Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib...

13
Edisi 3 No. 2, Apr – Jun 2016, p.01-13 1 Paper Riset Singkat Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Provinsi DKI Jakarta Andhika Utama 1 dan Dudi Wahyudi 2 1 Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan 2 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pajak, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Jl. Sakti Raya No. 1, Kemanggisan, Slipi, Jakarta Barat 11480 (Diterima 23 Maret 2016; Diterbitkan 21 Mei 2016) Abstract: Penelitian perilaku kepatuhan Wajib Pajak lebih banyak terfokus pada faktor nilai eksternal individu. Faktor lain yang patut mendapat perhatian terkait perilaku kepatuhan Wajib Pajak adalah nilai internal individu. Salah satu nilai internal yang dapat menjadi faktor penentu kepatuhan perpajakan adalah religiusitas. Religiusitas yang berwujud ajaran agama, mengajarkan hal-hal yang berguna untuk menjaga kejujuran individu dalam hal ini adalah Wajib Pajak. Penelitian terdahulu mengindikasikan bahwa Religiusitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan sukarela dari Wajib Pajak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa religiusitas berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Dengan menggunakan responden Wajib Pajak yang berada di Provinsi DKI Jakarta, diperoleh bukti bahwa religiusitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak sukarela. Keywords: religiusitas, kepatuhan wajib pajak, kepatuhan sukarela wajib pajak. ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ Corresponding author: Dudi Wahyudi, E-mail: [email protected], Tel. +62-21-5481155. Pendahuluan Kepatuhan perpajakan telah lama menjadi permasalahan bagi pemerintahan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Tingkat kepatuhan pajak yang rendah di Indonesia tercermin dari rendahnya tax ratio dalam beberapa tahun terakhir. Tax ratio Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan rata- rata negara OECD di mana tax ratio negara-negara tersebut berkisar pada angka 30%. Sementara itu, jika dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia masih berada di bawah Malaysia (20,2%), Thailand (20,1%) dan Australia (33,3%). Selain tax ratio yang masih rendah, kepatuhan pajak yang masih rendah ditandai dengan belum optimalnya kinerja penerimaan pajak berupa tidak tercapainya target penerimaan pajak selama lima tahun terakhir. Realisasi penerimaan pajak dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 tidak pernah mencapai target penerimaan.

Transcript of Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib...

Page 1: Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib ...juliwi.com/published/E0302/Juliwi0302_01-13.pdf · masyarakat diharapkan dapat mencegah sikap negatif serta mendorong sikap

Edisi 3 No. 2, Apr – Jun 2016, p.01-13

1

Paper Riset Singkat

Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib

Pajak Orang Pribadi di Provinsi DKI Jakarta

Andhika Utama1 dan Dudi Wahyudi2

1 Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan 2 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pajak, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

Jl. Sakti Raya No. 1, Kemanggisan, Slipi, Jakarta Barat 11480

(Diterima 23 Maret 2016; Diterbitkan 21 Mei 2016)

Abstract: Penelitian perilaku kepatuhan Wajib Pajak lebih banyak terfokus pada faktor nilai

eksternal individu. Faktor lain yang patut mendapat perhatian terkait perilaku kepatuhan

Wajib Pajak adalah nilai internal individu. Salah satu nilai internal yang dapat menjadi

faktor penentu kepatuhan perpajakan adalah religiusitas. Religiusitas yang berwujud ajaran

agama, mengajarkan hal-hal yang berguna untuk menjaga kejujuran individu dalam hal ini

adalah Wajib Pajak. Penelitian terdahulu mengindikasikan bahwa Religiusitas merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan sukarela dari Wajib Pajak. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa religiusitas berpengaruh

terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Dengan menggunakan responden Wajib Pajak yang

berada di Provinsi DKI Jakarta, diperoleh bukti bahwa religiusitas mempunyai pengaruh

signifikan terhadap kepatuhan pajak sukarela.

Keywords: religiusitas, kepatuhan wajib pajak, kepatuhan sukarela wajib pajak. ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Corresponding author: Dudi Wahyudi, E-mail: [email protected], Tel. +62-21-5481155.

Pendahuluan

Kepatuhan perpajakan telah lama menjadi permasalahan bagi pemerintahan di seluruh dunia

termasuk Indonesia. Tingkat kepatuhan pajak yang rendah di Indonesia tercermin dari rendahnya tax

ratio dalam beberapa tahun terakhir. Tax ratio Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-

rata negara OECD di mana tax ratio negara-negara tersebut berkisar pada angka 30%. Sementara itu,

jika dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia masih berada di bawah Malaysia (20,2%),

Thailand (20,1%) dan Australia (33,3%). Selain tax ratio yang masih rendah, kepatuhan pajak yang

masih rendah ditandai dengan belum optimalnya kinerja penerimaan pajak berupa tidak tercapainya

target penerimaan pajak selama lima tahun terakhir. Realisasi penerimaan pajak dari tahun 2010

sampai dengan tahun 2014 tidak pernah mencapai target penerimaan.

Page 2: Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib ...juliwi.com/published/E0302/Juliwi0302_01-13.pdf · masyarakat diharapkan dapat mencegah sikap negatif serta mendorong sikap

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 3 No. 2, Apr – Jun 2016, p.01 – 13 ISSN: 2355-4118

2

Penerimaan pajak yang tidak mencapai target dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan adanya

tingkat kepatuhan perpajakan yang rendah. Penelitian mengenai kepatuhan perpajakan saat ini lebih

menekankan pentingnya dampak dari faktor nonekonomi pada kepatuhan pajak. Faktor nonekonomi

tersebut berasal dari dua perspektif (Mohdali, 2013). Perspektif pertama berasal dari nilai eksternal

Wajib Pajak yang meliputi dampak atas tindakan pemerintah dan perlakuan otoritas pajak kepada

Wajib Pajak. Perspektif kedua yaitu nilai internal yang berasal dari individu itu sendiri, terutama berasal

dari nilai keluarga, budaya dan agama. Salah satu faktor nonekonomi yang kurang mendapatkan

perhatian adalah religiusitas atau nilai agama (Mohdali, 2014). Nilai agama yang dianut oleh

masyarakat diharapkan dapat mencegah sikap negatif serta mendorong sikap positif dalam kehidupan

sehari-hari.

Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi religiusitas, hal ini dibuktikan dengan

meletakkan Ketuhanan sebagai sila pertama sebagai dasar negara (Panggabean, 2015). Sila pertama

Pancasila mengandung arti bahwa sila-sila yang lain harus berdasarkan nilai Ketuhanan. Oleh

karenanya, nilai-nilai Ketuhanan yang berakar dari ajaran agama sangat erat dalam kehidupan

masyarakat Indonesia. Sementara itu, hasil peta yang dirilis oleh Gallup International, menempatkan

Indonesia sebagai salah satu negara dengan religiusitas tinggi.

Nilai religiusitas berdasarkan beberapa penelitian di luar negeri berpengaruh terhadap perilaku

kepatuhan Wajib Pajak, seperti Titel dan Welch (1983), Torgler (2006), serta Raihana Mohd Ali dan Jeff

Pope (2014). Religiusitas berasal dari nilai-nilai keagamaan yang luhur dari Tuhan Yang Maha Kuasa

yang mengajarkan perilaku kejujuran dan integritas terhadap setiap penganutnya (Panggabean, 2015).

Mohdali (2013) menyebutkan dengan adanya peranan nilai agama, diharapkan dapat memacu perilaku

positif dan mencegah perilaku negatif terhadap kepatuhan perpajakan sehingga mendorong naiknya

perilaku kepatuhan Wajib pajak.

Religiusitas menurut definisi Johnson et al. (2001) adalah “the extent to which an individual is

committed to the religion he or she professes and its teachings, such that individual attitudes and

behaviour reflect this commitment”. Religiusitas menurut Johnson dipandang sebagai sejauh mana

individu berkomitmen terhadap agamanya serta keimanan dan menerapkan ajarannya, sehingga sikap

dan perilaku individu mencerminkan komitmen ini. Worthington et al. (2003), menyebut religiusitas atau

komitmen beragama sebagai “the degree to which a person adheres to his/her religious values, beliefs

and practices, and uses them in daily living”. Religiusitas atau komitmen beragama dibagi menjadi dua

jenis komitmen yaitu keagamaan intrapersonal yang berasal dari keyakinan dan sikap individu, dan

komitmen agama interpersonal yang berasal dari keterlibatan individu dengan komunitas atau

organisasi keagamaan.

Kepatuhan pajak pada umumnya didefinisikan sebagai situasi di mana Wajib Pajak membayar

semua pajak yang diwajibkan pada waktu yang tepat dan melaporkan secara akurat sesuai dengan

aturan, undang-undang dan keputusan pengadilan yang berlaku pada saat melaporkan Surat

Pemberitahuan Pajak (Roth et al., 1989). Kepatuhan pajak juga dipengaruhi oleh niat yang mendasari

Wajib Pajak baik berupa kepatuhan sukarela atau dipaksa oleh otoritas pajak (Kirchler dan Wahl,

2010). Perbedaan antara kepatuhan pajak sukarela dan dipaksakan dijelaskan dalam kerangka teori

slippery slope yang menunjukkan interaksi dinamis antara pembayar pajak dan otoritas yang mengarah

ke tugas yang dapat diterima dengan baik atau tugas berat (Kirchler, Hoelzl, dan Wahl, 2008). Mirip

dengan kepatuhan pajak sukarela, moral pajak didefinisikan sebagai motivasi intrinsik untuk membayar

Page 3: Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib ...juliwi.com/published/E0302/Juliwi0302_01-13.pdf · masyarakat diharapkan dapat mencegah sikap negatif serta mendorong sikap

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 3 No. 2, Apr – Jun 2016, p.01 – 13 ISSN: 2355-4118

3

pajak seperti yang didefinisikan oleh Torgler dan Murphy (2004), mengacu pada prinsip-prinsip moral

atau nilai-nilai yang dipegang oleh individu mengenai pembayaran pajak mereka.

Kepatuhan pajak dibedakan menjadi dua menurut Kirchler, Hoelzl, dan Wahl (2008), yaitu

Kepatuhan Pajak Sukarela (Voluntary Tax Compliance) dan Kepatuhan Pajak dipaksakan (Enforced

Tax Compliance). Kepatuhan Pajak sukarela merupakan keyakinan atau prinsip bahwa Wajib Pajak

akan membayar pajak sesuai peraturan dan melaporkan penghasilan dan biaya dengan jujur. Wajib

Pajak termotivasi untuk membayar pajak dengan benar dan tidak ada keinginan untuk melakukan

kecurangan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Kirchler, Hoelzl, dan Wahl (2008)

mendefinisikan Kepatuhan Pajak Dipaksakan adalah kepatuhan yang timbul dari ketakutan terhadap

pengawasan, pemeriksaan dan denda atau hukuman yang sangat berat bila tidak bekerjasama.

Perbedaan antara kepatuhan pajak secara sukarela dan dipaksakan tercermin dalam motivasi untuk

patuh terhadap kewajiban perpajakan.

Religiusitas dan Kepatuhan Pajak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah religiusitas berpengaruh terhadap perilaku

Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi ketentuan Perundang-undangan Perpajakan. Religiusitas

menjadi salah satu elemen potensial untuk menjelaskan perilaku kepatuhan pajak diawali dengan

munculnya beberapa penelitian seperti Torgler (2003), Welch et al. (2005) dan Stack dan Kposowa

(2006) yang menekankan pentingnya religiusitas. Dalam penelitian tersebut, religiusitas dipandang

sebagai kepercayaan pada Tuhan atau keyakinan spiritual lainnya dalam menentukan sejauh mana

orang memenuhi kewajiban pajak mereka sesuai hukum yang berlaku.

Tittle dan Welch (1983) meneliti persepsi individu yang berupa hubungan religiusitas dan tindakan

penyimpangan, yaitu penggelapan pajak. Penelitian tadi menyebutkan bahwa dengan mengetahui

karakteristik umat beragama, maka akan diketahui pengaruh religiusitas individu pada perilaku

menyimpang di masa yang akan datang. Welch, Tittle dan Petee (1991) menggunakan data yang

dikumpulkan dari umat Katolik dan menjelaskan bahwa penggelapan pajak secara negatif

berhubungan dengan religiusitas pribadi individu. Keyakinan agama yang kuat berpengaruh terhadap

tindakan untuk mencegah perilaku ilegal melalui self-imposed guilt, khususnya dalam kasus

penggelapan pajak (Grasmick, Bursik dan Cochran, 1991). Grasmick, Kinsey dan Cochran (1991)

menjelaskan bahwa tidak hanya akibat dari banyaknya kehadiran di gereja terhadap kecurangan pajak,

tetapi juga tingkat afiliasi agama sebagai indeks kepatuhan dalam beragama berpengaruh terhadap

perilaku kecurangan pajak. Penelitian tadi menyebut bahwa orang yang tidak memiliki afiliasi beragama

lebih cenderung untuk melakukan kecurangan pajak.

