PENGARUH SIKAP SKEPTISME AUDITOR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21638/1/RINA...
Transcript of PENGARUH SIKAP SKEPTISME AUDITOR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21638/1/RINA...
PENGARUH SIKAP SKEPTISME AUDITOR, PROFESIONALISME AUDITOR DAN TEKANAN
ANGGARAN WAKTU TERHADAP KUALITAS AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta Utara)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Rina Rusyanti NIM: 206082004255
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/ 2010
PENGARUH SIKAP SKEPTISME AUDITOR, PROFESIONALISME AUDITOR DAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU TERHADAP
KUALITAS AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta Utara)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Rina Rusyanti
NIM: 206082004255
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr.Ahmad Rodoni, MM Yulianti, SE, MSi
NIP: 19690203 200112 1 003
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
Hari ini Selasa Tanggal Dua November Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Rina Rusyanti NIM: 206082004255 dengan judul Skripsi “PENGARUH SIKAP SKEPTISME AUDITOR, PROFESIONALISME AUDITOR DAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta Utara)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 November 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Hepi Prayudiawan, SE, Ak, MM Rahmawati, SE, MM
Ketua Sekretaris
Prof.Dr.Ahmad Rodoni, MM
Penguji Ahli
Hari ini Senin Tanggal Tiga Belas Desember Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Rina Rusyanti NIM: 206082004255 dengan judul Skripsi “PENGARUH SIKAP SKEPTISME AUDITOR, PROFESIONALISME AUDITOR DAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta Utara)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Desember 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof.Dr.Ahmad Rodoni, MM Yulianti, SE, MSi
Penguji I Penguji II
Dr.Amilin, SE, Ak, MSi Rahmawati, SE, MM
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Rina Rusyanti
2. Tempat & Tanggal Lahir : Purwodadi, 28 April 1988
3. Kewarganegaraan : Indonesia
4. Agama : Islam
5. Anak ke dari : Anak Tunggal
6. Alamat : Jl. Pluit Dalam No. 17A Rt 002/008
Penjaringan, Jakarta Utara 14440
7. Telepon : (021) 91601348 / 08561655647
8. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. Tahun 1993-1994 TK Bunga Bangsa Jakarta
2. Tahun 1994-2000 SDN 01 Pluit Jakarta
3. Tahun 2000-2003 SLTPN 21 Jakarta
4. Tahun 2003-2006 SMAN 40 Jakarta
5. Tahun 2006-2010 S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Rusdi
2. Tempat & Tanggal Lahir : Purwodadi, 31 Desember 1965
3. Ibu : Sutik
4. Tempat & Tanggal Lahir : Purwodadi, 14 Desember 1971
5. Alamat : Jl. Pluit Dalam No.17A Rt 002/008
Penjaringan, Jakarta Utara 14440
6. Telepon : (021) 66605194
“INFLUENCE OF AUDITOR SKEPTICISM ATTITUDE, AUDITOR PROFESSIONALISM, AND TIME BUDGET PRESSURE TO AUDIT
QUALITY”
(Empirical Study at Public Accountant Firm in North Jakarta)
ABSTRACT
The research aimed to obtain empirical evidence of the influence of auditor skepticism attitude, auditor professionalism and time budget pressure to audit quality. This research was conducted on auditor public accounting firm in North Jakarta. Sampling method using a convenience sampling technique. The test method used is multiple regression. The results showed that the attitude of skepticism auditors and auditors' professionalism significant effect on audit quality, while time budget pressure has no significant effect on audit quality.
Key words: auditor skepticism, professionalism, time budget pressure and audit quality
“PENGARUH SIKAP SKEPTISME AUDITOR, PROFESIONALISME AUDITOR DAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU TERHADAP
KUALITAS AUDIT”
(Studi Empiris Kantor Akuntan Publik di Jakarta Utara)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris pengaruh sikap skeptisme auditor, profesionalisme auditor dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit. Penelitian ini dilakukan pada auditor Kantor Akuntan Publik di Jakarta Utara. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan teknik convenience sampling. Metode uji yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap skeptisme auditor dan profesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Kata kunci: skeptisme auditor, profesionalisme, tekanan anggaran waktu, dan kualitas audit
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Rabbil ’Alamin. Puji syukur kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayahnya serta sholawat dan salam semoga tetap tercurah
kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat, serta umat yang mengikuti
risalah beliau hingga akhir zaman kelak, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Sikap Skeptisme Auditor, Profesionalisme
Auditor dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit (Studi
Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta Utara)”.
Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi dan
melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada jurusan
Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai
masalah dan sepenuhnya menyadari bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah
semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada:
1. Allah SWT Tuhan Semesta alam yang telah membantu penulis melalui rahmat
dan Hidayah-Nya melalui doa-doa yang selalu di panjatkan untuk-Nya agar
diberi kemudahan untuk menyelesaikan skripsi.
2. Bapak dan Ibu tercinta, penulis khusus mempersembahkan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada Bapak dan Ibu yang tiada henti-hentinya
memberikan kasih sayang, nasehat, semangat, dan dukungan baik dalam hal
moril, materil, serta doa-doanya yang selalu menyertai setiap langkah hidup
penulis untuk menjadikan penulis lebih dewasa, mandiri dan bertanggung
jawab sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
3. Bapak Prof.Dr.Abdul Hamid.,MS selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
4. Bapak Prof.Dr.Ahmad Rodoni.,MM selaku pempimbing I sekaligus dosen
penguji ujian komprehensif yang senantiasa ikhlas untuk meluangkan waktu
dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi.
5. Ibu Yulianti.,SE.,MSi selaku pembimbing II yang senantiasa ikhlas untuk
meluangkan waktu dan dengan kesabaran hatinya memberikan penulis
bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi.
6. Bapak Dr.Amilin.,SE.,Ak.,MSi selaku dosen penguji ahli I ujian skripsi.
7. Ibu Rahmawati.,SE.,MM selaku dosen penguji ahli II ujian skripsi.
8. Ibu Zwesti Eka Putri.,SE.,Ak.,MSi selaku dosen penguji seminar skripsi yang
memberikan bimbingan untuk memperbaiki skripsi.
9. Bapak dan Ibu Dosen, yang telah memberi bekal ilmu yang tidak ternilai
harganya kepada penulis selama belajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
10. Segenap staf di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, terimakasih atas bimbingan dan bantuannya selama proses
perkuliahan.
11. Pimpinan KAP dan para auditor yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan riset dan meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner untuk
memperoleh data bagi penulis dalam penyusunan skripsi.
12. Buat teman seperjuanganku Ratna, Nova, Rike, Cicih, Ana, Fido dido, dan
Novi terimakasih sudah memberikan semangat serta dukungannya dan terima
kasih untuk kebersamaan, keceriaan dan kenangan yang tak terlupakan. Aku
pasti akan merindukan saat-saat bersama kalian, tetap semangat teman-
teman!!!
13. Buat teman asrama dan kost’anku Dewi, Liong, Dita, Gita, Tuti, dan Mba
Hajar yang selalu menjadi teman berbagi dikala susah dan senang “Maaf ya
kalau aku selalu merepotkan kalian hehee..”
14. Buat pasangan Akiel dan Aya hehee.. Terimakasih udah minjemin aku lappi
dan udah ngajarin aku caranya ngolah data. Mudah-mudahan langgeng sampai
kakek nenek. Amiiin..
15. Teman-teman Akuntansi A dan Akuntansi B angkatan 2006 yang telah
memberikan motivasi kepada penulis.
16. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu-persatu
yang selalu mendoakan dan memberikan dukungannya.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
besar harapan penulis bagi segenap pembaca agar dapat memberi masukan dan
saran yang membangun sangat penulis butuhkan untuk perbaikan di masa
mendatang. Penulis berharap hasil dari penelitian dalam bentuk skripsi ini sedikit
banyak membantu bagi pihak-pihak yang memerlukan, sehingga apa yang telah
penulis hasilkan dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis
ucapkan terimakasih atas semua kerjasamanya dan mohon maaf atas segala salah
dan khilaf.
Wassalamualaikum, Wr. Wb.
Jakarta, Desember 2010
Rina Rusyanti
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ……………………………………...... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF …………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………………...... iv
ABSTRACT ………………………………………………………………….... v
ABSTRAK …………………………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………………... vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..xiv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….....xvi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….....xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 10
1. Tujuan Penelitian ............................................................... 10
2. Manfaat Penelitian ............................................................. 10
BAB II` TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Audit ............................................................. 12
1. Pengertian Audit ................................................................ 12
2. Tipe Audit .......................................................................... 14
3. Jenis-jenis Auditor ............................................................. 16
B. Sikap Skeptisme Auditor .......................................................... 17
C. Profesionalisme Auditor .......................................................... 20
1. Pengertian Profesionalisme ................................................ 20
2. Konsep Profesionalisme ..................................................... 22
D. Tekanan Anggaran Waktu ........................................................ 27
E. Kualitas Audit .......................................................................... 31
F. Keterkaitan Antara Variabel ..................................................... 34
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................. 40
H. Kerangka Pemikiran ................................................................ 44
I. Hipotesis .................................................................................. 45
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 46
B. Metode Pemilihan Sampel ....................................................... 46
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 47
D. Metode Analisis dan Pengolahan Data ..................................... 48
1. Uji Kualitas Data ................................................................ 48
a. Uji Validitas .................................................................. 48
b. Uji Reliabilitas ............................................................. 48
2. Uji Asumsi Klasik .............................................................. 49
a. Uji Normalitas .............................................................. 49
b. Uji Multikoloniearitas .................................................. 50
c. Uji Heteroskedastisitas ................................................. 50
3. Uji Hipotesis ...................................................................... 51
a. Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi ........................ 52
b. Uji F ............................................................................. 52
c. Uji t .............................................................................. 53
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................... 61
1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 61
2. Karakteristik Profil Responden ........................................... 62
B. Hasil Uji Kualitas Data ............................................................ 65
1. Hasil Uji Validitas .............................................................. 65
2. Hasil Uji Reliabilitas .......................................................... 70
C. Hasil Uji Asumsi Klasik .......................................................... 71
1. Hasil Uji Normalitas .......................................................... 71
2. Hasil Uji Multikoloniearitas ............................................... 73
3. Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................. 75
D. Hasil Uji Hipotesis ................................................................... 75
1. Hasil Uji Korelasi dan Determinasi .................................... 76
2. Hasil Uji F ......................................................................... 77
3. Hasil Uji t .......................................................................... 78
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan .............................................................................. 82
B. Implikasi .................................................................................. 83
C. Saran ....................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ……………………………………….. 40
3.1 Operasional Variabel ……………………………………...... 56
4.1 Deskripsi Penyebaran Kuesioner yang Diterima dan Dapat
Diolah ..................................................................................... 61
4.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian ........................................ 62
4.3 Data Responden Berdasarkan Usia Responden ..................... 62
4.4 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 63
4.5 Data Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ............... 63
4.6 Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja .................. 64
4.7 Data Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ....................... 64
4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap Skeptisme Auditor ....... 65
4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Profesionalisme Auditor ……... 66
4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Tekanan Anggaran Waktu …... 67
4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Tekanan Anggaran Waktu
Setelah Item ke-2 Dikeluarkan ……………………………... 68
4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Audit. ……………….. 68
4.13 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas audit. Setelah Item ke-
12 Dikeluarkan ……………………………………………… 69
4.14 Hasil Uji Reliabilitas ……………………………………….. 70
4.15 Hasil Uji Multikoloniearitas ………………………………… 74
4.16 Hasil Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi ……………… 76
4.17 Hasil Uji F …………………………………………………... 77
4.18 Hasil Uji t …………………………………………………… 79
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran …………………………………….. 44
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram … 72
4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ……... 73
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas …………………………… 75
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan Halaman
1 Kuesioner Penelitian ………………………………….. 89
2 Daftar Jawaban Responden …………………………… 96
3 Hasil Uji Validitas …………………………………….. 105
4 Hasil Uji Reliabilitas ………………………………….. 115
5 Hasil Uji Hipotesis dan Asumsi Klasik ……………….. 116
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara
adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan
hukum perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu
negara berkembang sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan modal
dari pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur dan jika
timbul berbagai perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang
modalnya berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan
berkembang. Dari profesi akuntan publik inilah masyarakat kreditur dan
investor mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh manajemen perusahaan
menurut Sofa (2008).
Akuntan publik merupakan auditor independen yang menyediakan jasa
kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan
yang dibuat oleh kliennya atau bisa disebut juga auditor independen adalah
auditor profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama
dalam bidang audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya. Tugas
akuntan publik adalah memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran
laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah
ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Berdasarkan hal tersebut
maka akuntan publik memiliki kewajiban menjaga kualitas audit yang
dihasilkannya. Terlebih dengan adanya kasus kegagalan auditor dalam
mendeteksi kecurangan terbukti dengan adanya beberapa skandal keuangan
yang ikut melibatkan akuntan publik seperti Enron, Xerox, Walt Disney,
World Com, Merek dan Tyco yang terjadi di Amerika Serikat, selain itu juga
kasus Kimia Farma dan sejumlah Bank Beku Operasi yang melibatkan
akuntan publik di Indonesia, serta sejumlah kasus kegagalan keuangan lainnya
membuat akuntan publik harus memperhatikan kualitas audit yang
dihasilkannya. AAERs (Accounting and Auditing Releases) menyatakan SEC
selama 11 periode (Januari 1987-Desember 1997) menyatakan bahwa salah
satu penyebab kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan adalah
rendahnya tingkat skeptisme profesional audit. Dari 45 kasus kecurangan
dalam laporan keuangan, 24 kasus (60%) diantaranya terjadi karena auditor
tidak menerapkan tingkat skeptisme professional yang memadai dan ini
merupakan urutan ketiga dari audit defisiensi yang paling sering terjadi
(Noviyanti, 2008:103). Jadi rendahnya tingkat skeptisme dapat menyebabkan
kegagalan dalam mendeteksi kecuranagn. Kegagalan ini selain merugikan
kantor akuntan publik secara ekonomis, juga menyebabkan hilangnya reputasi
akuntan publik di mata masyarakat dan hilangnya kepercayaan kreditor dan
inverstor di pasar modal. Kualitas audit yang baik akan menghasilkan laporan
auditan yang mampu menyajikan temuan dan melaporkan dengan
sesungguhnya tentang kondisi keuangan kliennya. Tuntutan laporan yang
berkualitas dengan anggaran waktu terbatas tentu saja merupakan tekanan
tersendiri bagi auditor. Hal tersebut juga harus diimbangi dengan
profesionalisme seorang auditor dan sikap skeptisme dalam mengaudit laporan
keuangan.
FASB dalam Statement of Financial Accounting Concept No.2,
menyatakan bahwa relevansi dan reliabilitas adalah dua kualitas utama yang
membuat informasi akuntansi berguna untuk pembuatan keputusan. Untuk
dapat mencapai kualitas relevan dan reliabel maka laporan keuangan perlu
diaudit oleh akuntan publik untuk memberikan jaminan kepada pemakai
bahwa laporan keuangan tersebut telah disusun sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di
Indonesia menurut Herawaty dan Susanto (2008)
Menurut Fadhila (2009:3), laporan keuangan merupakan tanggung jawab
manajemen, laporan tersebut perlu diaudit oleh auditor eksternal yang
merupakan pihak ketiga yang independen, karena: (a) Laporan keuangan
berkemungkinan mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun yang
tidak disengaja. (b) Laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapatkan
unqualified opnion, diharapkan para pemakai laporan keuangan tersebut agar
bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor
dapat memberikan jaminan mutlak (absulate assurance) mengenai hasil akhir
proses audit yaitu laporan auditor. Laporan audit merupakan alat yang
digunakan oleh auditor untuk mengkomunikasikan hasil auditnya kepada
masyarakat.
Menurut Gusti dan Ali (2008:2) auditor dituntut untuk melaksanakan
sikap skeptisme profesionalnya sehingga auditor dapat menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Menurut Noviyanti
(2008:103) seorang auditor dalam menjalankan penugasan audit di lapangan
seharusnya tidak hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang tertera dalam
program audit, tetapi juga harus disertai dengan sikap skeptisme
profesionalnya. Menurut Noviyanti (2008:107) skeptisme profesional perlu
dimiliki oleh auditor terutama pada saat memperoleh dan mengevaluasi bukti
audit. Sehingga tujuan auditor untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup
dan memberikan basis yang memadai dalam merumuskan pendapat dapat
tercapai dengan baik (Gusti dan Ali, 2008:2). Sikap skeptis dari auditor ini
diharapkan dapat mencerminkan kemahiran profesional dari seorang auditor.
Dengan sikap skeptisme professional auditor ini, auditor diharapkan dapat
melaksanakan tugasnya sesuai standar yang ditetapkan, menjunjung tinggi
kaidah dan norma agar kualitas audit dan citra profesi auditor tetap terjaga
(Gusti dan Ali, 2008:3).
Auditor independen yang memiliki pandangan profesionalisme yang
tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil
keputusan. Dengan anggapan bahwa sikap dan perilaku mempunyai hubungan
timbal balik. Perilaku profesionalisme merupakan cerminan dari sikap
profesionalisme, demikian pula sebaliknya sikap yang profesional tercemin
dari perilaku yang profesional. Hall R (2002) dalam Fridati (2005:7)
mengembangkan konsep dari profesionalisme dari level individual yang
digunakan untuk profesionalisme auditor eksternal, terdapat lima dimensi
yaitu pengabdian pada profesi (dedication), kewajiban sosial (social
obligation), kemandirian (autonomy demands), keyakinan terhadap peraturan
profesi (belief in self-regulation), dan hubungan dengan sesama profesi
(professional community affiliation).
Sikap profesionalisme auditor independen terwujud dalam kompetensi,
independensi dan integritasnya. Independensi auditor dalam melaksanakan
keahliannya merupakan hal yang pokok, meskipun auditor tersebut dibayar
oleh kliennya atas jasa yang diberikan. Independensi secara esensial
merupakan sikap pikiran seseorang yang dicirikan oleh pendekatan integritas
dan objektifitas dalam pelaksanaan tugasnya (Kusumawati, 2008:3).
