PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI...

112
PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP KEBAHAGIAAN PENSIUNAN PNS DAN BUMN DI BANGKA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Salma Zahwa NIM: 11140700000147 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440H/2019M

Transcript of PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI...

Page 1: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI

TERHADAP KEBAHAGIAAN PENSIUNAN PNS DAN BUMN

DI BANGKA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Psikologi (S.Psi)

Oleh :

Salma Zahwa

NIM: 11140700000147

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440H/2019M

Page 2: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran
Page 3: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran
Page 4: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran
Page 5: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

B) April 2019

C) Salma Zahwa

D) Pengaruh Religiusitas dan Penyesuaian diri terhadap Kebahagiaan

Pensiunan PNS dan BUMN di Bangka

E) xiv + 81 halaman + lampiran

F) Penelitian ini dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh religiusitas

dan penyesuaian diri terhadap kebahagian pada pensiunan PNS dan BUMN

di Bangka. Subjek penelitian ini berjumlah 218 pensiunan di Bangka yang

diambil dengan teknik Non probability sampling. CFA (Confirmatory

Factory Analysis) digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan multiple

linear regression digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan yaitu variabel

variabel religiusitas dan penyesuaian diri terhadap kebahagiaan pensiunan

PNS dan BUMN di Bangka. Hasil uji hipotesis minor menunjukkan bahwa

ada tiga dari tujuh variabel yang memiliki nilai signifikan terhadap

kebahagiaan pensiunan PNS dan BUMN di Bangka yaitu, bagian dari

religiusitas adalah public practice dan bagian dari penyesuaian diri yaitu

persepsi sesuai dengan realitas dan gambaran diri yang positif. Sementara

itu, intellect, ideology, private practice, experience tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap kebahagiaan pensiunan PNS dan BUMN di

Bangka. Hasil penelitian juga menunjukkan proporsi varians dari

kebahagiaan yang dijelaskan oleh seluruh variabel independen adalah

54,8% sedangkan sisanya 45,2% dipengaruhi oleh variabel lain di luar

penelitian ini. Untuk penelitian lebih lanjut dapat disarankan untuk

menambahkan variabel lain seperti makna hidup dan dukungan sosial

dikarenakan peran keluarga sangat dibutuhkan untuk menyesuaikan diri

pada masa pensiun dan makna hidup akan mempengaruhi pandangan hidup

para pensiunan mengenai dunianya.

G) Buku bacaan: 44; buku: 9 + jurnal: 29+ tesis:2 +skripsi: 2 +artikel online: 4

Page 6: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology Jakarta Islamic State University

B) April 2019

C) Salma Zahwa

D) The Effect of Religiousity and Self-Adjusment towards the Happiness on

retired civil servants and employee of BUMN in Bangka

E) xiv + 81 pages + appendix

F) This study was conducted to test on the significance of the effect of religious

and self adjusment towards the happiness on retired civil servants in

Bangka. The subject in this research were 218 retired employee in Bangka

were taken by non-probability sampling technique. CFA (Confirmatory

Factor Analysis) was used to test the validity of instrument and multiple

linear regression analysis was used to test the research hypothesis. The

result showed that there is a significant effect of religiousity and self

adjusment towards the happiness on retired civil servants and employee of

BUMN in Bangka. Minor hypothesis test results indicated that three out of

seven variables was significantly influenced happiness on retired civil

servants and employee of BUMN in Bangka namely public practice,

perception of reality and positive self-image. Meanwhile ideology, intellect,

private practice, experience have no significant effect on happiness of

retired civil servants in Bangka. The result also showed the proportion of

the variance of happiness on retired civil servants and employee of BUMN

in Bangka described by all independent variables was 54.8%, while 45.2%

was influenced by other variables outside of this research. For future

research is suggested to investigate other variables, such as meaning life and

social support because the importance role of family is really needed for

self-adjusting on the period of retirement and meaning life will give effect

on how they see the world it self.

G) Reading book: 44; books: 9 + journals: 29 + theses: 2 + theses: 2 + articles

online: 4

Page 7: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Religiusitas dan Penyesuaian Diri terhadap Kebahagiaan pada

Usia Pensiun Di Bangka”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada

junjungan kita, Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabat.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari doa,

dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag., M.Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.

2. Dr. Rena Latifa, M.Psi, dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

meluangkan waktu serta ilmu dalam memberikan bimbingan, masukan serta

arahan selama pengerjaan skripsi ini.

3. Mulia Sari Dewi. M.Psi. Psi, dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan dukungan kepada penulis.

4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang telah memberikan limpahan ilmu tidak ternilai dan banyak

membantu penulis.

5. Orangtua Penulis, Drs.Muslich.S, dan Susanti, S.pd.I yang telah mendoakan

dan selalu memberikan dukungan terus menerus baik secara moril maupun

materil serta menjadi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk adik-

Page 8: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

viii

adikku Muhammad Al-Faatih dan Muhammad Nabiil, yang selalu

menyemangati penulis agar dapat secepat mungkin menyelesaikan

perkuliahan.

6. Derry Aprian. Terima kasih telah mendengarkan keluh kesah selama ini dan

selalu memberikan motivasi, semangat, waktu dan tenaga untuk menemani

penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

7. Sahabat seperjuangan Annastasia Aulia, Zahrotul Afiffah, Izzati Kamilah

Saifa, Taufan Ari Putra dan Hasan Basri. Terima kasih telah menemani

selama empat tahun ini dan selalu membantu, memberikan motivasi serta

energi positif. Terima kasih atas semua kenangan dan warna-warni didalam

dunia perkuliahan. Teman-teman Psikologi 2014 dan seluruh pihak yang

tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuan yang telah

diberikan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak-Ibu pensiunan di Bangka yang telah meluangkan waktunya menjadi

sumber data dalam penulisan ini, penulis ucapkan terima kasih atas kerjasama

dan partisipasinya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan seluruh pihak kepada

penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

dikarenakan keterbatasan dalam hal pengetahuan dan pengalaman. Penulis

berharap, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis sendiri, para

pembaca dan seluruh pihak terkait.

Jakarta, Mei 2019

Penulis

Page 9: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………....... iii

LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………....... iv

ABSTRAK………………………………………………………………….. v

KATA PENGANTAR………………………………….………………….. vii

DAFTAR ISI………………………………….……………………………. ix

DAFTAR TABEL………………………………….………………………. xi

DAFTAR GAMBAR………………………………….…………………… xii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………….………………… xiii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………… 1

1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah…………………………. 12

1.2.1 Pembatasan Masalah…………………………………….. 12

1.2.2 PerumusanMasalah …………………………………........ 13

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian……………………………….. 14

1.3.1 Tujuan Penelitian………………………………………… 14

1.3.2 Manfaat Penelitian……………………………………….. 14

1.3.2.1 Manfaat Teoritis ………………………………………. 14

1.3.2.2 Manfaat Praktis ……………………………………….. 14

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA………………………………….…………. 15

2.1 Pensiun ………………………………………………………... 15

2.2 Kebahagiaan ………....................................…………….......... 16

2.2.1 Definisi kebahagiaan…...................................................... 16

2.2.2 Aspek-aspek kebahagiaan ……………………….............. 17

2.2.3 Faktor-faktor yang mempegaruhi

kebahagiaan...........…………....…………....……………..........

21

2.2.4 Pengukuran kebahagiaan ……………....…………….... 24

2.3.Religiusitas …………… ………………………………………. 25

2.3.1 Pengertian Religiusitas ………........................................... 25

2.3.2 Aspek-aspek religiusitas……........................................... 27

2.3.3 Pengukuran Religiusitas……………………................... 33

2.4 Penyesuaian diri………………………………….…………….. 34

2.4.1 Definisi penyesuaian diri…………………………………. 34

2.4.2 Dimensi penyesuaian diri……………………………… 36

2.4.3 Pengukuran penyesuaian diri………………………….... 39

2.5 Kerangka Berpikir………………………………….…………. 39

2.6 Hipotesis Penelitian………………………………….………... 45

2.6.1 Hipotesis Mayor ……………....……………................... 45

2.6.2 Hipotesis Minor ……………....……………................... 45

BAB 3 METODE PENELITIAN………………………………………... 46

3.1 Populasi dan Sampel …………..……………....…………….... 46

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………………….. 45

3.3 Instrumen Pengumpulan Data………………………………… 48

3.4 Uji Validitas Konstruk………………………………………….. 55

Page 10: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

x

3.4.1 Uji validitas konstruk bahagia…………………………...... 56

3.4.2 Uji validitas konstruk religiusitas…………........................ 57

3.4.3 Uji validitas konstruk penyesuaian diri………………....... 59

3.4.3.1.Uji validitas konstruk persepsi sesuai dengan realitas 59

3.4.3.2.Uji validitas konstruk gambaran diri yang positif 60

3.5 Teknik Analisis Data………………………………….………. 61

BAB 4 HASIL PENELITIAN………………………………….………... 63

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian………………………….. 63

4.2 Analisis Deksriptif………………………………….…………. 64

4.3 Katogori skor variabel …………………….……….................. 66

4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian…………………………………. 69

4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian……………………… 69

4.4.2 Pengujian proporsi varians independent variable………… 73

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN……………………… 75

5.1 Kesimpulan………………………………….………………… 75

5.2 Diskusi………………………………….…………………...… 75

5.3 Saran…………………………………………………...……… 79

5.3.1 Saran teoritis…………………………………………...… 79

5.3.2 Saran praktis………………………………….………..… 80

DAFTAR PUSTAKA………………………………….………… 82

LAMPIRAN………………………………….………………...…

Page 11: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Kebahagiaan .........................................……………… 50

Tabel 3.2 Blue Print Skala Religiusitas................................……………….. 52

Tabel 3.3 Blue Print Penyesuaian Diri…....……..………………………… 54

Tabel 3.4 Muatan faktor item kebahagiaan............................……………... 55

Tabel 3.5 Muatan faktor item religius.....................………........................ 58

Tabel 3.6 Muatan faktor item persepsi sesuai dengan realitas…………….. 60

Tabel 3.7 Muatan faktor item gambaran diri yang positif………………..... 61

Tabel 4.1 Subjek Penelitian……………………………………………......... 63

Tabel 4.2 Deskripsi statistik variabel penelitian……………………………. 65

Tabel 4.3 Norma skor……………………………………………………...... 66

Tabel 4.4 Kategorisasi skor variabel penelitian……………………………... 67

Tabel 4.5 Tabel R Square……………………………………....………….... 69

Tabel 4.6 Tabel Anova……………………………………….…………........ 70

Tabel 4.7 Tabel koefisien regresi independent variable…………………….. 71

Tabel 4.8 Proporsi varians variabel setiap independent variable……………. 73

Page 12: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Bagan Kerangka Berpikir ............................................... 44

Page 13: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Syntax dan Path Diagram Kebahagiaan .......................................... 85

Lampiran Syntax dan Path Diagram Religiusitas ............................................ 87

Lampiran Syntax dan Path Diagram Persepsi Sesuai Dengan Realitas ............ 89

Lampiran Syntax dan Path Diagram Gambaran Diri yang Positif ................... 91

Lampiran Output Regresi ............................................................................... 93

Lampiran Proporsi Varians ............................................................................. 94

Lampiran 3 Kuesioner ..................................................................................... 95

Page 14: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usia lanjut adalah periode perkembangan penutup dalam rentang hidup seseorang,

dimana pada periode ini individu telah melewati berbagai periode terdahulu. Ketika

individu telah melewati periode tertentu dan dapat dikatakan sedang memasuki

periode terakhir kehidupan, ia akan melihat masa lalunya dengan dua pandangan

yaitu dengan penyesalan atau kepuasan. Tahap terakhir dalam rentang kehidupan

sering dibagi menjadi usia lanjut dini, yang berkisar antara usia enam puluh sampai

tujuh puluh dan usia lanjut yang mulai pada usia tujuh puluh sampai akhir

kehidupan seseorang (Hurlock, 2008). Usia ini juga sebagai garis pemisah antara

usia dewasa madya dan usia lanjut. Ketika memasuki usia lanjut dini seseorang

akan beradaptasi pada perkembangan barunya, dimana akan ada perubahan-

perubahan baru yang harus disesuaikan.

Setiap periode perkembangan kehidupan seseorang pasti akan ditandai

dengan perubahan-perubahan tertentu, seperti perubahan fisik dan psikologis.

Sama halnya pada periode perkembangan usia lanjut ini, individu akan mengalami

perubahan-perubahan seperti kemunduran fisik dan mental yang terjadi secara

perlahan dan bertahap, dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dikenal

dengan istilah “senescene”, yaitu masa proses menjadi tua (Hurlock, 2008).

Penyebab kemunduran fisik ini terjadi karena suatu perubahan pada sel-sel tubuh

bukan karena suatu penyakit tertentu tetapi ini adalah proses menua. Kemunduran

Page 15: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

2

psikologis juga terjadi karena faktor-faktor seperti sikap tidak senang terhadap diri

sendiri, orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada umumnya dapat menuju ke

keadaan senescence, karena terjadi penurunan pada lapisan otak.

Hurlock, (2008) menyatakan istilah “keuzuran” (senility) digunakan untuk

mengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran fisik sudah

terjadi dan apabila terjadi kemunduran disorganisasi mental. Seseorang yang

menjadi eksentrik, kurang perhatian, dan terasing secara sosial, maka penyesuaian

dirinya pun buruk, biasanya disebut “senescence”. Akibat dari keuzuran inilah

yang nanti akan menurunkan fungsi fisik dan mental setiap individu.

Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih banyak berkaitan

dengan kehidupan pribadi seseorang, mereka diharapkan mampu untuk

menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan menurunnya kesehatan

secara bertahap dan mereka juga diharapkan mampu mengganti tugas-tugas

terdahulu yang menghabiskan sebagian waktu ketika mereka masih muda.

Kemudian cepat atau lambat, sebagian besar orang berusia lanjut perlu

mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kematian suami atau istri.

Pada masa usia lanjut kebersamaan dengan anak semakin berkurang karena anak-

anak telah tumbuh besar dan mulai banyak terlibat dalam kegiatan keluarga

maupun pribadi. Selain itu, individu akan melakukan penyesuaian diri terhadap

berkurang income (penghasilan) keluarga pada masa pensiun.

Pada periode memasuki usia lanjut individu akan mengalami masa pensiun.

Corsini (1987) mengatakan bahwa pensiun adalah suatu kondisi dimana individu

Page 16: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

3

tersebut telah berhenti bekerja pada suatu pekerjaan yang biasa dilakukan. Batasan

yang lebih jelas dan lengkap mengatakan bahwa pensiun adalah proses pemisahan

seorang individu dari pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya

seseorang di gaji. Sedangkan berdasarkan pandangan psikologi perkembangan,

pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu masa transisi ke pola hidup baru, ataupun

merupakan akhir pola hidup (Hurlock, 2008).

Di Indonesia sendiri, Undang-Undang tenaga kerja tidak menentukan batas

usia pensiun, penentuan mengenai batas usia pensiun biasanya merujuk pada

kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam perusahaan, atau berpedoman pada

beberapa Undang-Undang yang mengatur hak-hak yang berkaitan dengan masa

pensiun, seperti Undang-Undang Jamsostek, Undang-Undang mengenai dana

pensiun atau undang-undang kepegawaian serta undang-undang mengenai profesi

tertentu. Contohnya ada pasal 14 ayat 1 UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan

Sosial Tenaga Kerja menyebutkan bahwa jaminan hari tua (JHT) dibayarkan

kepada tenaga yang telah mencapai usia 55 tahun. Sama halnya dengan UU No.11

tahun 1992 tentang dana pensiun yang menyebutkan bahwa hak atas manfaat

pensiun dengan catatan batas usia pensiun normal adalah 55 tahun dan batas usia

pensiun wajib maksimum 60 tahun.

Pada masa pensiunan, individu akan merasakan perasaan yang berbeda-beda,

individu yang memiliki pandangan positif mengenai pensiun menganggap bahwa

pensiun merupakan suatu masa yang menyenangkan, namun bagi beberapa

individu yang memiliki pandangan negatif yang menganggap pensiun sebagai

suatu masa yang menakutkan dan tidak menyenangkan (Aiken, 2002). Individu

Page 17: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

4

dengan pandangan positif akan merasa puas dan bahagia karena pada masa ini

target pencapaian hidupnya telah terpenuhi. Sebaliknya bagi individu dengan

pandangan negatif akan merasa gagal akibat tidak tercapai target pencapaian

hidupnya akan menyebabkan konflik baik itu fisik maupun psikis. Oleh karena itu

tidak semua individu siap memasuki masa pensiun. Hurlock (2008) ciri-ciri pada

usia pensiunan yaitu cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk

dari pada yang baik dan kepada kesengsaraan dari pada kebahagiaan, dan usia ini

lebih ditakuti dari pada usia sebelumnya dalam kebudayaan Amerika.

Ketika individu mempersepsikan pensiun sebagai sesuatu yang buruk maka

pensiun dianggap sebagai pukulan batin, setelah itu akan muncul perasaan sedih,

takut, cemas, putus asa, bingung, yang semuanya jelas mengganggu fungsi fungsi

kejiwaan dan organiknya. Jika gejala-gejala itu semua muncul pada individu yang

telah pensiun maka akan mengakibatkan dirinya menderita post power syndrome.

Post power syndrome merupakan sebuah perubahan keadaan yang dialami oleh

individu yang telah pensiun diikuti dengan munculnya berbagai macam gejala

penyakit baik fisik maupun psikis akibat status dari bekerja menjadi tidak bekerja,

tidak menjabat atau tidak berkuasa lagi (Kartono, 2000).

Thompson (dalam beck,1982) dalam penelitiannya the longitudinal Cornell

Study of Occupational Retirement, mengungkapkan pensiun mengakibatkan

tingkat ketidakpuasan yang tinggi terhadap kehidupan. Kehilangan pekerjaan

bukan faktor utamanya melainkan karena pendapatan yang lebih rendah (perasaan

kekurangan uang), kesehatan yang buruk, dan sikap negatif terhadap pensiun.