Torgler (2003, 297) melakukan penelitian yang lebih luas mengenai peran religiusitas dan

penelitiannya mengungkapkan bahwa moral pajak (Tax Morale) dipengaruhi secara positif oleh

religiusitas dengan menggunakan data World Value Survey (WVS) untuk tahun 1990 di Kanada.

Torgler juga mengeksplorasi norma agama dalam rangka untuk memahami masalah kepatuhan pajak

dengan mencakup lebih dari 30 negara menggunakan data dari WVS (Torgler, 2006). Penelitian dari

Stack dan Kposowa (2006, 349) memperkuat kesimpulan bahwa orang-orang tanpa afiliasi keagamaan

lebih mungkin untuk melakukan penipuan pajak sebagai kegiatan yang dapat diterima. Richardson

(2008, 75) menggunakan sampel yang lebih besar dari 47 negara, menemukan bahwa terdapat

hubungan negatif antara individu dengan tingkat religiusitas dan penggelapan pajak.

Page 4: Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib ...juliwi.com/published/E0302/Juliwi0302_01-13.pdf · masyarakat diharapkan dapat mencegah sikap negatif serta mendorong sikap

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 3 No. 2, Apr – Jun 2016, p.01 – 13 ISSN: 2355-4118

4

Penelitian mengenai kepatuhan pajak secara umum menunjukkan hubungan yang positif antara

religiusitas dengan kepatuhan pajak atau hubungan negatif antara religiusitas dan penggelapan pajak.

Namun demikian, penelitian oleh Welch et al. (2005) dan McKerchar et al. (2013) menunjukkan hasil

yang berlawanan dengan penelitian sebelumnya. Persepsi penggelapan pajak dalam suatu masyarakat

memiliki efek yang sama dalam anggota masyarakat terlepas dari tingkat kereligiusannya. Demikian

pula, belum ditemukan bukti yang mendukung religiusitas sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi moral pajak (McKerchar et al. 2013, 18). McKerchar menemukan bahwa integritas

pribadi dianggap memiliki efek yang lebih kuat pada sikap kepatuhan pajak mereka dibandingkan

dengan keyakinan agama. Meskipun masih menjadi perdebatan, penelitian secara umum menunjukkan

bahwa religiusitas dapat memainkan peran penting dalam membantu pemerintah untuk memenuhi

targetnya dalam membina kepatuhan pajak secara sukarela.

Metodologi

Penelitian ini disusun dengan menggunakan responden Wajib Pajak Orang Pribadi yang berada di

wilayah Provinsi DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta merupakan ibukota negara sekaligus sebagai

miniatur Indonesia di mana penduduknya berasal dari berbagai Provinsi dan berbagai macam suku

bangsa di Indonesia. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, Provinsi DKI Jakarta mempunyai

penduduk dengan berbagai macam keyakinan agama yang dianut oleh penduduk Provinsi DKI Jakarta.

Jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta menurut Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2015 sejumlah

9.988.495 jiwa. Sementara itu, untuk jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi di Provinsi DKI Jakarta pada

tahun 2014 sejumlah 3.120.584 Wajib Pajak.

Penelitian ini merujuk pada penelitian Mohdali dan Pope (2014) yang menggunakan metode

kuantitatif dalam rangka menentukan hubungan antara religiusitas dengan kepatuhan pajak. Dengan

demikian, penulis dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan survei

kepada Wajib Pajak. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil survei. Data

tersebut merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung. Data kuantitatif adalah data yang

diukur dalam skala numerik (angka). Sumber data utama dalam penelitian ini diperoleh dari Wajib

Pajak di Provinsi DKI Jakarta dan Direktorat Jenderal Pajak, mengenai data tingkat kepatuhan Wajib

Pajak.

Data diperoleh dengan menggunakan survei dengan membagikan kuesioner kepada responden.

Pengukuran menggunakan Skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

tentang fenomena sosial (Soegeng 2006, 37). Dalam desain pengukuran ini, penulis menetapkan

nilai untuk masing-masing titik skala, antara 1 sampai dengan 5.

Jumlah populasi atau Wajib Pajak Orang Pribadi pada semua Kantor Wilayah di lingkungan Provinsi

DKI Jakarta adalah 3.120.584 Wajib Pajak. Ukuran sampel ditentukan dengan mengacu pada tabel

yang dibuat oleh Krejcie dan Morgan (1970). Berdasarkan tabel ini, ukuran sampel ditentukan menjadi

384 untuk populasi 800 ribu Wajib Pajak Orang Pribadi. Namun demikian, ukuran sampel antara 150

sampai dengan 200 dianggap sudah cukup untuk menggambarkan populasi yang besar karena ukuran

sampel tambahan hanya akan memberikan dampak yang tidak signifikan (Fowler, 1993 dalam Mohdali,

2013). Fowler menyarankan bahwa populasi 15.000 atau 15 juta dapat dijelaskan dengan hanya 150-

200 responden karena tingkat akurasinya sama. Atas dasar ini, ukuran sampel penelitian dianggap

memadai dengan jumlah 150 sampai 200.

Page 5: Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib ...juliwi.com/published/E0302/Juliwi0302_01-13.pdf · masyarakat diharapkan dapat mencegah sikap negatif serta mendorong sikap

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 3 No. 2, Apr – Jun 2016, p.01 – 13 ISSN: 2355-4118

5

Teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan adalah teknik sampel nonprobabilitas, yaitu

teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono 2008, 122). Teknik sampel nonprobabilitas yang

digunakan adalah sampling insidental (convenience sampling) dan sampel terpilih (judgement

sampling). Sampling insidental didefiniskan (convenience sampling) sebagai teknik penentuan secara

insidental responden bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai sumber data. Sampel

terpilih dapat didefinisikan sebagai tipe penarikan sampel yang mana sumber data yang hendak diteliti

dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti (Sugiyono 2008, 122).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif. Metode analisis data yang akan

digunakan adalah regresi linier sederhana yang digunakan untuk mengukur pengaruh antara

variabel bebas (independent variable) yaitu religiusitas terhadap variabel terikat (dependent variable)

yaitu kepatuhan Wajib Pajak. Penjelasan tambahan akan penulis lakukan dengan menggunakan

analisis regresi linier berganda untuk mengukur pengaruh religiusitas intrapersonal dan religiusitas

interpersonal terhadap Kepatuhan Pajak Sukarela (Voluntary Tax Compliance) pada model I dan

Kepatuhan Pajak Dipaksakan (Enforced Tax Compliance) pada model II.