Di era globalisasi, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas negara,
kebutuhan akan adanya audit laporan keuangan oleh auditor tidak dapat
dielakkan lagi, justru menjadi kebutuhan utama sebelum para pengambil
kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi profesi yang diharapkan
banyak orang untuk meletakkan kepercayaan pada audit dan pendapat yang
diberikan. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja
sebagai auditor eksternal (Fadhila, 2009:3). Profesi dan profesionalisme dapat
dibedakan secara konseptual (Herawaty dan Susanto, 2008). Profesi
merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan
profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa
melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Seorang
akuntan publik yang profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap
masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku semestinya.
Dengan profesionalisme yang baik, seseorang akan mampu
melaksanakan tugasnya meskipun imbalan ekstrinsiknya berkurang, selain itu
dengan profesionalisme seseorang akan mampu untuk membuat keputusan
tanpa tekanan pihak lain, akan selalu bertukar pikiran dengan rekan sesama
profesi, dan selalu beranggapan bahwa yang paling berwenang untuk menilai
pekerjaannya adalah rekan sesama profesi sehingga dengan profesionalisme
yang tinggi kemampuan dalam mempertimbangkan tingkat materialitas suatu
laporan keuangan akan semakin baik pula (Pramono, 2007:6).
Auditor seringkali bekerja dalam keterbatasan waktu. Setiap KAP perlu
untuk mengestimasi waktu yang dibutuhkan (membuat anggaran waktu)
dalam kegiatan pengauditan. Anggaran waktu ini dibutuhkan guna
menentukan kos audit dan mengukur efektifitas kinerja auditor. Namun
seringkali anggaran waktu tidak realistis dengan pekerjaan yang harus
dilakukan, akibatnya muncul perilaku-perilaku kontraproduktif yang
menyebabkan kualitas audit menjadi lebih rendah. Anggaran waktu yang
sangat terbatas ini salah satunya disebabkan oleh tingkat persaingan yang
semakin tinggi antar kantor akuntan publik (KAP). Alokasi waktu yang lama
seringkali tidak menguntungkan karena akan menyebabkan kos audit yang
semakin tinggi. Klien bisa jadi berpindah ke KAP lain yang menawarkan fee
audit yang lebih kompetitif (Prasita dan Adi, 2007:2).
Azad (1994) dalam Prasita dan Adi (2007:2) menemukan bahwa kondisi
yang tertekan (secara waktu), auditor cenderung berperilaku disfungsional,
misal melakukan prematur sign off, terlalu percaya kepada penjelasan dan
presentasi klien, serta gagal mengivestigasi isu-isu relevan, yang pada
gilirannya dapat menghasilkan laporan audit dengan kualitas rendah. Riset
Coram dkk dalam Prasita dan Adi (2007:2) menunjukkan terdapat penurunan
kualitas audit pada auditor yang mengalami tekanan dikarenakan anggaran
waktu yang sangat ketat
Situasi seperti ini merupakan tantangan tersendiri bagi auditor, karena
anggaran waktu yang terbatas, mereka dituntut untuk menghasilkan laporan
audit yang berkualitas. Studi Maynard dan Joiner dalam Prasita dan Adi
(2007:2) menunjukkan bahwa kualitas kinerja seseorang akan sangat
dipengaruhi oleh tekanan atau tuntutan tugas yang dihadapi.
Deis dan Giroux dalam Alim dkk (2006) melakukan penelitian tentang
empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1)
lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan
(tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang
sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah
klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik
karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga
reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan
klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor
agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit
akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya
akan direview oleh pihak ketiga.
Menurut Djamil (2000:20) probabilitas menemukan adanya
penyelewengan tergantung pada kemampuan teknikal dari auditor tersebut
yang dapat dilihat pada pengalaman auditor, pendidikan, profesionalisme dan
struktur audit perusahaan. Sedangkan probabilitas melaporkan penyelewengan
tersebut dalam laporan audit tergantung pada independensi auditor dalam
menjaga sikap mentalnya (Djamil, 2000:20).
Dengan demikian sikap skeptisme auditor berpengaruh terhadap
profesionalisme seorang auditor dalam hal mengevaluasi bukti audit yang ada.
Sehingga akan mempengaruhi kualitas audit seorang auditor tersebut dalam
mengaudit laporan keuangan klien. Profesionalisme seorang auditor bisa
dinilai berdasarkan bagaimana seorang auditor tersebut dalam melaksanakan
tugas auditnya dengan menggunakan keahlian profesionalnya. Kualitas audit
juga dipengaruhi oleh tekanan anggaran waktu. Jika waktu audit terlalu ketat
maka akan menghasilkan kualitas audit yang rendah sehingga tidak dapat
mendeteksi penemuan pelanggaran-pelanggaran pada laporan keuangan klien.
Kualitas audit bisa dilihat berdasarkan bagaimana auditor eksternal tersebut
dapat menemukan pelanggaran-pelanggaran yang ada pada laporan keuangan
dan laporan keuangan yang sudah diaudit dapat diterima oleh klien dan para
pemakai laporan keuangan.
Variabel tekanan anggaran waktu dalam penelitian ini merupakan salah
satu variabel dalam penelitian yang dilakukan, Carey dan Simnett (2006),
Wibowo dan Rossieta (2006), dan Prasita dan Adi (2007). Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian ini
menggunakan variabel penelitian Ussahawanitchakit (2008) dan
pengukurannya menggunakan penelitian Herawaty dan Susanto (2008),
dimana profesionalisme auditor diukur dalam 5 dimensi dan variabel sikap
skeptisme auditor merupakan variabel penelitian Noviyanti (2008), Gusti dan
Ali (2008) dan Hasanah (2010). Dalam penelitian ini kualitas audit cenderung
diukur dari probabilitas penemuan pelanggaran.
Atas dasar latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat judul
”Pengaruh Sikap Skeptisme Auditor, Profesionalisme Auditor dan
Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit.”
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap skeptisme auditor
terhadap kualitas audit?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara profesionalisme auditor
terhadap kualitas audit?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara tekanan anggaran waktu
terhadap kualitas audit?
4. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara sikap skeptisme auditor,
profesionalisme auditor dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas
audit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan:
1. Untuk menganalisis pengaruh sikap skeptisme seorang auditor
terhadap kualitas audit.
2. Untuk menganalisis pengaruh profesionalisme auditor terhadap
kualitas audit.
3. Untuk menganalisis pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap
kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor eksternal.
4. Untuk menganalisis pengaruh sikap skeptisme auditor, profesionalisme
auditor dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit yang
dihasilkan oleh auditor eksternal.
2. Manfaat Penelitian
Tujuan lain dari dibuatnya penelitian ini adalah untuk memberikan
manfaat terhadap:
1. Bagi Auditor Independen
Membantu auditor independen atau auditor eksternal dalam
membuat laporan audit atas laporan keuangan klien sehingga dengan
pemahaman profesionalisme auditor dalam mengaudit laporan
keuangan tersebut, auditor eksternal dapat memiliki kualitas jasa audit
yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kepercayaan para
pemakai jasa audit dan meningkatkan nilai profesi akuntan di dunia
bisnis.
2. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan yang sangat berharga dalam
menganalisis persoalan-persoalan penerapan teori yang diperoleh dari
bangku kuliah dengan praktek dunia nyata.
3. Bagi Akademisi
Untuk membantu siapa saja yang ingin mengetahui dan
mengetahui dan memperdalam tentang audit dan dapat digunakan
sebagai pengetahuan serta bahan pertimbangan untuk peneliti
berikutnya.
4. Bagi Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat umum atau pihak yang tidak terkait
langsung adalah adanya harapan dari hasil penelitian ini untuk dapat
dijadikan referensi dan dapat digunakan sebagai dokumentasi ilmiah
yang berguna untuk pengembangan ilmu dan teknologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Audit
1. Pengertian Audit
Menurut ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts)
dalam Halim (2001:1) mendefinisikan audit adalah
“Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.” Menurut Agoes (2008:3) auditing adalah “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan pembukuan dan bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”
Definisi tersebut dapat diuraikan menjadi 7 elemen yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan audit, yaitu:
1. Proses yang sistematik
Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yag bersifat logis,
terstruktur dan terorganisir.
2. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif
Hal ini berarti bahwa proses sistematik yang dilakuakan tersebut
merupakan proses untuk menghimpun bukti-bukti yang mendasari
asersi-asersi yang dibuat oleh individu maupun entitas.
3. Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi
Asesi merupakan suatu pernyataan, atau suatu rangkaian pernyataan
secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas
pernyataan tersebut.
4. Menentukan tingkat kesesuaian
Hal ini berarti penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti
dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya
asersi-asersi tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan.
5. Kriteria yang ditentukan
Kriteria yang ditentukan merupakan standar-standar pengukur untuk
mempertimbangkan (judgment) asersi-asesi atau representasi-
representasi.
6. Menyampaikan hasil-hasilnya
Hal ini berarti hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan
tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi
dan kriteria yang telah ditentukan.
7. Para pemakai yang berkepentingan
Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil
keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan-temuan yang
diinformasikan melalui laporan audit, dan laporan lainnya.
2. Tipe Audit
Menurut Kell dan Boyton (2003:6-7) audit dapat diklasifikasikan
berdasar tujuan dilaksanakannya audit. Dalam hal ini tipe audit terbagi ke
dalam tiga kategori:
1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian
bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk
memeberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara
wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu prinsip akuntansi yang
berlaku umum (PABU).
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti
dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan finansial maupun
operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi,
aturan-aturan, dan regulasi yang telah ditentukan.
3. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti
mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan
tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas, maupun kehematan
(ekonomis) operasional.
Menurut Arens (2010:13) terdapat tiga tipe audit, yaitu audit
operasional, audit ketaatan dan audit laporan keuangan. Tiga tipe audit
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Operational Audit (Audit Operasional)
Audit operasional mengevaluasi efisisensi dan efektivitas dari setiap
bagian metode prosedur operasi organisasi.
2. Compliance Audit (Audit Ketaatan)
Audit ketaatan bertujuan untuk menentukan apakah auditee telah
mengikuti prosedur khusus, aturan-aturan atau peraturan dengan
beberapa otoritas tertinggi.
3. Financial Statement Audit (Audit Laporan Keuangan)
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan
keuangan (informasi yang telah diverifikasikan) dinyatakan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Berdasarkan referensi buku diatas dapat disimpulkan bahwa tipe
audit terdiri dari audit laporan keuangan (Financial Statement Audit),
audit kepatuhan (Compliance Audit) dan audit operasional (Operational
Audit). Ruang lingkup audit seorang auditor bisa dibedakan berdasarkan
tujuan dilaksanakannya audit. Dalam audit laporan keuangan (Financial
Statement Audit) auditor bertujuan untuk memberikan opini apakah
laporan keuangan klien sudah wajar dan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Audit kepatuhan (Compliance Audit) seorang auditor
menentukan apakah kegiatan finansial maupun organisasi perusahaan telah
mengikuti aturan-aturan atau prosedur yang telah ditetapkan atau belum.
Audit operasional (Operational Audit) auditor menentukan apakah
kegiatan suatu entitas atau perusahaan sudah berjalan secara efektif,
efisisen dan ekonomis.
3. Jenis-jenis Auditor
Menurut Arens (2010:10) terdapat empat jenis auditor yang umum
dikenal masyarakat, yaitu: Certified accountan public firms, General
accounting office auditor, Internal revenue agent, dan Internal auditors.
1. Certified accountan public firms (Akuntan publik)
Akuntan public disebut juga auditor eksternal atau auditor independent
untuk membedakannya dengan auditor internal. Akuntan ini
bertanggung jawab atas pemeriksaan atau mengaudit laporan keuangan
organisasi yang dipublikasikan dengan memeberikan opini atas
informasi yang diauditnya.
2. General accounting office auditors (Akuntan pemerintah)
Dilaksanakan oleh auditor pemerintah sebagai karyawan pemerintah.
Audit ini mencakup audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit
operasional. Laporan audit ini diserahkan kepada kongres, dalam hal
ini untuk Indonesia adalah Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Internal revenue agent (Akuntan pajak)
Akuntan pajak mempunyai tanggung jawab terhadap pelaksanaan pada
pembayaran pajak oleh wajib pajak. Lingkup pengerjaannya adalah
memeriksa apakah wajib pajak telah benar memberikan pajaknya
sesuai dengan prosedur dan hukum yang berlaku.
4. Internal auditors (Auditor internal)
Auditor internal adalah bertanggung jawab pada manajemen
perusahaan. Tinjauannya adalah audit terhadap setiap berbagai
prosedur-prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai
efisiensi dan efektivitas kegiatan. Pada akhir kegiatan biasanya
diajukan saran-saran rekomendasi manajemen untuk meningkatkan
kualitas operasi perusahaan.
B. Sikap Skeptisme Auditor
Skeptisme berasal dari kata skeptis yang berarti kurang percaya atau
ragu-ragu (KUBI) dalam Gusti dan Ali (2008:2). Rai (2008:51) Skeptisme
profesional merupakan sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit.
Dalam menggunakan skeptisme profesional, auditor tidak boleh puas dengan
bukti yang kurang meyakinkan walaupun menurut anggapannya manajemen
adalah jujur. Hall dan Singleton (2007:45) skeptisme profesional melibatkan
penerapan sikap yang selalu mempertanyakan dan melakukan penilaian secara
kritis terhadap bukti audit. Shaub dan Lawrence dalam Gusti dan Ali (2008:4)
mengartikan skeptisme profesional auditor sebagai berikut “ professional
skepticism is a choice to fulfill the professional auditor’s duty to prevent or
reduce or harmful consequences of another person’s behavior… “. Standar
profesional akuntan publik mendefinisikan skeptisme profesional sebagai
sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (IAI 2001, SA seksi
230.06) dalam Noviyanti (2008:103).
Seorang auditor yang skeptis, tidak akan menerima begitu saja
penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh
alasan, bukti dan konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan
(Noviyanti, 2008:103). Tanpa menerapkan skeptisme profesional, auditor
hanya akan menemukan salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan saja dan
sulit untuk menemukan salah saji yang disebabkan oleh kecurangan, karena
kecurangan biasanya akan disembunyikan oleh pelakunya (Noviyanti,
2008:103).
Skeptisme profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor dalam
melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit
(Noviyanti, 2008:107). Auditor yang memiliki skeptisme profesional yang
memadai akan berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: (1) Apa
yang perlu saya ketahui?, (2) Bagaimana caranya saya bisa mendapat
informasi tersebut dengan baik?, dan (3) Apakah informasi yang saya peroleh
masuk akal? (Noviyanti, 2008:108). Skeptisme profesional auditor akan
mengarahkannya untuk menanyakan setiap isyarat yang menunjukkan
kemungkinan terjadinya fraud Louwers et al. dalam Noviyanti (2008:108).
Dalam ISA No. 200, dikatakan bahwa sikap skeptisme profesional berarti
auditor membuat penaksiran yang kritis (critical assessment), dengan pikiran
yang selalu mempertanyakan (questioning mind) terhadap validitas dari bukti
audit yang diperoleh, waspada terhadap bukti audit yang bersifat kontradiksi
atau menimbulkan pertanyaan sehubungan dengan reliabilitas dari dokumen,
dan memberikan tanggapan terhadap pertanyaan- pertanyaan dan informasi
lain yang diperoleh dari manajemen dan pihak yang terkait (IFAC 2004)
dalam Noviyanti (2008:108).
Menurut Shaub dan Lawrence dalam Gusti dan Ali (2008:4), dalam
prakteknya auditor seringkali diwarnai secara psikologis yang kadang terlalu
curiga, atau sebaliknya terkadang terlalu percaya terhadap asersi manajemen.
Padahal seharusnya seorang auditor secara profesional menggunakan
kecakapannya untuk ‘balance’ antara sikap curiga dan sikap percaya tersebut.
Ini yang kadang sulit diharapkan, apalagi pengaruh-pengaruh di luar diri
auditor yang bisa mengurangi sikap skeptisme profesional tersebut. Auditor
harus menggunakan kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam
menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan dan standar yang akan
diterapkan terhadap pemeriksaan; menentukan lingkup pemeriksaan, memilih
metodologi, menentukan jenis dan jumlah bukti yang akan dikumpulkan, atau
dalam memilih pengujian dan prosedur untuk melaksanakan pemeriksaan.
Kemahiran profesional harus diterapkan juga dalam melakukan pengujian dan
prosedur, serta dalam melakukan penilaian dan pelaporan hasil pemeriksaan.
C. Profesionalisme Auditor
1. Pengertian Profesionalisme
Pengertian profesionalisme menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002) adalah:
“Profesionalisme adalah mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional”.
Kata profesi itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu professus yang
makna semula dihubungkan dengan sumpah atau janji yang bersifat
keagamaan. Oleh karena itu, ada pengertian khusus yang mendasari arti
profesi. Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejujuran, dsb) tertentu. Sedangkan profesional
bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya.
Sedangkan pengertian profesional menurut Arens, dkk (2006) yaitu:
”Profesional means a responsibility for conduct that extended beyond satisfying individual responsibilities and beyond the requirement of our society law and regulation”. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
profesionalisme merupakan tanggung jawab berperilaku yang lebih dari
sekedar tanggung jawab yang dibebankan padanya dan lebih dari untuk
memenuhi undang-undang dan peraturan masyarakat. Sebagai seorang
professional, auditor mengakui tanggung jawab terhadap klien dan
terhadap rekan seprofesi termasuk untuk berperilaku, sekalipun ini berarti
pengorbanan pribadi.
