PENGARUH SELF-EFFICACY DAN DUKUNGAN SOSIAL...
Transcript of PENGARUH SELF-EFFICACY DAN DUKUNGAN SOSIAL...
PENGARUH SELF-EFFICACY DAN DUKUNGAN
SOSIAL TERHADAP RESILIENSI PENDERITA
KANKER DI C-TECH LABS EDWAR
TECHNOLOGY
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
Herwinda Suci Ambarwulan
NIM: 1110070000046
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
i
PENGARUH SELF-EFFICACY DAN DUKUNGAN
SOSIAL TERHADAP RESILIENSI PENDERITA
KANKER DI C-TECH LABS EDWAR
TECHNOLOGY
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
Herwinda Suci Ambarwulan
NIM: 1110070000046
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
iv
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) January of 2015
C) Herwinda Suci Ambarwulan
D) The Influence of Self-Efficacy and Social Support to Resilience on Cancer Patients in
C-Tech Labs Edwar Technology
E) xv + 124 pages + attachment
F) The aims of this research is to examine the influence of self-efficacy and social
support for cancer patients resilience. This study uses a quantitative approach and
multiple regression analysis. This research took the C-Tech Labs Edwar Technology
as an institution for the population. Of the population, the researcher took samples of
123 cancer patients with accidental sampling technique. Data collection instrument
using the scale of resilience, self-efficacy, and social support. This study analyzes
using SPSS software version 20.0, while for the construct validity testing using Lisrel
8.70.
The results showed that there was a significant effect of self-efficacy and social
support for cancer patients resilience. Hypothesis test results of the independent
variable dimensions of self-efficacy states that dimensions of mastery experience and
tangible assistance that has a significant effect on resilience. The results of this study
showed that 38,6% of resilience variables influenced by self-efficacy and social
support while 61,4% is influenced by other variables outside of this research.
G) Reading materials: 46; 22 journals + 14 books + 6 thesis + 1 reports research + 3
articles
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah Ta’ala, Tuhan Yang
Esa dan Maha Kuasa. Dengan izin dan kehendak-Nya, pada akhirnya peneliti
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh Self-Efficacy
dan Dukungan Sosial Terhadap Penderita Kanker di C-Tech Labs Edwar
Technology” ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi
(S.Psi.). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah
Muhammad Saw. beserta para sahabat hingga akhir jaman. Penyelesaian karya
tulis ini juga tidak luput dari bantuan pihak-pihak terdekat peneliti, sehingga pada
kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Prof. Dr. Abdul
Mujib, M.Ag., beserta jajarannya.
2. Ibu Luh Putu Suta Haryanthi, Psi., dosen favorit yang telah begitu banyak
memberi ilmu mengenai dunia psikologi, baik di dalam maupun di luar
bahasan skripsi. Terima kasih atas feedback yang membuat peneliti
melakukan hal yang lebih banyak lagi dari yang peneliti kira bisa peneliti
lakukan pada awalnya, terima kasih atas motivasi yang membangun
selama peneliti mengerjakan skripsi ini.
3. Staf akademik maupun jurusan yang terlibat, Ka Puti, Mbak Iis, Mbak
Rini, Pak Ayung, Pak Dedy, dan seluruh staf yang tak dapat peneliti
sebutkan satu persatu.
4. C-Care Labs Edwar Technology atas izin dan kerja samanya selama
peneliti melakukan penelitian. Bapak Warsito P. Taruno, Bapak Edi
Sukur, Bapak Fauzan Zidni, Kak Marlin R. Baidillah, para staf yang telah
banyak membantu terutama Mas Vian yang telah banyak memberi bantuan
baik pada pengerjaan skripsi maupun saat KKL bersama Tim di Edwar.
Jazakallah.
5. Seluruh penderita kanker yang telah bersedia menjadi partisipan dalam
penelitian ini. Semoga Allah berikan kesembuhan kepada kalian.
vi
6. Kedua orang tua, Papa Hari Suyoso dan Mama Dewi Pujiati, atas kasih
sayang dan kerja kerasnya. Besarnya seorang anak tak pernah lepas dari
peran kedua orang tuanya, semoga peneliti dapat menjadi anak yang kalian
banggakan. Widy Pramesti Putri, selaku adik yang menjadi teman bermain
dan bertengkar di rumah.
7. Keluarga besar Psikologi B 2010, terima kasih atas keseruan, kebahagiaan,
dan ritual ulang tahun yang telah kalian lakukan. Terutama Khoirun Nisa,
Ainun Novita Sari, Lailatul Ikromah, Retno Handayani Rahayuningtyas,
dan Sundus Hara, terima kasih atas kekeluargaan dan pengertian yang
kalian berikan selama empat tahun ini. I love you as always. Tak lupa
kepada Kurrota A’yuni yang telah mengajarkan dan mengulang kembali
mata kuliah statistik kepada peneliti.
8. Untuk Rizky Maharani, sahabat peneliti, yang telah memperkenalkan
Edwar pada peneliti, serta Umi Sa’adah, yang telah banyak membantu
mengakses jurnal selama skripsi ini dikerjakan. Jazakillah khairan katsir.
9. Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah
membalas kebaikan kalian dengan yang lebih baik lagi di mata-Nya.
Aamiin.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi peneliti
namun juga bagi berbagai pihak yang membacanya, serta ilmu yang berada di
dalamnya dapat diterapkan secara langsung oleh pihak yang membutuhkan.
Ciputat, Desember 2014
Peneliti
vii
Karya tulis ini ku persembahkan kepada kedua orang tuaku, Mama, Papa, terima kasih.
Atas kasih sayang yang cukup, sehingga aku merasa hilang lelahku saat menginjakkan kaki di rumah.
Atas pelepasan yang cukup, sehingga aku belajar bagaimana caranya untuk mandiri.
Semoga Allah balas pengorbanan kalian dengan surga-Nya.
viii
ون إلى عملكم ورسولهۥ وٱلمؤمنون وسترد لم ٱلغيب وقل ٱعملوا فسيرى ٱلله ع
دة فينبئكم بما كنتم تعملون ه وٱلشه
“Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Q.S. At-Taubah: 105
ix
Work hard in silence and let your success make all the noise.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1-13
1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 11
1.2.1. Pembatasan masalah ..................................................... 11
1.2.2. Perumusan masalah ....................................................... 12
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 13
1.3.1. Tujuan Penelitian .......................................................... 13
1.3.2. Manfaat Penelitian ........................................................ 13
1.4. Sistematika Penulisan ............................................................. 13
BAB 2. LANDASAN TEORI ...................................................................... 15-54
2.1. Resiliensi ................................................................................... 15
2.1.1. Definisi resiliensi ............................................................ 15
2.1.2. Teori resiliensi ................................................................ 18
2.1.3. Alat ukur resiliensi .......................................................... 25
2.2. Self-Efficacy .............................................................................. 27
2.2.1. Definisi self-efficacy ....................................................... 27
2.2.2. Dimensi self-efficacy ....................................................... 30
2.2.3. Alat ukur self-efficacy ..................................................... 31
2.3. Dukungan Sosial ....................................................................... 32
2.3.1. Definisi dukungan sosial ................................................. 32
2.3.2. Dimensi dukungan sosial ................................................ 38
2.3.3. Alat ukur dukungan sosial .............................................. 39
2.4. Kanker ....................................................................................... 39
2.4.1. Definisi kanker ................................................................ 39
2.4.2. Prevalensi dan tipe kanker .............................................. 41
2.4.3. Prognosis dan penyebab kanker ...................................... 42
2.4.4. Jenis treatment medis ...................................................... 43
xi
2.4.5. Fase kanker ..................................................................... 44
2.5. Fase Perkembangan Manusia .................................................... 46
2.6. Perbedaan Resiliensi Berdasarkan Gender ............................... 48
2.7. Kerangka Berpikir ..................................................................... 48
2.8. Hipotesis ................................................................................... 54
BAB 3. METODE PENELITIAN......................................................... 56-82
3.1. Populasi dan Sampel.......................................................... 56
3.1.1. Populasi................................................................... 56
3.1.2. Sampel.................................................................... 57
3.1.3. Teknik pengambilan sampel...................................... 58
3.2. Variabel Penelitian............................................................ 58
3.2.1. Definisi operasional.................................................. 58
3.3. Instrumen Penelitian.......................................................... 60
3.4. Teknik Pengumpulan Data................................................. 63
3.5. Uji Validitas Konstruk....................................................... 64
3.5.1. Uji validitas konstruk resiliensi.................................. 67
3.5.2. Uji validitas konstruk self-efficacy.............................. 73
3.5.3. Uji validitas konstruk dukungan sosial........................ 76
3.6. Metode Analisis Data......................................................... 79
3.7. Prosedur Penelitian............................................................ 82
BAB 4. HASIL PENELITIAN............................................................. 86-101
4.1. Gambaran Umum Responden.............................................. 86
4.2. Analisis Deskriptif............................................................ 90
4.3. Pengujian Hipotesis........................................................... 96
4.3.1. Uji hipotesis mayor.................................................. 96
4.3.2. Uji hipotesis minor................................................... 99
4.4. Proporsi Varian................................................................. 101
BAB 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN....................... ..........105-119
5.1. Kesimpulan................................................................... .......... 105
5.2. Diskusi.......................................................................... .......... 106
5.3. Saran............................................................................ .......... 116
5.3.1. Saran teoritis..................................................... .......... 117
5.3.2. Saran Praktis.......................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 121
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Skala blue print Resiliensi..................................................... 62
Tabel 3.2. Skala blue print Self-Efficacy................................................ 63
Tabel 3.3. Skala blue print Dukungan Sosial......................................... 64
Tabel 3.4. Nilai dari Skala Resiliensi, Self-Efficacy, dan
Dukungan Sosial,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,...................................... 66
Tabel 3.5. Muatan Faktor Item Variabel Resiliensi................................ 72
Tabel 3.6. Muatan Faktor Item Resiliensi dengan Item yang Telah
Didrop................................................................................... 75
Tabel 3.7. Muatan Faktor Item Variabel Self-Efficacy........................... 78
Tabel 3.8. Muatan Faktor Item Variabel Dukungan Sosial................... 80
Tabel 4.1. Gambaran Umum Penderita Kanker Berdasarkan Usia....... 88
Tabel 4.2. Gambaran Umum Penderita Kanker Berdasarkan Jenis
Kelamin................................................................................. 89
Tabel 4.3. Gambaran Umum Penderita Kanker Berdasarkan Jenis
Kanker................................................................................... 90
Tabel 4.4. Distribusi Skor...................................................................... 92
Tabel 4.5. Rumus Kategorisasi.............................................................. 93
Tabel 4.6. Coding Variabel Kategorik.................................................. 93
Tabel 4.7. Kategorisasi Skor Variabel................................................... 94
Tabel 4.8. Model Summary................................................................... 97
Tabel 4.9. Tabel Anova......................................................................... 98
Tabel 4.10. Tabel Coefficienta................................................................ 99
Tabel 4.11. Tabel Analisis Proporsi Varians........................................... 103
xiv
DAFTAR GAMBAR
Ilustrasi 2.1. Ilustrasi Kerangka Berpikir Dalam Bagan............................ 56
Diagram 3.1 Diagram Path Variabel Resiliensi.......................................... 70
Diagram 3.2 Diagram Path Variabel Resiliensi Modifikasi....................... 71
Diagram 3.3 Diagram Path Variabel Resiliensi Tanpa Item Drop............. 73
Diagram 3.4 Diagram Path Variabel Resiliensi Tanpa Item Drop
Modifikasi............................................................................. 74
Diagram 3.5 Diagram Path Variabel Self-Efficacy..................................... 76
Diagram 3.6 Diagram Path Variabel Self-Efficacy Modifikasi.................. 77
Diagram 3.7 Diagram Path Variabel Dukungan Sosial.............................. 79
Diagram 3.8 Diagram Path Variabel Dukungan Sosial Modifikasi........... 80
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Halaman Judul
Lampiran 2. Lembar Pernyataan Keaslian Karya Akademik
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Pembimbing
Lampiran 4. Lembar Pengesahan
Lampiran 5. Abstrak
Lampiran 6. Daftar Isi
Lampiran 7. Daftar Tabel
Lampiran 8. Daftar Gambar
Lampiran 9. Daftar Lampiran
Lampiran 10.` Surat Pengajuan Judul Skripsi dan Pembimbing
Lampiran 11. Surat Izin Penelitian
Lampiran 12 Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 13 Baseline Elisitasi
Lampiran 14 Kuesioner Resiliensi, Self-Efficacy, dan Dukungan Sosial
Lampiran 15 Output
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penelitian.
1.1. Latar Belakang
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh disfungsi dalam DNA manusia,
yang merupakan bagian dari fungsi sel untuk mengontrol pertumbuhan dan
reproduksi sel (Taylor, 2009). Tidak seperti sel lainnya dalam tubuh manusia, sel
kanker tidak memberikan keuntungan apapun untuk tubuh. Kanker juga
merupakan suatu penyakit kronis yang memiliki dampak menahun dan
memerlukan intervensi untuk mengurangi keparahannya. Diagnosis kanker dan
treatment-nya menjadi suatu hal yang dianggap sebagai pengalaman merugikan
serta menyebabkan trauma bagi penderitanya (Hou, Yin, Law, and Fu, 2010).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, WHO
menempatkan kanker sebagai jenis Penyakit Tidak Menular (PTM) kedua terbesar
setelah penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner, stroke), disusul oleh
penyakit pernafasan kronis (asma dan penyakit paru obstruksi kronis) serta
diabetes. Kanker cervix memiliki jumlah penderita sebesar 522.354 perempuan
sedangkan kanker prostat memiliki jumlah penderita sebesar 505.409 laki-laki.
Sementara jumlah penderita kanker selain cervix dan prostat adalah sebesar
1.027.763 dengan jenis kelamin pria dan wanita. Prevalensi kanker tertinggi di
2
Indonesia terdapat di D.I. Yogyakarta (4,1%), diikuti Jawa Tengah (2,1%), Bali
(2%), Bengkulu dan DKI Jakarta masing-masing 1,9% per mil. Prevalensi kanker
cenderung lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki, dengan kelompok
usia di atas 75 tahun, berlatar belakang pendidikan tinggi, tidak bekerja, tinggal di
perkotaan, dan kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan teratas.
Dibandingkan dengan data Riskesdas pada tahun 2007, yang menyatakan bahwa
kanker menempati urutan ke tujuh sebagai penyebab kematian di Indonesia.
Belcher (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kanker adalah we
disease, karena dampak penyakit kanker tidak hanya pada penderita sendiri tapi
juga pada orang lain yang berada dalam suatu sistem yang sama dengan penderita,
hal ini menyebabkan tidak hanya penderita yang perlu beradaptasi dengan
penyakit kanker namun juga lingkungan terdekatnya. Lamanya waktu yang
dibutuhkan penderita kanker untuk menjalani proses pengobatan akan berdampak
pada kehidupan sehari-hari penderita tersebut, baik dampak internal maupun
dampak eksternal. Aspek internal yang dipengaruhi penyakit kanker dan proses
pengobatan selain pada fisik penderita, juga pada psikis penderita. Hal ini
termasuk kemunduran fungsi kesehatan mental, mood, dan beberapa aspek dari
psychological well-being (Costanzo, Ryff, and Singer, 2009). Sedangkan aspek
eksternal yang dipengaruhi oleh kanker adalah hubungan dengan orang-orang
terdekat penderita, aktivitas sehari-hari, maupun pekerjaan.
Untuk menjalani proses pengobatan, penderita kanker memiliki pilihan
yang dapat ditempuh berupa metode medis seperti operasi, kemoterapi,dan radiasi
(Sarafino, 2011), maupun metode alternatif seperti meminum obat herbal atau
3
mecoba alat penelitian terbaru seperti yang ditawarkan oleh C-Tech Labs (Center
of Tomography Research Laboratory) Edwar Technology atau biasa dikenal
dengan klinik Edwar.
C-Tech Labs Edwar Technology adalah suatu payung penelitian untuk
mengembangkan alat pembunuh kanker yang diciptakan oleh Prof. Dr. Warsito
Purwo Taruno dan beralamat di Alam Sutera – Tangerang. Walaupun menamakan
diri sebagai klinik kanker, tempat ini tidak meminta penderita kanker yang datang
berobat untuk menginap selama masa pengobatan ataupun meminum obat. Klinik
Edwar hanya melakukan scanning terhadap tingkat keganasan sel kanker dan
volume dari kanker itu sendiri, kemudian menyewakan alat selama enam bulan
pertama sesuai dengan jenis dan letak kanker yang dialami penderita kanker yang
berobat. Alat yang disewakan oleh Edwar menggunakan metode ECCT (Electro
Capacitive Cancer Traetment) dengan tenaga listrik sebesar tiga volt yang akan
menyerang sel kanker saat sedang melakukan pembelahan. Alat ini memiliki
beragam bentuk yang diperlukan oleh penderita sesuai dengan jenis kankernya,
diantaranya alat yang menyerupai celana pendek, penutup dada, helm, selimut,
hingga masker.
Penderita kanker yang menjalani pengobatan di Edwar berasal dari
berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh hingga Jayapura. Penderita kanker
juga berasal dari berbagai tingkat sosial ekonomi. Penderita mendapat informasi
mengenai Edwar dari kerabatnya dan acara di televisi kemudian mencari
informasi lebih dalam lagi dengan browsing di internet. Kanker yang dihadapi
oleh penderita kanker di Edwar beragam jenisnya, seperti kanker payudara,
4
kanker ovarium, kanker getah bening, kanker otak, kanker nasofaring, serta
kanker tulang. Penderita datang ke Edwar dengan ditemani oleh caregiver-nya
baik pasangan, anak, orang tua, saudara, maupun temannya, walaupun ada juga
beberapa penderita yang datang seorang diri ke Edwar. Selama menunggu
panggilan ke ruangan yang akan di tuju, banyak penderita yang saling bercerita
mengenai keadaannya dan perkembangan penyakitnya dengan sesama penderita
lain atau caregiver, ada juga penderita yang lebih memilih menyendiri selama
menunggu namanya dipanggil. Beberapa penderita sering menggunakan sofa yang
tersedia di Edwar untuk tidur dan beristirahat selama menunggu giliran.
Penderita kanker diwajibkan untuk melakukan kontrol alat dan kondisinya
ke klinik Edwar setiap bulan untuk mereka yang berdomisili di Tangerang dan
sekitarnya, sementara untuk penderita yang tinggal di luar kota diberi jangka
waktu dua bulan sekali untuk memeriksakan alat dan mengevalusai kondisi
tubuhnya. Tugas untuk melakukan evaluasi terhadap penderita kanker ini
dilakukan oleh fisika medis yang berada di Edwar. Klinik Edwar sendiri
menyediakan kegiatan untuk mendukung kesembuhan penderita kanker di luar
medis seperti adanya Duta Edwar, yang merupakan mantan penderita kanker yang
pernah memakai alat Edwar dan sudah mengalami kesembuhan ataupun
kemajuan, untuk memberikan motivasi dan berbagi pengalaman kepada penderita
kanker yang berobat di klinik Edwar dengan cara mengajak berbicara ataupun
menghubungi secara personal. Selain itu, terdapat juga C-Care Corner yang
diadakan setiap bulannya untuk penderita kanker, berupa talkshow dengan
menghadirkan penderita yang sudah mengalami kemajuan dengan mengunakan
5
alat Edwar, ataupun pembicara lain yang sesuai dengan tema yang sedang
diangkat.
Untuk mengetahui fenomena yang ada pada penderita kanker di klinik
Edwar, peneliti melakukan elisitasi dengan menggunakan metode berupa
observasi, wawancara, dan mengikuti jalannya Focus Group Discussion (FGD)
yang dilakukan oleh peneliti lain yang juga sedang melakukan penelitian pada
penderita kanker di klinik Edwar, terhadap total 18 orang penderita kanker.
Fenomena yang dapat diamati adalah bahwa sebanyak 94,4% penderita kanker
mengaku terkejut saat mendapat diagnosa dokter tersebut, disebabkan tidak ada
anggota keluarga mereka yang mempunyai riwayat penyakit kanker sebelumnya.
Hal ini juga merupakan salah satu fenomena dari penelitian terdahulu yang
mengungkapkan bahwa, walaupun pada awal kehadirannya penyakit kanker
adalah penyakit degeneratif, dewasa ini ditemukan faktor pencetus lain untuk
kanker yaitu diet yang kurang tepat serta pola hidup yang tidak sehat (Taylor,
2009).
Setelah penderita didiagnosis mengalami kanker, pihak dokter menawarkan
pilihan yang dapat diambil oleh penderita sebagai jalan untuk mengobati penyakit
yang dideritanya. Pilihan terapi medis berupa operasi, kemoterapi, biopsi, maupun
radiasi. Sebanyak 38,8% penderita berkeyakinan operasi bukanlah pemecahan
masalah dari kanker yang mereka hadapi, keyakinan tersebut berdasarkan
informasi dari pengalaman orang lain yang mereka dengar, bahwa operasi tidak
dapat mencegah penyebaran kanker ke daerah lainnya pada tubuh mereka.
Penderita meyakini bahwa kemoterapi berdampak terhadap kondisi fisik secara
6
drastis dan rasa lemas pada tubuh mereka sekitar 1 – 3 hari setelah menjalani
kemoterapi. Penderita memilih untuk menjalani pengobatan alternatif seperti
minuman herbal, pemijatan, akupuntur, pengobatan dengan metode tradisional,
dan buah-buahan jenis tertentu seperti rebusan daun sirsak, sarang semut, buah
manggis dan buah merah, maupun mencoba alat hasil penelitian terbaru seperti
yang Ctech Labs Edwar Technology tawarkan.
Sebesar 44,4% dari 18 orang penderita mendeskripsikan bahwa
kesembuhan yang mereka ingin capai bukan semata-mata untuk diri mereka
sendiri melainkan juga untuk orang-orang yang ada di sekitar mereka. Sejak
diagnosis dan selama menjalani proses pengobatan, terdapat sekitar 44,4%
penderita menggambarkan bahwa mereka mendapat banyak dukungan dari
lingkungan mereka, baik berupa dukungan informasi, dukungan psikologis,
maupun waktu yang disediakan oleh orang-orang di sekitar mereka. Sekitar 22,2%
penderita mendeskripsikan bahwa, ia merasa lebih menghargai hidup bersama
keluarganya dan kebahagiaan yang dirasa saat bersama keluarganya membuat rasa
sakit yang ada di tubuhnya menghilang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Belcher (2011), bahwa dukungan yang diterima oleh penderita kanker adalah
sumber coping untuk mereduksi distress psikologis yang dirasakannya. Dukungan
dari orang-orang terdekat juga menunjukkan efek yang menguntungkan pada
fungsi psikologis dan reaksi emosional pada stressor (Belcher, 2011).
Dari hasil wawancara dalam proses elisitasi, alasan yang ditemukan pada
penderita kanker sehingga mereka berobat di Edwar adalah untuk menghindari
operasi, keterbatasan dana untuk melakukan pengobatan secara medis, ataupun
7
sudah melakukan berbagai pengobatan namun belum menunjukkan kemajuan
dalam kondisinya. Penderita kanker yang berobat di Edwar juga datang dari
berbagai daerah di Indonesia demi menjalani pengobatannya. Perjuangan dan
kegigihan penderita kanker untuk menjalani pengobatan demi mecapai
kesembuhan ini pada akhirnya menarik perhatian peneliti. Ditengah situasi sulit
berupa penyakit kanker yang sedang dihadapi, penderita kanker masih terus
berjuang untuk menghadapi keadaan tidak nyaman dalam hidup mereka. Hal ini
dikenal sebagai daya tahan atau resiliensi.
Resiliensi merupakan pengelolaan mental dengan baik oleh individu dalam
menghadapi tantangan dan kesulitannya sehari-hari, dan kemampuan menavigasi
perubahan yang dimiliki individu dalam beradaptasi dengan keadaannya (Waugh,
Thompson, and Gotlib 2011). Resiliensi terbentuk karena suksesnya coping pada
stressor kecil sehari-hari, selain itu resiliensi juga merupakan perlindungan yang
dapat individu gunakan agar terhindar dari patologis.
Orang-orang yang memiliki resiliensi dapat menanggapi suatu situasi sulit
dalam hidup mereka dengan emosi negatif seperti depresi, dan positif seperti cinta
dari lingkungannya. Mereka dapat merespon keadaan sesuai dengan permintaan
lingkungan dan pengalaman tidak menyenangkan yang pernah mereka lalui
dengan sukses pada masa lalu. Hou, et. al. (2010) dalam penelitiannya
memaparkan bahwa untuk beradaptasi dengan situasi sulit diperlukan sumber
kekuatan untuk membantu individu yang berasal dari internal maupun eksternal.
Sumber kekuatan internal dimiliki dan digerakkan oleh individu sesuai
kehendaknya, hal ini mencakup evaluasi kognitif akan rasa berharga dalam
8
dirinya, keyakinan bahwa dia dapat menguasai suatu keadaan, atau harapan positif
dari keadaan yang dijalaninya (Hou, et. al., 2010). Sementara sumber kekuatan
ekternal adalah interaksi dengan orang lain dan lingkungan fisik di sekitarnya,
seperti uang, pekerjaan, dukungan emosional ataupun praktis, kontak sosial, dan
hubungan yang intim dengan orang lain (Hou, et. al., 2010).
Scali, Gandubert, Ritchie, Soulier, Ancelin, and Chaudieu (2012) dalam
penelitiannya memaparkan bahwa kejadian traumatis seperti mengalami kanker,
mempengaruhi resiliensi seseorang, dan bahwa usia, tingkat pendidikan, serta
status pernikahan tidak mempengaruhi resiliensi individu. Sementara penelitian
terdahulu menyebutkan bahwa terdapat perbedaan tingkat resiliensi berdasarkan
jenis kelamin. Laki-laki dilaporkan mempunyai resiliensi yang lebih tinggi
dibanding perempuan jika dihadapkan pada berbagai persoalan hidup seperti
penerimaan diri pada usia tua dan bagaimana menghadapi hidup pada usia tua
(Alex, L. & Lundman, 2011), menghadapi kehidupan masa remaja (Mumford,
2001), dan pencapaian akademik (Wasonga, 2002).
Loprinzi, Prasad, Schroeder, dan Sood (2011) dalam penelitiannya
mengenai pelatihan pengelolahan stres dan resiliensi pada penderita kanker
payudara menyatakan bahwa, resiliensi pada penderita kanker juga dapat
ditingkatkan melalui training dan intervensi. Resiliensi diketahui menjadi faktor
yang mempengaruhi kelelahan penderita kanker selama menjalani proses
pengobatan seperti radiasi dan mempengaruhi kelangsungan hidup dari penderita
kanker itu sendiri (Strauss et. al., 2007).
9
Beberapa penelitian memaparkan bahwa terdapat beragam faktor yang
terbukti mempengaruhi resiliensi itu sendiri, yaitu psychological flexibility, coping
strategies, social support, afeksi, persepsi, brave, confident, self-efficacy, proses
komunikasi, positive cognitive triad, practice & learning, determinant, believe
and faith, harapan, attachment orang tua ke anak, dan family belief system. Namun
pada penelitian ini peneliti fokus terhadap dua faktor yang mempengaruhi
resiliensi yakni self-efficacy dan dukungan sosial.
Self-efficacy adalah refleksi dari penilaian personal individu mengenai
kemampuannya untuk berperilaku sesuai dengan yang diinginkan individu
tersebut (Khan, 2009). Selain itu, self-efficacy memprediksi kecepatan langkah,
penilaian setelah menyelesaikan tugas yang sulit, dan kemampuan untuk
menyelesaikan suatu hal meski dalam keadaan sakit (Waldrop, Lightsey,
Ethington, Woemmel, & Coke, 2001). Anderson (2006) mengemukakan bahwa
self-efficacy adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk mengambil
langkah yang diperlukan untuk aktivasi regulasi diri dan memediasi efek
treatment terhadap aktivitas fisik (Anderson, 2006). Pasien kanker dengan self-
efficacy yang tinggi memiliki harapan untuk coping dan merasa bahwa mereka
mampu menghadapi tantangan serta menyelesaikan stressor mereka seperti
kanker. Sementara mereka dengan self-efficacy yang rendah merasa kesulitan
untuk menghadapi situasi sulit (Bandura, 1995).
Selain self-efficacy, faktor lain yang diprediksi mempengaruhi resiliensi
adalah dukungan sosial. Dukungan sosial adalah sumber coping yang sangat kuat
dan berpengaruh terhadap pengalaman yang penuh tekanan dalam perubahan
10
hidup (Misra, Crist, & Burant, 2003). Dukungan sosial memunculkan harapan,
meningkatkan self-confidence, dan suatu penyangga individu agar tidak runtuh
saat menghadapi kesepian dan stres (Harel, Shechtman, & Cutronal, , 2011).
Dukungan sosial juga menurunkan kebutuhan individu untuk self-defense yang
sering kali menyebabkan konflik di dalam diri individu dan meningkatkan
kemampuan untuk menghadapi tantangan yang berkontribusi terhadap personal
growth dan well-being (Harel, Shechtman, & Cutronal, 2011). Selain itu,
dukungan sosial berupa emotional dan informational support sering kali
diasosiasikan dengan health behavior meskipun tangible asisstance tidak
(Messina et al., 2004). Sementara tangible asisstance banyak ditemukan pada
individu yang memiliki gangguan kesehatan dengan usia lebih tua, berjenis
kelamin perempuan, dan memiliki pendapatan yang rendah (Woloshin, et. al.,
1997).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sagone dan Caroli (2013)
menunjukkan bahwa ditemukan korelasi positif antara self-efficacy dan resiliensi.
Self-efficacy juga dikonsepkan sebagai salah satu komponen yang mempengaruhi
resiliensi (Schwarzer dalam Embury (ed), 2013). Sementara dukungan sosial dari
keluarga dan teman dilaporkan mempengaruhi secara positif tingkat resiliensi
(Wilks dan Croom, 2007). Ozbay, Johnson, Dimoulas, Morgan, Charney, dan
Southwick (2007) juga mengatakan bahwa dukungan sosial yang berkualitas
tinggi akan meningkatkan resiliensi terhadap stres. Penelitian langsung mengenai
pengaruh self-efficacy dan dukungan sosial menyatakan bahwa kedua variabel
tersebut memiliki pengaruh positif terhadap resiliensi, yaitu semakin tinggi tingkat
11
self-efficacy dan dukungan sosial, maka akan semakin tinggi juga tingkat
resiliensi (Waugh, Thompson, & Gotlib, 2011).
Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan, penulis akhirnya tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai fenomena resiliensi ini. Oleh karenanya
judul yang penulis angkat untuk penelitian ini adalah “Pengaruh Self-Efficacy dan
Dukungan Sosial terhadap Resiliensi Penderita Kanker”.
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1. Pembatasan masalah
Agar masalah yang diteliti tetap berada dalam jalurnya dan terarah, maka peneliti
membatasi penelitian ini pada variabel bebas (self-efficacy dan dukungan sosial)
dan variabel terikat yaitu resiliensi. Adapun pengertian dari variabel di atas
adalah:
1. Resiliensi
Merupakan suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk secara gigih
beradaptasi dengan keadaannya ketika semua hal di dalam hidup indvidu
tersebut menjadi salah (Reivich & Shatte, 2002).
2. Self-Efficacy
Merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk mengatur
dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian.
Self-efficacy juga memprediksi health related-action atau tindakan lain
yang diperlukan untuk menghadapi penyakit yang seseorang derita
(Bandura, 1995).
12
3. Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah bagaimana orang lain memberi tahu individu
bahwa ia dicintai, diperhatikan, serta berharga. Bahwa individu itu juga
merupakan bagian dari suatu jaringan masyarakat (Taylor, 2009).