Penulis juga melakukan uji asumsi klasik sebagai prasyarat uji regresi linear. Uji asumsi klasik

meliputi uji normalitas, uji linearitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas. Sementara itu, uji

statistik t dan uji statistik f juga dilakukan. Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing

variabel. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel coefficients pada kolom sig (significance). Uji statistik F

menunjukkan apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen (Ghozali 2013, 98). Penulis juga mengamati koefisien korelasi maupun

koefisien determinasi pada hasil pengujian statisktik.

Hasil

Responden dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di Provinsi DKI Jakarta. Jumlah

keseluruhan responden dalam survey adalah 296 responden. Mayoritas responden yang menjadi

sample dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki yaitu sejumlah 78,72% dari total responden.

Kelompok rentang usia responden terbesar adalah 25-44 tahun berjumlah 256 orang atau 86,5% total

responden. Mayoritas responden dalam penelitian ini berasal dari suku jawa yang berjumlah 209 orang

atau 70,61 %. Mayoritas agama responden, beragama Islam, dengan jumlah responden sebanyak

88,51% dari sampel. Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden, 127 orang atau 42,91%

total responden, memiliki tingkat pendidikan Diploma (DI atau Dimploma III). Jenis pekerjaan terbanyak

pada responden adalah sebagai pegawai baik pegawai negeri sipil atau pegawai swasta yang

berjumlah 98,99%.

Dari data responden yang telah diolah, diberikan penjabaran atas masing-masing komponen dari

kepatuhan Wajib Pajak maupun religiusitas, baik interpersonal dan intrapersonal. Dimensi Kepatuhan

Perpajakan Sukarela (Voluntary Tax Compliance) menunjukkan bahwa mayoritas responden setuju jika

membayar pajak yang berlaku merupakan tugas sebagai warga negara, tanggung jawab dan untuk

mendukung/support negara. Untuk dimensi Kepatuhan Perpajakan Dipaksakan (Enforced Tax

Compliance) menunjukkan bahwa mayoritas responden setuju untuk membayar pajak jika ada

hukuman yang berat bagi penggelap pajak serta ketakutan akan hancurnya reputasi jika tertangkap jika

tidak mengikuti aturan perpajakan.

Page 6: Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib ...juliwi.com/published/E0302/Juliwi0302_01-13.pdf · masyarakat diharapkan dapat mencegah sikap negatif serta mendorong sikap

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 3 No. 2, Apr – Jun 2016, p.01 – 13 ISSN: 2355-4118

6

Dimensi religiusitas intrapersonal menunjukkan bahwa mayoritas responden setuju jika agama

menjawab banyak pertanyaan mengenai makna kehidupan. Sementara itu dari dimensi religiusitas

intrapersonal, menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 248 partisipan atau sekitar

83,8% merasa nyaman jika menghabiskan waktu bersama orang-orang dan kelompok agama. Hal

tersebut menunjukkan peranan afiliasi/ kelompok yang sangat besar bagi responden.

Tabel 1. Hasil Uji Beda Jenis Pekerjaan.

Item Pekerjaan Mean Standar Deviasi T-statistik (p-value)

PNS Pegawai Swasta Usaha Sendiri

PNS 31,16 4,49

-0,841 1,57

(0,401) (0,12)

Swasta 31,95 3,77 0,841

1,75

(0,401) (0,09)

Usaha Sendiri 27,0 10,15 -1,57 -1,75

(0,12) (0,09)

Sumber: olahan data SPSS

Uji beda (t-test) digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki

nilai rata-rata yang berbeda (Ghozali, 2013). Tujuan penggunaan uji beda t-test ini adalah untuk

membandingkan rata-rata antara dari beberapa faktor demografi untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan nilai rata-rata dan seberapa signifikan perbedaan tersebut. Pada penelitian ini penulis

melakukan uji t-test pada faktor demografi berupa tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Hasil uji beda

t-test untuk faktor demograsi jenis pekerjaan ditampilkan dalam Tabel 1. Perbedaan tingkat kepatuhan

pada PNS tidak signifikan secara statistik jika dibandingkan dengan pegawai swasta dan usaha sendiri

dengan t-statistik sebesar 0,841 dan p-value 0,401 untuk PNS dan Swasta serta untuk PNS dan Usaha

Sendiri dengan t-statistik sebesar 1,75 dan p-value 0,09. Selain itu, perbedaan pegawai swasta dan

usaha sendiri tidak signifikan secara statitik dengan t-statistik sebesar 1,75 dan p-value 0,09. Tingkat

kepatuhan PNS dan pegawai swasta lebih tinggi jika dibandingkan dengan usaha sendiri.

Penulis melakukan uji asumsi klasik sebagai prasyarat analisis regresi linear. Penulis melakukan uji

normalitas untuk mengetahui apakah data terdistribui normal dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Nilai

signifikansi hasil uji Kolmogorov-Smirnov (Asymp. Sig. [2-tailed]) untuk persamaan regresi linear

sederhana adalah 0,695, melebihi batas signifikansi 0,05. Sedangkan untuk persamaan regresi linear

berganda pada model I nilai signifikansi hasil uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,056 dan pada model II

nilai signifikansi hasil uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,509. Hasil tersebut menyatakan bahwa baik

untuk persamaan regresi linear sederhana dan persamaan regresi linear berganda (model I dan model

II), datanya terdistribusi normal.

Uji linearitas untuk mengetahui apakah spesifikasi model yang digunakan sudah bersifat linear.

Penulis menggunakan Uji Durbin Watson pada pada taraf signifikansi 0,05. Jika nilai dari uji D-W (d)

kurang dari dL maka terdapat autokorelasi positif, jika dU<d<4-dU maka tidak terdapat autokorelasi,

baik positif maupun negatif. Jika nilai DW (d) terdapat autokorelasi positif, maka spesifikasi persamaan

utama adalah salah atau misspesification dan model penelitian bukan regresi linear. Tabel 2

menunjukkan bahwa antara variabel independen dan variabel dependen dalam persamaan regresi

linear sederhana memiliki hubungan linear karena nilai durbin di atas du sehingga tidak ada hubungan

autokorelasi.