Isnanto (2009) mendefinisikan profesional adalah orang yang
mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan
itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu
keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang
menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai
sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang. Yang
harus kita ingat dan fahami betul bahwa “pekerjaan atau profesi” dan
“profesional” terdapat beberapa perbedaan : Profesi (1) Mengandalkan
suatu keterampilan atau keahlian khusus, (2) Dilaksanakan sebagai suatu
pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu), (3) Dilaksanakan sebagai
sumber utama nafkah hidup, (4) Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi
yang mendalam. Sedangkan Profesional (1) Orang yang tahu akan
keahlian dan keterampilannya, (2) Meluangkan seluruh waktunya untuk
pekerjaan atau kegiatannya itu, (3) Hidup dari situ, (4) Bangga akan
pekerjaannya.
Menurut Isnanto (2009), secara umum ada beberapa ciri atau sifat
yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan
ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang
bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya
setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana
profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan
masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan
selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai
kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan
sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih
dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Menurut Isnanto (2009) dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas,
kita dapat menyimpulkan bahwa kaum profesional adalah orang-orang
yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas rata-rata. Di satu
pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain pihak ada
suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka
kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang
kegiatan menerapkan suatu standar profesional yang tinggi, bisa
diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin baik.
2. Konsep Profesionalisme
Setiap profesi tanpa terkecuali sangat memperhatikan kualitas jasa
yang dihasilkan. Profesi akuntan publik pun memperhatikan kualitas audit
sebagai hal yang sangat penting untuk memastikan bahwa profesi auditor
dapat memenuhi kewajibannya kepada para pemakai jasanya. Para
pemakai mengandalkan auditor independen dalam menjaga kredibilitas
laporan keuangan.
Bidang akuntansi telah melakukan usaha yang sungguh-sungguh
untuk mendapatkan label “profesi”. Badan yang menyusun standar, proses
pengujian dan lisensi, asosiasi profesional, dan kode etik merupakan bukti
adanya struktur profesional untuk akuntansi dan akuntan. Sikap
Profesional tercermin pada pelaksanaan kualitas yang merupakan
karakteristik atau tanda suatu profesi atau seorang professional (Pramono,
2007:13).
Menurut Pramono (2007:13), sikap dan tindakan profesional
merupakan tuntutan diberbagai bidang profesi, tidak terkecuali profesi
sebagai auditor. Auditor yang profesional dalam melakukan pemeriksaan
diharapkan akan menghasilkan audit yang memenuhi standar yang
ditetapkan oleh organisasi. Profesional yang harus ditanamkan kepada
auditor dalam menjalankan fungsinya yang antara lain dapat melalui
pendidikan dan latihan penjenjangan, seminar, serta pelatihan yang
bersifat berkelanjutan (continue).
Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika
memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan
tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi
dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan
menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah
ditetapkan. Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual
(Herawaty dan Susanto, 2008). Profesi merupakan jenis pekerjaan yang
memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu
atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan
merupakan suatu profesi atau tidak. Seorang akuntan publik yang
profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat,
klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku semestinya.
Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional
meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat
mengimplementasikan praktik bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan
profesionalisme yang tinggi Jusuf (1997) dalam Herawaty dan Susanto
(2008). Konsep profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan
seperti dikemukakan oleh Lekatompessy dalam Herawaty dan Susanto
(2008) berkaitan dengan dua aspek penting, yaitu aspek struktural dan
aspek sikap. Aspek struktural karakteristiknya merupakan bagian dari
pembentukan tempat pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan
pembentukan kode etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan dengan
pembentukan jiwa profesionalisme.
Dalam penelitian ini konsep profesionalisme yang digunakan
adalah konsep untuk mengukur bagaimana para profesional memandang
profesi mereka yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka. Dengan
anggapan bahwa sikap dan perilaku mempunyai hubungan timbal balik.
Perilaku profesionalisme merupakan cerminan dari sikap profesionalisme,
demikian pula sebaliknya sikap yang profesional tercemin dari perilaku
yang profesional. Hall R (2002) dalam Fridati (2005:7) mengembangkan
konsep dari profesionalisme dari level individual yang digunakan untuk
profesionalisme auditor eksternal, terdapat lima dimensi yaitu:
1. Pengabdian pada profesi (dedication), yang tercermin dalam dedikasi
profesional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang
dimiliki. Tetap melaksanakan profesinya meskipun imbalan
ekstrinsiknya berkurang. Sikap ini berkaitan dengan ekspresi dari
pencurahan diri secara keseluruhan terhadap pekerjaan dan sudah
merupakan suatu komitmen pribadi yang kuat, sehingga kompensasi
utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani dan
setelah itu baru materi.
2. Kewajiban sosial (social obligation), merupakan pandangan tentang
pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh
masyarakat maupun professional karena adanya pekerjaan tersebut.
Sikap profesionalisme dalam pekerjaan tidak terlepas dari kelompok
orang yang menciptakan sistem suatu organisasi tersebut. Hal ini
berarti bahwa atribut personal diciptakan sehingga layak diperlakukan
sebagai suatu profesi.
3. Kemandirian (autonomy demands), merupakan suatu pandangan
seorang profesional auditor yang harus mampu membuat keputusan
sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. Adanya intervensi yang datang
dari luar dianggap sebagai hambatan yang dapat mengganggu otonomi
profesional. Banyak orang menginginkan pekerjaan yang memberikan
hak bagi mereka, dan hak istimewa untuk membuat keputusan-
keputusan dan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian
akan timbul melalui kebebasan yang diperoleh. Dalam pekerjaan yang
terstruktur dan dikendalikan oleh manajemen secara ketat, akan sulit
menciptakan tugas yang menimbulkan rasa kemandirian dalam tugas.
4. Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation), sikap
ini adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang dan berhak
untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi,
bukan orang luar yang tidak mempunyai kompeten dalam bidang ilmu
dan pekerjaan mereka.
5. Hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation),
menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya
organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai
sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para
profesional membangun kesadaran profesi.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) juga berusaha menetapkan aturan,
prinsip dan kode etik dalam berperilaku bagi para akuntan publik agar
dapat menjaga profesionalismenya sebagai profesi kepercayaan
masyarakat (Arens dan Loebbecke, 2003). Prinsip perilaku profesional ini
tidak dirumuskan secara khusus oleh IAI tetapi dianggap dapat menjiwai
perilaku IAI, berkaitan dengan karakteristik tertentu yang harus dipenuhi
oleh seorang akuntan. Prinsip-prinsip perilaku profesional yang juga
menurut Abdul Halim (2001:17) adalah
1. Tanggung jawab
2. Kepentingan publik
3. Integritas
4. Obyektivitas dan indenpendensi
5. Kecermatan dan keseksamaan
6. Lingkup dan sifat jasa
Menurut Hunt & Vitell dalam Djamil (2000:4) bahwa kemampuan
seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka akan adanya masalah
etika dalam profesinya, sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya atau
masyarakat dimana profesi itu berada, lingkungan profesinya, lingkungan
organisasi atau tempat ia bekerja serta pengalaman pribadinya. Sikap
masyarakat yang pasif, sistem pengawasan yang masih lemah dari
organisasi profesi auditor terhadap anggotanya, kerjasama yang tidak sehat
antara BPKP dengan klien, turut mempengaruhi perilaku etika auditor.
Bahkan menurut Sudibyo dalam Djamil (2000:4) dunia pendidikan
akuntansi mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etika auditor.
D. Tekanan Anggaran Waktu
Auditor menetapkan alokasi waktu audit yang sangat ketat, tetapi
akibatnya memiliki efek samping yang merugikan publik, yaitu memunculkan
perilaku yang mengancam kualitas audit, antara lain penurunan tingkat
pendeteksian dan penyelidikan aspek kualitatif salah saji, gagal meneliti
prinsip akuntansi, melakukan review dokumen secara dangkal, menerima
penjelasan klien secara lemah dan mengurangi pekerjaan pada salah satu
langkah audit di bawah tingkat yang diterima Kelley dan Margheim dalam
Nataline (2007:28).
De zoort (2002) dalam Prasita dan Adi (2007:6) mendefinisikan tekanan
anggaran waktu sebagai bentuk tekanan yang muncul dari keterbatasan
sumber daya yang dapat diberikan untuk melaksanakan tugas. Sumber daya
dapat diartikan sebagai waktu yang digunakan auditor dalam pelaksanaan
tugasnya. Tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan auditor
dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah
disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang sangat ketat dan
kaku.
Menurut Ventura Vol 4 dalam Nataline (2007:28-29) disebutkan bahwa
penetapan batasan waktu tidak realistis pada tugas audit khusus akan
berdampak kurang efektifnya pelaksanaan audit atau auditor pelaksana
cenderung mempercepat pelaksanaan tes. Sebaliknya bila penetapan batasan
waktu terlalu lama hal ini akan berdampak negatif pada biaya dan efektivitas
pelaksanaan audit.
Menurut Ventura Vol 4 dalam Nataline (2007:29) hasil penelitian
tentang aplikasi hukum Yerdes-Dodson membuktikan bahwa keputusan
optimal dicapai pada kondisi batasan waktu moderat, dibandingkan batasan
waktu yang longgar dan ketat. Teori ini mengemukakan jika waktu aktual
yang diberikan tidak cukup, maka auditor dalam melaksanakan tugas tersebut
dengan tergesagesa sesuai dengan kemampuannya atau mengerjakan hanya
sebagian tugasnya. Sebaliknya bila batasan waktu terlalu longgar, maka focus
perhatian auditor akan berkurang pada pekerjaannya sehingga akan cenderung
gagal mendeteksi bukti audit yang signifikan. Eksperimen yang dilakukan
oleh Waggoner dan Cashell dalam Nataline (2007:30) menunjukkan bahwa
semakin banyak waktu yang diberikan, semakin banyak transaksi yang dapat
dites oleh auditor.
Waktu pengauditan harus dialokasikan secara realistis, tidak terlalu lama
atau terlalu cepat. Waggoner dan Cashell dalam Prasita dan Adi (2007:6)
menyatakan bahwa alokasi waktu yang terlalu lama justru membuat auditor
lebih banyak melamun atau berangan-angan dan tidak termotivasi untuk lebih
giat dalam bekerja. Sebaliknya apabila alokasi waktu yang diberikan terlalu
sempit, maka dapat menyebabkan perilaku yang kontraproduktif, dikarenakan
adanya tugas-tugas yang diabaikan. Dalam risetnya ini, Waggoner dan Cashell
dalam Prasita dan Adi (2007:6) menemukan bahwa makin sedikit waktu yang
disediakan (tekanan anggaran waktu semakin tinggi), maka makin besar
transaksi yang tidak diuji oleh auditor.
Azad (1994) dalam Prasita dan Adi (2007:7) Anggaran waktu dianggap
sebagai faktor timbulnya kerja audit dibawah standar dan mendorong
terjadinya pelanggaran terhadap standar audit dan perilaku-perilaku yang tidak
etis. McDaniel (1990) dalam Prasita dan Adi (2007:7) menemukan bahwa
tekanan anggaran waktu menyebabkan menurunnya efektifitas dan efisiensi
kegiatan pengauditan. Pada program terstruktur penurunan efektifitas ini
semakin besar, sementara pada program yang tidak terstruktur efisiensi audit
akan mengalami penurunan yang signifikan.
Menurut Nataline (2007:30), alokasi waktu penugasan waktu audit
biasanya ditentukan diawal penugasan. Auditor bisa menerima penugasan
audit beberapa kali. Dalam hal ini pimpinan Kantor Akuntan Publik
menetapkan alokasi waktu audit yang sama untuk penugasan pertama maupun
penugasan kedua. Saat melakukan audit pertama kali, auditor dapat dikatakan
mengalami batasan waktu audit, karena auditor harus mempelajari terlebih
dahulu karakteristik perusahaan klien, bagaimana sistem pengendaliannya.
Sedangkan saat melakukan penugasan audit untuk yang kedua, dan seterusnya,
auditor tidak perlu lagi mempelajari karakteristik perusahaan klien, karena
auditor telah mempelajari perusahaan klien saat dia melakukan penugasan
pertama kali.
Di bawah tekanan-tekanan waktu, perhatian akan lebih terfokus pada
tugas yang dominan seperti tugas pengumpulan bukti berkaitan dengan
frekuensi dan jumlah salah saji dan mengorbankan perhatian yang diberikan
pada tugas tambahan seperti tugas yang memberikan aspek kualitatif atas
terjadinya salah saji yang menunjukkan potensial kecurangan pelaporan
keuangan.
Dari paparan ini tampak bahwa tekanan anggaran waktu akan
menghasilkan kinerja buruk auditor. Kualitas audit bisa menjadi semakin
buruk, bila alokasi waktu yang dianggaran tidak realistis dengan kompleksitas
audit yang diembannya. Coram dkk dalam Prasita dan Adi (2007:7)
menghasilkan temuan terkait yang menunjukkan semakin menurunnya
kualitas audit dikarenakan anggaran waktu yang sangat ketat.
E. Kualitas Audit
Kualitas audit sulit diukur secara obyektif, sehingga para peneliti
sebelumnya menggunakan berbagai dimensi kualitas audit. Laila dan Irawati
(2002:4) kualitas auditor merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh
para auditor dalam proses pengauditan. De Angelo dalam Laila dan Irawati,
(2002:4) mendefinisikan kualitas auditor sebagai kemungkinan bahwa auditor
akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien.
Temuan pelanggaran mengukur kualitas audit berkaitan dengan pengetahuan
dan kemampuan auditor, sedangkan pelaporan pelanggaran bergantung pada
dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut.
Menurut Djamil (2000:20) kualitas audit adalah probabilitas seorang
auditor atau akuntan pemeriksa menemukan penyelewengan dalam sistem
akuntansi suatu unit atau lembaga, kemudian melaporkannya dalam laporan
audit.
Menurut Carcello dalam Halim (2004) mengungkapkan faktor
pengalaman, pemahaman industri klien, respon atas kebutuhan klien dan
ketaatan pada standar umum audit adalah factor-faktor penentu kualitas audit.
De Angelo dalam Alim dkk (2006) mendefinisikan kualitas audit sebagai
probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang
adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk
menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang
kecil.
Deis dan Giroux dalam Alim dkk (2006) melakukan penelitian tentang
empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1)
lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan
(tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang
sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah
klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik
karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga
reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan
klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor
agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas sudit
akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya
akan direview oleh pihak ketiga.
Probabilitas auditor untuk melaporkan penyelewengan yang terjadi
dalam sistem akuntansi klien tergantung pada independensi auditor. Seorang
auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaan yang tinggi,
karena auditor mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk
masyarakat. Tidak hanya bergantung pada klien saja, auditor merupakan pihak
yang mempunyai kualifikasi untuk memeriksa dan menguji apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Indikator kualitas audit yang dikemukakan oleh Harhinto dan Widhi
dalam Elfarini (2007:22-23) yaitu sebagai berikut : (a)melaporkan semua
kesalahan klien, (b)pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien,
(c)komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit, (d)berpedoman pada
prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan lapangan,
(e)tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien, (f)sikap hati-hati dalam
pengambilan keputusan.
Auditor dituntut oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
untuk memberikan pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen perusahaan dan untuk menjalankan kewajibannya
ada 3 komponen yang harus dimiliki oleh auditor yaitu kompetensi (keahlian),
independensi dan due professional care. Tetapi dalam menjalankan fungsinya,
auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan.
Manajemen ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil, salah
satunya tergambar melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk
menciptakan penghargaan.
Berbagai penelitian tentang kualitas audit pernah dilakukan, salah
satunya oleh Deis dan Giroux dalam Elfarini (2007:21) mereka meneliti faktor
penentu kualitas audit di sektor publik dengan menggunakan sampel KAP
yang mengaudit institusi sector publik. Studi ini menganalisis temuan-temuan
Quality Control Review. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama
hubungan dengan klien (audit tenure), jumlah klien, telaah dari rekan auditor
(peer review), ukuran dan kesehatan keuangan klien serta jam kerja audit
secara signifikan berhubungan dengan kualitas audit. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi kualitas audit adalah pendidikan, struktur audit, kemampuan
pengawasan (supervisor), profesionalisme dan beban kerja. Semakin lama
audit tenure, kualitas audit akan semakin menurun. Sedangkan kualitas audit
akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah klien, reputasi auditor,
kemampuan teknis dan keahlian yang meningkat.
Dalam penelitian yang akan dilakukan kualitas audit seorang auditor
diukur dengan apakah auditor independen tersebut bisa menemukan dan
mendeteksi kesalahan, kecurangan, dan salah saji material dalam laporan
keuangan. Laporan keuangan yang sudah diaudit tersebut apakah sudah bisa
diterima oleh klien, kreditor, para pemegang saham, masyarakat dan lain
sebagainya merupakan indikator kualitas audit seorang auditor independen.
Jika laporan keuangan yang diaudit sudah bisa diterima oleh klien dan para
pengguna laporan keuangan maka auditor independen tersebut memiliki
kualitas audit yang baik.
F. Keterkaitan Antara Variabel
1. Hubungan Sikap Skeptisme Auditor dengan Kualitas Audit
Penelitian tentang sikap skeptisme sebelumnya telah dilakukan
oleh Gusti dan Ali (2008) hasil dari penelitian ini adalah skeptisme
profesional auditor dan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan
publik terdapat hubungan yang signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2010) juga
menyimpulkan bahwa skeptisme profesional auditor berpengaruh secara
signifikan terhadap mendeteksi kecurangan.
Selanjutnya penelitian oleh Noviyanti (2008) hasil penelitian ini
adalah terdapat dua hipotesis Pertama: bahwa auditor dengan tingkat
kepercayaan berbasis identifikasi (identification-based trust) jika diberi
penaksiran risiko kecurangan yang tinggi akan menunjukkan skeptisme
profesional yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan, oleh karena
itu auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan yang tinggi lebih
skeptis dibanding auditor yang tidak diberi penaksiran risiko kecurangan
dan auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan yang rendah.
