PENGARUH SIKAP SKEPTIS, PENGALAMAN AUDIT, …eprints.ums.ac.id/59697/15/NASKAH PUBLIKASI...

25
PENGARUH SIKAP SKEPTIS, PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI, INDEPENDENSI AUDITOR, DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi pada kantor akuntan publik di Surakarta dan Yogyakarta) Disususn Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Oleh: Sukron mahmud B200130288 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of PENGARUH SIKAP SKEPTIS, PENGALAMAN AUDIT, …eprints.ums.ac.id/59697/15/NASKAH PUBLIKASI...

PENGARUH SIKAP SKEPTIS, PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI,

INDEPENDENSI AUDITOR, DAN AKUNTABILITAS

TERHADAP KUALITAS AUDIT

(Studi pada kantor akuntan publik di Surakarta dan Yogyakarta)

Disususn Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh:

Sukron mahmud

B200130288

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

i

iii

1

PENGARUH SIKAP SKEPTISME, PENGALAMAN AUDIT,

KOMPETENSI, INDEPENDENSI AUDITOR,

DAN AKUNTABILITAS TERHADAP

KUALITAS AUDIT

(Studi pada kantor akuntan publik di Surakarta dan Yogyakarta)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh sikap skeptis, pengalaman

audit, kompetensi, independensi auditor, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit.

Sampel dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan

Publik (KAP) Di Surakarta dan Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian uji F menunjukkan

bahwa variabel independen yang dipakai dalam penelitian ini (sikap skeptis,

pengalaman audit, kompetensi, independensi auditor, dan akuntabilitas)

berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil pengujian koefisien determinasi

menunjukkan bahwa variabel independen dapat menjelaskanvariabel dependen

sebesar 78,2%, sedangkan sisanya 21,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang

tidak digunakan dalam penelitian ini. Hasil pengujian uji t menunjukkan bahwa

variabel sikap skeptis, kompetensi, independensi auditor dan akuntabilitas

berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan variabel pengalaman audit tidak

berpengaruh terhadap kualitas audit.

Kata kunci: sikap skeptis, pengalaman audit, kompetensi, independensi auditor,

akuntabilitas, kualitas audit.

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of attitude of skepticism, audit

experience, competence, auditor independence, and accountability on audit

quality. The sample in this research is employes who work in Public Accounting

Firm (KAP) In Surakarta and Yogyakarta. The sampling technique used

purposive sampling technique. The result of the F-test show that the independent

variables used in this study (attitude of skepticism, audit experience, competence,

auditor independence and accountability) influence the audit quality. The result of

determination coefficient test show that independent variable can explain

dependent variable equal to 78,2%, while the rest 21,8% influenced by other

variable not used in this research. The result of t-test show that attitude of

skepticism variable, competence, auditor independence, accountability have an

effect on audit quality, while audit experience variable have not effect on audit

quality.

Keywords: attitude of skepticism, audit experience, competence, auditor

independence, accountability, audit quality.

2

1. PENDAHULUAN

Audit merupakan suatu proses sistematis untuk menghimpun dan

mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang

berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk meningkatkan tingkat

kesesuaian antara asersi-asersi tersebut degan kriteria yang telah ditentukan

dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan

menurut ASOBAC (Halim, 2008: 1).

Permasalahan mengenai rendahnya kualitas audit menjadi sorotan

masyarakat dalam beberapa tahun terakhir dengan adanya keterlibatan

akuntan publik didalamnya. Teori keagenan terkait permasalahan audit

memperlihatkan bahwa, permintaan jasa audit muncul karena adanya konflik

kepentingan antara manajemen sebagai agen dan pemegang saham sebagai

principal, dggan pihak-pihak lain yang mengadakan kontrak dengan klien

(Srimindarti, 2006). Auditor dalam hal ini merupakan pihak yang dianggap

mampu menjembatani kepetingan principal dan agen dalam mengelola

keuangan perusahaan (Setiawan, 2006).

Besarnya kepercayaan pengguna laporan keuangan pada akuntan

publik ini mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas auditnya.

Ironisnya, kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan kepada

akuntan publik seringkali diciderai dengan banyaknya skandal , misalnya saja

kasus mengenai seorang akuntan publik bernama Biasa Sitepu diduga terlibat

dalam kasus korupsi kredit macet, karena terlibat dalam pembuatan laporan

keuangan Raden Motor guna memperoleh pinjaman senilai Rp 52 miliar dari

BRI Cabang Jambi tahun 2009 lalu, sumber media online

(http://regional.kompas.com).

