BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA … 2.pdf · film Crank Voltage II:High Voltage karya...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA … 2.pdf · film Crank Voltage II:High Voltage karya...
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Kajian yang relevan dengan penelitian yang dapat menjadi acuan dalam
penelitian ini adalah Yugasmara (2010) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis
Kesepadanan Makna Dan Keberterimaan Bahasa Informal Pada Terjemahan
Tuturan Slang Dalam Novel P.S I Love You Karya Cecelia Ahern”. Dalam
penelitiannya, Pristinian mengidentifikasi teknik penerjemahan yang digunakan
oleh penerjemah dalam menerjemahkan bahasa slang yang terdapat di novel
tersebut. Selain itu, ia juga meneliti tingkat kesepadanan dan keberterimaan
makna teks terjemahan bahasa slang yang terdapat dalam novel P.S I Love You
karya Cecelia Ahern. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dengan
bentuk content analysis.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data objektif dan
afektif. Data objektif dalam penelitian ini berupa tuturan slang yang terdapat
dalam novel P.S I Love You dan terjemahannya serta dokumen mengenai slang
dalam masyarakat Irlandia (Irish Slang). Selanjutnya, penilaian terhadap
pemahaman kualitas serta keberterimaan data dari pembaca awam maupun
pengamat ahli digunakan sebagai data afektif. Dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu,
ditemukan 95 data yang dibagi menjadi 26 kategori, yaitu bloody, hiya, da, arse,
shite, dry shite, jaysus, screw, kip, nuts, quid, ride, scarlet, eejit, dope, feck, feck
12
off, local, grand, dodgy, wreck, oddball, dump, knackered, eefing and blinding,
dan balls.
Hasil penelitian Yugasmara terbagi menjadi temuan terhadap slang, dan
keberterimaan kandungan bahasa informal dalam terjemahan slang. Teknik yang
digunakan dalam menerjemahkan bentuk slang dalam novel P.S I Love You
adalah reduction, calque, dan variation atau gabungan dari ketiganya. Pada
tingkat kesepadanan makna, berdasarkan hasil kuesioner ditemukan 81 (85,56%)
data nilai yang sepadan, 11 (12,63%) data kurang sepadan, dan 3 (2,10%) data
tidak sepadan. Dari penilaian keberterimaan makna, ditemukan 86 (90,52%) data
berterima, 6 (6,31%) data kurang berterima, dan 3 (2,10%) data tidak berterima.
Namun terhadap keberterimaan kandungan bahasa informal data, pembaca awam
memberikan penilaian berterima terhadap 62 (65,26%) data dan kurang berterima
terhadap 33 (34,73%) data.
Dalam kajian ini pun terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan saat ini. Persamaannya adalah terletak pada topik
bahasa slang tetapi dalam penelitian Yugasmara juga menganalisis kesepadanan
makna dan keberterimaan bahasa informal. Perbedaan lainnya adalah sumber data,
pada penelitian sebelumnya digunakan novel berbahasa Inggris dan kuesioner
sebagai sumber data, sedangkan pada penelitian ini digunakan komik berbahasa
Jepang.
Ary Murti (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Slang Words And It’s
Indonesian Translation”. Dalam skripsinya, Ary Murti mengidentifikasikan kata
slang dan menganalisis kesetaraan hasil terjemahannya yang berupa bahasa
13
Indonesia dengan bahasa aslinya yang berupa bahasa Inggris yang terdapat dalam
film Crank Voltage II:High Voltage karya sutradara Neveldine. Penelitian Ary
Murti juga menganalisis bagian-bagian dialog yang diperhalus terjemahannya
dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini dilandasi teori yang dikemukakan oleh
Larson (1998) dan Jay (1992). Data dari penelitian ini dianalisis secara kualitatif
dan dipaparkan secara deskriptif.
Hasil penelitian Ary Murti adalah tidak semua kata-kata slang bisa
diterjemahkan secara harfiah dan kata per kata. Kata-kata slang pada dialog film
bisa juga diterjemahkan secara konotatif, idiomatik, dan eufemisme. Hal tersebut
tergantung pada situasi dan kondisi dalam mencapai tujuan dalam proses
penerjemahan. Kegunaan dari eufemisme dalam menerjemahkan beberapa dialog
yang tidak sesuai dalam sebuah film sangatlah penting peranannya. Dialog-dialog
tersebut tidaklah patut jika diterjemahkan secara langsung untuk menghindari
kebingungan pada penonton yang menyaksikan film tersebut.
