Ramadan Di Lyon

6
132 intisari-online.com 132 intisari-online.com PERSPEKTIF Ngabuburit Kaum Minoritas di Prancis

description

Ramadhan di Lyon, France

Transcript of Ramadan Di Lyon

Page 1: Ramadan Di Lyon

132 intisari-online.com132 intisari-online.com

PERSPEKTIF

Ngabuburit Kaum Minoritas di Prancis

Page 2: Ramadan Di Lyon

133JULI 2013 133

Tradisi menunggu saat berbuka puasa atau

ngabuburit, ternyata bukan cuma milik orang Indonesia.

Di kota Lyon, Prancis, masyarakat muslim juga

melakukannya secara guyub.

Penulis: Rakhmat Hidayat, Dosen Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) & Kandidat PhD Sosiologi Pendidikan Université Lumière Lyon 2 PrancisIlustrator: Djoko Wahono

Page 3: Ramadan Di Lyon

134 intisari-online.com

Puasa tahun 2012 adalah puasa pertama saya bersama keluarga. Keluarga saya memang baru me-nyusul April 2012, dan saya pindah ke apartemen baru yang lebih memadai.

Puasa tahun itu terasa lebih nik-mat karena lingkungan yang men-dukung. Muslim di kawasan Vaulx en Velin ternyata tidak kalah de-ngan muslim Indonesia dalam menunggu berbuka puasa.Mereka berkumpul bersama keluarga atau teman-temannya di pusat keramai-an sambil bercengkrama.

Pusat keramaian itu tidak lain keberadaan Pasar Ramadhan (Marche de Ramadhan) semacam pasar murah di bulan Ramadhan yang digelar di kawasan Malval. Pasar dibuka sepanjang Ramadhan, mulai pukul 14.00 hingga menje-lang buka puasa pukul 21.30.

Untuk menuju pasar ini saya ha-nya berjalan kaki selama lima menit. Muslim di kawasan Vaulx en Velin khususnya dan Lyon umumnya juga banyak mengunjungi pasar ini. Me-reka mencari sajian dan hidangan untuk berbuka puasa. Di sini me-mang tersedia aneka makanan dan minuman khusus berbuka puasa seperti kurma, roti, soft drink, susu, minuman, ayam, daging, sayuran segar, pizza, martabak, couscous, atau buah-buahan. Harganya lumayan murah jika dibandingkan dengan harga di toko maupun supermarket.

Tradisi ngabuburit ini setidaknya dilakukan oleh masyarakat muslim di kawasan Vaulx en Velin, Lyon,

Prancis. Kawasan yang termasuk daerah pinggiran (banlieu) ini dike-nal sebagai basis mayoritas muslim dari negara Maghribi yang terdiri atas Aljazair, Maroko, Tunisia, serta negara-negara Afrika Utara lain-nya.

Mayoritas imigran ini boleh di-bilang menjadi motor penggerak roda ekonomi di Lyon, kota terbe-sar kedua di Prancis setelah Paris. Mereka umumnya adalah pekerja-pekerja lapangan seperti teknisi listrik, bangunan, irigasi, supir, penjaga toko, petugas kebersihan, atau petugas keamanan.

Ajang kumpul keluarga Sejak Januari 2012 saya tinggal

di kawasan ini. Kebetulan, mayori-tas imigran Maghribi ini menem-pati ratusan apartemen di dekat apartemen saya.Tak heran jika suasana di kawasan apartemen saya seperti “Kampung Arab” karena penghuninya mayoritas muslim. Setiap saya keluar apartemen, kami terbiasa saling mengucapkan salam. Sehari-hari bahasa Arab lazim digunakan. Bahkan kadang rasanya seperti di Timur Tengah saja.

DINAMIKA Berperang-perangan sambil menikmati sejarah

Page 4: Ramadan Di Lyon

135JULI 2013

Pasar ini dikoordinasi oleh Pani-tia Pembangunan Masjid Vaulx en Velin. Memang, di sebelah pasar se-dang dibangun fondasi pembangun-an masjid. Di depan pintu masuk, panitia membuka kotak donasi bagi warga yang ingin menyumbang pembangunan masjid berkapasitas 1.500 jamaah ini.

Sekadar duduk-duduk Warga mulai ramai ngabuburit

selepas ashar, yaitu pukul 18.00. Di sini tersedia juga tempat salat dengan tikar dan kran portable un-tuk berwudu. Tentu saja ini memu-

dahkan warga dan pedagang yang ingin melaksanakan salat ashar. Para pedagang sendiri sudah mulai menggelar dagangannya sejak pukul 13.00.

Selepas ashar, suasana di sekitar pasar sangat ramai. Jalanan macet karena banyak warga yang datang membawa mobil. Parkir gratis yang tersedia selalu tidak cukup untuk menampung jumlah kendaraan pengunjung.

Selain untuk berbelanja, warga mengunjungi pasar ini untuk seka-dar duduk-duduk santai di pinggir-an lokasi pasar sambil menunggu

Pasar Ramadhan yang buka di setiap bulan Ramadhan. Suasana

ngabuburit hampir sama dengan di Tanah Air.