Sedangkan auditor dengan tingkat kepercayaan berbasis kalkulus
(calculus-based trust) meskipun diberi penaksiran risiko kecurangan yang
rendah akan menunjukkan skeptisme profesional yang tidak berbeda
dengan auditor yang tidak diberi penaksiran risiko kecurangan dan dengan
auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan yang tinggi. Kedua: tipe
kepribadian mempengaruhi sikap skeptisme profesional auditor. Hasil
temuan dalam penelitian ini bermanfaat dalam memperkaya literatur
akuntansi keperilakuan dengan membuktikan adanya disonansi kognitif
dalam setting auditing dan membuktikan adanya pengaruh karakteristik
personal yaitu tipe kepribadian terhadap sikap seseorang. Temuan ini juga
memberikan kontribusi bagi praktisi terutama bagi pimpinan kantor
akuntan publik untuk meningkatkan kualitas audit. Adanya penelitian
tentang sikap skeptisme menunjukkan pentingnya aspek tersebut bagi
auditor.
Alasan yang mendasari adalah karena sikap skeptisme seorang
auditor dapat mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan. Dengan
adanya sikap skeptisme auditor maka auditor dapat lebih baik
mengevaluasi bukti audit sehingga mampu menemukan pelanggaran-
pelanggaran yang ada pada laporan keuangan klien. Dengan mengevaluasi
bukti audit secara terus-menerus maka akan menghasilkan laporan
keuangan yang berkualitas.
2. Hubungan Profesionalisme Auditor dengan Kualitas audit.
Penelitian tentang profesionalisme sebelumnya telah dilakukan
oleh Ussahawanitchakit (2008) yang menguji pengaruh profesionalisme
mengenai kualitas audit yang ada dan hasil penelitiannya adalah
profesionalisme memiliki dampak positif yang signifikan terhadap kualitas
audit.
Kemudian Herawaty dan Susanto (2008) meneliti pengaruh
profesionalisme terhadap tingkat materialitas dan hasil penelitiannya
adalah mengidentifikasikan bahwa profesionalisme berpengaruh secara
positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit
laporan keuangan dan semakin tinggi tingkat profesionalisme akuntan
publik semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitasnya dalam
melaksanakan audit laporan keuangan.
Kemudian Hanggara (2010) meneliti pengaruh profesionalisme
auditor terhadap kualitas audit dan hasil penelitiannya adalah
profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Adanya
penelitian tentang profesionalisme menunjukkan pentingnya aspek ini bagi
auditor.
Alasan yang mendasari diberlakukannya perilaku profesional yang
tinggi pada setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik
terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi. Bagi akuntan publik, penting
untuk meyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan akan kualitas audit
dan jasa lainnya. Jika pemakai jasa tidak memiliki keyakinan pada akuntan
publik, kemampuan para profesional itu untuk memberikan jasa kepada
klien dan masyarakat secara efektif berkurang.
3. Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Kualitas Audit
Penelitian tentang tekanan anggaran waktu sebelumnya telah
dilakukan oleh Carey dan Simnett (2006) dan hasil penelitiannya adalah
periode jangka panjang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi setiap
penurunan kualitas audit yang terkait dengan masa panjang. Pemeriksaan
beberapa ukuran kualitas audit memungkinkan kita untuk membangun
kepercayaan yang lebih besar dalam hubungan yang diamati antara
panjang kualitas audit dan mitra kepemilikan.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Rossieta
(2006) dan hasil penelitiannya adalah belum dapat dibuktikan adanya
pengaruh masa penugasan audit oleh KAP dan AP terhadap kualitas audit.
Saat dilakukan uji sensitivitas dengan menganggap bahwa hubungan masa
penugasan audit dengan kualitas audit berbentuk kuadratik, juga
ditemukan hasil yang serupa, yaitu masa penugasan audit oleh KAP dan
AP tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Kemudian penelitian oleh Prasita dan Adi (2007) dan hasil
penelitiannya adalah Tekanan anggaran waktu mempunyai pengaruh
negatif terhadap kualitas audit dan semakin tinggi tekanan anggaran waktu
yang dihadapi seorang auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan
semakin rendah. Adanya penelitian tentang tekanan anggaran waktu
menunjukkan pentingnya aspek tersebut bagi auditor.
Penelitian yang dilakukan oleh Nataline (2007) ada pengaruh yang
signifikan batasan waktu terhadap kualitas audit. Hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa para auditor yang semakin merasa adanya
kelonggaran dalam menjalankan tugasnya akan berdampak positif
terhadap kaulitas hasil auditnya, sebaliknya dengan waktu yang semakin
sempit akan mengurangi kualitas auditnya. Dari hasil analisis tersebut
memberikan implikasi bahwa agar diperoleh hasil audit yang lebih baik
maka perlu batasan waktu yang tidak terlalu ketat atau lebih longgar.
Penelitian yang di lakukan Agestino (2010) bahwa batasan waktu
audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Jadi
ketat atau tidak alokasi waktu yang ditetapkan tidak mempengaruhi
kualitas audit. Sebab auditor dalam melaksanakan tugas audit selalu
menggunakan keahlian dan pelatihan teknis yang memadai. Jadi apapun
alokasi waktu yang diterapkan, seorang auditor dengan keahlian yang
dimilikinya dapat menyelesaikan tugas audit dengan sempurna.
Alasan yang mendasari adalah bahwa kualitas kinerja seseorang
akan sangat dipengaruhi oleh tekanan atau tuntutan tugas yang dihadapi.
Tekanan anggaran waktu yang sangat ketat bisa menyebabkan penurunan
kualitas audit tetapi jika tekanan anggaran waktu tersebut realistis maka
kemungkinan seorang auditor menemukan pelanggaran-pelanggaran akan
tercapai dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas audit seorang
auditor.
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Variabel Metodologi Hasil Ridwan Widagdo (2002)
Independen: 12 atribut kualitas audit. Dependen: Kepuasan klien
Analisis Regresi OLS
Sikap skeptisme atau tidak mudah percata termasuk dalam 12 atribut kualitas audit.
Peter Carey dan Roger Simnett (2006)
Independen: Lama waktu auditor melakukan kerjasama dengan klien Dependen: Kualitas audit
Regresi logistik Periode jangka panjang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi setiap penurunan kualitas audit yang terkait dengan masa panjang. Pemeriksaan beberapa ukuran kualitas audit memungkinkan kita untuk membangun kepercayaan yang lebih besar dalam hubungan yang diamati antara panjang kualitas audit dan mitra kepemilikan.
Bersambung ke halaman berikutnya
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Peneliti Variabel Metodologi Hasil Arie Wibowo dan Hilda Rossieta (2006)
Independen : Masa penugasan audit, ukuran KAP, dan regulasi audit
Dependen: Kualitas audit
Regresi binary logit multivariat
Belum dapat dibuktikan adanya pengaruh masa penugasan audit oleh KAP dan AP terhadap kualitas audit. Saat dilakukan uji sensitivitas dengan menganggap bahwa hubungan masa penugasan audit dengan kualitas audit berbentuk kuadratik, juga ditemukan hasil yang serupa, yaitu masa penugasan audit oleh KAP dan AP tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Andin Prasita dan Priyo Hari Adi (2007)
Independen : Pengaruh kompleksitas audit dan tekanan angaran waktu Dependen : Kualitas audit dengan moderasi pemahaman terhadap sistem informasi
Regresi sederhana dan regresi interaksi
Tekanan anggaran waktu mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas audit
Semakin tinggi tekanan anggaran waktu yang dihadapi seorang auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan semakin rendah.
Bersambung ke halaman berikutnya
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Peneliti Variabel Metodologi Hasil Nataline (2007) Independen:
Batasan waktu audit, pengetahuan akuntansi dan auditing, bonus, pengalaman. Dependen: Kualitas audit
Regresi berganda
Batasan waktu audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008)
Independen : Profesionalisme, pengetahuan akuntan publik dalam mendeteksi kekeliruan, dan etika profesi Dependen : Pertimbangan tingkat materialitas
Regresi berganda
Mengidentifikasikan bahwa profesionalisme berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.
Semakin tinggi tingkat profesionalisme akuntan publik semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitasnya dalam melaksanakan audit laporan keuangan
Phapruke Ussahawanitchakit (2008)
Independen: Kualitas hubungan, profesionalisme, lingkungan yang kompetitif, dan fleksibilitas peraturan. Dependen: Kualitas audit
Analisis regresi OLS
Profesionalisme memiliki dampak positif yang signifikan terhadap kualitas audit
Bersambung ke halaman berikutnya
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Peneliti Variabel Metodologi Hasil Maghfirah Gusti dan Syahril Ali (2008)
Independen: Skeptisme profesional auditor, faktor situasi audit, faktor etika, pengalaman, keahlian audit. Dependen: Ketepatan pemberian opini audit oleh akuntan Publik.
Regresi linier Berganda.
skeptisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik terdapat hubungan yang signifikan.
Sri Hasanah (2010)
Independen: Penerapan Aturan Etika, pengalaman, skeptisme profesional auditor. Dependen: Mendeteksi kecurangan
Regresi linier Berganda
Skeptisme profesional auditor berpengaruh secara signifikan terhadap mendeteksi kecurangan.
Dedwi Haliman Hanggara (2010)
Independen: Profesionalisme, pengalaman, independensi Dependen: Kualitas audit
Regresi linier berganda
Profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
Andrey Agestino (2010)
Independen: Kompetensi, profesionalisme, bonus, batasan waktu audit Dependen: Kualitas audit
Regresi linier berganda
Batasan waktu audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
Bersambung ke halaman berikutnya
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Peneliti Variabel Metodologi Hasil Mohd Nazli Mohd Nor, Malcolm Smith dan Zubaidah Ismail (2010)
Independen: Tekanan anggaran waktu Dependen: Kualitas audit
Kuesioner dengan teknik convenience sampling
Tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
H. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini penulis menggambarkan suatu kerangka pemikiran
untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh sikap skeptisme auditor,
profesionalisme auditor dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Sikap Skeptisme Auditor (X1)
(Gusti & Ali, 2008)
Profesionalisme Auditor (X2)
(Ussahawanitchakit, 2008)
Kualitas Audit (Y)
(Laila dan Irawati, 2002)
Tekanan Anggaran Waktu (X3)
(Prasita & Adi, 2007)
I. Hipotesis
Sesuai dengan perumusan masalah diatas yang didasarkan pada
penelitian-penelitian sebelumnya, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah
Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap skeptisme auditor
terhadap kualitas audit.
Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara profesionalisme auditor
terhadap kualitas audit.
Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara tekanan anggaran waktu
terhadap kualitas audit.
Ha4 : Terdapat pengaruh secara simultan yang signifikan antara sikap
skeptisme auditor, profesionalisme auditor dan tekanan anggaran
waktu terhadap kualitas audit.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai penelitian ini adalah Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Jakarta Utara untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa adanya
pengaruh sikap skeptisme auditor, profesionalisme auditor dan tekanan
anggaran waktu terhadap kualitas audit.
B. Metode Pemilihan Sampel
Menurut Indrianto dan Soepomo (2002:115) populasi adalah sekelompok
orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu.
Penelitian ini mengambil objek pada auditor-auditor yang terdapat pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta Utara. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik Convenience Sampling (pemilihan sampel
berdasarkan kenyamanan) yaitu dengan cara memilih auditor-auditor
berdasarkan data yang diperoleh.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:
1. Data Primer (Primary data)
Untuk mendukung penelitian ini dan memperoleh data yang dibutuhkan,
maka jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yang
dikumpulkan melalui metode survey dengan menggunakan kuesioner yang
dibuat oleh penulis. Kuesioner ini diperoleh dari beberapa sumber
referensi, yang kemudian akan dimodifikasi dalam bentuk pertanyaan.
Bobot penilaian atau angka hasil kuesioner dalam penelitian ini sesuai
dengan yang digambarkan dalam skala likert (Likert Scale). Skala likert
menggunakan lima angka penilaian yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak
Pasti, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Kuesioner ini selanjutnya
dikirimkan kepada para karyawan atau staff di KAP yang ada di Jakarta
Utara. Pengiriman kuesioner ini dilakukan secara langsung, yaitu dengan
mengirimkan langsung kepada kantor yang bersangkutan (Indrianto dan
Soepomo, 2002).
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara. Penulis menggunakan riset
kepustakaan dimana dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca,
dan memahami buku, literature, artikel, jurnal, dan data dari internet.
D. Metode Analisis dan Pengolahan Data
1. Uji Kualitas Data
Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini harus terlebih
dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Tujuannya adalah untuk
mengetahui sejauh mana penelitian ini dapat diteruskan dan layak untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut.
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa masing-masing
item dalam instrumen penelitian mampu mengukur variabel yang
ditetapkan dalam penelitian ini. Sebuah instrumen dikatakan valid, jika
mampu mengukur apa yang dinginkan dan mengungkapkan data
variabel yang diteliti secara tepat (Ghozali, 2005:45). Pengujian
validitas dengan menggunakan Pearson correlation yaitu dengan cara
menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan
total skor (Ghozali, 2005:46). Kriteria yang digunakan valid atau tidak
valid adalah jika korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan
dengan total skor mempunyai tingkat signifikasi dibawah 0,05 maka
butir pertanyaan tersebut dikatakan valid, dan jika korelasi skor
masing-masing butir pertanyaan mempunyai tingkat diatas 0,05 maka
butir pertanyaan tersebut dikatakan tidak valid (Santoso, 2000:168).
b. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. “suatu
kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban dari responden
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu”
(Ghazali, 2005:41).
Pengujian reliabilitas yang digunalan adalah One Shot atau
pengukuran sekali saja, yang mana pengukuran hanya sekali saja dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau
mengukur konstrak tertentu menunjukan tingkat reliabilitas yang
digunakan adalah teknik Cronbach Alpha yaitu pengujian yang paling
umum digunakan. “Suatu variabel dikatakan reliable jika menunjukan
nilai Cronbach Alpha lebih besar dari pada 0,60” menurut pendapat
Nunnally (1967) dalam Ghazali (2005:42).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji dalam penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menguji
apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal dan mengetahui apakah hasil penyebaran data
penelitian dengan menggunakan model penelitian yang ditetapkan
memenuhi asumsi normal atau tidak. Uji normalitas dapat diamati dari
nilai normal P-plot dan membandingkannya dengan nilai kritis. Uji
normalitas juga dapat diamati dari nilai Kolmogrov-Smirnov.
b. Uji Multikoloniearitas
Uji multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen, jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikoloniearitas didalam model regresi adalah sebagai berikut
apabila nilai tolerance kurang dari 0,10 atau sama dengan nilai
Varance Inflation Factor (VIF) lebih dari 10, maka dapat menunjukan
adanya multikoloniearitas dan begitu pula sebaliknya (Ghazali,
2005:92)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varience dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika varience dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghazali, 2005:105). Model regresi
yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
Pada penelitian ini penulis menggunakan dua variabel independen dan satu
variabel dependen. Metode analisis yang digunakan untuk menguji
hipotesis adalah metode regresi berganda (multiple regression), yaitu
regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen, yang digunakan untuk
menguji Ha1, Ha2, Ha3 dan Ha4 dengan pendekatan interaksi yang
bertujuan untuk memenuhi ekspektasi penelitian mengenai pengaruh sikap
skeptisme auditor, profesionalisme auditor dan tekanan anggaran waktu
terhadap kualitas audit. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Y : kualitas audit
a : konstanta
b1b2b3 : koefisien regresi
X1 : sikap skeptisme auditor
X2 : profesionalisme auditor
X3 : tekanan anggaran waktu
ε : error
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε
Untuk membuktikan kebenaran uji hipotesis, digunakan uji statistik
terhadap output yang dihasilkan oleh model Regresi Berganda, uji statistik
meliputi:
a. Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.
Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model
Summaryb dan tertulis Adjusted R Square.
Nilai R2 sebesar 1, berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya
dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain
yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika nilai R2 berkisar
antara 0 sampai dengan 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel
independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen (Ghazali,
2005:45).
b. Uji Regresi Secara Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
independen secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel
dependen. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada tabel
ANOVA.
Untuk mengetahui variabel-variabel independen secara simultan
mempengaruhi variabel dependen, dilakukan dengan membandingkan
p-value pada kolom Sig. dengan tingkat signifikasi yang digunakan
sebesar 0,05. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan
Ho ditolak, sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha
ditolak dan Ho diterima (Nugroho, 2005:53).
c. Uji Regresi Secara Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
Hasil uji t ini pada output SPSS dapat dilihat pada table Coefficientsa.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen, dilakukan
dengan membandingkan p-value pada kolom Sig. Masing-masing
variabel independen dengan tingkat signifikan yang digunakan 0,05.
Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho
diterima (Nugroho, 2005:55).
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan mengukur
variabel-variabel tersebut dilapangan dengan merumuskan secara singkat dan
jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertanyaan atau pernyataan
dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan sekala likert. Kemudian jawaban yang didapat akan
dibuat skor tertinggi bernilai 5 (empat) dan terendah 1 (satu). Untuk
jawabannya yaitu sangat tidak setuju (STS) = skor 1, tidak setuju (TS) = skor
2, netral (N) = skor 3, setuju (S) = skor 4, dan sangat setuju (ST) = skor 5.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu:
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel bebas dan mempengaruhi variabel
lain (dependen). Variabel independen dalam penelitian ini adalah sikap
skeptisme auditor, profesionalisme auditor dan tekanan anggaran waktu.
a. Sikap Skeptisme Auditor
Sikap skeptisme auditor merupakan indikator dalam hal kualitas audit
seorang auditor dalam mengevaluasi bukti audit secara terus menerus
dan auditor tersebut mampu menemukan pelanggaran-pelanggaran
yang ada pada laporan keuangan. Semua item pertanyaan diukur pada
skala likert 1 sampai 5.
b. Profesionalisme Auditor
Profesionalisme telah menjadi isu yang kritis untuk profesi akuntan
karena dapat menggambarkan kinerja akuntan tersebut terutama dalam
hal kualitas auditnya. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan 5
dimensi profesionalisme auditor dalam Herawaty dan Susanto (2008).