Dalam kajian ini pun terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan saat ini. Persamaannya adalah terletak pada topik
bahasa slang dan sama-sama meneliti prosedur penerjemahan. Namun dalam
penelitian sebelumnya peneliti lebih meneliti menggunakan teori eufemisme.
Perbedaan lainnya terlihat pada objek penelitiannya, yaitu film berbahasa Inggris
dan komik berbahasa Jepang.
Desfriani (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Penerjemahan Bahasa
Vulgar Dari Bahasa Indonesia Ke Bahasa Jepang Dalam Novel Cantik Itu Luka”.
Dalam skripsinya, Desfriani mengidentifikasikan prosedur dan metode
14
penerjemahan yang menerjemahkan bahasa vulgar dalam novel Cantik Itu Luka
karya Eka Kurniawan dari bahasa Indonesia ke bahasa Jepang yang dalam bahasa
Jepang berjudul Bi Wa Kizu serta mengidentifikasi cara norma Jepang
memberikan ruang untuk menerjemahkan bahasa vulgar sebagaimana bentuk
aslinya. Dalam penelitian ini data penelitian dianalisis menggunakan metode
penelitian deskriptif.
Hasil penelitian Desfriani adalah diketahui bahwa metode penerjemahan
komunikatif dan dua prosedur penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah
dalam menerjemahkan bahasa vulgar dalam novel Cantik Itu Luka ke dalam
bahasa Jepang. Prosedur penerjemahan yang digunakan penerjemah yaitu
pergeseran bentuk (transposisi) dan pergeseran makna (modulasi). Di tengah
budaya seksual yang terkenal ekstrim, norma Jepang tidak memberi cukup ruang
untuk menerjemahkan bahasa vulgar yang ada di Indonesia sebagaimana makna
aslinya. Mereka lebih suka menggunakan penghalusan bahasa (eufemisme) untuk
menjelaskan hal-hal yang vulgar tersebut.
Dalam kajian ini pun terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan saat ini. Persamaannya adalah terletak pada topik
bahasa vulgar yang juga merupakan bagian dari bahasa slang. Persamaan lainnya
adalah dalam penelitian ini juga sama-sama meneliti prosedur dan metode
penerjemahan. Perbedaan lainnya terlihat pada objek penelitiannya, yaitu novel
dan manga (komik).
Ketiga kajian di atas memberi manfaat yang cukup banyak untuk
penelitian ini. Kajian-kajian tersebut dapat menambah pemahaman dan gambaran
15
penelitian mengenai metode dan prosedur penerjemahan. Selain itu, menambah
referensi teori yang dapat digunakan.
2.2 Konsep
Adapun pada sub bab ini, berikut adalah konsep yang akan dideskripsikan
dan akan digunakan sebagai landasan dalam melakukan penelitian ini.
2.2.1 Komik
Komik yang dalam bahasa Jepang juga disebut dengan manga, di dalam
kamus Kokugojiten, manga memiliki dua arti: (1) gambar yang mengandung
sindiran, dilukis dengan garis-garis sederhana dan terlihat melebih-lebihkan
sesuatu, (2) suatu kisah yang berpusat pada gambar, atau disebut juga dengan
komik (Ono & Tanaka, 1995:1307).
Pada dasarnya, tidak ada perbedaan makna antara manga dan komik (yang
berasal dari kata comic dalam bahasa Inggris). Sebagian orang Jepang ada yang
mengadaptasi kata komik, yang dalam lafal orang Jepang disebut komikkusu
untuk menyebut manga (Schodt, 1983:18)
2.2.2 Bahasa Slang
Bahasa slang merupakan bahasa yang memusatkan kepada sebuah
perbedaan dari bahasa pada umumnya. Bahasa slang tidak menggunakan bahasa
sastra ataupun bahasa yang mengandung ungkapan puitis yang sering terdapat
pada waka (puisi Jepang yang ada sejak akhir abad ke-6 hingga ke-8) ataupun
haiku (puisi Jepang yang ada setelah akhir abad ke-19). Namun pada saat ini,
bahasa slang telah mengikuti arus jaman dan arti dari bahasa slang itu sendiri pun
16
semakin luas. Selain itu, istilah dalam percakapan sehari-hari pun hampir
seluruhnya telah menjadi bahasa slang. (Machi, 2000:1)
Menurut Kridalaksana (2008), slang merupakan:
Ragam bahasa tak resmi yang dipakai oleh kaum remaja atau kelompok-
kelompok sosial tertentu untuk komunikasi sebagai usaha supaya orang-
orang kelompok lain tidak mengerti: berupa kosakata yang serba baru dan
berubah-ubah.
