PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul...

83
PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora. L) TERHADAP KADAR Malondialdehyde (MDA) DAN HISTOPATOLOGI DUODENUM PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MODEL GASTROENTERITIS HASIL INDUKSI Escherichia coli SKRIPSI Oleh: AIDIA LATIFATUL FAJERIA 135130101111016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul...

Page 1: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU

(Eugenia uniflora. L) TERHADAP KADAR Malondialdehyde

(MDA) DAN HISTOPATOLOGI DUODENUM PADA

TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MODEL

GASTROENTERITIS HASIL

INDUKSI Escherichia coli

SKRIPSI

Oleh:

AIDIA LATIFATUL FAJERIA

135130101111016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

i

PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU

(Eugenia uniflora) TERHADAP KADAR Malondialdehyde

(MDA) DAN HISTOPATOLOGI DUODENUM PADA

TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MODEL

GASTROENTERITIS HASIL

INDUKSI Escherichia coli

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

Oleh:

AIDIA LATIFATUL FAJERIA

135130101111016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Pengaruh Preventif Ekstrak Daun Dewandaru (Eugenia uniflora. L) terhadap

Kadar Malondialdehyde (MDA) dan Histopatologi Duodenum pada

Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model Gastroenteritis

Hasil Induksi Escherichia coli

Oleh :

Aidia Latifatul Fajeria

135130101111016

Setelah dipertahankan di depan Majelis Penguji

pada tanggal 13 Oktober 2017

dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sri Murwani, drh., MP NIP. 19630101 198903 2 001

drh. Nurina Titisari, M.Sc

NIP. 19860122 201504 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Brawijaya

Prof. Dr. Aulanni’am, drh., DES

NIP. 19600903 198802 2 001

Page 4: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Aidia Latifatul Fajeria

NIM : 135130101111016

Program Studi : Pendidikan Dokter Hewan.

Penulis Skripsi berjudul:

Pengaruh Preventif Ekstrak Daun Dewandaru (Eugenia uniflora) terhadap

Kadar Malondialdehyde MDA dan Histopatologi Duodenum pada Tikus

Putih (Rattus norvegicus) Model Gastroenteritis Hasil Induksi Escherichia

coli

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri dan

tidak menjiplak karya orang lain, selain nama-nama yang termasuk di isi

dan tertulis di daftar pustaka dalam skripsi ini.

2. Apabila dikemudian hari ternyata skripsi yang saya tulis terbukti hasil

jiplakan, maka saya akan bersedia menanggung segala resiko yang akan

saya terima.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.

Malang, 13 Oktober 2017

Yang menyatakan,

(Aidia Latifatul Fajeria)

NIM.135130101111016

Page 5: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

iv

Pengaruh Preventif Ekstrak Daun Dewandaru (Eugenia uniflora) terhadap

Kadar Malondialdehyde MDA dan Histopatologi Duodenum pada Tikus

Putih (Rattus norvegicus) Model Gastroenteritis

Hasil Induksi Escherichia coli

ABSTRAK

Daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) memiliki kandungan utama

tannin, flavonoid dan saponin. Kandungan zat yang bersifat antibakteri dan

antioksidan pada dewandaru mampu mengurangi penggunaan antibiotik dalam

mengobati penyakit gastroenteritis. Gastroenteritis merupakan suatu inflamasi

yang terjadi pada saluran pencernaan melibatkan lambung dan usus yang ditandai

dengan muntah, diare. Gastroenteritis disebabkan oleh Escherichia coli yang

memiliki endotoksin berupa Lipopolisakarida (LPS). Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh preventif ekstrak daun dewandaru (Eugenia

uniflora L.) dalam menurunkan kadar Malondialdehyde (MDA) dan perbaikan

histopatologi duodenum pada tikus putih (Rattus norvegicus) model

gastroenteritis hasil infeksi Escherichia coli. Penelitian ini bersifat eksperimental

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan terdiri dari lima kelompok,

yaitu kontrol negatif, kontrol positif (diinjeksi Escherichia coli) dan tiga

kelompok preventif (diinjeksi Escherichia coli dan preventif dengan dosis ekstrak

daun dewandaru yang berbeda yaitu 300, 400, dan 500 mg/kg BB). Induksi

Escherichia coli dengan dosis 1 x 106 cfu/mL peroral sebanyak 1 mL pada hari

kedelapan penelitian, yang sebelumnya telah diberi preventif ekstrak daun

dewandaru secara 7 hari. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah

histopatologi duodenum dan kadar Malondialdehyde (MDA). Data yang diperoleh

dianalisis menggunakan dianalisis secara statistik menggunakan one-way

ANOVA (α=0,05). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun

dewandaru tidak dapat menghambat adanya kerusakan pada duodenum dan

kenaikan kadar MDA. Kesimpulan penelitian ini ekstrak daun dewandaru tidak

berpengaruh mencegah gastroenteritis hasil induksi Escherichia coli berdasarkan

kerusakan duodenum dan kenaikan kadar MDA.

Kata kunci: Gastroenteritis, Escherichia coli, Ekstrak, Daun Dewandaru,

Gambaran Histopatologi, Kadar MDA.

Page 6: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

v

The Preventive Effects of Dewandaru Leaf Extract (Eugenia uniflora) on

Malondialdehyde MDA Levels and Duodenal Histopathology in

White Rat (Rattus norvegicus) Gastroenteritis Models of

Escherichia coli Induction Results

ABSTRACT

Dewandaru leaves (Eugenia uniflora L.) have the main content of tannins,

flavonoids and saponins. The content of antibacterial and antioxidant substances

in dewandaru can reduce the use of antibiotics in the treatment of gastroenteritis

disease. Gastroenteritis is an inflammation that occurs in the digestive tract

involving the stomach and intestines characterized by vomiting, diarrhea.

Gastroenteritis is caused by Escherichia coli that has endotoxin in the form of

Lipopolysaccharide (LPS). The purpose of this study was to investigate the effect

of preventive dewandaru leaves extract (Eugenia uniflora L.) in reducing levels of

Malondialdehyde (MDA) and improvement of duodenal histopathology in white

rat (Rattus norvegicus) gastroenteritis model of Escherichia coli infection result.

This study was experimental using Completely Randomized Design (RAL) and

consisted of five groups: negative control, positive control (injected Escherichia

coli) and three preventive groups (injected Escherichia coli and preventive dose

with different dewandaru leaves extracts of 300, 400, and 500 mg/kg BW).

Escherichia coli infection with dose of 1 x 106 cfu/mL orally as much as 1 mL on

the eighth day of research, which previously been given preventive dewandaru

leaves extract in 7 days. Parameters observed in this study were duodenal

histopathology and Malondialdehyde (MDA) levels. The data obtained were

analyzed using statistically analyzed using one-way ANOVA (α = 0.05). The

results of this study indicate that dewandaru leaf extract can’t inhibit the

deterioration of the duodenum and elevated levels of MDA. The conclusion of

this study dewandaru leaf extract has no effect on preventing Escherichia coli

induced gastroenteritis based on duodenal damage and elevated MDA levels.

Keywords: Gastroenteritis, Escherichia coli, Dewandaru Leaves, Extract,

Duodenal, Histopathology, MDA Levels.

Page 7: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan berkat dan anugrah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Pengaruh Preventif Ekstrak Daun

Dewandaru (Eugenia uniflora) terhadap Kadar Malondialdehyde (MDA) dan

Histopatologi Duodenum pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model

Gastroenteritis Hasil Induksi Escherichia coli” ini dapat terselesaikan.

Selama menyusun skripsi, penulis banyak mendapatkan arahan, bimbingan

dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Dr. drh. Sri Murwani, MP selaku dosen pembimbing I yang telah membantu

penulis dalam mengarahkan dan memberi bimbingan, kesabaran, fasilitas, dan

waktu yang telah diberikan serta dukungan kepada penulis dalam penyusunan

dan penyempurnaan skripsi ini.

2. Drh. Nurina Titisari, M.Sc selaku dosen pembimbing II yang telah membantu

penulis dalam mengarahkan dan memberi bimbingan, kesabaran, fasilitas, dan

waktu yang telah diberikan serta dukungan kepada penulis dalam penyusunan

dan penyempurnaan skripsi ini.

3. Drh. Dodik Prasetyo, M.Vet dan Drh. Albiruni Haryo, M.Sc selaku dosen

penguji yang telah memberikan saran, kritik, masukan serta dukungan kepada

penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Aulanni’am, drh., DES selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Brawijaya.

5. Ayahanda Sugihanto dan Ibunda Sumiatun tercinta yang senantiasa

memberikan dorongan moril maupun materi, semangat, dan doa yang tiada

henti demi keberhasilan penulis.

6. Kakak Agnes Octaviane Faradila, Astrid Cindy Faradina, Aneda Gian Mia

Putri, sepupu Frizky Amelia, Fahreza Ahlal Firdaus, dan Daffa Almer Dzaki

keponakan tercinta yang senantiasa memberikan senyuman, dorongan,

semangat, materi, dan doa yang tiada henti demi keberhasilan penulis.

Page 8: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

vii

7. Teman sejawat dalam pelaksanaan penelitian ini “Luh, Villinda, Rizky dan

Udin” yang bekerjasama dengan baik, serta selalu memberikan dukungan

yang tak henti-henti.

8. Teman-teman Kedokteran Hewan 2013 A, khususnya Rully Argarani dan

Layliya Roziqoh yang selalu memberikan dorongan semangat, inspirasi dan

keceriaan.

9. Teman-teman kontrakan orang-orang tersayang khususnya Lina Kristiana,

Istighfarin Nurul Rahima dan Agustina Dwi Puspithasari yang selalu

memberikan keceriaan, menghilangkan rasa galau dan mendukung penulis

menyelesaikan proposal skripsi dengan tepat waktu.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan

proposal ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis berharap semoga ALLAH S.W.T. membalas segala

kebaikan yang telah diberikan dan hasil dari penelitian ini dapat memberikan

manfaat dan menambah pengetahuan tidak hanya bagi penulis tetapi juga bagi

pembaca.

Malang, 13 Oktober 2017

Penulis

Page 9: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

ABSTRACT .................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4

1.3 Batasan Masalah .............................................................................. 5

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7

2.1 Gastronteritis ................................................................................... 7

2.1.1. Etiologi .................................................................................. 7

2.1.2. Gejala Klinis .......................................................................... 8

2.1.3. Patofisiologi Gastroenteritis .................................................. 9

2.1.4. Diagnosis Gastroenteritis ....................................................... 10

2.1.5. Pencegahan ............................................................................ 11

2.1.6. Pengobatan ............................................................................ 12

2.2 Escherichia coli ............................................................................... 13

2.2.1. Taksonomi ............................................................................. 13

2.2.2. Karakteristik morfologi E.coli ............................................... 14

2.2.3. Patogenesa E.coli ................................................................... 17

2.2.5. Respon Imun Infeksi E.coli .................................................. 21

2.3 Organ Duodenum ............................................................................ 22

2.3.1. Histologi Duodenum ............................................................. 24

2.4. Dewandaru ...................................................................................... 26

2.4.1. Taksonomi .............................................................................. 27

2.4.2. Kandunggan Zat .................................................................... 27

2.5. Malondialdehyde (MDA) ............................................................... 28

2.6. Hewan coba tikus(Rattus norvegicus) ............................................ 29

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 32

3.1 Kerangka Konseptual ...................................................................... 33

3.2 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 35

BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................. 36

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 36

Page 10: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

ix

4.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 36

4.3 Rancangan Penelitian ...................................................................... 37

4.3.1. Rancangan Penelitian dan Persiapan Hewan Coba ............... 37

4.4 Variabel Penelitian ......................................................................... 39

4.5 Tahapan Penelitian .......................................................................... 39

4.5.1. Persiapan Hewan Coba Tikus ................................................ 39

4.5.2. Prosedur Pembuatan Ekstrak Daun Dewandaru .................... 40

4.5.3. Induksi Terapi ........................................................................ 41

4.5.4. Perbanyakan Bakteri E. coli .................................................. 41

4.5.5. Pembuatan Hewan Coba Model ............................................ 42

4.5.6. Pembuatan Preparat ............................................................... 42

4.5.7. Pengukuran Kadar MDA ....................................................... 44

4.5.7.1. Preparasi Sampel ............................................................. 44

4.5.7.2. Pengukuran Kadar MDA ................................................. 45

4.5.8. Analisis Data ......................................................................... 45

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 46

5.1 Hasil Induksi Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model Gastroenteritis

Menggunakan Escherichia coli .................................................................. 46

5.2 Pengaruh Preventif Ekstrak Daun Dewandaru Terhadap Kadar

Malondialdehyde (MDA) Duodenum Tikus Model Gastroenteritis .......... 47

5.3 Pengaruh Preventif Ekstrak Daun Dewandaru Terhadap Gambaran

Histopatologi Duodenum Tikus Model Gastroenteritis ............................. 53 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 61

6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 61

6.2 Saran ........................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62

LAMPIRAN .................................................................................................... 69

Page 11: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Agen Patogen Penyebab Gastroenteritis ...................................................... 7

2.2. Klasifikasi Keempat Galur Escherichia coli ................................................ 18

4.1. Rancangan Perlakuan Percobaan ................................................................. 42

5.1. Rata-rata, Standar Deviasi, dan Hasil Uji Tukey Kadar MDA .................... 49

Page 12: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Morfologi E. coli .................................................................................... 14

2.2 Struktur Bakteri ...................................................................................... 16

2.3 Bentuk Infeksi EPEC .............................................................................. 21

2.4 Histologi Duodenum ............................................................................... 24

2.5 Histopatologi Duodenum ........................................................................ 26

2.6. Dewandaru .............................................................................................. 27

2.7. Tikus Putih (Rattus norvegicus) ............................................................. 31

3.1. Kerangka Konsep Penelitian................................................................... 32

5.2. Histogram Nilai Mean dan Standar Deviasi Kadar MDA ...................... 47

5.3. Gambaran Histopatologi Duodenum ...................................................... 53

Page 13: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Sertifikat Laik Etik ....................................................................................... 70

2. Determinasi Tanaman Dewandaru ............................................................... 71

3. Uji Fitokimia Daun Dewandaru .................................................................... 72

4. Perhitungan Dosis Ekstrak Daun Dewandaru dan Dosis E.coli .................. 73

5. Isolasi Organ Duodenum .............................................................................. 76

6. Prosedur Pengukuran Kadar MDA ............................................................... 77

7. Pembuatan Preparat Histopatologi dengan HE ............................................. 78

8. Hasil Pengukuran Kadar MDA Duodenum .................................................. 80

9. Perhitungan Statistik Kadar MDA ................................................................ 82

10. Data Penimbangan Berat Badan.................................................................... 86

11. Dokumentasi Penelitian ................................................................................ 87

12. Bagan Kerangka Operasional Penelitian ....................................................... 88

Page 14: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

xiii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

A/E : Attaching and Effacing

Ab : Antibodi

ANOVA : Analysis of Variance

APC : Antigen Presenting Cell

BB : Berat Badan

BFP : Bundle Forming Pilus

BNJ : Beda Nyata Jujur

CD4 : Cluster of Differentiation

CFU : Colony Forming Unit

Cl : Chloride

cm : centimeter

DAEC : Diffusely Adherent Escherichia coli

DNA : Deoxyribonucleid Acid

DNase : Deoxyribonuclease

EHEC : Enterohemoragi Escherhia coli

EIEC : Enteroinvasive Escherichia coli

EMBA : Eosin Methilen Blue Agar

EPEC : Enteropathogenic Escheria coli

ETEC : Enterotoxigenic Escheria coli

g : gram

HCl : Hidrogen Chloride

HE : Hematoxilin Eosin

hly : hemolysin

HUS : Hemolita Uremic

IL-1 : Interleukin 1

IL-6 : Interleukin 6

iNOS : Inducible Nitrix Oxid Synthase

Kg : kilogram

KN : Kontrol Negatif

KP : Kontrol Positif

LEE : Locus of Enterocyte Effacement

LPS : Lipopolisakarida

MCA : Mac Conkey Agar

MDA : Malondialdehyde

Mg : miligram

MHC : Major Histocompability Complex

mL : mililiter

mm : milimeter

MMP : Matrix Metaloproteinase

NaCl : Natrium Chloride

NB : Nutrienth Broth

NK : Natural Kliller

Nm : nanometer

Page 15: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

xiv

PBS : Phospat Buffered Saline

PFA : Pulverized Fuel Ash

pH : potential of hydrogen

RAL : Rancangan Acak Lengkap

ROI : Reactive Oxygen Intermediate

ROS : Reactive Oxygen Species

Rpm : Revolusi Permenit

SLT : Shiga Like Toxin

SOD : Superoksida Dismutase

SPSS : Statistical Product of Service Solution

ST : Stable Toxin

ST : Stable toxin

STEC : Shiga Toxin Escherichia coli

Stx : Shiga Toxin

Tc : T cytotoxic

TCA : Tikoloroasetat

Th : T helper

Tir : Translicated Intimin Receptor

TNF-α : Tumor Necrosis Factor Alpha

TNF-α : Tumor Necrosis Factor Alpha

UPT : Unit Pelaksanaan Teknis

μL : mikroliter

μm : mikrometer

Page 16: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastroenteritis merupakan infeksi pada lambung, usus halus, dan usus besar

yang disebabkan oleh berbagai agen infeksius seperti virus (Norovirus dan

Astrovirus), bakteri (E. coli, Salmonella, Campylobacter, Shigella, dan Vibrio

cholera) dan parasit (Giardia lamblia). Terjadinya gastroenteritis ditunjukkan

dengan gejala klinis seperti diare, abdominal pain, dan vomit (Malone et al., 2014).

