LPP TVRI
Stasiun D.I. Yogyakarta sudah
tergolong sangat baik. Akan tetapi hal
ini perlu menjadi perhatian karena
memiliki pengaruh yang positif dan 20
signifikan terhadap kinerja pegawai.
Oleh karena itu, pemimpin pada
bagian Kepegawaian di LPP TVRI
Stasiun D.I. Yogyakarta perlu untuk
memperhatikan dan meningkatkan
kualitas sistem jenjang karir sehingga
kinerja pegawai dapat mengalami
peningkatan karnea terpacu untuk
mencapai jabatan tertentu.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
motivasi kerja pegawai pada LPP
TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta sudah
tergolong tinggi, akan tetapi tentunya
masih diperlukan perbaikan
berkelanjutan untuk meningkatkan
motivasi kerja pegawai. Oleh karena
itu, LPP TVRI Stasiun D.I.
Yogyakarta perlu memperhatikan dan
melakukan upaya peningkatan
motivasi kerja pegawai. Upaya
peningkatan motivasi kerja pegawai
dapat dilakukan antara lein dengan
memberikan penghargaan kepada
pegawai yang memiliki kinerja yang
baik dan mendorong pegawai untuk
bekerja dengan cara melibatkan
pegawai dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan
bidang pekerjaannya.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
dapat melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai jenjang karir,
motivasi kerja, dan pengaruhnya
terhadap kinerja. Pengembangan
terhadap penelitian ini dapat dilakukan
dengan menambah jumlah variabel
penelitian, menambah jumlah subjek
penelitian, atau membandingkan
dengan organisasi lainnya sehingga
menghasilkan penelitian yang lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, William P; Perrewe, Pamela L; & Kacmar, K.Michele. 1996. Strategic Human Resource Management. Fort Worth-Florida: The Dryden Press.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rinneka Cipta.
As'ad, M. 2003. Psikologi Industri: Seri Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Liberty.
Broni, Anthony Afful. (2012). “Relationship between Motivation and Job Performance at the University of Mines and Technology, Tarkwa, Ghana: Leadership Lessons”. Journal of Scientific Research Creative Education 2012. Vol.3, No.3, 309-314.
Darsono. Max. 2000. Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: IKIP.
Dessler, Gary. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. New Jersey: Prentice Hall.
Dharma, Surya. 2005. Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dimyati & Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
21
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. 1995. Introduction to Counseling and Guidance. Fourth Edition. Englewood Cliffs, New Jersey: Merrill.
Grote, Dick. 1996. “The Complete Guide to Performance Appraisal”. New York: Amacom, American Management Association.
Halim, Abdul & Tjahjono, Achmad. 2003. Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Hasibuan, Malayu S.P. 2006. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Herdian, Armando & Nugroho, Yohanes Arianto Budi. 2011. “Analisis Pengaruh Jenjang Karir terhadap Motivasi Kerja Karyawan PT Anggara Architeam”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Unika Atma Jaya, Jakarta.
Hurlock, Elizabeth B. 2008. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Kuncel, Nathan R.; Hezlett, Sarah A. & Ones, Deniz S. (2004). “Academic Performance, Career Potential, Creativity, and Job Performance: Can One Construct Predict Them All?” Journal of Personality and Social Psychology 2004, Vol. 86, No. 1, 148–161.
Malhotra, N.K. (terj). 2005. Riset Pemasaran Pendekatan Terapan, Edisi Keempat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mathis, Robert L. & Jackson, John H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.
Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia. Indonesia.
Nara, Nasrullah. 2011. “Penurunan IPM Dipengaruhi Kesenjangan Riset”. Artikel (Online)http://edukasi.kompas.com/read/2011/11/07/22431097/Penurunan.IPMDipengaruhi.Kesenjangan.Riset. Akses tanggal 5 Desember 2012, pukul 15.00.
Natawidjaya, Rochman. 2001. Psikologi Pendidikan: Edisi Revisi. Jakarta: Mutiara.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks.
Samsudin, Sadili. 2006. Manajemen Sumber Daya. Manusia. Bandung: Pustaka Setia.
Sardiman A. M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sedarmayanti. 2009. Manajemen Sumber daya Manusia. Bandung: Reflika Aditama.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suddin, Alwi & Sudarman. 2010. “Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kecamatan Laweyan Kota Surakarta”. Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia Vol. 4 No. 1 Juni 2010: 1 – 8.
22
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, V Wiratna. 2007. Belajar Mudah Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Ardana Media.
Sunarso & Kusdi. 2010. “Pengaruh Kepemimpinan, Kedisiplinan, Beban Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar”. Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia Vol. 4 No. 1 Juni 2010: 72 – 79.
Suwatno & Priansa, Donni Juni. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta.
Tella, Adeyinka; Ayeni, C.O. & Popoola, S. O. (2007). “Work Motivation, Job Satisfaction, and Organisational Commitment of Library Personnel in Academic and Research Libraries in Oyo State, Nigeria”. Journal of Library Philosophy and Practice 2007 (April).
Tjahjono, Heru Kurnianto. (2009). Metode Penelitian Bisnis 1.0. Visi Solusi Madani : Yogyakarta.
_____. (2009). Metode Penelitian Bisnis 2.0. Visi Solusi Madani : Yogyakarta.
Trivellas, Panagiotis; Kakkos, Nikos; & Reklitis, Panagiotis. (2010). “Investigating the Impact of Motivation on Loyalty and Performance Intentions in the Greek Banking Sector”. Journal of 7th International Conference on Enterprise Systems, Accounting and Logistics (7th ICESAL 2010) 28-29 June 2010, Rhodes, Greece.
Umar, H. 2005. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Utami, Setyaningsih S. & Hartanto, Agus. 2010. “Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Komunikasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar”. Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia Vol. 4 No. 1 Juni 2010: 58 – 67.
Wahyudi, Amin & Suyono, Jarot. 2006. “Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai”. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia Vol. 1 No. 1 Desember 2006 : 1 – 14.
Walgito, Bimo. 2011. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
23