Dari definisi tersebut, terlihat bahwa penggunaan slang terbatas pada komunikasi
dalam kelompok masyarakat tertentu. Jika bahasa slang dari suatu kelompok
digunakan untuk ataupun oleh kelompok lain (dengan catatan bahwa kelompok
tersebut tidak menanyakan ataupun mengetahui artinya), dapat dipastikan bahwa
tidak akan terjadi komunikasi yang baik. Hal ini didukung dengan definisi dari
Abdul Chaer dan Leonie (2004:22) yang menyebutkan bahwa slang adalah
“variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia”. Artinya, variasi ini digunakan
oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui oleh
kalangan di luar kelompok itu. Oleh karena itu, kosakata yang digunakan dalam
bahasa slang ini selalu berubah-ubah. Slang bersifat temporal, dan lebih umum
digunakan oleh kaum muda, meskipun kaum tua pun ada pula yang
menggunakannya, dan cenderung mengandung kata-kata kasar ataupun vulgar.
Karena slang ini bersifat kelompok dan rahasia, maka timbul kesan bahwa slang
ini adalah bahasa rahasianya para penjahat, padahal tidaklah demikian. Faktor
kerahasiaan ini menyebabkan pula kosakata yang digunakan dalam slang selalu
berubah.
17
2.2.3 Penerjemahan
Penerjemahan adalah proses menerjemahkan makna ke suatu teks ke
dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksud oleh pengarang (Newmark,
1988:5)
2.2.4 Prosedur Penerjemahan
Menurut The Macquarie Dictionary dalam buku Pedoman bagi Penerjemah
(Machali, 2009:91-92) disebutkan bahwa pengertian dari prosedur adalah perbuatan
atau cara kerja dalam segala tindakan atau proses.
2.2.5 Metode Penerjemahan
Metode penerjemahan lebih kepada sebuah cara yang digunakan oleh
penerjemah dalam proses penerjemahan sesuai dengan tujuannya, sehingga metode
penerjemahan sangat mempengaruhi hasil terjemahan (Molina dan Albir, 2002:507-
508). Perbedaan antara prosedur dan metode penerjemahan terletak pada satuan
penerapannya. Metode penerjemahan berkenaan dengan keseluruhan teks,
sedangkan prosedur penerjemahan berlaku untuk kalimat dan satuan bahasa yang
lebih kecil seperti klausa, frase, dan kata. (Machali, 2009:91-92)
2.3 Kerangka Teori
Dalam sub bab ini dipaparkan teori-teori yang akan digunakan sebagai
landasan dalam melakukan penelitian ini.
18
2.3.1 Prosedur Penerjemahan
Vinay dan Darbelnet (dalam Venuti (ed.) 2000:84-93) telah
mengidentifikasikan prosedur penerjemahan menjadi tujuh jenis. Menurut Vinay
dan Darbelnet tujuh prosedur tersebut dapat dikategorikan lebih lanjut menjadi
dua prosedur penerjemahan, yaitu penerjemahan langsung atau harfiah dan
penerjemahan tidak langsung. Tiga bagian pertama prosedur yang akan dijabarkan
berikut termasuk ke dalam penerjemahan langsung atau harfiah, dan bagian yang
lainnya termasuk ke dalam penerjemahan secara tidak langsung. Berikut adalah
penjabaran lebih jelas mengenai ketujuh prosedur penerjemahan menurut Vinay
dan Darbelnet.
1. Peminjaman (Borrowing)
Untuk mengatasi kesenjangan, biasanya terdapat pada
metalinguistik (misalnya terdapat suatu konsep yang tidak dikenal dalam
budaya bahasa target), peminjaman adalah salah satu prosedur
penerjemahan yang paling mudah dari semua prosedur yang ada.
Peminjaman ini banyak digunakan untuk memperkenalkan “rasa” atau
ungkapan dari BSu. Peminjaman tidak hanya digunakan untuk
memperkenalkan unsur “warna” dari sebuah BSu, namun pada saat yang
sama mungkin saja memiliki efek yang signifikan terhadap pesan yang
terkandung. Sebagai contoh, nama makanan Mexico “tequila” dan
“tortillas” tetap diterjemahkan begitu saja. Dalam hal ini “tequila” dan
“tortillas” adalah pinjaman dari bahasa Spanyol dan menggunakan
19
pinjaman ini ke dalam terjemahan bahasa Indonesia, kebudayaan Mexico
pun diperkenalkan.
2. Kalke (Calque)
Kalke adalah salah satu jenis khusus dari bentuk borrowing dimana
sebuah bahasa meminjam pada bentuk ungkapan lainnya, tapi penerjemah
menerjemahkannya secara harafiah dari masing-masing unsur tersebut.