Infeksi gastroenteritis dapat mengarah ke diare non inflamasi dan inflamasi

tergantung pada agen kausatif. Infeksi gastroenteritis biasanya ditransmisikan

melalui rute fekal-oral dan makanan yang terkontaminasi. Dari beberapa penyebab,

salah satu penyebab yang sering terjadi pada gastroenteritis non inflamasi yaitu

Escherichia coli (Ogunseitan and Robbins, 2011).

Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit yang masih banyak dijumpai,

hal ini dapat dilihat dari hasil survey pada tahun 2010 menyebutkan kasus penyakit

ini pada ayam di daerah jawa barat mencapai 19-40%. Sedangkan, kerugian

ekonomi akibat kematian unggas berupa meningkatnya biaya perawatan dan

pengobatan (Supar, 2010).

Escherichia coli merupakan salah satu bakteri flora normal pada saluran

pencernaan (Manning, 2010). Escherichia coli berperan dalam pertahanan tubuh

melalui kompetisi terhadap nutrisi sehingga pertumbuhan organisme patogen lain

terhambat. Selain itu, E.coli menjaga pH optimal untuk pertumbuhannya sehingga

mikroorganisme patogen akan mati pada pH tersebut karena pH tersebut tidak

Page 17: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

2

sesuai dengan yang dibutuhkan beberapa mikroorganisme patogen untuk bertahan

hidup. Namun, E. coli juga dapat menyebabkan infeksi ketika saluran pencernaan

terganggu (Sanders, 2012). Escherichia coli dapat menempel ke mukosa intestinal

dan mensekresikan enterotoksin atau sitotoksin (Ericson et al., 2008).

Lipopolysaccharides (LPS) merupakan toksin yang dimiliki E. coli. Pelepasan LPS

dapat menyebabkan inflamasi pada saluran gastrointestinal. Inflamasi yang terjadi

pada mukosa intestin dapat menyebabkan gangguan absorpsi makanan (Chaudhary

and Adamson, 2016). Pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan karena

kerusakan pada mukosa intestin menyebabkan diare (Walker and Whittlesea,

2012).

Menurut Watson and Preedy (2013), tanpa adanya inflamasi, penyembuhan

tidak akan terjadi. Inflamasi dapat diklasifikasikan menjadi inflamasi akut dan

kronis. Sistem imun pada inflamasi akut merespon karakteristik agen infeksius atau

debris yang disebabkan oleh luka, dengan menghasilkan gejala seperti

pembengkakan, sakit, kemerahan, imobilitas, dan panas. Munculnya gejala tersebut

disebabkan oleh peningkatan produksi leukosit dalam merespon jaringan yang

terpapar antigen. Selama inflamasi kronis, jaringan akan meningkatkan produksi

reactive oxygen species (ROS) sebagai biomarker inflamasi yang dapat

menghasilkan stres oksidatif.

Stres oksidatif didefinisikan sebagai ketidakseimbangan antara produksi

radikal bebas dan mekanisme antioksidan. Produksi radikal bebas yang berlebihan

atau kurangnya antioksidan akan mengarah ke stres oksidatif. Radikal bebas

merupakan atom atau molekul dengan elektron yang tidak berpasangan sehingga

Page 18: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

3

menyebabkan reaktifitas tinggi. Apabila mekanisme antioksidan gagal menangani

ROS, makromolekul seperti lipid, asam nukleat, dan protein maka akan beresiko

teroksidasi. Hal ini mengarah ke disintegrasi struktur, malfungsi, bahkan perubahan

pada epitop dan pengenalan oleh sistem imun. Lipid sangat sensitif terutama

terhadap kerusakan oksidatif. Jumlah produk peroksidasi lipid terutama

malondialdehyde (MDA) dapat diukur untuk menghitung keparahan stres oksidatif

(Watson, 2015).

Antioksidan berfungsi mencegah terhimpunnya senyawa-senyawa oksidan,

menurunkan reaksi oksidasi, memutus, menghambat, menghentikan dan

menstabilkan radikal bebas. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kelompok

senyawa flavonoid memiliki aktivitas sebagai donor hidrogen dan mereduksi

radikal bebas di dalam jaringan (Prakash, 2001). Fungsi senyawa tanin dan saponin

sebagai antibakteri dapat menghambat perkembangan bakteri, sehingga

menurunkan derajat kerusakan jaringan yang ditandai dengan berkurangnya

hemoragi dan membantu sel epitel untuk melakukan proliferasi secara normal tanpa

gangguan dari toksin bakteri (Pringgoutomo dkk, 2002).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora) terhadap

kadar MDA dan histopatologi duodenum pada Tikus (Rattus norvegicus) model

gastroenteritis sebagai tindakan pencegahan terhadap gastroenteritis pada hewan.

Page 19: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang

didapat adalah:

1. Apakah pemberian ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora) dapat

berpengaruh terhadap kadar malondialdehyde (MDA) duodenum tikus

(Rattus norvegicus) yang diinduksi E. coli ?

2. Apakah pemberian ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora) dapat

berpengaruh terhadap organ duodenum tikus (Rattus norvegicus) yang

diinduksi E.coli berdasarkan pengamatan histopatologi ?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini

dibatasi pada:

1) Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih (Rattus novergicus)

jantan strain wistar umur 8-12 minggu dengan berat badan 150-200 gram

(Astawan dkk, 2011). Penggunaan hewan coba dalam penelitian ini telah

mendapatkan sertifikat layak etik dari Komisi Etik Penelitian Universitas

Brawijaya (KEP-UB) dengan nomor 756-KEB-UB (Lampiran 1).

2) Pembuatan tikus (rattus novergicus) model gastroenteritis dengan

dilakukan infeksi bakteri E.coli 106 CFU/ml (selama 7 hari) (Astawan

dkk, 2011) yang didapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran, Universitas Brawijaya.

3) Spesifikasi daun dewandaru yang digunakan berwarna hijau muda

sampai dengan hijau tua (Wardoyo, 2009). Ekstrak daun dewandaru

Page 20: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

5

(Eugenia uniflora) dilakukan di Laboratorium di UPT Materia Medika,

Kota Batu dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%

(Materia Medika, 2017)

4) Dosis pemberian ekstrak daun dewandaru yaitu, 300 mg/kg BB, 400

mg/kg BB, 500 mg/kg BB yang diberikan selama 7 hari dengan

modifikasi berdasarkan pada penelitian sebelumnya (Cynthia, 2016).

5) Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah nilai absorbansi dari

enzim malondialdehyde (MDA) menggunakan spektrofotometer dengan

panjang gelombang 532 nm (Suprayogi, 2013) dan histopatologi

duodenum yang diwarnai dengan pewarnaan Haematoksilin Eosin (HE)

yang diamati menggunakan mikroskop cahaya Olympus BX 51 melalui

pembesaran 400 kali dan dianalisa secara deskriptif untuk mengamati

erosi epitel pada vili dan infiltrasi sel radang (Junquiera and Carneiro,

2007)

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini

adalah:

1) Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora)

terhadap kadar malondialdehyde (MDA) pada tikus (Rattus norvegicus) yang

diinduksi E.coli.

2) Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora)

terhadap histopatologi duodenum pada tikus (Rattus norvegicus) yang

diinduksi E.coli.

Page 21: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

6

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberi informasi kepada masyarakat

tentang potensi ekstrak daun dewandaru sebagai antioksidan dan antibakteri

terhadap E.coli serta memberi efek terhadap penurunan kadar MDA dan perbaikan

histopatologi duodenum.

Page 22: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gastroenteritis

Gastroenteritis merupakan peradangan pada permukaan lambung dan usus

yang biasanya terjadi akibat infeksi mikroorganisme, tetapi bisa juga akibat

mengkonsumsi bahan kimia beracun atau obat tertentu. Gastroenteritis ditandai

dengan adanya inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan, diare dan

muntah. Faktor gastroenteritis dibagi atas 2 faktor, yaitu faktor infeksi dan faktor

makanan. Faktor infeksi di dapat dari virus, bakteri, parasit dan protozoa (Chow et

al., 2010).

2.1.1 Etiologi Gastroenteritis

Gastroenteritis didefinisikan sebagai sebuah infeksi pada saluran

gastrointestinal yang meliputi lambung, usus halus dan usus besar (Ogunseitan and

Robbins, 2011). Prefiks gastro- mengarah ke lambung, dan enteron yang berarti

intestin, sementara sufiks –itis diartikan sebagai inflamasi (Woodside and Mcclam,

2013). Secara umum, gastroenteritis dapat dibedakan menjadi tiga kelompok

berdasarkan patogenesis agen kausatif yaitu intoksikasi bakteri, viral

gastroenteritis, dan infeksi gastroenteritis yang mana dapat mengakibatkan

terjadinya inflamasi atau tidak menyebabkan inflamasi (Ogunseitan and Robbins,

2011). Penyebab utama terjadinya gastroenteritis adalah virus (missal: adenovirus,

rotavirus, dan norovirus) dan bakteri (missal: Eschericia coli, salmonella,

campylobacter, dan shigella). Selain itu, gastroenteritis juga dapat disebabkan oleh

agen non infeksius seperti toksin kimia yang dapat ditemukan pada makanan atau

Page 23: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

8

medikasi (Mandal, 2004). Beberapa macam agen patogen penyebab gastroenteritis

disajikan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Penyebab gastroenteritis

VIRUS BAKTERI PROTOZOA

Rotavirus

Norwalk virus

Enteric adenovirus

Calicivirus

Astrovirus

Shigella

Salmonella

Campylobacter

Escherichia coli

Yersinia

Giardia Lamblia

Entamoeba

Histolytica

Cryptosporidium

Small round virusses

Coronavirus

Cytomegalovirus

Clostridium difficile

Staphylococcus aureus

Bacillus cereus

Vibrio cholera

Sumber: Mandal et al., 2004.

2.1.2 Gejala Klinis Gastroenteritis

Gejala gastroenteritis tergantung ketahanan tubuh host dalam melawan

bakteri (Hoelzer et al, 2011). Menurut Sendow (1998) dalam Saepulloh (2006)

gejala klinis yang timbul ditandai dengan muntah dan diare. Pada kasus diare yang

parah sering terjadi dehidrasi, terutama pada hewan muda berumur kurang dari 2

minggu.

Salah satu contoh gejala klinis gastroenteritis karena infeksi E. coli yaitu

menimbulkan gangguan fungsi usus yang menunjukkan adanya peningkatan kerja

Page 24: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

9

peristaltik dan sekresi usus, namun fungsi dan absorpsi usus berkurang sehingga

menimbulkan gejala klinis berupa diare (Fadhilah, 2015). Kolibasilosis pada

unggas menyebabkan adanya diare berwarna kuning. Gejala klinis tersebut diikuti

pula oleh perubahan patologi anatomi, dimana pada usus yang mengalami

peradangan (enteritis). Kebanyakan kasus koligranuloma ditemukan adanya

granuloma (bungkul-bungkul) pada hati, sekum, duodenum dan mesenterium.

Setelah dilakukan nekropsi menunjukkan adanya pericarditis, perihepatitis, hepar

rapuh, bengkak dan berwarna pucat, ginjal bengkak, airsack keruh, paru-paru

rusak (Suryani, 2014).

Hewan ternak yang berumur muda yang diinokulasikan bakteri E. coli

dengan dosis 1010 CFU/ml memiliki gejala seperti diare berlendir hingga diare

berdarah setelah 18 jam pasca infeksi bakteri tersebut (Naylor et al., 2005). Pada

Sapi yang telah berumur tua hanya bersifat asimptomatis atau tidak menunjukkan

gejala klinis sama sekali (Meyer-Broseta, et al., 2001).

2.1.3 Patofisiologi Gastroenteritis yang Disebabkan Escherichia coli

Gastroenteritis merupakan kejadian meningkatnya frekuensi air dan muntah

sebagai hasil dari inflamasi pada membran mukosa lambung dan saluran intestinal.

Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Eschericia coli yang melepaskan enterotoksin

dapat menyebabkan kerusakan GI sehingga terjadi diare. Infeksi ini akan mereduksi

kapasitas absorpsi pada distal usus halus dan bagian proksimal kolon sehingga

terjadi diare. Bakteri tersebut dapat melakukan penetrasi ke dalam intestin sehingga

menyebabkan destruksi seluler, nekrosis, bahkan terjadi ulserasi. Ulserasi dan

infeksi akan ditandai dengan adanya eritrosit dan leukosit pada diare yang

Page 25: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

10

dihasilkan (Ignatavicius and Workman, 2012). Kejadian ini dapat menimbulkan

gangguan cairan dan elektrolit seperti kalium dan natrium sehingga terjadi

hipokalemi yang mengakibatkan kejang dan kram abdomen sehingga menimbulkan

rasa nyeri (Try, 2011).

Peradangan usus dan lambung juga dapat mengakibatkan meningkatnya

permeabilitas usus yang dapat meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit serta

meningkatnya tekanan intra lumen, maka usus tidak mempunyai kemampuan untuk

menyerap sehingga terjadi pengeluaran feses encer dan frekuensi buang air besar

yang berlebihan, konsistensi cair dan bersifat asam sehingga dapat menimbulkan

gangguan integritas kulit. Selain itu peningkatan cairan dan elektrolit dapat

mengakibatkan peningkatan tekanan pada intralumen yang akan menimbulkan

terjadinya dehidrasi dan terjadi syok hipovolemik (Try, 2011).

2.1.4 Diagnosis Gastroenteritis

Pada kasus bacterial gastroenteritis, berbagai uji dapat dilakukan dengan

menggunakan sampel untuk menentukan penyebab spesifik. Setiap pasien yang

sakit, bakteri dapat ditemukan dalam peredaran darah dan dapat digunakan untuk

dilakukan kultur bakteri di laboratorium.

Identifikasi penyebab diare sangat diperlukan untuk menentukan

pengobatan, pencegahan dan strategi pengawasan. Diagnosa uji perlu dilakukan

selama itu diperlukan untuk keperluan penanggulangan. Salah satu cara diagnosis

yang utama ialah pengambilan sampel feses sebanyak kurang lebih 15 gram dari

setiap ekor. Beberapa uji lainnya misalnya : identifikasi bakteri, identifikasi oocyts

Page 26: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

11

(protozoa), ELISA, rotazyme ELISA, FAT, elektron mikroskop (virus),

immunofluorescence dan perubahan patologi (Chotiah, 2008).

Selain itu, waktu timbulnya gejala setelah paparan terhadap makanan yang

dicurigai juga dapat mengarahkan penyebab infeksi, seperti gejala yang timbul

dalam waktu <6 jam kemungkinan disebabkan oleh toksin bakteri Staphylococcus

aureus atau Bacillus cereus. Gejala yang timbul setelah 6-24 jam kemungkinan

disebabkan oleh toksin bakteri Clostridium perfingens atau Bacillus cereus. Gejala

yang timbul lebih dari 16-72 jam mengarahkan infeksi oleh virus, terutama bila

muntah merupakan gejala yang paling prominen, atau kontaminasi bakterial dari

makanan oleh enterotoxigenic atau enterohemorrhagic E. coli, Norovirus, Vibrio,

Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Giardia dan Cyclospora (Eppy,

2009).