Page 5: Ramadan Di Lyon

136 intisari-online.com

jadwal buka puasa. Ada yang mem-bawa serta keluarga mereka. Sua-sana riuh. Anak-anak bermain bola atau roaler skater. Beberapa remaja juga duduk berkumpul bersama temannya sambil menikmati cuaca panas.

Saya dan keluarga beberapa kali menyambangi pasar ini sekadar un-tuk membeli kurma atau ngabubu-rit. Suasananya ternyata tidak jauh berbeda dengan tradisi ngabuburit di Tanah Air. Sebuah suasana yang dapat menebus kerinduan berpuasa di Tanah Air. Apalagi bagi istri dan anak saya yang baru pertama mera-sakan puasa di Prancis.

Keramaian makin bertambah menjelang tiba jadwal buka puasa. Tak sedikit warga yang berbuka puasa di lokasi pasar. Setelah itu be-berapa jamaah melaksanakan salat magrib berjamaah di sekitar lokasi. Pasar berangsur-angsur sepi selepas waktu magrib, menjelang isya.

Puasa yang panas dan lama Puasa di Prancis tahun 2012 (juga

2013 ini) bertepatan dengan musim panas. Siangnya lebih panjang di-banding malam. Walhasil, waktu berpuasa juga sangat panjang, yakni 17-18 jam. Imsyak pukul 04.30 sementara magrib pukul 21.30.

Suhu udara juga mencapai angka di atas 35-360C. Beberapa kali suhu mencapai 400C. Sangat panas dan perlu perjuangan ekstra untuk ber-

puasa di musim panas ini. Saya ber-syukur karena sudah memiliki peng-alaman berpuasa tahun sebelum-nya, sehingga tidak terlalu kaget.

Meski puasa jauh dari Tanah Air, namun tidak mengurangi kekhusuk-an dan kenikmatannya. Memang tidak ada suara azan bersahutan mengabarkan jam berbuka puasa di seantero masjid. Tak ada juga warga yang membangunkan sahur. Semua dilakukan mandiri oleh warga yang berpuasa. Aktivitas warga Prancis lainnya berjalan seperti biasa.

Di sekitar apartemen saya, ter-dapat dua masjid yang menyeleng-garakan salat tarawih. Jadwalnya mulai pukul 22.45 hingga pukul 00.30. Salat tarawih dilaksanakan 11 rakaat yang terdiri empat kali salam, dan dua kali salam untuk salat witir. Ibadah tarawih di mas-jid Al Othmanne dilaksanakan sebanyak 11 rakaat dengan setiap dua rakaat 1 kali salam. Imamnya membacakan semua isi Alquran selama berlangsungnya ramadhan. Suaranya sangat bagus.Tajwidnya sangat sempurna. Dia seorang hafidz (penghafal Alquran). Dia juga yang menjadi imam salat lima waktu sehari-hari. Saya perkirakan usianya sekitar 35 tahun dan ber-asal dari Aljazair

Karena imam membacakan surat yang sangat panjang selama ber-langsungnya tarawih, ditambah musim panas, tak heran jika setiap

DINAMIKA Berperang-perangan sambil menikmati sejarah

Page 6: Ramadan Di Lyon

137JULI 2013

jamaah masjid berbekal air minum. Bahkan tak sedikit yang membawa botol 1,5 l, lengkap dengan gelas plastik. Setiap selesai dua rakaat, mereka minum. Bahkan saling berbagi minum kepada yang tidak membawa.

Makanan berlimpah Selama salat tarawih berlang-

sung, banyak juga jamaah yang ikut membaca surat yang dibacakan oleh imam. Caranya, selesai imam mem-bacakan surat Al Fatihah, jamaah langsung membaca Alquran untuk mengikuti bacaan surat yang diba-cakan imam. Jika imam salah atau lupa saat membaca, maka jamaah dapat meluruskan dan membetul-kannya. Tapi seingat saya, sang imam hanya beberapa kali lupa.

Seandainya Imam kebetulan lupa, terdengar koor suara dari jamaah untuk membetulkan kesalahan sang imam. Sebuah miniatur demokrasi yang indah, di mana umat yang di-

pimpin mengoreksi kealpaan dari pemimpinnya. Pemimpin pun mene-rima masukan dan koreksi umatnya.

Seperti juga di Tanah Air, di mas-jid ini juga tersedia makanan untuk takjil seperti roti khas Prancis, kur-ma, pizza, anggur, kue dan bebera-pa roti tawar. Makanan gratisan ini tampaknya disediakan oleh kaum dermawan yang rutin mengirim-kannya. Makanan disediakan da-lam beberapa meja yang terpisah untuk jamaah laki dan jamaah perempuan.

Karena tersedia cukup banyak, kadang makanan tersebut masih tersisa hingga selesai tarawih. Be-berapa kali saya juga mengambil roti tawar, kurma atau anggur.

Itulah secuplik suasana Rama-dhan di Prancis. Meski jauh dari Tanah Air ditambah dengan godaan karena musim panas,tidak menghalangi bagi kami untuk berpuasa.