Page 18: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

5

Dikutip dari Kompas.com (2018) yang ditulis oleh Sri Sayekti

mengungkapkan hasil survei The Power of Protection, Confidence in The Future

yang dilakukan Steven Suryana, Senior Vice President and Head of Wealth

Management HSBC Indonesia mengatakan, survei di Indonesia menunjukkan

bahwa dari 1.000 orang responden sebanyak 64 persen responden

mengkhawatirkan kesehatan fisik mereka di masa depan dan 54 persen responden

khawatir tentang kesehatan finansial mereka. Selain itu, 43 persen responden

cemas pada kualitas hidup masa tua.

Dari kutipan diatas peneliti menyimpulkan bahwa, masih ada dugaan yang

dibuat beberapa individu bahwa masa pensiun adalah masa yang

mengkhawatirkan. Dimana akan timbul masalah fisik maupun psikis yang akan

terjadi, meskipun juga ada beberapa yang lainnya menganggap pensiun adalah

masa beristirahat dari pekerjaan.

Masalah fisik yang dialami yaitu menurunnya kesehatan yang ditandai

dengan pengurangan fungsi-fungsi kognitif. Perubahan penampilan, perubahan

panca indera dan perubahan atau penurunan fungsi bagian dalam tubuh juga

merupakan masalah fisik yang dialami pada rentang usia lanjut dini. Kemunduran

fisik dapat menimbulkan masalah psikis seperti, sikap tidak senang terhadap diri

sendiri, orang lain, pekerjaan dan kehidupan pada umumnya yang semakin

berdampak pada penurunan fisik dan psikis sehingga menyebabkan kematian

(Hurlock, 2008).

Page 19: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

6

Masalah psikis lainnya yang dihadapi para pensiunan adalah kecemasan,

stres dan depresi dan gangguan tidur. Berdasarkan hasil penelitian yang dilansir

oleh Daily Mail, peneliti Bertoni dan Brunello dari University of Padova , mereka

menemukan bahwa 47 persen wanita melaporkan masalah emosi ketika suami

mereka pensiun. Sekitar 41 persen wanita merasa stress, 23 persen lagi merasa

depresi, 16 persen mengalami masalah gangguan tidur. Meski pria juga mengalami

peningkatan stress dan penurunan kesehatan mental setelah pensiun, hal ini

ternyata juga berdampak pada pihak istri.

Kesehatan yang mulai menurun, kehilangan (teman, pasangan dan anggota

keluarga) serta kemungkinan besar tidak memiliki penghasilan sebanyak dulu

adalah perubahan-perubahan dalam kehidupan yang akan menimbulkan stres. Di

kutip dari Finance Detik.com (2018), Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus

Susanto menyatakan, iuran Tunjangan Hari Tua (THT) atau pensiun di Indonesia

masih sangat rendah. Besaran iuran THT yang sebesar 3% dari upah itu hanya

sedikit lebih banyak dari Nigeria. Sedangkan Vietnam memiliki iuran pensiun

sebesar 20% dari upah. Bahkan, Timor Leste memiliki iuran pensiun lebih tinggi

dari Indonesia yakni sebesar 10%. "Di negara lain itu bahkan ada yang sampai

25%, 20%. Vietnam sudah 20%, Timor Leste 10%, kita bisa lihat di situ.

Dikutip dari Bangkapos.com (2015), seorang pensiunan PT.Timah Tbk.

berinisial A.M. mempermasalahkan tentang pengalihan jaminan kesehatan para

pensiun PT.Timah Tbk.(Persero) ke Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS)

yang dianggap merugikan pihak pensiunan PT Timah dikarenakan penurunan

Page 20: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

7

standar kualitas pelayanan kesehatan yang didapatkan oleh para pensiunan sebelum

dan sesudah pengalihan program jauh berbeda. A.M. menjelaskan berbagai

penurunan kualitas seperti obat-obatan yang diberikan dan standar pelayanannya.

Sedangkan untuk dana pensiunan terkhusus jaminan dana kesehatan PT.Timah

adalah Rp. 355 M.

Bangkapos.com (2016), hampir 100 orang yang tergabung dalam pensiunan

PT.Timah Tbk membawa spanduk mendatangi kantor Timah untuk

mempertanyakan permasalahan dana kesehatan yang telah membuat rugi para

pensiunan.

Dari beberapa kutipan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tunjangan

pensiunan di Indonesia terbilang masih sangat minim dibandingkan negara lainnya.

Untuk penghasilan pensiunan BUMN menjadi lebih rendah dibandingkan gaji

ketika masa kerjanya, situasi perubahan ini harus melakukan penyesuaian diri. Hal

ini berarti bahwa kurangnya perhatian pemerintah RI dalam merumuskan iuran

dana pensiun dan kurangnya kesadaran atas jasa-jasa para pensiunan sehingga

mengakibatkan terabainya kesejahteraan mereka di masa pensiun.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 11 orang

pensiunan, yang diantaranya 6 pensiunan PNS, dan 5 pensiunan BUMN, dengan

kisaran usia 55 tahun hingga 65 tahun. 100% pernah merasakan kesepian, baik itu

kesepian karena merasa jauh dengan anak dan kesepian karena jarang bertemu

dengan teman. Untuk masalah ekonomi pensiunan BUMN lebih merasakan

khawatir dikarenakan tunjangan pensiun mereka diberikan secara utuh, beda

Page 21: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

8

halnya dengan pensiunan PNS yang tunjangannya diberikan berangsur setiap

bulan.

Pada usia pensiun tidak hanya hal-hal negatif yang terjadi, banyak hal-hal

positif yang bisa ditemukan pada usia ini. Memasuki usia pensiun, individu akan

memiliki waktu luang lebih banyak yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kondisi fisiknya seperti berolahraga, beristirahat dengan cukup, serta banyak

kesempatan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan seperti

mengembangkan hobi, aktif dalam kegiatan sosial, berkumpul bersama pasangan(

anak, cucu, dan kerabat), dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Fukuda (2013) berpendapat bahwa pada usia 18-55 tahun kebahagiaan

individu tampak menurun, dan kembali meningkat pada usia 56-69 tahun, lalu

mulai stabil pada usia 70-79 tahun. Ini diperkuat dalam studi Latif (2011) pada

penelitian longitudinal dengan menggunakan National Population Health Survey

(NPHS) dari tahun 1994-2006 di Canada menunjukkan bahwa, orang yang pensiun

memiliki rata-rata kebahagiaan lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang

belum pensiun pada tiap tahunnya. Terdapat keuntungan dan kerugian pada

keadaan pensiun yang dikemukakan 329 responden, keuntungan pensiun adalah

orang mempunyai lebih banyak waktu luang, sedangkan kerugian pensiun adalah

menurunnya penghasilan dan status sosial dalam masyarakat (Mayring, 2000).

Seligman (2002) mendefinisikan kebahagiaan sebagai perasaan positif dan

kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan

seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa

Page 22: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

9

sekarang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan individu

menurut Seligman (2002) adalah usia, kesehatan, perkawinan, kehidupan sosial,

emosi negatif, religiusitas, jenis kelamin, uang.

Untuk mendapatkan kebahagiaan diperlukan penyesuaian diri yang baik. Eid

dan Larsen, (2008) berpendapat ”bahwa individu yang bahagia akan mampu

beradaptasi dengan baik dan cenderung sukses dalam berbagai bidang seperti

sosial, kesehatan, pemecahan masalah dan lainnya.

Menurut Schneiders (1964) mengemukakan bahwa penyesuaian diri

merupakan satu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku,

yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan,

konflik, dan frustasi yang dialami di dalam dirinya. Sama halnya dengan individu

pada masa pensiunan, penyesuaian diri pada periode ini sangat mempengaruhi laju

penyesuaian terhadap kemunduran perubahan fisik dan mental. Hurlock (2008)

menyatakan bahwa penyesuaian diri yang buruk merupakan ciri-ciri usia

pensiunan, dimana pada usia ini individu cenderung menyesuaikan diri secara

buruk dibandingkan individu yang usianya lebih muda.

Hurlock (2008) menyatakan bahwa secara umum, wanita menyesuaikan diri

dengan lebih baik dari pada pria terhadap masa pensiun. Dalam hal ini ada beberapa

alasan, yang pertama seperti perubahan peran yang terjadi tidak begitu radikal

karena dalam berbagai hal wanita selalu memainkan peran domestik terhadap peran

sebagai pekerja. Kedua, pekerjaan menghasilkan lebih sedikit manfaat psikologis

dan dukungan sosial terhadap pekerja wanita. Ketiga, sedikit wanita yang

Page 23: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

10

memegang posisi jabatan atau posisi eksekutif maka mereka tidak merasa tiba-tiba

kehilangan kuasa atau prestise. Sebaliknya pria mempunyai sedikit sumber

pengganti yang dapat menghasilkan kepuasan untuk menggantikan sarana yang

diperoleh dari pekerjaannya dahulu, akibatnya bagi mereka pensiun dirasa lebih

sebagai beban mental (traumatic) yang menyebabkan ketidakbahagiaan (Hurlock,

2008).

Atchley (dalam Gall, Evans, Howard,1997) mengemukakan bahwa mungkin

akan ada perubahan pola penyesuaian dalam masa pensiun di sepanjang waktu,

yang mencerminkan tahapan atau fase pensiun yang berbeda. Pada tahap awal

bulan pensiun, pensiunan mungkin merasa lebih energik, sehat, dan puas ketika

mereka mengejar rencana yang diinginkan atau bereksperimen dengan aktivitas

dan peran baru. Pensiunan yang memiliki harapan pensiun yang tidak realistis

dapat berubah menjadi fase kekecewaan di mana mereka mengalami lebih sedikit

kepuasan dan atau lebih banyak kesusahan. Seiring berjalannya waktu, para

pensiunan memasuki fase reorientasi di mana mereka mengkaji kembali status

hidup mereka, menerima segala keterbatasan, dan mengubah prioritas mereka

untuk penyesuaian lebih lanjut. Ketika para pensiunan mendapatkan penerimaan,

mereka mulai menetap dalam pola kehidupan sehari-hari yang mudah diprediksi

dan nyaman selama fase stabilitas.

Religiusitas merupakan salah satu faktor pembentuk kebahagiaan, dan

menemukan bahwa individu yang memiliki religiusitas memilik kepuasan hidup

lebih tinggi dan cenderung bahagia, hal ini dapat dijelaskan karena religiusitas

Page 24: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

11

memengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan individu misalnya terhadap cara

berpikir, mereka yang religiusitas cenderung memandang hidup lebih positif dan

orang yang memandang hidup lebih positif, dapat bersyukur dan puas sehingga

lebih bahagia (Cohen dan Johnso,2011).

Religiusitas untuk berbagai aspek kesehatan bisa menjadi obat dalam

menghadapi masa pensiun. Banyak penelitian telah menyimpulkan bahwa ada

faktor protektif agama untuk kesehatan. Komitmen keagamaan tampaknya

memainkan peran dalam mencegah penyakit fisik dan mental, dalam memfasilitasi

mengatasi penyakit, dan memfasilitasi pemulihan, juga menciptakan kebahagiaan

bagi yang mejalankan terutama di masa pensiun (Meisenhelder dkk, 2002). Hasil

penelitian yang dilakukan Meisenhelder dkk (2002), religiusitas akan

menghilangkan rasa cemas, penyakit fisik dan mental lainnya pada individu dan

membentuk penerimaan diri dimasa pensiun yang menimbulkan kebahagiaan.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat

fenomena tersebut menjadi sebuah permasalahan pada penelitian ini. Penulis ingin

mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan penyesuaian diri, makna hidup

dan religiusitas terhadap kebahagiaan pada pensiun masyarakat Bangka. Sehingga,

penelitian ini akan diberi judul “Pengaruh Religiusitas dan Penyesuaian Diri

terhadap Kebahagiaan Pensiunan PNS dan BUMN di Bangka”.

Page 25: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

12

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan

sebagai berikut:

a. Kebahagiaan merupakan perasaan positif dan kegiatan positif tanpa unsur

paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk

merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang

(Seligman, 2002).

b. Penyesuaian diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses yang

mencangkup respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha

individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik, dan

frustasi yang dialami di dalam dirinya (Haber dan Runyon, 1994).

Penyesuaian diri mempunyai dimensi yaitu persepsi sesuai dengan realitas

dan gambaran diri yang positif.

c. Religiusitas adalah suatu kehidupan religius yang di bentuk dan dilakukan

secara keseluruhan melalui lima inti dimensi intelectual, ideology, public

practice, private practice, dan experience (Huber dan Huber, 2012). Terdapat

lima dimensi religiusitas seseorang yaitu intellect, ideology, public practice,

private practice, experiece.

d. Pensiunan yang dimaksud penelitian ini adalah pensiunan PNS maupun

pensiunan BUMN yang berusia 60-70 tahun dan berdomisili di Pulau Bangka

Page 26: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

13

1.2.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka perumusan

masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan religiusitas dan penyesuaian

diri terhadap kebahagiaan pada usia pensiun?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi intellect dari variabel

religiusitas terhadap kebahagiaan pada usia pensiun?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi ideology dari

religiusitas terhadap kebahagiaan pada usia pensiun?

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi publice practice dari

variabel religiusitas terhadap kebahagiaan pada usia pensiun?

5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi private practice dari

variabel religiusitas terhadap kebahagiaan pada usia pensiun?

6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi experience dari

variabel religiusitas terhadap kebahagiaan pada usia pensiun?

7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi persepsi sesuai

dengan realitas dari variabel penyesuaian diri terhadap kebahagiaan

pada usia pensiun?

8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi gambaran diri yang

positif dari variabel penyesuaian diri terhadap kebahagiaan pada usia

pensiun?

Page 27: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

14

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh religiusitas dan

penyesuaian diri terhadap kebahagiaan pada usia pensiun. Selain itu, penelitian ini

juga untuk mengetahui variabel atau dimensi mana yang memiliki pengaruh

terbesar terhadap kebahagiaan pada usia pensiun.

1.3.2. Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu:

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perusahaan atau kantor pemerintahan

untuk terus memperhatikan kesejahteraan para pegawai yang akan memasuki

masa pensiun.

2. Memberikan kontribusi literatur bagi khazanah kajian psikologi perkembangan

usia lanjut dan sebagai pijakan refrensi pada penelitian-penelitian selanjutnya

yang berhubungan dengan peningkatan kebahagiaan para pensiunan.

1.3.2.2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

kepemerintahan PNS dan BUMN agar mempersiapkan program persiapan bagi

para pensiun, sehingga mereka bisa menyesuaikan diri dan mencapai kebahagiaan.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pekerja

yang akan segera memasuki masa pensiun agar mengetahui cara mencapai

kebahagiaan ketika memasuki usia pensiun.

Page 28: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pensiun

Pensiun adalah suatu kondisi dimana individu tersebut telah berhenti bekerja pada

suatu pekerjaan yang biasa dilakukan (Corsini, 1987). Batasan yang lebih jelas dan

lengkap oleh Corsini (1987) mengatakan bahwa pensiun adalah proses pemisahan

seorang individu dari pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya

seseorang di gaji. Sedangkan berdasarkan pandangan psikologi perkembangan,

pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu masa transisi ke pola hidup baru, ataupun

merupakan akhir pola hidup (Hurlock, 2008).

Pensiun menurut Turner dan Helms (1987) mengatakan bahwa pensiun

adalah akhir dari aktivitas seseorang dalam pekerjaan formal dan awal dari fase

baru dalam hidup mereka. Rentang usia bagi seseorang mendapatkan fase pensiun

mereka sekitar 55-60 tahun (PER-02/MEN/1995, Aturan Tenaga Kerja

Kementerian Republik Indonesia). Dalam fase ini, Erickson telah menjelaskan

bahwa kontinum pembangkitan dan fase stagnasi berasal dari kehendak diri untuk

menjadi produktif atau stagnan/tidak produktif lagi. Generativitas/produktif adalah

menjadi kreatif, berperan sebagai mentor, dan kemauan untuk pengembangan diri.

Karena fase pensiun, dalam rentang usia pekerja mulai berpikir tentang apa yang

berikutnya jika mereka mendapatkan pensiun.

Havighurst (Hurlock, 2008) membagi tugas perkembangan masa tua:

1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.

Page 29: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

16

2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income

(penghasilan) keluarga.

3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.

4. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia.

5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.

6. Menyesuaikan dengan peran sosial secara baik

Selain itu umumnya, ada empat faktor yang sangat mempengaruhi kepuasan

di masa pensiun yaitu keuangan, kesehatan, persiapan dan perencanaan untuk

pensiun dan keterlibatan aktif (Szinovacz, 2003). Tidak mengherankan, pensiunan

dengan laporan pendapatan yang lebih tinggi, atau setidaknya cukup keuangan,

yang mereka lebih puas dengan kehidupan mereka dan mengembangkan identitas

lebih positif sebagai pensiunan daripada mereka yang lebih rendah pendapatan

(Szinovacz, 2003).

2.2. Kebahagiaan

2.2.1. Definisi Kebahagiaan

Para ahli telah mencoba mendefinisikan kebahagiaan. Seligman (2002)

mendefinisikan kebahagiaan sebagai perasaan positif dan kegiatan positif tanpa

unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan

emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang.

Diener (2000) menyatakan bahwa kebahagiaan mempunyai makna yang

sama dengan subjective wellbeing dimana subjective wellbeing terbagi atas dua

komponen didalamnya. Kedua komponen tersebut adalah komponen afektif dan

komponen kognitif.

Page 30: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

17

Menurut Biswas-Diener dan Dean (2007) kebahagiaan merupakan kualitas

dari keseluruhan hidup manusia apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara

keseluruhan seperti kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang tinggi, pendapatan

yang lebih tinggi dan tempat kerja yang baik.

Semiun (2006), kebahagiaan merupakan suatu bagian integral dan hasil

kehidupan yang berkenaan dengan orientasi produktif dan kebahagiaan itu

menyertai seluruh kegiatan produktif. Kebahagiaan bukan semata-mata suatu

perasaan atau suatu keadaan yang menyenangkan, tetapi juga merupakan suatu

kondisi yang meningkatkan seluruh organisme, menghasilkan, penambahan gaya

hidup, kesehatan fisik, dan pemenuhan potensi-potensi seseorang. Orang-orang

yang produktif adalah orang-orang yang berbahagia.