4. Penderita Kanker di C-Tech Labs Edwar Technology
Subjek yang akan dibahas pada penelitian ini adalah individu dengan
diagnosa kanker yang tengah menjalani proses pengobatan di C-Tech Labs
Edwar Technology dengan stadium 0 – III. Subjek pada akhirnya akan
dibedakan melalui jenis kelaminnya.
1.2.2. Perumusan masalah
Adapun perumusan masalah yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh yang siginfikan self-efficacy dan dukungan sosial
terhadap resiliensi pada penderita kanker?
2. Seberapa besar proporsi varian dari variabel resiliensi yang dapat
diprediksi oleh variabel self-efficacy dan dukungan sosial?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi-dimensi self-efficacy
terhadap resiliensi pada penderita kanker?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi-dimensi dukungan sosial
terhadap resiliensi pada penderita kanker?
5. Prediktor apa saja yang paling dominan pengaruhnya terhadap resiliensi
pada penderita kanker?
13
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh self-efficacy dan dukungan
sosial terhadap resiliensi penderita kanker.
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam:
1. Memberi kontribusi positif terhadap pengembangan ilmu psikologi.
2. Sebagai referensi dan dapat menstimulus penelitian lain yang berkaitan
dengan resiliensi.
Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan:
1. Bagi penderita kanker: untuk memberi keyakinan agar penderita dapat
mempertahankan serta meningkatkan resiliensi mereka untuk mencapai
kesembuhan bagi diri mereka serta orang-orang yang mereka cintai.
2. Bagi caregiver: untuk memperhatikan faktor yang dapat mempengaruhi
kesehatan penderita dan mempertahankan faktor-faktor yang dapat
meningkatkan kondisinya.
3. Bagi pihak medis: untuk mempertimbangkan aspek psikologis penderita
sebagai hal yang berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan penderita
secara fisik.
1.4. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan, penelitian ini terbagi dalam lima bab dengan
sistematika sebagai berikut:
14
BAB 1 Pendahuluan
Membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2 Landasan teori
Terdiri dari landasan teori mengenai resiliensi yang meliputi
pengertian, dimensi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi;
definisi self-efficacy dan dukungan sosial, bagaimana keduanya
mempengaruhi resiliensi serta pengukuran kedua IV tersebut,
kerangka berpikir dan hipotesis.
BAB 3 Metode penelitian
Terdiri dari populasi dan sampel, variabel penelitian dan definisi
operasional variabel, instrumen pengumpulan data, uji validitas
konstruk, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.
BAB 4 Hasil Penelitian
Terdiri dari gambaran subjek penelitian, analisis deskriptif, serta
hasil uji hipotesis.
BAB 5 Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, diskusi,
dan saran berdasarkan penelitian ini.
15
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai landasan teori dari penelitian yang dilakukan,
yaitu resiliensi pada penderita kanker, dimensi dari resiliensi, self-efficacy dan
dukungan sosial beserta dimensinya. Selanjutnya dalam bab ini terdapat
pembahasan tentang kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
2.1. Resiliensi
2.1.1. Definisi resiliensi
Goldstein and Brooks (2005) merumuskan resiliensi sebagai suatu kemampuan
yang dimiliki oleh individu untuk tetap melanjutkan hidup, setelah melalui
keadaan sulit yang membuat individu tersebut tertekan sehingga harus
mengupayakan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Upaya dan kemampuan
yang dilakukan oleh individu dalam proses mengeluarkan diri dari keadaan
sulitnya sering kali membuat individu tersebut kehabisan energi. Resiliensi
merupakan suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada kapasitas individu
untuk menghadapi tantangan yang datang dalam rentang waktu kehidupannya, hal
ini membuat individu memiliki kesempatan untuk mengembangkan aspek
psikologisnya dalam perjalanannya menghadapi tantangan tersebut. Dengan
memiliki resiliensi, individu dapat pulih dari stres yang dihadapinya dan dapat
beradaptasi secara positif dengan berbagai rintangan dalam hidupnya baik yang
telah terjadi pada masa lalu maupun rintangan yang sedang dihadapinya saat ini.
Proses resiliensi dapat merefleksikan kekuatan alami yang dimiliki individu, dan
16
membuat individu tersebut dapat meningkatkan fokus untuk memahami faktor-
faktor yang dapat melindunginya dan melanjutkan fungsi kehidupannya di masa
depan.
Brenner, Bush, and Moses (2010) menyatakan bahwa resiliensi merupakan
suatu konsep penting yang digunakan untuk memahami hubungan seorang
individu terhadap trauma yang pernah terjadi dalam hidupnya. Resiliensi telah
dideskripsikan dalam berbagai definisi sebagai suatu refleksi atas kemampuan
individu sehingga dapat bertahan dari efek trauma atau tragedi yang terjadi dalam
hidupnya, serta untuk merefleksikan kemampuan dan kapasitas individu untuk
dapat bertahan dan tidak terpengaruh terhadap efek trauma, kesiapan individu
tersebut untuk dapat pulih kembali dari berbagai dampak dari kesulitan yang
terjadi padanya, dan dapat bangkit kembali ke suatu jalan baru yang lebih positif
dalam hidupnya pasca trauma atau tragedi tersebut.
Dalam Waugh, Thompson, and Gotlib (2011), resiliensi didefinisikan
sebagai kemampuan individu untuk mengarahkan perubahan dalam hidupnya
secara sukses. Individu yang memiliki resiliensi adalah individu yang dapat
mengelola kesehatan mental dengan baik ketika dihadapkan oleh tantangan dan
rintangan seperti kesulitan ekonomi, serangan teroris, dan stressor sehari-hari.
Individu yang dapat menggunakan coping strategies yang berbeda dalam upaya
penyesuaian dengan masalah dan lingkungannya akan beradaptasi dengan lebih
baik pada stres yang dihadapinya.
Resiliensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk
secara gigih beradaptasi ketika semua hal dalam hidupnya menjadi salah (Reivich
17
and Shatte, 2002). Resiliensi dibutuhkan oleh setiap individu karena satu hal yang
pasti adalah bahwa masalah akan selalu datang dalam rentang waktu kehidupan
manusia. Resiliensi merupakan kunci kesuksesan pada pekerjaan dan kepuasan
dalam hidup yang akan mempengaruhi penampilan dan kinerja di sekolah atau di
kantor, kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kualitas dari hubungan individu
dengan orang lain di sekelilingnya. Pola pikir menjadi salah satu hal yang dapat
mempengaruhi resiliensi. Resiliensi juga merupakan salah satu komposisi bagi
kebahagiaan dan kesuksesan,
Sementara itu, Siebert (2005) mendefinisikan resiliensi sebagai suatu
kemampuan untuk dapat memantul kembali dari peristiwa sulit pada tahapan
perkembangan dalam hidup individu, walau pada awalnya mungkin terasa sangat
sulit untuk diatasi. Resiliensi adalah kemampuan individu untuk mengatasi
kesulitan, menghadapi dengan baik setiap perubahan dalam hidup yang datang
silih berganti, tetap memiliki kondisi fisik dan energi yang baik ketika berada di
bawah tekanan, mengubah cara beradaptasi dalam hidup ketika cara yang biasa
digunakan sudah tidak sesuai dengan keadaan yang datang, dan melakukan semua
hal tersebut tanpa melalui jalan yang berbahaya dan merugikan diri individu
tersebut maupun orang lain di sekitarnya.
Resiliensi adalah suatu kapasitas yang individu gunakan untuk merespon
masalah dalam jalan yang sehat dan produktif ketika harus menghadapi rintangan
dan trauma. Resiliensi memungkinkan individu mengubah pola pikirnya untuk
terus mencari pengalaman baru dan melihat hidup sebagai suatu proses yang tidak
pernah berhenti. Resiliensi menciptakan dan memelihara sikap positif dalam
18
penjelajahan individu di kehidupannya. Individu yang memiliki resiliensi dapat
memahami diri mereka dengan baik serta dapat menemukan arti dan tujuan dalam
kehidupannya.
Berdasarkan beragam definisi yang telah dijabarkan oleh para ahli, maka
peneliti merujuk pada pengertian resiliensi yang dikemukakan oleh Reivich and
Shatte (2002), yang menyatakan bahwa resiliensi merupakan suatu kemampuan
yang dimiliki oleh individu untuk dapat menghadapi kesulitan dalam hidupnya
secara gigih, karena individu tersebut meyakini bahwa dalam hidup, masalah akan
selalu datang silih berganti. Dan untuk meraih kesuksesan maupun kebahagiaan,
individu harus dapat menghadapi hal terberat sekalipun dalam siklus
kehidupannya dengan berbagai cara yang mampu ia lakukan. Tingkat resiliensi
yang dimiliki oleh individu akan berpengaruh terhadap beberapa aspek dalam
kehidupannya yaitu performa di sekolah atau kantor, kualitas hubungan dengan
lingkungan di sekitarnya, kesehatan mental, dan kesehatan fisik individu tersebut.
2.1.2. Teori Resiliensi
Reivich and Shatte (2002) dalam bukunya menyebutkan beberapa ciri dari orang
yang memiliki resiliensi, yaitu:
1. Mencari pengalaman baru dalam hidup yang mendorong mereka pada
batas kemampuan yang mereka miliki. Mereka tidak mencari bahaya,
namun tidak hancur saat bertemu situasi yang sulit dan penuh risiko.
2. Tidak malu saat belum meraih kesuksesan dan menjadikan kegagalannya
sebagai suatu pengalaman untuk menanjak lebih tinggi lagi dari yang biasa
mereka lakukan.
19
3. Mengizinkan perasaan duka, marah, kehilangan, dan kebingungan ketika
merasa tersakiti atau mengalami distress, namun mereka tidak
membiarkan semua emosi negatif tersebut menjadi emosi permanen dalam
diri mereka.
4. Mempunyai cara yang fleksibel dalam menghadapi berbagai masalah
dalam hidupnya.
5. Mengembangkan potensi untuk belajar bagaimana cara bertahan dalam
menghadapi berbagai tekanan, beradaptasi dengan cepat pada perubahan,
bangkit dari kesulitan, dan menemukan jalan keluar untuk setiap masalah
yang tengah dihadapinya.
6. Tidak menunggu orang lain untuk menyelamatkan dirinya, mereka
bertindak sesuai dengan perasaan dan merancang tujuan mengenai langkah
yang akan ditempuhnya.
7. Dapat mengubah kesulitan menjadi tantangan, kegagalan menjadi
kesuksesan, dan ketidakberdayaan menjadi kekuatan. Mereka mampu
mengubah diri mereka dari objek menjadi subjek dalam kesulitan yang
mereka hadapi.
8. Dapat bangkit kembali lebih cepat dari trauma dan dapat memahami
bagaimana menggunakan hubungannya dengan orang lain untuk
menemukan jalan keluar dari persoalan hidupnya, sehingga mereka dapat
bangkit lebih tinggi lagi dibandingkan dengan apa yang mereka harapkan
sebelumnya.
20
Menurut Reivich and Shatte (2002) resiliensi juga terdiri dari tujuh dimensi yang
dapat dipelajari, diukur, dan diimprovisasi. Ketujuh dimensi ini harus ada pada
diri orang yang memiliki resiliensi walau dalam tingkat yang berbeda pada
masing-masing dimensinya. Jika individu tidak memiliki satu saja aspek dari
dimensi ini, maka individu tersebut tidak dapat dikatakan memiliki resiliensi.
Ketujuh dimensi resiliensi tersebut adalah:
1. Emotion regulation, atau regulasi emosi merupakan suatu kemampuan
yang dimiliki individu untuk tetap tenang dan mampu mengendalikan
perasaannya di bawah tekanan. Individu yang memiliki resiliensi dapat
mengembangkan dengan baik potensi yang dimilikinya untuk membantu
dirinya mengontrol emosi, atensi, dan perilaku mereka. Emotion
regulation mempunyai peranan yang penting untuk membentuk hubungan
yang erat dan hangat dengan orang lain di sekitarnya, sukses di pekerjaan,
dan untuk memelihara kesehatan fisik.
2. Impulse control, individu yang tidak memiliki pengendalian terhadap
impulsnya merupakan individu dengan id yang tinggi namun tidak
mempunyai cukup superego untuk menahan id-nya tersebut. Individu ini
menerima suatu kejadian sesuai dengan persepsi pertama yang
dipikirkannya tanpa kendali selanjutnya pada persepsi tersebut. Hal ini
dapat menurunkan potensi resiliensi yang dimiliki oleh individu.
Mengendalikan impuls yang hadir erat kaitannya dengan pola pikir
individu sehingga agar dapat mengendalikan impulsnya, seseorang perlu
mengelola pola pikirnya.
21
3. Optimism, individu yang memiliki resiliensi tinggi adalah ia yang
memiliki optimisme dalam kehidupannya. Individu ini yakin bahwa
kondisi yang tengah dihadapinya dapat menjadi lebih baik lagi. Ia juga
memiliki harapan akan masa depan dan percaya bahwa dirinya dapat
mengontrol langkah dalam kehidupannya. Dibandingkan dengan individu
yang memiliki sifat pesimis, individu dengan optimisme mempunyai
kesehatan fisik yang lebih baik dan lebih rendah peluangnya untuk
menderita depresi. Ia mempunyai performa yang lebih baik di sekolah,
lebih produktif di kantor, dan lebih banyak memenangkan pertandingan
olahraga. Individu ini melihat masa depan sebagai sesuatu yang bersinar.
Sikap optimis yang ia miliki juga mempengaruhi keyakinannya bahwa ia
mempunyai kemampuan untuk mengelola rintangan yang akan ditemuinya
di masa depan.
4. Causal analysis, merupakan suatu term yang digunakan untuk merujuk
pada kemampuan individu untuk dapat mengidentifikasi secara tepat akar
dari persoalan yang tengah ia hadapi. Jika individu tidak dapat
menemukan akar dari persoalan yang ia hadapi, maka individu ini sangat
rentan untuk menghadapi masalah yang sama berulang kali. Untuk
melakukan identifikasi terhadap suatu masalah, terdapat tiga pendekatan
yang biasa digunakan oleh individu, yaitu:
a) Personal (me-not-me), merupakan suatu pola pikir individu yang
beranggapan bahwa dirinyalah yang menjadi penyebab segala
peristiwa tidak menguntungkan yang terjadi dalam hidupnya. Peristiwa
22
tidak menguntungkan itu adalah akibat dari kesalahan dan perilakunya
sendiri. Individu ini mempunyai keyakinan bahwa suatu persoalan
yang tengah dihadapinya dapat berpengaruh terhadap seluruh aspek
kehidupannya.
b) Permanent (always-not-always), merupakan suatu pola pikir yang
dimiliki individu bahwa orang lain yang berada dalam satu sistem yang
sama dengan dirinyalah yang menjadi penyebab dari persoalan yang
tengah dihadapinya. Individu ini memiliki keyakinan bahwa setiap
persoalan merupakan suatu hal yang fana dan akan senantiasa berubah.
Individu ini berpikir bahwa masalah yang tengah dihadapinya saat ini
tidak mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya.
c) Pervasive (everything-not-everything), individu yang memiliki pola
pikir pervasive ini terus berusaha untuk mengembangkan kemampuan
yang dimilikinya, untuk mengatasi permasalahan yang tengah
dihadapinya saat ini melalui berbagai tindakan yang dapat ia lakukan.
5. Empathy, merupakan suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk
dapat membaca psikologis dan emosi yang tengah dirasakan oleh orang
lain di sekitarnya. Empati adalah suatu kemampuan yang membuat
individu dapat membaca bahasa non-verbal dari orang di sekitarnya
melalui ekspresi wajah, intonasi suara, dan body language untuk kemudian
mengetahui perasaan yang tengah orang lain rasakan.
6. Self-efficacy, merupakan suatu aspek yang merepresentasikan keyakinan
individu bahwa ia mempunyai kemampuan untuk dapat keluar dari
23
masalah yang sedang dihadapinya dan melampaui masalah tersebut
dengan sukses.
7. Reaching out, individu yang memiliki reaching out merupakan individu
yang mempunyai kemampuan untuk dapat memahami dirinya sendiri
dengan baik dan menemukan arti serta tujuan hidupnya melalui kesulitan
yang tengah ia jalani.
Dalam bukunya, Reivich and Shatte (2002) juga menyatakan beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkat resiliensi individu. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Perubahan yang dialami dalam hidup
Di dalam perjalanan hidupnya, individu akan mengalami perubahan demi
perubahan. Hal ini merupakan suatu konsep yang pasti akan terjadi dalam
kehidupan seseorang. Individu dalam hidupnya tidak dapat terikat pada trauma
di masa lalu yang menempatkan dirinya sebagai suatu korban dan merasa
tidak berdaya atas kejadian tersebut. Individu dapat mengubah perilakunya
sesuai dengan harapannya kapan saja mereka menginginkan hal tersebut.
Individu dapat menjadikan masa lalu sebagai suatu pelajaran yang membentuk
pribadinya saat ini, dan menentukan langkah apa yang akan ia lakukan untuk
masa depannya. Individu ini dapat mengarahkan kehidupannya berdasarkan
pengalaman yang telah dipelajarinya dari berbagai kejadian dari masa lalunya.
Individu ini memahami bahwa dirinya bukanlah korban seutuhnya dari masa
lalu yang pernah ia alami, melainkan ia mampu mengubah hidupnya kapan
saja ia termotivasi dan terdorong untuk melakukannya. Ia memiliki
24
kemampuan untuk terus belajar dan mengubah dirinya menjadi lebih positif
secara permanen.
2. Pola pikir
Suatu pikiran atau kognisi yang diungkapkan oleh individu merupakan
representasi dari emosi yang tengah dirasakan oleh individu tersebut. Pikiran
merupakan sumber dari emosi yang dirasakan individu, dan emosi
menentukan siapa saja individu yang akan bertahan dan menyerah dalam
menghadapi kesulitan dalam hidup. Individu harus tetap fokus terhadap
keyakinan, pikiran, dan emosi yang dimilikinya karena seluruh hal tersebut
akan menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya dan hal tersebut akan
merepresentasikan esensi kemanusiaannya.
3. Berpikir akurat
Salah satu indikator yang dimiliki oleh individu dengan mental yang sehat
adalah ia dapat secara akurat mengenali kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya, serta mengidentifikasi risiko dan konsekuensi dari segala pilihan
yang ia ambil dalam hidupnya. Individu yang memiliki mental yang sehat juga
dapat secara akurat menentukan akar masalah dari persoalan yang tengah ia
hadapi, dan mengevaluasi dirinya sendiri serta orang lain. Individu yang dapat
berpikir secara akurat mampu melihat masa depan secara positif tanpa
menyangkal kenyataan yang sebenarnya terjadi, ia juga dapat secara aktif
mengapresiasi aspek positif dari suatu situasi tanpa mengabaikan aspek
negatif dari situasi tersebut. Ia berharap untuk hasil yang positif dan berusaha
agar hal tersebut terjadi. Individu ini tidak berasumsi bahwa hal baik akan
25
terjadi begitu saja namun membutuhkan usaha dan perjuangan, kemampuan
untuk memecahkan masalah, dan perencanaan yang baik.
4. Fokus pada kekuatan
Individu yang mengenali kekuatan apa yang dimilikinya, dapat membuat
dirinya fokus untuk menggunakan kekuatan tersebut pada saat yang tepat
seperti untuk menghadapi kesulitan yang menimpanya. Ia dapat kembali
bangkit dari situasi buruk yang dialaminya. Individu ini dapat menggunakan
kekuatan yang dimilikinya untuk membangun dan mengembangkan potensi
resiliensi yang dapat membuat dirinya bertahan dalam permasalahan yang ia
hadapi dan merencanakan jalan keluarnya.
Selain dari keempat faktor yang telah disebutkan oleh Reivich dan Shatte,
Schwarzer (2013) juga menyebutkan bahwa self-efficacy telah dikonsepkan
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi resiliensi. Sementara Wilks dan
Croom (2007) menyatakan bahwa dukungan sosial dari orang terdekat individu
mempengaruhi tingkat resiliensi seseorang secara positif, Ozbay et al. (2007) juga
memaparkan bahwa dukungan sosial yang berkualitas tinggi akan meningkatkan
resiliensi individu untuk menghadapi stres dalam kehidupannya.
2.1.3. Alat ukur resiliensi
Beberapa alat ukur yang tervalidasi dan telah digunakan dalam beberapa
penelitian untuk mengukur resiliensi adalah:
26
1. The ER 89:
Partisipan diminta untuk menyatakan level persetujuan mereka terhadap 14
statement seperti “I quickly get over and recover from being startled”
dalam range 1 (does not apply at all) – 4 (applies very strongly);
2. Multiracial Challenges and Resilience Scale (MCRS):
Mengandung dua tipe item. Pertama terdiri dari 25 item, peserta diminta
untuk menyatakan frekuensi dari distress yang diasosiakan dengan 25
tantangan yang dialami oleh individu multiras dengan rating 0 (this never
happened to me) – 5 (this happened, and I was extremely upset by it). Tipe
kedua terdiri dari 49 item yang meminta peserta untuk menyatakan
agree/disagree dengan skala 0 (strongly disagree) – 5 (strongly agree);
3. Ego-Resiliency Scale:
Terdiri dari 14 item yang diciptakan oleh Block and Kremen (1996). Tiap
item meminta rating dari partisipan melalui skala likert yang terdiri dari 4
skala dari 1 (does not apply at all) – 4 (applies very strongly);
4. Resilience Question:
Berupa pertanyaan yang diajukan untuk melihat seberapa jauh seseorang
dapat bertahan dengan situasi sulit yang dihadapinya, digunakan untuk
wawancara dalam suatu penelitian.
Sedangkan alat ukur resiliensi yang digunakan oleh Siebert (2005) dan Reivich
and Shatte (2002) untuk mengukur resiliensi secara individual yang dapat
digunakan oleh masyarakat awam adalah:
27
1. Resiliency Quiz (rate on the following items and pick choice):
Memberi rating pada 20 item dengan skala 1 (very little) – 5 (very strong).
Rating dari tiap jawaban akan dijumlahkan dan hasilnya merupakan nilai
yang menunjukkan kelompok individu dalam suatu tingkatan resiliensi.
Kelompok tersebut terdiri dari low score, high score, middle score (terbagi
menjadi dua kelompok lagi);
2. Resilience Quotient Test:
Terdiri dari 56 item. Masing-masing item harus diisi berdasarkan rating 1
(not at all true) – 5 (very true of me). Tiap item akan menjadi kelompok
yang merupakan penilaian dimensi resiliensi dari Reivich and Shatte,
yaitu: emotion regulation, impulse control, optimism, causal analysis,
empathy, self-efficacy, dan reaching out.
2.2. Self-Efficacy
2.2.1. Definisi Self-Efficacy
Bandura and Adams dalam Glanz, Rimer, and Viswanath (2008) mengungkapkan
bahwa self-efficacy adalah suatu konsep yang berasal dari Social Cognitive Theory
(SCT) yang telah diintegrasikan oleh berbagai model dan teori lainnya. Self-
efficacy merupakan suatu keyakinan yang dimiliki oleh individu mengenai
kemampuannya untuk mempengaruhi kualitas fungsi dan kejadian yang
mempengaruhi hidupnya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa beragam
perilaku individu ditentukan berdasarkan harapan dan kemampuan yang dimiliki
individu tersebut. Meningkatkan self-efficacy merupakan suatu mekanisme yang
umum digunakan sebagai perlakuan untuk memperoleh perilaku yang berbeda.
28
Definisi self-efficacy yang dirumuskan oleh Bandura (1995) merujuk pada
keyakinan individu mengenai kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan
aksi yang diperlukan untuk suatu situasi yang dihadapinya. Self-efficacy yang
dimiliki individu mempengaruhi bagaimana indvidu tersebut berpikir, merasa,
memotivasi dirinya, dan beraksi sesuai dengan keadaan yang dihadapinya. Self-
efficacy merupakan suatu jenis sistem yang konsisten dalam menunjukkan
kontribusi yang signifikan terhadap motivasi individu dan pencapaiannya.
Self-efficacy adalah suatu keyakinan yang dimiliki individu mengenai
kompetensi yang dimilikinya, kompetensi dalam hal ini adalah apa yang individu
ketahui tentang dunia dan apa yang individu ketahui mengenai tindakan yang
perlu dilakukan di dunia. Kompetensi ini juga termasuk dalam kualitas dan
rentangan dari konstruk kognitif dan perilaku apa yang dapat ditampilkan individu
sesuai dengan kapasitasnya, kemampuan ini juga digunakan oleh individu untuk
membangun beragam perilaku di bawah tekanan dalam hidup individu tersebut
(Hoyle, 2010). Self-efficacy adalah suatu penilaian akan kemampuan individu
untuk menggunakan kompetensinya pada daerah dan situasi yang
menghadangnya. Self-efficacy tidak dikonsepkan sebagai suatu penilaian dari
pemisahan kompetensi dan situasi, melainkan sebagai apa yang dapat individu
lakukan dengan keterampilan dan kemampuan yang dimilikinya dalam konteks
dan situasi yang pasti. Self-efficacy merujuk pada kepercayaan diri dari individu
untuk memutuskan perilaku dalam kondisi yang penuh keraguan. Hal ini
mencakup kepercayaan dalam kemampuan individu untuk mengimplementasikan
rencana dan strategi (Hoyle, 2010).
29
Reivich and Shatte (2002) merumuskan self-efficacy sebagai suatu keyakinan
bahwa individu dapat menguasai lingkungannya dan menangani secara efektif
masalah yang timbul dalam hidupnya. Individu yang memiliki self-efficacy yang
tinggi tetap menjaga komitmennya untuk memecahkan masalah yang tengah
dihadapinya dan tidak akan menyerah jika cara yang mereka tempuh untuk
memecahkan masalah tersebut belum berhasil, melainkan mencari cara lain yang
paling sesuai dengan keadaan yang tengah dihadapinya tersebut. Self-efficacy
merepresentasikan keyakinan individu untuk memecahkan masalah yang tengah ia
alami dan memiliki keyakinan bahwa ia akan melampauinya dengan sukses.
Self-efficacy mengatur empat fungsi dasar yang dimiliki individu yaitu
kognitif, motivasi, afeksi, dan proses memilih. Efek dari self-efficacy terhadap
proses kognitif terdiri dari beberapa form. Perilaku manusia yang memiliki tujuan
dikendalikan oleh pikirannya untuk mencapai goal. Goal setting dipengaruhi oleh
self-appraisal dari kemampuan individu. Semakin kuat tingkat self-efficacy dalam
diri individu, maka akan semakin tinggi tantangan dari goal yang individu
terapkan untuk dirinya sendiri. Banyak tindakan yang pada awalnya individu
rancang pada pikiran, dan kemudian dipercaya sebagai kemampuan yang
dimilikinya untuk mengantisipasi skenario yang telah individu tersebut rancang.
Individu yang memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi akan menggambarkan
kesuksesan dari skenarionya yang akan membimbingnya secara positif dan
mendukung tindakannya, sementara individu yang merasa ragu dengan
kemampuan yang dimilikinya akan memvisualisasikan kegagalan dalam skenario
30
yang dirancangnya dan berpikiran bahwa banyak hal yang akan ia lalui, berakhir
pada kegagalan.
Berdasarkan pemaparan dari berbagai definisi self-efficacy di atas, peneliti
merujuk pada definisi yang dipaparkan oleh Albert Bandura yang menyatakan
bahwa self-efficacy adalah suatu keyakinan yang dimiliki oleh individu mengenai
kemampuannya untuk melakukan suatu hal. Individu yang memiliki harapan akan
kemampuannya untuk dapat mencapai suatu keadaan atau menampilkan suatu
perilaku yang telah direncanakannya dalam proses beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya. Self-efficacy mempunyai peran untuk meyakinkan individu mengenai
kemampuannya untuk mengendalikan situasi yang tengah dihadapinya sehingga ia
dapat meraih keadaan atau berperilaku sesuai dengan yang diinginkannya.
Sehingga pada akhirnya individu dapat membuktikan bahwa keyakinannya telah
menuntunnya menuju kesuksesan dalam memenuhi permintaan lingkungan dalam
hidupnya.
2.2.2. Dimensi Self-Efficacy
Albert Bandura (1995) membagi dimensi self-efficacy menjadi empat bagian,
yaitu:
1. Mastery experience, merupakan kemampuan individu untuk dapat
mengerahkan berbagai macam cara untuk dapat mencapai sesuatu.
Kesuksesan yang dialami individu sepanjang hidupnya dapat menguatkan
efficacy yang dimilikinya sementara kegagalan dapat melemahkannya.
Mastery experience diperoleh dengan menggabungkan kognisi,
31
behavioral, dan self-regulatory untuk menciptakan dan menentukan
langkah yang akan diambil untuk menghadapi perubahan dalam hidup.
2. Vicarious experience, ditunjukkan oleh model sosial di sekeliling individu.
Individu melihat bagaimana orang lain yang serupa dengan dirinya
berjuang, dan hal itu membuat individu tersebut yakin pada kemampuan
yang dimilikinya bahwa ia juga dapat menghadapi suatu keadaan seperti
orang lain dapat menghadapi keadaan yang menimpanya (Bandura, 1995).
3. Social persuasion, suatu bahasa verbal yang digunakan orang lain bahwa
individu tersebut mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu demi
meraih kesuksesan. Individu ini menerima ungkapan verbal bahwa ia
menguasai suatu kemampuan untuk menghadapi situasi untuk
memobilisasi usaha yang lebih hebat dan menopang hal itu dibanding jika
mereka berada di zona aman dengan self-doubts mereka sebagai
pertahanan ketika masalah itu timbul (Litt, 1988; Schunk, 1989 dalam
Bandura, 1995).
4. Enhance physical status, kondisi fisik yang dimiliki individu menjadi
suatu indikator adanya kemampuan dalam diri individu tersebut yang
memberikan pengaruh terhadap fungsi kesehatan dan stamina.
2.2.3. Alat ukur self-efficacy
Beberapa alat ukur yang telah digunakan dalam pengukuran self-efficacy dalam
penelitian adalah:
32
1. Self-efficacy for Managing Recovery:
Partisipan dalam penelitian ini merating kemampuan mereka untuk dapat
menangani rasa sakitnya;
2. Self-efficacy for Rehabilitation Outcome Scale (SER):
Terdiri dari 12 item yang dikembangkan oleh Drenna Waldrop dan Owen
Richard Lightsey Jr mengikuti Bandura. SER mengukur keyakinan
individu mengenai kemampuan mereka untuk menampilkan perilaku
terkait dengan rehabilitasi fisik.
2.3. Dukungan Sosial
2.3.1. Definisi dukungan sosial
Dukungan sosial adalah suatu konsep yang telah digunakan secara efektif dalam
berbagai penelitian sejak diperkenalkan oleh Cohen, Underwood, and Gottlieb
(2000). Konsep ini digunakan oleh peneliti untuk mengeksplorasi interaksi,
perhatian, dan perilaku yang membantu selama masa sakit dan masa tidak mampu
yang dialami oleh individu lain. Dukungan sosial erat kaitannya dengan kesehatan
individu, salah satu penelitian pada penderita demensia mengungkapkan bahwa
tingginya level kepuasan akan dukungan sosial sering kali diasosiasikan dengan
lebih rendahnya simptom depresi pada individu (Cohen, Underwood, and
Gottlieb, 2000).
Konsep dukungan sosial berasal dari suatu perspektif yang berbeda,
termasuk perbedaan persepsi pada individu yang menerima dan memberikan
dukungan sosial. Kualitas hubungan dan interaksi individu dengan suatu sistem di
sekelilingnya berupa kelekatan dan kehangatan dapat menjadi satu aspek yang
33
penting dalam dukungan sosial. Dukungan sosial telah dikategorikan dalam
berbagai bentuk untuk ditunjukkan seperti bantuan langsung, bantuan emosional,
dan bantuan informasi. Persepsi individu yang tengah mengalami sakit mengenai
dukungan sosial yang diberikan oleh orang lain di sekitarnya dapat menjadi salah
satu mekanisme yang diasosiasikan dengan efek jangka panjang pada
kesehatannya.