Berdasarkan kasus yang terjadi pada akuntan publik ini menyebabkan

integritas, objektivitas danggg kinerja dari seorang auditor mulai diragukan.

Menurut Halim (2008: 59) laporan keuangan yang berguna bagi pembuatan

keputusan adalah laporan keuangan yang berkualitas. Oleh sebab itu, kualitas

audit merupakan hal yang sangat penting untuk dihasilkan oleh auditor dalam

melakukan pengauditan. Dalam hal ini KAP perlu meningkatkan kualitas

3

audit untuk meningkatkan integirtas auditor agar kembali dapat dipercaya

pihak yang berkepentingan dengan memperhatikan sikap skeptis, pengalaman

kerja, kompetensi, independensi dan akuntabilitas auditor.

Rusyanti (2010) rendahnya sikap skeptisme professional yang dimiliki

akan mengurangi kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan sehingga

auditor tidak mampu memenuhi tuntutan untuk menghasilkan laporan yang

berkualitas. Padahal jika auditor mampu mendeteksi adanya temuan dan

keadaan yang sesungguhnya dalam laporan keuangan klien maka kualitas

audit yang dihasilkan akan semakin baik. Sikap skeptis yang harus dimiliki

auditor tidak hanya dapat digunakan dalam pelaksanaan audit dan

penyusunan laporan, namun dalam melakukan pekerjaan lapangan serta untuk

mendapatkan bukti audit kompeten yang cukup maka seorang auditor pun

wajib untuk menjunjung skeptisme guna meningkatkan kualitas dari laporan

yang dihasilkan.

Menurut Arens et al. (2003: 22) dengan pengalaman, auditor dapat

melaksanakan tugas auditnya dengan baik dan menghasilkan hasil kerja yang

berkualitas sehingga dapat dijadikan acuan pengambilan keputusan oleh

pihak manajemen. Pengalaman dapat menggali kemampuan auditor dalam

melaksanakan tugasnya sehingga mencapai hasil kerja yang berkualitas. Pada

umumnya publik berasumsi bahwa pengalaman akan mempengaruhi hasil

kerja auditor. Semakin banyak pengalaman kerja auditor, semakin baik pula

kualitas hasil kerjanya.

Menurut De Angelo (1981) Kompetensi dapat diperoleh melalui

pengetahuan dan pengalaman, kompetensi dapat meyakinkan bahwa kualitas

jasa audit yang diberikan memenuhi tingkat profesionalisme tinggi. Dalam

melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang ahli di

bidang akuntansi dan auditing. kualitas audit dapat dicapai oleh auditor

apabila auditor memiliki kompetensi yang baik. Semakin tinggi kompetensi

yang dimiliki oleh auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin

baik.

4

Independensi merupakan sikap yang tidak mudah dipengaruhi, dan

tidak memihak pada siapapun. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak

kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya

kepada manajemen dan pemilik peusahaan, namun juga kepada kreditur dan

pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik

(Shintya dkk, 2016). Arens et al. (2014) Independensi merupakan syarat

penting bagi auditor dalam melaksanakan prosedur audit yang bertujuan

untuk menilai kewajaran laporan keuangan. Akuntan publik dipercaya oleh

pemakai laporan keuangan sebagai pihak independen untuk memberikan

jaminan memadai mengenai asersi manajemen. Independensi merupakan

faktor yang memengaruhi kualitas audit.

Rasa tanggung jawab (akuntabilitas) yang dimiliki oleh auditor dalam

menyelesaikan pekerjaan audit mampu mempengaruhi kualitas hasil

pekerjaan auditor sehingga akuntabilitas menjadi salah satu faktor penting

yang harus dimiliki auditor. Setiap akuntan publik harus memenuhi tanggung

jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin, akuntabilitas yang

dimiliki seorang auditor dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam

pengambilan keputusan yang berpengaruh terhadap kualitas audit (Putra dan

Abdullah, 2016).

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Sari dan

Ramantha tahun 2015. Tentang pengaruh sikap skeptisme, pengalaman audit,

kompetensi dan independensi auditor pada kualitas audit studi pada kantor

BPK di Bali. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menambah variabel

akuntabilitas dengan obyek penelitian yang berbeda yaitu pada KAP

Surakarta dan Yogyakarta tahun 2017.

latar belakang diatas,penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul ” PENGARUH SIKAP SKEPTISME, PENGALAMAN

AUDIT, KOMPETENSI, INDEPENDENSI AUDITOR, DAN

AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi pada kantor

akuntan publik di Surakarta dan Yogyakarta)”. Tujuan dari penelitian ini

5

adalah untuk menganalisis pengaruh sikap skeptisme, pengalaman audit,

kompetensi, independensi auditor, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit.