Dari pengertian di atas mengenai kebahagiaan, maka definisi yang

digunakan peneliti adalah definisi dari Seligman (2002) yang menyatakan bahwa

kebahagiaan merupakan perasaan positif dan kegiatan positif tanpa unsur paksaan

sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif

di masa lalu, masa depan dan masa sekarang.

2.2.2. Aspek-aspek Kebahagiaan

Menurut Seligman (2002) jenis kebahagiaan dibagi menjadi tiga kategori emosi

berdasarkan waktu

1. Emosi Positif terhadap Kepuasan Hidup akan Masa Lalu

Menurut Seligman (2002), Emosi masa lalu mencangkup kepuasan,

kelegaan, kesuksesan, kebanggan, dan kedamaian. Pemahaman dan

penghayatan yang tidak memadai atas peristiwa masa lalu dan menekan

Page 31: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

18

pada peristiwa buruk akan berdampak pada menurunnya ketenangan,

kelegaan, dan kepuasaan. Semua emosi tersebut sepenuhnya ditentukan

oleh pikiran seseorang tentang masa lalunya. Sebagai bukti pemahaman

tersebut, ketika seseorang di landa depresi maka akan lebih mudah baginya

mengingat kenangan yang menyedihkan dibanding kenangan yang

membahagiakan.

2. Emosi Positif terhadap Optimis akan Masa Depan

Emosi positif menganai masa depan mencangkup keyakinan, kepercayaan,

kepastian, harapan dan optimisme. Optimisme dan harapan memberikan

daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi depresi ketika musibah

melanda; kinerja lebih tinggi ditempat kerja; terutama dalam tugas-tugas

yang lebih menantang; dan kesehatan fisik yang lebih baik.

3. Emosi Positif terhadap Kebahagiaan Masa Sekarang

Kebahagiaan masa sekarang terdiri dari kebahagiaan masa lalu dan masa

depan, dimana kebahagiaan tersebut terdapat kenikmatan dan gratifikasi.

Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki komponen indrawi yang

jelas dan emosi yang kuat, sedangkan gratifikasi datang dari kegiatan-

kegiatan yang kita sukai atau gemari tetapi tidak disertai dengan perasaan

dasar.

Kemudian, di tahun 2012 lima aspek kebahagiaan menurut Seligman adalah

1. Positive Emotions

Emosi positif lebih dari sekedar 'kebahagiaan'. Ada berbagai emosi positif,

termasuk hiburan, harapan, minat, sukacita, cinta, kasih sayang, rasa syukur,

Page 32: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

19

dan harga diri. Bagian dari kapasitas kita untuk mengalami emosi positif

adalah genetik, namun kita semua memiliki kemampuan untuk secara

sengaja merasakan lebih banyak emosi positif.

2. Engagement

Engagement berarti “being one with the music, time stopping, and the loss

of self-consciousness during an absorbing activity”

3. Relationships

Relationships adalah perasaan dicintai, didukung, dan dihargai yang didapat

dari interaksi dengan pasangan, teman, keluarga, bos, kolega, anak-anak

dan/atau komunitas.

4. Meaning

Untuk merasakan suatu kebermaknaan, kita perlu menyadari bahwa apa yang

kita lakukan itu berharga dan berarti. Perasaan tersebut muncul saat kita

sadar bahwa ada sesutu yang lebih besar dari diri kita sendiri.

5. Accomplishment

Memiliki rasa prestasi berarti kita telah berusaha mencapai tujuan, berhasil

menguasai atas sebuah usaha dan memotivasi diri untuk menyelesaikan apa

yang telah dilakukan dengan baik.

Page 33: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

20

Selain itu, Hilss dan Argyle (1998) mengemukakan terdapat tujuh aspek yang

mempengaruhi kebahagiaan secara positif, yaitu:

1. Satisfaction with Life

Satisfaction with life adalah kepuasan individu terhadap kehidupan yang

dijalani sehari-hari. Dalam kebahagiaan, kepuasaan akan kehidupan adalah

hal penting.

2. Efficacy

Efficacy adalah sikap optimis yang mengendalikan mental individu untuk

tahan dalam melakukan suatu hal. Dengan keyakinan akan berhasilnya

melakukan suatu kegiatan, maka akan timbul sikap optimisme individu.

3. Sociability/Empathy

Sociability atau Empathy adalah suatu ketertarikan secara ramah atau positif

kepada orang lain serta memiliki pengaruh yang baik kepada orang lain.

Sikap ini mendorong individu untuk bersosialisasi dan berempati kepada

orang lain.

4. Positive Outlook

Positive outlook merupakan variabel yang memandang positif hal yang

ingin dilakukan. Dengan pandangan yang positif, maka individu akan

dengan bahagia melakukan dengan suatu kegiatan.

5. Well-Being

Well-Being merupakan sesuatu yang dapat dirasakan ketika seseorang

mampu menerima keadaan dirinya serta lingkungan sekitarnya sehingga

Page 34: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

21

dapat merasakan afek positif berupa kepuasan yang dapat mengarahkan

kepada kebahagiaan.

6. Cheerfulness

Cheerfulness merupakan gambaran ceria dan gembiranya individu dalam

melakukan suatu perilaku atau kegiatan.

7. Self-Esteem

Self-Esteem adalah sikap puas terhadap diri sendiri dan mudah dalam

mengambil sebuah keputusan. Hal ini didorong dengan adanya sikap positif

mengenai diri sendiri.

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebahagiaan

Menurut Seligman (2002) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan,

yaitu:

1. Usia

Sebuah penelitian otoritatif atas 60.000 orang dewasa dari empat puluh bangsa

membagi kebahagiaan ke dalam tiga komponen, yaitu kepuasan hidup, afek

menyenangkan, dan afek tidak menyenangkan. Kepuasan hidup sedikit

meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, afek menyenangkan sedikit

melemah, dan afek negatif tidak berubah. yang berubah ketika menua adalah

intensitas emosi.

2. Kesehatan

Kesehatan yang objektif yang baik tidak begitu berkaitan dengan kebahagiaan,

terpenting adalah bagaimana persepsi subjektif individu terhadap kesehatannya.

Orang-orang yang masuk rumah sakit dengan hanya satu masalah kesehatan

Page 35: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

22

yang kronis, seperti penyakit jantung, mereka menunjukkan peningkatan

kebahagiaan yang berarti pada tahun berikutnya. Namun mereka yang memiliki

lebih masalah kesehatan, kebahagiaan mereka berkurang sejalan dengan waktu.

Jadi, masalah ringan dalam kesehatan tidak lantas menyebabkan

ketidakbahagiaan, namun sebabnya adalah sakit yang parah.

3. Perkawinan

Perkawinan sangat erat dengan kebahagiaan. Pusat Riset Opini Nasional

Amerika menyurvei 35.000 warga Amerika selama 30 tahun terakhir, yaitu 40%

dari orang menikah mengatakan mereka “sangat bahagia” sedangkan hanya

24% dari orang yang tidak menikah, bercerai, berpisah, dan ditinggal mati

pasangannya mengatakan mereka bahagia.

4. Kehidupan Sosial

Orang-orang yang bahagia paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan

kebanyakan dari mereka bersosialisasi. Temuan ini sejalan dengan penelitian

mengenai perkawinan dan kebahagiaan. Kemampuan bersosialisasi yang

meningkat pada orang yang berbahagia itulah mungkin yang sebenarnya

merupakan penyebab dari temuan positif tentang perkawinan, dengan fakta

bahwa orang yang lebih bersosialisasi (yang juga lebih bahagia) untuk menikah.

5. Emosi Negatif

Hanya terdapat sedikit korelasi negatif antara emosi positif dan emosi negatif.

Ini berarti, jika memiliki banyak emosi negatif, seseorang mungkin memiliki

lebih sedikit emosi positif dibandingkan dengan rata-rata. Meskipun demikian,

Page 36: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

23

tidak berarti seseorang menjauh dari kehidupan yang senang dan tidak berarti

pula seseorang terlindungi dari kesedihan.

6. Religiusitas

Data survei secara konsisten menunjukkan bahwa orang-orang yang religiusitas

lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak

religiusitas.

7. Jenis Kelamin

Tingkat emosi rata-rata antara laki-laki dan perempuan tidak banyak berbeda,

yang membedakan adalah perempuan cenderung lebih bahagia dan sekalipun

lebih sedih daripada laki-laki

8. Uang

Penilaian seseorang terhadap uang akan mempengaruhi kebahagiaannya, lebih

daripada uang itu sendiri. Orang yang menempatkan uang diatas tujuan lainnya

kurang puas dengan penghasilan mereka dan dengan kehidupan mereka secara

keseluruhan.

Selain itu, berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, terdapat beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi kebahagiaan, di antaranya adalah penyesuaian

diri. Penyesuaian diri merupakan proses yang terus terjadi sepanjang hidup.

Penyesuain diri merupakan kompromi antara kebutuhan dengan keadaan atau

situasi yang ada. Untuk mencapai kebahagiaan, seseorang harus mampu

menyesuaikan diri dengan keadaannya (Agarwal dan Puri, 2017)

Page 37: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

24

2.2.4 Pengukuran Kebahagiaan

Dari beberapa kajian literatur yang telah peneliti lakukan, ditemukan beberapa

alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kebahagiaan, di antaranya

adalah :

1. Authentic Happiness Inventory (AHI)

Skala ini dikembangkan oleh Seligman (2002) dan terdiri dari 24 item.

Skala ini dirancang untuk menangkap tingkat kebahagiaan seseorang. Lebih

khusus lagi, skala ini mengevaluasi perubahan emosi dan makna dalam diri

seseorang.

2. Satisfaction With Life Scale (SWLS)

Skala ini dikembangkan oleh Diener, et.al (1985) untuk mengukur evaluasi

kognitif seseorang terhadap kebahagiaannya dalam menjalani hidup. Skala

ini sendiri terdiri dari 5 item pernyataan.

3. Scale of Positive and Negative Experience (SPANE)

Skala ini dikembangkan oleh Diener (2009) untuk mengukur perasaan

positif dan negatif dalam diri seseorang. Skala ini terdiri dari 12 item,

dimana untuk mengukur komponen afektif positif terdiri dari 6 item dan

negatif terdiri dari 6 item (Diener et al., 2009).

4. The PERMA Profiler

Skala ini dikembangkan oleh Seligman (dalam Butler dan Kern, 2016).

Skala ini dirancang untuk mengukur kesejahteraan (kebahagiaan) dengan 5

aspek yaitu, PERMA (positive emotion, engagement, relationships,

meaning, accomplishment) bersama dengan negative emotion dan health.

Page 38: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

25

Pada penelitian ini, peneliti mengukur kebahagiaan dengan menggunakan

modifikasi dari skala The PERMA Profiler. Skala ini dikembangkan oleh Seligman

(dalam Butler dan Kern, 2016). Skala ini dirancang untuk mengukur kebahagiaan

dengan 5 aspek yaitu, PERMA (positive emotion, engagement, relationships,

meaning, accomplishment) bersama dengan negative emotion, health dan item

keseluruhan kebahagiaan. Skala ini terdiri dari 23 item dimana 15 item untuk

mengukur PERMA (3 item setiap dimensi PERMA). dan sisa 8 item mengukur

health, negative emotion, loneliness, dan item keseluruhan kebahagiaan yang

berguna untuk memberikan informasi tambahan yang relevan mengenai

kebahagiaan. Untuk skala The PERMA Profiler, peneliti memodifikasi item yang

ada dari hanya sebuah kata pada tiap itemnya menjadi sebuah pernyataan agar lebih

mudah dipahami (Butler dan Kern, 2017)

2.3. Religiusitas

2.3.1 Pengertian Religiusitas

Menurut Fetzer (2003), religiusitas adalah seberapa kuat individu merasakan

pengalaman spiritual dalam kesehariannya, mengalami kebermaknaan hidup,

mengekspresikan agama sebagai sebuah nilai, meyakini ajaran agamanya, dapat

memaafkan, melakukan praktik agama secara pribadi, menggunakan agama sebagai

coping, mendapatkan dukungan dari penganut agama yang sama, mengalami

sejarah keberagamaan, komitmen dalam beragama, mengikuti organisasi

keberagamaan, dan meyakini pilihan agamanya. Religiusitas juga mempengaruhi

perilaku, sosial dan psikologis seseorang.

Page 39: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

26

Shafranske dan Maloney (1990) mendefinisikan religiusitas sebagai

representasi kepatuhan terhadap praktik dan kepercayaan pada lembaga keagamaan

yang terorganisir. Menurut Glock dan Stark (dalam Huber dan Huber, 2012)

religiusitas adalah cara-cara individu dalam mengekspresikan kepentingan agama

dan keyakinannya yang dapat dilihat melalui aktivitas atau perilaku individu yang

bersangkutan dengan agama atau keyakinan iman yang dipercaya. Religiusitas

menurut Huber dan Huber,(2012) adalah suatu kehidupan religius yang di bentuk

dan dilakukan secara keseluruhan melalui lima inti dimensi intelectual, ideology,

public practice, private practice, dan experience.

Skinner (dalam Ancok dan Suroso, 2004), menjelaskan religiusitas

merupakan suatu ungkapan bagaimana manusia dengan pengkondisian peran

belajar hidup didunia yang dikuasai oleh hukum ganjaran. Jalaluddin (dalam

Prasetyanti dan Indriani,2006), mendefinisikan religiusitas sebagai susuatu keadaan

yang mendorong individu bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya

terhadap agama. Sedangkan (Nashori dan Mucharam (dalam Prasetyanti dan

Indriani,2006), religisuitas adalah seberapa jauh pengetahuan, keyakinan,

pelaksanaan ibadah dan kaidah, serta penghayatan atas agama yang dianut.

Berdasarkan seluruh definisi religiusitas di atas, maka definisi yang

digunakan peneliti adalah definisi dari Huber dan Huber (2012) adalah suatu

kehidupan religius yang di bentuk dan dilakukan secara keseluruhan melalui lima

inti dimensi intelectual, ideology, public practice, private practice, dan experience.

Page 40: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

27

2.3.2. Aspek-aspek Religiusitas

Dalam sebuah laporan penelitian yang diterbitkan oleh John E. Fetzer Institute

(2003) yang berjudul “Multidimensional Measurement of Religiousness,

Spirituality for Use in Health Research” menjelaskan dua belas aspek religiusitas,

yaitu;

1. Daily Spiritual Experience

Merupakan dimensi yang memandang dampak agama dan spiritual dalam

kehidupan sehari-hari. Daily Spiritual Experiences mengukur persepsi

individu terhadap sesuatu yang berkaitan dengan hal transenden (Tuhan,

sifat-Nya) dan persepsi terhadap interaksinya dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga Daily Spiritual Experiences lebih kepada pengalaman

dibandingkan kognitif.

2. Meaning

Meaning yang dimaksud disini adalah yang berkaitan dengan religiusitas

atau disebut religion-meaning, yang merupakan dimensi untuk mengukur

sejauh mana agama dapat menjadi tujuan hidupnya.

3. Value

Konsep values menurut Merton (dalam Fetzer, 2003) yaitu menggambarkan

nilai-nilai yang terkandung dalam agama sebagai tujuan hidup, dan norma-

norma sebagai sarana untuk tujuan hidup tersebut. Aspek ini menilai sejauh

mana perilaku individu mencerminkan ekspresi normatif atau keimanan

agamanya sebagai nilai tertinggi. Dengan kata lain, konsep values yang

dimaksud adalah pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai kehidupan. Nilai-

Page 41: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

28

nilai tersebut mengajarkan tentang nilai agama yang mendasarinya untuk

saling menolong, melindungi dan sebagainya.

4. Beliefs

Konsep beliefs menurut Idler (dalam Fetzer, 2003) merupakan sentral dari

religiusitas. Beliefs merupakan keyakinan akan konsep-konsep yang dibawa

oleh suatu agama.

5. Forgiveness

Dimensi forgiveness menurut Idler (dalam Fetzer, 2003) mencakup 5

dimensi turunan, yaitu:

1) Pengakuan Dosa (Confession)

2) Merasa diampuni oleh Tuhan (Feeling forgiven by God)

3) Merasa dimaafkan oleh orang lan (Feeling forgiven by others)

4) Memaafkan orang lain (Forgiving others)

5) Memaafkan diri sendiri (Forgiving one self)

6. Private Religious Practices

Pada dimensi private religious practices menurut Levin (dalam Fetzer,

2003) merupakan perilaku beragama dalam praktik beragama yang meliputi

ibadah, mempelajari kitab, dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan

religiusitasnya.

7. Religion/Spiritual Coping

Pada dimensi religion/spiritual coping menurut Pragment (dalam Fetzer,

2003) merupakan coping stres dengan menggunakan pola dan metode

religiusitas. Bentuk coping stres seperti berdoa, beribadah untuk

Page 42: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

29

menghilangkan stress dan sebaginya. Menurut Pargament (dalam

Fetzer,2003) menjelaskan bahwa ada tiga jenis coping secara religiusitas,

yaitu:

1) Deferring style, yaitu meminta penyelesaian masalah kepada Tuhan

saja. Yaitu dengan cara berdoa dan meyakini bahwa Tuhan akan

menolong hamba-Nya dan berserah diri kepada Tuhan.

2) Colaborative style, yaitu senantiasa berusaha untuk melakukan

coping dengan cara meminta solusi kepada Tuhan dan juga kepada

individu lainnya.

3) Self-directing style, yaitu individu bertanggung jawab sendiri dalam

menjalankan coping.

8. Religious Support

Pada dimensi Religious support, menurut Krause (dalam Fetzer, 2003) adalah

aspek hubungan sosial antara individual dengan pemeluk agama sesamanya.

Religious support juga dapat terjadi antara individual dengan

kelompok/lembaga dalam agamanya.