Semua item pertanyaan diukur pada skala likert 1 sampai 5.
c. Tekanan Anggaran Waktu
Azad (1994) dalam Prasita dan Adi (2007) menemukan bahwa kondisi
yang tertekan (secara waktu), auditor cenderung berperilaku
disfungsional yang pada gilirannya dapat menghasilkan laporan audit
dengan kualitas rendah. Riset Coram dkk dalam Prasita dan Adi (2007)
menunjukkan terdapat penurunan kualitas audit pada auditor yang
mengalami tekanan dikarenakan anggaran waktu yang sangat ketat.
Semua item pertanyaan diukur pada skala likert 1 sampai 5.
2. Variabel Dependen
Variable dependen adalah variabel tidak bebas atau yang dipengaruhi
variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit.
Kualitas jasa sangat penting untuk meyakinkan bahwa profesi bertanggung
jawab kepada klien, masyarakat umum dan aturan-aturan. Kualitas audit
seorang auditor diharapkan dapat menemukan pelanggaran-pelanggaran dalam
laporan keuangan klien dan laporan keuangan bisa diterima oleh pihak
eksternal atau para pemakai laporan keuangan yang berkepentingan.
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Sikap
skeptisme auditor
(X1)
Noviyanti (2008)
a. Auditor diharapkan mempunyai sikap skeptisme terhadap proses audit.
b. Sikap skeptisme berpengaruh dalam menemukan pelanggaran-pelanggaran dalam laporan keuangan.
c. Auditor dalam mengevaluasi temuan audit harus menggunakan sikap skeptisme.
d. Tuntutan professional seorang auditor dalam mengaudit mengakibatkan tumbuhnya sikap skeptisme
e. Auditor diharapkan mempunyai sikap skeptis terhadap temuan audit yang berhubungan dengan wajar dan tidaknya laporan keuangan.
f. Bersikap cermat dan seksama dalam melaksanakan tugas audit merupakan faktor sikap skeptisme.
Interval
Profesional Auditor
(X2)
Herawaty dan Susanto
(2008)
1. Pengabdian pada Profesi (dedication).
a. Menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki dalam proses audit.
b. Menggunakan keahlian yang dimiliki dalam proses audit.
c. Menggunakan pengalaman yang dimiliki dalam proses audit.
Interval
Bersambung ke halaman berikutnya
Tabel 3.1 Operasional Variabel (Lanjutan) Variabel Sub Variabel Indikator Skala
2. Kewajiban Sosial (social obligation)
a. Selalu meletakkan kepentingan pribadi dibawah kepentingan masyarakat dalam menciptakan profesionalisme auditor.
b. Sikap profesional selalu tercipta dari lingkungan profesi atau lingkungan organisasi.
c. Memenuhi standar kualitas dan profesionalisme dalam setiap penugasan sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik kepada Publik.
Interval
3. Kemandirian (autonomy demands)
a. Selalu bersikap percaya diri akan kemampuan yang dimiliki dalam proses audit.
b. Menggunakan sikap independensi auditor dalam setiap proses audit.
c. Selalu melihat pengalaman-pengalaman audit sebelumnya dalam membuat keputusan audit.
Interval
4. Keyakinan Terhadap Peraturan Profesi (belief in self-regulation)
a. Menerima kritik dan saran dari rekan sesama profesi yang berhubungan dengan kinerja sebagai seorang auditor.
b. Percaya dan yakin akan nasihat dari rekan sesama profesi.
c. Keyakinan terhadap peraturan profesi menjadi motor bagi auditor untuk memberikan hasil pekerjaan serta pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Interval
Bersambung ke halaman berikutnya
Tabel 3.1 Operasional Variabel (Lanjutan) Variabel Sub Variabel Indikator Skala
5. Hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation)
a. Menjaga hubungan baik dengan rekan seprofesi.
b. Melakukan interaksi dengan sesama profesi sehingga dapat menambah pengetahuan auditor.
c. Melakukan interaksi dengan sesama profesi sehingga semakin bijaksana dalam membuat perencanaan dan pertimbangan dalam proses pengauditan.
Interval
Tekanan Anggaran
Waktu (X3)
Prasita dan
Adi (2007)
a. Auditor sering dihadapkan pada pengalokasian waktu pemeriksaan yang sangat ketat dan kaku.
b. Auditor dituntut untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu, sesuai dengan waktu yang telah disepakati dengan klien.
c. Auditor sering menghadapi tekanan dari pengalokasian waktu yang sangat ketat oleh klien, akibatnya dapat mengancam kualitas audit.
d. Adanya tekanan anggaran waktu dapat mengakibatkan penghentian audit secara dini (prematur sign off).
e. Tekanan anggaran waktu menyebabkan menurunnya efektifitas dan efisiensi kegiatan pengauditan.
Interval
Bersambung ke halaman berikutnya
Tabel 3.1 Operasional Variabel (Lanjutan) Variabel Sub Variabel Indikator Skala
f. Adanya tekanan anggaran waktu dapat menyebabkan gagal mengivestigasi isu-isu relevan, yang pada gilirannya dapat menghasilkan laporan audit dengan kualitas rendah.
g. Kualitas audit bisa menjadi semakin buruk, bila alokasi waktu yang dianggarkan tidak realistis dengan kompleksitas audit yang diterimanya.
h. Anggaran waktu yang stabil dapat meningkatkan kualitas jasa audit.
i. Semakin lama proses audit yang dilakukan oleh akuntan publik, maka akan mempengaruhi kualitas audit.
Kualitas Audit (Y)
Laila dan Irawati (2002)
a. Pendidikan yang berhubungan dengan profesi auditor dapat meningkatkan kualitas audit.
b. Pengalaman menjadi pelajaran yang baik bagi auditor dalam proses audit.
c. Auditor dituntut memiliki integritas dalam meningkatkan kualitas audit
d. Auditor dituntut menggunakan standar auditing dalm proses audit agar tercipta kualitas audit.
e. Auditor dituntut independen dalam proses audit.
Interval
Bersambung ke halaman berikutnya
Tabel 3.1 Operasional Variabel (Lanjutan) Variabel Sub Variabel Indikator Skala
f. Auditor dituntut dapat mengetahui temuan yang bersifat material dan tidak material.
g. Auditor dituntut melakukan audit dengan cermat dan seksama.
h. Auditor dituntut obyektivitas dalam hal mengungkap fakta atas kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan.
i. Auditor selalu mendahulukan kepentingan publik daripada kepentingan pribadi.
j. Auditor dapat memberikan pernyataan apakah wajar atau tidak laporan keuangan tersebut.
k. Auditor dituntut menggunakan sifat profesional dalam proses audit.
l. Auditor dituntut mempunyai rasa skeptisme terhadap temuan audit sehingga dapat meningkatkan kualitas audit.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian menggunakan instrumen angket atau kuesioner yang
telah disebar, dengan objek penelitian adalah auditor yang bekerja di
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar dalam directory Kantor
Akuntan Publik 2010 di wilayah Jakarta Utara berdasarkan catatan Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan Departemen Keuangan Republik
Indonesia Sekretariat Jenderal Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai.
Sampel diambil dengan metode convenience sampling dengan
mempertimbangkan kemudahan memperoleh data dan mengakses lokasi
KAP, penulis menyebarkan 70 kuesioner ke 9 KAP di wilayah Jakarta
Utara sejak tanggal 1 November 2010. Penyebaran kuesioner penelitian
yang diterima dan dapat diolah dideskripsikan pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Deskripsi Penyebaran Kuesioner yang Diterima
Dan Dapat Diolah No. Nama KAP Wilayah Jumlah
kuesioner 1 A. S. Akhmadwijaya Jakarta Utara 5 2. Eddy Kaslim Jakarta Utara 5 3. Ghazali, Sahat dan Rekan Jakarta Utara 10 4. Handoko dan Suparmun Jakarta Utara 10 5. Johan Malonda, Astika dan Rekan Jakarta Utara 10 6. Juliawati Jakarta Utara 5 7. Kadir Rahman Jakarta Utara 5 8. Mulyati Rini dan Rekan Jakarta Utara 10
9. Tommy Santoso Jakarta Utara 10 Sumber : Data yang diolah, 2010
Kuesioner yang tidak diisi sebanyak 10 buah atau 14,3%.
Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 60 buah atau 85,7%. Gambaran
mengenai data sampel ini dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Sampel dan tingkat Pengembalian
Keterangan Jumlah Persentase Penyebaran kuesioner 70 100% Kuesioner yang diisi 60 85,7% Kuesioner yang tidak diisi 10 14,3% Kuesioner yang dapat diolah 60 85,7%
Sumber : Data yang diolah, 2010
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada
KAP di Jakarta Utara. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas
responden penelitian yang terdiri dari usia, jenis kelamin, jenjang
pendidikan, pengalaman kerja, dan jabatan dalam KAP responden.
a. Deskripsi responden berdasarkan usia
Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Usia responden
Usia Responden Jumlah Persentase 20-30 thn 31-40 thn >40 thn
53 4 3
88,3% 6,7% 5%
Total 60 100% Sumber : Data yang diolah, 2010
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa usia responden
didominasi oleh responden yang berusia 20-30 thn sebanyak 53 orang
atau 88,3%. Responden yang berusia 31-40 thn sebanyak 4 orang atau
6,7% dan responden yang berusia >40 thn sebanyak 3 orang atau 5%.
b. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.4 Data Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki Perempuan
41 19
68,3% 31,7%
Total 60 100% Sumber : Data yang diolah, 2010
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa sekitar 41 orang atau
68,3% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya
sebesar 19 orang atau 31,7% responden berjenis kelamin perempuan.
c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4.5 Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase SMA/SMK D3 S1 S2
- 4
51 5
- 6,7% 85% 8,3%
Total 60 100%
Sumber : Data yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 51
responden atau sebesar 85%. Responden yang berpendidikan terakhir
Strata Dua (S2) berjumlah 5 orang atau sebesar 8,3% dan sisanya
sebesar 6,7% atau 4 orang berpendidikan terakhir Diploma Tiga (D3).
d. Deskripsi responden berdasarkan pengalaman kerja
Tabel 4.6 Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Lama Bekerja Jumlah Persentase < 1 Tahun 1-2 Tahun 2-3 Tahun > 3 Tahun
17 25 7
11
28,3% 41,7% 11,7% 18,3%
Total 60 100% Sumber : Data yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas
responden atau sebanyak 41,7% atau sekitar 25 auditor memiliki
pengalaman bekerja 1-2 tahun, 28,3% atau sekitar 17 auditor memiliki
pengalaman kerja <1 tahun. Sedangkan 18,3% atau sekitar 11 auditor
memiliki pengalaman kerja >3 tahun dan sisanya 11,7% atau sekitar 7
auditor memiliki pengalaman 2-3 tahun.
e. Karakteristik responden berdasarkan posisi terakhir
Tabel 4.7 Data Responden Berdasarkan Posisi Terakhir
Jabatan Dalam KAP Jumlah Persentase Junior Auditor Senior Auditor Supervisor Partner
41 12 6 1
68,3% 20% 10% 1,7%
Total 60 100%
Sumber : Data yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.7 di atas diperoleh informasi bahwa
mayoritas responden sebanyak 41 orang atau sebesar 68,3%
menduduki posisi sebagai auditor junior dan auditor senior sebanyak
12 orang atau sebesar 20%. Responden yang menduduki jabatan
sebagai supervisor sebanyak 6 orang atau 10% dan sisanya adalah
yang menduduki posisi sebagai partner sebanyak 1 orang atau sebesar
1,7%.
B. Hasil Uji Kualitas Data
1. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson
Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat
dikatakan valid. Tabel-tabel dibawah ini menunjukkan hasil uji validitas
dari empat variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: sikap
skeptisme auditor, profesionalisme auditor, tekanan anggaran waktu, dan
kualitas audit.
Pada tabel 4.8 berikut ini disajikan hasil uji validitas data hasil
statistik variabel sikap skeptisme auditor.
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap Skeptisme Auditor
Butir Pertanyaan Pearson Corelation
Sig (2-Tailed)
Keterangan
SA1 0,859** 0,000 Valid SA2 0,597** 0,000 Valid SA3 0,767** 0,000 Valid SA4 0,750** 0,000 Valid SA5 0,764** 0,000 Valid SA6 0,891** 0,000 Valid
Sumber : Data yang diolah, 2010
Berdasarkan hasil uji statisitik pada tabel 4.8 menjelaskan bahwa
variabel sikap skeptisme auditor (SA) terdiri atas 6 butir pertanyaan yang
keseluruhannya adalah valid dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing butir pertanyaan dapat
disertakan dalam penelitian berikutnya.
Pada tabel 4.9 berikut ini disajikan hasil uji validitas data hasil
statistik variabel profesionalisme auditor.
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Profesionalisme Auditor
Butir Pertanyaan Pearson Corelation
Sig (2-Tailed)
Keterangan
PA1 0,792** 0,000 Valid PA2 0,653** 0,000 Valid PA3 0,267** 0,039 Valid PA4 0,495** 0,000 Valid PA5 0,497** 0,000 Valid PA6 0,561** 0,000 Valid PA7 0,620** 0,000 Valid PA8 0,736** 0,000 Valid PA9 0,470** 0,000 Valid
PA10 0,790** 0,000 Valid PA11 0,337** 0,008 Valid PA12 0,585** 0,000 Valid PA13 0,802** 0,000 Valid PA14 0,582** 0,000 Valid PA15 0,742** 0,000 Valid
Sumber : Data yang diolah, 2010
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.9 nilai profesionalisme
auditor (PA) yang terdiri dari 15 butir pertanyaan dan keseluruhannya
valid dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan
bahwa masing-masing butir pertanyaan dapat disertakan dalam penelitian
berikutnya.
Pada tabel 4.10 berikut ini disajikan hasil uji validitas data hasil
statistik variabel tekanan anggaran waktu.
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Tekanan Anggaran Waktu
Butir Pertanyaan Pearson Corelation
Sig (2-Tailed)
Keterangan
TAW1 0,381** 0,003 Valid TAW2 0,163 0,213 Tidak Valid TAW3 0,741** 0,000 Valid TAW4 0,574** 0,000 Valid TAW5 0,754** 0,000 Valid TAW6 0,660** 0,000 Valid TAW7 0,645** 0,000 Valid TAW8 0,660** 0,000 Valid TAW9 0,776** 0,000 Valid
Sumber : Data yang diolah, 2010
Tabel 4.10 menunjukkan variabel tekanan anggaran waktu (TAW)
yang terdiri dari 9 butir pertanyaan, dari 9 butir pertanyaan tersebut
terdapat butir pertanyaan yang tidak valid yaitu butir pertanyaan ke-2
dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Sehingga harus dikeluarkan
dan tidak diikutsertakan dalam pengujian data selanjutnya. Pengujian
dilakukan kembali berdasarkan item pertanyaan 2 yang sudah dikeluarkan.
Hasil pengujian berdasarkan pertanyaan yang sudah dikeluarkan yaitu item
pertanyaan 2 dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Tekanan Anggaran Waktu
Setelah Item 2 Dikeluarkan Butir Pertanyaan Pearson
Corelation Sig
(2-Tailed) Keterangan
TAW1 0,360** 0,005 Valid TAW2 0,720** 0,000 Valid TAW3 0,600** 0,000 Valid TAW4 0,788** 0,000 Valid TAW5 0,682** 0,000 Valid TAW6 0,620** 0,000 Valid TAW7 0,644** 0,000 Valid TAW8 0,791** 0,000 Valid
Sumber : Data yang diolah, 2010
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.11 nilai tekanan
anggaran waktu (TAW) keseluruhannya valid dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing butir
pertanyaan dapat disertakan dalam penelitian berikutnya.
Pada tabel 4.12 berikut ini disajikan hasil uji validitas data statistik
variabel kualitas audit.
Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Audit
Butir Pertanyaan Pearson Corelation
Sig (2-Tailed)
Keterangan
KA1 0,671** 0,000 Valid KA2 0,646** 0,000 Valid KA3 0,568** 0,000 Valid KA4 0,715** 0,000 Valid KA5 0,654** 0,000 Valid KA6 0,450** 0,000 Valid KA7 0,614** 0,000 Valid KA8 0,673** 0,000 Valid KA9 0,609** 0,000 Valid
KA10 0,696** 0,000 Valid KA11 0,733** 0,000 Valid KA12 0,215 0,099 Tidak Valid
Sumber : Data yang diolah, 2010
Tabel 4.12 menunjukkan variabel kualitas audit (KA) yang terdiri
dari 12 butir pertanyaan, dari 12 butir pertanyaan tersebut terdapat butir
pertanyaan yang tidak valid yaitu butir pertanyaan ke-12 dengan nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05. Sehingga harus dikeluarkan dan tidak
diikutsertakan dalam pengujian data selanjutnya. Pengujian dilakukan
kembali berdasarkan item pertanyaan 12 yang sudah dikeluarkan. Hasil
pengujian berdasarkan pertanyaan yang sudah dikeluarkan yaitu item
pertanyaan 12 dapat dilihat pada tabel 4.13
Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Audit
Setelah Item 12 Dikeluarkan Butir Pertanyaan Pearson
Corelation Sig
(2-Tailed) Keterangan
KA1 0,675** 0,000 Valid KA2 0,625** 0,000 Valid KA3 0,583** 0,000 Valid KA4 0,752** 0,000 Valid KA5 0,666** 0,000 Valid KA6 0,410** 0,001 Valid KA7 0,658** 0,000 Valid KA8 0,709** 0,000 Valid KA9 0,603** 0,000 Valid KA10 0,723** 0,000 Valid KA11 0,739** 0,000 Valid
Sumber : Data yang diolah, 2010
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.13 nilai kualitas audit
(KA) keseluruhannya valid dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing butir pertanyaan dapat
disertakan dalam penelitian berikutnya.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban
dari responden melalui pertanyaan yang diberikan. Hasil dari pengujian
reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang
dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dapat
dikatakan reliable atau handal jika jawaban responden terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Dalam pengujian reliabilitas ini, peneliti menggunakan metode
statistik Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar 0,60
dimana jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih besar dari 0,60
maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen
tersebut memiliki reliabilitas yang memadai. Sebaliknya, jika nilai
Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih kecil dari 0,60 maka butir
pertanyaan tersebut tidak realible (Ghozali, 2005:42).
