PENGARUH PUASA RAMADAN PADA MAHASISWA...

92
PENGARUH PUASA RAMADAN PADA MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA (STUDI KASUS NORMAL DAN STRES) Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: Akbar Maulana Azhari Kotta NIM: 11161030000086 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Transcript of PENGARUH PUASA RAMADAN PADA MAHASISWA...

  • PENGARUH PUASA RAMADAN PADA MAHASISWA

    PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UIN

    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    (STUDI KASUS NORMAL DAN STRES)

    Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA KEDOKTERAN

    OLEH:

    Akbar Maulana Azhari Kotta

    NIM: 11161030000086

    PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1441 H/2019 M

  • ii

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  • iii

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

  • iv

    LEMBAR PENGESAHAN

  • v

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum wr. wb.

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat taufiq, hidayah,

    dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik,

    sebagai salah satu syarat yang diajukan untuk menyelesaikan studi di Program

    Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Salawat

    serta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, insan yang terpilih

    sebagai kekasih Allah SWT dan suri tauladan yang baik bagi umat.

    Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

    pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan, rasa hormat

    dan terima kasih kepada:

    1. Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI

    yang memberikan Program Beasiswa Santri Berprestasi sehingga penulis bisa

    menjalani pendidikan di FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. dr. H. Hari Hendarto, Ph.D Sp.PD-KEMD, dr. Flori Ratna Sari, Ph.D, dr.

    Fika Ekayanti, M. Med, dan Dr. Endah Wulandari, M.Biomed selaku Dekan

    dan Wakil Dekan I, II, dan III FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Dr. dr. Achmad Zaki, Sp.OT., M.Epid selaku Ketua Program Studi

    Kedokteran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. dr. Erfira, Sp.M selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah

    membimbing penulis dalam menjalani studi di Fakultas Kedokteran.

    5. dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM selaku dosen pembimbing 1 dan ibu

    Alfiah, S.Ag, M.Ag selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak

    menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan

    membimbing penelitian ini.

    6. dr. Isa Multazam Noor, M.Sc, Sp.KJ(K) Psikiater Anak dan Remaja, selaku

    dosen penguji 1 dan dr. Mahesa Paranadipa, M.H selaku dosen penguji 2

    yang memberikan bimbingan, saran dan kritik untuk penelitian ini.

    7. drg. Laifa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset Program

    Studi Kedokteran angkatan 2016.

  • vi

    8. Seluruh dosen pengajar Program Studi Kedokteran yang telah memberikan

    ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

    9. Seluruh mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayaullah

    Jakarta angkatan 2016, 2017 dan 2018 yang telah bersedia menjadi responden

    dalam penelitian ini.

    10. Kedua orang tua penulis yaitu Azhar Karim dan Juniawati, S.Pd, M.M serta

    saudara(i) penulis yang sangat penulis cintai dan hormati, yang selalu

    memanjatkan doa, mendidik, dan memberikan dukungan baik secara moral

    maupun material sehingga penulis tidak bisa membalas jasa keduanya dengan

    apapun.

    11. Keluarga besar penulis yaitu Kakek alm. Abdul Wahab Kotta, Nenek alm.

    Siti Rububiah, Kakek Hatta Djawas, dan alm. Hj. Nurhamsiah, serta seluruh

    keluarga besar penulis yang telah mendukung dan mendoakan penulis.

    12. Annisa Futihandayani, Muh Roidul Fatoni, Putra Agung Rahmatullah, dan

    Tresna Rachmadi sebagai teman seperjuangan penelitian yang merasakan

    senang dan susah bersama sejak mencari pembimbing, menentukan judul

    penelitian, mencari tempat penelitian, mengambil data dan menyelesaikan

    penelitian ini.

    13. Calon sejawat penulis yaitu Pacemaker 2016 FK UIN Jakarta yang telah

    bersama mengalami suka duka di dunia kedokteran FK UIN Jakarta.

    14. Keluarga besar penulis di CSSMoRA UIN Jakarta, terkhusus kepada Maestro

    angkatan 2016 dan departemen BUMMS yang selalu ada untuk penulis,

    menyemangati dan mendoakan sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penelitian ini.

    15. DEMA FKIK, DEMA FK dan PMII Komfakkes, tiga organisasi yang penulis

    geluti dan telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman terutama

    tentang manajemen organisasi.

    16. Keluarga besar TK Hang Tuah, SDN. Tabaringan V Makassar, PP. An-

    Nahdlah Makassar, Asrama Putra FKIK sebagai tempat penulis menimba

    ilmu sebelumnya.

    17. Ahmad Solihin Hafi yang telah meminjamkan kendaraannya kepada penulis

    sebagai transportasi.

  • vii

    18. Moch. Thoriq Assegaf yang telah banyak membantu peneliti dalam mengolah

    data.

    19. Ahmad Mu’taz Shobary, Muh. Roehan Firdaus, Wipan Kurniawan,

    Ramadion Aidil Fadli, Muh. Akmal Maula, adik-adik pohon, adik tingkat dan

    seluruh keluarga pohon penulis yang memberikan semangat pada penulis.

    20. Backpacker ala-ala, PBG, Honeybee, Trio Semprul, 3 Idiot, sebagai

    perkumpulan sahabat-sahabat penulis selama ini.

    21. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan yang tidak

    dapat penulis sebutkan satu per satu.

    Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna,

    maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi

    penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja

    yang membacanya.

    Wassalamualaikum wr.wb.

    Ciputat, 27 November 2019

    Penulis

  • viii

    ABSTRAK

    Akbar Maulana Azhari Kotta. Program Studi Kedokteran. Pengaruh Puasa

    Ramadan pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta (Studi Kasus Normal dan Stres).

    Latar Belakang: Mahasiswa seringkali dihadapkan pada masalah-masalah dalam

    perkuliahan yang akan menyebabkan stres. Puasa Ramadan dapat meningkatkan

    kesehatan fisik, psikis maupun mental, salah satunya adalah dapat menurunkan

    stres. Tujuan: Mengetahui pengaruh puasa Ramadan pada mahasiswa preklinik

    Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik mahasiswa yang

    normal maupun mahasiswa yang mengalami stres. Metode: Penelitian ini

    menggunakan desain analitik kohort prospektif dengan pendekatan cross sectional

    serta rancangan one group pre and post design. Metode perhitungan sampel pada

    penelitian ini menggunakan metode consecutive sampling dan diperoleh sampel

    sebanyak 242 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner DASS 42

    dan analisis data menggunakan uji T berpasangan. Apabila data tidak berdistribusi

    normal, analisis data akan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Pada penelitian ini

    didapatkan 52 (21,5%) mahasiswa yang mengalami stres dan 190 (78,5%) yang

    normal. Hasil uji Wilcoxon diperoleh penurunan skor stres yang bermakna pada

    seluruh mahasiswa (p=0,000), baik yang stres (p=0,000) maupun yang normal

    (p=0,000). Kesimpulan: Puasa Ramadan dapat memengaruhi penurunan skor

    stres pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta baik mahasiswa yang normal maupun yang mengalami stres.

    Kata kunci: stres, puasa Ramadan, mahasiswa preklinik, fakultas kedokteran.

  • ix

    ABSTRACT

    Akbar Maulana Azhari Kotta. Medical Studies Program. The effect of Ramadan

    Fasting in preclinic students of the Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta. (Normal Case and Stress Studies).

    Background: Student are often faced with problems in lecture that will cause

    stress. Ramadan fasting could improve physical, psychological and mental health,

    one of which is that it could reduced stress. Objective: To know the effect of

    fasting Ramadan in preclinic student of the Faculty of Medicine UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta both normal and stress student. Method: This studies used a

    prospective cohort analytic design with cross sectional approach as well as one

    group pre and post design. The sample calculation method in this study used the

    consecutive sampling method and obtained a sample of 242 respondents. Data

    retrieval using the DASS 42 questionnaire and data analysis use a paired T test. If

    data is not distribution normally, processing will be use Wilcoxon test. Results:

    This study obtained 52 (21,5%) students experienced stress and 190 (78,5%) were

    normal. The result of Wilcoxon’s test there was a reduction in stress score for all

    student (P = 0,000), both stressed (P = 0,000) and normal (P = 0,000).

    Conclusion: Ramadan fasting can affect decline in stress score on preclinic

    students of the Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta both normal

    and student who are experiencing stress.

    Keywords: stress, Ramadan fasting, preclinic students, faculty of medicine.

  • x

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... ii

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii

    LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. iv

    KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v

    ABSTRAK ...................................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI...................................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xiv

    DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................. xv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

    1.3 Hipotesis ............................................................................................................. 2

    1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3

    1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 3

    1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 3

    1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 3

    1.5.1 Bagi Institusi ............................................................................................... 3

    1.5.2 Bagi Masyarakat ......................................................................................... 4

    1.5.3 Bagi Peneliti ................................................................................................ 4

    1.5.4 Bidang Pengembangan Penelitian ............................................................... 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 5

    2.1 Stres..................................................................................................................... 5

    2.1.1 Pengertian Stres........................................................................................... 5

    2.1.2 Jenis-Jenis Stres .......................................................................................... 5

    2.1.3 Klasifikasi Stres .......................................................................................... 6

    2.1.4 Sumber Stres ............................................................................................... 7

    2.1.5 Masalah yang Dihadapi Mahasiswa dalam Perkuliahan ............................. 8

    2.1.6 Neurobiologi Stres ...................................................................................... 9

    2.1.7 Neurotransmiter dan Stres ......................................................................... 11

    2.1.8 Respon Fisiologis Tubuh Terhadap Stres ................................................. 13

    2.1.9 Gejala Adaptasi Umum Stres .................................................................... 14

    2.1.10 Kriteria Diagnosis Reaksi Stres Akut ....................................................... 14

  • xi

    2.1.11 Manajemen stres ....................................................................................... 15

    2.1.12 Strategi Mengelola Stres ........................................................................... 15

    2.1.13 Coping Stres .............................................................................................. 16

    2.1.14 Coping Religius......................................................................................... 17

    2.1.15 Alat Ukur Stres.......................................................................................... 17

    2.1.16 Stres dalam Islam ...................................................................................... 19

    2.2 Puasa ................................................................................................................. 21