Cohen, Underwood, and Gottlieb (2000) mendefinisikan dukungan sosial
dengan membaginya menjadi tiga kategori persepektif, yaitu:
a) Perspektif stres dan coping; perspektif ini memandang bahwa dukungan
sosial memberikan kontribusi pada kesehatan dengan cara melindungi
individu dari stres sebagai akibat dari kesulitan yang dihadapinya;
b) Perspektif kontruk sosial; perspektif ini berpandangan bahwa dukungan
sosial dapat mempengaruhi secara langsung kesehatan dengan
mempromosikan self-esteem, self-regulation, dan tidak adanya penyesalan
pada hadirnya stres;
c) Perspektif hubungan; mempunyai pandangan bahwa efek dari dukungan
sosial bagi kesehatan tidak dapat dipisahkan dari berbagai proses yang
sering terjadi pada dukungan itu, seperti kebersamaan, kehangatan, dan
rendahnya konflik sosial.
Dukungan sosial merupakan salah satu komponen terpenting yang terlibat dalam
hubungan individu dengan lingkungan sosialnya. Dukungan sosial selalu
ditujukan untuk membantu individu yang sedang tertimpa masalah oleh orang
yang memberikan dukungannya. Suatu lingkungan yang homogen, mempunyai
34
interaksi secara aktif, dan berdekatan secara geografis diperkirakan memiliki efek
yang lebih baik pada dukungan sosial (Israel, 1982; Berkman and Glass, 2000).
Berdasarkan beberapa penelitiannya, Glanz, Rimer, and Viswanath. (2008)
menyatakan bahwa dukungan sosial memiliki kunci proteksi dari psikososial yang
dapat mereduksi kerentanan individu terhadap efek stres yang merusak kesehatan
dan juga dapat mempengaruhi penyebaran dari suatu penyakit. Dukungan sosial
dapat meningkatkan well-being dan kesehatan pada individu yang menerimanya
dengan memperhatikan kebutuhan dasar manusia untuk ditemani oleh sesamanya,
merasakan kelekatan, merasa memiliki, dan menghibur bahwa individu itu
berharga sebagai seorang manusia. Dukungan sosial mempunyai peranan untuk
membantu individu menghadapi berbagai stressor dan mereduksi efek negatif dari
stressor terhadap penyakit. Dengan memiliki setidaknya satu hubungan dengan
kelekatan yang kuat adalah prediktor yang penting untuk kesehatan yang baik.
Shelley E. Taylor (2009) mendefinisikan dukungan sosial sebagai
informasi dari lingkungan sekitar bahwa individu dicintai, diperhatikan, dihargai,
dan merupakan bagian dari suatu komunitas sosial di lingkungannya. Dukungan
sosial dapat diberikan oleh orang tua, pasangan atau seseorang yang dicintai,
teman, rekan sejawat dan relasi lainnya, serta dari suatu komunitas sosial di
sekitar individu tersebut. Individu yang mendapatkan dukungan sosial dengan
tingkat yang lebih tinggi, cenderung mengalami stres yang lebih rendah ketika
dihadapkan dengan pengalaman hidup yang penuh tekanan, pada akhirnya,
individu ini dapat menyelesaikan permasalahan yang menimpa mereka dengan
lebih sukses.
35
Keefektifan suatu dukungan sosial tergantung kepada kesesuaian
dukungan tersebut pada kebutuhan individu yang menerimanya. Jika dukungan
sosial tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan individu yang tengah menghadapi
situasi sulit, maka dukungan tersebut tidak akan efektif dan tidak akan tercapai
hasil yang optimal. Ketika mengalami masa tertekan, individu rentan untuk
mengalami depresi, kesedihan, kecemasan, bahkan merendahnya tingkat self-
esteem. Namun di sisi lain, dengan menerima dukungan sosial, terdapat beberapa
aspek yang mungkin saja terjadi pada individu, yaitu melemahnya self-esteem
karena perasaan tergantung yang dimiliki individu tersebut kepada orang lain
yang memberikan bantuan, dan perasaan bersalah karena individu tersebut
memonopoli waktu dan perhatian orang lain dalam rangka membantunya. Suatu
jenis dukungan yang diterima individu tanpa menyadari hadirnya bantuan tersebut
disebut invisible support. Individu yang memiliki dukungan sosial menunjukkan
keuntungan secara fisik dan mental yang lebih baik dibandingkan individu yang
tidak menerimanya (Taylor, 2009).
Individu yang tidak menerima dukungan sosial dan mengisolasi diri dari
lingkungan sosialnya cenderung memiliki potensi untuk mengalami distress
psikologis dan masalah kesehatan yang lebih besar seperti masalah tidur dan
kardiovaskular. Dukungan sosial mempunyai fungsi untuk mereduksi distress
psikologis tersebut berserta depresi dan kecemasan selama individu berada pada
masa stres (Taylor, 2009).
Salah satu fungsi dukungan sosial adalah menurunkan level penyakit dan
mempercepat efek treatment yang sedang dijalani individu tersebut atas
36
penyakitnya, dan menurunkan risiko kematian dari penyakit yang kronis.
Penelitian menunjukkan bahwa individu yang memiliki hubungan sosial secara
berkualitas dan berkuantitas memiliki usia harapan hidup yang lebih tinggi
dibanding mereka yang tidak, sementara isolasi sosial merupakan faktor utama
yang dapat menyebabkan kematian (Taylor, 2009).
Dukungan sosial hadir untuk membantu individu yang menerima bantuan
menahan atau meminimalisir komplikasi dan gangguan medis yang lebih serius.
Efek jangka panjang dari pengalaman hidup bersosial yang positif adalah
mereduksi risiko untuk berbagai jenis penyakit kronis pada kehidupan masa
depan. Individu yang memiliki dukungan sosial dengan tingkat lebih tinggi
merupakan tipikal kelompok yang lebih mematuhi aturan medis untuk mengobati
penyakit mereka dan lebih memanfaatkan layanan kesehatan yang ada.
Dukungan sosial memiliki efek yang menguntungkan untuk mengatasi
penyakit seperti kardiovaskular, endokrine, dan sistem immune. Dukungan sosial
merupakan potensi yang tersedia untuk membimbing individu pada respon
biologis yang lebih rendah pada stres, bahkan ketika dukungan sosial tersebut
tidak aktif. Hanya dengan memikirkan dukungan yang diberikan oleh orang lain,
individu dapat mereduksi stres yang tengah dialaminya. Dukungan sosial
diasosiasikan dengan reduksi kortisol saat merespon stres, yang memberikan efek
positif untuk mereduksi penyakit seperti penyakit hati dan kanker. Secara umum,
dukungan sosial diasosiasikan dengan fungsi sistem immune yang lebih baik dan
kesehatan yang lebih baik.
37
Cutrona and Gardner beserta Wills and Fegan dalam Taylor (2009)
menyatakan dalam mempengaruhi kesehatan, penelitian menemukan dua cara
yang dapat digunakan oleh dukungan sosial:
1. Buffering hypothesis, dukungan sosial mempengaruhi kesehatan individu
dengan melindunginya dari efek negatif stres dengan level yang tinggi
untuk konsekuensi jangka panjang. Perlindungan ini memberikan
fungsinya saat individu sedang mengalami stres berat, sementara jika
individu hanya mengalami stres dengan tingkat yang rendah, maka
perlindungan ini tidak akan mencapai fungsinya secara optimal.
2. Direct effects hypothesis, dukungan sosial ini memiliki pengaruh positif
terhadap kesehatan dan well-being individu tanpa memperhatikan level
stres yang dialami individu. Efek dari hipotesis ini similar baik pada stres
rendah maupun tinggi.
Dari berbagai pemaparan yang disampaikan oleh para ahli, peneliti merujuk pada
definisi dukungan sosial yang dikemukakan oleh Taylor (2009) yang meyatakan
bahwa dukungan sosial adalah suatu bentuk perlakuan yang membuat individu
merasa dicintai, diperhatikan, dan tetap menjadi bagian dari suatu kelompok sosial
di sekitarnya. Dukungan sosial diberikan oleh lingkungan agar individu merasa
nyaman sehingga dapat mereduksi efek stres yang dialaminya saat menghadapi
tekanan. Dukungan sosial juga memberi pengaruh terhadap sistem immune
sehingga dapat mempercepat kesembuhan pada individu yang sedang menderita
suatu penyakit.
38
2.3.2. Dimensi dukungan sosial
Menurut Taylor (2009), dimensi dukungan sosial terbagi menjadi tiga bentuk,
yaitu:
a. Tangible assistance, bantuan nyata ini merupakan bentuk bantuan yang
diberikan secara langsung dari lingkungan kepada indvidu yang menerima
bantuan. Bentuk dari bantuan ini adalah bantuan secara materi seperti
layanan, finansial, maupun barang dan keperluan lain yang dibutuhkan
oleh individu yang menerima bantuan.
b. Informational support, bantuan ini berupa informasi yang dapat membantu
individu yang menerima bantuan memahami situasi sulit yang tengah
dihadapinya dengan lebih baik, sehingga dengan diberikannya informasi
terkait persoalan yang tengah dihadapi, individu yang menerima bantuan
diharapkan dapat menemukan strategi coping yang paling tepat untuk
keluar dari masalahnya tersebut.
c. Emotional support, dukungan ini diberikan dalam bentuk menenangkan
individu yang menerima bantuan oleh lingkungannya bahwa ia cukup
berharga untuk diperhatikan. Kehangatan dan pengasuhan yang
ditunjukkan oleh lingkungan dapat membuat individu yang tengah
mengalami stres menemukan pendekatan yang tepat untuk menemukan
ketenangan bagi dirinya.
2.3.3. Alat ukur dukungan sosial
Beberapa alat ukur yang digunakan dalam penelitian untuk mengukur dukungan
sosial adalah:
39
1. Perceived Social Support–Family (PSS-Fa) and Friend (PSS-Fr):
Diterbitkan oleh Procidano and Heller (1983) yang berisi 10 versi item
dari PSS-Fa dan PSS-Fr. Digunakan untuk mengukur tingkat keyakinan
individu pada keluarga dan teman individu bahwa mereka memenuhi
kebutuhan individu untuk didukung oleh lingkungannya. Semakin tinggi
skoring dari hasil test, maka dukungan sosial yang diterima individu akan
semakin tinggi;
2. Interpersonal Support Evaluation List:
Mencakup 40 item yang dirating melalui 4-point skala. Skor yang lebih
tinggi mewakilkan tingkat yang lebih tinggi pada dukungan sosial. Alat
ukur ini dikembangkan oleh Cohen, Mermelstein, Kamarck, and
Hoberman (1985);
3. Inventory of Social Support Behaviors (ISSB):
Pengukuran terhadap dukungan sosial yang mencakup 40 item untuk
dirating dengan 5-point skala terhadap perilaku yang telah dilakukannya
selama sebulan terakhir. ISSB dikembangkan oleh Barrera, Sandler, and
Ramsey (1981).
2.4. Kanker
2.4.1. Definisi kanker
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel atau
jaringan dengan tidak terkendali, sel tersebut akan terus tumbuh dan bertambah,
serta immortal. Sel kanker melakukan penyebaran dengan menyusup pada
jaringan sekitar sel kanker tersebut berasal. Diagnosis kanker maupun jenisnya
40
ditegakkan berdasarkan hasil wawancara terhadap pasien yang diduga menderita
kanker oleh dokter (Data Riskesdas, 2013).
Kanker merupakan suatu penyakit yang paling ditakuti oleh manusia,
diikuti dengan asumsi bahwa kanker akan menyebabkan kematian pada
penderitanya (Sarafino, 2011). Kanker disebabkan oleh disfungsi DNA, yang
merupakan bagian dalam diri mausia dengan fungsi mengontrol reproduksi dan
pertumbuhan sel (Taylor, 2009). Sel kanker tidak memberikan keuntungan bagi
tubuh manusia, karena sel tersebut bereproduksi secara tidak teratur dan tidak
terkontrol. Sel kanker berkembang secara janggal pada tubuh manusia yang
menyebabkan pertumbuhan sel lainnya tidak tertutup. Hal ini biasanya akan
membentuk jaringan tumor yang disebut sebagai neoplasm (AMA, 2003; Tortora
and Derrickson dalam Taylor, 2009). Selain itu, kanker juga suatu penyakit dalam
jangka waktu menahun dan memerlukan intervensi untuk mengurangi
keparahannya (Holland dalam Taylor, 2009).
Salah satu karakteristik sel kanker adalah mereka tidak mematuhi aturan
seperti yang biasa sel normal lakukan. Akibatnya, sel dapat terpisah dan menyebar
ke bagian lain dari tubuh melalui sistem limfa dan sistem peredaran darah.
Perpindahan ini disebut metastatis, yang membentuk neoplasma baru. Seiring
neoplasma atau bertumbuhnya tumor, sel kanker harus menyerap suplai nutrisi
dari darah, proses ini disebut angiogenesis.
Meskipun dalam medis penyakit kanker dianggap sebagai penyakit
degeneratif, yaitu penyakit yang penyebarannya diturunkan oleh suatu keluarga
kepada keturunannya. Namun dewasa ini, terjadi perkembangan terhadap faktor
41
yang menjadi pencetus kanker. Penyakit kanker tidak hanya disebabkan oleh
penurunan dalam suatu keluarga tapi juga disebabkan oleh pola hidup yang tidak
sehat, diet yang kurang tepat, dan faktor psikososial seperti stres. Selain itu,
terdapat beberapa virus yang menjadi penyebab kanker tertentu seperti human
papillomavirus (HPV) yang menjadi sumber dari kanker leher rahim dan
helicobacter pylori yang dapat menyebabkan kanker lambung.
2.4.2. Prevalensi dan tipe kanker
Sarafino (2011) menyebutkan bahwa kanker terdiri dari beragam jenis, namun
terdapat garis besar untuk mengklasifikasi jenis kanker tersebut berdasarkan
perkembangannya. Klasifikasi kanker terbagi menjadi lima jenis, yaitu:
1. Carcinomas, yaitu neoplasma ganas yang terdapat pada sel kulit dan
sepanjang organ dalam tubuh manusia seperti pencernaan, pernapasan, dan
reproduksi. Sebanyak 85% kanker yang diderita manusia adalah jenis
carcinomas;
2. Melanomas, disebut juga sebagai neoplasma dengan tipe spesial dari sel
kulit yang memiliki tugas untuk memproduksi pigmen kulit yang disebut
juga sebagai melanin;
3. Lymphomas, adalah kanker pada saluran limpatik;
4. Sarcomas, yaitu neoplasma ganas pada tulang otot atau jaringan terkait;
5. Leukemias, adalah kanker pada organ pembentukan darah seperti tulang
sumsum, yang menyebabkan penyebaran ekstrem kanker pada sel darah
putih.
42
Proses kanker ditandai dengan pembesaran dan penyebaran sel ke wilayah yang
berbeda, sel kanker akan tumbuh di setiap wilayah yang memiliki fungsi dan
perkembangan sel yang normal. Saat sel kanker bereproduksi, sel tersebut akan
menyebabkan rasa sakit pada penderitanya karena sel kanker akan menimbulkan
tekanan pada jaringan normal dan saraf, atau menghalangi aliran darah di dalam
tubuh. Penyakit kanker mengarahkan manusia pada kematian baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dalam kasus menjadi penyebab langsung bagi
kematian manusia, sel kanker dapat menyebar pada organ vital di dalam tubuh
manusia seperti liver, otak, atau usus. Sel kanker akan bersaing dengan sel sehat
untuk memperoleh nutrisi dari tubuh, hal ini yang menyebabkan organ vital tidak
memperoleh nutrisi sehingga berujung pada kegagalan organ. Untuk penyebab
kematian tidak langsung, kanker membunuh manusia dengan cara melemahkan
penderitanya melalui penyakit kanker itu sendiri maupun treatment-nya, atau
merusak nafsu makan pasien dan kemampuan pasien untuk melawan infeksi
(Taylor, 2009).
2.4.3. Prognosis dan penyebab kanker
Prognosis atau kemungkinan untuk sembuh bagi penderita kanker tergantung pada
seberapa cepat penyakit kanker tersebut terdeteksi. Faktor lingkungan yang
menyebabkan kanker termasuk dari radiasi ultraviolet dan efek rumah kaca.
Perilaku seperti merokok, diet, obesitas, dan aktivitas fisik, serta stres mempunyai
peranan sebagai pencetus dan perkembangan sel kanker, hal ini disebabkan stres
mempengaruhi sistem immune, metastatis, dan angiogenesis (Antoni et al. dalam
Taylor, 2009).
43
2.4.4. Jenis treatment medis
Tujuan utama dari pengobatan penyakit kanker adalah untuk membebaskan pasien
dari sel kanker selamanya, namun pada awalnya, sering kali tujuan tersebut adalah
menahan sel kanker untuk bereproduksi dan menyebar ke dalam organ tubuh
lainnya (Sarafino, 2011). Tujuan tersebut menjadi mungkin saat seluruh sel
kanker ditemukan dan dieliminasi. Umumnya, terdapat tiga jenis pengobatan
medis yang paling sering digunakan untuk intervensi kanker dan satu jenis
pengobatan kanker dari hasil penemuan terbaru di Indonesia. Pengobatan ini dapat
digunakan secara sendiri-sendiri maupun dikombinasikan satu dengan yang
lainnya, yaitu:
a. Operasi, merupakan salah satu metode pengobatan kanker yang paling
sering digunakan untuk mengeliminasi sel kanker seperti kanker payudara.
Metode ini akan memperoleh hasil yang efektif saat lokasi sel kanker
dapat ditentukan.
b. Radiasi, dalam dosis yang tinggi, radiasi dapat menyebabkan kerusakan
pada DNA sel dan membuat sel kanker lebih tinggi dari sebelumnya. Efek
samping radiasi bergantung pada dosis dan area tubuh yang mendapat
penyinaran. Walau tidak menimbulkan rasa nyeri, namun radiasi dapat
menyebabkan iritasi, terbakar, dan kerontokan rambut pada tubuh.
c. Kemoterapi, diberikan melalui oral atau pun injeksi yang dapat menyebar
ke seluruh tubuh secara cepat, dengan dosis yang tinggi pada pasien.
Tujuan dari kemoterapi adalah untuk membunuh sel-sel kanker, namun
pada kenyataannya, sering kali timbul masalah yaitu sel sehat dalam tubuh
44
juga ikut terbunuh. Efek samping dari kemoterapi adalah timbulnya rasa
perih di mulut, kehilangan rambut di tubuh, mual dan muntah, serta
kerusakan pada organ internal.
d. Alternatif lain yang dapat ditempuh untuk mengobati kanker, seperti alat
pembunuh sel kanker Ctech Labs Edwar Technology, alat yang ditemukan
oleh Dr. Warsito P. Taruno ini berbasis metode ECCT yang mempunyai
frekuensi yang sama dengan frekuensi pembelahan sel kanker sehingga
setiap kali sel kanker akan membelah, alat ini akan menghancurkan
pembelahan sel kanker tersebut. Alat ini merupakan radiasi dalam voltase
yang ringan dan menimbulkan efek samping berupa mual dan panas
selama pemakaian alat dan lebih pekatnya hasil sistem sekresi.
2.4.5. Fase kanker
Straker (1998), dalam artikel penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat beberapa
tahapan dalam kanker yang akan dilalui oleh seseorang yang menderitanya.
Tahapan dalam penyakit kanker terbagi menjadi empat dari segi medis dan dalam
setiap tahapnya, terdapat karakteristik tertentu dari perspektif psikologis. Tahapan
tersebut adalah:
1. Diagnosis
Diagnosis merupakan tahapan pertama yang dilalui oleh setiap penderita
kanker. Pada tahap ini, penderita menerima kenyataan mengenai kesehatannya
dan beberapa pilihan atas treatment yang dapat dilakukannya. Secara
psikologis, tahapan ini biasanya akan diikuti oleh perasaan terkejut, shock,
tidak percaya, cemas, depresi, dan rasa bersalah.
45
2. Follow-Up
Fase follow-up terjadi ketika penderita telah melakukan treatment atas
penyakitnya, entah itu kemoterapi, radiasi, atau pun operasi. Pada fase ini
penderita kanker akan menghadapi setiap efek samping dari treatment yang
telah dipilihnya. Aspek psikologi yang akan mengikuti fase ini adalah
penolakan atau denial.
3. Kekambuhan
Kekambuhan dan pengulangan kembali treatment yang pernah dihadapi akan
membuat penderita kanker merasa harapan yang dimilikinya untuk sembuh
menipis. Pada fase ini, penderita akan menentukan apakah treatment yang
telah dihadapinya membuat keadaannya lebih baik atau ia harus mengganti
treatment lain yang lebih sesuai dengan kondisinya sehingga mengalami
remisi dari penyakitnya.
4. Terminal Stage
Pada tahap ambang dari penyakitnya ini, penderita mulai menerima kenyataan
mengenai keadaan yang tengah dihadapinya dan berdamai dengan hal
tersebut. Tahap ini membuat penderita memikirkan bagaimana cara untuk
tetap menjalani hidup dengan baik meski memiliki waktu yang terbatas.
Penderita lebih realistis dengan kemungkinan sembuh yang akan dialaminya.
Penderita kanker akan melakukan berbagai hal yang belum diselesaikannya
seperti dengan pekerjaan dan dengan orang-orang di sekitarnya, tahapan ini
merupakan tahap di mana penderita paling membutuhkan dukungan sosial dari
lingkungannya.
46
2.5. Fase Perkembangan Manusia
Para ahli dari psikologi perkembangan memiliki berbagai macam teori mengenai
fase perkembangan manusia dari kelahirannya hingga kematiannya. Dalam
penelitian ini, peneliti meruju pada teori fase perkembangan manusia dari John
Santrock yang membagi perkembangan manusia menjadi beberapa fase sebagai
berikut:
1) Fase pra-natal
Fase ini berlangsung dari saat pembuahan hingga kelahiran seorang
manusia selama sembilan bulan masa kehamilan.
2) Masa infancy
Dengan rentang waktu sejak kehamilan hingga berusia 24 bulan. Pada
masa ini, manusia yang masih bayi sangat bergantung pada orang dewasa.
Masa ini adalah pembentukan awal kemampuan psikologis anak melalui
asuhan orang tua.
3) Masa awal anak-anak
Memiliki rentang waktu dari akhir masa bayi hingga berusia lima tahun.
Masa ini dikenal dengan masa prasekolah. Anak-anak yang berada pada
masa ini belajar untuk semakin mandiri dan mengembangkan
kemampuannya untuk bersekolah.
4) Masa akhir anak-anak
Dengan rentang usia enam hingga sebelas tahun atau sama dengan masa
sekolah dasar. Kemampuan dasar seperti baca, tulis, dan hitung telah
47
dikuasai anak-anak. Dan mereka semakin mengembangkan kemampuan
untuk megendalikan diri.
5) Masa remaja
Berawal pada usia 12 hingga 18 tahun. Pada masa remaja ini, bentuk tubuh
manusia mengalami perubahan fisik yang cepat dan perubahan hormon
yang drastis. Pada masa ini pemikiran logis dan abstrak manusia semakin
terbentuk, begitu juga dengan kemandirian dan identitas diri.
6) Masa dewasa awal
Berawal pada usia akhir belasan hingga usia 35 tahun. Ini adalah masa
pembentukan kepribadian, kemandirian dalam ekonomi dan karir, serta
memulai untuk memilih pasangan dan membangun keluarganya sendiri.
7) Masa dewasa
Berada pada rentang usia 35 hingga 55 tahun. Pada masa ini, manusia
bertanggung jawab untuk menyiapkan dan mendidik generasi penerus
untuk menjadi individu yang berkualitas, dan mempertahankan kepuasan
karir yang telah dicapainya selama ini.
8) Masa dewasa akhir
Dengan rentang usia >55 tahun. Pada masa ini, manusia menyesuaikan
dirinya dengan berkurangnya kekuatan dan kesehatan, serta peran
sosialnya yang baru bagi seorang pensiunan.
48
2.6. Perbedaan Resiliensi Berdasarkan Gender
Dalam penelitian sebelumnya mengenai perbedaan gender terhadap resiliensi,
Alex and Lundman (2011) menemukan bahwa terdapat perbedaan tingkat
resiliensi berdasarkan gender atau jenis kelamin. Hasil dari penelitian tersebut
menyebutkan bahwa laki-laki dilaporkan mempunyai resiliensi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini terjadi saat mereka sama-sama
dihadapkan pada berbagai persoalan hidup seperti penerimaan diri pada usia tua
dan bagaimana menghadapi hidup pada usia tua, menghadapi kehidupan masa
remaja (Mumford, 2001), dan pencapaian akademik dalam study-nya (Wasonga,
2002).
2.7. Kerangka Berpikir
Daya tahan atau resiliensi yang dimiliki seseorang khususnya dalam penelitian ini
adalah penderita kanker terdiri dari beberapa aspek sehingga jika keseluruhan
aspek ini ada dalam diri penderita, maka penderita tersebut dapat dikatakan
mempunyai resiliensi untuk menghadapi permasalahannya (Reivich & Shatte,
2002). Meski begitu, tidak semua aspek dalam resiliensi ini dikuasai penderita
seutuhnya secara kuat. Seorang penderita kanker bisa saja kuat di salah satu aspek
namun lemah di aspek yang lain. Hal ini wajar keberadaannya selama penderita
masih dapat sedikit menguasai aspek tersebut.
Aspek yang harus ada dalam diri individu untuk dapat membangun resiliensi
adalah emotion regulation, impulse control, optimism, causal analysis, empathy,
self-efficacy, dan reaching out. Emotion regulation adalah bagaimana penderita
dapat mengendalikan emosinya sehingga tetap stabil dan tidak terpengaruh oleh
49
lingkungannya sehingga dapat merugikan dirinya. Penderita mengizinkan rasa
marah, kecewa, dan sedih atas penyakit kanker yang dideritanya namun ia tidak
larut dalam perasaan tersebut sehingga ia akan menguasai perasaannya agar
semua emosi negatif dalam dirinya tidak memperburuk keadaannya, terutama
kondisi fisiknya. Selanjutnya pada aspek impulse control, penderita tidak serta
merta mengikuti impuls yang berada dalam dirinya tanpa melalui proses berpikir.
Misalnya saja, rasa sakit selama treatment yang penderita alami melemahkannya
dan tanpa memikirkan efek jangka panjang, penderita berhenti menjalani
treatment tersebut karena tidak mau lagi merasakan rasa nyeri. Penderita yang
memiliki resiliensi seperti halnya memiliki kontrol terhadap emosinya, juga
memiliki kontrol terhadap impuls yang hadir dalam dirinya, id yang muncul
dalam diri penderita mampu dikelola dengan hadirnya superego yang baik untuk
mengendalikan id-nya tersebut.
Optimisme juga merupakan hal penting bagi penderita kanker dalam
memandang penyakitnya. Penderita dengan optimisme yakin bahwa keadaannya
bisa lebih baik lagi dibanding saat ini, ia memandang masa depan dengan cerah
dan tidak henti berpikir penyakitnya dapat mengalami remisi, pikiran positifnya
tersebut bagaimanapun akan melahirkan kenyataan. Jika penyakitnya belum
dapat sembuh seutuhnya, setidaknya kesehatannya mengalami perkembangan
dengan optimisme yang dimilikinya. Penderita juga mampu menganalisa akar
permasalahan (causal analysis) pada dirinya sehingga dapat menanggulangi
permasalahan tersebut. Penderita dapat menemukan faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi kesehatannya dan dia akan mengurangi atau meninggalkan faktor
50
yang memperburuk kondisinya serta mempertahankan berbagai faktor yang dapat
membuat kesehatannya membaik.
Penderita yang memiliki empathy dapat merasakan perasaan lingkungannya
dan menjadikan semua itu sebagai pelajaran baginya untuk dapat terus berjuang
mengobati penyakitnya. Sementara penderita kanker yang memiliki self-efficacy
yakin bahwa dia memiliki kemampuan untuk dapat meraih keadaan yang
diinginkannya atau paling tidak, dia yakin dapat menampilkan perilaku yang
sesuai dengan keadaannya dan menguntungkan kondisi fisiknya. Melalui
penyakit kronisnya, penderita dapat menemukan arti dari kehidupannya (reaching
out) dan berusaha untuk dapat meraih tujuannya dengan berbagai kesempatan
yang masih ia miliki.
Dalam penelitian ini, penulis memiliki hipotesis bahwa resiliensi dipengaruhi
oleh self-efficacy dan dukungan sosial. Self-efficacy adalah keyakinan yang
dimiliki penderita kanker bahwa –walaupun ia tengah menjalani pengobatan
dengan ketidakpastian suksesnya– ia dapat mencapai suatu kondisi dan
menampilkan suatu perilaku yang diinginkannya. Self-efficacy ini terdiri dari
empat aspek yang pada akhirnya akan mempengaruhi daya tahan penderita.
Aspek pertama adalah mastery experience, yaitu bagaimana penderita dapat
menggabungkan kognisi, perilaku, dan self-regulatory untuk dapat beradaptasi
dan meraih ketahanan dalam menghadapi penyakit kankernya tersebut. Kedua
adalah vicarious experience, dalam aspek ini penderita bertemu dengan penderita
lain yang juga mengalami kanker seperti dirinya, bertukar cerita dan informasi
dengan penderita lain sehingga ia merasa tidak sendirian dalam menghadapi
51
penyakitnya. Dan menyaksikan bagaimana orang lain yang juga mengalami
kanker dapat tetap menjalani kehidupannya bahkan mungkin sembuh dari
penyakitnya.
Aspek ketiga adalah social persuasion, yaitu bagaimana penderita kanker
diyakinkan oleh lingkungannya secara verbal bahwa ia dapat menghadapi
penyakit serta pengobatannya sehingga ia merasa yakin akan memperoleh
kesembuhan bagi tubuhnya. Aspek terakhir adalah enhance physical status yaitu
bagaimana penderita tetap menjaga kondisi terbaik dari fisiknya ditengah penyakit
yang dideritanya. Hal ini dapat diperoleh penderita dengan cara mematuhi
pengobatan, menjaga pola makan, dan memiliki emosi positif dalam dirinya.
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengambil self-efficacy dan
dukungan sosial sebagai variabel terikat yang diduga memberikan pengaruh
terhadap variabel resiliensi. Self-efficacy merujuk pada keyakinan individu
mengenai kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan aksi yang
diperlukan untuk suatu situasi yang dihadapinya (Bandura, 1995). Bandura
membagi self-efficacy menjadi empat dimensi yaitu mastery experience, vicarious
experience, social persuasion, dan enhance physical status. Mastery experience
adalah kemampuan individu untuk dapat mengumpulkan berbagai pengalaman
dan pengetahuannya di masa lalu untuk dapat menghadapi situasinya saat ini.
Sementara vicarious experience adalah bagaimana seseorang mampu
menumbuhkan motivasi dalam dirinya dengan melihat kesuksesan orang lain yang
berada di keadaan sulit yang sama dengan dirinya dan melihat orang lain tersebut
sukses melewati keadaan sulit tersebut.
52
Social persuasion adalah bagaimana individu merasa memiliki
kemampuan dalam dirinya dengan dukungan verbal dari orang-orang di
sekitarnya. Dan enhance physical status adalah bagaimana individu dapat
memelihara dirinya pada kondisi terbaik dari kesehatannya untuk dapat melewati
keadaan sulit yang sedang dialaminya.