Page 7: Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib ...juliwi.com/published/E0302/Juliwi0302_01-13.pdf · masyarakat diharapkan dapat mencegah sikap negatif serta mendorong sikap

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 3 No. 2, Apr – Jun 2016, p.01 – 13 ISSN: 2355-4118

7

Tabel 2. Hasil Uji Durbin Watson Persamaan Regresi Linear Berganda.

Item Yang diuji Nilai Durbin Watson dl du Keputusan

Persamaan regresi linear sederhana 2,025 1.80053 1.81436 Linear

Model I 2,015 1.79358 1.82134 Linear

Model II 1,981 1.79358 1.82134 Linear

Uji multikolinearitas adalah prasyarat uji regresi untuk memastikan tidak adanya hubungan

signifikan antar variabel independen. Uji ini dilakukan dengan memeriksa nilai Tolerance dan VIF

(Variance Inflation Indicator). Apabila nilai Tolerance lebih dari 0,10 berarti tidak ada korelasi antar

variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Apabila nilai VIF variabel independen atas variabel

dependen melebihi 10, maka terdapat gejala multikolinearitas. Dari pengujian, menujukkan bahwa nilai

VIF untuk semua komponen variabel independen berada di nilai 1,442, serta tolerance sebesar 0,693

sehingga tidak ditemukan gejala multikolinearitas.

Uji heteroskedastisitas adalah uji kekuatan hubungan antar variabel apakah memiliki kekuatan

merata (homoskedastisitas) atau tidak (heteroskedastisitas). Uji ini berguna untuk melihat varians dari

residu data satu variabel terhadap variabel lainnya. Dengan metode Glejser, gejala heteroskedastisitas

terdeteksi apabila signifikansi lebih kecil dari 0,05. Tabel 3 menunjukkan variabel independen

bersignifikansi lebih besar dari 0,05 saat diregresikan dengan variabel dependen. Oleh karena itu,

persamaan regresi linear sederhana tidak mengalami gejala heteroskedastisitas. Sementara itu, pada

tabel I4 diketahui bahwa pada persamaan regresi linear berganda model I dan model II tidak

mengalami gejala heteroskedastisitas.

Tabel 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan Regresi Linear Sederhana.

Variabel Independen Nilai Signifikansi Batas Minimal Signifikansi Keputusan

Religiusitas 0,185 0,05 Tidak ada gejala Heteroskedasitas

Sumber: olahan data SPSS

Pengujian regresi linear sederhana menunjukkan hasil uji F yang memperlihatkan hubungan antara

variabel religiusitas dan kepatuhan Wajib Pajak. Nilai Fhitung yaitu 16,117 melebihi Ftabel (0,0039) dan

signifikansi berada di bawah 0,05. Dari hasil pengujian tersebut, hipotesis penelitian yang menyebutkan

bahwa religiuitas berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak diterima.

Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan Regresi Linear Berganda.

Model Regresi

Variabel Independen

Variabel Independen

Nilai Signifikansi

Batas Minimal Signifikansi

Keputusan

Model I

Religiusitas Intrapersonal

Voluntary Tax Compliance

0,405 0,05 Tidak ada gejala Heteroskedasitas

Religiusitas Interpersonal

0,575 0,05 Tidak ada gejala Heteroskedasitas

Model II

Religiusitas Intrapersonal

Enforced Tax Compliance

0,635 0,05 Tidak ada gejala Heteroskedasitas

Religiusitas Interpersonal

0,167 0,05 Tidak Ada gejala Heteroskedasitas

Sumber: olahan data SPSS

Page 8: Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib ...juliwi.com/published/E0302/Juliwi0302_01-13.pdf · masyarakat diharapkan dapat mencegah sikap negatif serta mendorong sikap

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 3 No. 2, Apr – Jun 2016, p.01 – 13 ISSN: 2355-4118

8

Nilai R dan R2 pada bagian Model Summary hasil perhitungan regresi linear sederhana. Nilai R

sebesar 0,228 menunjukkan adanya korelasi positif lemah, yaitu sebesar 22,8% antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 sebesar 0,052 berarti variabel independen dapat

menjelaskan 5,2% variasi variabel dependen, sementara 94,8% lainnya dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak termasuk dalam model penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menelaah lebih lanjut mengenai pengaruh komitmen religiusitas

terhadap komponen dari kepatuhan Wajib Pajak yang berupa Kepatuhan Wajib Pajak Sukarela

(Voluntary Tax Compliance) dan Kepatuhan Wajib Pajak Dipaksakan (Enforced Tax Compliance).

Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda terhadap kepatuhan Wajib Pajak yang terdiri dari

2 (dua model) yaitu model I yang menguji variabel religiusitas terhadap variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Sukarela (Voluntary Tax Compliance) dan model II yang menguji variabel religiusitas terhadap variabel

Kepatuhan Wajib Pajak Dipaksakan (Enforced Tax Compliance). Variabel religiusitas terbagi menjadi 2

(dua) kelompok, yaitu religiusitas intrapersonal dan religiusitas interpersonal.

Pengujian regresi berganda pada model I menghasilkan thitung untuk religiusitas interpersonal

melebihi ttabel dan nilai probabilitas di bawah 0,05 oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa religiusitas

interpersonal secara individu berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Pajak Sukarela (Voluntary

Tax Compliance). Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai thitung pada model II untuk variabel Religiusitas

Intrapersonal dan Religiusitas Interpersonal adalah sebesar 0,713 dan 0,9182. Oleh karena thitung < ttabel

dan nilai probabilitas di atas 0,005, dapat disimpulkan bahwa religiusitas intrapersonal maupun

interpersonal secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak

Dipaksakan.

Tabel 5. Hasil Uji t Persamaan Regresi Linear Berganda.

Variabel Independen Voluntary Tax Compliance

(model 1) Enforced Tax Compliance

(model II)

thitung ttabel Nilai Signifikansi thitung ttabel Nilai Signifikansi

Religiusitas Intrapersonal 1,35 1,968 0,178 0,713 1,968 0,477

Religiusitas Interpersonal 2,319 1,968 0,021 0,982 1,968 0,327

Sumber: olahan data SPSS

Pengujian menunjukkan hasil uji F yang diambil dari bagian Anova pada hasil uji regresi linear

berganda untuk model I dan model II. Jika signifikansi variabel independen (prediktor) melebihi 0,05,

maka variabel tersebut tidak signifikan. Variabel juga tidak dinyatakan signifikan apabila Fhitung variabel

bersangkutan lebih kecil dari Ftabel. Tabel 6 menunjukkan bahwa variabel religiusitas (religiusitas

intrapersonal dan religiusitas interpersonal) secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap

Kepatuhan Pajak Sukarela (Voluntary Tax Compliance) karena F >Ftabel dan nilai signifikansi <0,05.

Sementara itu, variabel religiusitas (religiusitas Intrapersonal dan Religiusitas Interpersonal) secara

simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kepatuhan Pajak Dipaksakan karena Fhitung<

Ftabel dan nilai signifikansi >0,05.

Tabel 7 menunjukkan nilai R dan R2 pada bagian Model Summary hasil perhitungan regresi linear

berganda terhadap model I dan model II. Pada model I nilai R sebesar 0,223 menunjukkan adanya

korelasi positif lemah, yaitu sebesar 22,3% antara keseluruhan variabel independen terhadap variabel

dependen (Voluntary Tax Compliance), sedangkan nilai R2 untuk model I sebesar 0,05 berarti

Page 9: Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib ...juliwi.com/published/E0302/Juliwi0302_01-13.pdf · masyarakat diharapkan dapat mencegah sikap negatif serta mendorong sikap

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 3 No. 2, Apr – Jun 2016, p.01 – 13 ISSN: 2355-4118

9

keseluruhan variabel independen dapat menjelaskan 5 % variasi variabel dependen, sementara 95,0%

lainnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian persamaan model I.

Tabel 6. Hasil Uji F Persamaan Regresi Linier Berganda.

Variabel Independen

Voluntary Tax Compliance

(model 1)

Enforced Tax Compliance

(model 2)

Fhitung Ftabel Nilai Signifikansi Fhitung Ftabel Nilai Signifikansi

Religiusitas Intrapersonal 7,691 3,026 0,001 1,619 3,026 0,200

Religiusitas Interpersonal

Sumber: olahan data SPSS

Pengujian pada model II menghasilkan nilai R sebesar 0,105, yang menunjukkan adanya korelasi

positif lemah, yaitu sebesar 10,5% antara variabel independen terhadap variabel dependen sedangkan

nilai R2 untuk model II sebesar 0,011 berarti keseluruhan variabel independen dapat menjelaskan 1,1%

variasi variabel dependen (Enforced Tax Compliance), sementara 98,9% lainnya dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian pada persamaan model II.

Tabel 7. Hasil R dan R2 Persamaan Regresi Linear Berganda.

Variabel Independen Voluntary Tax Compliance

(model 1) Enforced Tax Compliance

(model II)

R R2 R R2

Religiusitas Intrapersonal 0,223 0,05 0,105 0,011

Religiusitas Interpersonal

Sumber: olahan data SPSS

Pembahasan

Pada penelitian ini, religiusitas memiliki tingkat keeratan hubungan sebesar 22,8% terhadap

perilaku kepatuhan Wajib Pajak sebagaimana ditunjukkan oleh koefisien kolerasi pada persamaan

regresi sederhana. Keeratan hubungan (R) sejumlah 22,8% tersebut termasuk dalam kategori lemah.

Berdasarkan koefisien determinasi (R2), model regresi sederhana hanya memiliki 5,2% peranan dalam

penentuan Kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini berarti terdapat faktor lain di luar religiusitas sejumlah 94,6%

yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Nilai koefisien determinasi yang rendah yaitu 5,2%

disebabkan karena jumlah variabel bebas pada penelitian ini hanya satu yaitu religiusitas. Koefisien

determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena ada variasi yang besar antara masing-

masing pengamatan (Ghozali 2013, 97).

Pengaruh positif antara religiusitas terhadap kepatuhan Wajib Pajak yang ditemukan dalam

penelitian ini sejalan dengan penelitian Raihana Mohd Ali dan Jeff Pope (2014). Hasil ini menunjukkan

ketika tingkat Religiusitas Wajib Pajak makin tinggi maka mereka akan cenderung memiliki tingkat

kepatuhan perpajakan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Wajib Pajak yang memiliki

religiusitas rendah. Atas hasil pengujian tersebut, maka hipotesis pada penelitian ini diterima sehingga

religiusitas berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan Wajib Pajak.

Untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut, peneliti melakukan pengujian atas masing-masing

komponen religiusitas terhadap masing-masing komponen kepatuhan pajak. Pengujian melalui analisis

Page 10: Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib ...juliwi.com/published/E0302/Juliwi0302_01-13.pdf · masyarakat diharapkan dapat mencegah sikap negatif serta mendorong sikap

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 3 No. 2, Apr – Jun 2016, p.01 – 13 ISSN: 2355-4118

10

regeresi linier berganda pada model I (Voluntary Tax Compliance) ditemukan bahwa regresi berganda

sejalan dengan regresi linier sederhana yaitu berpengaruh positif. Religiusitas (baik intrapersonal

maupun interpersonal) memiliki hubungan keeratan (R) sebesar 22,3% sehingga termasuk memiliki

hubungan yang lemah terhadap komponen dari kepatuhan Wajib Pajak yakni kepatuhan Wajib Pajak

Sukarela (Voluntary Tax Compliance). Pada pengujian melalui analisis regeresi linier berganda pada

model I (Voluntary Tax Compliance), penulis menemukan bahwa religiusitas interpersonal mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap salah satu komponen Kepatuhan Pajak yaitu, kepatuhan Pajak

Sukarela (Voluntary Tax Compliance).

Pengaruh positif dari religiusitas terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Sukarela tersebut sejalan dengan

penelitian Raihana Mohd Ali dan Jeff Pope (2014). Temuan ini mengindikasikan bahwa semakin kuat

religiusitas interpersonal dari Wajib Pajak, maka akan semakin meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

Temuan tersebut sejalan dengan penelitian dari Grasmick, Kinsey dan Cochran (1991) dimana

kelompok agama berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan dari Wajib Pajak. Adanya rasa malu dan

ketakutan akan citra pribadi akan menjadi buruk dalam kelompok agama menjadikan Wajib Pajak

menjadi lebih patuh terhadap kewajiban perpajakannya.