    2.2.1 Pengertian Puasa ....................................................................................... 21

    2.2.2 Macam-macam Puasa ............................................................................... 21

    2.2.3 Rukun-rukun Puasa ................................................................................... 21

    2.2.4 Syarat Puasa .............................................................................................. 22

    2.2.4.1 Syarat Wajib Puasa ................................................................................... 22

    2.2.4.2 Syarat Sah Puasa ...................................................................................... 22

    2.2.5 Hal-hal yang Membatalkan Puasa ............................................................. 22

    2.2.6 Amalan Dalam Bulan Ramadan ................................................................ 23

    2.2.7 Puasa Ramadan ......................................................................................... 27

    2.2.8 Tingkatan Puasa ........................................................................................ 27

    2.2.9 Puasa dan Kesehatan ................................................................................. 30

    2.2.10 Puasa Melatih Kesabaran .......................................................................... 33

    2.2.11 Pengaruh Puasa Ramadan Terhadap Stres ................................................ 33

    2.3 Kerangka Teori ................................................................................................. 35

    2.4 Kerangka Konsep .............................................................................................. 36

    2.5 Definisi Operasional ......................................................................................... 37

    BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 38

    3.1 Desain Penelitian .............................................................................................. 38

    3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................... 38

    3.3 Populasi dan Subjek Penelitian ......................................................................... 38

    3.3.1 Populasi Target ......................................................................................... 38

    3.3.2 Populasi Terjangkau .................................................................................. 38

    3.3.3 Subjek Penelitian....................................................................................... 38

    3.3.4 Jumlah Subjek ........................................................................................... 38

    3.4 Kriteria Sampel ................................................................................................. 40

    3.4.1 Kriteria Inklusi .......................................................................................... 40

    3.4.2 Kriteria Eksklusi ....................................................................................... 40

    3.5 Cara Pengumpulan Data.................................................................................... 40

  • xii

    3.5.1 Bahan ........................................................................................................ 40

    3.5.2 Alat ............................................................................................................ 40

    3.5.3 Jenis Data .................................................................................................. 40

    3.6 Cara Kerja ......................................................................................................... 41

    3.6.1 Pengumpulan Data .................................................................................... 41

    3.6.2 Pengecekan ............................................................................................... 41

    3.6.3 Coding ....................................................................................................... 41

    3.6.4 Entry Data ................................................................................................. 41

    3.7 Alur Kerja Penelitian ........................................................................................ 42

    3.8 Manajemen Data ............................................................................................... 43

    3.8.1 Pengolahan Data ....................................................................................... 43

    3.9. Kerjasama Riset ................................................................................................ 43

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 44

    4.1. Hasil Penelitian ................................................................................................ 44

    4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian ................................................................. 44

    4.1.1.1. Angkatan ................................................................................................... 44

    4.1.1.2. Jenis Kelamin ............................................................................................ 45

    4.1.1.3. Proporsi Stres ............................................................................................ 46

    4.1.2 Gambaran Skor Stres Sebelum dan Setelah Puasa Ramadan .................... 47

    4.1.3 Pengaruh Skor Stres Sebelum dan Setelah Puasa Ramadan ..................... 49

    4.2. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 53

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 54

    5.1. Simpulan ........................................................................................................... 54

    5.2. Saran ................................................................................................................. 54

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 56

    Lampiran 1 ...................................................................................................................... 59

    Lampiran 2 ...................................................................................................................... 65

    Lampiran 3 ...................................................................................................................... 75

    Lampiran 4 ...................................................................................................................... 76

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Hasil Analisis Uji Skor Stres Puasa Ramadan…………….…………. 49

    Tabel 4.2 Hasil Analisis Uji Skor Stres Pada Subjek Yang Stres………............. 49

    Tabel 4.3 Hasil Analisis Uji Skor Stres Pada Subjek Yang Normal…....………. 50

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1: Aksis HPA………………..…….………………………...……… 10

    Gambar 2.2: Komponen Mayor Sistem Limbik, Pengaturan Neurotransmiter

    dan Sistem Neurotransmitter yang Mengatur Respon

    Stres……………………………………………………………… 13

    Gambar 4.1: Distribusi Sampel berdasarkan Angkatan ……...………………. 44

    Gambar 4.2: Distribusi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin ………….……... 45

    Gambar 4.3: Frekuensi Stres pada Seluruh Subjek…………..………..………. 46

    Gambar 4.4: Diagram Skor Stres Sebelum dan Setelah Puasa Ramadan…...... 47

    Gambar 4.5: Diagram Skor Stres Sebelum dan Setelah Puasa Ramadan Pada

    Subjek yang Stres……….……………..……….………….......... 48

    Gambar 4.6: Diagram Skor Stres Sebelum dan Setelah Puasa Ramadan Pada

    Subjek yang Normal………….……………..…………………… 48

    Gambar 4.7: Diagram Perubahan Skor Stres Subjek……….…...……………. 50

  • xv

    DAFTAR SINGKATAN

    5-HT1A : 5-Hidroksitriptamin

    ACTH : Adrenocorticotropic Hormone

    APA : American Psychological Association

    CRF : Corticotropin Releasing Factor

    DA : Dopamin

    DASS : Depression Anxiety Stress Scale

    GABA : Gamma-aminobutyric acid

    GAS : General Adaptation Syndrome

    HPA : Hypothalamic-pituitary-adrenal

    NE : Norepinefein

    NMDA : N-Methyl-D-Aaspartate

    PPDGJ : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

    PTSD : Posttraumatic Stress Disorder

    PVN : Paraventricular Nucleus

    RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

    SPSS : Statistical Package for the Social Sciences

    UIN : Universitas Islam Negeri

    WHO : World Health Organization

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1: Lembar Kuesioner………………………….……………………... 59

    Lampiran 2: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS ………………….…………. 65

    Lampiran 3: Surat Keterangan Lulus Etik………………………….…………… 75

    Lampiran 4: Riwayat Penulis………………………….……………………....... 76

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Mahasiswa sering dihadapkan pada masalah di perkuliahan seperti

    akademik, interpersonal dan intrapersonal, hubungan sosial, serta aktivitas yang

    monoton. Apabila masalah tersebut menumpuk dan tidak dapat diselesaikan, maka

    akan menimbulkan perubahan psikologis dan mengakibatkan timbulnya rasa stres.

    Stres merupakan bagian dari gangguan emosional, yaitu suatu respon

    adaptif individu pada berbagai tekanan internal atau eksternal dan menghasilkan

    berbagai gangguan meliputi gangguan fisik, emosional, dan perilaku.1 Angka

    kasus gangguan emosional di Indonesia masih besar dan perlu perhatian khusus.

    Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018

    menunjukkan prevalensi penduduk yang mengalami gangguan emosional secara

    nasional adalah 9.8%.2 Hasil tersebut membuktikan bahwa angka prevalensi

    gangguan emosional di Indonesia masih cukup tinggi.

    Terdapat beberapa metode penyembuhan tehadap gangguan emosional,

    dalam hal ini stres. Metode terapi penyembuhan stres telah banyak ditemukan

    oleh para ilmuwan maupun pemuka agama. Selain melalui pengobatan medis,

    terdapat pula metode terapi penyembuhan stres melalui pendekatan agama, salah

    satunya adalah dengan berpuasa.

    Puasa adalah menahan diri dari pembatalan-pembatalan puasa mulai dari

    terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan keikhlasan sebagai ibadah

    kepada Allah SWT3. Pada bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan untuk

    melaksanakan puasa. Perintah tentang kewajiban puasa Ramadan telah tercantum

    pada Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 183. Allah SWT. berfirman:“Hai orang-

    orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan

    atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. Banyak manfaat yang

    didapatkan setelah berpuasa Ramadan. Puasa Ramadan dapat meningkatkan

    kesehatan fisik, psikis maupun mental, salah satunya adalah dapat menurunkan

    stres.

  • 2

    Penelitan mengenai pengaruh puasa terhadap stres masih sedikit yang

    dipublikasikan. Studi yang dilakukan oleh Romy Lauche4 mengenai “effect of

    Ramadan fasting on physical and mental health in healty adult Muslims”

    menyebutkan bahwa puasa Ramadan bermanfaat bagi kesehatan orang muslim,

    karena tingkah laku dan modifikasi nutrisi yang baik selama bulan Ramadan dapat

    meningkatkan kesehatan dan perilaku yang baik saat berpuasa. Menurut penelitian

    yang dilakukan oleh dr. Arani Amin5 mengenai pengaruh puasa Ramadan

    terhadap depresi, ansietas, stres, dan kognisi pada tahun 2016 menyebutkan bahwa

    terjadi penurunan skor stres secara signifikan pada hari ke-28 Ramadan. Penelitian

    yang dilakukan oleh Omar Boukhris yang berjudul sleep patterns, alertness,

    dietary intake, muscle soreness, fatigue, and mental stress recorded before,

    during, and after Ramadan Observance menyebutkan bahwa terdapat peningkatan

    durasi dan kualitas tidur sebelum saat dan setelah puasa Ramadan, namun tidak

    ada perubahan yang signifikan pada intake makanan, nyeri otot, kelelahan dan

    stres mental sebelum, saat dan setelah puasa Ramadan.6

    Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, disertai hasil riset

    penelitian yang telah disebutkan, peneliti tertarik melakukan analisis mengenai

    pengaruh puasa Ramadan pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta serta untuk mengetahui apakah puasa Ramadan dapat

    memengaruhi penurunan stres pada setiap individu.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian

    ini adalah:

    Apakah puasa Ramadan dapat memengaruhi penurunan skor stres

    mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

    1.3 Hipotesis

    Puasa Ramadan dapat memengaruhi penurunan skor stres mahasiswa

    preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • 3

    1.4 Tujuan Penelitian

    1.4.1 Tujuan Umum

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh puasa

    Ramadan terhadap penurunan skor stres pada mahasiswa preklinik

    Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik mahasiswa

    yang normal maupun yang mengalami stres.

    1.4.2 Tujuan Khusus

    a. Mengetahui proporsi mahasiswa yang mengalami stres pada

    mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    b. Mengetahui skor stres pada mahasiswa preklinik Fakultas

    Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebelum puasa

    Ramadan.

    c. Mengetahui skor stres pada mahasiswa preklinik Fakultas

    Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta setelah puasa

    Ramadan.

    d. Mengetahui seberapa besar pengaruh puasa Ramadan terhadap

    penurunan stres pada seluruh mahasiswa preklinik Fakultas

    Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    e. Mengetahui seberapa besar pengaruh puasa Ramadan terhadap

    penurunan skor stres pada mahasiswa preklinik Fakultas

    Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengalami

    stres.

    f. Mengetahui seberapa besar pengaruh puasa Ramadan terhadap

    penurunan skor stres pada mahasiswa preklinik Fakultas

    Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang normal.

    1.5 Manfaat Penelitian

    1.5.1 Bagi Institusi

    a. Memberikan pengetahuan terhadap mahasiswa mengenai pengaruh

    puasa Ramadan terhadap stres.

    b. Sebagai bahan referensi bagi civitas akademika Fakultas

    Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • 4

    1.5.2 Bagi Masyarakat

    a. Memberikan pengetahuan terhadap masyarakat mengenai

    manfaat puasa Ramadan.

    b. Memberikan pengetahuan terhadap masyarakat khususnya

    mengenai pengaruh puasa Ramadan terhadap stres.