9. Religious/Spiritual History

Pada dimensi religious/spiritual history, menurut George (dalam Fetzer, 2003)

adalah seberapa jauh individu berpartisipasi untuk agamanya selama hidupnya

dan seberapa jauh agama dapat mempengaruhi perjalanan hidupnya.

Page 43: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

30

10. Commitment

Pada dimensi commitment, menurut Williamd (dalam Fetzer,2003) adalah

seberapa jauh individu mementingkan agamanya, komitmen, serta

berkontribusi kepada agamanya.

11. Organizational Religiousness

Pada dimensi organizational religiousness, menurut Idler (dalam Fetzer,2003)

merupakan konsep yang mengukur seberapa jauh individu ikut serta dalam

organisasi keagamaan yang ada di masyarakat dan beraktifitas di dalamnya.

12. Religious Preference

Pada dimensi religious preference, menurut Ellison (dalam Fetzer, 2003 yaitu

memandang sejauh mana individu membuat pilihan dan memastikan pilihan

agamanya. Misalkan dia merasa yakin bahwa agama yang dianutnya akan

menyelamatkan kehidupannya kelak.

Sementara itu, menurut Glock dan Stark (dalam Holdcroft, 2006) menjelaskan

ada 5 dimensi inti dari religiusitas yaitu:

1. Pengalaman

Dimensi pengalaman berfokus pada pengalaman iman pribadi, seperti

perjumpaan transenden.

2. Ritualistik

Dimensi ritualistik melibatkan pengalaman ibadah yang terlibat dalam

komunitas.

Page 44: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

31

3. Ideologis

Dimensi ideologis adalah didasari oleh harapan bahwa agama akan

berpegang pada keyakinan tertentu" (yaitu, doktrin yang diakui)”.

4. Intelektual

Intelektual merupakan dimensi harus dilakukan dengan harapan bahwa

orang yang beragama akan diberitahu dan berpengetahuan tentang prinsip-

prinsip dasar nya iman dan tulisan suci (yaitu, sejarah, sakramen, moralitas;

hal. 20

5. Konsekuensial

Dimensi ini berbeda dengan keempat dimensi sebelumnya dimana dimensi

ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk agama untuk merealisasikan ajaran-

ajaran dan mengarah kepada kegiatan sesama manusia dalam kehidupan

sehari-hari yang berlandaskan pada etika dan spiritualitas agama yang

dianutnya.

Glock dan Stark mengakui bahwa kedua dimensi terakhir ini saling

berkaitan, karena pengetahuan tentang keyakinan adalah kondisi yang

diperlukan untuk penerimaannya. Tetapi, mereka juga mengakui bahwa

kepercayaan tidak selalu mengalir dari pengetahuan, juga tidak semua

pengetahuan agama menyertai keyakinan.

Berdasarkan kritik dari dimensi skala religiusitas yang dikembangkan oleh

Glock dan Stark, dimana mereka lebih berpusat pada lembaga agama dan

harapan sosial. Glock dan Stark mendefinisikan lima dimensi inti agama yang

merupakan kerangka acuan umum untuk penelitian empiris yaitu intelektual,

Page 45: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

32

ideologis, ritualistik, pengalaman, dan dimensi konsekuensial (Huber dan Huber,

2012). Pada tahun 1968, Glock dan Stark (dalam Huber dan Huber, 2012)

menghilangkan dimensi konsekuensial dari model dan membagi dimensi ritual

menjadi public practice dan private practice, sehingga mempertahankan lima

dimensi. Oleh karena itu, Huber dan Huber mengembangkan skala CRS

(Centrality Religiousity Scale) CRS mengacu pada model agama multidimensi

oleh Charles Glock yang telah direvisi sebagaimana dijelaskan dibawah ini:

a. Intellect

Dimensi ini mengacu pada harapan sosial bahwa setiap individu memiliki

pengetahuan dan mampu menjelaskan pengetahuan dan pandangan

terhadap agamanya.

b. Ideology

Dimensi ini mengacu pada harapan sosial bahwa setiap individu memiliki

keyakinan terhadap agamanya. Keyakinan-keyakinan yang tidak

dipertanyakan dan pola kemasukakalannya.

c. Public Practice

Dimensi ini mengacu pada harapan sosial bahwa setiap individu yang

beragama dapat memanifestasikan agamanya dengan berpartisipasi dalam

berkegiatan ritual keagamaan secara publik.

d. Private Practice

Dimensi ini mengacu pada harapan sosial bahwa setiap individu yang

beragama dapat mengabdikan diri pada aktivitas dan ritual keagamaan

secara pribadi.

Page 46: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

33

e. Experience

Dimensi ini mengacu pada harapan sosial bahwa individu yang beragama

memiliki kontak langsung kepada Tuhannya yang mempengaruhi individu

secara emosional.

2.3.3. Pengukuran Religiusitas

Dalam beberapa penelitian sebelumnya, ditemukan beberapa alat ukur yang dapat

digunakan untuk mengukur religiusitas, di antaranya adalah :

1. The centrality religiosity scale (CRS)

The centrality religiosity scale skala ini dikembangkan oleh Huber dan

Huber (2012) dan mengukur pentingnya arti agama dalam kepribadian.

Skala ini dibuat oleh Huber dan telah digunakan pada lebih dari 100 studi

sosiologi agama, psikologi agama, dan studi agama di 25 negara dengan

total partisipan lebih dari 100.000. Terdapat lima dimensi dalam skala CRS,

yaitu intellect, ideology, public practice, private practice, dan experience.

Terdapat tiga versi skala CRS, yaitu CRS-15 dengan tiga item pada setiap

dimensi, CRS-10 dengan dua item pada setiap dimensi, dan CRS-5. CRS-5

adalah versi yang paling ekonomis. Skor CRS model likert dengan rentangan

1-5.

2. Brief Multidimensional Measure of Religiousness (BMMRS).

BMMRS mengukur religiusitas berdasarkan dari 12 dimensi yang

dikembangkan oleh Fetzer Institute (2003) yaitu; daily spiritual experience,

meaning, value, belief, forgiveness, private religious practice,

religious/spiritual coping, religious support, religious/spiritual history,

Page 47: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

34

commitment, organizational religiousness, religious preference. Skala ini

memiliki nilai reliabilitas sebesar 0.71-0.93 (Harris, et.al., 2008).

3. Daily Spiritual Experience Scale (DSES)

Daily spiritual experience scale adalah skala yang mengukur pengalaman spiritual

yang biasa atau sehari-hari dirasakan – bukan pengalaman mistis (contoh

mendengar suara mistis) - dan bagaimana pengalaman itu menjadi bagian dalam

kehidupan sehari-hari individu. Skala ini dikembangkan oleh Underwood dan

Teresi pada tahun 2002. DSES terdiri dari 16 item, dimana 15 item pertanyaan

diukur dengan enam poin skala likert dan 1 item menggunakan empat poin skala

likert.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala The centrality religiosity

scale skala ini dikembangkan oleh Huber dan Huber (2012) dan mengukur

pentingnya arti agama dalam kepribadian. Skala ini dibuat oleh Huber dan telah

digunakan pada lebih dari 100 studi sosiologi agama, psikologi agama, dan studi

agama di 25 negara dengan total partisipan lebih dari 100.000. Terdapat lima

dimensi dalam skala CRS, yaitu intellect, ideology, public practice, private practice,

dan experience.

2.4. Penyesuaian Diri

2.4.1. Definisi Penyesuaian Diri

Menurut Semiun (2006), penyesuaian diri merupakan suatu istilah yang

sangat sulit didefinisikan karena penyesuaian diri mengandung banyak arti. Kriteria

untuk menilai penyesuaian diri tidak dapat dirumuskan secara jelas dan karena

penyesuaian diri dan lawannya ketidakmampuan menyesuaikan diri

Page 48: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

35

(maladjustment) memiliki batas yang sama sehingga akan mengaburkan perbedaan

di antara keduanya. Semiun (2006) juga mengatakan bahwa penyesuaian diri tidak

bisa dikatakan baik atau buruk, sehingga Semiun mendefinisikan penyesuaian diri

dengan sangat sederhana, yaitu suatu proses yang melibatkan respon-respon mental

dan tingkah laku yang menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-

kebutuhan, tegangan-tegangan, frustrasifrustrasi, dan konflik-konflik batin serta

menyelaraskan tuntutan-tuntutan batin dengan tuntutan-tuntutan yang dikenakan

kepada individu oleh dunia dimana individu hidup

Menurut Calhoun dan Acocella (1990), penyesuaian diri dapat didefinisikan

sebagai interaksi individu yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang

lain, dan dengan dunia individu. Schneiders (1964) mengemukakan bahwa

penyesuaian diri merupakan satu proses yang mencangkup respon-respon mental

dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi

kebutuhan, ketegangan, konfilk dan frustasi yang dialami di dalam dirinya. Usaha

individu tersebut bertujuan untuk memperoleh keselarasan di lingkungannya.

Menurut Haber dan Runyon (1994) penyesuaian diri merupakan proses yang

terus menerus berlangsung dalam kehidupan individu. Situasi dalam kehidupan

selalu berubah. Individu mengubah tujuan dalam hidupnya seiring dengan

perubahan yang terjadi dalam di lingkungannya. Berdasarkan konsep penyesuaian

diri sebagai proses, penyesuaian diri yang efektif dapat diukur dengan mengetahui

bagaimana kemampuan individu dalam mengahadapi lingkungan yang senantiasa

berubah. Desiningrum (2012) juga mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan

usaha individu untuk mengatasi keadaan yang tidak menyenangkan, antara lain

Page 49: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

36

konflik, ketegangan, frustrasi, atau stres pada individu, yang dalam penelitian ini

dikarenakan masa pensiun yang dialaminya.

Berdasarkan seluruh definisi penyesuaian diri di atas, maka definisi yang

digunakan peneliti adalah definisi dari Haber dan Runyon (1994) mengemukakan

bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang terus berlangsung dalam

kehidupan individu dan dapat diukur dengan mengetahui bagaimana kemampuan

individu menghadapi lingkungan yang senantiasa berubah.

2.4.2. Dimensi Penyesuaian Diri

Menurut Haber dan Runyon (1984) karakteristik penyesuaian diri yang efektif

terdiri dari dua bagian, yaitu:

1. Persepsi sesuai dengan realitas

Hampir setiap individu percaya bahwa, individu yang dapat menyesuaikan

diri dengan baik adalah individu yang dapat mempersepsikan diri apa

adanya sesuai dengan realitas. Individu dengan tipe ini memiliki tujuan

hidup sesuai dengan realita atau sesuai dengan kondisi hidupnya saat ini.

2. Gambaran diri yang positif

Gambaran diri yang positif berkaitan dengan penilaian individu tentang

dirinya sendiri. Individu mempunyai gambaran diri yang positif baik

melalui penilaian pribadi maupun melalui penilaian orang lain, sehingga

individu dapat merasakan kenyamanan psikologis.

Page 50: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

37

Kemudian Schneiders (1964), empat dimensi penyesuaian diri meliputi:

1. Self knowledge - self insight

Self knowledge yaitu usaha mengatasi konflik dan frustrasi, dan berusaha

secara efektif mengatasi masalah dalam berbagai situasi dengan

memahami kemampuan dan keterbatasan diri sendiri.

Self insight, berarti sebuah kesadaran dan perspektif mengenai salah satu

dasar motivasi, pengaruh motivasi ke dalam pikiran dan tingkah laku,

keadaan diri, dan fungsi pribadi yang aneh, mekanisme dan kebiasaan,

2. Self objectivity – self acceptance.

Self objectivity, yakni kemampuan untuk berperilaku dan berpikir yang

didasarkan atas pengetahuan obyektif

Self acceptance didasarkan atas pengetahuan yang objektif atau menerima

diri secara positif serta dapat menghargai diri sendiri secara lebih positif,

3. Self control – self development

Self development adalah kemampuan untuk mengarahkan dan meregulasi

impuls, pemikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan tingkah laku untuk

mengatasi ketegangan dan masalah yang dihadapinya serta

pengembangan kepribadiannya pada tujuan yang matang.

Self-control adalah dasar dari self-development, yang berarti setahap demi

setahap dan berkelanjutan tumbuh dari kepribadian terhadap tujuan dari

kematangan dan prestasi pribadi.

Page 51: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

38

4. Good interpersonal relationship

Adalah kemampuan untuk menunjukkan hubungan interpersonal yang baik

dengan kasih sayang, altruisme, ramah, menghargai hak, pendapat dan

perbedaan dengan orang lain yang pada dasarnya berbeda dengan dirinya

sendiri.

Menurut Alberlt dan Emmons (dalam Kumalasari dan Ahyani, 2012) ada empat

aspek dalam penyesuaian diri, yaitu:

a. Aspek self knowledge dan self insight,

yaitu kemampuan mengenal kelebihan dan kekurangan diri. Kemampuan

ini harus ditunjukkan dengan emosional insight, yaitu kesadaran diri akan

kelemahan yang didukung oleh sikap yang sehat terhadap kelemahan

tersebut.

b. Aspek self objectifity dan self acceptance,

yaitu apabila individu telah mengenal dirinya, ia bersikap realistik yang

kemudian mengarah pada penerimaan diri.

c. Aspek self development dan self control,

yaitu kendali diri berarti mengarahkan diri, regulasi pada impuls-impuls,

pemikiran-pemikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan tingkah laku yang sesuai.

Kendali diri bias mengembangkan kepribadian kearah kematangan,

sehingga kegagalan dapat diatasi dengan matang.

d. Aspek satisfaction, yaitu adanya rasa puas terhadap segala sesuatu yang

telah dilakukan, menganggap segala sesuatu merupakan suatu pengalaman

Page 52: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

39

dan bila keinginannya terpenuhi maka ia akan merasakan suatu kepuasan

dalam dirinya.

2.4.3. Pengukuran Penyesuaian Diri

1. Acceptance and self-Worth Adjusment Scale (AS-WAS) dikembangkan

oleh Tabrett dan Latham. Skala ini merupakan pengembangan dari 55

item Notthingham Adjusment Scale (NAS) terdiri dari 19 item yang

mencakup penerimaan, sikap, harga diri, self-efficacy, dan locus of

control.

2. Social Adjusment Scale-Self-Report (SAR-SR) dikembangkan oleh

Weissmen. Terdiri dari 54 item yang dibagi menjadi 2 versi, yaitu 24

item SAS-SR; short dan 14 item SAS-SR; screener.

3. Retirement Adjustment Scale yang dikembangkan oleh Wells (2006)

berdasarkan teori penyesuaian diri dari (Huber and Runyon,1984). Skala

ini terdiri dari 13 item pernyataan dengan rentangan skala likert 1-5.

Setelah peneliti melakukan tinjauan literatur, didapati satu alat ukur tentang

penyesuaian diri. Alat ukur tersebut adalah Retirement Adjustment Scale yang

dikembangkan oleh Wells (2006) berdasarkan teori penyesuaian diri dari (Huber

and Runyon,1984). Skala ini terdiri dari 13 item pernyataan dengan rentangan

model likert 1-5.

2.5. Kerangka Berfikir

Kebahagiaan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh semua orang, termasuk para

pekerja yang telah pensiun. Sikap seseorang dalam kehidupan sehari-hari sangat

mempengaruhi bahagia tidaknya orang tersebut. Kebahagiaan sendiri didefinisikan

Page 53: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

40

sebagai perasaan positif dan kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari

kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu,

masa depan dan masa sekarang (Seligman, 2002).

Faktor-faktor yang membentuk kebahagiaan menurut Seligman (2002) yaitu

usia, kesehatan, perkawinan, kehidupan sosial, emosi negatif, religiusitas, jenis

kelamin, dan uang. Selain itu berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebahagiaan di antaranya adalah

penyesuaian diri.

Lalu bagaimana dengan kebahagiaan orang-orang di usia pensiun. Sedangkan

pada usia tersebut mereka akan mengalami penyesuaian terhadap perubahan-

perubahan baik perubahan fisiologis maupun psikologis, kemudian penyesuaian

diri seperti mulai berkurangnya income (penghasilan) keluarga, mempersiapkan

dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kematian suami atau istri, ini semua akan

menimbulkan kecemasan, stress dan depresi sehingga menurunkan tingkat

kebahagiaan individu di usia pensiun. Oleh sebab itu, munculah pertanyaan yang

menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu akan melihat bagaimana pengaruh dari

religiusitas dan penyesuaian diri terhadap kebahagiaan pensiunan.

Dalam penelitian peneliti menguji variabael religiusitas. Beberapa penelitian

terdahulu menemukan bahwa individu yang memiliki religiusitas memilik

kepuasan hidup lebih tinggi dan cenderung bahagia. Hal ini dapat dijelaskan karena

religiusitas memengaruhi berbagai aspek dalam individu misalnya terhadap cara

berpikir, mereka yang religiusitas cenderung memandang hidup lebih positif dan

Page 54: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

41

orang memandang hidup lebih positif lebih dapat bersyukur dan puas sehingga lebih

bahagia (Cohen dan Johnso, 2011).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori dari Huber dan Huber

(2012) mengembangkan lima dimensi religiusitas yaitu : (a). Intellect, merupakan

dimensi yang mengukur sejauh mana individu memiliki pengetahuan dan mampu

menjelaskan pengetahuan dan pandangan terhadap agamanya. Bagi para pensiunan,

banyak dari pensiunan yang kemudian lebih serius dalam mempelajari ajaran

agamanya. Ketika seseorang mengetahui dan memahami ajaran-ajaran agamanya,

tentunya mereka akan merasa nyaman dan tenang ketika beribadah. Peneliti

memiliki dugaan dimensi ini akan memberikan pengaruh positif terhadap

kebahagiaan pensiunan. (b). Ideology, merupakan dimensi yang mengukur sejauh

mana individu memiliki keyakinan terhadap agamanya. Keyakinan-keyakinan yang

tidak dipertanyakan dan pola kemasukakalannya, seperti kepercayaan tentang

Tuhan, Malaikat, surga dan neraka. Ketika memasuki usia pensiun, para pensiunan

memiliki banyak waktu untuk mengikuti kegiatan keagamaan. Dengan demikian,

ajaran dogmatik dalam agamanya akan semakin melekat dalam pikiran dan

keseharian mereka. Konsep surga dan neraka semakin jelas bagi para pensiunan.