2. METODE PENELITIAN

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode survei, dengan teknik kuesioner yaitu metode yang digunakan

untuk memperoleh data primer yang relevan dengan objek penelitian berupa

serangkaian pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya

(Sugiyono, 2012: 199). Sumber data primer dalam penelitian ini adalah

auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surakarta dan

Yogyakarta.

2.1 Definisi Variabel dan Pengukurannya

2.1.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah kualitas audit. Variabel ini di ukur dengan menggunakan instrumen

pengukuran dalam bentuk kuesioner dengan menggunakan skala likert.

Kuesioner ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Sukriah, dkk (2009).

Pernyataan ini terdiri dari 10 item dan dua indicator yaitu: Kesesuaian

pemeriksaan dengan standar audit dan Kualitas laporan hasil pemeriksaaan.

2.1.2 Variabel Independen

2.1.3 Sikap skeptisme

Menurut Sukrisno Agoes (2012:71) menyatakan bahwa, skeptisme

Profesional merupakan sikap yang penuh dengan pernyataan di dalam

benaknya serta sikap penilaian kritis atas setiap bukti audit yang diperoleh.

Sikap skeptis memiliki pengaruh dalam mengevaluasi bukti audit yang

diberikan manajemen untuk mendukung terjaminnya kualitas audit yang

dihasilkan. Variabel ini di ukur dengan menggunakan instrumen pengukuran

dalam bentuk kuesioner dengan menggunakan skala likert. Kuesioner ini

6

mengacu pada penelitian yang dilakukan Adrian (2013) yang terdiri dari 6 item

pernyataan.

2.1.4 Pengalaman audit

Pengalaman dapat membantu seseorang dalam mengembangkan

ilmunya. Auditor dapat mengembangkan kemampuan dan keahliannya melalui

pengalaman kerja. Dengan banyaknya pengalaman kerja, auditor dapat

melaksanakan tugasnya dengan maksimal sehingga menghasilkan kualitas

audit yang berkualitas. Lamanya bekerja membuat pengalaman kerja semakin

banyak, sehingga memperluas pengetahuannya yang dapat meningkatkan

kualitas audit ( Singgih dan Bawono, 2010). Pengukuran variabel ini

menggunakan instrumen berupa pernyataan yang mengacu pada penelitian

yang dilakukan Sukriah,dkk (2009) terdiri dari 8 pernyataan dan dua indikator

yaitu: Lamanya bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas pemeriksaan.

2.1.5 Kompetensi

kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan

pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara

objektif, cermat dan seksama (Agusti dan Putri, 2013). Pengukuran variabel ini

menggunakan Kuesioner mengacu pada penelitian yang dilakukan Sukriah,dkk

(2009) terdiri dari 10 pernyataan dan 3 indikator yaitu: Mutu Personal,

pengetahuan umum dan Keahlian Khusus.

2.1.6 Independensi auditor

Independensi diartikan sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh,

tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.

Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam

mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak

memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Independensi auditor diukur melalui: lama hubungan dengan klien (audit

tenure), tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor (peer review), dan

7

pemberian jasa non audit (Mulyadi, 1998: 25). Pengukuran variabel ini

menggunakan instrumen pernyataan yang mengacu pada penelitian yang

dilakukan Sukriah,dkk (2009) terdiri dari 9 pernyataan dan 3 indikator yaitu:

Independensi penyusunan program, independensi pelaksanaan pekerjaan, dan

independensi pelaporan.

2.1.7 Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki

seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan dipertanggung

jawabkan kepada lingkungannya. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya

sebagai profesional, setiap auditor harus senantiasa menggunakan

pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya

(Bawono dan Singgih 2010). Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen

berupa pernyataan yang mengacu pada penelitian yang dilakukan Yunarti

(2014) yang terdiri dari 9 pertanyaaan dan 3 indikator yaitu: Motivasi,

pengabdian pada profesi dan Kewajiban social.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Uji Asumsi klasik

3.1.1 Uji Normalitas

Tabel IV.1

Hasil Pengujian Normalitas

Variabel Kolmogorov-

Smirnov

Sig

(2-tailed) p-value Keterangan

Undstadardized

residual

0,875 0,428 P > 0,05 Normal

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan hasil pengujian normalitas dengan melihat nilai

Kolmogorov-Smirnov terhadap data unstandardized residual adalah

sebesar 0,428, dapat diketahui bahwa semua p-value untuk data ternyata

8

lebih besar dari =5% (p>0,05), sehingga dapat dinyatakan bahwa

keseluruhan data yang diperoleh memiliki sebaran yang normal.