Hasilnya adalah baik itu adalah kalke leksikal yang menghormati struktur
sintaksis BSa sambil memperkenalkan cara baru untuk mengungkapkan
suatu ekspresi. Contoh kalke leksikal bahasa Inggris ke dalam bahasa
Prancis:
Compliments of the Season!
Salam dari musim!
‘Pujian Musim!’
⟶ Compliments de la saison!
Salam dari musim!
‘Pujian Musim!’
Selain itu terdapat kalke struktural, yaitu memperkenalkan
kontruksi baru ke dalam suatu bahasa. Contoh kalke struktural bahasa
Inggris ke dalam bahasa Prancis:
Science Fiction
Ilmu Fiksi
‘Fiksi Ilmiah’
⟶ Science Fiction
Ilmu Fiksi
‘Fiksi Ilmiah’
20
3. Penerjemahan Harafiah (Literal Translation)
Yang dimaksud dari penerjemahan harafiah atau penerjemahan
kata-demi-kata adalah pemindahan langsung dari teks bahasa sumber
(TSu) ke dalam teks bahasa sasaran (TSa) secara gramatikal dan idiomatik,
dimana terlihat penerjemah menerjemahkan setiap unsur dari bahasa
sumber. Misalnya penerjemahan harafiah dari bahasa Inggris ke dalam
bahasa Prancis:
I left my spectacles on the table downstairs
Saya meninggalkan kacamata saya di atas meja di bawah
‘Saya meninggalkan kacamata saya di atas meja di bawah’
⟶ J’ai laisse mes lunettes sur la table en bas
Saya meninggalkan kacamata saya di atas meja di bawah
‘Saya meninggalkan kacamata saya di atas meja di bawah’
4. Transposisi (Transposition)
Transposisi melibatkan penggantian satu kelas kata dengan yang
lain tanpa mengubah makna pesan. Ada dua jenis transposisi, yaitu
transposisi wajib dan transposisi opsional. Transposisi wajib terjadi ketika
bahasa sasaran (BSa) tidak memiliki pilihan lain karena sistem bahasa.
Misalnya prosedur transposisi dari bahasa Inggris ke dalam bahasa
Prancis:
As soon as he gets up…
Segera setelah dia (laki-laki) bangun…
‘Segera setelah dia (laki-laki) bangun…’
⟶ Dès son lever…
Sejak dia (laki-laki) bangun…
‘Sejak dia (laki-laki) bangun…’
21
Sebuah transposisi opsional adalah salah satu prosedur yang dapat
dipilih oleh penerjemah untuk kepetingan style (gaya), ataupun jika
dikatakan cocok dalam pengucapan bahasa sumber (BSa).
5. Modulasi (Modulation)
Modulasi adalah variasi dari bentuk pesan yang memperoleh
pergeseran sudut pandang. Pergeseran ini dapat dibenarkan ketika hasil
terjemahan dekat dalam ucapan tata bahasa yang benar, tetapi dianggap
tidak cocok, tidak idiomatik atau canggung dalam bahasa sasaran (BSa).
Ada dua jenis modulasi, yaitu bebas atau modulasi opsional dan modulasi
tetap atau wajib.
Modulasi bebas atau opsional umumnya diadopsi karena alasan
non linguistik. Hal ini sebagian besar digunakan untuk menekankan makna,
untuk mempengaruhi keselarasan atau untuk mengetahui bentuk alami
dalam BSa.
Modulasi wajib atau tetap dipakai ketika sebuah kata, frase atau
struktur yang tidak dapat ditemukan dalam BSa. Sebuah kalimat aktif
diterjemahkan ke dalam satu pasif adalah turunan dari jenis ini.
6. Persamaan Derajat (Equivalence)
Dalam prosedur ini penerjemah menggunakan struktur yang sama
sekali berbeda dengan makna yang berbeda dari teks bahasa sumber (TSu)
asalkan dianggap tepat dalam situasi komunikatif dan setara dengan teks
bahasa sumber (TSu).
Contoh persamaan derajat dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Prancis:
22
Like a bull in a china shop
Bagai seekor banteng di sebuah Cina toko
‘Bagai seekor banteng di sebuah toko Cina’
⟶ Comme un chien dans un jeu de quilles
Bagai seekor anjing di sebuah permainan dari bowling
‘Bagai seekor anjing di sebuah permainan bowling’
7. Adaptasi (Adaptation)
Prosedur ini diadopsi ketika objek atau situasi yang dimaksud
dalam pesan bahasa sumber (BSu) tidak dikenal dalam budaya bahasa
sasaran (BSa). Dalam kasus seperti ini penerjemah harus menciptakan
ekspresi atau ungkapan baru untuk situasi baru yang dapat dianggap setara.
Contoh adaptasi dari bahasa Prancis ke dalam bahasa Inggris:
Trois hommes et un couffin
Tiga laki-laki dan sebuah boks bayi
‘Tiga laki-laki dan sebuah boks bayi’
⟶ Three men and a baby
Tiga laki-laki dan seorang bayi
‘Tiga laki-laki dan seorang bayi’
2.3.2 Metode Penerjemahan
Newmark telah mengidentifikasikan metode penerjemahan menjadi
delapan jenis. Kemudian Newmark membaginya kembali menjadi dua kelompok
penerjemahan yaitu (1) metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa
sumber (BSu) antara lain, penerjemahan kata-demi-kata, penerjemahan harfiah,
penerjemahan setia, dan penerjemahan semantis. (2) metode yang memberikan
penekanan terhadap bahasa sasaran (BSa) antara lain, adaptasi, penerjemahan
23
bebas, penerjemahan idiomatik, dan penerjemahan komunikatif. (Newmark,
1988:45-47)
1. Penerjemahan Kata-demi-Kata
Dalam metode penerjemahan jenis ini biasanya kata-kata TSa
langsung diletakkan di bawah versi TSu. Kata-kata dalam TSu
diterjemahkan di luar konteks, dan kata-kata yang bersifat kultural
dipindahkan apa adanya. Umumnya metode ini dipergunakan sebagai
tahapan prapenerjemahan pada penerjemahan teks yang sangat sukar atau
untuk memahami mekanisme BSu.
2. Penerjemahan Harafiah
Konstruksi gramatikal BSu dicarikan padanannya yang terdekat
dalam TSa, tetapi penerjemahan leksikal atau kata-katanya dilakukan
terpisah dari konteks. Penerjemahan yang lepas konteks semacam ini
selain menghasilkan versi TSa yang tak bermakna, juga menghasilkan
versi TSa yang tidak lazim. Maka seperti halnya metode Penerjemahan
Kata-demi-Kata, dalam proses penerjemahan, metode ini dapat digunakan
sebagai metode pada tahap awal pengalihan, bukan sebagai metode yang
lazim. Sebagai proses penerjemahan awal, metode ini dapat membantu
penerjemah melihat masalah yang harus diatasi.
3. Penerjemahan Setia
Penerjemahan setia mencoba memproduksi makna kontekstual TSu
dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Di sini kata-kata yang
bermuatan budaya dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata
24
bahasa dan pilihan kata masih tetap dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang
teguh pada maksud dan tujuan TSu, sehingga hasil terjemahan kadang-
kadang terasa kaku dan asing. Metode ini dapat dimanfaatkan untuk
membantu penerjemahan dalam proses awal pengalihan.
4. Penerjemahan Semantis
Apabila dibandingkan dengan metode penerjemahan setia,
penerjemahan semantis lebih luwes, sedangkan penerjemahan setia lebih
kaku dan tidak berkompromi dengan kaidah TSa. Penerjemahan semantis
harus pula mempertimbangkan unsur estetika teks BSu dengan
mengompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Selain itu,
kata yang hanya sedikit bermuatan budaya dapat diterjemahkan dengan
kata yang netral atau istilah yang fungsional.
5. Adaptasi (Termasuk Saduran)
Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan
paling dekat dengan BSa. Istilah “saduran” dapat dimasukkan di sini
asalkan penyadurannya tidak mengorbankan hal-hal penting dalam TSu,
misalnya tema, karakter, ataupun alur. Biasanya metode ini dipakai dalam
penerjemahan drama atau puisi, yaitu yang mempertahankan tema,
karakter, dan alur. Tetapi dalam penerjemahan, terjadi peralihan budaya
BSu ke budaya BSa, dan teks asli ditulis kembali serta diadaptasi ke dalam
TSa.
25
6. Penerjemahan Bebas
Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan
mengorbankan bentuk teks BSu. Biasanya, metode ini berbentuk sebuah
parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek daripada aslinya.
Metode ini sering dipakai di kalangan media massa.
7. Penerjemahan Idiomatik
Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi
sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik
yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian, banyak terjadi
distorsi nuansa makna.
8. Penerjemahan Komunikatif
Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang
sedemikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi
langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu, versi TSa-nya
pun langsung berterima. Sesuai dengan namanya, metode ini
memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan
tujuan penerjemahan. Melalui metode ini, sebuah versi TSu dapat
diterjemahkan melalui beberapa versi TSa sesuai dengan prinsip-prinsip
sebelumnya.