Hal ini akan mendorong mereka untuk terus berbuat baik sesuai dengan ajaran

agama mereka. Oleh karena itu, peneliti memiliki dugaan bahwa dimensi ini akan

memberikan pengaruh positif terhadap kebahagiaan pensiunan. (c) Public practice,

merupakan dimensi yang mengukur sejauh mana individu yang beragama dapat

memanifestasikan agamanya dengan berpartisipasi dalam berkegiatan ritual

keagamaan secara publik. Dalam sistem konstruksi keagamaan pribadi, dimensi ini

Page 55: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

42

direpresentasikan sebagai pola tindakan dan sebagai tanggung jawab keagamaan

pribadi secara publik. Ketika seseorang memasuki masa pensiun, mereka akan

semakin merasa memiliki tanggung jawab untuk melakukan kegiatan keagamaan

di ruang publik. Pensiunan memiliki banyak waktu untuk mengikuti kegiatan

kegamaan di ruang publik. Ketika mereka mengikuti kegiatan keagamaan, mereka

juga sekaligus bersosialisasi dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu,

peneliti memiliki dugaan bahwa dimensi ini memberikan pengaruh positif terhadap

kebahagiaan pensiunan. (d). Private practice, merupakan dimensi yang mengukur

sejauh mana individu yang beragama dapat mengabdikan diri pada aktivitas dan

ritual keagamaan secara pribadi. Ketaatan untuk melakukan kegiatan agama secara

individu dapat menghadirkan ketenangan dan kenyamanan dalam diri seseorang.

Oleh karena itu peneliti memiliki dugaan dimensi ini dapat memberikan pengaruh

positif terhadap kebahagiaan pensiunan. (e) experience. merupakan dimensi yang

mengukur bagaimana indivindu yang beragama memiliki kontak langsung kepada

Tuhannya yang mempengaruhi individu secara emosional. Misalnya individu

merasa dekat dengan Tuhan, merasa do’anya dikabulkan, dan merasa takut berbuat

dosa karena Tuhan selalu melihat hambanya. Semakin berkembangnya usia, tentu

saja pengalama religiusitas akan semakin banyak. Dengan semakin banyaknya

pengalaman religiusitas yang dialami, para pensiunan dapat mengembangkan

perasaan nyaman dan tenang dalam dirinya. Religiusitas memengaruhi berbagai

aspek dalam kehidupan individu misalnya terhadap cara berpikir, mereka yang

religiusitas cenderung memandang hidup lebih positif dan orang yang memandang

Page 56: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

43

hidup lebih positif, dapat bersyukur dan puas sehingga lebih bahagia (Cohen dan

Johnso, 2011).

Dari semua dimensi ini maka peneliti memiliki dugaan bahwa akan

berdampak pada individu yang telah memasuki usia pensiun. Dan dimensi ini dapat

dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga membentuk kebahagiaan

individu diusia pensiunnya.

Variabel kedua dalam penelitian ini adalah penyesuaian diri. Penyesuaian diri

didefinisikan suatu proses yang terus berlangsung dalam kehidupan individu dan

dapat diukur dengan mengetahui bagaimana kemampuan individu menghadapi

lingkungan yang senantiasa berubah (Haber dan Runyon, 1994). Dalam memasuki

masa pensiun, tentunya seseorang memerlukan penyesuaian diri terhadap aktifitas

dan kebiasaan yang berubah setelah pensiun. Atchley (dalam Gall, Evans, Howard,

1997) mengemukakan bahwa mungkin akan ada perubahan pola penyesuaian diri

dalam masa pensiun di sepanjang waktu, yang mencerminkan tahapan atau fase

pensiun yang berbeda, baik itu tahap awal pensiun, tahap reorentasi dan tahap

stabilitas. Penyesuaian diri yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 2

aspek dari Haber dan Runyon (1984) : (a) Persepsi sesuai dengan realitas, dimensi

ini mengukur bagaimana individu dapat percaya bahwa dirinya mampu

meyesuaikan diri dengan baik yaitu dapat mempersepsikan diri apa adanya sesuai

dengan realitas hidupnya. Seseorang memasuki usia pensiun maka mereka akan

menghadapi perubahan-perubahan tertentu seperti perubahan terhadap penghasilan,

perubahan terhadap berkurangnya kontak sosial dalam pekerjaan dan lainya. Ketika

para pensiunan mampu menyesuaikan diri dengan baik dan menerima bagaimana

Page 57: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

44

realita hidupnya sekarang berati akan menimbulkan ketenangan hidupnya. Peneliti

memberikan dugaan bahwa dimensi ini memberikan pengaruh yang positif terhadap

kebahagiaan pensiunan. (b) Gambaran diri yang positif, dimensi ini berkaitan

dengan penilaian individu tentang dirinya sendiri. Ketika para pensiunan

mempunyai gambaran diri yang positif baik itu melalui penilaian pribadi maupun

melalui penilaian orang lain, mereka dapat merasakan kenyamanan psikologis.

Peneliti memberikan dugaan bahwa dimensi ini memberikan pengaruh yang positif

terhadap kebahagiaan pensiunan.

Secara ringkas, model penelitian ini dapat dilihat pada bagan kerangka

berfikir berikut :

Bagan Kerangka Berfikir

Gambar 2.1

Penyesuaian diri

Persepsi sesuai dengan realitas

Religiusitas

Gambaran diri yang positif

Intellect

Ideology

Public practice

Private practice

Religious experience

Kebahagiaan pada

Usia Pensiun

Page 58: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

45

2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu permasalahan yang

masih harus diujikan. Berdasarkan kerangka berfikir penelitian di atas, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.6.1. Hipotesis Mayor

Ha1 : terdapat pengaruh yang signifikan religiusitas dan penyesuaian diri terhadap

kebahagiaan pada usia pensiun

2.6.2. Hipotesis Minor

Ha2 : terdapat pengaruh yang signifikan dimensi intellect dari religiusitas terhadap

kebahagiaan pada usia pensiun

Ha3 : terdapat pengaruh yang signifikan dimensi ideology dari variabel religiusitas

terhadap kebahagiaan pada usia pensiun

Ha4 : terdapat pengaruh yang signifikan dimensi publice practice dari variabel

religiusitas terhadap kebahagiaan pada usia pensiun

Ha5 : terdapat pengaruh yang signifikan dimensi private practice dari variabel

religiusitas terhadap kebahagiaan pada usia pensiun

Ha6 : terdapat pengaruh yang signifikan dimensi experience dari variabel religiusitas

terhadap kebahagiaan pada usia pensiun

Ha7: terdapat pengaruh yang signifikan dimensi persepsi sesuai dengan realitas

dari variabel penyesuaian diri terhadap kebahagiaan pada usia pensiun

Ha8: terdapat pengaruh yang signifikan dimensi gambaran diri yang positif dari

variabel penyesuaian diri terhadap kebahagiaan pada usia pensiun

Page 59: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

46

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab tiga ini dipaparkan populasi dan sampel, variabel penelitian,

definisi operasional variabel, instrumen pengumpulan data, uji validitas instrumen

pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pensiunan pegawai BUMN maupun pegawai

negeri yang berusia 60-70 tahun dan berdomisili di Pulau Bangka. Pengambilan

sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling yang

berarti peluang anggota-anggota populasi untuk dijadikan sampel tidak diketahui.

Teknik nonprobability sampling yang peneliti gunakan adalah convenience

sampling dimana partisipan dipilih berdasarkan kesediaan pensiunan untuk

merespon kuisioner dan didasari kemudahan saja. Jumlah penelitian sampel pada

penelitian ini berjumlah 218 orang yang dikumpulkan dengan cara offline yaitu

menyebarkan kuesioner mendatangi rumah dan kantor pos ketika pensiunan sedang

mengambil uang pensiun bulanan.

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

a. Variabel dalam penelitian ini berjumlah delapan, dengan satu variabel

dependen dan tujuh variabel independen. Variabel dependen (outcome

variable) dalam penelitian ini adalah kebahagiaan, sedangkan variabel

Page 60: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

47

Adapun definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah:

3. Kebahagiaan merupakan perasaan positif dan kegiatan positif tanpa unsur

paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan

emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang (Seligman,2002).

Seligman (2012) dimensi kebahagiaan adalah pertama, positive emotions

dengan indikator evaluasi kepuasan hidup secara global. Kedua, engagement

dengan indikator melakukan aktivitas dengan penuh penghayatan. Ketiga,

relationships dengan indikator memiliki perasaan dicintai, didukung, dan

dihargai. Keempat, meaning dengan indikator memiliki arah tujuan hidup an

merasa hidup ini berharga. Kelima, accomplishment dengan indikator rasa

tanggung jawab terhadap pencapaian hidup.

4. Penyesuaian diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses yang

mencangkup respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha

individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik, dan frustasi

yang dialami di dalam dirinya (Haber dan Runyon, 1994). Penyesuaian diri

mempunyai dimensi yaitu Persepsi sesuai dengan realitas, Gambaran diri yang

positif. Dengan indikator kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan yg

datang sesuai dengan kondisi hidupnya saat ini dan Penilaian individu terhadap

dirinya sendiri baik melalui penilaian pribadi atau penilaian oranglain sehingga

merasakan kenyamanan psikologis.

5. Religiusitas adalah suatu kehidupan religius yang di bentuk dan dilakukan

secara keseluruhan melalui lima inti dimensi intelectual, ideology, public

practice, private practice, dan experience (Huber dan Huber, 2012). Terdapat

Page 61: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

48

lima dimensi religiusitas seseorang yaitu pertama, Intellect dengan indikator

mengetahui ajaran agama dan ketertarikan mempelajari ilmu agama dan

mencari informasi mengenai ilmu agama. Kedua, ideology dengan indikator

percaya kepada Tuhan, adanya kehidupan setelah kematian, dan adanya

kekuatan Tuhan. Ketiga, public practice dengan indikator mengikuti dan

berperan dalam kegiataan keagamaan, dan memiliki komunitas keagamaan.

Keempat, private practice dengan indikator melaksanakan ajaran agama secara

pribadi dan berdoa secara spontanitas tergantung situasi yang dijalani. Terakhir,

religious experiece dengan indikator percaya bahwa doanya dijawab Tuhan dan

merasa selalu diawasi Tuhan.

Semua dimensi ini mengacu pada harapan sosial bahwa setiap individu

memiliki pengetahuan dan mampu menjelaskan pengetahuan dan pandangan

terhadap agamanya.

3.3. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan skala sebagai alat

pengumpul data. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan

sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat

ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan

menghasilkan data kuantitatif (Sugiono, 2009). Skala yang digunakan adalah model

skala Likert, yaitu pernyataan pendapat yang disajikan kepada responden yang

memberikan indikasi pernyataan setuju atau tidak setuju. Jawaban dari setiap item

instrument ini memiliki rentang dari tertinggi (sangat positif) sampai terendah

(sangat negatif). Tiap item diukur melalui empat kategori jawaban yaitu “Sangat

Page 62: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

49

Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Tidak Setuju” (TS), dan “Sangat Tidak Setuju” (STS).

Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pemusatan (central tendency) atau

menghindari jumlah respon yang bersifat netral 4.

Instrumen pengumpulan data ini terdiri dari pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negatif (unfavorable). Skor tertinggi diberikan pada pilihan jawaban

sangat setuju dan skor terendah diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak setuju

untuk pernyataan favorable. Selanjutnya skor tertinggi untuk pernyataan

unfavorable diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak setuju dan skor terendah

diberikan pada pilihan jawaban sangat setuju. Adapun cara subjek memberikan

jawaban terhadap skala model likert ini adalah dengan memberikan tanda silang

(X) atau ceklist (√) pada salah satu alternatif jawaban.

Bobot skor nilai untuk skala kebahagiaan, religiusitas dan penyesuaian diri

adalah sebagai berikut :

Skor Skala Likert

Pilihan SS S TS STS

Favorable 4 3 2 1

Unfavorable 1 2 3 4

Page 63: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

50

Adapun alat ukur yang akan digunakan tersebut adalah :

1. Kebahagiaan

Pada penelitian ini, peneliti mengukur kebahagiaan dengan menggunakan

modifikasi dari skala The PERMA Profiler. Skala ini dikembangkan oleh Seligman

(dalam Butler dan Kern,2016). Skala ini dirancang untuk mengukur kesejahteraan

(kebahagiaan) dengan 5 aspek yaitu, PERMA (positive emotion, engagement,

relationships, meaning, accomplishment) bersama dengan negative emotion, health

dan item keseluruhan kebahagiaan. Skala ini terdiri dari 23 item dimana 15 item

untuk mengukur PERMA (3 item setiap dimensi PERMA). dan sisa 8 item

mengukur health, negative emotion, loneliness, dan item keseluruhan kebahagiaan

yang berguna untuk memberikan informasi tambahan yang relevan mengenai

kebahagiaan. Untuk skala The PERMA Profiler, peneliti memodifikasi item yang

ada dari hanya sebuah kata pada tiap itemnya menjadi sebuah pernyataan agar lebih

mudah dipahami. Alat ukur yang digunakan disesuaikan dengan usia responden

yaitu lansia, maka item yang digunakan terdiri dari satu atau dua item pada setiap

indikator yang berjumlah 13 item. Adapun pembagian item-item tiap aspek dapat

dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1. Blue Print Kebahagiaan

No

.

Dimensi Indikator Item Total Contoh item

1. Positive

Emotion Evaluasi

kepuasan

hidup secara

global

2,11 2 Secara umum, saya

sering merasa

bahagia

2. Engagement Melakukan

aktivitas

dengan

penuh

penghayatan

6 1 Saya bersemangat

dan tertarik

melakukan aktivitas

saya

3. Relationships Memiliki

perasaan

dicintai,

9, 10 2 Saya merasa dicintai

oleh orang

disekeliling saya

Page 64: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

51

didukung,

dan dihargai

4. Meaning Memiliki

arah tujuan

hidup dan

merasa

hidup ini

berharga

5 1 Saya merasa hidup

ini bermakna dan

berharga

5. Accomplishment Rasa

tanggung

jawab

terhadap

pencapaian

hidup

1, 13 2 Saya telah mencapai

tujuan hidup saya

6. Negative

Emotion Kecenderun

gan terhadap

perasaan

sedih,

cemas, dan

marah

3*, 8*

2 Secara umum, saya

sering merasa cemas

7. Health Perasaan

yang baik

dan merasa

sehat

4 1 Saya merasa sehat

8. Keseluruhan

kebahagiaan Perasaan

bahagia

secara

menyeluruh

selama

kehidupanny

a

12 1 Secara umum,

hingga saat ini saya

merasa hidup saya

bahagia

9. Loneliness Perasaan

kesepian

7* 1 Secara umum, saya

merasa puas dengan

hidup saya

Jumlah 13

Keterangan: Unfavorable(*)

Page 65: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

52

2. Religiusitas

Pengukuran religiusitas dalam penelitian ini menggunakan modifikasi skala

religiusitas baku The Centrality of Religiosity Scale (CRS) yang menggambarkan

lima dimensi religiusitas dalam 15 item. Peneliti memodifikasi setiap item yang

sebelumnya berbentuk pertanyaan menjadi pernyataan yang menggambarkan

masing-masing dimensi. Alat ukur yang digunakan disesuaikan dengan usia

responden yaitu lansia, maka item yang digunakan terdiri dari satu atau dua item

pada setiap indikator. Instrumen ini berbentuk skala Likert dengan rentang lima

point, namun peneliti hanya menggunakan rentang skala empat point yaitu dari “1”

(sangat tidak setuju), “2” (tidak setuju), “3” (setuju) dan “4” (sangat setuju). Hal ini

dikarenakan agar mempermudah subjek dalam pengisian alat ukur dan mengurangi

kemungkinan munculnya kecenderungan subjek mengisi tengah-tengah (central

tendency). Adapun pembagian item-item tiap aspek dapat dilihat pada tabel 3.2 di

bawah ini.

Tabel 3.2. Blue Print Skala Religiusitas

No Dimensi Indikator Butir

Item

Jumlah Contoh Item

1 Intellect Mengetahui

ajaran agama

Ketertarikan

mempelajari

ilmu agama dan

mencari

informasi

mengenai ilmu

agama

1, 6,

11

3 Saya

memiliki

ketertarikan

yang besar

untuk

mendalami

ilmu agama

saya

Page 66: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

53

2 Ideology Percaya kepada

Tuhan, adanya

kehidupan

setelah

kematian, dan

adanya kekuatan

Tuhan

2, 7,

12

3 Menurut saya,

ada Dzat yang

memiliki

kekuatan

yang

mengatur

dunia ini

3 Public

practice Mengikuti dan

berperan serta

dalam kegiatan

keagamaan

Memiliki

komunitas

kegamaan

3, 8,

13

3 Menurut saya

penting untuk

mengikuti

kegiatan

keagamaan

4 Private

practice Melaksanakan

ajaran agama

secara pribadi

Berdo’a secara

spontanitas

tergantung

situasi yang

dijalani

4, 9,

15

3 Saya tidak

pernah lupa

untuk

beribadah

5 Experience Percaya bahwa

do’anya dijawab

Tuhan

Merasa selalu

diawasi Tuhan

5, 10,

14

3 Saya yakin

Tuhan

memiliki

peran besar

dalam hidup

saya

Total 15

Keterangan: Unfavorable(*)

3. Penyesuian Diri

Alat ukur tersebut adalah Retirement Adjustment Scale yang dikembangkan oleh

Wells (2006) berdasarkan teori penyesuain diri dari Huber dan Runyon,(1984).

Skala ini terdiri dari 13 item pernyataan. Instrumen ini berbentuk skala Likert

dengan rentang enam point namun peneliti memodifikasi sehingga menggunakan

rentang skala empat point yaitu dari “1” (sangat tidak setuju), “2” (tidak setuju),

“3” (setuju) dan “4” (sangat setuju). Hal ini dikarenakan agar mempermudah subjek

Page 67: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

54

dalam pengisian alat ukur. Alat ukur yang digunakan disesuaikan dengan usia

responden yaitu dewasa akhir, maka item yang digunakan terdiri dari satu atau dua

item pada setiap indikator Adapun blue print skala penyesuaian diri adalah sebagai

berikut.