Faktor lainnya yang juga diperkirakan mempengaruhi resiliensi pasien
adalah dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan pemberian bantuan dari
lingkungan sekitarnya seperti orang tua, pasangan hidup atau orang yang dicintai,
anak, saudara, sahabat, rekan sejawat, tetangga, dan orang-orang terdekat lainnya
terhadap penderita kanker selama menghadapi penyakit dan menjalani
pengobatannya, sehingga membuat penderita merasa dicintai, diperhatikan, dan
tetap menjadi bagian dari lingkungan sosial. Dukungan sosial mempunyai tiga
aspek yang membentuknya, aspek pertama adalah tangible assistance, yaitu
bantuan langsung dari lingkungan berupa barang yang sekiranya dapat membantu
penderita, pelayanan yang dibutuhkan oleh penderita, ataupun melalui bantuan
finansial untuk membantu pengobatan penderita. Aspek kedua adalah
informational support, yaitu bantuan berupa informasi yang diterima penderita
kanker mengenai penyakit yang dideritanya. Informasi ini dapat berisi mengenai
penyakitnya, pengobatan yang dapat dijalani untuk menangani penyakitnya,
maupun pengalaman dari penderita lain yang juga mengalami kanker sehingga
penderita memiliki gambaran untuk dapat bersikap dalam menghadapi kankernya
tersebut. Aspek terakhir adalah emotional support, yaitu bantuan yang diberikan
oleh lingkungan bagi penderita berupa dukungan dan keyakinan bahwa penderita
53
dapat melalui penyakitnya. Dukungan dengan bentuk ini juga dimaksudkan untuk
membuat penderita merasa berharga sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman
dan hangat yang dapat membawa pengaruh baik bagi kondisi kesehatannya.
Kedua variabel terikat yang dipilih dalam penelitian ini mempunyai dasar
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Waugh, Thomspon, & Gotlib (2011),
yang menyatakan bahwa self-efficacy dan dukungan sosial memiliki pengaruh
yang positif terhadap resiliensi, yaitu semakin tinggi tingkat self-efficacy dan
dukungan sosial, maka akan semakin tinggi pula tingkat resiliensi seseorang.
Selain dari aspek-aspek yang disebutkan di atas, terdapat salah satu aspek lagi
yang diperkirakan mempengaruhi resiliensi seseorang, yaitu jenis kelamin. Karena
dalam kehidupan sehari-hari terdapat beragam perbedaan perilaku antara pria dan
wanita dan banyak dibahas di berbagai literatur.
Maka aspek-aspek dari self-efficacy, dukungan sosial dan jenis kelamin
tersebut akan mempengaruhi tingkat resiliensi pada penderita kanker. Dengan
demikian skema kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut:
54
2.1. Ilustrasi kerangka berpikir dalam bagan
2.8. Hipotesis
Hipotesis Mayor :
Ada pengaruh yang signifikan self-efficacy dan dukungan sosial terhadap
resiliensi pada penderita kanker.
Hipotesis Minor :
Ha1 :
Ada pengaruh yang signifikan mastery experience terhadap resiliensi
pada penderita kanker.
Ha2 :
Ada pengaruh yang signifikan vicarious experience terhadap resiliensi
pada penderita kanker.
RESILIENSI
Mastery Experience
Self-efficacy
Vicarious Experience
Social Persuasion
Enhance Physical
Status
Dukungan Sosial
Tangible Assistance
Informational support
Emotional support
Informational Support
Informational support
Emotional support
Emotional support
Jenis Kelamin
55
Ha3 :
Ada pengaruh yang signifikan social persuasion terhadap resiliensi
pada penderita kanker.
Ha4 :
Ada pengaruh yang signifikan enhance physical status terhadap
resiliensi pada penderita kanker.
Ha5 :
Ada pengaruh yang signifikan tangible assistance terhadap resiliensi
pada penderita kanker.
Ha6 :
Ada pengaruh yang signifikan informational support terhadap
resiliensi pada penderita kanker.
Ha7 :
Ada pengaruh yang signifikan emotional support terhadap resiliensi
pada penderita kanker.
Ha8 :
Ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap resiliensi pada
penderita kanker.
56
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai populasi dan sampel, teknik
pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, teknik
pengumpulan data, uji validitas konstruk, dan teknik analisa data. Pada
penelitian ini, peneliti hendak mengetahui apakah ada pengaruh dari variabel
independen terhadap resiliensi. Pendekatan yang digunakan untuk menjawab
pertanyaan penelitian tersebut adalah pendekatan kuantitatif yang mempunyai
kesimpulan dengan sifat statistik.
3.1. Populasi dan Sampel
3.1.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita kanker yang terdaftar sedang
menjalani proses pengobatan sejak tahun 2011 hingga tahun 2014 di C-Tech
Labs Edwar Technology sebanyak 12.000 orang. Pemilihan C-Tech Labs
Edwar Technology sebagai institusi dari tempat pengambilan data adalah
karena di tempat ini tersedia populasi yang dibutuhkan untuk penelitian ini.
Selain itu, C-Tech Labs Edwar Technology adalah suatu lembaga yang
berbasis penelitian sehingga menerima secara terbuka penelitian dalam
bidang psikologi yang merupakan disiplin ilmu baru yang mengadakan
penelitian dalam institusi tersebut. C-Tech Labs Edwar Technology juga
memudahkan peneliti dalam urusan administrasi dalam ijin penelitian.
57
Penderita kanker ini tidak hanya berobat di C-Tech Labs Edwar
Technology, tetapi juga melakukan pengobatan dengan berbagai metode yang
dapat mereka lakukan, seperti metode medis, yaitu operasi, kemoterapi, dan
radiasi, metode pengobatan alternatif seperti meminum obat-obatan herbal,
sarang semut, benalu teh, dan air rebusan daun sirsak.
Tidak semua penderita kanker yang terdaftar di C-tech Labs Edwar
Technology datang sendiri untuk berobat. Penderita yang sudah tidak mampu
untuk datang ke Klinik Edwar dapat diwakilkan oleh walinya untuk
mengambil alat dengan membawa berbagai rekam medis terbaru dari
penderita kanker agar kemudian dapat disewakan alat yang sesuai dengan
jenis dan letak kanker dari penderita yang bersangkutan.
Penderita kanker sering kali datang bersama pasangannya,
keluarganya, ataupun temannya. Namun ada juga penderita kanker yang
datang sendiri saat berobat. Kondisi penderita kanker yang mampu datang ke
C-Tech Labs Edwar Technology beragam, ada yang harus menggunakan
ranjang dokter, kursi roda, dan tongkat. Ada juga penderita kanker yang
masih bugar dalam menghadapi penyakitnya, bahkan masih mampu bekerja
seperti saat mereka belum didiagnosis.
3.1.2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 123 orang pasien kanker
yang terdaftar sebagai penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology
sejak tahun 2011 hingga tahun 2014. Penderita kanker dalam sampel ini
adalah mereka yang mampu datang secara langsung untuk berobat di C-Tech
58
Labs Edwar Technology, dan didiagnosis kanker dengan stadium 0 – III dan
telah menjalani sekurang-kurangnya enam bulan setelah diagnosis awal
penyakitnya.
Pemilihan sampel dengan stadium 0 – III disebabkan karena pasien
kanker yang telah mencapai stadium IV tidak lagi berada pada keadaan yang
layak untuk mengisi alat ukur sehingga dikhawatirkan menimbulkan bias
pada hasil penelitian, dan pengambilan sampel sebanyak 123 orang
mempunyai dasar pertimbangan bahwa penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif, yang akan memiliki hasil lebih akurat jika sampel
yang digunakan semakin banyak.
3.1.3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling.
Teknik ini dilakukan dengan meminta kesediaan secara langsung pada calon
sampel yang berada dalam kondisi yang layak di dalam komunitas populasi
untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dengan cara mengisi kuesioner
dari peneliti.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah resiliensi
pada pasien kanker. Sementara variabel bebas (independent variable) dalam
penelitian ini adalah self-efficacy dan dukungan sosial.
3.2.1. Definisi operasional
1. Resiliensi: kemampuan yang dimiliki oleh penderita kanker untuk
mengontrol emosi, atensi, dan mengontrol perilakunya di bawah
59
penyakit kankernya, serta kemampuan penderita kanker untuk
mengontrol persepsi dan pola pikir, menentukan akar masalah yang
dihadapi, dan membaca emosi melalui body language orang lain.
Resiliensi juga dapat dilihat dari keyakinan penderita kanker bahwa
kondisi mereka dapat lebih baik lagi dan bahwa masa depan mereka
akan lebih baik dibanding saat ini, keyakinan bahwa mereka memiliki
kemampuan untuk menghadapi penyakit kankernya dan kemampuan
untuk menentukan arti hidup mereka melalui penyakit kanker yang
mereka hadapi.
2. Self-efficacy: suatu kemampuan yang dimiliki penderita kanker untuk
menggunakan pikirannya dalam menghadapi penyakitnya,
menggunakan pengalaman di masa lalu untuk menghadapi situasi
sulitnya saat ini, dan mencontoh kesuksesan orang lain yang memiliki
penyakit yang sama. Self-efficacy yang dimiliki penderita kanker juga
membuatnya yakin dapat melewati penyakitnya dengan dukungan
verbal lingkungannya dan berusaha untuk memelihara kondisinya
pada level terbaik dari penyakitnya.
3. Dukungan sosial: dukungan sosial dapat diberikan dalam bentuk
bantuan layanan, barang, dan finansial kepada penderita kanker. Serta
informasi mengenai penyakit kanker dan memberikan dukungan
emosional kepada penderita kanker.
60
3.3. Instrumen Penelitian
Terdapat beberapa instrumen baku yang telah digunakan oleh peneliti
terdahulu untuk mengukur resiliensi, self-efficacy, dan dukungan sosial.
Namun, dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan peneliti buat sendiri
dengan pertimbangan kondisi sampel dan institusi. Kondisi penderita kanker
yang ada di C-Tech Labs Edwar Technology tidak memungkinkan untuk
berkonsentrasi terlalu lama karena akan membuat kondisinya menurun,
sehingga jumlah item dalam kuisioner dibuat seminimalisir mungkin. Selain
itu, item-item dalam kuisioner terlebih dahulu disortir oleh C-Tech Labs
Edwar Technology untuk kelayakan sebelum diberikan kepada penderita
kanker.
Hasil dari instrumen penelitian yang telah disortir dan kemudian diberikan
kepada penderita kanker terdiri dari:
1. Isian biodata subjek penelitian, berisi pertanyaan mengenai nama
responden, usia, jenis kelamin, jenis kanker yang diderita, dan
lamanya penyakit semenjak diagnosis awal yang didapatnya.
2. Skala resiliensi yang meliputi aspek emotion regulation, impulse
control, optimism, causal analysis, empathy, self-efficacy, dan
reaching out. Skala yang digunakan untuk mengukur resiliensi ini
peneliti buat sendiri dengan pertimbangan penyesuaian terhadap
kondisi penderita kanker dan lingkungan tempat sampel berada.
61
Tabel 3.1.
Skala blue print Resiliensi
No. Aspek Indikator
Pernyataan Jumla
h Fav Unfa
v
1. Emotion
Regulation
a. Penderita dapat mengontrol emosi di
bawah tekanan.
b. Penderita dapat mengontrol atensi di
bawah tekanan.
c. Penderita dapat mengontrol perilaku di
bawah tekanan.
1, 15,
29 - 3
2. Impulse
Control
a. Penderita dapat mengontrol persepsi.
b. Penderita dapat mengontrol pola pikir.
c. Penderita dapat menahan id mereka
dengan superego yang cukup.
2, 16,
30 - 3
3. Optimism
a. Penderita yakin kondisi mereka dapat
lebih baik dari saat ini.
b. Penderita yakin masa depannya lebih baik
dari saat ini.
c. Penderita tidak putus asa dengan
keadaannya saat ini.
3, 17,
31 - 3
4. Causal
Analysis
a. Penderita dapat menentukan akar masalah
yang dihadapinya.
b. Penderita beranggapan dirinyalah yang
menjadi penyebab penyakit kankernya ini.
c. Penderita mengembangkan
kemampuannya menghadapi masalah
dengan melakukan suatu tindakan.
4, 18,
32 - 3
5. Empathy
a. Penderita dapat membaca emosi melalui
body language orang-orang di sekitarnya.
b. Penderita dapat membaca perasaan orang
lain melalui ekspresinya.
c. Penderita dapat membaca psikologis orang
lain di sekitarnya.
5, 19,
33 - 3
6. Self-efficacy
a. Penderita yakin bahwa ia memiliki
kemampuan untuk menghadapi penyakit
kankernya.
b. Penderita yakin bahwa masalah yang
dihadapinya dapat dilewati dengan sukses.
c. Penderita yakin bahwa ia dapat
memecahkan masalahnya.
6, 20,
34 - 3
7. Reaching
Out
a. Penderita dapat menentukan arti hidupnya
melalui penyakit yang dihadapinya.
b. Penderita dapat menemukan arti hidupnya
melalui kesulitan yang diterimanya.
c. Penderita dapat menemukan tujuan
hidupnya melalui penyakitnya.
7, 21,
35 - 3
3. Skala self-efficacy yang mencakup mastery experience, vicarious
experience, social persuasion, enhance physical status. Skala untuk
pengukuran self-efficacy ini merupakan hasil buatan peneliti dengan
62
penyesuaian kondisi penderita kanker dan lingkungan tempat sampel
tersebut berada.
Tabel 3.2.
Skala blue print Self-Efficacy
No. Aspek Indikator
Pernyataan Jum
lah Fav Unfa
v
1. Mastery
Experience
a. Penderita menggunakan pikirannya untuk
menghadapi penyakitnya.
b. Penderita menggunakan pengalaman di
masa lalu untuk menghadapi situasi
sulitnya saat ini.
c. Penderita dapat menentukan langkah apa
yang akan diambil dalam menghadapi
situasi sulitnya.
8,
22,
36,
- 3
2. Vicarious
Experience
a. Penderita mencontoh kesuksesan orang lain
yang memiliki penyakit yang sama.
b. Penderita terdorong oleh kesuksesan
sesama penderita kanker.
c. Penderita berjuang agar dapat sembuh
seperti penderita kanker yang sudah
berhasil sebelumnya.
9,
23,
37
- 3
3. Social
Persuasion
a. Penderita yakin dapat melalui penyakitnya
dengan dukungan verbal lingkungannya.
b. Penderita merasa dapat menghadapi
penyakitnya dengan dukungan lisan dari
lingkungannya.
c. Lingkungan penderita menguatkan
penderita untuk menghadapi penyakitnya.
10,
24,
38
- 3
4.
Enhance
Physical
Status
a. Penderita dapat memelihara kondisinya
pada level terbaik dari penyakitnya.
b. Penderita mempertahankan faktor yang
membuat kondisi tubuhnya lebih sehat.
c. Penderita menjaga kesehatan tubuhnya
ditengah penyakitnya.
11,
25,
39
- 3
4. Skala dukungan sosial yang mencakup tangible support,
informational support, dan emotional support. Skala untuk dukungan
sosial yang digunakan ini juga merupakan hasil peneliti dengan
mempertimbangkan keadaan pasien kanker yang berada di lokasi
pengumpulan data tersebut.
63
Tabel 3.3.
Skala blue print Dukungan Sosial
No. Aspek Indikator Pernyataan
Jumlah Fav Unfav
1. Tangible
Assistance
a. Penderita menerima bantuan berupa
layanan dari orang lain.
b. Penderita menerima bantuan berupa
barang dari orang lain.
c. Penderita menerima bantuan
berbentuk finansial dari orang lain.
12, 26, 40 - 3
2. Informationa
l Support
a. Penderita menerima informasi dari
orang lain mengenai penyakitnya.
b. Penderita menerima informasi dari
orang lain mengenai
pengobatannya.
c. Penderita menerima informasi
terkait dengan penyakitnya dari
orang lain di sekitarnya.
13, 27, 41 - 3
3. Emotional
Support
a. Penderita menerima dukungan
emosional dari orang lain.
b. Orang-orang di sekitar penderita
menguatkan penderita untuk
menghadapi penyakitnya.
c. Orang-orang di sekitar penderita
menenangkan penderita dalam
menghadapi penyakitnya.
14, 28, 42 - 3
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini, alat ukur yang digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data adalah kuesioner yang diberikan
langsung kepada responden. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 42
item secara keseluruhan dari dependent variable yaitu resiliensi serta masing-
masing independent variable yaitu self-efficacy dan dukungan sosial. Pada
kuesioner ini responden diminta untuk mengisi nama, usia, jenis kelamin,
jenis kanker, dan lamanya waktu yang telah penderita kanker jalani sejak
pertama kali mereka mendapatkan diagnosa mengenai penyakitnya tersebut.
Responden diminta untuk memberikan tanda ceklist pada kolom respon yang
tersedia dengan pertimbangan bahwa respon tersebut merupakan hal yang
64
paling sesuai dengan keadaan yang dialami oleh responden pada saat ini.
Kolom respon tersebut terdiri dari pilihan:
1. Selalu, yang menyatakan bahwa subjek merasa selalu mengalami atau
merasakan pernyataan yang diajukan dalam kuesioner penelitian.
2. Sering, yang menyatakan bahwa subjek merasa sering mengalami atau
merasakan pernyataan yang diajukan dalam kuesioner penelitian.
3. Jarang, yang menyatakan bahwa subjek merasa jarang mengalami atau
merasakan penyataan yang diajukan dalam kuesioner penelitian.
4. Tidak pernah, yang menyatakan bahwa subjek merasa tidak pernah
mengalami atau merasakan pernyataan yang diajukan dalam kuesioner
penelitian.
Pada setiap respon yang responden berikan pada kuesioner tersebut, peneliti
memberi nilai atau score tertentu seperti yang dijabarkan pada tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Nilai dari Skala Resiliensi, Self-Efficacy, dan Dukungan Sosial
Skala Item Favorable Item Unfavorable
Selalu 4 1
Sering 3 2
Jarang 2 3
Tidak Pernah 1 4
Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada bagian lampiran.
3.5. Uji Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas konstruk pada instrumen penelitian ini, peneliti
menggunakan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan
65
menggunakan software LISREL8.70. Thompson (2004) menyatakan bahwa
salah satu fungsi CFA adalah untuk melihat bagaimana suatu item mengukur
suatu faktor, dalam penelitian ini adalah untuk melihat apakah item-item
sebanyak 21 butir pernyataan hanya mengukur resiliensi saja atau faktor lain
juga selain resiliensi, begitu juga apakah sebanyak 12 item hanya mengukur
self-efficacy saja atau ternyata mengukur faktor lain selain self-efficacy, dan
apakah sebanyak 9 item hanya mengukur dukungan sosial atau faktor lain
selain dukungan sosial. Dalam CFA, peneliti harus melihat model spesifik
yang memiliki beberapa parameter untuk mendapatkan model yang fit. Untuk
mendapatkan model tersebut, peneliti harus memasukkan matrix yang sesuai.
Adapun untuk melakukan uji validitas dengan menggunakan metode CFA
langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Peneliti harus merumuskan definisi variabel-variabel dalam penelitian
menjadi definisi operasional sehingga dari definisi operasional ini
dapat dibuat indikator yang dijadikan acuan untuk membuat item
untuk masing-masing variabel.
2. Setelah item dari masing-masing variabel dalam penelitian telah
dirampungkan dan disebarkan pada responden, peneliti melakukan
skoring untuk setiap item dari masing-masing responden. Hasil
skoring itu diolah menggunakan LISREL8.70 per-variabel untuk
melihat apakah masing-masing item yang telah digunakan bersifat
unidimensional, yaitu hanya mengukur apa yang ingin diukur saja,
dalam penelitian ini adalah resiliensi, self-efficacy, dan dukungan
66
sosial. Karena dalam teori, item yang bersifat unidimensional
merupakan item ideal yang dapat digunakan dalam penelitian untuk
mengukur suatu variabel.
3. Selain untuk melihat apakah item yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat unidimesional, peneliti juga melihat apakah item yang
tersedia dapat digunakan untuk membentuk model spesifik yang fit
dengan parameter nilai Chi-Square yang signifikan (>0.05), P-Value
yang signifikan (>0.05) dan nilai RMSEA yang signifikan (<0.05).
Jika model yang terbentuk tidak signifikan, maka peneliti dapat
melakukan modifikasi sehingga diperoleh nilai yang signifikan.
4. Memodifikasi model pengukuran dilakukan dengan membebaskan
parameter korelasi kesalahan pengukuran dan dapat dilihat nilainya
pada output syntax variabel terkait. Setelah diperoleh model fit, maka
langkah selanjutnya dapat dilakukan.
5. Langkah selanjutnya adalah melihat nilai T-value yang dapat
dijadikan salah satu parameter untuk memutuskan apakah item
tersebut perlu didrop atau tidak. Nilai T-value yang signifikan adalah
≥1.96. Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan syarat lain
untuk mendrop item selain nilai T-value, yaitu menggunakan korelasi
antar kesalahan pengukuran dengan jumlah maksimal 5 korelasi
kesalahan pengukuran. Sehingga meskipun item dalam penelitian ini
memiliki T-value ≥1.96 tapi memiliki korelasi antar kesalahan
67
pengukuran lebih dari 5 maka item tersebut dianggap tidak valid
sehingga perlu didrop.
6. Setelah langkah-langkah tersebut digunakan maka dapat diperoleh
item-item yang didrop untuk dibuang sehingga item-item pilihan
lainnya akan digunakan untuk mencari factor score nantinya.
Untuk menguji factor score tidak hanya dilakukan penambahan ke samping
yang hanya dapat dilakukan jika seluruh item bersifat unidimensional,
melainkan juga menganalisa dan menghitung true score pada tiap skala.
Adapun rumus T-score adalah:
Tscore = (10 x factor score) + 50
Setelah T-score didapatkan dengan mengubah factor score, maka nilai baku
ini akan digunakan dalam analisis uji hipotesis korelasi dan regresi.
3.5.1. Uji validitas konstruk resiliensi
Pada uji validitas konstruk resiliensi ini, peneliti menguji apakah item pada
seluruh aspek resiliensi yang berjumlah 21 item benar bersifat
unidimensional, yaitu hanya mengukur dependent variable resiliensi yang
ingin diukur. Uji validitas ini bertujuan untuk melihat apakah model yang
terbentuk sudah fit dengan persyaratan nilai RMSEA <0.05 dan/atau memiliki
nilai P-value >0.05. Dari model yang sudah fit ini dapat diperoleh item yang
bersifat unidimensional dan item-item yang perlu didrop sehingga hanya item
pilihan saja yang akan digunakan untuk menganalis pengaruh kedua
independent variable pada dependent variable.
68
Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan pada item-item resiliensi,
diketahui bahwa model yang terbentuk tidak fit, dengan nilai Chi-Square =
759.14, df = 189, P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.157 seperti yang
tertera pada gambar 3.1.
Gambar 3.1
Diagram Path Variabel Resiliensi
69
Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi model sehingga memperoleh
model yang fit dengan nilai Chi-Square = 170.86, df = 137, P-Value =
0.02635, dan RMSEA = 0.045 seperti yang tertera pada gambar 3.2.
Gambar 3.2
Diagram Path Variabel Resiliensi Modifikasi
Setelah mendapatkan model yang fit, tahapan selanjutnya adalah melihat
koefisien muatan faktor item yang ditentukan oleh nilai t pada setiap
koefisien muatan faktor.
70
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Variabel Resiliensi
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
1 0.30 0.09 3.27 √
15 0.76 0.08 9.55 X
29 0.58 0.09 6.70 √
2 0.57 0.09 6.44 X
16 0.65 0.08 8.17 √
30 0.48 0.09 5.59 √
3 0.53 0.08 6.22 √
17 0.82 0.07 11.13 √
31 0.64 0.08 7.97 X
4 0.53 0.08 6.27 √
18 0.23 0.09 2.50 X
32 0.75 0.08 9.95 √
5 0.35 0.09 4.01 √
19 0.30 0.09 3.21 √
33 0.42 0.08 4.99 X
6 0.69 0.08 8.71 X
20 0.75 0.08 9.72 √
34 0.84 0.08 10.83 X
7 0.68 0.08 8.53 √
21 0.65 0.08 8.09 √
35 0.81 0.08 10.56 X
Keterangan: √ = signifikan (t-values ≥1.96) x = tidak signifikan
Dilihat dari model faktornya, dapat diketahui bahwa seluruh item pada
variabel resiliensi memiliki nilai t-value ≥1.96 (nilai absolute), namun dalam
penelitian ini penentuan item untuk didrop tidak hanya diperoleh dari t-value
saja melainkan juga dari hasil proses modifikasi dengan jumlah korelasi antar
kesalahan pengukuran sebanyak 5 korelasi kesalahan. Sehingga diperoleh 8
item yang harus didrop, yaitu item nomor 15, 2, 31, 18, 33, 6, 34, dan 35.
Dari uji validitas ini juga diketahui bahwa tidak satu pun item yang
71
digunakan untuk mengukur resiliensi pada penderita kanker bersifat
unidimesional.
Setelah diketahui item mana saja yang harus didrop, peneliti melakukan
uji validitas lagi untuk item-item yang mengukur resiliensi tanpa
menggunakan item-item yang didrop. Hasil dari uji validitas yang kedua
didapatkan bahwa model tidak fit dengan nilai Chi-Square = 196.98, df = 65,
P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.129 seperti yang tertera pada gambar
3.3.
Gambar 3.3
Diagram Path Variabel Resiliensi Tanpa Item Drop
72
Oleh karena itu peneliti melakukan modifikasi pada model sehingga
memperoleh model fit dengan nilai Chi-Square = 62.42, df = 54, P-Value =
0.20182, dan RMSEA = 0.036 seperti yang tertera pada gambar 3.4.
Gambar 3.4
Diagram Path Variabel Resiliensi Tanpa Item Drop Modifikasi
Setelah memperoleh model yang fit, maka dapat dilihat koefisien muatan
faktor pada tiap item untuk menentukan apakah item tersebut signifikan atau
tidak.
73
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Resiliensi dengan Item yang Telah Didrop
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
1 0.28 0.09 3.15 √
29 0.06 0.09 6.74 √
16 0.57 0.08 6.77 √
30 0.52 0.08 6.14 √
3 0.54 0.08 6.43 √
17 0.82 0.08 10.24 √
4 0.48 0.08 5.68 √
32 0.76 0.08 9.71 √
5 0.37 0.09 4.26 √
19 0.34 0.09 3.95 √
20 0.67 0.09 7.68 √
7 0.89 0.08 11.49 √
21 0.56 0.08 6.75 √
Keterangan: √ = signifikan (t-values ≥1.96)
Dari tabel di atas diperoleh hasil bahwa seluruh item resiliensi yang telah
diuji validitas kembali memiliki nilai t-value yang signifikan sehingga tidak
ada item yang perlu didrop. Selain itu, diketahui bahwa dari 13 item yang
diujikan, hanya terdapat satu item yaitu item nomor 1 yang bersifat
unidimensional sementara item lainnya dinyatakan tidak hanya mengukur
salah satu aspek pada resiliensi itu saja tapi juga dapat mengukur aspek-aspek
lainnya dari resiliensi. Selanjutnya, 13 item ini akan digunakan untuk
menganalisis korelasi antar variabel dalam penelitian ini.
3.5.2. Uji validitas konstruk self-efficacy
Pada uji validitas konstruk self-efficacy ini, peneliti hendak melihat apakah
item yang digunakan dalam penelitian ini bersifat unidimesional atau tidak
dan item mana saja yang perlu didrop sehingga item-item yang baik dapat
74
digunakan untuk menganalis variabel. Karena item yang digunakan dalam
penelitian ini hanya berjumlah tiga butir pernyataan pada setiap dimensi maka
peneliti menggunakan metode multifaktor dengan melihat pengaruh seluruh
faktor terhadap variabel self-efficacy. Dari uji CFA pertama ternyata
didapatkan bahwa model yang terbentuk tidak fit dengan nilai Chi-Square =
203.76, df = 48, P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.163 seperti yang tertera
pada gambar 3.5.
Gambar 3.5
Diagram Path Variabel Self-Efficacy
75
Oleh sebab itu peneliti melakukan modifikasi terhadap model self-efficacy
sehingga diperoleh Chi-Square = 41.94, df = 34, P-Value = 0.16458, dan
RMSEA = 0.044 seperti yang tertera pada gambar 3.6.
Gambar 3.6
Diagram Path Variabel Self-Efficacy Modifikasi
Setelah memperoleh model yang fit, maka dapat dilihat koefisien muatan
faktor pada tiap item untuk menentukan apakah item tersebut signifikan atau
tidak.
76
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Variabel Self-Efficacy
Item Koefision Standar Error Nilai T-value Signifikan
8 0.67 0.08 8.06 √
22 0.31 0.09 3.52 √
36 0.80 0.08 9.63 √
9 0.53 0.08 6.19 √
23 0.64 0.08 7.93 √
37 0.87 0.08 11.48 √
10 0.62 0.08 7.42 √
24 0.74 0.08 9.27 √
38 0.94 0.07 12.67 √
11 0.51 0.10 4.93 √
25 0.73 0.10 7.49 √
39 0.56 0.10 5.90 √
Keterangan: √ = signifikan (t-values ≥1.96)
Dari tabel di atas diperoleh hasil bahwa seluruh item self-efficacy yang telah
diuji validitasnya memiliki t-value yang signifikan sehingga tidak ada item
yang perlu didrop. Selain itu, diketahui bahwa dari 12 item yang diujikan,
tidak ada item yang bersifat unidimensional, sehingga item-item tersebut
dinyatakan dapat mengukur hal lain selain self-efficacy. Selanjutnya, 12 item
ini akan digunakan untuk menganalisis korelasi antar variabel dalam
penelitian ini.
3.5.3. Uji validitas konstruk dukungan sosial
Pada uji validitas konstruk dukungan sosial ini, peneliti hendak melihat
apakah item yang digunakan dalam penelitian ini bersifat unidimesional atau
tidak dan item mana saja yang perlu didrop sehingga item-item yang baik
dapat digunakan untuk menganalisa variabel. Karena item yang digunakan
dalam penelitian ini hanya berjumlah tiga butir pernyataan pada setiap
77
dimensi maka peneliti menggunakan metode multifaktor dengan melihat
pengaruh seluruh faktor terhadap variabel dukungan sosial. Dari uji CFA
pertama ternyata didapatkan bahwa model yang terbentuk tidak fit dengan
nilai Chi-Square = 36.65, df = 24, P-Value = 0.04745, dan RMSEA = 0.066
seperti yang tertera pada gambar 3.7.
Gambar 3.7
Diagram Path Variabel Dukungan Sosial
Oleh sebab itu peneliti melakukan modifikasi terhadap model dukungan
sosial sehingga diperoleh Chi-Square = 30.00, df = 22, P-Value = 0.22547,
dan RMSEA = 0.042 seperti yang tertera pada gambar 3.8.
78
Gambar 3.8
Diagram Path Variabel Dukungan Sosial Modifikasi
Setelah memperoleh model yang fit, maka dapat dilihat koefisien muatan
faktor pada tiap item untuk menentukan apakah item tersebut signifikan atau
tidak.
79
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Variabel Dukungan Sosial
Item Koefisien Standar Error Nilai T-value Signifikan
12 0.84 0.10 8.68 √
26 0.58 0.09 6.16 √
40 0.29 0.10 2.96 √
13 0.71 0.08 8.37 √
27 0.76 0.08 9.14 √
41 0.71 0.08 8.35 √
14 0.67 0.08 7.85 √
28 0.86 0.08 10.90 √
42 0.71 0.09 8.34 √
Keterangan: √ = signifikan (t-values ≥1.96)
Dari tabel di atas diperoleh hasil bahwa seluruh item dukungan sosial yang
telah diuji validitasnya memiliki nilai t-value yang signifikan sehingga tidak
ada item yang perlu didrop. Selain itu, diketahui bahwa dari 9 item yang
diujikan, terdapat 6 item yang bersifat unidimensional yaitu item nomor 26,
40, 13, 41, 14, dan 28, sedangkan item nomor 12, 27, dan 42 bersifat
multidimensional atau mengukur hal lain selain dukungan sosial. Selanjutnya,
9 item ini akan digunakan untuk menganalisis korelasi antar variabel dalam
penelitian ini.