2.1.5 Pencegahan

Pencegahan merupakan kunci utama untuk menghindari terjadinya

gastroenteritis pada hewan. Pencegahan melalui program manajemen yang

ditujukan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya infeksi agen-agen

penyebab gastroenteritis dan meningkatkan kekebalan terhadap agen-agen patogen.

Beberapa manajemen pencegahan yang dapat dilakukan yaitu: manajemen

pemberian pakan dan nutrisi yang baik, perubahan menu pakan baik jenis dan

jumlahnya harus dilakukan secara gradual dan perlahan, manajemen kesehatan

ternak dan lingkungan (Chotiah, 2008).

Page 27: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

12

2.1.6 Pengobatan

Menurut Triakoso (2006), terdapat beberapa macam terapi yang dapat

digunakan untuk penderita gastroenteritis, yaitu :

a. Terapi cairan

Tipe cairan yang digunakan bergantung pada kondisi asam-basa dan

elektrolit pasien. Sebagai terapi awal dapat digunakan larutan lactated

Ringer’s. Pemberian cairan bergantung kondisi pasien (IV, subkutan atau

peroral). Batasi pemberian pakan dalam 24 jam. Beri pakan yang mudah

dicerna dan jangan mengandung serat, lemak atau laktosa. Kemudian

frekuensi dan jumlah pakan ditingkatkan hingga kondisi normal.

b. Modulator motilitas

Hanya diberikan bila diare sangat berat. Tujuannya adalah

meningkatkan ritme kontraksi segmentasi dan menurunkan ritme peristaltis.

Sebaiknya tidak diberikan lebih dari beberapa hari.

c. Antibiotika

Diberikan bila ada indikasi terjadi infeksi atau inflamasi pada

saluran cerna berdasarkan pemeriksaan feses. Juga indikasi invasi bakteri

pada mukosa saluran cerna dengan adanya bercak darah pada feses.

Page 28: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

13

2.2 Escherichia coli

2.2.1 Taksonomi

Escherichia coli merupakan organisme penghuni utama di usus besar, sifat

hidup komensalisme dalam kolon manusia maupun hewan dan diduga berperan

dalam pembentukan vitamin K yang berperan penting untuk pembekuan darah. Dari

berbagai penelitian, menunjukkan bahwa beberapa strain E. coli juga dapat

menyebabkan wabah diare atau mutaber. Taksonomi E. coli sebagai berikut

(Dwidjoseputro, 1978):

Divisi : Protophyta

Kelas : Schilomycetes

Ordo : Eubacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran

pencernaan. E. coli dapat berpindah karena adanya kegiatan seperti dari tangan ke

mulut atau dengan pemindahan pasif lewat minuman. E. coli dalam usus besar

bersifat patogen jika melebihi jumlah normalnya. Strain tertentu dapat

menyebabkan peradangan selaput perut dan usus (gastroenteritis) (Pelczar and

Chan, 2006). Bakteri ini menjadi patogen berbahaya apabila hidup di luar usus

seperti pada saluran kemih, yang dapat mengakibatkan peradangan selaput lendir

(sistitis) (Pelczar and Chan, 2006).

Page 29: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

14

2.2.2 Karakteristik Morfologi Escherichia coli

Gambar 2.1 Morfologi E. coli (Sumber: Kunkel, 2009)

Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk basil, ada

yang individu (monobasil), saling berpasangan (diplobasil) atau berkoloni

membentuk rantai pendek (streptobasil), tidak membentuk spora maupun kapsula,

berdiameter ± 1,1 – 1,5 x 2,0 – 6,0 μm (Gambar 2.1), dapat bertahan hidup di

medium sederhana dan memfermentasi laktosa menghasilkan asam dan gas,

kandungan G+C DNA ialah 50 ‒ 51 mol % (Pelczar and Chan, 2006). Pergerakan

bakteri ini motil, tidak motil, dan peritrikus. Ada yang bersifat aerobik dan

anaerobik fakultatif. E. coli merupakan penghuni normal usus, dan seringkali

menyebabkan infeksi.

Strain E. coli yang menyebabkan diare mempunyai pili sebagai media untuk

melekat pada epitel intestin (Jawetz et al., 2005). E. coli merupakan bagian terbesar

dari flora normal usus. Beberapa strain menghasilkan enterotoksin, karena sifat gen

yang dibawa dalam plasmid (Brooks et al., 2008). Menurut (Caprioli et al., 2005)

Page 30: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

15

dalam Praja (2015)) sapi merupakan reservoir utama dari Shiga toksin E. coli

(STEC) termasuk di dalamnya yaitu serotipe E.coli O157:H7. Faith et al. (1996)

menegaskan bahwa meskipun di dalam saluran pencernaan sapi terdapat E. coli

O157:H7 namun hewan tersebut tidak menunjukkan sakit. Hewan yang dalam

saluran pencernaannya terdapat bakteri E.coli O157:H7 maka hewan tersebut dapat

menyebarkan bakteri ini baik ke hewan lain maupun ke manusia.

Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup

mikroorganisme. Kehadiran mikroorganisme patogen termasuk E. coli sangat

tergantung pada faktor lingkungan seperti kelembaban, suhu dan curah hujan

(Rahayu, 2010). Suhu pertumbuhan optimum E. coli adalah 37oC, tetapi juga dapat

tumbuh pada kisaran temperatur 15-45oC. Strain E. coli tumbuh secara baik pada

hampir semua media membentuk koloni yang halus, bulat, konveks dengan

diameter 2-3 mm (Willshaw et al., 2000).

Dewanti dan Wahyudi (2011) menjelaskan bahwa E. coli merupakan bakteri

gram negatif berbentuk batang pendek, tumbuh baik pada MacConkey agar (MCA)

dengan koloni berbentuk bulat dan cembung, bersifat memfermentasikan laktosa.

E. coli memiliki panjang sekitar 2 μm, diameter 0,7 μm, lebar 0,4-0,7 μm, dan

bersifat anaerob fakultatif. E. coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan

halus dengan tepi yang nyata (Jawetz et al., 2007).

Page 31: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

16

Gambar 2.2 Struktur Bakteri

(Sumber: Campbell, 2002)

Struktur bakteri memiliki fungsi masing-masing yang meliputi dinding

sel adalah struktur bakteri yang berfungsi untuk mempertahankan bentuk bakteri

yang nampak pada Gambar 2.2. Membran sitoplasma adalah lapisan tipis yang

terletak disebelah dalam dinding sel, tersusun oleh 60% protein dan 40% lipid yang

uumumnya berupa fosfolipid. Membran sitoplasma merupakan barier yang

fungsinya mengatur keluar masuknya bahan-bahan dari dalam sel atau dari luar sel,

dan hanya bahan-bahan tertentu saja dachoipat melewatinya (semipermeabilitas).

Mesosom merupakan lipatan atau lekukan (folding) dari membran sitoplasma yang

berperan aktif pada proses pembelahan sel dan metabolism. Sel bakteri tidak

mempunyai pembungkus inti yang sebenarnya. Kapsul merupakan suatu lapisan

tipis, berada diluar dinding sel dan secara kimiawi tersusun atas polisakarida,

Page 32: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

17

polipeptida, atau kedua-duanya. Kapsul dapat melindungi bakteri dari proses

fagositosis. Kapsul juga menentukan derajat keganasan atau virulensi bakteri,

artinya bakteri yang mempunyai kapsul lebih virulen dibadingkan dengan bakteri

yang tidak memiliki kapsul. Flagela (bulu cambuk) merupakan alat gerak yang

dimiliki oleh semua bakteri. Pili atau fimbriae adalah struktur tambahan yang

melekat pada permukaan dinding sel tetapi lebih pendek dari flagella serta lebih

halus. Fungsi pili sebagai alat untuk menempelkan dirinya pada sel hospes disebut

colonizing factor (Jawetz et al, 2007).

2.2.3 Patogenesa Escherichia coli

Serotipe E. coli ada beberapa yang bersifat patogen dan dapat menyebabkan

infeksi primer pada usus misalnya diare menurut Towoliu et al. (2013). Sejauh

ini, ada 4 kelas Escherichia coli yang bersifat enterovirulen. Keempat kelas

tersebut adalah enteropatogenik Escherichia coli (EPEC), enterotoksigenik

Escherichia coli (ETEC), enteroinvasif Escherichia coli (EIEC), dan

enterohemoragik Escherichia coli (EHEC) pada Tabel 2.2. EPEC menyebabkan

diare yang parah, meskipun mekanismenya belum dapat dijelaskan. ETEC

menghasilkan dua jenis toksin yang bersifat stabil dan agak labil terhadap panas

dan menyebabkan diare, yaitu penyakit yang mirip dengan kolera (di daerah

endemis kolera) dan diare petualang (ditularkan lewat air dan makanan). EIEC

menginvasi dan berproliferasi di dalam sel epitel mukosa sehingga tidak jarang

menimbulkan colonic epithelial cell death (Arisman, 2009).

Enterotoksigenik Escherichia coli (ETEC) adalah penyebab utama

traveller’s diarrhea dan infantile diarrhea di negara berkembang. Diare pada

Page 33: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

18

kasus ini berupa watery diarrhea, dengan gradasi keparahan berkisar dari ringan

sampai parah. Patogenesis diare oleh family ETEC berkaitan dengan enterotoksin

yang dihasilkannya. Toksin itu sendiri terbagi menjadi heat labile toxins (struktur

dan fungsinya mirip sekali dengan toksin yang disekresikan oleh (Vibrio cholera)

dan heat stable toxins (Arisman, 2009).

Tabel 2.2 Klasifikasi Keempat Galur Escherichia Coli

Galur Tempat

infeksi

Penyakit Mekanisme

pathogen

Enterotoksigenik

E. coli (ETEC)

Usus kecil Traveller’s diarrhea,

Tinja berair, kram

perut, mual, subfebris

Enterotoksin LT

dan ST.

Enteroinvasif

E. coli (EIEC)

Usus besar Shigella-like

diarrhea, tinja berair-

berdarah-berlendir,

kram perut, dan

demam

Invasi dan

destruksi jaringan

sel epitel

Enteropatogenik

E. coli (EPEC)

Usus kecil Diare infantil, mirip

salmonellosis dengan

demam, mual, dan

muntah.

Perlengketan dan

kerusakan sel

epitel.

Enterohemoragik

E. coli (EHEC)

Usus besar Colitis hemoragik,

nyeri perut hebat,

diare berair,

dilanjutkan dengan

pengeluaran banyak

darah.

Verotoksin

(sitotoksin SLT I

dan II)

(Sumber: Arisman, 2009).

Enteroinvasif Escherichia coli (EIEC) dapat menginvasi sel-sel epitel

mukosa usus sehingga menyebabkan terjadinya watery diarrhea, disentri, demam,

muntah, kram dan nyeri perut hebat, serta tenesmus. Tinja kerap mengandung

darah (leukosit dan eritrosit). Enteropatogenik Escherichia coli (EPEC),

Page 34: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

19

enteroaggregatif Escherichia coli (EAEC), dan diffusely adherent Escherichia

coli (DAEC) menyebabkan diare berair dan disentri. Enterohemoragik

Escherichia coli (EHEC) mampu mengeluarkan Shiga like toxins, yang

menyebabkan dua macam sindrom, yaitu hemorrhagic colitis dan HUS. Toksin

ini pula yang bertanggung jawab terhadap gejala sisa sistemik (systemic sequelae)

akibat penyakit ini (Arisman, 2009).

Salah satu serotype E. coli yang dapat menyebabkan infeksi adalah

Enteropathogenic E. coli (EPEC). Bakteri EPEC didefinisikan sebagai bakteri

yang memiliki karakteristik berikut (1) kemampuan menimbulkan diare, (2)

kemampuan membentuk lesio pedestal sebagai akibat dari aktivasi attaching and

effacing pada epitel vili usus, dan (3) tidak mampu memproduksi shiga-like toxin

(Towoliu et al., 2013)

Dalam saluran pencernaan, EPEC melekat pada permukaan mukosa usus

dan menyebabkan terjadinya perubahan struktur sel epitel. Selanjutnya melakukan

invasi menembus sel mukosa sehingga menyebabkan terjadinya diare (Dewi dkk.,

2014). EPEC dapat menyebabkan diare jika dikonsumsi pada dosis 105-1010

cfu/ml, dan pemberian EPEC selama 7 hari berturut-turut dengan dosis 1ml x 106

cfu/ml mampu menyebabkan tikus diare tanpa menyebabkan kematian (Astawan

dkk., 2011).

Bakteri EPEC yang dipaparkan pada mencit dapat melekat dengan baik

pada mukosa usus halus mencit. Hal ini dapat terjadi karena pada mukosa usus

halus mengandung senyawa yang dapat memediasi perlekatan EPEC. Umumnya

perlekatan bakteri pada sel epitel inang berguna untuk mencegah tersapunya

Page 35: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

20

bakteri oleh mukus yang membasahi permukaan jaringan. Mukus ini terbentuk

dari mucin yang merupakan glikoprotein yang menyusun mukus tersebut.

Glikoprotein inilah yang dapat menyebabkan bakteri melekat baik secara spesifik

maupun secara alami. Perlekatan EPEC pada mukosa usus halus diduga juga

disebabkan oleh enzim yang dihasilkan oleh EPEC. Enzim ini berguna untuk

memperantarai proses perlekatan EPEC dengan mukosa usus halus sehingga

EPEC dapat melekat kuat. EPEC menghasilkan enzim protease ekstraseluler yang

dapat mendegradasi mucin pada mukosa usus halus sehingga dapat melekat.

Perlekatan EPEC menyebabkan kerusakan pada lapisan mukosa usus halus (Dewi

dkk., 2014).

Pada usus halus, EPEC berikatan secara kuat pada permukaan epitel vili

sehingga merusak mikrovili, dikenal dengan istilah “attaching and effacing”

(A/E). Patogenesa infeksi EPEC diawali dengan perlekatan bundle-forming pilus

(BFP) pada permukaan sel epitel diikuti sekresi faktor virulen Tir (translicated

intimin receptor). Tir berfungsi sebagai reseptor membran plasma untuk

perlekatan EPEC, sehingga EPEC tidak perlu mencari reseptor spesifik pada sel

inang. EPEC kemudian mengikat Tir melalui protein membran luar (intimin) dan

mulai mengeluarkan senyawa proteolitik yang merusak mikrovili (Dewi dkk.,

2014).

Page 36: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

21

Gambar 2.3. Bentuk Infeksi EPEC pada epitel usus (Lu and Walker, 2001).

Setelah menempel dan merusak mikrovili, EPEC mensekresikan senyawa

protein untuk merangsang sitoskeleton aktin yang berada di dalam sel epitel

berkumpul dan tersusun di permukaan sel membentuk struktur pedestal sebagai

tempat bersarangnya EPEC seperti yang nampak pada Gambar 2.3. Infeksi EPEC

juga menyebabkan perubahan konsentrasi kalsium intraseluler (Lu and Walker,

2001).

2.2.4 Respon Imun terhadap Infeksi Escherichia coli

Respon imun terhadap bakteri Escherichia coli meliputi sistem immune

natural (innate) dan sistem imun adaptif (acquired). Sistem imun natural berfungsi

mengidentifikasi dan melawan bakteri serta penanda imun adaptif (Mastroeni and

Menager, 2003). Bakteri dan produk toksinnya dikenali tubuh sebagai antigen yang

harus dieliminasi. Respon imun natural dimulai dengan pengenalan komponen

bakteri seperti LPS dan DNA, diikuti penangkapan dan penghancuran bakteri oleh

sel fagosit yang memfasilitasi proteksi host terhadap infeksi (Criss et al, 2001).