Tabel 3.3 Blueprint Skala Penyesuaian diri

No

.

Dimensi Indikator Item Total Contoh item

1.

2.

Persepsi sesuai

dengan realitas

Gambaran diri

yang positif

Kemampuan

menyesuaikan

diri dengan

perubahan yg

datang sesuai

dengan kondisi

hidupnya saat

ini

Penilaian

individu

terhadap dirinya

sendiri baik

melalui

penilaian

pribadi atau

penilaian

oranglain

sehingga

merasakan

kenyaman

psikologis.

2, 4, 6,

8, 9,

10*

1, 3*,

5*, 7*,

11*

6

5

Saya dapat

menyesuaikan diri

dengan perubahan

yang terjadi ketika

masa pensiun

datang.

Saya menikmati

masa pensiun saya

Jumlah 11

Keterangan: Unfavorable(*)

Page 68: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

55

3.4. Uji Validitas Konstruk

Untuk menguji validitas konstruk alat ukur pada penelitian ini, penulis

menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan software

Lisrel 8.70. Adapun logika dari CFA yang dikemukakan Umar (dalam Febriana,

2015) adalah sebagai berikut:

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefiniskan

secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan

untuk mengukurnya yang disebut faktor. Sedangkan pengukuran terhadap

faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemya.

Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun tiap

subtes hanya mengukur satu faktor saja. Artinya baik item maupun subtes

bersifat unidimensional.

2. Dengan data yang tersedia, dapat diestimasi matriks korelasi antar item yang

seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini

disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data

empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional)

maka tidak ada perbedaa antara matriks ∑ - matriks S atau bisa juga

dinyatakan dengan ∑ - S = 0.

3. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan

chi-square. Jika hasil chi-square tidak signifikan (p>0.05), maka hipotesis

nihil tersebut “tidak ditolak” artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat

diterima. Sedangkan jika nilai chi-square signifikan (p<0.05), artinya item

tersebut mengukur lebih dari satu faktor atau bersifat multidimensional.

Page 69: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

56

Maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran dengan cara

membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran.

4. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan

atau mengukur apa yan hendak diukur, dengan menggunakn t-test. Jika hasil

t-test tidak signifikan (t<1.96) atau koefisien muatan faktornya negatif,

maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak

diukur, sebaiknya item yang demikian dieliminasi atau didrop.

5. Terakhir, setelah dilakukan langkah-langkah sepertiyang disebutkan di atas

dan mendapatkan item dengan muatan faktor signifikan (t>1.96) dan positif.

Maka, selanjutnya item-item yang signifikan (t>1.96) dan positif tersebut

diolah untuk mendapatkan faktor skornya.

3.4.1. Uji Validitas Konstruk Bahagia

Penulis menguji apakah 13 item dari kebahagiaan bersifat unidimensional, artinya

benar-benar mengukur kualitas kebahagiaan. Berdasarkan hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan chi-square= 556.96,

df= 65, P-value= 0.00000, RMSEA= 0.187. Penulis kemudian melakukan beberapa

kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan chi-

square= 48.42, df= 35, P-value= 0.06521, RMSEA= 0.042. Nilai Chi-Square

menghasilkan P-Value >0,05 namun nilai RMSEA <0,05. Berdasarkan kriteria

tersebut model dapat dinyatakan fit, artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu kebahagiaan.

Selanjutnya, peneliti ingin melihat item mana yang memang mengukur apa yang

Page 70: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

57

hendak diukur atau valid dan mana yang tidak. Kriteria valid dapat melihat nilai T-

value>1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5%.

Tabel 3.4 Muatan faktor item bahagia

No. Koefisien Standar eror Nilai t Signifikan

ITEM1 0.82 0.06 13.11 √

ITEM2 0.80 0.06 12.88 √

ITEM3 0.50 0.08 6.52 √

ITEM4 0.76 0.06 12.07 √

ITEM5 0.76 0.06 11.25 √

ITEM6 0.77 0.07 11.80 √

ITEM7 0.67 0.07 10.18 √

ITEM8 0.63 0.07 9.31 √

ITEM9 0.21 0.07 2.82 √

ITEM10 0.23 0.07 3.13 √

ITEM11 0.60 0.07 8.91 √

ITEM12 0.97 0.06 17.35 √

ITEM13 0.36 0.07 4.82 √

Keterangan: tanda √ = signifikan (t >1.96); X = tidak signifikan

Pada tabel 3.5, terlihat tidak ada muatan faktor negatif pada salah satu item dan t-

value di atas 1.96 (t> 1.96), maka seluruh item tersebut dapat digunakan dalam

mengestimasi skor faktor untuk kebahagiaan.

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Religiusitas

Penulis menggunakan CFA model multifakor dengan lima faktor dalam menguji

validitas alat ukur religiusitas beserta kelima dimensinya. Artinya, seluruh item dari

religiusitas diuji secara stimulant beserta lima dimensinya. Penulis menguji apakah

15 item dari religiusitas bersifat unidimensional atau semua item mengukur sesuai

dengan dimensinya masing-masing.

Berdasarkan hasil awal CFA yang dilakukan ternyata menghasilkan model

yang tidak fit dengan perolehan nilai Chi-Square=729.29, df=80, P-value=0.00000,

RMSEA=0.193. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model,

Page 71: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

58

dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu

sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=54.36, df=41, P-

value=0.07897 RMSEA=0.039.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang

perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut

signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran

religiusitas disajikan pada tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5.Muatan faktor Religiusitas

No Item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

Intellect 1

0.62

0.07

9.12

2 0.82 0.06 12.71 √

3 0.79 0.07 12.04 √

Ideology

4

0.87

0.06

14.51

5 0.82 0.06 13.65 √

6 0.81 0.06 13.27 √

Public Practice

7

0.70

0.06

10.92

8 0.96 0.06 15.29 √

9 0.64 0.07 9.47 √

Private Practice 10

0.88

0.06

15.09

11 0.84 0.06 14.35 √

12 0.54 0.06 8.39 √

Experience 13

0.68

0.07

9.33

14 0.37 0.06 5.87 √

15 0.30 0.06 5.17 √

Keterangan: tanda √ = signifikan (t >1.96); X = tidak signifikan

Page 72: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

59

Pada tabel 3.5, terlihat tidak ada muatan faktor negatif pada salah satu item dan t-

value di atas 1.96 (t> 1.96), maka seluruh item tersebut dapat digunakan dalam

mengestimasi skor faktor untuk religiusitas.

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Penyesuaian Diri

Penulis menguji apakah item yang terdiri dari dimensi penyesuaian diri yaitu

persepsi sesuai dengan realita dan gambaran diri yang positif bersifat

unidimensional yang artinya benar hanya mengukur penyesuaian diri.

3.4.3.1 Uji Validitas Konstruk Persepsi Sesuai dengan Realitas

Penulis menguji apakah 6 item dari dimensi persepsi sesuai dengan realitas bersifat

unidimensional, artinya benar-benar mengukur persepsi sesuai dengan realitas.

Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata

tidak fit dengan Chi-Square= 43.22, df= 9, P-value= 0.00000, RMSEA= 0.132.

Penulis kemudian melakukan beberapa kali modifikasi terhadap model, kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka

diperoleh model fit dengan Chi-Square= 9.23, df= 7, P-value= 0.2360, RMSEA=

0.038. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value >0,05 namun nilai RMSEA <0,05.

Berdasarkan kriteria tersebut model dapat dinyatakan fit, artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu

persepsi sesuai dengan realitas.

Selanjutnya, peneliti ingin melihat item mana yang memang mengukur apa yang

hendak diukur atau valid dan mana yang tidak. Kriteria valid dapat melihat nilai T-

value>1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5%.

Page 73: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

60

Tabel 3.6

Muatan faktor item persepsi sesuai dengan realitas

No. Koefisien Standar eror Nilai t Signifikan

ITEM1 0.60 0.07 8.47 √

ITEM2 0.60 0.07 8.62 √

ITEM3 0.73 0.07 10.98 √

ITEM4 0.67 0.07 9.89 √

ITEM5 0.83 0.07 13.47 √

ITEM6 0.65 0.07 9.56 √

Keterangan: tanda √ = signifikan (t >1.96); X = tidak signifikan

3.4.3.2 Uji Validitas Konstruk Gambaran Diri yang Positif

Penulis menguji apakah 5 item dari dimensi gambaran diri yang positif bersifat

unidimensional, artinya benar-benar mengukur gambaran diri yang positif.

Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata

tidak fit dengan Chi-Square= 79.61, df= 5, P-value= 0.00000, RMSEA= 0.262.

Penulis kemudian melakukan beberapa kali modifikasi terhadap model, kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka

diperoleh model fit dengan Chi-Square= 1.22, df=2, P-value= 0.54291, RMSEA=

0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value >0,05 namun nilai RMSEA <0,05.

Berdasarkan kriteria tersebut model dapat dinyatakan fit, artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu

persepsi sesuai dengan realitas.

Selanjutnya, peneliti ingin melihat item mana yang memang mengukur apa

yang hendak diukur atau valid dan mana yang tidak. Kriteria valid dapat melihat

nilai T-value>1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5%.

Page 74: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

61

Tabel 3.7

Muatan faktor item gambaran diri yang positif

No. Koefisien Standar eror Nilai t Signifikan

ITEM1 0.48 0.08 5.99 √

ITEM2 0.87 0.14 6.13 √

ITEM3 0.14 0.12 1.15 x

ITEM4 0.57 0.09 6.13 √

ITEM5 0.10 0.07 1.47 x

Keterangan: tanda √ = signifikan (t >1.96); X = tidak signifikan

Berdasarkan table 3.5, setelah dilakukan pengujian CFA, nilai t bagi koefisien

muatan faktor seluruh item bermuatan positif, artinya seluruh muatan faktor dari

item sesuai dengan sifat item. Akan tetapi, muatan faktor pada item nomor tiga dan

lima tidak signifikan karena nilai t<1.96. Dengan demikian item tiga dan lima di

drop dan tidak diikutkan pada analisis berikutnya.

3.5 Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis penelitian mengenai religiusitas dan penyesuaian diri yang

mempengaruhi kebahagiaan secara empiris, maka penulis mengolah data yang

didapat dengan menggunakan Multiple Regression Analysis (analisis regresi

berganda). Teknik analisis regresi berganda digunakan untuk menjawab hipotesis

nihil yang terdapat di bab 2. Dalam penelitian ini, dependent variablenya adalah

kebahagiaan dan independent variablenya adalah religiusitas dan penyesuaian diri,

maka susunan persamaan regresinya adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e

Keterangan:

Y = kebahagiaan

a = konstanta/intercept

b = koefisien regresi

X1 = Intellect

X2 = Ideology

Page 75: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

62

X3 = Public Practice

X4 = Private Practice

X5 = Experience

X6 = Persepsi sesuai dengan realitas

X7 = Gambaran diri yang positif

e = residu

Melalui analisis regresi berganda in akan diperoleh nilai R2, yaitu koefisien

determinasi yang menunjukan besarnya proporsi (presentase) varians dari DV yang

bisa dijelaskan oleh bervariasinya independent variable secara keseluruhan.

Adapun untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai berikut:

R2 = SSreg

SSy

Uji R2 diuji untuk membuktikan apakah penambahan varians dari

independent variable satu persatu signifkan atau tidak penambahannya. Untuk

membuktikan apakah regresi X pada Y signifikan atau tidak, maka dapat diuji

dengan menggunkan uji F, untuk membuktikan hal tersebut digunakan rumus

sebagai berikut:

F = R2/k /(1-R2)/(N-k-1)

Keterangan:

R2 = proporsi varians

K = jumlah independent variable

N = jumlah sampel

Kemudian untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan variabel-variabel

independen signifikan terhadap DV, maka penulis melakukan uji t. Uji t akan

dilakukan sesuai dengan variabel yang dianalisis. Uji t yang dilakukan

menggunakan rumus sebagai berikut:

t = b / sb

Keterangan:

b = koefisien regresi

sb = standar eror dari b

Page 76: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

63

BAB 4

4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 218 para pensiunan pegawai PNS dan para

pensiunan pegawai BUMN, berumur 60 tahun sampai dengan 70 tahun dan

berdomisili di Pulau Bangka. Berikut ini akan diuraikan gambaran subjek

berdasarkan jenis pensiunan, tahun pensiunan, usia, status pernikahan, dan jumlah

anak.

Tabel 4.1

Subjek Penelitian Kategori Jumlah Presentase

Jenis Pensiunan PNS 127 58.3%

BUMN 91 41.7% Tahun Pensiun < 2000 10 4.6%

2001-2009 69 31.6%

2010-2018 139 64.4%

Usia 60th-63th 105 48.2% 64th-70th 113 51.8%

Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

184

34

84.4%

15.6% Status pernikahan Masih punya

pasangan

189 86.7%

Pasangan telah meninggal

29 13.3%

Jumlah Anak 1-5 179 82.1%

6-10 39 17.9%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden kategori

pensiunan PNS memiliki presentase sebesar 58.3% (127 orang), dan responden

kategori pensiunan BUMN memiliki presentase sebesar 41.7% (91 orang). Maka

dapat disimpulkan subjek penelitian terbanyak adalah pensiunan katagori PNS yang

berjumlah 127 orang (58.3%).

Page 77: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

64

Berikutnya dijelaskan gambaran subjek berdasarkan tahun pensiun

responden. Responden yang pensiunnya pada tahun 2010-2018 lebih banyak

mendominasi yaitu sebanyak 139 orang (64.4%), selanjutnya responden tahun

pensiun 2001-2009 sebanyak 69 orang (31.6%), dan terakhir responden dengan

tahun pensiun dibawah 2000 sebanyak 10 orang (4.6%). Berdasarkan rentang usia

sebanyak 105 orang (48.2%) berada pada usia 56-63 tahun, dan 113 orang (51.8%)

berada pada usia 64-70 tahun. Berdasarkan jenis kelamin yaitu 184 orang (84.4%)

laki-laki dan 34 orang (15.6%) perempuan.

Berdasarkan tabel di atas juga dijelaskan gambaran subjek berdasarkan

status pernikahan. Sebanyak 189 orang (86.7%) berstatus masih memiliki

pasangan, dan 29 orang (13.3%) tidak lagi memiliki pasangan (meninggal).

Berdasarkan jumlah anak. Sebanyak 179 orang (82.1%) memiliki jumlah anak

dengan rentang 1-5 anak, dan 39 orang (17.9%) memiliki jumlah anak dengan

rentang 6-10 anak.

4.2.Analisis deskriptif

Skor yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah skor murni (t-score)

yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini dilakukan untuk

memudahkan dalam melakukan perbandingan antar skor hasil penelitian variabel-

variabel yang diteliti. Dengan demikian, semua raw score pada setiap variabel harus

diletakkan pada skala yang sama. Untuk memperoleh deskripsi statistik, dihitung

item-item yang valid dan positif, sehingga didapatkan factor score. Factor score

tersebut dihitung untuk menghindari bias dari kesalahan pengukuran. Factor score

yang dianalisis adalah factor score yang bermuatan positif dan signifikan.

Page 78: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

65

Setelah didapatkan factor score yang telah dirubah menjadi t score, nilai

baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi.

Selanjutnya untuk menjelaskan gambaran umum tentang statistik deskriptif dari

variabel-variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi patokan adalah nilai

minimal dan maksimal, mean dan standar deviasi (SD) dari masing-masing

variabel. Nilai tersebut disajikan dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2

Deskripsi statistik variabel penelitian

Variabel N Min Max Mean SD

Kebahagiaan 218 13.30 76.54 50.0000 9.42103

Intellect 218 20.68 67.97 50.0000 8.18887 Ideology 218 26.83 60.22 50.0000 8.84803

Public Practice 218 18.31 65.81 50.0000 8.54178

Private Practice 218 32.86 62.75 50.0000 8.67793

Experience 218 34.66 60.50 50.0000 6.06061 Persepsi sesuai

realitas

218 18.00 78.01 50.0000 8.79252

Gambaran diri yg positif

218 28.06 70.68 50.0000 7.81204

Valid N (listwise) 218

Pada tabel 4.2 terdapat penjelasan mengenai gambaran umum deskripsi

statistik dari variabel-variabel yang diteliti dengan indeks yang dijadikan acuan

dalam perhitungan ini adalah skor mean, standar deviasi (SD), maksimum dan

minimum tiap variabel penelitian

Dependen variabel yaitu kebahagiaan memiliki nilai minimum 13.30; nilai

maksimum 76.54 dan SD= 9.42, variabel intellect memiliki nilai minimum 20.68;

nilai maksimum 67.97 dan SD = 8.19, ideology memiliki nilai minimum 26.83;

nilai maksimum 60.22 dan SD = 8.85, public practice memiliki nilai minimum

18.31; nilai maksimum 65.81 dan SD = 8.54, private practice memiliki nilai

Page 79: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

66

minimum 32.86; nilai maksimum 62.75 dan SD = 8.68, experience memiliki nilai

minimum 34.66; nilai maksimum 60.50 dan SD = 6.06, persepsi sesuai dengan

realitas memiliki nilai minimum 18.00; nilai maksimum 78.01 dan SD = 8.79,

gambaran diri yang positif memiliki nilai minimum 28.06; nilai maksimum 70.68

dan SD = 7.81. Nilai rata-rata yang diperoleh keseluruhan variabel adalah 50.

4.3.Katogori Skor Variabel

Setelah melakukan deskripsi statistik dari masing-masing variabel penelitian, maka

hal yang perlu dilakukan adalah kategorisasi terhadap data penelitian dengan

menggunakan standar deviasi dan mean dari t-score. Dalam hal ini, ditetapkan

norma pada table 4.3 .