    1.5.3 Bagi Peneliti

    a. Memberikan pengetahuan tentang pengaruh puasa Ramadan

    terhadap stres.

    b. Meningkatkan keimanan dan keilmuan peneliti mengenai puasa

    Ramadan.

    c. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

    Kedokteran.

    1.5.4 Bidang Pengembangan Penelitian

    Menjadi data rujukan untuk penelitian selanjutnya dalam

    pengembangan pengaruh puasa Ramadan terhadap stres.

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Stres

    2.1.1 Pengertian Stres

    Stres merupakan sesuatu yang menyangkut interaksi antara individu dan

    lingkungan, yaitu interaksi antara stimulasi respon. Dapat dikatakan stres

    merupakan konsekuensi setiap tindakan dan situasi lingkungan yang

    menimbulkan tuntutan psikologis dan fisik pada seseorang. Psikolog

    menggunakan istilah stres untuk menggambarkan tekanan atau tuntutan atas

    organisme untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungannya.7

    Stres adalah pengalaman umum dalam kehidupan sehari-hari dan semua

    makhluk hidup telah mengembangkan mekanisme untuk mengatasinya. Stres

    yang berkelanjutan akan memberikan banyak efek patofisiologi seperti neuro-

    endokrin (system limbic-pituitary-hypothalamus) dan fungsi hormonal (pelepasan

    hormon kortikosteron). Kondisi stres yang berkelanjutan dan persisten dapat

    memicu kecemasan dan gangguan afektif seperti depresi, yang selanjutnya

    mengarah pada produksi radikal bebas yang berlebihan dan beban oksidatif.8

    Dalam tubuh manusia, berbagai stresor mengaktifkan sistem hormon dan

    neuron yang luas dari berbagai spektrum sehingga akan menghasilkan perilaku

    (gangguan ansietas, penurunan asupan makanan, penurunan perilaku seksual, dan

    hilangnya fungsi kognitif) dan respon fisiologi (aktivasi aksis pituitari adrenal dan

    sekresi glukokortikoid ke dalam aliran darah). Stresor ini adalah stimulator gairah

    dan mengarah ke fungsi otonom (perubahan suhu tubuh dan takikardia) dan

    perubahan perilaku. Namun, ketika gairah meningkat ke tingkat stres, akan

    mengakibatkan gangguan kejiwaan dan fisik.8

    2.1.2 Jenis-Jenis Stres

    Laura mengategorikan jenis stres menjadi dua jenis, yaitu:9

    A. Eustres

    Eustress adalah keadaan penderitaan emosi atau fisik yang menyenangkan.

    Stres ini bersifat positif dan membangun. Beberapa karakteristik eustres adalah:

  • 6

    1. Meningkatkan kinerja

    2. Sifat jangka pendek

    3. Motivasi dan kekuatan fokus

    4. Terasa menyegarkan atau memberi energi

    5. Keyakinan atas kemampuan diri/sesuatu yang dapat ditangani.

    B. Distres

    Distres adalah keadaan penderitaan emosi atau fisik, rasa tidak nyaman

    atau sakit stres ini bersifat negatif dan merusak. Beberapa karakteristik distres

    adalah:

    1. Demotivasi dan menggugurkan energi

    2. Menyebabkan ansietas, kekhawatiran atau kerisauan

    3. Merasa segala sesuatu tidak menyenangkan/menyakitkan

    4. Menurunnya seluruh kinerja/kemampuan

    5. Dapat menyebabkan penyakit fisik/kelelahan mental/penipisan emosional.

    2.1.3 Klasifikasi Stres

    Menurut American Psychological Association (APA), stres dibagi menjadi

    tiga bagian, yaitu10:

    a. Stres Akut

    Stres akut adalah stres yang datang dari tuntutan dan tekanan masa lalu

    yang diantisipasi dalam waktu dekat.

    b. Stres Akut Episodik

    Stres akut episodik adalah stres akut dimana penderita tidak dapat

    mengatasi stresor yang dihadapinya sehingga menjadi stres yang

    berkepanjangan dan tidak selesai. Ciri-ciri orang yang mudah terkena stres akut

    episodik adalah orang yang pemarah, mudah cemas, dan tegang.

    c. Stres Kronik

    Pada kondisi ini penderita akan sering menyendiri, depresi, dan tidak

    memiliki semangat hidup. Stres kronik datang ketika penderita tidak mampu

    menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

  • 7

    2.1.4 Sumber Stres

    Sumber stres juga disebut stresor. Ada dua tipe stresor yaitu stresor positif

    dan stresor negatif. Stresor yang sering dirasakan pada aktivitas sehari-hari adalah

    sebagai berikut:7

    A. Kesibukan (hassles)

    Kesibukan adalah gangguan kehidupan sehari-hari yang menimpakan

    beban stres. Contohnya adalah kemacetan lalu lintas, urusan rumah tangga,

    tugas mahasiswa preklinik yang menumpuk, aktivitas organisasi kampus,

    menghadapi cuaca buruk, dan menyeimbangkan tuntutan keluarga dan

    hubungan sosial.

    Saat melaksanakan aktivitas sehari-hari, seseorang pasti akan menghadapi

    kerepotan yang datang terus menerus secara tidak teratur atau tidak terduga

    misalnya terjebak hujan tanpa membawa payung. Akan tetapi kesibukan harian

    yang semakin menumpuk akan menyebabkan seseorang mengalami stres berat.

    B. Peristiwa Kehidupan

    Stres juga bisa diakibatkan oleh perubahan besar dalam suasana

    kehidupan. Hal ini bisa berupa kejadian negatif, seperti kehilangan pekerjaan,

    atau peristiwa positif, seperti menikah, menerima promosi jabatan, lulus ujian

    akhir atau kelahiran bayi. Perubahan lebih baik atau lebih buruk bisa

    menimpakan beban stres yang menuntut penyesuaian.

    C. Frustasi

    Frustasi adalah keadaan emosi negatif yang dialami ketika upaya

    seseorang untuk mengejar satu tujuan yang terhambat atau pupus. Contohnya

    adalah orang yang ingin menempuh pendidikan tinggi namun terkendala

    masalah biaya, ataupun seseorang yang merasa frustasi ketika kita menetapkan

    cita-cita yang terlalu tinggi dan tidak mampu dicapai.

    D. Konflik

    Konflik adalah keadaan ketegangan yang disebabkan oleh keberadaan dua

    atau lebih tujuan yang berlawanan yang menuntut penyelesaian dan

    berlangsung serempak. Konflik terbagi menjadi empat yaitu konflik

    pendekatan-pendekatan, konflik penghindaran-penghindaran, konflik

    pendekatan-penghindaran dan konflik banyak pendekatan-penghindaran.

  • 8

    Konflik pendekatan-pendekatan terjadi ketika seseorang merasa ditarik kearah

    dua tujuan positif yang bertolak belakang. Konflik penghindaran-penghindaran

    terjadi ketika seseorang menghadapi dua tujuan yang berlawanan dan sama-

    sama tidak menyenangkan. Konflik pendekatan-penghindaran terjadi ketika

    seseorang menghadapi tujuan yang memiliki kualitas sekaligus positif dan

    negatif. Sedangkan konflik banyak pendekatan-penghindaran melibatkan dua

    atau lebih tujuan, masing-masing dengan karakteristik negatif dan positif yang

    menarik.

    E. Pola Perilaku Tipe A

    Pola perilaku tipe A adalah pola perilaku yang ditandai dengan

    ketidaksabaran, terburu waktu, suka bersaing dan bermusuhan. Orang yang

    memiliki perilaku ini cenderung tidak sabaran, kompetitif, dan agresif. Orang

    tersebut senantiasa dalam keadaan terburu-buru dan merasa bahwa waktu amat

    mendesak.

    F. Stresor Traumatik

    Stresor traumatik adalah peristiwa yang mengancam nyawa. Yang

    termasuk dalam kategori ini adalah bencana alam atau bencana teknologi

    misalnya angin topan, tsunami, banjir, kecelakaan nuklir dan sebagainya.

    Orang yang mengalami peristiwa traumatik bisa mengembangkan gangguan

    psikologis yang disebut gangguan stres pascatrauma (PTSD).

    G. Stres Akulturasi

    Stres akulturasi adalah tuntutan yang dihadapi oleh para imigran untuk

    menyesuaikan diri dengan budaya tempat menumpang. Stres yang dihadapi

    oleh para imigran yang berakulturasi secara buruk dalam usaha mereka untuk

    mendapatkan pijakan ekonomi dan bisa menyumbang pada masalah emosional

    dalam bentuk ansietas dan depresi.

    2.1.5 Masalah yang Dihadapi Mahasiswa dalam Perkuliahan

    Menurut Gunarsa11, ada tiga hal yang sering menjadi masalah selama

    menjalani perkuliahan yaitu:

  • 9

    A. Bersumber Pada Kepribadian

    Motivasi dalam perkuliahan penting dimiliki mahasiswa agar gairah untuk

    belajar dan menekuni ilmunya bisa berlangsung lancar. Kegairahan yang

    ditandai oleh disiplin diri yang kuat dan ditampilkan dalam ketekunan dan

    keuletan belajar serta menyelesaikan tugas-tugas.

    B. Prestasi Akademik

    Selama menjalani perkuliahan, tidak setiap saat keinginan pasti tercapai.

    Dalam bidang pendidikan, prestasi akademik merupakan hasil dari berbagai

    faktor antara lain faktor kemampuan dasar dan bakat yang dimiliki. Kegagalan

    dalam prestasi akademik bisa disebabkan oleh kemampuan dasarnya tidak

    menyokong atau bakatnya yang kurang menunjang. Kegagalan juga bisa

    memperjuangkan cara belajar yang tepat, atau kurangnya fasilitas yang

    memungkinkan mengaktualisasikan kemampuan dasar dan bakat khusus yang

    sebenarnya dimiliki.

    C. Kondisi yang Tidak/Kurang Menunjang

    Masalah mahasiswa yang sering dihadapi dalam perkuliahan adalah faktor

    yang secara tidak langsung berpengaruh. Keadaan fisik/lingkungan perumahan

    yang tidak memungkinkan mahasiswa bekerja dengan baik (penerangan,

    ventilasi, meja belajar, bising). Peranan lain yang harus diperhatikan adalah

    keadaan/suasana psikologis di rumah, baik dalam hubungan dengan orang tua,

    saudara, maupun lingkungan sosial. Keadaan tersebut memaksa diri untuk

    beradaptasi, namun dalam kenyataannya merugikan studinya.11

    2.1.6 Neurobiologi Stres

    Secara biologis, stres didefinisikan sebagai perubahan fisiologis yaitu

    aktivitas aksis adrenal pituitari yang mengarah pada pelepasan steroid adrenal

    yang dipicu oleh pelepasan hormon adrenokortikotrofik (ACTH) dari pituitari.