Bakteri E.coli yang bertindak sebagai antigen memicu imunitas melalui dua

jalur, yaitu jalur antigen eksogen dan jalur antigen endogen. Pengenalan antigen

melalui jalur eksogen melibatkan MHC-II. Antigen dikenali pertama kalinya oleh

Page 37: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

22

APC, seperti makrofag, neutrofil dan sel NK. APC mengikat antigen dan

melepaskan mediator inflamasi berupa sitotoksin dan mengerahkan sistem imun

tubuh sebagai respon terhadap infeksi. APC mencerna antigen dalam proses

fagositosis. Antigen dicerna dengan bantuan lisosom yang memiliki enzim

proteolitik sehingga antigen pecah menjadi peptida-peptida kecil yang akan diikat

oleh molekul MHC-II. Ikatan antigen dengan MHC-II dipresentasikan ke

permukaan sel, sehingga antigen dapat dikenali oleh sel Th (CD4) (Parslow, 2003).

Sel Th yang teraktivasi akan memproduksi sitokin IL-2 yang memicu proliferasi

dan aktivasi sel Tc (sitotoksik), neutrofil dan makrofag sebagai sel fagosit

professional (bukan sebagai APC). Selanjutnya, makrofag memproduksi sitokin,

seperti lL-1, lL-6 dan TNF-α yang dapat menginduksi terjadinya inflamasi lebih

lanjut.

2.3 Duodenum

Sistem pencernaan tikus terdiri dari mulut, esophagus, lambung, usus halus

dan usus besar. Usus halus merupakan tempat penyerapan makanan, dimana terdiri

dari duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenum merupakan bagian organ yang

dimulai dari akhir pylorus lambung, disebelah kanan vertebrae lumbal 1.

Duodenum mengelilingi pankreas dan berhubungan dengan jejunum disebelah kiri

vertebrae lumbal 2 (Faiz, 2004). Duodenum berfungsi untuk mencerna dan

mengabsorbsi nutrisi makanan dan air (Price and Wilson, 2006). Bahkan menurut

penelitian lain, fungsi absorbsi didukung karena adanya plika sirkularis (valvula

koniventes).

Page 38: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

23

Duodenum merupakan bagian dari usus halus yang berperan dalam sistem

pencernaan. Fungsi utama saluran pencernaan yaitu mencerna dan memecah

makanan di dalam lumennya menjadi molekul yang lebih kecil dan sederhana yang

bisa diserap oleh sirkulasi tubuh untuk menunjang kehidupan organisme.

Duodenum merupakan organ tubular yang terbentang dari pilorus ke usus besar.

(Frappier, 2006).

Duodenum tersusun atas empat lapisan, yaitu tunika mukosa, tunika

submukosa, muskularis eksterna, dan tunika serosa atau adventitia (Eroschenko,

2008). Duodenum memiliki epitel simple kolumnar dengan tepi lurik. Diantara sel

kolumnar terdapat sel goblet. Mamalia memiliki vili yang pendek (Bacha, 2000),

dimana vili berfungsi untuk memperluas permukaan penyerapan, sehingga proses

absorbsi nutrisi dapat berjalan dengan baik (Abdullah, 2007). Di submukosa,

terdapat kelenjar brunner yang menghasilkan mucus bersifat alkalis untuk

melindungi dinding duodenum dari asam lambung yang bersifat sangat asam

bahkan dapat meningkatkan proliferasi epitel dalam usus halus (Eroschenko, 2008).

Page 39: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

24

2.3.1 Histologi Duodenum

Gambar 2.4. A = Histologi duodenum normal dengan pewarnaan HE dengan perbesaran

400x. (L) lumen, (E) epitel, (LP) lamina propria, (MM) muskularis

mukosa, (V) vili usus, (K) kripte usus, (TM) tunika muskularis (Eurell dan

Frapier 2006).

B = Histologi duodenum normal dengan pewarnaan HE dan perbesaran

400x. Mukosa (a), Submukosa (b), Kelenjar submukosa (c), Muskularis

externa (d) (Wahab, 2012).

Wahab (2012) menyebutkan bahwa histologi intestinum tenue ditandai

dengan banyaknya penjuluran dari mukosa dan menonjol kepermukaan lumen yang

disebut vili. Adanya vili intestinalis menjadikan perluasan mukosa menjadi lebih

efektif. Pada dasarnya vili merupakan modifikasi dari permukaan mukosa. Pada

duodenum vili ini berbentuk seperti daun. Di antara vili terdapat muara kecil dari

kelenjar tubular simplek yang di sebut kripte Lieberkuhn atau kelenjar intestinal.

Struktur yang juga terlihat pada duodenum yaitu plika sirkularis yang merupakan

lipatan-lipatan mukosa yang sangat khas pada duodenum dan jejunum. Dinding

duodenum terdiri atas empat lapisan konsentris seperti pada Gambar 2.4.B:

a

d

c

b

B

A

Page 40: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

25

1) Lapisan paling luar yang dilapisi peritoneum, disebut serosa. Merupakan

kelanjutan dari peritoneum, tersusun atas selapis pipih sel-sel mesothelial diatas

jaringan ikat longgar dan pembuluh darah.

2) Lapisan muskuler disebut juga tunika muskularis yang tersusun atas serabut otot

longitudinal (luar) dan sirkuler (dalam). Pleksus mienterikus Aurbach terletak

diantara kedua lapisan ini dan berfungsi mengatur otot disepanjang usus.

3) Lapisan selanjutnya yaitu submukosa yang hampir keseluruhan ditempati oleh

kelenjar duodenal tubuler yang sangat bercabang. Kelenjar ini juga disebut

kelenjar brunner. Kelenjar brunner bermuara ke krypta Lieberkuhn melalui

duktus sekretorius. Sekresi dari kelenjar brunner bersifat visceus , jernih,

dengan pH alkalis ( pH 8,2 – 9,3 ), berguna melindungi mukosa duodenum

terhadap sifat korosif dari getah lambung yang asam dan mengoptimalkan pH

usus bagi kerja enzim pankreas.

4) Mukosa, yang merupakan lapisan dinding yang paling dalam. Terdiri dari 3

lapisan: lapisan dalam adalah muskularis mukosa , lapisan tengah adalah lamina

propria, lapisan terdalam terdiri dari selapis sel-sel epitel kolumnar yang

melapisi krypte dan villi-villinya.

Page 41: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

26

Gambar 2.5. Histopatologi duodenum dengan pewarnaan HE dengan perbesaran

600x. Pada gambar (A) ujung villus normal dengan bentuk yang sesuai dan

utuh. (B) Sebuah villus yang mengalami atrofi dan bulat dengan erosi

epitel (Janeczko, et al., 2008).

2.4 Dewandaru

Tumbuhan ini memiliki bentuk akar yang panjang sehingga sistem

perakarannya disebut sistem akar dalam, terdapat bulu-bulu akar. Batangnya

ramping, kadang-kadang tumbuh cabang-cabang yang bengkok. Tinggi tanaman ini

bisa mencapai sekitar 7 m. Batang dari tanaman ini banyak mengandung lignin

(kayu) dan kelihatan kering. Daunnya memiliki aroma yang khas, panjangnya ±6

cm, dan lebarnya sekitar 1,5-3 cm. Daunnya halus, berbentuk bulat telur dan tipis,

mengilap, berwarna merah tua waktu tumbuhan masih muda, dan berubah menjadi

warna hijau tua dan mengkilap saat tumbuhan dewasa, kemudian berubah menjadi

warna merah lagi pada suhu yang sangat dingin pada saat musim dingin. Susunan

daunnya saling menyilang. Memiliki tangkai bunga yang panjang, bunganya

memberikan bau khas, memiliki 1 atau paling banyak 4 kelopak daun, berwarna

krem, panjang diameternya sekitar 1 cm, kelopak bunga berbentuk seperti pipa,

daun bunganya lembut, berlapis-lapis, dan panjangnya sekitar 7-11 mm. Gambar

2.6 (Wardoyo, 2009).

Page 42: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

27

Gambar 2.6 Bagian dari pohon dewandaru: (A) tangkai (B) daun (C) buah

(Sumber: Wardoyo, 2009).

2.4.1 Taksonomi

Taksonomi Tanaman Dewandaru adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Sub kelas : Dialypetalae

Bangsa : Myrtales

Suku : Myrtaceae

Marga : Eugenia

Jenis : Eugenia uniflora Linn. (Hutapea, 1994)

2.4.2 Kandungan Zat Dewandaru

Di Indonesia banyak bahan-bahan alami dan tanaman obat yang mempunyai

kandungan antioksidan tinggi. Tanaman obat dapat dimanfaatkan untuk

pencegahan dan pengobatan suatu penyakit maupun pemeliharaan kesehatan.

Diantara tanaman obat yang digunakan secara tradisional dan diteliti secara ilmiah

A

B

C

Page 43: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

28

adalah dewandaru (Eugenia uniflora L.). Tanaman ini tersebar luas di negara-

negara Amerika Selatan terutama di Brasil, Argentina, Uruguay, dan Paraguay

(Consolini dan Sarubbio, 2002). Tanaman ini menyebar di Indonesia hingga di

daerah Sumatera dan Jawa (Hutapea, 1994). Hasil uji fitokimia daun dewandaru

menunjukkan adanya alkaloid, glikosida, flavonoid, tanin, saponin, dan terpenoid

(Onwudiwe et. al., 2010).

Dewandaru banyak mengandung senyawa flavonoid, dimana 96,7%

aktivitas antioksidan ekstrak daun dewandaru disumbangkan oleh senyawa

flavonoid. Flavonoid dapat digunakan sebagai pelindung mukosa lambung,

antioksidan, dan mengobati gangguan fungsi hati (Sutari, 2008). Berbagai

penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dewandaru memiliki aktivitas

antibakteri, antioksidan, penangkal radikal bebas, penghambat hidrolisis dan

oksidasi enzim, dan antiinflamasi yang disebabkan karena adanya senyawa

flavonoid (Reynertson and Kennelly, 2001; Utami et al., 2005). Ekstrak daun

dewandaru Eugenia uniflora juga sebagai agen hipotensif (Consolini et al., 2000)

dan menghambat peningkatan level trigliserida dan glukosa plasma (Matsumura et

al., 2000).

2.5 Malondialdehid (MDA)

Malondialdehyde (MDA) adalah senyawa kristal higroskopi berwarna putih

yang terbentuk dari hidrolisis asam 1,1,3,3- tetraethoxypropane. Salah satu

biomarker yang sering digunakan untuk mengetahui level peroksidasi lipid total

adalah kadar dari malondialdehyde. Pengukuran MDA memberikan perkiraan

Page 44: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

29

aktivitas radikal bebas serta sebagai penanda terjadinya stres oksidatif di dalam

tubuh (Karim, 2011).

Malondialdehyde (MDA) adalah senyawa dialdehida yang merupakan

produk akhir peroksida lipid di dalam tubuh dan produk dekomposisi dari asam

amino, karbohidrat kompleks, pentosa dan heksosa. Selain itu, MDA juga

merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas melalui reaksi ionisasi dalam

tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin yang merupakan produk akhir

oksidasi lipid membrane (Winarsi, 2007).

Malondialdehyde terbentuk dari peroksida lipid (lipid peroxidation) pada

membran sel yaitu reaksi radikal bebas (radikal hidroksi) dengan Poly Unsaturated

Fatty Acid (PUFA). Reaksi tersebut terjadi secara berantai, akibat akhir dari reaksi

rantai tersebut akan terbentuk hydrogen peroksida. Hydrogen peroksida tersebut

dapat menyebabkan dekomposisi beberapa produk aldehid yang bersifat toksik

terhadap sel dan berbeda panjang rantainya antara lain MDA, yang merupakan

salah satu aldehid utama yang terbentuk (Mudassir, 2012)

2.6 Hewan Coba Tikus (Rattus norvegicus)

Hewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah adalah tikus

putih. Tikus putih (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya secara baik,

mudah dipelihara, dan merupakan hewan yang adaptif serta cocok untuk berbagai

penelitian (Johnson, 2012).

Hewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah adalah tikus

putih. Tikus putih (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya secara baik,

Page 45: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

30

mudah dipelihara, dan merupakan hewan yang adaptif serta cocok untuk berbagai

penelitian. Ciri-ciri morfologi Rattus norvegicus (Gambar 2.7) antara lain

memiliki hidung tumpul, panjang badan 18-25 cm, kepala dan badan lebih pendek

dari ekornya, serta telinga relatif kecil dan tidak lebih dari 20-23 mm. Rattus

norvegicus memiliki waktu hidup 2,5 tahun sampai 3,5 tahun, denyut jantung 330-

480 kali permenit, frekuensi respirasi 85 kali permenit dan memasuki masa dewasa

pada usia 40-60 hari (Armitage, 2004). Tikus putih memiliki berberapa galur dari

hasil perkembangbiakan dan persilangan antar tikus yaitu Wistar, Sprague, Dawley,

Madison, Wicaoustin, dan Long Evans.

Rattus norvegicus memiliki rambut tubuh berwarna putih dan mata berwarna

merah, panjang tubuh total 440 mm, panjang ekor 205 mm. Gambar 2.7 (Myers

and Armitage, 2004), bobot Rattus norvegicus pada usia dewasa adalah sekitar 250-

500 gram (Potter, 2007; Miller et al., 2010). Klasifikasi tikus yang digunakan dalam

penelitian menurut Myers and armitage (2004), adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus

Galur : Wistar

Page 46: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

31

Gambar 2.7 Rattus norvegicus (Johnson, 2012)

Sistem pencernaan tikus wistar dimulai dari mulut, esofagus, lambung, usus

halus dan berakhir pada usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum, jejenum dan

ileum. Panjang usus halus ini kira-kira lima kali panjang usus besar. Fungsi

penyerapan pada masing-masing bagian usus halus tergantung kepada jenis zat

makanan yang akan diserap. Glukosa maksimum diserap di jejenum dan di bagian

atas ileum, galaktosa di pertengahan dari ketiga usus halus, protein utuh dan

albumin diserap di segmen paling ujung dari usus halus, sedangkan lemak diserap

di jejenum. Usus besar terdiri dari sekum, kolon dan rektum (Bivin et al., (1979)

dalam Rita (2001)).

Page 47: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

32

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian

Perubahan Histopatologi Duodenum

Respiratory Burst

bbbbbbbbbbbbbu

rst

Sitokin (TNF α, IL-1,

IL-6)

MMP, Growth

Factor

Antibakteri

(Bakteriostatik)

Adhesi epitel

Aktifasi Sel-sel imunitas

Inflamasi

Ekstrak Daun Dewandaru

(Flavonoid, Saponin, Tannin)

E. coli Tikus (Rattus norvegicus)

Antioksidan

Kolonisasi mukosa usus

Keteraangan

: variabel bebas : efek infeksi E.coli

: variabel bergantung : efek ekstrak daun dewandaru

: menghambat

32

Produksi ROS

Stress Oksidatif

Peroksidasi Lipid

MDA

Duodenum

Kerusakan

Membran sel

Makrofag

Fagositosis

LPS E. coli

LPS + LBP

CD 14

Enterotoksin

Page 48: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

33

Tikus diinfeksi Escherichia coli yang sebelumnya sudah mendapatkan

ekstrak daun dewandaru. E. coli diinfeksi ke tikus melalui rute oral

(gastroistestinal tract). Penetrasi E. coli yang lolos dari kondisi asam lambung

akan menempel pada usus, khususnya duodenum. Patogenesa infeksi E. coli

diawali dengan perlekatan BFP (Bundle Forming Pilus) pada permukaan sel epitel

diikuti sekresi faktor virulensi Tir. Setelah mengalami adhesi, sel bakteri E. coli

akan mengeluarkan endotoksin dan enterotoksin. Endotoksin merupakan salah

satu ciri khas bakteri gram negatif yang terletak pada dinding selnya, yaitu adanya

Lipopolisakarida (LPS). Lipopolisakarida (LPS) yang dilepaskan akan berikatan

dengan LBP membentuk kompleks LPS-LBP. Kompleks ini selanjutnya akan

diterima oleh reseptor CD 14 dipermukaan sel makrofag dan diteruskan ke TLR4

yang akan menyebabkan aktivasi NF-kB. Adanya endotoksin ini memicu

aktivitasi dari makrofag ke tempat infeksi untuk melakukan eliminasi. Selain itu,

perlekatan (adhesi) E. coli pada epitel juga disebabkan karena enzim protease

ekstraselular yang dihasilkan oleh bakteri ini. Enzim protease ekstraselular

berfungsi untuk mendegradasi mucin pada mukosa usus. Setelah mengalami

proses adhesi, bakteri E. coli akan menempel dan mencoba untuk merusak

mikrofili lalu membentuk struktur pedestal sebagai akibat dari attaching and

effacing (A/E) yang berfungsi sebagai tempat bersarangnya E. coli. Setelah

berhasil memasuki usus, maka bakteri ini akan berkolonisasi dan merusak vili

sehingga dapat menimbulkan infeksi.

Page 49: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

34

Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap dan

memiliki respon langsung serta cepat terhadap adanya patogen pada individu yang

sehat. Sistem imun ini bertindak sebagai imunitas pertama dalam menghadapi

infeksi dan tidak perlu menerima paparan sebelumnya. Infeksi dari bakteri akan

mengakibatkan pengaktivasi sel-sel imunitas seperti fagosit, makrofag dan sel NK

(Natural killer). Setelah itu akan terjadi proses inflamasi akibat dari respon

imunitas. Pada saat terjadi proses inflamasi, setelah bakteria masuk ke dalam sel

maka makrofag akan melakukan pembunuhan dengan pembentukan Reactive

Oxygen Species (ROS) melalui jalur Reactive Oxygen Intermediates (ROI) dan

juga akan menghasilkan NO (Nitrit Oxid) sebagai hasil dari iNOS. Ketika

makrofag dan neutrofil telah aktif dan bekerja, dapat mengakibatkan kerusakan

jaringan duodenum normal karena mengeluarkan ROS, NO dan sitokin. Makrofag

yang telah aktif juga dapat menghasilkan growth factors untuk fibroblast dan sel

endotelial yang dapat berperan untuk memperbaiki kerusakan jaringan. Jika

growth factors dan MMP yang dihasilkan sedikit, maka kerusakan jaringan organ

duodenum akan semakin parah

Respon imun alamiah (sistem imun innate) tidak dapat menanggulangi

antigen yang masuk, maka sistem imun addaptive akan bekerja. Respons imun ini

dipicu oleh masuknya antigen atau mikroorganisme ke dalam tubuh dan dihadapi

oleh sel makrofag yang selanjutnya akan berperan sebagai antigen presenting cell

(APC). Sel ini akan menangkap sejumlah kecil antigen dan diekspresikan ke

permukaan sel yang dapat dikenali oleh sel limfosit T penolong (Th atau T

helper). Oleh karena itu sel T hanya mengenal imunogen yang terikat pada protein

Page 50: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

35

MHC pada permukaan sel lain. Sel CD8 akan berikatan dengan antigen yang

dipresentasikan oleh MHC1 dan akan menyebabkan lisis sel target. Sel CD4

hanya akan berikatan dengan partikel antigen yang dipresentasikan melalui MHC

2 pada permukaan makrofag yang terinfeksi E. coli dan akan mengaktivasi sel

Th1 dan Th2. Aktivitas antiinflamasi ekstrak daun dewandaru yang mengandung

flavonoid yang bertindak sebagai antioksidan karena memiliki gugus hidroksil

yang terikat pada karbondioksida sehingga dapat menangkap radikal bebas

dengan menyumbangkan 1 atom hydrogen, akan menghambat produksi

neutrophil, migrasi makrofag dan sitokin proinflamasi TNF- α, dan IL-2.

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan didapatkan hipotesa

penelitian sebagai berikut :

1. Pemberian ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora) dapat menurunkan

kadar malondialdehyde (MDA) duodenum pada tikus putih (Rattus

norvegicus) model gastroenteritis yang diinfeksi E. coli.

2. Pemberian ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora) dapat memperbaiki

struktur duodenum pada tikus putih (Rattus norvegicus) model

gastroenteritis yang diinfeksi E. coli.

Page 51: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

36

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017. Pembuatan ekstrak daun

dewandaru dilakukan di Laboratorium UPT Materia Medica, Kota Batu.

Pemeliharaan hewan coba dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, suspensi bakteri E. coli didapatkan di

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,

pemeriksaan kadar MDA di Laboratorium Faal Fakultas Kedokeran Hewan dan

tahapan pembuatan preparat Histopatologi Jaringan di Laboratorium Patologi

Anatomi Kesima Medika Malang.

4.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini, antara lain bak

pemeliharaan hewan coba, tempat pakan, tempat minum, timbangan tikus, sonde

lambung. Preparasi organ duodenum membutuhkan seperangkat alat bedah minor,

silet, hand glove, pot organ dan masker. Pembuatan preparat histopatologi

membutuhkan pisau scalpel, pinset, freezer, mesin microtome, pisau microtome,

inkubator, object glass, cover glass, dan mikroskop cahaya. Pengukuran kadar MDA

membutuhkan kuvet, spektrofotometri, mortar, tabung eppendorf, pipet tetes, mikro

pipet, mikro tube, lemari pendingin, seperangkat alat sentrifugasi (tabung

sentrifugasi, alat sentriugasi), inkubator, vortex, tissue.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus

norvegicus) berumur 8-12 minggu dengan berat 150-200 gram, daun dewandaru

(Eugenia uniflora), pakan dan air minum hewan coba, bakteri E. coli. Bahan untuk

Page 52: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

37

pembuatan preparat histopatologi adalah organ duodenum direndam pada formalin

10%, NaCl fisiologis 0,9%, formalin 10%, etanol absolut 96%, aquades steril,

alkohol, etanol bertingkat (70%, 80%, 90%, 95% dan etanol absolut), xylol, parafin

dan pewarna histopatologi Hematoxylen-Eosin. Bahan untuk pengukuran kadar MDA

adalah PBS-azida 1%, larutan stok MDA (malondialdehyde tetrabutylammonium

salt) dan 8 µm/ml, 100 µl TCA 10%, 250 µl HCl 1 N, Na-Thio 1%.

.

4.3 Rancangan Penelitian

4.3.1 Rancangan Penelitian dan Persiapan Hewan Coba

Rancangan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) eksperimental dengan post test control design only. Hewan coba

dibagi menjadi lima kelompok perlakuan yaitu kelompok A sebagai kontrol

negatif, kelompok B sebagai kontrol positif, kelompok C dengan dosis 300 mg/kg

BB, kelompok D dengan dosis 400 mg/kg BB dan kelompok dengan dosis 500

mg/kg BB sebagai kelompok perlakuan preventif (Cynthia, 2016). Kelompok

kontrol negatif merupakan tikus yang hanya diberikan pakan normal dan kontrol

positif merupakan tikus diinfeksi E. coli tanpa pemberian terapi. Perlakuan Tabel

4.1

Page 53: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

38

Tabel 4.1 Rancangan Perlakuan Percobaan.

Sampel penelitian yang digunakan adalah hewan coba berupa tikus (Rattus

norvegicus) jantan strain wistar berumur 8-12 minggu, dengan berat badan tikus

antara 150-200 gram. Hewan coba diadaptasikan dengan cara diaklimatisasi

selama tujuh hari. Aklimatisasi ini bertujuan untuk mengkondisikan hewan

Kelompok

Tikus

Perlakuan Keterangan

Kontrol

Negatif

Tikus kontrol negatif

(sehat)

Kelompok tikus tanpa diberikan

perlakuan infeksi E. coli dan

ekstrak daun dewandaru.

Kontrol

positif

Tikus kontrol positif

(sakit)

Perlakuan tikus yang diinfeksi

E.coli 106 CFU/ml per ekor per

hari selama 7 hari menggunakan

sonde lambung dan tanpa

diberikan ekstrak daun

dewandaru.

Perlakuan 1 Pemberian ekstrak daun

dewandaru 300 mg/kg BB

pada tikus.

Perlakuan tikus yang diberikan

ekstrak daun dewandaru 300

mg/kg BB selama 7 hari dan

diinfeksi E. coli 106 CFU/ml per

ekor per hari pada hari ke 8

menggunakan sonde lambung

selama 7 hari.

Perlakuan 2

Pemberian ekstrak daun

dewandaru 400 mg/kg BB

pada tikus.

Perlakuan tikus yang diberikan

ekstrak daun dewandaru 400

mg/kg BB selama 7 hari dan

diinfeksi E. coli 106 CFU/ml per

ekor per hari pada hari ke 8

menggunakan sonde lambung

selama 7 hari.

Perlakuan 3 Pemberian ekstrak daun

dewandaru 500 mg/kg BB

pada tikus gastroenteritis

Perlakuan tikus yang diberikan

ekstrak daun dewandaru 500

mg/kg BB selama 7 hari dan

diinfeksi E. coli 106 CFU/ml per

ekor per hari pada hari ke 8

menggunakan sonde lambung

selama 7 hari.

Page 54: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

39

dengan suasana, temperatur, dan suhu laboratorium serta untuk menghilangkan

stress akibat transportasi (Jenova, 2009). Estimasi besar sampel dihitung

berdasarkan rumus (Kusriningrum, 2008):

t (n-1) ≥ 15 Keterangan :

5 (n-1) ≥ 15 t : Jumlah kelompok perlakuan

5n–5 ≥ 15 n : Jumlah ulangan yang diperlukan

5n ≥ 20

n ≥ 20/5

n ≥ 4

Berdasarkan perhitungan di atas, maka untuk lima kelompok diperlukan

jumlah ulangan empat kali dalam setiap kelompok, sehingga diperlukan 20 ekor

hewan coba.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dari penelitian ini adalah :

Variabel bebas : Dosis ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora) dan E.

coli

Variabel tergantung : Kadar MDA dan histopatologi duodenum

Variabel terkendali : Homogenitas tikus: galur, jenis kelamin, berat badan,

umur dan pakan

4.5 Tahapan Penelitian

4.5.1 Persiapan Hewan Coba Tikus

Pada persiapan hewan coba, tikus yang digunakan untuk penelitian

diadaptasikan terhadap lingkungan selama tujuh hari (Jenova, 2009) di dalam

Page 55: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

40

Laboratorium Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Tikus dibagi dalam lima kelompok perlakuan. Setiap kelompok perlakuan terdiri

dari minimal empat ekor tikus. Tikus dikandangkan dalam kandang dari bak

plastik yang dilengkapi dengan penutup bak yang terbuat dari kawat dengan

jumlah maksimal tikus dalam satu kandang adalah tujuh ekor.

Tikus dikandangkan dalam kandang dari bak plastik yang dilengkapi

penutup kawat, dengan ukuran kandang 17.5 x 23.75 x 17.5 cm. Ukuran kandang

tersebut merupakan ukuran standar yang digunakan dalam pemeliharaan hewan

laboratorium. Kandang tikus yang digunakan pada tempat yang bebas dan terjaga

dari asap industri serta polutan lainnya (Lamanepa, 2005).

4.5.2 Prosedur Pembuatan Ekstrak daun Dewandaru (Eugenia uniflora)

Prosedur pembuatan ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora)

menggunakan metode maserasi. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan etanol

70%, hal tersebut dikarenakan zat aktif seperti flavonoid yang terkandung didalam

daun dewandaru akan terlarut dalam etanol. Etanol dengan nama lain etil alkohol

merupakan pelarut yang sering digunakan dalam ekstraksi tanaman. Sebagian

besar senyawa dengan berat molekul rendah seperti saponin, dan flavonoid larut

didalam pelarut etanol. Daun dewandaru ditimbang sebanyak 100 g dan dilakukan

pembasahan dengan pelarut etanol 70% sebanyak 100 ml. Masukkan serbuk yang

telah dibasahi dengan pelarut ke dalam toples, diratakan dan sambil ditambahkan

pelarut etanol 70% sampai terendam (pelarut yang digunakan minimal 2 kali berat

atau lebih). Pelarut yang ditambahkan sebanyak 500 ml. Tutup toples dengan

Page 56: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

41

rapat selama 24 jam. Dan di shaker di atas shaker digital rpm 50 (Materia Medica,

2017).

Ekstrak cair disaring dengan penyaring kain. Ekstrak tersebut ditampung

dalam Erlenmeyer. Ampas dari ekstrak dimasukkan lagi dalam toples dan

ditambahkan pelarut sampai terendam (minimal pelarut 5 cm diatas permukaan),

dalam hal ini digunakan 500 ml pelarut etanol. Biarkan 24 jam diatas shaker

dengan kecepatan 50 rpm. Hasil ekstrak cair pertama dan kedua dijadikan satu dan

diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator. Diperlukan waktu 2 jam untuk

evaporasi. Ekstrak yang dihasilkan dievaporasi/diuapkan diatas water bath selama

2 jam. Dari 100 g serbuk daun dewandaru yang diekstraksi dengan menggunakan

pelarut etanol 70% sebanyak 1 L dihasilkan ekstrak 20 ml (Materia Medica,

2017).

4.5.3 Induksi Terapi Ekstrak Daun Dewandaru (Eugenia uniflora)

Metode pemberian ekstrak daun dewandaru dilakukan secara per oral

dengan menggunakan sonde lambung. Pemberian dilakukan setiap hari pada hari

kedelapan sampai hari ke 14. Pemberian ekstrak daun dewandaru dengan

menggunakan 3 dosis yang telah ditentukan yaitu perlakuan 1 (P1) menggunakan

dosis 300 mg/kg BB, perlakuan 2 (P2) menggunakan dosis 400 mg/kg BB, dan

perlakuan 3 (P3) menggunakan dosis 500 mg/kg BB dilihat pada Lampiran 4

(Cynthia, 2016).

4.5.4 Perbanyakan Bakteri Escherichia coli

Bakteri Escherichia coli yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

kultur yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Page 57: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

42

Universitas Brawijaya. Bakteri E. coli disegarkan dengan cara ditumbuhkan pada

media eosin methylene blue agar (EMBA) selama 48 jam yang selanjutnya

disimpan pada suhu 4oC sebagai kultur induk. Selanjutnya, E. coli ditumbuhkan

pada media nutrient broth (NB) selama 24 jam inkubasi pada suhu 37oC hingga

mencapai populasi setara dengan larutan Mc. Farland Standar No. 1 yaitu setara

dengan 3 x 108 CFU sebagai kultur kerja. E. coli yang dimasukkan secara peroral

ke tikus percobaan disiapkan dengan cara mengencerkan kultur kerja pada media

NaCl fisiologis 0,9% hingga mencapai 106 cfu/ml (Astawan dkk., 2011).

4.5.5 Pembuatan Hewan Coba Model Gastroenteritis dan Terapi Pencegahan

Ekstrak Daun Dewandaru (Eugenia uniflora)

Hewan coba dibagi ke dalam lima kelompok, setiap kelompok terdiri atas

empat ekor tikus. Bakteri Escherichia coli diperoleh dari Laboratorium

Mikrobiologi dan Imunologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Metode

pembuatan hewan model gastroenteritis menggunakan suspense E. coli 106

CFU/ml (1 ml/hari dosis tunggal) yang diberikan pada semua kelompok perlakuan

kecuali kontrol negatif (A) setiap hari selama 7 hari dengan cara sonde lambung

(Astawan dkk., 2011). Masa inkubasi bakteri E. coli selama 2-5 hari (Tarmudji,

2003) dengan gejala klinis yang timbul pada tikus kontrol positif yaitu diare,

penurunan berat badan dan anoreksia (Wibowo dan Wahyuni, 2008).

4.5.6 Pembuatan Preparat Histopatologi Duodenum dengan Pewarnaan HE

Proses pembuatan preparat histopatologgi terdiri dari fiksasi, dehidrasi dan

infiltrasi, penjernihan, infiltrasi paraffin, embedding, sectioning, penempelan di

Page 58: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

43

gelas objek, dan pewarnaan. Fiksasi dilakukan dengan cara jaringan dimasukkan

ke dalam larutan PFA 4%. Fiksasi dilakukan untuk mencegah kerusakan pada

jaringan, menghentikan proses metabolisme dan mengeraskan materi yang lunak

agar jaringan dapat diwarnai (Junquiera and Carneiro, 2007).

Dehidrasi dilakukan menggunakan larutan alkohol secara bertingkat dari

konsentrasi 80% sampai dengan absolut selama 30 menit. Proses dehidrasi

berjalan pada suhu 4 oC. Penjernihan dilakukan dengan cara memasukkan jaringan

ke larutan penjernih yaitu xylol I dan xylol II masing-masing 1 jam. Tujuan

penjernihan yaitu untuk mengeluarkan alkohol dari jaringan agar dapat berikatan

dengan parafin. Tahap selanjutnya adalah proses infiltrasi yang dilakukan dalam

parafin cair yang ditempatkan dalam inkubator bersuhu 58-60 oC (Junquiera and

Carneiro, 2007).

Embedding dilakukan dengan cetakan yang didalamnya diisi parafin cair.

Embedding adalah proses untuk mengeluarkan cairan penjernih dari jaringan dan

diganti dengan parafin. Setelah membeku, cetakan tersebut dipotong dan

ditempelkan pada blok kayu. Blok tersebut dipasang pada mikrotom dan diatur

agar posisinya sejajar dengan posisi pisau. Blok parafin dipotong dengan

ketebalan 4-5 mikron dan dilekatkan pada gelas objek. Proses ini disebut

sectioning. Setelah itu, diinkubasi dalam incubator pada suhu 38-40 oC selama

kurang lebih 24 jam untuk pembuangan parafin kemudian diwarnai dengan

pewarnaan hematoxilin-eosin (HE) (Junquiera and Carneiro, 2007).

Proses berikutnya adalah pewarnaan. Untuk mengamati mukosa usus

halus, maka sediaan usus halus diwarnai dengan metode pewarnaan Hematoxylin

Page 59: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

44

Eosin (Dewi dkk., 2014). Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) dilakukan untuk

melihat morfologi jaringan duodenum. Pewarnaan diawali dengan deparafinasi

dengan menggunakan xylol dan rehidrasi dengan menggunakan alcohol 96%,

90%, 80%, dan 70% secara berurutan masing-masing selama 5 menit. Sediaan

dicuci dengan air mengalir selama 10 menit dan dilanjutkan dengan air aquades

selama 5 menit. Sediaan diwarnai dengan pewarna Hematoksilin selama 1 menit,

kemudian dicuci dengan air mengalir selama 10 menit dan air aquades selama 5

menit. Setelah itu sediaan diwarnai dengan pewarna Eosin selama 5 menit dan

dicuci kembali dengan air mengalir selama 10 menit dan air aquades selama 5

menit. Setelah sediaan diwarnai, dilakukan dehidrasi dengan alcohol 70%, 80%,

90%, dan 95% masing-masing selama 5 menit dan dilanjutkan dengan alcohol

absolut I, II, dan III masing-masing 5 menit. Setelah itu dilakukan proses Clearing

dengan xylol I dan II selama 5 menit, preparat dikering anginkan dan ditutup

dengan gelas penutup (Junquiera and Carneiro, 2007).

Pengamatan preparat histopatologi organ duodenum dilakukan

menggunakan mikroskop cahaya Olympus BX51 dengan perbesaran 40x

kemudian dilanjutkan perbesaran 400x. Pengamatan meliputi perubahan pada

lapisan mukosa, vili, dan deskuimasi epitel dengan pembesaran 400x.

4.5.7 Pengukuran Kadar MDA

4.5.7.1 Preparasi Sampel

Langkah awal dalam pengambilan organ duodenum adalah dengan

dislokasi hewan coba pada bagian leher kemudian dilakukan pembedahan.

Pembedahan dilakukan mulai bagian abdomen hingga ke thorax, tikus direbahkan

Page 60: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

45

pada papan pembedahan dan diambil organ duodenum. Organ duodenum mula-

mula dibilas dengan NaCl-fisiologis 0,9% dingin kemudian duodenum

ditempatkan pada pot organ (Junquiera and Carneiro, 2007).

4.5.7.2 Pengukuran Kadar MDA Menggunakan Spektrofotometer

Analisis MDA dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer

Shimadzu UV-visible spectrophometer UV-1601. Organ duodenum digerus

kemudian dilarutkan dalam cairan fisiologis untuk analisis kadar MDA. Prinsip

dari spektrofotometer UV-visible adalah penyerapan cahaya oleh molekul-

molekul. Panjang gelombang bergantung pada kekuatan absorbansi molekul

tersebut. Nilai absorbansi dibaca menggunakan spektrofotometer pada panjang

gelombang maksimum (532 nm) (Repetto et al., 2012).

4.5.8 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif

untuk mengetahui kadar MDA yang dianalisis dengan one way ANOVA

menggunakan Microsoft Office Excel 2010 dan IBM SPSS Statistics untuk

Windows versi 22 dengan α = 0,05, yang kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey.

Gambaran histopatologi jaringan duodenum diamati secara deskriptif melalui

pengamatan terhadap adanya erosi epitel pada vili dan sel-sel radang seperti

neutrofil, basofil, eosinofil dan limfosit dengan menggunakan mikroskop cahaya

perbesaran 400x.

Page 61: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

46

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Induksi Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model Gastroenteritis

Menggunakan Escherichia coli

Hasil induksi Escherichia coli 106 CFU/ml pada tikus putih (Rattus

norvegicus) menunjukkan beberapa gejala klinis yang mencirikan kondisi

gastroenteritis ketika diamati pasca induksi hingga 7 hari masa induksi. Gejala

klinis yang muncul pasca induksi antara lain diare, penurunan berat badan pada

tikus putih (Rattus norvegicus) kelompok K (+), P1, P2, dan P3 (Lampiran 10).

Jika ditinjau dari kelompok positif (K+) gejala klinis ditandai dengan adanya diare

yang terlihat pada Gambar 5.1 dan penurunan berat badan secara signifikan.

Diare dan penurunan berat badan juga terjadi pada kelompok P1, P2, dan P3 yang

diinduksi dengan E. coli.

Gambar 5.1 Gejala klinis diare pada tikus ditandai dengan adanya sisa feses pada rektum

(A), konsistensi feses pada tikus (kontrol positif) yang mengalami diare

terlihat lebih lembek (B), feses pada tikus (kontrol negatif) terlihat lebih

padat (C).

A B

46

C

Page 62: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

47

5.2 Pengaruh Preventif Ekstrak Daun Dewandaru Terhadap Kadar

Malondialdehyde (MDA) Duodenum Tikus Model Gastroenteritis

Hasil pengukuran MDA menggunakan metode Thiobarbituric Acid (TBA)

menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun dewandaru secara preventif dapat

menurunkan kadar MDA duodenum pada tikus model gastroenteritis. Pada tikus

normal (kontrol negatif) terukur kadar MDA duodenum sebesar 0,536 ng/mL

(Gambar 5.2). Dalam keadaan normal, MDA akan tetap dihasilkan selama

terjadinya biosintesis prostaglandin dalam sel. Malondialdehyde (MDA) juga

dihasilkan sebagai produk dari peroksidasi lipid terutama polyunsaturated fatty

acid (PUFA), yang merupakan reaksi berantai akibat abstraksi hidrogen atau

penambahan oksigen radikal dan akan mengakibatkan kerusakan oksidatif pada

PUFA yang banyak terdapat pada membran sel (Repetto et al., 2012).

Gambar 5.2 Histogram nilai mean dan standar deviasi kadar MDA.

Keterangan: K- = Kontrol negatif, K+ = Kontrol Positif, P1 = Preventif dengan dosis

300 mg/kg BB, P2 = Preventif dengan dosis 400 mg/kg BB, P3 = Preventif

dengan dosis 500 mg/kg BB.

Page 63: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

48

Hasil penelitian ditunjukkan pada grafik nilai rata-rata kadar MDA

(Gambar 5.2) kelompok perlakuan 1 yang diberikan dosis 300 mg/kg BB

memiliki kadar MDA terendah dibandingkan dengan kelompok kontrol positif.

Pada kelompok perlakuan 2 (dosis 400 mg/kg BB) dan 3 (dosis 500 mg/kg BB)

cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan 1 seperti yang

ditunjukkan pada grafik (Gambar 5.2). Kelompok perlakuan 1, perlakuan 2 dan

perlakuan 3 menunjukkan grafik yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol

negatif yang berarti kelompok perlakuan dengan dosis 300 mg/kg BB, 400 mg/kg

BB, 500 mg/kg BB mempengaruhi kenaikan kadar MDA. Hal ini menunjukkan

bahwa dosis yang diberikan kurang efektif dalam menurunkan nilai kadar MDA

pada hewan coba tikus putih. Peningkatan kadar MDA pada kelompok perlakuan

kemungkinan disebabkan karena dosis ekstrak daun dewandaru yang diberikan

kurang efekif dalam menghambat radikal bebas, sehingga hasil grafik kadar MDA

masih tinggi.

Berdasarkan Hasil uji normalitas dan homogenitas didapatkan data

terdistribusi normal dan homogen (p>0,05) (Lampiran 9) sehingga dilanjutkan

dengan uji One Way ANOVA. Uji One Way ANOVA menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora L) yang diberikan

pada tikus putih model gastroenteritis terhadap kadar MDA secara signifikan

(p>0,05) (Lampiran 9). Secara statistik dapat dinyatakan bahwa nilai Sig < 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh preventif ekstrak daun

dewandaru (Eugenia uniflora L.) pada tikus putih (Rattus norvegicus) model

gastroenteritis induksi E. coli ditinjau dari kadar MDA. Berdasarkan statistika,

Page 64: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

49

semua kelompok, perlakuan menunjukkan nilai standar deviasi yang lebih rendah

dibandingkan nilai mean. Nilai mean dan standar deviasi kadar MDA dapat dilihat

pada Gambar 5.2.

Berdasarkan hasil Post Hoc dengan uji Tukey didapatkan hasil bahwa

kelompok preventif P1 (300 mg/kg BB), P2 (400 mg/kg BB), dan P3 (500 mg/kg

BB) tidak berbeda signifikan dibandingkan kelompok K+ (kontrol positif)

(p<0,05) (Lampiran 9). Jika dibandingkan dengan kelompok K- (Kontrol

negatif), kelompok preventif P1 (300 mg/kg BB), P2 (400 mg/kg BB), dan P3

(500 mg/kg BB) memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa

semua kelompok preventif tidak dapat menurunkan kadar MDA tikus putih

(Rattus norvegicus) model gastroenteritis dibandingkan dengan kelompok kontrol

positif. Pada preventif antar kelompok P1, P2, dan P3 menunjukkan rentang

perbedaan efek preventif yang cukup sedikit. Namun, hanya kelompok P1 (300

mg/kg BB) yang berhasil menurunkan kadar MDA jika dibandingkan pada

kelompok K- (kontrol negatif). Perbedaan nilai antar perlakuan dapat dilihat pada

Tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1 Rata-rata, Standar Deviasi, dan Hasil Uji Tukey Kadar MDA

Kelompok Perlakuan

Rata-rata

kadar MDA

(ng/ml) ± SD

Kadar MDA (%)

Peningkatan

berdasarkan

Kontrol Negatif

Penurunan

berdasarkan

Kontrol Positif

Kontrol Negatif (Normal) 0,536 ± 0,14a - -

Kontrol Positif (Gastroenteritis) 0,948 ± 0,09b 76,82 % -

Dosis Preventif 300 mg/kg BB 0,872 ± 0,05b - 7,99 %

Dosis Preventif 400 mg/kg BB 0,874 ± 0,03b - 7,78%

Dosis Preventif 500 mg/kg BB 0,898 ± 0,05b - 5,25 %

Keterangan: notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan antar

perlakuan (p<0,05).

Page 65: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

50

Kelompok K(+) menunjukkan jumlah kadar MDA yang lebih tinggi dari

pada kelompok K(-) dan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan

(p<0,05) (Tabel 5.1). Tingginya kadar pada kelompok K(+) terjadi akibat

kerusakan sel-sel di duodenum yang disebabkan adanya infeksi dari bakteri

Escherichia coli. E. coli merupakan bakteri gram negatif yang mempunyai

endotoksin berupa LPS pada membran sel. Lipopolisakarida (LPS) atau

endotoksin akan disekresikan oleh E. coli ketika bakteri tersebut lisis.

Lipopolisakarida (LPS) kemudian akan berikatan dengan LBP membentuk

kompleks LPS-LBP. Lipopolisakarida terikat pada reseptor spesifik CD14 dan

TLR4 pada makrofag. Kompleks LPS-LBP mentransfer LPS ke CD14 yang

terdapat di permukaan sel makrofag. Setelah berikatan dengan LPS, CD14 akan

berinteraksi dengan TLR4 menyebabkan aktivasi dari NF-kB (Hongwei et al.,

2005). Nuclear Factor-kB (NF-kB) merupakan faktor trankripsi pada makrofag

yang akan meningkatkan produksi dari sitokin dan mediator inflamasi. Makrofag

yang teraktivasi mensekresikan sitokin proinflamasi IL-1, IL-6 dan TNF-α.

Pelepasan sitokin proinflamasi pada jaringan akan menyebabkan sel memproduksi

oksigen toksik untuk proses respiratory burst yaitu reactive oxygen species

(ROS) (Short, 2004).

Menurut Arief (2008), suatu keadaan dimana tingkat reactive oxygen

species (ROS) melebihi pertahanan antioksidan endogen akan menyebabkan stress

oksidatif. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, dan akan bereaksi

dengan lemak, protein, asam nuklear seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan

disfungsi organ tertentu. Kerusakan oksidatif yang ditimbulkan akibat tingginya

Page 66: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

51

produksi ROS ditandai dengan diproduksinya senyawa aldehida reaktif yaitu

MDA. Kelompok perlakuan dari pemberian dosis ekstrak daun dewandaru 300

mg/kg BB, 400 mg/kg BB dan 500 mg/kg BB meningkat dibandingkan dengan

kontrol negatif. Pada kontrol positif meningkat sebesar 76,82% lebih tinggi

dibandingkan dengan kontrol negatif.

Berdasarkan skrining fitokimia daun tanaman dewandaru mengandung

flavonoid, tanin, dan saponin. Flavonoid dan tanin digunakan sebagai antioksidan

eksogen dan antibakteri. Flavonoid akan berikatan dengan DNA bakteri sehingga

menyebabkan kerusakan permeabilitas dinding sel, mikrosom, dan lisosom

bakteri. Selain itu flavonoid berperan sebagai antioksidan karena memiliki gugus

hidroksil yang terikat pada karbondioksida sehingga dapat menangkap radikal

bebas dengan menyumbangkan satu atom hidrogen. Sementara itu senyawa tanin

dapat menginaktivasi adhesi sel mikroba sehingga bakteri tidak dapat melakukan

perlekatan pada sel epitel dan menstimulasi sel-sel fagosit yang berperan dalam

respon imun seluler (Utami et al, 2008).

Malondialdehida (MDA) dapat terbentuk apabila reactive oxygen species

(ROS) bereaksi dengan komponen asam lemak dari membran sel sehingga terjadi

reaksi berantai yang dikenal dengan peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid

merupakan proses oksidasi asam lemak tak jenuh rantai panjang yang

menyebabkan terputusnya rantai asam lemak menjadi berbagai senyawa toksik

dan juga menyebabkan kerusakan pada membran sel karena menghasilkan produk

akhir MDA (Yunus, 2001). MDA dapat digunakan sebagai indeks peroksidasi

lipid dan alat ukur aktivitas radikal bebas secara tidak langsung (Suryohudoyo,

Page 67: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

52

2000). Infeksi Escherichia coli pada hewan coba dapat meningkatkan radikal

bebas dalam tubuh sehingga menyebabkan stress oksidatif yang memicu

peroksidasi lipid. Jadi, kadar MDA paling tinggi dimiliki oleh kelompok tikus

kontrol positif.

Hasil analisis kadar MDA pada penelitian ini menunjukkan bahwa

kelompok tikus gastroenteritis (kontrol positif) kadar MDA mengalami

peningkatan karena adanya infeksi, sedangkan kontrol negatif mengalami

penurunan. Dosis kelompok P1, P2, dan P3 mengalami peningkatan karena

kelompok perlakuan tidak mampu untuk mencegah kerusakan pada saat

kerusakan jaringan sehingga MDA meningkat. Tingginya kadar MDA terjadi

akibat stress oksidatif yang secara tidak langsung menunjukkan tingginya radikal

bebas. Radikal bebas yang terbentuk tidak diimbangi oleh antioksidan endogen,

sehingga memicu terjadinya peroksidasi lipid dengan produk akhir MDA.

Pemberian ekstrak daun dewandaru sebagai preventif kurang mampu menurunkan

tingkat stress oksidatif karena kurangnya dosis yang diberikan. Dosis perlakuan

300 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB dan 500 mg/kg BB dengan ekstrak daun

dewandaru tidak berbeda nyata dengan kontrol positif yang dinilai belum mampu

untuk menurunkan kadar MDA sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi.

Page 68: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

53

5.3 Pengaruh Preventif Ekstrak Daun Dewandaru Terhadap Gambaran

Histopatologi Duodenum Tikus Model Gastroenteritis

Pengamatan parameter histopatologi duodenum dilakukan untuk

mengetahui gambaran inflamasi berdasarkan histopatologi. Seperti struktur epitel,

sel-sel radang, dan sel goblet pada masing-masing sampel dilakukan

menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x, dan 400x yang ditunjukkan

pada Gambar 5.3 sampai dengan Gambar 5.7 berikut ini.

Gambar 5.3 Gambaran histopatologi duodenum kontrol negatif perbesaran 100x dan

400x menggunakan pewarnaan HE. a) struktur vili tampak normal, b) sel

goblet c) makrofag (panah hijau)

100x

b

400x

b

a

c

c

Page 69: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

54

Gambar 5.4 Gambaran histopatologi kelompok kontrol positif dengan perbesaran 100x

dan 400x menggunakan pewarnaan HE a) struktur sel epitel menunjukkan

adanya erosi, ditemukan infiltrasi sel radang b) eosinofil (panah hitam),

makrofag (panah hijau), c) neutrofil (panah biru), limfosit (panah merah).

Gambar 5.5 Gambaran histopatologi duodenum kelompok preventif 300 mg/kg BB

dengan perbesaran 100x dan 400x menggunakan pewarnaan HE a) terdapat

struktur sel epitel tampak masih terjadi erosi, b) sel goblet, c) infiltrasi sel-sel

radang makrofag (panah hijau) d) neutrofil (panah biru).

400x

400x

b

a

b

a

b

c c

100x

b

a

c c

100x

d

c

d

Page 70: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

55

Gambar 5.7 Gambaran histopatologi duodenum kelompok preventif 400 mg/kg BB

dengan perbesaran 100x dan 400x menggunakan pewarnaan HE a) struktur sel

epitel mengalami erosi, b) hipertrofi sel goblet dan infiltrasi sel-sel radang c)

makrofag (panah hijau) d) neutrofil (panah biru), makrofag (panah hijau).

Gambar 5.7 Gambaran histopatologi duodenum kelompok preventif 500 mg/kg BB

dengan perbesaran 100x dan 400x menggunakan pewarnaan HE a) terdapat

struktur sel epitel mengalami erosi dan hipertrofi sel goblet b) infiltrasi sel-sel

radang makrofag (panah hijau), neutrofil (panah biru), c) neutrofil (panah

biru), makrofag (panah hijau).

400x

400x

400x

a

a

b

c

b

a

b a

c

d

c

100x

b

c

d

c

100x

Page 71: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

56

Hasil penelitian pengaruh preventif ekstrak daun dewandaru terhadap

gambaran histopatologi duodenum dengan pewarnaan hematoxyline-eosin (HE)

dianalisa secara deskriptif menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran

100x dan 400x dengan mengamati struktur vili, sel epitel dan sel goblet (Gambar

5.3 sampai dengan Gambar 5.7). Gambaran histologi duodenum normal terdiri

dari empat lapisan, yaitu tunika mukosa, tunika submukosa, muskularis eksterna,

dan tunika serosa (Eroschenko, 2008).

Tunika mukosa terdapat vili, sel epitel, dan sel goblet. Kelompok tikus

sehat (Gambar 5.3) menunjukkan gambaran histologi duodenum tikus sehat yang

tanpa diberi perlakuan induksi E. coli. Terlihat tidak ada kerusakan pada struktur

vili, sel epitel dan terdapat sel goblet. Gambaran histopatologi kontrol negatif dan

kontrol positif yang diamati adalah perubahan pada struktur vili, sel epitel, dan sel

goblet. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui perubahan gambaran

histopatologi kontrol positif setelah diberi perlakuan induksi E.coli secara peroral.

Kelompok kontrol positif (Gambar 5.4) menunjukkan adanya kerusakan

pada struktur jaringan duodenum dibandingkan dengan kontrol negatif. Deretan

sel epitel kolumner pada bagian mukosa mengalami erosi dan sebagian ada yang

menghilang, berkurangnya sel goblet karena adanya erosi epitel dan terdapat

infiltrasi sel radang karena terjadi kerusakan yang disebabkan adanya E. coli

sehingga menyebabkan inflamasi. Gambaran histopatologi duodenum yang diberi

perlakuan ekstrak daun dewandaru dengan dosis preventif 300 mg/kg BB, 400

mg/kg BB, 500 mg/kg BB menunjukkan adanya kerusakan terhadap susunan sel

epitel kolumner pada mukosa jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Erosi

Page 72: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

57

epitel yang masih ditemukan dan sel radang yang ditemukan juga jumlahnya

masih banyak seiring dengan volume pemberian ekstrak daun dewandaru yang

meningkat (Gambar 5.5 sampai dengan Gambar 5.7). Kelompok perlakuan 1

(Gambar 5.5) yang diberi ekstrak daun dewandaru dengan dosis 300 mg/kg BB,

terlihat adanya erosi vili, terdapat sel goblet, ditemukan sedikit sel radang

neutrofil maupun makrofag dan gambaran epitel vili duodenum yang menyerupai

normal. Kelompok tikus putih perlakuan 2 (Gambar 5.6) yang diberi ekstrak

daun dewandaru 400 mg/kg BB, struktur sel epitel mengalami erosi pada beberapa

area, sel goblet mengalami hipertrofi dan infiltrasi sel radang makrofag dan

neutrofil yang lebih banyak. Kelompok perlakuan 3 (Gambar 5.7) yang diberikan

ekstrak daun dewandaru 500 mg/kg BB, terlihat adanya struktur sel epitel

mengalami erosi, sel goblet mengalami hipertrofi, dan terdapat infiltrasi sel

radang makrofag dan neutrofil. Kelompok perlakuan 1 mengalami kerusakan

histopatologi yang lebih sedikit dibandingkan P2 dan P3. Kerusakan histopatologi

duodenum yang paling rusak pada perlakuan 2 dibandingkan perlakuan 3.

Geboes (2003) mengatakan bahwa inflamasi pada duodenum ditandai

dengan kerusakan pada lapisan mukosa, yaitu pada bagian vili dan hilangnya sel

goblet. Sel goblet yang hilang ini disebabkan karena adanya erosi epitel yang

menyebabkan berkurangnya sel goblet pada kelompok kontrol positif (Gambar

5.4). Sel goblet mensintesis dan mensekresikan mukus glikoprotein berbentuk gel

untuk melindungi sel-sel epitelium intestinal dari invasi bakteri. Aktivasi sitokin

yang dilepaskan oleh sel Th-2 merangsang sel goblet. Pada usus yang terinfeksi

berat, dapat ditemukan jumlah sel goblet yang sangat banyak. Hal ini

Page 73: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

58

menunjukkan adanya infeksi bakteri maka sel goblet akan mengalami proliferasi

yang bertujuan mempertahankan hidup dari infeksi (Balqis et al., 2015).

Infeksi E.coli yang bersifat patogen pada kelompok kontrol positif akan

menempel pada lapisan mukosa sehingga dapat menyebabkan erosi sel-sel epitel

permukaan dan peradangan pada usus halus. Selain itu, pada kelompok kontrol

positif juga ditemukan adanya infiltrasi sel radang, yaitu neutrofil, monosit dan

limfosit. Kumar et al (2013) menyebutkan bahwa enterotoksin yang dihasilkan

oleh E. coli berupa toksin labil panas dan toksin stabil panas. Enterotoksin

mengaktivasi berbagai mediator inflamasi seperti komplemen dan sitokin.

Mediator inflamasi tersebut menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah serta

meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Akibatnya, sel-sel inflamasi, salah-

satunya neutrofil dan limfosit menuju jaringan usus yang terinfeksi untuk

melakukan perlawanan sistem imun dengan bakteri patogen (Gambar 5.4).

Kelompok perlakuan yang mendapatkan preventif ekstrak daun dewandaru

pada (Gambar 5.5 sampai dengan Gambar 5.7) nampak masih terjadi kerusakan

struktur epitel vili, ini dikarenakan pemberian preventif ekstrak daun dewandaru

yang berperan sebagai antibakteri dan antioksidan kurang mampu menghambat

kerusakan struktur epitel vili. Adanya perubahan pada jaringan antara kelompok

kontrol dan perlakuan disebabkan oleh adanya zat antioksidan seperti flavonoid

(Supratanda, dkk., 2014).

Mekanisme senyawa flavonoid yang mungkin terjadi pada kelompok

perlakuan adalah zat flavonoid dapat menetralisir senyawa radikal bebas dan

mencegah terjadinya reaksi berantai dengan cara mendonorkan elektronnya

Page 74: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

59

kepada radikal bebas sehingga menjadi stabil. Selain itu antioksidan akan

mengurangi oksidatif lebih lanjut dari asam lemak pada fosfolipid sehingga

regenerasi dapat berlangsung lebih cepat (Tappi, 2013). Daun dewandaru

memiliki aktivitas sebagai antioksidan secara in vitro, dengan mekanisme kerja

menangkap radikal bebas yang merupakan salah satu penyebab kerusakan sel.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan aktivitas penangkap radikal pada ekstrak

etanol, etil asetat dan kloroform dengan nilai IC50 (Inhibitory Concentration)

(Utami dkk., 2005). Penelitian lain juga menyatakan bahwa daun dewandaru

memiliki aktivitas menangkap radikal bebas dengan nilai IC50 ekstrak heksana,

kloroform, etil asetat dan air (Velaquez et al., 2003).

Cotran et al (2003), menyebutkan bahwa toksin bakteri, seperti LPS pada

bakteri gram negatif dapat memicu terbentuknya kompleks LPS-LBP dan

menggertak aktivasi komplemen. Komplemen berperan sebagai stimulus bagi sel-

sel radang polimorf (PMN) dan makrofag. Polimorfonuklear (PMN) dan

makrofag dalam memproses antigen akan menginduksi terjadinya inflamasi pada

jaringan. Reaksi inflamasi memunculkan tanda klinis berupa perubahan vaskuler

yaitu vasodilatasi, sehingga terjadi peningkatan aliran darah setempat dan

perubahan mikrovaskuler yaitu peningkatan permeabilitas, sehingga

memungkinkan sel endotel pecah dan terjadi akumulasi eritrosit pada jaringan

(hemoragi) (Arimbi dkk., 2015). Gambaran histopatologi duodenum berkaitan

dengan dosis preventif yang diberikan. Penyebab destruksi epitel duodenum

adalah toksin bakteri yang menimbulkan peningkatan metabolisme sel tubuh

sehingga sel menggalami stress oksidatif yang memicu peroksidasi lipid dengan

Page 75: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

60

produk akhir peningkatan MDA. Fungsi senyawa flavonoid sebagai antioksidan

dapat meredam terjadinya stress oksidatif yang diukur melalui penurunan kadar

MDA, sehingga derajat kerusakan jaringan dapat menurun.

Fungsi senyawa tanin dan saponin sebagai antibakteri dapat menghambat

perkembangan bakteri, sehingga menurunkan derajat kerusakan jaringan yang

ditandai dengan berkurangnya hemoragi dan memberi kesempatan sel epitel untuk

melakukan proliferasi secara normal tanpa gangguan dari toksin bakteri. Sel epitel

duodenum beregenerasi secara normal dalam waktu tiga sampai enam hari.

Kemampuan regenerasi sel didasarkan pada jenis sel. Sel epitel traktus digestivus

termasuk sel yang bersifat labil, dimana sel ini memiliki kemampuan regenerasi

yang tinggi. Sel labil mempunyai waktu istirahat yang singkat, sehingga sel yang

hilang dapat menstimuli sel baru pada fase istirahat untuk memasuki masa mitosis

sel (Pringgoutomo dkk., 2002). Proliferasi sel tersebut dapat memperbaiki struktur

villi duodenum.

Pada penelitian ini hasil histologi duodenum P1, P2 dan P3 (Gambar 5.5-

Gambar 5.7) dengan dosis 300 mg/kg, BB, 400 mg/kg BB, 500 mg/kg BB masih

kurang efektif. Pemberian ekstrak daun dewandaru belum mampu menghambat

sintesis dinding sel bakteri, sehingga sel epitel tidak dapat berkesempatan untuk

berproliferasi lebih baik. Seharusnya pemberian preventif juga akan menguatkan

fungsi antioksidan tubuh sehingga sel tubuh tetap dapat mengimbangi jumlah

radikal bebas yang timbul akibat infeksi E. coli. Pada penelitian ini terbukti bahwa

preventif ekstrak daun dewandaru belum mampu mencegah kerusakan jaringan

duodenum pada tikus yang diinfeksi E. coli.

Page 76: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

61

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dan pembahasan yang telah disampaikan

dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Pemberian ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora L) dengan dosis 300

mg/kg BB, 400 mg/kg BB, dan 500 mg/kg BB tidak dapat digunakan

menurunkan kadar malondialdehyde (MDA) duodenum dibandingkan dengan

kelompok kontrol positif.

2. Pemberian ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora L) dengan dosis 300

mg/kg BB, 400 mg/kg BB, dan 500 mg/kg BB belum optimal dalam mencegah

kerusakan gambaran histopatologi jaringan duodenum dibandingkan dengan

kelompok kontrol positif.

6.2 Saran

Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penentuan dosis

preventif ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora L) yang lebih tepat pada

kondisi gastroenteritis.

Page 77: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

62

DAFTAR PUSTAKA

Arimbi, A.A., R. Darsono, H. Plumeriastuti, T.V. Widiyatno dan D. Legowo.

2015. Buku Ajar Patologi Umum Veteriner Edisi 2. Airlangga Press.

Surabaya.

Arisman, MB. 2009. Keracunan Makanan Buku Ajar Ilmu Gizi. EGC. Jakarta.

Astawan, M., T. Wresdiyati, I.I Arief, dan E. Suhesti. 2011. Gambaran

Histopatologi Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinfeksi Escherichia

coli Enteropatogenik dan Diberikan Probiotik [Skripsi]. Fakultas

Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Bacha, W. J.J. and L.M. Bacha. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology, 2nd

Ed. Lippincot Williams dan Wilkins. Philadelphia. 140.

Balqis, U., M. Hanafiah, J. Connie, M. Nur, A. Siti, dan F. Yudha. 2015. Jumlah

Sel Goblet pada Usus Halus Ayam Kampung (Gallur domesticus) yang

Terinfeksi Ascaridia galli secara Alami. Jurnal Medika Veterinaria, 9(1):

1-6.

Brooks, G.F., J.S. Butel, and S.A. Morse. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. EGC.

Jakarta.

Campbell, N.A., J.B. Reece, and L.G. Mitchell. 2002. Biologi. Erlangga.

Jakarta.

Caprioli, A., S. Morabito, H. Brugere, and E. Oswald. 2005. Enterohaemorrhagic

Escherichia coli Emerging Issues on Virulence and Modes of

Transmission. Vet. Res, 36: 289–311.

Chaudhary, K., and E. Adamson. 2016. The Prime Prepare and Repair Your Body

for Spontaneous Weight Loss. Harmony Books. USA.

Chotiah, S. 2008. Diare pada Anak Sapi Agen Penyebab, Diagnosa dan

Penanggulangan. Balai Besar Peneltian Veteriner Bogor, 11(4): 336-342.

Chow, C. M., A.K.C. Leung, and K. L. Hon, 2010. Acute Gastroenteritis From

Guideline to Real Life. Clinical and Experimental Gastroenterology, 3:

97-112.

Consolini,A.E., and M.G. Sarubbio. 2002. Pharmacological Effects of Eugenia

uniflora (Myrtaceae) Aqueous Crude Extract on Rats Heart. Journal of

Ethno pharmacology, 81: 57-63.

Cotran, R.S., V. Kumar, and T. Collins. 2003. Pathology Basic of Disease 6th ed.

WB Saunders Co. Philadelphia, 3(2): 20-21.

62

Page 78: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

63

Criss, A. K. M., J.E.C Silva, and B.A McCormick. 2001. Regulation of

Salmonella-induced Neutrophil Transmigration by Epithelial ADP-

ribosylation Factor 6. J. Biol. Chem. 276: 48431-48439.