Tabel 4.3

Norma Skor Kategorisasi

Norma Intepretasi

X < Mean – 1Standar Deviasi Rendah

Mean – 1Standar Deviasi ≤ X ≤ Mean + 1Standar Deviasi Sedang

X > Mean +1Standar Deviasi Tinggi

Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentasi

kategori masing-masing variabel penelitian. Masing-masing variabel akan

dikategorikan sebagai rendah, sedang, dan tinggi. Selanjutnya akan dijelaskan

perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel bahagia, intellect, ideology,

public practice, private practice, experience, persepsi sesuai dengan realitas,

gambaran diri yang positif pada tabel 4.4.

Page 80: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

67

Tabel 4.4

Kategorisasi Skor Variabel Frekuensi

Variabel Rendah Sedang Tinggi

Bahagia 12 (5,5%) 176 (80,7%) 30 (13,8%) Intellect 5 (2,3%) 185 (84,9%) 28 (12,8%)

Ideology 53 (24,3%) 86 (39,4%) 79 (36,2%)

Public Practice 7 (3,2%) 178 (81,7%) 33 (15,1%)

Private Practice 1 (5%) 173 (79,4%) 44 (20,2%) Experience 6 (2,8%) 189 (86,7%) 23 (10,6%)

Persepsi sesuai dengan

realitas

9 (4,1%) 187 (85,8%) 22 (10,1%)

Gambaran diri yang

positif

35 (16,1%) 171 (78,4%) 12 (5,5%)

Berdasarkan tabel 4.4 ditemukan bahwa pada variabel bahagia, 5.5% dari total

responden memiliki tingkat kebahagiaan rendah, sementara 80.7% responden

memiliki tingkat kebahagiaan sedang, dan 13.8% memiliki tingkat kebahagiaan

tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti,

kebahagiaan yang paling dominan berada pada kategori sedang.

Pada variabel intellect, 2.3% dari total responde memiliki tingkat intellect

rendah, sementara 84.9% responden memiliki tingkat intellect sedang, dan 12.8%

memiliki tingkat intellect yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan

responden yang diteliti, intellect yang paling dominan berada pada katagori sedang.

Pada variabel ideology, 24.3% dari total responde memiliki tingkat ideology

rendah, sementara 39.4% responden memiliki tingkat ideology sedang, dan 36.2%

memiliki tingkat ideology yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan

responden yang diteliti, ideology yang paling dominan berada pada katagori sedang.

Pada variabel public practice, 3.2% dari total responde memiliki tingkat

public practice rendah, sementara 81.7% responden memiliki tingkat public

practice sedang, dan 15.1% memiliki tingkat public practice yang tinggi. Dapat

Page 81: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

68

disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, public practice yang

paling dominan berada pada katagori sedang.

Pada variabel private practice, 5% dari total responde memiliki tingkat

private practice rendah, sementara 79.4% responden memiliki tingkat private

practice sedang, dan 20.2% memiliki tingkat private practice yang tinggi. Dapat

disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, private practice yang

paling dominan berada pada katagori sedang.

Pada variabel experience, 2.8% dari total responde memiliki tingkat

experience rendah, sementara 86.7% responden memiliki tingkat experience

sedang, dan 10.6% memiliki tingkat experience yang tinggi. Dapat disimpulkan

bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, experience yang paling dominan

berada pada katagori sedang.

Pada variabel persepsi sesuai dengan realitias, 4.1% dari total responde

memiliki tingkat persepsi sesuai dengan realitias rendah, sementara 85.8%

responden memiliki tingkat persepsi sesuai dengan realitias sedang, dan 10.1%

memiliki tingkat persepsi sesuai dengan realitias yang tinggi. Dapat disimpulkan

bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, persepsi sesuai dengan realitias

yang paling dominan berada pada katagori sedang.

Pada variabel gambaran diri yang positif, 16.1% dari total responde

memiliki tingkat gambaran diri yang positif rendah, sementara 78.4% responden

memiliki tingkat gambaran diri yang positif sedang, dan 5.5% memiliki tingkat

gambaran diri yang positif yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan

Page 82: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

69

responden yang diteliti, gambaran diri yang positif yang paling dominan berada

pada katagori sedang.

4.4.Hasil Uji Hipotesis Penelitian

4.4.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian

Pada tahap ini penulis menguji hipotesis dengan teknik anlisis regresi berganda

dengan menggunakan software SPSS 21. Seperti yang telah disebutkan pada bab 3,

dalam regresi ada tiga hal yang dilihat yaitu melihat besaran R-square untuk

mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh

independent variable, apakah secara keseluruhan independent variable

berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable dan melihat signifikan

atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent variable.

Tabel 4.5

Tabel R Square

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 ..740a .548 .533 6.44027

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa diperoleh R-square sebesar 0.548 atau

54.8%. Artinya, proporsi varians dari bahagia yang dijelaskan oleh religiusitas

(intellect, ideology, public practice, private practice, experience), dan penyesuian

diri (persepsi sesuai dengan realitas, gambaran diri yang positif adalah sebesar

54.8%, sedangkan 45.2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian

ini.

Langkah kedua penulis menganalis pengaruh dari keseluruhan independent

variable terhadap kebahagiaan. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6.

Page 83: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

70

Tabel 4.6

Tabel Anova

Model Sum of

square

df Mean

square

F Sig.

1 Regression 10549.825 7 1507.118 36.336 .000a Residual 8710.188 210 41.477

Total 19260.013 217

a. Dependent variable: KEBAHAGIAAN

b. Predictors: (constant) G_DIRI, PUBLIC_PRACTICE, IDEOLOGY, P_S_REALITAS, INTLLECT, EXPERIENCE, PRIVATE_PRACTICE

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat pada kolom Sig bahwa (sig < 0.05),

maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari

intellect, ideology, public practice, private practice, experience, persepsi sesuai

dengan realitas, gambaran diri yang positif terhadap kebahagiaan ditolak, artinya

terdapat pengaruh yang signifikan dari intellect, ideology, public practice, private

practice, experience, persepsi sesuai dengan realitas, gambaran diri yang positif

terhadap kebahagiaan.

Langkah selanjutnya penulis melihat signifikansi koefisien regresi pada

setiap variabel pada kolom signifikan. Jika signifikansi < 0.05 maka koefisien

regresi berpengaruh secara signifikan terhadap kebahagiaan. Adapun tabel

koefisien regresi dari setiap independent variable terhadap dependent variable

ditampilkan pada tabel 4.7 berikut:

Page 84: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

71

Tabel 4.7

Tabel koefisien regresi independent variable

Unstandardized

coefficients

Standardized

coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (constant) -6.412 4.339 -1.478 .141

Intellect .112 .082 .097 1.357 .176

Ideology .106 .086 .099 1.233 .219

Public Practice

.169 .071 .153 2.374 .019*

private

Practice

-.005 .090 -.004 -.051 .960

Experience .120 .114 .077 1.048 .296

Persepsi

sesuai

dengan realitas

.461 .069 .430 6.705 .000*

Gambaran

diri yang positif

.166 .069 .138 2.408 .017

a. Dependent variable: KEBAHAGIAAN

Bedasarkan tabel 4.7 Dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai berikut:

Kebahagiaan = -6.412 + 0.112 intellect + 0.106 ideology + 0.169 public practice*

– 0.005 private practice + 0.120 experience + 0.461 persepsi sesuai dengan realitas*

+ 0.166 gambaran diri yang positif

Keterangan: signifikan (*)

Pada tabel 4.7 terdapat tiga koefisien regresi yang signifikan, yaitu public

practice, persepsi sesuai dengan realitas dan gambaran diri yang positif. Variabel

lainnya menghasilkan koefisien regresi yang tidak signifikan. Penjelasan dari nilai

yang diperoleh pada masing-masing independent variable adalah sebagai berikut:

1. Variabel Intellect

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.112 dengan signifikansi sebesar

0.176 (sig > 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil diterima, yang berarti tidak

terdapat pengaruh yang signifikan intellect terhadap kebahagiaan.

Page 85: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

72

2. Variabel Ideology

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.106 dengan signifikansi sebesar

0.219 (sig > 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil diterima, yang berarti

tidak terdapat pengaruh yang signifikan ideology terhadap kebahagiaan.

3. Variabel Public Practice

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.169 dengan signifikansi sebesar

0.019 (sig < 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil ditolak, yang berarti

terdapat pengaruh yang signifikan public practice terhadap kebahagiaan.

Dengan arah positif menunjukkan bahwa semakin tinggi public practice maka

semakin tinggi kebahagiaan.

4. Variabel Private Practice

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.005 dengan signifikansi sebesar

0.960 (sig > 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil diterima, yang berarti

tidak terdapat pengaruh yang signifikan private practice terhadap

kebahagiaan.

5. Variabel Experience

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.120 dengan signifikansi sebesar

0.296 (sig > 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil diterima, yang berarti

tidak terdapat pengaruh yang signifikan experience terhadap kebahagiaan.

6. Variabel Persepsi Sesuai dengan Realitas

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.461 dengan signifikansi sebesar

0.000 (sig < 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil ditolak, yang berarti

terdapat pengaruh yang signifikan persepsi sesuai dengan realitas terhadap

Page 86: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

73

kebahagiaan. Dengan arah positif menunjukkan bahwa semakin tinggi

persepsi sesuai dengan realitas maka semakin tinggi kebahagiaan.

7. Variabel Gambaran Diri yang Positif

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.166 dengan signifikansi sebesar

0.017 (sig < 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil ditolak, yang berarti

terdapat pengaruh yang signifikan gambaran diri yang positif terhadap

kebahagiaan. Dengan arah positif menunjukkan bahwa semakin tinggi

gambaran diri yang positif maka semakin tinggi kebahagiaan.

4.4.2. Pengujian Proporsi varians independent variable

Penulis ingin mengetahui bagaimana proporsi varian dari masing-masing

independent variable terhadap kebahagiaan. Besarnya proporsi varian pada

kebahagiaan dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8

Proporsi varians variabel setiap independent variable

Change statistic

Model R R

square

Adjusted

r square

Std.

Error

of the

estimate

R

square

change

F

change

df1 df2 Sig. F

change

1 .543a .295 .292 7.93102 .295 90.195 1 216 .000* 2 .580b .337 .331 7.70733 .042 13.720 1 215 .000*

3 .591c .349 .340 7.65623 .012 3.879 1 214 .050*

4 .592d .351 .339 7.66225 .002 .664 1 213 .416

5 .592e .351 .336 7.67851 .000 .099 1 212 .754 6 .732f .535 .522 6.51312 .184 83.654 1 211 .000*

7 .740g .548 .533 6.44027 .012 5.800 1 210 .017*

Predictors: (constant), intellect,ideology, public_practice, private_practice, experience, p_s_realitas, g_diri.

Keterangan: signifikan(*)

Berdasarkan tabel 4.8 Dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel intellect memberikan sumbangan sebesar 0.295 atau 29.5% dengan

sig. F change = 0.000. Sumbangan tersebut signifikan.

Page 87: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

74

2. Variabel ideology memberikan sumbangan 0.042 atau 4.2% dengan sig. F

change = 0.000. Sumbangan tersebut signifikan.

3. Variabel public practice memberikan sumbangan sebesar 0.012 atau 1.2%

dengan sig. F change = 0.050. Sumbangan tersebut signifikan.

4. Variabel private practice memberikan sumbangan sebesar 0.002 atau 0.2%

dengan sig. F change = 0.416. Sumbangan tersebut tidak signifikan.

5. Variabel experience memberikan sumbangan sebesar 0.000 atau 0.2% dengan

sig. F change = 0.754. Sumbangan tersebut tidak signifikan.

6. Variabel persepsi sesuai dengan realitas memberikan sumbangan sebesar 0.184

atau 18,4% dengan sig. F change = 0.000. Sumbangan tersebut signifkan.

7. Variabel gambaran diri yang positif memberikan sumbangan sebesar 0.012

atau 1.2% dengan sig. F change = 0.017 sumbangan tersebut signifikan.

Terdapat lima independent variable yang signifikan memberikan sumbangan

terhadap kebahagiaan yaitu variabel intellect sebesar 29.5%, variabel ideology

sebesar 4.2%, variabel public practice sebesar 1.2%, variabel persepsi sesuai

dengan realitas sebesar 18,4%, dan variabel gambaran diri yang positif sebesar

1.2%. Sedangkan variabel private practice dan variabel experience tidak

memberikan sumbangan yang signifikan terhadap kebahagiaan.

Page 88: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

75

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, kesimpulan pertama yang diperoleh dari

penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari

religiusitas dan penyesuaian diri terhadap kebahagiaan. Kemudian berdasarkan

hasil uji hipotesis minor yang menguji signifikansi masing-masing koefisien regresi

terhadap dependent variable. Pada variabel religiusitas, hanya ada satu dimensi

yang memberi pengaruh secara signifikan, yaitu public practice, dan empat dimensi

lainnnya tidak signifikan mempengaruhi kebahagiaan. Sedangkan untuk variabel

penyesuaian diri, kedua dimensinya memberi pengaruh yang signifikan, yaitu

persepsi sesuai dengan realitas dan gambaran diri yang positif.

5.2. Diskusi

Fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kebahagiaan. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan R

square sebesar 0.548 atau 54.8%. Hal ini berarti bahwa variabel religiusitas dan

penyesuaian diri memberikan pengaruh terhadap perubahan variabel kebahagiaan

sebesar 54.8%. Dengan demikian perubahan variabel kebahagiaan sebesar 45.2%

sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Dalam penelitian ini hasil hipotesis mayor, untuk variabel religiusitas

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan

penelitian sebelumnya yaitu religiusitas merupakan salah satu faktor pembentuk

Page 89: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

76

kebahagiaan, dan menemukan bahwa individu yang memiliki religiusitas memilik

kepuasan hidup lebih tinggi dan cenderung bahagia (Cohen dan Johnso,2011). Hasil

dari penelitian ini hal ini dapat dijelaskan karena religiusitas memengaruhi berbagai

aspek dalam kehidupan individu misalnya terhadap cara berpikir, mereka yang

religiusitas cenderung memandang hidup lebih positif dan orang yang memandang

hidup lebih positif, dapat bersyukur dan puas sehingga lebih bahagia.

Untuk variabel penyesuaian diri memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kebahagiaan. Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan Hurlock (2008),

menyatakan bahwa penyesuaian diri yang buruk merupakan ciri-ciri usia

pensiunan, dimana pada usia ini individu cenderung menyesuaikan diri secara

buruk dibandingkan individu yang usianya lebih muda.

Dalam penelitian ini pada hipotesis minor, variabel ideology, intellect,

private practice, experience tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kebahagiaan. Variabel intellect dalam penelitian ini tidak signifikan dapat diduga

karena sebagian individu masih dalam fase kepada penyesuain awal masa pensiun

maka masih belum dapat memfokuskan kepada pengetahuan agamanya. Variabel

ideology individu masih mempertanyakan agamanya yang disebabkan stress

menghadapi perubahan-perubahan ketika memasuki usia pensiun. Variabel private

practice dalam penelitian ini tidak signifikan dapat diduga karena ketaatan dalam

melakukan keagamaan individu belum mencapai puncak yang dapat menghadirkan

ketenangan dan kenyamanan dalam dirinya. Variabel experiece dalam penelitian

ini tidak signifikan dapat diduga karena setiap individu yang telah mencapai usia

Page 90: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

77

pensiun memiliki pengalaman hidup yang berbeda-beda terhadap Sang Pencipta

yang dapat mempengaruhi individu secara emosional.

Variabel public practice dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kebahagiaan, hal ini sesuai dengan pernyataan Covalt (dalam

Hurlock,2008) bahwa kegiataan keagamaan mempunyai kelompok rujukan yang

memberi dorongan dan rasa aman kepada usia pensiunan, apapun alasan individu

dalam berpartisipasi dalam organisasi keagamaan itu akan memperkuat

penyesuaian secara baik pada usia pensiun. Hal ini juga sejalan dengan hasil

penelitian Chappel (dalam Agustini, 2012) yang menyatakan suatu gaya hidup

yang aktif dikaitkan dengan kesejahteraan psikologis pada orang-orang dewasa

lanjut, orang-orang dewasa lanjut yang pergi ke tempat peribadatan, pergi ke

pertemuan-pertemuan, bepergian, bermain golf, pergi ke dansa, dan latihan secara

teratur lebih puas dengan kehidupannya dibandingkan orang-orang dewasa lanjut

yang tinggal dan mengurung diri nya di rumah. Ketika seseorang memasuki masa

pensiun, mereka akan semakin merasa memiliki tanggung jawab untuk melakukan

kegiatan keagamaan di ruang publik. Pensiunan memiliki banyak waktu untuk

mengikuti kegiatan kegamaan di ruang publik. Ketika mereka mengikuti kegiatan

keagamaan, mereka juga sekaligus bersosialisasi dengan lingkungan mereka

tempat tinggal. Hal ini dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki public

practice yang tinggi maka akan lebih bahagia pada usia pensiunnya dibandingkan

individu yang memiliki public practice rendah.

Page 91: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

78

Pada variabel persepsi sesuai dengan realitas, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa persepsi sesuai dengan realitas memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kebahagiaan. Hal isi sesuai dengan penelitian penelitian

sebelumnya Atchley (dalam Gall, Evans, Howard,1997), pensiunan yang memiliki

harapan pensiun yang tidak realistis dapat berubah menjadi fase kekecewaan atau

kekecewaan di mana mereka mengalami lebih sedikit kepuasan dan / atau lebih

banyak kesusahan. Ketika para pensiunan mampu menyesuaikan diri dengan baik

dan menerima bagaimana realita hidupnya sekarang berati akan menimbulkan

ketenangan hidupnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki

persepsi sesuai dengan realitas maka akan lebih bahagia pada usia pensiunnya

dibandingkan individu yang tidak memiliki persepsi sesuai dengan realitas.

Variabel gambaran diri yang positif, hasil penelitian ini menujukkan

gambaran diri yang positif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu pentingnya

gambaran diri dibentuk pada awal tahun sebelum pensiun akan mempengaruhi

sikap individu pada usia pensiunnya, dari hasil survey berskala nasional oleh

Baverly (dalam Hurlock, 2008) tentang pendapat dari berbagai daerah terhadap

orang berusia lanjut dengan membandingkannya dengan pendapat diri dari individu

yang berusia lanjut, dengan hasil bahwa pada sebagian besar pendapat orang usia

lanjut lebih merasa bahagia terhadap keadaan diri mereka sendiri dari pada

pendapat kelompok lain tentang diri mereka.