Tabel 4.14 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Jumlah Butir Pertanyaan
Cronbach Alpha
Sikap Skeptisme Auditor 6 0,867 Profesionalisme Auditor 15 0,871 Tekanan Anggaran Waktu 8 0,808 Kualitas Audit 11 0,856
Sumber: Data yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan bahwa instrumen untuk
setiap variabel penelitian adalah reliabel, karena α hitung > 0,60. Pada
variabel sikap skeptisme auditor memiliki α hitung 0,867 > 0,60. Variabel
profesionalisme auditor memiliki α hitung 0,871 > 0,60. Variabel tekanan
anggaran waktu memiliki α hitung 0,808 > 0,60. Dan variabel kualitas
audit memilki α hitung 0,856 > 0,60. Hasil tersebut mengindikasikan
bahwa instrument penelitian ini akan menghasilkan data yang sama
walaupun digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama.
C. Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal.
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau paling tidak
mendekati normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif
dari distribusi normal.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan pola
distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari diagonal atau
tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak menunjukkan pola
distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005:110).
Pada gambar 4.1 histogram menunjukkan adanya normalitas dalam
penelitian ini. Pada gambar 4.2 menunjukkan adanya persebaran data
(titik) pada sumbu diagonal yang mendekati garis diagonal. Berdasarkan
pedoman uji normalitas mengatakan bahwa jika persebaran data (titik)
mengikuti atau mendekati garis normal maka suatu penelitian dapat
dikatakan normal. Melihat hal tersebut maka dapat disimpulkan penelitian
ini memenuhi uji normalitas.
Berikut ini adalah hasil dari uji analisis normalitas grafik
Histogram dan grafik P-Plot:
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber : Data yang diolah, 2010
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Sumber : Data yang diolah, 2010
Dengan melihat tampilan hasil uji statistik pada gambar 4.1
(histogram) maupun 4.2 (normal probability plot) dapat disimpulkan
bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal, hal ini
didukung dengan grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar
garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua
grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena
memenuhi asumsi normalitas.
2. Hasil Uji Multikoloniearitas
Uji multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel
independen. Jika variabel independen saling berkolerasi maka, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Hasil uji multikoloniearitas dapat
dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua
ukuran ini menunjukan setiap variabel independen dan manakah yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Tabel 4.15 dibawah ini menyajikan hasil multikoloniearitas.
Tabel 4.15 Hasil Uji Multikoloniearitas
Coefficients(a) Predictor Tollerance VIF Keputusan
Sikap Skeptisme Auditor 0,985 1,015 Tidak Multikoloniearitas Profesionalisme Auditor 0,943 1,061 Tidak Multikoloniearitas
Tekanan Anggaran Waktu 0,936 1,068 Tidak Multikoloniearitas Sumber: Data yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa tidak ada
problem multikoloniearitas. Pada variabel sikap skeptisme auditor nilai
tollerance 0,985 > 0,10 sedangkan nilai VIF 1,015 < 10. Variabel
profesionalisme auditor memiliki nilai tollerance 0,943 > 0,10 sedangkan
nilai VIF 1,061 < 10. Variabel tekanan anggaran waktu menunjukkan nilai
tollerance 0,936 > 0,10 sedangkan nilai VIF 1,068 < 10. Hasil perhitungan
nilai tolerance tersebut menunjukan tidak ada variabel independen yang
memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi
antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation
Factor (VIF) juga menunjukan hal yang sama tidak ada satu variabel
independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 (Ghazali, 2005:92). Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoloniearitas antar variabel
independen dalam model regresi.
3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian heteroskedastisitas berupa grafik scatterplot
berikut hasil pengujiannya:
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data yang diolah, 2010 Dari hasil uji statistik pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta menyebar baik diatas maupun dibawah angka
0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi ini.
D. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
linear berganda dengan tingkat signifikansi =0,05 yang terdiri dari :
pengujian korelasi atau koefisien determinasi, uji F, dan uji t.
1. Hasil Uji Korelasi Dan Determinasi (R2)
Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel-variabel
independen, yaitu sikap skeptisme auditor, profesionalisme auditor, dan
tekanan anggaran waktu dalam menjelaskan variasi variabel dependen,
yaitu kualitas audit. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada
kolom adjusted R square, yang ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.16 Hasil Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .477a .227 .186 3.379
a. Predictors: (Constant), tekanan anggaran waktu, sikap skeptisme auditor, profesionalisme auditor
b. Dependent Variable: kualitas audit
Sumber: Data yang diolah, 2010
Pada tabel 4.16 diatas menunjukkan nilai koefisien adjusted R
square adalah sebesar 0,186 atau 18,6%. Maka dapat disimpulkan bahwa
variabel kualitas audit (Y) yang dapat dijelaskan oleh variabel sikap
skeptisme auditor (X1), profesionalisme auditor (X2), tekanan anggaran
waktu (X3) adalah sebesar 18,6%. Sedangkan sisanya 81,4% dijelaskan
oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
Variabel lainnya seperti kompetensi, independensi, pengalaman dan lain-
lain.
Angka koefisien kolerasi (R) pada tabel 4.16 sebesar 0,477
menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen adalah kuat karena memiliki koefisien korelasi diatas
0,05. Standar Error of Estimate (SEE) sebesar 3,379. Makin kecil nilai
SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi
variabel dependen.
2. Hasil Uji F (Simultan)
Pengujian signifikansi simultan (uji F) dilakukan untuk
menunjukkan apakah semua variabel independen yang digunakan dalam
model regresi mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.17 Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 187.945 3 62.648 5.486 .002a
Residual 639.455 56 11.419 Total 827.400 59
a. Predictors: (Constant), tekanan anggaran waktu, sikap skeptisme auditor, profesionalisme auditor b. Dependent Variable: kualitas audit
Sumber: Data yang diolah, 2010
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.17 menunjukkan
bahwa dari uji F test nilai F hitung sebesar 5,486 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,002 atau lebih kecil dari nilai probabilitas (p-value) 0,05 (0,002
< 0,05). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh sikap skeptisme
auditor, profesionalisme auditor dan tekanan anggaran waktu secara
bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kualitas audit.
Sikap skeptisme auditor, profesionalisme auditor dan tekanan
anggaran waktu secara bersama-sama mempengaruhi kualitas audit.
Semakin tinggi profesionalisme dan keahlian seorang auditor maka dapat
menentukan kualitas audit yang dihasilkan karena auditor dengan
profesionalisme dan keahlian yang tinggi akan mampu meminimalisasi
tingkat kesalahan dan dapat menemukan pelanggaran-pelanggaran dalam
laporan keuangan klien. Dalam SPAP dijelaskan tentang standar audit
diantaranya adalah:
a) Standar Umum: auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang memadai, independepensi dalam sikap mental dan kemahiran
profesional dengan cermat dan seksama
b) Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan: perencanaan dan supervisi
audit, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern, dan
bukti audit yang cukup dan kompeten.
c) Standar pelaporan: pernyataan apakah laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, pernyataan mengenai
ketidakkonsistensian penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
pengungkapan informatif dalam laporan keuangan, dan pernyataan
pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
3. Hasil Uji t (Parsial)
Pengujian regresi secara parsial (uji t) berguna untuk menguji
pengaruh dari masing-masing variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat
dengan membandingkan nilai probabilitas (p-value) dari masing-masing
variabel dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05. jika p-
value lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel-variabel
independen secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Hasil uji regresi secara parsial (uji t) dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.18 Hasil Uji t untuk Hipótesis
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 19.984 6.791 2.943 .005
SikapSkeptismeAuditor .408 .150 .321 2.713 .009 ProfesionalismeAuditor .205 .097 .256 2.116 .039 TekananAnggaranWaktu .131 .114 .139 1.146 .257
a. Dependent Variable: Kualitas Audit
Sumber: Data yang diolah, 2010
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda tersebut diatas, maka
dapat dihasilkan model regresi sebagai berikut:
Y = 19,984 + 0,408X1 + 0,205X2
Persamaan regresinya adalah jika variabel independen seperti sikap
skeptisme auditor, profesionalisme auditor dan tekanan anggaran waktu
dianggap konstan maka rata-rata kualitas audit seorang auditor adalah
19,984. Jika seorang auditor memiliki sikap skeptisme dalam proses audit
maka akan meningkatkan kualitas audit seorang auditor tersebut sebesar
0,408. Jika seorang auditor bersikap profesional dalam setiap proses audit
maka akan meningkatkan kualitas audit seorang auditor tersebut sebesar
0,205.
Hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada signifikansi a=5%
adalah sebagai indikator berikut:
a) Variabel sikap skeptisme auditor (X1) memiliki t hitung 2,713 dan
signifikansi 0,009 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian,
pengujian menunjukkan variabel sikap skeptisme auditor berpengaruh
secara signifikan dengan tingkat α=5% terhadap kualitas audit. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Hasanah (2010)
bahwa skeptisme profesional auditor berpengaruh signifikan terhadap
mendeteksi kecurangan. Sikap skeptisme auditor atau sikap tidak
mudah percaya juga terdapat dalam atribut kualitas audit yang
dikemukakan oleh Behn, et all dalam Widagdo (2002). Menurut
standar etik akuntan publik, menyiratkan auditor perlu bersikap
waspada dan skeptis dalam menjalankan tugas audit. Hal ini tidak
terlepas dari pertimbangan risiko yang potensial yang akan dihadapi
oleh auditor dan risiko litigasi atau risiko tuntutan atas kegagalan
audit. Dengan demikian, auditor yang memiliki kewaspadaan dan
memiliki sikap skeptis dalam melakukan tugasnya dapat
mengungkapkan keadaan perusahaan yang diauditnya secara benar dan
adanya sikap tersebut akan memberikan hasil audit yang bermutu.
b) Variabel profesionalisme auditor (X2) memiliki t hitung 2,116 dan nilai
signifikansi 0,039 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, pengujian
menunjukkan bahwa variabel profesionalisme auditor berpengaruh
secara signifikan dengan tingkat α=5% terhadap kualitas audit. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang di lakukan
Ussahawanitchakit (2008) bahwa profesionalisme memiliki dampak
positif yang signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian yang
dilakukan Hanggara (2010) juga mengidentifikasikan bahwa
profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
Seorang auditor yang profesional pasti akan mencurahkan semua
keahlian dan kemahirannya dalam proses audit sehingga hal itu akan
dapat menghasilkan audit yang berkualitas.
c) Variabel tekanan anggaran waktu (X3) memilki t hitung 1,146 dan
signifikansi 0,257 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, pengujian
menunjukkan variabel tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang di lakukan Nor, et all (2010) bahwa
tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit karena dalam penelitiannya menggunakan sampel pada
auditor non big-four. Jadi ketat atau tidak alokasi waktu yang
ditetapkan tidak mempengaruhi kualitas audit. Sebab auditor dalam
melaksanakan tugas audit selalu menggunakan keahlian dan pelatihan
teknis yang memadai. Jadi apapun alokasi waktu yang diterapkan,
seorang auditor dengan keahlian yang dimilikinya dapat
menyelesaikan tugas audit dengan sempurna.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel sikap skeptisme dan
profesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap variabel kualitas
audit, sedangkan tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel kualitas audit. Penelitian ini sesuai dengan Widagdo
(2002), Ussahawanitchakit (2008), Hanggara (2010) dan Nor, et all
(2010).
2. Hasil uji F (simultan) hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh sikap
skeptisme auditor, profesionalisme auditor, dan tekanan anggaran waktu
secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kualitas audit.
3. Hasil uji regresi juga ditemukan bahwa koefisien determinasi sebesar
0,186. Hal ini menunjukkan kemampuan variabel independen yaitu sikap
skeptisme auditor, profesionalisme auditor, dan tekanan anggaran waktu
menjelaskan variabel dependen yaitu kualitas audit sebesar 18,6%.
Sedangkan sisanya 81,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
disebutkan dalam model regresi. Variabel lainnya seperti kompetensi,
independensi, pengalaman dan lain-lain.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Setiap auditor memang mempunyai pandangan berbeda dengan sikap
skeptisme karena pada dasarnya sikap skeptisme merupakan sifat dari
masing-masing auditor tersebut. Namun, diharapkan dengan keahlian,
pengalaman, independensi dan profesionalismenya auditor tersebut juga
harus memiliki sikap skeptis dalam mengevaluasi bukti audit sehinggga
bisa dengan mudah dalam menemukan atau mendeteksi kecurangan dan
pelanggaran dalam laporan keuangan klien. Menurut standar etik akuntan
publik, menyiratkan auditor perlu bersikap waspada dan skeptis dalam
menjalankan tugas audit. Hal ini tidak terlepas dari pertimbangan risiko
yang potensial yang akan dihadapi oleh auditor dan risiko litigasi atau
risiko tuntutan atas kegagalan audit. Dengan demikian, auditor yang
memiliki kewaspadaan dan memiliki sikap skeptis dalam melakukan
tugasnya dapat mengungkapkan keadaan perusahaan yang diauditnya
secara benar. Adanya sikap tersebut akan memberikan hasil audit yang
bermutu.
2. Profesionalisme seorang auditor merupakan salah satu faktor dapat
menghasilkan kualitas audit yang baik dan dapat diterima para pemakai
yang berkepentingan. Profesionalisme seorang auditor dapat dilihat dari
independensi, keahlian dan kemahiran profesionalnya. Dengan adanya
profesionalisme yang tinggi dalam diri seorang auditor maka diharapkan
auditor tersebut akan mencurahkan segenap kemahiran profesionalnya dan
keahlian yang dimilikinya sehingga menghasilkan audit yang berkualitas.
3. Tekanan anggaran waktu atau batasan waktu audit yang dihadapi seorang
auditor dalam menyelesaikan tugas audit bukan merupakan masalah jika
auditor tersebut sudah diimbangi dengan keahlian dan pelatihan teknis
yang memadai. Jika seorang auditor tersebut sudah memenuhi kriteria
standar audit maka seorang auditor pasti akan mampu menyelesaikan audit
yang berkualitas meskipun adanya tekanan pengalokasian waktu yang
ketat dan terbatas.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dan untuk penelitian-penelitian
selanjutnya, penulis memberi saran antara lain:
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya lebih memperbanyak responden dalam
penelitian dan memperluas area survey tidak hanya pada satu wilayah saja,
sehingga hasil penelitian lebih dapat digeneralisasi.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah variabel independen atau
variabel moderating guna mengetahui variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi dan memperkuat atau memperlemah variabel dependen.
3. Penelitian selanjutnya disarankan survei dengan metode lain, misalnya
wawancara secara langsung agar dapat dilakukan pengawasan atas
jawaban responden dalam menjawab pertanyaan.
DAFTAR PUSTAKA
Agestino, Andrey. 2010. Pengaruh Kompetensi, Profesionalisme, Bonus dan Batasan Waktu Audit terhadap Kualitas Audit. Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Agoes, Sukrisno. 2008. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik Jilid 2. Lembaga Penerbit: Fakultas Ekonomi UI.
Alim, M. Nizarul dkk. 2006. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Universitas Trunojoyo Bangkalan dan Universitas Brawijaya Malang.
Arens, Alvin A, Randal J.Elder, Mark S.Beasley. 2006. Auditing and Assurance Services, 11th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall International.
_____________. 2010. Auditing and Assurance Services: an integrated approach, 11th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall International.
Arens dan Loebbecke. 2003. Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) Pendekatan Terpadu (Indonesia.ed). Jakarta: Penerbit PT. Indeks Kelompok.
Carey, Peter and Roger Simnett. 2006. Audit Partner Tenure and Audit Quality. The Accounting Review Vol. 81 No. 3.
Djamil, Nasrullah. 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit dan Beberapa Karakteristik untuk Meningkatkannya. STIE Nasional Banjarmasin.
Elfarini, Eunike Christina. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas audit. (Studi Empiris Pada KAP di Jawa Tengah). Skripsi S1 Universitas Negeri Semarang.
Fadhila, Neila. 2009. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan (Survei Pada Auditor di KAP wilayah Surakarta dan Yogyakarta). Skripsi S1 Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fridati, Winda. 2005. Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Auditor dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan di Yogyakarta. Skripsi S1 Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Ghazali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Badan Penerbit: Universitas Diponegoro.
Gusti, Maghfirah dan Syahril Ali. 2008. Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor dan Situasi Audit., Etika, Pengalaman, serta Keahlian audit. Dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan Publik. Jurnal Universitas Andalas.
Halim, Abdul. 2004. Auditing: Dasar-dasar audit. Laporan Keuangan Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
____________. 2001. Auditing 1 (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan). Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Hall, James A dan Tommie Singleton. 2007. Audit dan Assurance Teknologi Informasi Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
Hamid, Abdul. 2007. Panduan Penulisan Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hanggara, Dedwi Haliman. 2010. Pengaruh Profesionalisme, Pengalaman, dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Harjanto, Nung. 1999. Pengendalian Kualitas Audit Untuk Memenuhi Harapan Pihak Internal dan Eksternal. Wahana Volume 2 No 2 Agustus Hal: 23-30.
Hasanah, Sri. 2010. Pengaruh Penerapan Aturan Etika, Pengalaman, dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Mendeteksi Kecurangan. Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Herawaty, Arleen dan Yulius Kurnia Susanto. 2008. Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik Dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi dan Pertimbangan Tingkat Materialitas. The 2nd National Conference UKWMS Surabaya, 6 September.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Penerbit Salemba Empat.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi Manajemen Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta.