Cynthia, A.P., D.A. Pradana., Q. Susanto. Efek Ekstrak Etanolik Daun Bayam

Merah (Amaranthus tricolor L.) Terstandar terhadap Indeks Massa tubuh

dan Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Sprague Dawley yang Diberikan

Diet Tinggi Lemak sebagai Upaya Preventif Obesitas. Pharmacy, 13(2): 5-

10.

Dewanti, S. and M.T. Wahyudi. 2011. Antibacteri Activity of Bay Leaf Infuse

(Folia Syzygium polyanthum Wight) to Escherichia coli In-vitro. J. Med.

Planta. 1(4): 78-81.

Dewi, E., W. Sari, dan Khairil. 2014. Analisis Potensi Antibakteri Teh Rosella

terhadap Histopatologi Usus Halus Akibat Paparan Enteropatogenik

Escherichia coli (EPEC). Sains Riset, 4 (1): 1-9.

Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Einbond, L., K.A. Reynertson, X.D. Luo, M.J. Basile, and E.J. Kennely. 2004.

Anthocyanin Antioxidants From Edible Fruits. Food Chem, 84: 23-28.

Eppy. 2009. Diare Akut. Scientific Journal of Pharmautical Development and

Medical Application, 22(3): 92-98.

Eroschenco, V.P. 2008. Atlas of Histology with Functional Correlations.

Lippincot Williams &Wilkins The Point. USA.

Eurell JA., and B.L. Frappier. 2006. Dellmann’s Textbook of Veterinary

Histology. Blackwell Publishing. England, 171: 99-115.

Fadhilah, D. 2015. Ilmu Veteriner Enteritis pada Hewan. //http.ilmu

veteriner.com/enteritis/pada/hewan/.[12 Maret 2017]

Faith, N.G., J. A. Shere, R. Brosch, K.W. Arnold, S.E. Ansay, M.S. Lee, J.B.

Luchansky and C.W. Kaspar. 1996. Prevalence and Clonal Nature of

Escherichia coli O157:H7 on Dairy Farms in Wisconsin. Appl. Environ.

Microbiol, 62(5): 1519.

Faiz, U, and D. Moffat. 2004. At a Glance Series Anatomi. Erlangga. Jakarta. 34-

37.

Frappier BL. 2006. Digestive System. Dellmann’s Texbook of Veterinary

Histology. Blackwell. UK. 170-211.

Geboes, K. 2003. Histopathology of Crohn’s Disease and Ulcerative Colitis.

Journal of Pathology, 11(18): 255-276.

Page 79: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

64

Hoelzer, K., A.I.M. Switt, and M. Wiedmann. 2011. Animal Contact as a Source

of Human Non-typhoidal Colibasillosis.

//http.veterinaryresearch.org/content/.[12 Mei 2017]

Hongwei, Q., A.W. Cynthia, J.L. Sun, Z. Xueyan, and N.B. Etty. 2005. LPS

Induces CD4 Genes Expression Through The Activation of NF-kB and

STAT-1α In Macrophage and Microglia. Blood, 106(9): 3114-3122.

Hutapea, J.R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Departemen Kesehatan

RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 3(11): 29-30.

Ignatavicius, D., and M. L. Workman. 2012. Medical-Surgical Nursing; Patient-

Centered Collaborative Care Seventh Edition. Elsevier. USA.

Janeczko, S., D. Atwater, E. Bogel, A. Greiter-Wilker, A. Gerold, M. Baumgart,

H. Bender, P.L. McDonough, S.P. McDonough, R.E. Goldstein, and

K.W. Simpson. 2008. The Relationship of Mucosal Bacteria to Duodenal

Histopathology, cytokine mRNA, and clinical activity in cats with

inflammatory bowel disease. Veterinary Mirobiology, 128(128): 178-193

Jawetz, E., J.L. Melnick, E.A. Adelberg, G.F. Brooks, J.S. Butel, and L.N.

Ornston. 2007. Mikrobiologi Kedokteran. ECG. Jakarta.

Jawetz, E., J.J. Melnick, E.A Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba

Medika. Jakarta. 223-235.

Jenova, R. 2009. Uji Toksisitas Akut yang Diukur Dengan Penentuan LD50

Ekstrak Herbal Putri Malu (Mimosa pudica L.) Terhadap Mencit BALB/C

[Tesis]. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang.

Johnson, M. 2012. Laboratory Mice and Rats Mater Methods.

//http.laborne.com/method/Laboratory/MiceandRats.html. [21 Desember

2016]

Junqueira, LC. 2007. Persiapan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik.

Histology Dasar teks dan atlas. EGC. Jakarta. 3–5.

Karim, D. 2011. Pengaruh Paparan Asap Rokok Eelektrik terhadap Motilitas,

Jumlah Sel Sperma dan Kadar MDA Testis Mencit Jantan [Tesis].

Universitas Negeri Sumatra.

Kumar, V., Abbas, and A.K. Aster. 2013. Robbins Basic Pathology. Elsevier

Saunders. Philadelphia, USA.

Kunkel D. 2009. Escherichia coli. //http.astrograpich.com. [20 Desember 2016].

Kusriningrum. 2008. Perancangan Percobaan. Airlangga Press. Surabaya. 3-15.

Page 80: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

65

Lamanepa, M.E.L, 2005. Perbandingan Profil Lipid dan Perkembangan Lesi

Asterosklerosis pada Tikus Wistar yang Diberi Diet Perasan Pare dengan

Diet Perasan Pare dan Statin [Tesis]. Universitas Diponegoro. Semarang.

Lu and Walker. 2001. Pathologic and Physiologic Interactions of Bacteria with

the Gastrointestinal Epithelium. Journal Clin Nutr, 73(6): 1124-1130.

Malone, L. K., K. R. Fletcher, and L. M. Plank. 2014 . Advanced Practice

Nursing in the Care of Older Adults. Davis Company. Philadelphia.

Mandal B.k., E.G.L Wilkins, E.M Dunbar, dan R.T Mayon-White. 2008. Penyakit

Infeksi. Erlangga Press. Surabaya.

Manning, S. D. 2010. Deadly Diaseases and Epidemics; Escherichia coli

Infections Second Edition. Chelsea House Publishing. USA.

Mastroeni, P., and N. Menager. Development of acquired immunity to Salmonella

J. Med Microbial, 52(6): 453-459.

Matsumura, T., M. Kasai, T. Hayashi, M. Arisawa, Y. Momose, and I. Arai. 2000.

A Glucosidase Inhibitors from Paraguay an Natural Medicine Nangapiry

the Leaves of Eugenia uniflora. Pharmaceutical Biology, 38(5): 302-307.

Meyer BS., S.N. Bastian, P.D. Arne, O. Cerf, and M. Sana. 2001. Review of

Epidemiological Surveys on The Prevalence of Contamination of

Healthy Cattle with Escherichia coli Serogroup O157:H7. International

Journal of Hygiene Environmental Health, 48(203): 347-361

Miller, C. 2010. Rats and Mice Introduction and use In Research.

//http.Livestrong.com/article/RatsandMice/Introductionanduse/InResearch

. [21 Desember 2016]

Mudassir A.A., and A.Q. Punagi. 2012. Analisis Kadar Malondialdehid (MDA)

Plasma Penderita Polip Hidung Berdasarkan Dominasi Sel Inflamasi pada

Pemeriksaan Histopatologi. Jurnal Pasca Universitas Hasanuddin, 19

(2): 5-9.

Myers, P. and D. Armitage. 2004. Rattus norvegicus animal diversity //http.

animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Rattus_norveg

icus.html. [21 Desember 2016]

Naylor S.W., A.J. Roe, P. Nart, K. Spears, D.G. Smith, J.C. Low, and D.L. Gally.

2005. Escherichia coli O157:H7 Forms Attaching and Effacing Lesions at

the Terminal Rectum of Cattle and Colonization Requires the LEE4

Operon. Microbiology, 16(151): 2773–2781.

Ogunseitan, O., and P. Robbins. 2011. Acute Gastroenteritis. Sage Publications.

USA.

Page 81: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

66

Onwudiwe, N., and Joshua. 2010. Phytochemical Analysis and Acute Toxicity

Lethaly Study of Ethanol Extract of Eugenia Uniflora Pulp. Journal of

Pharmacognosy and Phytochemistry, 2(4): 356–339.

Parslow, T.G., D.P. Stites, A.I. Terr, and J.B. Imboden. 2003. Medical

immunology 10th ed. McGraw Hill. Singapore.

Pelczar, M.J. and E.C.S. Chan. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. UI Press.

Jakarta.

Potter, W.P. 2007. Rats and Mice Introduction and use In Research. Health

Sciences Center for Educational Resources University. Washington.

Praja, R.K., J.P.P. Komang, dan I. W. Suardana. 2015. Prevalensi Infeksi

Escherichia coli O157:H7 pada Sapi Bali di Kecamatan Mengwi dan

Kuta Selatan, Bandung, Bali. Indonesia Medicus Veterinus, 4(1): 31-39.

Prakash, A. 2001. Antioxidant Activity. Medallion Laboratories Analitical

Progress, 19(2): 16-23.

Price, S.A., dan L.M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit. EGC. Jakarta.

Pringgoutomo, S., H. Sutisna dan A. Tjarta. 2002. Buku Ajar Patologi 1. UI Press.

Jakarta.

Rahayu, Y. 2010. Respons Antiinflamasi Serbuk Biji Alpukat (Persea americana

mill) terhadap Jumlah PMN Neutrofil Mencit yang Diinduksi Bakteri E.

coli [Tesis]. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

Repetto, M., J. Semprine dan A. Boveris. 2012. Lipid Peroxidation Chemical

Mechanism, Biological Implications and Analytical Determination. Dalam

Lipid Peroxidation, Angel Catala (Ed), InTech, DOI:10.5772/45943.

Reynertson, K.A., and E. J.Kennelly. 2001. Antioxidant Polyphenols from Fruits

of the Myrtaceae a Chemotaxonomic and Ethnomedical Approach to

Discovery Building Bridges with Traditional Knowledge II. The Society

for Economic Botany, 2(1): 7-11.

Rita, H.R. 2001. Pengaruh Defisiensi Pakan Terhadap Nilai Kecernaan Nutrient

dan Pertumbuhan Tikus Putih Jantan Dewasa (Rattus norvegicus) [Tesis].

Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Saepulloh, M., dan I. Sendow. 2006. Deteksi Bovine rotavirus pada feses anak

sapi dari beberapa daerah di Jawa Barat dengan menggunakan Uji

Aglutinasi Latek. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 42(4):

220-225.

Page 82: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

67

Sanders, M.J. 2012. Mosby’s Paramedic Textbook Fourth Edition. Jones &

Barlett Learning. USA.

Sendow, I., S. Tatty, B. Sjamsul, and S. Antonius. 1998. Uji Serologis Terhadap

Virus Transmissible Gastroenteritis (TGE) di Beberapa Daerah di

Indonesia. Balai Penelitian Veteriner. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner,

3(3): 7-12.

Short, M.A. 2004. Linking the sepsis triad of inflammation, coagulation, and

supressed fibrinolysis to infants. Ads Neonatal Care, 11(5)258-73.

Supar. 2001. Pemberdayaan Plasma Nutfah Mikroba Veteriner dalam

Pengembangan Peternakan: Harapan Vaksin E. coli Enterotoksinogenik,

Enteropatogenik, dan Verotoksigenik Isolat Lokal untuk Pengendalian

Kolibasilosis Neonatal. Balai Penelitian Veteriner. Bogor.

Supratanda F.E., N. Carolia, dan Muhartono. 2014. Pengaruh pemberian ekstrak

etanol daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap gambaran

histopatologi sel hepar tikus putih (Rattus norvegicus) galur sprague

dawley yang diinduksi dmba. Majority. 3(4): 77-84

Suprayogi. 2013. Respon Stress Oksidatif dan Pemberian Isoflavon terhadap

Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase dan Peroksidasi Lipid pada Hati

Tikus. JITV, 18(2): 146-152.

Suryani, A.E., F.K. Mohammad, dan I. Lusty. 2014. Prevalensi Kolibasilosis Pada

Ayam Broiler yang Diinfeksi Escherichia coli dengan Pemberian Bioaditif

Probiotik, dan Antibiotik. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas

Gadjah Mada. Widyariset, 17(2): 233-244.

Suryohudoyo, P. 2000. Oksidan, Antioksidan dan Radikal Bebas. Ilmu

Kedokteran Molekuler. Sagung Seto. Jakarta. 31-46.

Sutari, I., 2008, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Etanol 70% Daun Dewandaru

(Eugenia Uniflora L.) Terhadap Mencit Jantan Galur Swiss Terinduksi

Parasetamol [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tarmudji. 2003. Kolibasilosis pada Ayam: Etiologi, Patologi dan

Pengendaliannya. Balai Penelitian Veteriner. Wartazoa, 13(2): 7-10.

Towoliu, S., P. Lintong, dan C. Kairupan. 2013. Pengaruh Pemberian

Lactobacillus terhadap Gambaran Mikroskopis Mukosa Usus Halus Tikus

Putih Wistar (Rattus norvegicus) yang Diinduksi dengan Escherichia coli.

Jurnal e-Biomedik (eBM), 1(2): 1-8.

Triakoso, N. 2006. Penyakit Sistem Digesti Veteriner II. Airlangga Press.

Surabaya.

Page 83: PENGARUH PREVENTIF EKSTRAK DAUN DEWANDARU Eugenia …repository.ub.ac.id/5576/1/Aidia Latifatul Fajeria.pdf · 1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri

68

Try, Y.L. 2011. Hubungan Faktor Kesehatan Lingkungan Terhadap Angka

Kejadian Diare Pada Anak Usia Balita. Fakultas Kedokteran. Universitas

Pembangunan Nasional Veteran. Jakarta

Utami, W. 2007. Daya Hambat Ekstrak Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.)

Terhadap Aktivitas GST Kelas PI Ginjal Tikus Secara In Vitro.

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Penelitian Sains &

Teknologi, 8(2): 110-118.

Utami, W., M. Da’i, dan Y.S. Sofiana,. 2005. Uji Aktivitas Penangkap Radikal

dengan Metode DPPH serta Penetapan Kandungan Fenol dan Flavonoid

dalam Ekstrak Kloroform, Ekstrak Etil Asetat, Ekstrak Etanol Daun

Dewandaru (Eugenia uniflora L.). Pharmacon, 6 (1): 5-9

Velazquez, E., H.A. Tournie, B. Mordujovich, G. Saavedra, and G.R. Schinella.

2003. Antioxidant Activity of Paraguayan Plant Extract. 74: 91-97.

Wahab, R. A. 2012. Pengaruh Formalin Peroral Dosis Bertingkat Selama 12

Minggu terhadap Gambaran Histopatologis Duodenum Tikus Wistar.

Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang.

Walker, R., and C. Whittlesea. 2012. Clinical Pharmacy and Therapeutics Fifth

Edition. Elsevier. USA.

Wardoyo, P., Anang., dan K. Anam. 2009. Tanaman Obat Tradisional. Surabaya:

LinguaKata PT Kawan Pustaka.

Watson, R. R. 2015. Modulation of Sleep by Obesity, Diabetes, Age, and Diet.

Elsevier. USA.

Watson, R. R., and V. R. Preedy. 2013. Bioactive Food As Interventions for

Arthritis and Related Inflammatory Diseases. Elsevier. UK.

Wibowo, M.H., A.E.T. Wahyuni. 2008. Studi Patogenisitas Escherichia coli Isolat

Unggas pada Ayam Pedaging Umur 15 Hari. Jurnal Vet, 9(2): 87-93.

Willshaw, G.A., T. Cheasty, and H.R. and Smith. 2000. Escherichia coli. The

Microbiological Safety and Quality of Food. Aspen Publishers Inc. USA.

2: 1136-1177.

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kanisius. Yogyakarta.

16-18.

Woodside, M., and T. Mcclam. 2013. Generalist Case Management a Method of

Human Servise Delivery Fourth Edition. Brooks Cengange Learning.

USA.

Yunus, M. 2001. Pengaruh Antioksidan Vitamin C terhadap MDA Eritrosit Tikus

Wistar Akibat Latihan Anaerobik. Jurnal Pendidikan Jasmani,9(1): 9-16.