Religiusitas Intrapersonal pada model I ditemukan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kepatuhan Wajib Pajak Sukarela. Peranan religiusitas yang tidak signifikan pada pengujian terhadap

elemen kepatuhan sukarela dapat dimungkinkan terjadi karena sebagian orang di Indonesia

menganggap bahwa membayar pajak bukan merupakan sebuah kewajiban dan hanya menyangkut

urusan duniawi yang formal (Fidiana, 2014). Di samping itu, perbuatan yang menunjukkan sikap

kepatuhan perpajakan yang lemah seperti penggelapan pajak masih dianggap kegiatan yang beretika

oleh sebagian umat agama disebabkan oleh korupsi yang dilakukan oleh aparat pajak (Izza dan

Hamszah, 2014).

Pada pengujian melalui analisis regeresi linier berganda pada model II (Voluntary Tax Compliance),

penulis menemukan bahwa religiusitas intrapersonal dan religiusitas interpersonal ditemukan tidak

berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Sukarela (Voluntary Tax Compliance).

Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dari religiusitas terhadap

perilaku kepatuhan Wajib Pajak. Pengaruh yang signifikan berasal dari pengaruh komponen religiusitas

interpersonal Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Pajak Sukarela. Religiusitas interpersonal berhubungan

dengan keterlibatan individu dengan organisasi keagamaan. Oleh karena itu, dalam rangka

meningkatkan penerimaan pajak, Direktorat Jenderal Pajak diharapkan dapat menggunakan elemen

religiusitas ketika melakukan interaksi dengan Wajib Pajak, misal pada saat penyuluhan, sosialisasi

atau memasukkan ke dalam bagian surat kepada Wajib Pajak. Di samping itu, Direktorat Jenderal

Pajak dapat bekerjasama dengan organisasi keagamaan agar mendorong Wajib Pajak lebih taat

kepada peraturan perundangan khususnya peraturan perpajakan.

Penelitian ini juga menemukan bahwa religiusitas hanya memiliki peranan yang kecil terhadap

perilaku kepatuhan pajak. Mohdali (2013, 1) menyebutkan penelitian banyak ahli menemukan banyak

faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak, baik berupa faktor ekonomi maupun faktor non ekonomi.

Faktor ekonomi antara lain berupa tarif pajak dan denda sedangkan faktor non-ekonomi antara lain

berasal dari perilaku Wajib Pajak, persepsi Wajib Pajak ataupun faktor demografis. Sehingga untuk

mendapatkan hasil yang lebih komprehensif perlu adanya penelitian dari variabel lain yang

berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak selain religiusitas.

Page 11: Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib ...juliwi.com/published/E0302/Juliwi0302_01-13.pdf · masyarakat diharapkan dapat mencegah sikap negatif serta mendorong sikap

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 3 No. 2, Apr – Jun 2016, p.01 – 13 ISSN: 2355-4118

11

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah religiusitas berpengaruh terhadap perilaku

Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi ketentuan Perundang-undangan Perpajakan. Penelitian

dilakukan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Provinsi DKI Jakarta melalui pengisian kuesioner baik

berupa angket maupun melalui survei secara online. Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan analisis regresi linear.

Penelitian ini menemukan bahwa bahwa komponen Religiusitas Interpersonal berpengaruh

signifikan terhadap Kepatuhan Pajak Sukarela (Voluntary Tax Compliance) sedangkan untuk

komponen Religiusitas Intrapersonal tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Pajak Sukarela

(Voluntary Tax Compliance). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa masing-masing komponen

religiusitas, baik religiusitas intrapersonal dan religiusitas interpersonal, tidak berpengaruh signifikan

terhadap Kepatuhan Pajak Dipaksakan (Enforced Tax Compliance).

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Pertama, penentuan sampel masih

menggunakan sampel nonprobabilistik dikarenakan tidak didapatkannya sample frame. Penggunaan

convenience sampling dan judgmental sampling memungkinkan data yang didapatkan tidak

representatif mencerminkan keseluruhan populasi. Kedua, sebagian besar responden merupakan

karyawan, yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil maupun pegawai swasta yang telah dilakukan

pemotongan pajak penghasilan oleh Bendaharawan. Adanya pemotongan penghasilan untuk pajak

penghasilan memungkinkan terjadinya bias dalam perilaku kepatuhan perpajakan. Ketiga, terdapat 94,

8% variabel yang mempengaruhi perilaku Kepatuhan Wajib Pajak di luar variabel religiusitas.

Dengan demikian, penelitian berikutnya bisa dilakukan dengan pengambilan sampel menggunakan

teknik cluster random sampling, sehingga masalah representasi populasi dapat lebih baik. Kedua,

penelitian berikutnya menggunakan lebih banyak responden wirausahawan. Terakhir, variabel-variabel

lain yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan Wajib Pajak dapat ditambahkan

untuk meningkatkan derajat penjelasan faktor-faktor penentu dari variabel dependen.

Daftar Pustaka

Bobek, D., dan Hatfield, R. 2003. An Investigation of the Theory of Planned Behavior and the Role of

Moral Obligation in Tax Compliance. Behavioral Research in Accounting, 15(1), 13-38.

Bobek, D., Roberts, R., dan Sweeney, J. 2007. The Social Norms of Tax Compliance: Evidence f m

Australia, Singapore, and the United States. Journal of Business Ethics, 74(1), 49-64.

Chaizi, Nasucha. 2004. Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Fidiana. 2014 Eman dan Iman: Dualisme Kesadaran dan Kepatuhan1. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi.

Surabaya

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 21 edisi 7. Semarang:

Badan Penerbit- Undip.

Glock, C. Y. 1962. On the Study of Religious Commitment. Religious Education, 57(4), 98-110.

Graetz, M. J., dan Wilde, L. L. 1985. The Economics of Tax Compliance: Fact and Fantasy. National

Tax Journal, 38(3), 355-363.

Page 12: Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib ...juliwi.com/published/E0302/Juliwi0302_01-13.pdf · masyarakat diharapkan dapat mencegah sikap negatif serta mendorong sikap

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 3 No. 2, Apr – Jun 2016, p.01 – 13 ISSN: 2355-4118

12

Grasmick, H. G., Bursik, R. J., dan Cochran, J. K. 1991. "Render unto Caesar What is Caesar's":

Religiosity and Taxpayers' Inclinations to Cheat. SociologicalQuarterly; Berkeley, 32(2), 251-266.

Grasmick, H. G., Kinsey, K., dan Cochran, J. K. 1991. Denomination, Religiosity and Compliance with

the Law: A Study of Adults. Journal for the Scientific Study of Religion, 30(1), 99-107.

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. The McGraw-Hill Companies. New

York.