Isnanto, R. Rizal. 2009. Buku Ajar Etika Profesi. Universitas Diponegoro.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Edisi ke-3. Balai Pustaka.
Kell, Johnson dan Boynton. 2003. Modern Auditing Edisi 7 Jilid 1. Penerbit: Erlangga.
Kusumawati, Arum. 2008. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Proses Pemeriksaan Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada KAP di Wilayah Surakarta dan Yogyakarta). Skripsi S1 Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Laila, Erit dan Irawati. 2002. Ketetapan Waktu Pelaporan Keuangan: Tinjauan Atas Rasio Gearing, Umur dan Komite Audit dengan Kualitas Auditor sebagai Variabel Moderating. Jurnal Akuntansi 1 (September) Hal 1-15.
Nataline, 2007. Pengaruh Batasan Waktu Audit, Pengetahuan Akuntansi Dan Auditing, Bonus Serta Pengalaman Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Semarang. Skripsi S1 Universitas Negeri Semarang.
Nor, Mohd Nazli Mohd, et.all. 2010. Auditors’ Perception Of Time Budget Pressure And Reduced Audit Quality Practices: A Preliminary Study From Malaysian Context. Faculty Of Business And Law, Edith Cowan University, Australia.
Noviyanti, Suzy. 2008. Skeptisme Profesional Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Volume 5 No. 1, Juni 2008.
Pramono, Ristyo. 2007. Pengaruh Dimensi Profesional Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan. Skripsi S1 Universitas Negeri Semarang.
Prasita, Andin dan Priyo Hari Adi. 2007. Pengaruh Kompleksitas Audit dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit Dengan Moderasi Pemahaman Terhadap Sistem Informasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, edisi Sepetember.
Rai, I Gusti Agung. 2008. Audit Kinerja Pada Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Sofa. 2008. Profesi Akuntan Publik dan Pelaporannya. Artikel diakses pukul 17:28 tanggal 2 April 2010 dari http://massofa.wordpress.com/2008/03/26/profesi-akuntan-publik-dan-pelaporannya/
Ussahawanitchakit, Phapruke. 2008. Relationship Quality, Professionalism, and Audit Quality: an empirical study of auditors in Thailand. International Journal of Business Research.
Wibowo, Arie dan Hilda Rossieta. 2006. Faktor-faktor Determinasi Kualitas Audit–Suatu Studi dengan Pendekatan Earnings Surprise Benchmark. Pascasarjana Ilmu Akuntansi FE UI.
Widagdo, Ridwan. 2002. Analisis Pengaruh Atribut-atribut Kualitas Audit Terhadap Kepuasan Klien (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang.
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PENGANTAR
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program Strata Satu
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:
Nama : Rina Rusyanti
NIM : 206082004255
Fakultas/Jurusan : Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi
Bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul
Pengaruh Sikap Skeptisme Auditor, Profesionalisme Auditor, dan Tekanan
Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit.
Sehubungan dengan hal tersebut saya mengharapkan kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara untuk meluangkan waktunya sejenak untuk mengisi beberapa
pertanyaan pada kuesioner ini.
Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan
tidak termasuk untuk digunakan sebagai penilaian kinerja ditempat
Bapak/Ibu/Saudara bekerja, data hanya digunakan untuk kepentingan penelitian,
oleh karena itu kerahasiaan data terjamin.
Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara meluangkan waktu untuk mengisi
kuesioner guna membantu kelancaran penelitian ini.
Jakarta, Agustus 2010
Mengetahui:
Pembimbing 1 Pembimbing 2 Peneliti,
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Yulianti, SE, MSi Rina Rusyanti
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama KAP : __________________________________
2. Usia Responden : 20-30 tahun
31-40 tahun
> 40 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
Perempuan
4. Jenjang Pendidikan : SMA/SMK D3
S1 S2
5. Jabatan dalam KAP : Partner
Supervisor
Senior Auditor
Junior Auditor
6. Lama Bekerja : < 1 tahun 1-2 tahun
2-3 tahun > 3 tahun
PERTANYAAN PENELITIAN
Pada bagian ini akan digunakan untuk keperluan analisis. Berilah tanda silang (X)
pada kotak yang telah disediakan.
Keterangan Nilai
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
N Netral 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1
Sikap Skeptisme Auditor (X1)
No. Pertanyaan/Pernyataan STS TS N S SS
1. Auditor diharapkan mempunyai sikap skeptisme
terhadap proses audit.
2. Sikap skeptisme berpengaruh dalam menemukan
pelanggaran-pelanggaran dalam laporan
keuangan.
3. Auditor dalam mengevaluasi temuan audit harus
menggunakan sikap skeptisme.
4. Tuntutan profesional seorang auditor dalam
mengaudit mengakibatkan tumbuhnya sikap
skeptisme
5. Auditor diharapkan mempunyai sikap skeptis
terhadap temuan audit yang berhubungan dengan
wajar dan tidaknya laporan keuangan.
6. Bersikap cermat dan seksama dalam
melaksanakan tugas audit merupakan faktor sikap
skeptisme.
Profesionalisme Auditor (X2)
Pengabdian pada Profesi (dedication).
No. Pertanyaan/Pernyataan STS TS N S SS
7. Menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang
dimiliki dalam proses audit.
8. Menggunakan keahlian yang dimiliki dalam
proses audit.
9. Menggunakan pengalaman yang dimiliki dalam
proses audit.
Kewajiban Sosial (social obligation)
No. Pertanyaan/Pernyataan STS TS N S SS
10. Selalu meletakkan kepentingan pribadi dibawah
kepentingan masyarakat dalam menciptakan
profesionalisme auditor.
11. Sikap profesional selalu tercipta dari lingkungan
profesi atau lingkungan organisasi.
12. Memenuhi standar kualitas dan profesionalisme
dalam setiap penugasan sehingga dapat
memberikan pelayanan yang baik kepada publik.
Kemandirian (autonomy demands)
No. Pertanyaan/Pernyataan STS TS N S SS
13. Selalu bersikap percaya diri akan kemampuan
yang dimiliki dalam proses audit.
14. Menggunakan sikap independensi auditor dalam
setiap proses audit.
15. Selalu melihat pengalaman-pengalaman audit
sebelumnya dalam membuat keputusan audit.
Keyakinan Terhadap Peraturan Profesi (belief in self-regulation)
No. Pertanyaan/Pernyataan STS TS N S SS
16. Menerima kritik dan saran dari rekan sesama
profesi yang berhubungan dengan kinerja sebagai
seorang auditor.
17. Percaya dan yakin akan nasihat dari rekan sesama
profesi.
18. Keyakinan terhadap peraturan profesi menjadi
motor bagi auditor untuk memberikan hasil
pekerjaan serta pertimbangan yang dapat
dipertanggungjawabkan
Hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation)
No. Pertanyaan/Pernyataan STS TS N S SS
19. Menjaga hubungan baik dengan rekan seprofesi.
20. Melakukan interaksi dengan sesama profesi
sehingga dapat menambah pengetahuan auditor.
21. Melakukan interaksi dengan sesama profesi
sehingga semakin bijaksana dalam membuat
perencanaan dan pertimbangan dalam proses
pengauditan.
Tekanan Anggaran Waktu (X3)
No. Pertanyaan/Pernyataan STS TS N S SS
22. Auditor sering dihadapkan pada pengalokasian
waktu pemeriksaan yang sangat ketat dan kaku.
23. Auditor dituntut untuk dapat menyelesaikan
pekerjaannya tepat waktu, sesuai dengan waktu
yang telah disepakati dengan klien.
24. Auditor sering menghadapi tekanan dari
pengalokasian waktu yang sangat ketat oleh klien,
akibatnya dapat mengancam kualitas audit.
25. Adanya tekanan anggaran waktu dapat
mengakibatkan penghentian audit secara dini
(prematur sign off).
26. Tekanan anggaran waktu menyebabkan
menurunnya efektifitas dan efisiensi kegiatan
pengauditan.
27. Adanya tekanan anggaran waktu dapat
menyebabkan gagal mengivestigasi isu-isu
relevan, yang pada gilirannya dapat menghasilkan
laporan audit dengan kualitas rendah.
28. Kualitas audit bisa menjadi semakin buruk, bila
alokasi waktu yang dianggarkan tidak realistis
dengan kompleksitas audit yang diterimanya.
29. Anggaran waktu yang stabil dapat meningkatkan
kualitas jasa audit
30. Semakin lama proses audit yang dilakukan oleh
akuntan publik, maka akan mempengaruhi
kualitas audit.
Kualitas Audit (Y)
No. Pertanyaan/Pernyataan STS TS N S SS
31. Pendidikan yang berhubungan dengan profesi
auditor dapat meningkatkan kualitas audit.
32. Pengalaman menjadi pelajaran yang baik bagi
auditor dalam proses audit.
33. Auditor dituntut memiliki integritas dalam
meningkatkan kualitas audit
34. Auditor dituntut menggunakan standar auditing
dalam proses audit agar tercipta kualitas audit.
35. Auditor dituntut independen dalam proses audit.
36. Auditor dituntut dapat mengetahui temuan yang
bersifat material dan tidak material.
37. Auditor dituntut melakukan audit dengan cermat
dan seksama.
38. Auditor dituntut obyektivitas dalam hal
mengungkap fakta atas kecurangan yang terjadi
dalam laporan keuangan.
39. Auditor selalu mendahulukan kepentingan publik
daripada kepentingan pribadi.
40. Auditor dapat memberikan pernyataan apakah
wajar atau tidak laporan keuangan tersebut.
41. Auditor dituntut menggunakan sifat profesional
dalam proses audit
42. Auditor dituntut mempunyai rasa skeptisme
terhadap temuan audit sehingga dapat
meningkatkan kualitas audit.
Lampiran 2 Daftar Jawaban Responden Sikap Skeptisme Auditor (X1)
Rspndn S.1 S.2 S.3 S.4 S.5 S.6 Total 1 5 5 5 5 5 5 30 2 5 5 5 5 5 5 30 3 4 4 4 3 2 4 21 4 4 3 3 4 4 4 22 5 5 5 4 5 4 5 28 6 4 4 4 4 4 4 24 7 4 4 4 4 4 4 24 8 5 4 4 4 4 4 25 9 5 5 5 5 5 5 30
10 5 5 5 5 5 5 30 11 4 4 4 4 4 4 24 12 4 4 4 4 4 4 24 13 4 4 3 3 4 3 21 14 4 4 3 3 4 3 21 15 2 4 2 4 2 2 16 16 2 4 2 4 2 2 16 17 4 4 4 4 4 4 24 18 4 4 4 4 4 4 24 19 4 4 4 4 4 4 24 20 4 4 4 3 4 4 23 21 4 4 4 3 4 4 23 22 4 4 4 4 4 4 24 23 4 4 4 4 4 4 24 24 4 4 4 4 4 4 24 25 4 4 4 4 4 4 24 26 5 4 3 4 4 4 24 27 5 4 4 5 3 4 25 28 4 4 2 3 4 4 21 29 4 4 4 4 4 4 24 30 4 4 4 5 5 5 27 31 2 4 2 3 2 2 15 32 4 4 2 3 4 4 21 33 3 3 4 3 4 2 19 34 3 3 4 3 4 2 19 35 4 3 4 4 3 4 22
36 4 4 4 4 4 4 24 37 3 3 4 3 4 2 19 38 4 4 4 4 4 4 24 39 4 4 4 4 4 4 24 40 4 4 4 4 4 4 24 41 4 5 5 4 4 4 26 42 4 4 4 4 4 4 24 43 4 4 4 4 4 4 24 44 4 4 4 4 4 4 24 45 5 4 4 4 4 4 25 46 4 5 4 4 4 4 25 47 4 4 4 4 4 4 24 48 4 4 4 4 4 4 24 49 4 4 4 4 4 4 24 50 4 3 4 4 4 5 24 51 5 4 4 4 4 4 25 52 4 4 4 4 4 4 24 53 4 4 4 4 4 4 24 54 4 4 5 4 4 4 25 55 4 5 4 4 4 4 25 56 4 4 4 4 4 4 24 57 4 3 4 4 4 4 23 58 4 4 4 4 4 4 24 59 4 4 4 4 4 4 24 60 4 4 5 4 4 4 25 Ttl 241 241 233 236 235 233 1419
Profesionalisme Auditor (X2) Rspndn P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 P.7 P.8 P.9 P.10 P.11 P.12 P.13 P.14 P.15 Total
1 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 71 2 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 71 3 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 5 61 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 3 4 4 4 5 5 60 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 72 6 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 57 7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 59 8 4 5 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 5 4 59 9 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 57
10 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 58 11 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 62 12 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 62 13 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 62 14 4 5 4 3 3 3 4 4 3 4 4 5 5 4 3 58 15 4 5 5 3 3 3 5 3 4 4 3 5 5 5 4 61 16 4 5 4 3 4 4 5 5 4 3 4 5 5 4 4 63 17 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59 18 5 5 5 3 3 4 5 4 4 5 3 3 5 5 5 64 19 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 56 20 4 5 4 3 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 64
21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 22 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 54 23 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 54 24 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 59 25 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 58 26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 27 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 68 28 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 68 29 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 60 30 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 60 31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 32 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 56 33 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 3 3 5 5 5 67 34 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 72 35 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 3 61 36 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 55 37 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 58 38 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 71 39 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 3 5 5 5 5 70 40 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5 61 41 4 4 3 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 5 5 61 42 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 3 5 5 5 5 70 43 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 58 44 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 60
45 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 60 46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 59 47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 48 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 60 49 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 58 50 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 68 51 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 63 52 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61 53 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61 54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 55 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 56 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 56 57 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 5 5 5 62 58 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 58 59 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 3 4 5 5 5 62 60 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 68 Ttl 256 264 248 235 227 253 248 251 247 247 208 239 257 258 255 3693
Tekanan Anggaran Waktu (X3) Rspndn T.1 T.2 T.3 T.4 T.5 T.6 T.7 T.8 T.9 Total
1 5 5 5 4 5 4 4 5 4 41 2 5 4 4 3 4 4 4 3 4 35 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 34 4 3 3 3 5 5 5 5 5 3 37 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 41 6 3 4 3 3 3 4 4 4 3 31 7 3 4 3 3 3 4 4 4 3 31 8 3 4 3 4 3 4 4 5 3 33 9 4 4 2 3 2 2 4 4 2 27
10 3 4 3 3 3 4 4 4 3 31 11 3 4 3 3 3 3 3 3 4 29 12 3 4 3 3 3 3 3 3 4 29 13 4 4 4 2 2 4 4 5 3 32 14 4 4 4 2 2 4 4 5 3 32 15 4 4 4 4 3 2 4 4 3 32 16 4 4 4 4 3 2 4 4 3 32 17 4 4 4 4 3 2 4 4 3 32 18 4 4 3 3 2 2 3 3 3 27 19 4 4 3 3 2 2 3 3 3 27 20 4 3 3 4 4 2 2 3 2 27 21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 24 4 4 1 2 2 4 3 1 2 23 25 4 4 1 4 2 2 2 1 2 22 26 4 5 4 2 1 2 5 5 2 30 27 4 4 4 4 4 4 3 4 4 35 28 2 4 4 4 4 5 4 5 5 37 29 3 4 3 3 4 4 4 4 4 33 30 4 5 4 2 1 2 5 5 2 30 31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 32 3 4 3 3 3 3 3 3 3 28 33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 34 3 4 3 3 2 2 2 4 2 25 35 4 5 3 3 3 3 3 4 3 31 36 3 4 4 3 4 4 4 4 3 33 37 3 4 3 4 3 3 3 4 3 30
38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 39 5 4 3 4 3 3 4 5 4 35 40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 41 4 4 3 3 3 4 4 4 4 33 42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 43 4 5 4 4 4 4 4 5 4 38 44 5 4 4 4 4 4 4 5 4 38 45 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 46 5 4 4 4 4 4 4 5 4 38 47 4 3 3 4 4 4 3 5 4 34 48 5 4 3 3 3 3 4 4 4 33 49 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 51 5 4 3 4 3 3 4 5 4 35 52 5 4 3 4 4 4 4 4 4 36 53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 54 5 4 3 3 3 4 4 4 4 34 55 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 56 5 4 4 4 4 4 4 4 4 37 57 5 4 3 4 3 3 4 5 4 35 58 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 59 5 5 4 4 3 3 4 5 3 36 60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
Ttl 239 244 210 213 201 210 228 244 210 1999
Kualitas Audit (Y) Rspndn K.1 K.2 K.3 K.4 K.5 K.6 K.7 K.8 K.9 K.10 K.11 K.12 Total
1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60 3 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 50 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 46 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 56 6 5 5 4 4 5 4 3 3 2 4 5 5 49 7 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 46 8 4 4 4 4 5 3 4 4 4 5 5 4 50 9 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 57
10 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 53 11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 13 5 5 2 4 5 2 5 5 4 5 4 4 50 14 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 45 15 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 56 16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 17 5 5 2 4 5 2 5 4 5 5 4 4 50 18 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 5 46 19 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 37 20 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 52 21 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 52 22 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 52 23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 29 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 2 54 30 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 2 54 31 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 47 32 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 47 33 4 4 4 4 4 3 5 5 4 5 5 3 50 34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 46 35 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 52 36 4 4 4 4 4 3 5 5 4 5 5 3 50 37 4 4 4 4 4 3 5 5 4 5 5 3 50