3.1.2 Uji Multikolinieritas

Tabel IV.2

Hasil Pengujian Multikolinieritas

No Variabel Tolerance VIF Keterangan

1. Sikap Skeptisme 0,813 1,230 Bebas Multikolinieritas

2. Pengalaman

Audit 0,589 1,697

Bebas Multikolinieritas

3. Kompetensi 0,569 1,758 Bebas Multikolinieritas

4. Independensi

Auditor 0,483 2,068

Bebas Multikolinieritas

5. Akuntabilitas 0,575 1,739 Bebas Multikolinieritas

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa VIF < 10 dan nilai

toleransi > 0,1, sehingga tidak terjadi multikolinieritas dalam penelitian

ini.

3.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Tabel IV.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Sign. p* Keterangan

Sikap Skeptisme 0,466 P > 0,05 Bebas Heteroskedastisitas

Pengalaman Audit 0,680 P > 0,05 Bebas Heteroskedastisitas

Kompetensi 0,904 P > 0,05 Bebas Heteroskedastisitas

Independensi

Auditor

0,831 P > 0,05 Bebas Heteroskedastisitas

Akuntabilitas 0,462 P > 0,05 Bebas Heteroskedastisitas

Sumber: Hasil Analisis, 2017

9

Berdasarkan tabel diatas hasil perhitungan uji heteroskedastisitas

menunjukkan tidak ada gangguan heteroskedastisitas, karena nilai p>0,05

atau tidak signifikan pada =5%. Dengan demikian secara keseluruhan

dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam

penelitian ini.

3.1.4 Analis Regresi Linier Berganda

Tabel IV.4

Hasil Analisis Regresi linier Berganda

Keterangan B T Sig. Keterangan

(Constant) 4,092

Sikap Skeptisme 0,272 2,480 0,020 H1 Diterima

Pengalaman Audit -0,012 -0,092 0,927 H2 Ditolak

Kompetensi 0,224 2,206 0,036 H3 Diterima

Independensi Auditor 0,309 3,060 0,005 H4 Diterima

Akuntabilitas 0,293 3,047 0,005 H5 Diterima

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Hasil analisis regresi linear berganda pada tabel IV.4 secara

sistematis dapat ditulis persamaannya sebagai berikut :

KA = 4,092 + 0,272 SS - 0,012 PA + 0,224 K + 0,309 IA + 0,293 A + e

Interpretasi dari masing-masing koefisien variabel adalah sebagai berikut:

a. Nilai konstanta sebesar 4,092 menunjukkan bahwa jika variabel

independen yaitu sikap skeptisme, pengalaman audit, kompetensi,

independensi auditor, dan akuntabilitas diasumsikan konstan maka

Kualitas Audit akan meningkat.

b. Koefisien regresi pada variabel sikap skeptisme sebesar 0,272

menunjukkan bahwa jika sikap skeptisme auditor semakin tinggi maka

kualitas audit akan meningkat.

10

c. Koefisien regresi pada variabel pengalaman audit sebesar -0,012

menunjukkan bahwa jika auditor semakin berpengalaman maka

kualitas audit akan menurun.

d. Koefisien regresi pada variabel kompetensi sebesar 0,224

menunjukkan bahwa jika auditor itu semakin kompeten maka kualitas

audit akan meningkat.

e. Koefisien regresi pada variabel independensi auditor sebesar 0,309

menunjukkan bahwa jika Auditor itu semakin independen maka

kualitas audit akan meningkat.

f. Koefisien regresi pada variabel akuntabilitas sebesar 0,293

menunjukkan bahwa jika akuntabilitas auditor semakin tinggi maka

kualitas audit akan meningkat.

3.1.5 Uji F

Tabel IV.5

Hasil Uji F

Model Fhitung Sig Kesimpulan

1 23,249 0,000 Berpengaruh

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai F hitung (23,249)

dengan p-value = 0,000 sedangkan Ftabel (2,59) dengan ketentuan α = 5%,

df = k-1 atau 5-1 = 4, dan df2 = n-k atau 32-5-1 = 26, hasil uji dari

distribusi F hitung (23,249) lebih besar dari F tabel (2,59) dengan p-value

0,000 < 0,05. Jadi hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa model goodness of

fit.

11

3.1.6 Uji R2 (koefisien determinasi)

Tabel IV.6

Hasil Koefisien Determinasi

Model Adjusted R

Square

Kesimpulan

1 0,782 Variabel Dependen Dapat Dijelaskan

Oleh Varibel Independen

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi

(adjusted R2) sebesar 0,782, hal ini berarti bahwa variabel independen

dalam model (Sikap Skeptisme, Pengalaman Audit, Kompetensi,

Independensi Auditor, Akuntabilitas ) menjelaskan variasi Kualitas Audit

di Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta sebesar 78,2% dan

21,8% dijelaskan oleh faktor atau variabel lain di luar model.