Hadi Wiyoso. 2012. Apakah Agama Mengharamkan Pajak?.

http://www.pajak.go.id/content/article/apakah-agama-mengharamkan-pajak (diakses 7 Juli 2015)

James, S., dan Alley, C. 2000. Tax Compliance, Self-Assessment and Tax Administration. Journal of

Finance and Management in Public Services, 2(2),27-42.

Johnson, B. R., Jang, S. J., Larson, D. B., dan De Li, S. 2001. Does Adolescent Religious Commitment

Matter? A Reexamination of the Effects of Religiosity on Delinquency. Journal of Research in Crime

and Delinquency, 38(1), 22-44.

Kementerian Dalam Negeri. 2015. Profil Daerah Provinsi DKI Jakarta.

http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/provinsi/detail/31/dki-jakarta (diakses 2 Juni 2015)

Kirchler, E., Hoelzl, E., dan Wahl, I. 2008. Enforced versus Voluntary Tax Compliance: The "Slippery

Slope" Framework. Journal of Economic Psychology, 29(2), 210-225.

Kirchler, E., dan Wahl, I. 2010. Tax Compliance Inventory: TAX-I Voluntary Tax Compliance, Enforced

Tax Compliance, Tax Avoidance, and Tax Evasion. Journal of Economic Psychology, 31(3), 331-

346.

Krejcie, R. V., dan Morgan, D. W. 1970. Determining Sample Size for Research Activities. Educational

and Psychological Measurement, 30, 607-610.

Kurpis, L., Beqiri, M. dan Helgeson, J. 2008. “The effects of commitment to moral self-improvement and

religiosity on ethics of business students”, Journal of Business Ethics, Vol. 80 No. 3, pp. 447-463.

Margolis, H. 1997. Religion as Paradigm. Journal of Institutional and Theoretical Economics, 153(i),

242-252.

McKerchar, M., Bloomquist, K., dan Pope, J. 2013. Indicators of Tax Morale: An Exploratory Study.

eJournal of Tax Research, 11(1), 5-22.

Mohdali, Raihana and Pope, Jeff. 2012. The effects of religiosity and external environment on voluntary

tax compliance. New Zealand Journal of Taxation Law and Policy 18: pp. 119-139

Mohdali, Raihana dan Pope, Jeff .2013. The influence of religiosity on taxpayers’ compliance attitudes:

Empirical evidence from a mixed-methods study in Malaysia. Accounting Research Journal, Vol. 27

Iss: 1, pp.71 – 91

Mohd Ali, Nor Raihana. 2013. The influence of religiosity on tax compliance in Malaysia. Ph.D. Curtin

University, Curtin Business School. Tidak dipublikasi

Panggabean, Hana. , Hora Titra dan Juliana Murniati. 2014. Kearifan Lokal Keunggulan Global.

Jakarta: Elex Media Computindo.

Pope, J., dan Mohdali, R. 2010. Role of Religiosity in Tax Morale and Tax Compliance, The. Austl. Tax

F., 25, 565.

Page 13: Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib ...juliwi.com/published/E0302/Juliwi0302_01-13.pdf · masyarakat diharapkan dapat mencegah sikap negatif serta mendorong sikap

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 3 No. 2, Apr – Jun 2016, p.01 – 13 ISSN: 2355-4118

13

Richardson, G. 2006. Determinants of Tax Evasion: A Cross-Country Investigation. Journal of

International Accounting, Auditing and Taxation, 15(2), 150-169.

Riahi-Belkaoui, A. 2004. Relationship between Tax Compliance Internationally and Selected

Determinants of Tax Morale. Journal of International Accounting, Auditing and Taxation, 13(2), 135-

143.

Roth, J. A., Scholz, J. T., dan Witte, A. D. 1989. Taxpayer Compliance, Volume 1: An Agenda for

Research. Philadelphia: University of Pennsylvania Press.

Tittle, C. R., dan Welch, M. R. 1983. Religiosity and Deviance: Toward a Contingency Theory of

Constraining Effects. Social Forces, 61(3), 653-682.

Torgler, B. 2002. Speaking to Theorists and Searching for Facts: Tax Morale and Tax Compliance in

Experiments. Journal of Economic Surveys, 16(5), 657-683

Torgler, B. 2003. To Evade Taxes or Not to Evade: That is the Question. Journal of Socio-Economics,

32(3), 283-302.

Torgler, B. 2006. The Importance of Faith: Tax Morale and Religiosity. Journal of Economic Behavior

dan Organization, 61(1), 81-109.

Torgler, B., Demir, I. C., Macintyre, A., dan Schaffner, M. 2008. Causes and Consequences of Tax

Morale: An Empirical Investigation. Economic Analysis and Policy, 38(2), 313-339.

Torgler, B., dan Murphy, K. 2004. Tax Morale in Australia: What Shapes it and has it Changed Over

Time? Journal of Australian Taxation, 7(2), 298-335.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat.

Stack, S., dan Kposowa, A .2006. The Effect of Religiosity on Tax Fraud Acceptability: A

Cross‐National Analysis. Journal for the Scientific Study of Religion, 45(3), 325-351.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Song, Y., dan Yarbrough, T. E. 1978. Tax Ethics and Taxpayer Attitudes: A Survey. Public

Administration Review, 38(5), 442-452.

Welch, M. R., Tittle, C. R., dan Petee, T. A.1991. Religion and Deviance among Adult Catholics: A Test

of the "Moral Communities" Hypothesis. Journal for the Scientific Study of Religion, 30(2), 159-172.

Welch, M. R., Xu, Y., Bjarnason, T., Petee, T., O'Donnell, P., dan Magro, P. 2005. But Everybody Does

It: The Effects Of Perceptions, Moral Pressures, And Informal Sanctions On Tax Cheating.

Sociological Spectrum, 25(1), 21-52.

Wikipedia. 2010. Religiousity. https://en.wikipedia.org/wiki/Religiosity (diakses 24 Juni 2015).

Worthington, E. L., Jr., Wade, N. G., Hight, T. L., Ripley, J. S., McCullough, M. E., Berry, J. W., Schmitt,

M. M., Berry, J. T., Bursley, K. H., dan O'Connor, L.2003.The Religious Commitment Inventory-10:

Development, Refinement, and Validation of a Brief Scale for Research and Counseling. Journal of

Counseling Psychology, 50(1), 84-96.

Dokumen Publik dan Peraturan Perundang-undangan

Direktorat Jenderal Pajak. Laporan Tahunan 2013

Kementerian Keuangan. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2009-2013 (Audited) Republik

Indonesia.