38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 39 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 59 40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 41 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 50 42 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 54 43 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51 44 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 47 45 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51 46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 48 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 51 49 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 51 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 51 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 53 52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 54 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 54 55 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 49 56 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 57 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49 58 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 51 59 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51 60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 Ttl 258 253 252 252 260 234 252 251 246 250 258 236 3002
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap Skeptisme Auditor
Correlations
SA1 SA2 SA3 SA4 SA5 SA6 Total SA1 Pearson
Correlation 1 .413** .550** .526** .635** .815** .859**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 SA2 Pearson
Correlation .413** 1 .288* .495** .276* .461** .597**
Sig. (2-tailed)
.001 .026 .000 .033 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 SA3 Pearson
Correlation .550** .288* 1 .499** .590** .551** .767**
Sig. (2-tailed)
.000 .026 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 SA4 Pearson
Correlation .526** .495** .499** 1 .383** .650** .750**
Sig. (2-tailed)
.000 .000 .000 .003 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 SA5 Pearson
Correlation .635** .276* .590** .383** 1 .609** .764**
Sig. (2-tailed)
.000 .033 .000 .003 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 SA6 Pearson
Correlation .815** .461** .551** .650** .609** 1 .891**
Sig. (2-tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 Total
Pearson Correlation
.859** .597** .767** .750** .764** .891** 1
Sig. (2-tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Variabel Profesionalisme Auditor
Correlations
PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 PA8 PA9 PA10 PA11 PA12 PA13 PA14 PA15 Total PA1 Pearson
Correlation 1 .585** .253 .408** .191 .402** .374** .675** .320* .723** .036 .321* .687** .592** .599** .792**
Sig. (2-tailed) .000 .051 .001 .143 .001 .003 .000 .013 .000 .786 .012 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 PA2 Pearson
Correlation .585** 1 .542** .138 .154 .118 .449** .520** .111 .540** -.012 .297* .668** .505** .300* .653**
Sig. (2-tailed)
.000 .000 .293 .240 .370 .000 .000 .400 .000 .927 .021 .000 .000 .020 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 PA3 Pearson
Correlation .253 .542** 1 .053 -.021 .020 .260* .106 .007 .408** -.398** -.118 .281* .136 .069 .267*
Sig. (2-tailed)
.051 .000 .689 .871 .879 .045 .418 .957 .001 .002 .370 .030 .299 .601 .039
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 PA4 Pearson
Correlation .408** .138 .053 1 .411** .461** .153 .295* .328* .442** .080 .214 .092 .111 .313* .495**
Sig. (2-tailed)
.001 .293 .689 .001 .000 .244 .022 .011 .000 .542 .101 .483 .400 .015 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 PA5 Pearson
Correlation .191 .154 -.021 .411** 1 .384** .159 .389** .326* .267* .553** .265* .177 -.157 .318* .497**
Sig. (2-tailed)
.143 .240 .871 .001 .002 .226 .002 .011 .039 .000 .041 .176 .231 .013 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 PA6 Pearson
Correlation .402** .118 .020 .461** .384** 1 .232 .378** .216 .414** .225 .167 .205 .287* .496** .561**
Sig. (2-tailed)
.001 .370 .879 .000 .002 .075 .003 .098 .001 .084 .203 .116 .026 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
PA7 Pearson Correlation
.374** .449** .260* .153 .159 .232 1 .478** .311* .295* .265* .462** .474** .283* .249 .620**
Sig. (2-tailed)
.003 .000 .045 .244 .226 .075 .000 .016 .022 .041 .000 .000 .028 .055 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 PA8 Pearson
Correlation .675** .520** .106 .295* .389** .378** .478** 1 .378** .496** .257* .344** .564** .304* .379** .736**
Sig. (2-tailed)
.000 .000 .418 .022 .002 .003 .000 .003 .000 .048 .007 .000 .018 .003 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 PA9 Pearson
Correlation .320* .111 .007 .328* .326* .216 .311* .378** 1 .170 .059 .154 .175 .384** .498** .470**
Sig. (2-tailed)
.013 .400 .957 .011 .011 .098 .016 .003 .194 .655 .239 .180 .002 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 PA10
Pearson Correlation
.723** .540** .408** .442** .267* .414** .295* .496** .170 1 .089 .377** .720** .495** .621** .790**
Sig. (2-tailed)
.000 .000 .001 .000 .039 .001 .022 .000 .194 .500 .003 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 PA11
Pearson Correlation
.036 -.012 -.398** .080 .553** .225 .265* .257* .059 .089 1 .358** .175 -.155 .210 .337**
Sig. (2-tailed)
.786 .927 .002 .542 .000 .084 .041 .048 .655 .500 .005 .181 .236 .108 .008
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 PA12
Pearson Correlation
.321* .297* -.118 .214 .265* .167 .462** .344** .154 .377** .358** 1 .585** .253 .297* .585**
Sig. (2-tailed)
.012 .021 .370 .101 .041 .203 .000 .007 .239 .003 .005 .000 .051 .021 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 PA13
Pearson Correlation
.687** .668** .281* .092 .177 .205 .474** .564** .175 .720** .175 .585** 1 .623** .666** .802**
Sig. (2-tailed)
.000 .000 .030 .483 .176 .116 .000 .000 .180 .000 .181 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
PA14
Pearson Correlation
.592** .505** .136 .111 -.157 .287* .283* .304* .384** .495** -.155 .253 .623** 1 .674** .582**
Sig. (2-tailed)
.000 .000 .299 .400 .231 .026 .028 .018 .002 .000 .236 .051 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 PA15
Pearson Correlation
.599** .300* .069 .313* .318* .496** .249 .379** .498** .621** .210 .297* .666** .674** 1 .742**
Sig. (2-tailed)
.000 .020 .601 .015 .013 .000 .055 .003 .000 .000 .108 .021 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 Total
Pearson Correlation
.792** .653** .267* .495** .497** .561** .620** .736** .470** .790** .337** .585** .802** .582** .742** 1
Sig. (2-tailed)
.000 .000 .039 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .008 .000 .000 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Variabel Tekanan Anggaran Waktu
Correlations
TAW1 TAW2 TAW3 TAW4 TAW5 TAW6 TAW7 TAW8 TAW9 Total TAW1 Pearson
Correlation 1 .242 .183 .186 .092 -.073 .222 .174 .217 .381**
Sig. (2-tailed) .062 .161 .156 .484 .582 .089 .183 .096 .003
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 TAW2 Pearson
Correlation .242 1 .288* -.185 -.256* -.150 .317* .235 -.058 .163
Sig. (2-tailed) .062 .026 .158 .048 .252 .014 .071 .662 .213 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TAW3 Pearson Correlation
.183 .288* 1 .243 .465** .309* .518** .584** .484** .741**
Sig. (2-tailed) .161 .026 .062 .000 .016 .000 .000 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TAW4 Pearson Correlation
.186 -.185 .243 1 .678** .239 .096 .217 .437** .574**
Sig. (2-tailed) .156 .158 .062 .000 .066 .464 .095 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TAW5 Pearson Correlation
.092 -.256* .465** .678** 1 .682** .189 .197 .704** .754**
Sig. (2-tailed) .484 .048 .000 .000 .000 .148 .131 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TAW6 Pearson Correlation
-.073 -.150 .309* .239 .682** 1 .386** .266* .645** .660**
Sig. (2-tailed) .582 .252 .016 .066 .000 .002 .040 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TAW7 Pearson Correlation
.222 .317* .518** .096 .189 .386** 1 .631** .296* .645**
Sig. (2-tailed) .089 .014 .000 .464 .148 .002 .000 .022 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TAW8 Pearson Correlation
.174 .235 .584** .217 .197 .266* .631** 1 .306* .660**
Sig. (2-tailed) .183 .071 .000 .095 .131 .040 .000 .017 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TAW9 Pearson Correlation
.217 -.058 .484** .437** .704** .645** .296* .306* 1 .776**
Sig. (2-tailed) .096 .662 .000 .000 .000 .000 .022 .017 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Total Pearson Correlation
.381** .163 .741** .574** .754** .660** .645** .660** .776** 1
Sig. (2-tailed) .003 .213 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Variabel Tekanan Anggaran Waktu Setelah Item ke-2 Dikeluarkan
Correlations
TAW1 TAW2 TAW3 TAW4 TAW5 TAW6 TAW7 TAW8 Total TAW1 Pearson
Correlation 1 .183 .186 .092 -.073 .222 .174 .217 .360**
Sig. (2-tailed) .161 .156 .484 .582 .089 .183 .096 .005
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 TAW2 Pearson
Correlation .183 1 .243 .465** .309* .518** .584** .484** .720**
Sig. (2-tailed) .161 .062 .000 .016 .000 .000 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TAW3 Pearson Correlation
.186 .243 1 .678** .239 .096 .217 .437** .600**
Sig. (2-tailed) .156 .062 .000 .066 .464 .095 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TAW4 Pearson Correlation
.092 .465** .678** 1 .682** .189 .197 .704** .788**
Sig. (2-tailed) .484 .000 .000 .000 .148 .131 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TAW5 Pearson Correlation
-.073 .309* .239 .682** 1 .386** .266* .645** .682**
Sig. (2-tailed) .582 .016 .066 .000 .002 .040 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TAW6 Pearson Correlation
.222 .518** .096 .189 .386** 1 .631** .296* .620**
Sig. (2-tailed) .089 .000 .464 .148 .002 .000 .022 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TAW7 Pearson Correlation
.174 .584** .217 .197 .266* .631** 1 .306* .644**
Sig. (2-tailed) .183 .000 .095 .131 .040 .000 .017 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
TAW8 Pearson Correlation
.217 .484** .437** .704** .645** .296* .306* 1 .791**
Sig. (2-tailed) .096 .000 .000 .000 .000 .022 .017 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Total Pearson Correlation
.360** .720** .600** .788** .682** .620** .644** .791** 1
Sig. (2-tailed) .005 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Variabel Kualitas Audit Correlations
KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA8 KA9 KA10 KA11 KA12 Total KA1 Pearson
Correlation 1 .841** .383** .454** .468** .158 .383** .318* .138 .428** .315* .062 .671**
Sig. (2-tailed) .000 .003 .000 .000 .227 .003 .013 .293 .001 .014 .638 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 KA2 Pearson
Correlation .841** 1 .283* .461** .384** .132 .317* .317* .172 .362** .285* .202 .646**
Sig. (2-tailed)
.000 .028 .000 .002 .315 .014 .014 .189 .005 .027 .121 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 KA3 Pearson
Correlation .383** .283* 1 .407** .252 .649** .086 .194 .180 .092 .383** -.008 .568**
Sig. (2-tailed)
.003 .028 .001 .052 .000 .515 .137 .169 .483 .003 .953 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 KA4 Pearson
Correlation .454** .461** .407** 1 .623** .363** .338** .476** .377** .443** .454** -.118 .715**
Sig. (2-tailed)
.000 .000 .001 .000 .004 .008 .000 .003 .000 .000 .371 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 KA5 Pearson
Correlation .468** .384** .252 .623** 1 .110 .346** .220 .429** .457** .535** .017 .654**
Sig. (2-tailed)
.000 .002 .052 .000 .401 .007 .091 .001 .000 .000 .899 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 KA6 Pearson
Correlation .158 .132 .649** .363** .110 1 -.047 .061 .187 -.101 .158 .281* .450**
Sig. (2-tailed)
.227 .315 .000 .004 .401 .722 .641 .154 .443 .227 .029 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 KA7 Pearson
Correlation .383** .317* .086 .338** .346** -.047 1 .827** .442** .697** .454** -.171 .614**
Sig. (2-tailed)
.003 .014 .515 .008 .007 .722 .000 .000 .000 .000 .191 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 KA8 Pearson
Correlation .318* .317* .194 .476** .220 .061 .827** 1 .427** .734** .588** -.115 .673**
Sig. (2-tailed)
.013 .014 .137 .000 .091 .641 .000 .001 .000 .000 .380 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 KA9 Pearson
Correlation .138 .172 .180 .377** .429** .187 .442** .427** 1 .504** .452** .113 .609**
Sig. (2-tailed)
.293 .189 .169 .003 .001 .154 .000 .001 .000 .000 .388 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 KA10 Pearson
Correlation .428** .362** .092 .443** .457** -.101 .697** .734** .504** 1 .672** -.061 .696**
Sig. (2-tailed)
.001 .005 .483 .000 .000 .443 .000 .000 .000 .000 .641 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 KA11 Pearson
Correlation .315* .285* .383** .454** .535** .158 .454** .588** .452** .672** 1 .062 .733**
Sig. (2-tailed)
.014 .027 .003 .000 .000 .227 .000 .000 .000 .000 .638 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 KA12 Pearson
Correlation .062 .202 -.008 -.118 .017 .281* -.171 -.115 .113 -.061 .062 1 .215
Sig. (2-tailed)
.638 .121 .953 .371 .899 .029 .191 .380 .388 .641 .638 .099
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 Total Pearson
Correlation .671** .646** .568** .715** .654** .450** .614** .673** .609** .696** .733** .215 1
Sig. (2-tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .099 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Variabel Kualitas Audit Setelah Item ke-12 Dikeluarkan
Correlations
KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA8 KA9 KA10 KA11 Total KA1 Pearson
Correlation 1 .841** .383** .454** .468** .158 .383** .318* .138 .428** .315* .675**
Sig. (2-tailed) .000 .003 .000 .000 .227 .003 .013 .293 .001 .014 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 KA2 Pearson
Correlation .841** 1 .283* .461** .384** .132 .317* .317* .172 .362** .285* .625**
Sig. (2-tailed) .000 .028 .000 .002 .315 .014 .014 .189 .005 .027 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
KA3 Pearson Correlation
.383** .283* 1 .407** .252 .649** .086 .194 .180 .092 .383** .583**
Sig. (2-tailed) .003 .028 .001 .052 .000 .515 .137 .169 .483 .003 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
KA4 Pearson Correlation
.454** .461** .407** 1 .623** .363** .338** .476** .377** .443** .454** .752**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .004 .008 .000 .003 .000 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
KA5 Pearson Correlation
.468** .384** .252 .623** 1 .110 .346** .220 .429** .457** .535** .666**
Sig. (2-tailed) .000 .002 .052 .000 .401 .007 .091 .001 .000 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
KA6 Pearson Correlation
.158 .132 .649** .363** .110 1 -.047 .061 .187 -.101 .158 .410**
Sig. (2-tailed) .227 .315 .000 .004 .401 .722 .641 .154 .443 .227 .001 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
KA7 Pearson Correlation
.383** .317* .086 .338** .346** -.047 1 .827** .442** .697** .454** .658**
Sig. (2-tailed) .003 .014 .515 .008 .007 .722 .000 .000 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 KA8 Pearson
Correlation .318* .317* .194 .476** .220 .061 .827** 1 .427** .734** .588** .709**
Sig. (2-tailed) .013 .014 .137 .000 .091 .641 .000 .001 .000 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
KA9 Pearson Correlation
.138 .172 .180 .377** .429** .187 .442** .427** 1 .504** .452** .603**
Sig. (2-tailed) .293 .189 .169 .003 .001 .154 .000 .001 .000 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
KA10 Pearson Correlation
.428** .362** .092 .443** .457** -.101 .697** .734** .504** 1 .672** .723**
Sig. (2-tailed) .001 .005 .483 .000 .000 .443 .000 .000 .000 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
KA11 Pearson Correlation
.315* .285* .383** .454** .535** .158 .454** .588** .452** .672** 1 .739**
Sig. (2-tailed) .014 .027 .003 .000 .000 .227 .000 .000 .000 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Total Pearson Correlation
.675** .625** .583** .752** .666** .410** .658** .709** .603** .723** .739** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Sikap Skeptisme Auditor Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.867 .865 6
Variabel Profesionalisme Auditor
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.871 .870 15
Variabel Tekanan Anggaran Waktu Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.808 .806 8
Variabel Kualitas Audit Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.856 .863 11
Lampiran 5 Hasil Uji Hipotesis dan Asumsi Klasik
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
dimensi on0 1 .477a .227 .186 3.379
a. Predictors: (Constant), TekananAnggaranWaktu, SikapSkeptismeAuditor, ProfesionalismeAuditor
b. Dependent Variable: KualitasAudit
ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 187.945 3 62.648 5.486 .002a
Residual 639.455 56 11.419 Total 827.400 59
a. Predictors: (Constant), TekananAnggaranWaktu, SikapSkeptismeAuditor, ProfesionalismeAuditor b. Dependent Variable: KualitasAudit
Coefficientsa Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 19.984 6.791 2.943 .005 SikapSkeptismeAuditor .408 .150 .321 2.713 .009 .985 1.015 ProfesionalismeAuditor .205 .097 .256 2.116 .039 .943 1.061 TekananAnggaranWaktu .131 .114 .139 1.146 .257 .936 1.068
a. Dependent Variable: KualitasAudit
Coefficient Correlationsa Model Tekanan
AnggaranWaktu SikapSkeptisme
Auditor Profesionalisme
Auditor 1 Correlations TekananAnggaranWaktu 1.000 -.097 -.228
SikapSkeptismeAuditor -.097 1.000 -.051 ProfesionalismeAuditor -.228 -.051 1.000
Covariances TekananAnggaranWaktu .013 -.002 -.003 SikapSkeptismeAuditor -.002 .023 -.001 ProfesionalismeAuditor -.003 -.001 .009
a. Dependent Variable: KualitasAudit
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenval
ue Condition
Index
Variance Proportions
(Constant) SikapSkeptisme
Auditor Profesionalisme
Auditor Tekanan
AnggaranWaktu
dimensi on0
1
dimensi on1
1 3.973 1.000 .00 .00 .00 .00 2 .015 16.433 .00 .46 .00 .61 3 .009 20.805 .07 .46 .21 .38 4 .003 38.915 .93 .09 .79 .00
a. Dependent Variable: KualitasAudit
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 42.62 51.51 46.10 1.785 60 Std. Predicted Value -1.952 3.033 .000 1.000 60 Standard Error of Predicted Value
.464 1.726 .822 .296 60
Adjusted Predicted Value 41.46 50.89 46.07 1.780 60 Residual -11.284 8.294 .000 3.292 60 Std. Residual -3.339 2.455 .000 .974 60 Stud. Residual -3.467 2.633 .005 1.014 60 Deleted Residual -12.166 9.542 .034 3.570 60 Stud. Deleted Residual -3.878 2.787 .003 1.051 60 Mahal. Distance .131 14.411 2.950 2.999 60 Cook's Distance .000 .261 .022 .049 60 Centered Leverage Value .002 .244 .050 .051 60 a. Dependent Variable: KualitasAudit