3.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple
regression atau analisis regresi berganda. Hal ini disebabkan, terdapat dua
independent variable yaitu self-efficacy dan dukungan sosial yang ingin
peneliti lihat pengaruhnya terhadap dependent variable yaitu resiliensi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arah hubungan self-efficacy dan
dukungan sosial terhadap resiliensi, apakah memiliki pengaruh positif atau
80
negatif, serta prediksi nilai resiliensi jika self-efficacy dan dukungan sosial
mengalami kenaikan atau penurunan. Metode ini juga dipilih karena peneliti
ingin melihat pengaruh self-efficacy dan dukungan sosial secara parsial
terhadap resiliensi serta presentase sumbangan pengaruh self-efficacy dan
dukungan sosial secara bersama-sama terhadap resiliensi dan apakah hasilnya
dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi.
Persamaan multiple regression dalam penelitian adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Keterangan:
Y = Resiliensi
a = Intercept (konstan)
b = Koefisien regresi yang distandardisasikan untuk masing-masing X
X1 : Mastery Experience
X2 : Vicarious Experience
X3 : Social Persuassion
X4 : Enhance Physical Status
X5 : Tangible Assistance
X6 : Informational Support
X7 : Emotional Suport
e : Residu
Untuk dapat melihat apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model
yang paling sesuai dengan memiliki error terkecil pada penelitian ini, maka
dibutuhkan beberapa pengujian dan analisis, yaitu:
81
1. Uji R2 (koefisien determinasi berganda)
Dari pengujian multiple regression akan diperoleh hasil berupa nilai
R, dalam penelitian ini adalah pengujian multiple regression self-
efficacy dan dukungan sosial terhadap resiliensi. Besarnya resiliensi
ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2, nilai ini
menunjukkan variasi perubahan dependent variable (Y) yaitu
resiliensi yang disebabkan oleh independent variable (X) yaitu self-
efficacy dan dukungan sosial. Dengan kata lain dapat digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh independent variable (X)
terhadap dependent variable (Y) atau merupakan proporsi varian dari
intense yang dijelaskan oleh self-efficacy dan dukungan sosial. Untuk
mendapatkan nilai R2 digunakan rumus berikut:
R2 = 𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔
𝑆𝑆𝑦
2. Uji F
Setelah R2 diperoleh, maka untuk membuktikan signifikan regresi Y
(dependent variable) terhadap X (independent variable) dilakukan uji
F dengan rumus:
𝐹 =𝑅2/𝑘
(1 − 𝑅2)/(𝑁 − 𝑘 − 1)
Keterangan:
k = Jumlah IV
N = Jumlah sampel
82
Dari uji F ini akan diperoleh apakah benar independent variable
memiliki pengaruh terhadap dependent variable.
3. Uji t
Setelah melakukan Uji F, selanjutnya penelitian ini melakukan Uji t
yang berfungsi untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan
independent variable (X) signifikan terhadap dependent variable (Y).
Oleh karena itu, sebelum melakukan Uji t, perlu diketahui terlebih
dahulu nilai standart error estimate dari b (koefisien regresi) dari
masing-masing independent variable yang diperoleh melalui akar
mean square dibagi SS. Setelah diperoleh nilai Sb maka dapat
dilakukan Uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan nilai
Sb itu sendiri.
𝑡 = 𝑏
𝑆𝑏
Keterangan:
b = Koefisien regresi
Sb = Standart Error dari b
Hasil dari Uji t ini diperoleh dari hasil regresi dalam penelitian ini.
3.7. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan untuk penelitian ini terdiri dari beberapa
tahap, yaitu:
83
1. Persiapan Penelitian:
a. Penelitian ini dimulai dengan menentukan populasi sesuai dengan
passion peneliti, serta menentukan tempat atau instansi yang
menampung populasi tersebut.
b. Melakukan elisitasi di instansi untuk menemukan fenomena yang
terjadi di populasi tersebut dengan melakukan observasi,
wawancara, dan mengikuti jalannya proses Focus Group
Discussion.
c. Mengajukan izin secara lisan kepada pihak Research and
Development dan Direktur instansi tersebut untuk melakukan
penelitian.
d. Melaporkan hasil elisitasi kepada dosen pembimbing untuk
kemudian menentukan dependent variable dan independent
variable apa saja yang sesuai dengan temuan di lapangan.
e. Setelah menentukan variabel-variabel yang akan digunakan dalam
peneltian, peneliti melakukan studi pustaka terhadap penelitian
terdahulu yang terkait dengan variabel yang akan diteliti.
f. Melakukan presentasi pada kepala divisi Research and
Development beserta anggotanya, Direktur Bidang Penelitian,
Direktur Bidang Pelayanan Pasien, serta mahasiswa magang atau
visiting researcher pada instansi tersebut dengan menjelaskan
mengenai pemetaan masalah yang telah didapat dan tema
permasalahan yang akhirnya dipilih oleh peneliti sehingga pada
84
akhirnya penelitian ini mendapat persetujuan dari instansi terkait
dan membuat persetujuan penelitian tertulis dengan instansi
terkait.
2. Pelaksanaan Penelitian:
a. Menyusun instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Instrument yang digunakan disusun berdasarkan teori dari variabel
yang diangkat dan disesuaikan dengan kondisi calon sampel di
instansi penelitian. Instrument juga menggunakan skala likert yang
terdiri dari pernyataan dan empat respon jawaban yang tersedia.
b. Menyerahkan surat izin penelitian dari fakultas kepada instansi
terkait yang menyatakan bahwa benar peneliti berasal dari
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang sedang
mengerjakan skripsi dan akan mengumpulkan data di instansi
tersebut.
c. Mengikuti rapat persiapan di instansi tersebut untuk menyerahkan
kuesioner yang akan disortir terlebih dahulu sebelum diberikan
pada calon sampel serta menentukan prosedur yang akan
digunakan saat mengumpulkan data.
d. Menentukan sampel yang akan digunakan yaitu penderita kanker
dengan berbagai jenis kanker yang sudah didiagnosa menderita
kanker minimal enam bulan dan menjadi pasien di instansi
tersebut. Pengambilan sampel bersifat non-probability sampling
85
dan pemberian kuesioner diberikan langsung oleh peneliti kepada
pasien yang sedang melakukan check-up di instansi tersebut.
e. Pengumpulan data berlangsung selama satu bulan dengan total
sampel yang diperoleh sebanyak 123 pasien.
3. Pengolahan Data:
a. Peneliti memberikan nilai atau skoring terhadap hasil respon yang
telah diberikan responden pada instrumen penelitian.
b. Menguji validitas item yang digunakan dengan menentukan
apakah item tersebut benar hanya mengukur apa yang hendak
diukur dalam penelitian ini dan menentukan item mana saja yang
perlu didrop dengan syarat t-value (≥1.96) dan korelasi kesalahan
antar variabel maksimal 5 korelasi kesalahan.
c. Item-item yang baik digunakan untuk menentukan apakah ada
pengaruh dari independent variable dalam penelitian ini terhadap
dependent variable-nya.
d. Melakukan interpretasi terhadap data yang telah diperoleh secara
statistik sehingga dapat digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian.
e. Membuat kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan
melaporkan hasilnya.
86
BAB 4
ANALISIS DATA
Pada bab empat ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi gambaran responden, analisa deskriptif,
pengujian hipotesis, dan proporsi varian.
4.1. Gambaran Umum Responden
Berikut ini adalah deskripsi sampel di C-Tech Labs Edwar Technology
berdasarkan usia dari tahap perkembangan psikologis:
Tabel 4.1
Gambaran Umum Penderita Kanker Berdasarkan Usia
No Tahapan Perkembangan Usia Jumlah Persentase
1. Remaja 12 - 18 tahun 2 1,62%
2. Dewasa Awal 19 - 35 tahun 12 9,75%
3. Dewasa 36 - 55 tahun 78 63,41%
4. Dewasa Akhir >55 tahun 31 25,203%
Jumlah 123 100%
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa penderita kanker yang menjadi
responden penelitian terdiri dari berbagai tahapan perkembangan dan rentang
umur. Sampel pada penelitian ini didominasi oleh tahap perkembangan dewasa
yaitu rentang usia 36 – 55 tahun dengan jumlah 78 orang penderita kanker
(63,41%). Diikuti posisi kedua terbesar oleh tahap perkembangan dewasa akhir
yaitu rentang usia >55 tahun dengan jumlah 31 orang penderita kanker (25,203%),
dan posisi ketiga oleh tahap perkembangan dewasa awal yaitu rentang usia 19 –
35 tahun dengan jumlah 12 orang penderita kanker (9,75%). Sementara kelompok
88
terkecil sampel penelitian ini adalah tahap remaja yaitu rentang usia 12 – 18 tahun
dengan jumlah 2 orang penderita kanker (1,62%). Sedangkan deskriptif umum
sampel berdasarkan jenis kelamin adalah:
Tabel 4.2
Gambaran Umum Penderita Kanker Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1. Perempuan 114 92.68%
2. Laki-laki 9 7.31%
Jumlah 123 100%
Berdasarkan data di atas diperoleh hasil bahwa penderita kanker yang menjadi
responden dalam penelitian ini didominasi oleh jenis kelamin perempuan dengan
jumlah 114 orang penderita kanker (92.68%), sementara responden laki-laki yang
mengisi instrumen pada penelitian ini hanya sebesar 9 orang penderita kanker
(7.31%).
89
Tabel 4.3
Gambaran Umum Penderita Kanker Berdasarkan Jenis Kanker
No. Jenis Kanker Jumlah Persentase
1. Mamae 80 65.04%
2. Brain 11 8.94%
3. Ovarium 1 0.81%
4. Pankreas 1 0.81%
5. Colon 2 1.62%
6. Prostat 1 0.81%
7. Kista 1 0.81%
8. Recti 1 0.81%
9. Nasofaring 2 1.62%
10. Limfoma 1 0.81%
11. Hipofisis 1 0.81%
12. Tyroid 1 0.81%
13. Paru-paru 1 0.81%
14. Getah Bening 1 0.81%
15. Carcinoma Tonsil 1 0.81%
16. Adeno Carsinoma 1 0.81%
17. Meningioma 1 0.81%
18. Serviks 1 0.81%
19. Melanoma 1 0.81%
20. Endometrium 1 0.81%
21. Metastase* 3 2.43%
22. Tidak Diketahui** 9 7.31%
Jumlah 123 100% *kanker yang sudah mengalami penyebaran
**tidak mengisi data penunjang dengan lengkap
Berdasarkan data di atas diperoleh hasil bahwa kanker terbesar yang diderita oleh
responden dalam penelitian ini adalah mamae atau kanker payudara dengan
jumlah penderita sebesar 80 orang (65.04%), disusul oleh kanker otak dengan
jumlah responden sebesar 11 orang penderita kanker (8.94%). Sebesar 9 orang
penderita kanker (7.31%) tidak mengisi biodata sebagai data penunjang pada
instrumen penelitian dengan lengkap sehingga tidak diketahui jenis kanker yang
dideritanya. Sementara penderita kanker yang sudah mengalami penyebaran
90
kankernya, yaitu telah menderita kanker lain di luar kanker primernya berjumlah 3
orang (2.43%). Penderita kanker usus (colon) dan nasofaring masing-masing
berjumlah 2 orang penderita kanker (1.62%) dalam penelitian ini. Dan jenis
kanker seperti ovarium, pankreas, prostat, kista, recti, limfoma, hipofisis, tyroid,
paru-paru, getah bening, carcinoma tonsil, adeno, carsinoma, meningioma,
serviks, melanoma, dan endometrium yang menjadi responden dalam penelitian
ini masing-masing berjumlah 1 orang penderita kanker (0.81%).
4.2. Analisis Deskriptif
Berikut akan diuraikan mengenai analisis deskriptif dari resiliensi, self-efficacy,
dan dukungan sosial. Skor yang digunakan dalam analisis deskriptif ini adalah
nilai murni (t-score) yang merupakan hasil konversi dari raw score. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan saat peneliti membandingkan skor hasil penelitian
dari masing-masing variabel, dengan demikian semua raw score pada setiap
variabel harus mempunyai skala yang sama. Untuk mencapai hal ini maka raw
score harus ditransformasikan menjadi z-score. Agar nilai z-score menjadi positif,
maka terlebih dahulu harus diperoleh t-score. Adapun rumus t-score adalah:
T-score = (10 x factor score) + 50
Dalam perhitungan penelitian ini, skor mean, median, standar deviasi, minimum,
dan maksimum dari setiap variabel dijadikan acuan untuk menjelaskan gambaran
umum mengenai deskripsi statistik. Nilai tersebut diuraikan dalam tabel 4.4.
91
Tabel 4.4
Distribusi Skor
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Standar
Deviasi
Resiliensi 123 27.39 64.50 50.0000 8.64627
Self-efficacy
Mastery Experience 123 29.87 61.04 50.0000 8.06037
Vicarious Experience 123 19.55 57.88 50.0000 7.94589
Social Persuasion 123 19.59 57.55 50.0000 8.93467
Enhance Physical
Status 123 22.50 60.08 50.0000 8.00141
Dukungan Sosial
Tangible Assistance 123 32.47 60.76 50.0000 7.58357
Informational Support 123 22.26 61.13 50.0000 8.52190
Emotional Support 123 17.17 56.91 50.0000 8.30911
Nilai-nilai yang tertera pada tabel 4.4 di atas adalah nilai yang telah distandarkan
sehingga mempunyai skala yang sama untuk membandingkannya. Skor terendah
yang telah diperoleh untuk variabel resiliensi adalah 27.39, sementara skor
tertinggi adalah 64.50 dengan standar deviasi 8.64627. Skor terendah yang
diperoleh untuk variabel mastery experience adalah 29.87 dan skor tertinggi
sebesar 61.04 dengan standar deviasi sebesar 8.06037. Sedangkan untuk variabel
vicarious experience diperoleh skor tertinggi sebesar 19.55 dan skor tertinggi
sebesar 57.88 serta standar deviasi sebesar 7.94589. Untuk variabel social
persuasion diperoleh skor terendah sebesar 19.59 dan skor tertinggi sebesar 57.55
dengan standar deviasi sebesar 8.93467. Sementara untuk variabel enhance
92
physical status diperoleh skor terendah sebesar 19.59 dan skor tertinggi sebesar
57.55 dengan standar deviasi sebesar 8.00141.
Untuk variabel tangible assistance diperoleh skor terendah sebesar 32.47
dan skor tertinggi sebesar 60.76 dengan standar deviasi sebesar 7.58357.
Sementara untuk variabel emotion support diperoleh skor terendah sebesar 17.17
dan skor tertinggi sebesar 56.91 dengan standar deviasi sebesar 8.30911.
Sedangkan untuk variabel informational support diperoleh skor terendah sebesar
22.26 dan skor tertinggi sebesar 61.13.
Selanjutnya dilakukan kategorisasi variabel yang bertujuan untuk
memisahkan individu berdasarkan kelompok jenjang kontinum dari atribut yang
diukur. Kategorisasi skor kontinum variabel dibagi menjadi kelompok tingkatan
tinggi dan rendah. Tabel berikut ini menjabarkan variabel resiliensi, mastery
experience, vicarious experience, social persuasion, enhance physical status,
tangible assistance, emotional support, dan informational support menjadi dua
kategori skor, yaitu:
Tabel 4.5
Rumus Kategorisasi
Kategori Norma Rentang
Tinggi X > Mean +1 SD
Rendah X < Mean -1 SD
Setelah kategori didapatkan, maka akan diperoleh nilai presentase kategori untuk
resiliensi. Sementara untuk sistem pengkodean variabel kategorik dengan sistem
dummy coding pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini:
93
Tabel 4.6
Coding Variabel Kategorik
Frekuensi Coding
Jenis Kelamin Perempuan 114 0
Laki-laki 9 1
Hasil dari kategorisasi tertera pada Tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Rendah Persen Tinggi Persen Total
Resiliensi 53 43,08% 70 56,92% 123
Self-Efficacy
Mastery Experience 57 46,34% 66 53,66% 123
Vicarious Experience 55 44,71% 68 55,29% 123
Social Persuasion 59 47,96% 64 52,04% 123
Enhance Physical
Status 63 51,21% 60 48,79% 123
Dukungan Sosial
Tangible Assistance 48 39,02% 75 60,98% 123
Informational Support 57 46,34% 66 53,66% 123
Emotional Support 48 39,02% 75 60,97% 123
Pada Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa:
1. Responden yang memiliki tingkat kecenderungan resiliensi rendah
berjumlah 53 orang (43,08%), sedangkan responden yang memiliki tingkat
kecenderungan resiliensi tinggi berjumlah 70 orang (56,92%). Sehingga
diperoleh kesimpulan bahwa mayoritas penderita kanker di C-Tech Labs
94
Edwar Technology berada pada tingkat kecenderungan resiliensi yang
tinggi dengan jumlah 70 penderita kanker (56,92%).
2. Responden yang memiliki tingkat kecenderungan mastery experience
rendah berjumlah 57 orang (46,34%), sedangkan responden yang memiliki
tingkat kecenderungan mastery experience tinggi berjumlah 66 orang
(53,66%). Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa mayoritas penderita
kanker di C-Tech Labs Edwar Technology berada pada tingkat
kecenderungan mastery experience yang tinggi dengan jumlah 66
penderita kanker (53,66%).
3. Responden yang memiliki tingkat kecenderungan vicarious experience
rendah berjumlah 55 orang (44,71%), sedangkan responden yang memiliki
tingkat kecenderungan vicarious experience tinggi berjumlah 68 orang
(55,29%). Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa mayoritas penderita
kanker di C-Tech Labs Edwar Technology berada pada tingkat
kecenderungan vicarious experience yang tinggi dengan jumlah 68
penderita kanker (55,29%).
4. Responden yang memiliki tingkat kecenderungan social persuasion
rendah berjumlah 59 orang (47,96%), sedangkan responden yang memiliki
tingkat kecenderungan social persuasion tinggi berjumlah 64 orang
(52,04%). Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa mayoritas penderita
kanker di C-Tech Labs Edwar Technology berada pada tingkat
kecenderungan social persuasion yang tinggi dengan jumlah 64 penderita
kanker (52,04%).
95
5. Responden yang memiliki tingkat kecenderungan enhance physical status
rendah berjumlah 63 orang (51,21%), sedangkan responden yang memiliki
tingkat kecenderungan enhance physical status tinggi berjumlah 60 orang
(48,79%). Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa mayoritas penderita
kanker di C-Tech Labs Edwar Technology berada pada tingkat
kecenderungan enhance physical status yang rendah dengan jumlah 63
penderita kanker (51,21 %).
6. Responden yang memiliki tingkat kecenderungan tangible assistance
rendah berjumlah 48 orang (39,02%), sedangkan responden yang memiliki
tingkat kecenderungan tangible assistance tinggi berjumlah 75 orang
(60,98%). Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa mayoritas penderita
kanker di C-Tech Labs Edwar Technology berada pada tingkat
kecenderungan tangible assistance yang tinggi dengan jumlah 75
penderita kanker (60,98%).
7. Responden yang memiliki tingkat kecenderungan informational support
rendah berjumlah 57 orang (46,34%), sedangkan responden yang memiliki
tingkat kecenderungan informational support tinggi berjumlah 66 orang
(53,66%). Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa mayoritas penderita
kanker di C-Tech Labs Edwar Technology berada pada tingkat
kecenderungan informational support yang tinggi dengan jumlah 66
penderita kanker (53,66%).
8. Responden yang memiliki tingkat kecenderungan emotional support
rendah berjumlah 48 orang (39,02%), sedangkan responden yang memiliki
96
tingkat kecenderungan emotional support tinggi berjumlah 75 orang
(60,97%). Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa mayoritas penderita
kanker di C-Tech Labs Edwar Technology berada pada tingkat
kecenderungan emotional support yang tinggi dengan jumlah 75 penderita
kanker (60,97%).
4.3. Pengujian Hipotesis
Langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis penelitian ini dengan teknik
multiple regression menggunakan software SPSS 20. Uji hipotesis ini dilakukan
untuk menjawab hipotesis mayor dan hipotesis minor dalam penelitian ini.
4.3.1. Uji hipotesis mayor
Uji hipotesis mayor digunakan untuk menjawab pertanyaan: apakah ada pengaruh
yang signifikan self-efficacy dengan dimensi mastery experience, vicarious
experience, social persuasion, dan enhance physical status, serta dukungan sosial
dengan dimensi tangible assistance, emotional support, dan informational
support, dan gender terhadap resiliensi pada penderita kanker. Hal tersebut dapat
dilihat pada nilai R square pada Tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8
Model Summary
Model Summary
Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,621a 0,386 0,343 7,00908 0,386 8,956 8 114 0
a. Predictors: (Constant), Gender, EMOTIONAL, MASTERY_EXPERIENCE, ENHANCE_PHYSIC, TANGIBLE_ASSISTANCE, SOSIAL_PERSUE, VICARIOUS_EXPERIENCE, EMOTIONAL_SUPPORT
97
Dengan menggunakan seluruh independent variable, diperoleh nilai R square (R2)
sebesar 0.386 yang berarti 38,9% dari resiliensi pada penderita kanker di C-Tech
Labs Edwar Technology ditentukan oleh bervariasinya kedua independent
variable dengan masing-masing dimensinya yaitu self-efficacy dengan dimensi
mastery experience, vicarious experience, social persuasion, dan enhance
physical status, serta dukungan sosial dengan dimensi tangible assistance,
emotional support, informational support, serta variabel gender. Sedangkan
61,1% sisa yang mempengaruhi resiliensi adalah variabel lain di luar penelitian
ini.
Selanjutnya untuk melakukan analisis dari keseluruhan independent
variable, peneliti melakukan Uji F yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.9
berikut ini:
Tabel 4.9
Tabel Anova
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean
Square F Sig.
1
Regression 3519,978 8 439,997 8,956 ,000b
Residual 5600,504 114 49,127
Total 9120,482 122
a. Dependent Variable: T_RESILIENSI
b. Predictors: (Constant), Gender, EMOTIONAL, MASTERY_EXPERIENCE, ENHANCE_PHYSIC, TANGIBLE_ASSISTANCE, SOSIAL_PERSUE, VICARIOUS_EXPERIENCE, EMOTIONAL_SUPPORT
Dari Tabel 4.9 diperoleh hasil bahwa nilai F adalah 8,956 dengan signifikansi (p)
sebesar 0.000. Karena syarat nilai p < 0.05 untuk menyatakan bahwa suatu
independent variable memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dependent
variable dalam penelitian, maka hipotesis mayor yang menyatakan bahwa
98
terdapat pengaruh yang signifikan self-efficacy dan dukungan sosial terhadap
resiliensi diterima. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa seluruh dimensi
dari self efficacy (mastery experience, vicarious experience, social persuasion,
dan enhance physical status), dukungan sosial (tangible assistance, emotional
support, informational support), dan gender memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap resiliensi pada penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology.
Selanjutnya, peneliti melihat koefisiensi regresi dari masing-masing
independent variable. Jika nilai koefisiensi regresi tersebut <0.05, maka
independent variable tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
resiliensi penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology. Koefisien regresi
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.10
Tabel Coefficienta
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta
1
(Constant) 17,138 6,434
2,663 0,009
MASTERY_EXPERIENCE 0,446 0,091 0,415 4,885 0
VICARIOUS_EXPERIENCE
0,146 0,115 0,134 1,274 0,205
SOSIAL_PERSUE 0,129 0,109 0,133 1,186 0,238
ENHANCE_PHYSIC 0,117 0,086 0,108 1,348 0,18
TANGIBLE_ASSISTANCE -0,199 0,099 -0,174 -2,016 0,046
INFORMATIONAL -0,033 0,094 -0,033 -0,355 0,723
EMOTIONAL_SUPPORT 0,049 0,113 0,047 0,432 0,667
Gender 2,234 2,511 0,068 0,889 0,376 a. Dependent Variable: T_RESILIENSI
99
Dari Tabel 4.10 dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:
Resiliensi = 17,138 + 446 mastery experience* + 146 vicarious experience + 129
social persuasion + 117 enhance physical status – 199 tangible assistance* – 33
informational support + 49 emotional support + 2,234 gender
Keterangan: Tanda (*) menunjukkan variabel signifikan
4.3.2. Uji hipotesis minor
Pada uji hipotesis ini digunakan untuk menjawab hipotesis minor, yaitu:
1. Pada Tabel 4.10 diketahui bahwa variabel mastery experience yang
merupakan dimensi dari self-efficacy memiliki nilai koefisien sebesar
0,415 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena P<0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa mastery experience memiliki pengaruh yang positif
secara signifikan terhadap resiliensi. Maka semakin tinggi tingkat mastery
experience, akan semakin tinggi pula tingkat resiliensi pada penderita
kanker di C-Tech Labs Edwar Technology.
2. Pada Tabel 4.10 diketahui bahwa variabel vicarious experience yang
merupakan dimensi dari self-efficacy memiliki nilai koefisien sebesar
0,134 dan nilai signifikansi sebesar 0.205. Karena P>0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa vicarious experience tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap resiliensi.
3. Pada Tabel 4.10 diketahui bahwa variabel social persuasion yang
merupakan dimensi dari self-efficacy memiliki nilai koefisien sebesar -
0,133 dan nilai signifikansi sebesar 0.238. Karena P>0.05 maka dapat
100
disimpulkan bahwa social persuasion tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap resiliensi.
4. Pada Tabel 4.10 diketahui bahwa variabel enhnce physical status yang
merupakan dimensi dari self-efficacy memiliki nilai koefisien sebesar -
0,108 dan nilai signifikansi sebesar 0.180. Karena P>0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa enhance physical status tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap resiliensi.
5. Pada Tabel 4.10 diketahui bahwa variabel tangible assistance yang
merupakan dimensi dari dukungan sosial memiliki nilai koefisien sebesar -
0,174 dan nilai signifikansi sebesar 0.046. Karena P<0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa tangible assistance memiliki pengaruh yang negatif
secara signifikan terhadap resiliensi. Maka semakin tinggi tingkat tangible
assistance, akan semakin rendah tingkat resiliensi pada penderita kanker di
C-Tech Labs Edwar Technology.
6. Pada Tabel 4.10 diketahui bahwa variabel informational support yang
merupakan dimensi dari dukungan sosial memiliki nilai koefisien sebesar -
0,033 dan nilai signifikansi sebesar 0.723. Karena P>0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa informational support tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap resiliensi.
7. Pada Tabel 4.10 diketahui bahwa variabel emotional support yang
merupakan dimensi dari dukungan sosial memiliki nilai koefisien sebesar
0,047 dan nilai signifikansi sebesar 0.667. Karena P>0.05 maka dapat
101
disimpulkan bahwa emotional support tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap resiliensi.
8. Pada Tabel 4.10 diketahui bahwa variabel gender memiliki nilai koefisien
sebesar 2,234 dan nilai signifikansi sebesar 0.376. Karena P>0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa gender tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap resiliensi.
Dari penjabaran Tabel 4.10 di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa dimensi
mastery experience dan tangible assistance merupakan variabel yang memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi. Sementara variabel yang menjadi
prediktor terbesar pada resiliensi penderita kanker di C-Tech Labs Edwar
Technology adalah mastery experience dengan nilai Beta sebesar 0,415.
4.4. Proporsi Varian
Untuk melihat proporsi varian dari resiliensi secara keseluruhan, dapat diterapkan
pada dimensi dari independent variable (mastery experience, vicarious
experience, social persuasion, enhance physical status, tangible assistance,
informational support, emotional support, dan gender). Dengan melakukan
analisis multiple regression menggunakan SPSS 20., diperoleh hasil berupa
dampak dari seluruh dimensi independent variable yaitu self-efficacy, dukungan
sosial, dan gender terhadap dependent variable yaitu resiliensi. Pada tabel berikut
ini, akan diperoleh nilai dari Uji F dan analisis proporsi varians untuk masing-
masing variabel. Analisis ini bertujuan untuk melihat signifikansi penambahan
(incremented) proporsi varians dari setiap independent variable. Nilai proporsi
102
varians dari masing-masing variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
4.11 berikut ini:
Tabel 4.11
Tabel Analisis Proporsi Varians
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,550a 0,302 0,296 7,25276 0,302 52,385 1 121 0
2 ,584b 0,341 0,598 7,07473 0,039 7,166 1 120 0,008
3 ,591c 0,349 0,606 7,0637 0,008 1,375 1 119 0,243
4 ,596d 0,355 0,612 7,05998 0,006 1,126 1 118 0,291
5 ,616e 0,38 0,637 6,95368 0,025 4,635 1 117 0,033
6 ,617f 0,38 0,638 6,97961 0,001 0,132 1 116 0,717
7 ,618g 0,382 0,639 7,00271 0,001 0,236 1 115 0,628
8 ,621h 0,386 0,643 7,00908 0,004 0,791 1 114 0,376
a. Predictors: (Constant), MASTERY_EXPERIENCE
b. Predictors: (Constant), MASTERY_EXPERIENCE, VICARIOUS_EXPERIENCE
c. Predictors: (Constant), MASTERY_EXPERIENCE, VICARIOUS_EXPERIENCE, SOSIAL_PERSUE
d. Predictors: (Constant), MASTERY_EXPERIENCE, VICARIOUS_EXPERIENCE, SOSIAL_PERSUE, ENHANCE_PHYSIC e. Predictors: (Constant), MASTERY_EXPERIENCE, VICARIOUS_EXPERIENCE, SOSIAL_PERSUE, ENHANCE_PHYSIC, TANGIBLE_ASSISTANCE f. Predictors: (Constant), MASTERY_EXPERIENCE, VICARIOUS_EXPERIENCE, SOSIAL_PERSUE, ENHANCE_PHYSIC, TANGIBLE_ASSISTANCE, EMOTIONAL g. Predictors: (Constant), MASTERY_EXPERIENCE, VICARIOUS_EXPERIENCE, SOSIAL_PERSUE, ENHANCE_PHYSIC, TANGIBLE_ASSISTANCE, EMOTIONAL, EMOTIONAL_SUPPORT h. Predictors: (Constant), MASTERY_EXPERIENCE, VICARIOUS_EXPERIENCE, SOSIAL_PERSUE, ENHANCE_PHYSIC, TANGIBLE_ASSISTANCE, EMOTIONAL, EMOTIONAL_SUPPORT, Gender
Dari Tabel 4.11 di atas diperoleh hasil berupa proporsi varians dari masing-
masing variabel dalam penelitian ini terhadap resiliensi, dan hasilnya adalah:
1. Variabel mastery experience memberikan sumbangan sebesar 30,2%
dalam varians resiliensi. Variabel ini dinyatakan signifikan karena
103
memiliki nilai Sig. F Change sebesar 0,000, dengan nilai F sebesar 52,385
serta nilai df1 sebesar 1 dan df2 sebesar 121.
2. Variabel vicarious experience memberikan sumbangan sebesar 3,9%
dalam varians resiliensi. Variabel ini dinyatakan signifikan karena
memiliki nilai Sig. F Change sebesar 0,008, dengan nilai F sebesar 7,166
serta nilai df1 sebesar 1 dan df2 sebesar 120.
3. Variabel social persuasion memberikan sumbangan sebesar 0,8% dalam
varians resiliensi. Variabel ini dinyatakan tidak signifikan karena memiliki
nilai Sig. F Change sebesar 0,243, dengan nilai F sebesar 1,375 serta nilai
df1 sebesar 1 dan df2 sebesar 119.
4. Variabel enhance physical status memberikan sumbangan sebesar 0,6%
dalam varians resiliensi. Variabel ini dinyatakan tidak signifikan karena
memiliki nilai Sig. F Change sebesar 0,291, dengan nilai F sebesar 1,126
serta nilai df1 sebesar 1 dan df2 sebesar 118.
5. Variabel tangible assistance memberikan sumbangan sebesar 2,5% dalam
varians resiliensi. Variabel ini dinyatakan signifikan karena memiliki nilai
Sig. F Change sebesar 0,033, dengan nilai F sebesar 1,912 serta nilai df1
sebesar 1 dan df2 sebesar 117.
6. Variabel informational support memberikan sumbangan sebesar 0,1%
dalam varians resiliensi. Variabel ini dinyatakan tidak signifikan karena
memiliki nilai Sig. F Change sebesar 0,717, dengan nilai F sebesar 0,132
serta nilai df1 sebesar 1 dan df2 sebesar 116.
104
7. Variabel emotional support memberikan sumbangan sebesar 0,1% dalam
varians resiliensi. Variabel ini dinyatakan tidak signifikan karena memiliki
nilai Sig. F Change sebesar 0,628, dengan nilai F sebesar 0,236 serta nilai
df1 sebesar 1 dan df2 sebesar 115.
8. Variabel gender memberikan sumbangan sebesar 0,04% dalam varians
resiliensi. Variabel ini dinyatakan tidak signifikan karena memiliki nilai
Sig. F Change sebesar 0,376, dengan nilai F sebesar 0,791 serta nilai df1
sebesar 1 dan df2 sebesar 114.
105
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian
yang telah dilakukan, serta akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kesimpulan,
diskusi, dan saran.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat
diperoleh dari hasil penelitian ini adalah ditemukan adanya pengaruh yang
signifikan dari dimensi variabel self-efficacy yaitu mastery experience, vicarious
experience, social persuasion, dan enhance physical status, dimensi variabel
dukungan sosial tangible assistance, informational support, dan emotional
support, serta gender terhadap resiliensi penderita kanker di C-Tech Labs Edwar
Technology dengan sumbangan yang signifikan sebesar 38,6%. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa hipotesis mayor yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan self-efficacy dan dukungan sosial terhadap resiliensi penderita
kanker C-Tech Labs Edwar Technology diterima.
Setelah hipotesis mayor dalam penelitian ini diterima, maka peneliti
melakukan uji hipotesis minor untuk mengetahui signifikansi dari masing-masing
independent variable terhadap dependent variable. Dari nilai koefisien masing-
masing independent variable diperoleh hasil bahwa, independent variable yang
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap resiliensi penderita kanker di C-
Tech Labs Edwar Technology adalah dimensi dari self-efficacy, yaitu mastery
106
experience dan dimensi dari dukungan sosial, yaitu tangible assistance.
Sementara independent variable lain seperti vicarious experience, social
persuasion, enhance physical status, informational support, emotional support,
dan gender tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap resiliensi.
Sementara prediktor yang paling dominan dalam mempengaruhi resiliensi pada
penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology adalah mastery experience.
5.2. Diskusi
Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa secara umum, jumlah perempuan
yang menjalani pengobatan kanker di C-Tech Labs Edwar Technology lebih
banyak dibandingkan dengan laki-laki, dengan jumlah sebesar 114 orang
perempuan dan 9 orang laki-laki. Data ini sesuai dengan hasil survei Riset
Kesehatan Dasar (2013) yang menyatakan bahwa dari hasil wawancara dengan
semua umur menurut diagnosis dokter, diperoleh deskripsi penderita kanker
dengan jenis kelamin perempuan (2,2‰) lebih banyak dibandingkan dengan laki-
laki (0,6‰) .
Selain itu, pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa kelompok usia
mayoritas yang menderita kanker adalah pada tahap perkembangan dewasa
dengan rentang usia 36 – 55 tahun (63,41%). Sementara data Riskesdas (2013)
menyebutkan bahwa kelompok mayoritas yang menderita kanker berada pada
rentang usia ≥75 tahun (5,0‰), disusul dengan rentang usia 65 – 74 tahun (3,9‰),
dan rentang usia 55 – 74 tahun (3,2‰), yang merupakan tahap perkembangan
dewasa akhir. Selain itu deskriptif umum pada sampel penelitian ini bahwa kanker
payudara menempati peringkat teratas dengan persentase sebesar 65.04%.
107
Hasil dari koefisien regresi pada penelitian ini menyatakan bahwa mastery
experience secara positif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
resiliensi pada penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology. Hal ini
berarti, semakin tinggi mastery experience yang dimiliki oleh penderita kanker,
maka akan semakin tinggi pula tingkat resiliensi yang dimilikinya. Rovniak
(2003) dalam eksperimennya mengenai mastery experience mengungkapkan
bahwa kelompok yang memiliki mastery experience mempunyai perbedaan yang
signifikan dibandingkan kelompok yang tidak mempunyai mastery experience
untuk meningkatkan kemampuan demi pencapaian goal setting yang
dirancangnya. Tingginya mastery experience pada penderita kanker akaan
membuatnya memiliki kemampuan untuk mengumpulkan pengalaman di masa
lalu untuk menghadapi situasi sulitnya saat ini meningkat. Masalah demi masalah
yang telah berhasil dilaluinya selama rentang kehidupannya pada akhirnya akan
melatihnya untuk memiliki resiliensi yang tinggi. Karena tingginya tingkat
resiliensi yang dimiliki oleh seseorang juga dipengaruhi oleh keberhasilan orang
tersebut dalam menyelasaikan tugas demi tugas yang sulit dalam kehidupannya.
Praktik mastery experience pada penderita kanker di C-Tech Labs Edwar
Technology ini tercermin dari hasil support group yang dilakukan oleh penelitian
lain dalam bidang psikologi di institusi tersebut. Penderita kanker diminta untuk
menyadari keadaannya terkait dengan penyakit kankernya dan menemukan aspek
yang perlu ditingkatkan dalam dirinya untuk mempercepat hasil pengobatan di
Klinik Edwar. Aspek-aspek tersebut seperti kesadaran pada makanan yang
penderita konsumsi. Setelah penderita kanker menyadari mengenai perilakunya
108
dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari, penderita diarahkan untuk dapat
berperilaku yang lebih menyehatkan pencernaannya serta menjadikan makanan
yang dikonsumsinya terasa lebih nikmat. Follow up dari penelitian yang
dilakukan selama tiga sesi selama tiga minggu ini melaporkan bahwa terjadi
kenyamanan yang lebih pada tubuh penderita kanker maupun saat penderita
kanker menyantap makanannya. Hasil rekam medis di Klinik Edwar juga
menyatakan bahwa terdapat perkembangan yang baik pada kondisi fisik penderita
kanker yang telah menjadi responden support group tersebut (Ambarwulan, Nisa,
Anisahwati, dan Shofiah, 2014).
Selain dari mastery experience, dimensi dari dukungan sosial yaitu
tangible assistance juga merupakan variabel yang mempunyai pengaruh
signifikan secara negatif terhadap tingkat resiliensi pada penderita kanker. Meski
Jang (2012) menyatakan bahwa tangible assistance tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap resiliensi, namun penelitian ini menunjukan hasil yang
berbeda. Meskipun dalam penelitian ini tangible assistance dinyatakan memiliki
pengaruh yang negatif terhadap resiliensi, namun praktik dari tangible assistance
di C-Tech Labs Edwar Technology ini banyak tercermin dari bantuan yang
diberikan oleh keluarga maupun teman penderita kanker yang mengantarnya
untuk berobat. Staf yang bertugas di Klinik Edwar seperti fisika medis juga kerap
membantu penderita yang memiliki luka untuk membersihkannya jika luka itu
berdarah atau bernanah saat sedang kontrol ke Klinik Edwar. Beberapa wali dari
penderita kanker yang tidak mampu datang langsung ke Klinik Edwar
menyatakan bahwa mereka juga membantu penderita yang mengalami kesulitan
109
untuk menelan makanannya dengan cara menyediakan makanan halus yang
diperlukan oleh penderita. Begitu juga untuk membersihkan sisa pembuangan dari
penderita kanker tersebut.
Variabel lain seperti vicarious experience, social persuasion, enhance
physical status, informational support, emotional support, dan gender, secara
statistik dinyatakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
resiliensi pada penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology.
Bandura dalam Harrison (2004) memaparkan bahwa vicarious experience
memiliki banyak variasi pada praktiknya dan tidak terpaku hanya pada satu
model. Variasi ini dapat dimodifikasi berdasarkan kompetensi dari individu yang
melakukan observasi fenomena di suatu komunitas. Seseorang dikatakan memiliki
vicarious experience dalam dirinya jika ia merasa mampu menghadapi suatu
keadaan yang sedang dialaminya dengan melihat perjuangan orang lain di
sekitarnya untuk menghadapi keadaan yang sama, dan orang itu berhasil
melampaui keadaan yang menimpanya tersebut. Dalam penelitian ini, penderita
kanker dinyatakan memiliki vicarious experience jika ia merasa yakin bahwa ia
memiliki kemampuan untuk menghadapi penyakit kanker yang dideritanya
dengan melihat kesuksesan penderita kanker lain yang telah berjuang untuk dapat
sembuh, atau paling tidak mengalami kemajuan dari penyakitnya tersebut.
Meski variabel vicarious experience tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap resiliensi, namun praktik dari variabel ini cukup menonjol
untuk diperhatikan di C-Tech Labs Edwar Technology. Hal ini tercermin dari
hasil observasi dan wawancara kepada penderita kanker dan fisika medis yang
110
bertugas di C-Tech Labs Edwar Technology selama peneliti berada di institusi
tersebut, bahwa terdapat dua orang alumni penderita kanker yang pernah memakai
alat ECCT, dan bertugas memberikan semangat kepada penderita kanker lainnya
di C-Tech Labs Edwar Technology. Para alumni ini disebut sebagai Duta Edwar.
Semangat yang diberikan oleh para Duta Edwar ini dengan cara sekedar
menghampiri penderita kanker yang sedang menunggu giliran kontrol di Edwar,
atau dengan menghubungi penderita kanker melalui pesan singkat untuk
menanyakan kabar. Duta Edwar ini disamping mendengarkan curahan hati
penderita kanker lainnya, juga berbagi kisah mereka dalam menghadapi kanker
yang telah menyerang mereka sebelumnya, serta memotivasi penderita kanker lain
untuk tetap semangat menjalani pengobatannya. Selain Duta Edwar, penderita
kanker juga sering bertukar cerita satu sama lain saat menunggu giliran mereka
untuk kontrol mengenai keadaan mereka dan pengobatan yang sedang dijalani. Di
Edwar sendiri, setiap bulannya mengadakan C-Care Corner dengan mendatangkan
pembicara untuk dapat memotivasi penderita kanker yang sedang melakukan
kontrol pada hari itu. Mayoritas pembicara dalam C-Care Corner ini adalah salah
satu pasien di Edwar yang telah mengalami remisi dari penyakitnya.
Dalam penelitiannya, Banks (2012) menyatakan bahwa persepsi individu
mengenai kapasitasnya untuk menguasai sesuatu dipengaruhi oleh pernyataan dari
orang lain. Social persuasion yang sukses diukur melalui perbaikan diri dari
individu oleh pengaruh verbal yang diberikan oleh lingkungannya. Sementara
hipotesis minor dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa social persuasion
mempunyai pengaruh signifikan terhadap resiliensi ditolak. Sebab, hasil yang
111
diperoleh dalam penelitian ini menyatakan tidak adanya pengaruh yang signifikan
social persuasion terhadap resiliensi pada penderita kanker di C-Tech Labs Edwar
Technology. Sehingga kesimpulan yang dapat diperoleh adalah pengaruh verbal
yang diberikan lingkungan kepada individu untuk mengubah persepsinya dan
memperbaiki dirinya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap daya tahan
yang dimilikinya untuk menghadapi penyakit kankernya.
Meskipun dalam penelitian ini menyatakan bahwa enhance physical status
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi. Namun dalam
penelitiannya, Nonoyama (2010) menyatakan bahwa training yang tepat pada
suatu kelompok pasien dengan penyakit tertentu, dapat membuat kelompok
tersebut berada pada kondisi tubuhnya yang paling prima dari penyakitnya, dan
membantu pasien untuk mempunyai kondisi tubuh yang lebih stabil atas
penyakitnya. Sehingga walaupun enhance physical status tidak mempunyai
signifikansi terhadap resiliensi, seorang penderita kanker yang memiliki tingkat
enhance physical status dengan tingkat yang tinggi dapat menguntungkan kondisi
kesehatannya sendiri. Dengan tetap menjaga tubuh pada keadaan terbaiknya,
penderita kanker dapat terus melanjutkan pengobatannya.
Jang (2012) dalam penelitiannya untuk menguji pengaruh tipe dari
dukungan sosial, termasuk di dalamnya tangible assistance, informational
support, dan emotional support terhadap resiliensi menemukan bahwa terdapat
pengaruh tipe-tipe dari dukungan sosial tersebut terhadap resiliensi. Namun,
hanya emotional support dan informational support yang memiliki pengaruh yang
secara signifikan. Aberle (2001) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat
112
korelasi positif antara emotional support dengan resiliensi. Bahwa ketika seorang
anak ditanamkan emotional support sejak kecil oleh orang tuanya dan orang-
orang dewasa di sekitarnya, hal ini akan membentuk resiliensi anak tersebut
ketika ia mencapai usia dewasa. Hal yang berbeda ditemukan dari hasil penelitan
ini, bahwa dari hasil koefisien regresi, dapat dinyatakan bahwa emotional support
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi.
Hal ini dapat terjadi karena berdasarkan hasil observasi selama peneliti
berada di C-Tech Labs Edwar Technology, kecenderungan dari karakteristik yang
ada pada penderita kanker adalah menutup diri dan memendam permasalahannya.
Dari hasil support group yang pernah dilakukan di Edwar, penderita kanker
mengakui bahwa ketika mereka merasakan emosi negatif seperti marah atau sedih,
mereka akan menyimpannya saja dalam hati mereka dan tidak berupaya bersikap
asertif kepada orang lain di sekitar mereka. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara saat mengumpulkan data, tak jarang penderita kanker melakukan
denial dan menyatakan secara lisan bahwa mereka tidak sedang mengalami stres
atau tertekan. Sementara data dari fisika medis mengatakan bahwa salah satu
hambatan dalam percepatan proses pengobatan adalah karena tingginya hormon
dalam dirinya yang disebabkan oleh kondisi stres yang dialami oleh penderita
kanker.
Cutrona and Russell dalam Jang (2012) mengatakan bahwa informational
support pada kenyataannya merujuk pada komunikasi yang dilakukan lingkungan
kepada individu yang menerima dukungan dengan memberikan nasihat,
informasi, dan melatih individu yang menerima dukungan itu untuk memecahkan
113
masalahnya, sementara masalah dari penderita kanker adalah kesembuhannya
yang memerlukan lebih dari nasihat dan informasi dalam penyelesaiannya namun
juga intervensi medis maupun alternatif.
Selain itu, dalam Taylor (2007) dijelaskan bahwa dukungan sosial tidak
akan mencapai hasil yang optimal ketika individu yang menerima dukungan
tersebut tidak merasa memerlukan dukungan itu. Dengan menerima dukungan
sosial dari orang lain, individu akan merasa bersalah karena bergantung kepada
orang lain tersebut dan memonopoli waktu maupun perhatian yang dimiliki orang
lain untuk membantunya. Dalam kasus ini, hasil yang optimal mungkin saja dapat
diraih ketika dukungan tersebut diberikan dalam bentuk invisible support, yaitu
suatu jenis dukungan yang diterima oleh individu tanpa menyadari hadirnya
bantuan tersebut dari orang lain.
Jang (2012) juga menyebutkan dalam penelitiannya bahwa gender tidak
memberikan hubungan langsung terhadap resiliensi, namun sebagai moderator
antara dimensi dari dukungan sosial dan resiliensi. Hasil yang serupa tampak pada
penelitian ini yang menyatakan bahwa tidak ditemukan adanya pengaruh yang
signifikan gender terhadap resiliensi. Terdapat persamaan penyebaran sampel
pada kedua penelitian ini, yaitu jumlah yang tidak merata antara jenis kelamin
laki-laki dan perempuan. Dari 310 orang sampel yang mengikuti penelitian Jang,
terdapat 238 orang perempuan dan 72 orang laki-laki. Sementara dari 123 orang
sampel yang mengikuti penelitian ini, hanya terdapat 9 orang sampel laki-laki
sementara terdapat 114 orang perempuan.
114
Dari hasil penelitian ini juga diperoleh hasil deskripsif umum penderita
kanker di C-Tech Labs Edwar Technology berdasarkan variabel yang digunakan,
yaitu bahwa penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology cenderung
memiliki tingkat resiliensi yang tinggi dengan persentase sebesar 56,92%. Hal ini
berarti, sebesar 56,92% persen dari penderita kanker di C-Tech Labs Edwar
Technology memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengontrol emosi, atensi,
dan mengontrol perilakunya terkait penyakit kanker yang dideritanya. Penderita
kanker ini juga memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengontrol persepsi dan
pola pikir, menentukan akar masalah yang dihadapi, dan membaca emosi melalui
body language orang lain. Mereka memiliki keyakinan yang tinggi bahwa kondisi
mereka dapat menjadi lebih baik lagi di masa depan, memiliki kemampuan yang
tinggi untuk menghadapi penyakitnya, serta menentukan arti hidupnya melalui
penyakit kanker yang mereka hadapi.
Hasil berikutnya yang ditemukan juga menyatakan bahwa penderita
kanker di C-Tech Labs Edwar Technology cenderung memiliki tingkat mastery
experience yang tinggi dengan persentase sebesar 53,66%. Hal ini berarti, sebesar
53,66% penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology cenderung
menggunakan pikirannya untuk menghadapi penyakitnya dalam tingkat yang
tinggi, cenderung menggunakan pengalaman di masa lalu untuk menghadapi
situasi sulitnya saat ini, dan dapat menentukan langkah apa yang akan diambil
untuk menghadapi situasi sulit yang sedang dihadapinya.
Penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology memiliki vicarious
experience yang tinggi dengan persentase sebesar 55,29%. Hal ini berarti, sebesar
115
55,29% penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology memiliki
kemampuan yang tinggi untuk mencontoh kesuksesan orang lain yang memiliki
penyakit yang sama, dan terdorong oleh kesuksesan penderita kanker lain yang
memiliki penyakit yang sama.
Selanjutnya, penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology
cenderung memiliki tingkat social persuasion yang tinggi dengan persentase
sebesar 52,04%. Hal ini berarti, sebesar 52,04% penderita kanker di C-Tech Labs
Edwar Technology memiliki keyakinan yang tinggi untuk dapat melalui
penyakitnya dengan dukungan verbal dan lisan yang diberikan oleh
lingkungannya. Penderita juga memiliki keyakinan yang tinggi untuk
menyembuhkan penyakitnya karena dikuatkan oleh lingkungannya secara verbal.
Penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology cenderung memiliki
tingkat enhance physical status yang rendah dengan persentase sebesar 51,21%.
Hal ini mempunyai arti bahwa, sebesar 51,21% penderita kanker di C-Tech Labs
Edwar Technology memiliki kemampuan yang cenderung rendah untuk
memelihara kondisinya pada level terbaik dari penyakitnya dan mempertahankan
faktor yang membuat kondisi tubuhnya lebih sehat. Penderita juga memiliki
kemampuan yang cenderung rendah untuk menjaga kesehatan tubuhnya di tengah
penyakitnya.
Hasil berikutnya yang diperoleh dari penelitian ini adalah tingkat tangible
assistance pada penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology yang
cenderung tinggi dengan persentase sebesar 60,98%. Hal ini berarti, sebesar
60,98% penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology memiliki
116
kecenderungan yang tinggi untuk dapat menerima bantuan berupa layanan,
barang, dan finansial dari orang lain di sekitarnya.
Hasil selanjutnya yang diperoleh dari penelitian ini menyebutkan bahwa
tingkat informational support pada penderita kanker di C-Tech Labs Edwar
Technology cenderung tinggi dengan persentase sebesar 53,66%. Hal ini
mempunyai arti bahwa, sebesar 53,66% penderita kanker di C-Tech Labs Edwar
Technology memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menerima informasi dari
orang lain mengenai penyakit yang tengah dideritanya, pengobatan yang
diperlukan, saran untuk menghadapi situasi sulit yang tengah dihadapinya, serta
informasi lain yang terkait dengan penyakitnya dari orang lain di sekitarnya.
Hasil terakhir yang diperoleh menyatakan bahwa tingkat emotional
support pada penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology cenderung
tinggi dengan persentase sebesar 60,97%. Hal ini berarti, sebesar 60,97 %
penderita kanker di C-Tech Labs Edwar Technology memiliki kecenderungan
yang tinggi untuk menerima dukungan emosional yang menguatkan dan
menenangkan dari orang lain di sekitarnya untuk menghadapi penyakitnya.
5.3. Saran
Peneliti menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian yang telah
dilakukan ini, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi
kekurangan dan keterbatasan penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dijabarkan sebelumnya, peneliti membagi saran dalam penelitian ini menjadi
dua, yaitu saran teoritis dan saran praktis. Saran ini diharapkan dapat menjadi
pertimbangan bagi peneliti lain yang akan meneliti dependent variable yang sama.
117
5.3.1. Saran teoritis
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran teoritis yang peneliti
ajukan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian yang sama. Saran tersebut adalah:
1. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari keseluruhan independent variable self-
efficacy, yaitu mastery experience, vicarious experience, social
persuasion, dan enhance physical status, dukungan sosial, yaitu tangible
assistance, informational support, dan emotional support, serta gender
dengan sumbangan sebesar 19,2% terhadap resiliensi. Oleh karena itu,
disarankan kepada peneliti lain yang ingin meneliti resiliensi pada
penderita kanker lebih lanjut sebagai dependent variable untuk
menggunakan independent variable lain yang mungkin saja termasuk ke
dalam 80,8% variabel lain yang mempengaruhi resiliensi di luar penelitian
ini. Independent variable yang sangat disarankan untuk diteliti lebih lanjut
pengaruhnya pada resiliensi berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan
hasil elisitasi di C-Tech Labs Edwar Technology adalah religiusitas, tipe
kepribadian, coping strategies, pain management, persepsi, positive
cognitive triad, serta practice and learning.
2. Peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut terhadap resiliensi
pada penderita kanker disarankan untuk mengambil sampel dengan jumlah
118
yang lebih banyak serta jumlah sampel laki-laki dan perempuan yang lebih
merata untuk melihat perbandingan gender yang lebih umum. Selain itu,
penelitian lebih lanjut disarankan untuk melihat pengaruh demografi yaitu
tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan tempat tinggal. Karena
berdasarkan data hasil Riskesdas (2013), terdapat perbedaan jumlah
penderita kanker pada masing-masing variabel demografi tersebut, yaitu
penderita kanker ditemukan paling banyak pada kelompok tingkat
pendidikan Tamat D1-D3/Perguruan Tinggi, status pekerjaan tidak
bekerja, dan bertempat tinggal di perkotaan. Penelitian selanjutnya
disarankan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat resiliensi dari
masing-masing kelompok tersebut.
3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti variabel psikologi lain yang
masih banyak terdapat di C-Tech Labs Edwar Technology berdasarkan
hasil elisitasi, Focus Group Discussion, observasi, dan wawancara seperti
religitusitas dan tipe kepribadian.
4. Penelitian selanjutnya juga disarankan untuk menggunakan landasan teori
serta mengembangkan alat ukur dari health self-efficacy pada penelitian
yang berkaitan dengan kesehatan karena teori ini lebih spesifik membahas
tentang bagaimana individu dapat mengatur perilakunya untuk mencapai
tujuan-tujuan yang berkaitan dengan kesehatannya.
5.3.2. Saran praktis
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini bahwa vicarious experience
merupakan satu-satunya variabel yang berpengaruh secara signifikan, sekaligus
119
prediktor yang paling dominan terhadap resiliensi pada penderita kanker di C-
Tech Labs Edwar Technology. Maka, penemuan tersebut dapat digunakan oleh
penderita kanker sekaligus fisika medis di Edwar untuk lebih memperhatikan
beberapa hal berikut ini untuk membantu penderita kanker survive pada
penyakitnya:
1. Penderita kanker dapat memanfaatkan kesempatan yang dimilikinya untuk
bertukar cerita mengenai keadaannya saat ini dengan sesama penderita saat
sedang berada di Edwar.
2. Fisika medis sebagai pihak yang paling sering berinteraksi secara
mendalam dengan penderita kanker terutama, dengan berkoordinasi
bersama divisi Edwar Health Care mempunyai kesempatan yang lebih
besar untuk menyediakan media bantuan kepada penderita kanker, dengan
mengembangkan program C-Care Corner yang menghadirkan pembicara
terkait tema yang sedang diangkat atau penderita kanker yang sudah
mengalami kemajuan sejak pertama kali berobat di Edwar.
3. Mengembangkan agen Duta Edwar untuk melayani penderita kanker yang
sedang berobat dengan membekali mereka kemampuan tambahan yang
dapat membantu menghadapi penderita kanker seperti relaksasi yang
sering kali dibutuhkan oleh penderita kanker. Duta Edwar juga sebaiknya
diberi kemampuan untuk dapat mem-block emosi dari penderita kanker
agar tidak masuk ke dalam dirinya sehingga membuatnya tidak dapat
mengendalikan emosinya dengan baik dan membuat keadaannya menjadi
menurun kembali.
120
4. Baik C-Tech Labs Edwar Technology maupun Edwar Health Care, dapat
bekerja sama untuk mengembangkan intervensi psikologi yang pernah
dilakukan berupa support group dengan beberapa tema permasalahan,
sehingga penderita kanker mempunyai kesempatan untuk mengetahui dan
belajar dari pengalaman orang lain, dan belajar bagaimana menghadapi
suatu kondisi dengan jalan yang lebih baik agar kondisi tubuhnya pun
mengalami kemajuan.
121
DAFTAR PUSTAKA
Aberle, C. (2001). Revictimization and resilience: The relationship with childhood
emotional support and traumatic sexualization. Texas: Thesis. University
College and Sciences.
Alex, L., Lundman, B. (2011). Lack of resilience among very old men and
women: A qualitative gender analysis. Research and Theory for Nursing
Practice. 25(4), DOI:10.1891/1541-6577.25.4.302.
Ambarwulan, H. S., Nisa, K., Anisahwati, P., Shofiah. (2014). Laporan kuliah
kerja lapangan (KKL) Klinik Riset Kanker C-Care Alam Sutera. Jakarta:
Laporan KKL. Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Anderson, E. S. (2006). Social cognitive determinant of physical activity: The
influence of social support, self-efficacy, outcome expectations, and self-
regulation among participants in a church-based health promotion study.
Health Psychology. 25(4), 510-520.
Bandura, A. (1995). Self-efficacy in changing societies. United Kingdom. USA:
Cambridge University Press.
Banks, B. (2012). An examination of social persuasion’s influence on generalized
leader efficacy. New York: Thesis. Columbia University.
Belcher, A. J. (2011). Daily support in couples coping with early stage breast
cancer: Maintaning intimacy during adversity. Health Psychology. 30(6),
665-673.
Brenner, G. H., Bush, D. H., Moses, J. (2010). Creating spiritual and
psychological resilience: Integrating care in disaster relief work. New
York: Taylor and Francis Group.
Cohen, S., Underwood, L. G., Gottlieb, B. H. (2000). Social support measurement
and intervention: A guide for health and social science. New York.
Oxford: Oxford University Press.
Costanzo, E.S., Ryff, C. D., Singer B. H. (2009). Psychological adjusment among
cancer survivors: Finding from a national survey of health and well-being.
Health Psychology. 28(2), 147-156.
Depkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar: Laporan nasional 2013. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI.
Glanz, K., Rimer, B.K., Viswanath, K. (2008). Health behavior and health
education: Theory, research, and practice. San Francisco. United Stated
of America: Jossey-Bass.
122
Goldstein, S., Brooks, R. B. (2005). Handbook of resilience in children. New
York. USA: Springer Science
Harel, Y., Shechtman, Z., Cutrona, C. (2011). Individual and group process
variables that affect social support in counseling groups. Group Dynamics:
Theory, Research, and Practice. 15(4), 297-310.
Harrison, M. (2004). An investigation of the influence of vicarious experience on
perceived self-efficacy. South Carolina: Thesis. Clemson University.
Hou, W. K., Yin, J., Law, C. C., Fu, Y. T. (2010). Resource loss, resource gain,
and psychological resilience and dysfunction following cancer diagnosis:
A growth mixture modeling approach. Health Psychology. 29(5), 484-495.
Hoyle, R, H. (2010). Handbook of personality and self-regulation. West Sussex.
United Kingdom: Blackwell Publishing.
Jang, J. (2012). The effect of social support type on resilience. Alabama: Thesis.
University of Alabama.
Khan, C. M. et al. (2009). Spousal support following knee surgery: Roles of self-
efficacy and perceived emotional responsiveness. Rehabilitation
Psychology. 54(1), 28-32.
Lee, S. Y., Hwang, H., Hawkins, R., Pingree, S. (2008). Interplay of negative
emotion ad health self-efficacy on the use of health information and its
outcomes. Communication Research. 35(358), Doi:
10.1177/0093650208315962.
Loprinzi, C. E., Prasad, K., Schroeder, D. R., Sood, A. (2011). Stress management
and resilience training (SMART) program to decrease stress and enhance
resilience among breast cancer survivor: A pilot randomized clinical trial.
Clinical Breast Cancer. 11(6), 364-8.
Merluzzi, T. V., Sanchez, M. A. M. (1997). Assessment of self-efficacy and
coping with cancer: Development and validation of the cancer behavior
inventory. Health Psychology. 16(2), 163-170.
Messina, C. R. Lane, D. S., West, D. S., Frishman, W., Glanz, K., Taylor, V.,
Powell. (2004). Relationship of social support and social burden to
repeated breast cancer screening in the women’s health initiative. Health
Psychology. 23(6), 582-594.
Misra, R., Crist, M., Burant, C. J. (2003). Relationships among life stress, social
support, academic stressors, and reactions to stressors of international
students in the united states. International Journal of Stress Management.
10(2), 137-157.
123
Mumford, K. T. (2001). Psychosocial resilience in rural adolescents: Optimism,
perceived social support, and gender differences. Amerika Serikat: Thesis.
University of Pittsburgh.
Neufeld, A., Harrison, M. (2010). Nursing and family caregiving: Social support
and nonsupport. United State of America. New York: Springer Publishing
Company.
Nonoyama, M. et al. (2010). Exercise program to enhance physical performance
and quality of life of older hemodialysis patients: A feasibility study. Int
Urol Nephrol, 42, 1125–1130.doi:10.1007/s11255-010-9718-7.
Ozbay, F., Johnson, D. C., Dimoulas, E., Morgan, C. A., Charney, D., Southwick,
S. (2007). Social support and resilience to stress: from neurobiology to
clinical practice. Psychiatry.
Reivich, K., Shatte, A. (2002). The resilience factor: Seven essential skills for
overcoming life’s inevitable obstacles. New York; United State of
America: Random House.
Rovniak, L. (2003). Operationalizing mastery experience in e-mail-based fitness
walking programs. Virginia: Thesis. Faculty of the Virginia Polytechnic
Institute and State University.
Sagone, E., Caroli, M. E. D. (2013). Relationship between resilience, self-
efficacy, and thinking styles in italian middle adolescents. Social and
Behavioral Sciences. 92, 838-845.
Sarafino, E., Smith, T. W. (2011). Health psychology: Biopsychosocial
interaction. 7th Edition. United State. USA: John Willey & Son, Inc.
Scali, J. Gandubert, C., Ritchie, K., Soulier, M., Ancelin, M., Chaudieu, I. (2012).
Measuring resilience in adult women using the 10-items connor-davidson
resilience scale (CD-RISC): Role of trauma exposure and anxiety
disorders. PloS ONE. 7(6), doi:10.1371/journal.pone.0039879
Schwarzer, R., Warner, L. S. (2013). Chapter ten: Perceived self-efficacy and its
relationship to resilience. Dalam Donald H. Saklofske dan Sandra Prince-
Embury (ed). Resilience in children, adolescents, and adults (139-147).
New York: Business Media.
Siebert, A. (2005). The resiliency advantage: Master change, thrive under
pressure, and bounce back from setbacks. San Fransisco. United State of
America: Berret-Koehler Publishers.
Silver, E. J. et al. (1995). Relationship of self-esteem and efficacy to
psychological distress in mothers of children with chronic physical illness.
Health Psychology. 14(4), 333-340.
124
Straker, N. (1998). Psychodynamic psychotherapy for cancer patients. Special
Articles.
Strauss, B. et. al. (2007). The influence of resilience on fatigue in cancer patients
undergoing radiation theraphy (RT). J Cancer Res Clin Oncol. 133,511-
518. Doi. 10.1007/s00432-007-0195-z.
Taylor, S. (2009). Health psychology 7th edition. Los Angeles: The McGraw Hill
Companies.
Thompson, B. (2004). Exploratory and confirmatory factor analysis. USA:
American Psychological Association.
Waldrop, D. Lightsey, O. R., Ethington, C. A., Woemmel, C. A., & Coke, A. L.
(2001). Self-efficacy, optimism, health competence, and recovery from
orthopedic surgery. Journal of Counseling Psychology. 48(2), 233-238.
Waugh, C. E., Thompson, R. J., Gotlib, I. H. (2011). Flexible emotional
responsiveness in trait resilience. Emotion. 11(5), 1059-1067.
Woloshin, S. et al. (1997). Perceived adequacy of tangible social support and
health outcomes in patients with coronary artery disease. J Gen Intern
Med; 12, 613-618.
Wasonga, T. (2002). Gender effects on perceptions of external assets,
development of resilience and academic achievement: Perpetuatuion
Theory Approach.
Wilks, S. E., Croom, B. (2007). Perceived stress and resilience in Alzheimer’s
disease caregivers: Testing moderation and mediation models of social
support. Aging & Mental Health. 12(3), 357-365.
LAMPIRAN
Nama/Inisial :
Jenis Kanker :
Lama Pengobatan :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana riwayat penyakit yang Anda
derita saat ini?
2. Apa yang Anda pikirkan saat pertama kali
mendapat diagnosis tersebut?
3. Bagaimana reaksi orang terdekat Anda saat
pertama kali mengetahui diagnosis tersebut?
4. Apa yang menjadi harapan Anda berkaitan
dengan penyakit yang Anda derita sejauh
ini?
5. Bagaimana langkah-langkah yang Anda
tempuh untuk menghadapi penyakit tersebut
sejak pertama kali?
6. Bagaimana peran orang-orang terdekat
Anda dalam proses yang Anda tempuh demi
kesembuhan itu?
7. Bagaimana perasaan Anda selama
menjalani proses pengobatan?
8. Bagaimana pandangan Anda terkait dengan
riwayat penyakit dan pengobatannya sejauh
ini?
9. Apakah menurut Anda, pikiran Anda
mempengaruhi kondisi tubuh Anda?
Bagaimana?
10. Bagaimana cara Anda mengelola pikiran
negatif agar tidak mempengaruhi kesehatan
Anda?
No. Pertanyaan Jawaban
1. Darimana Anda mengetahui tentang
EdWar?
2. Apa yang membuat Anda tertarik mencoba
alat pengobatan di EdWar?
3. Bagaimana keyakinan Anda terhadap
metode pengobatan di EdWar?
4. Bagaimana perkembangan kesehatan Anda
sejak mengunakan alat dari EdWar?
5. Apa harapan Anda dengan menggunakan
alat dari EdWar?
6. Selain di EdWar, pengobatan apalagi yang
Anda jalani secara bersamaan?
7. Bagaimana keyakinan Anda dengan metode
lain yang digabungkan dengan metode
EdWar?
Bapak/Ibu yang terhormat,
Pada kesempatan ini Kami memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuisioner
tentang resiliensi pada pasien kanker. Resiliensi adalah daya tahan yang dimiliki seseorang,
dalam kasus ini adalah penderita kanker, untuk dapat bangkit kembali setelah mengalami
kejadian sulit dalam hidupnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
tingkat resiliensi pada pasien kanker.
Bacalah petunjuk pengisian kuisioner dengan teliti sebelum Bapak/Ibu menjawab
pernyataan yang tertera. Jawablah pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu yang
sesungguhnya. Semua jawaban yang Bapak/Ibu berikan sangat penting bagi Kami untuk dapat
mengetahui tingkat resiliensi pada penderita kanker yang sebenarnya. Oleh karena itu, Kami
mohon agar semua pernyataan diisi tanpa ada nomor yang terlewati.
Terima kasih atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu mengisi kuisioner ini.
Layanan Psikologi
Klinik Riset Kanker C-Care
IDENTITAS
Nama :...............................................................................
Usia : ...............................................................................
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Jenis Kanker : ..............................................................................
Diagnosa Awal : Bulan.................................Tahun.......................
PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER
Di bawah ini terdapat 42 pernyataan yang berhubungan dengan bagaimana daya tahan Anda
untuk bangkit kembali setelah mengalami kejadian sulit dalam hidup Anda yaitu sakit kanker
yang Anda derita. Silahkan Anda pikirkan kembali bagaimana cara Anda menghadapi situasi
sulit Anda sejak didiagnosis menderita kanker, kemudian pilihlah jawaban yang paling sesuai
dengan kondisi Anda dengan cara menceklis salah satu jawaban pada kolom respon.
Contoh:
No. Pertanyaan Respon
1. Saya merasa terpuruk sejak menderita penyakit
kanker.
Tidak
pernah
Jarang
√
Sering
Selalu
Jika Anda menceklis jawaban SERING pada kolom respon, berarti Anda SERING merasa
terpuruk sejak menderita kanker.
Selamat mengerjakan.
No. Pertanyaan Respon
1. Saya dapat mengelola emosi dengan
baik.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
2. Saya tetap berpikir positif ketika
kejadian buruk menimpa Saya.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
3. Saya yakin Saya dapat menghadapi
penyakit ini.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
4.
Saya mengetahui pengobatan yang
terbaik untuk menghadapi kanker yang
sedang Saya derita.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
5.
Saya menyampaikan sesuatu dengan
mempertimbangkan perasaan orang-
orang di dekat Saya.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
6.
Saya yakin mempunyai kekuatan dalam
diri untuk menghadapi penyakit kanker
Saya.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
7.
Melalui kejadian yang Saya alami, Saya
menemukan arti hidup Saya yang
sesungguhnya.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
8. Saya mampu memilih pengobatan yang
terbaik bagi diri Saya.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
9.
Saya termotivasi dengan survivor
kanker lainnya dalam menghadapi
penyakitnya.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
10. Keluarga Saya meyakinkan Saya dapat
melalui pengobatan ini dengan baik.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
11. Saya mengurangi aktivitas fisik agar
kesehatan Saya lebih baik.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
12. Saya membiarkan kerabat dekat
menemani Saya menjalani pengobatan.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
13. Saya menerima informasi terkait dengan
kanker dari orang lain di sekitar Saya.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
14. Saya mendapatkan dukungan emosional
dari orang di sekitar Saya.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
15. Saya dapat fokus menjalani pengobatan
untuk kebaikan tubuh Saya.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
16.
Saya sudah memikirkan langkah apa
yang akan Saya tempuh untuk
menghadapi kanker ini.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
17.
Saya yakin jika Saya menjalani
pengobatan dengan baik, maka kondisi
fisik Saya akan lebih baik dibanding
saat ini.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
18. Saya berpikir bahwa penyakit kanker ini
disebabkan oleh pola hidup Saya yang
kurang sehat.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
19.
Saya dapat merasakan perasaan orang
terdekat setiap Saya membicarakan
penyakit Saya melalui ekspresi wajah
mereka.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
20. Saya yakin pengobatan yang sedang
Saya jalani ini membawa perkembangan
positif bagi tubuh Saya.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
21. Hambatan yang Saya alami dalam hidup
membantu Saya menemukan arti hidup
yang lebih baik.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
22.
Saya menerapkan pengalaman yang
sebelumnya ketika menghadapi situasi
yang menekan saat ini.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
23.
Kesuksesan penderita kanker lain dalam
pengobatan ECCT di Edwar mendorong
motivasi Saya untuk melakukan
pengobatan.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
24.
Dukungan lisan dari orang-orang
terdekat membuat Saya lebih semangat
menghadapi penyakit Saya.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
25.
Saya menjaga kondisi badan Saya
dengan mengkonsumsi makanan yang
sehat.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
26. Saya dibantu untuk merawat luka oleh
kerabat dekat Saya.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
27. Saya mendapatkan informasi mengenai
pengobatan ECCT di Edwar dari orang
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
terdekat Saya.
28. Kerabat dekat memotivasi Saya agar
lebih kuat dalam menghadapi kanker.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
29.
Saya tetap dapat menjalankan aktivitas
sehari-hari dengan baik meskipun Saya
dalam kondisi sakit.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
30.
Saya tetap menjalankan pengobatan
yang Saya pilih meski efek samping
dari pengobatan itu membuat Saya tidak
nyaman.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
31. Saya optimis dengan kondisi kesehatan
Saya saat ini.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
32.
Saat menghadapi masalah, Saya
langsung memikirkan jalan keluar yang
dapat Saya tempuh.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
33.
Saya mampu memahami emosi yang
dirasakan orang terdekat meskipun
mereka tidak mengungkapkannya.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
34. Saya yakin Saya mampu menjalani
treatment dengan baik.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
35. Saya dapat menemukan tujuan hidup
saat ini.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
36.
Saya tahu apa yang harus Saya lakukan
dalam proses pengobatan penyakit
kanker ini.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
37.
Saya berjuang dalam menjalani
pengobatan ECCT di Edwar
sebagaimana penderita kanker yang
telah berhasil sebelumnya.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
38.
Saya merasa lebih kuat dalam
menghadapi penyakit saat orang lain
memberikan dukungan secara langsung.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
39. Saya menjaga pola tidur Saya dengan
baik.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
40. Saya menerima bantuan dana dari
kerabat dekat untuk menjalani
pengobatan Saya. Tidak pernah Jarang Sering Selalu
41. Saya mendapatkan informasi mengenai
pola makan yang baik dari tim medis.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
42. Saya merasa lebih tenang karena orang-
orang terdekat mendukung Saya.
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
Mohon diteliti kembali, jangan ada nomor yang terlewati!
Atas kesediaannya mengisi kuisioner ini, kami mengucapkan TERIMA KASIH.
DATE: 10/12/2014
TIME: 21:06
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. J”reskog & Dag S”rbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
UJI VALIDITAS RESILIENSI
DA NI=21 NO=123 MA=PM
LA
ER1 ER2 ER3 IC1 IC2 IC3
O1 O2 O3 CA1 CA2 CA3
E1 E2 E3 SE1 SE2 SE3
RO1 RO2 RO3
PM SY FI=RE.COR
MO NX=21 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
RESILIENSI
FR TD 17 9 TD 4 1 TD 19 12 TD 21 20
FR TD 13 11 TD 15 14 TD 18 3 TD 10 16
FR TD 15 12 TD 21 10 TD 16 13 TD 16 7
FR TD 11 7 TD 18 14 TD 14 4 TD 18 11
FR TD 11 4 TD 14 6 TD 15 6 TD 15 9 TD 12 10
FR TD 10 5 TD 5 2 TD 21 18 TD 18 17 TD 9 5
FR TD 21 16 TD 4 2 TD 18 2 TD 8 2 TD 21 4
FR TD 20 14 TD 18 4 TD 16 9 TD 9 6 TD 13 7
FR TD 11 1 TD 11 5 TD 20 17 TD 17 15 TD 18 7
FR TD 17 8 TD 11 8 TD 9 8 TD 21 3 TD 19 3
FR TD 16 3 TD 19 2 TD 12 2 TD 18 9 TD 10 6 TD 15 8
PD
OU SS TV MI AD=OFF
UJI VALIDITAS RESILIENSI
Number of Input Variables 21
Number of Y - Variables 0
Number of X - Variables 21
Number of ETA - Variables 0
Number of KSI - Variables 1
Number of Observations 123
UJI VALIDITAS RESILIENSI
Correlation Matrix
ER1 ER2 ER3 IC1 IC2 IC3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ER1 1.00
ER2 0.20 1.00
ER3 0.19 0.45 1.00
IC1 0.50 0.23 0.23 1.00
IC2 0.08 0.62 0.35 0.40 1.00
IC3 0.04 0.37 0.39 0.17 0.34 1.00
O1 0.30 0.34 0.34 0.41 0.36 0.18
O2 0.30 0.71 0.49 0.47 0.48 0.39
O3 0.28 0.53 0.34 0.29 0.30 0.36
CA1 0.16 0.37 0.24 0.42 0.46 0.11
CA2 -0.14 0.30 0.18 -0.15 0.05 0.18
CA3 0.15 0.52 0.40 0.42 0.58 0.45
E1 0.09 0.23 0.17 0.24 0.29 0.26
E2 -0.11 0.27 0.15 0.31 0.27 0.42
E3 -0.04 0.31 0.34 0.25 0.30 0.48
SE1 0.25 0.54 0.30 0.43 0.50 0.32
SE2 0.23 0.59 0.44 0.38 0.45 0.30
SE3 0.20 0.70 0.25 0.30 0.54 0.32
RO1 0.19 0.38 0.24 0.44 0.49 0.44
RO2 0.16 0.49 0.39 0.35 0.40 0.24
RO3 0.20 0.62 0.37 0.24 0.56 0.35
Correlation Matrix
O1 O2 O3 CA1 CA2 CA3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
O1 1.00
O2 0.49 1.00
O3 0.45 0.69 1.00
CA1 0.46 0.43 0.47 1.00
CA2 -0.05 0.31 0.15 -0.04 1.00
CA3 0.34 0.59 0.39 0.27 0.05 1.00
E1 0.02 0.26 0.09 0.20 -0.30 0.35
E2 0.10 0.19 0.02 0.06 0.20 0.32
E3 0.01 0.24 -0.01 0.13 0.07 0.54
SE1 0.58 0.62 0.54 0.59 0.15 0.50
SE2 0.45 0.75 0.78 0.47 0.21 0.46
SE3 0.36 0.69 0.62 0.40 0.13 0.67
RO1 0.43 0.48 0.38 0.41 -0.06 0.70
RO2 0.29 0.48 0.36 0.35 0.21 0.44
RO3 0.35 0.65 0.51 0.28 0.29 0.60
Correlation Matrix
E1 E2 E3 SE1 SE2 SE3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
E1 1.00
E2 0.20 1.00
E3 0.34 0.48 1.00
SE1 0.40 0.21 0.23 1.00
SE2 0.14 0.14 0.13 0.53 1.00
SE3 0.24 0.40 0.27 0.58 0.73 1.00
RO1 0.39 0.38 0.42 0.49 0.41 0.58
RO2 0.26 0.36 0.35 0.44 0.56 0.51
RO3 0.26 0.23 0.31 0.62 0.62 0.76
Correlation Matrix
RO1 RO2 RO3
-------- -------- --------
RO1 1.00
RO2 0.47 1.00
RO3 0.52 0.70 1.00
UJI VALIDITAS RESILIENSI
Parameter Specifications
LAMBDA-X
RESILIEN
--------
ER1 1
ER2 2
ER3 3
IC1 4
IC2 5
IC3 6
O1 7
O2 8
O3 9
CA1 10
CA2 11
CA3 12
E1 13
E2 14
E3 15
SE1 16
SE2 17
SE3 18
RO1 19
RO2 20
RO3 21
THETA-DELTA
ER1 ER2 ER3 IC1 IC2 IC3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ER1 22
ER2 0 23
ER3 0 0 24
IC1 25 26 0 27
IC2 0 28 0 0 29
IC3 0 0 0 0 0 30
O1 0 0 0 0 0 0
O2 0 32 0 0 0 0
O3 0 0 0 0 34 35
CA1 0 0 0 0 38 39
CA2 41 0 0 42 43 0
CA3 0 47 0 0 0 0
E1 0 0 0 0 0 0
E2 0 0 0 53 0 54
E3 0 0 0 0 0 56
SE1 0 0 62 0 0 0
SE2 0 0 0 0 0 0
SE3 0 72 73 74 0 0
RO1 0 81 82 0 0 0
RO2 0 0 0 0 0 0
RO3 0 0 88 89 0 0
THETA-DELTA
O1 O2 O3 CA1 CA2 CA3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
O1 31
O2 0 33
O3 0 36 37
CA1 0 0 0 40
CA2 44 45 0 0 46
CA3 0 0 0 48 0 49
E1 50 0 0 0 51 0
E2 0 0 0 0 0 0
E3 0 57 58 0 0 59
SE1 63 0 64 65 0 0
SE2 0 68 69 0 0 0
SE3 75 0 76 0 77 0
RO1 0 0 0 0 0 83
RO2 0 0 0 0 0 0
RO3 0 0 0 90 0 0
THETA-DELTA
E1 E2 E3 SE1 SE2 SE3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
E1 52
E2 0 55
E3 0 60 61
SE1 66 0 0 67
SE2 0 0 70 0 71
SE3 0 78 0 0 79 80
RO1 0 0 0 0 0 0
RO2 0 85 0 0 86 0
RO3 0 0 0 91 0 92
THETA-DELTA
RO1 RO2 RO3
-------- -------- --------
RO1 84
RO2 0 87
RO3 0 93 94
UJI VALIDITAS RESILIENSI
Number of Iterations = 65
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
RESILIEN
--------
ER1 0.30
(0.09)
3.27
ER2 0.76
(0.08)
9.55
ER3 0.58
(0.09)
6.70
IC1 0.57
(0.09)
6.44
IC2 0.65
(0.08)
8.17
IC3 0.48
(0.09)
5.59
O1 0.53
(0.08)
6.22
O2 0.82
(0.07)
11.13
O3 0.64
(0.08)
7.97
CA1 0.53
(0.08)
6.27
CA2 0.23
(0.09)
2.50
CA3 0.75
(0.08)
9.95
E1 0.35
(0.09)
4.01
E2 0.30
(0.09)
3.21
E3 0.42
(0.08)
4.99
SE1 0.69
(0.08)
8.71
SE2 0.75
(0.08)
9.72
SE3 0.84
(0.08)
10.83
RO1 0.68
(0.08)
8.53
RO2 0.65
(0.08)
8.09
RO3 0.81
(0.08)
10.56
PHI
RESILIEN
--------
1.00
THETA-DELTA
ER1 ER2 ER3 IC1 IC2 IC3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ER1 0.91
(0.12)
7.77
ER2 - - 0.45
(0.06)
7.20
ER3 - - - - 0.70
(0.09)
7.61
IC1 0.38 -0.21 - - 0.73
(0.08) (0.04) (0.09)
5.03 -5.09 8.23
IC2 - - 0.18 - - - - 0.57
(0.04) (0.07)
4.16 8.10
IC3 - - - - - - - - - - 0.77
(0.10)
7.89
O1 - - - - - - - - - - - -
O2 - - 0.07 - - - - - - - -
(0.03)
2.37
O3 - - - - - - - - -0.12 0.11
(0.03) (0.04)
-3.54 2.72
CA1 - - - - - - - - 0.17 -0.11
(0.05) (0.05)
3.65 -2.30
CA2 -0.17 - - - - -0.20 -0.09 - -
(0.06) (0.06) (0.04)
-2.80 -3.58 -2.33
CA3 - - -0.09 - - - - - - - -
(0.03)
-2.48
E1 - - - - - - - - - - - -
E2 - - - - - - 0.26 - - 0.37
(0.06) (0.06)
4.76 6.38
E3 - - - - - - - - - - 0.25
(0.07)
3.62
SE1 - - - - -0.11 - - - - - -
(0.04)
-2.63
SE2 - - - - - - - - - - - -
SE3 - - 0.06 -0.26 -0.18 - - - -
(0.03) (0.04) (0.04)
2.25 -6.79 -4.42
RO1 - - -0.14 -0.17 - - - - - -
(0.04) (0.05)
-3.58 -3.40
RO2 - - - - - - - - - - - -
RO3 - - - - -0.17 -0.19 - - - -
(0.04) (0.03)
-4.06 -5.65
THETA-DELTA
O1 O2 O3 CA1 CA2 CA3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
O1 0.72
(0.09)
7.76
O2 - - 0.32
(0.04)
7.77
O3 - - 0.13 0.56
(0.03) (0.07)
4.14 8.24
CA1 - - - - - - 0.75
(0.09)
8.38
CA2 -0.15 0.13 - - - - 0.95
(0.07) (0.04) (0.11)
-2.33 3.33 8.66
CA3 - - - - - - -0.14 - - 0.42
(0.04) (0.05)
-3.62 8.34
E1 -0.17 - - - - - - -0.40 - -
(0.07) (0.07)
-2.39 -5.47
E2 - - - - - - - - - - - -
E3 - - -0.07 -0.21 - - - - 0.13
(0.03) (0.05) (0.04)
-2.05 -4.05 3.11
SE1 0.19 - - 0.06 0.16 - - - -
(0.05) (0.03) (0.04)
3.77 2.41 3.83
SE2 - - 0.12 0.28 - - - - - -
(0.03) (0.05)
4.42 5.86
SE3 -0.07 - - 0.06 - - -0.14 - -
(0.03) (0.03) (0.03)
-2.58 2.36 -4.89
RO1 - - - - - - - - - - 0.19
(0.04)
4.25
RO2 - - - - - - - - - - - -
RO3 - - - - - - -0.13 - - - -
(0.04)
-3.67
THETA-DELTA
E1 E2 E3 SE1 SE2 SE3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
E1 0.87
(0.11)
7.95
E2 - - 0.97
(0.11)
9.02
E3 - - 0.31 0.78
(0.06) (0.10)
5.31 8.11
SE1 0.17 - - - - 0.52
(0.05) (0.06)
3.36 8.29
SE2 - - - - -0.13 - - 0.43
(0.04) (0.06)
-3.20 7.81
SE3 - - 0.22 - - - - 0.11 0.34
(0.04) (0.03) (0.04)
5.63 3.69 7.61
RO1 - - - - - - - - - - - -
RO2 - - 0.16 - - - - 0.08 - -
(0.04) (0.03)
3.79 2.69
RO3 - - - - - - 0.08 - - 0.11
(0.03) (0.03)
2.98 3.61
THETA-DELTA
RO1 RO2 RO3
-------- -------- --------
RO1 0.54
(0.07)
7.80
RO2 - - 0.57
(0.07)
7.70
RO3 - - 0.19 0.36
(0.04) (0.05)
4.41 7.20
Squared Multiple Correlations for X - Variables
ER1 ER2 ER3 IC1 IC2 IC3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
0.09 0.57 0.33 0.31 0.43 0.23
Squared Multiple Correlations for X - Variables
O1 O2 O3 CA1 CA2 CA3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
0.28 0.68 0.42 0.27 0.05 0.57
Squared Multiple Correlations for X - Variables
E1 E2 E3 SE1 SE2 SE3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
0.12 0.08 0.19 0.48 0.57 0.67
Squared Multiple Correlations for X - Variables
RO1 RO2 RO3
-------- -------- --------
0.46 0.43 0.65
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 137
Minimum Fit Function Chi-Square = 177.89 (P = 0.011)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 170.86 (P = 0.026)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 33.86
90 Percent Confidence Interval for NCP = (4.61 ; 71.28)
Minimum Fit Function Value = 1.46
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.28
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.038 ; 0.58)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.045
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.017 ; 0.065)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.63
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 2.94
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (2.70 ; 3.25)
ECVI for Saturated Model = 3.79
ECVI for Independence Model = 32.78
Chi-Square for Independence Model with 210 Degrees of Freedom = 3956.71
Independence AIC = 3998.71
Model AIC = 358.86
Saturated AIC = 462.00
Independence CAIC = 4078.76
Model CAIC = 717.21
Saturated CAIC = 1342.61
Normed Fit Index (NFI) = 0.96
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.98
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.62
Comparative Fit Index (CFI) = 0.99
Incremental Fit Index (IFI) = 0.99
Relative Fit Index (RFI) = 0.93
Critical N (CN) = 123.36
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.067
Standardized RMR = 0.067
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.88
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.80
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.52
UJI VALIDITAS RESILIENSI
Modification Indices and Expected Change
No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X
No Non-Zero Modification Indices for PHI
Modification Indices for THETA-DELTA
ER1 ER2 ER3 IC1 IC2 IC3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ER1 - -
ER2 0.32 - -
ER3 2.72 0.62 - -
IC1 - - - - 3.42 - -
IC2 0.42 - - 0.00 0.01 - -
IC3 0.00 0.10 1.29 0.39 0.06 - -
O1 2.35 0.75 0.29 0.01 0.21 0.08
O2 0.97 - - 0.39 0.15 2.04 0.40
O3 1.88 0.08 0.36 1.32 - - - -
CA1 2.18 1.07 2.73 2.89 - - - -
CA2 - - 0.78 0.17 - - - - 0.00
CA3 3.58 - - 0.73 1.14 2.73 0.82
E1 0.00 0.01 0.06 0.00 0.81 0.10
E2 2.99 1.29 0.19 - - 2.17 - -
E3 0.27 0.57 1.06 0.07 1.04 - -
SE1 0.84 0.16 - - 1.73 0.00 0.03
SE2 2.88 0.02 0.77 1.01 0.05 0.02
SE3 1.76 - - - - - - 1.24 0.61
RO1 0.53 - - - - 0.87 0.02 0.26
RO2 0.45 0.13 0.84 0.49 1.71 2.98
RO3 0.98 0.08 - - - - 4.27 0.18
Modification Indices for THETA-DELTA
O1 O2 O3 CA1 CA2 CA3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
O1 - -
O2 0.14 - -
O3 0.29 - - - -
CA1 1.16 0.87 1.72 - -
CA2 - - - - 0.84 1.40 - -
CA3 0.71 0.58 0.14 - - 0.77 - -
E1 - - 0.00 0.38 0.30 - - 0.15
E2 0.42 2.63 0.47 1.70 3.47 0.35
E3 4.02 - - - - 0.00 1.69 - -
SE1 - - 2.85 - - - - 0.15 0.00
SE2 0.17 - - - - 0.95 0.04 1.69
SE3 - - 1.95 - - 1.12 - - 1.41
RO1 1.97 0.71 0.55 0.42 0.35 - -
RO2 0.01 0.27 0.21 0.23 0.18 2.40
RO3 0.34 2.38 0.15 - - 2.49 0.02
Modification Indices for THETA-DELTA
E1 E2 E3 SE1 SE2 SE3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
E1 - -
E2 0.65 - -
E3 0.00 - - - -
SE1 - - 0.52 0.02 - -
SE2 0.77 0.08 - - 0.03 - -
SE3 0.12 - - 1.11 0.16 - - - -
RO1 2.20 2.17 1.97 0.37 0.62 0.30
RO2 0.95 - - 4.01 0.07 - - 0.08
RO3 0.08 0.42 0.15 - - 3.40 - -
Modification Indices for THETA-DELTA
RO1 RO2 RO3
-------- -------- --------
RO1 - -
RO2 2.06 - -
RO3 0.21 - - - -
Expected Change for THETA-DELTA
ER1 ER2 ER3 IC1 IC2 IC3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ER1 - -
ER2 -0.03 - -
ER3 0.09 -0.04 - -
IC1 - - - - -0.09 - -
IC2 -0.03 - - 0.00 0.00 - -
IC3 0.00 -0.01 0.06 -0.03 -0.01 - -
O1 0.08 -0.03 0.03 0.00 0.02 -0.01
O2 0.04 - - 0.02 0.01 -0.05 0.02
O3 0.05 0.01 -0.02 -0.04 - - - -
CA1 -0.07 0.05 -0.10 0.07 - - - -
CA2 - - 0.05 0.02 - - - - 0.00
CA3 -0.07 - - -0.04 0.03 0.06 0.04
E1 0.00 0.00 -0.01 0.00 0.04 0.01
E2 -0.10 0.05 -0.03 - - 0.06 - -
E3 -0.03 0.03 0.06 0.01 -0.04 - -
SE1 0.04 -0.01 - - -0.05 0.00 -0.01
SE2 -0.06 0.00 0.03 0.03 -0.01 0.01
SE3 0.04 - - - - - - -0.03 -0.03
RO1 0.03 - - - - -0.03 -0.01 0.02
RO2 0.03 0.01 0.05 0.03 -0.05 -0.08
RO3 -0.03 -0.01 - - - - 0.06 0.01
Expected Change for THETA-DELTA
O1 O2 O3 CA1 CA2 CA3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
O1 - -
O2 0.01 - -
O3 0.02 - - - -
CA1 0.06 -0.03 0.06 - -
CA2 - - - - -0.04 -0.06 - -
CA3 -0.03 0.02 -0.01 - - -0.03 - -
E1 - - 0.00 -0.02 -0.03 - - -0.01
E2 0.03 -0.05 -0.03 -0.06 0.10 -0.02
E3 -0.09 - - - - 0.00 -0.06 - -
SE1 - - 0.04 - - - - -0.02 0.00
SE2 -0.01 - - - - 0.03 0.01 -0.03
SE3 - - 0.04 - - -0.03 - - 0.03
RO1 0.06 -0.02 0.02 0.03 -0.02 - -
RO2 0.00 -0.01 0.02 -0.02 0.02 -0.05
RO3 -0.02 -0.03 -0.01 - - 0.06 0.00
Expected Change for THETA-DELTA
E1 E2 E3 SE1 SE2 SE3
-------- -------- -------- -------- -------- --------
E1 - -
E2 0.03 - -
E3 0.00 - - - -
SE1 - - 0.02 0.01 - -
SE2 -0.03 -0.01 - - 0.00 - -
SE3 -0.01 - - -0.04 -0.01 - - - -