    Stimulasi ACTH ini dikendalikan oleh Corticotropin Releasing Factor (CRF)

    yang ada di hipotalamus dan dilepaskan sebagai respon terhadap berbagai stresor.

    Aktivitas berlebih ini dapat menghasilkan psikopatologi seperti gangguan

    ansietas, depresi, dan bahkan kerusakan organ tubuh pada kasus yang kronik.8

  • 10

    Gambar 2.1: Aksis HPA12

    Sumber: Kulkarni 2016

    CRF adalah aktivator utama sekresi ACTH oleh pituitari anterior. Aktivasi

    aksis ini, juga disebut aksis HPA, menghasilkan pelepasan glukokortikoid ke

    dalam sirkulasi sistemik. Glukokortikoid ini dianggap sebagai kunci utama dalam

    respon organisme terhadap stres. Stres dan glukokortikoid mempunyai efek

    spesifik pada fungsi kognitif manusia dan hewan coba. Steroid adrenal dan

    kejadian stres menghasilkan short-term dan deficit reversible dalam memori

    episodik dan spasial pada hewan coba dan manusia.8

    Akibat dari perangsangan pada sistem saraf simpatis segera setelah

    mengalami peristiwa traumatik adalah terjadi peningkatan denyut jantung dan

    tekanan darah. Kondisi ini disebut ‘fight or flight reaction’. Reaksi ini juga akan

    meningkatkan aliran darah dan jumlah glukosa pada otot-otot skeletal sehingga

    membuat seseorang sanggup untuk berhadapan dengan peristiwa tersebut atau

    juga mungkin memberikan reaksi interaktif terhadap ancaman yang optimal.

    Reaksi saraf parasimpatis yang timbul berupa pembatasan reaksi sistem saraf

    simpatis pada beberapa jaringan tubuh, namun respon ini bekerja secara bebas dan

    tidak berkaitan dengan respon yang diberikan oleh sistem saraf simpatis.8

  • 11

    Ketika seseorang mengalami stres, tubuh akan menimbulkan respon

    fisiologis untuk mengatasi stres dan berusaha melakukan homeostasis hormon

    agar keseimbangan hormon menjadi stabil. Hormon yang berfungsi menjaga

    keseimbangan hormon stres serta memicu rasa senang, tenang dan bahagia adalah

    hormon endorfin. Menurut Amir13, hormon endorfin berperan penting dalam

    regulasi stres. Hormon endorfin berfungsi sabagai hormon trofik pada organ target

    perifer seperti kelenjar adrenal dan pankreas. Selain itu, hormon endorfin juga

    berperan dalam kontrol sekresi ACTH kelenjar pituitari selama stres sehingga

    gejala stres yang berkelanjutan dapat dihindari.

    2.1.7 Neurotransmiter dan Stres

    Menurut Kumar, terdapat beberapa teori mengenai neurotransmiter

    pencetus stres sebagai berikut8,

    A. Asam Gamma-Aminobutirat (GABA)

    Neurotransmiter ini adalah inhibitor penting dalam sistem saraf pusat.

    Peran reseptor GABA dan benzodiazepin telah didokumentasikan dengan

    baik dalam gangguan stres, seperti kecemasan, epilepsi, insomnia, dan

    gangguan kejang. Dilaporkan bahwa stres dapat mengubah neurotransmiter

    GABA, yang menunjukkan keterlibatan GABA dalam perubahan perilaku

    dan biokimia yang diinduksi oleh stres.

    B. Dopamin

    Perubahan tingkat induksi stres dalam dopamin (DA) pada daerah terminal

    melibatkan daerah-daerah sel yang terproyeksi. Penemuan dari studi praklinis

    menunjukkan bahwa respon dari DA dalam rangsangan stres itu berbeda-

    beda. Secara spesifik, tekanan fisik yang akut dan dapat dikontrol

    menyebabkan peningkatan sekresi DA ke dalam striatum ventral, sedangkan

    pada kondisi yang kronis dan tidak terkontrol pada tekanan yang sama,

    sekresi DA mengalami penurunan. Penyakit Parkinson merupakan penyakit

    neurodegeneratif yang berkaitan dengan usia, secara klinis ditandai dengan

    gangguan gerakan yang timbul karena neuron dopamin yang terdegenerasi

    secara selektif pada substansia nigra otak tengah ventral, sehingga kadar

    dopamin pada striatum menipis.

  • 12

    C. Norepinefrin

    Secara umum, epinefrin berfungsi sebagai sistem alarm yang mengurangi

    fungsi neurovegetatif seperti makan dan tidur, serta bekontribusi terhadap

    peningkatan otonom dan respon neuroendokrin terhadap stres seperti aktivasi

    aksis HPA. Norepinefrin juga berfungsi mengaktifkan amigdala, bagian otak

    yang mengatur rasa takut, memori ingatan jangka panjang dan sebagai tempat

    penyimpanan kenangan emosional pada bagian hipokampus dan striatum.

    Sistem monoaminergik mengatur aktivitas neuron di amigdala. Dilaporkan

    bahwa stres meningkatkan omset NE pada banyak ujung proyeksi lokus

    seruleus serta meningkatkan NE ekstraseluler di hipokampus. Bukti

    substansial menunjukkan bahwa neuron di otak mengandung dan menyekresi

    noradrenalin dan CRF diaktifkan selama stres. Dapat disimpulkan bahwa

    noradrenalin dan CRF terlibat dalam respon perilaku terhadap stres.

    D. Serotonin

    Stres dapat memengaruhi aktivitas neuron dopaminergik dan serotonergik

    sentral. Sebuah studi menjelaskan bahwa terjadi penurunan kadar serotonin

    secara signifikan sebagai respon terhadap stres. Konsentrasi serotonin

    hipokampus meningkat selama konflik psikososial pada hewan. Reseptor 5-

    hidroksitriptamin 1A (5-HT1A) menurun secara teratur pada daerah otak

    yang berbeda di dalam hipokampus.

    E. Glutamat

    Studi menjelaskan bahwa Paraventricular Nucleus (PVN) menerima

    inervasi glutaminergik dari area otak besar yang melibatkan PVN itu sendiri

    dan beberapa inti lain di dalam dan di luar hipotalamus. Antara daerah

    neuroanatomical afferent glutaminergic ke PVN, nukleus dorsomedial

    hipotalamus adalah lokus awal untuk neuron glutaminergik yang dapat

    diaktifkan oleh stres yang imobilisasi. Mikroinjeksi N-metil-D-Aspartat

    (NMDA) ke dalam nukleus dorsomedial hipotalamus menyebabkan

    peningkatan pelepasan glutamat dalam PVN dan hasil dalam respon

    kardiovaskular sangat mirip dengan yang ditimbulkan oleh stres emosional.

  • 13

    Gambar 2.2: Komponen Mayor Sistem Limbik, Pengaturan Neurotransmiter dan

    Sistem Neurotransmitter yang Mengatur Respon Stres8

    Sumber: Kumar 2013

    2.1.8 Respon Fisiologis Tubuh Terhadap Stres

    Pada tahun 1936, seorang ilmuwan bernama Hans Seyle mencoba

    melakukan penelitian mengenai respon tubuh terhadap berbagai stresor dari luar.

    Seyle menjelaskan ada tiga tahap respon tubuh terhadap stresor yang dinamai

    general adaptation syndrome (GAS), yaitu10:

    1. Reaksi Peringatan

    Tahap ini disebut fase Fight or Flight. Pada tahap ini terjadi penurunan

    resistensi terhadap tubuh melalui aktivasi sistem saraf otonom. Saat stresor

    dikenali oleh tubuh, otak mengirim impuls biokimia ke kelenjar pituitari

    kemudian menyekresi adrenocorticotrophic hormone (ACTH). Selanjutnya

    ACTH akan menstimulasi kortek adrenal untuk melepaskan glukokortikoid.

    2. Tahap Resistensi

    Selama tahap ini, resistensi tubuh terhadap stres akan terus meningkat dan

    kemudian respon yang sifatnya sama akan hilang. Glukokortikoid akan

    merangsang konversi lemak dan protein menjadi glukosa yang menghasilkan

    energi untuk mengatasi stres. Glukokortikoid yang disekresi terus menerus

    akan menghambat pembentukan antibodi dan menghambat pembentukan sel

    darah putih sehingga pada tahap ini seseorang mudah terserang penyakit.

  • 14

    3. Tahap Kelelahan

    Apabila stres tersebut terus berlanjut, sistem imun tubuh serta mekanisme

    tubuh untuk meghindari stres tersebut akhirnya akan gagal. Pada tahap ini

    sistem imunitas akan terus menurun dan akan menimbulkan penyakit yang

    cukup serius.

    2.1.9 Gejala Adaptasi Umum Stres

    Menurut Stranks, stres dapat diketahui berdasarkan gejala-gejala berikut:10

    1. Emosional,

    Contohnya adalah mudah lelah, cemas, ketakutan, mudah marah, dan kurang

    motivasi.

    2. Kognitif

    Stres dapat menghasilkan peningkatan potensi berbuat kesalahan, tidak

    mampu berkonsentrasi, dan khawatir akan masa depannya.

    3. Perilaku.

    Perubahan perilaku menimbulkan kemalasan, hubungan yang buruk dengan

    kuliah, ragu, bolos, produktivitas menurun yang mengakibatkan seseorang

    akan mencoba untuk merokok, dan minum alkohol.

    4. Psikologis

    Seseorang akan mengeluhkan banyak penyakit seperti sakit kepala, gelisah,

    bingung. Tekanan darah pada orang stres akan meningkat, mudah terkena

    infeksi, serta masalah pada kulit dan perut.

    2.1.10 Kriteria Diagnosis Reaksi Stres Akut

    Kriteria diagnosis dari reaksi stres akut berdasarkan PPDGJ III adalah sebagai

    berikut:14

    1. Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya pengalaman

    stresor luar biasa (fisik atau mental) dengan onset dari gejala, biasanya setelah

    beberapa menit atau seketika setelah kejadian

    2. Selain itu ditemukan gejala-gejala :

    a. Terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah; selain

    gejala awal berupa kejadian ”terpaku” (daze), semua hal tersebut dapat

  • 15

    terlihat: depresi, ansietas, kemarahan, kecewa, overaktif, dan penarikan

    diri. Akan tetapi tidak satupun dari gejala tersebut yang mendominasi

    gambaran klinisnya untuk waktu yang lama.

    b. Pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkup stresornya, gejala-

    gejala dapat menghilang dengan cepat dalam beberapa jam; dalam hal

    dimana stres menjadi berkelanjutan atau tidak dapat dialihkan, gejala-

    gejala biasanya baru mereda setelah 24-48 jam dan biasanya hampir

    menghilang setelah 3 hari.

    3. Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaan kambuhan mendadak dari

    gejala-gejala pada individu yang sudah menunjukkan gangguan psikiatrik

    lainnya.

    4. Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan

    dalam terjadinya atau beratnya suatu reaksi stres akut.

    2.1.11 Manajemen stres

    Menurut Taylor manajemen stres ada 3 tahap, yaitu:15

    a. Tahap pertama yaitu mempelajari apakah stres itu dan bagaimana

    mengidentifikasi stesor dalam kehidupan mereka sendiri.

    b. Tahap kedua yaitu mereka memperoleh dan mempraktikkan keterampilan

    untuk mengatasi (koping) stres.

    c. Tahap ketiga yaitu partisipan mempraktikkan teknik manajemen stres mereka

    yang ditargetkan situasi penuh stres mereka dan memonitor efektivitas teknik

    itu.

    2.1.12 Strategi Mengelola Stres

    Menurut Wade dan Tarvis, terdapat beberapa strategi yang dapat

    digunakan untuk mengelola stres, diantaranya adalah sebagai berikut:16

    a. Strategi Fisik

    Untuk mengatasi tekanan fisiologis dengan pendekatan fisik adalah

    menenangkan diri dan mengurangi rangsangan fisik tubuh melalui meditasi

    atau relaksasi. Menurut Scheufele, relaksasi progresif adalah belajar untuk

  • 16

    secara bergantian menekan dan membuat otot-otot menjadi santai, juga

    menurunkan tekanan darah dan hormon stres.

    b. Strategi Emosional

    Strategi ini berfokus pada emosi yang timbul akibat masalah yang

    dihadapi, baik marah, cemas, atau duka cita. Beberapa waktu setelah bencana

    atau tragedi adalah hal yang wajar bagi individu yang mengalaminya untuk

    merasakan emosi-emosi tersebut. Pada tahap ini, orang sering kali butuh untuk

    membicarakan kejadian tersebut secara terus menerus agar dapat menerima,

    memahami, dan memutuskan akan melakukan hal apa setelah kejadian tersebut

    selesai.

    c. Strategi Kognitif

    Strategi ini digunakan untuk menilai kembali suatu masalah dengan positif

    (positive reappraisal problem). Strategi positive reappraisal adalah usaha

    kognitif untuk menganalisa dan menginstruksi masalah dalam sebuah cara

    yang positif sambil terus melakukan penerimaan terhadap realitas situasi.

    Selain itu strategi kognitif juga menggunakan teknik afirmasi yaitu sejumlah

    kalimat positif yang disusun baik itu hanya sebatas pikiran, atau dituangkan

    kedalam tulisan, diucapkan dengan cara berulang-ulang.

    d. Strategi Sosial

    Cara menurunkan stres menggunakan strategi sosial adalah dengan

    mencari kelompok dukungan. Kelompok dukungan (supporting group) sangat

    membantu karena semua orang dalam kelompok pernah mengalami hal yang

    sama dan memahami apa yang dirasakan. Kelompok dukungan dapat

    memperlihatkan kepedulian dan kasih sayang. Mereka dapat membantu

    seseorang menilai suatu masalah dan merencanakan hal-hal yang dapat

    dibutuhkan oleh setiap orang sepanjang hidup.

    2.1.13 Coping Stres

    Menurut Matsumoto, coping adalah sebuah proses pengelolaan terhadap

    keadaan sulit yang meliputi strategi untuk mengatasi stres, baik internal maupun

    eksteral, dengan usaha yang paling berguna.17 Folkman dan Lazarus membagi

    strategi coping stres menjadi dua jenis:18

  • 17

    a. Problem-focused coping (mencoba untuk mengubah apa yang menyebabkan

    distres dengan bertindak pada lingkungan atau diri sendiri, misalnya dengan

    menganalisis masalah dan membuat rencana). Contohnya adalah aktif coping,

    perencanaan, penekanan kegiatan berkompetisi, pengendalian, dan mencari

    dukungan sosial.

    b. Emotion-focused coping (individu berfokus pada pengelolaan emosi negatif

    dengan mengubah perhatian terhadap masalah yang terjadi) contohnya adalah

    mencari dukungan sosial untuk alasan emosional, pandangan positif,

    penerimaan, beralih ke agama, fokus pada pengaturan emosi, penolakan,

    pelepasan perilaku, dan pelepasan mental.

    2.1.14 Coping Religius

    Menurut Tix dan Fraser, coping religius adalah penggunaan kognitif dan

    perilaku dalam menghadapi peristiwa kehidupan yang penuh stres, melalui

    pendekatan agama.19 Coping religius merupakan salah satu bagian dari emotion-

    focused coping. Coping religius adalah usaha individu untuk bertahan dan

    mengatasi kerentanan stres yang dialami melalui pendekatan keyakinan beragama

    dan aktivitas keagamaan untuk menemukan makna, pengontrolan diri,

    mendapatkan kenyamanan, menjaga hubungan sosial serta menciptakan

    perubahan dalam hidup.19 Pargament20 mengemukakan ada lima dimensi coping

    religius, yaitu:

    1. Menemukan makna

    2. Kontrol diri

    3. Kenyamanan dan kedekatan dengan Tuhan

    4. Menjalin hubungan dengan orang lain

    5. Menciptakan perubahan dalam hidup

    2.1.15 Alat Ukur Stres

    Untuk mengetahui seberapa parah stres seseorang dapat diukur menggunakan

    alat ukur stres. Beberapa alat ukur yang dibuat oleh para ahli adalah sebagai

    berikut.

  • 18

    A. Kuesioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42)

    Kuesioner DASS 42 adalah pertanyaan-pertanyaan yang dirancang oleh

    P.F. Lovibond dan S.H. Lovibond21 untuk mengukur besarnya tiga keadaan

    emosi negatif yaitu depresi, kecemasan dan stres. Awal mula Lovibond

    membuat kuesioner ini karena pada dasarnya, depresi dan ansietas sangat

    berbeda. Secara klinis gejala keduanya saling tumpang tindih, sedangkan

    konsep stres menimbulkan masalah tambahan dalam studi afektif negatif

    sehingga Lovibond melakukan riset pada 717 mahasiswa psikologi tahun

    pertama Universitas New South Wales mengenai gambaran status emosional

    negatif pada seluruh mahasiswa tersebut menggunakan kuesioner DASS.21

    DASS mengenai depresi berfokus pada laporan-laporan tentang suasana hati

    yang rendah, motivasi, dan harga diri. DASS mengenai kecemasan berfokus

    pada rangsangan fisiologis, perasaan panik, dan ketakutan, Sedangkan DASS

    mengenai stres berfokus pada ketegangan dan emosi kemarahan.21 Kuesioner

    ini terdiri dari 42 pertanyaan mengenai depresi, kecemasan, dan stres.

    Pertanyaan mengenai stres berada pada pertanyaan nomor berikut

    Skala Stres: 1. 6. 8. 11. 12. 14. 18. 22. 27. 29. 32. 33. 35. 39.

    Klasifikasi tingkat stres berdasarkan jumlah skor adalah

    Normal : 0-14

    Ringan : 15-18

    Sedang : 19-25

    Parah : 26-33

    Sangat Parah : 34+

    B. Kuesioner Stress Vulnerabiliity Self-Test (SVS-T)

    Alat ukur ini diciptakan oleh Miller dan Smith.22 Skala SVS-T dari Miller

    dan Smith digunakan untuk mengukur kerentanan stres seseorang berdasarkan

    identifikasi kesehariannya seperti kebiasaan makan dan tidur, intake kafein dan

    alkohol, dan bagaimana seseorang mengekspresikan emosinya. Kuesioner ini

    terdiri dari 20 pertanyaan, satu pertanyaan bernilai 5. Hasil dikatakan normal

    apabila jumlah skor kurang dari 10 poin, jumlah skor lebih dari 30 poin berarti

    orang tersebut mudah terserang stres, sedangkan skor lebih dari 50 poin

    dikategorikan sebagai sangat rentan terkena stres.22

  • 19

    C. Kuesioner Social Readjusment Rating Scale (SRRS)

    Holmes dan Rahe23 juga mengembangkan alat pengukuran stres, yaitu

    Social Readjusment Rating Scale (SRRS) yang berisi faktor-faktor kehidupan

    yang dapat memengaruhi stres, mengungkapkan aktivitas kehidupan seseorang

    yang cenderung memicu terjadinya krisis seperti karir, interaksi sosial, dan

    norma di dalam masyarakat. Kuesioner ini berisi 43 pertanyaan, masing-

    masing pertanyaan memiliki skor yang berbeda-beda. Hasil dikatakan normal

    apabila jumlah skor kurang dari 150 poin, jumlah skor 150 sampai 299 masuk

    dalam kategori stres ringan dan perubahan perkembangan stres sekitar 50%,

    serta jumlah skor lebih dari 300 poin dikategorikan sebagai stres tinggi dan

    perubahan perkembangan gangguan stres sekitar 80%.23

    2.1.16 Stres dalam Islam

    Dalam perspektif agama Islam, Baqutan24 melakukan studi intensif tentang

    stres dan membagi tiga terminologi stres, yaitu qalaq (khawatir), ya’s (putus asa),

    dan qunut (keadaan tidak berdaya).

    1. Qalaq (khawatir)

    Terminologi qalaq (khawatir) disebutkan dalam QS. Ar-Rahman ayat 46:

    “Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga”

    (QS. Ar-Rahman [55]: 46)

    Menurut Almothwahi, qalaq adalah pengalaman manusia yang universal,

    bersamaan hidup normal di dunia yang mengancam eksistensi dan yang

    berjuang melawan lingkungan, baik internal maupun eksternal, merupakan

    bagian dari manusia banyak. Qalaq ini merupakan kondisi takut.

    2. Ya’s (putus asa)

    Terminoligi Ya’s (putus asa) disebutkan dalam QS. Yusuf (2) ayat 87, Allah

    SWT. berfirman:

    “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan

    saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya

    tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS. Yusuf

    [12]: 87).

  • 20

    Menurut Hussain, keputusasaan tidak hanya mengarahkan manusia pada

    jalan yang salah, tetapi juga memengaruhi kekuatan pikiran dan melemahkan

    mereka secara bertahap ke titik kehancuran mereka.

    3. Qunut (keadaan tidak berdaya)

    Terminologi Qunut (keadaan tidak berdaya) disebutkan berdasarkan QS. Az-

    Zumar ayat 53, Allah SWT. berfirman:

    “Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri

    mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.

    Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah

    yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar [39]: 53).

    Seseorang akan mengalami ketidakberdayaan, saat dia frustasi dan tidak

    memiliki harapan untuk melakukan sesuatu yang baik dalam hidupnya.24

    Agama Islam tidak memandang stres (yang disebut sebagai ujian atau bala)

    sebagai sesuatu yang negatif. Bahkan Islam memandang stres sebagai sesuatu

    yang diperlukan demi perkembangan sifat manusia. Dengan stres kita dapat

    menilai apakah seseorang termasuk dalam golongan orang yang bersabar atau

    tidak. Sabar merupakan tanda keimanan sehingga dapat dikatakan bahwa stres

    adalah alat uji tentang keimanan kita kepada Allah SWT.

    Di saat seseorang merasa stres, dia dituntut untuk dapat bersabar

    menghadapinya. Orang-orang yang bersabar adalah hamba-hamba terpilih untuk

    memasuki kebahagiaan hakiki. Rasulullah SAW. bersabda, “Semoga Allah

    menurunkan rahmat-Nya kepada Musa yang lebih banyak mendapatkan cobaan

    daripada umat ini namun dia bisa bersabar.” Dalam riwayat yang lain Rasulullah

    bersabda “Barang siapa yang selalu melatih dirinya bersabar maka Allah akan

    membuatnya menjadi penyabar”.

    Muslim yang baik dapat mengambil pelajaran dari setiap ujian dan cobaan

    yang dia dapatkan. Hal ini merupakan pembeda dengan orang munafik. Allah

    SWT. berfirman

  • 21

    “Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) itu memerhatikan bahwa mereka

    diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak juga bertobat dan

    tidak pula mengambil pelajaran.” (QS. At-Taubah [9]: 127).25

    2.2 Puasa

    2.2.1 Pengertian Puasa

    Puasa ( ٌ berasal dari bahasa Arab (َصْومٌ "يَُصْومٌٌُ–َصاَم “ yang berarti

    menahan, berhenti atau tidak bergerak. Puasa adalah menahan diri dari

    pembatalan-pembatalan puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari

    dengan niat dan keikhlasan sebagai ibadah kepada Allah SWT.26

    2.2.2 Macam-macam Puasa

    Pada hakikatnya puasa terbagi menjadi dua:

    a. Puasa Fardu: termasuk di dalamnya yaitu puasa Ramadan, puasa qada,

    puasa kafarat dan puasa nazar

    b. Puasa Tathawwu’ (sunah): yaitu puasa yang dikerjakan para muslim untuk

    mendekatkan diri kepada Allah, bukan wajib atasnya, contohnya adalah

    puasa Asyura, puasa arafah, puasa senin dan kamis, dan lain-lain.8

    2.2.3 Rukun-rukun Puasa

    Rukun puasa adalah sebagai berikut:

    a. Niat

    Niat merupakan inti dari setiap ibadah. Apabila puasa tidak diawali dengan

    niat, maka puasanya tersebut tidak sah. Sebagaimana hadis yang

    diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi dan An-Nasa’I dari Hafsah

    bahwa Rasulullah SAW. bersabda:

    ٌِّ ٌالص ٌ.َمْنٌلَْمٌيَُبي ِّتِّ َياَمٌََلُ ٌفاََلٌصِّ َياَمٌقَْبَلٌالَفْجرِّ

    Artinya: “Barangsiapa yang tidak berniat akan berpuasa pada sebelum

    fajar, maka tidak ada puasa baginya”. (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan

    An-Nasa’i)

  • 22

    b. Menahan

    Menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa sejak terbit

    fajar sampai terbenam matahari. Berdasarkan firman Allah SWT.:

    “Dan makan serta minumlah kamu hingga terang bagimu benang putih dari

    benang hitam, yaitu fajar ….” (QS. Al-Baqarah [2]: 187)

    Pada ayat ini yang dimaksud dengan benang putih adalah putih/terangnya

    siang dan benang hitam adalah gelampnya malam.26

    2.2.4 Syarat Puasa

    2.2.4.1 Syarat Wajib Puasa

    Puasa diwajibkan atas orang26:

    1. Islam

    2. Baligh

    3. Berakal (tidak gila atau mabuk) lelaki atau perempuan

    4. Suci dari haid dan nifas bagi perempuan

    5. Mukim (tidak sedang musafir)

    6. Sanggup berpuasa (tidak lemah ataupun sakit)

    2.2.4.2 Syarat Sah Puasa

    Syarat sah berpuasa adalah26:

    1. Islam sepanjang hari

    2. Suci dari haid, nifas dan wiladah/bersalin

    3. Mumayyiz (dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk)

    4. Berpuasa pada waktunya.

    2.2.5 Hal-hal yang Membatalkan Puasa

    Hal-hal yang membatalkan puasa adalah sebagai berikut27:

    1. Makan atau minum, walaupun sedikit misalnya memakan biji-bijian

    2. Sampainya sesuatu ke dalam perut, seperti bekas tikaman dan obat

    3. Muntah dengan sengaja

    4. Masuknya sesuatu saat berkumur atau istinsyaq yang dilakukan secara

    berlebihan

    5. Bersenggama

  • 23

    6. Ejakulasi sebab sentuhan tangan (onani), rabaan wanita atau lainnya,

    ciuman, atau bercumbu

    7. Haid atau nifas

    8. Menyuntik obat melalui kemaluan atau anus

    9. Terserang gangguan jiwa

    10. Murtad

    2.2.6 Amalan Dalam Bulan Ramadan

    Banyak amalan saleh yang sebaiknya dikerjakan dalam bulan suci

    Ramadan, antara lain28:

    1. Memperbanyak sedekah

    Hendaknya seorang muslim memperbanyak sedekah saat masuk

    bulan Ramadan. Rasulullah SAW. adalah orang yang paling pemurah, dan

    beliau menjadi jauh lebih pemurah pada bulan Ramadan. Dalam suatu

    hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, ia berkata:

    ,ٌوٌٌَللاصىلٌٌللاٌٌََِّكَنٌَرُسْولٌُ ٌََكَنٌعليهٌوسملٌَأْجَوَدٌالنَّاسِّ

    ْْبِّيُْلٌ...أٌَ ٌيَلَْقاُهٌجِّ ْْيَ ٌَرَمَضاَنٌحِّ ٌْجَوَدٌَماٌيَُكْوُنٌِفِّ

    Artinya: “Rasulullah SAW. adalah manusia yang paling pemurah, dan

    beliau lebih pemurah lagi di bulan Ramadan saat Jibril menemui

    beliau,…” (HR. al-Bukhari).

    Salah satu manfaat dari sedekah adalah dapat mengobati orang

    yang sakit. Dalam suatu hadis daif yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim,

    Rasulullah SAW. bersabda ”Jagalah harta kalian dengan zakat, obatilah

    orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah dan tolaklah bala’

    dengan doa”. Menurut Al-Lajna ad-Da’imah atau Majelis Ulama Arab

    Saudi, hadis tersebut tidak sahih tetapi boleh diamalkan, bersedekah

    dengan niat untuk kesembuhan orang yang sakit sebagai bentuk taqarub

    kepada Allah SWT. mengharap agar Allah menyembuhkannya dengan

    sedekah tersebut.29

  • 24

    2. Memperbanyak tilawatil qur’an

    Membaca al-Qur’an sangat dianjurkan bagi setiap muslim, terlebih

    lagi di dalam bulan Ramadan. Rasulullah SAW. memperbanyak membaca

    al-Qur’an selama bulan Ramadan. Diriwayatkan dalam suatu hadis dari

    Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:

    ٌٌَوَلٌ َّ ٌنَِبِّ ,ٌَوَلٌٌللاٌَِّأْعمَلُ ٌلَْيََلٍ ٌٌٌقَامٌَقََرَأٌالُْقْرأ َنٌُُكَُّهٌِفِّ لَْيََلًٌَحَّتَّ

    ٌَرَمَضاَن.ٌ اًلٌغَْْيَ َحٌَوَلٌَصاَمٌَشهًْراٌََكمِّ يُْصبِّ

    Artinya: “Saya tidak pernah mengetahui Rasulullah membaca al-Qur’an

    semuanya, salat sepanjang malam, dan puasa sebulan penuh selain di

    bulan Ramadan”. (HR. Ahmad).

    Al-Qur’an merupakan obat bagi segala penyakit hati dan jasmani.

    Sebagaimana telah disebutkan dalam surah al-Isra’ ayat 82, Allah SWT.

    berfirman:

    “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan

    rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-

    Qur’an) hanya akan menambah kerugian”. (QS. Al-Isra’ [17]: 82)

    Tafsir dari ayat di atas menjelaskan bahwa al-Qur’an diturunkan

    sebagai penyembuh dari semua penyakit hati seperti keraguan,

    kemunafikan, kebodohan serta akan menyembuhkan jasmani melalui

    bacaan ruqyah.

    3. Mengerjakan salat malam /qiyamul lail

    Dianjurkan bagi setiap muslim untuk lebih menghidupkan malam-

    malam pada bulan Ramadan dengan memperbanyak salat malam yaitu

    salat tahajud. Allah SWT. berfirman:

    “Dan pada sebagian malam, lakukanlah alat tahajud (sebagai suatu

    ibadah) tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke

    tempat yang terpuji”. (QS. Al-Isra’ [17]: 79)

    Bangun dan kemudian salat malam akan meningkatkan kekuatan

    berpikir dan kekuatan memori. Salat malam dapat meningkatkan fungsi

    otak yang sangat beragam karena dalam salat malam dan zikir kita

  • 25

    membaca dan berupaya memahami makna al-Qur’an, melafalkan doa-doa,

    seraya mengulang-ulang zikir pagi hari. Dengan demikian, kebiasaan salat

    malam dapat mencegah penyakit Alzheimer, kepikunan, stroke, depresi,

    stres dan sebagainya.29 Dalam hadis Rasulullah SAW. bersabda “Salat

    tahajud dapat menghapuskan dosa, mendatangkan ketenangan, dan

    menghindarkan dari penyakit”. (HR. Tirmidzi)29

    4. Menghidupkan malam-malam Lailatul qadar

    Lailatul qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan

    yang tidak memiliki malam tersebut didalamnya dan pendapat yang paling

    kuat menyebutkan bahwa malam lailatul qadar terjadi pada malam-malam

    ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Allah SWT. berfirman,

    “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”.

    (QS. al-Qadar [97]: 3).

    Salah satu keistimewaan dari lailatul qadar adalah meleburkan

    dosa-dosa di masa lalu. Rasulullah SAW. bersabda, “Dan barangsiapa

    yang beribadah pada malam lailatul qadar semata-mata karena iman dan

    mengharapkan pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang

    terdahulu” (HR. al-Bukhari). Cara menghidupkan lailatul qadar adalah

    dengan memperbanyak salat malam, zikir, berdoa, membaca al-Qur’an

    dan salawat.

    5. I’tikaf pada malam-malam lailatul qadar

    I’tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid untuk beribadah kepada

    Allah SWT. dengan cara tertentu sebagaimana telah diatur oleh syariat.

    I’tikaf merupakan salah satu sunah yang tidak pernah ditinggalkan oleh

    Rasulullah SAW., seperti yang diceritakan oleh Aisyah radhiyallahu

    ‘anha: “Sesungguhnya Nabi SAW. selalu i’tikaf pada sepuluh hari terakhir

    dari bulan Ramadan sampai meninggal dunia, kemudian istri-istri beliau

    beri’tikaf sesudah beliau.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

    Istilah i’tikaf sejajar dengan beberapa istilah dalam ilmu

    kedokteran jiwa seperti meditasi, perenungan, introspeksi, dan

    pengamatan. Orang yang beri’tikaf, selain memperbanyak ibadah dan zikir

    kepada Allah SWT., juga akan mengevaluasi segala kesalahan,

  • 26

    kekurangan dan cacat dalam dirinya. Orang yang biasa beri’tikaf dan

    merenung atau muhasabah, niscaya akan memiliki akal yang lebih tajam

    dan lebih terarah sehingga ia dapat menghadapi segala persoalan atau

    kesulitan hidup dengan sikap yang lebih tenang dan lebih bijak.29

    6. Mengeluarkan zakat fitrah

    Salah satu kewajiban seorang muslim adalah menunaikan zakat.

    Bagi orang yang memenuhi syarat, maka diwajibkan untuk menunaikan

    zakat fitrah. Allah SWT. berfirman:

    “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian

    dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami

    keluarkan dari bumi untuk kamu”. (Q.S. al-Baqarah [2]: 267).

    Zakat dapat menyucikan diri dari penyakit yang mengotori hati.

    Salah satu hikmah zakat adalah mengajarkan untuk tidak cinta dunia,

    serakah dan kikir. Zakat dapat melembutkan hati untuk peka terhadap

    sesama yang membutuhkan bantuan serta melatih untuk selalu bersyukur

    atas apa yang telah Allah SWT. berikan, serta berdoa memohon

    keberkahan dari apa yang telah disedekahkan.

    Ketika menunaikan zakat, memikirkan kepentingan orang lain

    terutama golongan fakir yang butuh pertolongan, niscaya akan

    menyehatkan jiwa dan melindungi tubuh dari gangguan kejiwaan.

    Sebaliknya, orang yang mempunyai sifat pelit, asosial dan tidak

    memedulikan kepentingan orang lain, pasti akan stres dan merasakan

    kelelahan jiwa karena ia selalu memikirkan kepentingan diri sendiri dan

    khawatir kepentingannya diganggu orang lain.29 Allah SWT berfirman

    “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

    membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka.

    Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka”.

    (QS. At-Taubah [9]: 103)

  • 27

    2.2.7 Puasa Ramadan

    Puasa Ramadan puasa yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim di bulan

    Ramadan. Perintah wajib puasa Ramadan ditetapkan dalam Al-Qur’an Surah al-

    Baqarah ayat 183:

    “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana

    diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. al-

    Baqarah [2]: 183).3

    Di dalam Sunah Umar meriwayatkan dalam obrolan Jibril yang sangat

    populer dari Nabi SAW. : “Islam adalah bahwa kamu bersaksi tidak ada Tuhan

    selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Mendirikan salat. Menunaikan

    zakat. Berpuasa pada bulan Ramadan.” (HR. Muslim).3

    Dalam hadis Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu. yang diriwayatkan al-Bukhari

    dan Muslim disebutkan, “ Bila kalian melihat hilal, berpuasalah; dan jika kalian

    telah melihat hilal, berbukalah. Apabila posisi kalian dan bulan tertutup

    mendung, perkirakanlah atau pastikanlah tiga puluh hari”. Maksudnya,

    berbukalah pada tanggal tiga puluh dan genapkan sebulan.27

    2.2.8 Tingkatan Puasa

    Imam al-Gazali30 dalam kitab tasawufnya Ihya Al-Ulumuddin membagi puasa

    atas tiga tingkatan, yaitu puasa ‘umum (awam), khushus, dan khusush al-

    khushush.

    1. Puasa umum adalah puasa yang dilakukan hanya sekedar menahan lapar,

    kemaluan, dan syahwat. Puasa ini dilaksanakan oleh orang awam yang

    berpuasa hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban.

    2. Puasa khushush adalah puasa yang dilakukan seorang muslim disertai

    sikap menahan pendengaran, penglihatan, tangan, kaki dan seluruh

    anggota tubuhnya dari berbagai perbuatan dosa. Puasa tingkat ini

    dilakukan oleh orang-orang saleh.

    3. Puasa khushush al-khushush adalah puasa yang dilakukan bertujuan untuk

    menjaga hati dari hal-hal yang hina dan perkara-perkara duniawi,

    sekaligus menahan dirinya dari segala sesuatu yang memalingkan hatinya

  • 28

    kepada selain Allah SWT.. Puasa tingkat ini akan batal apabila dia

    memikirkan sesuatu pada selain Allah SWT., hari Akhir, atau berpikir

    tentang dunia, kecuali dunia yang dipikirkan demi kepentingan agama.

    Puasa tingkat ini adalah puasanya para nabi, para shiddiq, dan orang-orang

    yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.

    Kesempurnaan puasa itu ditopang oleh enam hal berikut:

    1. Menundukkan dan menahan pandangan dari melihat segala sesuatu yang

    tercela, perkara yang dibenci, segala sesuatu yang dapat mengganggu hati,

    atau apapun yang dapat melalaikannya dari mengingat Allah SWT..

    Rasullullah SAW. bersabda:

    ْنٌ ٌمِّ ٌَمْسُمْوم بْلِّيَْسٌلََعنَُهٌللاٌُالنَّْظَرُةٌَسهْم ٌِا هَامِّ ََهَاٌٌفََمْنٌ ٌَسِّ َر

    َنٌللاٌِّ ُ ٌَحاَلَوهَهٌٌَُأهَاُهٌللاٌَُخْوفًاٌمِّ يَْما ًاٌَِجٌِِّا ٌَوٌَجلَّ ٌٌٌَز ََّ هٌٌٌِِّفِّ قَلْبِّ

    Artinya: “Pandangan itu merupakan salah satu panah beracun (milik)

    Iblis yang dikutuk Allah. Siapa saja yang meninggalkannya karena takut

    kepada Allah, maka Dia akan mendatangkan keimanan kepadanya dan

    manisnya keimanan itu akan ditemukan dalam hatinya.” (HR. al-Hakim)

    Dalam riwayat lain Rasulullah SAW. bersabda:

    ٌ س ٌ:ٌَالَكذٌٌََْخْ َ اِئِّ ْرَنٌالصَّ ْيَمةٌُيُْفطِّ ْيَبُةٌَوٌالنَّمِّ ٌَوٌاٌُبٌَوٌالْغِّ ْْيُ لَْيمِّ

    بَُةٌَوٌ النََّظُرٌبَِّشْهَوةٌٍاْلََكذِّ

    Artinya: ”Ada lima perkara yang dapat membatalkan puasa seseorang,

    yaitu berbohong, mengumpat, mengadu domba, bersumpah palsu, dan

    memandang dengan syahwat” (H.R. Ibnu Al-Jauzi)

    2. Menjaga lisan dari mengatakan sesuatu yang sia-sia, berbohong,

    mengumpuat, adu domba, berkata kotor, berkata-kata permusuhan, dan

    kata yang mengandung ria. Untuk menghindari hal tersebut, Rasulullah

    SAW. menganjurkan untuk diam, namun lebih baik lagi apabila disertai

    dengan berzikir kepada Allah dan membaca Al-Qur’an. Hal ini disebut

  • 29

    dengan puasa lisan. Laits meriwayatkan, ada dua hal yang dapat merusak

    pahala puasa yaitu mengumpat dan berbohong.

    3. Menahan telinga dari mendengar kata-kata yang dibenci Allah SWT.

    apapun yang haram diucapkan, haram pula untuk didengarkan. Allah

    SWT. berfirman yang artinya, “Mereka adalah orang-orang yang suka

    mendengarkan berita bohong, dan banyak memakan makanan yang

    haram” (Q.S. al-Maidah [9]: 42).

    Sahabat Jabir bin Abdillah al-Anshari berkata:

    عٌُ َتٌفَلَْيُصْمٌََسْ َذاٌُُصَِْكٌَوٌلَِّسانَُكٌَزنٌٌِّكٌَا ٌٌَوٌبَََصُ بِّ ٌَوٌاْلَكذِّ

    ٌَوٌالَْمأََْثٌِّ,ٌَوٌ ٌ,ٌَولَْيُكْنٌعَلَْيَكٌَوٌقَار ْينَةٌ َدْعٌَأَذىٌالَْجارِّ ٌيَْوَمٌَسكِّ

    َكٌ,ٌوٌَ ْطرَِّكٌَسَواءٌ َصْومِّ َكٌَوٌيَْوَمٌفِّ َعْلٌيَْوَمٌَصْومِّ َلٌََتْ

    Artinya: “Bila kamu berpuasa hendaklah pendengaranmu, penglihatanmu

    dan lidahmu juga turut berpuasa dari tidak jujur dan dosa. Tinggalkan

    menyakiti tetangga. Hendaklah kamu tenang pada hari puasamu. Jangan

    kamu jadikan hari puasa dengan hari tidak puasamu sama saja”ٌ 4. Menjaga tangan, kaki serta seluruh anggota tubuh dari berbagai perbuatan

    dosa, dan dari segala yang dibenci Allah SWT.. Hendaklah menjaga perut

    dari makanan yang syubhat (meragukan) pada saat berbuka. Sebab, puasa

    serta menahan diri dari perkara yang halal menjadi tidak ada artinya.

    Rasulullah SAW. bersabda:

    ٌمٌِّ ٌٍلَيَْسٌََلُ ْنٌَصاِئِّ ٌََكٌْمِّ هِّ الُْجْوعٌُْنٌَصْومِّ لٌَِّ.َوالَْعَطُشٌٌا

    Artinya: “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan

    apa-apa kecuali hanya lapar dan haus” (HR. An-Nasa’i)

    5. Tidak banyak makan sehingga perut menjadi penuh atau kekenyangan.

    Imam Al-Gazali menjelaskan bahwa tidak ada wadah yang paling

    dimurkai Allah kecuali perut yang penuh dengan makanan halal. Engkau

    tidak akan mendapat manfaat berpuasa, yaitu menaklukkan musuh Allah

  • 30

    dan memecahkan syahwat apabila pada saat berbuka puasa hanya

    mengalihkan jam makan yang terlewat pada siang hari. Tujuan puasa

    adalah mengosongkan perut, memecahkan hawa nafsu untuk memperkuat

    diri menjalankan takwa. Jika seseorang menahan perut dari berbagai

    macam makanan dari fajar hingga senja hingga keinginannya kuat dan

    syahwatnya semakin meningkat, kemudian saat berbuka perutnya diisi

    oleh aneka ragam makanan lezat hingga kenyang dan kekuatannya makin

    berlipat, syahwatnya yang semula tidur akhirnya bangkit kembali.

    6. Apabila berpuasa, hati harus senantiasa bergantung dan gelisah antara

    takut dan harap. Sebab, dirinya tidak tahu apakah puasa yang telah

    dilaksanakannya akan diterima dan menjadi orang yang mendekatkan diri

    kepada Allah atau ditolak sebagai orang yang dimurkai. Perasaan seperti

    ini hendaknya dimiliki seorang muslim setiap menjalankan ibadah.10

    2.2.9 Puasa dan Kesehatan

    Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi fisik, mental dan sosial yang

    lengkap dan bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit atau kelemahan.31

    Menurut UU No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara

    fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk

    hidup produktif secara sosial dan ekonomis.32 Dari pengertian diatas dapat

    disimpulkan bahwa sehat bukan hanya dari aspek fisik, namun aspek mental,

    sosial dan spiritual juga bagian dari sehat secara keseluruhan.

    Puasa merupakan salah satu ibadah yang memiliki banyak manfaat bagi

    kesehatan, baik sehat jasmani ataupun rohani. Rasulullah SAW. bersabda:

    َتْغُنْوا.ُاْغ َُْواٌهَْغنَُمْواٌَوُصوٌْ ُرْواٌتَس ْ ْواٌَوَسافِّ حُّ ُمْواٌهَصِّ

    Artinya: “Berperanglah, niscaya kamu mendapatkan keuntungan (ghanimah).

    Berpuasalah niscaya kamu sehat. Berperanglah, niscaya kamu mendapatkan

    kekayaan” (HR Thabrani)

  • 31

    Dokter Abdul Aziz Ismail mengatakan bahwa puasa dapat digunakan

    sebagai terapi untuk mencegah beberapa penyakit, juga dapat mengatasi penyakit

    psikososial.33

    A. Puasa Memperbaiki Fungsi Hormon

    Fungsi hormon sangat dipengaruhi oleh tekanan batin atau stres. Ketika

    mengalami stres, hormon insulin dan adrenalin yang mengatur jam lapar

    menjadi terganggu sehingga nafsu makan hilang atau bahkan datang lebih

    cepat. Kerja hormon tiroid yang terganggu dapat mengakibatkan pertumbuhan

    fisik pada anak terhambat. Apabila hormon estrogen terganggu, siklus

    menstruasi bisa menjadi tidak teratur.

    Berbagai tingkah laku dan sikap yang muncul pada manusia seperti marah,

    takut dan cemas tidak terlepas dari pengaruh hormon yang disekresi oleh

    kelenjar pituitari. Emosi merupakan representasi perasaan manusia yang

    mengakibatkan produksi hormon yang tidak seimbang. Emosi dapat

    dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti pengalaman, tata nilai dan ajaran

    agama. Faktor eksternal inilah yang membuat seseorang mampu

    mengendalikan diri dari marah, sedih, kecewa, takut, dan sebagainya.

    Seseorang yang memiliki sikap tenang, senantiasa berserah diri kepada

    Allah SWT., susunan saraf pusat dan mekanisme hormonnya akan bekerja

    dengan optimal. Keseimbangan mekanisme hormon ini akan menimbulkan

    emosi yang stabil dan pikiran positif sehingga akan membuahkan akhlakul

    karimah, yaitu perilaku yang benar, baik dan terkendali. Oleh karena itu, Allah

    SWT. mewajibkan umat muslim berpuasa Ramadan untuk melatih sikap sabar,

    mampu menahan amarah dan senantiasa berserah diri kepada Allah.

    Selain itu, pada saat berpuasa, sel parietal lambung hanya memproduksi

    asam lambung dalam jumlah sedikit karena adanya pengaruh niat, yaitu

    kesengajaan untuk menunda jam lapar. Akibatnya orang yang berpuasa tidak

    cepat merasa lapar dan haus.33

    B. Puasa dan Kesehatan Emosional

    Puasa merupakan wahana penempaan mental hingga seseorang mampu

    bertahan menghadapi ujian dan cobaan serta siap menghadapi perjuangan dan

  • 32

    pengorbanan yang lebih berat. Puasa melatih kedisiplinan dalam

    mengendalikan diri. Salah satu bentuk pengendalian diri adalah mampu

    mengendaikan emosionalnya. Rasulullah SAW. bersabda:

    َُكٌْفاََلٌيَْرفٌَ ٌَأَح ِّ َذاٌََكَنٌيَْوُمٌَصْومِّ ْنٌَشاهَمٌَا ٌٍَِأْوٌٌهٌُْثٌَوَلٌيَْصَخْبٌفَا َأَح

    ٌفَلَْيُقلٌْ ٌَصاِئِّ ٌٌ:قَاهَََلُ ّن ِِّا

    Artinya: “Jika dating hari puasa, salah satu dari kamu hendaknya tidak

    berkata jorok dan berteriak-teriak. Bila dicaci atau diganggu oleh orang lain,

    hendaknya dia mengatakan,’Sesungguhnya aku berpuasa’” (HR. al-Bukhari

    dan Muslim).

    Allah SWT. dan Rasulullah SAW. banyak menekankan untuk sebisanya

    menahan amarah dan meredakannya. Cara menahan dan meredakannya antara

    lain mengingat Allah, bersujud dan berbaring, atau dengan bersegera

    mengambil air wudhu. Sikap menahan amarah termasuk pemikiran yang

    bernilai luhur. Karena itu, orang-orang yang mampu menahan amarahnya

    dipuji dan dicintai oleh Allah SWT.. Dalam Al-Qur’an disebutkan “Dan orang-

    orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang, Allah

    menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Ali Imran [3]: 134).

    Orang yang menjalani puasa dituntut dapat memelihara emosinya. Emosi

    tidak boleh dibiarkan lepas kontrol. Puasa itu mulia dan kemuliaannya tidak

    boleh dirusak dengan perilaku yang tidak beradab. Puasa dengan membiarkan

    emosi tidak terkontrol akan menyebabkan nilai puasanya menjadi sia-sia.

    Orang yang berpuasa dianjurkan untuk memperbanyak berdoa. Secara

    psikis, doa memiliki pengaruh terhadap rohani. Senjata orang beriman ini

    menjadikan jiwa tenang dan tabah. Doa adalah terapi psikosomatik seperti

    takut, cemas, ragu-ragu, dan sebagainya. Doa dapat menjadi stabilisator jiwa

    terutama saat jiwa mengalami guncangan dan tekanan berat seperti stres dan

    depresi.33

  • 33

    2.2.10 Puasa Melatih Kesabaran

    Menurut sahabat Ali bin Abi Thalib dan Imam al-Gazali, sabar dibagi

    menjadi tiga macam, yaitu sabar dalam ketaatan, sabar menjauhi maksiat, dan

    sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan. Ketiga macam sabar ini tampak

    terkandung dalam ibadah puasa. Puasa dapat mengendalikan berbagai perilaku

    negatif serta melatih sikap teguh, kuat kemauan, tahan derita dan tahan uji yang

    disebut tahammul. Bulan Ramadan disebut bulan kesabaran karena ada aktivitas

    puasa di dalamnya. Rasulullah SAW. bersabda:

    ٌَشْهرٌٌٍثاََلثَةٌٌُوٌٌَْْبٌِّالصٌٌََّصْوُمٌَشهْرٌِّ ْنٌُك ِّ ٍمٌمِّ ٌَوحٌٌََأَّيَّ ْْبَ رٌِّالصَّ ٌٌْرٌَيُْذهِّ

    Artinya: “Puasa adalah bulan sabar dan puasa tiga hari setiap bulan dapat

    menghilangkan marah di dada”. (HR. Ahmad).

    Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW. bersabda:

    َياُمٌنِّْصُفٌ ِّ ْْبٌٌِّالص .الصَّ

    Artinya: ”Puasa itu separuh kesabaran” (HR Ibnu Majah)

    Dengan latihan kesabaran, orang yang berpuasa lebih memiliki kesiapan

    dan ketahanan dalam menghadapi derita, ujian dan cobaan hidup (tahammul)

    sebab dia telah terlatih, terbiasa, dan tertempa mentalnya. Dia tidak mudah

    mengeluh dan putus asa.33

    2.2.11 Pengaruh Puasa Ramadan Terhadap Stres

    Hormon kortisol merupakan hormon yang berpengaruh dalam perubahan

    emosi dalam hal ini yaitu stres. Penelitian yang dilakukan Duhad Bahijri34

    berjudul “Relative Metabolic Stability, but Disrupted Circadian Cortisol

    Secretion during the Fasting Mouth of Ramadan” menyebutkan bahwa terjadi

    perubahan tingkat kortisol pada pagi hari di bulan Ramadan. Tingkat kortisol pada

    pagi hari di luar bulan Ramadan lebih tinggi daripada pada malam hari. Namun,

    pada bulan Ramadan, tingkat kortisol pada pagi hari di bulan Ramadan lebih

  • 34

    rendah dibandingkan dengan di luar bulan Ramadan. Selain itu, pada malam hari

    tingkat kortisol pada bulan Ramadan lebih tinggi dibandingkan dengan bulan

    selain Ramadan.34 Dapat disimpulkan bahwa tingkat stres di bulan Ramadan lebih

    rendah daripada tingkat stres di luar bulan Ramadan.

    Prof. Dr. Zakiah Daradjat35 dalam bukunya “Puasa Meningkatkan Kesehatan

    Mental” menjelaskan bahwa salah satu hikmah puasa adalah melatih orang

    dengan sengaja tidak memenuhi kebutuhan pokok jasmani pada waktu yang biasa.

    Jika orang berpuasa karena Allah, merenungkan pengalaman tidak terpenuhinya

    kebutuhan pokok sehari-hari, ia akan menemukan suatu pelajaran dan latihan

    menghadapi kesulitan. Hasil latihan tersebut dapat dimanfaatkannya untuk

    menghadapi kesulitan hidup yang selama ini ia tidak mampu menghadapinya.

    Apabila kemampuan menghadapi dorongan dan kebutuhan-kebutuhan pokok

    jasmani berhasil diraih dalam puasa Ramadan sebulan penuh, maka seharusnya ia

    secara berangsur-angsur dapat melatih diri untuk menghadapi kebutuhan pokok

    kejiwaan dan sosial yang selama ini tidak dapat diatasinya. Bagi orang yang sejak

    kecil terlatih puasa Ramadan ditambah puasa sunah di samping ibadah-ibadah

    lain, ia tidak akan mengalami stres berat, karena ia telah terbiasa menghadapi

    tidak terpenuhinya kebutuhan pokok waktu berpuasa.35

  • 35

    2.3 Kerangka Teori

    Sulit beradaptasi

    dengan

    pembelajaran di

    kedokteran

    Hormon ACTH sirkulasi

    menuju korteks adrenal