3.1.7Uji t

Tabel IV. 7

Hasil Uji t

Keterangan Thitung Sig. Kesimpulan

Sikap Skeptisme 2,480 0,020 H1 Diterima

Pengalaman Audit -0,092 0,927 H2 Ditolak

Kompetensi 2,206 0,036 H3 Diterima

Independensi Auditor 3,060 0,005 H4 Diterima

Akuntabilitas 3,047 0,005 H5 Diterima

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh data sebagi berikut :

a. Dari perhitungan thitung dari variabel sikap skeptisme sebesar 2,480 lebih

besar dari t tabel sebesar 2,055, dan nilai sig. sebesar 0,020 lebih kecil dari

5%, sehingga H1 diterima artinya Sikap Skeptisme berpengaruh

12

terhadap kualitas audit secara statistik signifikan.

b. Dari perhitungan thitung dari variabel pengalaman audit sebesar -0,092

lebih kecil dari ttabel sebesar 2,055, dan nilai sig. sebesar 0,927 lebih besar

dari 5%, sehingga H2 ditolak artinya pengalaman audit tidak

berpengaruh terhadap kualitas audit secara statistik signifikan.

c. Dari perhitungan thitung dari variabel kompetensi sebesar 2,206 lebih besar

dari ttabel sebesar 2,055, dan nilai sig. sebesar 0,036 lebih kecil dari 5%,

sehingga H3 diterima artinya kompetensi berpengaruh terhadap

kualitas audit secara statistik signifikan..

d. Dari perhitungan thitung dari variabel independensi auditor sebesar 3,060

lebih besar dari ttabel sebesar 2,055, dan nilai sig sebesar 0,005 lebih kecil

dari 5%, sehingga H4 diterima artinya independensi auditor

berpengaruh terhadap kualitas audit secara statistik signifikan.

e. Dari perhitungan thitung dari variabel akuntabilitas sebesar 3,047 lebih

besar dari ttabel sebesar 2,055, dan nilai sig. sebesar 0,005 lebih kecil dari

5%, sehingga H5 diterima artinya akuntabilitas berpengaruh terhadap

kualitas audit secara statistik signifikan.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Pengaruh sikap skeptisme terhadap kualitas audit

Berdasarkan hipotesis pertama menunjukkan bahwa sikap skeptisme

berpengaruh terhadap kualitas audit, yang ditunjukkan dengan hasil uji t

variabel Sikap Skeptisme sebesar 2,480 lebih besar dari ttabel sebesar 2,055, dan

nilai sig. sebesar 0,020 lebih kecil dari 5%, sehingga H1 diterima artinya sikap

skeptisme berpengaruh terhadap kualitas audit Akuntan Publik di Surakarta

dan Yogyakarta secara statistik signifikan.

Auditor perlu bersikap waspada dan skeptis dalam menjalankan tugas

audit. Hal ini tidak terlepas dari pertimbangan risiko yang potensial yang

akan dihadapi oleh auditor dan risiko tuntutan atas kegagalan audit. Dengan

demikian, auditor yang memiliki sikap skeptis dalam melakukan tugasnya

13

dapat mengungkapkapkan keadaan perusahaan yang diauditnya secara benar

dan adanya sikap tersebut akan memberikan hasil audit yang bermutu.

Berdasarkan hasil ini menunjukkan adanya konsistensi penelitian yang

dilakukan Rusyanti (2010), Indira Januarti (2010), Sari dan Ramantha (2017),

yang memberi bukti empiris bahwa sikap skeptisme berpengaruh terhadap

kualitas audit. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skeptisme yang

dimiliki maka akan semakin baik kualitas audit dari laporan keuangan.

3.2.2 Pengaruh pengalaman audit terhadap kualitas audit

Berdasarkan hipotesis kedua menunjukkan bahwa pengalaman audit

tidak berpengaruh terhadap kualitas audit, yang ditunjukkan dengan hasil uji t

variabel pengalaman audit sebesar -0,092 lebih kecil dari ttabel sebesar 2,055,

dan nilai sig. sebesar 0,927 lebih besar dari 5%, sehingga H2 ditolak, artinya

pengalaman audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit secara statistik

signifikan.

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan

perkembangan potensi bertingkah laku, baik dari pendidikan formal maupun

nonformal. Pengalaman bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang

membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Dalam

menjalankan tugasnya, auditor harus memenuhi kualifikasi dan pengalaman

dalam berbagai industri tempat klien berkecimpung.