Atchley (dalam Gall, Evans, Howard,1997) yaitu seiring dengan

berjalannya waktu, para pensiunan memasuki fase reorientasi di mana mereka

Page 92: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

79

mengkaji kembali status hidup mereka, menerima segala keterbatasan, dan

mengubah prioritas mereka untuk penyesuaian lebih lanjut. Ketika para pensiunan

mendapatkan penerimaan, mereka mulai menetap dalam pola kehidupan sehari-hari

yang mudah diprediksi dan nyaman selama fase stabilitas. Ketika para pensiunan

mempunyai gambaran diri yang positif baik itu melalui penilaian pribadi maupun

melalui penilaian orang lain, mereka dapat merasakan kenyamanan psikologis. Hal

ini dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki gambaran diri yang positif

maka akan lebih bahagia pada usia pensiunnya dibandingkan individu yang tidak

memiliki gambaran diri yang positif.

5.3. Saran

Pada proses penulisan penelitian ini, penulis menyadari masih terdapat banyak

kelemahan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai

bahan pertimbangan untuk menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya.

5.3.1. Saran teoritis

1. Pada penelitian ini ditemukan tiga variabel yang signifikan yaitu public

practice, persepsi sesuai dengan realitas dan gambaran diri yang positif, yang

mempengaruhi kebahagiaan pada usia pensiun. Untuk penelitian lebih lanjut

dapat disarankan untuk menambahkan variabel lain seperti makna hidup dan

dukungan sosial dikarenakan peran keluarga sangat dibutuhkan untuk

menyesuaikan diri pada masa pensiun dan makna hidup akan mempengaruhi

pandangan hidup para pensiunan mengenai dunianya.

Page 93: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

80

2. Dapat pula diteliti konsekuensi apa yang didapatkan oleh lansia jika individu

merasa bahagia seperti kesejahteraannya akan meningkat, harapan hidup lebih

meningkat, dan lain-lain.

3. Untuk penelitian lebih lanjut, dapat pula diteliti kebahagiaan pada lansia-lansia

yang tinggal di panti jompo sebagai pembanding tingkat kebahagiaan dengan

para pensiunan yang tinggal dirumah.

5.3.2. Saran Praktis

Terkait dengan hasil penelitian, variabel yang memiliki pengaruh terhadap

kebahagiaan pada usia pensiun adalah public practice, persepsi sesuai dengan

realitas dan gambaran diri yang positif, sehingga dapat disarankan sebagai berikut:

1. Saran untuk Keluarga

Meningkatkan peran keluarga dalam memberikan dukungan dan penilaian

positif terhadap stereotipe masa pensiun agar para pensiunan memiliki

gambaran diri yang positif dan mampu menyesuaikan diri dengan baik

yaitu dapat mempersepsikan diri apa adanya sesuai dengan realitas dalam

penyesuaian dimasa pensiun sehingga lebih bahagia.

2. Saran untuk Pensiunan

Individu yang telah memasuki masa pensiunan disarankan dapat

memfokuskan diri pada kegiatan religiusitas seperti kegiataan keagamaan

bersifat publik yang dapat dijadikan sebagai pengembangan diri dimasa

pensiun agar lebih bahagia.

Page 94: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

81

3. Saran untuk Institusi

Kepada setiap perusahaan atau kantor pemerintahanan hendak membuat

suatu “program persiapan pensiunan” dengan baik agar terpenuhnya hak

pekerja yang akan memasuki masa pensiun seperti:

a. Memberikan gambaran tentang apa saja hak-hak dan kewajiban yang

akan didapatkan setelah masa pensiun

b. Melakukan deteksi akan bagaimana perasaan, kebutuhan, keinginan, dan

rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh pegawai yang memasuki masa

pensiun agar terciptanya kesejahteraan dimasa pensiun.

Page 95: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

82

DAFTAR PUSTAKA

Acocella, J. R., & Calhoun, J. F. (1990). Psychology of adjustment human relationship

(3th ed). New York : McGraw-Hill.

Agarwal, P., & Puri, P. (2017). A Comparative Study of Adjustment and Happiness

between Girls and Boys. The International Journal of Indian Psychology, 4 (93).

Agus susanto (2018). Iuran Penisun di RI Terkecil sedunia Setelah Nigeria. Diunduh

tanggal 21Maret 2018.Pukul 09:41amm https://finance.detik.com/moneter/d-

3853065/iuran-pensiun-di-ri-terkecil-sedunia-setelah-

nigeria?_ga=2.21977083.1734779637.1518024696-428423252.1512654119 Aiken, L. R. (2002). Psychological testing and assesment. Boston : Allyn Bacon.

Ajie Gusti Prabowo (2016).Mantan Karyawan Datangi Kantor PT.Timah Tbk Tuntut

Hak Dana Kesehatan. Diunduh tanggal 21Maret 2018.Pukul 09:41am

http://bangka.tribunnews.com/2016/01/28/mantan-karyawan-datangi-kantor-pt-

timah-tbk-tuntut-hak-dana-kesehatan

Aprilia Ika (2016). Ternyata, Kebanyakan Orang di Indonesia Tidak Siap Masuk Masa

Pensiun. Diunduh tanggal 21Maret 2018.Pukul 09:41am

http://ekonomi.kompas.com/read/2016/04/28/103959026/Ternyata.Kebanyakan

.Orang. diIndonesia.Tidak.Siap.Masuk.Masa.Pensiun

Atchley, R. C. (1976). Selected social and psychological differences between men and

women in later life. Journal of Gerontology, 31(2), 204-211.

Beck, S. H. (1982). Adjustment to and satisfaction with retirement. Journal of

Gerontology, 37(5), 616-624.

Biswas-Diener, R. & Dean, B. (2007). Positive Psychology Coaching: Putting the

Science of Happiness to Work for Your Clients. New Jersey: John Wiley &

Sons, Inc.

Butler, J., & Kern, M. L. (2016). The PERMA-Profiler: A brief multidimensional

measure of flourishing. International Journal of Wellbeing, 6(3).

Carlton, V., & Wells, Y. HEALTHY RETIREMENT PROJECT Incorporating

HEALTHY RETIREMENT PROJECT (1997-1999) HEALTH AND WELL-

BEING IN RETIREMENT (2000-2002).

Cohen, K., & Cairns, D. (2012). Is searching for meaning in life associated with reduced

subjective well-being? Confirmation and possible mediators. Journal of Happiness

Studies, 13, 313-331.

Corsini, R. J., & Auerbach, A. J. (1987). Concise encyclopedia of psychology. A.

Anastasi (Ed.). New York: Wiley.

Diener, E. (2000). Subjective well-being. The science of happiness and a proposal for

Page 96: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

83

a national index. American Psychologist, 55, 34-43.

Diener, E. D., Emmons, R. A., Larsen, R. J., & Griffin, S. (1985). The satisfaction

with life scale. Journal of personality assessment, 49(1), 71-75.

Diener, E., Wirtz, D., Biswas-Diener, R., Tov, W., Kim-Prieto, C., Choi, D. W., &

Oishi, S. (2009). New measures of well-being. Assessing well-being, 247-266.

Eid, M., & Larsen, R. J. (Eds.). (2008). The science of subjective well-being. Guilford

Press.

Febriana, R. (2015). Uji validitas konstruk pada instrument PASS (Procrastinstion

Assessment Scale for Student) dengan metode confirmatory factor analysis

(CFA). Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, 4(3), 267-277.

Fetzer. (1999). Multidimensional measurment of religiousness, spiritually for use in

health research. Fetzer Institute in Collaboration with The National Institute

on Aging: Kalmazoo.

Fukuda, K. (2013). A happiness study using age-period-cohort framework. Journal of

Happiness Studies, 14(1), 135-153.

Gall, T. L., Evans, D. R., & Howard, J. (1997). The retirement adjustment process:

Changes in the well-being of male retirees across time. The Journals of

Gerontology Series B: Psychological Sciences and Social Sciences, 52(3),

P110-P117.

Haber, A., & Runyon, R. P. (1984). Psychology of adjustment. Dorsey Press, the.

Hills, P., & Argyle, M. (2002). The Oxford Happiness Questionare: a compact scale for

the measurement of psychological well-being. Personality and Individual

Different.

Holdcroft, B. B. (2006). What is religiosity. Catholic Education: A Journal of inquiry and

practice, 10(1).

Huber, S. & Huber, O. W. (2012). The centrality of religiosity scale. Journal of

Religions 2012, 3, 710–724.

Hurlock, E. B. (2008). Psikologi Perkembangan: Suatu pengantar sepanjang rentang

kehidupan (edisi v). Jakarta, Erlangga.

Mayring, P. (2000). Retirement as crisis or good fortune? Results of a quantitative-

qualitative longitudinal study. Zeitschrift fur Gerontologie und Geriatrie, 33(2),

124-133.

Meisenhelder, J. B., & Chandler, E. N. (2002). Spirituality and health outcomes in the

elderly. Journal of religion and health, 41(3), 243-252.

Page 97: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

84

Nurhidayah, S., & Agustini, R. (2012). Kebahagiaan lansia di tinjau dari dukungan sosial

dan spiritualitas. SOUL, 5(2), 15-32.

Ryan.A.Perkasa (2015).Pensiun PT Timah Protes Pengalihan Jaminan Kesehatan ke

BPJS. Diunduh tanggal 21Maret 2018.Pukul 09:41am

http://bangka.tribunnews.com/2015/09/21/pensiunan-pt-timah-protes-

pengalihan-jaminan-kesehatan-ke-bpjs

Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart &

Winston.

Seligman, M. (2002). Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagiaan Sempurna

dengan Psikologi Positif. Bandung: Mizan Pustaka.

Shafranske, E., & Maloney, H. (1990). Clinical psychologists' religious and spiritual

orientations and their practice of psychotherapy. Journal, 27, 72‐78.

Szinovacz ME. 2003. Contexts and pathways: retirement as institution, process, and

experience. In Retirement: Reasons, Processes, and Results, ed. GA Adams,

TA Beehr, pp. 6–52. New York: Springer.

Turner, J. S & Helms, D. B. (1987) Life-span development (3th ed). London: Holt

Rinehart Winston.

Page 98: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

85

LAMPIRAN 1 SYNTAX DAN PATH DIAGRAM

a. Kebahagiaan

UJI VALIDITAS KONSTRUK KEBAHAGIAAN

DA NI=13 NO=218 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11

ITEM12 ITEM13

PM SY FI=KEBAHAGIAAN.COR

MO NX=13 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

BAHAGIA

FR TD 13 10 TD 12 8 TD 6 3 TD 7 1 TD 5 4 TD 7 6 TD 13 9 TD 10 9 TD 13 12 TD 13 6 TD

10 5 TD 3 2 TD 8 7 TD 12 1 TD 11 1 TD 7 2 TD 4 2 TD 9 2 TD 11 6 TD 11 3 TD 9 4 TD 3 1

TD 6 1 TD 12 6 TD 8 3 TD 7 5 TD 9 6 TD 12 10 TD 9 1 TD 12 3

PD

OU SS TV MI

Page 99: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

86

Page 100: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

87

b. Religiusitas

UJI VALIDITAS KONSTRUK RELIGIUSITAS

DA NI=15 NO=218 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11

ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15

PM SY FI=RELIGIUSITAS.COR

MO NX=15 NK=5 PH=ST TD=SY

LK

INTELECT IDEOLOGY PUBLIC PRIVATE EXPERIEN

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 2 LX 5 2 LX 6 2 LX 7 3 LX 8 3 LX 9 3 LX 10 4 LX 11 4 LX

12 4 LX 13 5 LX 14 5 LX 15 5

PD

FR TD 11 5 TD 15 12 TD 13 2 TD 11 7 TD 8 4 TD 6 3 TD 5 2 TD 3 1 TD 4 1 TD 6 4 TD 11

9 TD 13 11

FR TD 7 1 TD 12 8 TD 8 1 TD 10 7 TD 7 4 TD 13 3 TD 14 3 TD 14 2 TD 10 2 TD 13 4 TD

8 3 TD 10 6

FR TD 5 3 TD 9 5 TD 15 10 TD 6 5 TD 8 5 TD 13 9 TD 10 1 TD 13 8 TD 9 1 TD 9 3 TD 15

9 TD 14 1 TD 14 7 TD 13 1 TD 10 9

OU SS TV MI AD=OFF

Page 101: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

88

Page 102: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

89

c. Persepsi Sesuai dengan Realitas

UJI VALIDITAS KONSTRUK PERSEPSI SESUAI REALITAS

DA NI=6 NO=218 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6

PM SY FI=PERSEPSI.COR

MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

PERSEPSI

FR TD 6 1 TD 4 2

PD

OU SS TV MI

Page 103: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

90

Page 104: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

91

d. Gambaran Diri yang Positif

UJI VALIDITAS KONSTRUK GAMBARAN DIRI YG POSITIF

DA NI=5 NO=218 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5

PM SY FI=GBDIRI.COR

MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

GBDIRI

FR TD 5 1 TD 3 1 TD 3 2

PD

OU SS TV MI AD=OFF ME=UL

Page 105: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

92

Page 106: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

93

LAMPIRAN 2 OUTPUT REGRESI

Page 107: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

94

PROPORSI VARIANS

Page 108: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

95

LAMPIRAN 3 KUESIONER

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan hormat,

Saya mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian

dalam rangka penyelesaian tugas akhir. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan Anda untuk

menjadi responden dalam penelitian ini dengan cara mengisi beberapa pernyataan dalam kuesioner ini.

Dalam hal ini tidak ada jawaban yang benar atau salah. Adapun informasi atau data yang Anda berikan

akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Atas perhatian

dan kesediaan dari Anda, saya ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Peneliti

Salma Zahwa

Page 109: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

96

PERNYATAAN KESEDIAAN

Nama / Inisial : ________________________

Jenis Pensiunan & Tahun pensiun : ________________________

Usia : ________________________

Pasangan : MASIH / TIDAK

Jumlah Anak : ________________________

PETUNJUK PENGISIAN

Pada lembar berikut anda akan menemukan beberapa butir pernyataan. Bacalah setiap

pernyataan dengan seksama. Di bawah ini terdapat pilihan jawaban yang masing-masing

memiliki arti sebagai berikut :

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Berilah tanda (X) pada jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan keadaan diri Anda

seperti contoh dibawah ini :

Pernyataan

Jawaban

SS S TS STS

Hal yang penting bagi saya adalah segala sesuatu yang menyangkut kesehatan

X

Artinya : Anda tidak setuju bahwa segala hal yang menyangkut kesehatan adalah penting

Jika Anda ingin mengubah jawaban anda, berikan tanda ( = ) pada jawaban Anda sebelumnya

dan berikan tanda silang ( X ) pada jawaban yang anda anggap benar.

Pernyataan

Jawaban

SS S TS STS

Hal yang penting bagi saya adalah segala sesuatu yang menyangkut

kesehatan X X

Page 110: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

97 Artinya : Anda setuju bahwa segala hal yang menyangkut kesehatan adalah penting

-------------- Selamat Mengerjakan -------------

KUESIONER

Skala 1

No PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya telah mencapai tujuan hidup saya

2. Secara umum, saya sering merasa bahagia

3. Secara umum, saya sering merasa cemas

4. Saya merasa sehat

5. Saya merasa hidup ini bermakna dan berharga

6. Saya bersemangat dan tertarik melakukan aktivitas saya

7. Saya merasa kesepian

8. Saya sering merasa sedih

9. Saya merasa dicintai oleh orang disekeliling saya

10. Saya merasa puas dengan pernikahan saya

11. Secara umum saya merasa puas dengan diri saya

12. Secara umum, hingga saat ini saya merasa hidup

saya bahagia

13. Saya telah membuat kemajuan dalam hidup saya

Skala 2

No. PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya senang berpikir tentang topik-topik keagamaan

2. Saya percaya Tuhan itu ada

3. Saya sering mengikuti kegiatan keagamaan

4. Saya tidak pernah lupa untuk beribadah

5. Saya yakin Tuhan memiliki peran besar dalam

hidup saya

6. Saya memiliki ketertarikan yang besar untuk mendalami ilmu agama saya

7. Saya percaya bahwa ada kehidupan setelah

kematian dan semua yang mati akan dibangkitkan kembali

Page 111: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

98

8. Menurut saya penting untuk mengikuti kegiataan keagamaan

9. Saya yakin beribadah kepada Tuhan merupakan

sesuatu hal yang penting

PERNYATAAN SS S TS STS

10. Saya sering merasa Tuhan menyampaikan pesan-

Nya kepada saya dalam berbagai cara

11. Saya sering mempelajari ilmu agama dari guru, buku agama, radio, dan juga televisi

12. Menurut saya, ada Dzat yang memiliki kekuatan

yang mengatur dunia ini

13. Penting bagi saya untuk ikut dalam organisasi

keagamaan

14. Biasanya saya berdoa ketika saya menemukan kesuliatan dalam hidup

15. Saya dapat merasakan kehadiran tuhan saat

merasa kesulitan

Skala 3

No. PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya menikmati masa pensiun saya

2. Saya dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi ketika masa pensiun datang

3. Kehidupan saya setelah masa pensiun tidak

sesuai dengan harapan saya

4. Masa pensiun saya lebih baik dari perkiraan saya

5. Saya merindukan kesibukan saya dalam bekerja

6. Meskipun telah pensiun, saya tetap sibuk dengan

berbagai kegiatan

7. Setelah pensiun, orang-orang tidak menghormati saya seperti sebelumnya

8. Saya menikmati menghabiskan banyak waktu

dengan pasangan saya setelah pensiun

9. Saya mampu menyesuaikan dengan perubahan

penghasilan setelah pensiun

10. Saya memiliki kekhawatiran tentang situasi keuangan saya setelah pensiun

Page 112: PENGARUH RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47148/1/SALMA ZAHWA-FPSI.pdfmengaju pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran

99

11. Saya berharap dapat merencakan masa pensiun lebih awal

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda