PENGARUH PUASA RAMADAN PADA MAHASISWA...
Transcript of PENGARUH PUASA RAMADAN PADA MAHASISWA...
-
PENGARUH PUASA RAMADAN PADA MAHASISWA
PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(STUDI KASUS NORMAL DAN STRES)
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Akbar Maulana Azhari Kotta
NIM: 11161030000086
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
-
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
-
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
-
iv
LEMBAR PENGESAHAN
-
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat taufiq, hidayah,
dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik,
sebagai salah satu syarat yang diajukan untuk menyelesaikan studi di Program
Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Salawat
serta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, insan yang terpilih
sebagai kekasih Allah SWT dan suri tauladan yang baik bagi umat.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan, rasa hormat
dan terima kasih kepada:
1. Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI
yang memberikan Program Beasiswa Santri Berprestasi sehingga penulis bisa
menjalani pendidikan di FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. H. Hari Hendarto, Ph.D Sp.PD-KEMD, dr. Flori Ratna Sari, Ph.D, dr.
Fika Ekayanti, M. Med, dan Dr. Endah Wulandari, M.Biomed selaku Dekan
dan Wakil Dekan I, II, dan III FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. dr. Achmad Zaki, Sp.OT., M.Epid selaku Ketua Program Studi
Kedokteran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. dr. Erfira, Sp.M selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah
membimbing penulis dalam menjalani studi di Fakultas Kedokteran.
5. dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM selaku dosen pembimbing 1 dan ibu
Alfiah, S.Ag, M.Ag selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan
membimbing penelitian ini.
6. dr. Isa Multazam Noor, M.Sc, Sp.KJ(K) Psikiater Anak dan Remaja, selaku
dosen penguji 1 dan dr. Mahesa Paranadipa, M.H selaku dosen penguji 2
yang memberikan bimbingan, saran dan kritik untuk penelitian ini.
7. drg. Laifa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset Program
Studi Kedokteran angkatan 2016.
-
vi
8. Seluruh dosen pengajar Program Studi Kedokteran yang telah memberikan
ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
9. Seluruh mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayaullah
Jakarta angkatan 2016, 2017 dan 2018 yang telah bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini.
10. Kedua orang tua penulis yaitu Azhar Karim dan Juniawati, S.Pd, M.M serta
saudara(i) penulis yang sangat penulis cintai dan hormati, yang selalu
memanjatkan doa, mendidik, dan memberikan dukungan baik secara moral
maupun material sehingga penulis tidak bisa membalas jasa keduanya dengan
apapun.
11. Keluarga besar penulis yaitu Kakek alm. Abdul Wahab Kotta, Nenek alm.
Siti Rububiah, Kakek Hatta Djawas, dan alm. Hj. Nurhamsiah, serta seluruh
keluarga besar penulis yang telah mendukung dan mendoakan penulis.
12. Annisa Futihandayani, Muh Roidul Fatoni, Putra Agung Rahmatullah, dan
Tresna Rachmadi sebagai teman seperjuangan penelitian yang merasakan
senang dan susah bersama sejak mencari pembimbing, menentukan judul
penelitian, mencari tempat penelitian, mengambil data dan menyelesaikan
penelitian ini.
13. Calon sejawat penulis yaitu Pacemaker 2016 FK UIN Jakarta yang telah
bersama mengalami suka duka di dunia kedokteran FK UIN Jakarta.
14. Keluarga besar penulis di CSSMoRA UIN Jakarta, terkhusus kepada Maestro
angkatan 2016 dan departemen BUMMS yang selalu ada untuk penulis,
menyemangati dan mendoakan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini.
15. DEMA FKIK, DEMA FK dan PMII Komfakkes, tiga organisasi yang penulis
geluti dan telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman terutama
tentang manajemen organisasi.
16. Keluarga besar TK Hang Tuah, SDN. Tabaringan V Makassar, PP. An-
Nahdlah Makassar, Asrama Putra FKIK sebagai tempat penulis menimba
ilmu sebelumnya.
17. Ahmad Solihin Hafi yang telah meminjamkan kendaraannya kepada penulis
sebagai transportasi.
-
vii
18. Moch. Thoriq Assegaf yang telah banyak membantu peneliti dalam mengolah
data.
19. Ahmad Mu’taz Shobary, Muh. Roehan Firdaus, Wipan Kurniawan,
Ramadion Aidil Fadli, Muh. Akmal Maula, adik-adik pohon, adik tingkat dan
seluruh keluarga pohon penulis yang memberikan semangat pada penulis.
20. Backpacker ala-ala, PBG, Honeybee, Trio Semprul, 3 Idiot, sebagai
perkumpulan sahabat-sahabat penulis selama ini.
21. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya.
Wassalamualaikum wr.wb.
Ciputat, 27 November 2019
Penulis
-
viii
ABSTRAK
Akbar Maulana Azhari Kotta. Program Studi Kedokteran. Pengaruh Puasa
Ramadan pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (Studi Kasus Normal dan Stres).
Latar Belakang: Mahasiswa seringkali dihadapkan pada masalah-masalah dalam
perkuliahan yang akan menyebabkan stres. Puasa Ramadan dapat meningkatkan
kesehatan fisik, psikis maupun mental, salah satunya adalah dapat menurunkan
stres. Tujuan: Mengetahui pengaruh puasa Ramadan pada mahasiswa preklinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik mahasiswa yang
normal maupun mahasiswa yang mengalami stres. Metode: Penelitian ini
menggunakan desain analitik kohort prospektif dengan pendekatan cross sectional
serta rancangan one group pre and post design. Metode perhitungan sampel pada
penelitian ini menggunakan metode consecutive sampling dan diperoleh sampel
sebanyak 242 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner DASS 42
dan analisis data menggunakan uji T berpasangan. Apabila data tidak berdistribusi
normal, analisis data akan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Pada penelitian ini
didapatkan 52 (21,5%) mahasiswa yang mengalami stres dan 190 (78,5%) yang
normal. Hasil uji Wilcoxon diperoleh penurunan skor stres yang bermakna pada
seluruh mahasiswa (p=0,000), baik yang stres (p=0,000) maupun yang normal
(p=0,000). Kesimpulan: Puasa Ramadan dapat memengaruhi penurunan skor
stres pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta baik mahasiswa yang normal maupun yang mengalami stres.
Kata kunci: stres, puasa Ramadan, mahasiswa preklinik, fakultas kedokteran.
-
ix
ABSTRACT
Akbar Maulana Azhari Kotta. Medical Studies Program. The effect of Ramadan
Fasting in preclinic students of the Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. (Normal Case and Stress Studies).
Background: Student are often faced with problems in lecture that will cause
stress. Ramadan fasting could improve physical, psychological and mental health,
one of which is that it could reduced stress. Objective: To know the effect of
fasting Ramadan in preclinic student of the Faculty of Medicine UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta both normal and stress student. Method: This studies used a
prospective cohort analytic design with cross sectional approach as well as one
group pre and post design. The sample calculation method in this study used the
consecutive sampling method and obtained a sample of 242 respondents. Data
retrieval using the DASS 42 questionnaire and data analysis use a paired T test. If
data is not distribution normally, processing will be use Wilcoxon test. Results:
This study obtained 52 (21,5%) students experienced stress and 190 (78,5%) were
normal. The result of Wilcoxon’s test there was a reduction in stress score for all
student (P = 0,000), both stressed (P = 0,000) and normal (P = 0,000).
Conclusion: Ramadan fasting can affect decline in stress score on preclinic
students of the Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta both normal
and student who are experiencing stress.
Keywords: stress, Ramadan fasting, preclinic students, faculty of medicine.
-
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Hipotesis ............................................................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 3
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 3
1.5.1 Bagi Institusi ............................................................................................... 3
1.5.2 Bagi Masyarakat ......................................................................................... 4
1.5.3 Bagi Peneliti ................................................................................................ 4
1.5.4 Bidang Pengembangan Penelitian ............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 5
2.1 Stres..................................................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Stres........................................................................................... 5
2.1.2 Jenis-Jenis Stres .......................................................................................... 5
2.1.3 Klasifikasi Stres .......................................................................................... 6
2.1.4 Sumber Stres ............................................................................................... 7
2.1.5 Masalah yang Dihadapi Mahasiswa dalam Perkuliahan ............................. 8
2.1.6 Neurobiologi Stres ...................................................................................... 9
2.1.7 Neurotransmiter dan Stres ......................................................................... 11
2.1.8 Respon Fisiologis Tubuh Terhadap Stres ................................................. 13
2.1.9 Gejala Adaptasi Umum Stres .................................................................... 14
2.1.10 Kriteria Diagnosis Reaksi Stres Akut ....................................................... 14
-
xi
2.1.11 Manajemen stres ....................................................................................... 15
2.1.12 Strategi Mengelola Stres ........................................................................... 15
2.1.13 Coping Stres .............................................................................................. 16
2.1.14 Coping Religius......................................................................................... 17
2.1.15 Alat Ukur Stres.......................................................................................... 17
2.1.16 Stres dalam Islam ...................................................................................... 19
2.2 Puasa ................................................................................................................. 21
2.2.1 Pengertian Puasa ....................................................................................... 21
2.2.2 Macam-macam Puasa ............................................................................... 21
2.2.3 Rukun-rukun Puasa ................................................................................... 21
2.2.4 Syarat Puasa .............................................................................................. 22
2.2.4.1 Syarat Wajib Puasa ................................................................................... 22
2.2.4.2 Syarat Sah Puasa ...................................................................................... 22
2.2.5 Hal-hal yang Membatalkan Puasa ............................................................. 22
2.2.6 Amalan Dalam Bulan Ramadan ................................................................ 23
2.2.7 Puasa Ramadan ......................................................................................... 27
2.2.8 Tingkatan Puasa ........................................................................................ 27
2.2.9 Puasa dan Kesehatan ................................................................................. 30
2.2.10 Puasa Melatih Kesabaran .......................................................................... 33
2.2.11 Pengaruh Puasa Ramadan Terhadap Stres ................................................ 33
2.3 Kerangka Teori ................................................................................................. 35
2.4 Kerangka Konsep .............................................................................................. 36
2.5 Definisi Operasional ......................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 38
3.1 Desain Penelitian .............................................................................................. 38
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................... 38
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian ......................................................................... 38
3.3.1 Populasi Target ......................................................................................... 38
3.3.2 Populasi Terjangkau .................................................................................. 38
3.3.3 Subjek Penelitian....................................................................................... 38
3.3.4 Jumlah Subjek ........................................................................................... 38
3.4 Kriteria Sampel ................................................................................................. 40
3.4.1 Kriteria Inklusi .......................................................................................... 40
3.4.2 Kriteria Eksklusi ....................................................................................... 40
3.5 Cara Pengumpulan Data.................................................................................... 40
-
xii
3.5.1 Bahan ........................................................................................................ 40
3.5.2 Alat ............................................................................................................ 40
3.5.3 Jenis Data .................................................................................................. 40
3.6 Cara Kerja ......................................................................................................... 41
3.6.1 Pengumpulan Data .................................................................................... 41
3.6.2 Pengecekan ............................................................................................... 41
3.6.3 Coding ....................................................................................................... 41
3.6.4 Entry Data ................................................................................................. 41
3.7 Alur Kerja Penelitian ........................................................................................ 42
3.8 Manajemen Data ............................................................................................... 43
3.8.1 Pengolahan Data ....................................................................................... 43
3.9. Kerjasama Riset ................................................................................................ 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 44
4.1. Hasil Penelitian ................................................................................................ 44
4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian ................................................................. 44
4.1.1.1. Angkatan ................................................................................................... 44
4.1.1.2. Jenis Kelamin ............................................................................................ 45
4.1.1.3. Proporsi Stres ............................................................................................ 46
4.1.2 Gambaran Skor Stres Sebelum dan Setelah Puasa Ramadan .................... 47
4.1.3 Pengaruh Skor Stres Sebelum dan Setelah Puasa Ramadan ..................... 49
4.2. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 53
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 54
5.1. Simpulan ........................................................................................................... 54
5.2. Saran ................................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 56
Lampiran 1 ...................................................................................................................... 59
Lampiran 2 ...................................................................................................................... 65
Lampiran 3 ...................................................................................................................... 75
Lampiran 4 ...................................................................................................................... 76
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Analisis Uji Skor Stres Puasa Ramadan…………….…………. 49
Tabel 4.2 Hasil Analisis Uji Skor Stres Pada Subjek Yang Stres………............. 49
Tabel 4.3 Hasil Analisis Uji Skor Stres Pada Subjek Yang Normal…....………. 50
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Aksis HPA………………..…….………………………...……… 10
Gambar 2.2: Komponen Mayor Sistem Limbik, Pengaturan Neurotransmiter
dan Sistem Neurotransmitter yang Mengatur Respon
Stres……………………………………………………………… 13
Gambar 4.1: Distribusi Sampel berdasarkan Angkatan ……...………………. 44
Gambar 4.2: Distribusi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin ………….……... 45
Gambar 4.3: Frekuensi Stres pada Seluruh Subjek…………..………..………. 46
Gambar 4.4: Diagram Skor Stres Sebelum dan Setelah Puasa Ramadan…...... 47
Gambar 4.5: Diagram Skor Stres Sebelum dan Setelah Puasa Ramadan Pada
Subjek yang Stres……….……………..……….………….......... 48
Gambar 4.6: Diagram Skor Stres Sebelum dan Setelah Puasa Ramadan Pada
Subjek yang Normal………….……………..…………………… 48
Gambar 4.7: Diagram Perubahan Skor Stres Subjek……….…...……………. 50
-
xv
DAFTAR SINGKATAN
5-HT1A : 5-Hidroksitriptamin
ACTH : Adrenocorticotropic Hormone
APA : American Psychological Association
CRF : Corticotropin Releasing Factor
DA : Dopamin
DASS : Depression Anxiety Stress Scale
GABA : Gamma-aminobutyric acid
GAS : General Adaptation Syndrome
HPA : Hypothalamic-pituitary-adrenal
NE : Norepinefein
NMDA : N-Methyl-D-Aaspartate
PPDGJ : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
PTSD : Posttraumatic Stress Disorder
PVN : Paraventricular Nucleus
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SPSS : Statistical Package for the Social Sciences
UIN : Universitas Islam Negeri
WHO : World Health Organization
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Lembar Kuesioner………………………….……………………... 59
Lampiran 2: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS ………………….…………. 65
Lampiran 3: Surat Keterangan Lulus Etik………………………….…………… 75
Lampiran 4: Riwayat Penulis………………………….……………………....... 76
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa sering dihadapkan pada masalah di perkuliahan seperti
akademik, interpersonal dan intrapersonal, hubungan sosial, serta aktivitas yang
monoton. Apabila masalah tersebut menumpuk dan tidak dapat diselesaikan, maka
akan menimbulkan perubahan psikologis dan mengakibatkan timbulnya rasa stres.
Stres merupakan bagian dari gangguan emosional, yaitu suatu respon
adaptif individu pada berbagai tekanan internal atau eksternal dan menghasilkan
berbagai gangguan meliputi gangguan fisik, emosional, dan perilaku.1 Angka
kasus gangguan emosional di Indonesia masih besar dan perlu perhatian khusus.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018
menunjukkan prevalensi penduduk yang mengalami gangguan emosional secara
nasional adalah 9.8%.2 Hasil tersebut membuktikan bahwa angka prevalensi
gangguan emosional di Indonesia masih cukup tinggi.
Terdapat beberapa metode penyembuhan tehadap gangguan emosional,
dalam hal ini stres. Metode terapi penyembuhan stres telah banyak ditemukan
oleh para ilmuwan maupun pemuka agama. Selain melalui pengobatan medis,
terdapat pula metode terapi penyembuhan stres melalui pendekatan agama, salah
satunya adalah dengan berpuasa.
Puasa adalah menahan diri dari pembatalan-pembatalan puasa mulai dari
terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan keikhlasan sebagai ibadah
kepada Allah SWT3. Pada bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan untuk
melaksanakan puasa. Perintah tentang kewajiban puasa Ramadan telah tercantum
pada Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 183. Allah SWT. berfirman:“Hai orang-
orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. Banyak manfaat yang
didapatkan setelah berpuasa Ramadan. Puasa Ramadan dapat meningkatkan
kesehatan fisik, psikis maupun mental, salah satunya adalah dapat menurunkan
stres.
-
2
Penelitan mengenai pengaruh puasa terhadap stres masih sedikit yang
dipublikasikan. Studi yang dilakukan oleh Romy Lauche4 mengenai “effect of
Ramadan fasting on physical and mental health in healty adult Muslims”
menyebutkan bahwa puasa Ramadan bermanfaat bagi kesehatan orang muslim,
karena tingkah laku dan modifikasi nutrisi yang baik selama bulan Ramadan dapat
meningkatkan kesehatan dan perilaku yang baik saat berpuasa. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh dr. Arani Amin5 mengenai pengaruh puasa Ramadan
terhadap depresi, ansietas, stres, dan kognisi pada tahun 2016 menyebutkan bahwa
terjadi penurunan skor stres secara signifikan pada hari ke-28 Ramadan. Penelitian
yang dilakukan oleh Omar Boukhris yang berjudul sleep patterns, alertness,
dietary intake, muscle soreness, fatigue, and mental stress recorded before,
during, and after Ramadan Observance menyebutkan bahwa terdapat peningkatan
durasi dan kualitas tidur sebelum saat dan setelah puasa Ramadan, namun tidak
ada perubahan yang signifikan pada intake makanan, nyeri otot, kelelahan dan
stres mental sebelum, saat dan setelah puasa Ramadan.6
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, disertai hasil riset
penelitian yang telah disebutkan, peneliti tertarik melakukan analisis mengenai
pengaruh puasa Ramadan pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta serta untuk mengetahui apakah puasa Ramadan dapat
memengaruhi penurunan stres pada setiap individu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah:
Apakah puasa Ramadan dapat memengaruhi penurunan skor stres
mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
1.3 Hipotesis
Puasa Ramadan dapat memengaruhi penurunan skor stres mahasiswa
preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
-
3
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh puasa
Ramadan terhadap penurunan skor stres pada mahasiswa preklinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik mahasiswa
yang normal maupun yang mengalami stres.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui proporsi mahasiswa yang mengalami stres pada
mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
b. Mengetahui skor stres pada mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebelum puasa
Ramadan.
c. Mengetahui skor stres pada mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta setelah puasa
Ramadan.
d. Mengetahui seberapa besar pengaruh puasa Ramadan terhadap
penurunan stres pada seluruh mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
e. Mengetahui seberapa besar pengaruh puasa Ramadan terhadap
penurunan skor stres pada mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengalami
stres.
f. Mengetahui seberapa besar pengaruh puasa Ramadan terhadap
penurunan skor stres pada mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang normal.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Institusi
a. Memberikan pengetahuan terhadap mahasiswa mengenai pengaruh
puasa Ramadan terhadap stres.
b. Sebagai bahan referensi bagi civitas akademika Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
-
4
1.5.2 Bagi Masyarakat
a. Memberikan pengetahuan terhadap masyarakat mengenai
manfaat puasa Ramadan.
b. Memberikan pengetahuan terhadap masyarakat khususnya
mengenai pengaruh puasa Ramadan terhadap stres.
1.5.3 Bagi Peneliti
a. Memberikan pengetahuan tentang pengaruh puasa Ramadan
terhadap stres.
b. Meningkatkan keimanan dan keilmuan peneliti mengenai puasa
Ramadan.
c. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran.
1.5.4 Bidang Pengembangan Penelitian
Menjadi data rujukan untuk penelitian selanjutnya dalam
pengembangan pengaruh puasa Ramadan terhadap stres.
-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stres
2.1.1 Pengertian Stres
Stres merupakan sesuatu yang menyangkut interaksi antara individu dan
lingkungan, yaitu interaksi antara stimulasi respon. Dapat dikatakan stres
merupakan konsekuensi setiap tindakan dan situasi lingkungan yang
menimbulkan tuntutan psikologis dan fisik pada seseorang. Psikolog
menggunakan istilah stres untuk menggambarkan tekanan atau tuntutan atas
organisme untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungannya.7
Stres adalah pengalaman umum dalam kehidupan sehari-hari dan semua
makhluk hidup telah mengembangkan mekanisme untuk mengatasinya. Stres
yang berkelanjutan akan memberikan banyak efek patofisiologi seperti neuro-
endokrin (system limbic-pituitary-hypothalamus) dan fungsi hormonal (pelepasan
hormon kortikosteron). Kondisi stres yang berkelanjutan dan persisten dapat
memicu kecemasan dan gangguan afektif seperti depresi, yang selanjutnya
mengarah pada produksi radikal bebas yang berlebihan dan beban oksidatif.8
Dalam tubuh manusia, berbagai stresor mengaktifkan sistem hormon dan
neuron yang luas dari berbagai spektrum sehingga akan menghasilkan perilaku
(gangguan ansietas, penurunan asupan makanan, penurunan perilaku seksual, dan
hilangnya fungsi kognitif) dan respon fisiologi (aktivasi aksis pituitari adrenal dan
sekresi glukokortikoid ke dalam aliran darah). Stresor ini adalah stimulator gairah
dan mengarah ke fungsi otonom (perubahan suhu tubuh dan takikardia) dan
perubahan perilaku. Namun, ketika gairah meningkat ke tingkat stres, akan
mengakibatkan gangguan kejiwaan dan fisik.8
2.1.2 Jenis-Jenis Stres
Laura mengategorikan jenis stres menjadi dua jenis, yaitu:9
A. Eustres
Eustress adalah keadaan penderitaan emosi atau fisik yang menyenangkan.
Stres ini bersifat positif dan membangun. Beberapa karakteristik eustres adalah:
-
6
1. Meningkatkan kinerja
2. Sifat jangka pendek
3. Motivasi dan kekuatan fokus
4. Terasa menyegarkan atau memberi energi
5. Keyakinan atas kemampuan diri/sesuatu yang dapat ditangani.
B. Distres
Distres adalah keadaan penderitaan emosi atau fisik, rasa tidak nyaman
atau sakit stres ini bersifat negatif dan merusak. Beberapa karakteristik distres
adalah:
1. Demotivasi dan menggugurkan energi
2. Menyebabkan ansietas, kekhawatiran atau kerisauan
3. Merasa segala sesuatu tidak menyenangkan/menyakitkan
4. Menurunnya seluruh kinerja/kemampuan
5. Dapat menyebabkan penyakit fisik/kelelahan mental/penipisan emosional.
2.1.3 Klasifikasi Stres
Menurut American Psychological Association (APA), stres dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu10:
a. Stres Akut
Stres akut adalah stres yang datang dari tuntutan dan tekanan masa lalu
yang diantisipasi dalam waktu dekat.
b. Stres Akut Episodik
Stres akut episodik adalah stres akut dimana penderita tidak dapat
mengatasi stresor yang dihadapinya sehingga menjadi stres yang
berkepanjangan dan tidak selesai. Ciri-ciri orang yang mudah terkena stres akut
episodik adalah orang yang pemarah, mudah cemas, dan tegang.
c. Stres Kronik
Pada kondisi ini penderita akan sering menyendiri, depresi, dan tidak
memiliki semangat hidup. Stres kronik datang ketika penderita tidak mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
-
7
2.1.4 Sumber Stres
Sumber stres juga disebut stresor. Ada dua tipe stresor yaitu stresor positif
dan stresor negatif. Stresor yang sering dirasakan pada aktivitas sehari-hari adalah
sebagai berikut:7
A. Kesibukan (hassles)
Kesibukan adalah gangguan kehidupan sehari-hari yang menimpakan
beban stres. Contohnya adalah kemacetan lalu lintas, urusan rumah tangga,
tugas mahasiswa preklinik yang menumpuk, aktivitas organisasi kampus,
menghadapi cuaca buruk, dan menyeimbangkan tuntutan keluarga dan
hubungan sosial.
Saat melaksanakan aktivitas sehari-hari, seseorang pasti akan menghadapi
kerepotan yang datang terus menerus secara tidak teratur atau tidak terduga
misalnya terjebak hujan tanpa membawa payung. Akan tetapi kesibukan harian
yang semakin menumpuk akan menyebabkan seseorang mengalami stres berat.
B. Peristiwa Kehidupan
Stres juga bisa diakibatkan oleh perubahan besar dalam suasana
kehidupan. Hal ini bisa berupa kejadian negatif, seperti kehilangan pekerjaan,
atau peristiwa positif, seperti menikah, menerima promosi jabatan, lulus ujian
akhir atau kelahiran bayi. Perubahan lebih baik atau lebih buruk bisa
menimpakan beban stres yang menuntut penyesuaian.
C. Frustasi
Frustasi adalah keadaan emosi negatif yang dialami ketika upaya
seseorang untuk mengejar satu tujuan yang terhambat atau pupus. Contohnya
adalah orang yang ingin menempuh pendidikan tinggi namun terkendala
masalah biaya, ataupun seseorang yang merasa frustasi ketika kita menetapkan
cita-cita yang terlalu tinggi dan tidak mampu dicapai.
D. Konflik
Konflik adalah keadaan ketegangan yang disebabkan oleh keberadaan dua
atau lebih tujuan yang berlawanan yang menuntut penyelesaian dan
berlangsung serempak. Konflik terbagi menjadi empat yaitu konflik
pendekatan-pendekatan, konflik penghindaran-penghindaran, konflik
pendekatan-penghindaran dan konflik banyak pendekatan-penghindaran.
-
8
Konflik pendekatan-pendekatan terjadi ketika seseorang merasa ditarik kearah
dua tujuan positif yang bertolak belakang. Konflik penghindaran-penghindaran
terjadi ketika seseorang menghadapi dua tujuan yang berlawanan dan sama-
sama tidak menyenangkan. Konflik pendekatan-penghindaran terjadi ketika
seseorang menghadapi tujuan yang memiliki kualitas sekaligus positif dan
negatif. Sedangkan konflik banyak pendekatan-penghindaran melibatkan dua
atau lebih tujuan, masing-masing dengan karakteristik negatif dan positif yang
menarik.
E. Pola Perilaku Tipe A
Pola perilaku tipe A adalah pola perilaku yang ditandai dengan
ketidaksabaran, terburu waktu, suka bersaing dan bermusuhan. Orang yang
memiliki perilaku ini cenderung tidak sabaran, kompetitif, dan agresif. Orang
tersebut senantiasa dalam keadaan terburu-buru dan merasa bahwa waktu amat
mendesak.
F. Stresor Traumatik
Stresor traumatik adalah peristiwa yang mengancam nyawa. Yang
termasuk dalam kategori ini adalah bencana alam atau bencana teknologi
misalnya angin topan, tsunami, banjir, kecelakaan nuklir dan sebagainya.
Orang yang mengalami peristiwa traumatik bisa mengembangkan gangguan
psikologis yang disebut gangguan stres pascatrauma (PTSD).
G. Stres Akulturasi
Stres akulturasi adalah tuntutan yang dihadapi oleh para imigran untuk
menyesuaikan diri dengan budaya tempat menumpang. Stres yang dihadapi
oleh para imigran yang berakulturasi secara buruk dalam usaha mereka untuk
mendapatkan pijakan ekonomi dan bisa menyumbang pada masalah emosional
dalam bentuk ansietas dan depresi.
2.1.5 Masalah yang Dihadapi Mahasiswa dalam Perkuliahan
Menurut Gunarsa11, ada tiga hal yang sering menjadi masalah selama
menjalani perkuliahan yaitu:
-
9
A. Bersumber Pada Kepribadian
Motivasi dalam perkuliahan penting dimiliki mahasiswa agar gairah untuk
belajar dan menekuni ilmunya bisa berlangsung lancar. Kegairahan yang
ditandai oleh disiplin diri yang kuat dan ditampilkan dalam ketekunan dan
keuletan belajar serta menyelesaikan tugas-tugas.
B. Prestasi Akademik
Selama menjalani perkuliahan, tidak setiap saat keinginan pasti tercapai.
Dalam bidang pendidikan, prestasi akademik merupakan hasil dari berbagai
faktor antara lain faktor kemampuan dasar dan bakat yang dimiliki. Kegagalan
dalam prestasi akademik bisa disebabkan oleh kemampuan dasarnya tidak
menyokong atau bakatnya yang kurang menunjang. Kegagalan juga bisa
memperjuangkan cara belajar yang tepat, atau kurangnya fasilitas yang
memungkinkan mengaktualisasikan kemampuan dasar dan bakat khusus yang
sebenarnya dimiliki.
C. Kondisi yang Tidak/Kurang Menunjang
Masalah mahasiswa yang sering dihadapi dalam perkuliahan adalah faktor
yang secara tidak langsung berpengaruh. Keadaan fisik/lingkungan perumahan
yang tidak memungkinkan mahasiswa bekerja dengan baik (penerangan,
ventilasi, meja belajar, bising). Peranan lain yang harus diperhatikan adalah
keadaan/suasana psikologis di rumah, baik dalam hubungan dengan orang tua,
saudara, maupun lingkungan sosial. Keadaan tersebut memaksa diri untuk
beradaptasi, namun dalam kenyataannya merugikan studinya.11
2.1.6 Neurobiologi Stres
Secara biologis, stres didefinisikan sebagai perubahan fisiologis yaitu
aktivitas aksis adrenal pituitari yang mengarah pada pelepasan steroid adrenal
yang dipicu oleh pelepasan hormon adrenokortikotrofik (ACTH) dari pituitari.
Stimulasi ACTH ini dikendalikan oleh Corticotropin Releasing Factor (CRF)
yang ada di hipotalamus dan dilepaskan sebagai respon terhadap berbagai stresor.
Aktivitas berlebih ini dapat menghasilkan psikopatologi seperti gangguan
ansietas, depresi, dan bahkan kerusakan organ tubuh pada kasus yang kronik.8
-
10
Gambar 2.1: Aksis HPA12
Sumber: Kulkarni 2016
CRF adalah aktivator utama sekresi ACTH oleh pituitari anterior. Aktivasi
aksis ini, juga disebut aksis HPA, menghasilkan pelepasan glukokortikoid ke
dalam sirkulasi sistemik. Glukokortikoid ini dianggap sebagai kunci utama dalam
respon organisme terhadap stres. Stres dan glukokortikoid mempunyai efek
spesifik pada fungsi kognitif manusia dan hewan coba. Steroid adrenal dan
kejadian stres menghasilkan short-term dan deficit reversible dalam memori
episodik dan spasial pada hewan coba dan manusia.8
Akibat dari perangsangan pada sistem saraf simpatis segera setelah
mengalami peristiwa traumatik adalah terjadi peningkatan denyut jantung dan
tekanan darah. Kondisi ini disebut ‘fight or flight reaction’. Reaksi ini juga akan
meningkatkan aliran darah dan jumlah glukosa pada otot-otot skeletal sehingga
membuat seseorang sanggup untuk berhadapan dengan peristiwa tersebut atau
juga mungkin memberikan reaksi interaktif terhadap ancaman yang optimal.
Reaksi saraf parasimpatis yang timbul berupa pembatasan reaksi sistem saraf
simpatis pada beberapa jaringan tubuh, namun respon ini bekerja secara bebas dan
tidak berkaitan dengan respon yang diberikan oleh sistem saraf simpatis.8
-
11
Ketika seseorang mengalami stres, tubuh akan menimbulkan respon
fisiologis untuk mengatasi stres dan berusaha melakukan homeostasis hormon
agar keseimbangan hormon menjadi stabil. Hormon yang berfungsi menjaga
keseimbangan hormon stres serta memicu rasa senang, tenang dan bahagia adalah
hormon endorfin. Menurut Amir13, hormon endorfin berperan penting dalam
regulasi stres. Hormon endorfin berfungsi sabagai hormon trofik pada organ target
perifer seperti kelenjar adrenal dan pankreas. Selain itu, hormon endorfin juga
berperan dalam kontrol sekresi ACTH kelenjar pituitari selama stres sehingga
gejala stres yang berkelanjutan dapat dihindari.
2.1.7 Neurotransmiter dan Stres
Menurut Kumar, terdapat beberapa teori mengenai neurotransmiter
pencetus stres sebagai berikut8,
A. Asam Gamma-Aminobutirat (GABA)
Neurotransmiter ini adalah inhibitor penting dalam sistem saraf pusat.
Peran reseptor GABA dan benzodiazepin telah didokumentasikan dengan
baik dalam gangguan stres, seperti kecemasan, epilepsi, insomnia, dan
gangguan kejang. Dilaporkan bahwa stres dapat mengubah neurotransmiter
GABA, yang menunjukkan keterlibatan GABA dalam perubahan perilaku
dan biokimia yang diinduksi oleh stres.
B. Dopamin
Perubahan tingkat induksi stres dalam dopamin (DA) pada daerah terminal
melibatkan daerah-daerah sel yang terproyeksi. Penemuan dari studi praklinis
menunjukkan bahwa respon dari DA dalam rangsangan stres itu berbeda-
beda. Secara spesifik, tekanan fisik yang akut dan dapat dikontrol
menyebabkan peningkatan sekresi DA ke dalam striatum ventral, sedangkan
pada kondisi yang kronis dan tidak terkontrol pada tekanan yang sama,
sekresi DA mengalami penurunan. Penyakit Parkinson merupakan penyakit
neurodegeneratif yang berkaitan dengan usia, secara klinis ditandai dengan
gangguan gerakan yang timbul karena neuron dopamin yang terdegenerasi
secara selektif pada substansia nigra otak tengah ventral, sehingga kadar
dopamin pada striatum menipis.
-
12
C. Norepinefrin
Secara umum, epinefrin berfungsi sebagai sistem alarm yang mengurangi
fungsi neurovegetatif seperti makan dan tidur, serta bekontribusi terhadap
peningkatan otonom dan respon neuroendokrin terhadap stres seperti aktivasi
aksis HPA. Norepinefrin juga berfungsi mengaktifkan amigdala, bagian otak
yang mengatur rasa takut, memori ingatan jangka panjang dan sebagai tempat
penyimpanan kenangan emosional pada bagian hipokampus dan striatum.
Sistem monoaminergik mengatur aktivitas neuron di amigdala. Dilaporkan
bahwa stres meningkatkan omset NE pada banyak ujung proyeksi lokus
seruleus serta meningkatkan NE ekstraseluler di hipokampus. Bukti
substansial menunjukkan bahwa neuron di otak mengandung dan menyekresi
noradrenalin dan CRF diaktifkan selama stres. Dapat disimpulkan bahwa
noradrenalin dan CRF terlibat dalam respon perilaku terhadap stres.
D. Serotonin
Stres dapat memengaruhi aktivitas neuron dopaminergik dan serotonergik
sentral. Sebuah studi menjelaskan bahwa terjadi penurunan kadar serotonin
secara signifikan sebagai respon terhadap stres. Konsentrasi serotonin
hipokampus meningkat selama konflik psikososial pada hewan. Reseptor 5-
hidroksitriptamin 1A (5-HT1A) menurun secara teratur pada daerah otak
yang berbeda di dalam hipokampus.
E. Glutamat
Studi menjelaskan bahwa Paraventricular Nucleus (PVN) menerima
inervasi glutaminergik dari area otak besar yang melibatkan PVN itu sendiri
dan beberapa inti lain di dalam dan di luar hipotalamus. Antara daerah
neuroanatomical afferent glutaminergic ke PVN, nukleus dorsomedial
hipotalamus adalah lokus awal untuk neuron glutaminergik yang dapat
diaktifkan oleh stres yang imobilisasi. Mikroinjeksi N-metil-D-Aspartat
(NMDA) ke dalam nukleus dorsomedial hipotalamus menyebabkan
peningkatan pelepasan glutamat dalam PVN dan hasil dalam respon
kardiovaskular sangat mirip dengan yang ditimbulkan oleh stres emosional.
-
13
Gambar 2.2: Komponen Mayor Sistem Limbik, Pengaturan Neurotransmiter dan
Sistem Neurotransmitter yang Mengatur Respon Stres8
Sumber: Kumar 2013
2.1.8 Respon Fisiologis Tubuh Terhadap Stres
Pada tahun 1936, seorang ilmuwan bernama Hans Seyle mencoba
melakukan penelitian mengenai respon tubuh terhadap berbagai stresor dari luar.
Seyle menjelaskan ada tiga tahap respon tubuh terhadap stresor yang dinamai
general adaptation syndrome (GAS), yaitu10:
1. Reaksi Peringatan
Tahap ini disebut fase Fight or Flight. Pada tahap ini terjadi penurunan
resistensi terhadap tubuh melalui aktivasi sistem saraf otonom. Saat stresor
dikenali oleh tubuh, otak mengirim impuls biokimia ke kelenjar pituitari
kemudian menyekresi adrenocorticotrophic hormone (ACTH). Selanjutnya
ACTH akan menstimulasi kortek adrenal untuk melepaskan glukokortikoid.
2. Tahap Resistensi
Selama tahap ini, resistensi tubuh terhadap stres akan terus meningkat dan
kemudian respon yang sifatnya sama akan hilang. Glukokortikoid akan
merangsang konversi lemak dan protein menjadi glukosa yang menghasilkan
energi untuk mengatasi stres. Glukokortikoid yang disekresi terus menerus
akan menghambat pembentukan antibodi dan menghambat pembentukan sel
darah putih sehingga pada tahap ini seseorang mudah terserang penyakit.
-
14
3. Tahap Kelelahan
Apabila stres tersebut terus berlanjut, sistem imun tubuh serta mekanisme
tubuh untuk meghindari stres tersebut akhirnya akan gagal. Pada tahap ini
sistem imunitas akan terus menurun dan akan menimbulkan penyakit yang
cukup serius.
2.1.9 Gejala Adaptasi Umum Stres
Menurut Stranks, stres dapat diketahui berdasarkan gejala-gejala berikut:10
1. Emosional,
Contohnya adalah mudah lelah, cemas, ketakutan, mudah marah, dan kurang
motivasi.
2. Kognitif
Stres dapat menghasilkan peningkatan potensi berbuat kesalahan, tidak
mampu berkonsentrasi, dan khawatir akan masa depannya.
3. Perilaku.
Perubahan perilaku menimbulkan kemalasan, hubungan yang buruk dengan
kuliah, ragu, bolos, produktivitas menurun yang mengakibatkan seseorang
akan mencoba untuk merokok, dan minum alkohol.
4. Psikologis
Seseorang akan mengeluhkan banyak penyakit seperti sakit kepala, gelisah,
bingung. Tekanan darah pada orang stres akan meningkat, mudah terkena
infeksi, serta masalah pada kulit dan perut.
2.1.10 Kriteria Diagnosis Reaksi Stres Akut
Kriteria diagnosis dari reaksi stres akut berdasarkan PPDGJ III adalah sebagai
berikut:14
1. Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya pengalaman
stresor luar biasa (fisik atau mental) dengan onset dari gejala, biasanya setelah
beberapa menit atau seketika setelah kejadian
2. Selain itu ditemukan gejala-gejala :
a. Terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah; selain
gejala awal berupa kejadian ”terpaku” (daze), semua hal tersebut dapat
-
15
terlihat: depresi, ansietas, kemarahan, kecewa, overaktif, dan penarikan
diri. Akan tetapi tidak satupun dari gejala tersebut yang mendominasi
gambaran klinisnya untuk waktu yang lama.
b. Pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkup stresornya, gejala-
gejala dapat menghilang dengan cepat dalam beberapa jam; dalam hal
dimana stres menjadi berkelanjutan atau tidak dapat dialihkan, gejala-
gejala biasanya baru mereda setelah 24-48 jam dan biasanya hampir
menghilang setelah 3 hari.
3. Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaan kambuhan mendadak dari
gejala-gejala pada individu yang sudah menunjukkan gangguan psikiatrik
lainnya.
4. Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan
dalam terjadinya atau beratnya suatu reaksi stres akut.
2.1.11 Manajemen stres
Menurut Taylor manajemen stres ada 3 tahap, yaitu:15
a. Tahap pertama yaitu mempelajari apakah stres itu dan bagaimana
mengidentifikasi stesor dalam kehidupan mereka sendiri.
b. Tahap kedua yaitu mereka memperoleh dan mempraktikkan keterampilan
untuk mengatasi (koping) stres.
c. Tahap ketiga yaitu partisipan mempraktikkan teknik manajemen stres mereka
yang ditargetkan situasi penuh stres mereka dan memonitor efektivitas teknik
itu.
2.1.12 Strategi Mengelola Stres
Menurut Wade dan Tarvis, terdapat beberapa strategi yang dapat
digunakan untuk mengelola stres, diantaranya adalah sebagai berikut:16
a. Strategi Fisik
Untuk mengatasi tekanan fisiologis dengan pendekatan fisik adalah
menenangkan diri dan mengurangi rangsangan fisik tubuh melalui meditasi
atau relaksasi. Menurut Scheufele, relaksasi progresif adalah belajar untuk
-
16
secara bergantian menekan dan membuat otot-otot menjadi santai, juga
menurunkan tekanan darah dan hormon stres.
b. Strategi Emosional
Strategi ini berfokus pada emosi yang timbul akibat masalah yang
dihadapi, baik marah, cemas, atau duka cita. Beberapa waktu setelah bencana
atau tragedi adalah hal yang wajar bagi individu yang mengalaminya untuk
merasakan emosi-emosi tersebut. Pada tahap ini, orang sering kali butuh untuk
membicarakan kejadian tersebut secara terus menerus agar dapat menerima,
memahami, dan memutuskan akan melakukan hal apa setelah kejadian tersebut
selesai.
c. Strategi Kognitif
Strategi ini digunakan untuk menilai kembali suatu masalah dengan positif
(positive reappraisal problem). Strategi positive reappraisal adalah usaha
kognitif untuk menganalisa dan menginstruksi masalah dalam sebuah cara
yang positif sambil terus melakukan penerimaan terhadap realitas situasi.
Selain itu strategi kognitif juga menggunakan teknik afirmasi yaitu sejumlah
kalimat positif yang disusun baik itu hanya sebatas pikiran, atau dituangkan
kedalam tulisan, diucapkan dengan cara berulang-ulang.
d. Strategi Sosial
Cara menurunkan stres menggunakan strategi sosial adalah dengan
mencari kelompok dukungan. Kelompok dukungan (supporting group) sangat
membantu karena semua orang dalam kelompok pernah mengalami hal yang
sama dan memahami apa yang dirasakan. Kelompok dukungan dapat
memperlihatkan kepedulian dan kasih sayang. Mereka dapat membantu
seseorang menilai suatu masalah dan merencanakan hal-hal yang dapat
dibutuhkan oleh setiap orang sepanjang hidup.
2.1.13 Coping Stres
Menurut Matsumoto, coping adalah sebuah proses pengelolaan terhadap
keadaan sulit yang meliputi strategi untuk mengatasi stres, baik internal maupun
eksteral, dengan usaha yang paling berguna.17 Folkman dan Lazarus membagi
strategi coping stres menjadi dua jenis:18
-
17
a. Problem-focused coping (mencoba untuk mengubah apa yang menyebabkan
distres dengan bertindak pada lingkungan atau diri sendiri, misalnya dengan
menganalisis masalah dan membuat rencana). Contohnya adalah aktif coping,
perencanaan, penekanan kegiatan berkompetisi, pengendalian, dan mencari
dukungan sosial.
b. Emotion-focused coping (individu berfokus pada pengelolaan emosi negatif
dengan mengubah perhatian terhadap masalah yang terjadi) contohnya adalah
mencari dukungan sosial untuk alasan emosional, pandangan positif,
penerimaan, beralih ke agama, fokus pada pengaturan emosi, penolakan,
pelepasan perilaku, dan pelepasan mental.
2.1.14 Coping Religius
Menurut Tix dan Fraser, coping religius adalah penggunaan kognitif dan
perilaku dalam menghadapi peristiwa kehidupan yang penuh stres, melalui
pendekatan agama.19 Coping religius merupakan salah satu bagian dari emotion-
focused coping. Coping religius adalah usaha individu untuk bertahan dan
mengatasi kerentanan stres yang dialami melalui pendekatan keyakinan beragama
dan aktivitas keagamaan untuk menemukan makna, pengontrolan diri,
mendapatkan kenyamanan, menjaga hubungan sosial serta menciptakan
perubahan dalam hidup.19 Pargament20 mengemukakan ada lima dimensi coping
religius, yaitu:
1. Menemukan makna
2. Kontrol diri
3. Kenyamanan dan kedekatan dengan Tuhan
4. Menjalin hubungan dengan orang lain
5. Menciptakan perubahan dalam hidup
2.1.15 Alat Ukur Stres
Untuk mengetahui seberapa parah stres seseorang dapat diukur menggunakan
alat ukur stres. Beberapa alat ukur yang dibuat oleh para ahli adalah sebagai
berikut.
-
18
A. Kuesioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42)
Kuesioner DASS 42 adalah pertanyaan-pertanyaan yang dirancang oleh
P.F. Lovibond dan S.H. Lovibond21 untuk mengukur besarnya tiga keadaan
emosi negatif yaitu depresi, kecemasan dan stres. Awal mula Lovibond
membuat kuesioner ini karena pada dasarnya, depresi dan ansietas sangat
berbeda. Secara klinis gejala keduanya saling tumpang tindih, sedangkan
konsep stres menimbulkan masalah tambahan dalam studi afektif negatif
sehingga Lovibond melakukan riset pada 717 mahasiswa psikologi tahun
pertama Universitas New South Wales mengenai gambaran status emosional
negatif pada seluruh mahasiswa tersebut menggunakan kuesioner DASS.21
DASS mengenai depresi berfokus pada laporan-laporan tentang suasana hati
yang rendah, motivasi, dan harga diri. DASS mengenai kecemasan berfokus
pada rangsangan fisiologis, perasaan panik, dan ketakutan, Sedangkan DASS
mengenai stres berfokus pada ketegangan dan emosi kemarahan.21 Kuesioner
ini terdiri dari 42 pertanyaan mengenai depresi, kecemasan, dan stres.
Pertanyaan mengenai stres berada pada pertanyaan nomor berikut
Skala Stres: 1. 6. 8. 11. 12. 14. 18. 22. 27. 29. 32. 33. 35. 39.
Klasifikasi tingkat stres berdasarkan jumlah skor adalah
Normal : 0-14
Ringan : 15-18
Sedang : 19-25
Parah : 26-33
Sangat Parah : 34+
B. Kuesioner Stress Vulnerabiliity Self-Test (SVS-T)
Alat ukur ini diciptakan oleh Miller dan Smith.22 Skala SVS-T dari Miller
dan Smith digunakan untuk mengukur kerentanan stres seseorang berdasarkan
identifikasi kesehariannya seperti kebiasaan makan dan tidur, intake kafein dan
alkohol, dan bagaimana seseorang mengekspresikan emosinya. Kuesioner ini
terdiri dari 20 pertanyaan, satu pertanyaan bernilai 5. Hasil dikatakan normal
apabila jumlah skor kurang dari 10 poin, jumlah skor lebih dari 30 poin berarti
orang tersebut mudah terserang stres, sedangkan skor lebih dari 50 poin
dikategorikan sebagai sangat rentan terkena stres.22
-
19
C. Kuesioner Social Readjusment Rating Scale (SRRS)
Holmes dan Rahe23 juga mengembangkan alat pengukuran stres, yaitu
Social Readjusment Rating Scale (SRRS) yang berisi faktor-faktor kehidupan
yang dapat memengaruhi stres, mengungkapkan aktivitas kehidupan seseorang
yang cenderung memicu terjadinya krisis seperti karir, interaksi sosial, dan
norma di dalam masyarakat. Kuesioner ini berisi 43 pertanyaan, masing-
masing pertanyaan memiliki skor yang berbeda-beda. Hasil dikatakan normal
apabila jumlah skor kurang dari 150 poin, jumlah skor 150 sampai 299 masuk
dalam kategori stres ringan dan perubahan perkembangan stres sekitar 50%,
serta jumlah skor lebih dari 300 poin dikategorikan sebagai stres tinggi dan
perubahan perkembangan gangguan stres sekitar 80%.23
2.1.16 Stres dalam Islam
Dalam perspektif agama Islam, Baqutan24 melakukan studi intensif tentang
stres dan membagi tiga terminologi stres, yaitu qalaq (khawatir), ya’s (putus asa),
dan qunut (keadaan tidak berdaya).
1. Qalaq (khawatir)
Terminologi qalaq (khawatir) disebutkan dalam QS. Ar-Rahman ayat 46:
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga”
(QS. Ar-Rahman [55]: 46)
Menurut Almothwahi, qalaq adalah pengalaman manusia yang universal,
bersamaan hidup normal di dunia yang mengancam eksistensi dan yang
berjuang melawan lingkungan, baik internal maupun eksternal, merupakan
bagian dari manusia banyak. Qalaq ini merupakan kondisi takut.
2. Ya’s (putus asa)
Terminoligi Ya’s (putus asa) disebutkan dalam QS. Yusuf (2) ayat 87, Allah
SWT. berfirman:
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS. Yusuf
[12]: 87).
-
20
Menurut Hussain, keputusasaan tidak hanya mengarahkan manusia pada
jalan yang salah, tetapi juga memengaruhi kekuatan pikiran dan melemahkan
mereka secara bertahap ke titik kehancuran mereka.
3. Qunut (keadaan tidak berdaya)
Terminologi Qunut (keadaan tidak berdaya) disebutkan berdasarkan QS. Az-
Zumar ayat 53, Allah SWT. berfirman:
“Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah
yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar [39]: 53).
Seseorang akan mengalami ketidakberdayaan, saat dia frustasi dan tidak
memiliki harapan untuk melakukan sesuatu yang baik dalam hidupnya.24
Agama Islam tidak memandang stres (yang disebut sebagai ujian atau bala)
sebagai sesuatu yang negatif. Bahkan Islam memandang stres sebagai sesuatu
yang diperlukan demi perkembangan sifat manusia. Dengan stres kita dapat
menilai apakah seseorang termasuk dalam golongan orang yang bersabar atau
tidak. Sabar merupakan tanda keimanan sehingga dapat dikatakan bahwa stres
adalah alat uji tentang keimanan kita kepada Allah SWT.
Di saat seseorang merasa stres, dia dituntut untuk dapat bersabar
menghadapinya. Orang-orang yang bersabar adalah hamba-hamba terpilih untuk
memasuki kebahagiaan hakiki. Rasulullah SAW. bersabda, “Semoga Allah
menurunkan rahmat-Nya kepada Musa yang lebih banyak mendapatkan cobaan
daripada umat ini namun dia bisa bersabar.” Dalam riwayat yang lain Rasulullah
bersabda “Barang siapa yang selalu melatih dirinya bersabar maka Allah akan
membuatnya menjadi penyabar”.
Muslim yang baik dapat mengambil pelajaran dari setiap ujian dan cobaan
yang dia dapatkan. Hal ini merupakan pembeda dengan orang munafik. Allah
SWT. berfirman
-
21
“Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) itu memerhatikan bahwa mereka
diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak juga bertobat dan
tidak pula mengambil pelajaran.” (QS. At-Taubah [9]: 127).25
2.2 Puasa
2.2.1 Pengertian Puasa
Puasa ( ٌ berasal dari bahasa Arab (َصْومٌ "يَُصْومٌٌُ–َصاَم “ yang berarti
menahan, berhenti atau tidak bergerak. Puasa adalah menahan diri dari
pembatalan-pembatalan puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari
dengan niat dan keikhlasan sebagai ibadah kepada Allah SWT.26
2.2.2 Macam-macam Puasa
Pada hakikatnya puasa terbagi menjadi dua:
a. Puasa Fardu: termasuk di dalamnya yaitu puasa Ramadan, puasa qada,
puasa kafarat dan puasa nazar
b. Puasa Tathawwu’ (sunah): yaitu puasa yang dikerjakan para muslim untuk
mendekatkan diri kepada Allah, bukan wajib atasnya, contohnya adalah
puasa Asyura, puasa arafah, puasa senin dan kamis, dan lain-lain.8
2.2.3 Rukun-rukun Puasa
Rukun puasa adalah sebagai berikut:
a. Niat
Niat merupakan inti dari setiap ibadah. Apabila puasa tidak diawali dengan
niat, maka puasanya tersebut tidak sah. Sebagaimana hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi dan An-Nasa’I dari Hafsah
bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
ٌِّ ٌالص ٌ.َمْنٌلَْمٌيَُبي ِّتِّ َياَمٌََلُ ٌفاََلٌصِّ َياَمٌقَْبَلٌالَفْجرِّ
Artinya: “Barangsiapa yang tidak berniat akan berpuasa pada sebelum
fajar, maka tidak ada puasa baginya”. (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan
An-Nasa’i)
-
22
b. Menahan
Menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa sejak terbit
fajar sampai terbenam matahari. Berdasarkan firman Allah SWT.:
“Dan makan serta minumlah kamu hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam, yaitu fajar ….” (QS. Al-Baqarah [2]: 187)
Pada ayat ini yang dimaksud dengan benang putih adalah putih/terangnya
siang dan benang hitam adalah gelampnya malam.26
2.2.4 Syarat Puasa
2.2.4.1 Syarat Wajib Puasa
Puasa diwajibkan atas orang26:
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal (tidak gila atau mabuk) lelaki atau perempuan
4. Suci dari haid dan nifas bagi perempuan
5. Mukim (tidak sedang musafir)
6. Sanggup berpuasa (tidak lemah ataupun sakit)
2.2.4.2 Syarat Sah Puasa
Syarat sah berpuasa adalah26:
1. Islam sepanjang hari
2. Suci dari haid, nifas dan wiladah/bersalin
3. Mumayyiz (dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk)
4. Berpuasa pada waktunya.
2.2.5 Hal-hal yang Membatalkan Puasa
Hal-hal yang membatalkan puasa adalah sebagai berikut27:
1. Makan atau minum, walaupun sedikit misalnya memakan biji-bijian
2. Sampainya sesuatu ke dalam perut, seperti bekas tikaman dan obat
3. Muntah dengan sengaja
4. Masuknya sesuatu saat berkumur atau istinsyaq yang dilakukan secara
berlebihan
5. Bersenggama
-
23
6. Ejakulasi sebab sentuhan tangan (onani), rabaan wanita atau lainnya,
ciuman, atau bercumbu
7. Haid atau nifas
8. Menyuntik obat melalui kemaluan atau anus
9. Terserang gangguan jiwa
10. Murtad
2.2.6 Amalan Dalam Bulan Ramadan
Banyak amalan saleh yang sebaiknya dikerjakan dalam bulan suci
Ramadan, antara lain28:
1. Memperbanyak sedekah
Hendaknya seorang muslim memperbanyak sedekah saat masuk
bulan Ramadan. Rasulullah SAW. adalah orang yang paling pemurah, dan
beliau menjadi jauh lebih pemurah pada bulan Ramadan. Dalam suatu
hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, ia berkata:
,ٌوٌٌَللاصىلٌٌللاٌٌََِّكَنٌَرُسْولٌُ ٌََكَنٌعليهٌوسملٌَأْجَوَدٌالنَّاسِّ
ْْبِّيُْلٌ...أٌَ ٌيَلَْقاُهٌجِّ ْْيَ ٌَرَمَضاَنٌحِّ ٌْجَوَدٌَماٌيَُكْوُنٌِفِّ
Artinya: “Rasulullah SAW. adalah manusia yang paling pemurah, dan
beliau lebih pemurah lagi di bulan Ramadan saat Jibril menemui
beliau,…” (HR. al-Bukhari).
Salah satu manfaat dari sedekah adalah dapat mengobati orang
yang sakit. Dalam suatu hadis daif yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim,
Rasulullah SAW. bersabda ”Jagalah harta kalian dengan zakat, obatilah
orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah dan tolaklah bala’
dengan doa”. Menurut Al-Lajna ad-Da’imah atau Majelis Ulama Arab
Saudi, hadis tersebut tidak sahih tetapi boleh diamalkan, bersedekah
dengan niat untuk kesembuhan orang yang sakit sebagai bentuk taqarub
kepada Allah SWT. mengharap agar Allah menyembuhkannya dengan
sedekah tersebut.29
-
24
2. Memperbanyak tilawatil qur’an
Membaca al-Qur’an sangat dianjurkan bagi setiap muslim, terlebih
lagi di dalam bulan Ramadan. Rasulullah SAW. memperbanyak membaca
al-Qur’an selama bulan Ramadan. Diriwayatkan dalam suatu hadis dari
Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
ٌٌَوَلٌ َّ ٌنَِبِّ ,ٌَوَلٌٌللاٌَِّأْعمَلُ ٌلَْيََلٍ ٌٌٌقَامٌَقََرَأٌالُْقْرأ َنٌُُكَُّهٌِفِّ لَْيََلًٌَحَّتَّ
ٌَرَمَضاَن.ٌ اًلٌغَْْيَ َحٌَوَلٌَصاَمٌَشهًْراٌََكمِّ يُْصبِّ
Artinya: “Saya tidak pernah mengetahui Rasulullah membaca al-Qur’an
semuanya, salat sepanjang malam, dan puasa sebulan penuh selain di
bulan Ramadan”. (HR. Ahmad).
Al-Qur’an merupakan obat bagi segala penyakit hati dan jasmani.
Sebagaimana telah disebutkan dalam surah al-Isra’ ayat 82, Allah SWT.
berfirman:
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-
Qur’an) hanya akan menambah kerugian”. (QS. Al-Isra’ [17]: 82)
Tafsir dari ayat di atas menjelaskan bahwa al-Qur’an diturunkan
sebagai penyembuh dari semua penyakit hati seperti keraguan,
kemunafikan, kebodohan serta akan menyembuhkan jasmani melalui
bacaan ruqyah.
3. Mengerjakan salat malam /qiyamul lail
Dianjurkan bagi setiap muslim untuk lebih menghidupkan malam-
malam pada bulan Ramadan dengan memperbanyak salat malam yaitu
salat tahajud. Allah SWT. berfirman:
“Dan pada sebagian malam, lakukanlah alat tahajud (sebagai suatu
ibadah) tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke
tempat yang terpuji”. (QS. Al-Isra’ [17]: 79)
Bangun dan kemudian salat malam akan meningkatkan kekuatan
berpikir dan kekuatan memori. Salat malam dapat meningkatkan fungsi
otak yang sangat beragam karena dalam salat malam dan zikir kita
-
25
membaca dan berupaya memahami makna al-Qur’an, melafalkan doa-doa,
seraya mengulang-ulang zikir pagi hari. Dengan demikian, kebiasaan salat
malam dapat mencegah penyakit Alzheimer, kepikunan, stroke, depresi,
stres dan sebagainya.29 Dalam hadis Rasulullah SAW. bersabda “Salat
tahajud dapat menghapuskan dosa, mendatangkan ketenangan, dan
menghindarkan dari penyakit”. (HR. Tirmidzi)29
4. Menghidupkan malam-malam Lailatul qadar
Lailatul qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan
yang tidak memiliki malam tersebut didalamnya dan pendapat yang paling
kuat menyebutkan bahwa malam lailatul qadar terjadi pada malam-malam
ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Allah SWT. berfirman,
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”.
(QS. al-Qadar [97]: 3).
Salah satu keistimewaan dari lailatul qadar adalah meleburkan
dosa-dosa di masa lalu. Rasulullah SAW. bersabda, “Dan barangsiapa
yang beribadah pada malam lailatul qadar semata-mata karena iman dan
mengharapkan pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang
terdahulu” (HR. al-Bukhari). Cara menghidupkan lailatul qadar adalah
dengan memperbanyak salat malam, zikir, berdoa, membaca al-Qur’an
dan salawat.
5. I’tikaf pada malam-malam lailatul qadar
I’tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid untuk beribadah kepada
Allah SWT. dengan cara tertentu sebagaimana telah diatur oleh syariat.
I’tikaf merupakan salah satu sunah yang tidak pernah ditinggalkan oleh
Rasulullah SAW., seperti yang diceritakan oleh Aisyah radhiyallahu
‘anha: “Sesungguhnya Nabi SAW. selalu i’tikaf pada sepuluh hari terakhir
dari bulan Ramadan sampai meninggal dunia, kemudian istri-istri beliau
beri’tikaf sesudah beliau.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Istilah i’tikaf sejajar dengan beberapa istilah dalam ilmu
kedokteran jiwa seperti meditasi, perenungan, introspeksi, dan
pengamatan. Orang yang beri’tikaf, selain memperbanyak ibadah dan zikir
kepada Allah SWT., juga akan mengevaluasi segala kesalahan,
-
26
kekurangan dan cacat dalam dirinya. Orang yang biasa beri’tikaf dan
merenung atau muhasabah, niscaya akan memiliki akal yang lebih tajam
dan lebih terarah sehingga ia dapat menghadapi segala persoalan atau
kesulitan hidup dengan sikap yang lebih tenang dan lebih bijak.29
6. Mengeluarkan zakat fitrah
Salah satu kewajiban seorang muslim adalah menunaikan zakat.
Bagi orang yang memenuhi syarat, maka diwajibkan untuk menunaikan
zakat fitrah. Allah SWT. berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu”. (Q.S. al-Baqarah [2]: 267).
Zakat dapat menyucikan diri dari penyakit yang mengotori hati.
Salah satu hikmah zakat adalah mengajarkan untuk tidak cinta dunia,
serakah dan kikir. Zakat dapat melembutkan hati untuk peka terhadap
sesama yang membutuhkan bantuan serta melatih untuk selalu bersyukur
atas apa yang telah Allah SWT. berikan, serta berdoa memohon
keberkahan dari apa yang telah disedekahkan.
Ketika menunaikan zakat, memikirkan kepentingan orang lain
terutama golongan fakir yang butuh pertolongan, niscaya akan
menyehatkan jiwa dan melindungi tubuh dari gangguan kejiwaan.
Sebaliknya, orang yang mempunyai sifat pelit, asosial dan tidak
memedulikan kepentingan orang lain, pasti akan stres dan merasakan
kelelahan jiwa karena ia selalu memikirkan kepentingan diri sendiri dan
khawatir kepentingannya diganggu orang lain.29 Allah SWT berfirman
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka”.
(QS. At-Taubah [9]: 103)
-
27
2.2.7 Puasa Ramadan
Puasa Ramadan puasa yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim di bulan
Ramadan. Perintah wajib puasa Ramadan ditetapkan dalam Al-Qur’an Surah al-
Baqarah ayat 183:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. al-
Baqarah [2]: 183).3
Di dalam Sunah Umar meriwayatkan dalam obrolan Jibril yang sangat
populer dari Nabi SAW. : “Islam adalah bahwa kamu bersaksi tidak ada Tuhan
selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Mendirikan salat. Menunaikan
zakat. Berpuasa pada bulan Ramadan.” (HR. Muslim).3
Dalam hadis Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu. yang diriwayatkan al-Bukhari
dan Muslim disebutkan, “ Bila kalian melihat hilal, berpuasalah; dan jika kalian
telah melihat hilal, berbukalah. Apabila posisi kalian dan bulan tertutup
mendung, perkirakanlah atau pastikanlah tiga puluh hari”. Maksudnya,
berbukalah pada tanggal tiga puluh dan genapkan sebulan.27
2.2.8 Tingkatan Puasa
Imam al-Gazali30 dalam kitab tasawufnya Ihya Al-Ulumuddin membagi puasa
atas tiga tingkatan, yaitu puasa ‘umum (awam), khushus, dan khusush al-
khushush.
1. Puasa umum adalah puasa yang dilakukan hanya sekedar menahan lapar,
kemaluan, dan syahwat. Puasa ini dilaksanakan oleh orang awam yang
berpuasa hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban.
2. Puasa khushush adalah puasa yang dilakukan seorang muslim disertai
sikap menahan pendengaran, penglihatan, tangan, kaki dan seluruh
anggota tubuhnya dari berbagai perbuatan dosa. Puasa tingkat ini
dilakukan oleh orang-orang saleh.
3. Puasa khushush al-khushush adalah puasa yang dilakukan bertujuan untuk
menjaga hati dari hal-hal yang hina dan perkara-perkara duniawi,
sekaligus menahan dirinya dari segala sesuatu yang memalingkan hatinya
-
28
kepada selain Allah SWT.. Puasa tingkat ini akan batal apabila dia
memikirkan sesuatu pada selain Allah SWT., hari Akhir, atau berpikir
tentang dunia, kecuali dunia yang dipikirkan demi kepentingan agama.
Puasa tingkat ini adalah puasanya para nabi, para shiddiq, dan orang-orang
yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kesempurnaan puasa itu ditopang oleh enam hal berikut:
1. Menundukkan dan menahan pandangan dari melihat segala sesuatu yang
tercela, perkara yang dibenci, segala sesuatu yang dapat mengganggu hati,
atau apapun yang dapat melalaikannya dari mengingat Allah SWT..
Rasullullah SAW. bersabda:
ْنٌ ٌمِّ ٌَمْسُمْوم بْلِّيَْسٌلََعنَُهٌللاٌُالنَّْظَرُةٌَسهْم ٌِا هَامِّ ََهَاٌٌفََمْنٌ ٌَسِّ َر
َنٌللاٌِّ ُ ٌَحاَلَوهَهٌٌَُأهَاُهٌللاٌَُخْوفًاٌمِّ يَْما ًاٌَِجٌِِّا ٌَوٌَجلَّ ٌٌٌَز ََّ هٌٌٌِِّفِّ قَلْبِّ
Artinya: “Pandangan itu merupakan salah satu panah beracun (milik)
Iblis yang dikutuk Allah. Siapa saja yang meninggalkannya karena takut
kepada Allah, maka Dia akan mendatangkan keimanan kepadanya dan
manisnya keimanan itu akan ditemukan dalam hatinya.” (HR. al-Hakim)
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW. bersabda:
ٌ س ٌ:ٌَالَكذٌٌََْخْ َ اِئِّ ْرَنٌالصَّ ْيَمةٌُيُْفطِّ ْيَبُةٌَوٌالنَّمِّ ٌَوٌاٌُبٌَوٌالْغِّ ْْيُ لَْيمِّ
بَُةٌَوٌ النََّظُرٌبَِّشْهَوةٌٍاْلََكذِّ
Artinya: ”Ada lima perkara yang dapat membatalkan puasa seseorang,
yaitu berbohong, mengumpat, mengadu domba, bersumpah palsu, dan
memandang dengan syahwat” (H.R. Ibnu Al-Jauzi)
2. Menjaga lisan dari mengatakan sesuatu yang sia-sia, berbohong,
mengumpuat, adu domba, berkata kotor, berkata-kata permusuhan, dan
kata yang mengandung ria. Untuk menghindari hal tersebut, Rasulullah
SAW. menganjurkan untuk diam, namun lebih baik lagi apabila disertai
dengan berzikir kepada Allah dan membaca Al-Qur’an. Hal ini disebut
-
29
dengan puasa lisan. Laits meriwayatkan, ada dua hal yang dapat merusak
pahala puasa yaitu mengumpat dan berbohong.
3. Menahan telinga dari mendengar kata-kata yang dibenci Allah SWT.
apapun yang haram diucapkan, haram pula untuk didengarkan. Allah
SWT. berfirman yang artinya, “Mereka adalah orang-orang yang suka
mendengarkan berita bohong, dan banyak memakan makanan yang
haram” (Q.S. al-Maidah [9]: 42).
Sahabat Jabir bin Abdillah al-Anshari berkata:
عٌُ َتٌفَلَْيُصْمٌََسْ َذاٌُُصَِْكٌَوٌلَِّسانَُكٌَزنٌٌِّكٌَا ٌٌَوٌبَََصُ بِّ ٌَوٌاْلَكذِّ
ٌَوٌالَْمأََْثٌِّ,ٌَوٌ ٌ,ٌَولَْيُكْنٌعَلَْيَكٌَوٌقَار ْينَةٌ َدْعٌَأَذىٌالَْجارِّ ٌيَْوَمٌَسكِّ
َكٌ,ٌوٌَ ْطرَِّكٌَسَواءٌ َصْومِّ َكٌَوٌيَْوَمٌفِّ َعْلٌيَْوَمٌَصْومِّ َلٌََتْ
Artinya: “Bila kamu berpuasa hendaklah pendengaranmu, penglihatanmu
dan lidahmu juga turut berpuasa dari tidak jujur dan dosa. Tinggalkan
menyakiti tetangga. Hendaklah kamu tenang pada hari puasamu. Jangan
kamu jadikan hari puasa dengan hari tidak puasamu sama saja”ٌ 4. Menjaga tangan, kaki serta seluruh anggota tubuh dari berbagai perbuatan
dosa, dan dari segala yang dibenci Allah SWT.. Hendaklah menjaga perut
dari makanan yang syubhat (meragukan) pada saat berbuka. Sebab, puasa
serta menahan diri dari perkara yang halal menjadi tidak ada artinya.
Rasulullah SAW. bersabda:
ٌمٌِّ ٌٍلَيَْسٌََلُ ْنٌَصاِئِّ ٌََكٌْمِّ هِّ الُْجْوعٌُْنٌَصْومِّ لٌَِّ.َوالَْعَطُشٌٌا
Artinya: “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan
apa-apa kecuali hanya lapar dan haus” (HR. An-Nasa’i)
5. Tidak banyak makan sehingga perut menjadi penuh atau kekenyangan.
Imam Al-Gazali menjelaskan bahwa tidak ada wadah yang paling
dimurkai Allah kecuali perut yang penuh dengan makanan halal. Engkau
tidak akan mendapat manfaat berpuasa, yaitu menaklukkan musuh Allah
-
30
dan memecahkan syahwat apabila pada saat berbuka puasa hanya
mengalihkan jam makan yang terlewat pada siang hari. Tujuan puasa
adalah mengosongkan perut, memecahkan hawa nafsu untuk memperkuat
diri menjalankan takwa. Jika seseorang menahan perut dari berbagai
macam makanan dari fajar hingga senja hingga keinginannya kuat dan
syahwatnya semakin meningkat, kemudian saat berbuka perutnya diisi
oleh aneka ragam makanan lezat hingga kenyang dan kekuatannya makin
berlipat, syahwatnya yang semula tidur akhirnya bangkit kembali.
6. Apabila berpuasa, hati harus senantiasa bergantung dan gelisah antara
takut dan harap. Sebab, dirinya tidak tahu apakah puasa yang telah
dilaksanakannya akan diterima dan menjadi orang yang mendekatkan diri
kepada Allah atau ditolak sebagai orang yang dimurkai. Perasaan seperti
ini hendaknya dimiliki seorang muslim setiap menjalankan ibadah.10
2.2.9 Puasa dan Kesehatan
Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi fisik, mental dan sosial yang
lengkap dan bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit atau kelemahan.31
Menurut UU No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.32 Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa sehat bukan hanya dari aspek fisik, namun aspek mental,
sosial dan spiritual juga bagian dari sehat secara keseluruhan.
Puasa merupakan salah satu ibadah yang memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan, baik sehat jasmani ataupun rohani. Rasulullah SAW. bersabda:
َتْغُنْوا.ُاْغ َُْواٌهَْغنَُمْواٌَوُصوٌْ ُرْواٌتَس ْ ْواٌَوَسافِّ حُّ ُمْواٌهَصِّ
Artinya: “Berperanglah, niscaya kamu mendapatkan keuntungan (ghanimah).
Berpuasalah niscaya kamu sehat. Berperanglah, niscaya kamu mendapatkan
kekayaan” (HR Thabrani)
-
31
Dokter Abdul Aziz Ismail mengatakan bahwa puasa dapat digunakan
sebagai terapi untuk mencegah beberapa penyakit, juga dapat mengatasi penyakit
psikososial.33
A. Puasa Memperbaiki Fungsi Hormon
Fungsi hormon sangat dipengaruhi oleh tekanan batin atau stres. Ketika
mengalami stres, hormon insulin dan adrenalin yang mengatur jam lapar
menjadi terganggu sehingga nafsu makan hilang atau bahkan datang lebih
cepat. Kerja hormon tiroid yang terganggu dapat mengakibatkan pertumbuhan
fisik pada anak terhambat. Apabila hormon estrogen terganggu, siklus
menstruasi bisa menjadi tidak teratur.
Berbagai tingkah laku dan sikap yang muncul pada manusia seperti marah,
takut dan cemas tidak terlepas dari pengaruh hormon yang disekresi oleh
kelenjar pituitari. Emosi merupakan representasi perasaan manusia yang
mengakibatkan produksi hormon yang tidak seimbang. Emosi dapat
dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti pengalaman, tata nilai dan ajaran
agama. Faktor eksternal inilah yang membuat seseorang mampu
mengendalikan diri dari marah, sedih, kecewa, takut, dan sebagainya.
Seseorang yang memiliki sikap tenang, senantiasa berserah diri kepada
Allah SWT., susunan saraf pusat dan mekanisme hormonnya akan bekerja
dengan optimal. Keseimbangan mekanisme hormon ini akan menimbulkan
emosi yang stabil dan pikiran positif sehingga akan membuahkan akhlakul
karimah, yaitu perilaku yang benar, baik dan terkendali. Oleh karena itu, Allah
SWT. mewajibkan umat muslim berpuasa Ramadan untuk melatih sikap sabar,
mampu menahan amarah dan senantiasa berserah diri kepada Allah.
Selain itu, pada saat berpuasa, sel parietal lambung hanya memproduksi
asam lambung dalam jumlah sedikit karena adanya pengaruh niat, yaitu
kesengajaan untuk menunda jam lapar. Akibatnya orang yang berpuasa tidak
cepat merasa lapar dan haus.33
B. Puasa dan Kesehatan Emosional
Puasa merupakan wahana penempaan mental hingga seseorang mampu
bertahan menghadapi ujian dan cobaan serta siap menghadapi perjuangan dan
-
32
pengorbanan yang lebih berat. Puasa melatih kedisiplinan dalam
mengendalikan diri. Salah satu bentuk pengendalian diri adalah mampu
mengendaikan emosionalnya. Rasulullah SAW. bersabda:
َُكٌْفاََلٌيَْرفٌَ ٌَأَح ِّ َذاٌََكَنٌيَْوُمٌَصْومِّ ْنٌَشاهَمٌَا ٌٍَِأْوٌٌهٌُْثٌَوَلٌيَْصَخْبٌفَا َأَح
ٌفَلَْيُقلٌْ ٌَصاِئِّ ٌٌ:قَاهَََلُ ّن ِِّا
Artinya: “Jika dating hari puasa, salah satu dari kamu hendaknya tidak
berkata jorok dan berteriak-teriak. Bila dicaci atau diganggu oleh orang lain,
hendaknya dia mengatakan,’Sesungguhnya aku berpuasa’” (HR. al-Bukhari
dan Muslim).
Allah SWT. dan Rasulullah SAW. banyak menekankan untuk sebisanya
menahan amarah dan meredakannya. Cara menahan dan meredakannya antara
lain mengingat Allah, bersujud dan berbaring, atau dengan bersegera
mengambil air wudhu. Sikap menahan amarah termasuk pemikiran yang
bernilai luhur. Karena itu, orang-orang yang mampu menahan amarahnya
dipuji dan dicintai oleh Allah SWT.. Dalam Al-Qur’an disebutkan “Dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang, Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Ali Imran [3]: 134).
Orang yang menjalani puasa dituntut dapat memelihara emosinya. Emosi
tidak boleh dibiarkan lepas kontrol. Puasa itu mulia dan kemuliaannya tidak
boleh dirusak dengan perilaku yang tidak beradab. Puasa dengan membiarkan
emosi tidak terkontrol akan menyebabkan nilai puasanya menjadi sia-sia.
Orang yang berpuasa dianjurkan untuk memperbanyak berdoa. Secara
psikis, doa memiliki pengaruh terhadap rohani. Senjata orang beriman ini
menjadikan jiwa tenang dan tabah. Doa adalah terapi psikosomatik seperti
takut, cemas, ragu-ragu, dan sebagainya. Doa dapat menjadi stabilisator jiwa
terutama saat jiwa mengalami guncangan dan tekanan berat seperti stres dan
depresi.33
-
33
2.2.10 Puasa Melatih Kesabaran
Menurut sahabat Ali bin Abi Thalib dan Imam al-Gazali, sabar dibagi
menjadi tiga macam, yaitu sabar dalam ketaatan, sabar menjauhi maksiat, dan
sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan. Ketiga macam sabar ini tampak
terkandung dalam ibadah puasa. Puasa dapat mengendalikan berbagai perilaku
negatif serta melatih sikap teguh, kuat kemauan, tahan derita dan tahan uji yang
disebut tahammul. Bulan Ramadan disebut bulan kesabaran karena ada aktivitas
puasa di dalamnya. Rasulullah SAW. bersabda:
ٌَشْهرٌٌٍثاََلثَةٌٌُوٌٌَْْبٌِّالصٌٌََّصْوُمٌَشهْرٌِّ ْنٌُك ِّ ٍمٌمِّ ٌَوحٌٌََأَّيَّ ْْبَ رٌِّالصَّ ٌٌْرٌَيُْذهِّ
Artinya: “Puasa adalah bulan sabar dan puasa tiga hari setiap bulan dapat
menghilangkan marah di dada”. (HR. Ahmad).
Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW. bersabda:
َياُمٌنِّْصُفٌ ِّ ْْبٌٌِّالص .الصَّ
Artinya: ”Puasa itu separuh kesabaran” (HR Ibnu Majah)
Dengan latihan kesabaran, orang yang berpuasa lebih memiliki kesiapan
dan ketahanan dalam menghadapi derita, ujian dan cobaan hidup (tahammul)
sebab dia telah terlatih, terbiasa, dan tertempa mentalnya. Dia tidak mudah
mengeluh dan putus asa.33
2.2.11 Pengaruh Puasa Ramadan Terhadap Stres
Hormon kortisol merupakan hormon yang berpengaruh dalam perubahan
emosi dalam hal ini yaitu stres. Penelitian yang dilakukan Duhad Bahijri34
berjudul “Relative Metabolic Stability, but Disrupted Circadian Cortisol
Secretion during the Fasting Mouth of Ramadan” menyebutkan bahwa terjadi
perubahan tingkat kortisol pada pagi hari di bulan Ramadan. Tingkat kortisol pada
pagi hari di luar bulan Ramadan lebih tinggi daripada pada malam hari. Namun,
pada bulan Ramadan, tingkat kortisol pada pagi hari di bulan Ramadan lebih
-
34
rendah dibandingkan dengan di luar bulan Ramadan. Selain itu, pada malam hari
tingkat kortisol pada bulan Ramadan lebih tinggi dibandingkan dengan bulan
selain Ramadan.34 Dapat disimpulkan bahwa tingkat stres di bulan Ramadan lebih
rendah daripada tingkat stres di luar bulan Ramadan.
Prof. Dr. Zakiah Daradjat35 dalam bukunya “Puasa Meningkatkan Kesehatan
Mental” menjelaskan bahwa salah satu hikmah puasa adalah melatih orang
dengan sengaja tidak memenuhi kebutuhan pokok jasmani pada waktu yang biasa.
Jika orang berpuasa karena Allah, merenungkan pengalaman tidak terpenuhinya
kebutuhan pokok sehari-hari, ia akan menemukan suatu pelajaran dan latihan
menghadapi kesulitan. Hasil latihan tersebut dapat dimanfaatkannya untuk
menghadapi kesulitan hidup yang selama ini ia tidak mampu menghadapinya.
Apabila kemampuan menghadapi dorongan dan kebutuhan-kebutuhan pokok
jasmani berhasil diraih dalam puasa Ramadan sebulan penuh, maka seharusnya ia
secara berangsur-angsur dapat melatih diri untuk menghadapi kebutuhan pokok
kejiwaan dan sosial yang selama ini tidak dapat diatasinya. Bagi orang yang sejak
kecil terlatih puasa Ramadan ditambah puasa sunah di samping ibadah-ibadah
lain, ia tidak akan mengalami stres berat, karena ia telah terbiasa menghadapi
tidak terpenuhinya kebutuhan pokok waktu berpuasa.35
-
35
2.3 Kerangka Teori
Sulit beradaptasi
dengan
pembelajaran di
kedokteran
Hormon ACTH sirkulasi
menuju korteks adrenal