Namun meskipun auditor telah memiliki pengalaman yang tinggi dan

puas dalam bekerja tetap tidak menjamin kualitas auditnya menjadi semakin

baik. Sebagian besar responden dalam penelitian ini masih memiliki lama

bekerja kurang dari 6 tahun. Itu masih bukan waktu yang cukup lama seorang

auditor untuk menguasai teknik-teknik audit yang baik. Jadi meskipun auditor

dalam penelitian ini telah banyak melakukan penugasan, tapi bisa jadi mereka

belum terlalu menguasai teknik audit dengan sangat baik karena masa kerja

mereka yang masih relatif singkat.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya konsistensi dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Ramantha (2015), Futri dan Juliarsa

14

(2014), Indarto dan Iskandar (2015). menyatakan bahwa pengalaman audit

tidak berpengaruh tehadap kualitas audit.

3.2.3 Pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit

Berdasarkan hipotesis ketiga menunjukkan bahwa kompetensi

berpengaruh terhadap kualitas audit, yang ditunjukkan dengan hasil uji t

variabel kompetensi sebesar 2,206 lebih besar dari ttabel sebesar 2,055, dan nilai

sig. sebesar 0,036 lebih kecil dari 5%, sehingga H3 diterima artinya

kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit secara statistik signifikan.

Kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan audit yaitu

pengetahuan dan kemampuan. Auditor harus memiliki pengetahuan untuk

memahami entitas yang di audit, kemudian auditor harus memiliki

kemampuan untuk bekerja sama dalam tim serta kemampuan dalam

menganalisis permasalahan. Selain itu auditor harus memiliki mutu dalam

melakuka audit. Auditor harus memilik rasa ingin tahu yang besar, berpikir

luas dan mampu menangani ketidak pastian, sehingga kualitas hasil auditnya

semakin baik.

Kompetensi yang diperlukan dalam proses audit tidak hanya berupa

penguasaan terhadap standar akuntansi dan auditing, namun juga penguasaan

terhadap objek audit. Selain dua hal tersebut, ada tidaknya program atau

proses peningkatan keahlian dapat dijadikan indikator untuk mengukur

tingkat kompetensi auditor. Seorang auditor diharapkan memiliki keahlian

untuk melakukan wawancara serta kemampuan membaca dengan cepat,

auditor juga harus memiliki kemampuan untuk menulis dan

mempresentasikan hasil laporan dengan baik. Sehingga kualitas audit seorang

auditor semakin baik...

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya konsistensi yang dilakukan

Sukariah, dkk (2009) hal ini mendukung penelitian Akbar dan Anugrah

(2014), Sari dan Ramantha (2017), Darayasa dan Wisadha (2017) yang

menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit.

15

Semakin tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin

meningkat atau semakin baik kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukannya.

3.2.4 Pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit

Berdasarkan hipotesis keempat menunjukkan bahwa independensi

auditor berpengaruh terhadap kualitas audit, yang ditunjukkan dengan hasil

uji t variabel independensi auditor sebesar 3,060 lebih besar dari ttabel sebesar

2,055, dan nilai sig sebesar 0,005 lebih kecil dari 5%, sehingga H4 diterima

artinya independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit secara

statistik signifikan.

Seorang auditor yang mampu mempertahankan independensinya

maka kualitas audit yang dihasilkannya semakin baik dan dapat dipercaya

oleh masyarakat. Independensi itu berarti tidak mudah dipengaruhi, karena

auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan

dalam hal berpraktik sebagai auditor internal). Auditor tidak dibenarkan

memihak kepada kepentingan siapapun, karena auditor akan kehilangan sikap

tidak memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan kebebasan

pendapatnya.

Independensi sebagai suatu sikap dimana auditor tidak memihak harus

selalu dapat dipertahankan. Sikap ketidakberpihakan yang ditunjukkan

auditor ketika melaksanakan tugasnya mencerminkan auditor jujur dan bebas

dari pengaruh apapun, sehingga laporan auditannya dapat dipercaya.

Kehilangan independensi seorang auditor akan berimbas terhadap rendahnya

kualitas proses audit yang dihasilkannya sehingga laporan audit sebagai hasil

akhir pekerjaannya tidak sesuai dengan kenyataan dan terdapat keraguan

untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Untuk menghasilkan

kualitas proses audit yang baik maka disyaratkan suatu sikap independensi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya konsistensi dengan

penelitian yang dilakukan oleh Singgih dan Bawono (2010), Futri dan

Juliarsa (2014), Wiratama dan Budiartha (2017), Darayasa dan Wisadha

(2017), Pratistha dan Widhiyani (2014), yang memberikan bukti empiris

16

bawa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Semakin tinggi

independensi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi kualitas audi laporan

keuangan.

3.2.5 Pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit

Berdasarkan hipotesis kelima menunjukkan bahwa akuntabilitas

berpengaruh terhadap kualitas audit, yang ditunjukkan dengan hasil uji t

variabel akuntabilitas sebesar 3,047 lebih besar dari ttabel sebesar 2,055, dan nilai

sig. sebesar 0,005 lebih kecil dari 5%, sehingga H5 diterima artinya

akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit secara statistik signifikan.

Berdasarkan perhitungan didapat bahwa akuntabilitas mempengaruhi

kualitas audit, hal ini menunjukkan keadaan dimana seseorang

mempertanggungjawabkan segala tindakan yang dilakukan. Auditor

bertanggung-jawab terhadap hasil penilaian bukti-bukti audit yang diberikan

klien, sehingga hasil dari penilaian tersebut dapat dijadikan dasar

pengambilan keputusan oleh klien. Jika auditor memiliki akuntabilitas yang

tinggi, maka hasil penilaian akan berkualitas. Pengukuran kinerja sangat

penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam

menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik.

Ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur

akuntabilitas individu. Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk

meyelesaikan pekerjaan tesebut. Motivasi secara umum adalah keadaan

dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Kedua, seberapa besar

pengabdian pada profesi. Seorang auditor diharap antusias terhadap pekerjaan

yang dia lakukan, menjadi auditor merupakan kepuasan batin, sehinggaa akan

melaksanakan profesi dengan baik meski imbalan ekstrinsik kurang. Ketiga

kewajiban sosial, auditor diharapkan memiliki peranan penting bagi

masyarakat atau perusahaan dan auditor seharusnya memberikan pelayanan

kepada pengguna jasanya dengan cara meningkatkan sumberdaya secara

efektif dan efisien.

17

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya konsistensi yang dilakukan

penelitian sebelumnya oleh Singgih & Bawono (2010) yang menunujukan

hasil bahwa akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit di

Kantor Akuntan Publik “BigFour” yang ada di Indonesia. Selain itu

Wiratama dan Budiartha (2017) juga mengemukakan bahwa akuntabilitas

berpengaruh positif pada kualitas audit.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa sikap

skeptisme, kompetensi, independensi auditor, akuntabilitas berpengaruh

terhadap kualitas audit. Sedangkan pengalaman audit tidak berpengaruh

terhadap kualitas audit.

4.1 Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari Penelitian yang dilaksanakan ini memiliki

keterbatasan. Keterbatasan ini perlu diperhatikan bagi peneliti-peneliti

yang akan datang maupun pembaca. Keterbatasan yang dimiliki dalam

penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan

kuisioner dalam pengambilan jawaban dari responden, sehingga

penulis tidak mengawasi secara langsung atas pengisian jawaban

tersebut. Kemungkinan jawaban dari responden tidak mencerminkan

keadaan yang sebenarnya dikarenakan kondisi-kondisi tertentu

masing-masing responden.

b. Faktor pengaruh kualitas audit terbatas pada sikap skeptisme,

pengalaman audit, kompetensi, independensi auditor, akuntabilitas

sehingga cakupannya kurang luas untuk dijadikan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan manajemen sumberdaya manusia.

c. Lingkup penelitian terbatas pada Kantor Akuntan Publik Di Surakarta

dan Yogyakarta dan waktu yang digunakan dalam penelitian terbatas,

18

sehingga hasilnya tidak dapat dibandingkan dengan Kantor Akuntan

Publik lainnya yang sejenis dan hasil penelitian kurang maksimal.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis akan memberikan saran yang

bermanfaat sebagai berikut:

a. Peneliti diharapkan mengawasi pengisian kuesioner dalam

pengambilan jawaban dari responden, sehingga hasil yang

diperoleh sesuai dengan kondisi yang sebenar-benarnya.

b. Bagi peneliti berikutnya diharapkan menambah variabel

independen, misalnya etika auditor, kepuasan kerja, dan

objektivitas. Dan menambah sampel penelitian untuk

membuktikan kembali variabel dalam penelitian ini.

c. Diharapkan peneliti berikutnya menambah lagi auditor di

Kantor Akuntan Publik yang lain dan menambah waktu

penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh

Akuntan Publik. Jilid 1, Edisi keempat, Salemba Empat. Jakarta.

Anugerah, Rita dan Sony Harsono Akbar. 2014. Pengaruh Kompetensi,

Kompleksitas Tugas dan Skeptisme Profesional terhadap Kualitas Audit.

Jurnal Akuntansi. Vol. 2. No. 2. April 2014 : 139-148.

Arens, Alvin A, James L Loebeckke. 2003. Auditing. : An Integrated Approach.

New Jersey: Prentice Hall Inc.

Arianti, dkk.2014. Pengaruh Integritas, Obyektiifitas, dan Akuntabilitas Terhadap

Kualitas Audit di Pemerintah Daerah ( Studi Pada Inspektorat Kabupaten

Buleleng). E-jurnal S 1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi S 1. Vol.2. no.1 Tahun 2014.

Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik :

Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 4,

No. 2, Nopember 2002: 79-92.

19

Darayasa, I Made dan I Gede Suparta Wisadha. 2016. Etika Audtor Sebagai

Pemoderasi Pengaruh Kompetensi dan Independensi pada Kualitas

Audit di Kota Denpasar. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana.

Vol.15.1. April (2016): 142-170.

Futri, Putu Septiani dan Gede Juliarsa. 2014. Pengaruh Independensi,

Profesionalisme, Tingkat Pendidikan, Etika Profesi, Pengalaman, dan

Kepuasan Kerja Auditor pada Kualitas Audit. E-jurnal Akuntansi

Udayana. Halaman. 444-461.

Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.

Yogyakarta. Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul. 2008. Auditing (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan).

Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Institut Akuntansi Indonesia (IAI). (2011). Standar Profesional Akuntan Publik.

Salemba Empat, Jakarta.

Mardisar, Diani dan Ria Nelly Sari. 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan

Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. SNA X Makassar.

Halaman 1-25.

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Mustikawati, Dini dan Kurnia. 2013. Pengaruh Etika Profesional, Akuntabilitas,

Kompetensi, dan Due Professional Care Terhadap Kualitas Audit. Jurnal

Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol. 2. No.12.

Nandari, Ade Wisteri Sawitri dan Made Yeni Latrini. 2015. Pengaruh Sikap

Skeptis, Independensi, Penerapan Kode Etik, dan Akuntabilitas Terhadap

Kualitas Audit. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Halaman. 164-

181.

Oklivia, dan Aan Marlinah. 2014. Pengaruh Kompetensi, Independensi dan

Faktor-Faktor Dalam Diri Auditor Lainnya Terhadap Kualitas Audit.

Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 16. No. 2, Desember 2014 : 143-157.

Pratistha, K. Dwiyani dan Ni Luh Sari Widhiyani. 2014. Pengaruh Independensi

Auditor, dan Besaran Fee Audit Terhadap Kualitas Prosese Audit. E-

jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.3 (2014): 419-428.

Randi, Sri Vadilla. 2014. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas dan

Pengalaman, Due Professional Care dan Motivasi terhadap Kualitas

20

Audit. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Sari, Ni Putu Piorina Fortuna dan I Wayan Ramantha. 2015. Pengaruh Sikap

Skeptisme, Pengalaman Audit, Kompetensi, Independensi Auditor pada

Kualitas Audit. E-juurnal Akuntansi Universitas Udayana. Halaman. 470-

482.

Setiawan, Santy. 2006. Opini Audit Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan.

Jurnal Ilmiah Akuntansi, 5(1): halaman: 59-67.

Shintya, dkk. 2016. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Tekanan Anggaran

Waktu Terhadap Kualitas Audit. Seminar Nasional Cendekiawan.

Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi,

Pengalaman, Due Proffesional Care, dan Akuntanbilitas terhadap

Kualitas Audit. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Srimindarti, Ceacilia. 2006. Opini Audit dan Pergantian Auditor: Kajian

Berdasarkan Resiko, Kemampuan Perusahaan dan Kinerja Auditor.

Fokus Ekonomi, 5(1): halaman: 64-76.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.

Alfabeth.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.

Alfabeth.

Sukriah, Akram dan Inapaty. 2009. “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,

Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil

Pemeriksaan”. Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang.

Tunakota, Theodorus M. 2013. Audit Berbaasis ISA ( International Standards on

Auditing). Jakarta. Salemba Empat.

Wardhani, Poppy Kusuma dan Bambang Suryono. 2013. Pengaruh Akuntabilitas,

Pengalaman, dan Due Professional Care Auditor Terhadap Kualitas

Audit. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol. 2. No. 1.

Wiratama, William Jefferson dan Ketut Budiarta. 2015. Pengaruh Independensi,

Pengalaman Kerja, Due Profesional Care dan akuntabilitas Terhadap

Kualitas Audit. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Halaman. 91-

106.

21