RO1 0.06 0.05 0.07 -0.02 -0.02 -0.01
RO2 0.04 - - 0.08 -0.01 - - 0.01
RO3 -0.01 -0.03 -0.01 - - 0.06 - -
Expected Change for THETA-DELTA
RO1 RO2 RO3
-------- -------- --------
RO1 - -
RO2 0.05 - -
RO3 -0.01 - - - -
Maximum Modification Index is 4.27 for Element (21, 5) of THETA-DELTA
UJI VALIDITAS RESILIENSI
Standardized Solution
LAMBDA-X
RESILIEN
--------
ER1 0.30
ER2 0.76
ER3 0.58
IC1 0.57
IC2 0.65
IC3 0.48
O1 0.53
O2 0.82
O3 0.64
CA1 0.53
CA2 0.23
CA3 0.75
E1 0.35
E2 0.30
E3 0.42
SE1 0.69
SE2 0.75
SE3 0.84
RO1 0.68
RO2 0.65
RO3 0.81
PHI
RESILIEN
--------
1.00
Time used: 0.125 Seconds
DATE: 10/12/2014
TIME: 22:54
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. J”reskog & Dag S”rbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
UJI VALIDASI RESILIENSI NEW
DA NI=21 NO=123 MA=PM
LA
ER1 ER2 ER3 IC4 IC5 IC6
O7 O8 O9 CA10 CA11 CA12
E13 E14 E15 SE16 SE17
SE18 RO19 RO20 RO21
PM SY FI=REVAL.COR
SE
1 3 5 6 7 8 10 12 13 14 17 19 20 /
MO NX=13 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
RESILIENSI NEW
FR TD 11 6 TD 12 2 TD 13 11
FR TD 7 5 TD 10 4 TD 9 5
FR TD 13 10 TD 7 3 TD 12 6
FR TD 8 3 TD 12 11
PD
OU SS TV MI
UJI VALIDASI RESILIENSI NEW
Number of Input Variables 21
Number of Y - Variables 0
Number of X - Variables 13
Number of ETA - Variables 0
Number of KSI - Variables 1
Number of Observations 123
UJI VALIDASI RESILIENSI NEW
Correlation Matrix
ER1 ER3 IC5 IC6 O7 O8
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ER1 1.00
ER3 0.19 1.00
IC5 0.08 0.35 1.00
IC6 0.04 0.39 0.34 1.00
O7 0.30 0.34 0.36 0.18 1.00
O8 0.30 0.49 0.48 0.39 0.49 1.00
CA10 0.16 0.24 0.46 0.11 0.46 0.43
CA12 0.15 0.40 0.58 0.45 0.34 0.59
E13 0.09 0.17 0.29 0.26 0.02 0.26
E14 -0.11 0.15 0.27 0.42 0.10 0.19
SE17 0.23 0.44 0.45 0.30 0.45 0.75
RO19 0.19 0.24 0.49 0.44 0.43 0.48
RO20 0.16 0.39 0.40 0.24 0.29 0.48
Correlation Matrix
CA10 CA12 E13 E14 SE17 RO19
-------- -------- -------- -------- -------- --------
CA10 1.00
CA12 0.27 1.00
E13 0.20 0.35 1.00
E14 0.06 0.32 0.20 1.00
SE17 0.47 0.46 0.14 0.14 1.00
RO19 0.41 0.70 0.39 0.38 0.41 1.00
RO20 0.35 0.44 0.26 0.36 0.56 0.47
Correlation Matrix
RO20
--------
RO20 1.00
UJI VALIDASI RESILIENSI NEW
Parameter Specifications
LAMBDA-X
RESILIEN
--------
ER1 1
ER3 2
IC5 3
IC6 4
O7 5
O8 6
CA10 7
CA12 8
E13 9
E14 10
SE17 11
RO19 12
RO20 13
THETA-DELTA
ER1 ER3 IC5 IC6 O7 O8
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ER1 14
ER3 0 15
IC5 0 0 16
IC6 0 0 0 17
O7 0 0 0 0 18
O8 0 0 0 0 0 19
CA10 0 0 20 0 21 0
CA12 0 0 23 0 0 0
E13 0 0 0 0 25 0
E14 0 0 0 27 0 0
SE17 0 0 0 0 0 29
RO19 0 31 0 0 0 32
RO20 0 0 0 0 0 0
THETA-DELTA
CA10 CA12 E13 E14 SE17 RO19
-------- -------- -------- -------- -------- --------
CA10 22
CA12 0 24
E13 0 0 26
E14 0 0 0 28
SE17 0 0 0 0 30
RO19 0 0 0 0 33 34
RO20 0 0 0 35 36 0
THETA-DELTA
RO20
--------
RO20 37
UJI VALIDASI RESILIENSI NEW
Number of Iterations = 19
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
RESILIEN
--------
ER1 0.28
(0.09)
3.15
ER3 0.60
(0.09)
6.74
IC5 0.57
(0.08)
6.77
IC6 0.52
(0.08)
6.14
O7 0.54
(0.08)
6.43
O8 0.82
(0.08)
10.24
CA10 0.48
(0.08)
5.68
CA12 0.76
(0.08)
9.71
E13 0.37
(0.09)
4.26
E14 0.34
(0.09)
3.95
SE17 0.67
(0.09)
7.68
RO19 0.89
(0.08)
11.49
RO20 0.56
(0.08)
6.75
PHI
RESILIEN
--------
1.00
THETA-DELTA
ER1 ER3 IC5 IC6 O7 O8
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ER1 0.92
(0.12)
7.83
ER3 - - 0.64
(0.09)
7.05
IC5 - - - - 0.70
(0.09)
7.92
IC6 - - - - - - 0.73
(0.09)
7.84
O7 - - - - - - - - 0.71
(0.09)
7.85
O8 - - - - - - - - - - 0.33
(0.07)
4.91
CA10 - - - - 0.21 - - 0.17 - -
(0.06) (0.06)
3.27 2.72
CA12 - - - - 0.18 - - - - - -
(0.05)
3.47
E13 - - - - - - - - -0.18 - -
(0.07)
-2.48
E14 - - - - - - 0.26 - - - -
(0.07)
3.49
SE17 - - - - - - - - - - 0.19
(0.06)
3.29
RO19 - - -0.29 - - - - - - -0.25
(0.06) (0.05)
-5.12 -5.01
RO20 - - - - - - - - - - - -
THETA-DELTA
CA10 CA12 E13 E14 SE17 RO19
-------- -------- -------- -------- -------- --------
CA10 0.76
(0.10)
7.89
CA12 - - 0.43
(0.06)
7.30
E13 - - - - 0.86
(0.11)
7.84
E14 - - - - - - 0.89
(0.11)
7.90
SE17 - - - - - - - - 0.54
(0.08)
6.60
RO19 - - - - - - - - -0.16 0.22
(0.05) (0.06)
-3.21 3.43
RO20 - - - - - - 0.20 0.18 - -
(0.07) (0.05)
3.00 3.30
THETA-DELTA
RO20
--------
RO20 0.69
(0.09)
7.88
Squared Multiple Correlations for X - Variables
ER1 ER3 IC5 IC6 O7 O8
-------- -------- -------- -------- -------- --------
0.08 0.36 0.32 0.27 0.29 0.67
Squared Multiple Correlations for X - Variables
CA10 CA12 E13 E14 SE17 RO19
-------- -------- -------- -------- -------- --------
0.23 0.57 0.14 0.12 0.45 0.78
Squared Multiple Correlations for X - Variables
RO20
--------
0.31
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 54
Minimum Fit Function Chi-Square = 59.33 (P = 0.29)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 62.42 (P = 0.20)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 8.42
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 32.21)
Minimum Fit Function Value = 0.49
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.069
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.26)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.036
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.070)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.72
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.12
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (1.05 ; 1.31)
ECVI for Saturated Model = 1.49
ECVI for Independence Model = 10.42
Chi-Square for Independence Model with 78 Degrees of Freedom = 1244.72
Independence AIC = 1270.72
Model AIC = 136.42
Saturated AIC = 182.00
Independence CAIC = 1320.27
Model CAIC = 277.47
Saturated CAIC = 528.91
Normed Fit Index (NFI) = 0.95
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.66
Comparative Fit Index (CFI) = 1.00
Incremental Fit Index (IFI) = 1.00
Relative Fit Index (RFI) = 0.93
Critical N (CN) = 167.69
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.061
Standardized RMR = 0.061
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.93
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.88
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.55
UJI VALIDASI RESILIENSI NEW
Modification Indices and Expected Change
No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X
No Non-Zero Modification Indices for PHI
Modification Indices for THETA-DELTA
ER1 ER3 IC5 IC6 O7 O8
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ER1 - -
ER3 0.00 - -
IC5 0.66 0.00 - -
IC6 0.31 2.94 0.40 - -
O7 3.93 0.01 2.59 0.36 - -
O8 1.64 0.20 0.76 0.04 0.12 - -
CA10 0.03 0.28 - - 2.44 - - 0.00
CA12 0.46 0.40 - - 0.34 1.40 0.41
E13 0.07 0.99 1.13 0.43 - - 0.00
E14 5.08 0.40 0.64 - - 0.11 0.50
SE17 0.07 0.43 0.52 0.02 0.23 - -
RO19 0.42 - - 3.22 0.06 0.29 - -
RO20 0.46 0.26 0.23 0.48 0.05 0.04
Modification Indices for THETA-DELTA
CA10 CA12 E13 E14 SE17 RO19
-------- -------- -------- -------- -------- --------
CA10 - -
CA12 2.29 - -
E13 0.01 0.51 - -
E14 1.08 0.12 0.04 - -
SE17 2.95 1.67 2.96 0.18 - -
RO19 0.88 3.95 0.29 3.30 - - - -
RO20 0.30 0.02 1.21 - - - - 2.08
Modification Indices for THETA-DELTA
RO20
--------
RO20 - -
Expected Change for THETA-DELTA
ER1 ER3 IC5 IC6 O7 O8
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ER1 - -
ER3 0.00 - -
IC5 -0.05 0.00 - -
IC6 -0.04 0.11 0.03 - -
O7 0.14 0.01 0.09 -0.04 - -
O8 0.07 -0.02 -0.04 -0.01 0.02 - -
CA10 0.01 -0.03 - - -0.09 - - 0.00
CA12 -0.04 -0.03 - - 0.03 -0.05 0.03
E13 0.02 -0.07 0.07 0.04 - - 0.00
E14 -0.17 -0.04 0.05 - - -0.02 -0.03
SE17 -0.01 0.03 0.03 -0.01 0.02 - -
RO19 -0.04 - - -0.10 -0.01 -0.03 - -
RO20 0.04 0.03 0.02 -0.04 -0.01 0.01
Expected Change for THETA-DELTA
CA10 CA12 E13 E14 SE17 RO19
-------- -------- -------- -------- -------- --------
CA10 - -
CA12 -0.08 - -
E13 0.01 0.04 - -
E14 -0.06 0.02 0.01 - -
SE17 0.08 -0.05 -0.09 -0.02 - -
RO19 0.05 0.11 -0.03 0.10 - - - -
RO20 0.03 0.01 0.07 - - - - -0.08
Expected Change for THETA-DELTA
RO20
--------
RO20 - -
Maximum Modification Index is 5.08 for Element (10, 1) of THETA-DELTA
UJI VALIDASI RESILIENSI NEW
Standardized Solution
LAMBDA-X
RESILIEN
--------
ER1 0.28
ER3 0.60
IC5 0.57
IC6 0.52
O7 0.54
O8 0.82
CA10 0.48
CA12 0.76
E13 0.37
E14 0.34
SE17 0.67
RO19 0.89
RO20 0.56
PHI
RESILIEN
--------
1.00
Time used: 0.047 Seconds
DATE: 10/14/2014
TIME: 8:55
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. J”reskog & Dag S”rbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
UJI VALIDITAS SELF EFFICACY
DA NI=12 NO=123 MA=PM
LA
ME1 ME2 ME3 VE4 VE5 VE6
SP7 SP8 SP9 EPS10 EPS11 EPS12
PM SY FI=SE.COR
MO NX=12 NK=4 TD=SY PH=ST
LK
ME VE SP EPS
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1
FR LX 4 2 LX 5 2 LX 6 2
FR LX 7 3 LX 8 3 LX 9 3
FR LX 10 4 LX 11 4 LX 12 4
FR TD 8 7 TD 5 3 TD 8 1 TD 9 2
FR TD 7 4 TD 10 1 TD 11 8 TD 8 4
FR TD 12 4 TD 10 3 TD 6 1
FR TD 9 3 TD 8 5 TD 12 9
PD
OU SS MI TV
UJI VALIDITAS SELF EFFICACY
Number of Input Variables 12
Number of Y - Variables 0
Number of X - Variables 12
Number of ETA - Variables 0
Number of KSI - Variables 4
Number of Observations 123
UJI VALIDITAS SELF EFFICACY
Correlation Matrix
ME1 ME2 ME3 VE4 VE5 VE6
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ME1 1.00
ME2 0.28 1.00
ME3 0.53 0.23 1.00
VE4 0.29 0.20 0.40 1.00
VE5 0.49 0.32 0.34 0.40 1.00
VE6 0.36 0.33 0.68 0.46 0.54 1.00
SP7 0.21 0.35 0.29 0.53 0.42 0.57
SP8 0.44 0.37 0.37 0.49 0.60 0.61
SP9 0.40 0.15 0.65 0.44 0.56 0.78
EPS10 -0.06 0.02 0.18 0.22 0.15 0.30
EPS11 0.40 0.13 0.42 0.18 0.28 0.29
EPS12 0.06 -0.01 0.26 0.31 0.18 0.25
Correlation Matrix
SP7 SP8 SP9 EPS10 EPS11 EPS12
-------- -------- -------- -------- -------- --------
SP7 1.00
SP8 0.71 1.00
SP9 0.51 0.64 1.00
EPS10 0.21 0.19 0.30 1.00
EPS11 0.26 0.40 0.30 0.29 1.00
EPS12 0.15 0.14 0.34 0.43 0.39 1.00
UJI VALIDITAS SELF EFFICACY
Parameter Specifications
LAMBDA-X
ME VE SP EPS
-------- -------- -------- --------
ME1 1 0 0 0
ME2 2 0 0 0
ME3 3 0 0 0
VE4 0 4 0 0
VE5 0 5 0 0
VE6 0 6 0 0
SP7 0 0 7 0
SP8 0 0 8 0
SP9 0 0 9 0
EPS10 0 0 0 10
EPS11 0 0 0 11
EPS12 0 0 0 12
PHI
ME VE SP EPS
-------- -------- -------- --------
ME 0
VE 13 0
SP 14 15 0
EPS 16 17 18 0
THETA-DELTA
ME1 ME2 ME3 VE4 VE5 VE6
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ME1 19
ME2 0 20
ME3 0 0 21
VE4 0 0 0 22
VE5 0 0 23 0 24
VE6 25 0 0 0 0 26
SP7 0 0 0 27 0 0
SP8 29 0 0 30 31 0
SP9 0 34 35 0 0 0
EPS10 37 0 38 0 0 0
EPS11 0 0 0 0 0 0
EPS12 0 0 0 42 0 0
THETA-DELTA
SP7 SP8 SP9 EPS10 EPS11 EPS12
-------- -------- -------- -------- -------- --------
SP7 28
SP8 32 33
SP9 0 0 36
EPS10 0 0 0 39
EPS11 0 40 0 0 41
EPS12 0 0 43 0 0 44
UJI VALIDITAS SELF EFFICACY
Number of Iterations = 10
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
ME VE SP EPS
-------- -------- -------- --------
ME1 0.67 - - - - - -
(0.08)
8.06
ME2 0.31 - - - - - -
(0.09)
3.52
ME3 0.80 - - - - - -
(0.08)
9.63
VE4 - - 0.53 - - - -
(0.08)
6.19
VE5 - - 0.64 - - - -
(0.08)
7.93
VE6 - - 0.87 - - - -
(0.08)
11.48
SP7 - - - - 0.62 - -
(0.08)
7.42
SP8 - - - - 0.74 - -
(0.08)
9.27
SP9 - - - - 0.94 - -
(0.07)
12.67
EPS10 - - - - - - 0.51
(0.10)
4.93
EPS11 - - - - - - 0.73
(0.10)
7.49
EPS12 - - - - - - 0.56
(0.10)
5.90
PHI
ME VE SP EPS
-------- -------- -------- --------
ME 1.00
VE 1.04 1.00
(0.07)
14.71
SP 0.70 0.97 1.00
(0.07) (0.03)
10.13 28.57
EPS 0.69 0.51 0.43 1.00
(0.10) (0.10) (0.10)
6.55 4.96 4.26
W_A_R_N_I_N_G: PHI is not positive definite
THETA-DELTA
ME1 ME2 ME3 VE4 VE5 VE6
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ME1 0.54
(0.08)
6.70
ME2 - - 0.91
(0.12)
7.84
ME3 - - - - 0.38
(0.08)
5.00
VE4 - - - - - - 0.76
(0.10)
7.85
VE5 - - - - -0.18 - - 0.58
(0.05) (0.08)
-3.80 7.63
VE6 -0.22 - - - - - - - - 0.26
(0.05) (0.05)
-4.18 4.73
SP7 - - - - - - 0.24 - - - -
(0.07)
3.63
SP8 0.10 - - - - 0.14 0.11 - -
(0.04) (0.05) (0.04)
2.38 2.58 2.64
SP9 - - -0.14 0.16 - - - - - -
(0.05) (0.05)
-2.82 3.42
EPS10 -0.28 - - -0.15 - - - - - -
(0.07) (0.06)
-3.85 -2.65
EPS11 - - - - - - - - - - - -
EPS12 - - - - - - 0.21 - - - -
(0.07)
3.09
THETA-DELTA
SP7 SP8 SP9 EPS10 EPS11 EPS12
-------- -------- -------- -------- -------- --------
SP7 0.62
(0.08)
7.45
SP8 0.26 0.45
(0.05) (0.06)
4.70 7.21
SP9 - - - - 0.16
(0.06)
2.81
EPS10 - - - - - - 0.74
(0.11)
6.56
EPS11 - - 0.14 - - - - 0.47
(0.05) (0.11)
3.14 4.30
EPS12 - - - - 0.11 - - - - 0.70
(0.04) (0.11)
2.43 6.63
Squared Multiple Correlations for X - Variables
ME1 ME2 ME3 VE4 VE5 VE6
-------- -------- -------- -------- -------- --------
0.46 0.09 0.62 0.27 0.41 0.75
Squared Multiple Correlations for X - Variables
SP7 SP8 SP9 EPS10 EPS11 EPS12
-------- -------- -------- -------- -------- --------
0.38 0.55 0.85 0.26 0.53 0.31
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 34
Minimum Fit Function Chi-Square = 44.07 (P = 0.12)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 41.94 (P = 0.16)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 7.94
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 28.55)
Minimum Fit Function Value = 0.36
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.065
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.23)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.044
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.083)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.56
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.07
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (1.00 ; 1.23)
ECVI for Saturated Model = 1.28
ECVI for Independence Model = 10.16
Chi-Square for Independence Model with 66 Degrees of Freedom = 1215.23
Independence AIC = 1239.23
Model AIC = 129.94
Saturated AIC = 156.00
Independence CAIC = 1284.97
Model CAIC = 297.67
Saturated CAIC = 453.35
Normed Fit Index (NFI) = 0.96
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.98
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.50
Comparative Fit Index (CFI) = 0.99
Incremental Fit Index (IFI) = 0.99
Relative Fit Index (RFI) = 0.93
Critical N (CN) = 156.18
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.064
Standardized RMR = 0.064
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.95
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.88
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.41
UJI VALIDITAS SELF EFFICACY
Modification Indices and Expected Change
Modification Indices for LAMBDA-X
ME VE SP EPS
-------- -------- -------- --------
ME1 - - 0.40 0.27 0.56
ME2 - - 8.34 8.33 1.51
ME3 - - 3.19 2.89 1.47
VE4 0.10 - - 0.35 0.16
VE5 0.74 - - 0.18 0.45
VE6 1.23 - - 0.64 0.11
SP7 0.70 0.80 - - 0.48
SP8 0.99 0.00 - - 0.04
SP9 0.14 1.42 - - 0.21
EPS10 0.67 0.64 0.78 - -
EPS11 0.03 0.40 0.15 - -
EPS12 1.01 2.49 0.17 - -
Expected Change for LAMBDA-X
ME VE SP EPS
-------- -------- -------- --------
ME1 - - 0.13 0.08 -0.10
ME2 - - 0.63 0.53 -0.18
ME3 - - -0.42 -0.33 0.19
VE4 0.05 - - -0.11 -0.05
VE5 0.15 - - -0.12 0.07
VE6 -0.26 - - 0.22 -0.04
SP7 0.07 -0.13 - - 0.06
SP8 -0.10 0.00 - - -0.02
SP9 0.12 0.34 - - -0.05
EPS10 0.10 0.09 0.09 - -
EPS11 0.03 0.10 -0.05 - -
EPS12 -0.14 -0.21 -0.05 - -
Standardized Expected Change for LAMBDA-X
ME VE SP EPS
-------- -------- -------- --------
ME1 - - 0.13 0.08 -0.10
ME2 - - 0.63 0.53 -0.18
ME3 - - -0.42 -0.33 0.19
VE4 0.05 - - -0.11 -0.05
VE5 0.15 - - -0.12 0.07
VE6 -0.26 - - 0.22 -0.04
SP7 0.07 -0.13 - - 0.06
SP8 -0.10 0.00 - - -0.02
SP9 0.12 0.34 - - -0.05
EPS10 0.10 0.09 0.09 - -
EPS11 0.03 0.10 -0.05 - -
EPS12 -0.14 -0.21 -0.05 - -
No Non-Zero Modification Indices for PHI
Modification Indices for THETA-DELTA
ME1 ME2 ME3 VE4 VE5 VE6
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ME1 - -
ME2 0.34 - -
ME3 0.01 0.13 - -
VE4 0.00 0.84 0.57 - -
VE5 0.00 0.01 - - 1.48 - -
VE6 - - 0.18 0.14 0.23 0.14 - -
SP7 1.76 0.78 0.66 - - 0.01 3.09
SP8 - - 2.73 0.07 - - - - 1.82
SP9 1.91 - - - - 0.40 0.52 0.44
EPS10 - - 0.63 - - 0.20 0.88 0.89
EPS11 1.38 0.19 1.19 0.89 0.87 1.05
EPS12 5.82 0.87 0.01 - - 0.11 0.19
Modification Indices for THETA-DELTA
SP7 SP8 SP9 EPS10 EPS11 EPS12
-------- -------- -------- -------- -------- --------
SP7 - -
SP8 - - - -
SP9 1.97 1.97 - -
EPS10 0.38 0.05 0.10 - -
EPS11 2.61 - - 1.20 6.37 - -
EPS12 0.13 0.13 - - 3.39 0.49 - -
Expected Change for THETA-DELTA
ME1 ME2 ME3 VE4 VE5 VE6
-------- -------- -------- -------- -------- --------
ME1 - -
ME2 0.04 - -
ME3 -0.01 -0.02 - -
VE4 0.00 -0.06 0.04 - -
VE5 0.00 0.01 - - 0.06 - -
VE6 - - -0.02 -0.03 -0.02 -0.02 - -
SP7 -0.07 0.05 -0.03 - - 0.00 0.06
SP8 - - 0.08 -0.01 - - - - -0.05
SP9 0.09 - - - - -0.03 -0.04 0.04
EPS10 - - -0.06 - - 0.03 -0.06 0.05
EPS11 0.08 -0.03 0.07 -0.06 0.05 -0.05
EPS12 -0.15 -0.07 0.01 - - 0.02 0.02
Expected Change for THETA-DELTA
SP7 SP8 SP9 EPS10 EPS11 EPS12
-------- -------- -------- -------- -------- --------
SP7 - -
SP8 - - - -
SP9 -0.06 0.07 - -
EPS10 -0.03 0.01 0.01 - -
EPS11 0.09 - - -0.06 -0.30 - -
EPS12 0.02 -0.02 - - 0.17 0.10 - -
Maximum Modification Index is 8.34 for Element ( 2, 2) of LAMBDA-X
UJI VALIDITAS SELF EFFICACY
Standardized Solution
LAMBDA-X
ME VE SP EPS
-------- -------- -------- --------
ME1 0.67 - - - - - -
ME2 0.31 - - - - - -
ME3 0.80 - - - - - -
VE4 - - 0.53 - - - -
VE5 - - 0.64 - - - -
VE6 - - 0.87 - - - -
SP7 - - - - 0.62 - -
SP8 - - - - 0.74 - -
SP9 - - - - 0.94 - -
EPS10 - - - - - - 0.51
EPS11 - - - - - - 0.73
EPS12 - - - - - - 0.56
PHI
ME VE SP EPS
-------- -------- -------- --------
ME 1.00
VE 1.04 1.00
SP 0.70 0.97 1.00
EPS 0.69 0.51 0.43 1.00
Time used: 0.047 Seconds
DATE: 10/14/2014
TIME: 10:03
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. J”reskog & Dag S”rbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL
DA NI=9 NO=123 MA=PM
LA
TA1 TA2 TA3 ES4 ES5
ES6 IS7 IS8 IS9
PM SY FI=DS.COR
MO NX=9 NK=3 TD=SY PH=ST
LK
TA IS ES
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1
FR LX 4 2 LX 5 2 LX 6 2
FR LX 7 3 LX 8 3 LX 9 3
FR TD 9 5 TD 9 1
PD
OU SS MI TV
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL
Number of Input Variables 9
Number of Y - Variables 0
Number of X - Variables 9
Number of ETA - Variables 0
Number of KSI - Variables 3
Number of Observations 123
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL
Correlation Matrix
TA1 TA2 TA3 ES4 ES5 ES6
-------- -------- -------- -------- -------- --------
TA1 1.00
TA2 0.50 1.00
TA3 0.25 0.22 1.00
ES4 0.51 0.34 0.09 1.00
ES5 0.45 0.23 0.15 0.58 1.00
ES6 0.46 0.27 0.12 0.48 0.52 1.00
IS7 0.36 0.32 0.06 0.33 0.40 0.39
IS8 0.50 0.47 0.15 0.51 0.57 0.51
IS9 0.28 0.25 0.11 0.31 0.25 0.44
Correlation Matrix
IS7 IS8 IS9
-------- -------- --------
IS7 1.00
IS8 0.54 1.00
IS9 0.55 0.60 1.00
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL
Parameter Specifications
LAMBDA-X
TA IS ES
-------- -------- --------
TA1 1 0 0
TA2 2 0 0
TA3 3 0 0
ES4 0 4 0
ES5 0 5 0
ES6 0 6 0
IS7 0 0 7
IS8 0 0 8
IS9 0 0 9
PHI
TA IS ES
-------- -------- --------
TA 0
IS 10 0
ES 11 12 0
THETA-DELTA
TA1 TA2 TA3 ES4 ES5 ES6
-------- -------- -------- -------- -------- --------
TA1 13
TA2 0 14
TA3 0 0 15
ES4 0 0 0 16
ES5 0 0 0 0 17
ES6 0 0 0 0 0 18
IS7 0 0 0 0 0 0
IS8 0 0 0 0 0 0
IS9 21 0 0 0 22 0
THETA-DELTA
IS7 IS8 IS9
-------- -------- --------
IS7 19
IS8 0 20
IS9 0 0 23
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL
Number of Iterations = 12
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
TA IS ES
-------- -------- --------
TA1 0.84 - - - -
(0.10)
8.68
TA2 0.58 - - - -
(0.09)
6.16
TA3 0.29 - - - -
(0.10)
2.96
ES4 - - 0.71 - -
(0.08)
8.37
ES5 - - 0.76 - -
(0.08)
9.14
ES6 - - 0.71 - -
(0.08)
8.35
IS7 - - - - 0.67
(0.08)
7.85
IS8 - - - - 0.86
(0.08)
10.90
IS9 - - - - 0.71
(0.09)
8.34
PHI
TA IS ES
-------- -------- --------
TA 1.00
IS 0.73 1.00
(0.08)
8.84
ES 0.70 0.83 1.00
(0.09) (0.06)
8.22 13.57
THETA-DELTA
TA1 TA2 TA3 ES4 ES5 ES6
-------- -------- -------- -------- -------- --------
TA1 0.29
(0.11)
2.54
TA2 - - 0.67
(0.10)
6.73
TA3 - - - - 0.92
(0.12)
7.64
ES4 - - - - - - 0.50
(0.08)
6.39
ES5 - - - - - - - - 0.41
(0.07)
5.51
ES6 - - - - - - - - - - 0.50
(0.08)
6.41
IS7 - - - - - - - - - - - -
IS8 - - - - - - - - - - - -
IS9 -0.11 - - - - - - -0.19 - -
(0.05) (0.05)
-1.97 -3.46
THETA-DELTA
IS7 IS8 IS9
-------- -------- --------
IS7 0.56
(0.08)
6.88
IS8 - - 0.27
(0.06)
4.14
IS9 - - - - 0.50
(0.08)
6.27
Squared Multiple Correlations for X - Variables
TA1 TA2 TA3 ES4 ES5 ES6
-------- -------- -------- -------- -------- --------
0.71 0.33 0.08 0.50 0.58 0.50
Squared Multiple Correlations for X - Variables
IS7 IS8 IS9
-------- -------- --------
0.44 0.73 0.50
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 22
Minimum Fit Function Chi-Square = 28.77 (P = 0.15)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 26.63 (P = 0.23)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 4.63
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 21.85)
Minimum Fit Function Value = 0.24
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.038
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.18)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.042
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.090)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.56
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.60
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.56 ; 0.74)
ECVI for Saturated Model = 0.74
ECVI for Independence Model = 5.79
Chi-Square for Independence Model with 36 Degrees of Freedom = 688.41
Independence AIC = 706.41
Model AIC = 72.63
Saturated AIC = 90.00
Independence CAIC = 740.72
Model CAIC = 160.31
Saturated CAIC = 261.55
Normed Fit Index (NFI) = 0.96
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.98
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.59
Comparative Fit Index (CFI) = 0.99
Incremental Fit Index (IFI) = 0.99
Relative Fit Index (RFI) = 0.93
Critical N (CN) = 171.84
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.042
Standardized RMR = 0.042
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.95
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.91
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.47
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL
Modification Indices and Expected Change
Modification Indices for LAMBDA-X
TA IS ES
-------- -------- --------
TA1 - - 4.18 1.41
TA2 - - 1.11 2.85
TA3 - - 0.65 0.66
ES4 1.86 - - 1.39
ES5 3.35 - - 0.43
ES6 0.33 - - 0.24
IS7 0.04 0.35 - -
IS8 3.51 3.90 - -
IS9 5.08 1.77 - -
Expected Change for LAMBDA-X
TA IS ES
-------- -------- --------
TA1 - - 1.09 -0.47
TA2 - - -0.32 0.42
TA3 - - -0.15 -0.14
ES4 0.23 - - -0.30
ES5 -0.32 - - 0.17
ES6 0.10 - - 0.13
IS7 -0.03 -0.15 - -
IS8 0.36 0.63 - -
IS9 -0.48 -0.34 - -
Standardized Expected Change for LAMBDA-X
TA IS ES
-------- -------- --------
TA1 - - 1.09 -0.47
TA2 - - -0.32 0.42
TA3 - - -0.15 -0.14
ES4 0.23 - - -0.30
ES5 -0.32 - - 0.17
ES6 0.10 - - 0.13
IS7 -0.03 -0.15 - -
IS8 0.36 0.63 - -
IS9 -0.48 -0.34 - -
No Non-Zero Modification Indices for PHI
Modification Indices for THETA-DELTA
TA1 TA2 TA3 ES4 ES5 ES6
-------- -------- -------- -------- -------- --------
TA1 - -
TA2 0.75 - -
TA3 0.02 0.77 - -
ES4 1.44 0.59 0.64 - -
ES5 0.07 6.00 0.24 0.56 - -
ES6 0.69 0.25 0.05 0.31 0.03 - -
IS7 0.04 0.43 0.66 1.31 0.18 0.01
IS8 1.57 8.43 0.00 0.48 0.48 0.24
IS9 - - 4.45 0.02 2.74 - - 0.96
Modification Indices for THETA-DELTA
IS7 IS8 IS9
-------- -------- --------
IS7 - -
IS8 3.08 - -
IS9 6.17 0.32 - -
Expected Change for THETA-DELTA
TA1 TA2 TA3 ES4 ES5 ES6
-------- -------- -------- -------- -------- --------
TA1 - -
TA2 -0.16 - -
TA3 0.01 0.07 - -
ES4 0.07 0.05 -0.05 - -
ES5 -0.01 -0.14 0.03 0.05 - -
ES6 0.05 -0.03 -0.02 -0.04 -0.01 - -
IS7 -0.01 0.04 -0.06 -0.06 0.02 0.01
IS8 -0.08 0.15 0.00 0.03 0.04 -0.02
IS9 - - -0.14 0.01 -0.10 - - 0.06
Expected Change for THETA-DELTA
IS7 IS8 IS9
-------- -------- --------
IS7 - -
IS8 -0.13 - -
IS9 0.16 -0.05 - -
Maximum Modification Index is 8.43 for Element ( 8, 2) of THETA-DELTA
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL
Standardized Solution
LAMBDA-X
TA IS ES
-------- -------- --------
TA1 0.84 - - - -
TA2 0.58 - - - -
TA3 0.29 - - - -
ES4 - - 0.71 - -
ES5 - - 0.76 - -
ES6 - - 0.71 - -
IS7 - - - - 0.67
IS8 - - - - 0.86
IS9 - - - - 0.71
PHI
TA IS ES
-------- -------- --------
TA 1.00
IS 0.73 1.00
ES 0.70 0.83 1.00
Time used: 0.047 Seconds